32
Islam Klasik 650-1250 M Sepeninggal nabi muncul problem tentang siapa yang pantas menggantikan nabi, sebab nabi tidak meninggalkan wasiat mengenai pergantian kemimpinan[1] . Kelompok muhajirin dan anshar masing-masing mengklaim paling berhak menggantikan posisi nabi. Ketika peristiwa itu berlangsung, umar bin khattab datang dan mengusulkan abu bakar sebagai orang yang paling pantas menggantikan nabi karena kedekatan dan senioritasnya. Lalu umar membaiat abu bakar dan diikuti oleh yang lainnya. Proses pemilihan abu bakar dilakukan secara aklamasi oleh perorangan yaitu ummar bin khattab lalu disetujui kaum muslimin. Pembaiatan abu bakar pun dilakukan sekali lagi di masjid Nabawi. Sayidina Ali bin abi thalib tidak membaiat abu bakar karena masih mengurus jenazah nabi dan menenggang perasaan isterinya, fatimah, yang menurut tanah warisan nabi tapi tidak dikabulkan abu bakar. Baru setelah fatimah wafat ali pun membaiat abu bakar[2] . pemilihan khalifah dilakukan secara demokratis. Cara ini dilakukan karena rasulullah tidak menunjuk pengganti atau mewariskan kemimpinannya kepada seseorang. Periode klasik ini dapat pula dibagi dua ke dalam dua masa, masa kemajuan dan masa disintegrasi[3] . masa kemajuan islam 650-1000 M. Masa ini masa ekspansi, integrasi dan keemasan islam. Dalam hal ekspansi, sebelum nabi muhammad wafat di tahun 623 M. Seluruh semenanjung arabia telah tunduk ke bawah kekuasaan islam. Ekspansi kedaerah-daerah di luar arabia dimulai dizaman khalifah pertama, Abu bakar Al- Siddik. Sayidina Abu bakar menjadi khalifah di tahun 632 M[4] . tetapi dua tahun kemudian meninggal dunia. Masanya yang singkat itu dipergunakan untuk menyelesaikan perang riddah, yang dimbulkan oleh suku-suku bangsa arab yang tidak mau tunduk lagi kepada madinah. lalu dilanjutkan oleh khlifah kedua, Umar Ibn Al-Khattab (634-644 M). Di zamannyalah gelombang ekspansi pertama terjadi, kota damaskus jatuh di tahun 635 M. Dan setahun kemudian, setelah tentara binzantium kalah pertempuran di yarmuk, jatuh ke bawah kekuasaan islam. Ekspansi di teruskan ke irak dan mesir. Irak jatuh di tangan islam pada tahun 637 M sedangkan, mesir jatuh di tangan islam pada tauhn 640 M[5] . Setelah irak jatuh ke tangan islam, lalu dilanjutkan serangan di persia. Persia jatuh ditangan islam pada tahun 641 M. Di zaman Sayidina Usman Bin Affan (644-656 M), gelombang ekspansi pertama berhenti sampai di sini. Di kalangan umat islam terjadi perpecahan karena soal pemerintahan dan dalam kekacauan yang timbul usman mati terbunuh.

Islam Klasik 650

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ski

Citation preview

Page 1: Islam Klasik 650

Islam Klasik 650-1250 M

Sepeninggal nabi muncul problem tentang siapa yang pantas menggantikan nabi, sebab nabi tidak

meninggalkan wasiat mengenai pergantian kemimpinan[1] . Kelompok muhajirin dan anshar masing-masing

mengklaim paling berhak menggantikan posisi nabi. Ketika peristiwa itu berlangsung, umar bin khattab datang

dan mengusulkan abu bakar sebagai orang yang paling pantas menggantikan nabi karena kedekatan dan

senioritasnya. Lalu umar membaiat abu bakar dan diikuti oleh yang lainnya. Proses pemilihan abu bakar

dilakukan secara aklamasi oleh perorangan yaitu ummar bin khattab lalu disetujui kaum muslimin. Pembaiatan

abu bakar pun dilakukan sekali lagi di masjid Nabawi.

Sayidina Ali bin abi thalib tidak membaiat abu bakar karena masih mengurus jenazah nabi dan menenggang

perasaan isterinya, fatimah, yang menurut tanah warisan nabi tapi tidak dikabulkan abu bakar. Baru setelah

fatimah wafat ali pun membaiat abu bakar[2] . pemilihan khalifah dilakukan secara demokratis. Cara ini dilakukan

karena rasulullah tidak menunjuk pengganti atau mewariskan kemimpinannya kepada seseorang.

Periode klasik ini dapat pula dibagi dua ke dalam dua masa, masa kemajuan dan masa disintegrasi[3] . masa

kemajuan islam 650-1000 M. Masa ini masa ekspansi, integrasi dan keemasan islam. Dalam hal ekspansi,

sebelum nabi muhammad wafat di tahun 623 M. Seluruh semenanjung arabia telah tunduk ke bawah kekuasaan

islam. Ekspansi kedaerah-daerah di luar arabia dimulai dizaman khalifah pertama, Abu bakar Al-Siddik.

Sayidina Abu bakar menjadi khalifah di tahun 632 M[4] . tetapi dua tahun kemudian meninggal dunia. Masanya

yang singkat itu dipergunakan untuk menyelesaikan perang riddah, yang dimbulkan oleh suku-suku bangsa arab

yang tidak mau tunduk lagi kepada madinah. lalu dilanjutkan oleh khlifah kedua, Umar Ibn Al-Khattab (634-644

M). Di zamannyalah gelombang ekspansi pertama terjadi, kota damaskus jatuh di tahun 635 M. Dan setahun

kemudian, setelah tentara binzantium kalah pertempuran di yarmuk, jatuh ke bawah kekuasaan islam. Ekspansi

di teruskan ke irak dan mesir. Irak jatuh di tangan islam pada tahun 637 M sedangkan, mesir jatuh di tangan

islam pada tauhn 640 M[5] . Setelah irak jatuh ke tangan islam, lalu dilanjutkan serangan di persia. Persia jatuh

ditangan islam pada tahun 641 M.

Di zaman Sayidina Usman Bin Affan (644-656 M), gelombang ekspansi pertama berhenti sampai di sini. Di

kalangan umat islam terjadi perpecahan karena soal pemerintahan dan dalam kekacauan yang timbul usman 

mati terbunuh.

Sebagai penganti Usman, Sayidina Ali Ibn Abi Thalib menjadi khalifah keempat  (656-661 M) tetapi mendapat

tantangan dari pihak pendukung Usman terutam Mu’awiah. Ali, sebagaimana usman mati terbunuh, dan

mu’awiah menjadi khalifah kelima. Mu’awiah selajutnya membentuk Dinasti Bani Umayyah (661-750 M) dan

ekspansi gelombang kedua terjadi di zaman dinasti ini. Mu’awiah menerapkan pemerintahan semacam monarki

yakni kekuasaan turun- menurun di kalangan keluarganya[6] .

Jatuhnya dinasti bani umayyah adalah dari semenjak berdirinya, dinasti bani umayyah telah menghadapi

tantangan-tantangan. Kaum khawarij pada mulanya adalah pengikut ali, tetapi tidak setuju dengan politik ali

Page 2: Islam Klasik 650

untuk mencari penyelesaian secara damai dengan mu’awiah tentang soal khalifah[7] . Tantangan keras yang

akhirnya membawa kejatuhan bani umayyah datang dari pihak golongan Syi’ah. Golongan syi’ah adalah

pengikut-pengikut yang setia dari ali dan berkeyakinan bahwa alilah sebenarnya yang harus menggantikan nabi

untuk menjadi khalifah umat islam. Akhirnya yang lansung membawa kepada jatuhnya kekuasaan bani umayyah

ialah munculnya satu cabang lain dari Quraisy, yaitu Abu Al-Abbas. Abu al-abbas mengadakan kerja sama

dengan kaum syi’ah. Serangan terhadap bani umayyah dimulai dari khurasan jatuh tahun 750 M. Tidak lama

kemudian khalifah bani umayyah pun jatuh digantikan oleh abu al-abbas sebagai khalifah.

Keberhasilan menumbangkan dinasti umayyah tersebut tidak dapat dilepaskan dari beberapa faktor yaitu

pertama, gencarnya propaganda yang dilakukan oleh al-abbas kepada setiap penduduk yang kecewa atas

kemimpinan dinasti bani umayyah, kedua, makin banyaknya pendukung dari segala lapisan masyarakat

terhadap kaum pemberontak sehingga kebencian mereka terhadap bani umayyah menjadi faktor yang

memundahkan mobilisasi massa, ketiga pemerintahan dinasti bani umayyah yang dianggap zalim ikut

mendorong kebencian di rakyat, keempat, kelemahan yang dialami oleh dinasti bani umayyah sendiri[8] . pada

awal pemerintahan banyak masalah yang harus dihadapi. Namun, berkat bakat kemimpinannya semua

permasalahan dapat diatasinya dengan baik. Kekuasaan khalifah makin lama makin tidak memilki pengaruh apa-

apa. Keadaan ini tidak dapat dihindari oleh para khalifah penggantin berikutnya, karena para tentara keturunan

turki yang makin lama makin banyak turut memberi dukungan bagi asyinas[9] . secara politis pada khalifah

dinasti abbasiyah lemah dan mundur, di pihak lain kemajuan intelektual, sains, dan filsafat terus berkembang.

Bahkan kemajuan sains, dan filsafat makin bertambah pada masa Buwaih dengan bermunculnya para ilmuwan

dan filosof dengan membawa pemikiran-pemikiran baru.

Masa disintegrasi (1000-1250 M) dalam bidang politik sebenarnya telah mulai terjadi pada akhir zaman bani

umayyah, tetapi memuncak di zaman bani abbasiyah[10] . khalifah-khalifah bani abbasiyah tetap diakui, tetapi

kekuasaan dipengang oleh sultan-sultan Buwaihi. Kekuasaan dinasti buwaihi atas bagdad kemudian dirampas

oleh dinasti Saljuk. Saljuk adalah seorang pemuka suku bangsa turki yang berasal dari Turkestan. Saljuk dapat

memperluas daerah kekuasaan mereka sampai ke daerah yang dikuasai dinasti bawaihi. Dan semenjak itu

sampai sekarang Asia kecil menjadi daerah islam. Dengan jatuhnya asia kecil ke tangan dinasti saljuk, jalan naik

haji ke palestina bagi umat Kristen di eropa menjadi terhalang. Untuk membuka jalan itu kembali Paus Urban II

berseru kepada umat kristen di eropa di tahun 1095 M supaya mengadakan perang suci terhadap islam. Perang

salib pertama terjadi antara tahun 1096 M dan 1099 M, perang salib kedua antara tahun 1147 M dan 1149 M

yang diikuti lagi oleh beberapa perang salib lainnya, tetapi tidak berhasil merebut palestina dari kekuasaan islam.

Di abad duapuluh inilah baru palestina jatuh ke tangan inggris sesudah kalahnya turki dalam perang dunia

pertama. Perpecahan di kalangan umat islam menjadi besar. Ekspansi islam di zaman ini meluas ke daerah

yang di kuasai binzatium di barat, ke daerah pedalaman di timur dan afrika memalui gurun sahara di selatan.

Dinasti saljikah meluaskan daerah islam sampai ke asia kecil dan dari sana kemudian diperluas lagi oleh dinasti

usmani ke eropa timur. Di india Ekspansi islam diteruskan oleh dinasti Gaznawi.

