16
 SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN PROGRAM PASCA SARJANA ANGKATAN I IMPLEMENTASI RESTORATIVE JUSTICE OLEH PENYIDIK POLRI MATA KULIAH TEORI HUKUM OLEH ROBERTHO PARDEDE 2011661003

Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

  • Upload
    wafflox

  • View
    2.413

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN

PROGRAM PASCA SARJANA ANGKATAN I

IMPLEMENTASI RESTORATIVE JUSTICE

OLEH PENYIDIK POLRI

MATA KULIAH TEORI HUKUM

OLEH

ROBERTHO PARDEDE

2011661003

Page 2: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem hukum harus ditegakkan oleh aparatur penegak hukum yang bersih,

berani serta tegas. Pemberdayaan aparatur hukum tidak dapat diwujudkan manakala

aparat penegak hukum tidak bersih atau korup. Aparat penegak hukum tidak bersih

atau korup dapat mengakibatkan krisis kepercayaan para warga terhadap hukum

merupakan cerminan budaya hukum masyarakat.1 

Indonesia adalah negara yang berdasarkankan atas hukum dan tidak didasarkan

atas kekuasaan. Hukum harus dijadikan panglima dalam menjalankan roda kehidupan

berbangsa dan bernegara. Disamping kepastian dan keadilan hukum juga berfungsi

untuk kesejahteraan hidup manusia. Sehingga boleh dikatakan bahwa berhukum

adalah sebagai medan dan perjuangan manusia dalam konteks mencari kebahagiaan

hidup.2 

Kondisi umum penegakan hukum di Indonesia sampai dengan saat ini belum

membaik, bahkan ada kecenderungan mengalami penurunan baik secara kualitas

maupun kuantitas. Fenomena yang terjadi adalah adanya diskriminasi dalam

penegakan hukum. Perkara-perkara yang melibatkan masyarakat marginal proses

penyelesaian perkaranya begitu cepat, sementara perkara-perkara yang melibatkan

masyarakat elit menjadi kabur dan pelakunya kebanyakan bebas. Hal ini terlihat secara

 jelas dalam, perkara-perkara korupsi yang dicampuradukan dengan masalah politik

(dipolitisasi) yang mengakibatkan aparat penegak hukum menjadi takut untuk

menuntaskannya.

Menurut Soerjono Soekanto, masalah pokok penegakkan hukum sebenarnya

terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut

mempunyai arti netral sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-

faktor tersebut, yang mana faktor-faktor yang dimaksud adalah :3 

1 Prof. Drs. DPM. Sitompul, S.H., M.H. & Prof. Dr. H.R. Abdussalam, SIK., S.H., M.H., Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Restu

Agung, 2007, h. 7.

2 Sabian Usman, Dasar-Dasar Sosiologi Hukum, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2009 hlm.13 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h.

8.

Page 3: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  2

1. Faktor hukumnya sendiri (misalnya undang-undang)

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakkan hukum

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada aksara manusia didalam pergaulan hidup.

Relevan dengan teori efektivitas hukum yang dikemukakan Soerjono Soekanto

tersebut, Romli Atmasasmita mengatakan faktor-faktor yang menghambat efektivitas

penegakan hukum tidak hanya terletak pada sikap mental aparatur penegak hukum

(hakim, jaksa, polisi dan penasihat hukum) akan tetapi juga terletak pada faktor

sosialisasi hukum yang sering diabaikan.4 

Salah satu penyebab kemandegan yang terjadi didalam dunia hukum adalah

karena masih terjerembab kepada paradigma tunggal positivisme yang sudah tidak

fungsional lagi sebagai analisis dan kontrol yang bersejalan dengan tabel hidup

karakteristik manusia yang senyatanya pada konteks dinamis dan multi kepentingan

baik pada proses maupun pada peristiwa hukumnya.5 Sehingga hukum hanya dipahami

dalam artian yang sangat sempit, yakni hanya dimaknai sebatas undang-undang,

sedangkan nilai-nilai diluar undang-undang tidak dimaknai sebagai sebuah hukum.

Pada awalnya hukum positif dipandang bisa memberikan harapan untuk

mengatur berbagai persoalan pada masyarakat modern sehingga (diprediksi) bisa

mencapai ketertiban dalam hidup bermasyarakat. Namun demikian, pada kenyataanya

dan dalam perkembangannya, sifat hukum positif yang netral dan liberal, justru

menjadikan hukum modern menjadi terasing dang realitas-realitas yang terus

berkembang semakin pesat.6 

Reformasi yang telah bergulir di Indonesia telah membawa pola kehidupan

bernegara yang lebih demokrasi, namun ironisnya reformasi yang bertujuan

memberantas korupsi melalui penegakkan supremasi hukum malah semakin

4 Romli Atmasasmita, Reformasi Hukum - Hak Asasi Manusia & Penegakan Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2001, h. 55. 

