Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN
NOMOR 51/M-DAG/PER/7/2015 TENTANG LARANGAN IMPOR
PAKAIAN BEKAS DI KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah
WAHYU DWI MAULANA SIP.152094
PEMBIMBING:
Fauzi Muhammad, M.Ag Mustiah RH, S.Ag., M.Sy
KOSENTRASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1440 H / 2019
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : WahyuDwiMaulana
NIM : SIP 152094
Jurusan/Kosentrasi : Ilmu Pemerintahan/Perencanaan Pembangunan
Fakultas : Syariah
Alamat : Jln. Lintas Candi Muaro Jambi, Desa Kedemangan,
Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar starata 1 (S1) di Fakultas Syariah UIN
STS Jambi.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN STS Jambi.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan merupakan hasil karya
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN STS Jambi.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan penuh rasa
tanggungjawab.
Jambi, Oktober 2019
Penyusun
WAHYU DWI MAULANA NIM: SIP 152094
iii
Jambi, Oktober 2019
Pembimbing I : Fauzi Muhammad, M.Ag
Pembimbing II : Mustiah RH, S.Ag., M.Sy
Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi
Jl. Jambi-MuaraBulian KM. 16 Simp. Sei Duren, Kec. Jaluko, Kab. Muaro Jambi 36363 Telp.(0741)582021
Kepada Yth.
Bapak Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di-
Jambi
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Assalamualaikumwrwb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara WAHYU DWI MAULANA dengan NIM SIP 152094 yang berjudul:
“Implementasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas Di Kota Jambi”
Telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana starata satu (S1) dalam jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Demikianlah surat ini dibuat, kami ucapkan terimakasih semoga bermanfaat bagi kepentingan Agama, Nusa danBangsa.
Wassalamualaikumwrwb.
Pembimbing I Pembimbing I
Fauzi Muhammad, M.Ag Mustiah RH, S.Ag., M.Sy NIP.197410232003121003 NIP.197007061998032003
v
MOTTO
ل اطل إ الب م ب مىالكم بيىك أكلىا أ مىىا ل ت ه آ ذي ا ال ه ا أي يمىك ه تزاض ة ع ار ن تكىن تج م أ ل تقتلىا أوفسك م و إن الل
ا م م رحي ان بك ك
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.1
1QS. An-Nisa: 29
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur alhamdulillah perjalanan pendidikan yang saya jalani tidak terasa sudah sejauh ini langkah kaki masih mampu berjalan untuk menuntut
ilmu, banyak pengalaman dan pengetahuan serta canda tawa suka duka yang sudah didapat. Dalam pencapaian ini tentu tidak terlepas dari orang-orang
disekeliling yang selalu mensupport hari-hari saya. Maka dalam kesempatan ini izinkan saya mempersembahkan pencapaian yang dirasakan detik ini kepada:
Yang pertama orang tua saya Hayatuddin ( Ayah ) dan Salma ( Ibu ) beserta keluarga besar tanpa mereka saya tidaak bisa melangkah sampai pada jenjang
pendidikan yang sekarang. Tidak lupa pula ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada Dosen-Dosen terkhusus pembimbing skripsi saya yang telah
mampu mendidik dan memberi arahan serta pengetahuan yang begitu bermanfaat bagi pribadi ini semoga ilmu yang engkau berikan dapat saya menfaatkan sebaik mungkin sebagai bekal pengetahuan untuk kedepannya, semoga ilmu ini menjadi
ladang pahala bagi Bapak dan Ibu yang telah mendidik selama ini.
Kemudian yang terakhir kepada sahabat SPJ (Suhaiman, Apri, Rico dan Firman Byson) dan teman-teman seperjuangan lainnya beserta adik-adik tingkat yang
turut hadir menghiasi hari-hari saya selama menuntut ilmu dibangku perkuliahan saya ucapkan ribuan terimakasih yang sedalam-dalamnya. Hari-hari tersebut akan terus membekas dalam bingkai kenangan yang tersusun diingatan saya.
Semoga kita semua menjadi orang-orang yang berguna dan pada nantinya sukses seperti yang kita harapkan sesuai dengan cita-cita yang diinginkan. Aamiin
yarobbal „alamin.
vii
ABSTRAK
Tren pakaian bekas impor sedang menjadi primadona semua kalangan dengan harga yang murah namun berkualitas, tapi kenyataan dilapangan pakaian bekas impor merupakan komoditi yang dilarang untuk diimpor ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wajib dimusnahkan memasuki wilayah Indonesia dan ketika itu terjadi secara otomatis maka implementasi atau penerapan Permendag No. 51 tahun 2015 dinyatakan gagal. Dengan adanya pakaian bekas hal tersebut tentu akan mematikan industri garment dalam negeri. Jual beli pakaian impor bekas yang sekarang banyak dijumpai di Kota Jambi membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pelaksanaan Permendag No. 51 tahun 2015, faktor serta alasan apa yang menja dipenyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas di Kota Jambi, bagaimana upaya dari pemerintah daerah Kota Jambi sendiri dalam mengatasi maraknya penjualan pakaian impor bekas. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor penyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas di Kota Jambi, untuk mengetahui faktor serta alasan terhadap praktik jual beli pakaian impor bekas, untuk mengetahui sejauh mana peran pemerintah Kota Jambi dalam menangani masalah jual beli pakaian impor bekas. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif yang bersifat membangun, mengembangkan, dan menemukan teori-teori sosial. Peneliti juga menggunakan pendekatan normatif sosiologis, dengan cara meneliti bahan-bahan perpustakaan yang merupakan data sekunder, sedangkan penelitian hukum sosiologis/empiris dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh secara langsung di lapangan. Ada beberapa temuan dalam praktik jual beli pakaian impor bekas yang ada di Kota Jambi peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa jika dilihat dari jual beli yang dilakukan pembeli dan penjual tidak ada masalah, karena kedua belah pihak sama- sama ridho. Yang menjadi masalah adalah antara penjual pakaian impor bekas dan pemerintah Indonesia, hal ini dikarenakan penjual memasukan pakaian imporbekas dengan cara ilegal, itu sama saja dengan tidak mematuhi aturan yang sudah dibuat pemerintah.
Kata kunci : implementasi, peraturan menteri, pakaian bekas impor.
viii
KATA PENGANTAR
يم ب ن ٱلرح ه ٱلرحم سم ٱلل
Assalamu’alaikum, Wr,Wb.
Alhamdullah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penulisan skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Di samping itu tidak lupa pula
sholawat serta salam penulis sampaikan pada junjungan Nabi Muhammad SAW
yang telah member kita petunjuk dari zaman kebodohan hingga kezaman yang
terang benderang, sebagaimana yang kita rasakan saat ini, dengan disinari iman
dan islam.
Skripsi ini berjudul “Implementasi Peraturan Menteri PerdaganganNomor
51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas Di Kota Jambi
Dalam penulisan skripsi ini penulis akui tidak sedikit hambatan dan
rintangan yang dilalui namun berkat dukungan dari berbagai pihak akhirnya
skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis berharap semoga dapat bermanfaat
khususnya bagi diri penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca serta
memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan, pemerintahan serta
bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini, dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
ix
1. Bapak Prof. Dr. Suadi, Lc., MA selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Sultan
Thaha Syaifuddin Jambi.
3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc. M. HI,. Ph.D selaku Wakil Dekan I Fakultas
Syariah bidang Akademik dan Kelembagaan.
4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, M.HI selaku Wakil Dekan II Fakultas Syariah
bidang Administrasi Umum, Keuangan dan Perencanaan.
5. Ibu Dr. Yuliatin, M. HI selaku Wakil Dekan III Fakultas Syariah bidang
Kemahasiswaan dan Kerja Sama.
6. Ibu Mustiah RH, S.Ag., M. Sy dan Ibu Tri Endah Karya Lestiani, S. IP., M.
IP selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas
Sayariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
7. Bapak Fauzi Muhammad, M.Ag selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
Mustiah RH, S.Ag., M.Sy selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
membantu serta dalam pembuatan skripsi ini
8. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen, staf, karyawan/i dilingkungan Fakultas
Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan
pelayanan dan bantuan serta bimbingannya selama proses perkuliahan.
9. Ibunda dan Ayahanda beserta keluarga besar tercinta yang senantiasa
mendo’akan, mendukung, serta memeberikan motivasi dalam penulisan
skripsi ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
x
10. Rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Se-Fakuktas dan
UIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi yang ikut serta memberikan perhatian
dan partisipasinya dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari
kekurangan dan kekeliruan, baik dari segi teknis penulisan analisis maupun dalam
mengangungkan adanya tanggapan dan masukan berupa kritik dan saran dari
semua pihak demi kebaikan skripsi ini. Semoga apa yang diberikan tercatat
sebagai amal jariyah disisi Allah SWT, serta mendapat pahala atau ganjaran yang
sepentasanya.
Jambi, Oktober 2019 Penulis
WAHYU DWI MAULANA NIM: SIP 152094
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B.Rumusan Masalah ....................................................................... 8
C. Batasan Masalah ........................................................................ 8
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 9
E. Kerangka Teori........................................................................... 10
F. Tinjau Pustaka ............................................................................ 22
BAB II METODE PENELITIAN............................. ............................... 24
A. Pendekatan Penelitian ................................................................. 24
B. Lokasi Penelitian ......................................................................... 25
C. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 25
D. Metode Pengumpulan Data......................................................... 26
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 26
xii
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 28
G. Jadwal Penelitian ........................................................................ 39
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................ 31
A. Gambaran Umum Kota Jambi .................................................... 31
B. Gambaran Umum Kecamatan Telanaipura ................................. 32
C. Gambaran Umum Kelurahan Penyengat Rendah ....................... 34
D. Sejarah Singkat Pasar Aurduri .................................................... 34
E. Profil Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(DISPERINDAG) Kota Jambi .................................................... 36
F. Visi Misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(DISPERINDAG) Kota Jambi.................................................... 38
G.Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kota Jambi ...................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 41
A. Implementasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-
DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas
di Kota Jambi ................................................................................ 41
B. KendalaYang Dihadapi dalam Implementasi Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015
Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Kota Jambi ............... 47
C. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Maraknya Penjualan
Pakaian Bekas Impor di Kota Jambi ............................................. 56
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 60
xiii
A. Kesimpulan ................................................................................. 60
B. Saran ........................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63
LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian.............................................................................. 30
Tabel 1.2 Jumlah Pedagang dan Jenis Lapak ................................................... 44
xv
DAFTAR SINGKATAN
SWT : SubhanahuWata’Ala
UUD 1945 : Undang-UndangDasar 1945
NKRI : Negara KesatuanRepublik Indonesia
MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat
PEMDA : Pemerintah Daerah
KBBI :Kamus Besar Bahasa Indonesia
API :Angka Pengenal Impor
TPT :Tekstil dan Produk Tekstil
KKN :Korupsi Kolusi dan Nepotisme
PAD :Pendapatan Asli Daerah
KEIN : Komita Ekonomi dan Industri Nasional
BTBMI : Buku Tarif Bea Masuk Indonesia
AL : Angkatan Laut
SMK : SekolahMenengah Kejuruan
UIN : Universitas Islam Negeri
STS : SulthanThahaSyaifuddin
PERMENDAG : Peraturan Menteri Perdagangan
DISPERINDAG : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Jambi ................................................................................................................ 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah Negara Kesatuan yang memiliki wilayah daratan yang
dipisahkan oleh lautan dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri atas lima pulau besar yaitu Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan
Papua serta ribuan pulau-pulau kecil lainnya (archipelagicstate). Sebagai sebuah
Negara yang memiliki wilayah kedaulatan yang luas, Pemerintah Indonesia
memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi setiap warga
negaranya dalam usaha mengembangkan diri seperti yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28C Ayat 1 tentang HAM yang berbunyi:
“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
mendasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”.2
Salah satu makna yang terkandung pada Pasal 28C Ayat (1) dalam Undang-
UUD 1945 menjelaskan pentingnya memenuhi kebutuhan mendasar bagiwarga
Negara yang secara konstitusional merupakan amanat dari Undang-undang untuk
dilaksanakan dan dikelola sebagai bagian dari tugas pemerintah dalam rangka
mensejahterakan rakyat. Berbagai macam kebutuhan mendasar manusia dalam
kajian ilmu ekonomi tersusun secara sistematis berdasarkan tingkat intensitas
2Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28C Tentang HAM Ayat 1 .
2
dalam pemenuhannya. Macam-macam kebutuhan tersebut diklasifikasikan atas
kebutuhan yang bersifat primer, sekunder dan tersier. Kebutuhan-kebutuhan yang
bersifat primer (pokok) terdiri dari kebutuhan pangan, sandang dan papan.
Kebutuhan pangan mencakup kebutuhan manusia akan makanan dan minuman
yang sehat, kebutuhan sandang mencakup kebutuhan manusia akan pakaian yang
bersih dan layak, sedangkan kebutuhan papan merupakan kebutuhan manusia
akan perumahan atau tempat tinggal untuk bernaung dan berlindung. kebutuhan-
kebutuhan itu merupakan kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi dan dikelola
dengan baik oleh pemerintah dalam usaha menjamin kelangsungan hidup warga
Negara.
