Upload
others
View
2
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN
KONSUMSI PANGAN (P2KP) BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI
KOTA TANJUNGPINANG
Susilo1; Adji Suradji Muhammad
2; Dian Prima Safitri
3
Program studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Tanjungpinang adalah salah satu daerah yang memiliki potensi untuk menjalankan
program penganekaragaman konsumsi pangan. Program yang mengacu pada
Perpres No. 22 tahun 2009 tersebut merupakan salah satu upaya Pemko
Tanjungpinang menekan angka inflasi. Di Tanjungpinang ada 8 kelompok wanita
tani, yang masing-masing kelompok terdiri sekitar 17 orang. Pada penelitian ini
penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif kualitatif. Informan dalam
penelitian ini adalah 2 orang ketua kelompok petani wanita yang ada di Kota
Tanjungpinang dan dari pihak pemerintah yaitu pihak Dinas Pertanian Pangan dan
Perikanan (DPPP) Kota Tanjungpinang yang berjumlah 4 orang sehingga jumlah
informan adalah 6 orang. Hasil penelitian adalah masih banyak permasalahan
mulai dari dana sampai kesiapan pelaksana. Kesimpulan penelitian ini adalah
Implementasi Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)
Berbasis Sumber Daya Lokal Di Kota Tanjungpinang sudah berjalan dengan baik
walaupun masih ada yang menjadi hambatan, dana dari pemerintah sangat terbatas
sehingga menghambat pelaksanaan program Program Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal Di
Kota Tanjungpinang, seperti bentuk bantuan dihentikan dan pelatihan juga tidak
berjalan karena kurangnya dana yang dialokasikan untuk program ini.
Kata Kunci : Implementasi, Sumber Daya Lokal, Konsumsi Pangan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar
dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk
di Indonesia sebagian besar juga menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian.
2
Sektor pertanian terdiri dari peternakan, perikanan dan kehutanan, memiliki
potensi yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. Pertanian
merupakan sektor yang memiliki peranan signifikan bagi perekonomian
Indonesia. Sektor pertanian menyerap 33.9% dari total angkatan kerja di
Indonesia dan menyumbang 14.7% bagi GNP Indonesia. Fakta-fakta tersebut
menguatkan pertanian sebagai megasektor yang sangat vital bagi perekonomian
Indonesia. (Sumber : Badan Pusat Statistik : 2014)
Kebijakan dalam pembangunan nasional, khususnya di bidang pertanian
(harga minimum, harga maksimum, subsidi) seolah selalu menempatkan pertanian
pada posisi yang diperhatikan, namun dalam kenyataan membuktikan bahwa
pertanian menjadi sektor yang inferior dalam pengembangannya. Dampak faktor
internal (dalam negeri) ditunjang faktor eksternal (liberalisasi perdagangan)
adalah pada keterpurukan pertanian yang pada gilirannya menurunkan
kesejahteraan petani. (Raharto : 2012 : 83)
Pertanian adalah serangkaian aktivitas yang mengubah lingkungan untuk
menghasilkan produk hewani dan nabati yang bermanfaat bagi manusia. Pertanian
mencakup budidaya tumbuhan dan hewan, di darat maupun di air. Indonesia
memiliki lahan yang subur juga merupakan modal yang sangat potensial untuk
menjadikan pertanian Indonesia sebagai sumber penghasilan masyarakatnya dan
juga penopang perekonomian bangsa. Sektor pertanian merupakan salah satu
potensi unggulan yang memberikan konstribusi paling besar terhadap
perekonomian. Hal ini didukung dengan sumberdaya lahan darat yang luas.
3
Berdasarkan Perpres Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal yang ditindak
lanjuti dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 47 Tahun 2009 tentang
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal
bertujuan untuk memfasilitasi dan mendorong terwujudya pola konsumsi pangan
beragam, bergizi, berimbang dan aman yang diindikasikan dengan penurunan
konsumsi beras 1,5 % pertahun.
