26
STATUS PASIEN Identitas pasien Nama : Tn. B Umur : 61 th Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Kampung Gintung Rt 02/05, Sukaluyu, Kecamatan Cianjur Pekerjaan : Pedagang sayur Agama : Islam Pendidikan : SD Status Pernikahan : Menikah No. Rekam medis : 582305 Datang ke Poli : 20 Mei 2013 ANAMNESIS Keluhan Utama Bercak kemerahan disertai sisik tebal dan terasa gatal hampir di seluruh badan Anamnesis Khusus OS.mengeluh bercak kemerahan disertai sisik tebal dan terasa gatal hampir di seluruh tubuh. Keluhan ini dirasakan OS sejak ±1 tahun yang lalu. 1 tahun lalu awalnya bercak kemerahan timbul di kepala hanya sekitar 1 cm dan semakin 1

Isi

  • Upload
    depe35

  • View
    222

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kkkk

Citation preview

STATUS PASIENIdentitas pasien Nama

: Tn. B Umur

: 61 th Jenis Kelamin

: Laki-laki Alamat

: Kampung Gintung Rt 02/05, Sukaluyu, Kecamatan Cianjur Pekerjaan

: Pedagang sayur Agama

: Islam Pendidikan

: SD Status Pernikahan: Menikah No. Rekam medis: 582305 Datang ke Poli

: 20 Mei 2013ANAMNESIS

Keluhan Utama

Bercak kemerahan disertai sisik tebal dan terasa gatal hampir di seluruh badan Anamnesis Khusus OS.mengeluh bercak kemerahan disertai sisik tebal dan terasa gatal hampir di seluruh tubuh. Keluhan ini dirasakan OS sejak 1 tahun yang lalu. 1 tahun lalu awalnya bercak kemerahan timbul di kepala hanya sekitar 1 cm dan semakin lama semakin melebar. 10 bulan yang lalu bercak ini timbul juga di daerah siku dan kaki yang awalnya hanya berdiameter 2 cm lalu semakin lama semakin meluas. 7 bulan yang lalu bercak ini juga timbul dibagian punggung, awalnya hanya 1 cm lalu kemudian semakin meluas dan bertambah banyak. 5 bulan lalu pasien juga mengeluhkan bercak ini terasa gatal yang hilang timbul. Tetapi gatal akan hilang dengan sendirinya tanpa diobati. Pasien mengaku saat gatal menggaruk daerah bercak tersebut, karena sering digaruk pasien merasa bercaknya menjadi semakin tebal permukaannya. 4 bulan yang lalu pasien baru menyadari kalau bercak ini timbul hampir ke seluruh tubuh. 3 bulan lalu, pasien mengeluhkan gatal pada daerah bercak kembali, pasien saat itu mengobati dirinya sendiri dengan membeli obat di apotik tetapi pasien lupa salep apa yang telah dia beli. Setelah diberikan salep, gatal menjadi berkurang dan lama kelamaan hilang. Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat arthritis reumatoid di sangkal Riwayat Pengobatan

Os. Mengaku keluhanya hanya di obati dengan meminum obat yang dibeli sendiri di apotik saja. Tetapi pasien lupa nama obatnya.Riwayat Penyakit Keluarga Dikeluarga pasien tidak ada yang mengalami hal seperti ini.Riwayat Alergi

Riwayat alergi makanan disangkal Riwayat alergi obat di sangkal Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang Kesadaran

: Compos mentis Tanda vital :Nadi

: 86 x/menit

Respirasi: 20 x/menit

Suhu

: 36.60 CStatus Generalis

Kepala : Normocephal

1.1Rambut

warna

: hitam

distribusi

: merata

alopecia

: negatif

mata

: konjungtiva tidak anemissklera tidak ikterik Hidung

: sekret negatif Mulut

: hiperemis negatif Lidah

: tidak tampak gambaran geographic tounge Gigi

: karies positif sebelah kanan Tonsil

: T1/T1 tidak hiperemis Faring

: hiperemis negatif Leher

: KGB tidak teraba membesar

massa negatif Thoraks

: bentuk dan gerak simetris

sonor +/+, BJ murni reguler

vesikuler +/+

wheezing -/-, ronchi -/-, murmur -/- Kulit

: lihat status dermatologikusAbdomen

: kontur abdomen rata

NT -/-

timpani

Bu + normal Kulit

: lihat status dermatologikusExtremitas

: Deformitas -/-, udem -/-Tidak nampak kelainan pada persendian pada tangan dan kaki

