25
JETri, Vol. 15, No. 1, Agustus 2017, Hlm. 1 - 12, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING UNTUK SISTEM VISIBLE LIGHT COMMUNICATION Syifaul Fuada, Anggga Pratama Putra, Yulian Aska, Angga Pradana, Erwin Setiawan, dan Trio Adiono University Center of Excellence on Microelectronics, Institut Teknologi Bandung IC Design Laboratory, Gd. PAU Lt. IV, Kampus ITB, Jln. Tamansari No. 126, Kota Bandung (40132), Jawa Barat, Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRACT In order to realize a high-speed visible light communication (VLC) system, the digital signal processing (DSP) device is required, including the main processing unit, DAC, and ADC. This paper discusses the interface design of the DSP processing unit to 10-bit DAC and 12-bit ADC for VLC applications. The Systems in DAC and ADC modules have been designed with a SoC-based approach by using processing unit based on FPGA Xilinx Zynq xc7z010- 1CLG400C on the Avnet MicroZed board. The design of hardware-level-design (H/W SoC) is done by utilizing IP blocks from Xilinx using Vivado 2014.2. While the hardware-level-design (S/W SoC) is designed using Xilinx SDK 2014.2. The DSP receivers have been tested in several scenarios, the DAC module is able to convert 10-bit digital signals into analog signals in form sinusoid and can adjust its output frequencies. Then, the ADC module is capable of processing the analog signals into 12-bit digital signals with two's complement format. Keywords: ADC, DAC, DSP, System on-Chip, Visible Light Communications ABSTRAK Untuk mewujudkan sistem komunikasi cahaya tampak yang super cepat, diperlukan perangkat DSP yang memadahi, mencakup unit pemroses utama, DAC, dan ADC. Makalah ini perancangan interface dari pemroses utama terhadap DAC 10-bit dan ADC 12-bit untuk aplikasi sistem VLC. Sistem pada modul DAC dan ADC, dirancang dengan pendekatan System-on-Chip (SoC) dengan menggunakan unit pemroses berbasis FPGA Xilinx Zynq xc7z010-1CLG400C pada board Avnet MicroZed. Perancangan H/W SoC dilakukan dengan memanfaatkan blok-blok IP dari Xilinx menggunakan Vivado 2014.2. Sementara pada S/W SoC dirancang dengan menggunakan Xilinx SDK 2014.2. DSP receiver telah diuji dengan beberapa skenario, modul DAC mampu mengkonversi sinyal digital 10-bit menjadi analog sinusioda dan dapat diatur frekuensi outputnya. Kemudian, modul ADC mampu mengolah sinyal analog menjadi sinyal digital 12-bit dengan format bilangan two’s complement. Kata kunci: ADC, DAC, DSP, Komunikasi Cahaya Tampak, System on-Chip

IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

JETri, Vol. 15, No. 1, Agustus 2017, Hlm. 1 - 12, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X

IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL

PROCESSING UNTUK SISTEM VISIBLE LIGHT

COMMUNICATION

Syifaul Fuada, Anggga Pratama Putra, Yulian Aska, Angga Pradana, Erwin

Setiawan, dan Trio Adiono

University Center of Excellence on Microelectronics, Institut Teknologi Bandung

IC Design Laboratory, Gd. PAU Lt. IV, Kampus ITB, Jln. Tamansari No. 126, Kota

Bandung (40132), Jawa Barat, Indonesia

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

In order to realize a high-speed visible light communication (VLC) system, the digital

signal processing (DSP) device is required, including the main processing unit, DAC, and

ADC. This paper discusses the interface design of the DSP processing unit to 10-bit DAC and

12-bit ADC for VLC applications. The Systems in DAC and ADC modules have been designed

with a SoC-based approach by using processing unit based on FPGA Xilinx Zynq xc7z010-

1CLG400C on the Avnet MicroZed board. The design of hardware-level-design (H/W SoC) is

done by utilizing IP blocks from Xilinx using Vivado 2014.2. While the hardware-level-design

(S/W SoC) is designed using Xilinx SDK 2014.2. The DSP receivers have been tested in several

scenarios, the DAC module is able to convert 10-bit digital signals into analog signals in form

sinusoid and can adjust its output frequencies. Then, the ADC module is capable of processing

the analog signals into 12-bit digital signals with two's complement format.

Keywords: ADC, DAC, DSP, System on-Chip, Visible Light Communications

ABSTRAK

Untuk mewujudkan sistem komunikasi cahaya tampak yang super cepat, diperlukan

perangkat DSP yang memadahi, mencakup unit pemroses utama, DAC, dan ADC. Makalah

ini perancangan interface dari pemroses utama terhadap DAC 10-bit dan ADC 12-bit untuk

aplikasi sistem VLC. Sistem pada modul DAC dan ADC, dirancang dengan pendekatan

System-on-Chip (SoC) dengan menggunakan unit pemroses berbasis FPGA Xilinx Zynq

xc7z010-1CLG400C pada board Avnet MicroZed. Perancangan H/W SoC dilakukan dengan

memanfaatkan blok-blok IP dari Xilinx menggunakan Vivado 2014.2. Sementara pada S/W

SoC dirancang dengan menggunakan Xilinx SDK 2014.2. DSP receiver telah diuji dengan

beberapa skenario, modul DAC mampu mengkonversi sinyal digital 10-bit menjadi analog

sinusioda dan dapat diatur frekuensi outputnya. Kemudian, modul ADC mampu mengolah

sinyal analog menjadi sinyal digital 12-bit dengan format bilangan two’s complement.

