67
METODA TEKNIK ANALISIS KOTA (INFRASTRUKTUR FISIK) Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2012. Gambar diambil dari: cahpamulang.multiply.com

Infrastruktur fisik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Materi kuliah

Citation preview

  • METODA TEKNIK ANALISIS KOTA

    (INFRASTRUKTUR FISIK)

    Perencanaan Wilayah dan Kota

    Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada

    Yogyakarta, 2012.

    Gambar diambil dari: cahpamulang.multiply.com

  • Prasarana dan Sarana Wilayah adalah kelengkapan dasar fisik wilayah yang memungkinkan

    wilayah dapat berfungsi sebagaimana mestinya

    Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu

    untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman. (Permen PU No

    20/2011).

    fasilitas fisik atau utilitas umum

    sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan

    pembangun swasta pada lingkungan permukiman meliputi penyediaan jaringan jalan, jaringan air

    bersih, listrik, pembuangan sampah, telepon, saluran pembuangan air kotor dan drainase, serta

    gas

    fasilitas sosial

    fasilitas yang dibutuhkan masyarakat dalam lingkungan permukiman meliputi pendidikan,

    kesehatan, perbelanjaan dan niaga, pemerintahan dan pelayanan umum, peribadatan, rekreasi

    dan kebudayaan, olahraga dan lapangan terbuka, serta fasilitas penunjang kegiatan sosial

    lainnya di kawasan perkotaan

    Beberapa Pengertian

  • Rencana sistem prasarana di wilayah kota, mencakup:

    a. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi darat,

    transportasi laut dan transportasi udara;

    b. Rencana pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan;

    c. Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi ;

    d. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air kota,

    e. Rencana pengembangan infrastruktur kota, meliputi: sistem penyediaan air

    minum, sistem pengelolaan air limbah kota, sistem persampahan kota, sistem

    drainase kota, penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan

    jalan, pejalan kaki, jalur evakuasi bencana.

  • Pokok Bahasan

    Transportasi Listrik Telekomunikasi Air Bersih Air Limbah Persampahan Drainase

  • MEMENUHI KEBUTUHAN LAYANAN WILAYAH (SUPPLY DRIVEN) Kota/Wilayah sudah berkembang tetapi belum dilengkapi dengan

    layanan prasarana yang memadai

    MENGARAHKAN PERKEMBANGAN WILAYAH (PUSH FACTOR DRIVEN) Menciptakan daya tarik pada bagian tertentu dari Kota/Kabupaten/Provinsi/Nasional) yang belum berkembang

    TUJUAN PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

  • (2) Network/Jaringan

    Pola Pelayanan Infrastruktur

    (1) Point Pattern

  • JARINGAN LISTRIK DAN TELEPON DI DALAM TANAH IDEAL?

  • Contoh Baik? APANYA..

    Transportasi

  • Sistem Jaringan Jalan Primer

    dalam Struktur Ruang Wilayah

  • Sistem Jaringan Jalan Sekunder

    Dalam Struktur Ruang Kota

  • a. Jalan Arteri Sekunder

    Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Arteri Sekunder harus memenuhi persyaratan kriteria sebagai berikut :

    1). Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 km/h.

    2). Lebar badan jalan arteri sekunder paling rendah 11 m.

    3). Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 m.

    4). Persimpangan pada jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya.

    5). Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.

    6). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling besar dari sistem jalan sekunder yang lain.

    7). Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, dan lampu penerangan

    jalan dan lain-lain.

    8). Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya.

    9). Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih besar dari jarak selang dengan kelas jalan yang lebih rendah.

    Ciri-ciri Jalan Arteri Sekunder terdiri atas :

    1). Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatul; antar kawasan sekunder kesatu;

    kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua; jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder kesatu.

    2). Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

    3). Kendaraan angkutan barang ringan dan kendaraan umum bus untuk pelayanan kota dapat diijinkan melalui jalan ini.

    4). Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan pada jam sibuk.

    b. Jalan Kolektor Sekunder

    Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Kolektor Sekunder harus memenuhi persyaratan kriteria sebagai berikut : 12

    1). Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/h.

    2). Lebar badan jalan kolektor sekunder paling rendah 9 m.