Tidak nampak pitting nail pada kuku Kulit : lihat status dermatologikus Status dermatologikus

Distribusi Kulit kepala, siku, kaki, punggung, dan kulit dada

A/RHampir seluruh tubuh

LesiMultiple, konfluens, kering, menimbul, diameter 2 - 7 cm

EfloresensiMacula hipopigmentasi, menimbul, skuama tebal dan berlapis lapis.

Pemeriksaan PenunjangUji Tetesan Lilin : terdapat garis putih seperti goresan pada tetesan lilin.

Tes Auspitz ( + ) : terdapat bintik bintik perdarahan di atas dasar eritem.Resume

Seorang Laki-laki 61 tahun datang dengan keluhan makula hipo pigmentasi dan yang disertai skuama tebal dan gatal hampir di seluruh tubuh sejak 1 tahun yang lalu. Makula hipopigmentasi 1 tahun lalu awalnya timbul di kepala yang awalnya berdiameter 1 cm lalu melebar, 10 bulan yang lalu makula hipopigmentasi ini timbul juga di daerah siku dan kaki yang awalnya hanya berdiameter 2 cm lalu semakin lama semakin meluas. 7 bulan yang lalu makula hipopigmentasi ini juga timbul dibagian punggung, awalnya hanya 1 cm lalu kemudian semakin meluas dan bertambah banyak. 5 bulan lalu pasien juga mengeluhkan bercak ini terasa gatal yang hilang timbul. Pasien mengaku saat gatal menggaruk daerah makula hipopigmentasi tersebut, karena sering digaruk pasien merasa semakin tebal permukaannya. 4 bulan yang lalu pasien baru menyadari kalau makula hipopigmentasi ini timbul hampir ke seluruh tubuh. Status dermatologikus

Distribusi Kulit kepala, siku, kaki, punggung, dan kulit dada

A/RHampir seluruh tubuh

LesiMultiple, konfluens, kering, menimbul, diameter 2 - 7 cm

EfloresensiMacula hipopigmentasi, menimbul, skuama tebal dan berlapis lapis.

Penatalaksanaan

Umum :Penjelasan penyakit dan perjalanan penyakit yang kronis Hindari faktor pencetus.

Jangan di garukKhusus :Topikal :

R LCD 3 % Acid salicyl 3 % Glycerin 7 % Spir. dil. ad 100m.f la tink

u.e

LCD 3 % Acid salicyl 3 % Oxyd. zinci 5 % Vaselin ad 60 m.f la

ung u.e

Sistemik

R/

metoterexate tab 2,5 mg

3 dd 2,5 mg

Diagnosa Banding

Psoriasis Vulgaris

Dermatitis Numularis

Prognosis :

Quo ad vitam

: ad bonam Quo ad functionam

: dubia ad bonam Quo ad sanantionam

: dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKADEFINISI

Psoriasis adalah satu penyakit kulit termasuk di dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa, bersifat kronik dan residif dengan lesi berupa macula eritem berbatas tegas, ditutupi oleh skuama kasar berlapis, berwarna putih bening seperti mika, disertai fenomena tetesan lilin dan tanda Auspitz.

EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini dapat di temukan di seluruh dunia dengan angka kesakitan yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain. Pada bangsa yang berkulit hitam seperti di afrika jarang di temukan.

Angka kesakitan penyakit ini di Amerika dilaporkan sebesar 1%, Jerman 1,3%, Denmark 1,7% dan Swedia 2,3%. Di Indonesia belum ada angka kesakitan yang jelas untuk penyakit ini.

Penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur, walaupun pada bayi dan anak anak jarang, dan tidak ada perbedaan antara laki laki dan wanita. Umur rata rata waktu gejala pertama timbul pada laki laki 29 tahun dan wanita 27 tahun.

ETIOLOGI

Penyebab Psoriasis yang pasti belum di ketahui. Ada beberapa faktor predisposisi dan pencetus yang dapat menimbulkan penyakit ini.

Faktor faktor predisposisi :

1. Faktor herediter bersifat dominan otosomal dengan penetrasi tidak lengkap.

2. Faktor faktor psikis, seperti stress dan gangguan emosi. Penelitian menyebutkan bahwa 68% penderita psoriasis menyatakan stress, dan kegelisahan menyebabkan penyakitnya lebih berat dan hebat.

3. Infeksi fokal. Infeksi menahun di daerah hidung dan telinga, tuberculosis paru, dermatomikosis, arthritis dan radang ginjal menahun.

4. Penyakit metabolic, seperti diabetes mellitus yang laten.

5. Gangguan pencernaan, seperti obstipasi

6. Faktor cuaca. Beberapa kasus menunjukan tendensi untuk menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh dan lebih hebat.

Faktor faktor provokatif yang dapat mencetuskan atau menyebabkan panyakit ini tambah hebat ialah :

1. Faktor trauma. Gesekan dan tekanan pada kulit dapat menumbulkan lesi psoriasis pada tempat trauma dan ini disebut fenomena Koebner.2. Faktor infeksi. Infeksi streptokokus di faring dapat merupakan faktor pencetus pada penderita dengan predisposisi psoriasis. Pada bentuk psoriasis ini, sebaiknya di lakukan apusan tenggorokan untuk mencari infeksi fokal.

Apabila infeksi tenggorokan sembuh, biasanya psoriasisnya juga akan sembuh.

3. Obat obatan. Obat kortikosteroid merupakan obat bermata dua, pada permulaan, kortikosteroid dapat menyembuhkan psosriasis, tetapi apabila obat ini di hentikan penyakit akan kambuh kembali, bahkan lebih berat daripada sebelumnya menjadi psoriasis pustulosa atau generalisata. Obat obat lain seperti obat anti malaria ( klorokuin ) dan obat anti hipertensi betabloker dapat memperberat penyakit psoriasis.

4. Sinar ultraviolet dapat menghambat pertumbuhan sel sel epidermis, tetapi bila penderita sensitife terhadap sinar matahari, malahan penyakit psoriasis akan bertambah hebat karena reaksi isomorfik.

5. Stress psikologis. Pada sebagian penderita faktor stress dapat menjadi faktor pencetus. Penyakit ini sendiri dapat menyebabkan gangguan psikologis pada penderita, sehingga menimbulkan satu lingkaran setan, dan hal ini memperberat penyakit.

6. Kehamilan. Kadang kadang wanita yang menderita psoriasis dapat sembuh saat hamil, tetapi akan kambuh kembali sesudah bayinya lahir, dan penyakit ini akan kebal terhadap pengobatan selama beberapa bulan.

PATOGENESIS

Perubahan morfologik dan kerusakan sel epidermis pada penderita psoriasis telah banyak diketahui. Gambaran histopatologis kulit yang terkena psoriasis sering kali menunjukan akumulasi sel monosit dan limfosit di puncak papil dermis dan di dalam stratum basalis. Sel sel radang ini tampak lebih banyak, apabila lesi bertambah hebat. Pembesaran dan pemanjangan papil dermis menyebabkan epidermodermal bertambah luas dan menyebabkan lipatan di lapisan bawah stratum spinosum tambah banyak. Proses ini juga menyebabkan masa pertumbuhan kulit menjadi lebih cepat dan masa pertukaran kulit menjadi lebih pendek dari normal, dari 28 hari menjadi 3 4 hari. Stratum granulosum tidak terbentuk dan di dalam stratum korneum terjadi parakeratosis. Dengan pemendekan interval proses keratinisasi sel epidermis dan stratum basalis menjadi stratum korneum, proses pematangan dan keratinisasi gagal mencapai proses yang sempurna.