Kata kunci: ADC, DAC, DSP, Komunikasi Cahaya Tampak, System on-Chip

Page 2: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

JETri, Vol. 15, No. 1, Agustus 2017, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X

2

1. PENDAHULUAN

Visible light Communication (VLC) merupakan salah satu jenis komunikasi optik

dengan medium cahaya tampak (380 nm – 780 nm) yang tidak berliensi [1] dan secara

teori memiliki bandwidth sepuluh ribu kali lebih lebar dari pada radio communication

(RF) [2]. VLC memiliki keunggulan dalam hal: (a) penyediaan bandwidth (secara

teoretikal); (b) regulasi pemakaian pita komunikasi; (c) kecepatan transmisi data; (d)

ketersediaan infrasturktur; (f) dan tidak rentan terhadap interferensi elektromagnetik,

ketika dibandingkan dengan teknologi short-range wireless communication berbasis

RF, yakni Near Field Communication (NFC) dan Bluetooth Low Energy (BLE) [3-4].

Sehingga disinyalir VLC menjadi alternatif komunikasi yang layak implementasi

secara massal dimasa depan.

Implementasi VLC dapat dilakukan dengan menggunakan light emitting diode

(LED) sebagai perangkat antenna [5]. LED memilki keunggulan dibandingkan

artificial lamp lainnya seperti incandescent dan fluorescent, yakni memiliki life-time

yang lebih lama, konsumsi daya yang lebih rendah [6], harga lebih terjangkau, serta

memungkinkan untuk dikontrol level iluminansinya pada frekuensi tinggi karena

mampu dilakukan switch dari kondisi menyala/on ke kondisi padam/off secara

simultan dalam kecepatan yang sangat tinggi (~MHz) [7-8].

Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan demonstrasi streaming sistem VLC

dengan konten multimedia berupa sinyal audio yang dibangkitkan oleh perangkat

personal computer (PC) melalui line-audio out. Namun pada sistem tersebut tidak

dipergunakan peran digital signal processing (DSP), artinya sinyal analog tersebut

tidak diproses/dimodulasi pada bagian transmitter dan pada bagian receiver secara

langsung dihubungkan ke perangkat client (dalam hal ini adalah loudspeaker). Pada

sistem VLC, penggunaan perangkat DSP sangat diperlukan yang berfungsi untuk

meminimalisir error atau mengkondisikan agar bit error rate (BER) bernilai minimal

dengan tetap mempertahankan nilai signal-to-noise ratio (SNR) yang tinggi. Dengan

demikian, sinyal informasi yang diterima oleh receiver akan lebih akurat meskipun

jarak kanal optik ataupun sudut orientasi penerimaan divariasikan. Kemudian,

informasi yang dimodulasi ini juga mempercepat laju aliran data ketika menerapkan

Page 3: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

Syifaul Fuada, dkk. “Implementasi Perangkat Digital Signal Processing…”

3

sistem multiplexing pada VLC (misalnya: orthogonal frequency-division multiplexing)

[9] beserta algoritma error control coding (misalnya Viterbi) [10-11].

Kemudian, juga dilakukan demonstrasi streaming konten text dari PC ke PC via

cahaya tampak dengan modulasi yang berbeda. Berdasarkan evaluasi, sistem

komunikasi data downlink secara real-time tersebut mendapatkan bit-rate sebesar 3.3

kbps untuk modulasi 1-PWM [12], 6.2 kbps untuk modulasi 2-PWM [13], 13.4 kbps

untuk modulasi BPSK [14] dan 26.8 kbps untuk modulasi QPSK [15]. Keterbatasan

transfer data tersebut menjadikan sistem VLC yang telah direalisasikan hanya dapat

mengirimkan data-data ukuran kecil. Salah satu sumber permasalahannya adalah

terletak pada pemakaian modul DSP yang mana digunakan mikrokontroller general.

Sehingga untuk optimasi bit-rate (sampai Mbps), sangat diperlukan untuk

menggunakan perangkat DSP, dalam hal ini adalah development board FPGA dan

modul eksternal untuk digital-to-analog converter (DAC) dan analog-to-digital

converter (ADC). Tujuan dari projek ini adalah untuk meningkatkan fungsionalitas

sitem VLC sebelumnya yang mana implementasi dari integrasi FPGA dengan DAC-

ADC ini nantinya akan bermacam-macam aplikasi high-speed, salah satunya adalah

keperluan browsing internet via cahaya tampak.

Makalah ini merupakan engineering design yang mewujudkan sistem high-speed

VLC dengan fokus pada desain, implementasi dan pengujian perangkat DSP. Makalah

ini membahas tentang perancangan hardware-level-design (H/W) – software-level-

design (S/W) system-on-chip (SoC) pada modul FPGA dan unjuk kerja modul DAC

dan ADC eksternal dengan beberapa skenario.

2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Aplikasi VLC

Aplikasi VLC dapat dibagi menjadi dua macam ketika ditinjau “tujuan

komunikasi”. Pertama adalah high speed data-rates, yakni transmisi data dengan

kecepatan mencapai puluhan Mbps. Tipikal aplikasi ini sesuai untuk streaming konten

multimedia dengan high quality, misalnya 720px video. Karakteristik dari komunikasi

Page 4: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

JETri, Vol. 15, No. 1, Agustus 2017, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X

4

jenis ini adalah dengan LED dan photodetector diatur pada posisi tetap (fixed),

menggunakan modul transmitter (misalnya: Bias-tee [16-18]) dan photodiode khusus,

dilakukan dengan jarak kanal optik yang dekat, serta menggunakan filter/konsentrator

[19].

Kedua adalah low speed data-rates, yang mana dipergunakan untuk menerima dan

mengirim data dengan kecepatan dibawah 10 kbps. Karakteristik dari komunikasi jenis

ini adalah pengaturan posisi LED yang fixed dan photodetector dapat dimobilisasi

(movable receiver), dapat dilakukan dengan jarak kanal diatas 3 meter tanpa lensa

pemfokus dan filter, serta menggunakan komponen terjangkau (low-cost

photodetector). Tujuan komunikasi ini tepat diaplikasikan untuk sistem smart billing

and shopping pada area supermarket [20], patient monitoring system pada area rumah

sakit [21], dan phone-to-phone communication [22]. Sementara pada makalah ini

berfokus pada perancangan perangkat DSP untuk aplikasi high-speed sistem VLC.