Page 3: Islam Klasik 650

[1] Didin Saefuddin, Fauzan, Sejarah Peradaban Islam, ( UIN Jakarta Press, 2007), h. 32.

[2] Ibid, h. 33.

[3] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (UI Jakarta Press, 2008), h. 50.

[4] Ibid, h. 51.

[5] Harun Nasution, ibid, h.52.

[6] Didin Saefuddin, Fauzan, ibid, h. 46.

[7] Harun Nasution, ibid, h. 59.

Islam pada Masa Klasik IIslam pada Masa Klasik I (570 – 650 M)

BAB IA, PENDAHULUANArabia merupakan wilayah padang pasir yang terletak di bagian Barat Daya Asia. Ia merupakan padang pasir terluas dan tergersang di dunia. Luas wilayahnya 120.000 mil persegi yang berpenduduk rata-rata 5 jiwa permil persegi. Arabia merupakan wilayah strategis dalam peta dunia zaman kuno, ketika Benua Australia dan Amerika belum di kenal orang, karena letaknya berada pada posisi pertemuan ketiga benua Asia, Afrika dan Eropa. Wilayah bagian utara berbatasan dengan lembah Gurun Syiria, sebelat timur berbatasan dengan dataran tinggi Persia, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Laut Merah. Karena dikelilingi laut pada ketiga sisinya maka wilayah ini dikenal sebagai “ Jazirah Arabia “ .Wilayah Arabia terbagi menjadi beberapa provinsi, seperti provinsi Hijaz, Nejd, Yaman, dan Hadramaut. Semua Provinsi tersebut menempati posisi yang sangat penting dalam lintasan sejarah Islam, Mekkah, Madinah dan Thaif merupakan tiga kota besar di Provinsi Hijaz. Bagian utara Arabia merupakan wilayah tandus. Sepertiga lebih dari wilayah ini merupakan padang pasir. Wilayah padang pasir yang terbesar adalah ad-Dhana yang terletak dipertengahan wilayah utara. Adapun bagian selatan Arabia merupakan wilayah subur yang padat penduduknya. Mata pencahariannya mereka adalah bercocok tanam dan berdagang. Hadramaut dan Yaman merupakan wilayah yang paling subur di Arabia Selatan. Hasil-hasil pertanian merupakan barang-barang pokok yang diperdagangkan di Arabia.Kajian tentang peradaban “ Periode Kalsik”, peran Arab sangat menonjol karena Islam hadir di sana. Kondisi Arabia menjelang kelahiran Islam secara umum di kenal sebagai “ zaman jahiliyah “ atau

Page 4: Islam Klasik 650

zaman kebodohan. Dinamakan demikian kondisi sosial, politik dan keagamaan di sana. Dalam waktu yang cukup lama, masyarakat arab tidak memiliki seorang Nabi, kitab suci, idiologi agama dan tokoh besar yang membimbing mereka. Mereka tidak memiliki sistem pemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai moral. Pada saat itu tingkat keberagaman mereka tidak jauh dengan masyarakat primitif.Jazirah Arabia sebgaimana terlihat dalam gambar di bawa ini !

Wilayah padang pasir yang terbesar adalah ad-Dhana yang terletak dipertengahan wilayah utara. Adapun bagian selatan Arabia merupakan wilayah subur yang padat penduduknya. Mata pencahariannya mereka adalah bercocok tanam dan berdagang. Hadramaut dan Yaman merupakan wilayah yang paling subur di Arabia Selatan. Hasil-hasil pertanian merupakan barang-barang pokok yang diperdagangkan di Arabia.Kajian tentang peradaban “ Periode Kalsik”, peran Arab sangat menonjol karena Islam hadir di sana. Kondisi Arabia menjelang kelahiran Islam secara umum di kenal sebagai “ zaman jahiliyah “ atau zaman kebodohan. Dinamakan demikian kondisi sosial, politik dan keagamaan di sana. Dalam waktu yang cukup lama, masyarakat arab tidak memiliki seorang Nabi, kitab suci, idiologi agama dan tokoh besar yang membimbing mereka. Mereka tidak memiliki sistem pemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai moral. Pada saat itu tingkat keberagaman mereka tidak jauh dengan masyarakat primitif.

BAB IIISLAM PADA PERIODE 570 – 650 M (PERIODE KLASIK)

A. PERIODE MEKKAHKeadaan Mekkah di aman Nabi Muhammad SAW. sebagaimana dalam gambar di bawah ini !

A. Kehidupan Nabi MuhammadQuraisy adalah suku terhormat dari keturunan Ismailiyah. Salah satu keturunan Nabi Ismail terdapat seorang yang berkuasa namanya Fihr yang nama lainya adalah Quraisy. Pada abad kelima masehi, salah seorang keturunan Quraisy yang bertempat tinggal di Hijaz menjadi pengauasa Ka’bah.Abdul Muthalib mempunyai satu orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Ketika ia telah berusia 70 tahun datang Raja Abrahah pemimpin umat Kristen Yaman, mereka menyerbu Mekkah dan Ka’bah dengan mengendarai Gajah, satu peristiwa serangan militer yang sangat aneh bagi masyarakat Arab. Peristiwa ini diabadikan dalam sejarah Islam sebagai “Tahun Gajah“ (570 M).Tiba – tiba tentara Abrahah terkena serangan penyakit menular dan serangan badai padang pasir dan hujan batu mereka hancur tidak tersia. Sebagaiman Firman Allah Swt. • •1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?3. Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,4. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,5. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Page 5: Islam Klasik 650

Sebelum terjadi peristiwa serangan Ka’bah Abdul Muthalib menitipkan putranya Abdullah untuk berlindung dirumah Wahab, kepala suku Bani Zahra. Dirumah inilah Abdullah dinikahkan dengan Aminah.Hari Senin 12 Rabi’ul Awwal 571 M Aminah melahirkan seorang anak laki-laki oleh kakeknya dinamakan Muhammad oleh ibunya diberi nama Ahmad. Firman Allah QS.As-Shhaf :

6. Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.”

1. Perkawinan Muhammad dengan KhadijahMuhammad dalam usia mudanya, namanya telah dikenal seluruh pelosok semenanjung Arabia. Pada suatu saat Khadijah mengundang Muhammad untuk dating ke rumahnya, atas persetujuan pamannya Muhammad datang ke rumah Khadijah, maksud untuk menjalankan perdagangan ke Syiria. Semenjak itulah Khadijah berkeinginan untuk menjadikan suami. Maka maksud Khadijah menikah dengan Muhammad disampaikan kepada Abu Thalib. Atas dasar persetujuan Abu Thalib dilaksanakan pernikahan antara Muhammad dengan Khadijah.Dari perkawinan Muhammad dengan Khadijah dikarunia beberapa orang anak, namun merekameninggal pada usia yang masih kecil kecuali Fathimah. Dari Fathimah inilah diketahui peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah kehidupan Nabi.Setelah perkawinannya dengan Khadijah , Nabi sering ke Gua Hira.Gua Hira tempat Nabi Muhammad SAW. menerima wahyu pertama sebagaiman dalam gambar di bawah ini !

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

2. Dakwah Nabi Muhammad Saw.Setelah Nabi Muhammad menerima risalah kenabian pada usia 40 tahun, mulailah Nabi Muhammad mendakwahkan risalah Islam ditengah-tengah ketersesatan masyarakat Mekkah. Ajaran pokok adalah keyakinan kepada Allah Swt. (tauhid). Mereka yang pertama kali menerima ajakan dan seruan Nabi adalah isterinya, khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As-Shiddiq, Usman bin Affan, Abdur Rahman bin Auf, Zaid bin Haritsah, Zubair bin Awwam, Thalah bin Ubaidillah. Pengikut Nabi semakin bertambah jumlah hanya dalam kurun waktu 3-4 tahun masa dakwah Nabi sebanyak 40 orang yang

Page 6: Islam Klasik 650

beriman.Musyrik Quraisy menyadari kemajuan dakwah Nabi mulailah mereka bertindak kejam menyakiti Nabi dan pengikutnya“ Perlawanan pemuka-pemuka masyarakat Quraisy Mekkah tidak semata-mata penolakannya terhadap ajaran tauhid Islam yang dibawa Nabi Muhammad, tetapi justru dikarenakan ajaran Islam itu menghendaki perombakan sosial dan politik yang mengancam mereka”Mereka dengan kejam menyiksa pengikut Muhammad, kaum budak fakir miskin dan rakyat bawahan, mereka adalah orang-orang paling berat menderita siksaan. Di atas pasir panas dan di bawah terik Matahari yang membakar. Setiap suku diminta menghukum dan menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam hingga merek murtad kembali . Orang-orang yang tidak mempunyai pelindung yang disegani mendapat tindakan yang lebih keras. Secara keseluruhan sejak saat itu umat Islam mendapat siksaan yang amat pedih dari kaum Quraisy Mekkah.Berbagai usaha yang dilakukan oleh kafir Quraisy, semakin kejam mereka memperlakukan umat Islam , semakain bertambah yang memeluk Islam. Bahkan ditengah meningkatnya kekejaman itu dua orang kuat kaum Quraisy masuk Islam yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab. Dengan masuk Islamnya dua orang yang dijuluki “ Singa Arab” itu semakin kuat posisi umat Islam dan dakwah Nabi.3. Pemboikotan terhadap NabiMenguatnya posisi Nabi Muhammad saw. dan umat Islam tersebut membuat reaksi kaum Quraisy semakin keras. Mereka berusaha melumpuhkan Bani Hasyim secara keseluruhan dengan melaksanakan Blokade. Mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan suku ini. Tidak seorangpun penduduk Mekkah boleh melakukan hubungan dengan Bani Hasyim termasuk hubungan jual beli dan pernikahan. Bani Hasyim menderita kemiskinan, kelaparan dan kesengsaraan. Untuk meringankan penderitaan itu Bani Hasyim ahkirnya pindah ke suatu lembah diluar kota Mekkah.Tindakan pemboikotan itu dimulai pada tahun ke-7 kenabian, ini berlangsung selama tiga tahun.4. Isra MikrajPada tahun ke 10 kenabian Nabi Muhammad melakukan Isra Mikraj, yaitu Allah memperjalankan Nabi Muhammad saw. pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidl Aqsha di Yerusalem dan kemudian membawa Nabi naik ke langit untuk menghadap Allah swt. di Sidratul Munthaha. Peritiwa yang luar biasa yang dikeruniakan kepada hamb-Nya ini adalah suatu kehormatan khusus bagi Nabi Muhammad saw. Allah berfirman : “ Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[847] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS.Al-Isra : 1 ).

5. Hijrah ke MadinahSetelah kaum Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara Nabi Muhammad saw. dengan orang –orang Yatsrib, mereka semakin kejam terhadap kaum muslimin. Hal itu membuat Nabi Muhammad saw. segera memerintahkan sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib. Secara diam-diam berangkatlah roombongan demi rombongan, hingga dalam waktu dua bulan semua kaum muslimin sejumlah kurang lebih 150 orang telah berada di Yatsrib. Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar tetap tinggal di Mekkah menemani Nabi hingga turun ayat untuk pindah.

