Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI SIKAP TOLERAN KEBERAGAMAAN JAMA’AH RIJALUL ANSOR
DI DESA KALIBENING, KECAMATAN TINGKIR, KOTA SALATIGA TAHUN 2016
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh: ASHNAN HABIB
111-12-130
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017
1
2
3
IMPLEMENTASI SIKAP TOLERAN KEBERAGAMAAN JAMA’AH RIJALUL ANSOR
DI DESA KALIBENING, KECAMATAN TINGKIR, KOTA SALATIGA TAHUN 2016
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh: ASHNAN HABIB
111-12-130
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017
4
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan naskah skripsi
Kepada :
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Tempat
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah membaca dan memberi arahan dan perbaikan seperlunya, maka
kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi sdra. :
Nama : Ashnan Habib
NIM : 111-12-130
Judul : IMPLEMENTASI SIKAP TOLERAN KEBERAGAMAAN
JAMA’AH RIJALUL ANSOR DI DESA KALIBENING,
KECAMATAN TINGKIR, KOTA SALATIGA TAHUN 2016
Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqosah skripsi
guna memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 30 Maret 2017
Pembimbing
Dra. Siti Asdiqoh, M.Si
NIP. 19680812 199403 2003
5
SKRIPSI
IMPLEMENTASI SIKAP TOLERAN KEBERAGAMAAN
JAMA’AH RIJALUL ANSOR DI DESA KALIBENING
KECAMATAN TINGKIR, KOTA SALATIGA TAHUN 2016
Disusun oleh:
ASHNAN HABIB
NIM : 11112130
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada Tanggal 30 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji:
Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag, M. Phil. ..........................................
Sekertaris Penguji : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. ..........................................
Penguji I : Achmad Maimun, M. Ag. ..........................................
Penguji II : Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag ........................................
Salatiga, 30 Maret 2017
Dekan
Suwardi, M.Pd NIP. 19670121 199903 1 002
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]
6
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ashnan Habib
NIM : 111-12-130
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 16 Maret 2017
Yang menyatakan
Ashnan Habib NIM. 111-12-130
7
MOTTO
Seseorang yang takut kepada harimau akan lari menjauh,
sedangkan seseorang yang takut kepada Allah akan lari
mendekat. Jadikanlah dirimu sebagai lautan yang luas, adapun
kejadian itu harus diterima dengan tawakal dan dengan iman
yang tebal.
8
PERSEMBAHAN
Bacalah dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah dan Tuhanmulah yang maha
mulia, Yang mengajar manusia dengan pena,
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5)
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13)
Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat
(QS : Al-Mujadilah 11)
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak (Thohir Ahmad) dan ibu (Tarwiyah)
yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa,
dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak
tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada
didepanku.
2. Kakakku tersayang Yuli Arifah S. Pd. I yang selalu membimbingku dan
mengajarkan ku untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
3. Adikku tersayang Imam Fauzi yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi.
4. Keluarga besarku yang selalu mendoakan keberhasilanku (Mas Amaludin
dan Mas Munajiburahman).
5. Teman sejawat saudara seperjuangan PAI angkatan 2012 khususnya PAI
D ( Mas Nor, Yai Akrom, Hanif).
6. Untuk Putik Nur Rohmawati yang selalu menemani dan memberi motivasi
serta dukungan sampai terselesainya skripsi ini.
7. Keluarga besar bulutangkis (IAIN Salatiga Badminton Club) yang selalu
memberikan hiburan kepada penulis (Mas Rifqi, Aziz, Ali, Ade, Eka, Ulfa,
Ainur dan Dhani).
9
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan
kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. Sholawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para
pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran, tenaga serta pengorbanan waktunya
dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10
5. Para dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah membekali
pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Keluarga besar penulis, atas segala motivasi, dukungan dan doa restu kepada
penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Berbagai pihak yang secara langsung dan tidak langsung yang telah
membantu baik moral maupun materil dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 16 Maret 2017
Penulis
Ashnan Habib NIM. 111-12-130
11
ABSTRAK
Habib, Ashnan. 2017. Implementasi Sikap Toleran Keberagamaan Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, M. Si.
Kata Kunci: Sikap Toleran Keberagamaan Jama’ah Rijalul Ansor
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui Implementasi Sikap
Toleran Keberagamaan Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016?, (2) Bagaimana implementasi sikap toleran jama’ah rijalul ansor Di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016?
Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif mengkaji perspektif pertisipan dengan multi strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, tekhnik-tekhnik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan lain-lain.
Sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening dan di desa sekitar Kalibening tahun 2016 sudah baik, terbukti dengan adanya berbagai kegiatan-kegiatan yang telah diselenggarakan oleh jama’ah rijalul ansor yang tidak memandang perbedaan agama, perbedaan pendapat dan perbedaan keyakinan yang dianut dan para jama’ah juga merealisasikan dengan bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Dalam melakukan sikap toleran keberagamaan anggota jama’ah rijalul ansor sangat menekankan untuk bisa saling menghargai perbedaan yang ada, karena mereka mengikuti ajaran agama Islam yang memerintahkan untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama manusia selama orang yang memiliki perbedaan pendapat atau perbedaan keyakinan tidak saling mengganggu satu sama lainnya.
12
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO ............................................................................................ ii
JUDUL ................................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. vi
MOTTO ................................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
D. Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 5
E. Penegasan Istilah ............................................................................................... 6
F. Metode Penelitian ............................................................................................. 7
G. Sistematika Penelitian ..................................................................................... 13
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Toleransi Beragama ........................................................................................ 15
1. Pengertian Toleransi ................................................................................ 15
2. Manfaat Toleransi .................................................................................... 19
a. Menghindari Terjadinya Perpecahan ................................................ 19
b. Memperkokoh Silaturrahmi dan Menerima Perbedaan .................... 20
B. Sikap Toleran .................................................................................................. 21
1. Pengertian Sikap Toleran ......................................................................... 21
2. Ciri-ciri Sikap Toleran ............................................................................. 21
a. Mengakui Hak Setiap Orang ............................................................. 21
b. Menghormati Keyakinan Orang Lain ............................................... 22
c. Aggre In Disagreement (Setuju dalam Perbedaan) ........................... 22
d. Saling Mengerti ................................................................................. 22
e. Kesadaran dan Kejujuran .................................................................. 22
3. Pentingnya Sikap Toleran dalam Kehidupan Plural ................................ 23
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Toleran ......................................... 24
D. Macam-Macam Sikap Toleran ........................................................................ 26
1. Memberikan Kebebasan atau Kemerdekaan ............................................ 27
2. Mengakui Hak Setiap Orang .................................................................... 27
3. Menghormati Keyakinan Orang Lain ...................................................... 28
4. Saling Mengerti ........................................................................................ 28
5. Kebebasan Beragama ............................................................................... 28
a. Tidak Boleh Memaksakan Suatu Agama Pada Orang lain ............... 29
14
b. Tidak Boleh Memusuhi Orang-Orang Selain Muslim atau Kafir ..... 30
c. Hidup Rukun dan Damai dengan Sesama Manusia .......................... 30
d. Saling Tolong Menolong dengan Sesama Manusia .......................... 31
E. Cara Menanamkan Sikap Toleran ................................................................... 31
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Rijalul Ansor ..................................................................... 36
1. Sejarah Singkat ........................................................................................ 36
2. Letak Geografis ........................................................................................ 37
3. Visi, Misi dan Tujuan .............................................................................. 38
a. Visi .................................................................................................... 38
b. Misi ................................................................................................... 38
c. Tujuan ............................................................................................... 39
4. Susunan Organisasi .................................................................................. 39
5. Kegiatan Rijalul ansor.............................................................................. 41
B. Temuan Penelitian .......................................................................................... 44
1. Bagaimana sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor di
Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016 .......... 45
2. Implementasi atau cara yang dilakukan oleh jama’ah rijalul ansor dalam
menjalankan sikap toleransi keberagamaan di Desa Kalibening,
Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016 ....................................... 49
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sikap toleransi keberagamaan jama’ah rijalul ansor di Desa Kalibening,
Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016 .............................................. 54
15
B. Implementasi atau cara yang dilakukan oleh jama’ah rijalul ansor dalam
melakukan sikap toleran keberagamaan di Desa Kalibening, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016 ................................................................. 58
1. Toleransi keberagamaan terang-terangan ................................................ 59
2. Toleransi keberagamaan tersembunyi ...................................................... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 69
B. Saran-saran ...................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
16
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Daftar Kegiatan Rutinan Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening
Tingkir Salatiga
Tabel 3.2: Daftar Informan
17
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp. 1 : Pedoman Wawancara
Lamp. 2 : Transkip Wawancara
Lamp. 3 : Lembar Konsultasi Skripsi
Lamp. 4 : Surat Penunjukan Pembimbing
Lamp. 5 : Surat Bukti Penelitian
Lamp. 6 : Daftar Nilai SKK
Lamp. 7 : Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempunyai beragam
keanekaragaman agama, aliran kepercayaan, bahasa, adat istiadat, orientasi
kultur kedaerahan serta pandangan hidupnya. Jika diurai lebih terinci, bangsa
Indonesia memiliki, talenta, watak, karakter, hobi, tingkat pendidikan, warna
kulit, status ekonomi, kelas sosial, pangkat dan kedudukan, varian
keberagamaan, cita-cita perspektif, orientasi hidup, loyalitas, organisasi, tingkat
umur, profesi dan bidang pekerjaan yang berbeda-beda.
Pluralisme merupakan sebuah realitas sosial yang siapapun tidak mungkin
mengingkarinya, karena pluralisme juga merupakan hukum Allah (sunatullah).
Pluralisme harus disertai dengan kesadaran teologi kehidupan, terutama
kehidupan agama ini memang plural dan itu merupakan kehendak Allah
(Rahmad, 2003: 186).
Seperti yang terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 48 sebagai berikut:
1
19
Artinya : ”Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” (QS. Al-Maidah : 48) (Depag, 2003: 168).
Mewujudkan kerukunan dan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat
beragama merupakan bagian usaha menciptakan kemaslahatan umum serta
kelancaran hubungan antara manusia yang berlainan agama, sehingga setiap
golongan antar umat beragama dapat melaksanakan bagian dari tuntutan agama
masing-masing. Kerukunan yang berpegang kepada prinsip masing-masing
agama menjadi setiap golongan antar umat beragama sebagai golongan terbuka,
sehingga memungkinkan dan memudahkan untuk saling berhubungan. Bila
anggota dari suatu golongan umat beragama telah berhubungan baik dengan
anggota dari golongan agama-agama lain, akan terbuka kemungkinan untuk
mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk kerjasama dalam
bermasyarakat dan bernegara (Al-Munawar, 2005: 22).
Agama merupakan sebuah sistem keyakinan yang berisikan suatu ajaran
dan petunjuk bagi para penganutnya supaya selamat (dari api neraka) dalam
20
kehidupan setelah mati. Begitu juga agama sebagai suatu sarana manusia untuk
melakukan hubungan atau komunikasi dari agama yang satu kepada agama yang
lainnya. Negara Indonesia ini telah memberikan kebebasan untuk memilih atau
memeluk agama yang merupakan wujud dari terselenggaranya demokrasi dan
hidup saling menghormati satu dengan yang lainya (Riuh, 2003: 139).
Rasa kesadaranlah yang mampu memberikan solusi dalam diri manusia
dalam kehidupan beragama. Jadi, rasa saling butuhlah yang tidak
mempermasalahkan suatu agama satu sama lain dan secara sosiologi masalah ini
tidak terelakan (Usman, 2002: 66).
Mengenai realita plural ini penulis ingin mencoba memberi suatu
gambaran tentang kerukunan keberagamaan jama’ah rijalul ansor di desa
Kalibening, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2016, dimana jama’ah
rijalul ansor desa Kalibening mampu menerapkan sikap toleran antar pengikut
organisasi lain dan pemeluk agama yang lain. Sikap toleran yang dimiliki
jama’ah rijalul ansor dengan masyarakat Kalibening, masyarakat sekitarnya,
pengikut organisasi lain dan pemeluk agama yang lain ini bisa membawa suasana
yang aman, tentram, gotong royong dan saling tolong menolong dalam suka
maupun duka, karena pada hakikatnya manusia adalah insan sosial, dengan
demikian ia tidak bisa berdiri sendiri, satu sama lainnya saling membutuhkan.
Manusia yang satu dengan yang lainnya mempunyai corak yang berbeda,
kendati demikian keduanya mempunyai kepentingan yang sama dalam menjalani
kehidupanya. Selain hal tersebut berdirinya jama’ah rijalul ansor di desa
21
Kalibening adalah jama’ah yang terbilang masih baru, karena jama’ah ini baru
berdiri sekitar tahun 2012 tetapi hal ini bukan menjadi alasan untuk saling
bertoleran dengan masyarakat Kalibening, masyarakat sekitarnya, pengikut
organisasi lain dan pemeluk agama yang lain, justru hal ini menjadi semangat
bagi jama’ah dzikir dan tahlil rijalul ansor untuk saling bergotong royong,
menciptakan suasana yang aman, tentram serta kondusif dalam bermasyarakat.
Maka dalam hal ini penulis ingin membuat penelitian dengan judul
implementasi sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor di Desa
Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor di
Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016
2. Bagaimana implementasi sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah
rijalul ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun
2016?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini
adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul
ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016?
22
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi sikap toleran keberagamaan
jama’ah rijalul ansor kepada masyarakat Desa Kalibening, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016?
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis dan praktis:
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah khazanah keilmuan dan pengetahuan kongkrit
tentang implementasi sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor
dengan masyarakat Kalibening, masyarakat sekitarnya, pengikut organisasi
lain dan pemeluk agama lain.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan apabila
nantinya berkecimpung dalam masyarakat, khususnya dalam sikap
toleran antara masyarakat yang mengikuti organisasi lain dan pemeluk
agama lain.
b. Bagi Anggota Jama’ah Rijalul Anshor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk tetap bersikap toleransi guna menjalin silaturahmi
antar sesama manusia dan menjaga sikap ukhuwah Islamiyah.
23
E. Penegasan Istilah
Agar mempermudah pemahaman serta untuk menentukan arah yang jelas
dalam menyusun penelitian ini, maka penulis memberikan penegasan dan
maksud penulisan judul skripsi sebagai berikut :
1. Sikap Toleran
Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang
mengenai objek atau situasi yang relatif ajek, yang disertai dengan adanya
perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk
berperilaku dalam acara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 1998: 109).
Toleransi berarti sikap untuk membiarkan, mengakui, dan
menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan.
Sedangkan pengertian toleransi adalah keeksistensinya berbagai kelompok
atau keyakinan di satu waktu dengan tetap terpeliharanya perbedaan-
perbedaan dan karakteristik masing-masing.
