Upload
phunghuong
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA
TANJUNGPINANG DALAM PENCEGAHAN BANJIR TAHUN 2015
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
HERNITA SYAFITRI
NIM. 120565201015
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
2
ABSTRAK
Semakin berkembangnya sebuah daerah maka akan semakin dibutuhkan pengelolaan
drainase yang bagus dan mumpuni untuk mengalirkan air dari dataran yang lebih tinggi ke daerah
penyimpanan air atau pembuangan air sehingga tidak akan mengakibatkan genangan air yang akan
berdampak pada aktivitas masyarakat dalam melakukan aktifitas sehari hari.
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui Implementasi Tugas dan Fungsi Dinas Pekerjaan
Umum Kota Tanjungpinang dalam Pencegahan Banjir Tahun 2015. Informan yang digunakan
adalah perwakilan dari Dinas Pekerjaan Umum, Pihak kelurahan dan perwakilan masyarakat,
Teknik analisa penelitian ini mengggunakan teknik analisa deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil dari penelitian ini diantaranya adalah telah diketahuinya faktor faktor yang
mempengaruhi implementasi tugas dan fungsi dinas pekerjaan umum Kota Tanjungpinang dalam
pencegahan banjir Tahun 2015 yaitu kurangnya dana penyelenggaraan dan sumber daya baik itu
sumber daya manusia dan dan sumber daya non manusia seperti peralatan, serta masih seringnya
mendapat keluhan dari masyarakat dan tidak sejalannya kebijakan walikota dengan program
pencegahan banjir, selanjutnya mengenai implementasi Tugas Dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum
Kota Tanjungpinang Dalam Pencegahan Banjir bahwa tugas dan fungsi dari Dinas Pekerjaan
umum telah dijalankan semuanya kecuali pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
bahwa tidak ada tugas lain yang dibebankan mengenai pencegahan banjir di kota tanjungpinang.
selanjutnya saran saran yang penulis berikan adalah pemerintah lebih fokus dan bergerak cepat
dalam mengurangi efek dampak genangan air baik yang diakibatkan oleh hujan, pasang surut air
laut atau pembuangan air limbah rumah tangga dengan lebih cepat berkoordinasi dengan dinas lain
atau badan lain sehingga dalam menghadapi dan mengelola genangan air yang terjadi di Kota
Tanjungpinang dan lebih memperhatikan kebutuhan yang dibutuhkan oleh Dinas Pekerjaan Umum
seperti penambahan dana operasional, penambahan sumber daya manusia dan peralatan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan pencegahan banjir di Kota Tanjungpinang.
Kata Kunci : Implementasi, Tugas Dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum,Pencegahan
Banjir.
3
ABSTRACT
The sustainable developing of regional will be need morenecessary good and qualified
drainage management, to carry water from the higher slopes to the water storage or water
disposal, so it will not lead to waterlogging which will have an impact on community activities in
performing daily activities.
This study aims to determine the implementation of duties and functions of the Department of
Public Works in Flood Prevention Tanjungpinang in 2015. The informant are representatives from
the Department of Public Works, The villagers and community representatives, the research
analysis techniques use traditional techniques of descriptive analysis with qualitative approach.
The results of this study which are already known factors which will affect the
implementation of the tasks and functions of Tanjungpinang public works department in the
prevention of flooding in 2015, that is the lack of funds the organization and resources of both the
human resources and resources and non-human such as equipment, as well as the still frequent
receive complaints from the public and not compatible policies with flood prevention program, the
future regarding the implementation of duties and functions of Tanjungpinang public Works
Department In Flood prevention that the duties and functions of the Department of public Works
has been run everything except the execution of other duties assigned by the leadership that there
is no other duties imposed on the prevention of flooding in the city of Tanjungpinang. The authors
next suggestion are, government should more focus and move quickly to reduce the effect of
impact puddle whether caused by rain, tidal or disposal of household waste water more quickly
coordinate with other department or other agencies, so as to face and manage puddles that occur
in Tanjungpinang and more attentive to the needs required by the Public Works Department as
additional operational funds, additional human resources and equipment are needed in the
implementation of flood prevention in Tanjungpinang.
Keywords: Implementation,Tasks and Functions of Public Works Department,Flood
Prevention.
4
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya sebuah
negara maka akan semakin banyak pula
perkotaan yang menjadi padat dan
menimbulkan permasalahan umum yang
sering terjadi pada kota-kota dengan
kepadatan penduduk tinggi, seperti
pengelolaan sampah, banjir, ruang terbuka
umum, air resapan, hingga populasi manusia
yang bermukim, namun akhir-akhir ini
banjir lah yang menjadi dampak utama dari
semakin lambatnya pengelolaan sebuah kota
secara baik dan berkelanjutan.
Penyebab banjir yang paling sering
diantaranya adalah hujan yang terus-
menerus mengguyur hampir seluruh wilayah
perkotaan dan buruknya sistem drainase
yang ada sehingga banjir sangat mudah
terjadi. Dimana bencana banjir ini terjadi
karena faktor alamiah maupun non-alamiah
(Utomo:2012). Banjir merupakan fenomena
alam yang umum terjadi dikota yang terletak
di tepi pantai, atau berada dibawah paras
laut. Di Indonesia sendiri banjir sering
terjadi dikota yang memiliki dataran rendah
seperti Jakarta bagian utara dan Semarang.
Faktor alamiah yang utama adalah
tingginya curah hujan, sedangkan faktor
alami lainnya adalah erosi, sedimentasi
endapan, kapasitas sungai sungai yang
berlebih, kapasitas drainase yang tidak
memadai, pengaruh air pasang, dan
sebagainya. Contoh faktor non-alamiah
adalah limbah pembuangan sampah dan sisa
industri ke sungai dan parit, penebangan
hutan secara liar, pembangunan kompleks
perumahan atau pembukaan suatu kawasan
diatas lahan dengan tanah yang bersifat
gembur dan memiliki kecenderungan tidak
kuat dan mudah terkikis dapat menyebabkan
erosi yang dapat berakibat pada
pendangkalan aliran sungai disekitar
kawasan tersebut. Akibatnya, debit
pengaliran sungai yang terjadi akan lebih
besar dari pada kapasitas pengaliran air
sungai sehingga terjadilah banjir.
Sebagai salah satu kota di Provinsi
Kepulauan Riau yang kebetulan di tetapkan
menjadi ibukota provinsi, maka banyak
perubahan yang terjadi secara cepat
khususnya perubahan infrastruktur
menanggapi semakin bertambahnya manusia
yang melakukan perjalanan ke kota ini,
maka banyak infrastruktur yang dibuat
dahulunya tidak sesuai lagi dengan
kebutuhan saat ini. Dampak dari semakin
ramainya manusia yang bermigrasi ke
ibukota provinsi maka akan semakin banyak
limbah cair yang dihasilkan, perumahan
yang semakin banyak dibangun, dan
semakin besarnya kebutuhan masyarakat
akan saluran drainase yang bagus dan
berfungsi dengan baik. Ditambah pula
dengan kontur tanah di kota ini banyak yang
berada dibawah paras air laut, maka akan
semakin banyak kemungkinan untuk
terjadinya genangan air akibat tidak
berfungsi secara optimalnya sistem drainase
yang ada.
Ada dua faktor yang menjadi alasan
seringnya drainase di kota Tanjungpinang
sering tidak berfungsi dengan baik, Pertama,
5
faktor alam dan kedua faktor topografi.
Faktor alam karena intensitas curah hujan
ekstrim yang sering terjadi akhir-akhir ini,
ditambah saat bersamaan air laut tengah
pasang. Sehingga air hujan yang merata di
Tanjungpinang tidak bisa mengalir ke laut.
