Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan
Atas Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu (Studi Kasus Pada Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan
Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto)
Disusun Oleh :
RATNA SILVIA DEVVY ANGGRAINY
NIM. 135020301111012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih
Derajat Sarjana Ekonomi
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Riwayat Hidup
DATA PRIBADI
Nama : Ratna Silvia Devvy Anggrainy
Tempat/TGL lahir : Mojokerto, 15 juli 1995
Alamat : Dsn. Ngudi Kidul Rt 06 Rw 01
Gempolkerep, GEDEG
MOJOKERTO
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Email : [email protected]
Phone : 085649123945
DATA PENDIDIKAN
Formal Sekolah Dasar (2001-2007) : SD Negeri Gempolkerep I
SMP (2007-2010) : SMP Negeri 2 Kota Mojokerto
SMA (2010-2013) : SMA Negeri 2 Kota Mojokerto
Perguruan Tinggi (2013-2017) : S1 Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Non Formal
1. Program Excellent di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya (2013)
2. Introduction to SAP ERP class di jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya (2013)
3. Microsoft Office Dekstop Application (2017)
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Inscada Mirror Theatre di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto
2011-2012
2. Anggota Broadcasting di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto 2012-2013
3. Staff Muda Bendahara Umum UKM FORDI MAPELAR UB 2014
4. Anggota Ikatan Lembaga Penalaran dan Penelitian Mahasiswa se
Indonesia (ILP2MI) 2014
5. Bendahara Umum UKM FORDIMAPELAR UB 2015
mailto:[email protected]
PENGALAMAN KEPANITIAAN
1. Bendahara pelaksana dalam kegiatan Diklatsar XXXII UKM FORDI
MAPELAR UB 2014
2. Bendahara pelaksana dalam kegiatan gebrak aksi nalar pemuda
Indonesia (GANESA) 3 2014
3. Sekretaris pelaksana dalam kegiatan Islamic children festifal (ICF)
FORSTILLING FEB UB 2014
4. SC dalam kegiatan gebrak aksi nalar pemuda Indonesia (GANESA) 4
2015
5. SC dalam kegiatan LKTI UKM FORDI MAPELAR 2015
6. SC dalam kegiatan Public Speaking Class UKM FORDI MAPELAR
2015
7. Delegasi Universitas Brawijaya dalam kegiatan Pengabdian
Masyarakat Realita IV di Banten 2014
PERSEMBAHAN:
Kupersembahkan sebuah karya sederhana berupa skripsiku untuk :
Papa dan Mama Tercinta, Drs. H. Agus Riyono dan Dra. Hj. Siti Choiriyah,
Karena berkat pengorbanan, semangat, doa tulus, dan motivasi dari beliau
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Kakakku Candra Arysta Putra P S.Ap dan Alfita Riyani S.S, terima kasih banyak
telah memberikan bantuan dan contoh yang baik untuk adek, memberikan
semangat dan motivasi hingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Saudaraku Nadia Fajriana, S.E, Robby Sugiarto, S.E, Himawan Wicaksono, S.E,
Irodatul Chasanah, Rima Ayu Aji P, S.E, Ni Luh Novi Andani, S.E, Hafid Yusuf,
S.E, Nuraida W Ratnasari terima kasih engkau tidak henti-hentinya selalu
membantuku, memberikan masukan, menyemangatiku terus untuk segera
menyelesaikan Skripsi ini. Terimakasih juga untuk kebersamaannya 4 tahun ini,
tawa canda dan campur aduknya sehingga penulis lebih bergairah untuk
menyelesaikan kewajiban ini.
Terimakasih untuk Dosen Pembimbing saya, Ibu Devy Pusposari, SE., M.Si, Ak.
yang telah memberikan saran dan motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi
ini. Semoga kebaikan selalu mengiringi ibu, doa terbaik dari saya untuk ibu.
Terimakasih kepada KPP Pratama Mojokerto dan pegawai yang telah
mengizinkan saya untuk dapat meneliti pada instansi tersebut,
Terimakasih kepada pengrajin di sentra industri kerajinan perak Desa
batankrajan Kabupaten Mojokerto yeng telah sabar menjawab pertanyaan-
pertanyaan saya selama proses wawancara.
M. Rifqi Ramadhani dan Irfan Maulana, terimakasih telah menemani,
menyemangati, dan menjadi tempat berbagi keluh kesah saya selama 2 tahun.
Semoga dengan terselesaikan skripsi ini, kamu juga dapat termotivasi untuk
segera menyelesaikan skripsimu.
Mertojoyo Barat squad anita, mimi, andin, ade, dinda terima kasih telah
memberikan semangat, dukungan, serta mengajak dalam kebaikan. (Mengajak
puasa senen kamis dan sholat malem).
Saudara-saudaraku satu nusa satu bangsa, Misbah Ashari, Danu Rizal, Monika
Rahayu, Taras Linta, Kharisma ZAA, Rizal Hasan, Erwan Febrianto, Moch Tri
Prasetyawan, Nonik Dwi S, Kahfi Ma’na, Putra RAA, Rifka Anissatur R, Novinia,
Winda Aulinda, Ulwan Hawari, Neysa, Tri Zulianti, Elza Rahmania, Wanda,dll.
Maaf tidak bisa menyebukan satu per satu.
Terimakasih kepada teman-teman FORDI MAPELAR UB yang telah membantu
menjadi teman saling berporoses dalam suatu organisasi dan memberikan banyak
pengalaman serta kenangan selama berkuliah di UB.
Terimakasih kepada teman-teman BINA BNI 2 dan KCU BNI Jombang yang
banyak memberikan ilmu dan pengalaman baru untuk seorang freshgraduate.
Saya rasa, kata terimakasih saja tidak cukup, saya hanya bisa mendoakan
semoga kebaikan selalu hadir dalam kehidupan orang orang yang baik. Aamiin
i
ABSTRAK
Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak
Penghasilan Atas Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
(Studi Kasus Pada Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan Kecamatan
Gedeg Kabupaten Mojokerto)
Oleh :
Ratna Silvia Devvy Anggrainy
135020301111012
Dosen Pembimbing :
Devy Pusposari, SE., M.Si., Ak.
Tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai
implementasi peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013, serta kendala yang
dihadapi oleh sentra industri kerajinan perak Desa Batankrajan. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode
pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pembayaran pajak yang dilakukan oleh
pengrajin di Sentra industri kerajinan perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg
Kabupaten Mojokerto belum berjalan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
46 Tahun 2013. Implementasi Peraturan ini juga mengalami kendala yaitu
kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayarkan kewajibannya dikarenakan
wajib pajak belum mengerti Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013 dan juga
adanya wajib pajak yang menghindar dalam membayarkan kewajibannya serta
belum adanya sosialisasi peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013.
Kata Kunci: Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, pajak
sentra industri kerajinan perak Desa Batankrajan.
ii
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF GOVERNMENT REGULATION NUMBER 46
YEAR 2013 (CASE STUDY ON SENTRA HANDICRAFT INDUSTRY OF
VILLAGES BATANKRAJAN GEDEG DISTRICT)
By:
Ratna Silvia Devvy Anggrainy
135020301111012
Supervisor :
Devy Pusposari, SE., M.Si., Ak.
The purpose of this research is to know the description of the implementation of
government regulation number 46 of 2013, as well as obstacles faced by the silver
industry center of Batankrajan Village. This research uses qualitative research
method with case study approach. Methods of data collection by interview,
observation, and documentation. The results of this study indicate that the tax
payments made by craftsmen at the Central of silver handicraft industry
Batankrajan Village Gedeg Sub-District Mojokerto Regency has not run in
accordance with Government Regulation No. 46 of 2013. Implementation of this
Regulation also has constraints that is the lack of awareness of taxpayers in
paying their obligations due to taxpayers Do not understand the Government
Regulation number 46 of 2013 and also the existence of taxpayers who avoid
paying their obligations and the lack of socialization of government regulations
number 46 of 2013.
Keywords: Implementation of Government Regulation No. 46 of 2013, tax center
of silver handicraft industry Batankrajan Village, potential loss of state.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
dapat menyelsaikan penelitian dan skripsi yang berjudul: “Implementasi
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan
Atas Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu (Studi Kasus Pada Sentra Industri Kerajinan
Perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto) ”. Skripsi
ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih derajat
sarjana Ekonomi program Strata Satu (S-1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya.
Selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian dalam skripsi ini,
penulis tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat
adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Devy Pusposari, SE., M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing yang telah
mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing serta
memberikan saran dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.
2. Bapak Abdul Ghofar, SE., M.Si., MSA.,AK,.Ph.D selaku Plt Ketua
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
3. Bapak Dr. Drs. Bambang Hariadi, M.Ec.,Ak selaku dosen penguji 1 (satu)
yang telah membantu memberikan masukan di dalam perbaikan skripsi
saya.
