38
Anandanu Pramadya 40613701 1 BAB I PENDAHULUAN Mata bukanlah suatu organ vital bagi manusia, tanpa mata manusia masih dapat hidup, namun keberadaan mata sangatlah penting. Mata adalah jendela kehidupan, tanpa mata manusia tidak dapat melihat apa yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu pemeliharaan mata sangatlah penting. Salah satu penyakit mata yang dapat membahayakan serta dapat mengakibatkan seseorang kehilangan penglihatannya adalah abses orbita. Abses orbita bakteri adalah infeksi yang mengancam nyawa dari jaringan lembut di belakang septum orbital. Hal ini dapat terjadi pada segala usia tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak, organisme penyebab yang paling umum adalah Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Staphylococcus pyogenes dan Haemophilus influenzae. Abses orbita memiliki berbagai penyebab dan mungkin terkait dengan komplikasi yang serius. Sebanyak 11% dari kasus-kasus Abses Orbita hilangnya penglihatan. Diagnosis yang tepat dan pengelolaan yang tepat sangat penting untuk menyembuhkan pasien dengan abses orbita. Ilmu Penyakit Mata RSUD Ciawi Fakultas Kedokteran Untar Periode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 1

Isi Referat Rama

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

BAB I

PENDAHULUAN

Mata bukanlah suatu organ vital bagi manusia, tanpa mata manusia masih dapat

hidup, namun keberadaan mata sangatlah penting. Mata adalah jendela kehidupan, tanpa mata

manusia tidak dapat melihat apa yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu pemeliharaan

mata sangatlah penting.

Salah satu penyakit mata yang dapat membahayakan serta dapat mengakibatkan

seseorang kehilangan penglihatannya adalah abses orbita.

Abses orbita bakteri adalah infeksi yang mengancam nyawa dari jaringan lembut di

belakang septum orbital. Hal ini dapat terjadi pada segala usia tetapi lebih sering terjadi pada

anak-anak, organisme penyebab yang paling umum adalah Streptococcus pneumonia,

Staphylococcus aureus, Staphylococcus pyogenes dan Haemophilus influenzae.

Abses orbita memiliki berbagai penyebab dan mungkin terkait dengan komplikasi

yang serius. Sebanyak 11% dari kasus-kasus Abses Orbita hilangnya penglihatan. Diagnosis

yang tepat dan pengelolaan yang tepat sangat penting untuk menyembuhkan pasien dengan

abses orbita.

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 1

Page 2: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI

A. Anatomi

Palpebra

Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, sertamengeluarkan

sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.Palpebra merupakan alat

menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mataterhadap trauma, paparan sinar, dan

pengeringan bola mata.

Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan pada bagian

belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang disebut konjungtivatarsa

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 2

Page 3: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

Pada kelopak terdapat bagian-bagian :

-Kelenjar, seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll ataukelenjar keringat, kelenjar Zeis pada

pangkal rambut,dan kelenjar Meibom padatarsus.

-Otot, seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan

bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot

orbikularis okuli yang disebut M. Rioland. M.orbikularis berfungsi menutup bola mata yang

dipersarafi N. fasial. M.levator palpebra, yang berorigo pada annulus foramen orbita

dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularisokuli menuju kulit

kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.levator palpebra terlihat sebagai sulkus

(lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak

mataatau membuka mata.

-Di dalam kelopak mata ada tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di

dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.

-Septum orbita, yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan

pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

-Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran

pembukaan rongga orbita. Tarsus, terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan

penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 pada kelopak

bawah).

-Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.

-Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal n. V,sedangkan kelopak

bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

Orbita

Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir yang berada di antara

fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita berukuran sekitar 40 mm pada

ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita dibentuk oleh 7 buah tulang:

- Os. Frontalis

- Os. Maxillaris

- Os. Zygomaticum

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 3

Page 4: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

- Os. Sphenoid

- Os. Palatinum

- Os. Ethmoid

- Os. Lacrimalis

Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu:

1. Dinding medial, terdiri dari os maxillaris, lacrimalis, ethmoid, dan sphenoid. Dinding

medial ini seringkali mengalami fraktur mengikuti sebuah trauma. Os ethmoid yang menjadi

salah satu struktur pembangun dinding medial merupakan salah satu lokasi terjadinya

sinusitis etmoidales yang merupakan salah satu penyebab tersering abses orbita.

