Inflasi 2014

Embed Size (px)

Citation preview

Inflasi 2014: Perkiraan Dampaknya Bagi Industri PerumahanInflasi dapat berdampak baik juga buruk. Dampak buruk yang sangat dirasakan adalah naiknya harga di berbagai sektor industri dan komoditi yang berakibat turunnya daya beli masyarakat. Dampak baiknya, inflasi justru dapat mendorong minat masyarakat untuk membangun usaha kecil dan menengah. Pada bulan Agustus 2013, harga bahan pangan meningkat menjelang hari raya lebaran, sedangkan sektor properti malah lesu. Angka permintaan perumahan, sewa apartemen dan ruko menurun. Meningkatnya harga berbagai bahan bangunan dan BBM mengakibatkan biaya perumahan juga ikut meningkat. Jika pada tahun 2013 permintaan untuk prumahan di Indonesia menurun, bagaimana proyeksi untuk tahun 2014?Perkiraan Inflasi 2014 dalam Sektor PerumahanDalam beberapa situs berita nasional, Bank Indonesia (BI) yakin bahwa inflasi di Indonesia akan menurun menjadi 4-7 persen, setelah diketahui inflasi pasca kenaikan BBM 2013 yaitu 9 persen. Kalau kita berangkat dari perkiraan BI, maka sektor perumahan di Indonesia dapat optimis. Masyarakat yang hendak membangun atau membeli rumah pun dapat mengambil langkah cepat di tahun 2014.Laju inflasi yang diperkirakan stabil di tahun depan ini juga mengindikasikan harga-harga bahan bangunan yang juga akan stabil. Selain itu, tigkat inflasi untuk listrik, gas dan air bersih diperkirakan akan sama stabilnya. Bahkan dengan menurunnya inflasi di Indonesia, diharapkan volume produksi dapat meningkat di tahun 2014.Perkiraan mengenai stabilnya inflasi di Indonesia ini tentunya harus dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang membaik. Dengan kondisi ekonomi yang membaik, daya beli masyarakat pun akan meningkat. Perkiraan menurunnya inflasi ini merupakan bagian dari optimisme BI dalam menjalankan fungsi moneternya, namun pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya digantungkan pada kebijakan pemerintah saja. Bertambahnya lapangan kerja dengan mendorong kewirausahaan yang dijalankan masyarakat tentunya akan membantu kondisi perekonomian nasional yang lebih baik.Kondisi Sektor Properti Rumah Tinggal Tahun 2014Dengan meningkatnya angka pertumbuhan penduduk, ditambah lagi migrasi antar daerah, bahkan datangnya orang asing ke Indonesia, tentunya permintaan akan tempat tinggal akan meningkat. Kalaupun stabilnya angka inflasi di Indonesia pada tahun 2014 belum mampu mendongkrak daya beli masyarakat akan rumah baru secara drastis, sektor properti masih menjanjikan untuk sewa rumah atau apartemen. Hal ini berarti pembangunan properti seperti rumah sewa atau apartemen akan terus meningkat di tahun 2014.Selain pertumbuhan penduduk, keputusan BI untuk mengambil langkah moneter yang ketat juga mempengaruhi daya beli masyarakat di sektor perumahan. Kebijakan ketat mengenai suku bunga bank misalnya, hal ini dilakukan untuk mencegah kredit macet. Di sisi lain, kebijakan tersebut membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam mengajukan kredit perumahan ke bank. Meskipun pihak BI yakin dengan perkiraan inflasi yang stabil, dan harga produksi untuk industri perumahan juga stabil, bukan berarti perekonomian Indonesia bisa dikatakan membaik dengan drastis. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk membuat kebijakan moneter yang ketat untuk menjaga stabilisasi ekonomi nasional.Di lain pihak, banyak bank nasional dan swasta yang membantu masyarakat untuk membeli atau membangun rumah. Tentunya masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan program KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Sejumlah besar bank bertaraf nasional ini meluncurkan program KPR dengan penawaran kemudahan bagi pembayar kredit. Sehingga walaupun dengan kebijakan moneter yang ketat dari BI, terutama tentang suku bunga bank, masyarakat tetap diberi kesempatan untuk memenuhi kebutuhan perumahannya.Selain program KPR yang diluncurkan bank-bank besar di Indonesia, promosi dari para pengembang perumahan pun tentunya akan mempengaruhi geliat industri rumah tinggal ini. Baik rumah yang nantinya akan digunakan sebagai rumah sewa, atau rumah pribadi. Bahkan banyak pengembang perumahan yang membuat program cicilan 0 persen untuk membeli rumah baru. Namun, konsumen Indonesia tentunya makin selektif dalam memilih jasa kontraktor atau pengembang perumahan. Hal ini dikarenakan masyarakat menginginkan kualitas yang bagus, dan tentu saja lokasi yang strategis.Kondisi inflasi ekonomi di sebuah negara memang dipengaruhi oleh berbagai fenomena atau situasi di negara tersebut. Namun dari informasi mengenai perkiraan inflasi yang diutarakan pihak BI, kestabilan kondisi ekonomi ini akan membantu berbagai pihak untuk mendorong daya beli masyarakat. Di sektor perumahan sendiri, walaupun kebijakan mengenai suku bunga bank dan perkreditan lebih diperketat oleh pihak BI, program-program dari berbagai bank dan pengembang perumahan dapat membantu masyarakat, terutama kalangan menengah kebawah, untuk membeli atau membangun rumah. Di samping itu, faktor pendukung utama industri perumahan adalah pertumbuhan penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun. Semua faktor pendukung ini menunjukan bahwa kebutuhan akan perumahan di tahun 2014, akan meningkatkan volume produksi untuk sektor propeti ini.http://www.imoney.co.id/articles/inflasi-2014-perkiraan-dampaknya-bagi-industri-perumahan/

TUGAS TEORI EKONOMI 1PROYEKSI EKONOMI INDONESIA TAHUN 2014 2015 Disusun Oleh : Anyssa Ryan (21212010) Dini Labibah (22212196) Eka Vidiaztuti (22212420) Noor Mutia (25212366) Trisna Nugraha Pamungkas (27212481)Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Kelas SMAK06-03UNIVERSITAS GUNADARMAPROYEKSI EKONOMI INDONESIA TAHUN 2014 DAN 2015Evaluasi menyeluruh terhadap kinerja tahun 2000- 2012 dan prospek ekonomi makro pada tahun 2014 dan 2015 menunjukkan perekonomian Indonesia tumbuh cukup tinggi dengan inflasi yang tetap terkendali dan rendah. Kinerja tersebut tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah untuk menjaga stabilitas makro dan momentum pertumbuhan ekonomi nasional ditengah perlambatan ekonomi dunia. Ke depan, Bank Indonesia juga akan memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta mempererat koordinasi dengan pemerintah untuk mengelola permintaan domestik agar sejalan dengan upaya menjaga keseimbangan eksternal, mencapai sasaran inflasi dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.

