41
STATUS PENDERITA I. DATA PRIBADI Nama : Tn. A Jenis Kelamin : laki-laki Umur : 33 tahun Bangsa : Indonesia Agama : Islam Pekerjaan : sopir Status : Sudah Menikah Alamat : RT 15 payo lebar II. LATAR BELAKANG SOSIO-EKONOMI-DEMOGRAFI-LINGKUNGAN- KELUARGAl a. Status Perkawinan : menikah b. Jumlah anak : 1 orang c. Status ekonomi keluarga : cukup d. KB : - e. Kondisi Rumah : Pasien tinggal di sebuah rumah yang berukuran 6 x 10 meter dengan atap seng, dinding permanen, lantai keramik dan mempunyai 2 kamar

insom

  • Upload
    sandi

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

insomnia

Citation preview

Page 1: insom

STATUS PENDERITA

I. DATA PRIBADI

Nama : Tn. A

Jenis Kelamin : laki-laki

Umur : 33 tahun

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : sopir

Status : Sudah Menikah

Alamat : RT 15 payo lebar

II. LATAR BELAKANG SOSIO-EKONOMI-DEMOGRAFI-

LINGKUNGAN-KELUARGAl

a. Status Perkawinan : menikah

b. Jumlah anak : 1 orang

c. Status ekonomi keluarga : cukup

d. KB : -

e. Kondisi Rumah :

Pasien tinggal di sebuah rumah

yang berukuran 6 x 10 meter

dengan atap seng, dinding

permanen, lantai keramik dan

mempunyai 2 kamar tidur. Serta

mempunyai ventilasi yang cukup

untuk pencahayaan dan pertukaran

udara. Dapur rumah pasien

dipenuhi tumpukan piring dan

gelas. sumber air minum

menggunakan PDAM, dan sumber

penerangan menggunakan listrik,

Page 2: insom

Kamar mandi menggunakan wc

jongkok keadaan sekitar rumah

kurang baik.

f. Kondisi Lingkungan Keluarga :

Pasien tinggal bersama istri, 1

orang anak dan istri bekerja

sebagai IRT sedangkan pasien

sebagai sopir. Interaksi antar

anggota keluarga baik dan tampak

harmonis.

g. Kondisi ekonomi :

Kondisi ekonimi pasien cukup.

III. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Sulit tidur sejak 2 minggu yang lalu

Perjalanan Penyakit :

Sejak 2 minggu yang lalu pasien mengeluhkan sulit tidur. Keluhan sulit

tidur yang dialami pasien adalah kesulitan untuk mengawali tidur. Pasien

biasanya baru bisa tertidur pukul 04.00 am. Sejak 1 minggu yang lalu

keluhan pasien semakin parah. Pasien benar-benar tidak bisa tidur

semalaman. Pasien merasa badannya kelelahan dan makin hari semakin

lemas karena tidak pernah tidur. Pasien merasa sangat mengantuk tapi tidak

bisa tertidur. Pasien mengaku tidak memiliki masalah atau kejadian yang

menyebabkan beban pikiran. Setelah mengalami keluhan sulit tidur pasien

jadi sering merasa lemas dan kelelahan disiang harinya. Pasien jadi tidak

bisa bekerja secara optimal. Pasien memiliki kebiasaan meminum kopi

sebanyak satu cangkir setiap pagi dan sore. Pasien jarang berolahraga.

Keluhan fisik seperti jantung berdebar-debar, ketegangan otot, mudah

1

Page 3: insom

berkeringat, keluhan BAK dan BAB, pandangan kabur dan nyeri kepala

disangkal. Keluhan ketakutan yang berlebihan dan tidak beralasan terhadap

binatang, ketinggian, tampil di depan umum, bepergian sendiri, atau

keramaian disangkal. Keluhan adanya pikiran-pikiran yang muncul atau

tindakan-tindakan yang dilakukan berulang-ulang yang disadari dan tidak

bisa dihentikan disangkal. Keluhan kecemasan yang berlebihan terhadap

anggota keluarganya akan mengalami kecelakaan di luar rumah atau

mengalami hal yang tidak mengenakkan disangkal. Keluhan adanya episode

panik yang muncul tiba-tiba, baik dengan atau tanpa pencetus disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :

1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien belum pernah berobat ke rumah sakit jiwa maupun ke psikiater

sebelumnya.

