30
1 Paket A Definisi : Merupakan materi standar isinya mencakup prinsip dasar langkah-langkah penguatan kebijakan moneter, operasional kebijakan moneter dalam kerangka ITF, serta penerapan ITF dengan mengetengahkan perkembangan ekonomi moneter terkini, prospek perekonomian, dan alasan yang mendasari respon kebijakan moneter. Materi ini disajikan tidak terlalu teknis dan lebih praktikal serta lebih tepat sasaran. Tujuan/Sasaran Stakeholders : Materi disampaikan untuk kalangan stakeholders yang sudah memahami ITF walaupun tidak terlalu mendalam. Sasaran stakeholders pada paket A adalah para praktisi bisnis, pakar, asosiasi bisnis, wartawan ekonomi, perbankan, internal BI, dan stakeholders lain yang secara umum sudah memahami peran dan tugas Bank Indonesia. Waktu penyajian : 30 – 40 menit.

Inflation Targetting Frame Work

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BLKL

Citation preview

1

Paket A• Definisi : Merupakan materi standar isinya mencakup prinsip

dasar langkah-langkah penguatan kebijakan moneter, operasional kebijakan moneter dalam kerangka ITF, sertapenerapan ITF dengan mengetengahkan perkembanganekonomi moneter terkini, prospek perekonomian, dan alasanyang mendasari respon kebijakan moneter. Materi inidisajikan tidak terlalu teknis dan lebih praktikal serta lebihtepat sasaran.

• Tujuan/Sasaran Stakeholders : Materi disampaikan untukkalangan stakeholders yang sudah memahami ITF walaupuntidak terlalu mendalam. Sasaran stakeholders pada paket A adalah para praktisi bisnis, pakar, asosiasi bisnis, wartawanekonomi, perbankan, internal BI, dan stakeholders lain yang secara umum sudah memahami peran dan tugas Bank Indonesia.

• Waktu penyajian : 30 – 40 menit.

2

LangkahLangkah--LangkahLangkah PenguatanPenguatanKebijakanKebijakan MoneterMoneter UntukUntuk KestabilanKestabilan HargaHarga

((Inflation Targeting FrameworkInflation Targeting Framework):):

Materi Sosialisasi Inflation Targeting FrameworkJakarta, 2005

PAKET A

3

Outline

1. Kerangka Strategis Kebijakan Moneter• Inflation Targeting Framework: Apa dan Kenapa?• Pengalaman ITF di beberapa negara• Kerangka Kerja Saat Ini: Inflation Targeting Lite• Kerangka Kerja Baru: Empat Elemen Mendasar• Respon Kebijakan Moneter: BI Rate• Proses Perumusan Kebijakan: Strategi Antisipatif• Strategi Komunikasi: Lebih Transparan• Koordinasi Kebijakan dengan Pemerintah• Kerangka Strategis Kebijakan Moneter

2. Kerangka Operasional Kebijakan Moneter• Konsep Operasi Moneter• Signal Kebijakan Moneter dengan Menggunakan Suku Bunga

3. Key Messages

A. KERANGKA KEBIJAKAN MONETER BERDASARKAN INFLATION TARGETING FRAMEWORK (ITF)

4

Inflation Targeting FrameworkInflation Targeting Framework (ITF) merupakan kerangka kerja kebijakan moneter yang secara transparan dan konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahun kedepan yang secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan.EmpatEmpat prinsipprinsip pokokpokok rezim kebijakan moneter dengan ITF:1. Memiliki sasaran utama, yaitu Sasaran InflasiSasaran Inflasi, yang dijadikan

sebagai prioritas pencapaian (overriding objective) dan acuan (nominal anchor) kebijakan moneter.

2. Bersifat antisipatifantisipatif (preemptive atau forward looking) denganmengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untukpencapaian sasaran inflasi ke depan.

3. Mendasarkan pada analisis, prakiraan, dan kaidahkebijakan tertentu dalam menetapkan pertimbanganpertimbanganresponrespon kebijakankebijakan monetermoneter (constrained discretion).

4. Sesuai dengan prinsip-prinsip tatatata kelolakelola yang sehatyang sehat (good governance), yaitu berkejelasan tujuan, konsisten, transparan, dan berakuntabilitas.

