19
TUGAS ASSISTENSI KADASTER IMPLEMENTASI PERKABAN NO.3 TAHUN 1997 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PP NO. 24 TAHUN 1997 Anggota Kelompok : - Muhammad Irsyadi Firdaus (3512100015) - Joko Purnomo (3512100037) - Iva Nurwauziyah (3512100047) - Ramanda Aji Pradana (3512100048) - Awalina Lukmana Cita Resmi (3512100051) TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2013

Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

TUGAS

ASSISTENSI KADASTER

IMPLEMENTASI PERKABAN NO.3 TAHUN 1997 TENTANG

KETENTUAN PELAKSANAAN PP NO. 24 TAHUN 1997

Anggota Kelompok :

- Muhammad Irsyadi Firdaus (3512100015)

- Joko Purnomo (3512100037)

- Iva Nurwauziyah (3512100047)

- Ramanda Aji Pradana (3512100048)

- Awalina Lukmana Cita Resmi (3512100051)

TEKNIK GEOMATIKA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2013

Page 2: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

i

Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan

Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar,

serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “IMPLEMENTASI

PERKABAN NO.3 TAHUN 1997 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PP NO.24 TAHUN 1997”.

Makalah ini telah dibuat dengan study materi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak

untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh

karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh

karena itu kami mengharapkan saran serta kritik untuk perbaikan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Surabaya, Oktober 2013

Penulis

Page 3: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

ii

Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................................ ii

I. Skema Pelayanan Pendaftaran Tanah ............................................................................. 1

II. Program Percepatan Sertifikasi Tanah untuk Masyarakat Desa ..................................... 6

a. Sumber Data........................................................................................................ 6

b. Metode dan Peralatan yang digunakan .............................................................. 6

c. Sosialisasi kepada Masyarakat ............................................................................ 6

d. Teknik Pelaksanaannya ....................................................................................... 6

e. Sumber Data yang Terlibat .................................................................................. 8

III. Kelebihan/Keuntungan/Plus Minus/Kekurngan/Negatif Positif

Pelaksanaan Penyelengaraan Pendaftaran Tanah ........................................................ 9

a. Dari Sisi Lembaga BPN ......................................................................................... 9

b. Dari Sisi Masyarakat ............................................................................................ 9

IV. Hambatan yang dihadapi BPN Selaku Lembaga yang diberi Amanah untuk

Melaksanakan Pendaftaran Hak Atas Tanah ................................................................... 10

V. Faktor Penghambat Masyarakat sehingga Kurang Menyadari arti Penting dari

Sertifikat Tanah dan Cara untuk Mengatasi Permasalahan Tersebut ............................. 11

VI. Faktor Pendukung Pemahaman Masyarakat terhadap Pentingnya Sertifikasi Tanah

dan Cara Mengatasinya ................................................................................................... 14

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 15

Page 4: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

i

Page 5: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

1

Implementasi Perkaban No. 03 Tahun 1997

Tentang

Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24 Tahun 1997

I. SKEMA PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH

Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara

terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengolahan, pembukuan dan

penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,

mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat

tanda bukti haknya bagi tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah

susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Satu tujuan dari pendaftaran tanah, yaitu untuk menjamin kepastian hukum dan

perlindungan hukum. Maka untuk memenuhi tujuan tersebut, Kantor Pertanahan memberi

informasi kepada masyarakat yang tanahnya belum terdaftar agar segera mendaftarkan

tanahnya guna memperoleh kepastian hukum dan perlindungan hukum.

Pendaftaran Pertama Kali Konversi – Sistematik

Page 6: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

2

Penjelasan Alur Pendaftaran:

1. Penerimaa dan Pemeriksaan Dokumen

Pada tahap ini pemohon menyerahkan dokumen pendukung dan persyaratan kepada

Badan Pertanahan untuk dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pertanahan. Pemeriksaan

meliputi keterangan mengenai letak, batas, dan luas bidang tanah dan satuan rumah

susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan di atasnya.

