Upload
anonymous-r1n5izanhu
View
217
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MODEL PENGEMBANGAN MANAJEMEN RISIKO KECELAKAAN KERJA DENGAN FOKUS PADA PERILAKU PEKERJA DI INDUSTRI KIMIAabufikri_mlg
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tata Letak Pabrik
2.1.1 Definisi Tata Letak Pabrik
Secara umum perencanaan tata letak pabrik banyak dibahas dalam
perencanaan fasilitas (facilities planning). Menurut (Heizer.J dan Render B, 2006)
perencanaan fasilitas merupakan bagian yang penting untuk menentukan efesiensi
sebuah aktivitas usaha jangka panjang. Perencanaan fasilitas memiliki banyak
dampak strategis karena perencanaan fasilitas menentukan daya saing perusahaan
dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas dan biaya, serta kualitas lingkungan
kerja, hubungan dengan pelanggan, dan citra perusahaan. Perencanaan fasilitas
yang efektif dapat membantu organisasi mencapai sebuah strategi yang
menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon cepat. Lebih jelas lagi bahwa
perencanaan fasilitas merupakan penentuan bagaimana asset tetap tangible dapat
mendukung pencapaian tujuan aktivitas atau organisasi.
9
Pada dasarnya, dalam pengaturan fasilitas produksi dalam pabrik,
dibedakan atas dua hal yang akan diatur tata letaknya, yaitu:
1. Pengaturan tata letak mesin dan fasilitas produksi lainnya (machines
layout), yaitu pengaturan dari semua mesin-mesin dan fasilitas yang
diperlukan untuk proses produksi di dalam tiap-tiap departemen yang ada di
pabrik.
2. Pengaturan tata letak departemen, yaitu pengaturan bagian atau departemen,
serta hubungannya antara satu departemen dengan yang lainnya di dalam
pabrik.
2.1.2 Tujuan Perencanaan Tata Letak Pabrik
Menurut (Hari Purnomo, 2004) Tata letak berfungsi untuk menggambarkan
sebuah susunan yang ekonomis dari daerah kerja yang berkaitan, dimana barang-
barang dapat diproduksi secara ekonomis. Sehingga tujuan utama yang ingin
dicapai dari suatu tata letak pabrik adalah:
1. Memudahkan proses manufaktur
Tata letak harus dirancang sedemikian rupa termasuk susunan mesin-mesin,
perencanaan aliran, sehingga proses manufaktur dapat dilaksanakan dengan
cara yang efisien.
2. Meminimumkan pemindahan barang
Tata letak harus dirancang sedemikian rupa sehingga pemindahan barang
diturunkan sampai batas minimum, jika mungkin komponen dalam keadaan
diproses ketika dipindahkan.
10
3. Memelihara fleksibilitas susunan fasilitas
Dalam suatu pabrik ada keadaan dimana dibutuhkan perubahan kemampuan
produksi, dan hal ini harus direncanakan dari awal.
4. Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi
Efisiensi yang tinggi dapat tercapai bila bahan berjalan melalui proses
operasi dalam waktu yang sesingkat mungkin.
5. Menurunkan penanaman modal pada peralatan
Susunan mesin yang tepat dan susunan departemen yang tepat dapat
membantu menurunkan jumlah peralatan yang dibutuhkan.
6. Menghemat pemakaian ruang bangunan
Setiap meter persegi luas lantai dalam sebuah pabrik memakan biaya.
Sehingga tiap meter persegi tersebut harus digunakan sebaik-baiknya.
7. Meningkatkan efisiensi tenaga kerja
Tata letak yang baik antara lain dapat mengurangi pemindahan bahan yang
dilakukan secara manual, meminimumkan jalan kaki.
8. Memberi kemudahan, keselamatan dan kenyamanan bagi pekerja dalam
melaksanakan pekerjaan. Hal-hal seperti penerangan, kebisingan, pergantian
udara, debu, kotoran, harus menjadi perhatian perencana. Susunan mesin
yang tepat juga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2.1.3 Langkah-Langkah Perencanaan Tata letak Pabrik
Prosedur berikut ini adalah suatu hal yang umum dilaksanakan sebagai langkah-
langkah didalam proses perencanaan tata letak pabrik, baik yang merupakan
pengaturan fasilitas produksi daripada pabrik yang baru ataupun yang sudah ada
(tata letak ulang) Langkah-langkah yang diperlukan dalam perencanaan layout
pabrik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
11
1. Analisa Produk
Merupakan aktivitas untuk menganalisa macam dari jumlah produk yang
harus dibuat. Dalam langkah ini analisis akan didasarkan pada pertimbangan
kelayakan teknis dan ekonomis.
2. Analisa proses
Merupakan langkah untuk menganalisis macam dari urutan proses
pengerjaan produksi atau komponen yang telah ditetapkan untuk dibuat
3. Analisa Pasar
Merupakan langkah untuk mengidentifikasi macam dan jumlah produk yang
dibutuhkan. Informasi tentang volume produk akan sangat penting dalam
rangka menetapkan kapasitas produksi, yang pada gilirannya akan memberi
keputusan tentang banyaknya mesin dan fasilitas produksi lainnya yang
harus dipasang dan diatur tata letaknya.