Selain proses keratinisasi terganggu, proses biokimiawi di dalam masing masing sel berubah. Dengan mikroskop electron dapat di lihat, di dalam sel epidermis, produksi tonofilamen kertain dan butir butir keratohialin berkurang dan adenosine 35 monofosfat ( AMP siklik ) pada lesi psoriasis berkurang. Ini sangat penting dalam pengaturan aktivitas mitosis sel epidermis.

GAMBARAN KLINIK

Penderita psoriasis umumnya tidak menunjukan perubahan keadaan umum, kecuali bila stadium penyakitnya sudah sampai pada erirodermia. Ada penderita yang mengeluh rasa gatal, merasa kaku, atau merasa sakit bila bergerak.

Gejala utama psoriasis berupa macula dan papula eritem yang timbul tiba tiba. Selanjutnya, papula membesar secara sentrifugal, sampai sebesar lentikuler dan nummular. Beberapa macula ini dapat bergabung membentuk lesi lesi yang lebar hingga sebesar daun gyrate. Lesi ini menunjukan gambaran beraneka ragam, dapat berupa arsiner, sirsiner, polisiklis atau geografis. Macula eritem ini berbatas tegas dan di atasnya di dapati skuama yang mempunyai sifat sifat khas. Warnanya putih seperti perak atau mika, transparent, kering, kasar dan berlapis lapis. Apabila skuama ini digores dengan benda tajam, akan tampak sebuah garis putih kabur dan skuama menjadi pecah pecah mirip gambaran setetes lilin yang di gores dengan benda tajam. Fenomena ini disebut fenomena tetesan lilin, apabila skuama ini di kupas lapis demi lapis, pada lapisan yang terbawah tampak kulit berwarna merah dan terlihat bintik bintik darah. Tanda seperti ini disebut tanda Auspitz.Predileksi adalah bagian tubuh yang sering terkena geseran atau tekanan, seperti siku, lutut dan punggung. Pada bagian tersebut, dapat timbul reaksi isomorfik. Bagian tubuh lain adalah daerah yang berambut. Pada kulit kepala tanda eritem tidak jelas tetapi skuamanya cukup tebal, sehingga sering dikelirukan dengan dermatitis seboroika.

Psoriasis yang menyerang kuku jari, tangan dan kaki memberi gambaran berupa lubang kecil pada kuku yang disebut pits. Warna kuku menjadi kabur dan bagian kuku bebas agak terpisah dari dasarnya oleh karena terbentuk zat tanduk sub ungula. Umumnya kelainan kuku di mulai dari bagian distal dan menyebar ke bagian proksimal, hingga terjadi onikolisis. Mukosa hampir tidak pernah terkena penyakit ini, kemungkinan karena pertumbuhan epitel mukosa mirip dengan pertumbuhan kulit yang terkena psoriasis.

Berdasarkan ukuran dan morfologi lesi, psoriasis dapat menunjukan berbagai variasi : psoriasis punctata bila ukuran lesi sebesar milier ( kepala jarum pentul ) : psoriasis gutata bila ukuran lesi sebesar lentikuler : psoriasis numularis apabila ukuran lesi sebesar uang logam : psoriasis gyrata bila ukuran lesi daun : psoriasis folikularis bila lesi mengikuti folikel rambut : psoriasis universalis apabila lesi menyerang seluruh permukaan tubuh : dan apabila menyerang bagian lipatan tubuh seperti ketiak, di bawah buah dada, inguinal, bagian antar gluteus, lesinya disebut psoriasis inversal. Lesi psoriasis pada tempat ini tidak khas berupa skuama berlapis lapis, tetapi hanya berupa eritem berbatas tegas, sedikit skuama, kadang ada fisura dan disertai rasa gatal atau rasa terbakar. Perubahan lesi seperti ini disebabkan oleh maserasi kulit akibat geseran dan gangguan penguapan pada bagian lipatan tubuh yang menyebabkan kulit agak lembab.