Hak atas Pangan sebagai salah satu hak yang paling mendasar, sehingga
merupakan sebagai hak untuk mendapatkan akses yang teratur, tetap, dan bebas,
baik secara langsung atau dengan membeli, atas pangan yang memadai dan cukup
baik secara kualitatif dan kuantitatif, yang berhubungan secara langsung pada
tradisi masyarakat di mana suatu konsumsi itu berasal.
Salah satu pilar dalam pembangunan ketahanan pangan nasional adalah
program penganekaragaman pangan. Program ini tidak lain bertujuan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan bahan pangan terutama bahan
makanan pokok. Mengingat disatu sisi telah terjadi laju pertumbuhan penduduk
yang sangat pesat, sedangkan disisi lain terus terjadi pengurangan lahan pertanian
menjadi daerah industri atau pemukiman. Jika ditinjau dari kemandirian pangan
maka penganekaragaman konsumsi pangan dapat mengurangi ketergantungan
masyarakat pada satu jenis pangan. Dengan demikian, penganekaragaman
konsumsi pangan merup akan fondasi dari keberlanjutan ketahanan pangan dan
memiliki dimensi pembangunan yang sangat luas, baik dari aspek sosial,
ekonomi, politik maupun kelestarian lingkungan.
4
Dalam Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal
dijelaskan bahwa penentu mutu makanan adalah keanekaragaman jenis pangan,
keseimbangan gizi dan keamanan pangan. Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) merupakan salah satu kunci sukses pembangunan
pertanian di Indonesia. Berdasarkan peraturan tersebut dijelaskan bahwa
pengertian penganekaragaman pangan ini dapat dilihat dari dua aspek. Pertama,
penganekaragaman horizontal, yaitu upaya untuk menganekaragamkan konsumsi
dengan memperbanyak macam komoditas pangan dan upaya meningkatkan
produksi dari masing-masing komoditas tersebut. Sebagai contoh, pengaturan
komposisi makanan sehari-hari kita di samping beras, juga umbi-umbian, sagu,
kacang-kacangan, ikan, sayur, buah dan lain-lainnya. Kedua, penganekaragaman
vertikal, yaitu upaya untuk mengolah komoditas pangan, terutama non beras,
sehingga mempunyai nilai tambah dari segi ekonomi, nutrisi maupun sosial.
Misalnya mengolah jagung menjadi "corn flake", ubi kayu diolah menjadi
berbagai macam makanan, baik makanan pokok, maupun jajanan, seperti
misalnya kripik ("cassava chips"). Tujuan kegiatan P2KP yaitu:
1. memberdayakan rumah tangga dan masyarakat dalam penyediaan sumber
pangan dan gizi melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan lahan
sekitar tempat tinggal;
2. meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan
aman (B2SA).
5
Berdasarkan Pedoman Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan (P2kp) Tahun 2014 Implementasi Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dilaksanakan melalui kegiatan :
1. Pemberdayaan Kelompok Wanita,
2. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
3. Pengembangan Usaha/Industri Pengolahan Pangan Lokal,
4. Sosialisasi dan Promosi Penganekaragaman Konsumsi Pangan, dan
mendorong tumbuhnya peran serta dunia usaha melalui Corporate Social
Responsibility (CSR)/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DPPP) Kota Tanjungpinang
sedang gencar melakukan program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan (P2KP) berbasis sumber daya lokal. Program yang mengacu pada
Perpres No. 22 tahun 2009 tersebut merupakan salah satu upaya Pemko
Tanjungpinang menekan angka inflasi. rumah pangan tersebut adalah lahan rumah
yang dapat dimanfaatkan kelompok wanita tani untuk menanam sayur dan umbi-
umbian, serta dimungkinkan untuk dapat berkembang dengan aktivitas budi daya
ikan nila, lele, dan ternak ayam. Tanjungpinang ada 8 kelompok wanita tani, yang
masing-masing kelompok terdiri sekitar 17 orang.
