Upload
dinhtruc
View
223
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
IRAN PADA MASA PEMERINTAHAN KHATAMI
1997-2001
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk memenuhi Syarat mendapat Gelar Sarjana (S1) Humaniora
OLEH:
Rahmawati
NIM: 107022002201
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011 M/1432 H
Abstrak
Rahmawati
Iran Pada Masa Pemerintahan Khatami 1997-2001
Republik Islam Iran, Negara dikawasan Timur Tengah yang pernah
melahirkan dua Revolusi besar modern. Yaitu Revolusi konstitusional 1905-
1911 dan Revolusi Islam Iran 1979. Akan tetapi sejarah bangsa Iran tercatat
bahwa, kemajuan politik terus berjalan dengan munculnya seorang tokoh
karismatik yang mencoba menghadirkan sebuah revolusi bagi bangsa Iran.
ialah Ayatollah Khomeini telah membawa bangsa Iran kepada arah revolusi
panjang, ia mencoba menghadirkan suatu sistem pemerintahan yang tak lepas
dari nlai-nilai keislaman.
Ternyata semangat revolusi yang ayatollah Khomeini tinggalkan, telah
tertanam pada setiap jiwa rakyat Iran. salah satunya Mohammad Khatami. Di
bawah kepemimpinan Khatami, Negara Iran tampil denga pemikiran dan
kebijakan yang lebih baik. Kemenangan mutlak pada pemilu 1997, telah
membawa Mohammad Khatami sebagai seorang presiden dengan dialog
peradaban dan demokrasi yang ia tawarkan. Membawa Iran kepada kemajuan
dalam dunia politik, ekonomi dan hubungan dengan dunia internasional.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT semata.
Salawat serta salam senantiasa tercurahkan pada muara ilham, lautan ilmu yang
tidak pernah larut yakni keharibaan baginda Nabi Muhammad SAW, serta
keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya.Amin
Tentunya dalam menyelesaikan skripsi ini saya tidak semata berhasil
dengan tenaga dan upaya sendiri namun banyak pihak yang telah berpartisipasi
dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun
materil, maka dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan banyak terima kasih
atas kerjasamanya dan dorongannya. Rasa terimah kasih yang begitu tinggi saya
sampaikan kepada :
1. Dr. H. Abd Wahid Hasyim M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. M. Ma’ruf Misbah MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban
Islam dan Sholikatus Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Didin Saepuddin,MA, selaku Dosen Pembimbing yang banyak sekali
membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
4. Seluruh Dosen-dosen Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang memberikan
sumbangsih ilmu dan pengalamannya.
5. Seluruh Staff dan Pegawai Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
viii
6. Untuk kedua orangtuaku, Ibu dan Bapak yang telah memberikan perhatian dan
curahan kasih sayangnya yang luar biasa, sehingga penulis selalu dapat
termotivasi dan dapat menyelesaikan penelitian ini.
Sekali lagi penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dan mendukung serta membimbing dan mengarahkan
penulis hingga terselesaikannya skripisi ini. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna, maka dari itu semoga skripsi ini bermanfaat untuk pembaca
sekalian dan dapat dimanfaatkan dengan baik.
Ciputat, 23 Agustus 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i
Lembar Pengesahan .................................................................................... ii
Pengesahan Panitia Ujian……………………………………………………iii
Lembar Pernyataan ................................................................................... iv
Abstrak ……………………………………………………………………….v
Kata Pengantar ...............................................................................................vii
Daftar Isi ..................................................................................................... ix
BAB I : Pendahuluan ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 6
D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 7
E. Metode Penelitian .................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 10
BAB II MENGENAL SEJARAH IRAN
A. Sejarah Singkat Negara Iran .................................................. 11
B. Letak Geografis ..................................................................... 13
C. Sekilas Peran Ayatullah Khomeini Dalam Revolusi Islam
Iran…………………………………………………………...14
BAB III BIOGRAFI KHATAMI
A. Latar Belakang Kehidupan Khatami ...................................... 25
B. Pendidikan Khatami .............................................................. 27
x
C. Pemikiran Khatami ................................................................ 30
BAB IV IRAN MASA PEMERINTAHAN KHATAMI
A.Iran Pada Masa Khatami ........................................................ 34
B. Perkembangan Ekonomi dan Politik ..................................... 41
C. Dampak Dari Kebijakan Pemerintahan Khatami .................... 47
BAB IV : Penutup
A. Kesimpulan .......................................................................... 53
B. Saran .................................................................................... 55
Daftar Pustaka ........................................................................................... 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Iran atau lebih tepatnya Republik Islam Iran merupakan Negara di
kawasan Timur Tengah yang pernah melahirkan dua Revolusi besar modern yaitu
Revolusi konstitusional 1905-1911 dan Revolusi Islam Iran 1979¸ yang bersama-
sama dengan beberapa pemberontak menjadikan Iran sebagai negara yang paling
revolusioner pada era modern. Revolusi Iran nampaknya telah membantu Iran
untuk melakukan modernisasi dengan cara mereka sendiri tak lama setelah
wafatnya Ayatullah Khomeini. Beliau mencoba memberikan kekuasaan lebih
besar kepada parlemen dan memberikan kekuasaan untuk interpretasi demokrasi
wilayah faqih kepada penerus pilihannya yaitu Hashemi Rafsanjani. Pentingnya
negara modern menyakinkan kaum Syiah akan pentingnya demokrasi. Demokrasi
kali ini dikemas secara Islami agar bisa diterima mayoritas rakyat.
Hal ini mendapat angin segar pada tanggal 23 Mei 1997¸ ketika Hujjatul
Islam Sayyid Mohammad Khatami terpilih sebagai presiden dengan kemenangan
besar dalam pemilihan umum. Sayyid Muhammad Khatami lahir di kota Ardakan
29 September 1943¸ beliau adalah seorang Intelektual dan politikus di Iran. Ia
tampil sebagai presiden Iran yang keempat mulai 1997-2001. Selain menjabat
sebagai presiden, Khatami juga menjabat sebagai anggota parlemen. Sebagian
besar kaum wanita dan pemuda Iran memilih Khatami karena janjinya untuk
meningkatkan status wanita dan tanggap akan permintaan generasi muda Iran.
2
Tidak benar bahwa semua muslim menyimpan kebencian kepada bangsa Barat.
Pada awal modernisasi banyak pemikiran terkenal tergila-gila pada budaya
Eropa. Pada abad 20 Presiden Khatami dari Iran merupakan contoh dari
kecendrungan tersebut. Khatami ingin melihat interpretasi yang lebih liberal dari
hukum Islam di Iran dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan Barat.1
Masalah ini menarik untuk dikaji mengingat dibawah kepemimpinan Khatami
politik luar negeri Iran mempunyai corak baru yang secara signifikan berbeda
dengan pendahulunya. Dapat disimpulkan bahwa Khatami sangat dominan dalam
peran perubahan sistem politik Iran yang khas. Faktor geopolitik, geostrategi dan
geoekonomi serta nasionalisme agama dan tentunya lingkungan eksternal
mempunyai peran yang tidak bisa diabaikan dalam perubahan ini.
Penelitian ini akan berusaha mengeksplorasi perubahan dalam kebijakan
luar negeri Iran sejak Revolusi tahun 1979, dengan titik berat pada masa
pemerintahan Presiden Muhammad Khatami 1997-2001. Kerangka pemikiran
yang digunakan untuk menjelaskan perubahan ini adalah teori pengambilan
kebijakan. Dari hasil penelitian didapat bahwa peningkatan dalam kebijakan luar
negeri Iran pada masa pemerintahan Khatami mempunyai kaitan dengan adanya
perubahan dalam pola pengambilan keputusan dalam sistem perpolitikan di Iran.
Tak mengherankan kalau muncul hasrat menggebu untuk membangun
kesejahteraan dan meletakan kembali fondasi kehidupan demokrasi yang kini
menjadi aspirasi sebagian besar kaum muda Iran. Dan harapan itu bersambut
dengan munculnya tokoh Khatami, yang pernah disingkirkan dari jabatan menteri
1. Karen Armstrong, Sepintas Sejarah Islam, Surabaya: 2004, h.206
3
kebudayaan oleh kaum konservatif, lantaran terlalu memberi angin segar pada
masuknya nilai-nilai Barat.2 Khatami sejak dulu dikenal sebagi tokoh moderat
yang dibutuhkan Iran. Intelektualitas serta pengetahuan filosofis yang dimilikinya
menjadi faktor penentu keberhasilannya menjaring 69 % suara dari 29 juta
pemilih pada pemilu 23 Mei 1997.3
Khatami lahir dari keluarga ulama¸ ayahnya adalah seorang yang dihormati
dari Iran Tengah yang menjadi penasehat Ayatullah Khomaini yang diasingkan
Shah Iran sejak 1964.4Kemenangan khatami tersebut sekaligus menjungkirbalikan
skenario kaum ulama. Kalangan ulama sejak awal menjagokan Nateq-Nouri¸
tetapi fakta berkata lain rakyat juga berbicara lain tidak seperti skenario pada
umumnya. Satu hal yang utama yang memberi peluang besar bagi kemenangan
Khatami adalah kerinduan rakyat akan keterbukaan, pembaharuan, dan
terciptanya badan keadilan seperti terjawab dengan tampilnya sosok Khatami
sebagai pemenang pemilu tersebut.
Dalam pidato singkat pengukuhan dirinya sebagai Presiden, Khatami
mengungkapkan niat membawa Republik Iran menjalin hubungan kerjasama dan
persahabatan dengan semua negara di seluruh dunia.5 Yang teramat penting Ia
menjanjikan kebebasan berbicara sebagai unsur penegakan demokrasi yang sangat
substansial. Khatami juga antusias membentuk suatu perubahan dengan asas
kepastian hukum serta konteks semangat Islam. Pidato khatami berapi-api ketika
2 John L. Esposito, Demokrasi di Negara-negara Muslim, Bandung: 1999 , h.105 3 John L. Esposito Ensiklopedi Oxford. Dunia Islam M odern. Bandung: Mizan, 2001,
Jilid 5, h.342 4.Dikutip dari Kompas, Menunggu Kiprah Khatami, Jakarta, 04 Agustus 1997, h.7 5.Dikutip dari Media Indonesia, Demokratisi dan Kebijakan Luar Negeri Iran, 11
Agustus 1997, h. 8-10
4
ia mengumandangkan tekad untuk menghapus kemiskinan, diskriminasi sosial
serta ketidakadilan dikalangan masyarakat. Dalam bidang peranan wanita,
Khatami juga menjanjikan akan mengangkat wanita sebagai anggota kabinetnya
dan memberikan kemerdekaan individu yang lebih luas.
Dalam programnya Khatami menjanjikan peningkatan peranan wanita. Di
Iran wanita bukan saja boleh memilih dan boleh menyetir mobil saja tetapi
mereka juga berhak menduduki jabatan penting dalam pemerintahan. Dari hal ini
jelas Iran merupakan potret negara yang demokratis di Timur Tengah.6 Pidato
khatami merupakan ungkapan Iran yang sangat substansial dalam dua hal.
Pertama, repositioning Iran dalam kancah perpolitikan global. Kedua, ikut serta
lebih intensif dalam kerjasama ekonomi internasional.7 Keduanya hanya mungkin
ditempuh dalam suasana keterbukaan dan demokratisasi yang semakin baik.
Dalam menyikapi sistem ekonomi pasar bebas Khatami lebih realistis. Ia
dengan tegas menolak sistem ekonomi pasar yang absolut. Diperkirakan Khatami
masih akan meneruskan pola kebijakan ekonomi Rafsanjani yang menganut
ekonomi yang terarah dan terbatas. Khatami malah merencanakan
mengoptimalkan campur tangan pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian
Iran, khususnya terkait dengan pemasukan perekonomian asing.8 Sinyal agenda
luar negeri Iran telah nampak ketika negeri itu memberi isyarat membuka dialog
dengan Jerman, dalam konteks memperbaiki hubungan persahabatan antara
keduanya dan hubungan ekonomi, ada kemungkinan Iran melakukan hal serupa
6. M. Riza Sihbudi, Bara Timur Tengah, Bandung: Mizan, 1991, h.32 7. Dikutip dari Media Indonesia, Demokratisasi dan Kebijakan Luar Negeri Iran, Jakarta.
11 agustus 1997 8 Azyumardi Azra, Pergumulan Iran Masa Khatami, Jakarta: Rajawali Press, 2003, h.211
5
dengan negara Barat lainnya. Yang jelas Khatami sedang mengupayakan dalam
peta ekonomi global. Untuk melancarkan skenario pembangunan ekonomi, Iran
harus membuka keran-keran dialog yang tersumbat, namun dengan alasan
kesejahteraan ekonomi rakyat Iran. Melalui diplomasi politik, Iran memiliki tugas
untuk memperbaiki citranya sebagai negara modern. Melalui diplomasi ekonomi
pemerintah, Iran memiliki agenda peningkatan kinerja perekonomian untuk
meningkatkan standar kesejahteraan rakyatnya. Salah satunya adalah untuk
mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi Iran agar sejajar dengan negara-negara di
kawasan Teluk Persia.