5 Sabian Utsman, Op. Cit., h. 219.6 Satjipto Rahardjo (Khudzaifah Dimyati, ed), Ilmu Hukum: Pencarian Pembebasan dan Pencerahan, Surakarta:

Muhammadiyah University Press, 2004, h. 35.

Page 4: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  3

merajalela, sementara supremasi hukum bagaikan menegakkan benang yang basah

dan hukum semakin carut-marut tak jelas arahnya. Prof. Mahfud MD., secara lantang

berteriak bahwa :

  …pengacara banyak yang rusak karena dengan kegenitannya merekabukan tampil sebagai pengacara untuk idealisme, melainkan untuk

mencari kemenangan dengan berbagai cara demi uang popularitas… 

Hakim pun setali tiga uang, kinerjanya semakin buruk, suap-menyuap dan

pemerasan dalam menangani perkara semakin marak. Bahkan ada

kasus, hakim menerima suap dan memeras justru ketika kita sedang

meneriakkan banyaknya hakim yang menjualbelikan kasus… Celakanya,

putusan pengadilan betapapun salah dan sesatnya tetaplah mengikat dan

harus dilaksanakan jika sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.7 

Dari uraian tersebut diatas, penulisan makalah ini bermaksud mengangkat

permasalahan mengenai :

1. Bagaimana mengimplementasikan pendekatan atau konsep keadilan

restoratif (restorative justice) dalam penanganan tindak pidana ?

2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh penyidik dilapangan dalam

menerapkan keadilan restoratif (restorative justice) dalam penanganan

tindak pidana ?

7 Moh. Mahfud MD., Hukum Tak Kunjung Tegak, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007, h. 76-77.

Page 5: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengimplementasikan pendekatan atau konsep keadilan restoratif

(restorative justice) dalam penanganan tindak pidana.

Menurut Black’s Law Dictionary , penegakan hukum (law enforcement ), diartikan

sebagai “the act of putting something such as a law into effect; the execution of a law; 

the carrying out of a mandate or command” .8 Secara sederhana dapat dikatakan bahwa

penegakan hukum merupakan usaha untuk menegakkan norma-norma dan kaidah-

kaidah hukum sekaligus nilai-nilai yang ada di belakangnya. Aparat penegak hukum

hendaknya memahami benar-benar jiwa hukum (legal spirit ) yang mendasari peraturan

hukum yang harus ditegakkan, terkait dengan berbagai dinamika yang terjadi dalam

proses pembuatan perundang-undangan (law making process ).9 

Selain itu dalam Black’s Law Dictionary, dengan editor Bryan A. Garner

menerjemahkan penegakan hukum sebagai pertama;  The detection and punishment of 

violations of the law. The term is not limited to the enforcement of criminal laws, for 

example, the Freedom of Information Act contains an exemption for law-enforcement 

purposes and furnished in confidence. That exemption is valid for the enforcement of a 

variety of noncriminal laws (such as national-security laws) as well as criminal laws.

Kedua; Criminal justice. Ketiga; Police officers and other members of the executive 

branch of government charged with carrying out and enforcing the criminal law.10  

Satjipto Rahardjo membedakan istilah penegakan hukum (law enforcement )

dengan penggunaan hukum (the use of law ). Penegakan hukum dan penggunaan

hukum adalah dua hal yang berbeda. Orang dapat menegakkan hukum untuk

memberikan keadilan, tetapi orang juga dapat menegakkan hukum untuk digunakan

bagi pencapaian tujuan atau kepentingan lain. Menegakkan hukum tidak persis sama

dengan menggunakan hukum.11 

8 Black Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, 6th Edition, St. Paul Minesota: West Publishing, 1999, h. 578.

9 Muladi, Hak Asasi Manusia-Politik dan Sistem Peradilan Pidana, Cetakan Kedua, Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, 2002, h. 69.10 Bryan A. Garner (Editor In Chief), Black’s Law Dictionary, 7th Edition, St. Paul Minesota: West Publishing, 1999, h. 891. 11 Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Cetakan Kedua, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2006, h. 169.

