118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU (Studi Kasus di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011) SKRIPSI Oleh: TIAS PRIHTIANTI K8407048 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

  • Upload
    vukiet

  • View
    232

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM

MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU

(Studi Kasus di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011)

SKRIPSI

Oleh:

TIAS PRIHTIANTI

K8407048

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM

MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU

(Studi Kasus di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh:

TIAS PRIHTIANTI

K8407048

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

PendidikanProgram Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNV ERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Tias Prihtianti, NIM K8407048. IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU

DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU (Studi Kasus di

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011). Skripsi, Surakarta:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta,

Oktober 2011.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui implementasi

sertifikasi guru dalam usaha meningkatkan profesionalisme guru di SMAN 1

Nguter, Sukoharjo. (2) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru di

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo dalam implementasi sertifikasi guru. (3) Untuk

mengetahui usaha SMAN 1 Nguter, Sukoharjo dalam mengatasi kendala-kendala

yang timbul.

Penelitian ini bersifat kualitatif, metode yang digunakan adalah deskriptif.

Sumber data yang digunakan adalah nara sumber, peristiwa dan lokasi serta

dokumen. Teknik cuplikan yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, wawancara dan

dokumentasi. Validitas data dengan trianggulasi sumber dan trianggulasi metode.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data model interaktif.

Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) implementasi

sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru

di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal: (a) mengenai persiapan dan

perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran. Persiapan dari pihak guru, siswa

dan sekolah belum optimal. (b) Metode pembelajaran yang digunakan guru yaitu

metode ceramah, diskusi, out class dan bermain. (c) Evaluasi pembelajaran

meliputi evaluasi proses dan hasil. (2) Dampak sertifikasi guru bagi siswa, guru

dan sekolah yaitu: (a) Dampak Positif, meliputi: Motivasi mengajar guru

meningkat, Guru lebih variatif dan kreatif dalam metode mengajar, Meningkatkan

kesejahteraan guru, Meningkatkan profesionalisme guru. (b) Dampak Negatif,

meliputi: Guru yang belum tersertifikasi jam mengajar berkurang dan

kecemburuan sosial dikalangan lingkungan masyarakat. (3) Kendala yang

dihadapi dan usaha yang dilakukan dalam implementasi sertifikasi guru yaitu: (a)

Kendala-kendala yaitu: Sarana prasarana sekolah yang masih terbatas, Keaktifan

siswa kurang, Guru tersertifikasi kekurangan jam mengajar. (b) Usaha-usaha

yaitu: Adanya komunikasi pihak guru dan kepala sekolah mengenai mata

pelajaran yang diajarkan, Menambah ruang kelas atau daya tampung siswa, dan

Melengkapi sarana prasarana sekolah.

Page 6: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Tias Prihtianti, NIM K8407048. THE IMPLEMENTATION OF

CERTIFICATION TEACHER TO IMPROVE THE PROFESSIONALITY

OF TEACHER (Case Studies in SMAN 1 Nguter, Sukoharjo School Year

2010/2011). Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education.

Eleven University of Surakarta March, October 2011.

The purpose of this study were: (1) To know the implementation of teacher

certification in an effort to improve the professionalism of teachers in SMAN 1

Nguter, Sukoharjo. (2) To determine the constraints faced by teachers in SMAN 1

Nguter, Sukoharjo in the implementation of teacher certification. (3) To know the

business SMAN 1 Nguter, Sukoharjo in overcoming obstacles that arise.

This study is qualitative, the method used is descriptive. Source data used

were the resource persons, events and locations as well as documents. The

technique used footage is purposive sampling. Data collection techniques used

were observation, interview and documentation. The validity of the triangulation

of data sources and triangulation methods. Data analysis technique used is an

interactive model of data analysis techniques.

Based on the research results can be concluded that: (1) implementation of

the certification of teachers in improving professional teacher (case studies

teacher at SMAN 1 Nguter includes several things: (a) on the preparation and

planning, and evaluation of the learning process. Preparation of the teachers,

students and school has not been optimal. (b) The method of learning that teachers

use the lecture method, discussion, and class play out. (c) Evaluation of learning

involves the evaluation process and results. (2) The impact of teacher certification

for students, teachers and schools are: (a ) Positive impacts include: increased

motivation of teachers to teach, Teachers are more varied and creative in teaching

methods, increase the welfare of teachers, increase teacher professionalism. (b)

Negative impacts include: Teachers who have not been certified as reduced

teaching hours and jealousy among the environmental community. (3) Obstacles

faced and efforts made in the implementation of teacher certification, namely: (a)

The constraints are: school infrastructure facilities are still limited, less active

students, certified teachers lack teaching hours. (b) The efforts which are: The

existence of communication part of teachers and principals about the subjects

taught, Adding classroom or student capacity, and Completing the school

infrastructure.

Page 7: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani

(Ki Hadjar Dewantara)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai dari sesuatu urusan,

tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah

engkau berharap.

(Q.S Al Insyirah: 5-8)

Page 8: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Bapak,ibu, simbah, yang telah bersimpuh keringat

dan berderai air mata menyertai setiap langkahku.

2. Mbak Rina, Dik Agus, terimakasih untuk motivasi

dan do’anya.

3. Teman-teman Melati kost dan teman-teman Sos-

ant tercinta, terimakasih atas persahabatan yang

indah sehingga menjadi semangat menggapai asa

dan cita-cita.

4. Almamater.

Page 9: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur terpanjatkan kepada Allah SWT, Rabb semesta alam yang

senantiasa mencurahkan samudera kasih sayang-Nya kepada seluruh umat

manusia. Alhamdulillah, peneliti mampu menyelesaikan penyusunan Skripsi ini

dengan baik untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

Dalam penyusunan Skripsi ini peneliti mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr.H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

2. Drs.Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan P. IPS FKIP UNS.

3. Drs. M.H Sukarno, M.Pd, Ketua Program Pendidikan Sosiologi Antropologi

Jurusan P. IPS FKIP UNS dan sebagai Pembimbing I atas curahan pikiran,

tenaga, waktu, dan ketulusan bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

4. Drs. Slamet Subagya, M.Pd, Pembimbing II atas curahan pikiran, tenaga,

waktu, dan ketulusan bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

5. Dra. Siti Chotidjah, M.Pd. Pembimbing Akademik atas bantuan dan

bimbingannya.

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi yang

secara tulus mendidik dan memberikan ilmu yang sangat berharga.

7. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Nguter, Sukoharjo yang telah memberikan ijin

penelian.

8. Berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu–persatu.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, namun

demikian besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Amin.

Surakarta, Oktober 2011

Peneliti

Page 10: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

JUDUL……......................…………………………………………………

PENGAJUAN …………….....................………………………………….

PERSETUJUAN ….....................………………………………………….

PENGESAHAN……….....................……………………………………...

ABSTRAK ……………………………………………...............................

ABSTRACT …………….....................………………………………........

MOTTO ………......................……………………………………………..

PERSEMBAHAN ………….....................………………………………...

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..

DAFTAR ISI ………………………………………………………………

DAFTAR TABEL …………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….

A. Latar Belakang Masalah ……………………………..…....

B. Rumusan Masalah………………………………………....

C. Tujuan Penelitian ……………………………..…………….

D. Manfaat Penelitian……………………………..……………

BAB II LANDASAN TEORI ………………………...………………

A. Tinjauan Pustaka …………………………………….……..

1. Konsep Profesi Guru…………… ………………………

a. Pengertian Profesi..………………………………….

b. Pengertian Guru…….…………….………………….

c. Peran dan Fungsi Guru….…………………………..

d. Ciri-ciri dan Syarat Profesi Guru…………………...

2. Konsep Implementasi Sertifikasi Guru…………………

a. Pengertian Sertifikasi Guru…………………………

b. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru……………….

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

x

xiii

xiv

xv

1

1

6

6

6

8

8

8

8

10

12

14

16

16

17

Page 11: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

c. Implementasi Sertifikasi Guru………………………

3. Konsep Guru Profesional…….…………………………

a. Pengertian Profesional………..………………..........

b. Karakteristik Guru Profesional……………………..

c. Standar Kompetensi Guru Profesional……………..

4. Konsep teori Pertukaran……….……………………….

B. Kerangka Berpikir………………………………..………….

III METODE PENELITIAN…………………………………………......

A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………

1. Tempat Penelitian……………………………………

2. Waktu Penelitian ……………………….…….........

B. Bentuk dan Strategi Penelitian …………………………...

1. Bentuk Penelitian……………………………………..

2. Strategi Penelitian…………………………………….

C. Sumber Data……. ………………………............................

D. Teknik Sampling (Cuplikan)...............................................

E. Teknik Pengumpulan Data.....................................................

1. Observasi Langsung…….………………..…….………..

2. Wawancara Mendalam………………..…………………

3. Analisis Dokumen………….……………………..…….

F. Validitas Data…….…………….……………………………

1. Triangulasi….……………………………………………

G. Teknik Analisis Data………………….……………………

1. Pengumpulan Data………….………………………….

2. Reduksi Data………………..………………………….

3. Sajian Data…. ………………………………………….

4. Verifikasi data dan Penarikan Kesimpulan …………..

H. Prosedur Penelitian.. ……………………..…………………

BAB IV. SAJIAN DATA DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN………

A. Deskripsi Wilayah Penelitian.............................................

B. Deskripsi Penelitian Lapangan..........................................

19

23

23

24

25

27

32

36

36

36

37

37

37

39

41

42

43

43

44

45

46

46

49

50

50

50

51

51

53

53

58

Page 12: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

I. Implementasi Sertifikasi Guru dalam Usaha Meningkatkan

Profesionalisme Guru di SMAN 1 Nguter,

Sukoharjo.......................................................................

II. Dampak Sertifikasi Guru bagi Guru, Siswa, dan Sekolah...

III. Kendala-Kendala dan Usaha yang Dilakukan di SMAN 1

Nguter, Sukoharjo dalam Implementasi Sertifikasi Guru...

C. Hasil Temuan Lapangan..................................................

D. Pembahasan Temuan Hasil Lapangan..................................

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……………….............

A. Simpulan……………………………………………….........

B. Implikasi…………………………………………………....

C. Saran………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA ……………………………..………………………

LAMPIRAN

58

70

77

83

89

97

97

99

100

101

Page 13: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Waktu Penelitian ........................................................................... 37

Page 14: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Sertifikasi Guru ......................................... 35

Gambar 3.1. Analisis Data Model Interaktif ................................................... 49

Gambar 4.1. Bagan Pembagian Tugas Guru Penunjang ................................. 57

Page 15: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Page 16: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di tengah-tengah perkembangan dunia yang begitu cepat dan semakin

kompleks dan canggih, prinsip-prinsip pendidikan untuk membangun etika, nilai

dan karakter peserta didik tetap harus di pegang. Akan tetapi perlu dilakukan

dengan cara yang berbeda atau kreatif sehingga mampu mengimbangi perubahan

kehidupan. ( Furqon: 2009:2 )

Untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maka satu-

satunya cara yaitu dengan pendidikan. Lewat pendidikan kita akan belajar

mengenai ilmu pengetahuan yang berkembang dan terus berkembang, tanpa batas.

Lewat pendidikan pula kita dapat menguasai teknologi mutakhir yang

membutuhkan tangan-tangan ahli yang terampil. Pendidikan adalah modal yang

berharga untuk membangun sumberdaya manusia yang berkualitas.

Di tengah terpuruknya peradaban bangsa, gencarnya informasi, dan

lepasnya sekat bangsa lewat teknologi informasi, peran guru semakin strategis

untuk mengambil salah satu peran yang menopang pada tegaknya peradaban

manusia Indonesia di waktu yang akan datang. Peran guru yang strategis,

menuntut kerja guru yang profesional, dan mampu mengembangkan ragam

potensi yang terpendam pada diri anak didik.

Bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan

kebangsaan yang sangat krusial dan multidimensional. Hampir semua bidang

kehidupan bangsa mengalami krisis berkepanjangan. Banyak kalangan yang

berpendapat bahwa persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia

disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia yang

masih rendah. (Kunandar, 2007:7)

Suatu bangsa tidak akan maju jika sumber daya manusianya belum maju,

dan untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas maka di perlukan

pendidikan yang maju pula. Pendidikan di Indonesia bisa dikatakan belum maju.

Masih rendahnya kualitas pendidikan di negeri ini terus menjadi isu kontemporer

Page 17: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pendidikan yang menarik untuk diperbincangkan. Banyak pihak dan kalangan

yang menilai bahwa kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih berada di

bawah rata-rata negara berkembang lainnya.

Keinginan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas tidak

diimbangi dengan meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat

dilihat dari berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan. Masalah mengenai

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, sudah sangat sering dikeluhkan oleh

masyarakat kita. Rendahnya kualitas sekolah dipandang memiliki keterkaitan

langsung dengan rendahnya kualitas guru.

Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia bukan akibat rendahnya input

pendidikan, akan tetapi akibat proses pendidikan yang tidak maksimal dan

rendahnya kualitas guru. Proses yang tidak sempurna mengakibatkan kualitas

produk yang tidak baik, proses pendidikan di sekolah terletak di tangan guru,

bagaimana melaksanakan pembelajaran, penguasaan materi, komunikasi yang

dilakukan terhadap peserta didik, memberi motivasi belajar, menciptakan

pembelajaran yang kondusif, mengelola pembelajaran jika kualitas yang dimiliki

guru rendah. (Yamin, 2006: 60)

Kualitas guru rendah menyebabkan kualitas sekolah rendah pula. Dalam

rangka peningkatan kualitas sekolah dan kualitas pendidikan pada umumnya,

diperlukan upaya peningkatan guru di sekolah secara bersungguh-sungguh

melalui strategi yang efektif dan efisien. Keberhasilan peningkatan

profesionalisme guru, terukur dari meningkatnya kualitas penguasaan ilmu yang

ditekuni, ketrampilan mengajar, informasi yang diakses dan teknologi yang

digunakan guru.

Pendidik (guru) adalah tenaga profesional sebagaimana diamanatkan

dalam Pasal 39 ayat 2, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pasal 2 ayat 1, UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan

Pasal 28 ayat (1) PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Mengacu pada landasan yuridis dan kebijakan tersebut, secara tegas menunjukkan

adanya keseriusan dan komitmen yang tinggi pihak Pemerintah dalam upaya

Page 18: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

meningkatkan profesionalisme dan penghargaan kepada guru yang muara

akhirnya pada peningkatan kualitas pendidikan nasional.

Guru profesional disamping mereka berkualifikasi akademis juga dituntut

memiliki kompetensi, artinya memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasainya dalam melaksanakan tugas

keprofesionalannya. Dalam UU 14 Tahun 2005, pasal 4 disebut peran guru adalah

agen pembelajaran, kemudian PP 19 Tahun 2005, pasal 4 disebut peran guru

adalah agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta

pendidikan anak usia dini meliputi: (1) Kompetensi pedagogik, (2) Kompetensi

kepribadian, (3) Kompetensi profesional, (4) Kompetensi sosial.

Kualitas SDM suatu bangsa secara umum dapat dilihat dari mutu

pendidikan bangsa tersebut. Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan dan

kejayaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pembangunan dibidang

pendidikan. Mereka menganggap kebodohan adalah penghambat kemajuan

bangsa dan harus diperangi dengan revolusi pendidikan. (Kunandar, 2007:8).

Untuk itu berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan di

Indonesia. Peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan melalui upaya

peningkatan kualitas guru, maka salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan

diadakannya sertifikasi guru. Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen

Pendidikan Nasional pada tahun 2007 telah melaksanakan sertifikasi guru-guru

secara bertahap pada sekitar 2,7 juta PNS di Indonesia. Sertifikasi merupakan

perwujudan dari UU 14 Tahun 2005 dan PP 19 Tahun 2005 dengan tujuan untuk

meningkatkan mutu tenaga pendidik di Indonesia.

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru

yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi guru adalah proses pemberian

sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi standar profesi guru

(Suyatno, 2008: 2). Sertifikasi guru bertujuan untuk: (1) menentukan kelayakan

guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, (2) meningkatkan

proses dan hasil pembelajaran, (3) meningkatkan kesejahteraan guru, serta (4)

meningkatkan martabat guru; dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional

yang bermutu.

Page 19: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Selain meningkatkan profesionalitas guru, sertifikasi guru juga berupaya

meningkatkan kesejahteraan guru. Kondisi krisis saat ini banyak mengganggu

kelangsungan pendidikan, mustahil pendidikan akan maju dan berkualitas tanpa

dukungan ekonomi yang mapan, guru dapat berkonsentrasi mengajar manakala

tidak lagi merasa terbebani untuk melengkapi sarana dan prasarana belajar anak-

anak mereka, bila mereka merasa berkewajiban menyekolahkan anak-anaknya

dan ekonomi para orang tua juga mapan. (Yamin, 2006: 68)

Untuk menjadi guru dibutuhkan skill, keterampilan, dan kreativitas di luar

pekerjaan wajibnya mengajar di sekolah untuk meningkatkan kesejahteraan

keluarga, dengan membuat usaha sampingan di luar jam dinas. Usaha tersebut

tidak mengurangi tanggung jawab sebagai guru, akan tetapi menjadi guru yang

profesional. Gaji guru belum dikatakan layak untuk mencukupi kebutuhan hidup

sehari-hari. Mereka yang memiliki kecerdasan tinggi enggan untuk memilih

profesi guru sebagai profesi pilihan mereka. Mereka cenderung memilih pekerjaan

selain guru yang menjanjikan gaji yang besar yang layak untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Hal tersebut sungguh ironi karena pada akhirnya guru hanya

menjadi pilihan terakhir ketika pilihan lain seolah tertutup. Padahal kita

membutuhkan guru yang berkualitas, berkompeten dan professional di bidangnya.

Sertifikasi guru merupakan salah satu cara untuk menciptakan guru (pendidik)

yang berkompeten dan profesionalisme dengan tidak mengesampingkan

kesejahteraan guru.

Melihat nasib dan kesejahteraan guru yang memprihatinkan pemerintah

Indonesia ingin memberikan reward berupa pemberiantunjangan professional

yang berlipat dari gaji yang diterima. Dengan harapan kedepan tidak ada lagi guru

yang bekerja mencari objekan di luar dinas karena kesejahteraannya sudah

terpenuhi.

Peningkatan mutu guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya

peningkatan mutu pendidikan. Rasionalnya adalah apabila kompetensi guru bagus

yang diikuti dengan penghasilan yang bagus, diharapkan kinerjanya juga bagus.

Apabila kinerjanya bagus maka kegiatan belajar mengajar juga bagus. Dan dari

Page 20: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

hal tersebut diharapkan membuahkan pendidikan yang bermutu, pemikiran itulah

yang mendasari bahwa guru perlu disertifikasi. (Masnur, 2007:8)

Untuk mengetahui sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru

maka diperlukan adanya suatu evaluasi dan dari implementasi sertifikasi guru.

Implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi

dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa

perubahan pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan sikap. Dalam Oxford

Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah: ”put

something into effect”, (penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak).

Mulyasa (2007:93). Implementasi sertifikasi guru dapat didefinisikan sebagai

suatu proses penerapan ide, konsep dan kebijakan pemerintah dengan memberikan

sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi standar profesi guru.

SMAN 1 Nguter merupakan salah satu sekolah menengah atas (SMA)

yang berada Kabupaten Sukoharjo. Dari beberapa SMA yang berada di

Kabupaten Sukoharjo, SMAN 1 Nguter, Sukoharjo termasuk SMA yang sedang

berkembang dan berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Di SMAN

1 Nguter, Sukoharjo terdapat guru yang telah disertifikasi sebanyak 20 guru dari

total 36 tenaga pendidik (guru) (55,5% tenaga pendidik bersertifikasi dari total

jumlah guru yang mengajar di SMA tersebut).

Penelitian ini diadakan untuk melihat kendala yang dihadapi SMAN 1

Nguter, Sukoharjo dalam sertifikasi guru dan usaha-usaha yang dilakukan untuk

mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauh

mana keberhasilan dan implementasi sertifikasi guru dalam meningkatkan kualitas

pendidikan di Indonesia dan meningkatkan profesionalisme guru khususnya di

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo. Bertolak dari uraian di atas, peneliti melakukan

penelitian dengan judul “IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM

MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU.”

(Studi Kasus Guru di SMA Negeri 1 Nguter, Sukoharjo Tahun Pelajaran

2010/2011)

Page 21: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu:

1. Bagaimana Implementasi Sertifikasi Guru Dalam Meningkatkan Profesional

Guru di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo?

2. Bagaimana dampak yang muncul dalam implementasi sertifikasi guru dalam

usaha meningkatkan profesionalisme guru di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo?

3. Bagaimana kendala yang dihadapi dan usaha yang dilakukan di SMAN 1

Nguter, Sukoharjo dalam implementasi sertifikasi guru?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui implementasi sertifikasi guru dalam usaha meningkatkan

profesionalisme guru di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo.

2. Untuk mengetahui dampak yang muncul dalam implementasi sertifikasi guru

dalam usaha meningkatkan profesionalisme guru di SMAN 1 Nguter,

Sukoharjo.

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dan usaha yang dilakukan di SMAN

1 Nguter, Sukoharjo dalam implementasi sertifikasi guru.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka hasil

penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun

secara secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

1. Menambah dan memperluas wawasan atau pengetahuan di bidang

pendidikan mengenai sertifikasi guru.

2. Meningkatkan wacana bagi pengembangan ilmu pendidikan khususnya

bidang pendidikan.

3. Dapat dipakai sebagai acuan dan referensi bagi peneliti-peneliti sejenis

untuk tahap selanjutnya.

Page 22: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Pemerintah dan Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan

masyarakat untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan kebijakan sertifikasi

guru dalam upayanya untuk meningkatkan profesional guru.

2. Bagi Guru (Pendidik)

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru untuk mampu

mengembangkan potensi dan meningkatkan profesionalisme sebagai pendidik.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini bagi peneliti dapat menambah pengalaman,

pengetahuan dan pengalaman teori ilmu yang telah di peroleh di bangku

kuliah, serta sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana.

Page 23: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Profesi Guru

a. Pengertian Profesi

Profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mensyaratkan persiapan

spesialisasi akademik dalam waktu yang relatif lama di perguruan tinggi, baik dalam

bidang sosial, eksakta maupun seni, dan pekerjaan itu lebih bersifat mental intelektual

daripada fisik manual, yang dalam mekanisme kerjanya dikuasai oleh kode etik.

Dengan demikian pekerjaan profesional merupakan pekerjaan yang dipersiapkan

melalui proses pendidikan dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang

dipenuhinya, maka semakin tinggi pula derajat profesi yang diembannya. Tinggi

rendahnya pengakuan profesionalisme sangat tergantung pada keahlian yang

ditempuh (Nurdin, 2010:101-102).

Hornby dalam Udin Syaefudin Saud (2009: 3), menyebutkan secara leksikal

bahwa, “perkataan profesi itu mengandung berbagai makna dan pengertian. Pertama,

profesi itu menunjukkan dan mengungkapkan suatu kepercayaan (to profess means to

trust), bahkan suatu keyakinan (to belief in) atas segala sesuatu kebenaran (ajaran

agama) atau kredibilitas seseorang. Kedua, profesi itu dapat pula menunjukkan dan

mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu”.

Peter Salim dalam Nurdin (2010: 99) menegaskan bahwa “profesi merupakan

suatu bidang pekerjaan yang berdasarkan pada pendidikan keahlian tertentu”.

Sedangkan Kenneth Lynn dalam Nurdin (2010: 100) memberikan definisi profesi

sebagai berikut: “a profession delivers esoteric service based on esoteric knowledge

systematically formulated and applied to the needs of a client” (suatu profesi yang

menyajikan jasa dengan berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang dipahami oleh

8

Page 24: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

orang tertentu secara sistematik yang diformulasikan dan diterapkan untuk memenuhi

kebutuhan klien).

Webster’s New World Dictionary dalam Udin Syaefudin Saud (2009: 34)

menunjukkan lebih lanjut bahwa “profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut

pendidikan tinggi (kepada pengembannya) dalam liberal arts atau science, dan

biasanya meliputi pekerjaan mental dan bukan pekerjaan manual, seperti mengajar,

keinsinyuran, mengarang, kedoteran, hukum dan teknologi”.

Vollmer dalam Udin Syaefudin Saud (2009: 5) dengan menggunakan

pendekatan sosiologik, mempersepsikan bahwa “profesi itu sesungguhnya hanyalah

merupakan suatu jenis model atau tipe pekerjaan ideal saja, karena dalam realitasnya

bukanlah hal yang mudah untuk mewujudkannya”. Namun, bukanlah hal yang

mustahil pula untuk mencapainya. Proses usaha menuju kearah terpenuhinya

persyaratan suatu jenis model pekerjaan ideal itulah yang dimaksudkan dengan

profesionalisasi.

Selanjutnya Webstar dalam Kunandar (2007:45) Profesi juga diartikan

sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan

ketrampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Menurut

Sanusi dalam Udin Syaefudin Saud (2009: 6-7) istilah yang berkaitan dengan profesi

yaitu:

1) Profesi, adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian

(experties) dari para anggotanya. Artinya, ia tidak bisa dilakukan oleh

sembarangan orang yang tidak dilatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk

melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh dari apa yang disebut

profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani suatu

profesi itu (pendidikan/latihan/pra jabatan) maupun setelah menjalani suatu

profesi (in-service training).

