27
Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK Analisa Terhadap Nota Kepakatan Bersama 12 Kementrian dan Lembaga (NKB 12K/L) Eko Cahyono 1 A. Latar Belakang Salah satu tonggak keterlibatan langsung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas persoalan Tenurial Reform Kehutanan adalah sejak masuknya agenda Nota Kesepemahaman Bersama (NKB) Percepatan Pengukuhan kawasan Hutan 12 Kementrian dan Lembaga (NKB 12 K/L) yang ditandatangani pada 10 Meret 2013 lalu di Istana negara. Dapat dikatakan bahwa agenda dalam NKB 12 K/L merupakan kelanjutan dari beberapa upaya sebelumnya dari KPK yang ingin mengembangkan penanganan persoalan korupsi di wilayah kehutanan dan Sumber Daya Alam secara lebih luas. Dasar gagasan pengembangan kajian korupsi di wilayah kehutanan dan SDA adalah pemahaman bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas tidak hanya merugikan keuangan Negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa. Dengan pemahaman semacam ini maka makna Pemberantasan Korupsi lebih dalam perspektif Penjagaan Hak-hak Sosial dan Ekonomi untuk Kesejahteraan Rakyat. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar dari upaya penyusunan agenda NKB 12 K/L Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan. Dalam sebuah rapat koordinasi dengan 45 penanggung jawab NKB dari 12 K/L, yakni Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kemeneterian Pertanian, Kementerian ESDM, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam negeri, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas, Badan Pertanahan Nasional, Badan Informasi Geospasial, Komnas HAM, dan UKP4. Wakil KPK Busyro Muqoddas menjelaskan dasar penyusunan NKB 12 K/L, setidaknya ada tiga hal dasar: Pertama, Kawasan hutan yang mencapai sekitar 128 juta hektare meliputi 70% wilayah darat Indonesia, merupakan salah satu kekayaan negara yang harus dikelola sebaik-baiknya dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Namun demikian, buruknya tata kelola sektor kehutanan belum mampu mewujudkan amanat tersebut, namun justru yang terjadi adalah kerusakan hutan secara masif. Hal ini diperparah dengan belum mantapnya 1 Tim NKB-KPK, Peneliti di Sajogyo Institute, Bogor.

Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK

Analisa Terhadap Nota Kepakatan Bersama 12 Kementrian dan Lembaga(NKB 12K/L)

Eko Cahyono1

A. Latar Belakang

Salah satu tonggak keterlibatan langsung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas persoalanTenurial Reform Kehutanan adalah sejak masuknya agenda Nota Kesepemahaman Bersama(NKB) Percepatan Pengukuhan kawasan Hutan 12 Kementrian dan Lembaga (NKB 12 K/L)yang ditandatangani pada 10 Meret 2013 lalu di Istana negara. Dapat dikatakan bahwa agendadalam NKB 12 K/L merupakan kelanjutan dari beberapa upaya sebelumnya dari KPK yang inginmengembangkan penanganan persoalan korupsi di wilayah kehutanan dan Sumber Daya Alamsecara lebih luas.

Dasar gagasan pengembangan kajian korupsi di wilayah kehutanan dan SDA adalah pemahamanbahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas tidak hanya merugikankeuangan Negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomimasyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatanyang pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa. Dengan pemahaman semacam inimaka makna Pemberantasan Korupsi lebih dalam perspektif Penjagaan Hak-hak Sosial danEkonomi untuk Kesejahteraan Rakyat. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar dari upayapenyusunan agenda NKB 12 K/L Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan.

Dalam sebuah rapat koordinasi dengan 45 penanggung jawab NKB dari 12 K/L, yakniKementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kemeneterian Pertanian,Kementerian ESDM, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam negeri, KementerianHukum dan HAM, Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas, Badan PertanahanNasional, Badan Informasi Geospasial, Komnas HAM, dan UKP4. Wakil KPK BusyroMuqoddas menjelaskan dasar penyusunan NKB 12 K/L, setidaknya ada tiga hal dasar: Pertama,Kawasan hutan yang mencapai sekitar 128 juta hektare meliputi 70% wilayah darat Indonesia,merupakan salah satu kekayaan negara yang harus dikelola sebaik-baiknya dan sebesar-besarnyauntuk kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Namun demikian,buruknya tata kelola sektor kehutanan belum mampu mewujudkan amanat tersebut, namun justruyang terjadi adalah kerusakan hutan secara masif. Hal ini diperparah dengan belum mantapnya

1 Tim NKB-KPK, Peneliti di Sajogyo Institute, Bogor.

Page 2: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

kawasan hutan di Indonesia. Dari luas hutan yang ada, baru 16,18 persen kawasan hutan yangtelah ditetapkan dan masih tersisa 63 ribu kilometer kawasan hutan belum ditata batas. Belumlagi batas administratif daerah, baru selesai 130 segmen dari total 957 segmen. Kedua, Buruknyatata kelola di sektor kehutanan dan korupsi menjadi lingkaran tak berujung. Keduanya dianggapterus menggerogoti hak rakyat untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya atas hutan.Kerugiannya yang terjadi pun sangat tinggi. Pada tahun 2005, Kemenhut memperkirakan, akibatillegal loging saja negara dirugikan sebesar Rp35 triliun per tahun. Hanya dengan menghitungtiadanya izin pinjam-pakai, KPK pada 2010 mengkalkulasi hilangnya potensi penerimaan negarabukan pajak akibat pertambangan di dalam kawasan hutan sebesar Rp15,9 triliun per tahun. Inikarena ditemukan 1.052 usaha pertambangan dalam kawasan hutan yang tidak melalui prosedurpinjam-pakai. Ketiga, Hasil kajian KPK sebelumnya, yakni melakukan kegiatan pencegahanberupa kajian Sistem Perencanaan dan Pengelolaan Hutan pada Direktorat Jenderal PlanologiKehutanan pada 2010. Pengalaman pemantauan tindak lanjut dari hasil kajian tersebutmenyadarkan KPK bahwa perlu ada komitmen dan sinergi dari semua K/L terkait untukbersama-sama menuntaskan persoalan tata kelola kehutanan.2

Tujuan utama dari penandatanganan NKB 12 K/L 11 Maret 2013 adalah bagian dari upayamenyelesaikan akar masalah sektor sumber daya alam atau sektor kehutanan yang sudah puluhantahun tidak diselesaikan atau belum menemukan alternatif penyelesaian terbaik. Selain itu, salahsatu akar masalahnya adalah ego sektoral dalam pengelolaan sumber daya alam. Secaranormative NKB yang berlaku sampai 3 tahun sejak ditandatangani ini mempunyai tiga agendautama, yaitu harmonisasi regulasi dan kebijakan, penyelarasan teknis dan prosedur dan resolusikonflik yang duurunkan ke dalam 93 rencana aksi.

Perincian lebih lanjut dari 93 rencana aksi menjadi lima bagian cluster merujuk pada usulanpakar tata kelola kehutanan, Prof. Hariadi Kartodihardjo. Lima klaster tersebut adalah clusterkawasan hutan, kesatuan pengelolaan hutan (KPH), penyelesaian konflik, perencanaannasional, dan perizinan. Tujuan dari pembagian klaster ini adalah bagian dari penyempurnaankebijakan dan peraturan serta percepatan pengukuhan kawasan hutan, termasuk kepastian statuspihak ketiga dalam kawasan hutan negara. Sementara pada kesatuan pengeloan Hutan (KPH),yakni dengan mendorong beroperasinya 120 KPH model serta berjalannya program-programkemasyarakatan di dalam KPH itu.

Sedangkan untuk penyelesaian konflik, yang akan dilakukan adalah pentingnya menyusunregulasi penyelesaian sengketa kehutanan dan terwujudnya konsensus penyelesaian konflik oleh12 kementerian atau lembaga, yang diikat dalan Renaksi setiap K/L terkait. Disisi lain diperlukanpenyusunan perencanaan nasional yang lebih rinci dalam penyelesaian pengukuhan kawasanhutan serta menjadikan penyelesaian pengukuhan kawasan hutan ini menjadi agenda nasionaldalam jangka panjang (RPJMN). Untuk persoalan perizinan, perlu disusun kebijakan dan

2 Dikutip dan dikembangkan dari berita yang dirujuk pada: http://www.kpk.go.id/id/berita/berita-kpk-kegiatan/1254-kpk-dan-12-kementerian-lembaga-tindak-lanjuti-kesepakatan-percepatan-pengukuhan-kawasan-hutan.

