24
KESEHATAN INFOBPJS MEDIA INTERNAL BPJS KESEHATAN EDISI 73 SEMUA RUMAH SAKIT SUDAH HARUS TERAKREDITASI 1 JULI 2019

INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

  • Upload
    others

  • View
    32

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

K E S E H A T A N

I N F O B P J S

MEDIA INTERNAL BPJS KESEHATAN EDISI 73

SEMUA RUMAH SAKIT

SUDAH HARUS TERAKREDITASI

1 JULI 2019

Page 2: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan
Page 3: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

BPJS Kesehatan, dan ketentuan persyaratan diatur dalam

peraturan menteri. Akreditasi rumah sakit juga menjadi

salah satu syarat rumah sakit untuk memperpanjang kerja

sama dengan BPJS Kesehatan.

Pada tanggal 4 Januari 2019, mengacu pada surat

Menteri Kesehatan Nomor HK.03.01/Menkes/18/2019

tentang Perpanjangan Kerja Sama RS dengan BPJS

Kesehatan, kami melakukan seleksi dan rekredensialing

terhadap rumah sakit yang telah bekerja sama dengan

BPJS Kesehatan. Hasilnya, terdapat sejumlah rumah

sakit yang tidak memenuhi syarat, salah satunya karena

akreditasi. Dengan berbagai pertimbangan serta agar

pelayanan terhadap pasien peserta JKN-KIS tidak terhenti,

Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan bersepakat

untuk memperpanjang kerja sama dengan rumah sakit

tersebut serta memberikan kesempatan sampai dengan

30 Juni 2019 untuk menyelesaikan proses akreditasi.

Kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya

oleh rumah sakit.

Akreditasi menjadi syarat yang penting untuk dipenuhi

oleh rumah sakit karena selain bertujuan menjamin mutu

layanan kesehatan kepada masyarakat, akreditasi juga dapat

menjadi bukti bahwa rumah sakit memiliki komitmen untuk

memberikan layanan yang paripurna dan sesuai standar.

Kami berharap, rumah sakit yang belum menyelesaikan

proses akreditasi dapat segera menyelesaikannya, sehingga

tercipta akses yang luas bagi peserta JKN-KIS untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan.

Melalui CEO Message ini, saya juga menyampaikan

apresiasi kepada rumah sakit yang sudah menyediakan

sarana, prasarana sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan serta memberikan komitmen tinggi dalam

melayani peserta JKN-KIS. Semoga komitmen untuk

memberikan layanan yang terbaik, berkualitas dan tanpa

diskriminasi dapat terus kita implementasikan, sehingga

dapat mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera.

Fachmi Idris

Ceo Note

Manajemen telah menetapkan Visi

BPJS Kesehatan Tahun 2016-

2021 yaitu Terwujudnya Jaminan

Kesehatan yang Berkualitas

dan Tanpa Diskriminasi.

Penggunaan kata berkualitas

pada visi tersebut sama sekali

tidak menggeser makna kesinambungan secara finansial. Berkualitas dalam konteks ini merupakan suatu kesatuan,

baik kualitas pelayanan, kualitas pembiayaan serta kualitas

keberlangsungan finansial.

Penekanan kami pada tahun ini terdapat pada kalimat Tanpa

Diskriminasi. Jika kita lihat, makna Tanpa Diskriminasi

lebih luas dari sekedar gotong royong yang berkeadilan.

Karena jika kita berbicara tentang tanpa diskriminasi, kita

bicara juga tentang landasan undang-undang yaitu prinsip

ekuitas dan prinsip asuransi sosial. Jika kita bicara ekuitas,

semua orang punya hak yang sama untuk mendapatkan

pelayanan tanpa melihat besarnya iuran. Dalam arti yang

lebih luas, kami ingin memastikan bahwa hak-hak peserta

dilaksanakan dengan sangat baik oleh mitra kami. Inilah

pemahaman tentang Tanpa Diskriminasi.

Wujud kalimat Berkualitas dan Tanpa Diskriminasi dalam

Visi BPJS Kesehatan salah satunya hadir dalam bentuk

kebijakan akreditasi rumah sakit. Sebagai mitra BPJS

Kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan tingkat

lanjut kepada peserta JKN-KIS, rumah sakit berkewajiban

untuk memiliki akreditasi dan memenuhi standar-standar

pelayanan yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk

memastikan kelayakan serta mutu layanan kesehatan yang

diberikan.

Kebijakan terkait akreditasi telah diatur dalam Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017 tentang

Akreditasi RS serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

99 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan

Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional. Regulasi

ini semakin diperkuat lagi melalui Peraturan Presiden

82 tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan. Pasal 67

Perpres 82 tersebut menyebutkan untuk faskes yang

memenuhi persyaratan dapat menjalin kerja sama dengan

Rumah Sakit Terakreditasi, Wujudkan Jaminan Kesehatan yang Berkualitas Tanpa Diskriminasi

Page 4: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

KILAS & PERISTIWA

5

FOKUS

6

PELANGGAN

12

akereditasi rs tergantung

komitmen

14

BENEFIT

18INSPIRASI

19

SEHAT & GAYA HIDUP

SALAM REDAKSI

PERSEPSI

DAFTAR ISI

BINCANG

10 20

BULETIN DITERBITKAN OLEH BPJS KESEHATAN :

Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940

TESTIMONI16

begini aturan baru selisih biaya program jkn-kis

olahraga malam hari, amankah?

Pembaca Setia Media Info BPJS Kesehatan,

Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi faskes untuk lulus kredensialing adalah memiliki sertifikat akreditasi.

Akreditasi merupakan bentuk pengakuan pemerintah terhadap manajemen RS karena telah memenuhi standar yang

ditentukan. Tujuan kredensialing adalah untuk menjamin dan memastikan pelayanan kesehatan yang diperoleh pasien

JKN-KIS bermutu dan aman.

Seperti apa implementasi pelaksanaan pemenuhan standar pelayanan kesehatan bagi fasilitas kesehatan yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, rubik FOKUS akan mendalaminya. Akreditasi rumah sakit juga merupakan

sebuah proses penilaian dan penetapan kelayakan RS berdasarkan standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh

lembaga independen, yaitu Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Dalam rubrik BINCANG Info BPJS Kesehatan juga

berkesempatan mewawancarai Ketua KARS, yang akan menjelaskan seperti apa proses akreditasi yang harus dijalani

oleh rumah sakit.

Kami menyadari, untuk meningkatkan kualitas informasi yang ada dalam media ini kami masih membutuhkan

masukan dan kritik dari pembaca sekalian. Kami ucapkan terima kasih kepada pembaca yang budiman, atas atensi

dan masukan membangun sehingga diharapkan media ini terus menjadi sarana komunikasi yang efektif bagi BPJS

Kesehatan dan masyarakat serta pembaca sekalian. Selamat beraktivitas.

Redaksi

Akreditasi RS Untuk Pelayanan Kesehatan Bermutu dan Aman

OPTIMALISASI MANAJEMEN KLAIM DAN STRATEGIC PURCHASING BPJS

KESEHATAN TEKEN MOU DENGAN HIRA KORSEL

Akreditasi RS Jamin Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien

SEBELUM 1 JULI 2019 Semua RS Sudah Harus Terakreditasi

Hadapi Revolusi Industri 4.0, BPJS Kesehatan Luncurkan Layanan

Mandiri Badan Usaha

KERAMAHAN DOKTER DAN PERAWAT Jadi Penyemangat Pasien

Akreditasi Mendorong RS Utamakan Mutu dan Keselamatan Pasien

Jamin Kualitas Layanan Faskes Provider BPJS Kesehatan,

Cukupkah Hanya dengan Akreditasi?

PENGARAH Fachmi Idris PENANGGUNG JAWAB Mira Anggraini PEMIMPIN UMUM Irfan Humaidi PENASIHAT

Nasihin Masha PEMIMPIN REDAKSI M.Iqbal Anas Ma’ruf SEKRETARIAT Rini Rahmitasari, Paramita Suciani REDAKTUR

Elsa Novelia, Widianti Utami, Sri Wahyuningsih, Dede Chandra S, Upik Handayani, Angela Dian, Tati Haryati Denawati, Juliana Ramdhani, Diah

Ismawardani, Ranggi Larissa Izzati, Darusman Tohir, Alhafiz DISTRIBUSI & PERCETAKAN Gusti Ngurah Catur Wiguna, Erry Endri, Asto

Bawono, Muhammad Arsyad, Imam Rahmat Muhtadin, Eko Yulianto

Page 5: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATANEDISI 73 5

KILAS & PERISTIWA

Seoul - BPJS Kesehatan menandatangani Nota

Kesepahaman dengan The Health Insurance Review

And Assessment Service (HIRA) Republik Korea tentang

Kerjasama Di Bidang Asuransi Kesehatan Sosial, di

Seoul Jumat (05/04). HIRA adalah lembaga yang ditunjuk

pemerintah Korea Selatan untuk melaksanakan review

dan penilaian biaya kesehatan.

“Nota kesepahaman ini merupakan bagian dari upaya

optimalisasi dan pembenahan sistem jaminan kesehatan

sosial khususnya jaminan kesehatan di Indonesia.