Kemampuan pemerintah dalam upaya mencukupi kebutuhan warga Negara
terutama kebutuhan dasar/pokok mengalami berbagai kendala dan hambatan
karena beberapa factor yaitu: ketidakmampuan untuk mengolah barang mentah
menjadi barang jadi atau barang yang siap dikonsumsi atau digunakan,
meningkatnya jumlah penduduk, keterbatasan sumber daya, monopoli pasar, dan
perbedaan pendapatan. Indonesia memiliki populasi penduduk yang relatif cukup
besar sehingga memiliki kecenderungan menghadapi kendala dan hambatan
dalam memenuhi kebutuhan rakyat. Berdasarkan hasil sensus BKKBN 2014,
jumlah penduduk indonesia mencapai 250 juta jiwa dengan angka pertumbuhan
penduduk 1,49% per tahun. Negara ini juga mengalami kesulitan dalam
mengelola barang mentah menjadi barang jadi atau siap pakai, hal ini dibuktikan
dengan maraknya aktivitas ekspor-import bahan mentah seperti emas, minyak
3
mentah, tekstil, dan batubara untuk diolah menjadi barang jadi yang memiliki
nilai ekonomis.3
Berfokus pada kemampuan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pakaian
pada dasarnya sangat bergantung pada selera dan gaya hidup masing-masing
individu. Pakaian yang layak saja dianggap tidaklah cukup sebab kualitas pakaian
merupakan bagian dari selera dan gaya hidup manusia modern. Pakaian
berkualitas dengan brand atau merk terkenal tentu dibandrol dengan harga yang
cukup tinggi sedangkan pakaian dengan harga yang terjangkau tentu memiliki
kualitas dibawah pakaian merk terkenal, situasi ini lah menimbukan beredarnya
aktivitas import pakaian bekas.
Dalam hal ini memang isu perdagangan pakaian bekas sudah merebak
diberbagai negara di dunia, baik di Negara maju maupun Negara berkembang.Isu
tersebut memberikan dampak negatif bagi Negara berkembang seolah-olah
menjadi penadah bagi pakaian bekas yang sudah tidak dipakai oleh negara maju.
Penelitian Sally Baden dan Catherine Barber, menyebutkan kondisi perdagangan
pakaian bekas sangat kecil atau kurang dari 0,5 %, namun bagi beberapa negara
Afrika, perdagangan pakaian bekas memberikan kontribusi yang cukup besar atau
lebih dari 30% dari perdagangan pakaian jadi. Disebutkan juga bahwa impor
pakaian bekas dapat mengganggu kinerja industri tekstil di Afrika Barat, sehingga
menurunkan penjualan yang signifikan pada tahun 1980-1990.Penurunan tersebut
3https:/liputan6.com.news/read/734658/kemampuan-pemerintah-dalam-upaya-mencukupi-
kebutuhan-warga-negara...../utm, di akses 14 Maret 2019.
4
akibat harga impor pakaian bekas jauh lebih murah, sedangkan produk dalam
negeri menjadi kurang berdaya saing.4
Jika mengacu pada data dan fakta seperti disebut di atas sesungguhnya
menggambarkan ketidakmampuan pemerintah dalam hal memenuhi kebutuhan
dasar seperti pangan, sandang dan papan. Ketidakmampuan ini merupakan
permasalahan yang membutuhkan pemecahan agar kebutuhan nasional rakyat
Indonesia dapat terpenuhi dengan baik. Berfokus pada Fenomena
Ketidakmampuan pemerintah dalam hal pengadaan pakaian berkualitas dengan
harga yang terjangkau pada waktunya dimanfaatkan oleh para importir untuk
memasarkan pakaian bekas dari luar negeri ke wilayah Indonesia. Oleh karena
proses perdagangan pakaian bekas import yang terus mengalami perkembangan
maka Kementerian Perdagangan mengeluarkan Keputusan Menteri Perdagangan
No. 290 Tahun 1997 tentang barang yang Diatur Tata Niaga Importnya.
keputusan menteri ini pada dasarnya dikeluarkan dengan tujuan mengatur tata
niaga import yang terdiri dariberbagai macam komoditi seperti, minyak, beras,
cengkeh, pakaian dan lain-lain. Khusus untuk pakaian bekas dinyatakan sebagai
limbah dan masihdiperkenakankan aktivitas tata niaga importnya dalam jumlah
terbatas dandengan syarat ketentuan yang berlaku.5
Pada perkembangannya setelah dikeluarkan Keputusan Menteri
PerdaganganNo. 290 Tahun 1997 usaha para importir dalam memenuhi kebutuhan
sandang dalam negeri dengan cara memasok pakaian bekas import dari negara-
negara lain tanpa disadari menyisakan berbagai macam permasalahan baru.
4www.kemendag.go.id, diakses pada tanggal 7 Desembar 2017. 5Ibid.
5
Permasalahan-permasalahan tersebut berpotensi mematikan industry tekstil dan
garmen dalam negeri karena merusak harga pasar, kurang baik dari segi kesehatan
sebab dikhawatirkan mampu menjadi pintu masuk penyebaran penyakit dari
negara lain ke wilayah Indonesia dan dianggap merendahkan harkat dan martabat
bangsa Indonesia dikarenakan mengimport pakaian bekas bangsa lain.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia,
peredaran produk tekstil pada tahun 2014 untuk pasar domestic menyentuh angka
62 persen dari pasokan produsen lokal, 31 persen dari import resmi, dan 7 persen
diduga berasal dari import illegal. Jika dikalkulasikan maka nilai pakaian bekas
import illegal mencapai US$ 5,62 miliar atau sekitar Rp 71,6 triliun, hal ini
mengindikasikan terganggunya industri tekstil dan garmen dalam negeri sebagai
akibat dari import pakaian bekas.6
Dalam Undang-undang No 39 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pasal
178disebutkan “Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan
terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelengaraan kegiatan yang
berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya
kesehatan, salah satu tujuan dari upaya pembinaan yang dilakukan oleh
pemerintah adalah untuk melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan
yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan”. Dimana menurut Ahmadi Miru
dan Sutarman Yodo untuk mengangkat harkat kehidupan konsumen maka
6Ibid.
6
berbagai hal yang membawa akibat negatif dari pemakaian barang dan jasa harus
dihindarkan dari aktivitas perdagangan pelaku usaha.7
Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Dirjen Standarisasi
dan Perlindungan Konsumen pada 25 sampel pakaian bekas diketahui bahwa
pakaian bekas mengandung 216 ribu koloni bakteri mikroba yang dapat
mengakibatkan penyakit kulit, diare dan penyakit saluran kelamin.Kandungan
bakteri dan jamur yang terdapat dalam pakaian impor bekas ini dapat menjadi
penyebab munculnya berbagai macam penyakit seperti penyakit kulit, diare, dan
yang mengerikan konsumen dapat terkena penyakit saluran kelamin.Penularan
bakteri dan jamur yang terdapat dalam pakaian bekas berawal dari kontak
langsung dengan kulit atau ditransmisikan oleh tangan manusia yang bakteri dan
kapang dapat menyebabkan gangguan beragam kesehatan.8
Perkembangan perdagangan pakaian bekas terlihat jelas pada saat sekarang
ini, namun ada sisi lain yang diabaikan pelaku usaha. Pelaku usaha hanya
berorientasi pada keuntungan dari hasil perdagangan dan mengenyampingkan
peraturan mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha.Gejolak yang
terjadi ditengah masyarakat penelitian menemukan bahwa masih terdapat pelaku
usaha penjual pakaian bekas impor terkhususnya di Kota Jambi tanpa
memperhatikan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015
Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas, ketentuan ini juga sudah tertulis dalam
Undang-undang No. 7 tahun 2014 Tentang Perdagangan pasal 47 ayat 1 bahwa:
7Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Rajawali
Pers,2011), hlm. 65-66. 8 Diana Aditiasari, “Kemendag: Pakai Baju Bekas Impor Bisa Kena Penyakit Saluran
Kelamin....”, detik.com, 2015, diakases pada 30 Agustus 2016 Jam 17:42 WIB.
7
setiap importir wajib mengimpor barang dalam keadaan baru. Namun pada
kenyataannnya saat ini mengapa masih banyak dijumpai para penjual pakaian
bekas impor, padahal untuk sanksinya sendiri sudah ada dalam Undang-undang
yang sama yakni setiap penjual barang impor bekas akan dipidana selama 5 tahun
atau denda administrasi sebesar 5.000.000.000.9
Di Kota Jambi sendiri dapat dengan mudah ditemui salah satunya,
dikawasan Pasar Aurduri merupakan tempat dimana terdapat pelaku usaha
pakaian bekas impor.Pakaian bekas impor yang dijual di Kota Jambi terbilang
cukup bervariasi mulai dari pakaian santai sampai pakaian untuk pesta baik untuk
perempuan maupun pria, hal ini menarik minat masyarakat untuk membeli
pakaian bekas impor tersebut. Pakaian bekas impor yang dijual tersebut
merupakan pakaian dengan merek luar negeri yang dijual dengan harga miring
tanpa mempertimbangkan kualitas dan cemaran bakteri yang terdapat dalam
pakaian bekas impor tersebut.Disamping itu menurut pengakauan salah satu
pedagang yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwasannya pakaian
bekas impor tidak seluruhnya bekas pakai, karena ada juga sebagian diantaranya
yang merupakan pakaian gerai ritel yang sudah ketinggalan mode, setelah tidak
laku dijual walaupun dengan diskon yang cukup besar. Dan terkadang baju bekas
impor ini adalah baju sisa penjualan dari pabrik garmen dan dapartement store
yang ditimbun selama bertahun-tahun di gudang, baju-baju timbunan inilah yang
kemudian dijual kembali oleh pihak-pihak tertentu10
9Undang-undang No. 7 tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 47 Ayat 1. 10Wawancara dengan Teteh salah satu pedagang pakaian di pasar Aurduri bekas yang
enggan disebutkan namanya, pada tanggal 14 Januari 2019.
8
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan menulis skripsi yang berjudul“Implementasi Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor
Pakaian Bekas di Kota Jambi”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis jelaskan
sebelumnya,maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Implementasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-
DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Kota Jambi ?
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam Implementasi Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor
Pakaian Bekas di Kota Jambi ?
3. Apa upaya yang dilakukan dalam mengatasi maraknya penjualan pakaian
bekas impor di Kota Jambi ?
C. Batasan Masalah
Untuk mempermudah serta tidak menyalahi sistematika penulisan karya
ilmiah sehingga memberikan hasil yang diinginkan, maka penulis merasa perlu
membatasi masalah yang akan dibahas, pembatasan masalah dalam penelitian ini
perlu dilakukan agar pembahasan tidak meluas dan menyimpang dari pokok
pembahasan, disamping itu juga untuk mempermudah melaksankan penelitian.
Oleh karena itu, maka penulis membatasi penelitian ini hanya membahas tentang
Implementasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015
Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Kota Jambi tahun 2017-2018.
9
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas rumusan
masalah diatas:
a. Untuk mendeskripsikan Implementasi Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di
Kota Jambi.
b. Untuk menganalisis kendala yang dihadapi dalam Implementasi Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan
Impor Pakaian Bekas Di Kota Jambi.
c. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi maraknya
penjualan pakaian bekas impor di Kota Jambi.
2. Kegunaan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis:
a. Secara teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian
ilmu khususnya Ilmu Pemerintahan dalam memberikan penjelasan mengenai
Implementasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-
DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Kota Jambi.
b. Secara praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan bagi kawan-kawan mahasiswa selama mengikuti program
10
perkuliahan jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah UIN STS Jambi
dan juga penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi kepada
pemerintahan kota jambi tentang Implementasi Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor
Pakaian Bekas di Kota Jambi.
E. Kerangka Teori
1. Implementasi
Secara umum Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun
secara cermat dan terperinci. Sedangkan dalam artian sempit, implementasi dapat
dikatakan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakn dan
diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang sedemikian rupa untuk
kemudian dijalankan sepenuhnya.11
Kata implementasi sendiri berasal dari bahasa Inggris “to implement”
artinya mengimplementasikan. Tak hanya sekedar aktivitas, implementasi
merupakan suatu kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan dengan serius
juga mengacu pada norma-norma tertentu guna mencapai tujuan kegiatan.
Beberapa ahli mengemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian
implementasi seperti Wheelen Dan Hunger, Van Meter & Van Horn, Mazmanian
& Sabatier, Prana Wastra dkk, Pressman & Wildavsky Nurdin Usman, Budi
Winarno, Guntur Setiawan, dan Prof. H. Tachjan.
11Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anonim), (Jakarta : 1989), hlm. 279.
11
F. Kerangka Konseptual
1. Peraturan Perundang-undangan
a. Definisi dan Dimensi Peraturan
Menurut penjelasan Pasal 7 ayat (4) Undang-undang Nomor 10 tahun 2004,
disebutkan jenis peratuturan perundang-undangan yang diakui keberadaaan dan
mempunyai kekuatan hokum yang mengikat dimaksud, anatara lain:”…Peraturan
yang dikeluarkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,
Badan Pemeriksa Keuangan, Bank Indonesia, Menteri…”12
Peraturan perundang-undangan adalah suatu keputusan dari suatu lembaga
Negara atau lembagapemerintahan yang dibentuk berdasarkan atribusi dan
delegasi. Dalam rumusan lain juga diartikan, bahwa peraturan perundang-
undangan ialah sebuah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga Negara atau
pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.13
Pada pasal 5 Undang-undang Nomor 10 tahun 2004 memberi penejelasan
bahwa dalam membentuk perundang-undangan, harus didasarkan pada asas
pemebentukan peraturan perundang-undangan yang baik, yaitu:
12 Yuliandri, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang Baik,
(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 67. 13Ibid.,hlm. 41.
12
1) Asas “kejelasan tujuan” adalah bahwa setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak
dicapai.
