15
mengawal perubahan EDISI XLI/SEMESTER I 2019 Inovasi di Tengah Pandemi "Adaptif dan terus berinovasi menjadi kunci kelangsungan organisasi" Cover: Dieksa Bebadito

Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

  • Upload
    others

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

mengawal perubahan

Edisi XLi/sEmEstEr i 2019

Inovasi di Tengah Pandemi"Adaptif dan terus berinovasi menjadi kunci kelangsungan organisasi"

Cover: Dieksa Bebadito

Page 2: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

3Buletin Kinerja XLI/Semester I 20202 Buletin Kinerja XLI/Semester I 2020

Komunikasi menjadi bagian penting dalam menghadapi pandemik COVID-19. Kepercayaan antarpegawai perlu dibangun dan dijaga agar tidak terjadi kepanikan, sehingga penanganan dapat berjalan lancar. Untuk itu Temankeu wajib tahu Panduan Komunikasi berikut:

Saling Menjaga dengan Memahami

Panduan Komunikasi Penanganan

Covid-19

BAGAIMANA ALUR KOMUNIKASI DAN PENANGANAN JIKA ADA INDIKASI TERDAMPAK COVID-19?

Pegawai atau keluarga wajib melapor dan

memberitahukan perkembangan

kondisinya setiap hari kepada atasan langsung

jika mengalami gejala yang mirip dengan

COVID-19.

Atasan langsung melaporkan ke Unit Kepegawaian dan Unit Kehumasan pada kantor pusat dan/atau daerah, serta memantau perkembangan pegawai yang terdampak COVID-19 setiap harinya.

Unit Kepegawaian melaporkan ke Gugus

Tugas Penanganan COVID-19 Kemenkeu

(GT COVID-19).

PEGAWAI/KELUARGA

ATASAN LANGSUNG

UNITKEPEGAWAIAN

3.

1.

1.

2.

3.

Imbauan

Setiap pegawai wajib menjaga privasi (rincian identitas) rekan kerja yang berstatus

OTG/ODP/PDP/Konfirmasi/ Komorbiditas/ Meninggal Dunia.

Bagi pegawai yang mengalami kondisi tidak sehat/OTG/ ODP agar terus melakukan komunikasi kepada rekan kerja/atasan, baik melalui diri sendiri

ataupun keluarganya.

Membantu mengurangi beredarnya informasi yang tidak benar/tidak akurat/ hoax dengan tidak

menyebarluaskan informasi tidak resmi mengenai pegawai yang berstatus OTG/ ODP/PDP/

Konfirmasi/Komorbiditas/Meninggal Dunia.

keep contact

cek dulu

sumbernyaHoax

hoaxhoax

FaktaFakta

hapus

Setiap pegawai dilarang menyebarluaskan rincian identitas pegawai dengan status OTG/ODP/PDP/

Konfirmasi/Komorbiditas/Meninggal Dunia

Setiap pegawai dilarang menyampaikan informasi yang belum jelas kebenarannya, tidak berasal dari sumber resmi, spekulatif, dan/atau menimbulkan

keresahan.

Larangan

Jangan

Asal Share!

1.

2.

APA SAJA SALURAN KOMUNIKASI KEMENKEU TERKAIT COVID-19?

Laman landas internal www.kemenkeu.go.id/covid19internal

Laman landas eksternalwww.kemenkeu.go.id/covid19

3.Whatsapp 081292762250 dan surat elektronik [email protected].

Keterangan 1. OTG: Orang Tanpa Gejala2. ODP: Orang Dalam Pemantauan3. PDP: Pasien Dalam Pengawasan4. Konfirmasi: Pegawai yang positif terinfeksi

COVID-195. Komorbiditas: Pegawai yang positif terinfeksi

COVID-19 dan memiliki penyakit penyerta (komorbid)

6. Meninggal dunia: Pegawai meninggal dunia karena COVID-19 atau dugaan kuat COVID-19.

1.

2.

Infografis ini disusun berdasarkan Surat Edaran Nomor SE-12/MK.1/2020 tentang Panduan

Komunikasi Terkait Penanganan Corona Virus Disease di Lingkungan Kemenkeu.

Surat Edaran berikut informasi lengkap lainnya dapat diakses pada laman landas internal COVID-19 pada tautan: www.kemenkeu.go.id/COVID19internal.

1.2.

Jaga jarak fisik, jaga kesehatan

INFOGRAFIS: Biro KLI

Page 3: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

5Buletin Kinerja XLI/Semester I 20204 Buletin Kinerja XLI/Semester I 2020

Editorial

TEKS: Budi Kurniawan

Redaksi:Diterbitkan Oleh: Biro Perencanaan dan Keuangan, Sekretariat Jenderal, Kementerian Keuangan |

Pelindung: Menteri Keuangan | Pengarah: Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan |Penanggung Jawab: Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan |

Redaktur: Finaldo, Rahmat Widiana, Budi Kurniawan, Yani Kurnia Astuti, Suci Putri Ayu, Susmianti, Moch. Asep Kurniawan | Penyunting/Editor: R. Aji Setiantoko, Aditya Ramadanu, Rizki Pramita Sari, Eling Sri Wahyuni, Tri Ashriki Dharma Putera, M. Suwaji, Misnilawaty Sidabutar, Anita Ariani, Najmudin, Suyadi, Mei Chrissye Darliyanti, Asih Nurbaiti Hasan Basri | Desain

Grafis & Fotografer: Azinar Ismail, Dieksa Bebadito, Resha Aditya Pratama, Anas Nur Huda |Pencetakan dan Distribusi: Biro Komunikasi dan Layanan Informasi |

Alamat Redaksi: Gedung Djuanda I Lt. 9, Jl Dr. Wahidin Raya No. 1 Jakarta 10710 Kotak Pos 21Telp. 021 3449230 pst 6252Fax. 021 3852146

Website: https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/e-magazineEmail: [email protected]

Redaksi menerima tulisan/

artikel untuk dimuat dalam

buletin ini, redaksi berhak

mengubah/mengedit

setiap tulisan/artikel tanpa

mengubah maksud dan

substansi. Bagi tulisan/

artikel yang dimuat, akan

diberikan souvenir menarik.

Tulisan dapat dikirimkan ke

email redaksi.

Belum genap kuartal pertama Tahun 2020 berakhir, dunia dikejutkan dengan

merebaknya wabah COVID-19 yang ditetapkan sebagai pandemi global oleh WHO. Pandemi global sebelumnya, yaitu wabah Flu Spanyol tahun 1918, terjadi lebih dari satu abad yang lalu. Pandemi COVID-19 ini menyebabkan kepanikan diseluruh dunia. Penyebaran COVID-19 yang begitu deras memaksa satu demi satu negara-negara, mengikuti langkah pemerintah Tiongkok dengan melakukan karantina wilayah (lockdown) untuk memperlambat laju penularan virus. Sejumlah organisasi ternama menerapkan kebijakan bekerja dari rumah untuk melindungi pegawainya dari penularan COVID-19, termasuk Kementerian Keuangan.

Bekerja dari rumah merupakan sebuah cara bekerja yang mulai populer sejak era internet. Istilah yang digunakan bervariasi mulai dari telecommuting, teleworking, juga remote working. Istilah yang digunakan di Kementerian Keuangan adalah flexible working space merujuk pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor

laporan utama

Selayang Pandang Flexible Working Arrangement Kementerian Keuangan

302/KMK.01/2019 tentang Implementasi Inisiatif Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan.

Salah satu inisiatif strategis yang diatur didalam Tema Sentral Penguatan Budaya Organisasi Kementerian Keuangan adalah The New Thinking of Working, yang disusun untuk mewujudkan budaya kerja yang adaptif, berbasis digital dan berintegritas guna meningkatkan produktivitas dan kinerja Kementerian Keuangan. Salah satu terobosannya yaitu penyusunan kebijakan flexible working hours dan flexible working space sebagai upaya untuk mendorong work life balance dan produktivitas kerja pegawai. Flexible Working Hours (FWH) dan Flexible Working Space (FWS) merupakan bagian dari penerapan Flexible Working Arragement (FWA) atau pengaturan pola kerja yang lebih fleksibel. Rubrik Laporan Utama Buletin Kinerja kali ini akan mengulas lebih dalam terkait Flexible Working Space: Working From Home dan kemungkinan penerapannya diluar masa pandemi.

Studi Literatur FWA: FWH dan FWS

Menurut Perrin dalam kajian “Flexible Work Arrangements: a case study commissioned by The Ministry of Manpower dan The Ministry of Community Development and Sports, Singapore (2001),

Merangkum dari berbagai literatur, secara garis besar manfaat dari FWA adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kepuasan bekerja, hemat waktu, hemat biaya baik secara organisasi maupun pegawai, menarik dan mempertahankan talent terbaik dan meningkatkan keseimbangan kehidupan dan pekerjaan (work life balance). Pada forum internasional Flexy Work FGD yang diselenggarakan pada tanggal 20 Maret 2019, perwakilan Australian Bureau of Statistic (ABS) menyampaikan bahwa manfaat implementasi flexywork di institusinya antara lain adanya penghematan atas biaya sewa dan teknologi, meningkatnya produktivitas, dan menjadi pilihan para pencari kerja, sebagai informasi ABS merupakan instutisi terbaik dalam penerapan flexywork di Australia.

TEKS: Dodi Purnomo Sidi, Cecep Hedi Herdiman, Rifki Patra Ufasah, Bramantyo Adi Nugroho, Tim Penyusun Kajian FWS Biro Organta

Kementerian Keuangan merupakan salah satu institusi di negara ini yang mempunyai peran sangat strategis dalam pencapaian tujuan nasional, yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Pancasila. Kita tidak dapat membayangkan jika Kementerian Keuangan sebagai suatu organisasi tersebut tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan optimal dikarenakan adanya suatu kondisi yang tidak normal atau force majeure.

Di tengah badai pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), Kementerian Keuangan dituntut untuk terus berinovasi agar kelangsungan organisasi tetap berjalan. Untuk itu, Kementerian Keuangan menerapkan Business Continuity Plan (BCP). BCP merupakan suatu sistem pencegahan dan pengendalian yang disusun untuk menghadapi potensi kendala gangguan atas keberlangsungan organisasi. BCP COVID-19 pun disusun untuk meminimalisir dampak yang timbul, terutama inovasi dan kreativitas pada layanan organisasi, dengan melindungi kesehatan dan keselamatan pegawai maupun stakeholder Kementerian Keuangan dari penyebaran COVID-19.