Page 3: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

menjalankan proses perizinan secara integratif dan transparan dengan jaminan masa depanperizinan sesuai peraturan-perundangan dan bebas konflik.3

Berikut skema pencegahan korupsi sektor kehutanan KPK:4

Tugas KPKPasal 6

KoordinasiPasal 7

SupervisiPasal 8

Penyelidikan, Penyidikan,Penuntutan

Pasal 11

PencegahanPasal 13

MonitorPasal 14

1. Kejaksaan2. Kepolisian3. BPK4. Inspektorat Jenderal5. Lain-lain

1. Kejaksaan2. Kepolisian3. BPK4. Inspektorat Jenderal5. Lain-lain

1. Lembaga yang memberikanpelayanan publik

1. Semua kewenangan yangdiberikan kepada penegakhukum lainnya oleh UU

2. Kewenangan tertentu yangtidak diberikan kepadapenegak hukum lain

Pencegahan Korupsi SektorKehutanan

mekanisme anti korupsi KPK (UU No. 30/2002)

B. Sekilas Rute Masuknya Gagasan NKB di KPK

Secara umum, masuknya gagasan tenurial reform di KPK yang kemudian menghasilkan bentukNKB 12 K/L, merupakan buah dari keterbukaan dan kesempatan politik pasca reformasi di satusisi dan pemanfaatkan kekuatan performance “super body” KPK yang mendapat dukungan dankepercayaan masyarakat secara umum sebagai salah satu anak kandung agenda Reformasi 1998yang masih berjalan. Namun, secara khusus gagasan NKB 12 K/L juga merupakan hasildorongan dari person-person dan kelembagaan di luar KPK yang selama ini menekuni persolankebijakan kehutanan, terutama dalam hal ini adalah Yayasan SILVAGAMA5. Para aktivis di

3 Ibid.4 Presentasi Tim Litbang KPK, di pertememuan Seminar sehari dengan Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA), Hotel CemaraJakarta, 17 April 2013.5Yayasan Silvagama meripakan lembaga yang awalnya diisi oleh para alumni dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta,khususnyab para mahasiswa pecinta alam dan aktivis lingkungan yangbermarkas di Yogyakarta. Sejak kepengurusan TimmerManurung, sekitar tahun 2008/2009 hingga sekarang diisi oleh beragam aktivis multi universitas (tak hanya dari UGM) dan multi

Page 4: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

Silvagama memiliki hubungan personal yang sangat baik dengan person-person di Internal KPKdalam jangka bantu yang cukup lama, khususnya dengan dua bidang di internal KPK, yakniBidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja AntarKomisi dan Instansi (PJKKI). Tonggak penting hubungan antar kelembagaan antara YayasanSilvagama dan KPK adalah agenda pengkajian KPK terhadap Sistem Perencanaan danPengelolaan Kawasan Hutan di Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan padatahun 2010. Dari hasil kajian tersebut KPK merekomendasikan 17 saran perbaikan, yangmeliputi aspek regulasi, kelembagaan, tata laksana, dan manajemen SDM. Namun, kajiantersebut belum membuahkan hasil yang diharapakan. Pengalaman pemantauan KPKterhadap implementasi saran perbaikan oleh Kementerian Kehutanan sejak 2011 sampaidengan saat ini, ternyata Kementerian Kehutanan meski telah telah menunjukkan upaya kerasuntuk melakukan perbaikan dalam hal perencanaan dan pengelolaan kawasan hutan namunmelahirkan permasalahan-permasalahan mendasar lainnya yang terkait perencanaan danpengelolaan kawasan hutan yang penyelesaiannya bersifat terintegrasi dan perlu mendapatdukungan dan sinergi dari seluruh elemen Kementerian/Lembaga antara lain: KementerianESDM, Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum (PU), KementerianLingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Badan PertanahanNasional (BPN), Badan Informasi Geospasial (BIG), BAPPENAS, Kementerian Hukum danHAM, dan Komnas HAM.

Di sisi lain, Grahat Nagara salah seorang aktivis di Yayasan Silvagama -- juga termasuk salahseorang penulis dalam penyusunan naskah Tenurial Reform Kehutanan oleh CSO Lombok—kerap terlibat memberikan masukan dan update ke internal KPK terkait perkembangan putarandan capaian serta masalah-masalah yang muncul dari dorongan reform kehutanan oleh kalanganCSO ini. Salah satu catatan reflektif dari putaran Tenurial Reform CSO yang memanfaatkan jalurKementrian Kehutanan dan Dewan Kehutanan Nasional (DKN) adalah munculnya persoalanberupa ketidakmampuan gerakan CSO dengan agenda Tenurial Reform Kehutanan hasilkonferensi Lombok, menembus hambatan politik birokratis “egos ektoral” antar Kementrianyang terkait dengan pengelolaan kawasan hutan. Sudah jamak diketahui bahwa urusanpengelolaan kehutanan, meniscayakan lintas pengeloaan kebijakan antar kementerian danlembaga. Di sisi lain, kompleksitas warisan persoalan kehutanan sebelumnya yang tak hanyameliputi persoalan regulasi dan kebijakan, tetapi juga meluas pada persoalan paradigmapengelolaan kawasan hutan, kapastian hak-hak tenurial masyarakat adat/lokal, tata bataskawasan, hak dan akses masyarakat atas kawsan hutan, hingga konflik agraria yang masihbelum menemukan jalan tuntas akar persoalannya. Kombinasi persoalan batas usaha gerakanCSO dan masih ruwetnya warisan masalah kehutanan sebelumnya, membutuhkan “jalanalternative” untuk dapat menembusnya.

disilin ilmu, hukum, politik, sosiologi dll. Namun masih mempertahankan traadisi merekrut aktivis pencita alam dan aktivislingkungan. Profil Yayasan Silvagama lebih lanjut dapat dillihat; www. silvagama.org.

Page 5: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

Baik dalam diskusi ringan non formal maupun diskusi formal, Grahat Nagara dan TimmerManurung (aktivis Yayasan Silvagama) kerap mendiskusikan hasil refleksi atas “batas”penembusan dorongan Tenurial Reform CSO hasil konferensi Lombok tersebut ke internal KPK(khususnya di lingkungan Litbang dan PJKKI) sekaligus menjajaki kemungkinan KPK ikutberperan melanjutkan kajian korupsi di kawasan kehutanan. Putaran diskusi yang dilakukan terusmenerus di internal KPK serta dorongan momentum situasi eksternal, khususnya semakinmenjamurnya persoalan konflik agraria di sekitar kawasan hutan yang belum menemukan jalankeluar yang mendasar, semakin mendorong upaya perwujudan agenda pengkajian KPK terhadapSistem Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Hutan di Direktorat Jenderal PlanologiKementerian Kehutanan yang dilakukan pada tahun 2010 itu. Hasilnya, sebagaimanadiungkapkan dimuka adalah, 17 rekomendasi saran perbaikan, yang meliputi aspek regulasi,kelembagaan, tata laksana, dan manajemen SDM. Kajian inilah yang menjadi tonggak dan cikalbakal lahirnya NKB 12 K/L.