    3). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari sistem primer dan arteri sekunder.

    4). Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.

    Ciri-ciri Jalan Kolektor Sekunder terdiri atas :

    1). Jalan kolektor sekunder menghubungkan antar kawasan sekunder kedua; kawasan sekunder kedua dengan kawasan

    sekunder ketiga; kendaraan angkutan barang berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di daerah pemukiman.

    2). Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.

    c. Jalan Lokal Sekunder

    Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Lokal Sekunder harus memenuhi persyaratan kriteria sebagai berikut :

    1). Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 km/h.

    2). Lebar badan jalan lokal sekunder paling rendah 6,5 m.

    3). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah dibandingkan dengan fungsi jalan lain.

    Ciri-ciri Jalan Lokal Sekunder terdiri atas :

    1). Jalan lokal sekunder menghubungkan antar kawasan sekunder ketiga atau dibawahnya; kawasan sekunder dengan

    perumahan.

    2). Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di daerah pemukiman.

  • Transportasi Lokal

  • Jalan Perumahan

  • Jalan Perumahan

  • Acuan diambil dari Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri Jalan),

    Dirjen Cipta Karya, 1998

  • Perlengkapan, Fasilitas pendukung jalan

    dan Angkutan umum

  • Sarana-Prasarana Transportasi

  • Pedestrian

    Azas:

    Berkesinambungan

    Kemudahan pencapaian

    Aman - Selamat

    Kenyamanan

    Kejelasan

  • Pedestrian menyatu dengan jalan

    Pedestrian dapat dua sisi atau satu sisi untuk kondisi tertentu

    Konsekuensinya pejalan kaki masuk jalan, untuk itu kecepatan lalu lintas

    rendah dan menggunakan perkerasan

    tak licin

    Ada pembatas fisik antara lalu lintas kendaraan dengan pedestrian

    Hindari isolasi pejalan kaki untuk

    menghindari kejahatan

  • Lahan Parkir AREA HUNIAN

    Parkir di Lingkungan RT = 100 m2

    Parkir di Lingkungan RW = 400 m2

    Parkir di Lingkungan Kelurahan = 2000 m2

    + Terminal = 1000 m2

    + Pangkalan angkot = 200 m2

    Parkir di Lingkungan Kelurahan = 4000 m2

    + Terminal = 2000 m2

    + Pangkalan angkot = 500 m2

  • Lahan Parkir PUSAT KEGIATAN

    Besaran

    Penentu

    Persyaratan

  • Listrik

  • Sumber daya listrik/pembangkit listrik: Hal-hal yang perlu diketahui yaitu tentang sumber pembangkit listrik, berupa dari mana listrik tersebut diperoleh untuk

    memenuhi kebutuhan kawasan tersebut, misalnya dari PLTU, PLTA, PLTM,

    PLTG dan sebagainya, serta besarnya daya yang tersedia.

    Sarana dan prasarana listrik: Hal-hal yang perlu diketahui dari hasil survei berupa gardu listrik dengan informasi mengenai kapasitas terpasang dan

    kapasitas terpakai serta jaringan listrik yang tergambarkan dalam peta jaringan

    listrik yang menggambarkan letak gardu-gardu dan pola jaringan tegangan

    tinggi, menengah, dan rendah.

    Sambungan listrik: Hal-hal yang perlu diketahui adalah mengenai banyaknya daya yang digunakan saat ini, jenis penggunaan seperti pelanggan rumah

    tangga, komersial, institusional, sosial, penerangan jalan dan lain sebagainya

    Data penduduk: Hal-hal yang menyangkut kependudukan yaitu jumlah dan perkembangannya, termasuk perkiraannya (proyeksi) untuk masa mendatang.

    Hal ini untuk mengantisipasi apabila data jumlah rumah/bangunan atau jenis

    kegiatannya tidak diperoleh.