2.2 Struktur Dasar Sistem VLC

Gambar 1 merupakan tipikal penerapan sistem VLC yang terdiri atas blok digital

dan analog. Prinsip kerja dari sistem VLC secara mendasar adalah seperti prinsip

sistem komunikasi wireless pada umumnya, yakni bermula dari sinyal informasi

sebagai data input yang termodulasi pada bagian blok digital diproses oleh blok analog

untuk mengkonversinya dari sinyal listrik menjadi sinyal optik. Medium perambatan

sinyal informasi adalah cahaya tampak yang menjalar pada ruang bebas. Penentuan

logika high atau low dilakukan dengan pengaturan level ilumninasi LED pada bagian

transmitter.

Selanjutnya, phodetector yang dalam hal ini dapat menggunakan photodiode,

phototransistor, sensor gambar, ataupun light dependent resistor, menerima daya

optik (optical power) yang linier terhadap level iluminasi dari LED. Semakin tinggi

level ilumninansi LED, maka daya optik juga akan semakin besar (bahkan akan

saturasi) [23]. Kemduian blok analog pada sisi receiver akan mengkonversi daya optik

tersebut menjadi arus listrik kembali untuk diproses pada blok digital

Page 5: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

Syifaul Fuada, dkk. “Implementasi Perangkat Digital Signal Processing…”

5

Gambar 1. Struktur dasar perangkat sistem VLC dengan blok digital & analog [4]

3. METODE PERANCANGAN

3.1 Spesifikasi Sistem Keseluruhan VLC

Gambar 2 adalah sistem VLC pada projek ini dan merupakan penjabaran dari

prinsip kerja pada Gambar 1. Bagian transmitter terdiri atas: PC-A, FPGA transmitter,

modul DAC, rangkaian LED driver dan LED. Sementara pada bagian receiver terdiri

atas: photodiode, rangkaian analog front-end (AFE) receiver, modul ADC, FPGA

receiver, dan PC-B.

Prinsip kerjanya adalah data dikirimkan oleh PC-A dengan perantara SoC yang

tertanam pada board FPGA yang berfungsi untuk memproses sinyal input menjadi

data termodulasi. Data yang sudah di-encode tersebut kemudian diubah menjadi sinyal

analog melalui modul DAC dan diproses oleh rangkaian LED driver. Selanjutnya,

LED mengemisikan data dalam bentuk cahaya dan diterima oleh photodiode. Blok

Trans-impedance amplifier (TIA) berfungsi untuk mengkonversi photocurrent atau

IPD menjadi tegangan [24]. Namun sinyal yang diterima tersebut masih lemah dan

perlu dikuatkan oleh pre-amplifier. Receiver tidak hanya menerima sinyal informasi

saja melainkan noise yang berasal dari ambient light ataupun interference lamp [25]

sehingga perlu ditapis oleh rangkaian DC-offset remover dan analog filter [26]. Selama

merambat diruang bebas, cahaya akan mengalami fading atau pelemahan. Sehingga

Page 6: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

JETri, Vol. 15, No. 1, Agustus 2017, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X

6

diperlukan rangkaian automatic gain controller (AGC) untuk mempertahankan sinyal

output yang berubah-ubah karena variasi jarak kanal optik dan sudut tertentu [27-28].

Tahap berikutnya, output dari blok AFE receiver disampling menjadi data digital

melalui ADC [29].

Terakhir, data-data ditampilkan oleh PC-B, dimana pada prinsipnya data

terkirim harus sama dengan data yang diterima. Sementara fokus pembahasan makalah

ini terletak pada bagian DSP, yakni ditunjukkan pada blok warna kuning.

Gambar 2. Blok diagram sistem VLC

3.2 Pemakaian Development Board

Berdasarkan diagram blok pada Gambar 2, perangkat DSP terdiri dari empat

modul, yakni (1) FPGA transmitter (modul Zybo® dari Digilent.Inc); (2) modul DAC

yang mana digunakan THS5651EVM dari Analog Devices.Inc. Board ini memiliki

spesifikasi input data digital dengan 10-bit dan beroperasi pada rentang supply analog

4,5 VDC – 5,5 VDC dan sample rate sebesar 100 MSPS [30-31] sehingga sangat layak

dipakai untuk sistem high-speed VLC; (3) modul ADC yang mana digunakan produk

AQ-Lite dari PT. FUSI Global Teknologi & Pusat Unggulan IPTEK Mikroelektronika

ITB. Board ini memiliki spesifikasi input data digital dengan 12-bit dan kemampuan

Page 7: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

Syifaul Fuada, dkk. “Implementasi Perangkat Digital Signal Processing…”

7

frequency sampling sampai 50 MHz atau 50 kali lebih cepat dibandingkan ADC

internal dari modul FPGA ZYBO; dan (4) modul FPGA receiver digunakan

Microzed® dari AVNET.Inc.

3.3 Perancangan DAC

Modul DAC akan mengeluarkan beberapa form sinyal (sine, square, sawtooth,

triangle, ataupun random) bergantung dari kebutuhan desainer. Dalam projek ini akan

dilakukan uji fungsionalitas DAC dengan membangkitkan beberapa bentuk sinyal

tersebut. Namun untuk keperluan analisa, DAC di-set untuk menghasilkan sinyal

dalam form sinusoidal yang output frequency-nya dapat atur melalui pengubahan

sampling frequency DAC dan clock frequency dari data digital yang dikeluarkan.

