Upload
hamien
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Rijal Abdullah
INS
A. P
1
h: Inspeksi Norma
SPEKSI TDAN KE
PENDAHUL
. Latar Be
Sa
tingginya
dalam ber
resiko po
tambang)
Besar ata
minat ora
Da
yang pali
kerja (bac
pekerja ta
Se
1. Cina2. Pran3. Jepan4. Wale
K3 Pertambangan
ERHADAESEHATA
Ol
LUAN
lakang
alah satu s
resiko yang
rbagai bentu
litik, dan ya
.
au kecilnya r
ng untuk ber
Gam
ari berbagai
ing riskan d
ca: kecelaka
ambang.
epuluh Benc
a, 26 April 19ncis, 10 Mareng, 9 Novemes, 14 oktobe
n
AP PENERAN KERJAleh: DR. Rij
sifat atau k
g dihadapi ol
uk, antara la
ang paling b
resiko-resiko
rinvestasi da
mbar 1. Hubu Sumber: A
kenyataan l
dalam usaha
aan tambang
ana Tamban
942, Honkeiet 1906, Coumber 1963, Oer 1913, Sen
RAPAN NA USAHAjal Abdullah
karakteristik
leh para pela
ain resiko ge
besar adalah
o itu merupa
alam bidang
ungan ResikoAbdullah (2009
lapangan, tam
a pertamban
g) pada akhir
ng Terbesar d
iko Colliery:urrières: 110Omuta: 447nghennyd: 43
NORMA KA PERTAMh, MT.
k dari usah
aku usaha in
eologi, resik
resiko kece
akan insentif
pertambang
o dengan Mi: 78)
mpak bahwa
ngan. Beber
r-akhir ini te
di dunia:
: 1549 tewas0
38
KESELAMMBANGA
ha pertamba
ni. Resiko ini
ko alam, res
elakaan kerja
f dan disinse
gan (lihat Ga
inat Investas
a kecelakaan
rapa kejadia
elah menew
s
1
MATAN AN
angan adala
i dapat terjad
siko ekonom
a (kecelakaa
entif terhada
ambar 1).
i
n kerja adala
an kecelakaa
askan banya
1
ah
di
mi,
an
ap
ah
an
ak
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 2
5. Afrika Selatan, 1 Januari 1960, Coalbrook: 437 6. Rhodesia (sekarang Zimbabwe), 6 Juni 1972, Wankie: 427 7. India, 28 Mei 1965, Dhanbad: 375 8. India, 27 Desember 1975, Chasnala: 372 9. Inggris, 12 Desember 1866, Barnsley: 361 10. Amerika Serikat, 6 December 1907, Monongah (West-Virginia): 361 Sumber: http://archief.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/insiden pertam-
bangan-murni-kecelakaan diakses tanggal 2 Desember 2014.
Semua jenis pekerjaan yang berkaitan dengan usaha pertambangan pada
dasarnya memiliki resiko kecelakaan yang besar. Berikut ini beberapa rekaman
kejadian kecelakaan fatal yang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan dalam usaha
pertambangan (lihat Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4).
Gambar 2. Kecelakaan pada Mesin Bubut
Sumber: Abdullah (2013, 4)
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 3
Gambar 3. Kecelakaan Tambang Batubara Bawah Tanah
Sumber: Abdullah (2013, 7)
Gambar 4. Kecelakaan pada Tambang Terbuka dan Transportasi Batubara Sumber: Abdullah (2013, 10)
Sebagaimana kita ketahui, bahwa setiap kecelakaan kerja itu pasti ada
sebabnya. Hendri Richman (seorang peneliti dari Jerman) dalam penelitiannya
antara tahun 1953 sampai 1963, telah menemukan fakta, bahwa kecelakaan berat
dan agak berat pada berbagai institusi kerja (industri) yang terjadi dalam 10 tahun
tersebut disebabkan oleh dua hal, yaitu: 1) Perbuatan berbahaya dan kondisi
berbahaya (unsafe acts and unsafe condition) oleh pekerja mencapai 96%, dan 2)
Sumber lainnya di luar kemampuan kendali manusia (4%).