    Data rumah/bangunan: jumlah, yaitu ada berapa unit yang ada pada saat sekarang serta klasifikasi penggunaan pelanggan (rumah komersial,

    institusional, sosial dan lain-lain)

    Standar kebutuhan daya listrik (lihat tabel halaman berikutnya)

    Yang harus Diketahui dalam Analisis Tingkat Pelayanan

    dan Kebutuhan Daya Listrik Kota

  • Sumber: Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistim Perkotaan Departemen PU Cipta Karya

    tahun 1996

    Standar Kebutuhan Daya Listrik Berdasarkan Kegiatannya

  • Listrik

    450 VA per RT

    Sarana lingkungan 40 % RT

    Gardu listrik setiap 200 KVA

    Penerangan jalan tinggi > 5 m

    di damija tapi tidak

    mengganggu lalu lintas dan

    pejalan kaki

  • Jumlah Pelanggan/Sambungan (RT, Komersial, dsb)

    Tingkat Pelayanan = -------------------------------------------------------------------------- x 100% Jumlah Total RT, Komersial,dsb

    (Apabila volume kegiatan diluar Rumah Tangga tidak diketahui, digunakan asumsi kebutuhan daya listrik Selain

    Rumah Tangga sebesar 40% dari kebutuhan daya listrik untuk Rumah Tangga; Jumlah Rumah Tangga dihitung dari

    Jumlah total penduduk kota dibagi 5)

    Kebutuhan Penambahan Daya Listrik Kota = Kebutuhan Daya Listrik Kota Kapasitas Daya Listrik Gardu Induk Yang melayani kota

    Kebutuhan Daya Listrik Kota = Jumlah Total RT, Komersial dsb X Kebutuhan daya masing-masing kegiatan kota

    Analisis Tingkat Pelayanan dan Kebutuhan Daya Listrik Kota

  • Contoh Perhitungan Kebutuhan Listrik untuk suatu kota dengan jumlah

    penduduk 11.000 jiwa (kota kecil) Kebutuhan domestik: Rumah Tangga 450 Watt Kebutuhan non domestik diasumsikan 40% dari kebutuhan domestik

    Kebutuhan Perhitungan Kebutuhan Listrik

    Domestik Rumah tangga 11.000 x 450 watt (salah,

    dibagi 5)

    4.950.000 watt

    direvisi

    Non Domestik 4.950.000 x 40%

    1.980.000 watt

    Total Domestik + Non Domestik 6.930.000 watt

    Soal 1 Berapa rumah tangga yang bisa dilayani oleh PLN dengan kapasitas daya seperti tersebut di atas (asumsi kebutuhan listrik non domestik (komersial,

    pendidikan, perkantoran, dsb) di kota tersebut = 40% dari kebutuhan

    domestik)

    Soal 2 Hitung kebutuhan listrik untuk kota yang menjadi kajian dalam mata kuliah Studio Analisis Kota saudara.

    Apabila kota tersebut dilayani oleh PLN dengan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD)

    dengan daya listrik yang bisa dihasilkan sebesar 4.160 kW,

    harus dilakukan pemadaman bergilir (kenapa?). Tambahan daya yang dibutuhkan =

    6.930 3.160 kW = 3.770kW (direvisi)

  • Telekomunikasi

    Gambar diambil dari noesangpemulungoneng.blogspot.com

  • Jaringan telekomunikasi adalah rangkaian perangkat/sekelompok alat telekomunikasi

    dan kelengkapannya, yang digunakan dalam rangka berkomunikasi.

    Sentral telepon adalah pusat peralihan penggabungan telepon, baik secara manual maupun secara otomat. Sentral telepon ini mempunyai hiraki mulai dari Sentral Tol, Sentral Tandem, dan

    sentral lokal.

    Sentral lokal yaitu sentral telepon tempat pelanggan lokal disambungkan dengan pelanggan lain, di mana sentral lokal ini berfungsi mendistribusi jaringan kabel lokal. Sentral lokal ini berupa

    bangunan kantor PT.Telkom yang dilengkapi dengan sentral manual maupun sentral telepon

    otomat (STO) Main Distribusi Frame (MDF) atau rangka pembagi utama (RPU).