Berdasarkan data yang kami dapatkan dari Badan Pusat Statistik, menunjukkan bahwa Inflasi periode 2000 2012 mengalami fluktuasi. Puncak inflasi terjadi pada tahun 2005. Hal ini terjadi dikarenakan menurut Bank Indonesia, 2005 : kenaikan harga BBM bersubsidi memberikan sumbangan kenaikan inflasi sebesar 3,74%. Ini disebabkan oleh besaran kenaikan yang cukup tinggi, dimana cakupan komoditi BBM bersubsidi meliputi premium, solar dan minyak tanah, serta bobot komponen inflasi.Secara historis, Bank Indonesia juga mencatat bahwa second round effect lebih tinggi daripada first round effect. Pada waktu itu, first round effect untuk tiap kenaikan 10% pada premium, solar, dan minyak tanah sebesar 0,37%, sedangkan dampak lanjutannya (second round) untuk tiap kenaikan 10% mencapai 0,41%, sehingga total dampak untuk tiap 10% kenaikan harga BBM mencapai 0,78%.Dampak dari sejarah inflasi yang terjadi di Indonesia yakni kenaikan suku bunga di Pasar Uang sehingga dapat mempengaruhi kenaikan harga produksi barang maupun jasa. Pada akhirnya, kenaikan inflasi pun tidak dapat terelakkan.Dalam mengantisipasi potensi kenaikan suku bunga ditengah inflasi, perlu diketahui mengapa suku bunga berpeluang naik jika inflasi terus melonjak. Kenaikan inflasi yang tinggi dapat menggerus daya beli masyarakat sehingga dengan nilai Rupiah yang sama, kuantitas barang yang diperoleh menjadi lebih sedikit. Jadi, untuk melindungi daya beli tersebut yang berpotensi hilang karena inflasi, maka suku bunga di Pasar Uang pun perlu dinaikkan untuk menjaga suku bunga riil yang mencerminkan daya beli masyarakat.Secara teori umum, suku bunga berbanding terbalik dengan imbal hasil investasi di Pasar Modal, baik saham maupun obligasi. Misalnya, jika tren suku bunga cenderung naik atau bertahan di level tinggi, umumnya tren indeks Pasar Modal (saham dan obligasi) cenderung mengalami tekanan atau koreksi. Sebaliknya, jika tren suku bunga cenderung turun atau bertahan di level rendah, umumnya tren indeks Pasar Modal cenderung mengalami kenaikan atau apresiasi. Sebab, Jika terjadi kenaikan suku bunga,maka dari sisi pendanaan yang berasal dari pinjaman(utang)tentunyaakan terimbasmengingat sukubunga pinjamanpun berpeluang naiksekaligus membuatbiayapendanaanmenjadi relatif lebih mahal serta rencanaekspansi. perusahaanberpotensimenjadikurangmaksimal.Selanjutnya,marginlaba perusahaan pun dapat tergerus dan pertumbuhan menjadi lambat karena peningkatan biaya pendanaan dari utang.Jika itu terjadi terus menerus hingga mempengaruhi prospek perusahaan tersebut, tidak dapat dipungkiri kondisi tersebut bakal berdampak negatif terhadap harga sahamnya.Sementara bila dikaitkan dengan alternatif investasi, trensuku bungayang cenderung naik berpotensi membuat investor mengalihkansebagiandana investasinya keinstrumenPasar Uang, sepertiDepositokarena dianggap bebas dari resiko fluktuasi dari nilai aset. Akibatnya, nilaiinvestasi diPasar Modal punmenjadi berkurangdan nilai indeks Pasar Modal (saham maupun obligasi) menjadi turun.Di samping itu, kenaikan suku bunga aset bebas resiko yang menjadi komponen dalam penentuan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) atau tingkat diskonto dalam mengevaluasi harga wajar suatu aset investasi Pasar Modal, seperti saham tentu memberikan dampak negatif karena semakin tinggi tingkat diskonto dari suatu saham, maka harga wajar suatu saham akan menjadi lebih rendah. Hal tersebut membuat daya tarik suatu saham menjadi berkurang jika potensi kenaikan harga pasar saham tersebut menuju harga wajarnya menyusut akibat penurunan nilai wajar.Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan inflasi, suku bunga, Jumlah uang beredar dan kurs berpengaruh terhadapreturnsaham individu di dalam pasar uang. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan suku bunga akan meningkat dan akan mengurangi tingkat investasi. Dalam kondisi inflasi biasanya pemerintah akan menaikkan suku bunga untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Namun kenaikan bunga tersebut akan menyebabkan investor enggan melakukan investasi karena bunga pinjaman yang harus dibayarkan menjadi lebih tinggi. Pada kondisi ini investor lebih suka menyimpan dana di bank dan memperoleh pendapatan dari bunga tabungan dan pasar saham menjadi tidak menarik. Kenaikan tingkat bunga akan mengakibatkan harga saham bereaksi secara negatif yaitu harga saham menurun dengan demikianreturnsaham akan turun.Sedangkan perubahan sebaliknya atas suku bunga maka akan menaikkanreturn saham. Jumlah uang beredar dengan pertumbuhan yang wajar memberikan pengaruh positif terhadap ekonomi dan pasar ekuitas secara jangka pendek. Pertumbuhan yang drastis akan memicu inflasi yang tentunya memberikan pengaruh negatif terhadap pasar ekuitas.Hubungan antara Nilai tukar mata uang asing dan pasar saham adalah negatif, melemahnya rupiah memberikan pengaruh negatif terhadap pasar ekuitas, karena menyebabkan pasar ekuitas menjadi tidak mempunyai daya tarik.Proyeksi tahun 2014-2015Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia 2005-2012B. Prospek Pasar ProduksiPendahuluanMemasuki pertengahan 2013, perekonomian Indonesia mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari turunnya hampir semua indikator ekonomi. Aksi The Fed yang menghentikan kebijakan quantitave easing sebagai stimulus ekonomi Amerika Serikat dinilai banyak kalangan menjadi penyebab utama turunnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Masih dapat diingat tanggal 22 Juni 2013 Pemerintah melalui Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor: 07.PM/12/MPM/2013 telah menaikkan harga BBM bersubsidi. Kenaikan BBM ini memberikan dampak yang cukup signifikan pada pembentukan laju inflasi tahun 2013. Hal ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri dalam pengendaliannya agar inflasi tetap berada pada rentang target yang telah ditetapkan.Berkaca pada sejarah, kenaikan harga BBM bersubsidi biasanya memberikan sumbangan kenaikan inflasi yang cukup besar. Pada tahun 2005 lalu, kenaikan harga BBM bersubsidi memberikan sumbangan kenaikan inflasi sebesar 3,74 persen (Bank Indonesia, 2005). Ini disebabkan oleh besaran kenaikan yang cukup tinggi, dimana cakupan komoditi BBM bersubsidi meliputi premium, solar dan minyak tanah, serta bobot komponen inflasi.

Sumber: http://www.bps.go.id/aboutus.php?inflasi=1Bank Indonesia juga mencatat bahwasecond round effectlebih tinggi daripadafirst round effect.Pada waktu itu,first round effectuntuk tiap kenaikan 10 persen pada premium, solar, dan minyak tanah sebesar 0,37 persen, sedangkan dampak lanjutannya(second round)untuk tiap kenaikan 10 persen mencapai 0,41 persen, sehingga total dampak untuk tiap 10 persen kenaikan harga BBM mencapai 0,78 persen.Dari tabel berikut ini dapat terlihat laju inflasi bulan Januari Juni 2013 saat ini telah mencapai 3,35 persen, dimana inflasi bulan Juni 2013 sebesar 1,03 persen. Inflasi Juni 2013 di atas 1 persen merupakan inflasi tertinggi bulan Juni dalam 5 tahun terakhir (Inflasi Juni 2009 2010 selalu di bawah 1 persen). Perhitungan BPS menunjukkan bahwa inflasi Juni 2013 lebih banyak dipicu oleh kenaikan harga pasca kenaikan harga BBM pada 22 Juni 2013.