2) Asas “kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat” adalah bahwa setiap
jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat
pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan
perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum
apabila dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak bewenang.
3) Asas “kesesuaian antara jenis dan materi muatan” adalah bahwa dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar
memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan.
4) Asas “dapat dilaksanakan” adalah bahwa peraturan perundang-undangan
yang telah dibuat dapat dilaksanakan dengan baik sertaharus
memperhatikan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam
masyarakat baik secara filosifis, yuridis maupun sosiologis.
5) Asas“kedayagunaan dan hasilgunaan” adalah bahwa setiap peraturan
perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan
bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
6) Asas“kejelasan rumusan” adalah bahwa setiap peraturan perundang-
undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan
perundang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau terminologyserta
13
bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan
berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
7) Asas “keterbukaan” adalah bahwa dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan
pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh
lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memberikan masukan dalam pembuatan peraturan perundang-undangan.14
b. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang
Larangan Impor Pakaian Bekas.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51 Tahun 2015 merupakan salah
satu bentuk pelarangan yang diberikan oleh pemerintah khususnya kepada para
pedagang yang ada di Indonesia bahwasannya tidak boleh atau melarangmenjual
pakaian impor dalam bentuk bekas. Adapun latar belakang adanya peraturan ini
adalah:
1) Bahwa pakaian bekas asal impor berpotensi membahayakan kesehatan
manusia sehingga tidak aman untuk dimanfaatkan dan digunakan oleh
masyarakat;
2) Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
untuk melindungi kepentingan konsumen, maka dari itu pemerintah perlu
melarang impor pakaian bekas;
14Ibid., hlm. 52.
14
3) Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan peraturan Menteri Perdagangan tentang Larangan
Impor Pakaian Bekas;
Kemudian diperjelas lagi dengan bunyi pasal 2 dan 3yang menyatakan:
Pasal (2)
Pakaian bekas dilarang untuk diimpor ke dalam wilayah Negara Kesatuan Repulik
Indonesia.
Pasal (3)
Pakaian Bekas yang tiba di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada
atau setelah tanggal Peraturan Menteri ini berlaku wajib dimusnahkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Dan pasal 4 berupa sanksi yang diberikan kepada importir apabila melanggar:
Pasal (4)
Importir yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan larangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 dikenai sanksi administratif dan sanksi lain sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan isi undang-undang tersebut jelas bahwasannya pakaian bekas
impor dilarang oleh pemerintah dan bagi siapa yang melanggar akan dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
15
2. Impor
a. Pengertian Impor
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, impor dimaknai sebagai hal terkait
dengan pemasukan barang dagangan dari negeri asing.15Menurut Undang-Undang
tentang Kepabeanan, impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah
pabean.Daerah pabean yang dimaksud adalah wilayah Republik Indonesia yang
meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat
tertentu di Zona Eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku undang-
undang kepabeanan.16
Pengertian lainnya, impor adalah proses transportasi barang atau komoditas
dari suatu Negara kenegara lain secara legal, umumnya dalam proses
perdagangan. Proses impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur
tangan dari bea cukai di Negara pengirim maupun penerima. Impor ini merupakan
bagian terpenting dari perdagangan internasioanal, lawannya adalah ekspor.17
Pembeli barang dan jasa disebut “importir” yang mana merupakan
perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor.Sedangkan penjual
barang yang berbasis luar negeri disebut sebagai “eksportir” yang merupakan
perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor. 18 Manfaat dari
kegiatan impor adalah untuk memEnuhi kebutuhan masyarakat dalam negeri,
pendapatan Negara akan bertambah karena adanya devisa serta mendorong
15WJS Poertwadarmointa, Kamus Umum Indonesia Bahasa, Cet. V, (Jakarta: Balai Pustaka,
1976), hlm. 377. 16Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan. 17Wikipedia, “Impor”, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Impor, pada tanggal 20 Mei
2017 pukul 12.24. 18Adrian Sutendi,Hukum Ekspor Impor,(Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014), hlm. 7.
16
berkembangnya kegiatan industri. Alasan mengapa kegiatan impor terlaksana
disuatu Negara yaitu pertama, karena produksi dalam negeri belum ada, namun
barang atau jasa tersebut sangat diperlukan didalam negeri.Kedua, produksi dalam
negeri sudah ada, dan hasilnya belum mencukupi kebutuhan dalam negeri
sehingga masih dibutuhkan impor dari luar.
Di Indonesia sendiri sejauh ini telah mengimpor barang-barang konsumsi,
barang baku/penolong serta barang modal. Barang-barang konsumsi merupakan
barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti
makanan, minuman, susu, mentega, beras dan daging. Sedangkan bahan baku atau
bahan penolong merupakan barang-barang yang diperlukan untuk kegiatan
industry. Dan barang modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha
seperti mesin, suku cadang, computer, pesawat terbang dan alat-alat berat.
b. Ketentuan Impor Barang di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang kepabeanan
bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan ekspor dan impor telah diatur
dalam undang-undang tersebut.Terkhusus pada impor diindonesia tidak semua
jenis barang dapat diimpor masuk ke Indonesia. Barang yang akan di impor
pertama akan dilakukan pemeriksaan pabean serta pemeriksaan fisik terhadap
barang tersebut.
Batasan mengenai impor barang dapat dikelompokkan menjadi barang yang
diatur tata niaga impornya, barang yang dilarang impornya, dan barang yang
bebas impornya.
17
1) Barang yang diatur tata niaga impornya
Barang-barang komoditas tertentu yang sistim impornya diatur melalui
beberapa mekanisme perdagangan.Mekanisme impor dapat berupa pengakuan
sebagai importir barang tertentu yang melakukan kegiatan impor untuk keperluan
sendiri, penetapan sebagai importir barang tertentu yang melakukan kegiatan
impor untuk keperluan diperdagangkan dan atau dipindahtangankan kepada pihak
lain, persetujuan impor, dan verifikasi atau penelususran teknis impor.19 Adapun
macam-macam barang yang diatur tata niaga impornya adalah : Gula, Beras,
Garam, Cengkeh, Nitro Cellulose (Nc), Precursor, Pelumas, Cakram Optic,
Tekstil Dan Produk Tekstil, Tabung Gas LPG (3kg), Impor Barang Modal Bukan
Baru, Minyak Dan Gas Bumi, Minuman Beralkohol, Plastic, Mutiara, Hewan Dan
Produk Hewan, Etilenia dan lain sebagainya.
2) Barang yang dilarang impornya
Barang yang dilarang impornya adalah barang-barang yang tidak memiliki
izin impor dari instansi yang berwenang, dalam hal ini berupa: Udang, Gombal
Baru Dan Bekas, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Sisa Reja Dan
Skrap dari Plastic, Produksi Industri Percetakan, Estisida Etilin Bromide, Barang
Bukan Baru (Bekas) Termasuk Pakaian Bekas, Psikotoprika, Narkotika, Bahan
Senjata Kimia dan lain sebagainya.
3) Barang yang Bebas Impornya
19Hamdani dan Pebrina Arimbhi, Manajemen Perdagangan Impor (Level Dua), (Jakarta:In
Media, 2014), hlm. 100.
18
Barang yang bebas impornya adalah semua jenis barang yang tidak
termasuk kelompok diatur, diawasi, dilarang, dan impor dapat dilakukan pada
setiap perusahaan yang memiliki Angka Pengenal Impor (API). Berdasarkan
uraian tersebut dapat dimaknai bahwa barang gombal baru atau bekas termasuk
dalam kategori barang yang dilarang impornya. Oleh karena itu pakaian bekas
impor termasuk golongan barang yang illegal keberadaannya di Indonesia.
Dalam konteksnya, impor ilegal pakaian bekas ini termasuk kedalam
perdagangan internasional, yaitu perdagangan antar Negara berdasarkan
kesepakatan bersama. Pengertian dari perdagangan internasional itu sendiri yaitu
perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu Negara dengan penduduk
Negara lain atas dasr kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat
berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan
pemerintah suatu Negara atau pemerintah suatu Negara dengan pemerintah
Negara lain. Kalau dilhat dari sejarah perdagangan internasional telah terjadi
selama ribuan tahun, dan dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, social, dan
politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun
turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran
perusahaan multinasional.20
Dalam peraturan undang-undang dibidang perdagangan mengharuskan
adanya harmonisasi ketentuan dalam bidang perdagangan dengan kerangka
kesatuan ekonomi guna menyikapi pengembangan situasi perdaganagan di era
globalisasi pada masa kini dan masa depan. Maka dari itulah diperlukan dengan
20Adrian Sutendi,Aspek Hukum Kepabeanan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 23.
19
adanya pembentukan undang-undang perdagangan, yang wajib diikuti terkait
dengan transaksi barang atau jasa didalam maupun diluar negeri.Perdagangan
diluar negeri merupakan kegiatan yang dilakukan oleh ekspor impor atau barang
dan jasa yang melampaui batas wilayah Negara.
3. Pakaian Bekas
Pakaian merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia, sehingga
kebutuhan akan pakaian akan terus meningkat seiring perkembangan populasi
dunia. Industry pakaian jadi dunia terus berkembang diikuti oleh berkembangnya
perdagangan internasional untuk produk tersebut.Namun demikian, pada beberapa
decade munculllah isu perdagangan pakaian bekas yang didasari oleh berbagai
macam alasan.Peredaran pakaian bekas dunia dapat berupa hibah untuk korban
bencana alam ataupun perdagangan biasa seperti lelang baju bekas artis atau
sekedar mencari keuntungan dengan harga murah.
Isu perdagangan pakaian bekas sudah merebak diberbagai Negara di dunia,
baik di Negara maju maupun di Negara berkembang.Namun demikian, isu yang
berkembang memberikan dampak negative bagi Negara berkembang yang seolah-
olah menjadi penadah bagi pakaian bekas yang sudah tidak terpakai lagi di Negara
maju. Impor pakaian bekas ini dapat menggangu kinerja industri tekstil yang akan
menurunkan penjualan. Penurunan penjualan tersebut disebabkan karena lebih
murahnya pakaian bekas daripada pakaian jadi yang diproduksi di dalam negeri,
sehingga produk di dalam negeri menjadi kurang berdaya saing.Tidak dapat
disangkal, bahwa kondisi industry dalam negeri turut pula mempengaruhi
pesatnya impor pakaian bekas di Indonesia, karena sebagaimana diketahui
20
produksi industry tekstil dan produksi tekstil (TPT) dalam negeri pada umumnya
masih dalam tahap perkembangan, sehingga hasilnya pun belum bisa
diandalkan.21
Dan jika dibandingkan dalam segi harga jelas barang impor jauh lebih
murah dibandingkan dengan barang local, bukan saja pakaian melainkan seperti
sepatu dan tas juga demikian, produk impor ditawarkan dengan harga yang lebih
murah sedangkan dengan merk dan ukuran yang sama produksi dalam negeri
ditawarkan dengan harga yang lebih mahal.
Dengan demikian dapat dimaknai bahwasannya pakaian impor bekas
merupakan benda berwujud, bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen, namun berfotensi
membahayakan kesehatan konsumen. 22 Karena pada dasarnya pakaian bekas
impor menagandung banyak sekali bakteri dan jamur sangat berpotensi
membahayakan kesehatan konsumen, hal ini tentu saja membuat pakaian impor
bekas menjadi pakaian yang tidak layak untuk digunakan karena telah
menyimpang dari fungsi pakaian yang semestinya dapat menjadi pelindung
penggunanya.Oleh karena itu untuk melindungi warga Negara Indonesia dari
bakteri berbahaya yang terkandung dalam pakaian impor bekas, maka pemerintah
mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-
DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas.
21 Soufnir Chibro,Pengaruh Tindak Pidana Terhadap Pembangunan, (Jakarta: Sinar
Grafika, 1992), hlm. 36. 22Di lihat pada http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2016/06/20/analisis-kebijakan-impor-
1466384948.pdf hari jumat, 10 Maret 2016 Pukul 11.13AM.
21
Larangan impor pakaian bekas ini bukanlah produk kebijakan baru
pemerintah.Sejak tiga puluh sembilan tahun lalu pemerintah telah melarang
importasi pakaian bekas. Melalui Peraturan Kementerian Perindustrian dan
Perdagangan RI No.230 Tahun 1997 yang direvisi dalam Peraturarn Kementerian
Perindustrian dan Perdagangan RI No. 642 Tahun 2002 tentang tata niaga
melarang impor barang gombal baru. Bertahun berjalan hingga rampungnya
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, kemudian diatur
lebih lanjut dengan Permendag tentang larangan impor pakaian bekas yang
menyebutkan setiap importir wajib mengimpor barang baru.23
G. Tinjauan Pustaka
Di antara langkah penting dalam memulai aktivitas penelitian adalah
melakukan tinjauan pustaka atau penelusuran penelitian terdahulu yang memiliki
kaitan langsung atau tidak langsung dengan permasalahan penelitian yang
diangkat.24
Setelah peneliti mengadakan suatu kajian kepustakaan peneliti akhirnya
menemukan beberapa karya tulis hasil penelitian yang bahasanya mengkin hampir
sama dengan yang akan peneliti teliti. Penelitian-penelitian tersebut antara lain :
1. Skripsi yang ditulis oleh Khusnul Khatimah Haruna Intang Mahasiswi
Universitas Hasanuddin Makassar dengan judul “Penegakan Hukum
Terhadap Impor Pakaian Bekas” skripsi ini membahas tentang bagaimana
23 http://regulasi.kemenperin.go.id/site/cari_peraturan., diakses pada tanggal 6 Juni 2016,
Pukul 2.49. 24 Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi Cetakan kedua), (Jambi:
Fakultas Syariah dan Syariah Pres, 2014), hlm. 26.
