Upload
lythuy
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
INTERAKSI ISLAM DAN ADAT DALAM
PERNIKAHAN ADAT MELAYU BENGKALIS
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
M. Kurnia Putra
NIM: 11140440000040
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019M / 1440H
ABSTRAK
M. Kurnia Putra NIM 11140440000040. “INTERAKSI ISLAM DAN ADAT DALAM
PERNIKAHAN ADAT MELAYU BENGKALIS”. Skripsi Program Studi Hukum
Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1440 H/2018 M.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana rangkaian upacara pernikahan adat
Melayu Bengkalis serta apa saja nilai-nilai keislaman yang terkandung di dalamnya, selain itu
juga untuk memahami bagaimana relasi Islam pada setiap prosesi perkawinan serta makna
yang terkandung di dalamnya.
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field research), dan merupakan jenis
penelitian kualitatif. Sumber data yang didapatkan berupa data primer dan sekunder, metode
penulisan yang digunakan pada penelitian ini ialah deskriptif kualitatif yaitu penelitian untuk
memberikan gambaran tentang suatu keadaan masyarakat tertentu. Teknik pengumpulan data
yang digunakan yaitu melalui observasi, wawancara secara mendalam, dan studi pustaka.
Metode analisis data pada penelitian ini dengan metode induktif yaitu melakukan
pengembangan teori melalui pengungkapan fakta, dan deduktif yaitu menarik fakta atau
kesimpulan yang bersifat umum untuk dijadikan fakta atau kesimpulan umum yang bersifat
khusus.
Hasi penelitian ini menjelaskan bahwa dari berbagai prosesi upacara adat perkawinan Melayu
Bengkalis tidak semuanya berlandaskan perintah agama Islam, namun hanya mengikuti
kebiasaan yang sudah dilaksanakan oleh turun-temurun masyarakat Melayu dari zaman
dahulu. Diantara upacara adat yang berlaku berdasarkan atas perintah Islam ialah merisik,
meminang, antar belanja, Ijab kabul, khatam kaji, berarak. Adapun sebaliknya, upacara
pernikahan yang tidak didasari oleh aturan agama Islam ialah menggantung, berinai curi,
berandam, tepung tawar, bersanding, makan berhadap, mandi kumbo taman. Berbagai
upacara di atas hanya mengikuti kebiasaan adat yang telah lama dicontohkan oleh sesepuh
adat Melayu dari dahulu hingga saat ini, namun secara keseluruhan dari semua prosesi
pernikahan adat Melayu Bengkalis mempunyai makna dan nilai tersendiri sehingga masih
menjadi pedoman masyarakat Melayu untuk dilaksanakan dalam prosesi perkawinan.
Kata Kunci : Interaksi Islam dan Adat Pernikahan Budaya Melayu Bengkalis
Pembimbing : Dr. H. Abdul Halim, M.Ag.
Daftar Pustaka :
v
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat dan hidayah serta
inayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Shalawat serta salam
semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada Rasul-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW
serta seluruh keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih atas
keterlibatan semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syaariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Wakil Dekan I, II, dan III
fakultas Syariah dan Hukum.
2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. Ketua Progam Studi Hukum Keluarga beserta
Sekretaris Prodi Hukum Keluarga, Indra Rahmatullah, SHI.,MH yang senantiasa
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan skripsi
ini.
3. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag., dosen pembimbing skripsi penulis, yang telah sabar
dan terus memberikan arahannya untuk membimbing penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini.
4. Hj. Mesraini selaku dosen penasihat akademik penulis, yang telah sabar
mendampingi hingga akhir semester dan memberikan arahan kepada penulis
terkait desain judul skripsi ini dan untuk seluruh Dosen Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing
penulis selama masa perkuliahan, yang tidak bisa penulis sebut semuanya tanpa
mengurangi rasa hormat penulis.
5. Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Staf Perpustakaan
Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah memberikan pelayanan kepada penulis
serta memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan guna
menyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………..ii
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………..iii
ABSTRAK………………………………………………………………….iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………v
PEDOMAN LITERASI…………………………………………………….vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………….vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah…………………………...5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………..6
D. Review Study Terdahulu………………………………...……7
E. Metode Penelitian………………………………………...…...7
F. Sistematika Penulisan………………………………………...11
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERNIKAHAN MENURUT
HUKUM ISLAM
A. Pengertian Perkawinan……………………………………….12
B. Dasar Hukum Perkawinan……………………………………16
C. Rukun dan Syarat Perkawinan……………………………….18
BAB III POTRET BUDAYA DAN SOSIAL KEAGAMAAN
KABUPATEN BENGKALIS
A. Letak Geografis dan Demografis Kabupaten Bengkalis……25
B. Kondisi Pendidikan dan Ekonomi Masyarakat……………..30
C. Keadaan Sosial dan Keagamaan……………………………33
BAB IV RELASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI
PERKAWINAN MELAYU BENGKALIS
A. Prosesi Perkawinan Adat Melayu Bengkalis
1. Prosesi Sebelum Perkawinan……………………………38
2. Prosesi Saat Perkawinan………………………………...48
3. Prosesi Setelah Perkawinan……………………………..50
B. Nilai-nilai Islam Dalam Prosesi Perkawinan Melayu
1. Prosesi Sebelum Perkawinan………………………...….65
2. Prosesi Saat Perkawin………………………………..…77
3. Prosesi Setelah Perkawinan……………………….....….79
C. Interaksi Islam dan Adat Dalam Tradisi Perkawinan Melayu.87
BAB V PENUTUP
A. Simpulan……………………………………………………..92
B. Saran…………………………………………………………93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan merupakan hubungan manusia yang berlawanan jenis yang
menghasilkan kedamaian jiwa, ketenangan fisik dan hati, ketenangan hidup
dan penghidupan, keceriaan ruh dan rasa, kedamaian laki-laki dan perempuan,
kebersamaan diantara keduanya untuk meretas kehidupan baru dan
membuahkan generasi baru pula.1
Pernikahan juga dimaksudkan untuk menahan pandangan mata dari
hal-hal yang dilarang, menjaga kemaluan, dan menjauhkan manusia dari
bentuk-bentuk hubungan yang tercela. Pernikahan sangat dibutuhkan dalam
kehidupan bermasyarakat guna melangsungkan kehidupan umat manusia
serta untuk mempertahankan eksistensi kemanusiaan di muka bumi ini. Ia
sangat disenangi oleh setiap pribadi manusia dan merupakan hal yang fitrah
bagi setiap makhluk Tuhan. Dengan perkawinan akan tercipta suatu
masyarakat kecil dalam bentuk keluarga dan dari sana pula akan lahir
beberapa suku dan bangsa.2
Bengkalis Negeri junjungan terkenal adat budaya Melayu yang begitu
kental sampai pada saat ini. Sebuah pepatah mengatakan “biar mati anak asal
jangan mati adat” dari pepatah di atas menunjukkan bahwa begitu besar dan
pentingnya menjaga adat Melayu bagi masyarakat Bengkalis. Secara umum
1Butsainan As-Sayyid Al-Iraqy, Rahasia Pernikahan Yang Bahagia, (Jakarta: pustaka
Azza, 1997), cet.1, h. 19.
2Syaikh Abdul Aziz Bin Abdurrahman Al Musnad, Perkawinan dan Masalahnya,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), cet.1, h.14.
2
adat perkawinan orang Melayu Bengkalis dimulai dengan merisik dan diakhiri
dengan upacara menyembah. Dari keseluruhan prosesinya terlihat jelas
kebesaran kebudayaan budaya Melayu yang dimiliki masyarakat Melayu di
Riau.3
Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan memiliki
berbagai corak kebudayaan yang bernilai cukup tinggi. Keanekaragaman
corak budaya merupakan kekayaan yang menjadi kebanggaan bangsa
Indonesia. Bangsa yang bermartabat niscaya bangsa yang tahu identitas
dirinya. Untuk itu ia berusaha mengenal dan menghayati rangkaian nilai-nilai
luhur yang mengalir dalam kehidupan masyarakat dan bangsanya. Pada
hakikatnya kehidupan manusia merupakan bagian dari siklus kebudayaan,
karena kebudayaan dalam arti luas menyangkut seluruh aspek kehidupan
manusia itu sendiri.4
Tradisi perkawinan merupakan kebiasaan turun temurun yang
diwariskan oleh nenek moyang kepada anak cucunya untuk dilakukan pada
saat acara perkawinan. Tradisi atau adat istiadat perkawinan semua adatnya
memiliki makna dan kaidah atau aturan yang harus ditaati, apabila dilanggar
akan menerima sanksi adat.5
3 Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan Pusat Pengajian
Bahasa dan Kebudayaan Melayu, (Universitas Riau, 2003), h. 12.
4 Budi Santoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, (Pekanbaru: Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat 1 Riau, 1987), cet.1, h. 142. 5 Ediruslan Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru: UNRI
Press, 2000), cet. 1, h. 15.
3
Orang Melayu di Bengkalis masih melestarikan tradisi leluhur, Ini
terlihat dari masih dilestarikannya adat perkawinan tradisional meskipun tidak
seutuh pada zaman dahulu.Realitas ini menjadi bukti kelekatan mereka kepada
ajaran leluhur (Ibrahim Mukhmar, 2002). Upacara adat Melayu Bengkalis
memiliki rangkaian acara yang panjang dan meriah, ritual acara digelar kurang
lebih 4 hari, baik di rumah pengantin laki-laki maupun perempuan. Selama itu,
kesenian Melayu seperti tari zapin, tradisi berzanji, dan burdah digelar untuk
menyemarakkan acara. Tidak lupa juga tradisi pantun berbalas dilantunkan,
khususnya saat pertunangan.6
Upacara adat perkawinan Melayu Bengkalis diilhami oleh upacara
perkawinan kerajaan Siak Sri Indrapura di Riau. Perkawinan ini juga
mengenai tata cara yang berbeda, misalnya untuk golongan raja, bangsawan
atau orang biasa, seperti terlihat dalam pembuatan pelamin yang bertingkat.7
Islam adalah sistem akidah,syariah dan akhlak yang mengatur segala
peri kehidupan dan penghidupan manusia dalam berbagai hubungan.Hal itu
mencakup hubungan manusia dengan tuhannya, manusia dengan sesamanya,
dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya8.
Salah satu cakupan ajaran Islam yang berisi tentang hubungan manusia
dan sesamanya adalah dalam bidang perkawinan, perkawinan dalam
6 Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan Pusat Pengajian
Bahasa dan Kebudayaan Melayu, (Universitas Riau, 2003), h. 12.
7(Tim pusat Pengajian Bahasa dan kebudayaan Melayu Universitas Riau (P2BKM-
UNRI), 2003; MS. Suwardi, 1991)
8Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press),
I:19 Wawasan Islam, (Jakarta: C.V. Rajawali, 1986), cet.1, h.21.
4
kehidupan manusia adalah sesuatu yang dianggap sakral.Perkawinan menjadi
pertalian yang legal untuk mengikatkan hubungan antara dua insan yang
berlainan jenis kelamin. Sebap, dengan cara inilah diharapkan prosesi manusia
di muka bumi ini akan terus berlanjut dan berkesinambungan. Hal ini sesuai
dengan tujuan perkawinan yaitu mempunyai keturunan yang sah9.
Dalam prakteknya, hukum Islam selalu mengakomodasi dan
berasimilasi dengan adat istiadat masyarakat dimana hukum Islam
dipraktekkan oleh masyarakat tersebut. Dalam kasus seperti ini, Islam telah
menetapkan kualifikasi adat istiadat yang bisa diakomodasi oleh Islam antara
lain: adat istiadat itu harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam Al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas10
. Sebaliknya hukum adat yang
tidak sesuai dengan dalil-dalil Syar’I maka tidak diterima oleh hukum Islam.
Dalam bidang perkawinan, asimilasi antara kedua sistem tersebut
terdapat hampir pada semua prosesi-prosesi adat perkawinan Melayu yakni
dari awal hingga akhir, seperti adat mencari jodoh yang tepat, meminang,
hingga acara walimatul’ursy. Namun demikian, konsep perkawinan dalam
Islam lebih sederhana dibandingkan dengan adat perkawinan Melayu yang
telah mendapat penambahan-penambahan.11
9Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (Undang-
undang No. 1 Tahun 1974, tentang perkawinan), (Yogyakarta : Liberti, 1999), cet.4, h. 57.
10
Ibn Najim, Zain al-Abidin bin Ibrahim, al-Asybah wa an-Nazair, (Beirut: Dar al-Kutub
al-Imiah, 1413 H / 1993M), h. 93.
11
Selamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqh Munakahat 1, (Bandung: CV Pustaka Setia,
1999), 1, h. 11.
5
Sesuai dengan sifatnya, hukum adat hanya berlaku di daerah tertentu
saja. Hal tersebut disebabkan karena adat digali dari kebiasaan-kebiasaan
masyarakat tersebut. Seperti halnya adat perkawinan Melayu yang menjadi
topik penelitian ini.
B. Batasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Agar dalam pembahasan penelitian ini terarah dan tersusun secara
sistematis pada pembahasan yang menjadi titik sentral, maka perlu penulis
uraikan tentang pokok-pokok bahasan dengan memberikan perumusan dan
pembatasan masalah.
Untuk mendapat pembahasan yang objektif, maka dalam skripsi
ini penulis membatasinya dengan pembahasan berkisar pada nilai-nilai
rangkaian upacara pernikahan adat Melayu di Bengkalis.
2. Rumusan Masalah
Dalam hukum Islam tentunya telah memberikan konsep yang jelas
tentang praktek pernikahan berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah yang
shahih (sesuai dengan pemahaman para salafu shalih). Karena itu sudah
semestinya setiap pernikahan harus mengikuti sesuai aturan agama walau
dengan berbagai macam adat dan budaya yang berbeda. Adapun yang
menjadi rumusan masalah pada penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana nilai-nilai Islam pada rangkaian pernikahan adat Melayu
Kabupaten Bengkalis?
6
2. Bagaimana relasi hukum Islam pada prosesi perkawinan adat Melayu
Kabupaten Bengkalis?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui nilai-nilai Islam pada rangkaian upacara pernikahan
adat Melayu Bengkalis.
b. Untuk mengetahui bagaimana relasi Islam pada prosesi pernikahan adat
Melayu Bengkalis.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan atau
bahan informasi awal untuk info penelitian lainnya terutama terkait
topik penulisan yang sama.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini dipandang berguna bagi pemuka adat
budaya Melayu Bengkalis untuk memahamkan dan mengaplikasikan
unsur-unsur prosesi pernikahan yang sesuai dengan Islam atau yang
tidak sesuai dengan Islam.
c. Secara ilmiah penelitian ini diharapkan mampu menambah
pengembangan pemikiran setiap pribadi terkait pernikahan sesuai adat.
d. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis dan
khususnya bagi para pembaca tentang pernikahan.
7
D. Review Studi Terdahulu
Untuk menemukan pembahasan dari penulisan skripsi ini penulis
menelaah literatur yang sudah membahas tentang judul yang akan penulis
kemukakan dalam penulisan skripsi.
1. Judul Skripsi Mandi Taman Dalam Pernikahan Adat Melayu Desa
Tualang Kecamatan Tualang Menurut Hukum Islam tahun 2016 yang
disusun oleh Rahmi Kurniati NIM : 11121203806 Program Studi
Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum UIN Suska Riau. Hanya
saja skripsi ini membahas salah satu dari rangkaian pernikahan adat
Melayu yang ada di Provinsi Riau yaitu mandi taman.
2. Judul skripsi Pengejawatan Hukum Islam Dalam Adat Perkawinan
Budaya Melayu Kecamatan Keritang Kabupaten Indra Giri Hilir
tahun 2010 yang disusun oleh Maryanto NIM : 05350018 Program
studi Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta. dalam skripsi ini penulis juga meneliti tentang
pernikahan adat Melayu Kabupaten Indra Giri Hilir Profinsi Riau.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan yaitu penelitian
yang sumber data primernya berasal dari temuan-temuan di lapangan. Sifat
8
dari penelitian ini adalah deskriptif, yaitu mendeskripsikan data yang ada
di lapangan yang sesuai dengan hukum perkawinan Islam.12
Sosiologi empiris merupakan penelitian non doktrinal yang bertitik
tolak pada data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek
penelitian, seperti masyarakat sebagai sumber pertama dalam suatu
penelitian. Dengan kata lain penelitian ini menekankan kepada pencarian
jawaban mengenai fenomena sosial yang terjadi dalam pemberlakuan
hukum, sehingga akan menjawab pertanyaan signifikan sosial hukum atau
efektifitas hukum.13
2. Sumber Data
Sumber data dimaksudkan semua informasi baik yang merupakan
benda nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa atau gejala baik secara
kuantitatif atau kualitatif.14
a. Data Primer
Data Primer merupakan sumber data utama yang diperoleh
secara langsung sebagai sumber data pada penelitian ini, yaitu berupa
wawancara terhadap tokoh masyarakat, tokoh ulama dan tokoh adat.
Pokok-pokok tersebut guna untuk menghindari terjadinya
penyimpangan dari pokok masalah penelitian selama wawancara.
12 Etta Mamang Sangaji dan Sopiah, Metodologi Penelitian – Pendekatan Praktis dalam
Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), cet.1, h. 28.
13Yayan Sopyan, PengantarMetodePenelitian, h. 32
. 14
Sukandar rumidi, MetodePenelitian, (Yogyakarta, Gadjah University Press, 2004)
9
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data tambahan yang diperoleh
secara tidak langsung yang bersumber dari studi kepustakaan yang
berupa buku-buku, jurnal, skripsi, artikel, pendapat para ahli atau
sumber data yang lain yang relevan dan berhubungan dengan penelitian
ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam upaya pengumpulan data untuk memahami realitas yang ada
serta untuk lebih memfokuskan penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa metode yang dapat memberikan informasi dan data-data yang
maksimal:
a. Observasi (penelitian lapangan)
Yaitu menghimpun data primer dengan wawancara, dilakukan secara
langsung kepada informan, dengan menggunakan daftar pertanyaan
sebagai pedoman wawancara, agar mendapatkan informasi yang lebih
fokus dengan masalah yang diteliti.
b. Wawancara
Yaitu suatu metode pengumpulan data yang melalui proses dialog dan
Tanya jawab (langsung dan lisan) yang dilakukan oleh penulis kepada
sampel penelitian tentang masalah-masalah yang diteliti15
.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview)
15
Burhan Bugin, penelitian kualitatif: Ekonomi, Kebijakan Public, (Jakarta: Kencana,
2011), Ed. 1 cet 1, h, 14
10
adalah suatu alat pengumpulan data yang digunaka untuk memperoleh
informasi yang jelas dan akurat yang berkaitan dengan hal yang diteliti.
c. Studi Keperpustakaan
Yaitu suatu usaha untuk memperoleh data atau informasi yang
diperlukan serta menganalisis suatu permasalahan melalui sumber-
sumber kepustakaan. Penyusunan yang menggunakan kepustakaan
dilakukan dengan membaca, mempelajari serta menganalisa
literatur/buku-buku dan sumber buku lainnya yang berkaitan dengan
penelitian ini.
4. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data yang telah terhimpun, penulis
menggunakan beberapa metode yaitu:
1. Metode Induktif, yaitu metode yang bertujuan melakukan
pengembangan teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.
Dalam metode ini, pernikahan menurut hukum Islam dikembangkan
melalui fakta-fakta yang ada pada pernikahan adat Melayu di
Bengkalis16
.
2. Metode deduktif, yaitu metode yang dipakai dengan menarik fakta
atau kesimpulan yang bersifat umum, untuk dijadikan fakta atau
kesimpulan umum yang bersifat khusus.17
16
Etta Mamang Sangaji dan Sopiah, Metodologi Penelitian – Pendekatan Praktis dalam
Penelitian, h. 19.
17
Sutrisno Hadi, Metodelogi Resreach, (Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, 2007), h.26.
11
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” dengan
sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas
beberapa sub bab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun
perinciannya adalah sebagai berikut:
Bab ke satu, Pendahuluan yang mengantarkan seluruh pembahasan
selanjutnya. Berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, review studi
terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab ke dua, Menguraikan gambaran umum tentang konsepsi
perkawinan menurut hukum Islam.
Bab ke tiga, potret Kabupaten Bengkalis yang terdiri atas kondisi
geografis, keadaan demografis, sosial, pendidikan, ekonomi masyarakat dan
agama.
Bab ke empat, membahas tentang prosesi perkawinan adat Melayu
Bengkalis dan nilai-nilai islam yang terkandung di dalamnya. Pembahasan ini
dibagi ke dalam beberapa bagian yaitu sebelum perkawinan, saat
berlangsungnya perkawinan dan setelah prosesi perkawinan.
Bab ke lima, yaitu penutup yang berisikan kesimpulan dan
permasalahan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran
dari solusi permasalahan.