2) Profesional, menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu

profesi, misalnya “dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang

dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Pengertian

kedua ini, profesional dikontraskan dengan “non-profesional” atau “amatir”

3) Profesionalisme, menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi

untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus

Page 25: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan

pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

4) Profesionalisasi, menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun

kemampuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam

penampilannya sebagai anggota suatu profesi. Profesionalisasi pada dasarnya

merupakan serangkaian proses pengembangan profesional (professional

development) baik dilakukan melalui pendidikan/latihan “prajabatan” maupun

“dalam-jabatan”. Oleh karena itu, profesionalisasi merupakan proses yang

life-long dan never-ending, secepat seseorang telah menyatakan dirinya

sebagai warga suatu profesi.

Dari berbagai penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa profesi itu pada

hakikatnya merupakan suatu pekerjaan tertentu yang menuntut keahlian persyaratan

khusus dan istimewa sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang

memerlukannya. Selain itu profesi juga merupakan bidang pekerjaan yang

dikarenakan oleh panggilan jiwa dari dalam diri pribadi. Profesi pada hakikatnya

adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka yang menyatakan bahwa seseorang

mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa

terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.

b. Pengertian Guru

Dalam dunia pendidikan, guru (pendidik) merupakan kunci yang penting

dalam proses kegiatan belajar mengajar. Pendidik merupakan tenaga profesional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian

dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di sekolah maupun di

perguruan tinggi.

Definisi yang kita kenal sehari-hari adalah bahwa guru merupakan orang yang

harus digugu dan ditiru, dalam arti orang yang memiliki karisma atau wibawa hingga

perlu untuk ditiru dan diteladani. Menurut Laurence dan Jonatan dalam Hamzah B.

Uno (2007) menyatakan bahwa “Teacher is professional person who conduct

classes”. (Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan

mengelola kelas). Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan Morris dalam Hamzah B.

Page 26: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Uno (2007) menyatakan bahwa “Teacher are those persons who consciously direct

the experiences and behavior of an individual so that education takes places.” ( Guru

adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari

seorang individu hingga dapat terjadi pendidikan).

Menurut Hamzah B. Uno (2007: 15) “guru adalah orang dewasa yang secara

sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta

didik”. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang

program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik

dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan

akhir dari proses pendidikan.

Pendidik atau guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi

pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar

mencapai tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai

makhluk Tuhan dan makhluk sosial dan sebagai individu atau pribadi yang mandiri.

Pendidik sebagai medium agar anak didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang

telah dirumuskan. Tanpa pendidik, tujuan manapun yang telah dirumuskan tidak akan

dapat tercapai. (Soedomo Hadi, 2005: 5)

Secara legal formal yang dimaksudkan guru adalah seseorang yang

memperoleh Surat Keputusan (SK), baik dari pemerintah maupun swasta untuk

melaksanakan tugasnya, dan karena itu ia memiliki hak dan kewajiban untuk

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan sekolah. Menurut

UU RI No. 14 Tahun 2005 (Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen) pasal 1 “Guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak

usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Guru, menurut Zakiyah Daradjat dalam Nurdin (2010: 127), adalah pendidik

profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul

sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

Page 27: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Profesionalisasi guru mencakup kualifikasi formal dengan diberikannya lisensi

mengajar dan perlu dijiwai dengan kualifikasi nyata yang hanya mungkin diwujudkan

dalam praktik. Menurut Poerwadarminta dalam Nurdin (2010: 127) “guru adalah

orang yang kerjanya mengajar. Mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam

mendidik muridnya”.

Guru profesional memiliki pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang tidak

dimiliki oleh orang awam. Dengan pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan ini guru

dapat melaksanakan fungsi-fungsi khususnya yaitu membuat dan melaksanakan

keputusan-keputusan dalam membelajarkan peserta didik dengan hasil yang efektif

dan efisien. Menurut (Kunandar, 2007:46) Guru profesional yaitu “Guru yang

memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan

pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan

profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis”.

Dari defisnisi di atas dapat disimpulkan bahwa guru atau pendidik merupakan

tenaga profesional dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Selain itu guru juga bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di sekolah maupun di perguruan tinggi.

Karena begitu pentingnya profesi guru, maka guru dituntut untuk bersikap

profesional. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan

baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.

c. Peran dan Fungsi Guru

Guru merupakan kunci penting dalam dunia pendidikan, dimana guru

berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Peran dan fungsi guru

berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Menurut Mulyasa (2007:

19) menjelaskan peran dan fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Sebagai pendidik dan pengajar, bahwa setiap guru harus memiliki

kestabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersikap realitas, jujur

Page 28: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dan terbuka, serta peka terhadap perkembangan, terutama inovasi

pendidikan.

2) Sebagai anggota masyarakat, bahwa setiap guru harus pandai bergaul

dengan masyarakat.

3) Sebagai pemimpin, bahwa setiap guru adalah pemimpin, yang harus

memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan

antar manusia, tehnik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek

kegiatan organisasi sekolah.

4) Sebagai administrator, bahwa setiap guru akan dihadapkan pada berbagai

tugas administrasi yang harus dikerjakan di sekolah, sehingga harus

memiliki kepribadian yang jujur, teliti, rajin, serta memahami strategi dan

manajemen pendidikan.

5) Sebagai pengelola pembelajaran, bahwa setiap guru harus mampu dan

menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar-

mengajar di dalam maupun di luar kelas.

Dalam Standar Nasional Pendidikan (NSP) Pasal 28, dikemukakan bahwa:

“Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Selanjutnya dalam penjelasannya

dikemukakan bahwa: “yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran

(learning agent) adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator,

pemacu, maupun pemberi inspirasi.

Lebih lanjut Mulyasa (2007:53-67) menjelaskan peran guru sebagai agen

pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1) Guru sebagai Fasilitator

Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik,

tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan

belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik. Sebagai

fasilitator tugas guru yang paling utama adalah memberi kemudahan

belajar, bukan hanya menceramahi atau mengajar saja.

2) Guru sebagai Motivator

Guru dituntut untuk dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik.

Callahan and Clark dalam Mulyasa (2007:58) mengemukakan bahwa

motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya

tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.

Page 29: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3) Guru sebagai Pemacu

Sebagai pemacu belajar, guru harus mampu melipatgandakan potensi

peserta didik, dan mengembangkannya sesuai dengan aspirasi dan cita-cita

mereka dimasa yang akan datang.

4) Guru sebagai Pemberi Inspirasi

Seorang guru harus memerankan diri dan memberikan inspirasi bagi

peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat

membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan, dan ide-ide baru. Untuk itu

guru harus mampu menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman,

tenang dan menyenangkan (joyfull teaching and learning), agar dapat

memberikan inspirasi dan gairah belajar.

Menurut Hamzah B. Uno (2007: 27) peran guru yang dikaitkan dengan

konsep pendidikan berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran, peran guru yaitu:

1) Pemimpin belajar

2) Fasilitator belajar

3) Moderator belajar

4) Motivator belajar

5) Evaluator belajar

a. Ciri-Ciri Dan Syarat Profesi Guru

Chandler dalam Piet A. Sahertian (1994:27-28) menjelaskan ciri guru sebagai

suatu profesi yaitu:

1) Mementingkan layanan kemanusiaan dari pada kepentingan pribadi.

2) Mempunyai status yang tinggi

3) Memiliki pengetahuan yang khusus dalam hal mengajar dan mendidik,

4) Memiliki kegiatan intelektual.

5) Memiliki hak untuk memperoleh standard kualifikasi profesional.

6) Mempunyai kode etik profesi yang ditentukan oleh organisasi profesi.

Eric Hoyle dalam Piet A. Sahertian (1994:29) mengemukakan ciri guru

sebagai profesi yaitu:

1) Hakikat suatu profesi ialah bahwa seseorang itu lebih mengutamakan

tugasnya sebagai suatu layanan sosial.

2) Suatu profesi dilandasi dengan memiliki sejumlah pengetahuan yang

sistematis.

Page 30: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

3) Suatu profesi memiliki otonomi yang tinggi, artinya memiliki kebebasan

yang besar dalam melakukan tugasnya karena merasa mempunyai

tanggung jawab moral yang tinggi.

4) Suatu profesi dikatakan punya otonomi jika orang tersebut dapat mengatur

dirinya sendiri atas tanggung jawabnya.

5) Suatu profesi memiliki kode etik.

6) Suatu profesi umumnya mengalami pertumbuhan terus menerus.

Menurut Hamzah B. Uno (2007: 29-30) tidak semua orang dapat

melaksanakan tugas profesional. Guru harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan.

Syarat tersebut yaitu:

1) Guru harus berijazah

2) Guru harus sehat jasmani dan rohani

3) Guru harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakukan

baik.

4) Guru haruslah orang yang bertanggung jawab

5) Guru di Indonesia harus berjiwa nasional

Selain itu lebih lanjut Hamzah menjelaskan syarat lain yang erat dengan tugas

guru yaitu:

1) Harus adil dan dapat dipercaya.

2) Sabar, rela berkorban, dan menyayangi peserta didiknya.

3) Memiliki kewibawaan dan tanggung jawab akademis.

4) Bersikap baik pada rekan guru, staf di sekolah, dan masyarakat.

5) Harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan menguasai mata

pelajaran yang dibinanya.

6) Harus selalu introspeksi diri dan siap menerima kritik dari siapapun.

7) Harus berupaya meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Sedangkan menurut Undang-Undang No 14 tentang Guru dan dosen pasal 8

dijelaskan syarat guru yaitu “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Menurut Soedomo Hadi (2005: 24-26)

pendidik akan mampu memenuhi tugas-tugasnya dengan baik bila memenuhi syarat.

Syarat sebagai pendidik meliputi:

1) Umur

Pendidik haruslah dewasa yaitu usia minimal 18 tahun untuk wanita, dan

21 bagi laki-laki.

Page 31: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

2) Kesehatan

Pendidik harus sehat jasmani dan rohani

3) Keahlian atau skill

Pendidik harus memiliki ijazah sehingga dapat menjamin pendidik

memiliki pengetahuan, keahliansesuai dengan tugasnya.

4) Kesusilaan dan dedikasi

Pendidik harus memiliki kesusilaan atau budi pekerti yang baik. Hal ini

adalah konsekuensi rasa tanggung jawab dalam membimbing anak didik.

Dari berbagai penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa profesi guru pada

hakikatnya merupakan suatu pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus

dan istimewa juga ketrampilan dalam mengajar peserta didiknya. Selain itu profesi

guru juga merupakan bidang pekerjaan yang menuntut pengetahuan dan panggilan

jiwa dari dalam diri pribadi. ciri-ciri dan syarat guru sebagai profesi yaitu; adanya

komitmen dari para guru bahwa jabatan itu mengharuskan pengikutnya menjunjung

tinggi martabat kemanusiaan lebih dari pada mencari keuntungan sendiri, suatu

profesi mensyaratkan orangnya mengikuti persiapan profesional dalam jangka waktu

tertentu, harus selalu menambah pengetahuan agar terus-menerus bertumbuh dalam

jabatannya, memiliki kode etik jabatan, memiliki kemampuan intelektual untuk

menjawab masalah-masalah yang dihadapi, selalu ingin belajar terus-menerus

mengenai bidang keahlian yang ditekuni, menjadi anggota dari suatu organisasi

profesi, jabatan itu dipandang sebagai suatu karier hidup.

2. Konsep Implementasi Sertifikasi Guru

a. Pengertian Sertifikasi Guru

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru Dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat

pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal

sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.

(Mulyasa, 2007: 33). Menurut Suyatno (2008:2) “Sertifikasi guru adalah proses

pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi standar profesi

guru”.

Page 32: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Sertifikasi guru merupakan amanat undang-undang republik Indonesia nomor

20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat dapat

berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh

melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, dan simposium.

Namun, sertifikat kompetensi diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga

pelatihan setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan

yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. (Mulyasa, 2007: 39)

Untuk memahami sertifikasi guru Muslich,( 2007: 2) mengutip beberapa

pasal dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru Dan Dosen yaitu:

1) Pasal 1 butir 11: Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik

kepada guru dan dosen.

2) Pasal 8: guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

3) Pasal 11 butir 1: Sertifikat pendidik sebagaimana dalam Pasal 8 diberikan

kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

4) Pasal 16: guru yang memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan

profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta dibayar pemerintah.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan sertifikasi guru adalah proses

pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu,

yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi

dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.

b. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru

Suyatno (2008: 2) menjelaskan bahwa sertifikasi guru memiliki beberapa

tujuan, yaitu:

Page 33: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen

pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan

3) Meningkatkan martabat guru

4) Meningkatkan profesionalitas guru

Sedangkan menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007:35), mengungkapkan

bahwa sertifikasi bertujuan sebagai berikut:

1) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga

merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.

3) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan dengan

menyediakan rambu-rambu dan instrument untuk melakukan seleksi terhadap

pelamar yang kompeten.

4) Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga

kependidikan.

Sertifikasi guru memiliki banyak manfaat baik bagi guru yang bersangkutan

maupun dalam dunia pendidikan. Menurut Suyatno (2008:3) manfaat sertifikasi guru

yaitu:

1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang

dapat merusak citra profesi guru.

2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak

berkualitas dan tidak profesional.

3) Meningkatkan kesejahteraan guru

Sedangkan menurut Masnur (2007:9) manfaat sertifikasi guru yaitu:

1) Melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak

kompeten sehingga merusak citra profesi guru.

2) Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan

profesional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas

pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia .

3) Menjadi wahana penjamin mutu bagi LPTK yang bertugas

mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai control mutu bagi

pengguna layanan pendidikan.

Page 34: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

4) Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan

eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

Menurut Mulyasa (2007: 35-36) menjelaskan bahwa sertifikasi pendidik

mempunyai manfaat sebagai berikut:

1) Pengawasan mutu

a) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan

seperangkat kompetensi yang bersifat unik.

b) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk

mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan.

c) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu

awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya.

d) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu

maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan

profesionalisme.

2) Penjaminan mutu

a) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap

kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah

menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya.

b) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pengguna

yang ingin mempekerjakan orang dalam bidang keahlian dan

keterampilan tertentu.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya tujuan dan

manfaat sertifikasi guru yaitu melindungi profesi guru agar guru dapat profesional

serta meningkatkan kesejahteraan guru. Sertifikasi guru juga dapat menjadi barometer

untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen

pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

c. Implementasi Sertifikasi Guru

Sedangkan Implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan,

atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa

perubahan pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan sikap. Dalam Oxford Advance

Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah: ”put something into

effect”, (penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak). Mulyasa (2007:93).

Implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu

sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar

Page 35: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh

berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Jadi implementasi

adalah suatu operasionalisasi dari ide, konsep maupun kebijakan dalam bentuk

praktis yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasar acuan tetentu

untuk mencapai tujuan kegiatan.

Berdasarkan pengertian tersebut, implementasi sertifikasi guru dapat diartikan

sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan dan inovasi baru dengan

pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi standar profesi guru.

Sehingga diharapkan akan muncul dampak atau perubahan pengetahuan, ketrampilan

maupun nilai dan sikap yang menyatakan guru tersebut profesional. Dalam

implementasi sertifikasi guru untuk melihat profesional guru dapat dilihat melalui

kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran. Implementasi kegiatan

pembelajaran harus menggunakan acuan implementasi pembelajaran yang dipakai

dalam kurikulum yang saat ini berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (

KTSP ). Menurut Mulyasa (2005) dalam Kunandar, 2007: 234 agar kurikulum dapat

diimplementasikan secara efektif, serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran,

maka guru harus:

1) Menguasai dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan

kompetensi lain dengan baik.

2) Menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai profesi.

3) Memahami peserta didik.

4) Menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar.

5) Mengikuti perkembangan mutakhir.

6) Menyiapkan proses pembelajaran

7) Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan

dikembangkan.

Berdasarkan acuan diatas maka proses implementasi kegiatan pembelajaran

yang dilakukan yaitu:

1) Perencanaan

Dalam perencanaan terdapat beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh

guru antara lain:

Page 36: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

a) Pemetaan Kompetensi Dasar

Pemetaan ini dilakukan dengan memetakan seluruh standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Tujuan dari kegiatan ini adalah supaya mendapatkan gambaran

secara utuh dan menyeluruh dari mata pelajaran yang akan disampaikan.

b) Penentuan Topik/Tema

Dalam penentuan topik/tema ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara

lain: Topik merupakan perekat antar Kompetensi Dasar dalam satu rumpun mata

pelajaran. Topik yang ditentukan relevan dengan Kompetensi Dasar yang ada dalam

satu tingkatan kelas dan relevan dengan kondisi dan pengalaman peserta didik.

penentuan tema juga dapat menggunakan isu sentral yang berkembang di masyarakat

tetapi masih ada keterkaitan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan.

c) Penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam Indikator Sesuai dengan Topik atau

Tema

Kompetensi dasar yang sudah dipetakan kemudian diderivasikan kedalam

indicator yang disesuaikan dengan topik dan tema. Penjabaran kedalam indikator

bertujuan untuk membuat parameter hasil belajar yang ingin dicapai dan nantinya

dapat digunakan sebagai pijakan dalam penyusunan silabus.

d) Pengembangan Silabus

Dari seluruh proses perencanaan di atas adalah sebagai dasar penyusunan

silabus. Penyusunan silabus sendiri terdiri dari standar kompetensi mata pelajaran,

Kompetensi Dasar, indikator, pengalaman belajar, alokasi waktu dan penilaian.

e) Penyusunan desain atau rencana pembelajaran.

Sebelumnya Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditentukan

dalam Standar Isi tetapi memang setiap sekolah berhak untuk mengembangkannya

sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Rencana pembelajaran merupakan

aktualisasi dan realisasi pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan dalam

silabus.

2) Pelaksanaan/Proses Pembelajaran

Page 37: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Kegiatan ini seharusnya sudah teracang dalam RPP sehingga guru akan lebih mudah

untuk mengimplementasikan pembelajaran dilapangan. Pelaksanaan dari kegiatan ini

terbagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan fungsinya untuk

menciptakan suasana awal pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk

mengikuti pelajaran dengan baik. Kegiatan yang selanjutnya adalah proses

pembelajaran atau kegiatan inti pembelajaran dan yang terakhir adalah kegiatan

penutup.

Dalam pelaksanaan pembelajaran sebaiknya dilakukan dengan melibatkan

peserta didik secara aktif (active learning) menekankan pada pembentukan

(konstruktif) pengalaman belajar peserta didik (learning experience). Dalam

pelaksanaan pembelajaran ini guru sebagai fasilitator tetapi dituntut untuk mampu

menyajikan pembelajaran secara terpadu dengan strategi dan metode tertentu

disesuaikan dengan materi pelajaran dan kondisi peserta didik. Guru dapat

menggunakan bebarapa model pembelajaran kontekstual agar peserta didik mampu

menerapkan pengetahuan yang sudah dipelajari ke dalam realitas hidup, ini yang

nantinya akan membentuk pengalaman belajar pada peserta didik. Selain itu

pembelajaran dilakukan secara konstruktif dalam artian tidak hanya membentuk

pengetahuan peserta didik secara kognitif saja melainkan juga membentuk nilai,

sikap, keterampilan dan kepribadian peserta didik. Dalam penyajianya guru dapat

menggunakan strategi dengan pengajaran individual maupun team teaching

disesuaikan dengan kemampuan dan penguasaan guru terhadap materi pelajaran yang

dipadukan.

3) Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran terdiri dari evaluasi proses dan evaluasi hasil

pembelajaran. Evaluasi atau penilaian proses belajar merupakan upaya pemberian

nilai pada kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dan guru selama pembelajaran

dan penilaian hasil belajar merupakan penilaian terhadap hasil belajar dengan criteria

tertentu. Hasil belajar pada hakikatnya adalah pencapaian kompetensi-kompetensi

Page 38: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

baik berupa pengetahuan, nilai, sikap, maupun keterampilan peserta didik. Dari kedua

penilaian baik penilaian hasil belajar dan penilaian proses saling berkaitan dan

berpengaruh karena hasil belajar merupakan akibat dari proses pembelajaran. Dalam

evaluasi atau penilaian secara aplikatif dijabarkan dalam teknik penilaian, bentuk

instrumen penilaian dan instrument itu sendiri. Dalam panduan pegembangan

pembelajaran disebutkan “ teknik penilaian merupakan cara yang digunakan dalam

pelaksanaan penilaian tersebut”. Teknik ini dibagi menjadi dua yaitu tes dan non tes.

Untuk penilaian tes berupa tagihan tes harian maupun tes kuis. Teknik penilaian non

tes dapat dilakukan dengan observasi, angket, wawancara, portofolio, proyek, tugas

dan lain-lain. Bentuk instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk

mengukur, menilai dan mengevaluasi kompetensi yang sudah dicapai oleh peserta

didik. Bentuk instrument bisa beraneka ragam disesuaikan dengan teknik penilaian

yang digunakanapakah berupa tes maupun non tes.

3. Konsep Guru Profesional

a. Pengertian Profesional

Tuntutan atas profesionalisme, sebagai suatu faham dan konsep idealisme

profesional, sering dijadikan tuntutan terhadap keberadaan pegawai di lingkungan

birokrasi pemerintahan. Namun pemahaman akan profesionalisme itu sendiri masih

belum jelas dan belum ada standar penilaiannya. Sebutan “Profesional” itu sendiri

berasal dari kata “profesi”. Jadi, berbicara tentang profesional tentu mengacu pada

pengertian profesi, sebagai suatu bidang pekerjaan. Dalam hal profesi tiy, Mc Cully

(1969) (Kunandar, 2007: 4) mengatakan bahwa “Vocation an which profesional

knowledge of some department a learning science is used in its application to the

other or in the practice of an art found it”.

Norlander (2009: 57) mendefinisikan profesional sebagai perangkat atribut-

atribut yang diperlukan guna menunjang suatu tugas agar sesuai dengan standar kerja

yang diinginkan. Dari pendapat ini, sebutan standar kerja merupakan faktor

pengukuran atas bekerjanya seorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas.

Page 39: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Menurut Kunandar (2007:45) “ Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang

memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu dan

norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Dari pengertian itu dapat disimpulkan bahwa dalam suatu pekerjaan yang

bersifat profesional dipergunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan

intelektual, yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian secara langsung dapat

diabadikan bagi kemaslahatan orang lain. Faktor penting dalam hal ini adalah

intelektualitas yang di dalamnya tercakup satu atau beberapa keahlian kerja yang

dianggap mampu menjamin proses pekerjaan dan hasil kerja yang profesional, atau

tercapainya nilai-nilai tertentu yang dianggap ideal menurut pihak yang

menikmatinya.

b. Karakteristik Guru Profesional

Profesional sering diartikan sebagai suatu ketrampilan teknis yang dimiliki

seseorang. Profesional memiliki makna ahli (expert), tanggung jawab (responsibility),

baik tanggung jawab moral dan memiliki rasa kesejawatan. (Sahertian, 1994: 30).

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003, pasal

39, ayat 2 yaitu “Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional bertugas

merencanakan dan melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada

perguruan tinggi”. (Yamin, 2006: 35). Sedangkan menurut Oemar (2008:23) “Guru

profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan

memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah Negara dan telah berpengalaman

dalam mengajar pada kelas-kelas besar”.

Menurut Gary dan Margaret dalam Mulyasa (2007: 21), mengemukakan

bahwa guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik

sebagai berikut:

1) Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif.

Page 40: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2) Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran.

3) Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feed back) dan

penguatan (reinforcement).

4) Memiliki kemampuan untuk peningkatan diri.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik dalam Martinis Yamin (2006:24),

menjelaskan bahwa guru profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi:

1) Memiliki bakat sebagai guru.

2) Memiliki keahlian sebagai guru.

3) Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.

4) Memiliki mental yang sehat.

5) Berbadan sehat.

6) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.

7) Guru adalah manusia berjiwa Pancasila.

8) Guru adalah seorang warga negara yang baik.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional memiliki

karakteristik yang membedakan dengan guru non profesional. Karakteristik tersebut

yaitu memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas serta ahli dalam bidangnya.

Selain itu guru profesional tanggung jawab moral terhadap peserta didil dan memiliki

rasa kesejawatan terhadap sesama profesi.

c. Standar Kompetensi Guru Profesional

Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and Stone dalam

Mulyasa (2007: 25) mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai…..descriptive of

qualitative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful.

Artinya….kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku

guru yang penuh arti. Sedangkan Menurut UU No. 14 tahun 2005 (Undang-Undang

tentang Guru dan Dosen) “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau

dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Kompetensi guru dapat dimaknai

sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan

Page 41: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen

pembelajaran”.