Faktor kedua, yakni topografi dimana
limpasan permukaan terkumpul di daerah
cekungan dan rendah. Kapasitas saluran
drainase eksisting yang tidak mampu
menampung limpasan air hujan. Sistem
drainase dan gorong-gorong yang buruk.
Selain itu karena adanya pembukaan lahan
di daerah hulu untuk pembangunan
perumahan (Sumber : Dinas Pekerjaan
Umum Kota Tanjungpinang)
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana Implementasi Tugas
dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang Dalam Pencegahan Banjir
Tahun 2015, dimana diketahui dana yang
digunakan pada tahun 2014 untuk
pencegahan banjir adalah
Rp.85,620,168,845, hal ini juga dilihat dari
data yang diperoleh dari dinas pekerjaan
umum Kota Tanjungpinang dimana data
daerah yang tergenang air masih ada dari
tahun ketahun, penanganan banjir ketika
sebelum, saat terjadinya dan sesudah banjir
terjadi.
Sehingga akan dicari hubungan
pelaksanaan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah daerah mengenai pencegahan
banjir ini, mengingat Kota Tanjungpinang
belum mempunyai peraturan daerah yang
mengatur secara khusus mengenai banjir.
Sehingga penelitian ini akan melihat sejauh
mana pemerintah kota Tanjungpinang
melalui dinas Pekerjaan Umum
melaksanakan tugas pemerintahan
khususnya mengenai banjir dan
penanganannya.
Adanya anggaran untuk penanganan
banjir dalam APBD 2016 sebesar Rp400
juta yang akan digunakan oleh Dinas
Pekerjaan Umum sesuai dengan SOTK yang
ada dalam pencegahan bajir yang dilakukan
oleh Seksi Pengelolaan Drainase Perkotaan,
salah satunya adalah dianggap bisa
mengurangi dampak banjir yang mungkin
muncul dikemudian hari. Anggaran ini
hanya untuk melakukan normalisasi atau
mengerukan drainase, sungai dan juga
saluran air yang mengalami pendangkalan.
Saat ini ada 10 titik genangan air yang
terbesar yakni di kawasan Suka Berenang,
New City meliputi Bintan Plaza, Jalan Gatot
Subroto, MT. Haryono Batu 3. Dikawasan
Pasopati yakni di Ganet, Bandara RHF dan
Sukaramai. Perumahan Taman Harapan
Indah Batu 8-9 Bintan Centre, KFC di Jalan
DI Panjaitan, Kawasan Sulaiman Abdullah,
Rawasarai, Pemuda, Pelantar II, Kuantan
meliputi jalan Ahmad Yani, RH Fisabilillah
dan Sukoharjo (sumber : Dinas Pekerjaan
Umum Tanjungpinang).
Selanjutnya penelitian ini dilakukan
pada tahun 2015 adalah dengan alasan selain
dapat memperoleh data yang paling terbaru
sesuai dengan data yang bisa di evaluasi
dikarenakan tahun penggganggaran telah
selesai, tahun 2015 juga adalah menjadi
tahun dengan kondisi alam ekstrim, dimana
tahun 2015 menjadi tahun terpanas dan
6
kondisi el nino terkuat diseluruh dunia (el
nino tahun ini paling buruk dalam sejarah,
nationalgeographic.co.id) sehingga kondisi
ini mempengaruhi curah hujan yang tiba tiba
dengan intensitas tinggi yang juga di
pengaruhi oleh angin monsoon asia dan
permukaan air laut yang meningkat drastis.
Dikarenakan masih banyaknya lokasi
yang selalu terendam banjir atau berpotensi
banjir maka, perlu dilihat seperti apakah
tugas dan fungsi yang telah diterapkan telah
baik dilakukan atau perlu diadakan
perbaikan, khususnya pada tahun 2015.
Maka penulis akam berkeinginan
mengangkat permasalahan yaitu
“Implementasi Tugas dan Fungsi Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tanjungpinang
Dalam Pencegahan Banjir Tahun 2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang
diatas, maka penulis akan menjabarkan
perumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana Implementasi tugas dan
Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang Dalam Pencegahan
Banjir Tahun 2015 (Studi pada
Peraturan Walikota No 10 Pasal 18
Tahun 2015)?
2. Faktor faktor apa saja yang
mempengaruhi Implementasi tugas dan
fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang Dalam Pencegahan
Banjir Tahun 2015?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Implementasi Tugas
dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang dalam Pencegahan Banjir
Tahun 2015.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran
dalam rangka pengembangan ilmu
khususnya ilmu pemerintahan, yang
tentunya berkaitan dengan
implementasi kebijakan khususnya
yang berkaitan dengan program
pengendalian banjir.
b. Secara Praktis, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan
bahan masukan, khususnya Kota
Tanjungpinang, sebagai kota yang
terus berkembang dalam
pertambahan penduduknya dan
pelayanan masyarakat khususnya
yang berkaitan dengan pengelolaan
sistem drainase dan pencegahan
banjir.
c. Secara Akademis, untuk
memperoleh gelar sarjana pada
jurusan Ilmu Pemerintahan, di
Universitas Maritim Raja Haji
Tanjungpinang.
D. Kerangka Teoritis
Sebagai kerangka dasar dalam
penelitian ini, penulis menggunakan
konsep dan teori yang berhubungan
dengan tema yang penulis ambil
sebagai bahan usulan penelitian ini.
Menurut Meter dan Horn dalam
Subarsono (2006) mengemukakan
7
bahwa terdapat enam variabel yang
mempengaruhi kinerja implementasi,
yakni :
1. Standar dan Sasaran
Kebijakan
2. Sumberdaya
3. Hubungan Antar Organisasi
4. Karakteristik Agen Pelaksana
5. Kondisi Sosial Politik dan
Ekonomi
6. Disposisi Implementor
E. Konsep Operasional
Dalam Konsep Operasional penulis
akan menjabarkan mengenai konsep
operasional yang penulis gunakan
yaitu:
1. Implementasi Tugas Dan Fungsi
Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang Dalam
Pencegahan Banjir Tahun 2015
a. Penyelenggaraan Kegiatan
Penataan Pembangunan
Infrastruktur Drainase Primer Dan
Drainase Sekunder Serta Bangunan
Perlengkapan Drainase Tahun
2015.
b. Pelaksanaan Kegiatan Pemeliharaan
Terhadap Bangunan Drainase
Primer Dan Drainase Sekunder
Serta Bangunan Perlengkapan
Drainase Tahun 2015.
c. Penyiapan Bahan Perumusan
Kebijakan Perencanaan
Pengelolaan Drainase Perkotaan,
Drainase Primer Dan Drainase
Sekunder Tahun 2015.
d. Penyiapan Bahan Koordinasi
Perencanaan Pengelolaan
Drainase Perkotaan, Drainase
Primer Dan Drainase Sekunder
Tahun 2015.
e. Penyiapan Sistem Drainase
Perkotaan, Pengendaliaan Dan
Pengaturan Teknis Pembangunan
Serta Rehabilitasi Drainase
Perkotaan, Drainase Primer Dan
Drainase Sekunder Tahun 2015.
f. Pemberian Saran Teknis Kepada
Instansi Perizinan Terkait
Pengamanan Sempadan Drainase
Perkotaan Tahun 2015.
g. Penyiapan Pengawasan Dan
Evaluasi Secara Rutin Terhadap
Kondisi Drainase Primer Dan
Drainase Perkotaan Tahun 2015.
h. Pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh pimpinan.
2. Faktor Faktor yang
mempengaruhi Implementasi
Tugas Dan Fungsi Dinas
Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang Dalam
Pencegahan Banjir Tahun 2015
Meter dan Horn dalam
Subarsono (2006) mengemukakan
bahwa terdapat enam variabel yang
mempengaruhi kinerja implementasi,
yakni;
1. Standar dan sasaran kebijakan, di
mana standar dan sasaran
kebijakan harus jelas dan terukur
sehingga dapat direalisir.