Dengan serangkaian langkah-langkah pengamanan pasokan bahan makanan, pengelolaan administered price,dan antisipasi terhadap gejolak situasi eksternal melalui bauran kebijakan fiskal dan moneter, serta pengendalian konsumsi BBM bersubsidi, diharapkan realisasi inflasi 2013 dapat berada pada kisaran yang ditetapkan dalam APBN-P 2013. Diharapkan memasuki tahun 2014 inflasi yang meninggi sebagai dampak kenaikan BBM ini mulai menunjukkan kestabilan. Perekonomian Indonesia yang stabil kembali, yang tumbuh, berkembang dan membawa kesejahteraan bersama.Proyeksi 2014-2015

Proyeksi Pertumbuhan Market Size Sektor Ekonomi (1)Sumber: Proyeksi LM-FEUI (2011)Pengaruh Pasar Uang dan Pasar Sektor rill terhadap Pasar Tenaga KerjaDewasa ini, semua negara terjadi pasang surut di bidang perekonomian. Padahal, perekonomian itu sendiri adalah tonggak keberhasilan suatu bangsa dalam segi kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Perekonomian itu sendiri ditopang dari beberapa sektor pasar, yaitu pasar uang, pasar sektor riil, pasar tenaga kerja, dan pasar modal. Jika perekonomian tersebut berhasil memajukan berbagai sektor pasar tersebut, maka negara tersebut akan menjadi negara dengan perekonomian maju.Pada kesempatan kali ini, kami akan menganalisa pengaruh pasar uang dan pasar sektor rill terhadap pasar tenaga kerja. Pasar tenaga kerja, tidak dapat dilepaskan dari suatu perekonomian indonesia. Menurut Ignatia Rohana Sitanggang dan Nachrowi Djalal Nachrowi 2004, Bertambahnya jumlah penduduk secara absolut tentunya, akan berdampak pada jumlah angkatan kerja di Indonesia. Pasar tenaga kerja yang salah satunya berisi jumlah angkatan kerja menjadi sangat penting ditinjau ketika suatu perekonomian mempunyai kebutuhan pemintaan output (barang & jasa) yang massive. Permintaan akan output yang besar, menyebabkan permintaan tenaga kerja meningkat, sehingga upah tenaga kerja pun menjadi naik seiring dengan meningkatnya inflasi (Pasar Uang) serta meningkatnya permintaan barang (Pasar Sektor rill).Berikut contoh daftar UMP/UMR di DKI Jakarta kurun waktu 2000-2012

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan terhadap UMR/UMP yang terjadi di indonesia. Peningkatan tersebut berkisar 15% 16% dihitung dari rata-rata kenaikan tingkat UMR.Berbicara tentang kenaikan UMR di indonesia tahun 2000-2013 tidak lepas dari pengaruh pasar uang, yaitu inflasi & tingkat suku bunga yang ditentukan BI, serta pengaruh sektor rill, yaitu permintaan output yang ada di masyarakat. Berikut grafik data inflasi yang akan mempengaruhi sektor rill dan berdampak juga pada tenaga kerja :Grafik ini menunjukkan data inflasi setiap tahun itu berubah-ubah, tidak selalu naik dan tidak selalu turun. Hal ini diakibatkan karena beberapa faktor, yaitu faktor ekonomi, faktor politik faktor sosial dan faktor budaya. Oleh sebab itu, nilai inflasi dapat mempengaruhi sektor rill yang pada akhirnya akan berakibat pada pasar tenaga kerja.Inflasi akan berpengaruh pada sektor riil yang dampaknya akan dirasakan jika inflasi mengalami kenaikan atau inflasinya mengalami penurunan. Jika inflasinya mengalami kenaikan, menyebabkan harga barang menjadi naik, serta BBM (Bahan Bakar Minyak) juga akan naik, sehingga menyebabkan permintaan terhadap suatu barang akan menurun. Karena permintaan terhadap suatu barang menurun, menyebabkan penawaran dan penjualan akan barang tersebut menjadi menurun. Hal tersebut juga akan mendorong harga turun yang berdampak negatif pada laba perusahaan. Dampak negatif pada laba perusahaan inilah yang akan mempengaruhi upah atau gaji karyawan serta lamanya waktu bekerja. Jika inflasi berdampak negatif terhadap laba perusahaan, maka upah dan gaji yang diterima karyawan akan menurun dan waktu mereka untuk bekerja makin sedikit karena sedikitnya permintaan untuk berproduksi. Akan terjadi kondisi sebaliknya jika inflasi mengalami penurunan. Inilah yang dimaksud pengaruh pasar uang dan pasar sektor rill terhadap pasar tenaga kerja.Berikut alur yang terjadi untuk memperjelas pernyataan :Kondisi 1 : Infasi maka BI rate mendorong harga menjadi sehingga menyebabkan permintaan akan barang menjadi . Laba perusahaan berakibat pada upah/ gaji karyawan serta lamanya waktu bekerja kayawan untuk menghasilkan produksiKondisi 2 : Infasi maka BI rate mendorong harga menjadi sehingga menyebabkan permintaan akan barang menjadi . Laba perusahaan berakibat pada upah/ gaji karyawan serta lamanya waktu bekerja kayawan untuk menghasilkan produk

Sumber: Proyeksi LM-FEUI (2011)Dalam memproyeksikan suatu ekonomi di masa mendatang, kita harus mempunyai dasar yang kuat untuk membuktikan proyeksi tersebut. Proyeksi tahun 2014-2015 akan mengalami kenaikan dari segi inflasi pada pra pemilu yang menyebabkan mungkinnya terjadi kenaikan atau penurunan BI rate. Berdasarkan tabel hasil penelitian Biro Riset LMFEUI diatas, market size beberapa sektor diestimasi menunjukkan pertumbuhan tinggi, atau di atas 20 %, seperti komunikasi dan jasa non-bank. Pertumbuhan market size diperkirakan akan meningkat dari 17,8% (2011) menjadi 24,9 % (2015).Dari tabel tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa proyeksi pasar produksi pada tahun 2014 dan 2015 akan mengalami kenaikkan. Menurut Economist Group Research DBS Bank Ltd Gundy Cahyadi, pertumbuhan konsumsi akan meningkat prapemilu. Pada sektor tenaga kerja, jumlah angkatan kerja yang terserap akan makin banyak, dan seiring dengan itu pasti akan terjadi peningkatan UMR. Namun, jika buruh meminta peningkatan UMR yang terlalu besar dari kemampuan perusahaan dalam membayar gaji mereka, maka akan terjadi pemindahaan investasi ke luar negeri yang mempunyai buruh dengan UMP rendah, ditambah lagi pada tahun 2015, akan diselenggarakan MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) yang akan berakibat menurunnya jumlah tenaga kerja yang akan terserap.Daftar Pustaka http://www.lmfeui.com/data/Proyeksi%20Ekonomi%20Makro%20LM%20FEUI.pdf http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/ http://www.infobanknews.com/2010/11/bi-perkirakan-inflasi-mencapai-4-pada-2015/ http://www.antaranews.com/news/233719/bi-proyeksikan-inflasi-2015-empat-persen http://swa.co.id/business-research/inilah-proyeksi-makro-ekonomi-indonesia-2014 http://ekbis.sindonews.com/read/2013/11/08/33/803356/dbs-proyeksi-ekonomi-ri-2014-tumbuh-6 http://www.setkab.go.id/artikel-9493-.html http://www.bps.go.id/aboutus.php?inflasi=1 http://id.wikipedia.org/wiki/Upah_minimum_regional http://ekbis.sindonews.com/read/2013/11/08/33/803356/dbs-proyeksi-ekonomi-ri-2014-tumbuh-6 www.bps.go.id/aboutus.php?inflasi=1http://ekavidiaz.wordpress.com/2013/11/28/proyeksi-ekonomi-indonesia-tahun-2014-2015/