Inflation Targeting Framework:Apa dan Kenapa?

5

IT Adoption Dates and Initial Inflation Levels

6

Inflasi dan Negara yang Mengadopsi ITF

02468

101214161820

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

Tahun

Infla

si

Chile

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

Tahun

Infla

si

Chile Thailand

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

Tahun

Infla

si

Chile Polandia Thailand

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

Tahun

Infla

si

Chile Ceko Polandia Thailand

0

2

4

6

8

1012

14

16

18

20

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

Tahun

Infla

si

Chile Ceko Polandia Korea Thailand

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

Tahun

Infla

si

Chile Ceko Polandia HungaryKorea Thailand

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

Tahun

Infla

si

Chile Israel Ceko Polandia

Hungary Korea Thailand

7

Saat ini tidak kurang dari 42 42 negaranegara (maju dan emerging) yang telah menerapkan rezim kebijakan moneter dengan ITF. Beberapa manfaatmanfaat penerapanpenerapan ITFITF:1. Kebijakan moneter lebih secara jelas terfokus,2. Komunikasi, transparansi, dan akuntabilitas diperkuat,3. Membantu dalam menurunkan/mengarahkan ekspektasi

inflasi dan lebih baik dalam mengatasi kejutan inflasi,4. Membantu dalam menurunkan volatilitas output dalam

jangka menengah,5. Teruji dalam menghadapi kejutan ekonomi yang kurang

menguntungkan,6. Relatif fleksibel dalam mengakomodasi kejutan inflasi

temporer yang tidak mengganggu pencapaian sasaran inflasi jangka menengah, dan

7. Sejalan dengan independensi bank sentral dalam melaksanakan kebijakan moneter.

Inflation Targeting Framework:Apa dan Kenapa?

8

Sejak tahun 2000, dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 BI telah menentukan dan mengumumkan sasaran inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter. Dengan amandemen UU Bank Indonesia No. 3 Tahun 2004, Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK untuk tahun 2005, 2006, dan 2007.

• BI telah menempuh sejumlah langkah dalam memperkuat persyaratan untuk penerapan ITF, termasuk:– Pengembangan indikator, riset, pemodelan ekonomi

untuk dasar analisis, prakiraan, dan perumusan kebijakan.– Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebagai proses perumusan

kebijakan moneter.– Pengembangan laporan dan strategi komunikasi untuk

transparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter kepada publik.

Kerangka Kerja Sebelumnya:Inflation Targeting Lite

9

Akan tetapi selama ini operasi moneter masih menggunakan uang primeruang primer (base money) sebagai sasaran operasional. Cara ini dirasakan semakin tidak sejalan dengan penerapan kebijakan moneter dengan ITF, terutama karena:1. Hubungan antara uang primer dengan inflasi dan

pertumbuhan ekonomi semakin tidak stabil dan mengalami hubungan terbalik.

2. Sinyal kebijakan moneter kepada pasar dan masyarakat kurang efektif,

3. Respon kebijakan moneter cenderung mengarah ke belakang (backward looking) dan lebih sulit dilakukan.

4. Uang primer lebih sulit dikendalikan oleh bank sentral karena perilaku permintaan uang kartal masyarakat di Indonesia.

• Dalam literature, Indonesia dikategorikan sebagai negarayang menerapkan Inflation Targeting Inflation Targeting LiteLite.

Kerangka Kerja Saat Ini:Inflation Targeting Lite

10

EmpatEmpat elemenelemen mendasarmendasar dalam langkah-langkahpenguatan kerangka kerja kebijakan moneter yang barumulai Juli 2005 agar konsisten dengan penerapan ITF:1. Penggunaan suku bunga (disebut BI RateBI Rate) sebagai

reference rate dalam pengendalian moneter, sebagaipengganti sasaran operasional uang primer.

2. Penguatan proses perumusan kebijakan moneter dengan kebijakan moneter dengan strategi antisipatifstrategi antisipatif (forward looking strategy) dalam mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi ke depan.

3.3. SStrategi komtrategi komuunnikikasiasi yang lebih transparan untuk memperkuat sinyal kebijakan moneter kepada pasar dan upaya pembentukan ekspektasi inflasi.

4. Penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintahkoordinasi kebijakan dengan Pemerintahuntuk meminimalkan tekanan inflasi dari kenaikan administered prices dan volatile foods maupun untuk sinergi kebijakan ekonomi secara keseluruhan.

Kerangka Kerja Baru:Empat Elemen Mendasar

11

Inflation Targeting:“A Framework, Not A Rule”

OPERASIMONETER

RESPONKEBIJAKAN

INDIKATORKEBIJAKAN

SASARAN AKHIR

SASARANINFLASI

• Social welfare• Optimal: Inflation-

output tradeoff• Pengaruh ekspektasi

OUTPUT GROWTH

PRAKIRAANINFLASIBI RATEInstrumen

Moneter

• Determinan inflasi• Keterkaitan antar

variabel ekonomi• Transmisi moneter

Model, riset, statistik, expert opinion, judgement KREDIBILITAS

KEBIJAKAN

• Liquidity management

• Instrumen: SBI, FTO, dll.

• Stabilisasi nilai tukar• Kebijakan moneter lain• Kebijakan perbankan

Koordinasi Pemerintah

KOMUNIKASI KEBIJAKAN• Komitmen & Konsistensi• Pembentukan ekspektasi

+

+

12

Kerangka kerja yang baru tidaktidak berarti bahwa kebijakan berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomimoneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi.

Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balancestriking the optimal balance) dalam pencapaian sasaran inflasi tetap dipertahankan, a.l. mengingat masih adanya berbagai faktor ketidakpastian di dalam perekonomian Indonesia, baik yang disebabkan oleh gejolak eksternal maupun domestik. Langkah-langkah penguatan kebijakan moneter tersebut diperlukan untuk menurunkan dan mengarahkan ekspektasi inflasi ke arah sasaran yang ditetapkan, mampu mengatasi kejutan inflasi secara lebih baik, maupun untuk menurunkan volatilitas output dalam jangka menengah. Kebijakan moneter tetap akan fleksibel dalam mengakomodasi kejutan-kejutan inflasi temporer tanpa mengganggu pencapaian sasaran inflasi jangka menengah.

Kerangka Kerja Baru:Empat Elemen Mendasar

13

Determinan Inflasi di Indonesia

2004

0.72 (9%)

-0.13 (2%)

7.00 (89%)

Ekspektasi Nilai Tukar Output Gap

20013.4

6.2

2.9

Inflas i Inti A dm inis tered V olatile Food

27%

50%

23%

20041.1

1.3

4

Inflasi Inti Administered Volatile Food

63%20%

17%

2001

7.90 (74%)

1.34 (12%)

-1.55 (14%)

Ekspektasi Nilai Tukar Output Gap

Disamping inflasi inti, inflasi IHK di Indonesia banyak dipengaruhi olehkenaikan administered prices dan volatile foods,

Inflasi inti banyak dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi yang cenderungbersifat adaptif (inertia).

14

Respon Kebijakan Moneter:BI Rate

Tujuan dan Bentuk Respon Kebijakan Moneter• Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk

mengarahkan agar pergerakan inflasi dan ekonomi kedepan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasiyang telah ditetapkan (konsistensikonsistensi).

• Dengan kerangka kerja yang baru, mulai Juli 2005 suku mulai Juli 2005 suku bunga BI Ratebunga BI Rate dipergunakan sebagai sinyal respon kebijakan moneter Bank Indonesia.

•• BentukBentuk responrespon kebijakankebijakan monetermoneter dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI Rate. Perubahan BI RatePerubahan BI Rate dilakukan terutama jika deviasi proyeksi inflasi terhadap targetnya (inflation gap) dipandang telah bersifat permanen dan konsisten dengan informasi dan indikator lainnya.

• Perubahan (kenaikan atau penurunan) BI Rate dilakukan secara konsisten dan bertahap dengandengan kelipatankelipatan 25 bps25 bps.

15

Konsisten terhadap sasaran yang telah ditetapkan.Judgment Dewan Gubernur dengan suatu policy rule digunakan sebagai guidence dan pertimbangan lain.Menghindari time inconsistency.

