34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk usia lanjut (yang kemudian disingkat lansia) merupakan bagian masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan kita. Istilah Golongan usia lanjut (Lansia) diperuntukan bagi mereka yang telah berusia 60 tahun atau lebih. Menurut data pusat Statistik, jumlah lansia di Indonesia diperkirakan mencapai 9,77% atau sejumlah 23,9 juta jiwa pada tahun 2010 dan meningkat lagi secara signifikan sebesar 11,4% atau sebanyak 28,8 juta jiwa pada tahun 2020. Hal ini berkolerasi positif dengan peningkatan kesejaraan yang dialami oleh masyarakat Indonesia khususnya di bidang kesehatan yang ditunjukkan dengan semakin tingginya angka harapan hidup masyarakat Indonesia. Dengan tingginya angka harapan hidup masyarakat Indonesia, maka diperkirakan 10 tahun ke depan struktur penduduk Indonesia akan berada pada struktur usia tua. Isu sentral masalah kependudukan yaitu rendahnya kualitas sumber daya manusia usia lanjut (LANSIA) yang dipengaruhi langsung oleh beberapa faktor, antara lain konsumsi makanan dan gizi, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan serta pengakuan masyarakat bahwa mereka 1

Isi.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPenduduk usia lanjut (yang kemudian disingkat lansia) merupakan bagian masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan kita. Istilah Golongan usia lanjut (Lansia) diperuntukan bagi mereka yang telah berusia 60 tahun atau lebih. Menurut data pusat Statistik, jumlah lansia di Indonesia diperkirakan mencapai 9,77% atau sejumlah 23,9 juta jiwa pada tahun 2010 dan meningkat lagi secara signifikan sebesar 11,4% atau sebanyak 28,8 juta jiwa pada tahun 2020. Hal ini berkolerasi positif dengan peningkatan kesejaraan yang dialami oleh masyarakat Indonesia khususnya di bidang kesehatan yang ditunjukkan dengan semakin tingginya angka harapan hidup masyarakat Indonesia. Dengan tingginya angka harapan hidup masyarakat Indonesia, maka diperkirakan 10 tahun ke depan struktur penduduk Indonesia akan berada pada struktur usia tua. Isu sentral masalah kependudukan yaitu rendahnya kualitas sumber daya manusia usia lanjut (LANSIA) yang dipengaruhi langsung oleh beberapa faktor, antara lain konsumsi makanan dan gizi, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan serta pengakuan masyarakat bahwa mereka masih mempunyai kemampuan kerja dan pendapatan dari pensiunan yang masih rendah.Pertambahan penduduk di Jawa Tengah masih relative tinggi yaitu sebesar 196.758 jiwa per tahun. Dampak lebih jauh dari permasalahan kependudukan adalah bertambahnya penduduk beruisa lanjut dengan kreteria :1. Rendahnya kualitas kesehatan lansia yang disebabkan oleh rendahnya pendapatan2. Adanya tuntutan persediaan pangan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan kalori yang makin berkualitas bagi lansia

Permasalahan penduduk lansia perlu ditangani dengan strategi antara lain melalui pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi bersama-sama dengan peningkatan prasarana dan pelayanan kesehatan yang dipusatkan pada Posyandu. Strategi peningkat kesehatan Lansia ini ditempuh melali penurunan angka kesakitan dan jumlah jenis keluhan Lansia. Agar program penurnan AKL dapat dicapai secara efektif dan efesien perlu didukung adanya data. Posyandu Lansia merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar untuk meningkatkan kesehatan para lansia. Dengan tujuan pemberdayaan kaum Lamsia yang tepat guna menjamin kelangsungan hidup sehat, aktif dan produktif di masyarakat dapat terpenuhi.Posyandu Lansia pada cakupan wilayah Puskesmas Masaran II berjumlah 19 Posyandu Lansia yang tersebar di 6 Desa, dengan jumlah sasaran usia lanjut kelompok usia 45-59 tahun (pre-lansia) yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2210 orang dan perempuan sebanyak 2300 orang, kelompok usia 60-69 tahun (lansia / elderly) yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1464 orang dan perempuan sebanyak 1542 orang, dan kelompok usia > 70 tahun (lansia old dan lansia very old) yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 840 orang dan perempuan sebanyak 841 orang.

