Inovasi Manajemen Rumah Sakit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

manajemen Rumah Sakit

Citation preview

1

BAB IVPEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori manajemen keperawatan dengan aplikasi manajemen yang ada di Poli KIA Puskesmas Sukatani. Dalam bab ini akan dijelaskan pula tentang proses manajemen keperawatan yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa sejak minggu pertama sampai minggu keempat praktik. Proses manajemen diawali dengan pengkajian, identifikasi masalah, penyusunan Plan of Action (POA), implementasi, dan evaluasi.

4.1 Kesenjangan Teori dan Penyelesaian

4.1.1 Upaya Pencapaian MDGS Melalui Asuhan Keperawatan Komunitas

Millenium Development Goals (MDGs) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yaitu: (1) Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, (2) Mencapai pendidikan dasar untuk semua, (3) Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, (4) Menurunkan angka kematian anak, (5) Meningkatkan kesehatan ibu, (6) Memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, (7) Kelestarian lingkungan hidup dan (8) Membangun kemitraan global dalam pembangunan.

Tujuan pembangunan kesehatan global salah satunya dengan mengurangi angka kematian bayi (AKB). Sesuai dengan target seluruh dunia dalam meningkatkan kesehatan Ibu hamil serta mengurangi angka kematian bayi yang sebutkan dalam Millenium Development Goals and Targets dalam Millennium Declaration yang di tandatangani oleh 187 Negara pada September 2000 (MDGs dalam Kusmiran, 2011). MDGS yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, menegaskan bahwa pada tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Tujuan keempat dari MDGs adalah menurunkan angka kematian bayi dengan mengurangi dua pertiga dari angkat tingkat kematian anak dengan indikatornya yaitu menurunnya angka kematian bayi (AKB) 34/1000 kelahiran hidup.

Indonesia sebagai salah satu anggota PBB, memiliki dan ikut melaksanakan komitmen tersebut dalam upaya untuk mensejahterakan masyarakat. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIKUI) sebagai bagian dari generasi muda negara kesatuan Republik Indonesia juga ikut serta mendukung komitmen pemerintah tersebut. Program dan kegiatan yang sedang dilaksanakan Mahasiswa FIKUI bertujuan untuk mencapai target MDGs terutama dalam bidang kesehatan melalui praktik profesi Keperawatan Komunitas yang sedang berlangsung di Kelurahan Sukatni, Kecamatan Cimanggis Depok saat ini.

Pembangunan Millenium yang ditargetkan untuk dapat dicapai pada tahun 2015 dapat dijadikan sebagai salah satu pemacu dan semangat untuk dapat melakukan upaya yang lebih baik dalam penanganan permasalahan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Salah satu upaya pemerintah dalam mencapai target MDGS menurunkan angka kematian bayi dengan mengurangi dua pertiga dari angkat tingkat kematian anak dengan indikatornya yaitu menurunnya angka kematian bayi dan angka kematian ibu di Indonesia. Pemerintah berupaya untuk menurunkan Aangka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu melalui program pilar Safe Motherhood yang betujuan untuk menjamin semua wanita untuk memperoleh pelayanan yang dibutuhkan secara aman dan sehat selama kehamulan dan persalinan (Kusmiran, 2012). Penatalaksaan Safe Motherhood di Indonesia dilaksanakan melalui empat pilar Safe Motherhood. Empat pilar tersebut antara lain KB, perawatan antenatal, persalinan yang bersih dan aman, serta perawatan obstetrik esensial. Keempat intervensi strategis perlu dilaksanakan lewat pelayanan dasar bersendikan kesetaraan hak dan status wanita. Selain kehamilan yang berisiko bagi ibu, kehamilan juga dapat beresiko bagi bayi. Sebagian besar kematian bayi baru lahir terjadi akrena infeksi pada saat kelahiran atau segera setelah melahirkan. Sehingga safe motherhood bukan hanya untuk mrnurunkan angka kematian ibu, naum juga untuk menurunkan angka kematian bayi.

