33
LAPORAN PRAKTiKum LAPANGAN ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA OLEH NAMA : SULASTRI DEWI NIM : 20600113122 KELAS : FISIKA D (7,8) KELOMPOK : II (DUA) JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2014/2015

IPBA lastrii

Embed Size (px)

DESCRIPTION

IPBA

Citation preview

Page 1: IPBA lastrii

LAPORAN

PRAKTiKum LAPANGAN

ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA

OLEH

NAMA : SULASTRI DEWI

NIM : 20600113122

KELAS : FISIKA D (7,8)

KELOMPOK : II (DUA)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2014/2015

Page 2: IPBA lastrii

LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa dan dinyatakan dierima oleh Dosen Pembimbing Ilmu

Bumi dan Antariksa pada praktikum lapangan di Jurusan Pendidikan Fisika :

Nama : Sulastri Dewi

NIM : 20600113122

Kelas : Fisika D (7,8)

Kelompok : II (Dua)

Samata, 05 Juni 2015

Asisten Mahasiswa

Muh. Syihab Ikbal, S.Pd., M.Pd Sulastri Dewi

NIM : 20600113122

Mengetahui :

Dosen Pembimbing

Mata Kuliah IPBA

Suprapta, M.Si

Page 3: IPBA lastrii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum

Judul praktikum lapangan kali ini adalah “Pengamatan Wilayah Laut,

Darat dan Udara”.

B. Latar Belakang

Istilah ilmu kebumian mengacu pada kata geologi yang berarti bumi dan

logos yang berarti ilmu. Geologi mempelajari bumi, meliputi cara terjadinya,

proses serta sejarah berlangsungnya hingga saat ini, materi pembentuk bumi,

struktur bumi, bentuk-bentuk permukaan dan proses terjadinya mulai pada masa

lalu, masa kini hingga yang akan dating. Bumi merupakan suatu materi yang

selalu bergerak dan mengalami perubahan. Pada hakikatnya bagian luar bumi atau

permukaan bumi ditutupi oleh tiga jenis lapisan. Lapisan tersebut adalah lapisan

udara; lapisan air yang meliputi samudera, laut, sungai, danau dan air di bawah

permukaan; serta lapisan biosfera yang mencakup tentang ruang lingkup

kehidupan yang berkaitan dengan lapisan udara, lapisan air serta lapisan batuan.

Ketika berbicara tentang bumi sangat erat kaitannya dengan materi-materi

serta bagian-bagian yang menyusun bumi. Berbagai macam bentuk permukaan

bumi dapat dinikmati secara nyata dan dilihat langsung oleh mata. Terdapat tiga

macam matra yang kita kenal ketika berbicara tentang ilmu bumi, yaitu matra

darat, matra laut dan matra udara. Matra darat berhubungan dengan keadaan yang

ada di darat berupa jenis-jenis pasir atau batuan-batuan yang terdapat di daratan,

sementara matra laut meliputi keadaan di laut berupa perubahan gelombang yang

terjadi di laut dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan gelombang di laut.

Sedangkan untuk matra udara meliputi keadaan yang ada pada udara berupa jenis-

jenis awan terbentuk di udara.

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukanlah praktikum lapangan ini

untuk membandingkan serta membedakan bagian-bagian dari matra darat, matra

laut dan matra udara. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran garis pantai;

Page 4: IPBA lastrii

penentuan puncak dan lembah pada laut ketika malam hari dan pengamatan

bentuk awan.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah :

1. Bagaimana perbedaan antara matra darat, matra laut dan matra udara?

2. Bagaimana pengukuran garis pantai?

3. Bagaimana bentuk gelombang air laut?

4. Bagaimana bentuk dari berbagai jenis awan?

D. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah :

1. Untuk membedakan matra darat, matra laut dan matra udara,

2. Untuk melakukan pengukuran garis pantai,

3. Untuk menentukan bentuk gelombang air laut,

4. Untuk membedakan bentuk berbagai jenis awan.

Page 5: IPBA lastrii

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Matra Laut

Gelombang merupakan suatu fenomena naik-turunnya permukaan laut,

dimana energinya bergerak dari suatu wilayah pembentukan gelombang ke arah

pantai. Kata gelombang umumnya digunakan untuk gelombang yang

dibangkitkan oleh angin. Gelombang yang dibangkitkan angin terbentuk di

perairan dalam kemudian bergerak ke perairan dangkal yang mengalami

deformasi (refraksi, difraksi, refleksi) dan pada akhirnya pecah di dekat pantai.

