Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
PROYEK AKHIR
RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI DAN PROTEKSI HILANG SATU FASA PADA MOTOR CRANE DEMAG 40 TON DI
WORKSHOP UNIT 3 PT BARATA INDONESIA
DISUSUN OLEH:
ELIZABETH EKO WARDHANI
NIM: 201771045
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LISTRIK
FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNLOGI - PLN
JAKARTA, 2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
Proyek Akhir dengan Judul
RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI DAN PROTEKSI HILANG SATU FASA PADA MOTOR CRANE DEMAG 40 TON DI
WORKSHOP UNIT 3 PT BARATA INDONESIA
Disusun Oleh:
ELIZABETH EKO WARDHANI
NIM: 201771045
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LISTRIK
FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI – PLN
Jakarta, 19 Juli 2020
Mengetahui, Kepala Program Studi
Diploma III Teknologi Listrik
Disetujui Dosen Pembimbing Utama
Retno Aita Diantari, ST., MT Tony Koerniawan, ST., MT
Dosen Pembimbing Kedua
Christine Widyastuti, ST., MT
Digitally signed by Tony KoerniawanDN: C=ID, OU=Teknik Elektro, O=Institut Teknologi PLN, CN=Tony Koerniawan, [email protected]: JakartaDate: 2020-08-18 23:02:44
Digitally signed by Christine WidyastutiDN: C=ID, OU=Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN=Christine Widyastuti, [email protected]: I am the author of this documentLocation: JakartaDate: 2020-08-19 09:56:59Foxit Reader Version: 9.7.1
Christine Widyastuti
ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI Nama : Elizabeth Eko Wardhani
NIM : 2017-71-045
Program Studi : D-III Teknologi Listrik
Judul : Rancang Bangun Alat Pendeteksi Dan Proteksi Hilang Satu Fasa Pada Motor Crane Demag 40 Ton di Workshop Unit 3 PT Barata Indonesia
Telah disidangkan dan dinyatakan Lulus Sidang Proyek Akhir pada Program
Diploma III Program Studi Teknologi Listrik Institut Teknologi PLN pada tanggal
11 Agustus 2020
Nama Jabatan Tanda Tangan
1. Retno Aita Diantari, ST., MT Ketua Penguji
2. Oktaria Handayani, ST., MT Sekretaris
3. Aas Wasri Hasanah, ST., MT Anggota
Mengetahui:
Kepala Program Studi D-III Teknologi Listrik
Retno Aita Diantari, ST., MT
Digitally signed by Oktaria HandayaniDN: OU=Fakulytas Ketenagalistrikan & Energi Terbarukan, O=IT PLN, CN=Oktaria Handayani, [email protected]: I am the author of this documentLocation: your signing location hereDate: 2020-08-18 20:18:18Foxit Reader Version: 9.7.1
Digitally signed by Retno Aita DDate: 2020-08-19 09:52:57
iii
iv
UCAPAN TERIMA KASIH Dengan ini saya menyampaikan perhargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
Bapak Tony Koerniawan, ST., MT Selaku Pembimbing I
Ibu Christine Widyastuti, ST., MT Selaku Pembimbing II
Yang telah memberikan petunjuk, saran-saran serta bimbingannya sehingga
Proyek Akhir ini dapat terselesaikan.
Terima kasih yang sama, saya sampaikan kepada :
1. Bapak Bambang Setyawan, S.Kom
2. Ibu Gustina, S.Kom., M.Kom
Yang telah mengijinkan melakukan penelitian di PT Barata Indonesia dan telah
membimbing serta memberikan ilmu yang sangat berharga sehingga Proyek
Akhir ini dapat terselesaikan.
Cilegon, 19 Juli 2020
Elizabeth Eko Wardhani
2017-71-045
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH PROYEK AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Institut Teknologi PLN, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : Elizabeth Eko Wardhani
NIM : 2017-71-045
Program Studi : Diploma
Jurusan : Teknologi Listrik
Jenis Karya : Proyek Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Institut Teknologi PLN Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Rancang Bangun Alat Pendeteksi Dan Proteksi Hilang Fasa Pada Motor Crane
Demag 40 Ton di Workshop Unit 3 PT Barata Indonesia.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Institut Teknologi PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Cilegon
Pada tanggal : 19 Juli 2020
Yang menyatakan
Elizabeth Eko Wardhani
vi
Rancang Bangun Alat Pendeteksi Dan Proteksi Hilang Fasa Pada Motor Crane Demag 40 Ton di Workshop Unit 3 PT Barata
Indonesia
Elizabeth Eko Wardhani, 2017-71-045 dibawah bimbingan Tony Koerniawan, ST., MT dan Christine Widyastuti,
ST., MT
ABSTRAK PT Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi komponen turbin seperti kondensor, stator turbin, dan pengarah sudut turbin. Proses produksi ini membutuhkan overhead crane yang digunakan untuk mengangkat dan memindahkan material. Namun beberapa unit overhead crane yang terdapat pada perusahaan ini sering mengalami kerusakan yang disebabkan kehilangan supply satu fasa motornya, salah satunya yaitu motor overhead crane Demag pada mekanisme hoist 40 ton, dan menyebabkan proses produksi jadi terhambat serta mengalami kerugian. Karena sering terjadi hilangnya supply satu fasa yang masuk ke motor, maka dibuat sebuah perancangan alat simulasi menggunakan metode prototyping. Perancangan alat ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan motor akibat hilangnya supply salah satu fasa. Hasil perancangan ini akan melakukan locking atau penguncian terhadap overhead crane dan memberikan alarm apabila terjadi kehilangan supply satu fasa motornya. Dengan hasil perancangan alat simulasi yang telah dibuat maka dapat diketahui bahwa ketepatan waktu penutupan dan pelepasan anak kontak sebuah relay diperlukan untuk memproteksi sebuah motor dari gangguan hilangnya salah satu fasa. Waktu yang dibutuhkan relay untuk memberikan sinyal kepada alarm yaitu sebesar 0.1 sekon.
Kata Kunci: Overhead Crane, Hilang Satu Fasa, Proteksi, Relay.
vii
Design Equipment Detector And Protection Phase Failure of Crane Demag 40 Ton Motor at Workshop Unit 3 PT Barata
Indonesia
Elizabeth Eko Wardhani, 2017-71-045 Under the Guidance of Tony Koerniawan, ST., MT and Christine
Widyastuti, ST., MT
ABSTRACT PT Barata Indonesia is a manufacturing company that produces turbine components such as condensors, turbine stators, and turbine angle directors. This production process requires overhead cranes that are used to lift and move material. However, several overhead crane units at this company often suffer damage due to loss of supply of one-phase motor, one of which is Demag's overhead crane motor on a 40-ton hoist mechanism, and causes the production process to be hampered and suffer losses. Because of the frequent loss of single-phase supply that enters the motor, a simulation tool is designed using prototyping methode. The design of this tool aims to prevent motor damage due to loss of supply of one phase. The results of this design will be locking the overhead crane and giving an alarm if there is a loss of supply of one-phase motor. With the results of the design of the simulation tool that has been made, it can be seen that the accuracy of the closing time and the release of a contact of a relay is needed to protect a motor from interference loss of one phase. The time needed for the relay to give an alarm signal is 0.1 seconds.
Keywords: Overhead Crane, Phase failure, Protection, Relay.
viii
DAFTAR ISI Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI .......................................................... ii PERNYATAAN KEASLIAN PROYEK AKHIR .................................................. iii UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................ v ABSTRAK ......................................................................................................... vi ABSTRACT ...................................................................................................... vii DAFTAR ISI ......................................................................................................viii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii DAFTAR RUMUS .............................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1 1.2 Permasalahan Penelitian ........................................................................... 3
1.2.1 Identifikasi Masalah ............................................................................. 3 1.2.2 Ruang Lingkup Masalah ...................................................................... 4 1.2.3 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 5 1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 1.3.2 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 6 2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 6 2.2 Landasan Teori .......................................................................................... 7
2.2.1 Crane ................................................................................................... 7 2.2.1.1 Jenis – Jenis Crane ...................................................................... 7 2.2.1.2 Overhead Crane Demag 150/40 Ton ........................................... 8 2.2.1.3 Bagian – Bagian Crane Demag 150/40 Ton ................................. 9
ix
2.2.1.4 Technical Data Crane Demag 150/40 Ton ................................. 10 2.2.2 Proteksi atau Pengamanan ............................................................... 10
2.2.2.1 Sistem Proteksi atau Pengamanan ............................................ 14 2.2.2.2 Proteksi Arus .............................................................................. 14 2.2.2.2.1 Proteksi Arus Lebih ................................................................. 14 2.2.2.2.2 Proteksi Arus selisih ................................................................ 15
2.2.3 Motor Listrik ....................................................................................... 15 2.2.3.1 Jenis – Jenis Motor Listrik .......................................................... 15 2.2.3.2 Motor Induksi .............................................................................. 16 2.2.3.3 Keuntungan dan Kerugian Motor Induksi ................................... 17 2.2.3.4 Prinsip Kerja Motor Induksi ......................................................... 18 2.2.3.5 Sumber Tegangan 3 Fasa .......................................................... 19 2.2.3.6 Sumber Tegangan 1 Fasa .......................................................... 20 2.2.3.7 Jenis Motor Induksi..................................................................... 20
2.2.3.7.1 Motor Induksi Satu Fasa ................................................... 21 2.2.3.7.2 Motor Induksi Tiga Fasa .................................................... 23 2.2.3.7.2.1 Jenis Motor Induksi tiga Fasa ......................................... 24 2.2.3.7.2.2 Keuntungan dan Kerugian Motor Induksi Tiga Fasa ...... 24 2.2.3.7.2.3 Pengasutan Motor Induksi Tiga Fasa ............................. 25
2.2.4 Hilang Satu Fasa ............................................................................... 26 2.2.5 Time Delay Relay (TDR) ................................................................... 27
2.2.5.1Jenis – Jenis Time Delay Relay .................................................. 27 2.2.5.2Prinsip Kerja Time Delay Relay ................................................... 28
2.2.6 Relay Tegangan ................................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 29 3.1 Perancangan Penelitian ........................................................................... 29
3.3.1 Metode Penelitian .............................................................................. 29 3.3.2 Kerangka Penelitian........................................................................... 29
3.2 Teknik Analisis ......................................................................................... 32 3.2.1 Konsep Perancangan ........................................................................ 32 3.2.2 Simulasi Perancangan ....................................................................... 33 3.2.3 Persiapan Kebutuhan Alat ................................................................. 36
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 37 4.1 Hasil ......................................................................................................... 37 4.2 Pembahasan ........................................................................................... 43
4.2.1 Waktu Operasi Time Delay Relay dan Relay Tegangan ................... 43 4.2.2 Pemilihan relay tegangan .................................................................. 45
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 47 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 47 5.2 Saran ....................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 3.1 Daftar Komponen Alat Simulasi ........................................................ 35
Tabel 4.1 Data Pengukuran Arus yang Digunakan Oleh Komponen ................ 37
Tabel 4.2 Pengujian Komponen Alat Simulasi pada Sistem Satu Fasa ............ 38
Tabel 4.3 Pengujian Komponen Alat Simulasi pada Sistem Tiga Fasa ........... 38
Tabel 4.4 Keterangan single line diagram ......................................................... 40
Tabel 4.5 Hasil Uji Alat Simulasi Hilang Satu Fasa pada Sistem Satu Fasa ..... 42
Tabel 4.6 Hasil Uji Alat Simulasi Hilang Satu Fasa pada Sistem Tiga Fasa ..... 42
Tabel 4.7 Data waktu operasi relay tegangan ................................................... 43
Tabel 4.8 Data pengujian waktu operasi time delay relay dan relay tegangan . 44
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Overhead Crane Double Girder ................................................. 8
Gambar 2.2 Contoh Gangguan ..................................................................... 12
Gambar 2.3 Jenis Motor Listrik ...................................................................... 16
Gambar 2.4 Sistem 3 Fasa ............................................................................ 20
Gambar 2.5 Sistem 1 Fasa ............................................................................ 21
Gambar 2.6 Rangkaian Motor Induksi Split-Phase ........................................ 22
Gambar 2.7 Rangkaian Motor Induksi Capasitor-Start .................................. 23
Gambar 2.8 Rangkaian Motor Induksi Capacitor-Run ................................... 24
Gambar 2.9 Rangkaian Motor Induksi Shaded-Pole ..................................... 24
Gambar 2.10 Sambungan Bintang (Y) ............................................................ 27
Gambar 2.11 Sambungan Segitiga (Delta) ...................................................... 27
Gambar 2.12 Time Delay Relay ....................................................................... 27
Gambar 2.13 Relay tegangan .......................................................................... 28
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian ................................................................... 29
Gambar 3.2 Diagram cara kerja alat .............................................................. 31
Gambar 3.3 Wiring diagram motor auxiliary hoist 40 ton ............................... 32
Gambar 3.4 Single line diagram dari alat simulasi ......................................... 33
Gambar 4.1 Single line diagram rangkaian simulasi ...................................... 38
Gambar 4.2 Single line diagram rangkaian kontrol alat simulasi .................... 38
xiii
DAFTAR RUMUS Halaman
Persamaan 2.1 Kecepatan Relay ..................................................................... 11
Persamaan 2.2 Kecepatan Sinkron .................................................................. 19
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Bimbingan Proyek Akhir Pembimbing Satu..................... A1
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Proyek Akhir Pembimbing Kedua .................. C1
Lampiran 3 Manual Book Time Delay Relay (TDR) ........................................ E1
Lampiran 4 Spesifikasi Relay Tegangan ......................................................... F1
Lampiran 5 Perancangan Alat Simulasi Menggunakan Software ................... G1
Lampiran 6 Proses Perancangan dan Perakitan Alat Simulasi ....................... I1
Lampiran 7 Alat Simulasi Pendeteksi dan Proteksi Hilang Satu Fasa ............ J1
Lampiran 8 Manual Book Overhead Crane Demag 150/40 Ton ..................... K1
xv
DAFTAR SINGKATAN
A = Ampere
AC = Alternating Current
CB = Circuit Breaker
CT = Current Transformer
DC = Direct Current
ES = Emergency Switch
GGL = Gaya Gerak Listrik
Hz = Hertz
kW = Kilo Watt
m = Meter
mm = Millimeter
NC = Normally Close
NO = Normally Open
Pc = Pieces
TDR = Time Delay Relay
V = Volt
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Crane pada suatu perusahaan merupakan alat bantu yang sangat
dibutuhkan dalam menunjang proses produksi, selain forklift. Crane merupakan
alat bantu untuk mengangkat dan memindahkan material, yang dilengkapi
dengan tali baja dan rantai. Crane memiliki kemampuan mengangkat muatan
(lifting), menggeser (trolleying), atau menahannya tetap di atas bila diperlukan
dan membawa muatan ke tempat yang ditentukan (slewing dan travelling). Crane
terhubung dengan motor induksi tiga fasa yang digunakan sebagai mesin
penggeraknya. Motor induksi tiga fasa tersebut dioperasikan oleh operator crane
dengan menggunakan remote. Operator akan mengoperasikan crane untuk
bergerak maju mundur, ke atas ke bawah, dan ke kanan ke kiri.