2. Riwayat Gangguan Medik

Pasien tidak memiliki riwayat gangguan medis sebelumnya dan pasien

belum pernah dirawat di rumah sakit.Tidak ada riwayat trauma kepala,

kejang dan demam sebelumnya.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol

Riwayat mengkonsumsi alkohol, rokok, dan narkoba disangkal.

4. Riwayat masa remaja

Pasien saat remaja berkembang menjadi remaja perempuan yang normal

sesuai dengan seusianya. Pasien tidak melanjutkan sekolahnya karena

keterbatasan ekonomi keluarga.

5. Riwayat pendidikan

Pasien hanya menempuh pendidikan SMA Prestasi pasien biasa-

2

Page 4: insom

biasa saja dan tamat tepat pada waktunya.

6. Riwayat pekerjaan

Pasien sehari-hari bekerja sebagai sopir

7. Riwayat pernikahan

Pasien menikah diusia 29 tahun dengan seorang perempuan yang

pada saat itu berusia 26 tahun. Pasien mengaku bahagia dengan

pernikahannya. Hingga saat ini pasien telah dikaruniai 1 orang anak

dari pernikahannya.

8. Riwayat kehidupan beragama

Pasien beragama islam,rajin beribadah dan menghormati agama

orang lain

9. Riwayat Psikoseksual

Pasien sudah menikah dan memiliki 1 orang anak

10. Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum dan terlibat

dalam masalah hukum.

11. Aktivitas sosial

Pasien saat ini masih sering berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Hanya saja pasien sekarang jadi malas untuk mengikuti kegiatan

sosial di lingkungannya karena pasien merasa kelelahan dan butuh

istirahat.

Riwayat Keluarga

Di keluarga pasien tidak terdapat keluarga yang memiliki keluhan

serupa dengan pasien

3

Page 5: insom

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan : baik

2. Kesadaran : compos mentis

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor : Keadaan pasien tenang. Pasien tidak

memperlihatkan gerak-gerik yang tidak bertujuan, gerak berulang, maupun

gerakan abnormal/involunter.

4. Pembicaraan

• Kuantitas : pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat

mengungkapkan isi hatinya dengan cukup jelas.

• Kualitas : pasien dapat menjawab pertanyaan jika ditanya dan

menjawab pertanyaan dengan spontan, Pasien sering bercerita dengan spontan

mengenai keadaan dirinya saat ini. Intonasi berbicara pasien cukup jelas.

Pembicaraan dapat dimengerti.

• Tidak ada hendaya dalam berbahasa.

5. Sikap terhadap pemeriksa

Pasien kooperatif, kontak mata adekuat. Pasien selalu menjawab pertanyaan

dengan melihat kearah pemeriksa. Pasien dapat menjawab pertanyaan dengan

cukup baik.

B. Keadaan Afektif

1. Mood : Eutimia

2. Afek : Luas

C. Gangguan Persepsi

Tidak terdapat gangguan persepsi

D. Proses Pikir

4

Page 6: insom

1. Bentuk pikir : realistik

2. Arus pikir

Produktivitas : pasien dapat menjawab spontan saat diajukan

pertanyaan.

Kontinuitas : koheren, mampu memberikan jawaban sesuai

pertanyaan.

Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa

3. Isi pikiran : preokupasi ( isi pikiran pasien terfokus pada masalah

kesulitan tidur pada pasien)

E. Fungsi Intelektual / Kognitif

1. Taraf pendidikan, : baik

2. Daya konsentrasi : Konsentrasi pasien baik,

3. Orientasi

• Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu wawancara dilakukan

yaitu sore hari.

• Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di

rumahnya,

• Orang : Baik, pasien mengetahui nama ibu dan saudara –

saudaranya. Selain itu pasien juga mengetahui dirinya diwawancarai oleh

siapa.

• Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi

dan wawancara.

4. Daya Ingat

• Daya ingat jangka panjang

Baik, pasien masih dapat mengingat nama-nama teman pasien pada saat di

sekolah dasar

• Daya ingat jangka menengah Baik, pasien dapat mengingat

• Daya ingat jangka pendek

5

Page 7: insom

Baik, pasien dapat mengingat secara tepat apa aktivitas yang dilakukannya

kemarin malam.

• Daya ingat segera

Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa dan dapat menyebutkan nama

benda yang baru saja diucapkan oleh pemeriksa.

