Upload
shereen-siswadi
View
23
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Anandanu Pramadya 406137011
BAB I
PENDAHULUAN
Mata bukanlah suatu organ vital bagi manusia, tanpa mata manusia masih dapat
hidup, namun keberadaan mata sangatlah penting. Mata adalah jendela kehidupan, tanpa mata
manusia tidak dapat melihat apa yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu pemeliharaan
mata sangatlah penting.
Salah satu penyakit mata yang dapat membahayakan serta dapat mengakibatkan
seseorang kehilangan penglihatannya adalah abses orbita.
Abses orbita bakteri adalah infeksi yang mengancam nyawa dari jaringan lembut di
belakang septum orbital. Hal ini dapat terjadi pada segala usia tetapi lebih sering terjadi pada
anak-anak, organisme penyebab yang paling umum adalah Streptococcus pneumonia,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus pyogenes dan Haemophilus influenzae.
Abses orbita memiliki berbagai penyebab dan mungkin terkait dengan komplikasi
yang serius. Sebanyak 11% dari kasus-kasus Abses Orbita hilangnya penglihatan. Diagnosis
yang tepat dan pengelolaan yang tepat sangat penting untuk menyembuhkan pasien dengan
abses orbita.
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 1
Anandanu Pramadya 406137011
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
A. Anatomi
Palpebra
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, sertamengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.Palpebra merupakan alat
menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mataterhadap trauma, paparan sinar, dan
pengeringan bola mata.
Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan pada bagian
belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang disebut konjungtivatarsa
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 2
Anandanu Pramadya 406137011
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
-Kelenjar, seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll ataukelenjar keringat, kelenjar Zeis pada
pangkal rambut,dan kelenjar Meibom padatarsus.
-Otot, seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut M. Rioland. M.orbikularis berfungsi menutup bola mata yang
dipersarafi N. fasial. M.levator palpebra, yang berorigo pada annulus foramen orbita
dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularisokuli menuju kulit
kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.levator palpebra terlihat sebagai sulkus
(lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak
mataatau membuka mata.
-Di dalam kelopak mata ada tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
-Septum orbita, yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
-Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran
pembukaan rongga orbita. Tarsus, terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan
penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 pada kelopak
bawah).
-Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
-Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal n. V,sedangkan kelopak
bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
Orbita
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir yang berada di antara
fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita berukuran sekitar 40 mm pada
ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita dibentuk oleh 7 buah tulang:
- Os. Frontalis
- Os. Maxillaris
- Os. Zygomaticum
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 3
Anandanu Pramadya 406137011
- Os. Sphenoid
- Os. Palatinum
- Os. Ethmoid
- Os. Lacrimalis
Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu:
1. Dinding medial, terdiri dari os maxillaris, lacrimalis, ethmoid, dan sphenoid. Dinding
medial ini seringkali mengalami fraktur mengikuti sebuah trauma. Os ethmoid yang menjadi
salah satu struktur pembangun dinding medial merupakan salah satu lokasi terjadinya
sinusitis etmoidales yang merupakan salah satu penyebab tersering abses orbita.
2. Dinding lateral, terdiri dari sebagian tulang sphenoid dan zygomaticum.
3. Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan frontal. Defek pada
sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.
4. Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum. Bagian posteromedial dari
tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali terlibat dalam fraktur blowout.
5. Basis orbita, merupakan bukaan anterior orbita
Vaskularisasi Orbita
Arteri utama : Arteri Oftalmika yang bercabang menjadi :
1.Arteri retina sentralismemperdarahi nervus optikus
2.Arteri lakrimalismemperdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mataatas
3.Cabang-cabang muskularis berbagai otot orbita
4. Arteri siliaris posterior brevis memperdarahi koroid dan bagian-bagiannervus optikus
5.Arteri siliaris posterior longa memperdarahi korpus siliare
6.Arteri siliaris anterior memperdarahi sklera, episklera,limbus,konjungtiva
7.Arteri palpebralis media ke kedua kelopak mata
8.Arteri supraorbitais
9.Arteri supratrokhlearis
Arteri-arteri siliaris posterior longa saling beranastomosis satu dengan yang lain serta dengan
arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris.