2. Dinding lateral, terdiri dari sebagian tulang sphenoid dan zygomaticum.

3. Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan frontal. Defek pada

sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.

4. Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum. Bagian posteromedial dari

tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali terlibat dalam fraktur blowout.

5. Basis orbita, merupakan bukaan anterior orbita

Vaskularisasi Orbita

Arteri utama : Arteri Oftalmika yang bercabang menjadi :

1.Arteri retina sentralismemperdarahi nervus optikus

2.Arteri lakrimalismemperdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mataatas

3.Cabang-cabang muskularis berbagai otot orbita

4. Arteri siliaris posterior brevis memperdarahi koroid dan bagian-bagiannervus optikus

5.Arteri siliaris posterior longa memperdarahi korpus siliare

6.Arteri siliaris anterior memperdarahi sklera, episklera,limbus,konjungtiva

7.Arteri palpebralis media ke kedua kelopak mata

8.Arteri supraorbitais

9.Arteri supratrokhlearis

Arteri-arteri siliaris posterior longa saling beranastomosis satu dengan yang lain serta dengan

arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris.

Vena utama : Vena Oftalmika superior dan inferior.

Vena Oftalmika Superior dibentuk dari :

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 4

Page 5: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

Vena supraorbitalis

Vena supratrokhlearis mengalirkan darah dari kulit

Satucabang vena angularis di daerah periorbita

Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dengan sinuskavernosus sehingga

dapat menimbulkan trombosis sinus kavernosus yang potensialfatal akibat infeksi superfisial

di kulit periorbita

Anatomi Bola Mata

Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat dengan diameter anteroposterior

sekitar 24,5 mm.

Konjungtiva :

Membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak

mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera(konjungtiva bulbaris).

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 5

Page 6: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan

dengan epitel kornea di limbus

1.Konjungtiva palpebralis : melapisi permukaan posterior kelopak matadan melekat erat ke

tarsus. Ditepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior ( pada fornices

superior daninferior ) dan membungkus jaringanepisklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.

2.Konjungtiva bulbaris : melekat longgar ke septum orbitae di fornices danmelipat berkali-

kali. Pelipatan inimemungkinkan bola mata bergerak danmemperbesar permukaan

konjungtivasekretorik.

Sklera dan Episklera

Sklera : pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar.Jaringan ini padat dan berwarna

putih serta bersambungandengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervusoptikus di

belakang.

Episklera : lapisan tipis dari jaringan elastik halus, yang membungkus permukaan luar sklera

anterior, mengandung banyak  pembuluh darah yang memasok sklera.

Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan

kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisipkan ke sklera di limbus, lekuk melingkar pada

persambungan ini disebut sulkus skleralis.

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang di lalui berkas

cahaya menuju retina. Kornea bersifat tembus cahaya karena strukturnya uniform, avaskuler,

dan deturgesens. Detugesens, atau keadaan dehidrasi relatif  jaringan kornea, dipertahankan

oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan olehfungsi sawar epitel dan endotel.

Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat

transparan,sedangkan cedera epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat, hilang pada

saatepitel sudah beregenerasi.

Uvea

Uvea terdiri dari iris, korpus siliare, dan koroid.

1.Iris : perpanjangan korpus siliare ke anterior.

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 6

Page 7: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan

kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi humor aquaeus. Iris

mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalammata.

2.Korpus siliaris: secara kasar berbentuk segitiga pada potonganmelintang, membentang ke

depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris ( + 6 mm ).

Muskulus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal,sirkuler, dan radial. Fungsi

serat-serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula. Otot ini

mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehinga lensa dapat mempunyai berbagai fokus baik

untuk objek berjarak dekat maupun yang berjarak jauhdalam lapangan pandang.