Namun, naskah NKB yang telah ditandatangani 12 K/L sekarang ini bukanlah hasil usulandesain utuh dari para penggagasnya. Namun lebih tepat disebut sebagai naskah berproses. Sebab,aktivis Yayasan Silvagama sendiri yang massif mengusulkan gagasan tersebut awalnya tidakmembayangkan bahwa NKB ini akan menghubungkan banyak lembaga dan kementriansertaakhirnya dapat ditandatangami oleh 12 K/L. Bayangan awal yang ditargetkan adalah hanya4-5 kemnetrian saja. Mereka juga tidak membayangkan bahwa naskah NKB ini akanditandatangani di Istana negara dan disaksikan langsung oleh Presiden RI. Tim Penggagas jugatidak membayangkan sejak awal bahwa putaran NKB pasca ditandatangani 12 K/L akanmelibatkan sekian banyak pakar, jaringan dan rute-rute pertemuan diskusi, FGD dan Seminaryang demikian panjang dan meluas seperti sekarang ini.6

Para aktivis Silvagama mengakui bahwa masuknya gagasan NKB banyak dilapangkan jalannyasalahsatunya karena kepempimpinan di KPK yang mendukung dan selaras dalam mendoronggagasan NKB, khususnya wakil ketua KPK Busro Muqoddas dan Bambang Wijoyanto. Keduapimpinan KPK ini, selain sudah sangat lama terlibat bersama aktivis di CSO, juga punya concernmengembangkan kajian korupsi ke wilayah sumberdaya alam dan mendasarkan pada isu-isukebangsaan lainnya. Dalam kepempimpinan mereka, upaya mengembangkan tafsir baru korupsiyang tak hanya dominan pada makna hukum normatif tetapi juga untuk penegakan keadilansosial. Sehingga beragam gagasan dalam upaya pengembangan kajian korupsi baik di internalLitbang KPK maupun PJKKI disambut baik oleh pimpinan KPK dan didorong lebih kuat untukdigoalkan.7

Selain itu, masuknya gagasan Tenurial Reform di KPK juga merupakan hasil dukungan seriusdari para personel serta pimpinan di kedua bidang di Internal KPK, yakni Litbang dan PJKKIyang sejak awal kajian persoalan kehutanan dengan Ditjend Planologi tahun 2010, hingga

6 Hasil wawancara dengan GN dan TM, tanggal 15 Juli 2013.7 Hasil diskusi dengan beberapa oarng Tim NKB di Litbang dan PJKKI di KPK, juni-juli 2013.

Page 6: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

tersusunnya NKB 12 K/L. Seluruh personel dan pimpinan di kedua lembaga ini aktif terlibatlangsung dan mendukung penuh semua gagasan pengembangan kajian korupsi di wilayahkehutanan dan Sumberdaya Alam.8

Pasca penandantanganan NKB, dilakukan putaran Forum Groups Discussion (FGD) cukuppanjang dengan para pakar hukum, kebijakan, konflik kehutanan untuk menguatkan materisubstantif, penyusunan strategi lanjutan, prancangan Rencana Aksi di tiap K/L hinggapendampingan pembahasan Renaksi di 12 K/L. Melibatkan beragam pakar dari lembaga riset,CSO dan jaringan kampus (IPB, UI, UGM, dll) yang dibagi menurut fokus tiga persoalan utamaNKB 12 K/L yakni; Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan, Harmonisasi Regulasi danPeraturan dan Resolusi Konflik. Para Dewan Pakar inilah yang banyak berperan memberikanmasukan, arahan, dan koreksi serta strategi sejak awal penyusunan naskah awal white paperNKB hingga pemantapan naskah, serta pendampingan dan pengawalan proses penyusunanRenaksi di 12 K/L.9

8 Hasil pengamatan terlibat penulis sebagai salah satu Tim NKB, dan hasil wawancara dengan Grahat Nugraha (Silvagama) Juli2013.9 Hasil Renaksi yang telah disepakati 12 K/L dan SK Dewan Pakar terlampir. Diantara Dewan Pakar Tersebut adalah Prof. MariaSumardjono (UGM), Prof. Hariadi kartodihardjo (IPB), Prof. Nur Hasan Ismail (UGM), Noer Fauzi Rachman, PhD, MyrnaSavitri, PhD, Yando Zakaria (Karsa Jogya), Abdon Nababan (AMAN) dll.

Page 7: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

Berikut proses dari rute penyusunan agenda NKB di KPK.10

Pemetaan Permasalahan danKomitmen Bersama

Pemetaanmasalah

Diskusiserial

Naskahtematik

Seminardan

LokakaryaNKB

Membangun komitmen kementerian lintassektor.

Kemhut, BIG, BPN, KemPU, Kementan, Kemen

ESDM, Kemenkumham, Kemdagri, Kemenkeu, Bappenas, Kementerian LH, Komnas

HAM, UKP4, KPK.

Besar dan luasnya implikasi permasalahan dalam sistem perencanaanSDA, memerlukan tidak hanya kesepahaman bersama tetapi juga

komitmen dan rencana aksi yang jelas dan efektif.

Memetakan persoalan dalam bahasa yangsama. Dipetakan melalui tiga persoalan: 1)

harmonisasi kebijakan dan peraturanperundangan 2) penyelarasan teknis danprosedur pengukuhan kawasan hutan, 3)

resolusi konflik.

Agustus 2012 11 Maret 2013

membangun komitmen bersama

13 Desember 2012

Sumber: Presentasi Tim NKB KPK, 2013.

C. Hubungan NKB 12 K/L dan Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara No. 35/PUU-X/2012

Munculnya putusan MK/X/2012 yang mengabulkan sebagian tuntutan Aliansi Masyarakat AdatNusantara (AMAN), untuk melepaskan hutan adat dari hutan negara, menjadi tambahan agendadan tersendiri dalam penyusunan Renaksi di tiap K/L penandatangan NKB. Sebab, penyusunangagasan dan naskah awal NBK, belum membayangkan keberhasilan gugatan AMAN kepada MKtersebut. Namun, di internal Tim Penggagas NKB meski tidak ada naskah tertulis, telahmenyepakati bahwa posisi NKB adalah mendukung dan menguatkan keputusan MK/2012.Sehingga banyak penyesuaian gagasan dalam naskah NKB, termasuk penyusunan strategi

10 Presentasi Tim Litbang KPK, di pertememuan Seminar sehari dengan Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA), HotelCemara Jakarta, 17 April 2013.

Page 8: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

komunikasi dengan K/L terkait, guna menegoisasikan masuknya point-point dalam naskahRenaksi NKB yang terkait dengan putusan MK/X/2012 tersebut.11

Berikut point-point Renaksi NKB 12 K/L yang terkait isunya dengan putusan MK/X/2012

POINT-POIN RENAKSI NKB 12 K/L YANG TERKAIT DENGAN PUTUSAN MK35/PUU-X/2012

No Nama K/L Point Renaksi Kreteria dan TargetProgram

1 ESDM - A.1.7. Melakukan evaluasiterhadap penetapan wilayahusaha pertambangan dan potensitumpang-tindihnya denganperizinan lain.

- A.2.3. Melakukan revisiterhadap mekanisme perizinanpertambangan, sehingga izinusaha pertambangan menjadiinstrumen administrasi negarayang berada di ujung prosesmendapatkan izin. Dalam halberada di dalam kawasan hutan,sebelum penerbitan WIUP yangbaru sesuai UU 4/2009ditetapkan oleh MESDM,

- Teridentifikasinya potensikonflik /tumpang tindih padapeta rancangan WilayahUsaha Pertambangan (WUP)Mineral Logam, Batubara,Radioaktif, Mineral NonLogam dan Batuan, di 7(cluster) pulau/kepulauandalam kawasan hutan, danpeta Wilayah Izin UsahaPertambangan (WIUP) yangberada di dalam kawasanhutan. Dengan melihatkesesuaian alokasi ruang,perizinan, lingkungan hidup,maupun sosial.

- Terbitnya Peraturan Bersamaantara Menteri ESDM danMenteri Kehutanan dalam halmekanisme perijinanpertambangan dan IPPKH(Izin Pinjam Pakai KawasanHutan)

11 Hasil pengamatan dan analisa penulis sebagai salah satu Tim NKB dan hasil diskusi-diskusi internal di Tim NKB KPK –Silvagama, Juli-Agustus 2013.

Page 9: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

Gubernur, Bupati/Walikotasesuai kewenangannya sudahtercapai kesepakatan denganKementerian Kehutanan untukmenerbitkan IPPKH kepadapemenang lelang WIUP MineralLogam dan Batubara ataupemohon yang sudahmendapatkan peta WIUPMineral Bukan Logam danBatuan sebelum mengajukanPermohonan IUP

2 KEMENTAN A.2.1. Melakukan revisi terhadapmekanisme perizinan perkebunan,sehingga izin usaha perkebunanmenjadi instrumen administrasiNegara yang berada di ujungproses mendapatkan izin. Dalamhal berada di dalam kawasanhutan, IUP diterbitkan setelahpelepasan kawasan hutan.

A.3.5. Melakukan revisi terhadapPermentan 26/2007 denganmengharuskan setiap daerahmelaporkan izin yang diterbitkankepada Kementan dan BadanInformasi Geospasial.

A.3.6. Menyusun NSPK untukmengendalikan perizinan yangditerbitkan oleh daerah.