Kedua frekuensi ini diatur pada desain register-transfer level (RTL) pada board FPGA

yang disajikan pada Gambar 3. Pada projek ini, RTL hardware design diselesaikan

pada Xilinx environment.

Sinyal clock dihasilkan oleh IP ZYNQ7 Processing System yang kemudian

dilewatkan ke blok IP Clock Divider yang terdiri atas beberapa modul pembagi dengan

besar divider berupa kelipatan dua mulai dari 20 sampai 215. Pemilihan divider tersebut

dilakukan oleh user melalui input dengan menggunakan 4 buah switch pada modul

FPGA ZYBO dimana setiap switch merepresentasikan logika ‘1’ ketika hidup/on dan

logika ‘0’ ketika padam/off’.

Sementara sinyal clock keluaran dari modul IP sel_16 adalah suatu multiplexer

untuk memilih clock untuk men-drive modul IP berikutnya. IP sel_16 memiliki fungsi

ganda, yakni digunakan untuk mengontrol frekuensi pengeluaran data sampel digital

dari sinyal sinusoidal dan sebagai output clock signal yang akan digunakan sebagai

clock sampling input pada modul DAC. Modul IP berikutnya adalah modul

DAC_10bit_IP. Modul ini memiliki 6 output, yaitu satu pin ‘dac_out’ yang

mengeluarkan data sampel sinyal sinusoida digital dan 5 buah clock yang masing-

masing merupakan hasil pembagian sinyal clock untuk men-drive modul IP

Page 8: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

JETri, Vol. 15, No. 1, Agustus 2017, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X

8

DAC_10bit_IP ini. Sinyal clock ini yang akan digunakan untuk input sinyal clock

sampling dari modul DAC.

Gambar 3. RTL board FPGA ZYBO untuk interface ke board DAC

3.4 Perancangan H/W SoC untuk ADC

Secara garis besar, rancangan dari interface ADC ditunjukkan pada Gambar 4.

Alur kerja dari sistem tersebut adalah sebagai berikut: (1) Data 12-bit yang masuk

melalui kaki input diberi padding 20-bit bernilai ‘0’ sehingga menjadi data 32 bit; (2)

Data input 32-bit hasil sampling ADC tersebut akan dilakukan sampling kembali

menggunakan register; (3) Kemudian, data keluaran register disimpan terlebih dahulu

didalam double buffer yang mana buffer diimplementasikan menggunakan First Input

First Output (FIFO).

Page 9: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

Syifaul Fuada, dkk. “Implementasi Perangkat Digital Signal Processing…”

9

FIFO pada tahap pertama berfungsi sebagai read buffer, sedangkan FIFO pada

tahap kedua berfungsi sebagai write buffer; (4) Data keluaran FIFO kemudian

disimpan pada memori DMA Destination Address Register (DDR) melalui Direct

Memory Access (DMA). Status transaksi pengisian data pada memori (error dan

transfer complete) kemudian diinformasikan melalui interrupt ke blok IP ZYNQ7

Processing System. Pada diagram sistem yang ditunjukkan pada Gambar 4, memori

DDR merupakan bagian dari ZYNQ7 Processing System IP; dan (5) Data pada memori

DDR kemudian diakses melalui application software untuk di tampilkan pada konsol

Xilinx SDK.

Gambar 4. Blok diagram H/W SoC untuk interface ADC

3.5 Perancangan S/W SoC untuk ADC

Pada S/W SoC, dilakukan pengaturan interrupt dan alokasi Buffer Descriptor

(BD). Interrupt digunakan untuk memberikan informasi pada processing system

apabila terjadi error atau transaksi pengiriman data sudah selesai. Sedangkan BD

berfungsi untuk memecah data yang diterima menjadi beberapa data packet untuk

dialokasikan ke-region alamat yang berbeda pada memori.

BD memiliki struktur data berupa linked list, sehingga BD berbentuk ring yang

akan berhenti memproses ketika kondisi berikut: (BD terakhir = BD yang

dispesifikasikan pada Tail Ptr register pada hardware). BD terakhir tersebut kemudian

akan me-link ke alamat BD pertama. BD digunakan secara bergantian oleh hardware

dan software.

Page 10: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

JETri, Vol. 15, No. 1, Agustus 2017, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X

10

Pada level software, proses yang dilakukan berupa buffer setup, alokasi buffer, flag

check dan buffer de-allocation. Sedangkan pada hardware, BD yang sudah diproses

pada software, digunakan untuk mem-buffer data yang masuk. Adapun skema

transaksi BD antara software dan hardware diilustrasikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Transaksi BD antara S/W SoC dan H/W SoC

Diagram alir (flowchart) program utama/main application software yang

dirancang ditunjukkan pada Gambar 6, sedangkan diagram alir dari masing-masing

blok pada main program (selain inisialisasi DMA) ditunjukkan pada Gambar 7(a)

untuk pengaturan penerima dan Gambar 7(b) untuk pengaturan interrupt. Pada

implementasinya, fungsi ini memanggil fungsi lainnya, yaitu Rx Interrupt Handler

(Gambar 8(a)) yang juga memanggil fungsi Rx Callback (Gambar 8(b)). Gambar 9

merupakan flowchart untuk fungsi check data.

Gambar 6. Flowchart dari main function

Page 11: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

Syifaul Fuada, dkk. “Implementasi Perangkat Digital Signal Processing…”

11

(a) (b)

Gambar 7. Flowchart dari fungsi: (a) Rx Setup; (b) Interrupt Setup

(a) (b)

Gambar 8. Flowchart dari fungsi: (a) RxInterruptHandler; (b) RxCallback

Gambar 9. Flowchart dari fungsi check data

Page 12: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

JETri, Vol. 15, No. 1, Agustus 2017, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X

12

3.6 Prosedur Evaluasi

Unjuk kerja dari modul DAC dan ADC dilakukan secara terpisah atau stand alone,

Gambar 10(a) merupakan setup untuk pengujian performansi DSP transmitter dan

Gambar 10(b) untuk DSP receiver.