3.Koroid: segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera.

Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah koroid; besar,sedang, dan kecil.

Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid,semakin lebar lumennya. Bagian dalam

pembuluh darah koroid dikenal sebagai khoriokapilaris.

Lensa :

Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan sempurna.

Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya dengan

korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus;di sebelah posteriornya,

vitreus. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenalsebagai zonula (zonula

Zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke

dalam ekuator lensa.

Humor Aquaeus

Humor Aquaeus diproduksi oleh korpus siliare. Setelah memasuki kamera posterior, humor

aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera anterior dan kemudian ke perifer menuju ke

sudut kamera anterior.

Sudut Kamera Anterior

Sudut kamera anterior terletak pada persambungan kornea perifer dan akar iris.

Retina

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan, dan multil apis yang

melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata.. Di tengah-tengah retina posterior

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 7

Page 8: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

terdapat makula. Secara klinis makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi

kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil).

Di tengah makula, di sebelah lateral diskus optikus, terdapat fovea yangmerupakan

suatu cekungan yang memberi pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. Fovea

merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens.

Vitreus

Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk 2/3 dari

volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa,retina, dan diskus

optikus

B. Fisiologi Mata

Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang

memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan

objek. Mata terletak dalam struktur bertulang yang protektif di tengkorak, yaitu rongga

orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa yang kuat untuk mempertahankan

bentuknya, suatu sistem lensa untuk memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan

suatu sistem sel dan saraf yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan meneruskan

informasi visual ke otak (Junqueira, 2007).

Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka cahaya karena

adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur seperti cincin di dalam

aqueous humour.

Lubang bundar di bagian tengah iris tempat masuknya cahaya ke bagian dalam mata

adalah pupil. Iris mengandung dua kelompok jaringan otot polos, satu sirkuler dan yang lain

radial. Karena serat-serat otot memendek jika berkontraksi, pupil mengecil apabila otot

sirkuler berkontraksi yang terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah cahaya

yang masuk ke mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran pupil meningkat yang

terjadi pada cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya yang masuk (Sherwood,

2001).

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 8

Page 9: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina, harus dipergunakan

lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa

sehingga baik sumber cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai

akomodasi. Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot

siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior.

Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi

otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih kuat

untuk penglihatan dekat. Serat-serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk

penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk

penglihatan dekat (Sherwood, 2001).

2.2. Proses Visual Mata

Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan

menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal, pupil dapat

dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika sedang konstriksi

maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu

papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari

sel-sel epitelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai

myoepithelial cells (Saladin, 2006).

Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan pupil

sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada

kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita

ke benda atau objek yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki

mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata

(Saladin, 2006).

Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humour (n=1.33), dan

lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya

berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang

dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina,

tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksipotensial

yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina (Saladin,

2006).

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 9

Page 10: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory retina. Pada

pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin yang bersama-sama

dengan pigmen pada koroid membentuk suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan

dengan mengurangi penyebaran cahaya dan mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada.

Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan

ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron

dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan

ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel bipolar dan

ganglionic (Seeley, 2006).

Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang terbentuk akan

diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral geniculate dari

thalamus,superior colliculi, dan korteks serebri (Seeley, 2006).

Gambaran jaras penglihatan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat pada

gambar berikut:

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 10

Page 11: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

2.3. Tajam Penglihatan

Tajam penglihatan merupakan padanan dari bahasa inggris "Visual Acuity" yang

didefinisikan sebagai buruk atau jelasnya penglihatan yang bergantung pada tingkat kejelasan

upaya pemfokusan di retina. Ketajaman penglihatan merupakan kemampuan sistem

penglihatan untuk membedakan berbagai bentuk (Anderson, 2007). Penglihatan yang optimal

hanya dapat dicapai bila terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, stuktur mata yang sehat

serta kemampuan fokus mata yang tepat (Riordan-Eva, 2009). Tajam penglihatan dapat

dibagi lagi menjadi recognition acuity dan resolution acuity.

