95
IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA MANDALLE KECAMATAN BAJENG BARAT KABUPATEN GOWA IKRAMULLAH Nomor Stambuk : 105640230715 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH

DI DESA MANDALLE KECAMATAN BAJENG BARAT

KABUPATEN GOWA

IKRAMULLAH

Nomor Stambuk : 105640230715

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

Page 2: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

i

IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU

JUMAT IBADAH DI DESA MANDALLE KECAMATAN

BAJENG BARAT KABUPATEN GOWA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diusulkan Oleh :

IKRAMULLAH

Nomor Stambuk : 105640230715

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

Page 3: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

ii

Page 4: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

iii

Page 5: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Mahasiswa : Ikramullah

Nomor Stambuk : 105640230715

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan

plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 16 Maret 2021

Yang Menyatakan,

Ikramullah

Page 6: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

v

ABSTRAK

Ikramullah. Implementasi Program Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah Di Desa

Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa. (dibimbing oleh H.

Ansyari Mone dan Ahmad Taufik)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program

Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah Di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 7 (tujuh) orang.

Lokasi penelitian berlangsung di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa serta jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif

dan Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara.

Sedangkan teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan. Pengabsahan data menggunakan triangulasi.

Hasil penelitian menggunakan tiga indikator menunjukkan bahwa (a)

program, program jumat ibadah di desa Mandalle sudah baik dikarenakan beberapa

aspek yaitu adanya alasan yang melatarbelakangi dibuatnya program serta adanya

kejelasan anggaran yang digunakan dan adanya kebijakan yang diambil dalam

mencapai tujuan program, (b) organisasi pelaksana, yaitu adanya organisasi

pelaksana yang jelas mulai dari pemerintah kabupaten hinggah ke desa serta

kesesuaian antara tugas program dengan organisasi pelaksana hal ini dibuktikan

dengan bagusnya pelaporan dan pelaksanaan jumat ibadah di desa Mandalle, (c)

kelompok sasaran, target atau kelompok sasaran yang jelas dari program jumat

ibadah di desa Mandalle sehingga tujuan program dapat tercapai seperti

meningkatnya pelayanan pemerintahan serta kesadaran dalam hal beragama.

Kata Kunci : Implementasi Program, Jumat Ibadah

Page 7: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung. Demikian pula salam

dan shalawat kepada Nabi kita Muhammad SAW yang merupakan panutan dan

contoh kita di akhir zaman. Dengan keyakinan ini sehinga penulis dapat

menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Implementasi Program

Pencerahan Qolbu Jumat Ibadah Di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa”.

Skripsi penelitian ini merupakan tugas akhir yang saya ajukan untuk

memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiayah Makassar.

Pada lembaran ini penulis hendak menyampaikan terima kasih yang sedalam-

dalamnya pada orang tua, atas segala kasih sayang serta do`a yang tulus dan ikhlas

yang senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT sehingga menjadi pelita terang dan

semangat yang luar biasa bagi penulis dalam menggapai cita-cita. Penulis

menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan

dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada yang terhormat, bapak Drs. H. Ansyari Mone, M.Pd selaku pembimbing I

dan bapak Ahmad Taufik, S.IP., M.Ap selaku pembimbing II yang telah berkenan

meluangkan waktu dan tenaganya dalam membimbing dan memberikan petunjuk

Page 8: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

vii

yang begitu berharga dari awal persiapan penelitian hingga sampai sekarang.

Penulis juga tak lupa ucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan, yang

selama ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal yang

berhubungan administrasi kegiatan akademik.

4. Kepada pihak Dinas/Instansi yang ada pada lingkup pemerintahan Kabupaten

Gowa yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Kepada teman-teman seperjuangan yang telah banyak memberi saran,

dukungan, dan motivasi kepada penulis.

Sehubungan akhir tulisan ini penulis memohon maaf kepada semua pihak atas

segala kekurangan dan kekhilafan, disadari maupun yang tidak disadari. Demi

kesempurnaan skripsi ini saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis

harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan

yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 16 Maret 2021

Penulis,

Ikramullah

Page 9: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ........................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ..................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Implementasi ................................................................................. 7

B. Konsep Program ........................................................................................ 13

C. Implementasi Program .............................................................................. 17

D. Jumat Ibadah ............................................................................................. 25

E. Kerangka Pikir .......................................................................................... 29

F. Fokus Penelitian ........................................................................................ 30

G. Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................................ 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................... 32

B. Jenis dan Tipe Penelitian ........................................................................... 32

C. Sumber Data .............................................................................................. 32

D. Informan Penelitian ................................................................................... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 34

Page 10: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

ix

F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 34

G. Keabsahan Data ......................................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................................ 38

B. Implementasi Program Pencerahan Qolbu Jumat Ibadah Di Desa Mandalle

Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa .............................................. 52

C. Faktor-faktor Yang Mendukung Dan Menghambat Dalam Program Jumat

Ibadah Di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa .... 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 75

B. Saran .......................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan

publik. Biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijakan atau

program dirumuskan dengan tujuan yang jelas, implementasi adalah sebuah

rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada

masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana

yang diharapkan. Misalnya dari sebuah undang-undang muncul sejumlah

peraturan pemerintah, keputusan presiden, maupun peraturan daerah,

menyiapkan sumber daya guna menggerakkan implementasi termasuk

didalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan tentu saja

siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan atau program

tersebut dan bagaimana mengantarkan kebijakan secara langsung ke

masyarakat.

Adapun makna implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan

Paul Sabatier sebagaimana dikutip dalam buku Solihin Abdul Wahab

(2008:65) mengatakan bahwa implementasi adalah memahami apa yang

senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau

dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan yakni

kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya

pedoman-pedoman kebijakan negara yang mencakup baik usaha-usaha

Page 12: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

2

untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan

akibat/dampak nyata pada masyarakat.

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

implementasi pada program tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan

sasaran-sasaran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan

kebijakan.

Sebelum berbicara mengenai implementasi program ada baiknya

terlebih dahulu membahas mengenai program. Sebagian orang

mendefenisikan secara umum bahwa program adalah sebuah rencana, dapat

diketahui bahwa salah satu objek dalam implementasi adalah program.

Dengan demikian dapat dimengerti bahwa implementasi program adalah

penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan,

selanjutnya menyajikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan

terhadap implementasi dan efektifitas suatu sistem yang terencana dan

berkesinambungan (program).

Kegiatan implementasi sangat diperlukan dalam suatu program yang

dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk mengetahui apakah program

tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan untuk memberikan

pemahaman kepada masyarakat sehingga program atau kebijakan dapat

membawa hasil sebagaimana yang diharapkan. Kegiatan implementasi juga

bertujuan untuk mengetahu faktor-faktor yang menjadi pendukung ataupun

penghambat dalam pelaksanaan suatu program sehingga dapat ditingkatkan

pelaksanaannya dikemudian hari.

Page 13: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

3

Dalam hal ini penulis akan mengimplementasi sebuah program yang

dilaksanakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Gowa yaitu program

pencerahan qalbu jumat ibadah, karena program itu sendiri adalah sebuah

program unggulan di Kabupaten Gowa.

Program jumat ibadah sendiri ini adalah program yang telah lama

dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten Gowa, mulai dilaksanakan pada

masa pemerintahan Alm. Ichsan Yasin Limpo, lalu ke masa pemerintahan

Adnan Purichta IYL dan masih tetap konsisten dilaksakan setiap hari jumat

diseluruh kabupaten Gowa, baik dilingkup pemerintahan daerah ataupun ke

desa-desa diseluruh kabupaten Gowa.

Program pencerahan qalbu jumat ibadah di kabupaten Gowa ini

dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kepada

Allah SWT dan membangun kualitas sumber daya manusia yang beriman

dan bertakwa di kabupaten Gowa untuk masa depan yang akan datang,

terang bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan YL saat menghadiri jumat

ibadah di Masjid Nurul Iman Jatia, Desa Salajangki, Kecamatan

Bontonompo Selatan.

Program jumat ibadah ini dilaksanakan bukan hanya dilingkungan

pemerintahan saja, tapi juga rutin dilaksanakan setiap hari jumat di Sekolah,

baik di sekolah Negeri maupun di sekolah-sekolah madrasah yang berada

dinaungan departemen agama.

“saya harap sekolah-sekolah yang berada dibawah kementrian

agama kabupaten Gowa juga wajib melaksanakan pencerahan qalbu jumat

Page 14: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

4

ibadah setiap hari jumat sebelum jam pertama mata pelajaran dimulai,

begitu juga dengan pelaksanaan jumat ibadah di kecamatan, kelurahan dan

desa untuk tetap dilanjutkan”. Pesan bupati Gowa dihadapan kepala kantor

kementrian agama kabupaten Gowa, H Anwar Abu Bakar.

menurut Adnan pelaksanaan pencarahan qalbu jumat ibadah di

sekolah-sekolah dimaksudkan agar generasi bangga sejak dini

diperkenalkan akhlak dan moral yang baik. Sehingga mampu mewujudkan

pribadi-pribadi yang berkualitas dan memiliki kepedulian terhadap

lingkungan sekitarnya, agar mampu membawa perubahan dalam

pembangunan ditengah-tengah masyarakat.

Terkait hal tersebut kepala kementrian agama kabupaten Gowa, H

Anwar Abu Bakar menyambut baik harapan bupati Gowa. Menurut H

Anwar Abu Bakar pada tingkat madrasah setiap hari jumat para siswa

madrasah melakukan tausyah selama 15 menit pada jam pertama mata

pelajaran. Kami akan adakan penegasan untuk pelaksanaan Jumat Ibadah di

madrasah, karena ini tentunya memiliki dampak positif bagi para siswa.

Kami selalu siap mendukung program pemerintah kabupaten Gowa. Tegas

Anwar.

Adapun menurut sekretaris daerah kabupaten Gowa H Muchlis

mengatakan kepada seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

lingkup pemerintah kabupaten Gowa untuk menghadiri pencerahan qalbu

jumat ibadah yang berlangsung setiap hari jumat. ”Pegawai pemda Gowa

kalau dia mengaku sebagai muslim, dia harus ikut jumat ibadah”, jumat

Page 15: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

5

ibadah juga menurut Muchlis sebagai media untuk menambah wawasan

para Aparatur Sipil Negara (ASN) terhadap ilmu Quran dan Hadits.

Kegiatan jumat ibadah ini sendiri diatur dalam surat Instruksi bupati

No 2 Tahun 2016 tentang kegiatan jumat ibadah yang dilakukan setiap hari

jumat pada jam 08.00-10.00 yang adapun bentuk pelaksanaannya biasanya

berisi kegiatan ceramah agama/diskusi agama, dzikir dan doa Bersama,

tadarrus Al Quran dan kegiatan keagamaan lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Implementasi Program Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah Di

Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa ?

2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam Program

Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah Di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng

Barat Kabupaten Gowa ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program Pencerahan Qalbu

Jumat Ibadah Di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten

Gowa.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung atau

penghambat Program Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah Di Desa

Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

Page 16: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

6

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Secara praktis. Sebagai masukan atau sumbangan pemikiran bagi

Pemerintah di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

dalam peningkatan pelaksanaan Program Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah

di Kabupaten Gowa.

2. Secara teoritis. Penelitian mampu menambah pengetahuan kepada penulis

pada khususnya dalam pengembangan disiplin Ilmu Pemerintahan.

Page 17: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Implementasi

1. Pengertian implementasi

Implementasi merupakan aktivitas yang terlihat setelah adanya

pengarahan yang sah dari suatu program yang meliputi upaya mengelola

input. Arti implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

adalah pelaksanaan atau penerapan. Menurut Hinggis (dalam Pasolong

2011:57) mendefinisikan implementasi sebagai rangkuman dari berbagai

kegiatan yang didalamnya sumber daya manusia menggunakan sumber

daya lain untuk mencapai sasaran strategi.

Menurut Mulyadi (2015:12) implementasi mengacu pada tindakan

untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan.

Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut

menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai perubahan-

perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan sebelumnya.

Sedangkan Ekawati (dalam Taufik dan Isril, 2013:55) menyatakan bahwa

definisi implementasi secara eksplisit mencakup tindakan oleh individu atau

kelompok, privat (swasta) dan publik yang langsung pada pencapaian

serangkaian tujuan terus-menerus dalam keputusan kebijakan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Grindle (dalam Pasolong (2011:57) mengatakan bahwa implementasi

sering dilihat sebagai suatu proses yang penuh dengan muatan politik

Page 18: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

8

dimana mereka yang berkepentingan berusaha sedapat mungkin

mempengaruhinya. Dari definisi diatas bahwa implementasi merupakan

sebuah cara yang kemudian dilakukan untuk kepentingan dan berusaha

mencapai tujuan tertentu. Adapun menurut Horn (dalam Tahir, 2014:55)

mengartikan implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

baik individu-individu, pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok

pemerintah atau swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan yang

telah digariskan dalam kebijakan

Pada dasarnya implementasi menurut Setiawan (2004) adalah perluasan

aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan

tindakan untuk mencapai serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi

yang efektif. Lebih jauh setiawan menjelaskan bahwa implementasi

bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu

sistem, implementasi bukan sekedar aktifitas tapi suatu kegiatan yang

terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Meter dan Horn (dalam

Taufik dan Isril, 2013:136) menekankan bahwa tahap implementasi tidak

dimulai pada saat tujuan dan sasaran ditetapkan oleh keputusan kebijakan

sebelumnya, tahap implementasi baru terjadi setelah proses legislatif dilalui

dan pengalokasian sumber daya dan dana telah disepakati.

Kemudian Gunn dan Hoogwoodd (dalam Tahir, 2014:55)

mengemukakan bahwa implementasi merupakan sesuatu yang sangat

esensial dari suatu teknik atau masalah manajerial. Widodo (dalam Syahida,

2014:10) mengatakan implementasi berarti menyediakan sarana untuk

Page 19: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

9

melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak atau akibat

terhadap sesuatu.

Adapun menurut Leester dan Stewart (dalam Winarno, 2012:149-150)

menjelaskan bahwa implementasi dipandang secara luas mempunyai makna

pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur

dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam

upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program.