Berjanji mencapaiinflasi 5%

di thn 2007

Inflasi2007: 5%

Inflasi2007 : >5%

Kebijakan moneterkonsisten

Mengakomodasi pertumbuhanekonomi yang lebih tinggi

Waktu sekarang Y.a.d

Respon Kebijakan Moneter:BI Rate

16

Respon Kebijakan Moneter:BI Rate

Fungsi BI Rate sebagai Sinyal KebijakanBI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulansuku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter.BI Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneteracuan dalam operasi moneteruntuk mengarahkan agar RRT Suku Bunga SBI 1 bulan hasil lelang OPT berada di sekitar BI Rate. Dasar pertimbangan pemilihan SBI 1 bulan:

1. SBI satu bulan telah dipergunakan sebagai benchmark oleh perbankan dan pelaku pasar dalam berbagai aktivitasnya.

2. Penggunaan SBI satu bulan akan memperkuat sinyal respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

3. Dengan perbaikan kondisi perbankan dan sektor keuangan, SBI satu bulan terbukti mampu mentransmisikan kebijakan moneter ke sektor keuangan dan ke ekonomi.

Selanjutnya suku bunga SBI 1 bulan diharapkan mempengaruhisuku bunga PUAB, suku bunga deposito dan kredit, serta suku bunga jangka yang lebih panjang.

17

Transmisi Kebijakan Moneter

SBI

FTO

RR

SterilisasiValas

MoneyMarket

Liquidity

Indikator:• Suku Bunga PUAB• Kondisi likuiditas

Suku Bunga

Kredit

Harga Aset

Nilai Tukar

NeracaPerusahaan

Ekspektasi

PenawaranDomestik

PermintaanDomestik

Indikator:• M1, M2• Kredit Bank• Realisasi Kredit

Indikator:•Suku Bunga Depostio•Suku Bunga Kredit•IHSG•Index Harga Aset•Nilai Tukar Rp•Utang Perusahaan•Aliran Kas Perusahaan•Survey

OutputGap

TekananInflasi Domestik

TekananInflasi LN

Indikator:Indeks HargaBarang Impor

Indikator:• Survey• Leading Indicator• Policy Severity

Inflasi

Indikator:• Inflasi IHK• Inflasi Inti• Harga Aset• Harga lainnya

BI Rate

18

Proses Penetapan Respon Kebijakan Moneter:• Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dalam RDG RDG

triwulanantriwulanan (Januari, April, Juli, dan Oktober) untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan). Apabila diperlukan, perubahan BI Rate dapat dilakukan dalam RDG bulanan.BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernurditetapkan oleh Dewan Gubernur dengan mempertimbangkan:– rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi

kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi, dan

– berbagai informasi lainnya seperti leading indicators, survei, informasi anekdotal, variabel informasi, expert opinion, asesmen faktor risiko dan ketidakpastian serta hasil-hasil riset ekonomi dan kebijakan moneter.

BI Rate diumumkan ke publik segeradiumumkan ke publik segera setelah ditetapkan dalam RDG sebagai sinyal stance kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia secara lebih jelas.

Respon Kebijakan Moneter:BI Rate

19

• Dengan kerangka kerja yang baru, secara internal proses perumusan kebijakan moneter di BI diperkuat dengan strategi strategi antisipatifantisipatif (forward looking strategy) dalam mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi ke depan.

• Dalam setiap RDG RDG triwulanantriwulanan dilakukan asesmen menyeluruhasesmen menyeluruhterhadap kondisi makroekonomi, prakiraan inflasi, dan penentuan respon kebijakan moneter

• Dalam RDG bulananRDG bulanan yang lain, reviewreview atas perkembangan inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter dan likuiditas di pasar dilakukan untuk memonitor dan menilai apakah sesuai dengan prakiraan yang dilakukan dalam RDG triwulanan.

• Untuk mendukung proses perumusan kebijakan moneter oleh Dewan Gubernur, kualitas analisis dan prakiraan terus ditingkatkan. Di samping sejumlah indikator, survey, riset, dan pemodelan ekonomi di tingkat nasional, juga Kajian Ekonomi Regional (KER) di KBI berbagai daerah.

