18
Islam dan Modernitas Oleh : Bekhta Perkasa Asky, S.Ag. Pendahuluan Moderen dan modernisasi kini menjadi bagian dari sebuah gejala umum. Semua bangsa dan intitusi formal, informal. dan non formal di dalamnya terlibat dalam proses modernisasi. J.W. Schoorl mencatat bahwa manifestasi proses ini pertama kali nampak di Inggris pada abad ke-18 dalam catatan sejarah yang disebut dengan revolusi industri. Sejak itu gejala tersebut meluas ke semua penjuru dunia. Mula–mula ke daerah– daerah yang kebudayaannya semacam, yaitu ke Eropa dan Amerika Utara, kemudian ke bagian - bagian dunia yang lain dengan daerah– daerah yang kebudayaannya berbeda sama sekali dengan kebudaayaan Eropa. Penyebaran itu dianggap sebagai sesuatu yang begitu biasa, sehingga masyarakat dunia sering dibagi menjadi dua kategori : negara maju dan negara berkembang. Masing – masing terdiri atas negara yang telah mengalami modernisasi dan negara–negara yang sedang mengadakan proses modernisasi. Dalam pembagian itu tidak disediakan 1

Islam Dan Modernitas (Upload)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Islam Dan Modernitas (Upload)

Islam dan ModernitasOleh : Bekhta Perkasa Asky, S.Ag.

Pendahuluan

Moderen dan modernisasi kini menjadi bagian dari sebuah gejala umum. Semua bangsa

dan intitusi formal, informal. dan non formal di dalamnya terlibat dalam proses

modernisasi. J.W. Schoorl mencatat bahwa manifestasi proses ini pertama kali nampak

di Inggris pada abad ke-18 dalam catatan sejarah yang disebut dengan revolusi industri.

Sejak itu gejala tersebut meluas ke semua penjuru dunia. Mula–mula ke daerah–

daerah yang kebudayaannya semacam, yaitu ke Eropa dan Amerika Utara, kemudian ke

bagian - bagian dunia yang lain dengan daerah–daerah yang kebudayaannya berbeda

sama sekali dengan kebudaayaan Eropa. Penyebaran itu dianggap sebagai sesuatu yang

begitu biasa, sehingga masyarakat dunia sering dibagi menjadi dua kategori : negara

maju dan negara berkembang. Masing – masing terdiri atas negara yang telah

mengalami modernisasi dan negara–negara yang sedang mengadakan proses

modernisasi. Dalam pembagian itu tidak disediakan tempat untuk kemungkinan adanya

negara yang karena sesuatu hal tidak terlibat dalam proses modernisasi itu.1 Oleh

karena itu, dapatlah dikatakan bahwa modernisasi maupun modernitas adalah sebuah

keniscayaan sebuah tuntutan zaman.

Dalam konteks keberagamaan, modernisasi dalam pengertiannya yang dimodifikasi,

didukung oleh pemikir Islam di Indonesia. Dengan tema pemikiran yang diangkatnya,

Rasionalisasi Bukan Westernisasi, Nurcholis Madjid menyatakan, “ pengertian yang

1 J.W Schoorl, Modernisasi, Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara – negara Sedang Berkembang, ( terj) R.G. Soekadijo, ( Jakarta : PT. Gramedia, 1981 ), h. 1

1

Page 2: Islam Dan Modernitas (Upload)

mudah mengenai modernisasi ialah pengertian yang identik, atau hampir identik,

dengan rasionalisasi. Dan itu berarti proses perombakan pola berpikir dan tata kerja

baru yang tidak aqliah ( rasional ), dan menggantikannya dengan pola berpikir dan tata

kerja baru yang aqliah, kegunaannya adalah untuk memperoleh daya guna yang

maksimal. Hal itu dilakukan dengan menggunakan penemuan mutakhir manusia di

bidang ilmu pengetahuan..... Jadi sesuatu dapat disebut modern kalau bersifat rasional,

ilmiah, dan bersesuaian dengan hukum–hukum yang berjalan dengan alam. 2

Namun modernisasi pun bukannya tak lepas dari penentangan dan kritik. Modernisasi

yang mengawal majunya peradaban dunia, dengan kemajuan–kemajuan di bidang

IPTEK punya sisi lain yang layak dicermati. Dalam sebuah artikel, M. Uhaib As’ad

dan M Harun al Rosyid, mengutip pemikiran Sayed Hussein Nasr yang mengatakan

bahwa modernisme tidak berakar pada dimensi transenden dalam pandangan tradisional

Islam. Mereka juga menulis bahwa hal yang hampir senada juga diungkapkan oleh

Brifault dalam bukunya The Making of Humanity, bahwa peradaban modern telah

menelantarkan serta mereduksi nilai–nilai kemanusiaan yang esensial, sehingga

manusia moderen telah terpelanting dari eksistensinya lalu mengalami keterasingan

jiwa. 3

Apa yang disebut Brifault di atas bukannya suatu isapan jempol belaka. Jamie C.