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 11

Page 12: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

Recognition acuity adalah tajam penglihatan yang berhubungan dengan detail dari

huruf terkecil, angka ataupun bentuk lainnya yang dapat dikenali. Resolution acuity adalah

kemampuan mata untuk mengenali dua titik ataupun benda yang mempunyai jarak sebagai

dua objek yang terpisah (Leat, 2009).

BAB III

ABSES ORBITA

A. Definisi

Abses orbita adalah kumpulan pus diantara jaringan lunak pada orbita (khurana).

Secara klinis abses orbita dapat dicurigai dengan tanda-tanda proptosis berat, oftalmoplegia

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 12

Page 13: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

total, penanda kemosis, dan titik-titik pus dibawah konjungtiva, tetapi semua tanda-tanda ini

harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT Scan(kurana, Erica thaler).

B. Etiologi & Patofisiologi

Etiologi infeksi orbital mencakup beragam faktor: sinusitis, infeksi kulit, septikemia

bakteri, operasi orbital / paranasal dan trauma penetrasi.

Abses Orbita terjadi dalam 3 situasi berikut:

(1) perluasan infeksi daristruktur periorbital, paling sering dari sinus paranasal, tetapi

juga dariwajah, dan kantung lacrimalis

(2) inokulasi langsung orbita setelah adanya trauma, operasi,dan ifeksi kulit

(3) penyebaran hematogen dari bacteremia, misalnya dari fokus- fokus seperti otitis

media danpneumonia.

Dinding medial orbital tipis dan berlubang tidak hanya oleh banyak pembuluh darah

tanpa katup dan saraf tetapi juga oleh berbagai defek lainnya (dehiscences Zuckerkandl).

Kombinasi tulang yang tipis, adanya foramen untuk jalur neurovaskular, dan defek alami

yang terjadi padatulang memungkinkan jalur yang mudah bagi bahan infeksius antara sel-sel

udara ethmoidal dan ruang subperiorbital dalam bagian medial orbita.Lokasi yang paling

umum dari abses subperiorbital adalah sepanjang dinding medial orbital. Periorbita adalah

relatif longgar melekat pada tulang dinding medial orbita, yang memungkinkan material

abses untuk dengan mudahnya berpindah ke lateral, superior, dan inferior dalam

ruangsubperiorbital.

Selain itu, ekstensi lateral selubung dari otot-otot luar mata, septaintermuskularis,

memperpanjang otot rektus dari satu ke yang berikutnya.Bagian posterior orbita, fasia antara

otot rektus adalah tipis dan seringsecara tidak lengkap memungkinkan perluasan mudah

antara ruang orbitextraconal dan intraconal.

Drainase vena dari sepertiga tengah wajah, termasuk sinusparanasal, terutama melalui

vena orbita, yang tanpa katup, yangmemungkinkan alur infeksi baik anterograde dan

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 13

Page 14: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

retrograde. Bahan infeksius dapat masuk ke dalam orbit secara langsung dari

traumakecelakaan atau trauma operasi melalui kulit atau sinus paranasalis.

Sinusitis ethmoid adalah penyebab paling umum dari orbitalabses pada semua

kelompok usia dan bakteri aerobik non-spora adalahorganisme yang paling sering

bertanggung jawab.

Organisme yang sering menjadi penyebab adalah organisme yang sering ditemukan di

dalam sinus: Haemophilus Influenzae type B, Streptococcus Pneumonia,Staphylococcus

aureus yang resisten methicillin, streptokokus lainnya danstafilokokus lainnya. Jamur

penyebab abses yang paling sering adalahMucor dan Aspergillus.

