204
IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL ( BPJS ) KETENAGAKERJAAN DI KOTA TANGERANG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh HABIBULLAH NIM 6661102116 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, Juli 2016

IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

  • Upload
    doquynh

  • View
    232

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA

JAMINAN SOSIAL ( BPJS ) KETENAGAKERJAAN

DI KOTA TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

HABIBULLAH

NIM 6661102116

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, Juli 2016

Page 2: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

ABSTRAK

Habibullah. 6661102116. Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I, Kandung Sapto Nugroho, M.Si., Pembimbing 2, Julianes Cadith, S.Sos., M.Si.

Latar belakang penelitian ini adalah perbedaam pelayanan dan fasilitas yang masih diterima oleh beberapa orang dari peserta BPJS Ketenagakerjaan yang ada di Kota Tangerang, juga kurangnya sosialisasi yang diterima oleh tenagakerja mengenai program, fungsi dan tujuan dari program BPJS Ketenagakerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang. Teori yang digunakan adalah teori Mazmanian dan Paul Sabatier dengan indikator mudah tidaknya masalah tersebut dikendalikan dengan beberapa sub indikatornya dukungan teori dan teknologi, keragaman perilaku dan kelompok sasaran dan tingkat perubahan yang dikendalikan; kemampuan kebijakan untuk menstruktur proses implementasi dengan sub indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber dana, ketepatan hirarki antar lembaga pelaksana dan perekrutan pejabat pelaksana; dan variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi dengan sub indikatornya kondisi sosio, ekonomi dan teknologi, dukungan publik, sikap dan sumber daya dari konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi dan komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana. Teknik pengumpulan data yang digunakan diantaranya melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini diperoleh Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang Dari semua hasil wawancara dengan informan yang peneliti temui, maka peneliti menyimpulkan bahwa implementasi program BPJS Ketenagakerjaan masih belum berjalan dengan baik, karena beberapa faktor variabel yang menunjukkan belum maksimalnya dukungan di lapangan.

Kata Kunci : Implementasi, Program, BPJS Ketenagakerjaan.

Page 3: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

ABSTRACT

Habibullah. 6661102116. Implementation of BPJS Employment Program In Tangerang city. Public Administration Department, Social and Political Sciences Faculty, Sultan Ageng Tirtayasa University. 1st Advisor, Kandung Sapto Nugroho, M.Si., 2nd Advisor, Julianes Cadith, S.Sos., M.Si.

The background of this research are services and facilities different which is accepted by some participants of BPJS Employment in Tangerang city, also lack of socialization received by labor regarding the program, the function and the purpose of BPJS Employment program. The purpose of this research was to determine the implementation of BPJS Employment Program in Tangerang city. The theory used are Mazmanian and Paul Sabatier theory by the indicator whether the problems are easy or not to controlled by several sub indicators theory and technology, behavior variety and group target and the rate of change which is controlled; the ability of policy to structure the implementation process with sub indicators clarity and consistency purpose, the used of causal theory, the accuracy of fund allocation, the accuracy of the hierarchy between institution implementer and the recruitment of functionary implementer;, and the variable beyond the policy that influence the Implementation process by the sub indicators socioal condition, economic and technology, public support, attitude and resource from constituents, the support of higher functionary and commitand leadership qualities of functionary implementer. Data collection techniques used include observation, interviews, and documentation. From the results of this research obtained Implementation of BPJS Employment Program in Tangerang City from all the interview result with the informants. So, researcher concluded that the implementation of BPJS Employment Program still has not running well, because some variable factors that indicate support in the filed has not maximal yet.

Keywords : Implementation, Program, BPJS Employment Program.

Page 4: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

Alhamdulillahi Robbil’alamin . . .

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK :

Kedua Orangtua Tercinta Ayahanda H. Ir. Murtadho Salim dan Ibunda

Hj. Eli Salamah, S.PdI,

Kakak – Kakak Tersayang, Ridha Musthafa Almurtadza, S.E

dan (Alm) Fitri Ramadhana, A.Md. Keb

Saudara seiman dan seperjuangan, dan teman teman.

Page 5: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 6: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Hj. Eli Salamah
Typewritten Text
Juli
Hj. Eli Salamah
Typewritten Text
Page 7: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 8: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaannirrohiim

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan

kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, para sahabatnya dan

pengikutnya hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Program BPJS

Ketenagakerjaan di Kota Tangerang” ini penulis susun sebagai syarat dalam

menempuh mata kuliah skripsi dan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

(S.Sos) pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Dengan segala keterbatasan, penulisan skripsi ini tersusun atas bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun materiil.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, pengarahan serta

kerendahan hati. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini terutama kepada :

i

Page 9: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Iman Mukhroman, M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Ibu Listyaningsih, S.Sos,. Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Bapak Riswanda, P.hD., Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si pembimbing I penulis.

Terima kasih telah meluangkan waktu, pikiran, nasihat, arahan, dan

bimbingan Bapak yang sangat bermanfaat bagi penulis. Semoga selalu

dalam keadaan sehat dan lindungan Allah SWT.

9. Bapak Julianus Cadith, S.Sos, M.Si., pembimbing II penulis. Terima kasih

telah meluangkan waktu, pikiran, nasihat, arahan, dan bimbingan Bapak

yang sangat bermanfaat bagi penulis. Semoga selalu dalam keadaan sehat

dan lindungan Allah SWT.

ii

Page 10: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

10. Ibu Ima Maesaroh, S.AG, M.SI sebagai dosen pembimbing akademik yang

senantiasa memberikan motivasi, bimbingan dan arahan kepada peneliti

selama menjalani perkuliahan.

11. Semua Dosen Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis

dengan ilmu pengetahuan yang tak terhingga selama perkuliahan.

12. Bapak Efa Zuryadi, Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor

BPJS Ketenagakerjaan Cikokol, dan semua yang telah membantu penulis

dalam proses wawancara.

13. Bapak Achmad Faisal Santoso, Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah

Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kebon Besar Batu Ceper, dan semua yang

telah membantu penulis dalam proses wawancara.

14. Pihak Rumah Sakit Awal Bros sebagai salah satu rumah sakit yang

bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan

15. Mas Harri Widiarsa, dari Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan

Provinsi Banten.

16. Bapak Amri Luzarfi, S.E., Kepala Seksi Pengupahan dan Jamsostek Dinas

Tenaga Kerja Kota Tangerang.

17. Untuk Ayahanda H. Ir. Murtadho Salim dan Mamah Hj. Eli Salamah,

S.PdI., tercinta yang selalu memberikan dukungan moril dan materil, serta

doa yang tak pernah terputus, senantiasa memberi semangat dan kasih

sayang yang tak terukur nilainya. Terima kasih banyak dan mohon maaf

iii

Page 11: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

apabila selama ini penulis belum bisa menjadi anak yang terbaik untuk

kalian dan belum bisa membalas kebaikan kalian selama ini. Juga untuk

kakak-kakak Ridha Mushthafa Al Murtadza, S.E dan (Alm) Fithri

Ramadhan, A.Md. Keb yang selama hidupnya memberikan semangat dan

saudara tercinta, yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi

untuk penulis.

18. Untuk sahabat-sahabat “BEGLEITER” tercinta Andri Wijaya. S.Sos,

Abdul Yusuf, S.Sos, Hesti Risma Piani, S.Sos, Aat Qodrat, Ingga Andika

Putra, Amalia Anjani dan Desyanita yang selalu memberikan motivasi dan

canda tawa yang tak terlupakan sampai kapanpun.

19. Untuk kawan-kawan Jurusan Administrasi Negara FISIP UNTIRTA Non

Reguler angkatan 2010.

20. Teman – teman Big Family JAKAMPUS PERSIJA Jakarta dan

JAKAMPUS UNTIRTA #WeAreFamily yang memberikan dorongan

semangat dan motivasi untuk dapat menyelesaikan pendidikan kuliah ini.

21. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh

dari kata sempurna, hal ini tidak lepas dari keterbatasan kemampuan dan ilmu

pengetahuan yang penulis miliki. Segala saran dan kritik yang bersifat

membangun penulis harapkan dengan senang hati, sehingga dapat bermanfaat dan

berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan datang.

iv

Page 12: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

Akhir kata, kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT. Semoga penulisan

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Tangerang, Juni 2016

Habibullah

v

Page 13: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

ABSTRACT

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 13

1.3 Pembatasan Masalah 14

1.4 Rumusan Masalah 14

1.5 Tujuan Penelitian 14

1.6 Manfaat Penelitian 14

1

Page 14: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka 16

2.1.1 Kebijakan Publik 16

2.1.2 Tahapan Kebijakan Publik 19

2.1.3 Implementasi Kebijakan Publik 22

2.2 Model Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik 26

2.3 Pengertian BPJS 37

2.3.1 BPJS Ketenagakerjaan 38

2.3.2 Fungsi BPJS Ketenagakerjaan 39

2.3.3 Wewenang BPJS Ketenagakerjaan 39

2.4 Penelitian Terdahulu 44

2.5 Kerangka Pemikiran Penelitian 47

2.6 Asumsi Dasar 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian 53

3.2 Instrumen Penelitian 53

3.3 Teknik Pengumpulan Data 56

3.4 Informan Penelitian 60

3.5 Teknik Analisis Data 62

3.6 Teknik Keabsahan Data 64

3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian 66

2

Page 15: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 67

4.1.1 Profil Kota Tangerang 69

4.1.2 Profil BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang 72

4.1.3 Profil Rumah Sakit Awal Bros Kota Tangerang 73

4.2 Deskripsi Data 74

4.3 Pembahasan 111 4.3.1 Pembahasan Hasil Penelitian 111

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan120

5.2 Saran 123

DAFTAR PUSTAKA xvii

LAMPIRAN

3

Page 16: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 6

Tabel 1.2 6

Tabel 1.3 8

Tabel 2.1 22

Tabel 2.2 24

Tabel 2.3 28

Tabel 2.4 31

Tabel 2.5 49

Tabel 3.1 55

Tabel 3.2 58

Tabel 3.3 60

Tabel 3.4 64

Tabel 4.1 73

Tabel 4.2 88

Tabel 4.3 106

1

Page 17: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penelitian

Lampiran 2 Member check

Lampiran 3 Matriks Hasil Wawancara

Lampiran 4 Peraturan Perundang-undangan

Lampiran 5 Daftar Bimbingan Skripsi

Lampiran 6 Riwayat Hidup

1

Page 18: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan aspek penting dari Hak Asasi Manusia, sebagaimana

disebutkan dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa pada

tanggal 10 November 1948 yang menyatakan bahwa setiap hidup orang berhak atas

taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan

keluarganya. Berdasarkan Undang-Undang No. 3 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, khususnya paragraf 5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-02/MEN/1979 tentang Pemeriksaan

Kesehatan Tenaga Kerja. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja meliputi: pemeriksaan

kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan

khusus.

Kemudian Pasal 86 ayat 1. Setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk

memperoleh perlindungan atas (a). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Sebagai Hak

Asasi Manusia, maka kesehatan adalah hak yang melekat pada seseorang karena

kelahirannya sebagai manusia, bukan karena pemberian seseorang, dan oleh sebab itu

tentu saja tidak dapat dicabut dan dilanggar oleh siapapun. Sehat itu sendiri tidak

1

Page 19: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

2

hanya sekedar bebas dari penyakit, tetapi adalah kondisi sejahtera dari badan, jiwa,

dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara ekonomis,

sehingga kesehatan menjadi salah satu ukuran selain tingkat pendidikan dan ekonomi,

yang menentukan mutu dari sumber daya manusia itu sendiri.

Kesehatan merupakan keadaan sehat seseorang baik jasmani maupun rohani,

sedangkan keselamatan kerja adalah keadaan dimana para pekerja terjamin

keselamatan pada saat bekerja, baik di dalam menggunakan mesin, alat kerja, proses

pengolahan tempat kerja dan lingkungan yang juga terjamin dan juga merupakan

dasar diakuinya derajat kemanusiaan. Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak

sederajat secara kondisional dan seseorang tidak akan mampu memperoleh hak- hak

lainnya. Hal tersebut ditegaskan dalam Undang – undang No. 23 Tahun 1992 Pasal 1

Poin 1 tentang Kesehatan, yang menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial dan ekonomi.

Hak atas kesehatan ini bermakna bahwa pemerintah harus menciptakan

kondisi yang memungkinkan setiap individu untuk hidup sehat, dan ini berarti

pemerintah harus menyediakan sarana pemenuhan hak atas kesehatan yang memadai

dan terjangkau untuk semua. Dalam upaya pemenuhan hak atas kesehatan sebagai

hak asasi manusia, maka pemerintah yang mempunyai tugas dan kewenangan untuk

Page 20: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

3

mensejahterakan warga negara mempunyai kewajiban untuk menghormati,

melindungi, dan memenuhi hak-hak tersebut.

Aspek kesehatan ini harus dijadikan pertimbangan penting dalam setiap

kebijakan pembangunan. Salah satu bentuk implementasinya adalah kewajiban

pemerintah untuk menyediakan anggaran memadai untuk pembangunan kesehatan

yang melibatkan masyarakat luas. Pada dasarnya kesehatan dan keselamatan kerja

bagi para pegawai, buruh atau tenaga kerja lainnya sangat dibutuhkan karena

merupakan sebuah jaminan tersendiri bagi mereka jika nantinya terjadi risiko di

dalam pekerjaan yang dilakukannya. Para pekerja seperti buruh dan pegawai industri

kecil biasanya hanya bekerja mendapatkan upah atau gaji yang minim, tapi terkadang

tidak sesuai dengan risiko kecelakaan dan penyakit yang mungkin sangat bahaya

akibatnya.

Maka sesuai dengan norma hak asasi manusia, negara berkewajiban untuk

menghornati, melindungi dan memenuhi hak-hak asasi kesehatan tersebut. Kewajiban

menghormati hak-hak asasi itu, antara lain dilakukan dengan cara menciptakan

persamaan akses pemenuhan hak atas kesehatan, tindakan yang dapat menurunkan

status kesehatan masyarakat, melakukan langkah yang dapat menjamin perlindungan

kesehatan masyarakat, dan membuat kebijakan kesehatan, serta menyediakan

anggaran dan jasa pelayanan kesehatan yang layak dan memadai untuk seluruh

masyarakat. Di era globalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan

Page 21: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

4

Kerja ( K3 ) tidak lain adalah untuk menekan serendah mungkin risiko kecelakaan

kerja dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan

produktivitas dan efisiensi.

Risiko kecelakaan kerja tersebut yang seringkali membuat pekerjanya mau

tidak mau untuk berobat dan dirawat dirumah sakit, dan memerlukan biaya yang tidak

sedikit, belum lagi dari pihak rumah sakit yang biasanya sering mempersulit karena

masalah tidak adanya dana dari calon pasien, masalah dana inilah yang menghambat

pekerja mendapat perawatan atau bahkan dari pihak rumah sakit yang menolak

menerima pasien dengan alasan kamar sudah penuh hingga proses registrasi yang

berbelit apabila tidak mampu untuk membayar registrasi tersebut, mulai dari surat

keterangan tidak mampu, surat pengantar dari RT, RW dan sebagainya.

Maka dibuatlah sebuah asuransi kesehatan jamsostek yang pada tanggal 1

Januari 2014 dilebur namanya menjadi BPJS. Berdasarkan Undang – Undang Nomor

24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, maka Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial merupakan sebuah lembaga hukum nirlaba untuk

perlindungan sosial dalam menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan

hidup yang layak sekaligus dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

sosial di Indonesia. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) Ketenagakerjaan

menyelenggarakan program jaminan kecelekaan kerja, jaminan pensiun, jaminan hari

Page 22: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

5

tua, dan jaminan kematian bagi seluruh pekerja Indonesia termasuk orang asing yang

bekerja di Indonesia paling singkat dalam kurun waktu 6 ( enam ) bulan di Indonesia.

Dengan adanya program BPJS Ketenagakerjaan dari pemerintah, maka para

pekerja tidak perlu pusing lagi apabila dirinya mengalami kecelakaan kerja dalam

menjalankan pekerjaannya, karena setiap risiko yang dialaminya nanti akan

mendapatkan asuransi dari pihak perusahaan dengan memangkas beberapa persen

dari gajinya umtuk membayar asuransi keselamatan dan kesehatan kerja atas nama

dirinya sendiri dan juga untuk meringankan beban pengeluaran pribadi dari korban

apabila risiko yang diterima di luar dari pekerjaannya sehingga korban tidak perlu

pusing lagi memikirkan biaya pengobatan.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) Ketenagakerjaan Kota

Tangerang terbagi dalam 5 cabang yang tersebar di daerah Cikokol, Cimone,

Serpong, Citra Raya, dan Kebon Besar ini tidak hanya berkoordinasi dengan rumah

sakit terkait yang bekerjasama, melainkan juga melakukan koordinasi komunikasi

dengan perusahaan yang ada di Kota Tangerang, dengan kriteria tertentu. Hal ini

dilakukan agar tidak adanya kesalahpahaman diantara keduanya apabila terjadi

kecelakaan. Berdasarkan tabel 1.1 dapat di lihat jumlah kecelakaan yang terdaftar di

kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan Tangerang II Cimone bahwa pada tahun 2014

dari bulan Januari hingga per tanggal 11 Desember masih banyak terjadi kecelakaan

kerja khususnya pada bulan Mei yang jumlah kecelakaannya mencapai 142 kasus,

Page 23: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

6

sedangkan bulan November mengalami penurunan jumlah kecelakaan kerja yang

hanya berjumlah 2 kasus. Untuk lebih jelasnya bisa di lihat tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Data Kecelakaan KerjaBulan Kecelakaan tenaga kerjaJanuari 102Februari 127Maret 121April 115Mei 142Juni 98Juli 59

Agustus 64September 38Oktober 23

November 2Desember 0

Jumlah sementara 889(sumber: BPJS Ketenagakerjaan Kantor Tangerang II Cimone, 11 Desember 2014)

Sedangkan dari data peserta aktif di Kantor cabang Untuk wilayah kantor

cabang II Cimone Kota Tangerang, bisa di lihat pada tabel 1.2 berikut dibawah ini :

Tabel 1.2 Data Peserta BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang I Cikokol dan II Cimone Kota Tangerang

bulan Januari – November 2014

BulanCabang I Cabang II

Aktif Peserta aktif Peserta tidak aktifJanuari 5.450 618 418

Feberuari 1.150 290 29Maret 6.701 183 99April 9.139 397 50Mei 10.311 215 26Juni 8.529 260 51Juli 6.428 133 29

Agustus 5.658 85 4September 6.970 1372 26Oktober 9.129 387 1

Page 24: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

7

November 10.665 285 0Total sampai bulan

November 2014 80.130 4255 733

(sumber: BPJS Ketenagakerjaan Kantor II Cimone Kota Tangerang)

Dari tabel 1.2 di atas dapat terlihat bahwa jumlah tenaga kerja yang terdaftar

aktif di kantor cabang II Kota Tangerang total adalah sebanyak 4.225 pekerja dari

bulan Januari sampai dengan bulan November 2014 dan peserta non aktif sebanyak

733. Jika melihat jumlah daftar peserta aktif dengan kantor cabang Cikokol, jumlah

peserta baru yang jumlahnya meningkat sangat pesat pada bulan tertentu seperti bulan

Mei ( 10.311 ) dan November ( 10.665 ) karena banyaknya banyaknya permintaan

pasar yang membuat beberapa pabrik untuk membuka lowongan pekerjaan.

Menurut pemaparan dari Bapak Eva selaku Kepala Pemasaran Peserta

Penerima Upah BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang, Jumlah peserta non-aktif

yang mencapai ratusan ini pada tahun 2014 dapat juga dilihat pada tabel 1.2 didasari

oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah karyawannya yang tidak diperpanjang

kontrak kerja oleh perusahaan sehingga tidak melanjutkan kepesertaan, perusahaan

yang berpindah lokasi operasional yang mendorong perusahaan tersebut untuk

memindah kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan di kantor cabang lain yang dekat

dengan perusahaan. Jumlah tenaga kerja yang tercatat pada tahun 2012 dalam Badan

Pusat Statistik Kota Tangerang berdasarkan golongan umur adalah sebagai berikut:

Page 25: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

8

Tabel 1.3 Jumlah Tenaga Kerja di Kota Tangerang tahun 2012

Golongan umur Buruh/karyawan15-19 38.38720-24 98.42325-29 110.11030-34 133.22835-39 74.98240-44 72.55145-49 40.905

50 – 54 31.395≥55 26.857

Jumlah (thn 2012 ) 626.8382011 538.995

(Sumber: BPS Kota Tangerang, Sakernas – Agustus 2012)

Berdasarkan tabel 1.3 di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah angka

tenaga kerja pada tahun 2012 yang tergolong dalam jenis kelompok umur pada umur

30 – 34 memiliki jumlah angka tenaga kerja yang paling banyak yaitu 133.228 dan

total keseluruhan meningkat sebanyak 87.843 dari tahun 2011 yang tercatat sebanyak

538.995. Dari informasi yang didapat, uang jaminan sosial tenaga kerja tersebut tidak

bisa langsung di klaim begitu saja bagi para peserta yang baru mendaftarkan dirinya,

mereka setidaknya baru bisa mengklaim jaminannya setelah jangka waktu 5 tahun

terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan, berbeda dengan peserta yang sebelumnya telah

terdaftar atau mendaftarkan diri di Jamsostek, sehingga mereka hanya harus

Page 26: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

9

melakukan registrasi ulang pendataan dan bisa langsung mengambil uang jaminan

sosial mereka ketika membutuhkan.

Program BPJS Ketenagakerjaan yang diberikan oleh pemerintah pun bukan

tanpa masalah, pada observasi awal yang peneliti lakukan, peneliti menemukan

beberapa masalah yang terdapat dalam program BPJS Ketenagakerjaan ini,

diantaranya sebagai berikut :

Pertama, perbedaan fasilitas dan pelayanan antar Rumah Sakit di kategori

kelas yang sama dalam penanganan kasus kecelakaan ketenagakerjaan. Perbedaan

fasilitas dan pelayanan antar rumah sakit yang dimaksud dalam hal ini adalah dari

semisal 2 rumah sakit dengan 2 kelas yang sama, namun fasilitas yang diterima

berbeda, kemudian dari pasien yang menggunakan asuransi BPJS Ketenagakerjaan

dengan yang menggunakan biaya regular dengan menggunakan uang sendiri. Bukan

hal umum lagi bahwa pasien dengan menggunakan asuransi pemerintah lebih sering

terpinggirkan pelayanannya. Perbedaan fasilitas antar rumah sakit disini yang peneliti

temui diantaranya adalah seperti AC di ruangan rawat inap yang tidak berfungsi

maksimal, tombol darurat untuk pasien yang berada di ranjangnya juga pun tidak

dapat difungsikan setiap saat, kemudian untuk fasilitas tambahan untuk keluarga

menunggu atau menjenguk pasien seperti kursi, bantal atau selimut. Untuk

pelayanannya sendiri yang peneliti temui di lapangan ketika observasi, biasanya

perawat atau suster memilih milih untuk memberikan pelayanan maksimal kepada

Page 27: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

10

pasien, contohnya seperti pasien yang menggunakan BPJS Ketenagakerjaan yang

biasa dan yang menggunakan uang pelicin untuk minta dicarikan kamar untuk pasien,

karena biasanya juga rumah sakit selalu memberi alasan bahwa kamar sedang penuh.

Hal seperti ini sempat terjadi di sebuah Rumah Sakit Awal Bross Tangerang yang

berlokasi di jl. Mh. Thamrin no. 3 Kebon Nanas Cikokol Kota Tangerang oleh

pengguna asuransi BPJS Ketenagakerjaan yang peneliti mintai keterangan

mengungkapkan bahwa dirinya pernah beberapa kali menggunakan fasilitas dari

program tersebut namun mendapatkan fasilitas dan pelayanan yang seadanya dari

pihak rumah sakit dan pegawainya (suster atau perawat) yang bertugas disana

(wawancara singkat di RS Awal Bros dengan Ihsan Kurnia sebagai salah satu

peserta BPJS Kesejahteraan). Secara keseluruhan, hampir semua rumah sakit dan

klinik yang bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan adalah dari pihak swasta,

sedangkan dari rumah sakit pemerintah sendiri seperti RSUD Kota Tangerang masih

belum bekerjasama dan belum menerima pasien BPJS Ketenagakerjaan sejak

bergulirnya program BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2014.

Permasalahan kedua, yang peneliti lihat dan temui adalah kurangnya

sosialisasi yang gencar dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan dan perusahaan yang

dituju, hal ini bukan tanpa alasan karena biasanya untuk melakukan sosialisasi, BPJS

Ketenagakerjaan dan perusahaan harus menyesuaikan waktu yang tepat untuk bisa

melaksanakan kegiatan sosialisasi, tidak serta merta langsung bisa mengadakan

Page 28: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

11

sosialisasi di tempat tersebut, BPJS Ketenagakerjaan tersebut harus mencocokkan

waktu dengan perusahaan yang akan diberi sosialisasi mengenai program BPJS

Ketenagakerjaan. Kondisi seperti ini yang membuat banyaknya tenagakerja kurang

pemahaman sehingga tidak mengetahui apa dan bagaimana cara klaim dengan benar.

Seperti seorang yang sedang mengantri di kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota

Tangerang II, pegawai tersebut mengungkapkan bahwa dirinya masih bingung

dengan bagaimana cara mengklaim asuransi tersebut, karena yang pegawai tersebut

tahu pihak perusahaan membagi gaji perbulannya untuk membayarkan asuransi

tersebut. Bagi karyawan sebelumnya yang sudah pernah menggunakan jasa asuransi

Jamsostek mungkin sudah mengetahui bagaimana teknis cara melakukan klaim

asuransinya, namun yang jadi permasalahan disini adalah karyawan atau pegawai

yang baru pertama kali mendaftarkan atau di daftarkan diri sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Hal tersebut juga peneliti temui ketika sedang hendak meminta data

di kantor BPJS ketenagakerjaan Kota Tangerang ada penelpon yang bertanya tentang

bagaimana cara mendaftarkan dirinya sendiri secara online, dan juga banyaknya

mention dari akun social media di twitter @BPJSKinfo yang kebanyakannya masih

meminta penjelasan singkat tentang bagaimana cara mendaftar, membayar asuransi

ataupun mengecek saldo asuransi mereka (pengamatan melalui akun twitter

@BPJSTKInfo dan dilapangan).

Page 29: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

12

Permasalahan ketiga, lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh pelaksana

program BPJS Ketenagakerjaan. Pengawasan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit

yang pernah peneliti temui, pihak rumah sakit hanya memberikan angket untuk

melihat seberapa banyak kepuasan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan

disana. Dewan pengawas yang dilakukan oleh BPJS Ketengakerjaan sendiri

berjumlah 7 orang yang diantaranya 2 orang unsur pemerintah, 2 orang unsur pekerja,

2 orang unsur pemberi kerja dan 1 orang tokoh masyarakat. Fungsi dari dewan

pengawasan tersebut adalah melakukan pengawasan atas kebijakan, melakukan

pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan memberi saran, nasihat dan

pertimbangan.

Page 30: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

13

Beberapa rekapitulasi data keluhan pasien BPJS Ketenagakerjaan Propinsi

Banten ( sumber : Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Propinsi Banten )

1. Syarat perusahaan untuk terdaftar BPJS Ketenagakerjaan ( misalkan

perusahaan tersebut tidak ada pegawai tetap ).

2. Kamar perawatan selalu dikatakan sudah penuh dan penanganan pasien

masih lambat.

3. Untuk melakukan tindakan operasi , pasien diharuskan mengantri minimal

1 bulan.

4. Terbatasnya loket pembuatan pada Kantor Perwakilan BPJS

Ketenagakerjaan untuk pendaftar mandiri dengan perusahaan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik untuk

mengetahui “Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Ketenagakerjaan di Kota Tangerang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah yang peneliti temukan dari latar belakang dan

penelitian awal ke lapangan adalah sebagai berikut :

1. Perbedaan fasilitas dan pelayanan Rumah Sakit dalam penanganan kasus

kecelakaan ketenagakerjaan.

Page 31: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

14

2. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan

mengenai cara ataupun proses klaim asuransi.

3. Lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota

Tangerang, Dinas Tenagakerja Kota Tangerang dan Rumah Sakit yang

bekerjasama.

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian dapat lebih terarah, maka penelitian akan dibatasi yakni

berfokus pada bagaimana implementasi yang dilakukan pada Program Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) Ketenagakerjaan di Kota Tangerang.

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang muncul adalah bagaimana Implementasi

Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) Ketenagakerjaan di Kota

Tangerang?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang penulis lakukan secara umum adalah untuk

mengetahui Implementasi program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS )

Ketenagaakerjaan di Kota Tangerang.

1.6 Manfaat Penelitian

Page 32: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

15

Penelitian yang diharapkan mampu memberikan manfaat kepada semua pihak,

terutama bagi yang mempunyai kepentingan langsung terhadap permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini. Adapun manfaat penelitian ini meliputi:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis terkait dengan kontribusi tertentu dalam penyelenggaraan

penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu pengetahuan dunia akademik.

1. Sumbangsih pemikiran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan terutama

pada konsep dan teori – teori kebijakan publik.

2. Memberikan pemahaman tentang Implementasi Program BPJS

Ketenagakerjaan di Kota Tangerang.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi praktis yang diberikan dalam

penyelenggaraan penelitian terhadap objek penelitian.

1. Memberikan informasi dan bahan pertimbangan dalam mengambil

keputusan dan evaluasi.

2. Bagi kalangan pelaksana kebijakan dan masyarakat umum, sebagai bahan

evaluasi Program BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang dan sebagai

bahan acuan serta dapat memperbaiki dalam program-program yang akan

datang.

Page 33: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah dasar berpijak dari sisi kajian teori dan kerangka

konseptual. Tinjauan pustaka dibuat dengan cukup lengkap agar seluruh bagian dari

karya ilmiah terdukung oleh konsep teoritis. Jadi dapat disimpulkan tinjauan pustaka

yaitu peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait serta membuktikan kesesuaian

dalam penelitian.

2.1.1 Kebijakan Publik

Dimensi paling inti dari suatu kebijakan publik adalah proses kebijakan. Di

sini kebijakan publik dilihat sebagai sebuah proses kegiatan atau sebagai satu

kesatuan sistem yang bergerak dari satu bagian ke bagian lain secara

berkesinambungan, saling menentukan dan saling membentuk. Kebijakan publik

merupakan hal yang sangat vital, karena menyangkut kepentingan warga masyarakat.

Sebelum di implementasikan, suatu kebijakan dapat juga mengalami kemunduran

karena gagal mencapai maksud dan tujuan.

16

Page 34: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

17

Menurut Agustino (2008:8) beberapa karakteristik utama dari kebijakan

publik adalah sebagai berikut:

1. Pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak;

2. Kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah;

3. Kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi atau menawarkan perumahan rakyat;

4. Kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif. Secara positif, kebijakan melibatkan beberapa tindakan pemerintah yang jelas dalam menangani suatu permasalahan; secara negatif, kebijakan publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun, padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan;

5. Kebijakan publik, paling tidak secara positif didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah.

Sedangkan menurut Hogwood dan Gunn dalam Suharto (2005:4) menyatakan

bahwa kebijakan publik adalah “seperangkat tindakan pemerintah yang didesain

untuk mencapai hasil-hasil tertentu”. Mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh

Hogwood dan Gunn, kebijakan publik mencakup beberapa hal yaitu:

1. Bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umum pernyataan-pernyataanyang ingin dicapai

2. Proposal tertentu yang mencerminkan keputusan-keputusan pemerintahyang dipilih

3. Kewenangan formal seperti undang-undang atau peraturan pemerintah4. Program, yakni seperangkat kegiatan yang mencakup rencana penggunaan

sumber daya lembaga dan strategi pencapaian tujuan5. Keluaran (output), yaitu apa yang nyata telah disediakan oleh pemerintah

Page 35: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

18

sebagai produk dari kegiatan tertentu.