Salah satu prioritas dalam RPJM Kota Tanjungpinang 2013-2018 adalah
Peningkatan Produksi Dan Produktifitas Pertanian, Serta Kemandirian Dan
Ketahanan Pangan Masyarakat. Di Kota Tanjungpinang dari 2013-2018 ada lima
permasalahan klasik belum tertangani dengan baik yaitu penyediaan air bersih,
penyediaan listrik, ketahanan pangan, pengelolaan sampah dan limbah. Salah satu
6
permasalahan ini adalah ketahanan pangan. Pemko Tanjungpinang telah
menandatangani kerjasama (MoU) dengan kabupaten/kota penghasil pangan.
Bahkan melalui MoU itu, Tanjungpinang berhasil menjadi daerah yang memiliki
inflasi terkecil atau terendah dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Kepri.
(Sumber : ttps://batampos.co.id/2017/07/22)
Penganekaragaman (diversifikasi) konsumsi pangan menjadi salah satu
pilar utama dalam upaya penurunan masalah pangan dan gizi. Program
penganekaragaman pangan atau yang pada awalnya dikenal sebagai upaya
perbaikan menu makanan rakyat mulai dirintis dan dilaksanakan di Indonesia
sejak awal tahun 1960an. Berbagai upaya penganekaragaman pangan terus
dilakukan hingga saat ini. Program penganekaragaman pangan tertuang di
berbagai dokumen kebijakan pangan dan gizi, termasuk dokumen Kebijakan
Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2006-2009 dan Rencana Aksi Nasional
Pangan dan Gizi 2006-2010 yang keduanya merupakan dokumen kebijakan dan
program di bidang pangan dan gizi mutakhir (Badan Ketahanan Pangan, 2006).
Pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia saat ini belum memenuhi
kriteria gizi seimbang. Hal ini mengindikasikan bahwa program
penganekaragaman pangan di Indonesia perlu ditingkatkan melalui suatu upaya
akselerasi. Dari sisi program, salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab
lambannya perkembangan penganekaragaman di Indonesia adalah masih belum
terintegrasi dan belum bersinerginya berbagai program/kegiatan
penganekaragaman pangan. (Handewi, dkk : 2008 : 141)
7
BAHAN DAN METODE
Sugiyono (2012:11) menyatakan bahwa : “Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel
atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara satu variabel
dengan variabel yang lain”. Adapun kaitannya dengan penelitian ini adalah untuk
mengetahui serta mengemukakan berbagai gambaran dan permasalahan dalam
Implementasi Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)
Berbasis Sumber Daya Lokal Di Kota Tanjungpinang.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi merupakan
suatu proses yang komplek dan sulit, yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan proses psikologis diantaranya yang terpenting adalah pengamatan dan
ingatan. Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan yaitu observasi
terstruktur yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati,
kapan dan dimana tempatnya, dengan alat pengumpul data yaitu Check list.
Kemudian dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung terhadap
Responden dengan berpedoman kepada daftar pertanyaan yang telah disusun
sedemikian rupa mengenai Implementasi Program Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal Di Kota Tanjungpinang.
Alat yang digunakan adalah pedoman wawancara, dan dengan dokumentasi
HASIL
Salah satu pilar dalam pembangunan ketahanan pangan nasional adalah
program penganekaragaman pangan. Program ini tidak lain bertujuan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan bahan pangan terutama bahan
8
makanan pokok. Mengingat disatu sisi telah terjadi laju pertumbuhan penduduk
yang sangat pesat, sedangkan disisi lain terus terjadi pengurangan lahan pertanian
menjadi daerah industri atau pemukiman. Jika ditinjau dari kemandirian pangan
maka penganekaragaman konsumsi pangan dapat mengurangi ketergantungan
masyarakat pada satu jenis pangan. Dengan demikian, penganekaragaman
konsumsi pangan merupakan fondasi dari keberlanjutan ketahanan pangan dan
memiliki dimensi pembangunan yang sangat luas, baik dari aspek sosial,
ekonomi, politik maupun kelestarian lingkungan.
Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui upaya
pemberdayaan wanita untuk mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan sebagai
sumber pangan dan gizi keluarga. Upaya ini dilakukan dengan membudidayakan
berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan pangan keluarga seperti aneka umbi,
sayuran, buah, serta budidaya ternak dan ikan sebagai tambahan untuk
ketersediaan pangan sumber karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein bagi
keluarga pada suatu lokasi kawasan perumahan/warga yang saling berdekatan
sehingga akan dapat terbentuk sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan
yang diproduksi sendiri dari hasil optimalisasi pekarangan. Pendekatan
pengembangan ini dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture), antara lain dengan membangun kebun bibit dan
mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal
(local wisdom) sehingga kelestarian alam pun tetap terjaga. Implementasi
kegiatan ini disebut Kawasan rumah Pangan Lestari. Salah satu prioritas dalam
9
RPJM Kota Tanjungpinang 2013-2018 adalah Peningkatan Produksi Dan
Produktifitas Pertanian, Serta Kemandirian Dan Ketahanan Pangan Masyarakat.
Dari hasil observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa komunikasi
sudah dilakukan dalam hal ini petani wanita udah dilakukan oleh pemerintah yang
mana telah dilakukannya melalui komunikasi yang terjalin. Komunikasi dilakukan
dengan Sosialisasi. Sosialisasi diupayakan dengan berbagai macam baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung seperti diskusi, penyuluhan
dan ceramah.
Gambar 1
Sosialisasi langsung dinas DPPP kepada petani
Sosialisasi merupakan salah satu hal penting agar setiap program dapat
mencapai tujuannya, seperti yang dikatakan Edward III, salah satu unsur yang
dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan sebuah kebijakan menurut Edward
10
III (dalam Agustino (2012 : 150) adalah komunikasi, komunikasi dalam
implementasi mencakup beberapa dimensi penting yaitu trasformasi informasi
yang dapat dilakukan melalui sosialisasi agar informasi tidak hanya disampaikan
kepada pihak pelaksana tetapi juga kepada kelompok sasaran.
Secara lebih jelas dan detail, peran pemerintah dalam pembangunan
dikemukakan oleh Siagian (2008 : 142-150) yaitu pemerintah memainkan peranan
yang dominan dalam proses pembangunan salah satunya adalah memberdayakan
masyarakat miskin seperti nelayan dengan memberikan bantuan dan sosialisasi
program. Berdasarkan hasil penelitian dapat dianalisa bahwa yang datang pada
sosialisasi hanya 3 sampai dengan 4 kelompok saja, selebihnya memilih untuk
tidak hadir, hal ini menyebabkan banyaknya kelompok yang akhirnya tidak
memahami tentang program bantuan, baik syarat, prosedur maupun mekanisme.
Hal ini juga mengakibatkan adanya kelompok wanita tani yang dipertengahan
jalan berhenti karena tidak mampu memanfaatkan bantuan serta ada yang tidak
lulus verifikasi, hal ini disebabkan tidak paham terhadap aturan-aturan dalam
program penguatan modal usaha dan mengabaikan kegiatan sosialisasi yang
dilakukan DPPP.