Vena utama : Vena Oftalmika superior dan inferior.
Vena Oftalmika Superior dibentuk dari :
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 4
Anandanu Pramadya 406137011
Vena supraorbitalis
Vena supratrokhlearis mengalirkan darah dari kulit
Satucabang vena angularis di daerah periorbita
Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dengan sinuskavernosus sehingga
dapat menimbulkan trombosis sinus kavernosus yang potensialfatal akibat infeksi superfisial
di kulit periorbita
Anatomi Bola Mata
Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat dengan diameter anteroposterior
sekitar 24,5 mm.
Konjungtiva :
Membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak
mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera(konjungtiva bulbaris).
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 5
Anandanu Pramadya 406137011
Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan
dengan epitel kornea di limbus
1.Konjungtiva palpebralis : melapisi permukaan posterior kelopak matadan melekat erat ke
tarsus. Ditepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior ( pada fornices
superior daninferior ) dan membungkus jaringanepisklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.
2.Konjungtiva bulbaris : melekat longgar ke septum orbitae di fornices danmelipat berkali-
kali. Pelipatan inimemungkinkan bola mata bergerak danmemperbesar permukaan
konjungtivasekretorik.
Sklera dan Episklera
Sklera : pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar.Jaringan ini padat dan berwarna
putih serta bersambungandengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervusoptikus di
belakang.
Episklera : lapisan tipis dari jaringan elastik halus, yang membungkus permukaan luar sklera
anterior, mengandung banyak pembuluh darah yang memasok sklera.
Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan
kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisipkan ke sklera di limbus, lekuk melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skleralis.
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang di lalui berkas
cahaya menuju retina. Kornea bersifat tembus cahaya karena strukturnya uniform, avaskuler,
dan deturgesens. Detugesens, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan
oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan olehfungsi sawar epitel dan endotel.
Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat
transparan,sedangkan cedera epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat, hilang pada
saatepitel sudah beregenerasi.
Uvea
Uvea terdiri dari iris, korpus siliare, dan koroid.
1.Iris : perpanjangan korpus siliare ke anterior.
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 6
Anandanu Pramadya 406137011
Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan
kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi humor aquaeus. Iris
mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalammata.
2.Korpus siliaris: secara kasar berbentuk segitiga pada potonganmelintang, membentang ke
depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris ( + 6 mm ).
Muskulus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal,sirkuler, dan radial. Fungsi
serat-serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula. Otot ini
mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehinga lensa dapat mempunyai berbagai fokus baik
untuk objek berjarak dekat maupun yang berjarak jauhdalam lapangan pandang.
3.Koroid: segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera.
Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah koroid; besar,sedang, dan kecil.
Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid,semakin lebar lumennya. Bagian dalam
pembuluh darah koroid dikenal sebagai khoriokapilaris.
Lensa :
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan sempurna.
Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya dengan
korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus;di sebelah posteriornya,
vitreus. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenalsebagai zonula (zonula
Zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke
dalam ekuator lensa.
Humor Aquaeus
Humor Aquaeus diproduksi oleh korpus siliare. Setelah memasuki kamera posterior, humor
aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera anterior dan kemudian ke perifer menuju ke
sudut kamera anterior.
Sudut Kamera Anterior
Sudut kamera anterior terletak pada persambungan kornea perifer dan akar iris.
Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan, dan multil apis yang
melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata.. Di tengah-tengah retina posterior
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 7
Anandanu Pramadya 406137011
terdapat makula. Secara klinis makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi
kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil).