22
penegakan hukum terhadap larangan impor pakaian bekas di Kota Pare Pare,
serta menelusuri kendala yang ditemui dalam penegakan hukum tersebut.
2. Skripsi yang ditulis oleh Dheny Putra Adhitya Mahasiswa Universitas
Jember dengan judul “Kebijakan Pemerintah Indonesia Melarang Impor
Pakaian Bekas”. Skripsi ini dibuat untuk mengetahui factor-faktor yang
mnyebabkan kebijakan larangan impor tersebut tidak berjalan denagn baik.
3. Skripsi yang ditulis oleh Faizatul Adibah Mahasiswi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dengan judul “Jual Beli Pakaian
Bekas Impor Di Tugu Pahlawan Kota Surabaya (Tinjauan UU Perdagangan
No.7 tahun 2014 dan Dalam Perspektif Fiqh Muamalah)”. Skripsi ini
menjelaskan bagaimana tinjauan Undang-Undang Perdagangan Nomor 7
Tahun 2014, serta bagaiman tinjauan melalui perspektif Fiqh Muamalah
terhadap jual beli pakain bekas impor tersebut.
23
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan aspek yang sangat penting dalam suatu
penelitian, pendekatan penilitian yang sesuai dengan tujuan akan mendukung
kemudahan bagi peneliti dalam menjalankan proses penelitian yang akan
dijalankan.25
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tipe
penelitian deskriftif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana
yang dijalaskan oleh soejono penelitian deskrifif adalah penelitian yang
bermaksud memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau
gejala-gejala lainnya. Penelitian ini bertujuan memaparkan dengan cara
mendeskripsikan tentangImplementasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Kota Jambi
dengan berbagai penomena permasalahan yang ada. Oleh karena itu nantinya
penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data yang diperoleh peneliti dari
informasi untuk membrikan informasi yang menggambarkan penyajian sebagai
laporan. Laporan tersebutdapat berasal dari wawancara, catatan-catatan, foto-foto,
dokumen, pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada
penulisan penelitian, penulis menganalisis data tersebut dan sejauh mungkin
menggambarkan sebagaimana aslinya. Sehingga dengan demikian dapat diperoleh
25Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan Kuantitatif, Cetakan
Ketiga, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 76-77.
24
penjelasan dan gambaran atas topik penelitian yang sesuai dengan judul penelitian
“Implementasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015
Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas di Kota Jambi”.
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi
dan pasar Aurduri yang terletak di Jln.Perumnas Kelurahan Penyengat Rendah,
Keamatan Telanaipura Kota Jambi.
C. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek penelitian
atau keseluruhan dan hasil penelitian yangdiperoleh dari lapangan.26
Adapun sumber data primernya adalah data-data yang berkenaan dengan
tindakan pelaku penjual pakaian bekas.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara
tidak langsung atau melalui sumber prantara. Data ini diperoleh dengan mengutip
sumber lain, sehingga tidak bersifat autentik karena sudah diperoleh dari tangan
kedua, ketiga dan seterusnya.27
Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah
wawancara dan literature-literature yang mendukung penelitian ini baik berupa
26Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Fakultas Syariah dan Syariah Pres, 2014), hlm. 195.
27Ibid.
25
buku, koran, majalah, jurnal, maupun tulisan-tulisan lain yang dianggap penting
dalam mendukung penelitian ini.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Observasi
Adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud
merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk
mendapatakan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu
penelitian.
b. Wawancara
Adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Wawancara tahap pertama biasanya hanya bertujuan untuk memberikan deskripsi
dan orientasi awal periset perihal masalah dan subjek yang dikaji. Tema-tema
yang muncul pada tahap ini kemudian diperdalam, dikonfirmasikan pada
wawancara berikutnya. Dalam keadaan berwancara tentang masalah yang
mengandung titik minat, periset kualitatif dapat melakukan loncatan materi
wawancara kepada narasumber yang secara natural memiliki informasi yang lebih
banyak dan menjadi informasi yang lebih penting.28
28Agus Salim,Teori Dan Paradigma Penelitian Sosial,(Yogyakarta: Tiara Wacana,2006),
hlm. 17.
26
c. Dokementasi
Adalah mencari hal atau variabel yang berupa catatan buku, surat kabar,
koran, majalah dan sebagainya yang semua dalam metode dokumentasi.
E. Teknik Analisis Data
Secara teknis, analasis data yang dipergunakan dalam penelitian ini
berdasarkan analisis interaktif sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan
Huberman.Analisis tersebut terdiri dari tiga kegiatan yang saling berinteraksi,
yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.29
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu,
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Dalam teorinya semakin lama penulis ke
lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk
itu, perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mepermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dpat dibantu dengan peralatan elektonik
seperti Computer dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.30
29 Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Edisi Revisi Cetakan kedua), (Jambi:
Fakultas Syariah dan Syariah Pres, 2014), hlm. 181. 30Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan RNB, (Bandung:
Alfabeta, 2013), hlm. 244.
27
b. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi. Maka ;angkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam
hal ini, miles dan huberman menyatakan “yang paling sering digunakan unuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.31
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan hasil akhir sebuah penelitian yang disusun
sesuai dengan tujuan penelitian. Kesimpulan nantinya merupakan jawaban atas
rumusan masalah. Dalam kesimpulan dikemukakan secara singkat dan padat
tentang kebenaran dan terbuktinya hipotesis atau sebaliknya.32
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memahami skripsi ini secara keseluruhan maka
sistematika penulisannya sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan, Bab ini merupakan pendahuluan yang memuat latar
belakang masalah, permasalahan dan runag lingkup, tujuan kegunaan penulisan
dan kerangka teoritis, serta menguraikan tentang sistematika penulisan.
Bab II. Metodelogi Penelitian. Dalam bab ini dibahs mengenai pendekatan
penelitian, jenis dan sumber data, instrument penelitian, teknik analisis data,
sistematika penulisan data jadwal penelitian.
31Ibid.,hlm. 247. 32Sayuti Una (ed),Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Fakultas Syraiah Pres, 2014), hlm.
195.
28
Bab III. Gambaran Umum. Membahas visi misi, tugas, dan fungsi dan
program kegiatan serta struktur kepegawaian Dinas Perdagangan Dan
Perindustrian Kota Jambi.
Bab IV. Pembahasan. Berisikan pembahasan mengenai Implementasi
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang
Larangan Impor Pakaian Bekas di Kota Jambi.
Bab V. Penutup. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil
penelitian serta saran-saran terkait dengan Implementasi Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian
Bekas di Kota Jambi.
G. Jadwal Penelitian
Mengenai jadwal penelitian ini penulis jelaskan dengan mengunakan table
sebagai berikut:
a. Jadwal Penelitian
N0 Kegiatan
Tahun
Maret April September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Pengajuan Judul
x
29
Tabel: 1.1 (Jadwal Penelitian)
2 Pembuatan
Proposal
x
x x
3
Perbaikan
Proposal dan
Seminar
x
x
4
Surat Izin
Riset
x
5 Pengumpulan
Data
x
6 Pengolahan dan
Analisis Data
x
7 Pembuatan
Laporan x
8 Bimbingan dan
Perbaikan
x
x
9 Agenda dan
Ujian Skripsis
x
10 Perbaikan dan
Penjilidan
x
x
x
30
BAB III
GAMBAR UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Jambi
Kota Jambi merupakan salah satu dari 11 daerah Kabupaten/Kota yang ada
di Provinsi Jambi, Kota Jambi dibentuk dengan ketetapan Gubernur Sumatra No.
103/1946 pada tanggal 17 Mei 1946, selanjutnya ditingkatkan menjadi Daerah
Otonom Kota besar dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah berdasarkan
Undang-undang No. 9 tahun 1956. kemudian Kota Jambi resmi menjadi ibukota
Provinsi Jambi pada tanggal 6 Januari 1957 berdasarkan Undang-undang No. 61
tahun 1958.33
Untuk jarak waktu antara proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan
dibentuknya pemerintah Kota Jambi pada tanggal 17 Mei 1946 telah terjadi dalam
waktu yang relatif singkat. Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan pemerintah
Otonom Kota besar saat ini sangat dipengaruhi oleh jiwa dan semangat
proklamasi 17 Agustus 1945. Meskipun menurut catatan sejarah, pendirian Kota
Jambi bersamaan dengan berdirinya Provinsi Jambi pada tanggal 6 Januari 1957,
namun hari jadinya ditetapkan sebelah tahun lebih dulu, sesuai Peraturan Daerah
(PerDa) Kota Jambi No. 16 tahun 1958 yang disahkan oleh Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Jambi dengan surat keputusan No. 156 tahun 1986, bahwa hari
jadi pemerintah Kota Jambi adalah tanggal 17 Mei 1946, dan perlu diketahui juga
bahwasannya sebelum terbentuknya pemerintah Kota Jambi ini namanya bukan
Kota Jambi melainkan Kota Madya.
33 http://www.LegislasiMahkamahAgung.go.id Undang-Undang Nomor 61 tahun 1958, diakses pada tanggal 21 Mei 2019.
31
Secara Demografi, Kota Jambi dibelah oleh sungai Batanghari yang
merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera, kedua kawasan tersebut
terhubung oleh jembatan yang bernama jembatan Aurduri. Kota Jambi memiliki
luas sekitar 205,38 km² dengan penduduk berjumlah 750.857 jiwa dan memiliki
kepadatan 2.589,62/km2 (670,710/sq mi). Lokasi Kota Jambi berkoordinat:
1º35´21´´LU 103º36´36´´BT / 1,58917ºLS 103,61ºBT dengan zona waktu WIB
(UTC+7). Kemudia secara Demografi, Kota Jambi memiliki berbagai macam
suku diantaranya ada Suku Melayu, Jawa, Minangkabau, Bugis, Banjar, Batak,
Sunda dan Tionghoa-Indonesia. Agama mayoritas Islam sebanyak 87,17%,
disusul Kristen 4,06%, katolik 3,42%, Budha 3,31%, Hindu 1,22% lainnya 0,82%.
Lambang Kota Jambi berbentuk perisai denagn bagian yang meruncing di bawah,
dengan sfesifikasi dikelilingi tiga garis dengan warna bagian luar putih, tengah
berwarna hijau, dan bagian luar berwarna putih. Garis hijau yang mengelilingi
lambang pada bagian atas lebih lebar dan didalamnya tercantum tulisan “Kota
Jambi” yang melambangkan nama daerah serta diapit oleh dua bintang bersudut
lima berwarna putih melambangkan kondisi kehidupan sosial masyarakat Kota
Jambi yang terdiri atas berbagai suku dan agama.34
B. Gambaran Umum Kecamatan Telanaipura
Kecamatan Telanaipura adalah Kecamatan terbesar ketiga setelah
Kecamatan Kota Baru dan Jambi Selatan, terletak di pusat pemerintahan Provinsi
Jambi dengan luas wilayahnya mencapai 30,39 km². Adapun batas-batas
Kecamatan Telanaipura adalah sebagai berikut:
34http://www.kotajambi.go.id/kondisi geografis kota jambi, diakses pada tanggal 21 Mei
2019.
32
Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Batanghari
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kota Baru
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasar Jambi
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi35
Kecamatan Telanaipura saat ini terdiri dari 11 kelurahan. Pada tahun 2006,
Kecamatan Telanaipura mengalami pemekaran dari 10 Kelurahan menjadi 11
Kelurahan sampai saat ini.36 Adapun kelurahan tersebut antara lain:
1. Kelurahan Telanaipura, dengan luas 1,29 km² atau 4,24% dari luas
kecamatan.
2. Kelurahan Simpang IV Sipin, dengan luas 1,53 km² atau 5,03% dari luas
kecamatan.
3. Kelurahan Selamat, dengan luas 1,40 km² atau 4,61% dari luas kecamatan.
4. Kelurahan Sungai Putri, dengan luas 1,59 km² atau 5,23% dari luas
Kecamatan.
5. Kelurahan Legok, dengan luas 3,41 km² atau 11,22% dari luas kecamatan.
6. Kelurahan Murni, dengan luas 0,36 km² atau 1,18% dari luas kecamatan.
7. Kelurahan Solok Sipin, dengan luas 1,12 km² atau 3,69% dari luas
kecamatan.
8. Kelurahan Buluran Kenali, dengan luas 2,06 km² atau 6,78% dari luas
kecamatan.
9. Kelurahan Teluk Kenali, dengan luas 2,34 km² atau 7,70% dari luas
kecamatan.
35 Kecamatan Telanaipura Dalam Angka tahun 2018, hlm. 3. 36Ibid., hlm. 9.
33
10. Kelurahan Penyengat Rendah, dengan luas 12,31 km² atau 40,51% dari luas
kecamatan.
11. Kelurahan Pematang Sulur, dengan luas 2,98 km² atau 9,81% dari luas
Kecamatan.37
C. Gambaran Umum Kelurahan Penyengat Rendah
Kelurahan Penyengat Rendah adalah satu dari 11 kelurahan yang ada di
Kecamatan Telanaipura dan merupakan Kelurahan dengan luasan terbesar dari
Kelurahan lainnya dengan luas 12,31 km² atau 40,51% dari luas
Kecamatan.38Adapun batas-batas yang mengelilingi Kelurahan Penyengat Rendah
antara lain:
Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Batanghari
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mendalo Darat
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pematang Sulur
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi
D. Sejarah Singkat Pasar Aurduri
Pasar Aurduri yang terletak pada Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi pada awalnya bukan merupakan sebuah pasar Modern
seperti sekarang ini, dahulu ada beberapa orangyang berjualan dikawasan
Perumnas Aurduri itu pedagang tersebut membuka lapak dengan beralaskan terpal
kecil tempat dia menaruh barang dagangannya aktivias ini mempengaruhi
masyarakat setempat sehingga muncullah pedagang-pedagang lainnya yang
mendirikan toko-toko dan di ikuti oleh pedagang-pedagang lain atau masyarakat
37Kecamatan Telanaipura Dalam Angka tahun 2018, hlm. 3. 38Ibid., hlm. 20.