Miller, seorang ilmuwan pemerhati dunia anak menulis, bahwa pada awal tahun 1950,

sebuah jajak pendapat dilakukan terhadap seluruh guru yang ada di Amerika Serikat.

Jajak pendapat tersebut meminta mereka menulis lima masalah teratas yang ada di

2 Nurcholis Madjid, Keislaman, Kemoderenan, dan Keislaman, ( Bandung : Mizan, 1987), h. 1723 M. Uhaib As’ad dan M Harun al Rosyid, “ Spiritualitas dan Modernitas antara konvergensi dan devergensi” dalam Seri Dian II Tahun I, Spiritualitas Baru : Agama dan Aspirasi Masyarakat ( Yogyakarta : Institut Dian / Interfidei, 1994 ), h. 276 - 277

2

Page 3: Islam Dan Modernitas (Upload)

sekolah. Daftar itu berisi : Bicara saat bukan giliarannya, mengunyah permen karet,

membuat keributan, berlarian di lorong sekolah dan menerobos antrean. Selanjutnya

pada awal 1990, para guru diberi pertanyaan yang sama. Beberapa jawaban mereka

sesuai dengan perkiraan . walaupun demikian, daftar tersebut cukup mengejutkan:

Pemakaian obat-obatan terlarang dan alkohol, membawa pisau dan senjata api ke

sekolah, kehamilan, bunuh diri dan pemerkosaan. 4

Kekhawatiran terhadap modernitas vis a vis kepada Islam juga dirasakan komunitas

cendekia muslim di lingkungan Intitut Agama Islam Negeri Sumatera Utara. Dalam

prospektus penerimaan Mahasiswa Baru Program Pasca Sarjana IAIN Sumatera Utara

tahun 2007, untuk program baru PPS IAIN pada tahun 2007 ini, yakni Program Studi

Islam dan Modernitas,dinyatakan bahwa salah satu dasar dibukanya program tersebut

adalah adanya kekahawatiran tentang peran agama ( Islam ) di era modern sekarang ini

yang terus mengemuka di kalangan masyarakat Islam.Atau setidaknya masih ada

sebagian golongan Islam yang belum dapat melihat kontribusi nilai–nilai kemoderenan

bagi eksistensi agama, atau kontribusi agama bagi masyarakat di era moderen yang

demikian tidak dapat dibiarkan begitu saja karena akan memberikan dampak negative

bagi kehidupan masyarakat 5

Pertanyaannya adalah, apakah Islam sebagai agama yang kita anut bersifat adoptif dan

adaptif terhadap modernitas ataukah sebaliknya bersifat antipatif dan kontra produktif

terhadapnya

4 Jamie C. Miller, Mengasah Kecerdasan Moral Anak ( terj.) Lovely, ( Bandung: Kaifa, PT. Mizan Pustaka, 2003), h. 25-6 5 Lihat , Brosur Penerimaan Mahasiswa Baru, Program Pasca Sarjana IAIN Sumatera Utara 2007/2008.

3

Page 4: Islam Dan Modernitas (Upload)

Makalah ini mencoba mengulas permasalahan yang terkait dengan keinginan untuk

menjawab pertanyaan di atas.

Tuntutan Zaman

Dalam konteks keberagamaan, modernisasi ditandai sebagai awal mengkristalnya

pertentangan antara akal melawan Bible. Dalam hal ini, Adnin Armas menuliskan

bahwa hal ini dapat ditelusuri mulai abad pertengahan ( middle age ) Barat, ketika

peradaban mereka ditandai dengan adanya dominasi gereja yang menghambat

kemajuan penelitian ilmiah. Penyebabnya adalah Bible mengandung hal–hal yang

kontradiktif dengan akal. Revolusi ilmiah ( scientific revolution ) yang dirintis

Copernicus dengan teori Heliosentris dianggap bertentangan dengan ajaran Bible 6.