Parameter gelombang seperti tinggi, periode, sudut refraksi dan tipe gelombang

sangat penting diketahui untuk mempelajari gelombang yang ada di laut.

Aktivitas gelombang menentukan transpor sedimen yang terjadi di pantai dan

perubahan garis pantai.

Bentuk dari sebuah gelombang dan rentetan diagram yang

menunjukkan gerakan partikel-partikel air yang ada di dalam gelombang.

Walaupun gelombang bergerak makin maju ke depan, partikel-partikel di dalam

gelombang akan meninggalkan jejak yang membentuk lingkaran. Jejak lingkaran

yang dibuat oleh partikel-partikel akan menjadi lebih kecil sesuai dengan makin

besarnya kedalaman di bawah permukaan gelombang.

Gelombang memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat dipengaruhi oleh 3

bentuk angin :

1. Kecepatan angin, umumnya makin kencang angin bertiup maka makin

besar gelombang yang terbentuk dan gelombang ini mempuyai kecepatan

yang tinggi dan panjang gelombang yang besar.

2. Ketika angin sedang bertiup, tinggi, kecepatan dan panjang gelombang

seluruhnya cenderung meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu

pada saat angin pembangkit gelombang mulai bertiup.

3. Jarak tanpa rintangan ketika angin bertiup (fetch). Fetch di lautan lebih

besar daripada fetch di danau sehingga panjang gelombang yang

terbentuk di lautan lebih panjang hingga mencapai ratusan meter.

Page 6: IPBA lastrii

Klasifikasi gelombang berdasarkan ukuran dan penyebabnya:

1. Riak (ripples) / gelombang kapiler (capillary wave) dengan panjang

gelombang 1,7 m dan periode kurang dari 0,2 detik disebabkan oleh

adanya tegangan permukaan dan tiupan angin yang tidak terlalu kuat pada

permukaan laut.

2. Gelombang angin (wind waves) dengan panjang gelombang sampai kira-

kira 130 m dan periode 0,2-9 detik ditimbulkan angin

3. Alun (swell) dengan panjang gelombang sampai ratusan meter dan periode

9-15 detik ditimbulkan oleh angin yang bertiup lama

4. Gelombang pasang surut (tidal wave) dengan panjang gelombang ribuan

kilometer dengan periode 12,5 jam, 25 jam dan seterusnya oleh fluktuasi

gaya gravitasi matahari dan bulan.

Pengukuran parameter gelombang dapat dilakukan secara visual

maupun dengan instrumen. Pengukuran secara visual biasanya hanya dapat

dilakukan pada kondisi sesaat, biasanya alat yang digunakan adalah View Box

(sudut refraksi), papan berskala (tinggi gelombang) dan stop watch untuk

pengukuran periode gelombang. Pengukuran parameter gelombang dengan

instrumen wave gauge yang didasarkan pada perubahan tekanan pada kolom air

yang nantinya akan dikonversi menjadi parameter tinggi dan periode gelombang.

Manfaat mempelajari gelombang adalah dalam perencanaan wilayah pantai

(pelabuhan dan bangunan pantai lainnya), pariwisata (surfing), sumber energi

alternatif, dan untuk budidaya perikanan (rumput laut) dsb.

Altimetri adalah salah satu teknik untuk mengukur ketinggian

gelombang laut pada koordinat tertentu. Satelit altimetry mengambil data pada

waktu tertentu dengan menggunakan radar mengelilingi angkasa dari satelit

antena ke permukaan laut dan dikembalikan lagi ke satelit penerima. Pada tahun

1970 altimetri mulai melakukan pengukuran data fisik, kimia, keadaan dinamis

dari daratan lautan, atmosfer dan biosphere. Beberapa satelit yang telah

diluncurkan oleh altimetry dianteranya adalah ERS (1991-1996), Topex atau

Poseidon (sejak 1992), ERS-2 (sejak 1995), dan Jason-1. Satelit-satelit ini

menyediakan data lokasi, pengumpulan data, mengukur suhu, konsentrasi

Page 7: IPBA lastrii

klorofil dan kecepatan angin di permukaan laut. Pengamatan secara umum untuk

memahami secara lebih baik dari kejadian di lautan, iklim dalam waktu yang

lampau ataupun waktu yang akan datang.

B. Matra Udara

Awan adalah massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau kristal beku

tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau permukaan planet lain.

Awan juga massa terlihat yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam

ruang yang disebut awan antar bintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu

awan atau fisika awan, suatu cabang meteorologi.

Di Bumi substansi biasanya presipitasi uap air. Dengan bantuan partikel

higroskopis udara seperti debu dan garam dari laut, tetesan air kecil terbentuk

pada ketinggian rendah dan kristal es pada ketinggian tinggi bila udara

didinginkan jadi jenuh oleh konvektif lokal atau lebih besar mengangkat non-

konvektif skala.

Pada beberapa soal, awan tinggi mungkin sebagian terdiri dari tetesan

air superdingin. Tetesan dan kristal biasanya sekitar 0,01 mm (0,00039 in)

diameter. Paling umum dari pemanasan matahari di siang hari dari udara pada

tingkat permukaan, angkat frontal yang memaksa massa udara lebih hangat akan

naik lebih keatas dan mengangkat orografik udara di atas gunung. Ketika udara

naik , mengembang sehingga tekanan berkurang. Proses ini mengeluarkan energi

yang menyebabkan udara dingin. Ketika dikelilingi oleh milyaran tetesan lain

atau kristal mereka menjadi terlihat sebagai awan. Dengan tidak adanya inti

kondensasi, udara menjadi jenuh dan pembentukan awan terhambat. dalam awan

padat memperlihatkan pantulan tinggi (70% sampai 95%) di seluruh awan

terlihat berbagai panjang gelombang, sehingga tampak putih, di atas.

Tetesan embun (titi-titik air) cenderung efisien menyebarkan cahaya,

sehingga intensitas radiasi matahari berkurang dengan kedalaman arah ke gas,

maka warna abu-abu atau bahkan gelap kadang-kadang tampak di dasar awan.

Awan tipis mungkin tampak telah memperoleh warna dari lingkungan mereka

atau latar belakang dan awan diterangi oleh cahaya non-putih, seperti saat

matahari terbit atau terbenam, mungkin tampak berwarna sesuai. Awan terlihat

Page 8: IPBA lastrii

lebih gelap di dekat-inframerah karena air menyerap radiasi matahari pada saat-

panjang gelombang.

Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi

titik-titik air, maka terbentuklah awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara:

1. Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena

air lebih cepat menyengat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik

tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu

akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak

terhingga banyaknya.

2. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfer lembap. Udara makin

lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air.

Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi

semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan

daya tarik bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik

air itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan. Jika titik-titik air tersebut

bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan awan menghilang. Inilah

yang menyebabkan itu awan selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang

terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan mencair. Inilah juga yang

menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa hujan.

Dalam hasil kongres internasional yang diadakan di munchen tahun

1802 dan Uppsala (Swedia) tahun 1894, Awan dikelompokkan dalam beberapa

macam antara lain:

1. Jenis-Jenis Awan Tinggi

Jenis awan ini terletak pada ketinggian yang beragam. Bila di

kawasan tropis jenis awan ini terdapat pada ketinggian 6-18 km, pada

kawasan yang beriklim sedang berada pada ketinggian 5-13 km, sedangkan

di kawasan kutup terletak pada ketinggian 3-8 km. Macam-macam jenis

awan yang tergolong awan tinggi adalah sebagai berikut.

Page 9: IPBA lastrii

a. Awan Cirrus (Ci)

Awan Cirrus (Ci) adalah awan halus dengan struktur seperti

serat dan berbentuk seperti bulu burung. Awan cirrus (Ci) tersusun atas

pita melengkung di langit, sehingga tampak bertemu satu atau dua titik

horizon, dan sering terdapat kristal es. Awan Cirrus tidak menimbulkan

hujan.

b. Awan Cirrocumulus (Ci-Cu)

Awan Cirrocumulus (Ci-Cu) adalah awan yang terputus-putus

dan penuh dengan kristal-kristal es serta berbentuk seperti segerombolan

domba dan sering menimbulkan bayangan.

c. Awan Cirrostatus (Ci-St)

Awan Cirrostatus (Ci-St) adalah awan yang berbentuk seperti

kelambu putih yang halus dan rata dengan menutup seluruh langit

sehingga tampak cerah atau juga terlihat seperti anyaman yang

bentuknya tidak teratur. Awan cirrostatus sering menimbulkan hallo

(lingkaran yang bulat) yang mengelilingi matahari dan bulan. Hal ini

biasa terjadi pada musim kering.

Page 10: IPBA lastrii

2. Jenis-Jenis Awan Menengah

Jenis awan ini terletak pada ketinggian yang beragam, dimana pada

kawasan tropis jenis awan ini terdapat pada ketinggian 2-8 km, pada

kawasan beriklim sedang terletak pada ketinggian 2-7 km, dan kawasan

yang terletak di kutup utara terletak di ketinggian 2-4 km. Macam-macam

jenis awan menengah:

a. Awan Alto Cumulus (A – Cu)

Awan Alto Cumulus (A – Cu) adalah awan yang bentuknya

kecil-kecil yang jumlahnya banyak. Umumnya berbentuk bola yang agak

tebal, berwarna putih sampai pucat dan ada bagian yang kelabu. Awan

ini bergerombol dan saling berdekatan sehingga tampak bahwa awan ini

saling bergandengan.

b. Awan Alto Stratus (A-St)

Awan Alto Stratus (A-St) adalah awan ini tebal dan luas

dengan warna kelabu, sehingga pada matahari dan bulan tampak terang.

Page 11: IPBA lastrii

3. Jenis-Jenis Awan Rendah

Jenis awan ini terletak pada ketinggian kurang dari 3 km. Macam-

macam jenis awan rendah adalah:

a. Awan Strato Cumulus (St-Cu)

Awan Strato Cumulus (St-Cu) adalah awan yang berbentuk

bola dan memiliki lapisan tipis yang sering menutupi langit sehingga

tampak seperti gelombang lautan. Jenis awan ini tidak menimbulkan

hujan.

b. Awan Stratus (St)

Awan Stratus (St)adalah awan rendah dan luas dengan tinggi

berada dibawah 200 m. Lapisan melebar seperti kabut dan berlapis-lapis.

Antara kabut dan awan stratus pada dasarnya tidak berbeda

Page 12: IPBA lastrii

c. Awan Nimbo Stratus (Ni-St)

Awan Nimbo Stratus (Ni-St) adalah awan yang bentuknya

tidak menentu, tepinya compang-camping tak beraturan dan berwarna

putih kegelapan serta penyebarannya cukup luas. Awan ini menimbulkan

hujan gerimis.

4. Jenis-Jenis Awan Udara Naik

Jenis awan ini terletak pada ketinggian antara 500- 1500 m.

Macam-macam jenis awan udara naik adalah:

a. Awan Cumulus (Cu)

Awan Cumulus (Cu) adalah awan tebal dengan puncak-

puncak yang tinggi, terbentuk di siang hari karena udara naik. Jika

berhadapan dengan matahari terlihat terang dan jika memperoleh sinar

hanya sebelah saja akan menimbulkan bayangan yang berwarna kelabu.

b. Awan Cumola Nimbus (Cu-Ni)

Awan Cumola Nimbus (Cu-Ni) adalah awan yang

menimbulkan hujan dengan kilat guntur. Awan ini mmiliki volume yang

besar posisi yang rendah dengan puncak yang tinggi sebagai menara atau

gunung dan puncaknya melebar, sehingga merupakan awan tebal.

Page 13: IPBA lastrii

Biasanya di atas awan cumulo nimbus terdapat awan cirro stratus. Hal

ini sering terjadi pada waktu angin ribut.

C. Matra Darat

1. Pantai

a. Pengertian Pantai

Pantai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah

pesisir. Dahuri, (1996) menyatakan bahwa defenisi wilayah pesisir yang

digunakan di Indonesia adalah pertemuan antara darat dan laut dalam

artian ; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering

maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti

pasang surut, angin laut dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut

wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh

proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran

air tawar maupun yang disebaban oleh kegiatan manusia di darat

seperti pembangunan, penggundulam hutan dan pencemaran lingkungan

pantai.

Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir,

dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara

daratan dan perairan laut. Panjang garis pantai ini diukur mengeliling

seluruh pantai yang merupakan daerah teritorial suatu negara. Garis

pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat

terjadi air laut pasang tertinggi. Garis laut dapat berubah karena adanya

abrasi, yaitu pengikisan pantai oleh hantaman gelombang laut yang

menyebabkan berkurangnya areal daratan.

Page 14: IPBA lastrii

Untuk mengatasi abrasi/penggerusan garis pantai dari

gelombang/ombak dapat digunakan pemecah gelombang yang berfungsi

untuk memantulkan kembali energi gelombang. Berbagai cara yang

ditempuh untuk memecahkan gelombang diantaranya dengan

menggunakan tumpukan tetrapod yang terbuat dari beton pada jarak

tertentu dari garis pantai. Hutan bakau dapat membantu mengatasi

gelombang serta sekaligus bermanfaat untuk kehidupan binatang serta

tempat berkembang biak ikan-ikan tertentu. Hutan bakau disebagian

besar pantai Utara sudah hilang karena ulah manusia, yang pada

gilirannya akan menggerus pantai. Terumbu karang juga merupakan

pemecah gelombang alami, sehingga sangat perlu untuk dilestarikan dan

dikembangkan dalam mempertahankan garis pantai

Pantai adalah mintakat antara tepi perairan laut pada pasang

rendah sampai ke batas efektif pengaruh gelombang ke arah daratan.

Sedangkan pesisir adalah mintakat yang meliputi pantai dan

perluasannya ke arah darat sampai batas pengaruh laut tidak ada

(Setiyono, 1996).

Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami

perubahan, karena daerah tersebut menjadi tempat bertemunya dua

kekuatan, yaitu berasal dari daratan dan lautan. Perubahan lingkungan

pantai dapat terjadi secara lambat hingga sangat cepat, tergantung pada

imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan

gelombang, pasang surut dan angin. Perubahan pantai terjadi apabila

proses geomorfologi yang terjadi pada suatu segmen pantai melebihi

proses yang biasa terjadi. Perubahan proses geomorfologi tersebut

sebagai akibat dari sejumlah faktor lingkungan seperti faktor geologi,

geomorfologi, iklim, biotik, pasang surut, gelombang, arus laut dan

salinitas.

b. Kemiringan dan Arah Garis Pantai

Pantai bisa terbentuk dari material dasar yang berupa lumpur,

pasir atau kerikil (gravel). Kemiringan dasar pantai tergantung pada

Page 15: IPBA lastrii

bentuk dan ukuran material dasar. Pantai lumpur mempunyai kemiringan

sangat kecil sampai mencapai 1:5000. Kemiringan pantai pasir lebih

besar yang berkisar antara 1:20 dan 1:50. Kemiringan pantai berkerikil

bisa mencapai 1:4. Pantai berlumpur banyak dijumpai di daerah pantai di

mana banyak sungai yang mengangkut sedimen suspensi bermuara di

daerah tersebut dan gelombang relatif kecil (Triatmodjo, 1999).

Arah garis pantai dapat mempengaruhi energi gelombang dan

kecepatan arus susur pantai. Ketika arah datang gelombang tegak lurus

dengan arah garis pantai, maka energi gelombang yang bekerja dapat

lebih maksimal dalam melakukan proses abrasi. Sedangkan untuk arus

susur pantai, kecepatannya akan melemah ketika arah datangnya hampir

tegak lurus dengan arah garis pantai.

c. Sedimen Pantai

Sedimen pantai adalah partikel-partikel yang berasal dari hasil

pembongkaran batuan-batuan dari daratan dan potongan-potongan kulit

(shell) serta sisa-sisa rangka-rangka organisme laut. Tidaklah

mengherankan jikalau ukuran partikel-partikel ini sangat ditentukan oleh

sifat-sifat fisik mereka dan akibatnya sedimen yang terdapat pada

berbagai tempat di dunia mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda satu

sama lain. Misalnya sebagian besar dasar laut yang dalam ditutupi oleh

jenis partikel yang berukuran kecil yang terdiri dari sedimen halus.

Sedangkan hampir semua pantai ditutupi oleh partikel berukuran besar

yang terdiri dari sedimen kasar.

Keseimbangan antara sedimen yang dibawa sungai dengan

kecepatan pengangkutan sedimen di muara sungai akan menentukan

berkembangnya dataran pantai. Apabila jumlah sedimen yang dibawa ke

laut dapat segera diangkut oleh ombak dan arus laut, maka pantai akan

dalam keadaan stabil. Sebaliknya apabila jumlah sedimen melebihi

kemampuan ombak dan arus laut dalam pengangkutannya, maka dataran

pantai akan bertambah (Putinella, 2002).

Page 16: IPBA lastrii

d. Jenis-jenis pantai

Pantai bisa dikategorikan berdasarkan beberapa hal seperti

bentukan lahan (landform) atau material pembentuk sedimen. Berikut

adalah beberapa tipe pantai yang umum dijumpai:

a. Pantai curam berbatu (cliff)

Pantai curam berbatu adalah salah satu jenis pantai berupa

bebatuan atau akumulasi material sedimen seperti lempung

(clay) berkemiringan curam yang terbentuk dari kombinasi proses

erosi (oleh terjangan ombak) dan pelapukan. Batu karang adalah

salah satu batu yang umum membentuk pantai curam. Salah satu

jenis pantai ini cukup mudah dijumpai misalnya di pantai selatan

jawa atau si sekitar kepulauan Alor, Nusa Tenggara Timur.

b. Pantai „berpasir‟

Pantai „berpasir‟ adalah pantai yang paling umum dijumpai

dengan penampakan yang khas dengan kemiringan pantai yang

landai dan tersusun dari material lepas seperti pasir, kerikil (gravel),

batu gaplok (cobblestones) dan sejenisnya. Gelombang dan arus di

pantai adalah penggerak utama terbentuknya pantai jenis ini dengan

secara terus-menerus menempatkan pasir (atau material lepas

lainnya) ke pantai. Dengan keindahannya, pantai jenis ini terutama

pantai berpasir putih telah banyak menarik industri pariwisata

sebagai tempat rekreasi seperti pantai Kuta, Bali.

c. Pantai Bertebing (Flaise)

Pantai bertebing (Flaise) adalah pantai yang curam di muka

tebing karena adanya pegunungan melintang tegak lurus terhadap

pantai. Di pantai ini sering dijumpai laut yang dangkal. Terjadinya

flaise karena penimbunan hasil perusakan tebing pantai itu sendiri

yang disebabkan oleh abrasi atau erosi marine.

Page 17: IPBA lastrii

d. Pantai Landai

Pantai landai, yaitu pantai yang permukaannya relatif datar.

Termasuk pantai jenis ini adalah pantai mangrove, pantai bukit pasir,

pantai delta. dan pantai estuari.

Page 18: IPBA lastrii

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1. Alat

a. Kompas 1 buah

b. Patok kayu 3 buah

c. Stopwatch 1 buah

d. Kamera 2 buah

2. Bahan

a. Kertas secukupnya

b. Pulpen secukupnya

B. Tempat dan Waktu Pelaksaan

Adapun tempat dan waktu pelaksaan kegiatan praktek yaitu :

Tempat : Tanjung Bayang, Makassar

Hari/Tanggal : Sabtu/ 02 Mei 2015

Jam : 23.45 sampai selesai

C. Prosedur Kerja

Prosedur Kerja pada praktikum ini adalah :

1. Matra darat

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Dalam pengukuran garis pantai ini, digunakan metode feet and

compas maping.

c. Membuat tetapan langkah yaitu 10 langkah

d. Kemudian diukur 10 langkah beberapa cm.

e. Setelah membuat tetapan langkah, kemudian menuju lapangan .

f. Pertama, tentukan titik start dan membuat patok 1 (P1)

g. Menentukan P2 dan memasang patok

h. Membidik P2 dengan kompas untuk diketahui sudut horizontalnya.

i. Mengukur jarak dalam langkah

Page 19: IPBA lastrii

j. Menentukan P3, lakukan seperti menentukan P1 dan P2.

k. Mencabut P2 dan tancapkan berikutnya sebagai P4

l. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

2. Matra laut

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Memasang patok yang akan jadi tiang untuk dapat melihat puncak

dan lembah gelombang.

c. Mengukur gelombang laut dengan mengambil interval pengukuran 2

menit.

d. Mencatat dan merekam swesh dan back swesh.

3. Matra udara

a. Mengambil gambar perubahan awan

b. Membandingkan dengan awan teoritis.

Page 20: IPBA lastrii

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini, sebagai berikut:

1. Matra Laut

Kegiatan 4.1 : Menghitung tinggi gelombang air laut

Waktu : 12.17 – 12.21

Tabel 4.1 : Tinggi puncak dan lembah gelombang air laut

No Puncak (cm) Lembah (cm)

1 11 5

2 11 3

3 11 5

4 9 4

5 12 5

6 10 6

7 9 5

8 11 6

9 11 5

10 11 4

11 14 8

12 11 5

13 11 5

14 11 5

15 11 5

16 12 6

17 12 7

18 12 5

19 11 6

20 12 6

Page 21: IPBA lastrii

21 15 7

22 15 8

23 11 8

24 13 8

25 16 10

26 12 6

27 12 7

28 15 8

29 13 6

30 15 7

2. Matra Darat

Kegiatan 4.2 : Menghitung Panjang Garis Pantai

C : 57,27 cm

Tabel 4.2 : Panjang Garis Pantai

Patok Azimut Langkah R (cm) Ket. Lokasi

P1 – P2 28 32 1832.64 -

P2 – P3 0 82 4696.14 -

P3 – P4 1 80 4581.6 -

P4 – P5 2 106 6070.62 -

P5 – P6 4 87 4982.49 -

P6 – P7 10 88 5039.76 -

P7 – P8 18 63 3608.01 -

P8 – P9 18 65 3722.55 -

P9 – P10 20 97 5555.19 -

P10 – P11 22 105 6013.35 -

P11 – P12 28 62 3550.74 -

P12 – P13 28 58 3321.66 -

P13 – P14 28 34 1947.18 -

Page 22: IPBA lastrii

P14 – P15 28 48 2748,96 -

P15 – P16 32 56 3207,12 -

P16 – P17 51 78 4467,06 -

P17 – P18 32 90 5154,30 -

P18 – P19 26 111 6334,77 -

P19 – P20 34 30 1718,10 Berbatu

P20 – P21 23 48 2748,96 -

P21 – P22 10 54 3092,58 -

P22 – P23 8 62 3550,74 -

P23 – P24 20 92 5268,84 -

P24 – P25 40 92 5268,84 Pohon Tumbang

P25 – P26 28 126 7216,02 Pohon Tumbang

3. Matra Udara

Kegiatan 4.3 : Mengamati perubahan awan

Waktu Azimuth Gambar Jenis Awan

8:33:32

AM

Awan Alto

Stratus (A-St)

8:33:44

AM

Awan Alto

Stratus (A-St)

8:34:32

AM

Awan Alto

Stratus (A-St)

Page 23: IPBA lastrii

8:36:46

AM

Awan Alto

Stratus (A-St)

9.02.57

AM

10.04.03

AM

292o

Awan Nimbo

Stratus (Ni-St)

10.07.07

AM

350o

9.03.13

AM

Awan Alto

Stratus (A-St)

9.03.16

AM

Awan Alto

Stratus (A-St)

9.03.25

AM

Awan Alto

Stratus (A-St)

Page 24: IPBA lastrii

10.16.30

AM

2940

Awan Cumulus

(Cu)

10.21.40

AM

2940

Awan Cumulus

(Cu)

10.27.43

AM

2940

Awan Cumulus

(Cu)

10.20.06

AM

3580

Awan Nimbo

Stratus (Ni-St)

09.42.05

AM

Awan Nimbo

Stratus (Ni-St)

09.42.35

AM

Page 25: IPBA lastrii

B. Grafik

1. Matra Laut

31, 5.5

0

1

2

3

4

5

6

7

0 5 10 15 20 25 30 35

pu

nca

k

lembah

Pengukuran Gelombang

Page 26: IPBA lastrii

C. Pembahasan

Pembahasan pada praktikum ini adalah :

1. Matra darat

Pada praktek matra darat yaitu mengukur garis pantai, digunakan

kompas dan beberapa patok untuk mengetahui azimutnya. Pada

pengukuran ini diperoleh data sampai patok ke 13 (P13). Kemudian,

ditentikan langkah dengan nilai C = 57,27. Dari jumlah langkah yang

diperhitungkan dari patok 1 ke patok berikutnya akan dikalikan dengan

langkah yang di konstankan sehingga menghasilkan R. Pada pengukuran

ini, untuk keterangan lokasi terdapat beberapa abrasi. Yaitu pada azimut

2140,

2200, dan 208

0. Secara berturut-turut untuk keterangan abrasi dari

azimut tersebut adalah berbatu dan kayu tumbang. Abrasi disini adalah

benda-benda atau beberapa penghalang yang menghalangi garis pantai.

2. Matra laut

Pada kegiatan ini, kami menggunakan satu patok untuk dijadikan tiang

sebagai pengukuran lembah dan puncak pada gelombang. Pada waktu

menunjukkan pukul 24.17, puncak yang diukur adalah 11 dan pada lembah

adalah 5. Untuk pukul 24.21 lembah dan puncak diperoleh berturut-turut

adalah 7 dan 15. Artinya semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk

mengukur gelombang, maka semakin besar pula puncak dan lembah yang

dihasilkan.

3. Matra udara

Pada kegiatan ini, hanya menggunakan kamera dan komp[as untuk

membidik awan yang terbentuk. Setelah itu bandingkan dengan awan

teoritis. Setelah dibandingkan awan teoritis dan awan pengamatan, maka

diperoleh hasil yang cukup sama. Adapun yang tidak cocok, diakibatkan

oleh cuaca yang tidak mendukung.

Page 27: IPBA lastrii

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :

1. Perairan darat adalah semua bentuk perairan yang terdapat di darat. Bentuk

perairan yang terdapat di darat meliputi, mata air, air yang mengalir di

permukaan bergerak menuju ke daerah-daerah yang lebih rendah

membentuk sungai, danau, rawa dan lain-lain yang memiliki suatu pola

aliran yang dinamakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Tata air yang berada

di wilayah daratan tersebut dipelajari oleh suatu ilmu yang disebut

hidrologi.

2. Laut adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat

luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Biasanya air

mengalir yang ada di darat akan bermuara ke laut. Indonesia memiliki

wilayah perairan laut yang sangat luas dan kurang terjaga sehingga mudah

mendatangkan ancaman sengketa batas wilayah dengan negara tetangga.

Untuk landas kontinen negara kita berhak atas segala kekayaan alam yang

terdapat di laut sampai dengan kedalaman 200 meter. Batas laut teritorial

sejauh 12 mil dari garis dasar lurus dan perbatasan laut zona ekonomi

ekslusif (ZEE) sejauh 200 mil dari garis dasar laut.

3. Angin adalah udara yang bergerak akibat rotasi bumi dan perbedaan

tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara

tinggi ke bertekanan udara rendah. Awan adalah kumpulan tetesan air atau

kristal es di dalam atmosfer yang terjadi karena adanya

pemadatan/pengembunan uap air yang terdapat di dalam udara setelah

melampaui keadaan titik jenuh. Awan merupakan cikal bakal terjadinya

huja, namun hal tersebut juga bergantung dari musim.

Page 28: IPBA lastrii

DAFTAR REFERENSI

arief go harahap GELOMBANG AIR LAUT.htm

http://ciloty-brotherhoodz.blogspot.com/2012/03/pengertian angin.html

http://sig.graphicsfactory.com/

http://triigeo.blogspot.com/2013/03/-muh.html

http://www.artikelsiana.com/2015/05/pengertian-awan-jenis-jenis-awan.html

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm

Page 29: IPBA lastrii

LAMPIRAN

P13 – P14

P14 – P15

P15 – P16

Page 30: IPBA lastrii

P16 – P17

P17 – P18

Page 31: IPBA lastrii

P18 – P19

P19 – P20

P20 – P21

Page 32: IPBA lastrii

P21 – P22

P22 – P23

P23 – P24

Page 33: IPBA lastrii

P24 – P25 P25 – P26