Inklusivitas Beragama

Embed Size (px)

Citation preview

Inklusivitas Beragama, Klaim Keselamatan, dan Millat Ibrahim Tafsir atas Ayat 2:120 Oleh Himawan Pridityo* Barangkali tidak ada ayat Quran yang begitu populer dalam persoalan hubungan antar umat beragama melebihi ayat 2:120. Ayat ini, yang sering kita dengar di setiap khutbah yang berhubungan dengan penjajahan atas bangsa Palestina, hingga konflik-konflik horizontal antara Islam-Kristen di tanah air, seakan menjadi argumen utama yang direproduksi terus menerus untuk membenarkan kepercayaan sekelompok orang bahwa umat beragama lain selalu menaruh rasa benci, dan curiga kepada umat Muslim dan senantiasa mempengaruhi mereka untuk meninggalkan ajaran Islam yang luhur dan lurus. Barangkali tidak ada ayat Quran yang begitu populer dalam persoalan hubungan antar umat beragama melebihi ayat 2:120. Ayat ini, yang sering kita dengar di setiap khutbah yang berhubungan dengan penjajahan atas bangsa Palestina, hingga konflik-konflik horizontal antara Islam-Kristen di tanah air, seakan menjadi argumen utama yang direproduksi terus menerus untuk membenarkan kepercayaan sekelompok orang bahwa umat beragama lain selalu menaruh rasa benci, dan curiga kepada umat Muslim dan senantiasa mempengaruhi mereka untuk meninggalkan ajaran Islam yang luhur dan lurus. Sayangnya pretensi buruk ini sering diterima begitu saja tanpa kritik, dan menjadi raison detre bagi sejumlah pelaku tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama. Bahwa apa yang mereka lakukan merupakan sebuah pernyataan resmi Islam, dan dengan begitu segala bentuk negativitas mendapatkan justifikasinya. Tentu, saya tidak menampik fakta bahwa terdapat banyak luka sejarah yang melatarbelakangi hubungan antar ketiga agama Abrahamik ini. Namun bukan berarti pembacaan atas ayat tersebut harus dilakukan berdasarkan beban sejarah yang tidak mengenakkan itu, karena jika kita teliti lebih lanjut, masih banyak ayat-ayat Quran yang justru menyuburkan rasa saling percaya dan toleran dengan umat beragama lainnya macam 5:82 dan 5:44. Jika demikian, dengan cara apa semestinya kita menafsirkan ayat tersebut? Struktur pembacaan Sebagaimana permasalahan lainnya dalam penafsiran ayat-ayat Quran, akar utama dari pemahaman yang keliru atas ayat 2:120 adalah bagaimana kita membaca ayat tersebut. Mereka yang menerima teori mengenai kebencian, biasanya membaca ayat ini secara terpisah dari lingkungan ayat tempat ia berada, atau lebih parah, hanya membaca frase pertama dari ayat kita ini dan mengabaikan dua frase terakhir yang membentuk kesatuan ide, atau lebih tepat petunjuk bagi pengungkapan makna yang hendak disampaikan. Cara pembacaan seperti ini bisa kita gambarkan dengan notasi [120] atau 1[120]. Pembacaan satu frase ini, jelas sangat tidak memadai untuk digunakan sebagai cara memahami ayat Quran. Kita membutuhkan model pembacaan yang jauh lebih konfrehensif, untuk mengerti maksudnya. Salah satu fakta tekstual yang tidak bisa kita abaikan dari ayat 2:120 adalah, keberadaan kata penghubung di awal kalimat, wa. Hal ini secara logis menandakan bahwa ayat tersebut merupakan bagian dari sebuah paragraf yang memiliki kesatuan tema yang lebih kuat, dan bukan tema tersendiri yang terpisah begitu saja dari rangkaian ayat yang mendahului atau datang sesudahnya. Ayat yang paling mungkin menjadi pendahulu dari ayat ini jelas ayat 119. Ayat tersebut memiliki 2 frase, dengan frase pertama sebagai pembuka, sedang frase berikutnya sebagai penjelas.

Meski demikian, jika kedua ayat ini digabungkan menjadi satu kalimat utuh, kita akan melihat paduan komposisi kalimat yang tidak seimbang, karena penekanannya yang sangat berlebih pada karakter Ahli Kitab sebagaimana diwakili oleh seluruh frase yang terdapat di ayat 120. Hal ini menunjukkan bahwa makna kalimat [119,120] bergantung pada kalimat lain yang menjadi bagian dari narasi yang jauh lebih luas. Yang saya maksud adalah, bahwa ayat-ayat yang berada pada rentang 2:104 hingga 2:141 saling terhubung satu sama lain, sehingga untuk menafsirkan makna ayat [119,120] mau tidak mau kita harus menempatkannya kedalam konteks rangkaian 37 ayat tersebut. Untuk itu saya akan memecah [119,120] kedalam 5 bagian sesuai dengan jumlah frase yang membangunnya dan membuat sebuah daftar indeks ayat yang berkorelasi dengannya. 1[119] Kami mengutusmu dengan Haqq sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan 2[119] dan kamu tidak akan ditanya tentang penghuni neraka. 1[120] dan tidak akan pernah rela umat Yahudi dan Kristen kepadamu hingga kamu mengikuti millat mereka. 2[120] Katakanlah, sesungguhnya petunjuk Allah adalah Petunjuk. 3[120] Dan seandainya kamu mengikuti ahwa mereka, setelah datang padamu al-ilm, maka kamu tidak akan mendapat perlindungan dan pertolongan dari Allah. Pada bagian pertama, frase 1[119] yang menjadi frase pembuka menerangkan kepada kita tentang misi Nabi SAW, yakni sebagai pembawa kabar baik dan pemberi peringatan. Term ini memperkuat pernyataan di 2:104 untuk tidak mendebat wahyu yang diterima oleh beliau. Perdebatan soal wahyu bagi Quran jelas akan membuat umat Islam kehilangan anchor untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, padahal mereka tidak akan dimintai pertanggungjawaban apapun dengan apa yang dikerjakan oleh umat-umat sebelumnya. Oleh karena itu, kenapa harus membandingkan wahyu yang diterima Nabi SAW dengan ajaran-ajaran dua agama sebelumnya, Yahudi dan Kristen. Term dimintai pertanggungjawaban, tus`al, yang menjadi tema utama dari frase 2[119] muncul beberapa kali di rangkaian ayat-ayat ini. Yang pertama hadir di ayat yg sama, 2:119 dan merujuk kepada perilaku penganut Yahudi dan Kristen yang kafir. Oleh Quran, mereka digambarkan sebagai penghuni neraka, ashhabul Jahim. Adapun dua term lainnya, muncul di dua ayat berbeda, 2:141 dan 134, dan secara definitif merujuk kepada Ibrahim dan anak cucunya, yang dalam tradisi Judeo-Kristen dikenal sebagai para patriark. Para patriark ini menempati posisi yang khusus dalam konsep keberagamaan Quran. Mereka digambarkan sebagai para hanif, yang menganut agama, millat, yang lebih murni dari Yahudi dan Kristen. Kemurnian millat para patriark inilah yang membuat Quran membedakan posisi mereka dari agama Yahudi dan Kristen. Bagi Quran, para patriark bukanlah Yahudi apalagi Kristen, mereka merupakan entitas berbeda, yang tidak serupa dengan keduanya. Hal inilah yang membuat umat Yahudi dan Kristen tidak pernah rela dengan definisi Quran tersebut. Dalam frase 1[120] kita menemukan term tardha anka, merujuk kepada misi kenabian Muhammad SAW yang tertera secara implisit di frase 1[119]. Membawa kembali kepada pengulangan tema di 2:104, ketika para sahabat mengalami kebingungan akibat informasi yang berbeda soal agama yang mereka dapatkan dari komunitas Yahudi di Madinah. Karena ada beberapa ajaran Islam yang tidak dapat didamaikan begitu saja dengan ajaran Yahudi dan Kristen, maka umat Islam pun diperintahkan untuk mengikuti ajaran agamanya saja. Bagaimana pun kebenaran hanya milik Tuhan dan Dialah yang akan menilai perbuatan semua manusia di akhirat kelak. Tema ini menjadi ide utama dari frase 2[120]. Secara semantik ia

berkorelasi dengan ayat 2:115 yang menggambarkan relativitas kebenaran dalam satu rumpun agama Abrahamik, sekaligus memperkuat teologi lakum dinukum wa liy al-din, yang juga tertera secara simbolik di ayat 2:139 dan menjadi tema sentral Islam dalam berhubungan dengan penganut agama-agama serumpun. Namun alasan paling utama mengapa Quran mengambil posisi yang berseberangan dengan tradisi Judeo-Kristen adalah, karena para penganut kedua agama ini telah mengikuti hawa mereka dalam beragama. Kata hawa yang lebih tepat diartikan sebagai spekulasi dalam soal agama, dirinci pengertiannya oleh Quran kedalam: Perilaku raina umat Yahudi yang berujung pada kekafiran dan kedengkian (108); eksklusivitas keselamatan di akhirat (111); perilaku merendahkan dan mengkafirkan satu dengan lainnya (113); penolakan terhadap kebebasan beragama(114); Trinitas (116); serta antropomorfisme atas Tuhan (118). Keenam jenis hawa inilah yang menjadi tema utama dari frase 3[128] yang diakhiri dengan pernyataan jika Nabi SAW melakukan hal serupa, maka beliau tidak akan mendapatkan perlindungan dan pertolongan dari Allah. Narasi Besar Dari survey singkat atas ayat 2: 120 tadi kita menuju kepada tema utama yang membangun narasi besar ayat 2:104-141. Narasi ayat-ayat ini dibuka dengan perintah kepada umat Islam agar tidak berkata, raina, kepada Nabi SAW berkenaan dengan wahyu yang diturunkan kepadanya, dan disarankan untuk menunjukkan sikap lain: lihatlah kami, dan dengarkan apa yang dikatakan Tuhan kepada Nabi SAW, unzhurna wa ismau (2:104). Kata raina yang berasal dari akar kata r y, menggembala, setidaknya termaktub dua kali dalam Quran, ayat lain yang mencantumkan kata ini adalah 4:46. Keduanya merujuk secara definitif kepada perilaku Bani Israil yang membangkang kepada rasul dan nabi mereka. Tabari dalam tafsirnya, memberikan beberapa makna dari Raina, diantaranya: bertolak belakang, khilaf, dan perilaku demokratis, isma minna wa nasma minkadengarlah pendapat kami maka kami akan mendengarkan pendapatmu. Larangan mengatakan raina kepada Nabi SAW terkait dengan sejumlah keputusan agama yang sedikit demi sedikit mulai berpaling dari semangat Judeo-Kristen, seperti perubahan waktu shalat yang berevolusi menjadi shalat lima waktu, hingga perubahan arah kiblat dari Jerussalem ke Makkah. Perubahan aturan-aturan agama ini dijelaskan dengan rendah hati di ayat 106, yang menjelaskan bahwa Tuhan memberikan yang lebih baik kepada umat Islam atas aturan-aturan agama, ayat, yang telah di hapus, mansukh. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam aturan agama, bagi sebagian orang tentu memunculkan tanda tanya besar. Apa sebenarnya yang diinginkan oleh Tuhan dengan perubahan tradisi keagamaan ini? Namun efek yang paling utama dari rasa penasaran yang berlebihan bukanlah diskusi segar yang saling mencerahkan, melainkan tumbuhnya rasa sangsi atas kebenaran agama. Di ayat 108, Quran memberikan analogi Musa yang tidak kuasa menghadapi kritik, pertanyaan, dan permintaan Bani Israil kepadanya. Bahkan meski semua permintaan kritis itu dapat dijawab dengan tuntas, tetap saja sebagian besar dari mereka berpaling dari ajaran yang ia sampaikan. Hal serupa juga dialami Nabi SAW yang juga mendapat kritik pedas atas aturanaturan agama yang ia terima. Pada titik ini umat Islam dihadapkan pada dua otoritas yang saling bersaing, otoritas agama Judeo-Kristen yang lebih mapan dan mayoritas, serta otoritas agama yang diterima oleh Muhammad SAW melalui wahyu yang masih belia dan minoritas. Sementara Islam tidak menolak kebenaran yang ada dalam tradisi Judeo-Kristen, di lain pihak terdapat beberapa aturan dalam Islam yang bertentangan dengan ajaran kedua agama tersebut. Menghadapi masalah pelik ini, Quran kemudian memberikan sebuah solusi keagamaan yang inklusif dan pluralis. Di ayat 115 secara metaforik dijelaskan bahwa kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, dan kemanapun seseorang menghadap, maka akan ditemukan Wajah Tuhan di sana. Metafora Timur dan Barat di ayat tersebut secara tidak langsung merujuk kepada polaritas tradisi keagamaan yang mungkin terjadi antara Islam dan Judeo-Kristen. Penekanan bahwa ada banyak wajah Tuhan di berbagai penjuru mata angin, menyiratkan keberadaan banyak jalan untuk menuju Tuhan. Jalan-jalan yang banyak inilah yang digunakan oleh berbagai tradisi keagamaan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Implikasi utama dari pluralitas jalan kebenaran ini adalah, tidak satupun tradisi yang mampu mengklaim bahwa dirinyalah yang paling berhak atas surga. Tema utama ini kita temukan ekspresinya di ayat 111 serta 113, dan kembali diulang pada ayat 135, menjelaskan eksklusivitas kebenaran yang dibawa oleh tradisi JudeoKristen. Meskipun jalan Tuhan itu banyak, tapi bukan berarti semua ajaran yang terdapat di setiap jalan direstui oleh Tuhan. Ajaran yang sama sekali tidak direstui Tuhan adalah ajaran yang menurut Quran muncul berlandaskan hawa para pengikutnya sebagaimana telah kita bahas sebelumnya. Millat Ibrahim Apabila tradisi Judeo-Kristen tidak benar-benar layak untuk dijadikan pedoman bagi keberagamaan tiga agama Abrahamik ini, lalu tradisi keagamaan apakah yang ditawarkan oleh Quran sebagai titik temu keberagamaan Yahudi, Kristen dan Islam? Jawabnya adalah, tradisi agama yang dipelopori oleh Ibrahim, yang dalam bahasa Quran dinamakan sebagai millat Ibrahim. Kata millat dalam Quran memiliki makna yang mirip dengan kata din, keduanya secara sederhana merujuk pada satu makna yang sama, agama. Dari 15 kata millat dalam Quran, setengah diantaranya selalu merujuk kepada nama Ibrahim. Sisanya, dengan merata merujuk kepada agama Yahudi, Kristen, dan pagan Arab. Millat Ibrahim dalam Quran dikenal juga dengan kata hanif. Kata ini, yang secara sederhana berarti condong, mayl, dan sering digunakan oleh masyarakat Arab pra-Islam untuk merujuk kepada pola peribadatan yang hanya menyembah satu Tuhan yang dilawankan oleh kultur politeis yang menjadi pola keberagamaan utama masyarakat Arab pada saat itu. Dalam tradisi Judeo-Kristen, sosok Ibrahim dan anak cucunya, asbath, hanya menempati fungsi biologis sebagai keluarga yang darinya bangsa Israel berasal. Fungsi teologis yang dibawa Ibrahim hampir tidak dikenal oleh masyarakat Yahudi dan Kristen. Berkenaan hal ini, kedudukan Musa bagi agama Yahudi, dan Isa bagi agama Kristen jauh lebih sentral. Problem teologis yang muncul kemudian, apakah Ibrahim dan anak cucunya itu dapat disebut sebagai orang beriman ataukah tidak, karena ia tidak pernah menjalankan perintah Taurat, juga tidak percaya bahwa Isa adalah juru selamat (pada kasus Islam, ia tidak pernah bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah rasul Allah)? Pemecahan atas persoalan ini adalah penetapan Ibrahim dan asbath sebagai orang-orang beriman. Keberimanan Ibrahim dan anak cucunya yang dalam perspektif ketiga agama tidak sempurna justru memberikan implikasi teologis yang sangat besar. Apa yang ia tunjukkan dengan kepasrahannya dalam menyembah Tuhan, ketulusannya dalam berdoa, dan concern yang ia berikan kepada keturunananya, sebagaimana terbaca dalam 2:124-133 menjadi model utama dalam beragama yang patut ditauladani oleh para penganut ketiga agama serumpun ini. Dengan indah Quran menggambarkan orang-orang yang hendak meniru perilaku Ibrahim tersebut (entah ia seorang Yahudi, Kristen maupun Muslim) sebagai mereka yang telah dimurnikan jiwanya, terpilih di dunia, dan di akhirat mereka termasuk orang-orang yang shalih (2:130). Kesimpulan