8
2. Sumberdaya, dimana implementasi
kebijakan perlu dukungan
sumberdaya, baik sumber daya
manusia maupun sumber daya non
manusia.
3. Hubungan antar organisasi, yaitu
dalam banyak program,
implementor sebuah program perlu
dukungan dan koordinasi dengan
instansi lain, sehingga diperlukan
koordinasi dan kerja sama antar
instansi bagi keberhasilan suatu
program.
4. Karakteristik agen pelaksana yaitu
mencakup stuktur birokrasi,
norma-norma dan pola-pola
hubungan yang terjadi dalam
birokrasi yang semuanya itu akan
mempengaruhi implementasi suatu
program.
5. Kondisi sosial, politik, dan
ekonomi, Variabel ini mencakup
sumberdaya ekonomi lingkungan
yang dapat mendukung
keberhasilan implementasi
kebijakan, sejauh mana kelompok-
kelompok kepentingan
memberikan dukungan bagi
implementasi kebijakan,
karakteristik para partisipan, yakni
mendukung atau menolak,
bagaimana sifat opini publik yang
ada di lingkungan, serta apakah
elite politik mendukung
implementasi kebijakan.
6. Disposisi implementor yang
mencakup tiga hal yang penting,
yaitu respon implementor terhadap
kebijakan, yang akan
mempengaruhi kemauannya untuk
melaksanakan kebijakan, kognisi
yaitu pemahaman terhadap
kebijakan, intensitas disposisi
implementor, yaitu preferensi nilai
yang dimiliki oleh implementor.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif, dimana
peneliti hanya menguraikan dan
menjelaskan penelitian sesuai dengan
kondisi sebenarnya tanpa
menghubungkan atau mengkaitkan
terhadap unsur-unsur yang lain dalam
penelitian.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota
Tanjungpinang tepatnya di Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tanjunginang.
Sebagai lokasi utama penelitian dari
Pelaksanaan Fungsi Dinas Pekerjaan
Umum Kota Tanjungpinang Dalam
Pencegahan Banjir Tahun 2015,
kemudian di Kelurahan Terdampak
seperti di Kelurahan Batu 9, Kampung
Baru, Seijang, Air Raja, Tanjungpinang
Timur, Tanjungpinang Kota dan
Tanjungpinang Barat, kemudian tak
lupa juga perwakilan masyarakat di 7
Kelurahan tersebut dalam hal ini RT
atau RW yg terdampak.
9
3. Sumber Data
a. Data Primer, yaitu data utama yang
diperoleh langsung dari responden
memalui wawancara yang menjadi
sasaran penelitian yaitu data tentang
Implementasi Tugas dan Fungsi
Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang dalam Pencegahan
Banjir Tahun 2015.
b. Data Sekunder, yaitu data yang
diperoleh secara tidak langsung,
seperti data-data yang berasal dari
buku-buku, literatur-literatur dan
dokumen-dokumen yang diambil
dari perpustakaan Kota
Tanjungpinang.
4. Informan
Dalam penelitian ini tidak
menggunakan sampel melainkan
Informan. Informan yang akan diteliti
adalah masyarakat yang perumahannya
atau propertinya sering terkena banjir
di wilayah penelitian, peneliti hanya
mengambil informan yang benar benar
merasakan dan terdampak banjir
diwakili oleh RT/RW, informasi
jumlah informan penulis terima dari
Dinas Pekerjaan Umum mengenai
jumlah wilayah terdampak banjir dan
genangan air di kota tanjungpinang
yaitu sebanyak 7 kelurahan, penting
bagi penulis untuk melihat persepsi dan
masukan dari masyarakat tentang
tugas dan fungsi Dinas Pekerjaan
Umum Kota Tanjungpinang. kemudian
perwakilan dari Pemerintah Kota
Tanjungpinang dalam hal ini Dinas
Pekerjaan Umum selaku pemegang
kewajiban dalam penanggulangan
banjir.
5. Teknik dan Alat Pengumpulan
Data
Dalam penelitian ini, untuk
memperoleh data, informasi dan fakta
di lapangan, penulis menggunakan
teknik dan alat pengumpulan data
sebagai berikut :
a. Wawancara / Pedoman
Wawancara
Melakukan wawancara dengan
menggunakan Pedoman
wawancara sebagai alat
pengumpulan datanya kepada
setiap informan yang berperan
langsung terhadap data yang
dikumpulkan.
b. Observasi/ Peneliti
Mengadakan pengamatan
langsung terhadap objek
penelitian baik itu responden
atau sumber-sumber penelitian
yang lainnya dalam hal ini
peneliti melakukan obsevasi
secara langsung terhadap objek
yang sedang diteliti.
c. Dokumentasi / Kamera,
recorder.
Dokumentasi yang digunakan
sebagai penunjang penelitian
penulis, dimana dalam
dokumentasi ini dapat melihat,
mengabadikan gambar dilokasi
10
penelitian, dengan
menggunakan kamera sebagai
alat pengumpulan data
berbentuk gambar dan recorder
untuk mengumpulkan data
dalam bentuk audio, khususnya
ketika melakukan wawancara.
Hasil yang diperoleh berfungsi
sebagai bukti penunjang
terhadap data-data yang telah
didapat namun masih
membutuhkan pembuktian
langsung.
6. Analisis Data
Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian kualitatif
mencakup transkip hasil wawancara,
reduksi data, analisis, interpretasi data
dan triangulasi. Dari hasil analisis data
yang kemudian dapat ditarik
kesimpulan. berikut ini adalah teknik
analisis data yang digunakan oleh
peneliti:
a. Reduksi Data
Reduksi data bukanlah suatu hal
yang terpisah dari analisis. Reduksi
data diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstraksian, dan
transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di
lapangan. Kegiatan reduksi data
berlangsung terus-menerus, terutama
selama proyek yang berorientasi
kualitatif berlangsung atau selama
pengumpulan data.
b. Triangulasi
Selain menggunakan reduksi
data peneliti juga menggunakan
teknik Triangulasi sebagai teknik
untuk mengecek keabsahan data.
Dimana dalam pengertiannya
triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain
dalam membandingkan hasil
wawancara terhadap objek
penelitian (Moloeng:2004)
c. Menarik Kesimpulan
Kegiatan analisis ketiga adalah
menarik kesimpulan dan
verivikasi. Ketika kegiatan
pengumpullan data dilakukan,
seorang penganalisis kualitatif
mulai mencari arti benda-benda,
mencatat keteraturan, pola-pola,
penjelasan, konfigurasi-konfigurasi
yang mungkin, alur sebab akibat,
dan proposisi. Kesimpulan yang
mula-mulanya belum jelas akan
meningkat menjadi lebih
terperinci.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Publik
Kebijakan Publik Lingkup dari studi
kebijakan publik sangat luas karena
mencakup berbagai bidang dan sektor
seperti ekonomi, politik, sosial, budaya,
hukum, dan sebagainya. Disamping itu
dilihat dari hirarkinya kebijakan publik
dapat bersifat nasional, regional maupun
lokal seperti undang-undang, peraturan
11
pemerintah, peraturan presiden, peraturan
menteri, peraturan pemerintah/provinsi,
keputusan Gubernur, peraturan daerah
Kabupaten/Kota, dan keputusan
Bupati/Walikota.