Penyusunan BCP COVID-19 telah dilakukan dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 119/KMK.01/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Rencana Keberlangsungan Layanan Terkait Dampak COVID-19 Di Lingkungan Kementerian Keuangan. BCP COVID-19 Kementerian Keuangan ini telah diimplementasikan dengan penyelenggaraan layanan/bekerja dari rumah atau Work From Home dan telah mencapai 84,89 persen pegawai. Harapan ke depan jika dinilai efektif dan lebih efisien, BCP ini bisa diperluas penerapannya pada kondisi lainnya.

Untuk menyibak langkah dan kebijakan yang sudah dilakukan oleh Kementerian Keuangan dalam menghadapi tantangan dan kondisi tanggap darurat COVID-19, Buletin Kinerja menyuguhkan Laporan Utama yaitu New Thingking of Working: Flexible Working Arrangement dan wawancara dengan Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, serta beberapa rubrik tulisan terkait dengan tema yaitu Kelangsungan Organisasi.

Inovasi di Tengah Pandemi

Page 4: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

7Buletin Kinerja XLI/Semester I 20206 Buletin Kinerja XLI/Semester I 2020

Hal lain yang tidak dapat dipungkiri sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan FWA adalah adanya digital disruption yang mengubah cara kita bekerja. Prof. Klaus Martin Schwab dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution (2017) menyebutkan bahwa saat ini kita berada pada awal sebuah revolusi yang secara fundamental mengubah cara hidup, bekerja, dan berhubungan satu sama lain. Secara lebih spesifik lagi, hal ini telah tercermin dalam keseharian generasi milenial, sebagai generasi yang tumbuh dalam era dimana perkembangan

laporan utama

Berikut rangkuman beberapa jenis implementasi FWA menurut kajian dimaksud:

Jenis Implementasi FWA, Perrin (2001)

teknologi begitu pesat. Berdasarkan kajian yang dilakukan Deloitte (2013), pegawai dengan kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian Keuangan. Berdasarkan data per 1 Maret 2020 jumlah pegawai Kementerian Keuangan sebanyak 82.200 orang dengan jumlah pegawai kategori millenial Gen Y dan Gen Z sebanyak 54.076 orang atau mencapai 65%. Untuk mengimbangi fenomena tersebut, Kementerian Keuangan perlu beradaptasi dengan

perubahan pola kerja di era teknologi 4.0, sehingga tetap dapat menarik dan me-retain talent-talent terbaik dari generasi millennial.

Bagaimana cara kita menentukan kesiapan organisasi dalam melaksanakan FWA?

Dengan mengacu pada teori Model Permintaan dan Penawaran Telecommuting (Gray, 1997), terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan suatu perusahaan/institusi yang akan menerapkan FWA terutama terkait dengan rencana penerapan FWS atau telecommuting sebagai berikut:

Untuk memenuhi aspek enabling technology, Kementerian Keuangan sedang mengembangkan Office Automation (OA) yang bertujuan untuk mewujudkan proses bisnis dan layanan berbasis digital yang efektif dan efisien. Roadmap pengembangan OA tersebut sejalan dengan kebutuhan teknologi dasar yang diperlukan untuk implementasi FWS yaitu adanya aplikasi (e-kemenkeu) yang memiliki modul koordinasi (pengelolaan proyek, aplikasi chatting, video conference dan pengelolaan rapat), modul dokumentasi (personal folder dan pengelolaan arsip), modul penjadwalan (agenda pegawai, pengelolaan perjalanan dinas) serta modul-modul lainnya.

Selanjutnya, untuk mengukur employee demand pegawai Kementerian Keuangan dalam mengimplementasikan FWS, telah dilaksanakan Survei Penilaian Kesiapan Pegawai untuk menerapkan Flexible Working Arrangement. Survei dilaksanakan pada tanggal 25 September 2019 s.d. 4 Oktober 2019 (responden survei merupakan pejabat/pegawai yang unitnya telah menerapkan ruang kerja Activity Based Workplace). Berdasarkan hasil survei, responden pejabat (level manajer) Kementerian Keuangan, siap untuk melaksanakan pola kerja dengan sistem FWS secara selektif; selain itu sekitar 88% responden pegawai (level pelaksana) berminat melaksanakan pola kerja fleksibel.

Tantangan selanjutnya adalah apakah kebijakan FWS dapat diterapkan di Kementerian Keuangan?

Dalam beberapa kesempatan, Menteri Keuangan menyampaikan perlu adanya New Thinking of Working yang mengedepankan Work-Life Balance di lingkungan Kementerian Keuangan. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan

berubahnya mindset, pola kerja, dan semangat dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai respon dari transformasi digital yang sedang berjalan, diharapkan juga dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja pegawai dengan tetap memperhatikan keseimbangan dalam aspek kehidupan pribadinya.

Pandemi COVID-19 telah membuktikan bahwa kebijakan FWS melalui pelaksanaan WFH dapat diterapkan secara terbatas di lingkungan Kementerian Keuangan. Pembangunan sarana IT yang memadai seperti aplikasi naskah dinas elektronik (Nadine) memungkinkan pejabat dan pegawai melakukan penugasan/disposisi serta menyusun naskah dinas secara daring. Kini dalam aplikasi e-kemenkeu pun sudah dilengkapi dengan fitur clock in dan clock out sebagai sarana presensi, dan fitur input tugas sehari-hari. Selain itu, Kementerian Keuangan juga telah memiliki sistem manajemen kinerja yang baik, dimana pejabat/pegawai Kementerian Keuangan sejak tahun 2011 telah secara rutin melaporkan dan melakukan monitoring kinerja melalui aplikasi e-performance. Pembangunan aplikasi ini merupakan langkah awal menuju era digitalisasi layanan secara menyeluruh di lingkungan Kementerian Keuangan.

Lebih lanjut, masih terdapat beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam rangka implementasi pola kerja FWS diluar masa pandemi, yaitu percepatan pembangunan OA Kementerian Keuangan terutama modul koordinasi, modul dokumentasi, dan modul penjadwalan. Selain itu, perlu disusun payung hukum serta panduan implementasi FWS terkait dengan identifikasi jenis pekerjaan

dan mekanisme pelaksanaan FWS itu sendiri. Tidak kalah penting, mengingat konsep FWS ini sifatnya remote working, perlu adanya knowledge management agar pengetahuan pegawai yang tersebar dapat diakses/digunakan untuk kepentingan organisasi. Agar implementasi FWS dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan persepsi yang sama, bahwa pada prinsipnya bekerja di kantor atau dimana pun tujuannya sama yaitu untuk pencapaian target kinerja, dan integritas serta trust adalah kuncinya.

Saat ini mayoritas pegawai Kementerian Keuangan sedang melakukan pola bekerja dari rumah terutama di wilayah tanggap darurat COVID-19, kualitas pekerjaan yang dihasilkan oleh pegawai selama periode ini tentunya akan menjadi data masukan dalam pengukuran dampak bekerja di rumah terhadap pencapaian IKU pribadi dan organisasi, sebagai bagian dari kajian penerapan FWS diluar masa pandemi.

Setelah merasakan pola bekerja dari rumah, kita dapat memiliki persepsi yang berbeda terkait dengan pelaksanaan FWS. Namun, dalam situasi darurat di tengah pandemi ini kita sebagai pegawai Kementerian Keuangan harus selalu menunjukkan profesionalisme dan daya kerja tinggi dimanapun kita melakukan pekerjaan. Tidak ada yang tahu kapan tepatnya pandemi ini akan berakhir, namun apapun yang terjadi pegawai Kementerian Keuangan harus selalu memegang teguh nilai-nilai Kementerian Keuangan dan memberikan performa terbaiknya demi menjaga keberlangsungan tugas, fungsi, dan layanan kepada masyarakat.

Page 5: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

9Buletin Kinerja XLI/Semester I 20208 Buletin Kinerja XLI/Semester I 2020

rujukan

Berdasarkan riset datacore dan nevinoit tahun 2018, 90% organisasi mengalami

kegagalan setelah bencana tanpa adanya strategi pemulihan bencana dan hanya 2% organisasi yang dapat melakukan pemulihan atas insiden kurang dari satu jam. Selain itu, 1 dari 3 organisasi ternyata tidak siap dalam menghadapi kondisi bencana walaupun sudah memiliki perencanaan. Angka tersebut menunjukkan bahwa kesadaran dan kesiapan (awareness and preparedness), mitigasi bencana perlu disusun oleh suatu organisasi untuk meningkatkan ketahanan (resillience) dalam menghadapi segala situasi dan kondisi yang mengganggu proses bisnis atau layanan.

Bencana yang mengganggu proses bisnis atau layanan dapat terjadi karena faktor alam, non-alam, dan manusia. Secara geografis, Indonesia berada dalam wilayah ring of fire dengan banyak aktivitas teknonik sehingga menyebabkan kerentanan terhadap risiko bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tsunami, dan erupsi gunung berapi. Bencana non-alam yang saat ini sedang melanda Indonesia dan hampir terjadi di seluruh negara di dunia, yaitu penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang “memaksa” organisasi untuk menyusun strategi keberlangsungan layanan dengan kondisi yang tidak normal.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) sebagai salah satu institusi di Kemenkeu yang secara strategis berperan mengawal APBN, memiliki 216 instansi vertikal yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Business Continuity Plan Perbendaharaan

TEKS: Dwi Prioatmaji, Sekretariat Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Mengingat jumlah, sebaran, dan infrastruktur yang beragam, tantangan dan risiko yang menimbulkan insiden yang mengganggu layanan utama dapat saja terjadi di Kantor Pusat maupun instansi vertikal DJPb. Oleh karena itu, penyusunan rencana keberlangsungan layanan sangat penting untuk menjaga ketahanan layanan serta meminimalisasi dampak yang terjadi.

Pelaksanaan BCP DJPb

Menyadari risiko dan urgensi kelangsungan pelayanan utama di bidang perbendaharaan, DJPb telah menginisiasi penyusunan Business Continuity Plan (BCP) sejak tahun 2018. Penyusunan BCP tersebut telah memperoleh asistensi dan pendampingan dari US Treasury Office of Technical Assistance (OTA) dengan berpedoman pada standar ISO 22301: 2012 tentang Business Continuity Management System. Selanjutnya di akhir 2018, dokumen BCP tersebut ditetapkan dalam Kepdirjen 695/2018 tentang BCP DJPb. Sebelum Kepdirjen tersebut ditetapkan, telah disusun pula Kepdirjen 266/2017 tentang Business Continuity Plan dan Disaster Recovery Plan SPAN yang berisi panduan bagi seluruh unit organisasi DJPb dalam menjamin kelangsungan kegiatan dan layanan terkait dengan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN).