Menurut Peter Bridgman dan Glyn Davis dalam bukunya yang berjudul The

Australian Policy Handbook2nd Edition (2000) adalah banyaknya definisi kebijakan

publik menjadikan kita sulit untuk menentukan secara tepat sebuah definisi kebijakan

publik. Oleh karenanya, untuk memudahkan pemahaman kita terhadap kebijakan

publik, kita dapat meninjaunya dari lima karakteristik kebijakan publik, yaitu:

1. Memiliki tujuan yang didesain untuk dicapai atau tujuan yang dipahami

2. Melibatkan keputusan beserta dengan kosekuensinya

3. Terstruktur dan tersusun menurut aturan tertentu

4. Pada hakikatnya adalah politis

5. Bersifat dinamis

Selain kelima karakteristik di atas, Bridgman dan Davis mengemukakan pula

bahwa Kebijakan Publik dapat ditinjau dari tiga dimensi yakni (1) as authoritative

choice; (2) as hypotesis; dan (3) as objective (Wicaksono 2006;65).

Kebijakan publik adalah jalan mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan.

Jika cita-cita bangsa Indonesia adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila ( Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi, dan

Keadilan ) dan UUD 1945 ( Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

hukum dan tidak semata-mata kekuasaan ), kebijakan publik adalah seluruh prasarana

Page 36: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

19

( jalan, jembatan, dan sebagainya ) dan sarana ( mobil, bahan bakar, dan sebagainya )

untuk mencapai “tempat tujuan” tersebut ( Nugroho, 2012;170-171 ).

Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik

adalah serangkaian yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh

pemerintah yang mempunyai tujuan atau orientasi pada tujuan tertentu demi

kepentingan seluruh masyarakat, dan selain itu juga dapat disimpulkan bahwa

kebijakan publik adalah sebuah atau suatu kebijakan yang dibuat oleh pemegang

kekuasaan publik dengan sejumlah rangkaian kegiatan yang diputuskan oleh

pemerintah yang terdiri dari berbagai tujuan dan kegiatan yang pada dasarnya

ditujukan kepada publik luas dengan tujuan tertentu, atau juga kesimpulan lainnya

adalah pola ketergantunagn yang kompleks dari pilihan – pilihan kolektif yang saling

bergantung, termasuk keputusan – keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh

badan ataupun kantor pemerintah.

2.1.2 Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena

melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu

beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi

proses - proses penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Menurut

Page 37: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

20

William Dunn sebagaimana dikutip dalam Winarno (2014:35) tahap-tahap kebijakan

publik adalah sebagai berikut:

Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

Evaluasi Kebijakan

Sumber : William Dunn dalam Winarno (2014:35)

1. Tahap Penyusunan Agenda

Para pejabat menempatkan masalah dalam agenda publik. Sebelumnya

masalah-masalah ini diseleksi berdasarkan prioritas untuk masuk kedalam

Page 38: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

21

agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah

penyelesaian suatu masalah berdasarkan prioritas yang sudah dirumuskan.

2. Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah-masalah yang telah masuk agenda kebijakan kemudian dibahas

oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk

kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah

tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy

alternatives/policy options) yang ada.

3. Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyaknya alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh perumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut

diadopsi dengan dukungan mayoritas legislatif.

4. Tahap Implementasi Kebijakan

Keputusan peraturan atau program kebijakan yang telah diambil sebagai

alternatif pemecahan masalah harus di implementasikan, yakni

dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen

Page 39: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

22

pemerintah di tingkat bawah hingga mencapai hasil yang sudah

dirumuskan.

5. Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau

dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang telah dibuat atau

dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah

mampu memecahkan masalah.

2.1.3 Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan suatu proses dalam kebijakan publik yang

mengarah pada pelaksanaan kebijakan. Dalam praktiknya implementasi kebijakan

merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis

dengan adanya intervensi dari berbagai kepentingan. Untuk melukiskan kerumitan

dalam proses implementasi tersebut dapat dilihat pada pernyataan yang dikemukakan

oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam bukunya yang berjudul

Implementation and Public Policy dalam Agustino (2008:139) mendefinisikan

sebagai pelaksanaan keputusan kebisaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-

undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan

eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut

mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan

Page 40: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

23

atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau

mengatur proses implementasinya.

Sedangkan menurut Van Meter dan Van Horn (1975) dalam (Agustino,

2008:139) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok

pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah

digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

Dari dua definisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan

menyangkut tiga hal, yaitu (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya

aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; (3) adanya hasil kebijakan. Keberhasilan

suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian

tujuan hasil akhir, yaitu tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.

Implementasi kebijakan menurut Lester dan Stewart Jr. (2000:104) dalam

Agustino (2008:139) adalah implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil

(output). Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari

proses dan pencapaian tujuan yang ingin diraih.

Van Metter Van Horn mendefinisikan Implementasi Kebijakan sebagai berikut:

”Policy implementation encompasses those actions by public and private individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and objectives set forth in prior policy decisions”.

Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok – kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya

Page 41: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

24

tujuan - tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan (Agustino, 2006:153).

Sementara itu, Grindle merumuskan definisi yang berbeda dari beberapa definisi-

definisi diatas, beliau memandang implementasi sebagai berikut:

”Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada actionprogram dari individual project dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai” ( Agustino, 2006:153).

Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena di sini masalah-masalah

yang tidak dijumpai dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu, ancaman utama

adalah konsistensi implementasi. Proses perencanaan selalu mengalami dinamika

dalam pelaksanaanya sehingga mempengaruhi perubahan target capaian kinerja.

Ripley dan Franklin dalam Winarno (2007:145) berpendapat bahwa:

Implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit) atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). Implementasi mencakup: 1.Badan-badan pelaksana yang ditugasi oleh undang-undang dengan

tanggung jawab melaksanakan program harus mendpatkan sumber - sumber yang dibutuhkan agar implementasi berjalan lancar. Sumber – sumber ini meliputi personil, peralatan, lahan tanah, bahan mentah dan uang.

2. Badan-badan pelaksana mengembangkan bahasa anggaran dasar menjadi arahan arahan konkret, regulasi serta rencana-rencana dan desain program.

3. Badan pelaksana harus mengngorganisasikan kegiatan-kegiatan mereka dengan menciptakan unit-unit birokrasi dan rutinitas untuk mengatasi beban capaian program.

Implementasi kebijakan sendiri merupakan hal yang dianggap sangat sulit

karena apa yang terjadi didalam lapangan prakteknya, tidak atau belum tentu terdapat

Page 42: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

25

didalam konsepnya ketika kebijakan tersebut dibuat. Dari definisi diatas dapat

disimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu proses pelaksanaan

kebijakan setelah kebijakan itu dirumuskan oleh pemegang keputusan hingga

mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan dan / atau sasaran kebijakan itu sendiri.

Dalam Nugroho (2009:618) memberi makna implementasi kebijakan sebagai cara

agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang.

Ditambahkan pula, bahwa untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua

pilihan langkah yang ada, yaitu: langsung mengimplementasikan dalam bentuk

program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik

tesebut. Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Sekuensi (Rangkaian) Implementasi Kebijakan(Sumber: Nugroho (2009: 619)

Page 43: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

26

Rangkaian implementasi kebijakan, dari gambar di atas, dapat dilihat dengan jelas

yaitu mulai dari program, ke proyek, kegiatan dan pemanfaatan. Model tersebut

mengadaptasi mekanisme yang lazim dalam manajemen, khususnya manajemen

sektor publik. Kebijakan publik dalam bentuk Undang-undang atau Perda adalah jenis

kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering

diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung

operasional antara lain Keputusan Presiden, Instruksi Presiden, Keputusan Menteri,

Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Kepala Dinas, dan lain-lain.

2.2.2 Model Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik

2.2.2.1 Implementasi Sistem Rasional (Top-Down)

Model Top-Down disebut juga sebagai model yang mendominasi awal

perkembangan studi implementasi kebijakan, walaupun dikemudian hari diantara

pengikut model pendekatan ini terdapat perbedaan-perbedaan sehingga menelurkan

pendekatan bottom up. Inti pendekatan model top down secara sederhana dapat

dimengerti sebagai, sejauhmana tindakan para pelaksana sesuai dengan prosedur serta

tujuan yang telah digariskan oleh para pembuat kebijakan di tingkat pusat. Beberapa

ahli yang mengembangkan model implementasi kebijakan dengan perspektif top

down adalah sebagai berikut :

Page 44: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

27

2.1.2.2 Implementasi Kebijakan Publik Model Donald Van Metter dan Carl Van

Horn

Implementasi kebijakan berjalan secara linear dari kebijakan publik,

implementor dan kinerja kebijakan publik. Van Metter dan Van Horn menawarkan

suatu model dasar yang dilukiskan dalam gambar 2.2 model yang mereka tawarkan

membentuk kaitan antara kebijakan dan kinerja yakni tidak hanya menentukan

hubungan-hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Mengenai

kepentingan variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Standar dan Tujuan Kebijakan

Menurut van Metter van Horn, identifikasi indikator-indikator kinerja merupakan

tahap yang krusial dalam analisis implementasi kebijakan. Indikator-indikator

kinerja ini menilai sejauhmana ukuran-ukuran dasar atau standar dan tujuan

kebijakan telah direalisasikan.

Page 45: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

28

Gambar 2.2 Model Proses Implementasi Kebijakan Donald Van Meter dan Carl Van Horn

(Sumber: Winarno, Kebijakan Publik Teori dan Proses. 2007. Hal. 157)

2. Sumber-sumber Kebijakan

Sumber-sumber yang dimaksud mencakup dana atau perangsang lain yang

mendorong dan memperlancar implementasi yang efektif dalam praktik

implementasi kebijakan, kita seringkali mendengar para pejabat maupun pelaksana

mengatakan bahwa kita tidak mempunyai cukup dana untuk membiayai program-

program yang telah direncanakan. Dengan demikian, dalam beberapa kasus besar

kecilnya dana akan menjadi faktor yang menentukan keberhasilan implementasi

kebijakan.

3. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksana

Implementasi akan berjalan efektif bila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan dipahami

oleh individu-individu yang bertanggung jawab dalam kinerja kebijakan.

4. Karakteristik badan-badan pelaksana

Unsur yang mungkin berpengaruh terhadap suatu organisasi dalam

mengimplementasikan kebijakan:

1) Kompetensi dan ukuran staf suatu badan;

2) Tingkat pengawasan hierarkis terhadap keputusan-keputusan sub-unit dan

proses dalam badan-badan pelaksana;

3) Sumber-sumber politik suatu organisasi;

Page 46: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

29

4) Vitalitas suatu organisasi;

5) Tingkat komunikasi ’terbuka’ yang didefinisikan sebagai jaringan kerja

komunikasi horosontal dan vertikal secara bebas serta tingkat kebebasan secara

relatif tinggi dalam komunikasi dengan individu-individu di luar organisasi;

6) Kaitan formal dan informal suatu badan dengan badan pembuat keputusan atau

pelaksana keputusan.

5. Kondisi ekonomi, sosial dan politik

Kondisi ekonomi, sosial dan politik merupakan variabel selanjutnya yang di

identifikasi oleh Van Metter dan Van Horn. Sekalipun dampak dari faktor - faktor

ini kecil namun mungkin mempunyai efek yang mendalam terhadap pencapaian

badan-badan pelaksana.

6. Kecenderungan Pelaksana (Implementors)

Para pelaksana yang mempunyai pilihan-pilihan negatif mungkin secara terbuka

akan menimbulkan sikap menentang tujuan-tujuan program ini diakibatkan karena

tujuan-tujuan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya mungkin bertentangan

dengan sistem nilai pribadi para pelaksana, kesetiaan ekstraorganisasi, perasaan

akan kepentingan diri sendiri atau karena hubungan yang ada dan yang lebih

disenangi.

7. Kaitan antara komponen-komponen Model

Page 47: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

30

Implementasi merupakan proses yang dinamis. Sejauh mana ukuran-ukuran dasar

dan tujuan-tujuan kebijakan di transmisikan kepada para pelaksana dengan jelas,

tepat, konsisten dan dalam cara yang tepat pada waktunya.

8. Masalah Kapasitas

Bagaimana masalah-masalah kapabilitas dapat menghambat implementasi ini

dihambat oleh faktor-faktor seperti staf yang kurang terlatih dan terlalu banyak

pekerjaan, informasi yang tidak memadai, sumber-sumber keuangan atau

hambatan waktu yang tidak memungkinkan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perubahan, kontrol dan kepatuhan

bertindak merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur implementasi.

Beberapa variabel yang mempengaruhi kebijakan publiknya adalah sebagai berikut:

1. Aktifitas implementasi dan komunikasi antar organisasi

2. Karakteristik agen pelaksana/implementor

3. Kondisi ekonomi, sosial dan politik

4. Kecenderungan (dispotition) pelaksana/implementor

2.1.2.3 Implementasi Kebijakan Publik Menurut George Edward III

Page 48: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

31

Menurut Edward III (1980:81) dalam Winarno (2007), salah satu pendekatan

studi implementasi adalah harus dimulai dengan pernyataan abstrak, seperti yang

dikemukakan sebagai berikut, yaitu:

1. Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan?

2. Apakah yang menjadi faktor penghambat utama bagi keberhasilan implementasi

kebijakan?

Gambar 2.3 Dampak Langsung dan Tidak Langsung pada Implementasi(Sumber: Winarno, Kebijakan Publik Teori dan Proses, 2007 Hal 208)

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Edward III mengusulkan 4 (empat)

variabel yang sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu:

a) Communication (komunikasi)Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas. Untuk menghindari terjadinya distorsi informasi yang disampaikan atasan ke bawahan, perlu adanya ketetapan waktu dalam penyampaian informasi, harus jelas informasi yang disampaikan, serta

KOMUNIKASI

SUMBER – SUMBER

KECENDERUNGAN – KECENDERUNGAN

STRUKTUR ORGANISASI

IMPLEMENTASI

Page 49: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

32

memerlukan ketelitian dan konsistensi dalam menyampaikan informasi. Menurut Edward dalam Winarno (2012:178) terdapat tiga indikator yang dapat dipakai atau digunakan dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi tersebut, yaitu: transmisi, kejelasan, konsistensi.

b) Resourcess (sumber-sumber)Sumber-sumber dalam implementasi kebijakan memegang peranan penting, karena implementasi kebijakan tidak akan efektif bilamana sumber-sumber pendukungnya tidak tersedia. Yang termasuk sumber-sumber dimaksud adalah:

a. Staf yang relatif cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian dan keterampilan untuk melaksanakan kebijakan

b. Informasi yang memadai atau relevan untuk keperluan implementasic. Dukungan dari lingkungan untuk mensukseskan implementasi kebijakan atau

fasilitas.d. Wewenang yang dimiliki implementor untuk melaksanakan kebijakan.

c) Dispotition or attitude (sikap)Berkaitan dengan bagaimana sikap implementor dalam mendukung suatu implementasi kebijakan. Seringkali para implementor bersedia untuk mengambil insiatif dalam rangka mencapai kebijakan, tergantung dengan sejauh mana wewenang yang dimilikinya. Hal yang perlu dicermati pada variabel ini adalah: pengangkatan birokrat dan insentif.

d) Bureaucratic structure (struktur birokrasi)Suatu kebijakan seringkali melibatkan beberapa lembaga atau organisasi dalam proses implementasinya, sehingga diperlukan koordinasi yang efektif antar lembaga-lembaga terkait dalam mendukung keberhasilan implementasi. Salah satunya adalah adanya Standar operasional Prosedur (SOP), fragmentasi atau penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan kepada beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi (Winarno, 2012: 209).

Dari pernyataan diatas, maka hal yang dapat disimpulkan adalah komunikasi,

sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi saling berhubungan satu sama lainnya.

Dapat dilihat pada gambar 2.3 bahwa keempat unsur tersebut saling berhubungan dan

timbal balik terbukti dengan tanda panah yang digambarkan. Maka satu sama lain

unsur merupakan satu kesatuan yang utuh, jika satu memiliki kecenderungan maka

unsur yang lain akan terpengaruhi.

Page 50: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

33

2.1.2.4 Implementasi Kebijakan Publik Model Mazmanian dan Paul Sabatier

Model Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino (2006:144) yang

berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah

kemampuannya dalam mengidentifikaskan variabel-variabel yang mempengaruhi

tercapainya tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi. Dan variabel-

variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu:

1. Mudah tidaknya masalah tersebut dikendalikan, meliputi:a. Dukungan Teori dan Teknologib. Keberagaman Perilaku Kelompok Sasaran

Semakin beragam perilaku yang diatur, maka asumsinya semakin beragam pelayanan yang diberikan, sehingga semakin sulit untuk membuat peraturan yang tegas dan jelas. Dengan demikian semakin besar kebebasan bertindak yang harus dikontrol oleh para pejabat pada pelaksana (administratur atau birokrat) dilapangan.

c. Tingkat Perubahan Perilaku yang Dikehendaki.Semakin besar jumlah perubahan perilaku yang dikehendaki oleh kebijakan, maka semakin sukar/sulit para pelaksana memperoleh implementasi yang berhasil.

2. Kemampuan Kebijakan Menstruktur Proses Implementasi.Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya untuk menstruktur proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara:a. Kejelasan dan Konsistensi Tujuanb. Dipergunakannya Teori Kausalc. Ketetapan Alokasi Sumberdanad. Keterpaduan Hirarki Antarlembaga Pelaksanae. Perekrutan Pejabat Pelaksana

3. Variabel-variabel di luar kebijakan yang Mempengaruhi Proses Implementasia. Kondisi sosial ekonomi dan teknologib. Dukungan publikc. Sikap dan sumberdaya dari konstituen.d. Komitmen dan kualitas kepemimnpinan dari pejabat pelaksana.

Page 51: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

34

2.2.5 Implementasi Kebijakan Publik Model Merilee S. Grindle

Pada implementasi ini, menurut Grindle dalam Wibawa (1994:)

implementasi kebijakan ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya.

Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, barulah

implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan oleh derajat

implementability dari kebijakan tersebut. Isi kebijakan, mencakup hal-hal sebagai

berikut:

a. Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan

b. Jenis manfaat yang akan dihasilkan

c. Derajat perubahan yang diinginkan

d. Kedudukan pembuat kebijakan

e. Pelaksana program

f. Sumber daya yang dikerahkan

Dari isi kebijakan tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa lebih kepada

masalah internal yang dilakukan. Sementara itu, konteks implementasinya adalah:

a. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat

b. Karakteristik lembaga dan penguasa

c. Kepatuhan dan daya tanggap

Didalam konteks kebijakan, ini termasuk pada bidang lingkungan luar yang

lebih dominan mempengaruhi suatu kebijakan. Model pendekatan implementasi

Page 52: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

35

kebijakan publik lain menurut Grindle dalam Agustino (2008:154) dikenal dengan

Implementation as A Political and Administrative Process. Menurut Grindle ada dua

variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik, yakni bahwa

keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapain

akhir (outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih, yang mana

pengukuran keberhasilannya dapat dilihat dari dua hal :

1) Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan

kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan menunjuk pada aksi

kebijakannya.

2) Apakah tujuan kebijakan tercapai, yang mana dimensi ini diukur dengan dua

faktor, yaitu :

a. Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok.

b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran dan

perubahan yang terjadi

Keberhasilan sebuah implementasi kebijakan publik juga menurut Grindle

amat ditentukan oleh tingkat implementasi kebijakan itu sendiri, yang terdiri atas

Conten of Policy dan Context of Policy :

1) Content of Policy (isi kebijakan)

a. Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)

b. Type of Benefits (tipe manfaat)

Page 53: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

36

c. Extent of change Envision (derajat perubahan yang ingin dicapai)

d. Site of Descision Making (letak pengambilan keputusan)

e. Program Implementer (pelaksana program)

f.Resources Committed (sumber-sumber daya yang digunakan

2) Context of Policy (lingkungan kebijakan)

a. Power, Interest and Strategi of Actor Involved (kekuasaan kepentingan-

kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat).

b. Intitution and Regime Characteristic (karakteristik atau rezim yang

berkuasa.

c. Compliance and Responsiveness ( tingkat kepatuhan dan adanya respon

dari pelaksana )

2.2.3. Implementasi Kebijakan Bottom Up

Model implementasi dengan pendekatan bottom up muncul sebagai kritik

terhadap model pendekatan rasional (top down). Model pendekatan bottom up

menekankan pada fakta bahwa implementasi di lapangan memberikan keleluasaan

dalam penerapan kebijakan. Menurut Smith dalam Islamy (2001:11), implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu :

Page 54: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

37

a. Idealized policy, yaitu pola interaksi yang digagas oleh perumus kebijakan dengan

tujuan untuk mendorong, mempengaruhi dan merangsang target group untuk

melaksanakannya.

b. Target groups, yaitu bagian dari policy stake holders yang diharapkan dapat

mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang diharapkan oleh perumus

kebijakan. Karena kelompok ini menjadi sasaran dari implementasi kebijakan,

maka diharapkan dapat menyesuaikan pola-pola perilakukan dengan kebijakan

yang telah dirumuskan.

c. Implementing organization, yaitu badan-badan pelaksana yang bertanggung jawab

dalam implementasi kebijakan.

d. Environmental factors, yaitu unsur-unsur di dalam lingkungan yang mempengaruhi

implementasi kebijakan seperti aspek budaya, sosial, ekonomi dan politik.

2.3. Pengertian BPJS

2.3.1 BPJS Ketenagakerjaan

PT Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal

1 Januari 2014. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan

kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, dan program jaminan kematian yang

selama ini diselenggarakan oleh PT Jamsostek (Persero), termasuk menerima peserta

baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan yang sesuai dengan

Page 55: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

38

ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 38 dan Pasal 43 sampai dengan Pasal 46

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456), paling lambat 1 Juli 2015. Pada

saat mulai beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

64, Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3468) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Menurut Undang – Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggaraan Jaminan Sosial, maka BPJS merupakan sebuah lembaga hukum

nirlaba untuk perlindugan sosial dalam menjamin seluruh rakyat agar dapat

memenuhi kebutuhan hidup yang layak sekaligus dibentuk untuk menyelenggarakan

program jaminan sosial di Indonesia.

2.3.2 Fungsi BPJS Ketenagakerjaan

Fungsi dari BPJS Ketenagakerjaan menurut Undang – Undang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial berfungsi menyelenggarakan 3 program yang

diantaranya yaitu, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua.

Menurut UU SJSN program jaminan kecelekaan kerja diselenggarakan oleh nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan agar peserta memperoleh manfaat

Page 56: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

39

pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami

kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.

Selanjutnya program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara

nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk

menjamin agar peserta uang tunai apabila mengalami cacat total tetap, atau

meninggal dunia.

Kemudian program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan

derajat hidup yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya

karena memasuki usia pensiun.

Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib dengan tujuan untuk

memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris yang meninggal

dunia.

2.3.3 Tugas BPJS Ketenagakerjaan

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas, BPJS bertugas

untuk :

a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;

b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;

c. Menerima bantuan iuran dari pemerintah;

Page 57: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

40

d. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta;

e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial; dan

f. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial

kepada peserta dan masyarakat.

Dengan kata lain tugas dari BPJS Ketengakerjaan meliputi pendaftaran

kepesertaan dan pengelolaan data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran

termasuk menerima bantuan iuran dari pemerintah, pengelolaan dana jaminan sosial

dan pembayaran manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas

penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan

keterbukaan informasi.

2.3.3 Wewenang BPJS Ketenagakerjaan

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud diatas, BPJS

Ketenagakerjaan berwenang untuk :

a. Menagih pembayaran iuran;

b. Menempatkan dan jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan

jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, sulvbilitas,

kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang memadai;

c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan

pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan jaminan sosial;

Page 58: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

41

d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengeni besar

pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu kepada standar tarif yang

ditetapkan oleh pemerintah;

e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;

f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang

tidak memenuhi kewajibannya;

g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai

ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi

kewajiban lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; dan

h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan

jaminan sosial.

Kewenangan menagih pembayaran iuran dalam arti meminta pembayaran

dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran,

kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenai sanksi administratif

yang diberikan kepada BPJS Ketenagakerjaan memperkuat kedudukan BPJS sebagai

badan hukum publik.

Berdasarkan ketentuan pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2011, ruang lingkup program BPJS Ketenagakerjaan meliputi :

a. Jaminan kecelakaan kerja;

b. Jaminan hari tua; dan

Page 59: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

42

c. Jaminan kematian.

Jaminan kerja yang diatur dalam pasal 8 sampai dengan pasal 11 Undang-undang

No.3 Tahun 1992. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima

jaminan Kecelakaan Kerja. Termasuk tenaga kerja dalam Jaminan Kecelakaan Kerja

ialah:

a. Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan, baik yang menerima upah

maupun tidak;

b. Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah

perusahaan;

c. Narapidana yang dipekerjakan di perusahaan,

Pengertian kecelakaan kerja berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (6) Undang-

undang Nomor 3 Tahun 1992, yaitu kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan

hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian

pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju

tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Dari ketentuan itu dapat dijabarkan bahwa ruang lingkup JKK meliputi

kecelakaan dan sakit akibat kerja. Kecelakaan kerja apabila mengalami

kecelakaan pada saat perjalanan menuju tempat kerja, di tempat kerja, atau

perjalanan dari tempat kerja. Sakit akibat kerja apabila timbulnya penyakit setelah

Page 60: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

43

pekerja menjalankan pekerjaan relative dalam jangka waktu yang lama. Saat

terjadinya dapat dilihat dalam penjelasan dibawah ini:

Kecelakaan yang terjadi saat hubungan kerja antara lain adalah :

1. Pada waktu kerja

a. Yang termasuk dalam kecelakaan pada waktu kerja ialah kecelakaan yan

terjadi dalam perjalanan dari rumah ke tempat kerja dan pulan dari tempat

kerja ke umah melalui jalan yang ditempuh dan wajar.

b. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan pekerjaan sesuai dengan

tugas, kewajiban dan tanggung jawab sehari – hari yang diberikan oleh

perusahaan tempat kerja maupun diluar tempat kerja selama waktu kerja.

c. Kecelakaan yang terjadi diluar jam kerja tetapi masih dalam waktu kerja

seperti jam istirahat sebagaimana diatur dalam undang – undang.

d. Kecelakaan yang terjadi dalam tugas di luar kota / negeri, yaitu selama

perjalanan dari rumah/tempat kerja menuju tempat dan perjalanan pulang

kembali sesuai dengan surat tugas yang diberikan dan selama menjalankan

tugas/pekerjaan ditempat tujuan. Semua kecelakaan kerja yang terjadi di

tempat penugasan / pendidikan merupakan kecelakaan kerja, diluar itu

termasuk kecelakaan kerja hanya terbatas selama yang bersangkutan

berangkat dari tempat penginapan / pemondokan menuju tempat kerja

sampai pulang kembali, kecuali dapat dibuktikan bahwa kecelakaan yang

Page 61: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

44

terjadi di luar pengertian tersebut ada hubungannya dengan tugas dan

tanggung jawab yang bersangkutan.

e. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan kerja lembur yang harus

dibuktikan dengan surat perintah lembur.

f. Perkelahian di tempat kerja dapat dianggap kecelakaan kerja.

2. Di luar waktu kerja

a. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melaksanakan kegiatan olahraga yang

harus dibuktikan dengan surat tugas dari perusahaan.

b. Kecelakaan yang terjadi pada waktu mengikuti pendidikan yang

merupakan tugas dari perusahaan dan harus dibuktikan dengan surat tugas.

c. Kecelakaan yang terjadi di sebuah perkemahan yang berada di lokas kerja

serta yang bersangkutan bebas dari setiap urusan pekerjaan.

3. Meninggal mendadak

Suatu kasus meinggal mendadak dapat dikategorikan akibat kecelakaan kerja

dalam hubungan kerja akibat tenaga kerja karena suatu alasan, baik di lokasi

kerja dalam perjalanan ke dan dari lokasi kerja, tanpa sempat mengalami

rawat inap atau mengalami rawat inap, tetapi tidak melebihi 24 jam terhitung

sejak pada jam ditangani dokter/para medis, langsung meninggal dunia.

( sumber: Jamsostek, Brosur, 2001. Hlm. 12 – 13 ).

Page 62: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

45

Program jaminan sosial tenaga kerja ( Jamsostek ) mempunyai landasan yang

berisikan dasar pertimbangan sebagai berikut: bahwa pada tanggal 17 Februari 1992

telah dikeluarkan Undang – Undang No. 3 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Kemudian Undang – undang No. 3 tahun 1992 tersebut diundangkan dalam

Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 14 dan penjelasannya diumumkan dalam

tambahan Lembaran Negara nomor 3468.

Dasar – dasar hukum program jaminan sosial tenaga kerja berlandaskan pada :

1. Pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (1) dan pasal 27 ayat (2) Undang – undang

Dasar 1945.

2. Undang – undang No. 3 Tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya

Undang – Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari

Republik Indonesia untuk seluruh Indonesia ( Lembaran Negara Tahun

1951 Nomor 4 ).

3. Undang – undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan – Ketentuan

Pokok mengenai Tenaga Kerja ( Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor

55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912 ).

4. Undang – undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

( Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 2918 ).

Page 63: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

46

5. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor

Ketenagakerjaan di Perusahaan ( Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 39

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3201 ).

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian Terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka

penyusunan skripsi ini. Beberapa penelitian terdahulu yang akan mengarahkan

penelitian ini diantaranya yaitu :

Pertama, Skripsi tentang Implementasi Program Asuransi Kesejahteraan

Sosial ( ASKESOS ) di Kota Cilegon yang ditulis oleh Sita Prawita Sari pada tahun

2010. Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat implementasi program

asuransi kesejahteraan sosial ( Askesos ) di Kota Cilegon. Implementasi program

Askesos di Kota Cilegon termasuk dalam kategori baik, hasil tersebut dikaji dengan

menggunakan teori Van Metter dan Van Horn yaitu dengan 5 indikator dan 14 sub

indicator. Dalam pelaksanaannya implementasi program asuransi kesejahteraan sosial

dihadapkan pada hambatan yang membuat kurang optimalnya implementasi program

tersebut.

Page 64: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

47

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu mengenai tingkat

partisipasi yang berjudul “Implementasi program Asuransi Kesejahteraan Sosial di

Kota Cilegon, maka kesimpulannya adalah: implementasi program Askesos di Kota

Cilegon dapat diketahui melalui per indicator pada teori Van Metter dan Van Horn

yaitu sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikap dan kecenderungan para

petugas, komunikasi antar organisasi dan aktifitas pelaksana dan lingkungan ekonomi

sosial politik dimana hasil dari ketiga indicator pada teori tersebut masing – masing

adalah “BAIK”.

Kedua, Skripsi tentang “Implementasi pelayanan kesehatan kepada penerima

jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) Di rumah sakit umum dr. G.l tobing pt.

Perkebunan nusantara ii tanjung morawa yang ditulis oleh Effry Pranata Sarigih pada

tahun 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan menggambarkan

pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit dr. G.L Tobing PT.

Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa kepada penerima JAMSOSTEK.

Dalam penelitian ini juga akan dilihat realisasi pelayanan yang diberikan

untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan antara pihak rumah sakit dengan PT.

JAMSOSTEK. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode bentuk deskriptif dengan analisa data kualitatif yang menggunakan teori dari

Mazmanian dan Paul Sabatier, unit analisis yang terdiri dari informan kunci yaitu

Kepala Rumah Sakit dr. G.L Tobing , Kepala Tata Usaha Rumah Sakit Umum dr. G.

Page 65: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

48

L Tobing, informan utama yaitu Dokter Umum dan Dokter Spesialis, Kepala

Ruangan, Koordinator Unit Gawat Darurat (UGD), Bagian Radiologi dan

Laboratorium dan pasien penerima JAMSOSTEK.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan

kesehatan kepada pasien penerima JAMSOSTEK terlaksana secara maksimal yang

sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian pihak rumah sakit dengan PT.

JAMSOSTEK, dimana dapat dilihat bahwa fasilitas dan pelayanan yang diberikan

Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II tidak ada

perbedaaan dengan pasien-pasien yang lain, dan dengan mudah juga pasien

JAMSOSTEK memperoleh pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut sehingga

dapat dikatakan bahwa implementasi tersebut berjalan dengan baik.

Sedangkan penelitian dari peneliti sendiri yang berjudul tentang Implementasi

Program BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang ini berbeda dengan penelitian

yang dilakukan sebelumnya oleh penelitian terdahulu. Peneliti dalam penelitian ini

menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teori dari George Edward III

yang dimana didalamnya terdapat 4 indikator diantaranya adalah komunikasi, sumber

daya, disposisi/sikap dan struktur birokrasi. Peneliti juga meneliti bahasan tentang

pelayanan, pengawasan, dan kebijakan yang diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan

sebagai transformasi dari Jamsostek.