Secara umum istilah kebijakan dan
kebijaksanaan seringkali dipergunakan
secara bergantian. Kedua istilah ini terdapat
benyak kesamaan dan sedikit perbedaan,
sehingga tak ada masalah yang berarti bila
kedua istilah itu dipergunakan secara
bergantian. Pengertian istilah kebijakan dan
kebijaksanaan juga terdapat dalam kamus
besar bahasa Indonesia.Kebijakan :
kepandaian ; kemahiran; kemahiran
Kebijakan berarti :Hal bijaksana;
kepandaian menggunakan akal budinya
(pengalaman dan pengetahuan), Pimpinan
dan cara bertindak (mengenai pemerintah,
perkumpulan dan sebagainya), Kecakapan
bertindak bila menghadapi orang lain (dalam
kesulutan dan sebagainya). (Poerwadarmita,
1994:115)
Istilah kebijaksanaan biasanya
digunakan untuk perbuatan yang baik,
menguntungkan atau positif. Kebijaksaan
berarti Pandai :mahir; selalu menggunakan
akal budinya, Patah lidah; pandai bercakap-
cakap.
Dari pengertian kebijakan publik yang
diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1) Kebijakan publik dibuat oleh
pemerintah yang berupa tindakan-
tindakan pemerintah.
2) Kebijakan publik baik untuk
melakukan atau tidak melakukan
sesuatu itu mempunyai tujuan
tertentu.
3) Kebijakan publik ditujukan untuk
kepentingan masyarakat.
B. Implementasi
Van Meter dan Van Horn (Budi
Winarno, 2002;102) membatasi
implementasi kebijakan sebagai tindakan-
tindakan yang dilakukan individu-individu
(kelompok-kelompok) pemerintah maupun
swasta yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
keputusan-keputusan sebelumnya.
Dari defenisi diatas dapat diketahui
bahwa implementasi kebijakan terdiri dari
tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau
kegiatan pencapaian tujuan, dari hasil
kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa implementasi merupakan suatu
proses yang dinamis, dimana pelaksana
kebijakan melakukan suatu aktivitas atau
kegiatan, sehingga pada akhirnya akan
mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan
tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.
Keberhasilan suatu implementasi kebijakan
dapat diukur atau dilihat dari proses dan
pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu
: tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang
ingin diraih.
Meter dan Horn (Subarsono:2006)
mengemukakan bahwa terdapat enam
variabel yang mempengaruhi kinerja
implementasi, yakni;
a. Standar dan sasaran kebijakan, di
mana standar dan sasaran kebijakan
harus jelas dan terukur sehingga
dapat direalisir
12
b. Sumberdaya, dimana implementasi
kebijakan perlu dukungan
sumberdaya, baik sumber daya
manusia maupun sumber daya non
manusia.
c. Hubungan antar organisasi, yaitu
dalam banyak program, implementor
sebuah program perlu dukungan dan
koordinasi dengan instansi lain,
sehingga diperlukan koordinasi dan
kerja sama antar instansi bagi
keberhasilan suatu program.
d. Karakteristik agen pelaksana yaitu
mencakup stuktur birokrasi, norma-
norma dan pola-pola hubungan yang
terjadi dalam birokrasi yang
semuanya itu akan mempengaruhi
implementasi suatu program.
e. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi.
Variable ini mencakup sumberdaya
ekonomi lingkungan yang dapat
mendukung keberhasilan
implementasi kebijakan, sejauh mana
kelompok-kelompok kepentingan
memberikan dukungan bagi
implementasi kebijakan, karakteristik
para partisipan, yakni mendukung
atau menolak, bagaimana sifat opini
publik yang ada di lingkungan, serta
apakah elite politik mendukung
implementasi kebijakan.
f. Disposisi implementor yang
mencakup tiga hal yang penting,
yaitu respon implementor terhadap
kebijakan, yang akan mempengaruhi
kemauannya untuk melaksanakan
kebijakan, kognisi yaitu pemahaman
terhadap kebijakan, intensitas
disposisi implementor, yaitu
preferensi nilai yang dimiliki oleh
implementor.
C. Konsep Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas Pokok dan Fungsi secara
umum merupakan hal-hal yang harus bahkan
wajib dikerjakan oleh seorang anggota
organisasi atau pegawai dalam suatu instansi
secara rutin sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya untuk menyelesaikan program
kerja yang telah dibuat berdasarkan tujuan,
visi dan misi suatu organisasi.
Setiap pegawai seharusnya
melaksanakan kegiatan yang lebih rinci yang
dilaksanakan secara jelas dan dalam setiap
bagian atau unit. Rincian tugas-tugas
tersebut digolongkan kedalam satuan praktis
dan konkrit sesuai dengan kemampuan dan
tuntutan masyarakat.
Tugas Pokok dan fungsi (TUPOKSI)
merupakan suatu kesatuan yang saling
terkait antara Tugas Pokok dan Fungsi.
Dalam Peraturan Perundang-undangan pun
sering disebutkan bahwa suatu organisasi
menyelenggarakan fungsi-fungsi dalam
rangka melaksanakan sebuah tugas pokok.
a. Tugas Pokok
Definisi tugas menurut para ahli,
yaitu Dale Yoder dalam moekijat (1998:9),
“The Term Task is frequently used to
describe one portion or element in a job”
(Tugas digunakan untuk mengembangkan
satu bagian atau satu unsur dalam suatu
jabatan). Definisi lainnya yang menilai
bahwa tugas merupakan suatu kegiatan
spesifik yang dijalankan dalam organisasi
13
yaitu menurut John & Mary Miner dalam
Moekijat (1998:10), menyatakan bahwa
“Tugas adalah kegiatan pekerjaan tertentu
yang dilakukan untuk suatu tujuan khusus”.
b. Fungsi
Pengertian fungsi menurut Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia merupakan
kegunaan suatu hal, daya guna serta
pekerjaan yang dilakukan. Adapun menurut
para ahli, definisi fungsi yaitu menurut
Sutarto dalam Nining Haslinda Zainal
(2008:22), yaitu Fungsi adalah rincian tugas
yang sejenis atau erat hubungannya satu
sama lain untuk dilakukan oleh seorang
pegawai tertentu yang masing-masing
berdasarkan sekelompok aktivitas sejenis
menurut sifat atau pelaksanaannya.
Sedangkan pengertian singkat dari definisi
fungsi menurut Moekijat dalam Nining
Haslinda Zainal (2008:22), yaitu fungsi
adalah sebagai suatu aspek khusus dari suatu
tugas tertentu.
D. Pengertian Banjir
Banjir adalah keadaan dimana suatu
daerah tergenang oleh air dalam jumlah
yang begitu besar. Sedangkan banjir
bandang adalah banjir yang datang secara
tiba-tiba yang disebabkan oleh tersumbatnya
sungai maupun karena penggundulan hutan
di sepanjang aliran sungai (Ramli, 2010:
98).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 38
tahun 2011, banjir adalah peristiwa
meluapnya air sungai melebihi palung
sungai.
Sedangkan pengertian banjir menurut
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI
Jakarta, sebagai daerah yang kita ketahui
telah menjadi langganan banjir adalah
keadaan aliran air dan atau elevansi muka air
dalam sungai atau kali atau kanal yang lebih
besar atau lebih tinggi dan normal, genangan
yang timbuk di daerah rendah sebagai akibat
yang ditimbulkannya juga termasuk dalam
pengertian ini.kemudian perlu dilihat
perbedaan kata antara mengatasi dan
pencegahan, Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007), pencegahan adalah proses,
cara, tindakan mencegah atau tindakan
menahan agar sesuatu tidak terjadi. Dengan
demikian, pencegahan merupakan tindakan.
Pencegahan identik dengan perilaku.
Sedangkan Definisi dari Mengatasi yaitu
menurut kamus ekabahasa resmi Bahasa
Indonesia definisi dari Mengatasi menguasai
keadaan dan sebagainya. Sehingga bisa
dilihat perbedaan pencegahan dan
mengatasi, dimana tugas dan fungsi Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tanjungpinang
adalah pencegahan banjir di Tanjungpinang.
III. GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Pemerintahan
Kota Tanjungpinang.
Setelah menjadi kota Administratif
dibawah Kabupaten Kepulauan Riau hingga
tahun 2000, berdasarkan UU Nomor 5
Tahun 2001, pada tanggal 21 Juni 2001,
statusmya menjadi Kota Tanjungpinang.