Dalam upaya menjaga kelangsungan layanan utama perbendaharaan, ditetapkan struktur tim yang terdiri dari Komite Kebijakan Kelangsungan Bisnis (KKKB) yang bertanggung jawab terhadap arah kebijakan kelangsungan bisnis di lingkungan DJPb. Komite ini didukung secara teknis oleh Tim Manajemen Kelangsungan Bisnis (TMKB), Tim Penanganan Bencana (TPB), Satuan Tugas Tanggap Darurat (STTD), Satuan Tugas Pemulihan (STP), dan Koordinator Kelangsungan Bisnis (KKB). Secara umum, komite ini bertanggung jawab menyusun rencana internalisasi BCP, mengawasi proses penanganan bencana, dan memastikan BCP dapat berjalan pada unit masing-masing.

1

2

3

4

5

6

1

2

3

4

5

6

Penyusunan

Implementasi

Proses penanganan bencana dimulai ketika KKB melaporkan kejadian yang mengganggu layanan utama pada unit kerjanya. Pelaporan disampaikan melalui layanan call center HAI DJPb pada kanal telepon, email, atau Whatsapp yang akan diteruskan ke TPB. TPB meminta arahan KKKB untuk menentukan status darurat. Ketika status darurat ditetapkan oleh DJPb maka TPB akan mulai melakukan proses penanganan bencana. STTD menilai tingkat kerusakan dan menyusun kebutuhan sumber daya, sedangkan STP melakukan kegiatan pemulihan hingga layanan normal kembali.

Pelaksanaan Fungsi Perbendaharaan di Tengah Pandemi COVID-19

Di tengah masa darurat bencana COVID-19, fungsi layanan publik Kemenkeu tetap harus berjalan. Untuk mendukung arahan

pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19, Kementerian Keuangan telah menerbitkan sejumlah kebijakan yang mengatur pelaksanaan BCP dan kebijakan terkait tindak lanjut pencegahan penyebaran COVID-19 di lingkungan Kemenkeu.

Arahan tersebut ditindaklanjuti oleh DJPb dengan menerbitkan SE 25/2020 yang memastikan kinerja pelaksanaan APBN berjalan secara efektif dan efisien dengan tetap memperhatikan upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Langkah tersebut juga diikuti dengan penyusunan pedoman pelaksanaan BCP pada BLU di bawah DJPb.

Proses layanan di lingkup DJPb yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, dilakukan melalui optimalisasi penggunaan teknologi informasi, seperti SPAN,

SAKTI, OMSPAN, serta sistem aplikasi persuratan Nadine. Proses pencairan dana APBN dalam layanan perbendaharaan sangat diperlukan di masa-masa krisis seperti ini. Hal ini untuk mendukung dalam membiayai kebutuhan negara yang tidak dapat ditunda seperti penanganan COVID-19, belanja subsidi dan bantuan sosial, dan, dan seluruh kewajiban negara serta tagihan kepada negara yang telah jatuh tempo.

Selama masa pencegahan penyebaran COVID-19, hampir semua layanan perbendaharaan pada Kantor Pusat, Kanwil DJPb dan KPPN dapat dilakukan secara off the desk dari rumah. Instansi vertikal DJPb pun telah mengimbau satuan kerja dan mitra kerja untuk tidak perlu ke kantor dan menggunakan layanan portal dan email resmi kedinasan untuk berkomunikasi dan mengirimkan dokumen.

Page 6: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

11Buletin Kinerja XLI/Semester I 2020Buletin Kinerja XLI/Semester I 202010

Namun demikian, terdapat layanan yang dikarenakan karakteristiknya perlu diselesaikan oleh petugas KPPN di kantor. Oleh karena itu, Kepala Kanwil DJPb dan KPPN berwenang membentuk Satgas Pelayanan Perbendaharaan yang perlu hadir dan melaksanakan tugas di kantor, dengan tetap mempertimbangkan kondisi di daerah masing-masing.

Untuk layanan KPPN yang tidak secara langsung terkait dengan proses pencairan dana, seperti persetujuan permintaan TUP, rekonsiliasi laporan keuangan, penerbitan nota konfirmasi penerimaan negara, dan pendaftaran Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian, dapat dilakukan dari rumah.

"Seorang petugas KPPN nampak tetap

melakukan pelayanan perbendaharaan

meskipun dalam masa darurat bencana

COVID-19."

FOTO: Dok. Ditjen Perbendaharaan

rujukanTantangan

Keberhasilan organisasi dalam menghadapi bencana, khususnya pandemi COVID-19 saat ini, akan sangat bergantung pada kesadaran, kedisplinan, kesiapan seluruh pegawai dan keterampilan para KKB, serta sarana komunikasi dan akomodasi yang andal.

BCP adalah living document yang perlu senantiasa diperbarui secara berkala, di-update dan disesuaikan dengan kondisi kekinian seiring dengan perubahan jumlah layanan utama, perubahan risiko, dan jenis bencana (disaster). Dalam masa mendatang DJPb perlu mengevaluasi dan mensinkronisasikan BCP DJPb dengan kebijakan penangangan bencana alam level kementerian serta mempertimbangkan evaluasi dampak COVID-19 tahun ini.

Pandemi COVID-19 menuntut organisasi berinovasi agar proses bisnis tetap berjalan di tengah situasi yang tidak normal ini. Isu ini membuat Buletin

Kinerja tertarik menelisik lebih dalam tentang Business Continuity Plan yang disingkat dengan BCP. Apa sih BCP itu? Mungkin para pembaca Buletin Kinerja belum pernah mendengar BCP, tapi sudah tahu work from home alias WFH kan? WFH ini adalah salah satu bagian dari BCP. Yuk, kita bahas tuntas tentang BCP. Kali ini, Tim Buletin Kinerja melakukan wawancara via aplikasi video conference online dengan Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, Ibu Dini Kusumawati. Ini dia kutipan wawancara di sela-sela work from home beliau.

Apa sebenarnya Business Continuity Plan atau BCP itu?

Business Continuity Plan atau Rencana Keberlangsungan Layanan adalah sistem pencegahan dan pengendalian yang disusun untuk menghadapi potensi kendala gangguan atas keberlangsungan layanan Kementerian Keuangan. Saat ini, Kementerian Keuangan telah menyusun BCP Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai rencana untuk meminimalisir dampak yang timbul atas layanan organisasi. Tujuannya adalah melindungi kesehatan dan keselamatan pegawai maupun stakeholders Kementerian Keuangan, serta mengantisipasi dan mencegah penyebaran COVID-19.

Bagaimana langkah penyusunan BCP Kementerian Keuangan?

Pertama, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan (Biro Organta) Sekretariat Jenderal mengkaji dan merumuskan alat dan mekanisme yang paling efektif guna menjamin keberlangsungan layanan Kementerian Keuangan. Selanjutnya, Biro Organta berkoordinasi dengan semua

WaWancara

Profesionalisme di Tengah Badai COVID-19TEKS: Misnilawaty Sidabutar, Suci Putri Ayu

Sekretariat Unit Organisasi Eselon I dan LNSW untuk mengidentifikasi layanan utama pada unit masing-masing. Setiap layanan utama dilengkapi dengan potensi dampak apabila layanan terhambat, dan sistem pengendalian yang disiapkan untuk menghadapi keadaan kahar. Lalu, dasar operasional implementasi BCP Kemenkeu ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan.

Apa tantangan dalam penyusunan BCP dan strategi agar pengimplementasiannya berjalan lancar?

Tantangan utamanya adalah sebagian besar unit belum pernah mengidentifikasi jenis layanan utamanya untuk keperluan penyusunan BCP. Sebelumnya, Itjen pernah melakukan kajian atas implementasi Business Continuity Management (BCM) Kemenkeu. Hasil kajian menyatakan bahwa kebijakan BCM belum terpadu dan implementasi BCM masih bersifat reaktif serta terbatas pada aspek teknologi informasi dan belum melibatkan unit lainnya seperti pengelola SDM, perencana anggaran, pengelola aset, dan proses bisnis.

Kondisi ini tidak membuat kita berhenti namun mendorong adanya komunikasi intensif dengan seluruh unit. Akhirnya, BCP Kemenkeu dapat dirumuskan dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 119/KMK.01/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Rencana Keberlangsungan Layanan (Business Continuity Plan) Terkait Dampak COVID-19 di Lingkungan Kementerian Keuangan.

Page 7: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

13Buletin Kinerja XLI/Semester I 202012 Buletin Kinerja XLI/Semester I 2020

WaWancara

Apa saja yang diatur dalam pedoman BCP COVID-19 yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan?

Pedoman ini berisi penjelasan kondisi kahar pandemi COVID-19 yang meliputi latar belakang kebijakan, ketentuan pelaksanaan, tata kerja komunikasi dan koordinasi dalam penyelenggaraan layanan, serta BCP atas dampak COVID-19 di lingkungan Kementerian Keuangan. BCP COVID-19 memuat informasi terkait layanan utama, indikator kinerja, sistem yang digunakan, dampak yang ditimbulkan, sistem pengendalian yang dibutuhkan, dan unit penyelenggara layanan.

Siapa saja unit yang bertanggung jawab atas pelaksanaan BCP di level Kemenkeu dan Unit Eselon I?

Ada tiga pihak dalam implementasi BCP COVID-19 sesuai KMK 119/2020. Pertama, Penyelenggara Layanan yang merupakan setiap Unit Organisasi Eselon/non Eselon pada kantor pusat, instansi vertikal, dan unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Keuangan yang menyelenggarakan pelayanan. Kedua, Pengawas Layanan yaitu setiap unit organisasi kantor pusat yang bertindak selaku pembina dan perumus kebijakan atas suatu layanan. Terakhir, Penanggung Jawab Layanan yaitu seluruh pimpinan Unit Organisasi Eselon I dan Unit non Eselon yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan.

Apa saja tugas dan fungsi ketiga pihak tersebut?

