32
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infark Miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di Negara maju. Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 30% dengan lebih dari separuh kematian terjadi sebelum pasien mencapai Rumah Sakit. Walaupun laju mortalitas menurun sebesar 30% dalam 2 dekade terakhir, sekitar 1 diantara 25 pasien yang tetap hidup pada perawatan awal,meninggal dalam tahun pertama setelah IMA. 2 Infark miokard biasanya disebabkan oleh thrombus arteri coroner.Terjadinya thrombus disebabkan oleh rupture plak yang kemudian diikuti oleh pembentukan thrombus oleh trombosit.Lokasi dan luasnya miokard infark tergantung pada arteri yang oklusi dan aliran darah kolateral. 4 Infark miokad yang mengenai endocardium sampai epikardium disebut infark transmural, namun bisa juga mengenai daerah subendokardial. Setelah 20 menit terjadi sumbatan,infark sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan bila berlanjut terus rata- rata dalam 4 jam terjadi infark transmural.Hal ini kadang-kadang belum selesai karena daerah sekitar infark masih dalam bahaya bila proses iskemia masih berlanjut. 4 Bila arteri left anterior descending yang oklusi,infark mengenai dinding anterior ventrikel kiri dan bisa mengenai septum. Bila arteri left circumflex yang oklusi,infark mengenai dinding lateral atau posterior dari ventrikel kiri. Bila arteri coroner kanan yang oklusi,infark terutama mengenai dinding anterior dari ventrikel kiri,tetapi bisa juga septum dan ventrikel kanan. 4 Oklusi arteri koronaria bisa juga tidak sampai menimbulkan infark bila daerah yang diperdarahi arteri yang oklusi tersebut mendapat pasokan oleh kolateral pembuluh arteri lainnya. 4 Tujuan utama tatalaksana IMA adalah diagnosis cepat, menghilangkan nyeri dada, penilaian dan implementasi strategi reperfusi yang mungkin diakukan, pemberian antitrombotik dan terapi antiplateet, pemverian obat penunjang dan tatalaksana komplikasi IMA. 2 I.2 Batasan Masalah

Infark Miokard Akut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Infark Miokard Akut

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Infark Miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering

    di Negara maju. Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 30% dengan lebih dari

    separuh kematian terjadi sebelum pasien mencapai Rumah Sakit. Walaupun laju

    mortalitas menurun sebesar 30% dalam 2 dekade terakhir, sekitar 1 diantara 25 pasien

    yang tetap hidup pada perawatan awal,meninggal dalam tahun pertama setelah IMA.2

    Infark miokard biasanya disebabkan oleh thrombus arteri coroner.Terjadinya

    thrombus disebabkan oleh rupture plak yang kemudian diikuti oleh pembentukan

    thrombus oleh trombosit.Lokasi dan luasnya miokard infark tergantung pada arteri yang

    oklusi dan aliran darah kolateral.4

    Infark miokad yang mengenai endocardium sampai epikardium disebut infark

    transmural, namun bisa juga mengenai daerah subendokardial. Setelah 20 menit terjadi

    sumbatan,infark sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan bila berlanjut terus rata-

    rata dalam 4 jam terjadi infark transmural.Hal ini kadang-kadang belum selesai karena

    daerah sekitar infark masih dalam bahaya bila proses iskemia masih berlanjut.4

    Bila arteri left anterior descending yang oklusi,infark mengenai dinding anterior

    ventrikel kiri dan bisa mengenai septum. Bila arteri left circumflex yang oklusi,infark

    mengenai dinding lateral atau posterior dari ventrikel kiri. Bila arteri coroner kanan yang

    oklusi,infark terutama mengenai dinding anterior dari ventrikel kiri,tetapi bisa juga

    septum dan ventrikel kanan.4

    Oklusi arteri koronaria bisa juga tidak sampai menimbulkan infark bila daerah

    yang diperdarahi arteri yang oklusi tersebut mendapat pasokan oleh kolateral pembuluh

    arteri lainnya.4

    Tujuan utama tatalaksana IMA adalah diagnosis cepat, menghilangkan

    nyeri dada,

    penilaian dan implementasi strategi reperfusi yang mungkin diakukan, pemberian

    antitrombotik dan terapi antiplateet, pemverian obat penunjang dan tatalaksana

    komplikasi IMA. 2

    I.2 Batasan Masalah

  • 2

    Referat ini membahas mengenai:

    1.Patogenesis dan patofisiologi infark miokard

    2.Penatalaksanaan yang tepat terhadap infark miokard

    I.3 Tujuan Penulisan

    Tujuan penulisan Clinical Case Session ini adalah untuk menambah pengetahuan

    dan pemahaman mengenai:

    1. Patogenesis dan patofisiologi infark miokard

    2. Penatalaksanaan yang tepat terhadap infark miokard

    1.4 Metode Penulisan

    Metode penulisan Clinical Case Session ini adalah tinjauan kepustakaan yang

    merujuk pada berbagai literatur

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Patofisiologi Infark Miokard

    STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak

    setelah oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis

    arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu

    STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika

    trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskular, dimana injuri ini

    dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.2

    Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur,

    ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga

    terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan okusi arteri

    koroner.Penelitian histologis menujukkan plak koroner cenderung mengalami ruptur jika

    mempunyai fibrous cap yang tipis dan inti kaya ipid (lipid rich core). Pada STEMI

    gambaran patoogis klasik terdiri dari fibrin rich red trombus, yang dipercaya menjadi

    alasan pada STEMI memberikan respons terhadap trombolitik.2

    Seanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen,ADP,

    epinefrin,serotonin) memicu aktivasi trombosit, yang selanjutnya akan memproduksi dan

    melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal yang poten). Selain itu aktivasi

    trombosit memicu perubahan konformasi reseptor glikoprotein IIb/IIIa. Setelah

    mengalami konversi fungsinya, reseptor mempunyai afinitas tinggi terhadap sekuen asam

    amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti faktor von Willebrand (vWF) dan

    fibrinogen, dimana keduanya adalah molekul mutivaen yang dapat mengikat 2 platelet

    yang berbeda secara simultan, menghasilkan ikatan siang platelet dan agregasi.2

    Kaskade koagualasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel yang

    rusak. Faktor VII dan X diaktivasi, mengakibatkan konversi protrombin menjadi trombin,

    yang kemudian mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin.Arteri koroner yang terlibat

    kemudian akan mengalami oklusi oleh tombus yang terdiri agregat trombosit dan fibrin.2

    Pada kondisi yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oeh emboi koroner,

    abnormalitas kongenital, spasme koroner dan berbagai penyakit inflamasi.2

  • 4

    Infark transmural biasanya mengenai seluruh tebal dinding yang bersangkutan,

    sedangkan infark subendokardial terbatas pada separuh bagian dalam miokardium otot

    yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan selama berlangsungnya

    proses penyembuhan. Mula-mula otot yang mengalami infark tampak memar dan

    sianotik akibat berkurangnya aliran darah regional. Dalam jangka waktu 24 jam timbul

    edema pada sel-sel, respons peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung

    dilepaskan dari sel-sel ini. Menjelang hari kedua atau ketiga mulai terjadi proses

    degradasi jaringan dan pembuangan semua serabut nekrosik. Selama fase ini, dinding

    nekrotik menjadi relatif tipis. Sekitar minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut.

