32
Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Konsep dasar fifsafat ilmu adalah kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan fungsi serta kaitannya dengan impfementasi kehidupan sehari-hari. Berikutnya dibahas pula tentang karakteristik filsafat, ilmu dan pendidikan serta jalinan fungsional antara ilmu, filsafat dan agama. Pembahasan filsafat ilmu juga mencakup sistematika, permasalahan, keragaman pendekatan dan paradigma (pofa pikir) dalam pengkajian dan pengembangan ilmu dan dimensi ontologis, epistomologis dan aksiologis. Selanjutnya dikaji mengenai makna, implikasi dan impfementasi filsafat ilmu sebagai landasan dalam rangka pengembangan keilmuan dan kepada cara kerja para ilmuwan dengan penggunaan alternatif metodologi penelitian, balk pendekatan kuantitatif dan kualitatif, maupun perpaduan kedua-duanya. B. Tujuan

Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

  • Upload
    jessica

  • View
    90

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

v

Citation preview

Page 1: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Permasalahan

Konsep dasar fifsafat ilmu adalah kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan fungsi serta

kaitannya dengan impfementasi kehidupan sehari-hari. Berikutnya dibahas pula tentang

karakteristik filsafat, ilmu dan pendidikan serta jalinan fungsional antara ilmu, filsafat dan

agama. Pembahasan filsafat ilmu juga mencakup sistematika, permasalahan, keragaman

pendekatan dan paradigma (pofa pikir) dalam pengkajian dan pengembangan ilmu dan dimensi

ontologis, epistomologis dan aksiologis. Selanjutnya dikaji mengenai makna, implikasi dan

impfementasi filsafat ilmu sebagai landasan dalam rangka pengembangan keilmuan dan kepada

cara kerja para ilmuwan dengan penggunaan alternatif metodologi penelitian, balk pendekatan

kuantitatif dan kualitatif, maupun perpaduan kedua-duanya.

B. Tujuan

Dalam pokok bahasan ini akan diuraikan:

1. Bagaimana Implikasi dan implementasi filsafat ilmu di dalam pengembangan keilmuan.

2. Bagaimana Implikasi dan impfementasi filsafat ilmu dan kepada cara kerja praktisi kesehatan .

Page 2: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Implikasi

Beradasarkan kamus besar Bahasa Indonesia implikasi diartikan sebagai keterlibatan atau

keadaan terlibat: manusia sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan

kepentingannya.

B. Implementasi

Beradasarkan kamus besar Bahasa Indonesia implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan.

C. Fifsafat Ilmu

Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku

maupun karangan ilmiah fainnya. Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap

pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan

ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu

merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung

pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.

Sehubungan dengan pendapat tersebut serta sebagaimana pula yang telah digambarkan

pada bagian pendahuluan dari tulisan ini bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan

pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh

karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa

meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk

mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa

ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.

Page 3: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

Dalam perkembangannya fifsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada strategi

pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi

kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti

maknanya bagi kehidupan manusia (Koento Wibisono dkk., 1997).

Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang hakekat dari

ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang kajian lain seperti ilmu-ilmu

kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang mendasar, mau tidak mau mengantarkan

kita untuk masuk ke dalam kawasan filsafat. Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari

sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami hakekat dari

sesuatu "ada" yang dijadikan objek sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang

merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang berusaha untuk

memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.

Lebih lanjut Koento Wibisono (1984), mengemukakan bahwa hakekat ilmu menyangkut masalah keyakinan ontofogik, yaitu suatu keyakinan yang harus dipilih oleh sang ilmuwan dalam menjawab pertanyaan tentang apakah "ada" (being, sein, het zijn) itu. lnilah awal-mula sehingga seseorang akan memilih pandangan yang idealistis-spiritualistis, materialistis, agnostisistis dan lain sebagainya, yang implikasinya akan sangat menentukan dalam pemilihan epistemologi, yaitu cara-cara, paradigma yang akan diambil dalam upaya menuju sasaran yang hendak dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan ilmu

Dengan memahami hakekat ilmu itu, menurut Poespoprodjo (dalam Koento Wibisono, 1984), dapatlah dipahami bahwa perspektif-perspektif ilmu, kemungkinan-kemungkinan pengembangannya, keterjalinannya antar ilmu, simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain sebagainya, yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri. Lebih dari itu, dikatakan bahwa dengan filsafat ilmu, kita akan didorong untuk memahami kekuatan serta keterbatasan metodenya, prasuposisi ilmunya, logika validasinya, struktur pemikiran ilmiah dalam konteks dengan realitas in conreto sedemikian rupa sehingga seorang ilmuwan dapat terhindar dari kecongkakan serta kerabunan intelektualnya.