Pusat pemerintahan yang semula berada di
pusat Kota Tanjungpinang di pemukiman
padat penduduk kemudian dipindahkan ke
14
Senggarang (bagian utara kota) sebagai
pusat pemerintahan. Hal ini ditujukan untuk
mengimbangi kesenjangan pembangunan
dan kepadatan penduduk yang selama ini
berpusat dikota lama (bagian barat kota)
Wilayah administrasi pemerintah
Kota Tanjungpinang dibagi menjadi 4
kecamatan dan 18 kelurahan. Kecamatan-
kecamatan di Kota Tanjungpinang adalah :
Tanjungpinang Barat, Tanjungpinang Kota,
Bukit Bestari, dan Tanjungpinang Timur.
Secara Geografis sebagian wilayah
Tanjungpinang merupakan dataran rendah
kawasan rawa bakau dan sebagian lain
merupakan perbukitan sehingga lahan kota
sangat bervariasi dan berkontur. Dengan
iklim yang dimiliki kota Tanjungpinang
maupun Pulau Bintan keseluruhan beriklim
tropis dengan temperatur 23 °C – 34 °C.
Tekanan udaranya berkisar antara 1.010,2
mbs dan 1.013,7 mbs. Selain itu terdapat
musim secara resmi memiliki musim
kemarau dan musim penghujan. Tidak ada
perbedaan musim yang mencolol didaerah
ini. Hujan dapat turun sepanjang tahun.
Namun setiap akhir sampai dengan awal
tahun terjadi "Angin Utara" yang sangat
berbahaya dengan gelombang yang sangat
kuat.
B. Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang
Pembentukan Dinas PU Kota
Tanjungpinang, sesuai dengan Peraturan
Walikota Tanjungpinang no 10 Tahun 2015
tentang uraian tugas pokok dan fungsi
organisasi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan
Umum.
Dinas Pekerjaan Umum adalah unsur
pelaksana dan penunjang dibidang Pekerjaan
Umum yang mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Pemerintahan
dan pembangunan di bidang Pekerjaan
Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah
yang diserahkan (desentralisasi) dan yang
dilimpahkan (dekonsentrasi) kepada Kota
Tanjungpinang, sesuai ketentuan Perundang-
undangan yang berlaku. Pembangunan di
bidang PU, meliputi : Perencanaan
Pengembangan Infrastruktur PU (Subdin
Perencanaan)Pengembangan Sumber Daya
Air (Subdin PSDA) Pengembangan
Prasarana jalan (Subdin Bina Marga) Tata
Ruang dan Permukiman (Subdin Cipta
Karya).
IV. PEMBAHASAN
1. Implementasi Tugas Dan Fungsi
Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang Dalam Pencegahan
Banjir Tahun 2015
Penulis memberikan pertanyaaan
mengenai Tugas dan Fungsi dinas Pekerjaan
Umum Kota Tanjungpinang terhadap
pelaksanaan implementasi pencegahan
banjir di Kota Tanjungpinang, dimana
pertanyaan ini dijawab oleh informan utama
yaitu AE Kepala Seksi Pengelolan Drainase
Perkotaan Dinas Pekerjaan Umum di Kota
Tanjungpinang.
a. Penyelenggaraan Kegiatan
Penataan Pembangunan
Infrastruktur Drainase Primer
15
Dan Drainase Sekunder Serta
Bangunan Perlengkapan Drainase
Tahun 2015.
Dalam penyelenggaraan kegiatan
implementasi pencegahan banjir di Kota
Tanjungpinang, maka penyelenggaraan
kegiatan penataan pembangunan
infrastruktur drainase primer dan drainase
sekunder serta penataan bangunan
perlengkapan drainase menjadi sebuah satu
perhatian tersendiri,
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penyelenggaraan kegiatan penataan
pembangunan infrastruktur drainase primer
dan drainase sekunder serta bangunan
perlengkapan drainase tahun 2015 telah
dilakukan oleh dinas pekerjaan umum kota
tanjungpinang khususnya oleh seksi drainase
khusus telah bekerja sama dengan BWS
untuk melakukan pengelolaan drainase.
b. Pelaksanaan Kegiatan
Pemeliharaan Terhadap Bangunan
Drainase Primer Dan Drainase
Sekunder Serta Bangunan
Perlengkapan Drainase Tahun
2015.
Selanjutnya setelah dilakukan
penataan, langkah selanjutnya akan
dilakukan Pemeliharaan Terhadap Bangunan
Drainase Primer Dan Drainase Sekunder
Serta Bangunan Perlengkapan Drainase.
Hal tersebut menunjukkan bahwa dinas
pekerjaan umum telah melakukan
pemeliharaan terhadap bangunan drainase
primer dan drainase sekunder serta
bangunan perlengkapan drainase di Kota
Tanjungpinang.
c. Penyiapan Bahan Perumusan
Kebijakan Perencanaan
Pengelolaan Drainase Perkotaan,
Drainase Primer Dan Drainase
Sekunder Tahun 2015.
Kemudian dalam tugas dan fungsi
dinas pekerjaan umum Kota Tanjungpinang,
perumusan kebijakan perencanaan
pengelolaan drainase perkotaan, drainase
primer dan darinase skunder sangatlah
penting dalam sebuah proses implementasi.
d. Penyiapan Bahan Koordinasi
Perencanaan Pengelolaan Drainase
Perkotaan, Drainase Primer Dan
Drainase Sekunder Tahun 2015.
Selanjutnya dalam tugas dan fungsi
dinas pekerjaan umum khususnya pada seksi
drainase, bahan koordinasi dalam
perencanaan pengelolaan drainase
perkotaan, drainase primer dan drainase
sekunder, menjadi salah satu tugas yang
dilakukan, berikut pernyataan dari AE
Kepala Seksi Pengelolan Drainase Perkotaan
Dinas Pekerjaan Umum di Kota
Tanjungpinang.
Dari hasil wawancara dilapangan
dapat diketahui bahwa dinas pekerjaan
umum melalui seksi drainase dapat
dikatakan telah melakukan Penyiapan Bahan
Koordinasi Perencanaan Pengelolaan
Drainase Perkotaan, Drainase Primer Dan
Drainase Sekunder tahun 2015.
e. Penyiapan Sistem Drainase
Perkotaan, Pengendaliaan Dan
Pengaturan Teknis Pembangunan
Serta Rehabilitasi Drainase
16
Perkotaan, Drainase Primer Dan
Drainase Sekunder Tahun 2015.
Dalam tugas dan fungsi selanjutnya
adalah tentang penyiapan sistem drainase
perkotaan, pengendaliaan dan pengaturan
teknis pembangunan serta rehabilitasi
drainase perkotaan, drainase primer dan
drainase sekunder khususnya pada tahun
2015.
Dari hasil wawancara tersebut telah
dapat dilihat bahwa Dinas Pekerjaan Umum
telah melakukan persiapan sistem sistem
drainase perkotaan, pengendaliaan dan
pengaturan teknis pembangunan serta
rehabilitasi drainase perkotaan, drainase
primer dan drainase sekunder khususnya
tahun 2015.
f. Pemberian Saran Teknis Kepada
Instansi Perizinan Terkait
Pengamanan Sempadan Drainase
Perkotaan Tahun 2015.
Tugas selanjutnya yang dilakukan
oleh dinas pekerjaan umum khususnya seksi
drainase dalam implementasi pencegahan
banjir di kota tanjungpinang adalah
pemberiaan saran teknis kepada instansi
perizinan terkait pengamanan sempadan
drainase perkotaan khususnya tahun 2015.