B12: Rancangan PeraturanBersama Menteri Pertaniandan Kehutanan tentangmekanisme pelepasan kawasanhutan untuk perkebunandisampaikan kepada publik

B06: Rancangan PeraturanMenteri Pertanian tentangmekanisme perizinan usahaperkebunan terintegrasi

Tersusunnya aturan yangmengatur mekanismepengendalian penerbitan IUP

3 KMLH A.1.5. Penyelesaian peraturanperundangan yang merupakanpenjabaran UU 32/2009 tentangPelindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup terutama yangterkait dengan kebijakan

B06: Tersusunnya hasilinventarisasi peraturanperundangan mengenaiperencanaan terkait denganpemanfaatan SDA

Page 10: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

pemanfaatan dan pencadanganSumber Daya Alam.

A.1.6. Kementerian LingkunganHidup mengkoordinasikanpenyusunan kriteria daya dukungdan daya tampung

A.2.9. Membangun basis datakegiatan usaha SDA yangmenggunakan izin lingkungan

B06: Terlaksananya pemetaanperaturan-peraturan mengenaikriteria Kawasan Hutan

Terlaksananya peyebaranInformasi tentang rencanakegiatan/usaha yang telahmemiliki izin lingkungandari Kementerian LingkunganHidup kepada instansi terkait

4 BPN A.3.2. Badan Pertanahan Nasionalmembangun kriteria tanah terlantardan tindak lanjut pendistribusiantanah terlantar, termasuk jikadiperlukan dikembalikan sebagaikawasan hutan dengan melibatkanKementerian Pertanian

B.7.2. Melakukan pendaftarantanah atas hak-hak lamamasyarakat sebagaimana PPPendaftaran Tanah secara paraleldengan proses penataan batas.

B.7.3. Melakukan revisi terhadapPermen Agraria/Kepala BPN No.5/1999 tentang PenyelesaianMasalah hak Ulayat

Adanya pengaturan tentangkriteria tanah terlantar yangkemudian dapat ditindaklanjutisecara adil dan denganTarget 1.Terbitnyapenyempurnaan PP No. 11Tahun 2010 dan peraturanpelaksanaanya

Terdaftarnya / tercatatnya atashak-hak masyarakat baik didalam maupun di sekitarkawasan hutan

Disempurnakannya pengaturanhak atas tanah masyarakathukum adat dalam kawasanhutan.Target 1. Diterbitkannyaaturan pengganti Perka BPN5/1999

5 KEMEN-PU A.1.12. Menyusun regulasi terkait Target 1. Terbitnya peraturan

Page 11: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

perencanaan dan pemanfaatanruang yang menjaminterakomodasinya semua

pemerintah yang menjadipayung bagi kriteria fungsi dantata guna ruang yangmenjamin terakomodasinyasemua kepentingan sektoraldan daya dukung dan tampunglingkungan hidup.

6 KUMHAM A.1.15. Bersama kementerianterkait melakukan inventarisasiatas ketidakharmonisan peraturanperundangan dan kebijakansektoral yang berkaitan dengankawasan hutan.

A.1.16. Bersama kementerianterkait melakukan harmonisasiperaturan perundangan dankebijakan sektoral yangberkaitandengan kawasan hutan.

Tersusunnya kajian gapanalysis untuk harmonisasiregulasi yang terkait dengankawasan hutan

Tersusunnya rancanganregulasi yang diusulkan untukdilakukan harmonisasi.Target 1. Tersusunnyaroadmap harmonisasi regulasidan kebijakan sumber dayaalam.

7 KEMENDAGRI A.3.10 Melaksanakanpengendalian terhadap izin-izinyang telah diterbitkan Bupatiberdasarkan NSPK yang disusunoleh kementerian sektoral.Terinventarisasinya izin-izinpengelolaan SDA yang diterbitkanoleh pemerintah

B.5.3. Menyelesaikan bataswilayah administratif secara

Terlaksananya Fasilitasidaerah Provinsi dengan Sektordalam pengendalian izin-izinpengelolaan SDA didalamkawasan hutanTarget :Terhimpunnya laporanpengendalian terkaitperizinan/pengelolaan SDA didaerah provinsiTerpetakannya wilayahadministratif pemerintahan

Page 12: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

paralel dengan penataan bataskawasan hutan.

B.6.2. Berkoordinasi denganpemerintah daerah agar ada aturandaerah yang mensosialisasikansetiap rencana penataan batas danmembuka ruang partisipasimasyarakat dalam kegiatanpenataan batas di wilayahnya.

C.1.4. Bekerja sama melakukanpemetaan sosial terhadapmasyarakat hukum adat danmasyarakat lokal yang berada didalam dan sekitar hutan.

C.4.6. Berkoordinasi denganpemerintah daerah, BadanPertanahan Nasional, danKementerian Kehutanan agarpemerintah daerah melakukaninventarisasi dan identifikasiwilayah kelola masyarakat hukumadat khususnya yang berada didalam kawasan hutan.

hingga ke tingkat desa.Target 1. Tersusunnya naskahyang mengkaji efektivitas danvaliditas Permendagri yangmengatur mengenai desa danbatas desa.

Tersedianya informasipenataan batas kawasan hutan.

Tersedianya data hasilpemetaan sosial masyarakathukum adat dan masyarakatlokal di dalam dan sekitarhutan bersama dengan K/Lterkait

Terhimpunnya hasilinventarisasi dan indentifikasiyang dilakukan oleh daerahterhadap wilayah kelolamasyarakat hukum adat yangada didalam kawasan hutan

8 BIG A.3.12. Membangun basis datadan informasi geospasial terhadapseluruh perizinan sektoral.

Terciptanya LandasanKesepahaman Bilateral danMultirateral UntukMeningkatnya kualitas atribut

Page 13: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

B.1.3. BIG mengkoordinasikanpengadaan citra satelit resolusitinggi (CSRT) dengan melibatkanLAPAN, Bappenas, Kemenkeudan Kemenhut.

B.1.4. BIG mengkoordinasikankegiatan kajian untukmemformulasikan skala perpetaanoperasional untuk seluruh kegiatanalokasi ruang termasuk dalamproses pengukuhan kawasan hutandengan melibatkan KementerianHukum dan HAM, KementerianKehutanan, Badan PerencanaanPembangunan Nasional, danKementerian Pekerjaan Umum.

B.2.3. Berkoordinasi denganUKP4 untuk menuntaskan renaksione map

pada IGT ijin/konsesi usahadan titel hak atas tanah secaranasional denganmemanfaatkan pangkalan dataJDSN sesuai dengan ISO

Tersedianya CSRT, DataDEM, dan Basisdata GCPpengolahan data satelitpenginderaan jauhresolusi tinggi untuk keperluansurvei danpemetaan nasional.

Tersusunnya PeraturanBersama beberapa K/L tentangFormula Skala PetaOperasional untuk AlokasiRuang

Terbentuknya berbagaiperaturan pelaksanaan turunanUU 4/2011 tentang InformasiGeospasial sebagai panduanteknis pelaksanaan

Page 14: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

B.3.5. Pengintegrasian IGT untukmewujudkan One Map, termasukpengukuhan dan penatagunaankawasan hutan.

B15 :- Terselenggaranya Rakortek

Pokja IGT untukmensinergikanpenyelenggaraan IGT (TahapPersiapan)

KEMENHUT A.1.1. Penyempurnaan aturantentang pengukuhan kawasanhutan.

A.1.2. Melakukan evaluasiterhadap pelaksanaan pengukuhankawasan hutan.

A.1.3. Kementerian Kehutananmenjabarkan Rencana KehutananTingkat Nasional (RKTN) kedalam perencanaan pemanfaatankawasan hutan yang lebih rinci

Target 1. Penyempurnaanaturan mengenai tentangperencanaan hutan, yaituPeraturan Pemerintah Nomor44 Tahun 2004 tentangPerencanaan Hutan,Permenhut P.44/2012,Permenhut P.47/2010

B.15:Rancangan revisi PP44/2004, PermenhutP.44/2012, PermenhutP.47/2010 disampaikan dandikonsultasikan kepada publik

Tersusunnya laporan evaluasikegiatan pengukuhan kawasanhutan, yang menjelaskanpembelajaran danpermasalahan pelaksanaanpengukuhan kawasan hutansecara lengkap untukkepentingan penyempurnaanaturan pengukuhan kawasanhutan.

Tersusunnya penyempurnaandan pendetilan RencanaKehutanan yang dapatdiselaraskan dengan berbagai

Page 15: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

dengan melibatkan BadanPerencanaan PembangunanNasional.