    Lambat laun jaringan ikat fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami

    penebalan yang progresif. Pada minggu ke enam, jaringan parut sudah terbentuk dengan

    jelas.3

    Infark miokardium jelas akan menurunkan fungsi ventrikel karena otot yang

    nekrosis kehilngan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia di sekitarnya juga

    mengalami gannguan daya kontraksi. Secara fungsional infark miokardium akan

    menyebabkan perubahan-perubahan seperti pada iskemia: (1) daya kontraksi menurun,

    (2) gerakan dinding abnormal, (3) perubahan daya kembang dinding ventrikel, (4)

    pengurangan volume sekuncup, (5) pengurangan fraksi ejeksi, (6) peningkatan volume

    akhir sistolik dan akhir diastolic ventrikel, dan (7) peningkatan tekanan akhir diastolik

    ventrikel kiri.3

    II.2 Tatalaksana yang Tepat terhadap Infark Miokard

    Tujuan utama tatalaksana IMA adalahdiagnosis cepat, menghilangkan nyeri

    dada, penilaian dan implementasi strategi reperfusi yang mungkin dilakukan, pemberian

    antitrombotik dan terapi antiplatelet, pemberian obat penunjang dan tatalaksana

    komplikasi IMA.Terdapat beberapa pedoman dalam tatalaksana IMA dengan elevasi ST

    yaitu dari ACC/AHA tahun 2004 da ESC tahun 2003. Walaupun edmukian perlu

    disesuaikan dengan kondisi sarana /fasilitas di tempat masing-masing center dan

    kemampuan ahli yang ada.2

    II.2.1 Tatalaksana Pra Rumah Sakit

    Pengobatan dapat dimulai segera setelah diagnosis kerja ditegakkan (sakit dada

    khas dan elektrokardiogram) oleh karena kematian akibat infark miokard akut terjadi

  • 5

    pada jam-jam pertama. Penderita dapat diberikan obat penghilang rasa sakit dan

    penenang. Biasanya bila sakit hebat diberikan morfin 2,5-5 mg atau petidin 25-50 mg

    secara intravena perlahan-lahan. Sebagai penenang dapat diberikan Diazepam 5-10 mg.

    Penderita kemudian dapat ditransfer ke rumah sakit yang memiliki fasilitas ruang rawat

    coroner intensif. Infus dekstrose 5% atau NaCl 0,9% beserta oksigen nasal harus

    terpasang,dan penderita didampingi oleh tenaga terlatih.4

    Sebagian besar kemtian mendadak di luar rumah sakit pada STEMI disebabkan

    adanya fibrilasi ventrikel mendadak, yang sebagian besar terjadi dalam 24 jam pertama

    onset gejala. Dan lebih dari separuhnya terjadi pada jam pertama. Sehingga elemen utama

    tatalaksana pra hospital pada pasien yang dicurigai STEMI antara lain:2

    Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertilongan medis

    Segera memanggil tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan

    resusitasi

    Transportasi pasien ke RUmah sakit yang mempunyai fasilitas ICCU/ICU serta

    staf medis dokter dan perawat yang terlatih

    Melakukan terapi reperfusi

    Keterlambatan terbanyak yang terjadi pada penanganan pasien biasanya bukan

    selama transportasi ke Rmah Sakit, namun karena lama waktu mulai onset nyeri dada

    sampai keputusan pasien untuk meminta pertolongan. Hal ii bias ditanggulangi dengan

    cara edukasi kepada masyarakat oleh tenaga professional keehatan mengenai pentingnya

    tatalaksana dini.2

    Pemberian fibrinolitik pra hospital hanya bisa dikerjakan jika ada paramedic di

    ambulans yang sudah terlatih untuk mengiterpretasi EKG dan tatalaksana STEMI dan

    kendali komando medis online yang bertanggungjawab pada pemberian terapi. Di

    Indonesia saat ini pemberian trombolitik pra hospital ini belum bisa dilakukan.2

    Gambar 1

  • 6

    Pasien dibawa oleh EMS setelah memanggil 9-1-1: Reperfusi pada pasien STEMI

    dapat dilakukan dengan terapi farmakologis (fibrinolisis) atau pendekatan kateter ( PCI

    primer). Implementasi strategi ini bervariasi tergantung cara transportasi pasien dan

    kemampuan penerimaan Rumah Sakit. Sasaran adalah waktu iskemia total 120 menit.

    Waktu transport ke rumah sakit bervariasi dari kasus ke kasus lainnya, tetapi sasaran

    waktu iskemia total adalah 120 menit. Terdapat 3 kemungkinan:2

    Jika EMS mempunyai kemampuan memberikan fibrinolitik dan pasien memenuhi

    syarat terapi, fibrinolysis pra rumah sakit dapat dimulai dalam 30 menit sejak

    EMS tiba.

    Jika EMS tidak mampu memberikan fibrinolysis sebelum ke rumah sakit dan

    pasien dibawa ke rumah sakit yang tak tersedia sarana PCI, hospital door to

    needle harus dalam 30 menit untuk pasien yang mempunyai indikasi fibrinolitik

    JIka EMS tidak mampu memberikan fibrinolysis sebelum ke rumah sakit dan

    pasien dibawa ke rumah sakit dengan sarana PCI, hospital door-to-balloon time

    harus dalam waktu 90menit.

    II.2.2 Tatalaksana di ruang emergensi

    Tujuan tatalaksana di IGD pada pasien yang dicurigai STEMI mencakup

    :mengurangi nyeri dada, identifikasi cepat pasien yang merupakan kandidat terapi

  • 7

    reperfusi segera, triase pasien resiko rendah ke ruangan yang tepat di rumah sakit dan

    menghindari pemulangan cepat pasien dengan STEMI.2

    1. Oksigen

    Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen

    arteri

  • 8

    cairanIV dengan NaCl 0,9%. Morfin juga dapat menyebabkan efek vagotonik

    yang menyebabakan bradikardia atau blok jantung derajat tinggi, terutama pasien

    dengan infark posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dengan pemberian

    atropine 0,5 mg IV.

    5. Aspirin

    Aspirin merupakam tatalaksan dasar aa pasien yang dicurigai STEMI dan efektif

    pada spectrum sindrom coroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit

    yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin

    bukkal dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi. Seanjutnya aspirin

    deberikan oral dengan dosis 75-162 mg.

    6. Penyekat beta

    Jika morfin tidakberhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta IV,

    selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol 5

    mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung >60

    menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg, interval PR

  • 9

    thrombus sangat tergantung dengan waktu. Terapi fibrinolysis yang didiberikan

    dalam 2 jam pertama (terutama dalam jam pertama) terkadang menghentikan infark

    miokard dan secara dramatismenurunkan angka kematian.