Setelah mendengarkan hasil
pemaparan wawancara dilapangan, maka
jelaslah bahwa dinas pekerjaan umum telah
melakukan pemberiaan saran teknis kepada
instansi perizinan terkait pengamanan
sempadan drainase perkotaan tahun 2015.
g. Penyiapan Pengawasan Dan
Evaluasi Secara Rutin Terhadap
Kondisi Drainase Primer Dan
Drainase Perkotaan Tahun 2015.
Dalam pelaksanaan setiap tugas dan
fungsi dinas pekerjaan umum khususnya
seksi drainase dalam implementasi
pengawasan banjir di Kota Tanjungpinang,
penyiapan pengawasan dan evaluasi secara
rutin terhadap kondisi drainase primer dan
drainase perkotaan adalah hal yang
signifikan.
Berdasarkan hasil wawancara,
diketahui bahwa dinas pekerjaan umum
telah melakukanpenyiapan pengawasan dan
evaluasi secara rutin terhadap kondisi
drainase primer dan drainase perkotaan
tahun 2015 dengan melakukan pengawasan
intern dan ekstern terhadap pencegahan
banjir di Tanjungpinang.
h. Pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh pimpinan.
Tugas lain yang ada di dinas
pekerjaan umum Kota Tanjungpinang
khususnya Seksi Pengelolan Drainase
Perkotaan yaitupelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh pimpinan.
Dari hasil wawancara dilapangan,
diketahui bahwa seksi drainase dinas
pekerjaan umum dalam implementasi
pencegahan banjir di Kota Tanjungpinang
tidak menerima tugas lain yang diberikan
oleh pimpinan selaindaripada TUPOKSI
yang sudah ada.
2. Faktor Faktor yang mempengaruhi
Implementasi Tugas Dan Fungsi
Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang Dalam Pencegahan
Banjir Tahun 2015
17
a. Standar dan Sasaran Kebijakan
Dalam pelaksanaan implementasi
dalam pencegahan banjir oleh Dinas
Pekerjaan umum Kota Tanjungpinang di
masyarakat, maka peneliti berkeinginan
mengetahui hasil dari implementasi tersebut
dengan mewawancarai masyarakat sebagai
sasaran, kemudian pihak Kelurahan sebagai
perwakilan pertama pemerintah di lapangan
dan Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang sebagai pelaksana,
khususnya pada Bagian Sumber Daya Alam,
Kepala Seksi Pengelolaan Sungai, Rawa dan
Pantai dan Kepala Seksi Pengelolan
Drainase Perkotaan :
1) Standarisasi Operasional
Kebijakan yang digunakan oleh
Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang Dalam Pencegahan
Banjir.
Dalam pelaksanaan program program
dalam implementasi kebijakan dalam
pencegahan banjir di Kota
Tanjungpinang, Dinas Pekerjaan Umum
Kota Tanjungpinang hanya mengikuti
TUPOKSI yang ada, namun belum ada
nya peraturan utama sebagai acuan yang
diikuti, namun pada pelaksanaan di
lapangan, pencegahan banjir di Kota
Tanjungpinang, khususnya di masyarakat
dan kelurahan, tidak terdapat acuan
yang dijadikan acuan sebagai standar
dalam melakukan pencegahan banjir.
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa pada saat ini belum
ada aturan baku atau standarisasi yang
diterapkan di Kota Tanjungpinang
mengenai pencegahan banjir baik itu di
Dinas Pekerjaan Umum sebagai
pelaksana, Kelurahan sebagai perwakilan
pemerintah di Lapangan dan RT/RW
sebagai perwakilan masyarakat.
2) Sasaran Kebijakan Di Dinas
Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang Dalam Pencegahan
Banjir.
Sasaran dari implementasi kebijakan
pencegahan banjir yang ada di Kota
Tanjungpinang adalah untuk mengurangi
genangan air dan mencegah munculnya
banjir.
b. Sumber Daya, Dimana
Implementasi Kebijakan Perlu
Dukungan Sumber Daya, Baik
Sumber Daya Manusia Maupun
Sumber Daya Non Manusia.
Dalam melakukan implementasi
kebijakan, maka dibutuhkan sumber daya
baik itu sumber daya manusia maupun
sumber daya non manusia, sehingga pada
poin ini, peneliti ingin mengetahui tentang
sumber daya manusia dan sumber daya non
manusia yang dilibatkan dalam
implementasi kebijakan pencegahan banjir
di Kota Tanjungpinang khususnya pada
penerapan kebijakan di Dinas Pekerjaan
Umum Kota Tanjungpinang.
1) Sumber Daya Manusia Dan
Spesifikasinya Yang Dimiliki Dinas
Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang Dalam Pencegahan
Banjir Tahun 2015.
Dalam penerapan implementasi
kebijakan pencegahan banjir di Kota
18
Tanjungpinang oleh Dinas Pekerjaan
Umum, ada sumber daya manusia yang
digunakan, beserta dengan spesifikasinya
yang dibutuhkan.
Melihat dalam implementasi
kebijakan yang ada di Dinas Pekerjaan
Umum Kota Tanjungpinang telah ada
menggunakan sumber daya manusia dan
yang memiliki spesifikasi tertentu.
2) Sumber daya non manusia yang
dimiliki oleh Dinas Pekerajaan
Umum Kota Tanjungpinang dalam
pencegahan banjir tahun 2015.
Sesuai dengan pernyataan diatas,
maka dapat diketahui bahwa dinas
Pekerjaan Umum Kota Tanjungpinang
masih membutuhkan sumber daya non
manusia tambahan seperti peralatan
dalam menjalankan kebijakan yang ada.
3) Anggaran Program Pencegahan
Banjir Oleh Dinas Pekerjaan
Umum Tahun 2015.
Dalam wawancara yang telah
dilakukan Sesuai dengan data wawancara
tersebut itu maka ternyata Kota
Tanjungpinang telah mempunyai
anggaran dana khusus untuk
melaksanakan implementasi kebijakan
dalam pencegahan banjir, namun seperti
yang telah diakui sebelumnya bahwa
dana tersebut masih belum mencukupi
untuk melakukan perbaikan atau
pembuatan saluran pembuangan baru
untuk mengantisipasi banjir atau
genangan air yang terjadi.
c. Hubungan Antar Organisasi.
1) Hubungan Koordinasi Antar
Instansi Pemerintah Lainnya
Dengan Dinas Pekerjaan Umum
Kota Tanjungpinang Mengenai
Pencegahan Banjir.
Dalam melakukan pencegahan banjir
sesuai dengan acuan yang telah
ditetapkan, Dinas Pekerjaan Umum telah
berkoordinasi dengan dinas dan instansi
lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara Sesuai
dengan pernyataan tersebut dapat
dipahami bahwa dalam menjalankan
implementasi kebijakan pencegahan
banjir di Kota Tanjungpinang, Dinas
Pekerjaan Umum juga bekerja sama
dengan Dinas dan Instansi lainnya.
2) Hubungan Tersebut Dilakukan
Secara Terus Menerus Atau Ada
Pola Tertentu.
Setelah mengetahui adanya hubungan
yang dijalin Dinas Pekerjaan Umum
dengan Dinas dan Instansi lainnya, maka
hubungan itu juga memiliki pola
hubungan, Sehingga pola hubungan yang
terjadi di Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang, dengan dinas dan
instansi lainnya dalam implementasi
pencegahan banjir dilakukan dengan
konsisten dan dilakukan secara terus
menerus.
d. Karakteristik Agen Pelaksana.
1) SOTK Dinas Pekerjaan Umum
Kota Tanjungpinang Dalam
Pencegahan Banjir.
Didalam implementasi kebijakan
pencegahan banjir di Kota
19
Tanjungpinang oleh Dinas Pekerjaan
Umum, ada SOTK yang dibentuk khusus
dan yang memang membawahi perihal
penanganan banjir dan pencegahannya,
Dengan pernyataan diatas tersebut
berarti sudah jelas bahwa dalam
pelaksanaan implementasi pencegahan
banjir di Kota Tanjungpinang melalui
Dinas Pekerjaan Umum memiliki SOTK
yang telah ditetapkan melalui SK
walikota.