2. Penerimaan Pembayaran Biaya Pengukuran Pemeriksaan Tanah dan Pendaftaraan Hak

tanah

Pemohon Daftar dan Bayar Pemohon Daftar ke BPN (Badan Pertanahan Nasional) dan

membayar administrasi yang telah ditentukan oleh pihak BPN. Kemudian Pemohon akan

memperoleh Kwitansi Bukti Permohonan (BP) dari pihak BPN. Jumlah biaya Sesuai PP

46/2002 dan SE Ka. BPN No.600-1900 tanggal 31 Juli 2003 (Diluar biaya pengukuran dan

pemetaan untuk Sporadik)

3. Pengukuran dan Pemeriksaan Tanah

a. Pembuatan peta dasar pendaftaran

Penyiapan peta dasar pendaftaran diperlukan, agar setiap bidang tanah yang

didaftar dijamin letaknya secara pasti, karena dapat di rekonstruksi dilapangan setiap saat.

Dengan adanya peta dasar pendaftaran tersebut bidang tanah yang didaftar dapat

diketahui letaknya dalam kaitannya dengan bidang-bidang tanah yang lain dalam suatu

wilayah, sehingga dapat dihindarkan terjadinya penerbitan sertifikat ganda atas satu

bidang tanah.

b. Penetapan batas bidang-bidang tanah

Dalam penetapan batas-batas bidang tanah pada pendaftaran tanah secara

sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik diupayakan penataan batas berdasarkan

kesepakatan para pihak yang berkepentingan. Setelah itupembatasan dilakukan dengan

peletakkan tanda-tanda batas disetiap sudut bidang tanah yang bersangkutan.

c. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran

Bidang-bidang tanah yang sudah ditetapkan batas-batasnya diukur dan selanjutnya

dipetakan dalam peta pendaftaran tanah. Jika dalam wilayah pendaftaran tanah secara

sporadik belum ada peta dasar pendaftaran, dapat digunakan peta lain sepanjang peta

tersebut memenuhi syarat untuk pembuatan peta dasar pendaftaran.

Jika dalam wilayah tersebut belum tersedia peta dasar pendaftaran maupun peta lainnya

pembuatan peta dasar pendaftaran dilakukan bersama dengan pengukuran dan pemetaan

bidang tanah yang bersangkutan.

Page 7: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

3

Pengukuran Pengukuran dilakukan dengan cara pemasangan patok dan peta

bidang pada tanah yang akan di sertipikatkan tersebut. Pemasangan Patok dan Peta

Bidang dilakukan oleh petugas BPN dan disaksikan oleh Tetangga samping kanan kiri muka

belakang tanah tersebut.

d. Pembuatan daftar tanah

Bidang atau bidang-bidang tanah yang sudah dipetakan atau dibukukan nomor

pendaftarannya pada peta pendaftaran, dibukukan dalam daftar tanah. Bentuk, isi, cara

pengisian, penyimpanan dan pemeliharaan diatur oleh menteri. Daftar tanah dimaksudkan

sebagai sumber informasi yang lengkap mengenai nomor bidang, lokasi dan penunjukan ke

nomor surat ukur bidang-bidang tanah yang ada di wilayah pendaftaran, baik sebagai hasil

pendaftaran untuk pertama kali maupun pemeliharaan kemudian.

e. Pembuatan surat ukur

Pada bidang tanah yang mempunyai hak milik, hak guna usaha, hak guna

bangunan, hak pakai, hak pengelolaan dan tanah wakaf yang sudah diukur serta di petakan

dalam peta pendaftaran, dibuat surat ukur untuk keperluan pendaftaran haknya. Untuk

wilayah pendaftaran sporadik yang belum ada di peta pendaftaran, surat ukur dibuat dari

hasil pengukuran. Bentuk, isi, cara pengisian, penyimpanan dan pemeliharaan surat ukur

ditetapkan oleh menteri.

4. Pengumuman

Pengumuman Dua hal yang harus diumumkan, yaitu: Di bidang fisik: menunjukkan ciri-ciri

obyek tanah tersebut. Di bidang yuridis: menunjukkan ciri-ciri subjek tanah tersebut.

Pengumuman diumumkan selama 60 hari di Kantor Desa/Kelurahan, Kantor Kecamatan,

Kantor Ajudikasi, Kantor Pertanahan dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu.

5. Pembukuan Hak dan Penerbitan Sertifikat

Apabila melewati waktu pengumuman tidak ada keberatan/gugatan dari pihak

dari manapun, maka pembukuan hak dapat dilakukan. Tahapan Pembukuan Hak

dilakukan oleh petugas BPN.