Lesi psoriasis yang menyerang telapak kaki dan tangan ( psoriasis geografis ) menunjukan daerah yang eritematous, kulit menjadi kering dilapisi skuama halus atau kadang kadang berupa penebalan kulit yang verukus. Psoriasis yang menyerang daerah yang luas disebut psoriasis generalisata. Bentuk ini dapat menimbulkan masalah medic yang serius. Lesi lesi di kulit yang terjadi serentak sering mneyertai suatu penyakit sistemik, misalnya penyakit sistemik, misalnya penyakit infeksi bakteri akut, penyakit virus atau alergi obat.

Vasodilatasi pembuluh darah subepidermal dan kapiler kulit menyebabkan pelepasan panas yang berlebihan dan penderita akan mengeluh merasa kedinginan. Kadang kadang dapat timbul gejala yang lebih serius, seperti kegagalan jantung, akibat pengaliran darah di dalam kulit yang meningkat. Pengeluaran air melalui kulit akan meningkat, akibat gagalnya epidermal barrier. Kegagalan barrier epidermal ini menyebabkan permeabilitas epidermis meningkat, sehingga sangat mempengaruhi penyerapan obat obatan melalui kulit. Oleh sebab itu, pemberian obat topical pada lesi psoriasis yang luas harus di lakukan secara berhati hati, mengingat absorbsi obat yang tinggi dapat menyebabkan gejala obat sistemik yang tidak di inginkan.

Pelepasan skuama yang terus menerus dapat menyebabkan protein tubuh hilang kira kira 50 gram setiap hari sehingga menyebabkan hipoproteinema sekunder. Hilangnya protein dan zat besi dari tubuh ini dapat pula menyebabkan anemia defisensi besi.

Fenomena Koebner atau reaksi isomorfik adalah timbulnya lesi psoriasis pada tempat terjadinya trauma. Jenis trauma yang dapat menimbulkan reaksi ini ialah trauma fisik, seperti luka mekanik, trauma sinar ultra violet atau kerusakan kulit karena dermatitis. Penelusuran reaksi isomorfik ini penting untuk mencegah penderita dari segala jenis trauma fisik. Pada penderita ini, melepaskan plester harus hati hati karena dapat menimbulkan lesi psoriasis baru. Kepentingan lain fenomena Koebner ialah untuk induksi lesi lesi psoriasis, untuk kepentingan penelitian psoriasis dan untuk kepentingan pengobatan dengan sinar ultraviolet dan beberapa macam obat topical.

BENTUK KLINIS

Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis.

1. Psoriasis Vulgaris

Bentuk ini ialah yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula karena lesi lesinya umumnya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan di atas.

2. Psoriasis gutata

Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. timbulnya mendadak dan diseminata umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik bacterial maupun viral.

3. Psoriasis inversa ( psoriasis fleksural )

Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai dengan namanya.

4. Psoriasis eksudative

Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada bentuk ini kelainannya exsudative seperti dermatitis akut

5. Psoriasis seboroik ( seboroisis )

Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik.

6. Psoriasis pustulosa

Ada 2 pendapat mengenal psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat dua bentuk psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata dan generalisata. Bentuk lokalisata, contohnya psoriasis pustulosa palmo-plantar ( barber ). Sedangkan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut ( von Zumbusch )

a. Psoriasis pustulosa palmoplantar ( barber )

Penyakit ini bersifat kronik dan residif, mengenai telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa kelompok kelompok pustule kecil steril dan dalam di atas kulit yang eritematosa disertai rasa gatal.

b. Psoriasis pustulosa generalisata akut ( von Zumbusch )

Sebagai faktor provokatif banyak, misalnya obat yang tersering karena

pengehentian kortikosteroid sistemik. Obat lain contohnya, penisilin dan derivatnya ( ampisilin dan amoksilin ) serta antibiotic betalaktam yang lain, hidroklorokuin, KJ, morfin, sulfapiridin, sulfonamide, kodein, fenilbutason dan salisilat. Faktor lain selain obat, ialah hipokalsemia, sinar matahari, alcohol, stress emosional, serta infeksi bacterial dan virus.

Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang sedang atau telah menderita psoriasis. Dapat pula muncul pada penderita yang belum pernah menderita psoriasis.

Gejala awalnya ialah kulit yang nyeri, hiperalgesia disertai gejala umum berupa demam, malaise, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada makin eritematosa. Setelah beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan eritematosa pada kulit yang normal. Dalam beberapa jam timbul banyak pustule miliar pada plak plak tersebut. Dalam sehari pustule pustule berkonfluensi membentuk take of us berukuran bebrapa cm.

Kelainan kelainan semacam itu akan terus menerus dan dapat menjadi eritroderma.

Pemeriksaan laboratorium menunjukan leukositosis ( leukosit dapat mencapai 20.000/ul ) kultur pus dari pustule steril.

7. Eritroderma psoriatic

Eritroderma psoriatic dapat disebabkan oleh pengobatan topical yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal universal. Adakalanya lesi psoriasis masih tampak samar samar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.

HISTOPATOLOGI

Psoriasis member gambaran histopatologik yang khas, yakni : parakeratosis dan akantosis pada staratum spinosum terdapat kelompk leukosit yang disebut abses Munro. Selain itu, terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.

PENGOBATAN

Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan. Pada pengobatan psoriasis gutata yang biasanya disebabkan oleh infeksi di tempat lain, setelah infeksi tersebut diobati umumnya psoriasisnya akan sembuh sendiri.

PENGOBATAN SISTEMIK

1. Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, menurut pengalaman penulis dosisnya kira kira ekuivalen dengan prednisone 30 mg perhari. Setelah membaik, dosis di turunkan perlahan lahan, kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis pustulosa generalisata.2. Obat sitostatik

Obat sitostatik yang biasanya digunakan ialah metotreksat. Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis arthritis dengan lesi kulit, dan eritroderma karena psoriasis yang sukar terkontrol dengan obat standar.

Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, system hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif ( misalnya tuberculosis ), ulkus peptikum, colitis ulserosa dan psikosis.

Cara penggunaan metotreksat ialah demikian. Mula mula diberikan tes dosis inisial 5 mg per os untuk mengetahui, apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik, jika tidak terjadi efek yang tidak di kehendaki, diberikan dosis 3 x 2.5 mg, dengan interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7.5 mg. jika tidak tampak perbaikan dosis dinaikan 2.5 mg 5 mg perminggu. Biasanya dengan dosis 3 x 5 mg per minggu telah tampak perbaikan. Cara lain ialah diberikan i.m 7.5 mg 25 mg dosis tunggal setiap minggu. Cara tersebut lebih banyak menimbulkan efek samping daripada cara pertama, jika penyakitnya telah terkontrol dosis diturunkan atau massa interval diperpanjang kemudian dihentikan dan kembali ke terapi topical.

Setiap 2 minggu diperiksa : Hb, jumlah leukosit, hitung jenis, jumlah trombosit, dan urin lengkap. Setiap bulan diperiksa : fungsi ginjal dan hati. Bila jumlah leukosit kurang daripada 3.500, metotreksat agar dihentikan, jika fungsi hepar normal, biopsy hepar dilakukan setiap dosis total mencapai 1.5 g. kalau fungsi hepar abnormal, biopsy tersebut dikerjakan setiap dosis total mencapai 1 g.

Efek sampingnya di antaranya ialah nyeri kepala, alopesia juga terhadap saluran cerna, sumsum tulang belakang, hepar dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis ulserosa dan diare. Jika hebat dapat terjadi enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Depresi sumsum tulang berakibat timbulnya leucopenia, trombositopenia, kadang kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi fibrosis dan sirosis.

3. Levodopa

Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Diantara penderita penyakit Parkinson sekaligus juga menderita psoriasis, ada yang membaik psoriasisnya dengan pengobatan levodopa. Menurut uji coba yang kami lakukan obat ini berhasil menyembuhkan kira kira sejumlah 40% kasus psoriasis. Dosisnya antara 2 x 250 mg 3 x 500 mg, efek sampingnya berupa : mual, muntah, anoreksia, hiptensi, gangguan psikis dan pada jantung.