Jadi sikap toleran adalah sikap menghargai, sabar dan menghormati
keyakinan agama atau kepercayaan kelompok lain tanpa ada unsur untuk
memecah belah kepercayaan lain dengan cara saling mencari kesalahan
kepercayaan yang satu dengan yang lainya dengan cara saling menyindir
ataupun dengan cara kekerasan, karena di dalam agama Islam sendiri
dijelaskan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama.
24
2. Keberagamaan
Keberagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat di agama atau segala
sesuatu yang mengenai tentang agama (Poerwadarminto, 2007: 12). Jika
dikaitkan dengan sikap toleran, toleransi keberagamaan adalah kebebasan
seseorang untuk memeluk agama atau kebebasan seseorang untuk mengikuti
suatu organisasi dengan keyakinan masing-masing yang tetap menjaga
kerukunan antar umat beragama. Adapun yang dimaksud dengan judul
penelitian ini adalah bagaimana sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul
ansor dengan masyarakat Kalibening, masyarakat sekitarnya, pengikut
organisasi lain dan pemeluk agama yang lain.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian yang
sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif pertisipan dengan multi strategi.
Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung,
observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, tekhnik-
tekhnik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan lain-lain (Zuariah, 2009:
95).
Melalui metode kualitatif penulis dapat mengenal orang (subjek)
secara pribadi dan melihat perkembangan definisi mereka sendiri tentang
25
dunia ini. Penulis dapat merasakan apa yang mereka alami dalam pergaulan
dengan masyarakat mereka sehari-hari, mempelajari kelompok-kelompok
dan pengalaman-pengalaman yang mungkin belum penulis ketahui sama
sekali. Terakhir metode kualitatif memungkinkan penulis menyelidiki
konsep-konsep yang dalam penelitian lainya intinya akan hilang. Konsep-
konsep seperti keindahan, rasa sakit, keimanan, penderitaan, frustasi,
harapan, dan kasih sayang dapat diselidiki sebagaimana orang-orang yang
sesungguhnya dalam kehidupan mereka sehari-sehari (Sugiyono, 2007: 30).
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data.
Peneliti datang secara langsung berinteraksi di tengah-tengah objek
penelitian dan melakukan pengamatan, wawancara mendalam dan aktivitas-
aktivitas lainya demi memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian
serta turun langsung ke kancah penelitian, tanpa mewakilkan pada orang
lain. Hal ini bertujuan agar kegiatan yang berkaitan dalam menggali,
mengidentifikasi data informasi dan fenomena yang muncul di lapangan
dapat diperoleh secara akurat.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di desa Kalibening, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga pada tanggal 4 Agustus 2016 sampai dengan selesai.
26
4. Sumber Data
Sumber data yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga peneliti
memperoleh sumber data yang dipandang paling mengetahui dan
berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.
Responden adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2010:
107). Sedangkan informan adalah orang yang menjadi sumber data dalam
penelitian (Alwi, 2007: 794).
Subyek penelitian adalah keseluruhan dari informan atau sumber
yang hendak diteliti (Arikunto, 2010: 256) dalam hal ini subyeknya adalah:
a. Ketua Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir,
Kota Salatiga Tahun 2016
b. Pengurus Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016
c. Anggota Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah interview (wawancara), observasi, dan dokumentasi.
a. Interview (Wawancara)
Interview atau wawancara adalah suatu bentuk komunikasi
verbal, semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh
27
informasi (S. Nasution, 1996: 113). Dari hasil wawancara ini diharapkan
penulis dapat memperoleh data yang diperlukan yang berkaitan dengan
sikap toleransi keberagamaan jama’ah rijalul ansor dengan masyarakat
Kalibening dan sekitarnya sekitarnya, pengikut organisasi lain dan
pemeluk agama yang lain dalam meningkatkan silaturahmi dan
ukhuwah Islamiyah antara jama’ah rijalul ansor dengan masyarakat
Kalibening dan sekitarnya, pengikut organisasi lain dan pemeluk agama
yang lain.
Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur, yaitu
pedoman wawancara yang hanya memuat yang hanya memuat garis
besar yang akan ditanyakan (Arikunto, 2010: 197). Dimana
pewawancara berpedoman pada pedoman wawancara yang telah disusun
sebelumnya. Serta mengajukan pertanyaan yang dijawab oleh responden
dengan bebas. Pewawancara mengalihkan pada alur yang telah
ditentukan, jika jawaban dari responden mulai menyimpang dari arah
pertanyaan. Dalam hal ini penulis memperoleh keterangan dari
responden dengan berdialog langsung.
Metode ini digunakan untuk menggali data-data langsung dari
objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti secara langsung
mengamati dan mencatat mengenai implementasi sikap toleran
keberagamaan jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016.
28
b. Dokumentasi
Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan
mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti
yang dilakukan oleh seorang dalam meneliti perkembangan seorang
klien melalui catatan pribadinya (Fathoni, 2006: 112). Dalam penelitian
ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapat data-data yang
berkaitan dengan kegiatan penelitian dan dokumen tentang
kepengurusan jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016-2020.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain (Sugiyono, 2008 : 244).
Penelitian ini menggunakan analisis secara kualitatif untuk mengolah
data dari lapangan :
a. Pengumpulan data
Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang
diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara
mendalam (indepth interview), observasi dan dokumentasi yang
diperoleh penelitian.
29
b. Penyajian data
Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan
sesuai dengan data yang telah direduksi terlebih dahulu.
c. Kesimpulan
Yaitu permasalahan penelitian yang menjadi pokok pemikiran
terhadap apa yang akan diteliti.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah
benar-benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulasi, yakni data
atau informasi yang diperoleh dari satu pihak dicek kebenaranya dengan cara
memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga,
keempat dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda.
Hal ini bertujuan untuk membandingkan informasi tentang hal yang sama
yang diperoleh dari berbagai pihak, agar terhindar dari subyektivitas.
8. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut :
a. Tahap pra lapangan
1) Mengajukan judul penelitian
2) Menyusun proposal penelitian
3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing
b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi :
1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
30
2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian
3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan
c. Tahap analisa data, meliputi kegiatan :
1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian
2) Pengecekan keabsahan data
3) Tahap peneliti laporan penelitian
d. Penulisan hasil penelitian
e. Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
f. Perbaikan hasil konsultasi
g. Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
h. Ujian munaqosah skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam memahami isi dari penelitian
ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN, memuat Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian,
dan Sistematika Penulisan.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA, merupakan bagian yang menjelaskan landasan
teori yang berhubungan dengan penelitian yang pertama memuat pengertian
toleransi, manfaat toleransi, sikap toleran, faktor yang mempengaruhi sikap
toleran dan konsep implementasi sikap toleran.
31
BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, menjelaskan
tentang gambaran umum jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening, kegiatan
jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening dan sekitarnya serta sikap toleran yang
dilakukan oleh jama’ah rijalul ansor dengan masyarakat sekitarnya, pengikut
organisasi lain dan pemeluk agama lain.
BAB IV: PEMBAHASAN, merupakan pembahasan hasil penelitian di lapangan
yang dipaparkan dalam bab III. Pembahasan dilakukan untuk menjawab masalah
penelitian yang diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada
dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam konteks khazanah ilmu.
BAB V: PENUTUP, berisi kesimpulan dari pembahsan hasil penelitian dan
saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan teori dan
hasil penelitian yang telah diperoleh dan daftar pustaka.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Toleransi Beragama
1. Pengertian Toleransi
Toleransi berasal dari bahasa latin yaitu tolerare yang berarti
bertahan atau memikul. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia,
toleransi berasal dari kata toleran, yang berarti bersifat atau bersikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang
berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendirinya. Toleransi juga
berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih
diperbolehkan. Toleransi berarti sifat atau sikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) (Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi. 2 Cetakan 4 Th. 1995). Sedangkan pengertian lain dari
toleransi adalah keeksistensianya berbagai kelompok atau keyakinan di
satu waktu dengan tetap terpeliharanya perbedaan-perbedaan dan
karakteristik masing-masing (Malik, 2005: 12).
Menurut Siagian (1993) toleran diartikan sebagai, dengan saling
memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai atau memberi tempat
kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat.
(Sudrajat, 2008: 141).
15
16
Dalam Bahasa Arab, toleransi biasa disebut “ikhtimal”,
“tasamuh” yang artinya membiarkan sesuatu untuk dapat saling
mengizinkan dan saling memudahkan (Al-Munawar, 2005: 13).
Dasar-dasar al-Sunnah (Hadits Nabi) dikemukakan untuk
menegaskan bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan
serba meliputi, baik lahir maupun batin, karena jika toleransi tidak
meliputi dari lahir maupun batin tidak akan pernah terwujud. Dengan
kata lain toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk
menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material
maupun spiritual, lahir dan batin. Di sinilah, konsep Islam tentang
toleransi (As-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan
Mu’amalah (Hablum Minan Nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual
kokoh (Hablum Minallah) (Ma’arif, 2009: 5).
Kesalahan dalam memahami arti toleransi dapat mengakibatkan
Talbisul Haq Bil Bathil (mencampuradukkan antara hak dan bathil) yakni
suatu sikap yang sangat dilarang untuk dilakukan oleh seorang muslim,
seperti halnya mengurusi agama atau keyakinan orang lain. Sebagaimana
yang disebutkan dalam Q.S Al-Kafirun ayat 1-6 sebagai berikut:
17
Artinya: Katakanlah : “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untuk mu agamamu, untukkulah agamaku” (QS. Al-Kafirun 1-6) (Depag, 1989: 1112).
Toleransi dapat disimpulkan sebagai sikap saling menghargai
dan menghormati setiap orang yang berbeda-beda secara kepercayaan,
tata cara beribadah, ras, bahasa, budaya, politik, pendirian dan
kepercayaan maupun tingkah laku.
Eksistensi manusia dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat
terlepas dari yang namanya kepercayaan yang berlebihan dalam hal
beragama. Bahkan agama merupakan suatu bentuk corak kepercayaan
(dalam arti sesuatu yang diakui dan diterima sebagai kebenaran yang
paling tinggi). Kepercayaan atau keimanan merupakan proses kejiwaan,
dengan kepercayaan itu dapat menangguhkan dan mengesampingkan
segala sesuatu yang bersifat non rasional terhadap pernyataan dasar
mengenai kehidupan. Oleh karena itu, kepercayaan merupakan gejala
yang mengambil tempat di dalam alam bawah sadar setiap orang.
Bahkan jika kepercayaan itu diungkapkan secara kelompok,
intinya masih tetap bersifat perorangan untuk memahami ikhwal ini,
harus berurusan dengan fikiran seseorang sebagai individu. Barangkali
interpretasi yang paling tepat tentang agama sebagai perasaan adalah apa
yang diungkapkan oleh Schleirmacher, seorang teolog Jerman (Karim,
2004: 111).
18
Dalam Bahasa Arab ‘tasamuh’ berarti saling mengizinkan, saling
memudahkan, maka dari itu toleransi mengandung konsensi, artinya
konsensi dalam pemberian yang hanya didasarkan kepada kemurahan
dan kebaikan hati saja, bukan didasarkan kepada hak. Jelas bahwasanya
toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip untuk
menghormati perbedaan atau prinsip orang lain itu sendiri tanpa
mengorbankan prinsip sendiri (Al-Munawar, 2005: 13).
Agama tidak dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian yang
terpisahkan dalam kehidupan manusia, ketika ia dijadikan reaksi terhadap
keseluruhan wujud manusia, karena ia memuat berbagai ajaran dan
tujuan dalam segala hal untuk kebahagiaan manusia, namun sebaliknya,
agama harus dirasakan, difikirkan, dihayati dan dijelmakan dalam
tindakan. Keagamaan ini didefinisikan sebagai pencarian akan realitas
asli (Fauzi, 2007: 5-6).
Pada dasarnya toleransi beragama diartikan sebagai pemberian
kebebasan kepada sesama manusia atau kepada penganut organisasi-
organisasi yang berbasis Islam untuk tetap menjalankan keyakinan atau
mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama
dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan
tidak bertentangan dengan syarat-syarat asas terciptanya ketertiban,
keamanan dan perdamaian di dalam suatu organisasi atau dalam
kehidupan masyarakat.
19
2. Manfaat Toleransi
Manfaat-manfaat yang diperoleh dari sikap toleransi antara lain :
a. Menghindari Terjadinya Perpecahan
Bersikap toleran atau saling menghargai merupakan salah
satu solusi agar tidak terjadi perpecahan antar umat beragama dalam
mengamalkan ajaran suatu agama atau suatu organisasi yang mereka
yakini. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi
yang harus selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial oleh setiap
manusia. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat
mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi dan ardli.
Dalam kaitanya ini Allah SWT telah mengingatkan umat
manusia dengan pesan yang sangat universal dalam QS. Al-Imran
ayat 103 sebagai berikut:
Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (Al-Imran:103) (Depag, 2003: 64).
20
Pengertian ayat di atas adalah mengenai pesan kepada umat
manusia tanpa terkecuali untuk tetap menjalankan agama atau
keyakinan mereka masing-masing dan harus menjauhi perpecahan
yang mengakibatkan perpecahan antar umat beragama maupun
sesama umat beragama.
b. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah
menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antar umat beragama
dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia yang lainnya.
Pada umumya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara
sesamanya, perbedaan pendapat dijadikan sebagai alasan untuk
bertentangan satu sama lainya. Perbedaan merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar agama dan pengikut
organisasi yang berbasis Islam hanya bisa dimungkinkan jika
masing-masing pihak saling menghargai satu sama lainnya.
Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut
agama dan organisasi boleh menjalankan ajaran dan ritual sesuai
dengan keyakinannya dengan bebas tanpa ada tekanan dari pihak
manapun. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita
jadikan sebagai kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan
menerima semua perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian,
ketentraman dan kesejahteraan.
21
B. Sikap Toleran
1. Pengertian Sikap Toleran
Sikap merupakan suatu pendapat atau keyakinan seseorang
mengenai suatu objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai dengan
adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut
untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang
dipilihnya (Walgito, 1994:109).
Sementara pengertian yang lain mengenai sikap adalah keadaan
mental dan syaraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu
pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap toleran
adalah kesiapan seseorang dalam bertindak untuk saling menghargai,
menghormati, perbedaan-perbedaan yang ada di sekitarnya dan
membolehkan pendirian ataupun keyakinan yang bertentangan dengan
pendirian yang ada.
