23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anestetik intravena lebih banyak digunakan dalam bertahun – tahun terakhir ini baik sebagai adjuvan bagi anestetik inhalasi maupun sebagai anestetik tunggal karena tidak diperlukan peralatan yang rumit dalam penggunaannya. Tujuan pemberiannya adalah untuk (1) Induksi anestesia ; (2) induksi dan pemeliharaan anestesi pada tindak bedah singkat ; (3) menambah efek hipnosis pada anestesia atau analgesia lokal ; dan (4) menimbulkan sedasi pada tindak medik. Anestesia intravena ideal adalah yang (1) cepat menghasilkan hipnosis; (2) mempunyai efek analgesia; (3) menimbulkan amnesia pasca-anestesia; (4) dampak buruknya mudah dihilangkan oleh antagonisnya; (5) 1 | Referat Ketamin

Isi Referat Ketamin - Dr. SSD - Rifqi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anestesi

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAnestetik intravena lebih banyak digunakan dalam bertahun tahun terakhir ini baik sebagai adjuvan bagi anestetik inhalasi maupun sebagai anestetik tunggal karena tidak diperlukan peralatan yang rumit dalam penggunaannya. Tujuan pemberiannya adalah untuk (1) Induksi anestesia ; (2) induksi dan pemeliharaan anestesi pada tindak bedah singkat ; (3) menambah efek hipnosis pada anestesia atau analgesia lokal ; dan (4) menimbulkan sedasi pada tindak medik.Anestesia intravena ideal adalah yang (1) cepat menghasilkan hipnosis; (2) mempunyai efek analgesia; (3) menimbulkan amnesia pasca-anestesia; (4) dampak buruknya mudah dihilangkan oleh antagonisnya; (5) cepat dieliminasi oleh tubuh; (6) tidak atau sedikit mendepresi fungsi respirasi, dan kardiovaskuler; dan (7) pengaruh farmakokinetiknya tidak bergantung pada disfungsi organ. Kriteria ini sulit dicapai oleh satu macam obat, maka umumnya digunakan kombinasi beberapa obat umumnya digunakan cara anestesi lain.B. Rumusan MasalahBagaimana tentang ketamin di dalam hal dunia medikamentosa pada bidang anestesi?

C. Tujuan dan ManfaatTujuan dan manfaat dari referat ini adalah :1. Bagi PenulisDengan adanya penyusunan referat ini dapat menambah bekal pengetahuan yang dapat berguna kelak dalam memasuki dunia kerja dalam bidang kedokteran di masa depan.2. Bagi InstansiDapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan proses pelayanan dalam masyarakat khususnya dalam pelayanan pra medikasi pre-operasi, selama operasi,dan pasca operasi di bidang anestesi.3. Bagi AkademikDapat dijadikan tolak ukur bagi fakultas dalam mengetahui tingkat kemajuan mahasiswa dalam proses kegiatan belajar dan mengajar dalam pendidikan profesi kedokteran umum.

BAB II PEMBAHASAN

A. Sifat dan Struktur KimaKetamin adalah derivat phencyclidine, dengan rumus kimia 2-O-chlorophenyl-2-metyl amino cyclohexanon HCL. Merupakan kristal putih yang larut dalam air dan memiliki pH 3,5-5,5, mula-mula disintese oleh Steven pada tahun 1965 untuk anestesi, sedangkan pencyclidin sendiri tidak dipakai lagi karena menimbulkan insidens halusinasi yang tinggi.1

Gambar 1. Rumus bangun ketamin

Molekul ketamin mengandung inti chiral yang meghasilkan 2 isomer optis, yaitu Isomer S (+) dan R (-). Isomer S (+) menghasilkan anestestik yang lebih poten dan analgesia yang lebih baik (pada percobaan secara in vivo ditunjukkan bahwa isomer S (+) ketamin 2 3 kali lebih poten dari pada isomer R (-) ketamin dalam analgesia), kesadaran lebih cepat dan lebih rendahnya insiden reaksi terbangun dibandingkan dengan isomer R(-).Kedua isometri ketamin mampu menghambat pengambilan kembali katekolamin ke saraf simpatik postganglion (suatu efek seperti kokain).1,2