Setelah beberapa waktu ketika Khatami terpilih menjadi presiden Republik
Islam Iran, rakyat Iran merasakan sebuah kemenangan dalam artian, ketika masa-
masa sebelumnya merasa tidak ada ketidak amanan dalam kehidupan mereka,
namun kini dengan sosok seorang Khatami diharapakan mampu mengangkat Iran
menjadi sebuah negara yang demokratis dan mampu mensejahterakan seluruh
rakyatnya. Beberapa kebijakan yang dkeluarkan oleh Khatami dalam pidatonya
saat pelantikan dirinya menjadi presiden dikatakan akan mensejahterakan seluruh
rakyatnya dan membuka diri dalam berhubungan dengan seluruh negara-negara di
dunia demi untuk melaksanakan kerjasama-kerjasama yang tentunya
menguntungkan Republik Islam Iran. Khatami dianggap sebagai presiden
reformasi pertama di Iran karena kampanyenya memfokuskan pada penegakan
hukum demokrasi seluruh rakyat Iran dalam proses perencanaan politik. Namun
pemerintahannya acap kali bertentangan dengan kelompok garis keras dan
konservatif Islamis didalam pemerintahan Iran yang menguasai organisasi
6
pemerintahan utama seperti Dewan Perlindungan yang anggotanya dipilih oleh
Pemimpin Agung. Sebelum menjadi presiden Khatami menjabat sebagai anggota
parlemen 1980-1982¸ pengawas Mentri Budaya dan Penuntut Islam pada tahun
1982-1986¸ kemudian pada priode kedua dari 1989-1992 ketika dia
mengundurkan diri sebagai kepala Perpustakaan National Iran 1992-1997 dan
anggota Dewan Agung Revolusi Kebudayaan. Skripsi ini akan mengungkapkan
peran Khatami di Iran dengan judul “IRAN PADA MASA PEMERINTAHAN
KHATAMI 1997-2001”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis akan membatasi dan
memfokuskan pada permasalahan tentang bagaimana Iran pada masa
pemerintahan Khatami. Dari pembatasan tersebut penulis akan lebih menitik
beratkan masalah yang akan dikaji dalam bentuk pertanyaan:
1. Bagaimana sosok Khatami?
2. Bagaimana Iran pada masa pemerintahan Khatami?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penulisan proposal skripsi ini pula terdapat beberapa tujuan,
adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulis skripsi ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana kehidupan Khatami
2. Mengetahui perjalanan Khatami saat memerintah Iran
7
Adapun Manfaat dari Penelitian ini adalah.
1. Penulisan skripsi ini diharapkan berguna bagi pengembangan dan
pengetahuan dalam pemerintahan Iran masa Khatami
2. Dapat dijadikan sebagai kajian sejarah dan juga khazanah di Timur
Tengah.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam buku ” Pertarungan Antara Dua Kekuatan”. Di dalam buku ini
menjelaskan sejarah bagaimana situasi dan kondisi di Iran saat ini, dan bagaimana
perkembangan politik di Iran yang cukup signifikan pasca terjadinya pemilu tahun
1997 yang mengantarkan tokoh reformasi Khatami menjabat sebagai presiden di
Negeri Iran.
Buku ”Sepintas Sejarah Islam” menjelaskan bagaimana Khatami ingin
sekali membangun hubungan yang baik dengan Barat. Dan Khatami pun ingin
sekali membentuk sebuah Negara Islam yang kuat dan menyumbang semangat
sejati dari Al-Quran dan sesuai dengan kondisi masa kini.
Buku ”Khomeini dan Revolusi Iran” di dalam buku ini menjelaskan
bagaimana seorang Imam Khomeini mengguncangkan sebuah gerakan revolusi
Iran yang saat itu berada dibawah kepemimpinan Shah yang harus tumbang lewat
revolusi yang dimotori oleh Khomeini. Tetapi dalam buku ini pembahasan tentang
Mohammad Khatami belum ada.
Buku ” Supremasi Iran” di dalamnya menjelaskan sejarah negara Islam
8
Iran, dengan di sebutkannya revolusi Iran yang dipimpin Ayatulah Khomeini.
Disamping itu juga, buku ini menjelaskan masa pemerintahan Khatami. Di
dalamnya juga dijelaskan tentang hubungan negara Iran dengan AS dan Israel.
Berangkat dari tinjauan literatur inilah, penulis berinisiatif untuk
menyusun karya akademik yang menyoroti Peranan Khatami dalam pemerintahan
Iran Tahun 1997-2001, dengan memperhatikan beberapa kelebihan dan
kekurangan dari literatur-literatur.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Metode ini
diharapkan dapat membantu untuk mengetahui fakta dan juga sejarah masa
lampau, melalui beberapa tahap di antaranya adalah:
1. Heuristik
Heuristik adalah kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan
bahan-bahan atau sumber sejarah. Hal ini merupakan sebuah tahap awal yang
mana harus dilakukan bagi seorang peneliti. Adapun dalam pengumpulan
data-data dan juga sebuah sumber yang akan digunakan dalam membuat
skripsi ini penulis menggunakan metode library research dimana penulis akan
mencari buku-buku diperpustakaan yang mana berhubungan dengan judul.
Selain itu juga mencari dalam majalah, surat kabar, serta jurnal juga dan
artikel yang berasal dari mana pun (internet DLL). Sumber-sumber tertulis
tersebut dapat kita jumpai seperti di Perpustakaan utama UIN Syarif
Hidayatullah, Perpustakaan Adab dan Humaniora, Perpustakaan Nasional,
9
Kedubes Iran, Iran Courner Fak Usulludin, Perpustakaan FIB UI, Perpustakan
Iman Jama Lebak Bulus, Perpustakaan LIPI, Perpustakaan LP3ES.
Perpustakaan Kompas.
2. Verifikasi
Setelah melakukan metode heuristik atau pengumpulan sumber-
sumber maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber.
Kritik sumber adalah sebuah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang
relevan dengan cerita sejarah yang ingin disusun sesuai dengan judul. Dalam
hal ini harus diuji keabsahan tentang keaslian sumber yang dilakukan melalui
kritik dan keabsahan. Untuk selanjutnya setelah mencari sumber-sumber
diantaranya perpustakaan penulis akan melakukan Verifikasi.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis
sejarah. Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkapkan
permasalah yang ada, sehingga diperoleh pemecahannya. Dalam hal ini
penulis akan menyampaikan fakta yang satu dan yang lainnya yang telah
ditemukan dari hasil heuristik dan verifikasi. Sehingga dalam hal ini penulis
menjelaskan masalah kemudian kemajuan Negara Iran yamg di capai oleh
Khatami. Sedangkan dalam penafsiran fakta-fakta yang ada dilakukan
beberapa hal sebagai berikut: a. diseleksi, b. disusun, c. diberikan tekanan, d.
ditempatkan dalam urutan yang kausal.
4. Historiografi
Historiografi adalah sejarah penulisan sejarah. Tahap ini adalah tahap
10
yang terakhir dalam penulisan skripsi. Setelah melakukan tahap heuristik,
verifikasi, dan interprestasi selanjutnya historiografi dengan menulis dalam
satu urutan yang sistimatik yang telah di atur dalam pedoman penulisan
skripsi. Dalam penulisan ini penulis berusaha menyusun cerita sejarah
menurut urutan pristiwa, berdasarkan kronologi dan tema-tema tertentu.
F. Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, Adapun susunan
skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab1. Pendahuluan yang terdiri dari Signifikansi tema yang diangkat, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan, dan Daftar Pustaka.
Bab II. Berisi tentang Sejarah singkat Negara Iran, Letak geografis dan Sekilas
Peran Ayatullah Khomeini dalam Revolusi Islam Iran.
Bab III. Membahas tentang biografi intelektual Imam Khatami yang meliputi
riwayat hidup: Latar Belakang Kehidupan Mohammad Khatami. Pendidikan
Mohammad Khatami. Pemikiran Mohammad Khatami
Bab IV. Iran Masa Pemerintahan Mohammad Khatami¸ Perkembangan ekonomi,
politik¸ dan dampak dari kebijakan pemerintahan Khatami.
Bab V. Merupakan bab penutup, yang berisi mengenai Kesimpulan dari seluruh
isi tulisan dan Saran.
11
BAB II
MENGENAL SEJARAH NEGARA IRAN
A. Sejarah Singkat Negara Iran
Revolusi Iran disebut-sebut sebagai salah satu revolusi rakyat terbesar
dalam sejarah umat muslim. Bagi banyak kalangan, Revolusi Islam Iran pada
1978-1979 merupakan contoh murni Islam politis, “fundamentalisme Islam”.
Revolusi itu mengangkat banyak isu yang berkait dengan kebangkitan Islam
kontemporer. Republik Islam Iran adalah sebuah negara modern yang
memberikan pengakuan dan tempat yang layak bagi warisan dan identitas.
Terlebih lagi ajaran Syi’ah juga menjadi identitas bangsa Iran dan sumber
legitimasi politik sejak abad ke 16. Bagi masyarakat dunia Islam, Revolusi Iran
merupakan kejadian yang simbolis penting. Revolusi Iran memperlihatkan bahwa
rezim sekuler yang dipengaruhi oleh Barat dapat ditumbangkan oleh kekuatan
oposisi yang diorganisasikan oleh para pembaru Islam. Karena kaum revivalis
Islam mendengungkan perubahan seperti itu sejak akhir abad ke-19, namun tanpa
sukses, revolusi mampu memberikan daya dorong baru bagi perjuangan mereka
dan memicu munculnya aktivitas fundamentalis Islam dari Maroko hingga Asia
Tenggara.
Dapat dikatakan meskipun ketegangan-ketegangan dinamis bagi oposisi
terhadap monarki telah lama ada di Iran, tidak seorangpun dapat meramalkan
dengan pasti bahwa hasil akhir revolusi berupa pemerintahan teokratis. Bagi kaum
muslim yang menginginkan pembaruan dan ingin lepas dari dominasi Barat, baik
12
di Iran maupun di negara-negara lain, revolusi Iran merupakan kejadian yang
sangat memberikan ilham. Bagi kaum nasionalis sekuler dan sebagian besar dunia
Barat, revolusi ini masih terus mengusik.
Akan tetapi sepanjang priode ini. Orang Iran selalu menyebut negaranya
dengan nama Iran, tetapi orang luar sudah lama menggunakan sebutan Persia,
yang merujuk ke Pars, kini Fars bagian selatan Negara ini. Sebutan Persia
digunakan hingga 1935, sewaktu pemerintah di Teheran secara resmi meminta
kepada masyarakat dunia untuk memakai nama Iran. Invasi Arab yang dimulai
pada 637, merupakan saat menentukan dalam sejarah Iran. Agama Zoroaster yang
berakar pada gagasan pergulatan abadi antara kekuatan baik dan jahat, digantikan
oleh agama Islam, yaitu agama Monoteistis. Meskipun memeluk Islam bangsa
Iran tetap mempraktikan banyak tradisi asli mereka. Mereka juga tetap memakai
bahasa mereka yang sudah banyak dimasuki oleh kata-kata Arab, dan tulisan Arab
telah menggantikan aksara lama. Selama sekitar seribu tahun, Iran menjadi
wilayah kekhalifahan dan para penerusnya. Mazhab Sunni berlaku kecuali di
kantong-kantong lokal Syiah, seperti Qum. Dalam priode ini, bangsa Iran
memberikan andil yang luar biasa pada perkembangan sastra, seni, arsitektur,
filsafat, matematika, astronomi, kedokteran, dan ilmu-ilmu Islam.1
1. John L Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Jakarta: Mizan, 2001,
hal.329.
13
B. Letak Geografis
Sebelum berganti nama dengan Iran, negeri ini dahulu disebut dengan
Persia,2 dan yang mendapatkan julukan “Persia Is The Suez Canal of Revolution”.
Maksud dari julukan tersebut adalah bahwa Iran menjadi Negara incaran dan
rebutan negara-negara raksasa di dunia. Karena di samping letak geografis Iran
yang strategis juga disebabkan karena kemiskinan yang belum teratasi, bahaya
kelaparan dan kebodohan, tuan-tuan tanah menindas semau-maunya dan adanya
gerakan nasionalisme yang menentang campur tangan asing. Maka kesemuanya
itu menyebabkan Iran merupakan salah satu bara dari pertikaian politik yang ada.3
Secara fisiografi, wilayah negeri Iran dapat dikatakan berbentuk mangkuk yang
secara keseluruhan wilayahnya telah dikelilingi oleh pegunungan dan tanah yang
bergurun.4 Di sisi lain, di negeri Iran terdapat wilayah cekungan-cekungan yang
subur seperti cekungan Varamin, Gazvin, dan Khorasan.5 Luas wilayah ini kira-
kira 628.000 mil persegi (1.643.000 km) yang membentang antara 25 LU – 40 LU
dan 44- 63 BT yang berarti sama dengan enam kali luas kerajaan Inggris Raya
(United Kingdom) dan kurang lebih tiga kali luas negeri Perancis yang merupakan
Negara terluas di Eropa Barat. Dari segi geopolitik, Iran berada di suatu lokasi
yang sangat strategis. Dengan luas wilayah sekitar 1.648.195 kilometer (636.296
mil) persegi, menjadikan Iran sebagai negara terluas ke 16 di dunia, Iran
2.Persia adalah orang-orang atau keturunan bangsa Arya, suatu nama yang pernah dipakai
oleh nenek moyang Iran. Sejak tahun 1935 Persia diganti dengan nama Iran pada masa Reza Khan (ayah Muhammad Reza Pahlevi), Kafrawi Ridwan (ed), et.al, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, hal.241
3.Yozar Anwar, Pergolakan Mahasiswa Abad ke-20, Kisah Perjuangan Anak-anak Muda Pemberang, Jakarta: Sinar Harapan, 1981, hal. 203 4 Lampiran no 1. gambar peta Republik Iran
5.Winkler Prins (ed), Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi, edisi Asia, Jakarta: PT Intermasa, 1990, hal. 97
14
dikelilingi negara-negara penting di kawasan benua Asia dan Eropa, seperti Turki,
Rusia, Afghanistan, Pakistan dan Irak. Sedangkan batas negara Iran dengan para
tetangganya terdiri dari 5.170 km garis batas dataran dan 2.510 km garis batas air.
