Upload
nimas-dwi-ayu-r
View
24
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
..
Citation preview
INDONESIAN CASE BASE GROUPS (INA-CBG’S)
Disusun Guna Memenuhi Tugas dalam Menempuh Mata Kuliah Pembiayaan Kesehatan
Dosen Pengampu : dr. Fitri Indrawati, M. PH
Oleh :
Imamatul Hikmah (6411413069)
Hima Sakina Firdhausy (6411413074)
Andita Kusumaningrum (6411413107)
Nimas Dwi Ayu Rizki (6411413126)
Administrasi Kebijakan Kesehatan
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
A. PENGERTIAN INA-CBG’s
INA-CBG’s merupakan sistem pengelompokan penyakit berdasarkan ciri klinis yang
sama dan sumber daya yang digunakan dalam pengobatan. Arti dari Case Base Groups
(CBG) itu sendiri, adalah cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis-
diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama.Pengelompokan ini ditujukan untuk
pembiayaan kesehatan pada penyelenggaraan jaminan kesehatan sebagai pola
pembayaran yang bersifat prospektif. Metode pembayaran prospektif adalah metode
pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang besarannya sudah diketahui
sebelum pelayanan kesehatan diberikan.
B. KONSEP INA-CBG’s
INA-CBG’s merupakan sistem casemix yakni pengelompokan diagnosa penyakit yang
dikaitkan dengan biaya perawatan yang dimasukkan ke dalam group-group. Ciri
groupnya adalah memiliki gejala klinis dan pemakaian sumber daya yang sama (biaya
perawatan yang sama) yang diterapkan secara prospektif dengan tujuan untuk
peningkatan kualitas dan efisiensi pelayanan.
C. KODING PADA INA-CBG’s
Dasar pengelompokan dalam INA-CBGs menggunakan sistem kodifikasi dari diagnosis
akhir dan tindakan/prosedur yang menjadi output pelayanan, dengan acuan ICD-10 untuk
diagnosis dan ICD-9-CM untuk tindakan/prosedur. Pengelompokan menggunakan sistem
teknologi informasi berupa Aplikasi INA-CBG sehingga dihasilkan 1.077
Group/Kelompok Kasus yang terdiri dari 789 kelompok kasus rawat inap dan 288
kelompok kasus rawat jalan. Setiap group dilambangkan dengan kode kombinasi alfabet
dan numerik.
Struktur Kode INA-CBGs terdiri atas :
a. Case-Mix Main Groups (CMGs)
Adalah klasifikasi tahap pertama
Dilabelkan dengan huruf Alphabet (A to Z)
Berhubungan dengan sistem organ tubuh
Pemberian Label Huruf disesuaikan dengan yang ada pada ICD 10 untuk setiap
sistem organ
Terdapat 30 CMGs dalam UNU Grouper (22 Acute Care CMGs, 2 Ambulatory
CMGs, 1 Subacute CMGs, 1 Chronic CMGs, 4 Special CMGs dan 1 Error CMGs)
Total CBGs sampai saat ini sebanyak 1220
b. Case-Based Groups (CBGs)
Sub-group kedua yang menunjukkan tipe kasus (1-9)
Tabel 4 Group Tipe Kasus dalam INA-CBG’s
TIPE KASUS GROUPa. Prosedur Rawat Inap Group-1b. Prosedur Besar Rawat Jalan Group-2c. Prosedur Signifikan Rawat Jalan Group-3d. Rawat Inap Bukan Prosedur Group-4e. Rawat Jalan Bukan Prosedur Group-5f. Rawat Inap Kebidanan Group-6g. Rawat Jalan kebidanan Group-7h. Rawat Inap Neonatal Group-8i. Rawat Jalan Neonatal Group-9j. Error Group-0
c. Kode CBGs
Sub-group ketiga menunjukkan spesifik CBGs yang dilambangkan dengan numerik
mulai dari 01 sampai dengan 99.
d. Severity Level
Sub-group keempat merupakan resource intensity level yang menunjukkan tingkat
keparahan kasus yang dipengaruhi adanya komorbiditas ataupun komplikasi dalam
masa perawatan. Keparahan kasus dalam INA-CBG terbagi menjadi :
1. “0” Untuk Rawat jalan
2. “I - Ringan” untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 1 (tanpa komplikasi
maupun komorbiditi)
3. “II - Sedang” Untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 2 (dengan mild
komplikasi dan komorbiditi)
4. “III - Berat” Untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 3 (dengan major
komplikasi dan komorbiditi)
D. PENERAPAN INA-CBG’s DI RUMAH SAKIT
Dalam pembayaran menggunakan sistem INA-CBG’S, baik Rumah Sakit maupun
pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan yang diberikan,
melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis keluar pasien dan kode DRG (Disease
Related Group). Besarnya penggantian biaya untuk diagnosis tersebut telah disepakati
bersama antara provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya.