4. Analisa Macam dan Jumlah Mesin dan Luas Area yang Dibutuhkan
Merupakan kelanjutan dari langkah sebelumnya. Dengan memperhatikan
volume produk yang harus dibuat, waktu standar untuk menghasilkan satu
unit produk, jam kerja efisiensi mesin, maka jumlah mesin termasuk
operator yang diperlakukan dapat dikalkulasi. Selanjutnya luas area dari
stasiun kerja dapat dipasang dan kebutuhan area untuk jalan lintasan dapat
dianalisis agar proses pemindahan material bisa berlangsung lancar.
5. Pengembangan Alternatif Tataletak
Merupakan pokok pembahasan dari permasalahan yang ada. Dari mesin-
mesin atau fasilitas produksi yang telah dipilih macam/ jenis dan dihitung
jumlah yang diperlukan maka persoalan yang dihadapi adalah bagaimana
harus diatur tata letaknya didalam pabrik.
12
6. Perancangan Tataletak Mesin dan Departemen dalam Pabrik
Hasil dari analisis terhadap alternatif layout, selanjutnya dipakai sebagai
dasar pengaturan fasilitas fisik dari pabrik yang terlibat dalam proses
produksi dasar pengaturan fasilitas fisik dari pabrik yang terlihat dalam
proses roduksi baik secara langsung maupun tak langsung.
2.1.4 Jenis Persoalan Tata Letak Pabrik
Ada beberapa macam permasalahan yang sering terjadi yang sering terjadi dalam
perencanaan tata letak pabrik. Permasalahan ini sangat erat kaitannya dengan
berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor-faktor yang
banyak mempengaruhi tersebut antara lain permintaan pasar yang sulit diprediksi,
selera terhadap produk yang berubah-ubah, penggantian alat produksi, strategi
dalam persaingan.
Pada dasarnya permasalahan yang sering dihadapi manajemen dalam tata
letak pabrik adalah sebagai berikut:
1. Perubahan rancangan
Seringkali perubahan rancangan produk menuntut perubahan proses atau
operasi yang diperlukan. Perubahan ini mungkin hanya memerlukan sebagian
kecil tata letak yang ada atau berbentuk perancangan ulang tata letak. Hal ini
bergantung kepada perubahan yang terjadi.
2. Penambahan produk baru
Jika terjadi penambahan produk baru yang berbeda prosesnya dengan produk
yang sudah ada, maka dengan sendirinya akan muncul masalah baru. Peralatan
yang ada dapat digunakan dengan menambah beberapa mesin baru pada tata
letak yang ada dengan penyusunan ulang minimum, atau mungkin memerlukan
penyiapan departemen baru atau mungkin juga dengan pabrik baru.
13
3. Perluasan departemen
Perluasan departemen dapat terjadi bila ada penambahan sejumlah mesin yang
dapat diatasi dengan membuat ruangan atau mungkin diperlukan perubahan
seluruh tata letak jika pertambahan produksi menuntut perubahan proses.
4. Pengurangan departemen
Penurunan volume produksi dalam suatu perusahaan perlu untuk dilakukan jika
penurunan tingkat produksi disebabkan permintaan pasar yang cenderung
menurun dan penurunannya bersifat tetap pada titik tertentu maka yang perlu
dipertimbangkan oleh manajemen adalah melakukan pengurangan peralatan
atau pengurangan departemen yang ada.
5. Memindahkan satu departemen
Jika tata letak yang ada masih memenuhi, hanya diperlukan pemindahan ke
lokasi lain. Jika tata letak yang ada sekarang tidak memenuhi lagi, hal ini
menghadirkan untuk perbaikan kekeliruan yang baru. Hal ini dapat berubah ke
arah tata letak ulang pada wilayah yang baru. Menurut (Apple, J.M 1990)
Aktifitas pelayanan pada lantai produksi antara lain:
1. Kerekayasaan industri
2. Pengendalian produksi
3. Pengendalian mutu
4. Kerekayasaan pabrik
5. Penerimaan
6. Gudang bahan
7. Gudang jadi
8. Pengiriman
9. Ruang peralatan
10. Rak peralatan
11. Gudang perlengkapan
pengangkut barang
12. Pengawas
6. Peremajaan peralatan yang rusak
Persoalan ini menuntut pemindahan peralatan yang berdekatan untuk
mendapatkan tambahan ruang.
14
7. Penambahan departemen baru
Salah satu penyebab dilakukan penambahan departemen baru adalah adanya
pekerjaan yang belum pernah dilakukan selama ini.
8. Perubahan metode produksi
Setiap perusahaan kecil dalam satu tempat kerja seringkali mempunyai
pengaruh terhadap tempat kerja yang berdekatan. Hal ini menuntut peninjauan
kembali atas wilayah yang terlibat.
9. Perencanaan fasilitas baru
Persoalan ini merupakan persoalan terbesar tata letak pabrik. Perancang
umumnya tidak dibatasi oleh kendala fasilitas yang ada. Perancang bebas
merencanakan tata letak yang paling baik yang dapat dipakai.
10. Biaya
Masalah utama dalam perencanaan fasilitas adalah mengenai biaya. Seberapa
besar biaya yang akan dikeluarkan akan sangat tergantung dari kemampuan
mengatasi masalah di atas.