2. Unsur-unsur Implementasi

Syukur dalam Surmayadi (2005:79) mengemukakan ada tiga unsur

penting dalam proses implementasi yaitu:

a. Adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan.

b. Target group yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan

ditetapkan akan menerima manfaat dari program, perubahan atau

peningkatan.

c. Unsur pelaksana (Implementor) baik organisasi atau perorangan untuk

bertanggung jawab dalam memperoleh pelaksanaan dan pengawasan

dari proses implementasi tersebut.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi

Keberhasilan implementasi menurut Merile S. Grindle (dalam

Winarno, 2002:21) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan

(content of policy) dan lingkungan implementasi (context of

implementation). Variable isi kebijakan ini mencakup :

a. Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan

Page 20: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

10

b. Jenis manfaat yang diterima oleh target group, sebagai contoh

masyarakat di wilayah slumareas lebih suka menerima program air

bersih atau pelistrikan daripada menerima program kredit sepeda motor.

c. Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan.

d. Apakah letak sebuah program sudah tepat.

Variabel lingkungan kebijakan mencakup :

a. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh

para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

b. Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa.

c. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Sedangkan menurut Van Metter dan Van Horn (dalam Agustino 2008)

menyatakan bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi implementasi,

yaitu :

a. Ukuran dan tujuan kebijakan kinerja implementasi kebijakan dapat

diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan

dari kebijakan memang realistis dengan budaya sosial yang ada dilevel

pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan

terlalu ideal untuk dilaksanakan pada level warga maka agak sulit

merealisasikan kebijakan publik pada level yang dikatakan berhasil.

b. Sumber daya, keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat

tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang

terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi.

Page 21: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

11

c. Karakteristik agen pelaksana, pusat perhatian pada agen pelaksana

meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat

dalam implementasi kebijakan publik atau program. Hal ini sangat

penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat banyak

dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen

pelaksananya.

d. Sikap atau kecenderungan (disposition), para pelaksana sikap

penerimaan atau penolakan dari pelaksana akan sangat banyak

mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi

kebijakan. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang

dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal

betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan.

e. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, koordinasi

merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan

publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang

terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-

kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.

f. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik hal terakhir yang juga perlu

diperhatikan guna menilai kinerja implementasi kebijakan atau program

adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan

kebijakan publik yang telah ditetapkan. Karena itu lingkungan ekonomi,

sosial dan politik yang kondusif juga perlu diperhatikan dalam proses

implementasi suatu program.

Page 22: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

12

Agustino (2008) mengatakan ada beberapa faktor yang menentukan

berhasil atau tidaknya suatu proses implementasi, yaitu :

a. Kualitas kebijakan atau program itu sendiri.

b. Kecukupan input kebijakan (terutama anggaran).

c. Ketepatan instrumen yang dipakai untuk mencapai tujuan kebijakan

atau program (pelayanan, subsidi, hibah, dan lainnya).

d. Kapasitas implementor (struktur organisasi, dukungan SDM,

koordinasi, pengawasan dan sebagainya).

e. Karakteristik dan dukungan kelompok sasaran.

f. Kondisi lingkungan geografi, sosial, ekonomi, dan politik dimana

implementasi tersebut dilakukan.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas tersebut dapat diketahui bahwa

pengertian implementasi merupakan suatu proses yang berkaitan dengan

kebijakan dan program-program yang akan diterapkan oleh suatu organisasi

atau institusi, khususnya yang berkaitan dengan institusi negara dan

menyertakan sarana dan prasarana untuk mendukung program-program

yang dijalankan tersebut.

4. Tahap-tahap dalam implementasi

Dalam tataran praktis, Mulyadi (2015:12) mengutarakan bahwa

implementasi adalah proses pelaksanaan keputusan dasar yang terdiri atas

beberapa tahapan yaitu :

a. Tahapan pengesahan peraturan perundangan

Page 23: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

13

b. Pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana

c. Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan

d. Dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki maupun tidak

e. Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi pelaksana

f. Upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan

B. Konsep Program

1. Pengertian program

Sebelum berbicara mengenai implementasi program ada baiknya

terlebih dahulu membahas mengenai pengertian program. Sebagian orang

mendefenisikan secara umum bahwa program adalah sebuah rencana.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), program

adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan

dijalankan.

Jones dalam Arif Rohman (2009: 101-102), menyebutkan bahwa

program merupakan salah satu komponen dalam suatu kebijakan. Program

merupakan upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan. Sedangkan

menurut Arikunto dan Jabar (2009:4), mengatakan bahwa program

didefenisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan

realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses

yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan

sekelompok orang. Selain defenisi program diatas ada pula menurut Joan

dikutip Tayibnapis (2000:9), program adalah segala sesuatu yang coba

Page 24: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

14

dilakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau

pengaruh.

Dalam hal ini ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam

menentukan program, yaitu :

• Realisasi atau implementasi suatu kebijakan.

• Terjadi dalam waktu relatif lama dan bukan kegiatan tunggal tetapi

jamak berkesinambungan.

• Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Program merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian

kegiatan yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai

tujuan dan merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya

kegiatan implementasi.

Selanjutnya Keban (2004:35), menyebutkan apakah program efektif

atau tidak, maka standar penilaian yang dapat dipakai adalah organisasi,

interpretasi, dan penerapan. Ketiga standar penilaian tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Organisasi

Maksudnya disini ialah organisasi pelaksana program, selanjutnya

organisasi tersebut harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber

daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana dan

perlengkapan atau alat-alat kerja serta didukung dengan perangkat

hukum yang jelas. Struktur organisasi yang kompleks, struktur

Page 25: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

15

ditetapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau

subsistem yang ada tersebut.

Sumber daya manusia yang berkualitas berkaitan dengan

kemampuan aparatur dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Aparatur

dalam hal ini petugas yang terlibat dalam pelaksanaan program. Tugas

aparat pelaksana program yang utama adalah memberikan pelayanan

kepada masyarakat yang dipercayakan kepadanya untuk mencapai

tujuan.

b. Interpretasi

Maksud interpretasi agar program dapat dilaksanakan sesuai dengan

peraturan atau ketentuan yang berlaku dan harus dilihat apakah

pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksana dan petunjuk

teknis yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

• Sesuai dengan peraturan

Sesuai dengan peraturan berarti setiap pelaksana kebijakan harus

sesuai dengan peraturan yang berlaku baik peraturan tingkat pusat,

provinsi atau kabupaten.

• Sesuai dengan petunjuk pelaksana

Berarti pelaksanaan kebijakan dari peraturan sudah dijabarkan cara

pelaksanaannya pada kebijakan yang bersifat administratif,

sehingga memudahkan pelaksana dalam melakukan aktifitas

pelaksanaan program.

• Sesuai petunjuk teknis

Page 26: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

16

Yang berarti kebijakan yang sudah dirumuskan dalam bentuk

petunjuk pelaksana dirancang lagi secara teknis agar memudahkan

dalam operasionalisasi program. Petunjuk teknis ini bersifat

strategis lapangan agar dapat berjalan efesien dan efektif, rasional

dan realistis.

c. Penerapan

Peraturan atau kebijakan berupa petunjuk pelaksana dan teknis

telah berjalan sesuai dengan ketentuan, untuk dapat melihat ini harus

dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang jelas serta jadwal

kegiatan yang disiplin.

• Prosedur kerja yang sudah ada harus memiliki prosedur kerja agar

dalam pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih, sehingga tidak

bertentangan antara unit kegiatan yang terdapat didalamnya.

• Program kerja harus sudah terprogram dan terencana dengan baik,

sehingga tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif.

• Jadwal kegiatan program yang sudah ada harus dijadwalkan kapan

dimulai dan diakhiri suatu program agar mudah dalam mengadakan

evaluasi. Dalam hal ini yang diperlukan adanya tanggal pelaksanaan

dan rampungnya sebuah program sudah ditentukan sebelumnya.

2. Aspek Program

Didalam sebuah program dibuatkan beberapa aspek, disebutkan bahwa

didalam setiap program dijelaskan mengenai :

a. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

Page 27: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

17

b. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

c. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

d. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

e. Strategi pelaksanaan.

C. Implementasi Program

1. Pengertian Implementasi Program

Implementasi merupakan suatu proses yang sangat penting ketika

berbicara penerapan program baik itu yang bersifat sosial atau dalam dunia

Pendidikan. Konsep dasar dari implementasi program adalah mengacuh

pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam

suatu keputusan. Implementasi program merupakan salah satu tahapan

penting dalam siklus kebijakan publik secara keseluruhan. Untuk itu dapat

dilihat dari beberapa pendapat dibawah tentang implementasi program.

Merille S. Grindle (dalam Tresiana dan Duadji, 2017:46)

menyatakan bahwa implementasi program merupakan proses umum

tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu.

Sementara Tresiana dan Duadji (2017:48) memahami implementasi

program sebagai kegiatan mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver

policy output) yang dilakukan oleh para pelaksana kepada kelompok sasaran

sebagai upaya mewujudkan tujuan program atau kebijakan.

Adapun menurut Nugroho (2014:657), implementasi program atau

kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat

mencapai tujuannya. Implementasi program merupakan langkah-langkah

Page 28: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

18

pelaksanaan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan dari program itu

sendiri, Jones (dalam Arif Rohman 2009:101-102) menyebutkan

implementasi program merupakan salah satu komponen dalam suatu

kebijakan untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Winarno (2005:101) implementasi program merupakan

alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan

teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan program guna

meraih dampak tujuan yang diinginkan. Sedangkan menurut Dwijowijoto

(2004:158) implementasi program pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya.

Model efektifitas implementasi program yang ditawarkan oleh

Kertonegoro (2004:17), menyebutkan empat faktor dalam melaksanakan

suatu kebijakan yakni: komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan-

kecenderungan atau tingkah laku dan struktur birokrasi.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Program

Rondinelli (dalam Subarsono, 2005:101) mengemukakan bahwa

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

program-program pemerintah yang bersifat desentralistis. Faktor-faktor

tersebut diantaranya :

a. Kondisi lingkungan

Lingkungan sangat mempengaruhi implementasi program, yang

dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosial kultural serta

keterlibatan penerima program.

Page 29: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

19

b. Hubungan antar organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan

dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan

kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

c. Sumberdaya organisasi untuk implementasi program

Implementasi program perlu didukung sumberdaya baik sumberdaya

manusia (human resources) maupun sumberdaya non manusia (non

human resources).

d. Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana

Yang dimaksud karakteristik dan kemampuan agen pelaksana adalah

mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan

yang terjadi dalam birokrasi yang semuanya itu akan mempengaruhi

implementasi suatu program.

Berdasarkan faktor-faktor diatas yaitu kondisi lingkungan,

hubungan antar organisasi, sumberdaya organisasi untuk implementasi

program, karakteristik dan kemampuan agen pelaksana merupakan hal

penting dalam mempengaruhi suatu implementasi program. Faktor-faktor

tersebut akan menghasilkan kinerja dan dampak suatu program yaitu sejauh

mana suatu program dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan,

mengetahui bagaimana perubahan kemampuan administratif pada

organisasi lokal serta berbagai keluaran dan hasil yang lain.

3. Model Implementasi Program

Page 30: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

20

Implementasi program atau kebijakan dapat dilihat dari berbagai

perspektif atau pendekatan. Suharsono mengemukakan untuk melihat

keefektifan implementasi ada banyak model yang dapat digunakan dari

beragam perspektif para ahli diantaranya :

a. Model implementasi George Edward III

Model George Edward III menjelaskan bahwa masalah

implementasi terlebih dahulu dikemukakan dari dua pertanyaan pokok,

yakni: faktor apa yang mendukung keberhasilan implementasi

kebijakan atau program dan faktor apa yang menghambat keberhasilan

implementasi program. Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut, oleh

Edward dirumuskan empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi program yaitu:

• Komunikasi

Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan atau

program dikomunikasikan dengan para organisasi atau publik.

Implementasi program akan berjalan secara efektif bila mereka yang

melaksanakan program mengetahui apa yang harus mereka lakukan

sehingga tujuan dan sasaran program dapat dicapai sesuai dengan

yang diharapkan. Hal ini menyangkut proses penyampaian

informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang

disampaikan.

• Sumber daya

Page 31: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

21

Sumber daya merupakan hal penting lainnya dalam

mengimplementasikan kebijakan dengan baik. Indikator-indikator

yang digunakan untuk melihat sejauh mana sumberdaya dapat

berjalan dengan baik meliputi empat komponen yaitu staf yang

cukup (jumlah dan mutu), informasi yang dibutuhkan guna

pengambilan keputusan, kewenangan yang cukup guna

melaksanakan tugas atau tanggung jawab dan fasilitas yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan.

• Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki

implementor. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik,

maka dia akan menjalankan kebijakan dengan baik, jika

implementasi suatu kebijakan ingin efektif maka para pelaksana

kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dihadapi

tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya,

sehingga dalam praktiknya tidak menjadi bias.

• Struktur organisasi

Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya

kerjasama banyak orang. Struktur birokrasi ini mencakup aspek-

aspek seperti struktur birokrasi, pembagian kewenangan, hubungan

antara unit-unit organisasi dan sebagainya. Salah satu dari aspek

struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur

Page 32: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

22

operasi (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi

pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.

Keempat faktor tersebut menjadi kriteria penting dalam implementasi

yang berjalan secara simultan dan saling berpengaruh satu sama lain dalam

pandangan George Edward III.

b. Model David L. Weimer dan Aidan R. Vining

Weimer dan Vining menjelaskan bahwa ada tiga variabel besar yang

dapat memengaruhi keberhasilan implementasi suatu program, yaitu:

• Logika dari suatu kebijakan. Ini dimaksudkan agar suatu kebijakan

yang ditetapkan masuk akal dan mendapat dukungan teoritis.

• Lingkungan tempat kebijakan dioperasikan, tersebut akan

mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu program. Yang

dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosial, politik,

ekonomi dan fisik atau geografis.