B. Tujuan PembelajaranSetelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan diharapkan mahasiswa dapat memiliki kemampuan:1. Mampu memahami peran dan fungsi posyandu lansia.2. Mampu menjelaskan cara pengisian dan penggunaan KMS lansia.3. Mampu menjelaskan kelainan-kelainan yang sering terjadi pada lansia beserta pencegahan dan pengobatannya.4. Memahami tatalaksana Diet Lansia dan pola hidup sehat Lansia.5. Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang manfaat Posyandu Lansia dalam meningkatkan kesehatan Lansia6. Melakukan pengumpulan dan analisis data tentang program posyandu, prevalensi penyakit yang diderita lansia, serta upaya kuratif dan rehabilitatif.7. Melakukan penilaian status depresi lansia dengan menggunakan GDS (Geriatric Depression Scale) dan MMSE (Mini Mental State Examination).8. Mampu melakukan pengamatan dan penilaian pada posyandu lansia setempat dengan standar program posyandu lansia.9. Mampu melakukan pendampingan konseling berupa kapan kembali untuk tindak lanjut.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penuaan dan Perubahan-Perubahan pada LansiaProses menua adalah suatu keadaan alami selalu berjalan dengan disertai adanya penurunan fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi. Hal tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Istilah lansia diperuntukkan bagi mereka yang telah berusia 60 tahun atau lebih.Secara fisiologis lansia akan mengalami berbagai perubahan, seperti :1. Penurunan kondisi fisik 2. Penurunan fungsi dan potensi seksual3. Perubahan dalam aspek sosial4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan5. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat

B. Permasalahan psikologi pada LansiaSalah satu permasalahan yang sering timbul pada usia lanjut adalah depresi yang merupakan suatu bentuk gangguan emosi yang menunjukkan perasaan tertekan, sedih, tidak bahagia, tidak berharga, tidak berarti, tida mempunyai semangat, serta pesimis menghadapi masa depan. Hal tersebut muncul oleh karena :1. tersisih dari kelompoknya2. tidak diperhatikan oleh orang-orang di sekitarnya3. terisolasi dari lingkungan4. tidak ada seseorang tempat berbagi rasa dan pengalaman5. seseorang harus sendiri tanpa ada pilihanDepresi merupakan kondisi yang mudah membuat lansia putus asa. Lansia dengan depresi biasanya lebih menunjukkan keluham fisik daripada emosi. Keluhan fisik sebagai akibat dari depresi kurang mudah untuk dikenali sehingga sering menyebabkan keterlambatan dalam penanganannya. Oleh karenanya diperlukan penilaian secara dini untuk mencegah depresi pada lansia. Kriteria penilaian yang digunakan dalam menilai status depresi pada lansia adalah GDS (Geriatric Depression Scale) dan MMSE (Mini Mental State Examination).

C. Penyakit-Penyakit Degeneratif pada LansiaAda beberapa penyakit yang sering muncul pada usia lanjut, diantaranya adalah diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, stroke, osteoarthritis, dan PPOK.1. Diabetes melitusDiabetes melitusadalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi yang dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada pasien tersebut. Keluhan klasik diabetes melitus berupa poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.Pencegahan dari penyakit diabetes melitus berupa :a. Jika di keluarga ada riwayat diabetes atau ditemukan keluhan sebaiknya diperiksa gula darah di puskesmas b. Memodifikasi Diet dan Lifestylei. Jangan makan banyak mengandung gula ii. Istirahat dan aktivitas harus seimbang iii. Perbanyak olahraga ringan 2. HipertensiPeningkatan tekanan darah diatas batas normal. Hipertensi adalahfaktor resikoutama untukstroke,infark miokard, gagal jantung,aneurismaarteri (misalnyaaneurisma aorta),penyakit arteri perifer, dan penyebab penyakit ginjal kronik. Hipertensi jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya biasanya melaluiskrining, atau saat mencari penanganan medis untuk masalah kesehatan yang tidak berkaitan. Beberapa orang dengan tekanan darah tinggi melaporkansakit kepala(terutama di bagian belakang kepala dan pada pagi hari), sertapusing,vertigo,tinitus(denging atau desis di dalam telinga), gangguan penglihatan, hingga pingsan.Namun hipertensi dapat dicegah melalui beberapa cara :a. Memeriksa tekanan darah bila terdapat gejalab. Menjaga berat badan c. Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium (garam) d. Batasi konsumsi alkohol e. Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran3. Penyakit jantungPenyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan Jantung tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Jenis penyakitnya banyak dengan gejala yang berbeda-beda. Gejalanya berupa nyeri di dada bagian kiri, bias menjalar ke lengan dan rahang, sesak napas, oedem pada ekstremitas. Namun penyakit jantung dapat dicegah dengan cara menjaga lifestyle dan diet, serta mengontrol hipertensi dan DM.4. StrokeStroke adalah suatu gangguan fungsi otak yang terjadi secara mendadak, disebabkan semata-mata oleh gangguan pembuluh darah di otak, dan dapat mengakibatkan kematian. Stroke dapat pula didefinisikan sebagai Defisit neurologis fokal ditandai dengan gangguan fungsi bagian tubuh tertentu seperti :a. Wajah yang asimetris, b. Artikulasi bicara menjadi cadel/ pelo, c. Lengan dan tungkai menjadi lemah. Kelemahan pada lengan dan tungkai biasanya hanya menyerang satu sisi tubuh saja, kanan atau kiri, dan sangat jarang sekali terjadi pada kedua sisi tubuh secara bersamaan di waktu yang sama.Stroke dapat dicegah dengan cara :a. Identifikasi orang-orang yang berisiko tinggi b. Mengendalikan faktor risiko stroke sebanyak mungkin, seperti :i. kebiasaan merokok ii. hipertensi iii. mengatur pola makan yang sehat iv. menghindari makanan yang mengandung kolesterol v. olahraga secara teratur5. OsteoarthritisOsteoarthritis merupakan penyakit degenerative pada sendi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago tulang. Lokasi yang sering terkena adalah vertebra, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki. Gejalanya berupa hambatan gerak, krepitasi, pembengkakan sendi yang asimetris, deformitas sendi permanen, tanda-tanda peradangan, dan penurunan fungsi sendi. Osteoarthritis dapat dicegah dengan :a. berdiri, berjalan, mengangkat barang harus pada posisi yang benar b. berhati-hati agar terhindar dari berbagai kecelakaan yang dapat mengakibatkan sendi rusak c. berolah raga harus dengan cara yang benar, sesuai petunjuk d. menjaga nutrisi agar selalu baik dan seimbang, agar pertumbuhan sendi dan tulang rawan sempurna dan normale. menjaga berat badan agar ideal6. PPOKPPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. Gejala dari PPOK antara lain usia di atas 40 tahun, dengan sesak napas yang progresif, memburuk dengan aktivitas, persisten, batuk kronik, produksi sputum kronik, riwayat pajanan rokok, asap atau gas berbahaya di dalam lingkungan kerja atau rumah.

Pencegahan penyakit PPOK :a. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya.b. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja.c. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang.

D. Posyandu Lansia1. Definisi posyandu lansiaMenurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasional Lanjut Usia (2010) disebutkan bahwa Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.2. Manfaat posyandu lansiaMenurut Depkes RI (2003), tujuan umum dibentuknya Posyandu lansia secara garis besar adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sedangkan tujuan khusus pembentukan posyandu lansia antara lain :a. Meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya;b. Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut;c. Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut;d. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.3. Bentuk kegiatan posyandu lansiaDalam menjalankan fungsinya, kegiatan posyandu lansia dibagi menjadi 10 tahap pelayanan, yang terdiri dari :a. Pemeriksaan aktivitas sehari-hari, meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan, minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, dan buang air.b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 menit.c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, kemudian dicatat pada grafik indeks massa tubuh.d. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama 1 menit.e. Pemeriksaan hemoglobin.f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal diabetes melitus.g. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.h. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan no 1 - 7.i. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam atau di luar kelompok dalam rangka kunjungan rumah serta konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu maupun kelompok usia lanjut.j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

BAB IIIKEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan laboratorium lapangan (field lab) kelompok A3 prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UNS (Universitas Sebelas Maret) dengan topik Komunikasi, Informasi, dan Edukasi : Pembinaan Posyandu Lansia dilakukan di Puskesmas Masaran II, Sragen. Kegiatan yang kami lakukan adalah sebagai berikut :A. Pertemuan pertama (Rabu, 20 Mei 2015)Pengarahan dan penjelasan singkat dari Kepala Puskesmas Masaran II mengenai kegiatan posyandu lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Masaran II, antara lain tentang penyakit-penyakit yang paling sering diderita oleh lansia, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan posyandu lansia, dan lain-lain. Setelah itu dibagi menjadi dua tim, satu tim menjadi juri dalam lomba senam lansia yang dilaksanakan di puskesmas Masaran II dan satu tim menusun rencana kegiatan yang akan dilakukan di pertemuan kedua yaitu pada tanggal 27 Mei 2015.B. Pertemuan kedua (Rabu, 27 Mei 2015)Pada saat kegiatan lapangan, kelompok A3 akan melakukan KIE : Pembinaan Posyandu Lansia di Beku. Sebelumnya kami mendapat pengarahan dan bimbingan dari Kepala Puskesmas Masaran II. Setelah itu pukul 08.00 kami berangkat menuju Posyandu Lansia Beku (Rumah Ibu Yeti). Susunan acara adalah sebagai berikut : WaktuKegiatanAnggota

09.00-10.00a. Pendaftaran dan Mengukur BBb. Mengukur Tensi darahc. GDS dan MMSEEmma L, Anthony, AprilianiApriska, Ladysa, MichaelZain, Taqiudin, Anggita, Ema N

10.00-10.15Senam LansiaEmma L dan Ladysa

10.15-10.30Kultum (Materi Agama Islam)MF Habibullah

10.30-11.15a. Penyuluhan dengan materi :Diabetes Melitus, PPOK, Stroke, Jantung, Hipertensi, Osteoartritisb. Sesi Tanya JawabZain , Apriska, Michael, Dewi Nur, Anthony

Anggita dan Apriliani

11.15-11.30KetrampilanAnggita dan Apriliani

11.30-11.45PenutupanTaqiudin

Kegiatan di hari kedua1. Alur Pendaftaran Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badanb. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi (Erfandi, 2008).Pada meja pendaftaran diberikan form pendaftaran yang berisi nama, umur, alamat, berat badan, nomor hp, sudah mengikuti BPJS atau belum. Setelah melewati meja pendaftaran dan pengukuran berat badan, lalu menuju meja pengukuran tekanan darah. Untuk peserta yang hadir dengan usia di atas 60 tahun, kami arahkan menuju meja 3 yaitu Meja pengisian form GDS dan MMSE.

2. Senam LansiaKami mempersilakan para peserta posyandu lansia wilayah beku untuk memasuki ruangan untuk mengikuti senam lansia. Kegiatan senam dilakukan dalam waktu 15 menit dan dipimpin oleh dua instruktur dari kelompok kami. Musik yang digunakan pada senam ini adalah musik yang umum digunakan pada saat senam lansia. Namun, para lansia di Posyandu ini lebih suka menggunakan musik yang temponya lebih cepat dan suara lebih keras. Lansia terlihat sangat antusias dan semangat karena gerakan yang kami berikan sedikit berbeda dengan gerakan yang biasa mereka gunakan. Seluruh lansia mengikuti kegiatan senam dengan baik, walaupun ada keterbatasan usia.3. KultumKultum diisi selama 10 menit, yang dibawakan oleh salah satu anggota dari kelompok kami. Lansia mendengarkan dengan penuh perhatian, tidak ada yang berbicara sendiri. Kultum yang disampaikan berupa:a. Memanfaatkan sisa umur yang ada untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.b. Jangan sampai terlena dengan keindahan kehidupan dunia yang sifatnya hanya sementara, karena kehidupan yang kekal abadi di akhirat.4. PenyuluhanPenyuluhan yang diberikan adalah materi penyakit-penyakit yang paling sering diderita oleh lansia di Indonesia. Penyakit-penyakit tersebut adalah hipertensi, PPOK, osteoartritis, stroke, jantung, dan diabetes melitus. Kami menyampaikan tentang pengertian, gejala-gejala, dan pencegahan dari masing-masing penyakit. Disela-sela penyampaian materi, diselipkan beberapa pertanyaan utnuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka terhadap materi yang kita sampaikan. Apabila ada lansia yang mengacungkan jari dan mampu menjawab pertanyaan, kami memberikan doorprize berupa gelas atau mangkok. Situasi saat pemberian materi juga kondusif, para lansia mendengarkan dengan baik, fokus, dan mampu menerima materi yang kita sampaikan dengan baik, terbukti dengan mereka mampu menjawab setiap pertanyaan yang kita berikan. selain itu, kami juga membuka sesi tanya jawab. ada beberapa lansia yang mengajukan pertanyaan, apabila kami kurang mampu memberikan jawaban, kami menyarankan kepada mereka untuk konsultasi setelah acara penyuluhan selesai. Di akhir pemberian penyuluhan kami juga memberikan motivasi untuk lebih memanfaatkan fasilitas puskesmas dan juga memberikan sedikit wawasan tentang BPJS. 5. Tujuan dari pemberian keterampilan adalah :a. Mendukung kegiatan pemerintah dalam pengolahan barang bekasb. Dengan menggunakan barang bekas sebagai salah satu bahan utama membuat keterampilan maka mengurangi sampah yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti Demam Berdarah Dengue (DBD)c. Mengasah kemampuan lansia sehingga mampu menghasilkan benda yang bernilai ekonomis, dan nanti diharapkan mampu dibuat koperasi.Kegiatan yang kita berikan adalah pembuatan vas bunga dan pot gantung dari botol bekas. Dengan alat dan bahan sebagai berikut :Alat: - Gunting - CutterBahan: - Botol Bekas -Tali -PitaCara kerja: a. Potong botol menjadi 3/4 bagianb. Ambil bagian bawah botol yang berukuran 3/4, lalu digunting bagian atas dengan jarak 1 cm dan tinggi 5 cmc. Lipat ke luar hasil guntingand. Lipat ke dalam lagi sehingga membentuk vas bungae. Hias vas bunga menggunakan pita.