4. Bapak Harjono selaku Kepala Desa Batankrajan, yang telah memberikan
izin melakukan penelitian di Desa Batankrajan.
iv
5. Bapak Agus dan rekan-rekan pengrajin di Sentra Industri Kerajinan Perak
Desa Batankrajan yang telah bersedia meluangkan waktu dan energi untuk
memberikan informasi mengenai Implementasi PP 46 tahun 2013 di sentra
Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan
6. Bapak Candra selaku pegawai KPP Pratama Mojokerto yang telah
memberikan informasi terkait Implementasi PP 46 tahun 2013 di sentra
Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan.
Dengan Keterbatasan dan kekurangan, peneliti menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh Karena itu, peneliti mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca guna mendukung penelitian
selanjutnya. Akhir kata, peneliti harap penelitian ini dapat memberikan manfaat
dan kontribusi kepada semua pihak dan peneliti sendiri.
Malang, 23 Agustus 2017
Peneliti,
Ratna Silvia Devvy A
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 5
1.5 Sistematika ........................................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9
2.1. Tinjauan Teoritis ............................................................................................... 9
2.1.1. Pajak Pusat ............................................................................................... 9
2.1.1.1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) .............................................. 14
2.1.2. Usaha Mikro,Kecil, dan Menengah ....................................................... 17
2.1.3. Pajak Penghasilan................................................................................... 19
2.1.4. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ........................................ 23
2.1.4.1. Tinjauan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2013 .... 23
2.1.4.2. Objek Pajak, Wajib Pajak, Dan Bukan Wajib Pajak Berdasarkan
PP 46 Tahun 2013 .................................................................................................. 24
2.1.4.3. Tarif, Pengenaan Pajak, Dasar Pengenaan Pajak ........................... 25
2.1.4.4. Tata Cara Perhitungan, Pemotongan, Dan Pelaporan .................... 26
2.1.4.5. Sistem Pemotongan PPh Final Atas Peredaran Bruto Tertentu ..... 28
2.2. Tinjauan Empiris ............................................................................................. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 33
vi
3.1. Jenis Penelitian ................................................................................................ 33
3.2. Teknik Penentuan Informan ............................................................................ 34
3.3. Lokasi Penelitian ............................................................................................. 35
3.4. Sumber Data .................................................................................................... 35
3.5. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 36
3.6. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 37
3.7. Uji Kredibilitas Data ....................................................................................... 39
3.7. Tahapan Penelitian .......................................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 42
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................... 42
4.1.1. Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan ............................... 42
4.1.2. KPP Pratama Mojokerto ....................................................................... 43
4.2. Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 .......................... 44
4.3. Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ............ 52
4.3.1. Kepemilikan NPWP ........................................................................ 52
4.3.2. Perhitungan dan Pembayaran Pajak ................................................ 58
4.3.3. Pelaporan SPT Masa ....................................................................... 61
4.3.4. Pelaporan SPT Tahunan .................................................................. 63
4.4. Kendala Yang Dihadapi Oleh Sentra Industri Kerajinan Perak Desa
Batankrajan ............................................................................................................ 64
4.4.1. Kesadaran Wajib Pajak ................................................................... 64
4.4.2. Sosialisasi Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013 ................. 67
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 80
5.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 80
5.2. Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 81
5.3. Saran ................................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84
LAMPIRAN .......................................................................................................... 86
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sanksi Administrasi berupa denda ...................................................... 17
Tabel 2.2 Sanksi Administrasi berupa bunga ...................................................... 18
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 30
Tabel 3.1 Nama dan Omset Pengrajin Perak Desa Batankrajan ......................... 35
Tabel 4.1 Wilayah KPP Pratama Mojokerto ....................................................... 43
Tabel 4.2 Data Pengrajin Perak Desa Batankrajan .............................................. 45
Tabel 4.3 Kerugian Negara ................................................................................. 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara merupakan suatu wilayah dimuka bumi yang permanen dengan
adanya sistem pemerintahan yang mengatur dan terdapat rakyat didalamnya.
Tujuan Negara Republik Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakat yang
adil, makmur, dan sejahtera. Dengan tujuan tersebut, negara membutuhkan biaya
yang besar. Semakin maju sebuah negara maka, semakin besar kebutuhannya dan
secara otomatis anggaran yang dibutuhkan juga semakin besar untuk
merealisasikan tujuan tersebut. Sumber pembiayaan negara salah satunya berasal
dari pajak.
Pajak adalah iuran yang bersifat wajib yang dibayarkan rakyat kepada
negara dengan tidak mendapatkan keuntungan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan umum. Penerimaan pajak berasal dari pajak dalam negeri dan
pajak luar negeri. Pajak dalam negeri setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Salah satu jenis pajak dalam negeri yang menyumbang penerimaan pajak terbesar
adalah pajak penghasilan. Kabupaten Mojokerto menjadi salah satu daerah
penyumbang pajak penghasilan yang berasal dari usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
dijelaskan bahwa penghasilan dari usaha yang diterima oleh wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari 4,8 miliar dikenakan pajak
penghasilan bersifat final.
Kabupaten Mojokerto dikenal karena situs peninggalan kerajaan
Mojopahit yang pernah berjaya sampai ke mancanegara. Dengan latar belakang
2
tersebut mengundang wisatawan lokal maupun asing untuk datang ke Kabupaten
Mojokerto. Banyaknya wisatawan yang datang nampaknya dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk memperoleh pundi-pundi uang dengan cara menciptakan
produk-produk unggulan asli Kabupaten Mojokerto.
Dengan luas wilayah kabupaten Mojokerto sebesar 692,15 km2 yang
terbagi menjadi 18 kecamatan, memberikan kesempatan kepada masing-masing
kecamatan untuk menghasilkan produk-produk unggulannya. Tidak terkecuali
Kecamatan Gedeg tepatnya di Desa Batankrajan yang menghasilkan produk
unggulan berupa perhiasan, hiasan rumah, patung, dll yang terbuat dari perak.
Bermula dari satu orang yang merintis pada tahun 70 an, sampai tercatat sejumlah
41 orang pengrajin baru bermunculan di Desa Batankrajan. Namun, saat ini tersisa
hanya 11 orang pengrajin. Pemasaran dari produknya tidak hanya di wilayah
Mojokerto, tapi juga Bali dan ekspor ke Jerman.
Pemasaran yang luas memberikan keuntungan bagi pengrajin untuk
memperoleh omset yang besar. Menurut data yang dihimpun dari omset pengrajin
kerajinan perak Desa Batankrajan tahun 2012 menunjukkan bahwa rata-rata omset
pendapatan pengrajin cukup tinggi dari ratusan ribu sampai puluhan juta rupiah
setiap bulannya. Namun omset yang diperoleh pengrajin dalam satu tahun belum
ada yang mencapai 4,8 miliar. Atas dasar omset tersebut, menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 berpotensi untuk menyumbang penerimaan
pajak penghasilan bersifat final di KPP Pratama Mojokerto.
Namun dari data tahun 2016, penerimaan pajak penghasilan final di KPP
Pratama Mojokerto hanya sebesar Rp 20.247.728.007. Jumlah tersebut berasal
3
dari semua jenis penghasilan yang dikenai pajak penghasilan final dan tidak
sebanding dengan peningkatan jumlah UMKM di Mojokerto. Disnakertrans Kota
Mojokerto juga mengungkapkan bahwa masih banyak pelaku UMKM sukses
yang beranggapan jika kelompok usaha mereka bebas dari berbagai kewajiban
(Satujurnal, 2014)1.
Dalam penelitian yang dilakukan Kurniawan (2004) dalam Syahdan dan
Rani (2014) ditemukan berbagai masalah dalam pembayaran pajak UMKM yaitu
rendahnya kesadaran masyarakat (taxpayers' awareness) untuk membayar pajak,
belum optimalnya pelaksanaan penyuluhan dan pelayanan di bidang perpajakan,
dan banyak potensi pajak yang belum tergali dan terealisasi secara optimal.
Penelitian Setyaningsih dan Ridwan (2014) mengungkapkan bahwa UMKM
belum memahami perpajakan secara umum serta tata cara perhitungannya.
Sehingga UMKM terbebani dengan berlakunya ketentuan PP No 46 Tahun 2013
dan cenderung melakukan negosiasi pajak.