    Sebaliknya, kemampuan memperbaiki arteri yangmengalami infark menjadi

    yang paten, kurang banyak tergantung pada lama gejala pasien yang mengalami

    PCI.Beberapa laporan menunjukka tidak ada pengaruh keterlambatan terhadap laju

    mortalitas jika PCI dikerjakan setelah 2-3 jam setelah gejala.

    The Task Force on the Management of Acute Myocardial Infactionof European

    Society of cardiology dan ACC/AHA merekomendasikan target medical contact- to-

    balloon atau door-to-balloon dalam waktu 90 menit.

    b) Risiko STEMI

    Beberapa model telah dikembangkan yang membantu dokter dalam menilai

    risiko mortalitas pada pasien STEMI.Jika estimasi mortalitas dengan fibrinolysis

    sangat tinggi, seperti pada pasien renjatan kardiogenik, bukti klinis menunjukkan

    strategi PCI lebih baik.

    c) Risiko perdarahan

    Penilaian terapi reperfusi juga melibatkan risiko perdarahan pada pasien.Jika

    terapi reperfusi bersama-sama tersedia PCI dan fibrinolysis, semakin tinggi risiko

    perdarahan dengan terapi fibrinolysis, semakin kuat keputusan untukmemilih

    PCI.Jika PCI tak tersedia, manfaat terapi reperfusi farmakologis harus

    mempertimbangkan manfaat dan resiko.

    d) Waktu yang dibutuhkan untuk transport ke laboratorium PCI

    Adanya fasilitas kardiologi intervensi merupakan penentu utama apakah PCI

    dapat dikerjakan. Untuk fasilitas yang dapat mengerjakan PCI,penelitian

    menunjukkan PCI lebih superior dari reperfusi farmakologis. JIka composite end

    point kematian, infark miokard rekuren non fatal atau strok dianalisis, superioritas

    PCI terutama dalam hal penurunan laju infark miokard non fatal berulang.

    Langkah-langkah penilaian dalam memilih terapi reperfusi pada pasien STEMI2

    Langkah 1: Nilai waktu dan resiko

  • 10

    Waktu sejak onset gejala

    Risiko STEMI

    Risiko fibrinolysis

    Waktu yang dibutuhkan untuk transportasi ke laboratorium PCI yang mampu

    Langkah 2: tentukan apakah fibrinolisis atau strategi invasif lebih disukai.

    Jika presentasi kurang dari 3 jam dan tidak ada keterlambatan untuk strategi invasive,

    tidak ada preferensi untuk strategi lain.

    Fibrinolisis umumnya lebih disukai jika:

    Presentasi awal

  • 11

    STEMI jika dilakukan dalam beberapa jam pertama infark miokard akut. PCI primer

    lebih efektif dari fibrinolisis dalam membuka arteri koroner yang tersumbat dan dikaitkan

    dengan outcome klinis jangka pendek dan jangka panjang yang lebih baik. Dibandingkan

    trombolisis, PCI primer lebih dipilih jika terdapat syok kardiogenik (terutama pasien

  • 12

    luasnya infark, mempertahankan fungsi ventrikel kiri dan menurunkan laju mortalitas

    jangka pendek dan jangka panjang.2

    Terapi fibrinolitik dapat menurunkan risiko relatif kematian di rumah sakit sampai

    50% jika diberikan dalam jam pertama onset gejala STEMI, dan manfaat ini

    dipertahankan sampai 10 tahun. Setiap hitungan menit dan pasien yang mendapat terapi

    dalam 1-3 jam onset gejala akan mendapat manfaat yang terbaik. Walaupun laju

    mortalitas lebih tinggi jika dibandingkan terapi dalam 1-3 jam, terapi masih tetap

    bermanfaat pada banyak pasien 3-6 jam setelah onset infark, dan beberapa manfaat

    tampaknya masih ada sampai 12 jam, terutama jika nyeri dada masih ada dan segmen ST

    masih tetap elevasi pada sandapan EKG yang belum menunjukkan gelombang Q yang

    baru. Jika dibandingkan dengan PCI pada STEMI (PCI primer), fibrinolisis secara umum

    merupakan strategi reperfusi yang lebih disukai pada pasien pada jam pertama gejala, jika

    perhatian terhadap masalah logisik seperti transportasi pasien ke pusat PCI yang baik,

    atau ada antisipasi keterlambatan sekurang-kurangnya 1 jam antara waktu trombolisis

    dapat dimulai dibandingkan implementasi PCI.2

    Tissue plasminogen activator (tPA) dan aktivator plasminogen spesifik fibrin lain

    seperti rPA dan TNK lebih efektif daripada streptokinase dalam mengembalikan perfusi

    penuh, aliran koroner TIMI grade 3 dan memperbaiki survival sedikit lebih baik.2

    Obat fibrinolitik2

    a) Streptokinase (SK)

    Merupakan fibrinolitik non spesifik fibrin. Pasien yang pernah terpajan dengan SK tidak

    boleh diberikan pajanan selanjutnya karena terbentuknya antibodi. Reaksi alergi tidak

    jarang ditemukan. Manfaat mencakup harganya yang murah dan insidens perdarahan

    intrakranial yang rendah, manfaat pertama diperlihatkan pada GISSI-1 trial.

    b) Tissue plasminogen

  • 13

    Global Use of Strategies to Open Coronary coronary Arteries-1 (GUSTO-1) trial

    menunjukkan penurunan mortalitas 30 hari sebesar 15 % pada pasien yang mendapat tPA

    disbanding SK. Namun tPA harganya lebih mahal dari pada SK dan resiko perdarahan

    intracranial sedikit lebih tinggi.

    c) Reteplase (Retavase)

    INJECT trial menunjukkan efikasi dan keamanan sebanding SK dan sebanding tPA pada

    GUSTO III trial, dengan dosis bolus lebih mudah karena waktu paruh yang lebih

    panjang.

    d) Tenekteplase (TNKase)

    Keuntungannya mencakup memperbaikai spesifisitas fibrin dan resistensi tinggi terhadap

    plasminogen activator inhibitor (PAI-1). Laporan awal dari Timi 10 B menunjukkan

    tenekplase mempumyai laju TIMI 3 flow dan komplikasi perdarrahan yang sama

    disbandingkan dengan tPA.

    Indikasi Terapi Fibrinolitik2

    Klas I

    1. Jika tidak ada kontraindikasi, terapi fibrinolitik harus dilakukan pada pasien

    STEMI dengan onset gejala 0,1 mV pada sekurang-

    kurangnya 2 sandapan prekordial atau sekurang-kurangnya 2 sandapan

    ekstremitas.

    2. Jika tidak ada kontraindikasi, terapi fibrinolitik harus diberikan pada pasien

    STEMI dengan onset gejala < 12 jam dan LBBB baru atau di duga baru.