Model pembacaan kontekstual sebagaimana saya demonstrasikan dalam tulisan ini menunjukkan bahwa ayat 2:120 bukanlah sebuah ayat permusuhan dan kebencian sebagaimana dipahami oleh banyak pihak, melainkan sebuah petunjuk untuk bersikap yang benar dalam pluralisme beragama. Ketika setiap tradisi agama berkeras kepala dengan kebenaran yang ia bawa, maka tidak ada jalan lain bagi umat Islam selain berpegang teguh pada ajaran agamanya sendiri. Karena bagaimanapun juga, setiap agama telah mengambil cara tersendiri yang berbeda satu sama lain dalam usahanya menuju Tuhan. * Alumnus Aqidah Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 28/09/2011 | Kolom, | # Komentar Komentar Masuk (20) (Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending) go to hell bagi siapa yg tdk mau menyebut kristen sbg kafir Posted by yanto on 11/05 at 09:29 AM rasional itu bagus, akan tpi lhata prmslhan. kanb tlh jls dnytakan dlm al quran 2:120, bhwa itu mmang bnar adanya. itu adalah realita yg sgt nyta, Posted by iqbal on 10/22 at 08:46 PM Firman Tuhan ( Alquran ) ayat 2:120 jelas jelas nyata dan terbukti, bahwa paham yahudi dan paham nashoro ( Kristen ) dan ditambah lagi Jaringan Islam Liberal, nyata nyata tidak suka kalo Umat Islam,mempercayai kitab sucinya. Allah maha mengetahui apa yang ada dalam hati kalian wahai manusia. Yang membuat ayat tersebut adalah Tuhan yang menciptakan manusia termasuk ulil, itupun kalo ulil merasa jadi manusia. Dengan adanya JIL sudah menjadi bukti bahwa ayat tersebut benar adanya. Ayat 2:120 menunjukan paham yahudi dan nashoro akan bermunculan untuk menggiring umat islam agar ragu dan tidak percaya kepada Alquran dan Alhadis, dan mengikuti paham mereka. Posted by sukanda on 10/18 at 01:36 PM tuhan ingkar janji ..... ????? how could it be ?????? http://xucinxgaronx.wordpress.com/2010/02/22/tuhan-ingkar-janji/ Posted by XucinXgaronX on 10/15 at 11:51 AM Para nabi yang disebutkan adalah orang yang sudah lama meninggal dunia,tapi masih di panut panut oleh kaum fanatik,apa sich yang bisa diperbuat bagi orang yang sudah meninggal ?? Posted by KI HAJAR PRAKOSO on 10/14 at 01:28 PM islam adalah agama penyempurnajika mereka mau mengikutinya dipersilakan dengan damai dan jika mereka tidak mau mengikutinya laknat allah swt akan datangnamun, kita sebagai umat islam tidaklah pantas memaksakan kepahaman kita kepada mereka apalagi menghakimi mereka dengan kalimat kafir karena kalimat itu hanyalah allah swt yang berhak untuk mengutarakannya. terima kasih atas tulisan ini, semoga diskusi-diskusi mengenai tafsir quran semakin banyak dan berbobot sehingga kita sadar akan keberadaan kita di dunia ini #1. Dikirim oleh aliem pada 28/09 04:04 PM Islam adalah hanya tunduk & pasrah kepada Allah swt saja.Di luar Islam tunduk & pasrah kepada selain Allah swt: Kafir. #2. Dikirim oleh Adib Rofiudin pada 28/09 09:13 PM

Good point, namun memang susah karena masih banyak orang mengaku Islam yang memang selalu ingin sok cari muka sama Gusti Allah dan sekaligus juga selalu curiga pada penganut agama2 lain, ketimbang berbuat sesuatu yang lebih berguna bagi kemaslahatan makhluk di bumi ini. Saya rindu agar banyak orang Islam yang berbuat baik tanpa bawa2 agama. Misalnya penggiat lingkungan hidup, sain, sosial, politik yang bermartabat, dll. Bukan jadi ustad/dai/habib yang hanya menjadi tontonan bukan tuntunan apalagi menjadi pelopor kekerasan.Kami rindu orang seperti Hamka, Cokroaminoto, Wahid Hasyim, Romo Mangun, dll #3. Dikirim oleh nurcahaya pada 29/09 10:42 AM 1[127] Kami mengutusmu dengan Haqq sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan 2[127] dan kamu tidak akan ditanya tentang penghuni neraka. 1[128] dan tidak akan pernah rela umat Yahudi dan Kristen kepadamu hingga kamu mengikuti millat mereka. 2[128] Katakanlah, sesungguhnya petunjuk Allah adalah Petunjuk. 3[128] Dan seandainya kamu mengikuti ahwa mereka, setelah datang padamu al-ilm, maka kamu tidak akan mendapat perlindungan dan pertolongan dari Allah. Pada bagian pertama, frase 1[127] yang menjadi frase pembuka menerangkan Menurut hemat saya dan telah dicek dengan Al Quran yang saya miliki, ternyata yang tertulis di atas salah penempatan ayat. Seharusnya [127] menjadi [119], begitu juga [128] seharusnya [120]. Karena kesalhan redaksi ini akan sulit memaknai tulisan / artikel ini. Salam #4. Dikirim oleh m. ismet ismail pada 30/09 09:45 PM Jangan menafsirkan Al Quran menurut hawa nafsu, apalagi mencoba merevisi ayat al Quran. #5. Dikirim oleh Jaringan Islam Murni pada 30/09 10:15 PM mohon tlisannya tu revisi lagi. Menyampaikan gagasan yg begitu sensitif jangn pake salah ketik, pa lg berulang ulang. . . Bisa membiaskan pemahaman n esensi tlisan anda jua g teridentifikasi. Makash #6. Dikirim oleh prapto pada 02/10 09:46 AM Kenapa tidak ditelusuri saja bagaimana dulu Nabi menafsirkan ayat tersebut, bagaimana para sahabat memahami tafsir yang diajarkan oleh Nabi, bagaimana tabiin memahami tafsir yang diajarkan oleh Sahabat, dst dst dst s/d sekarang. Permasalahannya adalah tinggal diverifikasi mana transmisi yang benar dan mana yang salah. Simpel! Karena Islam memang mudah. Baru +- 14 abad lho dari jaman nabi. Bukan waktu yang lama. Bandingkan dgn ide-ide para filosof yg jauh lebih lama tapi ditelan mentah2 meskipun tanpa melalui proses verifikasi, contoh: Plato (427-348 SM) Sokrates (469-399 SM). Mana yang lebih baik tafsiran Nabi yang shahih (yang sudah melalui tahapan verifikasi yang ketat) ataukah tafsiran ngelantur penulis? #7. Dikirim oleh Lutfi pada 03/10 08:19 AM Singkat, tapi pesannya cukup jelas. Saya mengutip statement berikut untuk saya share pengalaman saya: Problem teologis yang muncul kemudian, apakah Ibrahim dan anak cucunya itu dapat disebut sebagai orang beriman ataukah tidak, karena ia tidak pernah menjalankan perintah Taurat, juga tidak percaya bahwa Isa adalah juru selamat (pada kasus Islam, ia tidak pernah bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah rasul Allah)? Pertanyaan ini cukup mendidik dan membuat para penganut agama untuk semakin memahami agama dan tujuan agama. Dulu saya pernah berdiskusi di salah satu media online dang pernah mengklaim bahwa nabi Adam itu beragama Islam. Pemahaman dan klaim-klaim seperti ini akan sangat tolol menurut saya. Agama yang kita agung-agungkan tapi maksud Tuhan tidak pernah kita pikirkan, akhirnya hidup dan jiwa kita kosong tanpa makna. Mungkin ada statement dari saya, yang mungkin konyol juga bagi yang fanatik dengan ketololan. Bagi saya: Tuhan itu terlalu kreatif apabila merencanakan hanya satu agama di dunia ini. Ada juga statement mirip iklan kecap dari pemuka-pemuka agama yang menyebut bahwa Agamanyalah yang paling benar dan paling updatae. #8. Dikirim oleh Utusan pada 04/10 11:25 AM @aliem: Penyempurna? Penyempurna apa? Statementnya masih terbuka. Kalau penyempurna kehidupan anda ya pastilah itu karena memang hakikat agama seperti itu. Ateis juga akan menganggap keyakinannya sebagai penyempurna kehidupannya. Kita harus bisa menghargai proses hidup kita dan bagaimana hasilnya. Kita mengkalim agama kita penyempurna tapi hasil kerja, etika, moral, output bangsa ini sangat buruk.

