Upload
jendral113
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 1/16
1
INSECT BITE REACTION
A.
PENDAHULUAN
Serangga merupakan vektor penyakit yang penting di seluruh dunia, dan
perlindungan pribadi terhadap gigitan memainkan bagian penting dalam pencegahan
penyakit. Serangga merupakan suatu klas makhluk hidup dalam golongan
Arthrophoda, dengan eksoskeleton kitin, tiga bagian tubuh, tiga pasang kaki beruas,
mata compound , dan dua antena. 1,2
Gigitan dan sengatan serangga lazim di seluruh dunia. Di iklim utara, hal
tersebut merupakan fenomena musiman, meskipun infestasi dalam ruangan dapat
bertahan sepanjang tahun. Reaksi gigitan serangga, pedikulosis, dan skabies umum di
daerah beriklim sedang. Infestasi jauh lebih umum di iklim tropis dan semitropis,
mempengaruhi penduduk dan wisatawan. Reaksi gigitan serangga pada umumnya
ditemukan dalam praktek klinis. 1,2,3
Artropoda menghasilkan spektrum yang luas dari lesi klinis. Gigitan
Artropoda juga merupakan cara penularan dari banyak infeksi sistemik dan infestasi.
Gigitan dan sengatan Artropoda dapat menyebabkan luka, menimbulkan reaksi alergi
dari yang mengganggu sampai mengancam kehidupan pada individu yang sensitif,
dan menyebabkan kelainan sistemik. 1,3,4
B. DEFINISI
Serangga berasal dari bahasa Latin, insectum, yang artinya ‘ potongan bagian-
bagian ’, dapat dipertimbangkan menjadi 'potongan' 3 bagian, kepala, toraks, dan
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 2/16
2
abdomen. Gigitan adalah luka yang dihasilkan oleh bagian mulut hewan. Beberapa
hewan mempunyai struktur spesial yang disebut sengatan, yang dapat menimbulkan
luka dan menyuntikkan racun.2
Gigitan serangga didefinisikan sebagai gigitan yang disengaja dari mulut
serangga untuk tujuan mempertahankan daerahnya, memperoleh dan menelan
mangsa, atau menghisap darah. Reaksi kutan terhadap gigitan serangga/CRAB
(Cutaneous Reaction to Artropoda Bites ) merupakan reaksi inflamasi dan/atau alergi,
ditandai oleh erupsi pruritus serius pada area gigitan berjam-jam sampai berhari-hari
setelah gigitan, manifestasinya oleh papul urtikaria berkelompok atau soliter,
papulovesikel, dan/atau bula yang menetap selama beerapa hari sampai berminggu-
minggu; pasien tidak sadar telah digigit. Dalam beberapa kasus, gejala sistemik dapat
terjadi, dari ringan sampai berat, dengan kematian yang terjadi dari syok
anafilaktik. 1,5
C. EPIDEMIOLOGI
Gigitan dan sengatan Artropoda sebagian besar tidak dapat dihindarkan
karena banyaknya spesies yang menyerang dan distribusinya di seluruh lingkungan.
Secara geografis, peyebarannya di seluruh dunia. 3,4
Anak-anak tampaknya menjadi risiko terbesar. Walaupun orang dewasa pun
mudah terserang. Papul urtikaria merupakan kelainan umum dan sering
bermanifestasi dengan papul kronik atau rekuren yang disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas terhadap gigitan nyamuk, kutu, dan serangga lainnya. Dalam suatu
studi oleh Ruiz-Maldanado et al , di Mexiko, ditemukan bahwa papul urtikaria
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 3/16
3
merupakan dermatosis yang paling sering pada anak (16,3%). Tidak ditemukan
perbedaan signifikan antara jenis kelamin pada anak. Akan tetapi, terdapat perbedaan
yang besar antara jenis kelamin pada orang dewasa. Laki-laki dewasa (n=59, 74,7%)menampakkan papul urtikaria dibandingkan wanita (n=20, 25,3%). Alasan yang
mungkin adalah aturan sosioreligi, wanita kebanyakan tetap berpakaian bahkan ketika
tidur dan hal tersebut melindungi mereka dari gigitan serangga. Sekitar 32,5% pasien
dilaporkan mempunyai riwayat gejala atopik.
Kutu hewan dan serangga lainnya berkembang baik selama musim panas yang
basah dan berkabut, karena itulah kenapa kasus papul urtikaria umumnya tampak
terutama sekali pada bulan-bulan tersebut. Dalam suatu kasus, dilaporkan lebih dari
setengah kasus terjadi selama bulan-bulan musim panas Mei-Agustus dengan
maksimum pasien yang dilaporkan yaitu pada bulan Agustus. 4
Kelompok hymenopterid merupakan Artropoda paling penting secara medis,
bertanggung jawab terhadap sebagian besar kasus reaksi hipersensitivitas terhadap
sengatan serangga, dan menyebabkan 40-50 kematian per tahun di Amerika Serikat.