• Kemampuan implementor. Keberhasilan suatu kebijakan dapat

dipengaruhi oleh tingkat kompetensi dan keterampilan dari

implementor kebijakan atau program.

c. Model Van Meter dan Van Horn

Meter dan Horn menjelaskan bahwa implementasi program berjalan

secara linear dari kebijakan publik, implementor dan kinerja kebijakan

Page 33: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

23

publik. Karena itu pada model ini dimasukkan empat variabel yang

mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:

• Aktifitas pengamatan dan komunikasi interorganisasional

Implementasi yang efektif memerlukan standar dan tujuan

program dipahami oleh individu-individu yang bertanggung jawab

agar implementasi tercapai, maka perlu melibatkan komunikasi

yang konsisten dengan maksud mengumpulkan informasi.

Komunikasi antara organisasi merupakan hal yang kompleks

penyampaian informasi kebawah pada suatu organisasi atau

organisasi yang satu ke organisasi yang lain, mau atau tidak

komunikator baik secara sengaja atau tidak.

• Karakteristik pelaksana

Struktur birokrasi dianggap karakteristik, norma dan pola

hubungan dalam eksekutif yang memiliki aktual atau potensial

dengan apa yang dilakukan dalam kebijakan, lebih jelasnya

karakteristik berhubungan dengan kemampuan dan kriteria staf

tingkat pengawas (kontrol) hirarkis terhadap keputusan-keputusan

sub unit dalam proses implementasi.

• Kondisi ekonomi, sosial dan politik

Pada waktu implementasi kebijakan tidak terlepas dari

pengaruh ekonomi, sosial, dan politik (ekosospol). Pengaruh faktor

ini memiliki efek yang menonjol terhadap keberhasilan aktivitas

pelaksana.

Page 34: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

24

• Disposisi atau sikap pelaksana

Variabel ini menyangkut masalah persepsi-persepsi

pelaksana dalam juridis dimana kebijakan atau program

disampaikan. Ada tiga unsur yang mempengaruhi pelaksanaan

dalam implementasi program:

o Kognisi (pemahaman dan pengetahuan).

o Arah respon pelaksana terhadap implementasi menerima atau

menolak.

o Intensitas dari respon pelaksana.

d. Model Implementasi David C. Korten

Model implementasi program menurut David C. Korten harus

meliputi tiga elemen yang disebutnya dengan model kesesuaian melalui

pendekatan proses pembelajaran. Korten menitik beratkan model ini

pada tiga elemen yakni program itu sendiri, pelaksanaan program dan

kelompok sasaran. Ketiga unsur implementasi program menurut korten

yaitu:

• Program

Menurut Korten harus ada kesesuaian antara program dengan

apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran. Untuk itu indikator

suatu program yang baik memuat beberapa aspek diantaranya:

Page 35: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

25

o Adanya tujuan yang ingin dicapai secara jelas.

o Adanya kebijakan-kebijakan yang diambil dalam mencapai

tujuan.

o Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

o Adanya strategi dalam pelaksanaan.

• Organisasi pelaksana

Korten mengatakan bahwa harus ada kesesuaian antara

program dengan organisasi pelaksana yaitu kesesuaian antara tugas

yang diisyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi

pelaksana.

• Kelompok sasaran

Menurut Korten harus ada kesesuaian antara kelompok

sasaran dengan organisasi pelaksana untuk dapat memperoleh hasil

program yang sesuai dengan kelompok sasaran program.

D. Jumat Ibadah

Secara bahasa ibadah berarti taat, tunduk, menurut, mengikut dan doa.

Bisa juga diartikan menyembah, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-

Dzariyat : 56 yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia

melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku”. Menurut Jumhur ulama

mengatakan bahwa ibadah adalah nama yang mencakup segala sesuatu yang

disukai Allah dan yang diridhainya, baik berupa perkataan maupun

perbuatan baik terang-terangan maupun diam-diam. Sedangkan menurut

ulama tauhid mengatakan bahwa ibadah adalah mengesahkan Allah SWT

Page 36: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

26

dengan sungguh-sungguh dan merendahkan serta menundukkan jiwa

setunduk-tunduknya.

Menurut ulama fiqih ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang

bertujuan memperoleh keridhoan Allah SWT dan mendambakan pahala

darinya di akhirat. Ibadah merupakan rangkaian perbuatan yang disukai

oleh Allah, sebab semua ibadah pada dasarnya merupakan panggilan

ketaqwaan.

Secara garis besar ibadah dibagi menjadi 2 macam yaitu : ibadah

mahdah (ibadah yang ketentuannya pasti) yakni ibadah yang ketentuan dan

pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari ibadah

kepada Allah SWT seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan yang

kedua adalah ibadah amah (umum) yakni semua perbuatan yang

mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat ikhlas karena Allah

SWT.

Ibadah merupakan perkara yang sakral. Artinya tidak ada suatu bentuk

ibadah pun yang disyariatkan kecuali berdasarkan Al Quran dan sunnah.

Semua bentuk ibadah harus memiliki dasar apabila ingin melaksanakannya

karena apa yang tidak disyariatkan berarti bid`ah. Sebagaimana yang telah

diketahui bahwa setiap bid`ah adalah sesat. Menurut Syaikh Dr. Shali Bin

Fauzan Bin Abdullah amalnya ditolak dan tak diterima, bahkan ia berdosa

karenanya, sebab amal tersebut adalah maksiat bukan taat. Adapun syarat

diterimahnya ibadah yaitu: ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik

besar dan kecil, dan sesuai dengan tuntutan Rasul.

Page 37: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

27

Adapun syarat diterimanya ibadah oleh Allah SWT, kita harus memiliki

sifat sebagai berikut:

• Ikhlas, artinya hendaknya ibadah yang kita kerjakan itu bukan

mengharap pemberian dari Allah, tetapi semata-mata karena

perintah dan ridhanya.

• Meninggalkan riya, artinya beribadah bukan karena malu kepada

manusia atau dilihat orang lain.

• Bermuraqabah, artinya yakin bahwa Tuhan itu selalu melihat dan

ada disamping kita sehingga kita bersikap bosan kepadanya.

• Jangan keluar dari waktunya, artinya mengerjakan ibadah dalam

waktu tertentu, sedapat mungkin dikerjakan diawal waktu.

Adapun pengertian jumat ibadah merupakan kegiatan ibadah yang

ruting dilakukan pada hari jumat pagi biasanya dilakukan jam 08.00-10.00

yang berisi beberapa kegiatan antara lain, pengajian, ceramah agama, dan

doa bersama yang dilakukan diseluruh instansi-instansi di wilayah

kabupaten Gowa baik di lingkup pemerintahan kabupaten, kecamatan

ataupun kepelosok desa-desa di kabupaten Gowa.

1. Tujuan Jumat Ibadah

Kegiatan jumat ibadah di kabupaten Gowa memiliki beberapa tujuan

diantaranya, yaitu sebagai berikut :

Page 38: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

28

a. Untuk senantiasa mendoakan kabupaten Gowa agar tetap aman dan

kondusif serta terhindar dari bencana alam.

b. Untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allat SWT.

c. Untuk membangun kualitas sumber daya manusia yang beriman dan

bertakwa di kabupaten Gowa untuk masa yang akan datang. Terang

bupati Gowa Adnan Purichta IYL.

2. Manfaat Atau Dampak Jumat Ibadah

Adapun beberapa manfaat atau dampak jumat ibadah yang dilaksanakan

setiap hari jumat adalah sebagai berikut :

a. Terciptanya sumber daya manusia yang beriman, bertaqwa dan selalu

mengingat Allah SWT dalam segala hal.

b. Terciptanya karakter moral sejak dini dalam diri setiap siswa.

c. Terciptanya komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat.

3. Bentuk-bentuk Kegiatan Jumat Ibadah

Bentuk-bentuk pelaksanaan kegiatan pencerahan qalbu jumat ibadah

yaitu :

a. Ceramah agama/diskusi agama

b. Dzikir dan doa bersama

c. Tadarrus Al-Qur`an

d. Kegiatan keagamaan lainnya yang bernilai agama

4. Metode Pelaporan Kegiatan Jumat Ibadah

Pelaksanaan kegiatan pencerahan qalbu jumat ibadah

dikoordinasikan dengan Bidang Pembinaan Keagamaan Dinas Sosial,

Page 39: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

29

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa. Kemudian melaporkan

kegiatan pencerahan qalbu jumat ibadah kepada Bupati Gowa melalui

Bidang Pembinaan Keagamaan Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan

Transmigrasi Kabupaten Gowa.

Adapun alasan penulis memilih Desa Mandalle sebagai objek

penelitian dikarenakan rutinnya dilaksanakan jumat ibadah setiap

minggunya dan banyaknya tokoh agama dan pengurus Muhammadiyah

untuk mengetahui bagaimana tanggapan mereka tentang program jumat

ibadah itu sendiri.

E. Kerangka Pikir

Implementasi adalah penerapan atau pelaksanaan sebuah program yang

sudah dirumuskan, implementasi juga bisa diartikan sebagai tindakan untuk

menjalankan rencana yang telah dibuat. Didalam sebuah pelaksanaan suatu

program ada beberapa faktor-faktor yang menjadi pendukung ataupun

penghambat dalam pelaksanaannya, sehingga karena itu penulis terjun

langsung meneliti bagaimana pengimplementasian program jumat ibadah

dengan menggunakan indikator dari Korten (dalam Suharsono, 2005) yaitu:

program, organisasi pelaksana, dan kelompok sasaran. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat melalui bagan kerangka pikir dibawah ini :

Gambar 1 : Bagan Kerangka Pikir

Indikator

1. Program

2. Organisasi

pelaksana

3. Kelompok sasaran

Implementasi Program

Faktor Pendukung

Regulasi

Terjalinnya Koordinasi

dengan pihak yang

terkait

Dilibatkannya para

imam serta organisasi

Faktor Penghambat

Kurangnya

Komunikasi Ke

Masyarakat

Kurangya Kesadaran

Masyarakat Terhadap

Program

Page 40: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

30

F. Fokus Penelitian

Fokus pada penelitian ini adalah Implementasi Program Pencerahan

Qalbu Jumat Ibadah Di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten

Gowa dengan indikator program, organisasi pelaksana, dan kelompok

sasaran.

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Implementasi Program Jumat Ibadah Yang Baik di Desa Mandalle

Bentuk-bentuk pelaksanaan kegiatan

pencerahan qalbu jumat ibadah yaitu :

a. Ceramah Agama/Diskusi Agama

b. Dzikir dan doa Bersama

c. Tadarrus Al-Qur`an

d. Kegiatan keagamaan lainnya yang

bernilai agama

Page 41: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

31

Dari kerangka pikir penelitian, yang menjadi fokus penelitian saya

adalah bagaimana hasil implementasi program pencerahan qalbu jumat

ibadah dengan menggunakan beberapa indikator diantaranya yaitu :

a. Program

Program yang dijalankan haruslah memiliki kesesuaian dengan apa

yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran. Sehingga program jumat

ibadah yang dirumuskan dapat berjalan sesuai yang diharapkan guna

untuk mencapai tujuan dari program tersebut.

b. Organisasi pelaksana

Kesesuaian antara program jumat ibadah dengan organisasi pelaksana

yaitu kesesuaian antara tugas yang disyaratkan oleh program jumat

ibadah tersebut dengan kemampuan organisasi pelaksana sehingga

program dapat berjalan lancar.

c. Kelompok sasaran

Harus ada kesesuaian antara kelompok sasaran program jumat ibadah

dengan organisasi pelaksana untuk dapat memperoleh hasil program

dengan apa yang dapat dilakukan oleh kelompok sasaran program jumat

ibadah tersebut.

Page 42: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama 2 bulan dan

lokasi penelitian bertempat di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa dengan alasan karena ingin mengetahui bagaimana

Implementasi Program Pencerahan Qolbu Jumat Ibadah Di Desa Mandalle

Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah suatu proses penelitian yang menghasilkan deskripsi dari orang-

orang atau perilaku dalam bentuk kata-kata baik lisan maupun tulisan.

Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif dimana

data dirangkumkan melalui keterangan dan bukan angka.

2. Tipe penelitian

Menggunakan tipe penelitian Fenomenologi yang dimana melalui

metode penelitian kualitatif yaitu memberikan gambaran tentang

masalah yang diteliti terkait dengan bagaimana Implementasi Program

Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah Di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng

Barat Kabupaten Gowa.

C. Sumber Data

1. Data primer

Page 43: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

33

Data primer adalah data yang penulis dapat secara langsung dari

sumbernya, yaitu para informan yang menjadi objek penelitian peneliti.

Peneliti mendatangi dan melakukan wawancara langsung untuk

mendapatkan hasil atau data yang valid dari informan secara langsung

agar dalam menggambarkan hasil penelitian lebih mudah.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu suatu data yang diperoleh melalui media dengan

maksud untuk melengkapi data primer seperti buku, artikel, internet

atau jurnal ilmiah yang saling berkaitan dari objek yang diteliti

sehingga penelitian lebih akurat.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi yang diteliti. Penentuan

informan dilakukan secara purposive sampling, artinya memilih langsung

informan yang lebih mengetahui tentang masalah yang akan diteliti.

Tabel 1 : Informan Penelitian

No Nama Jabatan Jumlah

1 Najamuddin, SH. MH Kepala Bidang Pembinaan

Keagamaan Dinas Sosial 1

2 Zainal Naro Kepala Desa Mandalle 1

3 Hudri Lawang, S.Ag Tokoh Agama 1

4 Irwan, S.Ag Tokoh Agama 1

5 Nur Fajri, SE Masyarakat 1

6 Hasbi Masyarakat 1

7 Nur Jihad Masyarakat 1

Total Informan 7

Page 44: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

34

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap objek yang

diteliti, berlokasi di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten

Gowa.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

secara langsung kepada informan berdasarkan pertanyaan yang telah

disiapkan oleh peneliti terkait dengan Implementasi Program

Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah Di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng

Barat Kabupaten Gowa.

3. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan kepada subjek penelitian.

Dokumentasi dapat dibedakan menjadi dokumen primer (dokumen

yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa), dan

dokumen sekunder (jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang

selanjutnya ditulis oleh orang ini).

