46
INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM PERSPEKTIF FILOSOFIS- HERMENEUTIS (Upaya Konstruksi Hermeneutika Filsafat Pancasila) Oleh: Ahmad Muttaqin NIM. 1420510006 TESIS Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam Program Studi Agama dan Filsafat Konsentrasi Studi Qur’an Hadis YOGYAKARTA 2016

INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN

ISLAM PERSPEKTIF FILOSOFIS- HERMENEUTIS

(Upaya Konstruksi Hermeneutika Filsafat Pancasila)

Oleh:

Ahmad Muttaqin

NIM. 1420510006

TESIS

Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam

Program Studi Agama dan Filsafat

Konsentrasi Studi Qur’an Hadis

YOGYAKARTA

2016

Page 2: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM
Page 3: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM
Page 4: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM
Page 5: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

PERSETUJUAN TIM PENGUJI UJIAN TESIS

Tesis berjudul : INTERPRETASI A Y A T-A Y AT TENTANG RUKUN ISLAM

PERSPEKTIF FILOSOFIS-HERMENEUTIS (Upaya Konstruksi

Herrneneutika Filsafat Pancasila)

Nama : Ahmad Muttaqin

NIM . : 1420510006

Program Studi : Agama dan Filsafat

Konsentrasi : Studi al-Qur'an dan Hadis

telah disetujui tim penguji ujian munaqosah

Ketua Sidang Ujian : Ahmad Rafiq, M.Ag., Ph.D.

Pembimbingl Penguji : Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag.

Penguji : Roma Ulinnuha, M.Hurn., Ph.D.

diuji di Y ogyakruia pada tanggal 14 Maret 2016

Waktu : 09.00 wib.

Hasi1l Nilai : 93/ A

Predikat : Doogan PujianlSangat MemuaskaniMemuaskafl:

v

Page 6: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM
Page 7: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

vii

MOTTO

ÁGGŨRUKO’

Page 8: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

viii

PERSEMBAHAN

Coretan sederhana ini ananda persembahkan

kepada Bapak dan Mama’

(Amrullah Nur dan Nur Hidayah)

Dua cahaya yang selalu menyinari hari-hariku

Page 9: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

ix

Abstrak

Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia.

Sebagai agama terbesar di Indonesia, umat Islam memiliki tanggung jawab besar

untuk menjaga ketertiban, kesejahteraan dan kedamaian bangsa bagi seluruh

rakyat Indonesia tanpa pandang bulu. Permasalahannya adalah muslim Indonesia

dihadapkan pada sebuah kenyataan dualisme identitas. Di satu sisi, sebagai

seorang muslim harus mengamalkan nilai-nilai rukun Islam sebagai dasar agama,

dan di sisi lain, sebagai warga negara Indonesia harus menjunjung tinggi nilai-

nilai Pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena

itu setidaknya ada dua hal yang perlu dijawab. Pertama, bagaimana makna rukun

Islam dalam sistem Al-Quran. Kedua, bagaimana penafsiran ayat rukun Islam

dalam konteks keindonesiaan.

Untuk itu, kajian ini akan berangkat dari objek material berupa ayat-ayat

Al-Quran yang mengekspresikan item-item rukun Islam dengan menggunakan

pendekatan filosofis-hermeneutis. Adapun teori yang digunakan yaitu teori

penafsiran kontekstual Abdullah Saeed dan teori filsafat Pancasila Kaelan. Filsafat

Pancasila adalah penjelasan sistematis dan rasional dari nilai-nilai, norma,

kebudayaan bangsa Indonesia yang terekstrak dalam Pancasila. Penelitian ini

tergolong kepada penelitian kepustakaan. Metode yang digunakan adalah

deskriptif-interpretive.

Berdasarkan hasil akhirnya, penelitian ini menghasilkan beberapa

kesimpulan. Pertama, Al-Quran memberikan makna istilah baru dari term rukun

Islam yang berbeda dengan pra-Quran. Term-term rukun Islam memiliki makna

yang lebih luas dari sekedar makna dasarnya. Kedua, rukun Islam tidak hanya

bersifat transendental tetapi juga memiliki misi sosial. Misi sosial inilah yang

harus diterapkan sebagai muslim Indonesia yang hidup dalam ruang dan waktu

yang berbeda dengan bangsa Arab atau pun bangsa yang lainnya. Semangat

syahadat misalnya, bisa memupuk persatuan. Shalat sebagai bentuk

penggemblengan dan pengawasan moral secara individu maupun komunal. Zakat

sebagai instrumen pemberantasan pengangguran dan kemiskinan. Transformasi

nilai puasa dalam bentuk penguatan hukuman bagi pelaku korupsi. Haji memiliki

nilai dorongan untuk meningkatkan perekonomian demi kesejahteraan bersama.

Ketiga, temuan teori yaitu peleburan teori interpretasi kontekstual Abdullah Saeed

dan teori filsafat Pancasila Kaelan menghasilkan teori hermeneutika filsafat

Pancasila. Teori ini bisa digunakan untuk mengaktualkan penafsiran pada

konteks-aktual keindonesiaan.

Kajian ini membuktikan bahwa agama Islam sejak awal kelahirannya

bukanlah candu masyarakat yang membuat penganutnya menjadi individu-

individu pasif, eksklusif dan pasrah dengan keterbelakangan. Justru Islam muncul

dengan mereformasi ketimpangan-ketimpangan sosial, memperjuangkan

kemanusiaan dan meningkatkan kesejahteraan. Semangat inilah yang semestinya

ditarik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Page 10: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/ 1987 dan 0543b/U/1987, tanggal 22

Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ة

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ز

ش

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

Alîf

ba'

ta'

s\a’

jim

h}a

kha

dal

z\al

ra'

zai

sin

syin

s}ad

d}ad

t}a’

z}a’

„ain

gain

fa‟

qaf

kaf

lam

tidak dilambangkan

b

t

ś

j

kh

d

ż

r

z

s

sy

g

f

q

k

l

tidak dilambangkan

be

te

es (dengan titik di atas)

je

ha (dengan titik di bawah)

ka dan ha

de

zet (dengan titik di atas)

er

zet

es

es dan ye

es (dengan titik di bawah)

de (dengan titik di bawah)

te (dengan titik di bawah)

zet (dengan titik di bawah)

koma terbalik di atas

ge

ef

qi

ka

`el

Page 11: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

xi

B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap

عدة

ditulis

ditulis

muta„aqqidi>n

„iddah

C. Ta’ marbû a a r a a

1. Bila dimatikan ditulis h

حكة

عهة

ditulis

ditulis

h}ikmah

„illah

(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah

terserap dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya,

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya).

2. Bila diikuti dengan kata sandang „al‟ serta bacaan kedua itu terpisah,

maka ditulis h.

‟ditulis karâmah al-auliyâ األونيبء كساية

3. Bila ta‟ marbûtah hidup atau dengan harakat, fath ah, kasrah dan ḍammah

ditulis t atau h.

ditulis zaka>tul fit}ri انفطس شكبة

D. Vokal pendek

__ _

فعم

__ _

ذكس

fath ah

kasrah

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

A

fa‟ala

i

żukira

و

و

هـ

ء

ي

mim

nun

wawu

ha‟

hamzah

ya‟

m

n

w

h

y

`em

`en

w

ha

apostrof

ye

Page 12: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

xii

__ _

يرهت

ḍammah

ditulis

ditulis

u

yażhabu

E. Vokal panjang

1

2

3

4

fath ah alif

جبههية

fath ah ya‟ mati

تسى

kasrah ya‟ mati

كـسيى

dammah + wawu mati

فسوض

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

a >

jâhiliyyah

â

tansâ

î

karîm

û

furûd

F. Vokal rangkap

1

2

fathah ya‟ mati

ثيكى

fathah + wawu mati

قول

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ai

bainakum

au

qaul

G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan

apostrof

أأتى

أعدت

شكستى نئ

ditulis

ditulis

ditulis

a‟antum

u„iddat

la‟in syakartum

H. Kata sandang alif + lam

1. Bila diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”.

Page 13: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

xiii

انقسآ

انقيبس

ditulis

ditulis

al-Qur‟ân

al-Qiyâs

2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el) nya.

انسآء

انشس

ditulis

ditulis

as-Samâ‟

asy-Syams

I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat

Ditulis menurut penulisannya.

أ

ditulis

ditulis

z}awî al-furûd

ahl as-sunnah

Page 14: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

xiv

KATA PENGANTAR

BISMILLA<H AL-RAH{MA<N AL-RAH{I<M

Alh}amdulilla>h, segala puji bagi Allah SWT yang telah menurunkan

wahyu sebagai pedoman serta menganugerahkan potensi akal untuk berpikir dan

berkarya. Berkat rahmat Allah, penulis, dengan segala keterbatasan, akhirnya

mampu menyelesaikan penulisan tesis ini. Namun, disadari masih banyak

kekurangan yang berserakan di sana sini. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka

menerima kritik dan saran perbaikan agar tulisan ini bisa dimaksimalkan ke

depannya.

Tentunya, penulisan tesis ini tidak terlepas dari ulur tangan berbagai

pihak. Karenanya, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu dan Bapak yang telah berjuang dengan penuh kesabaran mendidik

penulis dan tak henti-hentinya mendoakan penulis agar menjadi orang

yang bermanfaat bagi sesama. Semoga Allah senantiasa mencurahkan

kasih sayang-Nya.

2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Machasin, selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil., selaku Direktur Program

Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Ibu Ro’fah, M.A., Ph.D. dan Bapak Ahmad Rafiq, M.Ag., Ph.D., selaku

Koordinator dan Sekretaris Koordinator Program Studi Interdisciplinary

Page 15: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

xv

Islamic Studies (IIS) Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

5. Bapak Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag., selaku pembimbing tesis penulis.

Di tengah padatnya kegiatan dan kesibukan menahkodai jurusan IAT,

Beliau tetap berlapang dada mengoreksi kata demi kata dan halaman

demi halaman tesis ini. Terima kasih atas bimbingan serta motivasi dari

Bapak.

6. Seluruh Dosen pengajar di Konsentrasi Studi Quran dan Hadis, Program

Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga yang telah menginspirasi serta

memberikan ‘spirit keilmuan‘ yang sangat berarti bagi penulis. Segenap

Staf Tata Usaha Pascasarjana, Staf Perpustakaan Pascasarjana dan Pusat

UIN Sunan Kalijaga, terima kasih atas segala bantuannya, sehingga

penulis berhasil hingga selesai dalam menempuh studi ini.

7. KH. Abdul Latief Amien, yang senantiasa mengawasi dan mendoakan

penulis. Penulis merasa kedekatan kami bukan hanya hubungan kakek dan

cucu, namun juga guru dan murid. Banyak hal berharga yang penulis

dapatkan dari Beliau walaupun orang-orang terkadang sulit untuk

menalar proses itu.

8. KH. Muhammad Arsyad Lannu (Alm.) dan Dewan Asatidz Pondok

Pesantren Darud Da’wah Wal-Irsyad Pattojo, Soppeng, Sul-Sel. Pimpinan

Pondok Pesantren Al-Junaidiyah, Bone Sul-sel, KH. Jamaluddin, M.Th.I

dan Dewan Asatidz. Pengasuh Pondok Pesantren Aji Mahasiswa Al-

Muhsin Yogyakarta, Drs. KH. Muhadi Zainuddin, Lc. MA, Mbah KH.

Page 16: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

xvi

Zainuddin Chirzin dan seluruh keluarga besar Pesantren Aji Mahasiswa

Al-Muhsin Krapyak Yogyakarta. Pengasuh Pesantren Ilmu Al-Qur’an

(PIQ) Munggang, Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah, Dr. KH. Ahsin

Wijaya Al-Hafidz, M. Ag. Syukran jazi>la 'ala> kulli h}a>l.

9. Buat Keluarga Besar Al-Amien dan kakak-kakak saya, Muhammad Silmy

Kaffah al-Amien, Nur Fahmi al-Amien, Azmi Mubarak al-Amien, Jusmi

Akbar al-Amien, Ayus Afdhal al-Amien dan Irfan Afandi al-Amien. Serta

adik-adikku, Nur Akifah al-Amien dan Nur Fadhilah Ramadhani al-

Amien.

10. Teman-teman seperjuangan di kelas SQH-A. Ingat selalu doa tukang

parkir soto Pak Genit ‚Sukses Selalu, Sehat Selalu, Hati-Hati di jalan

Ya‛.

11. Thanks to Jogja yang telah mengajarkan bagaimana hidup prihatin dalam

kesederhanaan.

12. Terakhir, saya ucapkan terima kasih spesial kepada siapa saja yang sudi

membaca tesis ini walau kalimatan.

Yogyakarta, 1 Maret 2016

Penulis,

(Ahmad Muttaqin)

.

Page 17: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

xvii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PENGESAHAN DIREKTUR ....................................................................... iv

DEWAN PENGUJI ....................................................................................... v

NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................. x

KATA PENGANTAR .................................................................................... xiv

DAFTAR ISI .................................................................................................. xvii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xx

BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 5

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 6

E. Kerangka Teoritik ............................................................................... 8

F. Metode Penelitian ............................................................................... 13

G. Sistematika Pembahasan .................................................................... 15

BAB II: FILSAFAT PANCASILA .............................................................. 17

A. Pancasila: Kristalisasi Ideologi Bangsa .............................................. 17

B. Pancasila sebagai Sistem Filsafat ....................................................... 35

C. Filsafat Pancasila: Upaya Menafsirkan Al-Quran Konteks-aktual .... 40

BAB III: MEMAHAMI DUA KONTEKS MAKRO .................................... 53

A. Konteks Historis dan Sosial-kultural Kristalisasi Rukun Islam ........ 53

1. Kondisi Religius Pra-Quran .......................................................... 53

2. Pelembagaan Rukun Islam Masa Nabi dan Al-Quran .................. 55

B. Konteks Makro Bangsa Indonesia ...................................................... 72

1. Sejarah Kepercayaan dan Budaya Bangsa Indonesia ................... 72

2. Isu-isu Aktual dalam Konteks Indonesia ...................................... 73

BAB IV: WAWASAN AL-QURAN TENTANG RUKUN ISLAM.............. 82

A. Makna Semantis Syahadat dalam Al-Quran ...................................... 83

B. Makna Semantis Shalat dalam Al-Quran ........................................... 103

C. Makna Semantis Zakat dalam Al-Quran ............................................ 116

D. Makna Semantis Puasa dalam Al-Quran ............................................ 124

E. Makna Semantis Haji dalam Al-Quran .............................................. 129

F. Medan Semantik Rukun Islam ............................................................ 135

G. Rumusan Rukun Islam dalam Worldview Al-Quran .......................... 144

Page 18: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

xviii

BAB V: AKTUALISASI NILAI RUKUN ISLAM ...................................... 147

A. Aktualisasi Nilai Rukun Islam ............................................................ 147

1. Aktualisasi Nilai-nilai Syahadat ................................................... 152

a. Syahadat dan Ketuhanan ........................................................ 152

b. Syahadat dan Kemanusiaan .................................................... 158

c. Syahadat dan Persatuan .......................................................... 160

d. Syahadat dan Kerakyatan ....................................................... 165

e. Syahadat dan Keadilan ........................................................... 169

2. Aktualisasi Nilai-nilai Shalat ....................................................... 171

a. Shalat dan Ketuhanan ............................................................. 171

b. Shalat dan Kemanusiaan ......................................................... 172

c. Shalat dan Persatuan ............................................................... 175

d. Shalat dan Kerakyatan ............................................................ 178

e. Shalat dan Keadilan ................................................................ 179

3. Aktualisasi Nilai-nilai Zakat ........................................................ 181

a. Zakat dan Ketuhanan .............................................................. 181

b. Zakat dan Kemanusiaan .......................................................... 182

c. Zakat dan Persatuan ................................................................ 183

d. Zakat dan Kerakyatan ............................................................. 184

e. Zakat dan Keadilan ................................................................. 185

4. Aktualisasi Nilai-nilai Puasa ........................................................ 190

a. Puasa dan Ketuhanan .............................................................. 190

b. Puasa dan Kemanusiaan .......................................................... 192

c. Puasa dan Persatuan ................................................................ 194

d. Puasa dan Kerakyatan ............................................................. 196

e. Puasa dan Keadilan ................................................................. 197

5. Aktualisasi Nilai-nilai Haji ........................................................... 200

a. Haji dan Ketuhanan ................................................................ 200

b. Haji dan Kemanusiaan ............................................................ 202

c. Haji dan Persatuan .................................................................. 204

d. Haji dan Kerakyatan ............................................................... 206

e. Haji dan Keadilan ................................................................... 207

B. Sebuah Rumusan Teori: Hermeneutika Filsafat Pancasila ................ 211

BAB VI: PENUTUP .................................................................................... 228

A. Kesimpulan ......................................................................................... 228

B. Saran ................................................................................................... 230

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 231

CURRICULUM VITAE ................................................................................. 237

Page 19: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perubahan Redaksi Pancasila, 24.

Tabel 2. 2 Langkah-langkah Penafsiran, 52.

Page 20: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Medan Semantik Kata Allah, 138.

Gambar 4. 2 Medan Semantik Kata Rasul, 139.

Gambar 4. 3 Medan Semantik Kata Shalat, 140.

Gambar 4. 4 Medan Semantik Kata Zakat, 141.

Gambar 4. 5 Medan Semantik Kata Puasa, 142.

Gambar 4. 6 Medan Semantik Kata Haji, 143.

Gambar 5. 1 Perbandingan Tafsir Kontekstual dan Konteks-aktual, 150.

Gambar 5. 2 Ilustrasi Penafsiran Konteks-aktual, 151.

Gambar 5. 3 Kalimat Syahadat, 152.

Gambar 5. 4 Hubungan Triadik Hermeneutika dan Pemerintahan, 166.

Gambar 5. 5 Triadik Hermeneutika, 215.

Gambar 5. 6 Hermeneutical Circle, 219.

Gambar 5. 7 Kata Kunci Hermeneutika Filsafat Pancasila, 220.

Gambar 5. 8 Langkah Penafsiran Hermeneutika Filsafat Pancasila, 225.

Gambar 5. 9 Tipologi Pendekatan Memahami Al-Quran, 226.

Page 21: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Al-Quran adalah sebuah dokumen untuk umat manusia.1 Kitab ini

menyebut dirinya sebagai “hudan lin-na>s” yaitu petunjuk bagi manusia.2 Al-

Quran sekaligus menjadi sumber ajaran pertama bagi agama Islam. Oleh karena

itu, memahami nilai esensi Islam untuk diaplikasikan dalam segala ruang, waktu

dan konteks tertentu, pertama-tama harus berangkat dari Al-Quran itu sendiri.

Membincang permasalahan Islam dan lokalitas adalah tema yang urgen

untuk selalu dibawa ke permukaan. Sejatinya, Islam bukanlah budaya, tetapi

tanpa budaya, Islam tidak mungkin diamalkan. Permasalahannya adalah

bagaimana aktualisasi nilai Islam ketika dihadapkan dengan realitas bangsa

Indonesia. Indonesia, sebagai sebuah bangsa, memiliki cerita dan sejarah yang

panjang di masa lalu. Juga sebagai sebuah negara, Indonesia telah

memproklamasikan diri sebagai negara merdeka dan Pancasila sebagai ruh

ideologi kenegaraan.

Dengan demikian, seorang muslim Indonesia setidaknya memiliki

tanggung jawab atas dualisme identitasnya. Pertama, sebagai seorang muslim

wajib mengamalkan nilai-nilai dalam rukun Islam. Kedua, sebagai warga

1 Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Quran terj. Anas Mahyuddin (Bandung: Pustaka,

1996), hlm. 1.

2 Syahru ramad}a>na al-laz\i> unzila fi>hi al-qur’a>n hudan lin-na>s wa bayyina>t...Q.S. al-

Baqarah (2): 185.

Page 22: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

2

Indonesia harus patuh dan menjunjung tinggi nilai filosofis Pancasila. Sehingga,

muslim Indonesia harus mampu mengamalkan rukun Islam dan Pancasila dalam

satu tarikan nafas yang tak dapat dipisahkan.

Istilah Pancasila sendiri sebagai weltanschauung3 dan dasar negara

pertama kali didengungkan oleh Soekarno saat memberikan pidato sambutannya

pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan

Kemerdekaan (BPUPK). Pancasila sendiri hakikinya tertuang dalam teks resmi

pembukaan UUD 1945. Ini berarti bahwa tanpa spesifikasi lain, tiap ucapan

istilah Pancasila diartikan mengacu pada Pembukaan UUD 1945.4 Menurut

Soerjanto nilai-nilai pancasila terdapat secara fragmentaris dan sporadis dalam

kebudayaan bangsa yang tersebar di seluruh kepulauan Nusantara, baik pada

abad-abad sebelumnya, maupun pada abad kedua puluh, di mana masyarakat

Indonesia telah mendapat kesempatan untuk berkomunikasi dan berakulturasi

dengan kebudayaan lain.5 Kaelan mengungkapkan bahwa Pancasila merupakan

esensi dari karya besar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

yang harus dijunjung tinggi.6

Mengeksplorasi nilai Islam lewat ayat-ayat rukun Islam adalah hal yang

penting. Rukun Islam yang diposisikan sebagai dasar Islam harus dipahami dan

3 Weltanschauung kata Jerman yang artinya pandangan dunia secara umum; kerangka

filosofis. Lihat, Simon Blackburn, Kamus Filsafat; Buku Acuan Paling Terpercaya di Dunia, terj.Yudi Santoso (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 916.

4 Soerjanto Poespowardoyo, Filsafat Pancasila Sebuah Pendekatan Sosial-Budaya

(Jakarta: Gramedia, 1994), hlm. 4.

5 Ibid., hlm. 5

6 Kaelan, Filsafat Pancasila (Yogyakarta: Paradigma, 2002), hlm. 45.

Page 23: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

3

dihidupkan dalam kehidupan, bukan justru menjadikan rukun Islam sebagai

ibadah yang terlepas dari konteks sosial. Hal ini dikarenakan rukun Islam tidak

hanya mengandung nilai transendental tetapi juga memuat nilai-nilai sosial.

Nilai-nilai inilah yang harus dipahami dan diaktualisasikan lewat nilai filosofis

Pancasila. Berbeda dengan rukun Islam, rukun Iman lebih bersifat penguatan

internal jati diri sebagai individu yang percaya kepada ajaran agama Islam. Inilah

alasan penelitian ini mengambil objek ayat-ayat rukun Islam. Islam memiliki ruh

yang tertuang dalam rukun Islam dan bangsa Indonesia memiliki ruh ideologi

yang mengkristal dalam Pancasila.7

Rukun Islam sendiri merupakan tema yang penting dalam berbagai

literatur kitab-kitab klasik; ushul, fiqih dan hadis. Bahkan, Muhammad Syahrur,

salah seorang pemikir kontemporer, menelurkan karya yang berupaya

merekonstruksi rukun Islam. Syahrur dalam al-Isla>m wa al-Ima>n; Manz}u>mah al-

Qiya>m memfokuskan analisisnya hanya pada ayat-ayat Al-Quran yang

mengantarkan pada kesimpulan bahwa pilar Islam hanya tiga, (1) Iman sebagai

penerimaan adanya eksistensi Allah, (2) Iman sebagai penerimaan atas hari akhir

dan (3) amal saleh.8 Namun perlu ditegaskan, penelitian ini tidak akan berangkat

dari kesimpulan Syahrur di atas. Penelitian ini akan menggunakan rumusan dari

7 Soerjanto Poespowardoyo, Filsafat Pancasila Sebuah Pendekatan ..., hlm. 3.

8 Muhammad Syahrur, Islam dan Iman terj. M. Zaid Sudi ( Yogyakarta: IRCiSoD, 2015),

hlm. 43.

Page 24: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

4

hadis Nabi9 dan telah dikenal oleh mayoritas masyarakat muslim Indonesia, yaitu

lima rukun; (1) syahadat, (2) shalat, (3) zakat, (4) puasa dan (5) haji.

Beberapa karya yang telah membahas Islam dan konteks keindonesiaan

tidak berangkat dari pijakan dasar Islam itu sendiri yaitu rukun Islam. Ada pula

yang melakukan pembacaan Islam yang hanya berpatokan pada berbagai

permasalahan terkini tanpa wadah yang otoritatif; Pancasila. Selain itu, karya-

karya sebelumnya lebih banyak berorientasi melakukan pembuktian islami atau

tidaknya Pancasila, sehingga cenderung bersifat doktriner. Harusnya kedua hal

tersebut, rukun Islam dan Pancasila, menjadi basis untuk mengaktualisasikan

nilai-nilai Islam agar lahir Islam yang aplikatif, humanis serta dapat memberikan

kontribusi bagi persoalan bangsa. Berkaitan dengan hal ini, Abdullah Saeed

mengatakan bahwa upaya penafsiran akan berhasil dan diterima jika penafsir

melibatkan sebanyak mungkin aspek yang bisa berubah yang mencakup pola

pikir, norma dan nilai budaya yang sesuai dengan perkembangan masyarakat.10

Nilai, norma dan kebudayaan bangsa yang tertuang dalam falsafah Pancasila

penting untuk menjadi wadah pengaplikasian. Oleh karenanya, bukanlah hal

keliru jika filsafat Pancasila dijadikan sebagai wadah pengejawantahan nilai-nilai

ayat rukun Islam.

9

. Lihat Musli>m, S{ah}i>h} al-Musli>m , juz 1 dalam DVD ROM al-

Maktabah al-Sya>milah, hlm. 34. 10

Abdullah Saeed, Interpreting the Quran towards A Contemporary Approach (New

York: Routledge, 2006), hlm. 115.

Page 25: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

5

Berdasarkan penjabaran di atas, penelitian ini berupaya menginterpretasi

nilai-nilai dari ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan rukun Islam dengan

menggunakan filsafat Pancasila. Penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji

kebenaran Pancasila dengan menghadirkan masing-masing ayat yang

melegitimasi kebenaran setiap sila. Tetapi, penelitian ini hendak memahami

ayat-ayat rukun Islam dengan filsafat Pancasila.

B. Rumusan Masalah

Memahami rukun Islam dalam konteks keindonesiaan sangat penting

dalam mengamalkan roh Islam secara tepat guna. Oleh karenanya, perlu

pembacaan Islam dengan filsafat Pancasila sebagai kristalisasi ideologi bangsa

Indonesia. Agar arah penelitian ini lebih fokus, perlu adanya research question

atau rumusan masalah.11

Penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan

akademik berikut:

1. Bagaimana makna semantis ayat-ayat rukun Islam?

2. Bagaimana penafsiran ayat-ayat rukun Islam pada konteks keindonesiaan?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Menjelaskan makna rukun Islam dalam sistem bahasa Al-Quran.

2. Mengelaborasi nilai-nilai ayat rukun Islam dalam konteks keindonesiaan.

Adapun tujuan secara umum yaitu turut memajukan kajian keislaman,

khususnya dalam studi Al-Quran yang lebih terbuka dengan sudut pandang di

luar disiplin keilmuan ulu>m al-Qur’a>n.

11

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:

Pustaka Setia, 2009) , hlm. 100.

Page 26: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

6

D. Tinjauan Pustaka

Untuk mempertegas posisi penelitian ini dibanding karya-karya yang

telah ada, penulis akan mengidentifikasi beberapa karya seputar topik ini. Sejauh

pencarian penulis, terdapat beberapa karya yang telah membahas, baik masalah

aktualisasi nilai-nilai Islam maupun persoalan membumikan nilai-nilai Pancasila.

Pertama-tama penulis akan mengkategorisasi dalam dua kelompok, yaitu isu-isu

aktualisasi nilai Islam dan nilai-nilai Pancasila.

Pertama, karya yang berkaitan dengan aktualisasi nilai-nilai Islam. Di

antara karya yang termasuk dalam kategori ini adalah buku Hakikat Islam;

Sebuah Pengantar Meraih Islam Kaffah oleh Mochtar Husein. Buku ini

membahas beberapa hal pokok dalam Islam dan bab terakhir mengaitkan

beberapa persoalan Islam dengan konteks Indonesia seperti pemimpin, politik

dan pendidikan.12

Selanjutnya, Nurcholish Madjid dalam Islam Kemodernan dan

Keindonesiaan berusaha meletakkan dasar-dasar keislaman dalam konteks

nasional. Ia menampilkan beberapa isu seperti politik, keadilan, modernisme dan

pembaharuan pemikiran Islam, ilmu pengetahuan dan sebagainya13

.

Kelompok kedua yang membahas tentang aktualisasi nilai-nilai pancasila

yaitu Yudi Latif dalam Mata Air Keteladanan; Pancasila dalam Perbuatan. Buku

12

Mochtar Husein, Hakikat Islam Sebuah Pengantar Meraih Islam Kaffah (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 279.

13

Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 2013),

hlm. 9.

Page 27: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

7

ini menguraikan setiap sila Pancasila dalam lima bab dengan uraian topik

keteladanan yang diuraikan dalam beberapa sub bab. Buku ini banyak menyorot

masalah etika moral dalam konteks berbangsa dan bernegara.14

Masdar Farid Mas’udi dalam Syarah UUD 1945 Perspektif Islam

berusaha menguji UDD 1945 dengan sudut pandang Islam. UUD 1945

merupakan penafsiran real dari ruh Pancasila. Buku ini menguraikan tema-tema

dalam UUD 1945 seperti pemilihan umum, kehakiman, perekonomian nasional,

persatuan dan sebagainya dengan menghadirkan dalil-dalil baik dari Al-Quran

maupun hadis Nabi.15

Salah satu artikel dalam buku Fiqih Kebinekaan yang ditulis oleh

Zakiyuddin Baidhawy juga membahas tentang Pancasila. Artikel yang berjudul “

Piagam Madinah dan Pancasila: Prinsip-Prinsip Kehidupan Bersama dalam

Berbangsa dan Bernegara” berusaha menemukan titik temu antara Piagam

Madinah dan Pancasila dalam persoalan ummah.16

Ia menyoroti hubungan antar

umat beragama dalam berbangsa dan bernegara.

Berbeda dengan karya-karya di atas, penelitian ini akan fokus pada

interpretasi ayat rukun Islam. Begitu juga, penelitian ini tidak bermaksud

menguji Pancasila dalam perspektif Islam sebagaimana yang dilakukan oleh

14

Yudi Latif, Mata Air Keteladanan Pancasila dalam Perbuatan (Bandung: Mizan,

2014), hlm. xviii.

15

Masdar Farid Mas’udi, Syarah UUD 1945 Perspektif Islam (Jakarta: PT Pustaka

Alvabet, 2013), hlm. xxxii.

16

Wawan Gunawan Abd. Wahid (dkk.), Fiqih Kebinekaan; Pandangan Islam Indonesia tentang Umat, Kewargaan dan Kepemimpinan Non-Muslim (Bandung: Mizan, 2015), hlm. 127-

159.

Page 28: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

8

Masdar Farid di atas. Secara lebih fundamental, penelitian ini akan berangkat

dari objek material berupa ayat-ayat rukun Islam dan objek formal berupa sudut

pandang filsafat Pancasila.

E. Kerangka Teoritik

Kerangka teoritik sangat dibutuhkan untuk membantu memberikan

penjelasan seputar rumusan masalah. Penelitian ini dimaksudkan untuk

memahami kembali ayat-ayat rukun Islam dalm konteks keindonesiaan. Untuk

itu, penulis akan menggunakan teori penafsiran kontekstual Abdullah Saeed dan

teori filsafat Pancasila.

Abdullah Saeed merumuskan setidaknya ada empat langkah dalam

penafsiran yang harus dilalui penafsir. Pertama, pertimbangan-pertimbangan

awal yang meliputi dunia teks, pembaca, bahasa dan makna. Kedua, memastikan

akurasi dan reliabilitas teks. Ketiga, mengidentifikasi makna teks dengan

rekonstruksi konteks makro 1, melihat konteks sastrawi, analisa linguistik, jenis

teks, teks-teks paralel dan eksplorasi penerima wahyu pertama. Keempat,

mengaitkan penafsiran teks dengan konteks saat ini.17

Selanjutnya, penulis akan menggunakan teori filsafat Pancasila ke dalam

langkah-langkah penafsiran kontekstual Abdullah Saeed dengan beberapa

modifikasi. Menurut Kaelan, filsafat Pancasila adalah suatu sistem pemikiran

yang rasional, sistematis, terdalam dan menyeluruh tentang hakikat bangsa,

17

Abdullah Saeed, Interpreting the Quran towards A Contemporary Approach (New

York: Routledge, 2006), hlm. 150-152. Lihat juga Abdullah Saeed, Al-Quran Abad 21 Tafsir Kontekstual terj. Ervan Nurtawab (Bandung: Mizan, 2016), hlm. 161.

Page 29: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

9

negara dan masyarakat Indonesia yang nilai-nilainya telah ada dan digali dari

bangsa Indonesia sendiri.18

Soerjanto juga mendefinisikan filsafat Pancasila

sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan

kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok

pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh.19

Jika kembali kepada sejarah, pertumbuhan Pancasila sebagai ideologi

kebangsaan diidentifikasi oleh Pranarka mulai dengan cita-cita kebangsaan yang

dimulai dengan kebangkitan nasional yang menjadi kelas dalam Kongres Pemuda

tanggal 28 Oktober 1928. Namun kedudukan Pancasila sebagai ideologi

kebangsaan itu mengalami perkembangan yang cukup intensif dan baru

mendapatkan kemantapannya dalam Dekrit Presiden Soekarno pada tanggal 15

Juli 1959 yang menegaskan berlakunya kembali UUD 1945.20

Dari Dekrit ini,

pemikiran Pancasila belum berakhir. Pancasila masih perlu untuk diterjemahkan

dan dikembangkan sebagai wadah ideologi bangsa. Dengan demikian, muncullah

bermacam tafsiran mengenai Pancasila yang akhirnya akan melahirkan

pembahasan filsafat Pancasila.

Filsafat Pancasila, sebagaimana ungkapan Notonagoro yang dikutip oleh

Hardono, menjadi penting sebab tidak ada bahan yang resmi untuk mengetahui

18

Kaelan, Filsafat Pancasila, hlm. 40.

19

Soerjanto Poespowardoyo, Filsafat Pancasila Sebuah Pendekatan ..., hlm. 12.

20

P. Hardono Hadi, Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila (Yogyakarta: Kanisius,

1994), hlm. 33.

Page 30: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

10

isi daripada lima asas Pancasila.21

Sehingga, filsafat Pancasila menjadi alat

menafsirkan nilai-nilai setiap sila Pancasila.

Menurut Soerjanto, pembahasan filsafat atas Pancasila dapat dilakukan

dengan dua sudut pandang; deduktif dan induktif. Secara deduktif akan mencari

hakikat Pancasila serta menganalisa dan menyusunnya secara sistematis menjadi

keutuhan pandangan yang komprehensif. Adapun secara induktif dilakukan

dengan mengamati gejala-gejala sosial dan budaya masyarakat, merefleksikannya

dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu, dan dengan

demikian menyajikannya sebagai bahan-bahan yang sangat penting bagi

penjabaran ideologi Pancasila.22

Secara filosofis, Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki

tiga dasar, yaitu dasar ontologis, epistemologis dan dasar aksiologis. Kelima sila

merupakan satu kesatuan dengan ketiga dasar tersebut.

Pertama, dasar ontologis pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki

hakikat mutlak monopluralis, oleh karenanya dasar ini disebut juga dasar

antropologis. Subjek pendukung pokok sila-sila Pancasila adalah manusia.

Manusia sebagai pendukung pokok Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal

mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat; raga dan jiwa, sifat kodrat; makhluk

21

Ibid., hlm. 31.

22

Soerjanto Poespowardoyo, Filsafat Pancasila Sebuah Pendekatan ..., hlm. 13.

Page 31: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

11

individu dan sosial, serta kedudukan kodrat sebagai makhluk pribadi berdiri

sendiri dan makhluk Tuhan yang Maha Esa.23

Kedua, Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikinya juga

merupakan suatu sistem pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila

merupakan pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas

alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara tentang makna hidup

serta sebagai dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi

dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dengan pengertian seperti ini menjelma

menjadi sebuah ideologi. Sebagai sebuah ideologi, maka Pancasila memiliki tiga

unsur pokok agar dapat menarik loyalitas dari pendukungnya, yaitu 1) logos

yaitu rasionalitas atau penalarannya, 2) pathos yaitu penghayatan dan 3) ethos

yaitu kesusilaannya.24

Terdapat tiga persoalan mendasar dalam epistemologi

yaitu: pertama, sumber pengetahuan manusia, kedua, teori tentang kebenaran

pengetahuan manusia dan ketiga, tentang watak pengetahuan manusia.25

Ketiga, sila-sila sebagai suatu dasar filsafat juga memiliki satu kesatuan

dasar aksiologi sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada

hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Menurut Notonagoro, sebagaimana

yang dikutip oleh Kaelan, pandangan dan tingkatan nilai tersebut dibedakan

menjadi tiga macam yaitu nilai material, nilai vital dan nilai-nilai kerohanian.

23

Kaelan, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta: Paradigma, 2001), hlm. 160.

24

Ibid., hlm. 164.

25

Ibid.

Page 32: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

12

Nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas empat tingkatan sebagai berikut.

Pertama, nilai kebenaran yang bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta

manusia. Kedua, nilai estetis yang bersumber pada perasaan manusia. Ketiga,

nilai moral yang bersumber pada kehendak manusia. Keempat, nilai religius yang

merupakan nilai kerohanian tertinggi dan bersifat mutlak.26

Untuk mengoperasikan filsafat Pancasila, perlu dirumuskan kata-kata

kunci penafsiran yang terkait konteks keindonesiaan.27

Kata-kata kunci ini juga

akan memperlihatkan bagaimana teks dan konteks bekerja dan memberikan

kontribusi real atas realitas bangsa Indonesia. Perumusan kata kunci diambil dari

kelima sila Pancasila, yaitu: (1) “Ketuhanan” (ila>hiyah) diambil dari sila I

“Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) “Kemanusiaan” (humanity) diambil dari sila II

“Kemanusiaan yang adil dan beradab”, (3) “Persatuan” (al-ittih}a>d) yang diambil

dari sila III “Persatuan Indonesia”, (4) “Kerakyatan” (democracy) diambil dari

sila IV “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/ Perwakilan, (5) “Keadilan” (justice) diambil dari sila V

“Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Menurut Kaelan, kelima kata

kunci tersebut merupakan dasar dan hakikat dari sila-sila Pancasila.28

26

Ibid., hlm. 168.

27

Dalam bangunan hermeneutika pembebasannya, Farid Esack menerapkan enam kata

kunci penasiran yang dikaitkan dengan konteks masyarakat Afrika Selatan yang diwarnai dengan

penindasan, ketidakadilan dan eksploitasi. Keenam kata kunci hermeneutika Farid Esack, yaitu:

Taqwa, Tauhid, al-Na>s, Mustad’afi>n, Keadilan dan Jihad (gerakan pembebasan). Lihat Farid

Esack, Quran, Liberation and Pluralism: An Islamic Perspective of Interreligious Solidarity against Oppression (England: Oneworld, 1997), hlm. 86-108.

28

Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila: ..., hlm. 115.

Page 33: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

13

“Ketuhanan” adalah nilai paling dasar dan esensial sebagaimana Sila I

“Ketuhanan Yang Maha Esa” melandasi keempat sila yang lainnya. Kelima kata

kunci tersebut merupakan nilai dasar yang harus diprioritaskan dalam setiap

penafsiran. Adapun nilai yang berubah yang sesuai dengan ayat dan konteks

penafsiran adalah nilai-nilai implementasi. Nilai implementasi adalah rincian

nilai dari kelima kata kunci di atas.

Dari keempat langkah di atas, teori filsafat Pancasila akan teraplikasi

pada langkah keempat yaitu mengaitkan makna teks dengan konteks sekarang

(realitas bangsa Indonesia) dengan kelima kata kunci filsafat Pancasila

(Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan). Demikian

bangunan teori ini akan digunakan untuk menafsirkan nilai-nilai ayat rukun Islam

dalam konteks keindonesiaan.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif ini adalah penelitian kepustakaan (library research).

2. Sumber Data

Berdasarkan tema penelitian ini, maka sumber data penelitian ini berupa

data-data yang terkait dengan rukun Islam dan Pancasila. Adapun sumber

primer yaitu Al-Quran, dengan fokus pembahasan seputar ayat-ayat yang

berkaitan dengan rukun Islam. Rujukan lain yaitu leksikon Arab, kitab-

kitab tafsir dan data-data yang terkait dengan filsafat Pancasila.

Page 34: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

14

3. Metode dan Pendekatan

Sebagai penelitian kepustakaan, metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Selanjutnya, data-

data terkait akan dikelompokkan dan diolah dengan metode deskriptif-

interpretive. Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan data sebagaimana

adanya.29

Setelah melakukan pendekatan deskriptif terhadap data apa

adanya itu, dilanjutkan dengan melakukan analisis interpretive terhadap

data yang ditemukan.

Pada prinsipnya penelitian ini adalah kajian penafsiran dengan

pendekatan filosofis-hermeneutis. Objek material dari penelitian ini

adalah ayat-ayat yang terkait dengan rukun Islam. Untuk melihat

wawasan Al-Quran tentang rukun Islam, penulis akan menggunakan

kajian semantik. Setelah itu hasil analisis data awal ini akan

dikontekstualisasikan pada konteks keindonesiaan.

4. Langkah Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melalui beberapa langkah sebagai berikut.

a. Menjelaskan filsafat Pancasila sebagai teori yang dapat diaplikasikan

dalam menafsirkan Al-Quran konteks keindonesiaan.

29

Hadhari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1996), hal. 73.

Page 35: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

15

b. Melakukan penelusuran historis dengan melihat konteks sosial-

kultural melembaganya rukun Islam, baik konteks pada masa pra-

Quran maupun masa Nabi dan Al-Quran. Setelah itu, untuk konteks

makro kedua, penelusuran akan dilanjutkan untuk memahami konteks

bangsa Indonesia.

c. Menginventaris dan mengelompokkan ayat-ayat yang terkait dengan

rukun Islam dengan metode paralelisme-paradigmatik dan kolokasi.

Selanjutnya akan dilihat medan semantik item-item rukun Islam

dalam Al-Quran.

d. Mengaktualkan nilai-nilai rukun Islam dalam wawasan Al-Quran

pada konteks keindonesiaan.

G. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan dibagi dalam beberapa bab agar logis dan sistematis.

Bab pertama atau pendahuluan akan memaparkan latar belakang masalah,

rumusan masalah serta metodologi yang akan dipakai.

Pada bab kedua, penulis akan memaparkan proses kristalisasi Pancasila

sebagai ideologi bangsa, fungsinya sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa

serta posibilitas filsafat pancasila dalam memahami Al-Quran konteks

keindonesiaan.

Bab ketiga, pembahasan akan difokuskan pada konteks makro

melembaganya rukun Islam dan konteks makro bangsa Indonesia.

Page 36: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

16

Pada bab keempat, penulis akan menginventaris ayat-ayat yang terkait

dengan rukun Islam kemudian memberikan pemetaan dan cakupan yang jelas

sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Pada bab ini, rukun Islam akan dilihat

dalam wawasan Al-Quran sehingga dapat diambil ideal moral ataupun nilai

universal dari ayat-ayat tersebut. Untuk mengeksplorasinya, penulis akan

menggunakan kajian semantik.

Selanjutnya pada bab kelima, interpretasi nilai rukun Islam dalam konteks

keindonesiaan. Nilai-nilai rukun Islam yang telah didapat pada bab sebelumnya,

akan diaktualkan pada konteks keindonesiaan.

Terakhir yaitu bab keenam sebagai kesimpulan. Pada bab ini, hasil

penelitian akan ditegaskan dalam beberapa poin penting. Penulis juga akan

memberikan saran untuk penelitian ke depannya.

Page 37: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

228

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bagian penutup, ada beberapa poin yang harus digarisbawahi,

walaupun sejatinya tidak dapat merangkum semua proses perjalanan dan hasil

penelitian ini. Pertama, filsafat Pancasila dapat digunakan untuk menafsirkan Al-

Quran dalam konteks keindonesiaan. Indonesia memiliki konteks sendiri yang

berbeda dengan konteks di tempat atau negara yang lain. Untuk itu,

menggunakan filsafat Pancasila yang mempertimbangkan konteks dan realita

bangsa Indonesia menjadi sebuah keharusan.

Kedua, dengan mengunakan kajian semantis, Al-Quran memberikan

makna istilah baru yang berkaitan dengan item-item rukun Islam. Selain itu,

rukun Islam memiliki makna yang lebih luas dari sekedar makna dasarnya. Kata

Allah misalnya, telah dikenal dalam tradisi Arab sebagai Tuhan tertinggi di

samping tuhan-tuhan yang mereka sembah. Al-Quran kemudian memberi makna

baru bahwa Allah satu-satunya Tuhan. Kata shalat yang memiliki makna dasar

al-t}alab berubah dalam sistem Al-Quran dari permintaan bentuk horisontal

menuju permintaan vertikal ke atas (doa). Zakat dalam Al-Quran juga tampil

dalam berbagai makna relasi di antaranya berarti menyucikan jiwa, harta dan

sebagainya. Kata al-s{aum juga tampil dalam Al-Quran untuk mensifati orang

Page 38: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

229

beriman. Haji diperkenalkan dalam Al-Quran dengan beberapa regulasi yang

baru.

Ketiga, dengan melihat makna item-item rukun Islam dalam sistem

bahasa Al-Quran dan sabab makro terlembaganya rukun Islam, bisa disimpulkan

bahwa rukun Islam tidak hanya bersifat transendental tetapi juga memiliki misi

sosial. Misi sosial inilah yang harus diterapkan sebagai muslim Indonesia yang

hidup dalam ruang dan waktu yang berbeda dengan bangsa Arab atau pun bangsa

yang lainnya. Syahadat misalnya, bisa dipahami sebagai wujud persatuan untuk

meminimalisir konflik antar agama. Shalat sebagai bentuk penggemblengan dan

pengawasan moral secara individu maupun komunal. Zakat sebagai instrumen

pemberantasan pengangguran dan kemiskinan. Transformasi nilai puasa dalam

bentuk penguatan hukuman bagi pelaku korupsi. Haji memiliki nilai dorongan

untuk meningkatkan perekonomian demi kesejahteraan bersama.

Keempat, kajian ini membuktikan bahwa agama Islam sejak awal

kelahirannya bukanlah candu masyarakat yang membuat penganutnya menjadi

individu-individu pasif, esklusif dan pasrah dengan keterbelakangan. Justru Islam

muncul dengan mereformasi ketimpangan-ketimpangan sosial, memperjuangkan

kemanusiaan dan meningkatkan kesejahteraan. Semangat inilah yang semestinya

ditarik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keenam, temuan teori yaitu peleburan teori interpretasi kontekstual

Abdullah Saeed dan teori filsafat Pancasila menghasilkan teori hermeneutika

filsafat Pancasila. Teori ini bisa digunakan untuk mengaktualkan penafsiran pada

Page 39: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

230

konteks-aktual keindonesiaan, sehingga tafsir menjadi sangat nyata dalam

menyelesaikan persoalan kebangsaan.

B. Saran

1. Penelitian teks Al-Quran dengan pendekatan semantik semata hanya

mampu mengungkap makna term-term tertentu dalam sistem

weltanschauung Al-Quran. Hal ini belum menyentuh persoalan aktualisasi

makna Al-Quran dalam penafsiran kontekstual. Untuk itu, tidak cukup jika

hanya berhenti pada pendekatan semantik, tetapi hasil pendekatan

semantik harus dilanjutkan dengan menggunakan sebuah teori

hermeneutika untuk memahami Al-Quran dalam realitas kehidupan.

2. Rumusan “Hermeneutika Filsafat Pancasila” ini bisa diaplikasikan untuk

memahami ayat-ayat lain dalam konteks keindonesiaan, seperti ayat-ayat

gender, HAM, konsep perlindungan anak, hukum keluarga, pendidikan, isu-

isu LGBT dan sebagainya. Dengan begitu penafsir tidak hanya

mengeneralisir penafsiran, tetapi hasil tafsir dapat memberikan kontribusi

dalam menyelesaikan isu-isu aktual dan tetap berada dalam medan konteks

keindonesiaan.

3. Untuk saran penelitian ke depannya, teori hermeneutika filsafat Pancasila

ini masih perlu pengembangan. Salah satunya dari segi batasan-batasan

nilai aplikasi pada setiap kata kunci filsafat Pancasila. Di situ, tiap kata

kunci perlu batasan prinsip-prinsip dasar yang jelas agar penafsiran tidak

bersifat arbitrer semata.

Page 40: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

231

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:

Pustaka Setia, 2009.

Ali, As’ad Said, Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa, Jakarta:

Pustaka LP3ES Indonesia, 2009.

Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi tentang Makna, Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2003.

Auda, Jasser Maqa>s}id al-Syari>’ah as Philosophy of Islamic Law: A Systems Approach, London: The International Institute of Islamic Thought,

2007.

Azhari> al-, Abi Mans}u>r Muhammad bin Ahmad, Mu’jam Tahz\i>b al-Lugah, DVD

ROM. Jilid II.

Ba>qi> al-, Muhammad Fu’a>d Abdu, al-Mu’ja>m al-Mufarras li Alfa>z}i al-Qur’a>n al-Kari>m, Indonesia: Maktabah Dahlan, t.t.

Bakry, Noor MS., Orientasi Filsafat Pancasila, Yogyakarta: Liberti, 1997.

Barry al-, Muhammad Dahlan, dan Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994.

Blackburn, Simon, Kamus Filsafat: Buku Acuan Paling Terpercaya di Dunia, terj.Yudi Santoso, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

Bodman, Withney, ‚Reading The Qur’an as A Resident Alien‛ dalam The Muslim World, Oxford: Blackwell, 2009.

Bukha>ri>, Im>am, S}ah}i>h} Bukha>ri> dalam DVD ROM al-Maktabah al-Sya>milah.

Buthy al-, Muhammad Sa’id Ramadhan, Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di masa Rasullullah Saw, terj.

Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Jakarta: Robbani Press, 2010.

Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Darmodiharjo, Dardji dkk., Santiaji Pancasila: Suatu Tinjauan Filosofis, Historis dan Yuridis Konstitusional, Surabaya: Usaha Nasional, 1981.

Page 41: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

232

Djajasudarma, Fatimah, Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna, Bandung:

Penerbit PT Refika Aditama, 1999.

Esack, Farid, ‚Contemporary Religious Thought in South Africa and Emergence

of Qur’anic Hermeneutical Notion‛ dalam I.C.M.R., 1991.

--------, Quran, Liberation and Pluralism: An Islamic Perspective of Interreligious Solidarity against Oppression, England: Oneworld, 1997.

Faiz, Fahruddin, Hermeneutika Al-Qur’an Tema-Tema Kontroversial, Yogyakarta: Kalimedia, 2015.

Fara>hid al-, Al-Khali>l bin Ahmad Kitab al-‘Ain, DVD ROM al-Maktabah al-Syāmilah.

Fu’adi, Imam, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Teras, 2011.

Gusfahmi, Pajak menurut Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Hadi, P. Hardono, Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila, Yogyakarta: Kanisius,

1994.

Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah, Jakarta:

Litera AntarNusa, 2009.

Harvey, Van A., ‚Hermeneutics‛ dalam Mircea Eliade (ed.), The Encyclopedia of Religion, New York: Macmillan Publishing Co, t.th.

Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta: Paramadina, 1996.

Hisyam, Ibnu, Sirah Nabawiyah, terj. Fadhli Bahri, Bekasi: Darul Falah, 2013.

Hitti, Philip K., History of the Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi

Slamet Riyadi, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013.

Hourani, Albert, A History of The Arab Peoples, New York: Warner Books,

1992.

Husein, Mochtar, Hakikat Islam Sebuah Pengantar Meraih Islam Kaffah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Izutsu, Toshihiko, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik terhadap Al-Qur’an, terj. Agus Fahri Husain dkk., Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010.

Page 42: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

233

Jurja>wi al-, ‘Ali Ah}ma>d, Hikmah dan Falsafah di Balik Penetapan Syariat, terj.

Yusuf Burhanuddin, Bandung: Pustaka Hidayah, 2003\.

Kaelan, ‚Relasi Negara dan Agama dalam Perspektif Filsafat Pancasila‛ dalam

Tim Penyusun, Proceeding Kongres Pancasila, Jakarta: Sekretariat

Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2009.

---------, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2001.

---------, Filsafat Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2002.

---------, Negara Kebangsaan Pancasila; Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan Aktualisasinya, Yogyakarta: Paradigma, 2013.

Karim, M. Abdul, Menggali Muatan Pancasila dalam Perspektif Islam,

Yogyakarta: Surya Raya, 2004.

Khallaf, Abdul Wahab, Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Hukum Islam,

Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002.

Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam: Bagian Kesatu dan Dua, terj.

Ghufron A. Mas’adi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999.

Latif, Yudi, Mata Air Keteladanan Pancasila dalam Perbuatan, Bandung: Mizan,

2014.

----------, Negara Paripurna: Historitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2015.

Lukman, Fadli, ‚Asma> al-Qur’an sebagai Self-Identity Al-Quran,‛ Tesis UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.

Maarif, Ahmad Syafii, Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Sejarah, Bandung: Mizan, 2015.

Madigan, Daniel A., ‚A Common Word Between Us and You: Some Initial

Reflections‛ dalam A Common Word between US and You: Summary and Abridgement, 2015.

Madjid, Nurcholish dkk., Islam Universal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

------------, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 2013.

Ibn Manz>}ur, Al-‘Alla>mah Abi> al-Fad}l Jama>l al-Di>n Muhammad Ibn Makram

Lisa>n al-‘Arabi, Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, t.t.

Page 43: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

234

Mas’udi, Masdar Farid, Pajak itu Zakat: Uang Allah untuk Kemaslahatan Rakyat, Bandung: Mizan, 2011.

----------, Syarah UUD 1945 Perspektif Islam, Jakarta: PT Pustaka Alvabet, 2013.

Musa, Ali Masykur, Membumikan Islam Nusantara: Respon Islam terhadap Isu-isu Aktual, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014.

Musli>m, S{ah}i>h} al-Musli>m , DVD ROM al-Maktabah al-Sya>milah.

Muttaqin, Ahmad, ‚Relasi al-Asma>’ al-H{usna> pada Penutup Ayat dengan Makna

Ayat: Kajian Semantik atas Ayat-Ayat Surah al-Taubah,‛ Skripsi UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.

Nawawi, Hadhari dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press, 1996.

Notonagoro, Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Jakarta: Rajawali,

1982.

Pateda, Mansour, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Poespowardoyo, Soerjanto, Filsafat Pancasila Sebuah Pendekatan Sosial-Budaya,

Jakarta: Gramedia, 1994.

Rahman, Fazlur, Tema Pokok Al-Quran, terj. Anas Mahyuddin, Bandung:

Pustaka, 1996.

Riyanto, Armada ( ed.) dkk., Kearifan Lokal-Pancasila: Butir-Butir Filsafat Keindonesiaan, Yogyakarta: PT Kanisius, 2015.

Saeed, Abdullah, Al-Quran Abad 21: Tafsir Kontekstual, terj. Ervan Nurtawab, Bandung: Mizan, 2016.

-----------, Interpreting the Quran towards A Contemporary Approach, New York:

Routledge, 2006.

Salam, Burhanuddin, Filsafat Pancasilaisme, Jakarta: Rineka Cipta, 1996.

Schimmel, Annemarie, Islam Interpretatif: Upaya Menyelamatkan Islam dari Inti Ajaran, Aliran-Aliran sampat Realitas Modernnya, terj. M. Chairul

Annam, Depok: Inisiasi Press, 2003.

Shihab, Muhammad Quraish, Kaidah Tafsir, Tangerang: Lentera Hati, 2013.

Page 44: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

235

Soemasdi, Hartati, Pemikiran tentang Filsafat Pancasila, Yogyakarta: Andi

Offset, 1992.

Sudirman, Adi, Sejarah Lengkap Indonesia: dari Era Klasik hingga Terkini, Yogyakarta: Diva Press, 2014.

Sugiyono, Sugeng, Lisa>n dan Kala>m: Kajian Semantik al-Qur’a>n, Yogyakarta:

Suka-Press, 2009.

Sukardja, Ahmad, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar NRI 1945: Kajian Perbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama dalam Masyarakat yang Majemuk, Jakarta: Sinar Grafika, 2014.

Syahrur, Muhammad, Islam dan Iman: Aturan-Aturan Pokok Rekonstruksi Epistemologis Rukun Islam dan Rukun Iman, terj. M. Zaid Sudi,

Yogyakarta: IRCiSoD, 2015.

Syamsuddin, Sahiron, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an,

Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2009.

Syukur, Suparman, Studi Islam Transformatif: Pendekatan di Era Kelahiran, Perkembangan dan Pemahaman Kontekstual, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2015.

Taniredja, Tukiran dkk., Indonesia Baru Empat Konsensus Satu Dasar Berbangsa dan Bernegara Indonesia: Pancasila, Proklamasi Kemerdekaan, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, Yogyakarta: Penerbit Ombak,

2015.

Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Tim Penyusun, UUD 1945 dan Perubahan Amandemn I, II, III dan IV, T.k: Palito

Media, t.t.

‘U<dah, U<dah Khali>l Abu>, al-Tat}awwur al-Dala>li> baina Lugah al-Syi’ri al-Ja>hili> wa Lugah al-Qur’a>n al-Kari>m: Dira>sah Dala>liyyah Muqa>ranah, Al-

Arda>n: Maktabah al-Mana>r, 1985.

Wahana, Paulus, Filsafat Pancasila, Yogyakarta: Kanisius, 1993.

Wahid, Abdurrahman dkk., Islam Nusantara; Dari Ushul Fiqh hingga Paham Kebangsaan, Bandung: Mizan, 2015.

Page 45: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

236

---------, Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi, Jakarta: Wahid Institute, 2006.

Wahid, Wawan Gunawan Abd. dkk., Fiqih Kebinekaan; Pandangan Islam Indonesia tentang Umat, Kewargaan dan Kepemimpinan Non-Muslim, Bandung: Mizan, 2015.

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998.

Page 46: INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

237

CURRICULUM VITAE

Nama : Ahmad Muttaqin

Tempat, Tgl. lahir : Maccini, 10 Maret 1990

E-mail : [email protected]

HP : 081326039610

Nama Ayah : Amrullah Nur

Nama Ibu : Nur Hidayah

Alamat Rumah : Jl. Lawara No.28, Rompegading, Liliriaja, Soppeng, Sul-Sel

Alamat Yogyakarta : Jl. Nogopuro No.131, Catur Tunggal, Depok, Sleman

Pendidikan Formal :

Taman Kanak-Kanak Lalotengae, Soppeng, Sul-Sel. [1995-1996]

Sekolah Dasar Negeri 72 Anrangae, Soppeng, Sul-Sel. [1996-2002]

Madrasah Tsanawiyah DDI Pattojo, Soppeng, Sul-Sel. [2002-2005]

Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah Biru, Bone, Sul-Sel. [2005-2008]

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. [2008-2012]

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. [2014-2016]

Pendidikan Non Formal:

Pondok Pesantren Darud Da’wah Wal-Irsyad (DDI), Soppeng.

Pondok Pesantren Al-Junaidiyah, Biru, Bone.

Ma’had Aly Aji Mahasiswa Al-Muhsin, Yogyakarta.

Pesantren “Tahfidzul Qur’an” PIQ Wonosobo, Jawa Tengah.

Demikian daftar riwayat hidup ini kami buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta, 1 Maret 2016

Ahmad Muttaqin