Upload
mubinihwan
View
236
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
IPBA
Citation preview
LAPORAN
PRAKTiKum LAPANGAN
ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA
OLEH
NAMA : SULASTRI DEWI
NIM : 20600113122
KELAS : FISIKA D (7,8)
KELOMPOK : II (DUA)
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2014/2015
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa dan dinyatakan dierima oleh Dosen Pembimbing Ilmu
Bumi dan Antariksa pada praktikum lapangan di Jurusan Pendidikan Fisika :
Nama : Sulastri Dewi
NIM : 20600113122
Kelas : Fisika D (7,8)
Kelompok : II (Dua)
Samata, 05 Juni 2015
Asisten Mahasiswa
Muh. Syihab Ikbal, S.Pd., M.Pd Sulastri Dewi
NIM : 20600113122
Mengetahui :
Dosen Pembimbing
Mata Kuliah IPBA
Suprapta, M.Si
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Judul praktikum lapangan kali ini adalah “Pengamatan Wilayah Laut,
Darat dan Udara”.
B. Latar Belakang
Istilah ilmu kebumian mengacu pada kata geologi yang berarti bumi dan
logos yang berarti ilmu. Geologi mempelajari bumi, meliputi cara terjadinya,
proses serta sejarah berlangsungnya hingga saat ini, materi pembentuk bumi,
struktur bumi, bentuk-bentuk permukaan dan proses terjadinya mulai pada masa
lalu, masa kini hingga yang akan dating. Bumi merupakan suatu materi yang
selalu bergerak dan mengalami perubahan. Pada hakikatnya bagian luar bumi atau
permukaan bumi ditutupi oleh tiga jenis lapisan. Lapisan tersebut adalah lapisan
udara; lapisan air yang meliputi samudera, laut, sungai, danau dan air di bawah
permukaan; serta lapisan biosfera yang mencakup tentang ruang lingkup
kehidupan yang berkaitan dengan lapisan udara, lapisan air serta lapisan batuan.
Ketika berbicara tentang bumi sangat erat kaitannya dengan materi-materi
serta bagian-bagian yang menyusun bumi. Berbagai macam bentuk permukaan
bumi dapat dinikmati secara nyata dan dilihat langsung oleh mata. Terdapat tiga
macam matra yang kita kenal ketika berbicara tentang ilmu bumi, yaitu matra
darat, matra laut dan matra udara. Matra darat berhubungan dengan keadaan yang
ada di darat berupa jenis-jenis pasir atau batuan-batuan yang terdapat di daratan,
sementara matra laut meliputi keadaan di laut berupa perubahan gelombang yang
terjadi di laut dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan gelombang di laut.
Sedangkan untuk matra udara meliputi keadaan yang ada pada udara berupa jenis-
jenis awan terbentuk di udara.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukanlah praktikum lapangan ini
untuk membandingkan serta membedakan bagian-bagian dari matra darat, matra
laut dan matra udara. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran garis pantai;
penentuan puncak dan lembah pada laut ketika malam hari dan pengamatan
bentuk awan.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini adalah :
1. Bagaimana perbedaan antara matra darat, matra laut dan matra udara?
2. Bagaimana pengukuran garis pantai?
3. Bagaimana bentuk gelombang air laut?
4. Bagaimana bentuk dari berbagai jenis awan?
D. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah :
1. Untuk membedakan matra darat, matra laut dan matra udara,
2. Untuk melakukan pengukuran garis pantai,
3. Untuk menentukan bentuk gelombang air laut,
4. Untuk membedakan bentuk berbagai jenis awan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Matra Laut
Gelombang merupakan suatu fenomena naik-turunnya permukaan laut,
dimana energinya bergerak dari suatu wilayah pembentukan gelombang ke arah
pantai. Kata gelombang umumnya digunakan untuk gelombang yang
dibangkitkan oleh angin. Gelombang yang dibangkitkan angin terbentuk di
perairan dalam kemudian bergerak ke perairan dangkal yang mengalami
deformasi (refraksi, difraksi, refleksi) dan pada akhirnya pecah di dekat pantai.