2. Ciri-Ciri Sikap Toleran
Ciri-ciri sikap toleran menurut Hasyim (1979:23) adalah sebagai
berikut :
a. Mengakui Hak Setiap Orang
Setiap manusia tentunya mempunyai kepentingan yang
berbeda dalam kehidupannya. Mengakui hak setiap orang
22
merupakan suatu sikap mental yang mengakui bahwa setiap manusia
berhak untuk menentukan kepercayaan dan nasibnya masing-masing.
b. Menghormati Keyakinan Orang Lain
Tidak menghormati keyakinan orang lain atau memaksakan
keyakinan seseorang dengan kekerasan atau dengan cara yang tidak
halus akan mengakibatkan orang lain bersikap hiprokit (munafik)
c. Agree In Disagreement (Setuju dalam Perbedaan)
Perbedaan tidak harus menimbulkan pertentangan yang
mengakibatkan perselisihan antara umat beragama dan sesama
agama yang memiliki keyakinan yang berbeda, karena memang
perbedaan selalu dan pasti ada di dunia ini.
d. Saling Mengerti
Tidak akan terjadi rasa saling menghormati antar sesama
manusia apabila tidak ada rasa pengertian, rasa saling menghargai
dan rasa saling menerima perbedaan yang terjadi antara sesama
manusia yang memiliki keyakinan berbeda dengan keyakinan yang
kita anut.
e. Kesadaran dan Kejujuran
Sikap toleran menyangkut sikap dan kesadaran batin
seseorang dan kesadaran dari jiwa menimbulkan kejujuran dan
kepolosan tingkah laku.
23
3. Pentingnya Sikap Toleran Dalam Kehidupan Plural.
Di Negara Indonesia mayoritas penduduknya adalah pemeluk
agama Islam, namun sikap toleransi tetap menjadi prioritas yang pertama
dan sangat penting dalam kehidupan. Pemerintah juga merencanakan
tentang tri kerukunan hidup umat beragama, yaitu kerukunan internal
umat beragama, kerukunan antar umat beragama, kerukunan umat
beragama dengan pemerintah. Dari tri kerukunan hidup beragama
tersebut, pemerintah juga menghendaki adanya sikap toleran antar umat
beragama, serta memberikan kebebasan untuk memeluk agama dan
mengikuti suatu organisasi sesuai dengan keyakinan masing-masing
dengan catatan harus tetap menjaga kerukunan umat beragama.
Terjalinya kerukunan serta terjadinya sikap saling menghargai
akan memungkinkan dan memudahkan untuk bekerja sama satu dengan
yang lainnya. Dapat dikatakan mewujudkan kerukunan antar umat
beragama merupakan usaha untuk mendorong setiap penganut dari
konsekuen dengan kepercayaan yang mereka anut, sehingga
keberagamaanya bukan hanya dalam bentuk pengakuan atau akuan saja,
tetapi dapat memberi nilai dan manfaat bagi dirinya dan masyarakat (Al
Munawaar, 2003: 25).
Mewujudkan kerukunan dan toleransi dalam kehidupan plural ini
merupakan bagian dari usaha untuk menciptakan kemaslahatan umum
serta kelancaran hubungan antara manusia yang memiliki kepercayaan
24
berbeda, sehingga setiap golongan umat beragama dapat melaksanakan
bagian dari tuntutan kepercayaan yang mereka yakini masing-masing.
Di dalam agama Islam sangat melarang sikap permusuhan dan
menebar kebencian di antara sesama manusia, akan tetapi agama Islam
mengajarkan untuk saling bersikap toleran dan menghormati kepercayaan
yang dianut oleh orang lain. Karena hal ini akan menghindarkan
kekerasan dalam beragama. Kekerasan merupakan sebuah tindakan yang
membahayakan manusia. Kekerasan akan menimbulkan prasangka,
kekakuan dan kebekuan. Kekerasan merupakan awal perpecahan umat
manusia dan menggiring pada perselisihan internal (kedalam) dan
eksternal (keluar).
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Sikap Toleran
Pelaksanaan sikap toleran ini harus di dasari dengan sikap kelapangan
dada terhadap orang lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang
dipegang sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-prinsip tersebut (Daud,
1998: 80). Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat
perbedaan pendapat dan menghormati pendapat orang lain tanpa harus
mengorbankan pendapat sendiri (Al-Munawar, 2003: 13). Dengan kata lain,
pelaksanaannya hanya terdapat pada aspek-aspek yang mendetail saja dan
bukan dalam persoalan yang prinsipil. Sebenarnya toleransi lahir dari watak
Islam, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, dapat dengan mudah
mendukung suatu etika yang meliputi perbedaan dan toleransi. Al-Qur’an
tidak hanya mengharapkan akan tetapi juga menerima kenyataan perbedaan
25
dan keagamaan dalam suatu masyarakat. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT dalam surat Al-Hujarat ayat 13, yang berbunyi :
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah SWT ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. Al Hujarat:13) (Depag,1989:847).
Ayat tersebut menunjukan bahwa adanya ketatanan manusia yang
essensial dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan yang memisahkan antara
golongan yang satu dengan golongan yang lain, manusia merupakan keluarga
besar. Dalam upaya memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama
perlu dilakukan suatu upaya yang mendorong terjadinya kerukunan hidup
antar umat beragama secara mantap dalam bentuk :
1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama,
serta antar umat beragama dengan pemerintah.
2. Membangun keharmonisan sosial dan persatuan nasional dalam bentuk
upaya mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup
rukun dalam bingkai teologi dan implementasi dalam menciptakan
kebersamaan dan sikap toleransi.
3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka
memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan
26
agama yang mendukung bagi pemberian kerukunan hidup intern dan
antar umat beragama.
4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai
kemanusiaan dari seluruh keyakinan plural umat manusia yang fungsinya
dijadikan sebagai pedoman bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip
berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya dengan
memperlihatkan adanya sikap keteladanan.
5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi
kemanusiaan yang mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan, agar tidak
terjadi penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial
keagamaan.
6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan
cara menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain,
sehingga akan tercipta suasana kerukunan yang manusiawi tanpa
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
7. Menyadari bahwa perbedaan ialah suatu realita dalam kehidupan
bermasyarakat, oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang
dapat memperindah fenomena kehidupan beragama.
D. Macam-Macam Sikap Toleran
Di dalam memaknai toleransi terdapat dua penafsiran tentang konsep
tersebut: Pertama, penafsiran negatif yang menyatakan bahwa toleransi itu
cukup mensyaratkan adanya sikap membenarkan dan tidak menyakiti orang
atau kelompok lain baik yang berbeda maupun yang sama. Sedangkan, yang
27
kedua adalah penafsiran positif yaitu menyatakan bahwa toleransi tidak hanya
sekedar seperti pertama (penafsiran negatif) tetapi harus adanya bantuan dan
dukungan terhadap keberadaan orang lain atau kelompok lain (Abdullah,
2003: 13). Selain itu toleransi mempunyai unsur-unsur yang harus ditekankan
dalam mengekspresikannya terhadap orang lain. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Memberikan kebebasan atau kemerdekaan
Dimana setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat,
bergerak maupun berkehendak menurut dirinya sendiri dan juga di dalam
memilih suatu agama atau kepercayaan. Kebebasan ini diberikan sejak
manusia lahir sampai nanti ia meninggal dunia dan kebebasan yang
manusia miliki tidak dapat digantikan atau direbut oleh orang lain dengan
cara apapun. Karena kebebasan itu datangnya dari Tuhan YME yang
harus dijaga dan dilindungi. Di Negara Indonesia melindungi kebebasan-
kebebasan setiap manusia baik dalam undang-undang maupun dalam
peraturan yang ada, begitu pula di dalam memilih suatu agama atau
kepercayaan yang diyakini, manusia berhak dan bebas dalam memilihnya
tanpa ada paksaan dari siapapun (Abdullah, 2002: 202).
2. Mengakui Hak Setiap Orang
Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam
menentukan sikap atau perilaku dan nasibnya masing-masing. Tentu saja
sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak melanggar hak orang lain,
karena jika hal tersebut terjadi akan menyebabkan kekacauan di dalam
kehidupan masyarakat.
28
3. Menghormati Keyakinan Orang Lain
Landasan keyakinan diatas berdasarkan kepercayaan, bahwa tidak
benar ada orang atau golongan yang bersikeras untuk memaksakan
kehendaknya sendiri kepada seseorang atau golongan lain. Tidak ada
orang atau golongan yang memonopoli kebenaran dan landasan ini
disertai dengan catatan bahwa keyakinan adalah urusan pribadi masing-
masing dari setiap orang.
4. Saling Mengerti
Tidak akan terjadi, saling menghormati antara sesama manusia
apabila mereka tidak ada rasa saling mengerti satu sama lainnya. Saling
anti dan saling membenci, saling berrebut pengaruh adalah salah satu
akibat dari tidak adanya rasa saling mengerti dan rasa saling menghargai
antara satu dengan yang lainnya (Hasyim, 1990: 23).
5. Kebebasan Beragama
Kebebasan memeluk suatu agama atau beragama sebagai salah
satu hak yang essensial bagi kehidupan manusia, karena kebebasan untuk
memilih agama datangnya dari hakekat manusia serta martabat sebagai
makhluk ciptaan Tuhan YME, bukan dari orang lain ataupun dari orang
tua.
Untuk itu dalam menganut agama atau memilih suatu golongan
tidak bisa dipaksakan oleh siapapun. Di Indonesia dalam peraturan
udang-undang dasar 45 disebutkan pada pasal 29 ayat 2 yang berbunyi :
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
29
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaanya itu”. Hal ini sangat jelas bahwa negera Indonesia
menjamin penduduknya dalam memilih dan memeluk agama ataupun
keyakinanya masing-masing serta menjamin dan melindungi
penduduknya di dalam menjalankan peribadatan menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.
Masyarakat Islam memiliki sifat yang pluralistic dan sangat
toleran terhadap berbagai kelompok sosial dan keagamaan karena hidup
bermasyarakat merupakan suatu kebutuhan dasar hidup manusia agar
tujuan hidup manusia dapat diwujudkan, karena bila terbentuk suatu
kehidupan berdasarkan persaudaraan, penuh kasih sayang dan harmoni
(Munir, 1980: 50). Toleransi pada kaum muslimin seperti yang
diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW, diantaranya sebagai berikut:
a. Tidak Boleh Memaksakan Suatu Agama Pada Orang Lain.
Didalam agama Islam orang muslim tidak boleh melakukan
pemaksaan pada kaum agama yang lainnya, karena memaksakan
suatu agama sangat bertentangan dengan Firman Allah SWT dalam
surat Al-Kafirun sebagai berikut :
30
Artinya: Katakanlah :”Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untuk mu agamamu, untukkulah agamaku”. (QS. Al-Kafirun 1-6). Depag, 1989:1112).
Dari makna ayat tersebut dijelaskan bahwa orang-orang
muslim tidak menyembah apa yang disembah oleh orang kafir,
begitu pula orang-orang kafir tidak menyembah apa yang disembah
oleh orang muslimin, dijelaskan juga bahwa bahwa bagi kita agama
kita (orang muslimin) dan bagi mereka agama mereka (orang kafir).
b. Jangan Memusuhi Orang-Orang Selain Muslim atau Kafir.
Perintah Nabi untuk melindungi orang-orang selain muslim
seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW waktu berada di
Madinah, kaum Yahudi dan Nasrani yang jumlahnya sedikit,
dilindungi baik dari segi keamanannya maupun dari segi
kepercayaannya. Kaum muslimin dianjurkan untuk bisa hidup damai
dengan masyarkat sesamanya, walaupun diantara mereka berbeda
keyakinan atau berbeda golongan.
c. Hidup Rukun dan Damai dengan Sesama Manusia.
Hidup rukun antar kaum Muslimin maupun non Muslimin
seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW akan membawa
kehidupan yang damai dan sentosa, selain itu juga dianjurkan untuk
bersikap lembut kepada semua manusia baik yang beragama Islam
maupun yang beragama Nasrani atau Yahudi (Yunus, 1994: 5).
31
d. Saling Tolong Menolong dengan Sesama Manusia.
Dengan hidup rukun dan saling tolong menolong sesama
manusia akan membuat hidup di dunia yang tentram dan tenang.
Nabi memerintahkan untuk saling menolong dan membantu dengan
sesamanya tanpa memandang suku dan agama yang dipeluknya. Hal
ini juga dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2 yaitu:
Artinya :”Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. Al-Maidah:2) (Depag,1989:156)
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa kitab suci Al-Qur’an
menjerangkan dengan sikap saling tolong menolong hanya pada
kaum muslimin, akan tetapi dianjurkan untuk saling tolong
menolong kepada sesama manusia baik itu yang beragama Islam
maupun non Islam. Selain itu orang-orang muslim juga dianjurkan
untuk berbuat kebaikan di muka bumi dengan sesama makhluk
Tuhan dan tidak diperbolehkan untuk berbuat kejahatan pada
manusia. Selain itu juga dilarang untuk saling tolong menolong
dalam perbuatan yang tidak baik (perbuatan keji atau dosa).
E. Cara Menanamkan Sikap Toleran
Upaya untuk menanamkan sikap toleransi harus dilakukan dalam
berbagai aktivitas dan lingkungan, khususnya dalam lingkungan masyarkat
32
hal ini menjadi sangat penting untuk menjalin kerukunan antar umat
beragama karena didalamnya ada banyak kepentingan yang menyangkut
tentang nilai-nilai dari toleransi. Benturan-benturan akan terjadi bilamana
tidak adanya pengertian, kebersamaan, saling menghargai baik antara
individu, antar kelompok, antar organisasi, agama dan perbedaan lainnya
(Marzuki, 2011: 48).
Untuk mengembangkan dalam menanamkan sikap toleran secara
umum, dapat dimulai terlebih dahulu dengan bagaimana kemampuan
seseorang dalam mengelola dan mensikapi perbedaan pendapat yang
mungkin akan terjadi pada keluarga, saudara, masyarakat dan lingkungan di
sekitar. Sikap toleran dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau
keharmonisan dan bisa menyadari adanya perbedaan dan menyadari bahwa
sesama manusia adalah saudara dari hal tersebut maka akan timbul rasa kasih
sayang, saling pengertian, saling menghormati dan saling menghargai yang
pada akhirnya akan mewujudkan sikap toleransi.
Menurut Irwan Marzuki dalam bukunya yang berjudul berislam dalam
toleran upaya atau cara untuk menanamkan sikap toleransi harus dimulai dari
dalam diri sendiri dengan cara menerapkan pemikiran yang inklusif mengenai
pentingnya sikap toleransi yang mencakup perbuatan saling menghormati,
saling menerima perbedaan pendapat dan saling menghormati (Marzuki,
2011: 52).
Apabila seseorang sudah mampu menerapkan pemikiran yang inklusif
di dalam dirinya maka sikap toleransi akan terjalin dengan baik antar
33
sesamanya sehingga akan mewujudkan suasana yang tenang dan nyaman, hal
tersebut akan sangat menunjang kehidupan di masyarkat yang serasi, selaras
dan seimbang. Sehingga eksistensi kerukunan umat beragama akan terjaga
dengan baik.