    Klas II a

  • 14

    1. Jika tidak terdapat kontrsindikasi, dipertimbangkan pemberian terapi fibrinolitik

    pada pasien STEMI dengan onset gejala < 12 jam dan EKG 12 sandapan

    konsisten dengan infark miokard posterior.

    2. Jika tidak terdapat kontraindikasi dipertimbangkan pemberian terapi fibrinolitik

    pada pasien dengan gejala STEMI mulai dari 50 % dalam 90 menit pemberian trombolitik. Trombolitik tidak

    menunjukkan hasil pada graft vena, sehingga jika pasien pasca CABG dating dengan

    IMA, cara reperfusi yang lebih disukai adalah PCI.2

    Kontraindikasi Terapi Fibrinolitik Pada STEMI2

    Kontraindikasi absolute

    1. Setiap riwayat perdarahan intraserebral

    2. Terdapat lesi vascular serebral structural (malformasi AV)

    3. Terdapat neoplasma intraktranial ganas ( primer atau metastasis)

    4. Strok iskemik dalam 3 bulan kecuali strok iskemik akut dalam 3 jam

    5. Dicurigai diseksi aorta

    6. Perdarahan aktif atau diatesis hemoragis ( kecuali mens)

    7. Trauma muka atau kepala tertutup yang bermakna dalam 3 bulan

    Kontra indikasi relative

    1. Riwayat hipertensi kronik berat, tak terkendali

    2. Hipertensi berat tak terkendali saat masuk (TDS >180 mmHg atau TDS >110

    mmHg)

    3. Riwayat srok iskemik sebelumnya >3 bulan, demensia atau diketahui patologi

    intracranial yang tidak termasuk kontraindikasi

    4. Resusitasi jantung paru traumatik (>10 menit) atau operasi besar (< 3 minggu)

    5. Perdarahan internal baru (dalam 2-4 minggu)

  • 15

    6. Pungsi vascular yang tak terkompresi

    7. Untuk streptase/anisreplase: riwayat penggunaan > 5 hari sebelumnya atau reaksi

    alergi sebelumnya terhadap obat ini

    8. Kehamilan

    9. Ulkus peptikum aktif

    10. Penggunaan antikoagulan baru: makin tinggi INR makin tinggi risiko perdarahan

    II.2.3 Tatalaksana Di Rumah Sakit

    Terapi Non Farmakologis

    a. Aktivitas.

    Pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama.2

    b. Diet.

    Tujuan diet

    1. Memberikan makanan secuupnya tanpa memberatkan kerja jantung

    2. Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk

    3. Mencegah menghilangkan penimbunan garam atau air6

    Syarat Diet

    1. Enegi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal

    2. Protein cukup yaitu 0,8 gr/kgBB

    3. Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energy total, 10% berasal dari

    lemak jenuh, dan 10-15% lemak tidak jenuh

    4. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia

    5. Vitamin dan mineral cukup.

    6. Garam rendah, 2-3 gr/Hari, jika disertai hipertensi atau edema

    7. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas

    8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi

    9. Cairan cukup, lebih kurang 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan

    10. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi

    kecil

  • 16

    11. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan

    tambahan berupa makanan enteral, parenteral, atau suplemen gizi6

    Jenis diet dan indikasi pemberian

    1. Diet Jantung I

    Diberikan pada pasien penyakit akut seperti Myocard Infarct (MCI) atau

    Dekompensasi Kordis berat. Diet diberikan berupa 1-1,5 liter cairan/hari

    selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya.Diet ini sangat rendah

    energy dan semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan selama 1-3

    hari.

    2. Diet Jantung II

    Diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet diberikan sebagai

    perpindahan dari Diet Jantung I, atau setelah fase akut dapat diatasi. Jika

    disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung II Garam

    Rendah. Diet ini rendah eergi, protein, kalsium, dan tiamin

    3. Diet Jantung III

    Diberikan dalam bentuk Makanan Lunak atau Biasa. Diet diberikan sebagai

    perpindahan dari Diet Jantung II atau kepada pasien jantug dengan komdisi

    yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan

    sebagai Diet Jantung III Gara Rendah. Diet ini rendah energy dan kalsium,

    tetapi cukup zat gizi lain.

    4. Diet Jantung IV

    Diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan sebagai perpindahan

    Diet Jantung III atau kepada kepada pasien jantung dengan keadaan ringan.

    Jika disertai hipertensi dan/ atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung IV

    Garam Rendah. Diet ini cukup energy dan zat gizi lain, kecuali kalsium.6

    Contoh menu sehari6

    1. Diet Jantung II

    Pagi Siang Malam

    Bubur nasi Bubur nasi Bubur nasi

    Telur dadar Daging semur Ayam panggang

    Sup wortel Sayur bening bayam Tumis kcg pjg

  • 17

    Susu skim Jeruk Pepaya

    Pukul 10.00 Pukul 16.00

    Selada buah apel

    2. Diet Jantung III

    Pagi Siang Malam

    Nasi tim Nasi tim Nasi tim

    Telur rebus Ikan panggang Daging

    Tahu ungkep Tempe bumbu kuning Tahu becem

    Sayur bening Sup oyong Tumis wortel

    The Apel Pepaya

    Pukul 10.00 Pukul 16.00

    Selada buah Agar-agar buah

    3. Diet Jantung IV

    Menu sama dengan Diet jantung III, hanya nasi tim diganti dengan nasi.

    c. Bowels.

    Istirahat ditempat tidur dan efek penggunaan narkotik untuk menghilangkan nyeri

    mengakibatkan konstipasi. Dianjurkan penggunaan kursi komod di samping

    tempat tidur, diet tinggi serat dan penggunaan pencahar ringan secara rutin seperti

    dioctyl sodium sulfosuksinat.2

    d. Sedasi.

    Pasien memerlukan sedasi selama perawatan untuk memperthankan periode

    inaktivasi dengan penenang. Diazepam 5 mg, oksazepam 15 30 mg atau

    lorazepam 0,5 2 mg diberikan 3 atau 4 kali sehari biasanya efektif.2

    Farmakologis

    a. Anti angina

    1. Nitrat Organik

    Manfaat nitrat organic sebagai antiangina telah di kenal sejak tahun 1867. Dua

    masalah utama penggunaan nitrat organic, yaitu toleransi dan penurunan tekanan

  • 18

    darah secara nyata sehingga dapat berbahaya pada infark jantung akut. Akan tetapi

    nitrat organic masih merupakan obat yang penting untuk pengobatan jantung iskemik

    dan mengurangi cedera iskemik dan luas infark.5

    Kimia

    Nitrat organic adalah ester alcohol polivalen dengan asam nitrat, sedangkan nitrit

    organic adalah ester asam nitrit. Amilnitrit, ester asam nitrit dengan alcohol

    merupakan cairan yang mudah menguap dan biasa diberikan melalui inhalasi.