Kesehatan bukan hanya masalah kota Depok saja maupun Indonesia, tetapi juga merupakan masalah dunia. Upaya pemerintah dalam rangka mencapai target MDGS adalah melalui pelayanan untuk kesehatan ibu dan anak di Poli KIA diseluruh Puskesmas di Indonesia. Dilihat dari berbagai program dan kegiatan yang sudah dilaksanakan dan besarnya usaha masyarakat yang sudah diberdayakan, kesehatan di Kelurahan Sukatani tetap masih menjadi permasalahan yang tidak mudah untuk diatasi, walaupun jumlah fasilitas kesehatan sudah mulai diperbanyak dan diperbaharui. Hal tersebut dapat terjadi antara lain karena upaya penanggulangan kesehatan merupakan upaya terpadu yang harus dilakukan oleh semua pihak termasuk juga masyarakat Kelurahan Sukatani itu sendiri dengan komitmen yang kuat dari semua unsur pimpinan baik Pemerintah, organisasi masyarakat dan kelompok masyarakat. Puskesmas merupakan salah satu fasilitas pelayanan terdekat disebuah wilayah. Sukatani merupakan salah satu wilayah di Depok yang terdiri dari 26 RW dan sangat luas. Geografis wilayah Sukatani inilah yang membuat masyarakat sukatani memiliki keberagaman sosial, ekonomi, dan budaya. Kepercayaan yang dianut masyarakat pun berbeda-beda. Sebagian besar masyarakatnya telah memahami betul bagaimana cara menangani masalah kesehatan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia di wilayah Sukatani, yakni puskesmas. Namun luasnya wilayah Sukatani dmenjadi hambatan bagi masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yakni Puskesmas Sukatani. Sehingga, meskipun pemerinta sudah berupaya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, tetap saja masih banyak masyarakat Sukatani yang belum mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang terjangkau. Peran tenaga kesehatan untuk lebih aktif dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan melakukan kunjungan rumah sangat diharapkan. Selain itu, pemerintah perlu mengevaluasi kembali program-program yang teah di buat dan diturunkan menjadi program wajib puskesmas, apakah telah sesuai dan dijalankan dengan baik oleh tenaga kesehatan ataukah hanya sekedar menjadi targetan kosong yang belum mampu dijalankan oleh tenaga kesehatan. 2.1 Aplikasi Konsep Keperawatan KomunitasKeperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat. ANA (1980) menyatakan bahwa keperawatan komunitas adalah keperawatan yang berfokus pada upaya promosi dan pelayanan yang menyeluruh untuk meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat yang dipengaruhi antara masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan menurut APHA (1994), keperawatan komunitas berfokus pada masyarakat dengan tujuan promosi kesehatan komunitas, hal ini yang menjadi perbedaan dengan praktek-praktek yang lainnya seperti promosi yang berfokus pada masyarakat, kolaborasi dengan berbagai ilmu dan tindakan serta kebijakan pengembangannya.Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang berperan sebagai agen untuk meningkatkan status kesehatan masyaakat. Perawat kesehatan masyarakat berfokus pada meningkatkan dan membina status kesehatan keluarga melalui lima tugas perkembangan keluarga. Tugas kesehatan keluarga terkait masalah ketidakefektifan pemberian ASI meliputi, 1)mengenal, 2)mengambil keputusan, 3)kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, 4)kemampuan memodifikasi lingkungan, 5)kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan, apa saja yang diperoleh dari Posyandu/Puskesmas/Rumah Sakit. Yang selanjutkan akan dievaluasi melalui tingkat kemandirian keluarga dievaluasi menggunakan 7 kriteria evaluasi yakni (a) keluarga menerima petugas kesehatan, (b) keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, (c) keluarga menyatakan masalah kesehatan secara benar, (d) keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai dengan anjuran, (e) keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, (f) keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif, (g) keluarga melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Keluarga berada di tingkat kemandirian I apabila memenuhi kriteria 1 dan 2; tingkat kemandirian II apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5; tingkat kemandirian III apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 6; dan tingkat kemandirian IV apabila keluarga memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7.

Model teori Neuman menemukan dan menggambarkan saling berhubungannya empat konsep: manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan yang didalamnya terdapat lima hubungan : psikologi, fisik, sosialkultural, developmental dan spiritual. Menurut WHO (1974), perawatan kesehatan masyarakat adalah selain mencakup perawatan kesehatan keluarga juga memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain.Teori keperawatan Betty Neuman (Stanhoppe & Lanchaster, 1996) merupakan model keperawatan komunitas yang menekankan pada pendekatan system untuk mengatasi masalah kesehatan. Teori ini merupakan model keperawatan komunitas yang dijadikan sebagai acuan dan disusun berdasarkan teori yang berhubungan dengan kesehatan di masyarakat. Model system Neuman didasari oleh teori system yang terdiri dari individu, keluarga, kelompok, dan komunitas yang merupakan target pelayanan kesehatan. Teori komunitas Betty Neuman tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:Model sistem Neuman di atas menggambarkan bahwa komunitas adalah suatu system terbuka yang mempunyai sumber energi sebagai inti yang dikelilingi oleh 3 lapisan lingkaran yang berfungsi sebagai garis pertahanan. Sumber energi tersebut terdiri dari 5 variabel yang saling mempengaruhi yaitu biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual. Masing-masing variabel memiliki respon yang unik terhadap stressor, dimana respon yang dihasilkan dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam komunitas. Inti merupakan kemampuan dasar untuk terus bertahan, seperti kemampuan komunitas menggunakan sumber alam. Tiga lapisan sistem pertahanan yang mengelilingi inti bertujuan untuk melindungi infrastruktur atau sumber energi, dari stressor yang dapat mempengaruhi komunitas. Stressor dapat datang dari lingkungan dalam maupun luar. Stressor dari dalam misalnya jumlah penduduk yang tinggi, penghasilan penduduk yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah, dan lain-lain, sedangkan stressor eksternal meliputi bencana alam, perang, dan sebagainya.Lingkungan eksternal dan internal juga dapat mempengaruhi derajat kesehatan komunitas. Lingkungan internal yaitu dari dalam diri individu, keluarga, dan masyarakat, seperti sumber daya individu, keluarga, maupun masyarakat, sedagkan lingkungan eksternal yaitu lingkungan yang terdapat di luar individu, keluarga, dan masyarakat, dapat berupa fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan derajat kesehatan, seperti fasilitas kesehatan, sarana transportasi, fasilitas rekreasi, dan lain sebagainya. Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan kepada masyarakat lebih menekankan kepada upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif. Ada empat tingkatan sasaran dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat yaitu individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat.Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Tujuan dari praktik keperawatan masyarakan adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Effendi, 2009).

Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut: pertama yaitu memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat. Kegiatan kedua memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kegiatan ketiga melakukan konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi. Kegiatan keempat melalui bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi. Kegiatan kelima dengan melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut. (Stanhope & Lancaster, 2004).

Kegiatan keenam yaitu penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kegiatan ketujuh sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan. Kegiatan kedelapan melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan. Kegiatan kesembilan mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas. Kegiatan kesepuluh yaitu mengadakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait dan terakhir memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).

