64
SKRIPSI 2017 INSIDEN OTITIS EKSTERNA DI RUMAH SAKIT MITRA HUSADA MAKASSAR PERIODE JUNI 2015 – JUNI 2016 OLEH : Andi Nurkamila Putri Rahman C 111 14 364 Pembimbing: Prof. Dr. dr. Sutji Pratiwi Rahardjo, Sp. T.H.T.K.L (K) UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN MAKASSAR 2017

INSIDEN OTITIS EKSTERNA DI RUMAH SAKIT MITRA HUSADA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 3. · Juni 2015 – Juni 2016 didapatkan sebanyak 148 orang

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • SKRIPSI 2017

    INSIDEN OTITIS EKSTERNA DI RUMAH SAKIT MITRA HUSADA MAKASSAR

    PERIODE JUNI 2015 – JUNI 2016

    OLEH : Andi Nurkamila Putri Rahman

    C 111 14 364

    Pembimbing: Prof. Dr. dr. Sutji Pratiwi Rahardjo, Sp. T.H.T.K.L (K)

    UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

    MAKASSAR 2017

  • i

    INSIDEN OTITIS EKSTERNA DI RUMAH SAKIT MITRA

    HUSADA MAKASSAR PERIODE JUNI 2015 – JUNI 2016

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin

    Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

    Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

    OLEH : Andi Nurkamila Putri Rahman

    C111 14 364

    PEMBIMBING: Prof. Dr. dr. Sutji Pratiwi Rahardjo, Sp. T.H.T.K.L (K)

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    MAKASSAR

    2017

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

    Nama : Andi Nurkamila Putri R.

    NIM : C111 14 364

    Judul Skripsi : Insiden otitis eksterna di rumah sakit Mitra Husada Makassar

    periode Juni 2015 - Juni 2016

    Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya

    saya. Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang lain baik berupa

    tulisan, data, gambar atau ilustrasi baik yang telah dipublikasi atau belum

    dipublikasi, telah direferensi sesuai dengan ketentuan akademis.

    Saya menyadari plagiarisme adalah kejahatan akademik, dan melakukannya

    akan menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan sanksi

    akademik yang lain.

    Makassar, 15 November 2017

    Yang Menyatakan,

    Andi Nurkamila Putri Rahman

  • vi

    SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN November, 2017

    Andi Nurkamila Putri Rahman, C111 14 364 Prof. Dr. dr. Sutji Pratiwi Rahardjo, Sp. T.H.T.K.L(K) Insiden Otitis Eksterna di Rumah Sakit Mitra Husada Makassar Periode Juni 2015 - Juni 2016

    ABSTRAK

    Latar Belakang : Otitis eksterna merupakan radang telinga yang bersifat akut maupun kronis disebabkan oleh adanya perubahan pH telinga yang asam menjadi basa, bakteri, trauma lokal pada telinga, alergi, masuknya benda asing serta riwayat penyakit diabetes melitus. Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis sehingga memiliki suhu dan kelembaban yang menjadi kriteria faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna. Pasien dengan otitis eksterna umumnya datang dengan keluhan rasa sakit pada telinga, terutama saat di tekan dan mengunyah. Bila peradangan tersebut tidak segera diobati secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti nyeri, gatal, dan mungkin telinga berbau bisa menetap.

    Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif, melalui penggunaan rekam medik pasien otitis eksterna sebagai data penelitian. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode total sampling.

    Hasil : Jumlah pasien otitis eksterna di Rumah Sakit Mitra Husada Makassar periode Juni 2015 – Juni 2016 didapatkan sebanyak 148 orang. Diketahui bahwa secara keseluruhan kelompok pasien dari usia dewasa (18 - 40 tahun) tercatat 43,24%, laki-laki mempunyai angka tertinggi yaitu 54,05%. Sebagian besar datang dengan keluhan otalgia sekitar 51.35%.

    Kesimpulan : Sebagian besar kasus otitis eksterna di Rumah Sakit Mitra Husada Makassar periode Juni 2015 - Juni 2016 adalah pada usia dewasa, laki-laki, dan sebagian besar dari mereka datang dengan keluhan utama otalgia.

    Kata Kunci : Insiden , Otitis Eksterna, Rumah Sakit Mitra Husada Makassar.

  • vii

    THESIS

    FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS HASANUDDIN

    November,2017

    Andi Nurkamila Putri Rahman, C111 14 364 Prof. Dr. dr. Sutji Pratiwi Rahardjo, Sp. T.H.T.K.L(K) Incidence of External Otitis at Mitra Husada Hospital Makassar Period June 2015 - June 2016

    ABSTRACT

    Background: Otitis externa is an acute or chronic ear inflammation caused by changes in acid to base of pH ear, bacteria, local trauma to the ear, allergies, unwanted object entry to the ear and history of diabetes melitus. Indonesia is a tropical country in which temperature and humidity become predispose factor for the occurrence of otitis externa. Patients with otitis externa generally come with pain complaints on the ear, especially when pressed and chewed. If the inflammation is not treated promptly, the pain on ear, itching, and possibly odorless ears can persist.

    Research Methods: This research used descriptive method with retrospective

    approach. Medical records of otitis externa patients was used as research data which

    taken by total sampling method.

    Results: The number of otitis externa at Mitra Husada Hospital Makassar period June

    2015 - June 2016 was 148 people. In which recorded from adult patients (18-40 years)

    is 43.24% and the males suffering the highest number of 54.05%, most of which came

    with otalgia complaints of 51.35%.

    Conclusions: Most cases of otitis externa at Mitra Husada Hospital Makassar in the

    period of June 2015 - June 2016 are in adult, male, and most of them come with the

    otalgia complaint.

    Key Words : Incidence, Otitis Externa, Mitra Husada Hospital Makassar.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-

    Nya skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini

    dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

    Sarjana Kedokteran (S.Ked.) pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

    Jutaan terima kasih dengan tulus ikhlas kepada kedua orang tua yang telah dengan

    sabar, tabah dan penuh kasih sayang serta selalu memanjatkan doa dan dukungannya

    selama masa studi penulis. Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima

    kasih yang mendalam kepada Prof. Dr. dr. Sutji Pratiwi Rahardjo, Sp. T.H.T.K.L(K),

    selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan sabar memberikan

    arahan, koreksi dan bimbingannya tahap demi tahap penyusunan skripsi ini. Waktu

    yang beliau berikan merupakan kesempatan berharga bagi penulis untuk belajar.

    Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

    1. Kepala Rumah Sakit Pendidikan Makassar dan staf.

    2. Kepala Rumah Sakit Mitra Husada Makassar dan staf.

    3. Pimpinan dan staf-staf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

    4. Seluruh keluarga dan dosen-dosen penulis yang juga telah memberikan dorongan

    dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

    5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat

    penulis sebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, untuk itu

    dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak

    demi kesempurnaan skripsi ini. Namun demikian, dengan segala keterbatasan yang ada,

    mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang banyak. Akhirnya penulis

  • ix

    berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan imbalan yang setimpal

    kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Amin.