R-Ketamin Ball and stick model of R-Ketamine S-Ketamin Ball and stick model of S-KetamineKetamin adalah larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relatif aman (batas keamanan lebar). Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestetik dan kataleptik dengan kerja singkat.1Ketamin disintesis dari 2-klorobenzonitril, yang bereaksi dengan reagen Grignard siklopentilmagnesium bromide menghasilkan 1-(2-klorobenzoil) siklopentane. Selanjutnya terjadi brominasi menggunakan bromin yang bereaksi dengan larutan metilamin membentuk derivat methylimino.1

B. Mekanisme KerjaKetamin adalah suatu analgesik kuat pada konsentrasi plasma subanestetik, dan efek anestetik dan analgesia mungkin diperantarai oleh mekanisme yang berbeda. Yang secara rinci, analgesia mungkin dalam kaitan dengan suatu interaksi antara ketamin dan opioid reseptor di dalam sistem saraf pusat. Ketamin dan campuran seperti phencyclidin telah memperlihatkan blok nonkompetitif eksitasi asam glutamat pada reseptor N-metil-D-aspartat.2,3Ketamin dilaporkan berinteraksi dengan mu (), delta () dan kappa () reseptor dari opioid. Interaksi dengan opioid reseptor ini pada berbagai studi NH O menduga bahwa ketamin sebagai antagonis pada reseptor dan agonis pada k reseptor. N-methyl-D-aspartate adalah suatu asam amino yang bekerja sebagai reseptor dan merupakan subgrup dari opioid reseptor. Ketamin bekerja sebagai suatu antagonist reseptor untuk memblok spinal nociceptive refleks. Toleransi silang antara ketamin dan opioids suatu reseptor umum untuk induksi analgesia ketamin. Suatu opioid reseptor teori akan lebih lanjut didukung oleh pembalikan efek ketamin dengan naloxone. Sampai saat ini, pembahasan efek naloxone atau respon ketamin belum selesai. Dalam klinik dilaporkan ketamin tidak hanya digunakan dalam general anestesi tetapi juga regional anestesi. Neuronal system mungkin melibatkan kerja antinosiseptif dari ketamin, blokade norepinefrin dan serotonin reseptor merupakan kerja ketamin sebagai analgesia.3