Berdasarkan observasi lapangan pada beberapa perusahaan pertambangan,
ternyata kecelakaan-kecelakaan kerja itu utamanya disebabkan oleh keengganan
para pekerja memakai alat pelindung diri, seperti helmet, safety shoes, masker,
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 4
kacamata, sarung tangan, dan lain sebagainya. Ketika ditanyakan kepada mereka
(para pekerja tersebut), alasannya sederhana sekali, yaitu karena alat pelindung
diri memberikan berbagai keterbatasan dalam gerakan orang yang memakainya
sewaktu bekerja.
Penyebab lain timbulnya kecelakaan kerja pada usaha pertambangan
adalah kesalahan dalam prosedur kerja (tidak sesuai dengan prosedur baku),
kesalahan posisi kerja, dan tidak disiplin dalam bekerja.
Faktor di luar kontrol manusia juga dapat menimbulkan kecelakaan kerja,
walaupun dari kenyataannya tidak ditemui tindakan atau kondisi tidak aman dan
penyebab penunjang lainnya. Sering orang mengatakan hal ini sudah merupakan
nasib atau takdirnya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab kecelakaan kerja
yang utama berasal dari tindakan atau perbuatan tidak aman oleh manusia.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, tentu timbul pertanyaan bagi kita,
yaitu kenapa tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman itu bisa terjadi?
Jawaban sederhananya adalah karena kurangnya pengawasan oleh pihak
manajemen terhadap penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja oleh para
kerja. Pada hal masalah keselamatan dan kesehatan kerja merupakan beban
melekat pada fungsi manajemen tersebut.
Sesuai dengan pengertian yang tertera dalam UU No. 5 Tahun 1996
tentang Sistem Manajemen K3, pelaksanaan K3 adalah “Segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dan mengendalikan atau
meniadakan potensi bahaya untuk mencapai tingkat risiko yang dapat diterima dan
sesuai dengan standard yang ditetapkan.
Dalam kaitan inilah penulis mengemukakan kajian tentang urgensi
inspeksi terhadap penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan pemahaman
dan kesadaran mendalam bagi kita, terutama bagi para manajer keselamatan dan
kesehatan kerja perusahaan-perusahaan pertambangan.
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 5
B. PENGERTIAN INSPEKSI DAN DASAR HUKUM
1. Pengertian Inspeksi
Jatmika (Tanpa Tahun, 2) menyatakan: “Inspeksi, inspectie (Belanda)
yang artinya memeriksa. Orang yang menginspeksi disebut inspektur.
Secara bahasa, inspeksi artinya adalah pemeriksaan dengan saksama,
pemeriksaan secara langsung tentang pelaksanaan peraturan, tugas, dan
sebagainya (http://artikata.com/arti-330820-inspeksi.html). Persamaan kata
inspeksi antara lain: pemeriksaan, pengawasan, peninjauan, penilikan, atau survey
atas pelaksanaan aturan yang telah ditetapkan.
Menurut Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi
(A2K4), Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pemeriksaan
rutin dan berkala terhadap satu objek kegiatan atau departemen.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa inspeksi adalah
tindakan pemeriksaan terhadap suatu unit kerja/perusahaan agar semua pihak yang
terkait dapat meningkatkan ketaatannya terhadap segala ketentuan perundang-
undangan yang ada, terutama dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja, serta
perlindungan terhadap lingkungan.
2. Dasar Hukum
Khusus untuk keselamatan kerja pada usaha pertambangan, ada beberapa
dasar hukum yang perlu menjadi rujukan bagi pihak manajemen usaha seperti
berikut.
a. UU No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. PP No. 19/1973 tentang pendelegasian wewenang pengawasan Keselamatan
Kerja dari Menaker kepada Mentamben.
c. Peraturan Menteri Tamben No. 1/P/M/Pertamb/1978 tentang Pengawasan
Keselamatan Kerja Kapal Keruk.
d. Kepmen No. 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum.
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per. 05/Men/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menteri Tenaga Kerja
f. PP No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 6
C. TUJUAN, JENIS, DAN FUNGSI INSPEKSI PERTAMBANGAN
1. Tujuan Inspeksi Pertambangan
Sejalan dengan pengertian yang sudah dijelaskan di atas, inspeksi K3
Pertambangan ditujukan untuk peningkatan ketaatan semua pihak terhadap segala
ketentuan perundang-undangan yang ada dalam suatu usaha pertambangan,
terutama dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja dan perlindungan
terhadap lingkungan.