12
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG RANGKAIAN PERNIKAHAN
MENURUT HUKUM ISLAM
A. Pengertian Perkawinan
Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada
semua makhuk-Nya, baik pada pada manusia, hewan, maupun tumbuh-
tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah Swt sebagai jalan bagi
makhluk-Nya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya.1
Perkawinan dalam literatur fiqih berbahasa Arab disebut dengan dua
kata yaitu nikah (نكح) dan zawaj (زواج). Kedua kata ini yang terpakai dalam
kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat dalam Al-Quran dan
Hadist Nabi.2 Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam Al-Quran dalam arti
kawin, seperti dalam surat al-Nisa‟ ayat 3:
Artinya: “dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.
kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (Q.S. An-Nisa Ayat 3).
1Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009). h.6
. 2Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fikih. cet 2. (Jakarta: Kharisma Putra Utama). h.
73.
13
Perkawinan dalam istilah Arab juga diartikan dengan al-Nikah yang
bermakna al-Wath’ dan al-dammu wa al tadakhul. Dalam kalimat lain
perkawinan diartikan juga dengan al-dammu wa al jam’u atau ibarat’an al
wath’ wa al ‘aqd diartikan dengan makna berkumpul dan akad.3 Berdasarkan
pengertian hal ini para ulama mengartikan dengan makna suatu hubungan
biologis. Dewasa ini kerap kali dibedakan antara perkawinan dan pernikahan,
akan tetapi pada perinsipnya perkawinan dan pernikahan hanya berbeda dalam
menarik akar katanya saja.4
Kata “Zawaj” dipergunakan dalam Al-Qur‟an sebagai pasangan atau
jodoh yang dipergunakan dalam pengertian perkawinan.
Artinya: “apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapa
banyakkah kami telah menumbuhkan padanya berbagai pasangan (tumbuh-
tumbuhan) yang baik?”. (Q.S As-Syuara ayat 7).
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dijelaskan bahwa perkawinan
adalah pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan ghalizan untuk mentaati
perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. dari berbagai
penjelasan terminologi yang telah dikemukakan terlihat jelas bahwa
perkawinan adalah fitrah ilahi.
3Wahbah Al-Zuhaili, al-fiqh al-Islami wa adillatuhu, Juz Vll, (Damasyq; Dar al-fikr,
1989), h.29
4Sudarsono. Hukum Keluarga Nasional. (Jakarta : Rineka Cipta , 1997), h. 62.
14
Ulama Fikih berbeda-beda dalam mendefinisikan makna perkawinan,
yaitu:5
a. Ulama Hanafiyyah, mendefinisikan pernikahan sebagai suatu akad yang
berguna untuk memiliki dengan sengaja, dapat diartikan pula bahwa
seorang laki-laki dapat menguasai perempuan dengan seluruh anggota
badannya untuk mendapatkan kesenangan atau kepuasan.
b. Ulama Syafī„iyyah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad
dengan menggunakan lafaz nikah dan zauj yang artinya dengan pernikahan
seseorang dapat memiliki atau mendapatkan kesenangan dari pasangannya.
c. Ulama Malikiyyah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad
yang mengandung arti mut„ah untuk mencapai kepuasan dengan tidak
mewajibkan adanya harga.
d. Ulama Hanābilah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah akad dengan
menggunakan lafaz inkāh atau tazwīj untuk mendapatkan kepuasan.
Tahir mahmood mendefinisikan perkawinan sebagai sebuah ikatan lahir
batin antara seorang pria dan wanita masing-masing menjadi suami istri dalam
rangka memperoleh kebahagiaan hidup dan membangun keluarga dalam
sinaran ilahi.
Beberapa penulis juga terkadang menyebut pernikahan dengan kata
perkawinan. Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin”
yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,
melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.
5Selamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqh Munakahat 1, (Bandung: CV Pustaka Setia,
1999), cet.1, h. 10-11.
15
Perkawinan menurut syarak ialah akad serah terima antara laki-laki dan
perempuan yang bertujuan untuk memberikan kepuasan antara satu sama lain
dan untuk membentuk suatu kehidupan berumah tangga yang bahagia serta
masyarakat yang sejahtera. Zawwaj atau nikah adalah akad yang secara
keseluruhan di dalamnya mengandung kata inkah atau tazwij6.
Perkawinan sangat penting bagi pergaulan masyarakat, hidup bersama
dalam sebuah keluarga yang kemudian melahirkan anak keturunan merupakan
sendi yang utama bagi pembentukan negara dan bangsa. Kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup bersama ini menentukan kesejahteraan dan kebahagiaan
masyarakat dan negara, sebaliknya rusak dan kacaunya hidup bersama akan
menimbulkan rusak dan kacaunya bangunan masyarakat.
Mengingat peranan yang dimiliki dalam hidup bersama ini sangat
penting bagi tegak dan sejahteranya masyarakat, maka negara membutuhkan
tata tertib dan kaidah-kaidah yang mengatur hidup bersama ini. Peraturan-
peraturan inilah yang menimbulkan pengertian perkawinan, yaitu hidup
bersama dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang memenuhi syarat-
syarat yang termasuk dalam peraturan tersebut.7
Tata tertib kaidah-kaidah inilah yang berlaku di Indonesia yang dalam
bentuk konkritnya disebut hukum perkawinan atau istilah lain yang sama
maksudnya yang telah berlaku sejak dahulu sampai sekarang.
6 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009). h.8.
7Soedaryo Soimin, Hukum Orang dan Hukum Keluarga, (Jakarta: Sinar Grafika). h. 3
16
Tata tertib dan kaidah-kaidah ini pula telah yang telah dirumuskan
dalam suatu Undang-undang pokok perkawinan, yaitu Undang-undang No, 1
Tahun 1974 berbunyi: Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa.
B. Dasar Hukum Perkawinan
Perkawinan merupakan suatu hal yang diperintahkan dan dianjurkan
oleh syara‟ yang sekaligus merupakan sunnah Rasulullah saw. Pada hakikatnya
perkawinan merupakan akad yang membolehkan laki-laki dengan perempuan
berbuat sesuatu yang sebelumnya dilarang, sehingga dapat dikatakan bahwa
hukum asal dari perkwainan adalah boleh atau mubah8. Jika dilihat dari
sifatnya sebagai sunnah Allah dan Sunnah Rasul, tentu tidak semata-mata
bahwa hukum asal dari perkawinan itu mubah.9
Perintah dan anjuran untuk melaksanakan perkawinan sudah tertera
secara jelas didalam Al-Qur‟an dan hadist Nabi saw. Sebagaimana dalam
firman Allah;
8Mubah: suatu perbuatan yang dibolehkan mengerjakannya, tidak diwajibkan dan tidak
pula diharamkan
9Amir Syarifuddin, Hukum perkawinan Islam di Indnonesia, Antara Fiqih dan Undang-
undang Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 43.
17
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cndrung
dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Rum ayat 21)
Para pakar hukum Islam berbeda pendapat dalam menentukan
kedudukan hukum perkawinan. Secara umum dapat diberikan perincian hukum
nikah berdasarkan kondisi orang yang mau melaksanakan perkawinan tersebut,
karena apabila berubah illah suatu hukum, maka hukum yang lahirpun akan
berubah pula.10
1) Wajib, bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kesanggupan untuk
kawin sedang ia khawatir terhadap dirinya akan tergelincir pada perbuatan
zina seandainya tidak segera kawin.Melaksanakan perkawinan merupakan
satu-satunya jalan baginya untuk menghindari dari perbuatan terlarang
tersebut, maka hukum melakukan perkawinan adalah wajib.11
2) Sunat.12
Bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan
untuk melangsungkan perkawinan, jika pelaksanaannya tidak disegerakan
tidak dikhawatirkan akan berbuat zina, maka hukum melakukan
perkawinan bagi orang tersebut adalah sunnat.
10
Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan, Analisa Perbandingan Antar Mazhab,
(Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 7.
11
Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan (Jakarta : Bulan Bintang
1988). h. 23
12
suatu yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan oleh mukallaf dengan tuntutan yang
tidak mengikat, apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak mendapat
dosa.
18
3) Haram. Bagi orang yang mempunyai keinginan dan tidak mempunyai
kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksakan kewajiban-kewajiban
dalam rumah tangga. Contoh lain, apabila seorang laki-laki mempunyai
keinginan untuk mengawini seorang wanita dengan maksud menganiaya
atau memperolok-olokkannya maka haramlah bagi laki-laki tersebut untuk
melaksanakan perkawinan dengan perempuan yang bersangkutan.13
4) Makruh.14
Orang yang tidak memiliki kemapuan untuk kawin. Pada
hakekatnya orang tidak memiliki kesanggupan untuk kawin ini dibolehkan
untuk melakukan perkawinann tetapi ia dikhawatirkan tidak dapat
mencapai tujuan dari perkawinannya, karena itu dianjurkan sebaiknya ia
tidak melakukan perkawinan sampai setelah ia mampu.15
5) Mubah. Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya,
tetapi apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan berbuat zina dan
apabila melakukan juga tidak ada melantarkan isteri.16
C. Rukun dan Syarat Perkawinan
1. Menurut Hukum Islam
Rukun ialah bagian yang tidak terpisahkan dari suatu perbuatan
(ibadah) yang menentukan sah atau tidak dan ada atau tidaknya perbuatan
13
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: 1974), h. 50
14
Sesuatu yang apabila dikerjakan kurang baik, tetapi apabila ditiggalkan akan
mendapatkan pahala.
15
Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. h. 24
16
Abd. Rahman Ghazali, Fiqih Munakahat, h. 18-20
19
tersebut.17
Merupakan bagian dalam rangkaian dalam sebuah pekerjaan,
seperti membasuh muka dalam berwudhu atau adanya calon mempelai
dalam pelaksanaan pernikahan.
Syarat ialah sesuatu yang mesti ada dalam suatu pekerjaan dan
akan menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah) tetapi sesuatu
tersebut tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan tersebut, seperti menutup
aurat pada saat shalat atau keharusan beragama islam bagi calon pengantin
laki-laki dan perempuan. Adapun suatu pekerjaan (ibadah) yang sudah
memenuhi rukun dan syarat, maka pekerjaan itu bisa dikatakan sah.18
Pembahasan mengenai rukun perkawinan merupakan perasalahan
yang serius di kalangan para fuqoha.19
Bentuk dari konsekuensinya terjadi
silang pendapat mengenai apa yang termasuk rukun dan mana yang
termasuk rukun, temasuk yang menentukan mana yang rukun dan mana
yang syarat.20
Menurut Syafi‟iyyah mengenai syarat perkawinan itu adakalanya
menyangkut sighat, wali calon suami dan isteri dan juga shuhud. Adapun
mengenai dengan rukunnya bagi mereka ada lima syarat yaitu calon suami-
isteri, wali, dua orang saksi dan sighat.
17
Iqbal Dawami. Kamus Istilah Islam, (Jakarta: Qudsi Media 2012). cet.1, h. 111.
18
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), cet.1, h. 45-
46. 19
Bentuk jamak dari faqih, mereka yang sangat alim dalam ilmu fikih dan yang
berhubungan dengan perkara itu.
20
Kama Rusdiana dan Jaenal Arifin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: 2007).
cet.1, h. 4.
20
Ulama Malikiyyah berpandangan rukun nikah ada lima, yaitu wali,
mahar, calon suami-isteri, dan sigaht. Dari sini terlihat jelas bahwa para
ulama tidak saja berbeda pendapat pada ditelnya, syafi‟i menjadikan dua
orang saksi sebagai rukun sedangan Malikiyyah tidak menempatkan saksi
sebagai rukun.
Menurut Hanafiah, perkawinan itu terdiri dari syarat-syarat yang
berhubungan dengan sighat, berhubungan dengan dua calon mempelai dan
berhubungang dengan kesaksian.
Menurut jumhur ulama rukun perkawinan ada lima dan masing-
masing rukun memiliki syarat-syarat tertentu. Untuk mempermudah
pembahasan maka uraian rukun perkawinan akan disamakan dengan uraian
syarat-syarat dari rukun tersebut.21
1. Calon suami. Syaratnya adalah;
a. Beragama Islam
b. Laki-laki
c. Jelas orangnya
d. Dapat memberikan persetujuan
e. Tidak terdapat halangan perkawinan
2. Calon Istri, syarat-syaratnya;
a. Beragama meskipun Yahudi atau Nasrani
b. Perempun
c. Jelas orangnya
21
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia. Studi
kritis perkembangan hukun islam dari fikih, UU No 1/1974 sampai KHI. (Jakarta : Kencana 2004).
cet.1, h. 63
21
d. Dapat dimintai persetujuan
e. Tidak terdapat halangan perkawinan
3. Wali nikah, syarat-syaratnya.
a. Laki-laki
b. Dewasa
c. Mempunnyai hak perwalian
d. Tidak terdapat halangan perwalian
Wali yang dimaksud di dalam rukun nikah adalah wali nasab, yaitu
anggota keluarga laki-laki bagi calon pengantin perempuan yang
mempunyai hubungan darah patrilinial dengan calon mempelai
perempuan.22
Termasuk di dalamnya ialah bapak, datuk, sdr. Laki-laki
bapak, dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu wali nasab dapat digantikan
oleh wali hakim, yaitu penguasa atau wakil penguasa yang berwenang
dalam bidang perkawinan. Biasanya penghulu atau petugas pencatatan
nikah, jika wali nasab itu tidak ada atau tidak ditemukan. Jika wali nasab itu
tidak mau atau tidak bersedia menikahkan calon mempelai perempuan,
maka wali hakimlah yang bertindak untuk menikahkannya.23
Wali nasab terbagi menjadi dua. Pertama wali mujbir, yaitu wali
yang berhak memaksa menentukan perkawinan dan dengan siapa seorang
perempuan itu mesti kawin. Kedua wali nasab biasa, yaitu wali yang tidak
mempuyai kekuasaan untuk memaksa seorang perempuan dengan siapa ia
harus menikah. Seperti saudara laki-laki kandung atau sebapak, paman yaitu
22
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: 1974), h. 65
23
Hassan Saleh dkk, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008), cet.1, h. 300.
22
saudara laki-laki kandung atau sebapak, dari bapak dan seterusnya anggota
keluarga laki-laki menurut garis keterunan patrilinial.
4. Saksi nikah
a. Minimal dua orang saksi
b. Hadir dalam ijab kabul
c. Dapat mengerti maksud akad
d. Islam
e. Dewarsa
Adanya saksi dalam sebuah upacara pernikahan berguna untuk
kemaslahatan bagi kedua belah pihak dan masyarakat. Hal ini mengingat
jika terjadi pengingkaran oleh salah seorang dari pasangan maka hal itu
dapat dikuatkan dengan adanya dua orang saksi, juga misalnya ada
kecurigaan masyarakat terhadap pasangan yang baru menikah maka kedua
orang saksi itu dapat menjadi pembela terhadap adanya akad pernikahan
dari sepasang suami istri itu. Menyangkut pula keturunan apakah benar yang
lahir adalah dari pernikahan suami istri tersebut, kedua saksi itu dapat
memberikan kesaksiannya.24
5. Ijab Qobul, syarat-syaratnya;
a. Adanya pernyataan perkwinan dari wali
b. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai
c. Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata
tersebut
d. Antara ijab dan qabul bersambungan
24
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), cet.1, h. 65.
23
e. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya
f. Orang yang terkait dengan ijab qabul tidak sedang ihram haji atau
umrah
g. Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang yaitu
calon mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai wanita dan dua
orang saksi.
Ijab dilakukan oleh pihak wali dari mempelai perempuan
sedangkan kabul dilakukan oleh mempelai laki-laki. Ijab dan kabul
dilakukan di dalam satu majlis dan tidak boleh ada jarak yang lama antara
ijab dan kabul karena akan merusak kesatuan akad dan kelangsungan akad,
masing-masing ijab dan kabul juga harus dapat didengar dengan baik oleh
kedua belah pihak dan dua orang saksi.25
Pelaksanaan ijab kabul harus
digunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh masing-masing pihak yang
melangsungkan akad nikah sebagai pernyataan kemauan yang timbul dari
kedua belah pihak.
Kendatipun dalam hal-hal tertentu, seperti posisi wali dan saksi
masih menjadi ikhtilaf di kalangan ulama, namun mayoritas sepakat dengan
rukun yang lima ini.
2. Menurut Hukum Perdata
Syarat perkawinan adalah segala hal mengenai perkawinan yang
harus dipenuhi berdasarkan peraturan perundang-undangan sebelum
25
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, h. 57.
24
pernikahan dilangsungkan. Persyaratan perkawinan menurut Burgerlijk
Wetboek voor Indonesia (BW) dibedakan menjadi dua bagian.
a. Syarat intern
Syarat intern merupakan syarat terhadap para pihak terutama mengenai
kehendak, wewenang dan persetjuan orang lain yang diperlukan para
pihak untuk mengadakan perkawinan.
b. Syarat eksterm
Syarat ekstren adalah syarat-syarat dan formalitas yang harus dipenuhi
oleh para pihak baik sebelum maupun pada waktu mereka
melangsungkan perkawinan, misalnya pendaftaran di kantor catatan
sipil (KCS).
Persyaratan perkawinan menurut UU perkawinan terdiri dari syarat
materil dan syarat formil. Syarat materil adalah syarat-syarat yang
melekat pada diri pihak-pihak yang melangsungkan perkawinan, dsebut
juga sebagai syarat subjektif. Syarat formil ialah tata cara atau prosedur
melangsungkan perkawinan menurut agama dan undang-undang,
disebut juga sebagai syarat objektif.26
26
Kama Rusdiana dan Jaenal, Perbandingan Hukum Perdata,(Jakarta 2007), cet.1, h. 8.
25
BAB III
POTRET KABUPATEN BENGKALIS
A. Letak Geografis dan Demografis Kabupaten Bengkalis
1. Letak Geografis Kabupaten Bengkalis
Kabupaten Bengkalis dengan Ibukota Bengkalis merupakan salah satu
dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan
bagian pesisir timur pulau Sumatera. Secara geografis, posisi wilayah
Kabupaten Bengkalis pada posisi 2º7º37,2” – 0º55º33,6” Lintang Utara
dan 100º57º57,6” – 102º30º25,2” Bujur Timur. Wilayah Kabupaten
Bengkalis terdiri dari pulau dan daratan serta memiliki kawasan pesisir
dan laut dengan garis pantai sepanjang 446 Km yang berbatasan dengan1 :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak dan
Kabupaten Kepulauan Meranti;
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Dumai, Kabupaten Rokan
Hilir, dan Kabupaten Rokan Hulu;
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Meranti.
Kabupaten memiliki letak yang sangat strategis, berada di tepi alur
pelayaran internasional yang paling sibuk di dunia, yaitu Selat Malaka
serta berada pada kawasan segitiga pertumbuhan ekonomi Indonesia
1 Geografi Kabupaten Bengkalis
26
Malaysia-Singapura (IMS-GT) dan kawasan segitiga pertumbuhan
ekonomi Inonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT).
Secara administrasi Pemerintah, Kabupaten Bengkalis terbagi menjadi
11 Kecamatan, 155 desa/kelurahan dengan luas wilayah 7.793,93 km².
Tercatat jumlah penduduk Kabupaten Bengkalis sekitar 498.335 jiwa
dnegan agama yang sifatnya yang heterogen, mayoritas penduduknya
adalah penganut agama Islam. Disamping suku Melayu yang merupakan
mayoritas penuduk, juga terdapat suku-suku lainnya seperti : suku
Minang, suku Jawa, suku Bugis, suku Batak, etnis Tionghoa dan
sebagainya.
Bengkalis sebagai ibu kota kabupaten dikenal juga dengan julukan
Kota Terubuk karena daerah ini adalah penghasil telur ikan terubuk yang
sangat disukai masyarakat karena rasanya yang amat lezat dan tentu saja
menyebapkan harga telur ikan terubuk menjadi amat mahal. Kota lainnya
adalah Duri sebagai daerah penghasil minyak.
Bengkalis merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-
rata sekitar 2-6,1 m dari pemukaan laut. Sebagian besar merupakan tanah
organolos, yaitu jenis tanah yang banyak mengandung bahan organik. Di
daerah ini juga terdapat beberapa sungai, tasik (danau) serta 2 pulau besar
dan kecil. Beberapa pulau besar itu adalah Pulau Rupat (1.524,84 km²) dan
pulau Bengkalis (938,40 km²).2
2Topografi Kabupaten Bengkalis
27
Bengkalis mempunyai iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh iklim
laut dengan temperatur 26ºC – 32ºC. Musim hujan biasa terjadi sekitar
bulan September – Januari dengan curah hujan rata-rata berkisar antara
809-4.078 mm/tahun. Periode musim kering (musim kemarau) biasanya
terjadi antara bulan Februari hingga Agustus.3
Kabupaten Bengkalis wilayah administrasinya sebagian besar berada
di Pulau Sumatera, namun ibu kotanya berada di Pulau Bengkalis.