Dalam bauran kebijakan pengendalian defisit JKN,

salah satu yang menjadi sorotan adalah optimalisasi

manajemen klaim dan mitigasi fraud serta memperkuat

peran BPJS Kesehatan dalam strategic purchasing

melalui pengembangan model pembiayaan dan sistem

pembayaran kepada fasilitas kesehatan. Melalui nota

kesepahaman ini diharapkan ada hal yang dapat kita

adopsi untuk mengoptimalkan dua hal tersebut,” ujar

Direktur Kepatuhan, Hukum dan Hubungan Antar

Lembaga BPJS Kesehatan, Bayu Wahyudi,

Penandatanganan MoU ini dilaksanakan oleh Jongsu

Ru selaku perwakilan Penilaian Asuransi Kesehatan

Republik Korea (HIRA). Adapun ruang lingkup Nota

Kesepahaman adalah Pengembangan Sistem Klaim

Digital dan Pengembangan Sistem Pembayaran kepada

Provider. Bentuk kerja sama berdasarkan MoU ini

dalam bentuk berikut berbagi keahlian, informasi, dan

pengalaman, menyelenggarakan seminar bersama,

konferensi, workshop, dan pertemuan tingkat profesional

lainnya serta melakukan penelitian bersama, pelatihan,

konsultasi, dan publikasi.

“Sesuai dengan perundangan BPJS Kesehatan diberi

kewenangan untuk mengembangkan model pembiayaan

dan sistem pembayaran kepada fasilitas kesehatan.

Implementasinya dituangkan dalam kontrak kerjasama

dengan fasilitas kesehatan dengan harapan fasilitas

kesehatan akan memberikan pelayanan yang lebih

efektif, efisien namun mutu kualitas layanan kesehatan

tetap terjaga. Untuk mengimplementasikannya

memerlukan regulasi pendukung. Ini akan menjadi upaya

kita, strategic purchasing seperti apa yang akan kita

kembangkan ke depan, sehingga efektifitas pembiayaan

pelayanan kesehatan dalam Program JKN-KIS makin

optimal,” jelas Bayu.

Jakarta, Jamkesnews - BPJS Kesehatan dilirik lembaga

penelitian internasional ternama, Institute for Health

Metrics and Evaluation (IHME) University of Washington,

untuk melakukan kolaborasi penelitian bersama di bidang

kesehatan. Sebagai penyelenggara jaminan kesehatan

dengan jumlah peserta terbanyak sedunia, angka

pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tercatat selama

lima tahun BPJS Kesehatan beroperasi, juga bisa dikaji

lebih dalam guna memproyeksi tren penyakit ke depan.

Dengan demikian, pembiayaan JKN-KIS bisa dialokasikan

untuk upaya pencegahan penyakit tersebut.

Direktur Institute for Health Metrics and Evaluation

(IHME) University of Washington Prof. Christopher

Murray mengatakan, terjadi pergeseran tren penyakit di

Indonesia selama 27 tahun terakhir. Ia mengungkapkan,

kolaborasi penelitian di bidang kesehatan bersama BPJS

Kesehatan diharapkan dapat membantu memprediksi

tren penyakit di masa yang akan datang, sehingga

upaya promotif dan preventif bisa dipersiapkan sejak

dini. Selain itu, juga untuk memetakan pola persebaran

penyakit di daerah-daerah Indonesia, sehingga upaya

promotif preventif yang dilakukan berjalan efektif sesuai

dengan kondisi dan karakteristik masing-masing daerah.

Sementara itu, Direktur Utama BPJS Kesehatan

mengatakan, pihaknya siap turut serta dalam kolaborasi

penelitian di bidang kesehatan bersama IHME University

of Washington, juga para peneliti dan akademisi lainnya

yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

“Kehadiran Program JKN-KIS membawa perubahan

yang signifikan terhadap sistem pelayanan kesehatan

di Indonesia. Tentu kami membutuhkan masukan dari

berbagai pihak, termasuk akademisi dan peneliti, baik dari

dalam negeri maupun dari mancanegara. Kami dengan

senang hati membuka kesempatan untuk berkolaborasi

melakukan riset bersama di bidang kesehatan.

Harapannya, hasil riset tersebut dapat menjadi bahan

evaluasi untuk menyempurnakan pelaksanaan JKN-KIS,”

kata Fachmi.

PENELITI MANCANEGARA JAJAKI KOLABORASI BERSAMA BPJS KESEHATAN

OPTIMALISASI MANAJEMEN KLAIM DAN STRATEGIC PURCHASING BPJS KESEHATAN TEKEN MOU DENGAN HIRA KORSEL

Page 6: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 73 6

F O K U S

Selain kredensialing bagi fasilitas kesehatan

yang baru akan bekerjasama, BPJS Kesehatan

juga melakukan rekredensialing atau evaluasi

kembali faskes yang bekerjasama akan

pemenuhan persyaratan kerjasama secara rutin sebelum

berakhirnya kontrak kerjasama. Hasil rekredensialing

ini akan dijadikan dasar untuk melanjutkan kerjasama.

Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi faskes

untuk lulus kredensialing atau rekredensialing adalah

Untuk bisa bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

dalam memberikan pelayanan kepada pasien

Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia

Sehat (JKN-KIS), sebuah fasilitas kesehatan (faskes)

harus lulus kredensialing. Tujuan kredensialing

adalah untuk memastikan fasilitas kesehatan

yang bekerjasama memenuhi standar yang telah

ditetapkan. Tentu saja fasilitas kesehatan yang lulus

kredensialing akan dapat menjamin dan memastikan

pelayanan kesehatan yang diperoleh pasien JKN-KIS

bermutu dan aman.

Semua RS Sudah Harus Terakreditasi

Akreditasi RS Jamin Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien

SEBELUM 1 JULI 2019

memiliki sertifikat akreditasi. Akreditasi merupakan

bentuk pengakuan pemerintah terhadap manajemen

RS karena telah memenuhi standar yang ditentukan.

Dari hasil rekredensialing selama semester dua tahun

2018 ditemukan sejumlah RS tidak memenuhi syarat

rekredensialing termasuk akreditasi, sehingga BPJS

Kesehatan tidak melanjutkan kontrak kerja sama dengan

fasilitas kesehatan tersebut.

Namun karena berbagai pertimbangan terutama dari

sisi kemanusiaan agar pelayanan kepada pasien tetap

berjalan, maka Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

melalui surat Menteri Kesehatan Nomor HK.03.01/

Menkes/18/2019 tentang Perpanjangan Kerja Sama RS

dengan BPJS Kesehatan tanggal 4 Januari 2019, RS

tersebut diberikan kesempatan sampai 30 Juni 2019

untuk menyelesaikan akreditasi.

“Kami memberi kesempatan kepada RS yang belum

melaksanakan akreditasi untuk melakukan pembenahan

dan perbaikan sesuai dengan ketentuan perundang-

Page 7: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATANEDISI 73 7

FOKUS

Menteri Kesehatan RI

Nila Djuwita Farid Moeloek

undangan sampai dengan akhir Juni 2019,” tegas Menteri

Kesehatan (Menkes) Nila Djuwita Farid Moeloek, dalam

konferensi pers yang digelar di Kantor Kemenkes,

Jakarta, Senin (7/01/2019).

Menkes pun menegaskan, selama proses akreditasi

ini berlangsung hingga Juni 2019, RS yang belum

terakreditasi tetap memberikan pelayanan kepada

pasien JKN-KIS. Agar RS yang belum terakreditasi

tersebut tetap memberikan pelayanan kepada pasien

hingga batas waktu yang diberikan, maka Menkes

mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak

kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada

RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

akreditasi sampai dengan 30 Juni 2019 mendatang.

Data BPJS Kesehatan menyebutkan, hingga Desember

2018 dari total 2.217 RS yang bekerja sama dengan BPJS

Kesehatan, sebanyak 1.759 yang sudah terakreditasi.

Artinya masih ada 458 RS provider BPJS Kesehatan

yang belum terakreditasi hingga akhir 2018. Jumlah ini

terus bergerak karena sebagian RS kebetulan habis masa

berlaku akreditasinya di bulan Desember 2018.

Menkes mengingatkan RS yang belum terakreditasi

untuk memanfaatkan kesempatan yang diberikan agar

segera menyelesaikan akreditasinya. Proses akreditasi

tersebut diserahkan kepada Komite Akreditasi RS (KARS)

dan dipantau oleh Kemenkes. “Kemenkes tidak sendiri,

Ada BPJS Kesehatan, PERSSI, dan KARS yang akan

membantu. Semoga yang belum akreditasi bisa segera

selesai sebelum waktu yang ditentukan,” kata Menkes.

KARS sendiri menyatakan kesanggupannya untuk

melakukan proses akreditasi dimulai dari survei penilaian

hingga mengeluarkan sertifikat akreditasi. Dengan

kapasitas yang ada, KARS mampu melakukan survei

penilaian terhadap 200 RS dalam sebulan, sehingga

dalam waktu 6 bulan KARS optimis semua RS bisa

terakreditasi.

Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris, juga

kembali mengingatkan RS yang belum akreditasi tersebut

untuk tidak menyia-nyiakan waktu yang diberikan.

Sebelum 1 Juli 2019, seluruh RS yang bekerjasama BPJS

Kesehatan harus memiliki sertifikat akreditasi. Jika tidak,

pemutusan kontrak kerja sama dengan BPJS Kesehatan

benar-benar dilakukan. Pasien yang dilayani RS tersebut

akan dipindahkan ke RS lain. Hal ini tentu tidak diinginkan

bersama, terutama RS yang akan kehilangan pasien.