Bahkan kematian tiba-tiba dan tak dapat dijelaskan diakibatkan dari reaksi anafilaktik
terhadap sengatan hymenopterid. 5
D. ETIOLOGI
5 dari 9 kelas Artropoda yang menyebabkan reaksi lokal dan sistemik terkait
dengan gigitannya yaitu Arachnida, Chilopoda, Diplopoda, Crustacea, dan
Insecta. 1,3,5,6,7
1. Arachnida (4 pasang kaki): tungau, kutu, laba-laba, kalajengking.
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 4/16
4
• Acarina
a) Tungau: Sarcoptes scabiei menyebabkan skabies; Demodex folliculorum,
tungau folikel rambut manusia; dan lainnya termasuk tungau makanan,unggas, biji-bijian, jerami, hasil panen, hewan, dan debu rumah.
b) Kutu, menyebabkan Lyme borreliosis , Rocky Mountain spotted fever .
Gambar 1. Dermacentor variabilis feeding , merupakan vektor Rocky Mountain
spotted fever (Dikutip dari kepustakaan no.6)
• Aranea: Laba-laba, menyebabkan rhabdomiolisis oleh brown recluse spider.
• Scorpionida, racunnya merupakan neurotoksin yang dapat menyebabkan
reaksi lokal dan sistemik berat.
2. Chilopoda and Diplopoda: lipan, luing
3. Insecta (3 pasang kaki)
• Anoplura: kutu ( Phthirius and Pediculus ), dapat menyebabkan pedikulosis.
• Coleoptera: kumbang. Kontak dengan hewan ini dapat menimbulkan vesikel
dan bula karena produksi chantaridin . Selain itu, juga menyebabkan erupsi
pustular dengan halo eritem.
• Diptera: nyamuk dapat menyebabkan malaria dan infeksi Epstein Barr Virus,
lalat hitam menyebabkan black fly fever , midges menyebabkan , Tabandae
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 5/16
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 6/16
6
• Leishmaniasis, tripanosomiasis ( sleeping sickness, Chagas disease ).
• Malaria, babesiosis.
•
Filariasis, onchocerciasis ( river blindness ), loiasis
E. PATOGENESIS
Reaksi terhadap gigitan dan sengatan diawali oleh salah satu toksin atau
alergen yang diinjeksikan oleh makhluk yang menyerang. Mekanisme toksik
langsung termasuk kontak dengan racun, iritasi rambut, sekresi saliva, atau cairan yg
menyebabkan bengkak; kontak tidak langsung dapat dakibatkan dari inhalasi atau
menelan debris, bagian tubuh, atau ekskresi. Setidaknya 30 sampai 50 orang di
Amerika Serikat meninggal setiap tahun dari reaksi sistemik terhadap sengatan.
Sekitar 50% kematian disebabkan hewan berbisa akibat dari sengatan Hymenoptera
(lebah atau tawon), 20% dari gigitan ular berbisa, dan 14% dari laba-laba beracun.
Laba-laba dan ular menyuntikkan racun yang mungkin menyebabkan hemolitik,
mengganggu sistem pembekuan, atau bertindak sebagai neurotoksin. 7
Black widow spider menginjeksikan suatu neurotoksin yang disebut latrotoxin
dalam racunnya, yang menyebabkan pelepasan asetilkolin dan katekolamin pada
neuromuscular junction. Brown recluse spider menginjeksikan suatu fosfolipase yang
disebut sphingomyelinase D dalam racunnya yang menyebabkan agregasi platelet,
trombosis, dan hemolisis intravaskular yang parah. Reaksi paling serius terhadap
gigitan serangga termasuk lebah, tawon, kutu, nyamuk, semut api, dan kutu busuk,
disebabkan oleh hipersensitivitas yang didapat. Lebih dari 80% kematian akibat dari
reaksi anafilaksis dan terjadi dalam waktu satu jam dari sengatan. Sekitar 1% hingga
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 7/16
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 8/16
8
Papul urtikaria persisten (> 48 jam), sering diatasnya terdapat
vesikel, biasanya <1 cm; papul eritem urtikaria berkelompok atau
diseminta dengan ukuran 1-4 mm yang ditandai dengan gatal dan seringekskoriasi, vesikel; lesi nyeri berkrusta, biasanya purulen, dapat
menggambarkan impetigo, ektima, atau difteria kutan; ekskoriasi atau lesi
infeksi sekunder yang mungkin sembuh dengan hiper- atau
hipopigmentasi dan/atau sikatrik yang tertekan atau naik, terutama pada
individu berpigmen lebih gelap. 1,6
Gambar 3. Papular urtikaria. Papul edematous merah soliter dengan erosi awal pada
area pektoral (A); papul merah multipel pada kaki penderita dengan HIV/AIDS; bedbug
bites: papul ekskoriasi pada leher posterior (C).
(Dikutip dari kepustakaan no.6)
c) Lesi bula
Bula tegang dengan cairan jernih pada sedikit bagian dasar yang
terinflamasi.
A BB C
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 9/16
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 10/16
10
edema. Bagian serangga jarang terlihat kecuali pada skabies dan gigitan
kutu dimana pengangkatan tidak komplit. 6
Pada fase kronik, lesi dihasilkan dari bagian artropoda yangtertinggal atau hipersensitivitas. Lesi kronik dapat muncul sebagai
pseudolymphoma. 6
b) Infeksi pada daerah gigitan
Patogen dapat ditunjukkan pada spesimen biopsi lesi dengan
pewarnaan khusus, misalnya: Leishmania pada daerah gigitan sandfly dan
Borrelia burgdorferi pada daerah gigitan tick Ixodes. 6
2. Kultur Bakteri
Kultur bakteri dimaksudkan untuk menyingkirkan infeksi sekunder
dengan S. Aureus atau GAS, serta untuk menyingkirkan infeksi sistemik. 6
3. Serologi
Pemeriksaan serologi juga dimaksudkan untuk menyingkirkan infeksi
sitemik. 6
H. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan secara klinis, dikonfirmasi dengan biopsi lesi. 6
I. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding gigitan serangga yaitu urtikaria, pemfigoid bulosa atau
pemfigus vulgaris. Berikut perbedaan lesi diantara penyakit-penyakit tersebut.
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 11/16
11
Tabel 1. Perbandingan antara gigitan serangga, urtikaria, pemfigoid bulosa atau pemfigus
vulgaris. (Dikutip dari kepustakaan no.8)
Gigitan serangga(I nsect Bi te) Urtikaria
Lesi urtikaria
pemfigoid bulosaatau pemfigusvulgaris
Wedge-shaped infiltrat, padat, perivascular dan
interstitial
Infiltrat perivaskulerdan interstitial
Infiltrat seperti pita
Limfosit dan eosinofil Neutrofil dan
eosinofilBanyak eosinofil
Spongiosis bagiantengah lesi
Tidak ada perbedaan pada epidermis
Kadang-kadangspongiosis eosinofil
Gambar 4. Reaksi urtikaria terhadap serangan artropoda (A); urtikaria (B); pemfigoid bulosa (C)
(Dikutip dari kepustakaan no.9)
A B C
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 12/16
12
Gambar 5. Gambaran histologis pada insect bite (A); urtikaria (B); pemfigoid bulosa (C)
(Dikutip dari kepustakaan no.9)
Keadaan yang harus dicurigai adanya reaksi artropoda termasuk papul yang
berkelompok, pola erupsi yang berkorelasi dengan pajanan, dan keadaan histologis
diatas. Ketika seorang dokter mencurigai suatu reaksi artropoda, riwayat detail
pajanan luar rumah, hewan piaraan, pekerjaan, dan hobi mungkin membantu. 1
J. PENATALAKSANAAN
Cold packs, antihistamin sistemik, dan steroid topikal mungkin berguna untuk
pruritus dan peradangan reaksi lokal. Pada larva yang ada pada kulit misalnya
tungiasis dilakukan dengan mengangkat flea dengan jarum, scalpel, atau kuret,
usahakan untuk mengangkat semua bagian flea; oral thiabendazole (25 mg/kg/hari)
BAA
C
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 13/16
13
atau albendazole (400 mg/hari selama 3 hari) efektif untuk infestasi berat. Untuk
Furuncular myiasis : mematikan larva dengan menutup larva dengan petrolatum;
angkat setelah larva tersebut mati. Ivermectin oral telah digunakan sebagai profilaksis primer pada hewan. 1,6
Glukokortikoid topikal poten yang diberikan dalam jangka waktu pendek
membantu untuk lesi pruritus. Dalam beberapa kasus, tappering singkat
glukokortikoid oral dapat diberikan untuk CRAB luas yang persisten. 6
Terapi antibiotik topikal seperti salep mupirocin atau agen antistaphylococcal
jika terdapat infeksi sekunder. 6
Pengobatan reaksi alergi sistemik dan anafilaksis terhadap gigitan serangga
harus mengikuti pedoman konvensional sebagai berikut: (i) Injeksi 0,3-0,5 mg
epinefrin HCl (0,3-0,5 mL pengenceran 1:1,000) IM dan ulangi 15 sampai 30 menit
sesuai kebutuhan. Dosis yang lebih rendah harus digunakan pada pasien usia lanjut
dan masalah kardiovaskular. Hanya pada anafilaksis yang dalam dengan hipotensi
dan sirkulasi perifer yang buruk pemberian intravena diperlukan. Misalnya dalam
suatu kasus, digunakan epinefrin pada pengenceran 1:10.000 (1mg = 10mL) dan
diberikan 0,1 mg bolus sampai gejala membaik. kemudian mulai jalur intravena
sesegera mungkin dengan infus saline. Jika pasien tidak responsif terhadap tindakan
awal, perawatan kritis dengan cairan, oksigen, dan pressors mungkin perlu. Kasus
edema laring parah mungkin memerlukan intubasi atau trakeostomi. Bronkospasme
persisten harus ditangani dengan aminofilin intravena dan inhalasi bronkodilator
seperti albuterol, isoetharine, atau isoproterenol. Dosis Aminofilin yang dianjurkan
loading dose sampai 5 mg/kg diikuti dengan drip 0,5-0,9 mg/kg/jam. Dosis harus
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 14/16
14
diturunkan pada pasien usia lanjut dan pada mereka dengan gagal jantung kongestif
atau penyakit hati. Perokok mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi.