Pelaksanaan kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan melalui
Konsep KRPL Tahun 2017 dibiayai dengan dana Bantuan Pemerintah melalui
dana dekonsentrasi di provinsi. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk membentuk pola
konsumsi pangan yang baik. Untuk mempercepat akselerasi gerakan pemanfaatan
pekarangan melalui konsep KRPL, perlu dijalin kerja sama kemitraan dengan
11
pihak swasta yang antara lain bisa berupa Corporate Social Responsibility
(CSR)/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) baik di bidang pangan
maupun bidang lainnya lainnya seperti pendidikan dengan sosialisasi baik kepada
anak usia dini maupun kepada kelompok wanita dan masyarakat dalam konsumsi
pangan beragam, bergizi seimbang dan aman. Berikut gambar kegiatan kelompok
tani :
Gambar 2
kegiatan kelompok tani
Pelaksanaan kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui Konsep
KRPL terutama pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota dilakukan secara
terintegrasi dengan berbagai kegiatan lainnya dalam mewujudkan pengembangan
ekonomi daerah, baik dalam pelaksanaan maupun pembiayaannya. Selain itu,
Gubernur dan Bupati/Walikota sebagai integrator utama memiliki peranan penting
dalam mengoordinasikan gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan (P2KP), khususnya terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
sebagai agen pembawa perubahan (agent of change). Disamping untuk memenuhi
12
kebutuhan gizi masyarakat, gerakan P2KP ini juga ditujukan untuk meningkatkan
keragaman dan kualitas konsumsi pangan masyarakat agar lebih beragam, bergizi
seimbang dan aman guna menunjang hidup sehat, aktif dan produktif
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian maka ditemukan bahwa Implementasi Program
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya
Lokal Di Kota Tanjungpinang sudah berjalan dengan baik. Menurut Winarno
(2007:144) Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan
undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja
bersama-sama menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan
kebijakan. Diharja (2015) Implementasi Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal Di Kota Lubuklinggau ditemukan
bahwa implementasi kebijakan di tingkat daerah khususnya di Kota Lubuklinggau
belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan tidak mengertinya
petugas/aparat pelaksana yaitu Kantor Ketahanan Pangan di Kota Lubuklinggau
tentang isi dan petunjuk pelaksanaan isi kebijakan. Tresna Widyawati (2015)
Implementasi Sosialisasi dan Promosi Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi,
Seimbang dan Aman (B2SA) pada Pekarangan di Kota Pekanbaru Studi Kasus:
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Hasil penelitian
menujukkan bahwa sosialiasi yang selama ini dilakukan oleh BKPDP3 Kota
Pekanbaru dinilai masih belum optimal. Banyak masyarakat yang belum mengerti
pentingnya pola pangan yang ideal dan pemanfaatan sumber daya lokal sebagai
sumber pangan sehingga sampai saat ini skor PPH belum mencapai kondisi ideal
13
dan masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan konsumsi pangan saat terjadi
kelangkaan komoditi tertentu dan kenaikan harga pangan.
Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui bahwa setiap daerah saat ini sudah
menjalankan Percepatan penganekaragaman pangan, konsumsi pangan merupakan
upaya untuk memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang
beragam, bergizi seimbang dan aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup
guna memenuhi kebutuhan gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan
produktif. Berbeda dengan penelitian ini yang tidak hanya melihat program
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Penganekaragaman tetapi juga
bebasis potensi lokal yang ada di Kota Tanjungpinang dan memberikan
pemahaman tentang sadar pangan dari rumah tangga, dalam penelitian jenis
penelitian menggunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan mengacu
pada teori Charles O. Jones, karena dalam penelitian ini akan melihat
implementasi program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP)
berbasis sumber daya lokal di kota tanjungpinang dan melihat faktor
pelaksaaannya mulai dari pengorganisasian, interprestasi, dan penerapan atau
aplikasi, yang mendukung program ini dapat berjalan dengan baik di Kota
Tanjungpinang
KESIMPULAN
Implementasi Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
(P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal Di Kota Tanjungpinang sudah berjalan
dengan baik walaupun masih ada yang menjadi hambatan, berikut hasil penelitian
yang dapat di uraikan sebagai berikut : Dalam pelaksanaannya sudah ada
14
prosedurnya dan petunjuk teknis dalam program ini, berdasarkan Keputusan
Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 08/Kpts/Rc.110/J/01/2017 Tentang
Pedoman Teknis Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui Kawasan
Rumah Pangan Lestari Tahun 2017 menjelaskan bahwa optimalisasi pemanfaatan
lahan pekarangan melalui kawasan rumah pangan lestari merupakan prioritas
dalam rangka mempercepat diversifikasi pangan dan memperkuat ketahanan
pangan masyarakat dengan memanfaatkan pekarangan untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi keluarga dalam kebijakan ini juga menjelaskan tentang
program hingga pendanaan. Namun hambatan dalam pelaksanaan ini adana
pendanaan, dana dari pemerintah sangat terbatas sehingga menghambat
pelaksanaan program Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
(P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal Di Kota Tanjungpinang, seperti bentuk
bantuan dihentikan dan pelatihan juga tidak berjalan karena kurangnya dana yang
dialokasikan untuk program ini. Berdasarkan hasil penelitian berikut saran yang
dapat disampaikan :
a. Perlu adanya komitmen pemerintah khususnya untuk dinas DPPP Kota
Tanjungpinang dalam pelaksanaan program Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya
Lokal Di Kota Tanjungpinang dengan memberikan pendanaan yang cukup
untuk program ini.
