Upload
vannguyet
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
INDUKSI KALUS EKSPLAN DAUN SIRIH HITAM (Piper betle L.)DENGAN KOMBINASI KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUHINDOLE-3-ACETIC ACID (IAA) DAN BENZYL AMINO PURIN (BAP)
SKRIPSI
NABILAH ISTIGHFARI ZURAIDASSANAAZ
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGIDEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
iv
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan
dalam lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai
sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penyusun dan
harus menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi ini
merupakan hak milik Universitas Airlangga.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala
karena telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Induksi Kalus
Eksplan Daun Sirih Hitam (Piper betle L.) dengan Kombinasi Konsentrasi
Zat Pengatur Tumbuh Indole-3-Acetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin
(BAP)” dengan baik. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains bidang biologi pada Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Airlangga.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan masukan berupa saran dan
kritik yang konstruktif demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dan riset
di bidang kultur jaringan dan aplikasinya dalam pemuliaan tanaman.
Surabaya, 26 Juli 2016
Penulis
Nabilah Istighfari Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan
bantuan, bimbingan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini, yaitu kepada:
1. Dr. Junairiah, S.Si., M.Kes. sebagai pembimbing I yang telah
senantiasa mencurahkan segenap ilmu, waktu, dan tenaga untuk
memberikan bimbingan, pengarahan yang sangat berharga selama
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Yosephine Sri Wulan Manuhara, M.Si. sebagai pembimbing II
yang telah memberikan ilmu dan saran yang sangat berharga kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Edy Setiti W. U., Dra., M.S. selaku penguji III yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan
skripsi ini.
4. M. Hilman Fuadil A., S.Si., M.Si. selaku penguji IV yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan
skripsi ini.
5. Dr. Alfiah Hayati sebagai dosen wali yang telah memberikan
bimbingan dan dukungan dalam menempuh pendidikan akademik.
6. Dr. Sucipto Hariyanto, DEA., selaku Ketua Departemen Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga yang senantiasa
memberikan motivasi dan semangat agar dapat menyusun skripsi ini
dengan baik.
7. Segenap Bapak dan Ibu dosen staf pengajar Departemen Biologi
yang telah mengajarkan banyak ilmu, pengalaman, dan kebaikan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
vii
8. Kedua orang tua tercinta, Ayah Ir. Achmad Sulthoni dan Ibu Ainur
Rochimah, S.T., terimakasih atas segala do’a, perhatian, kasih
sayang, dan semangat yang tak putus-putusnya diberikan.
9. Adik-adik tercinta, Niemas Izdihari Roudhotushshofiy dan
Elmassalafi Iftitahi Aualfatih Elfath, terimakasih atas do’a, dan
semangat yang selalu diberikan.
10. Rekan satu tim penelitian, Umul Fatin, Artifa Rachmah, Fairuz Nabil
Izdihar, dan Purnomo, terimakasih atas kerja samanya selama
penelitian hingga skripsi.
11. Teman seperjuangan Biologi angkatan 2012 yang telah memberikan
keceriaan dan menjadi teman berbagi cerita yang saling menguatkan
khususnya Riza Anggriani, Sugianti Rohmanah, Risca Wulandari,
Nadyatul Ilma Indah Savira, dan Manikya Pramudya yang telah
menjadi teman terbaik empat tahun lalu sampai seterusnya.
12. Teman, Kakak, dan Adik anggota Kelompok Studi Botani
Universitas Airlangga periode 2010-2016, terimakasih atas
kebersamaan, keceriaan dan semangatnya, terimakasih telah
memberikan penulis kesempatan menjadi salah satu ketua dari
kelompok studi ini.
13. Segenap warga HIMBIO yang selama ini telah memberikan ilmu dan
ajaran diluar akademik yang sangat berharga. Bio Life Himbio Jaya!
14. Seluruh karyawan Departemen Biologi, Bapak M. Sujoko, Bapak
Suwarni, Bapak Sunarto, Bapak Eko Suyanto, Bapak Sukadji, Bapak
Setyanto, Bapak Catur, Ibu Yatminah dan Ibu Arie atas bantuan
pelayanan dan kerjasamanya.
15. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan
penulis satu per satu.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
viii
Nabilah Istighfari Zuraidassanaaz. 2016. Induksi Kalus Eksplan Daun Sirih Hitam(Piper betle L.) Dengan Kombinasi Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Indole-3-Acetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP). Skripsi ini dibawah bimbinganDr. Junairiah, S.Si., M.Kes. dan Dr. Yosephine Sri Wulan Manuhara, M.Si.,Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,Surabaya.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasizat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap induksi dan pertumbuhan kaluseksplan daun Piper betle L. serta untuk menentukan kombinasi konsentrasi IAAdan BAP yang tepat dalam menginduksi kalus eksplan daun Piper betle L..Eksplan dari daun Piper betle L. ditumbuhkan pada media MS yang diperkaya 25zat pengatur tumbuh IAA dan BAP dengan kombinasi konsentrasi masing-masing0,0;0,5;1,0;1,5;2,0 mg/L. Rancangan penelitian yang dilakukan adalah eksperimenlaboratoris berupa rancangan acak lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisissecara kualitatif dan kuantitatif, data kualitatif didapatkan dari deskripsi morfologikalus daun Piper betle L., data kuantitaif didapatkan dari persentase eksplanmembentuk kalus, pengamatan waktu induksi kalus, berat segar kalus, dan beratkering kalus, kemudian data kuantitatif tersebut dianalisis secara statistikmenggunakan uji Mann-Whitney dengan nilai signifikansi (α = 0,05). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh IAA dan BAP berpengaruhterhadap pertumbuhan eksplan daun Piper betle L.. Penambahan kombinasikonsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L menunjukkanrespon terbentuknya kalus paling cepat yaitu 8,5 hari. Penambahan kombinasikonsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L merupakankonsentrasi yang menghasilkan berat segar terbaik yakni 0,6596 gram, sedangkanpada kombinasi konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L merupakankonsentrasi yang menghasilkan berat kering terbaik yakni 0,0727 gram. Sehinggadidapatkan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh yang sesuai untuk daunPiper betle L. adalah IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Kalus daun Piper betle L.membentuk dua tekstur kalus yakni kompak dan friabel, serta memunculkanberbagai macam warna seperti putih, putih kehijauan, putih kekuningan, putihkecokelatan, cokelat dan hitam.
Kata kunci: Induksi kalus, Piper betle L., IAA, dan BAP.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
ix
Nabilah Istighfari Zuraidassanaaz. 2016. Callus Induction of Black Betel’s Leaf(Piper betle L.) Explant with Combination of Growth Regulators Indole-3-AceticAcid (IAA) and Benzyl Amino Purin (BAP). This script is guided by Dr. Junairiah,S.Si., M.Kes., and Dr. Yosephine Sri Wulan Manuhara, M.Si., Department ofBiology, Faculty of Science and Technology, Airlangga University, Surabaya.
ABSTRACT
The purpose of this research was to know the influence of growthregulator combination IAA and BAP towards induction and growth of callus fromPiper betle L’s leaf explant and to determine the best combination of IAA andBAP concentration for inducing of callus from Piper betle L’s leaf explant.Explant from leaf of Piper betle L. was grown on MS media augmented withgrowth regulators IAA and BAP with 0.0;0.5;1.0;1.5;2.0 mg/L concentrationrespectively. This study was an experimental study with a completelyrandomaized design. The data were analyzed qualitatively and quantitatively.Qualitative data were obtained from the leaf callus morphological descriptionsPiper betle L. Quantitative data were obtained from a percentage of callus formedby explant, observation time of callus induction, callus fresh weight and callus dryweight, then the quantitative data were statistically analyzed using a Mann-Whitney test with significance value (α = 0.05). The result of this researchshowed that IAA and BAP had effects explant growth on leaf of Piper betle L..Combination of concentration 0.5 mg/L IAA and 2.0 mg/L BAP showed thefastest induction at 8.5 days. Combination of concentration 1.0 mg/L IAA and 1.5mg/L BAP showed the best of fresh weight at 0.6596 grams, meanwhile thecombination of concentration 0.5 mg/L IAA and 0.5 mg/L BAP showed the bestdry weight at 0.0727 grams. The conclusion of this research was thatconcentration 0.5 mg/L IAA and 0.5 mg/L BAP was the best combination forinduction of callus from leaf of Piper betle L. Callus of Piper betle L. had twotextures, that were compact and friable, and also showed various kind of color,like white, greenish white, yellowish white, tanned white, brown and black.
Key words: BAP, Callus induction, IAA, Piper betle L.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ......................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
UCAPAN TERIMAKASIH .............................................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................... 5
1.3 Asumsi penelitian........................................................................... 6
1.4 Hipotesis penelitian........................................................................ 7
1.4.1 Hipotesis kerja ....................................................................... 7
1.4.2 Hipotesis statistik................................................................... 8
1.5 Tujuan penelitian ............................................................................ 8
1.6 Manfaat penelitian .......................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 10
2.1 Tinjauan umum tentang sirih hitam (Piper betle L.)........................ 10
2.1.1 Sistematika sirih hitam (Piper betle L.) ................................. 11
2.1.2 Morfologi sirih hitam (Piper betle L.) ................................... 11
2.1.3 Kandungan sirih hitam (Piper betle L.) ................................. 12
2.1.4 Pemanfaatan sirih hitam (Piper betle L.) ............................... 13
2.2 Tinjauan umum tentang kultur jaringan tanaman ............................ 13
2.2.1 Induksi kalus .......................................................................... 15
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
xi
2.3 Media kultur jaringan....................................................................... 17
2.4 Zat pengatur tumbuh ........................................................................ 18
2.5 Mekanisme kerja IAA dan BAP ...................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 23
3.1 Waktu dan tempat penelitian ......................................................... 23
3.2 Alat dan bahan penelitian .............................................................. 23
3.2.1 Alat penelitian ..................................................................... 23
3.2.2 Bahan penelitian .................................................................. 23
3.3 Tahap penelitian............................................................................. 24
3.3.1 Pembuatan larutan stok mikronutrien.................................. 24
3.3.2 Pembuatan larutan stok zat besi .......................................... 24
3.3.3 Pembuatan larutan stok vitamin .......................................... 25
3.3.4 Pembuatan larutan stok zat pengatur tumbuh IAA.............. 25
3.3.5 Pembuatan larutan stok zat pengatur tumbuh BAP............. 26
3.3.6 Pembuatan media kultur ...................................................... 27
3.3.7 Sterilisasi alat dan ruang kerja............................................. 28
3.3.8 Penanaman eksplan ............................................................. 28
3.4 Variabel penelitian......................................................................... 30
3.5 Rancangan penelitian..................................................................... 30
3.6 Pengumpulan data.......................................................................... 31
3.7 Analisis data................................................................................... 33
3.8 Diagram alir penelitian .................................................................. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 35
4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 35
4.1.1 Lama waktu induksi kalus dan persentase eksplan
membentuk kalus daun sirih hitam (Piper betle L.) pada
media MS dengan berbagai macam kombinasi
konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP ................. 35
4.1.2 Berat segar dan berat kering kalus sirih hitam (Piper
betle L.) dengan kombinasi konsentrasi zat pengatur
tumbuh IAA dan BAP ......................................................... 38
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
xii
4.1.3 Morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) dengan
kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan
BAP ..................................................................................... 44
4.2 Pembahasan ................................................................................... 79
4.2.1 Pengaruh pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur
tumbuh IAA dan BAP terhadap lama waktu induksi
kalus dan persentase eksplan membentuk kalus daun
sirih hitam (Piper betle L.) .................................................. 79
4.2.2 Pengaruh pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur
tumbuh IAA dan BAP terhadap berat segar dan berat
kering kalus sirih hitam (Piper betle L.) ............................. 83
4.2.3 Pengaruh pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur
tumbuh IAA dan BAP terhadap morfologi kalus sirih
hitam (Piper betle L.) .......................................................... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 92
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 92
5.2 Saran .............................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 94
LAMPIRAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul tabel Halaman
3.5 Rancangan kombinasi konsentrasi IAA dan BAP...........................314.1 Rerata lama waktu induksi dan persentase kalus yang
terbentuk dari eksplan sirih hitam pada media MS berbagaikombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP............36
4.2 Rerata berat segar dan berat kering kalus sirih hitam selamadelapan minggu masa kultur............................................................39
4.3 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. ..........................................................44
4.4 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA0,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. ..........................................................46
4.5 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA0,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. ..........................................................47
4.6 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA0,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. ..........................................................48
4.7 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA0,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. ..........................................................50
4.8 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA0,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. ..........................................................52
4.9 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. ..........................................................53
4.10 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA0,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. ..........................................................55
4.11 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. ..........................................................56
4.12 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. ..........................................................57
4.13 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA1,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. ..........................................................59
4.14 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA1,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. ..........................................................60
4.15 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. ..........................................................62
4.16 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. ..........................................................63
4.17 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA1,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. ..........................................................64
4.18 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA1,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. ..........................................................66
4.19 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA1,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. ..........................................................67
4.20 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA1,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. ..........................................................68
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
xiv
4.21 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA1,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. ..........................................................70
4.22 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA1,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. ..........................................................71
4.23 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA2,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. ..........................................................73
4.24 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA2,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. ..........................................................74
4.25 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA2,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. ..........................................................75
4.26 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA2,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. ..........................................................77
4.27 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA2,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. .........................................................78
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul gambar Halaman
2.1 Habitus sirih hitam..............................................................................102.4 (a) Struktur kimia IAA dan (b) Struktur kimia BAP ..........................192.5 Mekanisme sitokinin terhadap pembelahan sel ..................................212.6 Mekanisme auksin terhadap pembesaran sel......................................223.8 Diagram alir penelitian .......................................................................344.1 Rerata lama waktu induksi kalus pada eksplan sirih hitam
terhadap berbagai kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuhIAA dan BAP......................................................................................37
4.2 Rerata berat segar kalus sirih hitam dan perlakuan berbagaikombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP...............40
4.3 Rerata berat kering kalus sirih hitam dan perlakuan berbagaikombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP...............41
4.4 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L ......................................................45
4.5 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 0,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L ......................................................47
4.6 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 0,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L ......................................................48
4.7 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 0,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L ......................................................49
4.8 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 0,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L ......................................................51
4.9 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 0,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L ......................................................53
4.10 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L ......................................................54
4.11 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 0,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L ......................................................55
4.12 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L ......................................................56
4.13 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L ......................................................58
4.14 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 1,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L ......................................................60
4.15 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 1,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L ......................................................61
4.16 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L ......................................................62
4.17 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L ......................................................64
4.18 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 1,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L ......................................................65
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
xvi
4.19 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 1,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L ......................................................67
4.20 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 1,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L ......................................................68
4.21 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 1,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L ......................................................69
4.22 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 1,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L ......................................................70
4.23 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 1,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L ......................................................72
4.24 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 2,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L ......................................................74
4.25 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 2,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L ......................................................75
4.26 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 2,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L ......................................................76
4.27 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 2,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L ......................................................77
4.28 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasiIAA 2,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L ......................................................78
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul lampiran
1 Komposisi media Murashige and Skoog (MS) Padat2 Tabel waktu induksi kalus eksplan sirih hitam (Piper betle L.) pada
berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP3 Tabel persentase eksplan sirih hitam (Piper betle L.) membentuk
kalus pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP4 Tabel berat segar dan berat kering kalus sirih hitam (Piper betle L.)
pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP5 Tabel morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) pada berbagai
kombinasi konsentrasi IAA dan BAP (minggu ke-1 sampai denganminggu ke-4)
6 Tabel morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) pada berbagaikombinasi konsentrasi IAA dan BAP (minggu ke-5 sampai denganminggu ke-8)
7 Tabel Uji distribusi normalitas8 Tabel signifikansi lama waktu induksi kalus eksplan sirih hitam
(Piper betle L.) berdasarkan uji Mann-Whitney9 Tabel signifikansi berat segar induksi kalus eksplan sirih hitam
(Piper betle L.) berdasarkan uji Mann-Whitney10 Tabel signifikansi berat kering induksi kalus eksplan sirih hitam
(Piper betle L.) berdasarkan uji Mann-Whitney11 Tabel Uji homogenitas varians
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di
berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan hasil pendataan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010, penyakit infeksi
(29,5%) merupakan penyebab kematian penduduk Indonesia terbesar kedua.
Penyakit ini terjadi akibat keberadaan dan pertumbuhan agen biologik patogenik
pada organisme host individu. Pada hal tertentu, penyakit infeksi dapat
berlangsung sepanjang waktu. Patogen penginfeksi meliputi virus, bakteri, jamur,
dan protozoa. Patogen ini merupakan penyebab epidemi penyakit (Wardani,
2012).
Selama ini penggunaan antibiotik mampu membunuh bakteri patogen,
tetapi perlu disadari bahwa upaya membunuh bakteri penyebab penyakit saja
ternyata tidak cukup memadai, hal tersebut disebabkan akibat kurang tepatnya
pemilihan antibiotik dan munculnya resistensi (Nasronuddin, 2007). Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011 menyatakan bahwa intensitas penggunaan
antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan
ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study)
menyebutkan bahwa dari 2.494 individu di masyarakat, 43% Escherichia coli
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
2
resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yakni ampisilin, kotrimoksazol, dan
kloramfenikol. Hal inilah yang mendorong dan mendasari pencarian sumber obat-
obatan alami yang murah dan memiliki potensi aktivitas antimikroba (Kumala dan
Siswanto, 2007).
Pemanfaatan tanaman sebagai bahan baku obat alami terus meningkat.
Saat ini masyarakat lebih tertarik untuk menggunakan obat-obatan alami yang
memiliki efek samping lebih rendah dari antibiotik dengan khasiat pengobatan
multifungsi berbagai penyakit. Hal ini terbukti bahwa perkembangan industri
berbahan baku tanaman obat dalam lima tahun terakhir menunjukkan
pertumbuhan yang signifikan dan hasil penjualan produksinya selama kurun
waktu tersebut meningkat sebesar 2,5–30% per tahun (Pribadi, 2009). Salah satu
contoh tanaman yang biasa digunakan masyarakat adalah sambiloto
(Andrographis paniculata) yang memiliki sifat melindungi hati (hepatoprotektif),
dan terbukti mampu melindungi hati dari efek negatif galaktosamin dan
parasetamol. Selain berkhasiat melindungi hati, sambiloto juga dapat menekan
pertumbuhan sel kanker. Contoh lainnya yakni tanaman brotowali (Tinospora
crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal yang mempunyai manfaat untuk
melancarkan fungsi organ pernafasan, menurunkan kadar gula, pengobatan
rematik, memar, demam, merangsang nafsu makan, sakit kuning, cacingan, dan
batuk (Nursiyah, 2013). Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat
adalah sirih hitam.
Sirih hitam (Piper betle L.) merupakan tanaman multifungsi yakni selain
sebagai tanaman hias juga bermanfaat sebagai obat berbagai penyakit. Seperti
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
3
halnya antibiotika, kandungan minyak atsiri pada daun sirih bermanfaat sebagai
obat penyakit periodontal dan penyakit saluran pernapasan manusia (Hermawan,
2007). Kandungan fenol juga berperan sebagai racun bagi mikroba dengan
menghambat aktivitas enzimnya (Suliantari et al., 2008), selain itu juga terdapat
kandungan saponin dan tannin yang bersifat sebagai antiseptik pada luka
permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi
pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka serta flavanoid selain berfungsi
sebagai bakteriostatik juga berfungsi sebagai antiinflamasi (Mursito, 2002). Selain
itu juga mengandung nitrogen, protein, karbohidrat, serat, vitamin A, B kompleks,
C, D, E, natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfor, besi, tembaga, dan seng
(Yanti, 2012).
Sirih hitam sebagai tanaman obat memiliki prospek yang menarik untuk
dikembangkan. Menurut Kartika (2013), selama ini senyawa metabolit sekunder
diperoleh melalui cara ekstraksi organ tumbuhan secara langsung, akan tetapi cara
ini membutuhkan pasokan bahan segar tumbuhan dalam skala besar selain itu juga
proses ekstraksi, isolasi, dan pemurniannya membutuhkan biaya yang relatif
mahal. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga
ketersediaannya serta meningkatkan produksi metabolit sekunder tanpa harus
membutuhkan waktu yang lama adalah melalui kultur kalus.