C. FarmakodinamikPada sistem saraf pusat ketamin menimbulkan anestesi disosiasi, disini setiap rangsang yang diterima akan diinterpretasikan berbeda. Hal ini oleh karena ketamin menimbulkan gangguan fungsi dan gangguan elektrofisiologi, antara thalamokortikal dan sistem limbik. Dalam hal ni pasien mengalami katalepsi, mendapat analgesi yang kuat dan amnesia, tetapi hanya mengalami sedasi yang ringan. Pasien dapat mengalami halusinasi dan mimpi buruk, kejadian ini lebih sering terjadi pada wanita dan orang dewasa. Kadang kadang pasien mengalami diplopia atau gangguan penglihatan lainnya, yang bertahan sampai beberapa saat, setelah pemulihan kesadaran.2Ketamin meningkatkan aliran darah ke otak, konsumsi oksigen otak dan tekanan intrakranial, karena itu berbahaya memberikan ketamin pada penderita dengan tekanan intrakranial yang tinggi. Ketamin juga meningkatkan terjadinya kejang pada pasien-pasien epilepsi.2Setelah mendapatkan dosis anestesi secara intravena, 10-60 detik kemudian, penderita menjadi tidak sadar. Reflek bulu mata, korneal, dan laringeal agak terdepresi. Tonus otot meningkat, sering terjadi gerakan otot involunter dan kadang-kadang bersuara, meskipun pasien mengalami amnesia.2Pada sitem kardiovaskuler, ketamin meningkatkan tekanan darah, laju curah jantung, dan curah jantung. Ketamin dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang ringan. Efek terhadap kardiovaskuler adalah peningkatan tekanan darah arteri paru dan sistemik, laju jantung dan kebutuhan oksigen jantung. Ketamin dapat pula meningkatkan isi semenit jantung pada menit ke 5 15 sejak induksi. Cardiac index (CI) akan meningkat dari 3,1 liter/menit/m2 menjadi 3,5 liter/menit/m2. Peningkatan maksimal terjadi 2-4 menit sesudah pemberian intravena, kemudian dengan perlahan-lahan antara 10-20 menit akan kembali normal. Peningkatan kardiovaskuler ini diduga akibat eksitasi pusat simpatis. Di dalam plasma, terjadi peningkatan kadar epinefrin dan norepinefrin, 2 menit sesudah penyuntikan intravena dan kemballi normal 15 menit kemudian. Dengan adanya efek stimulasi kardiovaskuler, maka ketamin dipakai untuk induksi pasien syok.2Pada sistem respirasi, ketamin hanya sedikit mengurangi respiratory rate. Kadang kadang menyebabkan apnoe pada penyuntikan IV cepat, atau pada pasien yang mendapatkan narkotik. Sedang emberian dosis kecil diazepam (0,2 mg/kgBB) hanya menimbulkan sedikit pengaruh pada pernapasan, tetapi dengan dosis tingggi akan menimbulkan depresi napas.2Reflek reflek dan tonus otot jala napas atas, biasanya masih aktif. Sekresi kelenjar tracheo bronkia; dan saliva meningkat, efek ini bisa dihambat dengan obat-obat antisekresi. Ketamin mempunyai sifat melebarkan bronkus dan dapat menjadi antagonis bronkokonstriktor akibat histamin. Karena itu ketamin dipakai untuk penderita asma bronkiale. Ketamin dapat menembus barrier placenta dan meningkatkan tonus otot janin, tetapi tidak menurunkan tonus uterus. Pengaruh pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendapat ketamin untuk analgesi persalinan tergantung dosisnya.2Ketamin tidak menaikkan kadar histamin plasma, karena itu jarang menimbulkan hipersensitif.2Pada mata ketamin meningkatkan tekanan intraoculi sebentar, menyebabkan gerakan bola mata dan nistagmus.2

D. FarmakokinetikFarmakokinetik ketamin menyerupai tiopental dalam onset yang cepat, durasi yang singkat, dan daya larut tinggi dalam lemak. Ketamin mempunyai suatu pKa 7,5 pada pH fisiologis. Konsentrasi plasma puncak ketamin terjadi dalam 1 menit pada pemberian IV dan dalam 5 menit pada suntikan IM.4 Ketamin tidaklah harus signifikan menempel ke protein plasma dan meninggalkan darah dengan cepat dan didistribusikan ke dalam jaringan. Pada awalnya, ketamin didistribusikan ke jaringan yang perfusinya tinggi seperti otak, di mana puncak konsentrasi mungkin empat sampai lima kali di dalam plasma.4Daya larut ketamin dalam lemak (5 10 kali dari tiopental) memastikan perpindahan yang cepat dalam sawar darah otak. Lagipula, induksi ketamin dapat meningkatkan tekanan darah cerebral bisa memudahkan penyerapan obat dan dengan demikian meningkatkan kecepatan tercapainya konsentrasi yang tinggi dalam otak. Sesudah itu, ketamin didistribusikan lagi dari otak dan jaringan lain yang perfusinya tinggi ke lebih sedikit jaringan yang perfusinya baik. Waktu paruh ketamin adalah 1 2 jam.44

Gambar 2. Metabolisme ketamin.Dikutip dari Stoelting, HillerMetabolisme ketamin secara ekstensif oleh microsomal enzim hepatik. Suatu jalur metabolisme yang penting adalah demethylation ketamin oleh sitokrom P450 menjadi nor ketamin. Norketamin adalah hydroxylated dan kemudian menghubungkan ke glucuronide metabolit yang non-aktif dan dapat larut dalam air. Zat ini kemudian mengalami hidroksilasi. Semua hasil metabolisme ini kemudian mengalami konjugasi dan diekskresi melalui urin dan feces. Halotan atau diazepam memperlambat metabolisme dari ketamin dan memperpanjang efek obat tersebut.1,4 Ketamin tersimpan dalam jaringan dimana dapat berperan pada efek kumulatif obat dengan pengulangan atau pemakaian yang kontinu.