    Golongan nitrat mudah larut dalam lemak, sedangkan metabolitnya mudah larut

    dalam air. Nitrat dan nitrit organic serta senyawa lain yang dapat berubah dalam

    tubuh menjadi nitrogen oksida (NO) secara kolektif disebut nitrovasodilator.5

    Farmakodinamik

    Mekanisme Kerja

    Secara in vivo nitrat organic merupakan pro drug yaitu menjadi aktif setelah

    dimetabolisme dan mengeluarkan nitrogen monoksida (NO, endothelial derived

    relaxing factor / ERDF). Biotransformasi nitrat organic yang berlangsung intraseluler

    ini agaknya dipengaruhi oleh adanya reduktase ekstrasel dan reduce tiol (glutation)

    intrasel. NO akan membentuk komplek nitrosoheme dengan guanilat siklase dan

    menstimulase enzim ini sehingga kadar cGMP meningkat. Selanjutnya cGMP akan

    menyebabkan defosforilasi myosin, sehingga terjadi relaksasi otot polos. Efek

    vasodilatasi pertama ini bersifat non endothelium-dependent.5

    Mekanisme kedua nitrat organic adalah bersifat endothelium-dependent, dimana

    akibat pemberian obat ini akan dilepaskan prostasiklin dari endotel yang bersifat

    vasodilator. Pada keadaan dimana endothelium mengalami kerusakan seperti pada

    aterosklerosis dan iskemia, efek ini hilang. Atas dasar kedua hal ini maka nitrat

    organic dapat menimbulkan vasodilatasi dan mempunyai efek anti agregasi

    trombosit.5

    Efek Kardiovaskuler

    Nitrat organic menurunkan kebutuhan dan meningkatkan suplai oksigen dengan

    cara mempengaruhi tonus vaskuler. Nitrat organic menimbulkan vasodilatasi semua

    system vaskuler. Pada dosisi rendah nitrat organic menimbulkan venodilatasi

    sehingga terjadi pengumpulan darah pada vena perifer dan dalam splanknikus.

  • 19

    Venous pooling ini menyebabkan berkurangnya aliran balik darah kedalam jantung,

    sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dan kanan (preload) menurun. Dengan cara

    ini, maka kebutuhan oksigen miokard akan menurun.5

    Pada dosis yang lebih tinggi, selain vena, nitrat organic juga menimbulkan dilatasi

    arteriol perifer sehingga tekanan darah sistolik dan diastolic menurun (afterload).

    Menurunnya gejala angina pectoris pada pemberian nitrat organic diduga karena

    menurunnya kerja jantung dan perbaikan perfusi koroner. Nitrat organic memperbaiki

    sirkulasi koroner pada pasien aterosklerosis koroner bukan dengan cara meningkatkan

    aliran darah koroner total, tetapi dengan menimbulkan reistribusi aliran darah pada

    jantung. Daerah subendokard yang sangat rentan terhadap iskemia karena letak

    anatomis dan struktur pembuluh darah yang mengalami kompresi tiao sistol akan

    mendapatkan perfusi yang lebih baik pada pemberian nitrat organic. Hal ini diduga

    karena nitrat organic menyebabkan dilatasi pembuluh darah koroner yang besar di

    daerah epikardial dan bukan pembuluh darah yang kecil (arteriol), sehingga tidak

    terjadi steel phenomenon. Steel phenomenon adalah suatu keadaan berkurangnya

    aliran darah di daerah iskemik karena terjadinya vasodilatasi pada daerah normal oleh

    pemberian vasodilator (arteriol) sehingga perfusi didaerah yang sehat lebih baik.5

    Efek Lain

    Nitrovasodilator menimbulkan relaksasi otot polos bronkus, saluran empedu,

    saluran cerna dan saluran kemih. Tetapi karena efeknya hanya selintas, maka tidak

    bermakna secara klinis. 5

    Farmakokinetik

    Nitrat organic diabsorbsi dengan baik melalu kulit, mukosa sublingual dan oral.

    Untuk meningkatkan kadar obat dalam darah secara cepat, serangan akut angina

    diatasi dengan preparat sublingual. Contoh preparat sublingual antara lain

    nitrogliserin dan isosorbit dinitrat. Pada pemberian sublingual, kadar puncak plasma

    nitrogliserin tercapai dalam 4 menit, waktu paruh 1 3 menit. Metabolit dinitratnya

    yang mempunyai efek vasodilatasi 10 x kurang kuat, mempunyai waktu paruh kira-

    kira 40 menit.5

    Bila ingin masa kerja yang lebih panjang maka igunakan preparat nitrat organic

    oral, misalnya eritritil tetranitrat, isosorbit dinitrat, dan lain-lain. Sedian lain nitrat

  • 20

    organic adalah preparat transdermal, eperti salep atau plester. Plester nitrogliserin

    dirancang untuk penggunaan 24 jam dan melepaskan 0,2 0, 8 mg obat tiap jam.

    Salep nitrogliserin (2%) diletakkan pada kulit 2,5 5 cm2, dosisnya disesuaikan untuk

    tiap pasien. Efek terapi muncul dalam waktu 30 60 menit dan bertahan selama 4 6

    jam. Bentuk salep digunakan biasanya untuk mencegah angina pada malam hari.

    Preparat transdermal sering menimbulkan toleransi, sehingga perlu dihentikan selama

    8 12 jam.5

    Sediaan dan Posologi

    Untuk mengatasi serangan akut, maka digunakan nitrat organic dalam formula

    kerja cepat seperti preparat sublingual. Mula kerja dalam 1 2 menit, tetapi efeknya

    menghilang setelah 1 jam. Tablet sublingual mungkin juga digunakan sebagai

    profilaksis jangka pendek, yaitu misalnya sebelum melakukan aktivitas fisik.5

    Untuk pencegahan angina pada angina kronik, digunakan sediaan nitrat organic

    oral. Dosis obat harus disesuaikan agar kadar plasma efektif tercapai setelah

    mengalami efek lintas pertama dihati. Nitrogliserin intra vena mempunyai mula kerja

    yang cepat, tetapi efeknya juga cepat hilang jika infuse dihentikan. Oleh karena itu

    pemberian intra vena nitrogliserin dibatasi untuk pengobatan angina berat dan angina

    berulang saat istirahat.5

    Efek Samping, Perhatian, dan Kontraindikasi

    Efek Samping

    Pada awal terapi sering ditemukan sakit kepala, flushing karena dilatasi arteri

    serebral. Sakit kepala biasanya berkurang setelah beberapa kali pemakaian atau

    pengurangan dosis obat. Dapat terjadi hipotensi postural pada penggunaan nitrat

    organic ini. Oleh sebab itu pasien diminta duduk sebelum mendapat nitrat organic

    dengan mula kerja cepat. Bila hipotensi berat terjadi bersamaan dengan reflek

    takikardi, hal ini dapat memperburuk angina. Pernah juga dilporkan penghentian

    penggunaan obat secara mendadak menimbulkan gejala rebound angina.5

    Pada pasien stenosis aorta atau kardiomoipati hipertrofik, nitrat organic dapat

    menyebabkan penurunan curah jantung secara hebat dan hipotensi refrakter.