Page 66: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

49

2.5 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berpikir merupakan alur pemikiran dari penulis sendiri atau

juga mengambil dari suatu teori yang dianggap relevan dengan fokus/judul penelitian

dalam upaya menjawab masalah-masalah yang ada dirumuskan penelitian tersebut.

Kerangka pemikiran penelitian ini menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai

kelanjutan dari teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca. Berdasarkan

observasi awal peneliti, adapun identifikasi yang peneliti temukan dari latar belakang

diatas adalah sebagaimana tercantum dalam gambar bahwa dari identifikasi masalah

yang dijelaskan pada bab I akan diperkuat dengan menggunakan teori Mazmanian

dan Sabatier dalam Agustino (2006:144). Teori tersebut menjelaskan bahwa peran

penting dari implementasi kebijakan publik adalah kemampuannya dalam

mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhinya tercapai tujuan-tujuan

formal pada keseluruhan proses implementasi yang akan dikelompokkan dalam 3

(tiga), yaitu:

1. Mudah tidaknya masalah tersebut dikendalikan mencakup :a. Dukungan teori dan teknologi

b. Keragaman perilaku kelompok sasaran

c. Tingkat perubahan perilaku yang dikehendaki

2. Kemampuan kebijakan untuk memstruktur proses implementasi

a. Kejelasan dan konsistensi tujuan

b. Dipergunakannya teori kausal

Page 67: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

50

c. Ketepatan alokasi sumber dana

d. Ketepatan hirarki antarlembaga pelaksana

e. Perekrutan pejabat pelaksana

3. Variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi

a. Kondisi sosio-ekonomi dan teknologi

b. Dukungan publik

c. Sikap dan sumberdaya dari konstituen

d. Dukungan pejabat yang lebih tinggi

e. Komitmen dan Kualitas dari kepemimpinan pejabat pelaksana

Berikut ini adalah kerangka berpikir yang akan membantu peneliti dalam

menjawab masalah-masalah diatas.

Page 68: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

51

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir

Identifikasi Masalah

1. Perbedaan fasilitas dan pelayanan Rumah Sakit dalam penanganan kasus kecelakaan ketenagakerjaan.

2. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan mengenai cara ataupun prosen klaim asuransi.

3. Minimnya pengawasan yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang,

Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang dan Rumah Sakit yang bekerjsama.

Implementasi Kebijakan Menurut Mazmanian dan Paul Sabatier(Agustino 2006:144)

1. Mudah tidaknya masalah tersebut dikendalikan mencakup :a. Dukungan teori dan teknologib. Keragaman perilaku kelompok sasaranc. Tingkat perubahan perilaku yang dikehendaki

2. Kemampuan kebijakan untuk menstruktur proses implementasi:a. Kejelasan dan konsistensi tujuanb. Dipergunakannya teori kausalc. Ketepatan alokasi sumber danad. Ketepatan hirarki antarlembaga pelaksanae. Perekrutan pejabat pelaksana

3. Variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi:a. Kondisi sosio-ekonomi dan teknologib. Dukungan publikc. Sikap dan sumberdaya dari konstituend. Dukungan pejabat yang lebih tinggie. Komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana

Page 69: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

52

( Sumber: Peneliti, 2014 )

2.6 Asumsi Dasar

Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, peneliti

telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi

bahwa penelitian tentang Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan di Kota

Tangerang dalam kenyataannya belum dapat dikatakan berhasil menurunkan jumlah

angka kecelakaan kerja.

Jika teori Mazmanian dan Sabatier (Agustino 2006:144) dijalankan dengan

baik, maka sudah dipastikan Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan di Kota

Tangerang akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan kebijakan yang

digulirkan oleh pemerintah pusat.

OutputMengetahui implementasi program Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Kota Tangerang Tahun 2014 berjalan dengan baik

OutcomesPeningkatan pelayanan, pengawasan dan jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja secara menyeluruh tanpa terkecuali

Page 70: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

Kegiatan

Waktu PenelitianNovember 2014 – Maret 2016

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar

Pengajuan Judul

Proses Bimbingan Proposal

Observasi Awal

Penyusunan Proposal

Seminar Proposal

Revisi Proposal Wawancara Pembahasan Penelitian

Reduksi Data

Pengolahan Dan Analisiss Data

Disiplay dan conclusion Data

Penyusunan Bab IV Dan IV

Sidangskripsi

Revisiskripsi

Page 71: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 72: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan

terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan

informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut. Cara dimaksud

dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah yang terdiri dari berbagai tahapan

atau langkah-langkah. Oleh karena itu, metode merupakan keseluruhan langkah

ilmiah yang digunakan untuk menemukan solusi atas suatu masalah. Dengan langkah-

langkah tersebut, siapapun yang melaksanakan penelitian dengan mengulang atau

menggunakan metode penelitian yang sama untuk objek dan subjek yang sama akan

memperoleh hasil yang sama pula (Silalahi 2010: 12-13). Adapun metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (Moleong, 2007:6).

Sedangkan menurut Sugiyono dalam bukunya Memahami Penelitian Kualitatif

(2009:1) mendefinisikan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

53

Page 73: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

54

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya

adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data induktif dan

hasil penelitian data kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Maka

penelitian mengenai Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan di Kota

Tangerang ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif peneliti bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian dengan cara

mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, yang terdapat dalam suatu

konteks yang khusus yang alamiah. Peneliti mengumpulkan data dengan cara

bersentuhan langsung dengan situasi lapangan, misalnya mengamati (observasi) dan

wawancara mendalam. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan peneliti dapat

memahami situasi sosial, peran, peristiwa, interaksi, dan kelompok serta kepentingan.

3.2 Instrumen penelitian

Dalam penelitian diperlukan suatu alat ukur yang tepat dalam proses

pengolahannya. Hal ini untuk mencapai hasil yang diinginkan. Alat ukur dalam

penelitian disebut juga instrumen penelitian, atau dengan kata lain bahwa pada

dasarnya instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur

Page 74: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

55

fenomena alam atau sosial yang diamati. Secara spesifik fenomena ini disebut dengan

variabel penelitian yang kemudian ditetapkan untuk diteliti.

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat peneltian adalah

peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi”

seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke

lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap

pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang

diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik

maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui

evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori

dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki

lapangan (Sugiyono 2010;59).

Pendekatan kualitatif dicirikan oleh kegiatan mengumpulkan, menggambarkan

dan menafsirkan tentang situasi yang dialami hubungan tertentu, kegiatan,

pandangan, sikap yang ditunjukkan atau tentang kecenderungan yang tampak dalam

proses yang sedang berlangsung, pertentangan yang meruncing serta kerjasama yang

dijalankan.

Adapun alat-alat tambahan yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data

berupa panduan wawancara, buku catatan, dan kamera digital. Teknik pengumpulan

Page 75: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

56

data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama

dari penelitian adalah mendapatkan data.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono 2010;62).

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan dalam empat cara

yaitu sebagai berikut;

a. Observasi

Teknik Observasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan

jalan melakukan pencatatan secara tertulis terhadap setiap kejadian yang

berkaitan dengan penelitian pada penulisan ini. Menurut Moleong (2005:126)

bahwa observasi adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti

dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan

sebagainya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi terus

terang / tersamar yakni observasi yang dilakukan dengan terus terang kepada

Page 76: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

57

narasumber dan tersamar jika peneliti ingin mengetahui lebih jelas agar tidak

ada informasi yang ditutup-tutupi oleh narasumber. Sedangkan pengamatan

yang dilakukan yakni observasi terstruktur yaitu pengamatan yang dilakukan

secara sistematik, karena peneliti telah mengetahui aspek-aspek apa saja yang

relevan dengan masalah serta tujuan peneliti.

b. Wawancara

Menurut Moleong (2007:186) wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interview) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam hal ini yang menjadi

pewawancara ialah peneliti itu sendiri, sedangkan yang berlaku sebagai

terwawancara yaitu objek penelitian. Proses wawancara dilakukan dengan cara

mengajukan beberapa pertanyaan yang menyangkut tentang tema si peneliti,

kemudian si objek penelitian diharuskan menjawab pertanyaan yang telah

diajukan oleh peneliti.

Moleong (2007:168) juga menjelaskan kedudukan peneliti dalam

penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana

pengumpulan data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi

Page 77: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

58

pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini

tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.

Adapun pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara

DIMENSI INDIKATOR PERTANYAAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DALAM PROGRAM BPJS KETENAGA- KERJAAN

1.Mudah tidaknya masalah tersebut dikendalikan

Bagaimanakah ketetapan peraturan-peraturan terhadap program BPJS Ketenagakerjaan ?

Bagaimanakah dukungan penggunaan teknologi terhadap program BPJS Ketenagakerjaan ?

Bagaimana keragaman perilaku masyarakat terhadap program tersebut?

Seberapa besar tingkat perubahan perilaku yang dikehendaki dalam program tersebut?

2.Kemampuankebijakan untuk menstrukturproses implementasi

Bagaimana penjelasan dari tujuan program tersebut?

Bagaimanakah konsistensi tujuan program tersebut?

Bagaimana tujuan BPJS Tenagakerja dalam program JKK, JHT dan Jaminan Pensiun ini tercapai?

Bagaimana dengan masalah ketepatan alokasi sumber dana dalam program ini?

Bagaimana hubungan antarlembaga

Page 78: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

59

pelaksana?

Bagaimanakah proses perekrutan pejabat pelaksana dalam program ini?

3. Variabel diluar kebijakan yang mempengaruhi prosesImplementasi

Bagaimanakah dukungan teknologi saat program ini diimplementasikan?

Bagaimanakah kondisi sosio-ekonomi saat program ini diimplementasikan?

Bagaimana dukungan publik dalam proses pelaksanaan program ini?

Bagaimana sumber daya yang digunakan dalam implementasi program ini?

Bagaimanakah sikap pelaksana dalam implementasi program ini?

Bagaimana dukungan pejabat yang lebih tinggi?

Sejauhmana komitmen para pejabat pelaksana dalam implementasi program ini?

Bagaimana kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana dalam implementasiprogram tersebut?

( sumber : peneliti, 2014 )

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan

(life histories), ceritera, biografi, peraturan kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Page 79: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

60

Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa

gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualtitatif

(Sugiyono 2010:82)

3.4 Informan Penelitian

Informan Penelitian ini, peneliti merupakan instrumen kunci yang sesuai dengan

karakteristik penelitian kualitatif. Untuk itu peneliti secara indvidu akan turun ke

tengah-tengah masyarakat guna memperoleh data dari informan. Informan diperoleh

dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian dimana dipilih secara

purposive merupakan metode penetapan informan dengan berdasarkan informasi

yang dibutuhkan, artinya teknik pengambilan informan sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Informan tersebut ditentukan dan ditetapkan tidak berdasarkan

pada jumlah yang dibutuhkan, melainkan berdasarkan pertimbangan fungsi dan peran

informasi sesuai fokus masalah penelitian ( Moleong, 2004:217 ). Disini peneliti

memilih informan yaitu Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah BPJS

Ketenagakerjaan Cikokol Kota Tangerang I dan Kepala Pemasaran Peserta Penerima

Upah BPJS Ketenagakerjaan Kebon Besar Batu Ceper Kota Tangerang, Rumah Sakit

Awal Bros Kota Tangerang dan juga Rumah Sakit Awal Bros, Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Provinsi Banten dan Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang.

Page 80: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

61

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.2 Informan Penelitian

NO

Kode Informan

Jabatan Informan Keterangan

1 I1Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cikokol Tangerang

Key Informan

2 I2Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kebon Besar Tangerang

Key Informan

3 I3 Bagian Penelitian Rumah Sakit Awal Bross Key Informan

4 I4Ombusman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Banten

Key Informan

5 I5 Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang Key Informan

6 I6Tenaga Kerja Pengguna BPJS Ketenagakerjaan / Security Bank BJB Ruko Tangcity Kota Tangerang

Secondary Informan

7 I7

Tenaga Kerja Pengguna BPJS Ketenagakerjaan / Assistant Section Head Barcode System Material D & K PT. Gajah Tunggal. Tbk

Secondary Informan

8 I8 Tenaga Kerja Pengguna BPJS Ketenagakerjaan / Secondary Informan

9 I9Tenaga Kerja Pengguna BPJS Ketenagakerjaan / Sales Marketing Auto 2000 Kebon Nanas Kota Tangerang

Secondary Informan

( sumber : peneliti, 2014 )

Adapun alasan pemilihan informan diatas adalah kesesuaian bidang yang dijabat

dengan kapabilitas dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk melengkapi data-

Page 81: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

62

data di lapangan dalam penelitian yang dilakukan. Untuk key informan dilakukan

teknik purposive.

3.5 Teknik Analisis Data

Proses analisis data dilakukan secara terus-menerus sejak awal data dikumpulkan

hingga penelitian berakhir. Untuk memberikan makna terhadap data yang telah

dikumpulkan, dianalisis dan interpretasi data.

Teknik analisis data dalam penelitian Implementasi Program BPJS

Ketenagakerjaan di Kota Tangerang ini menggunakan Analasis Data Interaktif yang

disampaikan oleh Miles and Hubberman (1992:20) dimana terdapat tiga hal utama

dalam analisis iteraktif yakni, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

sebagai sebagai sesuatu yang salaing menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah

pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar. Aktivitas analisis data dapat dilihat

dalam gambar berikut :

Gambar 3.3 Komponen Dalam Analsis Data Miles and Huberman (1984)

Pengumpulan

Data

Penyajian

Data

Kesimpulan-kesimpulan:

Penarikan/Verifikasi

Reduksi Data

Page 82: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

63

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa dalam penjelasan ini, tiga

jenis kegiatan analisis data dan kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan

proses siklus dan interaktif. Untuk lebih jelas, maka kegiatan analisis data dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tulisan dilapangan (field note), dimana reduksi data berlangsung

secara terus menerus selama penelitian yang berorientasi kualitatif berlangsung.

2. Penyajian Data (data disiplay)

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan yang

terus berkembang menjadi sebuah siklus dan penyajian data bias dalam sebuah

matrik.

3. Verifikasi (verifikasi)

Verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari suatu kegiatan

dari suatu kegiatan dan konfigurasi yang utuh. Dimana, kesimpulan-kesimpulan

diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Page 83: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

64

4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion and verification)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya mencari makna dari

komponen-komponen data yang disajikan dengan mencermati pola-pola,

keteraturan, penjelasan, konfigurasi dan hubungan sebab-akibat. Dalam

melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi selalu dilakukan peninjauan

terhadap penyajian data dan catatan di lapagan melalui diskusi dengan teman

sejawat, atau orang yang mengerti tentang kompetensi dan arahan pembimbing

(Miles & Huberman, 1992:17).

3.6 Teknik Keabsahan Data

Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, peneliti pada penelitian ini

menggunakan dua cara, antara lain

1. Triangulasi

Moleong (2006:330) menjelaskan bahwa triangulasi merupakan teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data

tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

tersebut. Denzin (Prastowo, 2011:269) membedakan teknik ini menjadi lima

macam yaitu :

Page 84: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

65

a) Triangulasi sumber, yaitu suatu teknis pengecekan kredibilitas data

yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui

beberapa sumber.

b) Triangulasi teknik yaitu, yaitu suatu teknik pengecekan kredibilitas

data yang dilakukan dengan cara mengecekdata kepada sumber yang

sama dengan teknik berbeda.

c) Triangulasi waktu, suatu teknik pengecekan kredibilitas data dengan

cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik

lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

d) Triangulasi penyidik, cara pemeriksaan kredibilitas data yang

dilakukan dengan memanfaatkan pengamat lain untuk pengecekan

derajat kepercayaan data.

e) Triangulasi teori, yaitu cara pemeriksaan kredibilitas data yang

dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teori untuk memeriksa

data temuan penelitian.

Semua macam triangulasi diatas, peneliti dalam melakukan analisis data

menggunakan triangulasi sumber data dan teknik. Triangulasi sumber data dalam

penelitian ini dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara dari para

informan yang dituju. Sedangkan triangulasi teknik dalam penelitian ini dilakukan

Page 85: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

66

dengan mengecek data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yaitu data yang

diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan observasi dilapangan dan

dokumentasi.

2. Member check

Membercheck menurut Djam’an Satori (2010:172) adalah proses pengecekan

data yang diperoleh peneliti kepada informan. Tujuannya adalah untuk

mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh pemberi data. Apabila

pemberi data sudah menyepakati data yang diberikan berarti data tersebut

valid, sehingga semakin kredibel. Akan tetapi menjadi sebaliknya yaitu tidak

valid dan tidak kredibel apabila data justru meragukan.

3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian Implementasi Program BPJS Ketenagerjaan di Kota Tangerang,

Lokasi penelitian ini ada beberapa tempat, yaitu : Kantor BPJS Ketenagakerjaan

Tangerang I beralamat di Jl. Raya - Cikokol, Kota Tangerang, Banten, Indonesia,

Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kebon Besar Batu Ceper Tangerang dan Rumah Sakit

Awal Bross di Jl. Mh. Thamrin no.3 Kebon Nanas Cikokol Kota Tangerang, Kantor

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Propinsi Banten di Jl. Lingkar Selatan

Komp. Bukit Permai Kav. Blok A2 No. 3 Ciracas Kota Serang, dan Dinas Tenaga

Kerja Kota Tangerang di Jl. Perintis Kemerdekaan No. 1 Cikokol, Tangerang.

Page 86: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

67

Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai bulan November 2014 sampai Juni

2016, untuk lebih jelasnya dibuat jadwal penelitian sebagai berikut :

Page 87: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Profil Kota Tangerang

Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Banten,

Indonesia, tepat di sebelah barat kota Jakarta, serta dikelilingi oleh Kabupaten

Tangerang di sebelah selatan, barat, dan timur. Tangerang merupakan kota

terbesar di Provinsi Banten serta ketiga terbesar di kawasan perkotaan Jabotabek

setelah Jakarta. Kota Tangerang terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas

sejumlah 104 kelurahan. Dahulu Tangerang merupakan bagian dari wilayah

Kabupaten Tangerang, kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kota

administratif, dan akhirnya ditetapkan sebagai kotamadya pada tanggal 27

Februari 1993. Sebutan 'kotamadya' diganti dengan 'kota' pada tahun 2001.

Tangerang adalah pusat manufaktur dan industri di pulau Jawa dan

memiliki lebih dari 1000 pabrik. Banyak perusahaan-perusahaan internasional

yang memiliki pabrik di kota ini. Tangerang memiliki cuaca yang cenderung

panas dan lembab, dengan sedikit hutan atau bagian geografis lainnya. Kawasan-

kawasan tertentu terdiri atas rawa-rawa, termasuk kawasan di sekitar Bandara

Internasional Soekarno-Hatta. Dalam beberapa tahun terakhir, perluasan urban

Jakarta meliputi Tangerang, dan akibatnya banyak penduduknya yang berkomuter

ke Jakarta untuk kerja, atau sebaliknya. Banyak kota-kota satelit kelas menengah

69

Page 88: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

70

dan kelas atas sedang dan telah dikembangkan di Tangerang, lengkap dengan

pusat perbelanjaan, sekolah swasta dan mini market. Pemerintah bekerja dalam

mengembangkan sistem jalan tol untuk mengakomodasikan arus lalu lintas yang

semakin banyak ke dan dari Tangerang. Tangerang dahulu adalah bagian dari

Provinsi Jawa Barat yang sejak tahun 2000 memisahkan diri dan menjadi bagian

dari provinsi Banten, dengan motto Bhakti Karya Adhi Kerta Raharja yang

diperingati setiap tanggal 28 Februari 1993 menjadi hari lahirnya Kota Tangerang,

dan dengan dasar hukum UU. No. 2 tahun 1993.

Secara demografi, Tangerang juga memiliki jumlah komunitas Tionghoa

yang cukup signifikan, banyak dari mereka adalah campuran Cina Benteng.

Mereka didatangkan sebagai buruh oleh kolonial Belanda pada abad ke 18 dan 19,

dan kebanyakan dari mereka tetap berprofesi sebagai buruh dan petani. Budaya

mereka berbeda dengan komunitas Tionghoa lainnya di Tangerang: ketika hampir

tidak satupun dari mereka yang berbicara dengan aksen Mandarin, mereka adalah

pemeluk Taoisme yang kuat dan tetap menjaga tempat-tempat ibadah dan pusat-

pusat komunitas mereka. Secara etnis, mereka tercampur, namun menyebut diri

mereka sebagai Tionghoa. Banyak makam Tionghoa yang berlokasi di Tangerang,

kebanyakan sekarang telah dikembangkan menjadi kawasan sub-urban seperti

Lippo Village.

4.1.1.1. Keadaan Geografis

Secara Geografis, Kota Tangerang berbatasan langsung dengan Kabupaten

Tangerang di sebelah utara dan barat, Provinsi DKI Jakarta di sebelah timur dan

Kota Tangerang Selatan di sebelah selatan. Luas wilayah Kota Tangerang tercatat

Page 89: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

71

sebesar 164,54 km2 dari luas propinsi Banten merupakan wilayah yang terkecil

kedua setelah Kota Tangerang Selatan. Jarak antara Kota Tangerang dengan Kota

Serang sebagai ibukota Propinsi Banten tercatat sekitar 71 km, juga dengan total

populasi penduduk mencapai angka 2.834.376 jiwa (tahun 2010) dan kepadatan

penduduknya mencapai 17.226,1/km². Secara astronomis, wilayah Kota

Tangerang terletak pada 606’ - 6013’ Lintang Selatan dan 106036’ – 106042’ Bujur

Timur.

4.1.1.2. Pemerintahan

Kepala daerah Kota Tangerang adalah seorang Walikota dan Wakil

Walikota yang dipilih langsung oleh warga Tangerang dalam pilkada setiap lima

tahun sekali. Walikota dan Wakil Walikota Tangerang saat ini adalah Arief

Rachadiono Wismansyah dan Sachrudin yang berasal dari Partai Demokrat

setelah dipilih oleh rakyat kota Tangerang pada Pemilihan umum Wali Kota

Tangerang 2013. Lembaga legislatif kota Tangerang adalah DPRD Kota

Tangerang yang juga langsung dipilih rakyat Tangerang dalam pemilihan umum

legislatif setiap lima tahun sekali bersamaan dengan pemilihan umum anggota

DPR, DPD, dan DPRD serentak secara nasional. DPRD Kota Tangerang

bersidang di gedung DPRD kota yang memiliki 50 perwakilan dari 5 daerah

pemilihan yang tersebar di seluruh kota Tangerang. Jumlah Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) Kota Tangerang diantaranya sebagai berikut :

1) Sekretariat DPRD

2) Sekretariat Daerah

Page 90: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

72

3) Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Latihan

4) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

5) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana

6) Badan Pengendalian Lingkungan Hidup

7) Badan Pelayanan Perijinan Terpadu

8) Inspektorat

9) Satuan Polisi Pamong Praja

10) Sekretariat KPUD

11) Sekretariat KORPRI

12) Dinas Pendidikan

13) Dinas Kesehatan

14) Walikota Tangerang

15) Dinas Sosial

16) Dinas Ketenagakerjaan

17) Dinas Perhubungan

4.1.2 Profil BPJS KETENAGAKERJAAN

Page 91: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

73

PT Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada

tanggal 1 Januari 2014. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program

jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, dan program jaminan

kematian yang selama ini diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero), termasuk

menerima peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan yang

sesuai dengan ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 38 dan Pasal 43 sampai

dengan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456 ), paling lambat 1

Juli 2015. Pada saat mulai beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 64, Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992

Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468)

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Menurut Undang – Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial, maka BPJS merupakan sebuah lembaga hukum

nirlaba untuk perlindugan sosial dalam menjamin seluruh rakyat agar dapat

memenuhi kebutuhan hidup yang layak sekaligus dibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia.

4.1.3 Profil Rumah Sakit Awal Bros Kota Tangerang

RS. Awal Bros adalah rumah sakit swasta kelas B. Rumah sakit ini mampu

memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah

Page 92: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

74

sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Tempat

ini tersedia 108 tempat tidur inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di

Banten yang tersedia rata – rata 63 tempat tidur inap. Dengan 39 dokter, rumah

sakit ini tersedia lebih banyak dibanding rata – rata rumah sakit yang ada di

Banten. 10 dari 108 tempat tidur di rumah sakit ini berkelas VIP keatas.

Rs. Awal Bros tersedia 39 dokter, 3 lebih sedikit daripada rumah sakit

tipikal di Banten, tapi 4 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di Jawa. Dan

juga 22 dari 39 dokter yang ada disini merupakan dokter spesialis. Visi misi dan

motto dari Rumah Sakit Awal Bros sendiri adalah Menjadi Rumah Sakit Bertaraf

Internasional; Memberikan Pelayanan Kesehatan Secara Profesional; dan

Profesional Peduli.

4.2 Deskripsi Data

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah

didapatkan dari hasil penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teori Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino (2006:144). Teori

tersebut menjelaskan bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik

adalah kemampuannya dalam mengidentifikasikan variabel-variabel yang

mempengaruhinya tercapai tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses

implementasi yang akan dikelompokkan dalam 3 (tiga), yaitu:

1. Mudah tidaknya masalah tersebut dikendalikan mencakup :

a. Dukungan teori dan teknologi

b. Keragaman perilaku kelompok sasaran

c. Tingkat perubahan perilaku yang dikehendaki

Page 93: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

75

2. Kemampuan kebijakan untuk menstruktur proses implementasi:

a. Kejelasan dan konsistensi tujuan

b. Dipergunakannya teori kausal

c. Ketepatan alokasi sumber dana

d. Ketepatan hirarki antarlembaga pelaksana

e. Perekrutan pejabat pelaksana

3. Variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi :

a. Kondisi sosio-ekonomi dan teknologi

b. Dukungan publik

c. Sikap dan sumberdaya dari konstituen

d. Dukungan pejabat yang lebih tinggi

e. Komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk

kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan, dan

dokumentasi. Seperti yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, analisis

data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan

oleh Prasetya Irawan yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan tujuh

kegiatan, diantaranya pengumpulan data mentah, transkrip data, pembuatan

koding, kategorisasi data, penyimpulan sementara, triangulasi dan penyimpulan

akhir.

Page 94: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

76

Langkah pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan data mentah baik

melalui wawancara, observasi lapangan, kajian pustaka serta studi dokumentasi,

tanpa adanya intervensi dari pikiran peneliti atau dengan kata lain data yang

bersifat apa adanya (verbatim). Langkah kedua yaitu transkrip data, pada tahap

ini, peneliti merubah catatan ke bentuk tertulis. Dalam tahap ini, persis seperti apa

adanya dan tidak dicampur adukan dengan pikiran peneliti. Selanjutnya

pembuatan koding dilakukan agar memudahkan dalam pengkategorian data yang

sudah ditranskrip untuk menemukan hal-hal penting atau kata kunci.

Setelah itu adalah kategorisasi data, peneliti mulai menyederhanakan data

dan mengikat kata-kata kunci dalam satu besaran yang disebut kategori.

Kemudian peneliti dapat mengambil kesimpulan walaupun masih bersifat

sementara, sampai pada langkah berikutnya peneliti melakukan proses check and

recheck (triangulasi) antara sumber data yang satu dengan sumber data lainnya.

Langkah terakhir adalah penyimpulan akhir, dengan catatan bahwa data penelitian

tersebut sudah jenuh (saturated) dan setiap penambahan data baru hanya akan

memunculkan ketumpangtindihan (redundant). Dengan banyaknya informasi

yang didapat, maka peneliti mengambil garis besar permasalahan yang relevan

dengan kajian teori implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier (1983).

Mengingat bahwa jenis dan analisis data yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat

deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi

lapangan serta data hasil dokumentasi lainnya. Dengan menggunakan teknik data

kualitatif menggunakan konsep yang diberikan oleh Mazmanian dan Sabatier,

Page 95: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

77

data-data tersebut di analisis selama proses penelitian berlangsung. Data yang

diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara, dokumentasi,

maupun observasi. Kemudian dilakukan reduksi berdasarkan jawaban yang sama

dan berkaitan dengan pembahasan masalah penelitian serta dilakukan kategorisasi

dalam penyusunan jawaban penelitian. Dari data yang diperoleh peneliti di

lapangan, baik itu berupa observasi maupun wawancara, maka peneliti

mendapatkan beberapa data yang kompleks. Akan tetapi setelah data direduksi,

maka peneliti mendapatkan data-data sesuai dengan apa yang di inginkan pada

fokus penelitian.

Dengan banyaknya informasi yang didapat, maka peneliti mengambil garis

besar permasalahan yang relevan dengan kajian teori implementasi menurut

Mazmanian dan Sabatier (1983). Adapun hasil wawancara yang telah dipilih

adalah sebagai berikut :

1. Mudah tidaknya masalah tersebut dikendalikan

a. Dukungan Teori dan Teknologi

Tercapai atau tidaknya tujuan suatu kebijakan akan tergantung pada

sejumlah persyaratan teknis. Berkaitan dengan penelitian ini, program Jaminan

Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Pensiun dan Jaminan Kematian

secara teknis dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan yang sudah bekerjasama dengan beberapa Rumah Sakit di Kota

Tangerang. Sebagaimana keterangan yang dipaparkan (I1-1) Kepala Bidang

Pemasaran Peserta Penerima Upah BPJS Ketenagakerjaan Cikokol Kota

Page 96: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

78

Tangerang mengenai teknis pelaksanaan program dari BPJS Ketenagakerjaan,

bahwa:

“BPJS Ketenagakerjaan, koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja, Kejaksaan, dan KPNL.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cikokol Kota Tangerang lt.3 Kamis, 17 Desember 2015 pukul 10:26 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa proses

pelaksanaan teknis dilaksanakan oleh beberapa pihak seperti Dinas Tenaga Kerja,

Pemerintah Daerah, Kejaksaan dan pihak rumah sakit yang bekerja sama dengan

BPJS Ketenagakerjaan guna mendukung implementasi program dari BPJS

Ketenagakerjaan. Hal ini juga sama dengan yang apa dijabarkan oleh I2-1 yang

menjabat sebagai Kepala Bidang Pemasaran Peserta Penerima Upah di Kantor

BPJS Ketenagakerjaan Kebon Besar Tangerang :

“Secara teknisnya kita kerjasama dengan banyak, yang jelas sama Stakeholder kita itukan perusahaan pasti, ada juga Dinas Tenaga Kerja, Pemerintah Daerah, sekarang juga karena mulai ke penegakan hukum, kita juga ke Kejaksaan.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kebon Besar Tangerang. Selasa, 5 Januari 2016 pukul 10:45 WIB)

Dari hasil wawancara di atas juga dapat diketahui bahwa pelaksanaan

teknis dari program BPJS Ketenagakerjaan di lakukan oleh Dinas Tenaga Kerja,

Pemerintah Daerah, Kejaksanaan, rumah sakit dan klinik yang membantu

tercapainya kesuksesan implementasi program BPJS Ketenagakerjaan. Dengan

hasil wawancara dengan I1 dan I2, hasil wawancara dengan I3 yang mempunyai

peran penting sebagai pelaksana vital bagi implementasi program BPJS

Ketenagakerjaan mengatakan bahwa :

Page 97: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

79

“Program BPJS Ketenagakerjaan ini untuk pelaksanaan dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan sudah pasti, kemudian ada Pemerintah Daerah, Dinas Tenaga Kerja, Kantor atau perusahaan, dan yang jelas kami dari rumah sakit sebagai pihak penyedia layanan kesehatan.” (Wawancara dengan Staf Bagian Penelitian Rumah Sakit Awal Bros Kota Tangerang, Senin 11 Januari 2016, pukul 10:40 WIB)

Berdasarkan wawancara di atas dengan I1, I2, dan I3, sudah jelas bagaimana

teknis dari program impelementasi ini dilaksanakan oleh siapa saja pihak yang

terkait, antara BPJS Ketenagakerjaan sebagai pemegang program lanjutan dari

Jamsostek, Dinas Tenagakerja sebagai payung atau induk dari tenagakerja yang

ada di Kota Tangerang, kejaksaan sebagai badan hukum yang mendampingi

dalam segi penegakan hukum, Pemerintah Daerah sebagai pihak yang mengawasi

berjalannya program ini, juga rumah sakit dan klinik yang ikut bekerjasama

sebagai mitra dalam pelayanan kesehatan bagi tenagakerja.