Pembukuan hak dilakukan berdasarkan alat bukti dan berita acara

pengesahan. Hak atas tanah, Hak pengelolaan, tanah wakaf dan hak milik atas satuan

rumah susun di daftar dengan membukukannya dalam buku tanah, yang memuat data

yuridis dan data fisik bidang tanah yang bersangkutan, dan sepanjang ada surat ukurnya

dicatat pula pada surat ukur tersebut. Pembukuan hak tersebut dilakukan berdasarkan alat

bukti dan acara pengesahan. Pembukuan hak dalam buku tanah serta pencatatannya pada

surat ukur merupakan bukti, bahwa hak yang bersangkutan beserta pemegang haknya dan

Page 8: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

4

bidang tanahnya yang diuraikan dalam surat ukur secara hukum telah didaftar menurut

Peraturan Pemerintah.

Setelah dilakukan pembukuan Hak atas tanah maka dilakukan penerbitan

sertifikat. sertifikat tanah merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat. Apabila suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah

atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik

dan secara nyata menguasai tanah tersebut, maka pihak lain yang merasa mempunyai

hak atas tanah tersebut tidak dapat lagi menuntut haknya apabila dalam waktu 5 tahun

sejak diterbitkannya sertifikat tersebut tidak mengajukan keberatan secara tertulis

kepada pemegang sertifikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun

tidak mengajukan gugatan pada pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan

sertifikat tersebut.

6. Penyerahan Sertifikat

Setelah semua alur diatas telah dilalui maka BPN akan menyerahkan Sertifikat

Hak Milik Tanah Kepada Pemohon apabila pemohon telah menyelesaikan semua biaya

administrasi. Lama waktu pengerjaan dari alur pertama hingga penyerahan sertifikat

adalah 90 hari per seratus bidang.

Persyaratan:

1. Surat Permohonan dan Surat kuasa, jika permohonannya dikuasakan.

2. Identitas diri pemohon dan atau kuasanya (fotocopy KTP dan KK yang masih berlaku

dan dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang).

3. Bukti tertulis yang membuktikan adanya hak yang bersangkutan, yaitu:

a. Surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan

Swapraja yang bersangkutan, atau

b. sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan PMA No. 9/1959, atau

c. surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik

sebelum ataupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban

untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua

kewajiban yang disebut didalamnya, atau

d. petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding Indonesia

sebelum berlakunya PP No. 10/1961, atau

e. akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi tanda

kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat sebelum

Page 9: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

5

berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak yang

dialihkan, atau

f. akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya

belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau

g. akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai

dilaksanakan PP No. 28/1977 dengan disertai alas hak yang diwakafkan,

atau

h. risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang

tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau

i. surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang

diambil oleh Pemerintah Daerah, atau

j. Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan

Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau

k. lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga

sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, VI dan VII Ketentuan-ketentuan

Konversi UUPA.

l. Surat-surat bukti kepemilikan lainnya yang terbit dan berlaku sebelum

berlakunya UUPA.

4. Surat Pernyataan Tdk Dalam Sengketa diketahui Kades/Lurah dan 2 Saksi dari tetua

adat / penduduk setempat.

5. Foto copy SPPT PBB tahun berjalan.

Biaya dan Waktu

1 Sesuai PP 46/2002 dan SE Ka. BPN No.600-1900 tanggal 31 Juli 2003 (Diluar biaya

pengukuran dan pemetaan untuk Sporadik)

2 Waktu: 90 hari/100 bidang.

3 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam.

Page 10: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

6

II. Program percepatan sertifikasi tanah untuk masyarakat desa.

“Efektifitas Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Secara Sertifikasi Massal Swadaya

(SMS) Terhadap Percepatan Persertifikatan Tanah” ( disadur dari Tesis Emy

Suryanti, SH Universitas Diponegoro, Semarang)

a. Sumber Data

1. Berkas – berkas riwayat tanah

2. Pengukuran

3. Peta Dasar

b. Metode dan peralatan yang digunakan

Metode dan peralatan yang digunakan yaitu:

1. Pengukuran menggunakan metode Terestris dan Fotogrametri atau

metode yang lain.