Menurut Furqon (2009: 68) menjelaskan mengenai kompetensi guru sebagai

agen pembelajaran yaitu:

1) Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman wawasan atau landasan

kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan

kurikulum/ silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran

yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi

hasil belajar dan mengembangan pesrta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

berakhlak mulia, arif dan bijaksana, berwibawa, stabil, dewasa, jujur,

menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif

mengevaluasi kinerja sendiri serta mengembangkan diri secara mandiri dan

berkelanjutan.

3) Kompetensi sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan,

orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam pengetahuan isi

(content knowledge) penguasaan materi pelajaran secara luas dan

mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan atau Standar

Nasional Pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok mata pelajaran yang

diampu.

Sedangkan menurut Sanusi dalam Martinis Yamin (2006: 21) secara

konseptual profesionalisasi guru mencakup aspek-aspek yaitu:

1) Kemampuan profesional mencakup:

a) Penguasaan materi pelajaran.

b) Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan.

c) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran

siswa.

Page 42: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

2) Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri

kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawa

tugasnya sebagai guru.

3) Kemampuan personal (pribadi) mencakup:

a) Bersikap positif terhadap tugasnya sebagai guru.

b) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang dianut

seorang guru.

c) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan

teladan bagi para siswanya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional

memiliki pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang awam.

Dengan pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan ini guru dapat melaksanakan

fungsi-fungsi khususnya yaitu membuat dan melaksanakan keputusan-keputusan

dalam membelajarkan peserta didik dengan hasil yang efektif dan efisien. Guru

profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru

mendapat ijazah negara dan mampu menjalankan tugas keprofesionalan sebagai guru

yaitu kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, profesional.

4. Konsep Teori Pertukaran

Analisis mengenai hubungan sosial menurut cost and reward merupakan satu

ciri dalam teori pertukaran ini. Teori pertukaran memusatkan perhatiannya terutama

pada tingkat analisis mikro. Hal ini dilihat dari berbagai kenyataan sosial antarpribadi

(interpersonal). Teori pertukaran Homans menjelaskan bahwa penjelasan ilmiah

harus dipusatkan pada perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur secara empirik.

Keadaan-keadaan internal seperti perasaan dan sikap subyektif harus di definisikan

dalam istilah-istilah perilaku (behavioral terms) untuk keperluan pengukuran empiris.

Teori pertukaran tidak memusatkan perhatiannya pada tingkat kesadaran subyektif

atau hubungan timbal balik yang bersifat dinamis antara tingkat subyektif dan

interaksi nyata setegas interaksionisme symbol. (Doyle, 1990:54-55).

Page 43: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Analisis ini dapat pula ditemui dalam implementasi sertifikasi guru, dalam

kenyataannya sertifikasi guru tak lepas dari teori pertukaran. Disini terdapat suatu

hubungan sosial cost and reward antara guru yang telah tersertifikasi dengan

pemerintah. Guru berusaha meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya dalam

mengajar, dan dibuktikan melalui test sertifikasi maupun jalur portopolio. Bagi guru

yang tersertifikasi akan mendapatkan hadiah (reward) yaitu tunjangan sertifikasi guru

sebesar satu kali gaji pokok. Guru yang telah tersertifikasi akan berusaha untuk

meningkatkan kinerja dalam profesinya sehingga harapannya sertifikasi guru dapat

meningkatkan profesional guru.

Konsep perilaku dalam sosiologi menurut Homans memusatkan perhatian

pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan dan

dampak lingkungan terhadap perilaku aktor. Hubungan ini adalah dasar untuk

pengondisian operan (operant conditioning) atau proses belajar yang melaluinya

“perilaku diubah oleh konsekuensinya”. Homans mengakui bahwa manusia adalah

makhluk sosial dan menggunakan sebagian besar waktu mereka untuk berinteraksi

dengan manusia lain. Ia menerangkan perilaku sosial dengan prinsip psikologi yaitu

“pendiriannya adalah bahwa proposisi umum psikologi terhadap perilaku manusia

tidak berubah karena akibat interaksi lebih berasal dari manusia lain dari pada dari

lingkungan fisik”. Ritzer (2007:356).

Konsep perilaku ini dilakukan pula oleh guru yang telah tersertifikasi, dimana

guru yang telah tersertifikasi berusaha untuk bersikap disiplin dan menguasai materi

yang di ajarkan. Selain itu guru yang tersertifikasi berusaha untuk lebih profesional

dibandingkan dengan guru yang belum tersertifikasi. Guru yang tersertifikasi

berusaha untuk menjaga citra guru profesional sebagai label bagi guru yang telah

lolos sertifikasi. Konsep perilaku ini terbangun atas dasar pengondisian operan

(operant conditioning) atau proses belajar yang melaluinya “perilaku diubah oleh

konsekuensinya”. Artinya perilaku guru tersebut tercipta karena adanya suatu kondisi

yang harus mendesaknya untuk lebih profesional di bidangnya karena ia telah lolos

Page 44: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

sertifikasi maka ia layak disebut guru profesional. Perilaku ini terjadi karena adanya

konsekuensi atau tanggung jawab secara moral kepada pemerintah atas reward-nya

yaitu tunjangan sertifikasi sebesar satu kali gaji pokok.

Dalam konsep teori pertukaran ini tidak lepas dari adanya konsep perilaku.

Dalam hal ini perilaku dari guru yang tersertifikasi. Guru yang tersertifikasi akan

cenderung mempertahankan kinerja keprofesionalannya karena ada semacam

tanggung jawab moral yang mengharuskannya untuk setidaknya lebih baik dari guru

yang belum tersertifikasi. Sertifikasi juga sebagai balas jasa atas perjuangan guru

yang dapat dikatakan gaji guru di bawah standar untuk hidup layak di bandingkan

profesi lain. Harapan dari adanya sertifikasi dapat memperbaiki perekonomian dan

kesejahteraan guru sehingga pada akhirnya guru dapat meningkatkan kompetensi

kinerjanya. Jika hal ini dapat tercapai maka kualitas pendidikan di Indonesia dapat

meningkat, setidaknya dapat mengejar ketertinggalan negara-negara lain seperti

Jepang, Malaysia, atau Amerika.

Dalam teori pertukaran ini diasumsikan bahwa transaksi-transaksi pertukaran

akan terjadi hanya apabila kedua pihak dapat memperoleh keuntungan dari

pertukaran itu, dan bahwa kesejahteraan masyarakat umumnya dapat dijamin apabila

individu-individu dibiarkan untuk mengejar kepentingan pribadinya melalui

pertukaran secara pribadi. Tekanan yang sama pada tujuan-tujuan individual dan

imbalannya (reward) juga menandai sifat teori pertukaran ini. Tekanan yang bersifat

individualistis ini sesuai dengan tradisi utilitarianisme. Pokok pikiran dalam

utilitarianisme adalah bahwa individu bertindak untuk menghindari penderitaan dan

memaksimalkan kesenangan. Pandangan ini dianggap sebagai satu hukum dasar

perilaku manusia. (Doyle: 1990: 60)

Adanya sertifikasi memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yakni

pemerintah dan guru yang tersertifikasi. Bagi guru tunjangan sertifikasi guru dapat

meningkatkan kesejahteraan guru. Tunjangan tersebut selain dapat memenuhi

kebutuhan sehari-hari juga dapat digunakan untuk menunjang profesional guru

Page 45: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

seperti membeli sarana prasarana untuk mengajar atau untuk melanjutkan pendidikan

yang lebih tinggi untuk meningkatkan profesionalismenya. Dalam pertukaran ini juga

disinggung mengenai utilitarianisme artinya individu cenderung bertindak untuk

menghindari penderitaan dan memaksimalkan kesenangan. Dalam kenyataannya

adapula guru yang telah tersertifikasi namun tidak mau meningkatkan

profesionalismenya. Guru tersebut justru menjadi konsumerisme, membeli berbagai

barang-barang tersier hanya untuk kesenangan dengan tunjangan sertifikasi. Padahal

barang-barang tersebut sama sekali tidak berperan untuk meningkatkan

profesionalitasnya.

Dalam hal tersebut Spencer menekankan individu sebagai dasar struktur

sosial. Menurutnya meskipun masyarakat dapat dianalisis pada tingkat struktural,

struktur sosial suatu masyarakat dibangun untuk memungkinkan anggota-anggotanya

memenuhi kebutuhan individualnya. Tekanan pada pentingnya individu itu juga

tercermin dalam berbagai bentuk teori tentang masyarakat yang bersifat kontrak.

Menurut dasar teori ini, masyarakat dibentuk sebagai hasil dari persetujuan-

persetujuan kontraktual yang dibahas oleh orang-orang karena mereka masing-

masing berusaha untuk mengejar kebutuhannya sendiri serta kepentingannya secara

rasional.

Spencer menekankan bahwa individu adalah dasar dan bagian struktur sosial

dalam masyarakat. Struktur sosial suatu masyarakat dibangun untuk memungkinkan

anggota-anggotanya memenuhi kebutuhan individualnya. Namun hal tersebut disalah

artikan oleh oknum-oknum guru tersertifikasi yang menggunakan tunjangan

sertifikasi hanya untuk kesenangan individualitas semata. Seharusnya tunjangan

sertifikasi guru dialokasikan demi menunjang prefesionalitasnya. Sehingga harapan

dari program pemerintah yaitu sertifikasi guru untuk meningkatkan profesional guru

dan mutu pendidikan di Indonesia dapat tercapai.

Dalam teori pertukaran Levi-Strauss membedakan dua sistem pertukaran,

yaitu pertukaran langsung (restricted exchange) dan pertukaran tidak langsung

Page 46: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

(generalized exchange). pertukaran langsung (restricted exchange) dapat diartikan

pertukaran terbatas antara dua orang dan para anggota terlibat dalam transaksi

pertukaran langsung dengan saling memberikan dengan dasar pribadi dan kedua

belah pihak terlibat hubungan timbal balik. Sedangkan pertukaran tidak langsung

(generalized exchange) dapat diartikan pertukaran yang tidak terbatas, artinya

anggota-anggota dalam kelompok-kelompok yang lebih besar, menerima sesuatu dari

seorang pasangan lain dari orang yang dia berikan sesuatu yang berguna, dengan kata

lain tidak langsung dan bukan bersifat timbal balik.

Pola pertukaran langsung, dimana kedua belah pihak terlibat dalam suatu

hubungan timbal balik cenderung untuk menekankan keseimbangan atau persamaan.

Juga sering terdapat suatu keterlibatan emosional yang mendalam pada kedua belah

pihak terhadap satu sama lain. Suatu sistem sosial yang didasarkan pada pertukaran

langsung akan menjadi satu struktur sosial yang bersifat segmental. sistem ini banyak

dijumpai pada suatu organisasi sosial dari keluarga berdikari, suku bangsa atau

komunitas lokal.

Sedangkan pola pertukaran tidak langsung menyumbang pada integrasi dan

solidaritas kelompok yang lebih besar dengan cara yang lebih efektif. Sistem itu

berfungsi jika masing-masing pihak rela memberikan sumbangan tanpa

memperhitungkan balasan keuntungan pada waktu itu juga. Selain itu masing-masing

pihak harus memiliki tingkat kepercayaan yang relatif tinggi.

Pertukaran tidak langsung dapat menghasilkan suatu tingkat integrasi sosial

yang lebih tinggi dalam keseluruhan system. Juga pola pertukaran tidak langsung itu

harus dihubungkan dengan suatu tingkat perkembangan moral yang lebih tinggi, dari

pada pola pertukaran terbatas. Perkembangan moral ini dikaitkan dengan kerelaan

pada anggota itu untuk memenuhi kewajibannya tanpa memandang kepentingan

individu.

Dalam hal ini sertifikasi guru termasuk dalam pertukaran tidak langsung,

dimana guru menyumbang pada integrasi dan solidaritas kelompok yang lebih besar

Page 47: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

dengan cara yang lebih efektif. Artinya guru yang tersertifikasi berusaha untuk

mencurahkan segala kemampuannya untuk dapat meningkatkan profesionalitasnya di

dibidangnya. Guru berusaha untuk mengajar dengan efektif, dengan semangat

sungguh-sungguh dengan harapan peserta didik mampu memahami dan menguasai

materi yang diajarkan.

Menurut Levi-Strauss, tujuan utama proses pertukaran itu adalah tidak untuk

memungkinkan pasangan yang terlibat dalam pertukaran itu hanya untuk memenuhi

kebutuhan individualistisnya. Sebaliknya arti pertukaran itu mengungkapkan

komitmen moral individu terhadap kepentingan kelompok. Bentuk pertukaran itu

dibatasi oleh kebudayaan keseluruhannya dan diinstitusionalisasikan dalam struktur

sosial itu sendiri. (Doyle, 1990: 56-58)

Tujuan utama proses pertukaran itu adalah tidak hanya untuk memenuhi

kebutuhan individualistisnya saja. Begitu pula dengan guru yang tersertifikasi,

harapannya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan individualitasnya saja, tetapi

juga harus disertai dengan komitmen moral guru terhadap tugas guru sebagai

pendidik, dan profesi guru sebagai profesi yang profesional. Sehingga tujuan dari

adanya kebijakan pemerintah sertifikasi guru untuk meningkatkan profesional guru

dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dapat tercapai.

B. Kerangka Berpikir

Di tengah terpuruknya peradaban bangsa, gencarnya informasi, dan lepasnya

sekat bangsa lewat teknologi informasi, peran guru semakin strategis untuk

mengambil salah satu peran yang menopang pada tegaknya peradaban manusia

Indonesia di waktu yang akan datang. Peran guru yang strategis, menuntut kerja guru

yang profesional, dan mampu mengembangkan ragam potensi yang terpendam pada

diri anak didik.

Bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan

kebangsaan yang sangat krusial dan multidimensional. Hampir semua bidang

Page 48: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

kehidupan bangsa mengalami krisis berkepanjangan. Banyak kalangan yang

berpendapat bahwa persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia disebabkan

oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia yang masih rendah.

(Kunandar, 2007:7)

Suatu bangsa tidak akan maju jika sumber daya manusianya belum maju, dan

untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas maka diperlukan

pendidikan yang maju pula. Pendidikan di Indonesia bisa dikatakan belum maju.

Masih rendahnya kualitas pendidikan di negeri ini terus menjadi isu kontemporer

pendidikan yang menarik untuk diperbincangkan. Banyak pihak dan kalangan yang

menilai bahwa kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih berada di bawah rata-

rata negara berkembang lainnya.

Kualitas SDM suatu bangsa secara umum dapat dilihat dari mutu pendidikan

bangsa tersebut. Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan dan kejayaan suatu

bangsa di dunia ditentukan oleh pembangunan dibidang pendidikan. Mereka

menganggap kebodohan adalah penghambat kemajuan bangsa dan harus diperangi

dengan revolusi pendidikan. (Kunandar, 2007:8). Untuk itu berbagai upaya dilakukan

untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Peningkatan kualitas

pendidikan harus dilakukan melalui upaya peningkatan kualitas guru, maka salah satu

upaya yang dilakukan yaitu dengan diadakannya sertifikasi guru. Pemerintah

Republik Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2007 telah

melaksanakan sertifikasi guru-guru secara bertahap pada sekitar 2,7 juta PNS di

Indonesia. Sertifikasi merupakan perwujudan dari UU 14 Tahun 2005 dan PP 19

Tahun 2005 dengan tujuan untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik di Indonesia.

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang

telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat

pendidik kepada guru yang telah memenuhi standar profesi guru (Suyatno: 2008).

Sertifikasi guru bertujuan untuk: (1) menentukan kelayakan guru dalam

melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, (2) meningkatkan proses dan hasil

Page 49: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

pembelajaran, (3) meningkatkan kesejahteraan guru, serta (4) meningkatkan martabat

guru; dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

Selain meningkatkan profesionalitas guru, sertifikasi guru juga berupaya

meningkatkan kesejahteraan guru. Kondisi krisis saat ini banyak mengganggu

kelangsungan pendidikan, mustahil pendidikan akan maju dan berkualitas tanpa

dukungan ekonomi yang mapan, guru dapat berkonsentrasi mengajar manakala tidak

lagi merasa terbebani untuk melengkapi sarana dan prasarana belajar anak-anak

mereka, bila mereka merasa berkewajiban menyekolahkan anak-anaknya dan

ekonomi para orang tua juga mapan. (Yamin, 2006: 68)

Guru dibutuhkan skill, keterampilan, dan kreativitas di luar pekerjaan

wajibnya mengajar di sekolah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, dengan

membuat usaha sampingan di luar jam dinas, usaha tersebut tidak mengurangi

tanggung jawab sebagai guru, akan tetapi menjadi guru yang profesional. Gaji guru

belum dikatakan layak untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga

mereka yang memiliki kecerdasan tinggi enggan untuk memilih profesi guru sebagai

profesi pilihan mereka. Mereka cenderung memilih pekerjaan selain guru yang

menjanjikan gaji yang besar yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal

tersebut sungguh ironi karena pada akhirnya guru hanya menjadi pilihan terakhir

ketika pilihan lain seolah tertutup. Padahal kita membutuhkan guru yang berkualitas,

berkompeten dan profesional di bidangnya. Sertifikasi guru merupakan salah satu

cara untuk menciptakan guru (pendidik) yang berkompeten dan profesionalisme

dengan tidak mengesampingkan kesejahteraan guru.

Melihat nasib dan kesejahteraan guru yang memprihatinkan pemerintah

Indonesia ingin memberikan reward berupa pemberian tunjangan profesional yang

berlipat dari gaji yang diterima. Dengan harapan kedepan tidak ada lagi guru yang

bekerja mencari objekan di luar dinas karena kesejahteraannya sudah terpenuhi.

Peningkatan mutu guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya

peningkatan mutu pendidikan. Rasionalnya adalah apabila kompetensi guru bagus

Page 50: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

yang diikuti dengan penghasilan yang bagus, diharapkan kinerjanya juga bagus.

Apabila kinerjanya bagus maka kegiatan belajar mengajar juga bagus. Dan dari hal

tersebut diharapkan membuahkan pendidikan yang bermutu, pemikiran itulah yang

mendasari bahwa guru perlu disertifikasi. (Masnur, 2007: 8)

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau

inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa

perubahan pengetahuan, ketrampilan maupun nilai, dan sikap. (Mulyasa, 2007:93 ).

Implementasi sertifikasi guru dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide,

konsep dan kebijakan pemerintah dengan memberikan sertifikat pendidik kepada

guru yang telah memenuhi standar profesi guru agar guru dapat mengajar dengan

profesional. Untuk mempermudah alur berpikir dapat digambarkan dengan kerangka

berpikir sebagai berikut:

Gambar 2. 1. Kerangka Berpikir Sertifikasi Guru

Profesionalitas

guru

Kebijakan Sertifikasi

Guru

Implementasi

Sertifikasi

Dampak

Implementasi

Sertifikasi

Persiapan Proses Evaluasi

Page 51: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang harus dilakukan secara

sistematis, tertib dan teratur, baik mengenai prosedur maupun dalam proses

berpikirnya. Untuk memperoleh suatu kebenaran dari pengetahuan, suatu

penelitian perlu menggunakan metode yang tepat, agar hasil yang diperoleh

benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai seorang peneliti, kita dituntut

untuk dapat memilih dan menetapkan metode penelitian yang tepat. Metode

penelitian yang kurang tepat dapat mengakibatkan hasil penelitian tidak sesuai

dengan tujuan penelitian.

Secara umum, metode adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu

secara sistematis. Sementara metodologi ialah suatu kajian untuk mempelajari

peraturan-peraturan dari suatu metode. Menurut Cholid & Abu Ahmadi (2002: 1)

“Metodologi yaitu cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara

seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan metode penelitian adalah kajian

untuk mempelajari peraturan-peraturan dalam penelitian”. Robert Bogdan dan

Steven J.Tailor (1993:25) mengungkapkan bahwa “metodologi berarti proses,

prinsip dan prosedur yang kita pakai dalam mendekati persoalan-persoalan dan

usaha mencari jawabannya”. Sedangkan penelitian menurut Sudarwan Danim

(2002:25), “ secara epistimologis, research berasal dari dua kata, yaitu re dan

search. Re berarti kembali atauu berulang dan search berarti mencari,

menjelajahi, atau menemukan makna”. Metode penelitian adalah kajian untuk

mempelajari peraturan-peraturan dalam penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian mengambil lokasi di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo yang terletak

di Jl. Raya Nguter, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian lokasi

tersebut di ambil dengan pertimbangan bahwa di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo

sebagian besar guru telah tersertifikasi sehingga sesuai dengan penelitian yang

Page 52: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

diambil. Selain itu lokasi penelitian ini jaraknya juga tidak terlalu jauh dari tempat

peneliti, sehingga dirasa akan lebih mudah dijangkau dan lebih cepat dalam proses

pengambilan datanya. Proses ricek data akan dapat dilakukan dengan mudah dan

cepat, sehingga validitas data dapat dicapai.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini diawali dengan penyusunan proposal, penyusunan desain

penelitian, pengumpulan data, analisis data dan penulisan laporan hingga

penulisan laporan akhir. Adapun rincian waktu yang dibutuhkan untuk melakukan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Kegiata

n

Tahun 2011

Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt

1. Pengaju

an judul

2. Penyusu

nan

prososal

3. Perijin-

nan

4. Pengum

pulan

data

5. Analisis

data

6. Penyusu

nan

laporan

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk penelitian

Bentuk penelitian dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggali atau membangun proporsi atau

menjelaskan makna di balik realita. Peneliti berpijak dari realita atau peristiwa

Page 53: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

yang berlangsung di lapangan (Burhan Bungin, 2003: 82). Peneliti melihat

peristiwa di lapangan, berupaya menemukan apa yang sedang terjadi dalam dunia

yang diteliti. Menurut Lexy J.Moleong, 2007: 6) “Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah”.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yaitu metode deskriptif

kualitatif dengan natural setting atau sudut pandang naturalistik yaitu datanya

dinyatakan dalam keadaan sewajarnya/sebagaimana adanya dengan tidak diubah

dalam bentuk simbol-simbol/bilangan, sehingga dapat menggambarkan atau

menjelaskan objek penelitian melalui fakta-fakta yang ada. Sudut pandang

naturalistik menurut H.B. Sutopo (2002: 33) bahwa topik penelitian kualitatif

diarahkan pada kondisi asli (yang sebenarnya) dari subyek penelitian. Kondisi

subyek tersebut tidak dipengaruhi oleh perlakuan (treatment) secara ketat oleh

peneliti. Sedangkan sudut pandang interpretif dalam penelitian kualitatif yaitu

penafsiran data (termasuk penarikan simpulannya) secara idiografis, yaitu

mengkhususkan kasus daripada secara nomotetis (mengikuti hukum-hukum

generalisasi). Karena interprestasi dalam penelitian kualitatif tidak mengarah pada

melakukan generalisasi dari hasil penelitiannya (H.B.Sutopo, 2002: 44).

Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Lexy J.Moleong,(

2007:4) mendefinisikan ”metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati”.

Menurut H.B Sutopo (2002:35) “tugas peneliti dalam penelitian kualitatif

yaitu menggambarkan atau menjelaskan tentang situasi yang sebenarnya untuk

mendukung penyajian data dari lapangan. Pendekatan kualitatif ini meliputi pada

latar ilmiah dan individu secara holistik (utuh) yaitu tidak mengisolasi individu

atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi sebagai bagian dari

Page 54: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

keutuhan atau keseluruhan”. Menurut Denzin dan Lincoln (1987) dalam Lexy

J.Moleong (2007:5) “Mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang

menggunakan latar ilmiah dengan tujuan untuk menafsirkan fenomena yang

terjadi dengan metode yang telah ada”. Disamping itu, dalam konteks Jane Richie,

penelitian kualitatif adalah ”Upaya untuk menyajikan dunia sosial dan

perspektifnya di dalam dunia dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan

tentang manusia yang diteliti” (Lexy J. Moleong, 2007:6).

Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subyek penelitian meliputi perilaku, persepsi, tindakan yang

sifatnya secara holistik dan naturalistik. Penafsiran kualitatif secara interpretif atas

pengalaman manusia dengan menggunakan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa dan dengan metode yang sistematis. Oleh karena itu, dalam penelitian ini,

peneliti hendak mendeskripsikan dan memahami fenomena secara holistik

mengenai implementasi sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru di

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo.

2. Strategi Penelitian

Strategi merupakan bagian dari desain penelitian yang dapat menjelaskan

bagaimana tujuan penelitian akan dicapai dan bagaimana masalah yang dihadapi

dalam penelitian akan dikaji dan dipecahkan untuk dipahami. Menurut HB.

Sutopo (2002: 123), “Strategi adalah metode yang digunakan untuk

mengumpulkan dan menganalisa data”. Strategi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah studi kasus. Menurut Burhan Bungin (2008: 229) “Studi kasus adalah

salah satu strategi dan metode analisis data kualitatif yang menekankan pada

kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis”.