    Makassar, 24 Oktober 2017

    Penulis

  • x

    DAFTARISI

    HALAMANJUDUL.........................................................................................................i

    HALAMANPENGESAHAN............................................................................................ii

    HALAMANPERSETUJUANCETAK................................................................................iv

    LEMBARPERNYATAANORISINALITASKARYA..............................................................v

    ABSTRAK......................................................................................................................vi

    KATAPENGANTAR.....................................................................................................viii

    DAFTARISI...................................................................................................................x

    DAFTARTABEL............................................................................................................xiii

    DAFTARGRAFIK.........................................................................................................xiv

    DAFTARGAMBAR.......................................................................................................xv

    DAFTARLAMPIRAN...................................................................................................xvi

    BABIPENDAHULUAN

    1.1.LatarBelakangMasalah............................................................................ 1

    1.2.RumusanMasalah.................................................................................... 2

    1.3.TujuanPenelitian..................................................................................... 2

    1.3.1.TujuanUmum.............................................................................. 2

    1.3.2.TujuanKhusus............................................................................. 2

    1.4.Manfaat...................................................................................................... 3

    BABIITINJAUANPUSTAKA

    2.1.OtitisEksterna.......................................................................................... 4

    2.1.1.Anatomi....................................................................................... 4

    2.1.2.DefinisiOtitisEksterna................................................................ 7

    2.1.3.Klasifikasi..................................................................................... 7

  • xi

    2.1.4.Etiologi......................................................................................... 8

    2.2.5.FaktorResiko............................................................................... 10

    2.2.6.Patogenesis................................................................................. 11

    2.2.7.TandadanGejala......................................................................... 12

    2.2.8.Diagnosis..................................................................................... 14

    2.2.9.Penatalaksanaan.......................................................................... 14

    2.2.10.DiagnosisBanding...................................................................... 16

    BABIIIKERANGKAKONSEPTUALDANDEFINISIOPERASIONAL

    3.1.DasarPemikiranVariabelYangDiteliti..................................................... 17

    3.2.KerangkaTeori........................................................................................ 17

    3.3.KerangkaKonsep...................................................................................... 18

    3.4.DefenisiOperasional................................................................................. 18

    3.4.1.JenisKelamin............................................................................... 18

    3.4.2.Umur........................................................................................... 19

    3.4.3.KeluhanUtama............................................................................ 19

    BABIVMETODOLOGIPENELITIAN

    4.1.DesainPenelitian..................................................................................... 20

    4.2.LokasidanWaktuPelaksanaanPenelitian................................................ 20

    4.2.1.LokasiPenelitian.......................................................................... 20

    4.2.2.WaktuPenelitian......................................................................... 20

    4.3.Populasidansampel................................................................................ 20

    4.3.1.Populasidalampenelitianini...................................................... 20

    4.3.2.Sampel......................................................................................... 20

    4.4.CaraPengambilanData............................................................................ 21

  • xii

    4.4.1.KriteriaInklusi.............................................................................. 21

    4.4.2.KriteriaEksklusi........................................................................... 21

    4.5.JenisDatadanInstrumenPenelitian....................................................... 21

    4.5.1.JenisData..................................................................................... 21

    4.5.2.InstrumenPenelitian................................................................... 21

    4.6.ManajemenPenelitian............................................................................. 22

    4.7.EtikaPenelitian........................................................................................ 22

    BABVHASILPENELITIAN................................................................................ 23

    BABVIPEMBAHASAN..................................................................................... 28

    BABVIIKESIMPULANDANSARAN

    7.1.Kesimpulan..................................................................................... 32

    7.2.Saran............................................................................................... 32

    DAFTARPUSTAKA..........................................................................................34

    LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 5.1. Insiden Pasien Otitis Eksterna Berdasarkan Jenis Kelamin ................. 23

    Tabel 5.2. Insiden Pasien Otitis Eksterna Berdasarkan Kelompok Umur ............ 24

    Tabel 5.3. Insiden Pasien Otitis Eksterna Berdasarkan Keluhan Utama .............. 26

  • xiv

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 5.1. Diagram bar distribusi pasien otitis eksterna berdasarkan jenis kelamin

    yang berobat ke Rumah Sakit Mitra Husada Makassar, Juni 2015 – Juni

    2016 .................................................................................................... 24

    Grafik 5.2. Diagram bar distribusi pasien otitis eksterna berdasarkan kelompok umur

    yang berobat ke Rumah Sakit Mitra Husada Makassar, Juni 2015 – Juni

    2016 .................................................................................................... 25

    Grafik 5.3. Diagram bar distribusi pasien otitis eksterna berdasarkan keluhan utama

    yang berobat ke Rumah Sakit Mitra Husada Makassar, Juni 2015 – Juni

    2016 .................................................................................................... 26

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Anatomi Telinga .............................................................................. 4

    Gambar 3.1. Kerangka Teori ................................................................................ 17

    Gambar 3.2. Kerangka Konsep ............................................................................. 18

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Jadwal Penelitian

    Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

    Lampiran 3. Surat Balasan Persetujuan Izin Penelitian

    Lampiran 4. Rekomendasi Persetujuan Etik

    Lampiran 5. Data Pasien Otitis Eksterna di Rumah Sakit Mitra Makassar periode Juni

    2015 - Juni 2016

    Lampiran 6. Biodata Peneliti

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Otitis eksterna merupakan radang telinga luar yang bisa bersifat akut maupun

    kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang

    mempermudah terjadimya radang telinga luar bila terjadi perubahan pH di liang

    telinga, yang biasanya normal atau bersifat asam. Bila pH menjadi basa, proteksi

    terhadap infeksi menurun (Helmi,et.al,2007). Umumnya pasien otitis eksterna

    datang dengan keluhan rasa sakit pada telinga, terutama saat di tekan dan

    mengunyah. Bila peradangan tersebut tidak segera diobati secara adekuat, maka

    keluhan-keluhan seperti nyeri,gatal, dan mungkin telinga berbau bisa menetap

    (Amri, et.al,2013).

    Di Amerika Utara (2012) kasus otitis eksterna akut ditemukan sekitar 98%

    disebabkan oleh adanya bakteri. Tersering adalah Pseudomonas aeruginosa dan

    Staphylococcus aureus. Sekitar sepertiga dari kasus tersebut merupakan

    polymikrobial, sedangkan patogen jamur terutama spesies dari Aspergillus dan

    Candida lebih sering dijumpai pada lingkungan tropis atau sub tropis. Pada

    periode terutama musim panas otitis eksterna akut jumlahnya akan meningkat

    dengan insiden lebih sering ditemukan pada negara iklim tropis (Schaefer,

    et.al,2012).

    Pada suatu penelitian di Belanda (1998), tercatat insiden otitis eksterna akut

    sekitar 12-14/1000 penduduk pertahun, sedang di Inggris (1997) dilaporkan

  • 2

    prevalensinya lebih dari 1% dalam satu tahun (Balen, et.al,2003). Berdasarkan

    data yang dikumpulkan mulai periode Januari - Desember 2000 di Poliklinik

    THT-KL RS H.Adam Malik Medan (2000), dilaporkan dari 10746 kunjungan

    baru ditemukan 867 kasus (8,07%) otitis eksterna, 282 kasus (2,62%) otitis

    eksterna difus dan 585 kasus (5,44%) otitis eksterna sirkumskripta (Surbakti,

    R.,2003).

    Berdasarkan uraian diatas, dimana insiden otitis eksterna meningkat terutama

    di daerah tropis, maka hal ini mendorong penulis melakukan suatu penelitian

    untuk memperoleh data informasi mengenai insiden otitis eksterna di Poliklinik

    THT-KL RS Mitra Husada Makasssar periode Juni 2015 – Juni 2016.

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, maka rumusan

    masalah dari penelitian ini adalah apakah insiden otitis eksterna meningkat

    selama periode Juni 2015 – Juni 2016 di Poliklinik THT-KL RS Mitra Husada

    Makasaar.

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk memperoleh data terbaru tentang insiden otitis eskterna di

    Poliklinik THT-KL RS Mitra Husada Makasssar periode Juni 2015 – Juni

    2016.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Untuk mengetahui distribusi pasien otitis eksterna di Poliklinik THT-

    KL RS Mitra Husada Makasssar berdasarkan jenis kelamin, umur, dan

    keluhan utama.

  • 3

    1.4 Manfaat Penelitian

    1. Bagi peneliti merupakan pengalaman yang berharga dalam memperluas

    wawasan dan pengetahuan tentang otitis eksterna.

    2. Sebagai sumber data bagi RS Mitra Husada Makassar mengenai insiden

    otitis eksterna.

    3. Bagi peneliti lain,dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang sama

    atau berkaitan.

  • 4

    BAB2TINJAUANPUSTAKA

    2.1 Otitis Eksterna

    2.1.1AnatomiTelinga

    Secara anatomi, telinga terbagi tiga bagian yaitu bagian luar, bagian

    tengah, dan bagian dalam.Telinga luar terbagi atas daun telinga, liang telinga

    dan bagian lateral dari membran timpani. Daun telinga dibentuk oleh tulang

    rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Daun telinga terletak di kedua sisi

    kepala, merupakan lipatan kulit dengan dasarnya terdiri dari tulang rawan yang

    juga ikut membentuk liang telinga bagian luar. Hanya cuping telinga atau

    lobulus yang tidak mempunyai tulang rawan, tetapi terdiri dari jaringan lemak

    dan jaringan fibros. Permukaan lateral daun telinga mempunyai tonjolan dan

    daerah yang datar.Tepi daun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada

    Gambar 2.1 Anatomi Telinga

  • 5

    bagian postero-superiornya terdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga

    (Darwin’tubercle). Pada bagian anterior heliks terdapat lengkungan disebut

    anteheliks. Bagian superior anteheliks membentuk dua buah krura dan bagian di

    kedua krura ini disebut fosa triangulari. Di atas kedua krura ini terdapat fosa skafa.