Upaya pemerintah dalam menumbuh kembangkan kondisi masyarakat
beragama yang harmonis telah dilakukan dari berbagai segi dan kegiatan. Di
antaranya menumbuh kembangkan cara berfikir masyarakat mengenai
pentingnya sikap toleransi antar sesama manusia dan instansi yang memang
berkompeten untuk mengurusi permasalahan-permasalahan antar agama.
Selain itu, cara untuk menanamkan sikap toleransi yang efektif dalam
mengembangkan kehidupan yang harmonis antar pemeluk agama tersebut
adalah melalui penanaman nilai-nilai melalui jalur pendikan, baik formal, non
formal ataupun pendidikan informal (http://m.hukumonline.com)
Sebagai makhluk sosial manusia sangat mutlak membutuhkan
sesamanya dan lingkungan sekitar untuk melestarikan eksistensinya di dunia.
Tidak ada satupun manusia yang mampu bertahan hidup dengan tanpa
memperoleh bantuan dari lingkungan dan sesamanya dalam konteks ini,
manusia harus selalu menjaga hubungan yang sebaik-baiknya tak terkecuali
dengan orang yang berlainan agama ataupun orang yang berlainan
kepercayaan untuk melestarikan kehidupanya didunia.
Cara menanamkan sikap toleran keberagamaan adalah sebagai berikut:
a. Memperbaiki tempat-tempat umum.
b. Kerja bakti membersihkan jalan desa.
34
c. Membantu korban kecelakaan lalu lintas.
d. Menolong orang yang terkena musibah atau bencana alam.
e. Ta’ziah di tempat orang yang meninggal dunia
Contoh sikap toleran keberagamaan tersebut adalah contoh dari
beberapa sikap toleran yang dilakukan oleh jama’ah rijalul ansor di desa
Kalibening dalam kegiatan kemasyarakatan yang sama sekali tidak membeda-
bedakan antara pemeluk agama lain dan penganut keyakinan yang lain pula.
Melalui hal tersebut diharapkan dapat mewujudkan ketertiban, ketenangan
dan kenyamanan dalam menjalankan ibadah menurut agama dan
kepercayaannya masing-masing.
Allah SWT juga memerintahkan umat muslim untuk melakukan sikap
toleransi atau perbuatan yang baik, seperti yang terkandung dalam QS. Al-
Mumtahanah ayat 8 sebagai berikut:
Artinya : Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil” (QS. Al-Mumtahanah: 8).
Dari ayat di atas sudah sangat jelas bahwa Allah SWT memerintahkan
umat muslim untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tidak melakukan kejahatan atau kedzaliman dalam beragama, dengan kata
lain umat muslim diperintahkan oleh Allah SWT untuk saling berlaku adil
35
terhadap orang lain yang tidak melakukan kejahatan atau kedzaliman dalam
beragama meskipun berbeda agama ataupun berbeda keyakinan tanpa harus
membeda-bedakan satu dengan yang lainnya yang bertujuan untuk
terciptanya kedamaian antar sesama dalam beragama.
BAB III
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Rijalul Ansor
1. Sejarah Singkat
Rijalul ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi
”konflik” internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan
antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul
Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam,
pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Hasbullah,
tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya
menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya
semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.
Gerakan pemuda ansor atau rijalul ansor hingga saat ini telah
berkembang sedemikan rupa menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di
Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan
kebangsaan. Rijalul ansor hingga saat ini telah berkembang memiliki 433
cabang (tingkat kabupaten/kota) di bawah koordinasi 32 pengurus wilayah
(tingkat provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya
mengelola keanggotaan khusus BANSER (barisan ansor serbaguna) yang
memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.
36
37
Organisasi gerakan pemuda ansor atau rijalul ansor yang berdiri di
desa Kalibening merupakan organisasi dari cabang tingkat kota yang
bernaung di bawah kepengurusan wilayah (tingkat provinsi). Pada tahun
2012 organisasi masyarkat yang berbasis NU ini mulai didirikan di desa
Kalibening oleh beberapa pemuda di desa Kalibening yang sudah
berkecimpung di organisasi rijalul ansor tingkat pusat sebelumnya. Hingga
saat ini organisasi masyarakat rijalul ansor masih berjalan di desa Kalibening
yang beranggotakan semua pemuda yang bertempat tinggal di desa
Kalibening.
Berdirinya organisasi Masyarakat di desa Kalibening yang berbasis
NU ini sangat berpengaruh besar bagi masyarakat desa Kalibening dan
masyarakat di desa sekitar Kalibening, seperti di desa Krasak, Tegalsari,
Kumpit dan di desa Kalilondo terbukti dengan ikut berkecimpungnya para
jama’ah rijalul ansor dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di desa-
desa tersebut.
2. Letak Geografis
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai wilayah penelitian yaitu desa
Kalibening, kecamatan Tingkir, kota Salatiga, maka penulis melaporkan
beberapa tinjauan sebagai berikut. Secara geografis desa Kalibening terletak
di daerah dataran rendah yang dikelilingi oleh area persawahan penduduk
yang berbatasan dengan desa-desa yang mengelilinginya. Adapun
batasannya yaitu :
38
a. Di sebelah barat berbatasan dengan desa Krasak.
b. Di sebelah timur berbatasan dengan desa Kalilondo.
c. Di sebelah selatan berbatasan dengan desa Tegalsari.
d. Di sebelah utara berbatasan dengan desa Klumpit.
3. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi
“Menjadikan para pemuda Indoneisa yang beragama Islam untuk
menjadi kader NU yang handal yang mampu mewujudkan perdamaian
umat sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah”.
b. Misi
1) Mampu bersikap toleran terhadap munculnya perbedaan pandangan
baik dalam pemahaman ajaran agama yang bersifat furu’iyah
maupun khilafiah dalam masalah kemasyarakatan dan kebangsaan.
2) Mampu bersikap tawazun atau sikap untuk seimbang dalam
menjalankan pengabdian. Dimana harus mampu menyeimbangkan
pengkhidmatan kepada Allah SWT, kepada sesama umat manusia
dan alam semesta. Demikian pula harus mampu menjalin
pengalaman masa lalu, keadaan masa kini dan harapan di masa
yang akan datang.
3) Mampu bersikap adil dan lurus dalam menjalankan tugas,
kewajiban dan tanggung jawab baik pribadi maupun warga Negara.
39
4) Mampu bersikap amar ma’ruf nahi munkar atau sikap berani
menegakkan kebenaran dan kebaikan serta menolak kebatilan
dengan cara-cara yang penuh hikmah, istiqomah dan berdasarkan
hukum.
c. Tujuan
“Memberikan semangat bagi para pemuda di desa Kalibening untuk
lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT serta sebagai sentral
ukhuwah Islamiyah yang berakhlakul karimah”.
4. Susunan Organisasi
Organisasi merupakan kerja sama di antara beberapa orang untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan diperlukan kerjasama antara
individu dalam sebuah organisasi melalui struktur organisasi. Berdasarkan
dokumentasi dari ketua jama’ah rijalul ansor memberikan rincian struktur
organisasi sebagai berikut :
a. Penasehat :
1) KH. Abda’ Abdul Malik
2) Maskur Suyuti
3) Abdur Raziq
4) Agus Hamin Shodiq S.Ag.
Memiliki tugas utama yaitu menaungi dan memberikan nasehat,
bimbingan, arahan dan masukkan kepada semua jama’ah rijalul ansor
untuk tetap mempertahankan organisasi masyarakat yang berbasis NU
40
tersebut dan untuk tetap menjaga ukhuwah Islamiyah yang berakhlakul
karimah.
b. Ketua: Setiawan S.Ag.
Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas
jalannya organisasi, bertanggung jawab atas perkembangan dan
pembinaaan organisasi, mengkoordinir kerja tiap-tiap bagian, mewakili
organisasi ketika berhubungan dengan pihak lainnya dan merencanakan
kegiatan organisasi.
c. Sekertaris: Muhammad Farih Rahmatullah S.Ag
Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas
kesekertariatan organisasi, mewakili ketua rijalul ansor jika
berhalangan, bertanggung jawab atas progam kerja di bagian
kesekertariatan.
d. Bendahara: Muhammad Yusuf Achmad
Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas
keuangan organisasi, bertanggung jawab atas progam kerja di bagian
perbendaharaan pengurus.
e. Pengurus:
1) M. Saunan Fahmi S. Ag.
2) Khairul Anam
3) Slamet Ariyanto
4) Muhammad Zamroni
41
5) Muhammad Alwi Saifurrahman
Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas
semua kepengurusan organisasi dan bertanggung jawab atas semua
kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi.
f. Pemberdayaan Jama’ah:
1) Muhammad Syafik Badrul Huda
2) Fahmi Aqwa
3) Ki Husnal Hulqi
4) Agus Naji Alhaq
5) Slamet Riyadi
Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas
terselenggaranya pengumuman-pengumuman, bertanggung jawab atas
terselenggaranya media informasi dan bertanggung jawab atas
program kerja yang diselenggarakan oleh organisasi rijalul ansor.
5. Kegiatan Rijalul Ansor
Dari hasil penelitian organisasi masyarakat rijalul ansor di desa
Kalibening, peneliti menemukan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan
oleh para jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening baik dalam kegiatan
agama maupun dalam kegiatan sosial, hal ini dibuktikan dengan kegiatan
rutin yang selalu diikuti oleh para jama’ah dalam kegiatan keagamaan
maupun kegiatan sosial, adapun kegiatan para jama’ah ini dibagi menjadi
tiga bagian kegiatan yaitu mingguan, bulanan dan tahunan. Kegiatan
42
mingguan seperti bermain sepak bola bersama atau olahraga yang lainya,
yang diikuti oleh seluruh anggota ormas GP ansor yang aktif, pasif dan
pemuda dari desa yang lainnya yang beragama muslim ataupun non muslim,
kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada hari minggu sore dengan tujuan
untuk mempererat tali persaudaraan dan terciptanya persatuan dan kesatuan
tanpa memandang perbedaan. Adapun kegiatan bulanan seperti adanya
pertemuan rutin para anggota jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening yang
diisi dengan dzikir dan tahlil dan pembacaan Asmaul Husna yang biasanya
dilaksanakan setiap sebulan sekali setiap tanggal 1 awal bulan, kegiatan ini
dilakukan untuk menjaga silaturrahmi antar jama’ah dan untuk
menyampaikan informasi jika ada sesuatu yang penting dan mempersiapkan
suatu acara atau kegiatan. Terakhir yaitu kegiatan tahunan meliputi
membantu dalam acara pengajian akbar, peringatan hari Islam dan ikut
berpartisipasi dalam mengamankan gereja-gereja di kota Salatiga pada saat
hari natal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:
TABEL 3.1
Daftar Kegiatan Rutinan Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening Tingkir
Salatiga
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan
1. Pertemuan rutin jama’ah GP ansor yang diisi dengan pembacaan Asmaul Husna, dzikir dan tahlil.
Dilaksanakan pada setiap sebulan sekali, setiap tanggal 1 awal bulan. Bergilir dari
Kegiatan ini dilaksanakan dengan maksud untuk meenjaga silaturahmi antar jama’ah dan
43
masjid ke masjid setiap RT.
menyampaikan informasi apabila ada sesuatu yang penting dan mempersiapkan suatu acara atau kegiatan
2. Membantu pelaksanaan pengajian akbar dan pelaksanaan peringatan hari-hari besar Islam.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap setahun sekali.
Dalam kegiatan ini para pemuda atau jama’ah rijalul Ansor ikut serta dalam kegiatan. Seperti pembuatan dekorasi panggung, menjaga parkir dan perlengkapan kegiatan lainnya.
3 Olahraga bersama dengan seluruh anggota jama’ah rijalul ansor dan pemuda sekitar Kalibening yang beragama Islam maupun non Islam.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap 1 minggu sekali, biasanya dilaksanakan pada hari minggu. Dimana saat mereka libur aktifitas baik yang bekerja maupun yang sekolah.
Kegiatan ini diadakan untuk mempererat tali persaudaraan dan rasa saling menyayangi antar sesama temannya dan agar terciptanya persatuan tanpa memandang Islam ataupun non Islam.
4. Peringatan hari santri Nasional
Kegiatan ini dilaksanakan setiap setahun sekali bertepatan dengan hari santri Nasional
Dalam kegiatan ini para pemuda/jama’ah GP Ansor ikut berpartisipasi dalam kegiatan karnaval yang diadakan setiap 1 tahun sekali di kota Salatiga yang bertepatan dengan hari santri Nasional.
44
5. Membantu mengamankan/menjaga gereja di sekitar kota Salatiga
Kegiatan ini dilakukan setiap 1 tahun sekali bertepatan dengan hari besar umat kristen/hari natal.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk menciptakan suasana yang aman, damai, kondusif dan saling menghargai perbedaan keyakinan. Acara ini diikuti oleh sebagian jama’ah nsor yang menjabat dalam BANSER (barisan ansor serbaguna).
B. Temuan Peneliti
Setelah melakukan wawancara pengumpulan data melalui observasi,
interview dan dokumentasi di lapangan, terlebih dahulu disajikan dalam bentuk
data guna memperlancar langkah suatu penelitian.
Untuk memperoleh data tentang implementasi sikap toleran
keberagamaan jama’ah rijalul ansor peneliti menggunakan wawancara, yang
dilakukan dengan enam pertanyaan panduan wawancara untuk ketua jama’ah,
enam pertanyaan panduan wawancara untuk pengurus jama’ah dan tujuh
panduan wawancara untuk anggota jama’ah rijalul ansor yang kemudian peneliti
kuak dan korek secara dalam dengan mewawancarai para responden, lalu hasil
dari wawancara tersebut peneliti kumpulkan menjadi satu, kemudian peneliti
pilah mana saja yang layak dan masuk untuk dijadikan data dalam penelitian ini.
45
Berikut ini penulis melampirkan data responden dari hasil penelitian di
desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga 2016-2017. Data responden
dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut :
TABEL 3.2 Daftar Informan
No Nama Umur Keterangan
1. Setiawan, S.Ag (ST) 30 tahun Ketua Jama’ah
2. Khairul Anam (KA) 32 tahun Pengurus jama’ah
3. Muhammad Zamroni (MZ) 28 tahun Pengurus Jama’ah
4. Muhammad Alwi S (MA) 26 tahun Pengurus Jama’ah
5. Slamet Riyadi (SR) 16 tahun Anggota Jama’ah
6. Imam Fauzi (IF) 21 tahun Anggota Jama’ah
7. Muhammad Arifan (MAN) 16 tahun Anggota Jama’ah
8. Faizal Abdul Khalid (FK) 16 tahun Anggota Jama’ah
9. Syarifuddin (SRD) 20 tahun Anggota Jama’ah
10. Fahmi Arsyad (FA) 20 tahun Anggota Jama’ah
Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti
mengenai bagaimana sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor
di desa Kalibening adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor di
Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016.