Page 7: Islam Klasik 650

Nabi Hijarah ke Madinah tidak menggunkan jalan sebagaimana yang dilalui oelh kafilah mereka menempuh jalan yang berlainan. Bisa dilahat pada gamabar dibawah ini. Jalan merah adalah jalan yang biasa digunakan oleh para kafilah .Jalur hijau adalah jalan yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW. dan Abu Bakar.

B. PERIODE MADINAHKota Madinah bisa dilihat seperti dalam gambar dibawah ini !

Nabi Muhammad SAW. dan para pengikutnya tiba di Yastrib disambut dengan hangat oleh masyarakat Yastrib. Mereka lalu mengubah nama negeri ini menjadi Madinatul Nabi (kota Nabi), dalam rangka menyambut kedatangan Nabi. Program awal yang dikerjakan Nabi setiba di Madinah adalah merencanakan membangun mesjid. Nabi bersama adengan masyarakat Madinah bekerja bakti untuk mendirikannya. Inilah mesjid Islam pertama dalam sejarah.1. Kondisi Politik di MadinahPada saat Nabi tiba di Madinah, masyarakatnya terbagi dalam berbagai golongan (kelompok).“ Kelompok Muhajirin ” yakni orang-orang mukmin yang meninggalkan tanah kelahiran mereka dan turut berhijrah ke Madinah. Kesetiaan kaum Muhajirin terhadap perjuangan Nabi sangat besar. Mereka bersedia berhijrah dengan meninggalkan handai tolan dan sanak keluarganya dan mereka tabah menghadapai penderitaan dan cobaan dalam perjuangan di jalan Allah.Pengikut Nabi yang lainnya adalah pendduduk asli Madinah yang sedikit atau banyak telahaa memberikan pertolongan kepada Nabi. Mereka ini mendapat sebutan “kaum Anshor” (penolong). Dengan ramah hati menyambut kehadiran Nabi ditengah-tengah mereka, dan sesuai dengan perjanjian Aqobah mereka bersedia membantu Nabi dalam kondisi dan situasi bagaimanapun juga. Kaum Anshor turut aktif dalam segala program Nabi, bahkan mereka bersedia mengorbankan harta kekayaan untuk kepentingan perjuangan Islam. Mereka tidak hanaya memberikan perlindungan tempat tinggal, tetapi juga memberikan perlindungan kesejahteraan hidup. Ikatan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshor sangat besar andilnya Ikatan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshor semakin bertambah erat ketika Nabi menetapkan bahwa antar kedua kelompok ini saling mewarisi harta kekayaan, Kaum anshor sangat besar andilnya demikesuksesan perjuangan Nabi.Semenjak datang ke Madinah Nabi mencurahkan untuk mengendalikan suasana politik masyarakat Madinah, khususnya suku “Aus dan Khajraj”

Sementara itu sebagaian pengikut Yahudi justru memanfaatkan permusuhan tersebut sebagai kesempatan untuk meraih keuntungan bagi dirinya.Kebijakan politik yang pertama kali ditempauh Nabi adalah upaya menhapuskan jurang pemisah antarsuku dan berusaha menyatukan seluruh penduduk Madinah sebagai kesutan masyarkat Anshor dengan Muhajirin melalui ikatan persaudaraan antar mereka. Nabi menyadari dasar fondasi imperium Islam tidak akan kuat kecuali didasari oleh kerukunan dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk sangat diperlukan sikap toleransi antar umat beragama. Dalam hal ini yang ditempuh Nabi bersandar pada prinsip “ saling hidup dan menghidupi”. Untuk merealisir maksud dan tujuan ini Nabi memprakarsai penyususnan suatu perjanjian atau consensus bersama yang dikenal dengan sebutan “ Piagam Madinah “ .Pokok-pokok ketentuan Piagam Madinah :1. Seluruh masyarakat yang turut menandatangani piagam ini bersatu membentuk satu kesatuan kebangsaan.

Page 8: Islam Klasik 650

2. Jika salah satu kelompok yang turut menandatangani piagam ini diserang oleh musuh, maka kelompok yang lain harus membelanya dengan menggalang kekuatan gabungan.3. Tidak satu kelompokpun diperkenankan persekutuan dengan kafir Quraisy atau memberikan perlindungan kepada mereka atau membantu mereka mengadakan perlawanan terhadap masyarakat Madinah.4. Orang Islam, Yahudi dan seluruh warga Madinah yang lain bebas memeluk agama dan keyakinan mereka masing – masing dan mereka dijamnin kebebasannya dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing. Tidak seorangpun diperkenankan mencampuri urusan agama lain.5. Urusan pribadi atau perseorangan, atau perkara-perkara kecil kelompok nonmuslim tidak harus melibatkan pihak-pihak lain secara keseluruhan.6. Setiap bentuk penindasan dilarang7. Mulai hari ini segala bentuk pertumpahan darah, pembunuhan dan penganiayaan diharamkan diseluruh negeri Madinah.8. Muhammad Rasulullah, menjadi kepala Republik Madinah dan memegang kekuasaan peradilan yang tertinggi.

Piagam Madinah ini sangat besar artinya dalam sejarah kehidupan politik umat Islam. Ia dipandang sebagai Undang –Undang Dasar tertulis yang pertama dalam sejarah peradaban dunia. Sebelum Nabi Muhammad para peguasa tidak menyertakan Undang – Undang tertulis untuk mengatur dasar-dasar kekuasaanya. Selain itu Piagam ini juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad bukan hanya sebagai penyebar agama (Rasul) tetapi sekaligus seorang negarawan yang besar. “Negara Madinah membuktikan bahwa Nabi Muhammad adalah negarawan terbesar, tidak hanya pada zamannya tetapi juga terbesar sepanjang sejarah “ Demikian ungkapan MuirPluralitas agama dan kemajemukan yang ada di Madinah adalah suatu kenyataan sebuah negara yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. merupakan negara percontohan dalam memerintah dan bertoleransi antar umat beragama, antar umat seagama dan antar umat dengan pemerintah

2. Perang BadrOrang Quraisy sejak awal permulaan Islam lahir, sudah berusaha keras untuk memusnahkan Islam. Tiga belas tahun lamanya Nabi di Mekkah menegakkan Islam mendapatkan perlawanan yang sengir dari mereka. Nabi Muhammad Saw. tidak hanya sebagai pemimpin agama tetapi juga sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan. Oleh karena itu beliaupun mempunyai kewajiban setiap rongrongan yang membahayakan. Untuk tuga situ Allah menurunkan ayat yang mengizinkan untuk mengangkat senjata guna membela diri. Firman Allah Swt. dalam Surat Al-Hajj ayat 39-40: • •• 39. Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,40. (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan Kami hanyalah Allah”. dan Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya

Page 9: Islam Klasik 650

banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa, (QS.Al-Hajj39-40)

Inilah ayat pertama kali mengenai peperangan. Dengan turunnya ayat tersebut di atas, rasulullah membentuk pasukan-pasukan tentara yang berkewajiban untuk berjaga-jaga di luar kota Madinah terhadap serangana mendadak yang dilakukan oleh suku-suku Badui ataupun orang Quraisy. Suatu peperangan resmi pertama kali terjadi antara kaum muslimin dengan kaum Quraisy di satu tempat yang bernama Badr pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 H. Peperangan itu dalam sejarah dinamakan “Perang Badar”. Dalam peperangan ini kaum muslimin mendapatkan kemenangan yang gilang gemilang, walaupun kekeuatan kaum muslimin lebih kecil apabila dibandingkan dengan kekuatan kaum Kafir Quraisy. Al-Quran peperangan ini dengan sebutan “ Yaumal Furqan “. Yang berarti hari yang memisahkan antara yang haq dengan yang bathil.Sebagian besar pasukan Kafir tebunuh dan sebagian kecil melarikan diri sebagian lagi bertahan. 14 orang pejuang muslim gugur sebagai syuhada, 6 dari pejuang Muhajirin dan 8 dari pejuang Anshor.Inilah lembah Badr, tempat bertemunya dua pasukan Islam dan Kafir terjadi pada tahun 2 Hijrah pada bulan Romadhan

3. Perang UhudOrang Yahudi dan Kafir Quraisy merasa terpukul atas kekalahan dalam Perang Badar, karena itu mereka bertekad untuk mengadakan pembalasan. Maka dipersiapkanlah perbekalan yang cukup dan tentara dengan senjata yang lengkap berjumlah tidak kurang dari 3000 orang. Turut pula membantu orang-orang Quraisy ini beberapa kabilah Arab, seperti Kinanah dan Thihamah.Pada tahun ketiga Hijriyah Kafir Quraisy Mekah dibawah pimpinan Abu Sofyan bergerak menuju Madinah dengan membawa 3000 pasukan tempur, 700 pasukan bertameng, dan 200 pasukan berkuda dan para isteri juga turut membantu suaminya. Tanggal 10 Maret mereka tiba di Zul Hulaifah di lembah Akik 5 mil sebelah Barat Madinah, hari Kamis 21 Maret 625 M, mereka mendirikan tenda di hilir lembah Uhud.Ketika Nabi Muhammad kesiapan pasukan Kafir Quraisy, beliau memeriintahkan pasukannya untuk siap siaga. Semula Nabi merencanakan sikap bertahan di kota Madinah, namu setelah mempertimbangkan pendapat para sahabat Nabi mengubah ketetapannnya dengan menyabut musuh di luar kota Madiah. Beserta 1000 pasukannya Nabi berangkat ke Medan perang, tetapi dalam perjalanan 300 orang munafik membelot dibawah pimpinan Abdullah bin Ubay, sehingga kekuatan pasukan Nabi tinggal 700.Pada awal peperangan tentara Nabi memperoleh kemenangan demi kemenangan, tetapi ketika pertempuran menjelang berakhir barisan pemanah meninggalkan pos-pos penjagaan. Akibatnya barisan pertahanan kaum muslimin hilang. Ketajaman naluri perang Khalid bin Walid segera menyerang pasukan kaum muslimin dari belakang. Atas serangan Khalid bin Walin ini tidak ada jalan lain kecuali mundur dan sebagai lari kebelakang.Akibat perang ini 70 pasukan pejuang Islam gugur sebagai syahid, termasuk Hamzah bin Abdul Muthalibpun Sedangkan fihak Kafir Quraisy sebanyak 23 jiwa. Sebenarnya kurang tepat untuk memutuskan bahwa pasukan Nabi menderita kekalahan dalam perang ini. Dalam hal ini Allah member peringatan dan cobaan kepada orang-orang yang beriman kepada allah dan kepada rasul-Nya. Sekalipun rasul dalam keadaan bahaya beliau tetap gigih terhadap misi dakwahnya.

Page 10: Islam Klasik 650

Tampak bukit Uhud seperti gambar di bawah ini :Di bawah ini adalah tampak gambar bukit Uhud tempat baginda Nabi Muhammad saw melawan orang Kafir Quraisy !

Bukit Uhud

4. Perang KhandaqPada tahun 627 M. kafir Mekkah, suku-suku Badui dan golongan orang Yahudi membentuk pasukan gabungan sejumlah 10.000 pasukan tempur untuk dikerahkan menggempur Madinah. Diantara mereka terdapat 600 tentara berkuda dipimpin oleh Abu Sofyan.Ketika Nabi menyadari akan ancaman serangan ini beliau mengerahkan 3000 pejuang muslim Madinah agar bersiaga mengahadapi musuh. Atas dasar saran Salman Alfarisi Nabi memutuskan system pertahanan dengan menggali parist besar mengitari prbatasan kota Madinah. Pekerjaan menggali paris dikerjakan oleh seluruh pasukan Madinah, bahkan Nabi turut bekerjasama menggali parit sambil mengatur strategi pertahanan.Hasil Akhir dan Pengaruh Perang KhandaqKemenangan pejuang Islam memperharum negeri Madinah di kalangan negeri-negeri tetangga. Pembesar-pembesar negeri tetangga menawarkan hubungan kerjasama dengan kekuasaan muslim di Madinah. Maka sejak itulah Islam tersebar secara pesat diberbagai wilayah sekitar Madinah.