Kegiatan Posyandu Lansia Beku secara umum sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari kegiatan posyandu lansia yang dilaksanakan secara konsisten. Selain itu, antusiasme lansia terlihat tinggi terhadap kegiatan posyandu lansia. Walaupun, kadang terdapat beberapa kendala lansia dalam pelaksanaan kegiatan posyandu lansia, diantaranya:1. Koordinasi yang kurang baik sehingga ada beberapa data yang terlewat dan terulang pada saat pengukuran tekanan darah.2. Bahasa yang dipakai untuk wawancara GDS dan MMSE serta penyuluhan masih menggunakan bahasa Indonesia, padahal tidak semua lansia mengerti bahasa Indonesia, terutama lansia yang berusia diatas 70 tahun.C. Pertemuan ketiga (Rabu, 3 Juni 2015)1. Pengumpulan laporan field lab kelompok A3 tentang Komunikasi, Informasi, dan Edukasi : Pembinaan Posyandu Lansia2. Presentasi hasil kegiatan field lab (pertemuan kedua)kelompok A3.D. Target Cakupan Langsung dan Tidak LangsungSasaran pelaksanaan pembinaan POKSILA, terbagi dua yaitu: (1) sasaran langsung, yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia lanjut (60-69 tahun), usia lanjut risiko tinggi (>70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan, (2) sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat di lingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia lanjut, petugas lain yang menangani Kelompok Usia Lanjut dan masyarakat luas (Depkes RI, 2003 : 113).

BAB IVPEMBAHASAN

A. Jumlah Sasaran Target cakupan pelaksanaan posyandu lansia dengan rumus :

Target Cakupan = jumlah sasaran yang ikut posyandu x 100% Jumlah sasaran lansia

Dari hasil perhitungan, didapatkan target cakupan lansia di Puskesmas Masaran II sebesar 11,17 %, dengan rincian : di Desa Sidodadi 9,23 %, Desa Karang Malang 11.29 %, Desa Jati 12.7 %, Desa Kliwonan 10 %, Desa Pilang 12.6 %, dan Desa Pringanom 20.3 %. Untuk target cakupan dengan klasifikasi usia, pada prelansia (45 59 tahun) sebesar 10.02%, lansia/ elderly (60 69 tahun) sebesar 11.94 %, lansia old dan very old sebesar 11.68 %. Berarti target cakupan Posyandu Lansia di wilayah Puskesmas Masaran II belum memenuhi target cakupan nasional yaitu sebesar 70 %.Kegiatan Posyandu lansia pada kelompok 3 dilaksanakan di salah satu rumah kader di Desa Beku. Posyandu Lansia Beku merupakan salah satu posyandu binaan Puskesmas Masaran II. Posyandu Lansia Beku memiliki sasaran lansia berjumlah 138 orang, dengan jumlah laki-laki sejumlah 23 orang dan perempuan 115 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa angka harapan hidup lansia perempuan lebih tinggi.Dari data kunjungan kegiatan field lab posyandu di desa Beku pada tanggal 27 Mei 2015 didapatkan bahwa jumlah lansia wanita lebih antusias untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia di desa BekuPelaksanaan kegiatan Posyandu Lansia Beku pada saat kunjungan kegiatan FL dihadiri oleh 91 orang dari 138 orang jumlah sasaran lansia. Dari data tersebut, didapatkan target cakupan sebesar 65,94%. Hal ini menunjukkan bahwa target cakupan Posyandu Lansia Beku masih belum memenuhi target cakupan posyandu lansia di Puskesmas Masaran II sebesar 70%.Hal ini kemungkinan dikarenakan :1. Jarak rumah Lansia ke Posyandu Lansia cukup jauh, padahal pada lansia telah mengalami penurunan kondisi fisik.2. Lansia masih banyak yang bekerja untuk menghidupi keluarganya, sehingga tidak dapat menyempatkan diri menghadiri kegiata di Posyandu Lansia3. Kurangnya pemahaman Lansia tentang kegunaan Posyandu Lansia

B. Tingkat Depresi Lansia di Posyandu BekuSkrining depresi pada lansia sangat penting dilakukan. Hal ini karena karena tingginya frekuensi depresi dan adanya gagasan untuk bunuh diri pada lansia. Selain itu juga perlu dilakukan untuk membantu edukasi pasien dan pemberi perawatan tentang depresi, dan untuk mengikuti perjalanan gejala-gejala depresi seiring dengan waktu. Skrining tidak ditujukan untuk membuat diagnosis depresi, tapi hanya mengetahui gejala-gejala depresi.Geriatric Depression Scale terdiri dari 15 pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak yang kemudian dikategorikan menjadi normal (skor 0-5), predepresi (skor 6-10), dan depresi (skor >10). Geriatric Depression Scale menjadi tidak valid bila digunakan pada lansia dengan gangguan kognitif. Status kognitif harus terlebih dahulu dinilai dengan Mini Mental State Examination (MMSE), karena kemungkinan yang besar dari komorbiditas depresi dan fungsi kognitif. MMSE sendiri adalah skrining yang digunakan untuk menilai aspek kognitif dan fungsi mental yang terdiri dari orientasi, registrasi, atensi dan konsentrasi. Kognitif baik jika terdapat 0-2 kesalahan, gangguan intelek ringan (3-4 kesalahan), gangguan intelek sedang (5-7 kesalahan), gangguan intelek berat (8-10 kesalahan). Jika peserta tidak pernah sekolah kesalahan diperbolehkan +1 dari nilai, jika pendidikan lebih dari SMA kesalahan diperbolehnkan -1 dari nilai.Berdasarkan tabel (lampiran) hasil MMSE kita dapat mengetahui bahwa:1. Lansia yang memiliki kognitif baik:a. Laki laki : 2 orangb. Perempuan: 3 orang2. Lansia yang memiliki gangguan intelek ringan:a. Laki laki : 1 orangb. Perempuan: 6 orang3. Lansia yang memiliki gangguan intelek sedang: a. Laki laki : tidak adab. Perempuan: 2 orang4. Lansia yang memiliki gangguan intelek berat: a. Laki laki : tidak adab. Perempuan: tidak adaDari hasil field lab kami kemarin di posyandu Beku didapatkan bahwa jumlah lansia dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami penurunan fungsi kognitif dibanding laki-laki. Tetapi sebenarnya jenis kelamin tidak secara signifikan mempengaruhi hasil pemeriksaan MMSE (Patriyani, 2009). Selain itu jumlah lansia yang hadir didominasi oleh perempuan. Berdasarkan tabel hasil GDS kita dapat mengetahui bahwa:1. Lansia yang mengalami depresi:a. Laki-laki: tidak adab. Perempuan: tidak ada2. Lansia yang mengalami predepresi:a. Laki-laki: tidak adab. Perempuan: 1 orang3. Lansia yang tidak mengalami depresi: a. Laki-laki: 3 orangb. Perempuan: 10 orangDari data tersebut tampak bahwa lansia perempuan memiliki risiko lebih dibanding laki-laki untuk ditemukannya gejala depresi. Seperti penelitian yang dilakukan Wedhari dkk (2013) yang juga mendapatkan hasil yang sama, yaitu depresi terjadi pada jenis kelamin perempuan. Namun penelitian tersebut tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara jenis kelamin terhadap depresi.C. Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darahSelain skrining depresi pada pelaksanaan posyandu lansia dilakukan juga pengukuran tekanan darah dan berat badan. Pengukuran tekanan darah bertujuan untuk memonitor kondisi tekanan darah lansia sebagai upaya preventif karena prevalensi hipertensi pada lansia cukup tinggi. Hasil pengukuran tekanan darah menurut JNC VII diklasifikasikan menjadi:1. Normal: 100 Berdasarkan pengukuran didapatkan hasil tekanan darah lansia :1. Normal: 28 orang2. Pre hipertensi: 22 orang3. Hipertetensi stage 1: 17 orang4. Hipertetensi stage 2: 14 orang5. Hipotensi: 1 orang6. Tidak ada data: 9 orangLansia dengan tekanan darah yang normal kami beri edukasi untuk tetap menjaga pola makan dan pola hidup. Selanjutnya lansia yang mengalami pre-hipertensi kami berikan edukasi modifikasi pola makan dan pola hidup seperti mengurangi asupan makanan asin, tinggi natrium (kecap, garam), dan kopi. Kemudian diikuti dengan melakukan olahraga ringan saeperti jalan-jalan secara teratur.Lansia yang mengalami hipertensi stage 1 maupun stage 2 kami berikan edukasi modifikasi pola makan dan pola hidup serta kami beri pengarahan untuk berobat ke Puskesmas sehingga dapat diberikan penanganan selanjutnya dengan obat yang dapat diminum secara teratur. Pada pemeriksaan tekanan darah didapatkan seorang lansia dengan tekanan darah 230/110, yaitu ny. S berusia 58 tahun. Oleh karena itu khusus ny. S tidak diikutsertakan dalam senam lansia untuk menghindari aktifitas berlebih.

Hipertensi pada lansia kemungkinan dipengaruhi oleh faktor: 1. Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat proses menua.2. Peningkatan sensitivitas terhadap natrium.3. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer sehingga meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer mengakibatkan hipertensi sistolik4. Pembentukan ateromatous akibat perubahan fungsi endotel.

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan1. Jumlah target cakupan di Puskesmas Masaran II sebesar 11,17% dengan kelompok prelansia 10,02%, kelompok lansia 11,94%, kelompok very old lansia 11,68%2. Jumlah target cakupan di Posyandu Beku sebesar 65,94% dengan jumlah lansia 138 orang, yang berarti jumlah target cakupan belum memenuhi target cakupan nasional yaitu sebesar 70%.3. Jumlah sasaran di wilayah puskesmas Masaran II didapatkan kelompok prelansia berjenis kelamin laki-laki 2210 orang dan perempuan 2300 orang, kelompok lansia berjenis kelamin laki-laki 1464 orang dan perempuan 1542 orang, sedangkan kelompok very old lansia berjenis kelamin laki-laki 840 orang dan perempuan 841 orang. 4. Pada posyandu lansia Beku dari 91 orang lansia didapatkan lansia yang mengalami hipertensi sebanyak 31 orang dan prehipertensi sebanyak 22 orang.5. Hasil MMSE di posyandu lansia Beku dari 14 orang lansia didapatkan 7 orang lansia mengalami gangguan intelektual ringan, dan 2 orang lansia mengalami gangguan intelektual sedang.6. Hasil GDS di posyandu lansia Beku dari 14 orang lansia secara umum baik namun ditemukan salah seorang lansia wanita yang mengalami predepresi.

B. Saran1. Perlu ditingkatkannya sosialisasi dan penyuluhan mengenai pentingnya posyandu lansia yang diadakan di tiap desa.2. Perlunya edukasi kepada anggota keluarga dari lansia untuk meningkatkan kepedulian mereka terhadap lansia dan mengantar mereka guna mengikuti kegiatan rutin yang dilaksanakan di posyandu lansia.3. Sebaiknya dilakukan himbauan lebih kepada para lansia agar mau mengikuti acara di posyandu lansia, sehingga lansia dapat bersosialisasi meningkatkan pengetahuan, dan juga menjaga kesehatannya.4. Antusiasme lansia di Puskesmas Masaran II sudah baik dan harus dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Field Lab FK UNS. 2015. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Pembinaan Posyandu Lansia. Surakarta: FK UNS.Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut. Jakarta: Depkes RI.Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010.Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia.Depsos RI. 2009. Dukungan Kelembagaan Dalam Kerangka Peningkatan Kesejahteraan Lansia. Kantor Urusan Pemberdayaan Lansia.Folstein, M.F., Folstein, S.E., dan McHugh, P.R. 1975. Mini Mental State : A practical method for grading the cognitive state of patient for the clinician. J. Of Psychiatris Research.Hanim, D. 2004. Pemberdayaan Perempuan Lansia Untuk Peningkatan Status Gizi. Laporan Penelitian. Surakarta: LPPM UNS. Sri Gati Setiti. 2006. Pelayanan Lanjut Usia Berbasis Kekerabatan (Studi Kasus Pada Lima Wilayah Di Indonesia)23