Di tengah makula, di sebelah lateral diskus optikus, terdapat fovea yangmerupakan
suatu cekungan yang memberi pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. Fovea
merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens.
Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk 2/3 dari
volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa,retina, dan diskus
optikus
B. Fisiologi Mata
Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang
memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan
objek. Mata terletak dalam struktur bertulang yang protektif di tengkorak, yaitu rongga
orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa yang kuat untuk mempertahankan
bentuknya, suatu sistem lensa untuk memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan
suatu sistem sel dan saraf yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan meneruskan
informasi visual ke otak (Junqueira, 2007).
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka cahaya karena
adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur seperti cincin di dalam
aqueous humour.
Lubang bundar di bagian tengah iris tempat masuknya cahaya ke bagian dalam mata
adalah pupil. Iris mengandung dua kelompok jaringan otot polos, satu sirkuler dan yang lain
radial. Karena serat-serat otot memendek jika berkontraksi, pupil mengecil apabila otot
sirkuler berkontraksi yang terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah cahaya
yang masuk ke mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran pupil meningkat yang
terjadi pada cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya yang masuk (Sherwood,
2001).
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 8
Anandanu Pramadya 406137011
Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina, harus dipergunakan
lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa
sehingga baik sumber cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai
akomodasi. Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot
siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior.
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi
otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih kuat
untuk penglihatan dekat. Serat-serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk
penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk
penglihatan dekat (Sherwood, 2001).
2.2. Proses Visual Mata
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan
menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal, pupil dapat
dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika sedang konstriksi
maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu
papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari
sel-sel epitelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai
myoepithelial cells (Saladin, 2006).
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan pupil
sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada
kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita
ke benda atau objek yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki
mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata
(Saladin, 2006).
Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humour (n=1.33), dan
lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya
berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang
dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina,
tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksipotensial
yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina (Saladin,
2006).
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 9
Anandanu Pramadya 406137011
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory retina. Pada
pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin yang bersama-sama
dengan pigmen pada koroid membentuk suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan
dengan mengurangi penyebaran cahaya dan mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada.
Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan
ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron
dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan
ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel bipolar dan
ganglionic (Seeley, 2006).
Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang terbentuk akan
diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral geniculate dari
thalamus,superior colliculi, dan korteks serebri (Seeley, 2006).
Gambaran jaras penglihatan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat pada
gambar berikut:
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 10
Anandanu Pramadya 406137011
2.3. Tajam Penglihatan
Tajam penglihatan merupakan padanan dari bahasa inggris "Visual Acuity" yang
didefinisikan sebagai buruk atau jelasnya penglihatan yang bergantung pada tingkat kejelasan
upaya pemfokusan di retina. Ketajaman penglihatan merupakan kemampuan sistem
penglihatan untuk membedakan berbagai bentuk (Anderson, 2007). Penglihatan yang optimal
hanya dapat dicapai bila terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, stuktur mata yang sehat
serta kemampuan fokus mata yang tepat (Riordan-Eva, 2009). Tajam penglihatan dapat
dibagi lagi menjadi recognition acuity dan resolution acuity.
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 11
Anandanu Pramadya 406137011
Recognition acuity adalah tajam penglihatan yang berhubungan dengan detail dari
huruf terkecil, angka ataupun bentuk lainnya yang dapat dikenali. Resolution acuity adalah
kemampuan mata untuk mengenali dua titik ataupun benda yang mempunyai jarak sebagai
dua objek yang terpisah (Leat, 2009).
BAB III
ABSES ORBITA
A. Definisi
Abses orbita adalah kumpulan pus diantara jaringan lunak pada orbita (khurana).
Secara klinis abses orbita dapat dicurigai dengan tanda-tanda proptosis berat, oftalmoplegia
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 12
Anandanu Pramadya 406137011
total, penanda kemosis, dan titik-titik pus dibawah konjungtiva, tetapi semua tanda-tanda ini
harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT Scan(kurana, Erica thaler).