Menurut H.B Sutopo (2002: 112-113) ada dua kategori studi kasus, yaitu

studi kasus tunggal dan studi kasus ganda. Studi kasus tunggal adalah subyek atau

lokasi penelitian hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi atau satu subyek)

atau karena persamaan karakteristik. Sedangkan studi kasus ganda merupakan

kebalikan dari studi kasus tunggal, yaitu subyek atau lokasi penelitian memiliki

Page 55: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

perbedaan karakteristik. Penelitian ini menggunakan strategi studi kasus tunggal

terpancang. Disebut tunggal karena penelitian ini merupakan penataan rinci

aspek-aspek tunggal. Seperti yang dikemukakan Abdul Azis S.R dalam Burhan

Bungin (2003: 23) dengan studi kasus dapat mengisyaratkan keunggulan sebagai

berikut :

1. Studi kasus memberikan informasi penting mengenai hubungan antar

variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan

pemahaman yang lebih luas.

2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan

mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan

yang intensif dapat menemukan karakteristik dan hubungan-hubungan

yang mungkin tidak diharapkan (tidak diduga sebelumnya).

3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang

sangat barguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan

bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam

rangka pengembangan ilmu sosial.

Jenis strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kasus tunggal terpancang. HB. Sutopo (2002:112) menjelaskan, “suatu penelitian

disebut sebagai bentuk studi kasus tunggal bilamana penelitian tersebut terarah

pada satu karakteristik”. Artinya penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu

sasaran (satu lokasi atau satu subjek). Jumlah sasaran (lokasi studi) tidak

menentukan suatu penelitian berupa studi kasus tunggal ataupun ganda, meskipun

penelitian dilakukan di beberapa lokasi (beberapa kelompok atau sejumlah

pribadi), jika sasaran studi tersebut memiliki karakteristik yang sama atau

seragam, maka penelitian tersebut tetap merupakan studi kasus tunggal.

Sedangkan penelitian terpancang, menurut H.B Sutopo (2002: 142):

“Bentuk penelitian terpancang (embedde research) yaitu penelitian

kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian berupa variabel

utamanya yang akan dikaji berdasarkan pada tujuan dan minat

penelitiannya sebelum peneliti ke lapangan studinya. Dalam proposalnya,

peneliti sudah menentukan fokus pada variabel tertentu”.

Dalam penelitian ini, strategi penelitian yang digunakan adalah strategi

penelitian tunggal terpancang. Tunggal, dimana hanya dilakukan pada satu

sasaran, yaitu dilaksanakan di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo. Serta terpancang,

karena difokuskan pada suatu obyek penelitian secara intensif serta mendetail

Page 56: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

tentang Implementasi sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru di

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo.

C. Sumber Data

Sumber data merupakan bagian yang penting dalam penelitian. Hal ini

dikarenakan ketepatan dalam memilih dan menentukan sumber dan jenis data

akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh.

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2001: 112), yang mengatakan

“sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. H.B Sutopo

(2002: 50-54) menjelaskan, “Sumber data dalam penelitian kualitatif berupa

narasumber (informan), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda,

beragam gambar dan rekaman, serta dokumen dan arsip. Adapun sumber data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Narasumber (informan)

Informan adalah individu-individu yang dapat memberikan keterangan dan

data, serta informasi untuk keperluan penelitian. Moleong, Lexy. J (2001: 90),

“informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian”. Dengan demikian informan adalah seseorang

yang dapat memberikan informasi atau keterangan tentang segala permasalahan

yang diperlukan dalam penelitian untuk memperoleh data yang lengkap sesuai

dengan obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini, informan yang digunakan adalah

Wakil kepala sekolah, guru yang telah tersertifikasi, guru yang belum

tersertifikasi, dan siswa di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo.

2. Tempat dan Peristiwa

Tempat atau lokasi dan aktivitas penelitian merupakan salah satu jenis

sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti yang berkaitan dengan sasaran

penelitiannya. Menurut H.B Sutopo (2002: 51), “Dari pengamatan pada peristiwa

atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui prosesnya bagaimana sesuatu terjadi

secara lebih pasti, karena menyaksikan sendiri secara langsung”. Jadi melalui

Page 57: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

pengamatan dan kajian terhadap guru yang telah tersertifikasi, maupun yang

belum tersertifikasi dapat dijadikan sebagai sumber informasi, baik data utama

maupun data penunjang yang diperlukan sebagai sumber informasi. Dengan

demikian peneliti dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan pandangan

dari para informan. Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah di SMAN 1

Nguter, Sukoharjo.

3. Dokumen dan Arsip

Dokumen atau arsip merupakan data yang tidak kalah pentingnya dalam

penelitian kualitatif. H.B Sutopo (2002: 54) menjelaskan, “Dokumen dan arsip

merupakan bahan tertulis yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas

tertentu”. Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan berupa data-data jumlah

guru yang tersertifikasi, serta aktifitas guru baik yang tersertifikasi maupun yang

belum tersertifikasi di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo. Semua dokumen dan arsip

yang dikumpulkan berkaitan dengan fokus penelitian.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah cara memperoleh data dari sumber data yang berupa

buku, dan jurnal yang berhubungan dengan masalah penelitian, sehingga

diperoleh kelengkapan data. Studi pustaka dilakukan dibeberapa tempat, yaitu

perpustakaan FKIP UNS, perpustakaan pusat UNS, dan perpustakaan lainnya

yang mendukung dalam referensi yang berkaitan dengan implementasi sertifikasi

guru.

D. Teknik Sampling (Cuplikan)

Teknik pengambilan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik purposive. Menurut Burhan Bungin (2008: 53), “Teknik purposive yaitu

teknik mendapat sampel dengan memilih informan kunci yang dianggap

mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya

untuk menjadi sumber data, serta lebih tepatnya ini dilakukan dengan sengaja”.

Jadi, peneliti melakukan seleksi terhadap informan yang dianggap paling tahu dan

cukup memahami tentang implementasi sertifikasi guru di SMAN 1 Nguter.

Dalam penelitian ini informan kunci yaitu Kepala sekolah, guru yang telah

Page 58: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

tersertifikasi, guru yang belum tersertifikasi, dan siswa di SMAN 1 Nguter,

sehingga dapat memberikan informasi dengan cara menjawab semua pertanyaan

yang diajukan oleh peneliti.

Menurut Patton yang dikutip dalam Sutopo (2002: 185) bahwa dengan

teknik purposive, pemilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan

dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Penentuan informan dilakukan

berdasarkan informasi yang diperoleh dari pandangan dan pengamatan peneliti

yang dianggap paling tahu dan cukup memahami tentang permasalahan yang

diangkat peneliti. Kemudian pandangan dan pengamatan tersebut dijadikan

sebagai sumber data yang akan membantu dalam mengungkap permasalahan

tentang implementasi sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru di

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang

dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

1. Observasi Langsung

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari jenis data yang

berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda. Marshall dalam Sugiyono (2005:

64) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about

behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti

belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut.

Selain itu, James A. Black & Dean J. Champion (1992: 286) menyatakan

observasi adalah mengamati (watching) dan mendengar (listening) perilaku

seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan manipulasi atau pengendalian,

serta mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk

digunakan ke dalam tingkat penafsiran analisis.

Kegiatan observasi dilakukan untuk memperoleh pemahaman mengenai

proses dan tindakan suatu objek yang diteliti yaitu manusia, tempat dan situasi

sosial. Sutopo (2002: 64) menjelaskan bahwa “teknik observasi digunakan untuk

Page 59: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

menggali data dari sumber data berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda dan

rekaman gambar.

Teknik observasi dalam penelitian ini adalah observasi berperan pasif.

Menurut Spradley yang dikutip H.B Sutopo (2002: 185), “Observasi berperan

pasif pada penelitian kualitatif disebut juga sebagai observasi langsung”.

Observasi bisa dilakukan secara langsung dengan mengadakan pencatatan secara

sistematis tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti. Pengumpulan

data dengan cara peneliti terjun secara langsung ke lokasi penelitian untuk

mengamati semua peristiwa atau aktivitas dari objek yang diteliti. Dalam

penelitian ini observasi langsung dilakukan dengan melakukan pengamatan

tentang aktivitas atau perilaku informan. Peneliti mengobservasi hal-hal yang

berkaitan dengan penelitian yaitu tentang implementasi sertifikasi guru dalam

meningkatkan profesional guru di SMA Negeri 1 Nguter, Sukoharjo.

2. Wawancara Mendalam (in-depth interviewing)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui tatap muka dengan

informan yang dapat memberikan keterangan kepada peneliti. Menurut Burhan

Bungin (2008: 108)

“Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan

atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan social yang relatif

lama”

Estenberg dalam Sugiyono (2005: 72) mendefinisikan wawancara sebagai

berikut, “a meeting of two persons to exchange information and idea yhrought

queation and responses, resulting in communication and joint construction of

meaning about particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Tujuan wawancara mendalam

(in-depth interview) adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,

dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.

Page 60: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Pada dasarnya wawancara merupakan usaha menggali keterangan atau

informasi dari orang lain. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara tidak

terstruktur atau sering disebut sebagai teknik ”wawancara mendalam”. Karena

peneliti merasa ”tidak tahu apa yang belum diketahuinya”. Dengan demikian

wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat ”open-ended”, yang

mengarah kepada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak

secara formal terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang

implementasi sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru di SMA

Negeri 1 Nguter, Sukoharjo.

Jadi, kedudukan peneliti dalam penelitian ini adalah partisipatif, artinya

peneliti mencatat informasi yang diberikan oleh informan dan mendiskusikan

informasi yang belum jelas tanpa memberikan pengaruh terhadap informan

mengenai jawaban yang diberikan. Informan yang diwawancarai yaitu Wakil

Kepala sekolah, guru yang telah tersertifikasi, guru yang belum tersertifikasi, dan

siswa di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo. Fungsi utama dari wawancara adalah

deskripsi dan eksplorasi. Deskripsi disini adalah informasi yang diperoleh dari

wawancara bermanfaat dalam menetapkan pemahaman ke dalam lingkungan

terbatas dari realitas sosial. Data yang diperoleh dari wawancara sangat berguna

sebagai alat pengurai dan memperluas wawasan sosiologis terhadap fakta-fakta

dari data yang ada. Sedangkan eksplorasi di sini adalah memberikan pemahaman

dalam dimensi-dimensi yang belum tergali dari suatu topik. Jadi peneliti bertugas

untuk mengeksplorasi tentang implementasi sertifikasi guru dalam meningkatkan

profesional guru di SMA Negeri 1 Nguter, Sukoharjo.

3. Analisis Dokumen

Dokumen dilakukan untuk mendapatkan fakta dan data. Sugiyono (2005:

82) menyatakan dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian sejarah

kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen

berbentuk karya misalnya karya seni dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-

Page 61: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif.

Sama halnya dengan Sutopo (2002: 54) yang mendefinisikan, “Dokumen

atau data sekunder merupakan bahan tertulis yang berhubungan dengan sesuatu

peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia merupakan rekaman tetapi juga berupa gambar

atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa

tertentu”. Jadi, analisis dokumen dan arsip merupakan salah satu metode

pengumpulan data yang dilakukan dengan menganalisis dokumen dan arsip yang

telah terkumpul guna melengkapi dan memperjelas hasil informasi observasi dan

wawancara. Teknik analisis dokumen dapat berupa arsip-arsip yang relevan serta

benda fisik lainnya. Dokumen dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

data berdasarkan sumber-sumber yang berasal dari buku-buku, literatur, laporan,

serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan penulisan, sehingga sangat

penting dalam penelitian kualitatif sebagai sumber data. Dokumen lain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah catatan atau rekaman wawancara dan juga

foto, yang dilakukan kepada wakil kepala sekolah, guru yang tersertifikasi, guru

yang belum tersertifikasi, siswa juga aktivitas atau cara mengajar guru di SMAN

1 Nguter, Sukoharjo.

F. Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif, data atau informasi yang berhasil dikumpulkan

perlu dikaji kebenarannya. Oleh karena itu, setelah data terkumpul lalu diadakan

pemeriksaan keabsahannya atau validitas data. Validitas data adalah pengujian

data dalam penelitian agar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Guna

menjamin dan mengembangkan validitas data dalam penelitian ini, maka teknik

pengembangan validitas data yang digunakan adalah trianggulasi data:

Triangulasi

Triangulasi data diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada. Menurut Moleong (2001: 178) “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Artinya bahwa

Page 62: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

data yang diperoleh akan diuji keabsahannya dengan cara mengecek kepada

sumber lain sehingga dihasilkan suatu kebenaran. Selanjutnya Mathinson dalam

Sugiyono (2005: 85) mengemukakan bahwa “The value of triangulation lies in

providing evidence-whether convergent, inconsistent, or concracdictory”. Nilai

dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data

yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi.

Triangulasi merupakan teknik yang didasarkan pola pikir fenomenologis

yang bersifat multiperspektif, artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap

diperlukan tidak hanya satu cara pandang, tetapi dibutuhkan beragam pandangan.

Dengan kata lain triangulasi merupakan pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

berbagai perbandingan terhadap data. Dengan menggunakan triangulasi, maka

hasil penelitian dapat ditingkatkan dan dijamin validitasnya.

Menurut Patton dalam H.B Sutopo (2002: 78) menyatakan ada empat

teknik triangulasi:

a. Triangulasi data

Teknik triangulasi data (triangulasi sumber) merupakan cara peningkatan

validitas yang dilakukan dengan menggunakan beberapa sumber data untuk

mengumpulkan data yang sama. Triangulasi sumber memanfaatkan jenis

sumber data yang berbeda untuk menggali data yang sejenis tekanannya pada

perbedaan sumber data, bukan pada teknik pengumpulan data, cara menggali

data dari sumber yang berbeda-beda dan data yang didapat bisa lebih teruji

kebenarannya.

b. Triangulasi peneliti

Triangulasi peneliti adalah pengumpulan data yang sama dilakukan oleh

beberapa peneliti. Hasil penelitian baik data ataupun simpulannya bisa diuji

validitasnya oleh beberapa peneliti.

c. Triangulasi metodologis

Triangulasi metodologis dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis,

tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang

berbeda-beda penekanannya adalah penggunaan metode pengumpulan data

Page 63: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

yang berbeda terhadap sumber data yang sama untuk menguji kemantapan

informasinya.

d. Triangulasi teoritis

Triangulasi teori dilakukan dengan melakukan perspektif lebih dari satu

teori dalam membahas dalam permasalahan yang dikaji, datanya dianalisis

dengan menggunakan beberapa perspektif yang berbeda-beda.

Sedangkan menurut Sugiyono (2005: 125-128) triangulasi dibagi menjadi

tiga:

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

b. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda.

c. Triangulasi waktu

Waktu sering juga mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari, siang atau malam

akan mempengaruhi data yang dihasilkan. Misalnya teknik wawancara

yang diambil dipagi hari pada saat narasumber masih segar, belum

banyak masalah, dapat memberikan data yang lebih valid.

Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan teknik.

Triangulasi sumber yaitu dengan mewawancarai informan yang mengetahui

permasalahan yang diteliti, yaitu wakil kepala sekolah, guru yang tersertifikasi,

guru yang belum tersertifikasi, dan siswa di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo. Serta

menggunakan berbagai literatur yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

Sedangkan triangulasi teknik dalam penelitian ini dengan menggunakan metode

observasi langsung, wawancara mendalam, dan dokumentasi yang berkaitan

dengan implementasi sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru di

SMA Negeri 1 Nguter, Sukoharjo.

Page 64: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

G. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai. Bila jawaban data yang diwawancarai dianalisis terasa belum

memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap

tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles dan Huberman (1992: 20)

mengemukakan, “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh”.

Ada dua model pokok dalam melaksanakan analisis data di dalam

penelitian kualitatif, yaitu model analisis jalinan mengalir (flow model of analysis)

dan model analisis interaktif (interaktif model of analysis). Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan model analisis interaktif yang meliputi empat komponen,

yaitu pengumpulan data, reduksi data (reduction), sajian data (display) dan

verifikasi data atau penarikan kesimpulan (conclusion drawing). Keterkaitan

empat komponen itu dilakukan secara interaktif dengan proses pengumpulan data

yang dilakukan secara kontinyu, sehingga proses analisis merupakan rangkaian

interaktif yang bersifat siklus.

Selanjutnya model interaktif dalam model analisa data ditunjukkan pada

gambar berikut:

Gambar 3.1 Analisis data model interaktif

Pengumpulan data

(Data collection) Sajian Data

(Data Display)

Penarikan simpulan/

verifikasi (Conclusions:

Drawing/ verifying)

Reduksi Data

(Data Reduction)

Page 65: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Adapun tahap analisis interaktif adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

buku-buku yang relevan, informasi dari sumber, peristiwa serta observasi

dilapangan. Sedangkan pengumpulan data melalui teknik observasi secara

langsung, wawancara mendalam (in-depth interviewing) dan dokumentasi.

2. Reduksi Data (Reduction)

Tahap ini merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan

abstraksi data kasar yang terdapat field note. Dengan reduksi data, data kualitatif

dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam berbagai cara, seperti melalui

seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan dalam

suatu uraian yang lebih luas, abstraksi data kasar dari field note. Proses ini

berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian, baik sebelum atau sesudah

pengumpulan data.

Reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang

kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian,

sampai pada proses verifikasi data. Pada saat reduksi data, peneliti menentukan

beberapa informan untuk mendiskripsikan implementasi sertifikasi guru di SMAN

1 Nguter, Sukoharjo dan mendeskripsikan sertifikasi guru dalam meningkatkan

profesional guru. Selain itu, peneliti juga mendapatkan data dari buku-buku yang

relevan dengan masalah penelitian.

3. Sajian Data (Display)

Sajian data dilakukan dengan merangkai data atau informasi yang telah

direduksi dalam bentuk narasi atau kalimat, gambar atau skema, maupun tabel

yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini

merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga

bila dibaca akan mudah dipahami mengenai berbagai hal yang terjadi dalam

penelitian, yang memungkinkan peneliti untuk melakukan sesuatu pada analisis

atau tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut.

Pada awal pengumpulan data sampai penyajian data, peneliti melakukan

pencatatan dan membuat pernyataan untuk membuat kesimpulan. Penyajian data

Page 66: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) dan

wawancara mendalam (in-depth interview). Adapun penyajian data untuk

mendeskripsikan bagaimana implementasi sertifikasi guru di SMAN 1 Nguter,

Sukoharjo dan mendeskripsikan sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional

guru.

4. Verifikasi Data atau Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Penarikan kesimpulan merupakan rangkaian pengolahan data yang berupa

gejala kasus yang terdapat di lapangan. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi

sampai waktu proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan harus diverifikasi

agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Untuk itu

peneliti melakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran

data kembali, melihat lagi field note sehingga kesimpulan penelitian menjadi

kokoh dan lebih bisa dipercaya.

H. Prosedur Penelitian

H.B Sutopo (2002: 187-190) menyatakan “prosedur penelitian adalah

rangkaian tahap demi tahap kegiatan penelitian dari awal sampai akhir

penelitian”. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi empat tahap, yaitu:

persiapan, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan penelitian.

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Mengajukan judul penelitian kepada pembimbing.

b. Mengumpulkan bahan atau sumber, materi atau referensi yang dibutuhkan

dalam penelitian.

c. Menyusun proposal penelitian.

d. Mengurus perijinan penelitian

e. Menyiapkan instrument penelitian dan alat observasi.

2. Pengumpulan Data (Observasi)

a. Pengumpulan data yang dilakukan dengan metode observasi langsung,

wawancara mendalam, dan dokumentasi.

Page 67: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul

dengan melaksanakan refleksinya.

c. Membuat field note.

d. Memilah dan mengatur data dengan memperhatikan semua variable yang

tergambar dalam kerangka berfikir.

3. Analisis Data

a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai dengan proposal penelitian.

b. Melakukan analisis awal.

c. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian di rechek

dengan temuan di lapangan.

d. Melakukan verifikasi, pengayaan, dan pendalaman data.

e. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

4. Penyusunan Laporan Penelitian

a. Penyusunan laporan awal.

b. Review laporan, yaitu mendiskusikan laporan yang telah disusun dengan orang

yang cukup memahami penelitian

c. Melakukan perbaikan laporan.

d. Penyusunan laporan akhir.

Page 68: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

BAB IV

SAJIAN DATA DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Sejarah dan Perkembangan SMAN 1 Nguter, Sukoharjo

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo berdiri pada tahun 1996 Berdasarkan Surat

Keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor:

13a/D/1998. Saat awal berdiri SMAN 1 Nguter, Sukoharjomemiliki 12 lokal kelas,

jumlahnya bertambah dan kini jumlah lokal kelas terdapat 15 lokal. Berdasarkan SK

akreditasi terakhir Ma.006514 tanggal 29 September 2009 SMAN 1 Nguter,

Sukoharjomendapat Akreditasi sekolah B dan Status sekolah PraSSN (Prasekolah

Standart Nasional).

Awal berdirinya SMAN 1 Nguter, Sukoharjo memang kurang diminati oleh

siswa lulusan SMP, namun melihat prestasi sekolah yang terus meningkat kini

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo banyak diminati oleh siswa lulusan SMP. Jika dilihat

dari segi output siswa memang SMAN 1 Nguter, Sukoharjo kalah jika disbanding

dengan SMA 1 Sukoharjo, tapi dari segi proses SMAN 1 Nguter, Sukoharjo

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini terbukti dengan jumlah

lulusan yang diterima di perguruan tinggi negeri tiap tahun jumlahnya terus

bertambah.

2. Deskripsi Geografis SMA N 1 Nguter, Sukoharjo

Secara geografis SMAN 1 Nguter, Sukoharjo beralamatkan di desa Nguter,

Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, kode pos 57571. Adapun batas-batas

wilayah SMAN 1 Nguter, Sukoharjo sebelah barat berbatasan dengan pasar Nguter.

Bagian timur berbatasan dengan Desa Nguter, Bagian Utara berbatasan dengan

stasiun Nguter. Sedang sebelah selatan berbatasan dengan desa Tumpaksari. Melihat

kondisi geografis, letak SMAN 1 Nguter, Sukoharjo cukup potensial karena

lingkungan sekitar SMAN 1 Nguter, Sukoharjo hening dan jauh dari keramaian serta

Page 69: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

lalu lintas kendaraan sehingga lebih potensial dan kegiatan belajar mengajar dapat

fokus.

3. Deskripsi Demografis SMA N 1 Nguter, Sukoharjo

Untuk tahun ajaran 2010/2011 di SMAN 1Nguter memiliki jumlah siswa

sebagai berikut. Kelas X terdiri dari 101 siswa dengan rincian 65 siswa laki-laki dan

136 siswa perempuan. Kelas XI terdiri dari dua jurusan yaitu IPA dan IPS, untuk IPA

jumlah siswa 80 siswa laki-laki 12, siswa perempuan 68, sedangkan IPS jumlah siswa

107 siswa laki-laki 47, siswa perempuan 60. Kelas XII juga terdiri dua jurusan yaitu

IPA dan IPS, untuk IPA jumlah siswa 77, siswa laki-laki 23, siswa perempuan 54,

sedangkan IPS jumlah siswa 104, siswa laki-laki 41, siswa perempuan 63. Jadi

jumlah siswa keseluruhan siswa laki-laki 188 dan siswa perempuan 381. Jumlah

siswa secara keseluruhan 569. Sedang jumlah guru bidang studi ada 51 orang. Untuk

tenaga tata usaha 11 orang. SMAN 1Nguter memiliki 3 tingkatan kelas. Kelas X

terdiri dari 5 kelas yaitu kelas X 1- X 5. Kelas XI terdiri dari 5 kelas terdiri dua

jurusan yaitu IPA dan IPS. IPA terdiri dua kelas yaitu kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2,

sedangkan IPS terdiri tiga kelas yaitu kelas XI IPS 1- XI IPS 3. Sedang kelas XII

terdiri dari 5 kelas terdiri dua jurusan yaitu IPA dan IPS. IPA terdiri dua kelas yaitu

kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2, sedangkan IPS terdiri tiga kelas yaitu kelas XII IPS 1-

XII IPS 3. Masing-masing kelas memiliki wali kelas yang berasal dari guru bidang

studi. Wali kelas bertanggungjawab atas kelas yang diampu.

4. Keadaan Lingkungan Sekolah

Kondisi Lingkungan di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo meliputi:

1) Kebersihan

Kebersihan lingkungan di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo sudah baik. Hal ini dapat

dilihat dari kondisi kelas, halaman sekolah dan tempat-tempat lain. Siswa

bertanggungjawab terhadap kebersihan kelasnya masing-masing. Sikap tanggung

jawab itu dapat ditunjukkan dengan adanya pembagian jadwal tiap-tiap kelas.

Page 70: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Sedangkan penjaga sekolah bertanggung jawab atas kebersihan tempat-tempat

umum seperti kamar mandi, aula, dan halaman sekolah dan juga lain-lain.

2) Kerapian

Kerapian di SMAN 1 Nguter, sukoharjo dapat dilihat dari tempat parkir sepeda

siswa yang ditata dengan rapi. Tempat parkir kendaraan guru terpisah dengan

tempat siswa. Kerapian juga dapat dilihat pada pengaturan taman. Seragam

sekolah merupakan bentuk kerapian yang terlihat dari SMAN 1 Nguter,

Sukoharjo karena untuk menegakkan kedisiplinan juga siswa wajib memakai

seragam yang rapi, lengkap dan sopan.