Inflasi Tahun 2014 Aman Terkendali di Level 4,9%-5,0%

Seorang pekerja mengangkat tabung gas elpiji 12 kilogram di salah satu agen gas. (sumber: Antara/Ismar Patrizki)Jakarta - Citi Research memperkirakan laju inflasi pada 2014 cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan laju inflasi pada 2013 yang mencapai 8,38%.Ekonom Asia Pacific Economic and Market Analysis Citi Research Helmi Arman memproyeksikan laju inflasi pada 2014 berada pada kisaran 4,9%-5,0% year on year.Menurut dia, ada dua faktor yang mempengaruhi laju inflasi pada 2014, potensi kenaikan harga komoditas pangan utama seperti beras, daging ayam, bawang merah dan cabe rawit serta kenaikan harga LPG 12kg.Kenaikan harga komoditas pangan utama sebenarnya bisa dikendalikan dengan cara pemerintah menjamin ketersediaan pasokannya, katanya.Jika pasokan pangan sudah memadai maka harganya tidak akan naik terlalu tinggi. Cara lain adalah dengan melakukan impor apabila pasokan pangan dalam negeri tidak memadai asalkan impornya tidak berlebihan.Kenaikan harga LPG 12 kg secara tidak langsung mempengaruhi laju inflasi. Menurut Helmi, kenaikan harga LPG diperkirakan akan berdampak pada laju inflasi sekitar 0,65% tidak separah ketika harga bahan bakar minyak (BBM) dinaikkan.Pada 2013, katanya, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada Juni cukup besar mempengaruhi laju inflasi sehingga target inflasi dalam APBN-P 2013 sebesar 7,2% sudah terlampaui.Pada 2014, kenaikan harga BBM sudah tidak ada lagi sehingga laju inflasi tinggi bisa ditekan."Pada 2014, hanya ada dua faktor yang mempengaruhi inflasi yaitu harga pangan dan harga LPG, di luar itu komoditas lain masih terkendali," ujar dia kepada Investor Daily, di Jakarta, Minggu (5/1).Helmi mengatakan terkendalinya inflasi pada 2014 secara tidak langsung juga mempengaruhi BI rate.Menurut dia, Bank Indonesia tetap mempertahankan BI rate pada posisi 7,5%, tidak ada kenaikan lagi hingga dua bulan ke depan karena inflasi sudah terkendali.http://www.beritasatu.com/ekonomi/158839-inflasi-tahun-2014-aman-terkendali-di-level-4950.html

Ini Dia Target Inflasi Pemerintah Hingga 2015Feby Dwi Sutianto - detikfinanceRabu, 16/05/2012 16:12 WIBhttp://images.detik.com/content/2012/05/16/4/agus.menkeu.3.COVER.jpgJakarta -Untuk menjaga perekonomian tetap sehat dan daya beli masyarakat tetap terjaga, pemerintah mematok target inflasi hingga 2015 hasil kesepakatan dengan Bank Indonesia (BI).

Menteri Keuangan Agus Martowardojo menjelaskan, pemerintah tetap optimistis inflasi di 2012 terjaga 5,2% atau lebih rendah dari target APBN-P 2012 6,8%, karena harga BBM batal naik.

"Jadi kalau (inflasi) tidak naik, kita akan bisa jaga fiskal yang sehat dengan cadangan yang memadai. Untuk merespons kondisi fiskal saat ini," ungkap Agus di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (16/5/2012).

Pada kesempatan itu, Agus menjelaskan BI dan Kementerian Keuangan telah sepakat menentukan target sasaran inflasi untuk 2013, 2014, dan 2015 masing-masing sebesar 4,5%, 4,5%, dan 4% dengan deviasi 1%.

"Penetapan sasaran inflasi yang menurun secara gradual diharapkan akan memberikan gambaran jalur yang jelas sebagai bentuk komitmen antara pemerintah dan BI dalam upaya menjaga jalur nasional berada pada level 4 persen dalam jangka menengah," tambahnya.

Di tempat yang sama Gubernur BI Darmin Nasution mengatakan sasaran inflasi yang sudah dijelaskan Agus Marto merupakan hasil kesepakatan bersama.

"Angka tadi yang jelaskan Menkeu adalah angka yang sudah realisasi antara Kemenkeu dan BI," kata Darmin

Kedepannya jika tidak terjadi kenaikan BBM, maka sasaran inflasi BI sebesar 4,5% plus minus 1%. "Kalau BBM tidak naik kita yakin akan tetap sama yaitu 4,5 plus minus 1 persen," tegasnya.http://finance.detik.com/read/2012/05/16/161240/1918789/4/ini-dia-target-inflasi-pemerintah-hingga-2015

Ekonomi Tahun 2014 Diprediksi Lebih BaikJumat, 25 Oktober 2013 | 11:34 WIB SHUTTERSTOCK IlustrasiBaca juga Dinilai Inkonstitusional, OJK Hanya Bisa Mendukung Pemerintah Rupiah Menguat, Impor Migas Diprediksi Membaik Pemerintah Tak Intervensi Kuatkan Rupiah Mendag: Kerjasama Korea-Indonesia Harus Adil dan Bermanfaat Tujuan Ekspor Lebih Restriktif15 59