Dari pihak I4 Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Banten

sendiri selaku pengawas pelayanan publik, dukungan teori dan teknologi sudah di

rasa tidak ada hambatan dan masalah, karena sudah di dukung dengan Undang –

Undangnya tersendiri seperti dijelaskan di bawah berikut :

“Dukungan teori seperti dalam bentuk Undang – Undang itu kita berdasar Undang - Undang No. 37 tahun 2008, Undang - Undang No. 25 tahun 2009, dan Undang - Undang No. 23 tahun 2014. Teknologi yang kita gunakan dalam penerimaan laporan pelayanan publik dapat melalui telepon, fax, email, juga bisa datang langsung ke kantor Ombudsman”. (Wawancara dengan Staff Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Banten, Rabu, 27 April 2016 pukul 16:15 WIB).

Namun dalam pernyataan yang didapat dari I5 mengatakan bahwa Dinas

Tenaga Kerja Kota Tangerang tidak ikut berperan aktif dalam menjalankan

Page 98: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

80

program BPJS Ketenagakerjaan, seperti yang telah disampaikan oleh I1, I2, I3,

Dinas Tenaga Kerja hanya jika dibutuhkan. Seperti yang dikatakan sebagai

berikut :

“Kita Disnaker sudah tidak ikut berperan dalam membantu program BPJS Ketenagakerjaan, hanya jika dibutuhkan saja baru kami bisa membantu”. ( Wawancara dengan Kepala Seksi Pengupahan dan Jamsostek Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang, Senin 23 Mei 2016, pukul 10:45 WIB )

Selain itu bagaimana ketersediaan teknologi sebagai sarana pendukung

program tersebut agar pelaksanaan berjalan secara efisien. Salah satunya

penggunaan komputer dalam Sistem Informasi Manajemen dalam pengolahan

data kepesertaan, klaim dan verifikasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan

sumber yang sama, yakni I1-2, sebagai berikut :

“BPJS Ketenagakerjaan ini berbasis online, untuk sistem informasi bisa didapatkan di kantor cabang manapun, termasuk jaminan pelayanan kepada peserta.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang cabang Cikokol, 17 Desember 2015, pukul 10:26 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan I1, ketersediaan teknologi

dalam menjalankan proses implementasi program BPJS Ketenagakerjaan berjalan

dengan baik dan tidak ada hambatan, karena di dukung dengan teknologi yang

semakin modern guna meningkatkan pelayanan baik internal maupun eksternal.

Dari hasil wawancara dengan I2, didapat hasil wawancara yang menjelaskan

bahwa teknologi yang digunakan dalam implementasi program BPJS

Ketenagakerjaan sudah sangat baik dengan di dukung kemajuan teknologi dan

sistem terbaru, yang mengikuti perkembangan teknologi.

Page 99: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

81

“Teknologi kita sudah canggih sekarang ini, kita juga sistem baru, baru per November 2015 kemarin kita pakai, mungkin kalau sekarang hanya sedang ada pembaruan sistem sampai kurang lebih 6 bulan.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kebon Besar Tangerang, Selasa, 5 Januari 2016 pukul 10:45 WIB)

Juga dari hasil wawancara dari I3 yang memaparkan tentang teknologi

yang digunakan di rumah sakit sudah sangat baik, hal ini diperjelas dengan apa

yang dijabarkan sebagai berikut :

“Teknologi di rumah sakit kami tidak perlu diragukan lagi, boleh cek setiap komputernya. Untuk pengolahan data kepesertaan, klaim dan verifikasi, kita pakai formulir juga, jadi ada manual dan komputer. (Wawancara dengan Staff Bagian Penelitian Rumah Sakit Awal Bros Kota Tangerang. Senin, 11 Januari 2016 pukul 10:40 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan I5 mengenai

dukungan teori seperti undang – undang yang mengatur jalannya program, I5

mengatakan bahwa harusnya ada beberapa pasal atau undang – undang yang di

revisi untuk kebaikan program BPJS Ketenagakerjaan, seperti yang dijelaskan

dibawah ini :

“Untuk teori ketenagakerjaan menurut saya sudah cukup baik, hanya undang – undang yang mengatur tentang BPJS ini yang harusnya dibenahi oleh pemerintah, sedangkan teknologi yang kami gunakan untuk mendukung data kepesertaan tenagakerja sudah baik dan tidak ada kendala hambatan sama sekali.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengupahan dan Jamsostek Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang. Selasa, 5 Januari 2016 pukul 10:45 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan I1, I2, I3 dan I5 dalam aspek

teori dan teknologi, pihak dari BPJS Ketengakerjaan dan Rumah Sakit sama sekali

tidak mengalami masalah atau hambatan sedikitpun, karena didukung oleh

Page 100: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

82

teknologi yang berkembang menurut apa yang dituturkan oleh I1, I2, I3 dan I5,

bahwa mereka sebagai pihak penyelenggara program dan penyedia pelayanan

kesehatan selalu berupaya untuk meningkatkan teknologi untuk pengembangan

sistem komputer dan software seperti aplikasi untuk cek saldo tabungan asuransi,

form pendaftaran online, layanan website, yang bertujuan untuk memudahkan

peserta untuk mengakses segala informasi, juga membantu mempermudah

petugas pelaksana program BPJS Ketenagakerjaan dalam melaksanakan

pekerjaannya. Sedangkan untuk secara teknisnya bahwa pelaksanaan program ini

dibantu dan didukung oleh Dinas Tenaga Kerja, Pemerintah Daerah, Rumah Sakit

yang berlogo Trauma Center, Kejaksaan dan semua perusahaan yang ada di Kota

Tangerang, yang memenuhi kriteria wajib ikut serta BPJS Ketenagakerjaan.

Setelah peneliti membandingkan hasil wawancara satu dengan yang

lainnya, maka peneliti dapat menarik sebuah kesimpulan sementara bahwa

dukungan teori oleh pihak pelaksana program BPJS Ketenagakerjaan sudah jelas

dan teknologi yang digunakan sudah cukup baik.

b. Keragaman Perilaku Kelompok Sasaran

Semakin beragam perilaku yang diatur, maka asumsinya adalah semakin

beragam pula pelayanan yang diberikan, sehingga akan semakin sulit untuk

membuat peraturan yang tegas dan jelas. Program BPJS Ketenagakerjaan di Kota

Tangerang terdiri dari keberagaman jenis program yang diantaranya jaminan

kecelakaan, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian yang

melibatkan banyak golongan tenagakerja berdasar jenis pekerjaan, tingkat risiko,

upah atau gaji yang diterima. Seperti yang dijelaskan oleh I1-3:

Page 101: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

83

“Sangat baik, karena perlindungan yang diberikan melalui BPJS Ketenagakerjaan dapat menciptakan rasa aman bagi mereka pada saat bekerja.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cikokol Kota Tangerang, Kamis 17 Desember 2015 pukul 10:26 WIB )

Dari hasil wawancara di atas, peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan

sementara yaitu dengan program yang diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan,

setidaknya mampu memproteksi tenagakerja dari rasa was – was ketika dalam

pekerjaannya mengalami kecelakaan kerja, karena biayanya sudah masuk dalam

salah satu program yakni Jaminan Kecelakaan Kerja. Keterangan lain disebutkan

oleh I2-3 yang mengatakan :

“Sebelumnya sudah saya sampaikan, mereka para peserta itu merasa sangat senang dan antusias dengan transformasi Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan, karena bukan hanya namanya saja yang ganti, tapi juga ditambah dengan beberapa kelebihan yang menutupi, atau mungkin juga bisa suatu saat nanti menghilangkan kekurangannya, baik dalam peraturan, regulasi, ketentuan dan lain – lainnya.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kebon Besar Tangerang, 5 Januari 2016, pukul 10:45 WIB )

Keragaman perilaku kelompok seperti banyak peserta yang mendaftarkan

diri secara personal atau didaftarkan melalui tempat dimana bekerja sebagai

peserta Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan

Jaminan Pensiun berasal dari yang berpendidikan rendah, menengah dan tinggi

serta dari yang ekonomi rendah dan ekonomi tinggi. Program BPJS

Ketenagakerjaan tentu mengalami banyak keragaman dalam pemahaman dalam

sosialisasi program BPJS Ketenagakerjaan, untuk yang sebelumnya pernah

tergabung dalam Jamsostek mungkin tidak akan bingung lagi, hanya perlu sedikit

tambahan sosialisasi tentang BPJS Ketenagakerjaan ini, sedangkan untuk kaum

Page 102: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

84

awam ini yang harus dilakukan ekstra sosialisasi, karena belum mengetahui atau

paham tentang program tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh I6, beliau

menjelaskan bahwa sebenarnya setuju dengan program BPJS Ketenakerjaan,

hanya saja kurang senang dengan pelayanan yang didapat di rumah sakit, seperti

yang dikatakan berikut ini :

“Sebenarnya setuju, hanya skema dilapangannya tidak. Menurut saya BPJS itu merepotkan, seperti yang sudah - sudah. Kalau potong gaji untuk bayar iuran tidak keberatan, tapi pelayanannya yang di BPJS itu yang saya keberatan. Suka dimentalin, dioper sana sini, proseduralnya harus seperti ini itu. Kita sudah mengikuti prosedural tetapi tetap saja. Kita ketika klaim, pada saat mengajukan BPJS diiyakan, tapi pelayanannya terasa diabaikan. Terutama dari rumah sakit pemerintah, tidak ada kamar, atau kalau tidak kita gampar (=sogok) pakai uang. Dan yang swasta pun sama, kalau sudah melihat calon pasien BPJS, ada diterima, tapi waktunya orang belum sehat, belum sembuh benar sudah disuruh pulang. Itulah kekurangannya dari segi pelayanannya BPJS Ketenagakerjaan” (Wawancara dengan Staff Keamanan Bank BJB Ruko Tangcity, 28 November 2015 pukul 10:40 WIB)

Pelayanan yang dirasa dan didapat juga belum maksimal sepenuhnya,

karena keterbatasan edukasi tenagakerja tentang program BPJS Ketenagakerjaan

mengenai aturan, regulasi maupun peraturan undang – undang seperti keterangan

lain dari I7 di bawah ini yang mengatakan :

“Untuk semua programnya saya setuju, hanya untuk jangka waktu 10 tahun Jaminan hari tua saya kurang setuju. Masalahnya kenapa harus 10 tahun, dan untuk ukuran tua itu seperti apa dan bagaimana. Harus umur berapa. Kalau saya berpikirnya BPJS Ketenagakerjaan itu buat investasi uang jangka panjang kedepannya nanti kalau di kerjaan saya ada apa kenapa. Hanya sedikit keberatan sama yang itu tadi, kenapa harus 10 tahun jangka waktunya.” (Wawancara dengan Karyawan PT. Gajah Tunggal Ika, Tbk di Kedai Weeks Jumat 27 November 2015 pukul 20:39 WIB)

Page 103: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

85

Seperti yang dikatakan oleh I8 di bawah ini mengenai antusias terhadap

program BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang :

“Kalau saya ini kan buruh, tidak setuju sebenarnya karena dilema, sangat keberatan malah, gaji sudah segininya pakai buat bayar segala macam, memang tidak seberapa, ini baru dipotong buat bayar BPJS, belum dipotong buat bayar yang lain lagi. Pokoknya saya tidak setuju kalau semuanya kebijakan dan peraturan di kendalikan oleh pemerintah.” (Wawancara dengan buruh yang tidak menyebutkan tempat dimana bekerja di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang lt. 3, Jumat 27 November 2015 pukul 10:40 WIB)

Dari hasil wawancara di atas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan

sememtara mengenai antusiasnya terhadap program BPJS Ketenagakerjaaan yaitu

sebagian dari tenagakerja merasa terpaksa atau diharuskan untuk mengikuti

program dari pemerintah ini, walaupun tujuannya baik untuk menjamin

keselamatan pekerja dari risiko kecelakaan kerja yang terjadi nanti, juga untuk

menjamin uang pensiunan dan hari tua, hal ini dijelaskan oleh Informan lain (I9)

yang mengatakan :

“Setuju tidak setuju, gimana. Ini kan program dari pemerintah, sudah ada undang – undangnya juga yang mewajib dan mengharuskan. Jadi kita terpaksa ikut yang seperti ini. Bagus programnya buat nanti pensiun atau hari tua, tetapi kan tidak selamanya kita mau jadi pekerja. Kalau yang mau buka usaha sendiri bagaimana? Nunggu pensiun dulu? Atau kalau mau ambil uangnya harus kerja terus selama 10 tahun? Itu saja, setuju tidak setuju. Pasti program ini banyak kekurangannya” (Wawancara dengan Karyawan Auto 200 Kebon Nanas, Selasa 12 Januari 2016 pukul 12:10 WIB di Kebon Nanas Tangerang).

Dari hasil wawancara di atas, peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan

bahwa sebenarnya sebagian tenaga kerja kurang mendukung program BPJS

Page 104: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

86

Ketenagakerjaan dengan tidak adanya pilihan yang mengharuskan tenagakerja

wajib mengikuti program tersebut.

Dari beberapa wawancara dengan beberapa informan di atas pula, peneliti

mengambil kesimpulan setelah membandingkan hasil wawancara dengan

informan satu dengan informan lainnya mengenai keragaman perilaku program

wajib BPJS Ketenagakerjaan tersebut, bahwa semakin banyak peserta tenagakerja

yang bergabung dalam pelaksanaan program ini, semakin sulit untuk menyatukan

pemahaman mengenai aturan yang sesuai dengan tenaga kerja, karena tingkat

sosial yang berbeda, jenis pekerjaan, kebutuhan, persepsi dan pandangan yang

berbeda.

c. Tingkat Perubahan Perilaku Yang Dikehendaki

Semakin besar jumlah perubahan perilaku yang dikehendaki oleh

kebijakan, maka semakin sulit para pelaksana kebijakan memperoleh

implementasi yang berhasil. Artinya ada sejumlah masalah yang lebih dapat kita

kendalikan bila tingkat dan ruang lingkup perubahan yang dikehendaki tidaklah

terlalu besar. Dalam arti bahwa penjelasan turunan dari undang - undang baik

berupa peraturan menteri tenagakerja maupun petunjuk teknis dan petunjuk

pelaksanaannya yang sesuai dan tidak banyak perubahan akan sangat

memudahkan penyelenggara dalam melaksanakan tugasnya di lapangan.

Pemaparan hasil wawancara dengan I1 mengatakan :

“Ya, pada saat mereka bekerja dihadapkan kepada resiko kecelakaan kerja dan meninggal dunia, kemudian pada satu ketika mereka juga mengalami masa tua. Pada saat peristiwa itu datang, mereka sudah ada kepastian akan mendapat perlindungan dari jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua. Disamping itu mereka juga

Page 105: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

87

mendapat manfaat tambahan seperti PPKB ( Pinjaman Perumahan Kerjasama Bank ) bagi para peserta BPJS Ketenagakerjaan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cikokol Kota Tangerang, Kamis 17 Desember 2015 pukul 10:26 WIB )

Dari informan (I2-3) yang menyebutkan bahwa tanggapan atau respon dari

sebagian tenagakerja hasilnya positif, untuk yang mendaftar secara pribadi

maupun yang didaftarkan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Dengan di

daftarkannya tenagakerja melalui perusahaan tempat bekerja, itu sudah termasuk

kerjasama yang baik dilakukan guna menambah angka tingkat peserta aktif BPJS

Ketenagakerjaan, seperti yang dijelaskan di bawah ini :

“Respon atau tanggapannya lumayan positif, apalagi kota Tangerang ini sedang berkembang, rekrutmen pegawai pun sedang besar, jadi pastinya itu masuk terdaftar jadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, mau yang daftar personal maupun didaftarkan dari tempatnya bekerja. Lagipula dengan ikut terdaftar di BPJSTK ini tidak rugi, malah banyak untungnya kalau menurut saya”. (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kebon Besar Tangerang, 5 Januari 2016, pukul 10:45 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diperoleh informasi bahwa

antusias peserta dalam menyambut program dari BPJS Ketenagakerjaan ini cukup

baik. Namun dibalik itu semua masih terdapat masalah yang harus selalu

diperbaiki guna menjadikan pelayanan yang maksimal, aman dan nyaman, seperti

dipaparkan oleh narasumber I6 yang menyatakan sebagai berikut:

“Saya sebenarnya bingung, dalam artian pelayanannya tidak maksimal. apalagi yang di kelas III, kalau obat – obatan harus ada yang ditebuskan, ada yang harus dibeli karena tidak semuanya gratis. Dibilang antusias tidak juga, karena sebelumnya juga sudah pernah merasakan Jamsostek. Ya sama seperti ini, hanya nama sama ada bedanya beberapa”. (Wawancara dengan Staff Keamanan Bank BJB Ruko Tangcity Kota

Page 106: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

88

Tangerang 28 November 2015 pukul 10:40 di Bank BJB Ruko Tangcity Kota Tangerang).

Sementara informan lain yang peneliti temui untuk wawancara dengan I9

mengatakan bahwa sebenarnya dirinya tidak terlalu antusias dengan transformasi

Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan, Karena sebelumnya sudah pernah

merasakan menjadi anggota Jamsostek, seperti yang dijelaskan sebagai berikut :

“Antusias atau tidaknya program dan kebijakan dari pemerintah tentang BPJS Ketenagakerjaan sepertinya tidak terlalu, biasa saja. Dulu juga sudah pernah pakai Jamsostek, hanya sekarang saja namanya ganti jadi BPJS Ketenagakerjaan. Isinya hampir sama saja”. (Wawancara dengan Karyawan Auto 2000 Kebon Nanas Tangerang, Selasa 11 Januari 2016, pukul 12:10 WIB ).

Sedangkan dari I8 diperoleh hasil wawancara sebagai berikut yang

menyatakan bahwa responnya sudah sangat baik, namun kurang didukung dengan

pelayanan maksimal yang dilakukan oleh pihak terkait lainnya, seperti yang

dijelaskan di bawah berikut :

“Responnya yang banyak saya temui dan dapat, kebanyakan dari mereka puas dengan programnya, tapi tidak cukup puas dengan pelayanan yang diterima di rumah sakit ketika mengajukan klaim atau pelayanan kesehatannya”. (Wawancara dengan buruh yang tidak menyebutkan tempat dimana bekerja di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, Jumat 27 November 2015 pukul 10:40 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa

antusias pekerja dalam menyambut program BPJS Ketenagakerjaan ini sangat

baik untuk beberapa kalangan dan sebagian dari tenaga kerja tapi tidak didukung

dengan pelayanan publik yang maksimal untuk melayani tenagakerja yang

mengajukan klaim asuransi baik di rumah sakit maupun di kantor cabang BPJS

Page 107: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

89

Ketenagakerjaan Kota Tangerang. Namun dibalik itu semua masih terdapat

masalah yang harus selalu diperbaiki guna menjadikan pelayanan yang maksimal,

aman, nyaman dan juga evaluasi dari beberapa aturan undang – undang serta

regulasi pelaksanaan.

2. Kemampuan Kebijakan Untuk Menstruktur Proses Implementasi

a. Kejelasan dan Konsistensi Tujuan

Bagaimana kejelasan tujuan-tujuan yang akan dicapai dan disusun secara

jelas skala prioritas atau urutan kepentingan bagi para pelaksana dan

kemungkinan output kebijakan dari badan-badan pelaksana akan sejalan dengan

petunjuk tersebut. Berdasarkan keterangan dari I1 mengenai kejelasan dan

konsistensi tujuan, bahwa tujuan dari program lanjutan dari Jamsostek yang

sekarang menjadi BPJS Ketenagakerjaan adalah untuk mensejahterakan

tenagakerja di hari tua nanti, atau menjalani masa pensiun kerja, juga

meringankan beban ketika terjadi kecelakaan kerja, hal ini diperjelas dengan

pernyataan di bawah berikut :

“Misi kita ini menjadi jembatan menuju kesejahteraan pekerja. Ini di terjemahkan dalam program tadi, dengan mengikuti program BPJSTK, dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja dan sebaliknya. Program BPJSTK tidak semata menanggulangi resiko dari kecelakaan kerja dan kematian, tapi juga ada proteksi hari tua. Proteksi hari tua ini terdiri dari Jaminan hari tua dan Jaminan Pensiun. Ada harapan besar bagi para peserta dimana di hari tuanya mempunyai bekal yang sudah di tabung melalui Jaminan hari tua dan pensiun. Secara lumsam, dia akan mendapat tabungan secara sekaligus yang dapat dijadikan usaha atau kegiatan berikutnya, setelah menjalani masa pensiun secara berkala setiap bulan. Mereka mendapat pensiun sebagai penghasilan yang hilang. Kedua proteksi ini tentunya yang diharapkan oleh pekerja di sektor swasta.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaa Cikokol Tangerang, Kamis, 17 Desember 2015, 10:26 WIB)

Page 108: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

90

Pemaparan yang disampaikan oleh I2 berkaitan dengan hal ini, tujuannya

adalah untuk mensejahterakan tenagakerja yang ada di Indonesia khususnya di

Kota Tangerang sendiri seperti dijelaskan di bawah ini :

“Kita sama sekali tidak ada kepentingan, kepentingan kita disini murni untuk membantu dan menolong kesejahteraan tenagakerja yang ada di Indonesia, khususnya di Tangerang ini. Dengan program lanjutan dari Jamsostek yang dulu pernah ada, seperti diantaranya Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Pensiunan.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kebon Besar Tangerang, Selasa, 5 Januari 2016 pukul 10:45 WIB )

Keterangan dari I3 dari Rumah Sakit Awal Bros menjelaskan konsistensi

dan tujuan dari program BPJS Ketenagakerjaan adalah sesuai dengan visi misi

dan motto, tidak membedakan antara BPJS Kesehatan atau BPJS

Ketenagakerjaan, karena tugas mereka memberikan pelayanan kesehatan bagi

siapapun :

“Tujuan kami jelas sesuai dengan visi dan misi rumah sakit, yaitu Menjadi Rumah Sakit Bertaraf Internasional (Visi), Memberikan pelayanan kesehatan secara proesional (Misi) dan Motto kami, Profesional Peduli”

(Wawancara dengan Staff Bagian Penelitian Rumah Sakit Awal Bros Kota Tangerang. Senin, 11 Januari 2016 pukul 10.40 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I5, peneliti mendapat sebuah

pernyataan mengenai tujuan yang akan dicapai atau kepentingan sebagai pejabat

pelaksana, yang menyatakan sebagai berikut :

Page 109: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

91

“Tujuan kepentingan bagi para pelaksana, kami rasa kami hanya membantu tenagakerja untuk mencapai kesejahteraan di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Di masa kini lebih seperti kepada kami memberi program jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. Kesejahteraan di masa depan lebih kepada jaminan hari tua dan jaminan pensiun yang berguna sebagai tabungan investasi para tenagakerja yang masih aktif bekerja sekarang ini”. (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengupahan dan Jamsostek Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang, Senin, 23 Mei 2016 pukul 10:45 WIB )

Dari hasil wawancara informan yang telah dijabarkan di atas, peneliti

menarik sebuah kesimpulan bahwa kejelasan dan konsistensi tujuan dari

pemerintah dalam BPJS Ketenagakerjaan ini bertujuan untuk mensejahterakan

tenaga kerja ketika memasuki masa pensiun dan hari tua, tujuan lainnya yaitu

untuk agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang

tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita

penyakit akibat kerja; untuk menjamin agar peserta uang tunai apabila mengalami

cacat total tetap, atau meninggal dunia; dan untuk memberikan santunan kematian

yang dibayarkan kepada ahli waris yang meninggal dunia.

Cakupan yang terdapat dalam program BPJS Ketenagakerjaan ini hanya

meliputi 4 program yang diantaranya Program Jaminan Kecelakaan Kerja,

Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian dan Jaminan Pensiun, hanya saja ditambah

dengan beberapa inovasi seperti yang sekarang ini sedang berjalan, yaitu Housing

Benefit. Housing Benefit itu sendiri adalah bantuan dari pemerintah kepada

peserta BPJS Ketenagakerjaan yang ingin membeli rumah kredit KPR dengan

memberikan bantuan dana sebesar 3 persennya.

b. Dipergunakannya Teori Kausal

Page 110: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

92

Bagaimana kira-kira tujuan program pembaharuan ini dicapai melalui

implementasi kebijakan. Jika terdapat penghambat maka hambatan-hambatan apa

sajakah dan bagaimana penyelesaiannya. Seperti penjelasan dari I1 di bawah ini :

“Perubahan yang mendasar dari Badan Penyelenggara PT. Jamsostek adalah ditambahkannya program pensiun. Jadi total ada 4 program, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Pensiun. Kendalanya belum semua pekerja yang belum mengetahui tentang program BPJS Ketenagakerjaan, untuk itu perlu dilakukan sosialisasi ke seluruh masyarakat, baik itu pekerja, calon pekerja, mahasiswa atau pelajar. Sosialisasi kepada pekerja bisa dilakukan melalui sosialisasi langsung ke pabrik, atau tempat bekerja, media elektronik, media cetak, dan lain - lain. Untuk pelajar dan mahasiswa dilakukan edukasi pendekatan melalui pelajaran tertentu di sekolah mereka.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cikokol Kota Tangerang, Kamis 17 Desember 2015 pukul 10:26 WIB )

Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan I1, peneliti dapat mengambil

sebuah kesimpulan sementara mengenai hambatan yang terjadi dan ditemui dalam

menjalankan program Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan adalah

edukasi yang harus lebih sering dilakukan kepada pelajar sejak dini untuk

menambah pengetahuan dan persiapan menuju dunia kerja di masa depan.

Hambatan lain yg terjadi dalam pelaksanaan proses implementasi program

BPJS Ketenagakerjaan lain ialah kurangnya kesadaran dari semua pihak yang

terlibat dalam program ini, hal ini diperkuat oleh pernyataan dari I2 yang

mengatakan sebagai berikut :

“Hambatan dari jaman jamsostek hingga sekarang, kita wajib, cuma ompong. Maksudnya ompong itu, ketika ada perusahaan yang tidak mendaftar atau didaftarkan, itu kan harusnya di tindak, seperti tidak dapat izin SIUP dan lain lainnya, tapi kita disini tidak bisa menindak karena kita hanya pelaksana. Ini gimana mau ditindak kalau Disnakernya

Page 111: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

93

sendiri tidak berani tegas. Penyelesaiannya itu harus ada ketegasan dari orang nomor 1 di Indonesia ini, Presiden.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kebon Besar Tangerang, Selasa, 5 Januari 2016 pukul 10:45 WIB )

Pernyataan dari I3 dari pihak Rumah Sakit Awal Bros yang bekerja di

Bagian Penelitian menjelaskan tentang hambatan yang ditemui dalam berjalannya

program BPJS Ketenagakerjaan sebagai berikut :

“Hambatannya kalau dari pihak rumah sakit, saya pikir itu pola pikir dari keluarga pasien yang kalau misalkan mereka mengklaim asuransi kecelakaan kerja dan sebagainya, itu suka dipersulit, padahal sebenarnya tidak, kalau pun ada itu mungkin dari beberapa orang, dan kita langsung tahu karena kita juga mengontrol dan mengevaluasi pelayanan.” (Wawancara dengan Staff Bagian Penelitian Rumah Sakit Awal Bros Kota Tangerang. Senin, 11 Januari 2016 pukul 10.40 WIB )

Sedangkan dari I4, wawancara dengan Ombudsmn Republik Indonesia

Perwakilan Provinsi Banten selaku pengawas pelayanan publik mengatakan

bahwa hambatan yang dilakukan dalam pengawasan adalah :

“Secara teknis hambatan kita itu laporannya banyak, semuanya mau cepat, semuanya mau prioritas, kita juga berdasarkan undang – undang. Tidak bisa siapa cepat dia dapat, itu tergantung dari kasus pelayanan yang kita review berdasar kronologi pelapor”. (Wawancara dengan Karyawan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Propinsi Banten, Rabu, 27 Maret 2016 )

Dari Informan I5 Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang menyebutkan

hambatannya dalam membantu menjalankan program ini, seperti yang dijelaskan

berikut ini :

Page 112: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

94

“Hambatan dalam berjalannya pelaksanaan program BPJS Ketenegakerjaan ini dari pengawas pelaksanaan, BPJS Ketenagakerjaan sendiri saat ini belum punya tim pengawas untuk menginvestigasi permasalahan yang terjadi di lapangan”. (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengupahan dan Jamsostek Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang, Senin, 23 Mei 2016 pukul 10:45 WIB)

Dari hasil wawancara di atas dengan informan diatas ( I1, I2, I3, I4 dan I5 ),

maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa hambatan yang ditemui dalam

proses implementasi program BPJS Ketenagakerjaan ini diantaranya adalah

kurangnya pemahaman atau edukasi yang diterima oleh peserta BPJS

Ketenagakerjaan, lalu masih ada beberapa pihak yang kurang mendukung 100%

program ini seperti perusahaan yang hanya mendaftarkan sebagian upah atau gaji

yang diterima karyawannya, dikarenakan banyak pihak dengan berbagai

kepentingan yang mengambil keuntungan dalam program ini, regulasi dari

undang – undang yang dirasa harus ada perbaikan, dan juga pengawas internal

dari BPJS Ketenagakerjaan. Andaikata semua pihak yang terlibat mempunyai

kesadaran dan semangat juang yang tinggi untuk benar benar serius menjalankan

program ini, maka hambatan yang terjadi di lapangan sedikit demi sedikit akan

dapat di atasi.

b. Ketepatan Alokasi Sumber Dana

Ketepatan sumber alokasi dana dalam program BPJS Ketenagakerjaan,

untuk penggunaan dana sepenuhnya berasal dari iuran kepesertaan yang

dibayarkan setiap bulannya dengan beberapa ketentuan tertentu, untuk Jaminan

hari tua dan jaminan kecelakaan kerja, jaminan pensiun dan jaminan kematian

Page 113: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

95

sudah ada ketentuannya tersendiri berdasarkan jenis pekerjaan dan jumlah upah

atau gaji yang diterima. Hal ini dijelaskan diungkapkan oleh I2, sebagai berikut :

“Kalau dulu sebelum per Juli kemarin, pengobatannya ada limit, 20 juta plus 20, jadi 40 juta. Tapi sekarang tidak ada limit, jadi selama dia masih aktif terdaftar masih bisa kita cover”. (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kebon Besar Kota Tangerang, Selasa, 5 Januari 2016 pukul 10:45 WIB).

Alokasi dana bagi para peserta BPJS Ketenagakerjaan sebenarnya sudah

dijelaskan dan sudah ada dalam regulasi undang – undangnya yang menyatakan

bahwa berapapun jumlah klaimnya, itu semua ditanggung oleh BPJS

Ketenenagakerjaan yang langsung otomatis menggunakan dana tabungan dari

tenagakerja itu sendiri, jika pun kurang, maka akan ditangguhkan biaya

selebihnya. Hal di atas tersebut diperjelas dan diperkuat oleh pernyataan dari

informan I1 yang menuturkan bahwa:

“Dana jaminan yang diberikan kepada peserta sesuai dengan penetapan jaminan berdasar aturan Undang - Undang BPJS Ketenagakerjaan no 24 tahun 2011. Pembayaran jaminan dilakukan secara langsung, tunai atau transfer tanpa ada pembiayaan. Kepastian penerimaan baik kepada peserta maupun ahli waris sudah ditentukan oleh Undang - Undang BPJS Ketenagakerjaan. Sumber dana berasal dari alokasi dana yang diperuntukkan untuk pembayaran jaminan melalui RKAT ( Rencana Kerja Anggaran Tahunan ) setiap tahun.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cikokol Kota Tangerang, Kamis 17 Desember 2015 pukul 10:26 WIB )

Sementara dari pihak rumah sakit tugasnya hanya mengakumulasikan dana

yang yang dikeluarkan oleh peserta BPJS Ketenagkerjaan melalui asuransinya,

seperti yang diungkapkan oleh I3 dari pihak Rumah Sakit mengungkapkan bahwa :

Page 114: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

96

“Alokasi dana dalam program ini semua sudah ada aturan dalam undang – undangnya sendiri, berapa preminya, itu semua sudah diatur, kalau dari kita hanya menentukan biaya pengobatannya saja”. (Wawancara dengan Staff Bagian Penelitian di Rumah Sakit Awal Bros Kota Tangerang, Senin, 11 Januari 2016 pukul 10.40 WIB )

Dari informan I5 sendiri mengatakan bahwa alokasi sumber dana yang

diterima dan digunakan adalah sebagai berikut :

“Alokasi dananya jelas, dari tenagakerja dan akan kembali kepada tenagakerja tersebut, tanpa dikenakan potongan sepeser pun. Karena semua sudah ada peraturannya”. (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengupahan dan Jamsostek Dinas Tenagakerja Kota Tangerang, Senin 23 Mei 2016, pukul 10:46 WIB)

Dari hasil wawancara dengan I1, I2, I3 dan I5 di atas, peneliti mendapat

sebuah kesimpulan sementara yaitu bahwa sejatinya tidak ada yang perlu ditakuti

atau diragukan oleh peserta BPJS Ketenagakerjaan seandainya mereka ingin

melakukan klaim asuransi BPJS Ketenagakerjaan karena semua sudah ada

regulasi dan ketentuan, berapapun jumlah klaim yang dikeluarkan, hanya tinggal

mengurus beberapa persyaratan guna mencairkan dana.

c. Ketepatan Hirarki Antar Lembaga Pelaksana

Salah satu ciri penting yang berlaku yang dimiliki oleh setiap perundang-

undangan yang baik adalah kemampuannya untuk memadukan hirarki badan-

badan pelaksana. Dalam progam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Tenagakerja, pemerintah dalam Undang-Undang maupun aturan turunan lainnya

telah menetapkan perundang-undangan yang sesuai dengan badan pelaksananya

seperti Undang - Undang nomor 40 tahun 2004 untuk Sistem Jaminan Sosial

Page 115: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

97

Nasional, Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial.