Lihat tuh Jepang! Maju, aman dan bila mereka kena musibah dapat bangkit segera. Mereka mempunyai semangat hidup dan ruh yang hidup sebbagaimana Tuhan yang hidup selamanya. Manusia beragama di Indonesia ini terlalu banyak yang koar-koar kebenaran dan paling benar tapi apa-apa yang benar tidak tau dan bagaimana melakukan dengan benar tidak ngerti. Itukah yang dituntut Tuhan dan Allahmu dalam kitab sucimu? #9. Dikirim oleh Utusan pada 05/10 03:19 PM Terimakasih kepada M. Ismet atas koreksinya. Memang seharusnya disana tertulis 1[119] hingga 3[120], dan bukan 127 atau 128. Akan saya kabarkan ke redaktur untuk merevisinya. Tentang bagaimana para penafsir lain menafsirkan ayat tersebut, dapat dibaca secara online di situs ini: http://www.altafsir.com/. Saya hanya berusaha menafsirkan ayat tersebut menurut kapasitas berpikir saya. Jika ada yang baik ambilah, jika tidak ada, tinggalkan saja. Wa Allah Alam bi al-shawwab. #10. Dikirim oleh Himawan Pridityo pada 07/10 08:59 AM Paham dan praktik beragama secara inklusif merupakan ikhtiar penting menuju tolerasni baik secara internal muslim maupun dengan umat beragama lainnya. Salut kepada islamlib.com yg terus beruapaya menyebarkan paham keberislaman yg ramah dan tentu saja: inklusif. #11. Dikirim oleh Insan Setia Nugraha pada 08/10 05:52 PM Ibrahim adalah tokoh sentral kedua setelah Muhammad. Bacaan doa untuk Ibrahim di tiap sholat, perayaan Idul Adha, dan ibadah Haji menegaskan betapa pentingnya Ibrahim dalam Islam. Apakah pesan terpenting yang diangkat Islam dalam sosok Ibrahim? Berserah diri total, kepatuhan total bahkan bila itu berarti pengabaian terhadap nurani dan nalar. Apakah itu yang diharapkan dari orang yang beriman? Islam Anti Nalar. Benarkah? #12. Dikirim oleh Judhianto pada 09/10 02:52 PM Adanya agama , adanya tuhan itu semua kerena keberadaan manusia , pahami ini saudaraku . dan kita harus hidup damai , damai dihati damai dibumi . #13. Dikirim oleh Mbarep pada 09/10 07:27 PM Maha Benar Allah, kafir Yahudi dan kafir Kristen tidak akan pernah menyukai umat Islam. Buat penulis, kami umat Islam tidak butuh tafsir yang rumit untuk kalimat sejelas ini. Dan telah amat banyak fakta yang membuktikannya: perang salib, penghinaan Paus Benediktus atas Nabi yang mulia, kartun keji yang mencela Nabi, kerusuhan Ambon, dll. Telah ditetapkan laknat Allah atas Kafir Yahudi dan kafir Kristen sampai hari kiamat. Pasti dan pasti kedua golongan kafir itu kelak akan disiksa di dalam neraka, abadi, selama-lamanya. Tidak akan ada kematian yang mengakhiri penderitaan mereka. FYI, siksa neraka yang paling ringan: seorang penduduk neraka hendak mengenakan sandal. Sebelum kaki masuk sandal, otaknya sudah hancur. Bagaimana pula siksa terberat yang disiapkan bagi orang-orang kafir? Wahai kafir, kejarlah dan nikmatilah dunia ini sepuas-puasnya sebelum kematian menjemput. Karena tiada lagi bagian untuk kalian di hari kemudian, kecuali siksa yang amat pedih tiada akhir. Demikianlah, karena telah datang kepada kalian pemberi peringatan (Nabi dan Rasul) namun kalian berpaling dengan sombong! #14. Dikirim oleh Ibnu Lahm pada 11/10 08:34 PM lalu, coba anda jelaskan tentang yg dialami oleh muslim di palestina ???? #15. Dikirim oleh herlina pada 12/10 08:40 PM Para nabi yang disebutkan adalah orang yang sudah lama meninggal dunia,tapi masih di panut panut oleh kaum fanatik,apa sich yang bisa diperbuat bagi orang yang sudah meninggal ?? #16. Dikirim oleh KI HAJAR PRAKOSO pada 14/10 01:28 PM tuhan ingkar janji ..... ????? how could it be ?????? http://xucinxgaronx.wordpress.com/2010/02/22/tuhan-ingkar-janji/ #17. Dikirim oleh XucinXgaronX pada 15/10 11:51 AM

Firman Tuhan ( Alquran ) ayat 2:120 jelas jelas nyata dan terbukti, bahwa paham yahudi dan paham nashoro ( Kristen ) dan ditambah lagi Jaringan Islam Liberal, nyata nyata tidak suka kalo Umat Islam,mempercayai kitab sucinya. Allah maha mengetahui apa yang ada dalam hati kalian wahai manusia. Yang membuat ayat tersebut adalah Tuhan yang menciptakan manusia termasuk ulil, itupun kalo ulil merasa jadi manusia. Dengan adanya JIL sudah menjadi bukti bahwa ayat tersebut benar adanya. Ayat 2:120 menunjukan paham yahudi dan nashoro akan bermunculan untuk menggiring umat islam agar ragu dan tidak percaya kepada Alquran dan Alhadis, dan mengikuti paham mereka. #18. Dikirim oleh sukanda pada 18/10 01:36 PM rasional itu bagus, akan tpi lhata prmslhan. kanb tlh jls dnytakan dlm al quran 2:120, bhwa itu mmang bnar adanya. itu adalah realita yg sgt nyta, #19. Dikirim oleh iqbal pada 22/10 08:46 PM go to hell bagi siapa yg tdk mau menyebut kristen sbg kafir islam adalah agama penyempurnajika mereka mau mengikutinya dipersilakan dengan damai dan jika mereka tidak mau mengikutinya laknat allah swt akan datangnamun, kita sebagai umat islam tidaklah pantas memaksakan kepahaman kita kepada mereka apalagi menghakimi mereka dengan kalimat kafir karena kalimat itu hanyalah allah swt yang berhak untuk mengutarakannya. terima kasih atas tulisan ini, semoga diskusi-diskusi mengenai tafsir quran semakin banyak dan berbobot sehingga kita sadar akan keberadaan kita di dunia ini #1. Dikirim oleh aliem pada 28/09 04:04 PM Islam adalah hanya tunduk & pasrah kepada Allah swt saja.Di luar Islam tunduk & pasrah kepada selain Allah swt: Kafir. #2. Dikirim oleh Adib Rofiudin pada 28/09 09:13 PM Good point, namun memang susah karena masih banyak orang mengaku Islam yang memang selalu ingin sok cari muka sama Gusti Allah dan sekaligus juga selalu curiga pada penganut agama2 lain, ketimbang berbuat sesuatu yang lebih berguna bagi kemaslahatan makhluk di bumi ini. Saya rindu agar banyak orang Islam yang berbuat baik tanpa bawa2 agama. Misalnya penggiat lingkungan hidup, sain, sosial, politik yang bermartabat, dll. Bukan jadi ustad/dai/habib yang hanya menjadi tontonan bukan tuntunan apalagi menjadi pelopor kekerasan.Kami rindu orang seperti Hamka, Cokroaminoto, Wahid Hasyim, Romo Mangun, dll #3. Dikirim oleh nurcahaya pada 29/09 10:42 AM 1[127] Kami mengutusmu dengan Haqq sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan 2[127] dan kamu tidak akan ditanya tentang penghuni neraka. 1[128] dan tidak akan pernah rela umat Yahudi dan Kristen kepadamu hingga kamu mengikuti millat mereka. 2[128] Katakanlah, sesungguhnya petunjuk Allah adalah Petunjuk. 3[128] Dan seandainya kamu mengikuti ahwa mereka, setelah datang padamu al-ilm, maka kamu tidak akan mendapat perlindungan dan pertolongan dari Allah. Pada bagian pertama, frase 1[127] yang menjadi frase pembuka menerangkan Menurut hemat saya dan telah dicek dengan Al Quran yang saya miliki, ternyata yang tertulis di atas salah penempatan ayat. Seharusnya [127] menjadi [119], begitu juga [128] seharusnya [120]. Karena kesalhan redaksi ini akan sulit memaknai tulisan / artikel ini. Salam #4. Dikirim oleh m. ismet ismail pada 30/09 09:45 PM Jangan menafsirkan Al Quran menurut hawa nafsu, apalagi mencoba merevisi ayat al Quran. #5. Dikirim oleh Jaringan Islam Murni pada 30/09 10:15 PM mohon tlisannya tu revisi lagi. Menyampaikan gagasan yg begitu sensitif jangn pake salah ketik, pa lg berulang ulang. . . Bisa membiaskan pemahaman n esensi tlisan anda jua g teridentifikasi. Makash

#6. Dikirim oleh prapto pada 02/10 09:46 AM Kenapa tidak ditelusuri saja bagaimana dulu Nabi menafsirkan ayat tersebut, bagaimana para sahabat memahami tafsir yang diajarkan oleh Nabi, bagaimana tabiin memahami tafsir yang diajarkan oleh Sahabat, dst dst dst s/d sekarang. Permasalahannya adalah tinggal diverifikasi mana transmisi yang benar dan mana yang salah. Simpel! Karena Islam memang mudah. Baru +- 14 abad lho dari jaman nabi. Bukan waktu yang lama. Bandingkan dgn ide-ide para filosof yg jauh lebih lama tapi ditelan mentah2 meskipun tanpa melalui proses verifikasi, contoh: Plato (427-348 SM) Sokrates (469-399 SM). Mana yang lebih baik tafsiran Nabi yang shahih (yang sudah melalui tahapan verifikasi yang ketat) ataukah tafsiran ngelantur penulis? #7. Dikirim oleh Lutfi pada 03/10 08:19 AM Singkat, tapi pesannya cukup jelas. Saya mengutip statement berikut untuk saya share pengalaman saya: Problem teologis yang muncul kemudian, apakah Ibrahim dan anak cucunya itu dapat disebut sebagai orang beriman ataukah tidak, karena ia tidak pernah menjalankan perintah Taurat, juga tidak percaya bahwa Isa adalah juru selamat (pada kasus Islam, ia tidak pernah bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah rasul Allah)? Pertanyaan ini cukup mendidik dan membuat para penganut agama untuk semakin memahami agama dan tujuan agama. Dulu saya pernah berdiskusi di salah satu media online dang pernah mengklaim bahwa nabi Adam itu beragama Islam. Pemahaman dan klaim-klaim seperti ini akan sangat tolol menurut saya. Agama yang kita agung-agungkan tapi maksud Tuhan tidak pernah kita pikirkan, akhirnya hidup dan jiwa kita kosong tanpa makna. Mungkin ada statement dari saya, yang mungkin konyol juga bagi yang fanatik dengan ketololan. Bagi saya: Tuhan itu terlalu kreatif apabila merencanakan hanya satu agama di dunia ini. Ada juga statement mirip iklan kecap dari pemuka-pemuka agama yang menyebut bahwa Agamanyalah yang paling benar dan paling updatae. #8. Dikirim oleh Utusan pada 04/10 11:25 AM @aliem: Penyempurna? Penyempurna apa? Statementnya masih terbuka. Kalau penyempurna kehidupan anda ya pastilah itu karena memang hakikat agama seperti itu. Ateis juga akan menganggap keyakinannya sebagai penyempurna kehidupannya. Kita harus bisa menghargai proses hidup kita dan bagaimana hasilnya. Kita mengkalim agama kita penyempurna tapi hasil kerja, etika, moral, output bangsa ini sangat buruk. Lihat tuh Jepang! Maju, aman dan bila mereka kena musibah dapat bangkit segera. Mereka mempunyai semangat hidup dan ruh yang hidup sebbagaimana Tuhan yang hidup selamanya. Manusia beragama di Indonesia ini terlalu banyak yang koar-koar kebenaran dan paling benar tapi apa-apa yang benar tidak tau dan bagaimana melakukan dengan benar tidak ngerti. Itukah yang dituntut Tuhan dan Allahmu dalam kitab sucimu? #9. Dikirim oleh Utusan pada 05/10 03:19 PM Terimakasih kepada M. Ismet atas koreksinya. Memang seharusnya disana tertulis 1[119] hingga 3[120], dan bukan 127 atau 128. Akan saya kabarkan ke redaktur untuk merevisinya. Tentang bagaimana para penafsir lain menafsirkan ayat tersebut, dapat dibaca secara online di situs ini: http://www.altafsir.com/. Saya hanya berusaha menafsirkan ayat tersebut menurut kapasitas berpikir saya. Jika ada yang baik ambilah, jika tidak ada, tinggalkan saja. Wa Allah Alam bi al-shawwab. #10. Dikirim oleh Himawan Pridityo pada 07/10 08:59 AM Paham dan praktik beragama secara inklusif merupakan ikhtiar penting menuju tolerasni baik secara internal muslim maupun dengan umat beragama lainnya. Salut kepada islamlib.com yg terus beruapaya menyebarkan paham keberislaman yg ramah dan tentu saja: inklusif. #11. Dikirim oleh Insan Setia Nugraha pada 08/10 05:52 PM Ibrahim adalah tokoh sentral kedua setelah Muhammad. Bacaan doa untuk Ibrahim di tiap sholat, perayaan Idul Adha, dan ibadah Haji menegaskan betapa pentingnya Ibrahim dalam Islam. Apakah pesan terpenting yang diangkat Islam dalam sosok Ibrahim? Berserah diri total, kepatuhan total bahkan bila itu berarti pengabaian terhadap nurani dan nalar. Apakah itu yang diharapkan dari orang yang beriman? Islam Anti Nalar. Benarkah? #12. Dikirim oleh Judhianto pada 09/10 02:52 PM Adanya agama , adanya tuhan itu semua kerena keberadaan manusia , pahami ini saudaraku . dan kita harus hidup damai , damai dihati damai dibumi .