2.1.5 Tipe Tata Letak dan Pola Aliran Bahan
2.1.5.1 Tipe Tata Letak
Menurut (Apple. J.M, 1990) Susunan mesin dan peralatan pada suatu perusahaan
akan sangat mempengaruhi kegiatan produksi, terutama pada efektivitas waktu
proses produksi dan kelelahan yang dialami oleh operator di lantai produksi. Ada
4 tipe tata letak pabrik yang utama, yaitu:
1. Product Layout (Tata Letak Berdasarkan Aliran Produk)
Susunan mesin dan peralatan berdasarkan produk, sangat baik digunakan
apabila jumlah volume produksi besar dan produk yang dihasilkan memiliki
15
karateristik yang sama. Dengan cara ini mesin dan peralatan disusun
sedemikian rupa sehingga didapatkan aliran bahan yang terus-menerus
(continuous flow), membentuk garis lurus. Mesin dan peralatan disusun
sesuai dengan urutan proses dari pembuatan produk. Contoh gambar
product layout dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 2.1 Product Layout
2. Process Layout (Tata Letak Proses)
Tata letak proses adalah penyusunan tata letak dimana alat yang sejenis atau
yang mempunyai fungsi yang sama ditempatkan dalam bagian yang sama.
Tipe ini cocok untuk proses produksi yang tidak baku yaitu perusahaan
membuat berbagai macam produk yang berbeda atau suatu produk dasar
yang diproduksi dalam berbagai macam variasi. Contoh gambar process
layout dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 2.2 Process Layout
16
3. Fixed Position Layout
Merupakan susunan dimana mesin-mesin dan perlatan ditempatkan pada
tempat yang tetap karena posisi benda yang dikerjakannya tidak dapat
dipindahkan. Pada umumnya digunakan untuk produk akhir yang
dimensinya besar, salah satu contohnya adalah pembuatan galangan kapal.
Contoh gambar fixed position layout dapat dilihat pada Gambar 3.3
Gambar 2.3 Fixed Position Layout
4. Group Technology Layout
Merupakan susunan dimana mesin-mesin dan perlatan dikelompokkan
berdasarkan bentuk komponen yang dikerjakannya, bukan berdasarkan
produk akhir. Sehingga untuk pengerjaan part/bagian yang prosesnya
hampir sama dikerjakan di satu departemen. Contoh gambar group
technology layout dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 2.4 Group Technology Layout
17
2.1.5.2 Pola Aliran Bahan
Perancang tata letak berpengalaman menyarankan sejumlah cara potensial atau
dasar bagi aliran bahan menyeluruh. Sementara beberapa diantaranya menyangkut
aliran bahan, beberapa yang lainnya mengacu pada karakteristik masalah atau
proses tata letak. Alternatif-alternatif itu adalah untuk dipertimbangkan perancang
aliran, dan mengarahkan agar aliran didasarkan atas aliran barang, produk,
pegawai, atau kegiatan yang semua itu apabila:
1. Membutuhkan mesin-mesin atau peralatan serupa.
2. Membutuhkan proses yang sama.
3. Membutuhkan operasi yang sama.
4. Mengikuti urutan operasi .
5. Memiliki waktu operasi yang sama.
6. Memiliki bentuk, ukuran, kegunaan atau rancangan yang sama.
7. Menuntut derajat mutu yang sama.
8. Terbuat dari bahan yang serupa atau sama.
Begitu perancang tata letak mengamati dan meninjau dokumentasi aliran
sejalan dengan faktor dan patokan terdahulu, dia harus berusaha menggambarkan
kesimpulan mengenai faktor dan patokan yang mungkin cocok dengan situasi
yang dihadapinya. Akan tampak nanti bahwa beberapa metode yang dikemukakan
diatas berhubungan dengan cara tata letak proses, produk atau kelompok, yang
harus ditinjau pada kesempatan ini. Dalam seluruh kemungkinan, aliran
keseluruhan untuk produk produksi massal akan tetap didasarkan pada tuntutan
aliran barang dan komponen. Sedangkan, untuk job-shop atau yang sejenisnya,
18
dan proses-proses serta operasi-operasi penunjang, aliran dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diatas. Karakteristik-karakteristik aliran masing-masing yang
khas, harus dipertimbangkan dalam pola aliran keseluruhan.
Pola aliran umum ini yang digambarkan pada Gambar 2.5 menunjukkan
sebagian faktor dasar dalam situasi aliran tertentu. Beberapa komentar akan
membantu memahami pemakaian pola yang ditunjukkan:
1. Garis lurus: dapat digunakan jika proses produksi pendek, relatif sederhana,
dan hanya mengandung sedikit komponen atau beberapa peralatan produksi.
2. Seperti ular atau zig-zag: dapat diterapkan jika lintasan lebih panjang dari
ruangan yang dapat digunakan untuk ditempatinya, dan karenanya
berbelok-belok dengan sendirinya untuk memberikan lintasan aliran yang
lebih panjang dalam bangunan yang luas, bentuk, dan ukuran yang lebih
ekonomis.
3. Bentuk U: dapat diterapkan jika diharapkan produk jadinya mengakhiri
proses pada tempat yang relative sama dengan awal proses, karena keadaan
fasilitas transportasi (luar pabrik), pemakaian mesin bersama, dsb. (juga
karena alasan yang sama seperti bentuk ular).