b. Seharusnya ada dukungan yang optimal yang dilakukan pemerintah untuk
program ini dan memberikan sosialisasi agar masyarakat memahami
15
tentang program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)
Berbasis Sumber Daya Lokal Di Kota Tanjungpinang
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku :
Abidin, Said Zainal. 2011. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.
Agustino, Leo. 2014. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : CV Alfabetha
Arif Rohman. 2009. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
LaksBang Mediatama. Depdiknas.
Badan Pusat Statistik, Indonesia Dalam Angka 2014, Jakarta: Penerbit BPS, 2014.
Badan Ketahanan Pangan, 2014. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor : 09/Permentan/Ot.140/1/2014 Tanggal : 27 Januari 2014 Pedoman
Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Tahun
2014, Jakarta : Badan Ketahanan Pangan
Dunn, William, N,2003, Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Pres, Yogyakarta
Islami, M. Irfan. 2002. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah
Mada University.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.
Nugroho, Riant D. 2012. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi.
Jakarta : PT.Elex Media Komputindo.
Sedarmayanti. 2004. Good Governance. Jakarta : Mandar Maju
Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfa Beta.
Suharto, Edi. 2013. Analisis Kebijakan Publik, Jakrta: Alenia Press
Wahab, Solichin Abdul. 2001. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke
Implementasi. Kebijakan Negara. Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara.
16
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Jakarta: PT. Buku
Kita.
Jurnal :
Adji Suradji Muhammad (2018) Implementasi Kebijakan Pemerintah Dalam
Meningkatkan Pulau Dompak Sebagai Pusat Pemerintahan Provinsi
Kepulauan Riau. http://repository.umrah.ac.id
Dewantara, Bagas (2014) Studi Implementasi Program Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2kp) di Desa Wonokerto
Kabupaten Sleman. Repository.ugm.ac.id
Diharja, Umar (2015) Implementasi Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal di Kota Lubuklinggau.
Masters thesis, Universitas Terbuka.
Raharto, Sugeng. 2012. Ketahanan Pangan, Kemiskinan dan Solusinya di
ASEAN. Agricultural Economics Electronic Journal Perhepi Vol.1 No. 1 –
Januari 2012. Hal 35-44.
Sri Hastuty (2013) Kontribusi Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan (P2KP) Terhadap Pendapatan Kelompok Wanita Tani di
Kelurahan Takkalala Kecamatan Wara Selatan Kota Palopo. Jurnal
Dinamika, September 2013, halaman 19 - 31 ISSN 2087 – 7889
Tresna Widyawati (2015) Implementasi Sosialisasi dan Promosi Pola Konsumsi
Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) pada Pekarangan
di Kota Pekanbaru Studi Kasus: Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan (P2KP). Jom FISIP Volume 2 No.1- Februari 2015
Winda Fanisca Wijayanto (2016) Analisis Program Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Dalam Mewujudkan Ketahanan
Pangan Lokal di Desa Sukoharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman.
Vol 3 No 2
Perundang-Undangan :
Perpres Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal
Peraturan Menteri Pertanian No. 47 Tahun 2009 tentang Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal
Sumber lain :
https://batampos.co.id/2017/07/22)