Sejauh ini penelitian yang terkait dengan sirih hitam adalah tentang
kandungan senyawa metabolit sekunder yang dilakukan oleh Rija’i (2015) dan uji
daya antifungal ekstrak etanol daun sirih hitam terhadap penghambatan
pertumbuhan Candida albicans oleh Ummah (2014). Sedangkan penelitian sirih
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
4
hitam terkait perbanyakan tanaman secara in vitro belum banyak dilakukan,
sehingga pada penelitian ini dilakukan perbanyakan tanaman secara in vitro
menggunakan zat pengatur tumbuh Indole-3-Acetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino
Purin (BAP). Hormon IAA merupakan hormon golongan auksin yang berperan
untuk merangsang pembesaran sel, sedangkan hormon BAP merupakan hormon
golongan sitokinin yang berperan merangsang pembelahan sel-sel tanaman.
Rashid et al. (2009) telah melakukan penelitian mengenai peran hormon
IAA dan BAP, hasilnya mengungkapkan bahwa eksplan gandum Pakistan
(Triticum aestivum) varietas Tatara menunjukkan hasil induksi kalus maksimum,
selain itu pada penelitian dari Abdelmageed et al. (2012) menunjukkan hasil
induksi yang maksimum juga pada konsentrasi hormon IAA dan BAP terhadap
eksplan cempaka wangi. Salah satu keluarga dari Piperaceae yang sudah pernah
dilakukan penelitian mengenai perbanyakan secara in vitro adalah sirih merah
(Piper crocatum Ruiz dan Pav.).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Suaibah (2014) menjelaskan bahwa
induksi kalus sirih merah paling cepat oleh kombinasi zat pengatur tumbuh NAA
3 mg/L dan BAP 0 mg/L, sedangkan Mujahidah (2014) menyebutkan bahwa zat
pengatur tumbuh 2,4-D 3 mg/L dan NAA 2,5 mg/L menginduksi kalus sirih
merah paling cepat. Penggunaan zat pengatur tumbuh IAA yang dikombinasikan
dengan BAP pada tanaman sirih belum dilakukan sehingga pada penelitian ini
akan melakukan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP, serta
tanaman yang digunakan merupakan dari keluarga Piperaceae lainnya yakni sirih
hitam (Piper betle L.). Penelitian sebelumnya belum ditemukan mengenai
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
5
perbanyakan sirih hitam dengan pengaruh kombinasi pemberian zat pengatur
tumbuh. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh, melalui kombinasi konsentrasi zat
pengatur tumbuh yaitu IAA dan BAP pada induksi kalus sirih hitam.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP
berpengaruh terhadap waktu induksi dan persentase eksplan membentuk
kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.)?
2. Apakah kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP
berpengaruh terhadap berat segar dan berat kering kalus pada kultur
eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.)?
3. Bagaimanakah morfologi kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam
(Piper betle L.) setelah pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur
tumbuh IAA dan BAP?
4. Berapakah kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP
yang sesuai untuk induksi kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam
(Piper betle L.)?
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
6
1.3 Asumsi penelitian
Zat pengatur tumbuh merupakan salah satu komponen media yang
menentukan keberhasilan kultur jaringan (Yusnita, 2003). Peranan auksin dan
sitokinin sangat nyata dalam pengaturan pembelahan sel, pemanjangan sel, dan
diferensiasi sel (Zulkarnain, 2009). Auksin sangat dikenal sebagai hormon yang
mampu berperan menginduksi terjadinya kalus, mendorong proses morfogenesis
kalus membentuk akar atau tunas, mendorong proses embriogenesis, dan dapat
memengaruhi kestabilan genetik sel tanaman (Santoso dan Nursandi, 2002). IAA
digunakan untuk mendorong pemanjangan sel serta menambah kemampuan sel
dalam menyerap air, sehingga dapat meningkatkan potensial air jaringan
akibatnya sel akan mengalami pemanjangan. Kemampuan IAA dalam proses
pengembangan sel terkait dengan kehadiran zat lain, dimana interaksi antara IAA
dan sitokinin yang terbentuk secara alami dapat mendorong pembelahan sel
(Salisbury dan Ross, 1995).
Sitokinin merupakan hormon tumbuhan turunan adenin dan berfungsi
untuk merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung
akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xilem (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Pemberian sitokinin kedalam media kultur jaringan penting untuk menginduksi
perkembangan dan pertumbuhan eksplan. Apabila ketersediaan sitokinin dalam
medium kultur sangat terbatas maka pembelahan sel pada jaringan yang
dikulturkan akan terhambat. Akan tetapi, apabila jaringan tersebut disubkulturkan
pada medium dengan kandungan sitokinin yang memadai maka pembelahan sel
akan berlangsung secara sinkron (George dan Sherington, 1984). BAP merupakan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
7
salah satu sitokinin sintetik yang aktif dan daya merangsangnya lebih lama karena
tidak mudah dirombak oleh enzim dalam tanaman (Yusnita, 2003).
Pada beberapa penelitian seperti penelitian dari Rashid et al. (2009)
mengatakan bahwa kombinasi dari BAP (2,0 mg/L) dan IAA (0,1 mg/L)
memberikan hasil induksi kalus gandum Pakistan (Triticum aestivum) secara
maksimum. Selain itu hal yang sama terjadi pada penelitian dari Abdelmageed et
al. (2012) mengenai induksi kalus tanaman cempaka wangi (Michelia champaca)
dengan teknik kultur jaringan menjelaskan bahwa konsentrasi zat pengatur
tumbuh IAA (0,5 mg/L) dan BAP (2,0 mg/L). Berdasarkan data tersebut dapat
diasumsikan bahwa kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP
berpengaruh terhadap induksi kalus eksplan daun sirih hitam.
1.4 Hipotesis penelitian
1.4.1 Hipotesis kerja
Jika kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP
berpengaruh terhadap waktu induksi kalus, persentase eksplan membentuk kalus,
berat segar dan berat kering kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper
betle L.), maka akan memberikan hasil yang berbeda pada waktu induksi kalus,
persentase eksplan membentuk kalus, berat segar dan berat kering kalus pada
kultur eksplan daun sirih hitam.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
8
1.4.2 Hipotesis statistik
H0 : Tidak ada pengaruh pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan
BAP terhadap waktu induksi kalus, persentase eksplan membentuk kalus,
berat segar dan berat kering kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam
(Piper betle L.).
H0 : Ada pengaruh pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP
terhadap waktu induksi kalus, persentase eksplan membentuk kalus, berat
segar dan berat kering kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper
betle L.).
1.5 Tujuan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan
BAP terhadap waktu induksi dan persentase eksplan membentuk kalus pada
kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.).
2. Mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan
BAP terhadap berat segar dan berat kering kalus pada kultur eksplan daun
sirih hitam (Piper betle L.).
3. Mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan
BAP terhadap morfologi kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam
(Piper betle L.).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
9
4. Mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan
BAP yang sesuai untuk induksi kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam
(Piper betle L.).
1.6 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kombinasi zat pengatur
tumbuh IAA dan BAP yang tepat untuk kultur kalus eksplan daun sirih hitam
(Piper betle L.), selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi ilmiah mengenai induksi kalus yang dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan produksi metabolit sekunder yang berasal dari tanaman sirih hitam
(Piper betle L.).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan umum tentang sirih hitam (Piper betle L.)
Sirih hitam merupakan tanaman tahunan dan termasuk dalam keluarga
Piperaceae dan genus Piper. Tanaman merambat ini memiliki ciri pada batangnya
yang berwarna merah kehitaman dan daun yang hijau kehitaman seperti terlihat pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Habitus sirih hitam, skala bar = 5 cm (Budiman, 2013).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
11
2.1.1 Sistematika sirih hitam (Piper betle L.)
Klasifikasi ilmiah sirih hitam menurut Backer dan Bakhuizen van den Brink
jr (1963) dalam buku Flora of Java dan Cronquist (1981) dalam buku An Integrated
System of Classification of Flowering Plants adalah:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Subclassis : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper betle L.
2.1.2 Morfologi sirih hitam (Piper betle L.)
Piper betle L. merupakan tanaman herba yang menjalar dan merambat pada
batang pokok di sekelilingnya. Daunnya termasuk daun tunggal bertangkai yang
lunak dengan duduk daun yang berseling, helaian daunnya berwarna hijau kehitaman,
pangkal daun berbentuk jantung dan ujung meruncing, tepi daunnya rata, memiliki
pertulangan daun menyirip. Daun ini memiliki kisaran panjang antara 5 - 8 cm dan
lebarnya antara 2 - 5 cm, saat penumpu daun rontok akan meninggalkan tanda bekas
berbentuk cincin pada batang, daunnya memiliki bau aromatis yang khas (Abdullah,
2011).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
12
Bentuk batangnya bulat dengan permukaannya kasar dan beruas, panjang
batangnya berkisar 5 - 15 m, berwarna merah kehitaman. Bunganya termasuk dalam
bunga majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ± 1 mm berbentuk bulat
panjang. Bulir jantan memiliki tangkai sepanjang 1,5 - 3 cm dengan dua benang sari,
sedangkan panjang tangkai bulir betina berkisar 2,5 - 6 cm dengan 3 - 5 buah kepala
putik. Tipe buahnya adalah buah buni dengan ujung bebas dan membulat. Bulir
masak berbentuk bulat, berambut abu-abu, rapat dan tebalnya 1 - 1,5 cm. Akar dari
sirih hitam ini termasuk akar tunggang, berbentuk bulat dan berwarna cokelat
kekuningan (Steenis, 2002).
Menurut Abdullah (2011), Sirih dapat hidup subur jika ditanam diatas tanah
gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang
mencukupi. Sirih secara umum tumbuh subur di sepanjang Asia hingga Afrika Timur.
Sirih dapat ditemukan di bagian timur pantai Afrika, di Pulau Zanzibar, kepulauan
Bonin, kepulauan Fuji, dan kepulauan Indonesia (Moeljanto dan Mulyono, 2004).
2.1.3 Kandungan sirih hitam (Piper betle L.)
Piper betle L. diduga memiliki banyak efek farmakologi namun belum
banyak dilakukan penelitian. Menurut penelitian dari Rija’i (2015) ditemukan bahwa
metabolit sekunder dalam daun sirih hitam yang terdeteksi yaitu alkaloid, flavonoid,
saponin, tanin, steroid, triterpenoid, dan polifenolat. Aroma khas pada daun sirih
hitam dikarenakan adanya kandungan kavikol yang merupakan senyawa turunan dari
fenol. Selain kandungan zat kimia, sirih hitam juga mengandung beberapa nutrisi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
13
seperti magnesium, tembaga, zat besi dan pati. Selain itu daun ini juga mengandung
serat serta Vitamin A, B kompleks, C, D, dan E (Yanti, 2012).
2.1.4 Pemanfaatan sirih hitam (Piper betle L.)
Daun sirih hitam juga memiliki khasiat yang dimiliki oleh daun sirih jenis
lain, secara umum daun ini mampu membantu menghilangkan bau pada badan yang
sumbernya karena cendawan serta bakteri, selain itu dapat juga untuk membersihkan
organ kewanitaan. Daun ini mampu menahan perdarahan sehingga mempercepat
penyembuhan luka pada kulit, sifat lainnya yakni mengerutkan yang berarti
mengencerkan dan mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, kegunaan lainnya adalah
untuk obat epistaksis, selain itu juga untuk cuci darah, asma, bronchitis, batuk rejan,
dan darah tinggi (Moeljanto dan Mulyono, 2004).
2.2 Tinjauan umum tentang kultur jaringan tanaman
Kultur jaringan terdiri atas dua kata yakni kultur yang berarti budidaya dan
jaringan berarti sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama
(Nugroho dan Sugito, 2005). Kultur jaringan tanaman atau teknik in vitro adalah
teknik menumbuh-kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ
tanaman dalam kondisi aseptik. Selain dicirikan keadaan yang aseptik, penggunaan
media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan zat pengatur tumbuh
(ZPT) juga menjadi ciri lain dari teknik in vitro ini (Yusnita, 2003).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
14
Pada Zulkarnain (2009) menjelaskan bahwa prinsip dasar pertumbuhan dan
perkembangan kultur jaringan secara in vitro dimulai ketika Schwann dan Schleiden
pada tahun 1838 mengemukakan teori totipotensi yang menyatakan bahwa sel-sel
bersifat otonom dan mampu berregenerasi menjadi tanaman lengkap. Sel bersifat
autonom artinya dapat melakukan metabolisme, tumbuh, dan berkembang secara
independen, jika diisolasi dari jaringan induknya. Totipotensi diartikan sebagai
kemampuan dari sel tumbuhan (baik sel somatik, sel vegetatif, maupun sel gametik)
untuk berregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali (Yusnita, 2003).
Eksplan adalah bagian tanaman yang dijadikan bahan inokulum awal yang
ditanam dalam media yang akan menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan
tertentu. Eksplan ini menjadi bahan dasar bagi pembentukan kalus yaitu bentuk awal
calon tunas yang kemudian mengalami proses pelengkapan tanaman seperti daun,
batang dan akar (Nusmawarhaeni et al., 1991). Eksplan yang digunakan pada kultur
jaringan harus yang masih muda (primordia), sel-selnya masih bersifat meristematis
dan sudah mengalami proses diferensiasi (Yuliarti, 2010). Umumnya eksplan yang
berasal dari jaringan tanaman yang masih muda lebih muda tumbuh dan beregenerasi.
Ukuran eksplan juga memengaruhi laju keberhasilan kultur jaringan. Apabila eksplan
dengan ukuran kecil mudah disterilisasi dan kemungkinan kecil terjadinya
kontaminasi, namun kemampuannya untuk beregenerasi juga lebih kecil sehingga
dibutuhkan media yang lebih kompleks untuk pertumbuhan dan regenerasinya
(Zulkarnain, 2009).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
15
Respon yang terlihat pertama kali yaitu terbentuknya jaringan penutup luka,
sel-selnya terus membelah, jika pembelahannya tidak terkendali akan membentuk
massa sel yang tidak terorganisir yang biasa disebut dengan kalus. Pembelahan sel-
sel yang tidak terkendali disebabkan sel-sel tumbuhan yang secara alamiah bersifat
autotrof, dikondisikan menjadi heterotrof dengan cara memberikan nutrisi yang
cukup kompleks didalam medium kultur. Sel-sel kalus ini berbeda dengan
eksplannya, sel-selnya menjadi tidak terdiferensiasi, proses ini disebut dediferensiasi
(Yuliarti, 2010).
2.2.1 Induksi kalus
Pada budidaya in vitro, menginduksi terbentuknya kalus merupakan salah satu
langkah yang penting. Setelah itu diusahakan rangsangan agar berdiferensiasi
membentuk tunas dan akar. Proses mulai terjadinya kalus sampai diferensiasi
berbeda-beda, tergantung macam dan bagian tanaman yang dipakai untuk eksplan,
metode budidaya in vitro yang digunakan dan zat-zat tanaman yang dicampurkan
pada medium dasar (Suryowinoto, 1996).
Tanaman dapat diperbanyak secara vegetatif menggunakan teknik kultur
jaringan dengan teknik kultur kalus atau kultur sel. Jika suatu eksplan ditanam pada
medium padat atau dalam medium cair yang sesuai, dalam waktu 2–4 minggu,
tergantung spesiesnya maka akan terbentuk kalus yang merupakan massa amorf dan
tersusun atas sel-sel parenkim berdinding sel tipis yang berkembang dari hasil
poliferasi sel-sel jaringan induk akibat adanya perlukaan pada jaringan organ
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
16
(Yuwono, 2006). Beberapa jaringan tanaman dapat digunakan untuk membentuk
biakkan kalus seperti akar, batang, dan daun. Untuk membentuk kalus, jaringan
dipisahkan dari tanaman dan permukaan sayatan disterilkan untuk membunuh
pengkontaminasi biakkan (Nasir, 2002).
Membuat kalus berarti menginduksi dari bagian tanaman tertentu, biasanya
dengan jalan dirangsang secara hormonal. Hormon yang banyak digunakan untuk
induksi kalus adalah auksin. Induksi kalus dipengaruhi oleh auksin. Tahapan induksi
kalus adalah suatu tahapan yang penting dalam budidaya kultur jaringan. Tahapan
inilah yang merupakan tahapan untuk mendapatkan tanaman utuh atau untuk tujuan
lain sesuai yang diinginkan. Sitokinin sering pula digunakan sebagai bahan
kombinasi untuk induksi kalus, untuk menghasilkan kalus yang baik, zat hara sangat
berperan dalam merangsang pertumbuhan sel dengan cepat. Kebutuhan nutrisi
mineral untuk tanaman yang dikulturkan secara in vitro pada dasarnya sama dengan
kebutuhan hara tanaman yang ditumbuhkan di tanah, yaitu meliputi hara-hara makro
dan mikro (Santoso dan Nursandi, 2004).
Unsur hara esensial ada dua yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro.
Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
besar (1 - 15 mg/berat kering tanaman) seperti nitrogen, kalium, kalsium, fosfor,
magnesium, dan sulfur. Sedangkan hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit (0,1 µg - 0,1 mg/berat kering tanaman)
seperti Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo, Co dan Cl (Goerge dan Klerk, 2008).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
17
2.3 Media kultur jaringan
Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah
diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yang dikulturkan. Media kultur secara fisik dapat berbentuk cair atau padat (Yusnita,
2003).
Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan
hormon. Selain itu diperlukan pula bahan tambahan seperti agar, gula dan lain-lain.
Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya juga
jumlahnya tergantung dengan kebutuhan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Medium MS merupakan media yang secara luas dikembangkan pada tahun 1962.
Dari berbagai komposisi dasar ini kadang-kadang dibuat modifikasi, misalnya hanya
menggunakan setengah dari konsentrasi garam-garam makro yang digunakan atau
menggunakan komponen garam-garam makro berdasarkan MS yang disesuaikan
(Gunawan, 1994). Medium yang dikembangkan oleh Murashige dan Skoog (MS)
untuk kultur jaringan tanaman digunakan secara luas untuk kultivasi kalus pada agar
demikian juga kultur suspensi sel dalam medium cair. Keistimewaan medium ini
yaitu kandungan nitrat, kalium dan amoniumnya yang tinggi (Wetter dan Constabel,
1991). Selain medium MS ada beberapa contoh medium lainnya yaitu komposisi
Knudson C (1946), Heller (1953), Nitsch dan Nitsch (1972), Gamborg B5 (1976),
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
18
Linsmaier dan Skoog-LS (1965), serta Woody Plant Medium-WPM (Lloyd dan
McCown, 1980) (Yusnita, 2003).
2.4 Zat pengatur tumbuh
Zat pengatur tumbuh (ZPT) didalam tanaman mengatur pertumbuhan dan
perkembangan tanaman pada setiap tingkat pertumbuhan dan perkembangan. Pada
tanaman terdapat fitohormon yang menghambat, zat pengatur tumbuh akan bekerja
secara aditif (sinergis) dengan fitohormon (pendorong) atau antagonis dengan fitohormon
yang menghambat. Resultan dari interaksi ini akan tampak dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh dibedakan menjadi ZPT endogen dan ZPT
eksogen. ZPT endogen disebut fitohormon, sedangkan ZPT eksogen atau sintetik terdiri
dari lima golongan yaitu auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, dan etilen dalam
berbagai bentuk (Wattimena, 1991).
Pada kultur jaringan zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin sangat
berpengaruh. Auksin merupakan salah satu jenis hormon yang dapat memacu
pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan proses elongasi sel dan perpanjangan
batang seperti halnya diferensiasi sel (Tarabily et al., 2003). IAA adalah hormon auksin
endogen yang disintesis dalam batang dan akar. Prinsip karakterisasi adalah mengontrol
proses fisiologis dan menstimulasi kapasitas perpanjangan sel dalam batang dan bagian
koleoptil mempengaruhi inang pada respon perkembangan termasuk inisiasi akar,
differensiasi vaskular, perkembangan bunga maupun buah, bertanggung jawab dalam
pola gravitasi dan pencahayaan (Ekowahyuni, 2002).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
19
Menurut Rao (1994), bahwa asam indol asetat (IAA) merupakan salah satu
contoh auksin dengan rumus kimia C10H9O2N (Gambar 2.4).
(a) (b)
Gambar 2.4 (a) Struktur kimia IAA dan (b) Struktur kimia BAP (Rao, 1994).
