5
BERTETANGGA DENGAN ‘keluarga’ YANG DISIPLIN DAN CERDAS Indonesia dengan sistim pemerintahan yang memberi kewenangan otonomi pada daerah tetapi masih menumpuk kekayaan di Pusat, banyak memberi kontribusi terhadap perkembangan pembangunan daerah yang tidak maju maju. Setelah otonomi, semua berharap akan bermunculan daerah – daerah yang mampu tumbuh dengan kreativitas dan membawa kesejahteraan masyarakat dengan nyata. Akan terasa adanya pemerintah daerah yang mampu melindungi warganya dari keamanan, ancaman ekonomi, politik dan sosial. Tentu daerah yang dimaksud diatas tidak tertutup bagi daerah daerah di luar Jawa, termasuk Kalimantan Barat dan Timur yang bertetangga dengan negara lain. Tetapi fakta yang terjadi, semua impian dan harapan diatas tidak muncul. Daerah daerah tidak tumbuh kembang menjadi daerah yang mengarah pada mandiri dari sisi ekonomi. Pemerintah Pusat masih terlalu dominan di dalam setiap pengambilan keputusan teruatama terakait dengan pengelolaan sumber daya alam strategis. Hutan di pulau Kalimantan (Indonesia) telah di bagi bagi sesuai perijinan yang telah diberikan oleh pemerintah Pusat kepada para pengusaha. Apakah ijin untuk mengelola (baca: menjual) hutan, atau ijin untuk mengeruk isi bumi yang juga akan membuka hutan. Semua areal yang tertera dalam peta Kaliamantan telah habis terbagi diperuntukkan mereka yang menjadi ‘relasi’ pejabat pemerintah Pusat. Sehingga muncul komplain daerah untuk meminta porsi lebih pembagian pajak dan administrasi karena merasa bahwa pemerintah Pusat mendapat lebih dan daerah menerima sedikit tetapi dibebani untuk tugas-tugas rehabilitasi juga keamanan terhadap daerah. Tetapi isu ini baru muncul 2011 ini, dan selama puluhan tahun telah berjalan untuk ‘keuntungan’ pemerintah Pusat. Kalimantan tetap daerah yang tidak terjangkau oleh pemerintah daerahnya sendiri karena keterbatasan dana (anggaran), tetapi aksesible buat para pengelolanya (investor) karena mereka mempunyai sarana yang lebih dari pemerintah daerah. Dan, pemerintah Pusat dengan dalih otonomi tidak ikut bertanggung jawab terhadap daerah daerah yang tidak terjangkau oleh pemerintahnya sendiri seperti di daerah perbatasan. Cerita diatas adalah latar belakang yang memberi kontribusi terhadap lemahnya atau bisa disimpulkan tidak adanya perhatian terhadap daerah daerah yang jauh dari Pusat. Jauh dari pusat ‘keramaian ekonomi, politik juga perilaku’. Propinsi yang jauh dari Jakarta, akan mendapat perhatian yang kurang dari pemerintah. Kabupaten yang

Indonesia to 2016

Embed Size (px)

DESCRIPTION

within 5 to 10 years there will be a lot of change specially in west kalimantan. And that will be benefit for Serawak since they keep and conserve its nature which is exactly the same as what west kalimantan has. With the development policy applied in WK, then one day in the 2016, noone can say Dayak is belong to Indonesia. No one can see orang utan in west kalimantan but in Serwak. unless we change drastically the development policy