Penyelenggara Layanan mengambil keputusan alternatif sistem pengendalian yang digunakan berdasarkan kondisi tempat kedudukan dan Protokol Penanganan COVID-19 yang ditetapkan Pemerintah dan melaporkan kepada Pengawas Layanan. Lalu, Pengawas Layanan menyelenggarakan pengendalian internal terhadap implementasi pelayanan yang diselenggarakan oleh Penyelenggara Layanan dan melaporkan serta memberi rekomendasi kebijakan kepada Penanggung Jawab Layanan. Penanggung Jawab Layanan melakukan evaluasi secara menyeluruh dan mengambil kebijakan strategis yang diperlukan untuk keberlangsungan layanan serta menetapkan kebijakan yang diperlukan dalam pelaksanaan BCP.

Apakah BCP yang telah diimplementasikan berjalan dengan efektif?

BCP COVID-19 telah diimplementasikan di seluruh Unit Organisasi Eselon I dan LNSW menyesuaikan dengan perkembangan arahan pimpinan Kementerian Keuangan maupun Pemerintah Pusat dan Kepala Daerah tempat kedudukan masing-masing. Perkembangan implementasi BCP dilaporkan secara berkala setiap pekan melalui mekanisme yang telah ditetapkan. Hingga pekan kedua, penerapan

komprehensif. BCP seharusnya tidak hanya terkait pandemi COVID-19 ini saja, namun kondisi kahar lain yang terdampak oleh bencana sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan rekomendasi Inspektorat Jenderal. Selain itu, BCP masih hanya mencakup pada layanan utama, dan ke depannya diharapkan dapat diperluas ke layanan lainnya.

Apa kunci sukses implementasi BCP?

The most important thing dalam implementasi BCP adalah leader. Dokumen BCP bisa dibuat sangat cantik, tapi tanpa peran pemimpin dalam pelaksanaannya maka dokumen ini tiada artinya. Seorang pemimpin dapat membawa organisasi untuk survive di tengah era ketidakpastian. Thank God kita sudah punya Nadine, kalau tidak bagaimana kita bisa work from home, tanpa digital signature berarti kita harus tetap menggunakan tanda tangan basah. Dan saat ini, digital signature sudah bisa dipakai hingga penetapan oleh Menteri Keuangan. Itu artinya pimpinan di Kemenkeu ini mampu melakukan tindakan antisipasi.

Selain itu, pimpinan harus dapat memastikan bahwa pegawai yang sedang work from home, tahu apa yang harus dilakukan dan tetap bisa produktif serta fulfill IKU. Oleh karena itu, pimpinan perlu melakukan komunikasi yang efektif ke pegawai di bawahnya. Dan jangan lupa, pimpinan harus bisa mendengar aspirasi bawahannya. Pimpinan juga bertanggung jawab menguatkan leadership di unitnya sehingga dapat mengoptimalkan pelaksanaan pekerjaan sesuai tanggung jawabnya.

Terakhir sekali, Ibu Dini berpesan kepada Tim Buletin Kinerja dan seluruh pegawai Kemenkeu bahwa WFH bukan liburan, dan agar dilaksanakan dengan profesional dan penuh tanggung jawab. Ibu Dini juga berdoa agar seluruh pegawai diberikan kesehatan, dan kebahagiaan sehingga pelaksanaan WFH dapat berjalan dengan lancar dan produktif.

"The most important thing dalam

implementasi BCP adalah leader."

~ Dini Kusumawati ~

FOTO: Dok. Biro Organta

BCP sudah telaksana dimana penyelenggaraan layanan dari rumah atau work from home mencapai 84,89%. Pada unit yang memiliki kantor vertikal seperti DJBC dan DJPb masih sebagian besar dilakukan di kantor dengan memperhatikan physical atau social distancing dan meminimalisir tatap muka dengan stakeholders.

Apa harapan Ibu terhadap implementasi BCP ke depan dalam menjaga keberlangsungan organisasi Kementerian Keuangan?

Tujuan BCP adalah agar organisasi tetap jalan apabila ada kondisi kahar seperti saat ini. Ke depan, kita berharap adanya penyempurnaan kebijakan BCP agar lebih

Page 8: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

15Buletin Kinerja XLI/Semester I 2020Buletin Kinerja XLI/Semester I 202014

laporan khusus

Dalam beberapa bulan belakangan ini seluruh dunia dihebohkan dengan

merebaknya pandemi virus mematikan yakni Corona Virus Disease 2019 atau lebih dikenal COVID-19. Bermula dari kota Wuhan di Tiongkok, COVID-19 telah menyebar ke berbagai negara di dunia dan menimbulkan kepanikan di mana-mana. Tidak tangung-tangung, dalam rentang waktu kurang lebih empat bulan, virus ini sampai dengan pekan pertama April telah menginfeksi lebih dari 700 ribu orang dengan 34 ribuan diantaranya meninggal di seluruh dunia.

Di Indonesia, kasus positif COVID-19 sampai dengan pekan pertama April 2020 telah mencapai seribuan orang dan telah merenggut nyawa ratusan orang. Angka tersebut sepertinya akan terus meningkat dari waktu ke waktu. WHO pada tanggal 11 Maret 2020 telah menetapkan status pandemi COVID-19 dengan pertimbangan virus ini telah menyebar ke 114 negara di dunia. Kondisi ini jelas tidak boleh diremehkan karena dalam sejarahnya hanya ada beberapa penyakit saja yang digolongkan sebagai pandemi yakni flu babi (H1N1) pada tahun 2009 dan flu Spanyol tahun 1918.

Sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam menangani kasus COVID-19, Kementerian Keuangan telah menetapkan beberapa kebijakan untuk merespon kejadian luar biasa tersebut. Agar informasi kebijakan ini dapat diketahui oleh masyarakat

COVID-19:Kebijakan dan Mitigasi

Kementerian KeuanganTEKS: M. Suwaji, Moch. Asep Kurniawan

Selain itu, secara internal untuk menjaga aset terpenting yakni para pegawainya, Kementerian Keuangan telah menerapkan protokol penanganan COVID-19 sebagaimana diatur oleh Kementerian Kesehatan. Kementerian Keuangan juga bertindak cepat dalam upaya mencegah penyebaran COVID-19 dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 tentang Imbauan Tindak Lanjut Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), Surat Edaran Nomor 5 tahun 2020 tentang Panduan Tindak Lanjut Terkait Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di lingkungan Kementerian Keuangan, dan Surat Edaran Nomor 7 tahun 2020 tentang Upaya Peningkatan Kewaspadaan Atas Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Dengan adanya surat edaran tersebut, para pegawai dapat menerapkan Work From Home (WFH) dalam melakukan pekerjaan dinasnya dengan memastikan pelaksanaan tugas dan fungsi serta layanan Kementerian Keuangan tetap berjalan secara efektif dan efisien.

Dalam konteks penerapan manajemen kinerja dan risiko di Kementerian Keuangan, kejadian pandemi COVID-19 tentu akan memberikan dampak terhadap IKU dan profil risiko yang telah ditetapkan pada awal tahun. Kejadian tersebut akan menaikkan besaran/level risiko Kementerian Keuangan sehingga target

IKU yang telah ditetapkan dalam kontrak kinerja pada bulan Januari 2020 juga akan terpengaruh bahkan ada kemungkinan tidak tercapai. Dari sisi manajemen kinerja, Pemilik IKU dan/atau Pengelola Kinerja Organisasi perlu melakukan review terhadap IKU yang telah ditetapkan dan tentu juga pengaruhnya terhadap perencanaan nasional. Mereka perlu mengidentifikasi IKU yang kemungkinan terdampak signifikan serta merumuskan langkah antisipasi. Terhadap IKU tersebut, ada beberapa hal yang dapat ditempuh, diantaranya, melakukan terobosan rencana aksi yang berbeda dengan sebelumnya, merumuskan inisiatif strategis yang mampu mendorong peningkatan capaian IKU, dan jika diperlukan dapat melakukan rasionalisasi target IKU sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap langkah yang dilakukan perlu pertimbangan yang matang terutama IKU yang melibatkan unit lain atau terkait pelayanan publik.

Dari sisi manajemen risiko, kejadian COVID-19 akan memberikan pengaruh signifikan terhadap profil risiko yang telah ditetapkan pada awal tahun. Beberapa risiko kemungkinan akan naik besaran/levelnya sehingga Unit Pemilik Risiko (UPR) dan/atau Pengelola Risiko perlu melakukan langkah untuk memitigasinya.

luas, Kementerian Keuangan telah memiliki situs resmi dengan alamat www.kemenkeu.go.id/covid19. Situs tersebut menyajikan informasi terkini mengenai kebijakan Kementerian Keuangan dalam merespon COVID-19. Menteri Keuangan menyampaikan bahwa anggaran negara diprioritaskan untuk: (1) Menjamin kesehatan dan keselamatan masyarakat, termasuk tenaga medis, (2) Memastikan perlindungan dan Jaring Pengaman Sosial untuk masyarakat rentan, (3) Perlindungan terhadap dunia usaha. Untuk memastikan upaya tersebut berhasil, Kementerian Keuangan telah berkolaborasi dengan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 dan K/L teknis. Kementerian Keuangan juga mengajak seluruh pemangku kepentingan dan warga negara untuk berkontribusi dan mendukung langkah pemerintah.

Lebih lanjut, untuk mempercepat penanganan COVID-19, Kementerian Keuangan mengambil langkah teknis sebagai berikut:

1. Pelarangan ekspor bahan kebutuhan pokok masyarakat;2. Dukungan anggaran bagi penyelenggaraan rapid test COVID-19;3. Dukungan anggaran untuk penyediaan obat-obatan dan alat-alat

kesehatan terutama Alat Pelindung Diri bagi tenaga medis;4. Kemudahan impor bagi alat kesehatan dan bahan baku bagi produksi

alat kesehatan dalam negeri;5. Pelarangan ekspor alat-alat kesehatan, diutamakan untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri;6. Peningkatan kapasitas RS melalui kerjasama pemanfaatan aset,

termasuk persiapan Wisma Atlet dan pembagunan RS di Pulau Gebang;7. Perawatan dan penanganan bagi pasien COVID-19 melalui BPJS

Kesehatan;8. Percepatan pelayanan penanganan impor barang untuk kepentingan

umum dan barang hibah untuk sosial, salah satunya dengan SOP yang dibuat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bersama dengan BNPB;

9. Pembebasan cukai Etil Alkohol (EA) untuk tujuan sosial dan pembuatan barang hasil akhir bukan Barang Kena Cukai, sehingga biaya produksi hand sanitizer dan sejenisnya menjadi lebih murah.

