Upload
endah-risky-gustiyanti
View
797
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
Kasus 1
Penurunan kesadaran
Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke IGD rumah sakit dengan penurunan
kesadaran. Pasien terlibat dalam kecelakaan lalu lintas 2 jam sebelum masuk
rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik GCS 9, tekanan darah 80/50 mmHg, denyut
nadi radialis tidak teraba, denyut nadi brachilais 120 x/menit.tampak tonjolan
tulang perdarahan aktif pada regio femur dekstra. Akral teraba dingin.
Step 1
1. Penurunan kesadaran : keadaan dimana seseorang kurang mampu
memberikan respon terhadap stimulus.
2. Perdarahan : keluarnya darah dari pembuluh darah
3. Akral dingin : penurunan suhu pada ujung-ujung ekstremitas akibat
adanya vasokonstriksi pembuluh darah.
Step 2
1. Mengapa kesadaran pasien dapat menurun dan bagaimana dapat terjadi
penurunan kesadaran ?
2. Pada kasus tersebut termasuk pada kesadaran yang mana dan bagaimana
cara penilaian kesadarannya ?
3. Apa tanda dan gejala syok pada kasus tersebut ?
4. Pada kasus tersebut termasuk kedalam syok yang mana?
5. Apa saja penggolongan dari perdarahan ?
6. Apa penyebab perdarahan aktif pada kasus tersebut ?
7. Mengapa pada arteri radialis tidak teraba sedangkan pada arteri brachilais
teraba?
8. Bagaimana penatalaksanaan awal pada kasus tersebut ?
Step 3
1. Penyebab kesadaran menurun
Trauma kepala
Perdarahan aktif
2
Fraktur yang terbuka
Trauma kepala dapat mengakibatkan kerusakan atau gangguan
pada batang otak maupun korteks serebri yang memgang peran
dalam fungsi kesadaran melalui ARAS, jika ada gangguan pada
ARAS maka akan terjadi penurunan kesadaran.
Perdarahan aktif, berakibat pada volume darah yang berkurang
sehingga suplai darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke organ
penting seperti otak berkurang sehingga menggagu fungsi ARAS
yang berakibat terjadinya penurunan kesadaran.
Fraktur femur mengakibatkan Perdarahan aktif, berakibat pada
volume darah yang berkurang sehingga suplai darah yang
membawa oksigen dan nutrisi ke organ penting seperti otak
berkurang sehingga menggagu fungsi ARAS yang berakibat
terjadinya penurunan kesadaran.
2. Penilaian kesadaran dilakuakan secara kualitatif maupun kuantitatif
dengan menggunakan Glasgow Coma Scale. Individu dengan GCS 9
menunjukan keadaaan delirium.
3. Tanda syok
Hipotensi
Nadi tidak teraba
Takikardi
Akral dingin
Penurunan kesadaran
Perdarahan
4. Syok hipovolemik
5. Perdarahan aktif dan masif, perdarahan berdasarkan lamanya perdarahan
(waktu), perdarahan berdasar pembuluh darah yang robek atau terlibat.
6. Fraktur terbuka diregio femur dekstra yang melibatkan arteri femoralis
maupun vena femoralis profunda.
7. Terjadi vasokonstriksi pada arteri femoralis
8. Penatalaksaan awal
Minta pertolongan
Trauma kepala: kerusakan korteks / batang otak → terganggunya ARAS → penurunan kesadaran.Perdarahan aktif : volume darah ↓ →curah jantung ↓→ suplai O2 dan nutrisi otak ↓→ ARAS terganggu→penurunan kesadaran.Fraktur terbuka : pembuluh darah robek → Perdarahan aktif : volume darah ↓ →curah jantung ↓→ suplai O2 dan nutrisi otak ↓→ ARAS terganggu→penurunan kesadaran.
Tanda dan gejala syok HipotensiNadi tidak teraba : akibat vasokonstriksi pembuluh darahAkral dingin Penurunan kesadaaran
Syok hipovolemik : keadaan berkurangnya perfusy oragan dan oksigenisasi cairan akibat gangguan homeostatis.