B. Etiologi & Patofisiologi
Etiologi infeksi orbital mencakup beragam faktor: sinusitis, infeksi kulit, septikemia
bakteri, operasi orbital / paranasal dan trauma penetrasi.
Abses Orbita terjadi dalam 3 situasi berikut:
(1) perluasan infeksi daristruktur periorbital, paling sering dari sinus paranasal, tetapi
juga dariwajah, dan kantung lacrimalis
(2) inokulasi langsung orbita setelah adanya trauma, operasi,dan ifeksi kulit
(3) penyebaran hematogen dari bacteremia, misalnya dari fokus- fokus seperti otitis
media danpneumonia.
Dinding medial orbital tipis dan berlubang tidak hanya oleh banyak pembuluh darah
tanpa katup dan saraf tetapi juga oleh berbagai defek lainnya (dehiscences Zuckerkandl).
Kombinasi tulang yang tipis, adanya foramen untuk jalur neurovaskular, dan defek alami
yang terjadi padatulang memungkinkan jalur yang mudah bagi bahan infeksius antara sel-sel
udara ethmoidal dan ruang subperiorbital dalam bagian medial orbita.Lokasi yang paling
umum dari abses subperiorbital adalah sepanjang dinding medial orbital. Periorbita adalah
relatif longgar melekat pada tulang dinding medial orbita, yang memungkinkan material
abses untuk dengan mudahnya berpindah ke lateral, superior, dan inferior dalam
ruangsubperiorbital.
Selain itu, ekstensi lateral selubung dari otot-otot luar mata, septaintermuskularis,
memperpanjang otot rektus dari satu ke yang berikutnya.Bagian posterior orbita, fasia antara
otot rektus adalah tipis dan seringsecara tidak lengkap memungkinkan perluasan mudah
antara ruang orbitextraconal dan intraconal.
Drainase vena dari sepertiga tengah wajah, termasuk sinusparanasal, terutama melalui
vena orbita, yang tanpa katup, yangmemungkinkan alur infeksi baik anterograde dan
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 13
Anandanu Pramadya 406137011
retrograde. Bahan infeksius dapat masuk ke dalam orbit secara langsung dari
traumakecelakaan atau trauma operasi melalui kulit atau sinus paranasalis.
Sinusitis ethmoid adalah penyebab paling umum dari orbitalabses pada semua
kelompok usia dan bakteri aerobik non-spora adalahorganisme yang paling sering
bertanggung jawab.
Organisme yang sering menjadi penyebab adalah organisme yang sering ditemukan di
dalam sinus: Haemophilus Influenzae type B, Streptococcus Pneumonia,Staphylococcus
aureus yang resisten methicillin, streptokokus lainnya danstafilokokus lainnya. Jamur
penyebab abses yang paling sering adalahMucor dan Aspergillus.
Mucormycosis tersebar luas dalam distribusi yangsangat luas, sementara aspergilosis
lebih sering terlihat di iklim lembabhangat. Mucormycosis memiliki onset yang cepat (1-7
hari), sedangkanaspergilosis jauh lebih lambat (bulan sampai tahun). Aspergillosis
awalnyamemberikan proptosis kronis dan visi menurun, sementara
mucormycosismemberikan sindrom apeks orbital (melibatkan saraf kranial II, III, IV, V-1,
dan VI, dan sympathetics orbital), dan, lebih umum, disertai dengannyeri, edema palpebra ,
proptosis, dan hilangnya penglihatan. Sementarakeduanya dapat mengakibatkan hidung dan
langit-langit nekrosis,mucormycosis juga dapat mengakibatkan arteritis thrombosis dan
nekrosisiskemik, sedangkan aspergilosis mengakibatkan fibrosis kronis dan
prosesgranulomatosa nonnekrosis.