Page 6: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  5

Penegakan hukum merupakan sub-sistem sosial, sehingga penegakannya

dipengaruhi lingkungan yang sangat kompleks seperti perkembangan politik, ekonomi,

sosial, budaya, hankam, iptek, pendidikan dan sebagainya. Penegakan hukum harus

berlandaskan kepada prinsip-prinsip negara hukum sebagaimana tersirat dalam UUD

1945 dan asas-asas hukum yang berlaku di lingkungan bangsa-bangsa yang beradab

(seperti the Basic Principles of Independence of Judiciary ), agar penegak hukum dapat

menghindarkan diri dari praktik-praktik negatif akibat pengaruh lingkungan yang sangat

kompleks tersebut.12 

Sociological Jurispurdence sebagai salah satu aliran pemikiran filsafat hukum

menitik beratkan pada hukum dalam kaitannya dengan masyarakat. Menurut aliran ini

hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di antara

masyarakat. Aliran ini secara tegas memisahkan antara hukum positif dengan (the

positive law) dengan hukum yang hidup (the living law). Roscoe Pound (1870-

1964) merupakan salah satu eksponen dari aliran ini. Dalam bukunya An introduction

to the philosophy of law, Pound menegaskan bahwa hukum itu bertugas untuk

memenuhi kehendak masyarakat yang menginginkan keamanan yang menurut

pengertian yang paling rendah dinyatakan sebagai tujuan ketertiban hukum. Dalam

kaitannya dengan penerapan hukum Pound menjelaskan tiga langkah yang harus

dilakukan :13 

1. menemukan hukum

2. menafsirkan hukum

3. menerakan hukum

Dari sini dapat kita lihat Pound hendak mengedepankan aspek-aspek yang ada

ditengah-tengah masyarakat untuk diangkat dan ditearpkan kedalam hukum. Bagi aliran

Sociological Jurisprdence titik pusat perkembangan hukum tidak terletak pada undang-

undang, putusan hakim, atau ilmu hukum, tetapi terletak pada masyarakat itu sendiri.

Dalam proses mengembangkan hukum harus mempunyai hubungan yang erat dengan

nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat bersangkutan. Lebih lanjut Roscoe Pound

berpendapat hukum adalah alat untuk memperbaharui (merekayasa) masyarakat (law

as a tool of social engineering). Untuk dapat memenuhi peranannya tersebut Pound

12

 Muladi, Op. Cit. h. 70.13 Roscoe Pound, Pengantar Filsafat Hukum, Jakarta: Bharatara Niaga Media, 1996, h. 52. 

Page 7: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  6

mengedepankan rasa keadilan yang ada di masyarakat. Pandangan aliran Sociological

Jurisprudence, dapat dirumuskan sebagai berikut “ …. Hukum itu dianggap sebagai

satu lembaga sosial untuk memuaskan kebutuhan masyarkat, tuntutan, permintaan dan

pengharapan yang terlibat dalam kehidupan masyarakat….”14 Dengan demikian dapat

dipahami bahwa ekspektasi yang hidup dimasyarakat termasuk didalamnya nilai-nilai

keadilan yang ada harus dikedepankan demi terwujudnya tatanan hukum.

Konsepsi operasional tentang bekerjanya hukum dalam masyarakat dengan

didasarkan pada dua konsep yang berbeda yaitu konsep tentang ramalan-ramalan

mengenai akibat-akibat (prediction of consequences ) yang dikemukakan oleh Lundberg

dan Lansing tahun 1973 dan konsep Hans Kelsen tentang aspek rangkap dari suatu

peraturan hukum.15 Berdasarkan konsep Lundberg dan Lansing, serta konsep Hans

Kelsen tersebut Robert B. Seidman dan William J. Chambliss menyusun suatu teori

bekerjanya hukum di dalam masyarakat. Keberhasilan pelaksanaan suatu peraturan

perundang-undangan sangat tergantung banyak faktor. Secara garis besar bekerjanya

hukum dalam masyarakat akan ditentukan oleh beberapa faktor utama. Faktor-faktor

tersebut dapat:

a. Bersifat yuridis normatif (menyangkut pembuatan peraturan perundang-

undangannya).

b. Penegakannya (para pihak dan peranan pemerintah).

c. Serta faktor yang bersifat yuridis sosiologis (menyangkut pertimbangan

ekonomis serta kultur hukum pelaku bisnis).16 

Sejarah konfigurasi politik di Indonesia memperlihatkan adanya pasang surut

dan naik pasang secara bergantian antara demokratis dan otoriter. Dengan logika

pembangunan ekonomi yang menjadi prioritas utamanya, periode Orde Baru

menampilkan watak otoriter-birokratis. Orde baru tampil sebagai Negara kuat yang

mengatasi berbagai kekuatan yang ada dalam masyarakat dan berwatak intervensionis.