D. Filsafat Ilmu Dalam Pengembangan Keilmuan

Filsafat ilmu merupakan sebuah disiplin ilmu pengetahuan, dalam hal ini filsafat ilmu berperan sebagai pengkaji berbagai hakikat keilmuan. Banyak cabang-cabang ilmu pengetahuan yang menjadi sebuah bahan kajian oleh filsafat ilmu, dalam mengembangkan berbagai ilmu

Page 4: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

pengetahuan filsafat ilmu mempunyai beberapa macam cara diantaranya yaitu ontologi, terminologi dan aksiologi. Dari beberapa cara tersebut masing-masing mempunyai peran dan fungsi yang berbeda, ontologi berfungsi untuk mengetahui apa yang dikaji dalam ilmu pengetahuan tersebut, sedangkan terminologi berfungsi untuk mengetahui bagaimana kita memperoleh ilmu pengetahuan tersebut, dan yang terakhir yaitu aksiologi berfungsi untuk mengetahui bagaimana hakikat ilmu pengetahuan tersebut. Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiannya seperti perasaan, pengalaman, panca indra dan intuisi mempu menangkap alam kehidupannya mengabtraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk Ilmu pengetahuan seperti kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan filsafat. Terminology ilmu pngetahuan ini adalah terminology artificial yang bersifat sementara sebagai alat analisis yang pada pokoknya diartikan sebagai keseleruhan bentuk dari produk kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu. Dalam bahasa inggris cara memperoleh pengetahuan ini dinamakan dengan Knowledge. Ilmu pengetahuan atau Knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita ketahui seperti filsafat, sosial, seni, beladiri, dan ilmu sains itu sendiri. Jadi sains termasuk kedalam ilmu pengetahuan seperti juga sosial science. Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok pengetahuan ini terdapat tiga kriteria yakni:

1. Apakah obyek yang telah ditelaah dapat membuahkan ilmu pengetahuan, kriteria ini disebut obyek ontologis, kita dapat mengambil contoh sosial yang menelaah hubungan antara manusia dengan benda atau jasa dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara ontologis maka dapat ditetapkan obyek penelaah masing-masing permasalahan.

2. Bagaimana cara yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut, kriteria ini disebut dengan landasan epistemologis. Contohnya landasan epistemologis matematika adalah logika deduktif dan landasan epistemologis kebiasaan adalah pengalaman dan akal sehat.

3. Untuk apa kita mempelajari ilmu pengetahuan tersebut, atau apa manfaat dari kita mempelajari ilmu pengetahuan tersebut, kriteria ini disebut dengan landasan aksiologis yang juga dapat dibedakan untuk setiap jenis ilmu pengetahuan. Contohnya, nilai kegunaan sains pasti berbeda dengan nilai kegunaan ilmu sosial.

Jadi seluruh bentuk ilmu pengetahuan dapat digolongkan kedalam kategori ilmu pengetahuan dimana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh karakterristik obyek ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis. Salah satu dari bentuk ilmu pengetahuan ditandai dengan :

1. Obyek Ontologis : yaitu pengalaman manusia yakni segenap wujud yang dapat dijangkau lewat panca indra atau alat yang membantu kemampuan panca indra.

Page 5: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

2. Landasan Epistemologis : metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut logico hypotetico verifikasi.

3. Landasan Aksiologis : kemaslahatan umat manusia artinya segenap wujud ilmu pengetahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.

E. Ilmuwan Dan Cara Kerjanya

Ilmuwan adalah seseorang yang bertugas untuk menyederhanakan realitas (Karl Popper: 1961: 42). Cara kerja seorang ilmuwan adalah dengan melakukan pengamatan atau penelitian yang bersifat ilmiah. Ilmiah berarti bersifat ilmu atau memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Sehingga karya-karya seorang ilmuwan bisasanya disebut dengan karya ilmiah.

Karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Artinya, karya ilmiah menggunakan metode ilmiah dalam membahas permasalahan, menyajikan kajiannya dengan bahasa baku dan tata tulis ilmiah, serta menggunakan prinsip-prinsip keilmuan yang lain seperti objektif, logis, empiris (berdasarkan fakta), sistematis, lugas, jelas, dan konsisten.

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu (Suriasumantri, 1991). Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Metode itu sendiri merupakan suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang terdiri dari langkah-langkah sistematis. Soewardi (1996) menjelaskan bahwa langkah-langkah tersebut adalah:

(1) identifikasi masalah,

(2) kerangka berfikir,

(3) hipotesis,

(4) disain pengujian hipotesis,

(5) disain pengumpulan data, dan

(6) penarikan kesimpulan.

Sedangkan menurut Suriasumantri (1991), langkah-langkah dalam metode ilmiah tersebut adalah:

1. Perumusan Masalah, yang merupakan pertanyaan-pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.

Page 6: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

2. Penyusunan kerangka berfikir, yaitu argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berfikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji

kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang refevan dengan permasalahan.

3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berfikir yang dikembangkan.

4. Pengujian hipotesis, yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.

5. Penarikan kesimpulan, yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yaitu mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ifmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran disini harus ditafsirkan secara pragmatis, artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.