Proses Perumusan Kebijakan Moneter:Strategi Antisipatif

20

•• Pengelolaan ekspektasi inflasiPengelolaan ekspektasi inflasi sangat penting dalam kerangka kerja kebijakan moneter yang baru. – Semakin penting di Indonesia mengingat besarnya pengaruh

ekspektasi inflasi sebagai faktor penyebab inflasi– Perilaku ekspektasi inflasi sangat bersifat adaptif, lebih

ditentukan oleh inflasi yang telah terjadi (inertia) dan belum mendasarkan pada sasaran inflasi yang telah ditetapkan Pemerintah.

•• TTujuan utamaujuan utama dari penguatan strategi komunikasi adalah untuk membantu secara bertahap menurunkan dan mengarahkan ekspektasi inflasi di masyarakat ke sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

• Selain pengumuman keputusan RDG secara reguler, penguatan strategi komunikasi dilakukan melalui penerbitan Laporan Kebijakan MoneterLaporan Kebijakan Moneter secara triwulanan.

• Strategi komunikasi lain yang lazim dipraktekkan bank-bank sentral yang menerapkan ITF juga akan dilakukan.

Strategi Komunikasi:Lebih Transparan

21

Komunikasi Kebijakan Moneter

CONSISTENT POLICY

RESPONSE

SMARTCOMMUNICATION

STRATEGY

POLICY CREDIBILITY

PRINSIP DASAR:

INFLATION EXPECTATION

= TARGET

+ =

Time to build credibility? ?

IMMEDIATE KEY ACTIONS:Penjelasan kerangka kerja dan metode perumusan dan pelaksanaankebijakan moneter yang baru.Kepastian jadwal RDG, khususnya RGD Triwulanan, untuk pengumumanoutlook inflasi dan respon kebijakan moneter yang ditempuh.Press conference oleh Gubernur segera setelah RDG Triwulanan untukpenjelasan respon kebijakan moneter (dan Siaran Pers untuk setiapkeputusan RDG Bulanan).Penerbitan “Laporan Kebijakan Moneter” (“Inflation Report”).

22

• Koordinasi kebijakan dengan Pemerintah yang selama ini telah berjalan erat akan diteruskan dan ditingkatkanditeruskan dan ditingkatkan. Disamping untuk meminimalkan besarnya tekanan inflasi yang berasal dari kenaikan administered prices dan volatile foods, koordinasi kebijakan sangat penting untuk penguatan sinergi dalam pengelolaan ekonomi secara keseluruhan.

• Untuk koordinasi dalam penetapan, pemantauan, dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Timmembentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Tim telah menyusun roadmap langkah-langkah koordinasi kebijakan antara instansi Pemerintah terkait dan Bank Indonesia untuk peningkatan pengendalian inflasi ke depan.

• Koordinasi kebijakan juga dilakukan melalui pertemuan pertemuan berkala antara Menteriberkala antara Menteri--Menteri di bidang perekonomian dan Menteri di bidang perekonomian dan Dewan Gubernur Bank IndonesiaDewan Gubernur Bank Indonesia. Pertemuan dimaksud membahas berbagai permasalahan dan sinergi kebijakan yang diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memperkuat stabilitas makroekonomi.

Koordinasi Kebijakan dengan Pemerintah:Lebih Erat

23

Konsep Operasi MoneterKonsep Operasi Moneter

Operasi moneter dilakukan untuk mengatur jumlah likuiditas dan ditujukan untuk mendukung krediblitas BI Rate yang sudahditetapkan:

OPT Reguler utama (lelang SBI 1 bulan secara mingguan) diarahkanagar rate hasil lelang memiliki deviasi yang minimal dari BI Ratetermasuk agar incoming bid rates semakin konvergen ke level BI Rate

OPT yang lain (lelang SBI 3 bulan, FASBI, FTK dan FTE) diarahkan untukmenjaga struktur suku bunga pasar uang jangka pendek yang wajar

mewujudkan pasar uang yang efisien dan mengurangi perilakuspekulatif (arbitrage) dilakukan secara bertahap !

Prosedur dan mekanisme pelaksanaan lelang SBI (termasuk besarnya incremental bid ratelelang) tidak berbeda dengan praktik yang berjalan selama ini.