Perawat keluarga memiliki beberapa peran dalam membantu mengatasi masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga. Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan bertujuan untuk memberdayakan keluarga dalam pengambilan keputusan dan menangani persoalan yang penting untuk kesehatan atau kesejahteraan di dalam keluarga. Perawat keluarga perlu melakukan tahapan-tahapan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi tindakan dalam proses penyelesaian masalah (Anderson & McFarlane, 2007).Sukatani merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan masyarakat yang beragam (heterogen). Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Perkotaan memiliki karakteristik yaitu besarnya peranan kelompok sekunder, anonimitas merupakan ciri kehidupan masyarakatnya, heterogen, mobilitas sosial tinggi, tergantung pada spesialisasi, hubungan antara orang satu dengan yang lain lebih didasarkan atas kepentingan daripada kedaerahan, lebih banyak tersedia lembaga atau fasilitas untuk mendapatkan barang dan pelayanan, serta lebih banyak mengubah lingkungan (Indrizal, 2006). Masyarakat perkotaan memiliKonsep asuhan keperawatan komunitas bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan individu, namun juga berperan untuk meningkatkan status kesehatan keluarga sebagai subsistem dari masyarakat wilayah Sukatani. Hal inilah yang menjadi kendala bagi perawat di Puskesmas Sukatani untuk mengaplikasikan tujuan dari keperawatan komunitas di wilayah Sukatani. Setelah dilakukan pengkajian, hanya terdapat 21 tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, 4 bidan dan 3 perawat di Puskesmas Sukatani. Sementara itu, Sukatani memiliki wilayah yang sangat luas yang terdiri dari 26 RW. Dapat dibayangkan dengan minimnya tenaga kesehatan yang tersedia, menjadi hal uang mustahil dapat menjalankan pogram kesehatan yang telah diturunkan oleh pemerintah serta menjangkau seluruh masyarakat untuk meningkatkan status kesehata masyarakat di Kelurahan Sukatani. Hal inilah yeng kemudian menjadi penyebab sulitnya mencapai target MDGS dalam rangka menurunkan AKI dan AKB di Indonesia. Tenaga kesehatan yang minim menyebabkan ketidakmampuan tenaga kesehatan untuk menjalankan upaya preventif dan promotif kemasyarakat melalui program-program yang ditelah diturunkan oleh pemerintah, khususnya di Poli KIA. Oleh karena itu, selain upaya pemerintah dan tenaga kesehatan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat sangat diperlukan kerja sama dari masyarakat untuk dapat mensukseskan program yang telah biupayakan oleh pemerintah, melalui program pembinaan kader yang berkala yang betujuan untuk membina kader menjadi perpanjangan tangan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Sukatani. 4.1.2 Aplikasi Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan

Manajemen adalah proses koordinasi dan integrasi dari berbagai sumber daya melalui planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), staffing (kepegawaian), directing (pengarahan), dan controlling (pengendalian) untuk menyelesaikan tujuan institusional yang spesifik (Huber, 2006). Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menggunakan/menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan dan pelayanan (Huber, 2006). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2008).

Konsep manajemen dalam keperawatan telah menjadi bagian penting bagi keberlangsungan dunia keperawatan, baik dalam pelayanan maupun asuhan keperawatan. Efektif atau tidaknya pengaplikasian proses tersebut menjadi hal yang perlu diperhatikan, yaitu terkait cara menjalankan fungsi manajemen. Menurut Swanburg (2000), ketrampilan manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu: (1) Keterampilan intelektual yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori dan keterampilan berfikir (2) Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik (3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok. Pelaksanaan manajemen keperawatan di Puskesmas Sukatani khususnya di Poli KIA ini melalui beberapa tahapan fungsi manajemen keperawatan yakni perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian, pengarahan dan fungsi pengendalian. 1. Fungsi Manajemen Keperawatan

Manajemen memiliki lima fungsi antara lain planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), staffing(kepegawaian),directing(pengarahan),controlling (pengendalian/evaluasi). Kelima fungsi ini membentuk suatu proses manajemen keperawatan yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, staffing, pengarahan dan pengendalian.a. Planning(Perencanaan)Fungsiperencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan merupakan gambaran apa yang akan dicapai, persiapan pencapaian tujuan, rumusan suatu persoalan untuk dicapai, serta persiapan tindakan-tindakan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Planning adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya (Swanburg, 2000). Dibidang keperawatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah keperawatan baik dalam pelayanan maupun asuhan, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Hal-hal penting yang perlu dicermati dalam perencanaan yaitu sistem yang terdiri input, proses, output, dan outcomes.Prosesnya dimulai dengan menyusun hasil, outcomes, atau output yang diharapkan, lalu identifikasi proses yang dibutuhkan untuk mencapai hasil tersebut, serta kemudian identifikasi input atau sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan proses tersebut (Huber, 2006). Perumusan perencanaan yang baik harus meliputi penetapan visi, misi, pernyataan filosofi, sasaran, tujuan, kebijakan, dan prosedur atau peraturan.

Puskesmas memiliki visi dan misi yang jelas dan tercapai untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat diwilayah Sukatani. Puskesmas memiliku program-program kesehatan yang diturunkan pada setiap bidang pelayanan kesehatan di Puskesmas Sukatani. Perencanaan program-program kesehatan tersebut direncanakan setiap satu tahun sekali diawal tahun. Rapat penyususnan dan perencanaan program kesehatan Puskesmas Sukatani dihadiri oleh seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Sukatani, khususnya Kepala Bidang Kesehatan yang bertugas. Kepala Bidang Poli KIA dipegang oleh Bidan dan terdiri dari 3 bidan lainnya. Program Poli KIA di turunkan dari program pemerintah dalam rangka mencapai target MDGS yakni menurunkan AKI dan AKB di Indonesia melalui empat pilar Safe Motherhood. Program yang dijalankan oleh Poli KIA bertjuan untuk menjaga serta meningkatkan status kesehatan Ibu dan Anak dari semenjak hamil sampai dengan pasca melahirkan.

Ruangan poli KIA Puskesmas Sukatani terdiri dari dua ruangan, yaitu ruangan KIA untuk pemeriksaan ibu hamil dan KB serta ruangan untuk imunisasi. Berdasarkan hasil observasi ruangan ini belum mempunyai visi dan misi serta nilai dan keyakinan yang menjadi acuan selama melaksanakan tugas. Sebagai acuan poli KIA masih merujuk ke visi misi puskesmas Sukatani. Tujuan organisasi ruang rawat belum terkaji hingga saat ini. Peraturan yang berlaku di poli KIA lebih ke peraturan terhadap tanggung jawab personal dari tenaga KIA selama menjalankan tugas.