    Di depan anteheliks terdapat konka ,yang terdiri atas bagian yaitu simba konka

    ,yang merupakan bagian antero superior konka yang ditutupi oleh krus heliks dan

    kavum konka yang terletak dibawahnya berseberangan dengan konka dan dibawah

    krus heliks terdapat tonjolan kecil berbentuk segi tiga yang disebut tragus. Bagian

    diseberang tragus yang terletak pada batas bawah anteheliks disebut antitragus.

    Tragus dan antitragus dipisahkan oleh celah intertragus. Lobulus yang terletak

    dibawah anteheliks tidak mempunyai tulang rawan dan terdiri dari jaringan ikat

    serta jaringan lemak. Di permukaan posterior daun telinga terdapat pula tonjolan

    dan cekungan yang namanya sesuai dengan anatomi yang membentuknya yaitu

    sulkus heliks, sulkus krus heliks, fosa antiheliks, eminensia konka dan eminensia

    skafa. Rangka tulang rawan daun telinga dibentuk oleh lempengan fibrokartilago

    elastik. Tulang rawan tidak terbentuk pada lobulus dan bagian daun telinga diantara

    krus heliks dan tulang rawan daun telinga ditutupi oleh kulit dan di hubungkan

    dengan sekitar nya oleh ligametum dan otot-otot. Tulang rawan daun telinga

    berhubungan dengan tulang rawan liang telinga melalui bagian yang disebut

    isthmus pada permukaan posterior perlekatannya tidak terlalu erat oleh adanya

    lapisan lemak subdermis yang tipis. Kulit daun telinga ditutupi oleh rambut-rambut

    halus yang mempunyai kelenjar sebasea pada akarnya. Kelenjar ini banyak terdapat

    di konka dan fosa skafa (Shambaugh, GE.,1990; Senturia, HB.,1980).

  • 6

    Ke arah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi

    hampir sepertiga lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang

    yang ditutupi kulit melekat erat dan berhubungan dengan membran timpani.

    Liang telinga atau saluran telinga merupakan saluran yang berbentuk seperti

    huruf S. Pada 1/3 proksimal memiliki kerangka tulang rawan dan 2/3 distal

    memiliki kerangka tulang sejati. Saluran telinga mengandung rambut-rambut

    halus dan kelenjar lilin. Rambut-rambut halus berfungsi untuk melindungi

    liang telinga dari kotoran, debu dan serangga, sementara kelenjar sebasea

    berfungsi menghasilkan serumen. Serumen merupakan hasil produksi kelenjar

    sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu.

    Kelenjar sebasea terdapat pada kulit liang telinga. Bentuk daun telinga dengan

    berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan

    panjang sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar

    3500 Hz (Browning, GG.,1997).

    Bentuk dari daun telinga dan liang telinga luar menyebabkan benda asing

    serangga dan air sulit memasuki liang telinga bagian tulang. Antara tragus dan

    antitragus merupakan garis pertahanan pertama terhadap kontaminasi dari

    liang telinga. Garis pertahanan kedua dibentuk oleh tumpukan massa serumen,

    yang mengisi sebagian liang telinga bagian tulang rawan tepat dimedial

    orifisium liang telinga. Garis pertahanan ketiga tulang rawan dan bagian tulang

    liang telinga, hal ini sering lebih terbentuk oleh dinding liang telinga yang

    cembung. Penyempitan ini membuat sulitnya serumen menumpuk atau benda

    asing memasuki lumen liang telinga bagian tulang dan membran timpani

    (Shambaugh, GE.,1990; Senturia, HB.,1980).

  • 7

    Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-

    saraf kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga

    saraf trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga,

    dinding anterior dan superior liang telinga dan segmen depan membrana

    timpani. Permukaan posteromedial daun telinga dan lobulus dipersarafi oleh

    fleksus servikal saraf aurikularis mayor. Cabang aurikularis dari saraf fasialis

    (N.VII), glosfaringeus (N.IX) dan vagus (N.X) menyebar ke daerah konka dan

    mensyarafi dinding posterior dan inferior liang telinga dan segmen posterior

    dan inferior membrana timpani (Senturia, HB.,1980).

    2.1.2 Definisi Otitis Eskterna

    Otitis eksterna adalah radang liang telinga yang bisa bersifat akut maupun

    kronis yang disebabkan oleh bakteri, terlokalisir atau difus, disertai rasa sakit

    telinga. Faktor ini sebagai penyebab timbulnya otitis eksterna, disamping

    faktor-faktor lain seperti adanya kelembaban, penyumbatan liang telinga,

    trauma lokal dan alergi. Sehingga menyebabkan berkurangnya lapisan

    protektif yang berdampak edema dari epitel skuamosa. Bila berlangsung terus

    menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri akan masuk melalui

    kulit, terjadi infeksi. Bakteri patogen pada otitis eksterna adalah

    Pseudomonas (41 %), diikuti Strepococcus (22%), Staphylococcus aureus

    (15%) dan Bakteroides (11%) (Browning, GG.,1997).

    2.1.3 Klasifikasi

    Otitis eksterna di klasifikasikan sebagai berikut (Helmi, et.al,2007) :

  • 8

    a. Otitis eksterna sirkumskripta, yaitu infeksi pada pilosebaseus yang akan

    membentuk furunkel.

    b. Otitis eksterna difus, jika infeksi yang mengenai kulit liang telinga. Pada

    pemeriksaan otoskopi terlihat liang telinga edema dengan mukosa

    hiperemis.

    c. Otomikosis, yaitu infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh faktor

    kelembaban yang tinggi di daerah tersebut.

    d. Herpes zoster otikus

    e. Infeksi kronis liang telinga

    f. Keratosis obturans dan kolesteatoma eksterna

    g. Otitis eksterna maligna, bila infeksi terjadi difus di liang telinga luar dan

    struktur lain di sekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua yang disertai

    penyakit diabetes melitus.

    2.1.4 Etiologi

    Otitis eksterna sering dijumpai 4 dari 1000 orang (0,4%), kebanyakan

    dijumpai pada usia remaja dan dewasa muda. Terdiri dari adanya inflamasi,

    iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar, dapat disertai riwayat pemaparan

    terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang

    telinga. Berenang dengan air tercemar merupakan salah satu penyebab

    terjadinya otitis eksterna (swimmer’s ear) (Shambaugh GE,1990).

  • 9

    Adapun yang termasuk otitis eksterna adalah :

    A. Otitis eksterna sirkumskripta disebabkan oleh infeksi pada pilosebaseus

    yang membentuk furunkel. Kuman penyebab Staphylococcus aureus

    atau Staphylococcus albus. Sedangkan, otitis eksterna difus biasanya

    mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Kebanyakan disebabkan

    alergi pemakaian topikal obat tetes telinga.Alergen yang paling sering

    adalah antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn, gentamicin,

    polimixin, anti bakteri (clioquinol, Holmes dkk, 1982) dan anti histamin.

    Sensitifitas poten lainnya adalah metal dan khususnya nikel yang sering

    muncul pada kertas dan klip rambut yang digunakan untuk mengorek

    telinga (Browning, GG.,1997). Kuman penyebab dari golongan

    Pseudomonas, kuman lain yang dapat sebagai penyebab seperti

    Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya (Helmi,

    et.al,2007).

    B. Otomikosis paling sering disebabkan oleh Aspergilus (60% - 90%) dan

    Pityrosporum. Kadang-kadang ditemukan juga Candida albicans (10%-

    40%) atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya sisik

    yang menyerupai ketombe dan sebagai predisposisi otitis eksterna

    bakterialis (Helmi, et.al,2007 ; Loh, et.al,1998 ; Kaur, et.al,2000).