14 Ibid., h. 51.

15 Ronny Hanitijo Soemitro, Perspektif Sosial dalam Pemahaman Masalah-Masalah Hukum, Semarang: CV Agung, 1989, h.

23. 16 Suteki, Rekonstruksi Politik Hukum Tentang Hak Menguasai Negara Atas Sumber Daya Air Berbasis Nilai Keadilan

Sosial (Studi Privatisasi Pengelolaan Sumber Daya Air) Disertasi pada Program Doktor Ilmu Hukum Universitas

Diponegoro Semarang, 2008, h. 34.

Page 8: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  7

Dalam konfigurasi demikian hak-hak politik rakyat mendapat tekanan atau pembatasan-

pembatasan.17 

Agenda reformasi yang menjadi tuntutan masyarakat adalah bagaimana

terpenuhinya rasa keadilan ditengah masyarakat. Namun didalam realitanya, ukuran

rasa keadilan masyarakat itu tidak jelas. Menurut Hakim Agung Abdul Rachman Saleh,

rasa keadilan masyarakat yang dituntut harus mampu dipenuhi oleh para hakim itu tidak

mudah. Hal ini dikarenakan ukuran rasa keadilan masyarakat tidak jelas.18 

Keadilan adalah inti atau hakikat hukum. Keadilan tidak hanya dapat dirumuskan

secara matematis bahwa yang dinamakan adil bila seseorang mendapatkan bagian

yang sama dengan orang lain. Demikian pula, keadilan tidak cukup dimaknai dengan

simbol angka sebagaimana tertulis dalam sanksi-sanksi KUHP, misalnya angka 15

tahun, 5 tahun, 7 tahun dan seterusnya. Karena keadilan sesungguhnya terdapat

dibalik sesuatu yang tampak dalam angka tersebut (metafisis), terumus secara filosofis

oleh petugas hukum/hakim.19 

Dalam sistem hukum dimanapun didunia, keadilan selalu menjadi objek

perburuan, khususnya melalui lembaga pengadilannya. Keadilan adalah hal yang

mendasar bagi bekerjanya suatu sistem hukum. Sistem hukum tersebut sesungguhnya

merupakan suatu struktur atau kelengkapan untuk mencapai konsep keadilan yang

telah disepakati bersama.20 

Dilihat dari kepentingan internal sistem hukum itu sendiri, dalil integritas itu

memang dapat dipahami. Tapi hukum bukanlah tujuan pada dirinya sendiri. Hukum

adalah alat bagi manusia. Ia merupakan instrumen untuk melayani kebutuhan manusia.

Dalam makna ini, isolasi sistem hukum dari berbagai institusi sosial di sekitarnya, justru

berdampak buruk dari sisi kebutuhan manusia itu sendiri. Hukum. Dengan mudah

berubah menjadi institusi yang melayani diri sendiri, bukan lagi melayani manusia.

Hukum tidak lagi bisa diandalkan sebagai alat perubahan dan sebagai alat untuk

mencapai keadilan substantif. Akibatnya jelas, legitimasi sosial dari hukum itu melorot

tajam.21 

17 Mahfud MD, Op. Cit. hlm. 345. 18 Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum

Univesitas Indonesia, 2008, hlm. 340.

19 Andi Ayyub Saleh, Tamasya Perenungan Hukum dalam “Law in Book and Law in Action” Menuju Penemuan Hukum

(Rechtsvinding), Jakarta: Yarsif Watampone, 2006, hlm. 70.

20 Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2006, hlm. 270. 21 Philippe Nonet & Philip Selznick, Law and Society in Transition: Toward Tanggapanive Law, London: Harper and Row

Publisher, 1978

Page 9: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  8

Satjipto Rahardjo (1993) mengatakan bahwa dalam pertukaran (interchange-

interaction) dengan masyarakat atau lingkungannya, ternyata polisi memperlihatkan

suatu karakteristik yang menonjol dibandingkan dengan yang lain (hakim, jaksa dan

pengacara). Polisi adalah hukum yang hidup atau ujung tombak dalam penegakkan

hukum pidana. Dalam melakukan penangkapan dan penahanan misalnya, polisi

menghadapi atau mempunyai permasalahan sendiri. Pada saat memutuskan untuk

melakukan penangkapan dan penahanan, polisi sudah menjalankan pekerjaan yang

multifungsi, yaitu tidak hanya sebagai polisi tetapi sebagai jaksa dan hakim sekaligus.22 