Dalam Bible disebutkan bahwa matahari dan bulan diciptakan setelah bumi. Adnin

mengutip Maurice Bucaille, yang mengatakan bahwa fakta ini bertentangan dengan ide-

ide dasar tentang sitem solar 7. Orang Barat menyebut sejarah zaman pertengahan itu

sebagai zaman kegelapan ( dark age ). Saat itu akal disubordinasikan di bawah Bible.

Karena itulah, mereka menamakan sejarah peradaban Eropa pada abad XV dan XVI

sebagai zaman kelahiran kembali ( renaissaance ). Karena saat itu akal terbebas dari

Bible. Mereka juga menyebut abad XVII hingga abad XIX sebagai zaman Pencerahan

Eropa ( european enlighment ). Periode ini ditandai dengan semaraknya semangat

rasionalisasi oleh Barat. Para filosof, teolog, sosiolog, psikolog, sejarawan. politikus

dan lain-lainnya menulis berbagai karya yang menitikberatkan apek kemanusiaan,

kebebasan, dan keadilan. Begitu hebatnya euforia yang berkembang, dari kondisi yang

sangat terbatas dan sempit oleh pandangan gereja, menjadi keadaan yang bebas tanpa

6 Adnin Armas, Pengaruh Kristen Orientalis terhadap Islam Liberal, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2003) , h. 37 Maurice Bucaille, The Bible the Quran and Science, h. 34

4

Page 5: Islam Dan Modernitas (Upload)

batas. Dalam tulisannya yang mengutip Herbert Marcuse, Reason and Revolution, hal.

267, Adnin mengatakan.........sehingga doktrin tentang tuhan pun harus diubah menjadi

doktrin tentang manusia. Kebahagiaan yang abadi bermula dari transformasi kerajaan

langit kepada republik bumi. 8

Dalam pengertian seperti ini, kita melihat bahwa tuntutan akan kebebasan yang berasal

dari Barat, jelas mempunyai latar belakang sejarah tersendiri. Hal yang jelas berbeda

bila kita melihat latar belakang tuntutan perubahan zaman yang ada dan berkembang di

dalam dunia Islam. Tuntutan- tuntutan perubahan yang ada dalam Islam, pada awalnya

justru bermula dari semangat menyebarluaskan agama ini ke muka bumi.

Kemampuan Islam untuk merespon tuntutan perubahan dan situasi baru dalam

kerangka pengembangan misi Islam, dinyatakan juga oleh Karen Amstrong. Dia

menulis, …….. namun, sejak seratus tahun setelah kematian Muhammad, para khalifah

mulai mendorong masuknya para pemeluk baru. Orang-orang mulai berduyun-duyun

ke Islam, membuktikan bahwa al Qur’an menjawab kebutuhan religius bagi orang-

orang Timur Tengah dan Afrika Utara. Islam mampu membaurkan kearifan

kebudayaan kuno lain dan dengan cepat membangun tradisi budaya baru yang berbeda.

Islam bukan sebuah kekuatan pemecah belah yang mengancam, malahan Islam

membuktikan mampu menyatukan masyarakat 9

Kondisi perluasan wilayah dengan geografi dan dinamika sosiologi dan antropologi

baru tentunya menuntut adanya perubahan–perubahan dan penyesuaian dengan

lingkungan yang baru. Dalam konteks sederhana saja, dalam keputusan fiqh, tentunya

wacana fiqh zakat Indonesia tidak seluruhnya sama dengan fiqh di Arab. Jenis- jenis

8 Adnin Armas, Pengaruh Kristen Orientalis terhadap Islam Liberal, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2003) , h. 59 Karen Amstrong, Muhammad Sang Nabi, Sebuah Biografi Kritis, ( terj. ) Syirikit Syah, ( Surabaya : Risalah Gusti, 2002 ) , h. 382.

5

Page 6: Islam Dan Modernitas (Upload)

hasil bumi maupun hewan yang menjadi objek zakat antara dua wilayah ini sudah

berbeda.

Dan sekarang, ketika fenomena yang berkembang adalah fenomena globalisasi, tentu

saja dinamika dan perkembangannya menuntut perubahan yang sudah tidak lagi sama

dengan tuntutan pada periode sebelum ini. Isu–isu yang berkembang sudah tidak lagi

sekedar Hak Asasi Manusia, demokrasi, namun telah berkembang seperti terorisme,

perang nuklir dsb.