    C. Herpes zoster otikus yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster.

    Virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf kranial. Dapat

    mengenai saraf trigeminus, ganglion genikulatum dan radiks servikalis

    bagian atas. Disebut sebagai sindroma Ramsay Hunt (Helmi, et.al,2007).

  • 10

    D. Infeksi kronis liang telinga terjadi, jika infeksi bakteri maupun jamur yang

    tidak diberikan pengobatan dan perawatan dengan baik, dapat

    menimbulkan iritasi kulit yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti

    trauma berulang, adanya benda asing, penggunaan cetakan (mould) pada

    alat bantu dengar (hearing aid) dapat menyebabkan radang kronis

    (Helmi, et.al,2007).

    E. Keratosis obturans disebabkan oleh proses radang kronis, serta migrasi

    epitel. Dahulu, keratosis obturans dan kolesteatoma dianggap sebagai

    penyakit dengan proses terjadinya sama seperti otitis eksterna. Oleh karena

    itu, sering tertukar penyebutannya. Keratosis obturans sering ditemukan

    pada usia muda serta sering dikaitkan dengan rinosinusitis dan

    bronkiektasi. Sedangkan kolesteatoma ditemukan hanya pada satu sisi

    telinga yang lebih sering ditemukan pada usia dewasa (Helmi, et.al,2007).

    F. Otitis eksterna maligna, kelainann patologik yang penting adalah terjadi

    osteomyelitis yang disebabkan oleh kuman Pseudomonas aeroginosa.

    Penebalan endotel yang mengiringi diabetes mellitus yang diakibatkan

    oleh infeksi aktif akan menimbulkan kesulitan dalam pemberian

    pengobatan secara adekuat (Helmi, et.al,2007).

    2.1.5 Faktor Risiko

    Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah perubahan pH yang

    terjadi di liang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi

    basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan yang hangat dan

  • 11

    lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Pada pasien diabetes melitus, pH

    telinga menjadi lebih tinggi sehingga kondisi ini menyebabkan pasien lebih

    rentan terkena otitis eksterna. Akibat faktor immunocompromize dan

    mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna maligna

    (Helmi, et.al,2007). Kelembaban merupakan faktor penting terjadinya otitis

    eksterna. Disamping air kolam renang bisa menyebabkan iritasi kulit yang

    merupakan sumber kontaminasi bakteri.

    Hoadley dan Knight (1980)

    melaporkan bahwa sakit telinga terjadi 2,4 kali lebih sering pada perenang

    dari pada yang bukan perenang.

    Faktor penyebab tersering dari otitis eksterna

    terjadi pada lingkungan panas dan lembab jarang dijumpai pada iklim sejuk

    dan kering (Senturia HB, 1980; Shambaugh GE, 1990). Predisposisi otitis

    ekstesrna yang lain seperti trauma ringan ketika mengorek telinga

    (Helmi,et.al,2007). Cederanya kulit telinga memungkinkan invasi organisme

    eksogen melalui permukaan superfisial dari epidermis yang biasanya resisten

    terhadap bakteri. Bentuk trauma seperti ini terjadi bila memasukan benda-

    benda asing kedalam liang telinga didalam usaha untuk mengurangi rasa gatal

    pada liang telinga, terlebih pada lingkungan yang panas dan lembab

    (Senturia, HB.,1980; Balenger, JJ.,1997).

    2.1.6 Patogenesis

    Sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan

    dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud

    (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan

    tersebut, sehingga sel-sel kulit mati menumpuk. Masalah ini juga diperberat

  • 12

    oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga (Oghalai,

    JS.,2013). Auditoris eksternal memiliki beberapa pertahanan khusus,

    serumen membentuk lapisan asam yang mengandung lisozim dan zat lain

    yang menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Serumen yang berlebihan

    atau telalu kental dapat menyebabkan penyumbatan, retensi air dan kotoran,

    serta infeksi (Murtaza, et.al,2015). Kulit yang basah, lembab, hangat, dan

    gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan

    bakteri dan jamur.

    Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan

    berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa.

    Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk

    melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu

    terjadinya iritasi, setelah timbul infeksi dan terjadi pembengkakan yang

    akhirnya menimbulkan rasa nyeri pada telinga.

    Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu kemudian menimbulkan

    perubahan rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan

    mengeluarkan cairan / nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga

    (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan

    terjadilah penurunan pendengaran (Oghalai, JS.,2013).

    2.1.7 Tanda dan Gejala

    Gejala pada otitis eksterna sirkumskripta ialah rasa tersumbat dan nyeri

    telinga. Hal ini disebabkan oleh adanya kulit liang telinga yang tidak

    mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada

  • 13

    saat penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat timbul secara spontan pada

    waktu membuka mulut. Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran.

    Sedangkan pada otitis eksterna difus gejalanya ialah nyeri tekan tragus,

    edema liang telinga, kadang kelenjar getah bening regional membesar disertai

    nyeri tekan. Kadang ditemukan sekret yang berbau (Helmi, et.al,2007).

    Gejala otomikosis biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang

    telinga, tetapi sering tanpa keluhan. Pada herpes zoster otikus akan tampak

    lesi kulit yang vesikuler pada kulit di daerah muka sekitar liang telinga,

    otalgia dan terkadang disertai paralisis otot wajah. Pada infeksi kronis liang

    telinga akan terjadi stenosis atau penyempitan liang telinga karena

    terbentuknya jaringan parut (sikatriks) (Helmi, et.al,2007).

    Lain halnya dengan keratosis obturans bisa ditemukan gumpalan

    epidermis di liang telinga yang disebabkan oleh terbentuknya sel epitel secara

    berlebihan yang tidak bermigrasi ke arah telinga luar. Terdapat tuli konduktif,

    nyeri hebat, liang telinga yang lebih lebar, membran timpani utuh tapi

    mukosanya lebih tebal dan jarang ditemukan sekresi telinga. Erosi tulang

    pada liang telinga terjadi pada keratosis obturans serta koleastoma eksterna.

    Hanya saja, pada keratosis obturans, erosi tulang yang terjadi sifatnya

    menyeluruh sehingga tampak liang telinga menjadi lebih luas. Sementara

    pada kolesteatoma eksterna, erosi tulang terjadi hanya di daerah postero

    inferior. Pada koleastoma sering ditemukan otore dan nyeri menahun serta

    pendengaran terganggu (Helmi, et.al,2007).

    Gejala otitis eksterna maligna timbul rasa gatal di liang telinga yang

    dengan cepat diikuti nyeri, telinga dengan sekret yang banyak serta terjadi

  • 14

    pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri itu akan semakin hebat,

    liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi. Saraf fasial dapat terkena,

    sehingga menimbulkan paresis atau paralisis facial (Helmi, et.al,2007).

    2.1.8 Diagnosis

    Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan :

    A. Anamnesis

    Ditemukan keluhan berupa rasa gatal pada telinga, sekret serous

    dan/atau purulen, tinnitus, nyeri tekan pada daun telinga, rasa nyeri

    pada telinga saat mengunyah, dan rasa penuh (Helmi, et.al,2007).

    B. Pemeriksaan Fisik

    1. Pemeriksaan liang telinga tampak saat inspeksi liang telinga

    kemerahan, disertai edema. Keluhan rasa nyeri terutama saat

    menggerakkan rahang (mengunyah), menekan tragus atau saat

    menggerakkan daun telinga.

    2. Adanya inflamasi,muka liang telinga hiperemis, edema yang terlihat

    pada liang telinga luar dan jaringan lunak periaurikuler.

    3. Nyeri hebat, ditandai adanya kekakuan pada jaringan lunak pada

    ramus mandibula dan mastoid.

    4. Membran timpani biasanya intak.

    (Garry, et.al,2010; Piercefield, et.al, 2007).