4. Melingkar: dapat diterapkan jika diharapkan barang atau produk kembali ke
tempat yang tepat waktu memulai, seperti pada: (a) bak-cetakan penuangan,
(b) penerimaan dan pengiriman terletak pada satu tempat yang sama, (c)
digunakan mesin dengan rangkaian yang sama untuk kedua kalinya.
5. Bersudut ganjil: pola tak tentu, tetapi sangat sering ditemui (a) jika tujuan
utamanya untuk memperpendek lintasan aliran antar kelompok dari wilayah
yang berdekatan; (b) jika pemindahannya mekanis, (c) jika keterbatasan
19
ruangan tidak memberi kemungkinan pola lain, (d) jika lokasi permanen
dari fasilitas yang ada menuntut pola seperti itu.
Gambar 2.5 Pola Aliran Umum Pemindahan Bahan
2.2 Pemindahan Bahan (Material Handling)
2.2.1 Definisi Pemindahan Bahan (Material Handling)
Pengertian dari istilah pemindahan bahan dirumuskan oleh American Material
Handling Society (AMHS), yaitu sebagai suatu seni dan ilmu yang meliputi
penanganan (handling), pemindahan (moving), pengepakan (packaging),
penyimpanan (storing), sekaligus pengawasan (controlling) bahan atau material
20
dengan segala bentuknya. Dalam kaitannya dengan pemindahan bahan, maka
proses pemindahan bahan ini akan dilaksanakan dari satu lokasi ke lokasi yang
lain baik secara vertikal, horizontal, maupun lintasan yang membentuk kurva.
Demikian pula, aktivitas ini bisa dilaksanakan dalam suatu lintasan yang tetap
atau pun berubah-ubah. Selanjutnya, material yang dipindahkan bisa berbentuk
gas, cairan, ataupun padat. Dalam pengertian umum, khususnya dikaitkan dengan
industri manufakturing, aktivitas pemindahan bahan ini lebih ditujukan untuk
memindahkan material dalam bentuk fisik dan padat (solid).
2.2.2 Tujuan Utama Kegiatan Pemindahan Bahan (Material Handling)
Kegiatan pemindahan bahan merupakan kegiatan yang membutuhkan biaya dan
ikut mempengaruhi struktur biaya produksi, sehingga perlu dilakukan
perencanaan, pengawasan, pengendalian serta perbaikan yang sebaik-baiknya agar
tujuan kegiatan pemindahan bahan itu sendiri dapat tercapai, yaitu:
1. Meningkatkan kapasitas produksi
Peningkatan kapasitas produksi ini dapat tercapai melalui:
Peningkatan produktivitas kerja per man-hour.
Peningkatan efisiensi mesin / peralatan dengan mengurangi down time
Menjaga kelancaran aliran kerja dalam pabrik.
Perbaikan kontrol dan pengawasan terhadap kegiatan produksi.
2. Mengurangi limbah buangan (waste)
Untuk mencapai tujuan ini, maka dalam kegiatan pemindahan bahan harus
memperhatikan hal-hal berikut ini:
21
Kontrol dan pengawasan yang sebaik-baiknya terhadap keluar-
masuknya persediaan material yang dipindahkan.
Eliminasi kerusakan pada bahan selama proses pemindahan
berlangsung.
Fleksibilitas untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dan kondisi-
kondisi khusus dalam memindahkan bahan ditinjau dari sifatnya.
3. Memperbaiki kondisi area kerja
Pemindahan bahan yang baik akan dapat memenuhi tujuan ini, dengan cara:
Memberikan kondisi kerja yang lebih nyaman dan aman.
Mengurangi faktor kelelahan bagi pekerja/operator.
Meningkatkan perasaan nyaman bekerja bagi operator.
Memacu pekerja untuk mau bekerja lebih produktif lagi
4. Memperbaiki distribusi material
Kegiatan material handling memiliki sasaran:
Mengurangi terjadinya kerusakan terhadap produk selama proses
pemindahan dan pengiriman.
Memperbaiki rute atau jalur pemindahan bahan.
Memperbaiki lokasi dan pengaturan dalam fasilitas simpan (gudang).
Meningkatkan efisiensi dalam hal pengiriman dan penerimaan.
5. Mengurangi biaya
Pengurangan biaya ini dapat dicapai melalui:
Penurunan biaya persediaan.
Pemanfaatan luas area untuk kepentingan yang lebih baik.
Peningkatan produktivitas.
22
2.2.3 Jarak Pemindahan Bahan
(Hari Purnomo, 2004 ) Material dapat dipindahkan secara manual maupun dengan
menggunakan metode otomatis, material dapat dipindahkan satu kali ataupun
beribu kali, material dapat dialokasikan pada lokasi yang tetap maupun secara
acak, atau material dapat ditempatkan pada lantai maupun di atas.