Rencana kegiatan poli KIA dibuat setiap satu tahun sekali. Kegiatan terdiri dari kegiatan harian dan bulanan. Harian kegiatan di Poli KIA adalah Senin: pemeriksaan Ibu hamil, Selasa: KB, Rabu: Imunisasi, Kamis: Pemeriksaan Ibu hamil, Jumat: KB, dan Sabtu: Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja. Selain itu, terdapat pula rencana kegiatan yaitu kunjungan keluarga. Kunjungan dilakukan kepada keluarga yang mempunyai resiko baik resiko tinggi terhadap kehamilan ataupun balita. Kegiatan bulanan yang direncanakan adalah kelas Ibu hamil yang direncanakan dilakukan satu bulan sekali di akhir bulan pada hari senin atau kamis. Pembuatan rencana kegiatan dilakukan bersama-sama kepala poli KIA beserta staf dan didampingi oleh kepala puskesmas. Perencanaan dibuat pada akhir tahun setelah rapat tahunan. Program tahunan yang dimiliki oleh KIA adalah Kelas Ibu Hamil yang dilaksanakan setiap bulannya. Serta pendokumentasian yang tertata rapi di buku kohor sebagai laporan pencapaian target dari Puskesmas Sukatani.b. Organizing(Pengorganisasian)

Pengorganisasian merupakan pengaturan yang meliputi mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat-alat, keuangan dan fasilitas. Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999). Setelah membuat perencanaan yang tepat, struktur pengorganisasian perlu dibuat atau ditetapkan. Struktur yang dibuat harus berdasarkan prinsip-prinsip pengorganisasian. Pengorganisasian merupakan tahapan setelah perencanaan dimana pada tahap ini perencanaan diimplementasikan, hubungan didefinisikan, menguraikan prosedur menurut perencanaan, menyiapkan peralatan, dan pembagian tugas (Marquis & Huston, 2000). Beberapa konsep penting harus diterapkan agar pengorganisasian menjadi efektif, antara lain spesialisasi kerja, rantai komando, penguasa atau otoritas, delegasi, rentang kendali, dan sentralisasi versus desentralisasi. Kegiatannya dalam keperawatan meliputi menetapkan struktur organisasi, menentukan model penugasan keperawatan sesuai dengan keadaan klien dan ketenagaan, mengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan unit, bekerja dalan struktur organisasi yang telah ditetapkan dan memahami serta menggunakan kekuasaan dan otoritas yang sesuai.

Berdasarkan observasi mahasiswa ditemukan bahwa ruangan KIA sudah tertata cukup rapih. Namun beberapa bagian tampak sangat padat terutama tempat pemeriksaan antenatal sangat sempit karena kondisi rungan yang kecil. Berdasarkan observasi, ruangan KIA sudah lebih tertata dengan baik tertutama dari tempat penyimpanan alat-alat medis dibanding ruangan yang lain

Struktur organisasi di poli KIA terdiri dari kepala/koordinator ruangan, dan penanggungjawab dari masing-masing program. Keputusan tersebut dibuat oleh koordinator ruangan KIA. Tidak ada kriteria khusus dalam pemilihan penanggungjawab masing-masing program tersebut. Tugas dari penanggungjawab bertugas untuk menjalankan dari program yang sudah dibentuk di poli KIA, sedangkan koordinator bertugas memantau setiap program serta turun langsung ketika tenaga staf kurang.

Jadual dinas di poli KIA telah ditetapkan oleh koordinator ruangan untuk masuk pagi semua, karena memang puskesmas Sukatani tidak termasuk puskesmas yang buka 24 jam. Pada setiap dinas tidak semua tenaga kesehatan berada langsung memberikan asuhan diruangan karena ada yang bertugas diluar puskesmas seperti datang pada kegiatan posyandu. Minimnya tenaga kesehatan yang bertugas, sehingga bila ada yang bertugas diluar puskesmas, pelayanan dirungan hanya terdapat satu/dua tenaga kesehatan yang terdiri dari bidan dan/atau perawat. Apabila terjadi kekurangan staf, koordinator poli akan langsung turun tangan melayani pasien dan minta bantuan dari tenaga kesehatan poli lain yang sedang tidak bertugas.

c. Staffing(Kepegawaian)

Staffingmerupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.Tenaga kesehatan yang bekerja di poli KIA ini terdiri dari 3 orang bidan dan 1 orang perawat. Tingkat pendidikan bidan terdiri dari 1 bidan lulusan D1 dan dua bidan lulusan D3, serta satu perawat lulusan D3. Tenaga kesehatan di poli KIA juga sudah sangat profesional selama menjalankan tugas.

d. Directing (pengarahan)

Pengarahan (Direction) adalah keinginan untuk membuat orang lain mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau kekuasaan jabatan secara efektif. Tujuannya adalah agar tugas-tugas dapat terselesaikan dengan baik. Pengarahan ini dilakukan dengan oleh seorang pemimpin. Seorang manajer yang baik hendaknya sering memberi masukan-masukan kepada anggotanya karena hal tersebut dapat menunjang prestasi kerja anggota. Peran dalam pengarahan meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik, pendelegasian,cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi.Metode penugasan yang dilakukan di poli KIA tidak terlalu khusus, maksudnya apabila ada dua tenaga kesehatan dalam ruangan, satu orang akan bertugas melakukan pendokumentasian, satu orang lainnya melakukan pemeriksaan atau asuhan dan saling bekerja sama bila tindakan memerlukan asistensi. Namun bila hanya dinas sendiri pendokumentasian dan tindakan dilakukan langsung oleh satu orang. Setiap bidan sudah mempunyai jobdesc masing-masing namun masih ada beberapa bidan yang belum melaksanakan tanggung jawab dengan baik, terutama dari segi pendokumentasian yang terlihat ada beberapa bulan yang tidak lengkap laporannya.Pelatihan-pelatihan juga sering diikuti oleh bidan di poli KIA. Koordinator ruangan juga selalu memberikan informasi terkait dengan hal-hal baru yang didapatkan diluar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu tenaga kesehatan terutama di poli KIA. Koordinator di ruangan poli juga melakukan pendelegasian kepada staf untuk menghadiri rapat dengan puskesmas sewilayah Depok apabila itu memang diperlukan. Biasanya pendelegasian dilakukan secara lisan kepada staf terkait.Koordinator ruangan poli KIA merupakan seseorang yang sangat terbuka dan bijak dalam membuat keputusan. Setiap staf yang mempunyai masalah dengan pekerjaan yang sudah ditentukan, koordinator ruangan membuka peluang bagi staf untuk berdiskusi untuk memecahkan masalah tersebut. Begitupun staf yang masih baru yang masih membutuhkan bimbingan selama bertugas, koordinator akan membimbing staf tersebut dengan senang hati.e. Controlling (pengendalian)