Menurut Pasal 11 PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, setiap manajemen K3 perlu
melakukan berbagai usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi paling
sedikit: a) Tindakan pengendalian, b) Perancangan (design) dan rekayasa, c)
Prosedur dan instruksi kerja, d) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan, e)
Pembelian/pengadaan barang dan jasa, f) Produk akhir, g) Upaya menghadapi
keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri, dan h) Rencana dan pemulihan
keadaan darurat.
Alasan utama kenapa perlu diadakan inspeksi terhadap penerapan norma
keselamatan dan kesehatan kerja pada usaha pertambangan, maupun pada satuan
kerja lainnya, adalah karena kecenderungan orang/para pekerja untuk bekerja pada
aturan terendah, bahkan kalau perlu tidak ada aturan. Maksudnya adalah bahwa
bila seseorang pekerja yang diberi suatu tugas, tidak diawasi atau dikontrol, maka
dia akan mengerjakan tugas itu seenak perutnya, seperti dia bekerja tidak
memenuhi prosedur kerja yang benar, tidak disiplin, dan cenderung lalai terhadap
pekerjaannya, yang semua itu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
Pekerjaan utama bagi seorang inspektur adalah mengidentifikasi: 1)
masalah potensial, masalah-masalah yang tidak diantisipasi, atau standard yang
terlewatkan pada desain atau SOP pekerjaan, 2) peralatan dan fasilitas yang non
standard, rusak, atau salah dalam pemakaian, 3) tindakan pekerja yang salah, baik
terkait atau pun tidak terkait dengan kejadian kecelakaan, dan 4) akibat perubahan
pada proses kerja dan pemakaian material.
Adapun cakupan bidang usaha pertambangan yang perlu diinspeksi
adalah:
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 7
a. Eksplorasi
b. Pembersihan lahan
c. Pengupasan tanah penutup
d. Konstruksi dan sarana prasarana penunjang
e. Ekploitasi
f. Pengolahan/pemurnian
g. Pasca tambang
2. Jenis Inspeksi
Inspeksi menurut sifat pelaksanaannya dapat dibagi atas dua jenis yaitu
inspeksi formal dan informal. Inspeksi formal biasanya terjadwal, dan sistematis,
misalnya inspeksi pada item khusus. Sedangkan inspeksi informal biasanya tidak
terjadwal, mempunyai keterbatasan dan kurang sistematis. terkadang inspeksi
informal dalam keadaan tertentu diperlukan terutama pada masalah yang harus
segera ditangani.
Menurut tingkat kepentingan (urgensinya), inspeksi terbagi atas inspeksi
umum dan inspeksi bagian kritis. Inspeksi umum adalah untuk melihat apakah ada
perubahan terhadap prosedur kerja, peralatan, bahan, lingkungan kerja, dan
standard house keeping telah terpenuhi. Sementara inspeksi bagian kritis adalah
komponen dari mesin peralatan atau struktur yang akan menimbulkan masalah
besar apabila rusak aus, salah pemakaian, atau pelaksanaan kerja yang tidak
memadai.
Berdasarkan kepada tahapan pelaksanaannya, inspeksi dapat dibagi atas:
tahap instalasi, tahap operasi, tahap pembongkaran, dan tahap penyimpanan.
Inspeksi tahap instalasi adalah inspeksi yang dilakukan pada peralatan kerja yang
akan digunakan pada saat dirakit. Inspeksi tahap operasi adalah berkenaan dengan
peralatan kerja pada saat peralatan kerja tersebut dioperasikan. Inspeksi pada
tahap pembongkaran berkenaan dengan uninstall terhadap peralatan yang sudah
digunakan. Sedangkan instalasi tahap penyimpanan berkaitan dengan pemeriksaan
terhadap prosedur penyimpanan peralatan yang sudah digunakan.
Inspeksi terhadap setiap tahapan pekerjaan itu harus dilakukan untuk
melihat atau mengidentifikasi apakah semua standard operating procedure (SOP)
terpenuhi atau tidak.