Citation preview

Page 1: Indonesia to 2016

BERTETANGGA DENGAN ‘keluarga’ YANG DISIPLIN DAN CERDAS

Indonesia dengan sistim pemerintahan yang memberi kewenangan otonomi pada daerah tetapi masih menumpuk kekayaan di Pusat, banyak memberi kontribusi terhadap perkembangan pembangunan daerah yang tidak maju maju. Setelah otonomi, semua berharap akan bermunculan daerah – daerah yang mampu tumbuh dengan kreativitas dan membawa kesejahteraan masyarakat dengan nyata. Akan terasa adanya pemerintah daerah yang mampu melindungi warganya dari keamanan, ancaman ekonomi, politik dan sosial. Tentu daerah yang dimaksud diatas tidak tertutup bagi daerah daerah di luar Jawa, termasuk Kalimantan Barat dan Timur yang bertetangga dengan negara lain. Tetapi fakta yang terjadi, semua impian dan harapan diatas tidak muncul. Daerah daerah tidak tumbuh kembang menjadi daerah yang mengarah pada mandiri dari sisi ekonomi. Pemerintah Pusat masih terlalu dominan di dalam setiap pengambilan keputusan teruatama terakait dengan pengelolaan sumber daya alam strategis.Hutan di pulau Kalimantan (Indonesia) telah di bagi bagi sesuai perijinan yang telah diberikan oleh pemerintah Pusat kepada para pengusaha. Apakah ijin untuk mengelola (baca: menjual) hutan, atau ijin untuk mengeruk isi bumi yang juga akan membuka hutan. Semua areal yang tertera dalam peta Kaliamantan telah habis terbagi diperuntukkan mereka yang menjadi ‘relasi’ pejabat pemerintah Pusat. Sehingga muncul komplain daerah untuk meminta porsi lebih pembagian pajak dan administrasi karena merasa bahwa pemerintah Pusat mendapat lebih dan daerah menerima sedikit tetapi dibebani untuk tugas-tugas rehabilitasi juga keamanan terhadap daerah. Tetapi isu ini baru muncul 2011 ini, dan selama puluhan tahun telah berjalan untuk ‘keuntungan’ pemerintah Pusat. Kalimantan tetap daerah yang tidak terjangkau oleh pemerintah daerahnya sendiri karena keterbatasan dana (anggaran), tetapi aksesible buat para pengelolanya (investor) karena mereka mempunyai sarana yang lebih dari pemerintah daerah. Dan, pemerintah Pusat dengan dalih otonomi tidak ikut bertanggung jawab terhadap daerah daerah yang tidak terjangkau oleh pemerintahnya sendiri seperti di daerah perbatasan. Cerita diatas adalah latar belakang yang memberi kontribusi terhadap lemahnya atau bisa disimpulkan tidak adanya perhatian terhadap daerah daerah yang jauh dari Pusat. Jauh dari pusat ‘keramaian ekonomi, politik juga perilaku’. Propinsi yang jauh dari Jakarta, akan mendapat perhatian yang kurang dari pemerintah. Kabupaten yang jauh dari ibukota Propinsi akan mengalami hal yang sama. Desa desa atau pemukiman yang jauh dari ibukota Kabupaten/Kecamatan tak akan ada yang menjenguk bahkan pedagangpun. Ini siatuasi yang menjadi ujung akhir dari penerapan paradigma ‘pusat adalah segalanya’ yang sangat effective (penerapanya). Bila latar belakang diatas kita anggap sebagai sesi satu dalam tulisan ini, maka berikut ini adalah sesi dua yang akan mengulas lebih jauh mengenai keberadaan ‘indonesia’ di tahun tahun mendatang.

Serawak sebagai Tetangga kita.Satu pulau, satu asal budaya, satu habitat flora dan fauna seharusnya dapat diibaratkan sebagai dua anak kembar. Dua anak kembar biasanya tumbuh dengan kecerdasan dan fisik yang similar but not the same . Ya, similar artinya ya tidak jauh jauh berbeda. Serawak hanya mempunyai sebagian kecil daerah dibanding dengan pulau Kalimantan seluruhnya yang sebagian besar adalah milik Indonesia lewat pemerintah daerah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur juga Kalimantan Tengah. Dengan areal wilayah yang relatip sempit, Serawak harus lebih kreatip untuk mengelola sumber daya alamnya. Serawak harus mempunyai strategi yang ‘serius’ untuk mengelola segala propertinya yang berada dalam teritorial penguasaan pemerintahnya. Dan faktanya kreativitas Serawak menjadi sangat menonjol dibandingkan dengan pemerintah daerah Kalimantan (semua) yang lebih senang

Page 2: Indonesia to 2016

menggunakan paradigma memusatkan segalanya di puat keramaian. Mungkin karakter ini adalah karakter turunan dari pemerintah Pusat kalau melihat uraian pada sesi satu. Untuk hal yang lebih kecil yakni penguasaan dan perlindungan alam, Serawak sangat fokus untuk tetap memelihara segala keragaman dan keunikan sumber daya alam yang mereka miliki (yang notabene sama dengan yang dimiliki Indonesia). Lihat berbagai obyek obyek wisata yang Serawak unggulkan dan terutama yang dipelihara (dengan serius) yakni :

- Hutan Alam, keuinkan alam hutan dijadikan kawasan eco-tourism.- Budaya orang (asli) Dayak ; dijadikan icon ‘hutan’ - Orang Hutan (Kalimantan) di konservasi dengan baik- Hutan mangrove tempat tinggalnya Kera Hidung tetap di lindungi untuk kehidupan Kera

Hidung yang hanya satu-satunya jenis kera di dunia yang hidup di pulau Kalimantan (termasuk Serawak).