Garis batas terpanjang hampir seluruhnya ada di sebelah utara, yaitu perbatasan
dengan uni soviet sepanjang 1.740 km sebagai daerah perbatasan bersama
termasuk 630 km batas air. Daerah perbatasan Iran dengan Irak disebelah barat
daya, sepanjang 1.280 km dan perbatasan dengan Turki di barat laut sepanjang
470 km. Dengan Afghanistan di timur laut, Iran bartapal batas sepanjang 850 km,
sedangkan dengan Pakistan sepanjang 830 km. Teluk Parsi dan Laut Oman
tertelak di selatan, dengan garis tapal batas perairan sepanjang 1.880 km.6Negara
Islam Iran memiliki penduduk hampir 66% berasal dari Persia, sedangkan 25%
Turki, 5% Kurdi dan 4% asal Arab. Terdapat juga suku-suku yang umumnya
nomade seperti golongan suku yang terkenal di Iran adalah Klan Bakhtiari,
Cossack, Qajar, Turkaman, Syahsoon, Kurd, Afsyar, Sanjani, Gilak, Baluch,
Boyer Ahmadi, Aqaie, Ale Kasir,dan klan Monsari.7
C. Sekilas Peran Ayatullah Khomeini dalam Revolusi Islam Iran
Ketika negara Iran di bawah kekuasaan monarki konstitusional yang
dipimpin oleh Mohammad Reza Khan (1925-1941), dan digantikan oleh anaknya
Mohammad Reza Syah ( 1941-1979) yang menuntut perubahan dan memusatkan
perhatiaannya pada modernisasi dan pembentukan pemerintahan terpusat yang
kuat, mengandalkan angkatan bersenjata dan birokrasi modern. Namun sangat
6Reza Shibudi. Profil Negara-negara Timur Tengah, Jakarta: Pustaka Jaya, 1999, h 172-101
7 Republik Islam Iran, Kedutaan Besar Republik Islam Iran, h 46
15
disayangkan kebijakan-kebijakan sekularisasi masyarakat dilakukan tidak secara
menyeluruh.
Terlebih selama menjabat sebagai pemimpin Reza Syah dianggap korupsi,
lebih condong kebaratan dan melakukan penjauhan diri dari kebudayaan Islam,
serta menentang agama dengan cara penyalahgunaan media radio, televisi dan
surat kabar. Pada masa itu, cara tersebut merupakan kejadian sehari-hari serta
mengumbar janji manis kepada masyarakat dan para ulama untuk memajukan
negara Iran8. Bahkan kedekatan Reza Syah dengan bangsa Eropa serta
memperluas kontrol negara atas banyak bidang yang sebelumnya merupakan
kekuasaan para ulama membuat banyaknya para ulama yang kecewa.
Hal ini membuat Ayatullah Khomeini pada tahun 1962-1963 tampil
sebagai suara antipemerintah di antara minoritas ulama yang vokal menganggap
Islam dan Iran tengah teracam bahaya dan kekuasaan mereka melemah. Dari
mimbarnya di Qum, Khomeini menjadi suara oposisi yang tak kenal kompromi
melawan kekuasaan mutlak “pemerintah”. Pemberontakan yang terjadi di Qum
(22 maret 1963) dan Mashad (3 Juni 1963) menyebabkan Khomeini ditahan pada
4 Juni dan diasingkan ke Turki. Pada mulanya Ayatullah Khomeini hanya
menyerukan pembaharuan bukan revolusi. Pada pertengahan 1970-an tampak
jelas bahwa kebijakan modernisasi dan sekularisasi Syah gagal menciptakan
sistem politik yang demokratis. Akibatnya, muncul ketidak puasan dan ketidak
setujuan yang semakin memuncak dikalangan ulama, kelompok tradisional, kaum
cendekiawan religius, kaum Marxis, golong kiri, dan golongan liberal.
8 Republik Islam Iran, Kedutaan Besar Republik Islam Iran, h 9
16
Kebijakan-kebijakan Syah yang represif membuat banyak para ulama pada
akhir 1970-an memberikan alasan untuk membentuk gerakan oposisi yang juga
didukung rakyat luas. Para ulama seperti Ayatullah Khomeini, Muthahari,
Taleqani, dan Behesti, bersama para cendekiawan seperti Mehdi Bazargan dan Ali
Syariati, telah mengembangkan ideologi pembaharuan dan revolusioner yang
bersifat Islami. Gerakan Ayatullah ini secara jelas bertujuan merombak tatanan
sosial, politik dan ekonomi yang dianggap tidak lagi mencerminkan aspirasi
rakyat Iran dan bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam. Bentuk
monarki juga dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam.9
Republik Islam Iran adalah sebuah negara modern yang memberikan
pengakuan dan tempat yang layak bagi warisan dan identitas. Terlebih lagi ajaran
Syi’ah juga menjadi identitas bangsa Iran dan sumber legitimasi politik sejak abad
ke 16. Sehingga dalam pembentukan Republik Islam Iran di bawah Ayatullah
Khomeini dimana ajaran-ajaran mazhab Syi’ah sangat berpengaruh di hampir
segala sendi kehidupan.10Republik Islam Iran merupakan lambang penting bagi
Islam revolusioner, terlebih struktur yang dibangunnya tidak sama dengan pola-
pola praktik demokrasi sebagaimana dikembangkan dalam masyarakat Barat.
Melainkan sistem politik yang dipakai merupakan perpaduan antara aturan otoriter
dan partisipasi politik rakyat yang penuh perdebatan dengan cara yang
mencerminkan isu penting menyangkut hubungan Islam dan demokrasi.11
9 Reza Shibudi, Biografi Politik Imam Khomeini, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan
ISMES, 1996, h XV 10 John L. Esposito& John O.Voll, Demokrasi di Negara-negara Muslim problem dan
prospek, Bandung: Mizan, 1996. h 76 11Republik Islam Iran ,Kedutaan Besar Republik Islam Iran, h 24
17
Hal ini tercermin pada tahun 1979-1981, dunia menyaksikam
pembentukan dan pelembagaan Republik Islam Iran. Khomeini dan revolusinya
tampil mewujudkan komponen legitimasi Republik Islam: anti imperialisme dan
nasionalisme, agama dan identitas nasional,budaya, partisipasi politik dan
konstitusionalisme atau pembatasan kekuasaan raja. Perubahan konstitusional dan
institusional yang substantiv dilakukan melalui pemilihan. Referendum pada
Maret 1979 mengubah pemerintahan Iran dari monarki menjadi Republik Islam.
Majelis ahli yang didominasi para ulama dipilih untuk membuat rancangan
konstitusi, yang akan disahkan melalui referendum rakyat (November-Desember
1979)12.
Namun, krisis identitas Iran tercermin dalam perdebatan konstitusional
mengenai hakekat dan kepemimpinan negara. Perdebatan-perdebatan terjadi tidak
hanya antara pihak yang lebih menginginkan pemerintahan sekular ketimbang
pemerintahan islami, tetapi juga di antara pihak yang menginginkan pemerintahan
Islam namun menolak doktrin faqih Khomeini (ahli otoritas hukum tertinggi).
Doktrin faqih itu sendiri telah dibangun oleh Khomeini bertahun-tahun lewat
tulisan-tulisan seminarnya yang menjelaskan pemerintahan Islam dan peranan
para ahli hukum. Banyaknya perdebatan mengenai faqih Khomeini ini membuat
Khomeini menyatakan sebuah fakta yang tidak terbantah bahwa ‘faqih lebih
berwenang dari pada penguasa dengan demikian penguasa sejati adalah para
fuqaha.
12 John L. Esposito & John O.Voll, Demokrasi Di Negara Muslim, Bandung: Mizan,
1996. h 83
18
Hal ini dijelaskan seperti itu karena Khomeini sebagai ahli syariah
menjelaskan para fuqaha itulah yang paling berhak menjalankan pemerintahan
sesuai dengan hukum Islam. Namun para pemimpin cendekiawan modernis
seperti Mehdi Bazargan dan Bani-Sadr menganggap tafsir Ayatullah Khomeini
mengenai pemerintahan faqih tidak ada hubungannya dengan doktrin Syi’ah.
Tetapi di lain pihak mayoritas ulama dan majelis ahli ada yang mendukung tafsir
ideologi Khomeini mengenai faqih. Perbedaan pendapat akhirnya di konstitusi
terakhir pada November 1979 yang pada akhirnya disahkannya konsep Khomeini
mengenai pemerintahan faqih.13 Dalam konstitusi, ajaran Syi’ah Dua belas (bukan
sekedar Islam atau Islam Syi’ah saja) dinyatakan sebagai agama resmi negara
tetapi, perdebatan konstitusional dan konstitusi itu sendiri mencerminkan
kerumitan upaya mencampurkan unsur teokrasi dan unsur republik. Faqih sendiri
bekerja dibantu oleh dewan perlindungan dan beranggotakan dua belas ahli
hukum Islam, enam dipilih Khomeini dan yang lainnya dipilih parlemen.
Meskipun ciri-ciri teokrasinya terutama kekuasaan syariah dan pemerintahan di
tangan faqih, menunjukkan bahwa Iran bukan sebuah negara demokrasi
kerakyatan yang mutlak. Dalam konstitusinya Iran dapat dikatakan sebagai
“republik” namun faqih dan dewan perlindung mempunyai hak veto atas parlemen
dan diberi kekuasaan luas.
Disaat yang sama konstitusi Republik Islam mempunyai pranata-pranata
demokrasi. Konstitusi melengkapi sistem pemerintahan parlementer dengan badan
eksekutif, legislatif dan yudikatif melakukan pembagian kekuasaan dan
13 Reza Shibudi. Biografi Politik Imam Khomeini, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan ISMES, 1996. h 80
19
membentuk sistem pengawasan dan pertimbangan dalam penetapan pemilihan
presiden dengan suara mayoritas mutlak. Konstitusi itu juga menetapkan struktur
yang rumit dalam pengawasan dan perimbangan yang mengawasi hak veto Dewan
Perlindung. Pada 1988, Khomeini membentuk “ komite penentu kebijaksaan
pemerintah Islam”, yaitu lembaga arbitrase dalam kasus-kasus parlemen dan
dewan perlindung tidak dapat menemukan kesepakatan.
Bahkan konstitusi menunjuk Khomeini sebagai faqih seumur hidup, dan
dikatakan setelah beliau wafat jabatan itu diserahkan kepada seorang penerus
yang memenuhi persyaratan atau suatu dewan yang terdiri dari tiga hingga lima
faqih. Dalam konstitusi itu juga, faqih diberi wewenang sebagai pemimpin agama
tertinggi negara. Dia juga menjadi penafsir hukum Islam yang tertinggi, menunjuk
Dewan Perlindungan dan mengepalai pengadilan, militer dan pengawal revolusi;
bertindak sebagai pengawas presiden, perdana menteri dan parlemen.14
Lewat supermasi hukum Islam dan supermasi para ahli hukum (faqih,
Dewan Perlindungan, pengadilan) di Iran memberi landasan dan legitimasi bagi
para ulama untuk menyelenggarakan negara. Dengan demikian bentuk Republik
Islam secara resmi disetujui mayoritas (98,2%) rakyat Iran melalui referendum
yang diadakan pada 1 April 1979, dan kekuasaan tertinggi di Republik Islam Iran
berada di tangan Imam ”pemimpin spiritual”. Sejak revolusi 1979, Iran sudah
14John L. Esposito & John O.Voll, Demokrasi di Negara-negara Muslim, Bandung:
Mizan, 1996. h 85
20
lima kali mengadakan pemilihan umum untuk memilih anggota majelis. Yaitu,
pada tahun 1980, 1984, 1988, 1992 dan 1996.15
Dalam tatanan revolusi dan pemerintahan baru membuat kaum perempuan
merasakan pengaruh khusus tatanan Islam yang baru. Banyak di antara mereka,
yang berpaham sekuler maupun berorientasi Islam telah menjadi bagian dari
revolusi, dan mengenakan cadar disetiap kesempatan berkerja diluar rumah.
Lembaga-lembaga pendidikan diubah menjadi sekolah yang memisahkan laki-laki
dan perempuan. Perhimpunan-perhimpunan Islam dibentuk di sekolah-sekolah,
para anggotanya sering memantau perilaku yang tidak islami dan melaporkan para
guru dan murid yang tidak taat aturan.16
Namun dalam perkembangan berikutnya, kaum perempuan Islam
mendapatkan peranan yang lebih aktif dan lebih hidup di republik. Dengan
landasan ideologi mengenai persamaan kaum pria dan wanita di dalam konteks
perbedaan yang diakui. Pada tahun 1990-an, semakin banyak perempuan yang
mengikuti pemilihan umum untuk menjadi anggota parlemen dan dapat
memenangkan kursi yang diperebutkan sehingga terbentuklah kelompok yang
secara aktif yang menunjukkan kepekaan terhadap isu-isu kaum perempuan.
Bahkan para perempuan ikut berperan dalam struktur kekuasaan Republik Islam,
seperti putri Khomeini, Zahra Mostafavi dan puti Hashemi Rafsanjani, Faezah
Hashemi yang memiliki kedudukan di parlemen.
15 Riza Shibudi, ,Biografi Politik Imam Khomeini, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan
ISMES, 1996. h 85 16 Ibid , h 65
21
Selain kebijakan mengenai hak perempuan dan pendidikan, pemerintahan
Republik Islam di bawah Ayatullah Khomeini lebih ditujukan pada peningkatan
taraf hidup masyarakat “kelas bawah” (kaum mustad’ afin) seperti petani, buruh,
dan masyarakat pedesaan. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah lebarnya
jurang kaya-miskin yang timbul akibat kebijaksanaan pembangunan yang
dijalankan Syah. Pada masa Syah banyak petani miskin yang pergi ke kota-kota
besar untuk mencari penghasilan yang lebih baik, dan hal ini menimbulkan
masalah-masalah sosial yang serius, di antaranya karena keterbatasan lapanngan
kerja di perkotaan. Industri yang dibangun Syah, misalnya lebih bersifat “padat
modal” dari pada “padat-karya”.
Kebijakan pembangunan ekonomi Republik Islam Iran yang lebih
mengutamakan peningkatan taraf hidup golongan masyarakat “kelas bawah”,
setidaknya dilatar belakangi dua hal: pertama, pemerintah Republik Islam
mencoba belajar dari pengalaman pemerintah sebelumnya. Salah satu faktor
terpenting yang mengakibatkan runtuhnya kekuasaan Syah, adalah karena
kebijaksaan pembangunan ekonominya kurang menyentuh lapisan masyarakat
“kelas bawah”. Syah menempatkan pembangunan sektor industri di atas segala-
segalanya. Padahal sekitar 75% dari lebih kurang 56.139.000 penduduk Iran
(1991) hidup dari sektor pertanian. Sehingga pemerintah Republik Islam tidak
ingin mengulangi kegagalan Syah.