Langkah-Iangkah dalam metode ilmiah sebenarnya

menunjukkan cara berfikir ilmiah yang mencakup penalaran deduksi dan induksi sehingga metode ilmiah dikatakan sebagai langkah deducto-hipotetiko-verifikatif atau logico-hypothetico-verifikasi. Tahap-tahap metode ilmiah sampai ke penyusunan hipotesis merupakan proses deducto hipotetiko, yaitu bagaimana kita menyusun hipotesis secara deduktif dari teori-teori sebelumnya, yang disusun dalam kerangka pemikiran. Teori-teori tersebut adalah sebagai premis (alasan) kita membuat pernyataan khusus dalam bentuk hipotesis. Proses hipotetiko-verifikatif menunjukkan Iangkah-Iangkah pembuktian hipotesis (verifikasi) dengan mengumpulkan fakta-fakta dan menarik kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta empiris tersebut. Jadi proses kedua ini merupakan proses berfikir induktif.

F. Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

Perkembangan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi karena didukung oleh penemuan-penemuan baru yang diawali dengan percobaan-percobaan, baik lembaga pemerintah

Page 7: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

maupun swasta yang memiliki kepedulian terhadap penelitian dan pengembangan. Setiap bidang ilmu pengetahuan telah memiliki kepedulian terhadap penelitian dan pengembangan, dengan metode pendekatan dan cara penelitian masingmasing. Penggunaan metodologi dengan cermat dan sistematis guna menemukan informasi ilmiah maupun teknologi yang baru untuk membuktikan kebenaran hipotetis, agar dapat dirumuskan teori atau proses gejala alam atau sosial (Wahono dalam Lasiyo,2007).

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang mempunyai karateristik tertentu. Meskipun secara metodologi ilmu tidak membedakan antara ilmu-

ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial termasuk di dalamnya adalah ilmu ekonomi/.

Menurut (Suriasumantri, 2001, 33) bahwa filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu :(1) Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera yang membuahkan pengetahuan, (2) Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara/teknik sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan berupa ilmu? (3) Untuk apa pengetahuan berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidahkaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional.

Untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dengan pengetahuan lainnya maka pertanyaan yang dapat dikemukakan adalah: Apa yang dikaji oleh pengetahuan tersebut (ontologis)? Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologis)? Serta untuk apa pengetahuan termaksud dipergunakan (aksiologi)? Dengan mengetahui jawaban dari ketiga pertanyaan ini maka dengan mudah kita membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia. Dengan begitu kita akan mudah mengenali berbagai pengetahuan yang ada seperti ilmu, seni dan agama serta menempatkan mereka pada tempatnya masing-masing yang saling memperkaya kehidupan kita. Tanpa mengetahui karateristik ilmu dengan baik, maka bukan saja tidak dapat memanfaatkan kegunaannya secara oftimal namun kadang kita salah dalam menggunakannya (Suriasumantri, 2001, 35).

1. Pendekatan Ontologi.

Page 8: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

Pendekatan ontologi biasa juga disebut pendekatan metafisis yang membicarakan objek ilmu, hubungan subjek dan subjek. Pada saat manusia berusaha untuk menjawab objek ilmu, objek ilmu meliputi objek material (subject matter) dan objek formal (focus of interest).

Dari segi objek material, maka dapat dibedakan menjadi dua yaitu objek kongkret dan abstrak. Dari perbedaan objek material ilmu tersebut, maka melahirkan dua faham dalam metafisik yaitu faham realisme dan idealisme. Faham realisme menitikberatkan pada kenyataan dalam ojektivitasnya oleh karena itu hakekat yang ada adalah materi atau benda. Kenyataan kongkret dapat diketahui atau dipahami melalui indera manusia. Sebaliknya idealisme berpandangan bahwa kenyataan yang sesungguhnya adalah bersifat rokhani atau kejiwaan, oleh karena bersifat abstrak yang dapat dipahami melalui persepsi mental berupa kegiatan berpikir, nalar maupun intuisi. Landasan metafisis ilmu terletak pada objek, apakah objek itu bersifat kongkret ataukan bersifat abstrak. Objek ilmu juga berpengaruh pada subjek untuk menentukan metode apa yang digunakan untuk memahaminya.

Pendekatan metafisika memiliki peranan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kontribusi antara lain karena metafisika : (1) mengajarkan cara berpikir cemat dan tidak lelah untuk menj awab persoalan-persoalan yang bersifat tekateki, (2) adanya tuntutan orisinalitas berpikir untuk mengupayakan penemuan-penemuan baru maupun untuk menguji kebenaran-kebenaran yang pernah ditemukan, (3) memberikan bahan pertimbangan dan pijakan yang kuat terutama dalam praanggapan, (4) memberikan ruang pada perbedaan visi dalam memahami realitas, sehingga dapat menghargai perbedaan pandangan yang muncul dalam mencari solusi problematika (Rizal dalam Lasiyo, 2007: 2).