Mucormycosis tersebar luas dalam distribusi yangsangat luas, sementara aspergilosis

lebih sering terlihat di iklim lembabhangat. Mucormycosis memiliki onset yang cepat (1-7

hari), sedangkanaspergilosis jauh lebih lambat (bulan sampai tahun). Aspergillosis

awalnyamemberikan proptosis kronis dan visi menurun, sementara

mucormycosismemberikan sindrom apeks orbital (melibatkan saraf kranial II, III, IV, V-1,

dan VI, dan sympathetics orbital), dan, lebih umum, disertai dengannyeri, edema palpebra ,

proptosis, dan hilangnya penglihatan. Sementarakeduanya dapat mengakibatkan hidung dan

langit-langit nekrosis,mucormycosis juga dapat mengakibatkan arteritis thrombosis dan

nekrosisiskemik, sedangkan aspergilosis mengakibatkan fibrosis kronis dan

prosesgranulomatosa nonnekrosis.

Adapun beberapa bakteri penyebab, diantaranya :

a.Haemophilus influenzae

Merupakan bakteri yang bersifat gram negatif dan termasuk keluarga Pasteuracella.

Haemophilus influenzae yang tidak berkapsulbanyak diisolasi dari cairan serebrospinalis, dan

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 14

Page 15: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

morfologinya sepertiBordetella pertussis penyebab batuk rejan, namun bakteri yang

didapatdari dahak besifat pleomorfik dan sering berbentuk benang panjang danfilamen

Gambar 4.

Haemophilus influenzae yang diperoleh dari dahak.

Haemophillus influenzae dapat tumbuh dengan media “heme” oleh

karena media ini merupakan media kompleks dan mengandung banyak prekursor-prekursor

pertumbuhan khususnya faktor X (hemin) dan faktorV ( NAD dan NADP ). Di laboratorium

di tanam dalam agar darah cokelatyang sebelumnya media tanam tersebut dipanaskan dalam

suhu 80o Cuntuk melepaskan faktor pertumbuhan tersebut. Bakteri dapat tumbuhdengan baik

pada suhu 35 oC- 38oC dengan PH optimal sebesar 7,6.Bakteri ini dapat tumbuh pada kondisi

aerobik ( sedikit CO2). Bakteri inisekarang sudah jarang untuk menyebabkan abses akibat

banyaknya tipevaksinasi untuk strain ini.

b.Staphylococcus aureus

Merupakan bakteri gram positif yang berkelompok seperti anggurdan merupakan bakteri

normal yang ada di kulit manusia terutama hidungdan kulit. S aureus dapat menyebabkan

berbagai penyakit kulit ringankhususnya abses, impetigo, furunkel, karbunkel dan penyakit

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 15

Page 16: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

kulitlainnya. S aureus ini sangat bersifat fakultatif anaerobik yang tumbuh olehrespirasi

aerobik atau melalui fermentasi asam laktat. Bakteri ini memilikisifat katalase (+), dan

oksidase (-) dan dapat tumbuh pada suhu antara 15-45 derajat celcius pada konsentrasi NaCl

setinggi 15 persen. Oleh karenabakteri ini memiliki enzim koagulase yang dapat

menyebabkan gumpalan protein yang berbentuk bekuan, maka bakteri ini memiki sifat

patogenyang sangat potensial sekali.

Gambar 5.

Staphylococcus aureus

Gram negatif

c. Streptococcus pneumoniae

Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk seperti bola yangsecara khas hidup

berpasangan atau rantai pendek. Bagian ujung belakangtisap sel berbentuk tombak ( runcing

tumpul ), tidak membentuk spora,dan tidak bergerak, namun yang galur ganas memiliki

kapsul, bersifatalpha hemolisis pada agar darah dan akan terlisis oleh garam

empedu.Streptococcus pneumoniae ini merupakan bakteri penghuni normalpada saluran

napas bagian atas manusia yang sering menyebabkansinusitis. Bakteri inilah yang paling

sering menyebabkan abses orbitamelalui jalur sinusitis terlebih dahulu.Kuman ini merupakan

yang paling sering menyebabkan absespada anak-anak usia < 3 tahun yang lebih cenderung

menyebar secarabakteremia.

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 16

Page 17: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

Gambar 6.