Penyidikan tersebut sangat rawan dan potensial untuk terjadinya

penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) atau penyimpangan polisi (police

deviance) baik dalam bentuk police corruption maupun police brutallity. Internal Polri

sendiri telah melakukan otokritik terhadap hal tersebut yang mengungkapkan praktik

penyimpangan yang dilakukan oleh pejabat atau petugas Polri, terutama dalam

pelaksanaan kewenangan penyidikan.23 

Praktik penyidikan yang berlangsung selama ini menunjukkan bahwa aliran

positivisme hukum atau paham legisme dan berdasarkan asas kepastian hukum

merupakan aliran filsafat hukum yang menjadi arus utama (mainstream) dalam

pelaksanaan kewenangan penyidikian yang dilakukan oleh penyidik Polri, dan metode

penafsiran atau interpretasi yang dominan adalah penafsiran otentik atau gramatika.

Hal ini berarti model penalaran hukum yang utama dalam pelaksanaan kewenangan

penyidikan oleh penyidik Polri adalah model penalaran positivisme hukum.24 

Restorative Justice sebagai salah usaha untuk mencari penyelesaian konflik

secara damai di luar pengadilan masih sulit diterapkan. Di Indonesia banyak hukum

adat yang bisa menjadi restorative justice, namun keberadaannya tidak diakui negara

atau tidak dikodifikasikan dalam hukum nasional. Hukum adat bisa menyelesaikan

konflik yang muncul di masyarakat dan memberikan kepuasan pada pihak yang

berkonflik. Munculnya ide restorative justice sebagai kritik atas penerapan sistem

peradilan pidana dengan pemenjaraan yang dianggap tidak efektif menyelesaikan

konflik sosial. Penyebabnya, pihak yang terlibat dalam konflik tersebut tidak dilibatkan

22 Satjipto Rahardjo, Studi Kepolisian Indonesia: Metodologi dan Substansi, Artikel disampaikan pada Simposium

Nasional Polisi Indonesia, Semarang: Fakultas Hukum UNDIP, 19-20 Juli 1993.

23 Farouk Muhammad, Reformasi Sistem Peradilan Pidana: Aspek Kepolisian, Artikel disampaikan pada Kuliah Umum

tentang Reformasi Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, Bandung: Fakultas Hukum Universitas Pasundan, 16 Februari

2008.24 Zulkarnein Koto, Penalaran Hukum Penyidik Polri: Antara Kepastian Hukum dan Keadilan (Gagasan Mewujudkan

Keadilan Pancasila), Jurnal Studi Kepolisian STIK – PTIK, Jakarta, Edisi 075, Juni-November 2011.

Page 10: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  9

dalam penyelesaian konflik. Korban tetap saja menjadi korban, pelaku yang dipenjara

 juga memunculkan persoalan baru bagi keluarga dan sebagainya.25 

Penyidikan perkara pidana berdasarkan aliran positivisme hukum tersebut

secara ketat dan kaku (vague and unresponsive) dirasakan telah menimbulkan

ketidakadilan dan bertolak belakang dengan tuntutan keadilan yang berkembang di

tengah-tengah masyarakat. Pada beberapa perkara yang mendapat perhatian publik

atau pemberitaan secara meluas, telah menimbulkan kritik dan protes terhadap Polri,

misalnya perkara Rasjo seorang kakek berusia 77 tahun yang mencuri sabun mandi,

Prita Mulyasari, tindak pidana perjudian yang dilakukan 10 orang anak di Bandara

Soekarno-Hatta, pencurian tiga biji kakao oleh Mbok Minah, pencurian dua kilogram

kapuk, pencurian dua buah semangka, pencurian sepasang sandal, pencurian pulsa

oleh Deli, Endi Rohendi, seorang buruh tani di Sumedang, Jawa Barat, terancam dijerat

hukuman lima tahun penjara karena mencuri sehelai celana dalam milik seorang

wanita, dan lain-lain. Penyidikan pada berbagai kasus tersebut menunjukkan bahwa :26 

1. Perbuatan para tersangka memang dipandang memenuhi unsur-unsur tindak

pidana namun penyidik telah mengesampingkan rasa keadilan masyarakat

(social justice) yang berkembang secara meluas.

2. Penyidik tidak melakukan penafsiran secara contra legem dengan

mengesampingkan ketentuan hukum yang diterapkan, akan tetapi secara

kaku atau ketat menafsirkan hukum secara rules and logic sesuai dengan

kepastian hukum.

