Isi Power Point

Embed Size (px)

DESCRIPTION

isi dari powerpoint

Citation preview

ISI POWER POINTHemolisis merupakan suatu proses yang menunjukkan terjadinya lisis pada sel darah merah (eritrosit) dimana hemoglobin keluar dari sel. Hemolisis terjadi jika sel didedahkan dalam medium yang hipotonis, Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung

Hemolisis merupakan suatu proses yang menunjukkan terjadinya lisis pada sel darah merah (eritrosit) dimana hemoglobin keluar dari sel. Hemolisis terjadi jika sel didedahkan dalam medium yang hipotonis. Eritrosit memiliki membran yang bersifat selektif permiabel yang artinya hanya senyawa atau zat tertentu saja yang dapat menembus atau memasuki dinding selnya. Rusaknya membran dari eritrosit biasanya disebabkan karena penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam sel darah. Hal yang mungkin terjadi bila eritrosit dimasukan ke dalam medium yang hipotonis adalah medium tersebut akan masuk ke dalam membran pada eritrosit sehingga sel darah akan menggembung. Pecahnya sel dari eritrosit disebabkan sel tidak dapat menahan tekanan yang terdapat dari dalam sel eritrosit itu sendiri. Sebaliknya bila eritrosit ditempatkan pada larutan yang hipertonis, maka cairan dari dalam erotrosit akan keluar dari dalam sel menuju medium sehingga eritrosit akan menjadi berkerut. Peristiwa ini biasa dikenal dengan krenasi.Praktikum hemolisis dilakukan pengamatan pada sel darah merah yang ditambahkan larutan NaCl dengan konsentrasi berbeda yaitu 0,9 % sebagai larutan yang bersifat isotonis dan konsentrasi 3 % sebagai larutan yang bersifat hipertonis. Akuades dalam pengamatan ini bersifat sebagai larutan hipotonis. Tujuan dari penggunaan larutan ini adalah untuk melihat peristiwa hemolisis, krenasi atau tidak keduanya pada sel darah merah. Hasil pengamatan pada perlakuan sel darah merah yang ditambahkan dengan larutan NaCl 0,9 % diperoleh bentuk sel darah merah tetap dalam keadaan bikonkaf dan tetap berwarna merah. Bentuk bikonkaf merupakan bentuk umum dari sel darah merah (eritrosit). Hal ini dikarenakan larutan NaCl 0,9 % bersifat isotonis. Larutan isotonis merupakan larutan fisiologis yang konsentrasinya seimbang baik di dalam maupun di luar sel.Pengamatan pada perlakuan ketika sel darah merah ditambahkan larutan NaCl 3 % diperoleh sel darah merah tampak kehitaman dan penampakan sel darah merah (eritrosit) tampak berkerut. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peristiwa krenasi pada sel darah merah yang dikarenakan larutan NaCl 3 % bersifat hipertonis. Larutan hipertonis akan menyebabkan sitoplasma tertarik keluar sel karena terdapat perbedaan tekanan osmosis di dalam dan di luar sel. Pengamatan pada perlakuan ketika sel darah merah ditambahkan larutan akuades diperoleh sel darah merah tampak kekuningan dan penampakan sel darah merah ketika diamati dibawah mikroskop tidak ditemukan hasil pengamatan. Namun, teori menjelaskan bahwa sel darah ketika ditambahkan akuades akan memperlihatkan penampakan sel darah merah (eritrosit) tampak pecah. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peristiwa hemolisis pada sel darah merah yang dikarenakan larutan akuades bersifat hipotonis. Akuades merupakan cairan hipotonis yang menyebabkan perbedaan konsentrasi dimana konsentrai darah lebih tinggi daripada konsentrasi aquades, sehingga beberapa cairan dari aquades masuk kedalam sel-sel darah merah tersebut sampai konsentrasinya seimbang akan tetapi membran atau lapisan yang dimiliki darah tidak kuat untuk menampung semua itu sehingga terjadilah hemolisis (pecahnya sel darah merah). Larutan hipotonis akan menyebabkan cairan di luar sel berdifusi ke dalam eritrosit yang menyebabkan perbedaan potensial air, dimana potensial air dari NaCl lebih tinggi dibandingkan potensial air pada eritrosit. Jumlah air yang masuk ke dalam eritrosit semakin bertambah dan melampaui daya tampung dari sel darah merah. Hal ini menyebabkan membran sel darah merah yang bersifat selektif permiabel pecah sehingga sitoplasma dari eritrosit keluar. Hal ini mempermudah molekul air dan ion Cl dari larutan NaCl untuk masuk ke dalam sel darh merah sehingga menyebabkan sel darah merapat dan akhirnya pecah karena tekanan dari molekul air dan ion. Peristiwa hemolisis dan krenasi tidak pernah terlepas dari peran osmosis dan difusi. Kerusakan pada membran sel darah dikaarenakan sel darah didedahkan pada medium yang hipotonis atau hipertonis. Apabila larutan bersifat hipotonis larutan dari luar akan masuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit menggembung melebihi kemampuan dari sel dan akhirnya pecah karena larutan masuk melalui membran eritrosit yang bersifat semi permiabel. Sedangkan bila larutan bersifat hipertonis dimasukan dalam darah akan menyebabkan isi sel keluar menuju medium sehingga sel mengkerut.

http://biologimipauho.blogspot.co.id/2014/06/hemolisis.htmlPENDAHULUAN

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).Maksud dan tujuan- Untuk mempelajari proses hemolisis dan keriput pada membran eritrosit.- Mempelajari dan mengetahui ketahanan membran eritrosit terhadap penurunan tekanan osmosis plasma (Erythrocyte Fragility Test = Tes Fragilitas Eritrosit)