Parameter gelombang seperti tinggi, periode, sudut refraksi dan tipe gelombang
sangat penting diketahui untuk mempelajari gelombang yang ada di laut.
Aktivitas gelombang menentukan transpor sedimen yang terjadi di pantai dan
perubahan garis pantai.
Bentuk dari sebuah gelombang dan rentetan diagram yang
menunjukkan gerakan partikel-partikel air yang ada di dalam gelombang.
Walaupun gelombang bergerak makin maju ke depan, partikel-partikel di dalam
gelombang akan meninggalkan jejak yang membentuk lingkaran. Jejak lingkaran
yang dibuat oleh partikel-partikel akan menjadi lebih kecil sesuai dengan makin
besarnya kedalaman di bawah permukaan gelombang.
Gelombang memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat dipengaruhi oleh 3
bentuk angin :
1. Kecepatan angin, umumnya makin kencang angin bertiup maka makin
besar gelombang yang terbentuk dan gelombang ini mempuyai kecepatan
yang tinggi dan panjang gelombang yang besar.
2. Ketika angin sedang bertiup, tinggi, kecepatan dan panjang gelombang
seluruhnya cenderung meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu
pada saat angin pembangkit gelombang mulai bertiup.
3. Jarak tanpa rintangan ketika angin bertiup (fetch). Fetch di lautan lebih
besar daripada fetch di danau sehingga panjang gelombang yang
terbentuk di lautan lebih panjang hingga mencapai ratusan meter.
Klasifikasi gelombang berdasarkan ukuran dan penyebabnya:
1. Riak (ripples) / gelombang kapiler (capillary wave) dengan panjang
gelombang 1,7 m dan periode kurang dari 0,2 detik disebabkan oleh
adanya tegangan permukaan dan tiupan angin yang tidak terlalu kuat pada
permukaan laut.
2. Gelombang angin (wind waves) dengan panjang gelombang sampai kira-
kira 130 m dan periode 0,2-9 detik ditimbulkan angin
3. Alun (swell) dengan panjang gelombang sampai ratusan meter dan periode
9-15 detik ditimbulkan oleh angin yang bertiup lama
4. Gelombang pasang surut (tidal wave) dengan panjang gelombang ribuan
kilometer dengan periode 12,5 jam, 25 jam dan seterusnya oleh fluktuasi
gaya gravitasi matahari dan bulan.
Pengukuran parameter gelombang dapat dilakukan secara visual
maupun dengan instrumen. Pengukuran secara visual biasanya hanya dapat
dilakukan pada kondisi sesaat, biasanya alat yang digunakan adalah View Box
(sudut refraksi), papan berskala (tinggi gelombang) dan stop watch untuk
pengukuran periode gelombang. Pengukuran parameter gelombang dengan
instrumen wave gauge yang didasarkan pada perubahan tekanan pada kolom air
yang nantinya akan dikonversi menjadi parameter tinggi dan periode gelombang.
Manfaat mempelajari gelombang adalah dalam perencanaan wilayah pantai
(pelabuhan dan bangunan pantai lainnya), pariwisata (surfing), sumber energi
alternatif, dan untuk budidaya perikanan (rumput laut) dsb.
Altimetri adalah salah satu teknik untuk mengukur ketinggian
gelombang laut pada koordinat tertentu. Satelit altimetry mengambil data pada
waktu tertentu dengan menggunakan radar mengelilingi angkasa dari satelit
antena ke permukaan laut dan dikembalikan lagi ke satelit penerima. Pada tahun
1970 altimetri mulai melakukan pengukuran data fisik, kimia, keadaan dinamis
dari daratan lautan, atmosfer dan biosphere. Beberapa satelit yang telah
diluncurkan oleh altimetry dianteranya adalah ERS (1991-1996), Topex atau
Poseidon (sejak 1992), ERS-2 (sejak 1995), dan Jason-1. Satelit-satelit ini
menyediakan data lokasi, pengumpulan data, mengukur suhu, konsentrasi
klorofil dan kecepatan angin di permukaan laut. Pengamatan secara umum untuk
memahami secara lebih baik dari kejadian di lautan, iklim dalam waktu yang
lampau ataupun waktu yang akan datang.
B. Matra Udara
Awan adalah massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau kristal beku
tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau permukaan planet lain.
Awan juga massa terlihat yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam
ruang yang disebut awan antar bintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu
awan atau fisika awan, suatu cabang meteorologi.
Di Bumi substansi biasanya presipitasi uap air. Dengan bantuan partikel
higroskopis udara seperti debu dan garam dari laut, tetesan air kecil terbentuk
pada ketinggian rendah dan kristal es pada ketinggian tinggi bila udara
didinginkan jadi jenuh oleh konvektif lokal atau lebih besar mengangkat non-
konvektif skala.
Pada beberapa soal, awan tinggi mungkin sebagian terdiri dari tetesan
air superdingin. Tetesan dan kristal biasanya sekitar 0,01 mm (0,00039 in)
diameter. Paling umum dari pemanasan matahari di siang hari dari udara pada
tingkat permukaan, angkat frontal yang memaksa massa udara lebih hangat akan
naik lebih keatas dan mengangkat orografik udara di atas gunung. Ketika udara
naik , mengembang sehingga tekanan berkurang. Proses ini mengeluarkan energi
yang menyebabkan udara dingin. Ketika dikelilingi oleh milyaran tetesan lain
atau kristal mereka menjadi terlihat sebagai awan. Dengan tidak adanya inti
kondensasi, udara menjadi jenuh dan pembentukan awan terhambat. dalam awan
padat memperlihatkan pantulan tinggi (70% sampai 95%) di seluruh awan
terlihat berbagai panjang gelombang, sehingga tampak putih, di atas.
Tetesan embun (titi-titik air) cenderung efisien menyebarkan cahaya,
sehingga intensitas radiasi matahari berkurang dengan kedalaman arah ke gas,
maka warna abu-abu atau bahkan gelap kadang-kadang tampak di dasar awan.
Awan tipis mungkin tampak telah memperoleh warna dari lingkungan mereka
atau latar belakang dan awan diterangi oleh cahaya non-putih, seperti saat
matahari terbit atau terbenam, mungkin tampak berwarna sesuai. Awan terlihat
lebih gelap di dekat-inframerah karena air menyerap radiasi matahari pada saat-
panjang gelombang.
Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi
titik-titik air, maka terbentuklah awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara:
1. Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena
air lebih cepat menyengat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik
tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu
akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak
terhingga banyaknya.
2. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfer lembap. Udara makin
lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air.
Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi
semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan
daya tarik bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik
air itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan. Jika titik-titik air tersebut
bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan awan menghilang. Inilah
yang menyebabkan itu awan selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang
terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan mencair. Inilah juga yang
menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa hujan.
Dalam hasil kongres internasional yang diadakan di munchen tahun
1802 dan Uppsala (Swedia) tahun 1894, Awan dikelompokkan dalam beberapa
macam antara lain:
1. Jenis-Jenis Awan Tinggi
Jenis awan ini terletak pada ketinggian yang beragam. Bila di
kawasan tropis jenis awan ini terdapat pada ketinggian 6-18 km, pada
kawasan yang beriklim sedang berada pada ketinggian 5-13 km, sedangkan
di kawasan kutup terletak pada ketinggian 3-8 km. Macam-macam jenis
awan yang tergolong awan tinggi adalah sebagai berikut.
a. Awan Cirrus (Ci)
Awan Cirrus (Ci) adalah awan halus dengan struktur seperti
serat dan berbentuk seperti bulu burung. Awan cirrus (Ci) tersusun atas
pita melengkung di langit, sehingga tampak bertemu satu atau dua titik
horizon, dan sering terdapat kristal es. Awan Cirrus tidak menimbulkan
hujan.
b. Awan Cirrocumulus (Ci-Cu)
Awan Cirrocumulus (Ci-Cu) adalah awan yang terputus-putus
dan penuh dengan kristal-kristal es serta berbentuk seperti segerombolan
domba dan sering menimbulkan bayangan.
c. Awan Cirrostatus (Ci-St)
Awan Cirrostatus (Ci-St) adalah awan yang berbentuk seperti
kelambu putih yang halus dan rata dengan menutup seluruh langit
sehingga tampak cerah atau juga terlihat seperti anyaman yang
bentuknya tidak teratur. Awan cirrostatus sering menimbulkan hallo
(lingkaran yang bulat) yang mengelilingi matahari dan bulan. Hal ini
biasa terjadi pada musim kering.
2. Jenis-Jenis Awan Menengah
Jenis awan ini terletak pada ketinggian yang beragam, dimana pada
kawasan tropis jenis awan ini terdapat pada ketinggian 2-8 km, pada
kawasan beriklim sedang terletak pada ketinggian 2-7 km, dan kawasan
yang terletak di kutup utara terletak di ketinggian 2-4 km. Macam-macam
jenis awan menengah:
a. Awan Alto Cumulus (A – Cu)
Awan Alto Cumulus (A – Cu) adalah awan yang bentuknya
kecil-kecil yang jumlahnya banyak. Umumnya berbentuk bola yang agak
tebal, berwarna putih sampai pucat dan ada bagian yang kelabu. Awan
ini bergerombol dan saling berdekatan sehingga tampak bahwa awan ini
saling bergandengan.
b. Awan Alto Stratus (A-St)
Awan Alto Stratus (A-St) adalah awan ini tebal dan luas
dengan warna kelabu, sehingga pada matahari dan bulan tampak terang.
3. Jenis-Jenis Awan Rendah
Jenis awan ini terletak pada ketinggian kurang dari 3 km. Macam-
macam jenis awan rendah adalah:
a. Awan Strato Cumulus (St-Cu)
Awan Strato Cumulus (St-Cu) adalah awan yang berbentuk
bola dan memiliki lapisan tipis yang sering menutupi langit sehingga
tampak seperti gelombang lautan. Jenis awan ini tidak menimbulkan
hujan.
b. Awan Stratus (St)
Awan Stratus (St)adalah awan rendah dan luas dengan tinggi
berada dibawah 200 m. Lapisan melebar seperti kabut dan berlapis-lapis.
Antara kabut dan awan stratus pada dasarnya tidak berbeda
c. Awan Nimbo Stratus (Ni-St)
Awan Nimbo Stratus (Ni-St) adalah awan yang bentuknya
tidak menentu, tepinya compang-camping tak beraturan dan berwarna
putih kegelapan serta penyebarannya cukup luas. Awan ini menimbulkan
hujan gerimis.
4. Jenis-Jenis Awan Udara Naik
Jenis awan ini terletak pada ketinggian antara 500- 1500 m.
Macam-macam jenis awan udara naik adalah:
a. Awan Cumulus (Cu)
Awan Cumulus (Cu) adalah awan tebal dengan puncak-
puncak yang tinggi, terbentuk di siang hari karena udara naik. Jika
berhadapan dengan matahari terlihat terang dan jika memperoleh sinar
hanya sebelah saja akan menimbulkan bayangan yang berwarna kelabu.
b. Awan Cumola Nimbus (Cu-Ni)
Awan Cumola Nimbus (Cu-Ni) adalah awan yang
menimbulkan hujan dengan kilat guntur. Awan ini mmiliki volume yang
besar posisi yang rendah dengan puncak yang tinggi sebagai menara atau
gunung dan puncaknya melebar, sehingga merupakan awan tebal.
Biasanya di atas awan cumulo nimbus terdapat awan cirro stratus. Hal
ini sering terjadi pada waktu angin ribut.
C. Matra Darat
1. Pantai
a. Pengertian Pantai
Pantai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah
pesisir. Dahuri, (1996) menyatakan bahwa defenisi wilayah pesisir yang
digunakan di Indonesia adalah pertemuan antara darat dan laut dalam
artian ; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering
maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti
pasang surut, angin laut dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut
wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran
air tawar maupun yang disebaban oleh kegiatan manusia di darat
seperti pembangunan, penggundulam hutan dan pencemaran lingkungan
pantai.
Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir,
dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara
daratan dan perairan laut. Panjang garis pantai ini diukur mengeliling
seluruh pantai yang merupakan daerah teritorial suatu negara. Garis
pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat
terjadi air laut pasang tertinggi. Garis laut dapat berubah karena adanya
abrasi, yaitu pengikisan pantai oleh hantaman gelombang laut yang
menyebabkan berkurangnya areal daratan.
Untuk mengatasi abrasi/penggerusan garis pantai dari
gelombang/ombak dapat digunakan pemecah gelombang yang berfungsi
untuk memantulkan kembali energi gelombang. Berbagai cara yang
ditempuh untuk memecahkan gelombang diantaranya dengan
menggunakan tumpukan tetrapod yang terbuat dari beton pada jarak
tertentu dari garis pantai. Hutan bakau dapat membantu mengatasi
gelombang serta sekaligus bermanfaat untuk kehidupan binatang serta
tempat berkembang biak ikan-ikan tertentu. Hutan bakau disebagian
besar pantai Utara sudah hilang karena ulah manusia, yang pada
gilirannya akan menggerus pantai. Terumbu karang juga merupakan
pemecah gelombang alami, sehingga sangat perlu untuk dilestarikan dan
dikembangkan dalam mempertahankan garis pantai
Pantai adalah mintakat antara tepi perairan laut pada pasang
rendah sampai ke batas efektif pengaruh gelombang ke arah daratan.
Sedangkan pesisir adalah mintakat yang meliputi pantai dan
perluasannya ke arah darat sampai batas pengaruh laut tidak ada
(Setiyono, 1996).
Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami
perubahan, karena daerah tersebut menjadi tempat bertemunya dua
kekuatan, yaitu berasal dari daratan dan lautan. Perubahan lingkungan
pantai dapat terjadi secara lambat hingga sangat cepat, tergantung pada
imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan
gelombang, pasang surut dan angin. Perubahan pantai terjadi apabila
proses geomorfologi yang terjadi pada suatu segmen pantai melebihi
proses yang biasa terjadi. Perubahan proses geomorfologi tersebut
sebagai akibat dari sejumlah faktor lingkungan seperti faktor geologi,
geomorfologi, iklim, biotik, pasang surut, gelombang, arus laut dan
salinitas.
b. Kemiringan dan Arah Garis Pantai
Pantai bisa terbentuk dari material dasar yang berupa lumpur,
pasir atau kerikil (gravel). Kemiringan dasar pantai tergantung pada
bentuk dan ukuran material dasar. Pantai lumpur mempunyai kemiringan
sangat kecil sampai mencapai 1:5000. Kemiringan pantai pasir lebih
besar yang berkisar antara 1:20 dan 1:50. Kemiringan pantai berkerikil
bisa mencapai 1:4. Pantai berlumpur banyak dijumpai di daerah pantai di
mana banyak sungai yang mengangkut sedimen suspensi bermuara di
daerah tersebut dan gelombang relatif kecil (Triatmodjo, 1999).
Arah garis pantai dapat mempengaruhi energi gelombang dan
kecepatan arus susur pantai. Ketika arah datang gelombang tegak lurus
dengan arah garis pantai, maka energi gelombang yang bekerja dapat
lebih maksimal dalam melakukan proses abrasi. Sedangkan untuk arus
susur pantai, kecepatannya akan melemah ketika arah datangnya hampir
tegak lurus dengan arah garis pantai.
c. Sedimen Pantai
Sedimen pantai adalah partikel-partikel yang berasal dari hasil
pembongkaran batuan-batuan dari daratan dan potongan-potongan kulit
(shell) serta sisa-sisa rangka-rangka organisme laut. Tidaklah
mengherankan jikalau ukuran partikel-partikel ini sangat ditentukan oleh
sifat-sifat fisik mereka dan akibatnya sedimen yang terdapat pada
berbagai tempat di dunia mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda satu
sama lain. Misalnya sebagian besar dasar laut yang dalam ditutupi oleh
jenis partikel yang berukuran kecil yang terdiri dari sedimen halus.
Sedangkan hampir semua pantai ditutupi oleh partikel berukuran besar
yang terdiri dari sedimen kasar.
Keseimbangan antara sedimen yang dibawa sungai dengan
kecepatan pengangkutan sedimen di muara sungai akan menentukan
berkembangnya dataran pantai. Apabila jumlah sedimen yang dibawa ke
laut dapat segera diangkut oleh ombak dan arus laut, maka pantai akan
dalam keadaan stabil. Sebaliknya apabila jumlah sedimen melebihi
kemampuan ombak dan arus laut dalam pengangkutannya, maka dataran
pantai akan bertambah (Putinella, 2002).
d. Jenis-jenis pantai
Pantai bisa dikategorikan berdasarkan beberapa hal seperti
bentukan lahan (landform) atau material pembentuk sedimen. Berikut
adalah beberapa tipe pantai yang umum dijumpai:
a. Pantai curam berbatu (cliff)
Pantai curam berbatu adalah salah satu jenis pantai berupa
bebatuan atau akumulasi material sedimen seperti lempung
(clay) berkemiringan curam yang terbentuk dari kombinasi proses
erosi (oleh terjangan ombak) dan pelapukan. Batu karang adalah
salah satu batu yang umum membentuk pantai curam. Salah satu
jenis pantai ini cukup mudah dijumpai misalnya di pantai selatan
jawa atau si sekitar kepulauan Alor, Nusa Tenggara Timur.
b. Pantai „berpasir‟
Pantai „berpasir‟ adalah pantai yang paling umum dijumpai
dengan penampakan yang khas dengan kemiringan pantai yang
landai dan tersusun dari material lepas seperti pasir, kerikil (gravel),
batu gaplok (cobblestones) dan sejenisnya. Gelombang dan arus di
pantai adalah penggerak utama terbentuknya pantai jenis ini dengan
secara terus-menerus menempatkan pasir (atau material lepas
lainnya) ke pantai. Dengan keindahannya, pantai jenis ini terutama
pantai berpasir putih telah banyak menarik industri pariwisata
sebagai tempat rekreasi seperti pantai Kuta, Bali.
c. Pantai Bertebing (Flaise)
Pantai bertebing (Flaise) adalah pantai yang curam di muka
tebing karena adanya pegunungan melintang tegak lurus terhadap
pantai. Di pantai ini sering dijumpai laut yang dangkal. Terjadinya
flaise karena penimbunan hasil perusakan tebing pantai itu sendiri
yang disebabkan oleh abrasi atau erosi marine.
d. Pantai Landai
Pantai landai, yaitu pantai yang permukaannya relatif datar.
Termasuk pantai jenis ini adalah pantai mangrove, pantai bukit pasir,
pantai delta. dan pantai estuari.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Alat
a. Kompas 1 buah
b. Patok kayu 3 buah
c. Stopwatch 1 buah
d. Kamera 2 buah
2. Bahan
a. Kertas secukupnya
b. Pulpen secukupnya
B. Tempat dan Waktu Pelaksaan
Adapun tempat dan waktu pelaksaan kegiatan praktek yaitu :
Tempat : Tanjung Bayang, Makassar
Hari/Tanggal : Sabtu/ 02 Mei 2015
Jam : 23.45 sampai selesai
C. Prosedur Kerja
Prosedur Kerja pada praktikum ini adalah :
1. Matra darat
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Dalam pengukuran garis pantai ini, digunakan metode feet and
compas maping.
c. Membuat tetapan langkah yaitu 10 langkah
d. Kemudian diukur 10 langkah beberapa cm.
e. Setelah membuat tetapan langkah, kemudian menuju lapangan .
f. Pertama, tentukan titik start dan membuat patok 1 (P1)
g. Menentukan P2 dan memasang patok
h. Membidik P2 dengan kompas untuk diketahui sudut horizontalnya.
i. Mengukur jarak dalam langkah
j. Menentukan P3, lakukan seperti menentukan P1 dan P2.
k. Mencabut P2 dan tancapkan berikutnya sebagai P4
l. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
2. Matra laut
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Memasang patok yang akan jadi tiang untuk dapat melihat puncak
dan lembah gelombang.
c. Mengukur gelombang laut dengan mengambil interval pengukuran 2
menit.
d. Mencatat dan merekam swesh dan back swesh.
3. Matra udara
a. Mengambil gambar perubahan awan
b. Membandingkan dengan awan teoritis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini, sebagai berikut:
1. Matra Laut
Kegiatan 4.1 : Menghitung tinggi gelombang air laut
Waktu : 12.17 – 12.21
Tabel 4.1 : Tinggi puncak dan lembah gelombang air laut
No Puncak (cm) Lembah (cm)
1 11 5
2 11 3
3 11 5
4 9 4
5 12 5
6 10 6
7 9 5
8 11 6
9 11 5
10 11 4
11 14 8
12 11 5
13 11 5
14 11 5
15 11 5
16 12 6
17 12 7
18 12 5
19 11 6
20 12 6
21 15 7
22 15 8
23 11 8
24 13 8
25 16 10
26 12 6
27 12 7
28 15 8
29 13 6
30 15 7
2. Matra Darat
Kegiatan 4.2 : Menghitung Panjang Garis Pantai
C : 57,27 cm
Tabel 4.2 : Panjang Garis Pantai
Patok Azimut Langkah R (cm) Ket. Lokasi
P1 – P2 28 32 1832.64 -
P2 – P3 0 82 4696.14 -
P3 – P4 1 80 4581.6 -
P4 – P5 2 106 6070.62 -
P5 – P6 4 87 4982.49 -
P6 – P7 10 88 5039.76 -
P7 – P8 18 63 3608.01 -
P8 – P9 18 65 3722.55 -
P9 – P10 20 97 5555.19 -
P10 – P11 22 105 6013.35 -
P11 – P12 28 62 3550.74 -
P12 – P13 28 58 3321.66 -
P13 – P14 28 34 1947.18 -
P14 – P15 28 48 2748,96 -
P15 – P16 32 56 3207,12 -
P16 – P17 51 78 4467,06 -
P17 – P18 32 90 5154,30 -
P18 – P19 26 111 6334,77 -
P19 – P20 34 30 1718,10 Berbatu
P20 – P21 23 48 2748,96 -
P21 – P22 10 54 3092,58 -
P22 – P23 8 62 3550,74 -
P23 – P24 20 92 5268,84 -
P24 – P25 40 92 5268,84 Pohon Tumbang
P25 – P26 28 126 7216,02 Pohon Tumbang
3. Matra Udara
Kegiatan 4.3 : Mengamati perubahan awan
Waktu Azimuth Gambar Jenis Awan
8:33:32
AM
Awan Alto
Stratus (A-St)
8:33:44
AM
Awan Alto
Stratus (A-St)
8:34:32
AM
Awan Alto
Stratus (A-St)
8:36:46
AM
Awan Alto
Stratus (A-St)
9.02.57
AM
10.04.03
AM
292o
Awan Nimbo
Stratus (Ni-St)
10.07.07
AM
350o
9.03.13
AM
Awan Alto
Stratus (A-St)
9.03.16
AM
Awan Alto
Stratus (A-St)
9.03.25
AM
Awan Alto
Stratus (A-St)
10.16.30
AM
2940
Awan Cumulus
(Cu)
10.21.40
AM
2940
Awan Cumulus
(Cu)
10.27.43
AM
2940
Awan Cumulus
(Cu)
10.20.06
AM
3580
Awan Nimbo
Stratus (Ni-St)
09.42.05
AM
Awan Nimbo
Stratus (Ni-St)
09.42.35
AM
B. Grafik
1. Matra Laut
31, 5.5
0
1
2
3
4
5
6
7
0 5 10 15 20 25 30 35
pu
nca
k
lembah
Pengukuran Gelombang
C. Pembahasan
Pembahasan pada praktikum ini adalah :
1. Matra darat
Pada praktek matra darat yaitu mengukur garis pantai, digunakan
kompas dan beberapa patok untuk mengetahui azimutnya. Pada
pengukuran ini diperoleh data sampai patok ke 13 (P13). Kemudian,
ditentikan langkah dengan nilai C = 57,27. Dari jumlah langkah yang
diperhitungkan dari patok 1 ke patok berikutnya akan dikalikan dengan
langkah yang di konstankan sehingga menghasilkan R. Pada pengukuran
ini, untuk keterangan lokasi terdapat beberapa abrasi. Yaitu pada azimut
2140,
2200, dan 208
0. Secara berturut-turut untuk keterangan abrasi dari
azimut tersebut adalah berbatu dan kayu tumbang. Abrasi disini adalah
benda-benda atau beberapa penghalang yang menghalangi garis pantai.
2. Matra laut
Pada kegiatan ini, kami menggunakan satu patok untuk dijadikan tiang
sebagai pengukuran lembah dan puncak pada gelombang. Pada waktu
menunjukkan pukul 24.17, puncak yang diukur adalah 11 dan pada lembah
adalah 5. Untuk pukul 24.21 lembah dan puncak diperoleh berturut-turut
adalah 7 dan 15. Artinya semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengukur gelombang, maka semakin besar pula puncak dan lembah yang
dihasilkan.
3. Matra udara
Pada kegiatan ini, hanya menggunakan kamera dan komp[as untuk
membidik awan yang terbentuk. Setelah itu bandingkan dengan awan
teoritis. Setelah dibandingkan awan teoritis dan awan pengamatan, maka
diperoleh hasil yang cukup sama. Adapun yang tidak cocok, diakibatkan
oleh cuaca yang tidak mendukung.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :
1. Perairan darat adalah semua bentuk perairan yang terdapat di darat. Bentuk
perairan yang terdapat di darat meliputi, mata air, air yang mengalir di
permukaan bergerak menuju ke daerah-daerah yang lebih rendah
membentuk sungai, danau, rawa dan lain-lain yang memiliki suatu pola
aliran yang dinamakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Tata air yang berada
di wilayah daratan tersebut dipelajari oleh suatu ilmu yang disebut
hidrologi.
2. Laut adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat
luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Biasanya air
mengalir yang ada di darat akan bermuara ke laut. Indonesia memiliki
wilayah perairan laut yang sangat luas dan kurang terjaga sehingga mudah
mendatangkan ancaman sengketa batas wilayah dengan negara tetangga.
Untuk landas kontinen negara kita berhak atas segala kekayaan alam yang
terdapat di laut sampai dengan kedalaman 200 meter. Batas laut teritorial
sejauh 12 mil dari garis dasar lurus dan perbatasan laut zona ekonomi
ekslusif (ZEE) sejauh 200 mil dari garis dasar laut.
3. Angin adalah udara yang bergerak akibat rotasi bumi dan perbedaan
tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara
tinggi ke bertekanan udara rendah. Awan adalah kumpulan tetesan air atau
kristal es di dalam atmosfer yang terjadi karena adanya
pemadatan/pengembunan uap air yang terdapat di dalam udara setelah
melampaui keadaan titik jenuh. Awan merupakan cikal bakal terjadinya
huja, namun hal tersebut juga bergantung dari musim.
DAFTAR REFERENSI
arief go harahap GELOMBANG AIR LAUT.htm
http://ciloty-brotherhoodz.blogspot.com/2012/03/pengertian angin.html
http://sig.graphicsfactory.com/
http://triigeo.blogspot.com/2013/03/-muh.html
http://www.artikelsiana.com/2015/05/pengertian-awan-jenis-jenis-awan.html
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm
LAMPIRAN
P13 – P14
P14 – P15
P15 – P16
P16 – P17
P17 – P18
P18 – P19
P19 – P20
P20 – P21
P21 – P22
P22 – P23
P23 – P24
P24 – P25 P25 – P26