A.1.4. Percepatan pembentukanKPH.

A.2.2. Kementerian Kehutananmengkoordinasikan kegiatanevaluasi terhadap tindak lanjutpelepasan kawasan hutan denganmelibatkan Badan PertanahanNasional dan KementerianPertanian.

A.2.5. Melakukan kajian ulangserta sinkronisasi dengan sektorterkait terhadap mekanismepelepasan kawasan hutan untukkeperluan perizinan dan pinjampakai kawasan hutan denganmemperhatikan prinsip-prinsiptransparansi dan akuntabilitas sertasinkronisasi dengan instansiterkait.

A.3.1. Kementerian Kehutananmengkoordinasikan kemungkinanimplementasi mekanisme jaminanpelepasan kawasan hutan denganmelibatkan KementerianKeuangan, Kementerian Pertanian,

rencana pembangunan sektorallainnya, maupun alatperencanaan pembangunanlain, seperti RPJM.

Terbentuknya KPH yangberfungsi secara optimal, padakawasan hutan yang telahditetapkan

Terlaksananya evaluasiterhadap tindak lanjutpelepasan kawasan hutandengan melibatkan BPN,Kementan dan KL terkaitlainnya.

Terlaksananya kajianharmonisasi dan sinkronisasiregulasi dalam mekanismepeenggunaan dan pelepasankawasan hutan untukkepentingan sektoral lainnyayang bebas konflik dan bebasdari korupsi.

Tersusunnya pengaturanmengenai jaminan pelepasankawasan hutan

Page 16: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

Kementerian Dalam Negeri, danBadan Pertanahan Nasional

B.1.1. Menyusun prioritaspenyempurnaan peta penunjukankawasan hutan.

B.3.1. Menyempurnakan danmelakukan update berkalaterhadap basis data dan informasihutan dan kawasan hutan.

B.3.2. Review terhadap aturaninventarisasi hutan yangdipersyaratkan dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999.

B.3.3. Kemenhutmengkoordinasikan inventarisasi

Tersusunnya dalam rencanamakro kehutanan prioritaspenyelesaian pengukuhankawasan hutan, dan termasukpenyempurnaan petapenunjukan kawasan hutan.

Tersedianya seluruh datakebijakan dan regulasi terkaitkawasan hutan baik yangberbasis spasial maupun nonspasial.

Tersusunnya kajian mengenaipentingnya inventarisasi hutansebagai bagian dariperencanaan ruang kehutanandan rekomendasi tentanginventarisasi hutan yangefektif dan efisien, antara lainmengatur 1) mekanismeinventarisasi hutan tidak hanyakayu, tetapi juga sosial, 2)mekanisme inventarisasi hutansebagai bagian daripengukuhan kawasan hutan.

Tersusunnya basis data daninformasi potensi ekonomi dan

Page 17: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

sosial-ekonomi desa-desa disekitar, beririsan dan di dalamkawasan hutan dengan melibatkanKemendagri dan BPS.

B.4.3. Kementerian Kehutananmengkoordinasikan kegiatanterkait mekanisme penangananpengaduan masyarakat terkaitdengan pengukuhan dan tenurialkawasan hutan dengan melibatkanKementerian Dalam Negeri.

B.5.1. Menyusun prioritaspenataan batas sesuai denganpenunjukan kawasan hutan danperubahannya.

B.5.2. Kementerian Kehutananmengkoordinasikan kegiatanpelaksanaan penataan bataskawasan hutan melibatkanKementerian Dalam negeri, BadanPertanahan Nasional danPemerintah Daerah.

B.6.1. Melakukan penyempurnaanaturan pengukuhan untukpenguatan PTB terkaitpenyelesaian hak-hak pihak ketiga.

B.7.1. Mempercepat pencadanganareal hutan kemasyarakatan, hutan

desa disekitar dan dalamkawasan hutan yang menjadibahan penentuan status hutandan penatagunaan kawasanhutan

Terkoordinasinya kegiatanpenanganan pengaduanmasyarakat terkait pengukuhankawasan hutan dan tenurialkehutanan.

Tersusun dan terkoordinasinyarencana dan prioritas penataanbatas dalam rencana kerjadirektur jendral planologikehutanan.

Terlaksananya penataan batasdi seluruh Indonesia secaraterkoordinatif denganmemastikan penyelesaiansengketa dan konflik dalamkawasan hutan.

Terbitnya pengaturanmengenai pengukuhankawasan hutan yangmemberikan penguatan kepadaPTB dalam rangkamenyelesaikan hak-hak pihakketiga.

Tersusunnya secara optimumareal hutan yang dicadangkanuntuk dikelola oleh masyarakat

Page 18: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

desa dan HTR.

B.9.1. Kementerian Kehutananmengkoordinasikan upaya untukmendorong segera terinventarisasidan terpetakannya kawasan hutanadat melibatkan Kemendagri,Pemerintah Daerah dan BadanPertanahan Nasional.

B.9.2. Menyelesaikan PP HutanAdat.

B.10.1. Berkoordinasi denganseluruh kementerian terkait untukmelakukan review dan revisiterhadap aturan terkait mekanismepenyelesaian hak-hak pihak yangtedampak dari pengukuhankawasan hutan, termasuk PP44/2004.

C.1.2. Membangun kesepahamantentang permasalahan tenurialkehutanan.

dengan mekanisme-mekanisme pengelolaanberbasis masyarakat yang adamaupun basis hak atas tanahseperti hutan adat maupunhutan hak.

Inventarisasi sosial budayamasyarakat di kawasan hutanTarget 1. Tersedianya data diKementerian Kehutanan datawilayah dan hutan yangdikuasai dan dikelolamasyarakat

Terselesaikannya peraturanpemerintah yang mengaturmengenai bagaimanapengelolaan kawasan hutanoleh masyarakat adat yangpartisipatif dan berkeadilan.

Disempurnakannya aturanpengukuhan kawasan hutan,sehingga tidak menjadi jalanbagi peminggiran hakmasyarakat.Target 1. Revisi PermenhutP.44/2012 dan PermenhutP.47/2010

Kesepahaman bersamamasalah tenurial kawasanhutan sesuai dengan C.1.1. danberbagai hal lain meliputi: 1)

Page 19: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

C.1.3. Melakukan identifikasi hakmasyarakat dan wilayah adat didalam kawasan hutan.

C.1.5. Menyusun pedoman teknispenyelesaian tenurial kawasanhutan.

C.2.1. Membangun konsensuspenyelesaian konflik tenurialdengan mengoptimalkan strukturorganisasi (lembaga) yang telahada pada masing-masing K/L.

Pendefinisian kawasan hutannon-negara. 2) Jaminan danperlindungan atas hak dasarpenghidupan, akses danpengelolaan masyarakattempatan atas hutan. 3)Jaminan ruang hidupmasyarakat tempatan terhadaphutan dan kawasannya. 4)Penerapan FPIC dalamkebijakan kehutanan.

Melakukan pemetaan dan hakmasyarakat adat/masy. Lokal.Peta Hutan Adat. Target 1.Tersedianya data daninformasi masyarakat hukumadat di dalam dan sekitarkawasan hutan.

Adanya pengaturan yangmampu menyelesaikan tenurialKH antara lain meliputi 1)Pendefinisian kawasan hutannon-negara. 2) Jaminan danperlindungan atas hak dasarpenghidupan, akses danpengelolaan masyarakattempatan atas hutan. 3)Jaminan ruang hidupmasyarakat tempatan terhadaphutan dan kawasannya. 4)Penerapan FPIC dalamkebijakan kehutanan.

Target 1. Penyempurnaanaturan tentang pengukuhan

Page 20: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

C.3.1. Penguatan pengaturantentang Panitia Tata Batas.

C.4.1. Memetakan wilayah kelolarakyat.

C.4.3. Memberikan program-program pendampingan dalampengelolaan sumberdaya alamberbasis masyarakat. Melakukanrevisi regulasi untukmempermudah akses masyarakatdalam pengelolaan sumberdayaalam.

C.4.4. Mengakomodir pemetaanlahan yang telah dikelola olehmasyarakat.

hutan, yaitu PeraturanPemerintah Nomor 44 Tahun2004 tentang PerencanaanHutan, Permenhut P.44/2012,Permenhut P.47/2010, yangmenguatkan pengaturanpanitia tata batas.