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 8
3. Fungsi Inspeksi
Beberapa fungsi yang melekat pada kewenangan seorang inspektur
tambang antara lain:
a. Inspeksi/pemeriksaan
b. Penyelidikan kecelakaan atau kejadian berbahaya
c. Penyelidikan pencemaran lingkungan
d. Uji limbah
e. Pembinaan keselamatan kerja
f. Perintah atau larangan, serta saran perbaikan jika ada pelanggaran
g. Menyusun laporan.
Pada fungsi pemeriksaan, seorang inspektur berwenang memeriksa semua
keadaan di seluruh lokasi pada suatu sasaran inspeksinya. Fungsi penyelidikan
kecelakaan atau kejadian berbahaya adalah untuk mencari atau menyelidiki sebab-
sebab kecelakaan, korban kecelakaan, dan kerugian karena kecelakaan dengan
maksud untuk memperoleh data bagi keperluan klaim asuransi dan santunan bagi
korban kecelakaan tersebut.
Fungsi penyelidikan pencemaran lingkungan adalah untuk mengetahui
data pendukung atas dugaan terjadinya pencemaran lingkungan oleh suatu usaha
pertambangan. Sejalan dengan itu uji limbah dimaksudkan untuk mengetahui
apakah limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan pertambangan berpotensi
sebagai pencemar lingkungan sebagaimana yang diprediksi pada waktu
melakukan kajian atau analisis dampak lingkungan (ANDAL) dengan tujuan akhir
supaya dapat diterapkan langkah-langkah pengendaliannya.
Fungsi pembinaan keselamatan kerja dimaksudkan agar setiap tindakan
tidak aman atau kondisi tidak aman yang terjadi dapat dikoreksi segera, sehingga
dengan demikian para pekerja akan selalu mempertahankan prosedur kerja baku
(standar) dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi. Sementara fungsi
perintah atau larangan, serta saran perbaikan jika ada pelanggaran dimaksudkan
agar setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan perundang-undangan
terkait dengan kegiatan usaha pertambangan memperbaiki kesalahannya.
Setiap kali melakukan inspeksi, seorang inspektur wajib membuat dan
menyampaikan laporan hasil inspeksinya kepada pejabat pemberi tugasnya.
Sesuai dengan ketentuan Undang-undang, inspeksi pertambangan
dilakukan oleh seorang Inspektur Tambang. Inspektur Tambang adalah seorang
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 9
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam lingkungan Departemen Energi dan
Sumberdaya Mineral (tingkat pusat) atau Pemda yang diberi tugas, tanggung
jawab, dan wewenang serta hak penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan
inspeksi aspek keselamatan pertambangan dan lingkungan.
Wewenang dan Tanggung Jawab Inspektur Tambang:
a. Masuk tambang setiap saat, tetapi harus disertai dengan surat tugas dari
atasannya.
b. Menghentikan/menutup sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha
pertambangan, bila dianggap tidak aman dan atau menimbulkan kerusakan
lingkungan.
c. Minta bantuan pihak terkait dari Pemda setempat atau pihak terkait lainnya
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, terutama jika terdapat
gangguan-gangguan keamanan terhadap pelaksanaan tugasnya.
d. Tanggung jawab dalam setiap keputusan yang diambilnya.
e. Tanggung jawab terhadap pelaporan hasil inspeksinya.
f. Tanggung jawab kepada Kepala Pelaksana Inpektur Tambang, sesuai dengan
tugas dan wewenangnya.
Kewenangan dan tanggung jawab seorang inspektur tambang sangat
besar, dalam beberapa ketentuan yang ada dalam Kepmen No. 555 K / 26 / M.PE /
1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum dinyatakan
bahwa syarat penggunaan berbagai peralatan pada tambang, penetapan status
tambang, pemeriksaan kondisi keselamatan tambang, terutama tambang batubara
bawah tanah dan tambang berbahaya gas lainnya sangat tergantung kepada
kewenangan inspektur tambang.
Mengingat besarnya wewenang dan tanggung jawab yang diemban oleh
seorang inspektur tambang tersebut, maka tentu saja dia harus memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang tinggi dalam bidang pekerjaan
yang akan diinspeksinya. Dengan kata lain, inspektur tambang harus profesional
dalam bidang tugasnya itu.
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 10
D. PELAKSANAAN INSPEKSI
1. Persiapan
Sebelum melaksanakan inspeksi secara langsung ke lapangan, seorang
inspektur tambang harus membuat persiapan-persiapan yang matang, yakni terkait
dengan semua keperluannya dalam tugas inspeksi tersebut. Persiapan-persiapan
yang dilakukan meliputi:
a. Menentukan objek yang akan diinspeksi dengan pedoman inspeksi dan rencana pengujian (inspection and test plan)
Persiapan ini ditujukan agar pelaksanaan inspeksi dapat lebih fokus dan
terarah. Dalam hal ini inspeksi dapat dibagi kepada pemeriksaan penerapan
norma keselamatan dan kesehatan kerja atau terhadap penyelidikan kasus
kecelakaan yang terjadi. Hal ini akan berkaitan langsung dengan pekerjaan
lanjutan yang mesti dilaksanakan, yaitu berupa review laporan yang telah
dibuat sebelumnya dan berbagai persiapan untuk pencatatan inspeksi yang
akan diadakan.
b. Mereview laporan inspeksi yang lalu
Dalam rangka menentukan dan memandu langkah inspeksi yang sudah
direncanakan, perlu dilakukan review terhadap laporan inspeksi yang terkait
dengan aspek yang akan diinspeksi yang sudah dilakukan pada waktu yang
lalu. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi inspektur dalam pelaksanan
tugas-tugasnya.
c. Melihat atau mempelajari rekomendasi laporan inspeksi yang lalu
Hal ini simaksudkan untuk melihat apakah semua saran koreksi atas
berbagai temuan pada waktu inspeksi yang lalu ditindaklanjuti atau tidak. Jika
sudah dilakukan, tentu akan diketahui hasilnya dan sebaliknya jika belum
dilakukan, tentu harus ditemukan apa kendalanya pada waktu inspeksi yang
akan dilaksanakan.
d. Mengetahui lokasi yang akan diinspeksi termasuk proses kerjanya
Tentu saja seorang inspektur harus mengetahui atau menetapkan
dimana lokasi inspeksi yang akan dilakukan, hal ini berkaitan dengan keluasan
skop pekerjaan inspeksi dan ketersediaan waktu untuk melaksanakan inspeksi.
Tidaklah mungkin seorang inspektur akan memeriksa semua aspek pada
semua lokasi tambang, terutama pada tambang yang berskala besar.
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 11
e. Mempersiapkan check list/daftar periksa yang memadai
Untuk kemudahan dan kepraktisan kerja di lapangan, seorang inspektur
harus menyiapkan semua daftar pemeriksaan yang diperlukan. Dengan adanya
daftar itu, inspektur akan dapat melakukan pekerjaan inspeksi dengan cepat
dan tepat sasaran.
2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan inspeksi, seorang inspektur memperhatikan beberapa
hal berikut:
a. Peta lokasi dan checklist
Melihat peta lokasi secara seksama, sehingga pekerjaan tidak dilakukan
dalam pola yang kacau atau bolak balik. Kemudian gunakan daftar
pemeriksaan (checklist) yaitu dengan memberikan tanda yang sesuai untuk
setiap item yang diinspeksi dan berikan catatan ringkas pada kolom
keterangannya, sehingga dengan demikian akan diperoleh data yang jelas,
akurat, dan tersusun secara sistematis.
b. Petugas pendamping
Dalam pelaksanaan tugasnya, seorang instruktur sebaiknya didampingi
oleh seorang pengawas internal perusahaan tambang. Pendampingan ini
dimaksudkan agar setiap temuan di lokasi inspeksi dapat dikonfirmasikan
langsung oleh pihak yang berkepentingan. Disamping itu, dengan
pendampingan ini inspektur akan dapat melaksanakan tugasnya secara bebas
dan leluasa, tidak ada pihak-pihak yang memberikan tekanan atau intimidasi.