2. Alat yang digunakan menyesusaikan dengan metode yang digunakan.

c. Sosialisasi kepada masyarakat

Pelaksanaan penyuluhan dilakukan oleh Ketua Tim dan Staff teknis dihadiri

oleh aparatur kelurahan, petugas RT/RW, tokoh masyarakat dan masyarakat

umum (pemohon sertifikat). Adapun materi sosialisasi yang diberikan oleh Ketua

Tim dan Staff Teknis meliputi:

1. Maksud dan Tujuan dari Sertifikasi Massal Swadaya (SMS)

2. Kewajiban dan tanggung jawab dari Staff Teknis

3. Prosedur dalam Pendaftaran Sertifikasi Massal Swadaya (SMS)

4. Persyaratan Pemohon yang harus dipenuhi.

5. Surat – surat yang diserahkan dalam proses permohonan sertifikasi

Massal Swadaya (SMS)

6. Biaya

7. Waktu Penyelesaian sertifikasi Massal Swadaya (SMS)

d. Teknis pelaksanaannya

Tahapan pelaksanaan pendaftaran tanah secara SMS (sertifikasi Massal Swadaya)

meliputi

1. Pengumpulan Data Yudiris

Langkah pertama dalam pengumpulan data yudiris antara lain

• Menyiapkan rencana kerja

• Menyalin peta kelurahan gambar rincian bidang tanah dari peta

PBB

Page 11: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

7

• Mencocokan bidang – bidang tanah yang sudah bersertifikat dan

memperhitungkan jumlah bidang – bidang tanah yang belum

bersertifikat

• Mengelompokkan bidang – bidang tanah pada pembagian blok

• Pembagian tugas pada masing-masing satuan petugas untuk

melaksanakan pendaftaran

Pengumpulan data yudiris ini dilakukan oleh satuan petugas dibantu

dengan unit pengukuran swasta didampingi oleh masing-masing ketua RT

setempat hal ini diperlukan untuk memeriksa keberadaan bidang-bidang

tanah yang telah bersertifikat.

2. Pengumpulan Data Fisik

Pengumpulan data fisik pada dasarnya adalah pengukuran bidang bidang

tanah yang dilakukkan oleh satuan tugas pengukuran tanah dan

pemetaan adapun kegiatan dalam pengukuran tersebut terdiri dari:

• Penetapan bidang-bidang tanah

• Pengukuran dan Pemetaan

Setiap pengukuran bidang-bidang tanah harus dibuatkan gambar

ukur yang memuat data hasil ukuran batas bidang tanah yang

dapat digunakan untuk pengembalian batas bidang tanah yang

bersangkutan apabila diperlukan.

3. Pengolahan data dan Pemeriksaan oleh Panitia

Pengolahan dan pemeriksaan dilakukkan oleh staff administrasi. Jika hasil

pengukuran yang dilakukkan oleh petugas ukur kantor pertanahan telah

selesai dalam bentuk terbitnya surat ukur dan peta bidang tanah. Maka

oleh staff administrasi akan dilampirkan pada berkas hasil pengumpulan

data yudiris yang selanjutnya diserahkan pada panitia yang ada pada

kantor pertanahan.

4. Pengumuman Data Fisik dan Data Yuridis

Pada tahap ini data yang telah masuk dan telah disidangkan oleh panitia

dicatat dalam daftar isian dan dilakukan penilaian oleh staff administrasi

dari hasil penelitian tersebut. Dibuatkanlah daftar bidang-bidang tanah

yang terdapat dalam wilayah desa/kelurahan yang bersangkutan.

Selanjutnya staff administrasi dibuatkan konsep pengumuman untuk

Page 12: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

8

ditandangtangani oleh kepala kantor pertanahan yang disertai

pengantarnya.

5. Penerbitan Sertifikat

Pada tahap ini dilakukan pembukuan hak terlebih dahulu. Tahap

pembukuaan hak dilakukkan kegiatan kegiatan antara lain Pembuatan

buku tanah, surat ukur, daftar nama dan kartu nama, pembuatan peta

pendaftaran tanah atau peta kadaster.

6. Penyerahan Sertifikat

Terhadap sertifikat yang telah diterbitkan oleh kantor pertanahan

diserahkan kepada yang berhak dengan terlebih dahulu memberitahukan

kepada kepala desa/kelurahan yang bersangkutan tentang jadwal

penyerahan yang akan dilakukkan oleh staff kantor pertanahan.