Apabila terdapat dua buah stasiun kerja/departemen i dan j yang
koordinatnya ditunjukkan sebagai (x,y) dan (a,b), maka untuk menghitung jarak
antar dua titik tengah dapat dilakukan dengan metode yaitu:
1. Rectilinear Distance
Jarak Rectilinear sering disebut dengan Jarak Manhattan merupakan jarak
yang diukur mengikuti jalur tegak lurus yang membentuk garis-garis pararel dan
saling tegak lurus antara satu jalan dengan jalan yang lainnya. Pengukuran dengan
jarak Rectilinear sering digunakan karena mudah penghitungannya, mudah
dimengerti dan untuk beberapa masalah lebih sesuai, misalkan untuk menentukan
jarak antar kota, jarak antar fasilitas dimana peralatan pemindahan bahan hanya
dapat bergerak secara tegak lurus. Dalam pengukuran Jarak Rectilinear digunakan
notasi sebagai berikut:
Gambar 2.6 Jarak Rectilinear Distance
23
2.3 Flow Process Chart
Flow Process Chart adalah sebuah peta yang menggambarkan suatu proses
secara keseluruhan dengan memperlihatkan aliran dan urutan kegiatan operasi,
pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan serta informasi-informasi
yang terdapat pada masing-masing kegiatan.
Beberapa kegunaan dari Flow Process Chart adalah:
1. Menunjukkan seluruh kegiatan dalam proses secara detail.
2. Menunjukkan jumlah yang diproses, jarak perpindahan bahan, waktu yang
digunakan, jumlah tenaga kerja dan peralatan yang dipakai setiap kegiatan.
3. Sebagai dasar untuk melakukan perbaikan terhadap aliran bahan, metode
kerja, tata letak, maupun keseluruhan proses.
4. Sebagai dasar untuk melakukan perhitungan biaya untuk mencari dan
mengetahui biaya-biaya tersembunyi yang menyebabkan pemborosan biaya
dan ketidakefisienan pekerjaan.
Simbol-simbol yang digunakan pada Flow Process Chart adalah:
a. Operation
Simbol: Lingkaran
Berarti suatu kegiatan yang menyebabkan terjadinya perubahan
karakteristik fisik maupun kimia dari objek serta terjadinya perakitan
(assembly) maupun pembongkaran (disassembly) objek.
b. Transportation
Simbol: Tanda Panah
Berarti suatu kegiatan yang menyebabkan objek berpindah dari satu
tempat ke tempat lain, kecuali perpindahan tersebut merupakan bagian dari
kegiatan operasi maupun inspeksi yang sedang dilakukan oleh operator.
24
c. Inspection
Simbol: Kotak
Berarti suatu kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui apakah objek telah
memenuhi kualitas atau kuantitas yang telah ditentukan.
d. Delay
Simbol:
Berarti tidak ada kegiatan yang dilakukan terhadap objek (menunggu)
karena tidak memungkinkan segera dilakukan pekerjaan berikutnya.
e. Storage
Simbol: Segitiga
Berarti objek dalam keadaan disimpan atau bisa dikatakan objek sedang
didalam ruangan (gudang).
f. Operation and Inspection
Simbol: Lingkaran dan Kotak
Berarti objek mengalami operasi sambil diperiksa kualitas atau
kuantitasnya pada waktu yang bersamaan.
Gambar 2.7 Contoh Flow Process Chart
25
2.4 Systematic Layout Planning (SLP)
Perencanaan tata letak fasilitas merupakan kombinasi antara seni (art) dan teknik
rekayasa (engineering). Telah banyak ragam teknik untuk melakukan perencanaan
tata letak pabrik antara lain pendekatan Richard Muther mengembangkan metode
perencanaan tata letak yang disebut Systematic Layout Planning (SLP) Richard
Muther. (1973). Prosedur perencanaan tata letak pabrik menurut Muther’s
Systematic Layout Planning Procedure adalah:
1. Melakukan pengumpulan data awal, yaitu data rancangan produk, rancangan
proses dan rancangan jadwal produksi.
2. Menentukan aliran material
3. Menentukan hubungan aktivitas atau kegiatan.
4. Membuat diagram hubungan aktivitas dan aliran.
5. Menentukan jumlah kebutuhan ruangan.
6. Menyesuaiakan ruangan yang tersedia.
7. Membuat diagram hubungan ruangan.
8. Membuat modifikasi dan batasan dalam pembuatan alternatif layout.
9. Membuat pertimbangan praktisi dalam pembuatan alternatif layout.
10. Pembuatan alternatif layout.
11. Mengevaluasi dan memilih alternatif layout.
2.4.1 Input Data
Input data adalah pengumpulan data masukan dan aktivitas. Pengumpulan data
yang berkaitan dengan aktivitas pabrik berguna agar analisa layout dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Data yang berkaitan dengan desain produk
26
sangat penting dan berpengaruh besar terhadap tata letak yang akan dibuat
(Wignjosoebroto.S, 2003). Terdapat tiga sumber data didalam perencanaan tata
letak, yaitu data desain produk, desain proses dan desain schedule produsi
(Thompkins. 2010).
a. Desain produk berpengaruh terhadap tata letak, karena desain tata letak
dipengaruhi oleh langkah-langkah proses pengerjaan produk atau urutan
operasi perakitan yang telah dirancang. Dengan demikian data yang
berkaitan dengan desain produk yang dibuat seperti gambar asembling
(assembly drawing), diagram asembling (assembly chart) dan gambar
teknik, bahkan prototype dari produk yang akan dibuat sangat diperlukan.
b. Data yang diperlukan dari desain proses adalah tahapan pembuatan,
peralatan dan mesin-mesin yang dibutuhkan serta waktu yang dibutuhkan
dalam melakukan proses produksi. Data ini biasanya dalam bentuk
identifikasi Kebutuhan Proses, pemilihan Kebutuhan Proses, dan urutan
kebutuhan proses. peta proses
c. Schedule produsi merupakan masukan dalam desain tata letak yang dapat
mengetahui berapa banyak dan kapan produk dilakukan. Schedule
berdampak terhadap keputusan pemilihan jenis mesin, jumlah mesin, jumlah
shift, jumlah orang, ruangan yang dibutuhkan, kebutuhan gudang, alat
pemindahan material dll. Schedule dibuat berdasarkan MPS (master
production schedule), perencanaan agregat, proses, produk dan kebutuhan
pasar berdasarkan permintaan (order atau perkiraan).