Adapun beberapa bakteri penyebab, diantaranya :
a.Haemophilus influenzae
Merupakan bakteri yang bersifat gram negatif dan termasuk keluarga Pasteuracella.
Haemophilus influenzae yang tidak berkapsulbanyak diisolasi dari cairan serebrospinalis, dan
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 14
Anandanu Pramadya 406137011
morfologinya sepertiBordetella pertussis penyebab batuk rejan, namun bakteri yang
didapatdari dahak besifat pleomorfik dan sering berbentuk benang panjang danfilamen
Gambar 4.
Haemophilus influenzae yang diperoleh dari dahak.
Haemophillus influenzae dapat tumbuh dengan media “heme” oleh
karena media ini merupakan media kompleks dan mengandung banyak prekursor-prekursor
pertumbuhan khususnya faktor X (hemin) dan faktorV ( NAD dan NADP ). Di laboratorium
di tanam dalam agar darah cokelatyang sebelumnya media tanam tersebut dipanaskan dalam
suhu 80o Cuntuk melepaskan faktor pertumbuhan tersebut. Bakteri dapat tumbuhdengan baik
pada suhu 35 oC- 38oC dengan PH optimal sebesar 7,6.Bakteri ini dapat tumbuh pada kondisi
aerobik ( sedikit CO2). Bakteri inisekarang sudah jarang untuk menyebabkan abses akibat
banyaknya tipevaksinasi untuk strain ini.
b.Staphylococcus aureus
Merupakan bakteri gram positif yang berkelompok seperti anggurdan merupakan bakteri
normal yang ada di kulit manusia terutama hidungdan kulit. S aureus dapat menyebabkan
berbagai penyakit kulit ringankhususnya abses, impetigo, furunkel, karbunkel dan penyakit
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 15
Anandanu Pramadya 406137011
kulitlainnya. S aureus ini sangat bersifat fakultatif anaerobik yang tumbuh olehrespirasi
aerobik atau melalui fermentasi asam laktat. Bakteri ini memilikisifat katalase (+), dan
oksidase (-) dan dapat tumbuh pada suhu antara 15-45 derajat celcius pada konsentrasi NaCl
setinggi 15 persen. Oleh karenabakteri ini memiliki enzim koagulase yang dapat
menyebabkan gumpalan protein yang berbentuk bekuan, maka bakteri ini memiki sifat
patogenyang sangat potensial sekali.
Gambar 5.
Staphylococcus aureus
Gram negatif
c. Streptococcus pneumoniae
Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk seperti bola yangsecara khas hidup
berpasangan atau rantai pendek. Bagian ujung belakangtisap sel berbentuk tombak ( runcing
tumpul ), tidak membentuk spora,dan tidak bergerak, namun yang galur ganas memiliki
kapsul, bersifatalpha hemolisis pada agar darah dan akan terlisis oleh garam
empedu.Streptococcus pneumoniae ini merupakan bakteri penghuni normalpada saluran
napas bagian atas manusia yang sering menyebabkansinusitis. Bakteri inilah yang paling
sering menyebabkan abses orbitamelalui jalur sinusitis terlebih dahulu.Kuman ini merupakan
yang paling sering menyebabkan absespada anak-anak usia < 3 tahun yang lebih cenderung
menyebar secarabakteremia.
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 16
Anandanu Pramadya 406137011
Gambar 6.
Streptococus pneumoniae
d.Streptococcus pyogenes
Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk kokus berantai,tidak bergerak, bersifat
katalase negatif, fakultatif anaerobik, serta sangatmembutuhkan media untuk hidupnya
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 17
Anandanu Pramadya 406137011
berupa medium yang mengandungdarah.Streptokokus grup A biasanya memiliki sebuah
kapsul yang terdiridari asam hialuronat dan menunjukkan hemolisis beta pada agar darah.
Streptococcus pyogenes diperkirakan terdapat 5-15 % di saluran pernapasan pada
tiapindividu, dan tanpa menimbulkan tanda-tanda penyakit. Seperti floranormal, S. pyogenes
dapat menjadi patogen pada saat pertahanan tubuh terganggu sehingga infeksi supuratif bisa
terjadi. Abses yang disebabkanoleh bakteri ini sering bersifat lokal, bukan melalui suatu
penyebaran.Abses orbita merupakan infeksi yang sering terjadi melalui fokusinfeksi sinus
paranasal, khususnya sinus etmoidalis. Penyebarannyadisebabkan oleh karena tipisnya tulang
untuk menghalangi tersebarnyafokus infeksi dan penyebaran masuk melalui pembuluh darah
kecil yangmenuju jaringan ikat di sekitar bola mata.
C. Epidemiologi
Peningkatan insiden abses orbita terjadi di musim dingin, baik nasionalmaupun internasional,
karena peningkatan insiden sinusitis dalam cuaca. Adapeningkatan frekuensi abses orbita
pada masyarakat disebabkan oleh infeksiStaphylococcus aureus yang resisten methicillin dan
beberapa factor lainnya :
a.Mortalitas / Morbiditas.
Sebelum ketersediaan antibiotik, pasien dengan abses orbitamemiliki angka kematian
dari 17%, dan 20% dari korban yangselamat buta di mata yang terkena. Namun, dengan diagnosis
yangcepat dan tepat penggunaan antibiotik, angka ini telah berkurangsecara signifikan;
kebutaan terjadi dalam 11% kasus. Abses orbitaakibat S. aureus yang resisten terhadap
methicillin dapatmenyebabkan kebutaan meskipun telah diobati antibiotik.
b.Ras
Abses orbita tidak dipengaruhi oleh rasial.
c.Sex
Tidak ada perbedaan frekuensi antara jenis kelamin pada orangdewasa, kecuali untuk
kasus-kasus S. aureus yang resisten terhadapmethicillin, yang lebih sering terjadi pada wanita
daripada laki-lakidengan rasio 4:1. Namun, pada anak-anak, abses orbita telahdilaporkan dua
kali lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
D.Usia
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 18
Anandanu Pramadya 406137011
Abses orbita, pada umumnya, lebih sering terjadi pada anak-anak daripada di dewasa
muda. Kisaran usia anak-anak yang dirawat dirumah sakit dengan abses orbita adalah 7-12
tahun.
D. Gejala Klinis
Gejala-gejala infeksi orbita adalah bengkak pada mata dan nyeri hebat yang semakin
menigkat dengan pergerakan mata atau penekanan pada mata. Gejala lain yang menyertai
seperti demam, mual, muntah, penonjolan bola mata, dan terkadang kehilangan pengelihatan.
Tanda-tanda selulitis orbita diantaranya :
- Pembekakan kelopak mata yang ditandai dengan perabaan keras dan kemerahan
- Kemosis konjungtiva, dapat menonjol dan menjadi kering atau nekrosis.
- Bola mata menonjol ke arah aksial.
- Terbatasnya pergerakan bola mata ringan sampai berat.
- Pemeriksaan fundus didapatkan kongesti vena-vena retina dan tanda-tanda papilitis
atau papil edema.
E. Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi pada pemeriksaan penunjang mencakup sebagai berikut :
a.Leukositosis lebih besar dari 15.000
b.Pemeriksaan kultur darah
c.Usap sekret hidung
d.Pap smear untuk Gram stain
e.CT Scan
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 19
Anandanu Pramadya 406137011
Pandangan aksial untuk menyingkirkan kemungkinan pembentukan abses otak dan
abses peridural parenkim. Pandangan koronal sangat membantu dalam menentukan
keberadaandan batas dari setiap abses subperiorbital. Namun, pandangan koronal,yang
membutuhkan hiperfleksi atau hiperekstensi leher, mungkin sulitpada anak-anak tidak
kooperatif dan pada pasien yang akut.