46
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti mengenai
bagaimana sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor di desa
Kalibening adalah seperti yang diungkapkan para responden sebagai berikut:
a. ST (30 tahun) ketua jama’ah
Sikap toleran keberagamaan menurut ST adalah sebagai berikut:
“Menurut Saya sikap toleran keberagamaan adalah dimana kita bisa menghargai satu dengan yang lainya, menghargai setiap perbedaan yang ada, namanya juga manusia Mas pasti tidak mungkin memiliki pemikiran yang sama semua, pasti salah satu diantara kita ada perbedaan pemikiran atau perbedaan pendapat” (ST, 10-02-2017).
b. KA (32 tahun) pengurus jama’ah
Sikap toleran keberagamaan menurut KA adalah sebagai berikut:
“Menurutku sikap toleran keberagamaan kui yo isoh nompo pendapat-pendapat seng lainan seko awak’e dewe masalah agomo, kono nganute Muhamadiyyah kene nganute NU yo dihargai wae, ora usah golek benere dewe, marai dadi ora apek, marai padu mergo bedo pendapat, intine yo kui mau isoh nompone pendapat seng bedo tapi ndak kono ngelek-ngelek aliranku sik, yo tak elek-elek genti, aku ora trimo” (KA, 10-02-2017).
c. MZ (28 tahun) pengurus jama’ah
Sikap toleran keberagamaan menurut MZ adalah sebagai berikut:
“Menurut saya sikap toleran keberagamaan itu ya bisanya kita menerima pendapat-pendapat dari orang lain yang berbeda prinsip dengan kita yang berkaitan dengan keagamaan, entah itu perbedaan agama antara Islam dengan kristen, perbedaan pemikiran antar sesama agama (Islam dengan Islam) jaman sekarang kan banyak sesama Islam saling menyalahkan, mencari kebenaran masing-masing sehingga menimbulkan perpecahbelahan to Mas, padahal kebenaran semata iku
47
gor seng nduweni seng Kuoso to Mas, nggih nopo mboten?” (MZ, 10-02-2017).
d. MA (28 tahun) pengurus jama’ah
Sikap toleran keberagamaan menurut MA adalah sebagai berikut:
“Menurut saya sikap toleran keberagamaan itu bisa menghargai satu dengan yang lainnya, tanpa memandang kondisi fisik, ras, warna kulit dan sebagainya status manusia di hadapan Gusti Allah ki lak podo kabeh to Mas, yang membedakan hanya ketakwaannya saja, dadi ya wis menghargai wae rasah do golek benere dewe-dewe” (MA, 10-02-2017).
e. SR (16 tahun) anggota jama’ah
Sikap toleran keberagamaan menurut SR adalah sebagai berikut:
“Kalau menurut saya toleran keberagamaan itu adalah pandai-pandainya kita untuk menyenangkan orang yang memiliki perbedaan pendapat dengan kita, misalnya kita lagi diajak ngobrol masalah agama yang berbeda pendapat dengan kita ya kita teko bilang iya-iya gitu aja to mas, dari pada dibantah nanti palah menimbulkan debat, saya bukan orang yang suka debat kok Mas, dadine ya saya teko iya gitu aja” (SR, 10-02-2017).
f. IF (21 tahun) anggota jama’ah
Sikap toleran keberagamaan menurut IF adalah sebagai berikut:
“Kalau menurut saya sikap toleran keberagamaan itu saling menghargainya kita dengan siapapun yang memiliki perbedaan dengan kita Mas, yang berlainan agama, berlainan anutan kepercayaan, meskipun seagama muslim dengan saya, saya tetap menghargai perbedaan yang ada, soale kan sekarang banyak ya Mas yang beragama muslim tetapi memiliki perbedaan pemikiran dengan yang seagama muslim juga” (IF, 10-02-2017).
48
g. MAN (16 tahun) anggota jama’ah
Sikap toleran keberagamaan menrut MAN adalah sebagai berikut:
“Kalau menurut saya sikap toleran keberagamaan adalah cara kita untuk saling menghargai perbedaan-perbedaan yang terjadi Mas, entah itu perbedaan pendapat tentang kepercayaan di dalam agama, perbedaan pemilihan walikota, perbedaan apapun yang ada harus bisa kita hargai” (MAN, 10-02-2017).
h. FK (16 tahun) anggota jama’ah
Sikap toleran keberagamaan menurut FK adalah sebagai berikut:
“Ndak menurute kulo niku sikap toleran keberagamaan, nopo nggih Mas? Hehe…Nggih intine niku mboten saling menyalahkan amergo bedo-bedo pikirane tentang agama ngoten niku lho Mas” (FK, 10-02-2017).
i. SRD (20 tahun) anggota jama’ah
Sikap toleran keberagamaan menurut SRD adalah sebagai berikut:
“Kalau menurut saya, sikap toleran keberagamaan yaitu kita saling menghargai Mas, antara orang-orang yang memiliki perbedaan-perbedaan dengan kita, apapun bentuknya perbedaan itu pasti ada Mas, jadi kita menghargai saja, itu menurut saya, Mas” (SRD, 10-02-2017).
j. FA (20 tahun) anggota jama’ah
Sikap toleran keberagamaan menurut FA adalah sebagai berikut:
“Kalau menurut saya, sikap toleran keberagamaan itu adalah sikap saling menghargai antar umat beragama. Menurut saya, meskipun kita berbeda agama tetapi kita tetap harus menghormati dan menghargai agama yang dianut seseorang yang berbeda agama dengan kita tersebut” (FA, 10-02-2017).
49
2. Implementasi atau cara yang dilakukan oleh jama’ah rijalul ansor dalam
menjalankan sikap toleran keberagamaan di Desa Kalibening, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016 .
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti,
implementasi atau cara yang dilakukan dalam menjalankan sikap toleran
keberagamaan jama’ah rijalul ansor adalah seperti yang diungkapkan para
responden sebagai berikut:
a. ST (30 tahun) ketua jama’ah
Implementasi atau cara yang dilakukan oleh ST dalam melaksanakan
sikap toleran keberagamaan adalah toleransi yang terang-terangan,
seperti yang diungkapkan oleh ST sebagai berikut:
“Nak ono wong susah, eneng wong loro ditilik’i, ono sumbangan melu nyumbang, ono kegiatan yo kita ikut berpartisipasi meskipun itu berlainan kepercayaan atau berlainan aliran dengan kita. Kalau ada yang meninggal seng ora melu tahlilan yo melu layat” (ST, 10-02-2017).
b. KA (32 tahun) pengurus jama’ah
Implementasi atau cara yang dilakukan oleh KA dalam melaksanakan
sikap toleran keberagamaan adalah toleransi yang tersembunyi, karena
KA hanya memperdulikan orang yang baik dengan dia saja, seperti yang
diungkapkan oleh KA sebagai berikut:
“Ndak aku, nek eneng seng loro yo tak inguk tapi ndak aku seneng karo wonge nek gak seneng ya uwis tak tekke wae, begitu juga kalau Saya diundang jagong manten atau layat di tempate orang seng berbeda
50
aliran karo aku, aku yo teko Mas, tapi nek meng diajak kancaku tok nek ra eneng seng ngajak yo aku gak teko Mas” (KA, 10-02-2017).
c. MZ (28 tahun) pengurus jama’ah
Implementasi atau cara yang dilakukan oleh MZ dalam melaksanakan
sikap toleran keberagamaan adalah toleransi yang terang-terangan,
seperti yang diungkapkan oleh MZ sebagai berikut:
“Carane melakukan yo misale kancaku opo sopo seng tak kenal wonge alirane bedo karo aku, kono ra tahlilan, aku tahlilan yo teko srawung wae dolan bareng, omong-omong bareng ora mandang tahlilan opo orane, wong podo-podo gaweane seng kouso” (MZ, 10-02-2017).
d. MA (28 tahun) pengurus jama’ah
Implementasi atau cara yang dilakukan oleh MA dalam melaksanakan
sikap toleran keberagamaan adalah toleransi yang terang-terangan,
seperti yang diungkapkan oleh MA sebagai berikut:
“Kan awak’e dewe ki manusia, udu manusia purba yoo.. hehe, yo makhluk sosial kui kan ora isoh hidup sendiri, yo sendiri, seperti itu hidup di masyarakat ki, wes dadi kewajiban, wong kene ki do apik’an Mas misalle eneng seng gawe omah yo do ngewangi sambatan, kadang-kadang missal tonggone eneng seng panen telo yo melok keciprtan, dike’I”(MA, 10-02-2017)
e. SR (16 tahun) anggota jama’ah
Implementasi atau cara yang dilakukan oleh SR dalam melaksanakan
sikap toleran keberagamaan adalah toleransi yang terang-terangan,
seperti yang diungkapkan oleh SR sebagai berikut:
51
“Karena kita ini kan makhluk sosial, jadi ketika ada yang membutuhkan kita harus membantu, meskipun kita beda keyakinan atau beda aliran dengan kita, kalau kita ingin dihargai ya kita harus menghargai juga, jadi saling mengertilah antar satu dengan yang lainya” (SR, 10-02-2017).
f. IF (21 tahun) anggota jama’ah
Implementasi atau cara yang dilakukan oleh IF dalam melaksanakan
sikap toleran keberagamaan adalah toleransi yang terang-terangan,
seperti yang diungkapkan oleh IF sebagai berikut:
“Saya menghargai siapapun yang memiliki perbedaan dengan saya Mas, yang berlainan agama, berlainan anutan kepercayaan, meskipun seagama muslim dengan saya, saya tetap menghargai perbedaan yang ada, kalau teman saya yang berbeda agama ingin beribadah ya saya membiarkan nya dan tidak menganggu hal tersebut saya lakukan agar terjadi hubungan timbal balik, selain itu jika ada orang yang sesama muslim tetapi berbeda aliran dengan saya, jika saya diundang jagong ya saya menghadiri kalau ada yang meninggal dunia ya saya tetap melayat kerumahnya, ndak bagine kulo niku “amalmu ya amalmu, amalku ya amalku, ngoten Mas” (IF, 10-02-2017)
g. MAN (16 tahun) anggota jama’ah
Implementasi atau cara yang dilakukan oleh MAN dalam melaksanakan
sikap toleran keberagamaan adalah toleransi yang terang-terangan,
seperti yang diungkapkan oleh MAN sebagai berikut:
“Cara yang Saya lakukan dalam toleransi keberagamaan ya itu Mas kalau teman saya meh beribadah saya ya mempersilahkan karena itu sudah menjadi hak mereka, untuk melakukan ibadahnya sesuai dengan keyakinan mereka” (MAN, 10-02-2017)
52
h. FK (16 tahun) anggota jama’ah
Implementasi atau cara yang dilakukan oleh FK dalam melaksanakan
sikap toleran keberagamaan adalah toleransi yang terang-terangan,
seperti yang diungkapkan oleh FK sebagai berikut:
“Ndak kulo nggih tetep kekancan Mas, soale kan manusia niku agamane mboten islam tok, alirane nggih mboten NU tok, bedo-bedo Mas, dadine kaleh sinten mawon kulo nggih tetep kekancanan, ndak kekancanan kaling seng berbeda nggih tidak saling menyalahkan antar agamane niku kaleh agamane kulo, alirane niku kaleh alirane kulo” (FA, 10-02-2017).
i. SRD (20 tahun) anggota jama’ah
Implementasi atau cara yang dilakukan oleh SRD dalam melaksanakan
sikap toleran keberagamaan adalah toleransi yang terang-terangan,
seperti yang diungkapkan oleh SRD sebagai berikut:
“Emmh, kan namanya manusia itu pasti punya perbedaan to Mas, mungkin Saya dan Mas Ashnan sendiri juga punya perbedaan pemikiran atu perbedaan apalah Mas. Hehe Apapun bentuknya saya akan tetap menghargai perbedaan yang ada Mas, itu cara yang Saya lakukan dalam sikap toleransi keberagamaan”(SRD, 10-02-2017).
j. FA (20 tahun) anggota jama’ah
Implementasi atau cara yang dilakukan oleh FA dalam melaksanakan
sikap toleran keberagamaan adalah toleransi yang terang-terangan,
seperti yang diungkapkan oleh FA sebagai berikut:
“Cara yang saya lakukan yaitu, meskipun kita berbeda agama atau berbeda aliran tetapi kita tetap harus menghormati dan menghargai
53
agama atau aliran yang dianut seseorang yang berbeda agama atau aliran dengan kita. Contohnya saja: Bergaul dengan semua teman tanpa membedakan agamanya, Tidak menghina dan menjelek-jelekkan ajaran agama lain, Memberikan kesempatan kepada teman nonmuslim untuk berdoa sesuai agamanya masing-masing, Mengadakan silaturahmi dengan orang yang berbeda aliran kepercayaan dengan kita, menolong tetangga yang sedang kesusahan” (FA, 10-02-2017)
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sikap Toleran Keberagamaan Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening,
Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga
Sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor untuk masyarakat
kalibening dan sekitarnya sudah baik mereka merealisasikan dengan bersikap
dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah:
1. Berkata baik dan sopan serta tidak menyinggung
2. Tidak saling menganggu dengan yang lainnya
3. Memiliki rasa persatuan, gotong royong dalam memperbaiki tempat umum.
4. Menghadiri undangan atau ta’ziyah meskipun memiliki perbedaan pemikiran
dengan yang lainya.
Berkaitan dengan hal di atas, penulis dapat penuturan dari para informan,
sebagaimana dipaparkan oleh (MZ 28 tahun) pengurus jama’ah, sebagai berikut:
“Menurut saya sikap toleran keberagamaan itu ya bisanya kita menerima pendapat-pendapat dari orang lain yang berbeda prinsip dengan kita yang berkaitan dengan keagamaan, entah itu perbedaan agama antara Islam dengan Kristen, perbedaan pemikiran antar sesama agama (islam dengan islam)jaman sekarang kan banyak sesama islam saling menyalahkan, mencari kebenaran masing-masing sehingga menimbulkan perpecah belahan to Mas, padalan kebenaran semata iku gor seng nduweni seng Kuoso to Mas, nggih nopo mboten?” (MZ, 10-02-2017).
Berhubungan dengan pemaparan oleh informan yang berinisial MZ dalam
tulisan Hasyim Umar (1979:23) termasuk dalam ciri-ciri sikap toleran, yaitu:
mengakui hak setiap orang setiap manusia tentunya mempunyai kepentingan
54
55
yang berbeda dalam kehidupannya. Mengakui hak setiap orang merupakan suatu
sikap mental yang mengakui bahwa setiap manusia berhak untuk menentukan
kepercayaan dan nasibnya masing-masing (Hasyim, 1979: 23).