    Indikasi

    1. Angina pektoris

  • 21

    Nitrat organik digunakan untuk pengobatan berbagai jenis angina pectoris.

    Walaupun data yang ada tidak menunjukkan bahwa nitrat organik menurunkan

    mortalitas atau kejadian infark jantung baru, obat ini digunakan secara luas untuk

    angina tidak stabil. Untuk angina tidak stabil, nitrat organik diberikan secara infus

    IV. Kekurangan cara IV ini adalah toleransi yang cepat terjadi (24-48 jam setelah

    pemberian). Untuk itu dosis dapat ditinggikan bila pasien bebas angina selama 24

    jam, maka pemberian obat IV diganti dengan cara oral dengan interval bebas

    nitrat 6-8 jam. Efek antiagregasi trombosit nitrat organik mungkin ikut berperan

    dalam terapi angina tidak stabil. 5

    Sejumlah obat juga digunakan dalam pengobatan angina tidak stabil yaitu

    aspirin yang terbukti memperbaiki survival dan heparin yang dapat mengurangi

    serangan angina serta mencegah terjadinya infark jantung. Obat lain yang

    digunakan untuk pengobatan angina tidak stabil adalah -blocker dan antagonis

    Ca++

    .5

    Untuk angina variant, biasanya diperlukan nitrat organik kerja panjang

    dikombinasi dengan antagonis Ca++

    , Antagonis Ca++

    dilaporkan mengurangi

    angka mortalitas dan insidens infark jantung pada angina variant. Aspirin

    tampaknya tidak bermanfaat dan -blocker mungkin berbahaya dalam pengobatan

    angina vasospastik ini.5

    2. Penggunaan lain

    a. Infark jantung

    Dalam beberapa laporan awal penggunaan nitrat organik pada infark

    jantung akut dapat mengurangi luas infark dan memperbaiki fungsi

    jantung, tetapi data selanjutnya menunjukkan hasil yang kontradiktif

    sehingga tidak direkomendasikan. Dalam studi yang relative baru (GISSI-

    3-1994), nitrogliserin tampaknya bermanfaat dalam mengurangi mortalitas

    pasien infark jantung akut bila dikombinasi dengan penghambat EKA-

    lisinopril. Penelitian lain (ISIS-4, 1995) juga menunjukkan penggunaan

    isosorbid mononitrat oral lepas-terkontrol (controlled release) mengurangi

    angka mortalitas jangka pendek (35 hari) pasien infark jantung akut

    dibandingkan kontrol. Sekalipun demikian dari data yang ada tidak

  • 22

    dianjurkan penggunaan nitrat jangka panjang secara rutin pada pasien

    infark jantung akut tanpa komplikasi. Penggunaan nitrogliserin IV dalam

    24-48 jam pertama dapat dipertimbangkan pada pasien dengan

    komplikasi, misalnya pada pasien dengan infark jantung akut dan iskemia

    berulang, gagal jantung kongestif atau hipertensi.5

    b. Gagal jantung kongestif

    Penggunaan nitrat organik untuk gagal jantung kongestif biasanya dalam

    bentuk kombinasi. Kombinasi nitrat organik dan hidralazin dilaporkan

    memperbaiki survival pasien gagal jantung. Penelitian lain menunjukkan

    kemungkinan penggunaan penghambat EKA dalam lini pertama terapi

    gagal jantung dengan vasodilator, diikuti oleh lini kedua penghambat

    reseptor angiotensin atau kombinasi nitrat organik-hidralazin.

    Penggunaan nitrat organik sebagai obat tunggal untuk gagal jantung

    kongestif mungkin bermanfaat memperbaiki gejala dan tanda gagal

    jantung , terutama apabila pasien tersebut juga menderita penyakit jantung

    iskemik. 5

    2. Penghambat adrenoseptor beta (beta blocker)

    Beta bloker amat bermanfaat untuk mengobati angina pectoris stabil kronik.

    Golongan obat ini terbukti menurunkan anka mortalitas setelh infark jantung yang

    mungkin disebabkan karena efek anti aritmianya.5

    Sifat farmakologi

    Beta bloker dibedakan atas beberapa karekteristik seperti jenis subtype

    reseptor yang dihambat, kelarutan dalam lemak, metabolism, farmakodinamik dan

    adanya aktivitas simpatomimetik intrinsic.5

    Beta bloker yang mempunyai aktivitas simpatomimetik intrinsic kurang

    menimbulkan bradikardi atau penekanan kontraksi jantung, tetapi mungkin sedikit

    kurang efektif dibandingkan beta bloker tanpa aktivitas simpatomimetik dalam

    mencegah serangan angina.5

    Penggunaan klinis

  • 23

    Digunakan dalam pengobatan serangan angina, angina tidak stbil dan

    infark jantung. Penggunaan beta bloker jangka panjang dapat menurunkan

    mortalitas setelah infark jaantung.5

    Efek samping

    BB menurunkan konduksi dan kontraksi jantung sehingga dapat terjadi

    bradikardi dan blok AV. Efek ini lebih kecil pada penggunaan BB dengan

    aktivitas simpatomimetik intrinsic. Pada pasien dengan gangguan konduksi

    jantung dapat digunakan BB ultra short- acting esmolol i.v. BB dapat

    mencentuskan bronkospasme pada pasien dengan penyakit paru. BB

    kardioselektif agaknya lebih baik untuk pasien ini, tetapi pasien asma merupakan

    kontraindikasi penggunaan obat ini.5

    Untuk mengrangi bradikardi, BB dapat dimulai dengan menggunakan

    jenis yang mempunyai aktivitas simpatomimetik intrinsic dosis rendah dan

    ditingkatkan perlahan. Efek samping lain adalah lelah, mimpi buruk dan depresi.

    Insiden depresi dikatkan dengan dengan BB yang lipofilik, tetapi tidak ada bukti

    klinis untuk ini. Gangguan system adrenergic oleh BB dapat menyebabkan

    terjadinya impotensi.5

    Penggunaan Klinis

    Angina Stabil kronk.