3) Ketenangan

Letak SMAN 1 Nguter, Sukoharjo yang berada ditepi kota cukup strategis untuk

menunjang suasana belajar yang kondusif karena lumayan jauh dari kebisingan

suara kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya.

4) Keamanan

Kondisi keamanan di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo cukup baik. Hal ini dapat

dilihat adanya penjagaan oleh penjaga sekolah. Dan dalam kasus kehilangan

cukup kecil, karena di sekolah siswa dilarang membawa HP, perhiasan berlebih

dan uang berlebih, sehingga menekan jumlah kasus kehilangan yang terjadi pada

siswa.

5) Ketertiban

Secara umum, ketertiban di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo sudah berjalan dengan

baik. Hal ini ditunjukkan oleh siswa-siswa yang tertib mengenakan seragam yang

sesuai dengan mestinya. Untuk hari Senin danSelasa siswa menggunakan seragam

OSIS. Untuk hari Rabu dan Kamis menggunakan seragam batik sedangkan untuk

hari jum’at dan sabtu menggunakan seragam pramuka. Ketertiban SMAN 1

Nguter, Sukoharjo juga dapat dilihat dari kedatangan siswa, siswi, guru dan juga

karyawan. Mereka datang sebelum bel masuk.

Sementara kondisi Fisik SMAN 1 Nguter, Sukoharjo secara umum keadaan

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai

Page 71: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

tempat berlangsungnya proses pembelajaran disamping tanahnya yang luas didukung

dengan persediaan ruang-ruang kegiatan yang mendukung fasilitas belajar mengajar.

Luas tanah secara keseluruhan adalah 5525 m2, yang terdiri dari 3769 m

2 merupakan

luas bangunan sedang luas halaman dan taman 660m2.

Selain itu sekolah ini juga

ditunjang dengan sarana fisik maupun sarana non fisik yang adapat mendukung

kegiatan belajar mengajar.

5. Visi dan Misi SMA N 1 Nguter, Sukoharjo

Visi:

Terwujudnya warga sekolah yang ”mantap dalam imtaq, berprestasi, terampil, tertib

dan mandiri”

Misi:

1. Melaksanakan usaha peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan bagi segenap

warga sekolah.

2. Menyelenggarakan pendidikan yang berakar pada nilai-nilai agama serta

berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni

3. Menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang praktis, aktif, inovatif, kreatif,

efektif dan menyenangkan.

4. Mengembangkan potensi tenaga pendidik dan peserta didik agar memiliki

kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan spiritual yang mantap dan

berimbang

5. Mengelola keuangan dan administrasinya secara tertib, benar, transparan dan

akuntabel

6. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan secara

bertahap, terencana dan berkesinambungan

7. Mengembangkan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan dalam hal

kualifikasi, kompetensi dan profesionalisme

8. Membekali peserta didik dengan pendidikan kecakapan hidup yang memadai.

Page 72: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

6. Pembagian Tugas Guru Penunjang SMAN 1 Nguter, Sukoharjo

B.

Gambar 4.1 Bagan Pembagian Tugas Guru Penunjang SMAN 1 Nguter, Sukoharjo

KOMITE SEKOLAH

SUPARDO, S.Pd

KEP. SEKOLAH

Drs. HARMANI, M.

Hum

NIP. 19670120 199103 1

004

KA. LAB.

KOMPUTER

PARYANTO, S.Pd

NIP. 19700718

199802 1 002

WAKASEK SARPRAS

Drs. PRIHARNO

NIP. 19620616 199003 1 005

KA. LAB. IPA

SUKARMIN, S.Pd

NIP. 19700608

199802 1 003

WAKASEK KURIKULUM

SUNARYO, S.Pd

NIP. 19690429 199802 1 003

KEP. TATA USAHA

Drs. SARWOKO

NIP. 19570727 199303 1

003

WAKASEK HUMAS

Dra. RINI

WAHYUNINGSIH

NIP. 19610415 198803 2 002

WAKASEK

KESISWAAN

JAKA SANTOSA,

S.Pd

NIP. 19690411 199802 1 002

KA.

PERPUSTAKAAN

Drs. KARJONO

NIP. 19590503

199512 1 001

Page 73: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

C. Deskripsi Penelitian Lapangan

Dalam penelitian ini, deskripsi dan analisis penelitian dimaksudkan untuk

menyajikan data yang ditemukan sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dikaji

yaitu implementasi sertifikasi guru dalam usaha meningkatkan profesionalisme guru

di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo, mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru di

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo dalam implementasi sertifikasi guru dan untuk

mengetahui usaha SMAN 1 Nguter, Sukoharjo dalam mengatasi kendala-kendala

yang timbul.

I. Implementasi sertifikasi guru dalam usaha meningkatkan profesionalisme

guru di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo merupakan salah satu SMA di Sukoharjo dimana

sebagian besar guru telah tersertifikasi. Sertifikasi guru merupakan suatu kebijakan

dari pemerintah dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses

pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik

adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen

sebagai tenaga profesional. Kebijakan sertifikasi guru membawa dampak dalam

kehidupan sosial, begitu pula di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo.

Di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo sendiri awal guru tersertifikasi tahun 2007

sejumlah 1 orang, kemudian tahun 2008 sejumlah 2 orang, tahun 2009 sejumlah 13

orang, dan untuk tahun 2010 sejumlah 4 orang. Sehingga jumlah guru yang

tersertifikasi di SMA tersebut sejumlah 20 orang dari 36 guru. Sertifikasi guru

sebagai sertifikat pendidik memang cukup penting dalam profesi guru. Karena lewat

sertifikat tersebut guru disebut guru yang profesional ketika tersertifikasi. Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan berikut:

“Sertifikasi guru yaitu sertifikasi guru semacam sertifikat untuk menunjukkan

bahwa guru itu profesional.” (W/SN/15/06/2011)

Page 74: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Pernyataan Pak SN menunjukkan bahwa sertifikasi guru bertujuan untuk

membentuk guru yang profesional, bukti profesional tersebut ketika telah memiliki

sertifikat mengajar. Sertifikat tersebut juga berarti penghargaan yang diberikan

kepada seorang guru. Pernyataan tersebut senada dengan pendapat Pak YL yang

menyatakan bahwa sertifikasi guru adalah:

“Sertifikasi merupakan penghargaan yang diberikan pada seorang guru untuk

meningkatkan kinerjanya menjadi guru yang profesional.”

(W/YL/15/06/2011)

Menurut Pak YL sertifikasi adalah sebuah penghargaan yang diberikan pada

seorang guru untuk meningkatkan kinerjanya menjadi guru yang profesional.

Profesional disini diartikan bahwa guru tersebut mampu mengemban dan

menjalankan tugas sebagai pendidik dengan penuh tanggung jawab. Bahwa guru yang

profesional harus meningkatkan kinerjanya. Seperti yang diungkapkan salah satu

informan berikut:

“Sertifikasi yaitu suatu pengakuan untuk kompetensi guru sehingga guru

dapat meningkatkan profesional dan kinerja guru”

(W/PY/16/08/2011)

Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi guru adalah

proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi

seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik untuk meningkatkan

profesional guru. Sertifikat pendidik tersebut bukanlah satu-satunya jaminan seorang

guru dikatakan guru yang profesional. Namun, bagi pemerintah melalui test dan

syarat-syarat tertentu, guru yang telah tersertifikasi dapat dikatakan guru tersebut

telah profesional.

a. Kebijakan Sertifikasi Guru di SMA N 1 Nguter

Di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo dapat dikatakan sebagian besar guru telah

tersertifikasi. Dari 36 guru yang masuk dalam data kepegawaian, 20 diantaranya telah

tersertifikasi. Dalam penyelenggaraannya kebijakan sertifikasi guru ternyata

memunculkan berbagai macam tanggapan. Bagi guru yang tersertifikasi tentu mereka

setuju dengan kebijakan tersebut karena bagi guru yang tersertifikasi mendapat

Page 75: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

tunjangan sebesar satu kali gaji pokok, di luar gaji itu sendiri. Namun, bagi sebagian

guru yang belum tersertifikasi ada yang merasa bahwa sertifikasi tidak seimbang

antara kinerja dengan penghasilan yang didapatkan.

Mengenai kebijakan sertifikasi guru, sebagian besar guru setuju dengan

adanya kebijakan tersebut. Bagi sebagian guru yang tersertifikasi dengan adanya

sertifikasi guru semakin profesional, dan ada upaya peningkatan kualitas dari masing-

masing guru. Sebagian besar guru menilai bahwa guru yang tersertifikasi cenderung

lebih disiplin dan cara mengajar yang lebih variatif. Hal tersebut senada dengan

pendapat Bu MW:

“Bagus, kerena guru lebih profesional sehingga dalam mengajar juga bagus,

sehingga output siswa juga bagus. Perbedaannya variasi mengajar berbeda,

banyak yang menggunakan media seperti laptop. Untuk anak hasilnya lebih

bagus, anak lebih senang dalam belajar. Selain itu mereka lebih disiplin

mungkin karena sudah tersertifikasi dan sudah menerima tunjangan jadi lebih

disiplin.” (W/MW/16/08/2011)

Menurut Bu MW beliau setuju kebijakan sertifikasi guru. Dengan adanya

sertifikasi guru, guru lebih profesional dan output siswa juga bagus. Meskipun Bu

MW belum tersertifikasi namun beliau merasa guru yang tersertifikasi lebih variatif

dalam metode mengajar dan media yang digunakan, misalnya menggunakan LCD

dan laptop, sehingga anak-anak lebih senang dan lebih tertarik untuk belajar. Selain

itu guru yang tersertifikasi juga lebih disiplin dalam mengajar. Hal tersebut

merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas bagi guru yang tersertifikasi.

Pernyataan tersebut senada dengan pendapat Pak SN yang mengatakan:

“Saya sangat setuju dengan adanya kebijakan sertifikasi guru, menurut saya

dengan adanya sertifikasi guru semakin profesional, dan ada upaya

peningkatan kualitas dari masing-masing guru, selain itu juga peningkatan

penghasilan yaitu ada tunjangan sertifikasi itu. Dan yang paling penting yaitu

peningkatan kualitas pendidikan secara umum.” (W/SN/15/06/2011).

Dari pendapat tersebut Pak SN setuju dan dengan adanya sertifikasi guru

semakin profesional, menurut Bu SB yang dimaksud dengan profesional yaitu:

Page 76: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

“Tujuan sertifikasi yaitu guru menjadi professional, menurut saya

profesionalisme guru itu apa yang menjadi tugas dari profesi guru yang

berkaitan dengan mengajar itu dipenuhi juga tanggung jawab, selain itu juga

melingkupi aspek pedagogis, aspek sosial ya semacam itu.”

(W/SB/8/10/2011)

Upaya peningkatan kualitas dilakukan dari masing-masing guru, selain itu juga

peningkatan penghasilan yaitu ada tunjangan sertifikasi itu. Tidak dipungkiri pada

hal tersebut akan menuju pada peningkatan kualitas pendidikan secara umum.

Pernyataan Pak SN juga diperkuat oleh Bu SR yaitu:

“Saya setuju dengan sertifikasi guru karena untuk melatih disiplin dalam

aktifitas dan tugas guru, dan karena kita sudah menerima tunjangan sertifikasi

jadi tugas kita tidak terlepas hanya sampai disitu saja, kita harus meningkatkan

disiplin kinerja dan tugas kita.” (W/SR/15/06/2011)

Bu SR merasa bahwa sertifikasi guru meningkatkan kedisiplinan dalam

aktifitas dan tugas guru. Menurut beliau setelah tersertifikasi berarti peran guru dalam

kedisiplinan dan kinerja guru harus ditingkatkan.

Namun sebagian guru ada pula yang tidak setuju dengan kebijakan sertifikasi

guru. Sebagian merasa bahwa sertifikasi kurang signifikan dalam membentuk

profesional guru, tidak semua guru yang tersertifikasi dikatakan profesional. Seperti

yang dikemukakan salah seorang informan berikut:

“Menurut saya sertifikasi guru bagus, tetapi tidak signifikan hanya

penghasilan saja yang meningkat, tetapi belum dikatakan profesional, karena

masih sama saja. Gimana ya mbak pokoknya belum signifikan cara

mengajarnya kebanyakan masih sama” (W/SF/15/06/2011).

Pendapat Pak SF memperkuat pendapat Pak AW bahwa sebagian guru yang

tersertifikasi masih menggunakan metode mengajar yang sama. Dan menurut beliau

guru yang sudah tersertifikasi belum sepenuhnya dikatakan guru yang profesional.

Ada pula yang kurang setuju dengan kebijakan tersebut. Berikut pernyataan beliau:

“Saya kurang setuju dengan kebijakan tersebut karena kalo untuk

meningkatkan pendidikan ini tidak tepat sasaran. Seharusnya peningkatan

pendidikan itu fasilitas, kalo untuk kesejahteraan guru, sebaiknya guru gajinya

naik sesuai dengan lamanya mengajar dan sesuai dengan golongannya bukan

Page 77: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

tunjangan sertifikasi. Kalo seperti ini justru yang tidak tersertifikasi mendapat

beban yang lebih akhirnya untuk memenuhi 24 jam/minggu harus mengambil

jam guru mapel lain yang sama dan dampaknya siswa mendapat guru yang

bukan bidangnya yang sesuai. Kalo bukan bidangnya guru harus belajar lagi

dengan usia yang sudah sepuh dan beban hidup yang lebih berat kebanyakan

tidak konsen.” (W/NM/16/08/2011)

Bu NM kurang setuju dengan kebijakan tersebut, menurut beliau untuk

meningkatkan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan menyediakan fasilitas-

fasilitas untuk guru misalnya pelatihan-pelatihan yang dapat menambah pengetahuan

guru, juga melengkapi sarana prasarana mengajar yang masih kurang. Pendapat Bu

NM diperkuat oleh Pak SW, selaku kepala TU, beliau merasa dalam prakteknya

sertifikasi guru banyak terdapat kekurangan. Berikut tanggapan beliau:

“Tanggapan saya mengenai kebijakan sertifikasi dari pemerintah bagus untuk

meningkatkan kualitas guru, tapi dalam prakteknya dilapangan banyak

negatifnya. Seperti misalnya jam mengajar 24 jam/minggu, itu banyak yang

tidak terpenuhi tarus direkayasa, misalnya bidangnya matematika mengajar

mapel lain misalnya agama. Itu kan nggak boleh karena dalam aturannya kan

harus bidangnya.” (W/SW/10/10/2011)

Dari pendapat informan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru setuju

dengan kebijakan sertifikasi guru dengan alasan bahwa sertifikasi guru membentuk

karakter guru untuk lebih disiplin dan meningkatkan kinerja serta tugas guru sehingga

akan menciptakan guru yang profesional, meningkatkan kesejahteraan guru dan

meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan. Namun, bagi sebagian guru khususnya

yang belum tersertifikasi, menganggap bahwa sertifikasi guru kurang signifikan,

karena beberapa guru masih menggunakan metode mengajar yang sama. Dan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan atau profesional guru dapat dilakukan dengan cara

lain seperti pelatihan-pelatihan, seminar, atau juga melengkapi sarana-prasarana

penunjang pembelajaran.

b. Implementasi kebijakan sertifikasi guru

Untuk melihat implementasi sertifikasi guru yang profesional dapat dilihat

dari persiapan atau perencanaan guru sertifikasi sebelum mengajar, proses

Page 78: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi atau penilaian yang dilakukan guru setelah

mengajar, dari hal tersebut dapat dilihat sejauh mana perubahan guru yang

tersertifikasi dalam profesionalisme guru. Dalam penelitian ini implementasi yang

dibahas adalah implementasi sertifikasi guru untuk mengetahui sejauh mana

profesional guru bagi guru yang tersertifikasi. Jadi pembahasan mengenai

implementasi sertifikasi guru yaitu mengenai persiapan guru sebelum mengajar,

proses pembelajaran, dan evaluasi yang dilakukan guru setelah mengajar.

1) Persiapan/perencanaan

Sebelum melaksanakan pembelajaran tentunya seluruh komponen yang ada

harus mempersiapkan terlebih dahulu. Baik guru, murid, sekolah juga sebaiknya

mempersiapkan terlebih dahulu. Berikut ini beberapa pendapat mengenai persiapan di

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo.

Guru merupakan personal yang paling merasakan dampak dari perubahan

kebijakan ini. Karena guru merupakan personal yang harus menyampaikan materi

kepada peserta didik. Kesiapan guru dalam memberikan materi pelajaran sangat

menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran. Dalam persiapan ini dari baik dari

guru tersertifikasi dan nonsertifikasi melakukan persiapan yang sama. Berikut

beberapa pendapat guru di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo mengenai persiapan yang

dilakukan mereka:

Pak YL berpendapat, Sebelum memberikan pelajaran dia mempersiapkan

terlebih dahulu. Berikut penuturan Pak YL,

Sebelum memberikan pelajaran yang saya lakukan adalah mempersiapkan apa

yang akan saya berikan besok. Paling tidak kita tahu, kemudian dengan

menggunakan model apa. Misal saja sosiologi bagian integrasi misal

penyimpangan sosial saya lihat dulu RPP nya dan saya lihat dulu silabusnya.

Kemudian pagi siap mengajar. (W/YL/08/10/2011).

Pendapat di atas diperkuat dengan pendapat Bu SB:

Karena guru itu didepan kelas. Kalau materi enggak siap, ya pengelolaan

kelas hancur. Makanya harus paham seorang guru itu. Pokoknya harus siap.

Materi itu banyak tapi diusahakan jangan duduk dan baca buku di depan

Page 79: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

kelas. Harus keliling, jadi ada anak yang memperhatikan atau tidak

memperhatikan akan jelas. Pemahaman materi itu kunci. Memahami harus

semua. (W/JSR/08/10/2011)

Dari pernyataan di atas disebutkan bahwa guru harus mempersiapkan materi

terlebih dahulu. Guru harus menguasai materi, jangan sampai di depan kelas guru

masih membuka-buka buku. Pemahaman dari seorang guru itu adalah kunci. Hal ini

juga diperkuat dengan pernyataan dari Bu MW:

Jangan sampai guru tidak memahami materi dan hanya membuka-buka buku

neng ngarepe bocah (di depan siswa) itu nanti kan anak kurang respect, jadi

harus memahami materi dengan baik sebelum mengajar. (W/MW/16/08/2011)

Kesiapan guru sebelum mengajar di depan kelas akan terlihat ketika guru itu

menyampaikan materi. Guru yang sering membuka buku di depan kelas akan terlihat

tidak siap dalam memberikan materi. Dari situ tercermin kepahaman guru atau

penguasaan guru dalam memberikan materi. Ketika guru mampu dan siap

memberikan materi maka siswa akan menghargai guru tersebut. Jika tidak akibatnya

adalah sebaliknya. Maka dari itu guru wajib belajar terlebih dahulu. Selain belajar

materi yang akan diberikan, guru di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo akan terbantu

dengan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus dibuat untuk satu tahun ajaran.

Untuk silabus memang sudah di buat oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP) kota, tetapi guru juga wajib mengembangkannya. Selain silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) juga. Di dalam silabus yang diobservasi oleh

peneliti terdapat pemetaan kompetensi dasar dan penentuan topik dan tema. Selain itu

juga terdapat penjabaran kompetensi dasar ke dalam indikator. Meskipun kadang

dalam praktiknya pembelajaran tidak sesuai dengan teori yang sudah disusun dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tetapi sudah ada usaha dari guru untuk

merencanakan pembelajaran. Yang terpenting guru memahami materi, mampu

mengelola kelas dan inovatif dalam pembelajaran.

Page 80: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Persiapan yang dilakukan anak didik atau siswa dalam mengikuti pelajaran

juga ada. Beberapa informan dari siswa menyatakan bahwa mereka kadang-kadang

untuk mempersiapkan diri ketika akan menghadapi pelajaran. Belajar yang mereka

lakukan hanya ketika menghadapi ulangan atau ujian serta ketika ada tugas atau

Pekerjaan Rumah (PR). Berikut ini pernyataan dari siswa TY:

“Saya belajarnya kalo subuh sama kalo mau ulangan, tapi kebanyakan ya

nggak belajar mbak kalo hari-hari biasa, hehehe.” (W/TY/16/08/2011)

Sedangkan RZ menyatakan sebagai berikut :

“Sebelum pelajaran saya biasa belajar. Misal les, belajar dirumah, merangkum

materi, dan mengerjakan PR. (W/TY/16/08/2011)

Tetapi juga ada siswa yang kadang-kadang belajar bahkan ada pula yang tidak

mempersiapkan sama sekali. Seperti yang yang diungkapkan oleh TN dan AG yang

keduanya merupakan siswa kelas XI IPS 1.

“sebelum pelajaran kadang belajar kadang enggak”. (W/AG/26/07/2011).

Sedang TN tidak pernah belajar ketika akan menghadapi pelajaran.

“Kalau mau pelajaran jujur mbak saya enggak pernah belajar sebelumnya,

hehehe”(W/TN/26/07/2011)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam

menghadapi pembelajaran berbeda-beda. Hal ini juga akan menentukan kepahaman

siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Jadi bisa dikatakan kemampuan siswa

dalam menyerap materi berbeda-beda. Tergantung juga dengan kesiapan yang siswa

lakukan.

Jadi persiapan dan perencanaan untuk menghadapi pembelajaran dilakukan

oleh guru, siswa dan sekolah sendiri. Guru lebih menyiapkan tentang materi yang

akan diajarkan. Kuncinya adalah guru memahami dan menguasai materi dan metode

pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Guru juga mempersiapkan

pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), agar bisa

dijadikan sebagai pedoman atau garis besar rencana pembelajaran. Selain itu guru

Page 81: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

juga menyiapkan Prota (program tahunan), Promes (Program semester) dan

prosedural KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) seperti yang diberikan oleh salah

seorang informan kepada peneliti. Dari pihak sekolah sendiri persiapan yang

dilakukan adalah menyediakan sarana dan prasarana. Meskipun untuk saat ini belum

optimal karena baru pengadaan buku diktat, tetapi sekolah tetap mengusahakan

pengadaan sarana multimedia untuk pembelajaran. Kesiapan dari siswa sendiri dalam

menghadapi pembelajaran sangat bervariasi. Jadi kesiapan siswa berbeda-beda untuk

mengikuti pembelajaran ini. Ada siswa yang sudah aktif untuk melakukan

pembelajaran secara mandiri, namun juga ada siswa yang jarang atau bahkan tidak

pernah belajar ketika akan mengikuti pembelajaran. Dari kesiapan ketiganya baik

pihak guru, siswa maupun sekolah akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.

2) Proses Pelaksanaan

Inti dari implementasi adalah bagaimana bisa menerapkan konsep atau ide

dalam suatu proses pelaksanaan. Dalam penelitian ini tentunya ditekankan pada

proses pelaksanaan pembelajaran dari guru yang telah tersertifikasi. Dalam

pembahasan proses pelaksanaan, peneliti menitiktekankan pada metode pengajaran

yang digunakan oleh guru tersertifikasi. Selain itu juga langkah-langkah

pembelajaran terutama pada saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung,

perangkat yaitu sumber dan media yang digunakan serta tingkat partisipasi siswa

dalam pembelajaran.

Mengenai metode pembelajaran guru menggunakan metode yang bervariasi

agar anak tidak bosan dan mau aktif dalam pembelajaran diantaranya yaitu metode

ceramah, diskusi, out class maupun bermain. Berikut penuturan pak YL:

“Metodenya saya pake macam-macam pokoknya bervariasi ada ceramah,

diskusi, out class, juga saya coba dengan permainan yaitu dengan kertas

dipotong-potong lalu ditulis materinya saya bagi ke anak lalu saya suruh

mengelompok untuk mencari pasangan. Setelah ketemu saya suruh presentasi

ke depan. Itu semacam kontekstual.” (W/YL/9/10/2011).

Page 82: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Hal tersebut senada dengan pernyataan Bu SB yaitu:

“metode yang serting saya pake itu seringnya ceramah, diskusi, penugasan.

Anak-anak sendiri responnya bagus, kreatif, aktif tapi untuk diskusi harus

dibimbing, kalo sendiri ya rame. Sebenarnya siswa suka metode LCD, tapi

siswa tidak memilih, kalo disini karakteristiknya lebih ceramah, kalo diskusi

guru harus berperan penting, kalo nggak ya rame sendiri nggak nyentel ke

materi.” (W/SB/8/10/2011)

Menurut sebagian siswa metode yang digunakan guru yang tersertifikasi

berbeda dengan guru yang lain, guru lebih serius dalam mengajar dan dan

menggunakan metode yang lebih variatif. Berikut penuturan informan:

“Menurut saya beda mbak, kayak cenderung langsung memberi contoh,

dijelaskan sejelas mungkin. Menggunakan LCD dan juga praktek, ya

tergantung materinya mbak, misalnya interaksi sosial pergi ke pasar atau di

kegiatan masyarakat.” (W/RZ/16/08/2011)

Sedangkan informan siswa yang lain menyatakan:

“Kalo menurut saya beda mbak, kalo guru tersertifikasi lebih menuntut

pokoke murite kudu ngerti (pokoknya siswanya harus mengerti), kalo guru

sebelum tersertifikasi itu lebih nyantai ngajarnya.” (W/TY/16/08/2011)

Mengenai sumber yang digunakan sebagian besar guru menggunakan buku-

buku literature, LKS dan juga internet, sedangkan media yang digunakan papan tulis

dan LCD. Berikut penuturan informan:

“Untuk sumber yang saya gunakan buku paket ini ada banyak literature, lalu

LKS, kita padukan mana yang sesuai dengan materi. Kalo untuk internet

anak-anak akses sendiri.Untuk sarana prasarana masih terbatas sehingga kalo

penuh ya nggak bisa pake. Sehingga metode yang serting saya pake itu

seringnya ceramah, diskusi, penugasan. Kalo saya tidak harus menggunakan

LCD, hanya kadang-kadang tergantung materinya. “(W/SB/8/10/2011)

Hal senada juga dijelaskan oleh Pak YL:

“Kalo sumber saya gunakan berbagai macam buku dari ESIS, Aksara,

Yudistira, juga LKS MGMP. Medianya ya papan tulis, LCD kadang-kadang,

kalo lab IPS kan belum ada.” (W/YL/9/10/2011).