1

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah dan DPR menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 6 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan sejumlah lembaga ekonomi, yakni di bawah 6 persen. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen pada tahun 2014 itu merupakan salah satu asumsi dasar Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2014 yang akan disahkan pada Rapat Paripurna DPR, Jumat (25/10/2013) ini.Asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen tersebut menunjukkan bahwa pemerintah dan DPR melihat perekonomian tahun 2014 akan lebih baik dibandingkan tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi tahun ini, seperti diperkirakan Badan Kebijakan Fiskal, berkisar 5,8 persen sampai 6 persen.Bank Pembangunan Asia (ADB) juga memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 sekitar 6 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan hanya 5,7 persen.Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 adalah 5,8 persen-6,2 persen. Angka ini lebih tinggi daripada proyeksi tahun 2013 ini sebesar 5,5 persen-5,9 persen.Sebaliknya, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan melambat. Dari perkiraan tahun ini sebesar 5,6 persen, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,3 persen.Panitia Kerja (Panja) Asumsi Dasar RAPBN Tahun 2014, yang terdiri dari unsur pemerintah dan DPR, menyampaikan sejumlah pertimbangan atas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 6 persen.Pemilu dan demografiMenurut laporan panja, meski masih menghadapi risiko, perekonomian tahun depan lebih baik daripada tahun ini. Risiko yang dimaksud antara lain masih ada gejolak likuiditas global dan gejolak harga komoditas di pasar internasional.Namun, panja menegaskan bahwa konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi 2014. Ini terutama disebabkan ada bonus demografi serta ada pemilihan umum anggota legislatif dan presiden.Neraca perdagangan yang mulai membaik juga menjadi faktor pendorong pertumbuhan. Ini karena kinerja ekspor berangsur- angsur pulih seiring perbaikan permintaan pasar global. Faktor lain adalah peningkatan investasi, terutama oleh sumber-sumber domestik, dan inflasi yang kembali ke level normal.Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi terutama akan disumbang oleh sektor industri pengolahan sebesar 1,6 persen, sektor perdagangan-hotel-restoran 1,3 persen, serta sektor transportasi dan komunikasi 1,1 persen. Sementara sektor pertanian menyumbang 0,4 persen.Ekonom Faisal Basri di Jakarta, Kamis (24/10), menyatakan, asumsi pertumbuhan sebesar 6 persen tahun 2014 masuk akal. Angka tersebut bahkan cenderung konservatif.Menurut Faisal, semua tekanan terhadap perekonomian Indonesia sudah mencapai puncak pada tahun 2013. Hal itu di antaranya tekanan pada kurs rupiah, inflasi, suku bunga, serta neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Itu berarti perekonomian Indonesia tahun 2014 cenderung lebih baik.Inflasi yang pada tahun ini diperkirakan BI 9 persen-9,8 persen akan turun ke 5,5 persen tahun 2014 sebagaimana asumsi pemerintah dan DPR. Bahkan, Faisal optimistis, realisasi inflasi akan di bawah asumsi itu. Sementara suku bunga BI, menurut Faisal, diturunkan pada kisaran 6 persen.Sebaliknya, dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya, Jakarta, Agustinus Prasetyantoko, berpendapat, asumsi pertumbuhan ekonomi 6 persen terlalu optimistis. Alasannya, semua sumber pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat tahun depan.Pemerintah punya kepentingan memberikan optimisme meski realitasnya berat. Namun, mestinya memang harus realistis. Saat ini perusahaan-perusahaan sedang menyusun rencana bisnis ke depan. Jadi memang harus hati-hati dalam menentukan asumsi, kata Prasetyantoko.Investasi sebagai sumber pertumbuhan terbesar setelah konsumsi rumah tangga, menurut Prasetyantoko, akan turun pada tahun 2014. Ini menjadi konsekuensi kebijakan pengetatan likuiditas saat transaksi perdagangan defisit.Kebijakan BI mematok suku bunga menjadi 7,25 persen akan menurunkan pertumbuhan kredit. Dampaknya baru akan terasa mulai triwulan IV-2013 sampai tahun 2014.Hal ini tecermin pada proyeksi BI tentang pertumbuhan kredit pada tahun 2014 sebesar 15,3 persen-16,6 persen. Ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit tahun ini, yang diproyeksikan sekitar 20 persen.Sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga, Prasetyantoko memperkirakan akan stagnan. Sumbangan kegiatan pemilihan umum bagi konsumsi rumah tangga tidak akan besar. Adapun ekspor diduga belum akan pulih. Maka dugaan saya, pertumbuhan tahun 2014 berkisar 5,5 persen-5,8 persen, katanya.Inflasi terjagaGubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, inflasi yang terjaga bisa menjadi daya tarik investasi. Inflasi yang terkendali membuat daya beli masyarakat meningkat. Kondisi ini mendorong perekonomian domestik, ujar Agus.Pertumbuhan ekonomi tahun 2014, kata Agus, masih ditopang kinerja ekspor menyusul membaiknya kondisi ekonomi global. Selain itu, daya beli masyarakat meningkat dan inflasi yang terjaga juga mendorong ekonomi.Belajar dari kondisi pasar keuangan yang tertekan pada kurun Mei-Agustus 2013, Indonesia mesti menyiapkan diri menghadapi tahun 2014. Sampai saat ini, Indonesia belum optimal menguatkan pasar ekonomi sehingga nantinya siap menghadapi pembalikan arus modal.Pembalikan arus modal ini bisa terjadi saat lanskap perekonomian global berubah. Kondisi ekonomi negara-negara maju akan membaik sehingga potensi arus modal meninggalkan negara emerging market bisa terjadi.Selain pertumbuhan ekonomi, RAPBN Tahun 2014 yang disahkan menjadi APBN Tahun 2014 pada Rapat Paripurna DPR hari ini juga menyangkut asumsi makro lainnya. Inflasi diasumsikan 5,5 persen. Kurs rupiah terhadap dollar AS adalah Rp 10.500. Tingkat suku bunga SPN 3 bulan adalah 5,5 persen.Harga jual minyak Indonesia diasumsikan 105 dollar AS per barrel. Produksi minyak siap jual ditargetkan 870.000 barrel per hari. Produksi siap jual gas bumi ditargetkan 1,24 juta barrel setara minyak per hari.Sementara penerimaan negara ditargetkan Rp 1.667 triliun. Belanja negara ditargetkan Rp 1.842 triliun. Dengan demikian, defisitnya adalah Rp 175 triliun atau 1,69 persen dari produk domestik bruto. (LAS/IDR)http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/10/25/1134027/Ekonomi.Tahun.2014.Diprediksi.Lebih.Baik

LAPORAN INFLASI (Indeks Harga Konsumen)Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan

Daftar Penyebab Inflasi Februari 0,26%Maikel Jefriando - detikfinanceSenin, 03/03/2014 12:28 WIB

Jakarta -Badan Pusat Statistik (BPS) merilis inflasi Februari 2014 mencapai 0,26%. Harga bahan makanan yang tinggi menjadi penyebab utama inflasi tersebut.

Dari data BPS yang dikutip, Senin (3/3/2014), setidaknya ada 8 faktor penyebab utama inflasi di Indonesia. Dari 8 faktor tersebut, mayoritasnya adalah bahan makanan.

Berikut daftar penyebab utama inflasi Februari 2014:1. Beras memberi andil inflasi 0,05%. Harga beras naik 1,47% selama Februari 2014. Ini karena pasokan yang terhambat, kenaikan harga beras tertinggi di Tanjung dan Bekasi2. Ikan segar memberi andil inflasi 0,05%. Harga ikan naik 3,07%, akibat pasokan ikan berkurang karena cuaca.3. Cabai rawit memberi andil inflasi 0,03%. Harga cabai rawit naik 17,43%, ini karena pasokan berkurang akibat musim penghujan dan dampak dari letusan Gunung Kelud. Harga cabai rawit tertinggi di Merauke dan Singkawang.4. Emas perhiasan memberi andil inflasi 0,02%. Harga emas perhiasan naik 8,05%, ini dampak dari pasar internasional. Harga emas tertinggi di Manado.5. Tarif kontrak rumah memberi andil inflasi 0,02%. Harga kontrak rumah naik 0,81%, ini karena meningkatnya sewa rumah. Tertinggi di Tanjung Pandan.6. Bayam memberi andil inflasi 0,02. Harga bayam naik 0,43%, ini karena curah hujan yang tinggi yang membuat produksinya berkurang.7. Rokok filter memberi andil inflasi 0,02%. Harga rokok filter naik 1,59%, ini dampak dari kenaikan pajak daerah. Harga rokok filter tertinggi di Denpasar dan Bandung.8. Angkutan udara memberi andil inflasi 0,02%. Harga tiket angkutan udara naik 1,43%, ini karena permintaan meningkat. Harga tiket pesawat tertinggi naik di Pontianak.