2) Norma Norma Atau Nilai Nilai
Yang Diterapkan Pada Dinas
Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang Dalam Pencegahan
Banjir.
Ada norma norma atau nilai yang ada
dalam pelaksanaan implementasi tugas
dan fungsi dinas pekerjaan umum Kota
Tanjungpinang.
Maka dengan itu dapat diketahui
bahwa norma norma yang masih
dipegang oleh masyarakat dan pelaksana
implementasi pencegahan banjir dalam
hal ini dinas pekerjaan umum Kota
Tanjungpinang adalah gotong royong
untuk saling membatu ketika
diketemukan permasalahan dilapangan.
3) Pola Pola Hubungan Yang
Diterapkan Pada Dinas Pekerjaan
Umum Kota Tanjungpinang
Dalam Pencegahan Banjir.
Dalam melakukan hubungan dengan
instansi lainnya dalam pencegahan banjir
di Kota Tanjungpinang, apakah ada pola
pola tertentu yang terbentuk.
Maka sesuai dengan hasil wawancara
yang diutarakan oleh DD selaku Kepala
Seksi Pengelolaan Sungai, Pantai, dan
Rawa Dinas PUmengatakan tidak ada
pola pola yang terjadi dalam koordinasi
dengan instansi lain, Kemudian pihak
Kelurahan serta perwakilan RT yang
tidak mengetahui pola hubungan
koordinasi dalam dinas pekerjaan umum
tanjungpinang tersebut.
e. Kondisi Sosial, Politik, Dan
Ekonomi.
1) Pengaruh Kondisi Sosial Seperti
Lingkungan Masyarakat Dalam
Pelaksaanaan Tugas Dan Fungsi
Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang.
Dalam menjalankan sebuah
implementasi kebijakan, sudah bisa
dipastikan adanya pengaruh kondisi
sosial yang turut serta didalamnya,
apakah itu dalam bentuk pengaruh dari
lingkungan masyarakat atau hal lainnya.
berikut pernyataan mengenai pengaruh
kondisi sosial yang terjadi dalam
implementasi tugas dan fungsi dinas
pekerjaan umum kota tanjungpinang
dalam pencegahan banjir.
Jadi pelaksanaaan implementasi
pencegahan banjir melalui dinas
pekerjaan umum Kota Tanjungpinang
juga mendapat pengaruh dari lingkungan
masyarakat sekitar.
2) Pengaruh Dari Aspek Politik
Seperti Campur Tangan Dari Elit
Politik Dalam Pencegahan Banjir
20
Yang Dilakukan Oleh Dinas
Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang.
Pengaruh lain yang kemungkinan
mempengaruhi pelaksanaaan
implementasi pencegahan banjir di Kota
Tanjungpinang adalah aspek politik,
dimana kebijakan adalah produk akhir
dari proses politik yang terjadi.
Sesuai dengan pernyataan oleh
informan tersebut, jelaslah bahwa
pelaksanaan kebijakan pencegahan banjir di
Kota Tanjungpinang juga dapat pengaruh
dari politik yang terjadi.
3) Pengaruh Dari Faktor Ekonomi
Seperti Inflasi Dalam Pencegahan
Banjir Yang Dilakukan Dinas
Pekerjaan Umum Tanjungpinang.
Faktor ekonomi juga menjadi salah
satu faktor yang menjadi pertanyaan
apakah mempengaruhi implementasi
kebijakan pencegahan banjir oleh Dinas
Pekerjaan Umum,
Sesuai dengan pernyataan tersebut,
maka dapat di pahami bahwa setiap
pelaksanaan kebijakan termasuk dalam
implementasi kebijakan pencegahan
banjir di Kota Tanjungpinang melalui
Dinas Pekerjaan Umum juga terpengaruh
dari faktor ekonomi.
f. Disposisi Implementor
1) Respon implementator terhadap
implementasi perencanaan
pencegahan banjir di Kota
Tanjungpinang.
Dalam Pelaksanaan sebuah
kebijakan, terutama yang melibatkan
banyak instansi dan dinas dan
masyarakat,maka respon implementator
terhadap implementasi sebuah program,
bisa mempengaruhi hasil dari
implementasi ini sendiri.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa
disposisi yang dilakukan adalah
menunggu respon kelurahan dan
masyarakat yang memiliki permasalahan
dengan banjir ke Dinas Pekerjaan Umum
dan model yang digunakan adalah model
respon umum yang digunakan oleh
perangkat pemerintahan pada umumnya.
2) Pemahaman Terhadap Kebijakan
Oleh Para Pelaksana Pada
Program Pencegahan Banjir Di
Kota Tanjungpinang.
Begitu pula dari setiap pelaksanaan
program implementasi kebijakan, para
pelaksana harus paham akan kebijakan
yang dilakukan, sehingga keinginan
masyarakat dapat dilaksanakan dengan
baik.
Setelah melihat hasil wawancara
tersebut maka dapat disimpulkan, pihak
dinas pekerjaan umum, khususnya dalam
implementasi pencegahan banjir, telah
mengupayakan cara cara tertentu agar
implementator seperti Kelurahan dan
RT/RW termasuk dinas juga memahami
kebijakan yang diambil.
3) Preferansi Nilai Yang Dimiliki
Oleh Implementator Dalam
Pelaksanaan Implementasi
Pencegahan Banjir Oleh Dinas
Pekerjaan Umum Di Kota
Tanjungpinang.
21
Didalam pelaksanaan implementasi
pencegahan banjir di kota
tanjungpinang.preferansi nilai yang
dimiliki oleh implementator dalam
pelaksanaan implementasi pencegahan
banjir oleh Dinas Pekerjaan Umum Di
Kota Tanjungpinang adalah
mendahulukan kepentingan masyarakat.
Setelah mendengar penjelasan
mengenai preferensi nilai yang
diutamakan oleh setiap implentator
adalah mengedepankan kepentingan
umum.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka
peneliti merumuskan hasil kesimpulan
Implementasi Tugas Dan Fungsi Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tanjungpinang
Dalam Pencegahan Banjir Tahun 2015,yaitu:
1. Implementasi Tugas dan Fungsi Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tanjungpinang
dalam pencegahan banjir Tahun 2015
telah diimplementasikan dengan melihat
indikator yaitu:
a. Telah terlaksananya penyelenggaraan
kegiatan penataan dan kegiatan
pemeliharaan pembangunan
infrastruktur drainase primer dan
drainase sekunder serta bangunan
perlengkapan drainase.
b. Telah dilakukan persiapan bahan
perumusan kebijakan perencanaan
pengelolaan drainase perkotaan
drainase primer dan drainase
sekunder.
c. Telah dilakukan persiapan bahan
koordinasi perencanaan pengelolaan
drainase perkotaan drainase primer
dan drainase sekunder.
d. Telah dilakukan persiapan sistem
drainase perkotaan, pengendaliaan
dan pengaturan teknis pembangunan
serta rehabilitasi drainase perkotaan.
e. Telah dilakukan pemberian saran
teknis kepada instansi perizinan
terkait pengamanan sempadan
drainase perkotaan,
f. Persiapan pengawasan dan evaluasi
secara rutin terhadap kondisi drainase
primer dan drainase perkotaan namun
tidak adanya pelaksanaan tugas lain
yang diberikan oleh pimpinan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Implementasi Tugas dan Fungsi Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tanjungpinang
dalam pencegahan banjir diantaranya
adalah:
a. Kurangnya personil dan peralatan
pendukung yang dibutuhkan ketika
terjadinya banjir.