2. Pendekatan Epistemologis (Theory of knowledge)

Setiap pengetahuan memiliki ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan itu disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan satu sama lain, jadi ontologi ilmu terkait dengan epistemology ilmu dan epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi dan seterusnya. Jadi bila kita ingin membahas epistemologi ilmu, maka harus dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu (Suriasumantri, 2001, 105)

Inti pendekatan epistemologi adalah mempersoalkan bagaimana proses terjadinya ilmu pengetahuan, termasuk didalamnya sarana ilmiah, sikap ilmiah, metode, kebenaran ilmiah. Pemikiran merupakan landasan utama dalam melakukan kegiatan ilmiah yang akan menggabungkan kemampuan akal dengan pengalaman dan data yang diperoleh selama melakukan kegiatan ilmiah.

Dalan hubungan ini muncul dua faham yaitu faham Rasionalisme dan Empirisme. Faham Rasionalisme menekankan pada peranan akal dalam memperoleh pengetahuan. Faham ini berpandangan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah akal atau rasio. Ilmu pengetahuan

Page 9: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

yang memenuhi syarat adalah yang diperoleh melalui kegiatan akal. Adapun ciri-ciri pokok faham Rasionalisme yaitu : (1) Adanya pendirian bahwa kebenaran yang hakiki itu secara langsung dapat diperoleh dengan menggunakan akal sebagai sarananya, (2) Adanya suatu penjabaran secara logis atau deduksi yang dimaksudkan untuk memberikan pembuktian seketat mungkin mengenai seluruh sisi bidang pengetahuan berdasarkan atas apa yang dianggap sebagai kebenaran-kebenaran hakiki tersebut di atas (Koento Wibisono dan Misnal munir dalam Lasiyo, 2007:2).

Faham rasionalisme berasal dari faham idealisme, faham ini menggunakan metode deduktif, akal, apriori dan koherensi. Adapun faham yang menekankan pada pengalaman sebagai sumber pengetahuan manusia dinamakan faham Empirisme, faham ini berpandangan bahwa pengalaman manusia meliputi pengalaman lahir yang menyangkut dunia dan pengalaman batin yang menyangkut pribadi manusia. Faham empirisme bersumber dari faham realisme yang menggunakan metode induktif dalam mencari kebenaran ilmiah. Kedua faham ini, tampak perbedaan yang sangat mencolok, sehingga ada usaha untuk mempersatukan kedua pandangan tersebut, maka muncul faham Kritisme yang dipelopori oleh Immanuel Kant. Faham kritisme berpandangan bahwa pengetahuan pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh adanya kerj asama antara bahanbahan yang bersifat pengalaman inderawi yang kemudian diolah oleh akal sehingga terdapat hubungan sebab akibat. Kebenaran ilmiah memerlukan data dan fakta yang akurat kemudian diolah dengan metode ilmiah atau metodologi yang digambarkan sebagai the rule of the game dalam ilmu yang pada dasarnya tidak pernah berakhir (Popper, 1983, 103).

Manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan memiliki sarana berpikir ilmiah yang meliputi: logika, matematika, statistika dan bahasa. Logika sering diartikan sebagai pengetahuan tentang kaidah berpikir atau yang berusaha untuk menarik simpulan melalui kaidah-kaidah formal yang absah. Logika mempelajari argumen, yakni wacana yang terdiri atas pernyataan simpulan yang ditarik dari dua atau lebih pernyataan lain yang disebut premis (Adjat Sakri dalam Lasiyo, 2007: 4). Logika dapat diartikan sebagai pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata yang dinyatakan dalam bahasa, dengan logika manusia bernalar. Penalaran (reasoning) ialah proses pengambilan simpulan (conclusion, inference) dari bahan bukti atau petunjuk (evidence) ataupun yang dianggap bahan bukti atau petunjuk (Anton M. Moeliono dalam Lasiyo, 2007: 4).

Matematika adalah merupakan bahasa artifisial yang bersifat cermat dan terbebas dari unsur emosi. Matematika memberi sifat kuantitatif kepada pengetahuan keilmuan yang sekaligus sarana berpikir deduktif (penalaran deduktif). Penalaran deduktif merupakan suatu proses berpikir yang bertolak dari pemikiran yang bersifat umum menuju pada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu simpulan yang bersifat khusus.

Sarana berpikir ilmiah yang ketiga adalah statistika. Statistika membantu kita dalam penarikan simpulan secara induktif dari fakta empiris. Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan dari yang bersifat khusus menuju kepada simpulan yang bersifat umum, penentuan kaidah umum

Page 10: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

berdasarkan hal-hal khusus. Sarana berpikir ilmiah yang keempat adalah bahasa, dengan adanya bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dimana objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. Malalui transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai sesuatu objek tertentu meskipun objek itu secara faktual tidak berada di tempat di mana kegiatan berpikir itu dilakukan. Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut, dengan bahasa dimungkinkan untuk berpikir secara teratur dan sitematis.