Selain IAA, zat pengatur tumbuh yang penting lainnya adalah dari golongan
sitokinin. Salah satu jenis ZPT dari golongan sitokinin yang sering dipakai dalam
kultur jaringan yaitu BAP (6-benzylaminopurine) (Gambar 2.4). Menurut George dan
Sherrington (1984) 6-benzylaminopurine (BAP) merupakan salah satu sitokinin
sintetik yang aktif dan daya merangsangnya lebih lama karena tidak mudah dirombak
oleh enzim dalam tanaman. Sedangkan menurut Noggle dan Fritz (1983) BAP
memiliki struktur yang mirip dengan kinetin dan juga aktif dalam pertumbuhan dan
proliferasi kalus. sehingga BAP merupakan sitokinin yang paling aktif. Selain itu
kultur tunas pucuk pada medium MS, baik yang mengandung sitokinin (BAP)
tunggal maupun kombinasi menunjukkan respon yang bervariasi.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
20
2.5 Mekanisme kerja IAA dan BAP
Eksplan yang diinokulasikan pada medium dengan kombinasi IAA dan BAP
terinduksi pertumbuhan kalusnya. Keseimbangan antara auksin dan sitokinin akan
menghasilkan pertumbuhan yang optimal (Werner, 2009). Menurut George (1993)
menyatakan bahwa jika rasio auksin lebih rendah daripada sitokinin maka
organogenesis akan mengarah ke tunas. Sedangkan jika rasio auksin seimbang
dengan sitokinin maka akan mengarah ke pembentukan kalus sedangkan jika rasio
auksin lebih tinggi daripada sitokinin organogenesis akan cenderung mengarah ke
pembentukan akar.
Menurut Lee (2002), Auksin dan sitokinin dapat mengalami beberapa jenis
interaksi yaitu interaksi yang bersifat antagonis, maupun sinergis. Pada pembentukan
kalus antara auksin (IAA) dan sitokinin (BAP) bersifat sinergis. Auksin berperan
dalam mengatur pertumbuhan dan pemanjangan sel, sedangkan sitokinin berperan
dalam pembelahan sel. Hal ini mudah dimengerti karena secara seluler auksin
berperan dalam pemanjangan sel, sedangkan sitokinin memicu pembelahan sel,
morfogenesis dan pertumbuhan merupakan proses yang sangat penting dalam
pembetukan kalus dan selanjutnya diikuti rediferensiasi kalus menuju pembentukan
tunas yang dipicu oleh adanya cahaya.
Menurut D’Agostino (1999), menyatakan bahwa dalam pembelahan sel
sitokinin berperan dalam transisi fase G1→S dan fase G2→M dengan meningkatkan
aktifitas fosforilasi sel. George (1993) menyebutkan bahwa (G1 = Gap1) merupakan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
21
fase dimana pertumbuhan terjadi meningkatnya kuantitas organela dan meningkatnya
volume sitoplasma. Setelah fase G1 siap maka sel akan segera memasuki fase S. Fase
S adalah saat terjadinya sintesa DNA yang menghasilkan replikasi DNA yang identik
dengan DNA induk. Fase S diikuti oleh fase G2 dimana sel mempersiapkan diri
untuk melakukan mitosis. Sedangkan fase M adalah fase mitosis dimana terjadi
pembelahan inti (pemisahan kromosom) dan pemisahan sitoplasma. Pada Gambar 2.5
berikut merupakan mekanisme sitonikin terhadap pembelahan sel:
Gambar 2.5 Mekanisme sitokinin terhadap pembelahan sel (D’Agostino, 1999).
Skoog dan Miller (1957) dalam Kieber (2002) mengatakan sitokinin terlibat
dalam berbagai aspek pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
22
perkembangan seluler sitokinin berperan dalam meningkatkan aktivitas pembelahan
sel. Sedangkan auksin berperan dalam pembesaran sel melalui hipotesa pertumbuhan
asam, dimana auksin dapat memicu pompa proton untuk meningkatkan jumlah H+ ke
dalam sel sehingga sitoplasma sel menjadi lebih asam kemudian menyebabkan
melonggarnya ikatan polisakarida pada dinding sel, sehingga air dengan mudah
berosmosis ke dalam sel dan menyebabkan sel mengalami pembesaran. Pada Gambar
2.6 berikut ini adalah gambar skematik mekanisme auksin terhadap pembesaran sel:
Gambar 2.6 Mekanisme auksin terhadap pembesaran sel (Campbell et.al., 2003).
Rasio auksin yang lebih tinggi pada medium akan memicu pertumbuhan kalus
dan menginisiasi terbentuknya akar (George, 1993). Interaksi antara sitokinin dan
auksin berperan dalam mengontrol banyak aspek pertumbuhan dan differensasi sel.
Ketika dikombinasikan dengan auksin, sitokinin memicu differensiasi dan
perkembangan sel, organ dan seluruh bagian tanaman (Hendaryono, 1994).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan selama enam bulan, yaitu pada Bulan Januari sampai
dengan Bulan Juni 2016 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Departemen
Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.
3.2 Alat dan bahan penelitian
3.2.1 Alat penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi erlenmeyer, gelas
ukur, gelas beaker, cawan petri, botol kultur, pengaduk kaca, pipet, bunsen, korek
api, pinset, gunting, spatula, kertas saring, kertas payung, kertas label, tissue,
plastik, alumunium foil, sprayer, kain bersih, timbangan analitik, oven, hot plate
magnetic stirrer, magnetic stirrer, micropipette, kompor listrik, autoclave,
Laminar Air Flow (LAF), dan kamera.
3.2.2 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan sebagai eksplan adalah daun sirih hitam (Piper
betle L.) yang masih muda, terdapat pada urutan daun kedua sampai keempat dari
bagian pucuk tanaman. Sirih hitam ini diperoleh dari Pasar Bunga Bratang,
Surabaya.
Bahan kimia yang digunakan adalah bahan-bahan penyusun media
Murashige and Skoog (MS) (Lampiran 1), serta zat pengatur tumbuh Indole-3-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
24
Acetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP), liquid detergent, spiritus,
aquades steril, kloroks 20%, dan alkohol 70%.
3.3 Tahap penelitian
3.3.1 Pembuatan larutan stok mikronutrien
Pembuatan larutan stok mikronutrien dilakukan dengan pembuatan
persediaan dalam 100 ml atau 100 kali konsentrasi, yakni dengan menimbang
bahan-bahan kimia mikronutrien (2230 mg MnSO4.H2O; 860 mg ZnSO4.4 H2O;
620 mg H3BO3; 83 mg KI; 25 mg NaMoO4.2 H2O; 2,5 mg CuSO4.5 H2O; 2,5 mg
CoCl2.6 H2O), kemudian bahan-bahan tersebut dimasukkan satu per satu ke dalam
erlenmeyer ukuran 200 mL yang berisi 80 mL aquades steril. Setiap kali
memasukkan bahan kimia harus segera dilarutkan dengan diaduk menggunakan
pengaduk kaca secara perlahan, kemudian bahan berikutnya dimasukkan. Apabila
semua bahan dimasukkan secara bersamaan akan terbentuk endapan (presipitat).
Setelah itu larutan yang sudah jadi ditambahkan aquades steril hingga volume 100
mL. Selanjutnya larutan tersebut ditutup dengan alumunium foil dan diberi label:
Mikronutrien MS 100X, 1 mL/L, artinya untuk setiap pembuatan 1 liter media MS
memerlukan 1 mL larutan stok mikronutrien. Setelah itu disimpan dalam lemari
pendingin (Manuhara, 2014).
3.3.2 Pembuatan larutan stok zat besi
Pembuatan larutan stok zat besi dengan volume 200 mL atau 40 kali
konsentrasi, yakni dengan menimbang bahan-bahan kimia 1112 mg FeSO4.7H2O
dan 1492 mg Na2EDTA, kemudian bahan-bahan tersebut dimasukkan dalam
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
25
erlenmeyer ukuran 200 mL untuk dilarutkan dalam aquades steril sebanyak 75 mL
secara terpisah dan larutan FeSO4.7H2O dipanaskan sampai hampir mendidih,
selanjutnya larutan Na2EDTA dimasukkan sedikit demi sedikit dan diaduk
menggunakan magnetic stirrer. Larutan berwarna kuning emas. Setelah itu
menambahkan aquades steril hingga volume akhir menjadi 200 mL. Selanjutnya
larutan tersebut ditutup dengan alumunium foil dan diberi label: Zat besi MS 40X,
5 mL/L, artinya untuk setiap pembuatan 1 liter media memerlukan 5 mL larutan
stok zat besi. Setelah itu disimpan dalam lemari pendingin (Manuhara, 2014).
3.3.3 Pembuatan larutan stok vitamin
Pembuatan larutan stok vitamin dengan volume 200 mL atau 50 kali
konsentrasi, yakni dengan menimbang bahan-bahan kimia (100 mg Glycine; 25
mg Nicotinic acid; 25 mg Pyridoxine-HCl; 5 mg Thiamine-HCl), kemudian
bahan-bahan tersebut dimasukkan dalam erlenmeyer ukuran 200 mL yang berisi
aquades steril sebanyak 100 mL satu per satu hingga homogen menggunakan
magnetic stirrer. Setelah itu menambahkan aquades steril hingga volume akhir
menjadi 200 ml. Selanjutnya larutan tersebut ditutup dengan alumunium foil dan
diberi label: Vitamin MS 50X, 4 mL/L, artinya untuk setiap pembuatan 1 liter
media memerlukan 4 mL larutan stok vitamin. Setelah itu disimpan dalam lemari
pendingin (Manuhara, 2014).
3.3.4 Pembuatan larutan stok zat pengatur tumbuh IAA
Pembuatan larutan zat pengatur tumbuh Indole-3-Acetic Acid (IAA)
sebanyak 100 mL dilakukan dengan menimbang 50 mg IAA, kemudian
dimasukkan kedalam erlenmeyer ukuran 100 mL dengan ditambahkan beberapa
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
26
tetes KOH 1N dan dipanaskan hingga larut (jernih), setelah itu ditambahkan 20
mL aquades steril sambil diaduk dan dipanaskan hingga larutan jernih. Kemudian
setelah dingin, ditambahkan aquades steril hingga volume akhir sebanyak 100 mL
sambil terus diaduk menggunakan magnetic stirrer. Stok yang telah siap ditutup
dengan alumunium foil dan diberi label: IAA, 500 ppm (500 mg/l), setelah itu
disimpan dalam lemari pendingin (Manuhara, 2014).
3.3.5 Pembuatan larutan stok zat pengatur tumbuh BAP
Pembuatan larutan zat pengatur tumbuh Benzyl Amino Purin (BAP)
sebanyak 100 mL dilakukan dengan menimbang 50 mg BAP, kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 100 mL dengan ditambahkan beberapa
tetes HCl 1N dan dipanaskan hingga larut, setelah itu ditambahkan 20 mL aquades
steril sambil diaduk dan dipanaskan hingga larutan jernih. Kemudian setelah
dingin, ditambahkan aquades steril hingga volume akhir sebanyak 100 mL sambil
terus diaduk menggunakan magnetic stirrer. Stok yang telah siap ditutup dengan
alumunium foil dan diberi label: BAP, 500 ppm (500 mg/L), setelah itu disimpan
dalam lemari pendingin (Manuhara, 2014).
Untuk membuat medium dengan konsentrasi IAA/BAP tertentu,
menggunakan rumus sebagai berikut:
V1 . M1 = V2 . M2
Keterangan:
V1 : Volume IAA/BAP yang belum diketahui
M1 : Konsentrasi stok IAA/BAP
V2 : Volume total medium yang akan dibuat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
27
M2 : Konsentrasi IAA/BAP yang dikehendaki
3.3.6 Pembuatan media kultur
Pembuatan media Murashige and Skoog (MS) dengan volume 1000 mL,
dimulai dengan menimbang bahan kimia makronutrien (1650 mg NH4NO3; 1900
mg KNO3; 440 mg CaCl2.2H2O; 370 mg MgSO4.7H2O; 170 mg KH2PO4) dan
dilarutkan satu per satu dalam erlenmeyer 1000 mL yang berisi 500 mL aquades
menggunakan magnetic stirrer. Setelah seluruh bahan larut, ditambahkan 5 mL
stok zat besi, 1 mL stok mikronutrien dan 4 mL stok vitamin kemudian
ditambahkan 100 mg myo-inositol dan 30 gram sukrosa. Zat pengatur tumbuh
IAA dan BAP ditambahkan pada media sesuai konsentrasi yang diinginkan.
Setelah itu mengukur pH dengan kertas pH, pH optimal dalam pembuatan media
MS berkisar 5,6-5,8. Apabila terlalu asam, maka ditambahkan KOH 1N dan
apabila terlalu basa, maka ditambahkan HCl 1N, kemudian menambahkan
aquades hingga volume akhir 1000 mL (Manuhara, 2014).
Media pertumbuhan MS yang dibuat merupakan media padat, sehingga
perlu menambahkan 8 gram agar, kemudian memanaskannya menggunakan
kompor listrik hingga agar larut. Pada keadaan cair, media dibagi dalam botol
kultur ± 10 mL/botol. Botol kultur ditutup dengan alumunium foil dan diberi label
sesuai dengan perlakuan. Botol kultur berisi media yang telah memadat
disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121 0C selama 15 menit dan
tekanan 1,2 atm dan selanjutnya disimpan dalam ruangan penyimpanan/ruang
inkubasi (Manuhara, 2014).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
28
3.3.7 Sterilisasi alat dan ruang kerja
Peralatan yang dibutuhkan untuk kultur jaringan, sebelumnya dicuci bersih
menggunakan sabun cuci dan dibilas dengan air bersih kemudian dikeringkan.
Alat-alat seperti dissecting-set (pinset dan scalpel) serta cawan petri dibungkus
rapi menggunakan kertas payung, sedangkan untuk peralatan seperti erlenmeyer
dan gelas ukur bagian mulut gelas cukup ditutup dengan alumunium foil.
Kemudian seluruh alat tersebut dan botol kultur yang tadi sudah berisi media
disterilisasi dengan autoclave (suhu 121 0C, tekanan 1,2 atm) selama 15 menit.
Setelah proses autoclave berakhir, peralatan yang telah steril tersebut disimpan
dalam oven sebelum digunakan.
Selain alat-alat diatas yang perlu disterilkan, ruang kerja juga harus tetap
bersih dan steril seperti dinding dan lantai ruangan yang dibersihkan dengan
desinfektan, selain itu Laminar Air Flow (LAF) sebagai tempat proses penanaman
eksplan juga perlu untuk disterilkan dengan kain bersih yang telah dibasahi
dengan alkohol 70% yang diratakan ke meja dan dinding kaca LAF. Setelah itu
semua alat yang tadi sudah disterilkan dengan autoclave dimasukkan kedalam
LAF yang sebelumnya sudah diratakan dengan kain bersih yang dibasahi alkohol
70%. Kemudian lampu Ultraviolet (UV) dinyalakan dan dibiarkan selama 15-20
menit. Setelah itu, lampu UV dimatikan diganti menyalakan lampu neon dan
blower (Manuhara, 2014).
3.3.8 Penanaman eksplan
Proses penanaman eksplan dilakukan secara aseptis dalam Laminar Air
Flow (LAF). Eksplan yang digunakan adalah daun sirih hitam yang masih muda
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
29
(daun urutan kedua sampai keempat dari bagian pucuk). Permukaan daun sirih
hitam tersebut dicuci dengan cara daun direndam dalam detergen dan digoyang-
goyang selama 5 menit, kemudian dibilas dengan air mengalir sambil digosok
dengan tangan secara perlahan, kemudian direndam pada larutan alkohol 70% dan
digoyang-goyang selama 6 menit, lalu dibilas dengan aquades sebanyak 3 kali,
selanjutnya daun direndam dalam larutan kloroks 20% dan digoyang-goyang
selama 10 menit, setelah itu larutan kloroks dibuang dan daun sirih hitam tersebut
dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali (Saputri, 2011).
Daun sirih hitam dipindahkan kedalam cawan petri yang telah dialasi
dengan kertas saring. Daun sirih hitam dipotong dengan ukuran ±1 cm2, kemudian
diletakkan dalam botol kultur sesuai dengan perlakuan. Setiap botol kultur diisi
dengan 3 eksplan, kemudian diletakkan dalam ruang inkubasi dengan suhu 20-25
0C. Penggunaan suhu yang rendah dapat mengurangi aktivitas enzim peroksidase
dan oksidase yang bertindak sebagai katalisator dalam proses oksidasi senyawa
fenol. Akibatnya, keracunan oleh eksudat toksik ini dapat ditekan. Namun apabila
luka jaringan telah sembuh, maka pemakaian suhu tinggi akan lebih
menguntungkan karena pada suhu tersebut aktivitas metabolisme sel lebih tinggi
(Saputri, 2011).
Pencahayaan yang diperlukan sebagai syarat pokok proses fotosintesis,
intensitas cahaya yang dibutuhkan berkisar 400-3000 lux. Cahaya yang digunakan
dapat berasal dari cahaya matahari difus, lampu neon, dan lampu cool white.
Ukuran umum yang sering digunakan ialah lampu neon putih 40 watt diletakkan
1,5 – 2 meter dari rak tempat botol kultur. Semakin kecil daya lampu yang
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
30
digunakan maka semakin dekat jarak lampu ke tanaman. Peranan cahaya terhadap
pertumbuhan eksplan ditentukan oleh intensitas dan kualitas cahaya serta lamanya
penyinaran (Saputri, 2011).
3.4 Variabel penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas, berupa kombinasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP
dengan lima konsentrasi yaitu 0,0 mg/L; 0,5 mg/L; 1,0 mg/L; 1,5 mg/L;
2,0 mg/L.
2. Variabel terikat, meliputi waktu eksplan membentuk kalus (hari),
persentase (%) eksplan membentuk kalus, warna dan tekstur kalus yang
terbentuk, berat segar kalus, dan berat kering kalus (gram).
3. Variabel terkendali, meliputi ukuran eksplan, media kultur, pH media,
suhu, dan intensitas cahaya.
3.5 Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan adalah eksperimen laboratoris, yakni
berupa rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan faktor berupa
konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP.
Penelitian ini terdiri atas 25 perlakuan, masing-masing perlakuan dilakukan
pengulangan sebanyak 6 kali dengan jumlah eksplan disetiap botol berisi 3 potong
eksplan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
31
Penelitian ini menggunakan berbagai perbandingan konsentrasi zat
pengatur tumbuh IAA dan BAP dengan rancangan kombinasi sebagai berikut
(Tabel 3.5):
Tabel 3.5 Rancangan kombinasi konsentrasi IAA dan BAP.
Konsentrasi
ZPT IAA
(mg/L)
Konsentrasi ZPT BAP (mg/L)
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0
0,0 I0,0 B0,0 I0,0 B0,5 I0,0 B1,0 I0,0 B1,5 I0,0 B2,0
0,5 I0,5 B0,0 I0,5 B0,5 I0,5 B1,0 I0,5 B1,5 I0,5 B2,0
1,0 I1,0 B0,0 I1,0 B0,5 I1,0 B1,0 I1,0 B1,5 I1,0 B2,0
1,5 I1,5 B0,0 I1,5 B0,5 I1,5 B1,0 I1,5 B1,5 I1,5 B2,0
2,0 I2,0 B0,0 I2,0 B0,5 I2,0 B1,0 I2,0 B1,5 I2,0 B2,0
Keterangan:
I(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA
B(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP
3.6 Pengumpulan data
Pada penelitian ini, pengamatan dilakukan selama 8 minggu dengan
parameter yang diamati:
1. Pengamatan terbentuknya kalus (hari)
Menentukan hari mulai terbentuknya kalus dengan mengamati
lamanya pembentukan kalus pada eksplan (lampiran 2), dihitung mulai dari
satu hari setelah penanaman eksplan pada media dengan zat pengatur tumbuh
dan diamati setiap hari sampai terbentuknya kalus.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
32
2. Persentase (%) eksplan terbentuk kalus
Menentukan persentase (%) eksplan terbentuk kalus yang dihitung dari
jumlah eksplan yang membentuk kalus dibagi dengan jumlah eksplan yang
ditanam pada media kemudian dikali 100% (lampiran 3).
3. Penentuan berat segar dan berat kering kalus (gram)
Menentukan berat segar kalus dengan cara menimbang berat segar
kalus setelah dikultur selama 8 minggu tanpa botol kultur dan media
tanamnya, setelah itu dilakukan penimbangan berat kering kalus yang
sebelumnya telah di oven selama 48 jam dengan suhu 60 – 70 0C (Andriani,
2014) (lampiran 4).
4. Pengamatan morfologi kalus
Pengamatan morfologi kalus dengan cara mengamati kalus secara
visual, baik warna maupun tekstur kalus yang terbentuk dari eksplan. Kalus
memiliki macam-macam warna, seperti hijau, hijau keputihan, putih kuning,
hijau kekuningan, cokelat, dan sebagainya (Mudyantini et al., 2004).
Sedangkan untuk macam-macam tekstur kalus yaitu kompak dan friabel.