F. Teknik Analisis Data

1. Data Reduction (reduksi data)

Reduksi data adalah analisis data yang dilakukan dengan memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya. Data yang diperoleh didalam lapangan

dituliskan/diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci.

Page 45: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

35

2. Data Display (penyajian data)

Penyajian data adalah data yang diperoleh dikategorisasikan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan

sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat narasi.

3. Conclusion Drawing/Verification (penyimpulan dan verifikasi)

Penyimpulan dan verifikasi adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi dari data yang diperoleh, kemudian dikategorikan, dicari

tema dan polanya kemudian ditarik kesimpulan. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya.

G. Keabsahan Data

Penelitian kualitatif, data bisa dikatakan akurat ketika terjadi

keselarasan antara yang dilaporkan dengan apa yang perbedaan antara yang

sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Untuk menguji kebenaran

informasi pada metodologi ini dapat digunakan uji kredibilitas. Untuk

menguji kredibilitas suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan

berbagai cara yaitu sebagai berikut :

1. Perpanjangan Pengamatan

Hal ini dilakukan ketika peneliti masih menemukan kekeliruan dari hasil

penelitiannya sehingga mengharuskan untuk melakukan peninjauan

Page 46: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

36

kembali ke lokasi penelitian sehingga bisa mendapatkan informasi yang

lebih akurat lagi dari apa yang sudah didapatkan sebelumnya.

2. Meningkatkan Ketekunan

Lebih mencermati hal yang ingin diteliti dengan cara lebih memfokuskan

diri pada hal yang ingin diteliti sehingga lebih sistematis dan lebih jelih

lagi untuk melihat apakah data yang dikumpulkan itu benar atau salah.

3. Triangulasi

Pengujian kebenaran informasi dengan berbagai cara dan berbagai

kondisi berupa pengujian kebenaran serta akurasi data harus dengan

berbagai cara. Hal ini dilakukan dengan tiga triangulasi, yaitu sebagai

berikut :

a. Triangulasi Sumber Data, adalah menggali kebenaran informasi

tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.

Misalnya selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa

menggunakan observasi terlibat, dokumen tertulis, arsip, dokumen

sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau

foto yang berkaitan dengan program jumat ibadah. Masing-masing

cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang

selanjutnya akan memberikan pandangan yang berbeda pula

mengenai fenomena yang diteliti.

b. Triangulasi Teknik, berarti peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari

sumber data yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif,

Page 47: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

37

wawancara mendalam, serta dokumentasi untuk sumber data yang

sama secara serempak.

c. Triangulasi Waktu, yaitu data yang dikumpulkan dengan teknik

melihat kondisi sikologis informan yang dinilai berdasarkan waktu

wawancara antara pagi, siang, dan sore hari.

4. Analisis Kasus Negatif

Analisis kasus yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kasus yang

sebenarnya dalam jangka waktu tertentu apabila pada waktu itu tidak

ditemukan lagi data yang lain atau data yang bertentangan maka data

yang diperoleh dianggap benar dan dijadikan sebagai referensi dari

berbagai media atau penelitian.

5. Menggunakan Bahan Referensi

Hal ini dilakukan dengan cara memperlihatkan bukti berupa gambar

ataupun suara rekaman antara peneliti dan informan penelitian sehingga

ada bukti yang jelas atau kongkret bahwa peneliti betul-betul terjun

langsung kelapangan atau lokasi penelitian untuk melakukan penelitian

dan data yang dikumpulkan adalah data yang berdasarkan penelitian

bukan hanya asumsi peneliti atau opini.

6. Mengadakan Membercheck

Hal ini dilakukan berupa pengevaluasian data kembali oleh peneliti atas

data yang diperoleh dari informan apakah jawaban yang diberikan

informan sesuai dengan pertanyaan peneliti atau tidak sehingga data

yang terkumpul lebih kredibel lagi dan akurat.

Page 48: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

38

Page 49: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Gambaran Umum Kabupaten Gowa

Kabupaten Gowa berada pada 119.3773° Bujur Barat dan 120.0317°

Bujur Timur serta, 5.0829342862° Lintang Utara dan 5.577305437°

Lintang Selatan, dimana wilayahnya terletak dibagian selatan Provinsi

Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 1.883,33 km² atau setara dengan

3,01% dari luas Provinsi Sulawesi Selatan.

Kabupaten yang berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi

Selatan ini berbatasan dengan 7 kabupaten lain, yaitu sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Kota Makassar, Kabupaten Maros dan Bone

• Sebelah Timur : Kabupaten Sinjai, Bantaeng dan Jeneponto

• Sebelah Selatan : Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto

• Sebelah Barat : Kota Makassar dan Kabupaten Takalar

Keadaan geografis wilayah kabupaten Gowa terdiri atas dataran

tinggi seluas 1.509,87 km² atau setara dengan 80,17% yang meliputi

sembilan kecamatan yakni Tinggimoncong, Parigi, Parangloe, Tompobulu,

Tombolopao, Bungaya, Biringbulu, Bontolempangan, dan Manuju.

Sedangkan dataran rendah 373.46 km² atau setara dengan 19,83% yang juga

terdiri dari sembilan kecamatan yaitu Somba Opu, Pallangga, Pattalassang,

Page 50: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

40

Bontomarannu, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo, dan

Bontonompo Selatan.

Gambar 2 : Peta Wilayah Kabupaten Gowa

Dari total luas wilayah kabupaten Gowa 35,30% mempunyai

kemiringan tanah diatas 40° yaitu pada wilayah kecamatan Parangloe,

Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan, dan Tompobulu. Dengan

bentuk topografi wilayah yang sebagian besar berupa dataran tinggi,

wilayah kabupaten Gowa dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang sangat

potensial sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah satu

diantaranya sungai terbesar di Sulawesi Selatan adalah sungai Jeneberang

dengan luas 881 km² dengan Panjang 90 km.

Untuk lebih jelasnya gambaran umum kecamatan yang ada dalam

wilayah kabupaten Gowa berdasarkan komposisi luas dan jarak dari

Page 51: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

41

sungguminasa sebagai Ibukota Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 2 : Ibu Kota Kecamatan, Jarak dan Luas Kecamatan Tahun

2015

No Kecamatan Ibu Kota

Kecamatan

Jarak Dari

Ibu Kota Kab. Luas

1 Bontonompo Tallayang 16 km 30,39 km²

2 Bontonompo

Selatan

Pabundukang 30 km 29,24 km²

3 Bajeng Kalebajeng 12 km 60,09 km²

4 Bajeng Barat Borimatangkasa 15,80 km 19,04 km²

5 Pallangga Mangngalli 2,45 km 19,04 km²

6 Barombong Kanjilo 6,5 km 20,67 km²

7 Somba Opu Sungguminasa 0,00 km 28,09 km²

8 Bontomarannu Borongloe 9 km 52,63 km²

9 Pattalassang Pattalassang 13 km 84,96 km²

10 Parangloe Lanna 27 km 221,26 km²

11 Manuju Bilalang 20 km 91,90 km²

12 Tinggimoncong Malino 59 km 142,87 km²

13 Tombolo Pao Tamaona 90 km 251,82 km²

14 Parigi Majannang 70 km 132,76 km²

15 Bungaya Sapaya 46 km 175,53 km²

16 Bontolempangan Bontoloe 63 km 142,46 km²

17 Tompobulu Malakaji 125 km 132,54 km²

18 Biringbulu Lauwa 140 km 218,84 km²

Sumber : sekretariat DPRD Kabupaten Gowa 2016

Di atas aliran sungai Jeneberang oleh pemerintah kabupaten Gowa

yang bekerja sama dengan pemerintah Jepang, telah membangun proyek

multifungsi DAM BILI-BILI dengan luas +2415 km² yang dapat

menyediakan air irigasi seluas +2415 Ha, konsumsi air bersih (PAM) untuk

masyarakat kabupaten Gowa dan Makassar sebanyak 35.000.000 m² dan

untuk pembangkit listrik tenaga yang berkekuatan 16,30 Mega Watt.

Page 52: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

42

Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, kabupaten Gowa

hanya mengenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Biasanya musim kemarau dimulai pada bulan juni hingga September,

sedangkan musim hujan dimulai pada bulan desember hingga maret.

Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa

peralihan yaitu bulan april sampai mei dan bulan oktober sampai november.

Berdasarkan data dalam angka bahwa penduduk kabupaten Gowa

pada tahun 2015 tercatat sebanyak 747.257 jiwa yang terdiri 259.048 jiwa

penduduk laki-laki dan 488.209 jiwa penduduk perempuan. Dengan

demikian jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding dengan

jumlah penduduk laki-laki. Pertumbuhan penduduk kabupaten Gowa pada

kurung waktu tahun 2010-2015 bertambah sebanyak 15.407 jiwa pertahun.

Sedangkan menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa

jumlah penduduk kabupaten Gowa pada pertengahan tahun 2018 berjumlah

760.607 jiwa yang terdiri dari 374.425 jiwa laki-laki dan 386.182 jiwa

perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3 : Jumlah Penduduk Kabupaten Gowa Menurut Kecamatan

Dan Jenis Kelamin Pertengahan Tahun 2018

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Bontonompo 20.186 22.091 42.277

2 Bontonompo Selatan 14.619 16.012 30.631

3 Bajeng 34.041 34.785 68.826

4 Bajeng Barat 11.989 12.668 24.657

5 Pallangga 62.507 63.827 126.334

6 Barombong 19.837 20.298 40.135

7 Somba Opu 85.986 86.108 172.094

Page 53: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

43

8 Bontomarannu 17.504 17.744 35.248

9 Pattalassang 12.080 11.942 24.022

10 Parangloe 8.994 9.435 18.429

11 Manuju 7.256 7.763 15.019

12 Tinggimoncong 11.650 11.943 23.593

13 Tombolopao 14.682 14.263 28.945

14 Parigi 6.591 7.358 13.949

15 Bungaya 8.151 8.738 16.889

16 Bontolempangan 6.776 7.433 14.209

17 Tompobulu 14.832 16.044 30.876

18 Biringbulu 16.744 17.730 34.474

Jumlah 374.425 386.182 760.607

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gowa 2018

Visi merupakan wujud atau bentuk masa depan yang diharapkan

rumusan visi mencerminkan kebutuhan yang fundamental dan sekaligus

merefleksikan dinamika pembangunan diberbagai aspek. Dalam konteks itu

kabupaten Gowa menetapkan visi sebagaimana tertuang dalam pola dasar

pembangunan kabupaten Gowa dalam rumusan Terwujudnya Gowa yang

handal dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat dan penyelenggaraan

pemerintahan, sebagai upaya mewujudkan visi jangka Panjang dan visi

konsistensi pemerintah daerah sehingga tercipta kesinambungan arah

pembangunan. Memperhatikan kewenangan ekonomi daerah sesuai

Undang-undang No 23 Tahun 2014 serta memperhatikan perkembangan

lingkungan strategis posisi kabupaten Gowa yang berbatasan langsung

dengan kota Makassar sebagai daerah pengembang dan peningkatan

kualitas masyarakat di kawasan timur Indonesia.

Visi yang dirumuskan pemerintah kabupaten Gowa tahun 2016-

2021 adalah terwujudnya Gowa yang handal dalam peningkatan kualitas

Page 54: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

44

hidup masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan. Sejalan dengan visi

tersebut dirumuskan misi kabupaten Gowa tahun 2016-2021 sebagai

berikut:

• Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

pemenuhan hak-hak dasar masyarakat

• Meningkatkan interkoneksitas wilayah dan keterkaitan sektor ekonomi

• Meningkatkan penguatan kelembagaan dan peran masyarakat

• Meningkatkan penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik

• Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam yang mengacuh pada

kelestarian lingkungan hidup.

Pemerintah kabupaten Gowa secara bertahap melakukan upaya-upaya

perubahan melalui kebijakan pembagunan yang mendorong percepatan

meningkatkan daya saing daerah. Kebijakan pembangunan daerah

dilakukan secara terpadu, terarah dan bersinergi dengan kebijakan

pemerintah tingkat atas. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kebijakan

pembangunan tersebut pemerintah daerah menetapkan skala prioritas

pembangunan daerah yang meliputi berbagai sector pembangunan dengan

senantiasa mengedepankan asas pemerataan, proporsionalitas, dan

keberpihakan pada kepentingan untuk masyarakat. Hal ini dimaksud untuk

memberi dampak kemajuan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat.

1. Gambaran Umum Kecamatan Bajeng Barat

Page 55: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

45

Kecamatan Bajeng Barat merupakan salah satu kecamatan di

kabupaten Gowa yang merupakan kecamatan hasil pemekaran dari

kecamatan Bajeng. Daerah kecamatan Bajeng Barat merupakan daerah

dataran rendah dengan luas 19,03 km² dan berdasarkan Peraturan Daerah

(perda) Kabupaten Gowa Nomor 7 Tahun 2005 kecamatan Bajeng Barat

membawahi 7 desa yaitu Desa Gentungan, Manjalling, Mandalle,

Kalemandalle, Borimatangkasa, Bontomanai dan Tanabangka, Ibu kota

kecamatan Bajeng Barat sendiri adalah Romangbone Desa Borimatangkasa.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 4 : Luas Tiap Desa Di Kecamatan Bajeng Barat

No Desa Luas Wilayah (Km²)

1 Gentungan 3,30

2 Tanabangka 2,40

3 Borimatangkasa 3,12

4 Mandalle 1,98

5 Manjallling 3,48

6 Kalemandalle 2,96

7 Bontomanai 1,79

Jumlah 19,03

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gowa 2018

Adapun batas-batas kecamatan Bajeng Barat, yaitu sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Kecamatan Bajeng dan Kecamatan Barombong

• Sebelah Timur : Kecamatan Bajeng

• Sebelah Selatan : Kecamatan Bontonompo

• Sebelah Barat : Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

Page 56: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

46

Gambar 3 : Peta Wilayah Kecamatan Bajeng Barat

Sedangkan jumlah penduduk di kecamatan Bajeng Barat sampai

pada pertengahan 2018 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Gowa yaitu 24.657 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 11.989 jiwa dan

perempuan 12.668 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel

berikut ini :

Tabel 5 : Jumlah Penduduk Kecamatan Bajeng Barat Menurut

Desa dan Jenis Kelamin Pertengahan 2018

No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Gentungan 2.699 2.904 5.603

2 Tanabangka 1.687 1.815 3.502

3 Borimatangkasa 1.653 1.738 3.391

4 Mandalle 1.436 1.522 2.958

5 Bontomanai 1.122 1.181 2.303

Page 57: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

47

6 Manjalling 1.809 1.860 3.669

7 Kalemandalle 1.583 1.648 3.231

Jumlah 11.989 12.668 24.657

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gowa 2018

Penduduk Kecamatan Bajeng Barat pada umumnya berorofesi

sebagai petani, sedangkan secara sektor non pertanian umumnya bergerak

pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Partisipasi masyarakat

dalam pembangunan cukup besar hal ini dapat dilihat dari kontribusi

penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB) yang setiap tahunnya

mencapai 100%.