Sebenarnya siswa sendiri lebih suka guru mengajar menggunakan metode

diskusi dan menggunakan media LCD, hanya saja sarana prasarana di SMAN 1

Page 83: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Nguter, Sukoharjo masih terbatas. Selain itu persiapannya membutuhkan waktu yang

lama, sehingga menyita banyak waktu untuk persiapan sehingga penyampaian materi

kurang maksimal. Berikut penuturan informan siswa:

“Aku sih suka diskusi, pake LCD, ceramah yang jelas, tapi pokoknya yang

nggak pake maju ke depan kelas lach mbak. Kalo aku suka pake LCD soalnya

lebih jelas nggak Cuma bayangin aja, kan jelas ada gambarnya. Tapi lama

masangnya jadi waktunya terbuang sia-sia.” (W/TY/16/08/2011)

TY menjelaskan bahwa dia lebih suka guru mengajar dengan diskusi dengan

media LCD, namun kelemahannya dalam persiapannya membutuhkan waktu yang

lama, sehingga banyak waktu terbuang sia-sia. Informan lain menjelaskan:

“Saya lebih suka menggunakan LCD, karena lebih jelas oww… jadi

gambarnya seperti ini gitu. Kalo saya diskusi, karena lebih bisa mencapai

aspirasi saya, gimana pendapat saya, gitu mbak.” (W/RZ/16/08/2011)

Pak YL juga menjelaskan anak cenderung lebih suka menggunakan metode

diskusi dan permainan, tapi anak yang kurang persiapan menjadi pasif, untuk itu pak

YL menggunakan cara lain agar anak menjadi aktif. Berikut penuturan beliau:

“Sebenarnya metode yang disukai anak itu diskusi dan bermain, tapi anak

yang kurang aktif cenderung diam dan kurang termotivasi untuk cari

pasangan. Agar aktif Pak YL memberi tugas dirumah, mencari kata-kata yang

sulit untuk ditanyakan. Dan metode mengajar sering ganti agar anak tidak

bosan. Pak YL juga mencoba untuk anak yang bertanya, lalu beliau yang

menjawab. Bagi siswa yang bertanya saya beri nilai plus, dan yang mampu

menjawab juga diberi nilai plus. Sehingga siswa termotivasi untuk aktif.”

(W/YL/9/10/2011)

Hal tersebut senada dengan pernyataan Bu SB yaitu:

“Sebenarnya siswa suka metode LCD, tapi siswa tidak memilih. Untuk sarana

prasarana masih terbatas sehingga kalo penuh ya nggak bisa pake. Sehingga

metode yang sering saya pake itu seringnya ceramah, diskusi, penugasan.”

(W/SB/8/10/2011)

Untuk sarana dan prasarana memang kurang, hal ini senada dengan pernyataan

Pak SW. Berikut penuturan Pak SW:

Page 84: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

“Kalo disini sekolah baru sehingga ya sarana prasarana kurang, LCD ada 6,

laptop ada 4, padahal RKB (ruang kelas belajar) ada15 kan ya kurang, lab

(laboratorium) disini juga belum ada. Kalo laptop boleh dipinjam guru, boleh

dibawa pulang, dan semua guru di beri flashdisk dari sekolah.”

(W/SW/10/10/2011)

Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru yang

tersertifikasi mengajar dengan metode pembelajaran yang bervariasi agar anak tidak

bosan dan mau aktif dalam pembelajaran diantaranya yaitu metode ceramah, diskusi,

out class maupun bermain. Menurut sebagian siswa metode yang digunakan guru

yang tersertifikasi berbeda dengan guru yang lain, guru lebih serius dalam mengajar

dan dan menggunakan metode yang lebih variatif. Untuk metode, siswa sendiri lebih

suka guru mengajar menggunakan metode diskusi dan menggunakan media LCD,

hanya saja sarana prasarana di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo masih terbatas. Selain itu

persiapannya membutuhkan waktu yang lama, sehingga menyita banyak waktu untuk

persiapan sehingga penyampaian materi kurang maksimal.

Sarana prasarana yang masih terbatas di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo dapat

menghambat jalannya pembelajaran. Misalnya LCD yamg masih terbatas, sehingga

ketika mengajar guru harus bergantian dengan guru yang lain. Guru cenderung hanya

menggunakan media papan tulis, padahal siswa lebih menyukai dengan media LCD.

Di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo memiliki 6 LCD, sedangkan jumlah ruang kelas

belajar ada 15 ruang, sehingga belum mencukupi atau menunjang kegiatan belajar

mengajar. Mengenai sumber yang digunakan sebagian besar guru menggunakan

buku-buku literature, LKS dan juga internet, sedangkan media yang digunakan papan

tulis dan LCD.

3) Evaluasi atau Penilaian

Dalam pembelajaran proses evaluasi sangat diperlukan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam

evaluasi ini, peneliti memfokuskan pada macam evaluasi yang dilakukan, teknik dan

instrumen penilaian, program remedial dan pengayaan serta sistem pengorganisasian

nilai.

Page 85: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Macam evaluasi yang dilakukan oleh guru di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo

adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Aspek yang dievaluasi meliputi 3 aspek

yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Berikut penjelasan dari guru.

Pernyataan Bu SB tentang proses penilaian yang ia lakukan:

“Agar siswa aktif saya di akhir pembelajaran saya kasih PR agar dirumah

nggak nganggur buku-buku saya wajibkan agar mendukung keberhasilan

UNAS, LKS juga. Untuk evaluasi atau penilaian yaitu sikap mengikuti

pelajaran, dari hasil-hasil ulangan harian, test tertulis, mid semester, juga

akhir semester, untuk KKM kelas X 68, kelas XI 70, kelas XII 75 yang belum

memenuhi ada juga remidi.” (W/SB/8/10/20).

Hal tersebut senada dinyatakan oleh pak YL:

“Untuk evaluasi saya nilai dari keaktifan waktu di KBM, yang aktif saya beri

nilai plus, selain itu juga ada test tertulis, tugas terstruktur seperti PR dan

tidak terstruktur, misalnya saya suruh cari info atau artikel yang menyangkut

materi di internet.” (W/YL/9/10/2011)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi yang digunakan

oleh guru adalah evaluasi proses yang berlangsung ketika pelajaran. Siswa yang aktif

bertanya akan mendapat nilai tambahan. Evaluasi proses juga dilakukan ketika

setelah pemberian tugas biasanya guru langsung memberikan koreksi dan dibahas di

dalam kelas. Kerajinan dalam mengerjakan tugas, keaktifan dalam bertanya dan

praktik dalam kehidupan merupakan nilai psikomotorik. Sedang afektif merupakan

nilai dari sikap dan perilaku siswa. Untuk evaluasi hasil meliputi ulangan harian,

ulangan mid semester dan ulangan semester. KKM masing-masing guru berbeda

sesuai dengan kemampuan anak.

II. Dampak sertifikasi guru bagi guru, siswa dan sekolah

a. Dampak positif

Sertifikasi guru memiliki dampak yang besar bagi guru dan sekolah. Manfaat

tersebut antara lain:

1. Motivasi guru mengajar meningkat

Sertifikasi guru secara tidak langsung membuat guru semakin termotivasi

dalam mengajar. Karena guru yang tersertifikasi merasa harus lebih baik dari guru

Page 86: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

lain yang belum tersertifikasi. Sertifikasi guru memacu guru untuk semakin

meningkatkan kinerjanya dan semakin bersungguh-sungguh dalam mengajar. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Pak SN:

“Banyak sekali manfaatnya mbak, diantaranya yaitu penghasilan meningkat,

profesionalisme juga meningkat karena termotivasi, guru-guru yang dulu

bekerja sampingan, karena sudah mendapat tunjangan sertifikasi akhirnya di

lepas dan fokus dalam mengajar.” (W/SN/15/06/2011).

Menurut Pak SN setelah tersertifikasi guru semakin termotivasi untuk

meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru. Guru semakin disiplin dalam

mengajar dan berusaha untuk bersikap profesional terhadap tugas dan kewajiban guru

sebagai pendidik. Hal tersebut juga senada dengan pernyataan Pak AD yaitu:

“Menurut saya sertifikasi guru besar manfaatnya bagi guru, antara lain yaitu

memotivasi guru agar mengajarnya lebih bagus. Cara mengajarnya lebih

banyak menggunakan media. Tapi fasilitas disini masih kurang dibanding di

kota, jadi terkendala menggunakan LCD masih repot. Selain itu meningkatkan

kesejahteraan guru, kalo guru sejahtera dalam mengajar bisa efektif, tidak

membawa masalah ekonomi dari rumah. Dari tunjangan sertifikasi guru juga

mampu menyiapkan media sendiri tanpa tergantung dari sekolah, misalnya

laptop, buku literature, jadi memang bermanfaat” (W/AD/15/06/2011)

Pak AD menjelaskan bahwa guru yang telah tersertifikasi lebih termotivasi

agar mengajarnya lebih bagus. Mereka akan berusaha untuk memperbaiki metode

belajar agar siswa lebih tertarik, dan dengan tunjangan sertifikasi guru mampu

menyediakan media tanpa tergantung dengan sekolah, misalnya laptop, buku-buku

literature, dan media lain.

2. Metode mengajar guru lebih variatif dan kreatif

Saat PLPG guru diberi pelatihan-pelatihan mengajar dengan berbagai metode

yang variatif dan kreatif, hal ini sebagai bekal untuk guru yang telah tersertifikasi

harapannya mampu mengajar dengan metode yang variatif dan kreatif sehingga

harapannya anak didik tidak bosan dan mengajar menjadi menyenagkan. Hal ini

berdasarkan pendapat informan sebagaimana yang ia tuturkan:

“Sebelum mengikuti sertifikasi pengalamannya kurang dalam mengajar.

Setelah mengikuti PLPG, pengalamannya menjadi bertambah, cara mengajar

Page 87: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

semakin bervariasi, karena di PLPG dikenalkan cara mengajar yang baik.

Sehingga membuat siswa bisa aktif di dalam kelas. Sarana prasarana sebelum

sertifikasi penggunaan alat dan media kurang. Setelah 1 tahun sarana

prasarana bertambah, dan setelah mengikuti PLPG kita bisa menerapkan

memakai LCD.” (W/YL/15/06/2011)

Menurut Pak YL banyak pengalaman dan pengetahuan yang beliau dapatkan

ketika mengikuti PLPG. Beliau merasakan setelah tersertifikasi beliau menggunakan

berbagai metode pengajaran. Awalnya Pak YL hanya menggunakan metode ceramah,

kini beliau mengajar menggunakan LCD, selain itu beliau juga melakukan diskusi

kelompok agar siswa lebih kritis, dan Pak YL mencoba untuk belajar di luar kelas

agar siswa lebih kritis dan peka terhadap kondisi lingkungan sekitar. Mengajar

menggunakan LCD juga membantu guru untuk memudahkan dalam penyampaian

materi. Karena guru tidak harus banyak menerangkan, tapi siswa yang dituntut untuk

aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini di jelaskan oleh Pak PY yaitu:

“Sebelum sertifikasi mengajar hanya dengan metode ceramah, diskusi, tanya

jawab, jadi guru banyak ngomong dan murid hanya mendengarkan. Setelah

sertifikasi mengajar menggunakan metode yang lebih kreatif dan variatif.

Dalam mengajar saya melihat situasi dan kondisi, kalo memang waktunya

longgar saya coba pakai LCD, tapi kalo nggak kan harus mengejar materi

dulu, kita juga kekurangan waktu, sedangkan mengajar menggunakan LCD

memerlukan waktu yang relatif panjang dan persiapan juga. Sebenarnya lebih

bagus dan signifikan menggunakan LCD dari pada hanya ceramah,

sebenarnya kan kita dituntut nggak banyak ceramah tapi siswa yang aktif.”

(W/PY/16/08/2011).

3. Meningkatkan kesejahteraan guru

Sertifikasi guru menjadi solusi bagi permasalahan pendidik khususnya guru,

karena sebelum ada sertifikasi gaji guru pas-pasan. Dan setelah adanya sertifikasi

guru kesejahteraan guru menjadi meningkat. Seperti yang dikemukakan oleh

informan yaitu:

“ Manfaat lain sertifikasi yaitu penghasilan meningkat sehingga kesejahteraan

guru meningkat. Dapat dikatakan sebelum mendapat tunjangan sertifikasi gaji

guru pas-pasan, dan mulai adanya sertifikasi guru kini guru-guru yang telah

lolos mampu untuk menabung untuk keperluan lain, seperti membeli laptop,

kuliah S2, dll.” (W/SN/15/06/2011).

Page 88: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Setelah adanya sertifikasi guru, guru dapat mencukupi kebutuhan hidupnya

dan dapat meningkatkan sarana penunjang pengajaran. Sebagian besar guru yang

telah tersertifikasi membeli laptop sebagai sarana penunjang dalam mengajar, selain

itu beberapa diantaranya juga melanjutkan sekolah S2. Hal tersebut dapat

meningkatkan kualitas dan kinerja guru, dan pada gilirannya meningkatkan

profesionalisme guru.

“ Sertifikasi itu baik ya mbak, karena untuk meningkatkan kompetensi guru

dan perlu dilanjutkan. Jika dilihat dari sisi kesejahteraan bagus, dan nantinya

harapannya semua guru harus tersertifikasi.” (W/PY/16/08/2011).

Menurut Pak PY dari sisi kompetensi dan kesejahteraan, sertifikasi guru

sangat membantu sekali. Dan nantinya semua guru harus disertifikasi, yang kini

sedang dalam proses. Gaji guru yang minim menjadi satu sebab dimana guru kurang

fokus dalam mengajar karena menanggung beban hidup, terkadang guru harus

mencari kerja sampingan lain untuk mencukupi kebutuhan. Adanya sertifikasi guru

membuat guru lebih tenang karena ada tunjangan yang dapat digunakan untuk

mencukupi kebutuhan hidup sehingga guru dapat lebih fokus mengajar. Hal tersebut

seperti yang dituturkan oleh salah satu informan yaitu:

“Saya mengikuti aturan dari sekolah sehingga ada pengajuan dari sekolah.

Harapannya semua guru tersertifikasi. Sebelum ada sertifikasi gaji guru

minim, setelah ada sertifikasi mulai ada peningkatan kesejahteraan, istilahnya

ada yang dijagakke, meskipun turunnya tidak pasti. Itu adalah penghargaan

Negara atas jasa guru terlepas dari gaji pokok. “(W/SR/15/06/2011)

Menurut Bu SR diharapkan kedepan semua guru tersertifikasi. Karena

sertifikasi sangat membantu, setelah ada sertifikasi mulai ada peningkatan

kesejahteraan guru. Hal tersebut cukup membantu karena selama ini dapat dikatakan

gaji guru sangat minim. Sertifikasi guru juga merupakan penghargaan untuk guru atas

jasa guru yang turut mencerdaskan kehidupan bangsa.

Page 89: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

4. Meningkatkan profesionalisme guru

Sertifikasi guru disadari semakin meningkatkan profesionalisme guru.

Profesionalisme guru ini menunjuk kepada komitmen para guru untuk meningkatkan

kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang

digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya sebagai

pendidik.

“Bagus, kerena guru lebih profesional sehingga dalam mengajar juga bagus,

sehingga output siswa juga bagus. Perbedaannya variasi mengajar berbeda

banyak yang menggunakan media seperti laptop. Untuk anak hasilnya lebih

bagus, anak lebih senang dalam belajar. Selain itu mereka lebih disiplin

mungkin karena sudah tersertifikasi dan sudah menerima tunjangan jadi lebih

disiplin.” (W/MW/16/08/2011)

Menurut Bu MW sertifikasi membentuk guru yang profesional. Hal ini dapat

dilihat dari metode belajar yang lebih variatif, dan menarik. Profesionalisme guru

juga terlihat dalam output siswa, bahwa siswa lebih termotivasi untuk belajar. Guru

dinilai lebih siap dalam pengetahuan isi (content knowledge) penguasaan materi

pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan atau

Standar Nasional Pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok mata pelajaran yang

diampu. Sedangkan guru professional menurut bu SB yaitu:

“Menurut saya profesionalisme guru itu apa yang menjadi tugas dari profesi

guru yang berkaitan dengan mengajar itu dipenuhi juga tanggung jawab,

selain itu juga melingkupi aspek pedagogis, aspek sosial ya semacam itu.”

(W/SB/8/10/2011)

Menurut Bu SB setelah tersertifikasi beliau merasa lebih professional yaitu

lebih bertanggung jawab terhadap tugas utama beliau sebagai guru, dan bertanggung

jawab terhadap profesi beliau.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dampak positif sertifikasi

guru diantaranya yaitu: Motivasi mengajar guru semakin meningkat karena guru

merasa harus lebih baik kinerjanya dan lebih disiplin dalam menjalankan tugasnya.

Dengan sertifikasi, guru juga lebih variatif dan kreatif dalam metode mengajar, guru

tidak hanya mengajar dengan ceramah tetapi dengan diskusi kelompok, pembelajaran

Page 90: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

di luar kelas, dan memanfaatkan media-media penunjang seperti menggunakan LCD,

serta sumber-sumber belajar seperti internet, buku-buku literature, koran dll.

Sertifikasi guru juga bermanfaat bagi kehidupan guru karena dapat meningkatkan

kesejahteraan guru. Tunjangan sertifikasi guru membantu guru untuk dapat

mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga guru dapat fokus mengajar tanpa harus

dibebani dengan permasalahan ekonomi dalam kehidupannya. Sertifikasi guru juga

dapat meningkatkan profesionalisme guru, profesionalisme ini tidak hanya dipandang

hanya dari segi mengajar tapi juga beberapa aspek diantaranya yaitu kemampuan

guru dalam pengetahuan isi (content knowledge) penguasaan materi pelajaran secara

luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan atau Standar

Nasional Pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok mata pelajaran yang diampu.

b. Dampak negatif

Adapun dampak negatif ada kebijakan sertifikasi guru yaitu:

1. Guru yang belum tersertifikasi jam mengajar berkurang

Jam mengajar 24jam/minggu diwajibkan bagi guru yang tersertifikasi. Hal

tersebut sangat mengganggu karena terbatasnya ruang kelastifikasi jam mengajarnya

menjadi berkurang karena untuk memenuhi jam mengajar guru yang tersertifikasi.

Sebagian guru yang belum tersertifikasi. Salah seorang informan menuturkan:

“Menurut saya kendala tersebut mengenai jam mengajar min 24 jam per

minggu, dan kelasnya terbatas dan ini terjadi hampir menjadi kendala di

seluruh Indonesia. Sehingga guru mengajar di luar fac-nya, tapi tetap di

upayakan mata pelajaran yang linier atau serumpun. Terlepas dari kendala

tersebut pihak sekolah melakukan usaha yaitu dengan menambah jumlah

kelas. Tahun ini SMA ini akan membangun satu lokal kelas.”

(W/SN/15/06/2011)

Menurut Pak SN jam mengajar minimal 24jam/minggu menjadi kendala

karena terbatasnya ruang kelas dan ini hampir menjadi kendala di seluruh Indonesia.

Akibatnya untuk memenuhi syarat tersebut, banyak guru yang mengajar diluar fac-

nya. Hal senada juga di nyatakan oleh Bu NM:

“Saya kurang setuju dengan kebijakan tersebut karena kalo untuk

meningkatkan pendidikan ini tidak tepat sasaran. Seharusnya peningkatan

Page 91: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

pendidikan itu fasilitas, kalo untuk kesejahteraan guru, sebaiknya guru gajinya

naik sesuai dengan lamanya mengajar dan sesuai dengan golongannya bukan

tunjangan sertifikasi. Kalo seperti ini justru yang tidak tersertifikasi mendapat

beban yang lebih akhirnya untuk memenuhi 24 jam/minggu harus mengambil

jam guru maple lain yang sama dan dampaknya siswa mendapat guru yang

bukan bidangnya yang sesuai. Kalo bukan bidangnya guru harus belajar lagi

dengan usia yang sudah sepuh dan beban hidup yang lebih berat kebanyakan

tidak konsen.” (W/NM/16/08/2011)

Menurut Bu NM guru yang tersertifikasi harus memenuhi jam mengajar 24

jam/minggu. Dan untuk memenuhinya terkadang harus mengambil jam dari guru

mata pelajaran lain yang sama atau serumpun. Hal tersebut membuat jam mengajar

guru yang belum tersertifikasi berkurang selain itu juga berdampak pada siswa jika

guru mengajar bukan bidang yang sesuai.

2. Kecemburuan sosial dikalangan lingkungan masyarakat

Sertifikasi guru tanpa disadari menimbulkan kecemburuan sosial khususnya di

luar sekolah maupun dilingkungan sekolah. Hal tersebut dinyatakan oleh Pak AW

yaitu:

“Kalo menurut saya dalam pelaksanaannya sertifikasi guru memunculkan

kecemburuan sosial, dan secara umum kecemburuan muncul dari profesi non

guru. Harapan saya kecemburuan sosial ini dapat diatasi dan sertifikasi tetap

lanjut, tapi perlu dibenahi metode bagaimana menentukan yang sudah atau

belum dikatakan guru profesional. Sehingga harapannya sertifikasi guru

benar-benar tepat sasaran.” (W/AW/15/06/2011)

Hal senada diungkap oleh Pak SW yaitu:

Dampak negatif ya kecemburuan atau iri begitu, tapi nggak terekspose ya

cuma grundel saja di luar. Misalnya di dinas pendidikan sana kan nggak ada

guru suruh melayani sertifikasi tanpa imbalan lha itu gemreneng.”

(W/SW/10/10/2011)

Menurut Pak AW dan Pak SW kecemburuan sosial juga merupakan masalah

yang muncul dalam sertifikasi guru. Kebanyakan muncul dari profesi non guru,

karena merasa profesi guru adalah profesi yang mudah dan gajinya besar. Dengan

munculnya sertifikasi guru profesi non guru semakin merasa bahwa profesi guru

Page 92: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

sangat menguntungkan. Padahal profesi guru membutuhkan kerja keras dan tidak

semudah yang mereka bayangkan. Pernyataan tersebut dituturkan oleh salah satu

informan yaitu:

“Menurut saya sertifikasi harus tetap berjalan, karena menurut saya guru

memiliki peranan yang penting sekali, kalo di luar negeri guru kan sangat di

hargai. Para pejabat itu kan kalo mau mengakui bisa seperti itu tak lepas dari

peran guru juga. Di masyarakat atau instansi lain berpendapat guru ki penak,

preine akeh, tunjangan/ gajine gede, karena mereka tidak tau persis apa tugas

dan tanggung jawab guru. Guru juga dari segi moral, bertanggung jawab

mencerdaskan kehidupan bangsa, kadang kalo ada siswa yang nggak naik

yang disalahkan guru, padahal siswanya sendiri suka membolos, tidak

memperhatikan guru di kelas.” (W/SN/15/06/2011).

Bagi Pak SN profesi guru adalah suatu profesi yang memiliki peranan

penting. Karena atas jasa-jasa guru seseorang dapat menjadi orang-orang besar yang

memiliki kedudukan penting. Dan profesi guru tidak semudah yang dibayangkan

masyarakat pada umumnya. Tugas dan peran guru cukup kompleks, bahkan tidak

hanya selesai di sekolah tetapi juga di rumah.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dampak negatif kebijakan

sertifikasi guru yaitu guru yang belum tersertifikasi jam mengajar berkurang karena

untuk memenuhi jam mengajar guru yang tersertifikasi. Dampak lain yaitu

kecemburuan sosial dikalangan lingkungan masyarakat, kecemburuan ini muncul

karena merasa guru yang tersertifikasi tidak signifikan dalam kinerjanya.

III. Kendala-kendala dan usaha yang dilakukan di SMAN 1 Nguter,

Sukoharjo dalam implementasi sertifikasi guru.