Khandaq ( parit ) seperti gambar di bawah ini !

5. Perjanjian HudaibiyahSetelah meraih kemenagan dalam perang Khandaq, hasrat umatIslam untuk mengunjungi tanah kelahiran mereka asemakin kuat. Pada tahun keenam Hijriyah atau 628 M, 1400 umat Islam termasuk Nabi berangkat menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, padaa saat itu adalah bulan Zul Qa’dah dimana pada bulan itu dilarang berperang diseluruh negeri Arabia. Namun tampaknya pemuka Quraisy tidak menghendaki edatangan umat Islam sekalipun untuk kepentingan ibadah. Ketika umat Islam sampai ke suatu tempat yang bernama Hudaibiyah sekitar 6 mil dari Mekkah mereka berhenti. Disinilah bertemu antara Nabi dan pemuka kafir Quraisy untuk mengadakan perjanjian sehingga terkenal dalam sejarah perjanjian itu disebut Perjanjian Hudaibiyah yang isinya :1. Kedua belah pihak sepakat mengadakan gencatan senjata selama 10 tahun2. Setiap orang diberi kebebasan bergabung dengan Muhammad atau menjalin perjanjian dengan Muhammad, demikian juga setiap orang diberi kebebasan bergabung dengan kelompok Quraisy atau menjalin perjanjian dengan mereka.3. Barang siapa pergi bergabung dengan Muhammad tanpa alas an yang dapat dibenarkan ,ia harus dicegah dan dikembalikan kepadawalinya, tetapi jika pengikut Muhammad hendak bergabung dengan kelompok Quraisy, maka ia harap dibenarkan.4. Pada tahun ini rombongan Muhammad harus kembali ke Madinah, pada tahun berikutnya baru diizinkan menunaikan ibadah haji, dengan syarat bahwa di Mekkah hanya tiga hari, dengan tanpa membawa senjata.Ibnu Hasyim berkata sebeluam perjanjian Hadibiyah pengikut nabi sebanyak 1400, tetpai setelah dua tahun kemudian menjadi 10.000 muslim. Dalam situasi politik yang aman tanpa adanya peperangan Nabi mengirimkan duta-duta keberbagai penguasa disekitar Arabia untuk menyebarkan ajaran agama Islam.

Page 11: Islam Klasik 650

6. Penaklukan Tanah KhaibarSekembalinya Nabi dan para sahabat dari Hudaibiyah pada tahun tujuh Hiriyah kaum Yahudi di Khaibar mengadakan kekacauan, merampok dan sebagainya. Sebagai langkah untuk memberi pelajaran atas kejahatan mereka Nabi mengirimkan 1600 pasukan, diantaranya 200 pasukan berkuda. Khaibar jatuh ditangan kaum muslimin setelah berlangsung perlawanan yang sengit di Al-Qomus. Dalam kondisi yang tidak berdaya mereka memninta ampun kepada Nabi Muhammad, tidak hanya diampuni oleh Nabi tapi juga tanah mereka dikembalikan kepada pemiliknya masing-masing selain itu mereka juga bebas memeluk agamanya namun mereka diwajibkan untuk membayar pajak.

Benteng Khaibar seperti tampak pada gambar berikut ini :

7. Pelaksanaan Ibadah Haji ke MekkahBulan haji yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga sebagaimana menurut perjanjian Hudaibiyah, Nabi diizinkan berkunjung ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Ketika pemuka Quraisy mendengar keberangkatan Nabi menuju Mekkah mereka pergi mengungsi kesuatu tempat perlindungan. Sehiingga Nabi Muhammad memasuki kota Mekkah dengan aman tanpa ada gangguan sedikitpun walaupun hanya tiga hari di Mekkah dan segera kembali ke Madinah.8. Perang Mut’ahSekembali dari menunaikan ibadah haji, Nabi mengirim 50 utusan kepada Bani Salim dengan membawa misi dakwah Islam. Sebagian besar duta tersebut mati terbunuh, tidak lama dari peristiwa tersebut Nabi juga mengirim 15 orang utusan ke “Dhat Atla”, suatu daerah di wilayah Syiria mereka disambut dengan anak panah, hingga semua utusan itu terbunuh kecuali satu orang sahabat yang dapat meloloskan diri dan mengadukan peristiwa tersebut kepada Nabi Muhammad.Beberapa panglima Nabi terbunuh Zaid bin Haritsah, Ja’far dan Abdullah gugur menjadi syuhada dalam pertempuran ini. Komandan perang diambil alih Khalid bin Walid dan berhasil menyelamatkan kehancuran pasukan muslim.

9. Penaklukan Kota Mekkah\

Ini adalah keadaan Mekkah al _Mukarramah setelah ditaklukan oleh Nabi dan paara sahabatnya.

Ketika waktu yang ditunggu-tunggu tiba, Nabi mengirimkan duta kepada pemuka Quraisy dengan membawa misi perdamaian, dengan mengajukan beberapa usulan antara lain :1. Orang-orang Quraisy harus mengganti rugi terhadap para kurban suku Khuza; atau2. Orang-orang Quraisy Mekkah harus menghentikan persekutuan mereka dengan suku Bani Bakar3. Orang Quraisy harus menyatakan pembatalan terhadap perjanjian Hudaibiyah.Karena kafir Quraisy memilih alternatif yang ketiga maka tidak ada pilihan lain bagi Nabi dan pasukan Islam untuk berangkat berperang menghadapi mereka. Untuk itu Nabi mengumpulkan pasukan terbesar sepanjang sejarah Nabi untuk mengadakan penyerangan ke kota Mekkah. Dalam waktu singkat Nabi berhasil mengerahkan 10.000 pasukan tempur bergerak menuju Mekkah. Inilah armada perang Madinah terbesar sepanjang sejarah Nabi Muhammad. Pada tanggal 1 Januari 630 M paasukan Madinah yang dipimpin langsung Nabi Muhammad berhasil menaklukkan kota Mekkah.10. Perang HunainSetelah sukses dalam penaklukan Mekkah suku Hawazin berusaha meyerang kaum muslimin namun dapat ditaklukkan oleh Nabi dan para sahabat. Akhirnnya suku Hawazin melepaskan diri dan

Page 12: Islam Klasik 650

membentuk pemerintahan sendiri yang otonom diperkampungan mereka. Pertempuran antara suku Hawazin dengan laskar Islam terjadi di lembah Hunain

Lembah Hunain tempat pertempuran antara Laskar Islam dengan suku Hawaain dapat dilihat dalam gambar di bawah ini !

11. Perang TabukPada tahun kesembilan Hijriyah kaisar Romawi bernama Heraklius bersiap-siap melancarkan penyerangan ke kota Madinah, Nabi segera menyiapkan 40.000 pasukan tempur, setelah mengetahui rencana Heraclius. Mengetahui pasukan muslim yang begitu besar Heraclius membatalkan rencannya menyerang Madinah. Sekembali dari Tabuk, beberapa utusan-utusan dari negeri-negeri sekitar Arab datang kepada Nabi untuk menyatakan persekutuan dan untuk menjalin kerjasama dengan kekuasaan Muhammad. Satu persatu suku-suku Arab memeluk agama Islam. “ Jazirah Arab pada saat itu menjadi satu kesatuan politik di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw.

12. Haji WadaPada tahun kesepuluh Hijriyah, Nabi merasa bahwa misi dakwahnya telah sempurna, dan beliau menyadari bahwa masa hayatnya sudah dekat. Karena itu Nabi merencanakan untuk menunaikan haji yang terakhir. Inilah yang terkenal dengan sebutan “ Haji Wada “. Pada tanggal 23 Februari 632 M. Di Arafah Nabi menyampaikan khutbah yang disebut Khutbah Wada.“ Wahai manusia! Perhatikanlah pesanku ini saya tidak yakin benar bahwasanya saya akan tetap bersama kalian setelah tahun ini. Ingatlah bahwa kamu sekalian harus senantiasa menghadapkan diri kepada Tuhanmu yang telah memerintahkan kamu mengabdi kepada-Nya dalam seluruh aktivitas hidupmu.“ Wahai umat Islam, kalian mempunyai hak atas isteri-isterimu, demikian pula isteri-isterimu mempunyai hak atas kamu sekalian. Sungguh engkau telah menjadikan mereka isteri-isterimu atas nama Allah, maka perlaukan mereka sesuai dengan hukum-hukum Allah pula, dan peliharalah hamba-hambamu dengan makanan yang engkau makan, dengan memberikan pakaian sebagaimana yang enkau kenakan. Jika mereka telah berlaku salah sehingga engkau tidak berkenan memaafkan, hendaklah engkau menjualnya. Karena sesungguhnya mereka adalah hamba Allah sebagaiman dirimu yang tidak boleh diperlakukan secara semena-mena”Wahai umat Islam camkanlah pesan-pesanku ini dan sadarilah bahwa sesungguhnya semua umat muslim adalah bersaudara, maka haram bagi kamu mengambil kepunyaan saudaramu kecuali mereka memberinya dengan tulus, dan jagalah dirimu dari perbuatan zalim”

C. PERTUMBUHAN AWAL DAN PERKEMBANGAN BUDAYA ISLAM

Kebudayaan adalah penjelmaan (manifestasi) akal dan rasa manusia. . Dengan demikian bahwa kebudayaan Islam adalah penjelmaan akal dan rasa manusia muslim, dan bersumber kepada manusia muslim. Kehidupan sederhana dan jihad fii sabilillah mempengaruhi masyarakat Islam pada zaman rasul dan khulafaurrasyidin.Agama pada taraf permulaan melarang bermewah-mewah dalam hal yang tidak perlu kata Ibnu Khaldun. Pada waktu wilayah Islam telah berkembang luas dan Arab muslim telah bercampur dengan berbagai bangsa lain, terbukalah mata mereka melihat kearah kebudayaan lama dan kemudian dikembangkan dengan jiwa agama.Demikian ufuk seni menjadi lebarmeluas dalam pandangan mereka, dan akhirnya merekapun

Page 13: Islam Klasik 650

berhasil menciptakan seni budaya yang tidak menyimpang dari garis Islam. Setelah Arab Muslim menguasai negeri-negeri Syam dan Persia, mereka melahirkan aliran khusus dalam seni bangunan, yang sesuai dengan tata hidup mereka. Muncullah bangunan-bangunan mereka dengan gaya khas Arabnya yang berujud pada bentuk pilar, busur, khubah, ukiran lebah bergantung, wajah menara menjulang tinggi.Penonjolan seni bangunan Arab Muslim pertama kalinya pada mesjid-mesjid. Type mesjid Quba yang dibangun Rasul menjadi dasar umum begai segala mesjid Isalam. Lalu lintas jemaah haji ke Mekkah dan Madinah tiap-tiap tahun menyebabkan type mesjid-mesjid Hijaz menjadi contoh.