Kalus friabel yang terbentuk ikatan antar selnya tampak renggang, mudah
dipisahkan dan jika diambil dengan pinset, kalus mudah pecah dan ada yang
menempel pada pinset, sedangkan kalus yang kompak mempunyai tekstur
yang sulit untuk dipisahkan dan terlihat padat (Fitriani, 2008).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
33
3.7 Analisis data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari pengamatan secara visual meliputi warna
dan tekstur kalus yang dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari
persentase eksplan membentuk kalus, pengamatan waktu induksi kalus, berat
segar kalus, dan berat kering kalus. Pada data tiga terkahir yang disebutkan akan
dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS versi 22.
Data tersebut terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui bahwa data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Kemudian dilanjutkan uji homogenitas variannya
menggunakan Test Homogenity of Variance untuk mengetahui data yang
diperoleh merupakan data homogen yakni dengan Levene’s Test. Data
berdistribusi normal dan bervariasi homogen jika derajat signifikannya > 0,05
yang kemudian dilanjut dengan analisis uji parametrik yakni ANOVA untuk
mengetahui pengaruh kelompok-kelompok perlakuan yang menggunakan uji
Duncan. Jika derajat signifikansi pada hasil analisis varians menunjukkan > 0,05
maka data bervariasi homogen, namun jika data tidak bervariasi homogen akan
dilanjutkan uji Brown-Forsythe (p < 0,05) dan dilanjutkan uji Games-Howell. Jika
data tidak berdistribusi normal maka dianalisis menggunakan uji nonparametrik
yakni uji Kruskal-Wallis (p < 0,05) untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh pada
setiap perlakuan yang kemudian dilanjut dengan uji lanjutan yakni Mann-Whitney.
Pada uji Mann-Whitney, jika derajat signifikannya < 0,05 maka antar perlakuan
yang dibandingkan menunjukkan adanya pengaruh (Nazir, 1999).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
34
3.8 Diagram alir penelitian
Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.8:
Gambar 3.8 Diagram alir penelitian.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi
zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap waktu induksi kalus, persentase eksplan
membentuk kalus, berat segar kalus, berat kering kalus, dan morfologi kalus daun
sirih hitam (Piper betle L.). Pada berbagai perlakuan dengan kombinasi zat pengatur
tumbuh IAA dan BAP menunjukkan adanya respon yang bervariasi terhadap kalus
sirih hitam. Pengamatan pada penelitian ini dilakukan selama delapan minggu masa
kultur eksplan.
4.1.1 Lama waktu induksi kalus dan persentase eksplan membentuk kalusdaun sirih hitam (Piper betle L.) pada media MS dengan berbagai macamkombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP
Tahap induksi kalus pada penelitian ini digunakan untuk mendapatkan kalus
dari eksplan daun sirih hitam. Eksplan daun sirih hitam yang ditumbuhkan pada
media Murashige and Skoog (MS) dengan 25 perlakuan kombinasi konsentrasi zat
pengatur tumbuh IAA dan BAP memberikan respon yang bervariasi terhadap lama
waktu induksi kalus. Rerata lama waktu terbentuknya kalus sirih hitam terdapat pada
Tabel 4.1 dan Lampiran 2.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
36
Tabel 4.1 Rerata lama waktu induksi dan persentase kalus yang terbentuk darieksplan sirih hitam pada media MS berbagai kombinasi konsentrasi zatpengatur tumbuh IAA dan BAP.
KombinasiKonsentrasi (mg/L)
KodeRerata Lama WaktuInduksi Kalus (hari)
PersentaseEksplan
MembentukKalus
IAA BAP
0,0 0,0 I0,0 B0,0 19 ± 1,0954a 100%0,0 0,5 I0,0 B0,5 15,5 ± 0,5477cd 100%0,0 1,0 I0,0 B1,0 13,5 ± 1,6432e 100%0,0 1,5 I0,0 B1,5 10,5 ± 0,5477no 100%0,0 2,0 I0,0 B2,0 11,3 ± 0,5164jkl 100%0,5 0,0 I0,5 B0,0 16,5 ± 0,5477b 100%0,5 0,5 I0,5 B0,5 9,5 ± 0,5477rs 100%0,5 1,0 I0,5 B1,0 10,5 ± 0,5477nop 100%0,5 1,5 I0,5 B1,5 9 ± 1,0954rstuvw 100%0,5 2,0 I0,5 B2,0 8,5 ± 0,5477wx 100%1,0 0,0 I1,0 B0,0 12 ± 0,0000efgh 100%1,0 0,5 I1,0 B0,5 10,5 ± 0,5477nopq 100%1,0 1,0 I1,0 B1,0 9 ± 0,0000stuvwx 100%1,0 1,5 I1,0 B1,5 11,5 ± 0,5477hij 100%1,0 2,0 I1,0 B2,0 12,5 ± 0,5477ef 100%1,5 0,0 I1,5 B0,0 12,5 ± 0,5477efg 100%1,5 0,5 I1,5 B0,5 11,5 ± 0,5477hijk 100%1,5 1,0 I1,5 B1,0 9,5 ± 0,5477rst 100%1,5 1,5 I1,5 B1,5 12 ± 0,0000efghi 100%1,5 2,0 I1,5 B2,0 11 ± 0,0000jklmn 100%2,0 0,0 I2,0 B0,0 16 ± 1,0954bc 100%2,0 0,5 I2,0 B0,5 11,3 ± 0,5164jklm 100%2,0 1,0 I2,0 B1,0 9,5 ± 0,5477rstu 100%2,0 1,5 I2,0 B1,5 9,5 ± 0,5477rstuv 100%2,0 2,0 I2,0 B2,0 10 ± 0,0000opqr 100%
Keterangan: Angka rerata yang diikuti oleh notasi yang berbeda menunjukkanperbedaan yang nyata pada derajat signifikansi 0,05 menurut ujiMann-Whitney.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
37
Eksplan daun sirih hitam yang diinkubasi pada media MS dengan 25
perlakuan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP menunjukkan
respon yang bervariasi. Pada Gambar 4.1 menunjukkan induksi kalus paling cepat
terjadi pada perlakuan kombinasi konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L
dengan rerata lama waktu induksi 8,5 hari sedangkan induksi kalus yang paling lama
terjadi pada perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L dengan rerata lama waktu
induksi 19 hari. Perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L berbeda signifikan
terhadap perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L.
Gambar 4.1 Rerata lama waktu induksi kalus pada eksplan sirih hitam terhadapberbagai kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP.Keterangan: I(x)= konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA, B(x)=konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP, pemberian konsentrasi zatpengatur tumbuh IAA dan BAP dalam satuan mg/L.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
38
Persentase eksplan menginduksi kalus ditentukan dengan membandingkan
jumlah eksplan yang mampu membentuk kalus dengan jumlah semua eksplan yang
ditanam kemudian dikalikan 100%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua
eksplan daun sirih hitam membentuk kalus pada setiap perlakuan. Pada Tabel 4.1 dan
lampiran 3 menunjukkan bahwa persentase eksplan membentuk kalus pada 25
perlakuan adalah 100%.
4.1.2 Berat segar dan berat kering kalus sirih hitam (Piper betle L.) dengankombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP
Hasil rerata berat segar dan berat kering kalus yang telah diberikan perlakuan
pada berbagai kombinasi konsentrasi zat pegatur tumbuh IAA dan BAP dapat dilihat
pada Tabel 4.2 Pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP
terhadap berat segar dan berat kering kalus menunjukkan nilai rerata yang berbeda
(Gambar 4.2 dan Gambar 4.3). Pada perlakuan dengan kombinasi konsentrasi zat
pengatur tumbuh IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L menunjukkan nilai rerata berat
segar yang paling tinggi yakni 0,6596 gram, sedangkan pada rerata berat kering yang
paling tinggi adalah perlakuan dengan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh
IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L dengan nilai rerata 0,0727 gram. Pada perlakuan
IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L memiliki rerata berat segar dan berat kering yang
paling rendah dengan nilai rerata masing-masing 0,0045 gram dan 0,0012 gram.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
39
Tabel 4.2 Rerata berat segar dan berat kering kalus sirih hitam selama delapanminggu masa kultur.
KombinasiKonsentrasi
(mg/L)Kode
Rerata
IAA BAP Berat Segar (gram) Berat Kering (gram)0,0 0,0 I0,0 B0,0 0,0045 ± 0,0023a 0,0012 ± 0,0002a
0,0 0,5 I0,0 B0,5 0,1155 ± 0,0507g 0,0155 ± 0,0084hijk
0,0 1,0 I0,0 B1,0 0,1441 ± 0,0631gh 0,0061 ± 0,0026cdefg
0,0 1,5 I0,0 B1,5 0,2604 ± 0,0771ijk 0,0128 ± 0,0008h
0,0 2,0 I0,0 B2,0 0,2689 ± 0,0588ijklmn 0,0152 ± 0,0042hij
0,5 0,0 I0,5 B0,0 0,0460 ± 0,0099def 0,0054 ± 0,0008cde
0,5 0,5 I0,5 B0,5 0,5021 ± 0,0805oqrst 0,0727 ± 0,0124x
0,5 1,0 I0,5 B1,0 0,2652 ± 0,0167jkl 0,0143 ± 0,0026hi
0,5 1,5 I0,5 B1,5 0,2195 ± 0,0737hij 0,0193 ± 0,0047jkl
0,5 2,0 I0,5 B2,0 0,6016 ± 0,1602qrstuvw 0,0614 ± 0,0304mnopqrstuvwx
1,0 0,0 I1,0 B0,0 0,0119 ± 0,0049b 0,0021 ± 0,0005b
1,0 0,5 I1,0 B0,5 0,2186 ± 0,0327i 0,0323 ± 0,0117mnopqrs
1,0 1,0 I1,0 B1,0 0,5447 ± 0,1101oqrstuv 0,0491 ± 0,0082tuvw
1,0 1,5 I1,0 B1,5 0,6596 ± 0,1814qrstuvwx 0,0450 ± 0,0123mqrstuv
1,0 2,0 I1,0 B2,0 0,4673 ± 0,1060oqr 0,0296 ± 0,0085klmnopq
1,5 0,0 I1,5 B0,0 0,0384 ± 0,0113de 0,0047 ± 0,0018cd
1,5 0,5 I1,5 B0,5 0,0380 ± 0,0067d 0,0056 ± 0,0023cdef
1,5 1,0 I1,5 B1,0 0,3075 ± 0,0656ijklmnop 0,0288 ± 0,0060mnop
1,5 1,5 I1,5 B1,5 0,6356 ± 0,1267qstuvwx 0,0367 ± 0,0089mopqrst
1,5 2,0 I1,5 B2,0 0,5362 ± 0,0412oqrstu 0,0269 ± 0,0028kmn
2,0 0,0 I2,0 B0,0 0,0221 ± 0,0072c 0,0044 ± 0,0011c
2,0 0,5 I2,0 B0,5 0,2652 ± 0,0692ijklm 0,0282 ± 0,0106mno
2,0 1,0 I2,0 B1,0 0,4415 ± 0,2321ijklmnopq 0,0419 ± 0,0216jlmnopqrstu
2,0 1,5 I2,0 B1,5 0,4701 ± 0,1870lopqrs 0,0318 ± 0,0097mnopqr
2,0 2,0 I2,0 B2,0 0,2852 ± 0,2281ghijklmno 0,0261 ± 0,0152ijklm
Keterangan: Angka rerata yang diikuti oleh notasi yang berbedamenunjukkan perbedaan yang nyata pada derajat signifikansi0,05 menurut uji Mann-Whitney.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
40
Pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa perlakuan IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5
mg/L berbeda signifikan terhadap perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L
dalam rerata berat segar kalus, sedangkan dalam rerata berat kering kalus perlakuan
IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L juga berbeda signifikan terhadap perlakuan IAA
0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L.
Gambar 4.2 Rerata berat segar kalus sirih hitam dan perlakuan berbagai kombinasikonsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP. Keterangan: I(x)=konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA, B(x)= konsentrasi zat pengaturtumbuh BAP, pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA danBAP dalam satuan mg/L.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
41
Gambar 4.3 Rerata berat kering kalus sirih hitam dan perlakuan berbagaikombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP.Keterangan: I(x)= konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA, B(x)=konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP, pemberian konsentrasi zatpengatur tumbuh IAA dan BAP dalam satuan mg/L.
Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa pada perlakuan dengan kombinasi IAA 1,5
mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP
2,0 mg/L, IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L
menunjukkan rerata berat segar yang tinggi, akan tetapi pada nilai rerata berat kering
yang tinggi (Gambar 4.3) ditunjukkan oleh perlakuan dengan kombinasi IAA 2,0
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
42
mg/L dan BAP 1,0 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP
1,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Berat
segar kalus sirih hitam memiliki nilai rerata tinggi pada pemberian perlakuan zat
pengatur tumbuh IAA dalam konsentrasi rendah yang dikombinasikan dengan zat
pengatur tumbuh BAP dalam konsentrasi tinggi, sedangkan pada berat kering kalus
sirih hitam memiliki nilai rerata tinggi pada pemberian perlakuan zat pengatur
tumbuh IAA dalam konsentrasi tinggi yang dikombinasikan dengan zat pengatur
tumbuh BAP dalam konsentrasi rendah (Tabel 4. 2).
Data rerata lama waktu eksplan membentuk kalus, rerata berat segar kalus,
dan rerata berat kering kalus sirih hitam kemudian dianalisis secara statistik
menggunakan program SPSS versi 22. Data diuji menggunakan One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test (nilai signifikansi >0,05) untuk mengetahui normal
tidaknya distribusi data. Hasil One Sample Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan
bahwa kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP tidak berdistribusi
normal terhadap rerata lama waktu eksplan membentuk kalus, rerata berat segar
kalus, dan rerata berat kering kalus sirih hitam (Lampiran 7). Kemudian dilakukan uji
homogenitas varians menggunakan Levene’s Test (nilai signifikansi >0,05) untuk
mengetahui variasi data. Hasil dari Levene’s Test menunjukkan bahwa rerata lama
waktu eksplan membentuk kalus, rerata berat segar kalus, dan rerata berat kering
kalus tidak bervariasi homogen (Lampiran 11). Selanjutnya dilakukan uji non-
parametrik yakni uji Kruskal-Wallis yang kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-
Whitney (nilai signifikansi <0,05) untuk mengetahui signifikansi antar perlakuan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
43
Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney (Lampiran 7) diketahui
signifikansi antar perlakuan pada rerata lama waktu eksplan membentuk kalus
(Lampiran 8), rerata berat segar kalus (Lampiran 9), dan rerata berat kering kalus
sirih hitam (Lampiran 10).
Pada hasil rerata lama waktu eksplan membentuk kalus tertinggi adalah
perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L yang
menunjukkan perbedaaan nyata pada semua perlakuan kecuali pada perlakuan
kombinasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L, serta IAA 1,0
mg/L dan BAP 1,0 mg/L (Lampiran 8). Hasil rerata berat segar kalus sirih hitam
tertinggi pada perlakuan IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L menunjukkan perbedaan
nyata pada semua perlakuan kecuali pada 8 perlakuan berikut : IAA 2,0 mg/L dan
BAP 1,0 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L,
IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L, IAA 1,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 1,0 mg/L
dan BAP 1,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,5
mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L (Lampiran 9). Hasil rerata berat kering kalus
tertinggi terdapat pada perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L yang
menunjukkan perbedaan nyata terhadap semua perlakuan kecuali perlakuan IAA 0,5
mg/L dan BAP 2,0 mg/L (Lampiran 10).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
44
4.1.3 Morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) dengan kombinasi konsentrasizat pengatur tumbuh IAA dan BAP
Pengamatan untuk mengetahui morfologi kalus dilakukan setiap minggu
dimulai sejak tumbuhnya kalus hingga minggu ke-8 masa kultur kalus. Pengamatan
ini dilakukan secara deskriptif dan memberikan hasil yang bervariasi pada masing-
masing perlakuan, sebagaimana yang dijelaskan pada tabel morfologi kalus pada
setiap perlakuan selama delapan minggu yang juga diikuti oleh gambar/visualisasi
morfologi perkembangan kalus setiap minggunya, sedangkan untuk data
perkembangan kalus pada masing-masing perlakuan serta ulangannya dapat dilihat
pada Lampiran 5 dan Lampiran 6 secara lengkap.
Tabel 4.3 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L danBAP 0,0 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensimayoritas
tekstur kalus1 Belum terbentuk kalus -2 Belum terbentuk kalus -
3Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( )5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( )6 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( )7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( )8 Kalus berwarna hitam di tepi eksplan ( ) Friabel ( )
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
45
Gambar 4.4 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.4 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Eksplan terlihat
mulai muncul kalus pada minggu ketiga dan secara berurutan mengalami
pencokelatan hingga menghitam mulai dari minggu keempat sampai dengan minggu
kedelapan, kalus yang dihasilkan pada perlakuan ini sangat sedikit dan juga pada
minggu kedelapan berwarna hitam mengikuti warna eksplannya. Tekstur kalus pada
perlakuan ini secara keseluruhan adalah friabel.
Minggu ke – 1 Minggu ke - 2 Minggu ke – 3
Minggu ke – 4 Minggu ke - 5 Minggu ke – 6
Minggu ke – 7 Minggu ke - 8
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
46
Pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.5 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Eksplan
mengalami kecokelatan saat minggu ketiga namun kalus masih berwarna putih
kekuningan, dan pada minggu kedelapan kalus berwarna cokelat dan hitam, serta
beberapa eksplan menghitam. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada yang friabel dan
kompak.
Pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.6 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Eksplan muncul
kalus pada minggu kedua yang berwarna putih dibagian tepinya, sampai dengan
minggu kedelapan kalus tetap berwarna putih dan beberapa putih kecokelatan.
Tekstur kalus pada perlakuan ini seluruhnya friabel.
Tabel 4.4 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L danBAP 0,5 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensimayoritas
tekstur kalus1 Belum terbentuk kalus -2 Belum terbentuk kalus -
3Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di
tepi eksplan ( )Friabel ( )
4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( )5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( )6 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( )7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( )8 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( )
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
47
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke – 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke – 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8Gambar 4.5 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0
mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Tabel 4.5 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L danBAP 1,0 mg/L.
Mingguke-
Morfologi kalus Frekuensi mayoritastekstur kalus
1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
3 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )4 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )5 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )6 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )7 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )8 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
48
Minggu ke – 1 Minggu ke – 2 Minggu ke – 3
Minggu ke – 4 Minggu ke - 5 Minggu ke – 6
Minggu ke – 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.6 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Tabel 4.6 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L danBAP 1,5 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensimayoritas
tekstur kalus1 Belum terbentuk eksplan -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih kehijauan di
tepi eksplan ( )Friabel ( )
3 Kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan ( ) Friabel ( )4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( )5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( )6 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )7 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )8 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
49
Minggu ke – 1 Minggu ke - 2 Minggu ke – 3
Minggu ke – 4 Minggu ke - 5 Minggu ke – 6
Minggu ke – 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.7 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.7 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Eksplan muncul
kalus pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan
terdapat beberapa kalus yang tetap berwarna putih dan lainnya hitam. Tekstur kalus
pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
50
Pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.8 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih dan putih kehijauan pada minggu kedua dibagian tepinya,
sampai dengan minggu kedelapan terdapat beberapa kalus yang tetap berwarna putih
dan lainnya putih kekuningan. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel, kompak
dan kompak-friabel yang mulai terlihat pada minggu keenam.
Tabel 4.7 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L danBAP 2,0 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensimayoritas tekstur
kalus1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih
kehijauan di tepi eksplan ( )Kompak ( )
3Kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan
( )Kompak ( )
4Kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan
( )Kompak ( )
5Kalus berwarna putih kekuningan dan putih di
tepi eksplan ( )Kompak ( )
6Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
7Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
8Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
51
Minggu ke – 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke – 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke – 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.8 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.9 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kekuningan pada minggu ketiga dibagian tepinya, sampai
dengan minggu kedelapan terdapat beberapa kalus yang tetap berwarna putih
kekuningan dan lainnya hitam. Beberapa eksplan juga menghitam. Tekstur kalus
pada perlakuan ini hanya ada friabel.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
52
Pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.10 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kehijauan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan
minggu kedelapan kalus mengalami perubahan warna menjadi putih kekuningan,
cokelat dan hitam. Beberapa eksplan juga menghitam. Tekstur kalus pada perlakuan
ini ada friabel dan kompak.
Tabel 4.8 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L danBAP 0,0 mg/L.