Antihistamin harus diberikan sebagai tambahan untuk epinephrine karena efeknyatidak langsung. Gunakan diphenhydramine 50 mg PO atau IM, tergantung pada
tingkat keparahan reaksi. Pengobatan harus terus berlanjut selama gejala terus
berlangsung. Steroid memiliki aksi onset tertunda dan bukan obat lini pertama untuk
mengobati reaksi sistemik berat. Namun, kontraindikasi medis, digunakan untuk
mencegah reaksi lanjutan kecuali reaksi alergi paling ringan. Mulai dengan
hidrokortison 100 mg IV setiap 6 jam dan debit pada prednison 30 mg/hari, tappering
lebih dari 3 sampai 7 hari. 1
Untuk pencegahan gigitan serangga dapat dilakukan dengan menghindari
kontak dengan artropoda , berikan penolak serangga seperti diethyltoluamide (DEET)
pada kulit, berikan permetrin spray (Permanone) pada pakaian, terapi infestasi kutu
kucing dan anjing dengan malathion (1-4%) dengan perhatian khusus pada karpet,
lantai, lapisan furnitur, rangka tempat tidur, matras, dan gudang. 6
K. PROGNOSIS
Ekskoriasi reaksi kutan terhadap gigitan serangga pada umumnya
mengakibatkan infeksi sekunder dari erosi epidermis oleh GAS dan atau S. Aureus
yang menyebabkan impetigo atau ektima. Hal ini khususnya terjadi di daerah iklim
tropis lembab. Infeksi kulit Streptokokus kadang komplikasinya menjadi
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 15/16
15
glomerulonefritis. Yang kurang umum adalah infeksi sekunder dengan
Corynebacterium diphtheriae, yang menyebabkan difteria kutan. 6
8/10/2019 Isi IBR
http://slidepdf.com/reader/full/isi-ibr 16/16
16
DAFTAR PUSTAKA
1.
Elston DM. Bites and Stings. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP.Dermatology. 2nd edition. US: Mosby Elsevier; 2008.
2. Singh S, Mann BK. Insect Bite Reactions. IJDVL . 2013; 79(2): 151-64.
3. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick’s The Color Atlas and Synopsis
of Clinical Dermatology. 5 th edition. USA: The McGraw-Hill Companies; 2007.
4. Raza N, Lodhi MS, Ahmed S, Dar NR, Ali L. A Clinical Study of Papular
Urticaria. J Coll Physicians Surg Pak . 2008; 18(3): 147-50.
5. Diaz JH. Hymenopterid Bites, Stings, Allergic Reaction, and the Impact of
Hurricanes on Hymenopterid-Inflicted Injuries. J La State Med Soc . 2007 May;
159: 149-56.
6. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. 7 th edition. USA: The McGraw-Hill Companies; 2012. p. 3699-9.
7. Bogle MA. Bites and Stings. In: Arndt KA, Jeffrey H, eds. Manual of
Dermatologic Therapeutics. 7 th edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins;
2007. p. 38-43.
8. Bo’er, Almut. Perivascular Dermatitis. In: Grant-Kels JM, ed. Color Atlas Of
Dermatopathology. New York: Informa Healthcare USA, Inc.; 2007. p. 5-6.9. Ackerman AB, Niven J, Grant-Kels JM. Differential Diagnosis in
Dermatopathology. 3 rd edition. Philadelphia: Lea & Febiger; 2007.