#13. Dikirim oleh Mbarep pada 09/10 07:27 PM Maha Benar Allah, kafir Yahudi dan kafir Kristen tidak akan pernah menyukai umat Islam. Buat penulis, kami umat Islam tidak butuh tafsir yang rumit untuk kalimat sejelas ini. Dan telah amat banyak fakta yang membuktikannya: perang salib, penghinaan Paus Benediktus atas Nabi yang mulia, kartun keji yang mencela Nabi, kerusuhan Ambon, dll. Telah ditetapkan laknat Allah atas Kafir Yahudi dan kafir Kristen sampai hari kiamat. Pasti dan pasti kedua golongan kafir itu kelak akan disiksa di dalam neraka, abadi, selama-lamanya. Tidak akan ada kematian yang mengakhiri penderitaan mereka. FYI, siksa neraka yang paling ringan: seorang penduduk neraka hendak mengenakan sandal. Sebelum kaki masuk sandal, otaknya sudah hancur. Bagaimana pula siksa terberat yang disiapkan bagi orang-orang kafir? Wahai kafir, kejarlah dan nikmatilah dunia ini sepuas-puasnya sebelum kematian menjemput. Karena tiada lagi bagian untuk kalian di hari kemudian, kecuali siksa yang amat pedih tiada akhir. Demikianlah, karena telah datang kepada kalian pemberi peringatan (Nabi dan Rasul) namun kalian berpaling dengan sombong! #14. Dikirim oleh Ibnu Lahm pada 11/10 08:34 PM lalu, coba anda jelaskan tentang yg dialami oleh muslim di palestina ???? #15. Dikirim oleh herlina pada 12/10 08:40 PM Para nabi yang disebutkan adalah orang yang sudah lama meninggal dunia,tapi masih di panut panut oleh kaum fanatik,apa sich yang bisa diperbuat bagi orang yang sudah meninggal ?? #16. Dikirim oleh KI HAJAR PRAKOSO pada 14/10 01:28 PM tuhan ingkar janji ..... ????? how could it be ?????? http://xucinxgaronx.wordpress.com/2010/02/22/tuhan-ingkar-janji/ #17. Dikirim oleh XucinXgaronX pada 15/10 11:51 AM Firman Tuhan ( Alquran ) ayat 2:120 jelas jelas nyata dan terbukti, bahwa paham yahudi dan paham nashoro ( Kristen ) dan ditambah lagi Jaringan Islam Liberal, nyata nyata tidak suka kalo Umat Islam,mempercayai kitab sucinya. Allah maha mengetahui apa yang ada dalam hati kalian wahai manusia. Yang membuat ayat tersebut adalah Tuhan yang menciptakan manusia termasuk ulil, itupun kalo ulil merasa jadi manusia. Dengan adanya JIL sudah menjadi bukti bahwa ayat tersebut benar adanya. Ayat 2:120 menunjukan paham yahudi dan nashoro akan bermunculan untuk menggiring umat islam agar ragu dan tidak percaya kepada Alquran dan Alhadis, dan mengikuti paham mereka. #18. Dikirim oleh sukanda pada 18/10 01:36 PM rasional itu bagus, akan tpi lhata prmslhan. kanb tlh jls dnytakan dlm al quran 2:120, bhwa itu mmang bnar adanya. itu adalah realita yg sgt nyta, #19. Dikirim oleh iqbal pada 22/10 08:46 PM go to hell bagi siapa yg tdk mau menyebut kristen sbg kafir Terorisme lahir dari budaya kekerasan yang terpelihara. Kita bisa melihatnya dari tawuran antar kampung dan bukan karena film Hollywood. Salah satu cara pengajaran agama adalah melalui indoktrinasi. Harus diakui bahwa sebagaian besar cara belajar agama di negara kita masih demikian, bukan mengajarkan contoh atau kesadaran. Output dari model pengajaran ini adalah formalisme simbolis dan bukan kesadaran intrinsik. Anak anak muda itu adalah korban dari orang tua yang menyerahkan sepenuhnya kepada guru ngajinya atau kepada lingkungan. Lembaga agama dianggap sarana ampuh untuk mencegah kenakalan dan kerusakan moral. Cara ini dianggap efisien oleh para orang tua, karena mereka tidak perlu susah payah untuk mendidik anaknya. Seringkali hasilnya akan berlawanan dengan yang mereka harapkan. Artinya para orang tua harus memberikan contoh dan teladan yang baik, para pejabat dan agamawan harus memberikan contoh hidup yang sederhana dan bersahaja. Sehingga anak anak muda muda tidak perlu berlari mencari solusi hidup melalui jalan pintas diantaranya melakukan kekerasan yang terlegitimasi hukum hukum agama. Anak anak harus diajarkan nilai dan esensi bukan simbol dan formalitas. Anak anak harus diajarkan iqra , tafakur atau berfikir disertai teladan orang tua dan agamawan. Bukan menghapal ratusan ayat yang tidak mengerti maksudnya. Berfikir akan membuat seseorang akan bertindak penuh dengan kesadaran bukan sekedar reaktif. Konflik global yang menghadapkan Islam radikal dan barat hanyalah bersifat virtual bagi kita, musuh nyata kita adalah kemiskinan, kebodohan, pengangguran dan kesejanangan pendapatan. #1. Dikirim oleh abu jasmine pada 03/05 07:19 PM

kebencian timbul jika terdapat sesuatu atau keadaan tertentu yg menurut pertimbangan akal sehat bersifat merusak dan melawan sifat fitrah akal sehat itu sendiri. misalnya, jika akal sehat membenarkan keberadaan Tuhan itu pasti adanya, maka akal sehat akan membenci siapapun yg mengatakan keberadaan Tuhan itu hanya mitos. demikian juga jika ada orang yg mengatakan bahwa perkara-perkara ghaib pun hanya cerita dongengan belaka. dengan keadaan demikian sebenarnya siapapun harus jeli,cermat dan adil dalam menilai apa sebenarnya yg menjadi sebab terjadinya keadaan benci-membenci itu. Jika Allah Taala membenci bahkan mengutuk iblis yg membangkang saat diperintah untuk sujud kepada Nabi Adam As maka manusia yg berakal sehat pasti juga akan membenci bahkan melaknat jika terdapat manusia yg berkarakter layaknya iblis. dengan kata lain setiap perbuatan kita harus diniatkan karena Allah semata, demikian pula membencipun juga hendaknya seperti itu. Sekarang jika ada yg bertanya bagaimana menghilangkan kebencian itu? maka kita harus mencari apa sebenarnya sumber kebencian itu, mencari sesuatu yg menjadi sumber kontroversi di tengah-tengah ummat. jika dikatakan pemahaman keagamaan yg menjadi akar masalahnya, maka kita harus menentukan tolok ukur atau penimbang, mana yg disebut dengan perbedaan pemahaman dan mana yg disebut sebagai penyimpangan pemahaman (karena bisa saja orang tidak sadar jika ia telah menyimpang dan menyebut dirinya sedang dalam keadaan berbeda). Namun tolok ukurnya tidak dapat ditentukan secara sepihak, apalagi hanya didasarkan kepada sesuatu yg bersifat rekaan, atau sesuatu yg berasal dari hasil spekulasi manusia,(siapapun orangnya), sebab jika hal demikian dipaksakan maka bukan penyelesaian masalah yg akan dihasilkan, melainkan segera akan timbul masalahmasalah baru lagi yang ujung-ujungnya akan menjadi sumber kebencian baru, dan tidak akan pernah selesai-selesai. Demikian pula dengan wacana radikalisasi dan deradikalisasi. jika radikalisasi dilawan dengan liberalisme cq pluralisme, maka sama saja keadaannya karena melawan satu jenis keradikalan dengan keradikalan jenis lainnya. Kemudian terdapat suatu kontradiksi, jika tindakan radikalisasi diartikan sebagai tindakan penolakan secara kritis segala sesuatu yg berbau barat, termasuk kultur dan ideologinya, dan deradikalisasi dimaknai sebagai upaya pemaksaan penerimaan segala sesuatu yg berbau barat secara taken for granted, saya kira ini langkah mundur dan sekali lagi hanya akan menimbulkan kontroversi-kontroversi lanjutan. satu langkah bijaksana saya kira, jika semua pihak menahan diri agar tidak terus berpolemik dan terus bersilang pendapat terhadap persoalan-persoalan yg selama ini menjadi sumber kontroversi. upaya deradikalisasi paling baik saya kira jika dimulai dari diri sendiri. sebab hal demikian akan memberikan energi positive kepada pihak lain. dan akhlak mulia seorang intelek saya kira lebih penting saat ini untuk ditonjolkan. #2. Dikirim oleh elroy pada 03/05 09:33 PM he.. aman? mas.. korupsi merajalela.. kemisikinan, pengangguran mendorong radikalisasi. Politik uang Dana Parpol.. Bank century.. rekening gendut.. rekayasa hukum.. tebang pilih.. mafia hukum mafia pajak dst (..Sampe kapan mas Ulil betah di parpol di luar aja, mas.. Lebih enteng.. lebih bebas.. lebih cerdas..) #3. Dikirim oleh widodo pada 04/05 09:49 AM he.. Aman?, mas.. Pengangguran, kemiskinan, salah urus.. mendorong radikalisasi.. Poltik uang, dana parpol, korupsi, rekening gendut, rekayasa hukum, mafia pajak.. dst. Sampe kapan Mas Ulil betah? enakan di luar, mas.. lebih cerdas.. lebih enteng.. lebih jujur.. #4. Dikirim oleh abu tukmah pada 04/05 10:17 AM imbalance, adalah kata kunci dari semakin maraknya radikalisme. Kita lihat disekitar kita, terjadi ketidak seimbangan, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Laporan Kompas seminggu ini (Ekspedisi Citarum) betul betul membuat kita semakin prihatin. Setiap pembelajaran atau indoktrinasi yang radikal, akan semakin subur kalau adanya ketidak seimbangan (terutama ketidak seimbangan ekonomi, hukum dan lain lain). Harusnya negara mencari jalan keluar, tidak hanya memberantas pelaku teror (ini juga penting), tetapi yang lebih penting, adalah bagaimana mensejahterakan rakyat, membuat rakyat tahu hukum, dan hukum bisa adil, dst dst. #5. Dikirim oleh Yanto pada 04/05 02:20 PM Radikalisme pada dasarnya muncul dari pikiran diri kita sendiri yang merasa selalu lebih hebat dari yang lain. Cara berpikir yang demikian kemudian dikombinasikan atau dibungkus dengan ajaran-ajaran atau dogma-dogma dalam agama, jadilah kita berpikir sempit bahwa yang benar adalah agama yang kuanut. Sebenarnya tidak salah jika kita menganggap bahwa yang paling benar adalah agama yang dipeluk, asalkan ini untuk diri kita sendiri, bukan untuk menilai agama yang lain. Dengan kata lain, bahwa agama yang paling cocok dengan aku adalah agama yang sekarang aku peluk. Dengan cara berpikir demikian ini diterapkan pada orang lain yang tidak sama agamanya dengan kita, dengan cara pandang bahwa si-A memang merasa paling cocok jika memeluk agama B. Dengan demikian tidak ada lagi ada agama yang merasa paling benar bahkan bisa menganggap agama lain salah dengan sudut pandang pikiran kita. Ini yang selama ini terjadi pada radikalisme, merasa diri paling suci dan paling benar, dan orang lain pasti salah. Kasus banyaknya anak muda sekarang yang mempunyai kecenderungan radikal, menurut hemat saya adalah kesalahan para orangtua. Seharusnya orangtua mengajarkan kepada anak sejak kecil untuk bisa menghargai orang lain. Anaknya diajarkan membenci adalah perbuatan yang salah. Menghina adalah perbuatan yang salah. Dan ini terus menerus dilakukan. Tetapi yang sekarang terjadi adalah mayoritas orangtua sudah merasa mendidik anaknya dengan benar jika sudah menyekolahkan anaknya. Bagi yang kaya ditambah dengan mendatangkan guru agama ke rumah. Padahal seharusnya setiap orangtua sadar bahwa tugas orangtua adalah membuat si anak berakhlak baik dan berilmu atau berpendidikan baik. Pendidikan bisa dilakukan dengan cara menyekolahkan anak. Tetapi untuk membuat anak yang berakhlak baik, orangtua harus berperan langsung dengan mengajarkan dan memberi contoh. Tidak cukup hanya dengan mendatangkan guru agama atau belajar ke rumah guru agama. Jangan menyerahkan seluruh proses pendidikan anak termasuk pendidikan moral pada lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan formal harus dikembalikan kepada fungsi utamanya yaitu membuat anak berilmu, bukan menjadikan anak berakhlak. Masalah Akhlak atau moral harus dikembalikan lagi sebagai tugas dari orangtua. Karena anak yang mempunyai fondasi moral yang baik, yaitu bisa menghargai orang lain, tidak akan mudah untuk tergelincir kepada radikalisme karena anak sudah punya filter sendiri. #6. Dikirim oleh Putra Pertiwi pada 04/05 03:41 PM Mas ulil, saya sebenarnya sangat menghargai ide2 mas ulil selama ini. Pikiran2 mas ulil bisa menjadi perspektif lain dr pemahaman2 ttg islam yg ada selama ini. Terlepas dr kontroversi dr pemikiran mas ulil dan rekan2 jil lain. Tapi sama dg keadaan2 lain, berlebihan justru akan merusak apa yg sedang diperjuangkan. Kebencian pd mas ulil dan jil, bukan krn faham2 pluralisme, liberalisme dan sekularisme itu sendiri, tp lbh karena mengusungnya sangat berlebihan, tdk arif melihat kondisi. Gegabahnya jil sedikit banyak menumbuhkan kebencian dan radikalisasi dikalangan umat, bom buku unt mas ulil adalah contoh nyata. Emansipasi, perjuangan hak dan peran wanita dlm islam memang sangat relevan, tp mengamini wanita menjadi imam sholat adalah sangat keterlaluan. Perlindungan pd hak2 minoritas sangat bs diterima, tp menganggap semua agama adalah jalan menuju Tuhan, termasuk agama dunia, sangat ditentang, termasuk oleh agama minoritas itu sendiri. Mas ulil dan rekan2 jil yg lain, sungguh akan sangat bagus apabila pemikiran2 anda dikemukakan dg penuh kearifan, jangan terlalu banyak kontroversi dg faham2 yg bs dianggap sesat unt menghindari pertentangan dan kebencian. Mungkin sejarah perjuangan wali songo bs menjadi acuan. Kita setuju, terorisme, radikalisme perlu kita bendung, tp kadang2 kita sendiri yg memberi amunisinya.