3. Penafsiran hukum penyidik masih berdasarkan rules and logic,

mengesampingkan realitas sosial yang berkembang di tengah-tengah

masyarakat yang mengamanatkan penafsiran hukum berdasarkan analisis

nonhukum (penafsiran sosiologis atau teleologis)

4. Dalam penyidikan tindak pidana anak, penyidik tidak memperhatikan dan

mengimplementasikan Telegram Kapolri No. Pol.: TR/1124/XI/2006 tentang

Petunjuk dan Arahan (jukrah) Penanganan Anak yang Berhadapan dengan

Hukum sebgai peraturan Kepolisian yang mengamanatkan penyidik

berdasarkan kewenangan diskresinya seyogyanya melakukan tindakan

25  Prof. Dr. Muhammad Mustofa, MA: Disampaikan dalam Lokakarya Menghukum Tanpa Memenjarakan:

Mengaktualisasikan Gagasan "Restorative Justice" di Indonesia, di Depok, Kamis (26/2/2004). Diskusi yang

diselenggarakan Departemen Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI dan Australia Agency for InternationalDevelopment.

26 Satjipto Rahardjo, Penegakkan Hukum Progresif, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010.

Page 11: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  10

diversi dalam bentuk pengembalian kepada orang tua si anak, baik tanpa

maupun disertai peringatan informal ataupun melaksanakan mediasi seperti

menjadi perantara guna mengkomunikasikan atau memfasilitasi pemenuhan

kebutuhan korban dan perlindungan terhadp anak sebagai pelaku dalam

bingkai tujuan menyelesaikan persoalan yang timbul akibat perbuatan yang

dilakukan pelaku.

5. Kuatnya aliran positivisme hukum sebagai arus utama (mainstream) di

lingkungan penyidik Polri, telah mengesampingkan ketentuan hukum yang

terdapat dalam pasal 16 ayat (1) huruf l UU No. 2 tahun 2002 tentang Polri

yang menentukan bahwa aparat atau petugas Kepolisian berdasarkan

kewenangan diskresi yang dimilikinya dapat mengadakan tindakan lain

menurut hukum yang bertanggungjawab.

6. Penyidikan yang mengedepankan paham legalistik atau formal-prosedural

dan birokratis tersebut berkaitan dengan proses penyidikan yang dilakukan

berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Proses Penyidikan

dalam bentuk Buku Petunjuk Pelaksanaan, Buku Petunjuk Lapangan dan

Buku Petunjuk Administrasi sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan

Kapolri No. Pol.: Skep/1205/IX/2000 tentang Revisi Himpunan Juklak dan

Juknis Proses Penyidikan Tindak Pidana yang menganut aliran positivisme

hukum, karena peraturan Kepolisian ini memang didasarkan pada KUHAP

yang menganut asas legalitas (Pasal 3 KUHAP)

7. Penyidikan yang dilakukan sebagaimana halnya dengan kegiatan

penegakkan hukum lainnya yang sejatinya adalah dalam rangka pemberian

keadilan (dispencing of justice) justru memunculkan kesenjangan atau

diskrepansi antara penegakkan hukum yang dilakukan dengan tuntutan

keadilan masyarakat, karena mengesampinkan hukum yang hidup di

masyarakat (the living law dari Eugen Erlich)

Wajah lain dari hukum dan proses hukum yang formal tadi adalah terdapatnya

fakta bahwa keadilan formal tadi, sekurang-kurangnya di Indonesia, ternyata mahal,

berkepanjangan, melelahkan, tidak menyelesaikan masalah dan, yang lebih parah lagi,

penuh dengan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Salah satu dari berbagai masalah

yang menjadikan bentuk keadilan ini terlihat problematik adalah, mengingat terdapat

dan dilakukannya satu proses yang sama bagi semua jenis masalah (one for all 

Page 12: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  11

mechanism ). Inilah yang mengakibatkan mulai berpalingnya banyak pihak guna

mencari alternatif penyelesaian atas masalahnya.27 

Berdasarkan hasil penelitian bidang PPTIK STIK-PTIK(2010), dalam praktik

penyidikan yang dilakukan oleh penyidik Polri selama ini, selain berdasarkan aliran

positivisme hukum, pengambilan keputusan dalam proses penyidikan berdasarkan

model penalaran hukum sociological jurisprudence sudah biasa dilakukan oleh penyidik

Polri. Hal ini dilakukan oleh penyidik Polri dengan mengimplementasikan pendekatan

atau konsep keadilan restoratif (restorative justice) dalam penanganan tindak pidana.