7. Hasil Kegiatan

Setelah berakhirnya penyelenggaraan pendaftaran tanah secara

sistematik, ketua panitia ajudikasi menyerahkan hasil kegiatannya kepada

kepala kantor pertanahan, meliputi: Peta pendaftaran, daftar tanah, surat

ukur, buku tanah, daftar nama, sertifikat hak atas tanah yang belum

diserahkan kepada pemegang hak, daftar hak atas tanah, warkah-warkah,

daftar isian lainnya.

e. Sumber daya yang terlibat

Dalam program SMS (Sertifikasi Massal Swadaya) diperlukaan keterlibatan

dari masyarakat dan steakholder, yaitu

1. Badan Pertanahan Nasional (BPN)

2. Aparatur Desa, meliputi

• Kepala Desa

• Ketua RW

• Ketua RT

3. Masyarakat Desa

Page 13: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

9

III. Kelebihan/keuntungan/ plus minus/kekurangan/negatif positif pelaksanaan dan

penyelenggaraan Pendaftaran Tanah.

–Dari sisi Lembaga BPN

Positif:

1. Menjalankan prinsip “GOOD GOVERNANCE”

2. Meningkatkan prestasi Birokrat berbasis kinerja.

3. Mengurangi konflik sengketa pertanahan

4. Meningkatkan pendapatan APBD

5. Meningkatkan pendapatan dari Bea Meterai

6. Mendapat penilaian positif dari masyarakat

Negatif:

1. Program Nasional Sertifikasi Kepemilikan Hak Atas Tanah (PRONA), Sertifikasi

Tanah UKM masih sangat terbatas sehingga tidak dapat menjangkau kebutuhan

sertifikasi secara luas.

–Dari sisi masyarakat

Positif:

1. Sebagai bukti kepemilikan Hak Atas Tanah

2. Memberikan Kepastian dan Perlindungan hukum kepada pemegang Hak Atas Tanah

(Kepemilikan Kuat Secara Hukum)

3. Sertipikat Tanah dapat digunakan segagai jaminan/agunan kredit

4. Tanah bersertipikat mudah untuk dijual/dialihkan haknya

5. Meningkatkan Harga tanah, setelah disertipikatkan harga tanah meningkat antara

65%-135% dari sebelumnya. (Menurt hasil penelitian SMERU : 2002 di 9 Propinsi)

6. Masyarakat terhindar dari konflik sengketa tanah

7. Terciptanya produktivitas dan nilai tambah tanah untuk peningkatan kesejahteraan

masyarat serta terakselerasinya Visi dan Misi Program Pembangunan Ekonomi

Masyarakat

8. Melindungi masyarakat dari tengkulak atau rentenir

Negatif:

1. Tanah belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber permodalan dan

kesejahteraan bagi masyarakat.

2. Banyak konflik pertanahan terjadi pada tanah-tanah masyarkat yang belum

mendapatkan sertifikasi hak kepemilikannya.

Page 14: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

10

3. Keterbatasan biaya pada sebagian besar masyarakat menjadi kendala dalam

sertifikasi kepemilikan hak atas tanah oleh masyarakat.

4. Program Pembangunan Ekonomi Masyarakat mengalami kendala kelembagaan

dimana lembaga perbankan belum dapat berperan maksimal oleh karena sebagian

besar tanah masyarakat yang berada pada daerah sentra/cluster dan didesa-desa

pengembangan ekonomi banyak yang belum bersertifikat.

IV. Hambatan yang dihadapi oleh BPN selaku Lembaga yang diberi amanah untuk

melaksanakan Pendaftaran Hak Atas Tanah

Pelaksanaan pendaftaran tanah yang diharapkan selancar dan sebaik sesuai

dengan jiwa dan kehendak Peraturan Perundang-undangan, dimana di lapangan

dapat dijumpai beberapa faktor penghambat dimana faktor-faktor tersebut

adalah:

1. Aspek Teknis

a. Banyaknya volume pekerjaan

b. Adanya gangguan teknis dalam program komputer (seringkali error /

mengalami kemacetan) yang disebabkan oleh suplay arus listrik tidak

mencukupi ( voltase turun atau naik turun ) sehingga menghambat waktu

penyelesaian data.

c. Tenaga koreksi (kendali mutu) hasil pengukuran terbatas, karena struktural

hanya dilaksanakan oleh Kasubsi PPK dan Kasi Pengukuran dan Pendaftaran

Tanah.

d. Adanya kejadian salah penunjukan obyek / tanahnya.

e. Obyek / tanahnya sudah bersertifikat tetapi didaftarkan lagi (umumnya

karena sertifikat hilang atau pemecahan sertifikat).

f. Dalam menguraikan riwayat tanah, tidak berurutan, tidak

berkesinambungan.

g. Belum tersedianya titik control untuk pemetaan karena pengukuran harus

sesuai dengan peta harus mengadakan titik control orde 4, hal ini perlu biaya

yang banyak dan masyarakat tidak mampu.