Selain pemaparan dari informan MZ mengenai sikap toleran
keberagamaan jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening dan di desa sekitar
Kalibening, penulis juga mendapatkan pemaparan dari informan yang berinisial
SR (16 tahun) anggota jama’ah, sebagaimana dipaparkan oleh SR sebagai
berikut:
“Kalau menurut saya toleransi keberagamaan itu adalah pandai-pandainya kita untuk menyenangkan orang yang memiliki perbedaan pendapat dengan kita, misalnya kita lagi diajak ngobrol masalah agama yang berbeda pendapat dengan kita ya kita teko bilang iya-iya gitu aja to mas, dari pada dibantah nanti palah menimbulkan debat, saya bukan orang yang suka debat kok Mas, dadine ya saya teko iya gitu aja” (SR, 10-02-2017).
Berkaitan dengan sikap toleran yang dilakukan oleh SR berhubungan
dengan pendapat dari Ajat Sudrajat tentang makna dari toleransi yaitu memiliki
sikap yang saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai atau memberi
tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat atau
berbeda pendapat (Sudrajat, 2008: 141).
Selain pemaparan mengenai sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul
ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga yang dilakukan oleh
informan yang berinisial MZ dan SR penulis juga mendapatkan pemaparan dari
informan yang berinisial IF (21 tahun) anggota jama’ah, MAN (16 tahun)
anggota jama’ah dan pemaparan dari anggota jama’ah lain yang berinisial FA (20
56
tahun) yang menguatkan bahwa sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor
di desa Kalibening dan di desa sekitar Kalibening sudah baik, Berikut pemaparan
dari ketiga informan tersebut:
“Kalau menurut saya sikap toleran keberagamaan itu saling menghargainya kita dengan siapapun yang memiliki perbedaan dengan kita Mas, yang berlainan agama, berlainan anutan kepercayaan, meskipun seagama muslim dengan saya, saya tetap menghargai perbedaan yang ada, soale kan sekarang banyak ya Mas yang beragama muslim tetapi memiliki perbedaan pemikiran dengan yang seagama muslim juga”(IF, 10-02-2017). “Kalau menurut saya sikap toleran keberagamaan adalah cara kita untuk saling menghargai perbedaan-perbedaan yang terjadi Mas, entah itu perbedaan pendapat tentang kepercayaan didalam agama, perbedaan pemilihan walikota, perbedaan apapun yang ada harus bisa kita hargai”(MAN, 10-02-2017). “Kalau menurut Saya sikap toleran keberagamaan itu adalah sikap saling menghargai antar umat beragama. Menurut saya, meskipun kita berbeda agama tetapi kita tetap harus menghormati dan menghargai agama yang dianut seseorang yang berbeda agama dengan kita tersebut” (FA, 10-02-2017).
Dari pemaparan ketiga informan tersebut dalam tulisan Al-Munawar termasuk
dalam pentingnya menjaga sikap toleransi dalam kehidupan plural, yaitu: Terjalinnya
kerukunan serta terjadinya sikap saling menghargai akan memungkinkan dan
memudahkan untuk bekerja sama satu dengan yang lainnya. Dapat dikatakan
mewujudkan kerukunan antar umat beragama merupakan usaha untuk
mendorong setiap penganut dari konsekuen dengan kepercayaan yang mereka
anut, sehingga keberagamaannya bukan hanya dalam bentuk pengakuan atau
akuan saja, tetapi dapat memberi nilai dan manfaat bagi dirinya dan masyarakat
(Al-Munawar, 2003: 25).
57
Jadi, bentuk kerjasama yang sudah terjalin ini harus diwujudkan dalam
kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan dan tidak menyinggung keyakinan
masing-masing. Sebagai umat beragama berkewajiban untuk menahan diri tidak
menyinggung perasaan umat beragama yang lain. Hidup rukun dan bertoleransi
tidak berarti bahwa agama, aliran, golongan, organisasi yang satu dan yang
lainnya dicampuradukkan.
Pokok- pokok toleransi Keberagamaan :
a. Agama Samawi datang dari Allah SWT satu-satuNya.
b. Bahwa semua Nabi adalah bersaudara, tidak ada perbedaan Nabi tidak
menganut aliran Nahdlatul Ulama, Muhamadiyyah, Ahmadiyah ataupun
Wahabi. Dalam missinya, semua manusia itu sama dihadapan Allah SWT
yang membedakan hanya ketakwaannya saja dan seluruh kaum muslimin
hendaknya mempercayai mereka itu semua.
c. Bahwa aqidah tidak dapat dipaksakan kepada orang untuk menganutinya dan
sebaliknya hendaknya aqidah itu memerlukan kesadaran dan kerelaan.
d. Bahwa seluruh manusia ini tidak harus bermusuhan atau saling membunuh
karena hanya masalah perbedaan mereka dalam memahami agamanya dan
kepercayaanya masing-masing. Sebaliknya mereka wajib bertolong-
menolong dalam melakukan kebaikan dan perbaikan serta dalam
menghilangkan kejahatan di kalangan mereka.
58
e. Bahwa kelebihan manusia yang satu atas yang lain dalam kehidupan dan sisi
Allah SWT tergantung kepada kabar kebaikan bagi diri sendiri dan bagi
orang lain.
f. Bahwa perbedaan agama atau anutan yang mereka anut tidak harus
menghalangi pelaksanaan kewajiban berbuat baik, bersilaturahmi dan saling
kunjung-mengunjungi.
g. Bahwa bila suatu umat dimusuhi karena aqidah yang mereka anuti, wajiblah
atas mereka dan orang-orang lainnya untuk menghapuskan permusuhan itu
demi memelihara keyakinan dan menghindarkan malapetaka atau
perpecahan.
Itulah prinsip-prinsip sikap toleran keberagamaan menurut ajaran Islam,
seluruh kaum muslimin diwajibkan mempercayai adanya nabi-nabi dan
rasul-rasul, kaum mu’minin diharuskan untuk menghargai dan menghormati
semua nabi utusan Allah SWT, diharuskan bergaul dengan baik dengan umat
lain dalam tindakan, kata-kata, ketetanggaan dan lain-lain (Mushtafa As-
Siba’i, 1986: 147-151).
B. Implementasi Atau Cara Yang Dilakukan Oleh Jama’ah Rijalul Ansor
Dalam Melakukan Sikap Toleran Keberagamaan di Desa Kalibening,
Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga
Berdasarkan hasil wawancara peniliti kepada beberapa informan
mengenai sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor di Desa Kalibening,
Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga peneliti menemukan berbagai jawaban
59
mengenai model toleransi keberagamaan di desa Kalibening dan di desa sekitar
Kalibening, model toleransi keberagaan yang peneliti temukan ada dua macam,
yaitu model toleransi keberagamaan yang terang-terangan dan model toleransi
yang tersembunyi, adapun model toleransi keberagamaan terang-terangan penulis
akan memaparkannya sebagai berikut :
1. Toleransi Keberagamaan Terang-terangan
Para informan lebih banyak yang menggunakan model toleransi
terang-terangan. Terang-terangan yang dimaksud peneliti disini adalah,
mereka dapat menghormati, menghargai dan menyayangi antar sesamanya
sehingga tidak terjadi konflik atau perpecahan antar umat beragama karena
adanya perbedaan kepercayaan atau adanya perbedaan aliran. Di dalam
agama Islam secara tegas dan gamblang mengajarkan kepada seluruh
umatnya untuk senantiasa menjaga hubungan baik antar sesama manusia
selama di antara mereka tidak saling mengganggu satu sama lainya.
Menurut Nurcholis Madjid, dalam buku Indah Islam halaman 108
tahun 1998 Keanekaragaman adat istiadat, suku, ras dan tradisi adalah
Sunatullah. Allah SWT telah menciptakan manusia berbeda-beda, baik dari
suku, bahasa maupun warna kulitnya jika dikaitkan dengan hal ini Allah
SWT pun sudah menjelaskan di dalam Al-Qur’an dalam (QS. Al-Hujaraat:
13), Allah SWT berfirman:
60
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.S. Al-Hujaraat: 13) (Depag, 2003: 518).
Merujuk pada ayat di atas, bahwa tidak ada perbedaan baik laki-laki
maupun perempuan dalam hal apapun, perbedaan hanya terletak pada
ketaqwaan dan kualitas keimanannya kepada Allah SWT. Di dalam ayat ini
juga mengajarkan kepada umat muslim tentang sikap menghargai orang lain
tanpa pembedaan warna kulit, suku, ras dan sebagainya. Karena sikap saling
menghargai terhadap seseorang itu berdasarkan prestasi dari setiap individu
bukan prestise seperti fanatisme, keturunan maupun kesukuan ( Madjid,
1999: 108).
Dari ungkapan di atas maka toleransi terang-terangan yang
dimaksudkan disini adalah mereka yang dapat terbuka dari semua aspek baik
dalam urusan agama dan sosial, baik sosial kemasyarakatan maupun sosial
dengan antar teman sebayanya.
Hal ini dapat dilihat dari pemaparan informan yang berinisial IF (21 tahun)
anggota jama’ah yang memaparkan:
61
“Saya menghargai siapapun yang memiliki perbedaan dengan saya Mas, yang berlainan agama, berlainan anutan kepercayaan, meskipun seagama muslim dengan saya, saya tetap menghargai perbedaan yang ada, kalau teman saya yang berbeda agama ingin beribadah ya saya membiarkan nya dan tidak menganggu hal tersebut saya lakukan agar terjadi hubungan timbal balik, selain itu jika ada orang yang sesama muslim tetapi berbeda aliran dengan saya, jika saya diundang jagong ya saya menghadiri kalau ada yang meninggal dunia ya saya tetap melayat kerumahnya, ndak bagine kulo niku “amalmu ya amalmu, amalku ya amalku, ngoten Mas” (IF, 10-02-2017). Jika merujuk dalam Al-qur’an QS. Al-Baqarah ayat 256 sebagai berikut:
Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah: 256) (Depag, 2003: 43).
Dan merujuk pula pada pasal 28 E ayat (2) UUD 1945 tetntang
kebebasan beragama yang berbunyi: Setiap orang berhak atas kebebasan
meyakini kepercayaan masing-masing.
Maka sikap toleran keberagamaan yang dilakukan oleh responden ini
sangat baik, karena responden tidak memaksa untuk mengikuti apa yang
dianutnya dan membiarkan seseorang untuk bebas melakukan ajaran yang
dianut olehnya karena kebenaran hanya milik Allah dan manusia hanya bisa
berusaha untuk mendapatkan kebenaran di hadapan Allah, karena bagi
62
responden amal yang dilakukan adalah untuk dirinya sendiri dan amal yang
dilakukan oleh orang lain adalah amal orang lain.
Selain pemaparan dari informan IF, juga dikuatkan dengan
pemaparan-pemaparan informan lain yang peneliti wawancarai, yang
menunjukkan sikap toleran keberagamaan terang-terangan seperti
pernyataan dari informan yang berinisial ST (30 tahun) ketua jama’ah yang
memaparkan bahwa:
“Nak ono wong susah, eneng wong loro ditilik’I, ono sumbangan melu nyumbang, ono kegiatan yo kita ikut berpartisipasi meskipun itu berlainan kepercayaan atau berlainan aliran dengan kita. Kalau ada yang meninggal seng ora melu tahlilan yo melu layat” (ST, 10-02-2017).
Dari pernyataan ST tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap toleran
keberagamaan yang sangat baik karena tidak adanya rasa diskriminatif antar
sesama manusia hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Said Agil
Husain Al-Munawar dalam buku Fikih Hubungan Antar Agama Tahun 2005
halaman 22, yaitu, Mewujudkan kerukunan dan toleransi dalam pergaulan
hidup antar umat beragama tanpa memandang perbedaan merupakan bagian
usaha menciptakan kemaslahatan umum serta kelancaran hubungan antara
manusia yang berlainan agama, sehingga setiap golongan antar umat
beragama dapat melaksanakan bagian dari tuntutan agama masing-masing.
Kerukunan yang berpegang kepada prinsip masing-masing agama menjadi
setiap golongan antar umat beragama sebagai golongan terbuka, sehingga
63
memungkinkan dan memudahkan untuk saling berhubungan. Bila anggota
dari suatu golongan umat beragama telah berhubungan baik dengan anggota
dari golongan agama-agama lain, akan terbuka kemungkinan untuk
mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk kerjasama dalam
bermasyarakat dan bernegara (Al-Munawar, 2005: 22).
Selain dari pemaparan IF dan ST dikuatkan juga dengan pemaparan
oleh informan yang berinisial SR (16 tahun) anggota jama’ah dan MA (26
tahun) pengurus jama’ah yang menunjukan sikap toleran keberagamaan
terang-terangan, pemaparan dari informan SR dan MA adalah sebagai
berikut:
“Kalau menurut saya toleransi keberagamaan itu adalah pandai-pandainya kita untuk menyenangkan orang yang memiliki perbedaan pendapat dengan kita, misalnya kita lagi diajak ngobrol masalah agama yang berbeda pendapat dengan kita ya kita teko bilang iya-iya gitu aja to mas, dari pada dibantah nanti palah menimbulkan debat, saya bukan orang yang suka debat kok Mas, dadine ya saya teko iya gitu aja” (SR, 10-02-2017). “Menurut saya sikap toleransi kebergamaan itu bisa menghargai satu dengan yang lainnya, tanpa memandang kondisi fisik, ras, warna kulit dan sebagainya status manusia dihadapan Gusti Allah ki lak podo kabeh to Mas, yang membedakan hanya ketakwaanya saja, dadi ya wis menghargai wae rasah do golek benere dewe-dewe” (MA, 10-02-2017).
Berkaitan dengan sikap toleran keberagamaan dar informan SR dan
MA, senada dengan pendapat Quraish Shihab dalam buku Studi
Persaudaraan (Ukhuwah) Dalam Islam halaman 349 tentang Prinsip-prinsip
Ukhuwah Islamiyah Dalam Islam bahwa memandang Islam sebagai yang
“rahmah li ‘alamin”, yakni agama yang memberikan kedamaian dan
64
kesejahteraan bagi seluruh umat manusia bahkan seluruh kosmis. Konsep
tersebut harus ditopang dengan landasan yang kuat , yaitu landasan kiblat
umat Islam yang disimpulkan dalam ka’bah sebagai sarana kesatuan tauhid
seluruh umat Islam, serta berlandaskan pada Al-Qur’an dan al-Sunnah
sebagai jalan hidup dan penengah bila terjadi perselisihan antar umat Islam
(Shihab, 1992: 350).