#7. Dikirim oleh farhan pada 04/05 09:21 PM Assalamualaikum wrwb Orang2 tua kita berkata:kalau ingin menjadi seorang yang saleh,belajarlah kepada ulama2,kalau ingin menjadi pencuri belajarlah kepada guru pencuri.Demikian bukan? Kenapa Amerika,negara2 Barat dan Japan,Korea Selatan dan Singapore sukses menciptakan masarakat yang damai-sejahtera dan harmoni dlm berbeda beda? 1.Pertama krn pemerintah benar2 menjamin warganya dari setiap perbuatan kekerasan.Law Inforcement. 2. Kedua undang2 menjamin setiap keyakinan agama dan tidak beragama. 3.Ketiga ada undang2 anti diskriminasi atas nama;suku,agama, gender,umur dan disbility. Kalau undang2 ini di terapkan di Indonesia yg pliuralistic ini,insya ALLAH akan tercapai masarakat yang damai-dan hidup harmoni. 4.Lempat hendaklah undang2 Penodaan agama segera di cabut.sebab sumber kekerasan agama datang dari undang2 ini. 5. Kelima semua kitab2 pelajaran agama yang mengjarakan kebencian kpd umat lain harus di haramkan.Pemerintahan saudi telah melarang kitab2 pelajaran agama yang membenci agama lain. 6. Kenam,sebagaimana Uli Abshara jelaskan perlunya semua element2 termasuk elit agama (MUI) tidak lagi mengharamkan keyakinan agama yang berbeda dgn mereka. Kalau MUI sendiri tidak mengajarkan toleransi kepada perbedaan2 dlm menafsirkan ayat2 ALLAH,selama itu pulalah akan terjadi konflik2 dlm masarakat Indonesia. 7. Pemerintah dan agama (mesdjid,geraja) haruslah terpisah. Pemerintah tidak ikut2 dgn masalaha agama ,tapi harus bertindak netral dan melindungi semua agama beribadah. Selama ini MUI dan Menag ikut2 campur masalah ajaran2 sesat atau tafsiran Al Quran. Tafsiran yg berbeda dgn depag adalah palsu.Ini adalah berbahaya dan ini adalah akar dari konflik2 agama. Semoga bermanfaat.Salam

#8. Dikirim oleh alatif pada 05/05 06:48 AM Negara dlm hal ini diwakili pemerintah seharusnya mampu mengatasi akar masalah radikalisme yaitu keadilan & kesejahteraan. Rakyat tidak mempermasalahkan apapun bentuk negara,karena dalam Al Quran pun tidak disebutkan adanya negara Islam,yang penting bagi rakyat adalah terpenuhinya rasa keadilan & kesejahteraan hidup mereka. Anda( Ulil) adalah bagian dari pendukung pemerintah,kenapa Anda tidak memberi masukan kepada Kepala Negara yang juga Ketua Dewan Pembina? Buat apa posisi Anda sekarang jika tidak mempunyai manfaat bagi rakyat,kebetulan juga Anda menantu salah satu ulama terkenal,insyaALLAH Bp. SBY mendengarkan #9. Dikirim oleh satmata pada 05/05 06:22 PM saya stuju dengan mas farhan, saya menghargai statement dari bang ulil & rekan2 jil. saya juga tidak stuju dengan kekerasan yang slama ini terjadi di indo. tapi saya juga tdak stuju jika seolah2 pengajaran pesantren dijadikan kambing hitam. memang di pesantren diajarkan jihad dkk. tapi para ustadz di pesantren tdk pernah berfatwa bahwa memerangi kafir di indo itu adl jihad. saya juga sangat tidak stuju jika pendidikan akhlaq disekolah itu tidak perlu, saya pikir ini statement yang sangat tidak rasional. alasannya tentu krena sekolahlah tempat yang paling strategis untuk menciptakan karakter seseorang disamping pengayaan ilmu, tapi bukan berarti hanya sekolahlah tempat untuk mendidik karakter. selain itu saya juga tidak stuju jika pluralisme itu dibawa ke dalam msalah agama, karena agama itu masalah kyakinan. jadi cukuplah pluralisme dalam bidang sekularitas saja. karena jika kita menganggap bahwa semua agama itu adalah benar, mnurut saya itu pandangan yang sembrono. karena jika kita (muslim) tdak myakini bahwa hanya islam agama yang benar, lalu apa gnanya kita memeluk islam dan mngaku muslim???? mungkin bisa dipikirkan kembali #10. Dikirim oleh muhavi sewusangangatoswolu pada 05/05 09:42 PM ranah keyakinan setiap pemeluk agama tidak bisa disamakan pasti ada perbedaan. ketika kita bicara pluralisme yang tepat adalah objek sudut pandang yg jelas seperti adat, warna kulit, beda bahasa. Nah klo keyakinan menuju tuhan disamakan dari sudut pandang mana??, toleransinya dimana ??. Tetapi yg hrus kita sikapi adalah jangan ada paksaan. Fitarah itu ada bersifat umum, tetapi yg khusus tentu orang2 yg dalam ilmu agamanya dan kuat amalannya. kata dan perbuatan itu akan naik kelangit. dan yg menilai adalah Allah.Sebuah pemikiran hanya bermain main pada ruanglingkup objek yang nyata saja, yang tidak nyata dia akan mengeluarkan kata Lahaulawalakuawataillabilladegn ungkapan yg tulus. ( Apalah artinya sebuah pemikiran saudara)

#11. Dikirim oleh alfarizal pada 06/05 12:56 AM maju terus mas ulil dkk. saya rasa mas ulil dan teman2 jil memiliki pemahaman tersendiri tentang apa itu berlebihan dsb. #12. Dikirim oleh khoirul anam pada 06/05 10:54 AM kekerasan yg timbul bukan karena islam (bukan JIL) tidak toleran, tapi karena islam tertindas itu reaksi yg wajar. coba bandingkan dengan kekalahan islam di spanyol, seluruh umat islam wajib pindah agama ke nasrani klo tidak penggal, apakah ini yg namanya toleran, tapi ketika islam masih berkuasa di spanyol umat nasrani, yahudi, hidup berdampingan. mas ulil ingat penaklukan mekkah? #13. Dikirim oleh DONI pada 06/05 12:55 PM Kenapa pemerintah RI terkesan memelihara paham/aliran sesat menyesatkan seperti Ahmadiyah, LDII, NII, JIL, dsb, sih? Jangan2 pemerintah memang ada main dg paham/aliran tsb demi mempertahankan kekuasaannya & membendung syariat Islam secara kaffah tegak di muka bumi ini, ya? #14. Dikirim oleh Ahmad Din pada 06/05 02:28 PM Masing-masing insan pasti punya sisi radikal dalam memperjuangkan keberhasilan kepentingan sampai ke akar-akarnya sesuai dengan potensi kompetensi masing-masing. Ada yang radikalnya dalam bentuk hanya getaran dalam hati, perasan pikiran yang brilian, ada juga yang berkoar-koran dalam ucapan yang membara, ada pula yang melakukannya dalam bentuk tindakan dari yang paling sopan moderat sampai dengan kekerasan. Tindakan radikal pada umumnya berkaitan dengan aksi pembalasan atas perbuatan yang pernah menimpa dan dipandang mengganggu kepentingan, atas nama apa pun, semuanya bisa dijadikan kendaraan! hm ... #15. Dikirim oleh man Atek pada 06/05 03:12 PM Jalan terus jil, menurutku kita tidak bisa melihat masa lalu yang kelam untuk wacana dendam dengan alasan apapun apalagi alasan moral keagamaan, tetapi sebagai pelajaran berharga untuk mendorong pluralisme, Bhineka tunggal ika, dan penghargaan pada hak azasi dan martabat manusia, basmi radikalisme dan kita dorong pluralisme Indonesia yang bermartabat sebagai bangsa besar. #16. Dikirim oleh Eko Prasetyo pada 07/05 04:47 AM ass wr wb mas ulil dan tema-teman semua yang sedang belajar hidup dg berproses, bersosialisasi,berfilosof, beredukasi, berpolitisi, berspekulasi, berkreasi, dan ber..ber yang lain. ditengah retorika maka pegangan yang paling kuat adalah tali Allah karna itu lah yang menghubungkan kita dengan Allah adalah Al quran karna kata-kataNya yang jujur & benar dan itu mencakup kitab-kitab yang lain sebelumnya. yang jelas karna umat masih bingung mencari figur. maka figur nya kalau boleh muhammad sebelum kita sepakati sharing kita. wasalam. gg #17. Dikirim oleh gedhek giri pada 07/05 01:35 PM Komentar Ahmad Din agak kurang nyambung ya? Bagi aku kekerasan dlm bentuk apapun tidak diperbolehkan. Sudah saatnya pemerintah beserta para ulama membuatkan langkah2 konkrit untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa ini dari paham2 yg radikal. Kegiatan Rohis disekolah2 dan LDK dikampus2 disinyalir menjadi ladang empuk bagi mereka untuk menyebarkan paham2nya. #18. Dikirim oleh zaelani pada 07/05 06:08 PM Islam rahmatan lil alamin adalah toleransi kalian. #19. Dikirim oleh Adib Rofiudin pada 07/05 08:50 PM @alatif apa relevansi ungkapan kata-kata orang tua tersebut dengan poin-poin yang anda berikan? nyatanya liberalisasi yang dilakukan oleh negara-negara barat tidaklah membawa kebaikan bagi moral rakyatnya ternyata anda tidak secerdas yang saya kira.beljarlah dengan ulama islam jangan dengan ulama ngaku islam tobatlah ulil uliiiil.. #21. Dikirim oleh bece pada 08/05 07:44 PM Saya tidak ingin menggunakan istilah teroris, radikal, atau fundamentalis. Mereka adalah Muslim, saudara kita yang menafsirkan Islam, atau Quran Dan Hadist yang berbeda dengan saudara2dari NU, Muhammadiyah atau JIL. Terutama dalam menafsirkan pengertian Jihad sehingga menimbulkan tindakan2 radikal seperti anti agama lain terutama Kristen Dan Yahudi,

anti JIL, melakukan pengrusakan, sampai pengeboman. Tindakan radikal juga terjadi pada orang Kristen. Sdr Ulil yang belajar di Amerika tentu merasakan bahwa disana ada kelompok Fundamentalis Kristen yang menyebarkan paham anti Dan kebencian terhadap Islam. Serangan terhadap Irak, Afganistan didorong oleh kelopmpok Kristen fundamentalis, disamping motif ekonomi untuk menguasai sumber minyak. Saya masih tidak percaya bahwa Osama bin Ladin mampu merencanakan dan melaksanakan peristiwa 911. Bagaimana membajak 4 pesawat sekaligus oleh sekitar 30-40 orang tanpa bocor informasi. Bagaimana pesawat bisa terbang ke WTC tanpa diketahui oleh radar dan sistem keamanan Amerika. Cukup waktu buat Amerika untuk menembak jatuh pesawat sebum sampai tujuan. Bagaimana dua pesawat yang menabrak WTC ditengah bangunan yang merupakan titik lemah Dari bangunan bertingkat. Kemudian bangunan ambruk seperi bangunan tua yang dirobohkan dengan dinamit. Kenapa tidak satu orang Yahudi yang jadi korban, padahal Ada ratusan yang kerja disana. Tapi pandangan umum Al Qaidah yang melakukan. Kembali kepada saudara2 Muslim yang menafsirkan Jihad dengan cara berbeda adalah dengan penyebar luasan pengertian Jihad yang menurut kita paling benar, melalui tulisan2, ceramah/khutbah baik di masjid, TV, atau berdiskusi Dan debat terbuka untuk beradu argumen dalam penafsiran ayat ayat yang berhubungan dengan Jihad. Kita yakin Islam itu agama damai, menuju keselamatan dunia Dan akhirat, agama rahmatan lil alamin. Itu perlu ditunjukan oleh Amal Dan tindakan, bukan hanya retorika. #22. Dikirim oleh Holiluddin pada 09/05 04:06 AM Saya masih ingat ketika berbincang-bincang dengan seorang imigran uk asal somalia. Pembicaraan mengalir sampai masalah ekstrimisme dan bajak laut yang terjadi di negaranya. Namun secara tegas ia menolak istilah ekstrimis, karena dalam pemahamannya mereka juga adalah sesama muslim yang taat. Dan menuduh pihak barat membesar2kan istilah ekstrimis untuk mendiskreditkan muslim. Ini juga sejalan dengan pemikiran Sdr. Holiluddin yang mengamini hal ini sebagai penafsiran yg berbeda dari Quran dan hadist yang terlihat sah. Namun tidak kah masih ingat dalam peristiwa pemboman mesjid di cirebon? Masihkah bisa bersembunyi dibalik perbedaan penafsiran ketika seorang muslim melakukan tindakan tidak terpuji terhadap rumah ibadahnya sendiri? Ataukah masih mencoba menyalahkan pihak lain dengan tuduhan2 konspirasi? Sang pelaku bahkan dengan lantang meng-kafirkan orantua sendiri yang dianggap berseberangan. Di nigeria hal serupa pun terjadi, di mana orang2 yang beda tafsir ini tega menghabisi para ulama yang menyuarakan anti-kekerasan. Dan tidak terhitung peristiwa bom bunuh diri di Irak dan Pakistan yang menyasar saudara-saudara sendiri. Jika hal ini tidak ditangani seawal mungkin, bukan mustahil negara ini akan mengalami nasib yang lebih parah, di mana kelompok satu dengan yang lain akan saling mengkafirkan dan bertukar bom. Salam. #23. Dikirim oleh v.raymontt pada 10/05 01:35 AM