4. DDS

DDS ( diaminosulfenilsulfon ) dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa tipe Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek sampingnya ialah : anemia hemolitik, methemoglobinemia dan agranulositosis.

5. Etretinat ( tegison, tigason ) dan asitretin ( neotigason )

Etretinat merupakan retinoid aromatic, digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat obat lain mengingat efek sampingya. Dapat pula digunakan untuk eritroderma psoriatika. Cara kerjanya belum pasti diketahui. Pada psoriasis obat tersebut mnegurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal.

Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama diberikan 1 mg/kg BB, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikan menjadi 1 /mg/kgBB.

Efek sampinya sangat banyak diantaranya pada kulit ( menipis ), selaput lendir pada mulut, mata dan hidung kering : peninggian lipid darah : gangguan fungsi hepar : hyperostosis : dan teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan.

6. Siklosporin

Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kgBB sehari. Bersifat nefrotoksisk dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.

PENGOBATAN TOPIKAL

1. Preparat ter

Obat topical yang biasa kami gunakan ailah preparat ter, efeknya ialah antiradang. Menurutnya asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari :

Fosil, misalnya iktiol

Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski

Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.

Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis, yang cukup efektif ialah yang berasal dari batu bara dan kayu oleh karena itu hanya kedua ter tersebut yang akan dibicarakan. Ter dari batubara lebih efektif daripada ter berasal dari kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga lebih besar.

2. Kortikosteroid

Kortikosteroid topical memberi hasil yang baik, potensi dari vehikulum bergantung pada lokasinya.

Pada scalp, muka dan daerah lipatan digunakan krim, di tempat lain digunakan salap. Pada daerah muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih potensi sedang. Bila digunakan potensi kuat pada muka dapat memberikan efek samping diantaranya telangiektasis, sedangkan di lipatan berupa striae atrifikans.

3. Ditranol ( antralin )

Obat ini dikatakan efektif. Kekurangnya ialah mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0.2 0.8 % dalam pasta, salap atau krim. Lama pemakaian hanya - jam sehari sekali untuk mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.

4. Pengobatan dengan penyinaran

Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik ialah penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat dan jika berlebihan malah akan memperparah psoriasis. Karena itu, digunakan sinar ultraviolet artificial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen dan disebut PUVA, atau bersama- sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman.

5. Emolien

Efek emolien ialah melembutkan permukaaan kulit pada batang tubuh ( selain lipatan ) ektermitas atas dan bawah biasanya kami menggunakan salap dengan bahan dasar vaselin, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Emolien yang lain ialah lanolin dan minyak mineral. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.

ANALISA KASUS

TINJAUAN PUSTAKAKASUS INI

Psoriasis adalah satu penyakit kulit termasuk di dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa, lesi berupa macula eritem berbatas tegas, ditutupi oleh skuama kasar berlapisAnamnesis :

OS.mengeluh bercak keputihan disertai sisik dan terasa gatal hampir di seluruh tubuh.

Predileksi adalah bagian tubuh yang sering terkena geseran atau tekanan, seperti siku, lutut dan punggung. Bagian tubuh lain adalah daerah yang berambut.

Anamnesis:

Bercak keputihan awalnya timbul di kepala, selanjutnya timbul di siku, lalu di kaki yang semakin lama semakin meluas hingga ke seluruh tubuh. Bercak keputihan ini disertai sisik. Bercak keputihan ini juga terkadang disertai gatal. Pemeriksaan Fisik :Didapatkan bercak hipopigmentasi berbatas tegas, disertai skuama kasar pada daerah kepala, lengan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri.

DAFTAR PUSTAKADjuanda, Adhi et al, 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FK UI : Jakarta.

Fitzpatrick, Thomas B. et al, 1993. Dermatology in General Medicine. Vol 2. 4th ed. USA: McGraw-Hill Book

Mansjoer, A, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Media Aesculapius FK UI : Jakarta.

Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. EGC : Jakarta. 1