48
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 1

IPM Tabalong Kalsel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Offered for public needs

Citation preview

Page 1: IPM Tabalong Kalsel

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 1

Page 2: IPM Tabalong Kalsel

KATA SAMBUTAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya publikasi “Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009”. Saya berharap agar laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap pembangunan manusia dan sekaligus merupakan masukan untuk penyusunan perencanaan pembangunan manusia yang baik, sistematis, menyelurh, terpadu dan berkelanjutan.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tabalong dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Kiranya kerjasama ini dapat berkesinambungan dan ditingkatkan untuk kemajuan pembangunan Kabupaten Tabalong.Terbitnya publikasi “Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2009”, merupakan hasil kerja sama yang baik antara Badan Pusat Statistik dengan Pemerintah Daerah kabupaten Tabalong, ditunjang pula dari swasta. Saya berharap agar publikasi ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh berbagai pihak yang terkait dalam pembangunan daerah untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan dan menyusun perencanaan yang sistematik, menyeluruh dan terpadu.

Atas partisipasi Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong dan semua pihak yang turut ambil bagian dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati kita. Amin

Wassalamualaikum Wr. Wb.Tanjung, Juli 2009

Bupati Tabalong

Drs. H. RACHMAN RAMSYI, M.Si

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TABALONGJl. Jaksa Agung Soeprapto No.82 71513 TanjungTelp/Fax. (0526)2021214, e-mail : [email protected]

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullillah dengan selesainya penyusunan publikasi “Indeks Pembangunan Manusia Tahun

2009”. Penerbitan ini merupakan hasil kerjasama BPS Kabupaten Tabalong dengan Bappeda Kabupaten

Tabalong.

Publikasi ini menyajikan informasi umum tentang analisis situasi pembangunan manusia di Kabupaten

Tabalong di lihat dari aspek kehidupan social ekonomi, antara lain demografi, pendidikan, kesehatan dan

kegiatan ekonomi lainnya. Sumber data pokok yang digunakan adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi

Nasional (SUSENAS) dan data lain yang menunjang.

Indeks Pembangunan Manusia mengukur kesejahteraan manusia secara menyeluruh, namun demikian

indikator ini tidak dengan sendirinya menyajikan gambaran secara menyeluruh. Indikator IPM harus dilengkapi

dengan informasi-informasi kuantitatif dan kualitatif yang harus dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Tabalong.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 2

BUPATI TABALONG

Page 3: IPM Tabalong Kalsel

Semoga publikasi ini bermanfaat bagi kemajuan kesejahteraan penduduk Kabupaten Tabalong.

Tanjung, Juli 2009

Kepala Badan Pusat StatistikKabupaten Tabalong,

HARYADI, S.ENIP. 19591224 198002 1 001

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 3

Page 4: IPM Tabalong Kalsel

DAFTAR ISI

Kata Sambutan.......................................................................................... i

Kata Pengantar......................................................................................... ii

Daftar Isi.................................................................................................. iii

Daftar Tabel..............................................................................................v

Daftar Gambar........................................................................................vii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang..................................................................1

1.2. Tujuan...............................................................................2

1.3. Ruang Lingkup..................................................................3

1.3.1 Lingkup Materi …………………………………………3

1.3.2 Lingkup Wilayah ……………………………………… 4

BAB II. DATA DAN METODOLOGI

2.1. Basis Data Pembangunan Manusia..................................5

2.2. Data Indeks Pembangunan Manusia................................6

2.3. Konsep Perhitungan IPM..................................................7

2.3.1 Usia Hidup................................................................7

2.3.2 Pengetahuan ...........................................................8

2.3.3 Standar Hidup Layak................................................9

2.3.4 Tahapan Perhitungan IPM .....................................11

2.3.5 Kategori Peringkat Pembangunan Manusia ..........13

BAB III. ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA

3.1. Kependudukan................................................................14

3.1.1 Demografi Kependudukan .....................................14

3.1.2 Kepadatan dan Komposisi Penduduk ....................17

3.2. Pendidikan ......................................................................22

3.2.1 Partisipasi Sekolah ................................................26

3.3. Ketenagakerjaan .............................................................30

3.3.1. Angkatan Kerja .....................................................31

3.4. Kesehatan .......................................................................35

3.4.1. Penolong Kelahiran ..............................................36

3.4.2. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan ..........................37

3.5. Perumahan dan Lingkungan ...........................................38

3.5.1. Kualitas Rumah Tinggal .......................................39

3.5.2. Fasilitas Rumah ....................................................41

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 4

Page 5: IPM Tabalong Kalsel

BAB IV. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TABALONG

4.1. Angka Harapan Hidup (e0)...............................................43

4.2. Angka Melek Huruf..........................................................45

4.3. Rata-rata Lama Sekolah.................................................46

4.4. Konsumsi riil per kapita...................................................47

4.5. IPM Kabupaten Tabalong................................................49

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM...12

Tabel 3.1. Distibusi Penduduk kab. Tabalong.....................................18

Tabel 3.2. Angka beban ketergantungan............................................19

Tabel 3.3. Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin.......................20

Tabel 3.4. Banyaknya Sekolah, Murid, Guru................................................23

Tabel 3.5. Rasio Murid-sekolah,murid-kelas,murid-guru.....................25

Tabel 3.6. APK, APM dan APS menurut usia sekolah........................27

Tabel 3.7. TPAK, TKK dan TPT menurut jenis kelamin......................31

Tabel 3.8. Persentase Penolong Persalinan Bayi ……………………..37

Tabel 3.9. Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan....... …………………38

Tabel 3.10. Persentase Rumah Tangga menurut luas lantai............................40

Tabel 4.1. Angka Harapan Hidup..................................................................44

Tabel 4.2. Persentase Penduduk usia 15 tahun ke atas yang melek huruf 45

Tabel 4.3. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong ..................50

Tabel 4.4. Status Pembangunan manusia berdasarkan Nilai IPM......51

Tabel 4.5. Perbandingan IPM Kabupaten/Kota...................................53

Tabel 4.6. Perbandingan Laju Reduksi Shortfall ................................56

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 5

Page 6: IPM Tabalong Kalsel

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Perbandingan Jumlah Penduduk....................................16

Gambar 3.2. Piramida Penduduk Kabupaten.......................................17

Gambar 3.3. Persentase Penduduk menurut jenis kelamin.................21

Gambar 3.4. APK, APM dan APS .......................................................28

Gambar 3.5. Persentase Penganggur Terbuka menurut kategori pengangguran terbuka 33

Gambar 3.6. Banyaknya Pengangguran Terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan 34

Gambar 3.7 Indikator Perumahan di kabupaten Tabalong .................41

Gambar 4.1 Perbandingan Angka Harapan Hidup .............................44

Gambar 4.2 Perkembangan IPM ........................................................52

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 6

Page 7: IPM Tabalong Kalsel

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rancangan pembangunan manusia yang sesungguhnya adalah menempatkan manusia

sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Hal ini

berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan

ekonomi, pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif

yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan masyarakat pada

semua tahapan pembangunan. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan tujuan jangka

panjang dari suatu masyarakat, dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan

manusia di sekililing pembangunan.

Pembangunan manusia menurut HDR adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-

pilihan yang dimiliki manusia. Diantara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah

untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses

terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak.

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya dan tujuan utama dari

pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk menikmati

umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan

suatu kenyataan yang sederhana, namun seringkali terlupakan oleh kesibukan jangka pendek yang

berorientasi pada hal-hal yang bersifat materi.

Paradigma pembangunan manusia memiliki empat komponen utama, yaitu:

1. Produktifitas. Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan

berpartisipasi penuh dalam proses mencari penghasilan dan lapangan kerja.

2. Pemerataan. Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua hambatan terhadap

peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan

mendapatkan keuntungan dari peluang yang tersedia.

3. Keberlanjutan. Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi

sekarang tapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua bentuk sumber daya, baik fisik,

manusia dan alam harus dapat diperbaharui.

4. Pemberdayaan. Pembangunan harus dilakukan oleh semua orang, bukan semata-mata

dilakukan untuk semua orang. Semua orang harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan

keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.

1.2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penulisan ini adalah menyajikan data dan informasi tentang kondisi penduduk

dan permasalahannya, sebagai dampak dari pembangunan yang telah dilaksanakan di Kabupaten

Tabalong. Selanjutnya diharapkan dapat menjadi masukan dalam perencanaan dan pengambilan

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 7

Page 8: IPM Tabalong Kalsel

kebijakan yang berkaitan dengan pemberdayaan sumber daya manusia di Kabupaten Tabalong,

termasuk penentuan sektor-sektor prioritas dalam pembangunan manusia.

Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini meliputi :

1. Mengidentifikasi kondisi beberapa variabel sektoral dalam pembangunan manusia, meliputi

sektor kesehatan, pendidikan, dan aktivitas ekonomi di Kabupaten Tabalong.

2. Memberikan gambaran permasalahan yang ada di bidang pembangunan manusia di Kabupaten

Tabalong.

3. Memberikan gambaran tentang perkembangan ukuran pembangunan manusia (IPM) dan

indikator-indikator sosial lainnya di Kabupaten Tabalong.

4. Merumuskan implikasi masalah dan kebijakan untuk menangani berbagai masalah yang

merupakan bagian dari perencanaan dan penanganan pembangunan manusia.

1.3. Ruang Lingkup

1.3.1. Lingkup Materi

Ruang lingkup materi penulisan ini meliputi :

- Identifikasi kondisi bariabel kunci dalam pengukuran besaran IPM yang meliputi : lamanya

hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup (decent living).

- Identifikasi permasalahan mendasar pada sektor-sektor kunci yang terkait dengan IPM,

meliputi indikator kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

- Pengukuran besaran angka IPM Kabupaten Tabalong.

- Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Tabalong.

- Rumusan kebijakan dalam rangka pembangunan manusia berdasarkan besaran angka IPM

yang diperoleh dan hasil analisis situasi pembangunan manusia di Kabupaten Tabalong.

1.3.2. Lingkup Wilayah

Lokasi penelitian mencakup wilayah Kabupaten Tabalong

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 8

Page 9: IPM Tabalong Kalsel

BAB II

DATA DAN METODOLOGI

Pada dasarnya perencanaan merupakan proses pengambilan keputusan, kualitas

keputusan sangat tergantung informasi yang mendasarinya. Oleh sebab itu, perencanaan

pembangunan harus memperhatikan terhadapap masalah pengumpulan dan penyajian informasi.

Perlu diingat bahwa pengumpulan dan pengolahan data bukan merupakan tujuan akhir melainkan

semata-mata sebagai sarana untuk menghasilkan keputusan yang lebih baik.

2.1. Basis Data Pembangunan Manusia

Perencanaan pembangunan manusia perlu menyadari bahwa yang berguna bagi

perencanaan dan pembuatan kebijakan hanyalah data atau informasi yang memberikan gambaran

keadaan sebenarnya. Oleh karena itu, perlu dipahami secara memadai jenis pengumpulan data

serta kualitas data yang dkumpulkan. Perencana pembangunan manusia harus dapat

memanfaatkan secara optimal data yang relevan baik yang dikumpulkan melalui sensus maupun

survei yang diperoleh dari instansi-instansi terkait terutama yang terkait dengan kesehatan,

pendidikan, angkatan kerja, keluarga berencana dan fertilitas, perumahan dan sanitasi, dan

pengeluara rumah tangga.

Informasi yang diperlukan tersebut bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Perencana harus

menyadari bahwa kedua jenis informasi tersebut saling melengkapi atau menunjang sehingga

keduanya diperlukan untuk analisis, monitoring, dan evaluasi yang lebih baik.

2.2. Data Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indeks komposit yang

dikembangkan UNDP untuk mengukur pencapaian upaya pembangunan manusia dari berbagai

perspektif. Indek Pembangunan Manusia merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-

rata sederhana dari indeks harapan hidup (eo ), indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama

sekolah), indeks standar hidup layak.

Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah usia hidup (longevity),

pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Usia hidup dapat diukur dengan

angka harapan hidup atau eo yang dihitung dengan menggunakan metode tidak langsung (metode

Brass, varian Trussel) berdasarkan variabel rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang

masih hidup. Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah

yang dihitung berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas KOR). Sebagai catatan,

UNDP dalam publikasi tahunan HDR (Human Development Report) sejak tahun 1995 menggunakan

indikator partisipasi Sekolah Dasar, menengah dan tinggi sebagai pengganti rata-rata lama sekolah

karena sulitnya memperoleh data rata-rata lama sekolah secara global. Indikator angka melek huruf

diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan indikator rata-rata lama

sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yaitu tingkat/kelas yang

sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 9

Page 10: IPM Tabalong Kalsel

Komponen standar hidup layak dapat diukur dengan menggunakan indikator rata-rata

konsumsi riil yang telah disesuaikan. UNDP menggunakan indikator Produk Domestik Bruto (PDB)

per kapita riil yang telah disesuaikan sebagai ukuran komponen tersebut karena tidak tersedia

indikator lain yang lebih baik untuk keperluan perbandingan antar negara.

2.3. Konsep Perhitungan IPM

Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia

adalah Human Development Index (HDI) atau IPM. Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

adalah usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living).

2.3.1 Usia Hidup

Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat mencapai usia

hidup yang panjang dan sehat. Indikator yang digunakan untuk mengkur usia hidup dengan

mempertimbangkan ketersediaan data secara global, dalam hal ini UNDP memilih indikator angka

harapan hidup waktu lahir (life expectacy at birth) yang biasa dinotasikan eo. angka kematian bayi

(IMR) tidak digunakan untuk keperluan itu karena indikator tersebut dinilai tidak peka bagi negara-

negara industri yang telah maju. Seperti halnya IMR, eo sebenarnya merefleksikan keseluruhan

tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di Indonesia eo dihitung dengan metode

tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar, yaitu rata-rata anak yang

dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Prosedur penghitungan eo yang diperoleh

dengan metode tidak langsung merujuk pada keadaan 3-4 tahun survei.

2.3.2. Pengetahuan

Dengan pertimbangan ketersediaan data, pengetahuan diukur dengan dua indikator, yaitu

melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sebagai catatan UNDP dalam publikasi tahunan HDR sejak

tahun 1995 mengganti rata-rata lama sekolah dengan partisipasi sekolah dasar, menengah, dan

tinggi sekalipun diakui bahwa indikator yang kedua kurang sesuai sebagai indikator dampak.

Penggantian dilakukan semata-mata karena sulitnya memperoleh data rata-rata lama sekolah

secara global, suatu kesulitan yang bagi keperluan internal Indonesia dapat diatasi dengan

tersedianya data susenas kor atau data instasional.

Indikator angka melek huruf dapat diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis.

Pengolahannya dapat dilakukan dengan menjumlahkan kasus berkode 1 (dapat membaca dan

menulis) dan berkode 2 (dapat membaca dan menulis huruf lainnya). Kemudian

membandingkannya dengan jumlah seluruh kasus.

Seperti halnya angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dihitung dengan pengolahan tabulasi

data. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yaitu

tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dari

penghitungan dengan menggunakan pola hubungan antar variabel-variabel tersebut akan diperoleh

data lama sekolah masing-masing indiviu yang kemudian digunakan sub program MEANS dalam

paket SPSS untuk menghitung rata-rata lama sekolah agregat.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 10

Page 11: IPM Tabalong Kalsel

2.3.3. Standar Hidup Layak

Selain usia hidup, dan pengetahuan unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara

luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengkur

unsur itu. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional UNDP memilih GDP

per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak.

Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup layak

diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai

unsur IPM. Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai

tidak tersedia secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen

bahwa selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang pantas diperhitungkan

dalam perhitungan IPM. dilemanya, memasukkan banyak variabel atau indikator akan

menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan alasan itu maka GDP riil per

kapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator input IPM lainnya.

Untuk keperluan perhitungan IPM data dasar PDRB per kapita tidak dapat digunakan untuk

mengukur standar hidup layak karena bukan ukuran yang peka untuk mengukur daya beli penduduk

(yang merupakan fokus IPM). Sebagai penggantinya digunakan konsumsi per kapita riil yang telah

disesuaikan untuk keperluan yang sama.

Untuk menghitung konsumsi per kapita riil yang disesuaikan pertama dihitung terlebih

dahulu daya beli untuk tiap unit barang atau Purchasing Power Parity (PPP/unit).

Perhitungan PPP/unit dilakukan sesuai rumus :

)

Dimana :

E(I,j) : Pengeluaran untuk komoditi j di kabupaten/kota ke-1

P(9,j) : Harga komoditi j

Q(i,j) : Total komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kabupaten/kota ke-i

Kemudian nilai PPP/unit disesuaikan dengan Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian

rata-rata konsumsi riil, secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

D(i)* = D(i) jika D(i)

= Z+2(D(i) – Z)(1/2) jika Z<D(i)

= Z+2(Z)(1/2)+3(D(i) – 2Z)(1/3) jika 2Z<D(i)

= Z+2(Z)(1/2)+3(D(i) – 2Z)(1/3)+4(D(i)-3Z)(1/4) jika 3Z<D(i)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 11

PPP /unit =

Page 12: IPM Tabalong Kalsel

Dimana :

D : konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit

Z : Treshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan (biasanya

menggunakan garis kemiskinan)

2.3.4. Tahapan Perhitungan IPM

Beberapa tahapan dalam penghitungan IPM dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tahap Pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing komponen IPM

(Indeks Harapan Hidup = X1, Pengetahuan = X2 dan Standar Hidup Layak = X3)

Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut :

Indeks X(i)=[X(i)-X(i)min]/[X(i)maks-X(i)min] ........... (1)

Dimana :

X (i) = Indikator ke-i (i = 1,2,3)

X (i)maks = Nilai maksimum X(i)

X (i)min = Nilai minimum X(i)

Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i) dapat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2.1

Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM

Indikator Komponen

IPM [=X(i)]

Nilai

Maksimum

Nilai

MinimumCatatan

(1) (2) (3) (4)

Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar global (UNDP)Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai standar global (UNDP)Rata-rata lama sekolah

15 0 Sesuai standar global (UNDP)

Konsumsi per kapita yang disesuaikan

732.720 360.000UNDP menggunakan GDP per kapita riil yang disesuaikan

Sumber : Manual Teknis Operasional Pengembangan dan Pemanfaatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam Perencanaan Pembangunan Manusia (BPS, Bappenas, UNDP)

Tahapan Kedua perhitungan adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing

indeks Xi dengan rumus :

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 12

Page 13: IPM Tabalong Kalsel

Indeks Pembangunan Manusia

= 1/3

= 1/3[X(1)+X(2)+X(3)] ......................... (2)

Dimana:

X (1) : Indeks harapan hidup

X (2) : Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf)+1/3 (indeks rata-rata lama

Sekolah)

X (3) : Indeks standar hidup layak

Tahap Ketiga adalah menghitung Reduksi Shortfall, yang digunakan untuk mengukur

kecepatan perkembangan nilai IPM dalam suatu kurun waktu tertentu.

r ={ (IPMt+n – IPMt) / (IPMideal – IPMt) x 100}1/n

dimana :

IPMt = IPM pada tahun t

IPMt+n = IPM pada tahun t+n

IPMideal = 100

2.3.5. Kategori Peringkat Pembangunan Manusia

Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),

menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,00 dengan kategori

Tabel 2.2

Peringkat Kinerja Pembanguna Manusia

Skala kinerja IPM Kategori

> 80,00 Tinggi

66,00 – 79,9 Menengah Atas

50,00 – 65,9 Menengah Bawah

< 50,00 rendah

BAB III

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 13

Page 14: IPM Tabalong Kalsel

KABUPATEN TABALONG

Hasil pembangunan manusia di Kabupaten Tabalong selain tercermin dari indikator agregat

IPM juga digambarkan dari pencapaian indikator tunggal yang terkait dengan kesejahteraan

penduduk Kabupaten Tabalong baik dari bidang kependudukan, pendidikan, kesehatan,

ketenagakerjaan, perumahan dan lingkungan. Pemantauan indikator tunggal tersebut sanagt

bermanfaat untuk mengenali aspek-aspek yang dapat mempengaruhi perkembangan IPM.

3.1. KEPENDUDUKAN

Dalam melaksanakan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan.

Penduduk tidak saja berperan sebagai pelaksana pembangunan tetapi juga menjadi sasaran

pembangunan. Oleh karena itu, perkembangan penduduk harus diarahkan pada peningkatan

kualitas, pengendalian kuantitas, serta pengarahan mobilitas untuk menunjang tercapainya

keberhasilan pembangunan, yaitu meningkatnya kesejahteraan penduduk.

3.1.1. Demografi Kependudukan

Istilah demografi pertama kali dipakai oleh Achille Guillard dalam karangannya yang

berjudul “Elements de Statistique Humanie on Demografic Compares” pada tahun 1885. Sejak saat

itu ilmu demografi terus berkembang seiring dengan fenomena dan dinamika kehidupan di

masyarakat. Moh. Yasin dalam tulisannya tentang Arti dan Tujuan Demografi tahun 1981

menyimpulkan bahwa demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-

perubahan penduduk yang dipengaruhi oleh komponen-komponen perubahan seperti kelahiran,

kematian, migrasi. Dari komponen perubahan tersebut akan di dapat suatu keadaan dan komposisi

yang menggambarkan keadaan penduduk pada suatu wilayah.

Penduduk dalam suatu daerah merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) yang

dibutuhkan dalam proses pembangunan, disampin juga sebagai konsumen dalam pembangunan.

Dalam konteks penduduk sebagai SDM mengandung artian bahwa penduduk/manusia memiliki

peranan dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA).

Peranan penduduk dalam pembangunan akan berhasil apabila memiliki kemampuan dalam

menjawab semua tantangan dalam pembangunan baik posisinya sebagai pengelola sumber daya

alam maupun sebagai pengguna/konsumen sumber daya alam.

Berdasarkan hasil registrasi penduduk, penduduk Kabupaten Tabalong pada tahun 2008

berjumlah 193.000 orang. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2007, jumlah

penduduk Kabupaten Tabalong secara absolut menngalami peningkatan 2011 jiwa dengan laju

pertumbuhan 1,04%.

Perbandingan jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan, terlihat bahwa pada tahun

2008 Kecamatan Murung Pudak memiliki jumlah penduduk terbanyak sejumlah 32.463 jiwa.

Sedangkan jumlah penduduk terkecil ada di Kecamatan Muara Harus sebanyak 5.880 jiwa.

Gambar 3.1

Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan

Tahun 2008

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 14

Page 15: IPM Tabalong Kalsel

Kecamatan

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

Kecamatan 17.839 6.414 20.823 5.880 14.722 28.625 32.463 19.681 7.580 6.333 19.884 12.756

Banua Law as

Pugaan KeluaMuara Harus

Tanta TanjungMurung Pudak

HaruaiBintang

AraUpau

Muara Uya

Jaro

Berdasarkan kelompok umur dapat dibuat sebuah piramida penduduk yang akan

memudahkan dalam mencermati komposisi penduduk. Gambar 3.2 memperlihatkan bahwa sampai

dengan tahun 2008 penduduk Kabupaten Tabalong mulai mengalami kenaikan angka kelahiran. Hal

ini terlihat dari lebih besarnya kelompok umur 0-4 tahun dibandingkan kelompok usia di atasnya (5-9

tahun). Jumlah penduduk menurut kelompok umur terbesar terdapat pada kelompok umur 10-14

tahun sebesar 20.715 (10,73%) dan kelompok umur tahun 15-19 tahun sebesar 20.917 (10,84%).

Gambar 3.2

Piramida Penduduk Kabupaten Tabalong Tahun 2008

Laki-laki

Penggolongan menurut usia produktif maka penduduk Kabupaten Tabalong dibedakan

menjadi 3 kelompok usia belum produktif (0-14 tahun) sebanyak 56.081 jiwa, kelompok usia

produktif (15-64 tahun) sebanyak 129.947 jiwa, dan kelompok usia lanjut (65 tahun lebih) sebanyak

6.972 jiwa.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 15

-12.000 -8.000 -4.000 0 0 4.000 8.000 12.000

0-45-9

10-1415-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-6465-6970-74

75+

perempuan

Page 16: IPM Tabalong Kalsel

3.1.2 Kepadatan dan Komposisi Penduduk

Kepadatan penduduk dapat menimbulkan masalah perumahan, kesehatan, dan keamanan

yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kesejahteraan yang telah dicapai.

Kepadatan penduduk pada tahun 2008 telah mencapai 49 jiwa per Km2. Angka ini tidak

menunjukkan kenaikan yang signifikan dari tahun sebelumnya

Tabel 3.1

Distribusi Penduduk Kabupaten Tabalong Menurut Kecamatan

Tahun 2008

KecamatanLuas daerah

(Km2)Jumlah

PendudukKepadatanPenduduk

(1) (2) (3) (4)Banua Lawas 161,67 17.839 110

Pugaan 64,06 6.414 100

Kelua 115,78 20.823 180

Muara Harus 62,90 5.880 93

Tanta 172,10 14.721 86

Tanjung 323,34 28.625 89

Murung Pudak 118,72 32.463 273

Haruai 469,77 19.681 42

Bintang Ara 391,50 7.580 19

Upau 323,00 6.333 20

Muara Uya 924,16 19.884 22

Jaro 819,00 12.756 16

Jumlah 3.946,00 94.794 49

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Dampak keberhasilan pembangunan kependudukan di antaranya terlihat pada komposisi

penduduk menurut umur yang tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk usia tidak

produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan kelompok umur 65 ke atas) yang berarti semakin

rendahnya angka beban ketergantungan (dependency ratio) karena semakin kecil angka beban

ketergantungan akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan

kualitas dirinya.

Berdasarkan kelompok umur dapat dihitung besarnya Rasio Ketergantungan (Dependency

Ratio) yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di

bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif

(umur 15-64 tahun). Dari tabel di bawah di dapat Angka Ketergantungan Penduduk Tabalong

sebesar 48,52. Ini berarti bahwa setiap 100 orang usia produktif harus menanggung 48 orang usia

tidak produktif.

Tabel 3.2

Angka Beban Ketergantungan Penduduk menurut Jenis Kelamin

Tahun 2008

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 16

Page 17: IPM Tabalong Kalsel

Jenis kelaminUsia produktif (15-

64)

Usia tidak produktifDependency Ratio

(0-14) (65 +)

Laki-laki 64.670 28.293 3.132 48,59

Perempuan 65.276 27.788 3.840 48,45

Laki-laki + perempuan 129.947 56.081 6.972 48,52

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Terkait dengan IPM besarnya angka ketergantungan akan mengurangi keluasaan pilihan

bagi usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap

turunnya angka IPM.

Dari komposisi struktur umur dapat di persiapkan suatu perencanaan dari berbagai aspek

seperti pendidikan, penciptaan lapangan kerja dan sarana kesehatan masyarakat serta beberapa

perencanaan untuk pelayanan jasa publik.

Komposisi penduduk juga dapat dilihat dari perbandingan antara penduduk laki-laki dan

perempuan. Perbandingan tersebut didefinisikan sebagai rasio jenis kelamin atau sex ratio.

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin ini sangat penting artinya untuk melihat keseimbangan

antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Keseimbangan antara penduduk laki-laki dan

perempuan akan mempengaruhi kondisi dari sosial dan ekonomi rumah tangga serta

keberlangsungan reproduksi.

Tabel 3.3

Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

Tahun 2008

kecamatan Laki-laki Perempuan Rasio jenis

kelamin(1) (2) (3) (4)

Banua Lawas 8.601 9.238 93Pugaan 3.121 3.292 95Kelua 10.194 10.630 96Muara Harus 2.847 3.034 94Tanta 7.135 7.587 94Tanjung 14.304 14.321 100Murung Pudak 16.500 15.963 103Haruai 9.888 9.793 101Bintang Ara 3.891 3.689 105Upau 3.148 3.185 99Muara Uya 10.015 9.869 101Jaro 6.453 6.303 102

Jumlah 96.096 96.904 99

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Rasio jenis kelamin di Kabupaten Tabalong menunjukkan angka di bawah 100 yaitu 99.

Artinya jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Tabalong lebih banyak dari penduduk laki-laki,

dengan kata lain untuk setiap 100 perempuan terdapat 99 laki-laki. Jika dilihat persebarannya per

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 17

Page 18: IPM Tabalong Kalsel

kecamatan, kecamatan Tanjung, Murung Pudak, Haruai, Bintang Ara, Muara Uya, Jaro angka di

atas 100, sementara untuk kecamatan-kecamatan lain nilainya di bawah 100.

Dari angka rasio jenis kelamin tersebut diatas dapat dilihat juga bahwa distribusi penduduk

laki-laki dan perempuan di Kabupaten Tabalong cukup merata, karena angka rasio jenis kelamin

yang tidak terlalu jauh dari angka 100, sehingga jika dipersentasikan maka distribusi persentase

antara laki dan perempuan pun tampak cukup seimbang.

Gambar 3.3

Persentase Penduduk menurut Jenis Kelamin Tahun 2008

3.2 PENDIDIKAN

Menurut Sept. P dan K, 1976 dalam Azwini Kartoyo dan Diah Widarti (1998) disebutkan

bahwa hakikat dari pendidikan merupakan suatu usaha sadar manusia untuk mengembangkan

kepribadian dan meningkatkan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur

hidup. Usaha yang dimaksud bukan hanya usaha perorangan dan bukan pula hanya usaha

pemerintah tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan

keluarga. Sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 Bab XIII pasal 31 yang berbunyi :

Ayat 1. “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”

Ayat 2. “Pemerintah mengusahakan penyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional

dan diatur oleh Undang-Undang”

Ini menyiratkan bahwa pendidikan sudah merupakan tuntutan hidup masyarakat Indonesia.

Pendidikan merupakan suatu cara yang sangat efektif untuk meningkatkan pembangunan dan

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Implementasi dari UUD 1945 tersebut di tetapkannya Program

Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang dituangkan dalam Inpres Nomor 1 Tahun 1994.

Sumber daya manusia berperan penting terhadap kemajuan suatu bangsa, oleh karena itu perlu

diupayakan peningkatan sumber daya manusia demi tercapainya keberhasilan pembangunan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah peningkatan kualitas melalui

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 18

laki-laki49,79%perempuan

50,21%

Page 19: IPM Tabalong Kalsel

bidang pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan formal

maupun informal.

Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar.

Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk

mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan pemerintah misalnya dengan meningkatkan

sarana dan prasarana pendidikan, perbaikan kurikulum, bahkan semenjak tahun 1994 pemerintah

juga melaksanakan program wajib belajar 9 tahun dan sampai saat ini masih melanjutkan program

wajib belajar 6 tahun. Dengan semakin lamanya usia wajib belajar ini diharapkan tingkat pendidikan

anak semakin membaik dan tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan penduduk.

Tabel 3.4

Banyaknya Sekolah, Murid, dan Guru di Kabupaten Tabalong

Tahun 2008

Tingkat Pendidikan

Jumlah

Sekolah Kelas Ruang Kelas Murid Guru

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. TK/MI

TK/MI Negeri 3 13 11 462 33

TK/MI Swasta 142 283 264 8.559 436

2. SD

SD Negeri 239 1.728 1.730 28.707 3.327

SD Swasta 28 204 203 2.745 53

3. SLTP

SMP Negeri 68 344 377 8.913 786

SMP Swasta 16 73 73 2.052 85

4. SMU/SMK

Negeri 19 171 180 5.669 436

Swasta 8 36 44 1.153 10

Pada tahun 2008 terlihat bahwa terdapat 145 Taman kanak-kanak di mana 142 diantaranya

adalah TK Swasta. Hal ini menunjukkan adanya peran serta aktif masyarakat dalam menggalakkan

pendidikan usia dini. Pendidikan pra sekolah cukup penting untuk mengembangkan kecerdasan

anak mengingat daya serap otak terhadap berbagai ilmu dan informasi terbentuk maksimal pada

anak usia dini, sehingga diperlukan akses serta fasilitas yang memadai untuk mendukungnya.

Tabel diatas juga memperlihatkan jumlah dan guru dengan rasio 19, yang berarti satu orang guru

mempunyai beban mengajar 19 murid. Sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung

maksimal. Jumlah murid TK yang relatif kecil dibandingkan jumlah total penduduk Kabupaten

Tabalong berusia pra sekolah, menunjukkan bahwa angka partisipasi untuk mengikuti pendidikan

pra sekolah masih rendah, kemungkinan disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat khususnya

orang tua dalam mengikutsertakan anaknya pada pendidikan pra sekolah.

Untuk tingkat sekolah dasar, terdapat 267 SD/MI baik negeri maupun swasta. Jumlah murid

yang terdaftar pada sekolah dasar di Kabupaten Tabalong adalah sebanyak 31.452 siswa. Jika

dilihat persebarannya, jumlah fasilitas ini tersebar merata hampir setiap desa pada tiap kecamatan.

Rasio murid dan guru untuk tingkat sekolah dasar 9 siswa. Begitu pula rasio murid kelas, dimana

satu buah kelas menampung 16 siswa. Dengan jumlah guru serta ruang kelas yang memadai

diharapkan proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik, tentu saja jika jumlah tersebut

didukung oleh sarana dan prasarana lainnya seperti meja, kursi dan lainnya.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 19

Page 20: IPM Tabalong Kalsel

Dari tabel diatas juga dapat terlihat jumlah fasilitas pendidikan, dimana untuk SMP/MTS

hanya terdapat 84 buah sekolah baik negeri maupun swasta dengan beban yang terjadi pada

tingkat SMP/MTS adalah 130 siswa untuk satu sekolah 13 orang siswa untuk satu orang guru.

Untuk jenjang menengah atas dapat dilihat bahwa ketersediaan sarana belajar mengajar

serta tenaga pendidik lebih sedikit dibandingkan jenjang dibawahnya. Pada tahun 2007 Sekolah

Menengah Atas dan Madrasah Aliyah adalah sebanyak 27 buah sekolah yang terdiri dari 19 buah

SMU/SMK/MA Negeri dan 8 buah SMU/SMK/MA Swasta. Jumlah sekolah tersebut dapat

menampung sebanyak 6.822 orang murid yang tersebar pada SMU/SMK/MA Negeri sebanyak

5.669 orang murid dan 1.153 orang murid pada SMU/SMK/MA Swasta. Jumlah guru yang tersedia

pada jenjang ini adalah sebesar 330 orang guru yang tersebar pada SMU/SMK/MA Negeri

sebanyak 436 orang guru dan 10 orang guru pada SMU/SMK/MA Swasta. Beban sekolah yang

terjadi pada jenjang menengah atas ini adalah 252 orang murid pada satu sekolah dan 15 murid

untuk satu orang guru.

Tabel 3.5

Rasio Murid-Sekolah, Rasio Murid-Kelas, dan Rasio Murid-Guru

Menurut jenjang Pendidikan Tahun 2008

Tingkat PendidikanRasio Murid-

Sekolah

Rasio Murid-

KelasRasio Murid-Guru

Taman kanak-kanak 62,21 32,80 19,23

SD/Sederajat 117,79 16,27 9,30

SMP/Sederajat 130,53 26,29 12,58

SMU/Sederajat 252,66 32,95 15,29

Sumber : Tabalong Dalam Angka 2009

Rasio Murid-Sekolah diatas menunjukkan kemampuan sekolah menampung murid.

Sedangkan rasio murid-guru menunjukkan beban kerja guru dalam mengajar. Indikator ini juga

dapat digunakan untuk melihat tingkat mutu pengajaran di kelas karena semakin tinggi nilai rasio

berarti semakin kurang tingkat pengawasan atau perhatian guru terhadap murid sehingga mutu

pengajaran cenderung rendah. Sementara itu indikator rasio murid-kelas menunjukkan kepadatan

kelas pada suatu jenjang pendidikan.

3.2.1 Partisipasi Sekolah

Partisipasi sekolah penduduk Kabupaten Tabalong dalam pendidikan sekolah dasar hingga sekolah

menengah diharapkan akan dapat memberikan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan

datang. Ukuran-ukran yang digunakan untuk mengkaji partisipasi sekolah merupakan suatu

indikator proses yang menunjukkan proses pendidikan atau bagaimana program pendidikan

diimplementasikan di masyarakat. Dalam hal ini ukuran-ukuran yang digunakan adalah angka

partisipasi kasar (APK), angka partisipasi sekolah (APS), dan angka partisipasi murni (APM).

Angka Partisipasi Kasar (APK)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 20

Page 21: IPM Tabalong Kalsel

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasiio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang

sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan

dengan jenjang pendidikan tertentuA. APK menunjukkan tingkat partispasi pendudukk secara umum

di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya

serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. APK SD merupakan

perbandingan antara jumlah murid SD semua umur dengan jumlah anak usia 7-12 tahun. APK SLTP

merupakan perbandingan antara jumlah murid SLTP semua umur dengan jumlah anak usia 13-15

tahun. APK SLTA merupakan perbandingan antara jumlah murid SLTA semua umur dengan jumlah

penduduk usia 16-18 tahun.

Dari Tabel 3.6, nilai APK pada jenjang sekolah dasar pada tahun 2008 sebesar 114,17.

Angka ini menunjukkan persentase murid yang sedang sekolah di jenjang SD/sederajat yang

berumur 7-12 tahun.

Tabel 3.6

APK, APM dan APS menurut Usia sekolah

Tahun 2008

Usia SekolahAngka Partisipasi

APK APM APS

7-12 114,17 92,48 97,98

13-15 73,62 59,25 87,51

16-18 62,78 50,81 53,82

Sumber : BPS Kab. Tabalong, Susenas 2008

APK untuk jenjang sekolah menengah baik SMP maupun SMU nilai dibawah seratus. Hal ini

mengindikasikan bahwa hanya sebagian dari anak berusia 13-15 tahun dan 16-18 tahun yang

sedang bersekolah pada jenjang tersebut dan kemungkinan sisanya sedang sekolah pada jenjang

pendidikan di bawahnya/di atasnya atau bahkan mereka tidak sekolah lagi.

Angka Partisipasi Murni

Angka partisipasi murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan

dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama.

APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu.

Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekkolah di setiap jenjang

pendidikan. Tetapi, jika dibandingkan APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik

karena melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai

dengan standar tersebut.

Gambar3.4

APK, APM dan APS menurut Usia Sekolah

Tahun 2008

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 21

Page 22: IPM Tabalong Kalsel

APK pada jenjang SD/sederajat pada tahun 2008 sebesar 114,17 persen sedang APM

SD/sederajat hanya sebesar 92,48 persen berarti bahwa murid SD/sederajat yang berumur 7-12

tahun sebanyak 92,48 persen, ada selisih antara APK dan APM 21,68 persen, yang memiliki arti

bahwa di antara murid SD/sederajat sebanyak 21,68 persennya berumur kurang dari 7 tahun atau

lebih dari 12 tahun. Pada jenjang SMP/sederajat APK-nya sebesar 73,62 persen sedang APM-nya

59,25 persen yang berarti hanya 59,25 persen penduduk usia 13-15 tahun yang terserap sebagai

murid SMP/sederajat dan sisanya bisa terserap pada jenjang pendidikan SD, SMU atau bahkan

tidak sekolah lagi. Selisih antara APK dan APM-nya 14,38 persen, memiliki arti bahwa diantara

murid SMP/sederajat 14,38 persennya berumur kurang dari 13 tahun atau lebih dari 15 tahun.

Begitu pula untuk jenjang SMU/sederajat, nilai APK-nya juga lebih besar dari APM.

Angka Partisipasi Sekolah.

Angka partisipasi sekolah dapat menggambarkan berapa banyak penduduk usia pendidikan

yang sedang bersekolah, sehingga terkait dengan pengentasan program wajib belajar indikator

inilah yang digunakan sebagai petunjuk berhasil tidaknya program tersebut. Sebagai standar

program wajib belajar dikatakan berhasil jika nilai APS SD lebih dari 97 persen dan APS lebih dari

70 persen.

Hasil SUSENAS tahun 2008, APS untuk usia 7-12 tahun sebesar 97,98 persen, sedangkan

untuk APS penduduk usia 13-15 tahun sebesar 87,51 persen. Hal ini menunjukkan bahwa APS

SMP/sederajat telah mencapai target baik secara total maupun menurut jenis kelamin sehingga

dapat dikatakan bahwa penerapan kebijakan pemerintah tentang progam wajib belajar 9 tahun di

kabupaten Tabalong hampir berhasil.

APS dikombinasikan dengan APM dapat menunjukkan jenjang pendidikan yang sedang

ditempuh oleh penduduk dengan usia pendidikan tertentu. Selain itu, APS juga dapat

menggambarkan penduduk pada usia pendidikan yang sedang tidak bersekolah, baik karena belum

pernah bersekolah atau karena drop out sehingga tentunya hal ini dapat semakin memperjelas arti

APK.

Keberadaan penduduk yang terkategori dalam usia pendidikan namun tidak bersekolah baik

karena belum pernah sekolah maupun karena drop out merupakan permasalahannya yang harus

dipecahkan karena mereka adalah kunci utama penggerak roda pembangunan nantinya.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 22

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

7-12 13-15 16-18

APK

APM

APS

Page 23: IPM Tabalong Kalsel

3.3. KETENAGAKERJAAN

Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting tidak hanya untukmencapai

kepuasan individu, tetapi juga untuk memenuhi perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan

seluruh masyarakat. Selain itu, ketenagakerjaan juga merupakan aspek mendasar dalam kehidupan

manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan kebutuhan

manusia akan pekerjaan berkaitan dengan pemenuhan hidup sehari-hari yang berarti dapat menjadi

penggerak utama ketiga aspek komponen IPM, sedangkan dimensi sosial dari pekerjaan berkaitan

dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu. Setiap upaya pembangunan

kemudian selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha, sehingga penduduk

dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Salah satu sasaran pembangunan adalah

terciptanya lapangan kerja baru dan mengurangi jumlah pengangguran.

3.3.1. Angkatan Kerja

Pada tahun 2008 terdapat 136.919 penduduk usia kerja (berumur 15 tahun ke atas). Jumlah

penduduk yang sudah aktif dalam perekonomian (angkatan kerja) adalah 70,94 persen dari

penduduk usia kerja. Persentase tersebut merupakan ukuran tingkat partisipasi angkatan kerja

(TPAK) yang menunjukkan bahwa penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja di Kabupaten

Tabalong cukup besar sehingga harus diimbangi dengan permintaan tenaga kerja yang besar pula

agar angka pengangguran dapat lebih ditekan. Dari total angkatan kerja di Kabupaten Tabalong,

sebanyak …..berstatus bekerja.

Tabel 3.7

TPAK, TKK dan TPT Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2008

Indikator NakerJenis Kelamin

Laki-laki Perempuan L +P

TPAK84,40 62,31 73,44

TKK94,53 95,94 95,12

TPT4,88 2,64 3,77

Dari tabel diatas terlihat bahwa TPAK laki-laki lebih besar daripada perempuan. Dominasi

laki-laki dalam pasar tenaga kerja dimungkinkan karena terkait erat dengan budaya bahwa laki-

lakilah yang memiliki tanggung jawab utama untuk mencari nafkah.

Lebih jauh dari angkatan kerja tersebut dapat dikaji berapa orang di antara angkatan kerja

tersebut yang telah bekerja yang berarti menunjukkan ukuran Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) dan

seberapa besar dari angkatan kerja tersebut yang menjadi pengangguran terbuka, yaitu dengan

menggunakan indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 23

Page 24: IPM Tabalong Kalsel

Pada tahun 2008 jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Tabalong 3,77 persen dari

penduduk usia kerja. Jumlah pengangguran terbuka tersebut cukup rendah, hal ini disebabkan oleh

penduduk di kabupaten Tabalong sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Sebagaimana

diketahui bahwa penyerapan tenaga kerja untuk sektor ini sangat tinggi sehingga angka

penganggurannya kecil.

Pengangguran terbuka (open unemployment) didefinisikan sebagai angkatan kerja yang :

Tidak bekerja dan mencari pekerjaan;

Tidak bekerja dan mempersiapkan usaha;

Tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan

pekerjaan;

Tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja, tetapi belum mulai

bekerja.

Pengertian pengangguran tidak dapat disamakan dengan pencari kerja, karena sering kali

terjadi diantara pencari kerja terdapat mereka yang tergolong bekerja, namun karena berbagai

alasan masih mencari pekerjaan lain.

Gambar 3.5

Persentase Penganggur Terbuka menurut

Kategori Pengangguran Terbuka

Tahun 2008

Dari gambar diatas terlihat bahwa sebanyak 54 persen angkatan kerja merasa tidak

mungkin mendapat pekerjaan, yang menyebabkan mereka menjadi pengangguran. Hal ini dipicu

oleh terbatasnya lapangan pekerjaan yang ada di kabupaten Tabalong. Misalnya, mau melamar di

perusahaan tambang tidak memenuhi syarat kelayakan pendidikan maupun ketrampilan. Dengan

demikian pemerintah harus lebih memperhatikan guna meningkatkan produktivitas dan kreativitas

penduduk, yaitu dengan memperluas kesempatan kerja yang tidak hanya pada sektor unggulan

saja, namun sektor-sektor lain harus diupayakan tercipta. Dengan demikian variasi dan banyak

pilihan pekerjaan akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkesinambungan.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 24

Page 25: IPM Tabalong Kalsel

Gambar 3.6

Banyaknya Pengangguran Terbuka menurut Pendidikan Tertinggi

Yang ditamatkan dan Jenis Kelamin

Tahun 2008

Jika dilhat klasifikasi penganggur berdasarkan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan, terlihat

bahwa tamatan SD/MI 30,55 persen penganggur. Hal ini perlu dimaklumi angkatan kerja berbekal

ijazah SD acapkali dianggap tidak memiliki kemampuan apa-apa. Namun dengan berbekal ijazah

tertinggi yaitu lulusan SMA/SMK mencapai 36,50 persen angka penganggurannya. Hal ini diduga

karena banyak lulusan SMA/SMK banyak tidak diterima di perguruan tinggi atau sedang mencari

pekerjaan.

3.4. KESEHATAN

Undang-undang kesehatan Nomor 23/1992 merupakan landasan atau pokok-pokok tentang

kegiatan bidang kesehatan. Undang-undang tersebut mencantumkan bahwa tujuan pembangunan

kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup

sehat. Dalam undang-undang tersebut ditekankan desentralisasi pertanggungjawaban operasional

dan kewenangan daerah sebagai syarat untuk keberhasilan dan kelangsungan pembangunan di

bidang kesehatan.

Untuk mencapai hal tersebut diperlukan upaya-upaya melalui pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan dan pemukiman, perbaikan gizi,

penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Strategi

yang ditempuh melalui pengelolaan kesehatan terpadu yaitu dikembangkannya upaya-upaya yang

lebih mendorong peran serta masyarakat, peningkatan kualitas pelayanan, baik yang berkaitan

dengan jangkauan maupun kemampuannnya agar masyarakat terutama yang berpenghasilan

rendah dapat menikmati pelayanan yang berkualitas, terus memperhatikan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran secara serasi dan bertanggung jawab, pengadaan dan

peningkatan kualitas sarana kesehatan, kemampuan dan persebaran tenaga kesehatan dan tenaga

penunjang kesehatan lainnya.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 25

Page 26: IPM Tabalong Kalsel

Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan penduduk adalah

angka kesakitan (morbidity Rate). Meningkatnya derajat kesehatan diharapkan dapat meningkatkan

produktifitas penduduk sehingga dapat mencapai kesejahteraan.

3.4.1 Penolong Kelahiran

Menurut beberapa survei, lebih dari 80 persen penyebab kematian ibu hamil/bayi pada saat

melahirkan/persalinan disebabkan oleh tiga masalah pokok, yaitu pendarahan (40-60 %), infeksi

jalan lahir (20-30 %), dan keracunan kehamilan (20-30 %). Ketiga hal tersebut berkaitan erat

dengan status gizi, Higiene-sanitasi, kesadaran hidup sehat, dan jangkauan serta mutu pelayanan

kesehatan.1 Kondisi ini menunjukkan bahwa peranpenolong kelahiran sangat penting bagi

keselamatan bayi dan ibu yang melahirkan . kendalanya adalah bahwa tidak semua masyarakat

mampu membiayai persalinan dengan dibantu oleh tenaga kesehatan yang terlatih seperti

dokter/bidan. Keberhasilan persalinan akan menunjang angka harapan hidup.

Salah satu indikator dari pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penolong persalinan.

Indikator ini adalah persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga terdidik seperti dokter, bidan

dan tenaga medis lainnya. Indikator ini digunakan untuk menggambarkan tingkat kemajuan

pelayanan kesehatan terutama pada saat kelahiran di mana resiko kematian amat tinggi.

Tabel 3.8

Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Terakhir

Tahun 2008

Penolong KelahiranKelahiran

Pertama Terakhir

(1) (2) (3)

Dokter 15,84 16,80

Bidan 46,73 56,10

Dukun bersalin 36,55 26,66

Famili/keluarga 0,44 0,00

Lainnya 0,44 0,44

Total 100,00 100,00

Sumber : BPS Kab. Tabalong, Susenas 2008

Pada dasarnya, kesadaran masyrakat sudah cukup tinggi akan pentingnya kesehatan.

Tenaga bidan sudah mulai diminati masyarakati dengan persentase pertolongan pertama 46,73

persen dan pertolongan terakhir 56,10 persen, namun demikian jasa dukun bersalin masih cukup

tinggi sebesar 36,55 persen untuk pertolongan pertama.

3.4.2 Fasilitas dan Tenaga Kesehatan

1 Pokok Pikiran Tentang Kebijaksanaan Nasional “Gerakan Sayang Ibu” dalam INKESRA DKI Jakarta 2002Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 26

Page 27: IPM Tabalong Kalsel

Salah satu sarana kesehatan yang berada sampai level kecamatan adalah keberadaan

Puskesmas. Peningkatan derajat kesehatan penduduk dapat dilakukan dengan meningkatkan

ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan. Disamping puskesmas, tingkat

ketersediaan dokter dapat memberikan gambaran tingginya tingkat perlindungan terhadap

penduduk di suatu daerah. Sebagaimana terlihat pada tabel 3.9 dimana pada tahun…

Tabel 3.9

Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan

Tahun 2007-2008

Indikator Kesehatan 2007 2008

(1) (2) (3)

Jumlah Penduduk 190.989 193.00

Jumlah Puskesmas 15 15

Jumlah Pustu 50 56

Jumlah Dokter Spesialis 6 7

Jumah Dokter Umum 35 38

Jumlah Dokter Gigi 14 10

Jumlah Perawat 176 166

Jumlah Bidan 110 152

Jumlah Dukun Bayi/Bidang Kampung 191 191

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tabalong

3.5 PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

Rumah dikategorikan sebagai bagian dari kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia

selain sandang dan pangan. Pada saat ini rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung

tetapi jauh lagi sebagai tempat tinggal lebih menonjol. Bahkan menurut Jatman (1948:170) rumah

sudah menjadi bagian dari gaya hidup, simbol status, dan juga menunjukkan identitas pemiliknya.

Secara umum kualitas rumah tinggal ditentukan oleh kualitas bahan bangunan yang

digunakan, yang secara nyata mencerminkan tingkat kesejahteraan penghuninya. Oleh karena itu,

aspek kesehatan dan kenyamanan dan bahkan estetika bagi sekelompok masyarakat tertentu

sangat menentukan dalam pemilihan rumah tinggal dan ini berkaitan dengan tingkat kesejahteraan

bagi penghuninya. Selain kualitas rumah tinggal, tingkat kesejahteraan juga dapat digambarkan dari

fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas perumahan yang baik dan

penggunaan fasilitas perumahan yang menandai akan memberikan kenyamanan bagi penghuninya.

3.5.1 Kualitas Rumah Tinggal

Manusia dan alam lingkungannya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Lingkungan ini berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik bisa berupa alam

sekitar yang alamiah dan buatan manusia. Untuk mempertahankan diri dari keganasan alam, maka

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 27

Page 28: IPM Tabalong Kalsel

manusia berusaha membuat tempat perlindungan yang pada akhirnya disebut rumah atau tempat

tinggal.

Sebagai makhluk sosial manusia selalu ingin bersama manusia lain, maka muncul

kelompok rumah-rumah yang disebut pemukiman. Rumah bisa dimasukkan sebagai bagian dari

kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia disamping sandang dan pangan.

Rumah yang sehat dan nyaman adalah rumah yan grelatif luas. Semakin tinggi tingkat

kesejahteraan rumah tangga maka semakin luas rumah yang ditempati. Menurut Badan Kesehatan

Dunia (WHO), salah satu kriteria rumah sehat adalah rumah yang memiliki luas lantai minimal 50

m2.

Keadaan perumahan penduduk di Kabupaten Tabalong pada umumnya memiliki luas lantai

50-99 m2, yaitu sebesar 42,51 persen. Namun cukup banyak pula rumah tangga yang berdiam pada

kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat sehat atau luas lantai kurang dari 50 m2. Sempitnya

rumah yang didiami oleh penduduk ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan maupun menurunkan

derajat kesehatan penghuninya yang kemudian pada akhirnya dapat menurunkan tingkat

kesejahteraan penduduk.

Tabel 3.10

Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tahun 2008

Luas Lantai

(m2)Persentase

<50 45,45

50-99 42,51

>99 12,03

Total 100,00

Sumber : BPS Kab. Tabalong, Susenas 2008

Kualitas rumah juga ditinjau dari segi jenis lantai, atap dan dinding terluas yang digunakan.

Berdasarkan hasil Susenas Tahun 2008, dilihat menurut jenis lantainya sebanyak 98 persen rumah

penduduk telah menggunakan bahan bukan tanah, karena rata-rata rumah di Kabupaten Tabalong

berupa panggung yang berlantaikan kayu. Ditinjau dari atap yang digunakan pada umumnya

masyarakat telah menggunakan bahan dari jenis seng 58,98 persen. Sedangkan dinding-dinding

rumah di kabupaten Tabalong hampir seluruhnya menggunakan bahan yang permanen, yaitu kayu

sebesar 85,78 persen.

3.5.2. Fasilitas Rumah

Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk ditinggali

adalah tersedianya listrik, air bersih serta tersedianya jamban.

Berdasarkan data Susenas Tahun 2008, lebih dari 89 persen rumah tangga di kabupaten

Tabalong telah memfasilitasi rumahnya dengan listrik baik dari PLN maupun Non PLN. Hal ini

berarti pelayanan listrik telah menjangkau lebih dari seluruh wilayah kabupaten Tabalong. Namun

demikian masih terdapat 7,96 persen rumah tangga masih menggunakan pelita sebagai sumber

penerangan.Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 28

Page 29: IPM Tabalong Kalsel

Gambar 3.7. Indikator Perumahan di Kabupaten Tabalong

Tahun 2008

85,78

98,37

12,87

78,2

65,63

84

40,85

Kayu

Bukan Tanah

Sumur terlindung

Leher angsa

Kayu Bakar

WC >= 10 m

Fasilitas minum sendiri

Pada Tahun 2008 rumah tangga di Kabupaten Tabalong yang telah menggunakan fasilitas

air bersih sebanyak 77 persen dimana hanya 28,28 persen sumberair bersih rumah tangga dari

leding. Keberadaan sumber air bersih pada rumah tangga mendukung keberhasilan pembangunan

kesehatan. Dengan mulainya sadar akan kesehatan penduduk telah banyak membuat tempat

pembuangan akhir (WC) dengan menggali tanah dan mengatur jarak tanah dengan sumber air

bersih, dimana jarak idealnya >10 meter sudah mencapai 84 persen.

Sistem pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan

berisiko penularan penyakit khususnya penyakit saluran pencernaan. Masalah kondisi lingkungan

tempat pembuangan kotoran dilakukan berdasarkan atas tingkat resiko pencemaran yang mungkin

ditimbulkan.

Rumah-rumah di Kabupaten Tabalong sebagian besar telah menyediakan fasilitas buang air

besar meskipun penggunaannya masih ada yang digunakan secara bersama-sama. Adapun jenis

kloset yang digunakan sebanyak 78,20 persen berjenis leher angsa.

BABIV

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

KABUPATEN TABALONG

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 29

Page 30: IPM Tabalong Kalsel

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit tunggal yang mengukur

tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar

(basic capabilities) penduduk. Ketiga kemampuan dasar tersebut adalah umur panjang dan sehat

yang diukur dengan Indeks Kesehatan (IK), pengetahuan dan keterampilan yang diukur dengan

Indeks Pendidikan (IP), serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai

standar hidup hidup layak yang diukur dengan Indeks Daya Beli (IDB). Indikator dampak sebagai

komponen yang dibutuhkan perhitungan IPM yang digunakan adalah angka harapan hidup waktu

lahir, pencapaian pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah,

serta pengeluaran konsumsi per kapita.

4.1. Angka Harapan Hidup (e0)

Sebagai salah satu indikator kesehatan, umur harapan hidup digunakan untuk mengukur

pencapaian pembangunan manusia. Angka harapan hidup diartikan sebagai umur yang mungkin

dicapai seseorang yang lahir pada tahun tertentu. Tahun 2008, umur harapan hidup di Kabupaten

Tabalong tercatat 62,68 yang berarti rata-rata umur yang mungkin dicapai dari sejak lahir sampai

meninggal dunia penduduk Kabupaten Tabalong sebesar 62 tahun.

Gambar 4.1

Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupaten Tabalong dengan Kalimantan Selatan

62,54

62,68

62,60

62,80

62,40

62,45

62,50

62,55

62,60

62,65

62,70

62,75

62,80

62,85

2007 2008

Tabalong Kalimantan Selatan

Pada tahun 2008, angka harapan hidup provinsi Kalimantan Selatan sedikit lebih tinggi

dengan angka harapan hidup Kabupaten Tabalong yaitu 62,80.

Tabel 4.1Angka Harapan Hidup di Kabupaten tabalong danKalimantan Selatan Tahun 2006,2007 dan 2008

Tahun Tabalong Kalimantan Selatan

(1) (2) (3)

2006 62,40 62,40

2007 62,54 62,60

2008 62,68 62,80Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 30

Page 31: IPM Tabalong Kalsel

Sumber: BPS Kabupaten Tabalong

Hal yang perlu menjadi perhatian adalah angka harapan hidup penduduk Kabupaten

Tabalong adalah yang terendah keempat dari 13 kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Selatan,

atau hanya di atas Kabupaten Barito Kuala (59,6), Hulu Sungai Utara (60,8) dan Kabupaten

Balangan (60,2).

4.2. Angka Melek Huruf

Kemampuan membaca dan menulis dipandang sebagai kemampuan dasar minimal yang harus

dimiliki oleh setiap individu, agar paling tidak memiliki peluang untuk terlibat dan berpartisipasi

dalam pembangunan. Angka Melek Huruf menunjukkan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas

yang dapat membacadan menulis.

Tabel 4.2

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Melek Huruf

Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Tabalong

Tahun 2006, 2007 dan 2008

Tahun Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

2006 97,49 89,80 93,57

2007 98,22 90,56 94,19

2008 97,84 91,96 94,80

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Pada tahun 2008, total penduduk usia 15 tahun ke atas di kabupaten Tabalong yang dapat

membaca dan menulis sebesar 94,80 persen. Dengan begitu, mayoritas penduduk di kabupaten

Tabalong sudah dapat menikmati pendidikan dengan baik.

Pencapaian angka melek huruf tertinggi pada tahun 2008 di Provinsi Kalimantan Selatan

adalah kota Banjarmasin, yaitu sebesar 96,91 persen sedangkan angka terendah di kabupaten

Barito Kuala sebesar 89,79 persen.

4.3. Rata-rata Lama Sekolah

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 31

Pencapaian aktual :94,80

Terburuk : 0 %

Aktual : 94,90 %

Ideal : 100 %

Page 32: IPM Tabalong Kalsel

Rata-rata lama sekolah mengindikasikan makin tingginya pendidikan yang dicapai oleh

masyarakat di suatu daerah. Semakin lama rata-rata sekolah berarti semakin tinggi jenjang

pendidikan yang dijalani. Untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah, pemerintah telah

mencanangkan program wajib belajar 9 tahun atau pendidikan dasar hingga tingkat SLTP.

Angka rata-rata lama sekolah di kabupaten Tabalong tahun 2008 sebesar 7,76 tahun.

Angka tersebut lebih tinggi dibanding angka provinsi yang sebesar 7,40 tahun.

4.4. Pengeluaran Riil yang disesuaikan

Konsumsi riil per kapita memberikan gambaran tingkat daya beli masyarakat. Sebagai salah

satu komponen yang digunakan dalam melihat status pembangunan manusia di suatu wilayah,

variabel ini sangat penting karena dapat mempengaruhi derajat kesehatan untuk meningkatkan

umur harapan hidup serta kemampuan menyekolahkan anak. Tingkat kesejahteraan dikatakan

meningkat jika terjadi peningkatan konsumsi riil per kapita yaitu peningkatan nominal pengeluaran

rumah tangga lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama.. Pada tahun 2008, konsumsi

riil per kapita di Kabupaten Tabalong sebesar 629,40 rupiah. Dibandingkan pengeluaran pada tahun

2007 yang sebesar 627,26 rupiah maka terjadi kenaikan sebesar 0,33 persen.

Kenaikan pengeluaran riil perkapita pada kurun waktu tersebut perlu diperhatikan secara

struktur pengeluaran. Kenaikan ini mungkin jadi merupakan salah satu imbas kebijakan yang

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 32

Pencapaian aktual :7,76 tahun

Terburuk : 0 %

Aktual : 7,76 %

Ideal : 15 %

Pencapaian aktual :629,40

Terburuk : 360.000

Aktual : 629,40

Ideal : 737,720

Page 33: IPM Tabalong Kalsel

diambil pemerintah dalam usaha mengurangi tekanan terhadap beban anggaran dengan cara

penghapusan secara bertahap subsidi pemerintah pada harga bahan bakar minyak. Pengurangan

subsidi pada BBM mengakibatkan kenaikan harga BBM, sehingga sebagai komoditi yang memiliki

efek pengali maka akan mengakibatkan kenaikan pada harga komoditas lainnya baik yang

dihasilkan melalui proses produksi dengan menggunakan bahan bakar minyak maupun komoditas

yang tidak menggunakan minyak sebagai biaya antara dalam proses produksi.

Selain kuantitas pengeluaran perkapita sebagai salah satu ukuran tingkat standard hidup

layak maka perlu diperhatikan pola pengeluaran rumah tangga dalam suatu wilayah. Salah satu

indikator kesejahteraan di masyarakat adalah persentase pengeluaran rumah tangga yang

dikelompokan menjadi dua golongan yaitu pegeluaran untuk makanan dan pengeluaran non

makanan. Umumnya pada negera berkembang pola pengeluaran rumah tangga masih

terkonsentrasi pada kelompok makanan. Untuk masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang baik

maka pendapatan rumah tangga digunakan tidak hanya digunakan untuk pengeluaran makanan

tetapi juga terdistribusi penggunaannya pada kelompok non makanan sebagai usaha perbaikan

kualitas hidup, seperti biaya sandang, pendidikan, kesehatan dan tabungan.

4.5. IPM Kabupaten Tabalong

IPM merupakan gambaran komprehensif mengenai tingkat pencapaian pembangunan

manusia di suatu daerah, sebagai dampak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan di daerah

tersebut. Perkembangan angka IPM memberikan inidikasi peningkatan atau penurunan kinerja

pembangunan manusia pada suatu daerah.

Dimasukkannya konsep pembangunan manusia ke dalam kebijakan pembangunan sama

sekali tidak berarti meninggalkan berbagai strategi pembangunan terdahulu. Hal ini bertujuan untuk

semakin tergambarnya kondisi masyarakat sehingga kebijakan untuk mempercepat pertumbuhan

ekonomi, mengurangi kemiskinan absulut dan mencegah keruskan lingkungan. Perbedaan yang

diperlihatkan melalui IPM adalah sudut pandang pembangunan manusia. Semua tujuan yang

disebutkan di atas diletakan dalam kerangka untuk mencapai tujuan utama, yaitu memperluas

pilihan-pilihan manusia.

Dari waktu ke waktu, berbagai laporan pembangunan manusia di tingkat global memberikan

usulan kebijakan baik dalam skala internasional maupan agenda nasional. Tujuan utama dari usulan

tingkat dunia adalah untuk memberi masukan bagi paradigma baru pembangunan manusia yang

berkelanjutan dan berlandaskan pada keamanan manusia (human security)., kemitraan baru antara

negara berkembang dan negara maju, bentuk kerjasama internasional yang baru, serta

kesepakatan global yang baru. Di sisi lain, usulan tingkat nasional meletakan titik berat pada

keutamaan manusia dalam proses pembangunan, pada keutuhan akan kemitraan baru antara

negara dan pasar, serta bentuk kerjasama baru antara pemerintah, institusi masyarakat madani,

komunitas dan rakyat.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 33

Page 34: IPM Tabalong Kalsel

Tabel 4.3

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong

Tahun 2006, 2007 dan 2008

Uraian 2006 2007 2008

(1) (2) (3) (4)

Angka Harapan Hidup 62,40 62,54 62,68

Indeks Pendidikan (IP)

- Indeks Melek Hurup 95,92 95,93 95,93

- Indeks Rata-rata Lama Sekolah

7,76 7,76 7,76

Indeks Pengeluaran Riil Perkapita yang diseuaikan

625,13 627,26 629,40

Indeks Pembangunan Manusia. 68,27 68,51 68,75

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Dari agregat ketiga indikator tunggal IPM kabupaten Tabalong yang telah dibahas

sebelumnya diperoleh angka IPM tahun 2008 sebesar 68,75 (sebagaimana terlihat pada tabel 4.3).

pencapaian angka IPM tersebut lebih tinggi bila dibandingkan tahun sebelumnya, keadaan tahun

2007 sebesar 68,51, hal ini menunjukkan ada peningkatan kinerja pembangunan manusia di

Kabupaten Tabalong.

Indeks Harapan hidup dari 62,40 pada tahun 2006 menjadi 62,68 pada tahun 2008. Indeks

pendidikan mengalami kenaikan disebabkan kenaikan angka melek hurup dari 95,92 menjadi 95,93

pada tahun 2007, dan rata-rata lama belajar dari 7,6 pada tahun 2006 sampai pada tahun 2008.

Kenaikan kuantitas pengeluaran riil perkapita yang dari 627,26 pada tahun 2007 menjadi 629,40

tahun 2008.

Tabel 4.4

Status Pembangunan Manusia Berdasarkan

Nilai Indeks Pembangunan Manusia

No Nilai Tingkatan Status

(1) (2) (3)

1. < 50 Rendah

2. 50 – 65 Menengah Bawah

3. 66 – 80 Menengah Atas

4. > 80 Tinggi

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 34

Page 35: IPM Tabalong Kalsel

Status pembangunan manusia di suatu wilayah melalui IPM dibagi ke dalam tiga kelompok,

yaitu rendah untuk wilayah dengan IPM kurang dari 50, menegah untuk wilayah dengan IPM antara

50 hingga 80 dan tinggi untuk wilayah dengan IPM di atas 80. Untuk keperluan perbandingan antar

kabupaten/kota maka tingkat status menegah dipecah menjadi dua yaitu menengah bawah dan

menengah atas dengan kriteria seperti terlihat pada tabel 4.4.

Grafik 4.2. Perkembangan IPM Kabupaten Tabalong

Dengan capaian angka IPM sebesar 68,75 menurut konsep pembangunan manusia yang

dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) masuk dalam kategori kinerja

pembangunan manusia Menengah Atas, yaitu dikasaran angka IPM 66 – 80.

Salah satu kegunaan IPM selain untuk mengukur tingkat pembangunan manusia juga

digunakan untuk mengetahui perbandingan pembangunan manusia antar wilayah. Berdasarkan

tabel 4.5 dapat dilihat sejauh mana posisi pencapaian pembangunan manusia di wilayah Kalimantan

Selatan.

Tabel 4.5

Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota

Kabupaten / Kota 2006 2007 2008

(1) (2) (3) (4)

Tanah Laut 68,83 69,85 70,89

Kotabaru 69,71 69,98 70,25

Banjar 68,97 69,43 69,89

Barito Kuala 65,16 65,89 66,63

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 35

IPM Kabupaten Tabalong

67,20

67,60

68,27

68,51

68,75

66,00

66,50

67,00

67,50

68,00

68,50

69,00

2004 2005 2006 2007 2008

Page 36: IPM Tabalong Kalsel

Tapin 69,03 69,34 69,65

Hulu Sungai Selatan 68,51 69,35 70,20

Hulu Sungai Tengah 68,89 69,29 69,69

Hulu Sungai Utara 66,80 67,01 67,22

Tabalong 68,27 68,51 68,75

Tanah Bumbu 67,72 67,88 68,04

Balangan 64,83 65,13 65,43

Kota Banjarmasin 72,04 72,38 72,72

Kota Banjarbaru 73,20 73,58 73,96

Kalimantan Selatan 67,75 68,01 68,27

Sumber : BPS Propinsi Kalimantan Selatan

Dalam skala nasional peringkat IPM Kabupaten Tabalong terus mengalami penurunan.

Pada tahun 1996 peringkat IPM Tabalong adalah 215. Hal ini terus mengalami penurunan menjadi

peringkat 302 dan 309 pada tahun 2007 dan 2008. Dalam wilayah Kalimantan Selatan maka

Kabupaten Tabalong masih mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan wilayah

kabupaten/kota lainnya. Perlunya perhatian serius bagi pembangunan sumber daya manusia terlihat

berdasarkan peringkat Kabupaten Tabalong yaitu peringkat 9 pada tahun 2007 dan 2008. Hal ini

semakin membuktikan bahwa terjadi kesenjangan antara pembangunan ekonomi dengan hasil

pencapaian pembangunan manusia di wilayah Kabupaten Tabalong yang kaya dengan hasil

pertambangan.

4.6. Laju Pencapaian IPM (Reduksi Shortfall)

Indikator lain perlu diperhatikan adalah perbedaan laju perubahan IPM selama periode

waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan rata-rata reduksi shortfall per tahun. Nilai shortfall

mengukur keberhasilan dipandang dari segi jarak antara apa yang telah dicapai dengan apa yang

harus dicapai, yaitu jarak dengan nilai tertinggi yang bisa dicapai oleh IPM. Kondisi ideal tertinggi

yang dapat dicapai oleh IPM sebesar 100. Nilai reduksi shortfall yang besar menandakan

peningkatan IPM yang lebih cepat. Pengukuran ini didasarkan pada asumsi bahwa laju perubahan

IPM tidak bersifat linear, tetapi laju perubahan cenderung melambat pada IPM yang lebih tinggi.

Formula penghitungan reduksi Shortfall adalah:

dimana: IPMt = IPM pada tahun t

IPMt+n = IPM pada tahun t+n

IPMideal = 100

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 36

Page 37: IPM Tabalong Kalsel

Kecepatan perkembangan IPM yang dicapai oleh Kabupaten Tabalong kurun waktu 2006-

2007 mencapai 0,75 ada sedikit penurunan dibanding kurun waktu sebelumnya yang mencapai

1,95. Dengan asumsi situasi kondisi pelaksanaan pembangunan manusia di Kabupaten Tabalong

mendatang diharapkan stabil.

Tabel 4.6

Perbandingan Laju Pencapaian IPM (Reduksi Shortfall) Kabupaten/Kota

Kabupaten / Kota 2005-2006 2006-2007

(1) (2) (3)

Tanah Laut 1,75 3,27

Kotabaru 1,52 0,89

Banjar 2,97 1,50

Barito Kuala 1,87 2,09

Tapin 1,25 1,00

Hulu Sungai Selatan 1,06 2,67

Hulu Sungai Tengah 1,27 1,28

Hulu Sungai Utara 2,28 0,63

Tabalong 1,95 0,75

Tanah Bumbu 1,22 0,50

Balangan 1,50 0,85

Kota Banjarmasin 1,99 1,23

Kota Banjarbaru 0,73 1,43

Kalimantan Selatan 0,94 0,82

Sumber : BPS Propinsi Kalimantan Selatan

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 37