34
pendatang dari daerah lain,sehingga semakin lama semakin banyak orang-orang
yang membuka lapak jualan. Kondisi ini muncul pandangan di masyarakat
setempat bahwa pasar ini merupakan jenis pasar teradisional atau pasar rakyat
karena proses jual beli antara pedagang dan pembeli mengunakan sistem tawar
menawar yang merupakan ciri-ciri pasar tradisional.39
Pasar ini terus menggalami perkembangan yaitu semakin banyaknya
masyarakat yang belanja dipasar sehingga mempengaruhi jumlah pedagang terus
masuk ke pasar untuk berjualan semakin banyak sehingga akibatnya lapak
pedangang tidak lagi berada di badan jalan atau pindah ketanah yang berlokasi
dipinggir badan jalan tersebut sehingga berdirilah beberapa lapak yang berbentuk
meja sederhana dan bertendakan terpal untuk pedangang berjualan.
Untuk meningkatkan nilai ekonomi dalam mewujudkan kesejahteraan maka
pada tahun 2015 telah dilakukan program dan diarahkan untuk meningkatkan
infrastruktur perdagangan dan jasa, seperti perbaikan sarana dan prasarana pasar
yang dimiliki oleh pemerintah Kota Jambi.Pada tahun 2015 pemerintah Kota
Jambi telah melakukan pembagunan,pengembagan serta mempercantik unit-unit
pasar tradisional yang dimiliki oleh pemerintah Kota Jambi seperti sarana dan
prasarana pasar termasuk asset-asset berupa toko guna meningkatkan kenyaman
dan keamanan serta untuk memobilisai para pedagang, pemerintah Kota Jambi
telah melaksanakan pemberian bantuan berupa gerobak untuk para pedagang
kuliner sebanyak 50 unit.40
39https://antaranews.com diakses pada tanggal 23 Desember 2018. 40https://jambikota.go.id/new/pasar.../read.../diakses pada tanggal 25 Desember 2018.
35
Sejauh ini sudah banyak berkembang pasar-pasar modern dikota jambi
khususnya seperti mini market,mall dan lain sebagainya namum pemerintah Kota
Jambi melalui Dinas Perindustrian Dan Perdaganganberkomitmen tetap
mempertahankan serta terus meningkatkan pemeliharaan dan keberadaan pasar-
pasar tradisional. Pasar-pasar tradisional di Kota Jambi sendiri ada yang dikelola
oleh pemerintah dan swasta.Pasar tradisional Perumnas Aurduri 1 kota jambi
merupakan pasar yang terletak di Perumnas Aurduri 1,tepatnya teletak di
Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi terkait dengan
pemerintah kota jambi mengambil alih lahan perumnas di perumahan aurduri
untuk mendirikan bangunan pasar seluas dua ribu meter persegi.41
E. Profil Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG)Kota
Jambi
Di dalam penyelenggaraan pemerintah diharapkan saat ini benar-benar
diharapkan terbebas dari tindakan yang merugikan rakyat seperti Kolusi,Korupsi
dan Nepotisme (KKN) serta pembangunan harus berpihak kepada kepentingan
rakyat atau mayarakatdalam upaya mewujudkan cita-cita terbentuknya suatu
bangsa dan Negara yang makmur dan sejahtera seperti yang diamanatkan dan
termaktub dalam Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia tahun 1945
dan amademennya, maka perlu adanya dasar hukum yang kuat serta komitmen
yang tinggi dari seluruh komponen bangsa. Hal ini merupakan salah satu tujuan
dari pada dilaksanakannya reformasi, sehubungan dengan hal itu maka dibuatlah
ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Nomor : XI/MPR/1998
41https://jambikota.go.id/new/pasar.../read.../diakses pada tanggal 25 Desember 2018.
36
tentang penyelengaraan negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi Dan
Nepotisme (KKN)dan Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Nepotisme.
Pada prinsipnya peraturan perundang-undangan tersebut menyatakan bahwa
dalam penyelengaraan negara dan pemerintahan harus benar-benar bebas dari
Korupsi,Kolusi Dan Nepotisme.42
Dalam rangka untuk mengimplementasikan amanat rakyat indonesia dan
perintah undang-undang yang dimaksud maka dalam lingkup penyelengaraan
pemerintahan oleh Presiden RI pada tahun 1999 menerbitkan instruksi Presiden
No. 7 tahun 2014 tantang akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan (AKIP).
intruksi Presiden tersebut kemudian diganti dengan peraturan Presiden Nomor 29
tahun 2014 tentang akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan (SAKIP). Yang
saat ini dijadikan pedoman bagi instansi pemerintahan baik ditingkat pusat
ataupun ditingkat daerah sebagai unsur penyelengaraan pemerintah dalam
mempertangungjawabkan segala bentuk pelaksanaan fungsi,tugas seta peranannya
dalam pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang dibuat berdasarkan
perencanaan strategis yang telah terapkan.
Laporan yang disusun instansi pemerintahan ini mempunyai bermacam
nama dalam penyebutannya, ada yang menyebut dengan laporan kinerja (LKJ)
atau Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi (AKIP) atau Laporan Akuntabilitas
Instansi Pemerintah (LKIP). Laporan Kinerja ini merupakan wujud dari
pelaksanaan azas-azas pemerintahan yang baik sebagaimana yang termaktub
Negara yang bersih dan bebas dari KKN, dimana menyatakan bahwa dalam
42Laporan Kinerja (LKJ) Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Jambi Tahun 2017,
hlm. 1.
37
penyelengaraan pemerintah memuat azas kepastian hukum, azas tertib
penyelengaraan Negara, azas kepentingan umum, azas keterbukaan, azas
profesionalitasdan azas akuntabilitas.
Pemerintah Kota Jambi pada tahun 2017 yang lalu telah melaksanakan
penetapan oraganisasi perangkat daerah yang baru, akhirnya terjadi perubahan
pada perangkat daerah mulai dari instansi maupun perangkatnya dan ini
dilaksanakan berdasarkan perintah peraturan pemerintah No. 18 tahun 2016
tentang Pemerintah Daerah.
Saat ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi merupakan
penggabungan 3 (tiga) instansi yaitu Dinas Perindustrian, Dinas Perdagangan dan
Dinas Pasar Kota Jambi serta Balai pelayanan Kemetrologian Provinsi Jambi.
Pelimpahan kewenangan kemetrologian merupakan perwujudan dari lampiran
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undanag-
Undang No. 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas undang-undang No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, dimana kewenangan tersebut selama ini
menjadi kewenangan Provinsi beralih menjadi kewenangan Kabupaten/Kota.43
F. Visi Misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG)
Kota Jambi
Adapun Visi dan Misi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Jambi adalah sebagai berikut:
Visi
43Ibid., hlm. 2.
38
“Terwujudnya Sektor Perdagangan, Industri Dan Pasar Yang Tertib,
Berdaya Saing, Maju Serta Berkeadilan”
Misi
1. Meningkatkan kesadaran tertib niaga, perlindungan konsumen dan
kemetrologian;
2. Meningkatkan sumber daya aparatur guna mewujudkan pelayanan
pasar sebagai penunjang kinerja ekonomi yang berpihak pada
masyarakat;
3. Meningkatkan sarana dan prasarana pasar guna menumbuhkan
perekonomian kota berbasis potensi lokal menuju kemandirian daerah;
4. Meningkatkan penerimaan PAD sektor retribusi pasar secara
menyeluruh, seimbang dan berkeadilan;
5. Meningkatkan pembinaan, penataan dan penertiban pedagang pasar
dan PKL secara berkesinambungan dan konsisten guna mewujudkan
perilaku yang berakhlak dan berbudaya;
6. Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang untuk mewujudkan
pasar bersih, kondusif dan refresentatif; dan
7. Meningkatkan daya saing produk dan pemberdayaan industri kecil dan
menengah/usaha kecil dan menengah melalui pembinaan serta
fasilitasi sarana dan prasarana secara optmal.44
44Dokumentasi Kantor Disperindag Kota Jambi tahun 2017.
39
G. Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(DISPERINDAG) Kota Jambi
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-
DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas Di Kota
Jambi
Sampai detik ini aktivitas perdagangan pakaian bekas atau lebih akrab
dikenal dengan sebutan pakaian BJ masih sangat marak terjadi di Kota Jambi,
terbukti banyak ditemui para pelaku pedagangdiberbagai sudut pasar yang ada di
kota jambi salah satunya adalah pasar Aurduri yang terletak di Kelurahan
Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura yang menjadi studi kasus penelitian
ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwasannya pelaksanaan peraturan
Menteri Perdagangan nomor 51/M-DAG/PER/2015 tentang larangan impor
pakaian bekas di Kota Jambi masih dianggap belum berjalan dengan baik.
Berdasarakan pengakuan dari Bapak Siswanto selaku Kepala Bidang Pengelolaan
Pasar Disperindag Kota Jambi yang mengungkapkan:
“...Sampai detik ini kami mengakui memang penerapan dari Permendag No. 51 tahun 2015 di Kota Jambi belum maksimal dilakukan, dan ini bukan semata-mata dari pihak Disperindag sendiri namun semua pihak terkait juga ikut terlibat”.45
Kemudian diteruskan lagi oleh bapak Budi Siswanto:
“Dalam kasus pakaian bekas impor yang terjadi di Kota Jambi bagi pemerintah bagaikan pisau bermata dua yaitu disamping memenuhi
45Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Pedagangan Kota Jambi, pada tanggal 7 Oktober 2019.
41
kebutuhan masyarakat namun disisi lain karena harus mengikuti peraturan yang diturunkan oleh pusat”.46
Pihak Disperindag sendiri hanya sebatas melakukan pembinaan serta
pengawasan saja dan tidak melakukan rekomendasi penghentian kegiatan usaha
perdagangan kepada pihak penegak hukum. Pembinaan dan pengawasan yang
dilakukannya adalah sebatas pada pemberitahuan kepada pedagang pakaian bekas
impor ini bahwa barang yang diperdagangakan adalah ilegal dan melanggar
ketentuan Undang-undang.
Inkonsistensi peraturan menteri perdagangan jelas menjauhkan
implementasi kebijakan dari cita utamanya yaitu kebijakan larangan masuknya
pakaian bekas impor kedalam wilayah indonesia. Fakta dilapangan menunjukkan
bahwa perkembangan dan persaingan dalam dunia usaha semakin ketat dan tidak
sehat sehingga tidak sedikit pelaku usaha hanya mengejar dan meraup untung
yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan kode etik bisnis yang
memperhatikan mutu dan jasa yang mereka suguhkan. Kondisi tersebut sangat
merugikan konsumen dari segi kesehatan dari pakaian bekas tersebut. Seperti
wawancara yang dilakukan dengan Bapak Kasim salah satu masyarakat setempat
menuturkan:
“...Para penjual pakaian bekas disana itu semuanya mengetahui kalau apa yang mereka jual sebenarnya tidak boleh untuk diperjualbelikan, kebanyakan masyarakat awam hanya mengetahui dari segi kesehatan saja pakaian bekas tersebut mengandung bakteri atau kuman, namun disamping itu pakaian bekas memang sudah dilarang menurut peraturan perundang-undangan, dan masyarakat pun juga tidak terlalu memikirkan kandungan
46Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Pedagangan Kota Jambi, pada tanggal 7 Oktober 2019.
42
bakteri di dalamnya, yang penting mereka bisa memilki barang-barang bermerk sesuai selera masing-masing dengan harga yang jauh lebih miring, dan nyatanya sampai sekarang masih banyak peminatnya, artinya aman-aman saja bagi mereka, Kemudian bagi penjual mereka seolah-olah bersikap acuh tak acuh terhadap peraturan dan kesehatan bagi konsumen”.47
Ketertarikan dan ketergantungan masyarakat terhadap pakaian bekas impor tidak
membuat pedagang pakaian bekas berkurang justru malah makin lama makin
bertambah terbukti dengan munculnya penjual pakaian bekas bukan saja di lapak-
lapak pasar namun ada juga yang diruko sekitaran pasar Aurduri tersebut. Bapak
Kasim juga mengungkapkan:
“...Dulu pada saat pasar Aurduri masih menjadi pasar tradisional, banyak kios-kios ataupun lapak berdindingkan papan yang menjadi tempat penjualan pakaian bekas, namun setelah kios-kios atau lapak tersebut digusur dalam rangka perenovasian menjadi pasar modern seperti sekarang ini, saya mengira para pedagang tersebut tidak ada lagi, akan tetapi mereka masih ada malah ada pindah ketempat ruko-ruko”.48
Dari hasil wawancara diatas menunjukkan kalau bisnsis pakaian bekas memiliki
banyak peminat serta laba yang tinggi dengan modal yang kecil membuat
masyarakat khusunya para pendatang menggantungkan hidup pada komoditi
bekas impor khususnya pedagang yang berada di pasar Aurduri.
Berdasarkan ovservasi yang dilakukan peneliti di pasar Aurduri terdapat
sebanyak21 pedagang pakaian bekas diantaranya terdiri dari 16 pedagang yang
menjual di lapak biasa dan ada sebanyak 5 pedagang yang berjualan di ruko.
