102
INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDESA) Penulis: Sarjono Herry Warsono, S.Si., M.Si Slamet Rahmat TS, SS., M.Kesos Ir. Danarti, Chalin Antinia Agustin, S.Si., MSE Emma Rahmawati, SE Taufan Daniarta Sukarno, SP Nurul Aldha Mauliddina Siregar, SP PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi 2018

INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

INDIKATOR PERKEMBANGAN

BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDESA)

Penulis:

Sarjono Herry Warsono, S.Si., M.Si Slamet Rahmat TS, SS., M.Kesos

Ir. Danarti, Chalin Antinia Agustin, S.Si., MSE

Emma Rahmawati, SE Taufan Daniarta Sukarno, SP

Nurul Aldha Mauliddina Siregar, SP

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Badan Penelitian dan Pengembangan,

Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi

2018

Page 2: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …
Page 3: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

i

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Kata Pengantar

Buku berjudul "Indikator Perkembangan Badan Usaha

Milik Desa (BUMDEsa)" ini disusun mengacu pada amanah

perundang-undangan UU nomor 6/2014 tentang Desa, yang

dikaitkan pada pemahaman dalam konteks pembangunan desa

dengan menggunakan pendekatan dua sisi, yaitu Membangun

Desa dan Desa Membangun. Membangun desa adalah peran

pemerintah, secara hirarki untuk memberikan stimulant

kebijakan top-down, sedangkan desa membangun adalah cara

bagaimana agar masyarakat desa mampu berperan aktif dan

berinisiatif untuk menjadikan desanya lebih baik dari yang suda

ada, baik secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan fisik. Oleh

karena itu, mendirikan BUMDesa dalam peran sosial dan

ekonomi bagi setiap desa merupakan anjuran yang mengikat.

Klausul pasal demi pasal di dalam Undang-Undang nomor

6 tahun 2014 tentang desa dalam konteks mendirikan

BUMDesa, hanya sebatas "Desa dapat mendirikan Badan Usaha

Milik Desa yang disebut BUM Desa." sebagaimana tertuang pada

pasal 87 ayat (1), artinya bukan suatu kewajiban mengikat,

tetapi hanya dapat disebut sebagai anjuran. Meskipun

demikian, dalam konteks manajerial yang harus dikelola

dengan semangat kegotongroyongan, maka perlu secara

Page 4: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

ii

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

profesional dan modern pengembangannya dikelola secara baik

dan benar, sehingga dalam perjalanannya dipandang perlu

secara akademisi untuk mempelajari bagaimana diterminan

faktor pembentukan BUMDesa baik dalam keberpihakan

berbasis kewilayahan, maupun generalisasi secara nasional.

Tim studi pada tahap awal (2018) telah selesai

melakukan eksplorasi sampling melalui diskusi intens kepada

semua pihak terkait, untuk menemukenali dan menentukan

diterminan faktor berbasis dimensional yang sebelumnya harus

dikaitkan dengan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Permen) nomor 4 tahun

2015 tentang Tujuan mendirikan BUMDesa. Sebagaimana

diketahui, salah satu klausul Permen 4 tahun 2015 tersebut

menjelaskan adanya delapan poin tujuan mendirikan BUMDesa,

yaitu: 1) Meningkatkan perekonomian desa; 2)

Mengoptimalkan asset desa agar bermanfaat untuk

kesejahteraan desa; 3) Meningkatkan usaha masyarakat dalam

pengelolaan potensi ekonomi desa; 4) Mengembangkan

rencana kerjasama usaha antar desa dan/atau pihak ketiga; 5)

Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung

kebutuhan dan layanan umum warga; 6) Membuka lapangan

kerja; 7) Meningkatkan kesejahteraan masyakarat melalui

perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan

ekonomi desa; dan 8) Meningkatkan pendapatan masyarakat

desa dan pendapatan asli desa.

Mengacu pada delapan poin tersebut, maka dapat dilacak

faktor-faktor pembentuk BUMDesa dengan terlebih dahulu

dirinci dalam empat dimensi, yaitu: 1) Dimensi Ekonomi; 2)

Dimensi Sosial; 3) Dimensi Lingkungan; dan 4) Dimensi

Manajemen. Pembagian atas beberapa dimensi tersebut juga

dengan memperhatikan beberapa teori, diantaranya yaitu teori

Page 5: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

iii

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Sustainable Development Goals yang mengaitkan bahwa setiap

pemangunan selalu harus memperhatikan tiga faktor utama,

yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kemudian untuk masing-

masing dimensi tersebut dibagi ke dalam Indikator dan peubah

agar selanjutnya dapat dirangkum dalam indeks BUMDesa,

serta kategori perkembangan BUMDesa tersebut.

Kategorisasi BUMDesa dilakukan di dalam studi ini, yaitu

untuk dapat mempelajari dan mengetahui tingkatan masing-

masing BUMDesa di setiap desa yang diamati. Kategori

BUMDesa tersebut, ke depan juga dapat digunakan dalam

menentukan intervensi kebijakan apa yang diperlukan

berdasarkan indeks BUMDesa dan atas kelemahan-kelemahan

yang ditemukan pada dimensional masing-masing.

Indeks BUMdesa adalah angka, tetapi angka tersebut

akan memberikan arti yang bermanfaat ketika dapat

ditindaklanjuti dengan langkah kebijakan dan program sebagai

intervensi dalam upaya meningkatkan kategori BUMDesa yang

masih tergolong rendah ke sedang, dan sedang ke yang lebih

tinggi, serta berdasarkan kondisional yang valid sesuai dengan

faktor-faktor sosial, ekonomi, lingkungan, dan manajerial

kelembagaannya.

Kekurangan buku ini yang tadinya menyasar untuk

membuat model intervensi, tetapi model yang tersusun

nantinya tidak dapat digeneralisasikan antara BUMDesa satu

terhadap BUMDesa lainnya. Hal itu disebabkan karena

pencirian masing-masing BUMDesa sangat beragam,

bergantung pada kondisional BUMdesa yang sifatnya kasuistis

berdasarkan nilai-nilai peubah yang dideskripsikan di dalam

indeks.

Page 6: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

iv

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Tim penyusun buku ini telah merekomendasikan agar

seluruh BUMDesa (46 ribu unit secara nasional pada 2018)

dapat disampling ulang dengan cakupan yang lebih luas, agar

masing-masing karakternya dapat merepresentasikan

kewilayahan yang lebih luas, sehingga diterminan faktornya

bukan hanya menggambarkan keunggulan tetapi juga

kelemahannya, sehingga untuk melakukan intervensi program

bagi para pemangku kebijakan dapat dilakukan dengan tepat,

cepat, dan secara simultan atau menyeluruh.

Sekiranya tidak ada kekurangan yang tidak dapat

diperbaiki dalam penyajian buku ini tentunya masih terdapat

satu-dua kelemahan yang relevansinya bagi kepewntingan para

pembaca dan pemerhati perdesaan, juga utamanya untuk

pemangku kebijakan terkait dalam pembangunan dan

pengelolaan BUMDesa, maka dengan ini Tim sangat berterima

kasih jika para pemerhati berkenan memberikan masukan dan

saran yang membangun untuk memperbaikinya.

Jakarta, Desember 2018

Tim Peneliti

Page 7: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

v

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Kata Sambutan

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT,

tersusunnya buku dengan judul Indikator Perkembangan

Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) pada 2018 ini

merupakan upaya yang sangat strategis dalam membangun

perdesaan. Konkritnya melalui pemberdayaan masyarakat

utamanya di dalam mendirikan, mengelola, dan

mengembangkan kelembagaan Badan Usaha Milik Desa.

Jumlah unit BUMDesa dewasa ini belum secara signifikan

mewakili dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa pada

umumnya. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah BUMdesa yang

relatif masih sedikit dibandingkan dengan jumlah desa secara

nasional, yaitu masih sekitar 57 persen dari 75 ribu desa.

Padahal Undang-Undang nomor 6 tahun 2014, tentang Desa,

mengamanatkan untuk setiap desa agar mampu mendirikan

BUMDesa.

Buku ini diakui oleh Tim Penulis, bahwa hasilnya baru

tahap studi kasus, artinya baru menggunakan BUMDesa secara

sampling, sehingga bagaimanapun tidak dapat disetarakan

tehadap BUMdesa secara nasional, kecuali jika dilakukan

sensus secara menyeluruh di tingkat nasional, sebagaimana

yang disarankan dalam akhir buku ini.

Puslitbang dalam hal ini bertekad untuk memberikan

kisi-kisi bagi pemangku kebijakan di unit teknis dalam

Page 8: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

vi

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

perannya mengembangkan BUMDesa secara nasional. Bahwa

ke depan, keberadaan BUMDesa ini dapat dibangun dan

dikembangkan dengan menentukan diterminan faktor atas

kelebihan dan kelemahannya secara parsial kedaerahan,

maupun secara simultan dalam skala nasional.

Untuk itu, pada tahun depan akan dikembangkan model

bagaimana metode yang tepat dalam upaya mengintervensi

kebijakan terhadap setiap BUMDesa di manapun berada.

Intervensi, artinya adalah memberikan kebijakan yang tepat

guna dan hasil guna bagi perkembangan BUMDesa yang

muaranya bagi kesejahteraan masyarakat di setiap desa secara

nasional.

Jakarta, Desember 2018

Kepala Pusat

Penelitian dan Pengembangan

Dr. Suprapedi, M. Eng

NIP. 19610926 1988031002

Page 9: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

vii

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Daftar Isi

Hal.

KATA PENGANTAR i

KATA SAMBUTAN v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan, Sasaran, dan Manfaat 5

1.3. Metode 5

1.4. Alur Pikir Studi 8

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1. Teori Normatif 13

2.2. Teori Klasik 15

2.2.1. Teori Pembangunan Berkelanjutan 15

2.2.2. Teori Pembangunan Berpusat pada

Manusia

19

2.2.3. Teori Manajemen 20

BAB III INDIKATOR PERKEMBANGAN BUMDESA

3.1. Indikator Tahap I 24

3.2 Indikator Tahap II 25

BAB IV DESKRIPSI LOKASI

4.1. Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 29

4.2. Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah 35

4.3. Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat 41

Page 10: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

viii

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

BAB V MATRIKS INDIKATOR PERKEMBANGAN

BUMDESA

BAB VI HASIL DAN BAHASAN

6.1. Temuan Lapang 63

6.1.1. Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta

63

6.1.2. Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah 64

6.1.3. Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat 67

6.2. Nilai Indeks 70

6.2.1. Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta

70

6.2.2. Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah 73

6.2.3. Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat 75

6.2.4. Indeks Total 77

6.3. Kategorisasi BUMDesa 78

6.3.1. Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta

79

6.3.2. Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah 81

6.3.3. Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat 82

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan 85

7.2. Saran 87

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

ix

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Daftar Tabel Hal.

Tabel 4.1 Jumlah dan Nama BUMDesa yang Menjadi Sampel Menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Bantul

32

Tabel 4.2 Jumlah, Nama, dan Jenis Usaha BUMDesa yang Menjadi Sampel Menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Wonogiri

38

Tabel 4.3 Nama, Jenis Usaha BUMDesa, Menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Bekasi

41

Tabel 5.1 Matriks Form Indikator BUMDesa 49

Tabel 6.1 Nilai Indeks BUMDesa, Menurut Nama Desa, dan Dimensi Di Kabupaten Bantul

72

Tabel 6.2 Nilai Indeks BUMDesa, Menurut Nama Desa, dan Dimensi di Kabupaten Wonogiri

74

Tabel 6.3 Nilai Indeks BUMDesa, Menurut Nama Desa, dan Dimensi di Kabupaten Bekasi

76

Tabel 6.4 Nama BUMDesa dan Kategorinya di Kabupaten Bantul (2018)

80

Tabel 6.5 Nama BUMDesa dan Kategorinya di Kabupaten Wonogiri (2018)

81

Tabel 6.6 Nama BUMDesa dan Kategorinya di Kabupaten Bekasi (2018)

83

Page 12: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

x

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Daftar Gambar Hal.

Gambar 1.1 Alur Pikir Studi 11

Gambar 2.1 Prinsip Suistainable Dev, menurut Russian Doll

17

Gambar 2.2 Proses Sinerjitas Faktor Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan menuju Sustainable Development (Sumber: World Summit 2005)

18

Gambar 6.1 Rata-rata Nilai Indeks per Dimensi dan Indeks Komposit BUMDesa di Kabupaten Bantul (2018)

71

Gambar 6.2 Rata-rata Nilai Indeks per Dimensi dan Indeks Komposit BUMDesa di Kabupaten Wonogiri (2018)

73

Gambar 6.3 Rata-rata Nilai Indeks per Dimensi dan Indeks Komposit BUMDesa di Kabupaten Bekasi (2018)

75

Gambar 6.4 Rata-rata Nilai Indeks per Dimensi dan Indeks Komposit BUMDesa di Kabupaten Wonogiri, Bantul, dan Bekasi (2018)

77

Gambar 6.5 Persentase Kategori BUMDesa di Kabupaten Bantul, Wonogiri, dan Bekasi (n: 75, 2018)

79

Gambar 6.6 Persentasi Kategori BUMDesa di Kabupaten Bantul (n: 27, 2018)

79

Gambar 6.7 Presentasi Kategori BUMDesa Kabupaten Wonogiri (n: 34, 2018)

81

Gambar 6.8 Persentase Kategori BUMDesa di Kabupaten Bekasi (n: 14, 2018)

83

Page 13: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

1

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Bab I

Pendahuluan

2.1. Latar Belakang

Badan usaha milik desa (BUMDesa), merupakan sebuah

lembaga usaha desa yang dikelola secara sinergitas oleh

pemerintah desa bersama-sama dengan masyarakat desa.