Saat ini terdapat 16 Rumah Sakit dan Klinik yang bekerjasama,

diantaranya adalah RS. An Nisa, RS Awal Bros, RS Sari Asih Ciledug dan

Karawaci, RS. Usada Insani, RS. Bhakti Asih, Klinik Sahabat, Klinik Duta

Medika, dan yang lainnya. Pemaparan dari I2 yang menjelaskan tentang

koordinasi mengatakan bahwa koordinasi yang dilakukan olehnya dengan

penyedia pelayanan yang lain sudah cukup baik, intens melalui berbagai macam

media :

“Sesuai dengan BPJS Ketenagakerjaan, maka salah satu program Jaminan Kecelakaan Kerja harus dilakukan melalui Rumah Sakit Trauma Center. Rumah sakit bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan untuk melayani peserta khusus kasus kecelakaan kerja. Kerjasama rumah sakit ini dapat digunakan oleh BPJS Ketenagakerjaan cabang lain bila pesertanya mengalami kecelakaan kerja tidak bisa ditentukan wilayah atau keberadaannya. Melalui jaringan trauma center peserta dapat ditolong dan diobati, baik rawat inap maupun rawat jalan sampai sembuh total, yang dinyatakan oleh dokter. Tanpa batas biaya, sesuai kondisi medis, sampai tenagakerja bekerja kembali. (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketengakerjaan Kebon Besar Kota Tangerang, Selasa, 5 Januari 2016 pukul 10:45 WIB )

Pemaparan lain dijabarkan oleh I1 bahwa koordinasi yang dilakukan sudah

cukup baik dan berjalan dengan lancar, seperti di bawah ini :

“Kalau untuk rumah sakit, itu relatif. Karena kami sambung menyambung. Jadi setiap ada kantor cabang itu punya yang namanya rumah sakit, tapi kita sistemnya saling mendukung ini saling menyambung. Di Tangerang ini kita BPJS Ketenagakerjaan bekerjasama dengan 16 rumah sakit kurang lebihnya, cukup atau tidaknya untuk menaungi pekerja. Berbeda dengan kondisi saat dia tidak berada dekat dengan kondisi rumah sakit yang bekerjasama, misalnya pegawai Kantor Tangerang, sedang dinas di Kota Serang mendapat musibah, itu bisa langsung klaim di Rumah sakit Kota Serang mana saja yang bekerja sama

Page 116: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

98

dengan BPJS Ketenagakerjaan Kota Serang, jadi tidak mesti harus dibawa kerumah sakit di Tangerang, kami disini hanya tinggal mengurus pembayarannya saja. Jadi mau dimana saja, klaim saja di rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan. Koordinasinya seperti yang saya katakan tadi, koordinasinya dengan pihak pemerintah daerah, kejaksaan, Dinas Tenaga Kerja, koordinasi dengan kerjasama itu yang terkait adalah dengan perayaan pesertaan, karena regulasi ini namanya undang – undang itukan harus dijalankan dengan semua lini. Koordinasi ini sudah melekat dengan Badan Perizinan Pelayanan Terpadu, kami ada disitu” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cikokol Kota Tangerang, Kamis 17 Desember 2015 pukul 10:26 WIB ).

Seperti yang dikatakan di atas, wawancara dengan I3 pun menjelaskan

sebagai berikut mengenai koordinasi yang dilakukan antar pejabat pelaksana :

“Koordinasi kita dengan Kantor BPJSTK Tangerang, Dinas Tenaga Kerja, setiap ada klaim, kita laporan, berapa jumlahnya, atas nama siapa, rinciannya apa saja. Dikatakan sudah atau cukup untuk menaungi, kita disini dengan 15 rumah sakit lainnya termasuk kami, mereka peserta bebas mau merujuk kemana saja, yang penting bekerjasama dengan BPJSTK, supaya koordinasinya gampang dan mudah, di luar kota pun juga bisa, tujuannya untuk mempermudah. (Wawancara dengan Staff Bagian Penelitian Rumah Sakit Awal Bros Kota Tangerang, Senin 8 Januari 2016 pukul 10.40 WIB).

Melalui wawancara dengan informan I4, sebagai pengawas pelayanan

publik, koordinasi yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik

diantaranya itu bisa dengan kapan dan dimana saja, tidak tergantung waktunya

berapa lama, seperti yang dijelaskan berikut di bawah ini :

“Kita koordinasi dalam hal yang memang perlu di koordinasikan. Koordinasi yang kita lakukan antar lembaga yang dilakukan Ombudsman tergantung, tidak dalam tenggat waktu, dalam arti kita koordinasi tidak terikat waktu. Kapan saja kita koordinasi jika memang ada pengaduan dengan pihak dan sesuai dengan wewenang kita”. (Wawancara dengan Karyawan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Propinsi Banten, Rabu 23 April 2016, 16:15 WIB).

Page 117: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

99

Berdasarkan hasil wawancara dengan I5, koordinasi yang dilakukan antar

lembaga pelaksana yang mendukung program ini adalah sebagai berikut :

“Kami sebagai Disnaker, melakukan koordinasi hanya jika dibutuhkan saja oleh BPJS Ketenagakerjaan sebagai bantuan jika ada tenagakerja yang ingin pensiun, mencairkan jaminan hari tua atau pensiun, selebihnya tidak ada koordinasi lagi”. (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengupahan dan Jamsostek Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang, Senin 23 Mei 2016 10:45 WIB ).

Dari wawancara di atas, didapat sebuah kesimpulan setelah

membandingkan hasil wawancara mengenai koordinasi yang dilakukan oleh pihak

BPJS Ketenagakerjaan yaitu bahwa koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Tenaga

Kerja, Pemerintah Daerah, Rumah Sakit dan yang lainnya dapat dikatakan cukup

baik, hanya saja sosialisasi yang dilakukan dan disampaikan kepada tenagakerja

belum terlihat dampak positifnya sehingga masih banyak yang tidak mengerti.

d. Perekrutan Pejabat Pelaksana

Memilih atau menarik orang yang memenuhi syarat pekerjaan. Ini

dilakukan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dalam

perekrutan pegawai baru di tahun 2015 yang dilakukan pada bulan Agustus

kemarin, ini dilakukan karena beban kerja semakin tinggi, dalam perekrutannnya

pun dilakukan dalam tahapan yang tidaklah mudah dari mulai seleksi

administrasi, psikotes, wawancara dan kesehatan. Seperti yang dikatakan oleh I2

dibawah ini :

“Belum lama kita buka pendaftaran pekerjaan untuk disini, tanggal 15 Agustus kemarin kalau tidak salah, untuk lebih jelas dan pastinya bisa

Page 118: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

100

langsung buka dan lihat di website resmi di www.bpjstk.go.id. Hebatnya di kita itu untuk lowongan kerja, kita ada maksimal umur, bagi yang D3 maupun S1 itu ada maksimal umurnya, jadi yang bekerja disini itu hampir semua karyawan barunya fresh graduate. Yang penting minimal akreditasi kampusnya B.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cikokol Kota Tangerang, Kamis 17 Desember 2015, 10:26 WIB)

Dari hasil wawancara di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

rekrutmen pegawai ataupun pejabat pelaksana merupakan lulusan fresh graduate

dari universitas yang minimal akreditasinya B dengan batas umur tertentu.

Penjelasan lebih rinci mengenai jenis lowongan pekerjaan dalam merekrut

pegawai atau pejabat pelaksana dijelaskan oleh I1 yang menjelaskan bahwa :

“Setiap tahun ada lowongan kerja dari semua bidang dan disiplin ilmu, di seleksi melalui lembaga professional untuk mendapat kualitas sumber daya manusia yang bermutu. Ketersediaan sumber daya manusia yang bermutu, berimplikasi kepada tingkat pelayanan pada peserta.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah BPJS Ketenagakejaan Kebon Besar Kota Tangerang, 5 Januari 2016 pukul 10:45 WIB)

Dari hasil wawancara di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

semakin tinggi pendidikan calon pegawai, maka akan semakin baik untuk

kepentingan pelayanan kesehatan tenagakerja yang dibutuhkan. Informan lainnya,

yaitu I3 dari pihak rumah sakit Awal Bros Tangerang menjelaskan sebagai berikut:

“Kita buka lowongan tidak tentu, kapan saja kita buka, karena kita disini yang kerja kan kerja shift, suster, perawat sama yang bisa stand by disini pokoknya, untuk ngontrol pasien. Jadi kapan saja kita terima surat lamaran, tetapi untuk panggilan kerjanya kita belum bisa menentukan kapannya”. (Wawancara dengan Staff Bagian Penelitian di Rumah Sakit Awal Bros Kota Tangerang, Senin 11 Januari 2016, 10:40 WIB)

Page 119: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

101

Kesimpulan yang ada pada poin ini setelah melihat dan membandingkan

dari wawancara di atas antara I1, I2 dan I3 bahwa penyelenggara program BPJS

Ketenagakerjaan dan penyedia pelayanan kesehatan melakukan perekrutan dan

pemilihan pegawai sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan dan kemampuan

yang sesuai dengan bidang kerja agar memudahkan menyelesaikan pekerjaan dan

melakukan pelayanan kepada peserta karena ini menyangkut tentang

kesejahteraan tenaga kerja, juga calon pegawai yang tergolong muda, juga melihat

dari akreditasi universitas.

3. Variabel Diluar Kebijakan yang Mempengaruhi Proses Implementasi

a. Kondisi sosio-ekonomi dan teknologi

Dalam hal ini faktor eksternal juga dapat mempengaruhi keberhasilan

suatu kebijakan publik seperti kondisi sosio-ekonomi, dan teknologi yang

berpengaruh dalam pencapaian tujuan. Seperti bagaimana kondisi yang

ditimbulkan dengan adanya kebijakan program tersebut serta bagaimana

pengetahuan masyarakat mengenai teknologi pendukungnya. Dari wawancara

dengan I1, peneliti mendapat sebuah hasil wawancara sebagai berikut :

“BPJS Ketenagakerjaan ini berbasis online, untuk sistem informasi bisa didapatkan dikantor cabang manapun, termasuk jaminan pelayanan kepada peserta.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cikokol Kota Tangerang, Kamis 17 Desember 2015 pukul 10.26 WIB)

Dari hasil wawancara di atas peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan

sementara, bahwasannya penggunaan teknologi yang digunakan tujuannya untuk

Page 120: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

102

semakin memudahkan peserta BPJS Ketenagakerjaan mengakses informasi dan

berita lainnya mengenai program BPJS Ketenagakerjaan.

“Teknologi kita sudah canggih sekarang ini, kita juga sistem baru, baru saja per November 2015 kemarin kita pakai, mungkin kalau sekarang hanya lagi ada pembaruan sistem sampai kurang lebih 6 bulan.” (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kebon Besar Kota Tangerang, Selasa 5 Januari 2016, 10:45 WIB).

Dari wawancara dengan I1 dan I2 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

tidak adanya halangan ataupun masalah dalam informasi dan teknologi yang

digunakan oleh BPJS Ketenagakerjaan dalam proses implementasinya karena

selalu memperbarui teknologi yang digunakan untuk kelancaran dan kemudahan

mengakses informasi mengenai program yang sedang berjalan.

“Pernah, sekali. itu sosialisasinya bulan Januari 2014. yang dibahas dalam sosialisasi tersebut tentang kependukungan BPJS, itu adalah penunjang. Seperti yang di pekerjaan saya namanya jaminan hari tua, kecelakaan kerja, sama jaminan kematian. Untuk yang teknologi saya tidak mengerti, belum pernah cek saldo di hp atau lewat internet” (Wawancara dengan Staff Keamanan di Bank BJB Ruko Tangcity Tangerang, 28 November 2015)

Dari hasil wawancara di atas, peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan

bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan bersifat monoton,

yang dimana para pekerjanya sudah mengetahui mengenai dasar dari program

BPJS Ketenagakerjaan.

“Untuk sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan selama satu setengah tahun saya kerja disini baru pernah sekali dapat sosialisasi, itu kalau tidak salah bulan November 2014. Sosialisasinya tidak jauh tentang programnya itu, Jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian”. (Wawancara dengan Karyawan PT. Gajah Tunggal Ika, Tbk Jumat 27 November 20:39 WIB di Kedai Weeks)

Page 121: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

103

Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti dapat mengambil sebuah

kesimpulan sementara bahwa sosialisasi yang diterima setelah 10 bulan

berjalannya program BPJS Ketenagakerjaan adalah belum berjalannya koordinasi

yang maksimal antara BPJS Ketenagakerjaan dengan perusahaan tersebut seperti

yang sudah dijelaskan dalam wawancara sebelumnya.

“Selama 13 tahun kerja disini tidak ada sosialisasi dari BPJS Ketenagakerjaan mas, belum pernah. Hanya dari pihak HRD saja yang memberi penjelasan tentang ini itunya. Jadi ibaratnya seperti penyambung lidah dari BPJS Ketenagakerjaan ke Pabrik saya begitu.” (Wawancara peneliti dengan Staff Keamanan Bank BJB Ruko Tangcity Kota Tangerang, Jumat 27 November 2015 pukul 10:40 WIB)

Dari hasil wawancara di atas peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan

sementara mengenai pihak HRD perusahaan yang memberi penjelasan tentang

program BPJS Ketenagakerjaan. Hal tersebut bisa terjadi jika tidak adanya

kecocokan waktu yang diminta oleh BPJS Ketenagakerjaan untuk memberikan

sosialisasi kepada tenagakerja di perusahaan tersebut sehingga sosialisasinya di

wakilkan kepada HRD untuk memberi penyuluhan.

“Sosialisasi dari BPJS Ketenagakerjaan pernah, baru satu kali. Bulan Agustus tahun kemarin, itu juga sosialisasinya tentang yang sudah pernah kita ketahui beberapanya, seperti menjelaskan programnya, prosesnya, seperti itu. Tidak jauh beda dengan Jamsostek dulu. Kalau teknologi pendukungnya, saya Alhamdulillah mengerti, paham sedikit seperti buat cek saldo kita berapa, bayarnya lewat mana, infonya apa. Sama ini pernah kejadian waktu teman saya mau klaim uang asuransi di kantor BPJSTK, itu sistem komputernya suka offline, sering dan tidak cuma sekali. Jadi ya mau tidak mau kita harus balik lagi kesana besoknya, atau nunggu sampai sistemnya online.” (Wawancara karyawan Auto 2000 Kebon Nanas Kota Tangerang, Selasa, 12 Januari 2016, pukul 12:10 WIB)

Page 122: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

104

Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa sosialisasi yang dilakukan

oleh penyelenggara program BPJS Ketenagakerjaan tidak dilakukan sesegera

mungkin, juga keluhan mengenai sistem jaringan komputer yang digunakan sering

terjadi error.

Berdasarkan beberapa hasil wawancara tersebut, peneliti membandingkan

satu dengan yang lainnya, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian tenagakerja

kurang paham mengenai aturan, regulasi atau tata cara program BPJS

Ketenagakerjaan ini karena sosialisasi yang monoton, juga kurang aktifnya tempat

tenagakerja bekerja untuk membantu mensosialisasikan program tersebut.

Kurangnya pemahaman mengenai aturan BPJS Ketenagakerjaan ini merupakan

salah satu hambatan yang sebelumnya telah dijelaskan di atas bahwa, untuk

mengadakan sosialisasi mengenai program dari BPJS Ketenagakerjaan, pihaknya

tidak bisa langsung dengan menentukan hari, waktu dan tempat, semua atas

persetujuan dan ijin dari perusahaan tempat dimana akan dilakukan sosialisasi.

b. Dukungan Publik

Untuk mendorong tingkat keberhasilan suatu implementasi kebijakan

sanngat dibutuhkan adanya sentuhan dari tenagakerja itu sendiri dalam arti

bagaimana partisipasi peserta terhadap proses pelaksanaan program tersebut.

“Untuk semua programnya saya setuju, cuma untuk jangka waktu 10 tahun Jaminan hari tua saya kurang setuju. Masalahnya kenapa harus 10 tahun, dan untuk ukuran tua itu seperti apa dan bagaimana. Harus umur berapa. Kalau saya berfikirnya BPJS Ketenagakerjaan itu untuk investasi uang jangka panjang kedepannya nanti kalau di kerjaan saya ada apa kenapa. Cuma agak keberatan sama yang itu tadi, kenapa harus 10 tahun

Page 123: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

105

jangka waktunya”. (Wawancara dengan Karyawan PT. Gajah Tunggal Ika, Tbk di Kedai Weeks, Jumt 27 November 2015, pukul 20:39 WIB)

Peserta program BPJS Ketenagakerjaan ini dapat dikatakan masih jauh

dari target, karena kalah bersaing dengan BPJS Kesehatan yang jumlahnya

pesertanya melambung jauh. Karena masyarakat pada umumnya lebih

membutuhkan kesehatan jika dibandingkan dengan tingkat keselamatan kerja.

“Kalau saya ini kan buruh, tidak setuju sebenarnya karena dilema, sangat keberatan malah, gaji sudah segininya pakai buat bayar segala macam, memang tidak seberapa, ini baru dipotong buat bayar BPJS, belum dipotong buat bayar yang lain lagi. Ya pokoknya saya tidak setuju kalau semuanya kebijakan dan peraturan di kendalikan sama pemerintah”. (Wawancara dengan buruh yang tidak menyebutkan tempat dimana bekerja di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, Jumat 27 November 2015 pukul 10:40 WIB)

Dari wawancara di atas, peneliti dapat menarik sebuah kesimpulan

mengenai dukungan publik bagi para peserta BPJS Ketenagakerjaan,

bahwasannya pembagian premi untuk pembayaran sudah ada bagian persennya.

“Setuju tidak setuju, ini kan program dari pemerintah, sudah ada undang – undangnya juga yang mewajib dan mengharuskan. Jadi kita terpaksa ikut yang seperti ini. Bagus programnya buat nanti pensiun atau hari tua, tetapi kan tidak selamanya kita mau jadi pekerja. Kalau yang mau buka usaha sendiri bagaimana? Nunggu pensiun dulu? Atau kalau mau mengambil uangnya harus kerja terus selama 10 tahun? Itu saja, setuju tidak setuju. Pasti program ini banyak kekurangannya juga”. (Wawancara dengan karyawan Auto 2000 Kebon Nanas Tangerang, Selasa 12 Januari 2016, pukul 12:10 WIB)

Dari hasil wawancara di atas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan

bahwa sebenarnya ada sebagian dari peserta yang merasa keberatan dengan

Page 124: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

106

kewajiban dari pemerintah untuk mengikuti program dari BPJS Ketenagakerjaan,

juga kurangnya sosialisasi yang di terima sehingga kurang pahamnya pengetahuan

tentang program BPJS Ketenagakerjaan.

Setelah membandingkan hasil wawancara yang satu dengan lainnya, maka

dapat peneliti menarik sebuah kesimpulan sementara, bahwa sebagian dari peserta

sebenarnya merasa merasa terpaksa untuk mengikuti program ini, hanya saja

mungkin kurangnya pemahaman akan prosedural, kurang sosialisasi dari pihak

Dinas Tenaga Kerja dan BPJS Ketenagakerjaan mengenai cara kerja dan lainnya

mengenai BPJS Ketenagakerjaan ini juga kejenuhan peserta yang sebelumnya

sudah memakai Jamsostek namun harus memperbarui data dengan memindah ke

BPJS Ketenagakerjaan.

c. Sikap Dan Sumberdaya Dari Konstituen

Perubahan-perubahan yang hendak dicapai oleh suatu kebijakan publik

sangat akan berhasil apabila di tingkat masyarakat, warga memiliki sumber-

sumber dan sikap yang kondusif terhadap kebijakan yang ditawarkan.

“Saya sebenarnya bingung, dalam artian pelayanannya tidak maksimal, apalagi yang di kelas III, kalau obat – obatan harus ada yang ditebuskan, ada yang harus dibeli karena tidak semuanya gratis. Dibilang antusias tidak juga, karena juga kan sebelumnya sudah pernah merasakan Jamsostek. Sama saja seperti ini, hanya nama sama ada bedanya beberapa”. (Wawancara dengan staf Keamanan Bank BJB Ruko Tangerang City, 28 November 2015 pukul 10:40 WIB)

Dari hasil wawancara di atas maka peneliti dapat menarik sebuah

kesimpulan yang menyatakan bahwa kurang maksimalnya pelayanan dan juga

Page 125: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

107

kurangnya antusias terhadap program BPJS Ketenagakerjaan ini karena

sebelumnya sudah merasakan program yang sebelumnya dari Jamsostek.

“Kalau secara pelayanan saya belum pernah merasakan. Tapi yang ada rekan kerja saya yang kerja disini sudah hampir 20 tahun, dia sakit dalam, ketika dia mengajukan BPJS ketenagakerjaan ini ke rumah sakit, dia minta buat di tempatkan di kelas I, kebetulan di rumah sakit ini kamar kelas itu lagi kosong ruangannya di Rumah Sakit Awal Bros Tangerang, karena kamar kelas itu kosong, dialihkan ke VIP, namanya VIP kan hitungannya kita bayar sendiri, dari obatnya juga tidak semua gratis, ada yang bayarnya juga”. (Wawancara dengan karyawan PT. Gajah Tunggal, Tbk di Kedai Weeks, Jumat 27 November 2015, pukul 20:39 WIB)

Dari hasil wawancara di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa peserta

BPJS Ketenagakerjaan sudah merasa bahwa pelayanan yang di dapatkan dari

pihak rumah sakit kurang baik dan kurang maksimal.

“Itu kalau saya belum pernah, Alhamdulillah. Jangan sampai amit amit. Bukannya apa, yang sakit ya sakit, yang minta persyaratan atau prosedur sana sini yang bikin pusing. Iya kalau ketika kita sakit biayanya gratis semua, ada beberapa yang tidak gratis seperti obat gitu ada yang tidak ditanggung, jadi otomatis kita harus nebus itu obat pakai uang sendiri. Kalau senang atau antusias sama program ini sepertinya tidak, seperti yang tadi sudah saya bilang, dilema. Setuju tidak setuju”. (Wawancara dengan buruh yang tidak menyebutkan tempat dimana bekerja di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cikokol Kota Tangerang, Jumat 27 November 2015, pukul 10:40 WIB)

Dari hasil wawancara di atas tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

sosialisasi yang di terima oleh peserta belum sepenuhnya merata dan paham,

karena seperti yang telah di ketahui oleh informan di atas sebelumnya, biaya

pengobatan keseluruhan di tanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan, berapapun

jumlahnya, sampai dengan peserta sehat, dan dapat kembali bekerja.

Page 126: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

108

“Fasilitas sama pelayanan tahu sendiri seperti bagaimana. namanya juga program dari pemerintah, sudah banyak juga beritanya bagaimana fasilitas sama pelayanan kalau kita berobat pake asuransi dari program pemerintahan. Kalau dari swasta tidak perlu ditanya mas. Kalau boleh memilih, lebih baik saya tidak ikut, lebih baik ikut di asuransi swasta. Bayarnya mahal juga sebanding sama fasilitas yang di dapat. Antusias atau tidaknya program dan kebijakan dari pemerintah tentang BPJS Ketenagakerjaan tidak terlalu, biasa saja. Dulu juga sudah pernah pakai Jamsostek, hanya saja sekarang namanya berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan, isinya hampir sama saja”. (Wawancara dengan karyawan Auto 2000 Kebon Nanas Tangerang, Selasa 12 Januari 2016, pukul 12:10 WIB)

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan setelah

membandingkan hasil wawancara satu dengan yang lainnya bahwa kualitas

pelayanan dalam menangani kasus klaim BPJS Ketenagakerjaan masih kurang

maksimal karena beberapa oknum yang menyepelekan pasien BPJS

Ketenagakerjaan, dikarenakan beberapa SDM dari rumah sakit yang sering

mengabaikan, untuk fasilitasnya sendiri sudah lumayan cukup baik dan bagus

karena tergolong modern, karena pihak rumah sakit pun selalu berusaha

memberikan tempat kenyamanan untuk berobat rawat inap meskipun dalam

golongan yang berbeda namun fasilitas di dalam kamar cukup nyaman digunakan.

d. Dukungan Pejabat yang Lebih Tinggi

Lembaga atasan dapat memberikan dukungan terhadap tujuan kebijakan

melalui evaluasi tentang 4 program dari BPJS Ketenagakerjaan dan juga inovasi

tambahan di masa yang akan datang, seperti yang disampaikan oleh I2 sebagai

Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah, berikut ini :

Page 127: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

109

“Kalau kejaksaan berarti kita larinya ke masalah hukum, itu kita gunakan untuk perusahaan yang belum mendaftar, menunggak iuran, sama juga dengan Disnaker. Housing Benefit itu rencana yang akan berjalan, baru akan mau. Karena juga kerjasama dengan Bank, yang menentukan KPRnya. Program pastinya ya 4 itu tadi”. (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketengakerjaan Kebon Besar Tangerang, Selasa 5 Januari 2016, pukul 10:45 WIB)

Dukungan lain dari pejabat yang lebih tinggi selain yang diungkapkan I2,

informan lain I1 menyatakan bahwa dukungan untuk program BPJS

Ketenagakerjaan saat ini hanya memfokuskan di 4 program tertera, seperti yang

dijelaskan berikut ini :

“Dukungan dari stakeholder, karena ini program dari pemerintah, semua instansi harus bersinergi untuk menjalankan program BPJS Ketenagakerjaan. Kesejahteraan masyarakat sangat dibutuhkan dari pelaksanaan 4 jaminan sosial di suatu Negara. Tidak saja dalam negeri, dunia internasional pun sangat mendukung perlindungan jaminan sosial tenagakerja di seluruh dunia, karena jaminan sosial merupakan hak asasi pekerja”. (Wawancara dengan Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cikokol Kota Tangerang, Kamis 17 Desember 2015, pukul 10:26 WIB)

Dari pihak rumah sakit, I3 menyatakan penjelasan mengenai dukungan

pejabat yang lebih tinggi dengan berusaha mempermudah, meringankan beban

pengobatan dirumah sakit, tentunya dalam hal obat – obatan dan yang lainnya,

seperti dibawah ini :

“Bentuk dukungan dari pejabat yang lebih tinggi pastinya seperti dengan berusaha mempermudah, meringankan beban ketika suatu saat nanti terjadi kecelakaan kerja, memperbanyak manfaatlah pokoknya”. (Wawancara dengan Staff Bagian Penelitian Rumah Sakit Awal Bros Kebon Nanas Kota Tangerang, Senin 11 Januari 2016, pukul 10:45 WIB)

Page 128: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

110

Dari narasumber I5 mengatakan bahwa dukungan yang dilakukan oleh

pejabat yang lebih tinggi seperti yang dijelaskan di bawah ini :

“Dukungan pejabat yang lebih tinggi dalam mendukung program ini seperti bertambahnya program dari BPJS Ketenagakerjaan, yang dulu awalnya hanya 3, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua, sekarang ditambah dengan jaminan pensiun”. (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengupahan dan Jamsostek Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang, Senin 23 Mei 2016 pukul 10:45 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan I4 menjelaskan bentuk dukungan

yang diterima dari pemerintah untuk membantu mengawasi pelayanan publik

sebagai berikut :

“Bentuk dukungan konkrit dalam bentuk APBN atau APBD, itu juga dana dari negara, bukan dari pemerintah, juga hubungan kerjasama untuk sama – sama meningkatkan kualitas pelayanan publik”. (Wawancara dengan karyawan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Propinsi Banten, Rabu 23 Mei 2016 pukul 16:15 WIB).

Dari pernyataan di atas, kesimpulan yang di dapat adalah bahwa dukungan

pejabat yang lebih tinggi baik yang berpengaruh langsung terhadap kebijakan

maupun tidak berpengaruh secara langsung, namun dukungan dari pemegang

kekuasaan atau pejabat penting bagi keberlangsungan pelaksanaan program

tersebut, dalam implementasinya baik evaluasi program, inovasi program

berkelanjutan maupun penetapan regulasi, revisi undang – undang atau peraturan

dan lain sebagainya.

e. Komitmen dan Kualitas Kepemimpinan dari Pejabat Pelaksana

Aparat pelaksana memiliki keterampilan dalam merealisasikan tujuan

kebijakan. Kendala lain yang juga ditemukan adalah pemerintah harus

Page 129: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

111

mempunyai komitmen dan kerja keras, karena hal ini tidak lepas dari dukungan

Pemerintah, dengan demikian kebijakan para penegaknya dapat berupa make a

real yang kalau perlu maka demi pemerintah tentang Peraturan Pemerintah dapat

segera direalisasikan.

Pemerintah Daerah dapat kerja sama dengan Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Rumah Sakit yang berada di daerahnya. Kurang

dari setahun, sudah banyak orang yang merasakan terbantu dengan adanya

jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan

pensiun, meski masih diiringi kritik di sana dan sini. Dari informan I8 mengatakan

jika dirinya dan sebagian dari tenagakerja merasa di rugikan dengan adanya

program ini, seperti di bawah ini :

“Saya bingung kalau ditanya kualitas dan kuantitas pemerintah, karena tidak begitu paham. Namanya juga buruh pabrik, tapi kalau menurut saya kurang, karena ada sebagian atau mungkin banyak orang yang merasa dirugikan dengan adanya ini, termasuk saya”. (Wawancara dengan buruh yang tidak menyebutkan tempat dimana bekerja di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cikokol Kota Tangerang, Jumat 27 November 2015 pukul 10:40 WIB).

Pandangan lain mengenai kualitas dan kuantitas pemimpin dari pejabat

pelaksana yang dijelaskan oleh I7, menyebutkan bahwa beliau merasa kurang

maksimal, terutama dari undang – undang yang mengatur tentang BPJS

Ketenagakerjaan, berikut penjelasannya dibawah ini :

“Dari yang saya lihat itu kualitas pemerintah dalam mendukung program ini rasanya masih kurang maksimal. Kalau menurut saya harusnya Undang – Undang yang mengatur kebijakan tentang BPJS

Page 130: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

112

Ketenagakerjaan ini harusnya di revisi beberapa. Ada perbaikan sama pembaruan”. (Wawancara dengan Karyawan PT. Gajah Tunggal, Tbk. Jumat 27 November 2015 di Kedai Weeks pukul 20:39 WIB)

Dari Informan I9 menjelaskan kualitas pemimpin dari pejabat pelaksana

terutama dari BPJS Ketenagakerjaan yang dinilai sudah cukup bagus dari sisi

pembayaran asuransi yang dilakukan setiap bulannya, seperti dibawah ini :

“Kalau dari kualitas dari BPJS Ketenagakerjaan itu yang bagus baru di sistem pembayarannya, karena bisa bayar online juga seperti di alfa, indomart, transfer”. (Wawancara dengan Karyawan Auto 2000 Kebon Nanas Kota Tangerang, Selasa 12 Januari 2016 pukul 12:10 WIB).

Dari informan I6 menjelaskan komitmen dan kualitas pemimpin dari segi

undang – undang, peraturan maupun regulasinya sebagai berikut yang

menyatakan bahwa ketika mengajukan klaim ke Kantor BPJS Ketenagakerjaan

selalu saja ada kendala yang diterima.