Pada saat bom berkekuatan besar diledakkan di kawasan Legian, Kuta pada tahun 2002 juga muncul tuduhan bahwa pelakunya adalah Mossad atau C.I.A. tetapi pihak yang mendapatkan citra buruk adalah umat Islam. Tuduhan itu sedikit atau banyak dilandasi oleh teori konspirasi. Namun, kemudian setelah pihak kepolisian mengumpulkan berbagai bukti secara cermat, ternyata para pelakunya adalah saudara-saudara kita sendiri. Mereka meyakini bahwa apa yang dilakukan itu adalah perwujudan perjuangan jihad melawan kekuatan kafir yang dipelopori oleh Amerika Serikat, Australia, Inggris,dan Israel. Bahkan, pada saat TV-One menayangkan acara debat yang kemudian menyinggung contoh kasus semacam itu, ada salah satu pihak yang menyatakan bahwa seandainya dalam kejadian itu terdapat pihak yang tidak mengetahui apa-apa menjadi korban, ia akan termasuk pihak yang kematiannya tergolong mati sahid. Terlepas dari inti artikel ini, entah disebut out of topic atau out of context,bagi saya negara Indonesia dengan segala kekurangannya adalah tempat yang sangat nyaman untuk hidup. Termasuk pula untuk kehidupan religius. Pihak-pihak yang menyetujui tahlilan dan Yaasinan boleh eksis. Sementara, kalangan yang berpendapat bahwa Untuk masuk neraka kita tidak perlu berbuat maksiyat. Tetapi, kita cukup melaksanakan tahlilan dan Yaasinan. juga boleh hidup. #24. Dikirim oleh Muly De La Vega pada 11/05 12:01 PM @Yth. Mas Ulil dan kawan2 JIL Saya rasa yang kita perlukan adalah lebih dari sekedar jihad intelektual karena intelektualitas itu sendiri masih dalam kerangka konsep,konsep yang masih terikat dengan dualitas ,konsep yang menempatkan MIND sebagai panglima , seperti dikotomi antara benar-salah,atas-bawah,suci-kotor,bahagia-sedih dan seterusnya. Mengutip orang bijak yang sudah sampai menemukan KEBENARAN bahwa untuk mencapai Tuhan kita harus melampaui dualitas, maka salah satu jalan menuju kepadaNYA adalah mencoba melakukan jihad spiritualitas,dengan meniti jalan tersebut memungkinkan kita untuk melampaui dualitas, melampaui mind dan membebaskan kita dari budak mind. Saya sendiri masih berkutat dan terus terjebak dan bahkan masih menjadi budak mind,mudah2an tidak demikian halnya dengan Mas Ulil dan teman2 lainnya di JIL,namun saya yakin meskipun anda semua masih berkutat dengan MIND tetapi jika melihat kontribusi pemikiran2 yang telah kawan2 perjuangkan selama ini menurut hemat saya bekal untuk melakukan lompatan jihad spiritualitas sudah lebih dari cukup. Pada akhirnya nanti mungkin label2 seperti Islam Moderat,Islam Liberal akan anda tinggalkan,karena keberadaan anda sendiri tidak akan cukup dibatasi oleh sekat2 apapun.Amin

#25. Dikirim oleh dewayanto pada 17/05 05:24 PM Jangan samakan pluralitas dan plurarisme,berbeda bapak,kita menghormati pluraritas krn memang dari ALLOH S.W.T,tapi jangan samakan semua agama sama dengan tuhan yg sm.kalo bapak mengaku sbg pengikut nabi Muhammad sbg contoh,bagaimana urusan pluralitas beliau sangat toleransi tapi kalo urusan plurarisme tauhid,ibadah beliau sangat tegas dan keras,hidup cm sebentar bpk 30thn..50thn..bahkan 100thn,kita pasti menghadapnya.pertanyaan pertama di alam kehidupan sanaman robbukasiapa tuhanmu..klo memang agama semua benar dengan seribu tuhan yg bnr pula..BUAT APA PERTANYAAN INI DI ajukan.Buat bpk ulil siahkan anda berbuat..berfikir..bertindak sesuka hati anda..tapi ingatlah di suatu hari yg pasti akan datang..anda akan di mintai tanggung jawab..bukan polisi..bukan presiden ..apalagi ulama..tapi ROBBUL JALIL yg MAHA HEBAT AABNYA..klo ga percayakita akan buktikan setelah mati nanti..SAYA SIAPPP.. #26. Dikirim oleh bahihaqi pada 27/05 03:18 PM Jejak kekerasan oleh orang2 yg mengaku berjalan di jalan Alloh mencapai 17.200 kejadian sejak 9/11 sampai sekarang (29/05/11). Termasuk banyak kejadian yg berlokasi di tanah air. Sampai kapan para pelaku kekerasan ini akan terus dibiarkan atas nama sodara yg penafsirannya berbeda? Pencuri adalah pencuri, pembunuh adalah pembunuh, dan teroris adalah teroris. Tp kenapa ketika seseorang berseru Allahuakhbar menjadi berbeda di mata sebagian komentator di sini? Padahal jelas2 (katanya) mendukung Islam sebagai agama yang damai.

#27. Dikirim oleh v.raymontt pada 29/05 07:44 PM Seorang muslim yang sejati dan taat pada tuhannya, menurut saya adalah melaksanakan sholat 5 wkt dan apabila merasa ada kesulitan ia melapor pada tuhannya misal dgn sholat tahajjud. selalu mencari sumber kebenaran dari Alqur`an dan hadits-baru kemudian hal-hal yang normatif yang berlaku umum dlm masyarakat. berbuat baik ke sesama, dan berani mencegah kemungkaran serta memelihara rukun islam yang lainnya. #28. Dikirim oleh rudismk pada 29/05 08:17 PM seorang muslim yang baik dan taat pada tuhannya, menurut saya adalah mereka yang sholat 5 wkt dan apabila terasa ada kesulitan dia melapor pada tuhannya misal dgn cara tahajjud.selalu menjadikan Alqur`an dan Hadits sebagai sumber kebenaran, baru kemudian norma-norma yang berlaku umum di masyarakat, memelihara rukun islam yang lainnya dan berbuat baik ke sesama, serta berani mencegah yang mungkar dan siap membela kebenaran menurut islam sebagai agama yang diyakininya berasal dari Allah Swt, sang pencipta Alam Semesta. #29. Dikirim oleh rudismk pada 29/05 08:33 PM konsep jihad intelektual yang disodorkan oleh Ulil adalah upaya mengembalikan kembali pemahaman yang lurus tentang Islam dan Jihad utk membendung pemikiran yang sedang dihegemonikan oleh JIL itu sendiri. Saya dan umat islam yang lurus lainnya percaya, kita dan juga kalian JILkita akan sama-sama menyaksikan tegaknya Islam dengan semangat jihad yang ikhlas krn Alloh SWT. #30. Dikirim oleh amru pada 18/06 07:51 PM Asslm, bang. Berkembangnya radikalisme agama di Indonesia adalah suatu kenyataan sosio-historis dalam negara majemuk, tetapi juga bisa menjadi ancaman bagi masa depan bangsa yang mendambakan keamanan dan kedamaian. Ada hubungan yang paralel antara radikalisme agama dan aksi kekerasan. Karena secara teoretis, radikalisme muncul dalam bentuk aksi penolakan, perlawanan, dan keinginan untuk mengubah sesuai dengan doktrin agamanya. Fenomena itu selain menggelisahkan banyak pihak, juga mendorong orang untuk mencari jawaban, faktorfaktor penyebab munculnya radikalisme agama tersebut. Adakah kaitan antara kurangnya rasa nasionalisme dan kondisi kebobrokan bangsa saat ini sebagai factor penyebab munculnya radikalisme? Apakah radikalisme sebagai factor penyebab munculnya terorisme? Jawaban pertanyaan ini, akan dpt menangkis sisi buruk dari radikalisme tsb. Wassalam #31. Dikirim oleh Supriyatno pada 04/07 02:13 PM Menahan Laju Negara Islam Indonesia Oleh Abdul Moqsith Ghazali Dimuat di Media Indonesia, 2 Mei 2011 ..... terang perbedaan kapasitas intelektual antara Kartosuwirjo di satu pihak dan Maududi-Sayyid Quthb di pihak lain. Kartosoewirjo tak mengkriya karya-karya intelektual yang menjelaskan landasan pokok dan kerangka konsepstual NII. Sejauh pengetahuan saya, Kartosoewirjo tak mensistematisasikan pemikiran politiknya dalam buku utuh. Ketiadan rujukan ideologis dari sang proklamator NII ini menyebabkan para pelanjut gerakan NII seperti ayam kehilangan induk. Tak ada tokoh kedua apalagi ketiga yang berperan penting setelah Kartosoewirjo laksana Sayyid Quthb setelah Hasan al-Banna. Kartosoewirjo memiliki kesamaan dengan Hasan al-Banna, Sayyid Quthb, dan Maududi hanya dalam proses kematiannya. Mereka mati karena dibunuh. Pada tanggal 12 Pebruari 1949, Hasan al-Banna dibunuh oleh oleh polisi rahasia Mesir. Pada tahun 1966, Sayyid Quthb dibunuh dengan tuduhan makar terhadap pemerintah Mesir. Hal yang sama dialami Kartosoewrijo. Pengadilan Mahadper, 16 Agustur l962, memutuskan bahwa Kartosoewirjo telah makar terhadap NKRI. Atas dasar itu, Kartosoewirjo dihukum mati. NII (Negara Islam Indonesia) membuat ulah. Ia makin agresif merekrut anggota baru. Beberapa mahasiswa di Malang, Yogyakarta, Lampung, dan Jakarta dinyatakan hilang, diculik aparatur NII. Para mahasiswa dan pelajar Islam yang minim pemahaman keislamannya ditarik masuk ke dalam NII. Melalui media massa, kita disuguhi informasi perihal proses indoktrinasi dan ideologisasi kepada anggota baru NII. Setelah dibaiat sebagai anggota, mereka pun disebar ke masyarakat untuk mencari dana. Para mantan anggota NII yang diwawancara televisi mengisahkan tentang seringnya menipu orang tua untuk memperoleh dana. Mereka diwajibkan membayar iuran bulanan untuk mengisi lumbung keuangan NII. Kondisi ini menimbulkan keprihatinan dan kerisauan di kalangan masyarakat. Banyak orang tua histeris karena anak-anak mereka masuk NII. Orang tua tak hanya merugi secara material karena tertipu, melainkan juga defisit secara immaterial karena anak-anak yang menjadi tumpuan harapan mereka terancam putus sekolah atau kuliah. Anak-anak mereka yang bersekolah di sejumlah perguruan tinggi seperti UI, UGM, UIN, dan lain-lain ternyata jatuh pada pola pengasuhan yang keliru, NII. Apa hendak dikata, anak-anak itu tak fokus pada kuliah, tapi pada NII. Prestasi akademik mereka menurun drastis, sementara NII yang mereka perjuangkan tak realistis. Dikisahkan, ketika menjadi anggota NII, mereka tak hanya diminta melepaskan diri secara ideologis dari jenis keislaman mainstream di Indonesia, melainkan juga memisahkan diri secara politis dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jika orang Islam non-NII dianggap murtad dan kafir, maka NKRI dengan Pancasila dan UUD 1945nya dianggap negara sekuler yang harus dijauhi. Indonesia adalah negara kafir yang bertentangan dengan konsep negara dalam Islam, tandas mereka. Bagi mereka, tak ada cara lain untuk memperbaiki sejumlah penyimpangan itu kecuali dengan menjadikan al-Quran dan Hadits Sahih sebagai hukum tertinggi negara, dan NII (Negara Islam Indonesia) sebagai bingkai kenegaraannya. Kartosoewirjo dan NII