Mingguke-
Morfologi kalusFrekuensimayoritas
tekstur kalus1 Belum terbentuk kalus -2 Belum terbentuk kalus -
3Sudah terbentuk kalus berwarna putih
kekuningan di tepi eksplan ( )Friabel ( )
4Kalus berwarna putih kekuningan dan cokelat di
tepi eksplan ( )Friabel ( )
5Kalus berwarna cokelat, putih kekuningan dan
hitam di tepi eksplan ( )Friabel ( )
6Kalus berwarna cokelat, putih kekuningan dan
hitam di tepi eksplan ( )Friabel ( )
7Kalus berwarna putih kekuningan, cokelat, dan
hitam di tepi eksplan ( )Friabel ( )
8Kalus berwarna hitam dan putih kekuningan di
tepi eksplan ( )Friabel ( )
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
53
Minggu ke – 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke – 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke – 7 Minggu ke – 8
Gambar 4.9 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Tabel 4.9 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L danBAP 0,5 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensimayoritas tekstur
kalus1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih kehijauan
di tepi eksplan ( )Friabel ( )
3Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
4Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
5Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
6 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( )7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( )8 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( )
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
54
Minggu ke – 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke – 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke – 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.10 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.11 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kehijauan, putih, dan putih kekuningan pada minggu kedua
dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan beberapa kalus mengalami
perubahan warna menjadi putih kecokelatan dan cokelat. Tekstur kalus pada
perlakuan ini ada friabel dan kompak.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
55
Tabel 4.10 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L danBAP 1,0 mg/L.
Mingguke-
Morfologi kalusFrekuensimayoritas
tekstur kalus1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
3 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )6 Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )7 Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )8 Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke – 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke – 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.11 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
56
Tabel 4.11 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L danBAP 1,5 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensi mayoritastekstur kalus
1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih
kehijauan di tepi eksplan ( )Friabel ( )
3Kalus berwarna putih kehijauan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
4Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
5Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
6Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
7Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
8Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8Gambar 4.12 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5
mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
57
Pada Tabel 4.11 dan Gambar 4.12 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kehijauan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan
minggu kedelapan kalus mengalami perubahan warna menjadi putih kekuningan.
Tekstur kalus pada perlakuan ini hanya ada friabel.
Tabel 4.12 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L danBAP 2,0 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensi mayoritastekstur kalus
1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih
kekuningan di tepi eksplan ( )Kompak ( )
3Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
4Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
5Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Campuran/Kompak-
Friabel ( )
6Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/ Kompak-
Friabel ( )
7Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/ Kompak-
Friabel ( )
8Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/ Kompak-
Friabel ( )
Pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.13 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kehijauan dan putih kekuningan pada minggu kedua dibagian
tepinya, sampai dengan minggu kedelapan kalus mengalami perubahan warna
menjadi putih kekuningan dan lainnya putih. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada
friabel dan kompak-friabel yang mulai muncl pada minggu kelima.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
58
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.13 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.14 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai
dengan minggu kedelapan terdapat beberapa kalus mengalami perubahan warna
menjadi hitam sedangkan yang lainnya tetap berwarna putih kekuningan. Pada
minggu kedelapan beberapa eksplan juga ada yang menghitam. Tekstur kalus pada
perlakuan ini ada friabel dan kompak.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
59
Tabel 4.13 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L danBAP 0,0 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensi mayoritastekstur kalus
1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih
kekuningan di tepi eksplan ( )Kompak ( )
3Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
4Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
5Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
6Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
7Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
8Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
Pada Tabel 4.14 dan Gambar 4.15 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai
dengan minggu kedelapan kalus tetap berwarna putih kekuningan dan beberapa ada
juga yang berwarna cokelat. Tekstur kalus pada perlakuan ini hanya ada kompak.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
60
Minggu ke – 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke – 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke – 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.14 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Tabel 4.14 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L danBAP 0,5 mg/L.
Mingguke-
Morfologi kalusFrekuensimayoritas
tekstur kalus1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di
tepi eksplan ( )Kompak ( )
3 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )4 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( )5 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( )6 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( )7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( )8 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( )
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
61
Minggu ke – 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke – 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke – 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.15 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.15 dan Gambar 4.16 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kekuningan, putih kehijauan, dan putih pada minggu kedua
dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan terdapat kalus yang tetap
berwarna putih kekuningan dan lainnya putih. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada
friabel dan kompak.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
62
Tabel 4.15 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L danBAP 1,0 mg/L.
Mingguke-
Morfologi kalusFrekuensimayoritas
tekstur kalus1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di
tepi eksplan ( )Kompak ( )
3 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )6 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )7 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )8 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )
Minggu ke – 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke – 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke – 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.16 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
63
Pada Tabel 4.16 dan Gambar 4.17 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kekuningan dan putih pada minggu kedua dibagian tepinya,
sampai dengan minggu kedelapan kalus tetap berwarna putih kekuningan dan putih.
Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.
Tabel 4.16 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L danBAP 1,5 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensi mayoritastekstur kalus
1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih
kekuningan di tepi eksplan ( )Kompak ( )
3Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
4Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
5Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
6Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
7Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
8Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
64
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.17 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Tabel 4.17 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L danBAP 2,0 mg/L.
Mingguke-
Morfologi kalusFrekuensi
mayoritas teksturkalus
1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih
kekuningan di tepi eksplan ( )Friabel ( )
3Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan
( )Friabel ( )
4Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan
( )Friabel ( )
5Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan
( )Friabel ( )
6 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )7 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )8 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
65
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.18 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.17 dan Gambar 4.18 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai
dengan minggu kedelapan kalus ada yang tetap berwarna putih kekuningan
sedangkan yang lainnya putih. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan
kompak.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
66
Pada Tabel 4.18 dan Gambar 4.19 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, pada minggu
kedelapan kalus berubah warna menjadi cokelat. Tekstur kalus pada perlakuan ini
hanya ada kompak.
Tabel 4.18 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L danBAP 0,0 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensimayoritas
tekstur kalus1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di
tepi eksplan ( )Kompak ( )
3 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )6 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( )8 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( )
Pada Tabel 4.19 dan Gambar 4.20 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kekuningan dan putih kehijauan pada minggu kedua dibagian
tepinya, pada minggu kedelapan seluruh kalus pada perlakuan ini berwarna putih
kekuningan. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
67
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8Gambar 4.19 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5
mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Tabel 4.19 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L danBAP 0,5 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensimayoritas
tekstur kalus1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih kehijauan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
3 Kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )4 Kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )6 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )7 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )8 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( )
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
68
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke – 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke – 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8Gambar 4.20 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5
mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Tabel 4.20 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L danBAP 1,0 mg/L.
Mingguke-
Morfologi kalus Frekuensi mayoritastekstur kalus
1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih
kekuningan di tepi eksplan ( )Kompak ( )
3Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
4Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
5Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
6Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
7Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Campuran/Kompak-
friabel ( )
8Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Campuran/Kompak-
friabel ( )
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
69
Pada Tabel 4.20 dan Gambar 4.21 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, pada minggu
kedelapan terdapat beberapa kalus berwarna putih kekuningan dan yang lainnya
putih. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada kompak dan kompak-friabel yang mulai
muncul pada minggu ketujuh.
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke – 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke – 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.21 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
70
Tabel 4.21 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L danBAP 1,5 mg/L.
Mingguke-
Morfologi kalusFrekuensi
mayoritas teksturkalus
1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
3 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )4 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )5 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )6 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )7 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )8 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( )
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.22 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
71
Pada Tabel 4.21 dan Gambar 4.22 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih pada minggu kedua dibagian tepinya dan pada minggu
kedelapan seluruh kalus pada perlakuan ini tetap berwarna putih. Tekstur kalus pada
perlakuan ini hanya ada friabel.
Tabel 4.22 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L danBAP 2,0 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensi mayoritastekstur kalus
1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih
kekuningan di tepi eksplan ( )Kompak ( )
3Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
4Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
5Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
6Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/Kompak-
friabel ( )
7Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/Kompak-
friabel ( )
8Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/Kompak-
friabel ( )
Pada Tabel 4.22 dan Gambar 4.23 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih dan putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya dan
pada minggu kedelapan seluruh kalus pada perlakuan ini berwarna putih. Tekstur
kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak-friabel.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
72
Minggu ke – 1 Minggu ke - 2 Minggu ke – 3
Minggu ke – 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke – 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.23 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.23 dan Gambar 4.24 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kekuningan pada minggu ketiga dibagian tepinya dan pada
minggu kedelapan beberapa kalus berwarna putih kekuningan dan lainnya berwarna
hitam. Beberapa juga terdapat eksplan yang menghitam.Tekstur kalus pada perlakuan
ini hanya ada friabel.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
73
Pada Tabel 4.24 dan Gambar 4.25 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kekuningan dan putih kehijauan pada minggu kedua dibagian
tepinya dan pada minggu kedelapan beberapa kalus berwarna putih kekuningan,
cokelat dan lainnya berwarna hitam. Beberapa juga terdapat eksplan yang
menghitam.Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.
Tabel 4.23 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L danBAP 0,0 mg/L.
Mingguke-
Morfologi kalus Frekuensi mayoritastekstur kalus
1 Belum terbentuk kalus -2 Belum terbentuk kalus -
3Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
4Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
5Kalus berwarna putih kekuningan dan hitam di
tepi eksplan ( )Friabel ( )
6Kalus berwarna putih kekuningan dan hitam di
tepi eksplan ( )Friabel ( )
7Kalus berwarna putih kekuningan dan hitam di
tepi eksplan ( )Friabel ( )
8Kalus berwarna hitam dan putih kekuningan di
tepi eksplan ( )Friabel ( )
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
74
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke – 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke – 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.24 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Tabel 4.24 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L danBAP 0,5 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensi mayoritastekstur kalus
1 Belum terbentuk kalus -
2Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan
( )Kompak ( )
3Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan
( )Kompak ( )
4Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan
( )Kompak ( )
5 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( )6 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( )7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( )8 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( )
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
75
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8Gambar 4.25 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0
mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Tabel 4.25 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L danBAP 1,0 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensi mayoritastekstur kalus
1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih
kekuningan di tepi eksplan ( )Kompak ( )
3Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
4Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
5Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Kompak ( )
6Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Campuran/Kompak-
friabel ( )
7Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Campuran/Kompak-
friabel ( )
8Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Campuran/Kompak-
friabel ( )
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
76
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.26 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.26 dan Gambar 4.27 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih, putih kekuningan, dan putih kehijauan pada minggu kedua
dibagian tepinya dan pada minggu kedelapan kalus pada perlakuan ini tetap berwarna
putih, putih kekuningan, dan putih kehijauan. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada
kompak dan friabel.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
77
Tabel 4.26 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L danBAP 1,5 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensi mayoritastekstur kalus
1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih
kekuningan di tepi eksplan ( )Friabel ( )
3Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
4Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
5Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
6Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
7Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
8Kalus berwarna putih kekuningan di tepi
eksplan ( )Friabel ( )
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8Gambar 4.27 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0
mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
78
Tabel 4.27 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L danBAP 2,0 mg/L.
Mingguke- Morfologi kalus
Frekuensi mayoritastekstur kalus
1 Belum terbentuk kalus -
2Sudah terbentuk kalus berwarna putih
kekuningan di tepi eksplan ( )Friabel ( )
3Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan
( )Friabel ( )
4Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan
( )Friabel ( )
5Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan
( )Friabel ( )
6Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan
( )Friabel ( )
7Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan
( )Friabel ( )
8Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan
( )Friabel ( )
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2 Minggu ke - 3
Minggu ke - 4 Minggu ke - 5 Minggu ke - 6
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8
Gambar 4.28 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Eksplan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
79
Pada Tabel 4.27 dan Gambar 4.28 menunjukkan perubahan morfologi eksplan
daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Eksplan muncul
kalus berwarna putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya dan pada
minggu kedelapan kalus pada perlakuan ini ada yang tetap berwarna putih
kekuningan dan yang lainnya putih kecokelatan. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada
kompak dan friabel.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAAdan BAP terhadap lama waktu induksi kalus dan persentase eksplanmembentuk kalus daun sirih hitam (Piper betle L.)
Penanaman eksplan daun sirih hitam pada medium MS dengan penambahan
kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP memberikan respon yang
beragam pada masing-masing perlakuan. Respon yang beragam ini dapat diketahui
pada lama waktu terbentuknya kalus. Beberapa eksplan pada minggu kedua sudah
terbentuk kalus, namun ada juga yang baru terbentuk pada minggu ketiga.
Pada minggu pertama eksplan daun sirih hitam yang diberi perlakuan
kombinasi konsentrasi IAA dan BAP belum menunjukkan adanya pembentukan
kalus. Hal ini disebabkan unsur-unsur hara yang terdapat pada media MS belum
mampu untuk menginduksi terbentuknya kalus. Kalus sirih hitam mulai muncul pada
minggu kedua dan ketiga setelah masa kultur yang ditandai dengan munculnya bintik-
bintik putih bening/ transparan pada tepi eksplan. Menurut Yuliarti (2010)
kemunculan tersebut disebabkan eksplan membentuk jaringan penutup luka yang sel-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
80
selnya terus membelah dan tidak terkendali yang kemudian membentuk massa sel
yang tidak terorganisir yang biasa disebut dengan kalus. Pembelahan sel-sel yang
tidak terkendali disebabkan sel-sel tumbuhan yang secara alamiah bersifat autotrof,
dikondisikan menjadi heterotrof dengan cara memberikan nutrisi yang cukup
kompleks didalam medium kultur.
Pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L
mampu menginduksi kalus lebih cepat dari perlakuan yang lain dengan rerata lama
waktu induksi kalus 8,5 ± 0,5477 hari. Sedangkan lama waktu induksi kalus terlama
terdapat pada perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L dengan rerata lama waktu
induksi 19 ± 1,0954 hari. Menurut Santoso dan Nurhadi (2004) induksi kalus
dipengaruhi oleh adanya rangsangan secara hormonal, yakni auksin dan sitokinin
merupakan hormon yang tepat dalam menginduksi kalus, dan menghasilkan kalus
yang baik yakni dengan merangsang pertumbuhan sel dengan cepat. Hormon IAA
dengan konsentrasi 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L yang dikombinasikan mampu
merangsang pembelahan dan pertumbuhan sel eksplan serta telah mencapai
keseimbangan yang tepat sehingga sel-sel terinduksi lebih cepat untuk melakukan
pembelahan sel secara terus menerus dan melakukan proses dediferensiasi sehingga
terbentuk kalus lebih cepat.
Konsentrasi BAP yang lebih tinggi daripada konsentrasi IAA pada media MS
dapat menginduksi kalus lebih cepat, karena jumlah sel yang mengalami pembelahan
akan meningkat (Abdelmageed et al., 2012) dan apabila konsentrasi auksin tinggi
justru akan menghambat pertumbuhan tanaman tersebut (Salisbury dan Ross, 1995).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
81
Sedangkan waktu induksi terlama terdapat pada perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP
0,0 mg/L karena pada perlakuan tersebut tidak ditambahkan konsentrasi zat pengatur
tumbuh IAA dan BAP. Menurut Tarabily et al. (2003) menjelaskan bahwa auksin
merupakan salah satu jenis hormon yang dapat memacu pertumbuhan tanaman
dengan meningkatkan proses elongasi sel, Noggle dan Fritz (1983) menambahkan
bahwa BAP memiliki kemampuan yang juga aktif dalam pertumbuhan dan proliferasi
kalus. Selain perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L, perlakuan IAA 2,0 mg/L
dan BAP 0,0 mg/L juga mengalami induksi kalus yang lama dengan rerata 16 ±
1,0954 hari. Hal ini disebabkan tingginya konsentrasi auksin pada media MS.
Perbedaan laju pertumbuhan ini dipengaruhi oleh kemampuan jaringan
menyerap zat-zat hara yang tersedia. Hal ini disebabkan oleh pemberian kombinasi
konsentrasi zat pengatur tumbuh pada media menyebabkan keseimbangan konsentrasi
antara auksin eksogen dan sitokinin endogen yang terkandung dalam eksplan.
Keseimbangan konsentrasi auksin dan sitokinin dalam kultur in vitro diketahui dapat
memacu pembentukan kalus melalui interaksi dalam pembesaran dan pembelahan sel
(Allan, 1991; Massa, 2016). Lamanya waktu induksi kalus juga berhubungan dengan
waktu inisiasi kalus yang relatif lama karena ketidakseimbangan konsentrasi IAA dan
BAP, sehingga sejak awal pertumbuhan kalus berlangsung lambat (Massa, 2016).
Perbedaan lama waktu eksplan dalam membentuk kalus tersebut dipengaruhi oleh
komposisi zat pengatur tumbuh dalam media serta kondisi fisiologis dari eksplan
tersebut. Menurut Yuwono (2006), pembentukan kalus pada eksplan merupakan
massa amorf yang tersusun atas sel-sel parenkim berdinding sel tipis yang
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
82
berkembang dari hasil proliferasi sel-sel jaringan induk, kemampuan proliferasi sel
tersebut tergantung pada medium kultur dan spesies tanamannya.
Eksplan daun sirih hitam yang diinkubasi pada media MS dengan perlakuan
penambahan 25 kombinasi konsentrasi IAA dan BAP menunjukkan respon yang
beragam. Meskipun terdapat respon yang beragam terhadap lama waktu induksi
kalus, namun semua perlakuan tersebut mampu menginduksi kalus, sehingga
persentase induksi kalus pada eksplan sirih hitam sangat tinggi yakni 100%. Hal ini
karena selain diperlukannya keseimbangan konsentrasi antara auksin dan sitokinin
untuk pertumbuhan kalus juga perlu diseimbangkan antara jumlah auksin dan
sitokinin yang perlu ditambahkan ke dalam media kultur dengan kandungan auksin
dan sitokinin endogen pada eksplan (Fitriani, 2008). Kemampuan perlakuan IAA 0,5
mg/L dan BAP 2,0 mg/L menginduksi eksplan paling cepat dalam penelitian ini
selaras dengan penelitian Abdelmageed et al. (2012) yang menjelaskan bahwa
konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA (0,5 mg/L) dan BAP (2,0 mg/L) pada tanaman
cempaka wangi (Michelia champaca) menginduksi kalus lebih cepat. Pada penelitian
yang lain seperti pada penelitian Kumlay dan Ercisli (2015) menyatakan bahwa
konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 3,0 mg/L membentuk kalus setelah 22 hari
setelah masa tanam pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
83
4.2.2 Pengaruh pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAAdan BAP terhadap berat segar dan berat kering kalus sirih hitam (Piperbetle L.)
Pertumbuhan merupakan peningkatan permanen ukuran organisme atau
bagian dari tumbuhan yang merupakan hasil peningkatan jumlah dan ukuran sel.
Kalus tumbuh akibat hasil proliferasi sel-sel induk yang terus membelah tidak
terkendali. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil dari tiga peristiwa yang
sederhana pada tingkat sel, yaitu: pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi
sel. Pembelahan sel adalah satu sel dewasa membelah menjadi dua sel yang terpisah,
yang tidak selalu serupa dengan yang lain. Pembesaran sel ialah salah satu atau kedua
sel anak tersebut membesar volumenya. Diferensiasi sel ialah sel yang sudah
mencapai volume akhir kemudian menjadi terspesialisai dengan cara tertentu
(Salisbury dan Ross, 1995). Pertumbuhan kalus dapat diketahui melalui berat segar
dan berat kering kalus.
Sebelumnya telah diketahui bahwa waktu induksi tercepat terdapat pada
perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, namun kemampuan waktu induksi yang
cepat tersebut tidak menjadikan perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L
memiliki berat segar dan berat kering yang tinggi pula. Perlakuan IAA 1,0 mg/L dan
BAP 1,5 mg/L memiliki rerata berat segar yang paling tinggi yakni 0,6596 ± 0,1814
gram. Berat segar kalus yang tinggi ini disebabkan karena kandungan airnya yang
tinggi. Berat segar yang dihasilkan sangat tergantung pada kecepatan sel-sel tersebut
membelah diri, memperbanyak diri dan dilanjutkan dengan membesarnya kalus
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
84
(Rahayu et al., 2003). Muryanti et al., (2005) menambahkan bahwa berat segar kalus
juga dipengaruhi oleh lingkungan dalam aktivitas metabolisme dan kelembapan.
Zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin yang diberikan pada perbandingan
yang tepat dapat menginisiasi pembelahan sel dan meningkatkan pertumbuhan sel.
Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan diduga menginduksi sekresi ion H+
keluar melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan K+ diambil,
pengambilan ini mengurangi potensial air dalam sel; akibatnya air mudah masuk ke
dalam sel dan sel akan membesar (Harjoko, 1999; Maftuchah et al., 1998). Kecepatan
sel membelah diri dipengaruhi oleh kombinasi auksin dan sitokinin dalam konsentrasi
tertentu, selain itu juga tergantung pada jenis tumbuhan faktor-faktor lain seperti jenis
media, ketersediaan unsur hara makro/mikro, karbohidrat, adanya bahan tambahan
seperti air kelapa dan juga faktor-faktor fisik seperti cahaya, pengocokan, suhu, dan
pH media (Gunawan, 1994).