Meskipun pada tataran formulatif, Polri secara tegas hanya mengatur implementasi

konsep keadilan restoratif dalam penanganan tindak pidana anak sebagaimana diatur

dalam Telegram Kapolri No.Pol.: TR/1124/XI/2006 tentang Petunjuk dan Arahan

(Jukrah) Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum, akan tetapi dalam

praktik penyidikan yang berlangsung selama ini, konsep keadilan restoratif juga

diterapkan dalam penyidikan tindak pidana lain.28 

Praktik penyidikan tindak pidana oleh penyidik Polri dengan

mengimplementasikan konsep keadilan restoratif, antara lain dalam perkara atau kasus

hak atas kekayaan intelektual (HAKI) seperti merek dan hak cipta yang wujud

penyelesaiannya melalui permufakatan antara kedua belah pihak yang diakhiri dengan

pencabutan Laporan Polisi. Selain itu ada juga tindak pidana penganiayaan ringan,

pencurian ringan, penipuan, pemalsuan, penggelapan, perbuatan cabul, perusakan

barang, perzinahan dan kekerasan dalam rumah tangga (kdrt) serta kecelakaan lalu

lintas.

B. Kendala-kendala yang dialami oleh penyidik di lapangan dalam

mengimplementasikan keadilan restoratif (restorative justice) dalam penanganan

tindak pidana.

Didalam menerapkan atau mengimplementasikan konsep keadilan restoratif,

penyidik Polri acapkali mengalami keragu-raguan dalam mengambil keputusannya

pada proses penyidikan, terutama apabila pelaku/keluarganya dan korban/keluarganya

27 Prof. Adrianus Meliala, Ph.D, Penyelesaian Sengketa Alternatif: Posisi Dan Potensinya Di Indonesia, Jakarta: Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008, h. 1. 28 Bidang PPITK-STIK PTIK, Implementasi Pendekatan Keadilan Restoratif (Restorative Justice) dalam Penanganan

Tindak Pidana, Laporan Penelitian, Jakarta: STIK-PTIK, 2010.

Page 13: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  12

maupun masyarakat ternyata menginginkan perdamaian dalam penyelesaian kasus

atau perkaranya, hal ini disebabkan tidak adanya aturan ataupun payung hukum

maupun prosedur/mekanisme formal untuk mengakomodir hal tersebut sehingga situasi

ini menjadi hal yang dilematis bagi penyidik Polri dilapangan yang berdasarkan pada

faktor-faktor :

1. Kekhawatiran atau ketakutan penyidik akan dipersalahkan oleh pimpinan

atau atasan penyidik dan dipermasalahkan pada pengawasan dan

pemeriksaan oleh institusi pengawas dan pemeriksa internal Polri yang

menggunakan parameter formal prosedural.

2. Tidak adanya payung hukum yang mengatur dan menjadi landasan legitimasi

dalam mengambil keputusan pada prose penyidikan apakah berdasarkan

konsep keadilan restoratif atau konsep/pendekatan lain yang bersesuaian

dengan aliran sociological jurisprudence.

3. Selain tidak adanya payung hukum diatas, kendala dalam

mengimplementasikan konsep keadilan restoratif atau konsep/pendekatan

lain yang berkesesuaian dengan aliran sociological jurisprudence adalah

tidak adanya prosedur atau mekanisme yang formal-prosedural untuk

mengimplementasikannya.

Page 14: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian dan pembahasan-pembahasan di atas maka dalam

penulisan makalah ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengimplementasian pendekatan atau konsep keadilan restoratif (restorative

 justice) oleh penyidik sudah biasa dilakukan terhadap penyidikan tindak

pidana lain, meskipun Polri secara tegas hanya mengatur dalam penanganan

tindak pidana anak sebagaimana tercantum dalam Telegram Kapolri No.Pol.:

TR/1124/XI/2006 tentang Petunjuk dan Arahan Penanganan anak yang

berhadapan dengan hukum.

2. Pengimplementasian konsep keadilan restoratif (restorative justice) pada

tindak pidana selain penanganan anak yang berhadapan dengan hukum

masih terkendala dengan belum adanya dasar hukum maupun

prosedur/mekanisme formal untuk penerapannya padahal disini lain

korban/keluarganya dan pelaku/keluarganya serta masyarakat terkadang

menginginkan penyelesaian perkara diluar jalur hukum positif yaitu dengan

perdamaian.