Menurut sebagian besar guru kebijakan sertifikasi guru pengaruhnya sangat

besar untuk perbaikan ekonomi dan kesejahteraan guru, mengenai kinerja guru ada

semacam teguran diri sendiri jika tidak disiplin dalam menjalankan tugasnya sebagai

guru. Menurut beberapa guru tingkat keberhasilan sertifikasi guru dari yang

diharapkan cenderung kurang, artinya menurut sertifikasi guru belum mampu

sepenuhnya menciptakan guru yang profesional. Hal tersebut terjadi karena berbagai

kendala antara lain:

Page 93: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

1. Sarana prasarana sekolah yang masih terbatas

Sarana prasarana sekolah disadari atau tidak sangat penting untuk menunjang

pembelajaran dan guru mengajar. Di sini sarana prasarana masih terbatas dan belum

mencukupi. Misalnya terbatasnya LCD, laboratorium untuk IPS, tape recorder tentu

penting untuk menunjang pembelajaran. Bagi guru terbatasnya sarana prasarana

seperti LCD, menjadi kendala dalam guru mengajar. Berikut penuturan salah satu

informan:

“Kendala tersebut mengenai sarana prasarana terbatas, Sebenarnya lebih

efektif menggunakan LCD, karena semua tertuju ke layar, cuma sarana dan

prasarana terbatasa, jadi harus gantian. Lalu saya suruh membuat artikel,

makalah dari internet, kalo nggak dikasih tugas anak cuma bermain nggak

belajar, jadi saya suruh mencari informasi di internet tentang materi yang

diajarkan.” (W/YL/15/06/2011).

Hal senada juga disampaikan oleh Pak SW:

“Kalo disini sekolah baru sehingga ya sarana prasarana kurang, LCD ada 6,

laptop ada 4, padahal RKB (ruang kelas belajar) ada16 kan ya kurang, lab

disini juga belum ada. Kalo laptop boleh dipinjam guru, boleh dibawa pulang,

dan semua guru di beri flashdisk dari sekolah.” (W/SW/10/10/2011)

Menurut informan diatas terbatasnya sarana prasarana sangat mengganggu

proses mengajar. Misalnya terbatasnya media LCD, banyak guru yang menjadi

enggan mengajar menggunakan LCD karena untuk persiapannya membutuhkan

waktu yang lama. Sehingga banyak waktu tersita hanya untuk mempersiapkan LCD,

padahal guru juga masih harus mempersiapkan materi dan mengejar materi agar

selesai dan tersampaikan. Jumlah LCD di SMAN 1Nguter, Sukoharjo sendiri ada 6,

sedangkan RKB (ruang kelas belajar) ada16, sehingga belum dapat mencukupi.

2. Keaktifan siswa yang masih kurang

Keaktifan siswa yang kurang membuat guru ketika menggunakan metode

seperti diskusi kelompok justru tidak maksimal. Berikut penjelasan informan:

“Kalau disini input siswa berbeda-beda, kalo misalnya kita mau adakan

diskusi kelompok juga malah rame sendiri mbak, dan keaktifan siswa juga

Page 94: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

kurang. Karena disini kan input siswa nggak seperti di SMA Sukoharjo

misalnya. Jadi ya hal ini cukup berpengaruh juga.” (W/SN/15/06/2011)

Hal lain dijelaskan oleh Pak YL:

“Kendala tersebut mengenai siswanya, anak-anak kurang berpartisipasi,

menggunakan LCD anak-anak kurang memperhatikan materi, anak kurang

kreatif. Sebenarnya lebih efektif menggunakan LCD, karena semua tertuju ke

layar, Cuma anak lebih tertarik ke media dari pada ke materi. Lalu saya suruh

membuat artikel, makalah dari internet, kalo nggak dikasih tugas anak cuma

bermain nggak belajar, jadi saya suruh mencari informasi di internet tentang

materi yang diajarkan. Untuk keaktifan siswa saya amati jaman kalian

(peneliti) itu lebih aktif, beda jauh dengan jaman sekarang, padahal dapat

dikatakan inputya sekarang lebih bagus. Jadi kalo saya mau pake metode lain

kaya pengamatan di luar sekolah, diskusi itu nggak jalan.”

(W/YL/15/06/2011).

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa keaktifan siswa di

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo masih kurang. Anak-anak kurang berpartisipasi dalam

pembelajaran. Anak-anak cenderung tidak memperhatikan materi namun justru lebih

tertarik pada media jika menggunakan LCD. Dalam kegiatan diskusi anak juga

cenderung ramai.

3. Kekurangan jam mengajar

Jam mengajar guru tersertifikasi diwajibkan 24 jam/minggu. Hal ini menjadi

masalah karena sebagian guru tersertifikasi kekurangan jam mengajar. Sehingga

mengajar mata pelajaran yang lain diluar bidangnya. Berikut penuturan informan:

”Kendalanya jam mengajar kurang dari 24 jam, sehingga dipaksa mengajar

bukan bidangnya. Kalo saya sendiri dengan latar belakang pendidikan

matematika namun selain mengajar matematika juga mengajar Agama Islam,

dan pernah mengajar TIK (Tekhnologi Informasi dan Komunikasi).”

(W/AW/15/06/2011).

Hal senada juga diungkapkan oleh Pak PY yaitu:

“Kendalanya beban kerjanya dan tuntutannya lebih berat hanya saja medianya

terbatas, mengajar harus 24 jam/minggu sehingga harus mengajar extra. Dan

terkadang guru harus mengajar yang bukan bidangnya karena kekurangan jam

mengajar, dan ini cukup mengganggu mbak.” (W/PY/16/08/2011)

Page 95: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Dari pernyatan informan tersebut dapat diketahui bahwa dalam penerapan wajib

mengajar 24jam/minggu sesuai bidangnya, ternyata banyak guru tersertifikasi yang

mengajar kurang dari 24jam/minggu, dan untuk menutupi kekurangan tersebut

mereka mengajar bukan pada mata pelajaran bidangnya. Hal ini tentu tidak sesuai

dengan ketentuan yang ada.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kendala-kendala yang muncul dalam penerapan

kebijakan sertifikasi guru yaitu sarana prasarana masih terbatas sehingga guru kurang

memanfaatkan media dengan maksimal ketika mengajar, keaktifan siswa yang kurang

membuat guru ketika menggunakan metode seperti diskusi kelompok justru tidak

maksimal, dan kurangnya jam mengajar guru karena jam mengajar guru tersertifikasi

diwajibkan 24 jam/minggu. Hal ini menjadi masalah karena sebagian guru

tersertifikasi kekurangan jam mengajar. Sehingga mengajar mata pelajaran yang lain

diluar bidangnya.

Dalam penerapan sertifikasi guru terdapat usaha-usaha yang dilakukan baik

guru maupun sekolah untuk mengatasi kendala-kendala yang muncul.

1. Adanya komunikasi pihak guru dan kepala sekolah mengenai mata pelajaran yang

diajarkan.

Bagi guru yang tersertifikasi syarat mengajar 24jam/minggu membuat

beberapa guru terpaksa mengajar di luar bidangnya. Hal ini dilakukan untuk

memenuhi syarat mengajar 24jam/minggu, beberapa guru menilai usaha tersebut

diperlukan komunikasi yang baik antara guru dengan kepala sekolah agar guru dapat

mengajar sesuai dengan kemampuannya. Berikut penuturan salah seorang informan:

“Kalo saya di suruh mengajar bukan bidangnya saya konsultasikan dulu, kira-

kira saya mampu nggak mengampu mata pelajaran tersebut. Kalo saya

merasa mampu ya saya ambil, tapi kalo nggak mampu ya saya nggak

mengajar pelajaran tersebut mbak” (W/AW/15/06/2011).

Pak AW menjelaskan bahwa untuk memenuhi 24jam/minggu beliau terpaksa

mengajar mata pelajaran lain diluar fac-nya. Namun, sebelum mengajar mata

pelajaran lain beliau mengomunikasikan terlebih dahulu dengan kepala sekolah. Jika

Page 96: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

beliau merasa mampu untuk mata pelajaran yang diajukan maka beliau ambil, tapi

jika beliau merasa tidak mampu maka beliau menolak mata pelajaran yang diajukan.

2. Menambah ruang kelas atau daya tampung siswa

Mengenai jam mengajar guru tersertifikasi 24 jam/minggu memang cukup

menjadi beban karena terbatasnya ruang kelas sehingga jam mengajar kurang. Usaha

lain yang dilakukan yaitu dengan menambah ruang kelas sehingga daya tampung

siswa bertambah. Hal ini tentu tidak mudah karena membutuhkan biaya yang besar

dan proses yang panjang, namun sekolah berusaha untuk mengupayakannya dengan

membangun satu lokal kelas.

“ Kendala tersebut mengenai jam mengajar min 24 jam per minggu, dan

kelasnya terbatas dan ini terjadi hampir menjadi kendala di seluruh Indonesia.

Sehingga guru mengajar di luar fac-nya, tapi tetap di upayakan mata pelajaran

yang linier atau serumpun. Terlepas dari kendala tersebut pihak sekolah

melakukan usaha yaitu dengan menambah jumlah kelas. Tahun ini SMA ini

akan membangun satu lokal kelas. Sehingga harapannya guru yang jam

mengajarnya kurang dapat terpenuhi.” (W/SN/15/06/2011)

Hal senada juga diungkapkan oleh Pak SF yaitu:

” saya lihat dalam pelaksanaannya sertifikasi guru memiliki kendala

diantaranya harus mengajar 24 jam per minggu, terkadang harus mengajar

yang serumpun untuk bisa mencapai target. Selain itu masih banyak perbaikan

ruang dan LCD terbatas, juga kurangnya buku-buku referensi guru dan siswa.

Adapun usaha-usaha yang dilakukan yaitu dengan menambah ruang kelas atau

daya tampung. Jadi guru yang jam mengajarnya kurang bisa terpenuhi,

sehingga semua guru bisa memenuhi targetnya.” (W/SF/15/06/2011)

Menambah ruang kelas dapat meningkatkan jumlah daya tampung siswa

sehingga harapannya guru yang kekurangan jam mengajar dapat terbantu terpenuhi

dan dapat mengajar sesuai dengan fac-nya. Usaha ini tentu memerlukan waktu yang

cukup panjang dan dana yang cukup besar, namun kedepannya usaha ini dapat

mengatasi guru yang kekurangan jam mengajar.

3. Melengkapi sarana prasarana sekolah

Sarana prasarana memang penting dalam menunjang pembelajaran tanpa

sarana prasarana yang memadai akan menjadi kendala yang menghambat jalannya

Page 97: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

belajar mengajar. Di SMA ini sarana prasarana pun mulai dilengkapi agar guru dapat

mengajar dengan maksimal. Hal tersebut dituturkan oleh Pak YL:

“ Disini saya lihat sarana prasarana memang masih kurang, tapi sekolah

mengusahakan untuk membeli LCD, buku-buku literature, dari pihak guru

dan siswa juga seharusnya mengusahakan untuk melengkapi buku-buku

penunjang jadi dalam mengajar tidak ada hambatan. Selain itu sekolah

sekarang sudah membuka hotspot area sehingga memudahkan siswa untuk

mengakses internet agar memudahkan dalam mencari informasi dan materi”

(W/YL/15/06/2011)

Hal senada juga dinyatakan oleh Pak SW:

“Sebenarnya pihak sekolah sudah berusaha, seperti misalnya pengadaan LCD,

laptop, membangun ruang kelas baru tapi membutuhkan waktu yang lama

karena sekarang sekolah gratis jadi tidak bisa menarik uang pembangunan.

Sehingga untuk membangun ya harus mengusulkan proposal dan prosesnya

sangat lama, sekolah ini juga tergolong sekolah baru jadi sarana prasarana

masih kurang. (W/SW/10/10/11

Menurut informan tersebut dari pihak sekolah telah mengusahakan

melengkapi sarana-prasarana seperti LCD, dan buku-buku literature sehingga dapat

membantu guru dalam mengajar. Upaya tersebut juga dibutuhkan sinergis antara guru

dan siswa untuk saling mencari sumber-sumber belajar lain yang dapat membantu

proses kegiatan belajar mengajar.

Dari pendapat informan di atas dapat disimpulkan bahwa usaha-usaha yang

dilakukan oleh sekolah untuk mengatasi kendala antara lain yaitu: adanya komunikasi

pihak guru dan kepala sekolah mengenai mata pelajaran yang diajarkan sehingga guru

siap dengan mata pelajaran yang akan diajar meskipun di luar bidangnya, menambah

ruang kelas atau daya tamping sehingga dapat membuka peluang bagi guru mengajar,

dan melengkapi sarana prasarana seperti pengadaan LCD, buku-buku literature dan

akses internet seperti hotspot area.

Page 98: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

4. Hasil Temuan di Lapangan

Berdasarkan deskripsi penelitian yang telah dipaparkan di atas, hasil temuan

penelitian yang didapatkan oleh peneliti di lapangan adalah sebagai berikut :

1. Pandangan guru mengenai kebijakan sertifikasi guru adalah sebagai berikut

bahwa sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk

mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian

sertifikat pendidik untuk meningkatkan profesional guru. Sertifikat pendidik

tersebut bukanlah satu-satunya jaminan seorang guru dikatakan guru yang

profesional. Namun, bagi pemerintah melalui test dan syarat-syarat tertentu, guru

yang telah tersertifikasi bertujuan agar guru tersebut telah profesional.

2. Pandangan guru mengenai kebijakan sertifikasi guru bahwa dalam kebijakan

sertifikasi guru ternyata memunculkan berbagai macam tanggapan. Bagi guru

yang tersertifikasi tentu mereka setuju dengan kebijakan tersebut karena

sertifikasi guru dinilai memiliki pengaruh yang besar terhadap kinerja dan

profesionalisme guru, serta sertifikasi guru dinilai dapat membantu memperbaiki

kesejahteraan guru. Sertifikasi guru dinilai membentuk karakter guru untuk lebih

disiplin dan meningkatkan kinerja serta tugas guru sehingga pakan menciptakan

guru yang profesional, dan meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan. Namun,

bagi sebagian guru yang belum tersertifikasi ada yang merasa bahwa menganggap

bahwa sertifikasi guru kurang signifikan, karena beberapa guru masih

menggunakan metode mengajar yang sama dan menganggap sertifikasi tidak

seimbang antara kinerja dengan penghasilan yang didapatkan. Sebagian guru

menilai bahwa guru yang tersertifikasi kinerjanya belum maksimal dan belum

seperti yang diharapkan pemerintah.

3. Pada penelitian ini adapun implementasi sertifikasi guru dalam meningkatkan

profesional guru di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo terdapat 3 hal penting yaitu

persiapan atau perencanaan guru sertifikasi sebelum mengajar, proses

pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi atau penilaian yang dilakukan guru

Page 99: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

setelah mengajar, dari hal tersebut dapat dilihat sejauh mana perubahan guru yang

tersertifikasi dalam profesionalisme guru.

a. Persiapan/perencanaan

Adapun persiapan pembelajaran meliputi persiapan yang dilakukan oleh sekolah,

guru dan siswa.

1) Persiapan yang dilakukan oleh sekolah antara lain:

Persiapan sarana-sarana material berupa buku diktat. Tetapi untuk sarana-

sarana penunjang pembelajaran yang lain misal LCD dan laboratorium

IPS belum tercukupi.

2) Persiapan yang dilakukan oleh guru sebagai berikut:

a) Persiapan materi pembelajaran dan penguasaan materi.

Konsekuensinya guru harus belajar tentang materi-mater yang akan

diberikan. Guru harus menguasai semua materi agar siap ketika

mengajar di depan siswa.

b) Persiapan yang lainnya adalah pembuatan Rencana Pelaksanaan

Pendidikan (RPP), silabus, Program tahunan (Prota), Program

semester (Promes) dan penjabaran Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM).

3) Persiapan yang dilakukan oleh siswa

Kesiapan dari siswa dalam menghadapi pembelajaran sangat bervariasi.

Jadi kesiapan siswa berbeda-beda untuk mengikuti pembelajaran ini. Ada

siswa yang sudah aktif untuk melakukan pembelajaran secara mandiri,

namun juga ada siswa yang jarang atau bahkan tidak pernah belajar ketika

akan mengikuti pembelajaran. Dari kesiapan ketiganya baik pihak guru,

siswa maupun sekolah akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.

b. Proses pelaksanaan pembelajaran

1) Metode pembelajaran guru menggunakan metode yang bervariasi agar

anak tidak bosan dan mau aktif dalam pembelajaran diantaranya yaitu

metode ceramah, diskusi, out class maupun bermain. Kebanyakan guru

Page 100: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

menggunakan metode ceramah dan diskusi. Hanya saja jika diskusi

sebagian siswa justru gaduh, dan siswa yang pasif tidak dapat mengikuti

pembelajaran dengan maksimal atau tertinggal materi. Untuk metode out

class dan bermain jarang dilakukan karena menyita banyak waktu, metode

tersebut digunakan hanya agar siswa tidak bosan.

2) Sumber yang digunakan sebagian besar guru menggunakan buku-buku

literature, LKS dan juga internet, sedangkan media yang digunakan papan

tulis dan LCD. Memang sarana dan prasarana di SMAN 1 Nguter,

Sukoharjo belum mencukupi untuk pembelajaran. Untuk media berupa

LCD masih sangat terbatas. Begitu pula dengan laboratorum IPS belum

ada, sehingga guru menggunakan LCD secara bergantian.

3) Guru dalam memberikan contoh kepada peserta didik atau memberikan

pelajaran ke peserta didik sudah menghubungkan dengan kehidupan nyata.

jadi pembelajaran yang dilakukan sudah kontekstual. Contoh diambil dari

kehidupan sekitar siswa sehingga siswa mudah memahami materi yang

disampaikan guru dan mampu menerapkannya.

4) Antusias dan partisipasi siswa dalam megikuti pelajaran dan mengerjakan

tugas cukup variatif. Ada siswa yan aktif tapi nayak juga siswa yang

kurang aktif dan antusias dalam megikut pelajaran. Kemandirian siswa

dalam mencari sumber belajar sendiri juga beraneka ragam. Tapi

kebanyakan siswa kurang aktif dalam mencari sumber belajar mandiri.

Siswa baru aktif dalam mencari dan menemukan sumber belajar mandiri

ketika ada tugas yang diberikan oleh guru.

c. Evaluasi atau penilaian

Evaluasi yang digunakan oleh guru adalah evaluasi proses dan

evaluasi hasil. Penilaian yang dilakukan sudah mencakup aspek afektif,

kognitif dan psikomotorik. Evaluasi proses yang berlangsung ketika

pelajaran. Siswa yang aktif bertanya akan mendapat nilai tambahan. Evaluasi

proses juga dilakukan ketika setelah pemberian tugas biasanya guru langsung

Page 101: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

memberikan koreksi dan dibahas di dalam kelas. Kerajinan dalam

mengerjakan tugas, keaktifan dalam bertanya dan praktik dalam kehidupan

merupakan nilai psikomotorik. Sedang afektif merupakan nilai dari sikap dan

perilaku siswa.

Bentuk instrumen evaluasi yaitu tanya jawab sebagai tes lisan.

Kemudian tes tertulis berupa ulangan harian, ulangan mid semester, dan

ulangan semester. Untuk tes lisan personal sulit dilakukan dengan

pertimbangan waktu. Jadi tes hanya dilakukan dengan tertulis. Untuk

instrumennya berupa tes essay, soal obyektif. Program remedial dilakukan

oleh masing-masing guru jika nilai siswa tidak memenuhi KKM.

4. Pada penelitian ini di jelaskan mengenai dampak sertifikasi guru bagi guru, siswa

dan sekolah yaitu:

a. Dampak Positif

1) Motivasi mengajar meningkat

Sertifikasi guru secara tidak langsung membuat guru semakin termotivasi

dalam mengajar. Karena guru yang tersertifikasi harus merasa lebih baik dari guru

lain yang belum tersertifikasi. Mereka akan berusaha untuk memperbaiki metode

belajar agar siswa lebih tertarik sehingga siswa akan termotivasi pula dalam belajar,

dan dengan tunjangan sertifikasi guru mampu menyediakan media tanpa tergantung

dengan sekolah, misalnya laptop, buku-buku literature, dan media lain.

2) Metode mengajar guru lebih variatif dan kreatif

Saat PLPG guru diberi pelatihan-pelatihan mengajar dengan berbagai metode

yang variatif dan kreatif, hal ini sebagai bekal untuk guru yang telah tersertifikasi

harapannya mampu mengajar dengan metode yang variatif dan kreatif seperti metode

diskusi kelompok, out class (belajar diluar kelas), dan pemanfaatan internet .

Sehingga dengan metode yang variatif dan kreatif anak didik tidak bosan dan

mengajar menjadi menyenangkan.

Page 102: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

3) Meningkatkan kesejahteraan guru

Sertifikasi guru menjadi solusi bagi permasalahan pendidik khususnya guru,

karena kesejahteraan guru menjadi meningkat. Setelah adanya sertifikasi guru, guru

dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan dapat meningkatkan sarana penunjang

pengajaran. Sebagian besar guru yang telah tersertifikasi membeli laptop sebagai

sarana penunjang dalam mengajar, selain itu beberapa diantaranya juga melanjutkan

sekolah S2. Hal tersebut dapat meningkatkan kualitas kinerja guru dan

profesionalisme guru , dan pada gilirannya meningkatkan kualitas pendidikan.

4) Meningkatkan profesionalisme guru

Sertifikasi guru disadari semakin meningkatkan profesionalisme guru.

Profesionalisme guru ini menunjuk kepada komitmen para guru untuk meningkatkan

kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang

digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya sebagai

pendidik.

b. Dampak Negatif

1) Guru yang belum tersertifikasi jam mengajar berkurang

Jam mengajar 24jam/minggu diwajibkan bagi guru yang tersertifikasi. Hal

tersebut sangat mengganggu karena terbatasnya ruang kelastifikasi jam mengajarnya

menjadi berkurang karena untuk memenuhi jam mengajar guru yang tersertifikasi.

Selain itu juga berdampak pada siswa jika guru mengajar bukan bidang yang sesuai.

2) Kecemburuan sosial dikalangan lingkungan masyarakat

Sertifikasi guru tanpa disadari menimbulkan kecemburuan sosial khususnya di

luar sekolah maupun dilingkungan sekolah. Kebanyakan muncul dari profesi non

guru, karena merasa profesi guru adalah profesi yang mudah dan gajinya besar.

Dengan munculnya sertifikasi guru profesi non guru semakin merasa bahwa profesi

guru sangat menguntungkan. Padahal profesi guru membutuhkan kerja keras dan

tidak semudah yang mereka bayangkan. Tugas dan peran guru cukup kompleks,

bahkan tidak hanya selesai di sekolah tetapi juga di rumah.

Page 103: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

5. Pada penelitian ini dijelaskan mengenai kendala-kendala yang dihadapi guru di

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo dalam implementasi sertifikasi guru dan usaha-usaha

untuk mengatasi kendala tersebut. Kendala tersebut yaitu:

a. Sarana prasarana yang masih terbatas

Sarana prasarana sekolah disadari atau tidak sangat penting untuk menunjang

pembelajaran dan guru mengajar. Bagi guru terbatasnya sarana prasarana seperti

LCD, menjadi kendala dalam guru mengajar. Terbatasnya sarana prasarana sangat

mengganggu proses mengajar. Misalnya terbatasnya media LCD, banyak guru yang

menjadi enggan mengajar menggunakan LCD karena untuk persiapannya

membutuhkan waktu yang lama. Sehingga banyak waktu tersita hanya untuk

mempersiapkan LCD, padahal guru juga masih harus mempersiapkan materi dan

mengejar materi agar selesai dan tersampaikan.

b. Keaktifan siswa yang masih kurang

Keaktifan siswa di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo masih kurang. Anak-anak

kurang berpartisipasi dalam pembelajaran. Anak-anak cenderung tidak

memperhatikan materi namun justru lebih tertarik pada media jika menggunakan

LCD. Dalam kegiatan diskusi anak juga cenderung ramai sehingga proses

pembelajaran tidak maksimal.

c. Kekurangan jam mengajar

Jam mengajar guru tersertifikasi diwajibkan 24 jam/minggu. Hal ini menjadi

masalah karena sebagian guru tersertifikasi kekurangan jam mengajar. Sehingga guru

yang kekurangan jam mengajar cenderung mengajar mata pelajaran yang lain diluar

bidangnya.

6. Dari penelitian yang dilakukan peneliti terdapat beberapa penjelasan dari informan

mengenai usaha-usaha yang dilakukan SMAN 1 Nguter, Sukoharjo dalam mengatasi

kendala-kendala yang timbul, antara lain:

a. Adanya komunikasi pihak guru dan kepala sekolah mengenai mata pelajaran yang

diajarkan.

Page 104: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Bagi guru yang tersertifikasi syarat mengajar 24jam/minggu membuat

beberapa guru terpaksa mengajar diluar bidangnya. Hal ini dilakukan untuk

memenuhi syarat mengajar 24jam/minggu, beberapa guru menilai usaha tersebut

diperlukan komunikasi yang baik antara guru dengan kepala sekolah agar guru dapat

mengajar sesuai dengan kemampuannya.

b. Menambah ruang kelas atau daya tampung siswa

Menambah ruang kelas dapat meningkatkan jumlah daya tampung siswa

sehingga harapannya guru yang kekurangan jam mengajar dapat terbantu terpenuhi

dan dapat mengajar sesuai dengan fac-nya. Usaha ini tentu memerlukan waktu yang

cukup panjang dan dana yang cukup besar, namun kedepannya usaha ini dapat

mengatasi guru yang kekurangan jam mengajar.

c. Melengkapi sarana prasarana sekolah

Pihak sekolah telah mengusahakan untuk melengkapi sarana-prasarana seperti

LCD, dan buku-buku literature sehingga dapat membantu guru dalam mengajar.