Pengendalian atau pengawasan merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang-orangnya, cara dan waktunya tepat. Dalam fungsi pengendalian, meliputi penilaian kinerja staf, pertanggung jawaban kinerja, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.Berdasarkan wawancara belum ada program khusus dari puskesmas untuk melakukan pelatihan terhadap staf. Selama ini staf puskesmas masih mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak luar. Timbang terima di ruangan masih belum dilakukan secara rutin. Begitupun pre dan post conference juga belum pernah dilakukan. Timbang terima dilakukan apabila memang ada temuan-temuan kasus baru di masyarakat yang perlu dikunjungi oleh pihak puskesmas, namun hal ini masih bersifat sharing antara staf poli KIA.

Kebijakan-kebijakan puskesmas sudah tertulis dan dirangkum di sebuah buku, yang mana berisi tentang SAP, program-program puskesmas, serta kebijakan puskesmas. Pada buku tersebut sudah lengkap tertulis kebijakan dari masing-masing poli. Audit ruangan dilakukan pada saat rapat seluruh staf puskesmas. Untuk waktu pelaksanaan audit belum terkaji hingga saat ini. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh staf tidak ada hukuman khusus, namun akan diselesaikan oleh koordinator secara terbuka dan kekeluargaan.

4.2 Analisa Masalah dan Penyelesaian4.2.1 Pengkajian Poli KIA

Pengkajian di Puskesmas Sukatani khususnya poli KIA dilakukan pada tanggal 12 Mei-17 Mei 2014. Pengkajian tersebut dilakukan melalui observasi, wawancara kepada staf poli KIA, dan menyebar kuesioner. Ruangan poli KIA Puskesmas Sukatani terdiri dari dua ruangan, yaitu ruangan KIA untuk pemeriksaan ibu hamil dan KB serta ruangan untuk imunisasi. Berdasarkan hasil observasi ruangan ini belum mempunyai visi dan misi serta nilai dan keyakinan yang menjadi acuan selama melaksanakan tugas. Sebagai acuan poli KIA masih merujuk ke visi misi puskesmas Sukatani. Tujuan organisasi ruang rawat belum terkaji hingga saat ini. Peraturan yang berlaku di poli KIA lebih ke peraturan terhadap tanggung jawab personal dari tenaga KIA selama menjalankan tugas.Rencana kegiatan poli KIA dibuat setiap satu tahun sekali. Kegiatan terdiri dari kegiatan harian dan bulanan. Harian kegiatan di Poli KIA adalah Senin: pemeriksaan Ibu hamil, Selasa: KB, Rabu: Imunisasi, Kamis: Pemeriksaan Ibu hamil, Jumat: KB da Sabtu: Kesehatan Reproduksi Remaja. Terdapat pula rencana kegiatan yaitu kunjungan keluarga. Kunjungan dilakukan kepada keluarga yang mempunyai resiko baik resiko tinggi terhadap kehamilan ataupun balita. Kegiatan bulanan yang direncanakan adalah kelas Ibu hamil yang direncanakan dilakukan satu bulan sekali di akhir bulan pada hari senin atau kamis. Pembuatan rencana kegiatan dilakukan bersama-sama kepala poli KIA beserta staf dan didampingi oleh kepala puskesmas. Perencanaan dibuat pada akhir tahun setelah rapat tahunan.Jumlah pasien yang berkunjung ke poli KIA setiap hari rata-rata 4-15 pasien. Pasien yang datang terdiri dari ibu hamil, ibu dengan bayi berusia kurang dari 1 tahun, dan ibu yang akan melakukan program KB. Selain itu ibu-ibu yang mempunyai masalah di bagian reproduksi juga berkunjung ke poli KIA.

Tenaga kesehatan yang bekerja di poli KIA ini terdiri dari 3 orang bidan dan 1 orang perawat. Tingkat pendidikan bidan terdiri dari 1 bidan lulusan D1 dan dua bidan lulusan D3, serta satu perawat lulusan D3. Tenaga kesehatan di poli KIA juga sudah sangat profesional selama menjalankan tugas.

Berdasarkan observasi mahasiswa ditemukan bahwa ruangan KIA sudah tertata cukup rapih. Namun beberapa bagian tampak sangat padat terutama tempat pemeriksaan antenatal sangat sempit karena kondisi rungan yang kecil. Berdasarkan observasi, ruangan KIA sudah lebih tertata dengan baik tertutama dari tempat penyimpanan alat-alat medis dibanding ruangan yang lain.

POA kegiatan telah dibuat dan diajukan, salah satunya POA kelas hamil. Pengajuan dana sudah diberikan namun dana yang diajukan tidak turun secara rutin, sehingga menghambat rencana kegiatan. Perencanaan peserta kelas ibu hamil peserta di undang satu bulan sebelumnya ketika melakukan pemeriksaan ANC, namun karena waktu pelaksanaan kegiatan yang tidak menentu peserta kelas ibu hamil adalah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC pada saat pelaksanaan kelas ibu hamil.