b. Kemudian kurangnya anggaran
dalam menjalankan kebijakan
pencegahan banjir yang ada
c. Serta masih seringnya dinas
pekerjaan umum kota Tanjungpinang
mendapat kesulitan dalam
pelaksanaan dilapangan yang rata
rata penyebabnya adalah tidak bisa
bekerja samanya masyarakat seperti
menggunakan badan drainase untuk
keperluan lain, membuang sampah
pada selokan, dan tidak bekerja sama
22
antar masyarakat khususnya dalam
pencegahan banjir.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang
didapatkan peneliti di lapangan, maka
peneliti akan memberikan masukan atau
saran yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan kepada pihak Dinas Pekerjaan
Umum Kota Tanjungpinang. Adapun saran-
saran tersebut sebagai berikut
1. Saran penulis sehubungan dengan
pelaksanaan implementasi tugas dan
fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang dalam pencegahan
banjir adalah pemerintah lebih fokus
dan bergerak cepat dalam mengurangi
efek dampak genangan air baik yang
diakibatkan oleh hujan, pasang surut
air laut atau pembuangan air limbah
rumah tangga, seperti dengan lebih
cepat berkoordinasi dengan dinas lain
atau badan lain sehingga dalam
menghadapi dan mengelola genangan
air yang terjadi di Kota Tanjungpinang.
Kemudian pemerintah juga lebih
memperhatikan kebutuhan yang
dibutuhkan oleh Dinas Pekerjaan
Umum seperti penambahan dana
operasional, penambahan sumber daya
manusia yang dibutuhkan khususnya
yang berkaitan langsung dengan
kegiatan dilapangan dan peralatan yang
dibutuhkan seperti alat berat dan
pompa air dalam pelaksanaan
pencegahan banjir di Kota
Tanjungpinang.
2. Kemudian terhadap masyarakat Kota
Tanjungpinang pada umumnya untuk
dapat membantu secara swakelola
dalam pengelolaan drainase yang ada
di daerah nya masing masing, seperti
tetap memberihkan sampah yang ada di
dalam selokan dan tidak membuang
sampah atau benda benda yang dapat
mengakibatkan aliran air pembungan
menjadi terhambat,kemudian apabila
ada kerusakan yang dapat
mengakibatkan genangan air dapat
diantisipasi dengan cepat, dengan cara
berkoordinasi dengan pihak kelurahan
masing masing sehingga bisa
diteruskan untuk ditangani oleh Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tanjungpinang.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar
Kebijakan Publik. Alfabeta : Jakarta.
Andi Gadjong, Agustian. 2007. Pemerintah
Dalam Kajian Politik Dan Hukum.
Ghalia Indonesia : Ciawi Bogor.
Bungin, Burhan. 2005. Penelitian Kualitatif.
Kencana. Jakarta.
Burhan, M. 2007. Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial
Lainnya. Kencana Prenada Media Group
: Jakarta
Darmawan, edi. M.Eng. 2007. Peranan
Ruang Publik dalam Perancangan Kota
(Urban Design) oleh semarang 1
September 2007. Badan Penerbit
Universitas Dipenogoro, Semarang.
23
Daud silalahi,M. 2001. Hukum Lingkungan
Hidup: dalam sistem penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia,edisi Revisi.
Alumni, Bandung.
Kodoatie, Robert J. Dkk. 2002. Banjir,
Beberapa Penyebab Dan Metode
Pengendaliannya Dalam Perspektif
Lingkungan. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Labolo, Muhadam.2010.Memahami Ilmu
Pemerintahan,Suatu Kajian, Teori,
Konsep, dan Pengembangannya, PT
Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Maryono A. 2005. Eko-Hidraulika
Pembangunan Sungai, Edisi Kedua.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Mulyatiningsih, Endang. 2011. Riset
Terapan Bidang Pendidikan & Teknik.
UNY Press. Yogyakarta.
Nawawi, Hadari, 2011. Metode Penelitian
Bidang Sosial, Gajah Mada University
Press: Jogjakarta
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology
(Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid I.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nugroho, Riant. 2003. Reinventing
Pembangunan. Gramedia. Jakarta.
Nurcholis, Hanif.2005. Teori dan Praktik
Pemerintahan dan Otonomi Daerah, PT
Grasindo. Jakarta.
Nur, Sunadi, 2006. Metode Penelitian Suatu
Pendekatan Proposal, Bumi Aksara :
Jakarta.
Poewardaminta, W.I.S. 1984.Kamus Umum
Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai
Pustaka.
Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis
Manajemen Berencana, Dian Rakyat.
Jakarta.
Rasyid, Muhammad Ryaas, 2002, Makna
Pemerintahan Tinjauan Dari Segi etika
dan Kepemimpinan, Pt Mutiara Sumber
Widya, Jakarta.
Setiawan, Guntur. (2004). Implementasi
Dalam Birokrasi Pembangunan.
Bandung:Remaja Rosdakarya Offset.
Soewargono.1996. Jatidiri Ilmu
Pemerintahan, IIP Press.
Solichin, Wahab Abdul. 2004. Analisis
Kebijakan Dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta.
Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan
Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sunarno, Siswanto. 2008.Hukum
Pemerintahan Daerah Di Indonesia.
Sinar Grafika Offset : Jakarta.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan
yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Supardi. 2006. Metodologi Penelitian,
Yayasan Cendana Press : Jakarta.
Sutopo. 2006. Metode Penelitian Kualitatif,
UNS Press : Surakarta.
Sugiyono, Dr. Prof. 2008. Metode Penelitian
Administrasi Cetakan ke-16. Alpabetha.
Bandung.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Taliziduhu Ndraha. 2011. Kybernology Ilmu
Pemerintahan Baru. Jakarta: RinekaCipta
24
Usman, Nurdin. (2002). Konteks
Implementasi Berbasis Kurikulum.
Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
Widarta, I. 2005. Cara Mudah Memahami
UU No. 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah. Pondok Edukasi
Puri Seon Asri Blok D23 Panggung
Harjo Sewon : Bantul
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Jurnal Ilmiah
Suryana, Siti Erna Latifi; 2009;
Implementasi Kebijakan Tentang
Pengujian Kendaraan Bermotor di
Kabupaten Tamiang, Tesis; Program
Magister Studi Pembangunan, sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatra
Utara.
Sutopo Purwo Nugroho; 2002; Evaluasi dan
Analisis Curah Hujan Sebagai Faktor
Penyebab Bencana Banjir Jakarta;
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi
Cuaca, Vol.3, No 2.2002,91-97.
Yudha Bhakti Persada, Aloysius Rengga,
Maesaroh; 2010; Implementasi Program
Pengendalian Banjir Sub Komponen C
Di Kota Semarang ( Program Perbaikan
Sistem Drainase Kali Semarang);
Jurusan Administrasi Publik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Diponegoro.
James. K. Boyce; 1990; Birth Of A
Megaproject: Political Economy Of
Flood Controlin Bangladesh;
Environmental Management Vol. 14, No
4, pp.419-428; Springer-verlag New
York Inc.
Neil S. Grigg, Leslie H. Botham, Leonard
Rice, W.J.Shoemaker, and L.Scoot
Tucker; 1976; Urban Drainage and
Flood Control Profect Economic: Legal
and Financial Aspects; Hidrology
Papers; Colorado State University.
Colorado.
Peraturan dan Undang Undang
Undang Undang Dasar 1945 Republik
Indonesia
Undang Undang Nomor 24 Tahun 2004
Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPN)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No 38 Tahun 2011 Tentang Sungai
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
Peraturan Pemerintah Kota Tanjungpinang
Nomor 3 Tahun 2012 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kota
Tanjungpinang.
Peraturan Walikota Tanjungpinang No 10
tahun 2015 tentang satuan organisasi
tugas dan kerja dinas pekerjaan umum
kota Tanjungpinang.
SOTK Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tanjungpinang