Memperbarui rencana mitigasi risiko yang telah ditetapkan dengan rencana mitigasi risiko yang lebih mampu merespon kejadian COVID-19. Rencana mitigasi tersebut dapat merupakan rencana kontinjensi dalam keadaan darurat COVID-19. Rencana kontinjensi merupakan rancangan perencanaan untuk mengantisipasi kejadian luar biasa (emergency) yang meliputi rencana penanganan pada saat darurat, tanggap darurat, dan pemulihan ke kondisi normal.

Beberapa risiko yang besarannya di bawah selera risiko, kemungkinan akan naik besaran/levelnya sehingga mengharuskan pemilik risiko untuk menyiapkan rencana mitigasinya.

Menyiapkan laporan insidentil berupa laporan kejadian luar biasa COVID-19 dan memasukkan kejadian tersebut ke dalam Laporan Loss Event Database (LED) yang berguna sebagai pertimbangan identifikasi risiko di masa depan.

Langkah Mitigasi Risiko :1

2 3

Page 9: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

17Buletin Kinerja XLI/Semester I 202016 Buletin Kinerja XLI/Semester I 2020

ragam kinErja

Dalam kondisi stabil tanpa force majeure, Kementerian Keuangan memiliki

peran yang signifikan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara. Pada masa pandemi saat ini, peran dan fungsi Kemenkeu menjadi semakin esensial, terutama mengingat bahwa Kemenkeu berperan dalam perumusan, penetapan, dan pemberian rekomendasi kebijakan fiskal di sektor keuangan.

Merespon kedaruratan kesehatan nasional yang dipicu oleh pandemi COVID-19, Kemenkeu mendukung penuh pemerintah dalam menerbitkan PERPPU Nomor 1 Tahun 2020 tentang Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan. PERPPU ini menjadi landasan hukum dalam melaksanakan langkah-langkah penyelamatan kesehatan dan keselamatan masyarakat, membantu masyarakat/ dunia usaha yang terdampak COVID-19, serta menjaga stabilitas sektor keuangan. Kurang lebih Rp405 trilyun dana APBN dialokasikan untuk skema mengatasi dampak COVID-19 melalui PERPPU dimaksud. Selain itu, Kemenkeu juga tetap wajib melaksanakan fungsi rutin dalam pelaksanaan kebijakan bidang penganggaran, pajak, kepabeanan dan cukai, perbendaharaan negara, perimbangan keuangan dan pengelolaan pembiayaan dan risiko. Dengan demikian, kejadian pandemi COVID-19 harus diikuti dengan immediate responses sehingga Kemenkeu tetap dapat melaksanakan fungsinya secara optimal.

Kebijakan Kepegawaian yang Humanis di Tengah Pandemi

TEKS: L. Nugraheni, Biro Perencanaan dan Keuangan

Sebagai antisipasi pencegahan COVID-19, Kemenkeu bergerak cepat dengan menerbitkan beberapa Surat Edaran, mulai dari Surat Edaran Nomor SE-2/MK.1/2020, SE-4/MK.1/2020, SE-5/MK.1/2020, hingga SE-7/MK.1/2020 yang berisi arahan dan panduan pencegahan penyebaran COVID-19 di lingkungan Kementerian Keuangan. Salah satu hal yang diatur didalamnya adalah ketentuan mengenai pelaksanaan Work From Home (WFH). Di samping kebijakan WFH, dibentuk pula Gugus Tugas Penanganan COVID-19 dengan tugas merekam dan mengompilasi data pegawai atau pihak lain di lingkungan kerja yang suspect/probable/confirmed terjangkit COVID-19. Pelaksanaan WFH merupakan salah satu bentuk manajemen SDM di Kemenkeu yang fokus kepada kesejahteraan pegawai dengan memperhitungkan risiko pekerjaan di masa pandemi. Hal ini menunjukkan komitmen organisasi dalam melaksanakan assessment risiko dalam menjaga keselamatan pegawai, sekaligus memastikan tetap berjalannya business process di Kemenkeu secara efektif dan efisien. Dapat dikatakan bahwa Kemenkeu menggunakan pendekatan manusiawi atau dikenal dengan humanism paradigm (Prasodjo: 2013: 39).

Selain kebijakan WFH, Kemenkeu merespon krisis COVID-19 sesegera mungkin dengan meluncurkan laman https://kemenkeu.go.id/

perlu dimonitor untuk memastikan bahwa dalam prakteknya, pegawai tetap memperoleh hak atas keamanan kerja yang telah diakomodasi dalam SE Menteri Keuangan tentang Pencegahan COVID-19.

Adanya laman khusus COVID-19 di portal Kemenkeu merupakan satu bentuk rill kebijakan kepegawaian yang humanis, menunjukkan transparansi dan memudahkan proses tracing serta penanggulangan COVID-19 yang efisien di lingkup internal. Telah berjalannya otomasi berbagai layanan yang customer oriented menjamin tetap berjalannya fungsi Kemenkeu sekaligus m e m u n g k i n k a n d i l a k s a n a k a n n y a kebijakan WFH bagi pegawai. Selain itu, layanan kepegawaian on-line yang dilengkapi dengan absensi serta panic button dan konfirmasi kondisi kesehatan pegawai, menunjukkan concern yang tinggi dari organisasi untuk memberikan kebijakan kepegawaian yang akomodatif dan dapat diandalkan.

Dalam hal Kemenkeu ingin total dalam menangani dampak COVID-19 di lingkungan organisasinya, kebijakan pegawai masih dapat diupayakan untuk menjadi lebih responsive sehingga sebaran COVID-19 di Kemenkeu tidak berhenti sebagai data statistik. Data tersebut dapat ditindaklanjuti dengan berbagai inisiatif termasuk contact-tracing, pengecekan kesehatan (yang berpotensi

ODP/ PDP/ Positif/ meninggal COVID-19. Mengintegrasikan perspektif gender dalam pengambilan keputusan dan inisiatif yang menyangkut kemanan dan keselamatan pegawai adalah esensial. Hal ini mengingat adanya perbedaan kebutuhan, masalah dan aspirasi antara pegawai laki-laki dan perempuan. Selain itu, data sebaran COVID-19 di Kemenkeu dapat pula dipilah berdasar umur, status disabilitas/ non-disabilitas, serta kondisi kesehatan bawaan pegawai yang berpotensi menjadi

co-morbidity COVID-19 (misal: terdapat kondisi autoimmune, diabetes atau penyakit berat lain).

Begitu pula bagi pegawai Ditjen Bea dan Cukai yang masih harus melaksanakan tugas pengawasan dan pengecekan barang ekspor-impor baik di bandara maupun lokasi lain yang berisiko tinggi, perlu dipastikan ketersediaan Alat Pelindung Diri yang memadai dan akses pada pelayanan

kesehatan yang terjamin.

Kondisi pandemi COVID-19 merupakan tantangan tersendiri bagi organisasi, terutama dalam hal menerbitkan kebijakan atau inisiatif kepegawaian yang responsif dan humanis. Bagaimanapun, Kemenkeu dapat menentukan apakah krisis kesehatan COVID-19 dapat menjadi preseden baik dalam hal antisipasi dampak pandemi bagi pegawai dan organisasi, atau sebaliknya.

berbiaya), dan monitoring self-quarantine bagi pegawai yang tercatat sebagai ODP atau PDP (termasuk penyediaan dukungan logistik bagi pegawai dimaksud).

Adapun potensi pembiayaan yang mungkin timbul dalam situasi pandemi sebagaimana tersebut di atas, sejauh ini belum ditampung di dalam Satuan Biaya Masukan maupun Satuan Biaya Keluaran. Akibatnya, terdapat kerancuan mengenai ada tidaknya peluang pos-pos pengeluaran tersebut

dibiayai oleh DIPA. Sejauh ini, penagihan untuk biaya-biaya dimaksud diserahkan pada diskresi pimpinan Unit Kerja/ KPA. Hal tersebut berpotensi menimbulkan kerancuan mengingat untuk situasi atau kasus yang sama, tafsir masing-masing pimpinan Unit Kerja/ KPA dapat berbeda-beda.

Data statistik dalam laman sebaran COVID-19 di Kementerian Keuangan dapat pula ditingkatkan kualitasnya dengan mengolahnya sebagai data terpilah yang mengidentifikasi jenis kelamin

covid19 yang berisi berbagai informasi terkait pandemi COVID-19 dan korelasinya dengan entitas instansi. Kemenkeu juga menunjukkan responsivitas dengan menjadi satu-satunya Kementerian/Lembaga yang memiliki Peta Sebaran COVID-19 di lingkup institusinya. Namun demikian, nature proses bisnis Kemenkeu yang memiliki fungsi penerimaan (pajak/ kepabeanan/ cukai) dan perbendaharaan menimbulkan konsekuensi akan kebutuhan interaksi langsung dengan customer yang dilakukan oleh kantor-kantor pelayanan di seluruh Indonesia. Bagaimanapun, masih terdapat pekerjaan lapangan yang tidak dapat diotomasi atau ditiadakan sama sekali, seperti fungsi pengawasan kepabeanan dan cukai. Hal ini perlu pula diantisipasi dengan sigap dan cermat.

Terkait dengan pelaksanaan WFH, SE Menteri Keuangan memberikan kewenangan kepada Eselon II untuk menetapkan teknis pelaksanaan WFH. Hal ini mengakibatkan terdapatnya ketidakseragaman perlakuan bagi pegawai di Unit Kerja. Prinsip let's the manager manage yang memberikan ruang luas bagi diskresi pimpinan sesungguhnya menawarkan fleksibilitas lebih bagi unit kerja untuk menentukan mekanisme implementasi kebijakan yang disesuaikan dengan kebutuhan bisnis proses masing-masing unit kerja. Namun demikian, hal ini

Page 10: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

19Buletin Kinerja XLI/Semester I 202018 Buletin Kinerja XLI/Semester I 2020

mengubah cara pandang pegawai terkait IKU.

Selanjutnya pria yang berperawakan tinggi ini menjelaskan strategi untuk menghadapi tantangan tersebut, yaitu dengan

menerapkan pola komunikasi yang baik dan intens dengan SMKO. Komunikasi

dilakukan dengan berbagai media, sehingga dapat dilaksanakan

diskusi intensif. Cara pandang pegawai terhadap IKU, juga dapat diubah dengan membuka forum diskusi, konsultasi dan asistensi terkait pengelolaan kinerja.