27
Menurut (Muther Richard & Associates, 2005) ada lima macam sumber data
perencanaan tata letak dengan menggunakan Systematic Layout Planning (SLP)
Richard Muther, yakni: P-Q-R-S- T.
Products (barang atau jasa)
Barang yang diproduksi atau hanya distributor?
Quantities ( jumlah penjualan & penyimpanan)
Berapa banyak jumlah dari masing-masing item?
Routing (proses yang mesti dilakukan)
Bagaimana langkah-langkah proses yang akan dilakukan?
Supporting jasa (orang, proses dan informasi sistem)
Dengan dukungan apa proses akan lebih baik?
Timing (Jam operasi, situasi dan kondisi, kepentingan…)
Kapan dan berapa lama item dibuat dan didistribusi?
2.4.2 Flow of Material
Analisis aliran material (flow of material) merupakan analisis pengukuran
kuantitatif untuk setiap gerakan perpindahan material di antara departemen-
departemen atau aktivitas-aktivitas operasional. Analisis aliran material ini sangat
penting untuk dilakukan, karena seperti disebutkan di muka bahwa salah satu
tujuan dari perencanaan tata letak adalah untuk memperlancaran aliran kerja
proses produksi, mulai dari bahan baku sampai menjadi produk akhir. Dalam
penentuan pola aliaran material ini terdapat beberapa faktor yang perlu untuk
dilakukan analisis yang mendalam antara lain faktor tranformasi, jumlah
komponen produk yang dibuat, jumlah dan macam operasi pembuatan setiap
komponen, urutan operasi perakitan, besar dan bentuk ruang yang tersedia, jenis
28
pola alikran yang ingin diterapkan sesuai dengan bentuk ruang yang tersedia, dsb.
Dalam menganalisis aliran material ini sering digunakan: sistem aliran (flow
system), peta aliran proses (flow process chart), diagram alir (flow diagram).
2.4.3 Activity Relationship
Dalam perencanaan tata letak analisis aliran material lebih cenderung untuk
mendapatkan atau mengetahui biaya dari pemindahan material, jadi dalam hal ini
lebih bersifat kuantitatif. Sedangkan analisis yang lebih bersifat kualitatif dalam
perancangan tata letak menggunakan ARC (activity relationship chart).
Activity Relationship Chart yang dikembangkan oleh Muther merupakan
teknik yang sederhana dalam merencanakan tata letak fasilitas. Metode ini
menghubungkan aktivitas-aktivitas secara berpasangan sehingga semua aktivitas
secara berpasangan sehingga semua aktivitas akan diketahui tingkat hubungannya.
Hubungan keterkaitan biasa diekspresikan secara kualitatif meskipun ada
beberapa pihak yang memberi nilai keterkaitan secara kuantitatif.
Pada ARC terdapat perubahan atau variable untuk menggantikan angka-
angka yang bersifat kuantitatif. Variabel tersebut berupa suatu simbol-simbol
yang melambangkan derajat keterdekatan (closeness) antara departemen satu
dengan departemen lainnya. Simbol-simbol yang digunakan untuk menunjukkan
derajat keterkaitan aktivitas adalah sebagai berikut:
A = Mutlak perlu E = Sangat penting
I = Penting O = Cukup/biasa
U = Tidak penting X = Tidak dikehendaki
29
Jika dua departemen mendapat nilai atau derajat keterkaitan A, maka dua
departemen tersebut mutlak untuk didekatkan agar proses operasi perusahaan
berjalan dengan baik. Tidak ada satu alasanpun yang digunakan untuk
memisahkan departemen tersebut. Sedangkan derajat keterkaitan E diberikan
kepada dua departemen yang dinilai sangat erat terkait, hanya saja keterkaitan
hubungan dua departemen tidak sepenting derajat keterkaitan A. Begitu pula
dengan derajat keterkaitan I, dimana dua departemen penting pula untuk
didekatkan jika kondisi area memungkinkan. Sedangkan nilai O diberikan kepada
dua departemen yang kaitannya tidak terlalu dekat. Khusus untuk nilai U dan
X,sangat penting sekali membedakannya, dimana nilai atau derajat keterkaitan U
mengandung arti bahwa dua departemen tidak perlu untuk didekatkan, hanya saja
dalam keadaan tertentu masih dapat didekatkan berdampingan. Sedang derajat
keterkaitan X mempunyai arti bahwa dua departemen harus dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya, karena kemungkinan akan mengganggu kelancaran proses
operasi, baik pada masing-masing departemen sekaligus atau bahkan ada
kemungkinan dapat mengganggu kelancaran proses operasi perusahaan secara
keseluruhan.
