Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Interaksi Sosial Antar Umat Beragama di Kelurahan
Setia Negara Kecamatan Sitalasari
Kota Pematangsiantar
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Ilmu Sosial Dalam Bidang Antropologi
OLEH
Dini Pratiwi Lubis
150905061
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PERNYATAAN ORIGINALITAS
Interaksi Sosial Antar Umat Beragama di Kelurahan
Setia Negara Kecamatan Sitalasari
Kota Pematangsiantar
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang penulis
nyatakan disini, penulis bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan
gelar kesarjanaan saya.
Medan, Oktober 2019
Penulis
Dini Pratiwi Lubis
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRAK
Dini Pratiwi Lubis, 150905061, 2019, Interaksi Sosial Antar Umat
Beragama di Kelurahan Setia Negara Kecamatan Sitalasari Kota
Pematangsiantar. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 107 halaman, 25 foto, 2
gambar, 5 tabel dan daftar pustaka.
Skripsi ini mendeskripsikan bagaimana bentuk-bentuk interaksi antar umat
beragama yang terjadi di Kelurahan Setia Negara Kota Pematangsiantar, dan
faktor-faktor apa saja yang mendukung terjadinya interaksi antar umat beragama
antara masyarakat Islam dan Kristen di Kelurahan Setia Negara Kota
Pematangsiantar.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dimana
pengumpulan datanya penulis menggunakan teknik observasi partisipasi dan
wawancara mendalam dengan menggunakan interview guide.Adapun pihak yang
diwawancarai oleh penulis yakni kepala lingkungan, lurah, tokoh adat, tokoh
agama baik itu agama Islam maupun Kristen serta masyarakat yang merupakan
aktor dalam penelitian ini.Semua itu tidak mudah dilakukan dengan mudah tanpa
adanya membangun terlebih dahulu hubungan baik (rapport) kepada seluruh
informan yang diwawancarai oleh penulis.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi sosial antar umat
beragama di Kelurahan Setia Negara ini sangat harmonis.Hal tersebut dapat
dilihat dari beberapa aktivitas yang melibatkan kedua agama tersebut yaitu adanya
acara pernikahan, kematian, gotong royong, dan musyawarah. Dalam aktivitas
tersebut mereka saling membantu satu sama lain, baik itu bantuan fisik maupun
materi. Kemudian dari aktivitas keagamaan dapat dilihat melalui acara Hari Raya
Idul Fitri yang diselenggarakan oleh agama Islam dan Natal yang diselenggarakan
oleh agama Kristen.Hal ini ditandai dengan adanya sikap toleransi yang sangat
tinggi dan saling mendukung dalam hal religi, budaya, dan adat istiadat.Selain itu
sikap toleransi yang dimiliki oleh setiap pemeluk agama dapat menghindari
munculnya konflik yang mengatas namakan agama.Memiliki kesadaran diri dalam
hidup beragama adalah kunci utama terwujudnya kerukunan.
Kata-Kata Kunci : Interaksi Sosial, Kerja Sama, Konflik
Universitas Sumatera Utara
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT atas kehendak dan ridha-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Interaksi Antar Umat
Beragama di Kelurahan Setia Negara Kecamatan Sitalasari Kota
Pematangsiantar”.Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana dalam bidang Antropologi Sosial pada Departemen
Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
Penulis sadari skripsi ini tidak akan selesai tanpa doa, saran, bimbingan,
bantuan, dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang
tua yang penulis sayangi Ayahanda Hasnul Arifin Lubis dan Ibunda Almh. Lukita
Sriwahyuni, khususnya untuk ayahanda yang tidak pernah lelah memberikan
perhatian, dukungan dan kasih sayangnya selama penulis mengerjakan skripsi ini,
dan untuk Ibunda walaupun tidak mengikuti proses penulis membuat skripsi,
penulis mengucapkan terimakasih banyak atas kasih sayang yang diberikan
semasa hidup hingga akhir hayatnya, dan penulis juga mau mengucapkan
terimakasih kepada Kakek dan Nenek penulis yang berada di lokasi penelitian
karena sudah membantu kebutuhan penulis selama disana, serta keluarga besar
penulis yang sudah terlibat dalam proses pembuatan skripsi ini, dan juga untuk
adek-adek sepupu penulis yang juga telah membantu penulis mengurus keperluan
skripsi yaitu Allifiyani Tamimi dan Sabila Haura Lubis. Penulis mengucapkan
terimakasih karena selama ini sudah bersedia meluangkan waktunya untuk
membantu penulis dan juga memberi saran untuk menyempurnakan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
iv
Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya dan tulus kepada Bapak Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si
selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Skripsi penulis,
dan untuk Bapak Abdullah Akhyar Nasution, S.Sos yang telah membimbing
penulis dengan penuh kesabaran dan memberi arahan yang sangat luar biasa
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga kepada Bapak
Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.si selaku Dekan FISIP USU, dan penulis
mengucapkan terimakasih juga kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, M.Ant, selaku
Ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU, untuk semua Dosen-Dosen
Antropologi Sosial beserta Staf-Staf Administrasi Departemen Antropologi
Sosial, Staf Pegawai FISIP USU, dan Pegawai Perpustakaan USU.
Tidak lupa juga pada kesempatan ini secara pribadi penulis juga
mengucapkan terimakasih banyak untuk bapak, ibu, abang, adek, kakak, dan
semua masyarakat di Pematang Siantar khususnya Kelurahan Setia Negara yang
sudah memberikan informasi-informasi yang sangat penting bagi penulis, serta
telah mengajari penulis betapa pentingnya memiliki sikap toleransi baik sesama
agama maupun berbeda agama. Kepada Bapak Irfan, SE selaku lurah di
Kelurahan Setia Negara dan tokoh-tokoh masyarakat yang telah memberi bantuan
selama penulis melakukan penelitian, semoga semua kebaikannya dibalas oleh
Allah SWT.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk
sahabat-sahabat penulis yang dari awal masuk kuliah sampai sekarang sibuk
dengan skripsi masing-masing yang sudah mau mendengarkan keluh kesah
penulis dalam mengerjakan skripsi ini serta memberi dukungan dan semangat
Universitas Sumatera Utara
v
yang sangat besar untuk penulis yaitu : Tasya Safhira, Siti Zuhairani, Tri
Handayani, Putri Indah Sari, Mutiara Giovani, Evie Ayu Siregar, Siti Rusmianti
Sikumbang dan Olivia Anastasia Sembiring, dan semua Kerabat Antropologi
Sosial Stambuk 2015, terimakasih sudah menjadi rumah kedua bagi penulis yang
sudah membantu penulis di lokasi penelitian maupun di masa perkuliahan dengan
sangat menyenangkan, tanpa kalian penulis tidak bisa seperti ini.
Serta masih banyak pihak yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu dalam
proses pembuatan skripsi. Kiranya Allah SWT senantiasa membalas segala
kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis.Akhir kata
penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dan keterbatasan penulis dalam
penulisan skripsi ini karena masih terdapat kekurangan dan kelemahan.Oleh
karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil
penelitian ini sangat penulis harapkan.Semoga tulisan ini berguna bagi pihak-
pihak yang memerlukan dan menjadikannya lebih baik lagi bagi pengembangan
Ilmu Antropologi Sosial.
Medan, Oktober 2019
Penulis
Dini Pratiwi Lubis
Universitas Sumatera Utara
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Dini Pratiwi Lubis lahir di Medan pada
tanggal 13 Maret 1998, anak semata wayang
dari pasangan Hasnul Arifin Lubis dan
Almh. Lukita Sriwahyuni. Penulis telah
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di
SD Kemala Bhayangkari-1 Medan pada
tahun 2009, dan melanjutkan Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Medan
dari tahun 2009-2012, dan pada tahun 2012-
2015 melanjutkan Sekolah Menengah Atas
di SMA Negeri 2 Medan. Kemudian pada
tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi di Universitas Sumatera
Utara dengan mengambil jurusan Antropologi Sosial yang berada di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Alamat email yang bisa dihubungi [email protected]
Selama perkuliahan penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan antara
lain :
1. Tahun 2015, terdaftar sebagai Mahasiswa Antropologi Sosial FISIP
USU.
2. Mengikuti kegiatan penyambutan mahasiswa baru pada bulan Agustus
2015 di FISIP USU.
3. Sebagai peserta inisiasi dalam kegiatan penerimaan mahasiswa baru
antropologi pada tahun 2015 di Sibolangit.
4. Sebagai peserta Training Of Pasilitator (TOF) mata kuliah
pengembangan masyarakat pada tahun 2016.
5. Sebagai panitia bayangan inisiasi dalam kegiatan penerimaan
mahasiswa baru antropologi pada tahun 2016 di Kampus FISIP USU.
6. Sebagai peserta Orientasi Budaya Lokal di Kalangan Mahasiswa pada
tanggal 04-07 April 2016 di Aceh Singkil.
Universitas Sumatera Utara
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan
skripsi yang berjudul “Interaksi Sosial Antar Umat Beragama di Kelurahan Setia
Negara Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar” ini dapat diselesaikan guna
memenuhi salah satu persyaratan dalam menjalankan pendidikan pada jurusan
Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
Skripsi ini disusun oleh penulis berdasarkan hasil penelitian melalui
pengamatan dan wawancara di lapangan bersama informan yang menjadi sumber
data skripsi ini.Objek yang menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini adalah
masyarakat di Kelurahan Setia Negara.Perjalanan panjang telah penulis lalui
dalam rangka perampungan skripsi ini, banyak hambatan yang dihadapi dalam
penyusunannya, namun berkat kehendak-Nyalah sehingga penulis berhasil
menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang
telah memberikan moral maupun materi baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
Universitas Sumatera Utara
viii
Penulis telah melakukan segala kemampuan, fikiran, tenaga serta waktu
untuk menyelesaikan skripsi ini.Namun penulis menyadari masih banyaknya
kekurangan di dalam skripsi ini.Oleh sebab itu, penulis dengan segala kerendahan
hati meminta maaf kepada pembaca dan diharapkan bisa memberi saran dan kritik
demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga dengan selesainya skripsi ini dapat memberi wawasan baru bagi
para pembaca, dan penulis berharap para pembaca dapat memiliki sikap toleransi
yang tinggi karena hidup jauh lebih baik ketika kita berdamai dalam perbedaan.
Medan, Oktober 2019
Penulis
Dini Pratiwi Lubis
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN ORIGINALITAS ...................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................. ii
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL.................................................................................. xii
DAFTAR FOTO .................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1.Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2.Tinjauan Pustaka ............................................................................... 8
1.3.Rumusan Masalah ............................................................................. 20
1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 21
1.5.Metode Penelitian .............................................................................. 22
1.5.1. Studi Dokumen ........................................................................ 24
1.6.Lokasi Penelitian ............................................................................... 25
1.7.Analisis Data ..................................................................................... 25
1.8.Pengalaman Penelitian ...................................................................... 26
BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................. 32
2.1. Letak Geografis Kota Pematangsiantar ............................................ 32
2.2. Asal Usul Kelurahan Setia Negara ................................................... 33
2.2.1 Letak Geografis dan Administratif..................................... 34
2.3. Kondisi Demografi ........................................................................... 43
2.4. Kondisi Perekonomian ..................................................................... 47
2.5. Kondisi Pendidikan .......................................................................... 50
2.6. Sarana dan Prasarana........................................................................ 51
2.6.1 Sarana Transportasi ............................................................ 52
2.6.2 Sarana Peribadatan ............................................................. 53
2.6.3 Sarana Kesehatan ............................................................... 54
2.6.4 Prasarana Olahraga............................................................. 55
2.6.5 Sarana Pendidikan .............................................................. 55
BAB III. INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA...... 57
3.1. Pengertian Interaksi Sosial Menurut Masyarakat
diKelurahan Setia Negara ................................................................ 57
3.2. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Antar Umat Beragama di
Kelurahan Setia Negara.................................................................... 60
3.2.1 Bentuk-Bentuk Kerja Sama Antar Umat Beragama
di Kelurahan Setia Negara ................................................. 62
Universitas Sumatera Utara
x
3.2.2 Bentuk-Bentuk Kerja Sama Antara Sesama Agama
di Kelurahan Setia Negara ................................................. 70
3.2.3 Bentuk-Bentuk Persaingan Yang Terdapat
di Setia Negara ................................................................... 76
3.2.4 Bentuk-Bentuk Konflik Yang Terdapat di
Kelurahan Setia Negara..................................................... 77
3.2.5 Bentuk-Bentuk Akomodasi Yang Terdapat di
Kelurahan Setia Negara..................................................... 91
BAB IV. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG
TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL ANTAR
UMAT BERAGAMA ............................................................ 92
4.1 Faktor-Faktor Yang Mendukung Interaksi Sosial di
Kelurahan Setia Negara..................................................................... 92
4.2 Faktor-Faktor Pendukung Menurut Bentuk-Bentuk Interaksi
Sosial di Kelurahan Setia Negara ...................................................... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 99
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 99
5.2 Saran .................................................................................................. 100
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 102
LAMPIRAN ........................................................................................... 105
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.................. .43
Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ................... .44
Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ............................. .45
Tabel 2.4 Kondisi Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Setia Negara ..... .47
Tabel 2.5 Kondisi Pendidikan Masyarakat di Kelurahan Setia Negara .. .51
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR FOTO
Foto 1.Situasi Pemukiman di Kelurahan Setia Negara ........................... 37
Foto 2.Kondisi Sawah di Kelurahan Setia Negara .................................. 38
Foto 3.Jenis-Jenis Tanaman di Kelurahan Setia Negara ......................... 39
Foto 4.Kondisi Kuburan di Kelurahan Setia Negara .............................. 40
Foto 5.Kantor di Kelurahan Setia Negara ............................................... 41
Foto 6.Ruang Terbuka di Kelurahan Setia Negara ................................. 42
Foto 7.Situasi Pasar Pagi di Kelurahan Setia Negara. ............................ 48
Foto 8.Tempat Masyarakat Membeli Kebutuhan Sehari-hari. ................ 49
Foto 9.Berbagai Macam Dagangan yang dijual di Pasar Pagi ................ 50
Foto 10.Kendaraan Umum Untuk Menuju Kelurahan Setia Negara ...... 53
Foto 11.Kondisi Rumah Ibadah di Kelurahan Setia Negara. .................. 54
Foto 12.Puskesmas Raya ......................................................................... 54
Foto 13.Lapangan Bola Kawasan Rindam I/BB ..................................... 55
Foto 14.Beberapa Sekolah yang ada di Kelurahan Setia Negara ............ 56
Foto 15. Masyarakat yang beragama Islam mengikuti acara
Pemberkatan di Gereja ............................................................................ 64
Foto 16. Masyarakat yang beragama Kristen ikut hadir dalam acara
pernikahan orang yang Beragama Islam ................................................. 68
Foto 17. Kegiatan Masyarakat Membersihkan Aliran Sungai dan
Perkarangan Rumah ................................................................................ 68
Foto 18. Kegiatan wirit Ibu-Ibu di Kelurahan Setia Negara ................... 71
Foto 19. Kegiatan pemuda-pemudi latihan bermain alat musik
setiap Hari Minggu ................................................................................. 75
Foto 20. Foto bersama Bapak Drs. H. B. Pandiangan,MM
selaku Kepala Lingkungan di Kelurahan Setia Negara........................... 105
Foto 21. Foto Bersama Bapak Hasoloan Margauli Tua Hutabarat
selaku Tokoh Adat dan Bapak Rahmatsyah selaku Tokoh
Agama Islam ........................................................................................... 105
Foto 22. Foto bersama Bapak Irfan SE, selaku Lurah di
Kelurahan Setia Negara........................................................................... 106
Foto 23. Foto bersama Bapak Cenra Adiwin Poppy Napitupulu, SH
selaku Sekretaris Lurah di Kelurahan Setia Negara ................................ 106
Foto 24. Pasar Pagi tempat utama melakukan pengamatan .................... 107
Foto 25. Gapura lokasi Penelitian yang berada di
Kelurahan Setia Negara........................................................................... 107
Universitas Sumatera Utara
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Kelurahan Setia Negara ................................................. 35
Gambar 2. Siklus Interaksi Sosial ........................................................... 61
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk atau multikultur karena
memiliki berbagai macam suku bangsa, budaya, ras dan agama yang berbeda-beda
dengan latar belakang budaya yang beragam. Oleh karena itu dapat dinyatakan
bahwa bangsa Indonesia hidup dalam masyarakat majemuk yang masyarakatnya
serba ganda dalam kepercayaan keagamaannya, kebudayaannya, perilaku
kehidupan kemasyarakatan, tetapi tetap satu bangsa. Semboyan “Bhineka Tunggal
Ika” menunjukkan ciri keragaman kehidupan bangsa Indonesia, yang
sesungguhnya berarti : justru karena berbeda-beda maka ia satu adanya
(Mattulada,1985).
Kemajemukan agama yang diakui di Indonesia secara umum adalah Islam,
Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.Semua agama di
Indonesia memiliki pengikutnya masing-masing baik yang mayoritas maupun
minoritas.Di Indonesia agama Islam adalah agama mayoritas masyarakatnya.
Tetapi ada juga di daerah-daerah tertentu terdapat agama lain yang menjadi
mayoritas, contohnya di Pematangsiantar agama Kristen yang menjadi mayoritas.
Kemajemukan masyarakat di Indonesia memiliki sisi positif dan sisi
negatifnya. Kondisi masyarakat yang seperti ini jika berjalan lancar dan harmonis
akan menciptakan integrasi sosial. Jika tidak, terjadilah disintegrasi sosial atau
konflik sosial.Kemajemukan masyarakat Indonesia ditandai oleh berbagai
perbedaan baik horizontal maupun vertikal. Perbedaan secara horizontal meliputi
kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan suku bangsa, bahasa, adat-istiadat, pakaian,
Universitas Sumatera Utara
2
makanan, dan agama, sedangkan perbedaan yang bersifat vertikal yakni
menyangkut perbedaan-perbedaan lapisan atas dan bawah baik di bidang
kedudukan sosial dan politik, ekonomi, pendidikan, pemukiman, pekerjaan, dan
budaya (Suprobo,2013).
Dari perspektif antropologi hukum, fenomena konflik dapat muncul karena
adanya konflik nilai, konflik norma atau konflik kepentingan antar komunitas
etnis, agama dan golongan dalam masyarakat. Selain itu, konflik yang terjadi juga
dapat disebabkan sebagai akibat dari diskriminasi peraturan dan perlakuan
pemerintah pusat terhadap masyarakat di daerah dengan mengabaikan,
menghapuskan dan melemahkan nilai-nilai dan norma-norma hukum adat
termasuk norma agama dan tradisi-tradisi masyarakat di daerah tersebut melalui
dominasi dan pemberlakuan hukum negara (state law).
Keanekaragaman agama yang ada di Indonesia mempunyai kecenderungan
yang kuat dengan adanya konflik yang membawa suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA). Dengan perbedaan tersebut apabila tidak ditangani
dengan baik maka akan menimbulkan konflik antarumat beragama yang mengatas
namakan agama untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat radikal.
Beberapa konflik yang terjadi di Indonesia dari dulu hingga sekarang, seperti
konflik identitas kelompok keagamaan di Tolikara Papua yang terjadi karena
adanya persaingan antara Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang mendominasi di
daerah itu dengan kelompok agama yang berbeda. Ketenangan di Tolikara terusik
dengan sebuah tragedi yang menghancurkan kedamaian masyarakat
Tolikara.Pasalnya ditengah pelaksanaan ibadah sholat Idul Fitri adanya
Universitas Sumatera Utara
3
penyerangan terhadap jamaah dan beberapa tempat di Tolikara yang membuat
banyak kerugian serta korban jiwa.
Tragedi ini diawali dengan adanya pengeluaran surat yang ditanda tangani
oleh BPW Toli GIDI. Isinya adalah melarang umat Islam untuk melaksanakan
Sholat Idul Fitri di Tolikara, serta melarang umat muslim untuk menggunakan
jilbab. Akhirnya Kapolres dan Tokoh masyarakat bernegosiasi, agar sholat boleh
dilaksanakan dengan waktu yang ditentukan, namun massa tetap tidak mau dan
tetap melempari jamaah yang lagi beribadah.
Ada tembakan peringatan, tetapi massa tidak memperdulikannya sehingga
aparat kembali melepaskan tembakan dan 12 orang terluka kemudian mereka
membubarkan diri. Saat bubar ada oknum yang membakar sebuah kios hingga
merambat ke Mushola. Jumlah kios yang terbakar sebanyak 70 unit dan 2 mobil
terbakar api cepat membesar karena ada salah satu kios yang menjual bensin dan
disaat itu tidak adanya mobil pemadam kebakaran. Setelah itu ada amanat
langsung dari presiden untuk membangun kembali kios yang sudah terbakar
sekaligus Mushola di Tolikara. (Budiarsih,2016)
Hal serupa juga terjadi di dalam masyarakat Desa Pulutan Kecamatan
Nogosari Kabupaten Boyolali.Konflik sosial dalam masyarakat ini disebabkan
karena merenggangnya kohesivitas hubungan sosial masyarakat, perbedaan
kepentingan baik pribadi maupun kelompok, perbedaan pendapat, dan perbedaan
ekspresi dalam beribadah.Perbedaan kepentingan individu dan kelompok
masyarakat Desa Pulutan terjadi dalam peristiwa politik dan kegiatan
keagamaan.Dalam politik ditunjukkan dengan keikutsertaan individu maupun
kelompok dalam sosialisasi partai yang didukung sehingga menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
4
gesekkan kepentingan antar kelompok, sedang dalam kegiatan keagamaan terjadi
pada kepentingan pemugaran tempat ibadah dan pelaksanaan ibadah
keseharian.Perbedaan pendapat dipicu oleh pemugaran Masjid Al-Akbar dan
pembangunan Masjid Al-Istiqomah yang menyebabkan berkembangnya konflik di
Desa Pulutan. Perbedaan ekspresi dalam ibadah atau peribadatan terjadi karena
adanya penekanan kepada pihak utara terhadap penyatuan segala peribadatan
seperti Idhul Fitri, Idhul Adha, Zakat Fitrah, dan Ibadah Qurban maupun Sholat
Jum’at, untuk menjadi satu di masjid Al-Akbar.