Kedepannya bapak yang memulai karirnya tahun 1998 ini berharap,

perlu ada peningkatan peran/

profil

Sebulan terakhir ini, langit Jakarta berwarna biru dan bersih dari polusi kendaraan

maupun asap pabrik. Semakin tingginya kasus penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), menyebabkan Pemerintah menghimbau agar warga, khususnya yang berada di ibukota sebagai epicenter virus, mengurangi aktivitas outdoor dan menghindari keramaian. “Kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah” demikian jargon yang digaungkan Presiden pada pertengahan Maret lalu.

Pengurangan aktivitas outdoor dan menghindari keramaian juga dialami pegawai Kementerian Keuangan (Kemenkeu), namun hal ini tidak mengurangi aktivitas pegawai Kemenkeu untuk tetap produktif di tengah pandemik global COVID-19 melalui penugasan Work From Home (WFH). Sebagai salah satu aktivitas WFH, tim Buletin Kinerja berkesempatan melakukan wawancara online dengan Manajer Kinerja Organisasi (MKO) merangkap Manajer Risiko Unit (MRU) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), Khairul Aulad. Berikut berbagai pengalaman yang dibagikan oleh pria kelahiran Tanjung Balai 49 tahun lalu itu kepada para pembaca Buletin Kinerja.

Aulad, begitu pria ini akrab disapa, mulai berkecimpung di bidang pengelolaan kinerja dan risiko yang menjadi tugas dan fungsi (tusi)-nya sejak awal tahun 2019. Pengelolaan kinerja Kemenkeu mulai diimplementasikan pada tahun 2007. Dalam implementasinya, dibutuhkan

Kerja Bersama untuk Kinerja Lebih Baik

TEKS: Azinar Ismail, Susmianti

komitmen yang kuat agar sistem ini berjalan efektif, karena itu peran aktif dari seluruh pegawai mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi merupakan kunci utama keberhasilan pengelolaan kinerja dan risiko. Monitoring kinerja dan risiko organisasi yang dilakukan melalui Dialog Kinerja Organisasi (DKO) pada level unit eselon I dan II di lingkungan DJPPR, merupakan kegiatan regular yang dilakukan secara triwulanan. Hal ini menjadi bukti komitmen pimpinan DJPPR untuk mendorong secara terus menerus peningkatan kinerja organisasi.

Sebagai MKO, pemegang gelar Magister Manajemen Universitas Mercu Buana ini disibukkan dengan aktivitas baru di tahun 2020. Dengan adanya kebijakan redesain sistem penganggaran, menyebabkan perlunya penyesuaian sasaran strategis yang dituangkan dalam peta strategi beserta indikator kinerjanya. Selain itu, pada tahun 2020 ini juga bertepatan dengan penyusunan Renstra sehingga semuanya perlu dipastikan keselarasan antara dokumen perencanaan, kinerja dan risiko, serta penganggarannya.

Pada awal Maret 2020, Presiden mengumumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia. Kondisi ini tentunya cukup berpengaruh terhadap kinerja DJPPR, terutama yang berkaitan dengan stakeholders dan pasar. Menindaklanjuti

kebijakan dari level Kementerian, terkait dengan Indikator Kinerja Utama (IKU), target serta risiko yang telah disusun sebelumnya perlu dilakukan review kembali. Hal ini dilakukan karena mempertimbangkan adanya kondisi perekonomian yang berbeda pada saat menentukan target di awal tahun.

Adapun terkait review IKU dan risiko tersebut, bapak yang hobi renang ini menyampaikan proses yang dilakukan di lingkungan DJPPR. Review terlebih dahulu dilaksanakan oleh masing-masing pengelola kinerja dan seluruh pegawai pada level eselon II, yang melakukan assessment kembali dan menyampaikan hasilnya kepada timnya.

Selanjutnya timnya akan melakukan review dan memberikan feedback atas usulan tersebut dengan mempertimbangkan Kualitas Kontrak Kinerja. Perubahan IKU, target, dan risiko tentunya akan mengikuti ketentuan addendum di lingkungan Kementerian.

Untuk menjaga kualitas pengelolaan kinerja dan risiko, DJPPR memiliki langkah-langkah yang dirumuskan dalam bentuk dokumen arah kebijakan dan rencana kegiatan pengelolaan kinerja dan risiko. Dokumen tersebut ditetapkan oleh Dirjen PPR, yang tentunya dalam tataran implementasi, menghadapi berbagai tantangan.

Saat ini, fungsi Sub Manajer Kinerja Organisasi (SMKO) setiap Direktorat dijabat oleh Kasubbag Tata Usaha (TU). Jabatan tersebut memiliki keberagaman tugas dan fungsi, sehingga perlu dilakukan penguatan SDM baik dari sisi jumlah maupun kapasitas, agar dapat menjalankan fungsinya sebagai pengelolaan kinerja yang semakin baik. Selain itu tantangan lain adalah bagaimana

kewenangan pengelola kinerja dan risiko untuk memberikan rekomendasi kepada pimpinan, pada saat pengambilan keputusan atau kebijakan yang berdampak pada proses bisnis organisasi. Selain itu, ia juga berharap adanya penguatan kompetensi tim pengelola kinerja dan risiko terkait isu-isu teknis secara lebih mendalam, sehingga wawasannya bertambah.

Untuk bisa melakukan itu, kesiapan SDM pengelola kinerja tentunya harus ditingkatkan terlebih dahulu kemampuannya.

Disamping itu, perlu adanya integrasi data antara tim teknis dan tim pengelola kinerja dan risiko, serta dukungan IT diharapkan juga dapat dilakukan dengan lebih baik.

Berusaha Terus ke Arah Yang Lebih Baik

Sebagai salah satu pejabat eselon III di DJPPR, membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga memang menjadi persoalan tidak mudah bagi bapak dua orang putri ini. Sampai saat ini, pengelolaan waktu antara pekerjaan dan keluarga tetap dilakukan walaupun kadang tidak dalam posisi ideal. Seringnya waktu untuk keluarga lebih sedikit. Tapi dengan kemajuan teknologi saat ini, komunikasi dengan keluarga tetap bisa dilakukan melalui pemanfaatan teknologi tersebut.

Pria yang memiliki falsafah hidup “Berusaha terus ke arah yang lebih baik” ini, berhasil mengantarkan DJPPR meraih penghargaan dari Menteri Keuangan sebagai Peringkat III Pengelola Kinerja Terbaik di Lingkungan Kemenkeu.

Penghargaan tersebut diperoleh tidak hanya karena peran pribadinya, namun juga peran Tim Pengelolaan Kinerja dan Risiko DJPPR, serta komitmen pimpinan untuk menjadikan pengelolaan kinerja dan risiko DJPPR semakin lebih baik.FOTO: Dok. Pribadi

Page 11: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

21Buletin Kinerja XLI/Semester I 202020 Buletin Kinerja XLI/Semester I 2020

potrEt

Bencana dan serangan sering datang tidak terduga. Seperti yang saat ini terjadi, kita tidak menyangka wabah Corona Virus

Disease (COVID-19) dapat mengubah pola dan rencana kerja dari lingkungan terkecil kita mulai dari keluarga, sekolah, kantor, bahkan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Kementerian Keuangan yang memiliki peran strategis dalam sektor keuangan negara dituntut untuk tetap aktif menjalankan fungsinya. Dengan dukungan sistem TIK yang handal proses bisnis Kementerian Keuangan saat ini mampu tetap berjalan dan produktif dimasa pandemi COVID-19.

Pusintek sebagai pengelola sistem TIK Kementerian Keuangan pada Data Center (DC) dan Disaster Recovery Center (DRC) memiliki dan menerapkan Business Continuity Management untuk menjamin kelangsungan dan ketersediaan infrastruktur TIK dalam segala kondisi, serta meminimalkan downtime sistem TIK.

Apakah sebenarnya Business Continuity Plan (BCP)?

BCP merupakan sekumpulan prosedur yang disusun, dikembangkan, dan diuji untuk mempersiapkan organisasi agar dapat merespon gangguan/bencana yang disebabkan oleh alam maupun manusia, sehingga proses bisnis organisasi tersebut tetap dapat berjalan. BCP bertujuan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh gangguan/bencana, membantu organisasi melakukan recovery lebih cepat, dan menjaga reputasi organisasi.

BCP yang baik dimulai dari Risk Assessment dan Business Impact Analysis

Dalam terminologi BCP, kondisi yang dihadapi organisasi terbagi 2, yaitu kondisi normal dan kondisi tidak normal. Kondisi normal adalah kondisi beroperasinya organisasi secara normal atau as usual. Sebaliknya, kondisi tidak normal adalah kondisi ketika organisasi beroperasi ketika ada gangguan/bencana.

Penyusunan BCP dilakukan ketika organisasi sedang dalam kondisi normal. Inilah tantangan bagi organisasi, dimana organisasi harus mampu membayangkan apabila gangguan/bencana terjadi dengan terlebih dahulu mengidentifikasi dan memahami area operasional apa yang dinilai penting serta memiliki karakteristik khusus. Salah satu caranya adalah melalui penerapan manajemen risiko. Hal ini dilakukan Pusintek dengan mengidentifikasi risiko, menganalisis tingkat kemungkinan terjadinya risiko, menganalisis tingkat dampak apabila risiko terjadi, dan menetapkan rencana mitigasi risiko dalam penyelenggaraan layanan TIKnya dengan mengacu pada KMK Nomor 577 Tahun 2019 tentang Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan.

Selain penerapan manajemen risiko, Pusintek juga melaksanakan Business Impact Analysis (BIA) untuk identifikasi dan kategorisasi tingkat kekritisan layanan TIK pada DC dan DRC Kementerian Keuangan (rendah, sedang, tinggi, atau sangat tinggi). BIA dilakukan oleh Pusintek sebagai pengelola dengan melibatkan unit kerja lainnya sebagai pemilik core application. Salah satu cara

penilaian BIA adalah dengan mengidentifikasi dampak operasional dari aplikasi atau layanan TIK tersebut apabila mengalami down dalam rentang waktu tertentu, apakah berdampak terhadap organisasi. Jika berdampak, seberapa besar dampaknya. Apakah dapat menimbulkan kerugian negara?

Hasil BIA ini akan berpengaruh pada layanan TIK mana yang harus tetap berjalan atau harus diutamakan dalam proses pemulihan ketika gangguan/bencana terjadi. Pusintek menetapkan standar waktu pemulihan layanan TIK maksimal 3 jam sejak kondisi bencana dideklarasikan bagi layanan TIK dengan tingkat kekritisan sangat tinggi.