Penelitian yang menjadi acuan adalah penelitian dari Kahfi (2016) yang
berjudul Implementasi Pajak PP No 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan
Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu (Studi Kasus Pajak UMKM Di Kabupaten Bantul). Fokus penelitian
yang dilakukan Kahfi (2016) adalah untuk mengetahui penerapan pajak
penghasilan final 1% untuk UMKM di Kabupaten Bantul. Penelitian yang
dilakukan saat ini menggunakan jenis penelitian yang berbeda dari penelitian
sebelumnya. Penelitian sebelumnya menggunakan jenis penelitian lapangan
1 Anonim, “2014, Disnakertrans Bakal Operasi UMKM” Satujurnal online,
(http://www.satujurnal.com/2013/12/2014-disnakertrans-bakal-operasi-umkm.html diakses pada
27 mei 2017)
http://www.satujurnal.com/2013/12/2014-disnakertrans-bakal-operasi-umkm.html
4
dengan metode penelitian pustaka (library research), sedangkan pada penelitian
ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Fokus
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi peraturan pemerintah
nomor 46 tahun 2013 secara nyata di sentra industri kerajinan perak Desa
Batankrajan Kecamatan Gedeg dan untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh
pengrajin perak selama implementasi peraturan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran
penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada sentra industri
kerajinan perak Desa Batankrajan kecamatan Gedeg. Oleh karena itu, peneliti
mengadakan penelitian dan menuangkan dalam bentuk judul,
“Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak
Penghasilan Atas Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu (Studi Kasus Pada Sentra Industri
Kerajinan Perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg Kabupaten
Mojokerto)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis merumusan masalah
yang akan diungkap dari penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
pada sentra industri kerajinan perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg?
5
2. Apakah kendala yang dihadapi oleh sentra industri kerajinan perak Desa
Batankrajan Kecamatan Gedeg dalam implementasi Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2013?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai yang telah dijelaskan dalam rumusan masalah di atas maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memberikan gambaran mengenai implementasi Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada sentra industri kerajinan perak
Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg.
2. Untuk memberikan gambaran mengenai kendala yang dihadapi oleh sentra
industri kerajinan perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg dalam
implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang antara
lain sebagai berikut :
1.4.1. Manfaat Teoristis
1. Bagi peneliti untuk dapat lebih memahami implementasi Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada sentra industri kerajinan perak
Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg beserta kendala yang dihadapi.
2. Memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
6
3. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis, penelitian ini
kedepannya dapat menjadi bahan rujukan.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Penelitian selanjutnya
Dapat menjadi salah satu rujukan dan bahan pertimbangan apabila
dikemudian hari ada penelitian yang sama dilakukan.
2. KPP Pratama Mojokerto
a. Memberikan informasi tentang implementasi Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada sentra industri
kerajinan perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg sehingga
dapat dijadikan bahan evaluasi atas peneran peraturan tersebut.
b. Sebagai bahan pertimbangan untuk KPP Pratama Mojokerto
dalam menerapkan strategi atau langkah dalam implementasi
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.
c. Penelitian ini juga diharapkan dapat meminimalisir kendala
yang dihadapi dalam implementasi Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2013.
1.5. Sistematika
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari penelitian skripsi ini sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan alasan peneliti melakukan penelitian terkait praktik
pemotongan pajak parkir mulai dari prosedur praktik pemotongan, kendala
7
selama prosedur pemotongan pajak, serta kebijakan yang dilakukan guna
meminimalisir potensi pajak yang hilang yang akan dijabarkan dalam 5
sub-bab diantaranya adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
2. BAB II TELAAH PUSTAKA
Bab terdiri ini dari sub-bab yang menjelaskan teori-teori terkait masalah
yang diangkat oleh peneliti untuk dijadikan pand7uan dalam menganalisa
permasalahan yang diteliti oleh peneliti serta penelitian-penelitian
sebelumnya yang relevan untuk referensi tambahan mengenai hasil temuan
penelitian yang diteliti oleh peneliti.
3. BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti
untuk meneliti masalah yang diangkat oleh peneliti. Pada bab ini terdiri
dari sub-bab jenis penelitian, sumber data dan teknik pengumpulan data,
serta teknik analisis data.
4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas terkait hasil dari penelitian dan menyajikan hasil
temuan lapangan yang di temukan oleh peneliti. Pada bab ini terdiri dari
sub-bab yang berkaitan dengan masalah yang diangkat oleh peneliti dalam
rumusan masalah.
5. BAB V PENUTUP
8
Bab ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian ini. Bab ini terdiri dari
sub-bab kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian
berikutnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pajak Pusat
Pada dasarnya pajak merupakan kewajiban yang harus dibayarkan oleh
masyarakat demi terciptanya suatu kelangsungan hidup yang lebih baik serta
untuk suatu pembiayaan negara dan pembagunan nasional. Maka pengertian pajak
adalah berupa sumbangan dari masyarakat untuk kas negara yang dipungut
berdasarkan suatu ketentuan perpajakan yang memang sudah diberlakukan oleh
negara dan dipaksakan secara langsung yang dapat digunakan untuk membiayai
pengeluaran negara demi mensejahterakan masyarakat. Adapun macam-macam
definisi tentang pajak menurut para ahli diantaranya :
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 Pasal 1 (1) Tahun
2007 tentang ketentuan cara perpajakan menyebutkan
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi ataupun badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”.
Pajak menurut Resmi (2014:2)” pajak adalah pembayaran yang dipungut
berdasarkan undang-undang yang tidak menunjukkan adanya kontraprestasi
antara individu dan pemerintah dan penggunaannya untuk belanja pemerintah dan
public investment”.
9
9
Berdasarkan teori diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan pengertian
pajak yaitu:
a. Bersifat wajib bagi orang pribadi ataupun badan berdasarkan peraturan
yang ditetapkan.
b. Hasil pajak digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana public
sehingga hasilnya tidak dapat secara langsung dirasakan oleh masyarakat .
Wajib pajak menurut UU No 28 tahun 2007 pasal 1 adalah orang pribadi
atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang
memiliki hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan perpajakan.
Kewajiban wajib pajak:
1. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif.
2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan
tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi pengusaha
Kena Pajak.
3. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam
bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
mata uang Rupiah, serta menandatangani dan menyampaikan ke kantor
10
10
Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan
atau tempa lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada
adanya surat ketetapan pajak.
7. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak baan, dan
melakukan pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
8. Memperlihatkan dan/ atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak;
9. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
dan/atau
11
11
10. Memberikan keterangan lain yang diperlukan apabila diperiksa
Hak-hak wajib pajak adalah :
1. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1(satu) Surat Pemberihatuan
Masa.
2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak dengan kriteria
tertentu
3. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain
kepada Direktur Jenderal Pajak.
4. Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak
yang belum melakukan tindakan pemeriksaan.
5. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
6. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:
a. Surat Ketetapan Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
7. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas Surat
Keputusan Keberatan.
12
12
8. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan
hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
9. Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa
bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak dalam
hal wajib pajak menyampaikan pembetulan SPT pajak penghasilan
sebelum tahun pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus
dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka
waktu 1 tahun setelah berlakunya UU No 28 tahun 2007.
Subjek pajak menurut pasal 2 ayat 1 UU Nomor 36 tahun 2008
dikelompokkan menjadi :
a. Subjek pajak orang pribadi
Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia maupun luar negeri.
b. Subjek pajak badan
Meliputi perseroan terbatas (PT), perseroan komanditer, perseroan lainnya,
BUMN, BUMD, firma, koperasi, dll.
c. Subjek pajak bentuk usaha tetap (BUT)
Bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang didirikan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha.
d. Subjek pajak warisan yang belum terbagi
13
13
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak
pengganti, menggantikan mereka yang berhak, yaitu ahli waris.
Objek pajak adalah barang, jasa, kegiatan yang dikenakan pajak. Objek pajak
penghasilan adalah penghasilan yang diterima baik dari dalam negeri maupun luar
negeri yang digunakan untuk konsumsi dan menambah kekayaan wajib pajak
dalam bentuk apapun. Penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:
a. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja;
b. Penghasilan dari pekerjaan bebas;
c. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
d. Penghasilan dari modal, baik berupa asset bergerak atau asset tak gerak;
e. Penghasilan lain-lain.
2.1.1.1. Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
Nomor pokok wajib pajak (NPWP) adalah tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak . Setiap wajib pajak hanya diberikan satu NPWP. Bagi wajib
pajak yang telah memenuhi syarat tertentu wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP. Syarat tertentu tersebut merupakan syarat subjektif dan
objektif yang harus dipenuhi. Syarat subjektif memiliki NPWP adalah warga
negara Indonesia (WNI). Sedangkan bagi WNA adalah berada di Indonesia
selama 183 hari dalam 12 bulan. Selanjutnya syarat objektif adalah syarat yang
berkenaan dengan penghasilan. Namun, tidak hanya berupa jumlah nominal
penghasilan tetapi juga jenis dan sifat usaha atau kegiatan wajib pajak yang
menimbulkan penghasilan.
14
14
Pendaftaran NPWP sangatlah mudah dan tidak dipungut biaya, wajib pajak hanya
mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan secara langsung atau melalui
pos ke kantor pelayanan pajak atau kantor penyuluhan dan pengamatan potensi
perpajakan (KP4) setempat dengan melampirkan:
a. Untuk wajib pajak orang pribadi, yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas berupa:
1) Fotokopi Kartu tanda penduduk bagi warga negara Indonesia;
2) Fotokopi paspor, fotokopi kartu izin tinggal terbatas (KITAS), atau
kartu izin tinggal tetap (KITAP) bagi warga negara asing.
3) Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari
instansi yang berwenang minimal lurah atau kepala desa.
b. Untuk wajib pajak badan berupa:
1) Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan
bagi wajib pajak badan dalam negeri, atau surat keterangan
penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap;
2) Fotokopi kartu nomor pokok wajib pajak salah satu pengurus, atau
fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari pejabat
pemerintah daerah sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa
dalam hal penanggungan jawab adalah warga negara asing;
3) Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh
instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan
usaha dari pejabat pemerintaj daerah sekurang-kurangnya lurah
atau kepala desa.
15
15
Lampiran tersebut diatur dalam PER nomor 20 tahun 2013 pasal 6(1).
Diperjelas dengan SE nomor 42 tahun 2013 bagian F (1) yaitu wajib pajak
yang memiliki peredaran bruto tertentu wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh nomor pokok wajib pajak (NPWP) bagi setiap tempat usaha di
Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat usaha Wajib
Pajak dan di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak. Dengan adanya aturan tersebut, wajib
pajak yang tidak memiliki NPWP tidak berkewajiban untuk membayar pajak
terutang, sanksi denda ataupun bunga, serta ketentuan pidana.
Wajib pajak yang tidak mau mendaftarkan diri memperoleh NPWP
namun, telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif dapat diberikan NPWP
secara paksa atau secara jabatan. Dalam UU KUP pasal 2(4) dijelaskan terhadap
wajib pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang tidak memenuhi kewajiban untuk
mendaftarkan diri dan/atau melaporkan usahanya dapat diterbitkan nomor pokok
wajib pajak dan/atau pengukuhan pengusaha kena pajak secara jabatan. Hal ini
dapat dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh
Direktorat Jenderal Pajak ternyata orang pribadi atau badan telah memenuhi
syarat untuk memperoleh nomor pokok wajib pajak.
Selain itu diperjelas dengan UU KUP pasal 2(4a) yang menjelaskan dalam
penerbitan nomor pokok wajib pajak dan/atau pengukuhan sebagai pengusaha
kena pajak secara jabatan harus memperhatikan saat terpenuhinya persyaratan
subjektif dan objektif dari wajib pajak yang bersangkutan. Selanjutnya terhadap
wajib pajak tersebut tidak dikecualikan dari pemenuhan kewajiban perpajakan
16
16
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5
tahun sebelum diterbitkan NPWP atau dikukuhkannya sebagai PKP. DJP Bukan
hanya memiliki kewenangan untuk menetapkan NPWP secara jabatan tetapi juga,
memiliki kewenangan untuk menagih kewajiban pajak sampai dengan 5 tahun ke
belakang yang seharusnya dibayarkan.
Wajib pajak yang memang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk
diberikan nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan menyebabkan kerugian negara
akan dikenakan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6
(enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar.
Setelah mendaftar untuk memiliki NPWP, Wajib pajak perlu mengetahui
sanksi pajak. Jenis-jenis sanksi pajak adalah:
1. Sanksi administrasi
a. Denda
Tabel 2.1
Sanksi administrasi berupa denda
No Pasal Masalah Sanksi
1. 7 ayat 1 SPT tidak disampaikan dalam jangka
waktu ditetapkan:
a. SPT Masa PPN b. SPT Masa lainnya c. SPT Tahunan PPh WP Badan d. SPT Tahunan PPh WP OP
Rp 500.000
Rp 100.000
Rp 1.000.000
Rp 100.000
2. 8 ayat 3 Pembetulan sendiri dan belum diselidik 150% dari
jumlah pajak
kurang bayar
3. 14 ayat
4
a. Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP, tidak membuat faktur pajak
b. Pengusaha dikukuhkan PKP, tapi
2% dari DPP
17
17
tidak mengisi faktur dengan
lengkap
c. PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai masa penerbitan faktur pajak
4. 14 ayat
5
PKP gagal berproduksi telah diberikan
pengembalian pajak masukan
2% dari DPP
b. Bunga Tabel 2.2
Sanksi administrasi berupa bunga
No Pasal Masalah Sanksi
1. 8 ayat 2 Pembetulan SPT Tahunan dalam 2
tahun
2% per bulan
dari jumlah
pajak kurang
bayar
2. 8 ayat
2a
Pembetulan SPT Masa dalam 2 tahun 2% per bulan
dari jumlah
pajak kurang
bayar
3. 9 ayat
2a
Keterlambatan pembayaran pajak masa 2% perbulan
dari jumlah
pajak terhutang
4. 9 ayat
2b
Keterlambatan pembayaran pajak
tahunan
2% perbulan
dari jumlah
pajak terhutang
5. 13 ayat
2
SKPKB karena pajak terutang kurang
atau tidak bayar dan penerbitan NPWP
dan pengukuhan PKP secara jabatan
2% perbulan
dari jumlah
pajak kurang
bayar,
maksimal 24
bulan.
2. Sanksi Pidana Ada 3 macam sanksi pidana yaitu denda pidana, kurungan, dan penjara.
2.1.2. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM), definisi UMKM adalah sebagai berikut
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
18
18
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Kriteria dari masing – masing UMKM tersebut adalah :
a. Usaha Mikro
Usaha dengan jumlah aset maksimal Rp. 50.000.000 dan jumlah omset
maksimal Rp 300.000.000.
b. Usaha Kecil
Usaha dengan aset lebih dari Rp 50.000.000-Rp 500.000.000 dan jumlah
omset lebih dari Rp 300.000.000-Rp 2.500.000.000.
c. Usaha Menengah
Usaha dengan aset lebih dari Rp 500.000.000-Rp 10.000.000.000 dan
jumlah omset lebih dari Rp 2.500.000.000-Rp 50.000.000.000.
2.1.3. Pajak Penghasilan
19
19
Pajak Penghasilan merupakan pajak atas semua kegiatan yang berpotensi
memperoleh pendapatan atau penghasilan dalam suatu tahun pajak. Siti Resmi
(2014:74) berpendapat bahwa “Pajak Penghasilan” adalah pajak yang dikenakan
kepada subjek pajak atas penghasilan yang diterima dalam satu tahun pajak.
2 cara pengenaan atas pajak penghasilan yaitu :
a. PPh tidak final
PPh tidak final merupakan pajak penghasilan yang tidak secara langsung
dikenakan pada saat diperoleh penghasilan tertentu.
Jenis-jenis penghasilan yang dikenakan PPh tidak final:
1. PPh 21
2. PPh 22 kecuali atas penyerahan migas oleh PT Pertamina
3. PPh 23
4. PPh 24
5. PPh 25
6. PPh 26
b. PPh final
PPh bersifat final merupakan pajak penghasilan yang secara langsung
dikenakan pada saat diperoleh atas tarif tertentu dan dasar pengenaan tertentu.
Jenis-jenis penghasilan yang dikenakan PPh final:
1. Penghasilan berupa bunga deposito/tabungan, Diskonto SBI dan jasa giro;
2. Penghasilan dari transaksi penjualan saham baik saham pendiri ataupun
bukan saham pendiri;
3. Penghasilan atas bunga/diskonto obligasi dan surat berharga negara;
20
20
4. Penghasilan dari hadiah undian;
5. Penghasilan dari persewaan tanah dan bangunan;
6. Penghasilan dari jasa konstruksi baik sebagai perencana konstruksi,
pelaksana konstruksi, dan pengawasan konstruksi;
7. Penghasilan atas pengalihan hak atas tanah/bangunan;
8. Penghasilan dari bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada
anggota wajib pajak orang pribadi;
9. Penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang
diperdagangkan di bursa;
10. Penghasilan atas dividen yang diterima wajib pajak orang pribadi dalam
negeri;
11. Penghasilan atas usaha wajib pajak yang memiliki peredaran bruto
tertentu.
Untuk memudahkan wajib pajak dalam melakukan perhitungan pajak
terutang, maka wajib pajak harus meyelenggarakan pembukuan/pencatatan.
Pembukuan adalah pencatatan secara teratur informasi keuangan yang meliputi
harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca dan laporan laba rugi setiap tahun pajak berakhir. Pencatatan adalah
pencatatan secara teratur peredaran bruto atau penghasilan bruto sebagai dasar
untuk menghitung jumlah pajak. Yang diwajibkan melakukan pembukuan
menurut UU nomor 28 tahun 2017 adalah:
1. Wajib pajak badan;
21
21
2. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan usaha /pekerjaan bebas, kecuali
wajib pajak orang pribadi yang peredaran brutonya kurang dari 4,8 miliar
dalam satu tahun.