Target 1. Penyempurnaanaturan tentang pengukuhanhutan, yaitu PeraturanPemerintah Nomor 44 Tahun2004 tentang PerencanaanHutan, Permenhut P.44/2012,Permenhut P.47/2010, yangmenguatkan pengaturanpanitia tata batas.

Peta wilayah pemberdayaanmasyarakat sekitar kawasanhutan.Target 1. Tersusunnya laporanmengenai potensi pengelolaanhutan berbasis masyarakat diseluruh Indonesia.

Target 1: Adanya hutan yangyang dikelola masyarakat yangmendapatkan sertifikasi padalokus pengukuhan prioritas

Terlaksananya penyempurnaanaturan pengukuhan kawasan

Page 21: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

hutan yang secara subtansimengakomodir peta partisipasimasyarakat dan CSO.

D. Tantangan dan Batas Inisiatif Reform Kehutanan di KPK dalam Kasus NKB 12/KL

Sejak ditandatangani pda tanggal 10 Maret 2013 lalu di Istana Negara dan disaksikan olehPresiden Susilo Bambang Yudoyono, NKB 12 K/L yang diinisiasi oleh KPK telah berjalanmemasuki setengah tahun pertama. Tim NKB KPK dan Dewan Pakar yang terlibat melakukanserangkaian pendampingan penyusunan Rencana Aksi (Renaksi), monitoring, diskusi dan evalusidengan 12 K/L sekaligus melakukan pengolahan data Renaksi, penajaman dan analisa atasberjalannya NKB ini. Refleksi atas proses yang telah berjalan dilakukan dalam beberapa level,baik di aspek substantif, startegis dan koordinasi antar lembaga dan kebutuhan-kebutuhan lainyang diperlukan untuk menjawab tantangan dan dinamika eksternal dan internal yangmembutuhkan penyelarasan dan penyesuaian.

Berikut ini merupakan analisa singkat terkait dengan tantangan-tangan yang muncul dan batas-batas dari inisiatif reform kehutanan di KPK melalui program NKB 12 K/L tersebut;

1) Kurangnya Perangkat Pengetahuan dalam Kajian Korupsi SDA

Sejak periode jajaran kepemimpinan Busro Muqoddas dan Bambang Wijoyanto cs, kedekatanKPK dengan kelompok aktivis Civil Soceity makin meningkat. Salah satu kritik sekaligusharapan kalangan aktivis gerakan rakyat baik gerakan aktivis hukum agraria maupun lingkunganterhadap KPK bersimpul pada persoalan ”Bagaimana mengembangkan kajian korupsi di wilayahSumberdaya Alam (SDA) ?” yang meletakkan kerugian dan korban yang dialami rakyat kecildan marjinal sebagai tolak ukuranya. Bukan sekedar makna “korupsi” yang lebih condong padakerugian negara sebagai ukurannya. Tantangan ini merupakan kegelisahan para aktivis yang kinijuga menjabat di jajaran pimpinan KPK, seperti Abraham Samad, Busro Muqoddas maupunBambang Wijoyonto. Sebab periode-periode kepemimpinan KPK sebelumnya banyak didominasi oleh kelompok jajaran pimpinan yang lebih condong pada kajian penyidikan danpenindakan. Sebab beberapa senior pengurusnya mayoritas adalah orang-orang yang berdedikasidi Kejaksaanmaupun Kepolisian.

Tantangan pengembangan perangkat pengetahuan dan tool untuk kajian korupsi di wilayah“swasta” dan lebih khusus kajian SDA yang melihat rakyat sebagai tolak ukurnya, masih terusdilakukan hingga kini. Ketiadaan perangkat pengetahuan ini mulai diisi dengan melakukankajian pengalaman di negara lain yang lebih maju. Salah satunya naskah Corruption ImpactAssesement (CIA) miliknya KPK Hongkong.12 Naskah ini kemudian dijadikan bahan bacaan

12 Naskah ini dijadikan bahan wajib bagi beberapa penilaian dan indikator baru menilai korupsi, meskipun statusnya masihmerupakan bahan kajian di Litbang KPK. Dan belum jadikan prosedur baku di keseluruhan kajian korupsi di KPK. Naskah ini

Page 22: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

wajib bagi pengembangan kajian-kajian lain di wilayah korupsi sumberdaya alam.13 Usaha-usaha yang dilakukan oleh Litbang KPK ini merupakan satu tanda bagaimana pengembangankajian untuk memperkaya perangkat pengetahuan dan tool kajian korupsi di wilayah SDA masihmenjadi satu tantangan tersediri di internal KPK. Riset Perijinan SDA yang menggandeng paraakademisi senior dari tiga kampus besar di Indonesia (UGM, IPB dan UI) juga satu langkahterobosan Litbang KPK untuk mengembangkan jaringan dan semakin merapatkan diri denganjaringan kampus di Indonesia. Selain itu, kajian ini memiliki tujuan untuk melengkapi program-program kajian lain yang sudah mendahului dalam kajian sejenis, baik di sektor Migas yangsudah membuka satu kasus besar hingga sektor kehutanan yang dibuka dengan NKB 12/KL danrencana program Indonesia Memantau Hutan (IMH) yang masih sedang dimatangkan desain danperencanaannya.

b) Masalah Klasik itu bernama “Ego Sektoral”

Pelaksanaan NKB 12 K/L, sebagaimana telah di duga di awal program, salah satu masalah yangtelah diprediksi adalah soal ego-sektoralisme antar departemen dan kementrian di 12 K/L yangtelah menandatangani NKB. Dalam rangkain proses pendampingan penyusunan Rencana Aksi(Renaksi) di 12 K/L selama 6 bulan pertama NKB setelah ditandatangani Maret 2013 lalu,terlihat bahwa masing-masing K/L masih memiliki watak birokrasi lama yang terus terwariskanhingga kini. Yakni merasa sebagai “kerajaan-kerajaan” otonom yang saling menutup danmembatasi kewenangan dan otoritas mereka sebagai perlindungannya. Kerap dijumpai dalamdiskusi penyusunan Renaksi para elit K/L baik yang ada di jajaran Eselon I, II maupun di tingkatditjen mereka, idak berani mengambil keputusan apapun dan menolak untuk terlobat terlalu jauh,karena meras bukan “wewenang” dan diluar “Tugas Pokok Aksi” (TUPOKSI) mereka.Meskipun telah dijelaskan ketidakmungkinan mengurus persolan percepatan pengukuhankawasan hutan, harmonisasai regulasi dan peraturan serta resolusi konflik kawsan hutan (sebagaitiga pilar agenda NKB) tanpa kolaborasi lintas sektor14.

Salah satu yang paling menonjol dari persolan ego sektoral dalam proses penyusunan RanaksiNKB tersebut adalah ketidaknyambungan antara Kementrian Kehutanan dengan BadanPertanahan Nasional (BPN). Kemenhut dengan Kemendagri. Kemenhut dengan Kemenhukam,dst. Sudah menjadi rahasia umum ketegangan ‘abadi’ antara Kemnhut dengan BPN. Dalambanyak kesempatan kedua penguasa daratan Indonesia ini tidak bisa ‘bertemu’ dan saling

juga menjadi salah satu rujukan wajib dalam penyusunan pengembangan beragam desain kajian korupsi KPK, termasuk kajiankorupsi di sektor SDA.13 Riset ini merupakan inisiasi Litbang KPK bersama SIlvagama. Selain untuk pengembangan kajian riset korupsi SDA, riset inijuga bertujuan untuk memperkuat perangkat analitik dan pengetahuan empirik kasus-kasus korupsi di wilayah SDA. Judl risetnyaadalah Kajian Perijinan Sumberdaya alam. Studi Kasus Sektor Kehutanan, Pertananahan dan Pertambangan) yang telah dimulaisejak September 2013 dan akan dikahiri dengan presentasi laporan kahir di bulan Desember 2013. Koordinator Riset nya adalahProf.Dr. Maria W. Sumardjono (UGM), sekaligus Koordinator Kajian Sektor Pertanahan, dibantu oleh Prof.Dr. Nur Hasan Ismail(UGM. Koordinator untuk kajian di sektor Kehutanan dipimpin oleh Prof.Dr. Hariadi Kartodihardjo (IPB). Sedangkan untukkajian Sektor Pertambangan dipimpin oleh Dr. Tri hayati (UI). Kajian di tiga sektor SDA ini diharapkan dapat menunjukkan petadasar bagi kajian selanjutnya terkait kajian korupsi di sektor SDA secara umum.14 Data diolah dari notulen pertemuan di tiap K/L penandatangan NKB dan laporan awal analisa Renaksi NKB. (Libang KPKdan SIlvagama), 2013.