Seperti halnya di PT Barata Indonesia, overhead crane digunakan sebagai
alat penunjang produksi untuk handling material dari satu tempat ke tempat yang
lain. Ada sekitar 21 unit crane yang ada di perusahaan ini. Setiap unit overhead
crane di PT Barata ini dilengkapi motor sebagai alat penggerak unit. Pada
Desember 2019 dan Januari 2020, terjadi masalah terkait dengan motor yang
ada pada unit crane Demag 40 ton.
Pada era ini, sudah diciptakan alat pengatur kecepatan motor yaitu
variable speed drive yang bekerja dengan cara memvariasikan nilai tegangan
dari suplai. Namun alat ini harganya mencapai dua puluh lima kali lipat dari harga
kontaktor. Padahal untuk satu unit crane memerlukan lima hingga sepuluh buah
motor induksi tiga fasa per unit crane. Untuk alasan efisiensi biaya, mengingat
banyaknya jumlah motor yang digunakan, maka tetap digunakan kontaktor
sebagai pemutus dan penyambung suplai ke terminal stator.
Motor induksi tiga fasa merupakan motor yang paling banyak dipilih
karena motor ini paling handal atau hampir free maintenance. Namun terdapat
dalam beberapa kasus pada crane PT Barata Indonesia, nyatanya motor induksi
3 fasa tetap mengalami kerusakan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Yang
2
pertama disebabkan karena motor dioperasikan mati dan nyala secara berulang,
maka kontak dari kontaktor bisa gagal beroperasi tiba tiba, dikarenakan kontak
dari kontaktor tidak tersambung atau tertutup secara sempurna. Hal ini
disebabkan karena saat penyambungan dan pemutusan kontak, terjadi oksidasi
pada konduktornya, sehingga lama kelamaan kontak utama dari kontaktor akan
timbul lapisan dan gagal beroperasi. Ketika motor kehilangan fasa, email atau
cat tahan panas yang melapisi kumparannya akan terkikis, yang menyebabkan
kontak atau short antar gulungan statornya. Yang kedua adalah faktor dari luar
atau lingkungan, yaitu disebabkan oleh debu-debu yang menempel ke kontak
kontaktor sehingga membentuk lapisan pada permukaan kontak dan
menyebabkan terjadinya gagal penyambungan. Debu debu yang ada dapat
disebabkan karena banyaknya aktivitas pengelasan dan penggerindaan pada
workshop tersebut. Penyebab kerusakan yang ketiga adalah faktor human error,
yaitu karena kegagalan prediksi waktu pemeliharaan. Faktor human error lainnya
yaitu bagian atau tim maintenance yang harusnya melakukan periodik
maintenance tidak mengecek dengan benar kondisi dari kontaktor yang
tersambung ke motor tersebut, sehingga kerusakan dari suplai maupun motor
tidak diketahui.
Kegagalan penyambungan ini, dapat menyebabkan hilangnya salah satu
fasa, sehingga membuat motor akan bekerja lebih berat karena motor hanya
disuplai oleh dua sumber saja. Kehilangan salah satu fasa menyebabkan
terjadinya tegangan yang asimetris, sehingga arus listrik yang mengalir pada
kedua fasa tersebut akan naik drastis, sehingga temperatur pada konduktor
tersebut juga naik, dan motor akan terbakar. Hilangnya salah satu fasa ini dapat
diketahui dengan perubahan suara motor yang kasar dan kecepatan putar motor
yang lama kelamaan semakin melambat. Untuk di PT Barata sendiri, kebakaran
motor pada unit crane terbilang memiliki frekuensi yang cukup tinggi.
Rusaknya motor induksi tiga fasa dapat menyebabkan kerugian bagi
perusahaan, karena motor harus dilakukan penggulungan kumparan ulang pada
bagian yang terbakar, dan hal ini memakan waktu minimal satu minggu. Hal ini
menyebabkan downtime unit akan besar atau tinggi, sehingga mengganggu kerja
unit crane tersebut. Kerugian lain akibat kerusakan ini adalah menghambat
3
proses pemindahan material untuk produksi, sehingga perlu bantuan unit lain
yaitu forklift. Namun, pemindahan menggunakan forklift sangat tidak efisien,
karena memakan waktu yang lama, dan membuat kemungkinan cacatnya
material saat penurunan ataupun perubahan posisi sangat besar. Kerugian yang
lain tentu saja butuh biaya yang sangat besar untuk proses rewinding motor yang
rusak tersebut. Biaya yang dikeluarkan untuk rewinding motor itu sendiri sekitar
20 juta rupiah hingga 40 juta rupiah. Sedangkan, untuk penggantian motor baru
dengan spesifikasi daya 25 kW dan berat maksimal beban sekitar 40 ton, yaitu
seharga 400 juta rupiah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis berkesimpulan judul
tugas akhir yang tepat adalah ”Rancang Bangun Monitoring dan Proteksi
Kehilangan Satu Fasa pada Motor Crane Demag 40 ton”. Diharapkan dengan
dibuatkan rancangan ini dapat mencegah terjadinya kerusakan motor listrik pada
crane yang disebabkan oleh kehilangan salah satu fasa pada motor tersebut.
1.2 Permasalahan Penelitian 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di latar belakang, maka
identifikasi masalah yang terjadi , antara lain :
1. Kerusakan kontak dari kontaktor lebih cepat atau sering rusak,
dikarenakan mode pengoperasian yang terus menerus, menyebabkan
kontak utama akan timbul lapisan sehingga titik hubung kontak tidak
menutup secara sempurna.
2. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor luar (lingkungan) yaitu debu
yang menempel ke kontak kontaktor.
3. Kerusakan suplai maupun motor yang tidak diketahui, hal ini
disebabkan oleh human error, yaitu kegagalan prediksi waktu
pemeliharaan serta tidak dilakukan pengecekan yang benar terhadap
kondisi kontaktor, saat proses periodik maintenance.
4
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah Untuk membatasi penelitian ini, maka penulis membatasi ruang lingkup
masalah dalam proyek akhir ini, hanya pada:
1. Motor yang jadi pembahasan adalah motor yang digunakan oleh crane
Demag 40 ton di workshop 3 PT Barata Indonesia
2. Motor yang jadi bahan penelitian adalah motor induksi tiga fasa,
hubungan wye atau star
3. Membuat alat deteksi kehilangan satu fasa pada sistem tiga fasa pada
tegangan kerja 220/240 volt
4. Tegangan kerja yang digunakan oleh relay yaitu sebesar 220 volt
5. Relay hanya berfungsi untuk mendeteksi kehilangan tegangan
6. Relay dipasang pada kontak utama atau anak kontak rangkaian utama
pada terminal input motor tanpa mengubah rangkaian asli motor
overhead crane Demag
7. Alat pendeteksi hanya dipasang pada motor yang digunakan sebagai
penggerak mekanisme hoist
8. Analisa kesalahan kerja dari crane tersebut, tidak dipengaruhi oleh
berat beban.
1.2.3 Rumusan Masalah
Sebagai panduan dalam pelaksanaan Tugas Akhir, maka perlu dibuatkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara kerja dan hasil alat simulasi pendeteksi dan proteksi
hilangnya satu fasa?
2. Bagaimana pengaruh ketepatan waktu kerja relay terhadap operasi
kerja alat simulasi hilang satu fasa?
3. Bagaimana pengaruh pemasangan alat pendeteksi dan proteksi ini
terhadap kerusakan motor listrik crane pada PT Barata Indonesia?
4. Bagaimana hasil penggunaan alat pendeteksi dan proteksi terhadap
kinerja unit crane pada PT Barata Indonesia?
5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan penulis, dalam pembuatan Tugas Akhir
ini adalah :
1. Memahami cara kerja alat simulasi pendeteksi dan proteksi hilangnya
satu fasa
2. Memahami pengaruh ketepatan waktu kerja sebuah relay terhadap
operasi kerja alat simulasi hilang satu fasa
3. Mengurangi hambatan dan kerugian pada proses produksi PT Barata
Indonesia
4. Membuat alat pendeteksi dan proteksi yang murah dan sederhana.
1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan oleh penulis, dengan pembuatan alat proteksi
ini adalah sebagai berikut :
1. Meminimalisir terjadinya kerusakan motor crane akibatnya hilang satu
fasa
2. Mengurangi downtime akibat kerusakan motor crane karena hilangnya
satu fasa
3. Mendeteksi kehilangan satu fasa pada motor crane lebih awal, untuk
mencegah kerugian pada perusahaan.
4. Mempermudah pengindikasian oleh operator crane apabila motor
berhenti running seketika.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka diambil dari beberapa buku, jurnal dan artikel yang
berhubungan dengan penelitian yang serupa dengan penelitian yang penulis
lakukan, tinjauan pustaka yang menjadi acuan peneliti adalah sebagai berikut:
a. Penelitian yang dilakukan oleh Andri Tukananto, Junaidi dan Hardiansyah,
dalam jurnal berjudul Rancang Bangun Sistem Proteksi Arus Lebih Motor
3 Fasa dengan Timer Start dan Trip, penelitian bertujuan untuk merancang
dan membuat alat proteksi arus lebih motor induksi 3 fasa dengan timer
start dan trip, untuk pompa air pendingin generator pada PLTD Siantan,
dengan harapan motor bebas dari gangguan, khususnya dikarenakan
oleh arus lebih.
b. Natalis Hengky Ricardo, Junaidi dan Ayong Hiendro dalam jurnal berjudul
Rancang Bangun Sistem Proteksi Arus Lebih Motor Induksi Tiga Fasa
Berbasis Mikrokontroler ATMega 16, Tujuan penelitian yang dilakukan
oleh Natalis dan teman – teman adalah untuk merancang dan membuat
alat proteksi untuk mengatasi arus lebih berbasis mikrokontroler ATMega
16, dirancang alat ini karena dianggap memiliki usia proteksi atau lifetime
yang lebih besar, dibanding dengan alat proteksi menggunakan thermal
overload relay yang dilengkapi timer start dan trip.
c. Alek Susi Putra, Didik Notosudjono dan Dedek Suhendi, dalam jurnal
berjudul Rancang Bangun Sistem Proteksi Motor Induksi Tiga Phasa
Terhadap Gangguan Arus Lebih dan Suhu Berbasis Mikrokontroler
ATMega 8535, dalam penelitian ini dibuatkan alat pendeteksi dan
pengamanan motor induksi tiga fasa yang menggabungkan peralatan
mikrokontroler dengan peralatan elektronik dan elektromagnetik, yang
dikontrol oleh Mikrokontroler ATMega 8535 untuk mengatasi gangguan
arus lebih dan suhu pada motor.
d. Eva Mariana, Gigih Prabowo dan serta Era P, dalam jurnal berjudul
“Rancang Bangun Smart Protection pada Motor Induksi 3-Fasa”, dalam
7
penelitian ini dibuat suatu rancangan alat pengamanan motor induksi tiga
fasa yang dilengkapi alat pembaca jenis dan nilai gangguan melalui LCD
matrik melalui prosesor ATMega16 dengan Bahasa pemrograman C.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Crane Berdasarkan Peraturan Menteri No 05-1985 Tentang Pesawat Angkat –
Angkut dikatakan bahwa peralatan angkat adalah alat yang dikonstruksi atau
dibuat khusus untuk mengangkat naik dan menurunkan muatan. Masih di dalam
Peraturan Menteri No 05-1985 dikatakan bahwa crane adalah termasuk alat
angkat - angkut.
Dalam dunia industri, crane merupakan alat pengangkat dan pemindah
material yang memiliki kapasitas besar, crane juga merupakan alat bantu
produksi dalam suatu perusahaan.
2.2.1.1 Jenis – Jenis Crane . Dalam dunia industri, dikenal beberapa jenis crane, diantara jenis crane
tersebut adalah :
1. Tower Crane
Crane model ini termasuk crane putar dengan tiang diam. Crane tower ini
dapat untuk mengangkat muatan baik secara vertikal maupun horizontal.
Crane jenis ini biasa digunakan pada proyek konstruksi.
2. Crane Tanpa Lintasan.
Yang masuk dalam jenis crane tanpa lintasan ini adalah :
x Mobile Crane (Truck Crane)
Mobile crane adalah crane yang terdapat pada truk. Crane ini
merupakan crane tanpa lintasan. Tiang dari crane model ini dapat
diposisikan ketika crane beroperasi, dengan tujuan agar saat
mengangkat dan memindahkan muatan crane menjadi seimbang.
x Crawler Crane
Crane yang biasa digunakan pada lokasi proyek pembangunan
dengan jangkauan yang tidak terlalu panjang. Crane ini memiliki roda-
8
roda rantai (crawler) yang dapat bergerak ketika digunakan
dan digunakan pada berbagai medan.
3. Hydraulic Crane
Hydraulic crane menggunakan sistem hidroulik dan pneumatik untuk
dapat bekerja. Hydraulic crane memiliki struktur yang sederhana, crane
hanya dapat berputar sampai 180 derajat dengan jangkauan yang tidak
terlalu panjang juga. Crane ini umumnya ditempatkan pada satu titik (tiang
diam), tidak untuk dipindahkan.
4. Overhead Crane
Overhead Crane sesuai dengan namanya peletakannya di atas atau langit
– langit gedung. Crane jenis ini berjalan diatas rel, dimana rel tersebut bisa
bergerak maju maupun mundur. Overhead crane terdiri dari 2 jenis dilihat
dari strukturnya yaitu overhead single girder dan overhead double girder.
5. Jib Crane
Crane ini sistem kerja dan mesin mirip dengan overhead crane namun
secara struktur mirip dengan hydraulic crane.
2.2.1.2 Overhead Crane Demag 150/40 Ton Overhead Crane Demag 150/40 Ton PT Barata Indonesia merupakan
overhead crane double girder. Overhead crane ini memiliki 2 hoist dengan
kemampuan angkat maksimal hoistnya adalah 150 Ton dan 40 Ton.
Overhead Crane Demag 40/150 Tonnes ini memiliki dua girder (jembatan)
untuk pergerakan hoist nya, yang bertumpu pada trolley saddle (end carriages)
untuk pergerakan maju mundur hoist. Untuk desain hampir sama dengan single
girder yang membedakan hanyalah memiliki dua girder (jembatan).
9
Gambar 2.1 Overhead Crane Double Girder
(Sumber : https://benziro.com)
Di PT Barata Indonesia, untuk crane dengan tonase diatas dari 5 ton,
semua unit menggunakan overhead crane double girder. Alasan penggunaan
overhead double girder adalah karena tonnase setiap unit yang besar, dengan
pertimbangan bahwa secara struktur crane model ini jauh lebih kuat dibanding
dengan overhead single girder, secara penggunaan tentunya jauh lebih aman
pada saat mengangkat dan memindahkan material.
2.2.1.3 Bagian – Bagian Crane Demag 150/40 Ton Crane Demag 150/40 Ton dirakit dari beberapa bagian – bagian crane,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Crab dengan unit hoist dan travel carriages
2. Jembatan crane dengan end carriages
3. Sistem kontrol (Control system)
4. Perangkat pengatur (Regulating device)
5. Perangkat control (Control devices)
6. Unit pengontrol (Control unit)
7. Sistem catu daya (Power supply system)
8. Landasan pacu crane (Crane runway)
10
2.2.1.4 Technical Data Crane Demag 150/40 Ton Berdasarkan manual book operating instructions oleh Demag Crane &
Component, technical spesifikasi untuk crane Demag 150/40T ini adalah sebagai
berikut :
Crane Type : ZKKW EZMPW 150T H15 12/2
Tonnage : 150/40 Ton
Span : 31.150m
Supply Voltage : 380V, 50Hz
Control Voltage : 42V
Main lifting : 0.2 – 2 m/min 60%ED*
Aux. lifting : 3.6/0.6 m/min 25/15%ED**
Cross travelling : 0.25 - 25 m/min 100%ED* at 87 Hz
Crane travelling : 0.25 - 25 m/min 100%ED* at 87 Hz
Crane Control : Via radio remote control (Handy type) / mobile
pendant
Keterangan :
* via invertor in conjunction with sauirrel-caged brake motor for steples-speed
control
** via direct contactor control of demag squirrel-caged pole-changing self-braking
Motor
2.2.2 Proteksi atau Pengamanan Upaya untuk mengamankan peralatan, dari gangguan akibat
pengoperasian yang tidak normal, dari sistem peralatan yang tidak normal, serta
mengamankan pengguna peralatan dari bahaya yang ditimbulkan oleh satu
peralatan, biasanya dipasangkan alat proteksi atau alat pengaman.
Sistem proteksi adalah sistem yang berfungsi untuk melindungi atau
mengisolasi pada bagian yang memilki kemungkinan akan terjadi suatu
gangguan atau bahaya. Tujuan utama proteksi adalah mecegah terjadi
gangguan, melokalisir gangguan dan membatasi hal-hal yang dapat
menyebabkan gangguan pada sebuah peralatan.
11
Dikutip dalam jurnal Topan, dkk, Ada beberapa kriteria yang perlu
diketahui pada pemasangan suatu sistem proteksi dalam suatu rangkaian sistem
tenaga listrik yaitu :
a. Kepekaan (Sensitivitas)
Sensitivitas adalah kepekaan rele proteksi terhadap segala macam
gangguan dengan tepat yakni gangguan yang terjadi di daerah perlindungannya.
Kepekaan suatu sistem proteksi ditentukan oleh nilai terkecil dari besaran
penggerak saat peralatan proteksi mulai beroperasi. Nilai terkecil besaran
penggerak berhubungan dengan nilai minimum arus gangguan dalam daerah
yang dilindunginya.
b. Kecepatan
Kecepatan Sistem proteksi perlu memiliki tingkat kecepatan sebagaimana
ditentukan sehingga meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia,
peralatan dan stabilitas operasi. Mengingat suatu sistem tenaga mempunyai
batas-batas stabilitas serta kadang- kadang gangguan sistem bersifat
sementara, maka relay yang semestinya bereaksi dengan cepat seperti yang
ditunjukkan persamaan :
top = tp + tcb (2.1)
Keterangan :
x top = total waktu yang dipergunakan untuk memutuskan hubungan;
x tp = waktu bereaksinya unit rele;
x tcb = waktu yang dipergunakan untuk pelepasan C.B.
Pada umumnya untuk top sekitar 0,1 detik kerja peralatan proteksi
sudah dianggap bekerja cukup baik.
c. Selektifitas dan diskriminatif
Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem
yang harus diisolir apabila rele proteksi mendeteksi gangguan. Bagian yang
dipisahkan dari sistem yang sehat sebisanya adalah bagian yang terganggu saja.
Diskriminatif berarti suatu sistem proteksi harus mampu membedakan antara
kondisi normal dan kondisi abnormal. Ataupun membedakan apakah kondisi
abnormal tersebut terjadi di dalam atau di luar daerah proteksinya. Dengan
12
demikian, segala tindakannya akan tepat dan akibatnya gangguan dapat
dieliminir menjadi sekecil mungkin.
Gambar 2.2 Contoh Gangguan
Dalam sistem tenaga listrik seperti gambar di atas, apabila terjadi
gangguan pada titik K, maka hanya C.B.6 saja yang boleh bekerja sedangkan
untuk C.B.1, C.B.2 dan C.B. - C.B. yang lain tidak boleh bekerja.
d. Keandalan
Suatu sistem proteksi dapat dikatakan andal jika selalu berfungsi
sebagaimana yang diharapkan. Sistem proteksi disebut tidak andal bila gagal
bekerja pada saat dibutuhkan dan bekerja pada saat proteksi itu tidak
seharusnya bekerja. Keandalan rele dikatakan cukup baik bila mempunyai harga
90-99 %. Keandalan dapat dibagi 2 macam, yaitu :
x Dependability : relay harus dapat diandalkan setiap saat.
x Security : tidak boleh salah kerja / tidak boleh bekerja yang bukan
seharusnya bekerja.
e. Ekonomis.
Suatu perencanaan teknik yang baik tidak terlepas tentunya dari
pertimbangan nilai ekonomisnya. Suatu rele proteksi yang digunakan hendaknya
ekonomis mungkin dengan tidak mengesampingkan fungsi dan kehandalannya.
Tipe Proteksi Ada dua kategori proteksi yang dikenal yaitu :
x Proteksi utama (main protection)
Proteksi utama adalah pertahanan utama dan akan membebaskan
gangguan pada bagian yang akan diproteksi secepat mungkin.
Mengingat keandalan 100 % tidak hanya dari perlindungan tetapi
juga dari trafo arus, trafo tegangan dan pemutus rangkaian yang
13
tidak dapat dijamin, untuk itu diperlukan perlindungan pembantu
(auxiliary protection) pada alat proteksi tersebut.
x Proteksi pembantu (back up protection).
Proteksi pembantu bekerja bila rele utama gagal dan tidak hanya
melindungi daerah berikutnya dengan perlambatan waktu yang
lebih lama dari pada rele utamanya.
Masih menurut Topan, dkk. Jenis Gangguan Jika ditinjau dari sifat dan
penyebabnya, jenis gangguan dapat dikelompokkan sebagai :
1. Tegangan lebih
Tegangan lebih merupakan suatu gangguan akibat tegangan pada
sistem tenaga listrik lebih besar dari seharusnya. Gangguan tegangan
lebih dapat terjadi karena kondisi external dan internal. Kondisi internal
terutama karena isolasi akibat perubahan yang mendadak dari kondisi
rangkaian atau karena resonansi. Misalnya operasi hubung pada
saluran tanpa beban, perubahan beban yang mendadak, operasi
pelepasan pemutus tenaga yang mendadak akibat hubungan singkat
pada jaringan, kegagalan isolasi, dan sebagainya. Kondisi external
terutama akibat adanya sambaran petir. Petir terjadi disebabkan oleh
terkumpulnya muatan listrik, yang mengakibatkan bertemunya muatan
positif dan negatif. Pertemuan ini berakibat terjadinya beda tegangan
antara awan bermuatan posisif dengan muatan negatif, atau awan
bermuatan positif atau negatif dengan tanah. Bila beda tegangan ini
cukup tinggi maka akan terjadi loncatan muatan listrik dari awan ke
awan atau dari awan ke tanah.
2. Hubung singkat.
Hubung singkat adalah terjadinya hubungan penghantar bertegangan
atau penghantar tidak bertegangan secara langsung tidak melalui
media (resistor/ beban) yang semestinya sehingga terjadi aliran arus
yang tidak normal (sangat besar). Hubung singkat merupakan jenis
gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik, terutama pada
14
saluran udara 3 fasa. Meskipun semua komponen peralatan listrik
selalu diisolasi dengan isolasi padat, cair (minyak), udara, gas, dan
sebagainya. Namun karena usia pemakaian, keausan, tekanan
mekanis, dan sebab-sebab lainnya, maka kekuatan isolasi pada
peralatan listrik bisa berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Hal ini
akan mudah menimbulkan hubung singkat.
Arus hubung singkat yang begitu besar sangat membahayakan
peralatan, sehingga untuk mengamankan peralatan dari kerusakan
akibat arus hubung singkat maka hubungan kelistrikan pada seksi
yang terganggu perlu diputuskan dengan peralatan pemutus tenaga
atau circuit breaker (CB).
2.2.2.1 Sistem Proteksi atau Pengamanan Menurut (Wijaya, 2001), pengamanan transformator daya akibat
gangguan yang terjadi pada transformator atau bagian lain dari sistem tenaga
listrik yang bersangkutan, dibagi menjadi dua kelompok jenis pengaman yaitu :
a. Pengamanan objek
Pengamanan transformator terhadap gangguan yang terjadi di dalam
transformator itu sendiri.
b. Pengamanan sistem
Pengamanan transformator terhadap gangguan yang terjadi dalam sistem
tenaga listrik itu, diluar pengaman transformator.
2.2.2.2 Proteksi Arus Masih menurut Wijaya (2001), Pada pengamanan arus, alat pengaman
yang melindungi transformator haruslah alat yang peka terhadap perubahan
yang terjadi pada arus listrik yang mengalir. Peka terhadap besar arus yang
mengalir, dan juga peka terhadap selisih – selisih dari arus yang mengalir.
2.2.2.2.1 Proteksi Arus Lebih Dalam proteksi arus lebih, pengaman arus nya harus memiliki kepekaan
terhadap besar arus yang mengalir. Alat pengaman akan bekerja ketika besar
15
arus melampaui nilai tertentu. Umumnya alat pengaman berupa untuk
menyalakan tanda bahaya, menggerakkan pemutus tenaga (circuit breaker)
sehingga transformator terlepas.
2.2.2.2.2 Proteksi Arus selisih Dalam proteksi selisih arus, pengaman bekerja sesuai dengan prinsip
yaitu pada transformator yang bekerja dalam keadaan baik, ketika arus primer
dan arus sekunder yang mengalir pada transformator adalah sama.
Pengamanan arus selisih ini sering disebut dengan pengamanan
diferensial. Sistem pengamanan ini biasanya digunakan relay defferensial, yang
mana relay ini akan bekerja bila terjadi perbedaan secara fasor dari dua besaran
listrik atau lebih yang melampaui batas dari nilai yang ditentukan.
2.2.3 Motor Listrik Menurut Bagia, Parsa (2018), motor listrik adalah alat untuk mengubah
energi listrik menjadi energi mekanik. Begitu juga dengan sebaliknya yaitu alat
untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik yang biasanya disebut
dengan generator atau dinamo. Pada motor listrik, tenaga listrik diubah menjadi
tenaga mekanik. Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik
menjadi magnet yang disebut sebagai elektromagnet.
2.2.3.1 Jenis – Jenis Motor Listrik Macam - macam motor listrik, menurut Bagia, Parsa (2018). Berdasarkan
pasokan input, konstruksi, dan mekanisme operasi yang terangkum dalam
klasifikasi motor listrik. Secara umum motor listrik ada 2 yaitu motor listrik AC dan
motor listrik DC. motor listrik AC dan motor listrik DC juga terbagi lagi menjadi
beberapa bagian-bagian lagi, jika digambarkan maka pembagian motor listrik
dapat dilihat seperti pada gambar 2.3 di bawah ini.
16
Gambar 2.3 Jenis Motor Listrik
2.2.3.2 Motor Induksi Motor induksi adalah suatu mesin listrik yang berfungsi merubah energi
listrik menjadi energi gerak. Motor induksi terdiri dari stator (bagian motor yang
diam) dan rotor (bagian motor yang berputar).
Motor induksi pada dasarnya mempunyai 2 bagian penting. Menurut
(Bagia, Parsa : 2018), bagian – bagian motor induksi adalah sebagai berikut :
a. Stator
Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat
menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya.
Stator terdiri dari bagian – bagian lagi yaitu :
1. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang.
2. Inti stator dari besi lunak atau baja silikon.
3. Alur, bahannya sama dengan inti, dimana alur ini merupakan
tempat meletakkan belitan (kumparan stator).
4. Belitan (kumparan) stator dari tembaga.
b. Celah
Tempat berpindahnya energi dari startor ke rotor. Pada celah udara ini
lewat fluks induksi stator yang memotong kumparan rotor sehingga
menyebabkan rotor berputar. Celah udara yang terdapat antara stator
dan rotor diatur sedemikian rupa sehingga didapatkan hasil kerja motor
17
yang optimum. Bila celah udara antara stator dan rotor terlalu besar
akan mengakibatkan efisiensi
motor induksi rendah, sebaliknya bila jarak antara celah terlalu kecil
atau sempit akan menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin.
c. Rotor
Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari
kumparan stator yang diinduksikan kepada kumparan rotor. Rotor
terdiri dari :
1. Inti rotor, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama
dengan inti stator.
2. Alur, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan
inti. Alur merupakan tempat meletakkan lilitan (kumparan) rotor.
3. Belitan rotor, bahannya dari tembaga.
4. Poros atau as.
2.2.3.3 Keuntungan dan Kerugian Motor Induksi Penggunaan motor induksi cukup banyak digunakan, karena motor
induksi mempunyai beberapa keuntungan, Wijaya (2001:155) keuntungan motor
induksi adalah sebagai berikut :
a. Bentuknya sederhana, konstruksinya cukup kuat.
b. Biaya murah dan dapat diandalkan.
c. Efisiensi tinggi pada keadaan normal, sehingga rugi – rugi gesekan dapat
dikurangi.
d. Perawatan yang minimum.
e. Pada waktu mulai beroperasi tidak membutuhkan peralatan khusus.
Selain memiliki keuntungan seperti yang disebutkan diatas, tentu saja
motor induksi juga memiliki faktor tidak menguntungkan juga, antara lain :
a. Pengaturan kecepatan berpengaruh pada efisiensi.
b. Kecepatan akan berkurang jika beban bertambah.
c. Kopel mulanya lebih rendah daripada mesin arus searah parallel.
18
2.2.3.4 Prinsip Kerja Motor Induksi Motor induksi adalah motor arus bolak balik (AC). Secara prinsip, motor
induksi akan bekerja berdasarkan induksi elektromagnet, yang mana sumber
tegangan diberikan oleh kumparan stator, sehingga inti stator akan berubah
menjadi magnet, yang kemudian magnet tersebut akan menginduksi ke rotor.
Menurut Bagia, Parsa (2018), bila kumparan stator motor induksi 3-fasa yang
dihubungkan dengan suatu sumber tegangan 3-fasa, maka kumparan stator
akan menghasilkan medan magnet yang berputar. Garis-garis gaya fluks yang
diinduksikan pada kumparan stator akan memotong kumparan rotor nya
sehingga timbul gaya gerak listrik (ggl) atau tegangan induksi. Karena
penghantar (kumparan) rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka akan
mengalir arus pada kumparan rotor. Penghantar (kumparan) rotor yang dialiri
arus ini berada dalam garis gaya fluks yang berasal dari kumparan stator
sehingga kumparan rotor akan mengalami gaya Lorentz yang menimbulkan torsi
yang cenderung menggerakkan rotor sesuai dengan arah pergerakan medan
induksi stator. Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-
konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lenz,
rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan putaran
relative antara stator dan rotor disebut slip.
Ketika beban bertambah, maka kopel motor akan membesar, yang
tentunya akan memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip antara
medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi, bila beban
motor bertambah, putaran rotor cenderung menurun.
Pada rangka stator terdapat kumparan stator yang ditempatkan pada slot
slotnya yang dililitkan pada sejumlah kutub tertentu. Jumlah kutub ini
menentukan kecepatan berputarnya medan stator yang terjadi yang diinduksikan
ke rotornya. Makin besar jumlah kutub akan mengakibatkan semakin kecil
kecepatan putar medan stator dan sebaliknya. Kecepatan berputarnya medan
putar ini disebut kecepatan sinkron. Besarnya kecepatan sinkron ini adalah
berdasarkan persamaan dibawah ini.
𝒏𝒔 = 𝟏𝟐𝟎 𝒙 𝒇𝑷
(2.2)
19
Dimana :
ns : Kecepatan putar dari medan putar stator (rpm)
f : Frekuensi arus dan tegangan stator
P : Banyaknya kutub
2.2.3.5 Sumber Tegangan 3 Fasa Sumber tegangan 3 fasa biasanya digunakan oleh motor induksi tiga fasa.
Sumber tegangan 3 fasa, idealnya daya yang dibangkitkan, disalurkan dan
diserap oleh beban harusnya semua seimbang. Tegangan seimbang terdiri dari
tegangan 1 fase yang memiliki magnitude serta frekuensi yang sama, namun
fase yang berbeda sebesar 120 derajat listrik. Namun, secara fisik perbedaan
fase adalah 60 derajat listrik yang bisa dihubungkan secara bintang (Y, Wye)
ataupun segitiga (Delta, Δ, D).
Fasor diagram tegangan fasa, dapat dilihat pada gambar dibawah. Sistem
3 fasa lebih dikenal dengan sistem yang mempunyai urutan fasa a – b – c.
Apabila fasor-fasor tegangan tersebut berputar dengan kecepatan sudut dan
dengan arah berlawanan jarum jam (arah positif), maka nilai maksimum positif
dari fasa terjadi berturut-turut untuk fasa V1, V2 dan V3.
Gambar 2.4 Sistem 3 Fasa
Bentuk hubungan penghantar dalam sistem 3 fasa terbagi dua yaitu
hubungan bintang dan hubungan segitiga. Umumnya listrik 3 fasa bertegangan
380 volt yang banyak digunakan Industri atau pabrik.
20
2.2.3.6 Sumber Tegangan 1 Fasa Prinsipnya kerja untuk motor induksi 1 fasa sama dengan motor induksi 2
fasa yaitu tidak simetris, hal ini karena kumparan statornya dibuat dua kumparan
yaitu kumparan utama dan kumparan bantu, yang masing – masing kumparan
memiliki perbedaan secara listrik, dimana masing – masing kumparan tersebut
juga tidak memiliki nilai impedansi yang sama, dan biasanya motor bekerja
dengan hanya dengan satu kumparan utama.
Sumber tegangan 1 fasa menggunakan dua kawat penghantar yaitu 1
kawat penghantar untuk fase (Sumber/Tegangan) dan 1 kawat penghantar
lainnya untuk 0 (Netral). Jadi secara sederhana, dapat dikatakan bahwa sumber
tegangan 1 fasa dapat diartikan sebagai sumber tegangan yang terdiri dari dua
kabel yaitu satu kabel bertegangan dan satu kabel netral.
Umumnya sumber tegangan 1 fasa bertegangan 220 - 240 volt yang
digunakan banyak orang untuk keperluan sehari – hari. Fasor diagram untuk
tegangan 1 fasa dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gambar 2.5 Sistem 1 Fasa
2.2.3.7 Jenis Motor Induksi Dikutip dari (Bagia, Parsa : 2018), Berdasarkan karakteristik dari arus
listrik yang mengalir, motor induksi terdiri dari 2 jenis, yaitu motor induksi satu
fasa dan motor induksi tiga fasa.
21
2.2.3.7.1 Motor Induksi Satu Fasa Motor induksi satu fasa, memiliki 1 gulungan kumparan stator secara
konstruksinya. Motor induksi satu fasa tidak dapat berputar sendiri tanpa bantuan putaran dari luar. Ada 4 jenis motor induksi satu fasa kalau dilihat atau
berdasarkan cara pengaktifan motor itu sendiri, jenis – jenis motor tersebut
antara lain adalah :
a. Motor Induksi Split-Phase
Motor induksi Jenis ini pada salah satu stator windingnya
menggunakan, dengan kapasitas dari kapasitor dibuat sekecil
mungkin. Dapat dimisalkan dengan, saat ada sumber arus 2 fasa, dan
sumber ini disambungkan pada motor induksi jenis ini, maka arus yang
mengalir pada salah satu winding akan membesar dan mengalami
pergeseran fase. Akibatnya, motor akan dapat berputar karena adanya
perbedaan fluks dari tiap - tiap winding.
Motor induksi jenis ini seringnya digunakan pada beban 200W. Pada
motor jenis ini, letak kapasitor sangat berpengaruh terhadap rangkaian
ini, karena peletakan kapasitor ini dapat mengubah arah fluks yang
dihasilkan, dan berpotensi untuk mengubah arah putaran rotor. Secara
rangkaian motor induksi split-phase ini ditunjukan pada gambar 2.6
dibawah ini.
Gambar 2.6 Rangkaian Motor Induksi Split-Phase
b. Motor Induksi Capasitor-Start
Motor induksi capasitor-start, tidak jauh berbeda secara prinsip dengan
motor induksi split-phase. Yang menjadi pembeda antara motor
induksi split-phase dengan capasitor-start adalah adanya peletakan
22
atau pemasangan switch antara salah satu stator winding dan
kapasitor. Pada prinsipnya, saat motor mulai berputar maka switch ini
akan close dan saat motor mencapai kecepatan yang diharapkan
maka switch akan open. Pada motor jenis ini, winding yang diserikan
dengan kapasitor lilitannya dibuatkan lebih banyak untuk mencegah
terjadinya panas yang berlebih pada winding motor tersebut. Motor
induksi jenis ini banyak dipakai pada peralatan elektronik yang
menggunakan daya tinggi dalam pemakaiannya. Untuk rangkaian
motor induksi Capasitor-Start ini dapat dilihat pada gambar 2.7
dibawah ini.
Gambar 2.7 Rangkaian Motor Induksi Capasitor-Start
c. Motor Induksi Capasitor-Run
Motor induksi Capasitor-Run, secara prinsip sama dengan motor
induksi satu fasa yang lain atau sebelumnya, letak perbedaan untuk
motor induksi jenis ini adalah adanya penambahan kapasitor yang
kapasitasnya besar yang diparalelkan dengan kapasitor lain yang
memiliki kapasitas yang kecil dengan switch motor. Pada prinsipnya,
cara kerjanya sama dengan motor induksi capasitor – run, tetapi yang
membedakan adalah arus yang mengaliri motor cukup kecil dibanding
dengan motor induksi jenis sebelumnya. Untuk rangkaiannya sendiri
dapat dilihat pada gambar 2.8 dibawah.
23
Gambar 2.8 Rangkaian Motor Induksi Capacitor-Run
d. Motor Induksi Shaded-Pole
Penamaan motor ini shaded pole dikarenakan kutub stator lebih dari
1/3 ditutup dengan tembaga untuk mendapatkan perbedaan sudut
fluks yang besar. Perbedaan sudut fluks ini mengakibatkan terjadinya
perputaran rotor dengan mudah. Pada motor jenis ini kedua winding
terhubung paralel secara langsung tanpa ada tambahan komponen
lain. Meskipun salah satu winding ditambahkan atau diberikan coil tap
dengan Tujuan untuk mengatur kecepatan motornya. Torsi starting
untuk jenis motor ini, sangatlah rendah sehingga motor jenis ini
umumnya digunakan pada peralatan elektronik yang sering digunakan
dikalangan rumah tangga, seperti contoh kipas angin. Rangkaian
motor induksi shaded pole dapat dilihat pada gambar 2.9 dibawah.
Gambar 2.9 Rangkaian Motor Induksi Shaded-Pole
2.2.3.7.2 Motor Induksi Tiga Fasa Motor induksi tiga fasa, dapat berputar sendiri meskipun tanpa ada
bantuan gaya dari luar. Dikutip dari Andri, dkk dalam jurnal rancang bangun
24
sistem proteksi arus lebih motor 3 fasa dengan timer start dan trip, disebutkan
bahwa Prinsip kerja motor induksi tiga fasa didasarkan pada hukum Faraday
(tegangan induksi akan ditimbulkan oleh perubahan induksi magnetik pada suatu
lilitan) dan hukum Lorentz. (perubahan magnetik akan menimbulkan gaya).
Prinsip dasar dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tegangan induksi akan timbul pada setiap konduktor diakibatkan oleh
medan magnet yang memotong konduktor (hukum Faraday).
b. Karena konduktor dihubungkan menjadi satu, membuat tegangan induksi
menghasilkan arus yang mengalir dari konduktor ke konduktor lain.
c. Karena terjadi arus di antara medan magnet maka akan timbul gaya
(hukum Lorentz).
Dikutip dari (Bagia, Parsa : 2018). motor induksi tiga fasa, digunakan pada
sistem tenaga tiga fasa. Dan banyak digunakan di dalam berbagai bidang industri
dengan kapasitas yang besar.
2.2.3.7.2.1 Jenis Motor Induksi tiga Fasa Berdasarkan jenis rotor yang ada pada motor induksi tiga fasa, maka
motor induksi dibagi menjadi 2 yaitu motor induksi tiga fasa rotor sangkar tupai
dan motor induksi tiga fasa rotor belitan, yang mana kedua motor ini memiliki
prinsip kerja yang sama serta juga memiliki struktur konstruksi stator yang sama,
yang membedakan hanyalah konstruksi dari rotornya.
1. Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai
2. Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
2.2.3.7.2.2 Keuntungan dan Kerugian Motor Induksi Tiga Fasa Bagia, Parsa (2018), menyebutkan beberapa keuntungan maupun
kerugian dari motor induksi tiga fasa. Untuk keuntungan motor tiga fasa antara
lain :
a. Konstruksi sangat kuat dan sederhana terutama bila motor dengan rotor
sangkar.
b. Harganya relatif murah dan kehandalannya tinggi.
25
c. Efisiensi relatif tinggi pada keadaan normal, tidak ada sikat sehingga rugi
gesekan kecil.
d. Biaya pemeliharaan rendah karena pemeliharaan motor hampir tidak
diperlukan.
Selain keuntungan, tentu saja motor induksi tiga fasa juga memiliki
kerugian atau kekurangan, yaitu :
a. Kecepatan tidak mudah dikontrol.
b. Power faktor rendah pada beban ringan
c. Arus start biasanya 5 atau 7 dari arus nominal.
2.2.3.7.2.3 Pengasutan Motor Induksi Tiga Fasa Menurut (Bagia, Parsa : 2018), Pengasutan adalah metode
penyambungan kumparan dalam motor induksi 3 fasa, model penyambungan itu
terdiri dari dua jenis yaitu penyambungan bintang dan penyambungan segitiga
(delta). Detail penjelasan terkait dengan penyambungan ini adalah sebagai
berikut :
a. Sambungan Bintang (Y, Wye)
Sambungan ini dibentuk dengan menghubungkan salah satu ujung dari
ketiga kumparan menjadi satu. Ujung kumparan yang digabung tersebut
menjadi titik netral, karena sifat arus 3 fase yang jika dijumlahkan
ketiganya hasilnya nol atau netral.
Cara menghubungkan motor dalam hubungan bintang (Y, Wye) :
1. Cukup menghubungkan salah satu dari ujung-ujung kumparan phasa
menjadi satu.
2. Sedangkan yang tidak dihubungkan menjadi satu, dihubungkan ke
sumber tegangan.
26
Gambar 2.10 Sambungan Bintang (Y)
b. Sambungan Segitiga (Delta, Δ, D).
Sambungan delta atau segitiga didapat dengan menghubungkan
kumparan-kumparan motor sehingga membentuk segitiga.
Cara menghubungkan motor dalam hubungan segitiga (▲) :
1. Ujung pertama dari kumparan phasa I dihubungkan dengan ujung
kedua
dari kumparan phase III.
2. Ujung pertama dari kumparan phasa II dihubungkan dengan ujung
kedua dari kumparan phase I.
3. Ujung pertama dari kumparan phasa III dihubungkan dengan ujung
kedua dari kumparan phase II.
Gambar 2.11 Sambungan Segitiga (Delta)
2.2.4 Hilang Satu Fasa Beberapa masalah yang terjadi pada motor listrik adalah hubung singkat,
putus ataupun terbakar. Hal tersebut dapat disebabkan karena single phasing.
Efek yang dapat ditimbulkan adalah perubahan arus yang mengalir akan naik
27
drastis, sehingga email atau cat tahan panas motor akan terbakar dan
menyebabkan hubung singkat antar gulungan stator.
Single phasing atau phase loss terjadi karena salah satu supply pada
sistem tiga fasa terputus, sehingga motor akan terus berusaha memikul beban
yang tidak seimbang.
2.2.5 Time Delay Relay (TDR)
Time Delay Relay (TDR) merupakan suatu komponen yang menggunakan
elektromagnet untuk mengoperasikan seperangkat kontak untuk sebuah instalasi
yang membutuhkan pengaturan waktu secara otomatis. Tujuan pemasangan
time delay relay sendiri adalah mengatur waktu dari peralatan yang dikendalikan.
Time delay relay ini dimaksudkan untuk mengatur waktu penyambungan dan
penutupan anak kontak dari relay lain atau kontaktor dalam delay waktu tertentu.
Kontak NO (normally open) dan NC (normally close) pada time delay relay
akan bekerja ketika sudah diatur waktunya. Pengaturan waktu ini dapat
ditentukan dengan cara mengatur potensiometer time delay relay itu sendiri.
Misalnya, ketika telah diatur 10 detik, maka kontak NO dan NC dari time delay
relay akan bekerja 10 detik setelah time delay relay mendapat supply listrik.
Gambar 2.12 Time Delay Relay
2.2.5.1 Jenis – Jenis Time Delay Relay 1. On Delay
On delay merupakan suatu time delay relay yang dihubungkan
secara langsung ke kontaktor, yang berfungsi menunda waktu on dari
operasi kontaktor.
28
2. Off Delay
Off Delay merupakan suatu time delay relay yang dihubungkan
secara langsung ke kontaktor, yang berfungsi menunda waktu off dari
operasi kontaktor.
2.2.5.2 Prinsip Kerja Time Delay Relay Kumparan pada time delay relay atau disebut koil akan bekerja selama
mendapat supply listrik. Apabila telah mencapai batas waktu pengaturan, maka
secara otomatis time delay relay akan mengunci dan membuat anak kontak
normally open menjadi normally close dan normally close menjadi normally open.
2.2.6 Relay Tegangan
Relay tegangan merupakan relay yang bekerja berdasarkan kenaikan
atau penurunan nilai tegangan dari nilai pengaturannya.
Gambar 2.13 Relay tegangan
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Perancangan Penelitian
3.3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian prototyping,
alasan penulis menggunakan metode penelitian ini, karena metode penelitian ini
cocok untuk pengembangan sistem yang didasarkan pada konsep working
model (model kerja), yang bertujuan untuk mengembangkan suatu model atau
desain untuk menjadi sistem jadi berupa prototype.
Dengan menggunakan metode ini, proses pengembangan sistem jadi
akan jauh lebih cepat dan menghabiskan biaya yang relatif murah. Metode
penelitian ini cukup memakan waktu yang panjang dan memungkinkan terjadi
kesalahan.
Metode prototyping ini melewati tiga proses, yaitu pengumpulan
kebutuhan, perancangan dan evaluasi prototype. Secara detail proses metode
prototyping ini dimulai dari mengumpulkan kebutuhan untuk proses pembuatan
alat, lalu dilanjutkan dengan membuat program berupa prototype dengan tujuan
agar pembuat maupun pengguna memiliki gambaran alat yang diinginkan,
program prototype ini menyediakan diagram pengawatan seperti alat yang sudah
jadi. Program prototype ini akan dievaluasi bersama oleh pembuat maupun
pengguna untuk menemukan spesifikasi yang sesuai dengan yang diharapkan.
3.3.2 Kerangka Penelitian Untuk membuat penelitian dalam proyek akhir ini lebih terarah, maka
penulis buatkan suatu kerangka penelitian. Kerangka penelitian dalam proyek
akhir ini dapat dilihat pada gambar diagram aliran atau flowchart kerangka
penelitian yang ada pada gambar 3.1 dibawah.
30
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan dalam proyek akhir, untuk pembuatan
alat pendeteksi dan proteksi kehilangan satu fasa pada motor crane Demag unit
40 ton ini, sesuai dengan kerangka penelitian adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur dan studi lapangan
31
Pada tahapan, untuk studi literatur penulis melakukan pengkajian
tentang materi dari beberapa jurnal penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh peneliti lain, agar dapat mengetahui teori - teori serta
data yang diperlukan agar penelitian dalam proyek akhir ini lebih
terstruktur dan terperinci. Studi literatur juga dimaksudkan agar penulis
memiliki pandangan terhadap penelitian yang akan dilakukan, memiliki
pemahaman dasar tentang penelitian terkait, serta penulis mempunyai
referensi tambahan tentang penelitian yang akan dilakukan. Penulis juga
melakukan studi lapangan, yaitu dengan cara terjun langsung ke lapangan
tempat melakukan penelitian. Studi lapangan ini dimaksudkan agar
penulis memahami permasalahan secara langsung yang ada di lapangan,
penulis juga dapat memahami aplikasi dari teori - teori yang sudah penulis
dipelajari.
2. Konsep perancangan
Konsep perancangan yang dimaksud oleh penulis dalam proyek
akhir ini, adalah meliputi gambaran tentang alat yang diinginkan,
pembuatan single line diagram awal dari alat yang diinginkan,
pembahasan cara kerja alat, perincian komponen yang akan digunakan,
perancangan wadah yang digunakan untuk meletakkan rangkaian, serta
kemungkinan fail atau gagal kerja dari alat.
3. Pembuatan simulasi alat
Pembuatan simulasi alat dimulai dari pembuatan single line diagram
alat pendeteksi dan proteksi ini menggunakan software festo fluidSIM 3.6.
dan Microsoft Visio serta membuat simulasi alat dalam bentuk yang belum
lengkap atau setengah jadi.
Pembuatan simulasi ini dimaksudkan untuk merancang rangkaian
dari alat yang akan dibuat serta mengetahui kesalahan kerja sebelum
tahap perangkaian pada fix board, serta mengetahui kekurangan dan
kelebihan dari komponen yang digunakan.
32
4. Persiapan alat dan bahan
Setelah pembuatan single line diagram alat pendeteksi dan proteksi
dengan menggunakan software festo fluidSIM 3.6 dan Microsoft Visio,
maka tahapan berikutnya adalah persiapan alat dan bahan yang akan
digunakan. Persiapan alat dan bahan berupa membuat list kebutuhan
barang, dan melakukan pembelian alat dan bahan atau menggunakan
barang yang tersedia.
5. Perakitan alat
Setelah alat dan bahan tersedia, maka dapat dilakukan perakitan alat
pada papan yang telah tersedia.
6. Uji coba alat
Uji coba alat dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat berhasil
atau gagal bekerja. Apabila alat tersebut berhasil, artinya alat tersebut siap
untuk digunakan. Namun, bila terjadi kegagalan kerja, maka alat harus
dilakukan pengecekan ulang, mulai dari pengecekan rangkaian, ataupun
pengecekan nilai-nilai parameter yang telah ditentukan.
7. Analisa alat
Setelah uji coba alat, maka dapat dilakukan analisa alat. Analisa
dapat diambil dari kesalahan kerja dan juga keberhasilan kerja. Faktor
faktor yang mempengaruhi berhasil atau gagal kerjanya alat, serta
parameter-parameter yang diukur, sebagai hasil akhir dari penelitian yang
dibuat.
3.2 Teknik Analisis
3.2.1 Konsep Perancangan Untuk konsep perancangan cara kerja sistem simulasi pendeteksi dan
proteksi, secara keseluruhan dapat dilihat pada diagram dibawah.
33
Gambar 3.2 Diagram cara kerja alat simulasi pendeteksi dan proteksi hilang satu fasa motor overhead crane Demag 40 ton
3.2.2 Simulasi Perancangan Simulasi rancangan, penulis buat dengan menggunakan software festo
fluidSIM 3.6. dan Microsoft Visio. Pada simulasi rancangan penulis membuat
simulasi untuk single line diagram dari alat pendeteksi dan proteksi untuk unit
crane 40 ton. Tentunya penulis membuat simulasi ini berdasarkan wiring diagram
tenaga dari unit crane demag 40 ton, milik PT Barata Indonesia.
Untuk single line diagram alat simulasi pendeteksi dan proteksi unit crane
Demag 40 ton, dapat dilihat pada gambar 3.3 dibawah.
34
Gambar 3.3 Wiring diagram tenaga motor auxiliary hoist 40 ton overhead crane
Demag
35
Gambar 3.4 Single line diagram dari alat simulasi pendeteksi dan proteksi
hilang satu fasa overhead crane
Dari single line diagram diatas, terlihat bahwa alat ini dipasang empat
buah relay sebagai pendeteksi dan proteksi pada terminal masukan setelah
kontak utama dari kontaktor motor. Ketika push button start ditekan, maka koil
kontaktor satu akan bekerja. Koil time delay relay akan menghitung untuk
memberi waktu kontak utama kontaktor menutup secara sempurna, sehingga
relay tidak melakukan kesalahan deteksi dari kondisi yang seharusnya. Ketika
koil time delay relay telah terinduksi, maka kontak bantunya akan beroperasi dari
kondisi normally open menjadi close. Kontak utama dari kontaktor satu akan
beroperasi dari kondisi normally open menjadi close. Koil relay akan bekerja, dan
mengoperasikan kontak bantunya, dari kondisi normally close menjadi open.
Sehingga, bila motor tidak terjadi gangguan hilang fasa maka indikator dan alarm
tidak akan aktif.
Namun, apabila salah satu kontak utama motor gagal beroperasi, dalam
hal ini motor kehilangan salah satu fasa, maka salah satu relay tidak akan
beroperasi, sehingga kondisi kontak bantunya tetap seperti kondisi normalnya.
36
Jika kontak bantu relay tetap menutup maka koil relay D akan beroperasi, dan
kontak bantunya akan beroperasi dari kondisi normally open menjadi close yang
berfungsi sebagai pengunci sistem, agar motor tidak dapat dioperasikan,
meskipun sistem sudah di reset, motor tetap tidak dapat dioperasikan karena koil
relay D masih bekerja. Indikator dan alarm juga akan menyala sebagai indikasi
bahwa terjadi kehilangan salah satu fasa pada motor.
3.2.3 Persiapan Kebutuhan Alat
Dalam pembuatan alat pendeteksi dan proteksi crane untuk demag unit
40 ton, penulis membuat persiapan kebutuhan alat yang diperlukan pada
pembuatan alat tersebut monitoring dan proteksi tersebut. Daftar alat yang
diperlukan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Daftar komponen alat simulasi
No Komponen Jumlah Satuan
1 Relay up and down 14 pin AC 220V-240V 2 Pc
2 Socket Relay 14 pin 2 Pc
3 ES (Emergency Switch) 1 Pc
4 Push button up and down 2 Pc
5 Lampu indikator 3 Pc
6 Sepatu kabel tusuk 100 Pc
7 Kabel 1.5 mm 10 m
9 Plug 1 phase 1 Pc
10 Terminal strip 12 2 Pc
11 Cable duct 25x25 1.7m 1 Pc
12 Box 3 lubang 22 mm 2 Pc
13 Box 1 lubang 22 mm 1 Pc
14 MCB 4A 1 Pc
15 Relay 5 pin AC 220V-240V 6 Pc
16 Socket relay 5 pin 6 Pc
17 Lampu alarm 1 Pc
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Berdasarkan usulan yang telah dijelaskan oleh penulis pada bagian latar
belakang, maka dapat dilakukan perancangan single line diagram dan perakitan
alat simulasi pendeteksi dan proteksi hilang satu fasa overhead crane Demag 40
ton dapat diselesaikan dan dilakukan pengetesan fungsi.
Tabel 4.1 Data Pengukuran Arus yang Digunakan Oleh Komponen
No Komponen Jumlah
Komponen Arus (A)
1 Relay Tegangan EWIG LY2N 7 buah 0.13
2 Alarm 1 buah 0.21
Total arus yang digunakan komponen 1.12 A
Penulis menggunakan MCB (Miniature Circuit Breaker) dengan nilai 4A
berdasarkan kebutuhan alat yang terhubung dengan 8 buah komponen pada
tabel diatas, yaitu relay tegangan 7 buah dan alarm 1 buah. Maka penggunaan
MCB (Miniature Circuit Breaker) harus bernilai 2.5 kali dari arus total yang
digunakan oleh komponen tersebut:
IMCB = 2.5 X 1.12 A
IMCB = 2.8 A
Ket:
IMCB = Arus yang dibutuhkan oleh MCB
2.5 = Nilai pengali untuk proteksi motor overhead crane Demag 150/40 ton
Maka berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa kapasitas
arus yang dipakai oleh 8 buah komponen adalah 2.8 A, sehingga dengan
pembulatan keatas penulis menggunakan MCB (Miniature Circuit Breaker)
dengan kapasitas 4 A
38
Tabel 4.2 Pengujian Komponen Alat Simulasi pada Sistem Satu Fasa
No. Komponen Parameter Uji Hasil
1.
Relay
Tegangan
EWIG LY2N AC
220 V-240 V
Pemasangan pada
sistem satu fasa
dengan range nilai
tegangan 220V-240V
Relay tegangan dapat
bekerja pada sistem
satu fasa 225 volt
2. MCB EWIG 4A
Pemasangan pada
sistem satu fasa
dengan penggunaan
daya 1300 kW dan
range tegangan
220V-240V
MCB dapat
beroperasi pada
sistem satu fasa
dengan daya 1300
kW dan nilai tegangan
231 volt
Tabel 4.3 Pengujian Komponen Alat Simulasi pada Sistem Tiga Fasa
No. Komponen Parameter Uji Hasil
1.
Relay
Tegangan
EWIG LY2N AC
220 V-240 V
Pemasangan pada
sistem satu fasa
dengan range nilai
tegangan line to netral
220V-240V
Relay tegangan
dapat bekerja pada
sistem tiga fasa line
to netral 230 volt
2. MCB EWIG 4A
Pemasangan pada
sistem satu fasa
dengan penggunaan
daya 3.6 MW dan
range tegangan line
to netral 220V-240V
MCB dapat
beroperasi pada
sistem tiga fasa
dengan daya 3.6 MW
dan nilai tegangan
230 volt
39
Berdasarkan pada perancangan pertama, maka penulis melakukan
modifikasi rangkaian. Dikarenakan pada perancangan pertama, alat simulasi
gagal bekerja. Maka dilakukan suatu modifikasi dengan cara mengganti
komponen time delay relay (TDR) dengan relay tegangan, dan rangkaian ini
berhasil beroperasi. Alat simulasi pendeteksi dan proteksi hilang satu fasa ini
memiliki dua bagian dalam satu rangkaian board. Pertama adalah bagian
rangkaian simulasi yang merupakan simulasi berdasarkan rangkaian tenaga dari
motor overhead crane Demag 40 ton putar kiri dan kanan mekanisme hoist,
sedangkan rangkaian yang kedua adalah rangkaian kontrol yang merupakan
rangkaian tambahan yang berfungsi sebagai alat pendeteksi dan proteksi hilang
satu fasa itu sendiri.
Gambar 4.1 Single line diagram rangkaian simulasi motor overhead crane
Demag 40 ton putar kiri dan kanan mekanisme hoist.
+240V
40
Gambar 4.2 Single line diagram rangkaian kontrol alat simulasi pendeteksi
dan proteksi kehilangan salah satu fasa.
Tabel 4.4 Keterangan single line diagram
No. Nama Keterangan
1. RL 1, RL 2, RL 3 Relay Detektor
2. K1 Relay Up
3. K2 Relay Down
4. F1 Breaker
5. F2 MCB (Miniature Circuit Breaker)
6. ES Emergency Switch
7. RL 4 Relay alarm dan pengunci
8. RL 5 Relay pengindikasi
Langkah kerja dari rangkaian alat simulasi pendeteksi dan proteksi
hilang satu fasa dalam kondisi normal (tidak kehilangan supply salah satu
fasa) sebagai berikut:
1. Tombol push button up atau down ditekan, maka arus akan mengalir ke
koil relay K1 atau koil relay K2.
41
2. Anak kontak dari relay K1 atau relay K2 akan beroperasi dari kondisi
normally open menjadi close, sehingga disaat yang bersamaan koil dari
relay 5 akan mendapat supply arus listrik dan mengoperasikan anak
kontaknya dari kondisi normally open menjadi close 3. Disaat yang bersamaan juga, koil relay 1, relay 2, dan relay 3 telah bekerja
, sehingga anak kontak dari relay 1, relay 2, dan relay 3 akan beroperasi
dari kondisi normally close menjadi open. 4. Koil relay 4 tidak mendapat supply arus listrik, dikarenakan posisi anak
kontak relay detektor telah membuka.
5. Alarm tidak akan bekerja.
Sedangkan, langkah kerja rangakaian pada kondisi abnormal (kehilangan supply
satu fasa) adalah sebagai berikut:
1. Tombol push button up atau down ditekan, maka arus akan mengalir ke
koil relay K1 atau koil relay K2 2. Anak kontak dari relay K1 atau relay K2 akan beroperasi dari kondisi
normally open menjadi close, sehingga disaat yang bersamaan koil dari
relay 5 akan mendapat supply arus listrik dan mengoperasikan anak
kontaknya dari kondisi normally open menjadi close 3. Disaat yang bersamaan juga, koil relay 1, relay 2, dan relay 3 telah bekerja
, sehingga anak kontak dari relay 1, relay 2, dan relay 3 akan beroperasi
dari kondisi normally close menjadi open 4. Namun salah satu anak kontak kehilangan supply fasanya. 5. Salah satu koil relay detektor akan berhenti beroperasi, sehingga anak
kontaknya akan kembali ke kondisi semula dari open menjadi normally
close 6. Supply arus akan masuk ke koil relay 4 dan mengoperasikan anak
kontaknya yang berfungsi sebagai pengunci 7. Alarm atau indikator hilang fasa akan berbunyi.
42
Tabel 4.5 Hasil Uji Alat Simulasi Hilang Satu Fasa pada Sistem Satu Fasa
No. Fasa Parameter Uji Hasil
1. R Alarm Bunyi dan Mengunci Berhasil
2. S Alarm Bunyi dan Mengunci Berhasil
3. T Alarm Bunyi dan Mengunci Berhasil
Tabel 4.6 Hasil Uji Alat Simulasi Hilang Satu Fasa pada Sistem Tiga Fasa
No. Fasa Parameter Uji Hasil
1. R Alarm Bunyi dan Mengunci Berhasil
2. S Alarm Bunyi dan Mengunci Berhasil
3. T Alarm Bunyi dan Mengunci Berhasil
Tabel 4.7 Data waktu operasi relay tegangan untuk mengaktifkan alarm
No Fasa Waktu operasi relay (s) Rata-rata waktu operasi
1. R
0.1
0.10 s 0.13 0.1 0.1 0.1
2. S
0.13
0.11 s 0.13 0.1 0.1 0.1
3. T
0.1
0.10 s 0.1 0.13 0.1 0.1
TOTAL RATA-RATA WAKTU OPERASI 0.10 s
43
Tabel 4.8 Data pengujian waktu operasi time delay relay dan relay tegangan
No Fasa Waktu Off Delay Time Delay Relay
Waktu Operasi Relay
Tegangan
Rata-rata waktu operasi
TDR
Rata-rata waktu
operasi relay tegangan
1. R
0.5 s 0.1 s
0.50 s 0.10 s
0.5 s 0.13 s
0.5 s 0.1 s
0.52 s 0.1 s
0.5 s 0.1 s
2. S
0.5 s 0.1 s
0.50 s 0.10 s
0.5 s 0.13 s
0.5 s 0.1 s
0.52 s 0.1 s
0.5 s 0.1 s
3. T
0.52 s 0.1 s
0.50 s 0.10 s
0.5 s 0.13 s
0.52 s 0.1 s
0.5 s 0.1 s
0.5 s 0.1 s
TOTAL RATA-RATA WAKTU OPERASI 0.50 s 0.10 s
4.2 Pembahasan
4.2.1 Waktu Operasi Time Delay Relay dan Relay Tegangan Perancangan rangkaian alat simulasi pendeteksi dan proteksi hilang salah
satu fasa motor overhead crane Demag 40 ton ini melalui dua kali proses
modifikasi. Pertama, perancangan alat simulasi pendeteksi dan proteksi hilang
salah satu fasa ini menggunakan komponen tambahan berupa time delay relay
pada rangkaian kontrolnya. Time delay relay ini sendiri bertujuan untuk memberi
waktu tunda agar anak kontak dari relay utama, yaitu relay K1 dan relay K2 yang
berfungsi sebagai komponen up dan down menutup secara sempurna, sehingga
tidak terjadi kesalahan kerja. Sehingga dengan memberi anak kontak relay
44
waktu tunda untuk menutup, maka relay tidak akan mendeteksi terdapat
kehilangan fasa pada saat proses penutupan kontak. Namun, setelah dilakukan
perakitan pada board, rangkaian ini gagal beroperasi. Pada saat dilakukan
pelepasan push button up dan down, alarm menyala tanpa ada kondisi abnormal
yaitu kehilangan salah satu fasa. Untuk melakukan perbaikan, maka penulis
mengatur ulang waktu time delay relay, hasilnya rangkaian tetap gagal
beroperasi. Hal ini disebabkan karena karakterisitik time delay relay yang
digunakan pada alat simulasi ini memiliki waktu off delay, seharusnya untuk
memproteksi motor dari kehilangan salah satu fasanya time delay relay hanya
bekerja dengan on delay saja, supaya tidak gagal melakukan pendeteksian dan
tidak memberikan trigger terhadap koil relay detektor. Akibatnya ketika anak
kontak dari relay detektor sudah menutup kembali karena push button telah
dimatikan atau berhenti dioperasikan, relay 4 atau relay alarm telah mendapat
arus listrik, dan alarm menyala. Hal ini juga dibuktikan dengan data hasil
pengujian, bahwa time delay relay memiliki waktu off delay, sehingga ketika relay
detektor (relay 1, relay 2, dan relay 3) telah berhenti beroperasi, time delay relay
masih dalam kondisi beroperasi yang menimbulkan kegagalan pengindikasian
oleh alarm serta time delay relay memiliki waktu untuk kembali ke kondisi semula
dengan range atau jangka waktu yang jauh lebih lama dibandingkan relay
tegangan. Relay tegangan hanya membutuhkan rata-rata waktu 0.1 sekon untuk
beroperasi, sedangkan time delay relay membutuhkan waktu 0.5 sekon untuk
kembali ke kondisi semula yang artinya time delay relay ini memiliki waktu off
delay.
Dikarenakan kegagalan kerja tersebut, maka dilakukan modifikasi
rangkaian dengan mengganti komponen time delay relay dengan relay
elektromekanik, dan dalam rangkaian ini disebut dengan relay 5. Cara kerja dari
alat simulasi ini dalam kondisi normal atau tidak terjadi kehilangan fasa yaitu saat
push button dioperasikan, maka relay K1 dan relay K2 akan beroperasi sehingga
anak kontaknya akan bekerja dari kondisi normally open menjadi close. Disaat
yang bersamaan, koil relay detektor (relay 1, relay 2, dan relay 3) dan relay 5
beroperasi juga, sehingga anak kontaknya relay detektor akan bekerja dari
kondisi normally close menjadi open, sedangkan anak kontak relay 5 akan
45
beroperasi dari kondisi normally open menjadi close. Sedangkan dalam kondisi
abnormal, maka salah satu relay detektor akan kehilangan supply dan anak
kontaknya akan kembali ke kondisi semula, yaitu dari open menjadi normally
close. Sehingga, relay 5 akan mendapat supply listrik dan beroperasi, anak
kontak relay 5 akan menutup yang berfungsi sebagai pengunci, alarm akan
menyala. Untuk mengembalikan rangkaian ke kondisi semula, maka operator
overhead crane harus menekan tombol emergency, sehingga supply listrik akan
hilang. Overhead crane tidak dapat dioperasikan sebelum gangguan hilang salah
satu fasa selesai, sehingga maintenance harus terlebih dahulu memperbaiki
kehilangan satu fasa tersebut. Apabila gangguan belum diperbaiki, maka ketika
operator crane menekan tombol push button up dan down, sistem kontrol tetap
tidak dapat beroperasi dan alarm akan terus menyala.
4.2.2 Pemilihan relay tegangan Phase failure detector atau detektor hilang fasa merupakan sebuah alat
deteksi kehilangan fasa yang sudah umum dijual di pasaran. Aplikasi phase
failure detector harus menggunakan komponen tambahan yang berupa current
transformer (CT), karena pada dasarnya phase failure detector bekerja
berdasarkan prinsip pembacaan arus yang melewati CT tersebut. Phase failure
detector ini dapat mendeteksi ketidakseimbangan arus atau beban tidak
seimbang pada sebuah equipment, sehingga pada rentang arus tertentu alat
tersebut dapat mendeteksi kehilangan fasa dengan cepat tanpa harus menunggu
kehilangan supply listrik secara total. Dikarenakan terdapat penggunaan
komponen CT pada alat tersebut, maka satu alat phase loss detector hanya
dapat digunakan pada satu alat atau mesin saja. Karena prinsip kerja CT dengan
menggunakan pembacaan induksi elektromagnetik, maka variable yang
mempengaruhi spesfikasi alat adalah arus listrik yang mensuplai alat tersebut.
Kapasitas daya pada setiap mesin juga berbeda-beda, sehingga mempengaruhi
pasokan arus yang mengalir. Sehingga, apabila pemasangan alat detektor
tersebut tidak sesuai dengan spesfikasi, maka akan terjadi kesalahan
pembacaan, dan dapat mengakibatkan detektor tidak bekerja dengan
seharusnya. Sedangkan, penggunaan relay tegangan ini dapat digunakan pada
berbagai equipment atau mesin karena tidak dipengaruhi oleh kapasitas daya
46
sebuah equipment atau mesin. Karena tegangan line to netral di Indonesia telah
memiliki standar yang tetap, dengan nilai tegangan root mean square sebesar
220 volt dan nilai tegangan puncak sebesar 240 volt. Sehingga, relay tegangan
ini dapat digunakan oleh berbagai mesin sebagai alat untuk pendeteksi dan
mendeteksi kehilangan salah satu fasa. Dengan penggunaan relay tegangan
yang dapat diaplikasikan pada berbagai equipment tanpa dipengaruhi kapasitas
daya equipment tersebut, maka penyediaan spare part juga lebih mudah, dan
teknisi tidak perlu melakukan penundaan waktu perbaikan karena menunggu
datangnya spare part tersebut. Relay tegangan juga memiliki harga yang jauh
lebih murah dibandingkan dengan phase failure detector. Harga satu relay
tegangan berkisar 16.500 rupiah, sedangkan satu buah phase failure detector
mencapai 730.000 rupiah. Maka, dengan kelebihan yang sudah disebutkan,
penggunaan relay tegangan ini lebih aplikatif dan ekonomis karena perakitan
yang sederhana dan dapat digunakan pada berbagai equipment atau mesin,
serta tidak memerlukan biaya yang besar. Namun, kekurangan relay ini adalah
persentase pendeteksian hilang tegangan yang rendah, sehingga menyebabkan
operasi kerja relay tegangan yang lama dibanding phase failure detector. Karena,
relay tegangan telah berkurang sebesar 60% dari kapasitas relay tegangan 220
volt yaitu 132 volt, baru relay ini dapat mendeteksi kehilangan fasa, artinya waktu
yang diperlukan relay tegangan untuk beroperasi lebih lama dibandingkan phase
failure detector, dan relay tegangan ini tidak dapat mendeteksi beban tidak
seimbang. Relay tegangan ini juga memiliki sensitivitas yang terlalu tinggi untuk
proteksi sebuah motor, sehigga apabila terjadi gangguan seperti drop tegangan
dalam waktu yang sangat singkat, maka relay tegangan ini akan mentrigger
alarm untuk bekerja, sehingga crane harus berhenti beroperasi sejenak dan
operator crane harus menekan emergency button untuk mengoperasikan crane
kembali. Sehingga, pemilihan relay tegangan yang memiliki sensitivitas yang
tepat juga diperlukan.
47
BAB V
PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari proyek akhir alat pendeteksi dan
proteksi hilang satu fasa motor overhead crane Demag 40 ton, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Hasil pengujian alat simulasi ini menunjukkan bahwa sistem dapat
melakukan penguncian push button up dan down serta memberi sinyal
alarm apabila terjadi kehilangan salah satu supply fasa pada motor crane
Demag 40 ton yang membutuhkan rata-rata waktu 0.1 sekon
2. Keberhasilan kerja alat simulasi dipengaruhi oleh ketepatan waktu
penyambungan dan pemutusan anak kontak relay yaitu sebesar 0.1
sekon
3. Hambatan dan kerugian pada proses produksi PT Barata Indonesia
dapat dikurangi dengan berkurangnya kerusakan motor crane, karena
pemasangan alat pendeteksi dan proteksi ini
4. Penggunaan relay tegangan sebagai detektor menjadikan sistem yang
dirancang lebih murah dan sederhana, apabila dibandingkan dengan
pemakaian current transformer sebagai komponen tambahan untuk
detektor arus pada sebuah phase failure detector.
5.2 Saran Berikut adalah beberapa saran untuk dipakai sebagai pengembangan di
masa yang akan datang, sesuai dengan perancangan, pembuatan, perakitan dan
uji coba alat pendeteksi dan proteksi hilang satu fasa motor overhead crane
Demag 40 ton yang telah dilakukan:
1. Pemilihan komponen time delay relay seharusnya hanya memiliki
karakteristik on delay saja, tidak boleh memiliki karakteristik off delay
untuk mencegah kesalahan pengindikasian hilang fasa pada motor crane
2. Untuk proteksi sebuah motor, relay tegangan tidak boleh memiliki
sensitivitas yang terlalu tinggi, karena menimbulkan pemberhentian
pengoperasian alat yang tidak seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA 1. Bagia, I Nyoman. & Parsa, I Made. (2018). Motor Motor Listrik. Cetakan
Satu. Rasibook.
2. Hutauruk, T.S. Prof. Ir . (1991). Transmisi Daya Listrik. Bandung :
Erlangga.
3. Mariana, Eva., & Prabowo, Gigih., & Era P. Rancang Bangun Smart
Protection pada Motor Induksi 3-Fasa. Jurnal ITS
4. Menteri Tenaga Kerja Indonesia. (1985). Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Republik Indonesia No: Per.05/Men/1985 Tentang Pesawat Angkat dan
Angkut. Indonesia : Author.
5. MHE-Demag Indonesia. (2009). Crane operating instructions
Maintenance. Indonesia : Author.
6. Ricardo, Natalis Hengky., & Junaidi., & Hiendro, Ayong. (2017). Rancang
Bangun Sistem Proteksi Arus Lebih Motor Induksi Tiga Fasa Berbasis
Mikrokontroler ATMega 16. Jurnal Penelitian
7. Susi Putra, Alex.,& Notosudjono, Didik.,& Suhendi, Dedek. (2013).
Rancang Bangun Sistem Proteksi Motor Induksi Tiga Phasa Terhadap
Gangguan Arus Lebih dan Suhu Berbasis Mikrokontroler AT Mega8535.
Jurnal Universitas Pakuan.
8. Syamsuarnis, M.Pd, Drs. (2016). Paket Keahlian Pemanfaatan Tenaga
Listrik. Medan : PPPPTK Medan.
9. Tukanto, Andri.,& Junaidi, & Hardiansyah. (2015). Rancang Bangun
Sistem Proteksi Arus Lebih Motor 3 Fasa Timer Star dan Trip. Jurnal
Penelitian.
10. Wijaya, Mochtar, Ir. (2001). Dasar - Dasar Mesin Listrik. Jakarta :
Djambatan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Personal
NIM : 2017-71-045 Nama : Elizabeth Eko Wardhani Tempat/Tanggal lahir : 31 Juli 2000 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status Perkawinan : Belum Menikah Program Studi : D-III Teknologi Listrik Alamat Rumah : Perumnas BCK Blok B.03 NO 09 RT 01 RW 11 Jl. Gagak
1 42423 Telp / Hp : 089663455258 Email : [email protected] Personal Web : -
Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD SDN Kedaleman 4 - 2011
SMP SMPN 5 Cilegon - 2014
SMA SMAN 3 Cilegon IPA 2017
Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jakarta, 19 Juli 2020
Elizabeth Eko Wardhani
LAMPIRAN
A1
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
LEMBAR BIMBINGAN PROYEK AKHIR
Nama : Elizabeth Eko Wardhani
NIM : 2017-71-045
Program Studi : Teknologi Listrik
Jenjang : Diploma Tiga
Pembimbing Utama : Tony Koerniawan, ST., MT
Judul Tugas Akhir : Rancang Bangun Alat Pendeteksi Dan Proteksi Hilang Satu Fasa Pada Motor Crane Demag 40 Ton di Workshop Unit 3 PT Barata Indonesia
No Tanggal Materi Bimbingan Paraf Pembimbing
1 11 Februari 2020 Judul Proyek Akhir
2 19 Februari 2020 Perancangan Alat, Penggunaan Komponen, Hambatan dan Peluang
3 04 Maret 2020 BAB II dan Bab III
4 13 Maret 2020 Rencana untuk hasil dan pembahasan dari alat simulasi
5 14 Maret 2020 Rencana untuk hasil dan pembahasan dari alat simulasi
B1
Keterangan:
1. Konsultasi tugas akhir minimal 12 (dua belas) kali pertemuan termasuk
konsultasi proposal dan tugas akhir.
2. Meliputi: Konsultasi Judul/Tema, Materi, Metode Penyelesaian,
Pengujian, Analisis Hasil, Kesimpulan.
3. Setiap konsultasi lembar ini harus dibawa dan di PARAF oleh pembimbing
6 18 Maret 2020 Ruang ligkup masalah
7 02 April 2020 Materi presentasi sidang proposal proyek akhir
8 22 Mei 2020 Sistematika penulisan laporan
9 07 Juni 2020 Data yang harus diambil
10 08 Juni 2020 Sistematika penulisan BAB IV
11 12 Juni 2020 Pembahasan BAB IV dan BAB V
12 14 Juli 2020 Pembahasan BAB IV dan BAB V secara umum
13 20 Juli 2020 Pembahasan BAB III, BAB IV, dan BAB V
14 21 Juli 2020 Pembahasan laporan proyek akhir keseluruhan
C1
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
LEMBAR BIMBINGAN PROYEK AKHIR
Nama : Elizabeth Eko Wardhani
NIM : 2017-71-045
Program Studi : Teknologi Listrik
Jenjang : Diploma Tiga
Pembimbing Kedua : Christine Widyastuti, ST., MT
Judul Tugas Akhir : Rancang Bangun Alat Pendeteksi Dan Proteksi Hilang Satu Fasa Pada Motor Crane Demag 40 Ton di Workshop Unit 3 PT Barata Indonesia
No Tanggal Materi Bimbingan Paraf Pembimbing
1 14 Februari 2020 Penulisan BAB I
2 21 Februari 2020 Revisi penulisan BAB I
3 05 Maret 2020 Revisi penulisan BAB I
4 16 Maret 2020 Penulisan BAB II dan BAB III
5 20 Maret 2020 Revisi penulisan BAB II dan BAB III
6 25 Maret 2020 Penulisan BAB IV
Digitally signed by Christine WidyastutiDN: C=ID, OU=Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN=Christine Widyastuti, [email protected]: I am the author of this documentLocation: JakartaDate: 2020-08-19 09:57:17Foxit Reader Version: 9.7.1
Christine Widyastuti
Digitally signed by Christine WidyastutiDN: C=ID, OU=Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN=Christine Widyastuti, [email protected]: I am the author of this documentLocation: JakartaDate: 2020-08-19 09:57:28Foxit Reader Version: 9.7.1
Christine Widyast
uti
Digitally signed by Christine WidyastutiDN: C=ID, OU=Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN=Christine Widyastuti, [email protected]: I am the author of this documentLocation: JakartaDate: 2020-08-19 09:57:39Foxit Reader Version: 9.7.1
Christine Widyast
uti
Digitally signed by Christine WidyastutiDN: C=ID, OU=Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN=Christine Widyastuti, [email protected]: I am the author of this documentLocation: JakartaDate: 2020-08-19 09:57:49Foxit Reader Version: 9.7.1
Christine Widyastuti
Digitally signed by Christine WidyastutiDN: C=ID, OU=Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN=Christine Widyastuti, [email protected]: I am the author of this documentLocation: JakartaDate: 2020-08-19 09:58:01Foxit Reader Version: 9.7.1
Christine Widyastuti
D1
Keterangan:
1. Konsultasi tugas akhir minimal 12 (dua belas) kali pertemuan termasuk
konsultasi proposal dan tugas akhir.
2. Meliputi: Konsultasi Judul/Tema, Materi, Metode Penyelesaian,
Pengujian, Analisis Hasil, Kesimpulan.
3. Setiap konsultasi lembar ini harus dibawa dan di PARAF oleh pembimbing
7 08 April 2020 Pembahasan isi laporan BAB IV
8 28 Mei 2020 Penulisan BAB IV
9 16 Juni 2020 Revisi penulisan BAB IV
10 18 Juni 2020 Revisi penulisan BAB IV
11 13 Juli 2020 Pembahasan isi BAB IV dan BAB V
12 14 Juli 2020 Penulisan BAB IV dan BAB V
13 19 Juli 2020 Penulisan laporan secara keseluruhan
14 21 Juli 2020 Penulisan laporan secara keseluruhan
Digitally signed by Christine WidyastutiDN: C=ID, OU=Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN=Christine Widyastuti, [email protected]: I am the author of this documentLocation: JakartaDate: 2020-08-19 09:58:14Foxit Reader Version: 9.7.1
Christine Widyastuti
Digitally signed by Christine WidyastutiDN: C=ID, OU=Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN=Christine Widyastuti, [email protected]: I am the author of this documentLocation: JakartaDate: 2020-08-19 09:58:26Foxit Reader Version: 9.7.1
Christine Widyastuti
Digitally signed by Christine WidyastutiDN: C=ID, OU=Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN=Christine Widyastuti, [email protected]: I am the author of this documentLocation: JakartaDate: 2020-08-19 09:58:46Foxit Reader Version: 9.7.1
Christine Widyastuti
Digitally signed by Christine WidyastutiDN: C=ID, OU=Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN=Christine Widyastuti, [email protected]: I am the author of this documentLocation: JakartaDate: 2020-08-19 09:59:08Foxit Reader Version: 9.7.1
Christine Widyastu
tiDigitally signed by Christine WidyastutiDN: C=ID, OU=Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN=Christine Widyastuti, [email protected]: I am the author of this documentLocation: JakartaDate: 2020-08-19 09:59:20Foxit Reader Version: 9.7.1
Christine Widyastuti
Digitally signed by Christine WidyastutiDN: C=ID, OU=Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN=Christine Widyastuti, [email protected]: I am the author of this documentLocation: JakartaDate: 2020-08-19 09:59:31Foxit Reader Version: 9.7.1
Christine Widyastu
ti
E1
Manual Book Time Delay Relay (TDR)
F1
Spesifikasi Komponen Relay
Komponen Relay Tegangan EWIG LY2N
Relay Tegangan EWIG MY4
G1
Perancangan Alat Simulasi Menggunakan Software festo fluidSIM 3.6
1. Single line diagram alat simulasi monitoring dan proteksi hilang satu fasa yang menunjukkan pengoperasian alat dalam kondisi normal
2. Single line diagram alat simulasi monitoring dan proteksi hilang satu fasa yang menunjukkan pengoperasian alat dalam kondisi abnormal
H1
I1
Proses Perancangan dan Perakitan Alat Simulasi Monitoring dan Proteksi
Hilang Satu Fasa Overhead Crane Demag 40 ton
J1
Alat Simulasi Pendeteksi dan Proteksi Hilang Satu Fasa Motor Crane Demag
40 Ton
K1
Manual Book Overhead Crane Demag 150/40 Ton