Yang dikecualikan melakukan pembukuan yaitu :
1. WP OP yang melakukan kegiatan usaha /pekerjaan bebas yang diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma perhitungan
penghasilan neto;
2. WP OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Adapun yang wajib melakukan pencatatan:
1. WP OP yang melakukan usaha/pekerjaan bebas dan peredaran brutonya
kurang dari 4,8 miliar dalam satu tahun;
2. WP OP yang tidak melakukakn usaha/pekerjaan bebas.
Manfaat yang diperoleh ketika wajib pajak melakukan
pembukuan/pencatatan adalah mempermudah pengisian SPT, mempermudah
perhitungan pajak, dan untuk mengetahui posisi keuangan dari hasil
usaha/pekerjaan bebas.
Cara perhitungan untuk peredaran bruto tertentu:
1. Wajib pajak yang peredaran brutonya tidak melebih 4,8 miliar dalam satu
tahun dapat menggunakan:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
b. PER 17 Tahun 2015
22
22
2. Wajib pajak yang peredaran brutonya melebihi 4,8 miliar dalam satu tahun,
perhitungan pajaknya menggunakan pasal 17 undang-undang pajak
penghasilan.
2.1.4. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
2.1.4.1. Tinjauan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 mengatur ketentuan mengenai
pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib
pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Peraturan tersebut dibuat dengan
maksud dan tujuan tertentu, yaitu:
Maksud :
a. Untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan;
b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk tertib administrasi;
c. Memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk transparansi;
d. Memberikan kesempatan masyarakat untuk ikut berkontribusi dalam
penyelenggaraan negara.
Tujuan :
a. Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan
kewajibannya;
b. Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat;
c. Terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Ketentuan pengenaan pajak penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu juga dituangkan
dalam:
23
23
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.011/2013 tentang tata cara
penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan atas
penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto tertentu.
b. Surat Edaran Nomor 42/PJ/2013 tentang pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan dari usaha
yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto
tertentu.
2.1.4.2. Objek pajak, Wajib Pajak, Dan Bukan Wajib Pajak Berdasarkan PP
46 Tahun 2013
Pada pemotongan pajak, objek pajak merupakan dasar atau sumber yang
dikenakan pajak. Berdasarkan PP 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu pasal 2 ayat 1, yang termasuk objek Pajak
adalah penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai pajak penghasilan yang bersifat final.
Selanjutnya dalam pasal 2 ayat 2 dijelaskan, wajib pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu adalah wajib pajak yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Wajib pajak yang orang pribadi atau wajib pajak badan tidak termasuk
bentuk usaha tetap;
24
24
b. Menerima penghasilan dari usaha tidak termasuk penghasilan dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak
melebihi 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak.
Dalam pasal 2 ayat 3, tidak termasuk wajib pajak orang pribadi adalah
wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau
jasa yang dalam usahanya:
a. Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik
yang menetap maupun tidak menetap; dan
b. Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum
yang tidak diperuntukkan bagi usaha atau berjualan.
Selain itu dalam pasal 2 ayat 4, tidak termasuk wajib pajak badan adalah:
a. Wajib pajak badan yang belum beroperasi secara komersial; dan
b. Wajib pajak badan yang dalam jangka waktu 1 tahun setelah beroperasi
secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp
4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
2.1.4.3. Tarif, Pengenaan Pajak, Dasar Pengenaan Pajak
Tarif merupakan prosentase tertentu yang ditetapkan sesuai peraturan
untuk menghitung pajak. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2013 pasal 3 ayat 1, tarif pajak penghasilan yang bersifat final sebesar 1%.
Pengenaan pajak penghasilan dijelaskan dalam pasal 3 ayat 2, didasarkan
pada peredaran bruto dari usaha dalam 1 tahun pajak terakhir sebelum tahun pajak
yang bersangkutan.
25
25
Berdasarkan pasal 4 ayat 1 dan 2, dasar pengenaan pajak yang bersifat
final adalah jumlah peredaran bruto setiap bulan. Selanjutnya jumlah peredaran
bruto tersebut dikalikan dengan tarif pajak sebesar 1%.
2.1.4.4. Tata Cara Perhitungan, Pemotongan, dan Pelaporan Pajak
Tata cara perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.011/2013 tentang tata cara
penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan atas penghasilan dari
usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto
tertentu. Beberapa hal terkait dengan tata cara perhitungan, penyetoran, pelaporan
sebagai berikut:
1. Wajib pajak yang hanya menerima atau memperoleh penghasilan yang
dikenai PPh final sebagimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 46 tahun 2013, menghitung pajaknya dengan cara mengalikan tarif
1% dengan peredaran bruto setiap bulannya. Apabila wajib pajak selain
memperoleh PPh final 1% juga memperoleh penghasilan yang dikenai PPh
berdasarkan tarif umum PPh, atas penghasilan yang dikenai PPh
berdasarkan tarif umum.
2. Penyetoran pajak berdasarkan pasal 10 ayat 1, dijelaskan bahwa wajib
pajak menyetor pajak penghasilan terutang ke kantor pos atau bank yang
ditunjuk oleh menteri keuangan, dengan menggunakan SSP yang telah
Pajak Terutang = 1% x Jumlah peredaran bruto setiap bulan
26
26
mendapat validasi dengan nomor transaksi penerimaan negara (NTPN)
paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
3. Pelaporan pajak berdasarkan pasal 10 ayat 2, dilakukan dengan
menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) masa pajak penghasilan paling
lama 20 hari setelah masa pajak berakhir.
a. Wajib pajak yang telah menyetor pajak dianggap telah
menyampaikan SPT sesuai dengan tanggal validasi NTPN yang
tercantum di SSP. Hal ini diatur dalam pasal 10 ayat 3
b. Sesuai SE Nomor 42/PJ/2013 bagian F nomor 4, wajib pajak yang
menyetor pajak penghasilan yang bersifat final tetapi SSP tidak
mendapat validasi dengan NTPN, wajib menyampaikan SPT masa
PPh 4 ayat 2 ke KPP sesuai kegiatan usaha wajib pajak terdaftar
dengan mengisi baris pada angka 11 formulir SPT masa PPh pasal
4 ayat 2:
• Kolom uraian diisi dengan “penghasilan usaha WP yang
memiliki peredaran bruto tertentu”;
• Kolom KAP/KJS diisi dengan “411128/420”.
4. Atas penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat
final menurut ketentuan SE nomor 42 tahun 2013 dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan pada kelompok penghasilan
yang dikenai pajak final dan/atau bersifat final pada:
27
27
a. Lampiran III bagian A butir 14 (Penghasilan Lain yang Dikenakan
Pajak Final dan/atau Bersifat Final, Formulir 1770-III) bagi Wajib
Pajak orang pribadi;
b. Lampiran IV bagian A butir 16 dengan mengisi "Penghasilan
Usaha WP yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu" (Formulir
1771-1V) bagi Wajib Pajak badan.
2.1.4.5. Sistem Pemotongan PPh final atas Peredaran Bruto tertentu.
Resmi menjelaskan (2017:10) sistem pemungutan pajak terdiri dari 3 cara
yaitu : Official Assessment System, Self Assessment System, With holding System.
Namun dalam peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013 menerapkan sistem Self
Assessment System.
Sistem pemungutan ini memberikan wewenang bagi wajib pajak dalam
menghitung sendiri pajak terhutang sesuai dengan ketentuan yang diteratapkan
oleh Undang-undang. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan
memungut pajak sepenuhnya berada di tangan wajib pajak. wajib pajak dianggap
mampu memahami Undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan
mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya
membayar pajak. Oleh karena itu, wajib pajak diberi kepercayaan untuk.
a. Menghitung sendiri pajak yang terutang;
b. Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang;
c. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang;
d. Mempertanggung jawabkan pajak yang terutang.
28
28
2.2. Tinjauan Empiris
Penelitian ini terkait Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima
Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu Studi
Kasus Pada Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg
Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini dimulai dengan melihat dan menganalisis
implementasi PP 46 tahun 2013 di sentra industri kerajinan perak Desa
Batankrajan dan selanjutnya ditemukan kendala yang dihadapi dalam
implementasi peraturan tersebut. Penelitian ini melibatkan pihak pengrajin di
sentra industri kerajinan perak Desa Batankrajan selaku wajib pajak dan KPP
Pratama Mojokerto selaku fiskus. Pada penelitian terdahulu ditemukan bahwa
implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 masih belum
maksimal karena adanya beberapa kendala yaitu rendahnya kesadaran membayar
pajak, banyaknya UMKM yang belum mengetahui adanya PP 46 tahun 2013,
serta adanya rasa ketidakpercayaan UMKM kepada fiskus. Berikut ini adalah
beberapa penelitian terdahulu yang relevan serta berkaitan dengan penelitian ini.
29
29
Tabel 2.3.
Penelitian Terdahulu
No
Nama dan Tahun
Penelitian
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Syahdan dan Rani
(2014)
Dimensi Keadilan
Atas Pemberlakuan
PP No 46 Tahun 2013
dan Peningkatan
Kepatuhan Wajib
Pajak.