Upaya tersebut juga dibutuhkan sinergis antara guru dan siswa untuk saling mencari

sumber-sumber belajar lain yang dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar.

D. Pembahasan Temuan Hasil Lapangan

1. Implementasi sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru di

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo

Sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk

mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian

sertifikat pendidik untuk meningkatkan profesional guru. Dalam penelitian

implementasi sertifikasi guru ini yang menjadi titik tekan adalah Proses penerapan

kebijakan sertifikasi guru di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo. Menurut Mulyasa

(2007:93) Implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau

inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa

perubahan pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan sikap.

Page 105: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Mengenai proses penerapan kebijakan sertifikasi di SMAN 1 Nguter,

Sukoharjo bagi sebagian besar guru menurut sudah sesuai dengan aturan yang

berlaku. Guru yang masa kerjanya paling lama diajukan terlebih dahulu oleh pihak

sekolah, kemudian baru guru-guru junior. Menurut Hamzah B. Uno (2007: 15) guru

adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik,

mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang

yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata

dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar.

Implementasi sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru di

SMAN 1 Nguter, Sukoharjo terdapat 3 hal penting yaitu persiapan atau perencanaan

guru sertifikasi sebelum mengajar, proses pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi

atau penilaian yang dilakukan guru setelah mengajar, dari hal tersebut dapat dilihat

sejauh mana perubahan guru yang tersertifikasi dalam profesionalisme guru.

Persiapan yang dilakukan guru IPS di SMP Negeri 14 Surakarta antara lain:

Persiapan materi pembelajaran dan penguasaan materi. Konsekuensinya guru harus

belajar tentang materi-mater yang akan diberikan. Guru harus menguasai semua

materi agar siap ketika mengajar di depan siswa. Persiapan yang lainnya adalah

pembuatan Rencana Pelaksanaan Pendidikan (RPP), silabus, Program tahunan

(Prota), Program semester (Promes) dan penjabaran Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM). Kesiapan yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran IPS terpadu sangat

bervariasi. Ada siswa yang sudah aktif untuk melakukan pembelajaran secara

mandiri, namun juga ada siswa yang jarang atau bahkan tidak pernah belajar ketika

akan mengikuti pembelajaran. Untuk kesiapan sekolah dalam menghadapi

implementasi sertifikasi guru di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo tergolong cukup siap

terbukti dengan adanya persiapan sarana-sarana material berupa buku diktat. Tetapi

pihak sekolah belum begitu optimal dalam pengadaan sarana belajar tertentu yang

dibutuhkan misal penyediaan LCD dan laboratorium IPS.

Metode pembelajaran yang sering digunakan guru di SMAN 1 Nguter,

Sukoharjo adalah ceramah dan tanya jawab (diskusi). Menurut Sri Anitah ( 2009: 85 )

Page 106: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

metode ceramah adalah penuturan atau penegasan secara lisan oleh guru terhadap

kelas. Alat interaksi yang terutama dalam hal ini adalah berbicara. Metode ini

digunakan karena tuntutan penyampaian materi yang begitu banyak dan padat sedang

alokasi waktu yang tersedia hanya sedikit. Sehingga guru lebih menggunakan metode

ceramah dibanding diskusi atau metode lainnya, dengan pertimbanagan waktu.

Sedang metode tanya jawab digunakan untuk melanjutkan pelajaran lalu dalam

kegiatan eksplorasi dan apersepsi, untuk meningkatkan antusias peserta didik agar

ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pemberian tugas dan latihan juga sering

diberikan guru untuk proses evaluasi dan juga meningkatkan kemandirian siswa

dalam mencari sumber belajar. Untuk diskusi jarang dilakukan karena siswa sering

tidak kondusif jika menggunakan metode tersebut. Siswa cenderung ramai dan sulit

untuk dikendalikan. Untuk karyawisata dilakukan oleh guru hanya sekali waktu.

Selain sebagai sarana pembelajaran siswa, juga digunakan sebagai sarana refreshing

siswa.

Sri Anitah ( 2010: 127 ) menyebutkan bahwa sumber belajar adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk memfasilitasi kegiatan belajar. Menurut

Association for Educational Communication and Technology (AECT) dalam Sri

Anitah ( 2010: 264) disebutkan bahwa sumber belajar meliputi semua unsur

(data,orang, segala sesuatu) yang dapat digunakan oleh peserta didik baik secara

terpisah maupun dalam bentuk gabungan, biasanya dalam situasi informal, untuk

memberikan fasilitas belajar. Sumber belajar yang digunakan oleh guru dalam

implementasi pembelajaran adalah buku diktat, LKS dan lingkungan sekitar sekolah

maupun lingkungan siswa. Sedang untuk media pembelajaran yang sering digunakan

adalah LCD dan papan tulis. Untuk media visual, maupun audio visual masih jarang

digunakan karena terbatasnya sarana dan prasarana. Penyediaan LCD masih kurang

dan laboratorium IPS belum ada.

Setiap pembelajaran tentunya memiliki kecenderungan terhadap suatu

pendekatan atau teori belajar. Kecenderungan ini dapat dilihat dari karakteristik

pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran di kelas merupakan salah satu

Page 107: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

pembelajaran yang menggunakan banyak pendekatan. Salah satunya adalah

pendekatan konstruktivisme dan inkuiri. Menurut Udin Saefudin Sa’ud ( 2008: 168)

konstruktivisme adalah proses pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa

berdasarkan pengalaman. Jean Piaget yang menyebut dalam Udin Saefudin Sa’ud

(2008: 169) juga menyebutkan bahwa pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi

seseorang, struktur konsepsi membentuk pengetahuan apabila konsepsi itu berlaku

dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang. Brooks dan Brooks

dalam Sri Anitah ( 2010:14) mengemukakan lima prinsip pendidikan konstruktivis

yaitu: (1) memunculkan masalah yang relevan dengan peserta didik, (2)

menstrukturkan belajar sekitar ”ide besar” atau konsep-konsep utama, (3) menilai

sudut pandang peserta didik, (4) penyesuaian kurikulum untuk memunculkan

perkiraan peserta didik, dan (5) menilai kegiatan belajar peserta didik dalam konteks

pembelajaran.

Dari penelitian yang dilakukan guru sudah menghubungkan materi

pembelajaran dengan realitas kehidupan. Guru di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo dalam

menerangkan sering memberikan contoh berdasar pengalaman atau kondisi

lingkungan sekitar siswa. Dengan demikian pengetahuan siswa akan terbentuk

dengan mudah karena berdasar pengalaman yang mereka kenal. Selain itu siswa juga

akan mampu menerapkan pengetahuan yang didapatkan dari pelajaran dalam

kehidupannya sehari-hari. Selain itu guru juga memberikan evaluasi dan penilaian

dalam pembelajaran yang meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi yang dilakukan

sudah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Udin Saefudin Sa’ud Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran

berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.

Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat akan tetapi hasil dari

proses menemukan sendiri. Menurut Bruner dalam Trianto ( 2007 : 33 ) pembelajaran

inkuiri adalah “ suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya pemahaman

tentang struktur materi ( ide kunci ) dari suatu ilmu yang dipelajari, perlunya belajar

Page 108: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

aktif sebagai dasar dari pemahaman yang sebenarnya dan nilai dari berfikir secara

induktif dalam belajar (pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui pribadi)”.

Dalam pendekatan ini guru mendorong siswa untuk menemukan ide-ide kunci

atau mentransformasikan informasi ke dalam tataran konseptual maupun praktikal .

Dalam pembelajaran ini guru memberikan stimulasi dan simulasi, kemudian siswa

bekerja berdasar simulasi atau contoh hingga menemukan hubungan antar bagian dari

struktur materi. Pembelajaran inkuiri ini menstimulasi pengembangan kemampuan

intuitif dan kemampuan analisis siswa dalam proses pembelajaran.

Hal tersebut juga diterapkan oleh guru di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo dalam

pembelajaran. Dengan pemberian materi yang dikaitkan dengan kehidupan maka itu

akan mempermudah siswa dalam menemukan pengetahuannya dan kemudian

dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu guru sering memberikan tugas

yang digunakan untuk meningkatkan antusias siswa dalam menemukan sumber

belajar sendiri. Seperti dicontohkan dalam penelitian ini adalah pemberian tugas

untuk mencari register ke kelurahan dan pembuatan peta topografi.

2. Dampak sertifikasi guru bagi guru, siswa dan sekolah

Dalam kebijakan sertifikasi guru oleh pemerintah, diharapkan semua guru

tersertifikasi sehingga semua guru memiliki sertifikat pendidik dan layak disebut guru

yang profesional. Sanusi dalam Udin Syaefudin Saud (2009: 6-7) Profesionalisme,

menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan

kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang

digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Dalam hal

ini profesionalisme guru menjadi tujuan utama, karena disadari atau tidak sertifikasi

guru berpengaruh pada peningkatan kualitas guru yang pada akhirnya meningkatkan

kualitas pendidikan. Banyak perbedaan yang dirasakan oleh guru-guru ketika mereka

telah tersertifikasi guru, diantaranya yaitu dari segi mengajar menjadi semangat,

termotivasi, karena ada tambahan tunjangan, akhirnya ada upaya-upaya untuk

peningkatan sarana. Misalnya membeli laptop untuk pembelajaran di kelas. Selain itu

juga ada peningkatan dalam mengajar, yang awalnya belum mampu menggunakan

Page 109: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

laptop kini mulai mampu menggunakan laptop. Dan awalnya hanya mengajar dengan

ceramah, kini menggunakan media lain yang lebih efisien yaitu LCD.

Adapun dampak positif sertifikasi guru bagi guru dan sekolah yaitu Motivasi

mengajar meningkat, membuat guru semakin termotivasi dalam mengajar. Karena

guru yang tersertifikasi harus merasa lebih baik dari guru lain yang belum

tersertifikasi. Mereka akan berusaha untuk memperbaiki metode belajar agar siswa

lebih tertarik sehingga siswa akan termotivasi pula dalam belajar. Mulyasa (2007:53-

67) menjelaskan peran guru sebagai agen pembelajaran salah satunya yaitu dengan

guru sebagai motivator, guru dituntut untuk dapat membangkitkan motivasi belajar

peserta didik. Callahan and Clark dalam Mulyasa (2007:58) mengemukakan bahwa

motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah

laku kearah suatu tujuan tertentu. Dengan tunjangan sertifikasi guru mampu

menyediakan media tanpa tergantung dengan sekolah, misalnya laptop, buku-buku

literature, dan media lain. Karena selain menjadi motivator, tugas guru juga sebagai

sebagai fasilitator. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta

didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar

(facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik. Sebagai fasilitator tugas guru

yang paling utama adalah memberi kemudahan belajar, bukan hanya menceramahi

atau mengajar saja.

Manfaat lain yang dirasakan guru yaitu guru lebih variatif dan kreatif dalam

metode mengajar. Saat PLPG guru diberi pelatihan-pelatihan mengajar dengan

berbagai metode yang variatif dan kreatif, hal ini sebagai bekal untuk guru yang telah

tersertifikasi di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo mampu mengajar dengan metode yang

variatif dan kreatif seperti metode diskusi kelompok, out class (belajar diluar kelas),

dan pemanfaatan internet. Sehingga dengan metode yang variatif dan kreatif anak

didik tidak bosan dan mengajar menjadi menyenangkan. Manfaat lain yang dirasakan

guru yaitu meningkatkan kesejahteraan guru. Setelah adanya sertifikasi guru, guru

dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan dapat meningkatkan sarana penunjang

pengajaran. Sebagian besar guru yang telah tersertifikasi membeli laptop sebagai

Page 110: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

sarana penunjang dalam mengajar, selain itu beberapa diantaranya juga melanjutkan

sekolah S2. Manfaat yang terakhir yaitu meningkatkan profesionalisme guru.

Sertifikasi guru disadari semakin meningkatkan profesionalisme guru. Menurut

Furqon (2009: 68) menjelaskan mengenai kompetensi guru sebagai agen

pembelajaran Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam pengetahuan

isi (content knowledge) penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam

sesuai standar isi program satuan pendidikan atau Standar Nasional Pendidikan, mata

pelajaran, atau kelompok mata pelajaran yang diampu. Sedangkan menurut Sanusi

dalam Martinis Yamin (2006: 21) secara konseptual profesionalisasi guru mencakup

aspek-aspek yaitu; (1) Penguasaan materi pelajaran. (2) Penguasaan landasan dan

wawasan kependidikan. (3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan

pembelajaran siswa.

3. Kendala-kendala yang dihadapi guru di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo

dalam implementasi sertifikasi guru.

Kendala merupakan sesuatu yang dapat mengganggu jalannya suatu proses.

Dalam penelitian ini ada beberapa kendala yang dihadapi SMAN 1 Nguter, Sukoharjo

dalam implementasi sertifikasi guru. Kendala tersebut yaitu jam mengajar guru

minimal 24jam/minggu hal tersebut sangat mengganggu karena terbatasnya ruang

kelas. Sehingga untuk memenuhinya guru yang tersertifikasi terkadang harus

mengajar di luar fac-nya atau mengambil jam mengajar guru lain yang belum

tersertifikasi. Selain itu sarana prasarana sekolah yang masih terbatas juga menjadi

kendala guru mengajar. Terbatasnya sarana prasarana sangat mengganggu proses

mengajar. Misalnya terbatasnya media LCD, banyak guru yang menjadi enggan

mengajar menggunakan LCD karena untuk persiapannya membutuhkan waktu yang

lama. Sehingga banyak waktu tersita hanya untuk mempersiapkan LCD, sehingga

waktu untuk menjelaskan materi terbatas. Padahal guru juga masih harus

mempersiapkan materi dan mengejar materi agar selesai dan tersampaikan.

Kendala lain yaitu kecemburuan sosial, khususnya di luar sekolah maupun

dilingkungan sekolah. Kebanyakan kecemburuan sosial muncul dari profesi non guru,

Page 111: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

karena merasa profesi guru adalah profesi yang mudah dan gajinya besar. Dengan

munculnya sertifikasi guru profesi non guru semakin merasa bahwa profesi guru

sangat menguntungkan. Padahal profesi guru membutuhkan kerja keras dan tidak

semudah yang mereka bayangkan. Tugas dan peran guru cukup kompleks, bahkan

tidak hanya selesai di sekolah tetapi juga di rumah.

4. Usaha-usaha yang dilakukan SMAN 1 Nguter, Sukoharjo dalam mengatasi

kendala-kendala.

Untuk mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam implementasi sertifikasi

guru SMAN 1 Nguter, Sukoharjo melakukanusaha-usaha yaitu melakukan

komunikasi pihak guru dan kepala sekolah secara intensif mengenai mata pelajaran

yang akan diajarkan. Hal ini diperuntukkan bagi guru yang tersertifikasi syarat

mengajar 24jam/minggu sehingga membuat beberapa guru terpaksa mengajar diluar

bidangnya. Untuk memenuhi syarat mengajar 24jam/minggu, beberapa guru menilai

usaha tersebut diperlukan komunikasi yang baik antara guru dengan kepala sekolah

agar guru dapat mengajar sesuai dengan kemampuannya.

Usaha lain yaitu menambah ruang kelas atau daya tampung siswa.

Menambah ruang kelas dapat meningkatkan jumlah daya tampung siswa sehingga

harapannya guru yang kekurangan jam mengajar dapat terbantu terpenuhi dan dapat

mengajar sesuai dengan fact-nya. Usaha ini tentu memerlukan waktu yang cukup

panjang dan dana yang cukup besar, namun ke depan usaha ini dapat mengatasi guru

yang kekurangan jam mengajar. Selain itu pihak sekolah juga berusaha untuk

melengkapi sarana prasarana sekolah. Pihak sekolah telah mengusahakan untuk

melengkapi sarana-prasarana seperti LCD, dan buku-buku literature sehingga dapat

membantu guru dalam mengajar. Upaya tersebut juga dibutuhkan sinergis antara guru

dan siswa untuk saling mencari sumber-sumber belajar lain yang dapat membantu

proses kegiatan belajar mengajar.

Page 112: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan deskripsi permasalahan dan analisis data yang diperoleh tentang

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Implementasi sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru di SMAN 1

Nguter, Sukoharjo terdapat 3 hal penting yaitu:

a. Persiapan atau perencanaan pembelajaran

Persiapan atau perencanaan pembelajaran di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo

yaitu: Persiapan yang dilakukan oleh sekolah antara lain: persiapan sarana

prasarana material berupa buku diktat. Persiapan yang dilakukan oleh guru

sebagai berikut: persiapan materi pembelajaran dan penguasaan materi.

Persiapan yang dilakukan siswa yaitu belajar dan mencari sumber belajar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti persiapan dari ketiga

komponen diatas cukup baik tetapi belum optimal.

b. Proses pelaksanaan pembelajaran

1. Metode pembelajaran yang digunakan guru tersertifikasi di SMAN 1

Nguter, Sukoharjo yaitu metode ceramah, diskusi, out class maupun

bermain.

2. Sumber yang digunakan sebagian besar guru menggunakan buku-buku

literature, LKS dan juga internet, sedangkan media yang digunakan papan

tulis dan LCD.

3. Guru dalam memberikan contoh kepada peserta didik atau memberikan

pelajaran ke peserta didik sudah menghubungkan dengan kehidupan nyata.

jadi pembelajaran yang dilakukan sudah kontekstual.

97

Page 113: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti metode pembelajaran yang

dilakukan guru tersertifikasi cukup baik, guru menggunakan metode

pembelajaran yang kreatif dan inovatif dan sumber belajar yang variatif.

4. Antusias dan partisipasi siswa dalam megikuti pelajaran dan mengerjakan

tugas cukup variatif. Ada siswa yang aktif tapi ada juga siswa yang kurang

aktif dan antusias dalam mengikut pelajaran. Kebanyakan siswa kurang

aktif dalam mencari sumber belajar mandiri. Siswa baru aktif dalam

mencari dan menemukan sumber belajar mandiri ketika ada tugas yang

diberikan oleh guru.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti proses pembelajaran guru

tersertifikasi sudah cukup baik. Hanya saja media yang digunakan belum maksimal

karena terbatasnya sarana dan prasarana dan sumber belajar serta keaktifan siswa

dalam mencari sumber belajar mandiri.

c. Evaluasi atau penilaian

Evaluasi pembelajaran atau penilaian yang dilakukan oleh guru tersertifikasi

di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo cukup baik. Evaluasi yang digunakan meliputi

evaluasi proses dan evaluasi hasil. Penilaian yang dilakukan sudah mencakup afektif,

kognitif, dan psikomotorik. Program remedial dilakukan jika siswa tidak memenuhi

KKM yang telah ditentukan masing-masing guru. Menurut peneliti evaluasi cukup

baik, hanya saja KKM di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo tergolong rendah jika

dibandingkan sekolah lain.

2. Dampak sertifikasi guru bagi siswa, guru dan sekolah

a. Dampak Positif

1) Motivasi mengajar guru meningkat

2) Guru lebih variatif dan kreatif dalam metode mengajar

3) Meningkatkan kesejahteraan guru

4) Meningkatkan profesionalisme guru

b. Dampak Negatif

1) Guru yang belum tersertifikasi jam mengajar berkurang

Page 114: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

2) Kecemburuan sosial dikalangan lingkungan masyarakat

3. Kendala-kendala yang dihadapi guru di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo dalam

implementasi sertifikasi guru.

1) Sarana prasarana sekolah yang masih terbatas

2) Keaktifan siswa kurang

3) Guru tersertifikasi kekurangan jam mengajar

4. Dari penelitian yang dilakukan peneliti terdapat beberapa penjelasan dari

informan mengenai usaha-usaha yang dilakukan SMAN 1 Nguter, Sukoharjo

dalam mengatasi kendala-kendala yang timbul, antara lain:

1) Adanya komunikasi pihak guru dan kepala sekolah mengenai mata pelajaran

yang diajarkan.

2) Menambah ruang kelas atau daya tampung siswa

3) Melengkapi sarana prasarana sekolah

B. IMPLIKASI

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka implikasi yang dapat diuraikan oleh

penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan sertifikasi guru sebagai proses uji kompetensi yang dirancang untuk

mengungkapkan penguasaan kompetensi seorang guru sebagai landasan

pemberian sertifikat pendidik untuk meningkatkan profesional guru melalui uji

kompetensi seperti pelatihan, seminar dan workshop sehingga kompetensi guru

sebagai pendidik dapat meningkat. Untuk mencapai pendidik yang profesional

dibutuhkan kerjasama yang baik dari semua pihak sekolah baik guru, sekolah dan

siswa.

2. Dalam kebijakan sertifikasi guru terdapat kendala yang dapat mengganggu

penerapan kebijakan sertifikasi guru, sehingga diperlukan usaha dari semua pihak

sekolah baik guru, sekolah maupun siswa.

Page 115: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

3. Dampak sertifikasi guru dapat dirasakan oleh semua pihak sekolah baik guru,

sekolah maupun siswa. Adanya kerjasama yang baik akan dapat meminimalisir

dampak negatif yang ditimbulkan.

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat dikemukakan adalah

sebagai berikut:

a. Bagi mahasiswa

Sebaiknya mahasiswa khususnya jurusan pendidikan sudah mempersiapkan

sejak dini untuk menghadapi sertifikasi guru di dunia kerja. Mahasiswa perlu belajar

lebih intensif mengenai standar kompetensi bagi guru yang professional sehingga

dalam aplikasinya lebih memudahkan untuk dilakukan.

b. Bagi sekolah

Dari ketiga komponen baik siswa, guru maupun sekolah saling mendukung

kebijakan sertifikasi guru. Dari siswa semakin aktif dalam mempersiapkan dan

mencari sumber belajar sendiri dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dari guru

sebaiknya mampu untuk menghadapi tantangan global untuk lebih meningkatkan

kompetensi dan prefesionalisme guru. Untuk sekolah sebaiknya menyediakan sarana

dan prasarana yang dapat mendukung berjalannya sertifikasi guru. Selain itu

pimpinan sekolah perlu mengontrol dan mengevaluasi guru maupun siswa untuk

mendukung keberhasilan kebijakan sertifikasi guru.

c. Bagi masyarakat

Sebaiknya masyarakat sendiri juga mendukung keberhasilan kebijakan

sertifikasi guru dengan menciptakan kondisi dan lingkungan yang kondusif untuk

belajar. Dalam hal ini orang tua siswa perlu memberikan dukungan kepada siswa

untuk meningkatkan antusias dalam belajar.

Page 116: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

DAFTAR PUSTAKA

Black, A. James & Dean, J. Champion. 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial.

Bandung: Eresco.

Boys S Sabarguna. 2005. Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif. Jakarta : UI Press.

Burhan Bungin.2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada.

_______.2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada.

Cholid N. & Abu Achmadi.2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Furqon Hidayatullah. 2009. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat Dan

Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka.

Hamzah B. Uno. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Ibrahim, Syukur & Syamsuddin, Machrus. 1985.Penemuan Teori Grounded:

Beberapa Strategi Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

Johnson, Doyle Paul. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Terjemahan Robert

M.Z Lawang. Jakarta: Gramedia.

Khozin Afandi .1993.Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian.Surabaya: Usaha Nasional

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Martinis Yamin. 2006. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung

Persada

Masnur Muslich, 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesonalisme pendidik. Jakarta:

Bumi Aksara

Masri, S. & Sofian, E. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Pustaka LP3ES

Miles, Matthew & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.Jakarta: UI Press

101

Page 117: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

_______.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyasa.2007. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya

_______.2007. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja

Rosdakarya

M. Nurdin.2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Prismasophie

Nasution, S. 2004. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Norlander Case,2009. Guru Profesional. Jakarta: Indeks

Oemar Hamalik.2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.

Jakarta: Bumi Aksara

Piet A. Sahertian.1994.Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset.

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J.2007. Teori Sosiologi Modern.

Jakarta:Prenada Media. Diterjemahkan oleh Alimandan.

Robert K. Yin. 2000. Studi Kasus ( Desain dan Metode). Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Soedomo Hadi, 2005. Pendidikan Suatu Pengantar. Surakarta: UNS Press

Soetarno,2000. Profesi Keguruan. Surakarta: UNS Press

Sri Anitah. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: FKIP UNS. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Alfabeta.

Sudarwan Danim. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Sumardjono, S.W. Maria.2001. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif (Dasar Teori dan Terapannya

dalam Penelitian). Surakarta : UNS Press.

Page 118: IMPLEMENTASI SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN ...... · sertifikasi guru dalam meningkatkan profesional guru (studi kasus mengenai guru di SMAN 1 Nguter meliputi beberapa hal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Suyatno.2008. Panduan Sertifikasi Guru. Jakarta: Indeks

Syafruddin Nurdin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta:

Ciputat Press

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher.

Udin Syaefudin Saud. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

_______. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta