16
Secara tahunan, seluruh indikator aktivitas ekonomi non migas meningkat, sementara mayoritas indikator migas dan ekspor menunjukkan penurunan. Memasuki bulan pertama di triwulan IV-2011, sebagian besar aktivitas ekonomi meningkat dibandingkan bulan sebelumnya dengan peningkatan tertinggi berasal dari indikator ekspor makanan olahan. Secara kumulatif s.d Oktober 2011, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi tercatat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, asesmen sektor konstruksi menunjukkan peran sektor tersebut dalam perekonomian domestik dalam 10 tahun terakhir meski meningkat namun masih rendah. Rata-rata share terhadap PDB hanya mencapai 7,55% dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,97% per tahun dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,41%. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Secara tahunan (yoy), seluruh indikator aktivitas ekonomi non migas meningkat, sementara mayoritas indikator migas dan ekspor utama menunjukkan penurunan. Seluruh indikator aktivitas ekonomi non migas yang dipantau mengalami pertumbuhan positif dengan peningkatan tertinggi terjadi pada penjualan kendaraan niaga (44,91%) diikuti oleh produksi kendaraan niaga (42,45%) dan penjualan kendaraan non niaga (17,14%). Sejalan dengan peningkatan penjualan dan produksi kendaraan, penjualan listrik ke industri juga tumbuh tinggi (25,64%). Disisi lain, indikator konstruksi yaitu konsumsi semen pada periode ini juga tercatat meningkat sebesar 21,81% (yoy). Sebaliknya indikator-indikator pada kelompok migas dan ekspor utama lebih banyak menurun. Penurunan terbesar untuk indikator migas berasal dari penjualan minyak diesel (-15,65%). Sementara itu, ekspor biji termbaga tercatat sebagai indikator ekspor dengan penuranan yang paling dalam yaitu 69,17%. Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih -80 -40 0 40 80 120 Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Penjualan Listrik ke Industri Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan Penjualan Listrik ke Rumah Tangga Penjualan Listrik Total Kunjungan Wisman Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali Batubara Biji Tembaga Barang dari Logam Tidak Mulia Makanan Olahan Minyak Nabati Tekstil dan Produk Tekstil Kayu Lapis Kayu Gergajian Bahan Kertas dan Kertas Karet Olahan Besi & Baja Alat Angkutan dan Bagiannya Peralatan Listrik Oktober 2011 Oktober 2010 s.d Oktober 2011 (rata-rata) (%, yoy) Migas Non Migas Ekspor Utama INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai subsektor konstruksi. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/Departemen terkait lainnya. Oktober 2011

INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

1

he

Secara tahunan, seluruh indikator aktivitas ekonomi non migas

meningkat, sementara mayoritas indikator migas dan ekspor

menunjukkan penurunan.

Memasuki bulan pertama di triwulan IV-2011, sebagian besar aktivitas

ekonomi meningkat dibandingkan bulan sebelumnya dengan

peningkatan tertinggi berasal dari indikator ekspor makanan olahan.

Secara kumulatif s.d Oktober 2011, sebagian besar indikator aktivitas

ekonomi tercatat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, asesmen sektor konstruksi menunjukkan peran sektor

tersebut dalam perekonomian domestik dalam 10 tahun terakhir meski

meningkat namun masih rendah. Rata-rata share terhadap PDB hanya

mencapai 7,55% dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,97% per tahun

dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar

0,41%.

Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi:

Tahunan

Secara tahunan (yoy), seluruh indikator aktivitas ekonomi non migas meningkat, sementara mayoritas

indikator migas dan ekspor utama menunjukkan penurunan. Seluruh indikator aktivitas ekonomi non

migas yang dipantau mengalami pertumbuhan positif dengan peningkatan tertinggi terjadi pada penjualan

kendaraan niaga (44,91%) diikuti oleh produksi kendaraan niaga (42,45%) dan penjualan kendaraan non

niaga (17,14%). Sejalan dengan peningkatan penjualan dan produksi kendaraan, penjualan listrik ke

industri juga tumbuh tinggi (25,64%). Disisi lain, indikator konstruksi yaitu konsumsi semen pada periode ini

juga tercatat meningkat sebesar 21,81% (yoy). Sebaliknya indikator-indikator pada kelompok migas dan

ekspor utama lebih banyak menurun. Penurunan terbesar untuk indikator migas berasal dari penjualan

minyak diesel (-15,65%). Sementara itu, ekspor biji termbaga tercatat sebagai indikator ekspor dengan

penuranan yang paling dalam yaitu 69,17%.

Grafik 1.

Pertumbuhan Tahunan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih

-80

-40

0

40

80

120

Produksi M

inyak M

entah

Produksi K

ondensat

Penju

ala

n M

inyak D

iesel

Konsum

si Sem

en

Produksi K

endaraan N

on N

iaga

Penju

ala

n K

endaraan N

on N

iaga

Produksi K

endaraan N

iaga

Penju

ala

n K

endaraan N

iaga

Produksi Sepeda M

otor

Penju

ala

n S

epeda M

otor

Penju

ala

n L

istrik

ke Industri

Penju

ala

n L

istrik

ke B

isnis

/ Perdagangan

Penju

ala

n L

istrik

ke R

um

ah T

angga

Penju

ala

n L

istrik

Total

Kunju

ngan W

ism

an

Tin

gkat H

unia

n H

otel

Berbin

tang di

Jakarta

Tin

gkat H

unia

n H

otel

Berbin

tang di

Bali

Batubara

Biji Tem

baga

Barang d

ari Logam

Tid

ak M

ulia

Makanan O

lahan

Min

yak N

abati

Tekstil d

an P

roduk Tekstil

Kayu L

apis

Kayu G

ergajian

Bahan K

ertas d

an K

ertas

Karet O

lahan

Besi &

Baja

Ala

t A

ngkutan dan Bagia

nnya

Perala

tan L

istrik

Oktober 2011 Oktober 2010 s.d Oktober 2011 (rata-rata)

(%, yoy)

Migas Non Migas Ekspor Utama

INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

Metodologi

Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor

ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai subsektor konstruksi. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak

eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi

Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/Departemen terkait lainnya.

Oktober 2011

Page 2: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

2

Secara rata-rata selama Oktober 2010 s.d Oktober 2011, sebagian besar indikator meningkat dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan dan produksi kendaraan niaga tercatat tumbuh lebih

tinggi dari indikator lainnya yaitu masing-masing 39,66% dan 38,33%. Sebaliknya, terdapat enam indikator

yang turun secara rata-rata dalam kurun waktu tersebut dengan dua indikator yang turun paling dalam

adalah ekspor biji tembaga (-22,84%) dan produksi kondensat (-7,54%).

Dengan membandingkan pertumbuhan pada Oktober 2011 dengan rata-rata pertumbuhan selama Oktober

2010 s.d Oktober 2011, jumlah indikator yang memiliki kinerja positif dan berada diatas rata-ratanya hanya

sebanyak sepuluh indikator (Grafik 1).

Bulanan

Memasuki bulan pertama di triwulan IV-2011, sebagian besar aktivitas ekonomi meningkat

dibandingkan periode sebelumnya. Pada Oktober 2011, sebanyak 76,7% indikator terpantau mengalami

pertumbuhan positif secara bulanan (mtm) lebih banyak dari 56,7% indikator pada bulan sebelumnya.

Peningkatan terbesar terutama terjadi pada ekspor makanan olahan (66,07%), diikuti oleh konsumsi semen

(21,48%), ekspor kayu gergajian (19,62%), penjualan dan produksi kendaraan niaga masing-masing

meningkat sebesar 19,30% dan 18,12%. Meskipun sebagian besar indikator meningkat, terdapat 23,3%

indikator yang tumbuh negatif pada Oktober 2011 (mtm). Tiga diantaranya dengan pertumbuhan paling

rendah adalah ekspor biji tembaga (-78,09%), ekspor besi & baja (-26,51%) dan ekspor bahan kertas &

kertas (-12,62%).

Selama periode Oktober 2010 s.d Oktober 2011, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi tumbuh positif.

Rata-rata pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor minyak nabati (14,18%), diikuti oleh ekspor makanan

olahan (12,44%), produksi kendaraan niaga (7,52%) dan penjualan kendaraan niaga (7,06%). Sementara

itu, hanya dua indikator yang tercatat turun dalam kurun waktu tersebut yaitu ekspor bahan kertas & kertas

(-0,35%) dan produksi kondensat (-0,33%).

Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi pada bulan Oktober 2011 memiliki kinerja diatas rata-rata

selama Oktober 2010 s.d Oktober 2011 terutama pada ekspor makanan olahan. Namun demikian sebagian

indikator lainnya memiliki kinerja dibawah rata-ratanya bahkan untuk indikator ekspor biji tembaga berada

jauh dibawah rata-ratanya (Grafik 2).

Grafik 2.

Pertumbuhan Bulanan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih

Kumulatif

Secara kumulatif s.d Oktober 2011, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terlihat mengalami

perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan paling

tinggi berasal dari ekspor makanan olahan (36,64%) dan sebaliknya pertumbuhan terendah berasal dari

indikator ekspor biji tembaga (-32,93%).

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

Produksi M

inyak M

entah

Produksi K

ondensat

Penju

ala

n M

inyak D

iesel

Konsum

si Sem

en

Produksi K

endaraan N

on N

iaga

Penju

ala

n K

endaraan N

on N

iaga

Produksi K

endaraan N

iaga

Penju

ala

n K

endaraan N

iaga

Produksi Sepeda M

otor

Penju

ala

n S

epeda M

otor

Penju

ala

n L

istrik

ke Industri

Penju

ala

n L

istrik

ke B

isnis

/ Perdagangan

Penju

ala

n L

istrik

ke R

um

ah T

angga

Penju

ala

n L

istrik

Total

Kunju

ngan W

ism

an

Tin

gkat H

unia

n H

otel

Berbin

tang di

Jakarta

Tin

gkat H

unia

n H

otel

Berbin

tang di

Bali

Batubara

Biji Tem

baga

Barang d

ari Logam

Tid

ak M

ulia

Makanan O

lahan

Min

yak N

abati

Tekstil d

an P

roduk Tekstil

Kayu L

apis

Kayu G

ergajian

Bahan K

ertas d

an K

ertas

Karet O

lahan

Besi &

Baja

Ala

t A

ngkutan dan Bagia

nnya

Perala

tan L

istrik

Oktober 2011 Oktober 2010 s.d Oktober 2011 (rata-rata)

(%, mtm)

Migas Non Migas Ekspor Utama

Page 3: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

3

Tabel 1

Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih

Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),

Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI).

Keterangan :

Satuan Des Mei Jun Jul Agt* Sep* Okt*

yoy mtm ytd1)

Migas

- Produksi Minyak Mentah ribu barel 24.570 24.716 23.640 24.731 24.786 23.945 24.542 1,44 2,49 -4,17

- Produksi Kondensat ribu barel 3.678 3.335 3.111 3.241 3.455 3.300 3.346 -7,21 1,41 -9,08

- Penjualan Minyak Diesel kiloliter 12.769 16.034 8.813 12.121 16.246 8.967 8.701 -15,65 -2,97 -2,88

Non Migas

- Konsumsi Semen ribu ton 3.907 4.083 4.101 4.378 3.603 3.843 4.668 21,81 21,48 16,93

- Produksi Kendaraan Non Niaga unit 45.391 34.984 44.236 55.651 47.967 54.628 54.676 15,11 0,09 17,01

- Penjualan Kendaraan Non Niaga unit 49.647 39.783 48.103 59.637 50.795 56.032 58.104 17,14 3,70 14,43

- Produksi Kendaraan Niaga unit 16.152 19.350 20.153 27.552 20.706 22.405 26.464 42,45 18,12 28,86

- Penjualan Kendaraan Niaga unit 18.458 19.488 20.212 27.464 20.377 21.753 25.951 44,91 19,30 30,85

- Produksi Sepeda Motor ribu unit 513 698 646 722 672 713 725 5,05 1,68 11,13

- Penjualan Sepeda Motor ribu unit 517 709 661 740 681 724 718 2,75 -0,88 11,43

- Penjualan Listrik ke Industri juta KWH 4.361 4.557 4.760 4.636 4.796 4.241 4.469 25,64 5,38 7,40

- Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan juta KWH 2.290 2.338 2.436 2.394 2.384 2.280 2.421 12,36 6,21 10,52

- Penjualan Listrik ke Rumah Tangga juta KWH 5.188 5.320 5.444 5.506 5.443 5.495 5.952 14,51 8,31 8,55

- Penjualan Listrik Total juta KWH 12.648 13.041 13.468 13.369 13.438 12.791 13.677 16,68 6,93 7,22

- Kunjungan Wisman ribu orang 644 600 674 745 621 650 656 10,32 0,91 8,14

- Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta persen 56 57 58 60 51 55 59 0,20 7,21 3,84

- Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali persen 61 63 70 72 63 65 66 1,66 0,95 7,46

Ekspor Non Migas Utama

- Batubara ribu ton 27.564 29.669 29.632 31.309 30.595 28.840 30.992 35,07 7,46 19,55

- Biji Tembaga ribu ton 277 128 191 184 162 129 28 -69,17 -78,09 -32,93

- Barang dari Logam Tidak Mulia ribu ton 256 224 290 246 204 214 203 -22,88 -5,02 -2,69

- Makanan Olahan ribu ton 249 145 214 244 182 220 365 85,06 66,07 36,64

- Minyak Nabati ribu ton 1.846 2.069 1.862 910 2.212 1.457 1.534 -25,18 5,28 -1,17

- Tekstil dan Produk Tekstil ribu ton 176 159 164 174 172 161 153 -11,63 -5,05 -1,28

- Kayu Lapis ribu ton 170 153 183 147 166 149 176 -0,44 17,66 -5,96

- Kayu Gergajian ribu ton 43 36 36 40 39 32 38 -3,23 19,62 4,26

- Bahan Kertas dan Kertas ribu ton 746 601 565 553 594 678 593 -12,33 -12,62 4,80

- Karet Olahan ribu ton 243 278 261 282 267 246 278 6,45 13,13 9,36

- Besi dan Baja ribu ton 145 127 195 116 98 124 91 -41,90 -26,51 7,10

- Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton 54 43 63 66 75 46 53 4,96 15,74 -12,50

- Peralatan Listrik ribu ton 67 64 62 65 67 71 72 -1,89 1,65 -1,95

Indikator September

Pertumbuhan 20112010

-

-

Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi

Terpilih (IAE) sejak edisi September 2010 dengan data series kebelakang.

Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi

Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 2010 dengan data series kebelakang.

*) Beberapa indikator aktivitas ekonomi masih bersifat sementara yang akan mengalami perubahan pada periode berikutnya.

1) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan

periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE

September 2008. Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data

dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia.

Page 4: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

4

GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH

Grafik 3.

Produksi Minyak Mentah

Grafik 4.

Produksi Kondensat

Grafik 5.

Penjualan Minyak Diesel

Grafik 6.

Konsumsi Semen

Grafik 7.

Produksi Kendaraan Non Niaga

Grafik 8.

Penjualan Kendaraan Non Niaga

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-50,0

-40,0

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

-60,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-40,0

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

Page 5: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

5

Grafik 9.

Produksi Kendaraan Niaga

Grafik 10.

Penjualan Kendaraan Niaga

Grafik 11.

Produksi Sepeda Motor

Grafik12.

Penjualan Sepeda Motor

Grafik 13.

Penjualan Listrik ke Sektor Industri

Grafik 14.

Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan

-50,0

-25,0

0,0

25,0

50,0

75,0

-60,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-50,0

-30,0

-10,0

10,0

30,0

50,0

70,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-6,0

0,0

6,0

12,0

18,0

24,0

30,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

Page 6: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

6

Grafik 15.

Penjualan Listrik ke Rumah Tangga

Grafik 16.

Penjualan Listrik Total

Grafik 17.

Kunjungan Wisman

Grafik 18.

Tingkat Hunian Hotel - Jakarta

Grafik 19.

Tingkat Hunian Hotel Bali

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-16,0

0,0

16,0

32,0

48,0

64,0

-16,0

0,0

16,0

32,0

48,0

64,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010 2011

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

Page 7: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

7

ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SEKTOR KONSTRUKSI)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Q1 Q2 Q3

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

(yoy, %)

0,0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

Q1 Q2 Q3

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

(%)

Peran sektor konstruksi dalam perekonomian selama 10 tahun terakhir meski meningkat namun masih

relatif rendah. Rata-rata share terhadap PDB hanya mencapai 7,55%, rata-rata pertumbuhan sektor konstruksi

sebesar 6,97% per tahun dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,41%. Dari

hasil analisis keterkaitan (sectoral linkages) dengan menggunakan data Tabel IO Updating 2008 menunjukkan

bahwa sektor konstruksi memiliki forward linkage dan backward linkages yang tinggi masing-masing sebesar

1,20 dan 1,22. Sementara itu, peran perbankan terhadap sektor konstruksi masih rendah yang tercermin dari

masih relatif rendahnya pangsa kredit perbankan untuk pembiayaan sektor konstruksi (2,63%). Peranan sektor

konstruksi tersebut sangat rendah dibandingkan di beberapa negara seperti Australia, Malaysia, Thailand dan

Phillipina.

A. Peranan Sektor Konstruksi

Struktur sektor konstruksi terhadap PDB semakin meningkat. Dilihat dari distribusi/share terhadap PDB

harga berlaku pada sektor konstruksi menunjukkan tren peningkatan. Distribusi/share terhadap PDB

harga berlaku pada sektor konstruksi pada tahun 2001 sebesar 5,70% dan hingga tahun 2010 mencapai

10,29%. Rata-rata distribusi/share terhadap PDB harga berlaku pada sektor konstruksi dari tahun 2001

s.d. 2010 sebesar 7,55%. Peningkatan struktur sektor konstruksi terhadap PDB lebih disebabkan

kenaikan harga dari sektor konstruksi tersebut. Hal tersebut terlihat dari PDB deflator sektor konstruksi

yang mengalami kenaikan cukup tinggi yaitu rata-rata selama 10 tahun terakhir sebesar 16,14% per

tahun. Kenaikan PDB deflator sektor konstruksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 27,95% dan

terendah tahun 2003 sebesar 6,88%.

Pertumbuhan sektor konstruksi semakin melambat. Sektor konstruksi mencakup kegiatan

ekonomi/lapangan usaha di bidang konstruksi yaitu kegiatan konstruksi umum dan konstruksi khusus

pekerjaan bangunan gedung dan bangunan sipil. Kegiatan konstruksi mencakup pekerjaan baru,

perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian prafabrikasi bangunan atau struktur di lokasi proyek

dan juga konstruksi yang bersifat sementara. Dalam kurun waktu 10 tahun (dari tahun 2001 s.d. 2010)

sektor konstruksi mengalami pertumbuhan rata-rata 6,97% per tahun. Sektor konstruksi mengalami

pertumbuhan tertinggi pada tahun 2007 (8,53%). Namun pada tahun 2010, pertumbuhan subektor ini

melambat dan hanya tumbuh 6,98% dan sampai dengan triwulan III-2011 hanya tumbuh 6,44% (ctc).

Kontribusi sektor konstruksi terhadap pertumbuhan ekonomi juga semakin melambat. Rata-rata

kontribusi sektor konstruksi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,41%. Seiring dengan

perlambatan pertumbuhan tersebut, kontribusi sektor konstruksi pada tahun 2010 hanya sebesar 0,45%

(yoy) terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan sampai dengan triwulan III-2011 hanya menyumbang

0,41% (ctc).

Grafik 20. Pertumbuhan Tahunan Sektor Konstruksi Grafik 21. Kontribusi Sektor Konstruksi Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Page 8: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

8

Tabel 2. Distribusi/Share terhadap PDB, Pertumbuhan Tahunan, Kontribusi terhadap

Pertumbuhan PDB dan Deflator Sektor Konstruksi (%)

Sumber: BPS, diolah

B. Nilai Sektor Konstruksi yang Terselesaikan

Rata-rata pertumbuhan nilai konstruksi yang terselesaikan menurut jenis pekerjaan dari tahun 2005

sampai dengan tahun 2009 sebesar 14,83% per tahun. Nilai konstruksi bangunan sipil merupakan

salah satu jenis konstruksi yang mendominasi nilai sektor konstruksi yang terselesaikan, disamping

konstruksi bangunan gedung. Kegiatan konstruksi bangunan sipil mencakup kegiatan konstruksi umum

bangunan sipil baik bangunan baru, perbaikan bangunan, penambahan bangunan dan perubahan

bangunan, serta pendirian bangunan/struktur prafabrikasi pada lokasi prooyek dan konstruksi yang

bersifat sementara. Kegiatan ini juga mencakup kegiatan konstruksi berat seperti fasilitas industri, proyek

infrastruktur dan sarana umum, sistem pembuangan dan irigasi, saluran pipa dan jaringan listrik, fasilitas

olahraga di tempat terbuka dan lain-lain. Share/porsi bangunan sipil pada tahun 2008 mencapai 45,33%

dari total konstruksi yang terselesaikan dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 18,49%.

Pertumbuhan nilai konstruksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan kemudian mengalami perlambatan

pertumbuhan dengan pertumbuhan terendah mencapai 6,87% pada tahun 2006.

Rata-rata Indeks Nilai Pekerjaan Sektor Konstruksi dalam dua tahun terakhir tumbuh negatif. Pada

tahun 2009 dan 2010, rata-rata indeks nilai pekerjaan konstruksi mengalami kontraksi masing-

masing -1,14% dan -1,48%. Hal tersebut seiring dengan pertumbuhan indeks pekerja harian dan

upah/gaji yang secara umum mengalami penurunan pada tahun 2009 dan 2010.

Tabel 3. Nilai Konstruksi yang diselesaikan Menurut Jenis Pekerjaan, 2004 - 2009 (dlm Juta Rupiah)

Sumber: BPS (diolah)

Tw I Tw II Tw III

A. Distribusi/Share Terhadap PDB (%)

- Sektor Konstruksi 5.70 6.07 6.22 6.59 7.03 7.52 7.72 8.48 9.91 10.29 7.55 9.98 10.12 10.13

B. Pertumbuhan (% yoy)

- Sektor Konstruksi 4.58 5.48 6.10 7.49 7.54 8.34 8.53 7.55 7.07 6.98 6.97 5.31 7.64 6.36

C. Kontribusi Terhadap Pertumbuhan PDB (% yoy)

- Sektor Konstruksi 0.25 0.30 0.34 0.43 0.44 0.49 0.52 0.47 0.44 0.45 0.41 0.34 0.49 0.41

D. PDB Deflator (% yoy)

- Sektor Konstruksi 17.12 11.72 6.88 12.26 19.96 18.81 11.90 27.95 23.55 11.28 16.14 9.68 6.33 6.21

2009* 2010**2011***Rata-rata

2001-2010KETERANGAN 2001 2002 2003 2004 20062005 2007 2008

Konstruksi

Bangunan

Gedung

Konstruksi

Bangunan Sipil

Konstruksi

KhususTotal

Konstruksi

Bangunan

Gedung

Konstruksi

Bangunan Sipil

Konstruksi

KhususTotal

2004 23,377,654 21,499,912 11,126,972 56,004,538 - - - -

2005 28,197,067 24,378,724 14,742,128 67,317,919 20.62 13.39 32.49 20.20

2006 31,374,730 26,049,107 14,519,472 71,943,309 11.27 6.85 -1.51 6.87

2007 34,612,257 28,615,500 18,447,216 81,674,973 10.32 9.85 27.05 13.53

2008 33,078,407 46,241,921 22,695,272 102,015,600 -4.43 61.60 23.03 24.90

2009* 40,050,649 46,596,400 24,184,988 110,832,037 21.08 0.77 6.56 8.64

Nilai Konstruksi yang Diselesaikan (Juta Rp) Pertumbuhan Tahunan (%)

Tahun

Page 9: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

9

6.095 5.061 7.730 7.873

-10

10

30

50

70

90

110

130

150

170

190

210

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011*

Konstruksi Pertumbuhan Kredit - Total Pertumbuhan Kredit - Konstruksi(Miliar Rp) (YOY, %)

* sd. bulan Oktober 2011

Tabel 4. Perkembangan Rata-rata Indeks Karyawan Tetap, Pekerja Harian, Upah/Gaji

dan Nilai Pekerjaan beserta Perubahan tahunan

Sumber: BPS (diolah)

C. Pembiayaan Kredit Perbankan kepada Sektor Konstruksi

Pangsa kredit kepada sektor konstruksi terhadap total kredit sangat rendah. Rata-rata kredit yang

disalurkan kepada sektor konstruksi dari tahun 2001 s.d. 2010 sangat rendah hanya sebesar 2,63% dari

total kredit yang disalurkan. Pangsa kredit kepada sektor konstruksi terhadap total kredit tertinggi terjadi

pada tahun 2008 sebesar 4,43% dan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 1,14%. Sementara itu,

pangsa kredit kepada sektor konstruksi terhadap total kredit sampai dengan bulan Oktober 2011 sebesar

3,59%.

Pertumbuhan kredit kepada sektor konstruksi sangat berfluktuasi. Rata-rata pertumbuhan kredit

yang disalurkan perbankan kepada sektor konstruksi dari tahun 2002 s.d. 2010 sebesar 39,22% per

tahun lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan total kredit sebesar 21,71%. Pertumbuhan

kredit yang disalurkan perbankan kepada sektor konstruksi tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar

214,98% dan terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar -18,08%. Sampai dengan bulan Oktober 2011,

kredit yang disalurkan kepada sektor konstruksi tumbuh sebesar 20,34% (yoy) menjadi Rp 76.325 miliar.

Grafik 22. Pangsa Kredit Tahun 2010-2011

(sd. bulan Oktober)

Grafik 23. Pembiayaan Kredit Total dan

Sektor Konstruksi

Sumber: LBU, Bank Indonesia

Sumber: LBU, Bank Indonesia

Karyawan

TetapPekerja harian Upah/Gaji

Nilai

Pekerjaan

Karyawan

TetapPekerja harian Upah/Gaji

Nilai

Pekerjaan

2001 99.39 106.61 100.70 100.23 - - - -

2002 100.50 100.04 95.63 96.50 1.12 -6.16 -5.04 -3.72

2003 97.10 96.52 99.11 98.37 -3.39 -3.52 3.63 1.93

2004 98.42 99.65 99.45 98.29 1.36 3.24 0.35 -0.08

2005 104.53 109.03 110.01 112.84 6.20 9.41 10.62 14.81

2006 104.44 107.26 110.36 109.93 -0.09 -1.62 0.31 -2.58

2007 101.79 103.64 104.80 105.71 -2.54 -3.38 -5.04 -3.84

2008 101.18 107.93 108.61 108.15 -0.60 4.14 3.64 2.31

2009 101.13 106.38 106.87 106.91 -0.04 -1.44 -1.60 -1.14

2010 101.76 105.91 105.74 105.32 0.63 -0.43 -1.06 -1.48

Tahun

Rata-rata Indeks Perubahan Tahunan (%)

7 , 5 % 4 , 9 %

22 , 3 %

28 , 1 % 2 , 7 %

5 , 1 % 6 , 1 % 11 , 1 %

12 , 2 %

7 , 2 % 5 , 2 %

22 , 5 %

26 , 6 %

3 , 8 % 5 , 2 %

6 , 1 %

11 , 9 %

11 , 5 %

Pertanian

Pertambangan

Ind. Pengolahan

Perdagangan

Listrik Gas Air

Konstruksi

Peng. & Kom.

Keuangan

Jasa - jasa

2010 2011

Page 10: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

10

Mayoritas kredit yang disalurkan oleh perbankan kepada sektor konstruksi dalam bentuk kredit

modal kerja. Rata-rata kredit konstruksi dalam bentuk modal kerja dari tahun 2010 s.d Oktober 2011

sebesar 74,58% dari total kredit konstruksi yang disalurkan. Sementara itu, rata-rata kredit konstruksi

dalam bentuk kredit investasi dari tahun 2010 s.d Oktober 2011 sebesar 25,42%.

Grafik 24. Pangsa Kredit Kontruksi Berdasarkan Jenis Penyaluran

Sumber: LBU, Bank Indonesia

D. Investasi PMA dan PMDN

Realisasi investasi PMA pada sektor konstruksi lebih besar dari pada realisasi investasi PMDN.

Berdasarkan data Laporan Kegiatan Penanaman Modal dari Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM), realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sektor konstruksi pada tahun 2010 tercatat

sebanyak 70 proyek dengan nilai USD 619,9 juta dan hingga triwulan III-2011 tercatat sebanyak 59

proyek dengan nilai USD 102,1 juta. Sementara itu, realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) sektor konstruksi pada tahun 2010 tercatat sebanyak 7 proyek dengan nilai Rp 67,6 miliar dan

hingga triwulan III-2011 tercatat sebanyak 5 proyek dengan nilai Rp 36.3 miliar.

Tabel 5. Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal

Menurut Sektor pada Tahun 2010 dan 2011 (s.d. Triwulan III)

Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi

(Jumlah) (Miliar Rp) (Jumlah) (Miliar Rp) (Jumlah) (Juta USD) (Jumlah) (Juta USD)

1 Tanaman pangan & perkebunan 166 8,727.3 250 8,130.3 158 750.9 243 1,031

2 Peternakan 59 156.5 24 101.0 8 4.7 3 0.9

3 Kehutanan 8 171.6 6 12.5 12 39.4 14 11.5

4 Perikanan 2 1.0 4 - 19 18.0 22 8.3

5 Pertambangan 18 3,075.0 36 2,770.5 223 2,229.3 361 3,400.7

6 Industri Makanan 166 16,405.4 212 6,209.6 194 1,025.9 223 783.0

7 Industri Tekstil 26 431.7 39 700.4 112 154.8 143 373.3

8 Industri Barang Dari Kulit & Alas Kaki 4 12.5 1 13.2 31 144.1 46 175.9

9 Industri Kayu 6 451.3 12 561.2 31 43.1 24 44.5

10 Industri Kertas & Percetakan 25 1,102.8 45 5,292.4 33 46.4 41 199.2

11 Industri Kimia & Farmasi 64 3,266.0 81 2,138.2 159 798.4 197 1,243.7

12 Industri Karet & Plastik 48 522.8 61 1,928.6 97 105.0 124 350.9

13 Industri Mineral Non Logam 13 2,264.6 32 5,604.2 8 28.4 38 62.0

14 Industri Logam, Mesin & Elektronik 50 789.6 64 4,247.2 274 589.6 318 1,427.2

15 Industri Instrumen Kedokteran, Presisi & Optik jam - - 1 - 3 1.4 7 0.9

16 Industri Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi 15 362.2 13 483.8 98 393.8 115 467.5

17 Industri Lainnya 2 3.7 6 4.8 56 26.2 66 53.8

18 Listrik, Gas dan Air 31 4,929.8 43 5,420.7 42 1,428.4 56 1,161.6

19 Konstruksi 7 67.6 5 36.3 70 619.9 59 102.1

20 Perdagangan & Reparasi 32 116.4 25 301.9 772 784.7 713 654.5

21 Hotel & Restoran 27 390.3 20 385.6 144 312.1 177 136.6

22 Transportasi, Gudang & Komunikasi 34 13,787.7 28 5,393.5 123 5,046.2 105 2,150.4

23 Perumahan, Kawasan Industri & Perkantoran 3 261.7 6 728.6 67 1,050.2 95 219.3

24 Jasa Lainnya 69 3,328.8 65 1,513.8 347 573.8 404 285.9

875 60,626.3 1,079 51,978.3 3,081 16,214.7 3,594 14,344.6

Sumber : BKPM

PMDN

2010 Tw I s.d. Tw III-2011No Sektor

Jumlah

2010

PMA

Tw I s.d. Tw III-2011

72,50%

27,50%

76,67%

23,33%

KMK KI

2010

2011

Page 11: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

11

Input Utama % Komoditas/Sektor Alokasi Output %

Industri barang dari logam 20,18 Perdagangan 28,25

Perdagangan 11,01 Pemerintahan umum dan pertahanan 17,16

Pengilangan minyak bumi 9,77 Real estat dan jasa perusahaan 15,71

Penambangan dan penggalian lainnya 9,66 Jasa penunjang angkutan 4,94

Industri dasar besi dan baja 8,23 Penambangan dan penggalian lainnya 4,19

Industri bambu, kayu dan rotan 7,27 Penambangan batubara dan bijih logam 3,66

Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 5,12 Komunikasi 3,65

Industri barang-barang dari mineral bukan logam 4,70 Jasa sosial kemasyarakatan 3,52

Real estat dan jasa perusahaan 4,54 Kelapa sawit 3,17

Industri semen 4,44 Lembaga keuangan 1,64

Kayu 2,54 Bangunan 1,20

Industri barang karet dan plastik 2,31 Listrik, gas dan air bersih 1,01

Lainnya 10,23 Lainnya 11,90

Konstruksi

E. Keterkaitan dengan Sektor Lain

Sektor konstruksi memiliki forward linkage dan backward linkages yang tinggi terhadap sektor

ekonomi lainnya. Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel Input Output Indonesia Updating 2008,

sektor konstruksi memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkages) yang cukup erat dengan sektor

ekonomi lainnya. Eratnya keterkaitan ke belakang tercermin dari nilai derajat kepekaan sebesar 1,22.

Tingginya nilai derajat kepekaan mengindikasikan bahwa ketergantungan sektor konstruksi cukup kuat

dengan sektor ekonomi lainnya. Disisi lain, indeks daya penyebaran (forward linkage) sektor konstruksi

relatif cukup tinggi sebesar 1,20.

Sebagian besar output sektor konstruksi dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara sektor-

sektor lainnya di dalam negeri, khususnya sektor perdagangan, sektor pemerintahan umum &

pertahanan dan sektor real estate & jasa perusahaan. Terlihat bahwa sebagian besar pasokan input

sektor konstruksi berasal dari dalam negeri. Sementara dari sisi alokasi produk, orientasi produk sektor

konstruksi secara umum dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara sektor-sektor lain di dalam

negeri.

Tabel 6. Input Utama dan Alokasi Output Sektor Konstruksi

Sumber: Tabel I-O Updating 2008 BPS, diolah

Page 12: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

12

Keterangan 2010

Penambahan Stok

Rumah di bangun (Supply) 205 rb 1)

6.5 juta 3)

Kebutuhan (Demand) 800 rb 2)

13.6 juta 4)

Kekurangan rumah/backlog 595 rb 7.1 juta

Sumber :

1. REI 3. Ir. Matius Yusuf (praktisi properti)

2. Kemenpera 4. BPS, Sensus Penduduk 2010

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

TOTAL KECIL

MENENGAH BESAR

(%, yoy)

Tabel 7. Penyediaan dan Kebutuhan Rumah Tinggal

Grafik 25. Pertumbuhan Indeks Harga Properti

Residensial (%yoy)

Sumber: Bank Indonesia (SHPR Tw III-2011)

Industri properti Indonesia tahun 2011 terus menunjukkan

tren positif. Fundamental ekonomi domestik yang membaik,

permintaan (kebutuhan hunian) yang terus meningkat, di dukung

oleh sumber pembiayaan yang semakin berkembang serta

kebijakan pemerintah yang kondusif diperkirakan mampu

mendorong perkembangan industri properti Indonesia dalam 3

tahun ke depan. Pengamat dan praktisi properti menilai bahwa

properti di Indonesia sudah melewati masa siklus resesi dan

beranjak pada siklus booming property mulai dari tahun 2010

hingga mencapai puncaknya tahun 20141.2)

Penyediaan dan kebutuhan rumah tinggal. Secara alamiah

kebutuhan terhadap tempat tinggal akan terus meningkat seiring

dengan bertambahnya jumlah penduduk. Namun masih terdapat

kesenjangan (backlog) antara kebutuhan akan rumah tinggal

dengan ketersediaanya. Berdasarkan data dari beberapa

instansi/lembaga terkait diketahui bahwa Indonesia masih defisit

Properti Residensial. Menurut REI, pada tahun 2010 terdapat

penambahan 205 ribu rumah baru yang terdiri atas 85 ribu

hunian menengah keatas dan 120 ribu hunian menengah

kebawah. Diperkirakan, angka tersebut akan meningkat 15%

pada tahun 2011. Menurut Kemenpera, supply tersebut masih

jauh dibawah angka kebutuhan yang mencapai 800 ribu unit

pertahun. Secara kumulatif ketersediaan stok rumah s.d. 2010

sekitar 6,5 juta unit. Sementara itu, sesuai hasil Sensus Penduduk

2010 kebutuhan rumah saat ini adalah 13,6 juta unit. Dengan

demikian masih terdapat backlog paling tidak sebesar 7,1 juta

unit rumah baru.

Survei Harga Properti Residensial (SHPR) BI Triwulan III 2011.

Indeks Harga Properti Residensial mengindikasikan harga properti

residensial pada triwulan III-2011 meningkat 0,48%(qtq) atau

4,54% (yoy). Tekanan kenaikan harga properti residensial

diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan IV-2011 dengan

tingkat yang melambat. Sebagian besar responden (39,25%)

mengungkapkan penyebab utama kenaikan harga properti

residensial terutama didorong oleh kenaikan harga bahan

bangunan. Berdasarkan tipe rumah, kenaikan harga paling tinggi

terjadi pada rumah tipe besar (0,54%,qtq), sedangkan rumah

tipe menengah dan kecil masing-masing mengalami kenaikan

sebesar 0,50% (qtq) dan 0,41% (qtq).

1 Sumber: Colliers International

BOKS : Gambaran Perkembangan Properti di Indonesia

Page 13: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

13

-

100.000,00

200.000,00

300.000,00

400.000,00

500.000,00

600.000,00

700.000,00

800.000,00

900.000,00

1.000.000,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Perkantoran Ritel

Apartemen Hotel

Lahan Industri

Grafik 26. Perkembangan Tarif Sewa Properti

Komersial

Grafik 27. Sumber Pembiayaan Properti Residensial

(Dari Sisi Pengembang)

Grafik 28. Sumber Pembiayaan Properti Resdidensial

(Dari Sisi Konsumen)

Dana internal perusahaan masih menjadi sumber utama

pembiayaan pembangunan properti residensial, khususnya

yang berasal dari modal disetor (40,92%). Sementara dari sisi

konsumen, sebagian besar konsumen (74,56%) menggunakan

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan tingkat suku bunga rata-

rata antara 9% s.d. 12% dalam melakukan transaksi pembelian

properti residensial.

Perkembangan Properti Komersial di Jabodebek Triwulan

2011. Secara umum, jumlah pasokan properti komersial relatif

tetap, kecuali pasokan perkantoran sewa di Jakarta yang

mengalami peningkatan. Terbatasnya pasokan telah mendorong

kenaikan tingkat hunian dan penjualan, dan diikuti dengan

kenaikan tarif sewa dan harga jual. Mayoritas tingkat hunian

properti komersial mengalami kenaikan yang lebih tinggi, kecuali

apartemen sewa dan hotel yang mengalami perlambatan.

Kenaikan tersebut diikuti dengan peningkatan tarif, kecuali

apartemen sewa yang menunjukkan penurunan. Sejalan dengan

kenaikan tingkat hunian, jumlah penjualan properti komersial

pun mengalami peningkatan yang diikuti dengan membaiknya

harga jual.

Kredit perbankan untuk sektor properti. Sumber pembiayaan

untuk sektor properti yang berasal dari perbankan mencakup

kredit untuk modal kerja (konstruksi dan real estate) dan kredit

untuk konsumsi (KPR & KPA). Pertumbuhan kredit properti

berfluktuasi dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh berbagai

faktor antara lain tingkat suku bunga, tingkat kemudahan

persyaratan kredit. Pada bulan Oktober 2011, total KPR tercatat

mencapai Rp.175,2 triliun atau tumbuh sebesar 13,8% (yoy),

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit perbankan

sebesar 25,7% (yoy). Berdasarkan lokasi proyek, penyaluran KPR

terbesar terutama pada wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa

Timur, Banten, dan Jawa Tengah masing-masing sebesar Rp37,5

triliun, Rp33,2 triliun, Rp17,3 triliun, Rp16,4 triliun dan Rp10,3

triliun.

Porsi kredit properti terhadap total kredit perbankan yang

disalurkan saat ini belum sebesar rasio yang terjadi pada

1997, namun sudah mulai menunjukkan tren yang meningkat.

Pemberian kredit properti oleh perbankan pada bulan Oktober

2011 sebesar 13,8% dari total kredit perbankan. Kondisi ini

berbeda dengan sebelum krisis ekonomi 1997/1998 yang porsi

kredit propertinya mencapai 20%. Saat ini perbankan cukup

selektif dalam memberikan kredit properti belajar dari

pengalaman yang terjadi pada 1997/1998 dan 2008.

Non Banking Institution Loans

1,92%

Others3,92%

Consumers Advance Payment

15,00%

Banking Loan32,53%

Retained Earning18,27%

Paid-In-Capital19,08%

Joint Venture/ Konsorsium

7,28%Others2,00%

Internal Funds46,63%

KPR74,56%

Tunai bertahap16,17%

Tunai 9,27%

Page 14: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

14

Tabel 8. KPR Menurut Lokasi Proyek (Miliar Rp)

Grafik 29. Pertumbuhan Kredit Perbankan Sektor

Properti (%yoy)

Sumber: SEKI

Grafik 30. Rasio NPL Kredit Properti

Sumber: LBU Diolah

Sejalan dengan pertumbuhan kredit, rasio Non Performing

Loan (NPL) kredit properti juga menunjukkan peningkatan

dari 1,68% pada tahun 2010 menjadi 2,34%, pada tahun

2011 (data s.d. Okt 2011). Kontribusi sektor properti terhadap

perekonomian masih relatif kecil. Jika dibandingkan dengan

negara-negara di Asia dan Eropa, rasio kredit properti terhadap

PDB Indonesia (atas dasar Harga berlaku) masih paling rendah

atau hanya sekitar 4,56% pada 2011 dibandingkan dengan

beberapa negara di kawasan Asia Pasifik seperti Australia,

Malaysia, Thailand, dan Filipina yang masing-masing mencapai

82,13%; 31,61%; 18,06%; dan 4,97%.

Subsidi pembiayaan perumahan. Pemerintah melalui

Kemenpera sejak bulan Oktober tahun 2010 telah meluncurkan

program Fasilitas Likuiditas Pembangunan Perumahan (FLPP) yang

memungkinkan tersedianya dana murah jangka panjang bagi

KPR dan kredit investasi pembangunan perumahan. Program

FLPP ini menggantikan skema subsidi uang muka dan subisidi

selisih bunga. FLPP bersifat pembiayaan sekaligus juga membantu

menghemat dana pemerintah, karena sifatnya yang tidak habis

terpakai (dana bergulir). Kebijakan FLPP menciptakan dana

murah jangka panjang untuk mendukung penerbitan

kredit/pembiayaan pemilikan rumah sejahtera. KPR FLPP

menerapkan suku bunga tetap untuk jangka waktu hingga 15

tahun. Melalui mekanisme joint-financing antara dana

Pemerintah (FLPP) dengan Bank Pelaksana (a.l. BTN, Bukopin dan

6 BPD) memberikan kredit/pembiayaan rumah sejahtera untuk

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Pada tahun 2010,

penyaluran dana FLPP mencapai Rp500 miliar untuk transaksi

pembelian rumah sederhana sebanyak 20.684 unit. Sampai

dengan 3 Oktober 2011, penyaluran KPR FLPP sudah sekitar Rp

2,3 triliun untuk membiayai transaksi sebanyak 70.596 unit

rumah.

Pembiayaan sekunder perumahan. Salah satu sumber

pembiayaan sektor properti lainnya yang masih kecil peranannya

namun terus didorong perkembangannya adalah pembiayaan

sekunder perumahan (secondary mortgage finance). Pembiayaan

sekunder perumahan melalui mekanisme sekuritisasi dapat

menjembatani permasalahan maturity mismatch (kesenjangan

jangka waktu). Lembaga yang ditugaskan untuk

mengembangkan Pasar Pembiayaan Sekunder Perumahan di

Indonesia adalah PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero).

Memasuki usia yang ke-6 PT. SMF telah menyalurkan dana dari

pasar modal ke sektor pembiayaan perumahan sebesar Rp3,8

triliun untuk sekitar 135.273 debitur KPR dari target sebesar

Rp4,5-5 triliun atau setara dengan 170.000 KPR pada tahun

2011 (s.d. bulan Oktober). Hingga kini hanya satu bank, yaitu PT

Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang menggelar sekuritisasi

KPR. Bekerjasama dengan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF)

LOKASI PROYEK Okt-11

PROVINSI JAWA BARAT 37.542

PROVINSI DKI JAKARTA 33.167

PROVINSI JAWA TIMUR 17.276

PROVINSI BANTEN 16.406

PROVINSI JAWA TENGAH 10.302

Sumber: LBU Okt-2011

-10,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Properti Real Estate KPR/KPA

(%, yoy)

0,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2,50%

3,00%

2010 2011

Rasio NPL Kredit Properti terhadap Kredit Properti

Rasio NPL Kredit terhadap Total Kredit

Page 15: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

15

Grafik 31. Rasio Kredit Properti Terhadap PDB

Sumber: Web Bank Sentral di Lima Negara

Tabel 9. Subsidi Pembiayaan Perumahan-FLPP

Sumber: Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)

Tabel 10. Pembiayaan Sekunder Perumahan

Bank BTN telah dua kali melakukan sekuritisasi KPR masing-

masing senilai Rp 502 miliar dan Rp 750 miliar, sementara itu

bank lain masih senang main spread.

Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia di bidang properti .