NII tak bisa dipisahkan dari Sekarmadji Maridjan (SM) Kartosoewirjo. Ia yang memproklmasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII), pada 7 Agustus 1949/ 12 Syawal 1368 H, di Tasikmalaya Jawa Barat. Kartosoewirjo menghendaki berdirinya NII berdasarkan al-Quran, bukan NKRI yang berasaskan Pancasila. NII dalam proklamasinya menegaskan bahwa hukum yang berlaku adalah hukum Islam. Dalam Qanun Asasy NII disebut, NII adalah negara karunia Allah Subhanahu wa Taala kepada bangsa Indonesia. Sifat negara itu jumhuriyah (republik) dengan sistem pemerintahan federal. Namun, tak terlampau jelas apa argumen aqli (rasional) dan naqli (normatif-doktrinal) dari negara republik dengan sistem federal tersebut. Kita tak menemukan elaborasi spesifik dari Kartosoewirjo berdasarkan perspektif al-Quran dan Hadits mengenai negara republik itu. Ini penting dijelaskan. Sebab, semua pelajar Islam tahu, negara Madinah yang didirikan Nabi Muhammad bukan negara republik. Bahkan, menurut Muhammad Husain Haikal (1888-1956), Nabi Muhammad tak pernah menentukan dasar sistem pemerintahan yang detail. Apalagi, menurut Ali Abdur Raziq (1888-1966 M.), Nabi Muhammad adalah seorang nabi, dan bukan kepala negara. Begitu juga, sama problematisnya ketika disebut hukum Islam dalam NII. Pertanyaannya adalah; jenis hukum Islam seperti apa yang hendak diterapkan NII. Ini tak pernah kita temukan jawabnya dari NII. Misalnya, apa yang disebut hukum Islam dan bagaimana batas-batasnya. Bagaimana cara memahami ayat-ayat hukum dalam al-Quran. Kita tak pernah mendapatkan keterangan dari NII mengenai detail-detail hukum dalam al-Quran dan Hadits. Ketidakjelasan konsep dan argumen NII ini bisa dipahami karena, salah satunya, Kartosoewirjo sendiri tak dikenal sebagai pemikir politik Islam. Ia tak memiliki landasan ideologi yang kuat. Kartosoewirjo tak kesohor sebagai ulama sebagaimana KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan, H. Agus Salim, dan lain-lain. Ada yang berpendapat, Kartosoewirjo memiliki pengetahuan keislaman yang minim. Ia hanya belajar Islam secara otodidak. Menurut sebagian pengamat, ilmu keislaman Soekarno relatif lebih baik ketimbang Kartosoewirjo. Dengan kondisi ilmu keislaman seperti ini, ia tak akan memiliki argumen teologis yang cukup untuk melawan gempuran tokoh-tokoh Islam lain yang menolak NII. Tak pelak lagi, NII dapat dengan mudah bisa dipatahkan, secara politis dan intelektual. Inilah sebabnya kenapa NII tak pernah besar, seperti pernah besarnya Ikhwan al-Muslimin di Mesir. Ikhwan al-Muslimin memiliki tokoh intelektual seperti Hasan al-Banna (1906-1949) dan Sayyid Quthb (1906-1966 M.). Abul Ala al-Maududi (1903-1970) yang mengkampanyekan berdirinya negara Islam adalah tokoh dan pemikir politik Islam yang disegani. Tokoh-tokoh ini memiliki sejumlah buku monumental yang menjadi referensi utama para pendukung negara Islam. Quthb misalnya menulis buku, mulai dari soal sistem politik Islam seperti al-Adalah alIjtimaiyah fi al-Islam (Keadilan Sosial dalam Islam) hingga tafsir al-Quran Fi Zhilal al-Quran (Dalam Bayangan al-Quran). Sedangkan Maududi dikenal sebagai orator ulung dan penulis yang produktif terutama di bidang pemikiran politik Islam. Ia menulis buku, di antaranya, Teori Politik Islam, Hukum Islam dan Cara pelaksanaannya, Prinsip-Prinsip Dasar bagi Negara Islam, Hak-Hak Golongan Dzimmi dalam Negara Islam, Kodifikasi Konstitusi Islam. Dari sini terang perbedaan kapasitas intelektual antara Kartosuwirjo di satu pihak dan Maududi-Sayyid Quthb di pihak lain. Kartosoewirjo tak mengkriya karya-karya intelektual yang menjelaskan landasan pokok dan kerangka konsepstual NII. Sejauh pengetahuan saya, Kartosoewirjo tak mensistematisasikan pemikiran politiknya dalam buku utuh. Ketiadan rujukan ideologis dari sang proklamator NII ini menyebabkan para pelanjut gerakan NII seperti ayam kehilangan induk. Tak ada tokoh kedua apalagi ketiga yang berperan penting setelah Kartosoewirjo laksana Sayyid Quthb setelah Hasan al-Banna. Kartosoewirjo memiliki kesamaan dengan Hasan al-Banna, Sayyid Quthb, dan Maududi hanya dalam proses kematiannya. Mereka mati karena dibunuh. Pada tanggal 12 Pebruari 1949, Hasan al-Banna dibunuh oleh oleh polisi rahasia Mesir. Pada tahun 1966, Sayyid Quthb dibunuh dengan tuduhan makar terhadap pemerintah Mesir. Hal yang sama dialami Kartosoewrijo. Pengadilan Mahadper, 16 Agustur l962, memutuskan bahwa Kartosoewirjo telah makar terhadap NKRI. Atas dasar itu, Kartosoewirjo dihukum mati. Tawaran Solusi Semenjak dideklarasikannya hingga sekarang, NII kian kehilangan relevansi. Alih-alih mendapatkan dukungan dari umat Islam, NII justru menuai sejumlah kritik dan kecaman. NII gagal mendapatkan dukungan dan simpati umat Islam Indonesia. Bahkan, karena ulah dan tindakannya akhir-akhir ini, keberadaan NII dianggap telah meresahkan masyarakat dan umat Islam. Perilaku para anggota NII dalam menjalankan agenda politik ekonominya tak mencerminkan akhlak Islam yang kuat. Kesukaan anggota NII yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh uang jelas bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Dengan demikian, menurut sebagai tokoh Islam, mereka sebenarnya tak pantas mengatasnamakan Islam. Dalam konteks itu, saya mengusulkan beberapa cara untuk mengatasi soal NII. Pertama, jika terkait dengan soal penipuan, maka tindaklah para pelakunya melalui hukum pidana yang berlaku. Hukum harus tegak terhadap mereka, sekalipun mereka menipu dengan alasan al-Quran dan al-Hadits. Namun, aparat penegak hukum mesti bisa membedakan; mana yang menjadi korban NII dan mana yang menjadi aparatur NII yang menyuruh bawahannya untuk menipu. DSaya kira, para mahasiswa yang ditarik NII untuk mengumpulkan uang adalah korban belaka dari NII. Mereka bukan aktor utama. Kedua, jika berhubungan dengan ideologi keislaman NII, maka organisasi-organisasi Islam besar seperti NU, Muhammadiyah, dan MUI perlu bahu-membahu untuk mendakwahkan jenis keislaman yang cocok dan sesuai dengan konteks keindonesiaan. Umat Islam Indonesia tak perlu merasa sebagai anak tiri di hadapan ibu kandungnya sendiri, negara Republik Indonesia. Sebab, sekalipun Indonesia tak menjadi negara Islam, terlampau banyak keistimewaan yang dimiliki umat Islam Indonesia. Sejumlah produk perundangan yang menunjukkan keistimewaan itu sudah banyak dikeluarkan negara Indonesia, misalnya UU Peradilan Agama, UU Zakat, UU Haji, dan lain-lain. Ketiga, pemerintah RI juga harus bisa menahan laju NII. NII potensial menggerogoti persendiaan negara republik Indonesia. Pemerintah tak boleh memandang sepele dan remeh terhadap gerakan NII. Pemerintah harus bergerak ke level bawah, misalnya melalui perubahan kurikulum pendidikan agama di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia mulai dari tingkat bawah hingga perguruan tinggi. Semenjak dini anak-anak di sekolah perlu diajarkan perihal bagaimana kedudukan agama (Islam) dalam konteks negara Indonesia, kenapa Indonesia menjadi negara Pancasila dan bukan negara Islam. Itulah beberapa tawaran solusi yang bisa diajukan agar gerakan NII tak makin melebar dan meluas ke seantero Indonesia.[] 03/05/2011 | Klipping, | # Komentar

Komentar Masuk (17) (Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending) Buat Putra Pertiwi.. Allah sendirilah yang memvonis kafir bagi orang-orang yang menyatakan Yesus adalah tuhan. Seorang muslim wajib setuju 100 persen tanpa ragu sedikit pun dengan vonis Allah ini. Bukankah Anda termasuk orang yang menyakan Yesus adalah tuhan? Maka anda kafir, wahai Putra Pertiwi. Anda kafir! Kasihan deh kamu! Posted by Ibnu Lahm on 06/23 at 08:00 PM Ingatkah anda dengan klompok2 orang2 bolek yaitu; Kluk-kluk-klan? Mereka ini adalah berideology Supremacy suatu keyakinan bahwa race orang2 putihlah yang race yg terbaik.selain dari mereka adalah manusia2 yang akan merusak bibit2 orang2 putih dan harus dimusnahkan. Begitu pula klompok2 Islam Garis Keras yang ingin mendirikan atau menegakan Syariat Islam di bumi ini Karena satu satunya agama yang diredhoi oleh ALLAH. Selain dari merekka adalah keyakinan2 yang sesat dan musuh2 ALLAH dan harus di musnahkan. Itulah yg terjadi sekarang ini di dunia. ALLAH berfirman Hati hati dgn Srigala berbulu domba. hati2 dgn ulama2 yang bersorban,berjabang dan berjenggot dgn simbolisnyapembela Islampenegakan syariat Islam,tentara2 ALLAH dll. Mereka menggunakan nama2 Islam tapi sesunguhnya mereka bukan orang2 Islam. Hati hati,jangan lihat bajunya tapi lihat perbuatan2nya. Posted by alatif on 05/14 at 08:40 AM Jangan saling menjatuhkan..,saling koreksi diri dengan al kitab yang diturunkan Allah SWT melalui nabi&rasul;-Nya, Terima Kasih. Posted by Hanif Al Ftah on 05/13 at 04:20 PM yg perlu d islamkan adalah warganya bukan negaranya Posted by sugi on 05/13 at 12:33 PM luar biasa anda abdul m. ghazali????semoga Allah SWT MELAKNAT Anda !!!!Amiinnn Posted by cobrok on 05/10 at 10:05 PM Tolong jelaskan persamaan maupun perbedaan antara jaringan terorisme dengan NII bahkan Alzaytun sendiri? #1. Dikirim oleh M. Fachrur Riza pada 03/05 07:02 PM Assalamualaikum. Katanya nih, .....nabi Adam, Hawa, dan setan dikeluarkan dari sorga. Seharusnya manusia bersiteru dengan setanlah. Tapi dalam kenyataannya perseteruan itu terjadi antara manusia dengan manusia, mungkin manusia malaekat dengan manusia setan lah. Menjadi pertanyaan adalah kenapa hal ini terjadi, mungkin mereka belajar dari sumber yang tidak benar. Memang sebenarnya kebenaran itu selalu menyesuaikan dengan periode jaman, seperti kebenaran nabi Ibrihim, diplesetkan oleh para konconya setelah beliau meninggal, demikian pula nabi Musa mengajarkan kebenaran yang disesuaikan dengan periode jamannya, juga disini sejarah terulang, ajaran beliau dirubah menjadi kebenaran yang menguntungkan pihaknya, coba kalau kejadian itu tidak ada, tidakkah kita ini akan hidup rukun. Selanjutnya sama pada periode nabi Isa, dan diikuti dengan periode nabi kita Muhammad. Saat periode sekarang kebenarannya dikacaukan agar sesuai dengan keinginan politik mereka. Weleh weelleehhh kumaha