II. Materi dan metodeAlat dan bahan : Darah sapi dan antikoagulans NaCl fisiologis Lrt. NaCl 5%; 3%. Gelas arloji Lrt. Ureum 1.8% dalam NaCl 0.9% Lrt. Ureum 1.8% dalam aquades Spuit atau pipet Kaca benda (obyec glass) dan penutup (cover glass Mikroskop Natrium sitrat 3.8% Tabung reaksi dan raknya

Metode : - hemolisis : pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis- fragilitas : tekanan osmosis tegangan muka dinding eritrosit

III. Tata kerjaa. Tekanan osmotik eritrosit (test fragilitas)1. Mengambi 6 buah tabung reaksi yang bersih dan memberi tanda nomor 1 sampai 62. Ke dalam tabung tersebut berturut (dari no. 1-6) dimasukkan larutan NaCl 5% sebanyak 0.8; 0,7; 0.6; 0.5; 0.4; dan 0.3 ml menggunakan pipet hisap kap. 1 ml.3. Kemudian pada tiap tabung tsb. (1-6) ditambahkan aquades 4.2; 4.3; 4.4; 4.5; 4.6; dan 4.7 ml menggunakan pipet hisap kap. 5 ml,.sehingga sekarang volume larutan dalam tiap tabung masing-masing menjadi 5 ml. Diaduk (dibolak-balik) hingga campur dengan baik. Ditaruh pada rak tabung. 4. Menghitung kadar NaCl dalam tiap tabung.5. Meneteskan darah sapi sebanyak 5 tetes ke dalam setiap tabung (menggunakan pipet kap. 1 ml atau pipet dropping). Dicampur (bolak-balik) hingga homogen, ditaruh pada rak (dijaga jangan sampai terjadi goncangan pada tabung).6. Setelah 1 jam, mengamati pada lapis atas di setiap tabung. Dari tabung no. 1 lrt. Tampak 2 lapis, dimana lapis atas berwarna jernih (ini berarti darah tidak mengalami pecah membran/tidak hemolisis). Selanjutnya diamati pada tabung manakah yang lapis atas mulai berwarna merah (disinilah mulai terjadinya pecah membran = titik fragilitas eritrosit). Pada tabung no. 6 terjadi hemolisis total yang ditandai warna merah transparan pada senua bagian.7. Menentukan tabung mana (no. berapa = kadar berapa) terjadinya fragilitas eritrosit.

b. Hemolisis dan keriput.1. Mengambil 3 tabung reaksi dan diberi label A, B, dan C, lalu masing-masing dituangi 1 ml darah sapi, kemudian ditambahkan pada tabung B : 3 ml NaCl 3 %; C 3 ml aquades,dibolak-balik hingga campur rata (diperhatikan warna darah sekarang), dan tabung A dibiarkan sebagai kontrol.2. Menuangkan dari tabung A, B, dan C masing-masing 1 ml. ke dalam 3 buah gelas arloji, ditaruh di atas benda hitam (diperhatikan pada gelas arloji mana yang benda hitam tadi tampak). Sekarang ditaruh diatas benda putih (kertas yang ada tulisannya), diperhatikan gelas arloji mana yang tulisannya bisa dibaca.3. Mengambil masing-masing setetes contoh darah dengan lidi dari gelas arloji tadi di atas gelas benda dan ditutup dengan gelas cover. Dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 400X, dilihat (tidak ada eritrosit, keriput, dan atau terlihat normal, dan gambar).4. Mengambil darah dari tabung B 1 ml ditaruh di tabung reaksi yang baru (kosong), ditambah dengan aquades 3 ml campurlah. Juga diambil darah dari tabung C, ditaruh pada tubung kosong1 ml, ditambah 3 ml NaCi 3%, dicampur dengan baik. Mengerjakan kembali pemeriksaan seperti pada no. 2 dan 3 (diatas benda hitam dan putih).5. Menyediakan 2 tabung reaksi beri label D dan E, masing-masing 1 ml darah sapi, lalu tabung D ditambahkan 3 ml larutan ureum 1.6% dalam aquades dan tabung E ditambah 3 ml larutan ureum 1.6% dalam NaCl 0.9%.6. Mengerjakan pemeriksaan seperti no. 2 dan 3 di atas.

IV. Hasil PengamatanTes FragilitasNO Kadar NaCl Pengamatan makroskopis Pengamatan makroskopis1 0.8 2 0.7 3 0.6 4 0.5 5 0.4 6 0.3

Hemolisis dan keriputTabung Perlakuan Alas hitam/putih Bentuk sel (Mikroskopis) KeteranganA 1 cc darah + -

B 1 cc darah + 3 cc NaCl 3% + - 1 cc (1 cc darah + 3 cc NaCl) + 3 cc aquades + -

C 1 cc darah + 3 cc aquades + - 1 cc (1 cc darah + 3 cc aquades) + 3 cc NaCl 3% + -

D 1 cc darah + 3 cc ureum 1.8% dlm.aquades + - E 1 cc darah + 3 cc Ureum 1.8% dlm. NaCl 0.9% + - Keterangan : + kelihatan, dan tidak kelihatan

IV. BAHASAN

. Bahaslah bila terjadi perbedaan baik dengan teori maupun dengan hasil kelompok lain, bila hasil sesuai dengan teori, utarakan faktor-faktor apa saja yang sekiranya dapat mempengaruhi hasil praktikum (mis. dari segi teknis, maupun mungkin dari segi alat dan bahan)

V. SIMPULAN

Simpulkan hasil praktikum saudara, bila prak. hanya pembuktian maka hasil prak. dapat dipakai sbg. simpulan, tetapi bila dalam prak. memberikan perlakuan, maka hasil bukan merupakan simpulan.http://fredi-36-a1.blogspot.co.id/2010/04/hemolisis.html