Penatalaksanaan awal :Minta pertolongan Amankan areaKesadaran (dissabilitas)Lakuakan tindakan penilaian , circulation: cari sumber perdarahan dan denyut nadi dinilai. Breating: tentukan laju dan dalamnya pernafasan. Airway : penilaiam jalan nafas dari sumbatan.
Perdarahan :Aktif: fraktur terbuka femur dekstraPasifBedasarkan waktu: I; 8 jam, II; 8-24 jam, III; > 24 jamBerdasarka pembuluh darah yang terkena :Areteri : menyemprot, merah mudaVena : mengalir, meah tua.Kapiler : merembes, merah segar.
Pemeriksaan kulalitatif :Composmentis : kesadaran penuhApatis : kesadaran acuh tak acuhDelirium : disorientasi, berteriakSomnolen : mengantukStupor: sadar bila dirangsang nyeri dan suara lepas.Semi koma: respon pupil (-)Koma : tidak ada, respon pupil (-)
Pemeriksaan kuantitatif (GCS):Eye (E) : Spontan 4Dengan perintah 3Dengan nyeri 2Tidak ada 1Verbal (V): orientasi baik 5Disorientasi 4Kalimat inappropriate 3Meracau 2Tidak ada respon 1Motorik (M): Sesuai perintah 6Tahu arah rangsangan 5Menghindari rangsangan 4Fleksi abnormal 3Ektensi abnormal 2Tidak ada respon 1
3
Amankan area
Lakukan tindakan serta penilaian terhadap circulation, airway,
breating, dissabilitas
Step 4
Laki-laki 25 th, post KLL 2 jam→ penurunan kesadaran →
4
Step 5
1. Patofisiologi syok, klasifikasi serta tanda dan gejalanya
2. Macam-macam perdarahan
3. Penatalaksanaan awal hingga lanjutan
SB 1 Patofisiologi syok, klasifikasi serta tanda dan gejalanya
1 Jenis - jenis syok
a). Syok hipovolemik kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat
yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.
Etiologi
Perdarahan Kehilangan plasma Kehilangan cairan ekstrasel- Hematom
subkapsula hati
- Luka bakar luas - Muntah cromitus
- Aneurisma aorta
pecah
- Pankreatitis - Dehidrasi
- Perdarahan
gastrointestinal
- Deskuamasi kulit
- Sindrom Dumping
- Diare
- Terapi dlunefik yang
sangat agresif
- Diabetes insipidus
- Insufisiensi adrenal
Gambaran KlinisPenurunan tekanan darah sistolik dianggap merupakan tanda khas syok hipovolemik. Sebelum tekanan darah menurun, tubuh mengompensasi dengan melakukan vasokontriksi kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan dingin. Karena itu, syok hipovolemik kadang disebut sebagai syok dingin. Selain itu terjadi penurunan diuresis dan takikardi untuk mempertahankan curah jantung dan peredaran darah. Akibat tindakan kompensasi ini, tekanan darah untuk sementara waktu tidak menurun. Metabolisme jaringan hipoksik menghasilkan asam laktat dan menyebabkan asidosis metabolik sehingga terjadi takipnea. Akhirnya, karena terus-menerus kehilangan cairan intravaskuler, tindakan kompensasi tidak dapat mempertahankan tekanan darah yang memadai sehingga terjadi dekompensasi yang mengakibatkan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba
5
b). Syok kardiogenikSyok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh
penurunan curah jantung sistemik pada keadaan volume intravaskular yang cukup, di dapat mengakibatkan hipoksia jaringan. Syok dapat terjadi karena disfusi ventrikel kiri yang berat, tetapi dapat pula terjadi pada keadaan dimana fungsi ventrikel kiri cukup baik. Dengan menurunnya tekanan darah sistdik akan meningkatkan kadar katekolamin yang mengakibatkan konstriksi arteri vena sistemik.Etiologi Miopati
Gangguan sirkulasi koroner
Aritmia
Infark miokardium
Gagal jantung kongesti
Hipertensi yang tidak terkendali dalam waktu yang cukup lama
Jantung iskemik
Gambaran KlinisPada syok kardiogenik dapat dijumpai pelebaran batas jantung pada perkusi, kelainan irama (disaritmia) pada auskultasi jantung. Biasanya terjadi vasokontriksi perifer sehingga kulit dan bagian akral teraba dingin, tetapi tidak selalu terjadi vasokontriksi tersebut sehingga kulit dan akral teraba hangat. Selain itu, oliguria juga dapat ditemui. Jika terjadi kegagalan fungsi diastolik, beban hulu dapat menurun, walaupun demikian berbagai tanda yang menggambarkan “kelebihan cairan”, seperti edema pulmonal, edema perifer, dan hepatomegali.