(a)

(b)

Gambar 10. Setup pengujian fungsionalitas: (a) DSP transmitter; (b) DSP receiver

Pada blok DSP transmitter, mula-mula dataset pada PC sebagai data input dan

diproses oleh ZYBO untuk mengeluarkan representasi biner 10-bit dari sampel data.

Kemudian, board DAC akan mengkonversi menjadi sinyal analog. Unjuk kerja DSP

transmitter didemonstrasikan secara fungsional yang mencakup tiga hal, yakni: (1)

pembangkitan macam-macam form sinyal output dari modul DAC; (2) observasi

tentang pengaruh pengubahan clock data dan sampling clock terhadap frekuensi output

dalam bentuk sinyal sinusoida seperti yang dinyatakan pada Bab 3.3; dan (3)

pembangkitan sinyal random dari MATLAB®.

Page 13: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

Syifaul Fuada, dkk. “Implementasi Perangkat Digital Signal Processing…”

13

Sementara pengujian fungsional sistem DSP receiver dilakukan dengan

memberikan sinyal sinusoida dari signal generator (GW-INSTEK GFG-8255A) dan

pada output ADC dihubungkan ke PC untuk diplot pada MATLAB dan Microsoft

Excell mengenai data-data yang telah dibacanya. Terdapat lima skenario uji, yaitu

dengan data input menggunakan (1) Look-up Table dari Sine Wave 16-bit tanpa two’s

(2’s) complement decoder; (2) Look Up Table dari Sine Wave 16-bit dengan 2’s

complement decoder; (3) Sampling clock pada register = sampling clock ADC; (4)

Sampling clock pada register > sampling clock ADC; dan (5) sinyal input yang diberi

DC-offset hingga amplitude dari sinyal input melebihi tegangan referensi ADC, dalam

hal ini maksium Vref dari ADC AQLite adalah 3,3 VDC.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian DAC

Sebagaimana yang telah dipaparkan pada Bab 3.6, unjuk kerja fungsional dari

modul DSP transmitter ditunjukkan pada Gambar 11. Dapat diamati bahwa modul

DAC dapat membangkitkan beberapa form sinyal sebagai input untuk LED driver

dengan amplitude maksimum dari 1 Vpp sampai -1 Vpp atau 2 Vpp

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 11. Sinyal output dari modul DAC THS561EVM pada osiloskop RIGOL

DS4032: (a) gigi gergaji; (b) segitiga; (c) kotak tidak sempurna; dan (d) sinusoida

Page 14: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

JETri, Vol. 15, No. 1, Agustus 2017, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X

14

Tabel 1 merupakan data hasil dari pengaruh pengubahan clock data sampel

sinyal digital dan sampling clock modul DAC terhadap frekuensi output yang

dihasilkan oleh modul DAC. Data ini dapat dijadikan referensi ketika blok digital

diintegrasikan dengan blok analog dalam sistem VLC. Ketika modul AFE hanya

mampu memproses sinyal sinusoida maksimum 25 KHz, maka konfigurasi clock

data harus 25 MHz dan sampling clock sebesar 12,5 MHz. Nilai frekuensi output

yang dibangkitkan oleh modul DAC linier terhadap clock data dan sampling clock.

Tabel 1. Konfigurasi clock data sampel digital dan clock sampling DAC untuk

frekuensi sinyal analog yang dihasilkan

Clock Data Sampling Clock pada DAC Frekuensi Sinyal Sinus

50 MHz 25 MHz 1 MHz

25 MHz 12,5 MHz 500 KHz

12,5 MHz 6,25 MHz 250 KHz

6,25 MHz 3,125 MHz 125 KHz

3,125 MHz 1,5 MHz 62,5 KHz

1,5 MHz 750 KHz 31,25 KHz

750 KHz 375 KHz 15 KHz

375 KHz 187,5 KHz 7,5 KHz

187,5 KHz 93,5 KHz 3,75 KHz

93,5 KHz 46,75 KHz 1,8 KHz

46,75 KHz 23 KHz 900 Hz

23 KHz 11,5 KHz 450 Hz

11,5 KHz 5,75 KHz 225 Hz

5,75 KHz 2,87 KHz 112,5 Hz

2,87 KHz 1,43 KHz 56 Hz

1,43 KHz 0,7 KHz 28 Hz

Source code untuk pembangkitan sinyal random menggunakan MATLAB t = [ 0 : 1 : 200 ]; % Time Samples

f1 = 500; % Input Signal Frequency 1

f2 = 800; % Input Signal Frequency 2

fs = 50000; % Sampling Frequency

x = round((((sin(2*pi*f1/fs*t) +

sin(2*pi*f2/fs*t))+1.9857)/3.8622)*1023); % Generate Sine

Wave

hold on;

plot(t*1/fs*1000,x); % Plot Sine Wave

G = dec2bin(x,10); %convert to binary

Page 15: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

Syifaul Fuada, dkk. “Implementasi Perangkat Digital Signal Processing…”

15

Gambar 12(a) adalah sinyal random yang disimulasikan menggunakan

MATLAB, sedangkan Gambar(b) merupakan output dari modul DAC yang sesuai

dengan hasil simulasi. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui performa modul

DAC dalam mengkondisikan multilevel amplitude seperti karakteristik sinyal OFDM.

Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa unjuk kerja DAC sesuai

dengan ekspektasi.