“Kalau dari peraturan yang dibuat bagus. Peraturan yang di ajukan ke masyarakat balik lagi ke lapangan. Untuk yang JHT 10 tahun, di Jamsostek dulu 5 tahun 1 bulan bisa cairkan. Terlalu lama kalau menunggu 10 tahun, kalau ada umur, kalau tidak? Kemudian juga pengurusan untuk ahli warisnya juga susah. Cuma kenapa hak kita selalu dipersulit, sedangkan kita setiap bulan bayar dan dipotong. Itukan hak kita. Kemarin saja saya ketika pencairan agak dipersulit, harus konfirmasi dulu ke kantor Jamsostek harus bikin persyaratannya saja kalau salah nama, tanggal, itukan salah orang pusat yang bikin data, kalau kita hanya menyerahkan data diri yang benar sesuai sama KK, Akta Kelahiran KTP dan lain-lainnya. (Wawancara dengan Staf Keamanan Bank BJB Ruko Tangcity Kota Tangerang, 28 November 2015 pukul 10:40 WIB)

Dari pembahasan di atas, idealnya asuransi kecelakaan kerja, kematian,

jaminan hari tua dan jaminan pensiun dapat membantu tenagakerja yang menjadi

peserta untuk mendapatkan layanan kesehatan secara optimal. Sayang, di

lapangan masih banyak di temukan keluhan para pasien akan 4 layanan tersebut.

Page 131: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

113

Banyak orang yang berharap adanya perbaikan layanan yang lebih optimal dari

semua sisi, karena pihak yang terlibat bukan hanya satu, melainkan beberapa

pihak. Bahwa kehadiran BPJS Ketenagakerjaan yang mengoperasionalkan

Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan

Pensiun bagi seluruh tenaga kerja di Indonesia diharapkan sebagai proses

reformasi pelayanan kesehatan yang selama ini sangat diskriminatif dan sulit serta

mahal. Beberapa permasalahan terkait rendahnya kualitas pelayanan kesehatan

kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan adalah:

a. Banyak pasien yang diminta menunggu untuk menunggu pelayanan rumah

sakit. Dengan alasan kekurangan tempat tidur, banyak pasien ditolak

langsung dirawat di Rumah Sakit. Pihak Rumah Sakit menerapkan sistem

kuota bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan sehingga banyak pasien yang

harus menunggu berhari-hari untuk mendapat perawatan di Rumah Sakit.

b. Banyak pasien yang masih diminta membayar untuk obat, membayar uang

administrasi RS, membayar untuk beli darah, dan sebagainya. Padahal

sesuai ketentuan pasien tidak boleh dibebani lagi membayar kepada Rumah

Sakit maupun ke klinik atapun puskesmas karena semua biaya atau apapun

administrasinya sudah langsung masuk ke dalam klaim asuransi.

c. Pasien diminta pulang ketika sudah melebihi 3 hari dirawat di Rumah Sakit

walaupun belum sembuh. Ini jelas-jelas pelanggaran hak pasien untuk

mendapatkan perawatan dan menjadi sehat.

d. Terjadinya rayonisasi rujukan. Kondisi ini sangat menyulitkan pasien karena

tidak semua Rumah Sakit memiliki fasilitas medis yang sama.

Page 132: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

114

Kondisi permasalahan ini terjadi akibat rendahnya penegakan hukum. Masih

belum adanya pengawasan langsung kepada rumah sakit. Peraturan Pemerintah

Nomor 49 tahun 2013 tentang Badan Pengawas RS belum dibentuk baik di tingkat

pusat maupun propinsi. Dari beberapa hasil wawancara di atas, peneliti

membandingkan hasil wawancara satu dengan yang lainnya, sehingga penulis

dapat menarik sebuah kesimpulan sementara mengenai komitmen dan kualitas

pemimpin dari pejabat pelaksana, bahwa peserta BPJS Ketenagakerjaan masih

merasa kualitas dari sumber daya manusia pihak penyedia pelayanan kesehatan di

rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan masih dirasa minim,

walaupun sudah didukung melalui perekrutan pejabat pelaksana dengan beberapa

kriteria tertentu, masih terdapat beberapa masalah di lapangan yang ditemui.

4.3 Pembahasan

Sesuai dengan falsafah dasar Negara Pancasila terutama sila ke-5 yang

berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” mengakui hak asasi

warga atas kesehatan. Hal ini juga termaktub dalam pasal 24 tahun 2011 tentang

Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial dan pasal 34 Undang-Undang Dasar

1945. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan

ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh

pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

Pengaturan teknis pelaksanaan lebih lanjut dituangkan dalam berbagai

peraturan sebagai turunan dari kedua Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang -

Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan

Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS, diturunkan baik dalam

Page 133: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

115

bentuk Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan

Menteri Kesehatan (Permenkes), Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes),

Surat Edaran (SE) Menteri Kesehatan, Pedoman Pelaksanaan (Manlak), Petunjuk

Teknis (Juknis), Panduan Praktis dan lain-lain.

Pelaksanaan program Jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian,

jaminan hari tua dan jaminan pensiun bertujuan untuk memberikan perlindungan

kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah

membayar iuran setiap bulannya dari gaji atau upah mereka. Dengan sasaran

adalah seluruh komponen mulai dari pemerintah (pusat dan daerah), BPJS

Ketenagakerjaan, Dinas Tenaga Kerja, Kejaksaaan, peserta program BPJS

Ketenagakerjaan dan pemangku kepentingan lainnya sebagai acuan dalam

pelaksanaan program Jaminan Sosial Tenagakerja.

Setiap penyelenggaraan program apapun, meskipun telah direncanakan

secara matang, lengkap dan komprehensif, sampai pada tataran implementasi

biasanya selalu ada kendala yang dihadapi terkait dengan berbagai aspek dari

program tersebut. Terkait dengan hal tersebut, disinilah pemimpin dapat

memainkan perannya. Untuk memperoleh efek positif dari perubahan strategis

terutama dalam transformasi jaminan kesehatan, ketika perubahan strategis

dilakukan pemimpin perlu fokus untuk membangun dukungan bagi staf. Hal ini

memerlukan komunikasi tanpa henti. Selain itu, pemimpin perlu mencari cara

untuk melibatkan staf dalam mengidentifikasi cara menerapkan strategi. Sehingga

keberhasilan program dan tujuan bersama dapat tercapai.

Page 134: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

116

Dalam proses pelaksanaan program BPJS Ketenagakerjaan ini, pemerintah

meyakinkan bahwa hal ini akan dilakukan secara bertahap sampai tahun 2019

menuju pelayanan kesehatan secara menyeluruh atau cakupan semesta. Merubah

sistem dan lembaga penyelenggara sesuai dengan amanah Undang – Undang

Dasar adalah bukan masalah yang mudah, namun tidak juga dianjurkan dengan

melakukan secara bertahap. Dalam pelaksanaannya dari tiga bulan pertama,

khususnya di Kota Tangerang, yang terjadi adalah permasalahan pada tahap

prosedur administrasi, pendataan dan sumber daya manusia. Di masing-

masingnya memiliki kekurangan. Seperti dalam pelayanan pendaftaran anggota

dan upgrade data kepesertaan yang lama dan harus antri. Ini juga disebabkan

karena sumber daya manusia yang tersedia sangat minim sedangkan peserta yang

mengklaim jumlahnya sangat banyak.

Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas tentang fokus penelitian

dimana berdasarkan mekanisme implementasi kebijakan menurut Mazmanian dan

Sabatier ada 3 faktor yang mempengaruhi agar implementasi kebijakan berjalan

dengan baik, yaitu:

1. Mudah tidaknya masalah tersebut dikendalikan

mencakup :

a. Dukungan teori dan teknologi

b. Keragaman perilaku kelompok sasaran

c. Tingkat perubahan perilaku yang di kehendaki

2. Kemampuan kebijakan untuk menstruktur proses implementasi:

a. Kejelasan dan konsistensi tujuan

b. Dipergunakannya teori kausal

c. Ketepatan alokasi sumber dana

Page 135: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

117

d. Ketepatan hirarki antarlembaga pelaksana

e. Perekrutan pejabat pelaksana

3. Variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi:

a. Kondisi sosio-ekonomi dan teknologi

b. Dukungan publik

c. Sikap dan sumberdaya dari konstituen

d. Dukungan pejabat yang lebih tinggi

e. Komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana

1. Mudah tidaknya masalah tersebut dikendalikan

Pertama yaitu dukungan teori dan teknologi, dalam penelitian ini

khususnya dukungan teori dan teknologi sudah dapat dikatakan sangat baik,

karena didukung oleh peraturan terbaru mengenai BPJS Ketenagakerjaan yang

sebelumnya Jamsostek, dari teknologi yang di gunakan juga sudah sangat modern

mengikuti perkembangan. Dari undang – undang maupun peraturan yang telah

berlaku dan di tetapkan oleh pemerintah, juga dengan dukungan teknologi yang

terus berkembang, maka diharapkan dapat menjalankan implementasi program

BPJS Ketenagakerjaan dan menyebarluaskan informasi kepada semua kalangan

masyarakat tenaga kerja yang ada di seluruh Indonesia, khususnya Kota

Tangerang sendiri. Maka dapat dikatakan bahwa dalam faktor dukungan teori dan

teknologi dalam proses implementasi program BPJS Ketenagakerjaan sudah

berjalan dengan sangat baik.

Kedua yaitu keragaman perilaku kelompok sasaran, dalam penelitian ini

dalam hal keragaman perilaku kelompok sasaran diantaranya pekerja penerima

upah dan pekerja bukan penerima upah. Pekerja bukan penerima upah ini ialah

Page 136: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

118

pekerja yang melakukan kegiatan atau usaha ekonomi secara mandiri untuk

memperoleh penghasilan dari kegiatan atau usahanya tersebut yang meliputi :

pemberi kerja; pekerja mandiri, dan pekerja yang tidak termasuk pekerja di luar

hubungan kerja yang bukan menerima upah, contohnya tukang ojek, sopir angkot,

advokat, dan lainnya.

Ketiga, tingkat perubahan perilaku yang dikehendaki, dalam penelitian ini

capaian sasaran tenagakerja belum mencapai target, bahkan sangat jauh dari target

yang di harapkan karena kurangnya kesadaran dari sebagian tenagakerja untuk

mengikuti program wajib dari BPJS Ketenagakerjaan. Hal tersebut berdasar pada

hasil wawancara dengan beberapa informan di atas, maka dalam faktor tingkat

perubahan perilaku yang di kehendaki yang peneliti gunakan dalam teori

Mazmanian dan Sabatier belum berjalan dengan baik dalam proses implementasi

program BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang.

2. Kemampuan Kebijakan Untuk Menstruktur

Proses Implementasi

Faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan dalam implementasi

kebijakan menurut Mazmanian dan Sabatier adalah kemampuan kebijakan untuk

menstruktur proses implementasi. Dalam menjalankan suatu kebijakan untuk

menjalankan kebijakan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dibutuhkan

sebuah kemampuan dari kebijakan yang akan atau telah dibuat untuk menstruktur

proses implementasi yang mendukung supaya berjalan dengan sesuai yang di

Page 137: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

119

harapkan. Kemampuan kebijakan untuk menstruktur proses implementasi ini ada

lima sub bagian, yaitu kejelasan dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori

kausal, ketepatan alokasi sumber dana, ketepatan hirarki antar lembaga pelaksana

dan perekrutan pejabat pelaksana.

Pertama yaitu kejelasan dan konsistensi tujuan. Dalam penelitian ini,

berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan maka peneliti mendapat

sebuuah kesimpulan mengenai kejelasan dan konsistensi tujuan, bahwa tujuan

program BPJS Ketenagakerjaan ini adalah untuk memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan bagi para tenagakerja.

Kedua yaitu dipergunakannya teori kausal. Dalam faktor ini, yang menjadi

hambatan dalam proses implementasi program BPJS Ketenagakerjaan adalah

kurangnya pemahaman tentang program ini, sosialisasi yang belum merata. Hal

ini karena belum maksimalnya peran dari BPJS Ketenagakerjaan untuk

mensosialiasikan mengenai program BPJS Ketenagakerjaan, juga dari pihak

perusahaan yang kurang mendukung dalam membantu menjalankan program ini.

Ketiga yaitu ketepatan alokasi sumber dana, digunakan dan diambil dari

iuran peserta dan kembali ke peserta dengan utuh tanpa ada potongan bunga

simpanan seperti simpanan di Bank. Uang yang telah di kumpulkan juga bisa

langsung dapat di ambil seutuhnya, berapapun jumlahnya, tidak terpengaruh

sebentar atau lamanya peserta menjadi tenagakerja. Satu bulan, 3 bulan, 6 bulan

atau berapa lama pun kalau memang mau di ambil, itu sudah bisa, jadi tidak ada

jangka waktu untuk proses pengambilan uang asuransi.

Page 138: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

120

Keempat yaitu ketepatan hirarki antar lembaga pelaksana. Koordinasi antar

lembaga penyelenggara di lapangan sangatlah penting. Jangan sampai pada

pelaksanaan belum ada koordinasi dan sinkronisasi. Yang ditemukan dilapangan

adalah banyaknya kesimpangsiuran data dan Informasi antar lembaga pelaksana,

dan tidak satu suara.

Kelima yaitu perekrutan pejabat pelaksana, seluruh pegawai atau calon

pegawai yang di rekrut untuk membantu mensukseskan program ini berdasarkan

kriteria berdasarkan syarat dari segi kemampuan dan pengetahuan. Sehingga

sudah memenuhi syarat untuk menjadi bagian dari pelaksana Implementasi

program BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang.

3. Variabel Di Luar Kebijakan Yang

Mempengaruhi Proses Implementasi

Pertama yaitu kondisi sosio-ekonomi dan teknologi, dalam hal kondisi

sosio ekonomi dan teknologi, Sebagian tenaga kerja kurang antusias menyambut

program dari BPJS Ketenagakerjaan karena sebagian dari mereka yang terdaftar

sebelumnya sudah pernah mengikuti program Jamsostek sebelumnya. Dari

kondisi sosio-ekonomi, tenagakerja tergolong dari jenis kasta bawah, menengah

dan atas, ini pun berpengaruh terhadap kepesertaan yang seperti dari tenagakerja

menengah ke bawah merasa uang yang di asuransikan lebih baik diambil saja

untuk kebutuhan konsumtif daripada di tabung untuk kesejahteraan di masa yang

akan datang, dukungan dari teknologi pun sama halnya demikian karena tidak

semua orang bisa dan paham mengenai teknologi, walaupun dari BPJS

Ketenagakerjaan sudah memperbarui sistem untuk mempermudah informasi

Page 139: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

121

mengenai program dan lainnya, tenagakerja masih ada saja yang kurang mengerti

dan paham, sehingga harus dijelaskan secara langsung dan manual.

Kedua yaitu dukungan publik, Peserta sangat bervariasi sehingga

pemahaman tiap-tiap orang berbeda dalam memahami penjelasan program.

Namun partisipasinya masih rendah. Hal ini dikarenakan tidak semua peserta

memahami dan mengetahui visi misi, tujuan dan manfaat dari BPJS

Ketenagakerjaan, apalagi mungkin bagi mereka yang baru pertama bekerja dan

langsung di wajibkan mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan. Bagi yang

sebelumnya sudah terdaftar di Jamsostek juga pasti ada sebagian yang mendukung

dan sebagian tidak, karena sebelumnya sudah mengetahui kelebihan, kekurangan

dan mafaat mengikuti program dari jamsostek yang kini bertransformasi menjadi

BPJS Ketenagakerjaan.

Ketiga yaitu sikap dan sumberdaya dari konstituen. Pemilihan fasilitas

yang memadai kurang didukung dengan sumber daya manusia yang disediakan

oleh pihak penyelenggara pelayanan kesehatan, karena sebagian oknum yang

kurang melayani dengan pelayanan maksimal.

Keempat yaitu dukungan pejabat yang lebih tinggi. Hal ini di buktikan

secara nyata dengan adanya program inovasi dari pemerintah yang bernama

Housing Benefit yang juga bermanfaat untuk menarik minat dari tenagakerja yang

belum terdaftar dalam program wajib BPJS Ketenagakerjaan.

Kelima yaitu komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat

pelaksana, Kualitas dan Kuantitas pemimpin pejabat pelaksana sudah bagus jika

Page 140: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

122

dilihat dari teori seperti regulasi atau undang – undang, namun kurang maksimal

jika dilihat dengan yang terjadi di lapangan.

Dari penjelasan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS )

Ketengakerjaan di Kota Tangerang belum berjalan dengan baik terutama karena

faktor-faktor keragaman perilaku kelompok sasaran, tingkat perubahan yang

dikehendaki, dipergunakannya teori kausal dan variabel diluar kebijakan yang

mempengaruhi proses implementasi seperti tingkat perubahan yang dikehendaki,

kondisi sosio, ekonomi dan teknologi, sikap dan sumber daya dari konstituen,

dukungan pejabat yang lebih tinggi serta dari komitmen dan kualitas dari

pemimpin pejabat pelaksana yang dinilai masih kurang baik berdasarkan dari

membandingkan hasil wawancara antara satu informan dengan informan lain yang

peneliti temui, juga dilihat dari keadaan yang terjadi di lapangan. Ketidakcocokan

antara apa yang di utarakan oleh pihak pelaksana program, informan di lapangan

dan keadaan yang dilihat berbeda kenyataannya.

Page 141: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan perumusan masalah penelitian yaitu bagaimana Implementasi

Program BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang dan dari semua hasil wawancara

dengan informan yang peneliti temui, maka peneliti menyimpulkan bahwa

Implementasi program BPJS Ketenagakerjaan dari teori Mazmanian dan Sabatier

masih belum berjalan dengan baik, karena beberapa faktor yang diantaranya adalah :

Berhubungan dengan mudah tidaknya masalah tersebut dikendalikan yang

mencakup keragaman perilaku kelompok sasaran yang dinilai masih terdapat jenis

kepesertaan yang berbeda dalam program ini seperti peserta penerima upah dan

peserta tidak menerima upah; lalu dari tingkat perubahan yang di kehendaki, capaian

sasaran yang belum memenuhi target karena masih kurangnya kesadaran dari

tenagakerja untuk mengikuti program wajib BPJS Ketenagakerjaan.

Dari faktor kemampuan kebijakan untuk menstruktur proses implementasi, ini

bisa dilihat dari sub faktor dipergunakannya teori kausal seperti hambatan dalam

menjalankan implementasi program BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang adalah

kurangnya pemahaman tentang program ini, kemudian sosialisasi yang belum merata.

120

Page 142: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

121

Yang terakhir faktor variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses

implementasi, seperti sikap dan sumber daya dari konstituen yang dinilai masih

kurang baik dalam pemilihan fasilitas yang memadai karena sebagian sumber daya

manusia yang kurang maksimal dalam memberikan pelayanan kesehatan. Kemudian

yang terakhir adalah faktor komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat

pelaksana yang dinilai publik kurang baik dalam hal teori undang – undang, peraturan

karena nilai penegakan sanksi belum berjalan dengan yang tertulis di dalam undang –

undang.

5.2 Saran

Dari kesimpulan yang diperoleh, peneliti mengajukan saran-saran yang dapat

membantu pihak BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang, Rumah Sakit yang

bekerja sama, Dinas Tenga Kerja, Pemerintah Daerah dan juga Kejaksaan serta

fasilitas kesehatan lainnya sebagai pihak penyelenggara program BPJS

Ketenagakerjaan dalam hal memberikan pelayanan kesehatan kepada tenaga kerja di

kota Tangerang agar dapat lebih baik, saran yang diajukan adalah sebagai berikut:

Page 143: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

122

1. Sosialisasi kepada masyarakat semua golongan harus lebih ditingkatkan,

mengingat masih kurang fahamnya sebagian tenaga kerja akan program ini

yang nantinya akan menguntungkan di masa yang akan datang.

2. Pemerintah sudah seharusnya memperkuat peraturan dan mempertegas sanksi

terhadap perusahaan atau tenagakerja yang sulit untuk bekerjasama dalam hal

mengikuti program dari BPJS Ketenagakerjaan. Pihak dari Dinas Tenaga

Kerja harusnya lebih bisa memberikan sanksi atau teguran kepada perusahaan

yang masih belum mendaftarkan tenaga kerja yang terdapat didalamnya, atau

kepada tenaga kerja yang tidak mau mendaftarkan dirinya secara manual.

Koordinasi dan pengawasan antar lembaga pelaksana harus lebih seiring guna

mengatasi hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan implementasi program

BPJS Ketenagakerjaan.

3. Pemerintah Daerah, Dinas Tenaga Kerja, BPJS Ketenagakerjaan Kota

Tangerang dan semua pihak yang terlibat harus lebih bekerja lebih maksimal

untuk memberi kesadaran kepada tenaga kerja yang belum mendaftar atau

belum terdaftar karena jumlah peserta BPJS Ketenagakerjaan masih jauh dari

angka yang diharapkan jika dibandingkan dengan BPJS Kesehatan. Dalam

upaya fasilitas dan kualitas pelayanan, ada baiknya penyedia pelayanan

kesehatan lebih memperhatikan dan mengevaluasi setiap pegawainya guna

Page 144: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

123

memaksimalkan pelayanan yang diberikan terhadap peserta pengguna

asuransi BPJS Ketenagakerjaan.

Page 145: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta

Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Islamy, M. Irfan. 2001. Prinsip – Prinsip Perumusan Kebijakan Pemerintah. Jakarta: Bumi Aksara

Miles, Matthew dan Michael Hubeman. 2007. Analisis Data Kualitatif ( Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru ). UI Press : Jakarta

Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung

Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitan Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Nugroho, Riant. 2012. Public Policy. Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Prastowo, Andi. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif : Dalam Perspektif Rancangan Penelitian.Yogyakarta : Arruzz Media

Samoedra, Wibawa. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Satori, Djam’an & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Silalahi, Uber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Aditama. Bandung

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta : Bandung

Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Page 146: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

Wahab, Solichin Abdul. 2012. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.

Wicaksono, Kristian Widya. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta : Graha Ilmu

Wijayanti, Asri. 2013. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. Jakarta : Sinar Grafika.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo.

Dokumen

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1995 Tentang Penetapan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Skripsi

Sita Prawita Sari, Skripsi, Implementasi Program Asuransi Kesejahteraan Sosial ( Askesos ) di Kota Cilegon. Tahun 2010.

Effry Pranata Sarigih, Skripsi, Implementasi Pelayanan Kesehatan Kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja ( Jamsostek ) di Rumah Sakit Umum dr. G.I Tobing PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa. Tahun 2010.

Internet

www.bpjstk.go.id di akses pada tanggal 22 Oktober 2014 jam 01.10 WIB

Page 147: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 148: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 149: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 150: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 151: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 152: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 153: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 154: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 155: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 156: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

MATRIKS HASIL WAWANCARA

1. Mudah tidaknya masalah tersebut dikendalikan

1.1 Dukungan teori dan teknologi

Q

Berkaitan dengan penelitian ini, program BPJS Ketenagakerjaan secara teknis dilaksanakan oleh siapa saja yang terkait ? dan Bagaimana ketersediaan teknologi sebagai sarana pendukung program tersebut agar pelaksanaan tersebut berjalan secara efisien? Salah satunya penggunaan computer dalam system informasi manajemen terkait pengolahan data kepesertaan, klaim dan verifikasi ?

I1

BPJS Ketenagakerjaan, koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja, Kejaksaan, dan KPNL. BPJS Ketenagakerjaan ini berbasis online, untuk sistem informasi bisa didapatkan dikantor cabang manapun, termasuk pelayanan jaminan kepada peserta.

I2

“secara teknisnya tuh kita kerjasama dengan banyak ya, yang jelas sama stakeholder kita itukan perusahaan pasti, ada juga Dinas Tenaga Kerja, Pemerintah Daerah, sekarang juga karena mulai ke penegakan hukum, kita juga ke Kejaksaan.”

I3

Program BPJS Ketenagakerjaan ini untuk pelaksanaan dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan udah pasti, terus ada Pemerintah Daerah, Dinas Tenaga Kerja, Kantor atau perusahaan, dan yang jelas kami dari rumah sakit sebagai pihak penyedia layanan kesehatan”

I4

Dukungan teori seperti dalam bentuk Undang – Undang itu kita berdasar UU No. 37 tahun 2008, UU No. 25 tahun 2009, dan UU No. 23 tahun 2014. Teknologi yang kita gunakan dalam penerimaan laporan pelayanan publik dapat melalui telepon, fax, email, juga bisa datang langsung ke kantor Ombudsman.

I5

Kita disnaker sudah tidak ikut berperan dalam membantu program bpjs ketenagakerjaan, hanya jika dibutuhkan saja baru kami bisa membantu.

I6 -I7 -

Page 157: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

I8 -I9 -

1.2 Keragaman perilaku kelompok sasaran

Q

Dengan usia sekarang, pendapatan perbulan yang berbeda, dan diwajibkan harus membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan setiap bulannya, seperti apa dan bagaimana menentukan persentase pembayaran iuran program ini setiap bulannya? Apakah tergantung dari jenis pekerjaan, jumlah gaji atau dari yang lainnya?

I1

Sangat baik, karena perlindungan yang diberikan melalui BPJS Ketenagakerjaan dapat menciptakan rasa aman bagi mereka pada saat bekerja. Untuk iuran dibayar dengan presentase tertentu yang telah ditetapkan oleh UU BPJS Ketenagakerjaan, dikalikan dengan upah perbulan yang dterima peserta.

I2

Respon atau tanggapannya lumayan positif ya, apalagi kan kota Tangerang ini lagi berkembang, rekrutmen pegawai pun lagi besar, jadi pastinya itu masuk terdaftar jadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, mau yg daftar personal maupun didaftarkan dari tempatnya bekerja. Lagipula juga dengan ikut terdaftar di BPJSTK ini ngga rugi ko, malah banyak untungnya kalo menurut saya”

kalo itu berarti harus tau dulu nih programnya, semua sebenernya sudah ada premisnya. JHT itu 5,7%, Kematian 0,3% , Pensiun 3%, yang beda tu di Kecelakaan Kerja, antara 2,4 – 1,27%, itu tergantung dari jenis usahanya, karena tiap jenis usaha itu kan tingkat resiko pekerjaannya berbeda-beda.

I3

Sejak program dari BPJS Ketenagakerjaan ini keluar dan mulai berjalan, kami sering melakukan kuisioner terhadap pasien dan keluarganya yang menunggu, hasilnya kami lihat sangat positif, dari pelayanan, penyediaan alat, ruangan dan fasilitas mereka sangat puas.”

I4-

I5

Responnya yang banyak saya temui dan dapat, kebanyakan dari mereka puas dengan programnya, tapi tidak cukup puas dengan pelayanan yang diterima di rumah sakit ketika mengajukan klaim atau pelayanan kesehatannya.

I6-

Page 158: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

I7-

I8 -I9 -

1.3 Tingkat Perubahan Perilaku Yang Dikehendaki

QSejauh program ini berjalan, apakah pegawai ataupun para tenaga kerja merasa antusias ?

I1

ya, pada saat mereka bekerja dihadapkan kepada resiko kecelakaan kerja dan meninggal dunia, kemudian pada satu ketika mereka juga mengalami masa tua. Pada saat peristiwa itu datang, mereka sudah ada kepastian akan mendapat perlindungan dari jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua. Disamping itu mereka juga mendapat manfaat tambahan seperti PPKB ( Pinjaman Perumahan Kerjasama Bank ) bagi para peserta BPJS Ketenagakerjaan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.”

I2

Sebelumnya udah saya sampaikan toh, mereka para peserta itu merasa sangat senang dan antusias dengan transformasi Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan, karena bukan hanya namanya aja yang ganti, tapi juga kan ditambah dengan beberapa kelebihan yang menutupi, atau mungkin juga bisa suatu saat nanti menghilangkan kekurangannya, baik dalam peraturan, regulasi, ketentuan dan lain – lainnya

I3-

I4-

I5

Sudah saya sampaikan di pertanyaan sebelumnya, bahwasannya mereka puas dengan programnya, namun tidak/kurang puas dengan pelayanan yang diterima. Contoh, untuk mendapatkan ruangan rawat inap saja mereka tidak langsung bisa dapat kamar, ada yang harus antri dulu, persyaratannya ini itu. Dari rumah sakitnya sendiri terkadang juga mempersulit, itulah kenapa dibutuhkannya pengawas dari BPJS Tenagakerja sebagai pelaksana program ini.

I6-

I7 -

Page 159: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

I8-

I9-

2. Kemampuan Kebijakan Untuk Menstruktur Proses Implementasi

2.1 Kejelasan dan Konsistensi Tujuan

QBagaiman kejelasan tujuan yang akan dicapai dan disusun secara jelas atau urutan kepentingan bagi para pelaksana?

I1

Misi kita ini menjadi jembatan menuju kesejahteraan pekerja. Ini diterjemahkan dalam program tadi, dengan mengikuti program BPJSTK, dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja dan sebaliknya. Program BPJSTK tidak semata menanggulangi resiko dari kecelakaan kerja dan kematian, tapi juga ada proteksi hari tua. Proteksi hari tua ini terdiri dari JHT dan Jaminan Pensiun. Ada harapan besar bagi para peserta dimana dihari tuanya mempunyai bekal yang sudah ditabung melalui JHT dan pensiun. Secara lumsam, dia akan mendapat tabungan secara sekaligus yang dapat dijadikan usaha atau kegiatan berikutnya, setelah menjalani masa pensiun secara berkala setiap bulan. Mereka mendapat pensiun sebagai penghasilan yang hilang. Dan kedua proteksi ini tentunya yang diharapkan oleh pekerja disektor swasta.”

I2

kita sama sekali ngga ada kepentingan, kepentingan kita disini murni untuk membantu / menolong kesejahteraan tenagakerja yang ada di Indonesia, khususnya ya di Tangerang ini nih. Dengan program lanjutan dari Jamsostek yang dulu pernah ada, seperti diantaranya Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Pensiunan.

I3

kita sama sekali ngga ada kepentingan, kepentingan kita disini murni untuk membantu / menolong kesejahteraan tenagakerja yang ada di Indonesia, khususnya ya di Tangerang ini nih. Dengan program lanjutan dari Jamsostek yang dulu pernah ada, seperti diantaranya Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Pensiunan.

Page 160: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

I4-

I5

Tujuan kepentingan bagi para pelaksana? Kami rasa kami hanya membantu tenagkerja untuk mencapai kesejahteraan di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Di masa kini lebih seperti kepada kami member program jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. Kesejahteraan di masa depan lebih kepada jaminan hari tua dan jaminan pensiun yang berguna sebagai tabungan investasi para tenagakerja yang masih aktif bekerja sekarang ini.

I6-

I7-

I8 -I9 -

2.2 Dipergunakannya Teori Kausal

Q

Bagaimana tujuan program pembaharuan ini dicapai melalui implementasi kebijakan ? jika terdapat penghambat / hambatan, maka apa saja dan bagaimana penyelesaiannya ?

I1

perubahan yang mendasar dari Badan Penyelenggara PT. Jamsostek adalah ditambahkannya program pensiun. Jadi total ada 4 program, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Pensiun. Kendalanya belum semua pekerja yang belum tau tentang program BPJS Ketenagakerjaan, untuk itu perlu dilakukan sosialisasi ke seluruh masyarakat, baik itu pekerja, calon pekerja, mahasiswa atau pelajar. Sosialisasi kepada pekerja bisa dilakukan melalui sosialisasi langsung ke pabrik, atau tempat bekerja, media elektronik, media cetak, dll. Untuk pelajar dan mahasiswa dilakukan edukasi pendekatan melalui pelajaran tertentu di sekolah mereka.”

I2 hambatan dari jaman jamsostek hingga sekarang, kita wajib, cuma ompong. Maksudnya ompong itu, ketika ada perusahaan yang tidak mendaftar atau didaftarkan, itu kan harusnya ditindak, seperti tidak dapat izin SIUP dllnya, tapi kita disini tidak bisa menindak karena kita Cuma pelaksana. Ini gimana mau ditindak kalo Disnakernya sendiri tidak berani tegas. Penyelesaiannya itu

Page 161: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

ya harus ada ketegasan dari orang nomor 1 di Indonesia ini, Presiden

I3

hambatannya kalo dari pihak rumah sakit, saya pikir itu mindset dari keluarga pasien ya yang kalo misalkan mereka mengklaim asuransi kecelakaan kerja dan sebagainya, itu suka dipersulit, padahal sebenarnya tidak, kalo pun ada itu mungkin dari beberapa orang, dan kita langsung tau karena kita juga mengontrol dan mengevaluasi pelayanan

I4

Secara teknis hambatan kita itu laporannya banyak, semuanya mau cepat, semuanya mau prioritas, kita juga berdasarkan undang – undang. Tidak bisa siapa cepat dia dapat, itu tergantung dari kasus pelayanan yang kita preview berdasar kronologi pelapor.