Fachmi mengatakan, tidak semua RS yang dihentikan

kontrak kerja samanya karena masalah akreditasi.

Sebagian di antaranya karena tidak lolos rekredensialing,

tidak beroperasi lagi, dan melakukan wanprestasi

dalam memberikan pelayanan kepada pasien, misalnya

memberlakukan iur biaya, dan lain-lain. Dari jumlah RS

yang tidak dilanjutkan kontrak kerja samanya oleh BPJS

Kesehatan pada 4 Januari 2019 lalu, dua di antaranya

telah terakreditasi, tetapi tidak memenuhi syarat

rekredensialing yang lain. Pasien yang sempat dilayani di

dua RS tersebut dipindahkan ke RS lain.

Kontrak kerja sama yang tidak dilanjutkan terhadap

RS yang tidak memenuhi syarat rekredensialing tidak

dilakukan secara semena-semena atau sepihak. Dalam

prosesnya, BPJS Kesehatan mempertimbangkan

pendapat dinas kesehatan dan asosiasi faskes di sebuah

daerah. BPJS Kesehatan juga melakukan pemetaan

analisis kebutuhan faskes di sebuah daerah untuk

memastikan bahwa penghentian kontrak kerja sama

itu tidak mengganggu pelayanan kepada masyarakat.

Apabila di sebuah daerah jumlah faskes terbatas, maka

BPJS Kesehatan memberikan toleransi untuk tetap

bekerja sama dengan tetap meminta komitmen fasilitas

kesehatan untuk memenuhi persyaratan yang ada.

Tujuannya untuk memastikan pelayanan terhadap pasien

diberikan sesuai standar mutu dan aman bagi pasien.

Kriteria teknis yang menjadi pertimbangan BPJS

Kesehatan untuk menyeleksi faskes yang ingin

bergabung, antara lain sumber daya manusia (tenaga

medis yang kompeten), kelengkapan sarana dan

prasarana, lingkup pelayanan, dan komitmen pelayanan.

Khusus faskes milik swasta wajib memperbaharui

kontraknya setiap tahun. Namun pada dasarnya kontrak

sifatnya sukarela. Hakekat dari kontrak adalah semangat

mutual benefit.

“Dalam proses memperbarui kontrak kerja sama,

dilakukan rekredensialing untuk memastikan benefit

yang diterima peserta berjalan dengan baik sesuai

kontrak selama ini,” ujar Fachmi.

Fachmi menegaskan, pihaknya memberlakukan syarat

kredensialing secara ketat semata-mata untuk melindungi

pasien JKN-KIS dalam memperoleh pelayanan. Apabila

RS ingin melayani pasien JKN-KIS, maka harus memenuhi

syarat dan standar yang ditetapkan pemerintah maupun

BPJS Kesehatan. Termasuk syarat akreditasi sebagai

bentuk pengakuan pemerintah terhadap manajemen RS

yang telah memenuhi standar sebagaimana diwajibkan

peraturan perundang-undangan.

Jadi, manakala ada pemutusan kontrak kerja sama yang

dilakukan BPJS Kesehatan, itu murni karena adanya

syarat-syarat yang tidak dipenuhi oleh RS. Tidak ada

Page 8: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 73 8

kaitannya dengan defisit pembiayaan program JKN-

KIS seperti yang diisukan selama ini. Mismatch antara

penerimaan dari iuran peserta dengan pengeluaran

untuk membayar klaim manfaat yang dinikmati peserta

memang benar terjadi. Tetapi, hingga saat ini pembayaran

klaim layanan tetap dilaksanakan BPJS Kesehatan

sesuai ketentuan yang berlaku. Maksimal 15 hari sejak

dokumen klaim diajukan oleh RS dan memenuhi syarat,

maka BPJS Kesehatan akan membayarnya.

Kalau pun ada yang belum dibayarkan, RS bisa

memanfaatkan skema pembiayaan Supply Chain

Financing (SCF). SCF adalah program yang diinisiasi oleh

BPJS Kesehatan dengan menggandeng sejumlah bank

untuk memberikan pinjaman dana ke RS yang bekerja

sama. Tujuannya agar cash flow RS tetap berjalan lancar.

BPJS Kesehatan sendiri juga dikenai sanksi apabila

menunggak kepada RS berupa denda 1% dari total

tunggakan setiap bulannya.

Tenggat Waktu

Menurut Menkes, ketentuan akreditasi ini bukan sesuatu

yang mendadak. Tenggat waktu yang diberikan untuk

RS melakukan akreditasi sudah cukup, sejak program

JKN-KIS dilaksanakan 1 Januari 2014, dan diperpanjang

hingga 1 Januari 2019. Bahkan Kemenkes telah

mengingatkan RS, kepala daerah dan dinas kesehatan

hingga 12 Desember 2018 untuk segera menyelesaikan

akreditasinya. Namun, sampai batas waktu yang

diberikan ternyata masih ada RS yang sama sekali tidak

terakreditasi atau pun belum memperbarui akreditasinya

yang sudah habis masa berlaku.

Menkes menegaskan, setelah 30 Juni 2019 apabila masih

ada RS yang bekerja sama BPJS Kesehatan belum juga

terakreditasi, Kemenkes akan mengevaluasinya kembali.

Apabila masalahnya hanya urusan administrasi, maka

Kemenkes akan membantu mempercepat prosesnya.

Tetapi, apabila memang disengaja atau tidak ada upaya

sama sekali dari RS yang bersangkutan, maka Kemenkes

akan mengambil tindakan tegas.

“Kami akan liat permasalahannya di mana. Kalau hanya

soal dokumen, kami tunggu. Tetapi kalau agak vital,

misalnya sama sekali tidak ada upaya atau komitmen,

kami akan tegas. Kami akan tanya, masih mau jalan

(operasional-red) atau tidak,” kata Menkes pada acara

pelantikan Pengurus Pusat Persatuan RS Seluruh

Indonesia (PERSI) periode 2018-2021.

Ada beberapa RS yang belum terakreditasi beralasan

mahalnya biaya untuk memenuhi standar akreditasi.

Menurut Menkes, mendirikan RS tidak seperti

membangun rumah makan. Mestinya pemilik dan

manajemen RS sudah mengetahui dan memahami

adanya prosedural yang harus dipatuhi, termasuk standar

akreditasi.

Menurut Menkes, akreditasi ini sangat tergantung pada

komitmen pemilik dan direktur RS. Tanpa komitmen,

maka sebuah RS akan sulit untuk mendapat akreditasi.

Sebab, banyak hal yang harus dipenuhi. Nyatanya,

sebagian besar atau kira-kira 65% dari RS yang belum

terakreditasi tersebut dikarenakan masalah administrasi.

Hanya sedikit yang mengeluhkan biaya mahal dalam

proses akreditasi dan biaya untuk melengkapi sarana

prasarana. Oleh karena itu, Menkes meminta PERSI

untuk mendorong komitmen RS yang menjadi

anggotanya agar segera memenuhi syarat akreditasi dari

pemerintah.

Selain komitmen pemilik dan direktur RS, luasnya wilayah

Indonesia dan sulitnya kondisi geografis di sebagian

daerah juga menjadi kendala bagi sebagian RS untuk

memenuhi standar akreditasi. Untuk RS di kabupaten

daerah terpencil atau perbatasan tidak bisa diberlakukan

standar akreditasi penuh yang sama dengan RS di Pulau

F O K U S

Page 9: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATANEDISI 73 9

Jawa atau daerah lain yang aksesnya mudah. Untuk RS

di daerah-derah terpencil, seperti di Asmat Papua dan

daerah pelosok lainnya perlu diberikan keringanan, yaitu

hanya memenuhi standar akreditasi dasar.

“KARS nantinya tidak memakai syarat akreditasi penuh.

Cukup hanya 4 syarat dasar saja, kalau itu dipenuhi, kami

anggap kualitasnya sudah cukup untuk melayani,” kata

Menkes.

Akreditasi mencakup hal-hal detil dalam pelayanan.

Misalnya, ruangan intensive care unit (ICU) harus

dilengkapi air conditioning (AC) dan steril untuk mencegah

penularan infeksi. Untuk pengendalian penularan infeksi,

RS juga wajib menyediakan fasilitas cuci tangan di setiap

sudut ruangan. Setiap tenaga RS, perawat, dokter hingga

pengunjung wajib mencuci tangan sebelum dan sesudah

menyentuh pasien.

Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemkes, Bambang Wibowo,

menambahkan, sejauh ini belum ada pengaturan sanksi

bagi RS yang tidak melakukan akreditasi. Namun, RS

tetap terancam tidak boleh melayani pasien JKN-KIS

apabila tidak terakreditasi. Sanksi ini mestinya jadi

pertimbangan pihak RS, mengingat seluruh penduduk

Indonesia akan menjadi peserta JKN-KIS. RS tentu tidak

ingin kehilangan pasien hanya karena tidak memenuhi

prosedur.