3. Pendekatan Aksiologis

Melalui pendekatan aksiologis kita dimungkinkan untuk menjawab permasalahan menyangkut pertanyaan untuk apa pengetahuan itu?. Bagaimana hubungan antara ilmu dan nilai (moral)?. Inti dari pendekatan aksiologis adalah menjawab apakah manfaat ilmu pengetahuan dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia serta pengembangan ilmu itu sendiri. Ilmu pada umumnya dimaksudkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia atau untuk memanusiakan manusia. Jawaban atas pertanyaan bagaimana hubungan antara ilmu dan nilai, masih menjadi perdebatan diantara para ahli. Pandangan pertama menyatakan bahwa ilmu untuk ilmu, dalam arti ilmu bebas nilai. Pandangan kedua menyatakan bahwa ilmu tidak bebas nilai. Dua kelompok pendapat di atas didukung oleh aliran Positivisme dan Kritik Idiologi.

Aliran positivisme memandang bahwa ilmu pengetahuan akan dapat berkembang dengan pesat apabila tidak ada ikatan nilai apapun kecuali nilai ilmiah. Artinya pengembangan ilmu pengetahuan harus didasarkan atas nilai ilmiah yang mengandung arti bahwa ilmu pengertahuan itu memberikan hasil yang dipercaya, mempunyai dasar tertentu, objektif dan dapat diuji secara kritis.

Sebaliknya aliran Kritik Idiologi menyatakan bahwa ilmu pengetahuan hendaknya diarahkan pada usaha pencapaian tujuan idiologi, karena terdapat hubungan yang erat antara ilmu dan nilai (moral). Ilmu pengetahuan yang bebas nilai akan berbahaya pada eksistensi ilmu itu sendiri dan bagi kehidupan manusia. Untuk menjembatani perbedaan kedua aliran tersebut maka muncul aliran otonomi relasional yang menyatakan bahwa ilmu seharusnya tetap berkembang maju, tapi namun perlu dikaitkan dengan suatu tujuan yang memerlukan tanggung jawab, karena pada dasarnya ilmu merupakan alat bagi manusia didalam usaha memenuhi kebutuhannya. Ilmu hendaknya dapat memberikan jaminan agar tidak terjadi penyalahgunaan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab. Ilmu berkembang secara otonom sehingga ia dapat dibedakan antara satu dengan yang lainnya.

4. Cara kerja para ilmuan

Page 11: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

Dewasa ini ilmu pengetahuan dipandang sebagai proses, produk dan paradigma etika. Sebagai suatu proses ilmu pengetahuan merupakan sebuah kegiatan sosial dalam rangka memahami alam semesta beserta isinya, baik sebagaimana adanya maupun seharusnya. Sebagai suatu produk mengandung arti bahwa ilmu pengetahuan diperoleh/dihasilkan melalui metodologi keilmuan yang menjadi milik umum sehingga hasilnya dapat berupa rumusan-rumusan atau pernyataan-pernyataan yang perlu mendapat persetujuan masyarakat ilmiah dan kebenarannya terbuka untuk dilakukan penguj ian. Sebagai paradigma etika berarti bahwa ilmu pengetahuan memiliki seperangkat nilai yang meliputi universialisme, komunalisme, disinterestedness dan skeptisme yang terorganisir. Hal ini mengandung makna bahwa ilmu pengetahuan tidak begitu saja menerima kebenaran akan tetapi perlu dilakukan pengujian dan pengkajian.

Berdasarkan pada uraian tersebut, maka dalam pengembangan ilmu/teori seyogiyanya mengacu pada pendekatan metafisis, epistemologis dan aksiologis untuk mencari jawaban terhadap persoalan pengembangan ilmu dan memberikan landasan yang bagi eksistensi ilmu pengetahuan itu sendiri. Tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat mengalami perubahan yang dinamis yang selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang merupakan tantangan dan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk lebih jelasnya mengenai hal ini maka dapat disimak pada gambar 3.

Usaha untuk menemukan ilmu pengetahuan yang baru harus mengacu pada filsafat ilmu yang didalamnya ada tiga pendekatan yaitu :

(1) Pendekatan metafisis yang mengkaji apa objek ilmu? dan apa hakekat pengetahuan?.

(2) Pendekatan epistemologis yang mengkaji metodologi keilmuan atau langkah-langkah ilmiah dalam menemukan ilmu pengetahuan baru yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

(3) Pendekatan aksiologis yang mengkaji manfaat ilmu pengetahuan baru terhadap kemaslahatan umat manusia, bangsa dan negara sesuai dengan etika dan moral yang berkembang dalam masyarakat suatu bangsa. Apabila ilmu pengetahuan baru tersebut sangat bermanfaat pada usaha memanusiakan manusia, bangsa dan negara, maka ilmu pengetahuan tersebut dapat diterima sebagai teori baru yang dapat diterapkan dan dikembangkan secara terus menerus.