24

DenganDengan BI RateBI Rate::

Penetapan hasil lelang SBI dan pengumuman rate SBI hasil lelang

Penyampaian ‘bidding rate’ SBI oleh para peserta lelang SBI sesuai strategi masing-masing berdasarkan level BI Rate

Stakeholders lain

Peserta OPT (Lelang SBI)

Pengumuman arah kebijakan - berdasarkan Keputusan RDG yang diumumkan setiap bulan – yang diwakili oleh berubah /tidaknya level BI Rate arah kebijakan suku bungadiumumkan secara jelas / transparan

Bank Indonesia

Rate (RRT) hasil lelang SBI pada setiap kali lelang SBI tidak lagidiinterpretasikan oleh stakeholders lain sebagai ‘sinyal’ kebijakan BI

PerubahanPerubahan Signaling Signaling SukuSuku BungaBunga

25

SUKU BUNGA

waktu

• BI Rate (Rate yang diumumkan BI – sebagai bagian dari komunikasi BI

dalam menyampaikan responkebijakan moneter)

RDG 1 RDG 2

8.50

BATAS BAWAH(O/N)

BATAS ATAS(O/N)

PUAB O/N Aktual

Instrumen Kontraksi Likuiditas

Instrumen Ekspansi Likuiditas

Rate RRT SBI 1 m

KORID

OR S

UKU

BU

NG

A

Catatan:• Penetapan lebar koridor suku bunga sesuai dengan toleransi terhadap volatilitas suku

bunga PUAB• FTO dilakukan agar suku bunga di pasar berada dalam koridor dan sejalan dengan

struktur suku bunga yang diinginkan (yang wajar)

• BI Rate menjadi acuan dalam lelang mingguan SBI 1 bulan dengan

variable rate tender

Konsep Konsep StrukturStruktur SukuSuku BungaBunga

26

Tahapan Implementasi :Contoh Pengumuman Rencana Lelang SBI

Tahapan Implementasi :Contoh Pengumuman Rencana Lelang SBI

Pengumuman Rencana Lelang SBI 1 bulan

Berdasarkan proyeksi perkembangan likuiditas periode minggu pertamabulan Juli 2005, Bank Indonesia akan melaksanakan lelang SBI 1 bulan padahari Rabu tanggal 6 Juli 2005 sebagai berikut:

Target indikatif : Rp 16 triliunJangka waktu : 28 hariTanggal Setelmen : 7 Juli 2005Jatuh waktu : 4 Agustus 2005Metode lelang : Variable rate tenderMetode alokasi : Multiple price allotment

BI Rate berdasarkan keputusan Dewan Gubernur tanggal 5 Juli 2005 adalah sebesar 8,50 %

Jakarta, 5 Juli 2005Direktorat Pengelolaan Moneter

BANK INDONESIA

27

BI rate dan aktual lelang SBI

8.2500

8.5000

8.7500

9.0000

9.2500

9.5000

9.7500

10.0000

6-Jul 13-Jul 20-Jul 27-Jul 3-Aug 10-Aug 16-Aug 24-Aug 31-Aug

RRT BI Rate SOR

%

Lelang SBI tenor 1 bulan diharapkan mengikuti arah BI Rate

28

Key Message

Mulai Juli 2005 Bank Indonesia mengimplementasikan kerangka kerja kebijakan moneter yang baru konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF)Empat elemen mendasar dalam kebijakan yang baru:

1. penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate,

2. proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif,3. strategi komunikasi yang lebih transparan, dan 4. penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah.

Ditujukan untuk meningkatkan efektifitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.

29

• Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat mendasar dalam mencapai pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.

• Kerangka kerja kebijakan moneter yang baru yang ditempuh Bank Indonesia merupakan bagian integral dan berperan penting dalam langkah-langkah penguatan untuk mencapai kestabilan hargatersebut.

• Kerangka kerja yang baru tersebut tidak saja akan meningkatkan efektivitas dan good governance kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia, tetapi juga semakin mempererat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah.

Kesimpulan : Langkah Penguatan Kebijakan Moneter

30

Respon Kebijakan Moneter

BI Rate dinaikkan 50 bps menjadi 10,0%.Untuk mengoptimalkan penyerapan ekses likuiditas, FTK O/N perlu terus dilanjutkan.Intervensi valas khususnya untuk memenuhi kebutuhanPertamina perlu dilanjutkan.

Koordinasi dengan pemerintah semakin ditingkatkan.

Sekian dan Terima Kasih