Struktur organisasi di poli KIA terdiri dari kepala/koordinator ruangan, dan penanggungjawab dari masing-masing program. Keputusan tersebut dibuat oleh koordinator ruangan KIA. Tidak ada kriteria khusus dalam pemilihan penanggungjawab masing-masing program tersebut. Tugas dari penanggungjawab bertugas untuk menjalankan dari program yang sudah dibentuk di poli KIA, sedangkan koordinator bertugas memantau setiap program serta turun langsung ketika tenaga staf kurang.

Jadual dinas di poli KIA telah ditetapkan oleh koordinator ruangan untuk masuk pagi semua, karena memang puskesmas Sukatani tidak termasuk puskesmas yang buka 24 jam. Pada setiap dinas tidak semua tenaga kesehatan berada langsung memberikan asuhan diruangan karena ada yang bertugas diluar puskesmas seperti datang pada kegiatan posyandu. Minimnya tenaga kesehatan yang bertugas, sehingga bila ada yang bertugas diluar puskesmas, pelayanan dirungan hanya terdapat satu/dua tenaga kesehatan yang terdiri dari bidan dan/atau perawat. Apabila terjadi kekurangan staf, koordinator poli akan langsung turun tangan melayani pasien dan minta bantuan dari tenaga kesehatan poli lain yang sedang tidak bertugas.

Metode penugasan yang dilakukan di poli KIA tidak terlalu khusus, maksudnya apabila ada dua tenaga kesehatan dalam ruangan, satu orang akan bertugas melakukan pendokumentasian, satu orang lainnya melakukan pemeriksaan atau asuhan dan saling bekerja sama bila tindakan memerlukan asistensi. Namun bila hanya dinas sendiri pendokumentasian dan tindakan dilakukan langsung oleh satu orang. Setiap bidan sudah mempunyai jobdesc masing-masing namun masih ada beberapa bidan yang belum melaksanakan tanggung jawab dengan baik, terutama dari segi pendokumentasian yang terlihat ada beberapa bulan yang tidak lengkap laporannya.

Pelatihan-pelatihan juga sering diikuti oleh bidan di poli KIA. Koordinator ruangan juga selalu memberikan informasi terkait dengan hal-hal baru yang didapatkan diluar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu tenaga kesehatan terutama di poli KIA. Koordinator di ruangan poli juga melakukan pendelegasian kepada staf untuk menghadiri rapat dengan puskesmas sewilayah Depok apabila itu memang diperlukan. Biasanya pendelegasian dilakukan secara lisan kepada staf terkait.

Koordinator ruangan poli KIA merupakan seseorang yang sangat terbuka dan bijak dalam membuat keputusan. Setiap staf yang mempunyai masalah dengan pekerjaan yang sudah ditentukan, koordinator ruangan membuka peluang bagi staf untuk berdiskusi untuk memecahkan masalah tersebut. Begitupun staf yang masih baru yang masih membutuhkan bimbingan selama bertugas, koordinator akan membimbing staf tersebut dengan senang hati.

Berdasarkan wawancara belum ada program khusus dari puskesmas untuk melakukan pelatihan terhadap staf. Selama ini staf puskesmas masih mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak luar. Timbang terima di ruangan masih belum dilakukan secara rutin. Begitupun pre dan post conference juga belum pernah dilakukan. Timbang terima dilakukan apabila memang ada temuan-temuan kasus baru di masyarakat yang perlu dikunjungi oleh pihak puskesmas, namun hal ini masih bersifat sharing antara staf poli KIA.

Kebijakan-kebijakan puskesmas sudah tertulis dan dirangkum di sebuah buku, yang mana berisi tentang SAP, program-program puskesmas, serta kebijakan puskesmas. Pada buku tersebut sudah lengkap tertulis kebijakan dari masing-masing poli. Audit ruangan dilakukan pada saat rapat seluruh staf puskesmas. Untuk waktu pelaksanaan audit belum terkaji hingga saat ini. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh staf tidak ada hukuman khusus, namun akan diselesaikan oleh koordinator secara terbuka dan kekeluargaan.4.2.2 Identifikasi Masalah

Setelah melakukan pengkajian di Poli KIA, kami menemukan beberapa masalah manajemen keperawatan. Masalah potensial yang ada di Poli KIA adlah ketidakefektifan pelaksanaan program Poli KIA kelas ibu hamil dan Efektifitas penggunaan Pojok ASI. Ketidakefektifan pelaksanaan program Kelas Ibu hamil dan Ruang Pojok ASI ini disebabkan kurangnya taham-tahap manajemen keperawatan yang belum secara optimal dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang bertugas di Poli KIA. Perencaan prgram telah dilakukan diawal tahun dan telah direncanakan tenaga kesehatan yang bertugas menjalankan program kelas ibu hamil serta efektifitas penggunaan pojok ASI. Namun, setelah dilakukan pengkajian melalui penyebaran kuesioner, observasi, dan wawancara kepada pasien yang melakukan kunjungan ke Poli KIA.Permasalahan yang terjadi ini disebabkan oleh kurangnya tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas khususnya Poli KIA. Karena selain tenaga kesehatan harus bekerja di pelayanan yang dibuka sejak Senin sampai dengan Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB, tenaga kesehatan juga harus bertugas dilapangan untuk mengikuti pelaksanaan Posyandu di Seluruh RW di wilayah Sukatani. Posyandu rutin dilaksanakan setiap harinya sesuai dengan tanggal yang telah diatur dan ditetapkan selama satu bulan kedepan. Dengan tenaga kesehatan yang minim, tenaga kesehatan harus bekerja dilayanan serta bekerja di lapangan. Perumusan masalah pertama yaitu belum optimalnya pengadaan kelas ibu hamil. Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan Poli KIA, mengatakan bahwa program kelas ibu hamil belum mempunyai kurikulum tertentu. Selain itu manajemen pelaksanaannya tidak menentu karena terhalang dengan pengadaan dana dan banyaknya program kerja dari masing-masing staf, sehingga untuk kelas ibu hamil yang seharusnya dilaksanakan satu kali sebualn menjadi tidak terlaksana sama sekali.

