Upload
sandi
View
217
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
insomnia
Citation preview
STATUS PENDERITA
I. DATA PRIBADI
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 33 tahun
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : sopir
Status : Sudah Menikah
Alamat : RT 15 payo lebar
II. LATAR BELAKANG SOSIO-EKONOMI-DEMOGRAFI-
LINGKUNGAN-KELUARGAl
a. Status Perkawinan : menikah
b. Jumlah anak : 1 orang
c. Status ekonomi keluarga : cukup
d. KB : -
e. Kondisi Rumah :
Pasien tinggal di sebuah rumah
yang berukuran 6 x 10 meter
dengan atap seng, dinding
permanen, lantai keramik dan
mempunyai 2 kamar tidur. Serta
mempunyai ventilasi yang cukup
untuk pencahayaan dan pertukaran
udara. Dapur rumah pasien
dipenuhi tumpukan piring dan
gelas. sumber air minum
menggunakan PDAM, dan sumber
penerangan menggunakan listrik,
Kamar mandi menggunakan wc
jongkok keadaan sekitar rumah
kurang baik.
f. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Pasien tinggal bersama istri, 1
orang anak dan istri bekerja
sebagai IRT sedangkan pasien
sebagai sopir. Interaksi antar
anggota keluarga baik dan tampak
harmonis.
g. Kondisi ekonomi :
Kondisi ekonimi pasien cukup.
III. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sulit tidur sejak 2 minggu yang lalu
Perjalanan Penyakit :
Sejak 2 minggu yang lalu pasien mengeluhkan sulit tidur. Keluhan sulit
tidur yang dialami pasien adalah kesulitan untuk mengawali tidur. Pasien
biasanya baru bisa tertidur pukul 04.00 am. Sejak 1 minggu yang lalu
keluhan pasien semakin parah. Pasien benar-benar tidak bisa tidur
semalaman. Pasien merasa badannya kelelahan dan makin hari semakin
lemas karena tidak pernah tidur. Pasien merasa sangat mengantuk tapi tidak
bisa tertidur. Pasien mengaku tidak memiliki masalah atau kejadian yang
menyebabkan beban pikiran. Setelah mengalami keluhan sulit tidur pasien
jadi sering merasa lemas dan kelelahan disiang harinya. Pasien jadi tidak
bisa bekerja secara optimal. Pasien memiliki kebiasaan meminum kopi
sebanyak satu cangkir setiap pagi dan sore. Pasien jarang berolahraga.
Keluhan fisik seperti jantung berdebar-debar, ketegangan otot, mudah
1
berkeringat, keluhan BAK dan BAB, pandangan kabur dan nyeri kepala
disangkal. Keluhan ketakutan yang berlebihan dan tidak beralasan terhadap
binatang, ketinggian, tampil di depan umum, bepergian sendiri, atau
keramaian disangkal. Keluhan adanya pikiran-pikiran yang muncul atau
tindakan-tindakan yang dilakukan berulang-ulang yang disadari dan tidak
bisa dihentikan disangkal. Keluhan kecemasan yang berlebihan terhadap
anggota keluarganya akan mengalami kecelakaan di luar rumah atau
mengalami hal yang tidak mengenakkan disangkal. Keluhan adanya episode
panik yang muncul tiba-tiba, baik dengan atau tanpa pencetus disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah berobat ke rumah sakit jiwa maupun ke psikiater
sebelumnya.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan medis sebelumnya dan pasien
belum pernah dirawat di rumah sakit.Tidak ada riwayat trauma kepala,
kejang dan demam sebelumnya.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Riwayat mengkonsumsi alkohol, rokok, dan narkoba disangkal.
4. Riwayat masa remaja
Pasien saat remaja berkembang menjadi remaja perempuan yang normal
sesuai dengan seusianya. Pasien tidak melanjutkan sekolahnya karena
keterbatasan ekonomi keluarga.
5. Riwayat pendidikan
Pasien hanya menempuh pendidikan SMA Prestasi pasien biasa-
2
biasa saja dan tamat tepat pada waktunya.
6. Riwayat pekerjaan
Pasien sehari-hari bekerja sebagai sopir
7. Riwayat pernikahan
Pasien menikah diusia 29 tahun dengan seorang perempuan yang
pada saat itu berusia 26 tahun. Pasien mengaku bahagia dengan
pernikahannya. Hingga saat ini pasien telah dikaruniai 1 orang anak
dari pernikahannya.
8. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama islam,rajin beribadah dan menghormati agama
orang lain
9. Riwayat Psikoseksual
Pasien sudah menikah dan memiliki 1 orang anak
10. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum dan terlibat
dalam masalah hukum.
11. Aktivitas sosial
Pasien saat ini masih sering berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Hanya saja pasien sekarang jadi malas untuk mengikuti kegiatan
sosial di lingkungannya karena pasien merasa kelelahan dan butuh
istirahat.
Riwayat Keluarga
Di keluarga pasien tidak terdapat keluarga yang memiliki keluhan
serupa dengan pasien
3
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor : Keadaan pasien tenang. Pasien tidak
memperlihatkan gerak-gerik yang tidak bertujuan, gerak berulang, maupun
gerakan abnormal/involunter.
4. Pembicaraan
• Kuantitas : pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat
mengungkapkan isi hatinya dengan cukup jelas.
• Kualitas : pasien dapat menjawab pertanyaan jika ditanya dan
menjawab pertanyaan dengan spontan, Pasien sering bercerita dengan spontan
mengenai keadaan dirinya saat ini. Intonasi berbicara pasien cukup jelas.
Pembicaraan dapat dimengerti.
• Tidak ada hendaya dalam berbahasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif, kontak mata adekuat. Pasien selalu menjawab pertanyaan
dengan melihat kearah pemeriksa. Pasien dapat menjawab pertanyaan dengan
cukup baik.
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Eutimia
2. Afek : Luas
C. Gangguan Persepsi
Tidak terdapat gangguan persepsi
D. Proses Pikir
4
1. Bentuk pikir : realistik
2. Arus pikir
Produktivitas : pasien dapat menjawab spontan saat diajukan
pertanyaan.
Kontinuitas : koheren, mampu memberikan jawaban sesuai
pertanyaan.
Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa
3. Isi pikiran : preokupasi ( isi pikiran pasien terfokus pada masalah
kesulitan tidur pada pasien)
E. Fungsi Intelektual / Kognitif
1. Taraf pendidikan, : baik
2. Daya konsentrasi : Konsentrasi pasien baik,
3. Orientasi
• Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu wawancara dilakukan
yaitu sore hari.
• Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di
rumahnya,
• Orang : Baik, pasien mengetahui nama ibu dan saudara –
saudaranya. Selain itu pasien juga mengetahui dirinya diwawancarai oleh
siapa.
• Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi
dan wawancara.
4. Daya Ingat
• Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat nama-nama teman pasien pada saat di
sekolah dasar
• Daya ingat jangka menengah Baik, pasien dapat mengingat
• Daya ingat jangka pendek
5
Baik, pasien dapat mengingat secara tepat apa aktivitas yang dilakukannya
kemarin malam.
• Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa dan dapat menyebutkan nama
benda yang baru saja diucapkan oleh pemeriksa.
6. Kemampuan baca tulis : baik
G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik, selama wawancara pasien dapat
mengendalikan emosi dengan baik dan tampak selama pemeriksaan dilakukan
pasien menceritakan kondisinya dengan tenang.
H. Tilikan
Tilikan derajat 6. Pasien menyadari bahwa dirinya sedang mengalami masalah
gangguan pada tidur. Pasien juga mengetahui penyebab gangguan tidur pada
dirinya selama ini. Pasien berusaha untuk mencari pengobatan gangguan
kesulitan tidur yang dia alami dan memiliki motivasi untuk sembuh.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Kemampuan pasien untuk dapat dipercaya cukup akurat, pasien berkata dengan
jujur mengenai peristiwa yang terjadi
V. PEMERIKSAAN FISIKTensi : 180/140 mmHg
Nadi : 84 kali /menit
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu : 36,7oC
Kepala/Leher :
Mata : Konjungtiva anemis(-/-), skleraikterik(-/-)
Mulut : Mukosa bibir pucat (-), kelembaban cukup
6
Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak membesar
Thoraks
- Pulmo : Bentuk dan pergerakan simetris, suara napas vesikuler,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
- Cor : BJ I/II tunggal, tidak ada bising
Abdomen : Tampak datar, hepar dan lien tidak teraba, perkusi timpani,
tes undulasi (-), bising usus(+) normal.
Ekstremitas : Atrofi tidak ada, edem tidak ada, parase tidak ada, akral
dingin di tangan dan kaki akral dingin.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DI ANJURKAN
sleep wake diaries, pencatatan waktu tidur yang dilakukan selama 1-2 minggu,
aktigrapi, merekam gerakan selama waktu yang lama, sehingga sangat
berguna untuk mempelajari pola tidur
polisomnograpi alat yang paling sensitif untuk membedakan tidur dan terjaga.
VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL • Aksis I F51.0 Insomnia Nonorganik• Aksis II Tidak ada diagnosis• Aksis IIITidak ada diagnosis
• Aksis IVKesulitan untuk beraktivitas seperti biasa karena merasa mengantuk dan kelelahan• Aksis VGAF scale 70-61 Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
7
VII. DIAGNOSIS BANDING
Gangguan Tidur F55
ganguan kecemasan F60.6
depresi F43
skizofren akut. F20
VIII. PENATALAKSANAAN
a. Promotif
- Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya,
pencegahan dan pengobatannya.
b. Preventif
- Kurangi aktifitas fisik yang berat.
- Hidari minum kafein di pagi dan sore hari.
- Jangan stress
- Jangan begadang
c. Kuratif
1. Nonfarmakologi
a. Mengurangi stres
b. Berakltivitas fisik minimal 15 menit setiap hari
c. Konsumsi buah dan makanan yang bergizi,
d. Hindari minuman berkafein
8
2. Farmakologi
Obat yang diberikan dipuskesmas:
Alprazolam 1 x 1 tablet mg
Ctm 3x1 tablet 4 mg
Alternatif obat lain :
Haloperidol 1x 3 tablet 5mg
Alternatif obat lain:
Lorazepam 3x1 tablet 2 mg
Alternatif obat lain
Estazolam 3x1 tablet 2 mg
9
Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang kawat
dr. Ahmad Rafiul SIP. G1A214065STR 13/01/2016
Jalan lorong Bunga raya telanaipura Jambi
Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang kawat
dr. Ahmad Rafiul SIP. G1A214065STR 13/01/2016
Jalan lorong Bunga raya telanaipura JambiTanggal : 25 januari 2016
Pro: Tn. A (33 tahun)Alamat: RT 15 payo lebar
Tanggal : 25 januari 2016
Pro: Tn. A (33 tahun)Alamat: RT 15 payo lebar
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Insomnia
Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal
kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif
yang berlangsung setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan
signifikan atau gangguan dalam fungsi individu. The International
Classification of Diseases mendefinisikan Insomnia sebagai kesulitan
memulai atau mempertahankan tidur yang terjadi minimal 3 malam/minggu
selama minimal satu bulan. Menurut The International Classification of Sleep
Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam,
disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur tersebut. Jadi, Insomnia
adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau
mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk melakukannya.
11
Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang kawat
dr. Ahmad Rafiul SIP. G1A214065STR 13/01/2016
Jalan lorong Bunga raya telanaipura Jambi
Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang kawat
dr. Ahmad Rafiul SIP. G1A214065STR 13/01/2016
Jalan lorong Bunga raya telanaipura JambiTanggal : 25 januari 2016
Pro: Tn. A (33 tahun)Alamat: RT 15 payo lebar
Tanggal : 25 januari 2016
Pro: Tn. A (33 tahun)Alamat: RT 15 payo lebar
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki
berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan pemakaian
obat-obatan. Insomnia dapat mempengaruhi tidak hanya tingkat energi dan
suasana hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan kualitas hidup.
2.2 Klasifikasi Insomnia
Insomnia Primer
Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau
susah tidur ini dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita
insomnia. Pola tidur, kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur
seringkali menjadi penyebab dari jenis insomnia primer ini.
Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya
kondisi medis. Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan dementia
dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain
itu masalah fisik seperti penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri juga dapat
menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini dan biasanya mempengaruhi 1
dari 10 orang yang menderita insomnia atau susah tidur. Insomnia sekunder juga
dapat disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan yang diminum untuk suatu
penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang terlarang ataupun
penyalahgunaan alkohol. Faktor ini dapat mempengaruhi 1-2 dari 10 orang yang
menderita insomnia.
Secara internasional insomnia masuk dalam 3 sistem diagnostik yaitu
International code of diagnosis (ICD) 10, Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM) IV dan International Classification of Sleep Disorders
(ISD).
Dalam ICD 10, insomnia dibagi menjadi 2 yaitu:
Organik
12
Non organik
- Dyssomnias (gangguan pada lama, kualitas dan waktu tidur)
- Parasomnias (ada episode abnormal yang muncul selama tidur seperti
mimpu buruk, berjalan sambil tidur, dll)
Dalam ICD 10 tidak dibedakan antara insomnia primer atau sekunder. Insomnia
disini adalah insomnia kronik yang sudah diderita paling sedikit 1 bulan dan
sudah menyebabkan gangguan fungsi dan sosial.
Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu:
1. Gangguan tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lain
2. Gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi medis umum
3. Gangguan tidur yang diinduksi oleh bahan-bahan atau keadaan tertentu
4. Gangguan tidur primer (gangguan tidur tidak berhubungan sama sekali
dengan kondisi mental, penyakit, ataupun obat-obatan.) Gangguan ini
menetap dan diderita minimal 1 bulan.
Berdasarkan International Classification of Sleep Disordes yang direvisi, insomnia
diklasifikasikan menjadi:
a. Acute insomnia
b. Psychophysiologic insomnia
c. Paradoxical insomnia (sleep-state misperception)
d. Idiopathic insomnia
e. Insomnia due to mental disorder
f. Inadequate sleep hygiene
g. Behavioral insomnia of childhood
h. Insomnia due to drug or substance
i. Insomnia due to medical condition
j. Insomnia not due to substance or known physiologic condition, unspecified
(nonorganic)
k. Physiologic insomnia, unspecified (organic)
13
2.3. Etiologi Insomnia
Stres. Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga
dapat membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk
tidur. Peristiwa kehidupan yang penuh stres, seperti kematian atau
penyakit dari orang yang dicintai, perceraian atau kehilangan pekerjaan,
dapat menyebabkan insomnia.
Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan
kimia dalam otak atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.
Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur,
termasuk beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat
alergi, stimulan (seperti Ritalin) dan kortikosteroid.
Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang
mengandung kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan
stimulan yang dapat menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat
penenang yang dapat membantu seseorang jatuh tertidur, tetapi mencegah
tahap lebih dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun di tengah
malam.
Kondisi Medis. Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan
bernapas dan sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk
mengalami insomnia lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa gejala
tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat artritis, kanker,
gagal jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal reflux disease
(GERD), stroke, penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer.
Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh
atau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama
sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak
sebagai jam internal, mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu
tubuh.
'Belajar' insomnia. Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan
tentang tidak bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh
14
tertidur. Kebanyakan orang dengan kondisi ini tidur lebih baik ketika
mereka berada jauh dari lingkungan tidur yang biasa atau ketika mereka
tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka menonton TV atau
membaca.
2.4 Faktor Resiko Insomnia
Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi
resiko insomnia meningkat jika terjadi pada: 1
Wanita. Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan
hormon selama siklus menstruasi dan menopause mungkin
memainkan peran. Selama menopause, sering berkeringat pada malam
hari dan hot flashes sering mengganggu tidur.
Usia lebih dari 60 tahun. Karena terjadi perubahan dalam pola tidur,
insomnia meningkat sejalan dengan usia.
Memiliki gangguan kesehatan mental. Banyak gangguan, termasuk
depresi, kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic stress
disorder, mengganggu tidur.
Stres. Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka
panjang seperti kematian orang yang dikasihi atau perceraian, dapat
menyebabkan insomnia kronis. Menjadi miskin atau pengangguran
juga meningkatkan risiko terjadinya insomnia.
Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja. Bekerja di
malam hari sering meningkatkan resiko insomnia.
2.5 Tanda dan Gejala Insomnia
Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
Sering terbangun pada malam hari
Bangun tidur terlalu awal
Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
Iritabilitas, depresi atau kecemasan
15
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
Ketegangan dan sakit kepala
Gejala gastrointestinal
2.6 Diagnosis
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap: 1
Pola tidur penderita.
Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
Tingkatan stres psikis.
Riwayat medis.
Aktivitas fisik
Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara individual.
Sebagai tambahannya, dokter akan melengkapi kuisioner untuk
menentukan pola tidur dan tingkat kebutuhan tidur selama 1 hari. Jika tidak
dilakukan pengisian kuisioner, untuk mencapai tujuan yang sama Anda bisa
mencatat waktu tidur Anda selama 2 minggu.
Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk menemukan adanya suatu
permasalahan yang bisa menyebabkan insomnia. Ada kalanya pemeriksaan darah
juga dilakukan untuk menemukan masalah pada tyroid atau pada hal lain yang
bisa menyebabkan insomnia.
Jika penyebab dari insomnia tidak ditemukan, akan dilakukan pemantauan
dan pencatatan selama tidur yang mencangkup gelombang otak, pernapasan, nadi,
gerakan mata, dan gerakan tubuh. 2
Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ 3
Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur,
atau kualitas tidur yang buruk
16
b. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1
bulan
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial
dan pekerjaan
Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak
menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan
adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan
yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada “transient insomnia”)
tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0)
atau gangguan penyesuaian (F43.2)
2.7 Tatalaksana 1
1. Non Farmakoterapi
a. Terapi Tingkah Laku
Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan
mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku
ini umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk
penderita insomnia.
Terapi tingkah laku meliputi
- Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.
- Teknik Relaksasi.
Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat biofeedback,
dan latihan pernapasan. Cara ini dapat membantu mengurangi
kecemasan saat tidur. Strategi ini dapat membantu Anda mengontrol
pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood.
- Terapi kognitif.
17
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan
pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling
tatap muka atau dalam grup.
- Restriksi Tidur.
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di
tempat tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.
- Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk
beraktivitas.
Instruksi dalam terapi stimulus-kontrol:
1. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, tidak untuk membaca,
menonton televisi, makan atau bekerja.
2. Pergi ke tempat tidur hanya bila sudah mengantuk. Bila dalam waktu
20 menit di tempat tidur seseorang tidak juga bisa tidur, tinggalkan
tempat tidur dan pergi ke ruangan lain dan melakukan hal-hal yang
membuat santai. Hindari menonton televisi. Bila sudah merasa
mengantuk kembali ke tempat tidur, namun bila alam 20 menit di
tempat tidur tidak juga dapat tidur, kembali lakukan hal yang
membuat santai, dapat berulang dilakukan sampat seseorang dapat
tidur.
3. Bangun di pagi hari pada jam yang sama tanpa mengindahkan berapa
lama tidur pada malam sebelumnya. Hal ini dapat memperbaiki jadwal
tidur-bangun (kontrol waktu).
4. Tidur siang harus dihindari.
b. Gaya hidup dan pengobatan di rumah
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia :
Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur
Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.
Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.
18
Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan
pernapasan atau beribadah
Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan
tidur pada malam hari.
Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti
menghindari kebisingan
Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit
setiap hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.
Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
Menghindari makan besar sebelum tidur
Cek kesehatan secara rutin
Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik
2. Farmakologi
Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan
yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine. 1
a. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
b. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)
19
20
Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur : 4
Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur)
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Sleep inducing anti-insomnia”
yaitu golongan benzodiazepine (Short Acting)
Misalnya pada gangguan anxietas
Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk
kembali ke proses tidur selanjutnya)
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Prolong latent phase Anti-
Insomnia”, yaitu golongan heterosiklik antidepresan (Trisiklik dan
Tetrasiklik)
Misalnya pada gangguan depresi
Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan
terpecah-pecah menjadi beberapa bagian (multiple awakening).
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Sleep Maintining Anti-
Insomnia”, yaitu golongan phenobarbital atau golongan
benzodiazepine (Long acting).
Misalnya pada gangguan stres psikososial.
Pengaturan Dosis
Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30 menit sebelum pergi
tidur.
Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan
dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off
(untuk mencegah timbulnya rebound dan toleransi obat)
Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih
perlahan-lahan, untuk menghindari oversedation dan intoksikasi
Ada laporan yang menggunakan antidepresan sedatif dosis kecil 2-3
kali seminggu (tidak setiap hari) untuk mengatasi insomnia pada usia
lanjut
21
Lama Pemberian
Pemakaian obat antiinsomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak
lebih dari 2 minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan
lebih dari 2 minggu dapat menimbulkan perubahan “Sleep EEG” yang
menetap sekitar 6 bulan lamanya.
Kesulitan pemberhetian obat seringkali oleh karena “Psychological
Dependence” (habiatuasi) sebagai akibat rasa nyaman setelah
gangguan tidur dapat ditanggulangi.
Efek Samping
Supresi SSP (susunan saraf pusat) pada saat tidur
Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik obat anti-
insomnia (waktu paruh) :
Waktu paruh singkat, seperti Triazolam (sekitar 4 jam) gejala
rebound lebih berat pada pagi harinya dan dapat sampai menjadi panik
Waktu paruh sedang, seperti Estazolam gejala rebound lebih ringan
Waktu paruh panjang, seperti Nitrazepam menimbulkan gejala
“hang over” pada pagi harinya dan juga “intensifying daytime
sleepiness”
Penggunaan lama obat anti-insomnia golongan benzodiazepine dapat
terjadi “disinhibiting effect” yang menyebabkan “rage reaction”
Interaksi obat
Obat anti-insomnia + CNS Depressants (alkohol dll) menimbulkan
potensiasi efek supresi SSP yang dapat menyebabkan “oversedation
and respiratory failure”
Obat golongan benzodiazepine tidak menginduksi hepatic microsomal
enzyme atau “produce protein binding displacement” sehingga jarang
menimbulkan interaksi obat atau dengan kondisi medik tertentu.
22
Overdosis jarang menimbulkan kematian, tetapi bila disertai alkohol
atau “CNS Depressant” lain, resiko kematian akan meningkat.
Perhatian Khusus
Kontraindikasi :
- Sleep apneu syndrome
- Congestive Heart Failure
- Chronic Respiratory Disease
Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko
menimbulkan “teratogenic effect” (e.g.cleft-palate abnormalities)
khususnya pada trimester pertama. Juga benzodiazepine dieksresikan
melalui ASI, berefek pada bayi (penekanan fungsi SSP)
2.8 Komplikasi
Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang teratur.
Insomnia dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik.
Komplikasi insomnia meliputi 5
Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah.
23
Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga meningkatkan
reaksi kecelakaan.
Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi
Kelebihan berat badan atau kegemukan
Daya tahan tubuh yang rendah
Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya
tekanan darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes.
2.9 Prognosis
Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada
gangguan lain seperti depresi dan lain-lain. Lebih buruk jika gangguan ini disertai
skizophrenia. 1
24
BAB III
ANALISIS KASUS
a. Hubungan anamnesis, keluhan dengan diagnosis
pasien mengeluhkan sulit tidur. Keluhan sulit tidur yang dialami pasien
adalah kesulitan untuk mengawali tidur. Pasien biasanya baru bisa tertidur pukul
04.00 am. Sejak 1 minggu yang lalu keluhan pasien semakin parah. Pasien benar-
benar tidak bisa tidur semalaman. Pasien merasa badannya kelelahan dan makin
hari semakin lemas karena tidak pernah tidur. Pasien merasa sangat mengantuk
tapi tidak bisa tertidur. Pasien mengaku tidak memiliki masalah atau kejadian
yang menyebabkan beban pikiran. Setelah mengalami keluhan sulit tidur pasien
jadi sering merasa lemas dan kelelahan disiang harinya. Pasien jadi tidak bisa
bekerja secara optimal. Pasien memiliki kebiasaan meminum kopi sebanyak satu
cangkir setiap pagi dan sore. Pasien jarang berolahraga. Keluhan fisik seperti
jantung berdebar-debar, ketegangan otot, mudah berkeringat, keluhan BAK dan
BAB, pandangan kabur dan nyeri kepala disangkal. Keluhan ketakutan yang
berlebihan dan tidak beralasan terhadap binatang, ketinggian, tampil di depan
umum, bepergian sendiri, atau keramaian disangkal. Keluhan adanya pikiran-
pikiran yang muncul atau tindakan-tindakan yang dilakukan berulang-ulang yang
disadari dan tidak bisa dihentikan disangkal. Keluhan kecemasan yang berlebihan
terhadap anggota keluarganya akan mengalami kecelakaan di luar rumah atau
mengalami hal yang tidak mengenakkan disangkal. Keluhan adanya episode panik
yang muncul tiba-tiba, baik dengan atau tanpa pencetus disangkal.
Jadi terdapat hubungan antara anamnesis dari keluhan pasien terhadap
diagnosis penyakit yang diderita oleh pasien.
25
b. Hubungan diagnosa dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar
Dari keluhan insomnia kita sudah dapat membedakan dengan penyakit
yang lainnya yang mempunyai gejala insomnia, Jadi Penyakit ini tidak
mempunyai hubungan dengan perilaku kesehatan dan lingkungan sekitar
c. Analisis kemungkinan faktor resiko atau etiologi penyakit pada pasien
Penegakan diagnosis pada kasus ini hanya didasarkan pada keluhan pasien
yang mengarah pada insomnia Dimana sifat insomnia merupakan adalah kesulitan
untuk mengawali tidur. Pasien biasanya baru bisa tertidur pukul 04.00 am. Sejak 1
minggu yang lalu keluhan pasien semakin parah. Pasien benar-benar tidak bisa
tidur semalaman. Pasien merasa badannya kelelahan dan makin hari semakin
lemas karena tidak pernah tidur. Pasien merasa sangat mengantuk tapi tidak bisa
tertidur. sebaiknya istirahat untuk pemulihan terlebih dahulu dan mengurangi
aktivitas yang menyebabkan kelelahan baik secara fisik ataupun mental.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, H.I, Sadock BJ. 2010. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri. Ed:
Wiguna, I Made. Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher
2. American Academy of Sleep Medicine. ICSD2 - International Classification
of Sleep Disorders. American Academy of Sleep Medicine Diagnostic and
Coding Manual . Diagnostik dan Coding Manual. 2nd. 2. Westchester, Ill:
American Academy of Sleep Medicine; 2005:1-32.
3. Zeidler, M.R. 2011. Insomnia. Editor: Selim R Benbadis.
(http://www.emedicina.medscape.com/article/1187829.com
4. Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri Ed 6. Jakarta: EGC
5. Insomnia.(http://www.mayoclinic.com/health/insomnia/DS00187/
DSECTION=alternative-medicine
6. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
7. Maslim, Rusdi. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
8. Gelder, Michael G, etc. 2003. New Oxford Textbook of Psychiatry. London:
Oxford University Press
27
LAMPIRAN
FOTO BERSAMA PASIEN ANAMNESIS PASIEN
SAMPING RUMAH PASIEN DAPUR RUMAH PASIEN
BAGIAN BELAKANG RUMAH PASIEN BAGIAN DEPAN RUMAH PASIEN
28