(a) (b)

Gambar 12. (a) Simulasi sinyal random menggunakan MATLAB; (b) sinyal output

dari modul DAC dengan amplitude 0.8 Vpp

4.2 Pengujian ADC

Pengujian mengacu pada setup eksperimen yang telah direncanakan pada Bab 3.6

yang mana terdapat lima skenario. Gambar 13 merupakan hasil pengujian skenario

pertama, yakni memberikan sinyal input sinusoidal 16-bit tanpa two’s complement

decoder, sumbu y merupakan nilai bit dalam desimal sedangkan sumbu x merupakan

banyaknya sampel. Pada pengujian ini terlihat bahwa efek dari bit overflow membuat

sinyal yang terbaca seperti pada Gambar 13. Sinyal yang menjadi input memiliki

ukuran 16-bit, oleh karena itu representasi integer dari amplitude sinyal adalah 65535.

Pada saat sinyal ADC yang menjadi input, data yang masuk adalah sebesar 12-bit

dengan level maksimum representasi integer sebesar 212 = 4096. Kemudian, ketika 2’s

complement decoder dimasukkan kedalam program (skenario pengujian kedua), maka

sinyal hasil bacaan program berbentuk sinusoidal sesuai dengan sinyal input yang

dimaksudkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14.

Page 16: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

JETri, Vol. 15, No. 1, Agustus 2017, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X

16

Pada skenario ketiga, sistem diberi input sinyal sinusoidal yang berasal dari signal

generator yang kemudian dilakukan sampling oleh ADC (Finput) sebesar 10 MHz.

Sinyal hasil sampling dari ADC kemudian dilakukan sampling kembali oleh register

(Fsampling) dengan frekuensi sampling sama dengan sampling ADC, yakni 10 MHz.

Sinyal hasil bacaan ADC (Gambar 15) terlihat telah berbentuk sinusoidal. Akan tetapi

terdapat beberapa error di beberapa titik sampling.

Gambar 13. Pengujian “sine 16-bit without 2’s complement decoder” dengan sampel

sebanyak 500

Gambar 14. Hasil pengujian sine 16-bit dengan complement decoder

Page 17: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

Syifaul Fuada, dkk. “Implementasi Perangkat Digital Signal Processing…”

17

Ketika sampling register lebih banyak daripada sampling ADC (Finput > Fsampling),

maka bentuk sinyal yang dibaca terlihat seperti pada Gambar 15 (skenario keempat).

Hal ini dikarenakan untuk satu input bacaan ADC yang sama, maka sinyal tersebut di-

sampling beberapa kali yang dalam kasus ini sebesar 5 kali (karena sampling register

= 5 kali dari sampling ADC). Meskipun demikian, tetap terdapat error di beberapa

titik sampling.

Gambar 15: Clock sampling sebesar 10 MHz yang telah diperbesar (zoom out)

Gambar 16. Clock sampling ADC 10 MHz dengan register 50 MHz (zoom out)

Page 18: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

JETri, Vol. 15, No. 1, Agustus 2017, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X

18

Pada software Vivado 2014.2, terdeteksi suatu anomali dimana sinyal keluaran

FCLK tidak dapat mengeluarkan nilai selain 50 MHz, meskipun pengaturan pada IP

ZYNQ7 Processing System sudah diatur sedemikian rupa untuk mengeluarkan nilai

selain 50 MHz. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan kembali clock divider pada

sinyal keluaran FCLK.

Pengujian pada skenario kelima adalah ketika sinyal input diberikan tegangan

DC-offset sehingga amplitude sinyal input melebihi tegangan referensi dari modul

ADC (3,3 VDC). Pada pengujian, sinyal input diberi tegangan dengan level tegangan

dari -1 VDC sampai >3,3 VDC. Idealnya sinyal berada pada region positif dari bacaan

ADC, dengan ground berada di sekitar ~2100 bit level. Akan tetapi karena pengaruh

algoritma 2’s complement decoder, maka bentuk sinyal seperti terlihat pada Gambar

17. Sinyal hanya akan berada diregion positif ketika sinyal hasil keluaran algoritma

decoder 2’s complement dinegasikan/diinversi.

Gambar 17. Pengaruh inversi

4.3 Efek pemakaian digital filter pada sinyal input

Untuk menghilangkan error pada beberapa titik sampling, salah satu solusinya

adalah mereduksi noise sinyal tersebut. Eksperimen dimulai dari pengambilan sample

dengan input sinusoidal yang sama dengan level tegangan dari -2.5 VDC sampai dengan

+2.5 VDC sebanyak 4 kali, kemudian dilihat komponen frekuensi dari sinyal yang di-

Page 19: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

Syifaul Fuada, dkk. “Implementasi Perangkat Digital Signal Processing…”

19

sampling. Dari hasil dari eksperimen yang dilakukan (Gambar 18), dapat ditarik

kesimpulan bahwa keempat sinyal menunjukkan respon frekuensi yang sama.

Terdapat noise pada sinyal pada beberapa titik noise dimana yang paling signifikan

adalah pada frekuensi 0 Hz sampai 0,5 Hz, sehingga diperlukan sebuah filter digital.

(a) (b)

(b) (d)

Gambar 18. Grafik frekuensi terhadap amplitude

Pada eksperimen ini, dirancang Band Pass Filter (BPF) yang akan meredam

komponen pada frekuensi noise dominan dan melewatkan frekuensi informasi dengan

noise minimum. Perancangan dilakukan pada toolbox yang disediakan di MATLAB

seperti yang disajikan pada Gambar 19. Adapun spesifikasi desain filter juga

ditunjukkan pada Gambar 19 dengan 512 order.

Noise Noise

Noise Noise

Page 20: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

JETri, Vol. 15, No. 1, Agustus 2017, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X

20

Koefisien filter digital yang didapat kemudian dikonvolusi dengan sinyal input

hasil sampling dengan menggunakan MATLAB. Sinyal input sebelum dikonvolusi

ditunjukkan pada Gambar 20(a) yang dilakukan zoom out sebesar 10x pada bagian titik

error. Sedangkan Gambar 20(b) merupakan sinyal yang telah dikonvolusi dengan BPF

yang telah didesain. Sinyal hasil konvolusi menggunakan BPF memiliki

redaman/atenuasi yang terlalu besar jika dibandingkan dengan sinyal input. Selain itu

juga terdapat atenuasi yang tidak uniform pada bagian awal dan akhir sinyal. Namun,

hasil dari eksperimen ini menyimpulkan bahwa error sinyal dapat direduksi dengan

baik sehingga dapat dijadikan alternatif untuk noise filtering.