Business Continuity Plan TIKTEKS: Yuanita Prasetyowati, Roy A. Pasha, Pusintek

"Suasana DRC Drill dengan memanfaatkan video conference

untuk media komunikasi."

Organisasi Manajemen Kelangsungan Layanan TIK

Penerapan Business Continuity Management Kementerian Keuangan telah menetapkan Organisasi Manajemen Kelangsungan Layanan TIK yang bertugas melaksanakan penyusunan BCP, pengujian BCP, dan pemulihan keadaan bencana. Organisasi dan dikoordinasikan oleh Chief Information Officer (CIO) serta beranggotakan perwakilan seluruh unit di lingkungan Kementerian Keuangan, sebagai Tim Teknis maupun Tim Tanggap Darurat.

Testing is Important

Pengujian merupakan tahap penting dalam penerapan BCP. Pusintek melakukan uji coba DRC (DRC drill) secara berkala. Dalam menjaga pasokan listrik ke DC, Pusintek melakukan uji coba kelistrikan dari powerhouse ke DC secara berkala tiap minggu. Untuk jangka panjang, Pusintek secara bertahap telah mengembangkan dan memastikan bahwa DRC dapat berfungsi sebagai DC. Pelaksanaan uji coba ini penting dilakukan untuk mengetahui missing link dari BCP sehingga selalu ada peluang perbaikan. Oleh karena itu, kita dapat mengatakan bahwa BCP is living and breathing.

FOTO: Dok. Pusintek

Page 12: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

23Buletin Kinerja XLI/Semester I 202022 Buletin Kinerja XLI/Semester I 2020

BCP tidak hanya persiapan secara teknis

Perencanaan kelangsungan bisnis juga harus memperhatikan secara holistik komponen bisnis secara keseluruhan termasuk Sumber Daya Manusia (SDM), karena gangguan/bencana terkadang tidak hanya mengancam sistem TIK, infrastruktur TIK, tetapi juga dapat mengancam kehidupan manusia. Oleh karena itu, SDM menjadi prioritas utama. Salah satunya dengan memberikan kemudahan bagi pegawai untuk mendapat informasi yang valid, channel komunikasi, dan kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan ataupun melanjutkan kehidupan. Penyediaan channel komunikasi dan contact list yang dapat dipercaya sangat dibutuhkan apabila terjadi bencana.

Menghadapi wabah COVID-19, Pusintek telah menyiapkan aplikasi untuk mendukung pelaksanaan Work From Home (WFH) bagi para pegawai (SDM) Kementerian Keuangan yaitu aplikasi NADINE untuk pengelolaan naskah dinas secara elektronik dengan penambahan modul absensi online melalui personal computer maupun mobile, dan juga modul monitoring penugasan. Fasilitas lain yang disiapkan adalah sistem video conference, collaboration tools, dan e-dropbox. Dalam implementasinya, aplikasi pendukung tersebut saat ini sudah berjalan dengan baik. Untuk mendukung pelaksanaan WFH ini, Pusintek juga tetap memperhatikan keamanan informasi, diantaranya melalui penyediaan jalur Virtual Private Network (VPN) untuk mengakses area intranet, melakukan penutupan akses sharing folder, membatasi akses remote area server melalui VPN, dan implementasi security software. Pusintek juga berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait termasuk dengan pihak ketiga penyedia layanan untuk memastikan kesiapan dukungan teknis dan layanan TIK Kementerian Keuangan tidak mengalami kendala selama WFH berlangsung.

Untuk menjaga kelangsungan proses bisnis Kementerian Keuangan sebagai pengelola keuangan negara dalam segala kondisi, Pusintek sebagai pengelola infrastruktur TIK berkomitmen untuk menanamkan dan menjalankan business continuity management dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sehari-hari. Be Prepared and Be Ready!

potrEt snack cornEr

dapatkan souvEnir mEnarik

1. Panthera Adi Nugroho Sujiwo Bali, Pelaksana, KPP Pratama Mempawah;

2. Mira Eka Irianti, Pelaksana, Inspektorat IV;

3. Anasarudin A, Pelaksana, Biro Organta;

4. Moh. Adnan Buyung Nasution, Pelaksana, KPPBC TMP Ngurah Rai;

5. Imam Barnadib, Administrator Umum, KPPN Khusus Investasi.

Responden Terpilih Edisi XL 2019:

Page 13: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

25Buletin Kinerja XLI/Semester I 2020Buletin Kinerja XLI/Semester I 202024

klinik kinErja

Struktur organisasi Kementerian Keuangan sangat beragam demikian

pula tingkatan jabatannya. Mulai dari Menteri keuangan sampai dengan jabatan pengawas. Setiap level jabatan bertanggung jawab atas unit kerjan yang dipimpinnya dan sebagai seorang pejabat, tentu tidak hanya bertanggung jawab terhadap kinerjanya sendiri, namun juga terhadap kinerja bawahan.

Seorang pejabat harus mampu mengkoordinasikan seluruh anggotanya untuk mencapai tujuan unit kerja. Karena tanggung jawabnya setiap pejabat mengemban peran sebagai atasan langsung, yaitu pejabat yang karena kedudukannya atau jabatannya membawahi seorang pegawai atau lebih pegawai. Ketika menjadi seorang atasan langsung, seorang pejabat juga mengemban peran sebagai pejabat penilai yaitu atasan langsung pegawai yang dinilai. Jadi, apa sajakah peran seorang atasan langsung dalam kaitannya dengan pengelolaan kinerja?

1. Perencanaan Kinerja

Untuk menggambarkan sasaran organisasi, Kementerian Keuangan setiap tahunnya menyusun perjanjian kinerja/kontrak kinerja (KK). Setiap KK yang disusun harus mendukung pencapaian sasaran pada unit kerja di atasnya. Untuk itulah peran seorang atasan langsung memastikan bahwa KK yang disusun oleh bawahan mendukung pencapaian sasarannya. Hal ini sesuai dengan pengertian KK yaitu dokumen yang merupakan kesepakatan

antara pegawai dengan atasan langsung yang paling sedikit berisi pernyataan kesanggupan, sasaran kerja pegawai dan trajectory target yang harus dicapai dalam periode tertentu.

2. Pelaksanaan kinerja

Seorang atasan harus memastikan pelaksanaan kegiatan bawahan dalam pencapaian kinerja. Mekanisme yang berlaku untuk hal tersebut yaitu Dialog Kinerja meliputi DKO dan DKI. DKO merupakan komunikasi formal antara pemilik peta strategi dengan pejabat dan pegawai di bawahnya untuk mendiskusikan pencapaian strategi, kinerja, risiko, dan rencana aksi organisasi yang dilaksanakan secara terstruktur dan berkala. Sedangkan DKI merupakan komunikasi antara pembimbing (coach) dengan bawahan (coachee) untuk mendiskusikan kinerja bawahan, yang dilaksanakan sesuai dengan periode pelaksanaan, metode pelaksanaan, dan mekanisme pelaporan.

3. Pelaporan kinerja

Mekanisme pelaporan kinerja dilakukan dengan pemilik KK menghitung dan menyampaikan usulan nilai Capaian Kinerja Pegawai (CKP) kepada atasan langsung. Atasan langsung memvalidasi dan bertanggung jawab atas kebenaran penghitungan nilai CKP bawahannya.

4. Penilaian perilaku

Nilai Perilaku (NP) adalah nilai yang didasarkan pada penilaian perilaku sehari-hari setiap pegawai yang ditunjukkan untuk mendukung kinerjanya yang diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh atasan langsung, rekan kerja dan/atau bawahan. Terkait NP, atasan langsung wajib menetapkan rekan kerja dan/atau bawahan lain untuk menilai bawahan yang bersangkutan serta memberikan penilaian NP pada bawahan. NP yang diberikan atasan langsung memiliki bobot terbesar terhadap NP bawahan dari sebesar 60% s.d. 100%.

5. Tindak lanjut keberatan

Berdasarkan hasil penilaian, bawahan/pegawai memiliki hak satu kali untuk mengajukan keberatan secara tertulis atas hasil penilaian CKP, NSKP dan/atau NP dari atasan langsung. Keberatan tersebut diajukan kepada atasan langsung paling lambat 14 (empat belas) hari setelah hasil penetapan CKP, NSKP dan/atau NP diterima pegawai tersebut dengan disertai alasannya. Atasan langsung, wajib membuat tanggapan tertulis atas keberatan yang diajukan. Dalam hal atasan langsung tidak menerima keberatan, maka wajib menyampaikan keberatan dan tanggapan tertulis kepada atasan dari atasan langsung paling lambat 14 (empat belas) hari sejak keberatan diterima. Keputusan atasan dari atasan langsung bersifat final.

1. Penetapan Kontak Kinerja/Sasaran Kinerja Pegawai

Atasan langsung wajib mengecek kebenaran perekaman kontrak kinerja dan Manual IKU dalam aplikasi dan memberikan persetujuan apabila hasil perekaman telah dinilai benar atau tidak memberikan persetujuan, apabila hasil perekaman dinilai belum benar dan perlu diperbaiki.

2. Pelaksanaan DKI

Atasan langsung wajib mengevaluasi Individual Performance Review (IPR) Bawahan. Hal yang harus dievaluasi atasan meliputi menu pengembangan kompetensi berdasarkan NP periode sebelumnya, perkembangan kinerja berupa evaluasi rencana aksi semester sebelumnya dan persetujuan rencana aksi semester yang akan datang, serta evaluasi usulan training bawahan.

Peran Atasan Langsung dalam Pengelolaan Kinerja

TEKS: Najmudin, Budi Kurniawan

3. Penilaian Kinerja

Atasan langsung bertanggung jawab atas kebenaran data capaian IKU pada aplikasi serta wajib mengecek kebenaran hasil perekaman tugas tambahan dan/atau nilai kreativitas. Terkait NP atasan langsung wajib menetapkan rekan kerja dan/atau bawahan untuk menilai bawahan yang bersangkutan serta memberikan penilaian perilaku pada bawahan.

4. Mekanisme Tindak Lanjut Keberatan

Atas keberatan bawahan baik CKP maupun NP, atasan langsung wajib merespon baik dengan memberikan persetujuan maupun tidak. Apabila keberatan diterima, atasan langsung harus memberikan penilaian ulang kepada bawahan tersebut. Apabila keberatan ditolak, maka keberatan akan diputuskan oleh atasan dari atasan langsung dan bersifat final.