Untuk mengetahui
dimensi keadilan
atas pemberlakuan
PP no 46 tahun
2013 dan
peningkatan
kepatuhan pajak.
Kualitatif Resistensi pengenaan pajak 1 % dari
pemberlakuan PP No. 46 Tahun 2013 memang
sangat dirasakan, namun spirit untuk
membantu UKM agar pelaporannya lebih
transparan. Sehingga UKM merasa lebih
nyaman dalam memenuhi kewajiban
Perpajakannya sebagaimana turut serta dalam
peningkatan penerimaan negara.
2. Setyaningsih dan Persepsi Wajib Pajak Untuk mengetahui Kualitatif Partisipan UMKM belum memahami
30
30
Ridwan (2014) UMKM Terhadap
Kecenderungan
Negosiasi Kewajiban
Membayar Pajak
Terkait Peraturan
Pemerintah Nomor 46
Tahun 2013.
persepsi wajib
pajak UMKM
terhadap
kecenderungan
negosiasi
kewajiban
membayar pajak
terkait PP 46 tahun
2013.
perpajakan secara umum serta tata cara
perhitungan pajak. Sehingga partisipan merasa
terbebani dengan berlakunya ketentuan PP No
46 Tahun 2013 dan cenderung melakukan
negosiasi pajak. Selain itu, partisipan
melakukan kewajiban membayar pajak karena
merasa tidak ada pilihan lain kecuali harus
membayar dan kepercayaan partisipan terhadap
fiskus masih kurang.
3. Kahfi (2016) Implementasi Pajak
PP No.46 Tahun 2013
Tentang Pajak
Penghasilan Atas
Penghasilan Dari
Untuk mengetahui
implementasi PP
No.46 Tahun 2013
Tentang Pajak
Penghasilan Atas
Kualitatif • KPP Pratama Bantul dalam penerapan PPh
final 1% belum maksimal karena adanya
beberapa kendala: masih banyak UMKM
yang belum mengetahui PP 46 tahun 2013,
UMKM belum mengetahui omset secara
31
31
Usaha Yang Diterima
Atau Diperoleh Wajib
Pajak Yang Memiliki
Peredaran Bruto
Tertentu (Studi Kasus
Pajak UMKM Di
Kabupaten Bantul)
Penghasilan Dari
Usaha Yang
Diterima Atau
Diperoleh Wajib
Pajak Yang
Memiliki
Peredaran Bruto
Tertentu (Studi
Kasus Pajak
UMKM Di
Kabupaten Bantul)
detail, merasa sukar terhadap pengisian SSP
dan pelaporannya, dan adanya rasa
ketidakpercayaan terhadap fiskus.
32
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian memiliki peran yang sangat penting dalam suatu
Penelitian karena dapat mempengaruhi keefektifan dan keefisienan suatu
penelitian. Metode penelitian yang digunakan harus sesuai dengan objek
penelitian dan tujuan yang ingin dicapai peneliti. Prosedur pelaksanaan penelitian
harus berdasarkan dengan metode penelitian ilmiah agar hasil yang diperoleh
dapat dipertanggung jawabkan.
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualititatif.
Penelitian kualitatif ini akan membantu peneliti untuk memahami karakteristik
suatu kelompok pada situasi tertentu Sekaran (2014:103). Peneliti menggunakan
jenis penelitian ini dikarenakan pada penelitian ini data dikumpulkan dari latar
yang alami (Natural setting) sebagai sumber data langsung. Selain itu,
permasalahan yang akan dibahas tidak berkenaan dengan angka-angka seperti
pada penelitian eksperimen maupun kuantitatif, melainkan study secara mendalam
terhadap suatu fenomena dengan mendeskripsikan masalah secara terperinci dan
jelas berdasarkan data yang diperoleh sesuai dengan fokus penelitian.
Adapun masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah Implementasi
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada sentra industri kerajinan perak
Desa Batankrajan dengan tujuan untuk mengetahui implementasi Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada sentra industri kerajinan perak Desa
Batankrajan serta kendala yang dihadapi. Oleh karena itu, peneliti menggunakan
33
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus karena peneliti merasa dengan
menggunakan pendekatan ini, dapat memberikan gambaran untuk mengetahui
implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada sentra industri
kerajinan perak Desa Batankrajan.
3.2. Teknik Penentuan Informan
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sumber data
menggunakan Purposive Sampling dengan menentukan informan berdasarkan
pertimbangan tertentu (key informan). Purposive Sampling digunakan untuk
menentukan informan yang sesuai dengan topik penelitian, mampu memahami
dan menguasai kondisi yang sedang diteliti, memiliki data yang dibutuhkan, dan
bersedia memberikan informasi yang memadai. Key Informan dalam penelitian ini
adalah Pihak KPP Pratama Mojokerto yang sudah memahami Kondisi lapangan
mengenai implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 pada
UMKM di Kabupaten Mojokerto.
Menurut Morse (1998:73) dalam Ahmadi (2016:93) informan yang baik
memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
1. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang peneliti perlukan
2. Memiliki kemampuan untuk merefleksikan pertanyaan peneliti
3. Pandai dalam mengeluarkan gagasannya
4. Memiliki waktu untuk diwawancarai
5. Memiliki kemauan untuk berpertisipasi dalam studi
34
3.3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan keseluruhan ruang dimana fenomena terjadi.
Dalam penelitian ini lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah sentra
industri kerajinan perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg. Adapun pemilihan
lokasi penelitian tersebut didasarkan pada aspek kemudahan dalam mendapatkan
informasi dimana peneliti berdomisili di Kecamatan Gedeg tersebut. Selain itu
dipilihnya lokasi ini dikarenakan Sentra kerajinan perak ini memiliki jumlah
pengrajin yang cukup banyak dengan omset yang berkisar mulai dari ratusan ribu
hingga puluhan juta rupiah setiap bulannya. Tetapi, peneliti hanya mampu
mendapatkan informasi dari 7 orang pengrajin dikarenakan pengrajin lainnya
menolak untuk memberikan informasi dan juga tidak bisa ditemui.
Tabel 3.1
Nama dan omset pengrajin perak Desa Batankrajan
No Nama Pengrajin Omset per bulan
1. Bapak Agus Rp 40.000.000
2. Bapak Edo Rp 4.500.000 - 5.000.000
3. Bapak Felix Rp 4.800.000 - 5.000.000
4. Bapak Ade Rp 5.000.000
5. Bapak Zidan Rp 1.000.000
6. Bapak Aji Rp 2.000.000 - 3.000.000
7. Bapak Virsa Rp 800.000 - 1.000.000
3.3. Sumber Data
Secara umum sumber data terbagi menjadi 2 yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
35
Sumber data primer diperoleh dari hasil penelitian di lapangan melalui
wawancara langsung dan sebenarnya, dengan pihak-pihak yang
bersangkutan dalam kaitanya dengan penelitian ini.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh peneliti berasal dari Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2013, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
107/PMK.011/2013, Surat Edaran Nomor SE-42/PJ/2013, UU 20 tahun
2008, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013, data
diolah penerimaan PPh Final pasal 4 ayat 2 KPP Pratama Mojokerto, dan
dokumen-dokumen pendukung lainnya.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari sumber data menggunakan
dua teknik pengumpulan data, yaitu :
1. Wawancara tak terstruktur
Wawancara ini dilakukan secara bebas tanpa menggunakan pedoman yang
telah disusun namun hanya menggunakan garis besar pemasalahan
Sugiyono (2011:234). Wawancara ini digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi yang lebih jelas dan membuat informan merasa
nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
Namun dalam wawancara yang dilakukan ini, peneliti juga melakukan
wawancara mendalam untuk menangkap makna dari sesuatu yang tersirat
bukan hanya tersurat. Artinya peneliti tidak boleh begitu saja menerima
36
informasi dari informan begitu saja, tetapi juga harus memaknai setiap
ucapan-ucapan dari informan.
2. Observasi Terus Terang atau Tersamar.
Observasi terus terang atau tersamar menurut Sugiyono (2011:228) adalah
observasi yang dilakukan dengan cara peneliti menyatakan langsung
kepada informan bahwa sedang melakukan penelitian. Tetapi tidak
menutup kemungkinan peneliti juga akan melakukan penelitian tersamar
kepada informan guna mendapatkan informasi yang dianggap rahasia oleh
informan. Pada penelitian ini, peneliti melihat kondisi informan terlebih
dahulu. Jika informan terlihat merespon dengan baik peneliti langsung
menggunakan observasi terus terang. Namun jika kondisinya berbeda
maka, peneliti menggunakan observasi tersamar dengan cara menjadi
calon pembeli kerajinan perak yang akan diteliti untuk memahami kondisi
lapangan.
3. Dokumentasi
Dokumen yang digunakan dalam penelitian merupakan dokumen internal
dan Eksternal. Dokumen internal tersebut berupa data penerimaan PPh
Final pasal 4 ayat tahun 2013-2016 sedangkan dokumen eksternal berupa
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 107/PMK.011/2013, Surat Edaran Nomor SE-42/PJ/2013, UU 20
tahun 2008, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013.