    2.1.9 Penatalaksanaan

    Penanganan awal otitis eksterna adalah penanganan nyeri, membersihkan

    debris dari kanalis auditorius eksternal dengan cara menggunakan kapas

    aplikator ataupun irigasi, pemberian obat topikal untuk mengontrol edema,

  • 15

    kortikosteroid diberikan dengan tujuan untuk menurunkan inflamasi

    (Waitzman, AA.,2017).

    a. Penanganan otitis eksterna sirkumskrsipta

    Terapi lokal diberikan antibiotik berupa salep, seperti polymixin B atau

    bacitracin, atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol). Jika dinding

    furunkel tebal dapat dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain)

    untuk mengeluarkan nanahnya. Hanya diberikan obat simptomatik seperti

    analgetik dan pemberian antibiotik sistemik (Helmi, et.al,2007).

    b. Otitis eksterna difus

    Membersihkan liang telinga dari sekret. Setelahnya pemasangan tampon

    ke liang telinga agar terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit

    yang meradang. Kadang-kadang diperlukan antibiotik sistemik (Helmi,

    et.al,2007).

    c. Otomikosis

    Membersihkan liang telinga dengan cara memberikan larutan asam asetat

    2% dalam alkohol, larutan iodium povidon 5% atau tetes telinga yang

    mengandung campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang

    telinga. Obat anti jamur yang mengandung nystatin klotrimazol sebagai

    salep kadang diperlukan yang diberikan secara topikal (Helmi, et.al,2007).

    d. Infeksi kronis liang telinga

    Pengobatannya memerlukan operasi rekontruksi liang telinga (Helmi,

    et.al,2007).

    e. Keratosis obturans dan Kolesteatoma eksterna

  • 16

    Debris dibersihkan secara berkala setelah gumpalan keratin dikeluarkan,

    sedangkan pada kolesteatoma perlu dilakukan operasi agar kolesteatoma

    dan tulang nekrotik bisa diangkat sempurna (Helmi, et.al,2007).

    f. Otitis eksterna maligna

    Pengobatan harus cepat diberikan, sesuai dengan hasil kultur dan resistensi

    kuman mengingat kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas

    aeroginosa, diberikan anatibiotik dosis tinggi yang sesuai dengan kuman

    penyebab. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi, bisa diberikan

    golongan fluoroquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi secara oral. Pada

    keadaan yang lebih berat diberikan antibiotik golongan aminoglikosida

    selama 6-8 minggu. Antibiotik yang sering digunakan seperti golongan

    ciprofloxasin, ticarcilin-clavulanat, piperacilin (dikombinasi dengan

    aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime (maxipime),

    tombramicin (kombinasi dengan aminoglikosida), gentamicin (kombinasi

    dengan golongan penicillin). Sering kali diperlukan tindakan

    membersihkan luka (debrideman) secara radikal (Helmi, et.al,2007).

    2.1.10 Diagnosis Banding

    Diagnosis banding antara lain sebagai berikut (Bailey, BJ.,1993) :

    a. Otitis eksterna nekrotik

    b. Otitis eksterna bullosa

    c. Dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis seboroik

    d. Kondroitis

  • 17

    BAB 3

    KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI

    3.1 Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

    Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui insiden otitis eksterna

    di poliklinik THT-KL Rumah Sakit Mitra Husada Makassar, sehingga penulis

    ingin meneliti mengenai insiden penyakit otitis eksterna berdasarkan jenis

    kelamin, usia, dan keluhan utama.

    3.2 Kerangka Teori

    Faktor predisposisi

    Lapisan protektif berkurang

    Kandungan air dari stratum korneum

    meningkat

    Edema

    Terpapar panas & lembab terus -

    menerus

    Gatal

    Iritasi

    Infeksi

    Cairan/nanah menumpuk dalam

    liang telinga

    Otitis eksterna

    Perubahan rasa nyaman pada

    telinga

    Maserasi & ekfoliasi tidak

    terjadi

    Gambar 3.1 Kerangka Teori

  • 18

    3.3 Kerangka Konsep

    Berdasarkan teori yang telah dipaparkan dan ditelaah dari berbagai sumber,

    maka kerangka konsep yang berhubungan dengan penelitian ini dapat

    dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 3.2. Kerangka Konsep

    Keterangan gambar :

    : Variabel Dependen

    : Variabel Indipenden

    3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

    3.4.1 Jenis Kelamin

    Perbedaan seksual saat berobat di Poliklinik THT-KL RS Mitra Husada

    Makassar, dengan menggunakan alat ukur yang diperoleh dari rekam

    medik. Cara ukur dengan cara mencatat variabel jenis kelamin sesuai

    yang tercantum pada rekam medik. Hasil ukur, dibedakan

    a) Laki-laki

    b) Perempuan

    Jenis Kelamin

    Umur

    Keluhan Utama

    OTITIS EKSTERNA

  • 19

    3.4.2 Umur

    Perbedaan usia saat berobat di Poliklinik THT-KL RS Mitra Husada

    Makassar, dengan menggunakan alat ukur yang diperoleh dari rekam

    medik. Cara ukur dengan cara mencatat variabel usia sesuai yang

    tercantum pada rekam medik. Hasil ukur, dibedakan

    a) Balita : ≤ 5 tahun

    b) Kanak – kanak : 6 – 11 tahun

    c) Remaja : 12 – 17 tahun

    d) Dewasa : 18 – 40 tahun

    e) Lansia : 41 – 65 tahun

    f) Manula : > 65 tahun

    3.4.3 Keluhan Utama

    Perbedaan keluhan utama saat berobat di Poliklinik THT-KL RS Mitra

    Husada Makassar, dengan menggunakan alat ukur yang diperoleh dari

    rekam medik. Cara ukur dengan cara mencatat keluhan utama sesuai

    yang tercantum pada rekam medik dan hasil ukur dari pasien otitis

    eksterna dengan keluhan utama otalgia, otore, penurunan

    pendengaran,pruritus, dan tinnitus.

  • 20

    BAB 4

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

    retrospektif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan

    masalah penelitian yang terjadi berdasarkan insiden penyakit otitis eksterna

    berdasarkan jenis kelamin, umur, dan keluhan utama melalui data dari rekam

    medik sebagai data sekunder penelitian.

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    1. Lokasi Penelitian adalah RS. Mitra Husada Makassar.

    2. Waktu penelitian Oktober 2017

    4.3 Populasi dan Sampel

    4.3.1 Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan penyakit otitis

    eksterna yang datang berobat di rumah sakit Mitra Husada Makassar

    periode Juni 2015 – Juni 2016.

    4.3.2 Sampel

    Sampel penelitian adalah pasien otitis eksterna yang datang berobat

    di poliklinik THT-KL rumah sakit Mitra Husada

  • 21

    Makassar, dengan menggunakan teknik total sampling yaitu mengambil

    semua populasi menjadi sampel, periode Juni 2015 – Juni 2016.

    4.4 Cara Pengambilan Sampel

    4.4.1 Kriteria Inklusi

    1. Terdaftar sebagai pasien otitis eksterna rawat jalan di rumah sakit

    Mitra Husada Makassar, periode Juni 2015 – Juni 2016.

    2. Memiliki rekam medik dengan pengisian yang lengkap.

    4.4.2 Kriteria Ekslusi

    1. Tidak terbacanya data rekam medik.

    2. Terdapat data yang tidak lengkap dari variable yang dibutuhkan.

    4.5 Jenis Data dan Instrumen Penelitian

    1. Jenis Data

    Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh

    melalui rekam medik pasien otitis eksterna yang datang berobat di poliklinik

    THT-KL RS Mitra Husada Makassar, periode Juni 2015 – Juni 2016.

    2. Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian

    adalah rekam medik pasien di poliklinik THT-KL RS Mitra Husada

    Makassar, periode Juni 2015 – Juni 2016.

  • 22

    4.6 Manajemen Penelitian

    1. Pengumpulan Data

    Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data catatan

    rekam medik pasien otitis eksterna di rumah sakit Mitra Husada Makassar,

    periode Juni 2015 – Juni 2016.

    2. Teknik Pengelohan Data

    Data rekam medik yang telah dikumpulkan diolah dengan manual, di

    tabulasi dengan menggunakan Microsoft excel kemudian di analisis, lalu

    disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

    4.7 Etika Penelitian

    Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian ini adalah :

    1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak rumah sakit Mitra

    Husada Makassar sebagai permohonan izin melakukan penelitian.

    2. Setiap subjek akan dijamin kerahasiannya atas data yang diperoleh dari

    rekam medik dengan tidak menuliskan nama pasien, hanya berupa inisial.

  • 23

    BAB 5

    HASIL PENELITIAAN

    Penelitian mengenai Insiden Pasien Otitis Eksterna di RS Mitra Husada

    Makassar Periode Juni 2015 – Juni 2016 dilaksanakan selama dua minggu yang di

    mulai sejak tanggal 11 - 19 Oktober 2017. Yang menjadi sampel pada penelitian ini

    adalah seluruh data rekam medik pasien dengan diagnosis Otitis Eksterna yang

    datang berobat di Instalasi Rawat Jalan THT RS Mitra Husada Makassar Periode

    Juni 2015 – Juni 2016.

    5.1 Hasil Perolehan Data

    Berdasarkan data sekunder yang didapatkan pada rekam medik RS Mitra

    Husada Makassar, dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Microsoft

    Excel dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel yang disertai dengan penjelasan.

    Tabel 5.1

    Insiden Pasien Otitis Eksterna Berdasarkan Jenis Kelamin di Instalasi Rawat Jalan

    RS Mitra Husada Makassar Periode Juni 2015 – Juni 2016

    Jenis Kelamin n (%)

    Laki-Laki 80 54.05%

    Perempuan 68 45.94%

    Total 148 100%

    Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder

  • 24

    Grafik 5.1

    Insiden Pasien Otitis Eksterna Berdasarkan Jenis Kelamin di Instalasi Rawat

    Jalan RS Mitra Husada Makassar Periode Juni 2015 – Juni 2016

    Berdasarkan tabel 5.1 dan grafik 5.1 dapat dilihat bahwa jenis kelamin dari

    pasien otitis eksterna di RS Mitra Husada Makassar tertinggi didapatkan pada laki-

    laki yaitu sebanyak 80 kasus (54.05%) dibandingkan pasien otitis eksterna pada

    perempuan yaitu sebanyak 68 kasus (45.94%).

    Tabel 5.2

    Insiden Pasien Otitis Eksterna Berdasarkan Umur di Instalasi Rawat Jalan RS

    Mitra Husada Makassar Periode Juni 2015 – Juni 2016

    Umur n (%) ≤ 5 tahun 20 13.51%

    6-11 tahun 10 6.75% 12-17 tahun 4 2.70% 18-40 tahun 64 43.24% 41-65 tahun 41 27.70% > 65 tahun 9 6.08%

    Total 148 100% Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder

    40.00%42.00%44.00%46.00%48.00%50.00%52.00%54.00%56.00%

    Laki-Laki Perempuan

    INSIDENOTITISEKSTERNABERDASARKANJENISKELAMIN

    JenisKelamin

  • 25

    Grafik 5.2

    Insiden Pasien Otitis Eksterna Berdasarkan Umur di Instalasi Rawat Jalan RS

    Mitra Husada Makassar Periode Juni 2015 – Juni 2016

    Berdasarkan tabel 5.2 dan grafik 5.2 dapat dilihat bahwa umur dari pasien

    otitis eksterna di RS Mitra Husada Makassar tertinggi didapatkan pada kelompok

    umur 18-40 tahun yaitu sebanyak 64 kasus (43.24%), terbanyak kedua ditemukan

    pada kelompok umur 41-64 tahun yaitu sebanyak 41 kasus (27.70%), lalu

    kelompok umur ≤5 tahun sebanyak 20 kasus (13.51%), kelompok umur 6-11 tahun

    sebanyak 10 kasus (6.75%), kelompok umur >65 tahun sebanyak 9 kasus (6.08%),

    dan paling sedikit ditemukan pada kelompok umur 12-17 tahun sebanyak 4 kasus

    (2.70%).

    0.00%

    10.00%

    20.00%

    30.00%

    40.00%

    50.00%

    ≤5tahun 6-11tahun 12-17tahun 18-40tahun 41-65tahun >65tahun

    13.51%

    6.75%2.70%

    43.24%

    27.70%

    6.08%

    INSIDENOTITISEKSTERNABERDASARKANUMUR

    UMUR(TAHUN)

  • 26

    Tabel 5.3

    Insiden Pasien Otitis Eksterna Berdasarkan Keluhan Utama di Instalasi Rawat

    Jalan RS Mitra HusadaMakassar Periode Juni 2015 – Juni 2016

    Keluhan Utama n (%) Otalgia 76 51.35% Otore 43 29.05%

    Pruritus 19 12.83% Pendengaran 2 1.35%

    Tinnitus 8 5.40%

    Total 148 100% Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder

    Grafik 5.3

    Insiden Pasien Otitis Eksterna Berdasarkan Keluhan Utama di Instalasi Rawat

    Jalan RS Mitra Husada Makassar Periode Juni 2015 – Juni 2016

    Berdasarkan tabel 5.3 dan grafik 5.3 dapat dilihat bahwa keluhan utama dari

    pasien otitis eksterna di RS Mitra Husada Makassar tertinggi didapatkan keluhan

    0.00%

    10.00%

    20.00%

    30.00%

    40.00%

    50.00%

    60.00%

    Otalgia Otore Pruritus Tinnitus PenurunanPendengaran

    51.35%

    29.05%

    12.83%5.40%

    1.35%

    INSIDENOTITISEKSTERNABERDASARKANKELUHANUTAMA

    KeluhanUtama

  • 27

    otalgia sebanyak 76 kasus (51.35%), terbanyak kedua pada keluhan otore yaitu

    sebanyak 43 kasus (29.05%), kemudian keluhan pruritus sebanyak 19 kasus

    (12.83%), diikuti tinnitus sebanyak 8 kasus (5.40%), dan paling sedikit keluhan

    penurunan pendengaran sebanyak 2 kasus (1.35%).

  • 28

    BAB 6

    PEMBAHASAN

    Penelitian tentang insiden otitis eksterna pada pasien rawat jalan di RS

    Mitra Husada Makassar yang telah dilaksanakan pada rumah sakit tersebut.

    Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif yang melihat

    berdasarkan rekam medik pasien. Penelitian bertujuan mengetahui insiden penyakit

    otitis eksterna berdasarkan jenis kelamin, umur, dan keluhan utama. Dari hasil

    penelitian ditemukan bahwa jumlah kasus otitis eksterna pada RS Mitra Husada

    ditemukan sebanyak 148 rekam medik.

    6.1 Jenis Kelamin

    Persentasi kasus otitis eksterna berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

    tabel 5.1 yang menunjukkan bahwa angka dari kriteria jenis kelamin pada otitis

    eksterna rawat jalan di RS Mitra Husada periode Juni 2015 – Juni 2016 yaitu laki-

    laki sebanyak 80 kasus (54.05%) dibandingkan perempuan sebanyak 68 kasus

    (45.94%).

    Adanya perbedaan jumlah subjek laki-laki dan perempuan dalam penelitian

    ini tidak dapat membuktikan apakah jenis kelamin berpengaruh terhadap kejadian

    otitis eksterna karena penelitian ini menerapkan kriteria inklusi dan ekslusi dalam

    penelitian sampel subjek penelitian. Namun, jika dilihat dari penelitian yang telah

    dilakukan sebelumnya, menunjukkan hasil yang sama. Misalnya, sebuah penelitian

    di North Queensland (2013) menunjukkan bahwa dari 49 pasien dengan otitis

    eksterna akut, didominasi oleh pria (72,3%) (Sedjati, et al, 2013).

  • 29

    Namun hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sedjati et

    al di Poliklinik THT-KL-KL BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode

    November – Desember 2013 menunjukkan bahwa pasien dengan jenis kelamin

    perempuan berjumlah 15 orang (68.2%) dibanding laki-laki berjumlah 7 orang

    (31.8%). Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Rupawan pada periode Juni

    – Juli 2010 yang memperoleh data bahwa pasien otitis eksterna terbanyak adalah

    12 orang perempuan (60%) dan sisanya 8 orang laki-laki (40%). (Sedjati, et al,

    2013)

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ibiam F, et al (2013) di rumah sakit

    pendidikan Universitas Nigeria menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

    bermakna antara jenis kelamin dengan otitis eksterna. Berdasarkan hasil penelitian

    tersebut jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap insiden otitis eksterna karena

    patofisologi otitis eksterna tidak dipengaruhi oleh hormon (Ibiam F, et al, 2013).