Disiplin dan serius dan ditambah cerdas, adalah ‘anak kecil’ Serawak yang saat ini hadir disamping negara Indonesia yang berdiri ‘pongah’ seolah-olah cerdas, seolah-olah kuat. Dengan disiplin dan serius menjadi sangat potential menjadi musuh besar pemerintah Indonesia (atau lebih dekat Kalimantan Barat) yang sama sekali tidak terlihat mata karena penyamarannya. Mengapa hal ini tidak nampak di mata Indonesia sebagai ancaman ?Kalimantan Barat, tumbuh dengan pengurangan hutan atau konversi hutan dengan angka rata-rata yang cukup tinggi. Setidaknya setiap tahun hutan akan dikonversi alias habis dalam sekitar 5 tahun atau kurang dari 10 tahun.Anak-anak suku Dayak juga para sesepuh Dayak, rame-rame akan bertransformasi menjadi orang kota yang lupa akan budayanya (seperti juga komunitas suku anak dalam misalnya) pada saat hutan dimana mereka dapat hidup sudah tidak ada lagi. Orang hutan kita jelas akan habis apalagi ditambah dengan maraknya perdagangan gelap orang hutan untuk di jual ke Malaysia. Kita akan tidak punya lagi Orang hutan (kalimantan) yang tinggal liar di hutan kita. Dan itu akan terjadi 5 tahun lagi.Kera Hidung akan sama persis nasibnya dengan hutan, orang Dayak, Orang Hutan, lebih luas lagi plasma nutfah akan lenyap dari muka bumi Kalimantan Barat.

Pada tahun 2016, iklan di layar TV yang menyebut Malaysia ‘Truly Asia’ menjadi tidak terbantahkan. Asia yang mempunyai Orang Hutan hanyalah Malaysia melalui negara bagian Serawak nya. Asia yang dicirikan oleh suku-suku asli seperti Dayak, hanya akan ada di Serawak. Kera Hidung tak mungkin lagi bertengger di pohon pohon mangrove di Kalimantan Barat, Timur dan Tengah karena kita sudah tidak mempunyai mangrove tetapi semua hanya akan ada di Serawak.

Serawaklah yang akan mewakili keaslian Kalimantan pada tahun 2016 nanti. Tidak usah ribut dengan masalah pencaplokan daerah oleh Malaysia. Itu hal besar yang untuk pemerintah Indonesia saat ini adalah isu yang paling mustahil untuk ditangani terbukti sduah berapa kali kita kalah untuk isu yang sama. Isu kecil tentang kreativitas dan disiplin disini semestinya dapat kita lakukan, karena sepenuhnya diri kita yang akan mengendalikanya. Maukah kita berserius untuk ini ? Sebelum kita kehilangan ‘jati diri’ dan Kalimantan direpresentasikan hanya oleh Serawak, negara Indonesia ini harus mulai sekarang memikirkan manajemen pembangunan yang mampu melindungi ekonomi, politik, kemanan seperti di amanahkan dalam konstitusi kita.

Keterangan gambar-gambar :

Page 3: Indonesia to 2016

Keahlian orang Dayak ‘menembakkan ‘ sumpit dengan asesoris keaslianya di pertahankan dan di subsidi oleh pemerintah Serawak . tertampang dalam brochure wisata.

Gambar disamping menunjukkan kepada kita bahwa ‘isi hutan Kalimantan adalah sahabat mereka – orang Serawak’. Kita pada tahun 2016 hanya akan mengenangnya sebagai ‘pernah tinggal di dekat kita’.

Kera-kera (milik kita) lebih senang tinggal di rumah tetangga, karena tetangga kita lebih berempati pada mereka. Karena Tetangga kita lebih mau memelihara mereka.

Kera-kera dan bururng0burung iru takut dengan kita karena kita tidak pernah melindunginya. Karena kita bahkan menangkap dan menjualnya dan terutama karena

kita menghancurkan rumah tinggal mereka. Mereka benci pada orang Indonesia, tetapi terutama pemerintah Indonesia yang selalu memberi ijin pengusahaan hutan pada pada pengusaha bukan pada pencinta lingkungan.

Dan kita pada akhirnya nanti akan benci pada pemerintah kita sendiri.................................................

guritno soerjodibroto ([email protected])

Page 4: Indonesia to 2016