a. Al-KhitabahAl-Khitabah (rethorica) sudah terkenal di kalangan orang Arab Jahiliyah. Seni pidato merupakan kepandaian khusus bagi mereka , dan menjadi syarat sebagai seorang pemimpin atau kepada kabilah. Karena itu khitabah telah menjadi suatu “ budaya “ yang digemari dan dipelajari, sehingga banyak dari kalangan mereka para “ khutababa “ yang mahir berpidato dalam bahasa yang indah.b. Seni BahasaUnsur yang tidak baik yang terdapat dalam syair Jahiliyah, telah dibersihkan dari syair pada permulaan Islam, seperti ashabiyah, caci maki, hasut, fitnah kata-kata kotor dan sebagainya.Allah berfirman QS. Asy-Syu’ara 224-227 : • 224. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.225. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah[1089],226. Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?227. Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.

a. Seni BangunanSeni Bangunan Islam terbagi dalam 3 bidang besar :1. Imarah Madaniyah (bangunan sipil) yang menjelma dalam bentuk kota-kota dan gedung-gedung khusus2. Imarah Diniyah (Bangunan Agama) yang berujud dalam mesjid-mesjid dan tempat-tempat ibadah lainnya.3. Imarah Harbiyah (bangunan Militer) yang bersemi dalam benteng-benteng dan menara-menara pertahanan.Setelah Daulah Islamiyah meluas di zaman Khalifah Uamr bin Khattab dan tanah Hijaz menjadi makmur dan kaya, berdatanganlah ke Madinah ahli seni bangunan (arsitek) dari luar Jazirah Arabia dan seni bangunan memuncak kemajuannya. Waktu itu para pembesar Arab Muslim di Mekkah dan Madinah membangun gedung-gedung dan diperindah dengan marmar.Khas seni bangunan Arab adalah menara, kubah, pilar dan ukiran lebah bergantung, yang semuanya mengarah pohon kurma yang mereka cintainya

Page 14: Islam Klasik 650

BAB IIIP E N U T U P

A. KESIMPULAN

Kelahiran Negara Islam (Daulah Islamiyah) tidaklah terjadi sekaligus tetapi berangsur – angsur, tahap demi tahap dengan penuh perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit.Setelah Nabi Muhammad menerima wahyu pertama (6 Agustus 610 M) sebagai lambang dan pelantikan menjadi rasul, beliau menjalankan dakwah Islamiyah sebagai langkah pertama mempersiapkan suatu umat Islam dan Negara Islam.Untuk menghadapi perjuangan yang berat maka pada taraf pertama Rasul melakukan persiapan dalam bidang mental dan moral (rohani dan akhlak) beliau mengajak manusia untuk :1. Meng-Esakan Allah2. Mensucikan dan membersihkan jiwa dan hati3. Menguatkan barisan4. Meleburkan kepentingan pribadi untuk kepentingan jamaah

Kekejaman orang Kafir Quraisy semakain merajalela, dengan tindakan keras dan kejam dari kaum Quraisy tersebut maka mental dan moral kaum muslim semakin ditempa untuk dapat membangun suatu ummah dan daulah.Maka di Bukit Aqabah delegasi kaum Khazraj dan Aus berikrar :Demi Allah,kami akan membela engkau ya Rasul, seperti halnya kami membela anak dan isteri kami sendiri. Sesungguhnya kami adalah putra-putra pahlawan yang selalu siap mempergunakan senjata.

Ikrar ini kemudian terkenal dengan “ IKRAR AQABAH “.

Setelah Nabi Hijrah ke Yatsrib, maka kota tersebut dijadikan pusat Jamaah kaum Muslimin dan selanjutnya amenjadi Ibukota Negara Islam dengan dirobah namanya menjadi MADINAH. Dari sinilah Islam berkembang hingga memasuki Bizantiam dan Persia dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama.

B. S A R A N

1. Penelurusan sejarah yang benar-benar akurat dengan data dan fakta yang aktual untuk tetap dipertahankan agar generasi berikutnya tidak keliru dalam memahami sejarah Islam.2. Memberikan pemahaman kepada umat Islam agar tidak mencampur adukkan antara Agama Islam dengan pribadi perseorangan para pelaku sejarah.3. Menyatukan barisan umat Islam dari berbagai bidang ilmu untuk mengembalikan kejayan umat Islam pada masa lalu.4. Menanamkan Iman, Islam dan moral kepada generasi penerus agar mencintai sejarah bangsanya sendiri ( Islam )

DAFTAR PUSTAKA

Adrianus Chatib, Demokrasi Dalam Islam “ ( Jambi Timur, CV Bonana, 2009)Ali, K “ Sejarah Dalam Islam “ (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2000).

Page 15: Islam Klasik 650

Anshari, Saifuddin, Endang, “wawasan Islamn Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam dan Umatnya” (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1986).Dirjend Bimas Islam dan Haji, “Al-Qur’an dan Terjemahnya” (PT Samara Mandiri,1999).Hasjmy,A “ Sejarah Kebudayaan Islam “ (Banda Aceh, Bulan Bintang, 1973).Have,Van, Baru,Ichtiar “ Ensiklopedi Islam “ ( Jakarta, Ikrar Mandiri Pribadi, 1998).Al-Mahami, Hasan, Kamil, Muhammad ” Ensiklopedi Tematis Al-Qur’an “ Jakarta, PT Kharisma Ilmu, 2005).Yatim, Badri “ Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II “ (Jakarta, Rajawali Pers, 2010).

https://salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/islam-pada-masa-klasik-i/

MASA RASUL  DAN KHULAFAURRASYIDIN

Islam hadir di tengah masyarakat Arab pada saat usia Muhammad 40 tahun ketika beliau menerima wahyu Allah Swt untuk pertama kalinya dengan perantara malaikat Jibril sebagai tanda kerasulannya yang disusul kemudian oleh wahyu kedua yang menjadi awal aktivitas dakwah beliau sebagai nabi dan rasul[25]. Pada saat itulah, secara tidak langsung, keadaan sosial dan politik masyarakat Arab mulai berubah.

A. POLITIK, SOSIAL DAN PEMERINTAHAN ISLAM

1. Dakwah Islam dan politik

Pada masa permulaan Islam, nabi Muhammad Saw melancarkan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Hal ini, selain karena belum adanya perintah untuk berdakwah secara terang-terangan, juga karena lingkungan yang secara politis belum kondusif. Pada masa ini, yang menerima dakwah Nabi untuk memeluk Islam adalah mereka yang mempunyai hubungan dekat seperti isterinya sendiri, Khadijah dan keponakannya, Ali bin Abi Thalib. Kemudian dilanjutkan dengan para tokoh masyarakat Quraisy, seperti Abu Bakar As-Shiddiq yang kemudian diikuti oleh kelima orang lainnya, yaitu Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqasy, Abdurrahman bin Auf dan Thalhah bin Ubaidillah. Setelah itu, para tokoh Quraisy lainnya, seperti Abu Ubaidah bin Al Jarrah dan Al Arqam bin Abi Al Arqam yang dilanjutkan dengan orang-orang dari kalangan hamba sahaya dan fakir miskin. Mereka inilah yang disebut dengan kelompok As-Sabiqun al awwalun[26].  

Page 16: Islam Klasik 650

Setelah kurang lebih 3 (tiga) tahun berdakwah secara sembunyi-sembunyi, turun perintah Allah Swt kepada Nabi agar melakukan dakwah secara terang-terangan. Tentunya, selain karena perintah Allah di atas, keadaan politik Islam waktu itu sudah menguat, meskipun masih sangat terbatas. Oleh karena itu, Nabi pun dengan keberaniannya yang luar biasa dan gaya bahasa yang meyakinkan mengatakan kepada keluarga Abdul Muthalib pada suatu undangan makan yang dipersiapkan oleh Ali bin Abi Thalib. Beliau berkata: “Wahai Bani Abdul Muthalib! Demi Allah, sesungguhnya saya tidak pernah mendapatkan seorang Arab pun yang datang kepada kaumnya dengan membawa sesuatu yang lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian. Sesungguhnya saya datang membawa kebaikan untuk kalian di dunia dan akhirat” [1].

Namun, hal ini bukan berarti dakwah Nabi berjalan tanpa hambatan. Bahkan sejak diproklamirkannya dakwah Islam secara terang-terangan, kaum Quraisy yang sebelumnya kurang memberikan respon negatif, berubah secara drastis menjadi memusuhi Nabi dan menentang dakwah yang dijalankannya itu. Secara keagamaan, mungkin pengaruh yang ditimbulkan oleh dakwah secara terang-terangan ini tidak sebesar pada aspek politik, selain tentu saja materi. Kaum Quraisy merasa khawatir jika dakwah Islam semakin diterima oleh masyarakat Arab akan berpengaruh pada kehancuran agama mereka yang diwariskan secara turun temurun dan juga keuntungan materi yang didapat sebagai imbalan dari posisi penjaga dan pengaman Ka’bah. Oleh karena itu, segala daya dan upaya dilancarkan oleh kaum Quraisy untuk membendung dakwah Nabi, dari hanya sekadar mengejek hingga menyiksa sahabat-sahabat beliau.

Keadaan seperti ini tentu sangat memukul hati dan kejiwaan Nabi dan para sahabat beliau yang lain. Untung saja ada Abu Thalib, paman beliau yang selalu menolong dan melindungi dakwahnya. Keberadaan Abu Thalib di sisi Nabi sangat mempengaruhi dakwah Islam karena kedudukannya secara politis di mata kaum Quraisy sangat tinggi sehingga bagaimanapun sepak terjang Nabi yang membuat geram kaum Quraisy dapat terlaksana tanpa adanya hambatan dan dakwah Islam pun terus berjalan.

2. Hijrah ke Habasyah (Ethiopia) dan Perlindungan Politik

Kalau sepak terjang nabi Muhammad Saw dalam dakwah Islam berjalan tanpa hambatan berarti, lain halnya yang terjadi dengan para sahabat beliau. Para kafir Quraisy melancarkan penolakannya terhadap dakwah Islam dengan menyiksa para sahabat Nabi seperti Ammar bin Yasir dan kedua orang tuanya yang dijemur di tengah teriknya sinar matahari dan Bilal bin Rabah yang selain muka dan punggungnya ditimpakan ke pasir panas di terik matahari, juga dadanya dibebani batu besar.

Melihat keadaan para sahabatnya yang memprihatinkan itu, Nabi pun menyarankan mereka untuk melakukan hijrah ke Habasyah. Sebenarnya banyak tempat yang bisa jadi alternatif lokasi hijrah, namun setelah dipertimbangkan dengan matang, akhirnya pilihan jatuh kepada Habasyah. Dan pilihan Habasyah sebagai tujuan hijrah dilakukan karena alasan politis karena rajanya pada waktu itu, Negus, adalah seorang yang terkenal adil dan bijaksana meskipun beragama Nasrani sehingga diharapkan dapat melindungi para sahabatnya dari gangguan kaum Quraisy. Adapun kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah untuk mendapatkan perlindungan politik ini pada awalnya berjumlah 14 orang, 10 laki-laki dan 4 perempuan. Kemudian bertambah menjadi 83 laki-

Page 17: Islam Klasik 650

laki dan 19 perempuan di luar anak-anak yang keseluruhannya berasal dari kaum Quraisy. Di antara mereka terdapat Utsman bin Affan dan isterinya Ruqyyah binti Rasulillah, Zubair bin Al Awwam, Abdullah bin Auf, Ja’far bin Abi Thalib beserta isterinya dan ‘Amr bin Sa’id bin Al ‘Ash bersama saudaranya Khalid bin Sa’id bin Al ‘Ash[2].