Dalam rangka mendorong perkembangan sektor properti,

pemerintah dan Bank Indonesia melakukan beberapa kebijakan

di bidang properti. Sasaran Strategis Kementerian Perumahan

Rakyat 2010-2014 a.l. Terlaksana pembangunan rumah susun

sederhana berupa Rusunawa sebanyak 36.480 unit,

pembangunan Rumah Khusus sebanyak 5.000 unit termasuk

rumah sederhana sewa dan rumah pasca bencana. Selain itu

erlaksananya fasilitasi Pembangunan Rumah Swadaya berupa

pembangunan baru sebanyak 50.000 unit, fasilitasi penyediaan

prasarana, sarana, utilitas/PSU Perumahan Swadaya berupa

bantuan stimulan PSU Swadaya sebanyak 50.000 unit, serta

penyaluran bantuan subsidi perumahan sebanyak 1.350.000

unit.

Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan tentang administrasi

Sekuritisasi KPR. Bank Indonesia (BI) c.q. DPNP mengeluarkan

Surat Edaran Ekstern No.12/38/DPNP tanggal 31 Desember 2010

Perihal Pedoman Penyusunan SOP Administrasi Kredit

Kepemilikan Rumah Dalam Rangka Sekuritisasi. SOP ini akan

menjadi acuan perbankan yang ingin mensekurititasi aset KPR.

Cakupannya meliputi, pembakuan proses administrasi

penyelenggaraan KPR sejak tahap organisasi sampai tahap ketika

KPR disekuritisasi. Kebijakan ini juga akan melindungi nasabah

debitur KPR. Standardisasi ini akan memudahkan langkah

pengelompokan KPR untuk disekuritisasi. Agar kualitas berbasis

sekuritas berbasis KPR ini terjaga, BI mensyaratkan aset KPR yang

akan disekuritisasi memiliki Loan to Value (LTV) maksimal sebesar

80%. LTV adalah perbandingan antara pinjaman dan nilai wajar

aset yang dilakukan pihak ketiga. Dalam menentukan harga aset,

nantinya akan diambil nilai terendah dari penilaian tersebut.

Sesuai standar internasional jika LTV-nya lebih dari 80%, bank

tidak bisa mensekuritisasi. Mengacu kepada ATMR Basel II, rasio

LTV kredit rumah tinggal dapat dikelompokkan menjadi: LTV

< 70% dengan bobot risiko 35%; 70% s.d. 80% dengan bobot

risiko 40%; LTV > 80% dengan bobot risiko 45%, khusus untuk

kredit program rumah tinggal.

Kondisi Properti Global. Posisi pasar properti di Indonesia cukup

menjanjikan karena ditopang oleh perekonomian yang terus

tumbuh positif. Selain Indonesia di kawasan Asia, pertumbuhan

property di Hong Kong dan Jepang juga lebih baik dibandingkan

dengan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Menurut President dan

Chief Operating Officer Century 21 untuk Asia Pasifik Donald E

Lawby, potensi sektor properti di Indonesia sangat menjanjikan

dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ASEAN.

40%

45%

50%

55%

60%

65%

70%

75%

80%

85%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Malaysia

Thailand

Phillipines

Australia

Indonesia

Keterangan 2010 (s.d. 31 Des) 2011 (s.d. 3 Okt)

Target Realisasi % Target Realisasi %

Jumlah Penyaluran FLPP (unit) 120.000 20.684 17,24 154.000 70.596 45,84

Nilai (Rp. Triliun) 2,30 0,50 21,74 3,60 2,30 63,89

Keterangan 2009 2010 2011

Target Realisasi %

Jumlah Penyaluran KPR (unit) 62,529 94,536 170,000 135,273 79.57

Nilai (Rp. Triliun) 1.84 3.35 5.00 3.80 76.00

Sumber : PT. Sarana Multigriya Finansial (SMF)

Page 16: INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI … · Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih 3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

16

Tabel 11. Kebijakan Perumahan Rakyat bagi

Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Sumber: Kemenpera

Grafik 32. Asia Pasific Prime Office Rental Rates

Sumber: Colliers International

Harga properti di Indonesia termasuk yang paling murah,

sementara imbal hasilnya sangat besar. Semakin bertumbuhnya

sektor properti ditandai oleh meningkatnya nilai penjualan

properti sepanjang 2010 yang tumbuh sekitar 60%

dibandingkan dengan 2009. Sebagian besar volume transaksi

tersebut berasal dari pasar sekunder 75% dan pasar primer 25%.

Properti rumah tinggal masih mendominasi transaksi yakni 55%,

ruko 17%,dan apartemen 15%.

Terjadinya krisis di belahan benua Eropa dan Amerika

tampaknya tidak berimbas langsung pada perkembangan

bisnis properti di Indonesia. Tingginya demand atau

permintaan atas ketersediaan bangunan masih jauh lebih banyak

dibanding supply atau penawaran yang disediakan oleh

pengembang properti. Indonesia dan beberapa negara Asia

lainnya seperti China, India, dan Singapura tidak terlalu terkena

imbas. Karena negara-negara tersebut memiliki prospek dan

ekspektasi pasar tersendiri di Asia.

Dari sisi harga, khususnya harga sewa kantor di Jakarta masih

jauh lebih murah dibandingkan sewa kantor di kota-kota

besar Asia lainnya, meskipun dari sisi kualitas tidak berbeda

jauh. Sebagaimana overview triwulan II 2011 dari Colliers

International, tarif sewa perkantoran di Jakarta berada pada

urutan ke-empat yang termurah di Asia Pacific. Demikian pula

harga apartemen di Jakarta harganya masih lebih rendah

dibandingkan kota-kota besar Asia lainnya. Praktis harga pasaran

apartmen di Jakarta akan bisa naik harganya karena

permintaannya terus meningkat dalam waktu cepat. Dengan

perkataan lain sektor properti di Indonesia memiliki tingkat daya

saing yang cukup tinggi, dan memiliki prospek yang cukup

menjanjikan ke depan.

Kelompok Sasaran

(Rp/bulan)Jenis Penyediaan

Kebijakan Bantuan Perumahan

Terkait Skim Kredit Tidak Terkait Skim Kredit

(I) I < 350.000

Rumah Milik

• Swadaya Pemberdayaan

Ekonomi

1. Mikro kredit untuk

Usaha

2. Kredit Mikro Perumahan

3. Asuransi/Penjaminan

kredit

1. PSD-Perkim

2. Bahan bangunan

3. Peningkatan kualitas

lingkungan

4. Subsidi O & M

5. Insentif fiskal

6. Sertifikasi Tanah dan IMB

(II) 350.000

= I < 500.000

Rumah Milik

Formal

• Swadaya

Rusunawa Tidak Putih

Biaya

1. Subsidi uang muka

2. Subsidi selisih bunga

3. Kredit Mikro Perumahan

4. Asuransi/ Penjaminan

kredit

5. Subsidi bunga kredit

konstruksi

1. PSD-Perkim

2. Bahan bangunan

3. Peningkatan kualitas lingk.

4. Subsidi O & M

5. Insentif fiskal

6. Sertifikat tanah dan IMB