Gambar 19. GUI pada MATLAB untuk mendesain filter digital

(a) (b)

Gambar 20. (a) sinyal input sebelum dikonvolusi dan ditapis; (b) sinyal output

Page 21: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

Syifaul Fuada, dkk. “Implementasi Perangkat Digital Signal Processing…”

21

5. KESIMPULAN

1. Desain, implementasi, dan evaluasi perangkat DSP untuk sistem high-speed VLC

telah dilakukan dengan beberapa skenario. Pada DSP transmitter, modul DAC

dapat melakukan performansi dengan baik dalam membangkitkan beberapa bentuk

sinyal dan dapat divariasikan frekuensi keluarannya melalui pengaturan Fsampling

dan Finput. Pada DSP receiver, dengan berbagai skenario uji coba dapat disimpulkan

bahwa modul ADC mampu mengolah sinyal input dalam form analog menjadi

sinyal digital dengan baik ketika pengaturan Fsampling > 5*Finput. Algoritma Two’s

(2’s) complement digunakan ketika sinyal input modul ADC terdapat komponen

negatif (-V) Pada perancangan tahap berikutnya, akan diintegrasikan modul DSP

transmitter dan DSP receiver sehingga sinyal input modul ADC diperoleh dari

modul DAC. Selanjunya dihubungkan dengan blok analog.

2. Eksperimen tentang pengaruh filter digital untuk mengkompensasi noise sinyal

input pada beberapa titik sampel telah dilakukan dan membuktikan bahwa noise

dapat direduksi dengan baik. Namun redaman sinyal sangat besar, sehingga

diperlukan desain BPF yang sesuai agar didapat respon frekuensi dengan atenuasi

yang sesuai untuk komponen frekuensi dominan. Kemudian, improvisasi BPF

tersebut akan diimplementasikan menjadi sebuah IP pada H/W SoC untuk sistem

high-speed VLC.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dibiayai oleh dana Hibah Penelitian dari KEMRISTEKDIKTI

melalui skema Kerjasama Luar Negeri (KLN) kolaborasi dengan Pukyong National

University-Korea Selatan, judul proyek penelitian “Machine to machine

communication (M2M) based on visible light communication (VLC)” (No. Kontrak:

009/SP2H/LT/DRPM/IV/2017).

Page 22: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

JETri, Vol. 15, No. 1, Agustus 2017, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X

22

DAFTAR PUSTAKA

[1] R. Hou, Y. Chen, J. Wu, and H. Zhang, “A Brief Survey of Optical Wireless

Communication,” Proc. of the 13th Australasian Symp. on Parallel and

Distributed Computing (AusPDC 2015), pp. 41-50, January 2015.

[2] S. Wu, H. Wang, and C-H. Youn, “Visible Light Communications for 5G

Wireless Networking Systems: from Fixed to Mobile Communications,” IEEE

Network, pp. 41-45, December 2014.

[3] G.C. García, I.L. Ruiz and M. Ángel, “State of the Art, Trends and Future of

Bluetooth Low Energy, Near Field Communication and Visible Light

Communication in the Development of Smart Cities,” MDPI Sensors J., Vol.

16, pp. 1-38, 2016. DOI:10.3390/s16111968.

[4] S. Fuada, “Design and Implementation of Analog Front-End Transceiver

Module for Visible Light Communication System,” Master Thesis,

Department of Electrical Engineering, School of Electrical Engineering and

Informatics (SEEI), Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia, 2017.

[5] M. Ismail, M.Z. Shakir, K.A. Qaraqe and E. Serpedin, “Radio Frequency and

Visible Light Communication Internetworking,” Green Heterogeneous

Wireless Networks, First Edition. P. 120, John Wiley & Sons Publisher, 2016.

[6] W. Rui, et. al., “Indoor Optical Wireless Communication System Utilizing

White LED Lights,” Proc. of the 15th Asia-Pacific Conf. on Communications

(APCC), pp. 617-621, 2009.

[7] H.D. Trung and D.T. Tuan, “Designing of an Indoor Visible Light

Communication Transceiver for Data Transmission using White LED,”

Research and Development on Information & Communications Technology,

Volume E-3, No. 9 (13), pp. 2-9, 2013.

[8] S. Fuada, A.P. Putra, Y. Aska, and T. Adiono, “Trans-impedance Amplifier

(TIA) Design for Visible Light Communication (VLC) using Commercially

Available OP-AMP,” Proc. of the 3rd Int. Conf. on Information Tech.

Computer, and Electrical Engineering (ICITACEE), pp. 31-35, October 2016.

DOI: 10.1109/ICITACEE.2016.7892405.

Page 23: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

Syifaul Fuada, dkk. “Implementasi Perangkat Digital Signal Processing…”

23

[9] T. Adiono, S. Fuada, and S. Harimurti, “Bandwidth Budget Analysis for

Visible Light Communication Systems Utilizing Commercially Available

Components,” Unpublished.

[10] T. Adiono, Yulian Y. Aska, A.A. Purwita, S. Fuada, and A.P. Putra, “Modeling

OFDM system with Viterbi Decoder Based Visible Light Communication”

Proc. of the Int. Conf. on Electronic, Information and Communication (ICEIC),

Phuket, Thailand, January 2017.