Sebagaimana yang diperkirakan oleh Nabi, pilihan politik Habasyah sebagai tempat hijrah adalah pilihan yang sangat tepat. Karena, meskipun kaum kafir Quraisy berusaha mempengaruhi Negus, raja Habasyah dengan mendatanginya dan menjelek-jelekan kaum muslimin yang melakukan hijrah tersebut agar melakukan pengusiran terhadap mereka, hal ini sia-sia saja. Mereka pun pulang dengan tangan hampa dan rasa kecewa yang mendalam[3].

3. Hijrah ke Yatsrib (Madinah) sebagai keputusan politik

Yatsrib adalah suatu tempat yang dihuni oleh orang-orang Yahudi yang datang dari Palestina ketika mereka terusir pada peristiwa invasi Hadrian dan orang-orang Aus dan Khazraj yang berasal dari salah satu suku Arab Selatan. Di antara mereka terjalin hubungan yang kuat di mana pemikiran-pemikiran keagamaan yang dibawa oleh orang-orang Yahudi tidak mendapatkan penolakan sebagaimana yang terjadi di Mekah pada saat orang-orang Quraisy menolak kehadiran Islam, meskipun mereka tidak serta merta memeluk agama Yahudi.

Pada tahun kesepuluh dari usia kenabian, Rasulullah dihadapkan pada kenyataan pahit yang harus diterimanya, yaitu meninggalnya Abu Thalib, pamannya dan Khadijah, isterinya, dua orang yang selalu membantunya dalam mengemban misi dakwah Islam. Karena dengan wafatnya kedua orang tersebut, berbagai derita datang silih berganti dari orang-orang musyrik Quraisy, terutama Abu Lahab bin Abdul Muthalib, Al Hakam bin al ’Ash dan ‘Uqbah bin Abu Mu’ith bin Abu ‘Amr bin Umayyah. Menurut Hasan Ibrahim Hasan, hal ini terjadi karena rumah mereka yang berdekatan dengan rumah Nabi, sehingga dengan sangat berani mereka melemparkan kotoran saat beliau sedang shalat dan menaruhnya pada makanan beliau.[4]

Kondisi yang dialami nabi Muhammad Saw di atas membuat beliau berpikiran untuk mencari alternatif lain demi menunjang tugas dakwah yang diembannya, sampai akhirnya keputusan untuk hijrah pun diambil. Kota Thaif pada awalnya menjadi lokasi hijrah tersebut. Tapi ketika mendapatkan penolakan dari penduduk setempat yang melempari beliau dengan batu, akhirnya beliau memutuskan untuk menjadikan kota Yatsrib sebagai pilihan hijrah berikutnya.

Kali ini keputusan yang diambil oleh Nabi sangat tepat karena sambutan yang diberikan penduduk Yatsrib terhadap dakwah beliau sangat hangat. Mereka ternyata telah mengetahui pertentangan yang terjadi antara kaum muslimin dengan orang-orang kafir Mekah melalui orang-orang Aus yang datang ke Mekah pada tahun kesepuluh kenabian untuk menjalin persekutuan dengan orang-orang Quraisy guna menghadapi orang-orang Khazraj yang pada waktu itu antara orang-orang Aus dan orang-orang Khazraj sedang dalam pertikaian di mana perang untuk memperebutkan kursi kepemimpinan di Yatsrib di antara mereka kerap terjadi, dan yang terakhir adalah

Page 18: Islam Klasik 650

perang Bu’ats yang dimenangkan oleh orang-orang Aus. Pada waktu itu, ada yang menerima Islam dan ada juga yang menolaknya.

Sementara itu, orang-orang Khazraj pun mengirim utusannya ke Mekah untuk berhaji. Di sana, keenam dari mereka bertemu dengan Nabi dan mendengarkan dakwah beliau yang akhirnya menerimanya karena melihat  kesesuaian ajaran-ajarannya dengan ajaran-ajaran yang mereka dapatkan dari orang-orang Yahudi di Yatsrib. Sesampainya di Yatsrib, mereka pun menceritakan tentang Rasulullah Saw kepada penduduk Yatsrib dan mereka pun menerimanya dengan penuh gairah dan semangat untuk menerima dakwah Islam.

Kondisi politik yang sangat kondusif ini diakhiri dengan hijrahnya nabi Muhammad Saw beserta sahabatnya ke Yatsrib. Hasan Ibrahim Hasan menyatakan bahwa sebelum keputusan hijrah ke Yatsrib ini diambil, pada tahun ketigabelas kenabian, beliau diundang oleh 73 (tujuh puluh tiga) orang Yatsrib agar Nabi berhijrah ke sana dengan maksud hendak membai’at beliau dan menjadikannya sebagai pemimpin mereka.[5]

Mengenai pertemuan nabi Muhammad Saw dengan delegasi dari Yatsrib ini, A. Hasjmy yang menyebut jumlahnya 72 (tujuh puluh dua) orang dengan selisih 1 (satu) orang dengan yang dikatakan oleh Hasan Ibrahim Hasan, bahwa pertemuan tersebut melahirkan suatu ikrar yang disebut dengan “Ikrar Aqabah” yang berbunyi sebagai berikut:

              Demi Allah, kami akan membela Engkau ya Rasul, seperti halnya kami membela isteri dan anak-anak kami sendiri. Sesungguhnya kami adalah putra-putra pahlawan yang selalu siap mempergunakan senjata. Demikianlah ikrar kami, ya Junjungan”.[6]                            

4. Negara Madinah sebagai institusi politik

Kota Yatsrib setelah hijrahnya nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya dari Mekah pada tahun 622 M. diganti menjadi Kota Nabi atau Madinatunnabi yang lebih dikenal dengan nama Madinah. Komposisi penduduk Madinah setelah hijrah pun berubah menjadi tiga kelompok, kaum Muhajirin, yaitu orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah, kaum Anshar, yaitu penduduk Madinah yang telah masuk Islam dan kaum Yahudi, yaitu penduduk Madinah yang tetap berada dalam agama mereka.

Dalam komposisi yang seperti disebutkan di atas, tentunya diperlukan suatu wadah yang dapat menampung segala aspirasi yang tumbuh dari masyarakat Madinah yang bukan hanya terdiri dari orang-orang Islam. Oleh karena itulah, seperti ingin mendeklarasikan berdirinya negara Madinah, nabi Muhammad Saw membuat suatu piagam yang kemudian disebut dengan Piagam Madinah. Sebagaimana dijelaskan oleh Akram Dhiyauddin Umari, Piagam Madinah terdiri dari dua teks, yang pertama adalah dokumen perjanjian dengan Yahudi dan yang kedua adalah dokumen perjanjian antara kaum Muhajirin dan Anshar. Dengan kalimat lain, isi Piagam Madinah merupakan keputusan politik nabi Muhammad Saw dalam mengatur hubungan sosial kemasyarakatan, baik antara sesama muslim maupun dengan masyarakat non-muslim dalam suatu institusi politik yang disebut dengan Negara Madinah.[7]

Page 19: Islam Klasik 650

Mengenai penyebutan Madinah sebagai Negara Madinah, Jaih Mubarok melihat adanya keselarasan antara unsur-unsur yang ada dalam suatu negara dalam Konvensi Montevideo tahun 1993 dengan unsur-unsur yang ada di Madinah sehingga layak disebut Negara Madinah di mana ada penduduk yang menetap, yaitu penduduk Yatsrib yang terdiri dari Muhajirin, Ashar dan Yahudi. Kemudian ada wilayahnya, yaitu Yatsrib atau Madinah. Ada pemerintahannya, yaitu Nabi sebagai kepala pemerintahannya dengan masjid sebagai pusat pemerintahannya. Dan ada hubungan dengan negara-negara lain, yaitu hubungan dengan Habasyah (Etiopia, Mekah, dan hubungan lain baik hubungan damai maupun perang).[8]

5. Syura Sebagai Sistem Politik

            Jika demokrasi adalah sistem politik Barat yang kini digunakan oleh sebagian besar negara di dunia, maka sebenarnya prinsip-prinsip yang ada di dalamnya tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip yang ada di syura—untuk tidak dikatakan sama.

            Dalam Islam, syura adalah suatu sistem politik yang digunakan untuk mengatasi problema dan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat Islam. Pada masa Rasul, syura ini dilakukan baik dalam lingkungan keluarga sebagai komunitas masyarakat paling kecil hingga negara di mana Muhammad Saw kerap bermusyawarah dengan para sahabatnya, terutama yang berkenaan dengan masalah muamalah.

            Pada masa Khulafaurrasyidin, syura juga terus dilakukan oleh para khulafaurrasyidin, baik dalam menetapkan solusi atas permasalahan-permasalahan sehari-hari maupun yang secara khusus berhubungan dengan masalah politik dan kepemerintahan. Untuk yang terakhir ini dapat kita lihat pada pemilihan mereka sebagai khalifah sepeninggal Rasul. Tentunya, sebagai pengecualian, pembai’atan Ali yang tidak melalui syura karena kondisi waktu itu yang mulai menampakkan perebutan kekuasaan dengan cara-cara yang kurang bijaksana.

            Ketika nabi Muhammad Saw meninggal dunia pada tahun 632 M., beliau tidak menunjuk salah seorang dari sahabat pun untuk menggantikan beliau sebagai pemimpin umat Islam. Oleh karena itu para sahabat pun melakukan syura untuk menentukan pemimpin umat Islam setelah Rasul wafat. Meskipun syura yang dilaksanakan umat Islam terutama oleh golongan Muhajirin dan Anshar cukup alot akhirnya dipilihlah Abu Bakar sebagai khalifah pertama.[9]

            Setelah memimpin umat Islam selama 2 (dua) tahun, Abu Bakar meninggal dunia pada 634 M. Namun sebelumnya, ketika sakit menjelang ajal tiba, ia juga melakukan syura dengan para sahabatnya dengan menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya sebagai khlaifah yang langsung diterima oleh kaum muslimin. Dalam hal ini, Hasan Ibrahim Hasan menulis bahwa Abu Bakar dalam menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya bermusyawarah dengan para sahabat, di antara mereka adalah Abdurrahman bin ‘Auf, Utsman bin ‘Affan, Asid bin Khudhair dan Sa’id bin Zaid.[10]

            Menjelang kematiannya karena dibunuh setelah memegang jabatan sebagai khalifah selama sepuluh tahun sejak 634-644 M, Umar juga melakukan syura.