Bahkan, jika dirasakan akan terjadi halangan dari pihak perusahaan atas
kelancaran inspeksi, inspektur dapat minta bantuan unsur keamanan
(kepolisian) yang ada pada daerah tersebut.
c. Tindakan koreksi segera
Seorang inspektur harus bersifat cepat tanggap, artinya adalah bahwa
apabila ditemukan kesalahan prosedur kerja oleh seorang karyawan, harus
segera diambil tindakan (koreksi). Sebab ketika terjadi kesalahan yang
disaksikan oleh inspektur, lalu tidak ada koreksi oleh inspektur itu, maka
pekerja tersebut akan menyangka bahwa tidakannya tidak salah, dan kesalahan
yang sama akan berulang kembali pada waktu yang akan datang. Dengan
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 12
adanya koreksi segera ini, para pekerja akan mempertahankan prosedur kerja
standar (baku).
d. Klasifikasi unsafe acts dan unsafe condition
Inspektur harus memberikan klasifikasi yang jelas tentang keadaan
bahaya (unsafe condition), tindakan/perilaku yang berbahaya (unsafe acts)
yang berpotensi menyebabkan cacat permanen, luka serius, dan luka ringan
(first aid). Dengan penetapan itu inspektur dapat dengan cepat
menterjemahkan suatu temuan, sehingga tindakan koreksinya pun dapat
dilakukan dengan cepat dan tepat.
3. Pencatatan
Pencatatan data/informasi inspeksi dibuat dalam format yang terdiri dari:
a. Identifikasi
Identifikasi bahaya adalah salah satu langkah dalam Sistem Manajemen
K3 dengan tujuan untuk mengidentifikasi:
1. Apa jenis bahaya yang mungkin atau sering terjadi dalam suatu kegiatan
atau proses pelaksanaan pekerjaan.
2. Apa akibat yang ditimbulkan oleh kejadian kecelakaan. Dalam hal ini
menyangkut tingkat keparahan suatu kecelakaan.
3. Bagaimana bahaya tersebut bisa terjadi.
Untuk melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan berbagai
instrumen, diantaranya check list/daftar pemeriksaan inspeksi, Job Safety
Analysis (JSA), Job Safety Organization (JSO), What if, Hazop, dan lain-lain.
Namun pada umumnya, untuk dapat melakukan identifikasi terhadap bahaya
itu, harus dilakukan Analisis Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis).
b. Kondisi spesifik dari peralatan
Pemeriksaan kondisi khusus dari peralatan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan daftar pemeriksaan. Pencatatan data kondisi spesifik bertujuan
untuk mendapat informasi lengkap dari peralatan yang dioperasikan dalam
suatu lokasi kerja yang meliputi: kapasitas produksi, jadwal operasi, jadwa
maintenance preventif dan korektif, dan lain-lain.
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 13
c. Frekuensi inspeksi
Tingkat keseringan (frekuensi) inspeksi perlu dicantumkan sebagai
bagian dari pencatatan data inspeksi. Hal ini didapatkan memberikan
gambaran jelas seberapa tinggi tingkat resiko yang dihadapi oleh pekerja pada
lokasi yang dinspeksi tersebut. Artinya adalah bahwa lokasi kerja yang tingkat
resikonya sangat besar akan lebih sering diinspeksi.
d. Petugas pelaksana
Dalam daftar pencatatan inspeksi harus dituliskan secara jelas nama-
nama pertugas pelaksana inspeksi. Tujuannya adalah untuk memberikan
kemudahan dalam melakukan kontrol atas temuan-temuan dalam pelaksanaan
inspeksi tersebut.
4. Pelaporan
Pelaporan adalah bagian penting dari suatu kegiatan inspeksi yang perlu
mendapat perhatian dari seorang inspektur. Pelaporan yang baik dapat menjadi
alat komunikasi efektif dari seorang inspektur kepada pihak-pihak terkait,
terutama kepada manajemen perusahaan yang diinspeksi dan kepada atasan
pemberi tugas inspeksi. Sebaliknya pelaporan yang kacau dapat menjadi pemicu
timbulnya berbagai konflik antara sesama pemangku kepentingan (stakeholder).