Selain itu, RS juga mestinya menyadari bahwa akreditasi

bukan hanya demi keselamatan pasien, tetapi untuk

dokter, tenaga kesehatan lain dan RS itu sendiri. Bagi

pasien, tentu saja mendapatkan pelayanan yang bermutu

dan aman. Bagi dokter dan tenaga kesehatan lainnya

dapat memberikan pelayanan sesuai hak-hak pasien

tanpa harus takut membuat kesalahan atau pelanggaran

yang bisa berakhir pada proses hukum. Demikian

pula RS-nya, dengan pelayanan terstandar dan sesuai

ketentuan, maka potensi untuk terjadi kesalahan dalam

pelayanan bisa diminimalisir.

Ketua PERSI periode 2018-2021, Kuntjoro Adi Purjanto,

mengungkapkan, bersama PERSSI daerah pihaknya

sedang mendiagnosa hambatan yang dihadapi RS

yang belum terakreditasi di semua wilayah. Sejauh ini,

persoalan yang dihadapi RS bukan pada biaya akreditasi,

melainkan lebih kepada persiapan operasional dan

melengkapi sarana RS. Dengan hebohnya isu akreditasi

di bulan Januari 2019 lalu, menjadi momentum bagi RS

untuk mengoreksi diri.

Akreditasi Wajib

Akreditasi merupakan bentuk perlindungan pemerintah

terhadap masyarakat dalam mendapatkan pelayanan

kesehatan yang bermutu dan aman sebagaimana amanat

UUD 1945 Pasal 28H ayat 1. Wajib akreditasi diamanatkan

UU 44/2009 tentang RS. Kemudian diatur lebih lanjut

dalam Permenkes 56/2014 tentang Klasifikasi dan

Perijinan RS, Permenkes 34/2017 tentang Akreditasi RS,

dan Permenkes 71/2013 tentang Pelayanan Kesehatan

pada JKN. Permenkes 71 diubah menjadi Permenkes

99/2015. Aturan ini diperkuat lagi dalam Perpres 82 tahun

2018 tentang Jaminan Kesehatan. Di pasal 67 Perpres

82 tersebut menyebutkan untuk faskes yang memenuhi

persyaratan dapat menjalin kerja sama dengan BPJS

Kesehatan, dan ketentuan persyaratan diatur dalam

peraturan menteri.

Menteri Kesehatan mengatakan, untuk menjamin mutu

pelayanan yang baik dan keselamatan pasien harus

dibuktikan melalui akreditasi. Mutu pelayanan RS adalah

dimensi yang sangat strategis untuk mencapai Universal

Health Coverage (UHC) dan Sustainable Development

Goals (SDGs), yakni kehidupan sehat dan sejahtera.

“Berbagai bukti pelayanan kesehatan bemutu rendah

akan berbahaya bagi pasien serta membuang uang

dan waktu. Ini (mutu) yang harus dijaga betul, mutu

pelayanan, kita tidak boleh memberikan mutu yang

buruk,” kata Menteri Kesehatan saat meresmikan

penyerahan sertifikat akreditasi ISQUA yang kedua untuk

organisasi KARS dan sertifikat akreditasi ISQUA yang

pertama untuk Standar Nasional Akreditasi RS (SNARS)

Edisi 1, di Jakarta, baru-baru ini.

Di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), seluruh

RS dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan,

sehingga mampu bersaing dengan faskes PMA di

Indonesia maupun di luar negeri. Akreditasi RS sangat

penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat

terhadap kualitas layanan RS di Indonesia. Dengan

kualitas yang kompetitif dengan negara maju, diharapkan

orang kaya Indonesia tidak perlu berobat ke negara lain,

seperti Singapura, Malaysia, dan Australia. Devisa negara

ikut keluar ke negeri orang. Padahal apa yang dibutuhkan

dari pelayanan kesehatan di luar negeri itu sebetulnya

ada juga di Indonesia. Kemampuan dokter dan dokter

spesialis di dalam negeri tidak kalah handalnya. Tetapi,

kualitas pelayanan itu perlu dibuktikan sehingga

meningkatkan kepercayaan masyarakat. Salah satu

buktinya adalah dengan terakreditasi.

FOKUS

Page 10: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 73 10

B I N C A N G

Tergantung KomitmenAKREDITASI RS Ketua Komisi Akreditasi Rumah Sakit, Dr. dr. Sutoto

Page 11: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATANEDISI 73 11

BINCANG

Akreditasi rumah sakit

(RS) merupakan sebuah

proses penilaian dan

penetapan kelayakan RS

berdasarkan standar pelayanan

yang telah ditetapkan oleh

lembaga independen, yaitu Komisi

Akreditasi Rumah Sakit (KARS).

Awalnya standar akreditasi RS

mulai ditetapkan 1995. Seiring

pekembangan dunia kesehatan,

standar akreditasi RS diperbarui

menjadi standar akreditasi versi

2012 yang disusun dan ditetapkan

pada tahun 2012.

Dengan melihat pola tuntutan

pelayanan RS yang semakin

meningkat dan potensi

pengembangan standar akreditasi

yang diberlakukan untuk nasional,

maka pada akhir 2017 KARS

menetapkan kebijakan baru

mengenai Standar Akreditasi

Rumah Sakit (SNARS) edisi 1. RS

yang bekerja sama BPJS Kesehatan

wajib terakreditasi, sebagai salah

satu persyaratan wajib dalam

kredensialing. Apa saja persiapan

RS untuk dapat akreditasi? Berikut

kutipan wawancara Media Info BPJS

Kesehatan dengan Ketua KARS, Dr.

dr. Sutoto, di Jakarta, baru-baru ini.

Sebelum bicara soal bagaimana

RS harus terakreditasi, bisakah

Bapak gambarkan sedikit soal

KARS ?

KARS mendapatkan sertifikasi

internasional SNARS dari ISQUA

atau International Society for Quality

in Health Care, yaitu lembaga

akreditasi dunia yang melakukan

akreditasi untuk lembaga akreditasi

di seluruh dunia. KARS telah

mendapatkan tiga sertifikat ISQUA

dari segi kelembagaan, surveyor,

dan standar akreditasi. Artinya

KARS sebagai badan akreditasi

telah mendapat pengakuan sebagai

lembaga akreditasi internasional.

Karena itu, dalam melakukan

akreditasi RS telah memiliki kualitas

akreditasi yang sama dengan

lembaga akreditasi terkenal dunia

lainnya.

Artinya lagi RS yang terakreditas

KARS di dalam negeri tidak kalah

bersaing dengan RS di negara lain.

Karena rakyat Indonesia memang

berhak dapat pelayanan berkualitas.

WHO bilang pelayanan yang tidak

berkualitas adalah omong kosong.

Karena tanpa akreditasi, pelayanan

yang diberikan bukan mengobati,

malah membahayakan pasien. Kami

punya surveyor 700 orang, dan sekali

turun 3 orang dalam satu kali survei.

Jadi dari kapasitasnya setiap bulan

kami bisa lakukan survei penilaian

terhadap 200 RS.

Apa saja standar yang harus

dipenuhi RS ?

Ada 335 standar yang harus

dipenuhi dengan 1.345 elemen

penilaian. Empat standar paling

penting, di antaranya keselamatan

pasien, kualifikasi dan pendidilan

staf, hak pasien dan keluarga, serta

pencegahan dan pengendalian

infeksi. Karena RS juga termasuk

sumber kuman, maka pencegahan

infeksi wajib diberlakukan. Jangan

sampai pasien atau pengunjung

di RS pulang ke rumah dengan

membawa infeksi. Atau sebaliknya

pengunjung justru membawa infeksi

bagi pasien.

Karena itu standarnya adalah setiap

pengunjung atau pun tenaga medis

RS wajib mencuci tangan sebelum

dan sesudah memegang pasien.

Standar lainnya adalah manajemen

fasilitas dan keselamatan. Misalnya,

semua staf RS harus dilatih berulang

ulang bagaimana evakuasi pasien

ketika dalam kondisi darurat, seperti

kebakaran, gempa, dan lain-lain.

Kemudian standar kompetensi dan

kewenangan tenaga medis termasuk

perawat dan staf. Harus dipastikan

pasien memang ditanggani oleh

tenaga yang berkompeten di

bidangnya. RS juga wajib memiliki

instalasi pengolah air limbah (impal)

dan sertifikatnya. Ini sangat penting

untuk memastikan limbah RS tidak

membahayakan masyarakat.

Apa yang harus dipersiapkan RS

untuk mendapat akreditasi ?

Nomor satu, RS harus punya ijin

operasional. Kedua, punya impal

dengan ijinnya. Ketiga, direkturnya

mesti seorang staf medis sesuai

ketentuan undang-undang, yaitu

dokter atau dokter gigi. Berikutnya,

RS sudah harus mempelajari SNARS,

kemudian dibuatkan regulasinya

dan langsung diimplementasikan.

Tetapi, persiapan itu menjadi cepat

atau lama tergantung dari kecepatan

belajar dari RS. Kalau ngebut,

maka tiga bulan sudah bisa terima

sertifikat akreditasi. Tergantung

juga komitmen. Kalau yang tidak

komitmen sampai tiga tahun pun

tidak berbuat apa-apa.

Setelah semuanya dipersiapkan, RS

mengajukan permintaan ke KARS.

Dalam hal ini KARS bersifat pasif,

artinya menunggu permintaan RS.

Kami tidak bisa memaksa RS untuk

akreditasi. Untuk memudahkan

RS memenuhi standar, kami

kembangkan pendaftaran berbasis

teknologi. Misalnya, sismadak

(sistem manajemen dokumentasi

areditasi) dan sirsak (sistem

informasi RS). RS bisa kirim

permintaan akreditasi ke email.

Lalu, kami merespon dengan

mengirimkan tim surveyor ke RS

bersangkutan untuk melakukan

survei penilaian. Setelah semua

prosedur lengkap, paling cepat satu

bulan kemudian sertifikat akreditasi

sudah bisa keluar.

Tetapi, setelah dapat sertifikat

akreditasi bukan berarti selesai di situ.

RS harus tetap mempertahankan

standarnya. Karena setiap tahun

KARS lakukan survei verifikasi

untuk melihat apakah standar

tersebut dipertahankan atau tidak.

Ada penandatanganan komitmen

perjanjian jika ada pelanggaran akan

dinvestigasi oleh KARS.

Masih banyak RS tidak

terakreditasi, apa kendalanya ?

Akreditasi sangat tergantung

komitmen direktur dan pemiliknya.

Kalau tidak ada komitmen maka sulit.

Misalnya, dia sudah tau peraturannya,

kalau limbah RS itu harus diolah agar

tidak membahayakan masyarakat,

tetapi alasannya butuh biaya

mahal. Harusnya dia tau, bikin RS

tidak sama dengan bikin restoran.

Seharusnya tahu prosedur dan

standar yang memang harus

dilengkapi. Terakreditasi tidak hanya

menguntungkan pasien, tetapi

tenaga medis dan RS itu sendiri.

Page 12: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 73 12

B E N E F I T

12

Pada dasarnya peserta Jaminan Kesehatan

Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)

berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan

perorangan, mencakup pelayanan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk pelayanan

obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai

dengan kebutuhan medis yang diperlukan. Manfaat

Jaminan Kesehatan ini terdiri atas manfaat medis dan

nonmedis.

Manfaat medis diberikan sesuai dengan indikasi

medis dan standar pelayanan serta tidak dibedakan

berdasarkan besaran iuran peserta. Manfaat nonmedis

diberikan berdasarkan besaran iuran peserta misalnya

ruang perawatan rawat inap kelas 1, 2, dan 3.

Peserta JKN-KIS dapat meningkatkan perawatan yang

lebih tinggi dari haknya, seperti menggunakan rawat

jalan eksekutif atau melakukan kenaikan kelas ruang

perawatan inap di rumah sakit (RS). Caranya dengan

mengikuti asuransi kesehatan tambahan atau membayar

selisih antara biaya yang dijamin BPJS Kesehatan dengan

biaya akibat peningkatan pelayanan. Selisih biaya akibat

peningkatan pelayanan ini dapat dibayar langsung oleh

peserta yang bersangkutan; pemberi kerja; atau asuransi

kesehatan tambahan.

Tapi peningkatan perawatan ini tidak berlaku untuk

peserta penerima bantuan iuran (PBI) JKN-KIS, peserta

yang didaftarkan pemerintah daerah (Pemda) dan

peserta pekerja penerima upah (PPU) yang mengalami

pemutusan hubungan kerja (PHK) termasuk anggota

keluarganya.

Pengaturan mengenai peningkatan perawatan tersebut

diatur lebih lanjut melalui Peraturan Menteri Kesehatan

(Permenkes) No.51 Tahun 2018 tentang Pengenaan

Urun Biaya dan Selisih Biaya Dalam Program Jaminan

Kesehatan. Regulasi ini sebagai acuan dalam pengenaan

urun biaya dan selisih biaya sebagai bagian upaya kendali

mutu dan kendali biaya serta pencegahan penyalahgunaan

pelayanan di fasilitas kesehatan (faskes). Sekaligus untuk

Selisih Biaya Program JKN-KIS

BEGINI ATURAN BARU

Page 13: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATANEDISI 73 13

BENEFIT

13

meningkatkan kualitas dan kesinambungan program

jaminan kesehatan.

Beleid ini mengatur bahwa peningkatan kelas perawatan

hanya dapat dilakukan satu tingkat lebih tinggi dari kelas

yang menjadi hak peserta. Misalnya, peserta dengan hak

perawatan kelas 3, hanya boleh untuk naik satu tingkat

yakni ke ruang perawatan kelas 2.

Untuk rawat jalan eksekutif, pelayanan ini merupakan

pelayanan kesehatan rawat jalan nonreguler di RS

melalui pelayanan dokter spesialis-subspesialis dalam

satu fasilitas ruangan terpadu secara khusus tanpa

menginap di rumah sakit dengan sarana dan prasarana

di atas standar. Pelayanan rawat jalan eksekutif ini hanya

diberikan oleh poliklinik eksekutif terstandardisasi di RS

yang telah terakreditasi.Pelayanan kesehatan yang tidak

sesuai prosedur termasuk peningkatan kelas perawatan

lebih dari satu tingkat tidak dijamin dalam program JKN-

KIS.

Besaran Selisih Biaya

Dalam rangka memberikan kepastian dan melindungi

hak pasien, besaran pembayaran selisih biaya ini juga

diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)

No.51 Tahun 2018. Pertama, untuk peningkatan kelas

pelayanan rawat inap dari kelas 3 ke kelas 2, dan dari

kelas 2 ke kelas 1, harus membayar selisih biaya antara

tarif INA-CBG pada kelas rawat inap lebih tinggi yang

dipilih dengan tarif INA-CBG pada kelas rawat inap yang

sesuai dengan hak Peserta.

Kedua, untuk peningkatan kelas pelayanan rawat inap

di atas kelas 1, harus membayar selisih biaya paling

banyak sebesar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari

tarif INA-CBG kelas 1. Sedangkan untuk peserta JKN-KIS

yang memilih pelayanan di poliklinik rawat jalan eksekutif

membayar biaya paket pelayanan rawat jalan eksekutif

paling banyak sebesar Rp400 ribu untuk setiap episode

rawat jalan.

Kewajiban Faskes

Permenkes No.51 Tahun 2018 mewajibkan faskes untuk

menginformasikan ketentuan mengenai selisih biaya

kepada peserta atau keluarga peserta sebelum menerima

pelayanan kesehatan. Informasi yang disampaikan itu

dilakukan secara langsung pada saat pendaftaran dan

bisa juga secara tidak langsung melalui media informasi

di faskes.

Informasi yang disampaikan tersebut paling sedikit

menjelaskan mengenai biaya pelayanan yang ditanggung

BPJS Kesehatan dan besaran selisih biaya yang harus

ditanggung peserta. Peserta atau keluarga peserta yang

telah mendapatkan dan memahami informasi ini harus

memberikan persetujuan kesediaan membayar selisih

biaya sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan.

Selisih biaya dibayarkan oleh peserta kepada faskes

setelah mendapatkan pelayanan kesehatan.

Standar Poliklinik Eksekutif

Bagi peserta yang ingin mendapatkan pelayanan

rawat jalan eksekutif, perlu diketahui bahwa BPJS

Kesehatan hanya menjamin pelayanan di poliklinik

eksekutif yang sesuai standar sebagaimana diatur dalam

Permenkes No.11 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan

Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif di RS. Regulasi ini

mengatur pelayanan rawat jalan eksekutif di RS hanya

diselenggarakan pada RS kelas A, B, dan C milik

pemerintah pusat, daerah dan masyarakat. RS ini harus

terakreditasi.

Poliklinik eksekutif harus memenuhi persyaratan

meliputi ketenagaan, pengorganisasian, dan bangunan,

sarana, dan prasarana. Misalnya, dokter spesialis-

subspesialis hanya melakukan pelayanan di rawat jalan

eksekutif sesuai jadwal yang ditentukan dan tepat waktu.

Bangunan, sarana, dan prasarana harus terletak dalam

satu zona area pelayanan tersendiri dan terpisah dari

rawat jalan reguler.

Page 14: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 73 14

P E L A N G G A N

14

Pesatnya perkembangan teknologi informasi

menandai bergulirnya revolusi industri 4.0.

Hampir seluruh kegiatan yang dilakukan

masyarakat saat ini menggunakan jaringan

internet dan gawai. Sebagai upaya menghadapi kekinian,

BPJS Kesehatan telah menggulirkan sejumlah kebijakan

seperti aplikasi Mobile JKN, rujukan daring (online),

pembayaran iuran melalui berbagai kanal termasuk

autodebet, dan memperbarui aplikasi Elektronik Data

Badan Usaha (E-DABU).

Berbagai kebijakan yang diterbitkan BPJS Kesehatan

untuk menghadapi perkembangan ‘zaman now’ itu

dilakukan antara lain untuk mendekatkan pelayanan

kepada peserta JKN-Kartu Indonesia Sehat (KIS). Terkait

pelayanan bagi Badan Usaha (BU), BPJS Kesehatan telah

menyediakan loket khusus di setiap kantor cabang atau

disebut juga sebagai loket korporasi.

Loket pelayanan korporasi ini membantu BU untuk

melakukan pendaftaran atau memperbarui data

kepesertaan. Seiring meningkatnya jumlah badan usaha

yang menggunakan aplikasi E-DABU, loket korporasi

dihapus menjadi Layanan Mandiri BU.

Melalui aplikasi E-DABU, badan usaha tidak perlu repot

meluangkan waktu untuk bertandang ke kantor BPJS

Kesehatan. Badan usaha bisa mengerjakan sendiri

proses pendaftaran dan memperbarui data kepesertaan

untuk karyawannya melalui aplikasi E-DABU.

Aplikasi E-DABU bisa diakses dimana saja, yang

dibutuhkan adalah perangkat komputer yang terhubung

dengan jaringan komunikasi dan data (internet). Setelah

perangkat itu terpenuhi, badan usaha hanya perlu

membuka laman E-DABU (https://new-edabu.bpjs-

kesehatan.go.id/new).

Sampai saat ini tren pemanfaatan aplikasi E-DABU terus

meningkat dan jumlah kunjungan ke loket korporasi

mengalami penurunan. Layanan Mandiri BU sudah

bergulir sejak 1 Januari 2019.

BPJS Kesehatan Luncurkan Layanan Mandiri Badan Usaha

Hadapi Revolusi Industri 4.0,

Page 15: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATANEDISI 73 15

PELANGGAN

15

Layanan Mandiri BU bisa dimanfaatkan dengan cara

menyambangi kantor cabang BPJS Kesehatan terdekat.

Selanjutnya badan usaha dapat menggunakan perangkat

yang telah disediakan untuk mengakses E-DABU secara

mandiri. Jika BU mengalami kesulitan dan membutuhkan

bantuan, petugas BPJS Kesehatan yang ada di kantor

cabang tersebut akan membantu.

Layanan Mandiri BU ini ditujukan untuk BU yang

menghadapi kendala dalam mengakses E-DABU.

Kendala ini biasanya disebabkan oleh keterbatasan akses

jaringan, komunikasi dan data (internet). Bagi badan

usaha yang tidak mengalami kendala ini, bisa langsung

mengakses E-DABU dimana saja.

Guna mendorong agar pelaksanaan kebijakan ini bisa

berjalan lancar, setiap kantor cabang BPJS Kesehatan

secara rutin melakukan sosialisasi dan edukasi kepada

seluruh peserta termasuk badan usaha. Selaras itu

aplikasi E-DABU terus disempurnakan dan fiturnya

disesuaikan dengan kebutuhan badan usaha.

Dengan bergulirnya Layanan Mandiri BU ini diharapkan

badan usaha bisa memanfaatkan waktu lebih efisien

karena tidak perlu mendatangi kantor BPJS Kesehatan.

Kebutuhan badan usaha untuk mendaftar dan

memperbarui data kepesertaan bisa dilakukan lewat

aplikasi E-DABU.

Sekilas E-DABU

Aplikasi E-DABU merupakan salah satu alat untuk

membantu mempercepat pendaftaran peserta badan

usaha atau korporasi. Aplikasi ini terus dilakukan

penyempurnaan, mengacu proses bisnis dan

mengakomodir kebutuhan penggunanya baik kantor

cabang BPJS Kesehatan maupun badan usaha.

Aplikasi E-DABU dapat diakses dengan menggunakan

internet publik. Melalui aplikasi ini badan usaha bisa

melakukan pendaftaran peserta baru dan mutasi peserta

di tempat sendiri tanpa perlu mendatangi kantor BPJS

Kesehatan. Komunikasi data antara badan usaha dengan

BPJS Kesehatan dilakukan by system. Mengakomodir

unggah data bagi badan usaha yang sudah memiliki

data excel. Menyesuaikan format 34 kolom. Inquery

NIK dan Kartu Keluarga ke Dukcapil untuk mempercepat

pengisian form.

Untuk keamanan data, database peserta dikelola dan

disimpan di data center BPJS Kesehatan sehingga

keamanan data peserta terjamin. Keamanan jaringan

menggunakan protokol HTTPS (Hypertext Transfer

Protocol Secure). Login untuk badan usaha dibuat dua

level yaitu level admin, dapat mengakses semua fitur dan

level user hanya dapat mengakses data dasar karyawan

(tidak termasuk gaji, tagihan, manajemen user). Setiap

proses perubahan data akan menyimpan identitas

pengguna.

Page 16: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 73 16

T E S T I M O N I

Sebagai mitra kerja BPJS Kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehatan kepada

peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional

- Kartu Indonesia sehat (JKN-KIS), rumah sakit

dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas

tanpa diskriminasi. Tidak boleh ada perlakuan yang

berbeda antara pasien JKN-KIS dengan pasien umum

yang membayar biaya sendiri.

Untuk menjamin hal tersebut, BPJS Kesehatan sejak

awal telah melakukan proses kredensialing dan

rekredensialing, di mana salah satu persyaratan yang

harus dipenuhi rumah sakit adalah sertifikat akreditasi,

serta memenuhi ketentuan yang terkait dengan JKN.

Salah satu peserta JKN-KIS dari segmen Pekerja Penerima

Upah (PPU) asal Depok, Hikmawati mengatakan, dengan

menjadi peserta JKN-KIS, tentunya yang diharapkan

bukan hanya kemudahan mengakses pelayanan

kesehatan, tetapi juga mendapatkan pelayanan yang

bermutu. Hal ini juga sejalan dengan tujuan akreditasi

yang merupakan bentuk perlindungan Pemerintah dalam

memenuhi hak setiap warga negara agar mendapatkan

pelayanan kesehatan yang layak dan bermutu oleh

fasilitas pelayanan kesehatan.

Dari pengalamannya mengakses pelayanan kesehatan

di rumah sakit yang menjadi provider BPJS Kesehatan,

Hikmawati mempunyai kesan yang positif. Sebagai

peserta JKN-KIS, ia tidak merasakan adanya perlakuan

yang berbeda dengan pasien umum ketika akhir tahun

lalu menjalani operasi ceasar di Rumah Sakit Tumbuh

Kembang, Depok. Begitu pun ketika anaknya yang baru

dilahirkan mengalami masalah kesehatan dan harus

dirawat intensif di ruang Perina.

Hikmawati bercerita, di hari ke-7 setelah dilahirkan

melalui proses ceasar, kadar billirubin di dalam darah

anaknya tinggi. Atas saran dokter di Rumah Sakit Tumbuh

Kembang, tindakan yang harus dilakukan adalah terapi

sinar.

Mendengar hal itu, perasaan Hikmawati campur aduk.

Baru saja merasakan kebersamaan dengan putranya yang

diberi nama Hamka, ia harus dipisahkan dengan anaknya.

Untuk sementara waktu, Hamka harus dititipkan di

rumah sakit untuk menjalani terapi sinar selama 48 jam.

Namun, melihat sikap empati dan keramahan yang

ditunjukkan para perawat di ruang Perina, rasa was-was

yang sempat menghantuinya sedikit berkurang. Ia tidak

khawatir lagi harus meninggalkan anaknya di rumah sakit

untuk menjalani terapi sinar sampai kondisi kesehatannya

kembali normal.

"Dokter di Rumah Sakit Tumbuh Kembang cukup cepat

menangani Hamka, dan juga memberikan informasi

yang jelas terkait kondisi penyakitnya. Perawat yang

KERAMAHAN DOKTER DAN PERAWAT Jadi Penyemangat Pasien

Page 17: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATANEDISI 73 17

TESTIMONI

Peserta JKN-KIS

Hikmawati

menangani Hamka di ruang Perina juga ramah-ramah

dan cepat dalam melayani kebutuhan pasien. Ini yang

membuat saya lebih tenang ketika harus meninggalkan

anak saya di Ruang Perina untuk diterapi," ungkap

Hikmawati.

Fasilitas di ruang Perina Rumah Sakit Tumbuh Kembang

menurutnya juga cukup baik. Lantaran harus dalam

kondisi steril, hanya satu pengunjung saja yang

diperbolehkan melihat bayi saat jam besuk. Ia pun juga

tidak boleh sembarangan keluar masuk ruang tersebut,

sehingga untuk kebutuhan nutrisi bayinya diberikan

melalui ASI perah tiap dua jam sekali.

Oleh para perawat di rumah sakit, Hikmawati juga terus

dikuatkan agar tidak larut dalam kesedihan yang bisa

memengaruhi produksi ASI. Ia juga diedukasi perihal

cara menyusui dengan posisi yang benar, ciri-ciri kadar

billirubin tinggi, hingga perawatan yang harus dilakukan

setelah bayinya keluar dari ruang Perina. Bagi Hikmawati,

sikap empati ini sangatlah berarti.

"Sebagai peserta JKN-KIS, yang saya harapkan dari

pelayanan di rumah sakit bukan hanya fasilitasnya atau

tidak adanya biaya yang harus dikeluarkan. Keramahan

dokter dan perawatnya buat saya juga sangat penting ,"

kata Hikmawati.

Kesan positif juga disampaikan Tety Polmasari ketika

menjalani pengobatan kanker payudara di Rumah

Sakit Cipto Mangunkusumo (RSMC) Jakarta. Sebagai

rumah sakit rujukan nasional, tadinya Tety berfikir tidak

akan mendapatkan pelayanan yang maksimal lantaran

banyaknya pasien yang harus ditangani. Tetapi setelah

menjalani masa pengobatan sekitar satu tahun terakhir,

kekhawatiran itu tidak terbukti.

"Selama ini pelayanan di RSCM baik-baik saja. Dokter

dan perawatnya juga ramah-ramah, tidak seperti yang

banyak beredar di media sosial kalau pasien JKN itu akan

dipersulit. Kalau seluruh persyaratannya terpenuhi seperti

membawa surat rujukan, kartu JKN-KIS dan identitas diri,

prosesnya tidak akan menyulitkan," kata Tety.