c). Syok distributifSyok distributif disebabkan oleh maldistribusi aliran darah karena
adanya vasodilatasi perifer sehingga volume darah yang bersirkulasi secara efektif tidak memadai untuk perfusi jaringan. Vasodilatasi periper menimbulkan hipovolemia relatif . contoh klasik dari syok distributif adalah syok septik.
Etiologi
- Pacuan panas (heat stroke)
- Anafilaksis reaksi alergi
6
- Syok neurogenik hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak
diseluruh Ebh akibat kegagalan
- Systemic inflamantory resoane syndrom (SIRS)
- Trauma yang hebat
- Kegagalan jantung, perdarahan, terbakar, infeksi berat
- Anemia
- Dehidrasi
Gambaran KlinisGambaran klinis pada syok distributif terbagi menurut jenis syoknya. Pada syok septik, vasodilatasi perifer tidak dipengaruhi oleh ketokelamin. Kulit penderita hangat sehingga syoknya juga disebut syok panas. Kulit menjadi merah karena vasodilatasi, sedangkan peredaran darah meningkat pesat untuk mengompensasi ruang vaskuler yang meluas. Denyut nadi menguat sebagai tanda peningkatan curah jantung. Tekanan nadi, yaitu perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan diastolik juga meningkat. Suhu badan mungkin tidak meningkat. Hipoksia otak menyebabkan kegelisahan dan akhirnya koma. Perfusi ginjal yang tidak mencukupi menyebabkan oliguria. Pada syok anafilaktik, dapat dijumpai tanda berupa rekasi dermatologik (eritema), dan obstruksi jalan napas yang ditandai dengan bunyi mengi
d). Syok obstruktif Diakibatkan oleh gangguan pengisian pada ventrikel kanan maupun
kiri yang dalam keadaan berat bisa menyebabkan penurunan kardiak output. Hal ini bisa terjadi pada obstruksi vena cava, emboli pulmonal, pneumotorak, gangguan pericardium (tamponade jantung) berupa atrial myxoma.Gambaran KlinisPada syok obstruktif dapat dijumpai berbagai tanda dan gejala seperti peningkatan tekanan vena jugularis, pulsus paradoksus (tamponade), takipnea, takikardi, hipotensi; pada tension pneumothorax, dapat pula dijumpai penurunan bunyi napas dan hipersonor pada perkusi dada
Patofisiologi syok
Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan sua(tu sindrom
klinis kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai
7
manifestasi hemodinamik; tetapi petunjuk yang umum adalah tidak memadainya
perfusi jaringan. Keadaan hipoperfusi ini memperburuk hantaran oksigen dan
nutrisi, serta pembuangan sisa-sisa metabolit pada tingkat jaringan. Hipoksia
jaringan akan menggeser metabolisme dari jalur oksidatif ke jalur anaerob, yang
mengakibatkan pembentukan asam laktat. Kekacauan metabolisme yang progresif
menyebabkan syok menjadi berlarut-larut, yang pada puncaknya akan
menyebabkan kemunduran sel dan kerusukan multisistem.
Sebagian besar syok ditandai oleh curah jantung yang rendah dan tahanan
perifer yang tinggi. Namun, syok juga dapat terjadi pada curah jantung normal
atau bahkan meningkat jika tahanan perifer total menurun dengan cepat (seperti
pada vasodilatasi akut) dan memepertahankan tekanan perfusi yang memadai.