Selain itu, ada juga komoditas yang mendorong deflasi di Februari 2014, yaitu:1. Bawang merah memberi andil deflasi 0,10%. Harga bawang merah turun 17,42%, ini karena pasokan mencukupi.2. Cabai merah memberi andil deflasi 0,10%. Harga cabai merah turun 12,56%.3. Bahan bakar rumah tangga memberi andil deflasi 0,64%. Ini karena harga elpiji yang sempat naik tinggi pada Januari kemudian turun lagi.4. Daging ayam memberi andil deflasi 0,02%, karena ada penurunan harga 1,56%(dnl/ang)

http://finance.detik.com/read/2014/03/03/122839/2513490/4/ini-dia-daftar-penyebab-inflasi-februari-026

8 Komoditas Penyebab Inflasi Februari 2014Senin, 03 Maret 2014, 13:01 WIB

Komentar : 0

Republika/Prayogi

Kelompok Bahan Makanan Menyumbang Andil Inflasi Terbesar A+ | Reset| A- REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Februari 2014 sebesar 0,26 persen. Berikut adalah delapan komoditas yang berandil mengerek inflasi disertai penyebabnya.

1. BerasAndil inflasi: 0,05 persenPerubahan harga Februari 2014 terhadap Januari 2014: 1,47 persenPenyebab: Sentra penghasil padi pada sebagian daerah mengalami gagal panen

2. Ikan SegarAndil inflasi: 0,05 persenPerubahan harga Februari 2014 terhadap Januari 2014: 3,07 persenPenyebab: Pasokan ikan dari nelayan berkurang akibat pengaruh cuaca buruk

3. Cabai RawitAndil inflasi: 0,03 persenPerubahan harga Februari 2014 terhadap Januari 2014: 17,43 persenPenyebab: Pasokan cabe rawit dari petani berkurang. Salah satunya akibat pengaruh letusan Gunung Kelud beberapa waktu lalu

4. Emas PerhiasanAndil inflasi: 0,02 persenPerubahan harga Februari 2014 terhadap Januari 2014: 8,05 persenPenyebab: Harga emas di pasar internasional meningkat

5. Tarif kontrak rumahAndil inflasi: 0,02 persenPerubahan harga Februari 2014 terhadap Januari 2014: 0,81 persenPenyebab: Naiknya harga sewa rumah

6. BayamAndil inflasi: 0,02 persenPerubahan harga Februari 2014 terhadap Januari 2014: 0,43 persenPenyebab: Pasokan bayam dari petani berkurang akibat pengaruh cuaca buruk

7. Rokok FilterAndil inflasi: 0,02 persenPerubahan harga Februari 2014 terhadap Januari 2014: 1,59 persenPenyebab: Kenaikan pajak daerah

8. Angkutan UdaraAndil inflasi: 0,02 persenPerubahan harga Februari 2014 terhadap Januari 2014: 1,43 persenPenyebab: Peningkatan intensitas perjalanan udarahttp://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/14/03/03/n1uje9-8-komoditas-penyebab-inflasi-februari-2014

Fuad Bawazier beberkan 10 faktor penyebab rupiah melemahIzzudinKamis, 28 November 2013 16:54 WIB

Mantan Menteri Keuangan, Fuad Bawazier/Foto: IstSindonews.com - Mantan Menteri Keuangan (Menkeu), Fuad Bawazier memprediksi, nilai tukar rupiah akan terus melemah sampai tahun depan.

Menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD), bukan tanpa sebab. Dia mengungkapkan, ada sepuluh faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah terus melemah. "Rupiah melemah itu banyak faktornya," kata dia kepada Sindonews, Kamis (28/11/2013).

Pertama, kata dia, neraca perdagangan tahun ini defisit karena lebih besar impor daripada ekspor. Kedua, neraca transaksi berjalan juga mengalami defisit karena pembayaran-pembayaran utang luar negeri yang banyak jatuh tempo. "Ketiga, hot money yang sering dijadikan andalan pemasukan valas mulai pulang kampung," kata Fuad yang juga sebagai praktisi ekonomi ini. Keempat, ekspektasi pasar bahwa cadangan devisa yang menurun karena faktor-faktor tersebut cenderung akan terus menurun sampai tahun depan. Kelima, paket-paket kebijakan ekonomi pemerintah hanya berjalan di atas kertas, namun di lapangan tidak efektif. Keenam, lanjut Fuad, pasar juga membaca secara jelas dan kawatir bahwa para petinggi negeri yang bertanggung jawab atas ekonomi sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Budiono sibuk menghadapi skandal Bank Century, Hatta Rajasa sibuk politik, Gita Wirjawan sibuk konvensi Partai Demokrat. Pada 2014 semakin auto pilot," ujarnya. Sementara, faktor ketujuh adalah program MP3EI yang dinilai praktis tidak berjalan. "Boro-boro mau mempercepat alias akselerasi pertumbuhan, target yang biasa (normal) saja tidak tercapai. Pertumbuhan ekonomi di bawah target," katanya. Faktor kedelapan adalah pasar yang membaca bahwa dengan akan di terapkannya tight money policy di USA, kurs rupiah akan semakin melemah dengan akibat lebih lanjut inflasi akan berlanjut. Kesembilan yaitu akibat lebih lanjut APBN akan semakin besar defisitnya untuk bayar utang luar negeri dan bunga. Terakhir, kata dia, dengan prospek ekonomi yang suram, maka pada 2014 sebagai tahun politik, tidak ada investasi baru. "Paling-paling yang ada mengajukan izin investasi. Kesimpulannya Indonesia diambang kesulitan ekonomi yang serius," pungkas Fuad. Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terus mengalami pemelahan. Pada sore hari ini, nilai tukar rupiah terhadap USD menyentuh level psikologis baru ke Rp12.000/USD seiring anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir perdagangan.

Nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg sore ini berada di level Rp12.018/USD. Posisi ini melemah 132 poin dari penutupan kemarin di level Rp11.886/USD.

Masih berdasarkan data Bloomberg, rupiah pagi tadi dibuka pada level Rp11.880/USD. Adapun, poisisi rupiah terkuat hari ini di level Rp11.858/USD dan terlemah di level Rp12.028/USD.