2. Aspek Intern

a. Keterbatasan SDM yang ada pada Kantor Pertanahan perwakilan Kabupaten

Kepulaun Sula, baik tenaga administrasi maupun tenaga pengukuran.

Page 15: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

11

b. Keterbatasan sarana dan prasarana Seperti kendaraan operasional, gedung

kantor ( ruang tempat kerja dan ruang penyimpanan warkah ), komputer

peta pendaftaran dan lain-lain.

3. Aspek Ekstern

Masyarakat tidak mengerti bagaimana cara untuk mendaftarkan hak

kepemilikan atas tanah agar dapat mendapatkan sertifikat. Dan umumnya

masyarakat beranggapan bahwa proses pengurusan sertifikat selalu sulit,

berbelit-belit dan membutuhkan biaya yang mahal.

4. Aspek lain – lain

a. Kadang-kadang pekerjaan belum selesai honor petugas pelaksana sudah

diambil, sehingga kalau ada kekurangan persyaratan yang harus dilengkapi

pemohon, perangkat desa / kelurahan menjadi malas untuk segera

menindaklanjuti melengkapinya.

b. Adanya penambahan biaya yang telah ditentukan, yang dilakukan oleh

perangkat desa / kelurahan.

c. Pemohon / pendaftar bersifat masa bodoh karena merasa semua urusan

pendaftaran tanah sudah diserahkan kepada pihak perangkat desa.

V. Faktor penghambat Masyarakat Sehingga Kurang Menyadari Arti Penting Dari Sertifikat

Tanah Dan Cara Untuk Mengatasi Permasalahan Tersebut

Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap terhadaparti penting sertifikat tanah

disebabkan oleh faktor-faktor berikut yaitu:

1. Kurangnya sosialisasi secara optimal oleh pihak agraria kepada masyarakat umum.

Peran serta pihak Agraria yang kurang maksimal menyebabkan rendahnya

pengetahuan masyarakat akan peran penting dari kegunaan sertifikat tanah. Hal ini

dikarenakan oleh faktor aksesibitas yang sulit terjangkau oleh Badan Agraria. Selain itu

juga disebabkan oleh daerah / tempat masyarakat yang jauh dari kantor pertanahan.

2. Minimnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya

pendaftaran tanah secara sporadik.

Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia kerap kali

menimbulkan sengketa pertanahan. Hal ini tidak hanya bagi masyarakat Indonesia

yang berpendidikan rendah namun meliputi pula mereka yang berpendidikan cukup.

Dalam hal masyarakat dengan pendidikan yang terbatas, biasanya di desa-desa,

sebagian besar masyarakatnya pada awalnya bahkan hingga sekarang tidak memiliki

akta atas tanah mereka atau dengan kata lain tanah mereka belum terdaftar.

Page 16: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

12

Sebagian lainnya yang tanahnya sudah terdaftar-pun biasanya karena terdapat

pendaftaran sistematik yang dilakukan oleh pemerintah sebagai program pemerintah

daerah pada umumnya.

3. Minimnya tanggung jawab pemerintah.

Hal ini terkait dengan system publikasi yang dianut oleh Indonesia, yaitu system

publikasi negative yang diatur dalam pasal 19 UUPA dan aturan pelaksanaannya PP

10/1961 tentang Pendaftaran Tanah dicabut oleh PP 24/1997, yang pada dasarnya

sertifikat hanya sebagai salah satu tanda bukti hak atas tanah, sebagai tanda bukti

yang kuat, tapi tidak mutlak. Hal ini dapat berimplikasi negara tidak bertanggung

jawab sepenuhnya terhadap data yang disajikan, konsekwensinya sertifikat tidak

menjamin kepastian hukum. Alasan pemberlakuan sistem negatif (tidak murni) oleh

karena pelaksanaan sistim positif membutuhkan banyak waktu, tenaga dan biaya,

sedangkan dengan sistim negatif penyelenggaraan dapat dilaksanakan dalam waktu

yang lebih singkat. Masalah yang kedua ini tidak hanya berlaku atau timbul dalam hal

pendaftaran tanah secara sporsdik, namun juga pendaftaran tanah yang lainnya.