Berikut adalah tabelnya:
47 Wawancara dengan Bapak Kasim salah satu masyarakat sekitar pasar Aurduri, pada
tanggal 5 Oktober 2019. 48 Wawancara dengan Bapak Kasim salah satu masyarakat sekitar pasar Aurduri, pada
tanggal 5 Oktober 2019.
43
Jumlah
Pedagang
Jenis Lapak
Lapak Bukan Ruko Lapak Ruko
21 orang
16
5
Tabel: 1.2 ( Jumlah Pedagang dan Jenis Lapak)
Dari tabel diatas menunjukkan bahwasannya dengan adanya lapak ruko
tersebut dapat dikatakan kalau bisnis pakaian bekas cukup menjanjikan karna kita
tau bahwasannya harga sewa untuk sekelas ruko tidak murah dan mereka pun tak
segan-segan untuk menyewa ruko sebagai toko sekaligus tempat tinggal mereka.
Melihat fenomena tersebut sudah seharusnya pakaian bekas yang tiba di
daratan mesti dimusnahkan bukan malah difasilitasi pasar dengan menyediakan
lapak atau kios, meskipun pemerintah daerah tidak mengeluarkan izin namun
dengan adanya fasilitas dan tidak dilakukannya razia menunjukkan bahwa adanya
lampu hijau peredaran pakaian bekas di Kota Jambi khususnya pasar Aurduri
yang terletak di kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura. Sebagian
masyarakat dari berbagai kalangam menjadikan pakaian bekas ini sebagai
alternatif dengan keterbatasan produk dalam negeri yang dijual dengan harga yang
tinggi maka pakaian bekas impor menjelma menjadi primadona masyarakat,
terlebih lagi keberadaan pasar Aurduri telah ada sejak lama. Maka tidak heran jika
sekarang peredarannya masih sangat banyak menjamur secara bebas dan terbuka.
Dan berdasarkan pengakuan dari beberapa penjual mereka mengatakan kalau
pakaian bekas impor tersebut dikirim melalui daerah tungkal yang didistribusikan
dari daerah Tembilahan Riau Maupun dari Kepri melalui jalur laut.
44
Peraturan Menteri Perdagangan tentang larangan impor pakaian bekas ini
menjadikan kebijakan larangan pakaian bekas impor di Kota Jambi
mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi dan politik daerah dengan implementasi
kebijakan yang berjalan belum optimal di daratan karena tidak didukung oleh
lingkungan politik, sosial dan ekonomi daerah. Seharusnya pemerintah setempat
mengetahui dan lebih fokus dalam menata perekonomian terhadap masyarakat,
sehingga tidak ada lagi peluang oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk
melakukan pelanggaran peraturan.
Menurut Faried Ali interaksi secara timbal balik adalah sistem lingkungan
kebijakan itu sendiri. Interakasi akan berlangsung berupa pengaruh lingkungan
terhadap komitmen dari kebijakan itu sendiri.49 Sebaliknya, isi kebijkan peraturan
Menteri Perdagangan nomor 51 tahun 2015 tentang larangan impor pakaian bekas
akan menentukan reaksi dan aksi apa yang terjadi oleh lingkungan, apakah reaksi
yang ditimbulkan memperlihatkan warna lingkungan. Lingkungan akan bergerak
pasif dan tidak terjadi apa-apa ketika komitmen kebijakan menghendaki demikian.
Di lingkungan Kota Jambi sendiri dapat dikatakan pasif karena tidak berpengaruh
terhadap kebijakan larangan pakaian bekas impor, hal ini disebabkan oleh masih
adanya pasar yang menjual pakaian bekas impor.
Dalam hal ini keputusan kebijakan yaitu peraturan Menteri Perdagangan
tentang larangan impor pakaian bekas, untuk mengetahui bagaimana peraturan
menteri perdagangan mengenai larangan impor pakain bekas dijalankan melalui
tindakan-tindakan yang diambil oleh pejabat atau instansi pemerintah yang
49Faried Ali, Andi Syamsu, Sastro M. Wantu, Studi Analisa Kebijakan: Konsep, Teori dan Aplikasi Sampel Teknik Analisa Kebijakan Pemerintah, (Jakarta: Refika Aditama, 2012).
45
diarahkan untuk mencapai tujuan kebijakan yakni membebaskan indonesia dari
pakaian bekas impor maka dapat dianalisa mengenai pasal (2) dan pasal (3) yang
menyebutkan bahwa “Pakaian bekas yang tiba dilarang untuk diimpor kedalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia” (2), “Pakaian bekas yang tiba
diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada atau setelah tanggal
peraturan menteri ini berlaku wajib dimusnahkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan” (3). 50 Menindaklanjuti peraturan Menteri tersebut
Disprindag Kota Jambi melalui Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang
Pengelolaan Pasar menyampaikan bahwa:
“Seperti yang dituangkan pada pasal 3 Permendag No. 51 tahun 2015 tentang pemusnahan pakaian bekas impor, dari Disperindag sendiri sejauh ini belum melakukan pemusnahan karena seperti saya katakan tadi bahwasannya pemerintah daerah sendiri bagaikan pisau bermata dua yaitu disamping memenuhi kebutuhan masyarakat namun disisi lain karena harus mengikuti peraturan yang diturunkan oleh pusat, bisa dikatakan dilema bagi pmerintaah daerah khusunya Disperindag sendiri”.51
Dilanjutkan lagi oleh Bapak Budi Siswanto:
“...Namun sampai detik ini kami menyadari masih terus berupaya bagaimana agar Permendag tersebut dapat kami jalankan sebaik mungkin dan tentunya koordinasi dalam hal ini pihak terkait harus bersinergi dengan lebih kuat lagi sehingga peredaran pakaian bekas impor di Kota Jambi dapat diminimalisir atau bahkan tidak ada lagi, itu harapan kami”.52
Pemusnahan pakaian bekas impor merupakan implementasi peraturan
Menteri Perdagangan nomor 51 tahun 2015 tentang larangan pakaian bekas impor
yang dimana pakaian bekas bekas impor harus dimusnahkan sesuai kebijakan,
50Permendag No. 51 tahun 2015 Pasal 2 dan Pasal 3. 51Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Pedagangan Kota Jambi, pada tanggal 7 Oktober 2019. 52Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Pedagangan Kota Jambi, pada tanggal 7 Oktober 2019.
46
implementasi kebijkan khususnya peraturan Menteri Perdagangan No. 51 tahun
2015 merupakan upaya meraih tujuan perundang-undangaan agar pakaian bekas
impor tidak lagi beredar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
meskipun terjadi berbagai kendala dalam melakukan pemusnahan tersebut.
B. Kendala Yang Dihadapi Dalam Implementasi Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor
Pakaian Bekas Di Kota Jambi
Berdasarkan pengakuan dari Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang
Pengelolaan Pasar Disperindag Kota Jambi terdapat beberapa kendala yang
ditemui oleh semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan peraturan Menteri
Perdagangan No. 51 tahun 2015 tentang larangan impor pakaian bekas di Kota
Jambi antara lain sebagai berikut:
a. Terbatasnya sumber daya, sarana dan prasarana.
b. Belum optimalnya lembaga terkait dalam melaksanakan koordinasi.
c. Adanya indikasi keterlibatan oknum instansi.
Sumber daya merupakan salah satu penunjang keberhasilan dalam
implementasi yang mencakup dana atau perangsang lainnya demi mendorong
ataupun memperlancar implementasi secara efektif. Dalam pelaksanaan peraturan
Menteri Perdagangan No. 51 tahun 2015 tentang larangan impor pakaian bekas
sebagai fasilitas menjalankan peraturan secara efektif dan efisien untuk
melaksanakan sebuah peraturan maka diperlukan yang namanya dana sebagai
fasilitas untuk menunjang operasi sehingga berjalan efektif dan efisien. Hal ini
47
diterangkan juga oleh Bapak Budi Siswanto Selaku Kepala Bidang Pengelolaan
Pasar Disperindag Kota Jambi yang mengatakan:
“...Seperti halnya pada saat melakukan patroli tentu harus adanya biaya untuk mencukupi operasional yang dilakukan tiap kali melakukan patroli meskipun terdapat kelemahan dalam pelaksanaannya, Apalagi wilayah laut Jambi bagian timur dan barat cukup dikatakan luas sehingga tidak menutup kemungkinan terdapat celah-celah kecil yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku ilegal pakaian bekas yang didistribusikan dari daerah Riau atau Kepri karna dua daerah tersebut merupakan pemasok pakaian bekas untuk daerah Jambi”.53 Bapak Arif Budiman selaku Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri
Nasional (KEIN) menjelaskan bahwasannya dalam pelaksanaan peraturan menteri
perdagangan nomor 51 tahun 2015 tentang larangan impor pakaian bekas tidak
hanya semata-mata tugas dari Bea Cukai sendiri namun semua instansi terkait
harus ikut andil dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi untuk sama-sama
menjalankan Permendag No. 51 tahun 2015 tentang larangan impor pakaian
bekas. Sejauh ini, beberapa kebutuhan dan permasalahan kelembagaan
pelaksanaan larangan masuknya pakaian bekas impor.54 Senada dengan apa yang
disampakian oleh Bapak Arif Budiman dalam hal patroli Bapak Siswato juga
mengatakan bahwasannya:
“...Dalam hal patroli kami selaku pihak Disperindag tentu tidak bisa melakukan hal tersebut, akan tetapi ada pihak berwenang terkait yang mempunyai tugas itu katakanlah dari pihak Bea Cukai, merekalah yang berhak melakukan patroli untuk mengawasi masuknya pakaian bekas tersebut. Namun disamping itu keseriusan dalam hal sumber daya, sarana
53Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Pedagangan Kota Jambi, pada tanggal 7 Oktober 2019. 54 Murti Ali Lingga, “KEIN: peran bea cukai terhadap penyelundupan barang imporlarangan..”, diakses dari http://kompas.com, pada tanggal 12 September 2019.
48
dan prasana harus diperhatikan terlebih dahulu sebagai penunjang terlaksananya proses pengawasan secara maksimal”.55
Kompetensi dan ukuran staf suatu badan di dalamnya dalam menjalankan
implementasi peraturan menteri nomor 51 tahun 2015 tantang larangan impor
pakaian bekas yang mencakup norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi
berulang-ulang dalam organisasi dengan menjalankan kebijakan. Karakteristik
instansi Bea dan Cukai dalam patroli laut secara langsung melaksanakan tugas
titipan dari menteri perdagangan. Pelarangan pakaian bekas impor ini terdapat
badan pelaksana yang memiliki kompetensi dan ukuran suatu anggota
didalamnya. Dalam hal ini ditemukannya beberapa hambatan ataupun kendala-
kendala yang berkaitan dengan karakteristik pelaksana dalam menegakkan
peraturan Menteri Perdagangan nomor 51 tahun 2015 diantaranya ialah:
a. Sumber daya manusia yang kapasitasnya belum memadai dengan luas wilayah
yang tidak terjangkau.
b. Keterbatasan sumber daya yang menyebabkan kontrol tidak secara penuh
dilakukan.
Kendala persoalan sumber daya menjadi masalah klasik yang menjadi
masalah beberapa instansi yang mengimplementasikan suatu peraturan sebab
sumber daya menjadi salah satu faktor menentukan keberhasilan implementasi.
Sumber daya dapat menjadi kendala yang serius bagi suatu kebijakan, apabila
tidak disediakan maka besar kemungkinan implementasi akan dilakukan setengah
55Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Pedagangan Kota Jambi, pada tanggal 7 Oktober 2019.
49
hati dengan keterbatasan sember daya dan wewenang. Pakaian bekas yang terus-
menerus masuk kewilayah Kota Jambi merupakan dampak dari kurangnya sumber
daya yang dimiliki instansi meskipun telah melakukan patroli, tentunya instansi
memerlukan sumber daya pendukung, sarana dan prasarana serta sumber daya
manusia yang mesti ditambahkan mengingat perairan timur dan barat jambi cukup
luas dan tersedianya pelabuhan tikus menyebabkan pelaku penyelundupan
pakaian bekas impor semena-mena dalam melancarkan aksinya.
Selain dari sumber daya, sarana dan prasana, kurangnya kemampuan untuk
menjembatani berbagai kepentingan untuk bersama-sama melakukan koordinasi
pencegahan penyelundupan dapat mengakibatkan pada optimalisasi
lembaga/instansi terkait dalam melakukan koordinasi antar sesama juga menjadi
perhatian serius dalam sama-sama menangani kasus maraknya peredaran pakaian
bekas impor. Minimnya dukungan sumber daya dan sarana prasarana pendukung
serta basis kewenanangan yang tidak luas merupakan salah satu masalah
implementasi tidak berjalan efektif dan efisien terhadap masuknya pakaian bekas
impor ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia khusunya Kota Jambi.