Dalam ranah fikih, tuntutan penjelasan agama juga berkembang kepada jawaban fikih

atas permasalhan kedudukan wanita, kasus bunga bank, kedudukan warga non muslim,

jual beli valuta asing, pasar modal, saham, zakat gaji, salat dan puasa di daerah

abnormal, bunuh diri, euthanasia, operasi pergantian kelamin, hukum waris Islam di

Indonesia dan lain sebagainya. 10

Memahami Islam

Berbicara masalah Islam dan tuntutan zaman, Murtadha Muthahhari, setidaknya

mencatat 2 hal penting yang menuntut pemecahan segera. Kedua permasalahan tersebut

adalah : Pertama, pentingnya mengenal dan mengetahui secara benar ajaran Islam yang

murni sebagai bentuk filsafat sosial dan keyakinan ketuhanan, aturan pola pikir dan

kepercayaan yang konstruktif, komprehensif, dan akan mengantar manusia kepada

kebahagiaan. Kedua, pentingnya mengenal dan mengetahui kondisi dan tuntutan

zaman. Demikian pula halnya dengan kemampuan membedakan dan memisahkan hasil

10 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, ( Bandung : Mizan, 1994 ) h. 65

6

Page 7: Islam Dan Modernitas (Upload)

– hasil kemajuan pengetahuan dan sains dari fenomena–fenomena menyimpang yang

memicu tumbuh dan berkembangnya segala bentuk kemerosotan dan kemunduran. 11

Mengenal Islam secara utuh dan benar, tentunya akan sangat membantu kita untuk

meletakkan posisi sentral Islam di hadapan segala macam perubahan yang merupakan

suatu keharusan sejarah. Dengan mengenal posisi Islam yang tepat, tentunya, segala

macam bentuk dan tuntutan perubahan dapat diterima dengan segala bentuk ijtihad –

ijtihad baru. Hal ini tentunya tidak mungkin akan dapat dicapai bila al Qur’an sebagai

sumber ajaran yang sempurna belum dipahami secara utuh dan padu.

Diantara pelbagai pemikiraan yang berkembang tentang metodologi pemahaman al

Qur’an , Fazlur Rahman, sebagai seorang yang banyak diilhami oleh pendapat al

Syathibi ( w. 1388 ), seorang yuris Maliki yang terkenal , dalam bukunya al-

Muwafiqot, tentang betapa mendesak dan masuk akalnya untuk memahami al Qur’an

sebagai suatu ajaran yang padu dan kohesif, meneruskan sisi pandangan ini, yakni

dengan menekankan bahwa yang bernilai mutlak dalam al Qur’an adalah “ prinsip –

prinsip umumnya” bukan bagian-bagian individualnya. Katanya. “ .......tetapi, seperti

telah saya katakan, al Qur’an memberikan, baik secara eksplisit ataupun implisit,

alasan-alasan di balik solusi-solusi dan keputusan-keputusan tersebut, darimana kita

bisa menyimpulkan prinsip-prinsip umum. Sebenarnya, inilah satu-satunya cara yang

meyakinkan untuk menarik kebenaran yang sesungguhnya mengenai ajaran al Qur’an.

Kita harus menggeneralisasi atas dasar penanganan al Qur’an terhadap kasus-kasus

aktual – mempertimbangkan dengan semestinya situasi sosio historis yang ada pada

saat terjadinya kasus-kasus tersebut – karena, walaupun kita bisa menemukan beberapa

11 Murtadha Muthahhari, Islam dan Tantangan Zaman, ( terj ) Ahmad Sobandi, ( Bandung : Pustaka Hidayah, 1996 ), h. 7

7

Page 8: Islam Dan Modernitas (Upload)

pernyataan atau prinsip umum penanganan-penanganan konkret atas masalah-masalah

aktual, darimana pernyataan atau prinsip-prinsip tersebut mesti dilepaskan. Hasil bersih

dari pertimbangan ini adalah sebagai berikut. Dalam membangun sesuatu stel hukum

atau pranata, harus ada suatu gerakan ganda; Pertama, kita harus bergerak dari

penanganan-penanganan kasus konkrit oleh al Qur’an – dengan memperhitungkan

kondisi sosial yang relevan pada waktu itu – ke prinsip-prinsip umum dimana

keseluruhan ajaran al Qur’an berpusat. Kedua, dari peringkat umum ini harus

dilakukan gerakan kembali kepada legislasi yang spesifik, dengan memperhitungkan

kondisi-kondisi sosial yang ada sekarang. 12

Murtadha Muthahhari, juga menjelaskan kaidah mulazamah ( kaidah kesesuaian ). Dia