Pertumbuhan kalus selain ditentukan berat segarnya juga dipengaruhi oleh
berat keringnya. pada perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L memiliki rerata
berat kering yang paling tinggi yakni sebesar 0,0727 ± 0,0124 gram. Tingginya nilai
berat kering tersebut disebabkan meningkatnya aktivitas kalus. Di dalam sel, auksin
(IAA) diduga mempengaruhi metabolisme RNA, yang mengontrol metabolisme
protein, yang kemungkinan dilakukan pada proses transkripsi molekul RNA
(Maftuchah et al., 1998). Kenaikan sintesis protein menyebabkan bertambahnya
sumber tenaga untuk pertumbuhan. Penggunaan auksin (IAA) dapat memacu
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
85
pertumbuhan kalus. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya pertambahan ukuran dan
berat kering kalus.
Pertumbuhan berkaitan dengan pertambahan volume dan jumlah sel,
pembentukan protoplasma baru, pertambahan berat dan selanjutnya meningkatkan
berat keringnya. Bahan kering ini terdiri dari bahan-bahan organik dan mineral yang
penting untuk pertumbuhan kalus (Rahayu et al., 2003). Hasil tersebut juga sama
dengan penelitian induksi kalus pada tanaman Cucumis melo L. yang dilakukan oleh
Melara dan Arias (2009) yang menyatakan bahwa kombinasi konsentrasi IAA 0,5
mg/L dan BAP 0,5 mg/L menghasilkan berat kalus yang paling tinggi. Namun
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Seswita et al. (1996) menyatakan
bahwa kombinasi konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L menghasilkan berat
yang tinggi pada tanaman kencur.
Produksi tanaman biasanya lebih akurat dinyatakan dengan ukuran berat
kering dari pada dengan berat segar. Perbedaan berat segar dan berat kering kalus
juga dipengaruhi oleh media yang telah diberi perlakuan kombinasi zat pengatur
tumbuh auksin (IAA) dan sitokinin (BAP) dengan berbagai faktor konsentrasi,
sehingga memberikan hasil yang berbeda pula pada eksplan yang dikulturkan. Hal ini
sesuai dengan George dan Sherington (1984) yang meyatakan bahwa pertumbuhan
tanaman secara in vitro yang paling mempengaruhi adalah faktor interaksi dan
keseimbangan antara zat pengatur tumbuh dalam media dan produksi zat pengatur
tumbuh secara endogen oleh sel kultur.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
86
Auksin dan sitokinin dapat mengalami beberapa jenis interaksi yaitu interaksi
yang bersifat antagonis, maupun sinergis. Namun pada interaksi antara auksin (IAA)
dan sitokinin (BAP) bersifat sinergis. Auksin berperan dalam mengatur pertumbuhan
dan pemanjangan sel, sedangkan sitokinin berperan dalam pembelahan sel. Hal ini
mudah dimengerti karena secara seluler auksin berperan dalam pemanjangan sel,
sedangkan sitokinin memicu pembelahan sel (Lee, 2002). Induksi pembelahan sel
dan sintesis protein oleh sitokinin menyebabkan sel berproluferasi, sehingga
menyebabkan berat kalus meningkat seiring meningkatnya volume sel yang
dihasilkan. Adanya kenaikan sintesis protein oleh eksplan akibat adanya pengaruh
dari IAA dan BAP yang digunakan eksplan sebagai sumber energi dalam
pertumbuhan eksplan (Wattimena, 1991).
4.2.3 Pengaruh pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAAdan BAP terhadap morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.)
Pemberian perlakuan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan
BAP pada eksplan daun sirih hitam memberikan respon yang berbeda-beda pada
perkembangan masing-masing perlakuan. Respon yang berbeda tersebut ditunjukkan
secara visual dapat diamati pada setiap minggu selama masa kultur. Perubahan yang
terjadi pada minggu pertama dan minggu kedua dari eksplan sirih hitam adalah
melengkung atau menggulung (bagian tepi eksplan bergelombang) yang disebabkan
sel pada permukaan bawah eksplan daun sirih hitam membesar karena menyerap
nutrisi dari media serta beberapa eksplan lainnya mengalami pelebaran. Setelah itu
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
87
pada minggu kedua dan minggu ketiga eksplan tersebut bagian tepinya
menebal/membengkak yang diikuti dengan tumbuhnya kalus pada bagian tepi
eksplan. Penebalan tersebut merupakan interaksi antara eksplan dengan media
tumbuh, zat pengatur tumbuh dan lingkungan tumbuh sehingga eksplan bertambah
besar (Yelnititis, 2012), setelah itu kalus yang telah terbentuk mengalami
pertambahan massa sel dan perubahan warna kalus setiap minggunya. Indikator
pertumbuhan eksplan pada kultur in vitro juga dapat dilihat pada warna dan tekstur
kalus.
Berdasarkan hasil pengamatan menyatakan bahwa mayoritas perlakuan
menghasilkan kalus yang friabel/remah. Tekstur kalus yang remah mengalami
pembelahan sel yang cepat dari pada tekstur kalus yang kompak. Sel-sel kalus yang
terbentuk bersifat remah memiliki ciri-ciri antara satu sel dengan sel lainnya berpisah.
Bila kalus diambil dengan pinset, maka kalus tersebut akan menempel pada pinset.
Perubahan tekstur kalus yang semakin remah ini menunjukkan terjadinya poliferasi
massa sel dalam kalus. Kalus dengan tekstur remah merupakan kalus yang terbentuk
dari sekumpulan sel yang mudah lepas. Struktur kalus remah sangat berkorelasi
dengan kecepatan daya tumbuh kalus sehingga produksi metabolit sekunder tertentu
yang ingin diperoleh lebih cepat dicapai (Fatimah, 2010).
Tekstur kalus kompak merupakan efek dari sitokinin yang berperan dalam
transport zat hara. Sistem transport sitokinin dari bagian basal ke apeks akan
membawa air dan zat hara melalui pembuluh pengangkut dan mempengaruhi
potensial osmotik dalam sel. Penambahan sukrosa dalam medium akan mengalir
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
88
melalui pembuluh floem dan menimbulkan tekanan turgor. Tekanan tersebut muncul
akibat adanya perbedaan konsentrasi larutan, sehingga air dan zat hara (sukrosa) dari
medium akan masuk kedalam sel melalui cara osmosis. Hal ini akan membuat
dinding-dinding sel semakin kaku, sehingga sel kalus akan menjadi kompak
(Purwianingsih et al., 2007).
Tekstur kalus tergantung pada jaringan, umur kalus, dan kondisi
pertumbuhan. Morfologi dan warna kalus biasanya tergantung dari jenis sumber
eksplannya, dimana ada yang bertekstur remah (friabel) dan padat (kompak),
sedangkan warna kalus biasanya mengikuti warna jenis sumber eksplan. Hal lain
yang mempengaruhi morfologi dan pertumbuhan kalus diantaranya adalah sumber
eksplan, komposisi media, zat pengatur tumbuh yang digunakan, kondisi
pertumbuhan seperti suhu dan cahaya, serta lamanya waktu pertumbuhan kalus
(Mahadi et al., 2014). Menurut Dian (2004), warna kalus dapat memperlihatkan baik
tidaknya pertumbuhan kalus, pigmen putih dan kuning pada kalus menunjukkan
bahwa pertumbuhan kalus tersebut baik.
Meningkatnya konsentrasi IAA yang ditambahkan dalam media
mengakibatkan warna kalus cenderung menguning. Hal ini tampak pada perlakuan
kombinasi konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L warna kalus yang dihasilkan
yaitu putih kekuningan. Selain itu pada penelitian ini juga ditemukan warna lain yang
diperlihatkan oleh kalus eksplan daun sirih hitam seperti putih, putih kehijauan, putih
kecokelatan, cokelat dan hitam. Perubahan ini diduga karena adanya perubahan
pigmentasi pada kalus yaitu berkurangnya pigmen hijau (klorofil). Pada beberapa
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
89
perlakuan kombinasi konsentrasi seperti perlakuan IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L;
IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L; IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L ini kalus
masing-masing perlakuan tersebut banyak yang menampakkan adanya pencoklatan.
Hal ini diduga karena kalus terlalu lama berada dalam media kultur dan tidak segera
disubkultur, sehingga kalus kehabisan nutrisi pada medianya untuk pertumbuhan
(Rahayu et al., 2003).
Perbedaan warna kalus menunjukkan tingkat perkembangan dari kalus.
Menurut Fatmawati, (2008) dalam Andaryani, (2010), warna kalus mengindikasikan
keberadaan klorofil dalam jaringan, semakin hijau warna kalus semakin banyak pula
kandungan klorofilnya. Warna terang atau putih dapat mengindikasikan bahwa
kondisi kalus masih cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan
diatas sebelumnya diperoleh bahwa pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur
tumbuh secara bertingkat antara 0,0 mg/L dan 2,0 mg/L kalus yang terbentuk pada
eksplan daun sirih hitam ada yang berwarna putih, putih kekuningan, putih
kecokelatan, cokelat, dan hitam. Pengamatan morfologi kalus eksplan daun sirih
hitam ini dilakukan selama delapan minggu masa kultur eksplan. Selama pengamatan
tersebut terlihat pada beberapa perlakuan yang mengalami perubahan warna kalus,
apabila dilihat dari urutan perubahannya, kalus pertama kali terinduksi berwarna
putih bening, kemudian berwarna putih atau putih kehijauan, pada minggu kedua dan
ketiga rata-rata kalus berubah warna menjadi putih kekuningan yang berubah menjadi
putih kecokelatan atau cokelat pada minggu keempat sampai dengan minggu keenam,
sedangkan pada minggu ketujuh dan kedelapan banyak kalus yang juga berwarna
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
90
cokelat dan beberapa menghitam. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dobos et
al.(1994) dalam Nagata dan Ebizuka (2002) menyatakan bahwa konsentrasi IAA 0,1
mg/L yang dikombinasikan pada BAP (1-2 mg/L) pada kalus Sempervivum tectorum
L. menunjukkan berbagai macam warna, seperti warna putih, putih kekuningan,
kuning kecokelatan, dan hijau terang.
Sirih hitam merupakan tanaman tropika yang mempunyai kandungan
metabolit sekunder cukup tinggi, salah satunya adalah senyawa kavikol yang
merupakan turunan dari fenol (Rija’i, 2015). Senyawa fenol tersebut akan teroksidasi
ketika sel dilukai (George dan Sherrington, 1984). Akibatnya jaringan yang diisolasi
menjadi coklat atau kehitaman dan gagal tumbuh. Pencokelatan jaringan terjadi
karena aktivitas enzim oksidase yang dilepaskan atau disintesis dan tersedia pada
kondisi oksidatif ketika jaringan dilukai (Lerch, 1981; Hutami, 2008). Enzim dan
substrat dalam keadaan normal akan tertahan dalam ruang berbeda di dalam sel dan
akan keluar bersama-sama pada saat sel dilukai atau hampir mati. Toksisitas fenol
kemungkinan disebabkan oleh ikatan reversibel antara hidrogen dan protein.
Penghambatan pertumbuhan yang tidak dapat diperbaiki terjadi ketika fenol
teroksidasi (Hutami, 2008).
Menurut Juma et al. (1994) meneliti kultur jaringan tanaman kopi dan
menemukan bahwa tingkat oksidasi fenol tergantung pada sumber potongan ruas
batang sebagai eksplan dan spesies tanaman. Sedangkan Ozyigit et al. (2007)
melaporkan bahwa terbentuknya senyawa fenol di pengaruhi oleh struktur kimianya,
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
91
spesies tanaman, proses biologi (organogenesis atau somatik embriogenesis), dan
tahap perkembangannya.
Menurut Kresnawati (2006), warna kalus dari suatu eksplan dipengaruhi oleh
zat pengatur tumbuh. Warna kalus yang bermacam-macam diakibatkan oleh adanya
pigmentasi cahaya dan asal eksplan. Pigmentasi bisa merata keseluruh permukaan
kalus atau hanya sebagian saja, bisa dilihat adanya perbedaan warna dalam satu kalus
yaitu putih, hijau, cokelat, putih kecokelatan, dan putih kehijauan. Warna putih
kehijauan memungkinkan warna paling cerah dengan kandungan klorofil lebih
sedikit. Warna hijau pada kalus akibat efek sitokinin dalam pembentukan klorofil
(Widyawati, 2010). Pada penelitian Kumlay dan Ercisli (2015) menyatakan bahwa
konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 3,0 mg/L menghasilkan kalus yang berwarna
putih dan kekuningan dengan tekstur friabel yang banyak mengandung air.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
92
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh Indole-3-Acetic Acid (IAA) dan
Benzyl Amino Purin (BAP) berpengaruh terhadap lama waktu induksi dan
persentase eksplan membentuk kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam
(Piper betle L.). Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L
dan BAP 2,0 mg/L menunjukkan hasil rerata tertinggi terhadap lama waktu
induksi kalus yakni ±8,5 hari (8-9 hari). Persentase eksplan membentuk kalus
menunjukkan nilai tertinggi pada semua perlakuan yakni 100%.
2. Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP berpengaruh
terhadap berat segar dan berat kering kalus pada kultur eksplan daun sirih
hitam (Piper betle L.). Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 1,0
mg/L dan BAP 1,5 mg/L menunjukkan hasil rerata berat segar tertinggi yakni
0,6596 gram, dan rerata berat kering tertinggi terdapat pada kombinasi
konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L yakni
0,0727 gram.
3. Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP berpengaruh
terhadap morfologi kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
93
L.). Morfologi kalus yang terbentuk bervariasi warna dan teksturnya. Kalus
yang terbentuk umumnya berwarna putih kekuningan dan putih kecokelatan
dengan tekstur friabel sebagaimana yang terlihat pada kalus dengan perlakuan
kombinasi konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan
BAP 0,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5
mg/L, IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L, IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L.
4. Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP yang sesuai untuk
induksi kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.) adalah
kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L.
Pada kombinasi konsentrasi tersebut memiliki nilai rerata berat kering
tertinggi yakni 0,0727 gram yang sesuai untuk produksi metabolit sekunder.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang induksi kalus sirih hitam dengan
menggunakan kombinasi dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin
yang lainnya.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
94
DAFTAR PUSTAKA
Abdelmageed, A. H. A., Faridah Q. Z., Nor Shuhada K., Julia A. A., 2012. CallusInduction and Plant Regeneration of Michelia champaca (Magnoliaceae): AMultipurpose Tree. Journal of Medicinal Plants Research 6 (17), 3338-3344.
Abdullah, M. N., 2011. Daya Hambat Infusum Daun Sirih Terhadap PertumbuhanStaphylococcus aureus yang Diisolasi dari Denture Stomatitis. Penelitian InVitro. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Allan, E., 1991, Plant Cell and Tissue Culture, Wiley Publisher, Singapore.
Andaryani., 2010. Kajian Penggunaan Berbagai Konsentrasi BAP dan 2,4-DTerhadap Induksi Kalus Jarak Pagar (Jatropa curcas) Secara In Vitro. Skripsi.Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Andriani, P., 2014. Induksi Kalus dari Eksplan Daun Gandarusa (Justicia gendarussaBurm.f.) dengan Pemberian Kombinasi Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh2,4-D, IBA, dan BAP. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi, UniversitasAirlangga, Surabaya.
Anonim1., 2010. Penyakit Infeksi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta.
Anonim2., 2011. Antibiotik. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta.
Backer, C. A., dan Bakhuizen van den Brink jr. R. C., 1963, Flora of Java. 1,Wolters-Noordhoof. V. Groningen. Netherland. 170.
Budiman., 2013. Sirih Ireng Sirih Hitam (Piper betle Linn.). www.indonetwork.net.,Diakses pada tanggal 11 November 2015 pukul 04.18 WIB.
Campbell, N. A., Reece, J. B., dan Mitchel, L. G., 2003. Biology Edisi kelima, Jilid 2,Erlangga, Jakarta.
Cronquist, A., 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants.Columbia University Press, New York. XVIII.
D’Agostino, I. B., and Joseph J. K., 1999. Molecular Mechanisms of CytokininAction. Plant Biology 2, 359–364.
Dian. Y. T., 2004. Uji Konsentrasi Hormon 2,4–D pada Pertumbuhan Kalus DariEksplan Kotiledon dan Hipokotil Kedelai (Glycine max). Malang. Skripsi.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
95
Jurusan Biologi Lingkungan Fakultas dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Islam Malang.
Ekowahyuni, L. P., 2002. Fenomena Vivipary Labu (Sechium edule (jacq.) Swartz)Varietas Lokal Desa Barukupa Bawah Cipanas. Makalah Falsafah SainsBogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fatimah., 2010. Pengaruh Komposisi Media Terhadap Pertumbuhan Kalus dan KadarTannin dari Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) Secara In Vitro. Bogor :Jurnal LITTRI 16 (1).
Fitriani, H., 2008. Kajian Konsentrasi BAP dan NAA Terhadap MultiplikasiTanaman Artemisia annua L. Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas PertanianUniversitas Sebelas Maret, Surakarta.
George, E. F., and Sherrington, P.D., 1984. Plant Propagation by Tissue Culture –Handbook and Directory of Commercial Laboratories, Exegetics Ltd.,Eversley, Basingstoke, Hants, England.
George, E. F., 1993. Plant Propagation by Tissue Culture, Part 1, 2nd Edition.Exegetic Ltd. England.
Goerge, E. F., and de Klerk G. J., 2008. The Component of Plant Tissue CultureMedia 1: Macro and Micro Nutrients, Plant Propagation Tissue Culture 3rd
Edition 1. Springer, Netherland.
Gunawan, L. W., 1994. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. PAU Bioteknologi,Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Harjoko, D., 1999. Pengaruh Macam-macam Auksin terhadap Poliploidisasi KalusTanaman Semangka pada Kultur In Vitro. Surakarta: Fakultas Pertanian UNS.
Hendaryono, D. P. S., dan A. Wijayani., 1994. Kultur Jaringan (Pengenalan danPetunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Media). Penerbit Kanisius.Yogyakarta.
Hermawan, A., 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle) TerhadapPertumbuhan Staphylococcus aureus dan E. coli dengan Metode Difusi Disk.Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Hutami, S., 2008. Ulasan Masalah Pencoklatan pada Kultur Jaringan. Balai BesarPenelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya GenetikPertanian. Bogor. Jurnal AgroBiogen 4 (2), 83-88.
Juma, C., J.M. Magambo, and H. Monteith. 1994. Tissue cultur for coffee: The caseof Uganda. Biotechnol. Dev. Mon. 20, 19-20.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
96
Kartika, L., Kianto A., dan Ekawati., 2013. Kecepatan Induksi Kalus dan KandunganEuglenol Sirih Merah yang diperlakukan Menggunakan Variasi Jenis danKonsentrasi Auksin. Skripsi. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Kieber, J., 2002. The Arabidopsis Book: Cytokinins American Society of PlantBiologists, University of North Carolina, Biology Department, Carolina.
Kresnawati, E.. 2006. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh NAA Dan Kinetin TerhadapInduksi Kalus Dari Daun Nilam (Pogostemon cablin Beth). Skripsi. Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kumala, S., dan Siswanto E.B., 2007. Isolation and Sreening of Endophytic Microbesfrom Morinda citrifolia and Their Ability to Produce Anti-MicrobialSubstances. Microbiology Indonesia 1, 145-248.
Kumlay, A. M., dan Ercisli, S., 2015. Callus Induction, Shoot Proliferation and RootRegeneration of Potato (Solanum tuberosum L.) Stem Node and LeafExplants Under Long-day Conditions. Biotechnology & BiotechnologicalEquipment 29 (6), 1075-1084.
Lee, D. J., 2002. The Regulation of Korean Radish Cationic Peroxidase Promoter bya Low Ratio of Cytokinin to Auxin. Plant Science. 162, 345–353.
Lerch K., 1981. Tyrosinase kinetics: A semi-quantitative model of the mechanism ofoxidation of monohydric and dihydric phenolic substrates. In Sigel, H. (Ed.).Metal Ions in Biology System. 13 Marcel Dekker Inc., New York, Basel. p.143-186.
Maftuchah, A., H.K dan Joko, B.S. 1998. Induksi Kalus Artemisia (Artemisiavulgaris L.) Melalui Kultur In Vitro. Tropika 6 (2), 135-141.