Fasilitas Pendidikan di kecamatan Bajeng Barat sendiri terbilang

cukup lengkap karna tersedia beberapa SD/MIS, SMP/MTs, dan

SMA/SMK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 6 : Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Bajeng Barat

2020

No Desa SD/MIS SMP/MTS SMA/SMK Jumlah

1 Gentungan 4 - 1 5

2 Tanabangka 3 1 - 4

3 Borimatangkasa 2 2 - 4

4 Mandalle 2 1 - 3

5 Bontomanai 2 - - 2

6 Manjalling 2 - 1 3

7 Kalemandalle 3 - - 3

Sumber : Observasi Langsung

Sehubungan dengan Visi Kabupaten Gowa diatas, maka dirumuskan

Visi Kecamatan Bajeng Barat yakni “Terwujudnya Kualitas Hidup

Masyarakat Dengan Pelayanan Prima Profesional Dan Transfaran Dalam

Page 58: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

48

Penyelenggaraan Pemerintahan”. Visi Kecamatan Bajeng Barat dijabarkan

kedalam beberapa misi, yaitu sebagai berikut :

➢ Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi bidang pemerintahan,

pembangunan, pelayanan umum, pembinaan desa, ketentraman, dan

ketertiban serta kesekretariatan.

➢ Meningkatkan keberdayaan masyarakat.

➢ Mengembangkan usaha ekonomi masyarakat dan keluarga.

Adapun tujuan dan sasaran kecamatan Bajeng Barat berdasarkan

misinya adalah sebagai berikut:

➢ Tujuan Misi 1

Meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan di kecamatan

dan kelurahan/desa, dengan sasaran: meningkatnya kualitas

penyelanggaraan pelayanan publik pemerintah kecamatan dan

kelurahan/desa.

➢ Tujuan Misi 2

Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat kecamatan dan

kelurahan/desa, dengan sasaran: meningkatnya keberdayaan

kelembagaan masyarakat kecamatan dan kelurahan/desa.

➢ Tujuan Misi 3

Mengembangkan kegiatan-kegiatan usaha ekonomi masyarakat dan

keluarga, dengan sasaran: berkembangnya kegiatan usaha ekonomi

produktif masyarakat dan keluarga.

Page 59: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

49

2. Gambaran Umum Desa Mandalle

Desa Mandalle pada mulanya berasal dari gabungan beberapa

kampung diantaranya yaitu Bontomanai, Minasabaji (Tamattia), kampung

Tunirannuang (Maccinikondo), Mattoanging (sekarang dikenal dengan

Dusun Mattoanging), kampung Binabbasa dan kampung Passimbungang

(Dusun Passimbungan) keempat kampung tersebut dulu masih dikenal satu

desa yakni Desa Mandalle.

Kelima kampung tersebut sebelum menjadi satu Desa masih

menjadi bagian dalam wilayah Desa Mandalle yang dipimpin oleh kepala

Desa H. Burhanuddin. SKM kemudian pada tahun 2004 Desa Mandalle di

mekarkan mejadi satu Desa yaitu Desa Bontomanai dan kampung

Mattoanging tetap masuk dalam wilayah desa Mandalle sedangkan

kampung Passimbungan, masuk dalam wilayah persiapan Bontomanai dan

kepala desa yang terpilih adalah Bachtiar Jalling. Kemudian pada tahun

2005 resmilah Desa Bontomanai berdiri dan Mandalle juga berdiri dengan

tetap membawah nama Mandalle sedangkan dari segi fisik Desa

Bontomanai mengambilnya karena nama Desa pindah sedangkan fisik tetap

Bontomanai, disitulah Mandalle secara finansial mulai membenahi diri,

dengan berusaha membangun kantor Desa tahun 2012 bulan juli Kantor

Desa Mandalle berdiri sampai sekarang.

Kondisi Geografis Desa Mandalle merupakan salah satu dari 7 Desa

di wilayah Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa yang terletak 3 km

Page 60: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

50

kearah timur dari ibu kota kecamatan Bajeng Barat. Desa Mandalle

mempunyai luas wilayah seluas 222,22 km², letak wilayah dan luas wilayah

berdasarkan letak geografis wilayah Desa Mandalle berada antara Desa

Kalemandalle ­LS Desa Bontomanai BT dengan batas-batas sebagai

berikut:

• Sebelah Utara : Desa Kalemandalle

• Sebelah Timur : Desa Manjalling

• Sebelah Selatan : Desa Bontomanai

• Sebelah Barat : Desa Bontosunggu (Kabupaten Takalar)

Gambar 4 : Peta Wilayah Desa Mandalle

Secara geografis Desa Mandalle mempunyai iklim tropis yang

umumnya mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim

Page 61: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

51

penghujan. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanah

yang ada di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat.

Secara topografi, Desa Mandalle adalah daerah dataran rendah

dengan luas lahan yang ada terbagi dalam beberapa peruntukan, dapat

dikelompokkan seperti untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian,

kegiatan ekonomi dan lain-lain dengan luas ±222,22 km² yang terdiri dari:

• Sawah : 132.96 Ha

• Tanah bukan sawah : 85,78 Ha

• Pekarangan/pemukiman : 27,01 Ha

• Tegal/kebun : 12,30 Ha

• Fasilitas sosial dan ekonomi : 32,12 Ha

Secara administrasi wilayah Desa Mandalle terdiri dari 21 RT dan 9

RW, meliputi 4 Dusun dengan kondisi topografi demikian, Desa Mandalle

variasi ketinggian antara 0,0 M sampai dengan 2,40 M dari permukaan laut.

Demografi berdasarkan data administrasi pemerintah desa, jumlah

penduduk desa Mandalle yang tercatat secara administrasi berjumlah 2883

jiwa pada tahun 2017. Adapun rincian jumlah penduduk Desa Mandalle

berdasarkan jenis kelamin ditiap dusun dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7 : Jumlah Penduduk Desa Mandalle Berdasarkan Jenis Kelamin

Tiap Dusun Tahun 2017

No Dusun Laki-laki Perempuan Total

Page 62: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

52

1 Minasa Baji 644 646 1290

2 Pare`balang 207 205 412

3 Tunirannuang 208 228 436

4 Mattoanging 377 368 745

Jumlah 1436 1447 2883

Sumber : Profil Desa Mandalle 2017

Sedangkan pada pertengahan tahun 2018 menurut data Badan Pusat

Statistik (BPS) Kabupaten Gowa jumlah penduduk Desa Mandalle

berjumlah 2958 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1436 jiwa dan

perempuan berjumlah 1522 jiwa. Sedangkan jumlah warga miskin di Desa

Mandalle pada tahun 2017 sebanyak 154 orang terdiri dari 4 dusun. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 8 : Jumlah Warga Miskin Di Desa Mandalle Tahun 2017

No Dusun Laki-laki Perempuan Total

1 Minasa Baji 25 28 53

2 Pare`balang 24 26 50

3 Tunirannuang 10 11 21

4 Mattoanging 14 16 30

Jumlah 73 81 154

Sumber : RPJM 2017-2022 Desa Mandalle

Adapun Visi Desa Mandalle yaitu “Terwujudnya Pemerintaha Desa

Yang Berkualitas Makmur Dan Mandiri Yang Didukung Sarana Dan

Prasarana Jalan Desa Dan Pertanian Dengan Mengedepankan Asas

Musyawarah Untuk Mufakat”. Sedangkan Misi desa Mandalle diuraikan

dibawah ini :

• Mewujudkan pemerintahan desa yang berwibawa, tertib dan transparan

• Membangun infrastruktur lingkungan desa yang memadai

Page 63: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

53

• Mewujudkan perekonomian dan pertanian menuju kesehjateraan warga

desa

• Menciptakan masyarakat yang mempunyai sumber daya manusia yang

handal.

B. Implementasi Program Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah Di Desa

Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

Hasil penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana Implementasi

Program Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah Di Desa Mandalle Kecamatan

Bajeng Barat Kabupaten Gowa yang mengacuh pada indikator

implementasi program menurut David C. Korten dalam (Suharsono, 2005)

yaitu tentang program itu sendiri harus ada kesesuaian dengan apa yang

dibutuhkan oleh kelompok sasaran, organisasi pelaksana yaitu kesesuaian

antara tugas yang diisyaratkan oleh program, dan kelompok sasaran untuk

dapat memperoleh hasil program yang sesuai. Adapun uraian penelitian ini

dikemukakan sebagai berikut :

1. Program

Suatu program dapat direalisasikan jika ada kesesuaian antara

program dengan apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran, suatu

program dapat dikatakan baik jika memiliki tujuan yang ingin dicapai secara

jelas, adanya kebijakan-kebijakan yang diambil dalam mencapai tujuan

serta adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

Salah satu program unggulan yang ada di kabupaten Gowa ialah

program Jumat Ibadah. Program jumat ibadah ini sendiri sudah lama

Page 64: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

54

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten Gowa, hal ini dibenarkan

dalam hasil wawancara yang dilaksanakan dengan informan N selaku

Kepala Bidang Pembinaan Keagamaan Dinas Sosial Kabupaten Gowa

mengatakan bahwa :

“Program Jumat Ibadah ini pertama kali dilaksanakan mulai tahun

2005 pada masa awal atau periode pertama pemerintahan Alm. H.

Ichsan Yasin Limpo” (Hasil wawancara informan N, tanggal 12

Januari 2021).

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa program jumat

ibadah pertama kali dimulai pada tahun 2005 atau pemerintahan awal Ichsan

Yasin Limpo. Lebih jauh Kepala Bidang Pembinaan Keagamaan Dinas

Sosial Kabupaten Gowa kembali menambahkan :

“Alasan yang mendorong Alm H. Ichasan Yasin Limpo untuk

membuat program jumat ibadah ini ialah karena ingin meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan aparat pemerintah, lanjut informan N

mengatakan kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan jumat ibadah

ini ialah mencanangkan tahun 2020 sebagai tahun keagamaan dan

mengeluarkan surat edaran sholat tepat waktu, serta banyak program

lain yang muncul yaitu satu hafidz satu desa, menjadikan imam desa

dan dusun menjadi penghafal al quran. Proses pelaksanaan jumat

ibadah dilakukan sebanyak dua kali dalam sebulan biasa

dilaksanakan di jumat pertama dan ketiga dalam sebulan tapi inipun

dikondisikan ketika ada hambatan di jumat pertama maka

dilaksanakan di jumat kedua tapi yang jelas dilaksanakan dua kali

sebulan, adapun anggaran yang digunakan dalam program jumat

ibadah ini pada awal pelaksanaannya masuk dalam APBD baru pada

tahun 2018 pembiayaan jumat ibadah untuk tingkat kabupaten dan

kecamatan masih masuk APBD sedangkan untuk tingkat desa dan

kelurahan masuk ADD dan dana kelurahan dan untuk pelaksanaan

di sekolah masuk dianggaran dana bos” (Hasil wawancara informan

N, tanggal 12 Januari 2021).

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui alasan yang

melatarbelakangi terciptanya program jumat ibadah ini adalah ingin

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan aparat pemerintah serta adanya

Page 65: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

55

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten dalam

mencapai tujuan program jumat ibadah serta banyaknya program-program

keagamaan yang lahir dari dasar program jumat ibadah tersebut.

Program jumat ibadah ini sendiri dilaksanakan dua kali dalam

sebulan biasa dilaksanakan di jumat pertama dan jumat ketiga. Adapun

proses pembiayaan atau anggaran jumat ibadah pada awal pelaksanaan ialah

masuk pada dana APBD dan baru pada tahun 2018 pelaksanaan di desa atau

kelurahan masuk di ADD atau dana kelurahan sedangkan untuk pelaksanaan

jumat ibadah dilingkungan sekolah anggarannya bersumber dari dana BOS.

Hal itu dibenarkan oleh informan ZN selaku kepala desa Mandalle

mengatakan bahwa :

“Anggaran yang digunakan dalam program jumat ibadah ini berasal

dari ADD sebanyak 6.000.000 tiap tahunnya dengan akumulasi

500.000 perbulan, dan 250.000 tiap pelaksanaannya” (Hasil

wawancara informan ZN, tanggal 6 Januari 2021).

Dari hasil wawancara diatas diketahui bahwa anggaran yang

digunakan dalam pelaksanaan program jumat ibadah di desa Mandalle

sebesar 6.000.000 setahun atau 500.000 perbulan yang bersumber dari dana

desa atau ADD. Lebih jauh informan ZN selaku kepala desa Mandalle

mengatakan bahwa :

“pelaksanaan jumat ibadah di desa Mandalle melibatkan semua

elemen, dan biasa dilaksanakan dua kali dalam sebulan, satu kali

dilaksanakan di wilayah kantor desa dan satu kali di dusun-dusun

dalam wilayah desa Mandalle. Jumat ibadah yang dilangsungkan di

wilayah kantor desa biasa bertempat di Mesjid karena dalam lokasi

kantor desa ada masjid sedangkan yang dilangsungkan di dusun-

dusun bertempat di rumah warga atau tokoh masyarakat. Adapun isi

Page 66: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

56

jumat ibadah biasanya ceramah agama/siraman qalbu, tadarrus al

quran, dzikir bersama dan terkadang dalam pelaksanaan jumat

ibadah ini berisi sosialisasi-sosialisasi. Pemateri yang dipanggil oleh

pemerintah desa biasanya uztadz-uztadz atau tokoh agama ditiap

dusun dalam wilayah desa Mandalle tapi terkadang juga biasanya

ada dari pihak polsek, puskesmas dan dari BNN.” (Hasil wawancara

informan ZN, tanggal 6 Januari 2021).