    Jaringan kabel primer yaitu kabel yang menghubungkan jaringan telepon dari sentral lokal yang satu ke sentral yang lain atau sentral lokal ke rumah kabel. Jaringan ini pada umumnya berada di

    bawah tanah. Rumah kabel (RK/RC) yaitu tempat yang berfungsi mendistribusikan jaringan kabel

    primer setelah melalui andhol ke jaringan kabel sekunder. Rumah kabel ini biasanya terdapat di

    pinggir jalan atau tempat-tempat tertentu yang dilengkapi oleh rak pembagi.

    Jaringan kabel sekunder yaitu jaringan kabel yang menghubungkan jaringan kabel telepon rumah kabel ke kotak pembagi. Kotak pembagi (KP/OP) yaitu tempat yang berfungsi mendistribusikan

    jaringan kabel ke konsumen.

    Telekomunikasi

  • Analisis Kebutuhan Telepon

    0,13 x jumlah jiwa

    1 telepon umum per 250 jiwa

    Penempatan dan desain

    STO

  • Air Bersih

  • Diagram Penyusunan RIS Air Bersih (Piped System)

  • Diagram Penyusunan RIS

    Air Bersih (Non Piped System)

  • Analisis Kebutuhan

    Air Rencana

  • Air Bersih dan Hidran Kebakaran

  • Analisis Kebutuhan Air Bersih

    Sumber : Konsep Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Perkotaan Wilayah

    Direktorat Bina Tata Perkotaan dan Pedesaan, Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum tahun 1983

  • Contoh Perhitungan Kebutuhan Air Bersih untuk suatu kota dengan jumlah

    penduduk 11.000 jiwa (kota kecil) Kebutuhan domestik: Rumah Tangga dan Kran Umum Kebutuhan non domestik diasumsikan 10% dari kebutuhan domestik Pelayanan PDAM mencakup 100% penduduk.

    Kebutuhan Perhitungan Kebutuhan Air Bersih

    Domestik Rumah tangga 11.000 x 130 liter/hari 1.430.000 liter/hari

    Domestik Kran Umum 11.000 x 30 liter/hari 330.000 liter/hari

    Total Domestik 1.760.000 liter/hari

    Non Domestik 1.760.000 x 10% 176.000 liter/hari

    Total Domestik + Non Domestik 1.936.000 liter/hari

    Kehilangan Air 1.936.000 x 30% 580.800 liter/hari

    Total Kebutuhan Harian Rata-rata Kebutuhan + Kehilangan 2.516.800 liter/hari

    Total Kebutuhan Harian Maks TKHR x 1,2 3.020.160 liter/hari

    Kebutuhan Debit Air PDAM Rubah liter/hari menjadi

    liter/detik dibagi 86.400 34,96 liter/detik

    Soal 3 Hitung kebutuhan air dan debit air PDAM yang dibutuhkan jika pelayanan PDAM mencakup 70% penduduk kota

  • Air Limbah

  • Air Limbah

  • PENENTUAN SISTEM PEMBUANGAN

    AIR KOTOR

  • Contoh small bore sewer system

  • Sumber: Pedoman Teknik Pembangunan untuk Perumahan Sederhana Tidak Bersusun

    Dirjen Cipta Karya Departemen PU Tahun 1987

    Persyaratan jaringan air limbah rumah tangga

  • Contoh Perhitungan Produksi Air Limbah Rumah Tangga untuk suatu kota

    dengan jumlah penduduk 11.000 jiwa (kota kecil) Produksi air limbah domestik diasumsikan 80% konsumsi air bersih domestik Produksi air limbah non domestik diasumsikan 10% dari konsumsi air bersih domestik

    Item Perhitungan Hasil Perhitungan

    Konsumsi air bersih domestik

    rumah tangga

    11.000 x 130 liter/hari 1.430.000 liter/hari

    Konsumsi air bersih domestik

    kran umum

    11.000 x 30 liter/hari 330.000 liter/hari

    Konsumsi air bersih domestik 1.760.000 liter/hari

    Produksi air Limbah domestik 1.760.000 x 80% 1.408.000 liter/hari

    Produksi air limbah non domestik 1.760.000 x 10% 176.000 liter/hari

    Total produksi air limbah Produksi air limbah domestik

    ditambah produksi air limbah

    non domestik

    1.584.000 liter/hari

    Soal 4 Hitung debit pembuangan air limbah pada kasus di atas menjadi liter/detik

  • Persampahan

  • Persampahan

    Pengertian sampah secara teknis adalah limbah yang bersifat padat dan zat organik serta zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi,

    dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan

    melindungi investasi pembangunan.