4. Prosedur pelayanan pendataran tanah rumit dan berbelit-belit.

Birokrasi Badan Pertanahan Nasional sering kali membuat “ketentuan-

ketentuan” yang menyimpangi peraturan sehingga menyulitkan masyarakat yang

ingin mendaftarkan tanahnya.

5. Tidak ada kepastian waktu mengenai lamanya prosedur pendaftaran tersebut.

Ketidakpastian jangka waktu untuk pelaksanaan prosedur pendaftaran tanah yang

disebabkan oleh adanya prosedur pelayanan yang rumit dan berbelit-belit.

6. Adanya Penyimpangan biaya pendaftaran tanah.

Masih menjamurnya praktik KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dikalanagna

pejabat, tidak terkecuali pejabat di Badan Pertanahan Nasional, membuat biaya

pendaftran tanah merupakan suatu proses yang mahal. Dengan biaya yang harus

dikeluarkan oleh si pendaftar berkali kali lipat biaya yang semestinya dibayarkan oleh

pendaftar. Sehingga masyarakat kurang menyadari pentingnya pembuatan sertifikat

oleh BPN.

7. Tidak tahu dimana tempat mengurusnya.

Cara mengantisipasi permasalahan di atas yaitu:

1. Kurangnya sosialisasi secara optimal oleh pihak agraria kepada masyarakat umum dapat

diantisipasi dengan meningkatkan peran serta pihak Agraria dengan mengadakan

sosialisasi dan penyuluhan secara maksimal kepada masyarakat umum. Dalam hal ini juga

Page 17: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

13

diperlukan metode sosialisasi yang lain selain melalui penyuluhan secara tatap muka

melalui media massa misalnya.

2. Minimnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendaftaran

tanah secara sporadik dapat diantisipasi dengan diadakannnya sosialisasi mengenai

pentingnya pendaftaran tanah. Sosialisasi ini dapat melalui media massa televisi karena

sebagian besar masyarakat indonesia lebih memahami sesuatu melalui visual dibanding

melalui tulisan ataupun tatap muka. Apabila ada penyuluhan tatap muka hendaknya

sampai ke satuan terkecil desa yaitu RT/RW.

3. Minimnya tanggung jawab pemerintah dapat diantisipasi dengan didirikannya lembaga

kontrol yang bertugas mengawasi jalannya pendaftaran tanah sehingga pemerintah yang

melaksanakan tugas tersebut tidak melenceng dan tidak sewenang-wenang. Selain itu,

dikeluarkannya peraturan serta hukuman yang tegas terhadap pihak pemerintah / badan

yang tugas agar tidak sewenang- wenang terhapat tugasnya.

4. Prosedur pelayanan pendaftaran tanah rumit dan berbelit-belit dapat diantisipasi dengan

cara perbaikan ketentuan-ketentuan yang ada oleh Badan Partanahan Nasional, sehingga

dapat menguntungkan masyarakat dapat an tidak menyulitkan masyarakat untuk

melakukan pendaftaran tanah.

5. Tidak ada kepastian waktu mengenai lamanya prosedur pendaftaran tanah. Hal ini

menyebabkan kurangnya pemahaman masyarakat akan arti penting sertifikat tanah.

6. Seharusnya disediakan program LARASITA disemua tempat. Program LARASITA (Layanan

Rakyat Untuk Sertifikasi Tanah) yang dilengkapi jaringan internet dan database sebagai

penunjang operasional lapangan bertujuan untuk membantu masyarakat yang berdomisili

jauh dari kantor BPN agar lebih mudah mengurus dokumen kepemilikan tanah. LARASITA

(Layanan Rakyat Untuk Sertifikasi Tanah), sebuah program khusus Badan Pertanahan

Nasional (BPN), yang akan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 16

Desember di Candi Prambanan, Jawa Tengah, menunjuk Dessy Ratnasari sebagai duta

Larasita. Larasita yang dilengkapi dengan mobil Larasita yang dilengkapi instrumen TI

berupa komputer yang dilengkapi jaringan internet dan database sebagai penunjang

operasional lapangan bertujuan untuk membantu. BPN adalah salah satu peserta e-

Government Award 2008 yang mewakili kategori Lembaga Pemerintah Non-Departemen.