menjelaskan bahwa kita harus menjadi orang – orang muta’abbid. Artinya kita

mengamalkan semua hukum yang sudah ditentukan oleh agama, baik sudah kita

ketahui hikmahnya ataupun belum. Namun tidak ada yang namanya sikap ta’abbud

semata–mata dalam agama. Maksudnya ialah bahwa tidak ada hukum yang kosong

dari hikmah. Setiap hukum pasti mempunyai hikmah. Karena itu, di kalangan ulama,

ada dua kaidah yang saling bertentangan dan mereka sebut kaidah kesesuaian

( mulazamah ). Mereka, para ulama, mengatakan bahwa selalu ada keseuaian

( mulazamah) antara hukum akal dan syariat. Ini berarti bahwa segala sesuatu yang

dihukumi penting oleh akal pasti juga dihukumi demikian oleh agama dan sebaliknya.

Dengan kaidah ini, jika akal menyingkap adanya suatu maslahat tertentu dalam suatu

masalah tertentu dalam suatu masalah ( penyingkapan ini bersifat pasti dan yakin, dan

bukan penyingkapan yang hanya berupa dugaan dan perkiraan ), maka dalam hal ini

12 Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, Tentang Transformasi Intelektual, ( terj.) Ahsin Mohammad, ( Bandung : Spustaka, 1985), h. 22-3

8

Page 9: Islam Dan Modernitas (Upload)

kita wajib menetapkan bahwa Islam pun menetapkan hukum yang sama denga hukum

yang ditetapkan oleh akal, meskipun hukum itu belum sampai kepada kita. 13

Dalam kerangka berfikir di atas, kita melihat bahwa pemahaman Islam, dapat lebih

bersifat luwes dan fleksibel.

Muslim Modern

Dalam konteks Islam dan kemoderenan, Nurcholis menyatakan bahwa Tuhan banyak

memerintahkan manusia menggunakan akalnya. Karena itu, modernisasi baginya

merupakaan “ keharusan, malah kewajiban mutlak. Modernisasi merupakan

pelaksanaan perintah dan ajaran Tuhan Yang Maha Esa” 14 dan kemudian dikatakannya,

“ .........modernitas ( kemoderenaan, sikap yang moderen ) mengandung arti yang lebih

mendalam lagi, yaitu pendekatan kepada Kebenaran Mutlak, kepada Allah... Jadi

modernitas berada dalam suatu proses, yaitu proses penemuan-penemuan kebenaran

yang relatif menuju ke penemuan Kebenaran Yang Mutlak, yaitu Allah.... dan yang

moderen secara mutlak adalah yang benar secara mutlak, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.”

15 Wacana penggunaan potensi akal sebagai hal yang sangat dituntut oleh ajaran

aagama, pada akhirnya menjadikan masalah pendidikan menjasi masalah yang sangat

penting dan urgen di dalam agama Islam. Allah di dalam al Qur’an, memuji orang-

orang yang berjuang mengasah akal daan pikirannya, menuntut ilmu dan dinyatakan

sebagai orang – orang yang ditinggikan derajatnya

13 Murtadha Muthahhari, Islam dan Tantangan Zaman, ( terj ) Ahmad Sobandi, ( Bandung : Pustaka Hidayah, 1996 ), h. 17414 Nurcholis Madjid, Keislaman, Kemoderenan, dan Keislaman, ( Bandung : Mizan, 1987), h. 17215 Ibid, h. 174-5

9

Page 10: Islam Dan Modernitas (Upload)

Sikap berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menjalani kehidupan di dunia ini

dengan segala perubahannya, dilandasi semangat kebenaran juga ditawarkan oleh Toto