    Dalam tulisan ini, sampah yang dimaksud adalah sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga maupun fasilitas umum sebagai

    sampah organik maupun non organik. Sampah organik yang berasal

    dari tumbuh-tumbuhan mampu mengalami proses pembusukan

    (dekomposisi), adapun sampah non organik berupa plastik, kaleng

    dan kaca tidak bisa mengalami pembusukan sehingga perlu

    diupayakan untuk dapat didaur ulang atau dimusnahkan

  • Pengelolaan Sampah

    Sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga dikumpulkan di lubang-lubang yang

    ada di sekitar rumah, kemudian dibakar. Hasil pembakaran dibawa ke lahan

    pertanian atau kebun sebagai pupuk kompos untuk tanaman. Pengelolaan ini

    umumnya dilakukan oleh setiap rumah tangga di daerah pedesaan

    sampah yang dihasilkan oleh fasilitas umum seperti pasar, perkantoran, rumah sakit, dan sampah yang dhasilkan oleh rumah tangga perkotaan dikumpulkan di

    bak-bak sampah yang ada di sekitarya, kemudian diangkut ke tempat

    pembuangan sampah sementara dengan gerobak sampah, untuk selanjutnya

    diangkut ke tempat pembuangan sampah akhir yang ditangani oleh Dinas

    Kebersihan Kota / Kabupaten dengan menggunakan truk-truk sampah.

  • Standar Produksi Sampah Berdasarkan Sumbernya

    Sumber: Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Prasarana Perkotaan

  • Prasarana Pembuangan Sampah

  • Contoh Perhitungan Timbulan Sampah pada suatu kota dengan jumlah

    penduduk 11.000 jiwa (kota kecil) Timbulan sampah 2,5 liter/orang/hari Komposisi timbulan sampah 75% domestik, 25% non domestik timbulan sampah non domestik

    = 0,33 timbulan sampah domestik.

    Sampah tertangani 80%

    Item Perhitungan Hasil Perhitungan

    Timbulan sampah domestik 11.000 x 2,5 liter/hari 27.500 liter/hari

    Timbulan sampah non domestik 27.500 x 0.33 liter/hari 9.167 liter/hari

    Total timbulan sampah 36.667 liter/hari

    Sampah tertangani 36.667 x 80% 29.333 liter/hari

    Soal 5 Hitung kebutuhan peralatan pembuangan sampah untuk kota tersebut

  • Drainase

  • Standar Pelayanan Drainase

    Tidak ada genangan banjir di daerah kota/perkotaan > 10 Ha Bila terjadi genangan; tinggi genangan rata rata 10 Ha, penanganan drainase makro

    Kriteria Disain/Input Perencanaan : Saluran Primer/ Makro drainage u/kawasan strategls, perdagangan,industri,

    permukiman, u/penanganan > 10 ha, PUH 10-25 tahun

    Saluran sekunder u/ penanganan genangan> 10 Ha, PUH 10-25 tahun Saluran Tersier, u/ penanganan genangan

  • Sistem Drainase Lokal (Minor Urban Drainage)

    Sistem drainase lokal (minor) adalah suatu jaringan sistem drainase yang melayani

    suatu kawasan kota tertentu seperti kompleks permukiman, daerah komersial,

    perkantoran dan kawasan industri, pasar dan kawasan pariwisata. Sistem ini melayani

    area sekitar kurang lebih 10 Ha.

    Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggungjawab masyarakat, pengembang

    atau instansi pada kawasan masing-masing

    Sistem Drainase Utama (Major Urban Drainage)

    Sistem Jaringan Utama (major urban drainage) adalah sistem jaringan drinase yang

    secara struktur terdiri dari saluran primer yang menampung aliran dari saluran-saluran

    sekunder. Saluran sekunder menampung aliran dari saluran-saluran tersier. Saluran

    tersier menampung aliran dari Daerah Alirannya masing-masing. Jaringan drainase lokal

    dapat langsung mengalirkan alirannya ke saluran primer, sekunder maupun tersier.