Secara umum alasan keterkaitan dibagi dalam tiga macam yaitu
keterkaitan untuk produksi, keterkaitan untuk pegawai dan aliran informasi:
1. Keterkaitan produksi
a. Urutan aliran kerja.
b. Mempergunakan peralatan yang sama.
c. Menggunakan catatan yang sama.
d. Menggunakan ruangan yang sama.
e. Bising, debu, getaran, bau dan lain-lain.
30
2. Keterkaitan pegawai
a. Menggunakan pegawai yang sama.
b. Pentingnya berhubungan.
c. Derajat hubungan kepegawaian.
d. Jalur perjalanan normal.
e. Kemudahan pengawasan.
f. Melaksanakan pekerjaan serupa.
g. Disenangi pegawai.
h. Perpindahan pegawai.
i. Gangguan pegawai
3. Aliran informasi
a. Menggunakan catatan/berkas yang sama.
b. Derajat hubungan kertas kerja.
c. Menggunakan alat komunikasi yang sama.
Gambar 2.8 Contoh Activity Relationship Chart (ARC)
Pada peta keterkaitan aktivitas terdapat sejumlah belah ketupat
menunjukkan hubungan keterkaitan antara dua departemen. Bagian atas dari
31
masing-masing belah ketupat diberi simbol yang menunjukkan derajat keterkaitan
dari dua departemen. Sedang bagian bawah merupakan alasan yang dipakai untuk
mengukur derajat keterkaitan tersebut. Seperti misalnya pada belah ketupat paling
atas merupakan keterkaitan antara Departemen 1 (penerimaan dan pengiriman)
dengan Departemen 2 (gudang material dan alat). Kedua departemen tersebut
mempunyai derajat keterkaitan A (mutlak didekatkan) karena alasan 1 (urutan
aliran kerja), 2 (derajat hubungan kertas kerja) dan 3 (kemudahan pengawasan).
2.4.4 Relationship Diagram
Pendekatan ARD (Activity Relationship Diagram) yang dikembangkan oleh
Muther yaitu ARD dengan hubungan garis yang menunjukan besarnya derajat
relationship antara aktivitas yang satu dengan aktivitas lainya. Dalam perencanaan
tata letak fasilitas, derajat hubungan antar departemen dapat dipandang dari dua
aspek, baik aspek kualitatif maupun aspek kuantitatif. Perancangan tata letak
fasilitas yang bersifat kualitatif akan lebih dominan dalam menganalisis derajat
hubungan aktifitas dan biasanya ditunjukkan oleh ARC. Namun adakalanya
analisis dalam perancangan tata letak fasilitas lebih dominan dalam menanalisis
aliran material, sehingga yang dibuat adalah suatu flow diagram atau diagram
aliran. Dalam Systematic Layout Planning (SLP) kedua aspek tersebut menjadi
pertimbangan, dengan mengkombinasikan antara derajat hubungan aktivitas dan
aliran material. Kombinasi dari kedua aspek tersebut dibuat dalam suatu diagram
yang dinamakan Relationship Diagram atau Activity Relationship Diagram
(ARD) yakni diagram hubungan aktivitas.
32
Gambar 2.9 Contoh Activity Relationship Diagram (ARD)
2.4.5 Space Requiremant
Space requiremant adalah luas ruang atau area yang dibutuhkan untuk mendesain
layout. Dalam hal ini ada tiga hal yang dapat dapat dijadikan dasar untuk
menentukan area yang dibutukan, yaitu:
Tingkat produksi (production rate)
Peralatan yang dibutukan untuk proses produksi
Karyawan yang diperlukan
Tingkat produksi digunakan juga sebagai panduan dalam proses pemilihan
tipe tata letak, apakah menggunakan produk layout, proses layout atau seluler.
Penentuan tingkat produksi untuk tiap-tiap tahap proses, memberikan gambaran
berapa jumlah mesin dan peralatan yang dibutuhkan. Terdapat beberapa metode
yang sering dipergunakan dalam penentuan kebutuhan luas ruangan. (Purnama
Hadi, 2004).
33
a. Metode Fasilitas Industri: adalah metode penentuan kebutuhan ruangan
berdasarkan fasilitas produksi dan fasilitas pendukung proses produksi yang
dipergunakan. Dalam metode ini kebutuhan ruangan didasarkan atas jumlah
dan jenis peralatan dan mesin yang dipergunakan dalam proses produksi.
Luas ruangan (lantai) dihitung dari ukuran masing-masing jenis mesin atau
peralatan yang dipergunakan dikalikan dengan jumlah masing-masing jenis
peralatan tersebut ditambah dengan kelonggaran yang dipergunakan untuk
operator dan gang.
b. Metode Template: adalah kebutuhan ruangan yang didasarkan atas template
atau model yang dibuat. Metode ini akan memberikan gambaran yang nyata
akan bentuk dan seluruh kebutuhan ruangan. Dengan skal tertentu template
atau model yang ditempatkan pada block layout dapat digunakan untuk
memperoleh estimasi seluruh kebutuhan ruangan.
c. Metode Standar Industri: Standar industry dibuat atas dasar penelitian-
penelitian yang dilakukan terhadap industri-industri yang dinilai telah
melakukan perancangan tata letak secara keseluruhan, khususnya dalam
penentuan kebutuhan ruangan.