Problem-problem filsafat bilamana digolongkan ternyata berkisar pada enam hal pokok, yaitu: pengetahuan, keberadaan, metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan. Berdasarkan enam

Page 12: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

sasaran itu, bidang filsafat dapat secara sistematis dibagi dalam enam cabang pokok, yaitu epistemology (teori pengetahuan), metafisika (teori mengenai apa yang ada), metodologi (studi tentang metode), logika (teori penyimpulan), etika (aj aran moralitas), dan estetika (teori keindahan).

Oleh karena filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari filsafat, problem-problem dalam filsafat ilmu secara sistematis juga dapat digolong-golongkan menjadi enam kelompok sesuai dengan cabang-cabang pokok filsafat itu, yaitu: 1) Problem-problem epistemologis tentang ilmu; 2) Problem-problem metafisis tentang ilmu; 3) Problem-problem metodologis tentang ilmu; 4) Problem-problem logis tentang ilmu; 5) Problem-problem etis tentang ilmu; 6) Problem-problem estetis tentang ilmu.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Implikasi dan implementasi filsafat ilmu di dalam

pengembangan keilmuan sangatlah besar, karena untuk mengembangkan keilmuan diperlukan pemikiran- pemikiran baru yang inovatif.

2. Implikasi dan implementasi fifsafat ilmu dan kepada cara kerja para ilmuwan sangatlah berpengaruh terhadap cara kerja para ilmuwan karena dengan adanya peran filsafat ilmu dan keterlibatan ilmuwan itu sendiri, maka cara kerja ilmuwan akan Iebih efektif dan maksimal.

B. Kritik dan Saran

Mungkin inilah yang dapat disampaikan dari kelompok kami, meskipun penulisan ini jauh dari sempurna. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karena kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa. kami juga membutuhkan saran/ kritikan dari pembaca agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dosen pembimbing mata kuliah landasan pendidikan, yang telah memberi kami tugas kelompok demi kebaikan diri kami sendiri dan untuk negara dan bangsa.

Page 13: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Filsafat saat ini telah berkembang lebih maju dalam berbagai bidang dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Cabang filsafat sendiri saat ini telah berkembang dalam berbagai bidang yaitu filsafat pengetahuan, filsafat moral, filsafat seni, metafisika, politik, filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat matematika dan lain sebagainya. Filsafat juga sangat berperan dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan. Filsafat dalam bidang keperawatan ini dapat dipandang atau dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi filsafat pendidikannya dan filsafat ilmu keperawatannya serta pelayanannya. Oleh karena itu dalam kurikulum pendidikan saat ini di perguruan tinggi terutama dalam program pendidikan pasca sarjana magister keperawatan, filsafat telah banyak dimasukkan sebagai salah satu mata ajar yang harus ditempuh peserta didik.

Filsafat dalam bidang pendidikan keperawatan mampu memberikan pedoman kepada para pendidik (dosen/guru) sehingga akan dapat mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu dengan adanya filsafat akan didapatkan pengetahuan yang murni atau kemajuan pengetahuan di bidang pelayanan keperawatan untuk dapat diaplikasikan demi kesembuhan pasien dengan didasarkan pada premis-premis pendukung hal tersebut.

B. TUJUAN

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tetang apa itu filsafat, peranannya dalam kehidupan, peranannya dalam pendidikan serta peranannya dalam ilmu keperawatan

BAB II

Page 14: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

PEMBAHASAN

A. FILSAFAT ILMU

1. Pengertian

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology (on=being, wujud, apa+logos = teori ), ontology ( teori tentang apa ).

Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat ilmu.

a. Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.

b. Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

c. Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat ilmui yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.

d. May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafat ilmui, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa, sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural, metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah yang masih tergolong prailmiah. Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan indrawi yang secara sadar diperoleh, baik yang telah lama maupun baru didapat. Disamping itu termasuk

Page 15: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

yang diperoleh secara pasif atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh nabi).

Inti sari dari filsafat ilmu terdiri dari kebenaran, fakta, logika, dan konfirmasi. Adapun ciri-ciri dan cara kerja filsafat ilmu antara lain sebagai berikut:

a. Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi dan metode ilmiah

b. Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya

c. Menyelidiki berbagai dampak pengetahuan ilmiah terhadap : cara pandang manusia, hakikat manusia, nilai-nilai yang dianut manusia, tempat tinggal manusia, sumber-sumber pengetahuan dan hakekatnya, logika dengan matematika, logika dan matematika dengan realitas yang ada

Sedangkan fungsi dari filsafat ilmu itu sendiri antara lain :

a. Alat-alat untuk menulusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah

b. Memberikan pengertian tentang cara hidup dan pandangan hidup

c. Panduan tentang ajaran moral dan etika

d. Sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai aspek kehidupan

Sehingga dengan demikian filsafat ilmu sangatlah penting peranannya bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Tentu juga filsafat ilmu sangat bermanfaat bagi manusia untuk menjalani berbagai aspek kehidupan.

2. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

Bidang garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu tentang apa dan bagai-mana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.

Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan

Page 16: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.

Akslologi llmu meliputi nilal-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.

Dalam perkembangannya Filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi ke-budayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan.

3. Objek Filsafat Ilmu

Objek Material filsafat ilmu Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.