Pakaian bekas yang masih masuk ke wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia selain membutuhkan peningkatan dalam segi sumber daya juga
membutuhkan komunikasi antar organisasi untuk berkoordinasi sebagai
pengukuhan aktivitas terhadap pelarangan pakaian bekas impor di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia khususnya yang masih beredar di pasar Aurduri
Kota Jambi. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Budi Siswanto selaku Kepala
Bidang Pengelolaan Pasar Disperindag Kota Jambi:
50
“Komunikasi sangatlah berpengaruh terhadap upaya untuk menindaklanjuti masalah peredaran barang impor ilegal. Dalam hal ini instansi Bea Cukai yang melakukan patroli laut dapat berkoordinasi dengan Polisi Air dan Angkatan Laut (AL). Contohnya lagi dalam kegiatan pemusnahan, koordinasi dilakukan oleh instansi daerah dalam daftar hadir hibah barang dan pemusnahan barang milik Negara, pemusnahan barang bukti ilegal yang dilakukan oleh pihak Bea Cukai harus diketahui terlebih dahulu oleh pemerintah daerah yang terkait dalam hal ini yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi”.56 Kemudian disamping itu terdapat satu kendala yang sangat urgent lagi
diantara kedua kendala yang telah disebutkan diatas yaitu terkait dengan adanya
keterlibatan oknum dari aparat instansi yang secara tidak langsung mendukung
atau memperlancar peredaran terhadap tindakan ilegal ini. Dalam hal ini Bapak
Siswanto menuturkan:
“...Terkait dengan hal itu, Saya menduga ada oknum dari instansi yang bermain disitu, sehingga proses masuknya pakaian bekas ke Kota Jambi berjalan dengan lancar”.57
Kemudian ditambahkan pula oleh Bapak Budi Siswanto secara tegas mengatakan:
“...Kami dari Dinas terkait juga sampai detik ini masih mencari tau siapa oknum yang bekerja sama dengan para pelaku tersebut, atau jangan jangan mungkin bisa jadi oknum dari Disperindag sendiri dan kami pastikan akan memberi sanksi tegas kepada siapa saja yang terlibat dalam proses tersebut”.58
Namun diantara kendala yang ditemui diatas terdapat pula beberapa alasan
yang melatarbelakangi bagi para penjual dan pembeli pakaian bekas kenapa
mereka masih tetap marak menjual dan membeli barang ilegal tersebut, tentu pada
56Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Pedagangan Kota Jambi, pada tanggal 28 Agustus 2019. 57Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Pedagangan Kota Jambi, pada tanggal 7 Oktober 2019. 58Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Pedagangan Kota Jambi, pada tanggal 7 Oktober 2019.
51
akhirnya fenomena ini menjadi sebuah kendala yang dapat dijadikan PR besar
bagi pemerintah Kota Jambi wabilkhusus Dinas terkait itu sendiri dalam memberi
solusi yang tepat untuk menindaklanjuti kasus masalah itu, alasan yang
melatarbelakangi tersebut antara lain:
a) Pertama, karena peminatnya masih ada dan bahkan ada yang udah langganan.
Biasanya anak-anak sekolah dan mahasiswa yang uang sakunya masih minim
dan belum memiliki pendapatan terlebih lagi kalau untuk mahaswa itu pakaian
kuliahnya bebas artinya mereka butuh banyak baju dengan beralasan uang saku
minim tersebut akhirnya mereka memilih untuk shoping baju bekas atau lebih
akrab orang menyebutnya baju BJ. Dari hasil wawancara dengan salah satu
pembeli pakaian BJ di pasar Aurduri yang bernama Fajar Kusuma yang
merupakan mahasiswa, mengatakan:
“Untuk anak kuliah seperti saya apalagi saya ngekos artinya uang saku yang dikirim orang tua terbatas belum lagi untuk kebutuhan makan, minyak motor sampai bayar kos mau tidak mau saya harus berhemat dengan uang saku yang ada, salah satu yang saya lakukakan dalam hal fashion ialah dengan membeli baju BJ, dengan membeli baju BJ saya bisa lebih berhemat dalam soal fashion, perbandingannya cukup signifikan kalau saya beli baju ditoko baju diluar sana katakanlah seperti Distro (tempat jual pakaian berkelas) yang harganya mencapai 130-150 ribu perbaju, maka ketika saya membeli BJ dengan harga segitu bisa dapat 3-5 baju dan baju tersebut juga tak kalah bermerek dengan yang dijual di Distro. Itulah alasan saya kenapa doyan dengan baju BJ”.59
59Wawancara dengan Fajar salah satu pembeli pakaian bekas/BJ di Pasar Aurduri yang
merupakan mahasiswa, pada tanggal 6 Agustus 2019.
52
Hal senada juga disampaikan oleh salah satu pembeli lainnya yang bernama
Yogi pemuda sekitar pasar Aurduri yang merupakan pelajar SMK ketika ia
ditanya mengenai alasan kenapa membeli baju BJ:
“Saya sangat hobi membeli baju BJ bahkan saya sudah banyak mengoleksinya dirumah ketimbang pakaian-pakaian yang bukan BJ dari mulai baju, celana dan ada juga sepatu, alasan saya kenapa begitu hobi karena selain harganya yang murah meriah, saya tertarik memburu merk-merk terkenal seperti adidas, nike, converse dan merk terkenal lainnya, semua itu sangat mudah ditemui di penjual pakaian BJ tersebut, tinggal kita nya aja lagi yang rajin memilah milihnya, secara kualitas saya rasa sama saja dengan baju-baju di toko yang bukan BJ, cuma bedanya baru dengan tidaknya saja, dan ketika kita udah mencuci pakaian baju BJ kemudian disetrika nanti juga akan menjadi seperti baru kok”.60
b) Kedua, pendapatan yang minim dan kebutuhan hidup yang banyak juga
menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat membeli pakaian bekas. Bagi
mereka jika pakaian tersebut masih layak untuk dipakai tidak jadi masalah. Hal
ini ditambahkan lagi oleh Yogi yang mengatakan:
“...Yang penting nanti pakaian BJ yang saya beli setelah sampai rumah direndam dengan air panas selama beberapa menit kemudian direndam kembali selama sehari semalam dengan menggunakan air deterjen, esoknya setelah itu dibilas secara berulang kali, terus dijemur dan akhirnya disetrika dan siap untuk dipakai”.61
c) Ketiga, bagi penjual dengan modal yang pas-pasan mereka sudah bisa
membuka usaha penjualan pakaian bekas, Seperti yang dikatakan salah satu
penjual pakaian bekas yang enggan disebutkan namanya dan biasa dipanggil
Teteh mengungkapkan:
60Wawancara dengan Yogi salah satu pembeli pakaian bekas/BJ di Pasar Aurduri yang
merupakan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan, pada tanggal 5 Oktober 2019. 61Wawancara dengan Yogi salah satu pembeli pakaian bekas/BJ di Pasar Aurduri yang
merupakan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan, pada tanggal 5 Oktober 2019.
53
“Saya hanya butuh uang 5 hingga 6 juta rupiah itu sudah bisa membeli 5 bal (100kg) yang isi satu bal nya mencapai 100 sampai lebih pakaian bekas yang terdiri dari kaos, kemeja, celana, dan jaket. Yang nantinya akan dijual perpotong dengan harga puluhan hingga ratusan ribu, tergantung merk dan kualitas barang itu sendiri. Dan untungnya lumayan banyak, bisa dibilang cukup untuk kebutuhan sehari-hari”.62
Kemudian juga dikatakan oleh salah satu penjual lainnya yang bernama Bapak
Parman yang menyebutkan:
“Sebagai warga pendatang seperti saya, dengan modal yang pas-pasan berjualan baju BJ menjadikan profesi usaha yang bisa saya lakukan demi mencukupi kebutuhan hidup, awalnya saya ragu namun setelah mendapatkan masukan dari teman saya yang udah lama memiliki usaha pakaian bekas di Kota Jambi juga tapi beda lokasi beliau berjualan di Arizona, akhirnya saya tertarik dan alhamdulillah sampai sekarang saya rasa bisnis ini lumayan menjanjikan”.63
Dan sampai detik ini belum ditemui keluhan dari pembeli yang membeli
pakaian bekas atau pakaian BJ, karena mereka membeli atas keinginan sendiri.
Ditegaskan juga oleh Fajar selaku salah satu langganan membeli pakaian BJ yang
mengatakan:
“...Selama ini saya memakai baju BJ aman-aman saja, bahkan ketika saya kuliah dan memakai baju BJ alhamdulillah tidak ada keluhan terkena gata-gatal ataupun penyakit kulit yang menganggu saat saya belajar, belajar dengan nyaman seperti biasa”.64
Begitu juga dengan para penjualnya. Seperti yang dikatakan oleh Teteh salah satu
penjual pakaian bekas menuturkan:
62Wawancara dengan Teteh salah satu penjual pakaian bekas/BJ di Pasar Aurduri yang
enggan disebutkan namanya, pada tanggal 6 Agustus 2019. 63Wawancara dengan Bapak Parman salah satu penjual pakaian bekas/BJ di Pasar Aurduri,
pada tanggal 5 Oktober 2019. 64Wawancara dengan Fajar salah satu pembeli pakaian bekas/BJ di Pasar Aurduri yang
merupakan mahasiswa, pada tanggal 6 Agustus 2019.
54
“...Sudah bertahun-tahun saya berjualan pakaian BJ ini, dan selama itupun juga tidak ada para pembeli yang komplain ataupun merasa dirugikan kok, artinya kan tidak ada masalah”.65
Kemudian dikatakan juga oleh Bapak Parman, pada saat ditanya mengenai
keluhan yg dialami selama berjualan, beliau mengatakan:
“...Untuk keluhan selama ini saya rasa tidak ada, cuma kami juga sedikit kerepotan mananggapi pertanyaan yang menanyakan tentang legalitas pakaian bekas ini yang sebenarnya menurut peraturan dilarang, namun pada kenyataannya masih banyak yang berjualan, disisi lain juga pemerintah sampai sejauh ini hanya memberikan teguran berupa himbauan himbaun, yang saya rasa himbauan itu cuma sekedar formalitas belaka, nyatanya sampai detik ini kami selaku penjual aman-aman saja, dan menurut saya juga terdapat kongkalikong oleh oknum terkait diatas sana yang bermain”.66
Dari beberapa hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwasannya
keterlibatan permasalahan ini sebenarnya adalah antara pedagang dan pembeli
tidak masalah, karena mereka sudah sama-sama tahu kondisi barang dan sudah
sama-sama ridho. Namun yang menjadi permasalahan adalah antara pedagang
dengan pemerintah karena mengingat apa yang dijual tersebut merupakan barang
ilegal yang seharusnya tidak diperjual belikan di Indonesia. Pemerintah cukup
prihatin dengan keadaan ini, masyarakat Indonesia membeli pakaian bekas yang
sebenarnya di Negara asalnya merupakan barang yang sudah tidak berguna dan
mungkin sudah dibuang oleh pemiliknya. Yang terbaik untuk saat ini adalah
masyarakat bisa sadar untuk tidak lagi membeli pakaian impor bekas, dan sebagai
Pemerintah yang baik harusnya bisa memberikan solusi agar masyarakatnya
65Wawancara dengan Teteh salah satu penjual pakaian bekas/BJ di Pasar Aurduri yang
enggan disebutkan namanya, pada tanggal 6 Agustus 2019. 66Wawancara dengan Bapak Parman salah satu penjual pakaian bekas/BJ di Pasar Aurduri,
pada tanggal 5 Oktober 2019.
55
mampu membeli pakaian baru, atau dengan menghidupakn usaha garment dalam
negeri agar produk dalam negeri mampu menguasai pasar di Negaranya sendiri.
Dengan memperhatikan kendala bagi Disperindag serta alasan-alasan yang
melatrbelakangi bagi penjual dan pembeli diatas diharapkan pemerintah daerah
beserta seluruh jajaran instansi terkait selalu mengupayakan terobosan-terobosan
yang dapat meminimalisir masalah yang dihadapi dengan harapan agar
pelaksanaan peraturan Menteri Perdagangan No. 51 tahun 2015 dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
C. Upaya Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Dalam Mengatasi Maraknya
Penjualan Pakaian Bekas Impor Di Kota Jambi
Dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015
Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas Pasal 1 ayat (2) mendefinisakan pakaian
impor bekas sebagai produk tekstil yang digunakan sebagai penutup tubuh
manusia, yang termasuk dalam Pos Tarif/HS 6309.00.00.00 dalam Buku Tarif Bea
Masuk Indonesia (BTMI) yang dimaksud dengan Harmonized System (HS) adalah
suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis dengan tujuan
mempermudah penarifan, transaksi perdagangan, pengangkutan dan statistik yang
telah diperbaiki dari system klasifikasi sebelumnya. Dalam pasal 3 juga
menyatakan bahwa pakaian impor bekas yang masuk ke Indonesia wajib untuk
dimusnahkan sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku. 67 Disini
sudah jelas sekali mengenai regulasi larangan impor pakaian bekas, namun pada
kenyataannya masih saja ada yang menjual pakaian impor bekas di Kota Jambi.
67Permendag No. 51 tahun 2015 Pasal 1Ayat (2) dan Pasal 3.
56
Betapa ironinya melihat fenomena ini, baju bekas yang sebenarnya merupakan
barang tidak berguna dari Negara asalnya tetapi malah diperjualbelikan di
Indonesia.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kota Jambi
merupakan instansi pemerintah yang memiliki wewenang penuh dalam
menangani masalah jual beli pakaian impor bekas yang ada di Kota Jambi. Sejauh
ini upaya pemerintah dalam menangani masalah ini baru sebatas penyuluhan dan
himbauan ke beberapa lapak penjual pakaian impor bekas untuk menghentikan
usahanya tersebut, karena banyak sekali dampak negatif yang akan ditimbulkan
kedepannya jika masyarkat masih menjual dan membeli pakaian bekas impor ini.