    BB efektif untuk angina stabil kronik tetapi tidak terbukti mengurangi

    mortalitas pad angina tidak stabil. Sebaliknya untuk angina vasospastik lebih baik

    menggunakan nitrat organik dan penghambat kanal Ca++

    .5

    Infark Jantung

    BB tanpa aktivitas simpatomimetik intrinsic terbukti mengurangi

    mortalitas pasien infark jantung. Obat ini harus diberikan dini dan dilanjutkan

    selama 2 3 tahun.5

    3. Penghambat Kanal Ca++

    Farmakodinamik

    Mekanisme kerja

    Pada otot jantung dan otot polos vascular, Ca++I

    terutama berperan dalam

    peristiwa kontraksi. Meningkatnya kadar Ca++

    dalam sitosol akan meningkatkan

  • 24

    kontraksi. Masuknya Ca++

    terutama masuk melalui slow channel. Kanal Ca++

    tidak dihambat oleh tetrodotoksin.5

    Secara umum ada 2 jenis kanal Ca++

    . Pertama voltage-sensitive (VSC) atau

    potential-dependent calcium channels (PDC). Kanal Ca++

    jenis ini akan membuka

    bila ada depolarisasi membrane sel. Kedua, receptor-operated calcium channels

    (ROC) yang akan membuka bila suatu agonis menempati reseptor dalam

    kompleks system kanal ini. Contoh hormone, neurohormon, misalnya epinefrin.5

    Pada otot jantung dan vaskulur, masuknya Ca++

    lewat kanal lambat dan

    penglepasan Ca++

    dari sarkoplasmik reticulum berperan penting dalam kontraksi,

    sebaliknya otot rangka relative tidak memerlukan Ca++

    ekstrasel karena system

    sarkoplasmik reticulum yang telah berkembang dengan baik. Hal ini menjelaskan

    mengapa kontraksi otot polos dan otot jantung dapat dihambat dengan pemberian

    obat golongan ini, tetapi otot rangka tidak.5

    Penghambat kanal Ca++

    menghambat masuknya Ca++

    kedalam sel sehingga

    terjadi relaksasi otot polos vascular dan menurunya kontraksi otot jantung dan

    menurunya kecepatan nodus SA serta konduksi AV. Semua pengahambat kanal

    Ca++

    menyebabkan relaksasi otot polos arterial tetapi efek hambatan ini kurang

    terhadap vena, sehingga kurang mempengaruhi preload.5

    Penghambat kanal Ca++

    mempunyai 3 efek hemodinamik yang utama yang

    berhubungan dengan pengurangan kebutuhan oksigen otot jantung, yaitu: 1.

    Vasodilatasi koroner dan perifer, 2. Penurunan kontraktilitas jantung dan 3.

    Penurunan automatisitas serta kecepatan konduksi pada nodus SA dan AV.5

    Nifedipin mempunyai efek inotropik negative in vitro,tetapi karena adanya

    relaksasi terhadap otot polos vascular yang jelas pada dosis rendah maka

    disamping tekanan darah menurun, peningkatan kontrkasi dan frekuensi denyut

    jantung kompensasi akan meningkatkan sedikit konsumsi oksigen.5

    Derivate dihidropiridin lain mempunyai efek kardiovaskular yang kurang

    lebih sama. Nikardipin kurang menimbulkan efek damping pusing dibandingkan

    nifedipin. 5

  • 25

    Felodipin mempunyai efek spesifik terhadap system vascular dibandingkan

    nifedipin atau amlodipin. Isradipin mempunyai efek konotropik negative karena

    menekan nodus SA.5

    Verapamil mempunyai efek vasodilatasi kurang kuat dibandingkan derivate

    dihidropiridin. Tetapi pada dosis yang menimbulkan vasodilatasi perifer,

    verapamil menunjukkan efek langsung kronotropik, dromotropik dan inotropik

    negative yang lebih kuat dibandingkan dihidropiridin. Diltiazem IV

    menimbulakan penurunan resistensi perifer dan tekanan darah disertai reflek

    takikardi dan peningkatan curah jantung kompensatoir. Tetapi pemberian secara

    oral menyebabkan penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung.

    Dibandingkan verapamil efek inotropik diltiazem kurang kuat.5

    Farmakokinetik dan dosis antiangina

    Profil farmakokinetik penghambat kanal Ca++

    bervariasi. Walaupun

    absorbs per oral hamper sempurna tetapi bioavailabilitasnya berkurang karena

    metabolism lintas pertama di hati. Efek obat tampak setelah 30 -60 menit

    pemberian, kecuali pada derivate yang mempunyai waktu paruh panjang seperti

    vamlodipin, isradipin dan felodipin. Pada pasien sirosis hepatis dan orang tua

    dosis obat perlu dikurangi. Waktu paruh penghambat kanal Ca++

    mungkin

    memanjang pada usia lanjut.5

    Efek samping

    Efek samping teruma golongan dihidropiridin disebabkan karena

    vasodilatasi berlebihan. Gejala yang tampak berupa pusing, sakit kepala,

    hipotensi, reflex takikardia, flushing, mual, muntah, eema perifer, batuk, edema

    paru dsb. Verapamil lebih sering menimbulkan konstipasi dan hiperplasi gingival.

    Kadang-kadang terjadi somnolen, rash dan kenaikan enzim hati. Nimodipin pada

    dosis tinggi dapat menyebabkan kejang otot.5

    Penggunaan verapamil dan BB merupakan kontraindikasi karena dapat

    meningkatkan blok AV dan depresi berat fungsi ventrikel. Penghambat kanal Ca++

    dikontraindikasikan pada aritmia karena konduksi antegrad seperti sindroma

    Wolff-Parkinson-White atau fibrilasi atrium.5

    Indikasi

  • 26

    1. Angina varian

    2. Angina stabil kronik, karena CCB meningkatkan dilatasi koroner dan

    mengurangi kebutuhan oksigen karena efek penurunan tekanan darah,

    kontraksi dan penurunan denyut jantung.

    3. Angina tidak stabil, karena adanya efek relaksasi terhdap vasospasme

    pembuluh darah pada angina tidak stabil.

    4. Penggunaan lain seperi aritmia, hipertensi, kardiomiopati hipertropik,

    penyakit raynaud, spasme serebral, dll.5

    Terapi kombinasi

    1. Nitrat dengan BB

    Kombinasi ini dapat meningkatkan efektivitas terapi pada angina stabil kronik.

    BB menghambat reflek takikardi dan inotropik positi oleh nitrat organik

    sedangkan nitrat organik dapat mengurangi kenaikan volume diastolic akhir

    ventrikel kiri akibat BB dengan cara menimbulkan venous pooling. Nitrat organik

    juga mengurangi kenaikan resistensi koroner yang disebkan oleh BB.5

    2. CCB dan BB

    Bila efek antiangina NO atau BB kurang memadai maka kadang-kadang

    perlu ditambahkan CCB, terutam bila terdapat vasospasme koroner.5

    3. CCB dan nitrat organik

    Kombinasi kedua obat ini bersifat aditif, karena CCB mengurangi beban

    hilir sedangkan nitrat organik mengurangi beban hulu. Kombinasi ini dianjurkan

    untuk pasien gagal jantung, the sinus sick syndrome, gangguan konduksi AV,

    yang tidak tepat untuk diobati dengan CCB dan BB. Efek hemodinamik yang

    dapat terjadi akibat kombinasi ini adalah hipotensi berat dan takikardia.5

    4. CCB, BB dan nitrat organik

    Bila serangan angina tidak membaik pada pemberian kombinasi 2 macam

    antiangina, maka dapat diberikan kombinasi 3 jenis obat. Tetapi efek samping

    akan meningkat secara bermakna.5

    b. Anti Trombotik

    Penggunaan terapi antiplatelet dan antitrombin selama faskan dan

    mempertahankan awal STEMI berdasarkan bukti klinis dan laboratories bahwa

  • 27

    trombsis mempunyai peran penting dalam pathogenesis. Tujuan primer

    pengobatan adalah untuk memantapkan dan mempertahankan patensi arteri

    koroner yang terkat infark. Tujuan sekunder adalah menurunkan tendensi pasien

    menjadi thrombosis. Aspirin merupakan antiplatelet standar pada STEMI.