Dari hasil wawancara dengan informan ZN selaku kepala desa

Mandalle dapat diketahui berapa jumlah anggaran yang digunakan dalam

program jumat ibadah, dan isi dari jumat ibadah yang ternyata bukan hanya

siraman qalbu, tadarrus al quran, dzikir bersama tapi juga berisi sosialisasi

yang berguna untuk masyarakat, yang lokasi berlangsungnya jumat ibadah

yang tidak hanya dilaksanakan di kantor desa tapi juga dilaksanakan di tiap-

tiap dusun dalam wilayah desa Mandalle, serta pemateri dalam pelaksanaan

jumat ibadah bukan hanya uztadz-uztadz atau tokoh agama tapi terkadang

juga ada pihak-pihak lain yang terlibat.

Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana program jumat ibadah di

desa Mandalle maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa tokoh

agama yang ada di desa Mandalle, salah satunya informan HL selaku tokoh

agama yang ada di desa Mandalle mengemukakan bahwa :

“Program jumat ibadah yang selalu dilaksanakan dua kali dalam

sebulan di desa Mandalle sangat bagus karna melibatkan semua

elemen masyarakat karena pelaksanaannya yang bukan hanya di

kantor desa tapi juga di rumah masyarakat di tiap-tiap dusun dan

memberikan banyak manfaat bagi masyarakat setempat” (Hasil

wawancara informan HL, tanggal 9 Januari 2021).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan HL diketahui bahwa

pelaksanaan program jumat ibadah di desa Mandalle rutin dilaksanakan dua

Page 67: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

57

kali dalam sebulan dan selalu melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya

serta terkadang dilaksanakan di rumah warga disetiap dusun dalam wilayah

desa Mandalle sehingga masyarakat dapat merasakan langsung manfaat dari

program jumat ibadah tersebut. Hal senada juga disampaikan informan I

selaku tokoh agama sekaligus koordinator program jumat ibadah yang

mengemukakan bahwa :

“pelaksanaan program jumat ibadah di desa Mandalle sudah berjalan

dengan baik karena rutinnya diadakan dua kali sebulan sehingga

dapat memberikan pemahaman keagamaan ke masyarakat luas

dikarenakan isi jumat ibadah yang berisi siraman qalbu dan tadarrus

al quran, selain itu jumat ibadah juga dijadikan tempat sosialisasi

program-program keagamaan lainnya agar masyarakat dapat

mengetahui program-program yang lainnya” (Hasil wawancara

informan I, tanggal 9 Januari 2021).

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwasanya program

jumat ibadah yang dilaksanakan dua kali dalam sebulan di desa Mandalle

dapat memberikan pemahaman tentang nilai-nilai keagamaan, selain itu dari

pelaksanaan program jumat ibadah juga membuat masyarakat mengetahui

program-program pemerintah lainnya dikarenakan dalam pelaksanaan

program jumat ibadah juga dirangkaikan dengan sosialisasi program-

program lainnya.

Untuk mengetahui apakah masyarakat juga tahu tentang program

jumat ibadah yang dilaksanakan di desa Mandalle maka peneliti melakukan

wawancara dengan beberapa masyarakat, salah satunya informan NF yang

mengatakan bahwa :

Page 68: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

58

“ya saya tahu tentang jumat ibadah ini karena aparat pemerintah desa

juga biasa mengajak saya jadi sayapun biasa hadir ditiap

pelaksanaannya yang kalau tidak salah biasa dilaksanakan dua kali

dalam sebulan, yang biasanya berisi ada ceramah agama, pengajian

serta dzikir dan doa bersama” (Hasil wawancara informan NF,

tanggal 7 Januari 2021).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam

pelaksanaan program jumat ibadah di desa Mandalle langsung aparat

pemerintah desa yang mengajak masyarakat untuk terlibat dalam

pelaksanaannya, sehingga masyarakat merasa menjadi bagian penting

dalam program jumat ibadah di desa Mandalle dan mengetahui ap aitu jumat

ibadah dan isi dari program jumat ibadah tersebut. Namun hal berbeda

diungkapkan oleh informan H selaku masyarakat di desa Mandalle

menyatakan bahwa :

“saya tidak tahu tentang jumat ibadah ini, karena saya juga tidak

pernah diundang kalau di laksanakan, yang saya tahu biasa ada

penyampaian-penyampaian dari polsek mengenai keamanan atau

lain hal” (Hasil wawancara informan H, tanggal 7 Januari 2021)

Dari hasil wawancara dengan informan H selaku masyarakat

diketahui bahwa masih ada masyarakat yang tidak mengetahui tentang

adanya program jumat ibadah di desa Mandalle dikarenakan beberapa

masyarakat merasa tidak pernah dapat penyampaian ataupun undangan dari

aparat pemerintah desa mengenai kegiatan pelaksanaan program jumat

ibadah. Sedangkan informan NJ selaku masyarakat desa Mandalle

mengemukakan bahwa :

“saya tahu tentang pelaksanaan jumat ibadah yang dilaksanakan

pemerintah desa tapi saya tidak pernah hadir karena saya kira jumat

ibadah ini hanya dilaksanakan untuk pegawai pemerintah desa saja

Page 69: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

59

bukan untuk masyarakat” (Hasil wawancara informan NJ, tanggal 7

Januari 2021).

Dari hasil wawancara diatas diketahui bahwa ada beberapa

masyarakat yang mengetahui tentang adanya program jumat ibadah yang

dilaksanakan di desa Mandalle, tetapi tidak memahami bahwasanya

program tersebut juga ditujukan kepada masyarakat bukan hanya untuk

aparat pemerintah saja sehingga hal ini mengakibatkan masyarakat tidak

ingin terlibat didalam pelaksanaan jumat ibadah tersebut. Hal ini disebabkan

akan kurang jelasnya informasi yang diterima masyarakat dari pemerintah

desa.

2. Organisasi Pelaksana

Harus ada kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana

yaitu kesesuaian antara tugas yang disyaratkan oleh program dengan

kemampuan organisasi pelaksana agar suatu program dapat berjalan lancar.

Organisasi pelaksana yang bertanggung jawab dalam program jumat ibadah

haruslah jelas dan terstruktur mulai dari tingkat pemerintah kabupaten

sampai ke pelosok desa sehingga dalam proses pelaksanaan program dapat

berjalan baik dan proses pelaporan berjalan lancar. Dan untuk mengetahui

hal ini peneliti melakukan wawancara dengan informan N selaku kepala

bidang pembinaan keagamaan dinas sosial kabupaten Gowa

mengemukakan bahwa :

“pelaksanaan program jumat ibadah di desa itu kami membentuk

koordinator jumat ibadah di desa dan koordinator inilah yang

membantu kami disini untuk mengkoordinasikan dengan

Page 70: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

60

stakeholder yang terlibat tentang jadwal serta pelaporan jumat

ibadah di desa ke dinas sosial” (Hasil wawancara informan N,

tanggal 12 Januari 2021).

Dari hasil wawancara dengan informan N dapat diketahui bahwa

dinas sosial dalam hal ini bidang pembinaan keagamaan membentuk

koordinator di kecamatan maupun di desa untuk mengkoordinasikan dengan

stakeholder yang terlibat dan untuk memberikan pelaporan kegiatan

program jumat ibadah di desa Mandalle. Dan untuk mengetahui bagaimana

organisasi pelaksana di desa Mandalle maka peneliti melakukan wawancara

dengan informan ZN selaku kepala desa Mandalle mengatakan bahwa :

“Kami pemerintah desa Mandalle selaku pelaksana program jumat

ibadah di desa mengeluarkan kebijakan untuk melibatkan

organisasi-organisasi seperti ranting muhammadiyah serta

organisasi karang taruna ataupun PKK maupun masyarakat yang ada

serta tokoh agama di desa untuk terlibat langsung. Dan berkoordinasi

dengan koordinator program jumat ibadah yang ada di desa. Kami

juga selalu memberikan teguran kepada aparat pemerintah desa yang

sering tidak hadir dalam pelaksanaan jumat ibadah” (Hasil

wawancara informan ZN, tanggal 6 Januari 2021).

Dari hasil wawacara diatas maka dapat diketahui bahwa pemerintah

desa Mandalle selaku organisasi pelaksana program jumat ibadah selalu

melibatkan organisasi-organisasi keagamaan serta organisasi kepemudaan

maupun tokoh agama yang ada di desa Mandalle dalam mengeluarkan

kebijakan mengenai program jumat ibadah, serta selalu berkoordinasi

dengan koordinator jumat ibadah yang ada di desa sebagai perpanjang

tangan dari dinas sosial dan dapat diketahui pula bahwasanya kepala desa

Mandalle selalu memberi teguran atau mengingatkan aparat pemerintah

desa yang tidak hadir didalam pelaksanaan program jumat ibadah. Dan

Page 71: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

61

untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan tokoh agama dalam

pelaksanaan jumat ibadah di desa Mandalle maka peneliti melakukan

wawancara dengan informan I selaku tokoh agama sekaligus koordinator

program jumat ibadah mengemukakan bahwa :

“kinerja pemerintah desa dalam pelaksanaan program jumat ibadah

di desa Mandalle sudah bagus karena ditiap pelaksanaannya selalu

dihadiri oleh semua aparat pemerintah desa, dan selalu berkoordinasi

dengan saya selaku koordinator program jumat ibadah dalam hal

jadwal pelaksanaan serta pemilihan uztadz untuk siraman qalbu,

bahkan biasanya kepala desanya langsung yang membawakan saya

laporan pelaksanaanya jadi pelaporannya ke dinas sosial bidan

pembinaan keagamaan tidak pernah telat dan bahkan baru-baru ini

saya dianugerahi penghargaan koordinator program jumat ibadah

terbaik” (Hasil wawancara informan I, tanggal 9 Januari 2021).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa kinerja

aparat pemerintah desa selaku organisasi pelaksana program jumat ibadah

di desa Mandalle sudah baik dikarenakan keaktifan aparat pemerintah desa

untuk hadir didalam pelaksanaan jumat ibadah, serta selau berkoordinasi

dengan koordinator jumat ibadah dalam hal pemilihan uztadz atau tokoh

agama yang akan memberikan siraman qalbu maupun dalam jadwal serta

tempat pelaksanaan jumat ibadah. Bahkan dalam hal ini menurut pemaparan

informan I diketahui bahwa kepala desa Mandalle sendiri yang

menyerahkan laporan kegiatan program jumat ibadah ke koordinator jumat

ibadah kemudian diteruskan ke dinas sosial sehingga tidak pernah

ditemukan adanya masalah pelaporan dalam kegiatan jumat ibadah yang

berlangsung di desa Mandalle. Sedangkan informan HL selaku tokoh agama

yang lain di desa Mandalle mengatakan bahwa :

Page 72: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

62

“kinerja aparat pemerintah desa Mandalle selaku pelaksana program

jumat ibadah sudah cukup baik karena selalu melibatkan organisasi

keagamaan lain seperti ranting Muhammadiyah, karang taruna serta

tokoh agama yang ada di desa untuk mengajak masyarakat rutin

mengikuti jumat ibadah setiap pelaksanaannya, hanya saja terkadang

ada satu dua orang aparat pemerintah desa yang tidak hadir” (Hasil

wawancara informan HL, tanggal 9 Januari 2021).

Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa kinerja aparat

pemerintah desa sudah baik karena selalu melibatkan organisasi seperti

ranting Muhammadiyah yang ada di desa, serta selalu mengajak para tokoh

agama yang ada di desa untuk berperan penting dalam pelaksanaan jumat

ibadah, bentuk peran tokoh agama dalam hal ini adalah dengan

mensosialisasikan atau mengajak masyarakat untuk ikut terlibat dalam

kegiatan jumat ibadah serta memberikan siraman qalbu dalam pelaksanaan

program jumat ibadah di desa.

Untuk mengetahui bagaimana kinerja organisasi pelaksana program

jumat ibadah di desa Mandalle peneliti melakukan wawancara dengan

masyarakat yang ada di desa Mandalle, seperti informan NF selaku

masyarakat mengatakan bahwa :

“aparat pemerintah desa sudah bagus dalam hal pelaksanaan jumat

ibadah karena saya juga selaku masyarakat dilibatkan dalam hal

pelaksanaannya seperti biasa pemilihan tempat dilaksanakannya

jumat ibadah yang berlangsung di dusun-dusun biasanya di

diskusikan terlebih dahulu” (Hasil wawancara informan NF, tanggal

7 Januari 2021).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa kinerja

aparat pemerintah desa dalam pelaksanaan program jumat ibadah sudah

baik dikarenakan selalu dilibatkannya masyarakat secara langsung mulai

Page 73: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

63

dari pemelihan lokasi tempat yang akan dipakai untuk berlangsungnya

program jumat ibadah yang diadakan di dusun-dusun dalam wilayah desa

Mandalle. Sedangkan informan H sebagai salah satu masyarakat di desa

Mandalle memberi pernyataan yang berbeda :

“saya tidak tahu bagaimana kinerja aparat desa mengenai

pelaksanaan jumat ibadah karena saya sendiri tidak tahu mengenai

pelaksanaan jumat ibadah di desa Mandalle ini” (Hasil wawancara

informan H, tanggal 7 Januari 2021).

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa masih ada

beberapa masyarakat yang tidak mengetahui tentang adanya program jumat

ibadah di desa Mandalle hal ini dikarenakan sosialisasi yang dilakukan oleh

aparat pemerintah desa Mandalle belum menyentuh seluruh masyarakat

yang ada di desa Mandalle. Adapun informan NJ selaku masyarakat desa

Mandalle mengemukakan bahwa :

“kinerja aparat pemerintah desa dalam hal pelaksanaan jumat ibadah

mungkin bagus karena saya lihat pemerintah desa selalu

menyediakan fasilitas seperti tempat dilaksanakannya, tapi untuk

lebih lanjut saya kurang tahu karena saya tidak tahu kalau jumat

ibadah ditujukan untuk semua elemen masyarakat” (Hasil

wawancara informan NJ, tanggal 7 Januari 2021).