Tujuan mendirikan BUMDesa, yaitu memperkuat

perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan

potensi yang ada di desa. Melalui BUMDesa yang merupakan

sebuah badan usaha, diharapkan mampu membantu

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,

menjadikan salah satu peluang usaha atau lapangan pekerjaan,

pengelolaan sumberdaya, serta dalam hal mengoptimalkan

pemberdayaan masyarakat desa.

Bentuk dan karakteristik keberadaan 32.249 BUMDesa

yang tersebar di 74.957 Desa secara nasional (IDM), sangat

beragam dan tidak dapat digeneralisasikan baik dalam hal SDM

pengelolanya, produk jenis usaha andalan, karakteristik

kelembagaan, lokus pengembangan pasar, serta kultur

masyarakat pendukungnya. Jumlah BUMDesa yang terdistribusi

di sejumlah desa tersebut menggambarkan bahwa tidak semua

desa teah (mampu) mendirikan dan mengelola BUMDesa,

kecuali hanya berkisar 43 persen dari seluruh desa secara

Page 14: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

2

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Pendahuluan

nasional, atau berkisar antara 32 ribu kelembagaan BUMDesa.

Untuk itu, ke-32 ribu lebih lembaga BUMDesa yang

teridentifikasi, perlu diinventarisasi menurut keberagaman

karakteristiknya, lebih khusus lagi perlu diidentifikasikan:

diterminant factor yang mendukung dan/atau menghambat

perkembangan kelembagaan BUMDesa, pola pengelolaan

(manajerial) kelembagaan, SDM pendukungnya, serta lokus

pasar, jenis usaha, dan lainnya yang diduga berpengaruh

dominan terhadap pengembangan keberadaan BUMDesa di

beberapa karakteristik wilayah.

Keberadaan BUMDesa dapat dikatakan berkembang, jika

sudah mampu memenuhi tujuan pendirian BUMDesa

sebagaimana tertuang dalam klausa Peraturan Menteri,

Kementerian Desa, Pembangunan daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi (Permen Desa) nomor 4 tahun 2015. Permen

Desa nomor 4 tahun 2015 tersebut menjelaskan 8 (delapan)

poin tujuan pendirian BUMDesa, yaitu: (1) Meningkatkan

perekonomian desa; (2) Mengoptimalkan asset desa agar

bermanfaat untuk kesejahteraan desa;(3) Meningkatkan usaha

masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa; (4)

Mengembangkan rencana kerjasama usaha antar desa dan/atau

pihak ketiga; (5) Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang

mendukung kebutuhan dan layanan umum warga; (6)

Membuka lapangan kerja; (7) Meningkatkan kesejahteraan

masyakarat melalui perbaikan pelayanan umum; pertumbuhan,

dan pemerataan ekonomi desa; dan (8) Meningkatkan

pendapatan masyarakat desa dan pendapatan asli desa.

Delapan poin tujuan tersebut yang dijadikan tolok ukur

dalam menilai secara bertahap atau secara bersama-sama

Page 15: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

3

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

(simultan), apakah BUMDesa yang bersangkutan telah atau

belum berhasil mencapai tujuan. Tujuan yang tertuang dalam

klausa Permen Desa tersebut kemudian diterjemahkan dalam

poin-poin dimensi, indikator, dan variabel masing-masing yang

lebih rinci dan terukur. Ukuran keberhasilan dan/atau

pengembangan BUMDesa tersebut secara dimensional

selanjutnya disebut sebagai Indikator Perkembangan

BUMDesa (IP-BUMDesa). Melalui IP-BUMDesa tersebut maka

masing-masing BUMDesa dapat diketahui perbedaan capaian,

perkembangan, maupun manajerialnya selama ini. Di dalam

kategorisasi perkembangan BUMDesa, maka melalui IP-

BUMDesa dicoba untuk mengelompokkan berdasarkan

karakteristiknya menjadi tiga kategori, apakah suatu BMDesa

masuk dalam kategori baru tumbuh yang disebut "BUMDesa

Bentukan", "BUMDesa Berkembang", dan "BUMDesa Maju".

Melalui kategorisasi tersebut, maka selanjutnya di tahun-

tahun mendatang dapat dilakukan langkah intervensi strategi

kebijakan penguatan suatu BUMDesa. Metoda yang

dikembangkan saat ini dengan mengamati dimensional

indikator yang ada berdasarkan karakteristik di desa masing-

masing dapat dilanjutkan, tetapi harus secara valid, realible dan

mudah ditemukan di lapang. Strategi intervensi yang

dikembangkan dalam manajerial melalui kelembagaan desa

secara struktural, ke depan tinggal melalui pengamatan nilai-

nilai yang mengalami kelemahan. Dalam konteks strategi

intervensi kebijakan tersebut, mutlak harus melibatkan

komponen masyarakat desa, baik dalam perannya menurut

ketokohan, struktural kelembagaan, maupun kultur dan kinerja

masyarakat di desa masing-masing.

Page 16: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

4

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Pendahuluan

Penyusunan IP-BUMDesa ini menggunakan beberapa

teori baik yang tertuang dalam perundang-udangan (UU, PP,

Permen) sebagai teori normatif, maupun teori-teori umum yang

mendukung dalam penurunan indikator secara dimensional. IP-

BUMDesa ini sebagaimana upaya mengembangkan peran dan

pemberdayaan masyarakat melalui BUMDesa. Sebagimana

diketahui, BUMDesa adalah kegiatan yang berbasis pada peran

dan aktivitas masyarakat di dalam upaya menumbuh-

kembangkankan peran perekonomian keluarga yang dampak

multiplier-nya, yaitu meningkatkan nilai tambah ekonomi

daerah, mengembangkan peran sosial masyarakat, serta tidak

menafikan batas-batas daya tampung, dan daya dukung

lingkungan.

Pemahaman teori yang merangkum hal tersebut,

diantaranya adalah Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable

Development Goals), Pembangunan Berpusat pada Manusia

(Human-centered Development) dan Teori Management

(pengelolaan yang terdiri atas 6 M, yaitu Man, Money, Machines,

Methods, Materials dan Market).

Rumusan masalah dalam rancang bangun penyusunan IP-

BUMDesa ini, yaitu adanya keberagaman BUMDesa yang secara

proporsional mencapai 43 persen seharusnya dapat

dideskripsikan berdasarkan karakteristik, lokus, pola usaha,

pola kelola, dan SDM. Selama ini keberadaan BUMDesa, masih

digeneralisasi secara umum dalam konteks pertumbuhan dan

pengembangan dasar. Dalam hal ini, yang ditekankan adalah ke

depan memerlukan langkah riset dalam melakukan rumusan

strategi intervensi terhadap keberagaman BUMDesa

Page 17: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

5

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

berdasarkan karakteristik kewilayahan serta kultur

pengembangannya.

1.2. Tujuan, Sasaran, dan Manfaat

Tujuan studi ini, yaitu:

1. Menyusun Indikator Perkembangan BUMDesa

2. Uji petik dan sinkronisasi indikator dengan kondisi

lapang (BUMDesa)

3. Mengklasifikasikan (kategorisasi) kondisional

BUMDesa.

Sasaran studi ini, yaitu:

1. Tersusunnya Model Indikator Perkembangan

BUMDesa,

2. Terpolakannya angka indeks BUMDesa per dimensi

3. Terpolakannya model klasifikasi BUMDesa

Manfaat studi:

1. Sebagai Rekomendasi awal kepada unit teknis di

bidang perdesaan, dalam hal kebijakan menyusun

regulasi mendirikan BUMDesa yang berbasis pada

eksisting perdesaan, tipologi wilayah, manajemen, dan

kultural masyarakat.

2. Dapat ditindaklanjuti dengan studi Staregi Intervensi

Pengembangan BUMDesa dengan eksplorasi data dan

informasi indikator BUMDesa secara nasional.

1.3. Metode

Studi ini bersifat Mix Method, data primer menggunakan

eksplorasi kualitatif, yaitu mempelajari hasil studi-studi yang

Page 18: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

6

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Pendahuluan

pernah dilakukan, mempelajari pendapat para pakar,

mempelajari pendapat para pelaku studi terdahulu, serta

mempelajari teori-teori yang relevansinya dengan

pembangunan BUMDesa, sedangkan pengolahan datanya

menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu kategorisasi

dengan skala nominal.

Data yang dikumpulkan berupa data sekunder dan data

primer, data sekunder dengan eksplorasi publikasi tentang

BUMDesa, hasil studi terdahulu, dan kepustakaan yang relevan.

Data primer dengan melakukan wawancara dengan para

pejabat di daerah (Kabupaten, Kecamatan, dan Desa) yang

terkait dengan BUMDesa, serta melakukan FGD dengan para

direktur BUMDesa.

Untuk menentukan kategori BUMDesa secara kuantitatif,

menggunakan pendekatan Average Number dari masing-masing

indeks dimensi, dari rata-rata per dimensi, kemudian indeks

komposit juga dirata-ratakan, sehingga didapat nilai indeks

secara dimensi dan komposit. Untuk menentukan kategorisasi

menggunakan pendekatan Community Question Answering

(CQA), yaitu salah satu sarana aplikasi kuantitatif yang

menyediakan fasilitas tanya jawab dengan mudah dan gratis.

Dalam pendekatan tersebut, pemahaman yang dipakai yaitu

kategori Good and Bad, masing-masing sebesar 50 persen.

Menentukan indeks BUMDesa dalam studi ini disamping

dikelompokkan per dimensi, juga dihitung berdasarkan indeks

komposit, yaitu dihitung secara total. Metode menghitung

Indeks BUMDesa mengacu pada hitungan Indeks Desa

Membangun yang dikembangkan oleh Ditjen PPMD (2016).

Page 19: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

7

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Dengan tidak memperhatikan skala yang ada di dalam indikator

dan/atau peubah, maka penjumlahan yang dilakukan semata-

mata hanya untuk menemukan nilai berdasarkan hasil hitung

secara matematika (kuantitatif).

Rumusan menentukan Indeks BUMDesa:

Untuk kategorisasi IP-BUMDesa, maka TIM perlu

menentukan kategori BUMDesa berdasarkan capaian nilai

indeks yang dihasilkan dari hitung bobot peubah yang

diperoleh dari lapang, yaitu: "BUMDesa Bentukan" jika hanya

mencapai nilai 50 persen, kategori "BUMDesa Berkembang" jika

nilainya mencapai 75 persen, dan kategori "BUMdesa Maju" jika

lebih dari 75 persen. Rentang nilai yang dipakai, yaitu 0 sampai

100 atau secara kuantitas menggunakan nilai persentil. Tiga

kategori tersebut, yaitu:

Page 20: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

8

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Pendahuluan

Pemilihan Lokus ditentukan secara purposif, dengan

mempertimbangkan adanya pertumbuhan BUMDesa yang telah

maju, yaitu di Kabupaten Bantul DIY; adanya pertumbuhan

BUMDesa di daerah “minus” yang sering mengalami fluktuasi

cuaca yang disebabkan daerah tandus dan kekeringan panjang,

yaitu Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah, dan daerah yang

mewakili wilayah industri maju, yaitu Kabupaten Bekasi,

Provinsi Jawa Barat. Ketiga daerah tersebut dipandang layak

mendapat perhatian untuk mewakili karakteristik wilayah

secara nasional. Memang tidak dapat terwakili secara

signifikan, misalnya karakteristik tipologi daerah perbatasan,

daerah pesisir, daerah terpencil, dan daerah pinggiran, dan

sebagainya, tetapi upaya untuk mendiskripsikan ketiga

kabupaten tersebut sudah dapat dipertanggung-jawabkan.

1.4. Alur Pikir Studi

Studi ini didukung oleh tiga pilar teori, yaitu 1)

Sustainable Development Goals; 2) Human-Centered

Development; dan 3) Teori Management. Ketiga teori tersebut

guna memperkuat dalam menentukan indikator apa yang dapat

dikaitkan dengan penyelenggaraan setiap desa di dalam

mendirikan BUMdesa. Di samping itu, secara normatif

keberadaan perundang-undangan, dalam hal ini Undang-

Undang nomor 5 tahun 2014 tentang Desa, pasal 87, 88, dan 89

yang merekomendasikan agar setiap desa dapat mendirikan

BUMDesa,

Sedangkan untuk menentukan Dimensi, Indikator, dan

Peubah harus mengacu pada delapan poin tujuan mendirikan

BUMdesa sebagaimana dituangkan dalam klausul Permen

Page 21: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

9

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

kementerian Desa nomor 4 tahun 2015 yang telah dijelaskan

pada bab latar belakang laporan ini.

Sebagaimana dijelaskan di atas, studi ini mengambil

sampel secara purposif sebanyak 75 BUMDesa dari tiga

Kabupaten, yaitu: Kabupaten Bantul, Kabupaten Wonogiri, dan

Kabupaten Bekasi. Jumlah BUMdesa yang tercatat secar5a

nasional, yaitu sebanyak 39 ribu Unit, tetapi tidak mungkin

dapat terakomodasi sebanyak yang ada di dalam menyusun

model atau draf indikator BUMDesa.

Pemilihan secara purposif BUMDesa di masing-masing

Kabupaten tersebut, diantaranya yaitu:

1. Kabupaten Bantul dipilih karena di Kabupaten tersebut

terdapat relatif banyak BUMDesa yang maju dan berjalan

secara normative.