Syok bersifat progresif dan terus memburuk. Syok dapat dibagi dalam tiga
tahap yang makin lama makin berat:
a) Tahap I, Syok terkompensasi (non-progresif), yaitu tahap terjadinya
respons kompensatorik untuk menstabilkan sirkulasi dan mencegah
kemunduran lebih lanjut.
b) Tahap II, tahap progresif, ditandai oleh menifestasi sistemik dari
hipoperfusi dan kemunduran fungsi organ.
c) Tahap III, refrakter (atau irreversibel), yaitu tahap saat kerusakan sel yang
hebat tidak dapat lagi dihindari, yang pada akhirnya menuju kematian.
8
Etiologi syok kardiogenik
Disfungsi Miokard
SV ↓
CO ↓
Pengosongan ventrikel tidak efektif
Tekanan paru ↑
Edema paru
Oksigenasi ↓
Suplai oksigen sel ↓
Perfusi jaringan ↓
Etiologi syok hipovolemik
Permeabilitas ↑ dan vasodilatasi massive
Etiologi syok neurogenik
Volume sirkulasi ↓
Venous return ↓
Overstimulasi parasimpatis dan understimulasi
simpatis
Vasodilatasi pembuluh darah
Hipotensi
Reaksi antibodi-antigen
Pelepasan histamin dan mediator vasoaktif
Paparan alergen
Etiologi syok anafilaktik
Syok
SV ↓
CO ↓Mekanisme
vasokontriksi pembuluh
Akral dingin Nadi tidak teraba
Bagan 1. Patofisiologi syok secara umum dan proses timbulnya manifestasi klinis berupa akral dingin dan nadi tidak teraba pada pasien
9
SB 2 Macam-macam perdarahan
Perdarahan dalam kasus bedah dikelompokkam dalam beberapa kategori berdasarkan fasilitas transfusi setempat secara arbiter (menurut kesepakatan bersama):
- Golongan I (mengancam jiwa) : bila untuk mempertahankan tekanan darah sistolik sekitar 100 mmHg diperlukan koreksi transfusi sebanyak 2000mL atau lebih dalam waktu kurang dari 8 jam. Kondisi ini memerlukan pertolongan bedah segera.
- Golongan II : bila koreksi 2000mL diperlukan dalam kurun waktu 8-24 jam. Perdarahan kategori II harus dihentikan dengan intervensi bedah setelah persiapan yang lebih baik.
- Golongan III : bila koreksi transfusi diperlukan dalam kurun waktu lebih dari 24 jam. Perdarahan kategori III tidak memerlukan tindak bedah, namun perdarahan kategori III perlu diwaspadai karena mungkin ada gangguan koagulasi selain cedera pembuluh darah.
Perdarahan masif : perdarahan lebih dari sepertiga volume darah dalam waktu kurang dari 30 menit. Perdarahan masif mendapat prioritas yang sama dengan henti napas dalam penanggulanganya.
Klasifikasi Penemuan klinis Pengelolaan Kelas 1 : kehilangan volume darah <15%
Hanya takikardia minimal <100x/menit
Tidak perlu penggantian volume
Kelas 2 : kehilangan volume darah 15-30%
Takikardia (100-120x/menit)Takipneu (20-30x/menit)Menurunya produksi urine (20-30 cc/jam)
Penggantian volume cairan kristaloid
Kelas 3 : kehilangan volume darah 30-40%
Takikardia >120x/menitTakipneu 30-40x/menkitMenurunya produksi urine (5-15 cc/jam)
Penggantian volume dengan cairan kristaloid dan darah
Kelas 4 : kehilangan volume darah >40%
>140x/menitTakipneu >35x/menitDitandai dengan pucat dan dingin
SB3 Penatalaksanaan awal hingga lanjutan
Penanganan setiap jenis syok membutuhkan penghilangan penyebab
utama syok tersebut. Misalnya pada syok anafilaktik maka perlu pembuangan
10
antigen penyebab baik dengancara menghentikan pemberian agen, atau lewat
obat-obatan untuk menghilangkan efek agen dengan cara memperbaiki tonus otot.