[11] T. Adiono, Y. Aska, S. Fuada, A.A. Purwita, “Design of an OFDM System for

VLC with a Viterbi Decoder,” IEEK Transaction on Smart Porcessing and

Computing (SPC), 2017.

[12] A. Pradana, S. Fuada, and T. Adiono, “Desain dan Implementasi Sistem Visible

Light Communication berbasis Pulse Width Modulation (PWM),”

Unpublished.

[13] T. Adiono, A. Pradana, and S. Fuada, “Rancang Bangun Komunikasi Cahaya

Tampak dengan Modulasi 2-PWM berbasis Mikrokontroller,” Unpublished.

[14] T. Adiono, A. Pradana, S. Fuada, and Y. Aska, “Desain dan Implementasi

Real-time Visible Light Communication Systems berbasis BPSK,”

Unpublished.

[15] T. Adiono, A. Pradana, and S. Fuada, “Visible Light Communications System

using Quadrature Phase-Shift Keying,” Unpublished.

[16] S. Fuada, and T. Adiono, “Rancang Bangun Layer Fisik Visible Light

Communication Pada Sistem Transmisi Audio,” J. INFOTEL, Vol. 9(3), pp.

352-360, August 2017. DOI: https://doi.org/10.20895/infotel.v9i3.288.

[17] S. Fuada, T. Adiono, A. P. Putra, and Y. Aska, “A Low-cost Analog Front-End

(AFE) Transmitter Designs for OFDM Visible Light Communications,” Proc.

of the IEEE Int. Symposium on Electronics and Smart Devices (ISESD), pp.

371-375, October 2016. DOI: 10.1109/ISESD.2016.7886750.

Page 24: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

JETri, Vol. 15, No. 1, Agustus 2017, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X

24

[18] S. Fuada, T. Adiono T, A.P. Putra, Y. Aska, “LED Driver Design for Indoor

Lighting and Low-rate Data Transmission Purpose, Optik-Int. J. for Light and

Electron Optics, 2017, DOI: https://doi.org/10.1016/j.ijleo.2017.11.180.

[19] S. Fuada, A.P. Putra, Y. Aska and T. Adiono, “A First Approach to Design

Mobility Function and Noise Filter in VLC System Utilizing Low-cost Analog

Circuits,” Int. J. of Recent Contributions from Engineering, Science, and IT

(iJES), Vol. 5(2), pp. 14 – 30, 2017. DOI: 10.3991/ijes.v5i2.6700.

[20] C. Ezhilazhagan, A.R. Burhanuddin, and F. Charles, “Automatic Product

Detection and Smart Billing for Shopping using Li-Fi,” Proc. of the IEEE Int.

Conf. on Recent Trends in Electronics Information Comm. Tech., pp. 1723-

1726, January 2017.

[21] W. A. Cahyadi, et. al., “Patient monitoring using visible light uplink data

transmission,” Proc. of 2015 Int. Symp. on Intelligent Signal Processing and

Communication Systems (ISPACS), pp. 431–434, November 2015.

[22] R. Boubezari et. al., “Novel Detection Technique for Smartphone to

Smartphone Visible Light Communications,” Proc. of the 2016 10th Int. Symp.

on Communication Systems, Networks and Digital Signal Processing

(CSNDSP), September 2016.

[23] S. Fuada, A.P. Putra, and T. Adiono, “Analysis of Received Power

Characteristics of Commercial Photodiodes in Indoor LoS Channel Visible

Light Communication,” Int. J. of Advanced Computer Science and

Applications (IJACSA), Vol. 8(7), pp. 164-172, July 2017. DOI:

10.14569/IJACSA.2017.080722.

[24] S. Fuada, A.P. Putra, Y. Aska, and T. Adiono, “Trans-impedance Amplifier

(TIA) Design for Visible Light Communication (VLC) using Commercially

Available OP-AMP,” Proc. of the 3rd Int. Conf. on Information Tech.

Computer, and Electrical Engineering (ICITACEE), pp. 31-35, October 2016.

DOI: 10.1109/ICITACEE.2016.7892405.

[25] T. Adiono, and S. Fuada, “Investigation of Optical Interference Noise

Characteristics in Visible Light Communication System,” Proc. of the 2017

Page 25: IMPLEMENTASI PERANGKAT DIGITAL SIGNAL PROCESSING …

Syifaul Fuada, dkk. “Implementasi Perangkat Digital Signal Processing…”

25

Int. Symp. on Nonlinear Theory and Its Applications (NOLTA), December

2017.

[26] T. Adiono, and S. Fuada, “Optical Interference Noise Filtering over Visible

Light Communication System Utilizing Analog High-Pass Filter Circuit,”

Proc. of the 2017 Int. Symp. on Nonlinear Theory and Its Applications

(NOLTA), December 2017.

[27] T. Adiono, S. Fuada, and R.A. Saputro, “Automatic Gain Control Circuit for

Mobility Visible Light Communication System using LM13700” Proc. of

IEEE Int. Symposium on Electronics and Smart Devices (2017), Yogyakarta,

Indonesia, October 2017.

[28] T. Adiono, A. Pradana, and S. Fuada, “Employing LM13700 as Automatic

Voltage Gain for Mobile Visible Light Communication System” Unpublished.

[29] A. P. Putra, S. Fuada, Y. Aska, and T. Adiono, “System-on-Chip Architecture

for High-Speed Data Acquisition in Visible Light Communication System,”

Proc. of the IEEE Int. Symposium on Electronics and Smart Devices (ISESD),

pp. 63-67, March 2017. DOI: 10.1109/ISESD.2016.7886693.

[30] Datasheet THS5651 10-BIT, 100 MSPS, CommsDAC DIGITAL-TO-

ANALOG CONVERTER.

[31] User Guide THS56X1EVM for the THS5641A/51A/61A/71A 8-, 10-,12-,

AND 14-Bit CommsDAC™ Digital-to-Analog Converters.