E. Efek Samping

F. Interaksi ObatKetamin dapat meningkatkan efek obat sedatif lain, termasuk : benzodiazepin, barbiturat, opiat / opioid, anestesi, dan minuman beralkohol.5

G. Indikasi Penggunaan KlinisKetamin adalah suatu obat yang unik yang menimbulkan analgesia kuat pada dosis subanestetik dan memproduksi induksi anesthesia yang cepat melalui intra vena pada dosis lebih tinggi. Pemberian dari suatu antisialogogue dalam pengobatan preoperatif sering direkomendasikan untuk menghindari batuk dan laryngospasme oleh karena ketamin berhubungan dengan pengeluaran ludah. Glikopirolat mungkin lebih baik, seperti atropin atau skopolamin bisa secara teoritis meningkatkan timbulnya kegawatan delirium. Analgesia kuat dapat dicapai dengan dosis ketamin subanestetik, 0,2 sampai 0,5 mg kg-l IV. Analgesia ditujukan lebih baik untuk nyeri somatik dibanding untuk nyeri viseral. Analgesia dapat dilakukan selama kehamilan tanpa berhubungan dengan depresi neonatal. Neonatal neurobehavioral score bayi yang dilahirkan lewat pervaginal dengan ketamin analgesia adalah lebih rendah dari pada bayi mereka yang lahir dengan epidural atau spinal anesthesia, tetapi lebih tinggi dibanding skor bayi dengan tiopental-nitrous oksida. Ketamin digunakan sebagai induksi anestesi dengan dosis, 1 2 mg kg-l IV atau 5 10 mg kg-l IM. Suntikan ketamin melalui intra vena tidak menimbulkan nyeri atau iritasi pembuluh darah. Kebutuhan untuk intramuskular dengan dosis besar mencerminkan suatu efek metabolisme di hepar yang signifikan untuk ketamin. Kesadaran hilang 30 sampai 60 detik setelah penggunaan intravena dan 2 sampai 4 menit setelah suntikan intramuscular. Kesadaran hilang dihubungkan dengan pemeliharaan normal atau hanya refleks berkenaan dengan depresi faringeal dan laringeal. Kembalinya kesadaran pada umumnya terjadi 10 sampai 15 menit yang mengikuti suatu dosis induksi ketamin intravena, tetapi kesadaran yang komplit dapat tertunda lama. Amnesia dapat menetap untuk sekitar 1 jam setelah kembalinya kesadaran, tetapi ketamin tidak menyebabkan amnesia retrograd.2Complex Regional Pain Syndrome (CRPS)Ketamin saat ini digunakan sebagai pengobatan eksperimental dan kontroversial untuk CRPS, juga dikenal sebagai distrofi refleks simpatis (RSD). CRPS / RSD adalah penyakit kronis yang ditandai dengan gangguan sensorik, otonom, motor, dan dystrophic. Rasa sakit di CRPS bersifat kontinu, memburuk dari waktu ke waktu, dan biasanya proporsional dengan tingkat keparahan dan lamanya acara menghasut. Hipotesisnya adalah bahwa ketamin memanipulasi reseptor NMDA yang mungkin me-reboot aktivitas otak menyimpang. Salah satu modalitas pengobatan adalah infus ketamin dosis rendah antara 25 dan 90 mg per hari, selama lima hari, baik di rumah sakit atau sebagai pasien rawat jalan.5Efek samping yang paling sering diamati pada pasien yang menerima pengobatan ini adalah perasaan mabuk. Halusinasi terjadi pada enam pasien. Efek samping lain juga termasuk keluhan dari kepala ringan, pusing, dan mual. Dalam empat pasien, perubahan pada profil enzim hati tercatat, infus dihentikan lalu dilakukan perbaikan fungsi hati. Prosedur ini baru-baru telah diizinkan di Amerika Serikat untuk pengobatan CRPS.5