Streptococus pneumoniae

d.Streptococcus pyogenes

Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk kokus berantai,tidak bergerak, bersifat

katalase negatif, fakultatif anaerobik, serta sangatmembutuhkan media untuk hidupnya

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 17

Page 18: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

berupa medium yang mengandungdarah.Streptokokus grup A biasanya memiliki sebuah

kapsul yang terdiridari asam hialuronat dan menunjukkan hemolisis beta pada agar darah.

Streptococcus pyogenes diperkirakan terdapat 5-15 % di saluran pernapasan pada

tiapindividu, dan tanpa menimbulkan tanda-tanda penyakit. Seperti floranormal, S. pyogenes

dapat menjadi patogen pada saat pertahanan tubuh terganggu sehingga infeksi supuratif bisa

terjadi. Abses yang disebabkanoleh bakteri ini sering bersifat lokal, bukan melalui suatu

penyebaran.Abses orbita merupakan infeksi yang sering terjadi melalui fokusinfeksi sinus

paranasal, khususnya sinus etmoidalis. Penyebarannyadisebabkan oleh karena tipisnya tulang

untuk menghalangi tersebarnyafokus infeksi dan penyebaran masuk melalui pembuluh darah

kecil yangmenuju jaringan ikat di sekitar bola mata.

C. Epidemiologi

Peningkatan insiden abses orbita terjadi di musim dingin, baik nasionalmaupun internasional,

karena peningkatan insiden sinusitis dalam cuaca. Adapeningkatan frekuensi abses orbita

pada masyarakat disebabkan oleh infeksiStaphylococcus aureus yang resisten methicillin dan

beberapa factor lainnya :

a.Mortalitas / Morbiditas.

Sebelum ketersediaan antibiotik, pasien dengan abses orbitamemiliki angka kematian

dari 17%, dan 20% dari korban yangselamat buta di mata yang terkena. Namun, dengan diagnosis

yangcepat dan tepat penggunaan antibiotik, angka ini telah berkurangsecara signifikan;

kebutaan terjadi dalam 11% kasus. Abses orbitaakibat S. aureus yang resisten terhadap

methicillin dapatmenyebabkan kebutaan meskipun telah diobati antibiotik.

b.Ras

Abses orbita tidak dipengaruhi oleh rasial.

c.Sex

Tidak ada perbedaan frekuensi antara jenis kelamin pada orangdewasa, kecuali untuk

kasus-kasus S. aureus yang resisten terhadapmethicillin, yang lebih sering terjadi pada wanita

daripada laki-lakidengan rasio 4:1. Namun, pada anak-anak, abses orbita telahdilaporkan dua

kali lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.

D.Usia

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 18

Page 19: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

Abses orbita, pada umumnya, lebih sering terjadi pada anak-anak daripada di dewasa

muda. Kisaran usia anak-anak yang dirawat dirumah sakit dengan abses orbita adalah 7-12

tahun.

D. Gejala Klinis

Gejala-gejala infeksi orbita adalah bengkak pada mata dan nyeri hebat yang semakin

menigkat dengan pergerakan mata atau penekanan pada mata. Gejala lain yang menyertai

seperti demam, mual, muntah, penonjolan bola mata, dan terkadang kehilangan pengelihatan.

Tanda-tanda selulitis orbita diantaranya :

- Pembekakan kelopak mata yang ditandai dengan perabaan keras dan kemerahan

- Kemosis konjungtiva, dapat menonjol dan menjadi kering atau nekrosis.

- Bola mata menonjol ke arah aksial.

- Terbatasnya pergerakan bola mata ringan sampai berat.

- Pemeriksaan fundus didapatkan kongesti vena-vena retina dan tanda-tanda papilitis

atau papil edema.