2. Kabupaten Wonogiri, secara purposif dipilih karena

mempertimbangkan jenis usaha masyarakat yang hampir 87

persen adalah petani dan kebun, sedangkan kondisi

topografi daerah tersebut berupa perbukitan yang pada

umumnya mengandalkan system pengairan tadah hujan,

sehingga diperkirakan akan berpengaruh terhadap jenis

usaha BUMdesa di masing-masing desanya.

3. Kabupaten Bekasi dipilih dengan mempertimbangkan

daerah tersebut merupakan daerah sentra industri maju,

berupa pabrik-pabrik olahan, otomotif, industry manufaktur

dan lain-lain, sehingga jenis usaha dan matapencaharian

masyarakatnya sebagian besar adalah jasa, dan

Page 22: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

10

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Pendahuluan

perdagangan. Hal ini diperkirakan akan memberikan

pengaruh terhadap keberadaan BUMDesa.

Sesudah menentukan indikator BUMdesa berdasarkan

dimensional yang diturunkan dari delapan poin tujuan

mendirikan BUMDesa, maka langkah berikutnya, yaitu

mensinkronkan peubah di setiap indikator dengan kondisi

BUMDesa di lapang, sekaligus dilakukan uji kuesioner, apakah

peubah di dalam setiap indikator sudah sesuai dengan kondisi

lapangan atau masih ada peubah yang penting yang belum

dicantumkan di dalam indikator.

Langkah selanjutnya adalah menghitung Indeks per

dimensi, dan Indeks Komposit di setiap BUMdesa. Indeks

Dimensi dapat digunakan untuk menentukan langkah

intervensi kebijakan penguatan BUMDesa berdasarkan dimensi

masing-masing. Dimensi yang digunakan, yaitu Dimensi

Ekonomi, Dimensi Sosial, Dimensi Lingkungan, dan Dimensi

Manajemen Kelembagaan. Indeks Komposit BUMdesa, adalah

indeks untuk menentukan kategori kondisional BUMDesa yang

ada, apakah BUMDesa yang dimaksud secara eksisting

termasuk di dalam kategori Bentukan, Berkembang, atau Maju.

Kategori BUMDesa yang ditentukan oleh TIM Stusi, yaitu: 1)

BUMDesa Bentukan; 2) BUMDesa Berkambang; dan 3)

BUMdesa Maju.

Jika dideskripsikan dalam gambar, maka Alur Pikir Studi

sebagaimana Gambar 1.1 sebagai berikut.

Page 23: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

11

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Gambar 1.1 Alur Pikir Studi.

Page 24: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

12

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Pendahuluan

Page 25: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

13

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Bab II

Tinjauan Teori

2.1. Teori Normatif

Teori normatif, yaitu dukungan teori yang telah diadopsi

menjadi perundang-undangan, diantaranya yang terkait dengan

tata kelola atau regulasi untuk mendirikan BUMDesa. Dukungan

teori normatif yang dimaksud, teridentifikasi menjadi dua, yaitu

(a) Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, serta (b)

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah tertinggal dan

Transmigrasi (Permen Kementerian Desa) nomor 4 tahun 2015.

1. Undang-undang nomor 6 tahun 2014, Tentang Desa

Undang-undang nomor 6 tahun 2014 utamanya pada Bab X

pasal 87, pasal 88, dan pasal 89 yang pada intinya

merekomendasikan setiap desa dapat mendirikan BUMDesa

dengan beberapa regulasinya. Klausul pada pasal-pasal

tersebut, yaitu:

Pasal 87: (1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa

yang disebut BUM Desa. (2) BUM Desa dikelola dengan

semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. (3) BUM

Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau

pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

Page 26: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

14

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Tinjauan Teori

Pasal 88: (1) Pendirian BUM Desa disepakati melalui

Musyawarah Desa. (2) Pendirian BUM Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa;

dan

Pasal 89: Hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk: a.

pengembangan usaha; dan b. Pembangunan Desa,

pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan

untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan

kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa.

2. Permen Desa 4/2015 sebagai tataran operasional

Sebagaimana dalam Purbantara (2018), berdasarkan

Permen Desa nomor 4 tahun 2015, pasal 3, tujuan

didirikannya BUMDesa, yaitu:

1) Meningkatkan perekonomian desa;

2) Mengoptimalkan asset desa agar bermanfaat untuk

kesejahteraan desa

3) Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan

potensi ekonomi desa;

4) Mengembangkan rencana kerjasama usaha antar desa

dan/atau pihak ketiga;

5) Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang

mendukung kebutuhan dan layanan umum warga;

6) Membuka lapangan kerja;

7) Meningkatkan kesejahteraan masyakarat melalui

perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan

pemerataan ekonomi desa;

Page 27: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

15

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

8) Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan

pendapatan asli desa.

Guna mengukur keberhasilan BUMDesa, maka diperlukan

ukuran yang dapat menjawab tujuan di atas, serta

memenuhi khaidah, yaitu: valid, realible, dan mudah

diperoleh di lapangan (Up date) (Agung, 1992)

Delapan tujuan mendirikan BUMDesa sebagaimana

dijelaskan dalam Permen nomor 4 tahun 2015, merupakan

rujukan utama dalam menentukan ukuran capaian

perkembangan BUMdesa. Arti perkembangan BUMDesa,

adalah bahwa BUMDesa yang dibentuk di masing-masing

desa akan mengalami perubahan baik positif, maupun

negative. Ukuran perkembangan positif dan/atau

perkembangan negatif inilah yang akan dijadikan tolok ukur

untuk memberikan intervensi kebijakan. Intervensi

kebijakan tersebut berdasarkan peubah di tingkat lapang,

sehingga ketepatan dan kecepatan perkembangan yang

dimaksud sesuai dengan tujuan utama sebagaimana yang

tertuang dalam klausul Permen 04 tahun 2015.

2.2. Teori Klasik

2.2.1. Teori Pembangunan Berkelanjutan

Buku Tipologi Perkembangan Desa (Puslitbang

Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi-2015), menyebutkan

bahwa pembangunan berkelanjutan menemukan

momentumnya kembali setelah Sidang Umum Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) ke 70 di New York pada bulan September

2015, menetapkan untuk mengadopsi Sustainable Development

Page 28: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

16

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Tinjauan Teori

Goals (SDGs) sebagai kelanjutan dari Millenium Development

Goals (MDGs). Seperti diketahui sejak KTT Bumi di Rio Janeiro

pada tahun 1992 dan KTT Pembangunan Berkelanjutan di

Johanesburg pada tahun 2012, PBB mendorong agar negara-

negara di dunia menerapkan konsep pembangunan

berkelanjutan. Dengan ditetapkannya SDGs ini akan

mempengaruhi aktivitas pembangunan untuk segala lini

kegiatan yang sifatnya spasial, termasuk pembangunan desa.

Pembangunan Berkelanjutan pada dasarnya mencakup

tiga dimensi penting, yakni ekonomi, sosial (budaya), dan

lingkungan (Munasinghe, 1992). Dimensi ekonomi, antara lain

berkaitan dengan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

memerangi kemiskinan, serta mengubah pola produksi dan

konsumsi yang seimbang. Dimensi sosial bersangkutan dengan

upaya pemecahan masalah kependudukan, perbaikan

pelayanan masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan, dan

lain-lain. Adapun dimensi lingkungan, diantaranya mengenai

upaya pengurangan dan pencegahan terhadap polusi,

pengelolaan limbah, serta konservasi/preservasi sumberdaya

alam.

Dengan demikian, tujuan Pembangunan Berkelanjutan

terfokus pada ketiga dimensi tersebut yaitu, keberlanjutan laju

pertumbuhan ekonomi yang tinggi (economic growth),

keberlanjutan kesejahteraan sosial yang adil dan merata (social

progress), serta keberlanjutan ekologi dalam tata kehidupan

yang serasi dan seimbang (ecological balance).

Pemahaman pembangunan berkelanjutan didasarkan

atas tiga pilar/dimensi yang satu sama lain saling terkait

Page 29: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

17

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

(sinergi), yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan yang disebut

sebagai mobius triangle masih dianggap kurang memadai bagi

para pegiat lingkungan, karena pada kenyataannya bahwa

pembangunan ekonomi sosial hanya memperhatikan dimensi

lingkungan, yang seharusnya dimensi lingkungan merupakan

pembatas dari pembangunan ekonomi dan sosial. O’Riordan

(1998) kemudian mengembangkan konsep Russian Doll, yaitu

pembangunan ekonomi tidak boleh melebihi daya dukung

sosial dan pembangunan sosial tidak boleh melebihi daya

dukung lingkungan. Pada Gambar 2.1 disajikan konsep

pembangunan berkelanjutan dengan prinsip Russian Doll.

Gambar 2.1 Prinsip Suistainable Dev, menurut Russian Doll.

Diagram di atas, mempertegas adanya pengakuan

terhadap empat syarat utama dalam teori Pembangunan

Berkelanjutan dalam Warsono (2010), yaitu: 1) menempatkan

suatu kegiatan dan proyek pembangunan pada suatu ekologis

yang benar secara terukur; 2) pemanfaatan sumberdaya

terbarukan (renewable resources) tidak boleh melebihi potensi

lestarinya serta upaya mencari pengganti bagi sumberdaya tak-

terbarukan (non renewable resources); 3) pembuangan limbah

industri maupun rumah tangga tidak boleh melebihi kapasitas

asimilasi pencemaran; dan 4) perubahan fungsi ekologis tidak

Page 30: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

18

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Tinjauan Teori

boleh melebihi kapasitas daya dukung lingkungan (carrying

capacity).

Pada prinsipnya Pembangunan Berkelanjutan adalah

proses pembangunan (meliputi lahan, kota, bisnis, masyarakat

dan sebagainya) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan

sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan masa

depan." Menurut Brundtland Report (dalam Warsono 2010),

salah satu faktor yang dihadapi untuk mencapai pembangunan

berkelanjutan, yaitu bagaimana memperbaiki kehancuran

lingkungan, tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan

ekonomi, dan keadilan sosial.

Proses interaksi ke tiga elemen utama, yaitu ekonomi,

sosial, dan lingkungan fisik dalam menuju pembangunan

berkelanjutan dapat digambarkan dalam diagram ven pada

Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Proses Sinerjitas Faktor Sosial, Ekonomi, dan

Lingkungan menuju Sustainable Development (Sumber: World Summit 2005).

Page 31: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

19

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Untuk itu dalam pemberdayaan masyarakat melalui

kegiatan BUMDesa, harus terukur dengan menggunakan

instrumen yang tertuang dalam pronsip-prinsip Pembangunan

Berkelanjutan, meliputi tiga elemen utama, yaitu ekonomi,

sosial, dan lingkungan fisik. ketiga unsur utama tersebut mutlak

perlu dimasukkan dalam indikator untuk mengukur

perkembangan BUMDesa dalam skala perdesaan.

2.2.2. Teori Pembangunan Berpusat pada Manusia

Pada awal munculnya teori pembangunan pada dekade

empat puluhan sampai dekade tujuh puluhan, pembangunan

identik dengan pertumbuhan ekonomi. Walaupun

pembangunan kemudian memiliki muatan pemerataan, tetap

saja belum menempatkan manusia sebagai subyek

pembangunan. Hal tersebut menjadi perhatian para ahli

pembangunan yang ingin menempatkan manusia sebagai pusat

pembangunan, yaitu disebut pembangunan berpusat kepada

manusia (people centered development). Korten and Klauss

(1984) mendefinisikan pembangunan berpusat kepada

manusia sebagai pendekatan yang mementingkan inisiatif

kreatif dari masyarakat sebagai sumber utama pembangunan

dan menekankan kesejahteraan material dan spiritual

masyarakat sebagai tujuan dari proses pembangunan.

Para ahli teori Pembangunan Berpusat kepada Manusia

juga memiliki konsepsi yang lebih luas tentang konsep

‘pembangunan’. Mereka tidak percaya bahwa pembangunan

harus berarti mereka menjadi seperti Barat dan pembangunan

tidak harus dilihat dari segi sempit seperti industrialisasi dan

pertumbuhan ekonomi. Proyek-proyek pembangunan harus

Page 32: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

20

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Tinjauan Teori

skala yang lebih kecil, dan jauh lebih beragam. Akhirnya, para

ahli teori PBM menolak definisi Barat tentang ‘keterbelakangan’

– hanya karena beberapa budaya ndeso, non-industri, dan tidak

dapat diperdagangkan, bukan berarti mereka lebih rendah dari

Barat.

Merujuk pada pendapat para pakar di atas, maka esensi

dari pendekatan ini terletak pada inklusivitas serta pendekatan

dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, dan bersama rakyat.

Dalam UU No. 6/2014 pendekatan pembangunan berpusat pada

manusia tersebut di antaranya tercermin pada tujuan

pembangunan dan prioritas program yang ditujukan bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat, kualitas hidup

manusia, serta penanggulangan kemiskinan. Selain itu juga

tergambarkan dari keterlibatan masyarakat dalam seluruh

proses pembangunan desa (perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan), termasuk di dalamnya dalam upaya

penyelenggaraan kegiatan BUMDesa. Dengan demikian

pembangunan desa melalui upaya mendirikan kegiatan

masyarakat dalam kegiatan BUMDesa merupakan upaya

perkuatan masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.

2.2.3. Teori Manajemen

BUMDesa adalah kelembagaan yang mewadahi kegiatan

masyarakat desa dalam perannya mengelola potensi dan

produk-produk yang ada di perdesaan dan kawasan perdesaan

dari hulu hingga hilir. Pengelolaan kelembagaan inilah yang

harus diutamakan agar dalam kegiatan peningkatan nilai

tambah, baik sosial, ekonomi, maupun pengelolaan lingkungan

fisik dapat berjalan optimal. Melalui pemahaman manajerial

Page 33: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

21

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

yang dilakukan oleh para pengelola dalam menjalankan

kelembagaan BUMDesa harus didasari dengan teori manejemen

yang dikembangkan secara aplikatif, dan

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, normatif dan akademis.

