13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Periode postpartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Perubahan fisiologis pada masa ini sangat jelas yang merupakan kebalikan dari proses kehamilan. Pada masa nifas tejadi perubahan-perubahan fisiologis terutama pada alat-alat genitalia eksterna maupun interna, dan akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Selama nifas, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tak hamil normal. Yang meliputi perubahan struktur permanen pada serviks, vagina dan perineum sebagai akibat persalinan dan kelahiran. Perubahan ini disebut dengan involusi uterus yaitu : 1. Bekas implantasi plasenta segera setelah lahir seluas 12 x 15 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara. 2. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot. 3. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2 sebesar 6 sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm. 4. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosisbersama dengan lochia.

isi makalah.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar belakang Periode postpartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Perubahan fisiologis pada masa ini sangat jelas yang merupakan kebalikan dari proses kehamilan. Pada masa nifas tejadi perubahan-perubahan fisiologis terutama pada alat-alat genitalia eksterna maupun interna, dan akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.Selama nifas, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tak hamil normal. Yang meliputi perubahan struktur permanen padaserviks, vaginadanperineumsebagai akibat persalinan dan kelahiran. Perubahan ini disebut denganinvolusiuterus yaitu :1. Bekas implantasi plasenta segera setelah lahir seluas 12 x 15 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.2. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot.3. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2 sebesar 6 sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.4. Lapisanendometriumdilepaskan dalam bentuk jaringannekrosisbersama denganlochia.5. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhanendometriumyang berasal dari tepi luka dan lapisan basalisendometrium.6. Kesembuhan kesempurnaan pada saat akhir masa nifas.

B. Tujuan a. Untuk mengetahui involusio uterib. Untuk mengetahui involusio tempat plasentac. Untuk mengetahui perubahan pembuluh darah rahimd. Untuk mmengetahui perubahan pada vaginae. Untuk mengetahui perubahan pada serviksf. Untuk mengetahui perubahan saluran kencingg. Untuk mengetahui laktasih. Untuk mengetahui lokiai. Untuk mengetahui diastasis rektus abdominalis

BAB IIPEMBAHASANA. Involusio uteriProses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 1 minggu (kira-kira sebesar grapefruit (jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000 g.Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai 1 cm di atas tali umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis.Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum.Uterus, yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 g, 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g, 2 minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada minggu ke enam, beratnya sampai 60 g. Dan pada minggu ke-8, uterus memiliki berat 30 g, yaitu sebesar uterus normal. Berikut gambaran involusi uterus.Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hiperplasia, pningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa pascapartum penurunan kadar hormon-homon ini menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan sacara langsung jaringan hipertiroid yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.B. Involusio tempat plasentaMenurut Williams ( 1931 ), ekstruksi lengkap tempat melekatnya plasenta perlu waktu sampai 6 minggu. Proses ini mempunyai kepentingan klinis yang besar, karena bila proses ini terganggu, dapat terjadi perdarahan nifas awitan lambat . Segera setelah pelahiran, tempat melekatnya plasenta kira kira berukuran sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua, diameternya hanya 3 cm sampai 4 cm. Dalam waktu beberapa jam setelah pelahiran, tempat melekatnya plasenta biasanya terdiri atas banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang selanjutnya mengalami organisasi thrombus secara khusus.Williams ( 1931 ) menjelaskan involusi tempat melekatnya plasenta sebagai berikut : Involusi tidak dipengaruhi oleh absorpsi in situ, namun oleh suatu proses eksofilasiyang sebagian besar ditimbulkan oleh berkurangnya tempat implantasi plasenta akibat pertumbuhan jaringan endometrium. Hal ini sebagian dipengaruhi oleh perluasan dan pertumbuhan endometrium ke bawah dari tepi tepi melekatnya plasenta dan sebagian oleh perkembangan jaringan endometrium dari kelenjar dan stroma yang tertinggal di bagian dalam desidua basalis setelah pelepasan plasenta. Proses eksfoliasi semacam itu dianggap sebagai suatu ketetapan yang bijaksana ; sebaliknya kesulitan besar akan dialami dalam penyelapan arteri yang mengalami obliterasi dan thrombus yang mengalami organisasi, yang bila menetap in situ, akan segera mengubah banyak bagian mukosa uterus dan miometrium di bawahnya menjadi suatu massa jaringan perut.Anderson dan Davis ( 1968 ), menyimpulkan bahwa eksfoliasi tempat melekatnya plasenta berlangsung sebagai akibat pengelupasan jaringan superficial yang mengalami infark dan nekrotik yang diikuti oleh suatu proses perbaikan.C. Perubahan pembuluh darah rahimKehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah uterus yang cukup besar. Untuk menyuplainya, arteri dan vena di dalam uterus, terutama plasenta, menjadi luar biasa membesar, begitu juga pembuluh darah ke, dan dari uterus. Di dalam uterus, pembentukan pembuluh pembuluh darah baru juga menyebabkan peningkatan aliran darah yang bermakna. Setelah pelahiran, kepiler pembuluh darah ekstra uterin berkurang sampai mencapai atau paling tidak mendekati keadaan sebelum hamil.Pada masa nifas, di dalam uterus pembuluh pembuluh darah mengalami obliterasi akibat perubahan hialin, dan pembuluhpembuluh yang lebih kecil menggantikannya. Resorpsi residu hialin dilakukan melalui suatu proses yang menyerupai proses pada ovarium setelah ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Namun, sisa sisa dalam jumlah kecil dapat bertahan selama bertahun tahun.