    Manfaat antiplatelet terutama aspirin pada STEMI dapat dilihat pada Antiplatelet

    Trialists collaborations. Data dari hampr 20.000 pasien denan infark miokard

    yang berasal dari 15 randomized trial dikumpulkan dan menunjukkan penurunan

    relative laju mortalitas sebesar 27 %, dari 14, 2 % pasien pada kelompk control

    dibandingkan 10,4 % pada pasien yang mendapat antiplatelet.2

    Obat antirombin yang standar yang digunakan dalam praktek klinis adalah

    unfractional heparin. Pemberian UFH IV segera ssebgai tambahan terapi regimen

    aspirin dan obat antitrombolitik spesifik fibrin relative (tPA, rPA atau TNK),

    membantu trombolisis dan memantapkan dan memperthankan patensi arteri yang

    terkena infark. Dosis yang direkomendasikan adalah bolus 60 U/kg (maksimum

    4000U) dilanjutkan infuse inisial 12 U/kg perjam (maksimum 1000 U/jam).

    APTT selama terapi pemeliharaan harus mencpai 1,5 2 kali.2

    Antikoagualan alternative pada pasien STEMI adlah LMWH. Pada

    penelitian ASSENT-3 enoksapirin dengan tenekplase dosis penuh memperbaiki

    mortalitas, reinfark di Rumah Sakit dan iskemia refrakter di Rumah Sakit.2

    Pasien dengan infark anterior, disfungsi ventrikel kiri berat, gagal jantung

    kongestif, riwayat emboli, thrombus mural pada ekokardiografi 2 dimensi atau

    fibrilasi atrial merupakan resiko tinggi tromboemboli paru sistemik. Pada keadaan

    ini harus mendapat terapi antitrombin kadar terapeutik penuh (UFH atau LMWH)

    selama dirawat, dilanjutkan terapi warfarin sekurang-kurangnya 3 bulan.2

    c. Anti Fibrinolitik

    d. Terapi Reperfusi

    II.2.4 Tatalaksana pasca Rumah Sakit

    1. Edukasi Diet6

    Bahan Makanan yang dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

    a) Sumber karbohidrat

    a. Dianjurkan:

  • 28

    Beras ditim atau disaring, roti, mi, kentang, macaroni, biscuit, tepung

    beras/terigu/sagu/aren/sagu ambon, kentang, gula pasir, gula merah, madu, dan

    sirup.

    b. Tidak dianjurkan:

    Makanan yang mengandung gas atau alcohol, seperti: ubi, singkong, tape

    singkong, dan tape ketan

    b) Sumber protein hewani

    a. Dianjurkan:

    Daging sapi,ayam dengan lemak rendah, ikan, telur, susu rendah lemak dalam

    jumlah yang telah ditentukan

    b. Tidak dianjurkan

    Daging sapi dan ayam yang berlemak , gajih, sosis, ham, hati, limpa, babat, otak,

    kepiting dan kerang-kerangan, keju, dan susu penuh

    c) Sumber protein nabati

    a. Dianjurkan

    Kacang-kacangan kering, seperti: kacang kedelai dan hasil olahnya , seperti tahu

    dan tempe

    b. Tidak dianjurakan

    Kacang-kacangan kering yang mengandung lemak cukup tinggi seperti kacang

    tanah, kacang tanah dan kacang bogor.

    d) Sayuran

    a. Dianjurkan

    Sayuran yang tidak mengandung gas, seperti: bayam, kangkung, kavcang buncis,

    kacang panjang, wortel, tomat, labu siam, dan tauge

    b. Tidak dianjurkan

    Semua sayuran yang mengandung gas, seperti kol, kembang kol, lobak, sawi, dan

    nagka muda

    e) Buah-buahan

    a. Dianjurkan

  • 29

    Semua buah-buahan segar, seperti: pisang, papaya, jeruk, apel, melon, semangka,

    dan sawo

    b. Tidak dianjurkan

    Buah-buahan segar yang mengandung alcohol atau gas, seperti: durian dan nagka

    muda

    f) Lemak

    a. Dianjurkan

    Minyak jagung, minyak kedelai, margarine, mentega dalam jumlah terbatas dan

    tidak untuk menggoreng tetapi untuk menumis, kelapa tau santan encer dalam

    jumlah terbatas

    b. Tidak dianjurkan

    Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, santan kental

    g) Minuman

    a. Dianjurkan

    Teh encer, coklat, sirup

    b. Tidak dianjurkan

    Teh/kopi kental, minuman yang mengandung soda dan alkohol, seperti bird an

    wiski

    h) Bumbu

    a. Dianjurkan

    Semua bumbu selain bumbu tajam dalam jumlah terbatas

    b. Tidak dianjurkan

    Lombok, cabe rawit, dan bumu lain yang tajam

    2. Rehabilitasi Jantung

    Rehabilitasi Jantung, seperti yang didefinisikan oleh American Heart Association

    dan The task Force on Cardiovaskular Rehabilitation of the National Heart, Lung and

    Blood Institute, adalah proses untuk memelihara potensi fisik, psikologis, social,

    pendidikan dan pekerjaan pasien.2

    Pasien harus dibantu meneruskan kembali tingkat kegiatan mereka sesuai batas

    kemampuan fisik mereka dan tidak dihambat oleh tekanan psikologis. Setiap pasien dan

    keluarga membutuhkan bimbingan dan edukasi selama masa peralihan, yaitu dari

  • 30

    keadaan sakit saat mereka bergantung pada orang lain ke keadaan sehat saat mereka tidak

    bergantung pada orang lain. 2

    BAB III

    PENUTUP

    III.1 Kesimpulan

    Tujuan utama tatalaksana IMA adalah diagnosis cepat, menghilangkan nyeri

    dada, penilaian dan implementasi strategi reperfusi yang mungkin dilakukan, pemberian

    antitrombotik, pemberian obat penunjang dan tatalaksan komplikasi IMA.

    III.2 Saran

  • 31

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Alwi, Idrus.2006.Tatalaksana Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST dalam Buku

    Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen

    Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    2. Brown.T.Carol.2003.Penyakit Aterosklerotik Koroner dalam Patofisiologi Konsep

    Kinis Proses-proses Penyakit.Jakarta: EGC

    3. Irmalia.1996.Infark Miokard dalam Buku Ajar Kardiologi.Jakarta: fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia.

    4. Mansjoer.Arif.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius Fakutas

    kedokteran Universitas Indonesia.

    5. Setiawati,Arini dan Suyatna.Obat Anti Angina dalam Farmakologi dan Terapi Edisi

    4.Jakarta: Bagian farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Indonesia

  • 32