Data yahoofinance mencatat, mata uang domestik hari ini di level Rp11.995/USD, dengan kisaran harian Rp11.885-11.988/USD. Posisi ini terkoreksi signifikan 110 poin dari penutupan sore kemarin di level Rp11.885/USD.(izz)http://ekbis.sindonews.com/read/2013/11/28/32/811218/fuad-bawazier-beberkan-10-faktor-penyebab-rupiah-melemah

PENYEBAB, DAMPAK DAN CARA MENGATASI INFLASI

Menurut Endang Puspitawati, dkk (dalam Ekonomi, 2007:27) ada beberapa teori yang mempelajari tentang sebab-sebab terjadinya inflasi. Masing-masing teori melihat aspek-aspek tertentu dalam proses inflasi. Pandangan beberapa teori tentang sebab terjadinya inflasi anara lain sebagai berikut.1 TEORI KUANTITASPernyataan sederharna dari teori ini adalah kenaikan harga akan terjadi apabila kuantitas (jumlah) uang yang beredar bertambah. Menurut teori ini harga-harga adalah proporsi langsung dari jumlah uang, atau ditulis sebagai berikut.

Menurut teori kuantitas ada dua penyebab terjadinya inflasi yaitu:1.Jumlah uang yang beredar melebihi yang dibutuhkan masyarakat. Maksudnya, jika jumlah uang yang beredar di masyarakat berlebihan, merupakan faktor utama pendorong terjadinya inflasi. Jumlah uang yang beredar terlalu banyak diantaranya karena terjadi defisit anggaran dan ditutup dengan mencetak uang. Semakin besar deficit yang dibiayai dari mencetak uang inflasi akan semakin parah.2. Harapan psikologis akan terjadinya kenaikan harga di masa yang akan datang akan memperparah terjadinya inflasi. Maksudnya, apabila masyarakat mengharapkan dan memperkirakan bahwa harga dimasa mendatang akan mengalami kenaikan, maka masyarakat akan membelanjakan uangnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerugian dala memegang uang. Keadaan ini akan semakin parah bila masyarakat sudah menyakini kenaikan harga makin besar dari waktu ke waktu hingga masyarakat akan membelanjakan uangnya melebihi uang beredar. Hal ini dapat berakibat terjadinya hiperinflasi.

2 TEORI KEYNESPara ahli ekonomi Keynesian (pengikut Keynes) menjelaskan seluruh proses ekonomi tanpa mementingkan peranan uang. Yang penting dalam kehidupan ekonomi nasional adalah produksi (penawaran) dan pembelanjaan (permintaan) dalam lingkaran ekonomi, sedangkan jumlah uang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat oleh dunia perbankan (Ritonga,dkk , 2000:84).Dalam pandangan Keynes, permintaaan masyarakat (effective demand) lah yang paling menentukan kestabilan kehidupan ekonomi nasional. Para konsumen, para produsen, pemerintah dan luar negeri bersama-sama membeli banyak barang dari yang dihasilkan oleh kapasitas produksi yang ada. Hal ini menyebabkan ketegangan-ketegangan di pasaran. Produksi tidak bisa dinaikkan karena dibatasi kapasitas produksi. Rendahnya jumlah barang/jasa yang diproduksi berakibat terhadap harga. Tentu harga-harga dari komoditi barang/jasa akan naik, hal ini akan berimplikasi pada munculnya masalah inflasi.

3 TEORI STRUKTURALISMenurut teori ini , ada dua hal penting dalam perekonomian Negara-negara yang sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu sebagai berikut.1.Ketidakelastisan Penerimaan Ekspor.Nilai ekspor tumbuh secara lamban dibandingkan dengan pertumbuhan sector-sektor lain. Adapun penyebab kelambaman tersebut sebagai berikut:a) Di pasar dunia, harga barang-barang ekspor dari Negara tersebut semakin memburuk.b) Produksi barang-barang ekspor tidak responsive terhadap kenaikan harga.2.Ketidak Elastisan Penawaran atau Produksi Bahan Makanan di Dalam Negeri.Produksi bahan makanan didalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan pendapatan perkapita. Hal ini menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cendrung untuk naik, sehingga melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Dampak yang ditimbulkan yaitu munculnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah atau gaji. Naikya upah karyawan menyebabkan kenaikan ongkos produksi. Hal ini berarti akan menaikkan harga barang-barang. Kenaikan harga barang-barang tersebut mengakibatkan kenaikan upah lagi. Kenaikan upah selanjutnya diikuti oleh kenaikan harga barang-barang, begitu seterusnya.Proses ini akan berhenti apabila harga bahan makanan tidak mengalami kenaikkan. Namun, karena faktor strukturalis harga bahan makanan akan terus naik sehingga proses dorong-mendorong antara upah dengan harga tersebut selalu mendapat umpan baru dan tidak berhenti (Puspita Endang, 2000:28).

Dari ketiga teori menyatakan penyebab terjadinya inflasi, dapat disimpulkan bahwa inflasi itu disebabkan oleh:a.Inflasi disebabkan oleh sektor ekspor-impor Jika ekspor suatu negara lebih besar daripada impor, akan mengakibatkan terjadinya tekanan inflasi, tekanan inflasi terjadi karena semakin besar jumlah uang yang beredar di dalam negeri akibat penerimaan devisa.

b.Inflasi disebabkan oleh sektor penerimaan dan pengeluaran negara Sektor penerimaan dan pengeluaran suatu negara yang defisit menjadi penyebab inflasi. Karena pengeluaran pemerintah lebih besar dari penerimaannya, maka untuk menutupi keadaan tersebut akan dilakukan dengan mengeluarkan uang baru, pengeluaran uang baru menimbulkan tekanan inflasi.

c.Inflasi disebabkan oleh sektor swasta Pengeluaran kredit dalam jumlah yang cukup besar untuk memenuhi permintaan kredit swasta dapat juga menyebabkan terjadinya inflasi.

Dari penyebab inflasi di atas dapat kita simpulkan bahwa pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat dan keseimbangan antara permintaan dan penawaran barang merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menekan inflasi.

DAMPAK INFLASI1. AKIBAT BURUKSeperti pengangguran , inflasi juga menimbulkan beberapa akibat buruk kepada individu, masyarakat, dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan (Sadono Sukirno, 2002:16). Akibat buruk inflasi dapat dibedakan kepada dua aspek, yaitu:1. akibat buruk kepada perekonomian 2. akibat buruk kepada individu dan masyarakat.1. AKIBAT BURUK KEPADA PEREKONOMIANSebagian ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga tersebut tidak secepatnya diikuti oleh kenaikkan upah pekerja, sehingga keuntungan akan bertambah. Pertambahan keuntungan akan menggalakan investasi dimasa datang dan ini akan mewujudkan percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tetapi apabila inflasi menjadi lebih serius keadaannya, perekonomian tidak akan berkembang seperti yang diingnkan. Pengalaman beberapa Negara yang telah mengalami inflasi hiper menunjukan bahwa inflasi yang buruk akan mengakibatkan ketidakstabilan sosial dan politik, dan tidak mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Terlebih dahulu ekonomi harus distabilkan, dan ini termasuk usaha menstabilkan harga-harga, sebelum pertumbuhan ekonomi yang teguh dapat diwujudkan.Ketiadaan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari inflasi yang serius, hal ini disebabkan oleh beberapa factor penting seperti yang diuraikan dibawah ini:1. Inflasi menggalakan penanaman modal spekulatifPada masa inflasi terdapat kecendrungan di antara pemilik modal untuk menggunakan uangnya dalam investasi yang bersifat spekulatif. Dengan mebeli rumah, tanah, dan barang yang berharga akan lebih menguntungkan daripada melakukan investasi yang produktif.