Menurut Dardiri (2000) bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :

Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).Objek Formal filsafat ilmu yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot. Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.

B. FILSAFAT DALAM KEPERAWATAN

Page 17: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya belum akan segera berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan sangat didasari oleh mother instinct – naluri keibuan, mengalami perubahan atau pergeseran yang sangat mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan sebagai profesi. Perubahan ini terjadi karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan secara umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi keperawatan sendiri.

Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis, serta kematangan untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai direct human care harus dapat menjawab mengapa seseorang membutuhkan keperawatan, domain keperawatan dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta lingkup garapan praktek keperawatan, basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap konsep menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana perawat atau keperawatan diperlukan keberadaannya. Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis, kritis dan logis terhadap fenomena yang dihadapinya, bertindak secara rasional-etis, serta bersikap tanggap atau peka terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan guna memajukan ilmu keperawatan.

Filsafat keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan. Pendapat lain tentang filsafat keperawatan adalah suatu ilmu yg mempalajari tentang cara berfikir seorang perawat dalam menghadapi pasiennya tentang kebenaran dan kebijaksanaan sehingga tingkat kesejahteraan dan kesehatan pasien dapat meningkat. Ilmu keperawatan jika dilihat dari sudut pandang filsafat akan dapat muncul pertanyaan-pertanyaan antara lain pertanyaan ontologi ( apa ilmu keperawatan ), pertanyaan epistemologi ( bagaimana lahirnya ilmu keperawatan ) dan pertanyaan aksiologi ( untuk apa ilmu keperawatan itu digunakan).

Jawaban pertanyaan ontologi tentang apa itu ilmu keperawatan dapat didefinisikan dalam beberapa pendapat. Calilista Roy (1976) mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien. Sedangkan Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien dalam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan expert, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, serta standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat expert secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.

Page 18: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

Jawaban pertanyaan epistemologi tentang bagaimana lahirnya ilmu keperawatan berkaitan dengan kehidupan dahulu. Secara naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia. Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan original. Namun demikian mereka sudah mampu memiliki sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati. Perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh semakin majunya peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan. Pekerjaan “merawat” dikerjakan berdasarkan naluri (instink) “mother instinct” (naluri keibuan) yang merupakan suatu naluri yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, dan merawat orang lemah). Diawali ole seorang Florence Nightingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan berperan dalam keberhasilan perawatan pasien yang kemudian menjadi paradigma keperawatan berdasarkan lingkungan. Sehingga semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari dengan berbagai tehnik untuk mendapatan kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman pribadi), otoritas dari seorang yang ahli, intuisi (diluar kesadaran), dump common sense (pengalaman tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam bidang keperawatan. Misalnya Peplau (1952) menemukan teori interpersonal sebagai dasar perawatan. Orlando (1961) menemukan teori komunikasi sebagai dasar perawatan. Roy (1970) menemukan teori adaptasi sebagai dasar perawatan. Johnson (1961) menemukan stabilitas sebagai tujuan perawatan dan Rogers (1970) menemukan konsep manusia yang unik.

Jawaban pertanyaan aksiologis diatas dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan digunakan sebagai ilmu, pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan berbagai tingkatan dari individu, keluarga, kelompok bahkan sampai masyarakat luas guna meningkatkan derajat kesehatan pasien tersebut. Sehingga bisa merubah kondisi seseorang atau sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi sembuh dan yang sudah sehat dapat mempertahankan atau mengoptimalkan derajat kesehatannya.

Hakekat manusia sebagai makhluk biopsikososio dan spritual, pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan, memiliki tingkat klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakekat keperawatan adalah sebagai berikut:

a. Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang didalam aplikasinya lebih kearah ilmu terapan.

b. Sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan umtuk membantu manusia mengatasi masalah sehat dan sakit dalam kehidupannya untuk mencapai kesejahteraan.

c. Sebagai pelayanan kesehatan yang memiliki tiga sasaran, diantaranya individu, keluarga dan masyarakat sebagai klien.

Page 19: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

d. Sebagai kolaborator dengan tim kesehatan lainnya dalam pembinaan kesehatan, pencegahan penyakit, penentuan diagnosis dini, penyembuhan serta rehabilitasi dan pembatasan penyakit.

Sedangkan esensinya yang meliputi:

a. Memandang pasien sebagai makhluk yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik biospikososio dan spritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya.

b. Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara langsung dengan memperhatikan aspek kemanusiaan.

c. Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaaan suku, kepercayaan, status sosial, agama dan ekonomi.

d. Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri.

e. Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa yang pasif.

Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetia, humanities dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh Watson (1985) human care is the heart of nursing atau Leininger (1984) yang menekankan caring is the central and unifying domain for the body of knowledge and practices of nursing.