Di RSCM, beberapa pengobatan yang telah dijalani Tety

mulai dari bedah tumor, radioterapi, serta pelayanan di

Poli THT, Jantung, dan Paru. Dokter di RSCM menurutnya

juga sangat informatif menjelaskan kondisi penyakitnya

dan efek samping yang akan dihadapi selama menjalani

pengobatan, sehingga ketika menghadapi kondisi

tersebut tidak lagi kebingungan. Apabila ada hal

yang ingin ditanyakan di luar waktu kontrol, Tety juga

bisa berkonsultasi langsung dengan dokter melalui

WhatsApp.

"Di RSCM, pengobatan yang saya jalani juga lengkap.

Tidak hanya untuk kanker payudara saja, tetapi juga

untuk keluhan-keluhan lain sebagai efek samping dari

pengobatan kanker. Prosedurnya juga tidak ribet. Dokter

tinggal memberikan surat pengajuan konsultasi untuk

diberikan kepada dokter spesialis terkait. Jadi tidak harus

bolak-balik ke faskes awal untuk minta rujukan," cerita

Tety.

Antrean di RSCM menurutnya juga sudah jauh lebih

singkat dibandingkan saat Program JKN-KIS baru mulai

diimplementasikan. Lantaran petugas yang disiagakan

untuk melayani pasien JKN-KIS cukup banyak, waktu

untuk mengantre masih dalam batas wajar.

"Terkadang antreannya memang lama. Tetapi saya

memaklumi karena ini kan rumah sakit rujukan nasional,

yang butuh pengobatan banyak," imbuhnya.

Tety juga merasa sangat bersyukur karena sudah

terdaftar sebagai peserta Mandiri Program JKN-KIS jauh

hari sebelum didiagnosa menderita kanker payudara.

Lantaran sudah ada yang menjamin, ia kini bisa fokus

menjalani pengobatan tanpa harus dipusingkan dengan

biaya yang besar.

Peserta JKN-KIS

Tety Polmasari

Page 18: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 73 18

I N S P I R A S I

Pemberitaan awal tahun 2019 ramai menyoroti

sejumlah RS yang tidak diperpanjang

kerjasamanya oleh BPJS Kesehatan.

Persoalannya karena RS itu tidak memenuhi

sejumlah persyaratan salah satunya sertifikasi akreditasi.

Pasal 67 Peraturan Presiden No.82 Tahun 2018 tentang

Jaminan Kesehatan mengamanatkan penyelenggara

pelayanan kesehatan untuk JKN meliputi semua fasilitas

kesehatan (faskes) yang menjalin kerjasama dengan

BPJS Kesehatan.

Perpres No.82 Tahun 2018 juga memerintahkan faskes

milik pemerintah yang memenuhi persyaratan wajib

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Sementara faskes

swasta yang memenuhi persyaratan dapat bekerjasama

dengan BPJS Kesehatan.

Lebih lanjut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)

No.99 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Permenkes

No.71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mengatur sejumlah

syarat yang harus dipenuhi faskes yang bekerjasama

dengan BPJS Kesehatan, antara lain sertifikat akreditasi.

Permenkes No.71 Tahun 2013 sebagaimana telah

diperbarui menjadi Permenkes No.99 Tahun 2015

menetapkan 7 syarat yang perlu dipenuhi RS yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Pertama, Surat

Izin Operasional. Kedua, Surat Penetapan Kelas RS.

Ketiga, Surat Izin Praktik (SIP) Tenaga Kesehatan yang

berpraktik. Keempat, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Badan. Kelima, perjanjian kerjasama dengan jejaring, jika

diperlukan. Keenam, sertifikasi akreditasi. Ketujuh, surat

pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait

dengan JKN.

Perlu komitmen yang kuat bagi faskes agar mampu

memenuhi berbagai persyaratan itu. Salah satu RS yang

berkomitmen untuk mencapai akreditasi paripurna yakni

RSUD A.M Parikesit di Kabupaten Kutai Kartanegara,

Kalimantan Timur. RS yang awalnya merupakan balai

pengobatan kerajaan Kutai Kartanegara ini telah

terakreditasi paripurna Desember 2016 dan sudah

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk melayani

peserta JKN-KIS sejak 2014.

Direktur RSUD A.M Parikesit, Martina Yulianti,

mengatakan proses akreditasi yang telah dilalui

membutuhkan waktu yang panjang. Sebagai pimpinan, hal

utama yang dilakukan Martina agar RS yang dipimpinnya

berhasil meraih akreditasi yakni menyamakan persepsi

dan komitmen seluruh pegawai RS.

Seluruh entitas RSUD A.M Parikesit menurut Martina

harus bersama-sama memperjuangkan arah baru

budaya akreditasi. Baginya akreditasi mendorong RS

untuk mengutamakan mutu dan keselamatan pasien.

“Menyamakan persepsi dan komitmen untuk seluruh

pegawai di RSUD A.M Parikesit bahwa semua akan

memperjuangkan budaya baru RS yaitu budaya akreditasi

(mutu dan patient safety),” urainya.

Untuk mewujudkan harapan itu Martina mengisahkan

RSUD A.M Parikesit dibantu Komisi Akreditasi RS (KARS)

melalui bimbingan yang intensif. Kemudian menata

kebijakan, membangun prosedur yang sesuai standar

akreditasi. Melakukan sosialisasi kebijakan dan prosedur,

serta mendorong dan memantau implementasi standar

akreditasi pada setiap kegiatan di RS.

“Berbagai pekerjaan ini kami lakukan setiap hari dengan

harapan agar akreditasi menjadi budaya, bukan sekedar

mengejar sertifikat akreditasi,” papar Direktur pada RS

yang menyandang kelas RS tipe B itu.

Martina menuturkan untuk mendapat akreditasi ini bukan

hal yang mudah, tapi juga tidak terlalu sulit. Tantangan

lain yang dihadapi yakni bagaimana melakukan

pendekatan untuk mengajak rekan sejawatnya di RSUD

A.M Parikesit untuk bekerja sesuai tuntutan akreditasi

yakni mengutamakan mutu dan keselamatan pasien.

Menurutnya tidak mudah untuk menggugah orang lain

yang selama ini terbiasa di zona nyaman untuk bergerak

menuju perubahan.

Sebelum mengantongi sertifikat akreditasi Martina

mengatakan pegawai RSUD A.M Parikesit bekerja seolah

tanpa arah yang jelas. Tidak ada keseragaman prosedur

karena masing-masing mempraktikan pengalamannya

sebagaimana diajarkan almamaternya. Martina

bersyukur karena setelah akreditasi semua pekerjaan

ada panduannya. Seluruh pegawai semakin peduli pada

mutu dan keselamatan pasien.

Martina berpesan kepada seluruh RS yang belum

terakreditasi untuk terus berusaha dan jangan patah

semangat. Akreditasi merupakan kewajiban sebagaimana

diperintahkan berbagai peraturan perundang-undangan.

Tapi perlu diingat, jangan sampai yang dikejar hanya

sertifikat akreditasi saja. Paling penting bagi RS yakni

melaksanakan tujuan akreditasi yakni menuju perubahan

budaya yakni implementasi pada setiap kegiatan di RS.

Direktur RSUD A.M Parikesit:

Akreditasi Mendorong RS Utamakan Mutu dan Keselamatan Pasien

Page 19: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATANEDISI 73 19

P E R S E P S I

Untuk dapat melayani peserta Program Jaminan

Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat

(JKN-KIS) yang diselenggarakan oleh BPJS

Kesehatan, sertifikat akreditasi menjadi syarat

wajib yang harus dipenuhi oleh setiap rumah sakit.

Akreditasi sendiri merupakan bentuk perlindungan

pemerintah dalam memenuhi hak setiap warga negara

agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan

bermutu oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Kegiatan ini

dilaksanakan menggunakan standar akreditasi berupa

instrumen yang mengintegrasikan kegiatan tata kelola

manajemen dan tata kelola klinis, guna meningkatkan

mutu pelayanan rumah sakit dengan memperhatikan

keselamatan pasien, serta meningkatkan profesionalisme

rumah sakit Indonesia di mata internasional.

Kewajiban rumah sakit untuk melaksanakan akreditasi

diatur dalam beberapa regulasi, yaitu: Undang-Undang

Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit; Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi

Rumah Sakit; dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada

Jaminan Kesehatan Nasional.

Namun, akreditasi ini bukan satu-satunya syarat yang

harus dipenuhi oleh rumah sakit untuk bisa melayani

peserta JKN-KIS. Agar peserta JKN-KIS memperoleh

pelayanan kesehatan yang berkualitas, profesional, dan

memuaskan, BPJS Kesehatan juga menerapkan seleksi

ketat melalui proses kredensialing dan rekredensialing

dengan melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat dan/atau Asosiasi Fasilitas Kesehatan.

Kriteria teknis yang menjadi pertimbangan BPJS

Kesehatan untuk menyeleksi fasilitas kesehatan yang

ingin bergabung antara lain sumber daya manusia

(tenaga medis yang kompeten), kelengkapan sarana dan

prasarana, lingkup pelayanan, serta komitmen pelayanan.