2.4.6 Space Available
Space Available adalah pertimbangan terhadap luas ruang atau area yang tersedia
untuk mendesain layout. Dalam beberapa kasus tertentu khususnya untuk problem
relayout seringkali layout yang didesain harus disesuaikan dengan luas bangunan
pabrik yang tersedia. Demikian juga untuk kasus yang lain dimana biaya serba
terbatas, maka luas ruang yang bisa disediakanpun akan sangat terbatas sekali.
Disini antara luas ruang yang dibutuhkan dan luas area yang tersedia harus
dipertimbangkan secara seksama.
34
2.4.7 Space Relationship Diagram
Space Relationship Diagram adalah pembuatan diagram relationship ruangan.
Dalam proses pembuatan Space Relationship Diagram ini yang perlu diperhatikan
adalah mengevaluasi luas ruang yang dibutuhkan untuk semua aktivitas
perusahaan dan ruang yang tersedia. Rancangan tata letak, idealnya dibuat terlebih
dahulu, sedangkan bangunan pabrik didirikan sesuai dengan rancangan tata letak
fasilitas yang telah dibuat. Namun kenyataanya, sering terjadi perancangan tata
letak dilakukan setelah pabrik berdiri. Hal ini terjadi boleh jadi oleh karena
kendala dana, terbentur masalah waktu dan lain-lain.
Jadi Space Relationship Diagram (Gambar 3.9) dibuat berdasarkan
Activity Relationship Diagram (Gambar 3.8) dengan mempertimbangkan luas
ruang yang dibutuhkan dan luas ruang yang tersedia. Selajutnya pembuatan Block
layout dapat dibuat memerlukan beberapa percobaan (trial & error).
(Wignjosoebroto, S, 2003)
Gambar 2.10 Space Relationship Diagram berdasarkan ARD
35
2.4.8 Modifying Constraints & Practical Limitations
Modifying constraints adalah modifikasi layout dan practical limitations adalah
pertimbangan praktis. Jadi tahapan ini melakukan pertimbang-pertimbangan
praktis yang dibuat untuk modifikasi layout. Hal-hal yang berkaitan dengan
bentuk bangunan, letak kolom penyangga, lokasi sistem pipa, dan lain-lain
merupakan dasar pertimbangan untuk memperbaiki alternatif desain tata letak
yang diusulkan.
2.4.9 Develop Layout Alternative
Develop Layout Alternative adalah membuat alternatif layout yang dibuat
berdasarkan Space Relationship Diagram (Gambar 13.4) dengan
mempertimbangkan modifikasi dan berdasarkan pertimbangan praktis. Untuk
membuat rancangan tata letak dapat dibuat suatu Block layout yang merupakan
diagram block dengan skala tertentu dan merupakan representasi bangunan. Block
layout mengambarkan batasan-batasan ruang dengan adanya dinding-dinding
yang memisahkan antara blok satu dengan blok lainnya. Sebagai contoh hasil dari
beberapa percobaan (trial & error) dari Relationship Diagram awal (Gambar 3.9),
hingga menjadi Space Relationship Diagram alternatif (Gambar 3.10) dengan
hasil block layout (Gambar 3.11) sebagai berikut:
Gambar 2.11 Space Relationship Diagram Alternatif
36
Gambar 2.12 Block Layout
Sebelum pembuatan block layout perlu juga memperhatikan konsep
material handling serta aktivitas yang menyangkut pemilihan metode dan
peralatan yang digunakan dalam penanganan material, karena hal ini merupakan
suatu aktivitas yang tidak terpisahkan dengan aktivitas perencanaan tata letak.
Untuk mempersentasikan tata letak yang dirancang dapat menggunakan beberapa
metode, antara lain dengan:
a. Gambar atau sketsa: mudah dan murah untuk dibuat dan biasanya dibuat
menggunakan kertas grafis berskala dan penggunaan warna-warna untuk
menunjukkan fasilitas-fasilitas yang berbeda.
b. Model dua dimensi atau template: cara ini mendapatkan alternatif-alternatf
tata letak yang lebih banyak, biasanya dibuat dari bahan kertas tebal atau
bahan lain yang mudah untuk ditempelkan pada kertas grafis/skala.
c. Model tiga demensi: cara ini akan mempermudah untuk mengamati dan
menganalisis tata letak yang dirancang
37
2.4.10 Evaluation
Ada beberapa kriteria atau teknik-teknik yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi alternatif tata letak sebagai berikut. (Purnama Hadi, 2004)
a. Perbandingan untung rugi
Cara ini adalah cara yang sederhana, yakni melakukan penilaian untung
rugi. Alternatif yang dipilih adalah nilai keuntungan relatif lebih besar.
b. Peringkat
Dengan cara penilaian faktor-faktor penting. Faktor-faktor tersebut antara
lain tingkat fleksibilitas rancangan, tingkat penggunaan ruangan, aliran
material, proses penanganan material, faktor keamanan dll.
c. Analisis Faktor
Cara ini hampir sama dengan metode peringkat dengan menentukan faktor
peringkat dan kemudian dilakukan pemberian bobot untuk tiap-tiap faktor.
d. Perbandingan Biaya
Cara yang dilakukan dengan menindentifikasi biaya-biaya untuk masing-
masing alternatif perancangan. Biaya yang diidentifikasi antara lain biaya
investasi, operasi dan pemeliharaan. Yang dipilih adalah alternative biaya
yang paling kecil.