Selain LARASITA, BPN juga telah meluncurkan program percepatan pengurusan surat-

surat tanah yang terdiri atas 14 jenis pengurusan. Bersamaan dengan layanan mobil

keliling, BPN juga akan meluncurkan PPAT Online, yaitu layanan bagi PPAT untuk

melakukan pengurusan surat-surat tanah dan pemantauan proses pengurusan berkas-

berkas pendaftaran kepemilikan tanah. Dengan LARASITA, masyarakat tidak perlu repot

Page 18: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

14

datang ke kantor BPN. Juga, tidak perlu menggunakan jasa calo. Sebab, mobil keliling ini

memiliki fungsi yang sama layaknya kantor BPN. Mulai dari pendaftaran hingga

penyerahan surat tanah dilakukan dengan sistem jemput bola. Mobil keliling ini

tersambung secara online dengan kantor BPN di kota tersebut, dan database antarunit

kantor akan tersambung juga, sehingga masyarakat yang tinggal di luar kota tidak perlu

kembali ke kota asalnya untuk mengurus surat-surat tanah.

VI. Faktor Pendukung Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya sertifikasi tanah dan

cara meningkatkannya

Faktor pendukung pemahaman masyarakat terhadap pentingnya sertifikasi tanah yaitu,

1. Semakin sempitnya lahan yang dapat didirikan sebagai bangunan rumah, pertokoan

dan lainnya menyebabkan masyarakat mempunyai inisiatif untuk mendaftarkan

tanahnya agar mendapat sertifikat tanah, karena mereka menganggap sertifikat itu

penting sekali supaya nantinya tanah tersebut seutuhnya menjadi hak milik mereka,

karena sertifikat tanah sudah menjadi bukti otentik dari kepemilikan sebidang tanah

oleh masyarakat tersebut.

2. Ditemukannya kenyataan dimana penduduk selalu bertambah sedangkan

persediaan tanah untuk pemukiman dan tempat semakin sempit. Hal ini

mengakibatkan semakin terbukanya kesadaran masyarakat mensertifikatkan hak

atas tanahnya untuk menjamin keamanan dan kepastian hukum.

3. Pendapatan : yaitu penghasilan pemilik tanah yang diperoleh dari pekerjaannya

selama sebulan rata-rata. Secara tegas pendapatan tidak memperlihatkan hal

yang mempengaruhi pengetahuan hukum tanah seseorang, tetapi adakalanya

pendapatan yang tinggi memberi kesempatan untuk banyak belajar dari

masyarakat maupun aparat.

4. Luas tanah yang dimiliki : yaitu perbedaan luas tanah yang dimiliki kemungkinan

dapat pula menimbulkan perbedaaan terhadap pengetahuan, terutama adanya

kecenderungan untuk mengamankan harta kekayaan berupa tanah milik dengan

mensertifikatkan tentang pensertifikatan tanah. Hal ini juga mendukung

seseorang untuk mendalami lebih lanjut tentang pentingnya aspek hukum tanah.

Namun demikian hal ini bukan merupakan jaminan mutlak karena tingkat

kekhawatiran tentang keamanan harta benda bagi setiap orang tidak sama.

Adanya faktor pendukung tersebut merukan hal yang baik. Cara meningkatkan

faktor pendukung tersebut yaitu dari segi pendidikan, jika tingkat pendidikan

masyarakat tinggi maka pemahaman masyarakat akan hukum tanah akan meningkat

pula. Dari segi pemerintah, pemerintah harus lebih menggencarkan tentang sosialisasi

pentingnya sertifikasi tanah.

Page 19: Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997

15

DAFTAR PUSTAKA

Wemben , Norma L.P. Kinerja Pelayanan Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten

Gorontalo. Jurnal Legalitas VoL 3 No.2.

Sriyono. 2006. Peran Kantor Pertanahan Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah Garapan Di

Kabupaten Karanganyar. Universitas Diponegoro: Semarang.

Suryanti, Emy. 2005. Effektifitas Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Secara Swadaya Massal

Terhadap Percepatan Pensertifikatan Tanah Di Desa Sidomulyo Kecamatan Jekulo

Kabupaten Kudus. Universitas Diponegoro: Semarang.

Hanifah , Mardalena. 2012. Manfaat Pentingnya Pendaftaran Tanah Bagi Masyarakat. Universitas

Riau: Riau.

Djafaruddin, Tawallani. 2013. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Di Kecamatan Taliabu

Utara Kebupaten Kepulauan Sula. Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah