Upload
putri-diyou
View
490
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu
bukti sejarah peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan
masa pemerintahan ummat Islam yang memperoleh masa kejayaan yang
gemilang. Hanya pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai
masa keemasannya. Pada periode-periode sesudahnya, pemerintahan dinasti ini
mulai menurun, terutama di bidang politik.
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang
dicapai dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa
untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. Setiap khalifah cenderung
ingin lebih mewah dari pendahulunya. Kehidupan mewah khalifah-khalifah ini
ditiru oleh para hartawan dan anak-anak pejabat. Kecenderungan bermewah-
mewah, ditambah dengan kelemahan khalifah dan factor lainnya menyebabkan
roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin. Kondisi ini memberi
peluang kepada tentara profesional asal Turki yang semula diangkat oleh
khalifah Al-Mu’tashim untuk mengambil kendali pemerintahan. Usaha mereka
berhasil sehingga kekuasaan sesungguhnya berada di tangan mereka sementara
kekuasaan Bani Abbasiyah di dalam khalifah Abbasiyah yang didirikan mulai
pudar dan ini merupakan awal dari keruntuhan dinasti ini, meskipun setelah itu
usianya masih dapat bertahan lebih dari empat ratus tahun.
Pilihan khalifah Al-Mu’tashim terhadap unsur Turki dalam ketentaraan
terutama dilatarbelakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab dan
Persia pada masa Al-Ma’mun dan sebelumnya. Bahkan, perebutan kekuasaan
antara Al-Amin dan Al-Ma’mun dilatarbelakangi dan diperhebat oleh persaingan
antara golongan Arab yang mendukung Al-Amin dan golongan Persia yang
1
mendukung Al-Ma’mun. masuknya unsur Turki dalam pemerintahan Abbasiyah
semakin menambah peraingan antar-bangsa. Al-Mu’tashim dan khalifah
sesudahnya, Al-Watsiq, mampu mengendalikan mereka. Namun, khalifah Al-
Mutawakkil yang merupakan awal kemunduran politik Bani Abbasiyah, adalah
khalifah yang lemah. Pada masa pemerintahannya, orang-orang Turki dapat
merebut kekuasaan dengan cepat. Setelah al-Mutawakkil demikian, kekuasaan
tidak lagi berada di tangan Bani Abbas, meskipun mereka tetap memegang
jabatan khalifah. Sebenarnya, ada usaha untuk melepaskan diri dari para perwira
Turki itu, tetapi selalu gagal. Dari dua belas khalifah pada periode kedua ini,
hanya empat orang yang wafat dengan wajar, selebihnya, kalau bukan dibunuh,
mereka diturunkan dari tahta dengan paksa. Wibawa khalifah merosot tajam.
Setelah tentara Turki itu lemah dengan sendirinya, di daerah-daerah muncul
tokoh-tokoh kuat, yang kemudian memerdekakan diri dari kekuasaan pusat,
mendirikan dinasti-dinasti kecil. Inilah permulaan masa disintegrasi dalam
sejarah politik islam.1
Oleh karena itu, permasalahan tersebut perlu diuraikan lebih lanjut
melalui tema: “Masa Disintegrasi Bani Abbasiyah ”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dinasti-dinasti apa saja yang memerdekakan diri dari Baghdad?
2. Bagaimana perebutan kekuasaan dimasa pemerintahan dinasti Abbasiyah?
3. Apa yang menyebabkan kemunduran pemerintahan dinasti Abbasiyah?
1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), h. 61-63
2
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad.
2. Untuk mengetahui perebutan kekuasaan dimasa pemerintahan dinasti
Abbasiyah.
3. Untuk mengetahui sebab-sebab kemunduran pemerintahan dinasti
Abbasiyah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinasti-Dinasti Yang Memerdekakan Diri Dari Baghdad
Dinasti-dinasti yang lahir dan memerdekakan diri dari kekuasaan
Baghdad pada masa khalifah Abbasiyah, di antaranya sebagai berikut:
1. Yang berbangsa Persia
a. Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/ 820-872M).
b. Shafariyah di Fars, (254-290 H/868-901 M).
c. Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/ 873-998 M).
d. Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/ 878-930 M).
e. Buwaihiyyah, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/ 932-1055 M).
2. Yang berbangsa Turki2
a. Thuluniyah di Mesir, (254-292 H/ 837-903 M).
b. Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/ 932-1163 M)
c. Ghaznawiyah di Afghanistan, (351-585 H/ 962-1189 M)
d. Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya:
1) Seljuk besar atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn Al-Din Abu
Thalib Tuqhrul Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini
menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun
(429-522 H/1037-1127 M)
2) Seljuk Kirman di Kirman, (433-583 H/ 1040-1187 M).
3) Seljuk Syria atau Syam di Syria, (487-511 H/ 1094-1117 M).
4) Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/ 1117-1194 M).
5) Seljuk Rum atau Asia kecil di Asia kecil, (470-700 H/ 1077-1299
M).
3. Yang berbangsa Kurdi:
2 Badri Yatim, op. cit., h. 65
4
a. Al-Barzuqani, (348-406 H/ 959-1015 M).
b. Abu Ali, (380-489 H/ 990-1095 M).
c. Ayubiyah, (564-648 H/ 1167-1250 M).
4. Yang berbangsa Arab:
a. Idrisiyyah di Marokko, (172-375 H/ 788-985 M).
b. Aghlabiyyah di Tunisia, (184-289 H/ 800-900 M).
c. Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/ 825-898 M).
d. Alawiyah di Tabaristan, (250-316 H/ 864-928 M).
e. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H/ 929-1002 M).
f. Mazyadiyyah di Hillah, (403-545 H/ 1011-1150 M).
g. Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H/ 996-1095 M).
h. Mirdasiyyah di Aleppo, (414-472 H/ 1023-1079 M).
5. Yang mengaku dirinya sebagai khilafah
a. Umawiyah di Spanyol.
b. Fathimiyah di Mesir.
Dari latar belakang dinasti-dinasti itu, Nampak jelas adanya persaingan
antarbangsa, terutama antara Arab, Persia, dan Turki. disamping latar belakang
kebangsaan, dinasti-dinasti itu dilatarbelakangi paham keagamaan, ada yang
berlatarbelakang syi’ah , ada yang sunni.3
B. Perebutan Kekuasaan Di Pusat Pemerintahan
Faktor lain yang yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun
adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan.
Pada masa Pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan terjadi diawal
berdirinya, akan tetapi di masa-masa berikutnya, seperti pada periode dua dan
seterusnya, meskipun khalifah tidak berdaya, tidak ada usaha untuk merebut
jabatan khalifah dari tangan Bani Abbas. Yang ada hanya usaha merebut
kekuasaan dengan membiarkan jabatan khalifah tetap di pegang Bani Abbas. Hal
ini terjadi karena khalifah sudah di anggap sebagai jabatan keamanan yang sacral
3 Badri Yatim, op.cit., h. 66
5
dan tidak bisa di ganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan dapat didirikan di
pusat maupun daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk dinasti-
dinasti kecil yang merdeka.Tentara turki berhasil merebut kekuasaan tersebut.
Ditangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tak bisa berbuat apa-apa.
Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan
keinginan politik mereka.
Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang turki pada periode kedua
(334 H/945 – 447 H/ 1055 M). Daulat Abbasiyah berada di bawah kekuasaan
Bani Buwaih. Kehadiran Bani Buwaih berawal dari tiga orang putra abu Suja’
Buwaih. Pada masa pemerintahan Bani Buwaih, para khalifah abbasiyah benar-
benar tinggal namanya saja karena pemerintahan sepenuhnya berada di tangan
amir-amir Bani Buwaih. Keadaan khalifah lebih buruk daripada masa
sebelumnya, terutama karena Bani Buwaih adalah penganut aliran Syi’ah,
sementara Bani Abbas adalah sunni. Selama masa kekuasaan bani Buwaih sering
terjadi kerusuhan antara kelompok ahlal-sunah dan Bani Syi’ah, pemberontakan
tentara dan sebagainya.
Kekuasaan politik Bani Buwaih tidak lama bertahan setelah generasi
pertama,tiga bersaudara tersebut, kekuasaan menjadi ajang pertikaian diantara
anak-anak mereka. Masing-masing merasa berhak atas kekuasaaan pusat.
Perebutan kekuasaan dikalangan keturunan Bani Buwaih merupakan salah satu
factor internal yang membawa kemunduran dan kehancuran pemerintahan
mereka. Faktor internal lainnya adalah pertentangan dalam tubuh militer, antara
golongan yang berasal dari dalam dengan keturunan turki.4
Sejalan dengan melemahnya kekuatan politik Bani Buwaih, makin banyak
pula gangguan dari luar yang membawa kemunduran dan kehancuran dinasti ini.