2. Toleransi Keberagamaan Tersembunyi
Meskipun dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada
responden banyak yang termasuk anggota jama’ah menggunakan toleransi
terang-terangan, namun ada juga sebagian dari anggota jama’ah yang
menggunakan toleransi tersembunyi, yang peneliti maksudkan toleransi
keberagamaan tersembunyi di sini adalah mereka yang hanya menghormati,
menyayangi dan menghargai karena terpaksa dan hanya berbuat baik kepada
orang yang berbuat baik kepadanya saja, dalam kata lain di sini adalah
diskriminatif atau pilih-pilih saja tidak menyeluruh, tidak seperti model
toleransi yang terang-terangan mereka yang tergolong dalam toleransi
terang-terangan adalah orang yang welcome dari semua golongan tanpa
memandang perbedaan sedikitipun yang meliputi agama, ras, bahasa,
karakter dan sifat.
Berkaitan dengan hal diatas, peneliti dapatkan jawaban dari salah
satu informan yang berinisial KA (32 tahun) pengurus jama’ah dan sebagai
berikut :
65
“Ndak aku, nek eneng seng loro yo tak inguk tapi ndak aku seneng karo wonge nek gak seneng ya uwis tak tekke wae, begitu juga kalau Saya diundang jagong manten atau layat di tempate orang seng berbeda aliran karo aku, aku yo teko Mas, tapi nek meng diajak kancaku tok nek ra eneng seng ngajak yo aku gak teko Mas” (KA, 10-02-2017).
Dari pernyataan informan KA tersebut sangat berbanding terbalik
dengan visi dari ormas rijalul ansor yaitu: Mampu bersikap toleran terhadapi
munculnya perbedaan pandangan baik dalam pemahaman ajaran agama yang
bersifat furu’iyah maupun khilafiah dalam masalah kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Sikap toleran keberagamaan yang dilakukan oleh informan KA
tersebut sangat berbanding terbalik dengan visi dari ormas rijalul ansor yang
harusnya mampu bersikap toleran terhadap munculnya perbedaan pandangan
dalam agama islam akan tetapi KA tidak menerapkan visi dari ormas
tersebut.
Dalam kata lain yang peneliti maksud mengenai toleransi
keberagmaan terang-terangan adalah toleransi yang positif dan toleransi
keberagamaan tersembunyi adalah sikap toleransi keberagamaan yang netral.
Dari pernyataan yang peneliti maksud di atas dalam Al-Qur’an juga
sudah menerangkan mengenai sikap toeransi keberagamaan yang positif dan
netral, untuk sikap toleran keberagamaan yang positif misalnya seperti yang
terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 62 sebagai berikut:
66
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”(Q.S. Al-Baqarah: 62) (Depag, 2003: 11). Maksud dari ayat diatas adalah : Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, yakni yang mengaku beriman kepada Nabi Muhammad Saw.,
orang-orang Yahudi, yang mengaku beriman kepada Nabi Musa As., dan
orang-orang Nasrani yang mengaku beriman kepada Nabi Isa As., dan
orang-orang Shabi’in, kaum musyrik atau penganut agama dan kepercayaan
lain, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian, sebagaimana dan sesuai dengan segala unsur keimanan
yang diajarkan Allah melalui para nabi, serta beramal saleh, yakni yang
bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai yang ditetapkan Allah, maka untuk
mereka pahala amal-amal saleh mereka yang tercurah di dunia ini dan
tersimpan hingga di akhirat nanti di sisi Tuhan Pemelihara dan Pembimbing
mereka, serta atas Kemurahan-Nya; tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka menyangkut sesuatu apa pun yang akan datang, dan tidak pula
67
mereka bersedih hati menyangkut sesuatu yang telah terjadi (Shihab,
2012:256-260).
Dan untuk sikap toleran keberagamaan yang netral seperti yang
terkandung dalam Al-Qur’an QS. Al-Kafirun ayat 6 sebagai berikut:
Artinya: “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku" (Q.S. Al-kafirun: 6) (Depag, 2003: 604)
Menanggapi hal di atas mengenai implementasi atau cara dalam
melakukan sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor di desa
Kalibening dan sekitarnya yang masih berhubungan dengan agama, menurut
Nico Syukur agama adalah sebagai sarana untuk menjaga kesusilaan tata
tertib masyarakat karena agama dapat berfungsi sebagai instansi yang
menjaga atau menjamin berlangsungnya ketertiban dalam hidup moral dan
sosial (Syukur, 1998: 101).
Bukan hal sulit bagi Allah SWT untuk membuat manusia menjadi
satu komunitas. Tetapi Allah SWT memberikan rahmat dengan pluralisme
sehingga menambah kekayaan dan keberagamaan hidup. Setiap komunitas
memiliki jalan hidup, kebiasaan, tradisi, dan hukumnya sendiri, akan tetapi
semua hukum dan cara hidup itu haruslah dapat menjamin perkembangan
dan memperkaya hidup, walaupun berbeda satu dengan yang lainnya. Allah
SWT tidak mau memaksakan satu hukum untuk semuanya dan sebaliknya
68
menciptakan banyak komunitas. Allah SWT telah menciptakan beragam
komunitas dengan satu tujuan, yakni untuk menguji umat manusia atas apa
yang telah diberikan kepada mereka (misalnya, perbedaan, kitab suci, hukum
dan jalan hidup). Dan ujian itu adalah untuk hidup secara damai dan
harmonis sesuai kehendak Allah SWT. Perbedaan hukum dan jalan hidup
hendaknya tidak menjadi penyebab ketidakharmonisan dan perbedaan. Yang
diharapkan dari manusia adalah hidup dengan segala perbedaan dan
berlomba-lomba satu sama lain dalam amal kebaikan (Madjid, 2003: 172).
Dari sinilah peneliti menemukan fakta bahwa sikap toleran
keberagamaan yang dilakukan oleh jama’ah rijalul ansor kepada masyarakat
kalibening dan masyarakat sekitar kalibening sangat baik, mereka tidak
membedakan antara yang memiliki perbedaan dengan mereka ataupun
dengan yang tidak memiliki perbedaan dengan mereka karena pada
hakekatnya mereka saling hidup rukun, berdampingan tanpa ada konflik dan
saling tolong menolong antar masyarakat tanpa memandang perbedaan yang
ada.
Bukti lain bahwa sikap toleran keberagamaan yang dilakukan oleh
anggota jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening sangat baik adalah, ikut
berkecimpungnya sebagian dari mereka yang masuk dalam anggota barisan
ansor serbaguna (BANSER) dalam mengamankan perayaan hari besar umat
kristiani dengan ikut terjun langsung dalam mengamankan gereja-gereja
yang ada di sekitar kota Salatiga. Hal ini merupakan suatu wujud dari
69
partisipasi anggota jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening dalam
mewujudkan kerukunan hidup sesama manusia melalui sikap toleransi
keberagamaan.
Harus disadari bahwa menumbuhkan sikap toleran keberagamaan dan
menumbuhkan sikap toleran dalam masyarakat sangat sulit dan tidak datang
dengan sendirinya. Kita harus dapat melibatkan diri untuk belajar menerima
orang lain dalam perbedaan yang ada. Sikap toleran harus dapat
menghormati dan dapat bersikap toleran untuk dapat tinggal bersama dengan
masyarakat yang memiliki keyakinan dan kegiatan keagamaan yang berbeda.
Sikap toleran harus diwujudkan dengan sikap saling menerima
dengan tulus akan keberadaan perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungan
sekitar mereka, dengan menyadari hal tersebut akan mewujudkan situasi
yang aman dan tentram karena sikap tersebut merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan terwujudnya kerukunan antar umat beragama.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang Implementasi sikap
toleran keberagamaan Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga dapat disimpulkan sebagai berikut: Sikap toleran
keberagamaan jama’ah rijalul anshor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir,
Kota Salatiga Tahun 2016 sudah baik, terbukti dengan adanya berbagai kegiatan
yang telah diselenggarakan oleh Jama’ah Rijalul Anshor yang tidak memandang
perbedaan agama, perbedaan pendapat dan perbedaan keyakinan yang dianut dan
para jama’ah juga merealisasikan dengan bersikap dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya adalah:
a. Berkata baik dan sopan serta tidak menyinggung perasaan orang lain
b. Tidak menganggu orang lain ketika beribadah
c. Rasa persatuan, gotong royong dan saling membantu satu sama lain
Dalam melakukan sikap toleran keberagamaan anggota jama’ah rijalul
ansor sangat menekankan untuk bisa saling menghargai perbedaan yang ada,
karena mereka mengikuti ajaran agama Islam yang memerintahkan untuk
senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama manusia selama orang yang
memiliki perbedaan pendapat atau perbedaan keyakinan tidak saling
mengganggu satu sama lainnya.
70
71
B. Saran
Setelah penulis mengadakan penelitian dan pengamatan tentang
implementasi sikap toleran jama’ah rijalul ansor di Desa Kalibening, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016, maka penulis ingin menyampaikan saran-
saran demi perbaikan dan kemajuan, sebagai berikut:
1. Ketua Jama’ah Rijalul Ansor
Kepada ketua jama’ah rijalul ansor untuk lebih memperhatikan lagi
tentang kondisi dan keadaan para jama’ah, agar selalu hadir, hadir tepat
waktu dalam acara rutinan yang dilakukan dan berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan yang ingin diselenggarakan serta tetap menjaga sikap toleransi
keberagamaan yang baik agar tercipta suasana yang aman dan kondusif.
2. Pengurus Jam’ah Rijalul Ansor
Kepada pengurus jama’ah rijalul ansor untuk lebih meningkatkan dan
menghidupkan lagi kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan, serta lebih
menguatkan kekompakan antara sesama jama’ah dengan masyarakat
Kalibening dan masyarakat di sekitar Kalibening agar tetap terjaganya
silaturahmi yang baik.
3. Jama’ah Rijalul Anshor
Kepada para jama’ah agar selalu senantiasa menghadiri acara rutinan
yang diselenggarakan dan ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan untuk
meningkatkan kualitas sikap toleransi keberagamaan antara para jama’ah
dengan masyarakat Kalibening dan masyarakat sekitar Kalibening.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Maskuri. 2001. Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan. Jakarta: Buku Kompas.
Abdurrahman, Fatoni. 2006. Metode Penelitian dan Tekhnik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Al-Munawar, Said Agil Husain. 2005. Fiqih Hubungan Antar Agama. Jakarta: Ciputat Perss.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Depag. 1989. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Yogyakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah.
Daud Ali, Mohammad. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo.
Fauzi, Ihsan Ali. 2007. Demi Toleransi Demi Pluralisme. Jakarta: Mizan.
Hasyim, Umar. 1979. Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Agama. Surabaya.
(http://m.hukumonline.com)
Ma’arif, Syamsul. 2005. Pendidikan Pluralisme di Indonesia. Yogyakarta: Logung Pustaka.
Madjid, Nurcholish, 1999. Cita-Cita Masyarakat Islam Era Reformasi. Jakarta: Paramadina.
Marzuki, Irwan. 2011. Berislam dalam Toleran. Jakarta: Mizan.
Munir, Abdul. 1989. Pokok-Pokok Ajaran NU. Solo: Ramdhani.
Nasution, S. 2003. Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung.
Poerwadarminto, W. J. S. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rahmat, Imadadun. 2003. Islam Pribumi Mendialogkan Agama, Membaca Realita. Jakarta: Erlangga.
Shihab, M. Quraish. 2006. Studi Persaudaraan (Ukhuwah) Dalam Islam. Jakarta: Paramadima.
______, M. Quraish. 2012. Tafsir Al Misbah Vol 1, Pesan Dan Keserasian Al qur’an. Ciputat. Lentera Hati.
Sudrajat, Ajat. 2008. Din Al-Islam. Yogyakarta: UIN Perss.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, Fatimah. 2002. Dialaog Pluralisme Agama. Yogyakarta: LKIS.
Walgito, Bimo. 1994. Psikologi Sosial Suatu Pengantar.Yogyakarta: Andi Offset.
Yunus, Ali Al-Mukhdor. 1994. Toleransi Kaum Muslim. Surabaya: PT Bungkul Indah.
ORGANISASI MAJLIS DZIKIR DAN TAHLIL
RIJALUL ANSOR
Kalibening, Kec. Tingkir Kota Salatiga
SURAT KETERANGAN MAJLIS DZIKIR DAN TAHLIL
RIJALUL ANSOR
KALIBENING KEC TINGKIR KOTA SALATIGA
NOMOR :60/DT-RA/IX/2016
Yang bertanda tangan dibawah ini Ketua organisasi majlis dzikir dan tahlil rijalul ansor menerangkan bahwa:
Nama : Ashnan Habib
Nim : 111-12-130
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Yang bersangkutan telah melakukan penelitian skripsi di organisasi majlis dzikir dan tahlil rijalul ansor desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga dengan judul Implementasi Sikap Toleransi Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening Dan di Desa Sekitar Kalbiening.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga,14Agustus 2016
Ketua Rijalul Ansor desa Kalibening
Setiawan S.Ag.
DOKUMENTASI
Memperingati Hari Santri
Musyawarah Panita Pengajian
Pertemuan Rutinan sebulan sekali
Olahraga Bersama
Kerja Bakti Bersama
Mengamankan Gereja di Salatiga
VERBATIM WAWANCARA
IMPLEMENTASI SIKAP TOLERANSI KEBERAGAMAAN JAMA’AH
RIJALUL ANSOR DI DESA KALIBENING DAN DI DESA SEKITAR
KALIBENING
Narasumber : Setiawan S.,Ag
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Ketua Jama’ah
Tempat : Rumah Setiawan
Hari/tanggal : Jum’at/10 februari 2017
Waktu : 20.00 WIB
NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE
1. Apa yang anda ketahui mengenai sikap toleransi keberagamaan?
“Menurut Saya sikap toleransi keberagamaan adalah dimana kita bisa menghargai satu dengan yang lainya, menghargai setiap perbedaan yang ada, namanya juga manusia Mas pasti tidak mungkin memiliki pemikiran yang sama semua, pasti salah satu diantara kita ada perbedaan pemikiran atau perbedaan pendapat”
Pengertian sikap toleransi keberagamaan menurut ketua jama’ah rijalul ansor.
2. Bagaimana caranya menghargai perbedaan pendapat antara jama’ah rijalul ansor dengan organisasi yang lain dan pemeluk agama lain?
“Cara yang saya lakukan dalam menghargai perbedaan pendapat antara organisasi lain dan pemeluk agama lain yaitu, saya membiarkan orang yang memiliki perbedaan dengan saya, kalau yang berlainan agama ingin beribadah ya
Cara yang dilakukan oleh ketua jama’ah rijalul ansor dalam menghargai perbedaan antara organisasi lain dan
saya mempersilahkan untuk ibadah kalau masalah organisasi ya kalau ada undangan dari organisasi yang lan ya saya hadir, kalau saya berhalangan hadir saya wakilkan ke anggota jama’ah yang lain untuk menghadirinya”
pemeluk agama lain.
