Upload
otneil-k-keliat
View
63
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
eaaakkk
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halusinogen adalah zat alami dan sintetik yang dapat menginduksi
halusinasi juga dapat menyebabkan hilangnya kontak dengan realitas dan suatu
pengalaman kesadaran yang meluas dan meningkat. Halusinogen klasik yang
terdapat secara alamiah adalah psilocybin (dari semacam jamur) dan mescaline
(dari kaktus peyote), lainnya adalah harmin, harmalin, ibogain dan
dimetiltriptamin. Halusinogen klasik adalah asam lisergat dietilamid (LSD).¹
Menurut revisi teks edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, 10% orang di Amerika Serikat pernah menggunakan
halusinogen setidaknya sekali. Zat ini paling sering digunakan diantara pria kulit
putih muda ( usia 15 sampai 35 tahun. Orang berusia 26 sampai 34 tahun
menunjukkan penggunaan halusinogen tertinggi. Faktor budaya mempengaruhi
penggunaan halusinogen. Penggunaannya di Amerika Serikat bagian barat secara
signifikan lebih tinggi di Amerika Serikat bagian selatan.¹
Penggunaan halusinogen memiliki morbiditas dan mortalitas yang lebih
sedikit dibanding beberapa zat lain. Sebagai contoh, satu studi menemukan bahwa
hanya 1 persen dari kunjungan ke ruang gawat darurat terkait zat yang disebabkan
halusinogen, dibanding dengan 40% untuk masalah terkait kokain. Namun, dari
orang yang mengunjungi ruang gawat darurat untuk alasan terkait halusinogen,
lebih dari 50% lebih muda dari usia 20 tahun.¹
1.1 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis penggunaan zat halusinogenik
2. Untuk memahami tentang gangguan terkait penggunaan zat
halusinogenik dan diaplikasikan dimasa yang akan datang.
2
3. Memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa RSUP H. Adam
Malik Medan
1.2 Manfaat Penulisan
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini antara lain
adalah;
1. Memperkokoh landasan teori di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa
khususnya tentang halusinogen.
2. Sebagai bahan informasi bagi penulis dan juga pembaca untuk
mendalami berbagai topik tentang gangguan penggunaan zat
halusinogenik
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi dan jenis obat halusinogen.
Halusinogen adalah zat alami dan sintetik yang disebut dengan berbagai
istilah seperti psikedelik atau psikotomimetik, karena selain menginduksi
halusinasi, halusinogen juga menyebabkan hilangnya kontak dengan realitas dan
suatu pengalaman kesadaran yang meluas dan meningkat,¹
Obat-obat yang termasuk dalam golongan halusinogen meliputi²
Mirip-LSD
Lysergic acid diethylamide (LSD)
Dimethyltryptamine (DMT)
Dimethoxymethylamohetamine (DOM)
5-methoxy-3,4-methylenedioxyamphetamine (MDMA)
3,4-methylenedioxyamphetamine
Psilocybin
Mescaline
Lain-lain
Phencyclidine (PCP)
Thiopcyclidine (TCP)
Ketamine (Ketalar)
Cannabis (Marijuana, bashhish, pot,weed), delta-9-tetrahydrocannabinol
(THC)
LSD, Mescaline
LSD adalah salah satu zat kimia yang paling kuat yang dapat mengubah
suasana hati dari penggunanya. Hal ini ditemukan pada tahun 1938 dan diproduksi
dari jamur yang tumbuh pada tanaman gandum dan biji-biji lainnya. Pasien
yang memakai obat-obat ini secara oral, akan mulai menampakkan gejala dalam
4
10-45 menit, dan kembali normal dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. LSD
emnghasilkan serangkaian efek somatic, perspeptif, dan psikologis yang saling
berhimpitan satu dengan lainnya. Pusing, lemah, tremor, mual dan parestesi
merupakan gejala-gejala somatic yang meninjol. Pandangan kabur, distorsi
perspetif, ilusi visual yang terorganisasi atau halusinasi, kurang dapat
membedakan pendengaran, dan perubahan dalam mersakan waktu merupakan
keadaan persepsi abnormal yang sering dijumpai.²
Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah
dan bereaksisetelah 30-60 menit sejak pemakaian dan hilang setelah 8-12 jam.
Efek rasa ini bisa disebut tripping. Yang bisa digambarkan seperti halusinasi
terhadap tempat. Warna dan waktu. Biasanya halusinasi ini digabung menjadi
satu. Hingga timbul obsesi terhadap halusinasi yang ia rasakan dan keinginan
untuk hanyut didalamnya, menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan
lama-lama membuat paranoid.
Gejala psikologis: distorsi persepsi yang jelas, ilusi dan halusinasi,
depersonalisasi, derealisasi dan sinestesia. Pasien biasanya sadar bahwa yang
dialaminya adalah akibat obat yang dipakai. Kadang-kadang pasien mengalami
perasaan cemas atau depresi yang berat, tetapi perasaan yang lebih khas adalah
euphoria dan pasien merasa dirinya sedang menerima sesuatu yang hebat.²
Gejala fisik: takikardi, palpitasi, diaphoresis, dilatasi pupil (responsive terhadap
cahaya), penglihatan kabut, tremor, gangguan koordinasi, hiperefleksi.
Hipertermi, dan pilo ereksi.²
Phencyclidine (PCP)
Obat ini mulai diperkenalkan pada tahun 1957 sebagai anastetika
disosiatif. Anaestetika tersebut dianggap bekerja dengan membuat pasien tidak
merasa sakit dengan memisahkan fungsi-fungsi tubuhnya dari pikiran mereka.
Penggunaan zat ini yang tersering diantara para remaja. PCP biasanya ditelan,
melalui IV, juga diisap melalui rokok. Gejala dimulai dalam beberapa menit (jika
diisap) atau dalam 1 jam atau lebih (secara oral) dan bergantung pada dosis.
Pasien biasanya kembali jernih dalam 3-6 jam, tetapi gejala yang menjadi berat
5
atau ringan mungkin berakhir dalam beberapa hari atau lebih pada dosis tinggi.
PCP menimbulkas sikap tak terpengaruh, gangguan oreintasi, dan distorsi pada
kesan tubuhnya, dan juga kehilangan propriosepsi.
Gejala psikologis: dosis rendah mengakibatkan euphoria, grandiositas, perasaan
kebas dan labilitas emosi. Dosis lebih tinggi menyebabkan gejala yang berkisar
dari distorsi persepsi, ansietas, eksitasi, kebingungan, dan sinestesia sampai pada
psikosis paranoid, rigiditas, dan keadaaan seperti katatonik bahkan kejang-kejang,
koma dan kematian.²
Gejala fisik: takikardi, hipertensi, nistagmus vertical dan horizontal, ataksia,
disartria, mioklonus, penuurunan sensitivitas nyeri, diaphoresis, dan kejang-
kejang.²
Cannabis
Zat aktif pada kanabis adalah THC. Berbagai variasi bentuk semuanya
dapat diisap seperti rokok atau dimakan, dan perbedaan efek yang dihasilkan
terutama bergantung pada konsentrasi THC.¹ Dosis tunggal biasanya
mengakibatkan perubahan fisik dan psikologik yang ringan yang terjadi segera
setelah mengkonsumsi dan bertahan hingga 2-4 jam. Cara penggunaan yang
paling disukai di negara-negara Barat adalah dengan merokok. Tingginya daya
larut lipid dari THC menyebabkan lebih mudah terjebak pada lapisan surfaktan
paru.³ Studi-studi farmakokinetika mengindikasikan bahwa merokok hamper
ekuivalen dengan pemberian intravena kecuali lebih rendahnya konsentrasi
puncak plasma THC yang dicapai. Di beberapa negara Timur, cannabis digunakan
secara oral dalam berbagai bentuk manisan/gula-gula. Laju absorpsi melalui
pemberian ini lambat dan tak menentu, walaupun durasi kerjanya lebih lama.³
Gejala psikologis: perasaan nyaman, euphoria ringan, dan relaksasi. Perasaan
acuh tak acuh dan perasaan waktu melambat. Sejumlah orang mendapatkan rasa
disforia pada pemakaian kanabis, dan berkembang menjadi depresi, ansietas,
panic, disosiasi atau bahkan waham.²
6
Gejala fisik: takikardi, hipertensi, infeksi konjungtiva, mulut kering dan lapar.
Penggunaan dalam jumlah banyak dan kronis bersifat karsinogenik.²
Neurofarmakologi¹
Meskipun sebagian besar zat halusinogenik bervariasi efek
farmakologisnya, LSD dapat berfungsi sebagai prototype halusinogenik. Efek
farmakodinamik LSD masih kontroversial meskupin disepakati secara umum
bahwa obat tersebut bekerja pada sistem serotonergik, baik sebagai antagonis
maupun agonis. Data saat ini menunjukkan bahwa LSD bekerja sebagai agonis
parsial pada reseptor serotonin pascasinaps. Sebagian besar halusinogen
diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral, meski beberapa dikonsumsi per
inhalasi, merokok atau injeksi intravena. Toleransi untuk LSD dan halusinogen
lain terbentuk dengan cepat dan hamper komplet setelah 3 sampai 4 hari
penggunaan berkelanjutan. Toleransi juga berbalik dengan cepat, biasanya dalam
4 sampai 7 hari. Baik ketergatungan fisik maupun gejala putus zat tidak terjadi
pada pemberian halusinogen, tapi pengguna dapat mengalami ketergantungan
psikologis pada pengalaman yang menginduksi-tilikan dari episode penggunaan
halusinogen.
2.2 Intoksikasi dan Gangguan terkait penggunaan zat halusinogenik.
2.2.1 Intoksikasi halusinogen
Intoksikasi didefinisikan dalam DSM-IV-TR, yaitu ditandai dengan
perubahan persepsi dan perilaku maladaptive serta tanda fisiologis tertentu.
Diagnosis banding untuk intoksikasi halusinogen mencakup intoksikasi
antikolinergik dan amfetamin serta keadaan putus alcohol. Penanganan terpilih
untuk intoksikasi halusinogen adalah berbicara kepada pasien. Selama proses ini,
pemandu dapat menenangkan pasien bahwa gejalanya terinduksi obat, bahwa
mereka tidak menjadi gila dan bahwa gejala akan segera mereda. Intoksikasi
halusinogen biasanya tidak memiliki gejala putus zat.¹
7
2.2.2 Gangguan terkait penggunaan zat halusinogenik
Gangguan persepsi persinten halusinogen.
Penggunaan halusinogen dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
seseorang dapat mengalami kilas balik gejala halusinogenik. Sindrom ini
didiagnosis sebagai gangguan persepsi persisten halusinogen. Kilas balik
adalah rekurensi transien dan spontan pengalaman terinduksi zat. Sebagian
besar kilas balik merupakan episode distorsi visual, halusini geometric,
halusinasi bunyi, atau suara, persepsui gerakan pada lapang pandang perifer
yang salah, kilasan warna, rangkaian citra ebnda bergerak, afterimage dan halo
positif, makropsia, mikropsia, ekspansi waktu, gejala fisik atau emosi intens
yang hidup kembali. Episode biasanya berlangsung beberapa detik sampai
beberapa menit tapi terkadang bias lebih lama. Diagnosis banding kilas balik
meliputi migren, kejang, abnormalitas visual, dan gangguan stress pasca
trauma. Hal yang dapat memicu kilas balik antra lain: stress emosional,
deprivasi sensorik, penggunaan zat psikoaktif seperti mariyuana dan alkohol.¹
Delirium pada intoksikasi halusinogen
Gangguan ini diperkirakan relatif jarang. Keadaan ini dimulai selama
intoksikasi pada orang yang mengingesti halusinogen murni. Tpi halusinogen
sering kali dicampur dengan zat lain, dan komponen lain atau interaksinya
dengan halusinogen dapat menyebabkan suatu delirium klinis.¹
Gangguan Psikotik Akibat Halusinogen
Efek yang merugikan yang paling sering dari LSD dan zat yang
berhubungan adalah khayalan buruk, yang menyerupai reaksi panic akut
terhadap kanabis tetapi dapat lebih parah. Khayalan buruk biasanya
menghasilkan gejala psikotik sesungguhnya. Perjalanan buruk jika efek segera
dari halusinogen menghilang. Tetapi, perjalanan khayalan buruk adalah
bervariasi, dan kadang-kadang suati episode psikotik yang berlarut-larut sulit
dibedakan dari gangguan psikotik nonorganik.¹
8
Gangguan Mood akibat halusinogen.
Gejala gangguan mood yang menyertai penyalahgunaan halusinogen dapat
bervariasi. Penyalahgunaan mungkin mengalami gejala mirip manik berupa
waham kebesaran atau persaan dan ide mirip depresi atau gejala campuran.
Seperti pada gejala gangguan psikotik akibat halusinogen, gejala gangguan
mood akibat halusinogen hamper selalu menghilang jika obat telah
dihilangkan daru tubuh pasien.¹
Gangguan kecemasan akibat halusinogen
Gangguan kecemasan aibat halusinogen juga bervariasi dalam pola
gejalanya, tapi hanya sedikit data yang tersedia tentang pola gejala tersebut.
Secara anekdotal, dokter ruang gawat darurat yang menangani pasien dengan
gangguan terkait halusinogen sering kali melaporkan gangguan panic dengan
agoraphobia.¹
Gangguan berhubungan dengan halusinogen yang tidak ditentukan
\ Ketika seorang pasien dengan gangguan terkait halusinogen tidak
memnuhi kriteria diagnosis manapun untuk gangguan terkait dengan
halusinogen yang standar, pasien dapat diklasifikasikan menderita gangguan
berhubungan dengan halusinigen yang tidak ditentukan¹ ²
2.3 Diagnosis
Kriteria diagnosis menur DSM0IV-TR untuk intoksikasi halusinogen
adalah sebagai berikut¹:
1. Penggunaan halusinogen baru-baru ini
2. Perubahan psikologis atau perilaku maladaptif yang secara signifikan
( misalnya, ansietas, depresi yang nyata, ide paranoid, daya nilai
terganggu, atau fungsi sosial atau okupasional terganggu) yang timbul
selama atau segera setelah penggunaan halusinogen
9
3. Perubahan persepsi terjadi dalam keadaan kesadarang dan kewaspadaan
penuh ( misalnya halusinasi, depersonalisasi, ilusi, derealissasi, sinestesia)
yang timbul selama atau segera setelah penggunaan halusinogen.
4. Dua atau lebih tanda berikut, timbul selama atau segera setelah
penggunaan halusinogen.
a. Dilatasi pupil
b. Takikardia
c. Berkeringat
d. Palpitasi
e. Pandangan kabur
f. Tremor
g. Inkoordinasi
5. Gejala tidak disebabkan kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
Kriteria diagnosus untuk gangguan persepsi persisten halusinogen menurut DSM-
IV-TR adalah sebagai berikut¹:
1. Mengalami kembali, setelah menghentikan penggunaan halusinogen, satu
atau lebih gejala persepsi yang pernah dialami ketika terintoksikasi
halusinogen
2. Gejala pada kriteria pertama menyebabkan penderitaan atau hendaya yang
secara klinis signifikan pada fungsi sosial, okupasional, atau area fungsi
penting lain.
3. Gejala tidak disebabkan kondisi medis umum ( misalnya lesi anatomis dan
infeksi pada otak, epilepsi visual), dan tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain atau halusinasi hipnopompik.
10
2.4 Gambaran Klinis
Onset kerja LSD terjadi dalam satu jam, memuncak dalam dua sampai
empat jam, dan berlangsung selama 8-12 jam.¹ Efek simpatomimetik dari LSD
adalah tremor, takikardia, hipertensi, hipertermia, berkeringat, pandangan kabur,
dan midriasis. Kematian dapat disebabkan oleh pemakaian halusinogen. Penyebab
kematian mungkin berhubungan dengan patologi kardiovaskular dan
serebrovaskular yang berhubungna dengan hipertensi atau hipertermia. Pada
pemakaian halusinogen, persepsi menjadi cerah dan kuat secara tidak biasanya.
Warna dan tekstru menjadi lebih kaya daripada sebelumnya. Sinestesia sering
terjadi, warna mungkin terdengar atau suara terlihat. Perubahan dalam citra tubuh
dan perubahan persepsi waktu dan ruang juga terjadi. Halusinasi biasanya adalah
visual, sering kali bentuk dan gambar geometrik, tetapi halusinasi dengar dan raba
kadang-kadang dialami. Emosi menjadi kuat secara tidak biasanya dan dapat
berubah secara mendadak dan sering. Sugestibilitas sangat meninggi, dan
kepekaan atau pelepasan dari orang lain mungkin terjadi.
2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan terpilih untuk gejala psikiatrik akut yang berhubingan dengan
intoksikasi halusinogen adalah konseling suportif, menenangkan.¹ Pengobatan
terbaik untuk seseorang yang mengalami pengalaman yang sangat tidak
menyenangkan dibawah pengaruh LSD adalah perlindungan, pendampingan, dan
penentraman. Kadang-kadang, suatu pemberian singkat obat psikoterapeutik
mungkin diperlukan, biasanya dengan antagonis resptor dopamine untuk gejala
psikotik atau dengan benzodiazepine untuk gejala kecemasan.
Intoksikasi Halusinogen
Menurut sejarah, orang-orang yang telah diobati untuk intoksikasi
halusinogen dengan dukungan psikologis selama sisa perjalanan yang disebut
talking down. Penanganan intoksikasi halusinogen adalah pemberian diazepam
oral 20 mg. Obat ini menghilangkan pengalaman LSD dan panic yang terkait
dengannya dalam 20 menit dan dianggap superior dibandingkan talking down
terhadap pasien untuk periode rbeberapa jam atay member obat antipsikotik.¹
11
Gangguan Persepsi Persisten Halusinogen
Penanganan pada kasus ini bersifat paliatif. Langkah pertama adalah
identifikasi yang benar mengenai gangguan tersebut. Pendekatan farmakologis
mencakup benzodiazepine jangka panjang seperti klonazepam dan pada derajat
lebih ringan, anti konvulsan seperti asam valproat dan karbamazepin. Saat ini
tidak ada obat yang sepenuhnya efektif menghilangkan gejala. Kondisi komorbid
yang dikaitkan dengan gangguan persepsi persisten halusinogen meliputi
gangguan panik, depresi mayor, dan ketergantungan alkohol.¹
Psikosis Terinduksi Halusinogen
Penanganan psikosis terinduksi halusinogen tidak berbeda dari
penanganan konvensional psikosis lain. Namun, sebagai tambahan obat
antipsikotik, sejumlah agen dilaporkan efektif, termasuk litium karbonant,
karbamazepin, dan terapi elektrokonvulsif. Obat antidepresan, benzodiazepine dan
obat antikonvulsan masing-masing juga memainkan peran tersendiri dalam terapi.
Terapi medis paling baik diterapkan dalam konteks terapi suportif, edukasional,
dan keluarga. Tujuan penanganan adalah pengendalian gejala, perawatan rumahg
sakit yang minimal, pekerjaan harian, berkembang dan bertahannya hubungan
sosial, serta penatalaksanaan penyakit komorbid seperti ketergantungan alkohol.¹
12
BAB 3
KESIMPULAN
Halusinogen adalah zat alami dan sintetik yang disebut dengan berbagai
istilah seperti psikedelik atau psikotomimetik, Kata psikotomimetik sering
digunakan untuk kemungkinan aksi dari obat-obat golongan halusinogen dalam
menirukan psikosis-psikosis yang muncul secara alami. Namun, keadaan yang
diinduksi oleh bahan-bahan ini tidak betul-betul menyerupai skizofrenia. Kata
psikedelik dibuat untuk menunjukkan pembeukaan pikiran yang diperkirakan dari
penggunaan zat tersebut. Pengobatan terbaik untuk seseorang yang mengalami
pengalaman yang sangat tidak menyenangkan dibawah pengaruh halusinogen
adalah terapi suportif seperti perlindungan, pendampingan, dan penentraman.
Pemberian terapi farmakologi juga dapat diberikan seperti diazepam,,
benzodiazepine, namun bukanlah terapi utama untuk penyalahgunaan zat
halusinogen.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock Benjamin J. Sadock Virginia A. 2010. Gangguan terkait zat.
Kaplan Dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2(9): 119-123.
2. Tomb David A., 2003. Aspek Psikiatri Penyalahgunaan Obat. Buku Saku
Psikiatri 6(17): 195-200.
3. Korsten Thomas R, Hollister Leo E. 2002. Penyalahgunaan obat.
Farmakalogi Dasar dan Klinik 8(32):341-350.
4. National Institute on Drug Abuse. 2009. Hallucinogene: LSD, Peyote,
Psilocybin, and PCP. U.S Department of Health AND Human Service.
5. Yosep Iyus. 2008. Semiloka Pengenalan dan Perawatan Klien dengan
Masalah Narkoba. Semiloka Narkoba dan HIV AIDS di Desa Gudang
Kecamatan Tanungsari Sumedang.