Kedua, mayoritas pendukung kaum mullah adalah masyarakat “kelas
bawah”. Hal ini disebabkan karena faktor tradisi dan agama yang dianut sebagian
besar rakyat Iran. Dengan demikian, pembangunan ekonomi yang dijalankan
22
pemerintah Republik Islam mempunyai kaitan erat dengan masalah dukungan
massa rakyat terhadap pemerintahannya.17 Walaupun Khomeini berhasil dalam
memulihkan sektor ekonomi, namun ada juga kekecewaan mengenai janji revolusi
yang memudar dengan munculnya kepribadian Khomeini yang karismatis dan
oposisi yang semakin lemah dan terpecah. Dalam politik luar negeri, Republik
Islam Iran mengalami banyak kejadian yang berawal dengan terjadinya perang
Iran- Irak (1980-1988). Perang melawan Irak ternyata amat merugikan
pemerintah. Namun Ayutllah Khomeini dan para pendukungnya menganggap
perlu untuk terus berperang demi mempertahankan kekuasaan, suatu yang lebih
banyak keuntungannya daripada biayanya. Untuk mempertahankan kesetiaan
dukungan, kaum miskin kota dan borjuis kecil seperti (pemilik toko kecil)
membantu dengan menolak produk yang terbuat dari Barat, karena menurut
mereka perang antara Irak ada sangkut pautnya dengan Amerika.18
Pada bulan juli 1988, pemerintah memaklumkan diterimanya Resolusi
Dewan Keamaan PBB no 598 tahun 1987, yang mendesak dihentikannya perang
Irak-Iran. Walaupun gencatan senjata diharapkan diikuti dengan tukar menukar
tawaran perang, penakiran tentara ke belakang batas internasional yang ada, dan
penyelidikan siapa yang bertanggung jawab memulai perang. Iran secara resmi
tetap bersikap netral dalam perang teluk 1991 meskipun tidak mau
mengembalikan pesawat terbang Irak yang terbang Iran agar tak dihancurkan oleh
pasukan koalisi. Akan tetapi, Teheran tidak mencegah penyelundupan di
17Syafiq Basri, Iran Pasca Revolusi, Sebuah Reportase Perjalanan, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan , 1987. h 67 18 Jhon L.Espotiso, Ensiklopedia Oxford:Dunia Islam Modern . Bandung: Mizan 2001. h
335
23
perbatasan Irak-Iran kendatipun resolusi PBB mengembargo perdagangan dengan
Irak. Perbatasan ini terkenal tidak takut terhadap upaya penghentian pelitasan
batas ini, betapapun besarnya upaya itu.
Hubungan Republik Iran dengan sebagian besar negara Arab tetap dingin,
khususnya Mesir. Pemerintah Mesir,Aljazair, dan Washington menuduh Teheran
melatih kaum Islamis radikal dari Sudan, Aljazair, dan Mesir dalam perang
gerilya, dengan tujuan menggulingkan pemerintah yang oleh kaum radikal dinilai
sebagai pemerintah tidak Islami dan menggantinya dengan rezim gaya Iran.19
Pada akhir 1993, muncul usulan parlemen, yang menyerukan pemulihan
hubungan dengan Amerika Serikat. Bahkan, presiden Rafsanjani yang menyadari
bahwa banyak mesin dan prasarana ekonomi peninggalan monarki adalah buatan
Amerika, menyerukan hubungan ekonomi terbatas dengan Amerika Serikat.
Sementara itu, pada 1992 dan 1993 hubungan dagang dengan negara-negara
Eropa merosot tajam karena pihak Iran gagal membayar kredit dan pinjaman.
Dengan demikian, hubungan Teheran dengan Barat masih bermasalah.20
Langkah-langkah tersebut belum diselesaikan dan sebagian bahkan belum
di mulai. Pada juni 1989, Ayatullah Khomeini wafat, dan sebulan kemudian
dilakukan amandemen konstitusional untuk menghapus jabatan perdana menteri.
Ali Akbar Hasyimi Rafsanjani terpilih menjadi Presiden, sedangkan Ali Khameini
terpilih menggantikan Ayatollah Khomeini sebagai rahbar (pemimpin revolusi).
19 Mustafa,Abd Rahman, Iran Pasca Revolusi; Fenomena Pertaruangan Kubu Reformis
dan Konservatif, Jakarta: Kompas, 2003 20 Jhon L.Espotiso, Ensiklopedia Oxford:Dunia Islam Modern. Jakarta: Mizan, 2001. h
336
24
Akan tetapi, karena dia bahkan bukan seorang ayatullah, pemerintah sulit
mengklaim bahwa Ali Khamenei memenuhi sarat untuk berperan sebagai faqih.
Oleh karena itu, diajukanlah argumen tentang mengapa pemimpin tidak harus
seorang marja’al al-taqlid21 yaitu dengan menyatakan bahwa seorang marja’al al-
taqlid cenderung menjadi administrator yang tidak bagus, sesuatu yang tidak
dapat dikehendaki oleh revolusi.
Pers kampanye agar Ali Khamenei diakui sebagai ayatullah agung
meskipun usulan tersebut segera dihentikan dan tetap dengan sebutan ayatullah.
Pada akhir 1993, pemimpin cabang pengadilan pemerintah, Ayatullah Muhammad
Yazdi, kembali berupaya agar Khamenei diakui sebagai marja’al al-taqlid setelah
tiga Ayatullah besar Abu Al-Qasim Khu’I, Syihab Al-din Mar’asyi Najafi dan
Muhammad Ridha Gulpaigani.22
21 Marja’ al-taqlid ialah sumber rujukan, dengan pengertian bahwa dalam lingkungan syiah terkenal dengan adanya mujtahid. Diantara mujtahid, beberapa orang paling terkenal membuat panduan dasar praktis penafsiran bagi kaum Muslim biasa, yang oleh teori Ushuliyah diharuskan untuk memilih seorang mujtahid sebagai marja’ al-taqlid.
22 Tamara Nasir, Revolusi Iran, Jakarta: Sinar Harapan, 1980. h 45
25
BAB III
BIOGRAFI KHATAMI
A. Latar Belakang Kehidupan Khatami
Dilahirkan pada tahun 19431 di kota Ardakan propinsi Yazd, Iran Barat
daya, dengan nama Mohammad Khatami. Ia dilahirkan dalam lingkungan
keluarga yang religius. Ayahnya bernama, Ayatullah Al- Uzhma Rullah Khatami
yang merupakan teman dekat Ayatullah Khomeini. Ayahnya merupakan tokoh
yang memiliki komitmen yang kuat kepada revolusi Islam Iran. Sekaligus
merupakan tokoh agama yang sangat berpengaruh, Ia juga adalah pengagum
Ayatullah Khomeini. Mohammad Khatami bisa dibilang seorang ulama tingkat
menengah dengan karir ortodok. Namun, sebagai seorang pendudung revolusi
pada 1979, dia memiliki pandangan yang idealis sekaligus kosmopolitan.2
Kekaguman ayahnya terhadap Ayatullah Khomeini menurun pada
Khatami muda. Khatami kerap dijuluki dan dipanggil masyarakat Iran dengan
sebutan Ayatullah Gorbachev. Hal ini dikarenakan mereka melihat ada kesamaan
antara pemimpinnya dengan Gorbachev yang pada tahun 1980-an, membuka
‘pintu’ Rusia bagi Barat.3 Tokoh moderat ini dikenal fasih berbahasa Parsi,
Jerman, Inggris dan Arab. Menjelang revolusi, ia sering menulis dan menyebarkan
1. Azyumardi Azra, Pergumulan Iran Masa Khatami, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003, h. 1x
2 Ali M. Ansari. Supremasi Iran. Jakarta: Zahra, 2008. h 179 3. Smith Alhadar, pengamat politik Timur Tengah, menyamakan Khatami dengan
Gorbachev juga merupakan kekeliruan. Ide Glassnot (keterbukaan) dan prestroika (restuktarisasi) yang digunakan mantan presiden Uni Soviet sangat memperkenalkan demokrasi dan kapitalisme barat yang sangat bertentangan dengan prinsip Marxisme-lininisme. Sementara maneuver-maneuver politik Khatami tidaklah keluar dari prinsip revolusi Islam Iran. Lihat lebih jauh dalam pengantar buku “Membangun dialog antar peradaban: Harapan dan Tantangan. Yang di tulis oleh Khatami, Bandung: Mizan, 1998. H. 27
26
selebaran yang menentang dan mengancam Syah Iran yang pro-As. Sementara
pada awal berdirinya Republik Islam Iran, ia tercatat sebagai salah seorang tokoh
propaganda. Ia terlibat dalam berbagai aktivitas politik dan kampanye anti Syah
Pahlevi. Sebelum pecahnya revolusi 1979, ia juga pernah memimpin pusat Islam
Hamburg di Jerman di mana ia juga menjadikannya sebagai tempat untuk
menggalang dukungan terhadap Imam Khomeini agar secepatnya mampu
menjatuhkan Syah. Dalam kesehariannya, tokoh yang gemar bermain tenis ini,
dikenal sebagai pribadi yang jujur dan sederhana. Bersama istri yang dinikahinya
pada tahun 1974 dan ketiga anaknya, ia tinggal di sebuah rumah sederhana di
jalan Pengawal Revolusi, Teheran bagian Utara. Ia juga lebih suka menggunakan
mobil Paykan made in Teheran ketimbang memakai mobil Mercedes-Benz.
Sikap modernis Khatami tidak hanya tergambar dari gagasan-gagasannya,
tetapi juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan rumah
tangga, Khatami memberikan kebebasan kepada istrinya bernama Sayyedah Zahra
untuk keluar rumah tanpa harus izin dulu pada suaminya.4 Hal ini sangat berbeda
dengan para pemimpin agama lainnya di Iran, yang sangat ketat kepada istrinya.
Menurut Sayyedah Zahra, Khatami kadang menyiapkan sendiri makannya, serta
merapikan kursi dan meja setelah santap makan, bahkan di dalam rumah Khatami
sangat terbuka dan sering mengajak dialog istri dan putra-putrinya.5 Khatami yang
memiliki dua putri dan seorang putra, memberikan kebebasan kepada mereka
bahkan sering kali Khatami menjadi sasaran kritik dari puta-putrinya para Mullah
4Dikutip daro KOMPAS, Khatami dan Pesan Kemenengan Kegemilangan, selasa, 12-06-2001. h 12 5 Ibid. h 12
27
lainya, lantaran gaya hidup putra-putri Khatami yang berbeda.
Hujjatul Islam Mohammad Khatami merupakan Presiden Iran ke-5 yang
dilantik pada tanggal 5 Agustus 1997.6 Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai
anggota parlemen di kota Ardakan pada tahun 1982-1990 dan Menteri
Kebudayaan Iran pada tahun 1982 pada masa kabinet Mirhossein Mousavi.
Namun kemudian di pecat oleh kelompok konservatif karena toleransinya yang
dianggap kelewatan tinggi terhadap pluralisme sosial dan dinilai tidak mampu
membendung arus pengaruh budaya Barat.7 Sekalipun Khatami mejadi mantan
mentri kebudayaan, akan tetapi ia sangat peduli dengan peraturan dan kebijakan
dibidang sosial dan budaya yang mana selama ini kurang tertangani dengan baik.
Khatami seorang muslim Syiah yang sehari-harinya menggunakan sorban hitam,
juga selama berkiprah di kancah politik pria yang satu ini dikenal sebagai
politikus toleran.8 Setelah itu ia kembali dipilih sebagai Menteri Budaya dan
Bimbingan Islam pada masa pemerintahan Hashemi Rafsanjani pada tahun 1989.
B. Pendidikan Khatami
Karir jenjang pendidikan Khatami dimulai setelah merampungkan
pendidikan SLA pada tahun 1961. Selanjutnya Sayyid Khatami melanjutkan
studinya ke kota Qum untuk mempelajari teologi, bukan itu saja ia kemudian
6. Presiden pertama Iran adalah Abuhasan Bani Sadar. Namun, karena kepemimpinannya
yang bersangkutan di anggap tidak jujur dan telah menghianati amanat rakyat serta nilai-nilai dari revolusi Islam, akhirnya Bani Sadr pun dipecat. Kemudian, Bani Sadr mengungsi ke Paris, dan digantikan oleh Ali Khomeini sejak tahun 1981-1989. Tampuk pimpinan berikutnya beralih ke tangan Hashemi Rafsanjani. Kompas, 27 dan 28 Januari 2004.
7 Pada masa ia menjabat, banyak bermunculan puluhan surat kabar, majalah, gedung bioskop dan juga pemutaran film-film berbau liberal.
8 Dikutip dari REPUBLIKA, Profil Empat Kandidat Presiden Iran. 23 may 1997. h 9
28
melanjutkan studi keagamaannya di kota Isfahan pada tahun 1965. Khatami
menyelesaikan studinya di bidang Teknologi Islam di Qum dan Isfahan. Ia
berhasil meraih gelar sarjana di bidang pendidikan dan Filsafat dari universitas
Teheran (lulus tahun 1969 di universitas Qum). Khatami sangat mengerti ideologi,
pemikiran dan paham-paham filsafat besar seperti Imanuel Khant, Rene Decastes,
Alexis de Tocqueville dan sebagainya. Saat belajar di Qum Khatami mulai belajar
politik , hal ini ia lakukan dengan membaca literatur terutama tentang Demokrasi.
Pada tahun 1970 Khatami berhasil mendapatkan gelar master di Universitas
Teheran. Tetapi ia kembali ke Qum untuk melanjutkan studi filsafatnya.9
Khatami pandai berbahasa Parsi, ia juga menguasai beberapa bahasa diantaranya
bahasa Arab, Inggris dan Jerman. Karena kepandaiannya berbahasa asing, ia
memulai aktifitas politiknya ketika menempuh pendidikan di Universitas Isfahan
yang tergabung dalam Asosiasi pelajar muslim. Khatami bekerja sama dengan
putra Imam Khomeini Hojatul Islam Ahmad Khomeini dan Syahid Mohammad
Montazeri.