Kata manajemen berasal dari bahasa latin yaitu berasal

dari kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti

melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja

managere yang berarti menangani. Managere diterjemahkan ke

dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage untuk

orang yang melakukan kegiatan manajemen. Manajemen belum

memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.

Mary Parker Follet (Tahun2010), misalnya, mendefinisikan

manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui

orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas

mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan

organisasi. Ricky W. Griffin (Tahun2010), mendefinisikan

manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber

daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.

Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan

perencanaan; sementara efisien berarti tugas dilaksanakan

secara benar, terorganisir dan sesuai dengan jadwal. Dalam

bahasa Indonesia management diistilahkan menjadi

manajemen/ pengelolaan. Pengelolaan (manajemen) adalah

seni melaksanakan dan mengatur(Wikipedia : 2010)

Unsur-unsur manajemen diistilahkan dengan 6 M (The Six

M), yaitu: pertama Man: manusia (pelaksana yang handal dan

terampil); kedua Money: keuangan (ketersediaan dana); ketiga

Machines: Perlengkapan mesin-mesin sebagai alat bekerja

Page 34: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

22

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Tinjauan Teori

(apabila diperlukan); keempat Methods: Metode (cara) kelima

Materials: Sarana dan prasarana; keenam Market: Pemasaran

(pemasyarakatan dan pembudayaan). Adapun fungsi

manajemen adalah yang biasa disebut dengan istilah POAC,

yaitu: P: Planning (Perencanaan); O: Organizing

(Pengorganisasian) A: Actuating (Pengarahan dan

Penggerakan/ melaksanakan pekerjaan); C: Controlling

(Pengawasan).

Page 35: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

23

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Bab III

Indikator Perkembangan BUMDesa

Indikator Perkembangan BUMDesa tersusun melalui 2

(dua) tahap. Pertama, tahap penyusunan indikator sebelum uji

petik, dan kedua, tahap penyusunan indikator sesudah uji petik

di lapangan. Pada prinsipnya kedua tahap tidak jauh berbeda,

karena tahap kedua merupakan penyempurnaan tahap I dan

tidak banyak mengalami perubahan dimensi, kecuali ada

beberapa dimensi yang mengalami penambahan indikator dan

peubah.

Kedua tahapan ini dipandang perlu dideskripsikan oleh

Tim, karena mempertimbangkan keruntutan proses dalam

menyusun dimensi dan peubahnya. Di samping itu, perubahan

dan/atau tambahan dalam menyusun indikator merupakan

legitimasi proses melalui diskusi dengan melibatkan berbagai

narasumber terkait.

Pada intinya, menyusun indikator dan/atau

variable/peubah harus memenuhi tiga syarat utama, yaitu:

valid, realible, dan mudah diperoleh di lapangan untuk

keperluan updating selanjutnya. Tahapan penyusunan

Indikator yang dimaksud, yaitu:

Page 36: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

24

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

3.1. Indikator Tahap I

Indikator Tahap I terdiri atas 39 Indikator yang terbagi

dalam 4 (empat) dimensi, yaitu Manajemen, sosial, ekonomi,

dan Lingkungan. Ke-39 Indikator tersebut, yaitu:

a. Dimensi Manajemen terdiri atas 22 Indikator, yaitu:

1) Pendidikan Pengelola BUMDes.

2) Pengetahuan dan Keterampilan Pengelola BUMDes.

3) Pelatihan BUMDes.

4) Regenerasi Pengelola.

5) Kelengkapan dokumen AD/ART.

6) Sistem (AD/ART. Perdes, aturan, analisis kelayakan

usaha, permodalan).

7) SOP (Standar, Operasional, dan Prosedur).

8) Rekrutmen Pengelola BUMDes.

9) Tunjangan Kinerja/Insentif.

10) Disiplin Pegawai.

11) Pengelolaan administrasi.

12) Komunikasi Pengelola.

13) Kemudahan mendapatkan bahan baku untuk usaha.

14) Pelaporan Keuangan.

15) Aplikasi Pelaporan Keuangan.

16) Pengawasan.

17) Keberlanjutan usaha.

18) Kantor BUMDes.

19) Kendaraan operasional.

20) Fasilitas Peralatan Kantor.

21) Fasilitas Peralatan Produksi.

22) Fasilitas Jaringan Internet.

Page 37: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

25

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

b. Dimensi sosial terdiri atas 5 indikator, yaitu:

1) Pemberdayaan masyarakat PMKS.

2) Kontribusi untuk PMKS.

3) Kontribusi untuk kesehatan masyarakat.

4) Kontribusi untuk pendidikan masyarakat.

5) Partisipasi Masyarakat.

c. Dimensi ekonomi terdiri atas 10 indikator, yaitu:

1) Kontribusi untuk PADes.

2) Target Keuntungan.

3) Jaringan Pasar.

4) Kemitraan (Kerjasama BUMDes).

5) Keunikan Produk.

6) Laba/ keuntungan BUMDes.

7) Lama BUMDes memperoleh keuntungan.

8) Penambahan jumlah unit usaha.

9) Gaji Pengelola BUMDes.

10) Hutang BUMDes.

d. Dimensi Lingkungan terdiri atas 2 indikator, yaitu:

1) Pencemaran Lingkungan

2) Pelestarian Lingkungan

3.2. Indikator Tahap II:

Setelah melalui diskusi dengan narasumber (expert

judgement) guna penyempurnaan dan penambahan dengan

dukungan teori-teori baik normatif maupun klasik, serta setelah

melalui uji petik lapangan di tiga kabupaten secara purposif,

maka terpilih 4 (empat) dimensi, dengan 42 Indikator, dan 126

peubah. Deskripsi Indikator BUMdesa tahap II ini sebagai

berikut.

Page 38: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

26

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

a. Dimensi Manajemen terdiri atas 6 Indikator dan 25

peubah, antara lain:

Indikator:

1. Man.

2. Money.

3. Machines.

4. Methods.

5. Materials.

6. Market.

Peubah:

1) Pendidikan Pengelola BUMDesa.

2) Pengetahuan dan Keterampilan Pengelola BUMDesa.

3) Pelatihan BUMDesa.

4) Regenerasi Kepengurusan/Pengelola.

5) Inisiator (Penggerak BUMDesa).

6) Kelengkapan dokumen AD/ART.

7) Sistem (AD/ART. Perdes, aturan, analisis kelayakan

usaha, permodalan).

8) Dukungan SOP (Standar, Operasional, dan Prosedur).

9) Rekrutmen Pengelola BUMDesa.

10) Tunjangan Kinerja/Insentif.

11) Disiplin Pegawai.

12) Pengelolaan administrasi (administrasi perkantoran,

absensi, pengarsipan, TU, dll).

13) Komunikasi Pengelola (rapat rutin terjadwal bulanan/

mingguan).

14) Kemudahan mendapatkan bahan baku untuk usaha.

15) Pelaporan Keuangan.

16) Asal Permodalan.

Page 39: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

27

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

17) Aplikasi Pelaporan Keuangan.

18) Pengawasan.

19) Keberlanjutan usaha.

20) Keberadaan Kantor BUMDesa.

21) Status Lahan Usaha (tempat usaha).

22) Ketersediaan Kendaraan operasional.

23) Fasilitas Peralatan Kantor (komputer dan printer).

24) Fasilitas Peralatan Produksi.

25) Fasilitas Jaringan Internet.

b. Dimensi Sosial terdiri atas 4 Indikiator dan 5 peubah,

antara lain:

Indikator:

1. Kemiskinan.

2. Pendidikan.

3. Kesehatan.

4. Partisipasi Masyarakat.

Peubah:

1) Pemberdayaan masyarakat PMKS.

2) Kontribusi sosial untuk masyarakat PMKS.

3) Kontribusi untuk kesehatan masyarakat.

4) Kontribusi untuk pendidikan masyarakat.

5) Dukungan dan partisipasi masyarakat.

c. Dimensi Ekonomi terdiri atas 6 Indikator dan 10 peubah,

antara lain:

Indikator:

1. Kontribusi.

2. Efisiensi.

Page 40: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

28

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

3. Daya saing.

4. Nilai tambah.

5. Pertumbuhan.

6. Stabilitas.

Peubah:

1) Kontribusi untuk PADesa.

2) Target Keuntungan.

3) Jaringan Pasar.

4) Kemitraan (Kerjasama BUMDesa).

5) Keunikan Produk.

6) Laba/ keuntungan BUMDesa.

7) Jangka Waktu BUMDesa memperoleh Keuntungan.

8) Penambahan jumlah unit usaha.

9) Gaji Pengelola BUMDesa.

10) Hutang BUMDesa.

d. Dimensi Lingkungan terdiri atas 2 peubah, yaitu:

1) Pencemaran lingkungan.

2) Pelestarian lingkungan.

Page 41: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

29

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Bab IV

Deskripsi Lokasi

Dalam upaya penyempurnaan penyusunan Indikator,

maka perlu dilakukan uji petik (ground check) guna melihat

realisasi BUMDesa di daerah dalam sakala kabupaten. Hasil

kunjung lapang yang dilakukan terhadap tiga kabupaten,

meliputi Kabupaten Bantul, Kabupaten Wonogiri, dan

Kabupaten Bekasi, yaitu:

4.1. Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Kabupaten Bantul memiliki bentang alam yang terdiri

dari daerah dataran dan daerah perbukitan. Secara geografis

letak Kabupaten Bantul disebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Gunungkidul, sebelah utara berbatasan dengan Kota

Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, sebelah barat berbatasan

dengan Kabupaten Kulon Progo, dan disebelah selatan

berbatasan dengan Samudra Indonesia.

Kabupaten Bantul secara administratif terdiri dari 17

Kecamatan, 75 Desa dan 933 Pedukuhan. Desa-desa di

Kabupaten Bantul kemudian terbagi lagi berdasarkan statusnya

menjadi desa pedesaan (rural area) dan desa perkotaan (urban

area). Kecamatan Dlingo mempunyai wilayah paling luas, yaitu

55,87 Km2. Sedangkan jumlah desa dan pedukuhan yang

Page 42: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

30

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Deskripsi Lokasi

terbanyak terdapat di Kecamatan Imogiri dengan delapan desa

dan 72 pedukuhan. Berdasarkan RDTRK dan Perda mengenai

batas wilayah kota, maka status desa dapat dipisahkan sebagai

desa perdesaan dan perkotaan. Secara umum jumlah desa yang

termasuk dalam wilayah perkotaan sebanyak 41 desa,

sedangkan desa yang termasuk dalam kawasan perdesaan

sebanyak 34 desa.

Jarak kota-kota kecamatan terhadap desa terjauh, ibukota

kabupaten, dan ibukota propinsi adalah Kecamatan Dlingo,

sedangkan jarak Kecamatan terdekat dengan ibukota

kabupaten adalah Kecamatan Bantul dan jarak Kecamatan

terdekat dengan ibukota propinsi adalah Kecamatan Sewon dan

Kasihan. Beberapa Kecamatan yang berada di perbatasan

langsung dengan Kota Yogyakarta menjadikan wilayah tersebut

maju dalam sektor perdagangan, hotel, restoran, serta jasa.

Selain itu, wilayah yang subur di bagian tengah merupakan

potensi pertanian yang menjanjikan. Bagian selatan Kabupaten

Bantul merupakan wilayah pesisir yang termasyur dengan

wisata baharinya. Dari sektor industri, Kabupaten Bantul

didominasi oleh industri kerajinan mikro dan kecil, seperti

kerajianan gerabah di Kasongan dan Pundong, kerajinan batik

di Imogiri dan Pandak, kerajinan wayang di Imogiri, serta

kerajinan topeng batik di Pajangan. Sektor industri di

Kabupaten Bantul mayoritas merupakan industri kecil. Jumlah

industri kecil sebesar 17.801 buah dengan mempekerjakan

77.600 orang, sementara industri besar/sedang sebesar 155

buah dengan tenaga kerja sebanyak 15.401 orang.

Page 43: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

31

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Kabupaten Bantul dikenal salah satunya adalah karena

objek wisata yang memikat para wisatawan. Objek-objek

Kabupaten Bantul mempunyai potensi objek wisata yang cukup

besar, yang meliputi objek wisata alam, wisata budaya/sejarah,

pendidikan, taman hiburan dan sentra industri kerajinan.

Dengan keanekaragaman potensi wisata tersebut diharapkan

Kabupaten Bantul dapat secara optimal mendukung

pengembangan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah

tujuan wisata utama di Indonesia.

Dari lima kabupaten di DI Yogyakarta, Kabupaten Bantul

menempati urutan ke-3 dalam hal pencapaian indikator makro

ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun

2013. Perekonomian Kabupaten Bantul diwarnai tiga sektor

secara berimbang, yaitu pertanian, industri pengolahan dan

sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sumbangan ketiga

sektor itu terhadap PDRB jika diakumulasi mencapai 63,36

persen. Kabupaten Bantul merupakan produksi terbesar

bawang merah dan cabe di Propinsi DI Yogyakarta. Kegiatan

perdagangan internasional di kabupaten ini menghasilkan nilai

ekspor sebesar US $ 21.138.272,72. Komoditi andalan ekspor

daerah ini adalah mebel kayu, kerajinan kertas, kerajinan

pandan, kerajinan kulit, produk tekstil, dan kerajinan kayu.

Page 44: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

32

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Deskripsi Lokasi

Tabel 4.1 Jumlah dan Nama BUMDesa yang Menjadi Sampel Menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Bantul

NO KECAMATAN DESA NAMA BUMDESA 1 Bambanglipuro 1 Sidomulyo Sidomulyo Maju

2 Bambanglipuro Sumbermulyo Mandiri

3 Mulyodadi Mulyo Nugroho 2 Banguntapan 4 Bangun Tapan Bangun Sejahtera

5 Baturetno Retno Sembodo 6 Tamanan BUMDes

Tamanan 3 Dlingo 7 Dlingo Dlingo Giritama 4 Sanden 8 Murtigading Murtigading

Lestari 5 Piyungan 9 Srimartani Srimartani

makmur 6 Sewon 10 Panggungharjo Panggung Lestari 11 Pendowoharjo Pendowo Mulyo

5 Bantul 12 Bantul Karya Mandiri 13 Palbapang Pal Manunggal

14 Sabdodadi Dadi Sejahtera 6 Imogiri 15 Girirejo Mahanani

16 Kebon Agung Kebon Agung 17 Karangtengah Bumdes

Karangtengah 18 Selopamioro Mekar Jaya

7 Kasihan 19 Ngestiharjo Mukti Mandiri 8 Kretek 20 Tirto Mulyo Mulyo Rahayu

21 Tirtohargo Harum 22 Tirtosari Manunggal 9 Pajangan 23 Guwosari Guwosari Maju 10 Pandak 24 Triharjo Triharjo Maju 11 Pleret 25 Wonokromo Manembah

Wonokromo 11 Sedayu 26 Agrorejo Rejo Mukti 12 Srandakan 27 Trimurti Trimurti Lestari Sumber : Data Primer Diolah, 2018.

Page 45: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

33

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

BUMDesa di Kabupaten Bantul banyak bergerak dibidang

usaha perdagangan dan jasa. Dari 48 BUMDesa yang sudah

berdiri, hanya 26 BUMDesa yang sudah aktif berjalan, yang lain

kondisinya baru terbentuk dan adapula yang tidak ada

kemajuan dari sejak berdiri. Minimnya pendampingan dari

Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa mengenai BUMDesa

menyebabkan BUMDesa belum paham betul tentang BUMDesa.

Pada FGD yang dilakukan Tim di Kabupaten Bantul dengan

mengundang para Ketua BUMDesa, mereka menyampaikan

bahwa belum pernah mendapatkan pelatihan dari Dinas

mengenai BUMDesa baik pelatihan manajerial maupun

pelatihan usaha. Terdapat Ketua BUMDesa yang belum

mengetahui tentang SOP. Hal tersebut dibenarkan oleh Dinas

terkait, untuk saat ini Dinas merubah pola dengan memberikan

fasilitasi dan sosialisasi untuk BUMDesa yang akan berdiri. Saat

Tim di lapangan, sedang berlangsung fasilitasi yang dilakukan

oleh dinas untuk pendirian 8 BUMDesa baru. Dinaspun mulai

melakukan pelatihan secara bertahap, dimana baru-baru ini

mengirim 10 BUMDesa untuk ikut pelatihan di BBLM

Yogyakarta Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi.

Walaupun belum pernah mendapatkan pelatihan selama

BUMDesa berdiri namun di Kabupaten Bantul terdapat

beberapa BUMDesa yang sudah maju dan memiliki omzet besar

seperti BUMDesa Panggunglestari di Desa Panggungharjo yang

menjadi BUMDesa percontohan tingkat nasional. Bahkan

pengakuan Ketua BUMDesa Panggunglestari, beliau belum

pernah mendapat pelatihan dari Dinas mengenai BUMDesa

malah justru lebih sering diundang keluar desa untuk menjadi

narasumber.

Page 46: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

34

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Deskripsi Lokasi

Selain permasalahan minimnya pelatihan, sosialisasi

mengenai BUMDesa juga menjadi hal yang menimbulkan

kesulitan BUMDesa berkembang. Ketua BUMDesa mengeluhkan

mengenai Kepala Desa yang belum sadar mengenai pentingnya

posisi BUMDesa di desa. Terbukti BUMDesa yang berhasil maju

di Kabupaten Bantul adalah BUMDesa-BUMDesa yang

mendapat dukungan penuh dari Kepala Desanya. BUMDesa

mengharapkan adanya sosialisasi juga terkait BUMDesa untuk

para Kepala Desa.

Potensi yang dimiliki Kabupaten Bantul sebetulnya

sangat banyak yang dapat dikelola BUMDesa. Hasil kunjungan

Tim ke lapangan, Tim mendatangi BUMDesa Srigading Desa

Srigading. BUMDesa ini memiliki unit usaha pengelolaan

sampah dan rumah makan apung yang memperkerjakan para

istri nelayan, selain itu adanya pertumbuhan agrowisata seperti

bunga matahari yang saat ini sedang viral di media sosial

rencana Kepala Desa wilayah tersebut akan dikelola BUMDesa.

Sehingga dari salah satu contoh tersebut tidak dipungkiri

BUMDesa-BUMDesa di Kabupaten Bantul sebetulnya sangatlah

potensial dalam mengembangkan perekonomian desa.

Tidak semua BUMDesa di Kabupaten Bantul berjalan

dengan lancar. Ada beberapa BUMDesa yang baru terbentuk

namun masih belum mengetahui persis apa potensi usaha yang

bagus untuk dikembangkan. Modal awal yang diperoleh dari

Dana Desa baru digunakan untuk belanja modal perlengkapan

perkantoran. Pengelola BUMDesa nya pun masih minim

pengetahuan sehingga BUMDesa tersebut masih belum bisa

berjalan. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, perlu

Page 47: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

35

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

membantu mengarahkan desa untuk menggali potensi yang

dimiliki serta memberikan masukan bagaimana mengelola

potensi desa tersebut menjadi suatu usaha yang mendatangkan

keuntungan serta memberdayakan masyarakat desanya.

Tentunya harus didukung oleh Kepala Desa agar BUMDesa

dapat berjalan dengan lancar. Dukungan kepala desa ini sangat

membantu keberhasilan BUMDesa karena selain adanya

dukungan dana baik dari Dana Desa maupun dari Alokasi Dana

Desa, juga dukungan dari asset desa, misal berupa tanah desa

yang digunakan untuk kantor BUMDesa maupun tempat usaha.

Kepala Desa yang juga berperan sebagai penasehat BUMDesa

harus turut serta dalam mendorong pengelola BUMDesa

bekerja dengan maksimal.

4.2. Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah

Wilayah Kabupaten Wonogiri sebagian besar

bertopografi perbukitan, sedangkan lahan yang flat berupa

dataran sangat terbatas. Kabupaten Wonogiri yang merupakan

daerah perdesaan, sebagian besar masyarakatnya

mengandalkan mata pencaharian pertanian, sehingga lahannya

sebagian besar merupakan sawah, ladang, dan kebun.

Masyarakat pada umumnya memanfaatkan lahan kebun di

pekarangan rumah dengan menanam pohon singkong, oleh

karena masyarakat di Kabupaten Wonogiri rata-rata

mempunyai halaman rumah yang relatif luas, maka jenis

singkong dan turunannya merupakan hasil bahan pokok

terbesar, sehingga Kota Wonogiri memiliki julukan “Kota

Gaplek”.

Page 48: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

36

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Deskripsi Lokasi

Keadaan topografi yang berupa wilayah berbukit di

bentangan Pegunungan Sewu yang memanjang di tengah-tengah

Pulau Jawa pada umumnya, menjadikan akses di Kabupaten

Wonogiri masih memiliki keterbatasan prasarana dan sarana

untuk mencapai setiap wilayah kecamatan. Beberapa wilayah di

Kabupaten Wonogiri seperti Kecamatan Batuwarno dan

Kecamatan Slogohimo diperlukan waktu tempuh yang relatif

lama untuk sekedar menuju ke kota Kabupaten Wonogiri dan

hanya dapat ditempuh dengan kendaraan umum. Selain akses

yang jauh, kondisi prasarana jalan juga masih rawan dengan

bahaya longsor dari kawasan sekitar jalan, meskipun sudah

relatif dalam kondisi perkerasan jalan beraspal. Sebagaimana

aksesibilitas jalan yang melewati daerah pegunungan, maka

wilayah Wonogiri selama ini terus berbenah untuk menambah

marka-marka jalan, rambu-rambu lalu lintas yang

keberadaannya sangat diperlukan, justru jika kondisi prasarana

jalannya reltif bagus dan beraspal. Kondisi topografi

pegunungan dengan melewati jurang-jurang di kiri dan kanan

jalan, dipandang masih berpotensi tinggi akan adanya

kerawanan kecelakaan berlalu lintas.

Kabupaten Wonogiri juga banyak berpotensi menjadi

objek wisata yang terkenal, seperti hutan pinus, view

pegunungan, waduk, dan daerah pesisir yang merupakan pantai

dengan batu kapur yang indah yang semuanya dapat dijadikan

spot selfie dan diviralkan ke dunia maya oleh masyarakat.

Semua potensi tersebut sesungguhnya nantinya dapat

dikembangkan melalui BUMDesa sebagai solusi kelembagaan

Page 49: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

37

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

yang akan menjadi penopang ekonomi masyarakat, baik secara

kelembagaan, maupun secara asministratif kewilayahan.

Sebagaimana diketahui, Kabupaten Wonogiri terdiri atas

25 kecamatan, 201 desa, dari 201 yang memiliki BUMDesa

sebanyak 134 desa dan 2 BUMDesa Bersama (yaitu di

Kecamatan Girimarto dan Kecamatan Paranggupito). Sebanyak

134 BUMDes tersebut pada umumnya baru dalam tahap

pertumbuhan.

Dalam rangka pengembangn BUMDesa, pemerintah

Kabupaten Wonogiri telah menerbitkan Peraturan Daerah

(Perda) Kabupaten Wonogiri Nomor 6 Tahun 2016 tentang

Badan Usaha Milik Desa. Perda ini mengatur tentang pendirian,

pengurusan dan pengelolaan, dan Hasil Usaha BUMDesa.

FGD pada Rabu, 5 September 2018 bersamaan waktu

dengan kegiatan Dinas PMD, yaitu Pelatihan Keterampilan

Manajemen BUMDesa Angkatan II (2018) yang dilaksanakan di

Aula Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kabupaten

Wonogiri, melibatkan 40 direktur BUMDesa yang berasal dari 9

(sembilan) kecamatan, Sementara 4 (empat) BUMDesa yang

relatif telah maju dilakukan indepth wawancara, yaitu di Desa

Bulusulur, Desa Sendang, Desa Purworejo, dan Desa

Wonoharjo. Peserta Forum Group Diskusi yang memfokuskan

pada elemen-elemen Indikator BUMDesa dirangkum pada tabel

2, yaitu menjelaskan nama BUMDesa, Jenis Usaha BUMDesa dan

keberadaan BUMDesa di Kabupaten Wonogiri.

Page 50: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

38

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Deskripsi Lokasi

Tabel 4.2 Jumlah, Nama, dan Jenis Usaha BUMDesa yang Menjadi Sampel Menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Wonogiri

Page 51: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

39

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 4.2 Lanjutan

Sumber: Data Primer Diolah, 2018.

Page 52: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

40

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Deskripsi Lokasi

Untuk mendalami kasus per kasus yang terkait dengan

potensi daerah dilakukan uji petik ke-4 BUMDesa. Salah

satunya adalah BUMDesa Sendang Pinilih di Desa Sendang

Kecamatan Wonogiri. BUMDesa Sendang Pinilih memiliki unit

usaha Desa Wisata (Joglo) dengan destinasi wisata paragliding,

yaitu paralayang dan gantole yang padat even nasional. Selain

itu, usaha BUMDesa pendistribusian Air Bersih serta Kios

Elektronik. Keberhasilan BUMDesa Sindang Pinilih tidak dapat

dipisahkan dengan ketokohan Direktur BUMDesa Sukamto

yang ikut berkorban untuk kemajuan BUMDesa.

Kunci keberhasilan BUMDesa melalui semangat

keberhasilan dengan motto "Kebersamaan Berbasis Keiklasan",

yang menjadi penggerak masyarakat Desa Sendang. Ada

beberapa faktor menentukan keberhasilan yaitu kebesamaan,

dan dukungan pemerintah.

Menurut Mulyadi (Tenaga Ahli Bidang Pengembangan

Ekonomi Desa) keberhasilan BUMDesa ada tiga hal identifikasi

potensi, pengurus dan dukungan pemerintah desa. Potensi desa

(sesuatu yang akan dijual) syarat utama pendirian BUMDesa,

kemudian pengurus, untuk pengurus BUMDesa syarat adalah

kober (sempat atau ada waktu), pinter (pandai) dan bener

(benar). Kepengrusan BUMDesa diutamakan generasi muda.

Salah satu usulan yang mendasar, yaitu status lahan

untuk jenis usaha destinasi wisata di Bumdesa Sendang Pinilih

yang masih dalam status kepimilikan tanah negara, untuk

diusulkan menjadi kepemilikan tanah desa yang dapat

dioptimalkan sebagai lahan usaha desa.

Page 53: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

41

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

4.3. Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat

Kabupaten Bekasi merupakan daerah hinterland DKI

Jakarta dengan luas wilayah 127.388 Ha. Secara topografi

Kabupaten Bekasi terbagi atas dua bagian yaitu daratan rendah

yang meliputi sebagian wilayah utara dan dataran

bergelombang di wilayah bagian selatan. Kabupaten Bekasi

memiliki 44 BUMDesa yang sudah terbentuk dan 10 BUMDesa

yang sedang dalam proses pembentukan. BUMDesa tersebut

tersebar di 16 Kecamatan di seantero Kabupaten Bekasi.

Berikut tabel jumlah BUMDesa di Kabupaten Bekasi.

Tabel 4.3 Nama, Jenis Usaha BUMDesa, Menurut Desa dan

Kecamatan di Kabupaten Bekasi

Page 54: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

42

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Deskripsi Lokasi

Tabel 4.3 Lanjutan

Page 55: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

43

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 4.3 Lanjutan

Sumber : Data Primer Diolah, 2018.

Pendirian BUMDesa di Kabupaten Bekasi telah

dilaksanakan sebelum lahirnya UU 6 tahun 2014 tentang Desa.

Dari 180 desa yang ada hampir seluruh desa di Kabupaten

Bekasi telah memiliki BUMDesa. Berdasarkan hasil identifikasi

Dinas PMD Kabupaten Bekasi, BUMDesa di kabupaten Bekasi

dapat menggolongkan dalam 3 kategori: (1) BUMDesa yang

diakui sudah berdiri tapi tidak memiliki nama, (2) BUMDesa

yang sudah memiliki nama namun tidak ada pengurus dan (3)

ada nama BUMDesa, ada pengurus, namun tidak ada regulasi.

Mayoritas BUMDesa di Bekasi pada awalnya masuk dalam

kategori (1) dan (2). BUMDesa yang tergolong kategori (3)

hanya berjumlah 9 unit.

Namun data pada saat survey lapang dilakukan dari

tanggal 5, 6, dan 10 September 2018, jumlah BUMDesa yang

sudah teridentifikasi oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Kabupaten Bekasi dan sudah memiliki Perdes tentang BUMDesa

baru 44 desa dan 10 desa saat ini sedang dalam proses

penerbitan Perdes.

Page 56: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

44

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Deskripsi Lokasi

Sebagian besar desa-desa di Kabupaten Bekasi secara

kriteria perwilayahan sudah tidak dapat dikategorikan lagi

sebagai Desa. Kondisi demikian, berdampak pada jumlah dan

keberhasilan BUMDesa. Selama ini BUMDesa tergolong tidak

populer di masyarakat Bekasi. Hal ini dilihat dari tidak

banyaknya masyarakat yang belum mengetahui apa itu

BUMDesa. Walaupun sudah sering dilakukan sosialisasi dan

pelatihan baik dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa

Kabupaten Bekasi maupun Pendamping Desa.

Jenis usaha yang dikembankan BUMDesa di Kabupaten

Bekasi beragam baik bentuk dan sifatnya. Namun apabila

dilihat dari tipologinya, tren usaha yang dikembangkan dapat

dikelompokkan dalam tiga wilayah yaitu wilayah utara, tengah,

dan selatan. BUMDesa yang berada di wilayah selatan dan utara

cenderung mengembangkan jenis usaha produksi baik

pertanian, perikanan, pariwisata, maupun industri rumah

tangga. Sedangkan BUMDesa yang berada di wilayah tengah

atau dekat dengan perkotaan dan perkantoran cenderung

memilih jenis usaha jasa distribusi, simpan pinjam, dan

perdagangan.

Dalam pelaksanaan survey dilakukan pula FGD di dua

lokasi berbeda. FGD dihadiri oleh narasumber dan pengelola

BUMDesa. Narasumber berasal dari DPMD Kabupaten Bekasi,

Balitbangda, Tenaga Ahli (TA) Kabupaten Bekasi, Camat, Kepala

Desa, pendamping desa dan pendamping lokal desa. Sedangkan

pengelola BUMDesa terdiri atas direktur, bendahara, sekertaris

dan atau pengurus BUMDesa lain dengan jumlah partisipan

mencapai 20 orang pengurus BUMDesa secara keseluruhan.

Page 57: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

45

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Dari hasil diskusi, sejumlah temuan/isu yang sedang

dihadapi oleh BUMDesa di Kabupaten Bekasi antara lain adalah

kepengurusan BUMDesa sangat bergantung kepada Kepala

Daerah (Kades) yang sedang berkuasa. Tidak sedikit BUMDesa

yang sudah mapan dan termasuk memiliki perkembangan yang

baik terpaksa dirombak susunan kepengurusannya

dikarenakan ketidaksukaan atau ketidak-berpihakan Kepala

Desa yang baru terhadap pengurus BUMDesa yang lama.

Kondisi demikian berakibat terhadap para pengelola menjadi

tidak nyaman dan berdampak pada jalannya BUMDesa.

Dari hasil survey lapang juga ditemukan bahwa, beberapa

BUMDesa di kabupaten Bekasi sudah mengalami penambahan

unit usaha dan pengembangan produk. Tingkat kemajuan

BUMDesa pada umumnya bergantung pada seorang pionir yang

mampu menggerakkan masyarakat untuk membentuk dan

menyusun organisasi BUMDesa. Melalui kelembagaan

BUMDesa, para pionir tersebut memiliki tempat untuk

menyalurkan ide dan kreatifitasnya untuk berkontribusi

terhadap perekonomian masyarakat, sehingga menimbulkan

dampak yang positif bagi Desanya.

Namun ada juga beberapa BUMDesa yang pendiriannya

bergantung pada perintah seseorang (umumnya Kepala Desa)

untuk tujuan tertentu yang sifatnya mementingkan suatu

golongan. Hal ini membuat orang-orang yang bekerja

dibawahnya tidak memiliki kreatifitas dan usaha untuk

menggerakkan BUMDesa, sehingga BUMDesa tidak dapat

berkembang baik. Sehingga bersandar dari fenomena diatas,

dalam penyusunan indikator perlu ditambahkan jenis

pekerjaan pokok pengelola BUMDesa dan lama menjabat.

Page 58: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

46

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Deskripsi Lokasi

Tujuannya untuk mengetahui apakah bekerja di BUMDesa

menjadi pekerjaan pokok atau sampingan. Diduga hal ini akan

mempengaruhi kinerja BUMDesa.

Kemudian, umumnya pengelola BUMDesa kebingungan

dalam mengembangkan usaha, terutama dari sisi permodalan.

Kecilnya alokasi modal yang diberikan oleh Pemerintah Desa

untuk membentuk BUMDesa mengakibatkan BUMDesa harus

mencari dana dari pihak lain untuk mengembangkan usaha.

Umumnya untuk menambah modal, BUMDesa bekerjasama

dengan pihak ketiga, atau meminjam dari Bank/perorangan,

namun tidak jarang juga pengurus BUMDesa yang

mengeluarkan uang pribadi dalam mengembangkan BUMDesa.

Sementara itu, masyarakat Bekasi memiliki stigma bahwa

bekerja mengembangkan BUMDesa tidak menguntungkan,

dikarenakan gaji yang diterima tidak sebanding apabila mereka

bekerja di pabrik/swasta. Hal ini dikarenakan sudah semenjak

lama Kabupaten Bekasi menjadi pusat dari industri

nasional/multinasional, sehingga secara tidak langsung

mengubah persepsi dan adanya kemudahan masyarakat dalam

mendapatkan pekerjaan. Sehingga dalam penyusunan indikator

perlu juga untuk diukur sejauh apa eksistensi BUMDesa dimata

masyarakat.

Sebenarnya keberadaan kawasan indutri menjadi satu

peluang bagi BUMDesa namun karena belum adanya kejelasan

status BUMDesa sebagai unit usaha yang disahkan secara

hukum, peluang ini sulit dimanfaatkan. Sebagai gambaran, saat

ini diperkirakan jumlah perusahan nasional dan internasional

yang tersebar di Kabupataen Bekasi + 3400 perusahaan. Selain

Page 59: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

47

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

itu, BUMDesa juga mengalami hambatan untuk memperoleh

NPWP. Kendala legalitas badan hukum maupun NPWP

menghambat BUMDesa dalam melakukan pergaulan ekonomi

seperti mengajukan kerjasama usaha dengan pihak ketiga

(seperti perusahaan). Untuk mengatasi hal tersebut pengelola

BUMDesa (pribadi) berusaha memiliki NPWP dan meminjam

badan hukum untuk melaksanakan kerjasama. Oleh sebab itu,

dalam penyusunan indikator perlu ditambahkan jenis usaha

yang telah memiliki badan hukum.

Selain itu, tidak adanya aturan yang jelas mengenai

prosedur menjalankan BUMDesa juga dikeluhkan oleh

pengurus BUMDesa di Kabupaten Bekasi. Sehingga akhirnya

sering terjadi salah informasi antara pemerintah kabupaten,

pendamping desa, dan pengelola BUMDesa. Sehingga, untuk

studi indikator yang akan disusun perlu kiranya ditambahkan

parameter yang mampu mengukur integrasi antar pemerintah

kabupaten, desa, dan pengelola BUMDesa, seperti mengukur

sudahkah BUMDesa membentuk forum komunikasi lintas

stakeholder, bagaimana keterbukaan informasi terkait data

keuangan, dan seperti apa prosedur pelimpahan wewenang

dalam satu kepengurusan BUMDesa. Untuk itu perlu juga

disebutkan dalam indikator survey bagaimana keterbukaan

informasi terkait pelaksanaan BUMDesa.

Page 60: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

48

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Deskripsi Lokasi

Page 61: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

49

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Bab V

Matriks Indikator Perkembangan BUMDesa

Berdasarkan hasil ground check BUMDesa di lapangan

dengan memperhatikan masukan dari pelaku di tingkat lapang,

maka dalam penyempurnaannya dibuat contoh kuesioner

matrik Indikator Perkembangan BUMDesa yang disusun

berdasarkan dimensional, sebagaimana Tabel 4, yaitu: Dimensi

Ekonomi, Dimensi Sosial, Dimensi Lingkungan, dan Dimensi

Manajemen. Lembar kuesioner secara terstruktur ini disusun

dengan disertakan panduan untuk pengisian kuesioner tersebut

(pada kolom 4) yang strukturnya terdiri atas Data Umum

(secara agregat) dan Data Khusus BUMDesa (secara individu).

Tabel 5.1 Matriks Form Indikator BUMDesa

Page 62: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

50

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Matriks Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 5.1 Lanjutan

Page 63: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

51

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 5.1 Lanjutan

Page 64: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

52

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Matriks Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 5.1 Lanjutan

Page 65: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

53

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 5.1 Lanjutan

Page 66: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

54

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Matriks Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 5.1 Lanjutan

Page 67: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

55

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 5.1 Lanjutan

Page 68: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

56

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Matriks Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 5.1 Lanjutan

Page 69: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

57

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 5.1 Lanjutan

Page 70: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

58

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Matriks Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 5.1 Lanjutan

Page 71: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

59

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 5.1 Lanjutan

Page 72: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

60

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Matriks Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 5.1 Lanjutan

Page 73: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

61

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 5.1 Lanjutan

Page 74: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

62

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Matriks Indikator Perkembangan BUMDesa

Tabel 5.1 Lanjutan

Page 75: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

63

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Bab VI

Hasil dan Bahasan

6.1. Temuan Lapang

Secara umum pelaksanaan uji petik di lapangan tidak

mengalami kendala, beberapa hal yang perlu ditambahkan

untuk melengkapi elemen indikator, yaitu untuk kabupaten

Wonogiri usulan tambahan indikator kejelasan status lahan

usaha yang digunakan sebagai outlet produktivitas BUMDesa,

selain itu untuk DIY Bantul tidak ada tambahan, karena

sebagian besar jenis usaha BUMDesanya sudah relatif normatif

dan maju untuk pemasaran, maupun manajemennya. Untuk

Bekasi, mengusulkan manajemen kelembagaan

memprioritaskan ketokohan dan tenaga voluntir untuk

pendamping kelembagaan BUMDesa. Beberapa temuan lapang

tersebut, dapat dideskripsikan sebagai berikut.

6.1.1. Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Jogyakarta

Kabupaten Bantul secara administratif terdiri atas 17

Kecamatan, 75 Desa dan 933 Pedukuhan. Dalam kaitan

pembentukan BUMDesa, hanya sebanyak 48 BUMdesa yang

sudah berdiri, dan sebanyak 26 BUMDesa yang normatif

berjalan aktif.

Page 76: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

64

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Hasil dan Bahasan

Peran Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dirasakan

kurang optimal dalam pendampingan eksistensi BUMDesa, hal

itu dapat diindikasikan dalam proses perkembangan BUMDesa,

banyak pengelolanya yang belum paham tentang mekanisme

BUMDesa itu sendiri. Selain itu, kebanyakan BUMDesa masih

kesulitan dalam pemilihan unit usaha yang ingin dijalankan.

Pada Kabupaten Bantul, terdapat satu BUMDesa yang

sudah sangat maju dan berhasil yaitu BUMDesa Panggungharjo.

Hasil pengamatan di lapangan keberhasilan BUMDesa ini tidak

terlepas dari adanya peran aktif person ketokohan masyarakat

sebagai local champion yang didukung secara proaktif oleh

kebijakan Kepala Desa.

FGD yang dilakukan terhadap 26 unit BUMDesa,

disimpulkan bahwa para pengelola atau direktur BUMDesa

belum pernah mendapatkan pelatihan dari Dinas mengenai

manajerial maupun pelatihan usaha. Bahkan beberapa Direktur

BUMDesa ada yang belum mengetahui tentang SOP pendirian

dan pengelolaan BUMDesa, sehingga dalam kesepakatan hasil

FGD untuk mengutamakan dilakukan perubahan pola dengan

memberikan fasilitasi dan sosialisasi yang harus dimulai untuk

BUMDesa yang akan berdiri.

6.1.2. Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah

Pembentukan BUMDesa di Kabupaten Wonogiri

didukung atas tiga hal, potensi SDA, pengurus kelembagaan

(SDM), dan dukungan pemerintah desa. Secara umum beberapa

temuan di kabupaten wonogiri berdasarkan wawancara pada

pengurus BUMDesa sebanyak 40 unit dapat deskripsikan

menjadi 4 (empat) poin, yaitu:

Page 77: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

65

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

1) Peraturan Daerah tentang BUMDesa di Wonogiri

BUMDesa se Kabupaten Wonogiri telah dibadan-

hukumkan melalui Peraturan Desa (Perdes) di masing-

masing desanya, Perdes yang diterbitkan tersebut sangat

mendukung secara yuridis dalam pengembangan

BUMDesa, sebagai tindaklanjutnya upaya manajerial di

tingkat desa untuk pengembangan BUMDesa sangat

tergantung kepada model dan jenis usaha yang ada di

masyarakat Pada umumnya BUMDesa tidak semata-mata

dalam tahap mencari bentuk jenis usaha, tetapi lebih

banyak "menemukan" jenis usaha yang telah

dikembangkan oleh masyarakat secara mandiri.

2) Dukungan pemerintah desa terhadap berdirinya

BUMDesa

Pemerintah Kabupaten proaktif mengadakan diskusi

dan pelatihan dalam kerangka memberikan pendidikan

dan pelatihan utamanya manajerial kelembagaan,

pengenalan administrasi dan ketatausahaan, dan

pemasaran produk. Kelembagaanb BUMDesa tidak dapat

berdiri sendiri tanpa dukungan pemerintah desa, meskipun

dalam regulasinya dapat dikembangkan secara mandiri

oleh pengurus BUMDesa.

3) Dukungan pendamping baik pada tingkat kabupaten,

kecamatan maupun desa

Peran pendamping utamanya di tingkat Kabupaten

sangat mendukung dalam kesinergian kelembagaan,

Page 78: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

66

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Hasil dan Bahasan

mereka berperan dan terlibat aktif dalam kegiatan

pelatihan dan pendampingan ketika BUMDesa baru dalam

tahap pembentukan. Para pendamping utamanya tingkat

Kabupaten juga proaktif untuk berkeliling dalam hal

memberikan pencerahan akan seluk-beluk pendirian

BUMDesa sekaligus memberikan motivasi terhadap peran

masyarakat dalam memajukan desanya, pebentukan

BUMDesa juga dapat diartikan untuk membangun

masyarakat dalam sisi sosial dan ekonominya, karena

prinsip BUMDesa adalah dari masyarakat, oleh masyarakat

dan untuk masyarakat di setiap desa masing-masing.

4) Masyarakat Wonogiri pada dasarnya mudah

digerakkan dan memiliki sifat paternalistik mengikuti

pimpinan atau tokoh masyarakat

Ketokohan masyarakat merupakan faktor kunci

dalam aktivitas kelembagaan BUMDesa. Hal itu dapat

ditengarai oleh beberapa sampel BUMDesa yang diamati

dan telah mengalami kemajuan yang signifikan, adalah jika

didukung oleh tokoh masyarakat yang dihormati. Peran

masyarakat paternalistik secara linier sangat klop dengan

person ketokohan dalam menggerakkan manajerial

kelembagaan BUMDesa.

Masyarakat di Kabupaten Wonogiri pada umumnya,

berbasis sebagai masyarakat petani dan pekebun yang

secara kultural sangat mudah untuk beradabtasi dengan

struktur kelembagaan secara vertikal, dengan pejabat

pemerintahan dan dengan tokoh-tokoh masyarakat,

artinya di dalam perannya sebagai petani sekaligus

Page 79: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

67

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

masyarakat awam, karakter yang demikian itu

memudahkan untuk diberdayakan dalam upaya

memajukan daerahnya melalui pendampingan dan

pelatihan tertentu.

6.1.3. Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat.

Di Kabupaten Bekasi, tidak ditemukan adanya BUMDesa

Maju, hal itu disebabkan oleh Pertama, rata-rata usia BUMDesa

relatif masih baru atau kurang dari lima tahun. Usia BUMDesa

yang tergolong muda ini juga disebabkan adanya pergantian

pengurus BUMDesa sebagai dampak dari pergantian kepala

Desa. Kedua, popularitas BUMDesa sebagai entitas bisnis skala

desa memang masih minim.

Kegiatan BUMDesa belum menjadi satu upaya dengan

swadaya masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya.

Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan BUMDesa di

Kabupaten Bekasi tidak dipengaruhi langsung oleh adanya

akses Prasarana dan sarana, keberadaan Pusat Industri, dan

kedekatan dengan pusat pemerintahan. Oleh sebab itu,

memandang perlu dilakukan intervensi kebijakan terkait

dengan manajerial kelembagaan BUMDesa, sehingga dapat

melakukan percepatan pengembangan dan peningkatan kinerja

dikaitkan dengan kondisi aksesibilitas geografis yang sangat

menguntungkan.

Tim studi mencirikan BUMDesa yang masing-masing

dapat menjelaskan kondisinya, yaitu: kategori “BUMDesa

Bentukan” pada umumnya sudah memiliki nama, pengurus dan

SK, namun belum ada kegiatan atau aktivitas ekonomi;

sementara kategori “BUMDesa Berkembang”, telah memiliki

Page 80: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

68

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Hasil dan Bahasan

nama, pengurus, SK, memiliki bangunan fisik, serta aktivitas

ekonomi, dan mempunyai keuntungan (omzet, net) dalam ratio

yang kecil sampai menengah; sedangkan “BUMDesa Maju”, pada

umumnya telah menunjukkan ada sistem manajemen yang baik,

aktivitas ekonomi skala luas, keuntungan menengah sampai

tinggi, dan memiliki impak sosial terhadap lingkungan

sekitarnya.

Hasil survey di tingkat lapang, yaitu dengan

mewawacarai forum terbatas sebanyak 18 unit BUMDesa,

setidaknya telah mencatat tiga hal yang mempengaruhi

keberadaan BUMDesa sehingga sejauh ini masih dalam tahap

atau kategori Bentukan. Hal-hal yang dpat dicatat, diantaranya:

1) Faktor Politis,

Kepala Desa sangat dominan terhadap keberadaan

kelembagaan BUMDesa, sehingga ketika terjadi pergantian

kepala desa, maka akan berpengaruh terjadi pergantian

kepengurusan BUMDesa. Kepala desa memiliki wewenang

mutlak dalam menguasai dan mengatur BUMDesa, dalam

hal ini, Kepala Desa menunjuk langsung warga desa, tokoh

masyarakat, atau bahkan relasi untuk mengelola BUMDesa.

Seluruh kegiatan BUMDesa diatur dan dilaksanakan atas

persetujuan Kepala Desa.

Ketika terjadi pergantian kepala desa, maka seluruh

pengurus BUMDesa juga akan diganti dengan pengurus

baru. Sementara kepengurusan baru tidak memiliki

pengalaman dalam pengelolaan BUMDesa. Hal ini terjadi di

hampir seluruh Desa di Kabupaten Bekasi.

Page 81: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

69

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

2) Faktor Manajerial,

Adanya keluhan pengurus BUMDesa yang merasa

kebingungan dalam mengembangkan usaha, terutama dari

sisi permodalan. Hal ini disebabkan oleh kecilnya alokasi

modal yang diberikan oleh Pemerintah Desa untuk

membentuk BUMDesa, sehingga BUMDesa harus mencari

dana secara mandiri dari pihak lain untuk

mengembangkan usaha. Umumnya untuk menambah

modal, BUMDesa bekerjasama dengan pihak ketiga, atau

meminjam dari Bank atau lembaga keuangan lainya,

bahkan pengurus BUMDesa sering mengeluarkan uang

pribadi demi berkembangnya BUMDesa. Tidak adanya

aturan jelas mengenai prosedur menjalankan BUMDesa,

sehingga sering terjadi salah informasi antara pemerintah

Kabupaten, pendamping desa, dengan pengelola BUMDesa.

3) Faktor Sosio Kultural,

Letak geografis kabupaten Bekasi yang

keberadaannya di tengah-tengah kota Industri justru tidak

menguntungkan bagi pengelolaan BUMDesa. Stigma

masyarakat sejak lama telah terkondisi bahwa bekerja di

sektor industry dan jasa, akan lebih menguntungkan

dibandingkan jika bekerja untuk mengelola BUMDesa.

Waktu yang terbuang dan pendapatan (gaji) yang minim

jika “mengabdi” pada pengelolaan BUMDesa, menjadi

pertimbangan utama dari masyarakat utamanya pada

masyarakat kelompok usia produktif untuk apriori jika

harus menjadi pengurus BUMDesa.

Page 82: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

70

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Hasil dan Bahasan

Tetapi kasus di Kecamatan Tambun Selatan,

kepengurusan BUMDesa dipegang oleh local champion di

desanya yang mampu menginisiasi pembentukan

BUMDesa, mengajak masyarakat untuk berpartisipasi,

melakukan inovasi dan terobosan dalam pelaksanaan

kegiatan, menentukan arah kegiatan ekonomi BUMDesa,

dan bahkan mengurusi seluruh kebutuhan BUMDesa

seorang diri secara proaktif. Hal ini merupakan sisi positif

terhadap eksistensi BUMDesa, salah satu Direktur di

BUMDesa Tambun Selatan merakit alat untuk pencacah

sampah yang akan digunakan sebagai sarana jenis usaha di

BUMDesanya.

6.2. Nilai Indeks

Nilai Indeks diperoleh dengan menghitung rata-rata nilai

yang diperoleh dari hasil pengumpulan bobot peubah per

dimensi (manajemen, Sosial, ekonomi, dan Lingkungan) di

setiap BUMDesa berdasarkan kuesioner terstruktur, kemudian

nilai indeks komposit diperoleh dari rata-rata angka peubah

per dimensi. Nilai Indeks dalam hal ini dideskripsikan

berdasarkan kabupaten masing-masing.

6.2.1. Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Rata-rata nilai indeks BUMDesa di Kab. Bantul per

dimensi (Gambar 6.1), pada dimensi lingkungan menunjukkan

nilai terbesar, yaitu 55,56; Sedangkan dimensi sosial

mempunyai nilai terkecil, yaitu sebesar 22,22; sementara rata-

rata nilai Indeks Komposit, sebesar 41,69.

Page 83: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

71

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Di Kabupaten Bantul, dapat diinterpretasikan bahwa

kontribusi terhadap pembentukan dan perkembangan

BUMDesa ke dua tertinggi adalah faktor lingkungan dan faktor

manajemen dengan indeks dimensi masing-masing sebesar

55,56 dan 49,16; Sementara yang terendah terhadap kontribusi

pembentukan dan perkembangan BUMDesa, yaitu faktor sosial

dengan indeks dimensi hanya sebesar 22,22.

Indeks Komposit perkembangan BUMDesa, sebesar 41,69

artinya bahwa dalam mengembangkan BUMDesa,

dimensionalnya secara bersama-sama hanya memberikan

kontribusi kurang dari separuhnya, yaitu tidak mencapai 50

dari angka persentil 100 persen.

Gambar 6.1 Rata-rata Nilai Indeks per Dimensi dan Indeks

Komposit BUMDesa di Kabupaten Bantul (2018).

Secara rinci, nilai Indeks yang diperoleh dari kompilasi data,

maka dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Page 84: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

72

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Hasil dan Bahasan

Tabel 6.1 Nilai Indeks BUMDesa, Menurut Nama Desa, dan

Dimensi Di Kabupaten Bantul

Sumber: Data Primer, Diolah 2018.

Page 85: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

73

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

6.2.2. Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah

Nilai rata-rata indeks di Kab. Wonogiri per Dimensi

menunjukkan indeks dimensi lingkungan yang tertinggi, yaitu:

64,71; sementara nilai rata-rata yang terendah pada dimensi

sosial, yaitu: 27,65; sedang nilai rata-rata Indeks Komposit

mencapai 41,93.

Menilik angka-angka indeks yang dihasilkan dari

kompilasi peubah di tingkat lapang terhadap 40 BUMDesa,

maka dapat diinterpretasikan bahwa secara dimensional

kontribusi tertinggi dalam membangun dan meningkatkan

BUMDesa di Kabupaten Wonogiri adalah faktor lingkungan

dengan nilai indeks dimensi sebesar 64,71 (Gambar 6.2).

Gambar 6.2 Rata-rata Nilai Indeks per Dimensi dan Indeks Komposit BUMDesa di Kabupaten Wonogiri (2018).

Sedangkan dimensi lainnya masih relatif lebih rendah,

masing-masing dimensi manajemen sebesar 46,52; dimensi

ekonomi sebesar 28,82; dan dimensi sosial sebesar 27,65.

Kontribusi dimensional secara keseluruhan dapat

Page 86: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

74

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Hasil dan Bahasan

dideskripsikan dengan indeks komposit yang juga masih relatif

di bawah separuh dari target optimal, hanya sebesar 41,93 atau

di bawah 50 dari angka persentil 100 persen.

Tabel 6.2 Nilai Indeks BUMDesa, Menurut Nama Desa, dan Dimensi di Kabupaten Wonogiri

Sumber: Data Primer, Diolah 2018.

Page 87: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

75

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

6.2.3. Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat

Rata-rata nilai indeks di Kab. Bekasi per dimensi

BUMDesa (Gambar 6.3) pada dimensi lingkungan menunjukkan

yang tertinggi, atau sebesar 46,43; sedangkan indeks pada

dimensi ekonomi BUMDesa menunjukkan nilai terendah, atau

sebesar 29,29; sementara untuk rata-rata indeks kompositnya

sebesar 39,42.

Gambar 6.3 Rata-rata Nilai Indeks per Dimensi dan Indeks Komposit BUMDesa di Kabupaten Bekasi (2018).

Memperhatikan rata-rata angka indeks BUMDesa yang

dihasilkan dari ground check kondisi di tingkat lapang terhadap

18 unit BUMDesa, maka diindikasikan bahwa faktor

Lingkungan menunjukkan angka tertinggi dalam kontribusi

mendirikan BUMDesa, sementara yang terendah adalah faktor

ekonomi, hal ini mengindikasikan meskipun di kabupaten

Bekasi merupakan sentra industri maju, tetapi dalam hal

kontribusi ekonomi terhadap BUMdes justru menunjukkan

adanya korelasi negatif, yaitu indeks yang terendah. Faktor

Page 88: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

76

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Hasil dan Bahasan

manajemen mempunyai indeks kedua tertinggal, hal ini

mengindikasikan bahwa kontribusi kelembagaan dari sisi

manajemen juga relatif tinggi terhadap pembentukan BUMDesa.

Hal ini pantas diduga, di Kabupaten Bekasi kesadaran terhadap

kelembagaan BUMDesa sangat positif karena dukungan tingkat

SDM yang relatif tinggi sebagaimana masyarakat hinterland

metropolitan.

Indeks komposit hanya sebesar 39,42 menjelaskan

bahwa secara bersama-sama dimensionalnya hanya

memberikan kontribusi kurang dari setengahnya, jika diukur

dalam angka persentil tertinggi, yaitu 100 persen. Secara rinci,

nilai Indeks yang diperoleh dari kompilasi data, maka dapat

dilihat pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3 Nilai Indeks BUMDesa, Menurut Nama Desa, dan Dimensi di Kabupaten Bekasi

Sumber: Data Primer, Diolah 2018.

Page 89: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

77

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

6.2.4. Indeks Total

Secara total dari tiga Kabupaten (Bantul, Wonogiri, dan

Bekasi) menunjukkan tren atau kecenderungan yang sama

dengan masing-masing Kabupaten, nilai rata-rata indeks

BUMDesa per dimensi masing-masing berurutan dari yang

tertinggi, yaitu Lingkungan menunjukkan nilai 58,00, kemudian

nilai Manajemen sebesar 47,15; Ekonomi sebesar 32,87; dan

dimensi Sosial sebesasr 27,47; sementara rata-rata Indeks

komposit, mencapai 41,37 (Gambar 6.4).

Gambar 6.4 Rata-rata Nilai Indeks per Dimensi dan Indeks Komposit BUMDesa di Kabupaten Wonogiri, Bantul, dan Bekasi (2018).

Interpretasinya mendeskripsikan bahwa kontribusi

faktor lingkungan masih lebih tinggi dari faktor lainnya, yaitu

manajemen, ekonomi, dan sosial. Hal itu ditunjukan bahwa

indeks lingkungan 58,00 lebih tinggi dari separuh target

Page 90: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

78

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Hasil dan Bahasan

optimal angka persentil, yaitu 100 persen, sedangkan lainya

masing-masing dibawah angka 50 atau masih di bawah separuh

dari angka optimal 100 persen.

Indeks komposit, menunjukkan angka sebesar 41,37;

artinya kontribusi gabungan dimensional masih relatif rendah

dan masih di bawah target optimal, yaitu angka persentil 100

persen.

6.3. Kategorisasi BUMDesa

Hasil olah data dari 75 sampel BUMDesa yang terdiri dari

14 BUMDesa di Kabupaten Bekasi, 27 BUMDesa di Kabupaten

Bantul, dan 34 BUMDesa di Kabupaten Wonogiri (Gambar 9),

mendeskripsikan yang termasuk dalam kategori “BUMDesa

Bentukan” sebanyak 58 unit atau 77,33 persen; sedangkan yang

termasuk kategori “BUMDesa Berkembang” sebanyak 16 unit

atau 21,33 persen, dan yang termasuk kategori “BUMDesa

Maju” sebanyak 1 unit atau 1,33 persen.

Hal ini menunjukan bahwa saat ini BUMDesa- BUMDesa

yang ada masih pada tahap bentukan, masih mencari jati diri

atau bahkan mencari unit usaha yang sesuai. Sedangkan

BUMDesa yang sudah maju masih relatif sedikit. Pada

umumnya (dari sampel yang diperoleh) dapat dideskripsikan

bahwa BUMDesa yang maju tersebut dapat dijadikan contoh

atau panduan bagaimana penguatan BUMDesa yang belum

dapat mencapai kategori “berkembang” dan “Bentukan” dapat

meningkatkan status dengan memperbaiki kondisinya melalui

peubah-peubah berdasarkan dimensional yang ada.

Page 91: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

79

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Gambar 6.5 Persentase Kategori BUMDesa di Kabupaten Bantul, Wonogiri, dan Bekasi (n: 75, 2018).

Hasil tersebut secara rinci, yaitu:

6.3.1. Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Sampel BUMDesa di Kab. Bantul sebanyak 27 Unit yang

termasuk ke dalam kategori BUMDesa Bentukan sebanyak 23

unit atau 85,19 persen, sedangkan yang termasuk kategori

“BUMDesa Berkembang” sebanyak 3 unit atau 11,11 persen,

dan yang termasuk BUMDesa maju sebanyak 1 unit atau 3,70

persen.

Gambar 6.6 Persentasi Kategori BUMDesa di Kabupaten Bantul (n: 27, 2018).

Page 92: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

80

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Hasil dan Bahasan

Di Kabupaten Bantul sudah ada BUMDesa yang termasuk

Kategori Maju, sehingga dapat menjadi contoh untuk BUMDesa-

BUMDesa lain, utamanya dijadikan ukuran dimensional dalam

intervensi kebijakan dalam memajukan pengelolaan BUMDesa

di setiap desa.

Tabel 6.4 Nama BUMDesa dan Kategorinya di Kabupaten Bantul (2018)

Sumber : Data Primer Diolah, 2018.

Page 93: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

81

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

6.3.2. Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah

Sampel BUMDesa di Kab. Wonogiri sebanyak 34 unit yang

termasuk ke dalam kategori BUMDesa Bentukan sebanyak 25

unit atau 73,53 persen; kategori BUMDesa Berkembang

sebanyak 9 unit atau 26,47 persen; kategori BUMDesa maju

tidak ada. Gambar 6.7 menunjukkan jumlah unit dan presentasi

kategori sampel BUMDesa di Kabupaten Wonogiri.

Gambar 6.7 Presentasi Kategori BUMDesa Kabupaten Wonogiri (n: 34, 2018).

Tabel 6.5 Nama BUMDesa dan Kategorinya di Kabupaten Wonogiri (2018)

Page 94: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

82

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Hasil dan Bahasan

Tabel 6.5 Lanjutan Sumber : Data Primer Diolah, 2018.

6.3.3. Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat

Sampel di Kabupaten Bekasi sebanyak 14 Unit BUMDesa

yang termasuk dalam kategori BUMDesa Bentukan sebanyak 10

unit atau 71,43 persen, kategori BUMDesa berkembang

sebanyak 4 unit atau 28,57 persen, sementara kategori

BUMDesa Maju tidak ada (Gambar 6.8). Kondisi ini memerlukan

intervensi kebijakan Pemda, utamanya dalam hal manajerial

kelembagaan dan supporting motivasi SDM.

Page 95: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

83

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Gambar 6.8 Persentase Kategori BUMDesa di Kabupaten Bekasi (n: 14, 2018).

Tabel 6.6 Nama BUMDesa dan Kategorinya di Kabupaten

Bekasi (2018)

Sumber : Data Primer Diolah, 2018.

Page 96: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

84

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Hasil dan Bahasan

Page 97: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

85

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Bab VII

Kesimpulan dan Saran

7.1. Kesimpulan

1) Studi ini menggunakan survey sampel untuk

menurunkan indikator perkembangan BUMDesa, uji

petik lapangan di tiga kabupaten secara purposive,

yaitu Kabuapten Bantul (DIY), Kabupaten Wonogiri

(Jawa Tengah) dan Kabupaten Bekasi (Jawa Barat),

telah tersusun 4 (empat) dimensi, dengan 42 Indikator,

dan 126 peubah.

2) Empat Dimensi yang dimaksud dideskripsikan pada

tahap II yang diperoleh setelah melakukan uji petik di

tiga Kabupaten, yaitu 1) Dimensi Manajemen, terdiri

atas 25 peubah; 2) Dimensi Sosial, terdiri atas 5

peubah; 3) Dimensi Ekonomi, terdiri atas 10 peubah;

dan 4) Dimensi Lingkungan, terdiri atas 2 peubah.

3) Nilai rata-rata Indeks sebagai dasar untuk

mengklasifikasikan atau kategorisasi BUMDesa,

berdasarkan setiap dimensi dan indeks komposit

secara berurutan dari yang tertinggi hingga paling

rendah, yaitu: indeks dimensi Lingkungan

menunjukkan nilai 58,00, kemudian nilai indeks

dimensi Manajemen sebesar 47,15; indeks dimensi

Page 98: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

86

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Kesimpulan dan Saran

Ekonomi sebesar 32,87; indeks dimensi Sosial sebesasr

27,47; dan rata-rata Indeks komposit, sebesar 41,37.

4) Secara total dari Kabupaten Bantul, Kabupaten

Wonogiri, dan Kabupaten Bekasi, kontribusi

dimensional utamanya faktor lingkungan masih lebih

tinggi dari faktor lainnya, yaitu manajemen, ekonomi,

dan sosial. Hal itu ditunjukan bahwa indeks lingkungan

sebesar 58,00 lebih tinggi dari separuh target optimal

angka persentil, sedangkan lainya masing-masing

masih relatif dibawah angka 50 atau masih di bawah

separuh dari angka optimal 100 persen.

5) Nilai rata-rata indeks per dimensi ini, tidak dapat

digunakan untuk BUMDesa di desa-desa yang lain,

karena karakteristik dan ciri masing-masing desa

sangat beragam, tergantung pada perubahan atau

perbedaan nilai atau pilihan peubah di setiap

dimensional.

6) Deskripsi Kategorisasi BUMDesa berdasarkan sampel

75 unit BUMDesa yang terdiri atas 14 unit BUMDesa di

Kabupaten Bekasi, 27 unit BUMDesa di Kabupaten

Bantul, dan 34 unit BUMDesa di Kabupaten Wonogiri,

yaitu: kategori “BUMDesa Bentukan” sebanyak 58 unit

atau 77,33 persen; kategori “BUMDesa Berkembang”

sebanyak 16 unit atau 21,33 persen, dan kategori

“BUMDesa Maju” sebanyak 1 unit atau 1,33 persen.

Page 99: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

87

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

7.2. Saran

1) Berdasarkan Studi tentang indikator perkembangan

BUMDesa perlu ditindaklanjuti dengan studi untuk

menyusun strategi intervensi pengembangan

BUMDesa, melalui eksplorasi data dan informasi

tentang BUMDesa secara sampling, mengacu pada

dimensional Indikator Perkembangan BUMDesa.

2) Eksplorasi data dan informasi tentang BUMDesa

sebagai tindak lanjut dari studi indikator

perkembangan BUMDesa, dapat dilakukan secara

sampling melalui keberpihakan kewilahan

berdasarkan 7 (tujuh) wilayah pembangunan (WP),

meliputi wilayah-wilayah: Papua, Maluku, Nusa

Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Jawa dan

Bali.

Page 100: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

88

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Kesimpulan dan Saran

Page 101: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

89

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Indikator Perkembangan BUMDesa

Daftar Pustaka

Agung. I Gusti Ngurah. Metode Penelitian Sosial Pengertian dan

Pemakaian Praktis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

1992.

Bappenas. 2017. Majalah Simpul Perencana. Volume

29/April/2017. Jakarta. 2017.

Cornel University Library. 2018. Social and Information

Networks. A Survey on Expert Recommendation in

Community Question Answering. https://arxiv.org/abs/

1807.05540.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi. Undang-Undang nomor 6 tahun 2015,

tentang Desa. Jakarta.

--------------. Indeks Desa Membangun (IDM). Ditjen PPMD.

Jakarta.

--------------. .Permendesa Nomor 4 tahun 2015 tentang Pendirian

Pengurusan dan Pengelolaan dan Pembubaran Badan

Usaha Milik Desa. Jakarta.

Korten, David C. dan R. Klaus. 1984. People Centered

Development. Kamarian Press. West Hatford.

O'Riordan. E.g. et al. 2001"Russian doll" model for sustainable

development. Economic capital is at the basis of wealth

creation, constrained by the environmental and social

dimensions.

--------------- 1998. Indicator for Sustainable Development.

Proceedings of the European Commission Advanced Studi

Course. Netherland; Delf University.

Page 102: INDIKATOR PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA …

90

Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2018

Daftar Pustaka

Purbantara. dkk. Kajian Pengembangan Kapasitas Untuk

Keberhasilan BUMDesa. PT. Sulaksana Watinsa Indonesia.

Jakarta. 2018

Ricky W. Griffin. Manajemen. Erlangga. 2005.

Warsono. Sarjono Herry. Transmigrasi Menata persebaran

Penduduk dan Lingkungan. Inti Prima Promosinda. Jakarta.

2011.

---------------- dkk. Tipologi Perkembangan Desa. PT Sulaksana

Watina Indonesia. Jakarta. 2016.