Sehubungan dengan hal di atas, maka laporan inspeksi setidaknya memuat
beberapa poin penting sebagai berikut:
a. Identifikasi daerah yang diinspeksi
Identifikasi daerah yang diinspeksi dibuat berdasarkan kajian atas latar
belakang pentingnya inspeksi dilakukan pada suatu lokasi tambang. Biasanya
inspeksi pada suatu lokasi didasarkan atas adanya kejadian kecelakaan atau
adanya potensi kecelakaan yang mungkin terjadi di sana. Identifikasi ini
dilakukan untuk memberikan batasan yang jelas dan tegas kepada semua pihak
terkait, sehingga inspeksi pelaksanaan menjadi terarah, efektif, dan efisien.
b. Observasi keadaan non standard
Pada bagian ini diuraikan berbagai bentuk temuan yang tidak sesuai
dengan standar baku yang sudah ditetapkan. Uraian itu menyangkut aspek
tindakan tidak aman (unsafe acts), dan aspek kondisi tidak aman (unsafe
condotion) yang ditemukan sewaktu pelaksanaan inspeksi. Pencantuman suatu
kejadian harus didasarkan atas pertimbangan objektif oleh inspektur dan
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 14
disaksikan oleh petugas pendamping (pengawas), sehingga jika diperlukan
koreksi, dapat disetujui oleh pihak yang bersangkutan dan tidak ada
perdebatan atas persoalan tersebut.
c. Klasifikasi bahaya dan resiko
Seorang inspektur harus melaporkan secara seksama semua temuannya
pada waktu melakukan inspeksi. Temuan-temuan itu sudah harus
diklasifikasikan secara jelas tentang tingkat bahaya dan resikonya dan juga
disertai dengan bukti-bukti berupa photo/dokumentasi.
d. Tindakan perbaikan dan rekomendasi
Setelah dilakukan klasifikasi sebagaimana disebutkan di atas, adanya
tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman, seorang instruktur juga
memaparkan berbagai tindakan koreksi (perbaikan) yang diusulkan kepada
pihak manajemen. Perlu ditegaskan bahwa tindakan koreksi yang diusulkan
harus bersifat operasional (dapat dilaksanaka) dan terukur.
e. Penanggung jawab tindakan koreksi
Inspektur juga harus mencantumkan pihak-pihak yang
bertanggungjawab dalam melaksanakan tindakan koreksi yang disampaikan
atau diusulkan tersebut. Jika diperlukan, inspekstur dapat meminta persetujuan
kepada pihak yang diberi kewenangan oleh perusahaan dalam bidang
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang menyatakan bahwa
perusahaan menyetujui dan akan melaksanakan koreksi yang diminta.
f. Follow up tindakan yang diambil
Setiap inspeksi yang dilakukan, seorang inspektur harus pula
menegaskan bagaimana tindak lanjut yang harus dilakukan terhadap temuan
inspeksinya itu. Artinya inspeksi tidak boleh berhenti pada penyelesaian
pelaporan saja, tetapi secara jelas juga memuat apa tindaklanjut terhadap
temuan-temuannya.
g. Verifikasi tindakan perbaikan
Berkaitan dengan folow up di atas, juga pelaporan harus memuat
bagaimana inspektur atau pihak yang diserahi tanggung jawab untuk itu dapat
melakukan chek and recheck atau pelaksanaan tindakan koreksi yang
diusulkan.
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 15
h. Manajemen review
Bagian akhir dari suatu laporan inspeksi adalah bagaimana tindakan
review (koreksi/pemeriksaan) yang dapat dilaksanakan terhadap inspeksi yang
sudah diadakan itu.
5. Tindaklanjut
Sebagaimana sudah dijelaskan terdahulu, bahwa wewenang dan tanggung
jawab inspektur itu sangat besar, sesuai dengan tugas yang diembannya. Oleh
karena itu inspektur harus merupakan seorang yang profesional dalam bidang
yang terkait dengan tugasnya tersebut. Adalah suatu hal yang tidak mungkin
seseorang menjadi inspektur kalau dia tidak menguasai berbagai pengetahuan dan
kompetensi berkaitan dengan tugas inspektur. Bagaimana bisa inspektur itu
memberikan tindakan koreksi terhadap tindakan tidak aman (unsafe acts) seorang
pekerja, jika dia tidak tahu seperti tindakan tidak aman yang dilakukannya.
Dalam kaitan dengan penetapan tindaklanjut (follow up) terhadap
temuan-temuan inspeksinya, seorang inspektur harus memiliki inisiatif tentang
bagaimana melakukannya.