    Pengendalian Banjir (Flood Control)

    Pengendalian Banjir adalah upaya mengendalikan aliran permukaan dalam sungai

    maupun dalam badan air yang lainnya agar tidak meluap serta limpas atau

    menggenangi daerah perkotaan. Pengendalian banjir merupakan tanggung jawab

    pemerintah Propinsi atau Pemerintah Pusat. Konstruksi atau bangunan air pada sistem

    flood control antara lain berupa: Tanggul, Bangunan Bagi, Pintu Air, Saluran Flood Way.

  • Sistem Saluran Primer

    Saluran primer adalah saluran yang menerima masukan aliran dari

    saluran-saluran sekunder. Saluran primer relatif besar sebab letak saluran

    paling hilir. Aliran dari saluran primer langsung dialirkan ke badan air.

    Sistem Saluran Sekunder

    Saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari

    saluran-saluran tersier dan meneruskan aliran ke saluran primer.

    Sistem Saluran Tersier

    Saluran drainase yang menerima aliran air langsung dari saluran-saluran

    pembuangan rumah-rumah. Umumnya saluran tersier ini adalah saluran

    kiri kanan jalan perumahan.

  • Dimensi saluran drainase, bila dilihat dari hirarkinya dapat dibagi menjadi

    tiga saluran drainase yaitu :

    Drainase primer dengan ukuran lebar > 1,50 m dan kedalaman 1 m (terbuat dari pasangan batu dengan dimensi lebar dan kedalaman lebih

    besar dari saluran sekunder, juga terdiri dari anak-anak sungai yang

    ada)

    Drainase sekunder dengan ukuran lebar 1,20 m dan kedalaman 0,80 m (terbuat dari pasangan batu)

    Drainase tersier dengan ukuran lebar 0,6 m dan kedalaman 0,40 m (sebagian besar terbuat dari tanah/saluran alami)

    Sungai dan Saluran

    Adalah alur tempat mengalirnya air di bidang permukaan tanah atau di bawah permukaan tanah.

    Sungai terjadi karena peristiwa alam dimana aliran air mengalir sesuai dengan morfologinya dan secara umum alirannya adalah aliran unsteady flow (aliran yang tidak tetap).

    Sedangkan saluran adalah alur tempat aliran air yang sengaja dibuat oleh manusia, secara umum alirannya adalah aliran steady flow (aliran tetap).

  • Analisis Kerawanan Banjir pada saluran yang ada: Bandingkan kapasitas debit saluran eksisting dengan debit aliran hujan dari catchment area

    Air hujan sebagian meresap ke dalam tanah, menguap dan sebagian lagi dialirkan

    ke permukaan yang lebih rendah. Besarnya aliran dinyatakan dalam istilah

    debit air (Q) dalam satuan volume per satuan waktu. Catchment area atau daerah

    tangkapan air adalah kesatuan area dimana air permukaannya mengalir ke badan

    air yang sama baik berupa sungai atau danau, mengikuti arah kontur topografi

    area tersebut

    (1) tentukan rencana alur saluran sesuai topografi dan tata guna lahan,

    (2) tentukan kala ulang pada masing-masing saluran,

    (3) analisis intensitas hujan sesuai dengan kala ulang,

    (4) hitung debit rencana masing-masing saluran,

    (5) analisis perbedaan antara kebutuhan dan kondisi yang ada.

    Analisis Kebutuhan Saluran Drainase:

  • Debit banjir (aliran) curah hujan (Q) = C. I. A m3/jam ..........metode rasional

    C = Koeffisien pengaliran/limpasan

    I = Intensitas hujan yang merata di daerah yang ditinjau (mm/jam)

    A = Luas daerah pengaliran yang ditinjau (m2)

    Koeffisien Limpasan

  • Kapasitas (debit) saluran eksisting = v. A m3/jam

    v = kecepatan aliran (m/detik) rubah menjadi m/jam A = Luas penampang saluran (m2)

    Bilangan kekasaran Manning

    Q = debit saluran (m/dtk)

    A = luas penampang saluran (m)

    R = jari-jari hidrolik (m)

    S = kemiringan dasar saluran

    n = bilangan Manning untuk kekasaran saluran

    kecepatan maksimum ditentukan oleh kekasaran dinding dan dasar. Untuk saluran tanah v = 0,7 m/dt,

    pasangan batu kali v = 2 m/dt dan pasangan beton v = 3 m/dt.