E. Pemeriksaan Penunjang

Evaluasi pada pemeriksaan penunjang mencakup sebagai berikut :

a.Leukositosis lebih besar dari 15.000

b.Pemeriksaan kultur darah

c.Usap sekret hidung

d.Pap smear untuk Gram stain

e.CT Scan

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 19

Page 20: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

Pandangan aksial untuk menyingkirkan kemungkinan pembentukan abses otak dan

abses peridural parenkim. Pandangan koronal sangat membantu dalam menentukan

keberadaandan batas dari setiap abses subperiorbital. Namun, pandangan koronal,yang

membutuhkan hiperfleksi atau hiperekstensi leher, mungkin sulitpada anak-anak tidak

kooperatif dan pada pasien yang akut.

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 20

Page 21: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

f .MRI

Membantu dalam mendefinisikan abses orbita dan dalam mengevaluasikemungkinan

penyakit sinus kavernosa. Dan juga bermanfaat untuk memutuskan kapan dan dimana

melakukan drainase pada abses orbita

F. Komplikasi

1. Okular

Komplikasi meliputi keratopathy, tekanan intraokular meningkat,oklusi dari arteri atau vena

retina sentral, dan neuropati optik endophthalmitis

2. Intrakranial

Komplikasi yang jarang terjadi, termasuk meningitis, abses otak dan trombosis sinus

kavernosus. Yang terakhir adalah komplikasiyang jarang namun sangat serius yang harus

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 21

Page 22: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

dicurigai bila adabukti-bukti keterlibatan bilateral, perkembangan proptosis yang sangat cepat

dan sumbatan pembuluh darah wajah, konjungtiva danretina.

3. Abses Subperiosteal

Adalah yang paling sering terletak di sepanjang dinding medialorbital. Merupakan masalah

serius karena potensi perkembanganyang cepat dan perluasan intrakranial.

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 22

Page 23: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

G. Penatalaksanaan

1) Rawat inap rumah sakit

Pengawasan dan penilaian oleh ahli mata dan otolaryngologicalsangat diperlukan.

Pembentukan abses intrakranial mungkinmemerlukan drainase.

2) Terapi antimikroba

- Melibatkan ceftazidime 1g intramuskular setiap 8 jam dan oralmetronidazole 500mg

setiap 8 jam untuk bakteri anaerob.

- Antibiotik intravena dosis tinggi 1.5g oksasilin dikombinasikandengan satu juta unit

penicillin G setiap 4 jam

- Vankomisin intravena adalah alternatif yang berguna jika alergipenisilin

- Anak-anak usia sekolah dapat diterapi dengan oksasillinkombinasi dengan cefuroxime,

atau antibiotik ampisilin-sulbaktam.Bayi sebaiknya diterapi dengan ceftriakson.

3) Dekongestan hidung dan vasokonstriktorDapat membantu drainase sinus paranasalis.

4) Pemantauan fungsi saraf optik.

Setiap 4 jam dipantau dengan pengujian reaksi pupil, ketajamanvisual, penglihatan warna dan

apresiasi cahaya.

5) Intervensi bedah

Tidak respon terhadap antibiotik, penurunan penglihatan, orbitalatau subperiosteal abses.

Beberapa jenis antibiotik yang dapat digunakan dalam terapi absesorbita yaitu :

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 23

Page 24: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

a. Vankomisin (Vancocin)

Trisiklik glycopeptide antibiotik untuk pemberian intravena. Diindikasikanuntuk pengobatan

strain staphylococcus methicillin-resistant (tahan beta-laktam)pasien yang alergi penisilin.

b. Klindamisin (Cleocin)

Menghambat sintesis protein bakteri pada ribosom bakteri tuas, mengikatdengan preferensi

50S subunit ribosom dan mempengaruhi proses inisiasi rantaipeptide

c. Sefotaksim (Claforan)

Semisintetik antibiotik spektrum luas untuk penggunaan parenteral.Efektif terhadap gram

positif aerob, seperti Staphylococcus aureus (tidak mencakup methicillin-resistant strain),

termasuk penisilinase dan non-penisilinasestrain, dan Staphylococcus pyogenes , gram

negatif aerob (misalnya, Hinfluenzae), dan anaerob (misalnya , spesies Bacteroides).