Page 20: Islam Klasik 650

Namun berbeda dengan pendahulunya, ia tidak menunjuk seorang sahabat sebagai penggantinya tapi ia membentuk semacam wakil umat Islam sebanyak enam orang sahabat dan meminta mereka memilih seorang sebagai khalifah penggantinya. Keenam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqqasy dan Abdurrahman bin Auf. Melalui syura ini, Usman terpilih menjadi khalifah ketiga setelah bersaing ketat dengan Ali.[11]  

6. Kepolisian

            Konsep keamanan negara dan pemerintahan telah menjadi perhatian peradaban Islam pada masa Rasul dan Khulafaurrasyidin. Konsep ini menjadi lebih sistemik dengan didirikannya sistem kepolisian pada masa Umar bin Khattab  khalifah dengan menjalankan sistem jaga malam. Pada masa Ali bin Abi Thalib, kepolisian menjadi lebih berkembang dengan didirikannya struktur kepolisian di mana ada seorang kepala kepolisian yang bertanggungjawab terhadap keamanan negara.[12]

7. Peradilan

            Pada masa Rasul belum ada lembaga yang kita sebut sekarang dengan nama Peradilan, meskipun beliau telah mengijinkan para sahabatnya untuk memutuskan perkara-perkara atau memutuskan hukum dalam masyarakat berdasarkan Al-Quran, Al Hadits dan ijtihad. Di antara para hakim yang terkenal pada masa Rasul, sebagaimana dikatakan Hasan Ibrahim Hasan, adalah Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Aisyah, Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas.[13] Begitu juga dengan masa Abu Bakar.

            Lembaga peradilan baru ada pada masa Khulafaurrasyidin yang didirikan oleh Umar bin Khattab setelah Islam tersebar luas. Ia lah yang pertama kali mengangkat hakim di wilayah-wilayah Islam. Selain mengangkat para hakim, Umar juga telah membuat undang-undang untuk para hakim yang harus dilaksanakan dalam menetapkan hukum. Di antaranya adalah bahwa seorang hakim harus berlaku adil dan berpegang teguh kepada kebenaran. Hasan Ibrahim Hasan mengatakan bahwa peradilan  pada masa Khulafaurrasyidin bersifat independen dan sangat berwibawa dan para hakim yang diangkat adalah orang-orang yang selain luas ilmunya, juga memiliki sifat taqwa, wara’ dan adil.[14]

B. EKONOMI ISLAM

            Pada umumnya keadaan ekonomi Islam pada masa Rasul ini tidak berbeda dengan keadaan ekonomi pada masa Pra Islam di mana perekonomian didominasi oleh bidang perdagangan. Karena situasi dan kondisi pada waktu itu yang kerap dipenuhi dengan peperangan antara kaum muslimin dengan non-muslim, maka aktivitas perdagangan ini tidak sehebat pada masa pra Islam. Ibn Hisyam, Sejarawan muslim abad ke-3 Hijriyah, mencatat tidak kurang dari 20 perang telah terjadi antara kaum muslimin dan non-muslim selama pemerintahan Islam di Madinah[15].

Namun hal ini tidak berarti ekonomi Islam tidak memiliki nilai tambah jika dibandingkan dengan peradaban Arab pra Islam. Karena Rasulullah, setelah tiba di Madinah dan menjadi pemimpin pemerintahan di sana telah melakukan langkah-langkah

Page 21: Islam Klasik 650

strategis dan pintar dengan meletakkan dasar-dasar ekonomi dan keuangan negara berdasarkan prinsip dan nilai-nilai yang digariskan dalam Al-Quran sebagai sumber nilai dalam kehidupan masyarakat Islam, termasuk dalam bidang ekonomi ini. 

Prinsip dan nilai-nilai ekonomi Islam yang menjadi dasar penerapan ekonomi dan keuangan yang diterapkan Rasulullah Saw dan para sahabatnya secara umum ada dua yaitu:

1. Manusia itu terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani atau materiil dan spiritual sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Maka dari itu, umat Islam tidak diperintahkan untuk memikirkan sisi akhirat saja dengan mengesampingkan  sisi dunianya atau hanya mementingkan kehidupan dunia saja tanpa memiliki orientasi ke kehidupan akhirat. Dengan kalimat lain, umat Islam mempunyai hak penuh untuk memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan duniawi  di samping kenikmatan dan kebahagiaan ukhrawi. Dalam hal ini Allah Swt berfirman yang artinya:

Dan carilah pada apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu kebahagiaan di akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kebahagiaan dunia dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.[16]2. Dalam melakukan aktivitas ekonomi, baik sebagai konsumen maupun produsen, umat Islam tidak diperkenankan melakukan hal-hal yang membawa kerusakan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Sebagai konsumen, umat Islam dilarang mengonsumsi makanan yang haram seperti bangkai, darah dan daging babi dan sebagai produsen, mereka dilarang melakukan upaya-upaya mengumpulkan harta dan memperkaya diri dengan jalan-jalan pintas seperti perjudian, pencurian, penyelundupan, penggelapan uang, korupsi dan lain-lain. Singkatnya, aktivitas ekonomi dilakukan demi kemaslahatan dan kepentingan umat manusia. Berkenaan dengan prinsip kemaslahatan dalam bidang ekonomi ini, Allah Swt banyak memberikan petunjuk dan arahan kepada umat Islam dalam Al-Quran. Di antara petunjuk dan arahan-Nya, Allah Swt memerintahkan umat Islam untuk menghukum pencuri dengan memotong tangannya, mengutuk para pedagang yang curang dengan mengancamnya dengan neraka, menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, mengancam para penimbun harta dengan neraka dan lain-lain.

Inilah yang membedakan antara ekonomi Arab masa Islam dengan masa Pra Islam. Selain itu, yang menjadi perbedaan antara ekonomi Arab masa Islam dan pra Islam adalah bahwa pada masa Islam, institusi ekonomi baru dilahirkan. Institusi ini disebut dengan Baitul Mal. Pada masa Rasul yang dilanjutkan dengan masa khalifah Abu Bakar, Baitul Mal yang berfungsi untuk mengumpulkan keuangan Negara untuk kepentingan masyarakat ini berlokasi di mesjid. Sedangkan pada masa Umar bin Khattab, Baitul Mal sudah merupakan bangunan tersendiri yang dibangun di Madinah sebagai pusat negara dan di provinsi-provinsi lainnya sebagai cabangnya.

Adapun sumber keuangannya ada yang berasal dari zakat, baik  zakat fithrah maupun zakat harta. Zakat fithrah ini berupa makanan-makanan pokok yang dikeluarkan oleh setiap muslim sebelum menunaikan shalat idul fithri. Sedangkan zakat harta adalah zakat yang dikeluarkan oleh kaum muslimin jika harta mereka telah sampai pada nishab,yaitu jumlah minimal harta yang diwajibkan pada seorang muslim untuk membayar zakat. Hasil pengumpulan zakat ini diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Dalam Islam, terdapat 7 (tujuh) golongan yang berhak menerima

Page 22: Islam Klasik 650

zakat ini adalah orang-orang fakir, orang-orang miskin, para pengurus zakat, para muallaf (orang yang baru masuk Islam), orang-orang yang berhutang, orang-orang yang berada di jalan Allah, dan orang-orang yang berada dalam perjalanan. [17]

Selain dari zakat, sumber keuangan Baitul Mal berasal dari ghanimah atau nafl(hasil rampasan perang yang didapat dengan cara paksa setelah menang perang). Ghanimahatau nafl ini 4/5 (empatperlima) nya dibagikan kepada kaum muslimin yang ikut berperang. Sedangkan 1/5 (seperlima) nya lagi diberikan untuk Rasul beserta keluarganya dan kepentingan kaum muslimin, untuk kaum kerabat, untuk anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

Mirip dengan ghanimah, sumber keuangan lain Baitul Mal adalah Fay’ (harta yang diperoleh setelah perang dengan cara damai). Fay’ ini diserahkan langsung kepada Rasul yang digunakan untuk kepentingan negara dan masyarakat Islam secara keseluruhan.

Ada pula sumber keuangan Baitul Mal yang lain, yaitu yang disebut dengan kharaj(pajak tanah) dan jizyah (upeti) yang diambil dari non-muslim dan ahlul kitab sebagai jaminan perlindungan jiwa, harta, kebebasan menjalankan ibadah dan pengecualian dari wajib militer. Pada masa Rasul, pajak tanah ini dipungut ketika wilayah Khaibar ditaklukkan di mana pemilik tanah yang mengelola tanahnya diwajibkan memberikan 50 % dari hasil produksinya. Sedangkan besarnya upeti adalah satu dinar pertahun bagi setiap orang laki-laki yang sanggup membayarnya. Namun, perempuan, anak-anak, pengemis, pendeta, orangtua, penderita sakit jiwa atau sakit lainnya dibebaskan dari kewajiban ini.[18]

Sumber keuangan Baitul Mal juga berasal dari hasil tebusan para tawanan perang yang memiliki banyak harta. Adiwarman Azwar Karim menulis bahwa Rasulullah Saw menetapkan uang tebusan untuk setiap orang pada perang Badar sebesar 4.000 dirham.[19]

Selain itu semua, ada juga sumber keuangan Baitul Mal yang lain, yaitu harta karun, harta yang ditinggalkan oleh kaum muslimin yang meninggal tanpa meninggalkan ahli waris, harta wakaf, sedekah, denda-denda dan pajak khusus bagi orang Islam yang kaya untuk menutupi kekurangan keuangan  negara. Untuk yang terakhir ini, Adiwarman mengatakan bahwa Rasulullah pernah menjalankannya pada saat terjadinya perang Tabuk.[20]

Dalam hal pendistribusian harta dari Baitul Mal, pada masa Rasul yang dilanjutkan dengan masa khalifah Abu Bakar, konsepnya masih sederhana yaitu bahwa setiap orang Islam harus mendapatkan haknya yang sama dan adil sehingga kemiskinan dapat diminimalisir semaksimal mungkin. Maka dari itu, harta dari Baitul Mal selalu habis karena langsung didistribusikan kepada kaum muslimin untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Pada masa Umar bin Khattab, karena semakin luasnya wilayah ekspansi Islam dan pendapatan negara mengalami peningkatan yang signifikan, harta Baitul Mal tidak langsung dihabiskan tetapi sebagiannya disimpan baik untuk pembayaran gaji pegawai, untuk keadaan darurat maupun kebutuhan-kebutuhan mendesak lainnya. Oleh karena

Page 23: Islam Klasik 650

itu, Umar pun menunjuk Abdullah bin Irqam sebagai bendahara negara dan Abdurrahman bin Ubaid  Al Qari dan Muayqab sebagai wakilnya.[21]

Selain membentuk bendahara negara, untuk menertibkan pendistribusian harta dari Baitul Mal, Umar juga telah membentuk departemen-departemen yang diperlukan pada masa itu. Adiwarman menyebutkan 4 (empat) departemen yang didirikan Umar, yaitu Departemen Pelayanan Militer, yang berfungsi untuk mendistribusikan dana bantuan kepada orang-orang yang terlibat dalam peperangan, Departemen Kehakiman dan Eksekutif, yang bertanggungjawab terhadap pembayaran gaji para hakim dan pejabat eksekutif, Departemen Pendidikan dan Pengembangan Islam, yang mendistribusikan dana bagi para penyebar dan pengembang ajaran Islam seperti juru dakwah dan keluarganya dan Departemen Jaminan Sosial, yang berfungsi untuk mendistribusikan dana bantuan bagi orang-orang yang membutuhkan seperti orang yang fakir,  miskin dan menderita.[22]

Dalam rangka menjalankan salah satu fungsi negara dalam bentuk jaminan sosial, Umar membentuk suatu komite yang terdiri dari Aqil bin Abi Thalib, Mahzamah bin Naufal dan Jabir bin Muth’im untuk membuat laporan sensus penduduk sesuai dengan tingkat kepentingan dan golongannya dari keluarga-keluarga Nabi, kerabatnya, para sahabat, para pejuang, wanita, anak-anak hingga budak untuk diberikan tunjangan sosial. Jumlah tunjangan yang diberikan setiap tahun ini tidak sama antara satu golongan dengan yang lainnya. Berkenaan dengan tunjangan sosial ini Adiwarman menulis:

Orang-orang Mekah yang bukan termasuk kaum Muhajirin mendapat tunjangan 800 dirham, warga Madinah 25 dinar, kaum muslimin yang tinggal di Yaman, Syria dan Irak memperoleh tunjangan sebesar 200 hingga 300 dirham, serta anak-anak yang baru lahir dan yang tidak diakui masing-masing memperoleh 100 dirham. Di samping itu, kaum muslimin memperoleh tunjangan pension berupa gandum, minyak, madu dan cuka dalam jumlah yang tetap”.[23]

            Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan keadaan ekonomi Islam tidak mengalami perubahan yang signifikan dan sebagaimana khalifah sebelumnya, ia tetap memperhatikan sistem pemberian bantuan dan santunan kepada masyarakat. Namun, banyak kebijakan Usman yang menguntungkan keluarganya sehingga menimbulkan benih kekecewaan yang mendalam pada sebagian besar kaum muslimin yang mengakibatkan timbulnya kekacauan politik dan berakhir dengan terbunuhnya Usman.