nya, selalu terjadi dikotomi, hanya orang yang asih dan waspodo lah yang dapat memilahmilah kebenaran untuk melangkah maju didalam kehidupannya. Tulunglah kawankawan, hentikanlah berpolitik dengan mengadudomba antar penganut agama, mari bersatu dalam NKRI kan sudah terwadahi dengan Pancasilanya, please jangan mengkafirkan orang lain yang tidak sepaham dengan sangat mudahnya. Jadilah pemimpin yang eling dan waspada, berpikirlah jernih dengan membaca dan membaca sejarah. Wassalam H. Bebey #2. Dikirim oleh H. Bebey pada 04/05 08:54 AM Assalamualaikum wrwb dari pemgamatan saya selama ini, klompok2 yang ingin mengahancurkan NKRI atau pancasila atau Bhineka tunggal Ika adalah klompok2 Islam garis Keras dan komunis. Kedua klompok2 ini mempunyai strategy yang sama.Klompok2 Islam garis Keras mengatas namakan Islam.sedangkan klompok2 Komunis mengatas namakan socialis atau anti kapitalis. Kedua klompok2 ini menyebarkan kebencian kpd Amerika Kedua klompok2 ini akan subur cepat kalau ekonomi rakayat susah,Mereka dgn mudah merecruit anak2 muda yang putus sekolahnya di Universitas2 atau anak2 tamatan seklah menengah yg tidak bisa melanjutkan ke universitas atau pemuda2 yang tidak bisa mendapatkan kerja setelah tamat sekolah. Pemuda2 ini dgn mudah di RECRUIT oleh mereka dgn janji2 yang muluk dll. KUNCINYA adalah memperbanyak lapangan kerja bagi anak2 muda yang tamat sekolah agar jangan di tarik oleh klompok2 Radikal. salam. #3. Dikirim oleh alatif pada 05/05 07:02 AM Yang harus diwaspadai pula adalah upaya menjadikan isu NII sebagai tarik ulur kebutuhan politik.Kelompok kelompok yang tersingkir dapat saja menyatakan dirinya sebagai NII sebagai bargain politik. Atau menjadi simpatisan NII. Jika tidak ditindak tegas akan menjelma menjadi organisasi normal"baik terang terangan atau menyusup ke kelompok garis keras atau radikal. Lebih parah lagi kalau ada petinggi negara atau intelejen yang berminat menjadi bagian, atau mengambil bagian kepentingan politik.Dalam iklim demokrasi tugas negara akan semakin berat karena negara tidak bisa melarang rakyatnya untuk berserikat dan berkumpul. Negara juga harus adil untuk memberikan peluang pemikiran lain seperti sosialisme, liberalisme, Islam, kejawen, nasionalisme dll atau non mainstream lainnya untuk tetap tumbuh sebagai penyeimbang. #4. Dikirim oleh ahmad basri pada 05/05 11:28 AM Orang2 dari aliran sesat menyesatkan seperti Ahmadiyah, LDII, NII, dsb sudah banyak yg insyaf & kembali pada Islam yg tidak ada embel2nya, yg murni! Bahkan orang2 kafir Nasrani, baik yg awam maupun ulama-nya (pendeta/pastur) tidak sedikit yg jadi muallaf (masuk Islam). Tapi anehnya kenapa orang2 JIL setahu saya kok belum ada yang tobat, ya? Bahkan makin kesini kok nampak kian kesetanan aja, deh Saking besarnya dana yang digelontorkan oleh pihak sponsor kali, ya? Hahaha! Naudzubillahi mindzalik!!! #5. Dikirim oleh Ahmad Din pada 06/05 02:40 PM Kartosuwiryo memang bukan ahli agama tapi ia adalah tokoh yg merintis gagasan NII. Selebihnya, para kader NII pun kebanyakan mempergunakan gagasan2 negara islam dari tokoh2 Ikhwanul Muslimin tersebut dalam berdakwah untuk memperkuat argumennya ttg pentingnya NII. Bagi saya, harus diperjelas pula, dan dibedakan, (penganut) NII yg bersifat konseptual dan lembaga. Lembaga2 semacam FPI yg tak kalah berbahayanya tidak berakar dari lembaga NII Kartosuwiryo tapi secara konseptual ia secara tdk langsung mengamini gagasan negara Islam melalui gerakan2 penegakkan syariat Islamnya (bkn syariat islam yg lain). Kalau berbicara akar (radix) persoalan, mungkin hal2 yg perlu dilakukan olah ormas2 Islam yg besar seperti NU dan Muhammadiyah adalah mulai lagi membicarakan lg konsep negara dalam Islam. Menafsir kembali ayat2 yg khas dipakai oleh para penganut NII (scr konseptual maupun lembaga) serta mengenalkan ayat2 lain yg menjadi kepentingan islam di dunia ini. Bentuknya bisa jadi berupa buku panduan yg memuat ttg tanya-jawab ttg Islam dan negara misalnya, yg disebarkan ke institusi2 pendidikan (ah sebenarnya dg membaca Islamku, Islam Anda, dan Islam Kita-nya Gus Dur, persoalan2 tsb sedikit banyak terjawab). #6. Dikirim oleh Imam ule pada 06/05 05:39 PM komentar tuk alatif: tampakny latif prlu blajar ttg berita politik dan kapitalisme deh. Trjadiny kmiskinan ini,ulah kapitalis me, latiiif. Menurut UNESCO, 1,3 mliar manusia hdup dg pndapatn dbawah 2 dolar/hari. Kalo dbwah 1dolar/hari mncapai 900Juta. 80% sluruh hasil dunia ini trsedot d negara maju. kkayaan 1 org ada yg lebih 500Triliun. Itu semua,ulah kapitalisme, oh latiif. Bgitu juga,org benci dg amerika krena tndaknny tu yg agresor. Mnurut USAID, amerika planggar ham terbesar n trberat. Jd,pantas ia dbenci. Oh,latiif,prbanyaklah mmbaca!

#7. Dikirim oleh manaf pada 07/05 03:19 AM @ untuk Sdr Ahmad Din. Sepertinya Anda (Ahmad Din) sudah memegang kunci surga ya, sehingga sudah bisa memberikan tiket kepada siapa saja yang anda kehendaki. Kata sesat itu kan menjadi relatif bung Anda juga bisa di sesatkan oleh kelompok lain atau paham lain. Hanya kacamata anda saja yang memiliki definisi tentang sesat menyesatkan. Asal tahu saja, jika Tuhan itu berbeda-beda, maka bumi ini tidak akan tercipta. Mungkin saja bumi ini akan diisi oleh orang2 yang Tuhan maui, sedangkan Tuhan yang lain juga berbuat yang sama. Jangan2 dulu, kini dan esok akan ada perseteruan antar Tuhan. Coba anda tanyai kepada Agama Konghucu, siapa yang menciptakan bumi dan seisinya? pasti adalah Tuhan menurut versinya, dan tanyakan pula kepada penganut agama2 lainnya. Pasti jawabannya sama. Nah ketika anda mengklaim hanya Tuhan andalah yang menciptakannya, maka agama lain juga berhak mengklaim yang sama bukan?. So? kenapa anda jadi repot sendiri ya? Mau ingkar atau percaya, mau menjadi mualaf atau justru murtad, saya rasa bukan anda yang akan menentukan mana surga dan mana neraka untuk mereka. #8. Dikirim oleh bersahaja pada 07/05 04:58 PM Ingat kalimat yang indah: Tegakkan Daulah Islam dalam hati kalian,niscaya Islam akan tegak di negeri-negeri kalian. #9. Dikirim oleh Adib Rofiudin pada 07/05 08:48 PM meragukan intlektualitas Kartosuwirjo?? heh mas, jangan asal ngomong, Kartosuwirjo itu pernah sekolah di STOVIA, murid langsungnya HOS Tjokroaminoto bareng ama Soekarno #10. Dikirim oleh Yeremia pada 08/05 08:22 PM Kata teman saya yang PNS : kalau sudah jadi penguasa atau memerintah, sudah nggak ada bedanya antara pejabat politik (menteri/Gubernur/bupati/walikota) dan pejabat karir dari partai agama dengan kader dari partai lain. Yg dikerjakan soal krbijakan/program/kegiatan/anggaran -> permasalahan dunia nyata, hampir tidak ada hubungannya sama sekali dengan urusan agama. Sebaliknya kalau urusan KKN malah yang dari partai islam paling tidak profesional, hanya memilih pejabat/pegawai baru dari kelompoknya sendiri, walau agamanya sama kalau bukan dari kelompoknya no way !!!. Soal koruspi, ehem............ soal etika/moral moral, wah dari berita media sudah cukup kita tahu. Pada akhirnya kalau gagal mengelola manajemen pemerintahan yang rusak malah nama agama. Coba lihat saja Pakistan, Afganistan, negara-negara arab. Bacalah buku sejarah, bagaimana kiprah khilafah islam di masa lali. Jadi kalau masih bicara partai islam, negara islam, khilfah islam, itu semua hanya angan-angan kosong, mimpi, ilusi, utopia, fatamorgana dan entah apa lagi. Jadi yang harus ditindak bukan cuma NII, tapi ya nereka yang memperjuangkan khilifah, itu sudah bibit-bibit makar, bagaimana Pemerintah ini, kalau perlu partai berasas agama dibubarkan saja. Saya juga ingin berjihad dan masuk surga, tapi kalau bicara partai dan pemerintahan, itu mah bohong. JANGAN KAU JUAL AYAT-AYAT TUHAN DENGAN HARGA YANG MURAH !!!! #11. Dikirim oleh Teguh suseno pada 10/05 09:55 AM Untuk Sdr. Ahmad Din. Jujur saya heran mengapa saudara mudah sekali memberi penilaian kepada kelompok atau agama lain. Mudah sekali ada mengeluarkan kata sesat. Bahkan kepada agama Nasrani anda mudah sekali bilang sebagai kafir. Pertanyaan saya kepada anda, apakah anda percaya adanya Tuhan atau tidak? Kalau anda percaya, pertanyaannya saya selanjutnya, apakah anda lebih berkuasa daripada Tuhan. Kenapa saya bertanya seperti ini? Jawabannya adalah anda sudah begitu yakinnya dengan kebenaran yang anda yakini dan menganggap yang ada di luar kebenaran yang anda yakini adalah salah atau sesat. Anda harus tahu lebih dulu apa itu ajaran Yesus sebelum anda memberikan penilaian. Jangan hanya berdasar satu atau dua ayat yang ada dalam kitab suci anda, sudah mampu memberi penilaian. Saya ingin memberikan informasi kepada anda bahwa inti dari ajaran Yesus adalah dua, yaitu : 1. Cintailah Allah Bapamu dengan sekenap hati, segenap jiwa dan melebihi segala sesuatu. 2. Cintailah sesamu manusia seperti kamu menciptai dirinya sendiri. Dari sini, saya ingin bertanya lagi pada anda, apakah ajaran ini salah? Kalau anda anggap salah, apa yang salah? Apakah karena Yesus tidak memperbolehkan umatNya menyakiti hati orang lain, lalu ajaranNya dianggap salah. Atau karena Yesus sangat amat melarang membunuh sesama manusia, lalu anda anggap ajarannya salah dan orang yang mengikuti ajaran tersebut adalah kafir. Tolong anda jawab pertanyaan saya ini. Terima kasih. #12. Dikirim oleh Putra Pertiwi pada 10/05 12:54 PM luar biasa anda abdul m. ghazali????semoga Allah SWT MELAKNAT Anda !!!!Amiinnn #13. Dikirim oleh cobrok pada 10/05 10:05 PM yg perlu d islamkan adalah warganya bukan negaranya #14. Dikirim oleh sugi pada 13/05 12:33 PM Jangan saling menjatuhkan..,saling koreksi diri dengan al kitab yang diturunkan Allah SWT melalui nabi&rasul;-Nya, Terima Kasih. #15. Dikirim oleh Hanif Al Ftah pada 13/05 04:20 PM

Ingatkah anda dengan klompok2 orang2 bolek yaitu; Kluk-kluk-klan? Mereka ini adalah berideology Supremacy suatu keyakinan bahwa race orang2 putihlah yang race yg terbaik.selain dari mereka adalah manusia2 yang akan merusak bibit2 orang2 putih dan harus dimusnahkan. Begitu pula klompok2 Islam Garis Keras yang ingin mendirikan atau menegakan Syariat Islam di bumi ini Karena satu satunya agama yang diredhoi oleh ALLAH. Selain dari merekka adalah keyakinan2 yang sesat dan musuh2 ALLAH dan harus di musnahkan. Itulah yg terjadi sekarang ini di dunia. ALLAH berfirman Hati hati dgn Srigala berbulu domba. hati2 dgn ulama2 yang bersorban,berjabang dan berjenggot dgn simbolisnyapembela Islampenegakan syariat Islam,tentara2 ALLAH dll. Mereka menggunakan nama2 Islam tapi sesunguhnya mereka bukan orang2 Islam. Hati hati,jangan lihat bajunya tapi lihat perbuatan2nya. #16. Dikirim oleh alatif pada 14/05 08:40 AM Buat Putra Pertiwi.. Allah sendirilah yang memvonis kafir bagi orang-orang yang menyatakan Yesus adalah tuhan. Seorang muslim wajib setuju 100 persen tanpa ragu sedikit pun dengan vonis Allah ini. Bukankah Anda termasuk orang yang menyakan Yesus adalah tuhan? Maka anda kafir, wahai Putra Pertiwi. Anda kafir! Kasihan deh kamu! Argumen Islam untuk Kebebasan Oleh Saidiman Ahmad Sebelumnya dimuat di Koran Tempo, 15 April 2011 Dalam konteks hukum positif, Konstitusi, hak azasi manusia, dan akal sehat jelas tidak pernah bisa dibenarkan seorang warga melakukan kekerasan kepada orang lain apalagi dengan hanya alasan agama. Persoalannya, para pelaku kekerasan merasa tidak perlu menggunakan hukum positif, Konstitusi, HAM dan akal sehat dalam aksi brutalnya. Mereka menganggap legitimasi agama jauh lebih kuat dan mengatasi argumen apapun. Pertanyaan yang mesti terus-menerus diajukan adalah apakah para pelaku kekerasan ini benar-benar memiliki argumen agama, dalam hal ini Islam? Debat yang muncul seputar keberadaan sekte Islam Ahmadiyah memasuki babak baru menyusul perlakukan kekerasan yang mereka alami. Kampanye anti-Ahmadiyah yang begitu massif semakin menyudutkan kelompok yang memang marjinal ini. Betapapun kuat argumen bahwa Ahmadiyah hanyalah sekte di dalam Islam, tapi kenyataan bahwa banyak orang yang berpikiran lain tidak bisa diabaikan. Persoalannya, anggapan bahwa Ahmadiyah berada di luar Islam inilah yang dijadikan dalih bagi sekelompok orang untuk terus-menerus menganggu, meneror, bahkan membunuh anggota Ahmadiyah. Dalam konteks hukum positif, Konstitusi, hak azasi manusia, dan akal sehat jelas tidak pernah bisa dibenarkan seorang warga melakukan kekerasan kepada orang lain apalagi dengan hanya alasan agama. Persoalannya, para pelaku kekerasan merasa tidak perlu menggunakan hukum positif, Konstitusi, HAM dan akal sehat dalam aksi brutalnya. Mereka menganggap legitimasi agama jauh lebih kuat dan mengatasi argumen apapun. Pertanyaan yang mesti terus-menerus diajukan adalah apakah para pelaku kekerasan ini benar-benar memiliki argumen agama, dalam hal ini Islam? Mari kita ambil murtad/ridda sebagai bentuk pembangkan terbesar dalam beragama. Murtad (apostasy) jauh lebih serius daripada sesat atau menyimpang (heresy). Sesat atau menyimpang adalah kondisi di mana seseorang menolak satu atau beberapa doktrin tertentu dalam agama. Sementara murtad menolak keseluruhan doktrin atau tidak lagi menjadikan seluruh doktrin dalam sikap dan perilaku beragama. Tidak ada satupun ayat dalam al-Quran yang mengisyaratkan hukuman bagi pelaku murtad. Yang ditekankan oleh al-Quran justru adalah prinsip-prinsip kebebasan beragama. Ayat la ikraha fi al-din secara jelas menegaskan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Ayat ini mengisyaratkan k