d. Nafcillin (Unipen

Efektif terhadap spektrum gram-positif yang luas, termasuk Staphylococcus, pneumococci,

dan grup A beta-hemolitik streptokokussemisintetik penisilin.

e . Ceftazidime (Fortaz, Ceptaz)

Semisintetik, spektrum luas, beta-laktam antibiotik untuk injeksiparenteral. Memiliki

spektrum yang luas dari efektivitas terhadap gram negatif aerob seperti H. influenzae, gram

positif aerob seperti Staphylococcus aureus(termasuk penisilinase dan non-penghasil

penisilinase strain) dan S. pyogenes ,dan anaerob, termasuk Bacteroides spesies

f. Kloramfenikol (Chloromycetin)

Efek bakteriostatik terhadap berbagai bakteri gram negatif dan gram-positif dan sangat efektif

terhadap H influenzae.

g. Tikarsilin (Ticar)

Penisilin semisintetik suntik yang bakterisida terhadap kedua organismegram positif dan

gram negatif, termasuk H influenzae, Staphylococcus S (non-penghasil penisilinase), beta-

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 24

Page 25: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

hemolitik streptokokus (kelompok A), S.pneumoniae, dan organisme anaerob, termasuk

Bacteroides dan Clostridiumspesies.

h. Cefazolin (Ancef, Kefzol, Zolicef)Sefalosporin IM atau IV semisintetik. Memiliki efek

bakterisidal terhadapStaphylococcus S (termasuk strain yang memproduksi penisilinase-),

kelompok Astreptokokus beta-hemolitik, dan H influenza

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 25

Page 26: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Salah satu penyakit mata yang dapat membahayakan serta dapatmengakibatkan

seseorang kehilangan penglihatannya adalah abses orbital. Abses orbita bakteri adalah infeksi

yang mengancam nyawa dari jaringan lembut di belakang septum orbital. Hal ini dapat terjadi

pada segala usia tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak, organisme penyebab yang paling

umumadalah Streptococcus Pneumonia, Staphylococcus Aureus, Staphylococcuspyogenes

dan Haemophilus influenza.

Peningkatan insiden abses orbita terjadi di musim dingin, baik nasionalmaupun

internasional, karena peningkatan insiden sinusitis dalam kondisi cuaca.Ada peningkatan

frekuensi abses orbita pada masyarakat disebabkan olehinfeksi Staphylococcus aureus yang

resisten methicillin.

Penegakan diagnosis abses orbita dengan gejala klinis yaitu gejala subjektif berupa

demam, nyeri pergerakan bola mata, penurunan penglihatan .Gejala objektif berupa mata

merah, kelopak sangat edema, proptosis, kemosis,restriksi motilitas bola mata, exophtalmus,

peningkatan tekanan intraokular,rinore. Proptosis dan oftalmoplegi adalah tanda cardinal dari

abses orbita.

Penatalaksanaan pada abses orbita adalah rawat inap rumah sakit, terapiantimikroba,

dekongestan hidung dan vasokonstriktor, pemantauan fungsi saraf optic, dan intervensi

bedah.

B. SARAN

Pada pasien abses orbita sebaiknya segera mungkin diberikan terapi antibiotik untuk

mencegah perkembangan kuman dan penyulit atau komplikasi. Jika komplikasi sudah terjadi

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 26

Page 27: Isi Referat Rama

Anandanu Pramadya 406137011

maka harus segera dilakukan intervensi bedah agar tidak terjadi thrombosis vena kavernosus

yang dapat mengancam jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury, Taylor. Rundaneva, Paul. Vaughan, Daniel P.Oftalmologi Umum.Jakarta :

Widya Medika. Hal. 1-5, 265-266.

2. Ilyas, S.Ilmu Penyakit Mata Edisi 3. Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.

Jakarta.2004. Hal. 1-13, 101-102.

3. Kanski J.Clinical Ophtalmology a Systemic Approach.Philadelphia :Butterworth

Heinemann Elsevier. Page : 175-176.

Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 27