Sayyid Mohammad Khatami merepresentasikan seorang tokoh republik
Islam baru, yang terdidik, terbuka terhadap dunia dan cerdas, antusias juga cukup
percaya diri untuk membuka diri kepada dunia yang lebih luas sederhana
meskipun bukan puritan. Dan bukan penentang aliran revolusioner yang mana
berpendapat bahwa kebaikan tercemin dalam kesederhanaan.10
Khatami termasuk salah satu tokoh proganda, pada awal berdirinya
Republik Islam Iran. Ia terlibat dalam berbagai aktifitas politik dan kampanye anti
9 Mohammad Khatami. Membangun Dialog Antar Peradaban, Mizan, 1998. h 5 10 Ali M. Ansari. Supremasi Iran. Jakarta: Zahra, 2008. h 180
29
Syah Pahlavi. Sebelum pecahnya revolusi 1979, Khatami dalam perjalanan
karirnya pernah memimpin pusat Islam Hamburg di Jerman di mana ia juga
menjadikannya sebagai tempat untuk menggalang dukungan terhadap imam
Khomeini agar secepatnya mampu menjatuhkan Syah.
Khatami dalam kesehariannya, yang gemar main tenis dan dikenal sebagai
pribadi yang jujur dan sederhana. Merupakan Presiden Iran ke-5 yang dilantik
pada tanggal 5 Agustus 1997, sebelumnya ia menjabat sebagai mentri kebudayaan
Iran tahun 1982 pada masa kabinet Mirhossein Mousavi. Akan tetapi kemudian
dipecat oleh kelompok konservatif karena toleransinya yang dianggap kelewatan
tinggi terhadap pluralisme sosial dan dinilai tidak mampu membendung arus
pengaruh budaya barat. Akan tetapi Khatami pada masa pemerintahan Hashemi
Rafsanjani ia dipilih kembali sebagai mentri budaya dan bimbingan Islam tahun
1989. Namun, ia mengundurkan diri dari jabatan Menteri kebudayaan pada tahun
1992, sebagai proses atas dicekalnya banyak buku-buku Iran dan dibatasinya
kebebasan berbicara dan berpendapat.11
Selama menjabat Mentri Kebudayaan, Khatami memberi dorongan kepada
produser dan sutradara Iran ikut serta dalam ferstival film internasional. Ia juga
berusaha meringankan pengawasan atas buku-buku dan film, serta mengizinkan
banyak koran dan majalah asing masuk dan dijual di Iran. Setelah mundur dari
jabatan Menteri Kebudayaan, kiprah politik Khatami diteruskan dengan presiden
Rafsanjani meminta ia menjabat sebagai penasehat kebudayaan dan kepala
perpustakaan nasional.
11 Dikutip dari KOMPAS, Khatami dan Pesan Kemenengan Kegemilangan, 12-06-2001 h 12
30
C. Pemikiran Khatami
Mohammad Khatami muncul sebagai seseorang yang menyajikan
pemikiran-pemikiran alternatif di lingkungan masyarakat Iran. Ide-ide yang
Khatami sampaikan berbau modernitas misalnya demokrasi, dialog peradaban.
Khatami merupakan sosok intelektual yang mengakar kuat dengan tradisi dan
keilmuan Islam seperti Teologi, Fiqih dan Filsafat. Sehingga Khatami tampil
dengan memadukan keilmuan Islam dengan keilmuan yang ia pelajari dari Barat.
Pemikiran Khatami mulai tumbuh ketika ia melanjutkan pendidikannya di Isfahan
dan Qum. Hal ini terbukti dengan aktivitas politik dan kampanye anti-Syah
Pahlavi, dengan menyiapkan serta menyebarkan pernyataan politik khususnya
yang di isukan oleh pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini.12 Bukan itu
saja, asal-usul gerakan reformasi sebagaimana yang bergulir semasa kepresidenan
Mohammad Khatami (1997-2005), dapat ditemukan dalam perdebatan dan diskusi
sengit yang muncul di universitas-universitas di Iran setelah berakhirnya perang
Iran-Irak pada tahun 1988.13
Setelah kemenangan revolusi tahun 1979, Khatami ditunjuk sebagai
Direktur Islamic Center di Hamburg (Jerman), menggantikan Ayatullah Behesti
yang saat itu dipanggil pulang Imam Khomeini. Selama memimpin Islamic Center
di Hamburg itu diduga Mohammad Khatami banyak berinteraksi dengan budaya
Barat yang mempengaruhi cara berpikirnya. Hal ini sangat berbeda dari temen-
teman seperjuangannya yang hanya mengasingkan diri ke kota Najef atau Karbala
12 Mohammad Khatami. Membangun Dialog Antar Peradaban, Mizan, 1998. h 6 13 Ali M. Ansari. Supremasi Iran, Jakarta: Zahra, 2008. h 174
31
di Irak. Atau mereka yang tetap bertahan di Iran pada era kekuasaan dinasti Reza
Pahlepi. Mereka yang terakhir ini lebih radikal dan kurang akomodatif terhadap
dunia luar. Dari kalangan mereka itulah, yang banyak terbagung dalam Kubu
Konservatif, yang kini menjadi lawan politik Presiden Mohammad Khatami.
Pemikiran Khatami, memiliki analisis yang tajam dan merupakan gagasan
jauh ke depan, ide-ide inovatif berjalan dengan prinsip-prinsip dasar agama yang
dianutnya. Ia berpendapat bahwa kemajuan politik bisa terlihat dengan adanya
rakyat terlibat langsung dalam pembangunan, rakyat mengetahui dan
mempertahankan apa yang menjadi hak-haknya sebagai individu dan warga
negara Iran. Modernisasi politik yang Khatami kembangkan berbeda dengan
presiden pra-revolusi, modernisasi yang di maksud ialah partisipasi rakyat dan
tidak mengabaikan faktor agama dari kehidupan masyarakat Iran.
Akan tetapi, Moderisasi politik disini berusaha membangun sistim politik
yang dapat menumbuhkan demokrasi, keterbukaan, kemandirian dan kesiapan
menghadapi tantangan kemajuan zaman. Karena ciri utama dari modernisasi
politik ialah terletak pada rasionalisasi, dinamisasi dan sosialisasi politik dengan
tetap berpegang pada identitas bangsa.14
Khatami diakui sebagai seorang pemimpin yang sangat menjujung tinggi
kebebasan dan partisipasi media dalam pengembangan civil society
masyarakatnya. Selain itu, ia juga membuka ruang ekspresi bagi perempuan
dalam domain publik Iran. Bahkan dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden
Iran, di hadapan 270 anggota parlemen dan sejumlah diplomat asing, Mohammad
14 John L Esposito and John O, Voll,. Demokrasi Di Negara-negara Muslim; Problem
dan Prospek. Bandung, mizan 1999. h 70-75
32
Khatami menegaskan niatnya untuk memberikan kelonggaran, toleransi,
kebebasan dan hak berbicara.15 Menurut Khatami itu semua, bertujuan demi
terciptanya kondisi hidup masyarakat lebih kondusif bagi setiap upaya keras
memerangi kemiskinan dan ketidakadilan sosial.
Dari sini jelas bahwa Khatami mengajarkan kebebasan dengan
menawarkan demokrasi sebagai suatu sistem politik modern yang mengedepankan
kedaulatan rakyat. Ia tetap berpegang teguh terhadap tradisi keagamaannya.
Makanya, ia tidak melakukan upaya menjauhkan masyarakat dari akar agama
mereka. Yang diingkinkan Mohammad Khatami justru berbagai langkah
modernisasi politiknya agar memperkuat nasional identitas Iran.
Sedangkan dalam masalah hubungan Negara Iran dengan dunia
internasional, Khatami menilai ada kegagalan dalam pemerintah sebelumnya. Ia
berpendapat bahwa, perlu adanya aturan dialog sebagai berikut,16
1. Dalam dialog harus mengetahui identitas dan diri anda sendiri.
2. Langkah yang kedua ialah mengenali peradaban yang menjadi mitra
dialog anda.
Sebelum terpilih menjadi presiden, selama masa kampanye Khatami
mengangkat isu-isu “kontroversial”. Di antaranya, penegakan HAM, hak-hak
wanita, pluralisme budaya, toleransi, dan demokratisasi. Semua ini belum pernah
dibicarakan secara terbuka oleh presiden dan calon presiden sebelumnya. Khatami
juga menjanjikan akan menjalankan politik détente (peredaan ketegangan) dengan
15 Dikutip dari KOMPAS, Khatami Jamin Kebebasan Bicara . Selasa, 05-08-1997. h 1 16Ali M. Ansari. Supremasi Iran. Jakarta: Zahra, 2008. h 180
33
seluruh negara di dunia yang bersedia menghormati Iran.17
17 Mohammad Khatami. Membangun Dialog Antar Peradaban, h 24
34
BAB IV
IRAN MASA PEMERINTAHAN KHATAMI
A. Iran pada masa Khatami
Pemilihan presiden Iran tahun 1997, menurut penilaian yang berkembang
merupakan titik balik sejarah negara revolusi Iran tahun 1979. Banyak pihak tidak
menduga sama sekali, bahwa pemilu tersebut menampilkan Mohammad Khatami
tokoh reformis dan mantan mentri kebudayaan sebagai pemenang pemilu presiden
atas saingan terkuatnya yang merupakan kandidat dari kubu konservatif, yaitu Ali
Akbar Nateq Nouri.1
Hasil pemilu 23 mei 1997, Khatami mendapatkan suara 69, 7 persen (20.
078. 178) dari 29.767.000 suara yang diperebutkan. Sedangkan Nateq-Nouri
hanya memperoleh 29,7 persen (7. 242. 859). Kendati pada awalnya tidak
diunggulkan Khatami, namun pada akhirnya ia berhasil memenangkan pemilu
tersebut. Ada beberapa faktor dibalik kemengan Khatami.2 diantaranya:
1. “Angin” perubahan yang bertiup ke mana-mana, ternyata sampai ke Iran.
Artinya bangsa Iran sebagaimana bangsa lain mendambakan adanya suatu
perubahan. Tentu kearah perubahan sosial-politik yang lebih demokratis
dan terbuka. Sebagaimana tema-tema kampanye Khatami.
2. Pemilu 1997, merupakan pemilu pertama yang diikuti oleh para pemilih
pemula dari generasi pascarevolusi 1979. Dengan kata lain, inilah pemillu
pertama di Iran yang melibatkan generasi muda yang tidak merasakan
“romantisme” gemuruh revolusi 1979.
3. Faktor ekonomi. Khatami dalam tema kampanyenya berjanji untuk
1 Dikutip dari KOMPAS. Mohammad Khatami, Kemenangan Reformator Iran. Jumat ,
22-08-1997. h 24 2 Riza Sihbudi. Menyandera Timur Tengah. Mizan 2007. h 253
35
mempertahankan kebijakan “ekonomi subsidi” ternyata disukai kalangan
bawah, yang merasa khawatir dengan ide-ide liberalisasi dan reformasi
ekonomi yang disajikan kubu Nateq-Nouri.
4. Faktor “keturunan”, faktor ini memang seringkali luput dari pengamatan
media maupun pengamat Barat. Di Iran, kaum mullah yang menggunakan
surban hitam dipercayai sebagai keturunan Nabi Muhammad, oleh sebab
itu ia menyandang gelar “sayyid’ sebagai mana Mohammad Khatami.
Kemenangan Khatami mengandung arti bahwa mayoritas rakyat Iran saat
itu sepenuhnya mendukung langkah-langkah reformasi di bidang politik, namun
menolak liberalisasi ekonomi yang dirintis oleh Rafsanjani. Sedangkan menurut
majalah The Economist, terpilihnya Khatami, tokoh intelektual progresif
sekaligus politikus moderat menjadi presiden Iran itu menandai awal babak baru
dalam sejarah politik iran, era keterbukaan, toleransi dan semangat progresif.
Konsep dialog peradaban yang Khatami tawarkan, tergambar dalam pidato
sambutan pelantikannya menjadi presiden, tangggal 3 Agustus 1997. Khatami
akan membuka kontak-kontak baru dengan Negara-negara Barat, termasuk AS,
Khatami ingin membawa Iran lebih aktif dalam percaturan politik global dan
peran dalam upaya perdamaian, masyarakat Barat pun menyambut dengan hangat.
Bahkan kantor berita Iran IRNA menulis, Paus Yohanes Paulus 11 juga menaruh
harapan besar kepada Khatami.3
Pada awal era revolusi, Republik Islam Iran mengalami kesulitan
berkomunikasi dengan masyarakat internasional, apalagi pemimpin revolusi
Ayatollah Khomeini saat itu mengumandangakan slogan “tidak Barat, tidak
3 KOMPAS, Mohammad Khatami,Kemenangan Reformator Iran. Jumat. h 24
36
Timur” yang dimaksud anti-Amerika Serikat dan Uni Soviet kala itu.4 Namun
setelah dua dekade revolusi Iran, pemimpin Iran dan dunia mulai tampak upaya
rekonsiliasi yang dimulai sejak masa Presiden Hashemi Rafsanjani. Proses
rekonsiliasi itu diharapkan semakin cepat pada era Presiden Mohammad Khatami.
Banyak negara Barat saat ini ingin menjalin hubungan dengan pemerintah
Khatami sebagai upaya mereka mendukung kubu reformis melawan kubu
konservatif di Iran sekarang.
Usaha kubu reformis untuk melakukan sistem multi partai, liberalisasi
ekonomi, sosial dan budaya menemukan momentum persamaan dengan
kepentingan negara-negara Barat.5 Akan tetapi misi reformasi pemerintahan
presiden Khatami bukan tanpa resiko. Republik Islam Iran di bawah
kepemimpinan Khatami bisa jadi akan kehilangan simpati dari organisasi-
organisasi keagamaan penganut paham neo-fundamentalisme yang sangat anti
Barat. Namun Khatami mempunyai rasa optimis, bisa saja muncul organisasi
keagamaan atau negara Islam di Timur Tengah, yang mengadopsi konsep
Khatami. Jika konsep Khatami kelak mampu melampaui batas negara Iran, maka
akan terjadi suatu peningkatan peran regional Negara Iran seperti yang diidamkan
pemimpin revolusi Ayatollah Khomeini, namun dengan wajah Iran yang berbeda
sama sekali.