Perkiraan waktu lama perawatan (length of stay) yang akan dijalani oleh pasien juga
sudah diperkirakan sebelumnya disesuikan dengan jenis diagnosis maupun kasus
penyakitnya.
Tarif INA-CBGs merupakan tarif paket yang meliputi seluruh komponen sumber
daya rumah sakit yang digunakan dalam pelayanan baik medis maupun non-medis.
Untuk Rumah Sakit yang belum memiliki penetapan kelas, maka tarif INA-CBGs yang
digunakan setara dengan Tarif Rumah Sakit Kelas D sesuai regionalisasi masing-masing.
Penghitungan tarif INA CBGs berbasis pada data costing dan data koding rumah sakit.
Data costing didapatkan dari rumah sakit terpilih (rumah sakit sampel) representasi dari
kelas rumah sakit, jenis rumah sakit maupun kepemilikan rumah sakit (rumah sakit
swasta dan pemerintah), meliputi seluruh data biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit,
tidak termasuk obat yang sumber pembiayaannya dari program pemerintah (HIV, TB,
dan lainnya). Data koding diperoleh dari data koding rumah sakit PPK Jamkesmas.
Untuk penyusunan tarif JKN digunakan data costing 137 rumah sakit pemerintah dan
swasta serta 6 juta data koding (kasus).
E. ALUR BPJS – PASIEN – RUMAH SAKIT
→ Alur Pelayanan Pasien Rawat Jalan Peserta JKN
→ Alur Pelayanan Pasien IGD Peserta JKN
→ Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap Peserta JKN
→ Alur Klaim JKN Sistem INA CBG
F. PERUBAHAN INA-DRG’s MENJADI INA-CBG’s
INA DRG (Indonesia Diagnosis Related Group) merupakan variasi dari sistem
casemix yang diterapkan diAmerika, sebuah sistem pembiayaan pelayanan kesehatan
berbasis kelompokpenyakit yang homogen. Sistem ini mulai dikenalkan pada tahun 2005
melalui SuratKeputusan Menteri Kesehatan No. 1663/MENKES/SK/XII/2005 tentang uji
coba penerapan Sistem Diagnostic Related Group di 15 Rumah Sakit di Indonesia.
Kemudian sistem INA DRG mulai diimplementasikan pada pembiayaan jaminan
kesehatan masyarakat 2008 melalui SK Menkes nomor 125/MENKES/SK/II/2008.
Kemudian penggunaan sistem INA DRG di Indonesia berakhir lisensinya pada tanggal
30 September 2010 dan digantikan dengan penggunaan sistem INA CBG’s. Penggantian
penggunaan INA DRG menjadi INA CBG dikarenakan ada beberapa kelemahan dari
penggunaan sistem INA DRG diantaranya, sistem INA DRG hanyamencakup kasus-
kasus penyakit akut saja, tarif tidak adekuat pada beberapa kasusseperti, kasus sub akut
dan kronik, prosedur khusus, MRI (Magnetic Resonance Imaging), dan lain sebagainya.
Pada masa transisi antara INA DRG dan INA CBG yakni pada tahun 2011, sistem
yang digunakan masih menggunakan sistem costing yang sama dengan INADRG.
Namun pada tahun yang sama National Casemix Center Kementerian Kesehatan melihat
ketidakcocokan tarif INA CBGs bagi rumah sakit, kemudiandilakukan evaluasi secara
berkala dan menghasilkan tarif sesuai dengan Kepmenkes Nomor 440 tahun 2012
tentang Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan IndonesiaCase Based Groups (INA-
CBGs). Sampai tahun 2013, sistem INA CBG masihdigunakan dalam klaim program
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Dan pada era Jaminan Kesehatan
Nasional, sistem INA CBGs masih digunakan denganterus dilakukan evaluasi tarif oleh
NCC dan yang kemudian ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.