Perumusan masalah yang kedua yaitu belum optimalnya pemanfaatan pojok ASI di Poli KIA. Data observasi menunjukkan bahwa lokasi pojok ASI berada di lantai 2, sedangkan poli KIA sendiri berada di lantai 1. Selain itu, tidak ada papan penunjuk tentang keberadaan pojok ASI di Poli KIA. Wawancara yang dilakukan mahasiswa dengan beberapa pengunjung yang membawa bayi, mereka mengatakan kesulitan ketikan akan memberikan ASI kepada anaknya. Mereka cendrung malu ketika harus menyusui bayinya ditempat umum. Selain itu, rata-rata mereka belum tahu bahwa puskesmas Sukatani menyediakan ruangan tempat menyusui di lantai 2.

Tenaga kesehatan yang minim itulah yang menjadi kendala bagi tenaga kesehatan di Puskesmas khususnya tenaka kesehatan di Poli KIA untuk dapat menjalankan program bulana yang telah di rencanakan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa FIK UI yang sedang melakukan praktek manajemen keperawatan di Poli KIA Puskesmas Sukatani. Bagaimana mahasiswa menciptakan program inovasi dengan segala keterbatasan yang ada untuk mengefektifitaskan program kelas ibu hamil serta pemanfaatan pojok ASI di Puskesmas Sukatani. 4.2.3 Implementasi

Rencana kegiatan yang telah disepakati di atas akan diimplementasikan oleh mahasiswa bersama dengan petugas di Poli KIA. Dalam melaksanakan impelementasi, mahasiswa mendapatkan pengarahan dan bimbingan dari Kepala Puskesmas Sukatani, Kepala Bidang Poli KIA dan pembimbing klinik mahasiswa. Pengarahan ini berfungsi agar mahasiswa memahami apa yang diharapkan oleh ruangan serta menjadi pedoman dalam bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan bersama yaitu kebersihan dan kenyamanan ruangan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Douglas (1975) dalam Swansburg (2000) bahwa pengarahan adalah pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja memahami apa yang diharapkan darinya dan pedoman serta pandangan pekerja sehingga ia dapat bekerja dan berperan secara efektif dan efeisien untuk mencapai tujuan organisasi. Langkah awal yang dilakukan untuk mengimplementasikan rencana kegiatan yang telah disepakati bersama yaitu pembuatan perencanaa kelas ibu hamil seperti pembuatan kurikulum, penyusunan materi untuk kelas Ibu hamil serta membuat kartu keanggotaan untuk Ibu yang mengikuti kelas ibu hamil; menempelkan poster ASI, pembuatan leaflet tentang Asi Eklusif; menempelkan poster untuk mempublikasikan Pojok ASI; serta melatih tenaga kesehatan untuk mengaplikasikan program yang telah direncanakan dengan menjalankan 1 kali kelas ibu hamil di Puskesmas Sukatani. Implementasi kemudian dilakukan kepada seluruh tenaga kesehatan ruangan Poli KIA.

Sebelum melakukan pertemuan dengan para tenaga kesehatan di Poli KIA, kami menyusun kurikulum dan materi untuk pelaksanakaan kelas ibu hamil. Perencanaan yang telah dibuat, kelas Ibu hamil akan dilaksanakan setiap minggu pertama setiap bulannya, pelaksanaan ditetapkan pada hari kunjungan pemeriksaan ibu hamil yakni hari Kamis. Pertemuan dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan materi dan diwajibkan untuk mengikuti materi ini secara lengkap. Materi yang dipilih dalam Program Kelas Ibu Hamil ini adalah Konsepsi Kehamilan dan Adaptasi Fisiologis, Nutrisi Ibu Hamil dan Menyusui, Pentingnya ASI Eksklusif, Breast care, Persiapan melahirkan, Cara memandikan bayi dan pijat bayi, dan Senam Ibu hamil. Bentuk kegiatan Kelas Ibu hami ini berupa Pendidikan Kesehatan oleh petugas kesehatan dan diskusi dua arah agar Kelas Ibu Hamil lebih efektif dan bermanfaat bagi ibu. Setelah melakukan perencanaan, mahasiswa mengundang para tenaga kesehatan yang betugas di Poli KIA untuk mendiskusikan efektifitas Program Kelas Hamil. Pertemuan dihadiri oleh 4 Bidan dan dilaksanakan di Ruang Poli KIA sebelum pelayanan. Mahasiswa menjelaskan tentang perencanaan yang baik untuk mengefektifitaskan program Kelas Ibu Hamil. Kurikulum dan booklet materi yang dibuat adalah berguna sebagai panduan bagi Bidan untuk menyampaikan materi pada Kelas Ibu hamil. Materi yang dibuat oleh mahasiswa telah disesuaikan dengan lembar balik Depkes RI yang tersedia di Puskesmas Sukatani. Kartu keanggotaan diberikan pada Ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pada saat pemeriksaan kehamilan trimester 1, dan petugas memberitahukan bahwa kertu keanggotaan ini perlu dibawa setiap kali mengikuti Kelas Ibu Hamil. Selain itu, tenaga kesehatan juga telah menetapkan penanggung jawab Kelas Ibu Hamil setiap bulannya. Nama para penanggung jawab ini akan diletakan dalam jadwal dan ditempel di dinding agar para tenaga kesehatan selalu ingat untuk melaksanakan Kelas Ibu Hamil.

Langkah selanjutnya setelah menjelaskan tentang kurikulum dan penanggung jawab kelas ibu hamil setiap bulannya, Mahasiswa melakukan implementasi Kelas ibu Hamil bersama dengan para Bidan di Poli KIA. Kelas Ibu Hamil dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Juni 2014, mahasiswa memberikan penyuluhan di kelas ibu hamil. Tujuan penyuluhan ini adalah untuk memberikan gambaran kepada staf di poli KIA bahwa kelas Ibu Hamil bisa terlaksana dengan dana seminimal mungkin. Kelas ibu hamil ini dihadiri oleh 15 orang ibu hamil, ketua Puskesmas Sukatani, dan staf poli KIA. Kegiatan berlangsung sekitar 60 menit. Antusias ibu hamil yang datang sangat baik sekali. Hal ini ditandai dengan banyaknya pertanyaan-pertanyaan dari ibu mengenai kehamilan dan kelahiran nanti. Selain itu ibu hamil meminta kegiatan ini agar berlangsung setiap bulan. Selain itu, kami juga memberikan kartu kelas ibu hamil yang berisi topik yang akan disampaikan tiap bulannya selama kelas ibu hamil.