Tasmara. Menurutnya, didalam memandang dunia, ajaran Islam menunjukkan

karakteristiknya yang sangat berbeda dengan ajaran yang lainnya. Islam menyatakan

dunia sebagai sesuatu yang konkret dan in actu (keadaan yang nyata; menantang),

sebagai suatu kondisi yang bersifat “ sesuatu yang niscaya” (condition ssine qua non)

atau kepastian yang harus dihadapi. Sehingga setiap muslim dengan sangat sadar tidak

mungkin menganut konsepsi isolasi, menjadi seorang petapa, rahib, atau pendeta yang

mencari keheningan budi dengan melepas fitrahnya

“ mendunia”. Karena justru dengan mendunia itulah, dia ingin menyatakan dirinya

sebagai khalifah yang memanfaatkan dunia uintuk menggapai sukses dunia akhirat. Dia

mendunia sekaligus mengakhiratkan dirinya. 16

Penutup

Islam sebagai agama yang kita anut bersifat adoptif dan adaptif terhadap modernitas

dan sebaliknya tidak bersifat antipatif dan kontra produktif terhadapnya. Oleh

karenanya, sosok manusia muslim moderen, bukanlah sosok yang anti perubahan dan

mengasingkan diri dari tuntutan zaman. Muslim moderen, selayaknya mewakili suatu

kegemilangan sejarah seperti yang diyakini oleh Profesor Ernest Gellner dalam

bukunya Muslim Society, sebagaimana dikutip oleh Akbar S Ahmed, “ Islam, memang

tidak menciptakan manusia moderen, tetapi Islam merupakan agama yang mungkin

paling tepat dan cocok bagi dunia moderen ini. “17

16 Toto Tasmara, Menuju Muslim Kaffah, Menggali Potensi Diri, ( Jakarta : Gema Insani Press, 2000), h. 79 17 Akber S Ahmed, Citra Muslim, ( terj.) Nanding Ram, Ramli Ya’kub, ( Jakarta: Erlangga, 1992), h. 9

10

Page 11: Islam Dan Modernitas (Upload)

Di sisi lain, dialog Islam dan modernitas, juga merupakan suatu proses yang terus

berkelanjutan dan tiada henti. Karen Amstrong menulis, “ Kebangkitan dan kejatuhan

berbagai kerajaan dan dinasti, pengembangan lebih jauh agama Islam ke India dan

Indonesia, daan perkembangan cara dan suasana baru serta berbeda dalam

menginterpretasikan al Qur’an, dapat dipandang sebagai kelanjutan dialog Islam

dengan modernitas sampai belakangan ini. 18

Wallahu a’lam bisshowab

Medan, Agustus 2007

Bekhta Perkasa Asky

18 Karen Amstrong, Muhammad Sang Nabi, Sebuah Biografi Kritis, ( terj. ) Syirikit Syah, ( Surabaya : Risalah Gusti, 2002 ) , h. 383.

11

Page 12: Islam Dan Modernitas (Upload)

Daftar Rujukan

Ahmed, Akber S, Citra Muslim, ( terj.) Nanding Ram, Ramli Ya’kub, ( Jakarta: Erlangga, 1992)

Amstrong , Karen, Muhammad Sang Nabi, Sebuah Biografi Kritis, ( terj. ) Syirikit Syah, ( Surabaya : Risalah Gusti, 2002 )

Armas , Adnin, Pengaruh Kristen Orientalis terhadap Islam Liberal, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2003)

As’ad , M. Uhaib dan M Harun al Rosyid, “ Spiritualitas dan Modernitas antara konvergensi dan devergensi” dalam Seri Dian II Tahun I, Spiritualitas Baru : Agama dan Aspirasi Masyarakat, ( Yogyakarta : Institut Dian /Interfidei, 1994 )

Bucaille , Maurice, The Bible the Quran and ScienceMadjid , Nurcholis, Keislaman, Kemoderenan, dan Keislaman, ( Bandung : Mizan,

1987)Miller , Jamie C., Mengasah Kecerdasan Moral Anak ( terj.) Lovely, ( Bandung: Kaifa,

PT. Mizan Pustaka, 2003)Muthahhari , Murtadha, Islam dan Tantangan Zaman, ( terj ) Ahmad Sobandi,

( Bandung : Pustaka Hidayah, 1996 )Rahman , Fazlur, Islam dan Modernitas, Tentang Transformasi Intelektual, ( terj.)

Ahsin Mohammad, ( Bandung : Spustaka, 1985)Schoorl, J.W, Modernisasi, Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara – negara

Sedang Berkembang, ( terj) R.G. Soekadijo, ( Jakarta : PT. Gramedia, 1981 ) Tasmara , Toto, Menuju Muslim Kaffah, Menggali Potensi Diri, ( Jakarta : Gema Insani

Press, 2000) Yafie , Ali, Menggagas Fiqh Sosial, ( Bandung : Mizan, 1994 )

12