Mahadi, I., Wulandari, S., dan Omar, A., 2014. Pembentukan Kalus Tanaman Rosella(Hibiscus Sabdariffa) Pada Pemberian Naftalen Acetyl Acid (NAA) DanBenzyl Amino Purin (BAP) Sebagai Sumber Belajar Konsep Bioteknologi.Jurnal Biogenesis 11 (1). Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPAFKIP. Universitas Riau Pekanbaru.
Manuhara, Y. S. W., 2014. Kapita Selekta Kultur Jaringan Tumbuhan. AirlanggaUniversity Press, Kampus C Universitas Airlangga, Surabaya.
Massa, G. N. O., 2016. Pengaruh Variasi Konsentrasi Zat Pengatur TumbuhDichlorophenoxyacetic Acid (2,4 D) dan Benzyl Adenine (BA) TerhadapInduksi dan Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Kalus Sirih Merah(Piper crocatum Ruiz dan Pav.). Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
97
Melara, M. V., dan Arias, A. M. G., 2009. Effect of BAP and IAA on ShootRegeneration in Cotyledonary Explants of Costa Rican Melon Genotypes.Agronomía Costarricense 33(1), 125-131.
Moeljanto, R. D. dan Mulyono., 2004. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih ObatMujarab dari Masa ke Masa Edisi I. Agromedia Pustaka, Jakarta, 8-69.
Mudyantini, W., Hardiyanto, A., dan Solichatun, 2004. Pengaruh Variasi KonsentrasiAsam Naftalen Asetat Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan FlavonoidKalus Daun Dewa [Gynura procumbens (Lour) Merr.], Jurnal Biofarmasi 2,69-74.
Mujahidah, F., 2014. Induksi Kalus Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz danPav.) dengan Zat Pengatur Tumbuh 2,4-D dan NAA Secara In Vitro. Skripsi.Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Mulyono, D., 2010. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Auksin : Indole Butiric Acid(IBA) dan Sitokinin: Benzil Amino Purine (BAP) dan Kinetin DalamElongasi Pertunasan Gaharu (Aquilaria beccariana). Jurnal Sains danTeknologi Indonesia 12 (1), 1-7.
Muryanti, S., dan Anggarwulan, E., 2005. Pertumbuhan dan Produksi Reserpin KalusPule Pandak [Rauvolfia serpentine (L.) Bentham ex. Kurz.] pada PemberianMetil Jasmonat secara in Vitro, Bioteknologi 2 (2). Jurusan Biologi FMIPAUniversitas Sebelas Maret (UNS). Surakarta.
Mursito, B., 2002. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Malaria, PT. PenebarSwadaya, Jakarta.
Nagata, T., dan Ebizuka, Y., 2002. Biotechnology in Agriculture and Foresty 51.Medical and Aromatic Plants XII. Springer Science & Business Media. 348.
Nasir, M., 2002. Bioteknologi Potensi Dan Keberhasilannya dalam bidangPertanian. Grafindo Persada, Jakarta.
Nasronudin., 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang.Airlangga University Press, Kampus C Universitas Airlangga, Surabaya.
Nazir, M., 1999. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Nisak, K., Nurhidayanti., Tutik., dan Purwani, K.I., 2012. Pengaruh Kombinasi ZPT,NAA dan BAP Pada Kultur Jaringan Tumbuhan Nicotina tabacum var.Prancak 95, Jurnal Sains dan Seni Pomits 1 (1), 1-6.
Noggle, G. R., and Frits, G. J., 1983. Introduction Plant Physiology 2nd Edition. NewJersey: Prentice Hall, Inc, Englewood Clifts.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
98
Nugroho, A., dan Sugito, H., 2005. Teknik Kultur Jaringan. Penebar Swadaya,Jakarta, 344.
Nursiyah., 2013. Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional yang DigunakanOrangtua untuk Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus Melati KecamatanKalikajar Kabupaten Wonosobo. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan.Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Nuswamarhaeni, S., Prihatini, D., dan Pohan, E.P., 1991. Mengenal Buah UnggulIndonesia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ozyigit, I.I., M.V. Kahraman, and O. Ercan. 2007. Relation between explant age,total phenols and regeneration response in tissue cultured cotton (Gossypiumhirsutum L.). African J. Biotechnol. 6(1):003-008.
Pribadi, E. R., 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia serta ArahPenelitian dan Pengembangannya. Indonesian Medicinal and Aromatic CropsResearch Institute 8 (1), 52 – 64.
Purwianingsih, Widi., Kusdianti R., dan Yuniarti Linda., 2007. Anatomi Kalus YangBerasal Dari Eksplan Daun Catharanthus roseous (L). G. Don (Tapak Dara).Jurnal Seminar Nasional Bioteknologi.
Rahayu, B., Solichatun., Endang A., 2003. Pengaruh Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat(2,4-D) terhadap Pembentukan dan Pertumbuhan Kalus serta KandunganFlavonoid Kultur Kalus Acalypha indica L. Biofarmasi 1 (1), 1-6.
Rao, N. S., 1994. Soil Microorganisms and Plant Growth. Oxford and IBMPublishing Co., London.
Rashid, U., Shaukat, A., Ghulam, M. A., Najma, A., Masood, M. S., 2009.Establishment of An Efficient Callus Induction and Plant RegenerationSystem in Pakistani Wheat (Triticum Aestivum) Cultivars. Electronic Journalof Biotechnology 12 (3), 1-12.
Rija’i, A. J., 2015. Telaah Fitokimia Kandungan Metabolit Sekunder Dalam EkstrakDaun Sirih Hitam (Piper betle L.) dan Uji Bioaktivitasnya Terhadap LarvaUdang (Artemia salina Leach.), Skripsi, Universitas Islam Bandung,Bandung.
Salisbury, F. B., and Ross, C. W., 1995. Fisiologi Tumbuhan III Edisi 4, PenerjemahLukman, D.R., dan Sumaryono, ITB, Bandung.
Santoso, U., dan Nursandi. F., 2002. Kultur Jaringan Tanaman, UMM Press.Malang.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
99
Santoso, U., dan Nursandi. F., 2004. Kultur Jaringan Tanaman, UMM Press.Malang.
Saputri, N. O. S., 2011. Induksi Kalus Tangkai Daun Sirih Merah (Piper crocatum)dengan Penambahan Zat Pengatur Tumbuh α-napthaleneacetic acid (NAA)dan 6-benzylaminopurine (BAP) secara In Vitro. Skripsi. FMIPA UniversitasNegeri Surabaya.
Seswita, D., Marsika, I., Gati, E., 1996. Aplikasi Kultur Jaringan untuk PerbanyakanKlonal Tanaman Kencur. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 3(2), 11-13.
Steenis, C. G. G. J van., 2002. Flora Cetakan ke-delapan. PT. Pradnya Paramita.Jakarta, 163-164.
Suaibah., 2014. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak kalus Sirih Merah (Pipercrocatum Ruiz dan Pav.) Terhadap Penghambatan Candida albicans. Skripsi.Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Suliantari, B. S. L., Jenie, M. T., Suhartono., dan Apriyantono, A., 2008. AktivitasAntibakteri Ekstrak Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Bakteri PatogenPangan, Tesis, Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Suryowinoto, M., 1996. Budidaya Jaringan dan Manfaatnya. Fakultas Biologi.Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tarabily, K., Nassar, A. H., and Sivasithamparam, K., 2003. Promotion Of PlantGrowth By An Auxin- Producing Isolat Of The Yeast Williopsis SaturnusEndophytic In Maize Roots. The Sixth U.A.E University ResearchConference, 60-69.
Ummah, Y. P. I., 2014. Uji Daya Antifungal Ekstrak Etanol Daun Sirih Hitam (Piperbetle L. Var. Nigra) dan Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) TerhadapPenghambatan Pertumbuhan Candida albicans Secara In Vitro. Skripsi.Universitas Negeri Malang. Malang.
Wardani, L. A., 2012. Validasi Metode Analisis dan Penentuan Kadar Vitamin CPada Minuman Buah Kemasan dengan Spektrofotometri UV-Visibel, Skripsi,Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Indonesia.
Wattimena, G. A., 1991. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas.Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Werner, T., and Thomas, S., 2009. Cytokinin Action in Plant Development. CurrentOpinion in Plant Biology 12, 527-538.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
100
Wetter, L. R., dan Constabel, F., 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman EdisiKedua, Institut Teknologi Bandung Press, Bandung.
Yanti., 2012. Piper betle var. Nigra. www.thebest-healthy-foods.com . Diakses padatanggal 6 Juli 2015 pukul 07.08 WIB.
Yelnititis., 2012. Pembentukan Kalus Remah Dari Eksplan Daun Ramin (Gonystylusbancanus (Miq) Kurz.). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Balai BesarPenelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan 6 (3), 181-194.
Yuliarti, N., 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skala Rumah Tangga. Lily Publisher.Yogyakarta.
Yusnita., 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.Agromedia Pustaka, Jakarta.
Yuwono, T., 2006. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.
Zulkarnain., 2009. Kultur Jaringan Tanaman: Solusi Perbanyakan TanamanBudidaya, Bumi Aksara, Jakarta.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Komposisi media Murashige and Skoog (MS) Padat
Bahan makronutrien Untuk 1 liter media (mg)NH4NO3 1650KNO3 1900CaCl2.2H2O 440MgSO4.7H2O 370KH2PO4 170
Stok mikronutrien Konsentrasi 100x (mg/100 ml) KeteranganMnSO4.H2O 2230 Untuk 1
liter mediadiperlukan 1ml
ZnSO4.4H2O 860H3BO3 620KI 83NaMoO4.2H2O 25CuSO4.5H2O 2,5CoCl2.6H2O 2,5
Stok zat besi Konsentrasi 40x (mg/200ml) KeteranganNa2.EDTA 1492 Untuk 1
liter mediadiperlukan 5ml
Fe2SO4.7H2O 1112
Stok vitamin Konsentrasi 50x (mg/200 ml) KeteranganGlycine 100 Untuk 1
liter mediadiperlukan 4ml
Nicotinic acid 25Pyridoxine-HCl 25Thiamine-HCl 5
Bahan organik Untuk 1 liter media (gram)Myo-inositol 0,1Sukrosa 30Agar 8
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
Lampiran 2. Tabel waktu induksi kalus eksplan sirih hitam (Piper betle L.) pada
berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP.
NoKombinasi
Konsentrasi IAA +BAP (mg/L)
Replikasi Hari ke-… Rerata Standardeviasi
1 IAA 0,0 + BAP 0,0
1 20
19 1,0954
2 203 204 185 186 18
2 IAA 0,0 + BAP 0,5
1 15
15,5 0,5477
2 153 154 165 166 16
3 IAA 0,0 + BAP 1,0
1 12
13,5 1,6432
2 123 154 155 156 12
4 IAA 0,0 + BAP 1,5
1 10
10,5 0,5477
2 103 104 115 116 11
5 IAA 0,0 + BAP 2,0
1 11
11,3 0,5164
2 113 114 115 126 12
6 IAA 0,5 + BAP 0,0
1 17
16,5 0,54772 173 174 16
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
5 166 16
7 IAA 0,5 + BAP 0,5
1 9
9,5 0,5477
2 93 94 105 106 10
8 IAA 0,5 + BAP 1,0
1 11
10,5 0,5477
2 113 114 105 106 10
9 IAA 0,5 + BAP 1,5
1 10
9 1,0954
2 103 104 85 86 8
10 IAA 0,5 + BAP 2,0
1 8
8,5 0,5477
2 83 84 95 96 9
11 IAA 1,0 + BAP 0,0
1 12
12 0,0000
2 123 124 125 126 12
12 IAA 1,0 + BAP 0,5
1 10
10,5 0,5477
2 103 104 115 116 11
13 IAA 1,0 + BAP 1,0 1 9 9 0,0000
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
2 93 94 95 96 9
14 IAA 1,0 + BAP 1,5
1 11
11,5 0,5477
2 113 124 125 126 11
15 IAA 1,0 + BAP 2,0
1 13
12,5 0,5477
2 133 134 125 126 12
16 IAA 1,5 + BAP 0,0
1 12
12,5 0,5477
2 123 124 135 136 13
17 IAA 1,5 + BAP 0,5
1 11
11,5 0,5477
2 113 114 125 126 12
18 IAA 1,5 + BAP 1,0
1 10
9,5 0,5477
2 103 104 95 96 9
19 IAA 1,5 + BAP 1,5
1 12
12 0,00002 123 124 12
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
5 126 12
20 IAA 1,5 + BAP 2,0
1 11
11 0,0000
2 113 114 115 116 11
21 IAA 2,0 + BAP 0,0
1 17
16 1,0954
2 173 174 155 156 15
22 IAA 2,0 + BAP 0,5
1 12
11,3 0,5164
2 113 114 115 116 12
23 IAA 2,0 + BAP 1,0
1 10
9,5 0,5477
2 103 104 95 96 9
24 IAA 2,0 + BAP 1,5
1 9
9,5 0,5477
2 93 104 105 106 9
25 IAA 2,0 + BAP 2,0
1 10
10 0,0000
2 103 104 105 106 10
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
Lampiran 3. Tabel persentase eksplan sirih hitam (Piper betle L.) membentuk
kalus pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP.
Kombinasi KonsentrasiIAA + BAP (mg/L)
Jumlah eksplan yangmembentuk kalus Persentase
IAA 0,0 + BAP 0,0 6 100%IAA 0,0 + BAP 0,5 6 100%IAA 0,0 + BAP 1,0 6 100%IAA 0,0 + BAP 1,5 6 100%IAA 0,0 + BAP 2,0 6 100%IAA 0,5 + BAP 0,0 6 100%IAA 0,5 + BAP 0,5 6 100%IAA 0,5 + BAP 1,0 6 100%IAA 0,5 + BAP 1,5 6 100%IAA 0,5 + BAP 2,0 6 100%IAA 1,0 + BAP 0,0 6 100%IAA 1,0 + BAP 0,5 6 100%IAA 1,0 + BAP 1,0 6 100%IAA 1,0 + BAP 1,5 6 100%IAA 1,0 + BAP 2,0 6 100%IAA 1,5 + BAP 0,0 6 100%IAA 1,5 + BAP 0,5 6 100%IAA 1,5 + BAP 1,0 6 100%IAA 1,5 + BAP 1,5 6 100%IAA 1,5 + BAP 2,0 6 100%IAA 2,0 + BAP 0,0 6 100%IAA 2,0 + BAP 0,5 6 100%IAA 2,0 + BAP 1,0 6 100%IAA 2,0 + BAP 1,5 6 100%IAA 2,0 + BAP 2,0 6 100%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
Lampiran 4. Tabel berat segar dan berat kering kalus sirih hitam (Piper betle L.)
pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP.
NoKombinasi Konsentrasi
IAA + BAP (mg/L) ReplikasiBerat segar
(gram)Berat kering
(gram)
1 IAA 0,0 + BAP 0,0
1 0,0047 0,00112 0,0071 0,00133 0,0019 0,00104 0,0067 0,00145 0,0048 0,00146 0,0017 0,0010
2 IAA 0,0 + BAP 0,5
1 0,1811 0,01492 0,1381 0,03163 0,1603 0,01524 0,0790 0,01375 0,0696 0,01026 0,0646 0,0076
3 IAA 0,0 + BAP 1,0
1 0,1668 0,00492 0,1111 0,00583 0,1972 0,00854 0,0513 0,00275 0,2222 0,00966 0,1160 0,0048
4 IAA 0,0 + BAP 1,5
1 0,3242 0,01282 0,3610 0,01313 0,2899 0,01124 0,2218 0,01335 0,1588 0,01306 0,2067 0,0135
5 IAA 0,0 + BAP 2,0
1 0,1631 0,00962 0,2461 0,01123 0,2925 0,01844 0,2780 0,01395 0,3295 0,01836 0,3042 0,0198
6 IAA 0,5 + BAP 0,0
1 0,0395 0,00482 0,0414 0,00573 0,0333 0,00684 0,0562 0,00535 0,0585 0,0054
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
6 0,0468 0,0046
7 IAA 0,5 + BAP 0,5
1 0,5853 0,08762 0,4516 0,06213 0,5711 0,08094 0,4140 0,05895 0,4234 0,06396 0,5670 0,0828
8 IAA 0,5 + BAP 1,0
1 0,2710 0,01222 0,2859 0,01913 0,2485 0,01414 0,2796 0,01535 0,2445 0,01316 0,2616 0,0121
9 IAA 0,5 + BAP 1,5
1 0,3099 0,01812 0,2655 0,01563 0,2666 0,01714 0,1986 0,02875 0,1163 0,01776 0,1599 0,0187
10 IAA 0,5 + BAP 2,0
1 0,3496 0,02052 0,7088 0,03103 0,8116 0,06274 0,6365 0,08845 0,5131 0,06976 0,5900 0,0962
11 IAA 1,0 + BAP 0,0
1 0,0045 0,00122 0,0090 0,00213 0,0176 0,00214 0,0165 0,00295 0,0107 0,00206 0,0133 0,0021
12 IAA 1,0 + BAP 0,5
1 0,2451 0,04452 0,2408 0,02313 0,2335 0,04124 0,2386 0,04295 0,1797 0,02256 0,1738 0,0196
13 IAA 1,0 + BAP 1,01 0,6303 0,05692 0,5536 0,0482
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
3 0,6342 0,05814 0,6112 0,04675 0,4882 0,03546 0,3508 0,0491
14 IAA 1,0 + BAP 1,5
1 0,8658 0,05822 0,7144 0,04763 0,5845 0,03924 0,5936 0,03785 0,3740 0,02826 0,8250 0,0592
15 IAA 1,0 + BAP 2,0
1 0,3827 0,01442 0,5075 0,03153 0,5997 0,03424 0,4684 0,03015 0,5364 0,03976 0,3088 0,0279
16 IAA 1,5 + BAP 0,0
1 0,0393 0,00492 0,0275 0,00323 0,0432 0,00534 0,0537 0,00785 0,0231 0,00296 0,0438 0,0042
17 IAA 1,5 + BAP 0,5
1 0,0330 0,00582 0,0497 0,00983 0,0308 0,00604 0,0386 0,00405 0,0401 0,00496 0,0357 0,0032
18 IAA 1,5 + BAP 1,0
1 0,3744 0,02942 0,3197 0,02753 0,2355 0,02034 0,2243 0,02605 0,3148 0,03126 0,3764 0,0383
19 IAA 1,5 + BAP 1,5
1 0,7489 0,04212 0,4773 0,02673 0,5140 0,02934 0,6044 0,03325 0,7937 0,0508
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
6 0,6750 0,0382
20 IAA 1,5 + BAP 2,0
1 0,4600 0,02322 0,5500 0,02973 0,5274 0,02444 0,5525 0,02895 0,5463 0,02606 0,5812 0,0294
21 IAA 2,0 + BAP 0,0
1 0,0265 0,00492 0,0283 0,00533 0,0299 0,00584 0,0135 0,00365 0,0143 0,00316 0,0202 0,0035
22 IAA 2,0 + BAP 0,5
1 0,3807 0,04572 0,2444 0,02083 0,1899 0,02094 0,2586 0,02845 0,3055 0,03536 0,2118 0,0183
23 IAA 2,0 + BAP 1,0
1 0,4560 0,04982 0,6710 0,05593 0,5012 0,05164 0,1618 0,01385 0,1703 0,01596 0,6887 0,0644
24 IAA 2,0 + BAP 1,5
1 0,3920 0,02002 0,3385 0,02393 0,6869 0,03744 0,5119 0,04715 0,6710 0,03106 0,2203 0,0314
25 IAA 2,0 + BAP 2,0
1 0,4938 0,03542 0,5830 0,04973 0,3768 0,03134 0,0765 0,01235 0,0834 0,01366 0,0974 0,0141
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
Lampiran 5. Tabel morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP(minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4).