Sedangkan pada syok sepsis maka perlu menghilangkan bakterin penyebab
syok tersebut melalui pemberian obat-obatan antibiotic. Selain itu memerlukan
pemulihan hemodinamik dengan cara pemberian cairan berdasarkan perubahan
fisiologis yang terjadi.
Selain penatalaksanaan umum pada syok terdapat pula penatalaksanaan
khusus berupa pemberian agen-agen untuk memperbaiki hemodinamik pasien .
1. Penatalaksanaan umum
a. Segera baringkan panderita, dengan kaki diangkat lebih tinggi dari
kepala untuk menaikan aliran balik vena. Usaha ini bertujuan untuk
memperbaiki curah jantung dan menaikan tekanan darah
b. Penilaian ABC sebagai tahapan dari resusitasi jantung paru
Air ways penilaian jalan nafas
Jaga agar jalan nafas tetap terbuka, pastikan tidak ada sumbatan. Jika
pasien dalam kondisi tak sadar, posisikan kepala dan leher agar lidah
tidak jatuh ke belakang menutupi jalan nafas dengan cara melakukan
ekstensi kepala.
Breathing penilaian status pernafasan
Memberikan bantuan nafas jika ada tanda-tanda pasien tidak mampu
bernafas spontan, baik mouth to mouth, mouth to nose, atau dengan
menggunakan alat bagging. Pada syok anafilaktik yang disertai udem
laring maka diperlukan obat-obatan bronkodilator untuk
mempertahankan jalan nafas terbuka. Sedangkan penderita yang
mengalami obstruksi jalan nafas total maka diperlukan tindakan
intubasi segera melalui endotrakhe, krikotirotomi, atau trakeotomi.
Circulation
Jika tidak teraba nadi pada arteri besar (carotid, atau femoralis) maka
segera lakukan kompresi jantung luar.
c. Menghilangkan atau mengasi penyebab syok
11
2. Penatalaksanaan khusus
a. Vasopressor
Pemberian obat-obatan ini adalah setelah koreksi cairan dan
ventilasi. Bila terjadi bradikardi, berikan terlebih dahulu isoproterenol
untuk meningkatkan O2 miokard, sehingga dapat mencegah meluasnya
infark miokard. Yang termasuk agen vasopressor ini adalah
noradrenalin, dopamine, dobutamin, dan pentolamin.
Noradrenalin diberikan sebanyak 16 mg atau 10 mg pentolamin
dalam 500 cc dekstrose 5%. Sedangkan pemberian dopamine dan
dobutamin juga sangat dianjurkan untuk meningkatkan perfusi ginjal.
Dopamine mampu meningkatkan perfusi ginjal melalui stimulasi
reseptor dopaminergik pada dosis 0,5-2 mcg/kgBB/menit. Sedangkan
pada dosis 5-10 mcg/kgBB/menit akan menstimulasi reseptor beta yang
berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot jantung. Akan tetapi jika
melebihi 10 mcg/kgBB/menit maka ia akan menstimulasi reseptor alfa
yang meningkatkan tahanan vascular sistemik sehingga memperburuk
kondisi pada gagal jantung.
Dobutamin memberikan efek yang baik terhadap peningkatan
curah jantung tanpa mempengaruhi tekanan darah. Sedangkan akibat
lain yang ditimbulkan adalah penurunan tahanan sistemik, tekanan vena
dan denyut jantung.
b. Vasodilator
Obat-obatan ini terutama untuk syok kardiogenik dimana jantung
mengalami kelemahan. Nitrogliserin digunakan dengan tujuan untuk
mengurangi preload sehingga menurunkan beban jantung.
Na Nitrofusid digunakan untuk preload dan afterload dengan dosis
0,5-3 mcg/kgBB/menit. Selain itu terdapat juga captropil yang
digunakan sebagai penurun preload dan afterload.
c. Inotropik
Obat ini digunakan terutama pada pasien syok kardiogenik dengan tujuan untuk menurunkan aktivitas jantung yang berlebih, sehingga menurunkan kebutuhan oksigen miokard.