Terpilihnya Khatami, ternyata menuai reaksi dunia. Para pemimpin Teluk
Arab, yang sebelumnya mamandang penuh kecurigaan kepada Iran, ternyata
mengirim ucapan selamat kepada Khatami. Kantor-kantor berita tersebut
4 Dikutip dari KOMPAS, Simpati Mengalir Ke Iran. minggu, 07-03-1999. h 3 5 Ibid. h 3
37
mengungkapkan, para pemimpin Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar dan
Oman berpendapat, kemenangan Khatami merupakan kekalahan politik terbesar
(kelompok konservatif) sejak Revolusi 1979.6 Raja Fahd dari Arab Saudi juga
memberikan selamatnya mengucapkan, “rakyat telah memberikan kepercayaan
kepada anda, semoga anda sukses dalam melayani rakyat dan negara”. Negara
Irak yang pernah berperang dengan Iran (1980-1988) menyatakan, kemenangan
Khatami merupakan “ kemunduran besar” kalangan religius syiah yang
mempertahankan kemapanan.
Harian resmi Irak, Al-Jumjuriya menyatakan, hasil pemilu itu merupakan
“pukulan berat” bagi kelompok konservatif berkuasa yang mendukung Ali Akbar
Nateq-Nouri. Sedangkan dari Washington hanya memilih mengambil sikap hati-
hati menanggapi kemenangan tokoh moderat itu, “kami masih mengamati
perkembangannya dengan penuh kehati-hatian,” tutur seorang pejabat Gedung
Putih seperti dikutip harian New York Times.7 Iran memang sedang menapak
sebuah era perubahan dan keterbukaan. Kekalahan kandidat konservatif, Ali
Akbar Nateq-Nouri, yang kini menjadi ketua parlemaen, dalam pemilihan
presiden yang sudah melewati tiga bulan membuktikan semakin kukuhnya
pengaruh angin perubahan.
Terpilihnya Khatami sebagai presiden memperlihatkan sebuah dialetika
perkembangan dalam sejarah revolusi Iran, kini Iran memasuki jalur perubahan
dan pembaharuan. Keinginan akan perubahan tampaknya dari kaum muda dan
golongan perempuan, yang dinilai sebagai faktor penentu kemengan mencolok
6 Dikutip dari KOMPAS. Angin Perubahan Berembus Di Iran. Senin, 26-05-1997. h 1 7 Ibid, h 1
38
bagi Khatami.8 Sedangkan aliran politik yang mendukung Khatami adalah Tiyar
Kawadir Al Bina (Aliran Kader-Kader Pembangunan) yang terdiri para birokrat
dan teknokrat yang selama ini merupakan basis pendukung Presiden Ali Akbar
Hashemi Rafsanjani. Khatami juga didukung Tiyar Al Yasari (aliran kiri), Rabitha
ulama Ad Din Al Munadlilin (Ikatan Ulama Agama Pejuang), organisasi propesi
dan mahasiswa.
Khatami mulai menjalankan program-programnya yang ia sampaikan pada
waktu kampanye, hal yang menarik bahwa ia mencoba menyampaikan gagasan
reformasinya. Pada kesempatan berpidato untuk rakyat AS pada 7 Januari 1998
yang disiarkan langsung oleh jaringan kabel (CNN), Khatami menyesalkan
insiden penyanderaan diplomat AS.9 Peristiwa itu dilakukan mahasiswa militan
dukungan Khomeini, yang masih dihormati rakyat Iran. Tujuan Khatami
meruntuhkan tembok kecurigaan AS guna memuluskan jalan bagi kemungkinan
dialog menuju normalisasi hubungan kedua negara.
Ide dialog peradaban dan kebijakan menghilangkan hubungan tegang
ternyata mendapat sambutan sangat positif dari negara-negara barat dan Arab.
Selanjutnya Khatami meningkatkan hubungan dengan banyak negara di Timur
Tengah, Eropa dan lembaga internasional seperti UNESCO. Akan tetapi Iran era
Khatami belum bisa sepenuhnya memulihkan hubungan dengan AS.
Hal ini pernah disinggung oleh Khatami sendiri bahwa hubungan dengan
AS tergantug pada sejauh mana niat baik dari negara adi kuasa itu, mengingat
beberapa keijakan AS membuat risih para politisi di Iran diantaranya kebijakan
8 Dikutip dari KOMPAS, Pelantikan Khatami Jadi Presiden Iran Timbulkan Harapan Perubahan., selasa 05-08-1997. h 4
9Mohammad Khatami, Membangun Dialog Antar Peradaban Mizan, 1998. h 25
39
AS yang belum menanggalkan hegemoninya di Timur Tengah serta dukungan
membabi buta terhadap Israel. Sedangkan Iran tetap mendukung hak-hak rakyat
Palestina, komitmen ini bahkan dituangkan dalam salah satu fokus kebijakan
politik luar negri ditingkat regional.
Pada kenyataanya bahwa sologan demokrasi sudah ada pada masa
Dr.Mohammad Mosaddeq,10 dan Khatami mencoba menghadirkan kembali. Akan
tetapi kaum konservatif bertanya apa mencari bantuan demokrasi dari negara (AS)
yang telah melemahkan perkembangan.11 Khatami melihat ini sebuah poin
penting lebih baik ditangani dengan menempatkan pada suatu bingkai rekonsiliasi.
Dia mencap bingkai ini sebagai “Dialog Peradaban”, sebuah tanggapan langsung
ia jawab. Meskipun dicerca oleh politikus di dalam dan luar negri, Khatami tetap
serius dan bersungguh-sungguh dalam upaya ini.
Hal ini ia buktikan dengan lawatan Khatami ke Barat, meskipun mendapat
sorotan sangat luas karena dinilai sebagai terobosan penting dalam bidang
diplomasi dan dialoq peradaban.12 Sejak revolusi Islam pimpinanan Ayatullah
Khomeini, hubungan Iran dengan Barat penuh dengan prasangka politik dan
ideologi. Rombongan Khatami sampai di Roma untuk kunjungan di Itali dan
Vatikan, agendanya berupa pertemuan antara Presiden Mohammad Khatami
dengan Paus Yohannes Paulus II di Vatikan. Pertemuan ini sangat penting dilihat
dari upaya memperkuat dasar bagi kerja sama peradaban dan persahabatan umat
manusia.
10 Perdana Mentri nasionalis yang memimpin nasionalis Anglo-Iranian Oil Company. Dia digulingkan dalam sebuah kudeta yang didalangi CIA dan MI6 pada 1953. Dia menjadi tonggak dalam sejarah politik modern Iran.
11Ali M. Ansari, Supermasi Iran. Jakarta: Zahra, 2008. h 189-190 12 Dikutip dari KOMPAS, Iran Membuka Isolasi, Presiden Khatami Berkunjung Ke
Barat. kamis, 11-03-1999 . h 4
40
Keputusan Khatami berkunjung ke Barat memperlihatkan keinginnnya
untuk melepaskan negaranya dari isolasi, terutama yang di lakukan Barat selama
ini.13 perjalanan Khatami ke Barat tampaknya sebagai realitas atas janji yang
dileluarkan tidak lama setelah terpilih sebagai presiden, Khatami memang berjani
menjalin hubungan kerja sama dan persahabatan dengan semua Negara dan
bangsa di seluruh dunia. Ia juga berjani mengupayakan perdamaian dan keamaan
dunia. Pernyataan Khatami mendapat tanggapan serius, karena hubungan Iran
dengan Barat, AS, bahkan dengan negara-negara tetangganya di teluk Persia tidak
harmonis, merasa tertekan oleh ancaman Iran untuk mengekspor revolusi Iran.
Sesunguhnya secara psikologis tidaklah gampang mengubah hubungan
konfrontatif yang sudah begitu lama menjadi sebuah hubungan kooperatif. Disisi
lain PBB cukup terpukau oleh upaya Presiden Khatami menjembatani jurang
perbedaan budaya yang semakin melebar ini. Bagi banyak rakyat Iran, negara
mereka kelihatannya mulai keluar dari isolasi dan mereka terutama bangga
terhadap kegigihan presiden mereka dalam hal pencapaian keberhasilan ini.
Kemenangan kaum reformis dalam pemilu diperkirakan akan semakin
melapangkan jalan bagi pemerintahan Khatami melakukan pembaharuan, bahkan
ia terus berusaha mengeluarkan Iran dari isolasi internasional, mengisyaratkan
normalisasi hubungan dengan Barat termasuk dengan Amerika Serikat yang
dianggap sebagai musuh bebuyutan.14 Akan tetapi di dalam negeri, langkah
terobosan Khatami sering menimbulkan kontroversi. Karena setiap prakarsa
pembaharuan pemerintah tidak berjalan leluasa akibat parlemen masih didominasi
kaum konservatif.
13 Ibid, h 4 14 Dikutip dari KOMPAS, Hasil Pemilu Membawa Iran Ke Arah Koridor Perubahan
Lebih Besar. senin, 21-02-2000. h 4
41
B. Perkembangan ekonomi dan politik
Peluang Presiden Mohammad Khatami menjalankan program reformasi
sosial-ekonomi di Iran semakin terbuka lebar, menyusul keputusan parlemen
(majlis) yang menyetujui usulan daftar 22 nama kandidat anggota kabinet yang
disebut-sebut sebagai tokoh-tokoh progresif.15 Bahkan ketua parlemen, Ali Akbar
Nateq-Nouri dari kubu konservatif memberikan ucapan selamat.” Kita akan
segera mewujudkan program reformasi itu tahap demi tahap,” hal ini dikatakan
dalam sebuah wawancara langsung dengan televisi pemerintah. Kemenengan
Khatami bahwa rakyat Iran sangat percaya pada kepribadian dan program-
program yang siap menghadapi bergabai tantangan lokal maupun global.16
Dibidang ekonomi, Khatami menganut teori ekonomi terarah terbatas dan
menolak teori ekonomi pasar secara mutlak. Dengan kata lain, Khatami dan
kelompok kiri mendukung teori ekonomi pasar yang kini diterapkan presiden
Rafsanjani namun dengan batas-batas tertentu. Menurut Khatami pada saat
tertentu pemerintah harus turut campur tangan guna mencegah ambruknya
ekonomi negara. Hal ini perhah dilakukan presiden Rafsanjani, ketika ia terpaksa
member batasan tertentu kegiatan ekspor-impor serta menentukan harga nilai
penukaran mata uang Iran ke dollar AS.17
Keberhasilan diplomasi internasional dan regional Pemerintahan Khatami
tentu akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan mengelola berbagai persoalan
dalam negri. Tantangan bagi Khatami bukan hanya bagaimana memacu
15 Dikutip dari KOMPAS, Program Reformasi Iran Terbuka Lebar. jumat, 22-08-1997. h 1
16 Musthafa Abd Rahman, Iran Pasca Revolusi, Fenomena Pertarungan Kubu Reformasi dan Konservatif. Jakarta: buku Kompas 2000. h 10-11
17 Dikutip dari KOMPAS, Antara Restu Dan Pilihan Rakyat. minggu,18-05-1997. h 3
42
pembangunan dan menjamin pemerataan ekonomi, tetapi bagaimana menjalin
kerja sama yang baik dengan kaum konservatif.
Menurut Hashemi Rafsanjani, bahwa naiknya Khatami memberikan
peluang ekonomi terbuka luas untuk rakyat Iran, sebagaiman ia ungkapkan
diantaranya sektor pertanian 100 % masih di dominasi oleh rakyat, Demikian
sebagian sektor industry dari 220 sektor industri hanya satu yang dimiliki oleh
negara. Selebihnya di kelola oleh swasta sementara sektor perdagangan 100%
dikuasai oleh rakyat.18
Upaya Khatami untuk memajukan negara Iran terus dilakukan, pada era
Khatami madzhab Shiah yang menjadi dasar filosofi negara Iran boleh jadi tidak
lagi merupakan hambatan bagi merambahnya pengaruh Iran ke negara-negara
muslim Sunni. Sebab, pemikiran modernis Khatami bisa lebih menonjol daripada
bayangan madzhab Shiah, untuk memperoleh simpati di dunia muslim Sunni.19
Kepemimpinan Iran dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) kini membawahi
seluruh negara Islam yang mayoritas penganut madzhab Sunni, sama sekali tidak
mengalami hambatan. Penyelenggaraan KTT OKI di Teheran Desember 1997,
dinilai sangat sukses.
Meski presiden Khatami sampai ia menjabat, belum pernah melakukan
kunjungan kenegaraan ke negara-negara Islam, akan tetapi Menlu Iran Kamel
Kharrazi dan wakil presiden Hasan Habibie sering melakukan lawatan ke negara-
negara Arab dan Islam. Hubungan Iran-Arab Saudi, sebagai salah satu negara
18 Dikutip dari MERDEKA, Sudah Saatnya Perempuan Iran Menduduki Posisi Utama.
24 agustus 1997. H 17 19 KOMPAS, Simpati Mengalir Ke Iran. h 10
43
Arab, terjalin sangat erat pada era Khatami. Politik détente yang Khatami
maksudkan untuk mengeluarkan Iran dari pengucilan regional dan internasional.
Ini akan memberikan banyak keuntungan politik khususnya ekonomi pada
Teheran.20 Bahkan rekonsiliasi dengan Washington akan memungkinkan Iran
mendapatkan kembali asetnya sebesar US$ 12 Milyar yang dibekukan AS.
Keuntungan lainya, Teheran dapat lebih banyak mengalokasikan APBN untuk
membangun sosial-budaya. Karna selama ini sejumlah besar dana dipakai untuk
membangun kekuatan militer guna mengimbangi kekuatan militer AS. Yang tak
kalah penting, AS akan mencabut keberatannya bagi penyaluran minyak Asia
Tengah ke Teluk melalui daratan Iran. Selain memberi keuntungan ekonomi, Iran
bisa meningkatkan pengaruh politiknya.
Iran dibawah Khatami era keterbukaan, sebaiknya Khatami sendiri tanpa
meninggalkan prinsip dan semangat revolusi, dengan tegas mengisyaratkan
Republik Islam Iran yang dipimpinmya berkeinginan menjalin hubungan kerja
sama dan persahabatan dengan semua negara dan bangsa di seluruh dunia. Ia juga
berjanji mengupayakan perdamaian dan keamanan dunia.
Dampak pernyataan Khatami tentu sangat luas, bukan tidak mungkin
kepemimpinan Khatami membuka sebuah babak baru dalam upaya memperbaiki
hubungan dengan dunia barat, yang selama ini tegang karena prasangka ideologi
dan politik. Ketegangan Iran dengan dunia barat terjadi sejak Revolusi Ilam Iran
menjatuhkan Shah Iran, yang pro Barat tahun 1979.21 Hubungan cepat memburuk
ketika mahasiswa radikal Iran menyandra 52 orang AS di kedubes AS pada 4
20 Mohammad Khatami, Membangun Dialog Antara Peradaban. Mizan, 1998. h 28 21KOMPAS, Pelantikan Khatami Jadi Presiden Iran Timbulkan Harapan Perubahan. h
4
44
November 1997 di Teheran selama 444 hari. Sampai sekarang hubungan itu masih
diwarnai sikap saling curiga.22
Kiprah Revolusi Islam sempat pula mencemaskan negara-negara tetangga
di Teluk Persia, yang semuanya masih menganut sistem monarki. Keinginan
Khatami untuk membangun hubungan persahabatan dan kerja sama tentu sangat
kondusif untuk memperbaik hubungan Iran dengan dunia Barat maupun dengan
para tetangganya di Teluk Persia.
Didalam negri Iran sendiri, Khatami mulai membuka perluasan dalam
dunia politik. Sebagaimana ia janjikan pada waktu kampanye bahwa ia akan
menyediakan kursi bagi perempuan dalam kabinetnya jika Khatami
memenangkan pemilu.23 Bahkan Hasemi Rafsanjani berpendapat dengan adanya
pemilu 1997 mulai mengajarkan politik kepada rakyat Iran, sekaligus melahirkan
perbaikan-perbaikan masalah sosial. bukan itu saja Hasemi sepakat dan setuju
dengan Khatami jika perempuan memperoleh kedudukan posisi utama dalam
kabinet Khatami.
Ternyata bukan hanya isapan jempol semata kampanye Khatami tentang
menyediakan kursi wanita dalam kabinetnya. Karna untuk pertama kalinya sejak
pecahnya revolusi Islam 1979, Iran mempunyai seorang wakil presiden wanita.
Masumeh Ebtaker, berusia 30 tahun.24 Ia menjadi wapres yang membidangi
masalah perlidungan lingkungan dalam kabinet Khatami, Masumeh Ebtaker juga
22 Diah Rahma F auziana & Izzuddin Irsam Mujib, Khomeini dan Revolusi Iran.
Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2009. h 74 23Dikutip dari REPUBLIKA, Pemilu Iran Hembuskan Angin Segar Buat Kaum
Perempuan. 24-05-1997. h 9 24 Ia seorang guru besar Universitas Teachers Teheran, selain aktif di dunia kampus,
doktor Imunologi lulusan AS ini juga tercatat sebagai salah satu anggota dewan redaksi disabuah surat kabar di Iran.
45
pernah menjabat sebagai ketua komite sentral sebuah organisasi wanita non-
pemerintah di Iran.25 Ia dalam organisasi inilah pernah dua kali menghadiri
konprensi wanita dunia masig-masing di Nairobi dan Beijing.
Sejak kenaikan Mohammad Khatami sebagai presiden Iran, atmosfir
politik Iran tak henti-hentinya diwarnai dengan pertarungan antara kubu reformasi
dan konservatif, yang berlanjut hingga saat ini. Dua kubu ini berkompotisi dalam
konteks perebutan kekuasaan. Karna kubu konservatif tidak merelakan jika
dominasi mereka dipentas politik Iran diambil alih oleh kekuatan politik baru
(kubu reformasi, Khatami).26 Sejak tahun 1983, dunia politik Iran memang
didominasi oleh kaum mullah (pemimin agama) melalui wilayah al-faqih
merupakan kekuasaan seseorang atau beberapa orang ahli hukum Islam yang
mempunyai kedudukan sebagai mudtahij, takwa, adil dan disetujui mayoritas
umat atau rakyat. Maka orang pemegang ini semua disebut dengan Wali Faqih.
Bagi kubu konservatif, kedaulatan tuhan menjadikan pijakan dalam konsep
kenegaraan. Melalui konsep Wilayah al-faqih27, konservatif ingin menegaskan
kedaulatan tersebut. Iran dipimpin sebuah kekuatan yang sakral, yaitu tuhan akan
tetapi hanya saja tuhan disini tidak tampil secara langsung, melainkan
direpresentatipkan melalui para ulama. Dengan kata lain Mullah menurut kubu
konservatif ialah pengendali utama dalam kebijakan negara. Meskipun kedaulatan
rakyat diakui dan dihormati sebagaimana terlihat dengan adanya pemilu untuk
25 Dikutip dari REPUBLIKA, Khatami Tunjuk Wakil Presiden Wanita. 28-08-1997. h 9 26 Dikutip dari KOMPAS, Khatamisme, Wajah Iran Masa Depan. minggu, 07-03- 1999.
h 3 27Wilayah dalam pandangan Syiah, wilyah atau kekuasaan adalah prinsip bahwa garis keturunan para imam yang dihubungkan kapada nabi Muhammad mewarisi otoritas yang bersifat spritual dan temporal dalam Islam setelah wafatnya nabi pada 632 M.
46
memilih anggota parlemen dan presiden, namun kedaulatan tersebut tidak
signifikan sebab kedaulatn rakyat harus tunduk kepada kedaulatan tuhan.
Dari kubu reformasi, memandang kekuasaan Mullah melalui konsep
Wilayah al-faqih28 telah mereduksi kedaulatan rakyat. Hak-hak rakyat untuk ikut
berpartisipasi dalam menentukan arah serta kebijakan negara Iran seperti dikebiri
oleh kekuasaan Mullah. Kepentingan rakyat untuk menentukan kesejahteraan
agama akan diabaikan. Dengan alasan, para mullah mendapat petunjuk tuhan.
Pandangan ideologi semacam inilah yang tidak sejalan dengan kubu reformis,
Ternyata pemerintahan Khatami terus diuji, hal yang paling tergambar
ialah ketika terjadi gerakan mahasiswa tahun 1999. Gerakan ini mendukung
Khatami pada 9-13 juli 1999, mahasiswa turun ke jalan raya di sejumlah kota
(Teheran, Mashad, Yazd, Isfahan, Tabriz dan Sharoud) seraya meneriakkan yel-
yel bernadakan pro-Khatami. Dari beberapa sumber bahwa gerakan yang di
motori “Serikat Dewan Mahasiswa” dipicu keputusan pengadilan yang
menghukum Koran Salam, salah satu corong kaum reformis. Menurut pengadilan,
Salam dituduh telah menyiarkan dokumen rahasia. Aksi ini diawali dengan damai
akan tetapi tanggal 14-15 juli 1999, menjadi kerusuhan masal. Dibertikan bahwa
banyak dari mahasiswa mengalami luka-luka dan tewas.
Perkembangan politik Iran terus berkembang, tentunya sejak Khatami
memenangakan pemilu Mei 1997 dan di susul dengan kemenangan kaum
28 Istilah Wilayah al- faqih pertama kali menjadi perhatian luas di dunia Syiah istilah tersebut di gunakan sebagai judul buku dari kuliah-kuliah yang disampaikan oleh Ayatullah Ruhullah Khomeini(1902-1989) istilah tersebut berarti “perwakilan hakim”. Dalam perkembangan wilayah al-faqih sebuah konsep perwakilan sebagai pengganti nabi sebagaiman syiah mengakui Ali ibn Abi Thalib sebagai wali allah.
47
mullah”kiri” dalam pemilihan dewan lokal pada Februari 1999, sehingga kubu
kanan”reformis” mulai goyah. Apalagi langkah Khatami seperti kunjungan
membuka dialog dengan Barat serta menormalisasikan hubungan dengan Arab
Saudi serta bermacam kebijakanya di dalam dan luar negri yang mengarah ke
liberalisasi politik dan ekonomi. Mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan
Khusunya kaum intelektual, perempuan dan LSM. Disini terlihat kaum reformis
semacam Khatami dapat merumuskan konsep-konsep praktis warisan pemikiran
imam Khomeini untuk kepentingan bangsa Iran.29
Disisi lain langkah-langkah Khatami kurang disukai oleh kaum mullah ”
kanan” yang selama ini mengaku sebagai ”penjaga nilai-nilai revolusi Islam yang
hakiki”. Maka dengan berbagai upaya mereka lakukan demi menghambat laju
kemenangan kaum reformis. Khatami menilai, hambatan sebagai kontrol bagi
pemerintahannya sekaligus legitimasi dan ruang gerak untuk menjalankan roda
pemerintahan.30
C. Dampak dari kebijakan Pemerintahan Mohammad Khatami
Iran mempunyai sejarah yang panjang, baik dalam masalah kebijakan
terlebih-lebih perkembangan politik dalam negara tersebut. Pemilu tahun 1997,
Iran memasuki babak baru dengan terpilihnya Mohammad Khatami. Kemenangan
Khatami di anggap sebagai kemenangan reformasi Iran. oleh Barat Khatami
dipandang lebih kooperatif dibanding para pendahulunya. Ini sangat positif dalam
29 Abdul Karim Soroush. Menggugat Otoritas dan Tradisi Agama. Bandung: Mizan,
2002. h 80-81 30 Azyumardi Azra, Pergumulan Iran Masa Khatami, Jakarta: Penerbit Buku Kompas,
2003. H 194-195
48
pemulihan hubungan diplomatik kedua pihak.
Pada prinsipnya Mohammad Khatami memiliki semangat yang sama
dengan jiwa revolusi Imam Khomeini, namun landasan yang ia gunakan lebih
kepada sikap toleransi dan pluralisme sebagai sebuah strategi budaya dalam
mendewasakan kehidupan berbangsa dan bertanah air bagi Iran. Niat Khatami
untuk memajukan Iran tergambar jelas ketika pidato pelantiknnya sebagai
presiden Iran. Dihadapan pesaing beratnya kala pemilu Ali Akbar Nateq-Nauri
(kubu konservatif) ia berjanji akan mengatasi tingginya penganguran dan
memperbaiki perekonomian nasional.31 Semua itu demi terciptanya perubahan
sosial dan perbaikan ekonomi Iran.
Demi menunjang ke arah tersebut, menurut Khatami, pemerintah akan
selalu tetap berusaha menjalankan semua aturan hukum dan undang-undang yang
berlaku. Semua harus ditaati dengan setia agar kita bisa segera mengapus
kemiskinan, diskriminasi sosial dan ketidakadilan dikalangan masyarakat.
Pemerintah sangat antusias bisa segera membentuk masyarakat madani (civil
society), namun masih dalam kontek hukum dan semangat Islam. Dengan kata
lain, konsep demokrasi memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat
dipisahkan dengan konsep civil society, hak azasi manusia dan kebebasan.32
Khatami juga, menjanjikan pemerintahannya takkan menutup mata terhadap
setiap aksi penindasan hak-hak asasi manusia. Tegasnya kami mementingkan
perkembangan dalam bidang kehidupan, politik, budaya, sosial, dan ekonomi.
Pemerintah akan menjaga dari usaha yang ingin berniat untuk melemahkan semua
31 Dikutip dari KOMPAS, Khatami Jamin Kebesan Bicara. selasa, 05-08-1997. h 1 32 Muhammad Abed Al-jabiri, Problem Demokrasi dan Civil Society di Negara-negara
Arab, dalam Bernd Lewis. h 245-251
49
asfek tersebut.
Khatami juga menyerukan keinginannya akan membawa Iran agar bisa
menjalin hubungan baik dan bekerja sama dengan bangsa di dunia. Iran juga perlu
diarahkan agar bisa semakin berprestasi dalam usaha seluruh bangsa untuk
menciptakan iklim sejuk di dunia. Sebagaiman imam Khomeini contohkan dengan
melalui konsep-konsep dialog peradaban, dengan media surat yang ia kirimkan
kepada orang yang ia kehendaki.33
Kemenangan pemilu 1997 terhadap kubu reformis, tidak sertamerta
melanggengkan program pemerintahan Khatami. Karena dalam parlemen masih
dihuni orang-orang dari kubu koservatif, konsep pemerintahan yang kuat dengan
wilayah al-faqih inilah yang membuat benturan terhadap kebijakan Khatami.
Khatami yang selama ini terjadi pertempuran sengit melawan kubu korservatif hal
ini dilandaskan dengan kalahnya pada pemilu 1997 dari reformis yang menjadi
presiden Mohammad Khatami.34
Program kebijakan Khatami yang tidak kalah pentingnya bahwa ia akan
melakukan dialog peradaban dengan bangsa-bangsa luar, termasuk Amerika. Hal
itu ia laksanakan dengan berkunjung ke Barat (Italia dan Vatikan), ia beranggapan
bahwa jika Iran ingin menuju ke arah perubahan. kita harus membuka hubungan
baik dengan negara apapun dengan tidak saling mencurigai sebagai jalan kerja
sama dalam berbagai bidang yang saling menguntungkan.35 Dalam gagasan
kebijakan luar negri tidak terdapat “benturan antar kebudayaan”, ia lebih memilih
33 Abdar Rahman Koya, Apa Kata Tokoh Sunni Tentang Imam Khomeini, Pustaka Iman,
2009. h 158 34KOMPAS. Khatamisme, Wajah Iran Masa Depan. Minggu. h 3 35 KOMPAS, Iran Membuka Isolasi, Presiden Khatami Berkunjung Ke Barat. h 4
50
“ dialog antar kebudayaan”. Kebijakan politik “détente” Khatami telah
menciptakan suatu atmosfir yang mendukung untuk meningkatkan upaya untuk
memainkan peranan yang lebih besar di kawasn teluk dan sekitarnya.