Pada hari sabtu 14 Juni 2014, mahasiswa kembali melakukan diskusi dengan staf poli KIA mengenai kurikulum ibu hamil yang sudah dirancang oleh mahasiswa selama satu tahun ke depan. Kurikilum yang sudah dirancang oleh mahasiswa disambut baik oleh staf poli KIA dan mereka sepakat untuk menggunakan kurikulum tersebut untuk pengadaan kelas ibu hamil di bulan berikutnya. Bidan sepakat juga agar pembagian penanggung jawab setiap kelas ibu hamil tiap bulan di tentukan dari sekarang. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan rasa tanggung jawab bidan tersebut terhadap amanah yang sudah diberikan.

Penyelesaian masalah belum optimalnya penggunaan pojok ASI dengan membuat plang pojok ASI dan penunjuk arah keberadaan pojok ASI. Selain itu mahasiswa juga membuat poster ukuran A3 sebanyak dua buah yang dipasang di depan poli KIA. Isi poster tersebut antara lain menjelaskan tentang pentingnya ASI bagi bayi dan penunjuk arah tempat menyusui bayi di Puskesmas Sukatani.Selain itu, kami juga berusaha mempublikasikan Pojok ASI melalui lisan dan pembagian leaflet kepada para ibu yang sedang melakukan kunjungan di Poli KIA. Publikasi melalui leaflet dan lisan bertujuan untuk pengaktifan kembali penggunaan Pojok ASI, serta untuk mendukung program pemerintah agar pemberian ASI Ekslusif berjalan dengan baik tanpa hambatan. Agar Ibu juga merasa nyaman untuk memberikan ASI nya meski sedang di tempat umum.Penyelesaian masalah potensial terakhir yaitu mengenai pendokumentasian di Poli KIA. Selama praktik di poli KIA, mahasiswa sepenuhnya diberi kepercayaan untuk melakukan pendokumentasian asuhan. Pendokumentasian yang sudah berjalan cukup baik. Hanya saja masih ada beberapa bulan yang tidak ada pendokumentasiannya. 4.2.4 Evaluasi

Hasil evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan berdasarkan observasi didapatkan poster telah tertempel di bagian dinding depan ruangan Poli KIA, Poster Pojok ASI tertempel di dekat tangga, untuk menunjukan ruangan Pojok Asi yang terletak dilantai 2 Puskesmas Sukatani. Di bagian pintu Poli KIA terdapat jadwal pemeriksaan poli KIA dengan urutan kegiatan terdiri dari kegiatan harian dan bulanan. Harian kegiatan di Poli KIA adalah Senin: pemeriksaan Ibu hamil, Selasa: KB, Rabu: Imunisasi, Kamis: Pemeriksaan Ibu hamil, Jumat: KB da Sabtu: Kesehatan Reproduksi Remaja. Dibagian dalam ruang Poli KIA terdapat jadwal penanggung jawab Program Kelas Ibu hamil yang telah diisi dengan nama-nama Bidan di Poli KIA.

Namun, walaupun protap telah terpasang, masih ada pasien yang tidak mengetahui Pojok Asi dan tetap memberikan botol susu pada bayi saat melakukan kunjungan pemeriksaan. Hasil wawancara dengan keluarga pasien didapatkan bahwa keluarga bari mengetahui bahwa di Puskesmas Sukatani terdapat Pojok Asi, tapi Ibu mengatakan malas untuk naik ke lantai 2. Sehingga ibu tidak mau menyusui anaknya di Pojok Asi. Sedangkan ibu sudah mengetahu dengan sangat baik tentang pentingnya ASI Ekslusif bagi bayi. Lokasi ruang Pojok ASI yang sulit untuk diakses yang menyebabkan ibu tidak ingin menggunakan ruang Pojok ASI tersebut.Untuk Kelas Ibu hamil teah terlaksana denga baim satu kali pertemuan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan seluruh Bidan di Poli KIA. Pelaksanaan berupa Penkes dan FGD untuk mengevaluasi kembali pemahaman ibu hamil yang mengikuti kelas Ibu hamil. Kelas Ibu hamil berjalan cukup baik dihadiri oleh 15 Ibu hamil dengan materi pertama mengenai Konsepsi Kehamilan, adaptasi maternal serta pentingnya mendeteksi tanda bahaya kehamilan sesuai dengan materi yang telah direncanakan bermasa dengan para petugas kesehatan di Poli KIA. Kartu keanggotaan kelas ibu hamil pun telah dibagikan kepada ibu yang melakukan kunjungan serta mengikuti kelas ibu hamil. Belum terlaksananya proses implementasi secara keseluruhan disebabkan karena perubahan membutuhkan proses dan waktu yang tidak sebentar, serta dipengaruhi oleh perilaku individu atau kelompok. Hersey dan Bkanchard (1977) dalam Monica (1998) menyebutkan bahwa terdapat empat tingkat perubahan: pengetahuan, sikap, perilaku individu, dan perilaku kelompok. Perilaku individu maupun perilaku kelompok merupakan tahapan perubahan yang sulit untuk diubah karena menyangkut nilai-nilai yang dianut dan melibatkan banyak orang. Selain itu Huston (2001) mengatakan bahwa setiap bentuk perubahan memerlukan waktu yang tidak cepat. Setidaknya dalam waktu tiga bulan perubahan baru terjadi. Sehingga untuk terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik guna terciptanya kebersihan dan kenyamanan lingkungan fasilitas kesehatan perlu keterlibatan perawat untuk menjaga kefektifan program-program yang telah direncanakan.