Peran atasan dalam aplikasi e-performance

Ketentuan penalti bagi atasan langsung

1. Penalti terkait DKI

Apabila seorang pembimbing tidak mengisi formulir IPR bawahan pada bagian Uraian Rencana Aksi, Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi, Rekomendasi Pengembangan Kompetensi, Status Pengembangan Kompetensi dan Resume sesuai dengan periode pelaporannya, maka pembimbing dikenakan penalti berupa pengurangan NP pada aspek kepemimpinan sebesar 2 (dua) poin untuk setiap bawahan yang tidak diisi formulir IPR-nya dengan nilai maksimal pengurangan sebesar 10 (sepuluh) poin untμk setiap periodenya.

2. Penalti terkait NP

Evaluator yang tidak menjalankan kewajiban penilaian, dikenakan penalti pengurangan NP akhir evaluator sebesar 2 poin untuk setiap evaluee yang tidak dinilai dengan nilai maksimal pengurangan sebesar 10 poin. Atasan langsung yang tidak menetapkan evaluator bagi masing-masing bawahan dikenakan penalti pengurangan NP akhir sebesar 2 poin untuk setiap bawahan dengan nilai maksimal 10 poin. Kedua penalti dimaksud dikenakan paling banyak 10 poin dan hanya mengurangi NP pada komponen NKP, tidak mengurangi NP pada komponen NPKP.

GAMBAR: Dok. Biro SDM

Page 14: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

27Buletin Kinerja XLI/Semester I 202026 Buletin Kinerja XLI/Semester I 2020

ragam kinErja

Waste is a mirror of humanity, ungkapan yang banyak dipercayai oleh banyak

anthropologist (Knetchel 2007). Hal tersebut berarti bahwa pengelolaan sampah mencerminkan kondisi masyarakat dan negara dalam memberikan perhatian kepada lingkungan hidup. Saat ini, kesadaran beberapa kalangan masyarakat terhadap lingkungan semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin tingginya aspirasi masyarakat kepada pemerintah. Masyarakat meminta agar pemerintah melaksanakan sustainable development dengan terus fokus kepada pembangunan yang merata, tanpa mengorbankan aspek lingkungan hidup.

Sebagai salah satu Kementerian yang berperan penting dalam

Pengelolaan Sampah: Strategi Investasi Lingkungan

TEKS: Tri Ashriki, Susmianti

menjaga aspirasi masyarakat tersebut, selain membuat kebijakan-kebijakan green economy, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) juga berkomitmen untuk menerapkan waste management. Bentuk komitmen penerapaan waste management diwujudkan melalui penerbitan SE-6/MK.1/2019 tentang Penerapan Kantor Ramah Lingkungan (Program Eco-Office) di Lingkungan Kementerian Keuangan.

Implementasi kantor ramah lingkungan dilaksanakan melalui beberapa hal, diantaranya melalui pengelolaan sampah dengan cara melakukan pemilahan sampah, membangun bank sampah, dan pengolahan sampah organik menjadi kompos. Harapannya dari implementasi kebijakan tersebut

dapat mendukung kemajuan recycling industry terutama untuk UMKM

Kebijakan program eco-office dilakukan secara incremental, yaitu dengan menjadikan Sekretariat Jenderal (SETJEN), selaku prime mover, sebagai pilot project untuk menerapkan waste management di lingkungan Kemenkeu. Kedepannya, Kementerian atau Lembaga negara lainnya mampu mencontoh apa yang dilakukan oleh Kemenkeu dalam rangka menjaga lingkungan.

Selain itu, sebagai salah satu bentuk kontribusi nyata dalam menjaga lingkungan serta melihat kondisi di TPA Bantar Gebang yang diprediksi akan sampai pada titik overload pada tahun

2021, Kemenkeu berusaha untuk mengurangi jumlah sampah terutama di lingkungan Kantor Pusat. Hal tersebut untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan lingkungan yang bersih.

Biro Umum, selaku the driving actor di lingkungan SETJEN atas implementasi SE-6/MK.1/2019, terus berupaya agar implementasinya berjalan lancar dan efektif. Saat ini, telah dilakukan sosialisasi kepada pegawai di lingkungan Gedung Djuanda I dan Gedung Djuanda II, serta pelatihan kepada para petugas kebersihan. Disamping itu juga terdapat beberapa strategi implementasi terus dilakukan agar program eco-office berjalan dengan baik.

Dimasa awal penerapannya, muncul beberapa kendala, terutama terkait peniadaan tempat sampah di ruang kerja dan penyediaan hanya satu tempat sampah terpilah pada setiap lantai. Beberapa pegawai pada Gedung Djuanda I dan Gedung Djuanda II protes. Hal ini dikarenakan cukup memakan waktu untuk membuang sampah, mengingat sampah harus dipilah dan dibuang pada tempat sampah terpusat. Namun seiring berjalannya waktu, pegawai mulai terbiasa melakukan pengurangan dan pemilahan sampah.

Pada akhir tahun 2020, diharapkan implementasi pengelolaan sampah akan diterapkan pada beberapa Gedung lain, diantaranya pada

Gedung Frans Seda (DJPPR), Gedung Sutikno Slamet (DJA), Gedung Radius Prawiro (DJPK), dan Gedung R.M. Noohamiprodjo (BKF). Koordinasi yang intersif terus dilakukan oleh Biro Umum dengan Unit Eselon I terkait agar mempercepat penerapannya. Diharapkan dengan meningkatnya kesadaran di lingkungan Kemenkeu, dapat menularkan kepada pihak lainnya. Sehingga, langkah kecil pengelolaan sampah ini mampu berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Strategi Implementasi Eco-Office

Meniadakan tempat sampah di tempat kerja

Mengurangi pengiriman sampah ke TPA Bantar Gebang melalui kerjasama

dengan vendor pengolahan sampah

Menyediakan tempat penampungan sementara sebelum sampah yang sudah terpilah diangkut oleh vendor dalam keadaan telah terpilah

Menyediakan tempat sampah terpilah pada setiap lantai

Page 15: Inovasi di Tengah Pandemi · kategori Gen Y akan mencapai 75% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2025. Tren peningkatan tersebut bisa kita lihat juga pada Kementerian

kata mErEka

Pusintek sebagai unit kerja di bawah Sekretariat Jenderal telah membangun aplikasi e-Kemenkeu yang dapat diunduh pada

smartphone berbasis IOS maupun Android, serta aplikasi Nadine yang dapat di akses melalui browser guna menunjang pelaksanaan tugas para

pegawai, monitoring pelaksanaan tugas pegawai dapat dipantau melalui Modul Tugas Pegawai dan Presensi Kehadiran. Bahkan tanpa perlu bertatap muka, pejabat dan/atau pegawai Kementerian Keuangan dapat melaksanakan rapat secara virtual melalui aplikasi join.kemenkeu.go.id atau pilihan aplikasi umum lainnya secara bijak.Walaupun terdapat kendala seperti sinyal jaringan dan kuota internet, namun pelaksanaan WFH saat ini dirasa cukup efektif bagi seluruh unit eselon I. Harapannya hasil evaluasi pelaksanaan WFH saat ini dapat digunakan sebagai rujukan penerapan inisiatif New Thinking Of Working seperti Flexible Working Hours, Flexible Working Space, atau konsep lainnya, karena sebenarnya hasil kinerja atau kualitas output kerja lebih utama dibanding bagaimana dan dimana mengerjakannya.

Kela

ngsu

ngan

Or

gani

sasi

Tri Budiarta, Kasubbag Organisasi dan SDM, Pusintek

M.F.L. Anshari, Kasubsi KPTP, KPPBC TMP B Yogyakarta

Dalam berbagai kondisi, setiap organisasi dituntut untuk terus dapat melaksanakan tugas dan fungsinya, terutama untuk organisasi yang melakukan pelayanan dan pengawasan seperti Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ada di bawah naungan Kementerian Keuangan.Setidaknya terdapat empat hal yang berperan besar agar keberlangsungan suatu organisasi dapat terus dipertahankan. Pertama, peran pimpinan dalam memberikan arahan dengan tegas, cepat, namun bijak, sehingga efektif mengurangi risiko dan penyebaran dampak yang lebih luas. Kedua, adanya pondasi manajemen kinerja dan SDM yang kuat, ditambah dengan adanya kebijakan organisasi yang memungkinkan bekerja dengan teknologi. Ketiga adalah komunikasi yang baik secara eksternal maupun internal organisasi, Terakhir, yaitu harus ada komitmen yang kuat dari level pimpinan sampai dengan pegawai untuk bekerja secara optimal dan bertanggungjawab, rasa korsa yang tinggi, serta meyakini bahwa apa yang dilakukannya akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan organisasi.

Dalam segala kondisi, Negara harus tetap hadir menjamin seluruh rakyat terpenuhi kebutuhan dasarnya, termasuk Kementerian Keuangan juga tetap menyediakan layanan

secara elektronik agar Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dapat mengajukan pencairan anggaran kepada KPPN di seluruh Indonesia.

Salah satu yang dilaksanakan di KPPN lingkup Prov. Bangka Belitung dan tentu saja seluruh KPPN di Indonesia adalah melakukan prioritas pelayanan seperti pembayaran tagihan dalam rangka penanganan darurat COVID-19, pembayaran belanja pegawai dan PPNPN, Pembayaran belanja bantuan pemerintah dan bantuan sosial, serta pembayaran belanja mendesak lainnya. Pencairan dana di KPPN dilaksanakan di Kantor dengan tetap menjaga jarak ideal (physical distancing), hal tersebut karena tidak dapat diselesaikan di rumah, pegawai bergantian untuk bisa melakukan work from home, demi terjaga dan terselenggaranya tugas dan fungsi KPPN. Adapun mekanisme layanan pencairan Dana sedikit berbeda, karena dilakukan tanpa tatap muka dimana KPPN memproses SPM Elektronik yang masuk ke email pada pukul 07.30-12.00.Selain itu kantor memastikan standar keamanan, seperti tersedianya hand sanitizer, masker dan menyediakan wastafel tambahan di beberapa titik untuk memastikan pegawai mendapatkan akses yang mudah untuk cuci tangan demi menjaga kesehatan para pegawai di lingkungan Kanwil dan seluruh KPPN di Prov. Bangka Belitung.

M.L. Astri Prehtin Noviana, Kasubbag Kepegawaian, Kanwil DJPb Prov. Bangka Belitung