3. Bagaimana cara anggota jama’ah rijalul ansor dalam melakukan sikap toleransi dengan organisasi yang lain dan pemeluk agama lain?
“Cara kita dalam melakukan sikap toleransi keberagamaan dengan organisai lain dan pemeluk agama lain yaitu kalau ada undangan dari organisasi yang lain ya kita menghadiri undangan tersebut meskipun kita berbeda tapi kita tetap menghadirinya, untuk menghargai undangan dari organisasi yang lainya, kalau untuk pemeluk agama lain ya kita tetap serawungan tetap berteman dengan mereka, kalau mereka ingin beribadah ya kita mempersilahkannya”
Cara yang dilakukan oleh anggota jama’ah rijalul dalam melakukan sikap toleransi menurut ketua jama’ah rijalul ansor.
4. Apakah manfaat dari sikap toleransi keberagamaan jama’ah rijalul ansor dengan organisasi yang lain dan pemeluk agama lain?
“Manfaat yang kita dapat dari sikap toleransi dengan organisasi lain dan pemeluk agama yang lain ya banyak, salah satunya teman kita bertambah banyak, kalau butuh bantuan ya kita dibantu, begitu sebaliknya”
Manfaat dari sikap toleransi keberagamaan jama’ah rijalul ansor dengan organisasi yang lain dan pemeluk agama lain.
5. Apakah ada hambatan dalam melakukan sikap toleransi antara jama’ah
“untuk hambatan ya pasti ada to Mas Ashnan, soalnya kan kita berbeda, hambatan
Hambatan yang dihadapi oleh jama’ah rijalul
rijalul ansor dengan organisasi yang lain dan pemeluk agama lain?
yang sering kita alami itu terjadinya perbedaan saja, saya berfikir (a) mereka berfikir (b) ya palingan cuman itu saja mas hambatan-hambatan yang sering dialam”.
ansor dalam melakukan sikap toleransi keberagamaan anatara organisasi yang lain dan pemeluk agama lain.
6. Apa solusi saudara dalam menangani hambatan tersebut saat melakukan sikap toleransi?
“Solusinya ya saling menghargai saja lah Mas,,, kalau salah satu mengalah kan enak, tidak terjadi perdebatan yang ngotot untuk mencari kebenarannya sendiri to, kalau pemikiran saya menurut saya ya benar kalau menurut mereka kan belum tentu benar,, jadi ya itu solusinya saling menghargai saja Mas”
Solusi untuk menangani hambatan dalam melakukan sikap toleransi keberagamaan anatara organisasi yang lain dan pemeluk agama lain.
VERBATIM WAWANCARA
IMPLEMENTASI SIKAP TOLERANSI KEBERAGAMAAN JAMA’AH
RIJALUL ANSOR DI DESA KALIBENING DAN DI DESA SEKITAR
KALIBENING
Narasumber : Muhammad Zamroni
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Pengurus Jama’ah
Tempat : Warung Kopi
Hari/tanggal : Jum’at/10 februari 2017
Waktu : 22.00 WIB
NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE
1. Apa yang anda ketahui mengenai sikap toleransi keberagamaan?
“Menurut saya sikap toleransi keberagamaan itu ya bisanya kita menerima pendapat-pendapat dari orang lain yang berbeda prinsip dengan kita yang berkaitan dengan keagamaan, entah itu perbedaan agama antara Islam dengan Kristen, perbedaan pemikiran antar sesama agama (islam dengan islam)jaman sekarang kan banyak sesama islam saling menyalahkan, mencari kebenaran masing-masing sehingga menimbulkan perpecah belahan to Mas, padalan kebenaran semata iku gor seng nduweni seng Kuoso to Mas, nggih nopo mboten?”
Pengertian sikap toleransi menurut pengurus jamaah.
2. Bagaimana penerapan sikap toleransi terhadap agama lain menurut jama’ah?
Ya saling tolong menolong wae to, saling membantu tanpa pilih kasih,tidak membeda-bedakan, semua dianggap sama, tidak saling
Penerapan sikap toleransi terhadap agama lain menurut
menghina agama utowo alirane”
pengurus jama’ah.
3. Apakah ada manfaatnya dengan melakukan sikap toleransi keberagamaan?
“Ada, manfaate koncone dadi okeh sedulure dadi okeh yoan”
Manfaat melakukan sikap toleransi keberagamaan menurut pengurus jamaah.
4
Bagaimana cara anggota jama’ah rijalul ansor dalam melakukan sikap toleransi dengan organisasi yang lain dan pemeluk agama lain?
“Kalau dengan organisasi yang lain ya kalau ada undangan hadir perwakilan dari jama’ah berapa orang, kalau dengan pemeluk agama lain ya jangan saling menghina agama saja, simple kok Mas”
Cara anggota jama’ah dalam melakukan sikap toleransi dengan organisasi yang lain dan pemeluk agama lain.
5. Apakah ada hambatan dalam menanamkan sikap toleransi pada jama’ah rijalul ansor?
“Ada, hambatane itu ya kalau ketemu karo uwong seng angel Mas, ngene salah, ngono salah, kan dadi repot”
Hambatan yang dialami dalam menanamkan sikap toleransi menurut pengurus jamaah.
6.
Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan dalam menanamkan sikap toleransi pada jama’ah rijalul ansor?
“Solusinya ya dibiarkan saja Mas, dari pada ndak dituruti palah dadi ora apek kan Mas? Mending ditekno wae to seng penting kan rukun”
Solusi untuk menangani hambatan saat melakukan sikap toleransi menurut pengurus jamaah.
VERBATIM WAWANCARA
IMPLEMENTASI SIKAP TOLERANSI KEBERAGAMAAN JAMA’AH
RIJALUL ANSOR DI DESA KALIBENING DAN DI DESA SEKITAR
KALIBENING
Narasumber : Imam Fauzi
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Anggota Jama’ah
Tempat : Rumah Imam Fauzi
Hari/tanggal : Jum’at/10 februari 2017
Waktu : 10.40 WIB
NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE
1. Apa yang anda ketahui mengenai sikap toleransi keberagamaan?
“Kalau menurut saya sikap toleransi keberagamaan itu saling menghargainya kita dengan siapapun yang memiliki perbedaan dengan kita Mas, yang berlainan agama, berlainan anutan kepercayaan, meskipun seagama muslim dengan saya, saya tetap menghargai perbedaan yang ada, soale kan sekarang banyak ya Mas yang beragama muslim tetapi memiliki perbedaan pemikiran dengan yang seagama muslim juga”
Pengertian sikap toleransi keberagamaan menurut anggota jama’ah rijalul ansor.
2. Bagaimana sikap toleransi keberagamaan di organisasi rijalul ansor menurut saudara ?
“Untuk masalah toleransi antar satu jamaa’ah menurut saya baik, soalnya kita selalu mengadakan acara rutinan dzikir dan tahlil dan disetiap acara rutinan tersebut kita saling sharing mengenai perkembangan jama’ah, acara yang akan dilakukan oleh jama’ah dan
Sikap toleransi keberagamaan di organisasi rijalu ansor menurut anggota jama’ah
sebagainya”
3. Bagaimana cara menerapkan sikap toleransi terhadap penganut organisasi lain dan pemeluk agama lain?
“Cara yang saya lakukan dalam menjalankan sikap toleransi keberagamaan dengan organisasi yang lain menghargai saja tidak mencela apa yang mereka lakukan kalau dengan pemeluk agama lain ya sama saja Mas, saling menghargai kalau teman saya yang non muslim mau beribadah ya saya membiarkanya dan begitu sebaliknya”
Cara yang dilakukan oleh anggota jama’ah rijalul dalam menerapkan sikap toleransi.
4
Menurut anda kegiatan apa saja yang dilakukan dalam bersikap toleransi dengan organisasi yang lain dan pemeluk agama lain?
“Kalau untuk kegiatan yang dilakukan dengan organisasi lain ya apa saja yang bisa saya lakukan yang penting tidak menimbulkan keributan, kalau dengan agama yang lain main bareng, kadang ya tukar pendapat”
Kegiatan yang dilakukan oleh anggota jama’ah dalam bersikap toleransi.
5. Apa manfaat dengan sikap melakukan toleransi?
“Untuk manfaat ada, ada manfaat lahir dan bathin, untuk manfaat yang lahir ya sudah pasti temanya tambah banyak saudara juga bertambah untuk manfaat bathin nya mempererat silaturahmi memperpanjang umur”
Manfaat dari melakukan sikap toleransi menurut anggota jama’ah
6.
Apakah ada hambatan yang saudara alami saat melakukan sikap toleransi?
“Tidak ada, kalau kita bisa saling menghargai satu sama lainya, sama sekali tidak ada hambatanya”
Hambatan yang dialami oleh jama’ah rijalul ansor dalam melakukan sikap toleransi
7.
Apa solusi saudara dalam menangani hambatan tersebut saat melakukan sikap toleransi ?
“solusinya saling menghargai satu sama lain menjaga silaturahmi dan kerukunan antar umat beragama”
Solusi dalam menangani hambatan yang dialami oleh anggota jamaa’ah rijalul ansor dalam melakukan sikap toleransi
SURAT KETERANGAN KEGIATAN
(SKK)
Nama : Ashnan Habib
Fakultas/jurusan : FTIK / PAI (Pendidikan Agama Islam)
NIM : 111-12-130
Dosen PA : Sri Suparwi, S.Ag., M. Si.
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai 1. OPAK STAIN
SALATIGA 2012 dengan tema “Progresifitas Kaum Muda, Kunci Perubahan Indonesia”
05-07 September 2012 Peserta 3
2 OPAK Jurusan Tarbiyah STAIN SALATIGA 2012 dengan tema “Mewujudkan Gerakan Mahasiswa Tarbiyah sebagai Tonggak Kebangkitan Pendidikan Indonesia”
08-09 September 2012 Peserta 3
3 Orientasi Dasar Keislaman dengan tema “Membangun Karakter Keislaman Bertaraf Internasional di Era Globalisasi Bahasa”
10 September 2012 Peserta 2
4 Seminar Entrepreneurship dan Perkoperasian 2012 dengan tema “Explore Your Entrepreneurship Talent”
11 September 2012 Peserta 2
5 ACHIEVMENT MOTIVATION TRAINING dengan AMT Bangun Karakter Raih Prestasi
12 September 2012 Peserta 2
6 SEMINAR NASIONAL “Peran lembaga perbankan syariah dengan adanya otoritas jasa keuangan (UU. 21 Tahun 2011 Tentang OJK)”
29 November 2012 Peserta 8
7 SEMINAR NASIONAL & DIALOG PUBLIK “Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi”
27 Juni 2013 Peserta 8
8 Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Mahasiswa V Dengan tema “MTQ Sahana Apresiasi untuk Mencetak Insan Qur’ani”
23 Oktober 2013 Peserta 2
9 Seminar Regional Pengembangan Progam Studi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir “Tafsir Al Qur’an Berkerangka Budaya”
5 Desember 2013 Peserta 4
10 Seminar Pengembangan Progam Studi D3 Perbankan Syari’ah “PELUANG DAN TANTANGAN MAHASISWA D3 DALAM KEWIRAUSAHAAN”
20 Desember 2013 Peserta 2
11 TAFSIR TEMATIK “KONSEP PEMIMPIN IDEAL MENURUT AL-QUR’AN” Telaah Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 165
17 Mei 2014 Peserta 2
12 LIBRARY USER EDUCATION (Pendidikan Pemakai Perpustakaan)
28 Agustus 2014 Peserta 2
13 GEBYAR SENI QUR’AINI (GSQ) UMUM KE-VI SE-JAWA TENGAH dengan tema “Aktualisasi Makna dan Syi’ar Al-Qur’an Sebagai Sumber Inspirasi”
05 November 2014 Peserta 4
14 “PESANTREN KILAT RAMADHAN” 18 Juni-16 Juli 2015 Pengajar 4
15 Seminar Nasional Kewirausahaan bersama Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop Salatiga) dengan tema “Jiwa Muda Berani Berusaha”
30 Oktober 2015 Peserta 8
16 IAIN Salatiga Bersholawat dan Orasi Kebangsaan Dengan Tema “ Menyemai Nilai-Nilai Islam Indonesia Untuk Memperkokoh NKRI dalam Mewujudkan Baldatun Toyyibatun Warobun Ghofur”
03 November 2015 Peserta 2
17 GEBYAR SENI QUR’AN ke VII TINGKAT JAWA TENGAH “ Menyiarkan Islam Melalui Apresiasi Maha Karya Seni Qur’aniyy”
6-8 November 2015 Peserta 4
18 MUHADHARAH ILMIAH “TAREKAT TASAWUF DALAM TINJAUAN AL QUR’AN DAN AL HADITS”
21 Januari 2016 Peserta 2
19 Mahasiswa KKN IAIN SALATIGA dalam acara PELATIHAN JENAZAH “Yang Muda
17 Februari 2016 Panitia 3
Yang Paham Agama” 20 Dalam acara Lomba dan
Festival Anak Sholih Sholikhah Tingkat Dusun “Ayo Mengaji Bersama”
26 Februari 2016 Panitia 3
21 KKN IAIN Salatiga dalam acara Sosialisasi Bahaya Narkoba dan HIV AIDS “Ikhtiar Pemuda Dalam Menghadapi Arus Pergaulan Bebas”
27 Februari 2016 Panitia 3
22 THE EXCLUSIVE ONE DAY WORKSHOP BECOME A SUCCESSFUL ENTREPRENUER “IN THE EVENT OF WORKSHOP FOREX TRADING FOR LIVING”
23 April 2016 Participant 2
23 DIALOG NASIONAL dengan tema “Peningkatan Konsep Hablu Minannas melalui Ramadhan”
19 Juni 2016 Peserta 8
24 Piagam Penghargaan sebagai Juara II dalam mengikuti pertandingan Pekan Olahraga SSC (PORS) VIII cabang olahraga bulu tangkis ganda dengan tema Training Our Generation To a Healthy Life Through Sport
06-13 Oktober 2016 Peserta 4
25 SEMINAR NASIONAL dengan tema “Pengaplikasikan Ekonomi Syariah Menuju Stabilitas Perekonomian Indonesia”
21 November 2016 Peserta 8
26 SEMINAR NASIONAL dengan tema “Menumbuhkan Jiwa
10 Desember 2016 Peserta 8
Kewirausahaan Melalui Usaha Online Untuk Masyarakat Ekonomi Mandiri”
Jumlah 103
Salatiga, 20 Desember 2016
Mengatahui,
Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama
Achmad Maimun, M. Ag
NIP. 19700510 199803 1003