Dari hasil wawancara diatas diketahui pula bahwa pemerintah desa

sebagai organisasi pelaksana program jumat ibadah di desa Mandalle selalu

memfasilitasi kegiatan program jumat ibadah tersebut namun ada juga

masyarakat yang tidak mengetahui bahwasanya program jumat ibadah juga

ditujukan untuk semua masyarakat hal ini diakibatkan karena kurang

jelasnya komunikasi yang sampai ke masyarakat.

3. Kelompok Sasaran

Page 74: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

64

Harus ada kesesuaian antara kelompok sasaran dengan organisasi

pelaksana, program yang dilaksanakan harus memiliki target atau kelompok

sasaran yang jelas agar tujuan dari suatu program dapat tercapai. Target atau

kelompok sasaran dari program jumat ibadah yang dilaksanakan di

kabupaten Gowa terkhusus di desa Mandalle haruslah jelas. Dan untuk

mengetahui hal itu maka peneliti melakukan wawancara dengan informan

N selaku kepala bidang pembinaan keagamaan dinas sosial kabupaten Gowa

yang mengemukakan bahwa :

“Target atau kelompok sasaran utama program jumat ibadah pada

awalnya difokuskan hanya pada staf atau aparat pemerintahan

kabupaten Gowa karena kapan kualitas keimanan pegawai sudah

bagus maka akan menurunkan nilai-nilai yang baik pada masyarakat,

kemudian pada tahun berikutnya mulai dilaksanakan untuk staf

pemerintahan di lingkup kecamatan dan baru pada tahun berikutnya

lagi mulai dilaksanakan untuk staf pemerintahan di lingkup desa atau

kelurahan, dan seiring berjalannya waktu karena dilihat dari

kebutuhan masyarakat, maka diturunkan juga di masyarakat melalui

kecamatan dan desa atau kelurahan, baru pada tahun 2016 mulai

dilaksanakan di sekolah-sekolah baik di sekolah naungan diknas

maupun naungan depag” (Hasil wawancara informan N, tanggal 12

Januari 2021).

Dari hasil wawancara diatas maka dapat diketahui bahwa sasaran

utama program jumat ibadah pada awalnya hanya difokuskan untuk staf

atau pegawai pemerintahan dilingkup kabupaten saja baru setahun

kemudian diturunkan ke aparat pemerintah tingkat kecamatan kemudian

dilanjutkan ke tingkat desa, namun kemudian setelah melihat kondisi

masyarakat dan merujuk ke Surat Instruksi Bupati yang sepertinya pas dan

sudah dapat menerima program ini maka diturunkan pula ke masyarakat dan

Page 75: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

65

dilanjutkan ke lingkungan sekolah dengan target sasaran untuk siswa-siswi.

Kemudian informan N kembali menambahkan bahwa :

“sebenarnya standar penilaian jumat ibadah ini tidak dapat diukur

kasat mata karena berkenaan dengan kualitas keimanan dan

ketaqwaan kita masing-masing, tapi ada juga beberapa manfaat

jumat ibadah untuk staf pemerintahan yang dapat dilihat seperti

sekarang yang dulu pegawai pemerintahan perempuan yang

beragama islam hampir sekitar 50% tidak memakai jilbab sekarang

alhamdulillah mungkin 99% sudah memakai semua dan yang kedua

sudah tepat waktu semua sholatnya dan bertambahnya jamaah sholat

di Masjid kantor. Dan saya rasa program ini juga sudah tepat

dilaksanakan di masyarakat karena kita juga semua butuh cas untuk

hati, dan kami harap program ini juga terus berlanjut meski ada

pergantian pimpinan” (Hasil wawancara informan N, tanggal 12

Januari 2021).

Dari hasil wawancara dengan informan N selaku kepala bidang

pembinaan keagamaan dinas sosial dapat diketahui bahwa standar penilaian

program jumat ibadah tidak dapat diukur dengan kasat mata karna sifatnya

yang tidak berbentuk fisik namun ada beberapa manfaat nyata yang dapat

dilihat mulai dari kesadaran berpakaian perempuan untuk memakai jilbab

dan membiasakan diri untuk sholat tepat waktu dan berjamaah di Masjid.

Serta sudah tepatnya program jumat ibadah ini diturunkan ke masyarakat

karena masyarakat juga butuh siraman qalbu dan untuk menambah wawasan

tentang keagamaan.

Dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dan target sasaran

program jumat ibadah di desa Mandalle maka dilakukan wawancara dengan

informan ZN selaku kepala desa Mandalle mengemukakan bahwa :

“Kelompok sasaran program jumat ibadah ini mencakup semua

elemen mulai dari pegawai pemerintah desa, tokoh agama,

Page 76: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

66

masyarakat serta siswa-siswi di sekolah dalam wilayah desa

Mandalle, pelaksanaan jumat ibadah juga biasanya bukan cuma

siraman qalbu, tadarrus serta dzikir dan doa bersama tapi kami juga

terkadang memberikan sosialisai dengan mendatangkan pihak

polsek, BNN dan dari pihak puskesmas. Biasanya target sasaran

jumat ibadah yang dirangkaikan dengan sosialisasi dari pihak polsek

ataupun BNN adalah di sekolah-sekolah karena untuk memberikan

pemahaman ke siswa-siswi tentang bahaya kenakalan remaja dan

bahaya narkotika untuk generasi mudah sedangkan untuk dari pihak

puskesmas kami rangkaikan dengan pelaksanaan jumat ibadah di

dusun-dusun untuk memberikan pemahaman ke masyarakat luas

untuk selalu menjaga lingkungan, serta banyaknya manfaat yang

didapat terkhusus untuk pegawai pemerintah desa sendiri seperti

meningkatnya kualitas pelayanan sehingga komplain masyarakat

mengenai pelayanan desa menurun” (Hasil wawancara informan

ZN, tanggal 6 Januari 2021).

Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa target sasaran

program jumat ibadah di desa Mandalle adalah pegawai pemerintah desa

sendiri, masyarakat serta siswa-siswi di sekolah-sekolah yang ada di

wilayah desa Mandalle, serta pelaksanaannya yang terkadang dirangkaikan

dengan sosialiasi atau memberikan pemahaman-pemahaman yang berguna

di masyarakat ataupun untuk siswa-siswi sebagai generasi penerus bangsa.

Serta manfaat nyata yang didapat dari pelaksanaan jumat ibadah ini yaitu

meningkatnya kualitas pelayanan yang diberikan pemerintah desa kepada

masyarakat. Untuk mengetahui manfaat dari pelaksanaan jumat ibadah di

desa Mandalle terhadap kelompok sasaran maka dilakukan pula wawancara

dengan tokoh agama yang ada di desa Mandalle yaitu informan HL

mengatakan bahwa :

“Ada beberapa manfaat yang didapat dari pelaksanaan jumat ibadah

di desa Mandalle ini yaitu seperti bertambahnya pemahaman agama

di masyarakat serta bertambahnya juga jamaah sholat di Masjid-

masjid, anak-anak atau siswa-siswi dapat diperkenalkan akhlak dan

Page 77: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

67

moral yang baik serta menanamkan nilai-nilai keagamaan sejak dini”

(Hasil wawancara informan HL, tanggal 9 Januari 2021).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan HL diketahui

manfaat dari program jumat ibadah yaitu pemahaman masyarakat tentang

keagamaan bertambah hal ini berpengaruh dengan jamaah sholat di masjid

yang meningkat serta dapat ditanamkannya akhlak dan moral yang baik

kepada siswa-siswi di sekolah di desa Mandalle, hal ini juga dapat membuat

siswa-siswi bangga diperkenalkan nilai-nilai keagamaan sejak dini.

Sedangkan informan I sebagai tokoh agama di desa Mandalle sekaligus

koordinator program jumat ibadah mengatakan pula bahwa :

“Manfaat yang dapat dilihat dari program jumat ibadah ini ialah

munculnya kesadaran beragama sehingga banyak masyarakat yang

aktif dalam kegiatan keagamaan yang ada di desa Mandalle” (Hasil

wawancara informan I, tanggal 9 Januari 2021).

Dari hasil wawancara diatas dengan tokoh agama diketahui bahwa

dampak dari program jumat ibadah terhadap masyarakat ialah munculnya

kesadaran beragama dalam diri masyarakat sehingga minat masyarakat

untuk aktif dalam kegiatan keagamaan yang ada di desa meningkat atau

bertambah. Peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa

masyarakat di desa Mandalle guna untuk mengetahui manfaat yang didapat

oleh masyarakat dari program jumat ibadah ini, informan NF selaku

masyarakat mengatakan :

“Ada banyak manfaat yang saya dapat dari program jumat ibadah

yang sering saya ikuti ini seperti pemahaman mengenai agama saya

bertambah, mulai terbiasa sholat tepat waktu dan membiasakan diri

berjamaah di Masjid, serta selalu mengingat Allah dalam setiap

kegiatan sehari-hari. Dan semenjak saya sering mengikuti jumat

Page 78: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

68

ibadah ini saya lihat juga pelayanan di kantor desa meningkat dan

mampu membangun komunikasi antara pemerintah dengan

masyarakat” (Hasil wawancara NF, tanggal 7 Januari 2021).

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan NF selaku

masyarakat diketahui bahwa ada beberapa manfaat yang didapatkan oleh

masyarakat dari program jumat ibadah ini yaitu seperti bertambahnya

wawasan mengenai keagamaan serta timbulnya kesadaran untuk dapat

melaksanakan sholat tepat waktu dan berjamaah di masjid. Bahkan manfaat

dari program jumat ibadah juga berdampak baik antara masyarakat dengan

pemerintah desa dikarenakan terbangunnya komunikasi melalui program

jumat ibadah tersebut. Adapun informan H selaku masyarakat desa

Mandalle mengemukakan hal yang berbeda bahwa :

“manfaat dari pelaksanaan jumat ibadah ini saya rasa tidak ada untuk

saya karena saya juga baru tahu mengenai program ini” (Hasil

wawancara informan H, tanggal 7 Januari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan informan H dapat

diketahui bahwa informan H sama sekali tidak mendapatkan manfaat dari

program jumat ibadah sebab informan H tidak pernah terlibat dalam

pelaksanaan jumat ibadah karena baru mengetahui tentang adanya program

tersebut. Sedangkan pernyataan yang hampir sama dikemukakan oleh

informan NJ selaku masyarakat mengatakan bahwa :

“saya tidak rasakan manfaat dari jumat ibadah ini karena saya sendiri

tidak pernah terlibat dipelaksanaannya karena selama ini saya kira

program jumat ibadah hanya ditujukan untuk pegawai pemerintah

desa saja” (Hasil wawancara informan NJ, tanggal 7 Januari 2021).

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa karena tidak

pernah terlibat dalam pelaksanaan jumat ibadah sehingga informan NJ tidak

Page 79: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

69

merasakan dampak atau manfaat dari program jumat ibadah hal ini

disebabkan karena kurangnya informasi atau penyampaian yang jelas dari

pemerintah sehingga informan NJ mengira bahwa program jumat ibadah

hanya ditujukan untuk aparat pemerintah desa saja bukan untuk masyarakat

sehingga ada beberapa masyarakat yang tidak pernah hadir dalam

pelaksanaan jumat ibadah.

Secara keseluruhan Implementasi Program Pencerahan Qalbu Jumat

Ibadah Di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa yang

mengacuh pada indikator implementasi program David C. Korten dalam

(Suharsono, 2005) yaitu program itu sendiri, organisasi pelaksana yang

sesuai dengan tugas yang disyaratkan program serta target atau kelompok

sasaran yang tepat. Menunjukkan bahwa ketiga aspek tersebut sudah

berjalan atau terpenuhi dengan baik meskipun terdapat sedikit kelemahan.

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek

program sudah terpenuhi seperti alasan dilaksanakannya program tersebut,

adanya kebijakan-kebijakan yang diambil dalam mencapai tujuan serta

adanya anggaran yang digunakan dalam pelaksanaannya.

Sementara dari segi organisasi pelaksana yang jelas dan terstruktur

mulai dari pemerintah kabupaten hingga ke tingkat desa saling bersinergi

dan selalu berkoordinasi serta kesesuaian antara tugas yang disyaratkan oleh

program hal ini dibuktikan dengan pelaporan yang selalu tepat waktu dan

tidak pernah ada masalah dalam hal pelaporannya. Kemudian pada aspek

Page 80: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

70

target atau kelompok sasaran program yang sudah jelas dan tepat

dilaksanakan untuk siapa sehingga tujuan dari program dapat tercapai.

Adapun kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu masih

kurangnya sosialisasi progam mengenai jumat ibadah ini sehingga

masyarakat merasa kurang dilibatkan dalam pelaksanaan pencerahan qalbu

jumat ibadah yang dilaksanakan di desa Mandalle, bahkan ada juga

masyarakat yang tidak tahu tentang adanya program jumat ibadah tersebut.

C. Faktor-faktor Yang Mendukung Dan Menghambat Dalam Program

Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah Di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng

Barat Kabupaten Gowa

Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pada

Implementasi Program Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah Di Desa Mandalle

Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa, maka dapat dilihat dari segala

hal yang mendukung dan mendorong pengimplementasian program jumat

ibadah di desa Mandalle. Sementara faktor penghambat dilihat dari berbagai

kendala yang ditemukan dalam proses pengimplementasian program jumat

ibadah di desa Mandalle. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Faktor Pendukung

Untuk memperoleh gambaran mengenai hal-hal yang mendukung

dan mendorong Implementasi Program Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah Di

Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa, maka peneliti

Page 81: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

71

melakukan wawancara dengan informan N selaku kepala bidang pembinaan

keagamaan dinas sosial mengatakan bahwa :

“salah satu yang menjadi faktor pendukung dalam implementasi

program jumat ibadah ialah dengan adanya Surat Instruksi Bupati

No 2 Tahun 2016 tentang kegiatan jumat ibadah ini sehingga kita

dalam pelaksanaannya mempunyai dasar” (Hasil wawancara

informan N, tanggal 12 Januari 2021).