Sehubungan dengan itu, Kota Bengkalis senantiasa dikunjungi orang-
orang dari pulau Sumatera untuk urusan Pemerintahan seperti pembuatan
surat-surat izin dan lain sebagainya.
Jarak kota Bengkalis dengan Ibukota Provinsi (Pekanbaru) sejauh 173
km. Untuk mencapai ibukota provinsi digunakan dua jalur transportasi
yaitu laut dan darat, dengan jarak tempuh 6 jam perjalanan. Jalur lau
ditempuh melalui Selat Bengkalis dan melalui sungai Siak. Sedangkan
jalur darat ditempuh melalui selat Bengkalis menuju Siak.
3Iklim Kabupaten Bengkalis
28
Berikut adalah daftar kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkalis:
Tabel II.1
No Kecamatan Kota Kecamatan Luas Kecamatan
1 Bantan Selat Baru 424,40 km²
2 Bengkalis Bengkalis 514,00 km²
3 Bukit Batu Sungai Pakning 1.128,00 km²
4 Mandau Duri 937,47 km²
5 Rupat Batu Panjang 1.524,85 km²
6 Rupat Utara Tanjung Medang 628,50 km²
7 Pinggir Pinggir 2.503,00 km²
8 Siak Kecil Lubuk Muda 742,21 km²
9 Bathin Solapan Sebangar -
10 Bandar Laksamana Tenggayun -
11 Talang Muandau Beringin -
29
2. Letak Demografis Kabupaten Bengkalis
Kabupaten Bengkalis dikatagorikan sebagai wilayah kabupaten
dengan jumlah penduduk yang jumlahnnya yang relatif besar
dibandingkan dengan wilayah kabupaten lain yang ada di Provinsi Riau.
Angka kelahiran dan kematian berbanding sangat kontradiktif yang berarti
bahwa tingkat kelahiran sangat tinggi jika dibadingkan dengan angka
kematian. Kenyataan ini makin dikuatkan dengan anggapan masyarakat
bahwa banyak anak banyak pula rezki, secara tidak langsung menjadi
motivasi bagi masyarakat untuk memperbanyak keturunan sebanyak-
sebanyaknya.4
Perkembangan Kabupaten Bengkalis terlihat sangat meningkat
dari tahun ke tahun, ini diketahui dari jumlah penduduk, pendidikan,
agama, dan lainnya. Dari jumlah tersebut dapat diketahui menurut data
statistik tercatat jumlah penduduk Kabupaten Bengkalis pada tahun 2018
tercatat sebanyak 543.786 jiwa yang terdiri 281.253 jiwa laki-laki dan
262.533 jiwa perempuan. Kecamatan yang paling banyak penduduknya
adalah Kecamatan Mandau yaitu 239.361 jiwa dan kecamatan yang paling
sedikit penduduknya adalah Kecamatan Rupat Utara yaitu 14.030 jiwa.
Kecamatan di Kabupaten Bengkalis yang terpadat pada tahun
2018 yaitu Kecamatan Mandau dengan tingkat kepadatan mencapai 255
jiwa per kilometer persegi, sedangkan KecamatanRupat Utara merupakan
kecamatan yang paling jarang penduduknya dengan tingkat kepadatan 22
4 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu Kabupaten Bengkalis
30
jiwa per kilometer persegi. Rata-rata angka laju pertumbuhan penduduk
untuk Kabupaten Bengkalis dalam 5 tahun terakhir (2012-2017) yaitu
sekitar 2,33%, dimana pertumbuhan terbesar terjadi padaTahun 2016
sebesar 3,61%.
Proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Bengkalis menggunakan
pendekatan Linier dengan dasar pemikiran bahwa perkiraan pertambahan
penduduk akan terus tumbuh mengikuti pola pertumbuhan yang linier
karena sebagai daerah baru dengan potensi/ peluang untuk kemungkinan
berusaha lebih baik akan menjadi daya tarik yang kuat bagi penduduk luar
untuk memasuki wilayah Kabupaten Bengkalis (Imigrasi).
B. Pendidikan dan Ekonomi Masyarakat
Pendidikan merupakan tiang untuk meningkatkan sumber daya
manusia demi memperoleh ilmu pengetahuan untuk meraih kemajuan anak
bangsa. Hal inilah yang diterapkan oleh kabupaten Bengkalis dengan
melakukan pemerataan pembangunan yang dilaksanakan dengan segala bidang,
baik bersifat fisik maupun mental, maka didirikan berbagai sekolah di setiap
daerah di Kabupaten Bengkalis.
Sementara itu pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan
menentukan dalam gerak pembangunan dan serta untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap ketaatan akan peraturan dan ketentuan yang
berlaku di masyarakat. Dalam bidang pendidikan, Ibu Kota Bengkalis dapat
dikatakan sebagai pusat pendidikan karena di daerah ini dapat dikatakan
lengkap mulai taman kanak-kanak sampai pendidikan perguruan tinggi baik
31
Negeri atau swasta, dengan adanya fasilitas ini akan dapat meningkatkan
Sumber Daya Manusia yang berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonmi masyarakat.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bengkalis salah satunya berisi tentang menjadikan Bengkalis
sebagai pusat kota pendidikan, pemerintah daerah sangat menfokuskan
kemajuan pendidikan yang ada di Bengkalis. Hal ini didorong dengan
terpenuhinya fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang sudah ada dari
pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sehingga Kabupaten
Bengkalis berpotensi besar untuk menjadi pusat Pendidikan.
Adapun sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Bengkalis sebagai
berikut :
TABEL III. 3
JUMLAH SARANA PENDIDIKAN DI KABUPATEN BENGKALIS
NO. JENIS PENDIDIKAN JUMLAH
NEGERI SWASTA
1 PAUD
KB - 142
SPS - 17
TPA - 6
RA - 35
TK 4 164
JUMLAH 4 364
368
2 DIKDAS
32
SD 305 32
MI 1 20
SMP 75 23
JUMLAH 384 125
509
3 SEKOLAH MENENGAH ATAS
SMA 40 12
SMK 9 8
MA 4 41
JUMLAH 53 61
114
4 PERGURUAN TINGGI
POLITEKNIK 1
STIE
1
STAIN 1
AKADEMI KOMUNITAS 1
JUMLAH 3 1
4
Pada mulanya kabupaten Bengkalis dikembangkan menjadi daerah
dengan konsentrasi pada sektor pertanian, industri, perdagangan dan
pariwisata. Perekonomian daerah ini tumbuh karena perkembangannya
dilakukan secara terpadu oleh pemerintah dan swasta. Dengan ekonomi yang
dimiliki daerah ini maka setiap keputusan atau kebijakan dalam menangkap
peluang pengembangan dapat segera dihasilkan tanpa melalui proses
birokrasi yang panjang. Kondisi inilah yang diharapkan menjadi keunggulan
Kabupaten Bengkalis dalam menghadapi globalisasi dan persaingan.
33
Penduduk Kabupaten Bengkalis sebagian besar bermata pencaharian
nelayan dan bertani, ini dikarenakan kondisi alam yang mendukung terutama
dalam sumberdaya hasil laut yang cukup melimpah. Mata pencaharian yang
lainnya seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), POLRI, buruh atau jasa,
perdagangan dan lain-lain
Dalam perekonomian masyarakat terdapat beberapa tingkatan yaitu
rendah, sedang dan tinggi. Begitu pula yang dialami oleh masyarakat
Kabupaten Bengkalis. Hal ini terlihat dari kehidupan mereka yang masih
minim untuk mengakses permodalan, jaringan pemasaran, dan sumber
pengetahuan dan teknologi. Sehingga mereka hanya mendapat ruang lingkup
usaha yang tergolong kecil dan terencar. Dengan begitu mereka sulit untuk
menjalani menejemen usaha yang efisien baik konteks produksi maupun
pemasaran.
Berbagai studi menunjukkan rendahnya perekonomian yang dialami
oleh masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : skala usaha yang
tergolong kecil dan dijalankan tidak sesuai dengan menejemen usaha yang
efisien, baik tahap produksi hingga pemasaran. Selain itu, alasan dari ketidak
berhasilan usaha karena kurangnya teknologi dan pengetahuan dari
masyarakat itu sendiri.
C. Kondisi Sosial dan Keagamaan
Kota Bengkalis sebagai ibukota Kabupaten Bengkalis merupakan
daerah yang baru saja berkembang, secara historis Bengkalis pernah
memegang peranan penting dalam sejarah. Sehubungan dengan itu di
34
Kabupaten Bengkalis ini banyak ditemukan bangunan-bangunan bersejarah
dan rumah-rumah tua walaupun banyak diantaranya sudah punah maupun
tidak utuh lagi.
Indonesia adalah negara yang akan kaya dengan kebudayaan,
keanekaragaman adat istiadat, dan berbagai macam suku bangsa. Tidak jauh
berbeda dengan apa yang ada di Provinsi Riau, khususnnya di Kabupaten
Bengkalis yang memiliki berbagai suku dan agama yaitu: Melayu, Minang,
Jawa. Pada umumnya mayoritas suku masyarakat desa senggoro ialah Melayu,
terkenal dengan ramah dan lemah lembutnya dalam berkomuniaksi. Begitu
juga dengan agama, di desa Senggoro terdapat berbagai agama yang dianut
oleh masyarakatnya seperti Cina Kristen, dll.
Masyarakat Melayu Bengkalis beragama Islam dan dalam
kesehariannya identik dalam kebudayaa Islam. Upacara-upacara tradisional
cendrung dengan tradisi Islam dan juga nilai-nilai kehidupan bernuansa
Islami. Sehubungan dengan itu dalam filsafah Melayu menyebutkan bahwa
“Melayu adalah Islam, apabila tidak Islam berarti tidak Melayu”
Secara sosial, masyarakat Bengkalis dikenal ramah dan sangat santun
dalam bersikap, hal ini terlihat dari penilaian yang dilontarkan oleh beberapa
pendatang musiman mauman maupun yang telah menetap lama di wilayah ini.
Ketika berjumpa mereka tidak segan-segan untuk menyapa walaupun tidak
saling kenal sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh budaya mereka yang
menjunjung tinggi persaudaraan dan silaturahmi dengan sesama.
35
Mayoritas masyarakat Bengkalis memeluk agama Islam, sehingga
hampir seluruhnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarkat lebih
mengarah kepada unsur keagamaan terkhusus ketika hari besar Islam. Setiap
tahun masyarkat selalu mengadakan kegiatan keagamaan seperti Maulid Nabi,
Isra Mi’raj yang dilaksanakan di setiap rumah ibadah, sekolah maupun di
kantor. Terkadang setiap acara tersebut juga diselingi dengan perlombaan
islami bagi anak-anak sepert Festival anak Shaleh.
Disetiap rumah ibadah juga mempunyai program mingguan yaitu
pesantren kilat setiap hari minggu pagi ba’da subuh, dimana kegiatan ini
dikhususkan bagi anak-anak TK hingga SD. Kegiatan yang sangat positif yang
bertujuan untuk melatih dan membina anak-anak untuk berani tampil maju
kedepan dengan berbagai praktek seperti Sholat, azan, hafalan surat pendek
dan pelajaran lainnya.
Pada agenda tahunannya juga dilaksanakan Musabakah Tilawatil
Qur’an (MTQ) yang pesertanya telah dibina oleh masing-masing pengurus
Masjid atau Mushalla yang ada di lingkungan desa, sehingga semua kalangan
mendapatkan binaan dan pelatihan dalam berbagai cabang MTQ yang
diperlombakan.
Meskipun mayoritas masyarakat Bengkalis beragama Islam, namun
hal tersebut sedikitpun tidak merusak hubungan yang bisa mempengaruhi
kehidupan di masyarakat. Hingga saat ini belum pernah terjadi perselisihan
anatar beda agama atau suku yang menyebabkan perpecahan antara satu
dengan yang lainnya.
36
BAB IV
RELASI ISLAM DAN ADAT DALAM PERKAWINAN MELAYU BENGKALIS
Prosesi pernikahan masyarakat Melayu Bengkalis adalah sebuah
manifestasi adat yang masih berlangsung sampai saat ini. Jika ditilik satu persatu
dari setiap rentetan prosesi adat perkawinan, maka terdapat hikmah di balik tradisi
tersebut. Islam dijadikan sebagai poros bagi kehidupan masyarakat Melayu,
sehingga memberikan pengaruh besar pada dimensi kehidupan.1
Sumber adat yang digunakan di Bengkalis adalah berasal dari Bukit Batu,
tata cara mengenai aturan pernikahan adat Melayu di Riau ini berbeda-beda.
Dalam perkembangan sejarah dan budaya di Provinsi Riau menjelaskan bahwa
negeri ini pernah dipimpin oleh beberapa kerajaan seperti Siak, Rambah, Rokan,
Gunung Sahilan. Kerajaan ini dahulunya merupakan pusat kebudayaan yang
dipimpin oleh Sultan (Raja) yang bertahta, mempunyai mentri dan orang-orang
besar serta datuk-datuk yang membantu mengatur negeri dan adat istiadat di
kawasan kerajaan masing-masing.
Bengkalis sendiri bukanlah merupakan sumber adat bagi masyarakat
Riau, sumber adatnya adalah Siak dan Bukit Batu. Karena Bengkalis dulunya
berada di bawah kerajaan Bukit Batu, maka adat yang digunakan adalah adat
Bukit Batu.2 Hadirnya para pendatang di Kabupaten Bengkalis menimbulkan
pengaruh besar bagi masyarakat tempatan, ada Pergeseran yang terjadi pada
1Mahyudin Al Mudra, Redefinisi Melayu, Upaya Menjembatani Perbedaan Konsep
Kemelayuan Bangsa Serumpun, (Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu,
2008), cet. 1, h. 10.
2 Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 37-40.
37
aturan tetap diantaranya saat prosesi tepuk tepung tawar di Bukit Batu. Pada
realisasinya dilaksanakan satu persatu antara laki-laki dan perempuan, sedangkan
di Bengkalis Pelaksanaanya dijadikan sekaligus kedua mempelai. Begitu juga saat
perosesi antar belanja yang harus menggunakan tepak, sedangkan di Bengkalis
tanpa harus menggunakan tepak.3
Pernikahan antara bujang4 dan dara
5 itu sendiri baru dapat melalui proses
upacara adat setelah terjadinya kesepakatan antara kedua belah pihak.
Musyawarah dari pihak keluarga laki-laki diadakan setelah anak bujang
menyampaikan maksudnya kepada ayah bundanya bahwa dia ingin memikat anak
gadis yang merupakan idamannya. Pihak keluarga laki-laki mengadakan
musyawarah dengan sanak saudara untuk mengirim orang yang bijak dan pandai
mengadakan pengintipan kepada anak perempuan yang telah menjadi pilihan.
Suku Melayu mengenal pepatah “Adat bersendikan Syara‟, dan Syara‟
bersendikan Kitābullah”. Merupakan pepatah yang mengokohkan bahwa adat
Melayu berlandaskan syariat Islam serta mengandung nilai-nilai luhur keislaman
yang menjadi landasan dan sandaran kehidupan batiniah dan lahiriah masyarakat
Melayu.6
3 Menurut KBBI, tepak adalah kotak kecil bertutup, dibuat dari pandan atau kayu dan lain
sebagainya untuk tempat sirih, tembakau, rokok dan lain-lain.
4 Bujang, sebutan untuk pemuda yang masih perjaka atau belum menikah di suku Melayu.
5 Dara, sebutan untuk gadis yang masih perawan atau belum menikah di suku Melayu.
6 Budi Santoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, (Pekanbaru: Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat 1 Riau, 1987), cet.1, h. 497
38
A. Prosesi Perkawinan Adat Melayu Bengkalis
1. Prosesi Sebelum Perkawinan
a. Merisik
Merisik merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam proses
perkawinan yang bertujuan untuk menyelidiki keberadaan seorang calon
pengantin.7 Merisik adalah suatu cara yang dilaksanakan secara diam-diam
oleh pihak laki-laki kepada seorang gadis atau anak dara yang menjadi
idamannya. 8
Dalam pelaksanaannya, orang tua dari pihak laki-laki atau diwakili
oleh keluarga dekatnya untuk mencari tahu tentang diri dan keadaan
keluarga pihak perempuan. sampailah pada pertanyaan apakah wanita yang
dimaksud sudah menjadi milik seseorang atau belum, jika belum dipinang
orang lain maka akan dilanjutkan dengan proses peminangan dimana pihak
laki-laki membawa sebuah cincin sebagai tanda bahwa perempuan tersebut
sudah dipinang oleh seseorang.9
Merisik dapat dilakukan berdasarkan keinginan orang tua maupun atas
permintaan anak laki-laki yang bersangkutan. Adapun pihak yang diutus
untuk berkunjung dan mencari inforasi hendaknya berkomunikasi dengan
bahasa yang sopan dan halus, seperti dengan menanyakan apakah kembang
7 Ediruslan Pe Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru:
UNRI Press, 2000), cet. 1, h. 15
. 8Tara, Mak Andam di Kecamatan Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 20 Juli 2018.
9Suyud, Mantan Kepala Desa Senggoro dan Tokoh Adat Melayu Bengkalis, Interview
Pribadi, Bengkalis, 2 Juli 2018.
39
itu sudah ada yang menjaga? Kalau belum punya saya ada kumbang.10
Atau
dengan mengatakan bahwa maksud kedatangannya untuk mencari tanaman
bunga, dan apabila dijawab oleh si pemilik rumah bahwa di rumah kami
tidak ada menanam bunga atau jika ditanya mau bunga apa, barulah
menjawab bahwa yang dicari bukan bungan yang ade di sekeliling rumah,
tetapi bunga yang dekat dapur (anak gadis pemilik rumah).11
Hal seperti ini juga akan terjadi serupa pada pihak perempuan, yaitu
mengadakan upacara merisik secara diam-diam kepada pihak calon laki-
laki, untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku calon menantu,
apakah dia seorang perjaka belum belum beristri, ada pekerjaan, sopan dan
santun, taat beragama serta senang bergaul di masyarakat.12
b. Meminang
Meminang mengandung arti meminta seorang perempuan untuk
dijadikan isteri atau bisa juga disebut melamar seseorang. Jika telah ada
kesepakatan dari pihak laki-laki, maka kemudian disampaikan kepada pihak
perempuan bahwa pihak laki-laki akan datang melakukan peminangan pada
tanggal yang sudah disepakati tadi. Oleh karena sudah ada pemberitahuan,
maka keluarga perempuan mempersiapkan perangkat adat berupa tepak
sirih, begitu pula dengan pihak laki-laki yang harus mempersiapkan
10
Rizal, selaku budayawan dan MC Adat di Kec.Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis,
29 Juni 2018.
11
Syaukani Al Karim, Budayawan dan Anggota DPRD Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis 5 Juli 2018.
12
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru: CV Suka Bina, 2008)
Cet. 1, h. 11.
40
perlengkapan adat berjunjung, yaitu sebuah tepak sirih lengkap dengan
isinya.13
Upacara meminang dilaksanakan setelah pihak laki-laki
mendapatkan informasi kepastian dari anak dara maupun keluarganya
bahwa anak dara belum mempunyai ikatan dengan laki-laki lain.
Kata meminang pada umumnya disebut juga dengan melamar. Tata
cara pelaksanaanya berbeda meski sudah diketahui oleh banyak orang.
Untuk tata cara Melayu sendiri, cara meminang dilakukan dalam bentuk
sederhana. Utusan dari pihak laki-laki yang datang hanya beberapa orang
saja, namun ada juga orang tua pihak laki-laki yang hadir secara langsung di
kediaman anak dara untuk berbincang kepada orang tuanya.14
Sebelum
melamar pihak perempuan sudah harus diberitahu terlebih dahulu, dan
peminangan dilakukan pada malam hari setelah shalat Isya, di dalam
peminangan inilah terdapat pembahasan waktu pelaksanaan hantaran
belanja dan besaran jumlahnya.15
Utusan pihak laki-laki yang dikirim untuk berkunjung ke rumah pihak
perempuan biasanya adalah orang tua-tua pilihan dan cerdik, bijaksana,
pandai meluruskan yang bengkok, menyelesaikan yang kusut, pandai
bertutur secara adat kebiasaan Melayu, dapat menjadi penyambung lidah,
bijak berunding serta tahu adat istiadat.
13
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 12-13.
14
Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan Pusat
Pengajian Bahasa dan Kebudayaan Melayu, (Universitas Riau, 2003), h. 17.
15
Basrah, Kepala Desa Senggoro, Interview Pribadi, Bengkalis, 10 Juli 2018.
41
Ketibaan utusan pihak laki-laki ke rumah pihak perempuan lalu
dipersilahkan masuk ke rumah dan duduk di ruang tengah rumah. Setelah
duduk berhadapan antara kedua belah pihak, maka langkah pertama dari
tuan rumah menyorongkan tepak tanda penerimaan tamu dengan tulus hati.
Tuan rumah mempersilahkan tamu untuk mengambil sirih dengan
perlengkapannya, kemudian hal yang sama dilakukan oleh tamu yaitu pihak
laki-laki menyorongkan tepaknya kepada tuan rumah.16
Selesai acara
seremonial serah menyerah tepak sirih dari kedua belah pihak, maka
dimulailah dengan kata bersambut yang didahulukan dengan pantun Melayu
yang dimulai oleh tuan rumah, contohnya sebagai berikut:
Pihak Perempuan :
Kelapa pandan airnya wangi,
bersama diminum tuan puteri,
ketibaan tuan kami junjung tinggi,
apa hajat datang ke rumah kami.
Pihak Laki-laki :
Kelapa puan pohonnya tinggi,
Daunnya ramai sangatlah rindang,
Dari jauh kami datang kemari,
Menyampaikan pesan amanat orang.
Pihak perempuan :
Kalau belayar mengarungi laut,
bintang di langit harus dipahami,
sebelum menyampai pesan amanat,
silahkan jamah sirih dan pinang kami.
16
Ediruslan Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru:
UNRI Press, 2000), cet. 1, h. 26.
42
Pihak laki-laki :
Jauh berjalan ke negeri Kelakap,
menyebrang sungai membawa setanggi,
sirih dan pinang sudah disantap,
jamah pulalah sirih pinang kami.
c. Menggantung
Sebelum majelis pernikahan di perbuat, maka dilaksanakan terlebih
dahulu pekerjaan menggantung. Yaitu membersihkan dan menghias rumah
dengan menggunakan bermacam-macam tabir yang digantung dan membuat
langit-langit dari kain berwarna merah, kuning dan hijau. Mengganti dan
memasang langsi tingkap, memasang dan menghias tempat tidur baru yang
lengkap untuk pengantin baru, dan hal-hal lainnya yang diperlukan untuk
menghadapi majelis pernikahan tersebut.17
Pekerjaan ini dikerjakan secara beramai-ramai dari sanak saudara dan
handai taulan. Prosesi menggantung ini dipimpin oleh Mak Andam18
yang
dibantu oleh anak-anak muda laki-laki dan anak muda perempuan serta
didampingi oleh para perempuan setengah baya.19
Pekerjaan menggantung
ini dikerjakan 5 hari atau 7 hari sebelum acara akad nikah dan upacara
langsung atau acara bersanding pengantin perempuan dengan pengantin
laki-laki.
17
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 33
18 Tukang rias sekaligus pelindung ke dua calon pengantin dari berbagai gangguan
penyakit dan gangguan yang dating secara gaib.
19
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 29.
43
Membuat pelaminan diesebut dengan gerai besar dan terdiri dari
beberapa tingkat, biasanya pada masa dahulu jumlah tingkatan gerai besar
tergantung kepada tingkat sosial para penganti. Seperti kalau golongan
keluarga sultan memiliki 9 tingkat, keturunan tengku-tengku memiliki 7
tingkat, untuk anak datuk dan anak orang besar kerajaan memiliki 5 tingkat
sedangkan orang biasa hanya 3 tingkat. Gerai ini berfungsi sebagai tempat
bersanding bagi pengantin perempuan dan pengantin laki-laki serta sebagai
tempat upacara adat tepuk tepung tawar.20
Kegiatan ini mencerminkan tingginya rasa gotong royong masyarkat,
keluarga dan tanggung jawab moral mereka terhadap sesamanya. Dalam
kegiatan ini akan terlihat kekompakan dan rasa kasih mengasih antara ahli
bait, saudara dan masyarakat setempat. Para saudara atau masyarakat tidak
hanya rela berkorban tenaga akan tetapi juga rela berkorban uang seperti
membawa makanan untuk membantu meringankan beban ahli bait.21
d. Berinai Curi
Prosesi berinai curi adalah upacara yang memberikan tanda-tanda
dengan memberikan inai pada telapak tangan, kuku, jari tangan dan kaki
pengantin. Inai ini sendiri terbuat dari daun inai yang telah ditumbuk halus
kemudian dicampur dengan air asam jawa sampai warnanya berubah
20
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 33.
21Rizal, selaku Budayawan dan MC Adat di Kec.Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis, 29 Juni 2018.
44
menjadi kemerahan. Prosesi ini merupakan simbol bahwa sang mempelai
wanita baru saja sah menjadi seorang pengantin baru.22
Pekerjaan ini dilakukan oleh orang tua-tua kaum perempuan saja,
pengantin perempuan diberikan pakaian yang bagus dan dibaringkan di atas
kasur. Setelah selesai menempelkan inai dengan rapi dijari pengantin maka
dibiarkan beberapa waktu, lalu jika sudah cukup inai pun dilepaskan.23
Berinai harus dilakukan secara terpisah, karena jika dilakukan dengan
bersandingan maka akan berkurang makna berarak keesokan harinya.24
Pada prosesi ini jika dilakukan sesuai dengan adat terdahulu maka
banyak terdapat syarat atau aturannya, seperti cara mengantarkan inai dari
rumah calon pengantin perempuan ke rumah pengantin laki-laki dengan
membawa tepak dan dilaksanakan tepung tawar. Namun pada
pelaksanaannya sudah jarang dilakukan, hanya saja sebatas dihadiri oleh
keluarga dan pada prosesinya diiringi dengan nyanyian rebana oleh ibu-
ibu.25
e. Berandam
Berandam adalah suatu kegiatan yang dilakukan kepada kedua calon
pengantin sehari sebelum menikah. Kegiatan berandam ini dapat pula
22 Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 51
23
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 65.
24
Elinawati, selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis yang juga berprofesi sebagai
guru, Interview Pribadi, Bengkalis 18 Juli 2018.
25
Tara, Selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 20
Juli 2018.
45
dikatakan “bergunting rambut kecil”, yaitu mencukur atau merapikan bulu
roma pada bagian dahi, pelipis, alis, tengkuk, bulu tangan dan bagian kaki.26
Upacara berandam lazim dilaksanakan besok harinya yakni selesai
upacara berinai curi. Di dalam berandam ada prosesi tepung tawarnya yang
dihadiri oleh sanak keluarga dan besar kecilnya acara berandam ini tidak
akan menggunakan biaya karena tidak ada pestanya dan tidak ada makan-
makannya. Sebelum berandam, pengantin perempuan dihias mengenakan
baju Melayu Kebaya Labuh kemudian melakukan tepuk tepung tawar
terlebih dahulu. Berandam hanya dilakukan oleh pengantin perempuan dan
dilaksanakan di rumah pengantin perempuan yang dihadiri oleh semua
keluarga terdekat. Berandam dilakukan untuk membersihkan kotoran yang
terdapat di muka, leher dan tengkuk pengantin perempuan.27
Berandam dipimpin oleh Mak Andam yang ahli di bidang ini, semua
bulu roma dicukur bersih menggunakan pisau cukur yang tajam. Bulu alis
mata dirapikan dan dibentuk taji ayam lalu bulu mata dilentikkan dan
sebagainya. Pelaksanaan upacara berandam ini dimulai pada pagi hari
setelah matahari naik untuk mengambil syafaat matahari sehingga pengantin
perempuan bercahaya seperti matahari pagi.28
Di dalam adat melayu, ketika
26Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 56.
27 Ediruslan Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, cet ke-1
(Pekanbaru: UNRI Press, 2000), h. 43
28Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 61
46
mengandam sebenarnya hanya merapikan alis. Namun sekarang banyak
ditemukan pengantin perempuan yang mencukur habis alis matanya29
Dalam kegiatan pelaksanaan berandam ini masih banyak kerja Mak
Andam yang harus diselesaikan dengan menyapukan bedak sejuk yang
berwarna putih ke alis mata pengantin yang dibentuk seperti bulan sabit,
serta membersihkan kotoran yang terdapat di muka, baik di pipi, kening, di
leher dan di tengkuk pengantin. Tugas terakhir Mak Andam adalah
memberikan sekapur sirih pemanis kepada pengantin untuk dimakan oleh
pengantin sebagai pemerah bibir sekaligus diberi bacaan doa oleh Mak
andam, supaya nantinya si pengantin kelihatan manis dan cantik disebut
sirih pemanis.30
f. Antar Belanja
Antar belanja pada dasarnya ialah menyerahkan uang belanja dari
pihak laki-laki kepada pihak perempuan, sebagai lambang gotong royong
dan kebersamaan untuk memmbantu pihak perempuan dalam melaksanakan
perhelatan perkawinan. hal ini dilakukan karena dalam pelaksanaan upacara
pernikahan yang banyak memerlukan biaya ialah pihak perempuan.31
Baiya yang diperlukan digunakan untuk mempersiapkan perlengkapan
seperti pengadaan pelaminan atau gerai, tempat peraduan, bangsal atau
29
Yong Syarif, Selaku Budayawan dan Tokoh Masyarakat Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis, 3 juli 2018.
30
Suyud, Tokoh Adat Melayu Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis 2 Juli 2018.
31
Budi Santoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, (Pekanbaru: Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat 1 Riau, 1987), cet.1, h. 121.
47
tenda dan upacara-upacara lainnya seperti berinai, akad nikah dan upacara
langsung. Waktu antaran belanja biasanya dilakukan setelah shalat Zuhur
atau setelah shalat Isya.
Upacara antar belanja ini dilaksanakan di rumah mempelai
perempuan. Pengantin laki-laki didampingi oleh keluarga terdekat, tetangga,
membawa peralatan dan kelengkapan upacara hantaran belanja seperti tepak
sirih, uang hantaran sesuai dengan jumlah yang telah disepakati saat
meminang, barang-barang pengiring sesuai dengan kemampuan dari pihak
laki-laki dan bunga rampai.32
Pada umumnya apa bila dari pihak perempuan mungingkari janji
maka ia diharuskan mengembalikan semua uang dan hantaran sebanyak dua
kali lipat dan jika dari pihak laki-laki yang mungingkari janji maka semua
uang dan hantaran tersebut menjadi milik perempuan.33
Pada realitanya masyarakat Bengkalis penentukan jadwal pernikahan
pada saat prosesi peminangan berlangsung, sehingga banyak yang terjadi di
Begkalis bahwa upacara akad Nikah dilaksanakan secara langsung setelah
selesainya proses antar belanja. Bahkan ini sudah menjadi tradisi yang
sering dilakukan oleh masyarakat Bengkalis, Namun mengenai konsep
terkait jadwal pelaksanaannya tergantung permintaan dan sesuai dengan
kesanggupan pihak keluarga.34
32
Suyud, Tokoh Adat Melayu Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis 2 Juli 2018.
33
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 59.
34
Pipin, selaku Mak Andam di Kecamatan Rupat, Interview Pribadi, Rupat, 20 juli 2018.
48
2. Prosesi Pada Saat Perkawinan
Akad nikah adalah suatu upacara agama yang sangat sakral dan
dipersiapkan secara besar-besaran di rumah pengantin perempuan, Prosesi
yang sangat ditunggu oleh pihak keluarga.35
Menjadi sebuah kenangan yang
berkesan dan mermakna jika diadakan di rumah, karena jika dilaksanakan di
Kantor Urusan Agama, maka yang bisa menyaksikan hanya orang-orang
tertentu saja. Inilah yang membuat pelaksanaan Ijab Kabul masyarakat
Bengkalis dilaksanakan di Rumah mempelai perempuan, namun ada juga
dilaksanakan di kantor Urusan Agama.36
Pada saat ijab kabul berlangsung, sesuai dengan adat melayu bahwa
pengantin perempuan harus berada di dalam sebuah ruangan, tidak
diperkenankan untuk mengikuti secara langsung. adapun yang berada di luar
cukup pihak laki-laki, wali dan saksi saja. Menurut adat yang berada di
ruangan tersebut hanyalah mak andam dan beberapa pihak keluarga
perempun, tidak diperkenankan ada laki-laki di ruangan tersebut walau
saudara kandung sekalipun.37
Prosesi ijab kabul biasanya setelah magrib atau setelah isya. Pada
umumnya masyarakat Bengkalis melaksanakan prosesi ini setelah isya
sembari menunggu kehadiran keluarga pengantin laki-laki maupun tamu
35 Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 72.
36Syaukani Al Karim, selaku Budayawan dan Anggota DPRD Bengkalis, Interview
Pribadi, Bengkalis, 5 Juli 2018.
37
Suyud, Tokoh Adat Melayu Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis 2 Juli 2018.
49
undangan.38
Sebelum pengantin laki-laki dan rombongan berangkat ke
rumah pengantin perempuan, terlebih dahulu pengantin laki-laki itu duduk
bersimpuh kepada kedua orang tua dan saudara terdekatnya untuk meminta
maaf sekaligus meminta doa restu agar selamat menghadapi kehidupan baru
yang akan segera dijalani.
Sebelum ijab kabul dilaksanakan, dua orang saksi yang ditemani
orang tua mempelai perempuan pergi menemui pengantin di bilik peraduan
untuk menanyakan apakah setuju dinikahkan dengan laki-laki yang
dimaksud. Kemudian ketika itu pula pengantin perempuan menucapkan
permohonan izin dan doa restu dihadapan orang tua dan para saksi nikah.
Setelah mendapat anggukan atau tanda setuju dari pengantin
perempuan maka dilaksanakan ijab kabul, setelah selesai kemudian pak
penghulu membacakan doa selamat dan pengantin laki-laki membacakan
surat talik yaitu surat perjanjian seorang suami terhadap istrinya.39
Selesai dari ijab kabul pengantin laki-laki dibawa masuk ke dalam
bilik khusus yang sudah disediakan. Pada malam ini kedua mempelai belum
diperkenankan bertemu meski secara syariat sudah boleh bersama, karena
besoknya ada acara khusus buat mereka disandingkan.40
Jadi selesai prosesi
ini pengantin laki-laki langsung kembali ke rumah orang tuanya atau jika
38
Istiqomah, Selaku Mak Andam di Kec. Bukit Batu, Interview Pribadi, Bengkalis, 1
Agustus 2018.
39 Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 76
40
Abdul Hamid Basir, Budaya Tradisional Bukit Batu, h. 56-59.
50
rumahnya jauh maka biasanya pihak pengantin permpuan sudah
menyediakan sebuah rumah terdeka untuk menginap bagi pengantin laki-
laki dan keluarganya hingga beberapa hari sampai acara pernikahan
selesai.41
3. Prosesi Setelah Perkawinan
a. Tepung Tawar
Upacara adat tepung tawar merupakan suatu kebiasaan yang sakral
dan tidak dapat dipisahkan dari budaya Melayu, hal ini mengandung makna
simbolis untuk keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan yang terwujud
dari orang-orang yang menepung tawari pasangan pengantin.42
Prosesi ini dilaksanakan oleh pemuka masyarakat, orang yang
dituakan, alim ulama, bapak saudara (paman) pengantin laki-laki dan
pengantin perempuan yang dilaksanakan secara bergantian di atas
pelaminan yang didahului oleh pengantin laki-laki. Sedangkan pengantin
perempuan masih berada di bilik peraduannya.43
Pengantin laki-laki yang telah berpakaian lengkap dituntun keluar oleh
Mak Andam dari dalam bilik tadi menuju pelaminan untuk melaksanakan
tepuk tepung tawar, sehingga pusat perhatian tertuju kepadanya.
Perlengkapan alat tepung tawar ini terdiri dari bedak sejuk (air bedak), beras
41
Suyud, Selaku Tokoh Adat Melayu Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 2 Juli
2018.
42 Budi Santoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, (Pekanbaru: Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat 1 Riau, 1987), cet.1, h. 89.
43
Zainudin, selaku Ketua Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis. Interview Pribadi,
Bengkalis, 30 Juni 2018.
51
kunyit, beras basuh, bunga rampai dan inai colek (daun inai yang sudah
digiling halus) untuk dicolekkan ke tangan pengantin, selanjutnya daun
setawar dan daun sedingin diikatkan dengan daun ribu-ribu untuk perenjis.
Alat alat ini dimasukkan ke dalam mangkuk khusus yang sudah disediakan.
Bagi orang Melayu, masing-masing alat mempunyai makna tersendiri.
Bedak tepung tawar melambangkan penyejuk hati dan peneduh kalbu yang
diharapkan dapat memberikan kesabaran dan kesucian hati bagi yang
ditepung tawari. Beras basuh dilambangkan sebagai pembasuh segala yang
kotor dan membuang segala yang busuk. Beras kunyit melambangkan
kemurahan rezeki. Daun inai yang digiling halus dan diberikan sedikit air
jeruk nipis melambangkan kerukunan dan kesetiaan hidup serta menjauhkan
dari segala bencana. Bunga rampai melambangkan keharuman nama baik
keluarga. Daun setawar sebagai penawar segala yang berbisa dan
membuang segala yang jahat. Serta daun sedingin melambangkan
kedinginan hati dan fikiran.44
Bagi orang Melayu karena kedua mempelai belum boleh duduk
berdua sampai mereka sudah prosesi bersanding, jadi dalam berinai lebai itu
dilakukan satu persatu. Disini sedikit menggunakan biaya, karena terdapat
bingkisan terhadap orang menepung tawari berupa telur merah, nasi kuning
dan kue berkatnya. Kenapa harus telur merah dan nasi kuning karena telur
merah melambangkan bezah dan marwah, dan nasi kuning itu
44 Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 81.
52
melambangkan keanggungan. Yang menepung tawari juga bukan dari
keluarga sendiri, pihak laki-laki ditepung tawari keluarga perempuan dan
pihak perempuan ditepung tawari keluarga laki-laki agar bisa saling
mengenal siapa bakal menantu, bakal menantu kemanak atau menantu
sepupu dan lain sebagainya.45
Sesuai dengan tradisi adat Melayu, pada prosesnya pengantin
perempuan keluar dari biliknya setelah didandani lalu didudukkan di
pelaminan. Setelah itu orang tua yang dihormati atau sesepuh masyarakat
sekitar diikuti orang tua pengantin dan kerabat melakukan tepuk tepung
tawar. Jumlah orang tua yang menepuk tawari pengantin biasanya berjumlah
ganjil, misalnya 3, 5 atau 7 orang, ditentukan langsung oleh keluarga. Jika
berjumlah genap, hal itu justru mengakibatkan sesuatu yang kurang baik
bagi pengantin. Prosesi ini diiringi dengan suara kompang yang dimainkan
oleh group kompang dengan nyanyian syair islami hingga selesai. Setelah
upacara berinai lebai ini selesai maka dilanjutkan dengan pembacaan doa
secara terpimpin oleh sesepuh adat, menunjukkan acara telah usai dan
setelah itu para tamu undangan menyantap hidangan yang telah disediakan
oleh tuan rumah.46
45
.Zainudin, Selaku Ketua Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis, 30 Juni 2018.
46
Ijal Seleb, Selaku Budayawan dan juga salah satu guru di MAN 1 Bengkalis, Interview
Pribadi, bengkalis, 18 Juli 2018.
53
b. Khatam Al-Qur‟an
Dalam adat kebudayaan Melayu, khatam Al-Qur‟an menjadi salah
satu rentetan acara yang harus dilalui oleh calon penganten peremuan.
Dalam hal ini pengantin perempuan akan ditemani oleh bebarapa
sahabatnya dan didampingi pula oleh guru ngajinya atau keluarganya.47
Kegiatan khatam Al-Qur‟an ini menjadi simbol yang sangat penting
bagi calon pengantin perempuan karena hal iini menunjukkan bahwa calon
mempelai perempuan dapat mengaji dengan baik dan benar, karena
perempuan akan menjadi ibu bagi anak-anak suaminya dan seorang ibulah
yang kelak akan mengajari anak-anaknya untuk menjadi anak yang sholeh
dan sholihah, maka dari itu seorang ibu harus bisa membaca Al-Qur‟an
sebagai pedoman dan sandaran hidup manusia.48
Tak hanya itu saja, melalui khatam kaji ini juga menunjukkan
persebatian adat dan budaya Melayu dengan agama Islam. Anak-anak
perempuan yang akan dinikahkan dia harus sudah khatam Al-Qur‟an dan
telah faham dengan seluk beluk agama Islam, sehingga di rumahtangganya
nani sudah sudah memiliki tempat mengadu dan mengagungkan kebesaran
tuhannya.
Acara khatam qur‟an ini dihadiri oleh para ulama dan kaum
perempuan saja, dilaksanakan di rumah pengantn perempuan tepatnya di
hadapan pelaminan. Pada pelaksanaan acara ini disediakan nasi kunyit dan
47
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 79
48
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 64.
54
telur-telur sebagai berkat untuk dibawa pulang bagi yang menghadiri acara
khataman tersebut.49
Untuk khatam Qur‟an itu sendiri pengantin perempuan
membaca juz„amma dari surah aḍ-ḍuḥā sampai an-nās secara selang-seling
dengan kerabat yang mendampinginya, seperti sepupunya, adeknya dan
lain-lain.
Setelah acara ini selesai maka dilanjutkan dengan pembacaan
berzanji dan marhaban yang pelaksanaannya adalah kaum perempuan,
biasanya dibawakan oleh ibu-ibu group pengajian. Masyarakat bengkalis
pada umumnya bagi ibu-ibu mempunyai group pengajian di masing-masing
tempat yang salah satu programnya ialah bermain rebana, membca berzanji
sehingga bisa menghadiri acara khatam Qur‟an, istilah bahasanya yaitu
menghadap khatam.50
Acara ini tidak menjadi suatu kewajiban untuk dilaksanakan, namun
bagi masyarakat Bengkalis sudah menjadi sebuah tradisi yang kuat dan
tercantum dalam aturan adat Melayu. Mengenai waktu pelaksanaannya tidak
ditentukan secara adat melainkan sesuai dengan keinginan keluarga, pada
umumnya banyak dilaksanakan di pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB, Ini
waktu yang paling efektif untuk diadakan khatam qur‟an sambil mengisi
kekosongan acara sebelum berarak di siang harinya.51
49
Abdul Hamid Basir, Budaya Tradisional Bukit Batu, h. 64.
50 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 79.
51
Tara, Selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 20
Juli 2018.
55
c. Berarak
Perjalanan dari rumah pengantin laki-laki menuju rumah pengantin
perempuan disebut sebagai prosesi berarak (mengarak pengantin). Sesuai
dengan adat bahwa pengantin laki-laki akan digendong oleh pak cik atau
pamannya sebagai harapan bahwa mereka berasal dari keluarga terhormat,
namun pada umumnya hal ini sudah jarang sekali diperaktekkan pada
masyarakat Bengkalis.52
Yaitu pengantin laki-laki berjalan seperti sama
halnya dengan yang mendampingi saat berarak.
Tujuan dari prosesi ini ialah sebagai media pemberitahuan kepada
seluruh masyarakat sekitar tempat dilangsungkannya perkawinan bahwa
salah seorang dari warganya telah sah menjadi pasangan suami istri.
Disamping itu tujuannya adalah memberitahukan kepada semua lapisan
masyarakat agar turut meramaikan acara perkawinan tersebut ikut
memberikan doa kepada kedua pengantin.53
Prosesi ini juga sangat ditunggu-tunggu oleh keluarga dan masyarakat,
karena keluarga yang datang dari jauh dan para tamu undangan penasaran
ingin melihat kedua pngantin ketika berarak. Banyak diantara tamu
undangan yang hadir menunda untuk beranjak dari rumah demi bisa melihat
acara berarak ini hingga selesai.54
52
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 85
53
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 59
54
Zainudin selaku ketua Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis, 30 Juni 2018.
56
Pengantin laki-laki berpakaian adat Melayu Bengkalis, sesampai di
rumah pengantin perempuan, kemudian dilanjutkan dengan upacara
penyambutan. Dalam budaya Melayu upacara penyambutan tersebut
mempunyai makna yang sangat dalam, oleh karenanya pengantin laki-laki
perlu disambut dengan penuh kegembiraan sebagai bentuk ketulushatian
dalam menerima kedatangan mereka. Pada acara ini diiringi dengan
kompang dan penampilan pancak silat yang merupakan lambang kepiawaian
pengantin laki-laki menghadapi tantangan.55
Upacara penyambutan arak-arakan pengantin laki-laki biasanya
berbentuk tiga macam, yaitu permainan pancak silat, bertukar tepak induk,
dan berbalas pantun pembuka pintu. Makna yang terkandung pada kegiatan
pancak silat ialah pengantin laki-laki sebagai calon kepala rumah tangga
perlu ditantang kejantanan dan kepiawaniannya. Meski hanya sebagai
simbol, pancak silat juga mengandung makna persahabatan dan kasih
sayang yang dibungkus dengan jiwa kepahlawanan. Setelah bermain silat,
rombongan pengantin melanjutkan perjalanan, biasanya diteruskan dengan
kegiatan perang beras kunyit antara pihak pengantin laki-laki dengan pihak
yang menyambutnya.
Perang beras kunyit antar kedua pihak pengantin mengorbankan
permusuhan, melainkan menyuburkan persaudaraan. Setelah selesai maka
dilanjutkan dengan kegitan bertukar tepak induk. Simbol tepak
melambangkan rasa tulus hati dalam menyambut tamu dan juga sebagai
55
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu, h. 30.
57
lambang persaudaraan. Isi dalam tepak berupa daun sirih, kapur, gambir,
pinang dan tembakau. Kegiatan ini dapat dilakukan di dalam maupun di luar
rumah, bertukar tepak melambangkan ketulusan hati dan bersebatinnya dua
keluarga menjadi satu.56
Waktu pelaksanaan arak-arakan ini antara sesudah shalat Zuhur dan
sebelum shalat Asar, karena adat melayu itu sendiri harus sejalan dengan
syariat, maka tidak dilaksanakan berdekatan dengan waktu shalat Zuhur
sehingga tidak memngganggu waktu sholat.57
Pada masa dulu dilaksanakan
setelah matahari mulai menurun sekitar pukul 14.00 WIB, ditengah antara
waktu zuhur dan asar.
Namun saat ini berarak pada umumnya sering dilaksanakan pas ketika
matahari berada di tengah-tengah, mengingat ketika itu para tamu undangan
masih ramai berdatangan dan bisa disaksikan oleh banyak orang. Jika
diadakannya tepat pukul 14.00 sesuai dengan anjuran adat, maka tidak akan
ramai yang menyaksikan karena tamu undangan sudah mulai pulang.58
Menjelang dilaksanakan acara arak-arakan, terlebih dahulu
dilaksanakan acara menjemput oleh rombongan pihak perempuan. Arak-
arakan dilakukan oleh orang Melayu selain sebagai pemberitahuan bahwa
ada pernikahan di kampung itu juga sebagai pemberitahuan kepada
56
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu, h. 69.
57
Kety, Selaku Mak Andam dan juga berprofesi sebagai guru di Bengkalis, Interview
Pribadi, Bengkalis, 15 Juli 2018.
58
Tara, Selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 20
Juli 2018.
58
masyarakat sekitar untuk meramaikan acara yang dimaksud dan sekaligus
memberikan doa restu kepada kedua pengantin.59
Ketika acara berarak sedang berlangsung, pengantin laki-laki tidak
didampingi oleh kedua orang tuanya. Hal ini dikarenakan dipandang kurang
pantas seorang anak dihantarkan kedua orang tuanya, jadi ketika berarak
cukup diantarkan dengan pak usu, mak usu, pak ngah, mak ngah dll. Namun
ada pergeseran budaya saat prosesi berarak, dimana orang tua yang
sebenarnya tidak ikut arak-arakan dan hanya mengantarkan sampai pintu
rumah lalu menunggu kedua pasangan tersebut sekarang malah ikut arak-
arakan.60
d. Bersanding
Acara bersanding ialah upacara mendudukkan atau menyandingkan
pengantin laki-laki dan pengantin perempuan di atas gerai pelaminan,
dengan disaksikan oleh seluruh keluarga, sahabat dan jemputan. Upacara ini
termasuk sebuah acara puncak dari seluruh acara perkawinan, dengan tujuan
agar semua tamu undangan yang hadir bisa mengetahui dan melihat secara
langsung serta memberikan doa kepada kedua mempelai.61
Pada prosesi inilah merupakan kesempatan bagi seluruh kerabat
keluarga dan tamu undangan yang menghadiri pesta perkawinan untuk
59
Abdul Hamid Basir, Budaya Tradisional Bukit Batu, h. 64.
60
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 91.
61
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 81
59
berjabat tangan dan menyampaikan ucapan selamat serta mendoakan kedua
mempelai, bahkan acara ini menjadi momen untuk berfoto bersama.62
Pengantin laki-laki masuk dibimbing oleh Mak Andam menuju
pelaminan dan didudukkan di samping kanan pengantin perempuan yang
sudah sejak tadi duduk di atas pelaminan. Sebelum pengantin laki-laki tiba,
terlebih dahulu pengantin perempuan dikeluarkan dari bilik dan duduk di
atas pelaminan dengan tabir tertutup. Setelah itu Mak Andam segera
membuka tabir pengantin perempuan dan mempersilahkan pengantin laki-
laki duduk bersela di atas pelaminan untuk bersanding berdua.63
Kedua pengantin bagaikan pinang dibelah dua demikian kata-kata
Mak Andam, biasanya dalam kondisi demikian pengantin perempuan akan
tertunduk malu dengan mata terpejam dengan ucapan mak andam tersebut.
Hal ini yang menjadi aturan adat yang tak boleh dilanggar oleh pengantin.
Kalau mata pengantin dicelikkan atau memandang pengantin laki-laki
dengan mata terbuka berarti pengantin perempuan itu disebut orang
pengantin gatal atau tak beradat.64
e. Makan Bersuap (Makan Berhadab)
Makan bersuap ialah upacara dimana pengantin laki-laki dan
perempuan melakukan makan bersuap-suapan, dengan dipandu oleh Mak
Andam di hadapan orang tua perempuan jemputan dan orang tua dari pihak
62
Suyud, Selaku Tokoh Adat Melayu Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 2 Juli
2018.
63 Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu, h.
31.
64
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 88
60
keluarga laki-laki. Mak Andam mengambil piring untuk kedua pengantin
dan memasukkan nasi dan lauk pauknya, kemudian mengambil tangan
pengantin perempuan untuk menjemput nasi sesuap yang diberikan oleh
pengantin laki-laki begitu juga sebaliknya.
setelah selesai makan suap bersuap (berhadab) kedua pengantin, maka
dilanjutkan makan bersama semua tamu jemputan dengan hidangan yang
disebut makan beradab. Pada dasarnya makan beradab ini tidaklah makan
sampai kenyang tapi cukup sekedarnya saja hanya untuk menjalankan
adat.65
Selesai melaksanakan upacara makan bersuap, kedua pengantin
dibawa turun dari pelaminan dan dibawa ke atas tikar permadani yang telah
disediakan hidangan makan berhadap. Nasi serta lauk pauk untuk kedua
mempelai telah disediakan oleh Mak Andam, kemudian disusul oleh sanak
famili untuk ikut bersama makan berhadap atau makan hadap-hadapan ini.
Maksud dari upacara ini adalah untuk menunjukkan kesetiaan, kecintaan,
pengabdian dan kasih sayang istri kepada suami yang disaksikan oleh
keluarga kedua belah pihak.66
Waktu pelaksanaan upacara ini setelah selesai prosesi berarak dan
bersanding lalu dilanjutkan dengan penyambutan tamu, namun terkait waktu
diadakannya upacara ini kembali ke keluarga. Biasanya masyarakat
Bengkalis melaksanakan upacara makan beradab ini setelah semua resepsi
65
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 66.
66
Abdul Hamid Basir, Budaya Tradisional Bukit Batu, h. 69.
61
perkawinan selesai, sehingga pengantin dan pihak keluarga keduanya bisa
fokus melaksanakan kegiatan tersebut karena tamu sudah berpulangan.67
f. Memohon Restu Orang Tua (Menyembah Mertua)
Upacara memohon restu orang tua ialah suatu kegiatan dimana
pengantin laki-laki dan perempuan bersalaman kepada orang tua keduanya
sembari memohon doa dan restu akan pernikahan yang telah dilaksanakan,
dengan dibimbing oleh Mak Andam. Pertama menyembah kepada orang tua
pengantin perempuan terlebih dahulu kemudian diteruskan kepada kedua
orang tua pengantin laki-laki.68
Maksud dari upacara memohon restu ini ialah untuk memohon ampun
kepada kedua orang tua pengantin dan memohonkan doa agar perkawinan
mereka itu berlangsung dengan sejahtera dan membawa kepada masa depan
yang bahagia serta menambah kedekatan hubungan antara keluarga laki-laki
dengan keluarga perempuan.69
Upacara ini sangat mengharukan bagi kedua pengantin dan orang tua
pengantin serta sanak saudara, karena terbayanglah rasa kasih sayang kedua
orang tua kepada mereka semasa kecil. Dibelai, disayangi, dimanja,
dibesarkan, disekolahkan, semua keperluan diberi dan disiapkan semua oleh
orang tua. Sekarang dengan adanya perkawinan ini, kasih sayang sudah
67
Tara, Selaku Mak Andam di Kec. Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 20 Juli
2018.
68
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 97.
69
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 83.
62
terbagi antara kedua orang tua, suami dan isteri. Cucuran air mata tidak
dapat dielakkan lagi, kesedihan dan kegembiraan bercampur di hati mereka
masing-masing.70
Pada upacara menyembah bertujuan untuk memperkenalkan kepada
kedua mempelai siapa-siapa saja yang menjadi sanak saudaranya, siapa mak
cik, pak cik, anak kemanak, tante dan lain sebagainya. Diacara menyembah
ini pula kedua orang tua memberi nasehat sekaligus mendoakan anaknya
sebelum menempuh hidup baru dalam berkeluarga.71
Adapun mengenai waktu pelaksanaannya yaitu setelah bersanding.
namun pada umumnya masyarakat Bengkalis melaksanakan upacara ini
setelah akad nikah, karena sudah bisa dipastikan bahwa pada saat akad
nikah semua keluarga dari pihak laki-laki maupun perempuan sedang
berkumpul.
Bagi sebagian orang merupakan waktu yang tepat untuk menyembah
kepada kedua orang tua, tidak akan kondusif jika dilaksankaan setelah
bersnding, karena ketika itu pengantin dan pihak keluarga masih sibuk
menyambut tamu undangan. Soal waktu tidak ada ketentuan khusus namun
sesuai adat dilaksanakan setelah bersanding namun kembali kepada pihak
keluarga yang menentukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang baik.72
70
Rizal, selaku budayawan dan MC Adat di Kec.Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis,
29 Juni 2018
71
Syaukani Al Karim, Selaku Budayawan dan Anggota DPRD Bengkalis, Wawancara
Pribadi, Bengkalis, 5 Juli 2018.
72
Istiqomah, Selaku Mak Andam di Kec. Bukit Batu. Interview Pribadi, Bengkalis, 1
Agustus 2018.
63
g. Mandi Kumbo Taman
Mandi kumbo taman ini merupakan rangkaian upacara terakhir dari
pernikahan adat Melayu Bengkalis yang hingga saat ini masih terus
dilestarikan. Pada prosesi ini pula disediakan bubur sumsum oleh pihak
keluarga yang dibagi-bagikan kepada para perewang yang selama beberapa
hari telah membantu dalam persiapan pelaksanaan acara hingga selesai.
sebagai bentuk tasyakuran bahwa acara resepsi telah selesai dengan lancar,
istilah bahasanya ialah menghilang Penat.73
Pada upacara mandi kumbo taman banyak makna yang terkandung
didalamnya yang bertujuan membersihkan diri dari segala noda yang telah
dilakukan semasa remaja.74
Selain itu upaya permohonan doa agar bahtera
yang baru dibina kekal dan bahagia dena dikaruniakan keturunan yang soleh
dan solehah. Hal ini tercermin pada peralatan mandi kumbo taman seperti
seperangkat alat tepuk tepung tawar yang terdiri dari air bedak sejuk disertai
daun penepuk yakni daun setawar sedingin, ganda rusa, daun nilam yang
diikat dengan daun ribu-ribu.
Kegiatan ini dilaksanakan di rumah kediaman pengantin, mandi
kumbo taman dilakukan sehari setelah pesta/nikah. Waktu pelaksanaan mandi
kumbo taman menurut adat adalah jam 4 sore. Dalam upacara adat ini kedua
73
Ijal Seleb, selaku Budayawan Bengkalis dan juga sebagai salah satu guru di MAN 1
Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 18 Juli 2018.
74
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu, h.
93.
64
pengantin menggunakan baju putih. Adapun untuk perempuannya hendaknya
mengenakan pakaian yang menutup aurat.75
Tujuan mandi ini adalah untuk mensucikan kedua pengantin atau
untuk membuang sial, sehingga nantinya kedua pengantin senantiasa rukun
dalam hidup berumah tangga. Sebelum acara ini dimulai, pengantin laki-laki
dan perempuan ditepuk tepung tawar terlebih dahulu, setelah itu kain putih
untuk menyaring air dibentangkan diatas kepala kedua mempelai. Kemudian
dengan membaca Bismillah, penyiraman dimulai.76
B. Nilai-nilai Islam Dalam Prosesi Perkawinan Adat Melayu
Proses adat perkawinan Melayu Bengkalis menyimpan nilai-nilai
kepedulian sosial masayarakat di Kabupaten Bengkalis yang selalu dilaksanakan
dalam acara resepsi pernikahan kebanyakan adat Melayu. Secara umum, adat
perkawinan orang Melayu Bengkalis dimulai dengan merisik dan diakhiri dengan
mandi kumbu taman. Dari keseluruhan prosesinya, terlihat jelas kebesaran
kebudayaan Melayu yangdimiliki Mayarakat Melayu Riau.
Suku Melayu mengenal pepatah “Adat bersendikan Syara‟, dan Syara‟77
bersendikan Kitābullah”. Merupakan pepatah yang mengokohkan bahwa adat
kebudayaan Melayu berlandaskan syariat dan kitabullah serta mengandung nilai-
75
Syaukani Al Karim, Selaku Budayawan dan Anggota DPRD Bengkalis, Interview
Pribadi, Bengkalis, 5 Juli 2018.
76
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu, h. 85.
77
Aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia
dengan tuhannya, mengatur hubungan sesama manusia dan mengatur hubungan dengan alam
semesta.
65
nilai luhur keislaman yang menjadi landasan dan sandaran kehidupan batiniah dan
lahiriah masyarakat Melayu.
Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk menguraikan nili-nilai keislaman
yang terdapat pada setiap rangkaian upacara adat pernikahan Melayu di
Bengkalis.
1. Prosesi Sebelum Perkawinan
a. Merisik
Upacara merisik merupakan tahapan awal yang di lakukan dalam proses
menuju perkawinan adat Melayu Bengkalis, yaitu melihat dan menyelidiki
tentang keberadaan seorang wanita yang ingin dinikahi.
Sejalan dengan pernikahan menurut hukum Islam dimana seorang yang
hendak menikah dianjurkan untuk melihat dan memeriksa perempuannya
terlebih dahulu yang disebut dengan istilah taarufan, baik dari segi bentuk
fisik maupun akhlak dan perilakunya.78
Prosesi ini bertujuan untuk mengenal lebih dalam terhadap calon
pengantin, sehingga ketika telah menjadi sepasang suami istri nanti tidak
ada lagi rasa penyesalan yang disebapkan ketidakserasian terhadap
pasangannya. Oleh karena itu, sebelum meminang atau melamar seorang
perempuan, penting untuk memastikan terlebih dahulu bagaimana keadaan
calon pengantin dengan cara merisik79
.
78
Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: PT Bulan
Bintang, 1993), cet.3, h. 37.
79
Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, Alih Bahasa
Ahmad Tirmidzi dkk, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), Cet. 2, h. 408.
66
Dalam ajaran Islam menjelaskan, bahwa dilarang bagi seorang lelaki
untuk meminang atau melamar wanita yang sudah dilamar oleh orang lain.
Oleh karena itu pada upacara merisik ini juga bertujuan untuk memastikan
apakah perempuan tersebut sudah dipinang oleh orang lain atau belum, jika
sudah dipinang orang maka tidak boleh bagi lelaki tersebut untuk
melakukan ke tahap selanjutnya yaitu melamar.80
Di dalam riwayat Ibnu Umar ra, bahwasanya ia berkata :
جل عهله طبه الر له يه هعض وه هيعي ب هعضك عهله ب يعه ب هبي ه أن ي ل سه عهلهيهي وه ل الل صه هى النبي ط نه ت خي يهي حه بهةي أخي
ب اطي الخه نه له هأذه أو ي ب قهبله اطي كه الخه هت ي
“Nabi Muhammad saw telah melarang sebagian kalian untuk berjual beli
atas jual beli saudaranya. Dan janganlah seseorang meminang atas
pinangan yang lain hingga peminang sebelumnya meninggalkannya, atau
ia telah diijinkan peminang sebelumnya.” ( HR Bukhari, no : 4746 )81
Merisik dalam bahasa Arabnya disebut Nazhor yang artinya
memandang, atau menliti. Adapun dari sudut fiqih nazhor ialah perbuatan
melihat, merisik dan meneliti oleh seorang yang sudah berazam untuk
berkawinan kepada seorang yang ingin dijadikannya pasangan hidup.
Hukum dari merisik ini ialah sunnah.82
Hadits Nabi Saw yang secara jelas
menunjukkan bolehnya melihat calon isteri sebelum khitbah:
80
Zainudin selaku ketua Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis, 30 Juni 2018.
81 Al-Imām Al-Hāfiẓ Abī „Abdillah Muhammad Bin Ismā‟īl, Al-Bukhārī, Ṣahīh Al-
Bukhārī, (Yordania: Bait Al-Afkār), : 600, hadis no. 5142, “Kitab An-Nikāh” “Bāb Lā Yahkṭubu
„Alā Khiṭbati Akhīhi Hattā Yankiha „Au Yada‟ ”, Diriwayatkan dari Makkiy Bin Ibrāhīm, Dari
Ibn Juraij dari Rasulullah. 82
Al-Hamdani, Risalah Nikah, alih bahasa Agus Salim, (Jakarta: Pustaka Amani, 1989),
cet.3, h. 15.
67
Diceritakan oleh al-Mughirah bin Syu‟bah radhiyallahu „anhu, bahwa
beliau hendak melamar seorang wanita. Kemudian Nabi shallallahu „alaihi
wa sallam memberi saran kepadanya,
نكما ها فإنه أحرى أن ي ؤدم ب ي انظر إلي
Artinya: Lihat dulu calon istrimu, karena itu akan lebih bisa membuat
kalian saling mencintai. (Ahmad 18154, Turmudzi 1110 dan dishahihkan
Syuaib al-Arnauth).83
b. Meminang
Meminang atau melamar ialah upaya yang dilakukan menuju ke arah
terjadinya hubungan perjodohan antara seoranng pria dengan seorang wanita
setelah melalui proses merisik, artinya kedua orang tersebut sudah sama-
sama mengenal dan memahami karakteristik peribadi masing-masing.84
Tidak hanya mengetahui orang yang akan dinikahi saja, namun telah
memahami juga akan keadaan keluarganya dan keturunannya.
Hukum meminang ialah Sunnah, sejalan dengan hukum Islam dimana
sebelum melaksanakan ijab kabul diadakan terlebih dahulu upacara
meminang atau disebut dengan khitbah.85
Hukum perkawinan Islam
mengendaki calon mempelai sudah harus saling kenal sebelum
83Hadits Shahih: Diriwayatkan oleh At-Tarmidzi (no. 1087), An-Nasa-I (VI/69-70), Ad-
Darimi (II/134) dan laiinnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Bani Rahimahullah dalam shahih Sunan Ibni Majah (no. 1511).
84
Zainudin Ali, Hukum Persata Islam di Indonesia.(Jakarta : Sinar Grafika 2007), cet. 2,
h. 9. 85
Meminang atau melamar, yakni pernyataan seorang laki-laki untuk
mengawini/memnikahi seorang perempuan.
68
melaksanakan khitbah, sehingga bisa berjalan dengan lancar tanpa ada
banyak pertanyaan. Adapun terkait cara memilih pasangan yang akan
dinikahi, adat melayu mempunyai dasar atau teori yang sama dengan apa
yang dijelaskan di dalam hadist Nabi Muhammad saw. yaitu, wanita
dinikahi karena empat perkara. Pertama hartanya, kedua kedudukan
statusnya, ketiga karena kecantikannya dan keempat karena agamanya.
Maka carilah wanita yang beragama (Islam) engkau akan beruntung.86
Dampak positif dari khitbah ialah memberikan dorongan agar segera
menikah dan kedua belah pihak akan menjadi lebih yakin untuk hidup
bersama dengan damai, bahagia, sejahtera serta saling mencintai dan
menyayangi.87
Hikmah dalam prosesi khitbah ini ialah;
1. Dengan disyariatkan khitbah khitbah maka calon suami diharapkan
memiliki kemantapan hati untuk melangkah dalam mengarungi
bahtera rumah tangga.
2. Sebagai pengenal terhadap identitas calon istri yang bakal jadi
pasangan hidupnya.
3. Tercapai kemaslahatan bagi kedua belah pihak
4. Tercapainya suasana saling mencintai dan menyayangi diantara
kedua belah pihak.
86 Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: PT Bulan
Bintang, 1993), cet. 3, h. 64.
87 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), cet.1. 5.
69
Penjelasan khitbah juga dijelaskan dalam al-Qur‟an surat Al-Baqarah
ayat 235:
Artinya: Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu
dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini
mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-
nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin
dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada
mereka) perkataan yang ma'ruf. dan janganlah kamu ber'azam (bertetap
hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan ketahuilah
bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah
kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun.” (QS. Al-Baqarah 235)
Meminang atau melamar merupakan bentuk keseriusan dari keluarga
masing-masing calon pengantin. Pada tahap ini penting sekali untuk benar-
benar serius membicarakan hal-hal yang berhubungan tentang pernikahan
seperti penentuan tanggal, waktu dan segala pernak pernik pernikahan,
sampai membahas perjanjian jika salah satu dari kedua pihak ada yang
mengingkari perjanjian yang telah disepakati bersama.
Bagi orang Melayu jarang sekali terjadi ingkar janji jika memang
sudah melakukan adat merisik tadi karena orang melayu mengutamakan tata
70
krama, tidak mempermalukan orang lain dan tidak menyakiti orang yang
sudah datang secara baik ke rumahnya.88
c. Menggantung
Menggantung merupakan suatu pertanda bahwa perhelatan pernikahan
akan segera dilangsungkan, yaitu kegiatan menata ruang, menghias, dan
memasang alat kelengkapan upacara di tempat yang akan digunakan dalam
upacara perkawinan.
Pemasangannya dilakukan dengan cara menggantung hiasan-hiasan
pelaminan serta tabir yang berwarna merah, kuning dan hijau, membuat
tenda dan dekorasi, menggantung perlengkapan pentas, menghiasai kamar
tidur pengantin, serta menghiasi tempat bersanding kedua calon mempelai.
Karena pernikahan ini merupakan upacara yang sakral, maka harus
dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Dengan membersihkan rumah dan
menghiasnyalah akan memberikan kenyamanan dan merupakan sebuah
penghargaan bagi mempelai untuk menjadi raja ketika prosesi ini.89
Selaras dengan anjuran dalam Islam bahwa hendaklah membersihkan
rumah dan menghiasnya dengan sebaik mungkin, sehingga bisa menjadi
tempat berlindung yang nyaman untuk diri sendiri maupun bagi para tamu.
d. Berinai Curi
88 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 45.
89
Budi Santoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, (Pekanbaru: Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat 1 Riau, 1987), cet.1, h. 119.
71
Inai yang diletakkan kepada kedua calon mempelai sedikit bebeda
diantara calon mempelai laki-laki dengan calon mempelai perempuan.90
Hal
ini berdasarkan kepada syariat agama Islam, dimana pengguanaan perhiasan
atau pakaian kaum laki-laki tidak boleh menyerupai kaum perempuan,
sehingga inai yang diletakkan kepada calon mempelai laki-laki hanya
beberapa jari jemari tangan dan sedikit ditelapak tangan, sedangkan
terhadap calon mempelai perempuan diletakkan inai selain pada jari jemari
tangan, telapak tangan dan sekeliling telapak kaki dibagian pinggir.91
Islam tidak sepenuhnya melarang seorang wanita untuk berhias, justru
ia mengajarkan cara hias yang baik tanpa harus merugikan, apalagi
merendahkan martabat wanita itu sendiri.92
Dalam firman Allah QS. Al-
A‟raf ayat 31 menjelaskan anjuran bagi hambanya untuk menghias diri
namun tidak berlebihan.
Hikmah dari pemasangan inai ini ialah memberikan tanda kepada
kedua calon mempelai bahwa mereka adalah pengantin baru yang telah
sah, dan sebegai bentuk upaya agar mereka lebih bisa menjaga diri dengan
baik. Biasanya acara dihadiri oleh pihak keluarga pengantin dan kerabat
dekat pengatin juga turut hadir dan berkumpul, sehingga akan
memnyambungkan kembali silaturahim yang baik.93
90 Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 94.
91 Zainudin, Selaku Ketua Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis, 30 Juni 2018.
92
https://muslimah.or.id/3779-boleh-berhias-tapi-etika-berhias-wanita-muslimah.html
93 Abdul Hamid Basir, Budaya Tradisional Bukit Batu, h. 56.
72
e. Berandam
Berandam adalah suatu kegiatan yang dilakukan kepada kedua calon
pengantin sehari sebelum menikah. Kegiatan berandam ini dapat pula
dikatakan “bergunting rambut kecil”, yaitu mencukur atau merapikan bulu
roma pada bagian dahi, pelipis, alis, tengkuk, bulu tangan dan bagian kaki.94
Berdasarkan kepada pandangan yang dimiliki masyarakat Melayu,
bahwa keindahan pada diri seseorang tidak saja terletak pada yang
ternampak di luarnya saja, melainkan keindahan itu terdapat di dalam tubuh
dan jiwa seseorang itu.95
Pekerjaan mengandam ini selain bertujuan untuk mempercantik calon
pengantin perempuan dan membuat kacaknya calon pengantin lelaki, juga
mempunyai keterkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kepada kedua
calon pengantin sebelum dan pada saat bersanding nantinya.
Islam pada prinsipnya tak melarang pengantin (khususnya pengantin
wanita) berhias. Kecantikan dan keindahan pada dasarnya tak bertentangan
dengan ajaran Islam. Namun ketika berhias itu dilakukan secara tidak
proporsional dan bukan pada tempatnya, khususnya bagi pengantin wanita,
hingga mengabaikan prinsip-prinsip halal-haram, maka tentu saja tindakan
itu patut dipertanyakan kembali.
94 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 76.
95
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 71.
73
Sejumlah riwayat mengisyaratkan bahwa berhias untuk pengantin
dibolehkan Islam. Bahwa sunnah berhias bagi pengantin wanita dilakukan
tatkala memasuki hari zafaf, yaitu ketika istri dipertemukan dengan
suaminya untuk memulai kehidupan perkawinan.
Asma' binti Yazid din Sakan radhiyallahu 'anha meriwayatkan sebagai
berikut;
Aku menghias 'Aisyah untuk Rasulullah Saw, lalu aku datang
kepadanya. Kemudian aku memanggil Rasul supaya datang menghampiri
'Aisyah. Rasul datang dan duduk di sampingnya. Kemudian didatangkan
segelas besar susu. Rasulullah Saw meminumnya, lalu memberikan susu itu
kepada 'Aisyah. Ketika itu 'Aisyah terlihat menundukkan kepalanya dan
merasa malu. Asma berkata; aku menyeru kepada 'Aisyah, "Terimalah dari
tangan Nabi Saw." Asma berkata lagi; "Lalu ia ('Aisyah) menerima susu itu
dan meminumnya sedikit." Kemudian Nabi Saw bersabda kepadanya;
"Berilah temanmu itu." (HR Ahmad).
Salah satu tujuan pada prosesi ini ialah untuk mempercantik diri,
dengan memotong dan merapikan bulu-bulu yang terdapat dibadan seperti
alis dan lain-lain sehingga terlihat rapi dan menawan . hal ini selaran dengan
penjelasan dari riwayat di atas bahwa dianjurkan kepada seorang wanita
untuk menghias diri dengan baik supaya terlihat cantik di hadapan
suaminya.96
96
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu, h.
42.
74
Adapun dalam memperindah diri, hendaknya tidak terlalu berlebih-
lebihan sampai merubah ciptaan Allah SWT. Meskipun setiap orang pasti
memiliki dorongan dalam hal keindahan, karena dorongan itu adalah naluri
manusia dan fitrah yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hambanya.97
Seperti yang sering diketahui, banyak sekali ditemukan pengantin
perempuan yang meminta untuk dicukur habis alis matanya. Rasulullah
SAW melarang bersabda:
لعنت الواصلت والمستوصلت، والنامصت والمتنمصت، والواشمت والمستوشمت من غيز
داء98
Hadis di atas menjelaskan bahwa Allah melaknat wanita yang
menyambung atau minta disambung rambutnya dengan rambut orang lain,
wanita yang mentato atau minta ditato, dan wanita yang mencabut atau
minta dicabut rambut wajahnya.
Meskipun di dalam adat melayu hanya sebatas merapikan alis mata
saja dan tidak sampai mencukur habis, namun masih banyak ditemukan
calon pengantin perempuan yang meminta mak andam untuk mencukur
habis alis matanya. Mencukur habis alis mata sama artinya dengan tidak
mensyukuri ciptaan Allah dengan cara merubah bentuknya. Karena merubah
97
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2013), Cet.2, h. 507.
98 Al-Imām Al-Hāfiẓ Abī Dāwud Sulaimān bin Al-Asy„aṡ As-Sijistānī, Sunan Abī
Dāwud, (Yordania: Dār Al-A„lām), : 576, hadis no. 0774, “Kitāb At-Tarojjul” “Bāb 5”,
Diriwayatkan dari Ibn Sarḥ, dari Ibn Wahb, dari Usāmah, dari Abān bin Ṣāliḥ, dari Mujāhid bin
Jabr, dari Ibn Abbās, dari Rasulullah.
75
ciptaan Allah itu adalah bentuk bujuk rayu syaitan berupa angan-angan
kosong untuk menyesatkan manusia.99
f. Antar Belanja
Antar belanja pada dasarnya ialah menyerahkan uang belanja dari
pihak laki-laki kepada pihak perempuan, sebagai lambang gotong royong
dan kebersamaan untuk memmbantu pihak perempuan dalam melaksanakan
perhelatan perkawinan.100
hal ini dilakukan karena dalam pelaksanaan
upacara pernikahan yang banyak memerlukan biaya ialah pihak perempuan.
Mahar dalam Islam adalah tanda cinta, ia juga merupkan tanda simbol
penghormatan dan mengagungan perempuan yang disyariatkan Allah
sebagai hadiah laki-laki terhadap perempuan yang dilamar ketika
mengiginkannya menjadi pendamping hidup sekaligus sebagai
pengakuannya terhadap kemanusiaan dan kehormatannya.101
Hikmah pada prosesi ini ialah menunjukkan bahwa seorang laki-laki
tersebut telah siap dan mampu secara lahir batin dalam membentuk
keluarga, hal ini juga menandakan sebuah kerjasama yang kompak dalam
suatu hal. Merupakan kewajiban bagi mempelai laki-laki dan hak bagi
pengantin perempuan.102
melalui upacara ini diharapkan mempelai bisa
99 Budi Santoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, (Pekanbaru: Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat 1 Riau, 1987), cet.1, h. 271 100 Ediruslan Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru:
UNRI Press, 2000), cet.1, h. 74. 101 Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Perkawinan Perceraian Keluarga Muslim,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), cet.1, h. 52.
102
Ali Yusuf As-Subki, Fiqih keluarga, Pedoman Berkeluarga Dalam Islam, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2010), cet. 1, h. 143.
76
mempunyai rasa saling tolon menolong dan saling membantu dalam hal
apapun yang akan dihadapi ketika berumahtangga.
Di dalam surat An-nisa ayat 4 Allah telah berfirman:
Artinya: “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu
nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati,
Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap
lagi baik akibatnya”. (QS. An-Nisa ayat 4)
Dalam surat di atas menjelaskan mengenai kewajiban bagi mempelai
laki-laki untuk memberikan mahar kepada mempelai perempuan demi
membantu meringankan beban yang dipikul selama resepsi acara, karena
mempelai perempuan lebih banyak memerlukan biaya perlengkapan
pernikahan.103
Ada banyak hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya nominal antaran
belanja, seperti tingkat pendidikan terakhir pengantin perempuan atau karena
faktor gengsi yang disebabkan ingin lebih tinggi dari antaran belanjanya anak
saudara atau anak teman. Hal ini berlandaskan firman Allah SWT :
زالعس بكم يزيد الو اليسز بكم هللا يزيد.....104 .....
103
Rizal, selaku Budayawan dan MC Adat di Kec.Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis, 29 Juni 2018.
104
QS. Al-Baqarah (2) : 185.
77
Berdasarkan kasus di atas, maka antaran belanja yang dipatok nominal
tertentu termasuk kedalam Masyaqqah atau kesukaran. Baik itu kesukaran
dalam arti luas maupun kesukaran yang sebenarnya masih dapat dilakukan
oleh manusia, hanya saja dapat menyebabkan pelaku tadi berada dalam
kesulitan yang berat. Adapun kategori kesukaran pada antaran belanja ini
adalah Al-Masyaqqah al-Mutawassiṭah (Kesukaran menengah sedang) yang
posisinya berada di antara kesukaran tertinggi dan kesukaran terendah.
Kategori ini boleh mendapatkan keringanan (rukhṣah) karena kondisinya
dekat dengan kesukaran tertinggi.105
Calon pengantin laki-laki yang diberatkan dengan tingginya patokan
antaran belanja dapat menghambat calon pengantin untuk menikah, sehingga
mengganggu kebutuhan yang bersifat ḍaruri.
2. Prosesi Saat Perkawinan
Ijab yaitu lafazd yang diucapkan oleh wali atau yang menggantikan
wali, contohnya dengan mengucapkn “zawwajtuka Fulanah” (aku nikahkan
engkau dengan si fulanah) atau “ankahtuka fulanah”. Qabul ialah lafadz yang
diucapkan oleh suami dengan menyatakan “Qabiltu Hadzan Nikah” (aku
terima pernikahan ini).106
Dalam ijab dan qabul dipakai lafadz inkah dan tazwij
karena dua lafadz ini yang datang dalam Al-Qur‟an. Seperti firman Allah;
105Dahlan Tamrin, Kaidah-kaidah Hukum Islam (Kulliyah Al-khamsah), hlm. 138-139.
106 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, h. 83..
78
Artinya: Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap
Istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia….(QS. Al-
Ahzab: 37)
Artinya: “dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah
dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau.
Sesungguhnya perbuatan itu Amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk
jalan (yang ditempuh)”. (QS. An-Nisa: 22).
Ijab kabul adalah upacara religius yang melambangkan penyerahan
tanggung jawab seorang ayah kepada calon menantunya yang dilakukan
menurut syariat agama Islam.107
Laki-laki yang diterima lamarannya disebut
calon mempelai laki-laki atau raja sehari bersama rombongan tiba dirumah
calon mempeai perempuan untuk melakukan ijab dan qobul. Diruangan tengah
rumah mempelai perempuan, telah menanti ayah kandung mempelai
perempuan yang disebut wali, dua orang saksi dan Tuan Qadi, serta sanak
keluarga dan para undangan, kesemuanya berpakaian baju kurung melayu.108
Adat Melayu Bengkalis mengajarkan ijab qabul persis dengan apa yang
di jeaskan oleh hukum Islam, dengan rukun dan syarat yang telah ditetapkan.
107 Butsainan As-Sayyid Al-Iraqy, Rahasia Pernikahan Yang Bahagia, (Jakarta: pustaka
Azza, 1997), cet.1, h. 73.
108 Basrah, Kepala Desa Senggoro, Interview Pribadi, Bengkalis, 10 Juli 2018.
79
Seperti adanya wali, saksi dan lain-lain.“Tidak ada nikah kecuali dengan
adanya wali.” (HR. Al-Khamsah kecuali An-Nasa`i)
Para ulama 4 mazhab sepakat ijab qabul harus dilakukan dalam satu
majlis akad, sehingga andaikan wali mengatakan, “saya nikahkan kamu dengan
putri ku” lalu mereka berpisah sebelum suami mengatakan “aku terima”
kemudian di majlis yang lain atau di tempat lain ia baru menyatakan menerima,
maka ijab qabul ini tidak sah.
3. Prosesi setelah perkawinan
a. Tepung Tawar
Tepung tawar merupakan prosesi untuk memberi doa restu kepada
pengantin. Pemberian doa dilakukan dengan merenjiskan air bedak sejuk
menggunakan daun setawar dan daun sedingin yang diikat dengan daun
ribu-ribu ke telapak tangan kedua mempelai, kemudian mencolek inai di
telapak tangan kedua mempelai lalu menaburkan beras kunyit dan bunga
rampai kepada kedua mempelai.109
Dengan demikian, tepung tawar boleh dilaksanakan karena berisi doa
untuk kebaikan pengantin saat menjalani kehidupan berumah tangga. Selain
itu, cara berdoa menggunakan tumbuhan seperti yang telah disebutkan
diatas juga pernah diamalkan oleh Rasulullah SAW.
109
Ediruslan Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru:
UNRI Press, 2000), cet. 1, h. 68.
80
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti saat menaburkan
beras kunyit, hendaknya tidak mengambil terlalu banyak sehingga
membuang banyak beras kunyit. Atau bahkan jika memang bisa, bagaimana
supaya beras yang sudah ditabur tadi bisa dikumpulkan kembali. Hal ini
mengingat ajaran agama Islam yang melarang untuk berlaku mubazir,
karena mubazir itu merupakan perbuatan yang disenangi setan.110
b. Khatam Al Qur‟an
Membaca Al-Qur‟an merupakan kewajiban yang diperintahkan oleh
Allah kepada setiap hambanya, sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam
Al-Qur‟an dan hadist mengenai anjuran untuk membacanya. Khatam kaji
dalam prosesi pernikahan Melayu bukanlah sebuah kewajiban yang
diperintahkan oleh agama Islam, namun hanya untuk memenuhi tradisi adat
Melayu yang menjadi penting untuk dilaksankan khusus bagi pengantin
perempuan.111
Khatam qur‟an merupakan prosesi yang tidak boleh ditinggalkan
dalam upacara adat Melayu Bengkalis. Hal ini menunjukkan bahwa orang
tua pengantin perempuan telah mendidik anaknya dengan baik, khususnya
penanaman ilmu agamanya.112
110
Ediruslan Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru:
UNRI Press, 2000), cet. 1, h. 61. 111 Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 84. 112
Tara, Selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 20
Juli 2018.
81
Oleh karena itu, orang-orang yang mahir membaca qur‟an atau biasa
disebut guru ngaji di daerah melayu sangat dicari dan dibutuhkan
keberadaannya. Hampir disetiap desa pasti ada guru ngaji dan setiap orang
tua pasti mengantarkan anaknya untuk belajar Al-Qur‟an.
م حرف ول أل ها ال أق ثال شر أم ع نة ب س ح نة وال س ه ح له ب تاب هللا ف ا من ك رأ حرف من قف حرف والم حر كن أل يم حرفول ف وم
Artinya: “Dari Ibnu Mas‟ud ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang
siapa membaca satu huruf dari Quran, dia akan memperoleh satu kebaikan.
Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif
lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu
huruf." (HR Tirimizy dan Baihaqi)
c. Berarak
Adapun berarak adalah kumpulan orang-orang yang melakukan iring-
iringan atau arak-arakan dari rumah pengantin laki-laki atau rumah orang
tertentu jika pengantin laki-laki tersebut berasal dari luar pulau Bengkalis
menuju rumah pengantin perempuan.113
Arak-arakan ini memiliki maksud yang sama dengan berinai, yaitu
i‟lan atau pemberitahuan namun juga memiliki perbedaan. Jika pada saat
berinai dilakukan dirumah dan tidak diketahui banyak orang, akan tetapi
jangka waktu pemberitahuannya sangat lama, yakni hingga inai di tangan
pengantin itu pudar. Berbeda halnya dengan berarak yang berada diluar
rumah dan diketahui banyak orang, namun jangka waktu pemberitahuannya
113 Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 68.
82
hanya sebentar, yaitu hingga pengantin laki-laki tiba di rumah pengantin
perempuan.114
Berarak secara tidak langsung sejalan dengan perintah Rasulullah
SAW yang meminta supaya pernikahan itu diberitahukan atau diumumkan.
د، واضزبوا عليو بالدفوفأعلنوا ىذا النكاح، واجعلوه في المساج115
Artinya: umumkanlah pernikahan dan lalukanlah di Masjid serta
(ramaikan) dengan memukul duf (rebana).
d. Bersanding
Apabila pengantin sudah masuk ke rumah, maka langsung
dipertemukan dengan mempelai wanita dan didudukkan di pelaminan secara
bergandengan. Ini menunjukkan kasih sayang antara keduanya dengan
keserasian duduk bersama di pelaminan, pada waktu ini pula pengantin
menunggu tamu untuk salam-salaman dan sekaligus para tamu undangan
mengucapkan selamat dan doa kepada pengantin.116
Lazimnya dalam Islam melarang duduk bersanding dua mempelai saat
menjalani prosesi ini tak lepas dari pro dan kontra para ulama, Namun,
masyarakat yang biasa menjalaninya patut bernafas lega karena tidak semua
pakar Islam mengharamkan. Pasalnya, pendapat yang memperbolehkannya
menganggap bahwa larangan ulama‟ hanya sebatas pada dimungkinkan
114 Elinawati, selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis yang juga berprofesi sebagai
guru, Wawancara Pribadi, Bengkalis 18 Juli 2018.
115 Moch. Abȋ Isȃ bin Surah, at-Tirmizi, Sunan at-Tirmizi, (Beirut Lebanon: Dar El-
Marefah), II: 276, hadis no. 1095, “Kitab An-Nikāh” “Maa Ja‟a Fi I„lān An-Nikāh”, Hadis hasan
garib, riwayat dari „Aisyah.
116
Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan Pusat
Pengajian Bahasa dan Kebudayaan Melayu, (Universitas Riau, 2003), h. 35.
83
munculnya syahwat antara dua mempelai yang kemudian berdampak pada
saling berpegangan dan bahkan saling cium seperti yang selama ini
dipertontonkan dalam masyarakat umum.117
Penyandingan dua mempelai dalam masyarakat tertentu sudah
menjadi tradisi yang secara turun- temurun dilakukan. Apalagi, masyarakat
secara umum menganggap duduk berdua tidak akan menimbulkan syahwat
seperti yang dikhawatirkan para pakar yang tidak memperbolehkan
penyandingan.
e. Makan Beradab
Setelah kedua mempelai duduk bersanding di pelaminan, maka tahap
berikutnya adalah pengakraban satu sama lain di antara kedua pasangan
pengantin beserta masing-masing keluarganya.118
Hal ini disimbolkan dalam prosesi adat makan beradab, makan hadap-
hadapan dan makan nasi damai. Ketiga prosesi ini berbeda pengertian antara
satu dengan lainnya dan waktu pelaksanaan juga tidak sama. Akan tetapi
maksud dan tujuan ketiga prosesi ini hampir sama, yaitu sebagai ajang
pengakraban kedua pengantin beserta seluruh keluarganya.119
Makan bersama pada adat Melayu ini mengandung simbol berupa
perintah sekaligus larangan yang ada pada Surah Al-Hujurāt ayat 10 dan 11.
117 Zainudin, selaku Ketua Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis. Interview Pribadi,
Bengkalis, 30 Juni 2018.
118 Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 96. 119
Istiqomah, Selaku Mak Andam di Kec. Bukit Batu, Interview Pribadi, Bengkalis, 1
Agustus 2018.
84
Pada ayat kesepuluh, terdapat penjelasan bahwa sesama mukmin itu
bersaudara dan selanjutnya ada perintah untuk mendamaikan saudara yang
sedang bertikai. Sedangkan ayat kesebelas menggarisbawahi agar menjauhi
segala macam sikap lahir batin yang dapat mengeruhkan hubungan antara
mukmin.
Sikap lahir batin yang dimaksud adalah prasangka buruk, mencari-cari
kesalahan orang lain, mengolok-olok, dan memanggil dengan gelar yang
buruk. Dengan demikian, makan bersama ini sejalan dengan ajaran agama
Islam.120
f. Mohon Restu Orang Tua (Menyembah Mertua)
Maksud memohon restu orang tua di sini adalah untuk mengenalkan
kepada kedua mempelai siapa-siapa saja yang menjadi saudara akibat
pernikahan ini, sehingga kedua pengantin saling mengetahui sejarah
masing-masing keluarga.121
Pada saat ini pula kedua orang tua memberikan nasehat sekaligus
mendoakan anaknya sebelum membina keluarga sendiri. Sedangkan upacara
menyembah ialah mengunjungi sanak famili untuk memohon doa restu.
Kedua upacara adat ini merupakan sarana untuk saling kenal antara satu
keluarga dengan keluarga lainnya.Dengan demikian, komunikasi antara
120
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, h. 651-652.
121
Abdul Hamid Basir, Budaya Tradisional Bukit Batu, h. 55.
85
masing-masing pengantin dengan keluarga barunya dapat terjalin dengan
baik.122
g. Mandi Kumbo Taman
Pelaksanaannya sehari setelah selsai acara resepsi pernikahan, sebagai
bentuk tasyakuran bagi pengantin dan keluarga bahwa acara pernikahan
telah selesai. Karna itu terkadang tidak hanya kedua mempelai saja yang
mandi, melainkan keluarga juga ikut mandi bersama.123
Pada prosesi ini pula keluarga membuat makanan yaitu bubur sumsum
yang dibagi-bagikan kepada sanak saudara, para tetangga yang sudah
membantu dalam pelaksanaan resepsi prnikahan, makna dari bubur sumsum
tersebut ialah mengembalikan tenaga yang telah terkuras selama
mempersiapkan acara menjadi pulih kembali seperti biasa.124
Adapun mandi kumbo taman yaitu memandikan kedua pengantin
dengan tujuan mensucikan dan mendoakan agar dijauhi dari kesialan hidup
berumah tangga. Mengenai hal ini Rasulullah SAW bersabda:
منا إال، والكن هللا يذىبو الطيزة شزك، الطيزة شزك، الطيزة شزك، ثالثا، وما
بالتوكل125
122 Sarah, selaku Mak Andam di Kec. Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 15 Juli
2018.
123 Ediruslan Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru:
UNRI Press, 2000), cet. 1, h. 49. 124 Elinawati, selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis yang juga berprofesi sebagai
guru, Interview Pribadi, Bengkalis 18 Juli 2018.
125
Al-Imām Al-Hāfiẓ Abī Dāwud Sulaimān bin Al-Asy„aṡ As-Sijistānī, Sunan Abī
Dāwud, (Yordania: Dār Al-A„lām), : 636, hadis no. 3910, “Kitāb Aṭ-Ṭibb” “Bāb Fi aṭ-Ṭiyarah”,
86
Artinya: thiyarah itu sirik, thiyarah itu sirik, thiayarah itu sirik, tidak
ada seorangpun dari antara kita kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu
dari hal ini), hanya saja Allah bisa menghilangkannya dengan tawakkal
kepada-Nya. (HR. Abu Daud)
عدوى وال طيزة وال صفز وال ىامت ال126
Artinya: tidak dibenarkan menganggap penyakit menular dengan
sendirinya (tanpa kehendak Allah), beranggapan sial, nasip malang karena
tempat, beranggapan sial karena bula safar. (HR. Bukhari Muslim)
Hadis pertama menjelaskan bahwa anggapan-anggapan tentang
kesialan itu adalah syirik, bahkan dalam hal ini Rasulullah mengulang kata-
katanya sebanyak tiga kali.
Hadis berikutnya menjelaskan tentang keyakinan dan kepercayaan
terhadap penyakit menular, gerak-gerik burung dan burung hantu adalah tidak
benar, begitu juga dengan anggapan bahwa bulan ṣafar adalah bulan sial.
Selain tentang larangan mempercayai kesialan tadi, penting juga untuk
memperhatikan aurat pengantin yang dimandikan, jangan sampai kedua
pasangan tersebut membuka aurat di tempat umum karena bertentangan
dengan ajaran agama Islam. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
..... احفظ عورتك إال من سرجتك، أو ماملكت يمينك.....127
Diriwayatkan dari Muhammad bin kaṡīr, dari Sufyān, dari Salamah bin Kuhail, dari „īsā bin „āṣim,
dari Zirr bin Ḥubaisy, dari Abdillah bin Mas„ūd, dari Rasulullah SAW.
126Al-Imām Al-Hāfiẓ Abī Dāwud Sulaimān bin Al-Asy„aṡ As-Sijistānī, Sunan Abī
Dāwud, (Yordania: Dār Al-A„lām), h. 637, hadis no. 3911-, “Kitāb Aṭ-Ṭibb” “Bāb Fi aṭ-Ṭiyarah”,
Diriwayatkan dari Muhammad bin Mutawakkil Al-„asqalāny dan Hasan ibn „Ᾱliy, dari Abdur
Razzāq, dari Ma„mar, dari Abī Salamah, dari Abī Ḥurairah.
127Moch. Abȋ Isȃ bin Surah, at-Tirmizi, Sunan at-Tirmizi, (Beirut Lebanon: Dar El-
Marefah), : 535, hadis no. 2794, “Kitab al-Adab” “Maa Ja‟a Fī Ḥifẓil „Aurah”, Diriwayatkan dari
Aḥmad bin Manī‟, dari Mu‟āż bin Mu‟āż dan Yazīd bin Hārūn, dari Rasulullah.
87
Artinya : Jagalah auratmu, kecuali terhadap (penglihatan) istrimu
atau budak yang kamu miliki. (HR. Abu Daud)
Kemudian terdapat pula beberapa hal yang ada di dalam upacara
pernikahan adat melayu Bengkalis, baik itu sebelum maupun sesudah akad
yang bisa dianalisa dengan Hukum Islam, yaitu dengan meninjau bahasa
yang digunakan dalam upacara adat, pemilihan waktu upacara-upacara adat,
pakaian yang digunakan dalam upacara adat dan alat musik yang digunakan
dalam upacara adat.128
C. Interaksi Islam dan Adat Dalam Tradisi Perkawinan Melayu
1. Prosesi Sebelum Perkawinan
Merisik merupakan prosesi pertama pada perkawinan adat Melayu
Bengkalis, dalam realita sesuai adat yaitu pendekatan yang dilakukan
secara langsung oleh seorang pria terhadap wanita yang diinginkan dan
juga melalui perwakilan keluaga. Dalam hukum Islam diartikan
dengan taaruf yang juga bermaksud untuk mendekati seorang wanita
dengan cara yang baik dan tidak melanggar syariah.
Meminang seorang wanita berarti melamar atau meminta seorang
wanita untuk bersedia menjadi istrinya, prosesi pelaksanaannya yaitu
pihak laki-laki sekeluarga berkunjung ke kediaman pihak perempuan
dengan maksud untuk menyampaikan hajadnya. Selaras dengan hukum
Islam bahwa melamar disebut dengan menkhitbah, yaitu pernyataan
128
Zainudin, selaku Ketua Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis. Interview Pribadi,
Bengkalis, 30 Juni 2018.
88
yang jelas atas keinginan untuk menikah dengan seorang perempuan.
Tidak ada pertentangan pada prosesi pelaksanaannya antara adat dan
hukum Islam, karena pada sejatinya adat melayu berlandaskan syariat
Islam.
Prosesi menggantung merupakan ajang untuk menghias rumah
pengantin sebelum pelaksanaan acara inti dari pernikahan, yaitu
dengan bergotong royong dan saling bantu membantu dalam menghias
rumah dengan pemasangan gerai pelaminan, tenda dll. Dalam ajaran
Islam menganjurkan bagisesama muslim untuk saling bantu membantu
dalam hal apapun, karena itu pada prosesi ini dipandu oleh Mak
Andam dan sanak keuarga untuk saling kerjasama dalam menghias
rumah atau perlengkapan lainnya.
Berinai curi ialah prosesi mempercantik para pengantin dengan
memberi inai pada jari-jemari pengantin perempuan maupun laki-laki,
tujuannya yaitu untuk memberikan perbedaan antara pengantin dengan
orang lain. Dalam Islam dianjurkan untuk mengias diri, namun tidak
berlebihan.
Upacara berandam yaitu prosesi membersihkan diri pengantin dari
kotoran yang ada di badan pengantin, dengan cara mencukur bulu-bulu
yang menempel di badan dan terlihat oleh mata, tujuannya untuk
mempercatik pengantin sehingga terlihat lebih berseri dari yang
sebelumnya. Dalam hukum hukum Islam timbul kontroversi pada
89
upacara ini, yaitu pada larangan memotong rambut-rambut halus di
badan.
Antar Belanja merupakan prosesi memberian mahar kepada calon
pengantin perempuan, bagi adat Melayu Bengkalis mengenai nominal
mahar yang diberikan yaitu menyesuaikan dengan keperluan
pelaksanaan resepsi pernikahan sebagaimana yang telah disepakati.
Prosesi ini menunjukkan sebuah budaya kerjasama dan saling tolong
menolong antar sesama.
2. Prosesi Saat Perkawinan
Akad nikah merupakan prosesi upacara inti dalam pernikahan,
yaitu dilaksanakannya ijab qabul antara kedua belah pihak yang akan
menentukan sahnya perkawinan. Pada pelaksanaannya sesuai dengan
rukun dan syarat yang disyariatkan agama Islam, hanya saja diawali
dengan pembacaan beberapa buah pantun sebagai pengantar sebelum
berlangsungya akad yang dibawakan oleh pak Qadi.
3. Prosesi Setelah Perkawinan
Prosesi tepuk tepung tawar dalam adat Melayu sebagai simbol
pemberian doa dan restu bagi kesejahteraan kedua pengantin. Para
ulama Ahlussunnah wal Jama‟ah dari dulu tidak ada yang
menentangnya, namun kemudian dengan munculnya aliran pembaruan
Islam, muncullah fatwa-fatwa yang menganggap acara tepung tawar
ini sebagai amalan bid‟ah yang diharamkan. Kemudian dalam
90
perkembangannya, masalah tepung tawar menjadi suatu masalah yang
kontroversial di tengah-tengah umat Islam.
Khatam kaji sudah menjadi sebuah budaya yang harus
dilaksankaan oleh pengantin perempuan pada prosesi pernikahan,
Adat-istiadat perkawinan Melayu selalunya bernafaskan Islam. Oleh
karenanya untuk melangsungkan akad nikah sekaligus pesta
perkawinan, calon pengantin perempuan berkhatam terlebih dahulu.
Dalam Islam tidak ada aturan yang mewajibkan untuk dilaksanakan,
namun sudah menjadi budaya yang kuat bagi adat Melayu sehinggah
harus dilaksanakan.
Berarak merupakan prosesi menuju ke persandingan, yaitu
didampingi oleh gading-gadin, sanak keluarga diarak menuju kerumah
pengantin perempuan. Pada pelaksanaanya sangat ditunggu-tunggu
oleh para tamu undangan, karena penasaran ingin melihat kedua
mempelai. Prosesi berarak ini bertujuan untuk mengumumkan kepada
khalayak ramai akan pernikahan kedua pengantin, sehingga melalui
upacara ini masyarkat luas dengan mudah mengetahuinya. Tidak ada
pertentangan dengan hukum Islam, karena dalam Islam juga
dianjurkan bahwa perawinan itu harus diumumkan.
Upacara bersanding yaitu mendudukkan kedua mempelai di
dalam satu pelaminan, ini menunjukkan bahwa kkeduanya telah sah
menjadi suami istri. Pernikahan menurut hukum Islam harus
umumkan kepada khalayak ramai, sehingga melalui prosesi ini
91
masyarakat bisa lebih cepat mengetahui dan melihat secara langsung
akan kedua mempelai.
Makan Beradab ialah prosesi makan bersama antara kedua
pengantin yang juga diikuti oleh keluarga dari kedua belah pihak,
bertujuan untuk menciptakan kedamaian dan keharmonisan antara
keduanya sehingga kedua keluarga besar tersebut bisa menyatu.
Dalam ajaran Islam, menjaga silaturahim antar sesama muslim sangat
dianjurkan sehingga terciptanya sebuah persaudaraan yang baik.
Menyembah Mertua ialah upacara dimana kedua pengantin
memohon doa restu kepada kedua orang tuanya dan mertua dalam
pernikahan ini. Prosesi ini menunjukkan sebagai bentuk anjuran
ketaatan dan berbuat baik kepada kedua orang tua.
Mandi Kumbo Taman adalah upacara terakhir setelah semua
prosesi terlaksana dengan lancar, sebagai bentuk tasyakuran oleh
pengantin dan keluarga mempelai karena semua rentetan acara telah
selesai. Bersyukur kepada Allah merupakan sebuah kewajiban
sebagaimana yang telah tertera di dalam Al-Qur‟an, namun sengan
cara yang baik pula dan tidak berlebihan. Pada prosesi ini hanya
sebatas bentuk syukur saja, yaitu dengan membersihkan badan dari
kotoran atau kelelahan. Jika pengantin beranggapan lain lebih dari itu,
maka akan berlawanan dengan ajaran Islam.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya, maka penelitian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa:
1. Pelaksanaan upacara adat Melayu, khususnya di Kabupaten Bengkalis
terdiri dari beberapa tahapan upacara adat. Tahapan upacara tersebut
terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu sebelum perkawinan, saat perkawinan
dan sesudah akad nikah. Dari bermacam prosesi upacara adat perkawinan
Melayu Bengkalis tidak semuanya berlandaskan perintah agama Islam,
namun hanya mengikuti kebiasaan yang sudah dilaksanakan oleh turun-
temurun masyarakat Melayu dari zaman dahulu. Diantara upacara adat
yang berlaku berdasarkan atas perintah Islam ialah merisik, meminang,
antar belanja, Ijab Kabul, khatam kaji, berarak. Dari berbagai upacara adat
di atas mengandung unsur anjuran dalam Islam untuk dilaksanakan dalam
sebuah perkawinan bagi umat Muslim, hanya saja nama penyebutannya
berbeda.
Adapun sebaliknya, upacara pernikahan yang tidak didasari oleh aturan
agama Islam ialah menggantung, berinai curi, berandam, tepung tawar,
bersanding, makan berhadap, mandi kumbo taman. Berbagai upacara di
atas hanya mengikuti kebiasaan adat yang telah lama dicontohkan oleh
sesepuh adat Melayu dari dahulu hingga saat ini, namun secara
keseluruhan dari semua prosesi pernikahan adat Melayu Bengkalis
93
mempunyai makna dan nilai tersendiri sehingga masih menjadi pedoman
masyarakat Melayu untuk dilaksanakan dalam perkawinan.
2. Dalam upacara adat Melayu tersebut, ada yang boleh dan ada yang tidak
boleh dilakukan dalam hukum Islam, yaitu tingginya patokan antaran
belanja yang dapat mengancam kebutuhan yang bersifat ḍaruri. Kemudian
tinggi pelaminan yang menandakan perbedaan status sosial. Lalu upacara
adat tepung tawar yang harus diperhatikan unsur mubazirnya. Kemudian
berandam yang tidak boleh sampai merubah ciptaan Allah seperti
mencukur habis alis mata pengantin. Selanjutnya kandungan pendidikan
sogok-menyogok pada upacara adat membuka pintu. Lalu segala bentuk
kepercayaan akan kesialan pada saat mandi kumbo taman adalah syirik.
Kemudian hiburan saat pesta, jangan sampai mengganggu kenyamanan
masyarakat sekitar atau mengundang maksiat-maksiat lainnya. Lalu pada
pemilihan kata dalam pantun hendaknya memilih kata-kata yang baik
sehingga maksud dan tujuan pantun itu sendiri tersampaikan.
B. Saran-Saran
Dari penjelasan yang telah peneliti paparkan dan dari fakta temuan saat
berlangsungnya penelitian, dengan itu peneliti ingin memberikan saran,
diantaranya:
1. Kepada tokoh pemuka adat yang memahami pernikahan adat melayu,
khususnya orang-orang yang berada di Lembaga Adat Melayu. Hendaknya
giat menyampaikan pengetahuannya tersebut agar pernikahan adat Melayu
ini tidak punah, khususnya kepada para generasi muda.
94
2. Bagi masyarakat yang belum mengetahui dengan pasti bagaimana
pernikahan menurut adat Melayu, hendaknya tidak melangsungkan
pernikahan dengan asal menggunakan adat Melayu saja. Melainkan
bertanya dan meminta bimbingan kepada para ahli, seperti pengurus
Lembaga Adat Melayu, mak andam ataupun kepada orang Melayu asli
yang paham betul bagaimana pernikahan adat Melayu.
3. Kepada tokoh pemuka adat dan para alim ulama, hendaknya pengantin
laki-laki pada prosesi khatam kaji juga ikut membaca qur’an seperti
pengantin perempuan. Karena pengantin laki-laki adalah seorang imam
atau pemimpin dalam keluarga.
1
DAFTAR PUSTAKA
As-Sayyid Butsainan, Rahasia Pernikahan Yang Bahagia, Jakarta: pustaka Azza,
1997.
Amarzia Ediruslan, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, Pekanbaru:
UNRI Press, 2000.
Aziz Abdul, Perkawinan dan Masalahnya, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993. Abidin Selamet, Fiqh Munakahat 1, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.
Al Mudra Mahyudin, Redefinisi Melayu, Upaya Menjembatani Perbedaan
Konsep Kemelayuan Bangsa Serumpun,Yogyakarta: Balai Kajian dan
Pengembangan Budaya Melayu, 2008.
Ahmad Yahya Sulaiman, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, Alih Bahasa
Ahmad Tirmidzi dkk, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014.
Bugin Burhan, penelitian kualitatif: Ekonomi, Kebijakan Public, Jakarta:
Kencana, 2011.
Dawami Iqbal, Kamus Istilah Islam, Yogyakarta, 2012.
Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan Pusat
Pengajian Bahasa dan Kebudayaan Melayu, Universitas Riau, 2003.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu Kabupaten Bengkalis,
Peluang Incestasi, 2017.
Ghazaly Abd Rahman, Fiqh Munakahat, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Gulita Yahya dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008.
Hadi Sutrisno, Metodelogi Resreach, Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, 2007.
Interview Pribadi dengan Tara, Mak Andam di Kecamatan Bengkalis, Bengkalis
20 Juli 2018.
Interview Pribadi dengan Suyud, Tokoh Adat Melayu Bengkalis, Bengkalis, 2 Juli
2018.
Interview Pribadi dengan Rizal, selaku budayawan dan MC Adat di
Kec.Bengkalis, Bengkalis, 29 Juni 2018.
Interview Pribadi dengan Syaukani Al Karim, Budayawan dan Anggota DPRD
Bengkalis, Bengkalis 5 Juli 2018.
Interview Pribadi dengan Elinawati, selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis
yang juga berprofesi sebagai guru, Bengkalis 18 Juli 2018.
Interview Pribadi dengan Basrah, Kepala Desa Senggoro, Bengkalis, 10 Juli 2018.
Interview Pribadi dengan Yong Syarif, Selaku Budayawan dan Tokoh Masyarakat
Bengkalis, Bengkalis, 3 juli 2018.
Interview Pribadi dengan Sarah, selaku Mak Andam di Kec. Bengkalis,
Wawancara Pribadi, Bengkalis, 15 Juli 2018.
Intrview Pribadi dengan Istiqomah, Selaku Mak Andam di Kec. Bukit Batu,
Bengkalis, 1 Agustus 2018.
Interview Pribadi dengan .Zainudin, Selaku Ketua Lembaga Adat Melayu Riau
Bengkalis, Bengkalis, 30 Juni 2018.
Jamil Nizami dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, Pekanbaru: CV Suka Bina,
2008.
Mamang Etta, Metodologi Penelitian – Pendekatan Praktis dalam Penelitian,
Yogyakarta: Andi Offset, 2010.
Muchtar Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan
Bintang 1988.
Najim Ibn, Al-Asybah wa an-Nazair, Beirut: Dar al-Kutub al-Imiah, 1993
Nasution Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: C.V. Rajawali,
1986
Nuruddin, Azhari, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana 2004.
Rumidi Sukandar, MetodePenelitian, Yogyakarta, Gadjah University Press, 2004.
Kama, Jaenal, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta: 2007.
Santoso Budi, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, Pekanbaru:
Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat 1 Riau, 1987.
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan,
Yogyakarta: Liberti, 1999.
Sohari Tihami, Fikih Munakahat: kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali
Pers, 2009.
Sudarsono. Hukum Keluarga Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Soimin Soedaryo, Hukum Orang dan Hukum Keluarga, Jakarta: Sinar Grafika,
Sudirman Ahmad, Pengantar Pernikahan, Analisa Perbandingan Antar Mazhab,
Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006.
Saleh Hasan dkk, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 200
Shihab M Kuraisy, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 2013.
Thalib Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: 1974.
Tim pusat Pengajian Bahasa dan kebudayaan Melayu Universitas Riau P2BKM-
UNRI, 2003
Venus Antar, Filsafat Komunikasi Orang Melayu, Jakarta: Simbiosa Rekatama
Media, 2015.
.
1
PEDOMAN WAWANCARA
Informan:
1. Menurut anda bagaimana upaya Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis dalam
melestarikan adat di Masyarakat?
2. Apakah budaya Melayu masih menjadi pedoman dalam pelaksanaan upacara
pernikahan?
3. Apakah ada pergeseran adat yang terjadi pada zaman dahulu dengan yang
berlangsung saat ini?
4. Apa penyebap terjadinya perubahan pada prosesi pernikahan Melayu Bengkalis
saat ini?
5. Menurut anda bagaimana implementasi Islam terhadap prosesi pernikahan adat
Melayu di Bengkalis?
6. Bagaimana pengaruh budaya Melayu Bengkalis terhadap generasi muda saat
ini?
2
HASIL WAWANCARA
Informan : H. Zainudin Hari/Tanggal : Senin 18 Juni 2018
Tempat/waktu : Rumah kediaman, 14.00
Pertanyaan : Menurut anda bagaimana upaya Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis
dalam melestarikan adat di Masyarakat?
Jawaban : Melihat perkembangan saat ini, selaku pengurus LAMR Bengkalis kami
melaksanakan tugas sebagaimana mestinya, yaitu menjaga kelestarian
adat Melayu Bengkalis sebisa mungkin. Adapun mengenai agenda besar
jarang kami lakukan karena harus ada dukungan dari pemerintah daerah,
namu agenda rutin adat Melayu setiap tahunnya tetap terlaksana seperti
acara ulang tahun Bengkalis.
Pertanyaan : Apakah budaya Melayu masih menjadi pedoman dalam pelaksanaan
upacara pernikahan di seluruh wilayah Kabupaten Bengkalis.
Jawaban : secara umum mayoritas masyarakat Kabupaten Bengkalis melaksanakan
upacara pernikahan dengan menggunakan adat Melayu, namun pada
prosesinya terkadang ada perbedaan di berbagai wilayah karena
kebiasaan yang sudah berawal dari nenek moyang masyarakat tersebut.
Pertanyaan : Apakah saja pergeseran adat yang terjadi pada zaman dahulu dengan
yang berlangsung saat ini?
Jawaban : Mengenai pergeseran adat sudah dipastikan terjadi pada saat sekarang
ini, dikarenakan berbagai faktor sesuai dengan daerang masing-masing.
Pertanyaan: Apa penyebap terjadinya perubahan pada salah satu prosesi pernikahan
Melayu saat ini?
Jawaban : Terjadinya perubahan pelaksanaan adat Melayu dikarenakan kebiasaan
masyarakat pada umumnya, seperti pada prosesi menyembah mertua.
Jika mengikuti adat Melayu terdahulu maka dilaksankan setelah berarak,
namun saat ini lebih efektif diadakannya ketika setelah akad nikah.
Pertanyaan: Bagaimana implementasi Islam terhadap salah satu prosesi pernikahan
adat Melayu di Bengkalis?
Jawaban : Adat Melayu pada dasarnya berpedoman pada syarat Islam, sehingga
secara keseluruhan prosesi pernikahan atas dasar agama. contohnya pada
3
upacara menyembah mertua, yaitu atas dasar perintah agama untuk taat
dan santun kepada kedua orang tua.
Pertanyaan : Menurut bapak bagaimana pengaruh budaya Melayu terhadap generasi
muda saat ini?
Jawaban : Sejatinya setiap prosesi pernikahan adat Melayu mempunyai hikmah dan
pelajaran bagi masyarakat, menurut saya tentunya sangat berpengaruh
besar bagi pemuda saat ini.
HASIL WAWANCARA
Informan : H. Suyud Hari/Tanggal : Senin, 2 Juli 2018.
Tempat/waktu : Rumah, 09.00
Pertanyaan : Menurut anda bagaimana upaya Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis
dalam melestarikan adat di Masyarakat?
Jawaban : Menurut saya pengurus lembaga adat Melayu Riau Kab. Bengkalis harus
mempunyai banyak program kebudayaan di tengah masyarakat, karena
melihat kondisi saat ini pengurus LAMR belum ada kebijakan yang
serius demi melestarikan budaya Melayu khususnya di pernikahan.
Pertanyaan : Apakah budaya Melayu masih menjadi pedoman dalam pelaksanaan
upacara pernikahan?
Jawaban : Buadaya melayu masih menjadi patokan masyarakat Bengkalis dalam
pelaksanaan pernikahan.
Pertanyaan: Apa saja pergeseran adat yang terjadi pada zaman dahulu dengan yang
berlangsung saat ini?
Jawaban : Pergeseran yang terjadi pada masyarakat terdahulu dengan yang
berlangsung saat ini ialah mandi kumbo taman. dahulu prosesi ini
menjadi sebagai keharusan untuk dilaksanakan secara beramai, namun
saat ini hanya menjadi formalitas saja dan dilakukan secara sendiri.
Pertanyaan: Apa penyebap terjadinya perubahan pada prosesi pernikahan Melayu
saat ini?
4
Jawaban : Penyebab terjadinya perubahan ini dikarenakan banyak timbul
kepahaman masyarakat bahwa tidak semestinya dilakukan secara
beramai-ramai.
Pertanyaan: Bagaimana implementasi Islam terhadap salah satu prosesi pernikahan
adat Melayu di Bengkalis?
Jawaban : Pada prosesi mandi kumbo taman ini pada dasarnya hanya untuk
membersihkan diri dari kotoran, sebagaimana anjuran agama bahwa
harus mencintai kebersihan. Namun pada adat Melayu dijadikan sebuah
anggapan untuk melepas penat dan sebagai tanda syukur atas
terselenggaranya acara pernikahan dengan lancar.
Pertanyaan: Menurut bapak bagaimana pengaruh budaya Melayu terhadap generasi
muda saat ini?
Jawaban : Melihat kondisi kepengurusan LAMR Bengkalis saat ini yang kurang
serius dalam melestarikan budaya Melayu, maka berdampak kurang
menyentuh terhadap anak muda. Hal ini menyebapkan kebanyakan anak
muda di Bengkalis kurang memahami akan adat Melayu Bengkalis
terkhusus pada pernikahan.
5
HASIL WAWANCARA
Informan : H. Abdul Kadir Hari/Tanggal : Selasa 31 Juli 2018
Tempat/waktu : Rumah Dinas, 20.00
Pertanyaan : Menurut bapak bagaimana upaya Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis
dalam melestarikan adat di Masyarakat?
Jawaban : Masyarkat saat ini sangat menyayangkan dengan keadaan budaya ada di
Bengkalis. Negeri yang berlambangkan budaya Melayu, namun pada
realitanya tidak ada kebijakan bersifat kemelayuan yang menjadi
program LAM Bengkalis. Hal ini menunjukkan lemahnya upaya dalam
melestarikan adat Melayu terhadap masyarakat.
Pertanyaan: Apakah budaya Melayu masih menjadi pedoman dalam pelaksanaan
upacara pernikahan?
Jawaban : Adat melayu masih menjadi pedoman masyarakat dalam upacra
pernikahan. bagi masyarkat yang salah satu pihak mempelai
pengantinnya berbeda suku, maka adat kedua suku tersebut digabungkan
dengan tidak mengurangi prosesi yang ada pada adat Melayu.
Pertanyaan: Apakah saja pergeseran adat yang tejadi pada zaman dahulu dengan yang
berlangsung saat ini?
Jawaban : Ada pergseran adat pada prosesi yang berbeda, diantaranya yaitu pada
acara berarak. Jika diikutkan sesuai adat masyarakat dahulu, waktu
pelaksanaannya lebih baik pada pukul 14.00 keatas ketika suasana
sedang teduh dan matahari mulai condong ke barat. Namun saat ini
waktu pelaksanaannya dipercepat, bahkan ketika matahari sedang terik
panas.
Pertanyaan : Apa penyebap terjadinya perubahan pada prosesi pernikahan Melayu
saat ini?
Jawaban : Penyebapnya ialah, dikhawatirkan para sanak keluarga dan tamu
undangan akan pulang dan tidak sempat untuk mengikuti prosesi ini.
Pertanyaan: Bagaimana implementasi Islam terhadap salah satu prosesi pernikahan
adat Melayu di Bengkalis?
Jawaban : Maksud diadaknnya prosesi ini ialah berlandaskan bahwa anjuran agama
Islam mengenai pernikahan yang harus diumumkan di khalayak ramai,
6
maka melalui berarak inilah sebagai bentuk cara yang lebih efektif untuk
mengumumkan pernikahan ke masyarakat luas.
Pertanyaan: Menurut bapak bagaimana pengaruh budaya Melayu terhadap generasi
muda saat ini?
Jawaban : jika budaya Melayu ini betul-betul dilestarikan di masyarakat, maka akan
memberikan nilai-nilai positif bagi pemuda bahkan bias dijadikan
pedoman dalam kesehariannya.
HASIL WAWANCARA
Informan : Syaukani Al Karim Hari/Tanggal : Jum’at 20 Juli 2018
Tempat/waktu : Rumah, 16.00.
Pertanyaan : Menurut bapak bagaimana upaya Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis
dalam melestarikan adat di Masyarakat?
Jawaban : Menurut saya pengurus LAM Bengkalis sudah mwmpunyai program-
program untuk menjaga keutuhan adat Melayu, namun karna tidak
adanya keseriusan dalam hal ini maka kegiatan LAM Bengkalis
tergolong fakum bahkan tidak berjalan sama sekali.
Pertanyaan: Apakah budaya Melayu masih menjadi pedoman dalam pelaksanaan
upacara pernikahan?
Jawaban : Budaya melayu tidak akan pernah hilang di negeri junjungan ini, hanya
saja frekuensi berlangsungnya setiap prosesi acara yang dikurangi.
Pertanyaan: Apa saja pergeseran adat yang terjadi pada zaman dahulu dengan yang
berlangsung saat ini.
Jawaban : Pergeseran yang terjadi diantaranya ialah pada upacara tepuk tepung
tawar. Sesuai dengan aturan adat Melayu,bagi yang menepuktawri
pengantin tu hanyalah pihak kelauarga atau sesepuh laki-laki, namun saat
ini juga dilakukan oleh orang tua atau keluarga perempuan.
Pertanyaan: Apa penyebap terjadinya perubahan pada prosesi pernikahan Melayu
saat ini?
7
Jawaban : Perubahan ini terjadi dikarenakan asumsi masyarakat bahwa karena
pengantin perempuan juga ikut ditepungtawari maka ibu-ibu atau
keluarga perempuan juga berhak untuk menepuktawari pengantin.
Pertanyaan: Bagaimana implementasi Islam terhadap salah satu prosesi pernikahan
adat Melayu di Bengkalis?
Jawaban : Sesama umat Islam haruslah saling mendoakan dalam hal kebaikan baik
secara berjamaah ataupun sebaliknya. Mengenai prosesi inilah
menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya terdapat makna yang
mendasar yaitu mengenai harapan baik terhadap sesama muslim dengan
tulus dan ikhlas.
Pertanyaan: Menurut bapak bagaimana pengaruh budaya Melayu terhadap generasi
muda saat ini?
Jawaban : Sejatinya budaya Melayu memberikan pengaruh besar kepada
masyarakat, generasi muda saat ini banyak disibukkan dengan dunia
tegnologi yang canggih sehingga kurang terfikirkan dibenaknya akan
keharusan memahami adat. jika tidak ada kebijakan dari LAM Bengkalis
dalam kewjiban bagi setiap pelajar untuk mengerti adat, maka budaya
Melayu kurang memberikan pengaruh kepada anak muda.
HASIL WAWANCARA
Informan : Ijal Seleb Hari/Tanggal : Minggu 29 Juni 2018
Tempat/waktu : Rumah, 10.00 wib.
Pertanyaan : Menurut anda bagaimana upaya Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis
dalam melestarikan adat di Masyarakat?
Jawaban : Kondisi saat ini LAM tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tembul
sebuah kekeliruan yang diherankan oleh masyarakat akan kefakuman
LAM Bengkalis. Sama sekali tidak ada upaya untuk mensosialisasikan
budaya Melayu di masyarakat, karena keterbatasan mereka untuk
berbuat.
Pertanyaan: Apakah budaya Melayu masih menjadi pedoman dalam pelaksanaan
upacara pernikahan?
8
Jawaban : Pernikahan di Bengkalis pada umumnya tak terlepas dari adat Melayu,
karena sudah menjadi budaya yang mengakar dari zaman dahulu.
Pertanyaan: Apa saja pergeseran adat yang terjadi pada zaman dahulu dengan yang
berlangsung saat ini?
Jawaban : Pergeseran adat Melayu yang terjadi pada zman dahulu dengan yang
sekarang diantaranya ialah pada prosesi berinai curi bagi pengantin laki-
laki. Jika mengikuti adat melayu orang tua terhadulu maka banyak
tahapan upacara yang dilakukan sebelum itu, namun saat ini dipersingkat
dengan menguangi frekuensi adatnya.
Pertanyaan : Apa penyebap terjadinya perubahan pada prosesi pernikahan Melayu
saat ini?
Jawaban : Penyebap terjadinya perubahan tersebut ialah supaya tidak memakan
waktu lama dan cepat selesai, tidak mengurangi rentetan upacara sesuai
adat hanya saja dilakukan secara cepat dan disingkat.
Pertanyaan: Bagaimana implementasi Islam terhadap salah satu prosesi pernikahan
adat Melayu di Bengkalis?
Jawaban : Menghias diri adalah sebuah dalam Islam, namun tidak boleh berlenihan.
Karena ini adalah momen sacral bagi pengantin, maka harus dihias
secantik mungkin untuk memperindah diri sebelum menjadi pasangan
suami Istri. Perlu digarisbawahi karena ini bukan bermaksud yang
macam-macam.
Pertanyaan: Menurut bapak bagaimana pengaruh budaya Melayu terhadap generasi
muda saat ini?
Jawaban : Budaya Melayu sangat berpengaruh baik kepada Masyarakat, karena
terdapat nilai-nilai Keislaman dan pelajaran baik pada setiap prosesi adat
yang ditanampakan di kehidupan masyarakat.