Tindak lanjut terhadap temuan inspeksi harus secara secara tegas
ditekankan pada bagaimana usaha-usaha yang perlu dilakukan agar tindakan tidak
aman dan kondisi tidak aman itu tidak terulang kembali. Kalau hal itu dapat
diwujudkan, maka berarti standar kerja baku dapat dipertahankan pada pekerjaan
bersangkutan.
E. PENUTUP
1. Simpulan
Pertambangan adalah segala usaha yang bertujuan untuk mengambil dan
memanfaatkan bahan galian yang bernilai ekonomis. Bentuk-bentuk usaha
pertambangan itu antara lain: Prospeksi (desk exploration), eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi (development), eksploitasi, pengolahan/pemurnian,
transportasi, dan pemasaran, serta pasca tambang.
Salah satu dari karakteristik usaha pertambangan adalah besarnya resiko
yang harus dihadapi, terutama resiko kecelakaan kerja. Dalam berbagai tragedi
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 16
kecelakaan kerja pertambangan dapat menimbulkan korban nyawa yang sangat
banyak, di samping korban harta benda dan kerusakan lingkungan.
Kecelakaan kerja tambang dapat terjadi disebabkan oleh adanya tindakan
tidak aman (unsafe acts) oleh para pekerja tambang. Di samping itu, penyebab
kecelakaan adalah adanya kondisi tidak aman (unsafe condition) pada lokasi kerja.
Kejadian-kejadian tindakan atau kondisi tidak aman itu biasanya disebabkan oleh
ketidaktaatan para pekerja terhadap standar kerja baku yang sudah ditetapkan.
Manusia cenderung bekerja pada aturan terendah, bahkan kalau mungkin tanpa
aturan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, untuk dapat tetap ditaatinya
setiap aturan kerja standar oleh para pekerja tambang, perlu dilakukan
pemeriksaan (inspeksi), yang dilaksanakan secara periodik oleh seorang inspektur
tambang. Inspektur berperan dalam: 1) Menyelidiki kecelakaan atau kejadian
berbahaya, 2) Menyelidiki pencemaran lingkungan, 3) Menguji limbah yang
dihasilkan oleh pekerjaan pertambangan, 4) Membina keselamatan dan kesehatan
kerja, 5) Memberikan perintah atau larangan, serta saran perbaikan jika ada
pelanggaran.
Kegiatan inspeksi diakhiri dengan pembuatan laporan tertulis yang
disampaikan kepada pihak-pihak terkait, terutama kepada manajemen perusahaan
dan atasan pemberi tugas inspeksi.
2. Saran-saran
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan beberapa saran, antara lain:
a. Penunjukan seseorang sebagai inspektur tambang harus didasarkan atas
pengetahuan dan pengalamannya dalam bidang/pekerjaan yang akan
diinspeksinya. Pengetahuan dapat didasarkan pada capaian akademisnya
ketika menempuh pendidikan dan pengalaman dapat ditentukan dari jenjang
karir yang pernah dijalani sebelum menjadi inspektur. Pada pekerjaan yang
sangat berbahaya, perlu diadakan uji kelayakan yang bersangkutan untuk
diangkat sebagai inspektur, baik melalui ujian tertulis maupun lisan.
b. Untuk efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan menghindari terjadinya
perselisihan dalam memahami temuan inspeksi, pihak manajemen kantor
inspektur tambang perlu membuat format-format isian inspeksi yang standar
(baku).
Rijal Abdullah: Inspeksi Norma K3 Pertambangan 17
Bahan Bacaan
Abdullah, Rijal. (2009). Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tambang Batubara Bawah Tanah. UNP Press. Padang.
Abdullah, Rijal. (2013). Bahan Kuliah Undang-undang Tambang dan Keselamatan Kerja. (Manuskript) UNP Padang.
Jatmika, Herka Maya. (Tanpa Tahun). Inspeksi, Supervisi dan Supervisor. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Herka%20Maya%20Jatmika,%20S.Pd.Jas.,%20M.Pd./inspeksi%20n%20supervisi.pdf diakses Tanggal 2 Desember 2014.
Lembaran Negara No. 100. PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta.
Menteri Pertambangan dan Energi. (1995). Kepmen Nomor 555.K/26/M.PE/1995 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum. Jakarta.