Dalam eksplikasi sains tentang human care, pencarian harus termasuk pada beragam metoda untuk memperoleh pemahaman utuh dari human phenomena. Pencarian ini harus memfasilitasi integrasi pengetahuan dari biomedical, perilaku, sosiokultural, seni dan humaniora untuk menemukan pengetahuan keperawatan baru. Melalui strategi integrasi dan analisis, dunia objektifitas dapat dihubungkan dengan dunia subjektif dari pengalaman manusia untuk mencapai linkage ini. Perspektif tentang human science memberi kesempatan bagi pemikir atau peneliti keperawatan untuk melakukan telaah terhadap keilmuan keperawatan dan arahnya, guna meletakkan dasar-dasar subject matter serta tanggung jawab ilmiah dan sosialnya. Melalui perspektif ini, kajian terhadap makna, nilai etika tentang manusia, kesehatan dan keperawatan dapat dilakukan.

Dalam konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis pada filosofi tentang kebebasan, pilihan dan tanggung jawab manusia biologi dan psikologi tentang keutuhan manusiawi (holism). Epistemologi bukan hanya secara empiris tetapi juga pengembangan estetis, nilai-nilai etis,

Page 20: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

intuisi dan proses eksplorasi dan penemuan konteks hubungan, dan proses interaksi antar manusia.

Relevansi Antara Filsafat Ilmu Dengan Keperawatan

Filsafat keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris. Filsafat keilmuan harus menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah sebenarnya dapat diaplikasikan yang kemudian menghasilkan pengetahuan alam semesta, dalam hal ini pengetahuan keperawatan, sehingga filsafat keperawatan adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit terutama berfokus kepada respons mereka terhadap situasi.

Manfaat/peranan Filsafat Dalam Ilmu Keperawatan

Dalam pengembangan ilmu keperawatan tidak bisa terlepas dari peranan filsafat didalamnya. Adapun manfaat atau peranan filsafat dalam keperawatan antara lain adalah:

a. Memudahkan proses keperawatan karena tanpa mempelajari filsafat ilmu keperawatan maka akan semakin sulit melaksanakan proses keperawatan

b. Dengan mengetahui dan melaksanakan perilaku yang mengandung makna, rasa cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan, terhadap hikmah dan ucapannya yang baik dan sopan seseorang dapat mengetahui bagaimana landasan dasar dari ilmu keperawatan tersebut

c. Dapat memecahkan suatu permasalahan meliputi dampak teknologi, sosial budaya, ekonomi, pengobatan alternatif, kepercayaan spritual dan masih banyak yang lainnya mengenai seluk beluk lingkup profesi keperawatan yang semuanya digunakan dalam hal pencapaian profesionalisme seorang perawat

d. Menghindari dan meminimalisasi kesalahpahaman dan konflik dalam pencarian kebenaran tentang ilmu keperawatan

e. Sebagai dasar dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan untuk bertindak melalui pengalaman-pengalaman yang sudah ada

f. Mendapatkan kebenaran tentang hal-hal yang dianggap belum pasti apakah tindakan yang kita lakukan dan pendapat yang kita keluarkan itu adalah benar atau salah, misalnya jika kita melakukan tindakan seperti injeksi terhadap klien kita harus tahu terlebih dahulu prosedur-

Page 21: Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Di Dalam Pengembangan Keilmuan Dan Kepada Cara Kerja Para Ilmuwan

prosedur apa saja yang dilakukan, jadi setelah kita mengetahuinya maka kita akan melakukan tindakan itu secara benar

g. Dengan filsafat seorang perawat dapat menggunakan kebijaksanaan yang dia peroleh dari filsafat sehingga perawat tersebut dapat lebih berfikir positif (positif thinking) dan dengan positif thinking tersebut seorang perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik sehingga pasien yang tadinya susah berkomunikasi dapat menjadi lebih dapat berkomunikasi dengan baik dan akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan pasien tersebut

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Filsafat ilmu adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai metode-metode pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan intelektuaL.

Ruang lingkup filsafat ilmu melingkupi ontologi ilmu yang mengupas hakikat dari ilmu itu sendiri, epistemologi ilmu yang membahas tatacara dan landasan untuk mencapai pengetahuan ilmiah tersebut dan terakhir aksiologi ilmu yang meliputi nilai-nilai normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan.

Objek dari filsafat ilmu dapat bersifat umum dan bersifat khusus yang terbagi menjadi dua yaitu secara mutlak dan tidak mutlak sejarah perkembangan filsafat sudah dimulai sejak zaman yunani kuno dengan tokoh-tokoh terkenal seperti aristoteles, plato, thales dan sebagainya, kemudian dilanjutkan pada zaman abad pertengahan yang digawangi oleh para pemuka agama dengan terpengaruh pada pemikiran tokoh yunani kuno. perkembangan filsafat selanjutnya adalah zaman renaissance atau kebangkitan kembali yang berpendapat pada kebebasan manusia dan tidak didasarkan pada campur tangan tuhan. perkembangan terakhir yaitu pada zaman modern yang ditandai dengan beruntunnya penemuan-penemuan ilmiah dan mutakhir yang dirintis pada zaman renaissaince.