I5

Hambatan dalam berjalannya pelaksanaan program bpjs ketenegakerjaan ini ya dari pengawas pelaksanaan, bpjs tenagakerjaan sendiri saat ini belum punya tim pengawas untuk menginvestigasi permasalahan yang terjadi di lapangan.

I6-

I7-

I8 -I9 -

2.3 Ketepatan Alokasi Sumber Dana

QBagaimana ketepatan sumber alokasi dana dalam program BPJS Ketenagakerjaan ?

I1

“dana jaminan yang diberikan kepada peserta sesuai dengan penetapan jaminan berdasar aturan UU BPJS Ketenagakerjaan no 24 tahun 2011. Pembayaran jaminan dilakukan secara langsung, tunai/transfer tanpa ada pembiayaan. Kepastian penerimaan baik kepada peserta maupun ahli waris sudah ditentukan oleh UU BPJS. Sumber dana berasal dari alokasi dana yang diperuntukkan untuk pembayaran jaminan melalui RKAT ( Rencana Kerja Anggaran Tahunan ) setiap tahun.”

I2 kalo dulu sebelum per Juli kemarin, pengobatannya ada limit, 20 juta plus 20, jadi 40juta. Tapi sekarang ngga ada limit, jadi selama dia masih aktif

Page 162: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

terdaftar masih bisa kita cover

I3

alokasi dana dalam program ini semua sudah ada aturan dalam undang – undangnya sendiri, berapa preminya, itu semua sudah diatur, kalo dari kita hanya menentukan biaya pengobatannya saja

I4-

I5

Alokasi dananya jelas, dari tenagakerja, dan akan kembali kepada tenagakerja tersebut, tanpa dikenakan potongan sepeserpun. Karena semua sudah ada peraturannya.

I6-

I7-

I8 -I9 -

2.4 Ketepatan Hirarki Antar Lembaga Pelaksana

Q

Bagaimana koordinasi antar lembaga terkait yang mendukung program BPJS Ketenagakerjaan ini ? dan apakah rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan ini sudah cukup untuk menaungi pekerja yang ada di Kota Tangerang ?

I1

sesuai dengan BPJS Ketenagakerjaan, maka salah satu program Jaminan Kecelakaan Kerja harus dilakukan melalui Rumah Sakit Trauma Center. Rumah sakit bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan untuk melayani peserta khusus kasus kecelakaan kerja. Kerjasama rumah sakit ini dapat digunakan oleh BPJS Ketenagakerjaan cabang lain bila pesertanya mengalami kecelakaan kerja tidak bisa ditentukan wilayahnya / keberadaannya. Melalui jaringan trauma center peserta dapat ditolong dan diobati, baik rawat inap maupun rawat jalan sampai sembuh total, yang dinyatakan oleh dokter. Tanpa batas biaya, sesuai kondisi medis, sampai tenagakerja bekerja kembali.

I2 koordinasi kita antar lembaga terkait seperti yang saya sebutkan tadi seperti stakeholder, Dinas Tenaga Kerja dan lainnya itu biasanya pertemuan / meeting ya, via email juga, telpon pun pasti ya.. ada sekitar 2000 lebih di

Page 163: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

seluruh Indonesia ya, sekarang boleh dimana aja, asalkan bekerjasama dengan rumah sakit yg ada tanda / logo trauma center.”

I3

koordinasi kita dengan Kantor BPJSTK Tangerang,Dinas Tenaga Kerja, setiap ada klaim, kita laporan, berapa jumlahnya, atas nama siapa, rinciannya apa aja. Dibilang sudah atau cukup untuk menaungi, kita disini dengan 15 rumah sakit lainnya termasuk kami, mereka peserta bebas mau merujuk kemana aja, yang penting bekerjasama dengan BPJSTK, supaya koordinasinya gampang dan mudah, diluar kota pun juga bisa, tujuannya untuk mempermudah

I4

Kita koordinasi dalam hal yang memang perlu di koordinasikan. Koordinasi yang kita lakukan antar lembaga yang dilakukan Ombudsman tergantung, tidak dalam tenggat waktu, dalam arti kita koordinasi ngga terikat waktu. Kapan aja kita koordinasi jika memang ada pengaduan dengan pihak dan sesuai dengan wewenang kita.

I5

Kami sebagai Disnaker, melakukan koordinasi hanya jika dibutuhkan saja oleh BPJS Ketenagakerjaan sebagai bantuan jika ada tenagakerja yang ingin pensiun, mencairkan jaminan hari tua atau pensiun, selebihnya tidak ada koordinasi lagi.

I6-

I7-

I8 -I9 -

2.5 Perekrutan Pejabat Pelaksana

Page 164: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

QKapan terakhir kali membuka lowongan pekerjaan dan seperti apa criteria pegawai tersebut ?

I1

setiap tahun ada lowongan kerja dari semua bidang dan disiplin ilmu, diseleksi melalui lembaga professional untuk mendapat kualitas SDM yang bermutu. Ketersediaan SDM yang bermutu berimplikasi kepada tingkat pelayanan pada peserta.”

I2

belum lama ko kita buka pendaftaran pekerjaan untuk disini itu, tanggal 15 Agustus kemarin lah kalo ngga salah, untuk lebih jelas dan pastinya bisa langsung buka dan lihat di website resmi ya, www.bpjstk.go.id. Hebatnya di kita itu untuk lowongan kerja, kita ada maksimal umur, bagi yang D3 maupun S1 itu ada maksimal umurnya, jadi yang bekerja disini itu hampir semua karyawan barunya fresh graduate. Yang penting minimal akreditasi kampusnya B.

I3

kita buka lowongan ngga tentu ya, kapan aja kita buka ko, karena kita disini yang kerja kan kerja shift ya, suster, perawat sama ya yang bisa stand by disini lah pokonya, untuk ngontrol pasien. Nah itu seperti itu, jadi kapan aja kita terima surat lamaran, tapi untuk panggilan kerjanya kita belum bisa menentukan kapannya

I4-

I5-

I6-

I7-

I8 -I9 -

Page 165: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

3. Variabel Diluar Kemampuan Kebijakan Yang Mempengaruhi Proses

Implementasi

3.1 Kondisi Sosio, Ekonomi dan Teknologi

Q

Apakah pihak dari BPJS Ketenagakerjaan atau tempat anda bekerja pernah mensosialisasikan program dari BPJS Ketenagakerjaan ? Bagaimana kondisi yang ditimbulkan dengan adanya kebijakan program tersebut serta bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai teknologi pendukungnya ?

I1-

I2-

I3-

I4-

I5-

I6

pernah, sekali doang.. itu sosialisasnya bulan Januari 2014 . yang dibahas dalam sosialisasi tersebut tentang kependukungan BPJS aja., itu adalah penunjang. Kaya yang dikerjaan saya mah namanya jaminan hari tua, kecelakaan kerja, sama jaminan kematian. Untuk yang teknologi saya mah ngga ngerti mas, belom pernah cek saldo di hp/ lewat internet

I7

untuk sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan ya selama satu setengah tahun saya kerja disini baru pernah sekali dapet sosialisasi, itu kalo ngga salah bulan November 2014.. sosialisasinya ngga jauh tentang programnya itu,Jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian

I8

selama 13 tahun saya kerja disini ngga ada sosialisasi dari BPJS Ketenagakerjaan mas, belum pernah. Paling Cuma dari pihak HRD aja yang ngasih penjelasan tentang ini itunya. Jadi ibaratnya mah penyambung lidah dari BPJS Ketenagakerjaan ke Pabrik saya gitu mas.

I9 sosialisasi dari BPJS Ketenagakerjaan pernah, baru satu kali.. bulan agustus tahun kemarin, itu juga sosialisasinya tentang yang udah pernah kita tau beberapanya, kaya ngejelasin programnya, prosesnya, gitu mas. Ga jauh beda lah sama Jamsostek dulu kan. Kalo teknologi pendukungnya, saya Alhamdulillah ngerti mas, paham lah sedikit kaya buat cek saldo kita berapa,

Page 166: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

bayarnya lewat mana, infonya apa.. itu sih.. sama ini, pernah kejadian waktu temen saya mau klaim duit asuransi di kantor BPJSTK, itu system komputernya suka offline, sering mas ngga cuma sekali. Jadi ya mau ga mau kita kudu harus balik lagi kesana besoknya, atau nunggu sampe sistemnya online

3.2 Dukungan Publik

QApakah anda setuju atau mendukung dengan program yang diwajibkan pleh BPJS Ketenagakerjaan ( JKK, JHT dan Jaminan Kematian ) ?

I1-

I2-

I3-

I4-

I5-

I6

sebenernya sih setuju, Cuma skema dilapangannya kaga. BPJS itu yang udah – udah, saya sendiri BPJS agak ribet buat pribadi. Kalo potong gaji untuk bayar iuran mah kaga keberatan, tapi pelayanannya yang di BPJS itu yang saya keberatan mah. Suka dimentalin, dioper sana sini, proseduralnya harus seperti ini itu. Kita udah ngikutin procedural tapi tetep aja. Kita pas pada klaim, pada saat mengajukan BPJS di iyakan, tapi pelayanannya terasa diabaikan. Terutama dari rumah sakit pemerintah, oh kaga ada kamar lah kalo kaga kita gampar pake duit. Dan yang swasta pun sama, kalo udeh ngeliat calon pasien BPJS.. eh busett BPJS.. ada diterima, tapi waktunya orang belom sehat, belom sembuh bener udah disuruh pulang. Itulah kekurangannya dari segi pelayanannya BPJS Ketenagakerjaan

I7 untuk semua programnya sih saya setuju, Cuma untuk jangka waktu 10 tahun Jaminan hari tua saya kurang setuju. Ya masalahnya kenapa harus 10 tahun, dan untuk ukuran tua nya itu seperti apa dan gimana. Harus umur berapa. Kalo saya sih mikirnya BPJS Ketenagakerjaan itu buat investasi uang jangka panjang kedepannya nanti kalo di kerjaan saya ada apa kenapa. Cuma agak

Page 167: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

keberatan sama yg itu tadi, kenapa harus 10tahun jangka waktunya

I8

kalo saya ini kan buruh ya, ya ngga setuju sebenernya karena dilema, sangat keberatan malah, gaji udah segininya pake buat bayar segala macem, lah emang ngga seberapa, ini baru di potong buat bayar BPJS loh mas, belom dipotong buat bayar yg laen lagi. Ya pokoknya mah saya ngga setuju kalo semuanya kebijakan dan peraturan di handle sama pemerintah.

I9

setuju ga setuju mas, gimana ya.. ini kan program dari pemerintah, udah ada undang – undangnya juga yang mewajib dan mengharuskan. Jadi ya kita terpaksa ikut yg beginian.. bagus sih programnya buat nanti pensiun / hari tua, tapi kan ga selamanya kita mau jadi pekerja.. kalo yg mau buka usaha sendiri gimana? Nunggu pensiun dulu? Atau kalo mau ngambil uangnya harus kerja terus selama 10tahun? Itu aja sih mas, setuju ga setuju.. toh juga pasti program ini banyak kekurangannya.

3.3 Sikap dan Sumber Daya Dari Konstituen

Q

Bagaimana dengan fasilitas dan pelayanan dari rumah sakit yang didapat dengan menggunakan klaim asuransi BPJS Ketenagakerjaan dan apakah anda merasa senang atau antusias dengan program dan kebijakan dari pemerintah tentang BPJS Ketenagakerjaan ?

I1-

I2-

I3-

I4-

I5-

I6

saya sebenernya bingung nih, dalam artian pelayanannya ngga maksimal.. apalagi yang di kelas III, kalo obat – obatan harus ada yang dtebuskan sih, ada yang harus dibeli karena ngga semuanya gratis. Dibilang antusias engga juga ya, karena juga kan sebelumnya udah pernah ngerasain Jamsostek. Ya sama ajalah kaya gini, Cuma nama sama ada bedanya beberapa lah.

Page 168: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

I7

kalo secara pelayanan sih saya belum pernah merasakan ya. Tapi yang ada nih rekan kerja saya yang kerja disini udah hampir 20 tahun, dia sakit dalem, nah pas dia ngajuin BPJS ketenagakerjaan ini ke rumah sakit, dia minta buat ditempatin di kelas I, nah kebetulan di rumah sakit ini kamar kelas itu lagi kosong ruangannya di Rumah Sakit Awal Bross Tangerang, nah karena kamar kelas itu kosong, dialihkan ke VIP, namanya VIP kan itungannya kita bayar sendiri, dari obatnya juga kan ga semua gratis, ada yang bayarnya juga,

I8

itu kalo saya belom pernah mas, Alhamdulillah. Jangan sampe lah amit amit. Bukannya apa mas, yang sakit ya sakit, yang minta persyaratan atau prosedur sana sini yg bikin pusing. Iya kalo pas kita sakit biayanya gratis semua mas, kan ada beberapa yg ngga gratis kaya obat gitu ada yg ngga ditanggung mas, jadi ya otomatis kita harus nebus itu obat pake uang sendiri. Kalo seneng/antusias sama program ini sih kayanya engga mas, kaya yang tadi udah saya bilang.. dilema.. setuju ngga setuju.

I9

fasilitas sama pelayanan yaa mas tau sendiri lah kaya gimana.. namanya juga program dari pemerintah, udah banyak juga kan beritanya gimana fasilitas sama pelayanan kalo kita berobat pake asuransi dari program pemerintahan. kalo dari swasta sih gausah ditanya mas. Kalo boleh milih mah mending saya ga ikut beginian mas, mending ikut di asuransi swasta sekalian. Bayarnya mahal juga kan sebanding sama fasilitas yang didapet. Antusias atau engganya program dan kebijakan dari pemerintah tentang BPJS Ketenagakerjaan sih kayanya ngga terlalu mas, biasa aja.. dulu juga udah pernah pake Jamsostek, Cuma sekarang aja namanya ganti jadi BPJS Ketenagakerjaan. isinya mah hampir sama aja

3.4 Dukungan Pejabat Yang Lebih Tinggi

Page 169: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

QSeperti apa dan bagaimana bentuk dari dukungan pejabat yang lebih tinggi untuk program BPJS Ketenagakerjaan ini di tahun yang akan datang ?

I1

dukungan dari stakeholder, karena ini program dari pemerintah, semua instansi harus bersinergi untuk menjalankan program BPJS Ketenagakerjaan. kesejahteraan masyarakat sangat dibutuhkan dari pelaksanaan 4 jaminan sosial di suatu Negara. Tidak saja dalam negeri. Dunia internasional pun sangat mendukung perlindungan jaminan sosial tenagakerja diseluruh dunia, karena jaminan sosial merupakan hak asasi pekerja.”

I2

kalo kejaksaan berarti kita kan larinya ke masalah hukum, itu kita gunakan untuk perusahaan yang belum mendaftar, menunggak iuran, sama juga dengan Disnaker. Housing Benefit itu rencana yang akan berjalan, baru akan mau. Karena juga kan kerjasama dengan bank, yang menentukan KPRnya.Program pastinya ya 4 itu tadi

I3

bentuk dukungan dari pejabat yang lebih tinggi pastinya seperti dengan berusaha mempermudah, meringankan beban ketika suatu saat nanti terjadi kecelakaan kerja, memperbanyak manfaatlah pokoknya.”

I4-

I5

Dukungan pejabat yang lebih tinggi dalam mendukung program ini seperti bertambahnya program dari bpjs ketenagakerjaan, yang dulu awalnya Cuma 3, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua, sekarang ditambah dengan jaminan pensiun.

I6-

I7-

I8 -I9 -

3.5 Komitmen dan Kualitas Kepemimpinan dari Pejabat Pelaksana

Page 170: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

QSejauh mana komitmen pemerintah dalam mendukung program ini dan bagaimana kualitas dan kuantitas dari pejabat pelaksananya sendiri ?

I1

komitmen Pemerintah Daerah jelas, dalam bentuk regulasi yang diamanatkan oleh negara dan dilaksanakan secara konsisten oleh siapapun yang menjabat di pemerintahan suatu daerah. Tidak ada tawar menawar dari pelaksanaan Undang – Undang Jaminan Sosial. Apabila suatu daerah ingin maju, semua industri harus diwajibkan oleh pemerintah daerah agar melaksanakan UU Jaminan Sosial. Apabila suatu daerah ingin tumbuh industri untuk menampung lapangan pekerjaan, maka dia harus menjamin kepada buyer internasional dan investor internasional bahwasannya adalah daerah tersebut telah melaksanakan social security sesuai standart ILO. Apabila suatu daerah tidak ada komitmen untuk melaksanakan jaminan sosial tenagakerja, maka produk hasil industri daerah tersebut tidak bisa ditolelir masuk ke dalam pasar internasional. Oleh karena itu, salah satu syarat audit dari buyer internasional, dari produk hasil industri terkait dengan program BPJS Ketenagakerjaan.

I2

sebenernya semuanya sudah bagus ko, sempurna. Cuma kepentingan politik di Indonesia itu banyaklah. Karena system politik kita di Indonesia itu poitik bagi – bagi. harusnya sih BPJS itu Cuma ada 1, bukan terbelah menjadi 2, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, di dalam Undang – Undang juga kan Cuma ada 1. Semuanya dilebur, bukan Askes megang BPJS Kesehatan, Jamsostek megang BPJS Ketenagakerjaan.”

I3

sejauh ini saya liat komitmen pemerintahnya cukup baik dan sangat mendukung, karena melanjutkan program dari instansi sebelumnya itu kan sulit ya kalo menurut saya, jadi masih ada kelanjutannya, coba kalo misalkan Jamsostek udah tidak menaungi tenagakerja, dan pemerintah tidak meleburnya jadi BPJS Ketenagakerjaan itu, lalu tenaga kerja dapat asuransi darimana? Kalo hanya mengandalkan tempat bekerjanya saja saya rasa tidak akan bisa. Ini searah seperti yang tadi saya jelaskan ya, kalo program ini terus berjalan, berarti kualitas dan kuantitas dari pejabat pelaksananya juga bagus, walaupun didalamnya pasti terdapat beberapa orang yang nakal ya, bukannya menuduh, pasti ada.

I4

I5

Page 171: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

I6

kalo dari peraturan yang dibuat bagus sih ya.. peraturan yang diajukan ke masyarakat mah, yaa balik lagi ke lapangan.. untuk yg JHT 10 tahun, di Jamsostek dulu 5 tahun 1 bulan bisa cairkan. Kelamaan kalo nunggu 10 tahun, kalo ada umur, kalo kaga? Terus juga pengurusan buat ahli warisnya juga susah. Cuma kenapa hak kita selalu dipersulit, sedangkan kita tiap bulan bayar dan dipotong. Itukan hak kita. Kemaren aja saya pas pencairan agak dipersulit, harus konfirmasi dulu lah ke kantor Jamsostek harus bikin persyaratannya aja kalo salah nama, tanggal, itukan salah orang pusat yang bikin data, lah kalo kita mah Cuma nyerahin data diri yang bener sesuai sama KK, Akta Kelahiran KTP dllnya

I7

Nah kalo dari kualitas dari BPJS Ketenagakerjaan itu yang bagus baru di system pembayarannya, karena bisa bayar online juga kan kaya di alfa, indomart, transfer.

I8

saya bingung toh mas kalo ditanya kualitas dan kuantitas pemerintah, serada ngga ngerti. Wong namanya juga buruh pabrik, tapi kalo menurut saya mah kurang, karena ada sebagian atau mungkin banyak orang yang merasa dirugikan dengan adanya ini, termasuk saya”

I9

Dari yang saya liat itu kualitas pemerintah dalam mendukung program ini rasanya masih kurang maksimal ya. Kalo menurut saya sih harusnya Undang – Undang yang mengatur kebijakan tentang BPJS Ketenagakerjaan ini harusnya di revisi beberapa. Ada perbaikan sama pembaruan lah.

Page 172: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

MEMBER CHECK

Nama : Ibu Ida

Pekerjaan : Bagian Penelitian

Waktu wawancara : Senin, 8 Januari 2016 pukul 10.40 WIB

Lokasi Wawancara : Rumah Sakit Awal Bros Tangerang

Hasil Wawancara :

1.

a) - Berkaitan dengan penelitian ini, program BPJS Ketenagakerjaan secara teknis dilaksanakan oleh siapa saja yang terkait ?

“program BPJS Ketenagakerjaan ini untuk pelaksanaan dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan udah pasti, terus ada Pemerintah Daerah, Dinas Tenaga Kerja, Kantor atau perusahaan, dan yang jelas kami dari rumah sakit sebagai pihak penyedia layanan kesehatan”

- Bagaimana ketersediaan teknologi sebagai sarana pendukung program tersebut agar pelaksanaan tersebut berjalan secara efisien? Salah satunya penggunaan computer dalam system informasi manajemen terkait pengolahan data kepesertaan, klaim dan verifikasi ?

“teknologi dirumah sakit kami ngga perlu diragukan lagi ya, mas boleh cek setiap komputernya. Untuk pengolahan data kepesertaan, klaim dan verifikasi, kita pake formulir juga, jadi ada manual dan komputer. ”

Page 173: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

b) - Bagamana respon dari peserta BPJS Ketenagakerjaan yg pernah menggunakan fasilitas program dari BPJS Ketenagakerjaan ?

“sejak program dari BPJS Ketenagakerjaan ini keluar dan mulai berjalan, kami sering melakukan kuisioner terhadap pasien dan keluarganya yang menunggu, hasilnya kami lihat cukup positif, dari pelayanan, penyediaan alat, ruangan dan fasilitas mereka sangat puas.”

2. - Bagaimana kejelasan tujuan yang akan dicapai dan disusun secara jelas atau urutan kepentingan bagi para pelaksana ?

“tujuan kami jelas sesuai dengan visi dan misi rumah sakit ya, yaitu Menjadi Rumah Sakit Bertaraf Internasional (Visi), Memberikan pelayanan kesehatan secara proesional (Misi) dan Motto kami, Profesional Peduli”

- Bagaimana kira – kira tujuan program pembaharuan ini dicapai melalui implementasi kebijakan ? jika terdapat penghambat / hambatan, maka apa saja dan bagaimana penyelesaiannya ?

“hambatannya kalo dari pihak rumah sakit, saya pikir itu mindset dari keluarga pasien ya yang kalo misalkan mereka mengklaim asuransi kecelakaan kerja dan sebagainya, itu suka dipersulit, padahal sebenarnya tidak, kalo pun ada itu mungkin dari beberapa orang, dan kita langsung tau karena kita juga mengontrol dan mengevaluasi pelayanan.”

- Bagaimana ketepatan sumber alokasi dana dalam program BPJS Ketenagakerjaan ?

“alokasi dana dalam program ini semua sudah ada aturan dalam undang – undangnya sendiri, berapa preminya, itu semua sudah diatur, kalo dari kita hanya menentukan biaya pengobatannya saja.”

Page 174: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

- Bagaimana koordinasi antar lembaga terkait yang mendukung program BPJS Ketenagakerjaan ini ? dan apakah rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan ini sudah cukup untuk menaungi pekerja yang ada di Kota Tangerang ?

“koordinasi kita dengan Kantor BPJSTK Tangerang,Dinas Tenaga Kerja, setiap ada klaim, kita laporan, berapa jumlahnya, atas nama siapa, rinciannya apa aja. Dibilang sudah atau cukup untuk menaungi, kita disini dengan 15 rumah sakit lainnya termasuk kami, mereka peserta bebas mau merujuk kemana aja, yang penting bekerjasama dengan BPJSTK, supaya koordinasinya gampang dan mudah, diluar kota pun juga bisa, tujuannya untuk mempermudah. ”

- Kapan terakhir kali membuka lowongan pekerjaan dan seperti apa kriteria pegawai tersebut ?

“kita buka lowongan ngga tentu ya, kapan aja kita buka ko, karena kita disini yang kerja kan kerja shift ya, suster, perawat sama ya yang bisa stand by disini lah pokonya, untuk ngontrol pasien. Nah itu seperti itu, jadi kapan aja kita terima surat lamaran, tapi untuk panggilan kerjanya kita belum bisa menentukan kapannya”

- Seperti apa dan bagaimana bentuk dari dukungan pejabat yang lebih tinggi untuk program BPJS Ketenagakerjaan ini di tahun yang akan datang ?

“bentuk dukungan dari pejabat yang lebih tinggi pastinya seperti dengan berusaha mempermudah, meringankan beban ketika suatu saat nanti terjadi kecelakaan kerja, memperbanyak manfaatlah pokoknya.”

- Komitmen pemerintah dalam mendukung program ini dan bagaimana kualitas dan kuantitas dari pejabat pelaksananya sendiri ?

“sejauh ini saya liat komitmen pemerintahnya cukup baik dan sangat mendukung, karena melanjutkan program dari instansi sebelumnya itu kan sulit ya kalo menurut saya, jadi masih ada kelanjutannya, coba

Page 175: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

kalo misalkan Jamsostek udah tidak menaungi tenagakerja, dan pemerintah tidak meleburnya jadi BPJS Ketenagakerjaan itu, lalu tenaga kerja dapat asuransi darimana? Kalo hanya mengandalkan tempat bekerjanya saja saya rasa tidak akan bisa. Ini searah seperti yang tadi saya jelaskan ya, kalo program ini terus berjalan, berarti kualitas dan kuantitas dari pejabat pelaksananya juga bagus, walaupun didalamnya pasti terdapat beberapa orang yang nakal ya, bukannya menuduh, pasti ada. ”

Page 176: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

MEMBER CHECK

Nama : Amri Luzarfi, S.E

Pekerjaan : Kasi Pengupahan dan Jamsostek Dinas Tenaga Kerja Kota

Tangerang

Waktu wawancara : Senin, 23 Mei 2016 pukul 10:45 WIB

Lokasi Wawancara : Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang

Hasil Wawancara :

1.

a) - Berkaitan dengan penelitian ini, program BPJS Ketenagakerjaan secara teknis dilaksanakan oleh siapa saja yang terkait ?

Kita disnaker sudah tidak ikut berperan dalam membantu program bpjs ketenagakerjaan, hanya jika dibutuhkan saja baru kami bisa membantu.

- Bagaimana ketersediaan teknologi sebagai sarana pendukung program tersebut agar pelaksanaan tersebut berjalan secara efisien? Salah satunya penggunaan computer dalam system informasi manajemen terkait pengolahan data kepesertaan, klaim dan verifikasi ?

Untuk teori ketenagakerjaan menurut saya sudah cukup baik, hanya undang – undang yang mengatur tentang BPJS ini yang harusnya dibenahi oleh pemerintah, sedangkan teknologi yang kami gunakan untuk mendukung data kepesertaan tenagakerja sudah baik dan tidak ada kendala hambatan sama sekali.

Page 177: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

b) - Bagamana respon dari tenaga kerja / peserta BPJS Ketenagakerjaan yg sudah terdaftar sampai saat ini ?

Responnya yang banyak saya temui dan dapat, kebanyakan dari mereka puas dengan programnya, tapi tidak cukup puas dengan pelayanan yang diterima di rumah sakit ketika mengajukan klaim atau pelayanan kesehatannya.

- Seperti apa dan bagaimana menentukan presentase pembayaran iuran program ini setiap bulannya? Apakah tergantung dari jenis pekerjaan, jumlah upah / gaji atau dari yang lainnya ?

Kalo presentase pembayaran iuran itu udah diatur dalam undang – undang, tinggal menjalankan saja, jika perlu merevisi premi pembayaran berarti harus merevisi peraturan / undang – undang yang mengaturnya.

c) - sejauh program BPJS Ketenagakerjaan ini berjalan, apakah pegawai ataupun peserta merasa antusias ?

Sudah saya sampaikan di pertanyaan sebelumnya, bahwasannya mereka puas dengan programnya, namun tidak/kurang puas dengan pelayanan yang diterima. Contoh, untuk mendapatkan ruangan rawat inap saja mereka tidak langsung bisa dapat kamar, ada yang harus antri dulu, persyaratannya ini itu. Dari rumah sakitnya sendiri terkadang juga mempersulit, itulah kenapa dibutuhkannya pengawas dari BPJS Tenagakerja sebagai pelaksana program ini.

2. -

Bagaimana kejelasan tujuan yang akan dicapai dan disusun secara jelas atau urutan kepentingan bagi para pelaksana ?

Page 178: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

Tujuan kepentingan bagi para pelaksana? Kami rasa kami hanya membantu tenagkerja untuk mencapai kesejahteraan di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Di masa kini lebih seperti kepada kami member program jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. Kesejahteraan di masa depan lebih kepada jaminan hari tua dan jaminan pensiun yang berguna sebagai tabungan investasi para tenagakerja yang masih aktif bekerja sekarang ini.

- Bagaimana kira – kira tujuan program pembaharuan ini dicapai melalui implementasi kebijakan ? jika terdapat penghambat / hambatan, maka apa saja dan bagaimana penyelesaiannya ?

Hambatan dalam berjalannya pelaksanaan program bpjs ketenegakerjaan ini ya dari pengawas pelaksanaan, bpjs tenagakerjaan sendiri saat ini belum punya tim pengawas untuk menginvestigasi permasalahan yang terjadi di lapangan.

- Bagaimana ketepatan sumber alokasi dana dalam program BPJS Ketenagakerjaan ?

Alokasi dananya jelas, dari tenagakerja, dan akan kembali kepada tenagakerja tersebut, tanpa dikenakan potongan sepeserpun. Karena semua sudah ada peraturannya.

- Bagaimana koordinasi antar lembaga terkait yang mendukung program BPJS Ketenagakerjaan ini ? dan apakah rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan ini sudah cukup untuk menaungi pekerja yang ada di Kota Tangerang ?

Kami sebagai Disnaker, melakukan koordinasi hanya jika dibutuhkan saja oleh BPJS Ketenagakerjaan sebagai bantuan jika ada

Page 179: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

tenagakerja yang ingin pensiun, mencairkan jaminan hari tua atau pensiun, selebihnya tidak ada koordinasi lagi.

- Seperti apa dan bagaimana bentuk dari dukungan pejabat yang lebih tinggi untuk program BPJS Ketenagakerjaan ini di tahun yang akan datang ?

Dukungan pejabat yang lebih tinggi dalam mendukung program ini seperti bertambahnya program dari bpjs ketenagakerjaan, yang dulu awalnya Cuma 3, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua, sekarang ditambah dengan jaminan pensiun.

- Komitmen pemerintah dalam mendukung program ini dan bagaimana kualitas dan kuantitas dari pejabat pelaksananya sendiri ?

Sudah cukup baik ya dalam mendukung, bicara kualitas dan kuantitas itu tergantung dari aspek atau sudut mana kita melihat situasinya. Kalo saya melihat beberapa sudah cukup baik, dan ada juga sebagian yang kurang baik. Yang kurang baik itu tadi, kualitas pejabat pelaksana dalam memberi pelayanan guna membantu program BPJS Ketenagakerjaan ini berjalan dengan baik.

Page 180: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

MEMBER CHECK

Nama : Fauzan Amir

Pekerjaan : Sales Marketing Auto 2000

Waktu wawancara : Selasa, 9 Januari 2016 ( 12:10 WIB )

Lokasi Wawancara : Kebon Nanas Tangerang

Hasil Wawancara :

1. Apakah pihak dari BPJS Ketenagakerjaan atau tempat anda bekerja pernah mensosialisasikan program dari BPJS Ketenagakerjaan ? Bagaimana kondisi yang ditimbulkan dengan adanya kebijakan program tersebut serta bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai teknologi pendukungnya ?

“sosialisasi dari BPJS Ketenagakerjaan pernah, baru satu kali.. bulan agustus tahun kemarin, itu juga sosialisasinya tentang yang udah pernah kita tau beberapanya, kaya ngejelasin programnya, prosesnya, gitu mas. Ga jauh beda lah sama Jamsostek dulu kan. Kalo teknologi pendukungnya, saya Alhamdulillah ngerti mas, paham lah sedikit kaya buat cek saldo kita berapa, bayarnya lewat mana, infonya apa.. itu sih.. sama ini, pernah kejadian waktu temen saya mau klaim duit asuransi di kantor BPJSTK, itu system komputernya suka offline, sering mas ngga cuma sekali. Jadi ya mau ga mau kita kudu harus balik lagi kesana besoknya, atau nunggu sampe sistemnya online”

2. Apakah anda setuju atau mendukung dengan program yang diwajibkan oleh BPJS Ketenagakerjaan ( JKK, JHT dan Jaminan Kematian ) ?