3.6. Teknik Analisis Data
37
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data sebagai
berikut:
Analisa di lapangan menurut Model Miles and Huberman (1984) dalam
sugiyono (2011) ada tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penelitian, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. dari pengertian tersebut peneliti
menyimpulkan bahwa dalam mereduksi data dilakukan penelaahan
terhadap semua data yang diperoleh dari berbagai sumber dan metode
pengumpulan yang telah dijelaskan. Peneliti melakukan proses reduksi
data terhadap data yang dikumpulkan dengan memilih data pokok atau
data terinci. Dalam proses ini, data-data yang tidak relevan untuk
digunakan dalam penelitian juga dibuang atau diabaikan. Sehingga data-
data yang tersaji sesuai dengan fokus penelitian.
2. Penyajian Data
Setelah mereduksi data, tahap selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data dapat berupa uraian singkat, flowchart, bagan, dan
sejenisnya Sugiyono (2011:249). Dalam penelitian kualitatif ini, penyajian
data berbentuk teks naratif.
3. Penarikan Kesimpulan
38
Penarikan kesimpulan adalah tahap terakhir untuk menarik suatu
kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh sehingga menjawab rumusan
masalah. Pada penelitian ini, peneliti meninjau kembali hasil wawancara
dan dokumen-dokumen pendukungnya untuk menentukan kesimpulan
yang diuraikan dalam bentuk naratif.
3.7. Uji Kredibilitas Data
Menurut Sugiyono (2011:270), pengujian kredibilitas perlu dilakukan oleh
peneliti untuk mengukur tingkat kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas triangulasi. Uji kredibilitas ini
terdiri dari 3 macam yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi
waktu. Namun peneliti hanya menggunakan triangulasi sumber pada penelitian
ini.
1. Triangulasi Sumber
Sugiyono mengungkapkan (2011:274) bahwa triangulasi ini dilakukan
dengan mengecek data yang didapat oleh peneliti dari berbagai sumber. Dalam
penelitian ini, pengumpulan data dan pengujian data dilakukan ke KPP pratama
Mojokerto dan pengrajin perak selaku subjek pajak sesuai Peraturan Pemerintah
nomor 46 tahun 2013. Data dari sumber tersebut dideskripsikan, dikategorisasi
mana pandangan yang sama dan pandangan yang berbeda. Selanjutnya data
tersebut dianalisis oleh peneliti untuk menghasilkan suatu kesimpulan.
3.8. Tahapan Penelitian
39
Menurut Bogdan (1982) dalam Moleong (2009:127) terdapat 3 tahapan
penelitian kualitatif secara umum yaitu pra lapangan, kegiatan lapangan, dan
analisis intensif.
1. Tahap pra lapangan
Pada Tahapan ini meliputi rancangan penelitian, pemilihan objek yang
akan diteliti, serta mengurus perizinan ke KANWIL DJP JATIM 2 untuk
mendapatkan akses masuk di KPP Pratama Mojokerto. Setelah mendapatkan
perizinan, peneliti langsung mengurus perizinan tersebut di KPP Pratama
Mojokerto. Selanjutnya peneliti terlebih dahulu menilai situasi dan kondisi di
dalam KPP Pratama Mojokerto dan mulai menentukan informan yang cocok
untuk memberikan informasi yang memadai. Setelah itu, peneliti membuat janji
untuk wawancara dengan informan tersebut melalui bagian umum dan
kepegawaian.
Peneliti harus membuat garis besar pertanyaan wawancara untuk informan
agar pertanyaan yang ingin ditanyakan tidak meluas dan lengkap sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
Untuk pra lapangan di sentra industri kerajinan perak Desa Batankrajan
Kecamatan Gedeg, peneliti terlebih dahulu mendatangi rumah Kepala Desa
Batankrajan untuk mendapatkan izin penelitian dan akses masuk Desa
Batankrajan. Setelah itu peneliti langsung diarahkan untuk mendatangi rumah
pemilik A silver dikarenakan pemilik A silver merupakan pendiri dan penggagas
sentra industri kerajinan perak Desa Batankrajan. Peneliti meminta izin penelitian
di sentra industri tersebut dan sekaligus meminta bantuan untuk mempermudah
40
akses mendapatkan data dengan para pengrajin perak. Tidak hanya itu, peneliti
juga melakukan pra wawancara dengan pemilik A silver untuk mendapatkan
gambaran awal mengenai penerapan peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013
selama ini.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahap ini, peneliti diharuskan memahami objek yang diteliti dan
mempersiapkan diri untuk wawancara, baik dari persiapan mental dan alat-alat
tulis, recording, dan sebagainya yang membantu peneliti. Selanjutnya, peneliti
harus membangun hubungan yang baik dengan informan sehingga informan akan
merasa nyaman dan memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Selain
itu, peneliti juga harus merekam atau mencatat informasi yang didapatkan dari
informan tersebut.
3. Tahap analisis intensif
Pada tahap terakhir, peneliti harus menganalisis data yang telah didapatkan
dari observasi, wawancara, dan dokumen dengan menggunakan teknik analisis
data sesuai dengan penjelasan sebelumnya. Setelah itu, peneliti melakukan
interpretasi data untuk ditarik kesimpulan akhir atas permasalahan yang diteliti.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan
Desa Batankrajan terletak di Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto dan
telah lama dikenal sebagai daerah pusat kerajinan perhiasan perak yang ada di
Mojokerto. Kerajinan perak di Desa Batankrajan mulai Dirintis sejak tahun 1970
oleh Bapak Agus yang sebelumnya pernah belajar dan bekerja di Bali untuk
pembuatan kerajinan perak. Ketika pulang ke Desa Batankrajan, Bapak Agus
merasa prihatin dengan kondisi anak-anak muda (usia produktif) yang tidak
bekerja dan waktu itu pengangguran di Desa Batankrajan hampir mencapai 80%.
Setelah itu ia mencoba untuk membuka sendiri usaha kerajinan perak di Desa
Batankrajan dengan berbekal pengalamannya ketika di Bali. Namun, tidak
disangka ternyata usahanya sukses dan maju saat itu sehingga mampu menyerap
pegawai yang rata-rata masyarakat Desa Batankrajan sebanyak 32 orang.
Dengan kesuksesan yang diperoleh, ia kemudian berpikir untuk membuat
desanya sebagai sentra kerajinan perak dengan mendorong pegawai-pegawainya
yang telah mahir dan terampil dalam membuat kerajinan perak untuk membuat
sendiri usaha kerajinan perak. Dengan dorongan dan bimbingannya dalam
membuat kerajinan perak tersebut, akhirnya banyak bermunculan pengrajin perak
baru di Desa Batankrajan hingga mencapai sekitar 41 orang saat itu. Kini, sektor
usaha kerajinan perak telah mengalami banyak perkembangan kendati sempat
surut akibat beberapa masalah global dan peristiwa Bom Bali. Hingga saat ini
42
jumlah pengrajin perak yang terisisa berjumlah 11 orang. Pemasaran dari produk
yang dihasilkan oleh pengrajin dijual di wilayah Mojokerto, Bali, dan ekspor ke
Jerman. Pemasaran yang luas memberikan keuntungan bagi pengrajin untuk
memperoleh omset yang besar sehingga terdapat potensi yang besar terhadap
penerimaan pajak berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 (PPh
final atas peredaran bruto tertentu) di KPP Pratama Mojokerto.
4.1.2. KPP Pratama Mojokerto
KPP Pratama Mojokerto merupakan salah satu kantor administrasi pajak
di wilayah mojokerto. Beroperasinya KPP Pratama Mojokerto berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan nomor 55/PMK. 01/2007 bagian kedua adalah
dimulai tanggal 27 November 2007. Sektor penerimaan pajak di KPP Pratama
Mojokerto berasal dari PPh non migas, PPN, PPnBM, PBB sektor P3, dan pajak
lainnya. Selain itu, KPP Pratma Mojokerto juga memiliki wilayah yang cukup
besar yaitu Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Jombang
dengan penduduk yang relatif padat. Berikut rincian wilayah KKP Pratama
Mojokerto :
Tabel 4.1
Wilayah KPP Pratama Mojokerto
No Wilayah Kecamatan Desa/Kelurahan Luas Wilayah
1 Kab Mojokerto 18 304 692, 15 km2
2 Kota Mojokerto 2 18 16, 42 km2
3 Kab Jombang 20 306 1.159,5 km2
Sumber: Data BPS, 2014 yang diolah
43
4.2. Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak
penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak
yang memiliki peredaran bruto tertentu pasal 2 ayat 1, dijelaskan bahwa atas
penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu dikenakan pajak penghasilan bersifat final. Selanjutnya
pada ayat 2 ditegaskan bahwa wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu
yang dimaksud adalah wajib pajak yang memenuhi kriteria :
a. Wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan tidak termasuk bentuk
usaha tetap;
b. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak
melebihi Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah)
dalam 1 (satu) tahun pajak.