            Ali bin Abi Thalib, sebagai kkhalifah terakhir, meskipun negara berada dalam suasana politik yang tidak menentu, tetap berusaha menerapkan ekonomi Islam dengan sebaik-baiknya demi kesejahteraan umat Islam. Dalam suatu riwayat, sebagaimana ditulis Adiwarman, Ali memberikan sumbangan sebesar 5000 dirham setiap tahun. Ia juga pernah memenjarakan Gubernur Ray yang dianggapnya melakukan tindak pidana korupsi.[24]

            Namun, karena pertentangan politik yang begitu tajam antara pengikut Ali dan Muawiyah, Ali menetapkan untuk menghilangkan pengeluaran untuk angkatan laut, terutama yang berada di sepanjang garis pantai Syria, Palestina dan Mesir karena

Page 24: Islam Klasik 650

wilayah-wilayah ini berada dalam kekuasaan Muawiyah yang menolak kepemimpinan Ali. [25]

C. ILMU PENGETAHUAN ISLAM

Dalam Islam, Al Quran selain sebagai sumber ajaran-ajaran agama Islam, juga merupakan referensi pertama dan utama ilmu pengetahuan bagi umat Islam. Hal ini karena Al-Quran berisi segala macam pengetahuan, baik berupa pengetahuan tentang alam ghaib, seperti tentang keberadaan Allah sebagai pencipta alam, kisah-kisah nabi-nabi dan umat-umat terdahulu, maupun berupa ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang berhubungan dengan sosial politik, ekonomi, hukum, budaya dan lain sebagainya. Oleh karena itu, selain perintah untuk mengenal Tuhannya dan melakukan ibadah kepada-Nya, dalam Al-Quran juga terdapat perintah kepada manusia, para hambanya untuk menggunakan akal pikirannya dalam mengemban tugasnya sebagai khalifah Allah di bumi.

Setelah Al-Quran, Hadits menempati posisi berikutnya sebagai sumber ilmu pengetahuan. Dalam bukunya yang berjudul Fiqih Peradaban : Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, Yusuf Qardhawi menguraikan dengan sangat detail posisi Hadis yang sama dengan Al-Quran, yaitu sebagai sumber ilmu pengetahuan yang meliputi ilmu agama dan ilmu-ilmu kemanusiaan serta alam seperti  ilmu pendidikan, ilmu kesehatan, ilmu ekonomi, ilmu fisika, ilmu lingkungan dan lain-lain[26].

Melihat peran penting ilmu pengetahuan bagi manusia, baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai pengelola alam (Khalifatullah fil ardl), nabi Muhammad Saw sejak permulaan Islam telah diperintahkan oleh Allah Swt untuk membaca, yaitu ketika wahyu Al-Quran yang pertama kali turun kepadanya yang dilanjutkan dengan surat Al-Qalam (Pena) yang mengisyaratkan perintah kepada hamba-Nya untuk menulis.

Dan untuk mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya berdasarkan wahyu yang turun kepadanya dan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari, nabi Muhammad Saw lalu membuka lembaga pendidikan pertama dalam sejarah Islam, di rumah salah seorang sahabatnya yang disebut dengan Darul Arqam. Dari sinilah kegiatan ilmu pengetahuan Islam disebarluaskan di kalangan para sahabat beliau. Musyrfiah Sunanto mengatakan bahwa Rasul pada waktu itu selain mengajarkan tentang keimanan, mengajarkan bacaan-bacaan Al-Quran dan penghayatannya, beliau juga telah mengajarkan kepandaian seperti tulis-menulis dengan menyuruh sahabat Ali bin Abi Thalib untuk membuat huruf dengan mengambil contoh dari huruf bangsa Himyar.[27]

Aktivitas keilmuan pada masa Rasul begitu intens. Setiap kesempatan yang ada selalu digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada saat kemenangan umat Islam dalam perang Badar yang dipimpin Rasulullah pada bulan Ramadlan tahun kedua Hijriyah, para tawanan yang berjumlah 70 orang, di antara mereka yang pandai menulis dapat menjadi bebas dengan syarat mengajar anak-anak umat Islam kepandaian menulis. Yusuf Qardhawai menulis, bahwa 1 orang tawanan mengajar 10 orang anak-anak umat Islam di Madinah sebagai syarat pembebasan mereka. [28]

Selain kepandaian membaca dan menulis, Rasulullah Saw juga menanamkan kepandaian bahasa bagi para sahabatnya. Berkenaan dengan hal ini, Zaid dan Nabighah

Page 25: Islam Klasik 650

bin Tsabit diminta Nabi untuk mempelajari bahasa Suryani untuk dijadikan sebagai penerjemah.[29]

Selanjutnya, berkenaan dengan aktivitas keilmuan ini, masjid selain sebagai tempat beribadah, juga menjadi tempat umat Islam pada jaman Nabi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan Islam. Dari sinilah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam terkemuka seperti Umar bin Khattab sebagai ahli hukum dan pemerintahan, Ali bin Abi Thalib sebagai budayawan, Abdullah bin Umar sebagai ahli hadis, Abdullah bin Abbas sebagai ahli tafsir dan sejarah dan Aisyah sebagai ahli hadis. Pada masa ini, Nabi membangun dua masjid, yang pertama adalah  Masjid Quba’ yang dibangun ketika beliau tiba di Madinah, yaitu pada tahun 622 M./ 1 H. Mesjid ini meskipun tidak begitu besar, namun arsitekturnya menjadi model pada pembangunan masjid-masjid selanjutnya. Yang kedua adalah Masjid Madinah yang dikenal dengan nama Masjid Nabawi. Kedua masjid ini hingga sekarang masih ada bahkan diperbesar dan diperindah sebagai penghargaan kepada nilai-nilai historis dan peradaban yang terkandung di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKAHasjmy, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Bulan Bintang. Jakarta. Cet. kelima. 1995.

Umari, Akram Dhiyauddin. Masyarakat Madani: Tinjauan Historis Kehidupan      Zaman Nabi (Terj.). GIP. Jakarta.  Cet. ke 1. 1999.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Cet. ke 16.      2004.

Hasan, Hasan Ibrahim. Sejarah dan Kebudayaan Islam (Terj.). Jilid 1 dan 2. Kalam Mulia. Jakarta. Cet. ke 1. 2002.

Ibn Hisyam, As Sirah an nabawiyyah, jilid 1, 2 dan 3, Darul Jil, Beirut, Cet. ke 1, 1991.

Al Syarqawi, Iffat. Fi falsafat al hadlarah al islamiyyah. Darunnahdlah al arabiyyah. Beirut. Cet. ke 4. 1985.

Page 26: Islam Klasik 650

Mubarok, Jaih. Sejarah Peradaban Islam. Pustaka Bani Quraisy. Bandung. Cet. ke 1. 2004.

Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.Prenada Media. Jakarta. Cet. ke 1. 2003.

Majid, Abdul Mun’im. Sejarah Kebudayaan Islam (Terj.). Pustaka. Bandung. Cet. ke 1. 1997.

Ibn Khaldun. Al Muqaddimah. Darul Ma’arif. Tunis. Cet. ke 1. 1991.

Qardlawi, Yusuf. Fiqih Peradaban: Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan(Terj.). Danakarya. Surabaya. Cet. ke 1.  1997.

Pasya, Ahmad Fuad. At-Turats al ‘Ilmi lil Hadlarah al Islamiyyah wa makanatuha fi tarikhil ‘ilmi wal hadlarah. Darul Ma’arif. Shan’a’. Cet. ke 2. 1984.

Farrukh, Umar. ‘Abqariyyatul ‘arab fil ‘ilmi wal falsafah. Mansyurat al Maktabah al ‘ashriyyah. Beirut. Cet. ke 4. 1985.

Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam.Cet. IX . 1997.

[1] Hasan Ibrahim Hasan, Op. Cit., h. 150.

[2] Ibid, h. 164.

[3] Lihat kisah provokasi kaum Kafir Quraisy kepada Negus dalam Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid 1, h. 165-167.

[4] Hasan Ibrahim Hasan, Op. Cit., h. 169.

[5] Ibid, h. 179.

[6] A. Hasjmy, Op. Cit., h. 49.

Page 27: Islam Klasik 650

[7] Lihat untuk lebih jelasnya, Akram Dhiyauddin Umari dalam bukunyaMasyarakat Madani: Tinjauan Historis Kehidupan Zaman Nabi, (Terj.) Cet. ke 1, GIP, tahun 1999. h. 122-133

[8] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Bani Quraiys, cet. ke-1, 2004, h.32.

[9] Lihat kisah pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah pertama selengkapnya dalam tulisan Ibn Hisyam, As sirah an nabawiyyah, jilid VI, Darul jil, Cet. ke 1, 1991, h.  77-78

[10] Hasan Ibrahim Hasan, Op. Cit., h. 408-409.

[11] Kisah syura ini secara lengkap dapat dilihat dalam tulisan Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Op. Cit., h.  483-488.

[12] Ibid,  h. 329.

[13] Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid 2, h. 371.

[14] Ibid,  h. 375.

[15] Di antara perang-perang ini adalah Perang Badar, Perang Uhud, Perang Dzaturriqa’, Perang Khandaq, Perang Bani Quraizhah, dan Perang Bani Musthalaq.

[16] Q.S. Al Qashas [28]: 77.

[17] Q.S. At Taubah: 60.

[18] Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, edisi ketiga, PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 43-44.

[19] Ibid,  h.41.

[20] Ibid,  h.48.

[21] Ibid, h. 60. Bandingkan dengan yang ditulis oleh Hasan Ibrahim Hasan Op. Cit.,  h. 306.

[22] Adiwarman Azwar Karim, Op. Cit, h. 62

[23] Ibid,  h. 63-64.

[24] Ibid. h. 83.

[25] Ibid,  h. 84.

[26] Untuk lebih jelas tentang Sunnah sebagai sumber ilmu pengetahuan Islam, lihat buku Yusuf Qardhawi yang berjudul Fiqih Peradaban: Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan (Terj.), Danakarya, Surabaya, Cet. Ke 1, 1997., h. 103-253.

[27] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, cet. ke 1, Kencana, 2003, h. 18.