Page 23: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

melempar tanggung jawab satu kepada lainnya. Dalam kasus NKB ini misalnya, pihakKemenhut merasa beberapa point Renaksi mereka dibatasai oleh kewenangan BPN, sehinggamenolak melaksanakan atau dicantumkan dalam Renaksi mereka. Sebaliknya, pihak BPN jugamenolak memasukkan point Renaksi yang terkait pengurusan wilayah tanah yang masih belumclear and clean dari pihak Kemenhut. Hal ini semakin rumit tatkala Putusan MK no 35 tahun2012 tentang Hutan Adat yang keluar dari Hutan Negara diputuskan. Baik Kemenhut maupunBPN sangat membatasi keterlibatan mereka dalam upaya melaksanakan Putusan tersebut. PihakBPN meyakini bahwa kawasan Hutan Adat adalah otoritas Kemenhut, meskipun telah dilepaskandari Hutan Negara. Sebab menurut pihak BPN, tanah tersebut belum memenuhi syarat clear andclean sehingga tidak bisa dimasukkan dalam buku pendaftaran tanah mereka. Sedangkan pihakKemenhut menegaskan setelah kawasan Hutan Adat keluar dari Hutan Negara maka ia bukal lagi“wewenang” meraka lagi, dan sudah masuk wilayah orotitas BPN-RI. Untuk meneguhkanputusan ini kemudian dibuatkan Surat Edaran Kemenhut (SE. 1/Menhut II/2013) tentang PutusanMK no 35 tersebut, yang salah satu isinya adalah Kemenhut hanya mau “melayani” dan“mengakui” kawasan MHA yang telah ada Peraturan Daerahnya. Sikap ini merupakan salah satu“pertahanan” Kemenhut untuk tidak mau keluar dari zona aman mereka selama ini.

Ketika diusulkan oleh Tim NKB KPK perlunya satu gugus kolaborasi lintas Sektor dalampengurusan Renaksi NKB yang meliputi Kemenhut, Kemendagri dan Kemenhukam sebagaiinstitusi kunci di beberaap point Renaksi NKB, amsih terbentuk “Tupoksi”, kewenangan danpada gilirannya selalu dihadapkan dengan kesulitas birokratis dan administratif yang ada dimasing-masing K/L terebut, termasuk persoalan sharing pendanaannya. Singkatnya, agendaNKB dalam batas tertentu belum mampu menembus egosektoralisme di 12 K/L penandatanganNKB. Karena itu direkomendasikan langkah-langkah alternatif dan sentuhan “preasure” dengankewenangan yang dimiliki KPK untuk menekan kesanggupan dan kesungguhan masing-masinglembaga untuk sungguh-sungguh melaksanakan agenda Renaksi NKB yangtelah disepakatibersama antar 12 K/L.

c) Masalah “Normatifitas” Agenda Laporan Renaksi NKB 12 K/L

Selain belum “cair”nya ego sektoralisme antar K/L para penandatangan NKB, watakbirokratisasi dan administratif para K/L juga masih kuat terlihat dari laporan hasil Renaksiyangtelah disetorkan kepada Tim NKB KPK. Dari hasil evaluasi Renaksi bersama Dewan PakarNKB, terlihat beberapa masalah krusial yang muncul di naskah Renaksi 12 K/L, diantaranya: 1)ketidaksingkronan satu agenda point Renaksi satu dengan yang lain. Bahakan sebagian malahberseberangan. Hal ini bisa terjadi karena ketidah fahaman atas substansi dan tujuan NKB atausecara sengaja menuliskannya dengan seramoangan. 2) Masih kuatnya nuansa normatifitasprogram yang diusulkan dalam Renaksi mereka. Sehingga program yang disusun merupakanbagian progran yang memang seharusnya mereka lakukan secara kelembagaan ada atau tidaknyaprogram NKB ini. 3) Simplifikasi agenda REnaksi dari target dan tujuan yang dimandatkan olehNKB. Sebagian besar agenda Renaksi seperti hanya untuk sekedar memenuhi syarat minimumatau sekedar “menggugurkan kewajiban” Renaksi NKB semata. Karena itu salah satu

Page 24: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

rekomendari hasil evalusi Renaksi ini adalah, mengembalikan Renaksi kepada K/L terkait untukmelengkapai sesuai dengan aturan Renaksi yang sudah disepakati serta pentingnya mekasnismepenekanan dan sangsi bagi para K/L yang tidak mematuhi NKB.15

d) Soal Sangsi dan Batas Kewenangan KPK Pada 12 K/L NKB

Salah satu kelemahan yang cukup menonjol –dan hingga kini belum ketemu solusi yang tepat-dalam proses pelaksanaan NKB 12 K/L adalah ketiadaan sangsi yangtegas bagi para K/L denganraport merah. Dengan bahsa lugas sempat ditanyakan “ Kalau para K/L patuh dan taatmelaksanakan NKB akan dapat apa? Dan jika tidak taat dan patuh mau diberi sangsi apa?”.pertanyaan sederhana ini telah beberapa kali muncul dalam putaran-putaran awal hingga evaluasiRenaksi NKB di 6 bulan pertama, dan belum mendapat jawaban yang tuntas. Beberapa jawabanyang muncul diantaranya: 1) akan diserahkan pada “sangsi sosial” dari media dan masyarakatsecara umum. Sebagaimana umumnya satu hasil kebijakan KPK selalu dilandasi dengan prinsipketerbukaan dan transparansi. Maka setiap hasik agendanya akan dibuka seluas-lauasnya kepadapublik termasuk media yang selama ini mendukung kegiatan KPK. Dengan cara ini, diharapakanraport jelek dari K/L yang tidak mau patuh melaksanakan mandat NKB akan diketahui dandinilai oleh publik secara luas. 2) Penggunaan mekanisme dan prosedur struktural yang berlaku.Mandat NKB telah disepakati dan disetujui oleh Presiden. Karena itu, jika ada masalah-msalahyang terkait dalam pelaksanaannya akan dilaporkan kepada Presiden dan meminta Presidenuntuk menyikapinya. Sebagaimana janji Presiden sendiri yang disampaikan saatpenandatanganan NKB di Istana Merdeka. 3) perlunya aspek Penindakan dan mengangkat satukasus korupsi di wilayahlokus NKB sebagai bukti penegasan KPK. Sebab, jika hanya bergerakpada aspek Pencegahan korupsi dan tidak masuk pada aspek Penindakan, para K/L tidak akanterlalu serius merespon agenda KPK. Hal ini berdasarkan pengalaman sebelumnya bersama K/Lnegara lainnya16.

e) Sensitifitas Isu “Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan”

Sejak awal disusun, agenda NKB 12 K/L memiliki dilemanya sendiri. Salah satunya adalah soalistilah “Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan”. Dilema istilah “Percepatan PengukuhanKawasan Hutan disebabkan oleh beberapa hal berikut: 1) Kawasan hutan yang masih belumjelas secara tenurialnya. Persoalan kompleksitas tenurial kawasan hutan di Indonesia tidak bisadiselesaikan dengan strategi percepatan pengukuhan kawasannya. Yang perlu ditegaskan duluadalah, percepatan oleh siapa dan untuk siapa? Dikukuhkan oleh siapa dan untuk siapa?Kawasan hutan yang mana yang akan dipercepat pengukuhannya? Siapa yang dinutungkan dandirugikan dalam hal ini? Wajar jika hal ini dipertanyakan kritis sebab salah satau masalahkehutanan adalah ketidakpastian tenurial kawasan hutan. Hingga kini tak lebih 20 % kawasan

15 Analisa data diolah dari hasil notulensi FGD Evaluasi Renaksi NKB bersama Dewan Pakar NKB, Hotelo Akmani Jakarta,tanggal 11-12 Oktober 2013.16 Usulan ini ditegaskan oleh Wakil Ketua KPK, Busro Muqoddas saat membuka FGD Dewan Pakar NKB di Jogja,pda tanggal24 Juni 2013. Danjuga ditegaskan kembali oleh salah seorang mantan Direktur Penidakan KPK, pada saat FGD evaluasi hasilRenaksi NKB bersama Dewan pakar NKB di Hotel Akmani Jakarta, 12 Okt 2013.