Pada pasal 2 ayat 3 dikatakan bahwa tidak termasuk wajib pajak orang pribadi
adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
dan/atau jasa dalam usahanya:
a. Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik
yang menetap maupun tidak menetap; dan
b. Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum
yang tidak diperuntukkan bagi usaha atau tempat berjualan.
Berdasarkan peraturan tersebut, pengrajin di sentra industri kerajinan
perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg sudah memenuhi kriteria pasal 2 ayat 2
44
karena omset pengrajin tidak ada yang melebihi 4,8 miliar dalam satu tahun. Akan
tetapi, tidak memenuhi kriteria berdasarkan pasal 2 ayat 3 karena kegiatan jual
beli dilakukan dirumah masing-masing pengrajin di Desa Batankrajan dan tidak
menggunakan sarana prasarana yang dapat dibongkar pasang ataupun
menggunakan sebagaian atau seluruh tempat kepentingan umum yang tidak
diperuntukkan sebagai tempat usaha. Oleh karena itu, pengrajin di sentra industri
kerajinan perak Desa Batankrajan seharusnya dikenakan pajak penghasilan
berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti menemukan
berbagai kondisi wajib pajak. Berikut dijelaskan dalam tabel dibawah:
Tabel 4.2
Data Pengrajin Perak Desa Desa Batankrajan
No Nama
Pengrajin
Omset
perbulan
Omset
pertahun
Pemasaran Keterangan
1. Bapak Agus 40 juta 480 juta • Mojokerto
• Bali
• Jerman
Membayar
pajak
2. Bapak Edo 4,5 – 5 juta 54 juta • Mojokerto
• Bali
Tidak
membayar
pajak
3. Bapak Felix 4,8 – 5 juta 57,6 juta • Mojokerto
• Bali
Membayar
pajak
4. Bapak Adi 5 juta 60 juta • Mojokerto
• Bali
Membayar
pajak
5. Bapak Zidan 1 juta 12 juta • Mojokerto Tidak membayar
pajak
6. Bapak Aji 2 – 3 juta 24 juta • Mojokerto
• Bali
Tidak
membayar
pajak
7. Bapak Vinsa 800 ribu 9,6 juta • Mojokerto Tidak membayar
pajak
45
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 7 pengrajin yang
membayarkan pajaknya hanya sejumlah 3 pengrajin dan sisanya belum
membayarkan pajaknya. Selain itu, tabel diatas semakin menjelaskan bahwa
semua pengrajin seharusnya membayar pajak karena telah memenuhi kriteria
Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013.
Pajak yang dibayar oleh pengrajin ini menggunakan sistem self assessment
yaitu dengan cara menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang ke KPP Pratama terdekat sesuai dengan tempat usaha. Hal ini juga
dibenarkan oleh pegawai KPP Pratama Mojokerto yaitu Bapak Candra.
“Perhitungannya self assessment. Jadi pihak wp menghitung sendiri atas
omset yang diterimanya. Nanti dikalikan 1% tadi”. (10 mei 2017: 13.00
WIB)
Sebelum melakukan perhitungan jumlah pajak, wajib pajak yang telah
memenuhi persyaratan harus mendaftarkan diri untuk memperoleh nomor pokok
wajib pajak (NPWP). Kewajiban memiliki NPWP ini diatur dalam SE nomor 42
tahun 2013 bagian F(1) yang menjelaskan bahwa wajib pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh nomor pokok
wajib pajak (NPWP) bagi setiap tempat usaha di kantor pelayanan pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat usaha wajib pajak dan di kantor pelayanan
pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib
pajak.
Pada praktik di lapangan, ditemukan bahwa hanya 3 dari 7 pengrajin yang
memiliki NPWP yaitu Bapak Agus, Bapak Felix, dan Bapak Adi. Sedangkan
pengrajin lainnya belum memiliki NPWP. Hal ini diketahui dari Bapak Zidan,
46
beliau mengaku bahwa belum ingin memiliki NPWP karena omsetnya masih kecil
dan menunggu omsetnya naik terlebih dahulu baru beliau mau membayarkan
pajaknya.
“Belum mbak. Mungkin kalau omset saya naik saya bikin”. (14 mei 2017:
11.00 WIB)
Bapak Vinsa juga mengaku tidak memiliki NPWP.
“Tidak punya”. (15 mei 2017: 17.02 WIB)
Setelah memiliki NPWP, wajib pajak diharuskan untuk membayarkan
pajak yang terutang. Dalam hal ini, wajib pajak berhak menghitung sendiri jumlah
pajak yang terutang dengan dasar pengenaan pajak yang digunakan adalah jumlah
peredaran bruto setiap bulan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa salah satu
pengrajin telah melakukan perhitungan pajak berdasarkan perkiraan omset dalam
satu bulan. Ini diakui oleh Bapak Agus, yang mengaku menghitung kewajiban
pajak menggunakan perkiraan omset.
“Iya itu berbeda-beda, ya itu nanti saya ngitungnya saya karang sendiri.
Saya itung aja sendiri. Gak papa saya bayar sekian-sekian. Pokoknya aku
satu tahun sekali di akhir tahun sekalian bayarnya jadi aku ngak ribet ngak
banyak-banyak kerja riwa riwi ke pajak”. (13 mei 2017: 12.30 WIB)
Mencoba menggali informasi lagi, pengrajin perak lainnya diketahui menghitung
kewajibannya berdasarkan omset yang diperoleh dalam satu bulan. Ini
diungkapkan oleh Bapak Felix, yang mengaku membayar 48-50 ribu setiap bulan
dengan omset 4,8-5 juta setiap bulannya.
“Iya benar. Sekitar 48 ribu-50 ribuan saya harus bayar setiap bulan”. (13
mei 2017: 14.45 WIB)
47
Tidak hanya Bapak Felix yang menghitung pajaknya berdasarkan omset yang
diterima perbulan, tetapi Bapak Adi juga mengaku bahwa mengitung jumlah
pajaknya berdasarkan omset perbulan karena jumlah pajak yang harus dibayar
tidak tinggi.
“Iya mbak, kan kenanya ngak tinggi. Daripada ribet kan ya. Ngitungnya
sudah dimudahkan kok kita yang buat ribet malahan”. (14 mei 2017: 09.45
WIB)
Untuk wajib pajak yang belum membayarkan pajak, mereka mengaku
bahwa tidak mengetahui cara menghitung pajak yang harus dibayarkannya. Ini
diakui oleh Bapak Edo.
“Tidak tahu, soalnya kan saya tidak bayar”. (13 mei 2017: 14.02 WIB)
Selain itu, peneliti mencoba mencari tahu apakah ada pemeriksaan atas omset
yang dilaporkan oleh pengrajin dan peneliti menemukan keadaan bahwa tidak
adanya pemeriksaan yang dilakukan oleh KPP Pratama Mojokerto. Hal ini
diungkapkan oleh Bapak Agus.
“Ngak mbak ngak sampek segitu. Kan kita UMKM gak perlu terlalu rinci
kan tau sendiri. Kecuali kalo perusahaan menengah keatas memang harus.
Ya kalau kita meskipun ngak bayar itu ada maap katanya begitu. Kan kita
kayak dibimbing biar bangkit maksudnya. Kan memang situasi kayak gini
itu agak susahlah.kadang-kadang UMKM itu bersaing sama luar negeri.
Mangkanya katanya disuruh bangkit itu begitu”. (13 mei 2017: 12.30
WIB)
Pernyataan diatas memang dibenarkan oleh Bapak Candra selaku pegawai KPP
Pratama Mojokerto yang menjelaskan bahwa tidak ada pemeriksaan terhadap
omset yang dilaporkan UMKM. Namun, KPP hanya mempertimbangkan besaran
omset yang dilaporkan UMKM.
48
“Pengecekan tidak dilakukan, namun KPP mempertimbangkan kiranya
omset yang dilaporkan realistis atau tidak nilainya. Jika tidak maka baru
dilakukan pemeriksaan”. (10 mei 2017: 13.00 WIB)
Setelah wajib pajak menghitung jumlah pajaknya, maka tahap selanjutnya
adalah pembayaran pajak. Bapak Candra selaku pegawai KPP Pratama Mojokerto
menyampaikan mekanisme pembayaran pajak yang harus dilakukan.
“Setelah wp menghitung sendiri jumlah kewajiban pajaknya, mereka harus
menyetorkan ke kas negara melalui bank persepsi atau kantor pos
menggunakan surat setoran pajak (SSP). Nanti akan dapat bukti bayar
pajak atau nomor transksasi penerimaan negara (NTPN) mbak. Setornya
paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Sedangkan pelaporan paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya. Selanjutnya tugas wp di akhir tahun,
ha