Slogan dialog peradaban yang Khatami tawarkan kepada dunia luar,
ternyata tak sepenuhnya bisa diterima. Yang lebih sulit lagi adalah upaya rujuk
dengan Washington. Pemerintah presiden Bill Clinton memang menyambut
seruan Khatami bila dialog peradaban berupa tukar-menukar ilmuan, kunjungan
wisatawan, wartawan dan artis. Washington bahkan mendesak agar dilakukan
perundingan langsung dengan pemerintah. Isu ini sempat menjadi perhatian utama
media Iran maupun internasional selama beberpa hari. Namun, atmosfer konsiliasi
tertutup sudah menyusul kecaman Khamenei yang didukung mayoritas anggota
majlis.
Khamenei menolak tegas perundingaan dengan AS. Kontak apapun
dengan Syaitan Buzurg (setan besar) akan berbahaya bagi Republik Islam Iran,
kata Khamenei dalam Khutbah Jumatnya di Teheran (16 Januari 1998).
“Perundingan dan hubungan dengan pemerintah AS tak bermanfaat bagi kita,
bahkan berbahaya bagi Iran dan gerakan Islam di seluruh dunia”, tambahnya.
Kecaman Khamenei memang lebih berkait dengan usaha meredam pro-kontra
rakyat Iran atas pidato tersebut. Hal ini dipandang akan melemahkan negara, yang
dapat membuka jalan bagi masuknya pengaruh asing. Bagaimanapun, Khamenei
selama ini terkenal menentang kebijkan pemerintahan Rafsanjani yang menginkan
integrasi dengan barat. Ia juga bersikap negatif terhadap pluralisme sosial dan
budaya. Dengan kata lain, ia kurang mentoleransi keragaman budaya yang ingin
51
dipromosikan Khatami. Bahkan belum genap setahun memimpin Khatami
menjadi presiden ujian besar datang ketika salah satu pendukung kuat Khatami,
yaitu Gholam Hussein Karabaschi(wali kota Teheran), pada April 1998
dijebloskan penjara dengan tuduhan korupsi.36
Dalam tahun pertama pemerintahan Khatami, lebih dari dua ratus surat
kabar dan majalah baru mendapat izin, sehingga meningkatkan total media massa
sebesar 25% (setara dengan 95 izin yang diberikan kepada partai politik dan
organisasi ). Salah satu surat kabar kubu reformis OPLAH bahkan 150 eksemplar,
secara total sampai 1 juta eksempalr surat kabar perhari.37 Yang lebih penting lagi,
bahwa semua surat kabar sudah mulai berani mengangkat isu yang dahulu tabu.
Ternyata banyaknya media era Khatami, tidak semua berjalan mulus. Suasana
tegang politik Iran mulai bermunculan lagi menjelang pemilihan parlemen Iran38,
hal ini dilakukan oleh kubu konservatif pimpinan Ali Nateq. Dengan melakukan
aksi menyerang belasan media massa Iran, kubu konservatif tidak henti-hentinya
berusaha mengimpun kekuatan menyerang pilar kekuatan lawan, kubu reformis.39
Penyerangan belasan media massa reformis, dampak dari klimaks aksi
konservatif dalam upaya menghantam pilar kekuatan pemerintahan Khatami atas
ketidak sukaan dari kebijakanya. Bahkan pemimpin spiritual Ali Khamenie yang
semula menyerang Koran-koran reformis, dengan menyebut mereka sebagai
36. Riza Sihbudi, Menyandra Timur Tengah. Mizan ,2007 h 257 37 . Ali M. Ansari. Supermasi Iran. Jakarta: Zahra, 2008. h 185 38 Kubu refomis pada pemilu bulan Februari meraih 148 kursi dan konservatif meraih 37
kursi dari 225 kursi yang diperebutkan pada pemuli putaran pertama. Melihat ini kubu konservatif merasa tidak aman sehingga pada pemilu putaran kedua, Konservatif membibik pilar kekuatan andalan kubu reformis, yakni media massa.
39Dikutip dari KOMPAS. Dilema Khatami Dan Tragedi Media Massa Reformis. minggu, 07-05-2000. H 3
52
corong musuh-musuh Islam serta mengadopsi ”reformasi ala Amerika”. Namun
patut dicacat bahwa langkah-langkah Khatami dalam pembaharuan politik Iran
dan mencari kesenambungan antara masyarakat yang kurang mendukung akan
program yang ia samapaikan, masih terus ia jalankan sebagai sebuah
perjuangan.40
40 Al-Jabiri, Problem Demokrasi. Jakarta: Ui Press, 2004. h 502
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Revolusi Iran disebut-sebut sebagai salah satu pemberontakan rakyat
terbesar dalam sejarah umat muslim. Bagi banyak kalangan, Revolusi Islam Iran
pada 1978-1979 merupakan contoh murni Islam politis, “fundamentalisme Islam”.
Revolusi itu mengangkat banyak isu yang berkait dengan kebangkitan Islam
kontemporer. Keyakinan, kebudayaan, kekuasaan dan politik. Republik Islam Iran
adalah sebuah negara modern yang memberikan pengakuan dan tempat yang
layak bagi warisan dan identitas.
Mohammad Khatami lahir pada tahun 1942 di kota Ardakan propinsi
Yazd, Iran Barat daya, dengan nama Mohammad Khatami. Ia dilahirkan dalam
lingkungan keluarga yang religious. Ia juga adalah pengagum Ayatullah
Khomeini. Sayyid Mohammad Khatami merepresesikan seorang tokoh republik
Islam baru, yang terdidik, terbuka terhadap dunia dan cerdas, antusias juga cukup
percaya diri untuk membuka diri kepada dunia yang lebih luas sederhana
meskipun bukan puritan. Dan bukan penentang aliran revolusioner yang mana
berpendapat bahwa kebaikan tercemin dalam kesederhanaan.
Mohammad Khatami muncul sebagai seseorang yang menyajikan
pemikiran-pemikiran alternatif di lingkungan masyarakat Iran. Ide-ide yang
Khatami sampaikan berbau modernitas misalnya Demokrasi, Dialog peradaban.
Khatami merupakan sosok intelektual yang mengakar kuat dengan tradisi dan
keilmuan Islam. Modernisasi yang Khatami tawarkan ia berupa modernisasi
politik yang membangun sistim politik keterbukaan, kemandirian dan kesiapan
53
54
menghadapi tantangan zaman.
2. Kemenangan Khatami pada pemilu 1997, sekaligus menandakan timbulnya
reformasi baru dalam negara Iran. Banyak menaruh harapan lebih dari Negara-
negara di luar Iran. Bagi babak baru dari keterbukaan Negara Iran, hal ini terlihat
dari kemenangan Khatani yang banyak sekali sambutan baik dari Negara sekutu
Iran. Setidaknya ada beberapa faktor dibalik kemenangan Khatami. diantaranya:
a. “Angin” perubahan yang bertiup ke mana-mana, ternyata sampai ke Iran.
Artinya bangsa Iran sebagaimana bangsa lain mendambakan adanya suatu
perubahan.
b. Pemilu 1997, merupakan pemilu pertama yang diikuti oleh para pemilih
pemula dari generasi pascarevolusi 1979.
c. Faktor ekonomi. Khatami dalam tema kampanyenya berjanji untuk
mempertahankan kebijakan “ekonomi subsidi” ternyata disukai kalangan
bawah, yang merasa khawatir dengan ide-ide liberalisasi dan reformasi
ekonomi yang disajikan kubu Nateq-Nouri.
d. Faktor “keturunan”,. Di iran, kaum mullah yang menggunakan surban
hitam dipercayai sebagai keturunan Nabi Muhammad. Khatami
menggunakan sorban hitam.
Dari data yang didapati Iran dibawah kepemimpinan Khatami, terlihat
jelas bahwa ia ingin memajukan Iran. Dari kampanye yang ia lakukan. Konsep-
konsep Khatami tawarkan diantaranya dialog peradaban, demokrasi, sistem
ekonomi subsidi dan lain-lain. Membuat Khatami tampil sebagai presiden
reformis bagi rakyat Iran. Akan tetapi disini kita bisa melihat bahwa, masa
kepemimpinan Khatami perkembangan politik Iran mulai berkembang. Dimulai
dengan dialog dengan Negara-negara Barat dan Timur Tengah. Sedangkan politik
dalam negri Iran sendiri terlihat lebih terbuka, dengan memberi perluasan bagi
55
kaum wanita untuk menduduki posisi mentri. Sekalipun politik Iran sendiri
mengalami pro dan kontra, antara kubu reformis dan konservatif. Hal inilah yang
menjadi halangan bagi kelancaran pemerintahan Khatami.
B. Saran
Republik Islam Iran, mengalami sejarah yang sangat panjang.
Keberadaannya dari revolusi Iran sampai kepemimpinan Mohammad Khatami,
memberikan gambaran kepada kita bahwa tak cukup rasanya untuk menjelaskan
Iran pada masa Khatami dengan data-data yang penulis rasakan sangat kurang.
Penulis merasakan bahwa, apa-apa yang disampaikan dalam skripsi ini
masih begitu kurang. Dan masih diperlukan data-data yang lebih banyak lagi, juga
memberikan kesempatan kepada penulis lain yang ingin mengangkat tentang
kepemimpinan Mohammad Khatami. Karena dengan kritik dan saran yang
membangun, diharapkan dalam penulisan Kepemimpinan Iran di bawah Khatami
menjadi sempurna dengan masukan-masukan, ide-ide baru serta didukung dengan
data-data yang lebih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Dudung Abdurahman”Metode Penitian Sejarah” Logos. Jakarta 1999.
Louis Gottschalk”Mengerti Sejarah” UI Pres: 1975.
Armstrong, Karen, Sepintas Sejarah Islam, Surabaya, 2004.
Esposito, John L. Demokrasi di Negara-negara Muslim, Bandung: 1999
Esposito, John L. Ensiklopedi Oxford. Dunia Islam Modern. Bandung:
Mizan, 2001.
Sihbudi, Riza, Bara Timur Tengah, Bandung: Mizan, 1991
Azra, Azyumardi, Pergumulan Iran Masa Khatami, Jakarta: Rajawali
Press, 2003.
Ridwan, Kafrawi (ed), et.al, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997.
Yozar Anwar, Pergolakan Mahasiswa Abad ke-20, Kisah Perjuangan
Anak-anak Muda Pemberang, Jakarta: Sinar Harapan, 1981.
Winkler Prins (ed), Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi, edisi Asia,
Jakarta: PT Intermasa, 1990
Shibudi, Reza. Profil Negara-negara Timur Tengah, Jakarta: Pustaka Jaya,
1999
Republik Islam Iran, Kedutaan Besar Republik Islam Iran
Shibudi, Reza. Biografi Politik Imam Khomeini, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama dan ISMES, 1996
Esposito, John L. & Voll, John O. Demokrasi di Negara-negara Muslim
problem dan prospek, Bandung: Mizan, 1996.
Basri, Syafiq. Iran Pasca Revolusi, Sebuah Reportase Perjalanan, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. 1987.
Mustafa, Abd Rahman, Iran Pasca Revolusi; Fenomena Pertaruangan
Kubu Reformis dan Konservatif, Jakarta: Kompas, 2003.
Nasir, Tamara. Revolusi Iran, Jakarta: Sinar Harapan, 1980.
Khatami, Mohammad. Membangun Dialog Antar Peradaban, Mizan,
1998.
Ansari, Ali M. Supermasi Iran. Jakarta: Zahra, 2008.
Sihbudi, Riza. Menyandera Timur Tengah. Mizan 2007
Diah Rahma Fauziana & Izzuddin Irsam Mujib, Khomeini dan Revolusi
Iran. Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2009.
Abdul Karim, Soroush. Menggugat Otoritas dan Tradisi Agama. Bandung:
Mizan, 2002.
Al-jabiri, Muhammad Abed. Problem Demokrasi dan Civil Society di
Negara-negara Arab, dalam Bernd Lewis.
Koya, Abdar Rahman. Apa Kata Tokoh Sunni Tentang Imam Khomeini,
Pustaka Iman, 2009.
Al-Jabiri, Problem Demokrasi. Jakarta: Ui Press, 2004.
KORAN
Kompas, Menunggu Kiprah Khatami, Jakarta, 04 Agustus 1997
Media Indonesia, Demokratisi dan Kebijakan Luar Negeri Iran, 11
Agustus 1997.
Kompas, Khatami dan Pesan Kemenengan Kegemilangan, selasa, 12-06-
2001.
Republika, Profil Empat Kandidat Presiden Iran. 23 may 1997.
Kompas, Khatami dan Pesan Kemenengan Kegemilangan, 12-06-2001.
Kompas, Khatami Jamin Kebebasan Bicara . Selasa, 05-08-1997.
Kompas.Mohammad Khatami, Kemenangan Reformator Iran. Jumat , 22-
08-1997.
Kompas, Simpati Mengalir Ke Iran. minggu, 07-03-1999.
Kompas. Angin Perubahan Berembus Di Iran. Senin, 26-05-1997.
Kompas,Pelantikan Khatami Jadi Presiden Iran Timbulkan Harapan
Perubahan., selasa 05-08-1997.
Kompas, Iran Membuka Isolasi, Presiden Khatami Berkunjung Ke Barat.
Kamis, 11-03-1999.
Kompas, Hasil Pemilu Membawa Iran Ke Arah Koridor Perubahan Lebih
Besar. Senin, 21-02-2000.
Kompas, Program Reformasi Iran Terbuka Lebar. Jumat, 22-08-1997.
Kompas. Dilema Khatami Dan Tragedi Media Massa Reformis. Minggu,
07-,18-05-1997.
Merdeka, Sudah Saatnya Perempuan Iran Menduduki Posisi Utama. 24
agustus 1997.
Republika, Pemilu Iran Hembuskan Angin Segar Buat Kaum Perempuan.
24-05-1997.
Republika, Khatami Tunjuk Wakil Presiden Wanita. 28-08-1997.
Kompas, Khatamisme, Wajah Iran Masa Depan. Minggu, 07-03- 1999.
Komapas, Khatami Jamin Kebesan Bicara. Selasa, 05-08-1997.