    Rumus lain (lebih teliti) untuk menghitung kapasitas debit saluran

  • Contoh Soal

    Sebuah perumahan seluas 9 hektar memiliki saluran drainase pasangan

    batu kali berukuran lebar 80 cm dengan kedalaman 100 cm. Curah hujan

    harian maksimum kala ulang 2 tahunan di tempat tersebut 3.000 mm/hari.

    Silahkan dianalisis, apakah perumahan tersebut rawan banjir atau tidak?

    Satuan disamakan menjadi m3/jam Qhujan = C. I. A = 0,60 x (3/24) x 90.000 m3/jam = 0,60 x 0,125 x 90000 = 6,750 m3/jam

    Qsaluran = v.A = (2 x 3600) x (0,8 x 1,0) = 7200 x 0,8 = 5.760 m3/jam

    Pemaknaan:

    Kapasitas saluran pasangan batu kali tidak mencukupi untuk menampung limpasan curah hujan maksimum di perumahan tersebut.

    Luas penampang minimum saluran pasangan batu kali untuk menampung curah hujan maksimum di perumahan tersebut adalah 6750 / 7200 m2 = 0,9375 m2 lebar 95 cm, kedalaman 100 cm.

    Jika saluran menggunakan pasangan beton: Qsaluran = v.A = (3x3600) x (0,8x1,0) = 10.800x0,8 = 8.640m3/jam mencukupi untuk menampung limpasan air hujan.

  • Contoh Penampang Saluran Drainase

  • 4 Cara Perbaikan Drainase Meningkatkan kapasitas saluran drain yang ada Mengalihkan sebagian dari aliran Menahan aliran dan Memompa

  • Meningkatkan kapasitas

    ( i ) Meluruskan arah aliran sungai atau saluran drainase sehingga memotong bagian sungai yang

    berkelak kelok (meander) ( ii ) Membangun tanggul sepanjang tepi saluran

    ( iii ) Mengeruk dan menggali kedalaman sungai

    ( iv ) Melapisi saluran

    Mengalihkan aliran

    Pengelakan aliran banjir dari satu daerah aliran ke yang lain bisa merupakan pilihan yang menarik.

    Penggunaan saluran pengelak untuk memperbaiki situasi banjir di suatu daerah tertentu bisa

    mengenai salah satu tujuan ini:

    ( i ) Mengelakkan aliran banjir yang berlebihan ke sungai saluran drainase lain atau

    ( ii ) Mengelakkan sebagian daerah aliran sehingga alirannya diluahkan kecekungan drainase

    yang lain.

    Menahan aliran penyediaan suatu waduk banjir untuk

    meratakan puncak aliran banjir.

    Pemompaan

    (i) Pemompaan Waduk Banjir.

    Kegiatan ini menyangkut pengelakan yang bersifat sementara dari seluruh atau sebagian aliran banjir ke

    suatu waduk di luar aliran sungai kemudian memompanya kembali masuk ke saluran drainase, pada

    saat banjir mereda.

    (2) Pemompaan Daerah Rendah.

    Apabila drainase tidak mempunyai tempat keluar atau bila air yang bisa keluar sangat terbatas (untuk

    daerah rendah), maka mungkin diperlukan pemasangan pompa untuk mengangkat air drainase dari

    daerah aliran yang lain.

  • Drainase berwawasan lingkungan adalah pengelolaan drainase yang tidak

    menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan.

    Terdapat 2 (dua) pola yang umum dipakai untuk mengelola drainase yang

    berwawasan lingkungan:

    Pola detensi (menampung air sementara), misalnya dengan membuat kolam penampungan kolam detensi.

    Pola retensi (meresapkan), antara lain dengan membuat sumur resapan, saluran resapan, bidang resapan atau kolam resapan kolam retensi.

  • demikian, terimakasih

    semoga berguna