Page 25: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

hutan yang telah memiliki kejelasan. Selebihnya masih merupakan zona “open acces”. Ketidakjelasan batas kelola negara, swasta dan rakyat/adat menjadikan kawasan hutan sebagai arenakontestasi beragam aktor dan kepentingan (global, nasional dan lokal). gagasan percepatanpengukuhan kawsan hutan mengabaikan persoalan kompleksitas di dalamnya justru akanmenimbulkan masalah baru yang tak kalah serius.

2) Sejarah pengelolaan kawasan hutan di Indonesia tak bisa dilepaskan dari proses yang disebutdengan “teritorialisasi” kawasan hutan atau ada juga yang menyebut “negaraisasi hutan” sejakera Kolonial hingga pasca reformasi. Dalam proses ini, negara dan swasta selalu lebih kuasa danmenentukan akses dan kontrol atas kawasan hutan di Indonesia. Sedangkan masyarakat yanghidup di sekitar dan dalam kawasan hutan selalu menjadi korban dan termarjinalkan. Hak-hakmereka untuk akses dan mendapat manfaat atas sumberdaya hutan sering tidak diakuai, termasukmasyarakata adat yangjauh lebih lama hidup di dalam dan sekitar kawasan hutan, bahkansebelum negara Indonesia berdiri. Teritorialisasi atau negaraisasi kawasan hutan adalah satuproses bagaimana klaim perluasan dan penguasaan kawasan hutan oleh negara denganberagamlegitimsinya merampas hak kelola dan ruang hidup rakyat di sekitar dan dalam kawasan hutan.Dalam satunya adalah dengan cara kategorisasi, klasifikasi atas fungsi peruntukan kawasan hutansengan segenap legitimasi regulatifnya. Dengan cara tersebut negara dan swasta mengklaim lebihsah dan legitimed dalam menguasai dan mengelola kawsan hutan menurut tujuan-tujuan mereka,meski harus meng-ekslusi dan mengusir masyarakat yang hidup di sekitar dan dalam kawasanhutan.

Dengan konteks historis demikian, maka agenda percepatan pengukuhan kawasan hutan jika takkritis melihat sejarah teritorialisasi dan negaraisasi beserta segenap klaim sepihaknya justrudikuatirkan aakn memperkuat klaim teritorialisasi kawasan hutan oleh negara dan swsatayangtidak berpihak pada kepentingan rakyat. Sebab sumber masalahnya belum dibongkar yakniketimpangan penguasaan, klaim kepemilikan, pemanfaatan dan peruntukan kawasan hutan olehnegara dan swasta, jika kawasan hutan kemudian dipercepat pengukuhannya, jelas siap ayangdiuntungkan dan dirugikan. Negara dan swasta lebih beruntung dan msyarakat di dalam dansekitar kawasan hutan akan kembali menjadi korbannya.

3) Potensi pembajakan makna atas nama legalitas pengukuhan kawasan hutam. Potret empirikberagam persoalan konflik di sekitar kawasan hutan salah satunya disebabkan oleh klaimlegalitas kawsan hutan oleh negara dan swasta. Meskipun banyak yangtelah mengetahui bahwalebih dari 80 % status kawsan hutan (baik hutan produksi, hutan lindung dan konservasi)masihbelum mendapat tahap Pengukuhan, mayoritas berstatus Penunjukkan. Namun di lapangansemua pengurus kehutanan dengan segenap keamanannya mengggunakan legalitas status“Pengukuhan” sebagai argumen melawan tuntutan hak dari masyarakat sekitar dan dalamkasawan hutan. Sehingga semua masyarakat yang berani melanggar ketentuan bisadikriminalisasikan dan dianggap melanggar peraturan. Dengan kondisi riil semacam ini, apayangakan terjadi jika pervcepatan pengukuhan kawasan hutan aakn dipercepat lagi?. Dalambahasa seorang aktivis dikatakan “Apa sebenarnya maksud percepatan pengukuhan kawsan

Page 26: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

hutan NKB-KPK ini? Lah wong yang status kawsan hutannyamsih Penunjukkan seperti sekarangini saja sudah begitu sewenang-wenang menindas rakyat, apalagi jika statusnya benar-benardikukuhkan?.17

f) Signifikansi Mekanaisme Evaluasi dan Strategi Renaksi NKB

Selain persoalan di sisi substansi dan koordinasi antar lembaga untuk memastikan berjalannyainisiatif reform kehuatanan dalam NKB 12 K/L yangtak kalah oenting adalah mekanismeyangtepat untuk evaluasi dan monitoring hasil Renaksi NKB. Meski telah dibentuk TimSupervisi, Koordinasi, Evalusi dan Monitoring yang mendampingi Dewan Pakar NKB untukmendampingi penyusunan dan evalusi hasil Renaksi dari 12 K/L, mekansisme yang jitu danmanjur untuk mengaskan 90-an lebih Renaksi beserta penjabaran dan target yang akan dicapaidalam kurun waktu 3 tahun menajdi satu persoalan tersendiri. Sehingga dibutuhkan pendapinganintensif dan supervisi yang intens di setiap perkembangan Renaksi 12 K/L. Sebab, tanpa kontroldan evalusi yang ketat, potensi sekedar melaksanakan program (sebagaimana diuraiakan di atas)dari 12 K/L sangatlah tinggi.

Agenda NKB 12 K/l juga membutuhkan penyesuaian kondisi-kondisi dinamika politik yangterus berubah, baik jangka pendek maupun menengah dalam politik nasional. Sehingga evalusidan penyikapan serta penyelelarasan dengan cepat. Kasus terbitnya Putusan MK No 35, 2012tentang Hutan Adat misalnya membawa satu semangat dan perubahan signifikan bagi NKB, takhanya di level subtansi, tetapi juga strategi aksi dan koordinasi untuk penyelarasan agenda dalamNKB tersebut. Sebab, ketika NKB disepakati, putusan tersebut belum pasti terbitnya, sehingabelum eksplisit memuat agenda tentang Hutan adat, meskipun secara misi dan tujuan ,memilikibanyak irisan kesamaan.

Di sisi lain, sebagaimana disepakati di awal penyusunan NKB 12 K/l ini, bahwa agenda yangtertuang di dalamnya tidak hanya berlaku untuk kepemimpinan presiden sekarang namun juga,memiliki agenda bagi Presiden terpilih setelah Pemilu Presiden 2014 nanti. Dengan demikian,sangatlah penting suatu mekanisme evalusi dan startegi yang mampu memastikan agenda NKB12 K/L ini mampu terus melekat dan menjadi PR bagi siapapun yang memimpin negeri ini. Jikatidak, menurut banyak pengalaman yang sudah terjadi, maka NKB 12 K/L yang diinisiasi olehKPJ ini akan jatuh “distatus Quokan oleh sistem kekuasaan (negar dan swasta) yang lebih kuatdan melucuti semangat dan cita-cita inisitaif reform kehuatanan oleh KPK.

Analisa beberapa tantangan dan batas dari inisiatif reform kehutanan oleh KPK melalui agendaNKB 12 K/L tersebut barulah garis besar yang terlihat dalam prosesnya yang masuk hitunganbulan ke 7 dsejak ditandantangani maret 2013 lalu. Sehingga masih memungkinkan dinamikayang mungkin lebih kompleks atau mungkin biasa-biasa saja tau bahkan mengulang yang sudahterjadi. Hal tersebut sangat tergantung banyak aspek, baik kondisi eksternal (politik nasional dan

17 Kritik seorang Aktivis Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) dalam sebuah diskusi terkait NKB di Komnas HAM, HotelSofyan jakarta, 29 Agustus 2013.

Page 27: Inisiatif Tenurial Reform Kehutanan di KPK - kawalnkb.infokawalnkb.info/wp-content/uploads/2016/08/Inisiatif-Tenurial-Reform... · masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

global) maupun aspek internal para penggusung NKB 12 K/L KPK ini. Maka, diperlukan updatedata dan analisa lebihlanjut seiring perkembangan yang akan terjadi dari waktu ke waktu.

Demikian laporan awal tentang inisiatif tenurial reform kehutanan yang ada di KPK melaluiagenda NKB 12 K/L nya. Tulisan ini akan dikembangkan lebih lanjut selaras perkembanganyang terjadi.