6. Kemampuan baca tulis : baik

G. Pengendalian Impuls

Pengendalian impuls pasien baik, selama wawancara pasien dapat

mengendalikan emosi dengan baik dan tampak selama pemeriksaan dilakukan

pasien menceritakan kondisinya dengan tenang.

H. Tilikan

Tilikan derajat 6. Pasien menyadari bahwa dirinya sedang mengalami masalah

gangguan pada tidur. Pasien juga mengetahui penyebab gangguan tidur pada

dirinya selama ini. Pasien berusaha untuk mencari pengobatan gangguan

kesulitan tidur yang dia alami dan memiliki motivasi untuk sembuh.

I. Taraf Dapat Dipercaya

Kemampuan pasien untuk dapat dipercaya cukup akurat, pasien berkata dengan

jujur mengenai peristiwa yang terjadi

V. PEMERIKSAAN FISIKTensi : 180/140 mmHg

Nadi : 84 kali /menit

Respirasi : 18 kali/menit

Suhu : 36,7oC

Kepala/Leher :

Mata : Konjungtiva anemis(-/-), skleraikterik(-/-)

Mulut : Mukosa bibir pucat (-), kelembaban cukup

6

Page 8: insom

Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak membesar

Thoraks

- Pulmo : Bentuk dan pergerakan simetris, suara napas vesikuler,

wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

- Cor : BJ I/II tunggal, tidak ada bising

Abdomen : Tampak datar, hepar dan lien tidak teraba, perkusi timpani,

tes undulasi (-), bising usus(+) normal.

Ekstremitas : Atrofi tidak ada, edem tidak ada, parase tidak ada, akral

dingin di tangan dan kaki akral dingin.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DI ANJURKAN

sleep wake diaries, pencatatan waktu tidur yang dilakukan selama 1-2 minggu,

aktigrapi, merekam gerakan selama waktu yang lama, sehingga sangat

berguna untuk mempelajari pola tidur

polisomnograpi alat yang paling sensitif untuk membedakan tidur dan terjaga.

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL • Aksis I F51.0 Insomnia Nonorganik• Aksis II Tidak ada diagnosis• Aksis IIITidak ada diagnosis

• Aksis IVKesulitan untuk beraktivitas seperti biasa karena merasa mengantuk dan kelelahan• Aksis VGAF scale 70-61 Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

7

Page 9: insom

VII. DIAGNOSIS BANDING

Gangguan Tidur F55

ganguan kecemasan F60.6

depresi F43

skizofren akut. F20

VIII. PENATALAKSANAAN

a. Promotif

- Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya,

pencegahan dan pengobatannya.

b. Preventif

- Kurangi aktifitas fisik yang berat.

- Hidari minum kafein di pagi dan sore hari.

- Jangan stress

- Jangan begadang

c. Kuratif

1. Nonfarmakologi

a. Mengurangi stres

b. Berakltivitas fisik minimal 15 menit setiap hari

c. Konsumsi buah dan makanan yang bergizi,

d. Hindari minuman berkafein

8

Page 10: insom

2. Farmakologi

Obat yang diberikan dipuskesmas:

Alprazolam 1 x 1 tablet mg

Ctm 3x1 tablet 4 mg

Alternatif obat lain :

Haloperidol 1x 3 tablet 5mg

Alternatif obat lain:

Lorazepam 3x1 tablet 2 mg

Alternatif obat lain

Estazolam 3x1 tablet 2 mg

9

Page 11: insom

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang kawat

dr. Ahmad Rafiul SIP. G1A214065STR 13/01/2016

Jalan lorong Bunga raya telanaipura Jambi

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang kawat

dr. Ahmad Rafiul SIP. G1A214065STR 13/01/2016

Jalan lorong Bunga raya telanaipura JambiTanggal : 25 januari 2016

Pro: Tn. A (33 tahun)Alamat: RT 15 payo lebar

Tanggal : 25 januari 2016

Pro: Tn. A (33 tahun)Alamat: RT 15 payo lebar

10

Page 12: insom

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Insomnia

Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal

kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif

yang berlangsung setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan

signifikan atau gangguan dalam fungsi individu. The International

Classification of Diseases mendefinisikan Insomnia sebagai kesulitan

memulai atau mempertahankan tidur yang terjadi minimal 3 malam/minggu

selama minimal satu bulan. Menurut The International Classification of Sleep

Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam,

disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur tersebut. Jadi, Insomnia

adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau

mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk melakukannya.

11

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang kawat

dr. Ahmad Rafiul SIP. G1A214065STR 13/01/2016

Jalan lorong Bunga raya telanaipura Jambi

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang kawat

dr. Ahmad Rafiul SIP. G1A214065STR 13/01/2016

Jalan lorong Bunga raya telanaipura JambiTanggal : 25 januari 2016

Pro: Tn. A (33 tahun)Alamat: RT 15 payo lebar

Tanggal : 25 januari 2016

Pro: Tn. A (33 tahun)Alamat: RT 15 payo lebar

Page 13: insom

Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki

berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan pemakaian

obat-obatan. Insomnia dapat mempengaruhi tidak hanya tingkat energi dan

suasana hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan kualitas hidup.

2.2 Klasifikasi Insomnia

Insomnia Primer

Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau

susah tidur ini dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita

insomnia. Pola tidur, kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur

seringkali menjadi penyebab dari jenis insomnia primer ini.

Insomnia Sekunder

Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya

kondisi medis. Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan dementia

dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain

itu masalah fisik seperti penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri juga dapat

menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini dan biasanya mempengaruhi 1

dari 10 orang yang menderita insomnia atau susah tidur. Insomnia sekunder juga

dapat disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan yang diminum untuk suatu

penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang terlarang ataupun

penyalahgunaan alkohol. Faktor ini dapat mempengaruhi 1-2 dari 10 orang yang

menderita insomnia.

Secara internasional insomnia masuk dalam 3 sistem diagnostik yaitu

International code of diagnosis (ICD) 10, Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders (DSM) IV dan International Classification of Sleep Disorders

(ISD).

Dalam ICD 10, insomnia dibagi menjadi 2 yaitu:

Organik

12

Page 14: insom

Non organik

- Dyssomnias (gangguan pada lama, kualitas dan waktu tidur)

- Parasomnias (ada episode abnormal yang muncul selama tidur seperti

mimpu buruk, berjalan sambil tidur, dll)

Dalam ICD 10 tidak dibedakan antara insomnia primer atau sekunder. Insomnia

disini adalah insomnia kronik yang sudah diderita paling sedikit 1 bulan dan

sudah menyebabkan gangguan fungsi dan sosial.

Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu:

1. Gangguan tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lain

2. Gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi medis umum

3. Gangguan tidur yang diinduksi oleh bahan-bahan atau keadaan tertentu

4. Gangguan tidur primer (gangguan tidur tidak berhubungan sama sekali

dengan kondisi mental, penyakit, ataupun obat-obatan.) Gangguan ini

menetap dan diderita minimal 1 bulan.

Berdasarkan International Classification of Sleep Disordes yang direvisi, insomnia

diklasifikasikan menjadi:

a. Acute insomnia

b. Psychophysiologic insomnia

c. Paradoxical insomnia (sleep-state misperception)

d. Idiopathic insomnia

e. Insomnia due to mental disorder

f. Inadequate sleep hygiene

g. Behavioral insomnia of childhood

h. Insomnia due to drug or substance

i. Insomnia due to medical condition

j. Insomnia not due to substance or known physiologic condition, unspecified

(nonorganic)

k. Physiologic insomnia, unspecified (organic)

13

Page 15: insom

2.3. Etiologi Insomnia

Stres. Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga

dapat membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk

tidur. Peristiwa kehidupan yang penuh stres, seperti kematian atau

penyakit dari orang yang dicintai, perceraian atau kehilangan pekerjaan,

dapat menyebabkan insomnia.

Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan

kimia dalam otak atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.

Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur,

termasuk beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat

alergi, stimulan (seperti Ritalin) dan kortikosteroid.

Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang

mengandung kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan

stimulan yang dapat menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat

penenang yang dapat membantu seseorang jatuh tertidur, tetapi mencegah

tahap lebih dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun di tengah

malam.

Kondisi Medis. Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan

bernapas dan sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk

mengalami insomnia lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa gejala

tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat artritis, kanker,

gagal jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal reflux disease

(GERD), stroke, penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer.

Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh

atau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama

sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak

sebagai jam internal, mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu

tubuh.

'Belajar' insomnia. Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan

tentang tidak bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh

14

Page 16: insom

tertidur. Kebanyakan orang dengan kondisi ini tidur lebih baik ketika

mereka berada jauh dari lingkungan tidur yang biasa atau ketika mereka

tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka menonton TV atau

membaca.

2.4 Faktor Resiko Insomnia

Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi

resiko insomnia meningkat jika terjadi pada: 1

Wanita. Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan

hormon selama siklus menstruasi dan menopause mungkin

memainkan peran. Selama menopause, sering berkeringat pada malam

hari dan hot flashes sering mengganggu tidur.

Usia lebih dari 60 tahun. Karena terjadi perubahan dalam pola tidur,

insomnia meningkat sejalan dengan usia.

Memiliki gangguan kesehatan mental. Banyak gangguan, termasuk

depresi, kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic stress

disorder, mengganggu tidur.

Stres. Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka

panjang seperti kematian orang yang dikasihi atau perceraian, dapat

menyebabkan insomnia kronis. Menjadi miskin atau pengangguran

juga meningkatkan risiko terjadinya insomnia.

Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja. Bekerja di

malam hari sering meningkatkan resiko insomnia.

2.5 Tanda dan Gejala Insomnia

Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari

Sering terbangun pada malam hari

Bangun tidur terlalu awal

Kelelahan atau mengantuk pada siang hari

Iritabilitas, depresi atau kecemasan

15

Page 17: insom

Konsentrasi dan perhatian berkurang

Peningkatan kesalahan dan kecelakaan

Ketegangan dan sakit kepala

Gejala gastrointestinal

2.6 Diagnosis

Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap: 1

Pola tidur penderita.

Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.

Tingkatan stres psikis.

Riwayat medis.

Aktivitas fisik

Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara individual.

Sebagai tambahannya, dokter akan melengkapi kuisioner untuk

menentukan pola tidur dan tingkat kebutuhan tidur selama 1 hari. Jika tidak

dilakukan pengisian kuisioner, untuk mencapai tujuan yang sama Anda bisa

mencatat waktu tidur Anda selama 2 minggu.

Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk menemukan adanya suatu

permasalahan yang bisa menyebabkan insomnia. Ada kalanya pemeriksaan darah

juga dilakukan untuk menemukan masalah pada tyroid atau pada hal lain yang

bisa menyebabkan insomnia.

Jika penyebab dari insomnia tidak ditemukan, akan dilakukan pemantauan

dan pencatatan selama tidur yang mencangkup gelombang otak, pernapasan, nadi,

gerakan mata, dan gerakan tubuh. 2

Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ 3

Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:

a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur,

atau kualitas tidur yang buruk

16

Page 18: insom

b. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1

bulan

c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan

terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari

d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan

penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial

dan pekerjaan

Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak

menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.

Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan

adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan

yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada “transient insomnia”)

tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0)

atau gangguan penyesuaian (F43.2)

2.7 Tatalaksana 1

1. Non Farmakoterapi

a. Terapi Tingkah Laku

Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan

mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku

ini umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk

penderita insomnia.

Terapi tingkah laku meliputi

- Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.

- Teknik Relaksasi.

Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat biofeedback,

dan latihan pernapasan. Cara ini dapat membantu mengurangi

kecemasan saat tidur. Strategi ini dapat membantu Anda mengontrol

pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood.

- Terapi kognitif.

17

Page 19: insom

Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan

pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling

tatap muka atau dalam grup.

- Restriksi Tidur.

Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di

tempat tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.

- Kontrol stimulus

Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk

beraktivitas.

Instruksi dalam terapi stimulus-kontrol:

1. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, tidak untuk membaca,

menonton televisi, makan atau bekerja.

2. Pergi ke tempat tidur hanya bila sudah mengantuk. Bila dalam waktu

20 menit di tempat tidur seseorang tidak juga bisa tidur, tinggalkan

tempat tidur dan pergi ke ruangan lain dan melakukan hal-hal yang

membuat santai. Hindari menonton televisi. Bila sudah merasa

mengantuk kembali ke tempat tidur, namun bila alam 20 menit di

tempat tidur tidak juga dapat tidur, kembali lakukan hal yang

membuat santai, dapat berulang dilakukan sampat seseorang dapat

tidur.

3. Bangun di pagi hari pada jam yang sama tanpa mengindahkan berapa

lama tidur pada malam sebelumnya. Hal ini dapat memperbaiki jadwal

tidur-bangun (kontrol waktu).

4. Tidur siang harus dihindari.

b. Gaya hidup dan pengobatan di rumah

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia :

Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur

Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.

Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.

18

Page 20: insom

Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.

Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan

pernapasan atau beribadah

Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan

tidur pada malam hari.

Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti

menghindari kebisingan

Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit

setiap hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.

Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin

Menghindari makan besar sebelum tidur

Cek kesehatan secara rutin

Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik

2. Farmakologi

Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan

yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine. 1

a. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)

b. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)

19

Page 21: insom

20

Page 22: insom

Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur : 4

Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur)

Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Sleep inducing anti-insomnia”

yaitu golongan benzodiazepine (Short Acting)

Misalnya pada gangguan anxietas

Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk

kembali ke proses tidur selanjutnya)

Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Prolong latent phase Anti-

Insomnia”, yaitu golongan heterosiklik antidepresan (Trisiklik dan

Tetrasiklik)

Misalnya pada gangguan depresi

Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan

terpecah-pecah menjadi beberapa bagian (multiple awakening).

Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Sleep Maintining Anti-

Insomnia”, yaitu golongan phenobarbital atau golongan

benzodiazepine (Long acting).

Misalnya pada gangguan stres psikososial.

Pengaturan Dosis

Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30 menit sebelum pergi

tidur.

Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan

dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off

(untuk mencegah timbulnya rebound dan toleransi obat)

Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih

perlahan-lahan, untuk menghindari oversedation dan intoksikasi

Ada laporan yang menggunakan antidepresan sedatif dosis kecil 2-3

kali seminggu (tidak setiap hari) untuk mengatasi insomnia pada usia

lanjut

21

Page 23: insom

Lama Pemberian

Pemakaian obat antiinsomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak

lebih dari 2 minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan

lebih dari 2 minggu dapat menimbulkan perubahan “Sleep EEG” yang

menetap sekitar 6 bulan lamanya.

Kesulitan pemberhetian obat seringkali oleh karena “Psychological

Dependence” (habiatuasi) sebagai akibat rasa nyaman setelah

gangguan tidur dapat ditanggulangi.

Efek Samping

Supresi SSP (susunan saraf pusat) pada saat tidur

Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik obat anti-

insomnia (waktu paruh) :

Waktu paruh singkat, seperti Triazolam (sekitar 4 jam) gejala

rebound lebih berat pada pagi harinya dan dapat sampai menjadi panik

Waktu paruh sedang, seperti Estazolam gejala rebound lebih ringan

Waktu paruh panjang, seperti Nitrazepam menimbulkan gejala

“hang over” pada pagi harinya dan juga “intensifying daytime

sleepiness”

Penggunaan lama obat anti-insomnia golongan benzodiazepine dapat

terjadi “disinhibiting effect” yang menyebabkan “rage reaction”

Interaksi obat

Obat anti-insomnia + CNS Depressants (alkohol dll) menimbulkan

potensiasi efek supresi SSP yang dapat menyebabkan “oversedation

and respiratory failure”

Obat golongan benzodiazepine tidak menginduksi hepatic microsomal

enzyme atau “produce protein binding displacement” sehingga jarang

menimbulkan interaksi obat atau dengan kondisi medik tertentu.

22

Page 24: insom

Overdosis jarang menimbulkan kematian, tetapi bila disertai alkohol

atau “CNS Depressant” lain, resiko kematian akan meningkat.

Perhatian Khusus

Kontraindikasi :

- Sleep apneu syndrome

- Congestive Heart Failure

- Chronic Respiratory Disease

Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko

menimbulkan “teratogenic effect” (e.g.cleft-palate abnormalities)

khususnya pada trimester pertama. Juga benzodiazepine dieksresikan

melalui ASI, berefek pada bayi (penekanan fungsi SSP)

2.8 Komplikasi

Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang teratur.

Insomnia dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik.

Komplikasi insomnia meliputi 5

Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah.

23

Page 25: insom

Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga meningkatkan

reaksi kecelakaan.

Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi

Kelebihan berat badan atau kegemukan

Daya tahan tubuh yang rendah

Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya

tekanan darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes.

2.9 Prognosis

Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada

gangguan lain seperti depresi dan lain-lain. Lebih buruk jika gangguan ini disertai

skizophrenia. 1

24

Page 26: insom

BAB III

ANALISIS KASUS

a. Hubungan anamnesis, keluhan dengan diagnosis

pasien mengeluhkan sulit tidur. Keluhan sulit tidur yang dialami pasien

adalah kesulitan untuk mengawali tidur. Pasien biasanya baru bisa tertidur pukul

04.00 am. Sejak 1 minggu yang lalu keluhan pasien semakin parah. Pasien benar-

benar tidak bisa tidur semalaman. Pasien merasa badannya kelelahan dan makin

hari semakin lemas karena tidak pernah tidur. Pasien merasa sangat mengantuk

tapi tidak bisa tertidur. Pasien mengaku tidak memiliki masalah atau kejadian

yang menyebabkan beban pikiran. Setelah mengalami keluhan sulit tidur pasien

jadi sering merasa lemas dan kelelahan disiang harinya. Pasien jadi tidak bisa

bekerja secara optimal. Pasien memiliki kebiasaan meminum kopi sebanyak satu

cangkir setiap pagi dan sore. Pasien jarang berolahraga. Keluhan fisik seperti

jantung berdebar-debar, ketegangan otot, mudah berkeringat, keluhan BAK dan

BAB, pandangan kabur dan nyeri kepala disangkal. Keluhan ketakutan yang

berlebihan dan tidak beralasan terhadap binatang, ketinggian, tampil di depan

umum, bepergian sendiri, atau keramaian disangkal. Keluhan adanya pikiran-

pikiran yang muncul atau tindakan-tindakan yang dilakukan berulang-ulang yang

disadari dan tidak bisa dihentikan disangkal. Keluhan kecemasan yang berlebihan

terhadap anggota keluarganya akan mengalami kecelakaan di luar rumah atau

mengalami hal yang tidak mengenakkan disangkal. Keluhan adanya episode panik

yang muncul tiba-tiba, baik dengan atau tanpa pencetus disangkal.

Jadi terdapat hubungan antara anamnesis dari keluhan pasien terhadap

diagnosis penyakit yang diderita oleh pasien.

25

Page 27: insom

b. Hubungan diagnosa dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan

lingkungan sekitar

Dari keluhan insomnia kita sudah dapat membedakan dengan penyakit

yang lainnya yang mempunyai gejala insomnia, Jadi Penyakit ini tidak

mempunyai hubungan dengan perilaku kesehatan dan lingkungan sekitar

c. Analisis kemungkinan faktor resiko atau etiologi penyakit pada pasien

Penegakan diagnosis pada kasus ini hanya didasarkan pada keluhan pasien

yang mengarah pada insomnia Dimana sifat insomnia merupakan adalah kesulitan

untuk mengawali tidur. Pasien biasanya baru bisa tertidur pukul 04.00 am. Sejak 1

minggu yang lalu keluhan pasien semakin parah. Pasien benar-benar tidak bisa

tidur semalaman. Pasien merasa badannya kelelahan dan makin hari semakin

lemas karena tidak pernah tidur. Pasien merasa sangat mengantuk tapi tidak bisa

tertidur. sebaiknya istirahat untuk pemulihan terlebih dahulu dan mengurangi

aktivitas yang menyebabkan kelelahan baik secara fisik ataupun mental.

26

Page 28: insom

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, H.I, Sadock BJ. 2010. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri. Ed:

Wiguna, I Made. Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher

2. American Academy of Sleep Medicine. ICSD2 - International Classification

of Sleep Disorders. American Academy of Sleep Medicine Diagnostic and

Coding Manual . Diagnostik dan Coding Manual. 2nd. 2. Westchester, Ill:

American Academy of Sleep Medicine; 2005:1-32.

3. Zeidler, M.R. 2011. Insomnia. Editor: Selim R Benbadis.

(http://www.emedicina.medscape.com/article/1187829.com

4. Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri Ed 6. Jakarta: EGC

5. Insomnia.(http://www.mayoclinic.com/health/insomnia/DS00187/

DSECTION=alternative-medicine

6. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas

dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

7. Maslim, Rusdi. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

8. Gelder, Michael G, etc. 2003. New Oxford Textbook of Psychiatry. London:

Oxford University Press

27

Page 29: insom

LAMPIRAN

FOTO BERSAMA PASIEN ANAMNESIS PASIEN

SAMPING RUMAH PASIEN DAPUR RUMAH PASIEN

BAGIAN BELAKANG RUMAH PASIEN BAGIAN DEPAN RUMAH PASIEN

28