Faktor-faktor eksternal diantaranya adalah semakin gencarnya serangan-serangan
bizaintum ke dunia islam dan semakin banyaknya dinasti-dinasti kecil yang
membebaskan diri dari kekuasaan di bagdad. Dinasti-dinasti itu antara lain dinasti
Fatimiyah yang memproklamasikan dirinya sebagai pemegang jabatan khalifah di
mesir, Ikhsyidiyah di mesir dan syiria, Hamdan di Aleppo dann lembah furat,
4 Badri Yatim, op.cit., h. 67-71
6
Ghazna dekat Kabul dan dinasti Seljuk yang merebut kekuasaan dari tangan
Bani Buwaih. Jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ketangan Seljuk bermula dari
perebutan kekuasaan di dalam negeri. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan
Bani Buwaih dan bermulalah kekuasaan Dinasti Seljuk. Pergantian kekuasaan ini
juga menandakan awal periode keempat khalifah Abbasiyah.
Dinasti Seljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di
wilayah Turkisan. Pada abad kedua, ketiga dan keempat Hijrah mereka ke arah
barat menuju Transoxiana dan Khurasan. Ketika itu mereka belum bersatu.
Mereka di persatukan oleh Seljuk Ibnu Tuqaq, karena itu mereka di sebut orang-
orang Seljuk. Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Seljuk
berkuasa setelah beberapa lama dirampas orang-orang Syi’ah.5
Pada masa Malik syiah wilayah kekuasaan Dinasti Seljuk ini sangat luas,
membentang dari kasgor, sebuah daerah diujung daerah turki, sampai ke
Yurisalem. Wilayah yang luas di bagi menjadi lima bagian, yaitu:
1. Seljuk besar yang menguasai Khurasan, Ray, Jabal, Irak, Persia, dan
Ahwaz.
2. Seljuk Kirman berada dibawah kekuasaan keluarga Qawurt Bek ibn
Mikail ibn Seljuk.
3. Seljuk Irak dan Kurdistan.
4. Seljuk Syiria.
5. Seljuk Rum.
Disamping wilayah menjadi lima, dipimpin oleh gubernur yang bergelar
Syeh atau Malik itu, penguasa Seljuk juga mengembalikan jabatan perdana
menteri yang sebelumnya dihapus oleh penguasa Bani Buwaih.
C. Sebab-Sebab Kemunduran Pemerintahan Dinasti Abbasiyah
Perjalanan dinasti Abbasiyah sejak awal terjadi banyak intrik politik yang
didominasi oleh konflik internal yang kemudian dipertajam dengan adanya
serangan dari luar di akhir-akhir kekhalifaan dinasti Abbasiyah. Konflik-konflik
5 Badri Yatim, op.cit., h. 72-74
7
tersebut secara tidak langsung menyebabkan situasi politik seperti bara api yang
makin lama makin memanas baik berupa upaya kudeta, perpecahan propinsi, dan
dinasti yang memberontak mulai bermunculan. Adapun intrik politik internal
dapat dilihat di bawah ini:
No Masa Intrik Politik6
1. Al-Mansur Pemberontakan Abdullah bin Ali disebabkan
keinginannya menjadi khalifah
Pemberontakan Syiah yang merasa terkecoh dengan
propaganda Abbasiyah
Timbulnya kelompok-kelompok keagamaan yang
berkembang menjadi kelompok politik seperti
Fatimiyah
2. Al-Mahdi Munculnya gerakan Zindiq dan kaum Khawarij yang
mendirikan pemerintahan Rustamiyah di Aljazair
3. Al-Hadi Adanya pemberontakan Husein bin Ali
4. Harun ar-Rasyid Pemberontakan Yahya bin Abdullah
Pemberontakan Walid bin Tharif-tokoh khawarij
Pemberontakan kaum zindiq
Terjadinya tragedi barahmikah (terbunuhnya
keluarga Barmak-Persia)
Pemberontakan di Kuhurasan dipimpin Rafi’ bin
Laits
5. Al-Makmun Pemberontakan al-Khuramiyah-salah satu madzhab
kaum zindiq
Tersebarnya paham muktazilah bahwa al-Qur’an
adalah makhluk
6 Ahmad Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam hingga Abad XX,(Jakarta: Akbar, 2003), h. 222-236
8
Dinasti Abbasiyah mulai mengalami kemunduran yang bisa dilihat dari
ciri-ciri pemerintahan Abbasiyah (Pada Periode Ke-2), yaitu :
1. Lemahnya para khalifah dan dominasi kalangan militer terhadap pusat
kekuasaan
2. Munculnya negeri-negeri kecil akibat banyaknya pemimpin yang
memisahkan diri dari pusat kekuasaan dan pengakuan khalifah terhadap
kekuasaan mereka
3. Munculnya peradaban islam masa lalu di masa ini dalam bentuk ilmu
pengetahuan, pembangunan, kemewahan dan foya-foya
4. Munculnya gerakan yang menamakan diri sebagai Bani Hasyim serta
gerakan kebatinan
5. Serangan pasukan salib ke wilayah kaum muslim
6. Serangan pasukan mongol dan dihancurkannya pemerintahan Abbasiyah
dan jatuhnya Baghdad pada tahun 656 H/ 1258 M7
Disamping kelemahan khalifah, banyak factor lain yang menyebabkan
khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing factor tersebut saling
berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Persaingan Antarbangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbasyang bersekutu dengan
orang-orang Persia. Persekutuan di latar belakangi oleh persamaan nasib kedua
golongan itu pada masa bani umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas.
Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat
luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syiria, Irak,
Persia, Turki, dan India. Mereka disatukan dengan bangsa semit kecuali Islam.
Akibatnya muncul fanatisme kearaban, dan fanatisme bangsa bangsa yang lain
yang melahirkan gerakan syu’ubiyah.
Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh
penguasa. Para khalifah menjalankan system perbudakan baru. Budak-budak
7 Ahmad Usairy, op. cit., h. 245
9
bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai dan tentara, mereka dianggap sebagai
hamba. Sistem perbudakan ini telah mempertinggi bangsa Persia dan turki.
Karena jumlah dan kekuatan mereka yang besar, mereka merasa bahwa Negara
adalah milik mereka, mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan
kekuasaan Khalifah.8
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan
sudah dirasakan sejak awal khlifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi karena
khalifah adalah orang-orang yang kuat yang mampu menjaga keseimbangan,
stabilitas politik terjaga.
2. Kemerosotan Ekonomi
Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi
bersamaan dengan kemunduran dibidang politik. Setelah khilafah memasuki
kemunduran, pendapatan Negara menurun serta pengeluaran Negara meningkat
lebih besar. Menurunnya pendapatan Negara itu disebabkan oleh makin
menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang
mengganggu perekonomian rakyat, diperingankan pajak dan banyaknya dinasti-
dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak membayar upeti. Sedangkan
pengeluaran membengkak disebabkan oleh kehidupan kholifah dan pejabat
semakin mewah, jenis pengeluaran semakin beragam dan para pejabat melekukan
korupsi.
Kondisi politik yang tidak stabil menybabkan perkonomian Negara mora-
marit. Sebaliknya kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politi
dinasti Abbasiyah.Kedua factor ini saling berkaitan dan tak teroisahkan.
3. Konflik keagamaan
Fanatisme keagamaan sangat berkaitan eratdengan persoalan keagamaan.
Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong
sebagaian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan
Mazdakisme. Munculnya geerakan yang dikenal dengan gerakan zindiq ini
8 Badri Yatim, op. cit., 80-81
10
merasa menggoda keimanan para kholifah. Konflik antara kaum beriman dengan
golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat sedehana seperti
polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan
darah dikedua belah pihak seperti Gerakan Al-Afsyin dan Qaramithah.
Konflik yang di latar belakangi agama tidak terbatas pada konflik antara
muslim dan zindiq atau ahlussunah dengan syiah saja, tetapi juga pada aliran
islam.
4. Ancaman dari luar
Apa yang disebutkan di atas adalah factor-faktor internal. Disamping itu
ada pula Faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasyiah lemah
dan akhirnya hancur, pertama perang salib yang berlangsung beberapa
gelombang atau periode yang menelan banyak korban, kedua serangan tentara
mongol kekuasaan wilayah islam. Perang salib juga membakar semangat
perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wiayah kekuasaan islam.
Perang salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol terhadap
orang islam. Karena di pengaruhi oleh orang-orang budha dan Kristen Nestorian.9
Pembahasan mengenai kemunduran pastilah dilihat dari 2 aspek yaitu
internal dan eksternal. Adapun factor internal yang bisa jadi penyebab
kemunduran Abbasiyah sebagai pusat pemerintahan menurut Akbas S ahmed
dalam bukunya citra Muslim adalah sebagai berikut:
1. Roda pemerintahan dijalankan dengan system kekeluargaan
2. Tidak menetapkan syari’ah, dalam artian mereka tidak lagi mengindahkan
syari’at btentang kehidupan berfoya-foya dan lainnya
3. Adanya system komunikasi yang buruk sehingga tidak mampu mencakup
wilayah yang luas
4. Administrasi keuangan yang kacau balau dikarenakan amanat baitul mal
disepelekan.10
9 Badri Yatim, op. cit., 82-8510 Akbar S Ahmed, Citra Muslim, (Jakarta: Erlangga,1992), h. 61
11
Sedangkan factor internal kelemahan atau kemunduran umat islam
menurut Ahmad Syalabi dalam bukunya Masyarakat Islam adalah sebagai
berikut:
1. Factor politis sebagai akibat dari banyaknya aliran dalam islam seperti Bani
Hasyim dan lainnya. Dengan kata lain semangat ashabiyah muncul kembali
2. Factor agama baik berkaitan dengan posisi agama dan Negara atau adanya
pertentangan antara akal dan wahyu yang itu semua terkejawantahkan dengan
munculnya aliran keagamaan juga.
Adapun factor eksternal kemunduran dinasti Abbasiyah setidaknya
disebabkan oleh 2 serangan dari luar yaitu perang Salib dan serbuan tentara
Mongol.11
Kemunduran Abbasiyah oleh Syek Muhammad al-Khudri, setidaknya
disebabkan oleh:
1. Semakin melemahnya tenaga pembela (ashabiyah) yang mengawal dan
mempertahankannya.
2. Persaingan dan perebutan yang tidak berhenti antara abbasiyah dengan
alawiyah.
3. Jatuhnya nilai-nilai amanah dalam segala bentuknya.
Poin-poin kemunduran dinasti Abbasiyah di atas setidaknya mempunyai
kesamaan namun yang perlu dipahami bahwa kemundran islam dalam suatu
dinasti lebih banyak didahului oleh factor internal seperti yang pernah
diperingatkan Nabi bahwa umat islam tidak dapat dikalahkan oleh musuh kecuali
kalau sesame mereka berselisih lalu mengundang musuh luar ke dalam rumah
tangga mereka untuk menghancurkan saudara seagamanya yang berlainan
aliran.12
11 Istianah abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h.84-8512 Ibid, h. 85
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Masa disintegrasi Dinasti Abbasiyah dimulau dengan banyaknya dinasti-
dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad dan mendirikan dinasti-
dinasti kecil. Dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad yaitu
diantaranya ada yang berbangsa Arab, Turki, Kurdi, Arab, da nada pula
yang mengaku dirinya sebagai khalifah.
2. Faktor lain yang yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun
adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Perebutan kekuasaan
terjadi diawal berdirinya, akan tetapi di masa-masa berikutnya, seperti
pada periode dua dan seterusnya, meskipun khalifah tidak berdaya, tidak
ada usaha untuk merebut jabatan khilafah dari tangan BaniAbbas. Yang
ada hanya usaha merebut kekuasaan dengan membiarkan jabatan khalifah
tetap di pegang Bani Abbas.
3. Kemunduran Dinasti Abbasiyah disebabkan karena melemahnya khalifah,
persaingan antarbangsa, kemerosotan ekonomi, konflik keagamaan, dan
ancaman dari luar.
B. Saran
Demikian yang dapat kami sajikan dalam makalah ini.
Mungkin masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Kami
membuka lebar pintu kritik dan saran bagi yang berkenan, untuk
pembenahan makalah ini. Sehingga kesalahan yang ada dapat
13
dibenahi, serta menjadi pelajaran untuk pembuatan makalah
yang lebih sempurna lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Akbar S.1992. Citra Muslim. Jakarta: Erlangga.
Bakar, Istianah Abu. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Malang: UIN Malang . Press.
Usairy, Ahmad. 2003. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam hingga Abad XX. . Jakarta: Akbar.
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo . Persada.
14