3. Masih seringnya di internal Polri sendiri dalam hal restorative justice di-

salahkaprah-kan sebagai penangguhan perkara (penghentian kasus) atau

tidak melanjutkan kasus (mem-peti-es-kan kasus), padahal keduanya tidak

benar. Salah kaprah mengenai masalah ini karena belum adanya dasar

hukum yang jelas untuk dijadikan pegangan bagi penyidik Polri dalam

menerapkan restorative justice ini.

Page 15: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  14

DAFTAR PUSTAKA

Adrianus Meliala, Penyelesaian Sengketa Alternatif: Posisi Dan Potensinya

Di Indonesia, Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Indonesia, 2008.

Andi Ayyub Saleh, Tamasya Perenungan Hukum dalam “Law in Book and

Law in Action” Menuju Penemuan Hukum (Rechtsvinding), Jakarta:

Yarsif Watampone, 2006.

Bidang PPITK-STIK PTIK, Implementasi Pendekatan Keadilan Restoratif

(Restorative Justice) dalam Penanganan Tindak Pidana,Laporan Penelitian,

Jakarta: STIK-PTIK, 2010.

Black Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, 6th Edition, St. Paul Minesota:

West Publishing, 1999.

Bryan A. Garner (Editor In Chief), Black’s Law Dictionary, 7th Edition, St. Paul

Minesota: West Publishing, 1999.

DPM. Sitompul & Abdussalam, Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Restu Agung, 2007.

Farouk Muhammad, Reformasi Sistem Peradilan Pidana: Aspek Kepolisian,

Artikel disampaikan pada Kuliah Umum tentang Reformasi Sistem

Peradilan Pidana di Indonesia, Bandung: Fakultas Hukum Universitas

Pasundan, 16 Februari 2008.

Moh. Mahfud MD., Hukum Tak Kunjung Tegak, Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 2007.

Muhammad Mustofa, MA: Disampaikan dalam Lokakarya Menghukum Tanpa

Memenjarakan: Mengaktualisasikan Gagasan "Restorative Justice" di Indonesia,

di Depok, Kamis (26/2/2004). Diskusi yang diselenggarakan Departemen

Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI dan Australia Agency for

International Development.

Muladi, Hak Asasi Manusia-Politik dan Sistem Peradilan Pidana, Cetakan

Kedua, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2002.

Philippe Nonet & Philip Selznick, Law and Society in Transition: Toward

Tanggapanive Law, London: Harper and Row Publisher, 1978.

Sabian Usman, Dasar-Dasar Sosiologi Hukum , Pustaka Belajar, Yogyakarta,

2009.

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Page 16: Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri

5/12/2018 Implementasi Restorative Justice Oleh Penyidik Polri - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/implementasi-restorative-justice-oleh-penyidik-polri

  15

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Romli Atmasasmita, Reformasi Hukum - Hak Asasi Manusia & Penegakan

Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2001.

Ronny Hanitijo Soemitro, Perspektif Sosial dalam Pemahaman Masalah-

Masalah Hukum, Semarang: CV Agung, 1989.

Roscoe Pound, Pengantar Filsafat Hukum, Jakarta: Bharatara Niaga Media,

1996.

Satjipto Rahardjo, Studi Kepolisian Indonesia: Metodologi dan Substansi,

Artikel disampaikan pada Simposium Nasional Polisi Indonesia,

Semarang: Fakultas Hukum UNDIP, 19-20 Juli 1993.

Satjipto Rahardjo (Khudzaifah Dimyati, ed), Ilmu Hukum: Pencarian

Pembebasan dan Pencerahan, Surakarta: Muhammadiyah University

Press, 2004.

Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Cetakan Kedua,

Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2006.

Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif, Jakarta: Penerbit Buku

Kompas, 2006.

Satjipto Rahardjo, Penegakkan Hukum Progresif, Jakarta: Penerbit Buku

Kompas, 2010.

Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik , Jakarta: Pusat

Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Univesitas Indonesia, 2008.

Suteki, Rekonstruksi Politik Hukum Tentang Hak Menguasai Negara Atas

Sumber Daya Air Berbasis Nilai Keadilan Sosial (Studi Privatisasi

Pengelolaan Sumber Daya Air) Disertasi pada Program Doktor Ilmu

Hukum Universitas Diponegoro Semarang, 2008.

Zulkarnein Koto, Penalaran Hukum Penyidik Polri: Antara Kepastian Hukum

dan Keadilan (Gagasan Mewujudkan Keadilan Pancasila), Jurnal Studi

Kepolisian STIK – PTIK, Jakarta, Edisi 075, Juni-November 2011.