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 20
Anandanu Pramadya 406137011
f .MRI
Membantu dalam mendefinisikan abses orbita dan dalam mengevaluasikemungkinan
penyakit sinus kavernosa. Dan juga bermanfaat untuk memutuskan kapan dan dimana
melakukan drainase pada abses orbita
F. Komplikasi
1. Okular
Komplikasi meliputi keratopathy, tekanan intraokular meningkat,oklusi dari arteri atau vena
retina sentral, dan neuropati optik endophthalmitis
2. Intrakranial
Komplikasi yang jarang terjadi, termasuk meningitis, abses otak dan trombosis sinus
kavernosus. Yang terakhir adalah komplikasiyang jarang namun sangat serius yang harus
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 21
Anandanu Pramadya 406137011
dicurigai bila adabukti-bukti keterlibatan bilateral, perkembangan proptosis yang sangat cepat
dan sumbatan pembuluh darah wajah, konjungtiva danretina.
3. Abses Subperiosteal
Adalah yang paling sering terletak di sepanjang dinding medialorbital. Merupakan masalah
serius karena potensi perkembanganyang cepat dan perluasan intrakranial.
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 22
Anandanu Pramadya 406137011
G. Penatalaksanaan
1) Rawat inap rumah sakit
Pengawasan dan penilaian oleh ahli mata dan otolaryngologicalsangat diperlukan.
Pembentukan abses intrakranial mungkinmemerlukan drainase.
2) Terapi antimikroba
- Melibatkan ceftazidime 1g intramuskular setiap 8 jam dan oralmetronidazole 500mg
setiap 8 jam untuk bakteri anaerob.
- Antibiotik intravena dosis tinggi 1.5g oksasilin dikombinasikandengan satu juta unit
penicillin G setiap 4 jam
- Vankomisin intravena adalah alternatif yang berguna jika alergipenisilin
- Anak-anak usia sekolah dapat diterapi dengan oksasillinkombinasi dengan cefuroxime,
atau antibiotik ampisilin-sulbaktam.Bayi sebaiknya diterapi dengan ceftriakson.
3) Dekongestan hidung dan vasokonstriktorDapat membantu drainase sinus paranasalis.
4) Pemantauan fungsi saraf optik.
Setiap 4 jam dipantau dengan pengujian reaksi pupil, ketajamanvisual, penglihatan warna dan
apresiasi cahaya.
5) Intervensi bedah
Tidak respon terhadap antibiotik, penurunan penglihatan, orbitalatau subperiosteal abses.
Beberapa jenis antibiotik yang dapat digunakan dalam terapi absesorbita yaitu :
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 23
Anandanu Pramadya 406137011
a. Vankomisin (Vancocin)
Trisiklik glycopeptide antibiotik untuk pemberian intravena. Diindikasikanuntuk pengobatan
strain staphylococcus methicillin-resistant (tahan beta-laktam)pasien yang alergi penisilin.
b. Klindamisin (Cleocin)
Menghambat sintesis protein bakteri pada ribosom bakteri tuas, mengikatdengan preferensi
50S subunit ribosom dan mempengaruhi proses inisiasi rantaipeptide
c. Sefotaksim (Claforan)
Semisintetik antibiotik spektrum luas untuk penggunaan parenteral.Efektif terhadap gram
positif aerob, seperti Staphylococcus aureus (tidak mencakup methicillin-resistant strain),
termasuk penisilinase dan non-penisilinasestrain, dan Staphylococcus pyogenes , gram
negatif aerob (misalnya, Hinfluenzae), dan anaerob (misalnya , spesies Bacteroides).
d. Nafcillin (Unipen
Efektif terhadap spektrum gram-positif yang luas, termasuk Staphylococcus, pneumococci,
dan grup A beta-hemolitik streptokokussemisintetik penisilin.