Bentuk konflik di Dukuh Pulutan berupa konflik pribadi disebabkan
karena unsur persaingan untuk memperkuat kedudukan di masyarakat dan di
pemerintahan desa.Konflik kepentingan politik disebabkan perbedaan pandangan
partai politik yang mengakibatkan benturan antar partai karena dipengaruhi oleh
politisasi uang dan keberpihakan.Sedangkan bentuk konflik ekspresi dalam ibadah
atau peribadatan disebabkan karena penekanan dalam ibadah Sholat Idhul Fitri,
Idhul Adha, dan Sholat Jum’at.Selain itu pelaksanaan Istighosah di Masjid Al-
Istiqomah yang keras semakin memicu konflik.
Solusi bagi dampak konflik dalam peribadatan masing-masing tokoh
agama khususnya mengarahkan masyarakat supaya tidak mencampur adukan
antara kepentingan pribadi maupun kelompok dengan peribadatan, sehingga
dalam melaksanakan ibadah benar-benar tulus karena Allah SWT.Tidak
mendramatisir penyelenggaraan peribadatan untuk kepentingaan pribadi maupun
kelompok, peribadatan dilakukan secara sederhana.Semua pihak harus
menghargai kegiatan di masjid masing-masing.Kepala Desa sebaiknya
menghimbau kepada masyarakat untuk menjadi satu pada waktu perayaan hari
Universitas Sumatera Utara
5
besar Islam dengan menyediakan tempat yang netral untuk bersilaturahim.Jika
tidak berhasil dapat mendatangkan mediator. Solusi dampak konflik bagi antar
individu dan antar kelompok meliputi, masing-masing saling menyadari tidak
mengedepankan kepentingan pribadi, bersikap netral tidak memihak, dan
meningkatkan solidaritas dan kekeluargan serta menghilangkan kecurigaan
terhadap kelompok lain, sehingga terjadinya konflik dapat diminimalisir
(Rosidah,2015).
Masalah di ataslah yang membuat penulis tertarik untuk melihat
bagaimana kondisi antarumat beragama di Kota Pematangsiantar, Kelurahan Setia
Negara, Kecamatan Sitalasari, Sumatera Utara. Pematangsiantar adalah salah satu
kota di Kabupaten Simalungun yang memiliki kemajemukan masyarakat, yang
mempunyai penduduk bervariasi suku bangsa, agama, dan lain-lain.
Pematangsiantar selama ini tidak pernah mengalami konflik yang bersumber dari
keberagaman identitas, yang salah satunya adalah keberagaman dalam
kepercayaan memeluk agama apapun yang ada di Indonesia, karena itu lah Kota
Pematangsiantar dikenal dengan kota yang paling toleransi di Indonesia.
Kota Pematangsiantar memiliki masyarakat yang mayoritas beragama
Kristen, berbeda dengan daerah lain di Indonesia yang pada umumya mayoritas
beragama Islam.Namun jumlah antara masyarakat yang beragama Kristen dan
Islam tidak terlalu jauh.
Universitas Sumatera Utara
6
Berikut data jumlah penduduk masyarakat menurut agama yang dianut dan
rumah ibadah di Siantar, Kristen 125.029 jiwa, Islam 120.435 jiwa, Katholik
15.619 jiwa, Hindu 314 jiwa, Budha 13.811 jiwa, Konghucu 2 jiwa, serta terdapat
90 Mesjid/Mushola, 83 Gereja, 19 Vihara/Kelenteng (BPS Kota Pematangsiantar).
Di Pematangsiantar kita dapat menemukan tempat ibadah yang dibangun
berdampingan seperti Mesjid Bakti dan Gereja Kristen Protestan Indonesia
(GKPI) di Simpang Pertamin, KM 6 Jalan Medan-Siantar, di Lingkungan
Kelurahan Pondok Sayur, Kecamatan Martoba.Mereka menjelaskan bahwa umat
Muslim dan Kristen di lingkungan ini saling menjaga diri dan kesucian agama
masing-masing, bahkan saling mendukung jika melakukan kegiatan keagamaan,
dan jika ada yang mengalami musibah masing-masing umat Muslim maupun
Kristen saling datang untuk melayat dan memberi bantuan.
Pada Hari Jum’at umat Muslim melaksanakan Sholat Jum’at dan umat
Kristennya menghentikan aktivitas dan saling menjaga satu sama lain. Kerukunan
di lingkungan ini tidak hanya berlaku untuk orang tua saja, melainkan anak-anak
dan remaja juga ikut serta. Remaja Mesjid Bakti Ogin Anggawa bila mengadakan
acara mereka juga mengundang remaja Kristen dan mereka pun menghadirinya
(Gunawan,2013).
Pematangsiantar mempunyai 8 kecamatan dan 53 kelurahan, yang mau
dibahas disini adalah Kelurahan Setia Negara Kecamatan Siantar Sitalasari. Setia
Negara memiliki penduduk sebanyak 8.742 jiwa, dan berikut data berdasarkan
agama yang dianut, Islam 4059 jiwa, Kristen 3457 jiwa, Katholik 548 jiwa, Budha
37 jiwa, Hindu 5 jiwa (BPS Kota Pematangsiantar).
Universitas Sumatera Utara
7
Di Kelurahan Setia Negara ini jarang sekali terjadi konflik yang begitu
besar sampai memakan korban jiwa karena mungkin lokasinya yang sangat dekat
dengan Asrama TNI dan membuat masyarakat disana tidak berani untuk
melakukan hal yang tidak diinginkan apalagi sampai terjadi konflik.Namun
masalah yang sering terjadi di Setia Negara ini adalah masalah jalan rusak, seperti
di Lingkungan 1 Jl. Nagahuta Gg.Pemere RT.005, RW.001, disini jalan sangat
rusak sehingga sering terjadi kecelakaan. Kemudian di Lingkungan 2 Jl.
Sisingamangaraja Gg. Bah Sorma RT 013, RW 004 masalah yang terjadi pun
hampir sama yaitu jalan yang rusak dan drainase yang tidak dapat dipakai akibat
rusak total. Masalah-masalah seperti ini yang perlu di tangani oleh pemerintah dan
harus segera diperbaiki agar tidak memakan korban lagi
(Bappeda,2018).Keanekaragaman agama yang terdapat di Kelurahan Setia Negara
ini membuat mereka hidup rukun satu sama lain dan saling tolong menolong,
seperti perayaan 17 Agustus mereka saling membantu satu sama lain untuk
mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk mensukseskan acara tersebut.
Perayaan tahun baru mereka juga bersama-sama ikut serta untuk
merayakan kegiatan yang dilakukan setiap menjelang pergantian tahun.Kegiatan-
kegiatan keagamaan seperti acara pernikahan yang diselenggarakan oleh umat
Muslim dan mereka mengundang Umat Kristen dan turut menghadiri acara
tersebut tanpa memikirkan perbedaan agama yang mereka anut.Sama hal nya jika
ada kemalangan mereka saling tolong menolong seperti menyusun kursi dan
memasang tenda.
Universitas Sumatera Utara
8
1.2 Tinjauan Pustaka
Ada berbagai macam tulisan yang berkaitan dengan interaksi sosial antar
umat beragama, toleransi, atau pun kerukunan antar umat beragama yang juga
sebagai pedoman untuk mempermudah dalam penulisan ini. Serupa tapi tidak
sama itu yang ada dalam pikiran penulis untuk penelitian ini, letak serupa yang
dimaksud adalah interaksi objeknya sesama manusia, kelompok, tapi yang
membedakan antara penelitian penulis dengan penelitian orang lain seperti yang
ditulis sebagai berikut.
Pertama, Skripsi Elopran Evani Ginting mahasiswa Antropologi USU
yang berjudul “Keharmonisan Hubungan Antar Umat Beragama di Berastagi”
pada tanggal 26 Juni 2018.Metode penelitian yang digunakannya dalam penelitian
ini ialah metode etnografi.Hal tersebut dikarenakan peneliti melihat semua aspek
yang berkaitan dengan topik keharmonisan antar umat beragama di Berastagi. Ada
2 cara yang digunakan oleh peneliti di dalam mengumpulkan data, pertama
dengan metode wawancara dan kedua dengan observasi pasrtisipasi dimana
peneliti turun langsung ke lapangan dan berbaur dengan masyarakat yang diteliti.
Keharmonisan hubungan antar umat beragama merupakan contoh bentuk
kerukunan yang ada di Indonesia, karena walaupun terdiri dari banyak suku dan
agama, masyarakat di Berastagi dapat hidup saling rukun dan menghormati satu
sama lain. Keharmonisan hubungan antar umat beragama ini harus dipertahankan
dalam kehidupan masyarakat, dengan hidup harmonis maka akan menambah
warna dikehidupan masyarakat, walaupun beda-beda tetapi tetap satu jua.
Universitas Sumatera Utara
9
Bentuk keharmonisan hubungan antar umat beragama di Berastagi dapat
dilihat dari beberapa bentuk yaitu (1) Rumah ibadah berdiri dengan tegak dan
saling berdekatan, (2)Ayat kitab suci di lukis di tembok pembatas gereja, (3)
Sering memberi dan menerima makanan dari umat beragama yang lain, (4)
Menghadiri undangan umat beragama lain, (5)Ikut merayakan hari besar umat
agama lain, (6)Gotong royong lintas agama, (7) Saling mengingatkan satu dengan
yang lainnya. Menurut masyarakat Berastagi keharmonisan beragama harus
terwujud di semua daerah baik desa maupun kota di Indonesia. Jika hubungan
antar umat beragama tidak harmonis maka pengaruhnya akan dapat
menghancurkan bangsa tersebut. Bagi masyarakat Berastagi perbedaan tersebut
membuat kehidupan menjadi lebih berwarna.
Kedua, Skripsi Hijri Yanti Sofina Mahasiswi Antropologi Sosial USU
yang berjudul “Kerukunan AntarUmat Beragama (Studi Etnografi Antara
Pemeluk Agama Islam dan Hindu di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu)”
pada tanggal 04 Juni 2018.Metode penelitian yang digunakan ialah etnografi yang
bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui
wawancara dan observasi partisipasi.Penelitian ini telah menjawab kelima
pertanyaan yang telah diajukan.
Pertanyaan pertama dijawab bahwa penduduk yang ada di lingkungan IX
terdiri dari berbagai macam suku bangsa, ras, serta agama.Hidup ditengah
perbedaan tidak menjadikan mereka saling mencela.Pertanyaan kedua, bahwa
antara pemeluk agama yang berbeda harus memiliki pandangan yang positif,
mereka sama-sama menjaga hubungan persaudaraan dengan saling menjaga
perasaan, menghargai perbedaan, serta tidak saling mencela.Pertanyaan ketiga,
Universitas Sumatera Utara
10
diketahui bahwa pemeluk agama Islam dan Hindu tetap melakukan interaksi
walaupun berbeda agama maupun suku bangsa.Interaksi tersebut dapat terjadi
dalam berbagai aktivitas atau kegiatan baik itu kegiatan religi maupun kegiatan
sosial. Pertanyaan keempat, Islam dan Hindu dapat menjaga hubungan mereka
sehingga terwujudnya kerukunan yaitu dengan cara menjunjung tinggi toleransi,
memiliki kesadaran bersama ditengah-tengah perbedaan dan serta menyikapi
ajaran agama dengan baik. Setiap warga menjaga agar tidak melakukan hal-hal
yang dapat mengganggu dan mencederai sesama individu, tidak memaksakan
agama pada orang lain, tidak melakukan diskriminasi, eksploitasi,dan kekerasan
terhadap orang lain. Pertanyaan kelima, bahwa peran tokoh agama Islam dan
Hindu dalam menciptakan hubungan yang mengarah kepada kerukunan yaitu
dengan cara membina masyarakat untuk menciptakan kedamaian, mempersatukan
individu apabila terjadi konflik.
Kesimpulan dari pertanyaan diatas maka diketahui bahwa lingkungan IX
ini terjadi kerukunan umat beragama, aktivitas-aktivitas agama dapat dilihat
seperti acara Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh umat Islam dan umat Hindu
ikut berpartisipasi seperti membantu mendirikan tenda, menyusun kursi, dll.
Sedangkan agama Hindu ketika mengadakan Upacara Saki maka umat Islam juga
ikut berpartisipasi seperti membantu membersihkan kuil, ikut menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan seperti sendok, piring, gelas.Sedangkan aktivitas sosial,
pemeluk agama Islam dan Hindu saling mendatangi acara perkawinan, kematian,
serta gotong royong.
Universitas Sumatera Utara
11
Ketiga, Skripsi Ubad Badru Salam yang berjudul “Interaksi Sosial Antar
Umar Beragama di Kecamatan Sukmajaya Depok.Metode dalam penelitian ini
menggunakan metode kualitatif tujuannya untuk menjelaskan, memahami, dan
menganalisa secara mendalam.Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono
ialah metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulam data dilakukan
secara trianggulasi yaitu gabungan dokumentasi pustaka atau fotografi,
wawancara dan observasi lapangan.Dalam hal menghormati ajaran agama sebagai
makhluk sosial hendaknya memahami aturan-aturan sosial yang ada dimana dia
tinggal.Interaksi dipandang oleh para tokoh agama di Kecamatan Sukmajaya
adalah sebagai wadah terbesar dalam menjalin hubungan toleransi hidup
beragama. Sudah menjadi kebiasaan sebagaian besar warga kecamatan Sukmajaya
membuat bingkisan paskah atau idul fitri dan bingkisan, hal itu biasa mereka
bagikan kepada masyarakat sekitar, ini sudah menjadi kebiasaan yang di warsikan
para orangtua terdahulu dan masih dipertahankan hingga saat ini, karena hal ini
dapat menjadi pererat antar masyarakat kecamatan Sukmajaya.
Dengan adanya kesadaran akan pentingnya sebuah interaksi dalam
kehidupan beragama, diharapkan dapat terjalinnya hubungan yang harmonis antar
umat yang pada akhirnya akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat dan
tercapainya cita-cita bersama. Tanpa terlepas dari norma-norma yang berlaku baik
dalam ajaran Islam maupun Kristen khususnya dalam bersosial hal inilah yang
sering disampaikan oleh para tokoh agama baik dari Islam maupun Kristen, semua
memandang positif (baik) apa yang dilakukan masyarakat dalam berinteraksi.
Universitas Sumatera Utara
12
Dari ketiga tulisan diatas yang terkait dengan interaksi sosial antar umat
beragama ini bisa membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian yang akan
dilakukannya di Kota Pematangsiantar. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode penelitian yang bersifat kualitatif.Menurut Sugiyono
metode kualitatif ialah metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulam
data dilakukan secara trianggulasi yaitu gabungan dokumentasi pustaka atau
fotografi, wawancara dan observasi lapangan.Interaksi sosial antarumat beragama
yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda namun berjalan lancar dan
harmonis.Di era sekarang kajian tersebut sangat berkembang apabila dilihat dari
kondisi Indonesia sekarang yang memang plural, baik dalam hal suku bangsa, ras,
maupun agama.
Untuk itu interaksi sosial antar umat beragama menjadi sangat penting dan
dibutuhkan bagi bangsa Indonesia yang majemuk. Jika toleransi tidak ditegakkan,
maka Negara atau bangsa tersebut akan menghadapi berbagai masalah atau
konflik bagi pemeluk agama masing-masing. Berdasarkan Undang-Undang yang
berlaku ialah Pasal 29 ayat 2 tahun 1945 menyatakan bahwa “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”. Pernyataan tersebut
mengandung arti bahwa keanekaragaman pemeluk agama yang ada di Indonesia
diberi kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan keyakinannya
masing-masing. Namun demikian kebebasan tersebut harus dilakukan dengan
tidak mengganggu dan merugikan umat yang beragama lain, sebab terganggunya
Universitas Sumatera Utara
13
hubungan antar pemeluk agama akan membawa akibat yang dapat menggoyahkan
persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 2007:55) interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara individu, antar kelompok, maupun antar individu dengan kelompok.
Ada pun bentuk-bentuk interaksi sosial menurut Gillin dan Gillin (dalam
Soekanto, 2007:65) ada dua yaitu :
1. Bentuk interaksi sosial yang bersifat Asosiatif meliputi :
a. Kerja sama
Kerjasama mempunyai maksud sebagai usaha bersama antar individu
ataupun kelompok manusia untuk mencapai satu tujuan bersama yang
telah ditetapkan sebelumnya.Adapun menurut (Nasution,2011) ada
beberapa aspek kerjasama dalam berbagai bidang yaitu:
a. Kerjasama dalam bidang Politik
Bidang politik biasanya digunakan untuk menyelenggarakan
kekuasaan setempat untuk menjalankan kekuasaan negara, dan cenderung
dikuasai oleh suku-suku bangsa tertentu seperti suku bangsa Mandailing
dan Batak Toba. Kerjasama kedua suku ini dapat dilihat cukup baik karena
pemimpin daerahnya berasal dari suku bangsa Mandailing dan jajaran
birokrasi setingkat kepala dinas akan cenderung diduduki oleh suku
bangsa Batak Toba walaupun variasi yang menempatkan suku bangsa
lainnya juga dapat dijumpai.
Universitas Sumatera Utara
14
Kehidupan politik di Pematangsiantar berubah karena sistem
pemerintahan dari bentuk kerajaan menjadi kotamadya seperti sekarang
ini, dan juga diiringi dengan perubahan sosial yang dimana pada masa
kerajaan itu yang berkuasa adalah suku Simalungun akan tetapi sejak
berubahnya pemerintahan yang ditandai dengan kontrak pendek Belanda
maka yang berkuasa adalah pemerintahan kolonial dan keadaan terus
berubah hingga sekarang yang mana orang-orang terlibat dalam
pemerintahan colonial menjadi pegawai pemerintahan Belanda.
b. Kerjasama dalam bidang Sosial-Ekonomi
Dalam bidang ekonomi pola kerjasama yang terjadi hanya
melibatkan sebagian kecil masing-masing suku bangsa.Para pedagang
kelas menengah yang terdiri dari suku-bangsa Mandailing dan Batak Toba
memang terlihat sering bekerjasama.Kerjasama dibidang ekonomi ini
sebagian besar memang hanya terlihat ditempat-tempat perbelanjaan dan
sesungguhnya keterlibatan suku-bangsa Tionghoa yang dominan pada
dunia perekonomian di Pematangsiantar.Kenyataan ini dikarenakan
adanya perbedaan pandangan mereke menyangkut pada keyakinan bahwa
mereka hanya memberi bantuan pada orang-orang yang dipercayai saja.
Universitas Sumatera Utara
15
c. Kerjasama dalam bidang Agama
Kegiatan keagamaan dalam kehidupan masyarakat
Pematangsiantar sering terlihat bersama-sama mengadakan kegiatan
keagamaan. Kerjasama dalam bidang agama contohnya orang-orang
Mandailing yang mayoritas Islam dan orang Simalungun atau Batak
Toba sekalipun asalkan ia memiliki agama yang sama dalam
melaksanakan kegiatan keagamaan seperti perayaan hari-hari besar
Islam, hal yang sama juga diperlihatkan oleh orang-orang yang
beragama Kristen.
Kegiatan keagamaan Kristen dilakukan secara bersama dengan
tetap memelihara rasa persaudaraan diantara sesama pemeluk agama
Kristen.Walaupun demikian dalam beberapa hal yang sifatnya sangat
memerlukan peran tokoh agama seperti menjaga ketertiban dan
ketentraman kerjasama antar umat beragama yang melibatkan para
tokoh dari masing-masing agama.
d. Akomodasi
Akomodasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk
menyelesaikan masalah tanpa harus menghancurkan pihak lawan,
sehingga pihak lawan tidak akan kehilangan kepribadiannya.
e. Asimilasi
Asimilasi adalah proses penggabungan kebudayaan sehingga
masing-masing pihak akan terlibat dan mempunyai kebudayaan baru
yang dimiliki bersama.
Universitas Sumatera Utara
16
f. Akulturasi
Akulturasi adalah proses yang timbul dari suatu kebudayaan untuk
menerima unsur budaya asing tanpa menyebabkan kepribadian
budaya sendiri hilang.
2. Bentuk interaksi sosial yang bersifat Disosiatif meliputi :
a. Persaingan
Persaingan adalah sebuah proses sosial dimana individu maupun
kelompok manusia saling mencari keuntungan melalui berbagai
cara untuk menarik perhatian public seperti melakukan ancaman
ataupun dengan cara kekerasan.
b. Kontravensi
Kontravensi merupakan bentuk interaki sosial yang berada antara
persaingan dan konflik.
c. Konflik
Konflik adalah interaksi sosial yang negatif dimana salah pihak
berusaha memenuhi tujuannya dengan cara menantang atau
menghilangkan pihak lawan dengan cara mengancam dan
menggunakan kekerasan.
Menurut Erving Goffman, seorang sosiolog interaksionis yang
memperdalam kajian dramatisme dan menyempurnakannya dalam buku “The
Presentation of Self in Everyday Life” dalam buku ini Goffman yang mendalami
fenomena interaksi sosial dengan mengemukakan kajian dalam mengenai konsep
Dramaturgi.
Universitas Sumatera Utara
17
Teori Dramaturgi dikenal dengan pengaruh drama atau teater atau juga
pertunjukan fiksi diatas panggung yang dimana seorang actor memainkan karakter
manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran
hidup dari tokoh tersebut dan mengikuti alur cerita dari drama yang ditujukan.
Dramaturgi menurut Erving Goffman terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Front Stage (Panggung Depan)
Front Stage yaitu bagian pertunjukkan yang berfungsi
mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan.Front stage dibagi menjadi
dua bagian. Pertama, Setting yaitu memandang fisik yang harus ada jika
sang aktor memainkan perannya, dan Kedua Front Personal yaitu
berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang
aktor.
2. Back Stage (Panggung Belakang)
Back Stageyaitu ruang dimana disitulah berjalan skenario
pertunjukkan oleh “tim” (masyarakat rahasia yang mengatur pementasan
masing-masing aktor).
Dramaturgi mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai
tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya
tersebut.Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada
“kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan
akhir dari maksud interaksi sosial tersebut.
Universitas Sumatera Utara
18
Dramaturgi juga menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil
dan setiap identitas merupakan bagian dari kejiwaan psikologi yang mandiri.
Dalam dramaturgi interaksi sosial dimaknai dengan adanya pertunjukan teater,
yang dimana manusia sebagai aktor yang berusaha menggabungkan karakteristik
personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukkan dramanya sendiri”.
Goffman juga melihat bahwa adanya perbedaan akting yang cukup besar
pada saat aktor berada di atas panggung (front stage) dan dibelakang panggung
(back stage)drama kehidupan.Kondisi akting di front stage adalah adanya
penonton (yang melihat kita) dan sedang berada dalam bagian pertunjukkannya
dan berusaha memainkannya sebaik mungkin agar penonton memahaminya.
Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada dibelakang panggung
dan memperlihatkan perilaku atau watak kita yang sesungguhnya dengan kondisi
tidak ada penonton. Sehingga dapat berperilaku dengan bebas tanpa
memperdulikan perilaku yang harus kita bawakan.
Dengan konsep dramaturgis ini adanya permainan peran yang dilakukan
oleh manusia dan membuatnya mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan
corak kehidupan.Misalnya pada masyarakat yang tinggal dalam komunitas
heterogen perkotaan, mereka menciptakan panggung-panggung sendiri yang
membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan
keheterogennya.Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, mereka juga
menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya dan membentuk
proteksi sendiri dengan komunitas lainnya.
Universitas Sumatera Utara
19
Sementara itu, berjalan lancar atau tidaknya sebuah interaksi sosial juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Faktor Imitasi
Faktor Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain, segi
positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi
kaedah-kaedah dan nilai-nilai yang berlaku.
b. Faktor Sugesti
Faktor Sugesti merupakan pengaruh psikis, baik yang datang dari diri
sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima
tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Dalam sugesti orang
dengan sengaja, dengan secara aktif memberikan pandangan-pandangan,
pendapat-pendapat, norma-norma dan sebagainya, agar orang lain dapat
menerima apa yang diberikan itu.
c. Faktor Identifikasi
Faktor Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan
atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan
pihak lain.
d. Faktor Simpati
Faktor Simpati merupakan perasaan rasa tertarik pada orang lain. Karena
simpati merupakan perasaan, maka simpati timbul tidak atas dasar logis
rasional, melainkan atas dasar perasaan atau emosi. Di dalam proses ini
perasaan seseorang memegang peranan yang sangat penting, walaupun
dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain
dan untuk kerja sama dengannya.
Universitas Sumatera Utara
20
Adapun di penelitian ini, penulis menggunakan kerangka Teori Struktural
Fungsional, konsep yang paling penting dalam perspektif ini adalah struktur dan
fungsi yang menunjukkan pada dua atau lebih bagian yang berbeda dan terpisah
tetapi berhubungan satu sama lain. Merton (1968) mendefinisikan fungsi sebagai
konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau
penyesuaian karena selalu ada konsekuensi positif.
Struktur sosial terdiri dari berbagai komponen dari masyarakat, seperti
kelompok-kelompok, keluarga-keluarga, masyarakat setempat dan sebagainya.
Menurut Robert Merton (1968) suatu sistem sosial dapat memliki dua fungsi yaitu
fungsi manifest, yaitu fungsi yang diharapkan dan diakui ,serta fungi laten, yaitu
fungsi yang tidak diharapkan dan tidak diakui. Tidak semua hal dalam sistem
selalu fungsional, artinya tidak semua hal selalu memelihara kelangsungan
sistem.Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya ketidakstabilan dalam
sistem, bahkan dapat menyebabkan rusaknya sistem.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
mengajukan beberapa pertanyaan yang akan menjadi rumusan masalah dan akan
dibahas selanjutnya yaitu:
1. Bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial antar umat beragama yang
digunakan dalam masyarakat di Kelurahan Setia Negara Kota
Pematangsiantar?
2. Faktor apa yang mendukung terjadinya interaksi sosial antar umat
beragama antara masyarakat Islam dan Kristen di Kelurahan Setia Negara
Kota Pematangsiantar?
Universitas Sumatera Utara
21
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial antar umat beragama di
Kelurahan Setia Negara Kota Pematangsiantar.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat di
Kelurahan Setia Negara yang masing-masing memiliki perbedaan
keyakinan agama tersebut dapat hidup rukun dan berdampingan satu sama
lain.
1.4.2 Manfaat dari penelitian ini adalah :
Secara akademis penelitian ini dapat menambah wawasan khususnya
dalam bidang Antropologi Religi, yang mengkaji tentang interaksi antar
umat beragama dan dapat menjadikan suatu acuan atau setidaknya bahan
perbandingan untuk perdamaian bagi masyarakat Kelurahan Setia Negara
untuk menekan potensi konflik di masa depan.
Secara praktis penelitian ini dapat memberi masukan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dan dijadikan sebagai bahan informasi, dari hasil
penelitian ini diharapkan akan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk
mengatur tentang interaksi sosial antar umat beragama sehingga
keberagamaan perbedaan agama bisa di dorong untuk tetap harmonis
sekalipun dalam lingkup masyarakat yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
22
1.5 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,
2005).
Dalam penelitian ini ada 2 macam data yang akan dikumpulkan oleh
peneliti,yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari field
research sehingga data yang diharapkan bisa tercapai secara objektif dan factual.
1. Data Primer
Adapun cara mendapatkan data primer adalah :
a. Observasi Partisipasi
Observasi merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer
dengan cara mengamati langsung objek datanya, melalui proses pencatatan
perilaku subjek (orang), objek (benda), atau kejadian yang sistematik tanpa
adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Dalam
observasi ini penulis terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian, penulis ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh informan dan ikut merasakan suka dukanya.
Universitas Sumatera Utara
23
Adapun interaksi yang akan diamati oleh si penulis antara lain pembangunan
tempat ibadah, perayaan hari besar agama, kegiatan perkawinan, kemalangan, dan
kegiatan aktivitas sosial. Penulis meneliti ± 1 bulan, penulis mengamatinya
langsung dengan mata dan penulis juga menggunakan alat bantu seperti, kamera
handphone untuk mengambil gambar. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
seorang peneliti dituntut untuk menguasai bahasa informannya.
b. Wawancara
Data juga diperoleh dengan melakukan wawancara baik wawancara secara
mendalam (in-dept interview) juga wawancara langsung (dept interview). Menurut
(Moleong,2005:186) wawancara mendalam merupakan proses menggali informasi
secara mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan
diarahkan pada pusat penelitian.
Dalam hal ini metode wawancara mendalam yang dilakukan dengan adanya
panduan wawancara (interview guide)yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Wawancara mendalam ini ditujukan kepada para tokoh agama dari masing-masing
agama terutama agama Islam dan Kristen, tokoh masyarakat seperti Camat, Lurah,
Kepala Lingkungan (Kepling), penulis memilih mereka sebagai informan dalam
wawancara mendalam ini karena mereka mempunyai peran yang sangat penting
dalam rangka menggerakkan partisipasi masyarakat untuk saling hidup rukun, dan
penulis berharap mereka bisa membantu untuk menjelaskan tentang kondisi
masyarakat dan lingkungan setempat. Dalam wawancara ini peneliti
menggunakan handphone untuk merekam segala sesuatu informasi yang
diungkapkan oleh informan.
Universitas Sumatera Utara
24
Sedangkan untuk wawancara langsung (dept interview) dilakukan kepada
informan sebagai data pelengkap. Dalam wawancara ini yang menjadi sasaran
informasi yaitu masyarakat setempat yang setiap harinya menjalankan aktivitas di
lingkungan tersebut, mulai dari berdagang, melakukan gotong-royong, menghadiri
pesta penikahan, membantu sesama masyarakat bila terjadi kemalangan dan
diharapkan bisa membantu penulis untuk mendapatkan informasi yang
ditanyakan.
2. Data Sekunder
Ada pun cara mendapatkan data sekunder sebagai berikut :
Data sekunder diperlukan untuk mendukung data primer. Pada penelitian
ini data sekunder diperoleh melalui analisa data berupa :
Studi kepustakaan melalui buku-buku ilmiah atau jurnal yang berkaitan
dengan topik penelitian.
Sumber online/internet dan sumber-sumber lain yang relevan dengan topik
dan masalah penelitian.
1.5.1. Studi Dokumen
Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi dokumen yang terdiri dari
2 jenis yaitu catatan dan literatur.Dimana catatan ini diperoleh dari catatan
lapangan, observasi dan wawancara.Di dalam catatan ini terdiri dari foto yang
diambil menggunakan kamera handphonepenulis itu sendiri.Kemudian dokumen
yang berbentuk literatur itu diperoleh dari buku, jurnal dan sebagainya.Sifat utama
data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.
Universitas Sumatera Utara
25
1.6 Lokasi dan Tempat Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah di Kota
Pematangsiantar tepatnya di Kelurahan Setia Negara, Kecamatan Siantar
Sitalasari.Alasan peneliti melakukan penelitian di daerah tersebut dikarenakan
lokasi ini berdekatan dengan asrama TNI yang memiliki potensi yang kecil untuk
terjadinya suatu konflik besar dan penulis juga ingin melihat langsung bagaimana
interaksi sosial antar umat beragama serta kerukunan masyarakat antar umat
beragama (Islam dan Kristen) yang ada di daerah tersebut.Penelitian ini dilakukan
di Kota Pematangsiantar Kecamatan Siantar Sitalasari dan Kelurahan Setia
Negara yang fokus pada penelitian.
1.7 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengklasifikasikan data-data yang diperoleh
dari lapangan dengan cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita
rekaman) ke dalam tema-tema dan kategori-kategori tertentu dan biasa nya
peneliti melakukan pengecekan ulang atau check-recheck terhadap data yang
diperoleh sebelum siap digunakan (melalui pencatatan , pengetikan, penyuntingan
atau alih-tulis) tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang
biasanya disusun kedalam teks yang diperluas, dan tidak menggunakan
perhitungan matematis atau statistika sebagai alat bantu analisis. Keseluruhan data
kemudian diolah secara sistematis, dan diuraikan ke dalam bagian-bagian sub
judul pada bab sesuai dengan temanya masing-masing sehingga ditemukan sebuah
kesimpulan.
Universitas Sumatera Utara
26
1.8 Pengalaman Penelitian
Pengalaman penulis yang bertugas untuk meneliti masyarakat di sebuah
tempat yang penulis kunjungi setiap tahun menjadi sebuah tantangan bagi penulis,
karena dipercaya untuk meneliti disini.Masyarakat yang tinggal disana dari
berbagai macam agama, suku, pekerjaan, dan lain-lain.Penelitian ini saya lakukan
dengan mendatangi tempat lokasi sebanyak tiga kali dengan jangka waktu yang
cukup lama yang bertujuan untuk melihat dan mengamati kegiatan masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari mulai dari pagi hingga malam.
Tempat yang menjadi lokasi penelitian penulis untuk menyelesaikan tugas
akhir ini adalah di Kelurahan Setia Negara Kecamatan Sitalasari Kota
Pematangsiantar.Disana berbagai macam suku, mulai dari suku Simalungun,
Batak Toba, Pak-Pak, Mandailing, Jawa, Melayu, dan lain-lain. Karena perbedaan
suku tersebut maka terdapat berbagai macam agama yang dianut mulai dari agama
Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha, dan Hindu, tetapi lebih banyak
menganut agama Islam dan Kristen.
Setelah surat izin penelitian penulis dikeluarkan oleh pihak departemen,
akhirnya penulis bisa segera berangkat ke lokasi yang sudah ditentukan. Disini
penulis berangkat pada tanggal 5 Mei 2019 menggunakan alat transportasi Bus,
penulis pergi bersama ayah dan kawan penulis untuk membantu penulis disana
nanti. Tidak lama di perjalanan hanya berkisar 2 jam penulis pun sampai di Kota
Pematangsiantar yang merupakan kampung dari keluarga ayah penulis juga.
Setelah sampai penulis pun menuju rumah salah satu warga dari Kelurahan Setia
Negara yang sudah dihubungi terlebih dahulu.
Universitas Sumatera Utara
27
Disini penulis berbincang-bincang dengan pemilik rumah sambil menanyakan
bagaimana kondisi kehidupan sosial disini.Karena keasikan mengobrol akhirnya
malam pun telah tiba, penulis berencana keesokan hari nya untuk pergi ke Kantor
Lurah.Keesokan harinya tepat tanggal 6 Mei 2019 penulis menuju ke Kantor
Lurah dengan menggunakan transportasi online (Grab) karena lokasi tersebut
tidak dapat dilalui oleh kendaraan umum. Sesampai di Kantor Lurah, penulis
dipanggil oleh salah satu anggota kelurahan dan dia menanyakan ada urusan apa
penulis datang kesini.
Kemudian penulis memberitahu dengan surat izin penelitian bahwa akan
meneliti di Kelurahan Setia Negara untuk memenuhi tugas akhir penulis. Sikap
mereka ke penulis sangat baik dan ramah, mereka langsung memberikan buku
profil kelurahan ke penulis untuk mengambil data-data yang ada
didalamnya.Setelah itu penulis menanyakan tentang keberadaan lurah ke salah
satu anggota yang ada disana, penulis lupa namanya.Kemudian bapak itu bilang
kalau lurahnya sedang ada keperluan di Medan dan beberapa hari lagi baru pulang
ke Siantar.Tapi mereka menyuruh penulis untuk menunggu di Kantor itu agar
bertemu dengan Sekretaris Lurahnya, hampir dua jam penulis menunggu dan
akhirnya bapak itu datang, disini penulis berniat untuk mewawancarai Sekretaris
tersebut tetapi ia menolak nya, karena alasannya takut salah ngomong lebih baik
menunggu Pak Lurah biar apa yang ditanyakan bisa dijawab dengan benar, dan
penulis pun menerima keputusan nya dan bergegas untuk pulang.Sesampai
dirumah penulis memberitahu ke pemilik rumah kalau lurahnya sedang berada di
Medan dan masih lama pulang ke Siantar.
Universitas Sumatera Utara
28
Kemudian hari selanjutnya penulis menuju rumah-rumah warga yang akan
menjadi narasumber penulis nantinya, dengan diantar sama pemilik rumah ke
masing-masing rumah seperti rumah Kepala Lingkungan (Kepling) dan kerumah
Ketua Adat dan penulis melakukan wawancara disana. Keplingnya sangat baik
dan langsung mau di wawancarai dan dia menceritakan tentang kehidupan
masyarakat disini yang hidup rukun tanpa ada konflik dan dia menceritakan
tentang riwayat dirinya, ternyata keplingnya tamatan S2, penulis gak nyangka saja
lulusan S2 mau menjadi Kepala Lingkungan yang tidak ada gajinya, dia menjabat
sebagai kepling sejak tahun 1998 hingga sekarang, itu waktu yang cukup lama
sama dengan seumur penulis, katanya tidak ada yang mau menggantikan
posisinya karena tidak di gaji sepeser pun, sungguh baik bapak Kepling ini mau
bekerja dengan ikhlas tanpa imbalan.
Setelah dari rumah Kepling penulis menuju kerumah Ketua Adat di Kelurahan
Setia Negara ini, banyak pelajaran yang penulis ambil dari penjelasan dari Ketua
Adat ini, salah satunya dia mengatakan kenapa kita harus ribut karena berbeda
agama, berbeda suku, lihat dirumah ini terdapat dua agama yang saling hidup
rukun, kami semua saling menghormati, saling mengasihi, cucu-cucu pun semua
akrab walaupun berbeda agama.
Kemudian penulis berfikir dengan membandingkan kehidupan di Siantar
dengan di Medan sangatlah berbanding jauh.Kalau di Medan orang mikir siapa
saya dan siapa kamu, dan itu kurangnya kesadaran diri untuk bertoleransi.Setelah
beberapa hari di Siantar penulis memutuskan untuk pulang karena sudah
mendekati Hari Raya Idul Fitri, dan berencana kembali lagi setelah Hari Raya Idul
Fitri selesai.
Universitas Sumatera Utara
29
Seminggu setelah lebaran penulis mengikuti acara Halal Bihalal dengan ayah
penulis, dan disitu ayah penulis menanyakan kepada salah seorang teman nya
yang tinggal di Siantar tentang Lurah Setia Negara, lalu saya memberitahu nama
lurahnya yang saya dapat dibuku profil kelurahan dan ternyata teman ayah penulis
ini kenal dekat dengan lurahnya karena rumah mereka berdekatan. Kemudian
ayah penulis menyuruh saya kembali lagi ke Siantar untuk menjumpai lurah
tersebut dan biar ada yang menemani saya kerumah lurah itu.Dua hari setelah
acara itu penulis memutuskan untuk kembali lagi ke Siantar dan menginap
dirumah teman ayah penulis.Sampai di Siantar penulis menuju rumah teman ayah
penulis, setelah sampai kami sholatmaghrib dan makan bersama.
Setelah makan kami bergegas kerumah lurah tersebut, sampai dirumahnya
penulis langsung memperkenalkan diri dan memberitahu kalau sebulan lalu
penulis ke Siantar tetapi bapaknya ada urusan ke Medan. Disini bapaknya mulai
bingung karena selama puasa hingga lebaran dia tidak ada urusan apapun ke
Medan, dan penulis pun bingung juga karena nama bapak ini sama dengan nama
lurah Setia Negara yang ada di buku profil kelurahan, dan ternyata salahorang
bapak ini sudah sejak 2012 pindah menjadi lurah lain dan herannya kenapa masih
data dia yang ada di buku itu kenapa tidak data lurah yang baru.
Jadi karena melihat penulis sudah salah orang, bapak ini rupanya kenal dekat
dengan lurah baru itu, lalu dia mau membantu mempertemukan penulis dengan
lurah tersebut dengan cara memberi nomor agar penulis menghubungi langsung,
dan kalau dia bertemu dengan lurah itu akan disampaikannya bahwa penulis mau
bertemu dengannya.
Universitas Sumatera Utara
30
Setelah lama mengobrol akhirnya penulis tau sedikit tentang lurah yang baru,
rupanya dia sedang melanjutkan S2 nya di USU dimana kampus penulis
juga.Keesokan harinya penulis menghubungi lurah yang bernama Pak Irfan dan
memberitahu kalau penulis anak USU dan mau melakukan penelitian disini, dan
kami pun janjian jam 10 pagi di Kantor Lurah Setia Negara. Sesampai disana
penulis bertemu dengan Pak Irfan selaku lurah yang baru dan memberi surat izin
penelitian penulis untuk sebagai bukti. Setelah dilihatnya surat penulis yang
tercantum nama dosen pembimbing dan dia terkejut karena dosen pembimbing
penulis adalah dosen yang sama dan sebagai dosen penguji Pak Irfan ini nanti
waktu sidang.
Pak Irfanorangnya sangat baik, dia menjelaskan kehidupan masyarakat disana
dan langsung menyuruh sekretarisnya untuk membuat surat balasan yang gunanya
untuk dilampirkan di skripsi penulis nanti. Setelah wawancara siap penulis
menunggu untuk surat balasannya selesai, karena di kantor itu sangat ramai yang
mau bertemu dengan Pak Irfan.
Setelah sekian lama penulis mengerjakan skripsi ini kemudian penulis
melakukan bimbingan skripsi bersama dosen pembimbing, sehingga waktu di
koreksi ternyata banyak data-data yang kurang beserta foto yang belum penulis
buat, dan dosen pembimbing penulis menyarankan penulis agar kembali lagi ke
Siantar untuk melengkapi data-data tersebut dan mengambil foto-foto yang
diperlukan. Akhirnya dua hari setelah melakukan bimbingan, penulis pun kembali
lagi ke Siantar pada Hari Minggu tanggal 28 Juli 2019 bersama ayah penulis
menggunakan transportasi seperti biasa yaitu bus sejahtera, 3 jam perjalanan dari
Medan menuju Siantar mulai dari pukul 06.00 pagi penulis berangkat dari Medan
Universitas Sumatera Utara
31
kemudian pukul 10.30 penulis sampai di Siantar. Setelah sampai dirumah yang
penulis tumpangi dari awal penelitian kemudian penulis diajak untuk makan
terlebih dulu sebelum melakukan penelitian, setelah makan penulis langsung
mengajak adek penulis untuk mengelilingi wilayah Setia Negara untuk mengambil
foto-foto yang diperlukan seperti foto kendaraan umum, foto sekolah, foto rumah
ibadah dan lain-lainnya. Penulis disini meminjam sepeda motor pemilik rumah
untuk melakukan penelitian.
Setelah dapat semua foto yang diperlukan, penulis pun berniat untuk
beristirahat sejenak, hingga kami sampai ke sebuah tempat makan yang begitu
ramai pengunjungnya, mereka menjual berbagai macam makanan mulai dari
pecel, mie sop, mie gomak dan mereka juga menjual berbagai jenis minuman
segar seperti es sarang burung, es koteng, es cincau, dan lainnya. Ternyata yang
punya warungnya adalah orang cina muslim yang sudah turun temurun berjualan
ditempat itu. Sehabis istirahat penulis kembali lagi mencari-cari narasumber yang
bisa penulis wawancarai, kemudian dapat lah seorang ibu yang termasuk salah
satu pedagang di pasar pagi dan penulis mendapatkan jawaban atas pertanyaan
yang penulis ajukan, ibu nya sangat baik dan mau menjelaskan semua tentang
kondisi pedagang di pasar pagi ini.Sudah seharian penulis mengelilingi Siantar,
dan jam sudah menujukan pukul 06.00 sore, penulis pun bergegas untuk kembali
lagi ke Medan karena semua yang diperlukan sudah penulis dapatkan. Mengingat
penulis tidak boleh berlama-lama lagi di Siantar karena penulis harus mengejar
waktu untuk menyelesaikan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
32
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Letak Geografis Kota Pematang Siantar
Kota Pematang Siantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan
menjadi kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak
Pematang Siantar yang strategis, ia dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera.
Kota Pematang Siantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari
Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak pergi ke
Danau Toba sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya. Di kota ini
masih banyak terdapat sepeda motor BSA (Becak Siantar Asli) model lama
sebagai becak bermesin yang menimbulkan bunyi yang keras.
Secara Geografis Kota Pematang Siantar terletak pada garis 2°54’40” –
3°01’09” LU dan 99°1’10” – 99°6’23” BT berada ditengah-tengah wilayah
Kabupaten Simalungun dengan luas wilayah 79.971Km² dan terletak di ketinggian
400 Meter diatas permukaan laut dengan kondisi wilayah relatif bergelombang
dengan permukaan tanah yang berbukit-bukit.
Pematang Siantar pada tahun 1957 masih berstatus sebagai Kota Praja
meskipun sudah memiliki kepala pemerintah sendiri dan sudah terpisah dari
Kabupaten Simalungun. Pada awalnya Kota Siantar memiliki luas 1.248 Ha,
namun setelah terjadi perluasan wilayah maka Kota Pematang Siantar memiliki
luas wilayah 7997,06 Ha dan dibagi menjadi 10 kampung yaitu : Kampung Aek
Nauli, Kampung Kristen Timur, Kampung Kristen Barat, Kampung
Timbanggalung Baru, Kampung Timbanggalung Lama, Kampung Melayu,
Kampung Kota, Kampung Tomuan, dan Kampung Suka Damai.
Universitas Sumatera Utara
33
Pada tahun 1959 Pemerintah Daerah membagi daerah Kota Praja ini dalam
dua kecamatan yaitu Kecamatan Siantar Timur dan Kecamatan Siantar
Barat.Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1981, Kota
Siantar dibagi menjadi empat kecamatan yang diresmikan oleh Gubernur
Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982. Keempat kecamatan tersebut
adalahKecamatan Siantar Barat, Kecamatan Siantar Timur, Kecamatan Siantar
Utara, Kecamatan Siantar Selatan.
2.2 Asal-Usul Kelurahan Setia Negara
Dulu Kelurahan Setia Negara ini termasuk Kelurahan Bah Kapul dan masih
sebuah kabupaten dan 1/3 luas Kota Pematang Siantar itu bagian dari Kelurahan
Bah Kapul, kemudian terjadinya pemekaran pada tahun 1998 di ganti lah yang
masih kabupaten menjadi Kota Madya.
Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 1986 pada tanggal 10
Maret 1986 tentang masuknya sembilan desa dari wilayah Kabupaten Simalungun
ke wilayah Kota Madya Pematang Siantar. Akibatnya Kota Siantar berkembang
menjadi enam Kecamatan.Dua kecamatan tambahan tersebut adalah Kecamatan
Martoba dengan pusat pemerintahannya berada di Kelurahan Martoba, sedangkan
satu kecamatan lagi yaitu Kecamatan Siantar Marihat dengan pusat
pemerintahannya berkedudukan di Kelurahan Marihat.
Dengan adanya pengembangan wilayah pada akhir 2007 Kecamatan
bertambah menjadi 8 (delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan Siantar Sitalasari
sebagai pecahan dari Kecamatan Siantar Martoba, dan Kecamatan Siantar
Marimbun sebagai pecahan dari Kecamatan Siantar Marihat, dengan jumlah
kelurahan sebanyak 43 kelurahan.
Universitas Sumatera Utara
34
Kecamatan Sitalasari dipecah menjadi 5 kelurahan yaitu : Bah Kapul, Bah
Sorma, Bukit Sofa, Gurilla dan Setia Negara ini berada di posisi pinggir yang
berdekatan dengan Siantar Barat. Kemudian Siantar Martoba dipecah menjadi 7
kelurahan yaitu : Nagapita, Nagapitu, Pondok Sayur, Sumber Jaya, Tambun
Nabolon, Tambun Pinggir, Tambun Tongah.
Penyebaran penduduk di Kelurahan Setia Negara ini sudah campuran namun
dominan suku batak, keanehan yang muncul sekarang ini kalau kita berbahasa
simalungun ke orang yang bersuku simalungun mereka menjawab menggunakan
bahasa Batak Toba, jadi akhirnya lebih sering orang menggunakan bahasa Batak
Toba dari pada bahasa Simalungun, dan bisa dikatakan Suku Batak Toba yang
menjadi dominan di Kelurahan Setia Negara ini.
2.2.1 Letak Geografis dan Administratif
Kecamatan Siantar Sitalasari berada pada 3º.01’.09’ LU dan 99º.06’.23’
BT, dengan ketinggian ±410m di atas permukaan laut. Kondisi topografi dan
morfologi (kelerengan) yang ada di Kelurahan Setia Negara hanya terdiri dari 2
morfologi yaitu datar dan bergelombang. Curah hujan rata-rata di Kelurahan Setia
Negara sebesar 3.156mm/tahun, kelurahan ini memiliki suhu udara rata-rata
harian sekitar 24-30ºC.
Universitas Sumatera Utara
35
Gambar 1.Peta Kelurahan Setia Negara
Sumber : Internet
Dari Kelurahan Setia Negara menuju ke Kecamatan Sitalasari menempuh
jarak sejauh 2,5KM, kemudian dari Kelurahan Setia Negara menuju ke Pusat Kota
menempuh jarak sejauh 4,5KM,dan dari Kelurahan Setia Negara menuju ke
Provinsi menempuh jarak sejauh 134KM. Siantar Sitalasari memiliki beberapa
kelurahan satu diantaranya adalah Kelurahan Setia Negara. Kelurahan ini
berbatasan dengan beberapa Kelurahan antara lain:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bah Kapul,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Nagahuta,
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sipinggol-pinggol,
Sebelah Barat berbatasan dengan Nagosari Bosar (Kab. Simalungun).
Universitas Sumatera Utara
36
Selain di atas pemerintah perlu membina dan melestarikan nilai-nilai luhur
kehidupan yang dimiliki masyarakat Indonesia yaitu rasa kegotong royongan dan
kekeluargaan dalam pelayanan masyarakat untuk mencapai dan mewujudkan
kesejahteraan bersama. Dalam rangka meningkatkan potensi swadaya masyarakat
dalam tercapainya tujuan tersebut maka wilayah Kelurahan Setia Negara ini
dibagi atas :
Berdasarkan Lingkungan dibagi menjadi dua Lingkungan yaitu
Lingkungan I dan Lingkungan II yang masing-masing dipimpin oleh
Kepala Lingkungan (KEPLING).
Berdasarkan Rukun Warga (RW) dibagi menjadi empat RW yang masing-
masing dipimpin oleh Ketua RW.
Berdasarkan Rukun Tetangga (RT) dibagi menjadi tiga belas RT yang
masing-masing dipimpin oleh Ketua RT.
Universitas Sumatera Utara
37
Secara Administratif wilayah Kelurahan Setia Negara mempunyai luas +/- 466 Ha
dengan rincian sebagai berikut :
Luas Pemukiman di Kelurahan Setia Negara ini sebesar 132,25 Ha
Foto 1. Situasi Pemukiman di Kelurahan Setia negara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Begini lah situasi pemukiman masyarakat di Kelurahan Setia Negara, rumah
yang jaraknya sangat dekat atau bisa dibilang sangat rapat dari rumah yang satu ke
rumah yang lain. Rumah-rumah disini dapat dibedakan antara rumah yang Muslim
dan rumah yang Kristen biasanya rumah yang Kristen ditandai dengan adanya
asesoris-asesoris natal di depan pintu mereka.
Disini mereka hidup berdampingan, jarang ditemukan rumah yang dihuni oleh
satu agama saja misalnya rumah yang beragama Muslim tetangga-tetangganya
juga Muslim, yang Kristen tetangga-tetangganya juga Kristen, tapi disini campur
satu rumah beragama Muslim kemudian rumah sebelahnya beragama Kristen.
Universitas Sumatera Utara
38
Luas Persawahan di Kelurahan Setia Negara ini sebesar 8,50 Ha
Foto 2. Kondisi Sawah di Kelurahan Setia Negara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Foto diatas merupakan gambar sawah yang ada di Kelurahan Setia Negara,
tanah disini cukup terbilang keras dan kering jadi dibutuhkannya peran
pemerintah untuk membantu petani-petani disini agar memberi bantuan seperti
hand traktor untuk mengatasi masalah tanah yang keras agar menjadi datar dan
berlumpur, kalau menggunakan hewan sapi atau kerbau untuk membajak sawah
bisa membutuhkan waktu yang sangat lama. Keuntungan yang didapat
menggunakan hand traktor ini dapat membuat gulma mati yang kemudian akan
membusuk dan akan menjadi humus, dan membuat airisasi tanah menjadi lebih
baik dan lapisan bawah tanah jenuh air sehingga dapat menghemat peenggunaan
air. Dengan menggunakan hand traktor ini juga membuat petani lebih mudah
merawat padi dan dapat menghasilkan panen yang lebih baik untuk meningkatkan
kebutuhan pangan. Petani-petani disini ada yang memang asli masyarakat Setia
Negara namun ada juga dari kampung-kampung yang lain yang bekerja sebagai
petani di Setia Negara ini.
Universitas Sumatera Utara
39
Masa panen disini terbilang cukup lama bisa setahun hanya dua kali panen
saja, dan hasilnya tidak maksimal dikarenakan kondisi tanah yang tidak layak
dan tidak adanya alat yang membantu untuk mempercepat membajak
sawahnya.
Luas perkebunan di Kelurahan Setia Negara ini sebesar 208,25 Ha
Foto 3. Jenis-Jenis Tanaman di Kelurahan Setia Negara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Di sepanjang jalan di Kelurahan Setia Negara hanya terdapat tanaman
jagung dan tanaman daun singkong ada juga beberapa lahan rumah yang
ditanami tanaman serai.Sama halnya dengan sawah yang diatas, saat ini di
Pematang Siantar khususnya Setia Negara juga sangat sulit untuk
mempertahankan lahan pertanian yang mengingat pertambahan populasi
penduduk yang semakin bertambah dan membutuhkan lahan untuk
pembangunan rumah.Selain itu petani juga kesulitan untuk mendapatkan
pupuk, irigasi dan lainnya.Bisa kita lihat gambar diatas tanaman dan tanahnya
sangat kering dan itu disebabkan karena jenis tanahnya yang sangat keras, dan
kurangnya curah hujan untuk menyiram tanaman-tanaman tersebut.Ada juga
beberapa lahan digunakan untuk menanam kelapa sawit.
Universitas Sumatera Utara
40
Sebenarnya di setiap kelurahan yang ada di Pematang Siantar ini
mempunyai peluang untuk mengembangkan tanaman pangan tertentu, tetapi
tidak ada yang melakukan spesialisasi terhadap tanaman pangan, karena
petani-petani ini masih menanam beraneka ragam dan tidak ada yang
mengkhususkan pada satu jenis tanaman saja sehingga membuat pertanian di
Siantar khususnya Setia Negara ini tidak beraturan karena pengembangan
tanaman pangannya masih terpencar atau belum terfokus pada satu daerah
saja.
Luas Kuburan di Kelurahan Setia Negara ini sebesar 2,25 Ha
Foto 4.Kondisi Kuburan di Kelurahan Setia Negara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Di Kelurahan Setia Negara ini terdapat 2,25 Ha lahan untuk kuburan,
disini terdapat banyak kuburan, ada yang khusus Islam saja da nada juga yang
khusus Kristen saja. Kebetulan yang penulis temukan ialah kuburan campuran
dimana ada kuburan Islam dan Kristen yang hanya dibatasi oleh tembok saja.
Di bagian depan itu untuk kuburan Islam dan dibagian belakang untuk
kuburan Kristen, memang lebih banyak yang Islam dibandingkan Kristen. Itu
disebabkan karena masyarakat yang beragama Kristen lebih banyak membuat
Universitas Sumatera Utara
41
kuburan di lahan rumah masing-masing, ada juga di tengah-tengah sawah, dan
mungkin lebih banyak dikuburkan di kuburan khusus Kristen.
Luas Perkantoran di Kelurahan Setia Negara ini sebesar 15,25 Ha
Foto 5. Kantor di Kelurahan Setia Negara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Yang paling utama di Kelurahan Setia Negara adalahkantor RINDAM
I/BB karena disini tempat pendaftaran militer di Pematang Siantar dan
lokasinya termasuk di Kelurahan Setia Negara. Ada banyak yang mendaftar
menjadi militer, tidak hanya yang berdomisili Siantar saja melainkan banyak
yang dari luar kota juga. Kebetulan waktu penulis berada dilokasi mereka lagi
melaksanakan pelatihan untuk militer yang baru dilantik.Berbagai latar
belakang yang ikut untuk mencapai cita-citanya, ada yang anak petani,
pedagang dan lain-lain. Selain Rindam ada juga Kantor Kelurahan Setia
Negara dan Kantor Balai Pengelolaan Aliran Sungai dan Hutan Lindung
Asahan Barumun (BPDASHL)
Universitas Sumatera Utara
42
Luas Prasarana umum lainnya sebesar 96,50 Ha
Foto 6. Ruang Terbuka di Kelurahan Setia Negara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Ada berbagai prasarana umum yang terdapat di Kelurahan Setia negara ini
seperti kolam renang Tirta Wira Yudha, kolam renang untuk segala usia dan
tempat rekreasi bersama kelurga, terdapat taman di dalamnya yang bisa
digunakan untuk mengabadikan momen bersama keluarga tercinta, udara nya
yang sejuk karena banyak ditanami pohon dan bunga, kolamini termasuk
kawasan Rindam I/BB juga, selain itu ada kolam pancing yang dimana setiap
hari Minggu sangat ramai dikunjungi masyarakat Siantar dan termasuk
kawasan Rindam I/BB juga. Selain itu ada Taman Beo, taman yang berada
ditengah-tengah jalan ini cukup bisa membuat hilang kepenatan selama
Universitas Sumatera Utara
43
bekerja, bisa duduk-duduk santai bersama keluarga maupun pacar, bisa juga
membawa anak-anak untuk berfoto-foto karena terdapat patung burung beo
yang lumayan besar.
2.3 Kondisi Demografi
Berdasarkan data yang di dapat dari Kantor Kelurahan Setia Negara, jumlah
penduduk yang tersebar di 2 lingkungan adalah sebanyak 8.467 jiwa, dengan
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.257 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
sebanyak 4.210 jiwa, dari jumlah keseluruhan yang Warga Negara Indonesia
sebanyak 8.461 jiwa dan 6 jiwa lainnya adalah Warga Negara Keturunan. Dapat
dilihat juga bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh
selisihnya atau bisa dikatakan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan sama
banyaknya.
Secara khusus, berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Setia
Negara, jumlah keseluruhan penduduk yang ada di Lingkungan II Kelurahan Setia
Negara adalah sebanyak 3.896 jiwa dengan berbagai jenis kelamin, suku bangsa,
dan agama, hal ini dapat dibuktikan melalui tabel-tabel berikut ini :
Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 4.257
2 Perempuan 4.210
Jumlah 8.467
Sumber : Data Kelurahan Setia Negara Tahun 2017
Universitas Sumatera Utara
44
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat jumlah penduduk terakhir di
Kelurahan Setia Negara tahun 2017 adalah 8.467 jiwa yang terdiri atas 4.257 laki-
laki dan 4.210 perempuan. Dapat dilihat bahwa jumlah warga laki-laki lebih besar
dari jumlah perempuan dan memiliki selisih sekitar 47 orang.
Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
No. Suku Bangsa Jumlah
1 Simalungun 2.132
2 Batak Toba 2.194
3 Karo 720
4 Pak-Pak 10
5 Mandailing 705
6 Nias 262
7 Jawa 2.115
8 Melayu 56
9 Lain-lain 273
Jumlah 8.467
Sumber : Data Kelurahan Setia Negara pada tahun 2017
Dapat dilihat dari tabel diatas jumlah suku yang paling banyak di
Kelurahan Setia Negara ini adalah suku Batak Toba yang disebabkan karena
dulunya kolonial Belanda membutuhkan tenaga petani Batak Toba yang dianggap
sangat terampil dalam bertani di persawahan, maka mereka menetaplah di
berbagai wilayah Pematang Siantar termasuk di Kelurahan Setia Negara ini.
Penduduk asli ialah suku Simalungun, kemudian pada tahun 1900 mulai
berdatangan penduduk pendatang seperti Mandailing, Cina, Nias, Jawa, Melayu,
dll. Sifat dari masing-masing penduduk suku bangsa itu mempengaruhi pergaulan
yang erat.Misalnya, suku Simalungun lebih dekat dengan suku Mandailing ini
disebabkan karena persamaan ras, kehalusan budi bahasa, maupun gaya tarian,
sedangkan suku Batak Toba dengan suku Karo agak sedikit renggang dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
45
sama-sama memiliki sifat yang keras, cepat dalam bertindak, serta giat dalam
berdagang.
Tabel 2.3Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No. Agama Jumlah
1 Islam 4.027
2 Protestan 3.864
3 Katolik 566
4 Hindu 10
5 Budha 6
Jumlah 8.473
Sumber : Data Kelurahan Setia Negara pada tahun 2017
Dari tabel diatas maka dapat dijelaskan bahwa penduduk yang beragama Islam
merupakan kaum mayoritas yang berada di Kelurahan Setia Negara. Mereka yang
beragam Islam kebanyakan berasal dari Suku Jawa, Melayu, kemudian disusul
oleh Suku Mandailing serta Pak-Pak. Selanjutnya penduduk yang beragama
Protestan dan Katolik dikarenakan mereka dianggap sebagai penduduk asli.
Sedangkan agama yang minoritas adalah agama Budha dan Hindu ini disebabkan
karena mereka adalah penduduk pendatang.
Kelurahan Setia Negara ini memiliki beragam suku bangsa seperti
Simalungun, Batak Toba, Melayu, Jawa, Nias, Mandailing dan
Cina.Keberagaman suku bangsa tersebut menyebabkan terjadinya Kerukunan
antar Umat Beragama seperti Islam dan Kristen.Adanya keberagaman tersebut
tidak menyebabkan mereka hidup berkelompok sesuai dengan suku bangsa
maupun agamanya, tetapi mereka tetap hidup berdampingan dan berbaur dalam
keberagaman tersebut.
Universitas Sumatera Utara
46
Agama yang menjadi mayoritas di Kelurahan Setia Negara ini adalah agama
Islam dan Kristen dimana penganut agama Islam berjumlah 4.027 jiwa dan
Kristen berjumlah 4.430 jiwa. Hal tersebut ditandai dengan penduduknya yang
kebanyakan berasal dari Suku Bangsa Melayu, Jawa, Mandailing, dan Pak-Pak,
serta yang menganut agama Kristen sebagian besar adalah penduduk yang berasal
dari Simalungun, Batak Toba, Karo, Nias, dll. Adapun agama yang minoritas di
Kelurahan ini adalah agama Hindu dan Budha.Kerukunan yang terlihat di
Kelurahan Setia Negara ini mencakup semua agama karena sering berinteraksi
atau pun terlibat dalam aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya beragam agama di Kelurahan Setia Negara ini maka dapat
dilihat juga bagaimana keterlibatan penganutnya dalam beberapa kegiatan dalam
bermasyarakat. Penganut agama apapun saling menghormati satu sama lain, saling
mengasihi, dan saling menghargai satu sama lain, dapat dilihat dari cara mereka
berkomunikasi yang saling mendukung satu sama lain sehingga jarang terjadinya
konflik. Adapun konflik yang terjadi itu adalah urusan pribadi masyarakat yang
bersangkutan seperti konflik dalam bidang politik.
Kerukunan yang terjadi di Kelurahan ini membuat adanya interaksi dari
masing-masing penganut agama, seperti adanya acara perkawinan jika penganut
agama Islam yang membuatnya maka penganut dari agama lain terutama agama
Kristen di undang dan mereka datang dengan senang hati begitu juga sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
47
Adapun jika salah satu dari mereka terkena musibah seperti meninggalnya
salah satu anggota keluarga dari umat Islam maka mereka yang umat Kristen
datang untuk memberi ucapan bela sungkawa dan ikut membantu seperti
menyusun kursi, begitu juga sebaliknya jika umat Kristen yang tertimpa musibah
maka umat Islam pun membantunya dengan suka rela.
2.4 Kondisi Perekonomian
Keadaan ekonomi masyarakat yang ada di Kelurahan Setia Negara bisa
dibilang masyarakat menengah ke atas.Dapat dijelaskan menurut tabel dibawah
ini :
Tabel 2.4Kondisi Ekonomi Masyarakat Kelurahan Setia Negara
No. Pekerjaan Jumlah
1 PNS 1.053
2 TNI 3.680
3 Pedagang 650
4 Petani 30
5 Buruh Swasta 555
6 Penjahit 235
7 Tukang Pangkas 20
8 Pengemudi Becak 431
9 Supir 535
10 Peternak 351
11 Dokter 7
12 Pengusaha 631
Jumlah 8.178
Sumber : Data Kelurahan Setia Negara pada tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas mata pencaharian terbanyak di Kelurahan Setia
Negara ini adalah sebagai anggota TNI karena di dukung oleh lingkungan yang
merupakan kawasan Rindam I/BB.Selain itu di Kelurahan Setia Negara ini
terdapat pasar pagi yang cukup dikenal, disini semua masyarakat Setia Negara
mendapatkan kebutuhan sehari-hari mereka.
Universitas Sumatera Utara
48
Foto 7. Situasi Pasar Pagi di Kelurahan Setia Negara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar diatas merupakan lokasi pasar pagi yang digunakan masyarakat
untuk membeli bahan-bahan masakan, batasan tembok dengan tempat jualan
mereka adalah kawasan Rindam I/BB tepat dibelakang pasar pagi.Pasar pagi ini
buka setiap hari mulai dari jam 06.00 pagi sampai jam 13.00 siang. Disini mereka
menjual sayur-sayuran seperti sayur kol, tomat, cabai, bawang, dan sayuran-
sayuran lainnya yang diperoleh mereka dari Berastagi, ada yang diantar langsung
dari Berastagi ke Siantar ada pula yang dijemput langsung oleh pedagang-
pedagang di pasar pagi ini.
Kalau sayur-sayuran tidak ada yang diperoleh dengan kebun sendiri
melainkan mereka juga membeli terlebih dahulu kemudian dijual lagi di pasar
pagi.Beda dengan pedagang yang menjual buah-buahan seperti pisang, daun
pisang, dan lainnya, itu diperoleh dari kebun sendiri biasa pedagangnya bukan asli
Setia Negara melainkan dari kelurahan lain yang mempunyai lapak untuk
berjualan di pasar pagi Setia Negara.
Universitas Sumatera Utara
49
Foto 8. Tempat Masyarakat Membeli Kebutuhan Sehari-hari
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Selain menjual sayur-sayuran ada juga pedagang yang menjual sembako,
seperti minyak makan, tepung, mie instan, telur, makanan ringan, dan lain-lain
mereka bisa temukan di pasar pagi juga, dan jika tidak ada di pasar pagi mereka
membeli kebutuhan lainnya di Indomaret yang menjual berbagai macam
keperluan rumah tangga. Seperti foto yang terakhir itu toko yang sudah lama
berdiri dan pemiliknya beragama Budha, penulis sering membeli kopi khas
Siantar di toko itu, banyak sekali orang yang membeli disana karena termasuk
lengkap dan terjangkau semua yang dijual mereka. Ini lah termasuk sikap dari
toleransi yang dimana masyarakat setempat tidak memandang bulu siapa yang
berjualan, yang mereka pikirkan barangnya ada dan harganya murah
Universitas Sumatera Utara
50
Foto 9. Berbagai Macam Dagangan Yang Dijual di Pasar Pagi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Banyak sekali pedagang di pasar pagi ini selain menjual sembako ada yang
menjual ikan segar, ikan yang merupakan kebesaran masyarakat Siantar adalah
ikan mas, ada juga ikan lele, dan lain-lain. Kemudian ada yang menjual ikan asin,
ikan teri, cumi asin, ada juga yang menjual ayam hidup yang merupakan hasil dari
peternakan sendiri, ada juga menjual ayam potong. Selain kebutuhan dapur ada
juga pedagang yang menjual kebutuhan lainnya seperti pakaian, jilbab, sendal,
sepatu, hingga perabotan rumah tangga.
2.5 Kondisi Pendidikan
Mayoritas penduduk yang ada di Kelurahan Setia Negara ini kebanyakan
hanya lulusan tingkat SMA dan sebagian lagi belum lulus sarjana. Meskipun
sebagian lain ada yang hanya lulusan SMP bahkan SD, tetapi ada juga yang tamat
hingga pendidikan yang tinggi seperti lulusan S-1, S-2 bahkan ada yang lulus S-3.
Universitas Sumatera Utara
51
Hal tersebut karena banyaknya sarana pendidikan yang dekat dengan
lingkungan mereka, sehingga tidak sulit untuk menempuh jarak yang dekat.Selain
itu pendidikan adalah hal yang utama bagi mereka untuk meningkatkan taraf
hidup di zaman sekarang khususnya dalam mencari pekerjaan. Sebagai bukti
penjelasan di atas dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
Tabel 2.5 Kondisi Pendidikan Masyarakat Kelurahan Setia Negara
No. Pendidikan Jumlah
1 Belum Sekolah 462
2 Tidak Tamat 78
3 Tamat SD 987
4 SMP 2.500
5 SMA 3.000
6 D-1 20
7 D-2 25
8 D-3 20
9 S-1 1
10 S-2 1
11 S-3 1
Jumlah 7.095
Sumber : Data Kelurahan Setia Negara pada tahun 2017
2.6 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasana di Kelurahan Setia Negara ini cukup baik, karena
pembangunan disini sangan erat kaitannya dengan adanya fasilitas yang
mendukung.Untuk itu perlu dibahas sarana dan prasarana yang dapat menunjang
serta mendukung aktivitas masyarakat. Sarana dan prasarana adalah faktor yang
menandai ciri khas sebuah kota. Berikut sarana dan prasarana yang terdapat di
Kelurahan Setia Negara.
Universitas Sumatera Utara
52
2.6.1 Sarana Transportasi
Di Kelurahan Setia Negara ini merupakan wilayah yang strategis dan
mudah dijangkau karena sebagai jalan raya lintas sumatera. Angkutan umum yang
sangat beragam mempermudahkan penduduk untuk berpergian kemana saja,
apalagi disini sebagai kota perlintasan bagi wisatawan yang ingin pergi ke Danau
Toba.Angkutan umum seperti GMSS, CV.GOK, JAPARIS yang dari pusat
kotamenuju ke daerah ini cukup naik satu kali angkutan umum yang bernama
Sinar Siantar. Ojek online juga melengkapi sarana transportasi di daerah ini
dengan membayar sekitar Rp. 2.000,- – Rp. 15.000,- langsung sampai tujuan.
Kalau berangkat dari Medan kita bisa menaiki bus seperti Intra, Sejahtera, bahkan
sudah banyak parade yang dapat mengantar langsung sampai depan rumah,
perkiraan ongkos kalau naik bus Sejahtera sekitar Rp. 24.000,-, bus Intra mulai
dari Rp. 35.000,- - Rp. 42.000,-, kalau naik paradep sekitar Rp. 50.000,- – Rp.
55.000,-.
Masyarakat kelurahan Setia negara ini juga memiliki kendaraan pribadi seperti
mobil, kendaraan roda dua, truk, mini bus, dan juga becak khas Siantar. BSA yang
merupakan nama dari becak Siantar yang memakai mesin lama sehingga
perkembangan BSA ini hampir punah karena dengan semakin majunya
perkembangan teknologi. Penulis jarang menemukan becak yang menggunakan
kereta yang khas seperti dulu, kebanyakan sekarang mereka menggunakan
kendaraan roda dua biasa seperti megapro untuk dijadikan becak.
Universitas Sumatera Utara
53
Foto 10. Kendaraan Umum Untuk Menuju Kelurahan Setia Negara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2.6.2 Sarana Peribadatan
Dengan keberagaman agama yang dimiliki Kelurahan Setia Negara ini
mempermudah mereka untuk melakukan ibadah sesuai kepercayaannya masing-
masing. Hal tersebut ditandai dengan adanya tempat-tempat ibadah dari semua
agama yang dianut oleh masyarakat Kelurahan Setia Negara, yakni terdapat 5
Mesjid 2 Musholla bagi umat Islam, 7 Gereja Kristen, 1 Gereja Katolik, tidak
terdapat kuil dan vihara di Kelurahan Setia Negara ini.
Karena masyarakat Kelurahan Setia Negara ini penduduknya sama antara
Muslim dan Kristen, maka terdapat banyak sekali rumah ibadah yang bisa kita
jumpai. Khususnya di dalam kawasan Rindam I/BB terdapat Mesjid, Gereja
Protestan, dan Gereja Katolik yang jaraknya tidak berjauhan, dan juga jarak
tempat ibadah dengan rumah masyarakat lumayan jauh, ada yang menggunakan
kendaraan roda dua, mobil, danada juga yang berjalan kaki, termasuk umat
Kristen banyak yang berjalan kaki kemungkinan dia anak perantauan.
Universitas Sumatera Utara
54
Foto 11. Kondisi Rumah Ibadah di kelurahan Setia Negara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2.6.3 Sarana Kesehatan
Kesehatan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia, karena
itu sangat diperlukannya sarana kesehatan di Kelurahan Setia Negara ini, tapi
sangat disayang kan karena terlalu minimnya sarana kesehatan yang ada. Hal ini
bisa dibuktikan dengan tidak adanya rumah sakit yang layak buat masyarakat
sekitar, hanya memiliki 5 unit Posyandu, 1 Puskesmas Pembantu, dan 1 Toko
Obat, tidak adanya Puskesmas, Poliklinik, dan tempat Praktek Dokter.
Foto 12.Puskesmas Raya
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Universitas Sumatera Utara
55
2.6.4 Prasarana OlahRaga
Olahraga sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia, dapat
dilihat kalau sarana olahraga di Kelurahan Setia Negara ini cukup baik , karena
dengan adanya 2 Lapangan Sepak Bola, 2 Lapangan Volly, dan 1 Lapangan Tenis
ini bisa membuat masyarakat sekitar khususnya anak muda untuk melatih bakat
mereka dengan skillnya masing-masing.
Foto 13.Lapangan bola kawasan Rindam I/BB
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2.6.5 Sarana Pendidikan
Pendidikan itu sangat penting terutama di desa-desa terpencil agar anak-
anak yang berada di lingkungan tersebut tidak salah dalam pergaulan, dan adanya
sarana pendidikan bisa merubah kondisi ekonomi dengan cara mendapat
pekerjaan yang lebih baik lagi sesuai tingkat pendidikannya masing-masing. Ada
pun sarana pendidikan yang terdapat di Kelurahan Setia Negara ini berjumlah 5
unit Taman Kanak-Kanak (TK), 6 unit Sekolah Dasar (SD) salah satu nya ada
Sekolah Dasar Asisi yang terdapat di Jl. Viyata Yudha, Setia Negara, Siantar
Sitalasari, Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
56
Ada 2 unit Sekolah Menengah Pertama (SMP), salah satunya SMP Negeri
10 yang berada di Jl. Sisingamangaraja Komplek Rindam I/bb Pematang
Siantar.Tidak ada Sekolah Menegah Atas (SMA) maupun Perguruan Tinggi di
Kelurahan Setia Negara ini.Sarana pendidikan paling tinggi hanya sebatas
Sekolah Menengah Pertama (SMP) saja.
Foto 14. Beberapa Sekolah Yang Ada di Kelurahan Setia Negara
SD Negeri 0124387 SD Katolik ASISI SMP Negeri 10
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Universitas Sumatera Utara
57
BAB III
INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA
3.1 Pengertian Interaksi Sosial Menurut Masyarakat di Setia Negara
Interaksi sosial tidak pernah lepas dari kehidupan individu maupun
kelompok. Semua itu tidak akan terjadi tanpa adanya interaksi satu sama lain.
Begitu juga interaksi sosial di masyarakat Kelurahan Setia Negara yang
mempunyai latar belakang yang berbeda-beda khususnya agama yang berjalan
dengan lancar dan harmonis, sehingga setiap umat yang beragama dapat
melaksanakan tuntutan agamanya masing-masing dengan baik.
Untuk menciptakan hubungan interaksi sosial di Setia Negara masyarakat
harus menegakkan sikap yang baik dan berkualitas, artinya masyarakat harus
memiliki pemikiran yang baik agar terciptanya sikap toleransi di Setia Negara ini
berjalan lancar. Dengan adanya sikap toleransi yang gunanya untuk saling
menghormati satu sama lain khususnya kehidupan antar umat beragama di Setia
Negara. Selain itu kita juga menjaga hubungan silaturahmi baik antar sesama
umat beragama maupun yang berbeda agama.Dengan menjalankan semua itu
maka kehidupan bermasyarakat dalam perbedaan suku, agama, dan ras dapat
dicapai dengan sebaik-baiknya.Bahkan dari sikap toleransi ini memberi dampak
dan manfaat yang luas bagi umat beragama dan bermasyarakat di Indonesia
khususnya Kelurahan Setia Negara ini.
Manfaat dari toleransi adalah menghindari perpecahan, meningkatkan rasa
persaudaraan antar umat beragama, meningkatkan kekuatan iman dan akhlak
sebagai umat beragama, meningkatkan rasa nasionalisme dalam bermasyarakat,
adanya kata mufakat dalam bermusyawarah, mengurangi sifat egoistis (merasa
Universitas Sumatera Utara
58
paling benar) dalam berargumen, dapat mempersatukan perbedaan budaya dan
agama yang mempermudah membangun negara Indonesia lebih maju serta
mensejahterakan masyarakat dengan berperilaku yang terdidik dan beragama.
Dari manfaat diatas penulis menyimpulkan bahwa sikap toleransi adalah cara
hidup bermasyarakat dengan membiarkan orang lain berpendapat dengan tidak
mengganggu kehidupan pribadi orang lain baik formal maupun informal. Jika
dikaitkan dengan budaya dan agama maka sikap toleransi ini melarang adanya
sikap diskriminatif terhadap orang lain atau kelompok lain dalam beragama dan
berkegiatan serta melarang untuk ikut campur urusan pribadi seseorang maupun
kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat Kelurahan Setia Negara yang terdiri dari berbagai macam
agama tidak menjadikan mereka menjadi terpecah belah, hal ini dapat dilihat dari
keberlangsungan hidup mereka sehari-hari yang terlihat sangat rukun. Untuk
menciptakan kehidupan yang rukun satu sama lain dengan cara saling
menghargai, saling mengasihi, jangan menaruh iri hati terhadap orang lain, saling
tolong menolong, sehingga tidak memunculkan sikap suudzon atau prasangka
buruk terhadap orang lain, karena itu lah masyarakat di Setia Negara ini tidak
pernah mengalami konflik yang besar, bahkan bisa dikatakan tidak pernah terjadi
konflik apalagi konflik antar umat beragama.
Universitas Sumatera Utara
59
Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan yaitu Ibu
Putri (30) bahwa:
“Interaksi sosial itu adanya hubungan timbal balik antar
masyarakat dan adanya tindakan dalam suatu komunikasi,
misalnya saling tolong menolong saat ada acara pernikahan, atau
pembangunan rumah ibadah kami saling membantu satu sama lain.
Interaksi antar umat beragama ini juga berdampak positif da ada
juga yang negatifnya, kalau yang positif bisa mempererat
keakraban dalam melaksanakan gotong royong, ada juga yang
negatifnya kalau ada yang saling iri hati bisa menimbulkan suatu
konflik”
Hal yang paling penting diingat sama masyarakat Kelurahan Setia Negara
ini jangan pernah mengganggu atau melukai hati sesama warga, tidak
memaksakan agamanya kepada orang lain, harus menghargai keberadaan agama
atau budaya lain yang harus dihormati, semua ini dilakukan untuk memberikan
rasa nyaman kepada mereka dalam melaksanakan ibadahnya masing-masing tanpa
mengintimidasi agama yang berbeda. Jika kita menjalankan sikap toleransi maka
kedamaian pun akan terjadi, tidak ada konflik dan adanya keharmonisan dalam
hubungan antar umat beragama, suku, budaya, yang selalu dijaga dengan hidup
bermasyarakat yang damai, tentram, tanpa ada perasaan takut.
Kondisi hubungan antar umat beragama di Kelurahan Setia ini dapat
dilihat melalui pergaulan mereka baik dalam kehidupan sosial maupun kehidupan
keagamaan.Pergaulan dalam kehidupan sosial itu misalnya dalam acara
perkawina, kematian, musyawarah, serta gotong royong. Dalam acara-acara
tersebut masyarakat di Kelurahan Setia Negara akan berpartisipasi dan acara
tersebut berjalan dengan lancar dan damai karena mereka berkerjasama karena
adanya rasa persaudaraan yang tertanam di hati mereka.
Universitas Sumatera Utara
60
Pergaulan dalam kehidupan keagamaan itu misalnya Hari Raya Idul Fitri
bagi umat Muslim, dan Perayaan Natal bagi umat Kristen. Dalam acara tersebut
mereka saling menhadiri serta saling mendukung satu sama lain. Ini membuktikan
kalau masyarakat Setia Negara ini baik dalam pergaulan kehidupan sosial maupun
kehidupan beragama. Menurut salah satu informan bahwa kesadaran diri sendiri
untuk menerima keberadaan orang lain sangat penting, sehingga sudah menjadi
suatu kebiasaan yang akhirnya diturunkan ke anak cucu masing-masing.
Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang informan yaitu
Bapak Iwan (40) bahwa :
“untuk menciptakan kehidupan yang damai, tenang,
memang harus saling menghargai, tidak ada yang lain karna kalau
sudah menghargai semua menjadi aman, tidak muncul berbagai
konflik. Itu lah interaksi sosial bisa dikatakan hubungan timbal
balik sesama warga yang membuat kehidupan ini lebih berwarna
karena adanya perbedaan itu”.
3.2 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Antar Umat Beragamadi Kelurahan
Setia Negara
Manusia berinteraksi dengan sesamanya untuk menghasilkan pergaulan yang
baik dalam suatu kelompok sosial.Bentuk-bentuk interaksi dapat dijumpai pada
kehidupan masyarakat di Kelurahan Setia Negara.Dapat di katakan bahwa
interaksi sosial di Kelurahan Setia Negara cukup baik hingga tidak menimbulkan
konflik yang besar.Ada beberapa bentuk interaksi sosial, mulai dari kerja
sama(cooperation), persaingan (competition), dan ada juga yang berbentuk
pertikaian (conflict), namun suatu pertikaian pasti ada cara untuk
menyelesaikannya walaupun hanya dapat diterima sementara waktu saja dan ini
Universitas Sumatera Utara
61
biasanya dinamakan akomodasi (accommodation). Ada juga asimilasi
(assimilation), akulturasi (acculturation), dan kontravensi (contravention).
Dari penjelasan bentuk interaksi sosial diatas, maka penulis akan membuat
siklus bentuk interaksi sosial yang terdapat di Kelurahan Setia Negara. Mulai dari
kerja sama, persaingan, konflik dan akomodasi, disini tidak ada yang namanya
asimilasi dan akulturasi, walaupun masyarakat disini menganut agama yang
berbeda, suku bangsa yang berbeda, dan kebudayaan yang berbeda juga, mereka
tidak ada yang menghilangkan kebudayaan atau ciri khas dari masing-masing
individu untuk menciptakan kebudayaan baru dan dianut secara bersama-sama,
dan sama halnya dengan akulturasi, tidak adanya kebudayaan asing yang
digabung untuk dimasukkan ke kebudayaan yang sudah ada tanpa menghilangkan
unsur kebudayaan itu sendiri. Berikut siklus interaksi sosial di Kelurahan Setia
Negara.
Gambar 2. Siklus Interaksi Sosial
Sumber : Dokumentasi Pribadi
akomodasi
kerjasama
Persaingan
Konflik
Universitas Sumatera Utara
62
3.2.1 Bentuk Kerjasama Antar Umat Beragama di Kelurahan Setia Negara
Salah satu bentuk interaksi sosial yaitu kerja sama, masyarakat melakukan
kerja sama antar umat beragama untuk mempererat hubungan mereka menjadi
lebih akrab lagi, lebih mengenal satu sama lain sehingga mereka lebih banyak
teman dalam bergaul. Kerja sama antar umat beragama yang di temukan di
Kelurahan Setia Negara yaitu :
1. Aspek perkawinan
Dalam acara perkawinan menjadi salah satu tempat yang membuat
masyarakat saling tolong menolong antara umat Islam dan umat Kristen. Jika ada
acara perkawinan baik itu dari umat Islam maupun Kristen maka semua
masyarakat yang ada di Keluahan Setia Negara maupun diluar kelurahan ini akan
datang menghadiri pesta dan ikut memeriahkan acara tersebut bila diundang oleh
tuan rumah yang mengadakan pesta.
Biasanya baik Islam dan Kristen semua diundang karena mereka memiliki
rasa persaudaraan yang tinggi tanpa membedakan latar belakang
agamanya.Selama seseorang diundang maka ia akan berusaha hadir di acara
tersebut meskipun berbeda keyakinan untuk menjalankan kewajiban mereka
sebagai masyarakat yang patuh terhadap aturan yang telah dibuat oleh mereka.
Dalam perkawinan pasti ada yang membedakan Agama Islam dengan Agama
Kristen, seperti biasa jika Agama Kristen yang mengadakan pesta pasti ada tempat
khusus buat masyarakat yang beragama Islam dan makanan nya pun dibedakan
pula.Proses ini membuat keharmonisan antar umat beragama muncul karena dari
mengundang dan menghadiri acara itu salah satu cara kita menghargai orang lain.
Universitas Sumatera Utara
63
Adapun perkawinan yang mengharuskan berpindah keyakinan bisa
mengurangi rasa perbedaan yang ada karena semua itu murni terjadi tanpa adanya
paksaan dari siapa pun, demi cinta nya kepada umat Tuhan Yang Maha Esa ia rela
melakukan itu semua untuk membangun rumah tangga yang bahagia dunia dan
akhirat. Karena tidak sedikit masyara kat di Kelurahan Setia Negara mempunyai
anak yang menikah dengan perempuan atau laki-laki yang berbeda keyakinan
namun berpindah keyakinan untuk menjalankan perintah dari Tuhan Yang Maha
Esa yaitu menikah.Walaupun didalam keluarga ada yang beragama Islam danada
juga yang beragama Kristen tidak menjadi masalah bagi mereka, terbukti mereka
sampai sekarang hidup rukun serta cucu-cucunya yang berbeda agama juga
terlihat sangat akrab saat dilihat ketika lagi bermain bersama.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Hasoloan (63) bahwa :
“Disini tidak ada konflik berdasarkan agama, seperti yang
bisa dilihat saya beragama Kristen mempunyai menantu
yang beragama Islam dan anak saya pun masuk ke Agama
Islam, cucu-cucu saya pun berhubungan baik semuanya,
tidak hanya di keluarga saya saja, mungkin banyak juga di
Setia Negara ini yang dia beragama Kristen mempunyai
saudara yang beragama Islam begitu juga sebaliknya, jadi
disini aman-aman saja dalam berinteraksi”
Universitas Sumatera Utara
64
Foto 15.Masyarakat yang beragama Islam mengikuti acara Pemberkatan di
Gereja
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Foto diatas ini merupakan salah satu contoh adanya sikap toleransi yang
berada di Kelurahan Setia Negara, dimana cinta dapat menyatukan perbedaan,
adanya toleransi yang tinggi antar umat beragama menandakan bahwa walaupun
berbeda-beda tapi tetaplah bersaudara.Seperti yang dilihat bahwa adanya umat
Muslim yang ikut hadir dalam acara pemberkatan umat Kristen di Gereja.
Foto 16. Masyarakat yang beragama Kristen ikut hadir dalam
acarapernikahan orang yang beragama Islam
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Universitas Sumatera Utara
65
Foto diatas membuktikan tidak hanya umat Islam saja yang menghadiri
acara yang dibuat oleh umat Kristen, umat Kristen begitu juga, mereka
menghadiri pernikahan umat Islam untuk saling menghargai satu sama lain.
Karena ketika kita sudah di undang oleh orang lain maka kewajiban untuk hadir
itu sangat penting. Adanya hubungan timbal balik antar umat beragama membuat
masyarakat Kelurahan Setia Negara ini hidup rukun, tidak pernah
mempermasalahkan status agama yang dianut oleh masing-masing masyarakat.
2. Perayaan Hari-Hari Besar
Momentum perayaan hari besar antar umat beragama tentunya harus
dilandasi sikap saling menghormati antar umat yang berbeda keyakinan satu sama
lainnya. Misalnya jika ada salah satu agama sedang merayakan hari besar biasa
nya akan ada masyarakat yang dari beda keyakinan datang untuk memberi
ucapan secara langsung kepada masyarakat yang merayakannya.Seperti pada saat
Hari Raya Idul Fitri yang dirayakan oleh umat Muslim, maka masyarakat
setempat berkunjung ke setiap rumah yang merayakannya tidak hanya masyarakat
yang sama keyakinannya tapi yang berbeda keyakinan pun ikut meramaikan hari
baik ini tanpa memandang adanya perbedaan.
Begitu juga sebaliknya jika Perayaan Natal tiba yang dirayakan oleh umat
Kristen biasanya juga mereka mengundang masyarakat lain untuk hadir
kerumahnya ikut serta merayakan hari bahagia tersebut. Kebersamaan ini bisa
terjadi kalau masyarakatnya memiliki kesadaran diri yang tinggi untuk mau
memberi dan menerima yang telah disesuaikan dengan batasan-batasan dalam
bertingkah laku.Selayaknya manusia membangun suatu hubungan sikap toleransi
harus melekat dalam kehidupan yang penuh keberagaman.
Universitas Sumatera Utara
66
3. Aspek Kematian
Setiap manusia yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Apabila ada
salah seorang warga yang meninggal dunia, maka salah satu dari keluarganya
akan mengumumkan berita tersebut di masjid terdekat dengan menggunakan
pengeras suara(microphone) agar dapat didengar oleh seluruh masyarakat
Kelurahan Setia Negara, dan apabila yang meninggal adalah masyarakat yang
beragama Kristen maka tetangga terdekat akan memberitahu ke tetangga lainnya.
Ketika mendengar suara kentungan berbunyi maka masyarakat sudah tahu
kalau ada orang yang meninggal dunia, kemudian mereka langsung menuju ke
rumah duka, baik itu masyarakat yang beragama Islam maupun Kristen, karena
mereka datang untuk menghormati satu sama lain walaupun hanya dengan datang
melayat dan mengucapkan bela sungkawa itu sudah termasuk sikap toleransi antar
umat beragama. Kalau untuk membantu menyusun kursi, memasang tenda,
bahkan membantu memasak itu tidak semuanya ikut, karena didalam fikiran
mereka yaitu “orang melihat orang” yang dimaksud jika itu tetangga dekat atau
sering juga melayat maka mereka akan membantunya lebih dari sekedar melayat
saja.
Dalam hal ini ada bantuan yang mereka kasih itu seperti dalam bentuk
uang yang seikhlas hati, adapun kutipan wajib itu terdapat di dalam kelompok-
kelompok masyarakat seperti Serikat Tolong Menolong (STM) bagi umat
Muslim, yang bagi umat Kristen nya penulis kurang tahu apa namanya yang pasti
ada juga, itu berlaku hanya untuk anggota saja, kalau diluar anggota biasanya ada
yang mengasih sumbangan dalam bentuk papan bunga, ada juga bantuan dana
yang telah dikumpulkan baik dari Agama Islam maupun Kristen dengan suka rela.
Universitas Sumatera Utara
67
4. Gotong Royong
Kemudian adanya kegiatan gotong royong yang dikerjakan secara
bersama-sama. Manusia sebagai makhluk sosial yang artinya hanya akan menjadi
apa dan siapa ia bergaul, karena manusia tidak dapat hidup sendiri, jika dia sendiri
ia tidak “menjadi” manusia. Karena itu menjalin hubungan kerja sama sangat
penting bagi masyarakat Setia Negara untuk mengingat bahwa Indonesia juga
sudah lama menggunakan azaz gotong royong yang bersifat kekeluargaan dalam
setiap pekerjaannya.
Kehidupan seperti ini dapat terjadi karena adanya kesadaran diri sendiri
bahwa interaksi sosial itu sangat diperlukan.Dalam bertetangga yang dilihat dari
tempat tinggal mereka yang bercampur dan berdekatan antara Agama Islam dan
Agama Kristen, itu mencerminkan kalau mereka berhubungan baik dan adanya
rasa persaudaraan yang tinggi. Keuntungan yang didapat dengan mengadakan
kegiatan gotong royong adalah menyatukan masyarakat dengan status yang sama
tanpa membeda-bedakan agama dan tingkat ekonomi, dapat meringankan
pekerjaan karena dilakukan secara bersama-sama, dan dapat mempererat
hubungan antar umat beragama agar tidak mudah di adu domba yang
mengakibatkan terjadinya konflik. Biasanya gotong royong yang dilakukan di
Kelurahan Setia Negara ini yang paling penting adalah gotong royong
membersihkan tempat ibadah dan membersihkan area lingkungan mereka.
Universitas Sumatera Utara
68
Gotong royong dilakukan setiap dua minggu sekali dan disini semua
masyarakat akan bekerja sama dengan suka rela, mulai dari membersihkan
selokan, membersihkan perkarangan setiap rumah dan lain-lain. Sedangkan
gotong royong membersihkan tempat ibadah dilakukan setiap Hari Jum’at dan
Minggu.
Seperti yang dikatakan Bapak Irfan (37) yaitu :
“Gotong royong dalam bentuk interaksi antar umat
beragama yaitu dengan dijalankannya kegiatan ini secara
bergantian termasuk untuk membersihkan tempat ibadah,
seperti setiap Hari Jum’at gotong royong dilaksanakan di
Mesjid dan seluruh masyarakat diundang baik Islam
maupun Kristen, dan di Hari Minggu sama juga seperti itu.
Jadi tujuannya dibuat seperti itu untuk saling menjaga yang
diawali dari tempat ibadah terlebih dulu”.
Ketika kegiatan ini dilakukan yang diharapkan adalah semua warga ikut
serta dalam mengambil bagian tanpa ada yang merasa lebih hebat karena
perbedaan agama yang dianutnya.Gotong royong bagi umat Muslim dan Kristen
merupakan tradisi yang harus dipertahankan, karena kegiatan ini lah mereka
masih bisa berkumpul tanpa memikirkan perbedaan.
Foto 17. Kegiatan masyarakat membersihkan aliran sungai dan
perkarangan rumah
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Universitas Sumatera Utara
69
Foto diatas merupakan kegiatan gotong royong yang dilakukan di
Kelurahan Setia Negara, mulai dari membersihkan area sungai yang dimana
sungai itu sangat berguna bagi masyarakat di Kelurahan Setia Negara untuk
melakukan aktivitas seperti mencuci, mandi, dan lainnya.Selanjutnya
membersihkan perkarangan rumah yang dilakukan secara bersama-sama untuk
meringankan suatu pekerjaan.
5. Musyawarah
Ada juga interaksi sosial lainnya yaitu musyawarah, salah satu upaya
untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama yaitu dengan cara
bermusyawarah, karena dengan musyawarah masalah apapun dapat diselesaikan
dengan baik tanpa menimbulkan konflik sebab semua keputusan berdasarkan hasil
musyawarah. Tanpa musyawarah maka hasilnya tidak sesuai apa yang diinginkan
masyarakat.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Kelurahan Setia
Negara ialah semua kegiatan yang akan dilakukan itu akan menjalankan
musyawarah terlebih dulu untuk mendapatkan keputusan secara bersama-sama,
baik itu kegiatan sosial, kegiatan keagaamaan maupun kegiatan nasionalis. Hal-
hal yang berhubungan dengan masyarakat tentu harus dengan proses
bermusyawarah.
Seperti yang dituturkan oleh Ibu Ayu (35) yaitu :
“Musyawarah sangat penting karena menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan. Seperti mau membuat acara yang
menutup badan jalan, itu harus dimusyawarahkan karena
jangan sampai orang lain merasa keberatan dan
menimbulkan suatu konflik. Hal-hal kecil seperti ini harus
diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan”
Universitas Sumatera Utara
70
Musyawarah adalah jalan terbaik untuk menyatukan semua pendapat
masyarakat dan mendapatkan solusi yang bertujuan untuk mewujudkan
kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadi saja dan dapat
mencegah terjadinya suatu konflik.
3.2.2 Bentuk-Bentuk Kerja Sama Antar Sesama Agamadi Kelurahan Setia
Negara
Penulis akanmembahas tentang bentuk-bentuk kerja sama antar sesama
agama yang terjadi dalam kehidupan Masyarakat Kelurahan Setia Negara.
Bentuk-bentuk ini dapat memperjelas adanya kehidupan yang rukun, damai, aman
antar sesama agama.Bentuk kerja sama antar sesama agama ialah akan dibagi
menjadi 2 bagian yaitu : 1). Kerja sama antara Agama Islam dengan Islam, 2).
Kerja sama antara Agama Kristen dengan Kristen.
1. Kerja SamaAntara Agama Islam dengan Islam di Kelurahan Setia
Negara
Islam adalah agama yang universal, dalam islam dikenal dengan prinsip
dasar Hablum Minallah (hubungan manusia dengan Allah), dalam islam
hubungan sosial yang paling populer adalah silaturahmi yang berarti hubungan
kekeluargaan. Di Kelurahan Setia Negara ini masyarakat beragama Islam
menjadikan silaturahmi itu sebagai kegiatan rutin yang dilakukan setiap seminggu
sekali yang ditetapkan di hari Senin, kegiatan itu adalah wirit yang dimana sudah
terjadwal setiap minggunya dan masyarakat di Kelurahan Setia Negara ini
membuat kutipan bagi setiap anggotanya sebesar Rp.20.000,-/minggu dan dikutip
di hari dimana wirit itu dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
71
Tidak hanya itu saja, masyarakat disini juga sering melakukan kegiatan
jalan-jalan yang diikuti oleh sesama anggota wirit, dana yang dikeluarkan pun ada
sebagian dari uang kas wirit dan ada juga kutipan yang sudah ditentukan sesuai
jumlah anggota yang ikut, masing-masing anggota boleh membawa keluarganya
misalnya membawa anak atau cucu mereka dan dikenakan biaya juga. Hal ini
membuat mereka menjadi lebih akrab lagi dan semakin kompak dalam
menjalankan kegiatan tersebut, bahkan jalan-jalan mereka tidak hanya di Kota
Pematangsiantar ini saja, mereka juga pergi ke berbagai kota seperti Banda Aceh,
Medan, dan lain-lain.
Foto 18. Kegiatan wirit ibu-ibu di Kelurahan Setia Negara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Selain itu agar terlihat lebih kompak lagi masyarakat di Kelurahan Setia
Negara ini sering membeli pakaian yang sama setiap kali ada jadwal jalan-jalan
mereka. Mereka terlihat sangat bahagia karena adanya kegiatan wirit ini, kadang
mereka juga saling membantu bila ada anggota wirit yang memasak untuk bontot
wiritnya. Kemudian ada juga wirit untuk bapak-bapak yang dilakukan setiap
malam Jum’at, tidak mau kalah dengan wirit ibu-ibunya, wirit bapak-bapak juga
sering melakukan kegiatan jalan-jalan seperti yang dilakukan masyarakat di
Kelurahan Setia Negara adalah mandi air panas di Sidebuk Debuk berastagi,
mereka pergi setiap dua minggu sekali pada hari Minggu pagi, dan mereka tidak
Universitas Sumatera Utara
72
mengumpulkan dana dikarenakan adanya sumbangan dari beberapa anggota wirit
seperti menggunakan kendaraan pribadi, dan membawa makanan dari rumah, jika
ada yang mau membeli minuman atau jajanan lain ada satu orang anggota wirit
yang selalu menanggulanginya. Ada juga yang membuat bapak-bapak ini semakin
kompak ialah sehabis sholat subuh ada beberapa orang pergi ke warkop yang
dilakukan setiap harinya untuk minum kopi dan saling tukar pikiran yang
membuat mereka tidak pernah bertengkar karena salah paham ataupun ada yang
mengadu domba terhadap bapak-bapak lainnya.
Selain wirit ada juga kegiatan lainnya seperti pembentukan anggota
marhaban (Qasidah) yang dilakukan oleh ibu-ibu di Kelurahan Setia Negara
ini.Qasidah berasal dari bahasa arab yang berarti bentuk syair kesusastraan arab
yang dinyanyikan. Mereka menyanyikan lagu-lagu yang berisi dakwah
keagamaan untuk umat Muslim yang diiringi dengan alat musik rebana dan
kecrek.Lagu-lagu qasidah juga harus mengandung unsur keimanan kepada Allah
SWT, ketaatan dalam beribadah, berbuat kebaikan dan hal-hal positif
lainnya.Qasidah biasanya digunakan pada acara-acara besar seperti memperingati
hari besar Agama Islam atau kegiatan marhaban, yaitu acara menyambut kelahiran
bayi.Anak-anak di Kelurahan Setia Negara ini juga bisa belajar dan menjadi
anggota qasidah dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang terdapat di
sekolah masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
73
Selain itu ada juga kegiatan Qurban yang dilaksanakan pada Hari Raya
Idul Adha yang bertujuan bukan hanya sekedar pamer atau riya, namun untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan sehingga dapat menjadi keluarga yang
rukun sesuai dengan Khaidah Islam.Untuk penerimaan daging qurban itu sendiri
adalah peserta qurban, serta warga yang tinggal di sekitar lokasi penyembelihan
hewan qurban.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Pandiangan selaku
Kepling di Kelurahan Setia Negara :
“Kalau saya sendiri menganjurkan kepada masyarakat yang
mau ikut berqurban dengan cara pribadi saja, walaupun daging
qurban nya ada yang tidak memuaskan tapi bukan itu yang
diharapkan, tetapi dia bisa beribadah dengan sendirinya tanpa
mengatas namakan sebuah komunitas, karena kegiatan qurban ini
ada yang mengatas nama kan masjid, pribadi, tidak ada atas nama
komunitas”
2. Bentuk-Bentuk Kerja SamaAntara Agama Kristen Dengan Kristen di
Kelurahan Setia Negara
Agama Kristen adalah golongan agama yang didasarkan atas ajaran Yesus
Kristus, agama yang bersifat etik, sejarah, universal, monotheis, dan penebusan,
dimana hubungan antara Tuhan dan menusia terjadi dengan perantara dan
pekerjaan Yesus Kristus. Umat manusia sebagai keluarga besar Allah mengakui
adanya perbedaan secara hakiki akan tetapi yang menonjol dalam hal ini bukanlah
suatu konflik melainkan sebuah kedamaian, kesejukan, ketertiban, dan keamanan
hidup yang dominan. Dengan adanya perbedaan mereka saling memberi, saling
menjaga, saling melengkapi.
Universitas Sumatera Utara
74
Ajaran Kristen juga mengajarkan cinta kasih sesama umat manusia karena
atas dasar tersebut mereka dapat hidup rukun diantara sesama umat manusia dan
dengan seluruh makhluk hidup tanpa membedakan status dan golongan mereka.
Kerukunan hidup antar umat beragama dapat diwujudkan dalam hukum kasih
yang merupakan norma dan pedoman hidup sesuai di dalam Al-Kitab :
“inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah
mengasihi Kamu” (Yohanes 15:12) firman Tuhan yang sama terdapat pada
(Yohanes 15:17) yaitu : “inilah perintahKu kepadamu : Kasihilah seorang akan
yang lain”.
Ada pun kegiatan-kegiatan yang membuat mereka lebih rukun ialah
melaksanakan kebaktian keluarga (wirid)sama hal nya dengan yang beragama
Islam wirid adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk menjaga kerukunan
terhadap sesama mereka. Wirid mereka yang dilaksanakan setiap Hari Kamis, ini
dilakukan secara bergantian dari satu rumah ke rumah lain dengan menyanyikan
lagu yang berisi pujian-pujian untuk Tuhan Yesus.
Kemudian ada juga kebaktian setiap Hari Minggu yang dilaksanakan di
setiap gereja, materi yang disampaikan pun berupa firman-firman tuhan yang
dibacakan oleh pendeta.Kebaktian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan orang yang beragama Kristen.Selain kebaktian mereka sering membuat
kegiatan seni setiap Hari Minggunya, yang ditampilkan diacara seni tersebut
berupa memainkan musik, atau anak-anak yang bisa bernyanyi dan bermain musik
mereka akan di pakai dalam kegiatan tersebut untuk menampilkan bakat yang
mereka punya.
Universitas Sumatera Utara
75
Foto 19. Kegiatan pemuda-pemudi latihan bermain alat musik
setiap Hari Minggu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Foto diatas merupakan salah satu acara seni yang di selenggarakan oleh
umat Kristen, dengan bermain musik bersama mereka dapat meningkatkan rasa
persaudaraan yang ada terhadap sesama agama.
Dari beberapa kerja sama diatas untuk membangun masyarakat Kelurahan
Setia Negara agar lebih toleransi lagi sesama agama maupun berbeda agama
dengan cara memperbanyak kegiatan-kegiatan yang melibatkan kedua agama
tersebut seperti gotong royong yang gunanya sangat banyak bagi keberlangsungan
hidup masyarakat Kelurahan Setia Negara, ada juga kegiatan-kegiatan seperti
wirid semakin banyak lagi anggota yang ikut agar semakin sering juga mereka
mengadakan acara jalan-jalan yang gunanya untuk lebih mempererat lagi
hubungan sesama mereka. Kegiatan-kegiatan antar umat beragama disini sudah
menyatu seperti Agama Islam itu kegiatan nya di Mesjid, yang Agama Kristen di
Gereja.
Universitas Sumatera Utara
76
3.2.3 Bentuk-Bentuk Persaingan Yang terdapat di Setia negara
Persaingan terjadi ketika seseorang atau kelompok bersaing untuk
mendapatkan keuntungan melalui bidang-bidang tertentu, dengan cara menarik
perhatian public tanpa menggunakan ancaman dan kekerasan. Ada beberapa
bentuk persaingan di Kelurahan Setia Negara yaitu :
1. Persaingan di Bidang Agama
Tidak terdapat persaingan dalam bidang keagamaankarena tidak
adanya agama yang dominan disetiap bidang pekerjaan maupun
jabatan.
2. Persaingan di Bidang Ekonomi
Persaingan dibidang ekonomi timbul karena adanya pasar pagi
yang membuat para pedagang bersaing untuk menarik perhatian
masyarakat untuk belanja di lapak mereka. Bagi masyarakat
persaingan ini membawa keuntungan sebab pembeli-pembeli terbaik
yang memenangkan persaingan dengan cara membeli barang
dagangannya tanpa menawar dibawah harga pasaran, ini dilakukan
agar bisa mensejahterakan pedagang yang ada di pasar pagi.
Universitas Sumatera Utara
77
3.2.4 Bentuk-Bentuk Konflik yang terdapat di Setia Negara
Masyarakat Kelurahan Setia Negara yang dianggap memiliki rasa
persaudaraan yang tinggi pun tidak dapat terhindar dari konflik baik yang bersifat
manifest maupun laten, yang berbentuk realistis maupun nonrealistis, dan
melibatkan perorangan maupun kelompok. Seperti beberapa konflik di Kelurahan
Setia Negara yang melibatkan antar umat beragama yakni :
1. Aspek Kematian
Pada saat masyarakat Umat Kristen mengalami kemalangan salah satu
anggota keluarganya yang sudah tua (matua). Ada berbagai macam tata
cara adat istiadat untuk proses pemakaman yang dipercayai oleh masing-
masing suku. Pada masyarakat batak kematian di usia yang sudah sangat
tua ialah kematian yang paling diinginkan. Tradisi budaya (khususnya
Batak Toba) ini disebut sebagai “mate saur matua”.
Orang yang mati akan mengalami perlakuan khusus dari pihak-pihak
kerabatnya yang terdiri dari unsur dalihan natolu. Pelaksanaan upacara
tergantung pada lamanya mayat yang disemayamkan, idealnya ketika
seluruh anaknya telah berkumpul namun karena banyak masyarakat batak
yang merantau sering terjadi berhari-hari menunda pelaksanaan
upacaranya demi menunggu kedatangan anak-anaknya yang berdomisili
jauh.
Universitas Sumatera Utara
78
Jenis-Jenis Kematian Menurut Suku Batak
Ada beberapa jenis kematian yang dipercayai oleh Suku Batak dan
masing-masing memiliki tatacara dan tingkat pelaksanaan upacara yang
berbeda-beda, bisa berdasarkan usia, tingkat kedudukan dalam adat
ataupun kekerabatan berdasarkan falsafah Dalihan Na Tolu.
1. Tilahaon/Mate Poso-poso
Tilahaon adalah meninggalnya seorang anak yang masih
dikategorikan sebagai bayi dan belum dibaptis (Kristen) atau
martututuaek (adat lama/Parmalim).Dalam agama Kristen, bayi yang
meninggal sebelum dibaptis harus terlebih dahulu dibaptis oleh
pemukan agama agar jiwanya tidak terhalang masuk ke sorga.
Kepercayaan lama meyakini bahwa bagian-bagian tubuh bayi yang
meninggal sebelum tumbuh gigi dapat dipergunakan sebagai bahan
praktek ilmu hitam.Oleh sebab itu, kuburan si bayi harus dijaga selama
tujuh hari tujuh malam agar tubuh si bayi tidak di curi sebelum
tubuhnya membusuk.Bagi anak-anak yang meninggal dalam status
tilahaon pelaksanaan prosesi adat kematiannya tidak terlalu rumit dan
tidak melibatkan semua unsur yang ada dalam Dalihan Na Tolu.
Jenazah hanya diberikan kain ulos sebagai penutup yang diberikan
oleh orang tuannya.
Universitas Sumatera Utara
79
2. Mate Dakdanan (Mati Usia Anak-anak)
Mate dakdanan merupakan kematian yang terjadi pada seseorang
pada saat berusia muda atau anak-anak. Kategorinya bisa antara usia 1
(satu) sampai 13 tahun. Untuk kematian jenis ini, prosesi adatnya juga
tidak terlalu rumit dan banyak.Biasanya hanya merupakan acara
kegamaan.Prosesi penguburannya juga tidak berbeda dengan kematian
lainnya diadatnya saja yang dibedakan yaitu dengan hanya
memberikan (menutupi jenazah) dengan ulos yang di berikan oleh
Tulang (paman/saudara laki-laki dari ibu mendiang).
3. Mate Bulung (Mati Usia Remaja)
Mate bulung merupakan kematian seseorang pada saat berusia
remaja dan menjelang dewasa. Biasanya antara usia 10 – 17 tahun.
Prosesi upacara kematiannya hampir sama dengan kematian pada
anak-anak dan belum dilaksanakan prosesi adat kematian secara
lengkap. Jenazah hanya ditutupi dengan kain ulos yang diberikan oleh
Tulang (paman/saudara laki-laki dari ibu mendiang).
4. Mate Ponggol
Mate ponggol (mati patah) diartikan sebagai mati pada saat berusia
dewasa namun belum menikah atau berkeluarga sama sekali.
Pelaksanaan upacara kematiannya tidak jauh beda dengan kematian
pada anak-anak maupun dewasa. Jenazahnya hanya ditutupi ulos yang
diberikan oleh Tulang.
Universitas Sumatera Utara
80
Untuk kematian jenis ini, tidak ada batasan usia bagi sang
mendiang. Sepanjang tidak menikah maka proses adat tidak akan
dijalankan secara sempurna selayaknya bagi orang yang sudah
berkeluarga dan menikah. Karena pada fase seperti ini sang mendiang
dianggap belum membayar adat, jadi tidak ada ketentuan adat yang
diberlakukan padanya, meskipun sang mendiang sudah berusia tua
bahkan sudah uzur.
5. Mate Makkar
Mate Makkar ini merupakan kematian bagi orang yang sudah
menikah atau berkeluarga, upacara nya pun berbeda jauh sama orang
yang belum menikah. Mate makkar bisa juga dikategorikan sebagai
meninggalnya seseorang yang mempunyai anak tetapi anaknya itu
belum berumah tangga, atau anaknya sudah berumah tangga namun
belum memiliki cucu. Upacara adat sudah berjalan sebagaimana
mestinya, dalam prosesi adatnya, biasanya semua unsur yang terdapat
dalam Dalihan Na Tolu dalam sistem kekerabatan keluarga inti akan
memberikan kata nasehat (hata togar-togar) yang disampaikan kepada
keluarga yang di tinggalkan oleh mendiang. Namun tidak sampai pada
tingkat upacara maralamam atau membawa menempatkan jenazah ke
halaman rumah melainkan cukup di dalam rumah saja.
6. Mate Hatungganeon
Mate hatungganeon adalah meninggal pada saat sudah memiliki
anak dan anak tersebut ada yang sudah kawin namun belum memiliki
cucu.
Universitas Sumatera Utara
81
7. Sari Matua
Jenis kematian yang dianggap sebagai kematian dengan tingkatan
yang lebih baik dan lebih sempurna, yaitu kematian sari matua dan
saur matua.Dianggap lebih baik dan lebih sempurna karena yang
meninggal dengan keadaan sudah berketurunan baik keturunan laki-
laki maupun perempuan.
Sari matua adalah orang yang meninggal dunia telah beranak dan
bercucu.Namun ada diantara anak-anaknya yang belum kawin atau
menikah, yang artinnya masih ada kewajiban adat yang harus
dilakukan sebelum meninggal.Kata sari berarti masih ada anak yang
berada dalam tanggungan dan belum kawin.Proses pelaksanaan
upacara kematiannya sudah dalam tahap pelaksanaan adat yang
lengkap berdasarkan Dalihan Na Toludan juga sudah melibatkan unsur
gondang dan musik didalamnya. Dalam proses pelaksanaan adat,
urutan pemanggilan dan posisi dalam Dalihan Na Tolu mulai dari
Tulang atau hula-hula ke tingkatan yang lebih tinggi.
Pelaksanaan adat pada situasi seperti ini termasuk
kategoripelaksanaan adat yang rumit dan mesti dilaksanakan secara
hati-hati karena pada prinsipnya upacara adat ini merupakan upacara
adat yang terakhir bagi mendiang maupun keturunannya.Khususnya
bila adat yang dilaksanakan adalah adat “na gok” (adat lengkap)
karena beranggapan bahwa semua anaknya sudah berkeluarga.
Universitas Sumatera Utara
82
Bagi salah satu orang tua yang masih hidup masih tetap di
sematkan ulos tujung. Terkadang ada beberapa pertimbangan bagi
keluarga untuk meningkatkan adat “na gok” dengan pemberian ulos
“sampe tua” kepada orang tua yang menduda atau menjanda. Namun
peningkatan ini harus dipertimbangkan secara sangat hati-hati,
terutama bila ada anaknya yang belum menikah.Ini artinya bahwa
orang yang sudah menerima ulos “sampe tua” tidak lagi boleh
memberi atau menerima ulos passamot saat anaknya kawin kelak
karena dianggap hak dan kewajibannya dalam adat sudah selesai dan
lunas.
8. Saur Matua
Saur matua merupakan jenis kematian yang paling didambakan
oleh orang Batak pada umumnya.Kematian jenis ini berarti kematian
yang sempurna karena semua anak dan putrinya sudah menikah dan
sudah memiliki anak. Kematian ini juga dianggap sudah sempurna
karena sang mendiang sudah selesai menunaikan kewajiban adat yang
dibebankan kepadanya semasa dia masih hidup. Pelaksanaan upacara
kematiannya juga harus berdasarkan upacara adat yang penuh dengan
menghadirkan semua unsur-unsur Dalihan Na Tolu dalam sistim
kekerabatan inti keluarga.
Universitas Sumatera Utara
83
Berbeda dengan jenis kematian sari matua, jenis kematian saur
matua ini terbilang lebih mudah dilaksanakan walaupun prosesinya
tergolong kompleks dengan melibatkan banyak orang dan
biaya.Dikatakan lebih mudah karena tidak ada lagi perdebatan dalam
keturunannya soal bagaimana pelaksanaan upacara kematian akan
dilaksanakan karena sudah memiliki aturan yang “baku” dalam adat
Batak sejak dahulu. Tinggal bagaimana pihak keturunan atau
keluarganya mampumenanggulangi semua biaya yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan upacara kematian tersebut.
9. Saur Matua Mauli Bulung
Saur matua mauli bulung adalah tingkatan kematian yang paling
sempurna bagi orang Batak dengan makna meninggal dalam keadaan
anak-anaknya sudah menikah dan memiliki cucu.Bahkan cucu-
cucunya sudah berkeluarga dan memiliki anak yang di sebut dengan
nini dan nono (marnini marnono).Proses pelaksanaan adat bagi “saur
matua” dan“saur matua mauli bulung” sebenarnya sama dan tidak
berbeda jauh, hanya tingkatan saja yang membedakan jenis kematian
antara keduanya. Pada saat seperti ini orang Batak akan melakukan
upacara adat selayaknya pesta besar yang bermakna bahwa kematian si
orang tua tersebut bukanlah sebuah kesedihan, melainkan sebuah suka
cita bagi keturunannya karena sang mendiang sudah selesai
menjalankan segala kewajiban dan hutang adat untuk menikahkan
anak dan putrinya.
Universitas Sumatera Utara
84
Artinya mendiang meninggal dalam keadaan lega dan ini adalah
sesuatu yang patut dirayakan oleh keturunannya. Pada acara ini
biasanya akan ada musik gondang dan pemotongan hewan ternak
sebagai “boanan” (bawaan) sang mendiang saat menuju
peristirahatannya yang terakhir. Masyarakat Batak secara tersirat
seperti punya simbol tentang hewan yang disembelih pada upacara
adat orang yang meninggal dalam status saur matua ini. Biasanya,
kerbau atau sapi akan disembelih oleh anak-anak dari orang yang
meninggal yang dianggap sukses hidupnya (orang mampu). Hewan
yang dipotong ini nantinya akan dibagikan kepada semua pihak
melalui media jambar sesuai dengan kedudukan masing-masing dalam
Dalihan Na Tolu.
Biasanya proses pemakaman akan dilaksanakan paling cepat 3
(tiga) hari dan 7 (tujuh) hari setelah kematian. Ini tergantung
kesepakatan dalam tonggo raja setelah mempertimbangkan keluarga
yang jauh yang mungkin memerlukan waktu untuk sampai ke
kampung atau kota kediaman mendiang. Jenazah kemudian
dimasukkan ke dalam peti mati yang telah disiapkan terlebih dahulu
yang disebut dengan mompo.Jenazah yang telah dimasukkan ke dalam
peti mati diletakkan di tengah-tengah kerumunan seluruh anak dan
cucu, dengan posisi peti bagian kaki mengarah ke pintu keluar rumah.
Universitas Sumatera Utara
85
Di sebelah kanan peti jenazah adalah anak-anak lelaki dengan para
istri dan anak mereka masing-masing, dan di sebelah kiri adalah anak-
anak perempuan dengan para suami dan anak mereka masing-masing.
Pada saat inilah proses penyematan ulos saput dan ulos tujung
dilaksanakan oleh pihak Tulang dan hulahula mendiang.
Sesuai dengan kesepakatan pada hari pelaksanaan adat peti mati
yang masih setengah terbuka dibawa ke tengah halaman rumah
(maralaman).Pada saat ini, unsur Dalihan Na Tolu dan khayalak ramai
datang dengan rombongan sesuai dengan kedudukan dan fungsinya
masing-masing dan disertai bawaan masing-masing pula, mereka
menari(manortor) mengelilingn peti jenazah mendiang.
Mereka manortor diiringi musik dari gondang sabangunan (alat
musik tradisional khas Batak).Gondang sabangunan adalah orkes
musik tradisional Batak, terdiri dari seperangkat instrumen yakni : 4
ogung, 1 hesek , 5 taganing, 1 odap, 1 gondang, 1 sarune.Inilah yang
disebut dengan jambar tortor.Setelah jambar tor-tor dari semua pelayat
selesai selanjutnya adalah kata-kata ungkapan sebagai balasan pihak
keluarga (hasuhuton) kepada masing-masing pihak yang memberikan
jambar hata dan jambar tor-tor.
Selanjutnya salah seorang suhut mengucapkan jambar hata balasan
(mangampu) sekaligus mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu pelaksanaan upacara. Setiap peralihan
mangampu dari satu pihak ke pihak lain, diselingi ritus manortor.
Universitas Sumatera Utara
86
Manortor dilakukan sambil menghampiri dari tiap pihak yang
telah menghadiri upacara tersebut, sebagai tanda penghormatan
sekaligus meminta doa restu.Setelah semua ritual adat tersebut selesai
dilaksanakan, upacara adat diakhiri dengan menyerahkan ritual
terakhir kepada gereja (pangula ni huria) untuk melaksanakan ibadah
singkat. Ibadah bisa dilakukan di tempat itu juga, atau ketika jenazah
sampai di lokasi perkuburan, hal ini disesuaikan dengan kondisi,
namun prinsipnya sama saja. Maka sebelum peti dimasukkan ke dalam
tanah (yang sudah digali sebelumnya), ibadah singkat dilaksanakan
(berdoa), barulah jenazah yang sudah di dalam peti yang tertutup
dikuburkan.
Dari sekian banyak jenis-jenis kematian menurut suku Batak dan berbagai
macam upacara adatnya maka yang di fokuskan disini adalah kematian saur matua
yang menimbulkan perbedaan dengan masyarakat Umat Islam. Seperti pada
keluarga Bapak Gultom yang mengalami musibah kemalangan karena ibunya
yang meninggal dunia pada tahun 2018 lalu, pada saat hari pertama diumukan
bahwasanya ada yang meninggal dunia maka anggota pemerintahan atau kepling
nya langsung menuju rumah duka untuk memberi sepatah dua patah kata untuk
keluarga yang mengalami kemalangan, tetapi pada saat itu orang belum ramai
yang datang dan semua anggota keluarganya lagi sibuk memasak dan memotong
hewan babi untuk disantap bersama keluarga. Dari sini lah kepling di Kelurahan
Setia Negara merasa kurang nyaman atas kegiatan mereka yang memotong hewan
yang dianggap haram pada umat agama Islam.
Universitas Sumatera Utara
87
Perbedaan ini memicu perdebatan antara masyarakat yang beragama Kristen
dengan kepling di Setia Negara, karena kalau ada kemalangan lagi mereka sebagai
anggota pemerintahan tidak mau hadir atau lama hadir dirumah duka. Seperti di
keluraga Naibaho pada awal bulan mei 2019 lalu mengalami musibah kemalangan
dan yang meninggal adalah ayahnya, ini menguburkan mayatnya lebih lama lagi
daripada keluarga Gultom tadi karena menunggu kedatangan anaknya yang
merantau di Kalimantan sana. Berhari-hari mayat itu berada dirumah dan sama
seperti kejadian yang lalu kalau keplingnya tidak hadir, ini menjadi masalah lagi
bagi Umat Kristen dengan anggota pemerintahan.
Dengan munculnya masalah-masalah yang sama, maka anggota pemerintahan
nya memberi solusi ke Umat Kristen kalau ada musibah kemalangan lagi mereka
dapat mengundang RT atau RW Setia Negara untuk menggantikan posisi lurah
maupun kepling untuk memberi sepatah dua patah kata kepada keluarga yang
ditinggalkan.
Seperti yang dituturkan oleh Kepling Kelurahan Setia Negara :
“ Saya sebagai ketua LPM (Lembaga Pemberdaya
Masyarakat) merasa tidak nyaman dengan cara mereka
yang terlalu lama menguburkan orang yang telah
meninggal, karena saya pernah datang ke rumah duka orang
yang beragama Kristen. Hari pertama saya datang ke rumah
duka belum ada orang, dan mereka sedang memotong
hewan yang diharamkan oleh agama saya yaitu memotong
hewan babi, jadi ketika mereka memberikan mic untuk
berbicara, saya merasa kurang nyaman karena saya
mengingat mereka habis memotong hewan tersebut.
Kemudian jika ada yang meninggal lagi dari umat Kristen
saya tidak datang, dan mereka semua protes sama saya
karena tidak ada wakil dari anggota dari pemerintahan yang
datang. Cara menyelesaikan masalah ini saya menyuruh
mereka untuk mengundang RT atau RW yang beragama
Kristen untuk mewakili Lurah. Ini sedikit perbedaan antara
Kristen dan Islam”
Universitas Sumatera Utara
88
2. Konflik Tanah Wakaf Bagi Umat Islam
Tanah wakaf bagi umat Islam yang sangat memprihatinkan karena
semua tanah wakafnya telah penuh. Wakaf adalah perbuatan wakif yang
menjadikan manfaat hartanya untuk digunakan oleh orang lain, yang
dimana pemilik tanah membolehkan pemanfaatannya untuk tujuan
kebaikan. Di Kelurahan Setia Negara ini mulai sejak tahun 1993 sudah
dicoba dengan mengumumkan melalui mimbar dan lain-lain, agar
masyarakat muslim dapat mengembangkan tanah wakafnya namun selalu
gagal.
Sampai sekarang tanah wakaf untuk agama Islam disini sangat
mengerikan karena sudah tidak ada lagi tanah wakaf yang bersedia
semuanya telah penuh.dan disini banyak tanah wakaf Islam yang mengatas
nama kan seorang pensiunan, tanah wakaf setia negara dua tetapi
semuanya sudah penuh. Kegagalan ini juga ulah dari masyarakat Islam itu
sendiri yang protes dengan rencana yang telah disusun sejak lama.
Apalagi ada isu-isu yang sampai ke area politik tentang adanya tanah
kebun yang berlebih dekat dengan asrama TNI, namun banyak yang
mengatakan kalau radius 2KM masih menjadi hak mereka sehingga
masyarakat disini tidak berani berbuat apa-apa untuk meminta tambahan
tanah wakaf bagi umat Islam.
Seperti yang dituturkan oleh Bapak Pandiangan :
“ Sejak tahun 1993-2000 rencana untuk menambah tanaf
wakaf sudah diadakan namun selalu gagal karena masyarakat disini
menganggap kalau kampung ini mau dijadikan kampung kuburan.
Kondisi tanah wakaf bagi umat Islam disini sangat memprihatinkan
hingga sekarang pun tidak ada jalan keluarnya untuk masalah tanah
wakaf di Kelurahan Setia Negara ini.”
Universitas Sumatera Utara
89
3. Gosip-Gosip Antar Tetangga
Kemudian ada konflik komunikasi yang membuat masyarakat di
Kelurahan Setia Negara ini tidak berani berbicara langsung di depan orang
yang bersangkutan melainkan hanya bisa membicarainya dari belakang
saja, seperti yang sering terjadi ialah masalah cara berpakaian, yang
dimana ada seseorang yang pakaiannya kurang sopan atau terlalu
mencolok dan tidak pantas digunakan, mereka segan menegurnya secara
langsung karena masih memikirkan perasaan orang yang bersangkutan,
namun mereka tidak berfikir kalau seperti itu terus akan menimbulkan
konflik yang besar.
4. Konflik Pengucaan Kata Yang Merupakan Simbolik Agama Islam
Selain itu konflik yang ada di Kelurahan Setia Negara antar umat
beragama yang sering terjadi seperti di pasar pagi, contohnya ada dua
orang pedagang yang menganut beda keyakinan yang mengangkat sebuah
keranjang yang berisi sayur-sayuran secara bersamaan, kemudian orang
yang beragama Kristen ini tanpa sengaja mengucapkan kata “Bismillah”
ketika mau mengangkat keranjang tersebut kemudian orang yang
beragama Islam ini pun membanting keranjangnya dengan tujuan tidak
suka karena mereka mengucapkan kata yang menjadi simbol Agama Islam
tersebut, terjadilah adu mulut diantara mereka.
Sama halnya dengan kata “Bismillah”, sering juga terdengar kalau
umat Kristen menyebut kata Istigfar “Astaghfirullah” ini juga membuat
umat Muslim merasa kalau agama mereka sedang diejek oleh umat
beragama lain. Dengan ketidaksukaan umat Islam kadang tanpa sadar
Universitas Sumatera Utara
90
mereka langsung memaki umat Kristen yang menyebut kata-kata yang
dianggap simbol dari Agama Islam.Menurut pandangan umat Kristen di
Kelurahan Setia Negara kalau kata-kata itu memiliki arti yang bagus
seperti “Alhamdulillah” artinya kan sama dengan “Puji Tuhan”,
“Assalamualaikum” artinya sama dengan “Salam Sejahtera”, dan
“Astaghfirullah” kan artinya “mohon ampun”.Jadi tidak ada salahnya
kalau mereka yang umat Kristen ikut-ikutan mengucapkan kata-kata
tersebut. Karena semua agama itu sama dan memiliki tujuan yang baik.
Seperti yang dituturkan oleh Bapak Pandiangan :
“ Pasar pagi ini tempat orang bebas berkomentar,
kalau saya menyikapinya dengan membiarkan nya saja
mungkin cara mereka berintegrasi, bersosial seperti itu, ada
yang untuk membuat pembeli tertarik untuk membeli
dagangannya bisa dikatakan kalau pasar pagi ini sumber
semua informasi, semua ada disini berbagai macam gosip-
gosip, paling enak kalau sudah di kawasan pasar pagi ini
untuk bergosip”
5. Pembagian Beras Miskin
Ada banyak sekali sikap yang tidak simpatik terhadap individu
maupun kelompok lain, hal ini ditunjukkan dalam jarak sosial yang
merupakan posisi yang diberikan oleh para anggota kelompok atau
pemerintah yang berprasangka kepada kelompok lain. Semakin
bertentangan maka semakin jauh pula jarak sosialnya. Seperti yang ada di
Kelurahan Setia Negara, setiap waktu pembagian beras miskin (raskin)
yang tidak merata yang membuat masyarakat dari umat Kristen protes ke
kepala lingkungannya karena yang mereka melihat lebih mayoritas umat
Islam yang dibagikan daripada umat Kristen ini disebabkan karena lebih
Universitas Sumatera Utara
91
banyak umat Islam yang miskin dan berhak mendapatkan nya, kalau umat
Kristen banyak yang miskin tentunya mereka lebih banyak dibagikan.
3.2.5 Bentuk-Bentuk Akomodasi Yang Terdapat di Setia Negara
Dari konflik-konflik diatas pasti ada cara untuk menyelesaikannya, dengan
membuat kesepakatan yang disetujui bersama, misalnya seperti masalah
berpakaian mereka harus saling terbuka satu sama, memberi masukan mana yang
pantas dan mana yang tidak pantas untuk dipakai, sehingga tidak terjadi lagi
omongan-omongan dari belakang yang membuat masyarakat tidak nyaman dalam
hal berpakaian.
Kemudian konflik yang mengucapkan kata-kata yang merupakan simbol
dari Agama Islam, cara yang umat Islam lakukan adalah langsung terjadi adu
mulut kepada orang yang dianggap melecehkan agamanya, lalu orang yang telah
membuat masalah harus meminta maaf kepada orang yang merasa tersinggung
atas ucapannya. Cara menyelesaikan masalah seperti ini yang sering dinamakan
dengan akomodasi.
Universitas Sumatera Utara
92
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG TERJADINYA
INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA
Interaksi sosial mensyaratkan adanya dua atau lebih pihak yang
berinteraksi dengan perspektif yang sama mengenai kerukunan dan harus
diciptakan di suatu lingkungan, komunitas, atau bangsa tertentu. Interaksi sosial
antar umat beragama sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, terlebih
bagi masyarakat majemuk seperti di Indonesia ini. Meski dapat dipastikan bahwa
hampir semua manusia menginginkan hidup rukun, namun dalam realitasnya
terkadang selalu saja muncul permasalahan yang dapat mengganggu relasi antar
umat beragama tersebut. Interaksi sosial pada manusia tidak dapat terjadi dengan
sendirinya akan tetapi selalu berlangsung dalam interaksi manusia yang berkenaan
dengan objek tertentu.
4.1 Faktor-Faktor Yang Mendukung Interaksi Sosial Menurut Masyarakat
di Kelurahan Setia Negara.
1. Saling Menghormati Antar Umat Beragama
Pentingnya saling menghormati antar umat beragama adalah ketika kita
melakukan perayaan, ritual, dalam keyakinan agama masing-masing agar
berjalan dengan lancar.Masyarakat Kelurahan Setia Negara menciptakan
hubungan yang rukun, aman dalam kehidupan beragama.Hal ini disebabkan
karena mereka saling menghormati, saling menghargai, antar sesama pemeluk
agama. Masyarakat Kelurahan Setia Negara mengutamakan sikap toleransi
antar umat beragama dengan cara menerima kehadiran agama lain dengan
segala kegiatannya.
Universitas Sumatera Utara
93
Bahkan untuk menciptakan suasana yang baik harus diimbangi dengan
pergaulan yang baik pula antar umat beragama.Walaupun ada saja orang yang
sulit menerima kepercayaan orang lain, karena dalam pikirannya bahwa
agama yang diyakininya saja sebagai jalan menuju surga. Masyarakat
Kelurahan Setia Negara ini kebanyakan menganut Agama Islam dan Agama
Kristen, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Masing-masing dari mereka
saling terbuka dan menerima keberadaan dari agama lain. Karena perbedaan
itu tidak membuat hubungan mereka menjadi renggang, justru dengan adanya
perbedaan mereka menjadi lebih damai, membuat cara sendiri untuk bahagia
dan tetap akur yang dapat dilihat dari pola interaksi masyarakat Kelurahan
Setia Negara tersebut.
2. Memiliki Rasa Peduli Terhadap Orang Lain
Pentingnya rasa kepedulian terhadap orang lain dapat mewujudkan
kerjasama yang baik untuk saling membantu tanpa melihat adanya perbedaan.
Salah satu contoh kepedulian terhadap orang lain yaitu pada saat mengadakan
pesta pernikahan. Dimana mereka saling berkomunikasi satu sama lain dan
saling membantu tanpa memandang perbedaan yang dilatar belakangi oleh
keyakinan yang dianut. Hal seperti ini yang harus lebih diperhatikan untuk
menciptakan kehidupan yang damai khususnya untuk umat Islam dan umat
Kristen yang ada di Kelurahan Setia Negara.
Universitas Sumatera Utara
94
Kehidupan seperti ini dapat tercipta karena adanya kesadaran diri sendiri
bahwa kerukunan umat beragama itu sangat diperlukan.Dalam bertetangga
yang dilihat dari tempat tinggal mereka yang bercampur dan berdekatan antara
penduduk Islam dan Kristen, mencerminkan kalau mereka berhubungan baik
dan adanya rasa persaudaraan yang tinggi.Hal ini tidak lepas dari peran tokoh-
tokoh agama maupun perangkat desa yang selalu mensosialisasikan akan
pentingnya kerukunan antar umat beragama.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Irfan (37) yaitu :
“Menjaga kondisi kerukunan antar umat beragama yang
dilakukan dari kelurahan ialah selalu bersosialisasi kepada
masyarakat tentang perlunya kerukunan dan keharmonisan
antar umat beragama di Setia Negara ini, karena kalau
sudah rukun, sudah kondusif, kita yang beraktivitas setiap
hari akan merasakan kenyamanan”
3. Memiliki Sikap Toleransi
Masyarakat Kelurahan Setia Negara sangat menjunjung tinggi rasa
toleransi.Adanya perbedaan diantara mereka bukan menjadi penghalang untuk
terus berbuat baik, saling menghargai melainkan menjadikan mereka semakin
dekat antar sesama pemeluk agama.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Pandiangan (66) :
“Hidup ini jangan digunakan buat ngurusin kehidupan
orang lain, cukup kita hargai dan tidak mengganggu
kehidupan nya itu sudah lebih dari cukup. Selagi kita tidak
diganggu sama mereka maka kita tidak perlu memulai
untuk mengganggu kehidupan orang lain”
Universitas Sumatera Utara
95
4. Memiliki Kesadaran Diri Sendiri
Untuk menciptakan keharmonisan, kerukunan antar umat beragama seperti
yang dialami oleh masyarakat Kelurahan Setia Negara ini mereka harus
memiliki kesadaran diri sendiri, yang artinya mereka harus menyadari bahwa
perbedaan dalam hal kepercayaan itu ada nyatanya.
Setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda untuk menjalankan
ibadahnya sehingga setiap individu tidak boleh merasa kalau kepercayaannya
itu yang paling benar dimata Tuhan, karena kalau itu terjadi maka tanpa
sengaja akan memandang kepercayaan orang lain itu tidak benar. Sikap
kesadaran diri sendiri ini mampu menjaga hubungan antar umat beragama,
baik dalam hubungan keagamaan maupun hubungan sosial. Hubungan
keagamaan bisa dilihat bahwa dalam kegiatan apapun mereka saling
membantu, saling memberi, dan mendukung satu sama lain. Tidak dalam
hubungan keagamaan saja melainkan hubungan sosial juga karena mereka
sadar bahwa individu tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Nur (45) :
“Disini memang dikenal dengan lingkungan yang damai, rukun
antar sesama pemeluk agama, karena saya dari kecil tinggal
disini jadi sedikit banyaknya saya tau kehidupan disini seperti
apa. Setiap orang harus memiliki sikap kesadaran diri sendiri,
saya tidak pernah mengganggu agama lain dalam beribadah,
begitu juga sebaliknya waktu kami menjalankan Sholat Idul
Fitri atau Idul Adha tidak ada yang mengganggu. Tetangga
depan rumah saya menganut agama Kristen tetapi sekali pun
mereka tidak pernah mengganggu kehidupan kami sekeluarga.
Dalam kegiatan sosial pun misalnya dirumah saya ada wirit,
maka sudah tradisi saling membagi ke tetangga-tetangga
terdekat mau dia agama Islam ataupun agama Kristen, intinya
ada hubungan timbal balik yang baik saja.
Universitas Sumatera Utara
96
5. Menghargai Keanekaragaman
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa Kelurahan Setia Negara ini
memiliki penduduk yang terdiri dari beranekaragam agama, suku bangsa.
Perbedaan yang ada tidak membuat mereka menjadi merasa paling benar dan
tidak memiliki sifat prasangka antara satu sama lain. Mereka merasa kalau
mereka semua itu bersaudara karena adanya tujuan bersama-sama untuk
membangun hubungan yang lebih baik lagi antar umat beragama.
Adanya keanekaragaman ini tidak membuat mereka menjadi risih atau
kurang nyaman dalam menjalankan aktivitas sehari-hari tetapi mereka saling
menghargai perbedaan yang ada yang membuat hidup mereka jadi lebih
berwarna.Jika perbedaan tidak dihargai maka muncullah konflik dan itu sangat
berbahaya bagi keberlangsungan hidup mereka. Karena mereka tahu apa
resiko dari adanya konflik tersebut yaitu aka nada kerugian-kerugian jika
konflik itu benar terjadi. Sehingga masyarakat disini sangat menghargai
perbedaan.Menghargai perbedaan bisa di nilai dalam pandangan yang
berbeda-beda, terutama dari tingkah laku mereka.
Contohnya setiap pagi mereka saling berinteraksi di pasar pagi untuk
membeli keperluan untuk memasak, terlihat juga ada perkumpulan ibu-ibu di
sebuah warung dan mereka terlihat sangat dekat walaupun berbeda
agama.Dalam pergaulan antar umat beragama ini membuat mereka lebih
akrab, saling perhatian, saling mengasihi.
Universitas Sumatera Utara
97
Sehingga memudahkan mereka untuk menjadi partner dalam
bekerja.Adanya perbedaan di Indonesia akan menjadi modal untuk
membangun bangsa yang lebih maju lagi, asalkan kita saling menghormati,
dan menghargai adanya keberagaman tersebut. Sebaliknya jika masyarakat
Indonesia tidak saling menghargai maka akan menimbulkan berbagai macam
konflik, misalnya konflik antar suku, penistaan agama, pelecehan, dan lain-
lain.
6. Kerja Sama di Kalangan Intern Umat Beragama, Antar Umat
Beragama dan Antar Umat Beragama Dengan Pemerintah.
Umat beragama dan pemerintahan harus melakukan upaya bersama dalam
memelihara kerukunan umat beragama di bidang pelayanan, pengaturan dan
pemberdayaan. Adanya kerukunan umat beragama baik tingkat daerah,
provinsi, maupun negara merupakan kewajiban seluruh masyarakat Indonesia
beserta instansi pemerintah lainnya.Dengan demikian barulah akan tercipta
keamanan, dan ketertiban antar umat beragama di lingkungan masyarakat
yang berbangsa dan bernegara.
Seperti yang dikatakan oleh salah satu Informan Bapak
Irfan (37) yaitu :
“Disini saya dan semua anggota kelurahan berusaha sebaik
mungkin untuk mengingatkan setiap masyarakat agar saling
menghormati satu sama lain, jangan membuat kerusuhan
yang menjadikan kehidupan tidak harmonis lagi. Upaya
yang kami lakukan adalah terjun langsung ke masyarakat
untuk bersosialisasi dan mengingatkan kembali untuk hidup
rukun dengan saling menghormati satu sama lain”
Universitas Sumatera Utara
98
4.2 Faktor-Faktor Pendukung Menurut Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial di
Kelurahan Setia Negara
a. Faktor yang menyebabkan terjadinya kerja sama
1. Memiliki rasa kekerabatan yang sangat kuat.
2. Tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain.
3. Menghormati orang yang sedang melaksanakan ibadah.
4. Adanya kesepakatan di antara Agama Islam dan Agama Kristen.
5. Saling memberi bantuan bila terkena musibah.
b. Faktor yang menyebabkan terjadinya persaingan
1. Adanya persamaan kepentingan baik pribadi maupun kelompok.
2. Adanya perselisih paham yang membuat seseorang merasa di usik
harga dirinya.
3. Adanya perbedaan pendapat mengenai suatu prinsip.
4. Adanya perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat.
c. Faktor yang menyebabkan terjadinya konfik
1. Kurangnya kesadaran mayarakat akan kehidupan yang harmonis.
2. Sengketa lahan untuk tanah wakaf
3. Pemikiran radikal yang menganggap alirannya benar dan orang lain
salah.
4. Adanya kesalahpahaman dalam mengartikan pengucapan kata yang
menjadi simbolik agama.
5. Adanya sifat religious yang tertanam di diri masing-masing individu.
Universitas Sumatera Utara
99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kerja sama antar umat beragama dapat terjadi karena adanya rasa saling
percaya satu sama lain, bila rasa tersebut belum tumbuh di masing-masing
kelompok agama maka akan sulit untuk menciptakan kerja sama antar umat
beragama. Dari sebuah kerja sama tersebut, kita dapat mengambil banyak manfaat
di dalamnya karena kita bisa mengenal kepercayaan kerabat kita sendiri, dapat
menghindari konflik, menghindari sikap saling melecehkan agama orang lain, dan
saling menghargai sesuai dengan isi dari sila-sila pancasila dan UUD 1945
sebagai dasar hokum negara kita.
Bentuk-bentuk kerja sama yang ada di Kelurahan Setia Negara
1. Aspek Perkawinan
2. Perayaan Hari-Hari Besar
3. Aspek Kematian
4. Gotong Royong
5. Musyawarah
Adapun bentuk-bentuk konflik yang ada di Kelurahan Setia Negara
1. Aspek Kematian Yang Berbeda Antar Umat beragama
Jenis-jenis kematian menurut suku Batak
Tilahaon/Mate Poso-poso
Mate Dakdanan (mati usia anak-anak)
Mate Bulung (mati usia Remaja)
Mate Ponggol
Universitas Sumatera Utara
100
Mate Makkar
Mate Hatungganeon
Sari Matua
Saur Matua
Saur Matua Mauli Bulung
2. Tanaf Wakaf Bagi Umat Muslim
3. Gosip-Gosip Antar Tetangga
4. Pengucapan Kata Yang Merupakan Simbolik Agama
5. Pembagian Beras Miskin
5.2 Saran
Sebagai masyarakat Indonesia kita harus ikut menjaga kerukunan antar
umat beragama. Ini disebabkan karena kita tinggal di negara yang memiliki
keankeragaman yang cukup banyak, maka dari itu kita tidak dapat hidup dengan
satu kelompok yang sama melainkan kita juga perlu orang lain untuk
menyempurnakan kehidupan kita. Tanpa kita sadari hidup berdampingan dalam
perbedaan itu indah, karena kita dapat mengambil sisi positif dari mereka dan bisa
kita terapkan dalam kehidupan yang akan datang. Untuk generasi-generasi muda
harus berfikir lagi dalam melakukan sesuatu, jangan mudah terpecah belah atas
isu-isu yang mengatas namakan agama.
Universitas Sumatera Utara
101
Agar terciptanya kerja sama antar umat beragama dan berjalan baik maka
hendaknya harus saling menghargai satu sama lain, menerapkan sikap toleransi
beragama dan tidak saling membeda-bedakan. Apalagi kita sebagai warga
Indonesia yang memiliki banyak agama yang berbeda-beda, tidak saling
menjelek-jelekkan agama orang lain. Karena itu dapat menimbulkan konflik dan
kecemburuan.Untuk itu kita saling menjaga sikap masing-masing dengan
kesadaran diri sendiri tanpa mengikuti ego sendiri.
Oleh karena itu peran pemerintah, tokoh agama serta keluarga sangat
diharapkan untuk mendidik generasi muda untuk menanamkan sikap kesadaran
diri sendiri dan saling menghargai dan menghormati serta bisa menerima
perbedaan yang beragam dalam kehidupan sosial.Seperti pada masyarakat
Kelurahan Setia Negara peran pemerintah sangat penting dan selalu ada sosialisasi
yang dilakukan untuk mengingatkan bahwa mereka hidup dalam perbedaan.
Universitas Sumatera Utara
102
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agus, Bustanuddin. 2006. Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar
Antropologi Agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Abu Bakar, Dr. Bustami. Dalihan Na Tolu Pada Masyarakat Batak Toba di
Medan. Banda Aceh :Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh
Fahrul Rizal, dkk. 2006. Humanika Materi IAD,IBD,ISD. Jakarta : Hijri Pustaka
Utama
Gerungan, Dr. W.A. 2004. Psikologi Sosial.Bandung : PT Refika Aditama
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
Martono Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial.Jakarta : Rajawali Pers
O’DEA, Thomas F. 1966. Sosiologi Agama : Suatu Pengenalan Awal. Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada Dengan Yayasan Solidaritas Gadjah Mada
(YASOGAMA)
Soekanto Soerjono. 2007.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta : Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Pasal 29 ayat 2 tahun 1945 tentang
kebebasan memeluk agama untuk beribadat dan kepercayaannya.
Yusuf Zainal Abidin dan Beni Ahmad Saebani.2014.Pengantar Sistem Sosial
Budaya Di Indonesia.Bandung : CV Pustaka Setia.
Universitas Sumatera Utara
103
Jurnal/Artikel di Internet
Aliffiati. 2014. Interaksi Sosial Antarumat Beragama di Perumahan Bumi Dalung
, Kuta Utara, Badung
Bernadetta. 2011. Makalah masyarakat, Interaksi, dan Perubahan sosial.
Kompasiana.com
Budiarsih, Nurul. 2016. Sosiologi Kewarganegaraan (Analisis Kasus Tolikara)
Drsuprobo. 2013. Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya (Horizontal dan
Vertikal)
Gunawan, Rizky. 2013. Tempat Ibadah Yang di Bangun Berdampingan.
Liputan6.com.
Kuswandoro,Wawan.2015.Teorifungsionalismestruktural.http://wkwk.lecture.ub.a
c.id/2015/10/teori-fungsionalisme-struktural-parsons/
Khotimah. 2016. Interaksi Sosial Masyarakat Islam dan Kristen di Dusun IV
Tarab Mulia Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar
Masduki. 2014. Filosofi Interaksi Sosial Lintas Agama : Wawasan Islam.
Media.neliti.com
Mattulada, 1985. LATOA : Suatu Lukisan Analistis Terhadap Antropologi Politik
Orang Bugis, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Moleong, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Nilamsari, Natalina. 2014, Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian
Kualitatif.
Sukma, Prestia. 2015. Teori Struktural Fungsional Robert K Merton.
Tewuh, Fransisca. Metode Pengumpulan Data Observasi
Wafiq Alqurni Ischaq, Moch.2017. Pandangan Masyarakat dan Mahasiswa
tentang Toleransi di Indonesia saat ini. Kompasiana.com
Universitas Sumatera Utara
104
Skripsi
Ardiansyah. 2013. Kerukunan Umat Beragama Antara Masyarakat Islam dan
Kristen di Kelurahan Paccinongang Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa
Ginting Evani, Elopran. 2018, Keharmonisan Hubungan Umat Beragama di
Berastagi.
Halikin. 2014. Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Terhadap
Masyarakat Lokal di Sumbawa Barat (studi di Kecamatan Maluk,
Sumbawa Barat, NTB)
Muhtadi, Saian. 2015, Interaksi Sosial Hindu dan Islam (studi kasus di Desa
Bendosewu Kecamatan Talun Kabupaten Blitar).
Muhadi. 2013. Interaksi Sosial Antar Umat Muslim Dalam Keberagaman (studi
kasus terhadap interaksi sosial masyarakat Desa Giri Asih, Kabupaten
Gunung Kidul, Yogyakarta)
Nasution Akhyar, Abdullah. 2001, Interaksi Sosial AntarSuku-Bangsa (studi
tentang pola hubungan di antara Suku-Bangsa Simalungun, Batak Toba,
Mandailing, Tionghoa di Pematangsiantar).
Rosidah, Imroatur. 2015, Konflik Sosial Dalam Masyarakat Desa (studi kasus di
Dukuh Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali).
Sofina Yanti, Hijri. 2018, Kerukunan Antarumat Beragama (studi etnografi antara
pemeluk agama Islam dan Hindu di lingkungan IX Kelurahan Petisah
Hulu).
Salam Badru, Ubad. 2017, Interaksi Sosial Antar Umat Beragama di Kecamatan
SukmaJaya Depok (studi atas pandangan Tokoh Agama Islam dan
Kristen).
Syaifudin, Imam. 2017. Interaksi Sosial Dalam Membangun Toleransi Antarumat
Beragama di Dusun Dodol Desa Wonoagung Kecamatan Kasembon
Kabupaten Malang
Tarmizi. 2010. Pola Interaksi Antar Umat Beragama Dalam Perspektif
Interaksionisme Simbolik Masyarakat Agama (Studi kasus di Sorowajan)
Ula, Mas. 2018. Kerukunan Antar Umat Beragama (studi interaksi sosial umat
Islam dan Kristen di Donokerto Surabaya)
Universitas Sumatera Utara
105
Lampiran Dokumentasi Penelitian
1. Foto-Foto Wawancara (Foto Bersama Informan)
Foto 20. Foto bersama Bapak Drs. H. B. Pandiangan,MM
selaku Kepala Lingkungan di Kelurahan Setia Negara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Foto 21. Foto Bersama Bapak Hasoloan Margauli Tua Hutabarat
selaku Tokoh Adat dan Bapak Rahmatsyah selaku Tokoh Agama
Islam
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Universitas Sumatera Utara
106
Foto 22. Foto bersama Bapak Irfan SE, selaku Lurah di Kelurahan
Setia Negara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Foto 23. Foto bersama Bapak Cenra Adiwin Poppy Napitupulu, SH
selaku Sekretaris Lurah di Kelurahan Setia Negara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Universitas Sumatera Utara
107
2. Foto Observasi
Foto 24. Pasar Pagi tempat utama melakukan pengamatan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Foto 25. Gapura lokasi Penelitian yang berada di Kelurahan Setia
Negara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Universitas Sumatera Utara