Dari hasil wawancara dengan informan N selaku kepala bidang

pembinaan keagamaan dinas sosial kabupaten Gowa dapat diketahui bahwa

salah satu faktor yang mendukung terlaksananya program jumat ibadah ini

adalah deengan adanya dasar hukum pelaksanaannya yang tertuang dalam

Surat Instruksi Bupati. Selanjutnya untuk mengetahui hal-hal yang

mendorong pelaksanaan jumat ibadah di desa Mandalle maka peneliti

melakukan wawancara dengan informan ZN selaku kepala desa di desa

Mandalle yang mengemukakan bahwa :

“Hal-hal yang mendukung pelaksanaan jumat ibadah itu ialah

karena aparat pemerintah desa saling berkoordinasi dengan

koordinator jumat ibadah di desa serta selalu melibatkan organisasi-

organisasi seperti ranting muhammadiyah maupun karang taruna

yang ada di desa Mandalle dalam pelaksanaannya sehingga berjalan

lancar” (Hasil wawancara informan ZN, tanggal 6 Januari 2021).

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala desa Mandalle maka

diketahui bahwa hal-hal yang mendukung dalam pelaksanaan jumat ibadah

di desa Mandalle ialah saling bersinerginya aparat pemerintah desa dengan

koordinator jumat ibadah serta selalu melibatkan organisasi-organisasi

keagamaan yang ada di desa sehingga pelaksanaan jumat ibadah berjalan

lancar.

Page 82: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

72

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan tokoh agama

untuk mengetahui hal-hal yang mendukung jumat ibadah di desa Mandalle,

informan HL selaku tokoh agama di desa Mandalle mengatakan bahwa :

“yang mendukung pelaksanaan jumat ibadah di desa yaitu

dilibatkannya para imam serta tokoh-tokoh agama yang ada di

dusun-dusun dalam wilayah Mandalle” (Hasil wawancara informan

HL, tanggal 9 Januari 2021).

Berdarakan wawancara yang dilakukan diatas diketahui bahwa

faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan jumat ibadah di desa Mandalle

ialah dilibatkannya para imam maupun tokoh-tokoh agama yang ada di

dusun-dusun dalam wilayah desa Mandalle untuk terlibat sehingga

pelaksanaan jumat ibadah di desa Mandalle berjalan lancar. Kemudian

informan I selaku tokoh agama dan koordinator jumat ibadah yang ada di

desa Mandalle mengemukakan bahwa :

“sebenarnya tiap-tiap yang terlibat itu menjadi pendukung pertama

penyelenggara kabupaten, koordinator jumat ibadah, kepala desa,

kepala dusun dan semua aparat pemerintahan yang ada di desa”

(Hasil wawancara informan I, tanggal 9 Januari 2021).

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa yang menjadi

pendukung dalam pelaksanaan jumat ibadah di desa Mandalle adalah semua

pihak yang terlibat langsung mulai dari pemerintah desa itu sendiri,

koordinator jumat ibadah yang bertugas untuk melaporkan kegiatan jumat

ibadah di desa Mandalle ke pemerintah kabupaten dalam hal ini Dinas

Sosial, para kepala dusun yang berfungsi untuk menyampaikan ke

masyarakat tentang program jumat ibadah dan para imam atau tokoh agama

yang ada di desa Mandalle.

Page 83: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

73

2. Faktor Penghambat

Pada penelitian ini faktor penghambat dapat dilihat dari berbagai

kendala yang ditemukan dalam proses Implementasi Program Pencerahan

Qalbu Jumat Ibadah Di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten

Gowa. Untuk mengetahui faktor penghambat tersebut maka dilakukan

wawancara dengan informan N selaku kepala bidang pembinaan keagamaan

dinas sosial mengatakan bahwa :

“untuk faktor penghambatnya saya rasa hanya dari segi pelaporan

yang biasa lambat dari koordinator” (Hasil wawancara informan N,

tanggal 12 Januari 2021).

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa hal yang

menghambat atau kendala dalam program jumat ibadah ialah pelaporan

yang terkadang lambat dari koordinator jumat ibadah. Selanjutnya untuk

mengetahui hal-hal yang menghambat dalam pelaksanaan program jumat

ibadah di desa Mandalle maka peneliti melakukan wawancara dengan

informan ZN selaku kepala desa mengemukakan bahwa :

“Hambatan atau kendala dalam program jumat ibadah ini saya rasa

dari kesadaran masyarakat yang masih kurang sehingga biasa masih

ada beberapa masyarakat yang tidak datang dalam pelaksanaan

jumat ibadah” (Hasil wawancara informan ZN, tanggal 6 Januari

2021).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan ZN selaku kepala

desa Mandalle diketahui bahwa faktor penghambat atau kendala program

jumat ibadah di desa Mandalle ialah dari segi kurangnya kesadaran

masyarakat dalam program jumat ibadah sehingga mengakibatkan adanya

beberapa masyarakat yang tidak ingin terlibat dalam pelaksanaan program

Page 84: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

74

jumat ibadah di desa Mandalle. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara

dengan tokoh agama untuk mengetahui kendala dalam program jumat

ibadah di desa Mandalle, informan HL mengemukakan bahwa :

“saya rasa kendala dalam program jumat ibadah yang dilaksanakan

di desa Mandalle ialah masih kurangnya komunikasi atau sosialisasi

jumat ibadah dikalangan masyarakat sehingga masih ada beberapa

masyarakat yang tidak tahu mengenai program ini” (Hasil

wawancara informan HL, tanggal 9 Januari 2021).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa kendala

yang dialami dalam pelaksanaan jumat ibadah di desa Mandalle ialah

kurangnya komunikasi atau sosialisasi mengenai program jumat ibadah ke

masyarakat sehingga ada beberapa masyarakat yang belum mengetahui

tentang adanya program jumat ibadah yang dilaksanakan di desa Mandalle.

Selanjutnya informan I selaku tokoh agama sekaligus koordinator jumat

ibadah menyatakan bahwa :

“faktor penghambat dalam pelaksanaan program jumat ibadah ini

saya rasa masih banyaknya masyarakat yang cuek akan program ini,

padahal ini program banyak sekali manfaatnya” (Hasil wawancara

informan I, tanggal 9 Januari 2021).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diatas diketahui

bahwa faktor penghambat kegiatan pelaksanaan jumat ibadah di desa

Mandalle yaitu masih ada beberapa masyarakat yang kurang sadar akan

manfaat dan pentingnya program jumat ibadah yang dilaksanakan di desa

Mandalle sehingga ada beberapa masyarakat yang tidak ingin atau tidak

mau terlibat dalam pelaksanaan program jumat ibadah tersebut.

Page 85: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

75

Secara keseluruhan faktor pendukung dan penghambat Program

Jumat Ibadah Di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa,

yaitu dukungan karena adanya regulasi yang jelas. Adanya dukungan

regulasi dari pemerintah kabupaten yang tertuang berdasarkan Surat

Instruksi Bupati Gowa No 2 Tahun 2016 tentang pelaksanaan program

jumat ibadah.

Kemudian yang menjadi faktor pendukung lainnya adalah saling

bersinerginya aparat pemerintah desa dengan koordinator program jumat

ibadah serta banyaknya pihak-pihak yang dilibatkan dalam pelaksanaannya

seperti imam-imam yang ada di desa Mandalle serta organisasi-organisasi

keagamaan dan kepemudaan.

Sedangkan yang menjadi faktor penghambat Program Jumat Ibadah

Di Desa Mandalle yaitu masih ada beberapa masyarakat yang tidak sadar

atau kurang kesadaran akan banyaknya manfaat dari program jumat ibadah

sehingga ada beberapa masyarakat yang tidak ingin terlibat atau

berpartisipasi dalam pelaksanaan program jumat ibadah di desa Mandalle,

serta kurangnya komunikasi dengan masyarakat sehingga ada beberapa

masyarakat yang tidak mengetahui tentang program jumat ibadah.

Page 86: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

76

Page 87: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan pada

bab sebelumnya tentang Implementasi Program Jumat Ibadah Di Desa

Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Implementasi program pencerahan qalbu jumat ibadah di desa Mandalle

dapat dilihat dari dimensi yang mencakup :

a. Program, yaitu adanya alasan yang melatarbelakangi dibuatnya

program serta adanya kebijakan yang diambil dalam mencapai

tujuan program dan anggaran yang digunakan.

b. Organisasi pelaksana yang jelas dan terstruktur mulai dari

pemerintah kabupaten hingga ke desa serta kesesuaian antara tugas

program dengan organisasi pelaksana hal ini dibuktikan dengan

bagusnya dalam hal pelaporan.

c. Adanya target atau kelompok sasaran yang jelas dari program

sehingga tujuan program dapat tercapai. Misalnya meningkatnya

pelayanan pemerintahan serta kesadaran dalam hal beragama.

2. Faktor pendukung dalam penelitian ini yaitu adanya regulasi yang

bersumber dari pemerintah daerah. Selain itu faktor pendukung lainnya

adalah terjalinnya koordinasi yang baik antara pemerintah desa dengan

koordinator program jumat ibadah serta dilibatkanya semua elemen

Page 88: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

78

mulai dari organisasi-organisasi keagamaan dan tokoh-tokoh agama di

desa. Sedangkan faktor penghambat dalam penelitian ini adalah

kurangnya komunikasi atau sosialisasi program jumat ibadah sehingga

ada beberapa masyarakat yang belum mengetahui tentang program

jumat ibadah serta masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap

program jumat ibadah sehingga mengakibatkan ada sebagian

masyarakat yang tidak ingin terlibat atau berpartisipasi dalam

pelaksanaan program jumat ibadah tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas ada beberapa

saran penulis kemukakan untuk dapat meningkatkan Implementasi Program

Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah Di Desa Mandalle Kecamatan Bajeng

Barat Kabupaten Gowa, yaitu :

1. Perlu ditingkatkannya sosialisasi atau komunikasi dengan semua

elemen masyarakat tentang program jumat ibadah agar kedepannya

tidak ada lagi masyarakat yang tidak mengetahui mengenai program

jumat ibadah.

2. Perlu diupayakan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat

mengenai manfaat dari program jumat ibadah agar masyarakatnya

kedepannya aktif dan selalu berpartisipasi dalam pelaksanaan program

jumat ibadah.

Page 89: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin 2008 : Analisis Kebijakan Dari Formulasi Ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

A G. Subarsono. 2005 : Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori Dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Agustino, Leo. 2008 : Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Ahmad, Tahib Raya. 2003 : Menyelami Selik-Beluk Ibadah Dalam Islam. Jakarta:

Prenada Media.

Ahmad, Lukman Moh. Tahir. 2014 : “School Operational Funding To Support

School Aktivies”. International journal Of Evaluation And Research In

Education (IJERE). Volume 13, Nomor 1.

Akib, Haedar dan Antonius Tarigan. 2000 : Artikulasi Konsep Implementasi

Kebijakan : Perspektif Model Dan Kriteria Pengukurannya. Jurnal.

Alwi, Hasan (ed.) 2003 : Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta: Balai

Pustaka.

Arif, Rohman. 2009 : Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendiidkan. Yogyakarta:

Laksbang Mediatama.

Arikunto, Suharsimi Dan Cepi Abdul Jabar. 2009 : Evaluasi Program Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gowa 2018.

Dwijowijoto, Riant Nugroho. 2004 : Kebijakan Publik. Formulasi, Implementasi,

Dan Evaluasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

H. E Hassan, Saleh. 2008 : Kajian Fiqh Nabawi Dan Fiqh Kontemporer. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

Indrawaty Gita Dan Mohammad Mulyadi. 2019 : Implementasi Kebijakan Program

Pembangunan Partisipatif. Bekasi.

Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI).

Keban, Yeremias. T 2004 : Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep,

Teori Dan Isu. Yogyakarta: Gava Media.

Kementerian Agama RI. 2015 : Al Quran Dan Terjemahannya. Solo: PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri.

Kertonegoro, Sentanoe. 2004 : Manajemen Organisasi. Jakarta: Widya Press.

Page 90: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

Mulyadi, Deddy. 2015 : Studi Kebijakan Publik Dan Pelayanan Publik. Bandung:

Alfabeta.

Pasolong, Harbani 2011 : Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Riant Nugroho. 2014 : Kebijakan Publik Di Negara-negara Berkembang.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Mandalle 2017-2022.

Setiawan, Guntur. 2004 : Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan. Bandung:

Remaja Rosdakarya Offset.

Shalih Bin Abdullah. 2013 : At Tauhid Li Shaff Al Awwal Al Ali (Kitab Tauhid).

Terjemahan Agus Hasan, Lc. Jakarta: Darul Haq.

Sudjana. 2006 : Metode Statistik. Jakarta: RINEKA CIPTA.

Suharsono, A. G. 2005 : Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surat Instruksi Bupati Nomor 2 Tahun 2016.

Surmayadi, Nyoman. 2005 : Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah.

Jakarta: Citra Utama.

Syahida, Agung Bayu. 2014 : Implementasi Perda Nomor 14 Tahun 2009.

Tanjungpinang. Jurnal.

Taufik. Mhd dan Isril. 2013 : Implementasi Peraturan Daerah Badan

Permusyawaratan Desa. Jurnal Kebijakan Publik, Volume 4, Nomor 2.

Tayibnapis, 2000 : Evaluasi Program. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Winarno, Budi. 2005 : Teori Dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media

Presindo.

Winarno, Budi. 2012 : Kebijakan Publik : Teori, Proses Dan Studi Kasus.

Yogyakarta: CAPS.

Winarno, Budi. 2002 : Teori Dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media

Presindo.

Page 91: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 92: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

• Foto Dengan Kepala Bidang Pembinaan Keagamaan Dinas Sosial

Page 93: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

• Foto Dengan Kepala Desa

Page 94: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

• Foto Dengan Tokoh Agama

Page 95: IMPLEMENTASI PROGRAM PENCERAHAN QOLBU JUMAT IBADAH DI DESA

• Foto Dengan Masyarakat