    6.2 Umur

    Persentasi kasus otitis eksterna berdasarkan jenis umur dapat dilihat pada

    tabel 5.2 yang menunjukkan bahwa angka terbesar dari kriteria umur pada otitis

    eksterna rawat jalan di RS Mitra Husada periode Juni 2015 – Juni 2016 yaitu pada

    kelompok umur 18-40 tahun sebanyak 64 kasus (43.24%) sedangkan kelompok

    umur 12-17 tahun merupakan kelompok umur dengan angka kejadian otitis

    eksterna yang paling rendah yaitu sebanyak 4 kasus (2.70%).

    Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sedjati et al

    (2013) di Poliklinik THT-KL-KL BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

    periode November – Desember 2013 menunjukkan bahwa pasien otitis eksterna

  • 30

    terbanyak pada kelompok umur dewasa 15-49 tahun sebanyak 13 orang (59%). Hal

    ini tidak jauh berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan pada bulan Juni

    – Juli 2010 di Poliklinik THT-KL-KL BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

    menunjukkan dari 20 sampel pasien otitis eksterna terbanyak dari kelompok umur

    31-45 tahun berjumlah 10 orang (50%). Serupa dengan penelitian prospektif

    tentang otitis eksterna akut di rumah sakit pendidikan Universitas Nigeria (2012),

    menunjukkan dari 127 pasien yang terdiagnosa pasien terbanyak adalah kelompok

    usia 23-32 tahun (23,6%). Umumnya, tidak ada hubungan perkembangan otitis

    eksterna dengan umur. (Aryanugraha P,et al, 2012).

    6.3 Keluhan Utama

    Persentasi kasus otitis eksterna berdasarkan keluhan utama dapat dilihat

    pada tabel 5.3 yang menunjukkan bahwa angka terbesar dari kriteria keluhan utama

    pada otitis eksterna rawat jalan di RS Mitra Husada periode Juni 2015 – Juni 2016

    yaitu otalgia sebanyak 76 kasus (51.35%), terbanyak kedua pada keluhan otore

    yaitu sebanyak 43 kasus (29.05%), kemudian keluhan pruritus sebanyak 19 kasus

    (12.83%), keluhan tinnitus sebanyak 8 kasus (5.40%), dan paling sedikit keluhan

    penurunan pendengaran sebanyak 2 kasus (1.35%).

    Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di desa Penebel

    Tabanan dan Yangapi Bangli,Bali (2012). Penelitian tersebut dilaporkan bahwa

    dari keseluruhan pasien otitis eksterna secara umum datang dengan keluhan nyeri

    pada liang telinga luar. Penelitian tersebut sesuai dengan kepustakaan yang

    mengatakan bahwa otalgia atau rasa nyeri pada telinga merupakan keluhan yang

    paling sering dirasakan, tetapi rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang

  • 31

    umum pada tahap awal dari otitis eksterna difus dan sering menadahului terjadinya

    rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Rasa sakit bisa tidak sebanding dengan

    derajat peradangan yang ada, ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari

    liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,

    sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang

    hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan

    kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun

    telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan

    mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh pasien otitis eksterna (Abdullah

    F, 2003).

  • 32

    BAB 7

    KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian tentang Insiden Otitis Eksterna di RS Mitra

    Husada Makassar Periode Juni 2015 – Juni 2016 dilaksanakan selama dua minggu

    di mulai sejak tanggal 11 – 24 Oktober 2017, maka ditarik kesimpulan :

    1. Jumlah pasien otitis eksterna berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada RS

    Mitra Husada Makassar adalah laki-laki sebanyak 80 kasus (54.05%)

    dibandingkan perempuan sebanyak 68 kasus (45.94%).

    2. Jumlah pasien otitis eksterna berdasarkan kelompok umur terbanyak pada

    RS Mitra Husada Makassar adalah pada 18-40 tahun sebanyak 64 kasus

    (43.24%) sedangkan kelompok umur 12-17 tahun menrupakan kelompok

    umur dengan angka kejadian otitis eksterna yang paling rendah yaitu

    sebanyak 4 kasus (2.70%).

    3. Jumlah pasien otitis eksterna berdasarkan keluan utama terbanyak pada

    RS Mitra Husada Makassar adalah otalgia sebanyak 76 kasus (51.35%),

    dan paling sedikit pada keluhan penurunan pendengaran sebanyak 2 kasus

    (1.35%)

    7.2 Saran

    1. Bagi tenaga kesehatan terutama yang bertugas di tingkat layanan primer

    untuk meningkatkan upaya preventif dan promotif kepada masyarakat agar

    lebih menjaga kebersihan dan kesehatan telinga.

  • 33

    2. Bagi Rumah Sakit agar meningkatkan kualitas dan kelengkapan data rekam

    medik agar pengambilan data dapat lebih optimal.

    3. Kepada peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan penelitian ini

    dengan menambah variabel, rentang waktu, atau mempeluas lokasi

    penelitian.

  • 34

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdullah F, 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring Dengan

    Salep Ichthyol (Ichthammol) Pada Otitis Eksterna Akut. Sumatera Utara :

    Bidang Studi Ilmu Penyakit THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas

    Sumatera Utara.

    Amri E, Kadir A, Djufri NI, 2013. Perbandingan Efektifitas Klinis Ofloksasin

    Topikal Dengan Ofloksasin Kombinasi Steroid Topikal Pada Otitis

    Eksterna profunda di Makassar. Makassar : Bagian Ilmu Kesehatan Telinga

    Hidung Tenggorok Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas

    Hasanuddin.

    Aryanugraha PT, Setiawan EP, 2012. Kejadian Otitis Eksterna Pada Masyarakat

    Penebel Tabanan Dan Yangapi Bangli Yang Berkunjung Ke Bakti Sosial

    Staf Medik Fungsional Telinga Hidung Tenggorokan Fakultas Kedokteran

    Universitas Udayana - Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Pada Tahun

    2012. Bali : Vol. 5 No. 1, Januari-April, Hal 60-63.

    Bailey BJ,1993. Head and Neck Surgery Otolaryngology. Vol 11, Philadephia ; J.B.

    Lippicont Company: 1542 - 55.

    Balen FA, Smit WM, Zuithoff NP ,2003. Clinical Efficacy of Three Common

    Treatments. In Acute Otitis Externa in Primary Care : Randomised

    Controlled Trial, Volume 327, Netherlands.

    Balenger JJ,1997. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leber, Jilid

    II, Edisi 13. Alih Bahasa : Staf Ahli THT RSCM, FKUI, Jakarta ; Bina Rupa

    Aksara: 338 - 48.

  • 35

    Browning G.G, 1997 Aetiopathology Of Inflammatory Conditions Of Tile External

    And Middle Ear. Dalam : Scott-Brown's Otolaryngology 6th ed, London.

    Garry, Joseph P, 2010. Otitis Externa, dilihat 22 Mei

    2017,

    Helmi, Hafil AF, Sosialisman, 2007. Kelainan Telinga Luar. Dalam : Soepardi EA,

    Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, edisi: Buku Ajar Ilmu Kesehatan

    Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi ke-6. Jakarta : Balai

    Penerbit FKUI. Hal 58-62

    Ibiam AF, Godwin O, Ezeanolue B, Okoroafor IJ, 2013. Acute Otitis Externa as

    Seen at The University of Nigeria Teaching Hospital, Enugu. Nigeria :

    Otolaryngology Online Journal. Vol 3 Issue 2.

    Kaur R, Mittal N, Kakkar M, Aggarwal AK, Mathur MD, 2000. Otomycosis:

    a clinicomycologic study. Ear Nose Throat J;79:606-9.

    Lee, K.J., 2008. Anatomy of the Ear. In: Lee, K.J. Essential Otolaryngology Head

    & Neck Surgery. 9th ed. USA : McGraw-Hill, pp.8-22

    Loh KS, Tan KK, Kumarasinghe G, Leong HK, Yeok KH, 1998. Otitis externa—

    the clinical pattern in a tertiary institution in Singapore. Ann Acad Med

    Singapore;27:215-8.

    Mustaza M, Patawari P, Sien MM, Muniady RK, Zinatara P, 2015. Acute Otitis

    Externa : Pathophysiology, Clinical presentation, and Treatment. IOSR

    Journal of Dental and Medical Sciences. Volume 14, Issue 7 Ver. I (July.

    2015), PP 73-78

    Piercefield, Emily W. Collier, Sarah A. Hlavsa, Michele C. Beach, Michael J, 2007.

    Estimated Burden of Acute Otitis Externa, United States,dilihat 22 Mei

  • 36

    2017,

    Schaefer,P, Baugh RF,2012. Acute Otitis Externa : An update. University of Toledo

    College of Medicine, Toledo, Ohio, 1;86(11):1055-1061. Dilihat 20 Mei

    2017,

    Sedjati ML, Palandeng OI, Peleali OCP, 2013. Pola Kuman Penyebab Otitis

    Eksterna dan Uji Kepekaan Antibiotik di Poliklinik THT-KL-KL BLU

    RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode November – Desember

    2013. Manado : Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sam

    Ratulangi Manado.

    Senturia HB,1980. Disease of the External Ear, An Otologic Dermatologic. San

    Fransisco ; Manual Grime & Stratton, 2nd ed,: 1 - 16, 31 - 59.

    Surbakti, R,2003. Uji Coba Banding Klinik Pemakaian Larutan Burrowi Saring

    (Aluminium Acetate Solution) dan Tetes Telinga Campuran Antibiotika

    (Framycetine, Gramicidin) dan Steroid Pada Otitis Eksterna Akut, FK.USU

    / RS. H. Adam Malik Medan, 1996: 1 - 73.

    Waitzman AA, 2017. Otitis Externa Treatment and Management. United States,

    dilihat 22 Mei 2017,

  • Lampiran 1. Jadwal Penelitian JADWAL PENELITIAN

    “Insiden Otitis Eksterna di Rumah Sakit Mitra Husada Makassar, Periode Juni 2015 – Juni 2016”

    NO.

    KEGIATAN April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November

    3* 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2 3 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1. Mendapatkan Topik

    2. Penyusunan Proposal

    3. Seminar Proposal

    4. Pengumpulan Data

    5. Pengolahan dan Analisis Data

    6. Penyusunan Laporan

    7. Seminar Hasil

    8. Ujian Akhir Skripsi

    *) Minggu Ke-

  • Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

  • Lampiran 3. Surat Balasan Persetujuan Izin Penelitian

  • Lampiran 4. Rekomendasi Persetujuan Etik

  • Lampiran 5. Data Pasien Otitis Eksterna di Rumah Sakit Mitra Makassar

    Periode Juni 2015 - Juni 2016

    No.

    No. Rekam Medis

    Jenis kelamin Umur Otalgia Otore Pruritus

    Penurunan Pendengaran Tinnitus

    1 01435XX L 42 1 2 0275XX P 25 1 3 0275XX L 33 1 4 0168XX L 24 1 5 0175XX L 77 1 6 0275XX L 4 1 7 0275XX L 19 1 8 0275XX L 26 1 9 0270XX L 50 1 10 0263XX P 18 1 11 0271XX P 42 1 12 0272XX P 54 1 13 0272XX L 1 1 14 0272XX L 31 1 15 0269XX P 19 1 16 0113XX L 40 1 17 0264XX L 43 1 18 0275XX P 5 1 19 0780XX L 25 1 20 0222XX P 25 1 21 0281XX P 1 1 22 0281XX P 29 1 23 0269XX P 18 1 24 0281XX P 46 1 25 0209XX P 18 1 26 0288XX L 6 1 27 0288XX L 8 1 28 0284XX P 52 1 29 0284XX L 60 1 30 0281XX L 31 1

  • 31 0243XX L 60 1 32 0284XX P 55 1 33 0284XX L 45 1 34 0283XX P 18 1 35 0283XX L 20 1 36 0285XX P 90 1 37 0283XX L 43 1 38 0282XX L 20 1 39 0280XX P 15 1 40 0051XX P 41 1 41 0281XX P 19 1 42 0281XX P 66 1 43 0277XX L 38 1 44 0277XX P 1 1 45 0277XX L 28 1 46 0204XX P 46 1 47 0250XX L 11 1 48 0276XX P 4 1 49 0280XX P 44 1 50 0279XX L 21 1 51 0280XX P 20 1 52 0272XX P 30 1 53 0276XX L 66 1 54 0264XX L 74 1 55 0275XX P 27 1 56 0249XX L 28 1 57 0275XX L 44 1 58 0273XX L 12 1 59 0273XX L 28 1 60 0274XX L 4 1

  • 61 0274XX L 19 1 62 0274XX P 35 1 63 0273XX L 21 1 64 0125XX L 73 1 65 0271XX L 20 1 66 0253XX L 3 1 67 0272XX L 27 1 68 0271XX P 38 1 69 0139XX L 57 1 70 0276XX P 5 1 71 0287XX L 7 1 72 0286XX L 51 173 0286XX P 47 1 74 0262XX P 49 1 75 0276XX L 51 1 76 0279XX L 43 1 77 0276XX L 55 1 78 0273XX P 37 1 79 0277XX L 41 1 80 0120XX P 46 1 81 0277XX P 2 1 82 0277XX P 4 1 83 0277XX L 23 184 0285XX L 1 1 85 0286XX P 4 1 86 0190XX P 43 1 87 0285XX L 35 188 0158XX P 45 1 89 0286XX P 30 1 90 0286XX L 1 1

  • 91 0288XX L 51 1 92 0270XX L 52 1 93 0287XX P 7 1 94 0286XX L 26 1 95 0286XX L 70 196 0285XX L 40 1 97 02776XX P 30 1 98 0284XX L 24 1 99 0274XX P 24 1 100 0236XX P 10 1 101 0236XX L 9 1 102 0236XX P 20 1 103 0236XX L 64 1 104 0236XX P 31 1 105 0236XX L 9 1 106 0236XX P 19 1 107 0236XX L 70 1 108 0247XX L 20 1 109 0247XX L 35 1 110 0247XX L 47 1 111 0247XX L 41 1 112 0246XX L 5 1 113 0246XX P 1 1 114 0244XX P 18 1 115 0246XX P 27 1 116 0011XX P 12 1 117 0246XX P 8 1 118 0246XX L 27 1119 0240XX P 20 1 120 0241XX L 1 1

  • 121 0242XX P 22 1 122 0243XX P 24 1 123 0243XX L 49 1 124 0243XX P 33 1125 0243XX L 54 1 126 0243XX L 45 1 127 0243XX P 49 1 128 0243XX L 47 1 129 0129XX L 44 1130 0147XX P 29 1 131 0239XX L 30 1 132 0122XX P 12 1 133 0232XX L 18 1134 0232XX P 60 1 135 0232XX L 40 1 136 0232XX L 31 1 137 0232XX L 1 1 138 0233XX L 54 1 139 0233XX P 21 1 140 0233XX P 44 1 141 0233XX L 6 1 142 0233XX P 71 1 143 0233XX P 27 1 144 0233XX L 1 1 145 0233XX P 4 1 146 0233XX P 38 1 147 0233XX P 21 1 148 0233XX P 28 1 Laki – laki = 80 76 43 19 2 8 Perempuan = 68

  • Lampiran 6. Biodata Diri Penulis

    Biodata Diri Penulis

    Data Pribadi :

    Nama Lengkap : Andi Nurkamila Putri Rahman

    Nama Panggilan : Putri

    Tempat/ Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 23 Februari 1997

    Pekerjaan : Mahasiswa

    Agama : Islam

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Gol. Darah : O

    Nama Orang Tua

    • Ayah : Prof. DR. Ir. A. Rahman Mappangaja MS

    • Ibu : Ir. Yusnidar Yusuf

    Pekerjaan Orang Tua

    • Ayah : Dosen

    • Ibu : IRT

    Anak ke : 7 dari 7 bersaudara

    Alamat saat ini : Jln. Sunu Kompleks UNHAS Baraya blok AX15

    No.Telp : 085299994049

    Email : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    Institution : Faculty of Medicine, Hasanuddin University Completed : 2014 - present Institution : SMA Negeri 17 Makassar

  • Completed : 2014 Institution : SMP Negeri 10 Makassar Completed : 2011 Institution : SD Negeri Kalukuang IV Makassar Completed : 2008

    Riwayat Organisasi :

    1. Member of TBM Calcaneus Hasanuddin University (2015- present)

    2. Member of AMSA-Unhas (2015-present)

    3. Member of Rontgen Photography Hasanuddin University (2015-present)

    4. Member of M2F-Unhas (2015-present)