e . Ceftazidime (Fortaz, Ceptaz)
Semisintetik, spektrum luas, beta-laktam antibiotik untuk injeksiparenteral. Memiliki
spektrum yang luas dari efektivitas terhadap gram negatif aerob seperti H. influenzae, gram
positif aerob seperti Staphylococcus aureus(termasuk penisilinase dan non-penghasil
penisilinase strain) dan S. pyogenes ,dan anaerob, termasuk Bacteroides spesies
f. Kloramfenikol (Chloromycetin)
Efek bakteriostatik terhadap berbagai bakteri gram negatif dan gram-positif dan sangat efektif
terhadap H influenzae.
g. Tikarsilin (Ticar)
Penisilin semisintetik suntik yang bakterisida terhadap kedua organismegram positif dan
gram negatif, termasuk H influenzae, Staphylococcus S (non-penghasil penisilinase), beta-
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 24
Anandanu Pramadya 406137011
hemolitik streptokokus (kelompok A), S.pneumoniae, dan organisme anaerob, termasuk
Bacteroides dan Clostridiumspesies.
h. Cefazolin (Ancef, Kefzol, Zolicef)Sefalosporin IM atau IV semisintetik. Memiliki efek
bakterisidal terhadapStaphylococcus S (termasuk strain yang memproduksi penisilinase-),
kelompok Astreptokokus beta-hemolitik, dan H influenza
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 25
Anandanu Pramadya 406137011
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Salah satu penyakit mata yang dapat membahayakan serta dapatmengakibatkan
seseorang kehilangan penglihatannya adalah abses orbital. Abses orbita bakteri adalah infeksi
yang mengancam nyawa dari jaringan lembut di belakang septum orbital. Hal ini dapat terjadi
pada segala usia tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak, organisme penyebab yang paling
umumadalah Streptococcus Pneumonia, Staphylococcus Aureus, Staphylococcuspyogenes
dan Haemophilus influenza.
Peningkatan insiden abses orbita terjadi di musim dingin, baik nasionalmaupun
internasional, karena peningkatan insiden sinusitis dalam kondisi cuaca.Ada peningkatan
frekuensi abses orbita pada masyarakat disebabkan olehinfeksi Staphylococcus aureus yang
resisten methicillin.
Penegakan diagnosis abses orbita dengan gejala klinis yaitu gejala subjektif berupa
demam, nyeri pergerakan bola mata, penurunan penglihatan .Gejala objektif berupa mata
merah, kelopak sangat edema, proptosis, kemosis,restriksi motilitas bola mata, exophtalmus,
peningkatan tekanan intraokular,rinore. Proptosis dan oftalmoplegi adalah tanda cardinal dari
abses orbita.
Penatalaksanaan pada abses orbita adalah rawat inap rumah sakit, terapiantimikroba,
dekongestan hidung dan vasokonstriktor, pemantauan fungsi saraf optic, dan intervensi
bedah.
B. SARAN
Pada pasien abses orbita sebaiknya segera mungkin diberikan terapi antibiotik untuk
mencegah perkembangan kuman dan penyulit atau komplikasi. Jika komplikasi sudah terjadi
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 26
Anandanu Pramadya 406137011
maka harus segera dilakukan intervensi bedah agar tidak terjadi thrombosis vena kavernosus
yang dapat mengancam jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Asbury, Taylor. Rundaneva, Paul. Vaughan, Daniel P.Oftalmologi Umum.Jakarta :
Widya Medika. Hal. 1-5, 265-266.
2. Ilyas, S.Ilmu Penyakit Mata Edisi 3. Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.
Jakarta.2004. Hal. 1-13, 101-102.
3. Kanski J.Clinical Ophtalmology a Systemic Approach.Philadelphia :Butterworth
Heinemann Elsevier. Page : 175-176.
Ilmu Penyakit Mata RSUD CiawiFakultas Kedokteran UntarPeriode 29 desember 2014 – 1 februari 2015 27