D. Perubahan pada vaginaEstrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu ke empat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap etrofik pada wanita menyusui sekurang kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina. kekeringan local dan rasa tidak nyaman saat koitus ( dispereunia ) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut saat melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri.Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat, pencegahan, atau pengobatan dini hematoma dan hygiene yang baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dengan introitus pada wanita nulipara.Pada umumnya episiotomy hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring miring dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan yang baik diperlukan supaya episiotomy dapat terlihat jelas. Proses penyembuhan luka episiotomy sama dengan luka operasi lain. Tanda tanda infeki ( nyeri, panas, merah,bengkak atau rabas ) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam 2 sampai 3 minggu.Hemoroid ( varises anus ) umumnya terlihat. Wanita sering mengalami gejala terkait, seperti rasa gatal, tidak nyaman dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu defekasi. Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir.E. Perubahan pada serviksServiks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas jam pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks ( bagian serviks yang menonjol ke vagina ) terlihat memar dan ada sedikit laserasi kecil kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi. Muara serviks, yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan, menutup secara bertahap. 2 jari mungkin masih dapat dimasukkan kedalam muara serviks pada hari ke 4 sampai ke-6 pasca partum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada akhir minggu ke 2. Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan, tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah, sering disebut seperti mulut ikan. Laktasi menunda produksi estrogen yang mempengaruhi mucus dan mukosa.F. Perubahan saluran kencingDiuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari post partum. Diuresis terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistansi pada saat kalla II persalinan dan pengeluara urin yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma pada saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam post partum.G. LaktasiLaktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu yang melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya, dan bagi si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman, tenteram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya.Produksi ASI masih sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang menyusui juga jangan terlalu banyak dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya karena hal ini juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang. Ada 2 refleks yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu :1. Refleks ProlaktinPada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima rangsangan neurohormonal pada putting dan areola, rangsangan ini melalui nervus vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk melalui peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI dan merangsang untuk memproduksi ASI.2. Refleks Let DownRefleks ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar, isapan bayi akan merangsang putting susu dan areola yang dikirim lobus posterior melalui nervus vagus, dari glandula pituitary posterior dikeluarkan hormon oxytosin ke dalam peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI akan terperas ke arah ampula.H. LokiaDengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi necrotic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada tabel berikut ini:

LokiaWaktuWarnaCiri-ciri

Rubra1-3 hariMerah kehitamanTerdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah

Sanginolenta3-7 hariPutih bercampur merahSisa darah bercampur lendir

Serosa7-14 hariKekuningan/ kecoklatanLebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta

Alba>14 hariPutihMengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

I. Diastasis rektus abdominalisDiastasis rektiadalah pemisahanototrektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggiumbilikus(Noble, 1995) sebagai akibat pengaruhhormonterhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dindingabdomen.Diastasis rekti abdominis umumnya terjadi di sekitar umbilikus, tetapi dapat terjadi di mana saja antara proses Xifoideus dan tulang kemaluan (pubis). Ini adalah hasil dari kelemahan peregangan otot perut dari perubahan hormon ibu dan ketegangan yang meningkat dengan membesarnya rahim. Diastasis recti abdominis dapat terjadi dalam berbagai derajat selama kehamilan dan tidak mungkin menyelesaikan secara spontan pada periode postpartum. Diastasis rectiabdominisbiasanya sembuh sendiri selama periode postpartum 6 minggu sampai 3 bulan.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanPada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik.Adapun perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut : Involusio uteri, involusio tempat plasenta, perubahan pembuluh darah rahim, perubahan pada serviks, perubahan pada vagina, perubahan pada saluran kencing, laktasi, lokia, diastasis rektus abdominalis. Perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Oleh karena itu, tenaga kesehatan terutama bidan harus memehami perubahan-perubahan tersebut agar dapat memberikan penjelasan dan intervensi yang tepat kepada pasien.