2. Tingkat bunga meningkat sehingga akan mengurangi investasi.Untuk menghindari kemerosotan nilai modal yang mereka pinjamkan , institusi keuangan akan meningkatkan tingkat bunga kepada pinjaman-pinjaman mereka. Makin tinggi tingkat inflasi, makin tinggi pula tingkat bunga yang mereka tentukan. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi kegairahan penanaman modal untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif.3. Inflasi menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi dimasa depan.Inflasi akan bertambah cepat jalannya apabila tidak dikendalikan. Pada akhirnya inflasi akan menimbulkan ketidakpastian dan arah perkembangan ekonomi tidak lagi dapat diramalkan dengan baik. Keadaan ini akan mengurangi kegairahan pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.4. Menimbulkan masalah neraca pembayaran.Inflasi menyebabkan harga barang impor lebih murah daripada barang yang dihasilkan didalam negeri. Dengan demikian, inflasi akan menyebabkan impor berkembang lebih cepat tetapi sebaliknya perkembangan ekspor akan bertambah lambat. Disamping itu aliran modal keluar akan bertambah banyak daripada yang masuk keluar negeri. Berbagai kecendrungan ini akan memperburuk keadaan neraca pembayaran, defisit neraca pembayaran yang serius mungkin berlaku. Hal ini seterusnya akan menimbulkan kemerosotan nilai mata uang.

2. AKIBAT BURUK KEPADA INDIVIDU DAN MASYARAKATAkibat buruk kepada individu dan masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga aspek seperti yang diterangkan dibawah ini:1. Memperburuk distribusi pendapatanDalam masa inflasi nilai harta-harta tetap seperti tanah, rumah, bangunan pabrik, dan pertokoan akan mengalami kenaikan harga yang adakanya lebih cepat dengan inflasi itu sendiri. Sebaliknya penduduk yang tidak mempunyai harta, yang meliputi sebagian besar dari golongan masyarakat yang berpendapatan rendah , pendapatan riilnya merosot sebagai akibat inflasi. Dengan demikian, inflasi melebarkan ketidaksamaan distribusi pendapatan.2. Pendapatan riil merosotSebagian tenaga kerja disetiap Negara terdiri dari pekerja-pekerja bergaji tetap. Dalam masa inflasi biasanya kenaikan harga-harga selalu mendahului kenaikan pendapatan. Dengan demikian inflasi cendrung menimbulkan kemerosotan pendapatan riil sebagian besar tenaga kerja. Dengan demikian akan berimplikasi terhadap menurunnya kemakmuran masyarakat.3. Nilai riil tabungan merosotDalam perekonmian biasanya masyarakat menyimpan sebagian besar kekayaannya dalam bentuk deposito dan tabungan di institusi keuangan. Nilai riil tabungan tersebut akan merosot sebagai akibat inflasi dan juga pemegang-pemegang uang tunai akan dirugikan karena kemerosotan nilai riilnya.

2. AKIBAT POSITIFSelain dampak buruk, inflasi juga memiliki dampak positif yaitu, apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

CARA MENGATASI INFLASIInflasi tentunya harus diatasi dan untuk mengatasinya dapat dilakukan pemerintah dengan cara melakukan beberapa kebijakan yang menyangkut bidang moneter, fiskal dan kebijakan lain. Adapun penjelasan kebijakan tersebut akan diuraikan di bawah ini.

1. Kebijakan MoneterKebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah uang yang beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal. Untuk menjalankan kebijakan ini Bank Indonesia menjalankan beberapa politik/kebijakan yaitu:a. Persediaan KasKebijakan persediaan kas artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan jalan menaikan perbandingan antara uang yang beredar dengan uang yang mengendap di dalam kas mengakibatkan kemampuan bank untuk menciptakan kredit berkurang sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang.b. Operasi Pasar TerbukaMenurut Djamil Suyuthi (dalam Pengantar Ekonoi Makro:1989) dinyatakan bahwa bank sentral dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan jalan membeli atau menjual surat-surat berharga pemerintah ( government securities ). Dalam bukunya dinyatakan bahwa bila pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, misalnya karena bermaksud untuk mendorong perkembangan kegiatan dalam masa resesi, maka bank sentral mengadakan pembelian-pembelian surat berharga.Dengan tindakan ini, uang beredar akan bertambah, karena bila bank sentral melakukan pemmbayaran atas pembelian itu , cadangan bank-bank umum akan bertambah. Dengan bertambahnya cadangan yang dimiliki bank umum, maka bank-bank tersebut dapat memberikan pinjaman yang lebih banyak.Sebaliknya, bila pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar, misalnya pada waktu inflasi, maka bank sentral harus melakukan penjualan surat-surat berharga tersebut. Dengan penjualan surat-surat berharga tersebut, tabungan giral masyarakat dan cadangan yang dimiliki bank umum berkurang, dan demikian kemampuan untuk memberi pinjaman juga berkurang. c. DiskontoMelalui perubahan tingkat diskonto, Bank sentral dapat mempengaruhi jumlah uang beredar dan volume pinjaman. Misalnya dalam menekan inflasi, kebijakan diskonto dapat dilakukan dengan menaikkan tingkat bunga sehingga mengurangi keinginan badan-badan pemberi kredit untuk mengeluarkan pinjaman guna memenuhi permintaan pinjaman dari masyarakat. Akibatnya, jumlah kredit yang dikeluarkan oleh badan-badan kredit akan berkurang, yang pada akhirnya mengurangi tekanan inflasi.

2. Kebijakan Fiskal Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial pemerintah. Bentuk kebijakan ini antara lain:a. Pengurangan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan.b. Menaikkan pajak, akan mengakibatkan penerimaan uang masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif tentunya berkurang.

3. Kebijakan LainKebijakan lain adalah kebijakan yang tidak berhubungan dengan finansial pemerintah maupun jumla uang yang beredar, cara ini merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi.a. SaneringSanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan, reorganisasi. Kebijakan sanering antara lain:Penurunan nilai uang Pembekuan sebagian simpanan pada bank bank dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah.b. DevaluasiDevaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing. c. Menaikan hasil produksi.Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.d. Kebijakan upahtidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.e. Pengawasan harga dan distribusi barang.Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.

1. DAFTAR PUSTAKA Puspitawati, Endang, dkk.2007.Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI Semester Genap.Klaten:Viva Pakarindo

Ritonga, dkk.2000.Pelajaran Ekonomi 2 Untuk SMU Kelas 2.Jakarta:Erlanggahttp://igedearisuciptayasa.blogspot.com/2013/08/penyebab-dampak-dan-cara-mengatasi.html

Soediyono.1981.Ekonomi Makro Analisa IS-LM dan Permintaan Penawaran Agretatif.Yogyakarta: Liberty

Sukirno, Sadono.2002.Pengantar Teori Makronomi Edisi Kedua.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Suyuthi, Djamil.1989.Pengantar Ekonomi Makro.Jakarta:Departement Pendidikan dan Kebudayaan