H. Sediaan dan DosisBiasanya dikemas dalam flacon berisi 10 cc larutan ada yang tiap cc mengandung mg dan ada yang 100 mg.2 Induksi IV : 0,5 2 mg/kgBB IM: 4 6 mg/kgBB Analgesi: 02 -0,8 mg/kgBB IV Preemptif: 0,15 -0,25 mg/kgBB IV Maintenance: 15 45 g/kgBB/menit dengan 50-70% N2O 30 90 g/kgBB/menit tanpa N2O

I. Kontra Indikasi Hipertensi Hipertiroid Eklamsi/Pre-eklamsi Gagal jantung Unstable angina, infark miokard Aneurisma intra kranial, thoraks dan abdomen Tekanan intrakranial tinggi dan perdarahan cerebral Tekanan intra okuler yang tinggi Trauma mata terbuka

J. Onset IV : 10 60 detik IM: 3 20 menit

BAB IIIPENUTUP

Anestetik intravena lebih banyak digunakan dalam bertahun tahun terakhir ini baik sebagai adjuvan bagi anestetik inhalasi maupun sebagai anestetik tunggal karena tidak diperlukan peralatan yang rumit dalam penggunaannya. Tujuan pemberiannya adalah untuk (1) Induksi anestesia ; (2) induksi dan pemeliharaan anestesi pada tindak bedah singkat ; (3) menambah efek hipnosis pada anestesia atau analgesia lokal ; dan (4) menimbulkan sedasi pada tindak medik.Ketamin adalah anestetik intravena, derivat phencyclidine, dengan rumus kimia 2-O-chlorophenyl-2-metyl amino cyclohexanon HCL. Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestetik dan kataleptik dengan kerja singkat. Ketamin sebagai anastetik bekerja dengan memblok nonkompetitif eksitasi asam glutamat pada reseptor N-metil-D-aspartat. Sedangkan, kerja ketamin sebagai analgesik diduga akibat interaksinya dengan reseptor opioid dan blokade norepinefrin dan serotonin reseptor. Efek samping ketamin yang hampir pada 30% pasien yaitu emergency delirium, dapat terjadi pada periode pasca anestesi ketamin, mengenai visual, pendengaran, prprioeptif, ilusi, bingung yang dapat berkembang menjadi delirium. Penggunaannya dalam klinis yaitu pediatric anesthesia (sebagai induksi anestesi diikuti dengan muscle relaxant dan intubasi endotrakeal), pasien asma atau dengan PPOK, dan sebagai suplemen anestesi dpinal/epidural atau analgesia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Zunilda, Elysabeth. Anestetik Umum. Dalam : Farmakologi dan Terapi. Gunawan G, editor. Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008.2. Budiono U. Obat Anestesi Intravena Non Narkotik. Soenarjo, Jatmiko H D, editor. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan terapi intensif . Semarang : Fakultas Kedokteran UNDIP/RSUP Dr. Kariadi. 20103. White P F, Romero G. Non-opioid Intravenous Anesthesia. Barash P G, Cullen B F, Stoelting R K, editor . In : Clinical Anesthesia.. Fifth ed. New York : Lippincot Williams & Wilkins. 20094. Latief, dkk. Petunjuk Praktik Anestesiologi. Ed 2. Jakarta : FKUI. 2006.5. Williams. Ketamine. Medscape. 13 Agustus 2014. Cited frome http://emedicine.medscape.com/article/1934111-ketamine

15 | Referat Ketamin