Selain sertifikat akreditasi yang menjadi syarat wajib,

persyaratan lainnya yang juga harus dipenuhi oleh rumah

sakit yang ingin bekerja sama dengan BPJS Kesehatan

antara lain Surat Ijin Operasional, Surat Penetapan Kelas

Rumah Sakit, Surat Ijin Praktik (SIP) tenaga kesehatan

yang berpraktek, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Badan, perjanjian kerja sama dengan jejaring (jika

diperlukan), serta surat pernyataan kesediaan mematuhi

ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan

Nasional.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99

Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan

Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, seluruh

Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS

Kesehatan diwajibkan memberikan informasi mengenai

hak dan kewajiban pasien, termasuk mengenai pelayanan

JKN.

Rumah sakit juga wajib menginformasikan ketersediaan

ruang rawat inap untuk pelayanan JKN. Informasi

tersebut dapat diberikan secara langsung dan/atau

tidak langsung. Pemberian informasi secara langsung

dilakukan dengan menyediakan fasilitas pelayanan

informasi, atau dilakukan oleh petugas Rumah Sakit.

Sementara pemberian informasi secara tidak langsung

dilakukan melalui papan pengumuman dan/atau website.

Terkait implemetasi Pelayanan Informasi dan Penanganan

Pengaduan (PIPP), rumah sakit wajib menempatkan

petugas khusus yang memiliki joblist dalam pemberian

informasi dan penanganan pengaduan peserta JKN-

KIS. Petugas inilah yang berkoordinasi dengan petugas

PIPP BPJS Kesehatan yang ditempatkan secara on site

maupun mobile apabila ada hal-hal yang memerlukan

koordinasi lebih lanjut dari pertanyaan atau pengaduan

yang disampaikan peserta JKN-KIS.

Jamin Kualitas Layanan Faskes Provider BPJS Kesehatan, Cukupkah Hanya dengan Akreditasi?

Page 20: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 73 20

S E H A T & G A Y A H I D U P

Rutinitas harian yang padat membuat

sebagian orang kesulitan mencari waktu

untuk berolahraga di pagi hari, apalagi untuk

pekerja kantoran dengan jam kerja yang kaku.

Berolahraga di malam hari akhirnya menjadi pilihan,

entah itu jogging, lari, atau olahraga permainan seperti

futsal dan badminton.

Namun, tidak sedikit yang beranggapan kalau olahraga

malam hari tak baik untuk kesehatan, bahkan bisa

mengganggu pola tidur. Malam hari itu seharusnya

dipakai untuk beristirahat, bukannya berolahraga.

Benarkah demikian?

Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dari Slim + Health

Sports Therapy, Michael Triangto mengatakan, dengan

rutinitas pekerjaan yang padat setiap harinya, memang

cukup sulit untuk rutin melakukan olahraga di pagi hari.

Namun, kondisi ini jangan dijadikan alasan untuk malas

berolahraga.

Menurut Michael, olahraga di malam hari setelah pulang

kerja bisa menjadi solusi yang tepat untuk orang-orang

sibuk. Layaknya olahraga di pagi hari yang dianggap

sebagai waktu paling ideal, olahraga malam hari pun

bisa memberikan manfaat yang besar untuk kesehatan,

asalkan dilakukan dengan cara-cara yang benar.

"Olahraga di pagi atau malam hari sama baiknya untuk

kesehatan, asalkan dilakukan secara teratur, terukur,

terprogram, dan juga berkesinambungan. Empat hal

inilah yang harus diperhatikan saat berolahraga, kapan

pun itu waktunya," kata Michael Triangto.

Anggapan kalau olahraga malam hari bisa membuat sulit

tidur juga tidak sepenuhnya benar. Michael mengatakan,

pada orang-orang yang punya masalah sulit tidur atau

insomnia, memang tidak disarankan untuk olahraga

malam hari. Tetapi bagi yang tidak mengalami gangguan

tidur tersebut, waktu malam hari tak akan mengganggu

pola tidur. Dengan catatan, olahraga tersebut harus sudah

berakhir minimal dua jam sebelum memasuki fase tidur.

Selain itu, intensitasnya pun harus diperhatikan. Jangan

melakukan olahraga dengan intensitas yang berat.

"Apabila hanya punya waktu olahraga di malam hari,

disarankan untuk tidak melakukan olahraga dengan

intensitas yang berat. Kita akan jadi sulit tidur karena

proses pembakaran kalori yang masih terjadi, istilahnya

Malam Hari, Amankah?

Olahraga

Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Michael Triangto

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 73 20

Page 21: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATANEDISI 73 21

SEHAT & GAYA HIDUP

EPOC (Excess Post-Exercise Oxygen). Tetapi kalau

intensitasnya ringan, itu justru bisa merangsang kita

untuk cepat tidur," terang Michael.

Ringan atau beratnya intensitas olahraga menurut

Michael sangat bergantung pada individu masing-masing.

"Intensitas ini bergantung pada kebiasaan, kemampuan,

dan juga kesehatan orang yang bersangkutan. Jadi,

jangan mengikuti takaran orang lain," kata Michael.

Intensitas yang ideal saat berolahraga menurutnya juga

bergantung pada usia. Intensitas yang ringan hingga

sedang adalah 60% sampai 80% dari denyut jantung

maksimal. Cara menghitung denyut jantung maksimal

yaitu 220 dikurangi dengan usia dalam tahun.

Ambil contoh seseorang dengan usia 20 tahun. Denyut

jantung maksimalnya adalah 220 dikurangi 20, berarti

200 denyut jantung per menit. Maka, saat berolahraga,

orang dengan usia 20 tahun disarankan untuk tidak

kurang atau melewati 120-160 denyutan per menit (60%

- 80% denyut jantung maksimal).

"Bila kurang dari itu, manfaat kesehatan dari olahraga

belum tentu tercapai," kata Michael.

Perlengkapan Olahraga Malam

Hal lainnya yang juga harus diperhatikan saat olah raga

malam hari adalah terkait kostum yang dikenakan.

Dengan kondisi pencahayaan yang terbatas, disarankan

untuk menggunakan sepatu atau pakaian yang sudah

dilengkapi alat reflektor yang dapat memantulkan cahaya,

sehingga bisa terlihat oleh orang-orang yang membawa

kendaraan.

"Untuk alasan keamanan, sebaiknya gunakan sepatu

atau pakaian yang dilengkapi alat reflektor agar mudah

terlihat. Apalagi kalau kita lari atau jogging mengikuti jalur

kendaraan," kata Michael.

Di malam hari, polusi udara atau asap kendaraan juga

cukup tinggi. Namun lantaran kondisi pencahayaan yang

minim, biasanya polusi tersebut tidak begitu terlihat.

Saran Michael, sebaiknya gunakan masker untuk

mencegah dampak buruk dari polusi udara.

"Tujuan olahraga kan untuk mendapatkan tubuh yang

sehat. Jangan sampai kita malah jatuh sakit karena

terpapar polusi udara. Jadi, sebaiknya gunakan masker

kalau memang ingin olahraga malam hari di sepanjang

rute kendaraan, atau olahraga saja di taman yang lebih

minim polusi," saran Michael.

INFO BPJS KESEHATANEDISI 73 21

Page 22: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 73 22

KO N S U LTA S I

J A W A B :

J A W A B :

01

02

JKN-KIS bisa tidak

digunakan di luar daerah?

Misalnya saat saya liburan,

saja tiba-tiba sakit.

Bagaimana caranya?

[email protected] -

Jakarta

Setiap peserta JKN-KIS boleh memilih fasilitas kesehatan (faskes) yang akan dikunjungi untuk mendapat pelayanan kesehatan selama

mengikuti prosedur yang berlaku. Peserta juga bisa memilih Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang terdekat dari rumah. JKN-KIS

menerapkan prinsip portabilitas untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal,

selama masih berada di wilayah Indonesia (tidak ke luar negeri).

Ada 3 ketentuan yang harus diperhatikan peserta yang ingin mendapat pelayanan di luar daerah domisilinya. Pertama, sebelum

menyambangi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), peserta harus datang ke kantor BPJS Kesehatan terdekat untuk meminta surat

pengantar berkunjung. Kedua, setelah mengantongi surat pengantar berkunjung peserta bisa langsung datang ke FKTP terdekat untuk

mendapat pelayanan kesehatan. Peserta bisa melakukan kunjungan ke FKTP maksimal 3 kali kecuali kondisi tertentu. Ketiga, FKTP dilarang

meminta biaya pelayanan kepada peserta tersebut. Oleh karena itu peserta tidak perlu khawatir ketika bertugas atau berlibur ke luar daerah.

Jika di daerah tersebut membutuhkan pelayanan kesehatan, peserta hanya perlu mengikuti prosedur agar bisa memperoleh pelayanan

kesehatan di FKTP terdekat.

Apa saja penyakit yang

di-cover oleh BPJS dan

yang tidak?

[email protected] -

Bandung

Selama peserta JKN-KIS telah mengikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku, telah sesuai hak kelas rawat, dan pelayanan kesehatan

yang diberikan fasilitas kesehatan telah sesuai dengan indikasi medis, maka peserta tersebut dijamin oleh BPJS Kesehatan. Pelayanan

kesehatan yang dijamin dan tidak dijamin, dapat dilihat pada Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan Pasal

47 dan Pasal 52 yang dapat diunduh pada website kami www.bpjs-kesehatan.go.id

Page 23: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan
Page 24: INFOBPJS - bpjs-kesehatan.go.id · mengeluarkan surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama. Surat rekomendasi ini diberikan kepada RS yang menyatakan komitmennya untuk melakukan