No
KombinasiKonsentrasiIAA + BAP
(mg/L)Replikasi
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Tekstur Warna Tekstur Warna Tekstur Warna Tekstur Warna
1IAA 0,0 +BAP 0,0
1 - - - - F PK F PK2 - - - - F PK F PK3 - - - - F PK F PK4 - - - - F PK F PK5 - - - - F PK F PK6 - - - - F PK F PK
2IAA 0,0 +BAP 0,5
1 - - - - F PK F PK2 - - - - F PK F C3 - - - - F PK F C4 - - - - K PK K PK5 - - - - K PK K C6 - - - - K PK K C
3IAA 0,0 +BAP 1,0
1 - - F P F P F P2 - - F P F P F P3 - - - - F P F P4 - - - - F PK F PK5 - - - - F P F P6 - - F P F P F P
4IAA 0,0 +BAP 1,5
1 - - F P F P F P2 - - F P F P F P
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
3 - - F P F P F P4 - - K PH K PH K PK5 - - K PH K PH K PK6 - - K PH K PH K PK
5IAA 0,0 +BAP 2,0
1 - - K PH K PH K PH2 - - K PH K PH K PH3 - - K PH K PH K PH4 - - F P F P F P5 - - F P F P F P6 - - F P F P F P
6IAA 0,5 +BAP 0,0
1 - - - - F PK F C2 - - - - F PK F C3 - - - - F PK F PK4 - - - - F PK F PK5 - - - - F PK F PK6 - - - - F PK F PK
7IAA 0,5 +BAP 0,5
1 - - F PK F PK F PC2 - - F PK F PK F PC3 - - F PK F PK F PC4 - - F PK F PK F C5 - - K PK K PK K PK6 - - K PK K PK K PK
8IAA 0,5 +BAP 1,0
1 - - F P F P F P2 - - K PH K PK K PK3 - - K PH K PK K PK4 - - K PK K PK K PK5 - - F PK F PK F PK
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
6 - - F PK F PK F PK
9IAA 0,5 +BAP 1,5
1 - - F PH F PH F PK2 - - F PH F PH F PK3 - - F PH F PH F PK4 - - F PH F PK F PK5 - - F PH F PK F PK6 - - F PH F PK F PK
10IAA 0,5 +BAP 2,0
1 - - K PK K PK K PK2 - - K PK K PK K PK3 - - K PK K PK K PK4 - - F PH F PH F PH5 - - F PH F PH F PK6 - - F PH F PH F PH
11IAA 1,0 +BAP 0,0
1 - - F PK F PK F C2 - - F PK F PK F C3 - - K PK K PK K PK4 - - K PK K PK K PK5 - - K PK K PK K PK6 - - K PK K PK K PK
12IAA 1,0 +BAP 0,5
1 - - K PK K PK K PC2 - - K PK K PK K PC3 - - K PK K PK K PC4 - - K PK K PK K C5 - - K PK K PK K PK6 - - K PK K PK K PK
13IAA 1,0 +BAP 1,0
1 - - F PK F PK F PK2 - - F P F P F P
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
3 - - F P F P F P4 - - K PH K PK K PK5 - - K PH K PK K PK6 - - K PH K PK K PK
14IAA 1,0 +BAP 1,5
1 - - F P F P F P2 - - F P F P F P3 - - K PK K PK K PK4 - - K PK K PK K PK5 - - K PK K PK K PK6 - - F P F P F P
15IAA 1,0 +BAP 2,0
1 - - F PK F PK F PK2 - - F PK F PK F PK3 - - F PK F PK F PK4 - - K PK K PK K PK5 - - K PK K PK K PK6 - - K PK K PK K PK
16IAA 1,5 +BAP 0,0
1 - - K PK K PK K PK2 - - K PK K PK K PK3 - - K PK K PK K PK4 - - K PK K PK K PK5 - - K PK K PK K PK6 - - K PK K PK K PK
17IAA 1,5 +BAP 0,5
1 - - K PH K PH K PH2 - - K PH K PH K PH3 - - K PH K PH K PH4 - - F PH F PH F PK5 - - K PK K PK K PK
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
6 - - F PH F PH F PK
18IAA 1,5 +BAP 1,0
1 - - K PK K PK K PK2 - - K PK K PK K PK3 - - K PK K PK K PK4 - - K PK K PK K PK5 - - K PK K PK K PK6 - - K PK K PK K PK
19IAA 1,5 +BAP 1,5
1 - - F P F P F P2 - - F P F P F P3 - - F P F P F P4 - - F P F P F P5 - - F P F P F P6 - - F P F P F P
20IAA 1,5 +BAP 2,0
1 - - F P F P F P2 - - F P F P F P3 - - F P F P F P4 - - K PK K PK K PK5 - - K PK K PK K PK6 - - K PK K PK K PK
21IAA 2,0 +BAP 0,0
1 - - - - F PK F PK2 - - - - F PK F PK3 - - - - F PK F PK4 - - - - F PK F PK5 - - - - F PK F PK6 - - - - F PK F PK
22IAA 2,0 +BAP 0,5
1 - - F PK F PK F PK2 - - F PK F PK F PK
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
3 - - F PK F PK F PK4 - - K PH K PK K PK5 - - K PH K PK K PK6 - - K PH K PH K PK
23IAA 2,0 +BAP 1,0
1 - - K PK K PK K PK2 - - K PK K PK K PK3 - - K PK K PK K PK4 - - K PH K PH K PH5 - - K PH K PH K PH6 - - K PK K PK K PK
24IAA 2,0 +BAP 1,5
1 - - F P F P F P2 - - F P F P F P3 - - F PH F PH F PH4 - - F PH F PH F PH5 - - F PH F PH F PH6 - - K PK K PK K PK
25IAA 2,0 +BAP 2,0
1 - - F PK F PK F PK2 - - F PK F PK F PK3 - - F PK F PK F PK4 - - K PK K PK K PK5 - - K PK K PK K PK6 - - K PK K PK K PK
Keterangan:a. Warna kalus :
- PH : Putih kehijauan- PK : Putih kekuningan- PC : Putih kecokelatan
- P : Putih- C : Cokelat- H : Hitam
b. Tekstur kalus:- K : Kompak- F : Friabel- KF : Kompak dan friabel
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
Lampiran 6. Tabel morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP(minggu ke-5 sampai dengan minggu ke-8).
No
KombinasiKonsentrasiIAA + BAP
(mg/L)Replikasi
Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8
Tekstur Warna Tekstur Warna Tekstur Warna Tekstur Warna
1IAA 0,0 +BAP 0,0
1 F PK F PK F PK F PK2 F PK F PK F PK F PK3 F PK F PK F PK F PK4 F PK F PK F C F H5 F PK F PK F C F H6 F PK F PK F C F H
2IAA 0,0 +BAP 0,5
1 F PK F C F C F C2 F C F C F C F C3 F C F C F C F C4 K C K C K H K H5 K C K C K H K H6 K C K C K H K H
3IAA 0,0 +BAP 1,0
1 F P F P F P F P2 F P F P F P F P3 F P F P F P F P4 F PK F PC F PC F PC5 F P F P F P F P6 F P F P F P F P
4IAA 0,0 +BAP 1,5
1 F P F P F P F P2 F P F P F P F P
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
3 F P F P F P F P4 K H K H K H K H5 K PK K PK K H K H6 K PK K PK K PC K H
5IAA 0,0 +BAP 2,0
1 K PK K PK K PK K PK2 K PK K PK K PK K PK3 K PK KF P KF P KF P4 F P F P F P F P5 F P F P F P F P6 F P F P F P F P
6IAA 0,5 +BAP 0,0
1 F H F H F H F H2 F C F H F H F H3 F PK F PK F PK F PK4 F PK F C F C F H5 F PK F C F H F H6 F PK F C F H F H
7IAA 0,5 +BAP 0,5
1 F PC F C F C F C2 F PC F C F C F C3 F PC F C F C F C4 F C F H F H F H5 K PK K PK K PK K PK6 K PK K PK K PK K PK
8IAA 0,5 +BAP 1,0
1 F P F P F PC F PC2 K P K P K PC K PC3 K P K P K PC K PC4 K PK K PC K PC K PC5 F PK F PC F PC F C
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
6 F PK F PC F PC F C
9IAA 0,5 +BAP 1,5
1 F PK F PK F PK F PK2 F PK F PK F PK F PK3 F PK F PK F PK F PK4 F PK F PK F PK F PK5 F PK F PK F PK F PK6 F PK F PK F PK F PK
10IAA 0,5 +BAP 2,0
1 KF PK KF P KF P KF P2 KF PK KF P KF P KF P3 K PK KF P KF P KF P4 F PK F PK F PK F PK5 F PK F PK F PK F PK6 F PK F PK F PK F PK
11IAA 1,0 +BAP 0,0
1 F C F H F H F H2 F C F H F H F H3 K PK K PK K PK K PK4 K PK K PK K PK K PK5 K PK K PK K PK K PK6 K PK K PK K PK K PK
12IAA 1,0 +BAP 0,5
1 K C K C K C K C2 K C K C K C K C3 K C K C K C K C4 K C K C K C K C5 K PK K PK K PK K PK6 K PK K PK K PK K PK
13IAA 1,0 +BAP 1,0
1 F PK F PK F PK F PK2 F P F P F P F P
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
3 F P F P F P F P4 K PK K PK K PK K PK5 K PK K PK K PK K PK6 K PK K PK K PK K PK
14IAA 1,0 +BAP 1,5
1 F P F P F P F P2 F P F P F P F P3 K PK K PK K PK K PK4 K PK K PK K PK K PK5 K PK K PK K PK K PK6 F P F P F P F P
15IAA 1,0 +BAP 2,0
1 F PK F P F P F P2 F PK F P F P F P3 F PK F P F P F P4 K PK K PK K PK K PK5 K PK K PK K PK K PK6 K PK K PK K PK K PK
16IAA 1,5 +BAP 0,0
1 K PK K PK K C K C2 K PK K PK K C K C3 K PK K PK K C K C4 K C K C K C K C5 K C K C K C K C6 K C K C K C K C
17IAA 1,5 +BAP 0,5
1 K PK K PK K PK K PK2 K PK K PK K PK K PK3 K PK K PK K PK K PK4 F PK F PK F PK F PK5 K PK K PK K PK K PK
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
6 F PK F PK F PK F PK
18IAA 1,5 +BAP 1,0
1 K PK K PK KF P KF P2 K PK K PK KF P KF P3 K PK K PK KF P KF P4 K PK K PK K PK K PK5 K PK K PK K PK K PK6 K PK K PK K PK K PK
19IAA 1,5 +BAP 1,5
1 F P F P F P F P2 F P F P F P F P3 F P F P F P F P4 F P F P F P F P5 F P F P F P F P6 F P F P F P F P
20IAA 1,5 +BAP 2,0
1 F P F P F P F P2 F P F P F P F P3 F P F P F P F P4 K PK KF P KF P KF P5 K PK KF P KF P KF P6 K PK KF P KF P KF P
21IAA 2,0 +BAP 0,0
1 F C F H F H F H2 F C F H F H F H3 F PK F PK F PK F PK4 F C F C F H F H5 F C F C F H F H6 F C F C F H F H
22IAA 2,0 +BAP 0,5
1 F C F C F C F C2 F C F C F C F C
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
3 F C F C F C F C4 K C K C K H K H5 K C K C K H K H6 K PK K PK K PK K PK
23IAA 2,0 +BAP 1,0
1 K PK KF PK KF P KF P2 K PK KF PK KF P KF P3 K PK KF PK KF P KF P4 K PH K PH K PH K PH5 K PH K PH K PH K PH6 K PK K PK K PK K PK
24IAA 2,0 +BAP 1,5
1 F P F P F P F P2 F P F P F P F P3 F PH F PH F PH F PH4 F PH F PH F PH F PH5 F PH F PH F PH F PH6 K PK K PK K PK K PK
25IAA 2,0 +BAP 2,0
1 F PK F PK F PC F PC2 F PK F PK F PC F PC3 F PK F PK F PC F PC4 K PK K PK K PK K PK5 K PK K PK K PK K PK6 K PK K PK K PK K PK
Keterangan:a. Warna kalus :
- PH : Putih kehijauan- PK : Putih kekuningan- PC : Putih kecokelatan
- P : Putih- C : Cokelat- H : Hitam
b. Tekstur kalus:- K : Kompak- F : Friabel- KF : Kompak dan friabel
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
Lampiran 7. Tabel Uji distribusi normalitas.
NPar TestsOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Lama_Waktu Berat_Segar Berat_Kering
N 150 150 150Normal Parametersa,b Mean 11.69 .294775 .024689
Std. Deviation 2.657 .2309118 .0209511Most Extreme Differences Absolute .233 .102 .129
Positive .233 .100 .125Negative -.116 -.102 -.129
Test Statistic .233 .102 .129Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .001c .000c
a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.c. Lilliefors Significance Correction.
Kruskal-Wallis TestTest Statisticsa,b
Lama_Waktu Berat_Segar Berat_Kering
Chi-Square 139.230 128.757 129.247Df 24 24 24Asymp. Sig. .000 .000 .000
a. Kruskal Wallis Testb. Grouping Variable: Perlakuan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
Lampiran 8. Tabel signifikansi lama waktu induksi kalus eksplan sirih hitam (Piper betle L.) berdasarkan uji Mann-
Whitney.
Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 251 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S2 S S S S S S S S S S S S S S S S S S TS S S S S3 S S S S S S S TS S S S TS TS S S TS S S S S S S4 S S S TS S S S TS S S S S S S S TS S S S S TS5 S S S S S S S S TS S S TS S S TS S TS S S S6 S S S S S S S S S S S S S S TS S S S S7 S TS S S S TS S S S S TS S S S S TS TS TS8 S S S TS S S S S S S S TS S S S S TS9 TS S S TS S S S S TS S S S S TS TS TS10 S S TS S S S S S S S S S S S S11 S S TS TS TS TS S TS S S S S S S12 S S S S S S S TS S S S S TS13 S S S S TS S S S S TS TS S14 S S TS S TS TS S TS S S S15 TS S S TS S S S S S S16 S S TS S S S S S S17 S TS TS S TS S S S18 S S S S TS TS TS19 S S S S S S20 S TS S S S21 S S S S
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
22 S S S23 TS TS24 TS25
Keterangan :I0,0 B0,0 : Perlakuan ke-1I0,0 B0,5 : Perlakuan ke-2I0,0 B1,0 : Perlakuan ke-3I0,0 B1,5 : Perlakuan ke-4I0,0 B2,0 : Perlakuan ke-5I0,5 B0,0 : Perlakuan ke-6I0,5 B0,5 : Perlakuan ke-7I0,5 B1,0 : Perlakuan ke-8I0,5 B1,5 : Perlakuan ke-9I0,5 B2,0 : Perlakuan ke-10I1,0 B0,0 : Perlakuan ke-11I1,0 B0,5 : Perlakuan ke-12I1,0 B1,0 : Perlakuan ke-13I1,0 B1,5 : Perlakuan ke-14I1,0 B2,0 : Perlakuan ke-15
I1,5 B0,0 : Perlakuan ke-16I1,5 B0,5 : Perlakuan ke-17I1,5 B1,0 : Perlakuan ke-18I1,5 B1,5 : Perlakuan ke-19I1,5 B2,0 : Perlakuan ke-20I2,0 B0,0 : Perlakuan ke-21I2,0 B0,5 : Perlakuan ke-22I2,0 B1,0 : Perlakuan ke-23I2,0 B1,5 : Perlakuan ke-24I2,0 B2,0 : Perlakuan ke-25
- I(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA (mg/L)- B(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP (mg/L)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
Lampiran 9 Tabel signifikansi berat segar induksi kalus eksplan sirih hitam (Piper betle L.) berdasarkan uji Mann-
Whitney.
Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 251 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S2 TS S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S TS3 S S S S S TS S S S S S S S S S S S S S S S TS4 TS S S TS TS S S TS S S S S S TS S S S TS TS S TS5 S S TS TS S S TS S S S S S TS S S S TS TS S TS6 S S S S S S S S S TS TS S S S S S S S S7 S S TS S S TS TS TS S S S TS TS S S TS TS TS8 TS S S S S S S S S TS S S S TS TS TS TS9 S S TS S S S S S TS S S S TS TS S TS10 S S TS TS TS S S S TS TS S S TS TS S11 S S S S S S S S S S S S S S12 S S S S S TS S S S TS TS S TS13 TS TS S S S TS TS S S TS TS TS14 TS S S S TS TS S S TS TS S15 S S S S TS S S TS TS TS16 TS S S S S S S S S17 S S S S S S S S18 S S S TS TS TS TS19 TS S S TS TS S20 S S TS TS TS21 S S S S
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
22 TS S TS23 TS TS24 TS25
Keterangan :I0,0 B0,0 : Perlakuan ke-1I0,0 B0,5 : Perlakuan ke-2I0,0 B1,0 : Perlakuan ke-3I0,0 B1,5 : Perlakuan ke-4I0,0 B2,0 : Perlakuan ke-5I0,5 B0,0 : Perlakuan ke-6I0,5 B0,5 : Perlakuan ke-7I0,5 B1,0 : Perlakuan ke-8I0,5 B1,5 : Perlakuan ke-9I0,5 B2,0 : Perlakuan ke-10I1,0 B0,0 : Perlakuan ke-11I1,0 B0,5 : Perlakuan ke-12I1,0 B1,0 : Perlakuan ke-13I1,0 B1,5 : Perlakuan ke-14I1,0 B2,0 : Perlakuan ke-15
I1,5 B0,0 : Perlakuan ke-16I1,5 B0,5 : Perlakuan ke-17I1,5 B1,0 : Perlakuan ke-18I1,5 B1,5 : Perlakuan ke-19I1,5 B2,0 : Perlakuan ke-20I2,0 B0,0 : Perlakuan ke-21I2,0 B0,5 : Perlakuan ke-22I2,0 B1,0 : Perlakuan ke-23I2,0 B1,5 : Perlakuan ke-24I2,0 B2,0 : Perlakuan ke-25
- I(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA (mg/L)- B(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP (mg/L)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
Lampiran 10. Tabel signifikansi berat kering induksi kalus eksplan sirih hitam (Piper betle L.) berdasarkan uji Mann-Whitney.
Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 251 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S2 S TS TS S S TS TS S S S S S TS S S S S TS S S S S TS3 S S TS S S S S S S S S S TS TS S S S TS S S S S4 TS S S TS S S S S S S S S S S S S S S S S S5 S S TS TS S S S S S S S S S S S S S TS S TS6 S S S S S S S S S TS TS S S S TS S S S S7 S S TS S S S S S S S S S S S S S S S8 S S S S S S S S S S S S S S S S TS9 S S S S S TS S S S S S S S TS S TS10 S TS TS TS TS S S TS TS TS S TS TS TS TS11 S S S S S S S S S S S S S S12 S TS TS S S TS TS TS S TS TS TS TS13 TS S S S S TS S S S TS S S14 TS S S S TS S S S TS TS TS15 S S TS TS TS S TS TS TS TS16 TS S S S TS S S S S17 S S S TS S S S S18 TS TS S TS TS TS TS19 S S TS TS TS TS20 S TS TS TS TS21 S S S S
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
22 TS TS TS23 TS TS24 TS25
Keterangan :I0,0 B0,0 : Perlakuan ke-1I0,0 B0,5 : Perlakuan ke-2I0,0 B1,0 : Perlakuan ke-3I0,0 B1,5 : Perlakuan ke-4I0,0 B2,0 : Perlakuan ke-5I0,5 B0,0 : Perlakuan ke-6I0,5 B0,5 : Perlakuan ke-7I0,5 B1,0 : Perlakuan ke-8I0,5 B1,5 : Perlakuan ke-9I0,5 B2,0 : Perlakuan ke-10I1,0 B0,0 : Perlakuan ke-11I1,0 B0,5 : Perlakuan ke-12I1,0 B1,0 : Perlakuan ke-13I1,0 B1,5 : Perlakuan ke-14I1,0 B2,0 : Perlakuan ke-15
I1,5 B0,0 : Perlakuan ke-16I1,5 B0,5 : Perlakuan ke-17I1,5 B1,0 : Perlakuan ke-18I1,5 B1,5 : Perlakuan ke-19I1,5 B2,0 : Perlakuan ke-20I2,0 B0,0 : Perlakuan ke-21I2,0 B0,5 : Perlakuan ke-22I2,0 B1,0 : Perlakuan ke-23I2,0 B1,5 : Perlakuan ke-24I2,0 B2,0 : Perlakuan ke-25
- I(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA (mg/L)- B(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP (mg/L)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.
Lampiran 11. Tabel Uji homogenitas varians.
General Linear ModelMultivariate Testsa
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.
Intercept Pillai's Trace .997 15374.908b 3.000 123.000 .000
Wilks' Lambda .003 15374.908b 3.000 123.000 .000
Hotelling's Trace 374.998 15374.908b 3.000 123.000 .000
Roy's Largest Root 374.998 15374.908b 3.000 123.000 .000
Perlakuan Pillai's Trace 2.305 17.270 72.000 375.000 .000
Wilks' Lambda .005 25.803 72.000 368.445 .000
Hotelling's Trace 25.664 43.368 72.000 365.000 .000
Roy's Largest Root 21.386 111.388c 24.000 125.000 .000
a. Design: Intercept + Perlakuan
b. Exact statistic
c. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
F df1 df2 Sig.
Lama_Waktu 317.005 24 125 .000
Berat_Segar 8.129 24 125 .000
Berat_Kering 8.389 24 125 .000
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable
is equal across groups.
a. Design: Intercept + Perlakuan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI INDUKSI KALUS EKSPLAN ... NABILAH ISTIGHFARI Z.