“setuju ga setuju mas, gimana ya.. ini kan program dari pemerintah, udah ada undang – undangnya juga yang mewajib dan mengharuskan. Jadi ya kita terpaksa ikut yg beginian.. bagus sih

Page 181: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

programnya buat nanti pensiun / hari tua, tapi kan ga selamanya kita mau jadi pekerja.. kalo yg mau buka usaha sendiri gimana? Nunggu pensiun dulu? Atau kalo mau ngambil uangnya harus kerja terus selama 10tahun? Itu aja sih mas, setuju ga setuju.. toh juga pasti program ini banyak kekurangannya”

3. Bagaimana dengan fasilitas dan pelayanan dari rumah sakit yang didapat dengan menggunakan klaim asuransi BPJS Ketenagakerjaan dan apakah anda merasa senang atau antusias dengan program dan kebijakan dari pemerintah tentang BPJS Ketenagakerjaan ?

“fasilitas sama pelayanan yaa mas tau sendiri lah kaya gimana.. namanya juga program dari pemerintah, udah banyak juga kan beritanya gimana fasilitas sama pelayanan kalo kita berobat pake asuransi dari program pemerintahan. kalo dari swasta sih gausah ditanya mas. Kalo boleh milih mah mending saya ga ikut beginian mas, mending ikut di asuransi swasta sekalian. Bayarnya mahal juga kan sebanding sama fasilitas yang didapet.

Antusias atau engganya program dan kebijakan dari pemerintah tentang BPJS Ketenagakerjaan sih kayanya ngga terlalu mas, biasa aja.. dulu juga udah pernah pake Jamsostek, Cuma sekarang aja namanya ganti jadi BPJS Ketenagakerjaan. isinya mah hampir sama aja”

4. sejauh mana komitmen pemerintah dalam mendukung program ini dan bagaimana kualitas dan kuantitas dari pejabat pelaksananya sendiri ?

“Dari yang saya liat itu kualitas pemerintah dalam mendukung program ini rasanya masih kurang maksimal ya. Kalo menurut saya sih harusnya Undang – Undang yang mengatur kebijakan tentang BPJS Ketenagakerjaan ini harusnya di revisi beberapa. Ada perbaikan sama pembaruan lah.”

Page 182: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 183: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

MEMBER CHECK

Nama : Ibnu Abbas

Pekerjaan : Assistan Section Head Barcode System Material Plant D & K

PT. Gajah Tunggal TBK.

Waktu wawancara : Jumat, 27 November 2015 Jam 20.39 WIB

Lokasi Wawancara : Kedai Week’s

Hasil Wawancara :

1. Apakah pihak dari BPJS Ketenagakerjaan atau tempat anda bekerja pernah mensosialisasikan program dari BPJS Ketenagakerjaan ? Bagaimana kondisi yang ditimbulkan dengan adanya kebijakan program tersebut serta bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai teknologi pendukungnya ?

“untuk sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan ya selama satu setengah tahun saya kerja disini baru pernah sekali dapet sosialisasi, itu kalo ngga salah bulan November 2014.. sosialisasinya ngga jauh tentang programnya itu,Jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian”

2. Apakah anda setuju atau mendukung dengan program yang diwajibkan oleh pemerintah melalui BPJS Ketenagakerjaan ( JKK, JHT dan Jaminan Kematian ) ?

“untuk semua programnya sih saya setuju, Cuma untuk jangka waktu 10 tahun Jaminan hari tua saya kurang setuju. Ya masalahnya kenapa harus 10 tahun, dan untuk ukuran tua nya itu seperti apa dan gimana. Harus umur berapa. Kalo saya sih mikirnya BPJS Ketenagakerjaan itu buat investasi uang jangka panjang kedepannya nanti kalo di kerjaan saya ada

Page 184: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

apa kenapa. Cuma agak keberatan sama yg itu tadi, kenapa harus 10tahun jangka waktunya. ”

3. bagaimana dengan fasilitas dan pelayanan dari rumah sakit yang didapat dengan menggunakan klaim asuransi BPJS Ketenagakerjaan dan apakah anda merasa senang atau antusias dengan program dan kebijakan dari pemerintah tentang BPJS Ketenagakerjaan ?

“kalo secara pelayanan sih saya belum pernah merasakan ya. Tapi yang ada nih rekan kerja saya yang kerja disini udah hampir 20 tahun, dia sakit dalem, nah pas dia ngajuin BPJS ketenagakerjaan ini ke rumah sakit, dia minta buat ditempatin di kelas I, nah kebetulan di rumah sakit ini kamar kelas itu lagi kosong ruangannya di Rumah Sakit Awal Bross Tangerang, nah karena kamar kelas itu kosong, dialihkan ke VIP, namanya VIP kan itungannya kita bayar sendiri, dari obatnya juga kan ga semua gratis, ada yang bayarnya juga, ”

4. Sejauh mana komitmen pemerintah dalam mendukung program ini dan bagaimana kualitas dan kuantitas dari pejabat pelaksananya sendiri ?

“Nah kalo dari kualitas dari BPJS Ketenagakerjaan itu yang bagus baru di system pembayarannya, karena bisa bayar online juga kan kaya di alfa, indomart, transfer.”

Page 185: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

MEMBER CHECK

Nama : Nofri

Pekerjaan : Security ( Keamanan ) Bank BJB Tangcity Kota Tangerang

Waktu wawancara : Sabtu, 28 November 2015 jam 10.40 WIB

Lokasi Wawancara : Bank BJB Cabang Tangerang Ruko Tangcity

Hasil Wawancara :

1. Apakah pihak dari BPJS Ketenagakerjaan atau tempat anda bekerja pernah mensosialisasikan program dari BPJS Ketenagakerjaan ? Bagaimana kondisi yang ditimbulkan dengan adanya kebijakan program tersebut serta bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai teknologi pendukungnya ?

“pernah, sekali doang.. itu sosialisasnya bulan Januari 2014 . yang dibahas dalam sosialisasi tersebut tentang kependukungan BPJS aja., itu adalah penunjang. Kaya yang dikerjaan saya mah namanya jaminan hari tua, kecelakaan kerja, sama jaminan kematian. Untuk yang teknologi saya mah ngga ngerti mas, belom pernah cek saldo di hp/ lewat internet”

2. Apakah anda setuju atau mendukung dengan program yang diwajibkan pleh BPJS Ketenagakerjaan ( JKK, JHT dan Jaminan Kematian ) ?

“sebenernya sih setuju, Cuma skema dilapangannya kaga. BPJS itu yang udah – udah, saya sendiri BPJS agak ribet buat pribadi. Kalo potong gaji untuk bayar iuran mah kaga keberatan, tapi pelayanannya yang di BPJS itu yang saya keberatan mah. Suka dimentalin, dioper sana sini, proseduralnya harus seperti ini itu. Kita udah ngikutin procedural tapi tetep aja. Kita pas pada klaim, pada saat mengajukan BPJS di iyakan, tapi pelayanannya terasa diabaikan.

Page 186: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

Terutama dari rumah sakit pemerintah, oh kaga ada kamar lah kalo kaga kita gampar pake duit. Dan yang swasta pun sama, kalo udeh ngeliat calon pasien BPJS.. eh busett BPJS.. ada diterima, tapi waktunya orang belom sehat, belom sembuh bener udah disuruh pulang. Itulah kekurangannya dari segi pelayanannya BPJS Ketenagakerjaan”

3. Bagaimana dengan fasilitas dan pelayanan dari rumah sakit yang didapat dengan menggunakan klaim asuransi BPJS Ketenagakerjaan dan apakah anda merasa senang atau antusias dengan program dan kebijakan dari pemerintah tentang BPJS Ketenagakerjaan ?

“saya sebenernya bingung nih, dalam artian pelayanannya ngga maksimal.. apalagi yang di kelas III, kalo obat – obatan harus ada yang dtebuskan sih, ada yang harus dibeli karena ngga semuanya gratis. Dibilang antusias engga juga ya, karena juga kan sebelumnya udah pernah ngerasain Jamsostek. Ya sama ajalah kaya gini, Cuma nama sama ada bedanya beberapa lah.”

4. sejauh mana komitmen pemerintah dalam mendukung program ini dan bagaimana kualitas dan kuantitas dari pejabat pelaksananya sendiri ?

“kalo dari peraturan yang dibuat bagus sih ya.. peraturan yang diajukan ke masyarakat mah, yaa balik lagi ke lapangan.. untuk yg JHT 10 tahun, di Jamsostek dulu 5 tahun 1 bulan bisa cairkan. Kelamaan kalo nunggu 10 tahun, kalo ada umur, kalo kaga? Terus juga pengurusan buat ahli warisnya juga susah. Cuma kenapa hak kita selalu dipersulit, sedangkan kita tiap bulan bayar dan dipotong. Itukan hak kita. Kemaren aja saya pas pencairan agak dipersulit, harus konfirmasi dulu lah ke kantor Jamsostek harus bikin persyaratannya aja kalo salah nama, tanggal, itukan salah orang pusat yang bikin data, lah kalo kita mah Cuma nyerahin data diri yang bener sesuai sama KK, Akta Kelahiran KTP dllnya.

Page 187: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

MEMBER CHECK

Nama : A. Faisal Santoso

Pekerjaan : Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS

Ketenagakerjaan Kebon Besar

Waktu wawancara : Selasa, 5 Januari 2016 pukul 10:45 WIB

Lokasi Wawancara : Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kebon Besar Kota Tangerang

Hasil Wawancara :

1.

a) - Berkaitan dengan penelitian ini, program BPJS Ketenagakerjaan secara teknis dilaksanakan oleh siapa saja yang terkait ?

“secara teknisnya tuh kita kerjasama dengan banyak ya, yang jelas sama stakeholder kita itukan perusahaan pasti, ada juga Dinas Tenaga Kerja, Pemerintah Daerah, sekarang juga karena mulai ke penegakan hukum, kita juga ke Kejaksaan.”

- Bagaimana ketersediaan teknologi sebagai sarana pendukung program tersebut agar pelaksanaan tersebut berjalan secara efisien? Salah satunya penggunaan computer dalam system informasi manajemen terkait pengolahan data kepesertaan, klaim dan verifikasi ?

“teknologi kita udah canggih sekarang ini, kan kita juga system baru, baru aja per November 2015 kemarin kita pake, mungkin kalo sekarang Cuma lagi ada pembaruan system sampai kurang lebih 6 bulan.”

Page 188: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

b) - Bagamana respon dari tenaga kerja / peserta BPJS Ketenagakerjaan yg sudah terdaftar sampai saat ini ?

“respon atau tanggapannya lumayan positif ya, apalagi kan kota Tangerang ini lagi berkembang, rekrutmen pegawai pun lagi besar, jadi pastinya itu masuk terdaftar jadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, mau yg daftar personal maupun didaftarkan dari tempatnya bekerja. Lagipula juga dengan ikut terdaftar di BPJSTK ini ngga rugi ko, malah banyak untungnya kalo menurut saya”

- Seperti apa dan bagaimana menentukan presentase pembayaran iuran program ini setiap bulannya? Apakah tergantung dari jenis pekerjaan, jumlah upah / gaji atau dari yang lainnya ?

“kalo itu berarti harus tau dulu nih programnya, semua sebenernya sudah ada premisnya. JHT itu 5,7%, Kematian 0,3% , Pensiun 3%, yang beda tu di Kecelakaan Kerja, antara 2,4 – 1,27%, itu tergantung dari jenis usahanya, karena tiap jenis usaha itu kan tingkat resiko pekerjaannya berbeda-beda.”

c) - sejauh program BPJS Ketenagakerjaan ini berjalan, apakah pegawai ataupun peserta merasa antusias ?

“sebelumnya udah saya sampaikan toh, mereka para peserta itu merasa sangat senang dan antusias dengan transformasi Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan, karena bukan hanya namanya aja yang ganti, tapi juga kan ditambah dengan beberapa kelebihan yang menutupi, atau mungkin juga bisa suatu saat nanti menghilangkan kekurangannya, baik dalam peraturan, regulasi, ketentuan dan lain – lainnya.”

2. -

Page 189: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

Bagaimana kejelasan tujuan yang akan dicapai dan disusun secara jelas atau urutan kepentingan bagi para pelaksana ?

“kita sama sekali ngga ada kepentingan, kepentingan kita disini murni untuk membantu / menolong kesejahteraan tenagakerja yang ada di Indonesia, khususnya ya di Tangerang ini nih. Dengan program lanjutan dari Jamsostek yang dulu pernah ada, seperti diantaranya Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Pensiunan.”

- Bagaimana kira – kira tujuan program pembaharuan ini dicapai melalui implementasi kebijakan ? jika terdapat penghambat / hambatan, maka apa saja dan bagaimana penyelesaiannya ?

“hambatan dari jaman jamsostek hingga sekarang, kita wajib, cuma ompong. Maksudnya ompong itu, ketika ada perusahaan yang tidak mendaftar atau didaftarkan, itu kan harusnya ditindak, seperti tidak dapat izin SIUP dllnya, tapi kita disini tidak bisa menindak karena kita Cuma pelaksana. Ini gimana mau ditindak kalo Disnakernya sendiri tidak berani tegas. Penyelesaiannya itu ya harus ada ketegasan dari orang nomor 1 di Indonesia ini, Presiden.”

- Bagaimana ketepatan sumber alokasi dana dalam program BPJS Ketenagakerjaan ?

“kalo dulu sebelum per Juli kemarin, pengobatannya ada limit, 20 juta plus 20, jadi 40juta. Tapi sekarang ngga ada limit, jadi selama dia masih aktif terdaftar masih bisa kita cover.”

- Bagaimana koordinasi antar lembaga terkait yang mendukung program BPJS Ketenagakerjaan ini ? dan apakah rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan ini sudah cukup untuk menaungi pekerja yang ada di Kota Tangerang ?

“koordinasi kita antar lembaga terkait seperti yang saya sebutkan tadi seperti stakeholder, Dinas Tenaga Kerja dan lainnya itu biasanya

Page 190: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

pertemuan / meeting ya, via email juga, telpon pun pasti ya.. ada sekitar 2000 lebih di seluruh Indonesia ya, sekarang boleh dimana aja, asalkan bekerjasama dengan rumah sakit yg ada tanda / logo trauma center.”

- Kapan terakhir kali membuka lowongan pekerjaan dan seperti apa kriteria pegawai tersebut ?

“belum lama ko kita buka pendaftaran pekerjaan untuk disini itu, tanggal 15 Agustus kemarin lah kalo ngga salah, untuk lebih jelas dan pastinya bisa langsung buka dan lihat di website resmi ya, www.bpjstk.go.id. Hebatnya di kita itu untuk lowongan kerja, kita ada maksimal umur, bagi yang D3 maupun S1 itu ada maksimal umurnya, jadi yang bekerja disini itu hampir semua karyawan barunya fresh graduate. Yang penting minimal akreditasi kampusnya B.”

- Seperti apa dan bagaimana bentuk dari dukungan pejabat yang lebih tinggi untuk program BPJS Ketenagakerjaan ini di tahun yang akan datang ?

“kalo kejaksaan berarti kita kan larinya ke masalah hukum, itu kita gunakan untuk perusahaan yang belum mendaftar, menunggak iuran, sama juga dengan Disnaker. Housing Benefit itu rencana yang akan berjalan, baru akan mau. Karena juga kan kerjasama dengan bank, yang menentukan KPRnya.Program pastinya ya 4 itu tadi.

- Komitmen pemerintah dalam mendukung program ini dan bagaimana kualitas dan kuantitas dari pejabat pelaksananya sendiri ?

“sebenernya semuanya sudah bagus ko, sempurna. Cuma kepentingan politik di Indonesia itu banyaklah. Karena system politik kita di Indonesia itu poitik bagi – bagi. harusnya sih BPJS itu Cuma ada 1, bukan terbelah menjadi 2, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, di dalam Undang – Undang juga kan Cuma ada 1. Semuanya dilebur, bukan Askes megang BPJS Kesehatan, Jamsostek megang BPJS Ketenagakerjaan.”

Page 191: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 192: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

MEMBER CHECK

Nama : Bapak Efa Zuryadi

Pekerjaan : Kepala Pemasaran Peserta Penerima Upah Kantor BPJS

Ketenagakerjaan Cikokol

Waktu wawancara : Kamis, 17 Desember 2015 (10:26 WIB)

Lokasi Wawancara : Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cikokol Kota Tangerang lt. 3

Hasil Wawancara :

1.

a) - Berkaitan dengan penelitian ini, program BPJS Ketenagakerjaan secara teknis dilaksanakan oleh siapa saja yang terkait ?

“BPJS Ketenagakerjaan, koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja, Kejaksaan, dan KPNL.

- Bagaimana ketersediaan teknologi sebagai sarana pendukung program tersebut agar pelaksanaan tersebut berjalan secara efisien? Salah satunya penggunaan computer dalam system informasi manajemen terkait pengolahan data kepesertaan, klaim dan verifikasi ?

“BPJS Ketenagakerjaan ini berbasis online, untuk sistem informasi bisa didapatkan dikantor cabang manapun, termasuk jaminan pelayanan kepada peserta.”

Page 193: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

b) - Bagamana respon dari tenaga kerja / peserta BPJS Ketenagakerjaan yg sudah terdaftar sampai saat ini ?

“sangat baik, karena perlindungan yang diberikan melalui BPJS Ketenagakerjaan dapat menciptakan rasa aman bagi mereka pada saat bekerja.”

- Seperti apa dan bagaimana menentukan presetase pembayaran iuran program ini setiap bulannya? Apakah tergantung dari jenis pekerjaan, jumlah gaji atau dari yang lainnya ?

“untuk iuran dibayar dengan presentase tertentu yang telah ditetapkan oleh Undang – Undang BPJS Ketenagakerjaan, dikalikan dengan upah perbulan yang diterima peserta.”

c) - sejauh program BPJS Ketenagakerjaan ini berjalan, apakah pegawai ataupun peserta merasa antusias ?

“ya, pada saat mereka bekerja dihadapkan kepada resiko kecelakaan kerja dan meninggal dunia, kemudian pada satu ketika mereka juga mengalami masa tua. Pada saat peristiwa itu datang, mereka sudah ada kepastian akan mendapat perlindungan dari jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua. Disamping itu mereka juga mendapat manfaat tambahan seperti PPKB ( Pinjaman Perumahan Kerjasama Bank ) bagi para peserta BPJS Ketenagakerjaan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.”

2. - Bagaimana kejelasan tujuan yang akan dicapai dan disusun secara jelas atau urutan kepentingan bagi para pelaksana ?

“misi kita ini menjadi jembatan menuju kesejahteraan pekerja. Ini diterjemahkan dalam program tadi, dengan mengikuti program BPJSTK, dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja dan sebaliknya. Program BPJSTK tidak semata menanggulangi resiko dari kecelakaan kerja dan kematian, tapi juga ada proteksi hari tua.

Page 194: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

Proteksi hari tua ini terdiri dari JHT dan Jaminan Pensiun. Ada harapan besar bagi para peserta dimana dihari tuanya mempunyai bekal yang sudah ditabung melalui JHT dan pensiun. Secara lumsam, dia akan mendapat tabungan secara sekaligus yang dapat dijadikan usaha atau kegiatan berikutnya, setelah menjalani masa pensiun secara berkala setiap bulan. Mereka mendapat pensiun sebagai penghasilan yang hilang. Dan kedua proteksi ini tentunya yang diharapkan oleh pekerja disektor swasta.”

- Bagaimana tujuan program pembaharuan ini dicapai melalui implementasi kebijakan ? jika terdapat penghambat / hambatan, maka apa saja dan bagaimana penyelesaiannya ?

“perubahan yang mendasar dari Badan Penyelenggara PT. Jamsostek adalah ditambahkannya program pensiun. Jadi total ada 4 program, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Pensiun. Kendalanya belum semua pekerja yang belum tau tentang program BPJS Ketenagakerjaan, untuk itu perlu dilakukan sosialisasi ke seluruh masyarakat, baik itu pekerja, calon pekerja, mahasiswa atau pelajar. Sosialisasi kepada pekerja bisa dilakukan melalui sosialisasi langsung ke pabrik, atau tempat bekerja, media elektronik, media cetak, dll. Untuk pelajar dan mahasiswa dilakukan edukasi pendekatan melalui pelajaran tertentu di sekolah mereka.”

- Bagaimana ketepatan sumber alokasi dana dalam program BPJS Ketenagakerjaan ?

“dana jaminan yang diberikan kepada peserta sesuai dengan penetapan jaminan berdasar aturan UU BPJS Ketenagakerjaan no 24 tahun 2011. Pembayaran jaminan dilakukan secara langsung, tunai/transfer tanpa ada pembiayaan. Kepastian penerimaan baik kepada peserta maupun ahli waris sudah ditentukan oleh UU BPJS. Sumber dana berasal dari alokasi dana yang diperuntukkan untuk pembayaran jaminan melalui RKAT ( Rencana Kerja Anggaran Tahunan ) setiap tahun.”

Page 195: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

- Bagaimana koordinasi antar lembaga terkait yang mendukung program BPJS Ketenagakerjaan ini ? dan apakah rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan ini sudah cukup untuk menaungi pekerja yang ada di Kota Tangerang ?

“sesuai dengan BPJS Ketenagakerjaan, maka salah satu program Jaminan Kecelakaan Kerja harus dilakukan melalui Rumah Sakit Trauma Center. Rumah sakit bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan untuk melayani peserta khusus kasus kecelakaan kerja. Kerjasama rumah sakit ini dapat digunakan oleh BPJS Ketenagakerjaan cabang lain bila pesertanya mengalami kecelakaan kerja tidak bisa ditentukan wilayahnya / keberadaannya. Melalui jaringan trauma center peserta dapat ditolong dan diobati, baik rawat inap maupun rawat jalan sampai sembuh total, yang dinyatakan oleh dokter. Tanpa batas biaya, sesuai kondisi medis, sampai tenagakerja bekerja kembali.

-

Kapan terakhir kali membuka lowongan pekerjaan dan seperti apa kriteria pegawai tersebut ?

“setiap tahun ada lowongan kerja dari semua bidang dan disiplin ilmu, diseleksi melalui lembaga professional untuk mendapat kualitas SDM yang bermutu. Ketersediaan SDM yang bermutu berimplikasi kepada tingkat pelayanan pada peserta.”

- Seperti apa dan bagaimana bentuk dari dukungan pejabat yang lebih tinggi untuk program BPJS Ketenagakerjaan ini di tahun yang akan datang ?

“dukungan dari stakeholder, karena ini program dari pemerintah, semua instansi harus bersinergi untuk menjalankan program BPJS Ketenagakerjaan. kesejahteraan masyarakat sangat dibutuhkan dari pelaksanaan 4 jaminan sosial di suatu Negara. Tidak saja dalam negeri. Dunia internasional pun sangat mendukung perlindungan jaminan sosial tenagakerja diseluruh dunia, karena jaminan sosial merupakan hak asasi pekerja.”

Page 196: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

- Komitmen pemerintah dalam mendukung program ini dan bagaimana kualitas dan kuantitas dari pejabat pelaksananya sendiri ?

“komitmen Pemerintah Daerah jelas, dalam bentuk regulasi yang diamanatkan oleh negara dan dilaksanakan secara konsisten oleh siapapun yang menjabat di pemerintahan suatu daerah. Tidak ada tawar menawar dari pelaksanaan Undang – Undang Jaminan Sosial. Apabila suatu daerah ingin maju, semua industri harus diwajibkan oleh pemerintah daerah agar melaksanakan UU Jaminan Sosial. Apabila suatu daerah ingin tumbuh industri untuk menampung lapangan pekerjaan, maka dia harus menjamin kepada buyer internasional dan investor internasional bahwasannya daerah tersebut melaksanakan social security sesuai standar ILO ( International Labor Organization ). Apabila suatu daerah tidak ada komitmen untuk melaksanakan jaminan sosial tenagakerja, maka produk hasil industri daerah tersebut tidak bisa ditolelir masuk ke dalam pasar internasional. Oleh karena itu, salah satu syarat audit dari buyer internasional, dari produk hasil industri terkait dengan program BPJS Ketenagakerjaan.”

Page 197: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

MEMBER CHECK

Nama : Warsono

Pekerjaan : Buruh ( tidak menyebut tempat kerja )

Waktu wawancara : Jumat, 27 November 2015 jam 10.40 WIB

Lokasi Wawancara : Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang I

Hasil Wawancara :

1. Apakah pihak dari BPJS Ketenagakerjaan atau tempat anda bekerja pernah mensosialisasikan program dari BPJS Ketenagakerjaan ? Bagaimana kondisi yang ditimbulkan dengan adanya kebijakan program tersebut serta bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai teknologi pendukungnya ?

“selama 13 tahun saya kerja disini ngga ada sosialisasi dari BPJS Ketenagakerjaan mas, belum pernah. Paling Cuma dari pihak HRD aja yang ngasih penjelasan tentang ini itunya. Jadi ibaratnya mah penyambung lidah dari BPJS Ketenagakerjaan ke Pabrik saya gitu mas.”

2. Apakah anda setuju atau mendukung dengan program yang diwajibkan oleh BPJS Ketenagakerjaan ( JKK, JHT dan Jaminan Kematian ) ?

“kalo saya ini kan buruh ya, ya ngga setuju sebenernya karena dilema, sangat keberatan malah, gaji udah segininya pake buat bayar segala macem, lah emang ngga seberapa, ini baru di potong buat bayar BPJS loh mas, belom dipotong buat bayar yg laen lagi. Ya pokoknya mah saya ngga setuju kalo semuanya kebijakan dan peraturan di handle sama pemerintah.”

Page 198: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

3. bagaimana dengan fasilitas dan pelayanan dari rumah sakit yang didapat dengan menggunakan klaim asuransi BPJS Ketenagakerjaan ? dan apakah anda merasa senang / antusias dengan program dan kebijakan pemerintah tentang BPJS Ketenagakerjaan ?

“itu kalo saya belom pernah mas, Alhamdulillah. Jangan sampe lah amit amit. Bukannya apa mas, yang sakit ya sakit, yang minta persyaratan atau prosedur sana sini yg bikin pusing. Iya kalo pas kita sakit biayanya gratis semua mas, kan ada beberapa yg ngga gratis kaya obat gitu ada yg ngga ditanggung mas, jadi ya otomatis kita harus nebus itu obat pake uang sendiri. Kalo seneng/antusias sama program ini sih kayanya engga mas, kaya yang tadi udah saya bilang.. dilema.. setuju ngga setuju..

4. sejauh mana komitmen pemerintah dalam mendukung program ini dan bagaimana kualitas dan kuantitas dari pejabat pelaksananya sendiri ?

“saya bingung toh mas kalo ditanya kualitas dan kuantitas pemerintah, serada ngga ngerti. Wong namanya juga buruh pabrik, tapi kalo menurut saya mah kurang, karena ada sebagian atau mungkin banyak orang yang merasa dirugikan dengan adanya ini, termasuk saya”

Page 199: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

Nama : Harri Widiarsa

Hari : Rabu, 27 Maret 2016, pukul 16:15 WIB

Lokasi : Kantor Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Propinsi Banten.

1. Bagaimana dukungan teori dan teknologi yang digunakan ORI Perwakilan Provinsi Banten dalam pengawasan pelayanan public yang digunakan saat ini ?

- Dukungan teori seperti dalam bentuk Undang – Undang itu kita berdasar UU No. 37 tahun 2008, UU No. 25 tahun 2009, dan UU No. 23 tahun 2014. Teknologi yang kita gunakan dalam penerimaan laporan pelayanan publik dapat melalui telepon, fax, email, juga bisa datang langsung ke kantor Ombudsman.

2. Sebagai pengawas pelayanan public, laporan apa yang sering menjadi pengaduan masyarakat terutama dalam BPJS Ketenagakerjaan? bagaimana dengan alur atau proses penanganan dan penyelesaiannya ?

- Laporan yang sering menjadi pengaduan masyarakat itu diantaranya :

a. Kamar perawatan selalu dikatakan penuh dan penanganan pasien masih lambat

b. Antrian menjadi pasien BPJS di RS yang harus mengantri lama

c. Syarat perusahaan untuk terdaftar di BPJS ( misalkan perusahaan tersebut tidak ada pegawai tetap)

d. Terbatasnya loket pembuatan pada kantor perwakilan BPJS untuk pendaftar mandiri dengan perusahaan

e. Pembayaran pegawai negeri melalui potongan langsung setiap bulan tetapi ternyata tidak masuk saat akan digunakan dengan alasan kartu tidak aktif.

Page 200: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

- Proses penanganan laporan pertama dari keluhan masyarakat akan ditelaah oleh Ombudsman; apabila berkas belum lengkap, pelapor akan dihubungi kembali agar melengkapi data yang diperlukan; bila perlu pelapor dapat berkonsultasi di Kantor Ombudsman RI atau Perwakilan Ombudsman RI; dan Ombusman akan menyiapkan permintaan klarifikasi dan rekomendasi yang ditujukan kepada instansi yang dilaporkan dengan tembusan kepada instansi yang terkait serta pelapor tentunya.

- Alur penyelesaian laporan/pengaduan sendiri sesuai dengan undang – undang Ombudsman RI No. 37 tahun 2008.

Pertama, laporan masyarakt atau inisiatif Ombudsman. Mengisi data diri lengkap, memuat kronologis peristiwa. ( pasal 24 )

Kedua, seleksi laporan atau pengaduan dari masyarakat. Ombudsman RI memeriksa laporan, jika data kurang lengkap maka Ombudsman RI akan memberikan laporan tertulis kepada pelapor, paling lambat 30 hari untuk melengkapi laporan, jika lewat dari 30 hari maka pelapor dianggap mencabut laporannya. ( pasal 25 ).

Ketiga, proses pemeriksaan. Pada tahap ini Ombudsman RI dapat menetapkan berwenang atau tidak melanjutkan pemeriksaan. Jika berwenang maka Ombudsman akan melakukan: klarifikasi tertulis; investigasi lapangan; pemanggilan; mediasi; ajudikasi khusus; dan systemic review. ( pasal 28 )

Keempat, monitoring. Dapat dilakukan kepada Presiden Ri, publikasi terhadap media, dan terakhir DPR RI.

Terakhir, rekomendasi ombudsman. Kesimpulan, pendapat dan saran yang disusun berdasarkan hasil investigasi Ombudsman, kepada atasan terlapor untuk dilaksanakan dan atau ditindaklanjuti dalam rangka peningkatan muru penyelenggaraan administrasi yang baik. ( pasal 37, 38, 39 )

3. Seperti apa dan bagaimana bentuk dukungan dari pemerintah untuk mendukung ORI Perwakilan Provinsi Banten dalam mengawasi pelayanan public ?

Page 201: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (

- Bentuk dukungan kongkrit dalam bentuk APBN dan/APBD, itu juga dana dari negara, bukan dari pemerintah, juga hubungan kerjasama untuk sama – sama meningkatkan kualitas pelayanan public.

4. Sejauh mana komitmen pemerintah dalam mendukung pengawasan yang dilakukan oleh ORI Perwakilan Provinsi Banten? Dan bagaimana kualitas dan kuantitas dari pejabat pelaksana yang ORI Perwakilan Provinsi lihat sampai saat ini ?

- Secara lisan pemerintah sangat berkomitmen. Ada beberapa yang memang sangat fokus menangani permasalahan, ada juga yang cuek.

5. Bagaimana koordinasi antar lembaga yang dilakukan oleh Ombudsman dan pihak penyelenggara program BPJS Ketenagakerjaan ?

- Kita koordinasi dalam hal yang memang perlu di koordinasikan. Koordinasi yang kita lakukan antar lembaga yang dilakukan Ombudsman tergantung, tidak dalam tenggat waktu, dalam arti kita koordinasi ngga terikat waktu. Kapan aja kita koordinasi jika memang ada pengaduan dengan pihak dan sesuai dengan wewenang kita.

6. Hambatan apa yang sering di temui oleh Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Banten dalam melakukan pengawasan pelayanan public ?

- Secara teknis hambatan kita itu laporannya banyak, semuanya mau cepat, semuanya mau prioritas, kita juga berdasarkan undang – undang. Tidak bisa siapa cepat dia dapat, itu tergantung dari kasus pelayanan yang kita preview berdasar kronologi pelapor.

Page 202: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 203: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (
Page 204: IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN …repository.fisip-untirta.ac.id/707/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN... · IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (