31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi obesitas telah meningkat secara global baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk indonesia. Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) menyatakan bahwa obesitas sudah menjadi masalah epidemi dunia.Di Indonesia tahun 2002 prevalensi obesitas telah mencapai kisaran 22%-24% sekitar 48-53 juta penduduk. Sedangkan data kenaikan obesitas untuk Amerika Serikat mencapai 31% pada tahun 2000 dari 15% pada dua dekade sebelumnya. Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta di antaranya obesitas. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. (1) Obesitas terjadi karena ketidak seimbangan masukan energi dan keluaran energi dalam jangka waktu 1

IQ Dan Obesitas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IQ Dan Obesitas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prevalensi obesitas telah meningkat secara global baik di negara maju

maupun negara berkembang termasuk indonesia. Badan Kesehatan Dunia

( WHO ) menyatakan bahwa obesitas sudah menjadi masalah epidemi dunia.Di

Indonesia tahun 2002 prevalensi obesitas telah mencapai kisaran 22%-24%

sekitar 48-53 juta penduduk. Sedangkan data kenaikan obesitas untuk Amerika

Serikat mencapai 31% pada tahun 2000 dari 15% pada dua dekade

sebelumnya. Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami

berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta

diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar

orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta di antaranya obesitas.

Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,

prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah

10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan

berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan

6,4%. (1)

Obesitas terjadi karena ketidak seimbangan masukan energi dan keluaran

energi dalam jangka waktu yang lama yang dapat dilihat dengan perhitungan

nilai indeks Massa Tubuh (IMT). Obesitas terjadi bila seseorang memiliki nilai

IMT 95% pesentil berdasarkan kurva NCHS-CDC. Faktor risiko penyebab

obesitas diantaranya adalah penurunan aktivitas fisik, penurunan kebugaran

fisik dan negatif imej tubuh di samping faktor lainnya seperti faktor

genetik,konsumsi makanan, pengetahuan gizi, sosial ekonomi. (2)

Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara

terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi

lingkungannya secara efektif. Dalam arti yang lebih luas, para

ahli mengartikan intelegensi sebagai suatu kemampuan

mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional.

1

Page 2: IQ Dan Obesitas

Kecerdasan intelektual (IQ) berkaitan dengan keterampilan

seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual,

serta identik dengan faktor kognitif seseorang.(3)

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan antara obesitas dan IQ (Intelligence Quitient)

C. Manfaat

Manfaat dari penulisan ini yaitu untuk meningkatkan pengetahuan

tentang hubungan obesitas terhadap IQ seseorang sehingga dapat dilakukan

pencegahan dan penanganan tepat dan akurat

2

Page 3: IQ Dan Obesitas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obesitas

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan

lemak tubuh yang berlebihan. Apabila jumlah energi (dalam bentuk makanan)

yang memasuki tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan

akan meningkat. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk

menyimpan energi , sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi

lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak

dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat

badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita

dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari

25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan 20%

lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap

mengalami obesitas. (2)

Cara sederhana untuk menentukan obesitas sentral adalah dengan

mengukur lingkar perut. Pengukuran lingkar perut dilakukan pada bagian

pinggang, di antara tulang panggul bagian atas dan tulang rususk bagian

bawah. Seseorang dikatakan obesitas sentral bila lingkar > 90 cm (untuk pria)

dan > 80 cm (untuk wanita)

Salah satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur kategori berat

badan seseorang adalah Indeks Massa Tubuh atau yang singkat dengan IMT.

Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak

dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk

mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: (3)

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

3

Page 4: IQ Dan Obesitas

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Keterangan :

Klasifikasi IMT (kg/m2)

BB Kurang < 18,5

BB Normal 18,5-22,9

BB Lebih

- Preobesitas

- Obesitas 1

- Obesitas 2

23

23-24,5

25-29,9

> 30

Di bawah ini merupakan tabel pengukuran antopometri yaitu sebagai

berikut :

Penilaian

pertumbuhan

Penilaian Massa Bebas

Lemak

Penilaian Massa Lemas

Lingkar Kepala Lingkar Lengan Atas Triceps Skinfold

Berat Badan Mid-upper-arm muscle-

circumference

Biseps Skinfold

Tinggi/Panjang Badan Mid-upper-arm muscle Subscapular skinfold

Perubahan BB Suprailiac skinfold

Rasio Berat/Tinggi Mid-upper arm fat area

Tinggi Lutut Rasio Lingkar pinggal

panggul

Lebar Siku

Indeks antropometri lain yang digunakan yaitu berat badan menurut

umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut

tinggi badan (BB/TB). Di Indonesia ukuran baku hasil pengukuran dalam

negeri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)

4

Page 5: IQ Dan Obesitas

digunakan bahan baku HARVARD yang disesuaikan untuk Indonesia (100%

baku Indonesia =50 percentile baku Harvard) dan untuk lingkar lengan atas

(LLA) digunakan baku Wolanski. WHO lebih menganjuran penggunaan

BB/TB, karena menghilangkan faktor umur yang menurut pengalaman sulit

didapat secara benar, khususnya di daerah terpencil dimana terdapat masalah

tentang pencatatan kelahiran anak. (4)

Penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para ahli gizi.

Ambang batas dapat disajikan ke dalam tiga cara yaitu persen terhadap median,

persentil dan standar deviasi unit. Penelitian ini menggunakan Weight Height

Z-Score sebagai alat ukur status gizi. Standar deviasi unit disebut juga Z-score.

Penggunaan nilai standar deviasi direkomendasikan oleh Waterlow untuk

mengevaluasi data antropometri. Metode ini mengukur deviasi pengukuran

antropometri dari referensi median standar deviasi. (4)

Rumus standar deviasi berdasarkan antropometri BB/TB (WHZ) yaitu

sebagai berikut :

Di bawah ini merupakan klasifikasi status gizi pada anak dan balita

menurut Kepmenkes Nomor 920/Menkes/2002.

Indeks Status Gizi Ambang batas

BB/U Gizi Lebih

Gizi Baik

Gizi Kurang

Gizi Buruk

>+2 SD

>-2 SD sampai +2 SD

<-2 SD sampai - ≥-3 SD

< -3 SD

TB/U Normal

Pendek

≥ 2 SD

< -2 SD

BB/TB Gemuk

Normal

Kurus (wasted)

Kurus sekali

> + 2SD

≥ - 2 SD sampai + 2 SD

< - 2 SD sampai ≥ -3 SD

< -3 SD

5

Page 6: IQ Dan Obesitas

Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:

a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%

b. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%

c. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%.

Berdasarkan etiologinya, umunya obesitas dibagi menjadi:

1. Obesitas primer: disebabkan faktor nutrisi dengan berbagai faktor yang

dapat mempengaruhi masukan makanan berlebih dibanding dengan

kebutuhan energi yang diperlukan tubuh. Selain dari asupan lemak dan

karbohidrat yang berlebih dalam tubuh, kurangnya aktifitas fisik juga

mempunyai pengaruh yang kuat terhadap terjadinya obesitas.

2. Obesitas sekunder: yang disebabkan adanya penyakit/kelainan congenital

(mielodisplasia), endokrin (sindroma Cushing, sindrom Freulich, sindrom

Mauriac, pseudoparatiroidisme) atau kondisi lain (sindrom Klinefelter,

sindrom Turner, sindrom Down).

Menurut Patogenesis dapat dibagi dua golongan:

a. Regulatory obesitas: gangguan primernya berada pada pusat yang

mengatur masukan makanan. Inti lateral hypothalamus sebagai pusat lapar

atau pusat makan, sedangkan inti ventromedialis hipotalamus sebagai

pusat kenyang. b. Obesitas metabolik: kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat. (5)

Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Obesitas

meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:

a. Diabetes tipe 2

Kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma

berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein. Biasanya timbul pada masa dewasa.

b. Tekanan darah tinggi

6

Page 7: IQ Dan Obesitas

Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah

yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai

keadaan darah tinggi.

c. Stroke

Salah satu penyebab stroke yaitu hipertensi, DM, penyakit jantung yang

dapat disebabkan oleh adanya obesitas.

d. Serangan jantung (infark miokardium)

Semua orang gemuk cenderung memiliki risiko penyakit jantung, orang

dengan obesitas sentral lebih-lebih lagi.

e. Kanker

Temuan terbaru, dalam jurnal Clinical Cancer Research, Para peneliti

mengatakan jika hasil penelitian menunjukan orang yang dirawat karena

kanker usus besar harus menjaga indeks massa tubuhnya (BMI) dibawah

30. Kelebihan lemak tubuh dapat mempengaruhi agresivitas kanker usus

besar. Selain kanker usus besar, kejadian kanker prostat juga meningkat

pada laki-laki dengan obesitas. Sedangkan kanker endometrium, uterus,

dan serviks meingkat pada wanita obes.

f. Penurunan kemampuan kognitif

Menurut studi terbaru orang dengan obesitas memiliki jaringan otak 8

persen lebih sedikit dibandingkan dengan yang berat badannya normal.

Mereka yang kelebihan berat badan memiliki jaringan otak 4 persen lebih

sedikit daripada orang dengan berat badan normal.

g. Osteoartritis

Kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul

karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi. Bagaimanapun,

keterbatasan kemampuan berolahraga pada pasien OA sedikit banyak

mengambil peranan terhadap timbulnya kelebihan berat badan

h. Tidur apneu

Kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur,

menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah. (2)

7

Page 8: IQ Dan Obesitas

B. IQ (Intelligence Quotient)

IQ atau Intelligence Quotient adalah istilah umum yang digunakan untuk

menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti

kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak,

memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat

kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu.

Kecerdasan ini ditemukan pada sekitar tahun 1912 oleh William Stern.

Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada masanya saat itu, dan

ternyata masih juga di Indonesia saat ini. Bahkan untuk masuk ke militer pada

saat itu, IQ lah yang menentukan tingkat keberhasilan dalam penerimaan

masuk ke militer. Kecerdasan ini terletak di otak bagian Cortex (kulit otak).

Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan kita kemampuan

untuk berhitung, bernalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta

inovasi. (6)

Gambar 2.1

Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang

biasa disebut sebagai tes IQ. Skor tes IQ sering dilihat sebagai

ukuran kecerdasan seorang anak. Tes IQ adalah alat ukur

kecerdasan yang hasilnya berupa skor. Tetapi skor tersebut

hanya memberi sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan

seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan secara

keseluruhan. Tes IQ yang sering dipakai di Indonesia adalah

tes Binet dan Wecshler. (7)

Di bawah ini merupakan skor IQ dan kategorinya : (6)

8

Page 9: IQ Dan Obesitas

Skor IQ Kategori

> 140 Jenius

120-140 Very superior intelligence

110 -119 Superior intelligence

90-109 Normal or average intelligence

80-89 Dullness

70-79 Borderline deficiency

< 70 Definite feeble-mindedness

C. Area Otak yang Berhubungan dengan Intelektual

Otak adalah organ metabolik mahal, dan mengkonsumsi sekitar 25% dari

energi metabolisme tubuh pada beberapa spesies. Karena kenyataan ini,

meskipun otak yang lebih besar terkait dengan kecerdasan yang lebih tinggi,

otak lebih kecil mungkin menguntungkan dari evolusi sudut pandang jika

mereka sama dalam intelijen untuk otak yang lebih besar. Ukuran otak

merupakan indikator dasar dari kecerdasan otak, dan berbagai faktor lainnya

9

Page 10: IQ Dan Obesitas

mempengaruhi kecerdasan otak. rasio yang lebih tinggi -untuk-tubuh massa

otak dapat meningkatkan jumlah massa otak yang tersedia untuk lebih tugas-

tugas kognitif kompleks. (8)

Gambar 2.2

Gambar tersebut menunjukkan organisasi daerah-daerah asosiasi

somatik, auditori, visual kedalam mekanisme umum untuk menafsirkan

pengalaman sensorik. Semuanya ini masuk ke dalam mekanisme daerah

penafsiran umum yang terletak di bagian posterosuperior lobus temporalis dan

girus angularis. Perhatikan pula daerah prefrontalis, daerah motorik, daerah

bicara motorik Broca.(9)

Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki

oleh individu. Fungsi otak yang behubungan dengan fungsi kognitif :

a. Lobus Frontalis

Pada bagian lobus ini merupakan pusat untuk belajar, penalaran,

perencanaan, bagian dari pidato, gerakan, emosi, dan pemecahan masalah.

Terdiri dari beberapa area :

10

Page 11: IQ Dan Obesitas

1) Gyrus presentralis merupakan area motorik kontralateral wajah, lengan

dan tungkai.

2) Area Brocca merupakan pusat bicara motorik pada lobus dominan,

memiliki lintasan saraf untuk pembentukan kata

3) Area prefrontal merupakan area perencanaan pola-pola yang kompleks

dan berurutan dari gerakan motorik, melakukan proses berpikir yang

lama

b. Lobus Temporal

Lobus ini terkait dengan gerakan, orientasi, pengenalan, persepsi

rangsangan. Terdiri dari beberapa area :

1) Korteks auditori terletak di permukaan gyrus temporal superior.

Hemisfer dominan penting untuk pendengaran bahasa, sedangkan yang

non dominan untuk mendengar nada, ritme, dan musik

2) Area Wernickne

Terletak di belakang korteks auditorik primer pada bagian posterior dari

girus temporalis merupakan pusat pemahaman bahasa. Regio yang

paling penting di seluruh otak untuk fungsi intelektual yang lebih

tinggi, karena hampir semua fungsi intelektual didasarkan pada bahasa.

3) Area Limbik

Area ini ditemukan di belahan anterior lobus temporalis yang

berhubungan dengan tingkah laku, emosi, dan motivasi

c. Lobus Parietal

Terkait dengan proses visual

1) Gyrus postcentral

Korteks somatosensorik yang menerima jaras afferen dari posisi, raba

dan gerakan pasif

2) Gyrus angularis

Merupakan bagian lobus parietalis posterior yang paling anteroinferior,

terletak tepat di belakang area Wernickne. Apabila area ini rusak, maka

penderita masih dapat menginterpretasikan pengalaman auditorik

seperti biasanya, namun rangsanga visual yang berjalan dari korteks

visual ke area Wernickne terambat.

11

Page 12: IQ Dan Obesitas

3) Area terhadap Keserasian Tubuh secara Spasial

Area yang dimulaidi bagian posterior dari korteks parietalis dan meluas

ke korteks oksipitalis superior.

d. Lobus Occipitalis

Terkait dengan persepsi dan pengakuan dari stimuli pendengaran, memori,

dan pidato.

1) Area untuk mengenali wajah

Terletak di bawah medial dari lobus occipitalis dan sepanjang

permukaan medioventral lobus temporalis. (9, 10)

Hemisfer kiri merupakan pusat kemampuan berbahasa pada 94 %

orang dewasa kinan dan lebih dari 75 % pada orang dewasa kidal. Selama

bertahun-tahun telah dipikirkan bahwa korteks prefrontal adalah lokus bagi

fungsi intelektual yang lebih tinggi pada manusia. Kerusakan pada area

pemahaman bahasa pada lombus temporalis bagian posterior superior (area

Wernickne) dan regio girus angularis yang berdekatan pada hemisfer dominan

menyebabkan pengaruh yang jelas jauh lebih berbahaya untuk intelektual

daripada kerusakan prefrontal.

Dalam penelitian dimana pasien yang area prefrontalnya tidak

berfungsi, yaitu sebagai berikut :

1. pasien kehilangan kemampuan untuk memecahkan masalah yang

kompleks

2. tidak mampu merangkai suatu aksi secara bersama-sama guna mencapai

tujuan yang spesifik

3. tidak mampu untuk belajar melakukan beberapa aksi secara paralel pada

waktu bersamaan

4. tingkat keagresivan menurun, kadang-kadang sangat jelas dan penurunan

ambisi

5. respon sosial seringkali tidak sesuai untuk peristiwa

6. pasien masih dapat berbicara dan memahami bahasa, tapi mereka tidak

mampu untuk berpikir lama.

12

Page 13: IQ Dan Obesitas

7. Pasien juga masih dapat membentuk sebagian besar pola umum fungsi

motorik yang telah mereka lakukan sepanjang hidupnya, tetapi seringkali

tanpa tujuan.

Fungsi lain dari area prefrontal yang telah dinyatakan oleh ahli

fisiologi dan ahli neurologi adalah perluasan pikiran. Area prefrontal terbagi

menjadi beberapa segmen terpisah yaitu (1) memperkirakan masa depan, (2)

membuat rencana untuk masa depan, (3) menyelesaikan masalah matematik,

hukum, atau filsafat yang kompleks, (4) menghubungkan semua jalur

informasi dalam mendiagnosis penyakit yang jarang, dan (5) mengendalikan

aktivitas kita dalam kaitannya dengan hukum moral. (11)

D. Hubungan Obesitas dan IQ

Sebuah studi lima-tahun lebih dari 2.200 orang dewasa mengklaim telah

menemukan hubungan antara obesitas dan penurunan fungsi kognitif

seseorang. Para peneliti menemukan bahwa orang dengan indeks massa tubuh -

suatu ukuran lemak tubuh - dari 20 atau kurang bisa mengingat 56 persen kata

dalam tes kosa kata, tetapi mereka yang mengalami obesitas, dengan BMI 30

atau lebih tinggi, bisa mengingat hanya 44 persen. Subyek gemuk juga

menunjukkan tingkat yang lebih tinggi penurunan kognitif ketika mereka diuji

ulang lima tahun kemudian: ingat mereka turun menjadi 37,5 persen, tetapi

mereka dengan berat badan yang sehat mempertahankan tingkat recall. (12)

Studi terbaru menunjukkan, orang yang kegemukan atau obesitas

memiliki jaringan otak 8 persen lebih sedikit dibanding pada orang yang berat

badannya normal. Akibatnya otak mengalami kemunduran sampai 16 tahun

lebih tua dibandingkan orang yang tak terlalu banyak lemak. Orang gemuk

memiliki jaringan otak empat persen labih sedikit dan otaknya terlihat lebih tua

8 tahun. (13)

Obesitas merupakan faktor risiko kardiovaskular dikenal luas, karena

penebalan dan pengerasan pembuluh darah, bahwa hal yang sama terjadi

dengan arteri di otak. Selain itu, hormon dikeluarkan dari lemak dapat

13

Page 14: IQ Dan Obesitas

memiliki efek merusak pada sel otak, sehingga fungsi otak berkurang. Orang

yang obesitas akan kehilangan jaringan otak di bagian depan dan bagianlobus

temporal, area otak yang sangat penting untuk memori dan pencernaan. Selain

itu area lain yang terganggu adalah anterior cingulate gyrus (berfungsi untuk

pemusatan perhatian), hippocampus (memori jangka panjang), dan bangsal

ganglia (untuk pergerakkan). Penciutan permukan otak (korteks) yang terjadi di

bagian temporal (pelipis) dan frontalis (depan) berfungsi sebagai pusat daya

ingat. Perubahan struktur anatomi otak itu akan diikuti gangguan fungsi faal

otak terutama daya ingat. (12,13)

Dalam riset yang dilakukannya, Gale dan tim peneliti mengumpulkan data

dari 8200 pria dan wanita berusia 30 tahun, yang IQ-nya pernah dites saat

mereka berusia 10 tahun. Hasilnya yaitu anak dengan IQ tinggi banyak yang

menjadi vegetarian saat mereka berusia 30 tahun. Sekitar 4,5 persen responden

adalah vegetarian, 2,5 persen seorang vegan (menolak makan daging atau

memakai produk yang menggunakan tes terhadap binatang), dan 33,6 persen

menyatakan mereka vegetarian tetapi juga makan ikan dan daging ayam.

Seperti kita ketahui, seorang vegetarian kadar kalesterolnya rendah serta jarang

menderita obesitas dan penyakit jantung. Studi lain juga menyebutkan bahwa

anak berotak cerdas biasanya memiliki gaya hidup sehat : tidak merokok, tidak

kegemukan, tekanan darahnya normal, dan rajin berolahraga. (14)

Para ahli setuju bahwa pengaruh obesitas terhadap IQ didasarkan pada

pola kehidupan masyarakat yang modern seperti tingkat stress tinggi, pola

makan seperti mengkonsumsi makanan siap saji, kurang aktivitas seperti

berolahraga yang mengakibatkan penumpukan lemak tubuh secara berlebihan.

Oleh karena itu perubahan haya hidup anak-anak, remaja, sampai dewasa

sangat penting. Di bawah ini merupakan manajemen obesitas :

a. Langkah 1. Sejarah, pemeriksaan dan investigasi (ditambah manajemen

komorbiditas jika tidak diselesaikan oleh penurunan berat badan)

14

Page 15: IQ Dan Obesitas

b. Langkah 2. Berat badan (3-12 bulan) yaitu modifikasi gaya hidup

(penurunan asupan energi dan meningkatkan aktivitas fisik), diet rendah

lemak, pengurangan karbohidrat

c. Langkah 3: Berat pemeliharaan (seumur hidup) yaitu gaya hidup

modifikasi, farmakoterapi (jika diperlukan)

d. Langkah 4: bariatrik pembedahan (untuk pasien obesitas yang telah gagal

terapi medis) . (15)

5. Patogenesis Obesitas dengan Fungsi Kognitif

Patogenesis Obesitas dan Diabetes (17)

Obesitas

Penimbunan lemak di tubuh

Lemak asam lemak bebas (FFA)+ trigliserid

FFA bersifat lipotoxicity

Konsentrasi FFA plasma dan intraseluler meningkat

Efek penghambatan transduksi system sinyal insulin

Resistensi Insulin terutama otot dan hati

Metabolisme karbohidrat, protein, lemak terganggu

terutama glukosa

DM tipe 2

Hiperglikemi

15

Page 16: IQ Dan Obesitas

Peningkatan stres oksidatif, struktur dan fungsi pembuluh darah,

jalur O glikoprotein,

dan formasi advanced glycation end product (AGEs).

Pengaruhi viabilitas saraf

Advanced glycation end product (AGEs) secara eksperimental terbukti

berpengaruh

terhadap kerusakan vaskular dan fungsi endotel, kerusakan

protein, DNA dan mitokondria, serta meningkatkan radikal bebas

dan inflamasi

toksisitas saraf

Komplikasi diabetes menyebabkan gangguan kognitif (18)

Dasar mekanisme biokimia komplikasi vaskular diabetes, berawal dari

diabetes memicu resistensi insulin, hiperglikemia, dan terjadi pelepasan asam

lemak bebas atau dislipidemia, keadaan tersebut melalui jalur stres oksidatif

(reactive oxigen species = ROS), protein kinase C, aktivasi reseptor advanced

glycation end product (RAGE), peningkatan jalur poliol, mioinositol, dan

heksosamin akan mengakibatkan aktivasi sinyal sel molekul gangguan pada

faktor pertumbuhan, angiotensin II, dan dikeluarkannya sitokin yang

merangsang membran fosfolipid sel atau endotel berubah menjadi asam

arakhidonat melalui aktivasi enzim fosfolipase (PLA2). Asam arakhidonat

(AA) akan dimetabolisme menjadi tiga jalur oksidasi yaitu jalur

siklooksigenase (COX) yang akan membentuk prostaglandin, jalur

lipooksigenase (LO), membentuk asam hidroksieikosatetraenoik (HETEs) dan

leukotrin, dan jalur sitokrom P-450 monooksigenasi/epoksigenase yang

membentuk epoksid dan HETEs. Khusus untuk sitokrom P-450 lebih berperan

pada vasoaktif pada ginjal, dan belum didapatkan data mengenai keterlibatan

pada angiopati diabetik

16

Page 17: IQ Dan Obesitas

Pada jalur siklooksigenase, COX-1 dan COX-2 dikatalisis menjadi

prostaglandin dalam bentuk (prostaglandin H2) PGH2 yang terkonversi

menjadi prostaglandin lain dan eikosanoid seperti PGE2, PGD2, PGF2α

(isoprostan), PGI2 (prostasiklin) dan tromboksan. COX-1 berperan secara

fisiologis pada beberapa sel dan jaringan. COX-2 ekspresinya sering tidak

terdeteksi pada jaringan dan sel, tetapi menjadi signifikan bila tersimulir

lipopolisakarida, dan sitokin (IL-6, IL-1α, IL-1β, TNF-α, dan faktor

pertumbuhan), dan produk-produk dari COX-2 berperan dalam proses

inflamasi termasuk arterogenesis.

Jalur lipooksigenasi (LO) terbagi dalam 4 kelompok yaitu LO5, LO8,

LO12, dan LO15, yang dibedakan berdasar kemampuannya dalam proses

memasukkan molekul oksigen pada rantai karbon ke dalam asam arakhidonat.

Kelompok LO5 dan O8 tidak berperan dalam diabetes. Untuk LO12 dan LO15

dapat membentuk 12/15 HETEs dari AA, produk tersebut akan tampak pada

beberapa jaringan pembuluh darah dan sel, termasuk sel otot polos pembuluh

darah (vascular smooth muscle cells /VSMC), endotel dan monosit.

Jalur mediator inflamasi lipid pada sistem saraf pusat hampir sama

dengan jalur asam arakhidonat, hanya pada sistem saraf pusat, fungsi

neurotropik (fisiologis) dari jalur tersebut dapat berubah menjadi neurotoksik

(patologis). Komponen penting pada metabolisme lipid pada otak adalah AA

dan DHA (docosahexaenoic acid/asam dokosaheksaenoik), yang akan

dimetabolisme menjadi eikosanoid, dokosanoid, lisofosfolipid, reative oxygen

species (ROS), 4-HNE (4hidroksinonenal/ oksidasi dari AA), dan 4-HHE (4-

hidroksiheksenal/oksidasi dari DHA). Komponen tersebut akan memberikan

efek neurotropik bila terdapat dalam kadar rendah, tetapi bila komponen jalur

tersebut terpicu untuk termobilisasi kadarnya akan meningkat dan memberikan

efek neurotoksik. Asam dokosaheksaenoik dihidrolisis oleh plasmalogen

selektif fosfolipase A2.

Efek neurotoksik AA akibat hiperstimulasi adalah kerusakan pada

struktur sel dan fungsi saraf. Asam arakhidonat mengakibatkan asidosis

intraseluler dan tidak terkendalinya oksidasi fosforilasi, sehingga terjadi

disfungsi mitokondria. Siklooksigenase dan lipooksigenase yang mengubah

17

Page 18: IQ Dan Obesitas

AA menjadi protaglandin, leukotrin, dan tromboksan. Komponen eikosanoid

tersebut apabila terstimulasi akibat kondisi patologis berefek pada gangguan

aliran pembuluh darah otak dan mempengaruhi trombosit dan leukosit,

sehingga aliran mikrosirkulasi akan terganggu dan sistem saraf pusat akan

terganggu.

Lisofosfolipid yang merupakan hasil oksidasi fosfolipid selain AA,

yang dapat teralkilasi oleh koenzim A menjadi fosfolipid kembali, pada kondisi

patologis seperti iskemik, epilepsi, dan overstimulasi fosfolipase akan

mengakibatkan akumulasi lisofosfolipid dan asam lemak bebas. Lisofosfolipid

dapat memproduksi faktor aktivasi platelet, sebagai mediator proinflamasi

yang poten. Pada sel endotel lisofosfolipid dapat memodulasi sinyal kalsium,

dan fosforilasi nitrit oksid dan sitosolik fosfolipase 2. Sehingga bila terjadi

akumulasi lisofosfolipid yang berlebih akan berakibat demielinisasi dan

kerusakan sel saraf.

4-hidroksinonenal (4-HNE/oksidasi dari AA), pada kadar rendah

berefek menyampaikan sinyal hingga ke sel basal, stimulasi fosfolipase c,

adenil siklase, dan menurunkan aktivitas ornitin dekarboksilase, bila

terstimulasi berlebihan mengakibatkan efek neurotoksik berupa efek

deteriorisasi sel, menghambat sintesis DNA dan RNA, mengganggu

homeostasis kalsium, dan menghambat respirasi mitokondria, 4-HNE juga

meningkatkan permeabilitas sawar darah otak selama eksitoksisitas,

menurunkan fungsi mitokondria dengan mengganggu transport gula, dan

berperan dalam memicu stres oksidatif dan proses apoptosis sel saraf

18

Page 19: IQ Dan Obesitas

BAB III

KESIMPULAN

1. Obesitas adalah jumlah energi (dalam bentuk makanan) yang memasuki

tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan.

2. Salah satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur kategori berat badan

seseorang adalah Indeks Massa Tubuh atau yang singkat dengan IMT.

3. Diagnosis obesitas apabila IMT 25,0-29,9.

4. Intelligence Quotient adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan

sifat pikiran yang mencakup kemampuan menalar, merencanakan,

memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan

bahasa, dan belajar.

5. Regio yang paling penting di seluruh otak untuk fungsi intelektual yang lebih

tinggi yaitu Area Wernickne.

6. Area asosiasi prefrontal juga berperan dalam fungsi intelektual.

7. Seseorang dengan IMT ≥ 25 hanya dapat mengingat sekitar 44% dan

memiliki jaringan otak 4% lebih sedikit serta otaknya telihat lebih tua 8

tahun.

8. IQ berpengaruh dalam gaya hidup seseorang dalam memilih makanan

sehingga seseorang dengan IQ tinggi cenderung menjadi vegetarian saat

berusia 30 tahun.

19

Page 20: IQ Dan Obesitas

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan. 2009. Obesitas dan Kurang Aktifitas Fisik Menyumbang 30% Kanker. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan, Jakarta 1 hal. Available : http://www.depkes.go.id/

2. Guyton, A.C & John E.H. 1997. Keseimbnagan Diet : Obesitas dan Kelaparan dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.

3. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi. 2007. Available : from www.gizi.net/pedoman-gizi/.../Pedoman%20Praktis%20IMT.doc

4. Supariasa, I. D. N., Bachyar B., Ibnu F. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta. 8 hal.

5. Jin, Teoh Hsien. 2008. Understanding Intteligence. Available from : http://docs.google.com/gview?url=http://mypositiveparenting.org/Understanding_Intelligence.pdf&chrome=true

6. Terman, Lewis. 2005. Intteligence Quotient. Availabel from : http://wilderdom.com/intelligence/IQUnderstandingInterpreting.html

7. Dunbar RI, S Shultz. 2007. Evolusi dalam otak sosial 1344-1347. "Ilmu" 317 (5843).: DOI : 10.1126/science.1145463 . PMID 17823343 .

8. Lily Sidiarto dan Sidiarto Kusumoputro.2006. Klinik Gangguan Wicara - Bahasa Bagian Neurologi. -srv-www-portalkalbe-files-cdk-files-02_AfasiaSbgGangguanKomunikasiKelainanOtak_pdf02_AfasiaSbgGangguanKomunikasiKelainanOtak.htm.

9. Mardiati, R. 1996. Buku Kuliah Susunan Saraf Otak Manusia. Penerbit CV, Sagung Seto, Jakarta.

20

Page 21: IQ Dan Obesitas

10. Nukleus Medical Media. 2008. Anatomi dan Wilayah Fungsional Otak. Available From : http://catalog.nucleusinc.com/generateexhibit.php

11. Guyton, A.C & John E.H. 1997. Fungsi Intelektual Otak, dan Proses Belajar,dan Mengingat dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.

12. T Chandola, Deary IJ, D Blane dan Batty GD. 2006. Anak IQ dalam kaitannya untuk mendapatkan obesitas dan berat dalam kehidupan orang dewasa: Anak Pembangunan Nasional (1958) StudyChildhood IQ dan obesitas dewasa dalam Jurnal of Obesity. Diakses http://www.nature.com/ijo/journal/v30/n9/full/0803279a.html. hal 1422-1432

13. Haris, Salim. 2008. Pengaruh Gangguan Kognitif pada Lanjut Usia. Avaliable From : http:/www.perdossi.or.id.

14. Gale. 2009. Anak IQ Tinggi Cenderung Menjadi Seorang Vegan. International Vegetarian Union.

15. Proiteo, Yusuf. Obesity Management dalam Medical Journal of Australia. Available From : http://mja.com.au/public/issues/180_09_030504/pro10445_fm.html.

16. Mahshid Dehghan, Noori Akhtar-Danesh dan Anwar T Merchant. 2005. Childhood obesity, prevalence and prevention. Available from : http://www.nutritionj.com/

17. Purnomo, Budi et al., 2009. Apakah Fungsi Kognitif Penderita Diabetes dipengaruhi Oleh Status Vitamin E. Available from http://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090324152955001237863562medicinus_maret-mei_2009.pdf

18. Harrison. 2003. Pathogenesis of Alzheimer's disease- beyond the cholinergicHypothesis dalam Journal of the Royal Society of Medicine Volume 79. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1290346/pdf/jrsocmed00189-0045.pdf

21

Page 22: IQ Dan Obesitas

22