Dalam penyuluhan yang diadakan di Aula Disperindag Kota Jambi tersebut pihak
Dinas mengundang beberapa pedagang pakaian bekas, dan Dinas Kesehatan untuk
memberikan materi mengenai dampak-dampak yang ditimbulkan jika
menggunakan pakaian bekas tersebut, serta dampak ekonomi jika pedagang masih
menjual pakaian bekas yang sebenarnya dilarang oleh Pemerintah untuk
diperdagangakan.Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Bapak Budi Siswanto
mengatakan:
“Disperindag Kota Jambi sendiri juga telah beberapa kali mengikuti seminar tingkat Provinsi yang membahas tentang ekspor impor dalam negeri yang tentunya pada seminar tersebut membahas mengenai impor pakaian bekas yang masuk ke Indonesia secara ilegal. Dalam hal ini dari pihak kepolisian juga memiliki kewenangan untuk mengadakan razia kepada pedagang pakaian bekas, namun untuk saaat ini Kepolisian belum bisa melakukan razia karena pemerintah Kota Jambi masih memberikan tenggang waktu untuk para penjual membereskan dagangannya”.68
68Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Pedagangan Kota Jambi, pada tanggal 28 Agustus 2019.
57
Namun mengapa hingga saat ini masih bebas menjual barang dagangannya, dan
pemerintah pun seolah-olah terlihat diam saja setelah kewajiban memberikan
penyuluhan mereka terlaksana. Hal tersebut ditegaskan oleh Kepala Bidang
Pengelolalaan Pasar bahwasannya:
“Mereka tidak memiliki kewenangan untuk merazia penjual pakaian bekas impor, hal itu merupakan kewenangan pihak Kepolisian. Jika masih ada yang bandel dan tetap berjualan biarkan itu menjadi urusan mereka dengan Kepolisian, yang terpenting tugas kami dari Disperindag untuk memberikan penyuluhan dan peringatan kepada para penjual pakaian bekas di Kota Jambi sudah terlaksana dengan baik”.69
Kemudian ditambahkan lagi oleh Bapak Budi Siswanto:
“Untuk kedepannya Disperindag Kota Jambi akan bertindak lebih tegas apabila upaya sebelumnya tidak juga diindahkan oleh para pedagang pakaian bekas, mereka akan bekerja sama dengan pihak Kepolisian untuk tidak segan-segan menyegel lapak penjual pakaian bekas tersebut. Setelah itu selanjutnya untuk mencegah terjadinya pengangguran setelah penyegelan Disperindag akan memberikan pelatihan bagi para pelaku penjual pakaian bekas agar tidak kembali membuka usaha jual beli pakaian bekas impor”.70
Dari hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwasannya Disperindag Kota
Jambi menyerahakan sepenuhnya kepada pihak Kepolisian dalam hal
mengeksekusi pedagang pakaian bekas apabila masih saja bandel dengan teguran-
teguran serta himbauan yang pernah dilayangkan sebelumnya. Padakesempatan
wawancara yang dilakukan diruanganya itu terakhir Bapak Budi Siswanto juga
berpesan dengan mengatakan:
“...Pada kesempatan ini saya juga berpesan bahwasannya kesadaran masyarakat lah sebenarnya yang menjadi ujung tombak dari penerapan
69Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Pedagangan Kota Jambi, pada tanggal 28 Agustus 2019. 70Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Pedagangan Kota Jambi, pada tanggal 28 Agustus 2019.
58
Permendag ini, karna logikanya ketika para konsumen sadar akan pakaian bekas itu tentu membuat tidak ada lagi masyarakat yang doyan dengan pakaian BJ, hal itu tentu akan berdampak pada penjualan yang sepi, dan lama kelamaan membuat si pedagang frustasi, akhirnya bisa jadi mereka menyudahi bisnis itu atau mungkin hanya pergi dari kota jambi untuk mencari daerah lain. mewakili dari pihak Disperindag sangat menekankan koordinasi kepada semua instansi yang terlibat dalam hal ini untuk sama-sama bahu membahu dalam menjalankan Permendagtentang larangan pakaian bekas ini agar barang ilegal tersebut tidak ada lagi menjamur di pasar-pasar”.71
Dengan memperhatikan hal tersebut maka tujuan dalam menjalankan
Permendag No. 51 tahun 2015 dapat terlaksana dengan baik, dan semua instansi
terkait benar-benar mendukung secara penuh peningkatan produksi garment dan
tekstil dalam negeri serta masalah dari segi kesehatan bagi konsumen dapat
diantisipasi dengan baik pula. Sehingga tidak ada lagi yang namanya pakaian
bekas dijumpai dipasar-pasar di Kota Jambi.
71Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian dan Pedagangan Kota Jambi, pada tanggal 28 Agustus 2019.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disebutkan diatas
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mengenai Implementasi Permendag No. 51 tahun 2015 tentang impor
pakaian bekas di Kota Jambi, pihak Disperindag sendiri hanya sebatas
melakukan pembinaan serta pengawasan saja dan belum melakukan
tindakan seperti pemusnahan yang sesuai dengan Permendag tersebut. Fakta
dilapangan menyatakanmasih banyak ditemui para penjual pakaian bekas
yang menjamur dipasar-pasar khususnya pasar Aurduri Kota Jambi artinya
pelaksanaan peraturan tersebut belum maksimal dilakukan oleh Dinas
terkait. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah belum melakukan
pengawasan secara optimal dan terkesan “menutup mata” alasan pemerintah
daerah disebabkan tidak stabilnya ketersediaan produk dalam negeri yang
baru dengan harga yang tinggisehingga keberadaan pakaian bekas impor
dijangkau oleh kalangan bawah untuk memenuhi kebutuhan sandangnya.
2. Terdapat kendala yang dihadapi dalam implementasi peraturan menteri
nomor 51 tahun 2015 tentang larangan pakaian bekas impor. Antara lain
sebagai berikut :
a). Terbatasnya sumber daya, sarana dan prasarana.
b). Belum optimalnya lembaga terkait dalam melaksanakan koordinasi.
60
c). Keterlibatan oknum instansi terkait yang memperlancar beredarnya
pakaian bekas impor.
Namun diantara kendala yang ditemui diatas terdapat pula beberapa
alasan yang melatarbelakangi bagi para penjual dan pembeli pakaian bekas
kenapa mereka masih tetap marak menjual dan membeli barang ilegal
tersebut, tentu pada akhirnya fenomena ini menjadi sebuah kendala yang
dapat dijadikan PR besar bagi pemerintah Kota Jambi wabilkhusus Dinas
terkait. Antara lain:
a). Karena peminatnya masih ada dan bahkan ada yang udah langganan.
b). Pendapatan yang minim dan kebutuhan hidup yang banyak juga
menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat membeli pakaian
bekas.
c). Karena modal yang dibutuhkan untuk membuka usaha jual beli
pakaian impor bekas cukup sedikit dan untungnya besar.
3. Upaya pemerintah Kota Jambi dalam menangani masalah jual beli pakaian
bekas sejauh inibaru sebatas penyuluhan dan himbauan kepada penjual
pakaian impor bekas untuk menghentikan usahanya tersebut. Namun meski
demikian praktik jual beli pakaian impor bekas di kota Jambi masih tetap
ada meskipun pemerintah sudah memberikan penyuluhan serta himbauan
mengenai hal ini. Beberapa penjual seolah-olah bersikap acuh tak acuh tidak
menghiraukan aturan yang dibuat pemerintah pusat serta kesadaran
masyarakat juga sangat penting bukan sekedar pemahaman mengenai
pakaian bekas tetapi perilaku membeli juga harus
61
dihentikan.DISPERINDAG Kota Jambi juga tidak segan-segan untuk
mengambil tindakan tegas seperti melakukan penyegelan apabila upaya
sebelumnya tidak diindahkan oleh para pedagang pakaian bekas terebut.
B. Saran
Dalam skripsi ini ada beberapa saran barangkali bisa menjadi masukanuntuk
beberapa pihak yang bersangkutan dalam praktik jual belipakain impor bekas
yang ada di Kota Jambi, dengan tujuan agarkedepanya menjadi lebih baik dan
menjadi bahan pertimbangan. Antara lain sebagai berikut:
1) Teruntuk pemerintah harus lebih tegas dan serius lagi dalam hal penegakan
hukum apabila ada pelanggaran impor pakaian bekas dengan sudah adanya
peraturan payung hukum seperti halnya Undang-Undang dan Peraturan
Menteri yang harusnya menjadi pertimbangan untuk Pemerintah Kota Jambi
dalam mengambil tindakan menertibkan para pedagang pakaian impor
bekas.
2) Teruntuk pembeli harus lebih cerdas dalam memilih barang yang dibeli.
Karena pakaian yang dari Negara asalnya merupakan barang yang sudah
dibuang namun di Indonesia diperjualbelikan. Pembeli biasanya tertarik
karena harganya yang murah padahal sebenarnya kualitas pakaian impor
bekas kurang baik untuk kesehatan.
3) Teruntuk penjual pakaian bekas harusnya menyadari bahwa apa yang
mereka lakukan sebenarnya melanggar Undang-Undang dan mereka juga
harus memperhatikan masalah kesehatan bagi konsumen.
62
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, “Hukum Perlindungan Konsumen”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011).
Abdul Aziz Muhammad Azzam, “Fiqh Muamalah Sistem Transaksi dalam Fiqh
Islam”, (Jakarta: Amzah, 2010). Yuliandri, “Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang
Baik”, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2010). WJS Poertwadarmointa, “Kamus Umum Indonesia bahasa, Cet. V”, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1976). Adrian Sutendi, “Hukum Ekspor Impor”, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014). Hamdani dan Pebrina Arimbhi, “Manajemen Perdagangan Impor”, (Level Dua),
(Jakarta:In Media, 2014). Adrian Sutendi, “Aspek Hukum Kepabeanan”, (Jakarta: Sinar Grafika,2012). Sayuti Una (ed),“Pedoman Penulisan Skripsi”, (Jambi: Syariah Pres, 2014). Agus Salim,“Teori &Pradigma Penelitian Sosial” ,(Yogyakarta Tiara Wacana,
2006). Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan RNB”,
(Bandung: Alfabeta, 2013).
Faried Ali, Andi Syamsu, Sastro M. Wantu, “Studi Analisa Kebijakan: Konsep, Teori dan Aplikasi Sampel Teknik Analisa Kebijakan Pemerintah”, (Jakarta: Refika Aditama, 2012).
B. Perundang-undangan
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28C Ayat 1.
Undang-undag Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan.
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan.
Undang-undang No 39 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pasal 178.
63
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 pasal 5.
Permendag No. 51 Tahun 2015 Pasal 2 dan Pasal 3.
C. Lain-lain
Skripsi Khusnul Khatimah Haruna Intang, “Penegakan Hukum Terhadap Impor Pakaian Bekas” Mahasiswi Universitas Hasanuddin Makassar (2017).
Skripsi Dheny Putra Adhitya, “Kebijakan Pemerintah Indonesia Melarang Impor
Pakaian Bekas” Mahasiswa Universitas Jember (2015).
Skripsi Faizatul Adibah, “Jual Beli Pakaian Bekas Impor Di Tugu Pahlawan Kota Surabaya (Tinjauan UU Perdagangan No.7 tahun 2014 dan Dalam Perspektif Fiqh Muamalah)”. Mahasiswi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (2017).
Diana Aditiasari,”Kemendag: Pakai Baju Bekas Impor Bisa Kena Penyakit Saluran Kelamin), detik.com, 2015, diakases pada 30 Agustus 2016.
Di lihat pada http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2016/06/20/analisis-kebijakan-
impor-1466384948.pdf hari jumat, 10 Maret 2016 Pukul 11.13AM. www.kemendag.go.id, diakses pada tanggal 7 Desembar 2016.
https://alihamdan.id.pengertian implemntasi secara umun dan menurut para ahli. Di Akses 12 mei 2018.
Wikipedia, “Impor”, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Impor, pada
tanggal 20 Mei 2017. https://regulasi.kemenperin.go.id/site/cari_peraturan., diakses pada tanggal 6 Juni
2016. Murti Ali Lingga, “KEIN: peran bea cukai terhadap penyelundupan barang impor
larangan..”, diakses dari http://kompas.com, pada tanggal 12 September 2019.
64
LAMPIRAN
Daftar Informan Penelitian :
Bapak Budi Siswanto Kepala Bidang Pengelolaan Pasar DISPERINDAG Kota Jambi
Bapak Kasim Masyarakat Sekitar Pasar Aurduri Bapak Parman Penjual Pakaian Bekas Teteh Penjual Pakaian Bekas Fajar Pembeli Yogi Pembeli
65
Dokumentasi:
66
CURICULUM VITAE
Nama : Wahyu Dwi Maulana Tempat Tgl Lahir : Kedemangan, 29 Oktober 1997 Email Surel : [email protected] No. HP ( WA ) : 085841827998 Alamat : Desa Kedemangan Rt. 08, Kec. Jaluko, Kab. Muaro Jambi, Prov. Jambi Pendidikan Formal
1. SD Negeri 104/IX Desa Kedemangan 2003 / 2009 2. SMP N 5 Ma. Jambi 2009 / 2012 3. SMA N 8 Ma. Jambi 2012 / 2015 4. Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Pengalaman Organisasi 1. DEMA Fakultas Syariah 2017 2. DEMA Fakultas syariah 2018 3. Wakil Ketua Umum GenBI Prov. Jambi 2018 4. Pengurus Rayon Syariah PMII Komisariat UIN STS JAMBI 2018 5. FOKKERMAPI DPD Jambi 6. Ikatan Mahasiswa Muaro Jambi ( IMMJ ) 7. Ikatan Mahasdiswa Jaluko ( IM Jaluko )
Motto Hidup : Jalani, Nikmati, Syukuri